KEPEMIMPINAN SATUA NIHA KERISO MEWUJUDKAN JEMAAT MISIONER DI BNKP Disajikan pada Penataran Pelayan Jemaat BNKP RESORT 34 NIAS UTARA Jumat s/d Sabtu 17-18 Oktober 2014 Oleh : Pdt. Dr. Etiknius Harefa, MTh, MPd.K Dosen Pasca Sarjana STT Paulus, STT Sumatera Utara, Direktur Pasca Sarjana STT Lintas Budaya Batam, Ketua Umum Yakris Medan A. Pengantar Judul ceramah ini pernah disajikan pada penataran pelayan se Distrik BNKP Medan I tahun yang lalu di beberapa tempat.Program pembekalan itu terhenti ketika peleburan Distrik.Selanjutnya kajian dalam pembahasan sekarang ini lebih fokus pada pemberdayaan kepemimpinan dalam konteks jemaat lokal di masing-masing jemaat yang tergabung pada Resort 42.Materi ini merupakan perwujudan pokok pikiran yang ada dalam Disertasi Doktor Theologi yang telah dipertanggung jawabkan pada Sidang Disertasi Doktoral STII Yogyakarta tahun 2007 yang lalu. Banua Niha Keriso Protestan (BNKP) telah bertekad untuk mewujudkan jemaat missioner.Apakah hal itu sudah tercapai atau belum?Dibutuhkan penelitian, namun keadaan yang kita temukan kini dan di sini, masih jauh.Untuk itu kita harus berpacu mencapainya. Dalam program BNKP secara menyeluruh, dan untuk mencapai hal itu telah disusun PUPB (Program Umum Pelayananan BNKP) seharusnya setiap pelayan di BNKP memilikinya, baik pengurus komisi, satua Niha Keriso, Guru Jemaat dan para Pendeta. Basis perjuangan BNKP untuk mencapai Jemaat missioner itu terletak di masing-masing jemaat lokal yaitu (Pos Pelayanan, Jemaat Persiapan, Jemaat Penuh) Karena demikian sepatutnya kita belajar sungguh-sungguh dan menggumuli hal ini. B. Jemaat Misioner di BNKP Yang dimaksud dengan Jemaat Misioner adalah jemaat yang sadar dan tahu akan kewajibannya kepada Allah, menghayati panggilan dan pengutusannya, mereka adalah warga gereja yang memberitakan injil, melayani dan bersaksi dimana saja dalam masyarakat. Suatu jemaat yang mampu berteologi, terampil dengan sarana dan alat atau dana yang mendukung misi mereka. Berdasarkan pengertian ini maka dapat dijaberkan beberapa hal sebagai berikut 1. Sadar dan tahu akan kewajiban kepada Allah. 2. Menghayati Panggilan dan pengutusannya. 3. Warga Jemaat yang memberitakan Injil. 4. Melayani dan Berskasi dimana saja. 5. Mampu berteologi dengan terampil. 6. Memiliki alat, daya dan dana yang mendukung. Apabila keenam unsur ini sudah terwujud dengan baik dalam sebuah jemaat, maka dapat dikatakan jemaat tersebut telah menjadi jemaat missioner.Untuk mencapai keadaan ini, maka sebuah jemaat lokal harus bertumbuh. Selanjutnya, yang dimaksud dengan Pertumbuhan Gereja adalah Segala sesuatu yang mencakup soal membawa orang-orang yang tidak memiliki hubungan pribadi dengan Yesus Kristus ke dalam persekutuan dengan Dia dan membawa mereka menjadi anggota Gereja yang bertanggung jawab Untuk melihat apakah sebuah jemaat bertumbuh, maka pertama sekali harus dilihat apakah dalam sebuah jemaat itu program pelayanannya merupakan program pertumbuhan, atau hanya sekedar program biasa yang dapat dikatakan bisa mempertahankan diri secara tradisional. Keadaan Gereja secara tradisional itu adalah sebagai berikut : 1. Gereja tidak