UNIVERSITAS INDONESIA GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN PERILAKU MENYUSUI IBU NIFAS DENGAN PERSALINAN SPONTAN DAN SECTIO CAESARIA YANG DIRAWAT GABUNG SKRIPSI PONSINAH 1006823476 FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN PROGRAM SARJANA KEPERAWATAN UNIVERSITAS INDONESIA DEPOK JULI 2012 Gambaran Tingkat..., Ponsinah, FIK UI, 2012. UNIVERSITAS INDONESIA GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN PERILAKU MENYUSUI IBU NIFAS DENGAN PERSALINAN SPONTAN DAN SECTIO CAESARIA YANG DIRAWAT GABUNG SKRIPSI Diajukan sebagai syarat untuk memenuhi tugas akhir untuk memperoleh gelar sarjana keperawatan PONSINAH 1006823476 FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN PROGRAM SARJANA KEPERAWATAN UNIVERSITAS INDONESIA DEPOK JULI 2012 Gambaran Tingkat..., Ponsinah, FIK UI, 2012. HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri, dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk telah saya nyatakan dengan benar. Nama : PONSINAH NPM : 1006823476 Tanda Tangan : Tanggal : 4 JULI 2012 ii Gambaran Tingkat..., Ponsinah, FIK UI, 2012. HALAMAN PENGESAHAN Skripsi ini diajukan oleh Nama : Ponsinah NPM : 1006823476 Program Studi : Sarjana Ilmu Keperawatan Judul Skripsi : Gambaran Tingkat Pengetahuan dan Perilaku Menyusui Ibu Nifas dengan Persalinan Spontan dan Sectio Caesaria yang dirawat Gabung Telah berhasil dipertahankan dihadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai bagian persyaratan Keperawatan pada yang diperlukan Program Studi untuk Ilmu memperoleh Keperawatan, gelar Sarjana Fakultas Ilmu Keperawatan, Universitas Indonesia Dewan Penguji Penguji I : Hayuni Rahmah, S. Kp, MNS Penguji II : Titin Ungsianik, S.Kp, MBA ( ) ( Ditetapkan di : Depok Tanggal : 4 Juli 2012 iii Gambaran Tingkat..., Ponsinah, FIK UI, 2012. ) KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan hasil penelitian dengan judul Gambaran Tingkat Pengetahuan dan Perilaku Menyusui Ibu Nifas dengan Persalinan Spontan dan Sectio Caesaria yang di Rawat Gabung. Selama pelaksanaan dan pembuatan laporan penelitian ini penulis banyak mendapat bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada: 1. Ibu Hayuni Rahmah, S.Kp, MNS selaku pembimbing yang telah memberikan pengarahan dan bimbingan sehingga laporan hasil penelitian dapat diselesaikan. 2. Ibu Kuntarti, S.Kp., M.Biomed selaku koordinator mata ajar Tugas Akhir. 3. Direktur RSUD Pasar Rebo, yang telah memberikan izin melakukan penelitian di rumah sakit yang dipimpinnya. 4. Kepala bidang keperawatan RSUD Pasar Rebo dan seluruh jajarannya yang telah membantu dalam pelaksanaan penelitian. 5. Rekan-rekan Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia Ekstensi 2010 yang selalu mengingatkan, memberi dukungan dan semangat. 6. Kedua orang tuaku, atas doa yang selalu dipanjatkan kepada Allah SWT dan kakak serta adik yang selalu mengingatkan dan mendukung untuk terus maju. Akhir kata, tiada gading yang tak retak, tidak ada manusia yang sempurna. Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam laporan penelitian ini, karena itu kritik dan saran yang membangun penulis harapkan untuk perbaikan laporan penelitian ini. Depok, 4 Juli 2012 Penulis iv Gambaran Tingkat..., Ponsinah, FIK UI, 2012. HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Ponsinah NPM : 1006823476 Program Studi : Sarjana Ilmu Keperawatan Fakultas : Ilmu Keperawatan Jenis karya : Skripsi Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-exclusive Royalty-Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul : Gambaran Tingkat Pengetahuan dan Perilaku Menyusui Ibu Nifas dengan Persalinan Spontan dan Sectio Caesaria yang di Rawat Gabung beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Noneksklusif ini Universitas Indonesia berhak menyimpan, mengalih media/format-kan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat, dan mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di : Depok Pada tanggal : 4 Juli 2012 Yang menyatakan ( Ponsinah ) v Gambaran Tingkat..., Ponsinah, FIK UI, 2012. ABSTRAK Nama Program Studi Judul : Ponsinah : Sarjana Ilmu Keperawatan : Gambaran Tingkat Pengetahuan dan Perilaku Menyusui Ibu Nifas dengan Persalinan Spontan dan Sectio Caesaria yang di Rawat Gabung Rumah sakit berperan dalam menunjang keberhasilan menyusui melalui pelaksanaan inisiasi menyusu dini dan rawat gabung. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi perilaku menyusui pada ibu dengan persalinan normal dan sectio caesaria selama dirawat gabung di RSUD Pasar Rebo. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain deskriptif. Sampel penelitian adalah ibu nifas yang sudah dilakukan rawat gabung bersama bayinya dengan jumlah 90 orang. Hasil penelitian menunjukan seluruh ibu yang melahirkan normal, menyusui dengan memberi ASI saja, sedangkan ibu yang melahirkan dengan operasi selain memberi ASI masih ada yang memberi tambahan susu formula. Saran untuk penelitian selanjutnya menggunakan desain korelasi sehingga dapat diketahui perilaku menyusui dengan faktor yang berhubungan. Kata kunci : Perilaku menyusui, persalinan normal, sectio caesarea ABSTRACT Name Program Title : Ponsinah : Faculty of Nursing University of Indonesia : The Level of Knowledge and Behavior of Rooming-In Breastfeeding Postpartum Mothers with Spontaneous and Caesarean Section Delivery A hospital has an important role in supporting a succesful breasfeeding through the early initiation of breasfeeding and rooming in. This study aimed to identify the breasfeeding behavior of mother with spontaneus and caesarean section delivery while taken care at rooming-in unit Pasar Rebo District General Hospital. This research was a quantitative study with descriptive design. The research samples were 90 rooming-in postpartum mothers. The result showed that all mothers with normal delivery provided only breast milk, while most mothers with caesarean section delivery gave breast milk and few of them add formula milk. It is suggested that the further research would use correlative design so that the factors that influence breastfeeding behavior during hospitalization could be identified. Keyword: breastfeeding behavior, normal delivery, caesarean section vi Gambaran Tingkat..., Ponsinah, FIK UI, 2012. DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS............................................. ii LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................. iii KATA PENGANTAR ..................................................................................... v LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ........................ vi ABSTRAK ....................................................................................................... vii ABSTRACT..................................................................................................... vii DAFTAR ISI.................................................................................................... viii DAFTAR SKEMA........................................................................................... x DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xi DAFTAR TABEL............................................................................................ xii DAFTAR DIAGRAM...................................................................................... xiii DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................... xiv BAB 1 PENDAHULUAN .......................................................................... 1.1 Latar Belakang Masalah .......................................................... 1.2 Rumusan Masalah .................................................................... 1.3 Tujuan Penelitian ..................................................................... 1.4 Manfaat Penelitian ................................................................... 1 1 6 7 7 BAB 2 TINJAUAN TEORI....................................................................... 2.1 Manfaat ASI dan Menyusui ..................................................... 2.2 Fisiologi Laktasi ...................................................................... 2.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keberhasilan Menyusui ................................................................................. 2.4 Masalah Menyusui ................................................................... 2.5 Perilaku Menyusui ................................................................... 2.6 Rawat Gabung ......................................................................... 8 8 11 BAB 3 KERANGKA KERJA PENELITIAN ......................................... 3.1 Kerangka Konsep .................................................................... 3.2 Variabel Penelitian .................................................................. 3.3 Definisi Oprasional .................................................................. 26 26 26 27 BAB 4 METODE PENELITIAN ............................................................. 4.1 Desain Penelitian ..................................................................... 4.2 Populasi dan Sampel ................................................................ 4.3 Tempat dan Waktu Penelitian ................................................ 4.4 Etika Penelitian ........................................................................ 4.5 Alat Pengumpul Data .............................................................. 4.6 Prosedur Pengumpulan Data .................................................... 4.7 Pengolahan dan Analisis Data ................................................. 29 29 29 30 31 31 33 33 BAB 5 HASIL PENELITIAN................................................................... 35 BAB 6 PEMBAHASA N............................................................................ 39 vii Gambaran Tingkat..., Ponsinah, FIK UI, 2012. 15 17 20 23 BAB 7 6.1 Intepretasi dan Diskusi Hasil.................................................... 6.2 Keterbatasan Penelitian ........................................................... 6.3 Implikasi Keperawatan ............................................................ 39 43 43 KESIMPULAN DAN SARAN...................................................... 44 DAFTAR REFERENSI viii Gambaran Tingkat..., Ponsinah, FIK UI, 2012. DAFTAR SKEMA Skema 2.1: Urutan Terjadinya Perilaku ...................................................... 22 Skema 3.1: Kerangka Konsep Penelitian .................................................... 26 ix Gambaran Tingkat..., Ponsinah, FIK UI, 2012. DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1. Reflek Prolaktin ........................................................................ 13 Gambar 2.2 Let down Refleks ....................................................................... 14 Gambar 2.3 Posisi Bayi Saat Menyusui ........................................................ 16 x Gambaran Tingkat..., Ponsinah, FIK UI, 2012. DAFTAR TABEL Tabel 2.1 : Komposisi Kolostrum, ASI Matur dan Susu Sapi ....... 9 Tabel 3.1 : Definisi Operasional ..................................................... 27 Tabel 4.1 : Analisis Univariat ....................................................... 34 Tabel 5.2 (b) : Distribusi Perilaku Menyusui Ibu Berdasar Cara Persalinan ..................................................................... Tabel 5.5 37 : Distribusi Perilaku Menyusui Ibu Berdasarkan Tingkat Pengetahuan .................................................. xi Gambaran Tingkat..., Ponsinah, FIK UI, 2012. 38 DAFTAR DIAGRAM Diagram 5.1 : Distribusi Responden Berdasarkan Umur, Pendidikan, Pekerjaan, Dan Riwayat Menyusui ...... 