1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kajian Antropologi utamanya adalah perbedaan yang terdapat pada manusia, keberagaman masyarakat, baik masyarakat pra-modern, dari yang sederhana hingga kompleks. Apa yang ditawarkan Antropologi adalah cara pandang lintas budaya yang berbeda, khusus dan unik, serta melakukan perbandingan antara masyarakat dalam aspek-aspek tertentu seperti kebiasaankebiasaan kehidupan sosial, bahasa, ciri-ciri fisik, kepercayaan, tingkah laku, aktivitas ekonomi-politik, seni bahkan agama. Masyarakat sekaligus kebudayaannya menjadi pokok bahasan utama dalam Antropologi, dan menjadi kajian utama bagi para Antropolog dalam penelitiannya. Masyarakat dan kebudayaan bagaikan dua sisi mata uang yang tidak dapat dipisahkan. Mustahil ada kebudayaan tanpa ada masyarakat, sebab masyarakatlah yang melahirkan kebudayaan (Rahim, 2009:47). Kesenian sebagai salah satu unsur kebudayaan menarik untuk dikaji, karena kehidupan masyarakat baik langsung maupun tidak langsung terkait dengan kesenian. Seni bagi sebagian masyarakat merupakan sebuah pertunjukan yang indah dan dapat dinikmati dengan jalan menonton secara langsung sebuah pagelaran atau pertunjukan. Namun bagi sebagian orang-orang yang berkecimpung dalam dunia kesenian seperti penari, penyanyi hingga pelukis, memiliki pemahaman dan prioritas tersendiri dalam sebuah karya seni yang dibangun melalui hasil karya yang dominan berasal dari ide serta gagasan seorang pelaku seni atau seniman. 1 2 Kata seni dapat diartikan sama dengan kata Sansekerta sani yang artinya persembahan, pelayanan, pemberian. Hal itu berkaitan dengan kepentingan keagamaan yaitu kepentingan sesaji atau persembahan terhadap dewa-dewa. Dalam bahasa Jawa Kuna terdapat kata sanidya yang artinya pemusatan pikiran. Di dalam penciptaan seni tentu saja diperlukan pemusatan pikiran, tanpa pemusatan pikiran maka tidak tercipta seni. Seni dapat dijadikan pula sebagai penjelmaan rasa indah yang terkandung dalam jiwa seseorang. Dilahirkan dengan sarana alat-alat komunikasi kedalam bentuk yang dapat ditangkap oleh indera dengar, indera pandang, atau dilahirkan dengan perantara sebuah gerak (Bastomi, 1990:10). Kesenian merupakan ungkapan kreativitas dari sebuah kebudayaan itu sendiri. Masyarakatlah yang menjaga kebudayaan dan kesenian. Masyarakat menciptakan serta memberi peluang untuk bergerak, memelihara, menularkan, dan mengembangkan kesenian untuk kemudian menciptakan kebudayaan baru lagi (Kayam, 1981). Kesenian memberikan kesan serentak mengenai ciri khas, tata nilai serta selera suatu bangsa yang memiliki kebudayaan yang bersangkutan (Sedyawati, 1993). Kesenian sebagai bagian dari kebudayaan menyimpan nilainilai kehidupan masyarakat seperti nilai kesatuan, nilai kebersamaan, nilai kerakyatan, nilai keterbukaan, nilai kemandirian, nilai kebhinekaan, nilai ketertiban, nilai ketahanan, nilai disiplin, nilai keseimbangan, nilai kepemimpinan dan nilai kreativitas (Bandem, 1991). Karya seni dengan berbagi bentuk hasil karyanya mampu memberikan rasa kepuasan bagi seniman yang membuatnya. Bagaimanapun bentuk dan ciri-ciri tertentu dalam suatu karya seni akan memberikan sebuah kepuasan secara bathin untuk orang yang melihatnya, bagaikan sebuah keindahan. Keindahan itu mendasari jiwa ikhlas ketika nilai-nilai dalam karya seni diapresiasi tinggi oleh seseorang. Jika karya tersebut belum dapat menggugah rasa dalam diri yang melihatnya berarti karya tersebut belum menemukan orang yang menyukai keindahan karya tersebut. 3 Seni musik merupakan salah satu cabang dari kesenian. Pertunjukan seni musik didasari oleh pertunjukan tradisional, segala bentuk seni modern yang berkembang sekarang berasal dari bentuk kesenian tradisional. Apabila sebuah peradaban seni musik langsung menuju kearah modernitas, di sana tidak akan ada dasar bagi para seniman atau musisi musik untuk mulai mencoba berkesenian. Seni musik lahir dari sebuah kreativitas yang dibangun setiap individu dengan memiliki kemampuan mengolah suara dan memainkan benda berupa alat musik yang mampu menghasilkan nada-nada dengan ritme tertentu. Seni selalu menarik untuk dibicarakan bukan hanya karena keindahannya, tetapi terlebih karena pada kenyataannya dalam kehidupan sehari-hari disadari atau tidak manusia tidak dapat lepas dari seni. Melekatnya seni hampir pada seluruh aspek kehidupan manusia acap kali menyulitkan kita untuk memilah seni dan yang bukan seni. Apabila dapat disebutkan jenis-jenis seni seperti seni rupa, seni musik, seni tari, seni sastra, seni drama, dan seni yang lain, sering dijumpai kesulitan untuk memisahkan perwujudan setiap jenis seni itu, sebab seni yang satu dan yang lain selalu berkaitan. Apabila kita menghadapi sebuah pertunjukan konser musik misalnya kita sering menghadapi berbagai unsur seni musik yang terkait di dalamnya. Walaupun karya seni musik pada dasarnya dinikmati orang melalui indera pendengar “auditori”, tetapi berbagai unsur lainnya bukan hanya tatanan nada harmonis semata-mata, yang muncul secara bersama-sama di dalamnya. Suatu kesatuan bentuk dalam pertunjukan konser musik menampilkan berbagai unsur seperti suara, gerak, pakaian dan kreativitas. Kesatuan ini menimbulkan kenikmatan sendiri yang lebih kompleks sifatnya bagi orang-orang yang mengamatinya (Bastomi, 1990:1). Seni musik terus mengalami