mengalami pertumbuhan yang signifikan dalam aspek kuantitas dan kualitas 2. Konsep kepemimpinan yang dianut dalam Gereja, samar-samar dan bervariasi 3. Perkembangan Gereja diatur dan ditentukan situasi, bukan hasil program Keadaan Gereja yang bertumbuh adalah sebagai berikut : 1. Bertumbuh secara signifikan dalam aspek kuantitas dan kualitas 2. Kepemimpinan menerapkan pola Alkitabiah 3. Pertumbuhannya merupakan hasil sebuah program yang direncanakan dalam pimpinan Roh Kudus Selanjutnya kita perlu belajar untuk melihat secara jelas gambaran nyata sebuah Gereja lokal yang bertumbuh itu adalah sebagai berikut : 1. Gereja bertambah sungguh-sungguh melalui Pemuridan 2. Gereja bertambah kuat melalui Ibadah 3. Gereja bertambah besar melalui Pelayanan 4. Gereja bertambah luas melalui Penginjilan Dengan demikian ada 4 kebutuhan dasar yang harus dimiliki oleh sebuah Gereja lokal untuk dapat bertumbuh yaitu :Pemuridan, Ibadah, Pelayanan, Penginjilan. C. Kepemimpinan Satua Niha Keriso. Untuk mewujudkan Jemaat Misoner di BNKP maka yang sangat penting adalah menyadari bahwa Pernanan Kepemimpinan Satua Niha Keriso sangat sentral dan menentukan. Ada 2 hal yang menjadi alasan untuk itu ialah : Posisi Satua Niha Keriso dalam Struktur BNKP Tugas Satua Niha Keriso menurut Tata Gereja BNKP Kedua faktor di atas merupakan bukti nyata bahwa para Satua Niha Keriso dalam sebuah jemaat lokal adalah pemimpin yang dikehendaki Tuhan untuk membawa BNKP menjadi jemaat misisoner C.1. Pengertian Kepemimpinan Pemimpin adalah seseorang yang menuntun kegiatan-kegiatan orang lain, namun ia sendiri juga giat untuk merealisasikan kegiatan itu. Ia mampu melakukan kegiatan-kegiatan yang memungkinkan suatu kelompok mencapai sasarannya. Ia menepati posisi penerima visi dan dengan iman ia bekerja keras merealisasikan visi tersebut. Ia sendiri mempunyai kemampuan untuk memperhatikan dan memahami secara menyeluruh organisasi dan melakukan pelatihan-pelatihan dan melalui pengaruh pribadinya secara efektif ke arah realisasi tujuan-tujuan organisasi, dan ia juga mampu mengembangkan potensi yang ada secara praktis dan menguntungkan. Untuk mencapai visi itu pemimpin sejati memiliki beberapa sifat yaitu :Dinamis, Positif, Konstruktif, Kreatif Yang dimaksud dengan kepemimpinan dinamis ialah corak kepemimpinan yang mengenal hanya istilah maju, istilah mundur atau mandek tidak tersirat dalam kamus hidup pemimpin tersebut.Imannya meyakinkan dia bahwa Tuhan pasti buka jalan.Kegagalan atau kebuntuan di suatu arah merupakan tantangan untuk koreksi diri yang kemudian membuahkan kemampuan melihat dari cela-cela hidup jalan Allah yang disediakan, baik secara wajar atau secara mujizat. Corak kepemimpinan seperti itu kaya akan sifat-sifat positif, konstruktif, dan kreatif. Kepemimpinan yang positif ialah kepemimpinan yang bergerak menuju suatu sasaran yang pasti berdasarkan perencanaan yang mantap dan bukan sekedar reaksi emosionil terhadap situasi dan lingkungan.Kritik, rintangan, maupun tantangan tidak meredakan dan membelokkan arah gerak kepemimpinan yang positif.Keasyikkan menatap sasaran, membuat kesulitan menjadi beban kecil yang