35 Diagram 5.2 (a) : Cara Persalinan Responden ....................................... 36 Diagram 5.2 (b) : Distribusi Diagram 5.4 Alasan Ibu Memberi Susu Formula Selama Dirawat Gabung .......................................... 37 : Distribusi Tingkat Pengetahuan Responden ............. 38 xii Gambaran Tingkat..., Ponsinah, FIK UI, 2012. DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Lembar Informasi untuk Responden Lampiran 2 Lembar Persetujuan Responden Lampiran 3 Kuesioner Penelitian Lampiran 4 Rencana Daftar Kegiatan Penelitian Lampiran 5 Surat Ijin Pengambilan Data xiii Gambaran Tingkat..., Ponsinah, FIK UI, 2012. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air susu ibu (ASI) adalah bentuk nutrisi terpilih untuk bayi. Hal ini karena didalam ASI mengandung zat protektif dan semua zat gizi dengan komposisi sesuai kebutuhan bayi untuk tumbuh kembang secara optimal (Wong, 2009). Kandungan zat gizi yang lengkap memungkinkan bayi cukup diberi ASI saja tanpa tambahan susu formula atau cairan lain. ASI jika diberikan secara baik dan benar dapat mencukupi seluruh kebutuhan bayi selama 6 bulan (Sidi, Suradi, Masoara, Boediharjo, Marnoto, 2009). Kandungan zat protektif dalam ASI diantaranya laktoferin dan immunoglobulin A yang memberikan perlindungan terhadap bakteri pathogen dan enterovirus (Bobak, 2005). Perlindungan ASI terhadap bakteri pathogen dan enterovirus akan menghindarkan bayi dari diare dan penyakit infeksi lain, sehingga bayi menjadi lebih sehat dan jarang sakit. Bayi yang sehat dan jarang sakit akan mengurangi biaya untuk berobat, sehingga pengeluaran biaya dapat ditekan. Keadaan ini akan memberikan rasa puas dan bangga ibu sehingga meningkatkan rasa percaya dirinya karena sudah berhasil merawat dan melindungi bayinya. Kandungan zat gizi yang lengkap didalam ASI memberi manfaat yang besar untuk bayi seperti: manfaat nutrisi, imunologi dan psikologi (Bobak, 2005), kenaikan berat badan yang baik setelah lahir, pertumbuhan periode perinatal yang baik, mengurangi resiko alergi & insiden obesitas (Sidi, Suradi, Masoara, Boediharjo, Marnoto, 2009). Menurut Dewey (1991), bayi yang mendapat ASI terutama diatas dua sampai tiga bulan, cenderung tumbuh lebih memuaskan namun lebih lambat dari bayi yang mendapat susu botol (Bobak, 2005). Penelitian yang dilakukan oleh Arneta di Jakarta Pusat (2009) menunjukkan bayi yang mendapat ASI ataupun susu formula mempunyai gizi yang baik, jadi tidak ada hubungan antara status gizi buruk dengan pemberian ASI. Hal ini bukan berarti susu formula sama baiknya dengan ASI, karena berat berlebih pada pemberian susu formula 1 Gambaran Tingkat..., Ponsinah, FIK UI, 2012. Universitas Indonesia 2 menandakan kegemukan. Penelitian yang dilakukan Suryani (2009) di empat TK di Cikini menunjukkan kejadian obesitas pada anak yang mendapat ASI eksklusif 19,1% meningkat menjadi 29,1% pada anak yang mendapat ASI tidak eksklusif, dan semakin meningkat menjadi 42,9% pada anak yang tidak mendapat ASI. Menyusui selain bermanfaat untuk bayi juga bermanfaat untuk ibu. Isapan bayi pada payudara merangsang terbentuknya oksitosin yang membantu involusi uteri dan mengurangi terjadinya perdarahan ((Sidi, Suradi, Masoara, Boediharjo, Marnoto, 2009) sehingga organ-organ ibu cepat kembali ke keadaan sebelum hamil. Penundaan haid dan berkurangnya perdarahan pasca persalinan mengurangi prevalensi anemia defisiensi besi ((Sidi, Suradi, Masoara, Boediharjo, Marnoto, 2009). Menyusui bukan cara efektif pengendalian kelahiran tetapi menyusui dapat menunda kembalinya ovulasi setelah melahirkan (Bobak, 2005). Selain itu kejadian karsinoma mamae pada ibu yang menyusui lebih rendah dibanding pada ibu yang tidak menyusui (Sidi, Suradi, Masoara, Boediharjo, Marnoto, 2009). Melihat manfaat ASI yang besar untuk tumbuh kembang bayi, WHO-UNICEF pada tahun 2002 menetapkan cara pemberian makan pada bayi yang baik dan benar yaitu menyusui secara eksklusif sejak lahir sampai umur 6 bulan dan meneruskan menyusui anak sampai umur 24 bulan. Mulai umur 6 bulan, bayi mendapat makanan pendamping ASI ((Sidi, Suradi, Masoara, Boediharjo, Marnoto, 2009). Istilah ini dikenal dengan ASI eksklusif yang berarti bayi hanya diberi ASI saja tanpa makanan ataupun cairan lain selama 6 bulan. Manfaat ASI dan menyusui sudah banyak diketahui secara luas. Sumber-sumber informasi tentang ASI dapat diakses dengan mudah melalui internet. Kelompok masyarakat pendukung ASI sudah banyak terbentuk, tetapi di masyarakat masih banyak ibu yang tidak memberi ASI eksklusif dengan berbagai alasan. Penelitian yang dilakukan oleh Kian (2008) di kota Soe kabupaten Timor menemukan alasan ibu-ibu tidak memberikan ASI eksklusif 6 bulan karena produksi ASI sedikit, puting terbenam, ibu bekerja, ibu menganggap ASI tidak mencukupi kebutuhan Universitas Indonesia Gambaran Tingkat..., Ponsinah, FIK UI, 2012. 3 bayi akan zat gizi dan pengaruh keluarga untuk memberi makanan tambahan sebelum berusia 6 bulan. Selain itu gencarnya promosi susu formula di berbagai media masa menjadi pemicu kurang berhasilnya pemberian ASI eksklusif. Data SDKI 2002-2003 menunjukkan bayi dibawah usia 6 bulan yang mendapat susu formula 16,7% meningkat menjadi 27,9% pada SDKI 2007. Pemberian susu formula akan menurunkan pemberian ASI eksklusif. Data Susenas (2007-2008) menunjukkan pemberian ASI eksklusif 6 bulan di Indonesia pada tahun 2007 adalah 62,2% dan pada tahun 2008 menjadi 56,2%. Hal ini menunjukkan cakupan pemberian ASI eksklusif menurun. Menurunnya pemberian ASI eksklusif dapat menjadi pemicu rendahnya status gizi bayi dan balita yang berakibat meningkatnya angka kesakitan dan kematian bayi. Mengutip dari majalah Mom & Kiddy dikatakan: “Bayi yang diberi susu kaleng mempunyai risiko kematian empat kali lebih banyak daripada bayi yang hanya minum ASI. Pemberian ASI eksklusif sejak umur 1 hari dapat mencegah 16 persen