perkembangan seiring dengan perkembangan jaman dan masyarakat, demikian juga yang terjadi di Kota Denpasar. Perkembangan sejarah musik di Kota Denpasar diawali dari perkembangan munculnya musik pop Bali. Sejarah pop Bali berawal Tahun 1960-an. Pada masa itu Bali semarak oleh lagu-lagu dalam irama pop namun menggunakan lirik berbahasa Bali. Karena itu, musik pop Bali bisa disebut berawal dari dekade ini. 4 Meski demikian, ada pula yang menyatakan bahwa lagu-lagu pop Bali sudah ada sejak Tahun 1940-an atau bahkan 1930-an. Namun, tidak banyak bukti yang ditemukan bahwa pada masa ini musik pop Bali sudah berkembang. Tahun 1960 warna musik pop Bali mulai berkembang ditandai dengan banyaknya kegiatan warga, terutama di dunia politik, menggunakan musik pop Bali sebagai salah satu unsur penting terutama untuk menarik massa dalam dunia politik di Bali. Lagu pop Bali dengan instrument musik modern, misalnya menggunakan alat musik piano. Meski demikian, musik pop Bali juga sering mengkombinasikan alat musik tradisional, seperti suling dan angklung dengan instrument musik modern (Ginting dkk, 2011:11) Musik pop Bali mengalami perkembangan dengan banyaknya penyanyi yang mengeluarkan album era 1970-an musik pop Bali pada masa era berikutnya Tahun 1980-an justru lebih sepi. Tak banyak musisi Bali, baik band ataupun solo, yang mengeluarkan album berbahasa Bali pada dekade ini. Perkembangan musik Bali era 1980-an ini mulai agak menurun. Di sisi lain, justru pada saat itu blantika musik Nasional sedang riuh bergemuruh. Beberapa musisi Nasional, misalnya Doel Sumbang, Iwan Fals, dan Gombloh, sedang menanjak karirnya. Lagu-lagu mereka terdengar dan dinikmati di mana-mana termasuk Pulau Dewata. Hal ini pula yang tanpa disadari mempengaruhi geliatnya lagu-lagu berbahasa Indonesia di Bali oleh musisi Bali sendiri (Ginting dkk, 2011:20). Perkembangan lagu-lagu pop Bali memang semakin terasa diakhir Tahun 1990-an. Lagu-lagu pop Bali beredar di toko-toko kaset, mengudara di radio, tampil di televisi serta pentas dari satu panggung ke panggung lainnya. Para penyanyi seperti Widi Widiana, Panji Kuning, selain itu ada juga beberapa penyanyi pop Bali yang mewarnai perjalanan lagu pop Bali. Misalnya Okid Kres dengan lagu Kidung Kasmaran, lagu pop Bali yang termasuk abadi hingga saat ini. Namun Okid Kres bisa disebut sebagai penyanyi one hit wonder yaitu satu kali populer lalu menghilang. Penyanyi lain angkatan ini diantaranya adalah Ari Kencana, Mang Gita, dan Agung Wirasuta. Para penyanyi ini yang memberi warna pada perjalanan lagu pop Bali Tahun 1990-an. Lagu-lagu mereka membuat 5 lagu pop Bali masih bertahan dan berjalan beriringan. Pada tahun yang sama, 1990-an di Bali juga mulai berkembang suatu gerakan bernama musik Indie dengan spirit “Do It Yourself” (Ginting dkk, 2011:38). Spirit “Do It Yourself” merupakan istilah dari musik Indie yaitu usahausaha positif untuk memajukan industri musik Indie yang dibentuk secara mandiri dengan berbagai usaha nyata di dalamnya, seperti mencari pendapatan uang untuk merekam lagu, memproduksi dan mendistribusikan kaset serta memperoleh kesempatan manggung dalam pentas konser musik Indie secara mandiri. Kata “Do It Yourself” berasal dari bahasa Inggris, jika diartikan berarti “menjadi diri sendiri”. Band Indie di Kota Denpasar mengaplikasikan spirit semangat tersebut dari awal tahap proses pembuatan grup musik, pembuatan konsep lagu, membuat pertunjukan musik, promosi album, hingga proses pendistribusian kaset atau CD serta merchaindase berupa baju, gelang tangan, jaket, topi dan sebagainya. Usahausaha tersebut dilakukan secara mandiri oleh kelompok-kelompok band Indie di Kota Denpasar secara swadaya untuk memperoleh pendapatan serta sebagai bentuk eksistensi bermusik. Semangat spirit Do It Yourself berperan dalam perkembangan band Indie. Spirit Do It Yourself membentuk citra bagi band Indie terhadap khalayak umum melalui media musik Indie. Grup band Indie yang berkeinginan masuk dalam jalur perusahaan rekaman Label Nasional, pada umumnya terbentur oleh dukungan keluarga, budaya asal daerah dan biaya dalam mengembangkan band Indie musisi miliki. Selain itu untuk masuk ke jalur perusahaan rekaman Label Nasional, musisi Indie juga berbeda paham konsep serta aliran yang diusungnya. Karena itu muncul ide dari band Indie, dengan spirit Do It Yourself untuk membuat Label rekaman sendiri dengan sistem Indie Label. Spirit tersebut menjadi pemicu berkembangnya band Indie, hingga band Indie mencapai tingkat popularitas tinggi. 6 Kata Indie berasal dari bahasa Inggris “Independent”, kemudian diambil kependekan katanya menjadi “Indie” artinya merdeka, bebas, berdiri sendiri dan tanpa tekanan. Pengertian dalam kata “Indie”, yang dimaksud bebas ialah sesuatu tanpa keterikatan, namun masih dapat dipertanggungjawabkan. Sikap tanggung jawab pada musik Indie ditunjukkan musisi Indie secara nyata dalam bentuk ide, kreatifitas dan hasil karya musik yang asli, terhadap pendengar musik Indie, komunitas serta masyarakat umum. Musik Indie terdapat dua paham di dalamnya antara lain; Pertama, status musisi dan band Indie yang tidak dikuasai atau dikendalikan oleh pihak perusahaan rekaman Major Label. Kedua, musik Indie sebagai subkultur aliran musik. Istilah Indie dalam pengertian kedua di atas bermula dari identifikasi terhadap subkultur