dibawa berlari menuju sasaran itu. Kepemimpinan yang konstruktif ialah corak kepemimpinan yang dalam, derap menuju sasaran yang pasti itu, tidak mendatangkan kehancuran maupun kerugian bagi sekelilingnya terutama sesama manusia. Setiap rintangan dihadapi dengan khidmat dan kebijaksanaan sehingga hasil akhir dinikmati oleh sekitarnya.Lawan atau kawan, berupa berkat gerakannya.Sifat konstruktif ini membuat seseorang pemimpin tidak bertepuk dada dalam keberhasilannya, dan tidak putus asa dalam kegagalannya. Kepemimpinan kreatif ialah corak kepemimpinan yang karena dipenuhi sifat-sifat positif, konstruktif dan dinamis mengharuskan sang pemimpin menghadirkan kreasi-kreasi baru untuk menuju sasaran. Kreasi-kreasi itu memiliki nilai-nilai estetis Alkitabiah, dan nilai-nilai relevansi budaya lingkungan, sehingga penjangkauan sasaran terasa sebagai suatu keharusan walaupun sesungguhnya sudah tersimpan di hati Allah sejak lama sebagai suatu rancangan ilahi. Corak kepemimpinan inilah yang merupakan suatu krisis yang melanda jemaat-jemaat Tuhan di dunia ketiga.Krisis ini telah membuahkan pemimpin-pemimpin muda sebagai generasi penerus yang berada dalam kebingungan arah, keterasingan identitas dan demoralisasi semangat. Kebutuhan akan pemimpin yang dinamis, kreatif, positif, dan konstruktif, menjadikan seorang pemimpin memiliki dedikasi yang tinggi dan hal itu sangat dibutuhkan Gereja BNKP pada masa kini. Figur pemimpin yang kokoh dan terpercaya perlu dibangun sejak sekarang. Gereja dan dunia milik Tuhan sedang kelaparan akan pemimpin yang bermutu. Kepemimpinan yang institusi.Kepemimpinan lebih yang berorientasi berjiwa pada sukarela individu serta ikhlas dan dan bukannya bukannya materialisme.Kepemimpinan yang bergerak ke sasaran yang pasti dan bukannya berputarputar pada lingkaran setan. Kepemimpinan yang kaya akan visi illahi dan bukannya ambisi insani C.2. Etika Kepemimpinan.Etika seorang pemimpin adalah sebagai berikut : 1. Ia telah menerima panggilan Tuhan Yesus Kristus dan tetap setia mengikuti Tuhan dalam situasi apapun, terlepas dari kelemahan dan keterbatasannya, ia akan setia berkata sama seperti Petrus: `Tuhan, kepada siapakah kami akan pergi (Yoh.6:68) 2. Ia adalah hamba yang dengan sukarela memasuki pelayanan kepada Kristus dan GerejaNya, tanpa ambisi mencari kekayaan material dan kepentingan pribadi (Mat.26:57-62); 14:25-33) 3. Ia adalah hamba yang mengalami persekutuan yang makin hari makin mendalam dengan Tuhan, sehingga ia bukan saja mampu menyampaikan FirmanNya, tetapi juga mampu menjelaskan prinsip-prinsip yang diajarkannya dan memancarkan Tuhan dari dirinya (1 Petrus 2:9) 4. Ia adalah hamba Allah yang hidup dan berjalan di dalam Roh Allah (Gal.5:25, Ef.4:30) 5. Ia adalah hamba Allah yang telah menetapkan prioritas hidupnya baik dalam kehidupan pribadi maupun dalam pelayanan (Mat.6:33) Tiga hal penting yang terlihat dalam hidup para rasul yang menggambarkan hal ini secara nyata ialah: menempatkan pelayanan rohani di atas segala-galanya, meskipun mereka ada terlibat juga dalam pelayanan sosial dan pelayanan fisik seperti terlihat dalam (Kis 6:1-4), menyatukan kehidupan