kematian bayi. Angka itu akan meningkat menjadi 22 persen kematian dapat dicegah apabila ASI eksklusif dimulai sejak 1 jam dilahirkan (Mom & Kiddie, 2010). Mengingat pentingnya pemberian ASI eksklusif kesiapan dan keyakinan ibu terhadap kemampuan menyusui sangat diperlukan. Kesiapan fisik dan mental ibu untuk melahirkan dan menyusui, serta informasi yang cukup dan dukungan dari pihak lain dapat meningkatkan keyakinan ibu akan kemampuannya untuk menyusui. Hal ini seperti dikutip dari Suradi (2008): “Keberhasilan menyusui bukan sesuatu yang datang dengan sendirinya, tetapi merupakan ketrampilan yang perlu diajarkan dan disiapkan”. Laktasi adalah proses fisiologis alami, tetapi menyusui bukan naluriah melainkan perilaku sosial (Baker, 2003). Hal ini berarti meskipun setiap wanita yang melahirkan dapat mengeluarkan ASI secara fisiologis tetapi jika ibu tidak siap dan tidak diajarkan cara menyusui yang benar, dapat terjadi kegagalan menyusui. Kegagalan menyusui dapat terjadi karena posisi menyusui yang tidak benar, atau ASI belum keluar sehingga bayi menangis dan tidak sabar. Kegagalan menyusui juga dapat terjadi pada keadaan khusus seperti persalinan dengan sectio caesaria. Kondisi ini Universitas Indonesia Gambaran Tingkat..., Ponsinah, FIK UI, 2012. 4 dapat mendorong ibu untuk memberi susu formula sebagai pengganti ASI yang belum keluar. Kelahiran bayi dapat melalui persalinan normal atau dengan operasi sectio caesaria. Kelahiran sectio caesaria adalah kelahiran janin melalui insisi transabdomen pada uterus yang bertujuan memelihara kehidupan atau kesehatan ibu dan janin (Bobak, 2005). Respon dan perasaan ibu yang melahirkan dengan cara normal spontan dan operasi sectio caesaria akan berbeda. Perasaan takut, kecewa, marah (sindrom “kenapa saya”), perubahan citra diri dapat dialami oleh ibu yang melahirkan dengan operasi sectio caesaria (Bobak, 2005), sedangkan ibu yang melahirkan dengan cara normal sudah siap mental sejak awal kehamilan. Keadaan tersebut dapat menimbulkan masalah menyusui baik bagi ibu maupun bayi. Ibu yang melahirkan secara spontan dapat segera menyusui segera setelah melahirkan. Pada ibu yang melahirkan secara sectio caesaria dengan bius umum tidak dapat segera menyusui bayinya, karena ibu belum sadar akibat pembiusan dan bayi juga mendapat efek yang sama yaitu masih mengantuk. Menyusui dapat dilakukan ketika keadaan ibu dan bayi sudah mulai normal, sedangkan ibu yang melahirkan sectio caesaria dengan bius spinal dapat langsung menyusui karena ibu sadar selama operasi (Sidi, Suradi, Masoara, Boediharjo, Marnoto, 2009). Penelitian yang dilakukan di Semarang oleh Arifah (2009) menunjukkan ibu yang melahirkan normal 87,5% berhasil menyusui pada satu jam pertama melahirkan sedangkan ibu yang melahirkan dengan sectio caesaria hanya 4,2% yang berhasil menyusui pada satu jam pertama lahir. Agar menyusui dapat berhasil pada semua ibu tanpa memandang cara melahirkan, bantuan dan dukungan dari petugas kesehatan di fasilitas kesehatan sangat dibutuhkan. Bantuan menyusui yang dilakukan di jam-jam atau hari-hari pertama kelahiran sangat menentukan keberhasilan dan mantapnya menyusui selanjutnya. Baker (2003) mengatakan dukungan petugas kesehatan berupa pemberian informasi tentang ASI dan menyusui serta bantuan jika ibu mengalami kesulitan dalam menyusui dapat diberikan sejak antenatal, intranatal dan postnatal. Rumah sakit Universitas Indonesia Gambaran Tingkat..., Ponsinah, FIK UI, 2012. 5 merupakan fasilitas pelayanan kesehatan individu, tempat kelahiran dan merupakan dimulainya suatu kehidupan. Pelayanan di rumah sakit memegang peran dalam keberhasilan ibu menyusui eksklusif selama 6 bulan. Kehangatan ruangan dan prosedur bayi baru lahir sebaiknya ditata agar kegiatan ini membantu proses menyusui yang dapat dilakukan pada semua bayi baik yang dilahirkan secara spontan atau melalui operasi sectio caesaria. Tatalaksana fasilitas kesehatan yang mendukung keberhasilan menyusui diantaranya adalah menyusui awal terutama selama jam pertama kelahiran (inisiasi menyusu dini), kontak kulit ke kulit segera, dan rawat gabung (Wong, 2009). Rawat gabung adalah cara perawatan ibu dan bayi yang baru dilahirkan tidak dipisahkan, tetapi ditempatkan dalam satu ruang bersama-sama selama 24 jam penuh dalam seharinya, bahkan bila mungkin bayi tidur bersama setempat tidur dengan ibu (Suradi, 2009). Penempatan bayi bersama ibunya selama 24 jam memungkinkan ibu dapat menyusui bayinya sedini mungkin dan kapanpun dibutuhkan (on demand). Ibu dapat mulai belajar menghadapi perilaku bayi kapan dia lapar dan membutuhkan makan. Keadaan ini akan meningkatkan frekuensi ibu menyusui bayinya, memperlancar pemberian ASI sehingga kebutuhan bayi akan makanan terpenuhi. Menciptakan kebiasaan pemberian ASI yang baik sejak harihari pertama sangat penting untuk kesehatan bayi dan keberhasilan menyusui. Kebiasaan menyusui sejak hari-hari pertama melahirkan dan keberhasilan menyusui selama bayi bersama ibunya menimbulkan perasaan puas dan bangga bagi ibu. Hal ini akan menjadi pengalaman yang mempengaruhi cara pemberian ASI dimasa depan dengan memberikan ASI eksklusif 6 bulan. Mengutip dari Bahan Bacaan Manajemen Laktasi (Sidi, Suradi, Masoara, Boediharjo, Marnoto, 2009) bahwa keputusan ibu untuk menyusui atau tidak dipengaruhi oleh pengalaman menyusui sebelumnya, kebiasaan menyusui dalam keluarga, pengetahuan ibu dan keluarga tentang manfaat ASI dan sikap ibu terhadap kehamilannya apakah diinginkan atau tidak. Universitas Indonesia Gambaran Tingkat..., Ponsinah, FIK UI, 2012. 