musik Indie yang beraliran Underground di Inggris, kemudian berevolusi pada era Punk hingga Post-Punk selama periode Tahun 1977 s/d 1986. Tahun 1977-an ditandai oleh hadirnya band beraliran Punk yang merupakan salah satu pelopor musik Indie di luar negeri dengan vokalisnya “John Lydon” dari band “Sex Pistols”. Asal mula kata Independent menjadi Indie bermula dari tabiat remaja di Inggris yang suka memotong kata agar mempermudah pelafalan informal seperti; distribution store menjadi distro, british menjadi brit, dan masih banyak lagi. Pemendekan kata Independent itu mengandung makna kontekstual Indie yang menjadi basis pergerakan subkultural. Sehingga sejak masa itu tidak sembarang makna Independent secara umum bisa diasosiasikan dengan Indie. Pengertian pertama musik Indie adalah karya musik Indie berada di luar mainstream atau berbeda dengan corak lagu yang sedang laris di pasaran. Personil band Indie bebas melahirkan karya berbeda dari yang ada di pasaran, atau dengan kata lain tidak komersial dan umumnya memiliki pangsa pasar tersendiri terhadap lagu yang mereka ciptakan. Pengertian kedua musik Indie adalah berbentuk grup band, dimana mereka merekam dan memasarkan sendiri lagu-lagu mereka. Biasanya band Indie memiliki lagu-lagu yang bisa diterima pasar, namun dalam penggarapan album, mereka tidak melibatkan Major Label atau perusahaan rekaman Nasional yang memiliki nama. 7 Pemasaran band Indie umumnya melalui antar teman atau melalui jaringan sekolah dan kampus. Berbeda dengan band yang telah masuk perusahaan rekaman Major Label, salah satu keuntungan band di bawah perusahaan rekaman Major Label adalah pendistribusian kaset yang lebih luas, serta sisi komersil dari band lebih terangkat. Tetapi tidak semua band menyetujui kelebihan yang ditawarkan jalur Major Label, karena bagi sebagian musisi hal terpenting bagi sebuah band adalah kebebasan berkarya, yang mungkin tidak bisa didapat melalui jalur perusahaan rekaman Major Label. Pangsa pasar band Indie di Kota Denpasar memiliki peluang cukup besar untuk dikembangkan melalui manajemen dan peningkatan kemampuan serta skill bermusik yang baik. Sehingga bila bertemu band Indie bertaraf Nasional, mampu bersaing dan memiliki kekuatan pada kelompok band Indie. Sebagian besar remaja di Kota Denpasar mendukung pertunjukan musik Indie dimanapun diadakan, dukungan ini ditandai dengan kehadiran penggemar apabila band Indie tampil dalam pertunjukan konser musik Indie. Selain itu personil band Indie juga jeli melihat peluang pasar melalui reaksi remaja yang selalu banyak datang untuk menonton konser musik Indie, personil band Indie dapat memperoleh pendapatan ekonomi yang tinggi nilainya. Secara ekonomi pendapatan band Indie diperoleh antara lain dari gaji atau upah penampilan manggung, perolehan bantuan dana sponsors, penjualan produk berupa pakaian atau clothing, merchaindase, serta tiket penonton konser. Jika dimanfaatkan maksimal dengan dukungan popularitas band Indie. Suatu band Indie akan mampu bersaing dengan pangsa pasar dari kemapanan Major Label Nasional yang ada di Indonesia. Perkembangan musik Indie di Kota Denpasar semakin bervariasi sejak Tahun 1990 hingga sampai saat ini Tahun 2013. Jumlah grup band Indie yang aktif mencapai 78 grup band Indie dengan berbagai aliran. Keberadaan musik Indie dalam bentuk grup band diidentikkan dengan musik anak muda atau remaja, kondisi ini sangat beralasan karena sebagian besar penggemar atau fans dari band Indie adalah mereka yang tergolong remaja meskipun pemain atau pelaku band Indie tidak selalu mereka yang tergolong 8 remaja. Remaja melalui musik Indie dapat mengekspresikan jiwa seni serta sebagai kebebasan dalam berekspresi. Band Indie meskipun berbeda tetapi mereka akan mengacu pada satu aliran musik yang sudah ada, band idola atau yang lebih senior, sehingga band Indie dapat diklasifikasikan menurut aliran musik. Selain sebagai Ibukota Provinsi Bali, Kota Denpasar merupakan pusat perkembangan ekonomi, sosial dan budaya sangat mempengaruhi kehadiran serta perkembangan musik Indie sehingga menarik untuk dikaji, di samping karena memiliki ciri khas, juga kehadirannya tidak dapat dilepaskan dari keberadaan remaja baik sebagai pelaku maupun penikmat atau fans musik Indie. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas maka masalah yang akan dikaji pada penelitian ini dapat dijabarkan dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut: a. Bagaimana profil musik Indie di Kota Denpasar? b. Faktor-faktor pendorong remaja di Kota Denpasar menyukai musik Indie? c. Bagaimana implikasi musik Indie terhadap perilaku kaum remaja di Kota Denpasar? 1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian Setiap penelitian yang dilakukan sudah barang tentu mempunyai suatu tujuan. Berdasarkan masalah yang dirumuskan, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mendeskripsikan profil musik Indie yang berkembang di Kota Denpasar. 2. Untuk mengetahui alasan-alasan yang melatarbelakangi kaum remaja menyukai musik Indie. 9 3. Untuk mengidentifikasi implikasi sosial budaya musik Indie terhadap perilaku kaum remaja. Sehingga dapat diketahui implikasi baik yang bersifat positif maupun negatif. 1.3.2 Manfaat Penelitian Penelitian ini mempunyai beberapa manfaat yang hendak dicapai, meliputi manfaat teoritis dan manfaat praktis. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan memberikan sumbangan analisis bagi perkembangan Antropologi, khususnya tentang pemahaman mengenai musik Indie yang menjadi trend bagi kalangan remaja di Kota Denpasar. Melalui penelitian ini diharapkan dapat menerapkan konsep-konsep dan teori-teori dalam bidang Antropologi yang ada relevansinya dengan masalah penelitian. Selain itu, manfaat praktis penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Dapat mengetahui, memahami dan menghayati nilai kesenian dalam musik Indie. 2. Untuk pihak-pihak lain yang di masa mendatang yang ingin mengadakan penelitian lanjutan secara lebih mendalam tentang musik Indie, sehinggga tulisan ini dapat dijadikan sebagai referensi. 3. Sebagai salah satu usaha dari penulis dalam memberikan pandangan kepada masyarakat untuk memahami nilai-nilai dalam musik Indie bagi kalangan remaja di Kota Denpasar. 1.4 Kerangka Teori dan Konsep 1.4.1 Kerangka Teori Kerangka teori adalah landasan berpikir yang bersumber dari suatu pemikiran. Teori sering diperlukan sebagai tuntunan untuk memecahkan berbagai permasalahan dalam sebuah penelitian. Kerangka teori berfungsi sebagai kerangka acuan yang dapat mengarahkan suatu penelitian. Teori berfungsi sebagai perspektif atau pangkal tolak dan sudut pandang untuk memahami alam pikiran 10 subjek, menafsirkan dan memaknai setiap gejala dalam rangka membangun konsep. Menurut definisinya teori mengandung tiga hal. Pertama, teori adalah serangkaian proposisi antar konsep-konsep yang saling berhubungan. Kedua, teori menerangkan secara sistematis suatu fenomena sosial dengan cara menentukan hubungan antar konsep. Ketiga, teori menerangkan fenomena tertentu dengan cara menentukan konsep mana yang berhubungan dengan konsep lainnya dan bagaimana bentuk hubungannya. Untuk membahas permasalahan dalam penelitian ini digunakan Teori Fungsi Seni dan Teori Estetika. 1.4.1.1 Teori Fungsi Seni Musik Indie sebagai salah satu musik yang selaras dengan jiwa generasi muda memiliki fungsi yang kompleks dalam aktivitas generasi remaja masa kini di Kota Denpasar. Menurut Alan P Merriam dalam bukunya The Anthropology of Music (1964:187), dijelaskan bahwa suatu budaya musik harus ditempatkan pada kultur masyarakat itu sendiri, bukan hanya meliputi analisis struktural dari suara musik, melainkan mencakup pula gagasan dan tindakannya karena musik merupakan suatu gejala manusia serta memiliki fungsi sosial dalam situasi sosial (dalam Sudirga, 2005:20). Pembahasan permasalahan fungsi musik Indie pada remaja menggunakan teori fungsi seni. Di pergunakannya teori fungsi seni dalam pembahasan penelitian ini karena adanya pemanfaatan media seni, yaitu musik Indie yang merupakan hasil karya cipta budaya remaja dibidang kesenian bermusik. Ada banyak fungsi seni yang dapat dimanfaatkan dalam kehidupan remaja. Sebagaimana yang dikatakan oleh Alan P. Merriam (1964) dalam bukunya The Anthropology of Music, ada sepuluh fungsi penting dalam musik yaitu: 1) The function of emotional expression, 2) The function of aesthetic enjoyment, 3) the function of entertainment, 4) The function of communication, 5) the function of symbolic representation, 6) the function of physical response, 7) The function of enforcing conformity to social norms, 8) the function of validation of social institution, 9) the function of contributions to the continuity and stability of culture, 10) The function of contribution to the integration of society. 11 1) Fungsi ekspresi emosi, 2) Fungsi kenikmatan estetika, 3) Fungsi hiburan, 4) Fungsi komunikasi, 5) Fungsi representasi simbolis, 6) Fungsi respon fisik, 7) Fungsi menegakkan kesesuaian dengan norma-norma sosial, 8) Fungsi validasi lembaga sosial, 9) Fungsi kontribusi untuk kelangsungan dan stabilitas kebudayaan, 10) Fungsi kontribusi terhadap integrasi masyarakat (dalam Soedarsono, 1999:167). Terkait dengan fungsi ini Soedarsono sendiri mengklasifikasikan fungsi seni dalam masyarakat menjadi dua, yaitu: pertama, fungsi primer yang merupakan fungsi utama dari seni pertunjukan yang menunjukan secara jelas siapa penikmatnya. Hal ini disebut sebagai seni pertunjukan karena dipertunjukan kepada penikmatnya. Lebih lanjut diuraikan, bahwa dalam fungsi utamanya, seni pertunjukan kita sebut sebagai: 1) sarana ritual, yang penikmatnya adalah kekuatan-kekuatan yang kasat mata, 2) sarana hiburan pribadi, yang penikmatnya adalah pribadi-pribadi yang melibatkan diri dalam pertunjukan, 3) Presentasi estetis, yang dipertunjukan atau disajikan kepada penonton umum. Kedua, fungsi yang berada di luar dari fungsi utama di atas disebut dengan fungsi sekunder diantaranya: 1) sebagai pengikat solidaritas, 2) sebagai pembangkit rasa solidaritas, 3) sebagai media komunikasi, 4) sebagai media propaganda keagamaan, 5) sebagai media propaganda politik, 6) sebagai media propaganda program-program pemerintah, 7) sebagai media meditasi, 8) sebagai sarana terapi, dan 9) sebagai perangsang produktivitas. The Liang Gie (2004:4749) dalam bukunya Filsafat Seni, menguraikan bahwa seni memiliki beberapa fungsi diantaranya: 1) fungsi spiritual keagamaan, 2) fungsi hiburan, 3) fungsi pendidikan dan 4) fungsi komunikatif. 