berdoa dan berkhotbah dan berkhotbah secara seimbang (Kis. 6:2,4), menempatkan pelayanan penginjilan lebih utama dari semua pelayanan lainnya (Kis. 12:2,24) 6. Ia adalah hamba yang menerima dan menerapkan pelayanan bersama sebagai suatu tim (KPR 3:1,4;4:23-31) doa bersama, daya bersama, dan dana bersama 7. Ia adalah hamba yang memiliki berita Injil Keselamatan yang membara dalam hatinya. Desakan Tuhan yang menggelora di dalam dada hamba Allah menyebabkan ia tak tertahankan dalam proklamasi Injil keselamatan itu (Kis 4:19-20) 8. Ia adalah hamba yang rela berkorban dan rela menderita, bahkan mati sekalipun bagi pemberitaan Injil dalam Tuhan Yesus Kristus yang telah mati dan bangkit bagi dunia ini (Kis. 4:12-31 ; 7:60) Hal ini dilaksanakannya dengan sukacita (Fil.4:4-9) 9. Ia adalah hamba Allah yang menyampaikan Firman Allah dengan hikmat dan penerangan Roh Kudus 10. Ia adalah hamba yang pemberitaannya berasal dari Firman Allah (1 Tim.4:2a) bukan dari dongeng atau pengalaman dirinya. C.3. Tugas Kepemimpinan Satua Niha Keriso. Untuk mewujudkan tugas kepemimpinan menjadi jemaat missioner di sebuah jemaat lokal, maka sesuai TATA GEREJA DAN PERATURAN GEREJA BNKP tugas dan tanggung jawab Satua Niha Keriso adalah : 1. Seorang Satua Niha Keriso haruslah seorang yang tak bercacat, suami dari seorang isteri, dapat menahan diri, bijaksana, sopan, suka memberi tumpangan, cakap mengajar orang, bukan pemarah melainkan ramah, pendamai, bukan hamba uang, seorang kepala keluarga yang baik, disegani dan dihormati oleh anak-anaknya. (Peraturan BNKP ps 2) 2. Laki-laki maupun perempuan dapat dipilih/diangkat menjadi Satua Niha Keriso (Peraturan BNKP pasal 3) 3. Melaksanakan tugas penggembalaan dengan melakukan perkunjungan kepada anggota yang termasuk dalam lingkungan pelayanannya terutama kepada anggota/keluarga yang mengalami kesusahan karena berbagai sebab seperti : kematian, kemiskinan, sakit, percekcokan, kemunduran dalam iman, tekanan-tekanan batin dll. Dan berusaha menanamkan kesadaran kepada anggota jemaat dalam lingkungan pelayanannya, akan tanggung jawab mereka terhadap tugas-tugas pelayanan gereja (Peraturan BNKP pasal 5 ayat b dan d) 4. Melaksanakan/memimpin secara berkala dan teratur peribadatan dalam lingkungan pelayanannya (Peraturan BNKP pasal 5 ayat c) 5. Setiap Satua Niha Keriso melayani lingkungan pelayanan tertentu dalam satu jemaat, yang pengaturannya ditetapkan oleh BPHMS BNKP. Dengan ketentuan tersebut, maka pengangkatan Satua Niha Keriso harus didasarkan pada adanya suatu lingkungan pelayanan yang menjadi tanggung jawabnya (Peraturan BNKP pasal 6 ayat 1,2) 6. Demi kelancaran pelaksanaan pelayanan, maka setiap wilayah pelayanan jemaat dibagi atas beberapa lingkungan pelayanan/sektor, dengan mempertimbangkan dekatnya tempat tinggal para anggota jemaat. Setiap sektor pelayanan ini terdiri dari sekurang-kurangnya 10 rumah tangga dan sebanyak-banyaknya 25 rumah tangga. Terhadap ketentuan pasal 2 ini dapat diadakan pengecualian sesuai dengan kondisi geografis. Setiap lingkungan/sektor pelayanan diberi nomor angka rumawi (Keputusan BPHMS pasal 2 ayat 1,2,3,4) Berdasarkan ketentuan