6 Rumah sakit Pasar Rebo merupakan rumah sakit umum daerah (RSUD) yang memiliki fasilitas ruang bersalin, ruang perawatan ibu nifas dan ruang Perinatologi. Dari buku register ruang Perinatologi sejak bulan Juli sampai Desember 2011 rata-rata setiap bulan terdapat kelahiran 200 dengan cara spontan maupun dengan tindakan operasi. Untuk mendukung keberhasilan menyusui, rumah sakit Pasar Rebo sudah menerapkan program laktasi sejak hamil melalui klinik laktasi, inisiasi menyusu dini dan rawat gabung. Rumah sakit tidak menyediakan susu formula di tempat perawatan ibu nifas dan ibu selalu dianjurkan untuk menyusui. Susu formula hanya disediakan di ruang Perinatologi sebagai tempat perawatan bayi sakit dan diberikan pada kondisi tertentu. Namun demikian, meskipun bayi sudah dirawat gabung dan dianjurkan memberi ASI saja, tetapi tetap masih ada ibu yang memberi susu formula. Penelitian terkait dengan perilaku menyusui ibu diruang nifas belum pernah dilakukan. 1.2 Rumusan Masalah ASI mempunyai banyak manfaat baik bagi bayi maupun untuk ibu, tetapi praktek dimasyarakat banyak ibu yang tidak memberikan ASI eksklusif dengan bermacam alasan. Kesiapan ibu secara fisik dan mental mempengaruhi keberhasilan pemberian ASI eksklusif yang dimulai sejak hari-hari pertama melahirkan. Rumah sakit sebagai fasilitas pelayanan kesehatan untuk tempat kelahiran dan merupakan dimulainya suatu kehidupan berperan dalam keberhasilan ibu menyusui. Hal ini karena sejak hari pertama melahirkan dan menyusui, bantuan dari petugas rumah sakit dan tatalaksana rumah sakit sangat mendukung keberhasilan menyusui. RSUD Pasar Rebo merupakan salah satu fasilitas pelayanan kesehatan untuk melahirkan dan sudah menerapkan program rawat gabung untuk mendukung keberhasilan ASI eksklusif. Melalui program ini diharapkan ibu-ibu memberikan ASI saja sejak hari-hari pertama menyusui, tetapi masih ditemui kejadian ibu-ibu yang memberi susu formula kepada bayinya ketika masih di rumah sakit. Evaluasi pemberian ASI selama di rumah sakit belum pernah dilakukan secara resmi, Petugas hanya mengingatkan agar ibu memberikan ASI saja untuk bayinya. Universitas Indonesia Gambaran Tingkat..., Ponsinah, FIK UI, 2012. 7 Karena itu peneliti tertarik mengidentifikasi bagaimana perilaku menyusui ibu selama di rumah sakit, berapa banyak ibu yang memberi ASI dan susu formula, serta alasan ibu memberikan susu formula. 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan umum: Untuk mendapatkan gambaran perilaku menyusui ibu nifas selama di rumah sakit. Tujuan khusus: 1.3.1 Mengidentifikasi karakteristik responden 1.3.2 Mengidentifikasi perilaku menyusui ibu nifas yang melahirkan spontan dan operasi sectio caesaria selama dirawat gabung. 1.3.3 Mengidentifikasi alasan ibu memberi susu formula pada bayi selama dirawat gabung 1.3.4 Mengidentifikasi pengetahuan ibu nifas tentang pentingnya ASI dan menyusui. 1.3.5 Mengidentifikasi perilaku menyusui ibu nifas selama dirawat gabung berdasarkan tingkat pengetahuan. 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Sebagai data awal untuk mengidentifikasi pelaksanaan menyusui di ruang nifas yang dapat memberi gambaran perilaku ibu nifas dalam menyusui dan alasan ibu tidak menyusui bayinya. Data tersebut menjadi masukan bagi rumah sakit untuk melakukan evaluasi pelaksanaan manajemen laktasi sehingga dapat menyusun program untuk meningkatkan pelaksanaan manajemen laktasi untuk meningkatkan perilaku menyusui yang eksklusif. 1.4.2 Untuk kedepan diharapkan data tersebut dapat menjadi dasar untuk melaksanakan penelitian lanjutan tentang ASI eksklusif. Universitas Indonesia Gambaran Tingkat..., Ponsinah, FIK UI, 2012. BAB 2 TINJAUAN TEORI 2.1 Manfaat ASI dan Menyusui Air Susu Ibu (ASI) adalah minuman alamiah untuk semua bayi, mudah tersedia pada suhu sesuai dan tidak memerlukan waktu untuk persiapannya (Arvin, 1999). ASI adalah satu jenis makanan yang mencukupi seluruh unsur kebutuhan bayi baik fisik, psikologi, sosial maupun spiritual, yang mengandung nutrisi, hormon, unsur kekebalan, faktor pertumbuhan, anti alergi serta anti inflamasi (Hubertin, 2003). ASI adalah cairan hidup yang mengandung sel-sel darah putih, imunoglobulin, enzim dan hormon, serta protein spesifik, dan zat-zat gizi lain yang diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan anak (Permeneg PP &PA no3 2010). Dari tiga definisi diatas dapat diambil kesimpulan bahwa ASI adalah minuman alamiah bayi yang tersedia pada suhu sesuai yang mengandung nutrisi lengkap, zat kekebalan tubuh, dan anti alergi yang diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan anak sehingga memenuhi kebutuhan fisik, psikologi, sosial dan spiritual bayi. Komposisi ASI berubah menurut lama menyusui, hari keberapa menyusui dan nutrisi ibu (Gardner, 2002). Menurut lama menyusui, ASI yang keluar pada permulaan menyusui (lima menit pertama) disebut foremilk memiliki kadar lemak rendah 1-2 g/dl. ASI yang keluar setelah 15-20 menit menyusui disebut hindmilk, memiliki kadar lemak tiga kali foremilk (Gardner, 2002; Sidi, Suradi, Masoara, Boediharjo, Marnoto, 2009). Komposisi ASI berdasar stadium laktasi terdiri dari kolostrum, ASI transisi dan ASI matur (Leifer, 1999; Gardner, 2002). Kolostrum adalah ASI yang keluar pada hari pertama sampai 5-7 hari, berwarna kekuningan, kental, kaya antibodi, protein, lemak, vitamin dan mineral. Kolostrum memiliki berat jenis 1.040-1.060 dan menyediakan 67 kcal/dl. ASI transisi merupakan ASI yang diproduksi hari ke 7-10 post partum, merupakan peralihan dari kolostrum ke ASI mature. Komposisi ASI transisi tinggi protein dan rendah lemak, menyediakan 67-75 kcal/dl. Volume ASI mulai meningkat 8 Gambaran Tingkat..., Ponsinah, FIK UI, 2012. Universitas Indonesia 9 pada fase ini. ASI matur diproduksi setelah 10 hari post partum, berisi 75 kcal/dl, dengan komposisi relatif konstan (Gardner, 2002). Komposisi ASI yang berbedabeda itu sesuai kebutuhan bayi pada keadaannya masing-masing. Komposisi kolostrum, ASI matur dan susu sapi dapat dilihat pada tabel 2.1. Tabel 2.1 Komposisi Kolostrum, ASI Matur dan Susu Sapi Komposisi Kolostrum ASI Matur Susu sapi 58,0 70,0 68,0 4,2 3,8 - 14 3 Protein (g/dl) 2,3 0,9 3,3 Kasein (g/dl) 0,5 0,4 2,5 - 0,3 0,1 Laktoerin (g/dl) 0,5 0,2 Trace IgA (g/dl) 0,5 0,2 0,003 Laktosa (g/dl) 5,3 7,3 4,7 Vitamin A (RE) (µg/dl) 151 75 40 Kalsium (mg/dl) 28 30 125 Natrium (mg/dl) 48 15 47 Zat besi (mg/dl) - 0,08 0,05 Energi (kcal/dl) Lemak (g/dl) Total lemak (%) Whey (g/dl) Sumber: CE Casey: Nutritional aspect of human lactation (1983) dikutip dalam Sidi, , Suradi, Masoara, Boediharjo, Marnoto. Bahan Bacaan Manajemen laktasi 2009. Nutrisi didalam ASI diantaranya lemak, laktosa, protein, garam mineral dan vitamin (Wong, 2009; Sidi, Suradi, Masoara, Boediharjo, Marnoto, 2009; Lang, 2002). Protein ASI terdiri dari 60% laktabulmin (whey protein) dan 40% kasein, sedang susu sapi memiliki 18% whey dan 82% kasein. Whey protein lebih mudah dicerna, sehingga pengosongan lambung lebih cepat, sedang kasein lebih sulit dicerna (Leifer, 1999., Gardner, 2002., Wong, 2009). ASI memiliki asam amino sistin dan taurin yang kadarnya lebih tinggi dari susu formula. Sistin diperlukan Universitas Indonesia Gambaran Tingkat..., Ponsinah, FIK UI, 2012. 10 untuk pertumbuhan somatik, sedangkan taurin berperan untuk pertumbuhan otak, perkembangan retina dan maturasi pendengaran (Wong, 2009). Karbohidrat utama ASI adalah laktosa yang mudah terurai menjadi glukosa dan galaktosa. Laktosa dapat mempertinggi absorbsi kalsium dan merangsang pertumbuhan laktobasilus bifidus (Sidi, Suradi, Masoara, Boediharjo, Marnoto, 2009), sedangkan galaktosa penting untuk pembentukan galaktolipid yang diperlukan untuk pertumbuhan system saraf pusat (Wong, 2009). ASI mengandung 6,8 g/dl laktose (Gardner, 2002). Sumber kalori utama ASI adalah lemak, menyumbang 50% kalori ASI. Lemak ASI mudah diserap oleh bayi karena ASI mempunyai enzim lipase untuk memecah trigliserida menjadi gliserol dan asam lemak (Bobak, 2009). ASI mengandung asam lemak esensial asam linoleat (Omega 6) dan asam linolenat (Omega 3) yang menjadi prekusor docoshexaenoic acid (DHA) dan arachidonic acid (AA). DHA dan AA berfungsi penting dalam pertumbuhan otak anak (Sidi, Suradi, Masoara, Boediharjo, Marnoto, 2009). Hal ini penting karena pada masa bayi sampai usia satu tahun terjadi peningkatan jumlah neuron otak yang kedua (Wong, 2009). ASI memiliki kalsium yang rendah dengan rasio 2:1 terhadap fospat. Rasio ini merupakan rasio optimal untuk mineralisasi tulang yang dibutuhkan untuk bayi yang sedang cepat tumbuh. Mineral lain ASI adalah zat besi yang lebih mudah diserap oleh bayi ± 80%, sedangkan zat besi susu formula hanya 10% yang dapat diserap. Zat besi susu formula mendorong pertumbuhan E. Coli dan menginaktifkan laktoferin (Gardner, 2002). ASI juga mengandung vitamin A, B, C, D, dan K dalam jumlah yang memadai sesuai kebutuhan bayi (Bobak, 2005; Wong, 2009). Zat protektif dalam ASI terdiri dari laktobasilus bifidus, lisozim, immunoglobulin, dan laktoferin yang memberikan perlindungan terhadap berbagai penyakit bakteri, virus dan jamur. ASI juga melindungi tubuh terhadap alergi makanan dan memperkuat respon imun aktif terhadap Haemophilus influenza tipe B ((Sidi, Suradi, Masoara, Boediharjo, Marnoto, 2009). Universitas Indonesia Gambaran Tingkat..., Ponsinah, FIK UI, 2012. 11 Keuntungan psikologis pemberian ASI dan menyusui yang tidak dimiliki oleh susu formula adalah pada saat menyusui, ibu dan bayi akan saling bertatap mata, memandang pada bidang pandang yang sama (en face) pada jarak optimal penglihatan bayi 20-30 cm. Tindakan ini penting untuk meningkatkan perkenalan, ikatan dan kasih sayang anak dan orang tua (Bobak, 2005). Interaksi yang timbul pada saat menyusui akan menimbulkan rasa aman bayi sebagai dasar kepercayaan (basic sense of trust) dan rasa bangga untuk ibunya (Sidi, Suradi, Masoara, Boediharjo, Marnoto, 2009). Keuntungan memberi ASI untuk ibu adalah dapat membantu involusi uterus sehingga mencegah perdarahan pasca melahirkan. Hormon yang mempertahankan laktasi menekan hormon ovulasi sehingga menunda kembalinya kesuburan dan menjarangkan kehamilan. Oksitosin terbentuk akibat isapan bayi saat menyusu dapat membantu involusi uterus dan mencegah perdarahan pasca melahirkan (Bobak, 2005). 2.2 Fisiologi Laktasi Payudara wanita merupakan kelenjar eksokrin yang berfungsi memproduksi susu untuk memenuhi kebutuhan nutrisi bayi. Berat payudara ± 200 gr dan berada dalam keadaan tidak aktif sepanjang kehidupan wanita. Perkembangan payudara sejak hamil distimulasi oleh hormon luteal dan plasenta, laktogen, prolaktin, dan khorianik gonadotropin (Gardner, 2002). Pada saat hamil berat payudara meningkat menjadi 600 gr dan dapat mencapai 800 gr saat menyusui (Bobak, 2005; Sidi, Suradi, Masoara, Boediharjo, Marnoto, 2009). Peningkatan berat payudara menjadi persiapan ibu untuk menyusui bayinya. Unit terkecil payudara yang menghasilkan susu disebut alveolus (Lang, 2003). Beberapa alveolus membentuk lobules, beberapa lobules berkumpul menjadi lobus. Tiap payudara terdiri dari 15 - 29 lobus. ASI disalurkan dari alveolus ke dalam saluran kecil (duktus), kemudian bergabung membentuk saluran yang lebih besar (duktus laktiferus). Duktus laktiferus melebar dibawah areola mamae dan bermuara keluar. Dinding alveolus dan saluran laktiferus memiliki otot polos yang Universitas Indonesia Gambaran Tingkat..., Ponsinah, FIK UI, 2012. 