1.4.1.2 Teori Estetika Estetika adalah ilmu yang mempelajari segala sesuatu yang berkaitan dengan keindahan. Secara ringkas hal-hal yang indah dapat digolongkan menjadi dua yaitu keindahan alami yang tidak dibuat oleh manusia dan keindahan yang dibuat oleh manusia yang secara umum disebut sebagai barang kesenian. Pada 12 umumnya apa yang disebut indah di dalam jiwa yang dapat menimbulkan rasa senang, rasa puas, rasa aman, rasa nyaman dan bahagia, dan bila perasaan itu sangat kuat, merasa terpaku, terharu, terpesona, serta menimbulkan keinginan untuk mengalami kembali perasaan itu, walaupun sudah dinikmati berkali-kali (Djelantik, 1999:3-4). Beardsley, seorang ahli estetika abad ke-20 menyatakan ada tiga unsur yang menjadi sifat-sifat membuat baik atau indah suatu karya seni yang diciptakan seniman, yaitu: 1) kesatuan (unity), berarti karya seni tersusun secara sempurna bentuknya, 2) kerumitan (complexity) berarti karya seni yang kaya dengan variasi atau unsur-unsur yang saling berlawanan atau mengandung perbedaan secara halus sehingga mewujudkan kesatuan dalam keragaman (unity in variety), 3) kesungguhan (intesty) bahwa suatu karya seni yang baik harus memiliki suatu kualitas tertentu yang menonjol dan sungguh-sungguh intensif (Gie, 1996:77-78). Estetika sebagai teori ilmu pengetahuan tidak hanya keindahan dalam pengertian konvensional, melainkan telah berkembang ke arah wacana dan fenomena perkembangan pada remaja. Estetika memiliki peranan dalam kesenian, khusunya seni musik. Dalam penelitian musik Indie ini merupakan kesenian bermusik yang lahir atas sebuah kebebasan bermusik dijaman yang modern, musik Indie lahir dari proses kreatif dari para pendukungnya sebagai bentuk dari kebebasan berekspresi remaja. Melihat uraian tersebut di atas teori estetika ini sangat relevan dipakai untuk membedah beberapa hal yang berkaitan dengan bentuk musik Indie sebagai sebuah bentuk kreatif di dalam penyajian penelitian ini. Penjelasan hubungan teori estetika dengan penelitian musik Indie bagi kalangan remaja di Kota Denpasar, meneliti peranan musik Indie dari sudut pandang teori estetika karya Beardsley yang melihat kesatuan (unity), kesatuan ini peneliti melihat dari peranan musik Indie, terhadap jiwa dan rasa senang yang berulang-ulang dialami remaja. Remaja tidak lekas jenuh dengan jenis tampilan musik Indie yang dipertunjukan. Hal tersebut memiliki arti bahwa karya seni musik Indie tersusun secara sempurna bentuknya. Dari segi musikalitas peneliti juga melihat kerumitan (complexity) memahami seni musik ini dari membuat karya lagu, mengaransement musik, merekam dan mendistribusikan lagu, semua 13 itu kaya dengan kesatuan variasi ide atau unsur kreatif yang bervariasi jenisnya (unity in variety). Peneliti melihat dan meneliti kesungguhan (intesty) pada remaja yang bersungguh-sungguh menggemari musik Indie yang sedang berkembang, kesungguhan tersebut mengartikan bahwa karya musik Indie yang baik harus memiliki suatu kualitas menonjol serta sungguh-sungguh intensif dan memberi manfaat positif bagi penonton serta pendengarnya. 1.4.2 Konsep Penelitian Konsep merupakan sejumlah pengertian atau ciri-ciri yang berkaitan dengan berbagai peristiwa, objek, kondisi, situasi, dan hal-hal lain yang sejenis. Konsep diciptakan dengan mengelompokkan objek-objek atau peristiwa-peristiwa yang mempunyai ciri-ciri yang sama. Ini berarti konsep adalah sejumlah karakteristik yang menjelaskan suatu objek, kejadian, gejala, kondisi, atau situasi yang dinyatakan dalam suatu kata atau simbol. Oleh karena itu, konsep merupakan kata yang digunakan bagi objek-objek atau peristiwa-peristiwa yang memiliki ciri-ciri kata yang sama (Silalahi, 2009:112). Penegasan dari pengertian konsep dalam penulisan ini dinilai penting terutama untuk menghindari salah pengertian tentang arti konsep yang digunakan. Sehingga dapat memberikan pengertian dan sekaligus mempertegas pokok-pokok pembahasan dari masalah yang diajukan maka dijelaskan beberapa konsep pokok sebagai berikut: 1.4.2.1 Musik Indie Musik Indie merupakan Label musik mandiri, dalam pengertian ini musisi Indie mengerjakan sesuatu yang berhubungan dengan eksistensi dalam dunia musik Indie. Musisi Indie dengan usaha mandiri bekerja keras secara positif, sehingga mampu menghasilkan karya musik yang dapat bersaing dengan musik dari perusahaan rekaman Major Label. Pada umumnya yang dimaksud dengan mainstream adalah aliran arus utama, tempat di mana band Label Nasional yang bernaung di bawah Label besar dalam industri musik yang mapan. Band Label Nasional tersebut dipasarkan secara meluas, yang cakupan promosinya juga secara luas, Nasional maupun Internasional, dan mereka mendominasi promosi 14 diseluruh media massa, mulai dari media cetak, media elektronik hingga multimedia dan mereka terekspos dengan baik. Kriteria dari mainstream dengan Indie, itu lebih kepada industrinya, perbedaannya lebih kepada nilai investasi yang dikeluarkan oleh perusahaan rekaman. Apabila berbicara masalah talent atau bakat, tidak ada yang memungkiri kalau grup band Indie terkadang lebih bagus daripada band Label Nasional dari Major Label. Jadi di sini hanya masalah uang, karena industri musik berbasis kepada profit, jadi perusahaan Label menanamkan modal besar untuk mencari keuntungan lebih besar, hal itu yang terdapat pada nilai investasinya. 