di atas maka dapat dilihat kenyataan sekarang yaitu Pelayanan di BNKP telah menjurus menjadi Pendeta sentris atau tangggung jawab pelayanan seluruhnya ada di tangan pendeta, tuntutan akan pelayanan pendeta sangat tinggi, sedangkan para penatua hanya dapat melihat tugas mereka sebagai anggota majelis. Sangat sedikit di antara mereka yang memahami bahwa mereka bertugas untuk melayani dan menggembalakan agar warga jemaat mengalami pertumbuhan iman menuju kedewasaan. Padahal menurut Tata Gereja BNKP seperti dikemukakan di atas, nampak sekali bahwa penatua Gereja mempunyai tugas kepemimpinan yang sangat menentukan dan tugas penggembalaan yang sangat penting artinya bagi kemajuan suatu jemaat lokal. Dari hasil penelitian penulis di tiap jemaat lokal hanya 1 –2 orang penatua yang bisa berkhotbah, dan tugas yang dapat dilakukan hanyalah memimpin liturgis dalam kebaktian, tugas penggembalaan sebagaimana diatur dalam Tata Gereja BNKP belum dapat berjalan atau dilaksanakan, betapapun sudah dilakukan penataran hampir di setiap jemaat lokal. Para penatua beranggapan bahwa tanggung jawab menumbuhkan dan mendewasakan iman warga jemaat melalui penggembalaan bukanlah tanggung jawab mereka, melainkan tugas dan tanggung jawab Pendeta dan Guru jemaat. Mereka lebih memahami bahwa tugas mereka adalah menjadi majelis Gereja yang membuat program kerja pendeta lewat suatu sidang kemajelisan, dan mendengar serta menerima atau menolak laporan serta pertanggung jawaban tugas pendeta atau gembala sidang dalam rapat mejelis. Pendeta dan Guru jemaat yang harus mempertanggung jawabkan pelayanan yang telah mereka lakukan dalam sidang majelis. Baik buruknya,bertumbuhatau tidak bertumbuhnya jemaat bukan tanggung jewab penatua tetapi tanggung jawab pendeta dan Guru jemaat yang harus dituntut. Pemahaman yang dimikian telah menyejarah dan mengakar sedemikian rupa sehingga sulit dan butuh waktu untuk mengubah paradigma berpikir yang demikian. Gereja bertanggung jawab untuk meluruskan dan membenahi pemahaman yang keliru ini, namun harus didahului dengan suatu upaya untuk memperoleh gambaran yang akurat tentang sejauhmana pemahaman yang keliru ini telah memberi pengaruh yang besar terhadap pertumbuhan sebuah gereja lokal ataupun di tingkat distrik. Juga sangat diperlukan gambaran yang jelas mengenai sejauhmana Gereja telah melakukan pembinaan warga jemaat sehingga pemilihan calon penatua benar-benar berada pada prinsip dan mekanisme yang benar sesuai dengan tuntutan Firman Allah dan tata Gereja BNKP Mewujudkan Jemaat missioner di BNKP merupakan tanggung jawab pemimpin dan pelayan Gereja, dan Satua Niha Keriso atau Penatua Gereja merupakan unsur pimpinan dan pelayan dalam Gereja.Satua Niha Keriso merupakan pemimpin kelompok warga jemaat yang ada di sektor tertentu sesuai dengan pembagian tugas yang diterima dari jemaat, merekalah yang menjadi gembala sekelompok warga jemaat, melaksanakan dan memimpin kebaktian sektor, mengajarkan Firman Allah dan berkhotbah serta melakukan perkunjungan dan percakapan rohani pada warga jemaat di lingkungan sektor pelayanan mereka. Guru Jemaat adalah pemimpin yang mengkoordinir