12 akan mengeluarkan ASI bila berkontraksi. Di area papila dan areola mamae terdapat saraf peraba yang penting untuk refleks menyusui (Sidi, Suradi, Masoara, Boediharjo, Marnoto, 2009). Laktogenesis (permulaan produksi susu) dimulai pada tahap akhir kehamilan dan terus berlanjut sampai bayi lahir sebagai proses otomatis selama susu dikeluarkan dari payudara (Bobak, 2005). Selama kehamilan, hormon prolaktin meningkat yang mempengaruhi produksi susu, tetapi ASI belum keluar karena masih dihambat oleh estroren dan progesteron yang masih tinggi (Gardner, 2002). Setelah melahirkan, kadar estrogen dan progesteron turun, sehingga prolaktin cenderung dominan dan ASI mulai disekresikan (Sidi, Suradi, Masoara, Boediharjo, Marnoto, 2009). Air susu mulai disekresikan 1-3 hari setelah melahirkan. ASI yang keluar masih sedikit 1-10 ml setiap menyusui dan akan meningkat menjadi 50-70 ml setiap menyusu pada hari ke 4-5. Produksi ASI dapat mencapai 750-800 ml per hari pada minggu ke 6 jika ibu terus menyusui secara efektif (Lang, 2003; Ganong, 2008). Untuk mendorong produksi ASI maksimal maka setiap bayi menyusu harus sampai payudara kosong. Pengosongan payudara yang teratur dan sempurna akan merangsang ASI terus disekresi sehingga produksi ASI akan meningkat (Arvin, 1999). Setiap menyusui dimulai dengan payudara yang paling berat (Bobak, 2005). Bayi yang sehat dapat mengosongkan satu payudara sekitar 5-7 menit, bayi lain menyusu lebih lama selama 20 menit dan ASI dalam lambung bayi akan kosong dalam waktu dua jam (Sidi, Suradi, Masoara, Boediharjo, Marnoto, 2009; Arvin, 1999). Sebaiknya bayi disusui secara on demand dan tidak terjadwal, yang ditentukan oleh rasa lapar dan kesiapan bayi (Wong, 2009). Ibu harus memahami kesiapan bayi untuk menyusu agar penyusuan dapat berhasil. Tiga refleks maternal yang berperan dalam menyusui yaitu sekresi prolaktin, ereksi puting susu, dan refleks let down. Prolaktin merupakan hormon laktogenik Universitas Indonesia Gambaran Tingkat..., Ponsinah, FIK UI, 2012. 13 dihasilkan oleh hipofisis anterior, berperan untuk memulai dan mempertahankan sekresi susu. Refleks prolaktin terjadi jika ujung-ujung saraf pada area papilla dan areola mamae dirangsang oleh isapan bayi saat menyusu. Stimulasi isapan bayi mengirim impuls ke hipotalamus kemudian ke hipofisis anterior sehingga kelenjar ini mengeluarkan hormon prolaktin. Hormon ini berperan penting untuk meningkatkan produksi ASI oleh sel-sel alveolar (Lang, 1999; Bobak, 2005). Jumlah prolaktin yang disekresi dan jumlah susu yang diproduksi berkaitan dengan besarnya stimulus isapan, yaitu frekwensi, intensitas dan lama bayi mengisap (Garza, Hopkin, 1998; Lawrence, 1994, dikutip dalam Bobak, 2005). Skema refleks prolaktin terdapat dalam gambar 2.1. Stimulasi puting susu oleh mulut bayi menyebabkan ereksi. Refleks ereksi puting susu membantu propulsi susu melalui sinus-sinus laktiferus ke pori-pori puting susu (Bobak, 2005). Hal ini berarti semakin sering bayi menyusu, semakin kuat isapan bayi dan lama bayi menyusu akan meningkatkan prolaktin sehingga produksi susu di alveolar lebih banyak. Gambar 2.1. Reflek prolaktin Sumber: Sidi, Suradi, Masoara, Boediharjo, Marnoto (2009). Bahan Bacaan Manajemen laktasi. Universitas Indonesia Gambaran Tingkat..., Ponsinah, FIK UI, 2012. 14 Pengeluaran susu dari payudara ke mulut bayi merupakan proses aktif di dalam payudara. Proses ini tergantung pada refleks let down atau refleks ejeksi susu (Bobak, 2005). Let down reflex secara primer merupakan respon terhadap isapan bayi. Isapan bayi menstimulasi kelenjar hipofisis posterior untuk mensekresikan oksitosin. Dibawah pengaruh oksitosin akan memacu kontraksi otot polos dinding alveolus, menyebabkan susu keluar melalui sistem duktus masuk kesinus laktiferus, dimana susu siap tersedia untuk bayi (Bobak, 2005; Ganong, 2008). Gambar skema let down reflek terdapat pada gambar 2.2. Semakin sering bayi mengisap, pengosongan alveolus dan duktus makin baik sehingga kemungkinan terjadinya bendungan susu makin kecil dan menyusui makin lancar. Gambar 2.2 Let down Refleks Sumber: Sidi, Suradi, Masoara, Boediharjo, Marnoto (2009). Bahan Bacaan Manajemen laktasi. Pada saat lahir bayi memiliki pola perilaku atau refleks yang mempermudah pemberian ASI yaitu reflek mencari (rooting refleks), refleks menghisap dan refleks menelan, dan kenyang (Bobak, 2005; Arvin, 1999; Sidi, Suradi, Masoara, Universitas Indonesia Gambaran Tingkat..., Ponsinah, FIK UI, 2012. 15 Boediharjo, Marnoto, 2009). Rooting refleks timbul jika bayi mencium susu akan menggerakan kepalanya mencari sumbernya (Arvin, 1999), jika tersentuh pipinya, bayi akan menoleh kearah sentuhan. Bila dirangsang dengan papila mamae, bayi akan membuka mulut dan berusaha untuk menangkap puting (Sidi, Suradi, Masoara, Boediharjo, Marnoto, 2009). Refleks mengisap merupakan proses pemerasan sinus areola (Arvin, 1999). Refleks mengisap timbul bila langitlangit mulut bayi disentuh, biasanya oleh puting. Supaya puting mencapai bagian belakang palatum, maka sebagian besar areola harus masuk mulut bayi. Dengan demikian sinus laktiferus yang berada dibawah areola akan tertekan antara gusi, lidah, dan palatum sehingga pada saat bayi mengisap ASI akan terperas keluar. Refleks menelan terjadi bila mulut bayi terisi ASI ia akan menelannya (Sidi, Suradi, Masoara, Boediharjo, Marnoto, 2009; Arvin, 1999). Lima stadium tingkah laku selama penyusuan yang berhasil yang harus dipahami ibu meliputi: tingkah laku prapenyusuan, seperti menangis mengindikasikan tingkat kebangunan dan derajat kelaparan bayi. Untuk mendorong bayi meraih payudara dengan benar, penyusuan sebaiknya dilakukan selama keadaan bayi terjaga, tenang sebelum bayi marah. Kedua adalah tingkah laku pendekatan ditujukan oleh pergerakan mengisap dan atau rooting refleks. Ketiga adalah tingkah laku kelekatan (attachment) termasuk aktifitas yang terjadi saat bayi mendapatkan putting dan mulai mengisap. Tingkah laku konsumatori meliputi pengisapan dan penelanan yang terkoordinasi. Gagging yang menetap menunjukkan tingkah laku konsumatori yang tidak berhasil. Tingkah laku kepuasan terlihat ketika bayi memperlihatkan rasa puasnya kepada orang tua, biasanya dengan tertidur (Wong, 2009). 2.