1.4.2.2 Kaum Remaja Masa remaja dikenal sebagai masa yang penuh kesukaran. Bukan saja kesukaran bagi individu yang bersangkutan, tetapi juga bagi orangtuanya dan masyarakat. Hal ini disebabkan masa remaja merupakan masa transisi antara masa kanak-kanak dan masa dewasa. Masa transisi antara masa kanak-kanak dan masa dewasa. Masa transisi ini sering kali menghadapkan individu yang bersangkutan kepada situasi yang membingungkan, di satu pihak ia masih kanak-kanak, tetapi di lain pihak ia sudah harus bertingkah laku seperti orang dewasa. Situasi-situasi yang menimbulkan konflik ini, sering menyebabkan perilaku-perilaku yang aneh, canggung dan kalau tidak dikontrol bisa menjadi kenakalan. Dalam usahanya untuk mencari identitas dirinya sendiri, seorang remaja sering membantah orang tuanya karena ia mulai memiliki pendapat sendiri, cita-cita serta nilai-nilai sendiri yang berbeda dengan orang tuanya. Bagi remaja orang tua tidak dapat lagi dijadikan pegangan, sebaliknya untuk berdiri sendiri ia belum cukup kuat, karena itu ia mudah terjerumus ke dalam kelompok-kelompok. Kalau kelompok remaja itu berbuat sesuatu, misalnya kenakalan atau perkelahian, maka selalu dilakukan berkelompok. Anggota-anggota kelompok macam itu jarang yang berani berbuat sesuatu secara perorangan. Perbedaan pendapat dan perbedaan nilai-nilai antara remaja dan orang tua menyebabkan remaja tidak selalu mau menurut pada orang tua. Oleh karena itu, masa remaja dikenal juga sebagai masa negativistic yang ketiga (Sarwono, 2010:12). 15 Konsep remaja dalam penelitian ini remaja yang berusia 19-21 tahun. Usia 19-21 tahun tersebut dapat dikategorikan adolescence yakni bukan anak-anak dan bukan orang dewasa. Remaja dengan retan usia 19 – 21 tahun adalah usia yang cukup bagi peneliti untuk mendapatkan data serta informasi yang dapat diteliti agar menghasilkan data dengan baik serta bermanfaat. Perkembangan fisik dalam periode masa meliputi segi pertambahan tinggi dan berat badan. Remaja pria dimulai sekitar umur 10,5 sampai 16 tahun, sedangkan remaja putri percepatan pertumbuhan sudah mulai antara umur 7,5 tahun dan 11,5 tahun dengan umur rata-rata 10,5 tahun. Puncak penambahannya tercapai pada umur 12 tahun, kurang lebih 6-11 Cm setahun. Selain mengalami percepatan pertumbuhan tinggi badan dan berat badan, remaja juga mengalami proses kematangan seksual. Masa perkembangan ini, seorang remaja mulai tergugah rasa sosial untuk bergabung dengan anggota-anggota kelompok yang lain. Pergaulannnya yang dahulu terbatas dengan anggota keluarga, tetangga dan teman-teman sekolah; saat ini dia ingin lebih meluaskan pergaulannya sehingga tidak jarang mereka meninggalkan rumah. Penggabungan diri dengan anggota kelompok yang lain sebenarnya merupakan usaha mencari nilai-nilai baru dan ingin berjuang mencapai nilai-nilai tersebut (Mulyono, 1984:17). 16 1.5 Model Penelitian Untuk lebih memahami permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini, maka digambarkan model penelitian sebagai berikut: Globalisasi Industri Musik Seni Musik Remaja Major Label Nasional Musik Indie Mandiri Kreatif Tampil Beda Aliran Musik Grup Band Indie Musik Hardcore Musik Metal Musik Punk Musik Rock Musik Reggae Keterangan Garis: : Pengaruh : Saling Berpengaruh atau Berkaitan 17 Penjelasan Keterangan Model: Seiring perkembangan jaman, seni musik tidak hanya merupakan bagian dari seni yang merupakan ekspresi jiwa, namun seni juga terkait langsung dengan ekonomi. Keterkaitan seni dengan ekonomi yang dipengaruhi oleh globalisasi memunculkan industri musik. Industri musik mengelola musik yang menghasilkan band-band Nasional. Band Nasional ini lahir dengan dukungan dari perusahaan rekaman Nasional yang memberikan modal kepada band untuk mengembangkan band serta memberikan fasilitas berupa rekaman lagu, pemasaran produk kaset atau CD yang disebarkan keseluruh daerah di Indonesia. Globalisasi memberikan pengaruh terhadap seni musik yang ada di Indonesia. Pengaruh tersebut selain menimbulkan industri musik juga memunculkan kesenjangan terhadap seni musik yaitu mereka yang tetap bermain musik sebagai wujud dari ekspresi seni mereka. Sehingga kondisi ini memunculkan musik Indie karena sedikitnya ruang dan peluang yang mereka peroleh untuk masuk ke perusahaan rekaman Nasional. Musik Indie lahir dari ekspresi seni khususnya dari generasi muda atau remaja sebagai wujud dari sikap mandiri, kreativitas, dan keinginan untuk tampil beda. Dari minimnya peluang menuju perusahaan rekaman Nasional. Musik Indie yang berasal dari seni musik memiliki hubungan erat terhadap remaja. Pada kalangan remaja musik mereka bentuk dengan jalan kemandirian, kreativitas, dan ekspresi diri dalam tampilan yang berbeda. Hal itu berdasarkan atas asas kebebasan diri yang ingin dikenal oleh khalayak komunitasnya atau masyarakat pada umumnya. Usaha-usaha secara mandiri untuk pengembangan musik lalu ditampilkan dalam bentuk grup band Indie. Grup band Indie inilah yang lahir dari sikap anti kemampanan band Nasional. Keterangan gambar model di atas antara band Label Nasional dan band Indie Label melihat jenis aliran musik yang dikembangkan juga tidak jauh berbeda, seperti musik Hardcore, musik Metal, musik Punk, musik Rock dan musik Reggae. Namun perbedaan itu terdapat pada perusahaan rekaman atau disebut industri rekaman yang memberikan peluang berbeda antara band Label Nasional dengan Band Indie Label. Perbedaan Industri 18 musik ini menciptakan massa atau penggemarnya masing-masing. Perkembangan selanjutnya adalah kemandirian yang dimiliki oleh setiap band. Bila band Label Nasional bergantung pada perusahaan rekaman Nasional yang menaunginya, sedangkan band Indie berkarya serta membentuk kreativitas industrinya dengan jalan usaha mandiri. 