seluruh program pelayanan di tingkat jemaat, memimpin organisasi, dan mengajar katekisasi sidi.Di suatu jemaat yang tidak memiliki Pendeta jemaat, maka yang menjadi pimpinan jemaat itu adalah Guru Jemaat itu sendiri. Dilihat dari sudut pandang sosial dan juga segi psikologis, sebenarnya Satua Niha Keriso jauh lebih dekat kepada warga jemaat dibanding para Pendeta, karena Satua niha Keriso yang bertanggung jawab atas pertumbuhan kerohanian warga jemaat di lingkungan pelayanan mereka.Satua Niha Keriso perlu membimbing sekelompok warga jemaat di lingkungan sektor pelayanan menurut pembagian tugas. Seorang pendeta dan Guru jemaat harus dapat membagi waktu untuk dapat memberikan perhatian sepenuhnya, baik dalam hal mengunjungi dan menyelenggarakan tugas penggembalaan lainnya kepada seluruh warga jemaat di berbagai sektor. Akan tetapi dengan adanya prinsip dan mekanisme pembagian wilayah pelayanan Satua niha Keriso yang disebut “sektor” yang terdiri dari beberpa keluarga yang diatur menjadi anggota yang termasuk pada wilayah pelayanan seorang Satua Niha Keriso, maka dengan ini seorang penatua dapat membagi waktu dan melaksanakan pelayanan penggembalaan secara teratur kepada warga jemaat di lingkungan pelayanannya. Hal ini tepat seperti dituliskan oleh Petrus kepada jemaat di Pontus, Galatia, Kapadokia, Asia kecil dan Bitinia sebagai berikut: “Aku menasihatkan para penatua di antara kamu, aku sebagai teman penatua dan saksi penderitaan Kristus yang juga akan mendapat bagian dalam kemuliaan yang akan dinyatakan kelak. Gembalakanlah kawanan domba Allah yang ada padamu, jangan dengan paksa, tetapi dengan sukarela sesuai dengan kehendak Allah, dan jangan karena mau mencari keuntungan, tetapi dengan pengabdian diri” (1 Pet. 5:1-2) Amanat menggembalakan kawanan domba Allah sebagaimana terdapat pada nats di atas ditujukan kepada para penatua, sehingga legitimasi pelaksanaan tugas penggembalaan itu dapat dikatakan Alkitabiah.Kawanan domba Allah yang ada padamu mengandung arti bahwa dombadomba Allah yang dipercayakan kepada sebuah lingkungan tugas penggembalaan seorang penatua. D. Kesimpulan Seperti telah dijelaskan pada bagian terdahulu bahwa Satua Niha Keriso, Guru Jemaat, Pengurus Komisi merupakan pemimpin-pemimpin dalam sebuah jemaat lokal yang hendak dipakai oleh Tuhan dalam mewujudkan jemaat missioner, maka kebutuhan akan kehidupan seorang pemimpin seperti telah dikemukakan yaitu : 1. Pemahaman akan tugas panggilan menjadi hamba Tuhan mutlak harus dimiliki sejak saat sekarang ini. Perlu dicamkan baik-baik pemahaman menjadi seorang murid yang dikemukakan oleh nabi Yesaya (Band. Yesaya 50:4-5) 2. Memiliki karakter atau sifat kepribadian sebagaimana dikemukakan terdahulu yaitu ada 10 point yang menjadi karakter seorang pemimpin 3. Bahwa tugas dan tanggung jawab kepemimpinan itu diaktualisasikan di wilayah pelayanan masing-masing, yaitu di sector oleh Satua Niha Keriso, dan dalam komisi itu sendiri oleh Ketua atau Pengurus komisi Bapa, Komisi Perempuan, Komisi Sekolah Minggu, Komisi Diakonia, dan Komisi music Gerejawi SELAMAT MELAYANI TUHAN YESUS MENYERTAI DAN ROH KUDUS MEMAMPUKAN SENANTIASA.