1.6 Metode Penelitian 1.6.1 Lokasi Penelitian Lokasi penelitian ini di Kota Denpasar. Pemilihan lokasi penelitian ini berdasarkan beberapa pertimbangan. Pertama, Kota Denpasar sebagai pusat pemerintahan Ibukota Provinsi Bali yang merupakan pusat tempat bertemunya masyarakat dari luar daerah Bali. Di sana terjadi interaksi budaya berbeda antara musisi di Kota Denpasar dengan musisi Indie dari luar daerah yang datang membawa karakter musik Indie dari asalnya, hal tersebut dapat memperkaya warna musik Indie di Kota Denpasar. Kedua, Kota Denpasar merupakan pusat perekonomian di Bali, banyak para musisi Indie dari luar Pulau Bali, yang datang ke Kota Denpasar untuk mencari penghasilan dari tampil manggung dalam sebuah pertunjukan musik Indie di Kota Denpasar. Interaksi antar budaya terjadi dari masuknya musisi Indie dari luar Bali tersebut, sehingga berpengaruh secara tidak langsung terhadap perkembangan musik Indie di Kota Denpasar. Ketiga, Kota Denpasar merupakan pangsa besar pemasaran band Indie, melihat besarnya minat remaja yang gemar ngeband dan menonton pertunjukan musik Indie, serta didukung dengan sering diadakannya events musik oleh event organizer ataupun dari kalangan mahasiswa di Kota Denpasar. 1.6.2 Jenis dan Sumber Data Data merupakan bahan penting yang digunakan oleh peneliti untuk menjawab pertanyaan dan mencapai tujuan penelitian. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kualitatif. Data kualitatif peneliti dapatkan dari hasil wawancara dengan sumber-sumber informan. Menurut sumber datanya, data dalam penelitian ini dikelompokan menjadi dua bagian, yaitu: 19 1. Data Primer adalah data yang diperoleh dari sumber asli atau pertama. Data primer secara langsung peneliti ambil dari sumber aslinya, melalui informan dalam penelitian ini. Informan dalam penelitian ini peneliti ambil dari beberapa tokoh musisi Indie di Kota Denpasar. Musisi Indie tersebut sebagai informan yang memberikan informasi serta opini mendalam melalui metode wawancara. 2. Data sekunder merupakan data yang sudah tersedia sehingga peneliti tinggal mengumpulkan data tersebut. Data sekunder peneliti peroleh di perpustakaan, Biro Pusat Statistik, dan kantor-kantor Pemerintah. Data sekunder umumnya berupa bukti, catatan atau laporan historis yang telah tersusun dalam arsip (data dokumenter). Data sekunder ini digunakan peneliti sebagai sarana pendukung untuk memahami masalah yang terdapat di dalam penelitian. Jika peneliti merasa bahwa kualitas data sudah dirasa baik dan jumlah data sudah cukup, maka data tersebut dapat peneliti gunakan untuk menjawab masalah yang diteliti. Apabila data dapat digunakan untuk menjawab masalah yang sudah dirumuskan, maka tindakan selanjutnya ialah menyelesaikan penelitian tersebut. Jika data tidak dapat digunakan untuk menjawab masalah, maka pencarian data sekunder harus dilakukan lagi dengan strategi yang sama. 1.6.3 Penentuan Informan Teknik penentuan informan dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling. Informan dipilih karena dianggap paling tahu mengenai musik Indie yang berkembang di Kota Denpasar. Informan dalam penelitian ini adalah remaja, pengamat musik dan personil band Indie. Jumlah informan yang diwawancarai dalam penelitian ini mengacu pada pendapat Moleong (2001:15) bahwa pengumpulan informasi dari informan dihentikan setelah terjadi pengulangan jawaban atau kejenuhan jawaban atas pertanyaan yang sama, sehingga tidak terdapat informan baru lagi. Data band Indie di Kota Denpasar berjumlah 78 grup band Indie yang terdata, akan diambil 6 buah band Indie dengan mempertimbangkan yakni, band Indie yang paling terkenal di Kota Denpasar, band yang memiliki massa atau pendukung atau fans yang banyak diranah lokal Denpasar, grup band Indie yang 20 dalam kurun waktu lebih dari 5 Tahun berkecimpung dalam dunia musik Indie, keaktifan dalam kegiatan-kegiatan sosial, pengalaman bermusik dan pengetahuan personil tersebut mengenai perkembangan band Indie di lokal Kota Denpasar dan memiliki aliran musik yang berbeda, sehingga grup band Indie yang diteliti adalah: Painful By Kisses, aliran Post Hardcore/Rock/Alternative Metal, 2) Mom Called Killer, aliran Metalcore, 3) Dialog Dini Hari, aliran Folk/Blues/Ballads, 4) Super Mario, aliran Punk, 5) Seems, aliran Pop/Rock, 6) King Of Panda, aliran Pop Core/Pop Punk/Hardcore/Easycore. Informan dalam penelitian ini berjumlah 12 orang informan yang terdiri atas 6 orang musisi yang masing-masing mewakili grup band Indie dan 6 orang remaja penggemar musik Indie. Pemilihan 6 orang remaja ini dengan pertimbangan, karena sering menonton pertunjukan konser musik Indie, intensitas berakivitas yang kaitannya tidak jauh dari aktivitas musik Indie, tergabung dalam fans club dari band Indie, memiliki pengetahuan umum mengenai band dan musik Indie, Dari informan personil dan penggemar band Indie akan diperoleh data yang dapat menunjang penelitian ini sehingga menjadi lebih baik. Selain itu dapat memperoleh informasi serta mampu memberikan pemikiran dan pendapat yang berkaitan dengan musik Indie, sehingga peneliti dapat dibantu menyelesaikan penelitian ini. 1.6.4 Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan data dapat didefinisikan sebagai satu proses mendapatkan data empiris melalui informan dengan menggunakan metode tertentu. Ini berarti sebelum peneliti mengumpulkan data terlebih dahulu, peneliti menentukan teknik pengumpulan data yang tepat digunakan dan menyusun instrument untuk mengumpulkan data. Instrumen penelitian merupakan alat bantu bagi peneliti untuk mengumpulkan data. Kualitas instrumen akan menentukan kualitas dan kuantitas data yang dikumpulkan untuk kemudian dianalisa dan diinterpretasi (Silalahi, 2009:280). Dalam penelitian ini akan digunakan beberapa teknik pengumpulan data, yakni: 21 1) Observasi Partisipasi Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode pengamatan observasi partisipasi. Peneliti datang menyaksikan pertunjukan konser musik Indie yang diselenggarakan di Kota Denpasar. Berikutnya peneliti baru dapat memperoleh data yang bersifat pribadi, data tersebut peneliti dapat dari penggemar musik Indie dan personil band Indie yang ada dalam pertunjukan konser musik Indie tersebut. Peneliti melakukan metode wawancara informal yang terlibat, karena dengan cara itu peneliti akan diterima oleh informan tanpa dicurigai. Informan di sini diambil dari remaja yang menyukai atau fans berat band Indie. Serta diperkaya oleh pendapat dari Informan personil band Indie yang terkenal di Kota Denpasar. Data yang diobervasi dalam sebuah pertunjukan konser grup band Indie dapat berupa pengamatan kasat mata secara langsung, pencatatan-pencatatan mengenai perilaku remaja terhadap musik Indie, rekaman video pertunjukan musik serta pemotretan berupa foto-foto penampilan musisi dan antusiasme remaja penikmat musik Indie. 2) Wawancara Wawancara adalah suatu proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil tatap muka antara pewawancara dengan informan dengan atau tanpa menggunakan pedoman wawancara (Bungin, 2006:35). Dalam keadaan tertentu penulis menggunakan wawancara bebas, yaitu tidak terpusat dan pertanyaan biasa beralih-alih dari suatu pokok ke pokok yang lain (Koentjaraningrat, 1997:139). Dalam penelitian ini wawancara dilakukan terhadap musisi dan penggemar musik Indie. Pertama, peneliti mewawancarai musisi band Indie yang tergabung dalam band Indie. Musisi Indie yang diambil dengan pertimbangan memiliki masa fanatik terhadap idolanya, aktif dan terkenal dalam komunitas band Indie di Kota Denpasar. Teknik wawancara digunakan terhadap musisi Indie sebagai informan kunci (key informan) yang dapat mengetahui secara garis besar masalah yang menjadi obyek atau pokok permasalahan yang diteliti. 22 Kedua, peneliti melakukan wawancara terhadap penggemar band Indie. Wawancara terhadap informan penggemar band Indie dilakukan ketika pertunjukan musik Indie sedang berlangsung. Dimana penggemar biasa berkumpul dan menonton pertunjukan musik Indie bersama penggemar lainnya. Selain itu peneliti melakukan wawancara terhadap penggemar musik Indie dengan datang langsung ke tempat berkumpul atau base camp para penggemar untuk mendapatkan informasi secara lebih mendalam. 3) Studi Dokumentasi Dalam penelitian ini studi kepustakaan dilakukan dengan menelaah sumber-sumber seperti buku-buku, majalah pustaka, hasil penelitian, tesis, internet dan surat kabar. Studi dokumentasi membantu dalam hal menambah datadata terkait penelitian sehingga akan mendapatkan hasil baik yang diinginkan dalam penelitian. Melalui studi kepustakaan ini bertujuan untuk memperoleh informasi relevan dengan masalah yang diteliti, peneliti memperdalam pengetahuan tentang objek yang diteliti, dengan ditemukan konsep atau teori-teori yang telah dikemukakan oleh peneliti terdahulu serta dapat menambah wawasan pemikiran lebih luas mengenai topik yang dibahas dalam penelitian. 1.6.5 Analisis Data Analisis dalam penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif. Analisis data dilakukan saat observasi di lapangan. Analisis data dilakukan secara kualitatif, yaitu data berupa kalimat atau pernyataan yang diinterpretasikan untuk mengetahui makna di dalamnya serta memahami keterkaitan dengan permasalahan yang sedang diteliti. Peneliti mendapatkan data secara kualitatif dengan cara wawancara terhadap informan yaitu musisi atau personil band Indie dan remaja penggemar musik Indie yang memiliki pengetahuan tentang penelitian musik Indie. Dari analisis kualitatif tersebut peneliti mengumpulkan data-data dari informan sehingga dapat dianalisis. Interpretasi yang akan diperoleh dari analisis data ini adalah mengetahui landasan-landasan para remaja mengapa menyukai jenis musik 23 Indie, serta dapat memperoleh makna yang ada didalamnya secara lebih mendalam. Menurut Moleong (1994), analisis data adalah proses mengorganisir dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dirumuskan sebagai kesimpulan. Penelitian ini menggunakan analisis secara deskriptif kualitatif, yaitu menguraikan dan menjelaskan sifat atau karakteristik data yang sebenarnya serta mampu melihat faktor-faktor yang melatarbelakangi sifat-sifat data yang diperoleh. Data yang deskriptif adalah data yang diperoleh dari hasil pengumpulan data observasi, wawancara dan studi dokumen atau kepustakaan itu ditranskripsikan dalam bentuk tulisan.