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Menyusui ASI sebagai makanan utama bayi sudah dipersiapkan sejak hamil, sehingga menyusui merupakan hal yang normal, fungsi dasar seorang ibu, tetapi menyusui bukan suatu refleks. Gardner (2002) mengatakan keberhasilan menyusui merupakan proses yang kompleks dan saling ketergantungan antara ibu dan bayi. Universitas Indonesia Gambaran Tingkat..., Ponsinah, FIK UI, 2012. 16 Keberhasilan menyusui dipengaruhi oleh faktor-faktor yang berasal dari ibu, adanya dukungan dan dorongan untuk menyusui serta ibu dilindungi dari pengalaman dan komentar yang mengecilkan hati (Arvin, 1999; Gardner, 2003; Bobak, 2005; Wong, 2009). Faktor fisik ibu yang memberi pengalaman menyusui yang baik adalah mempertahankan keadaan kesehatan yang baik, keseimbangan antara istirahat dan tidur, bebas dari kekhawatiran dan nutrisi yang cukup (Arvin, 1999). Cara meletakan bayi pada payudara ketika menyusui dapat berpengaruh terhadap keberhasilan menyusui (Sidi, Suradi, Masoara, Boediharjo, Marnoto, 2009). Posisi bayi yang salah saat menyusui dapat mengakibatkan puting lecet dan nyeri. Posisi bayi yang benar saat menyusu dapat dilihat pada gambar 2.3 Gambar 2.3: Posisi Bayi Saat Menyusu Sumber: Sidi, Suradi, Masoara, Boediharjo, Marnoto (2009). Bahan Bacaan Manajemen laktasi. Sikap dan keinginan ibu untuk menyusui dipengaruhi oleh pengetahuan dan pengalaman menyusui sebelumnya. Keberhasilan menyusui sebelumnya akan membentuk sikap positif menyusui, kegagalan menyusui sebelumnya akan membentuk sikap negatif terhadap menyusui (Sidi, Suradi, Masoara, Boediharjo, Marnoto, 2009). Pengetahuan yang baik tentang ASI, akan membentuk sikap Universitas Indonesia Gambaran Tingkat..., Ponsinah, FIK UI, 2012. 17 positif terhadap menyusui. Gangguan emosional, kecemasan, stres fisik dan psikis ibu akan mengurangi atau menghilangkan sekresi ASI sehingga akan mempengaruhi keberhasilan menyusui (Arvin, 1999). Dukungan dan dorongan untuk keberhasilan menyusui berasal dari keluarga, masyarakat, petugas kesehatan, tatalaksana rumah sakit dan pemerintah. Dukungan dari keluarga terutama suami akan membatu keberhasilan menyusui. Pandangan dan nilai yang berlaku di masyarakat tentang menyusui akan mempengaruhi sikap ibu terhadap menyusui. Adanya Kelompok pendukung ASI dimasyarakat juga dapat meningkatkan pengetahuan dan membentuk sikap positif ibu terhadap menyusui (Sidi, Suradi, Masoara, Boediharjo, Marnoto, 2009). Dukungan petugas kesehatan berupa pemberian informasi tentang ASI, mengajarkan tehnik menyusui yang benar, tindakan jika ibu mengalami masalah menyusui dan meningkatkan keyakinan diri ibu bahwa setiap ibu pasti bisa menyusui (Sidi, Suradi, Masoara, Boediharjo, Marnoto, 2009); Baker, 2003). Tatalaksana rumah sakit yang mendukung keberhasilan menyusui diantaranya inisiasi menyusu dini, rawat gabung, tidak memberikan makanan prelakteal sebelum ASI dan mempunyai fasilitas klinik laktasi (Sidi, Suradi, Masoara, Boediharjo, Marnoto, 2009) dan mengikutsertakan ayah pada edukasi pranatal (Arvin, 1999). Dukungan pemerintah untuk keberhasilan menyusui diantaranya dilarangnya iklan susu formula di media massa, melarang promosi susu formula disemua sarana pelayanan kesehatan termasuk posyandu, gerakan rumah sakit sayang bayi dengan 10 langkah keberhasilan menyusu, kesepakatan ASI eksklusif 6 bulan dan pencanangan masyarakat peduli ASI oleh presiden (Sidi, Suradi, Masoara, Boediharjo, Marnoto, 2009). 2.4 Masalah Menyusui Masalah menyusui yang dialami ibu-ibu post partum dapat menjadi penyebab kegagalan menyusui jika tidak diatasi dan ibu tidak mendapat penjelasan yang Universitas Indonesia Gambaran Tingkat..., Ponsinah, FIK UI, 2012. 18 benar. Masalah menyusui dapat terjadi karena faktor ibu maupun faktor bayi (Sidi, Suradi, Masoara, Boediharjo, Marnoto, 2009). Masalah yang timbul pada ibu dapat dimulai sejak periode sebelum melahirkan, periode persalinan dini, pada masa pasca persalinan lanjut atau masalah menyusui pada keadaan khusus. Pada periode antenatal masalah menyusui yang timbul diantaranya puting susu datar (inverted) dan ibu salah informasi tentang ASI misalnya: ibu menganggap susu formula sama baiknya dengan dengan ASI, hari pertama ASI belum keluar sehingga perlu diberi minuman cairan lain seperti susu formula, menganggap payudara yang kecil kurang menghasilkan ASI. Pada periode pasca persalinan dini masalah yang timbul diantaranya puting susu lecet, payudara bengkak, adanya abses payudara. Pada keadaan puting lecet ibu masih bisa menyusui jika luka tidak terlalu sakit. Olesi puting dengan ASI akhir (hind milk). Istirahatkan puting yang sakit 1 X 24 jam. Selama puting istirahat ASI tetap dikeluarkan dengan tangan. Cuci payudara sekali sehari dan tidak menggunakan sabun (Sidi, Suradi, Masoara, Boediharjo, Marnoto, 2009). Payudara bengkak terjadi karena produksi ASI meningkat, terlambat menyusukan dini, perlekatan kurang baik, ASI tidak sering dikeluarkan, dan pembatasan waktu menyusui. Jika payudara bengkak lakukan kompres hangat, ibu harus rileks, lakukan pijat leher dan punggung sejajar, pijat ringan pada payudara yang bengkak, dan stimulasi payudara dan puting. Lakukan kompres dingin pasca menyusui untuk mengurangi edema (Sidi, Suradi, Masoara, Boediharjo, Marnoto, 2009). Pada masa pasca persalinan lanjut dapat terjadi masalah sindrom ASI kurang dan ibu yang bekerja (Gardner, 2002; Sidi, Suradi, Masoara, Boediharjo, Marnoto, 2009). Keadaan tersebut dapat membuat ibu mengambil keputusan tidak menyusui bayinya atau menambahkan susu formula sebagai pengganti ASI. Masalah bayi yang dapat mempengaruhi kegagalan menyusui diantaranya adalah: bayi sering menangis, bayi bingung puting, bayi kecil (prematur), bayi kembar, bayi yang membutuhkan perawatan. Masalah lain yang timbul pada keadaan khusus seperti ibu yang melahirkan secara operasi, atau ibu sakit yang menjadi Universitas Indonesia Gambaran Tingkat..., Ponsinah, FIK UI, 2012. 19 kontraindikasi untuk menyusui sseperti AIDS, hepatitis (Sidi, Suradi, Masoara, Boediharjo, Marnoto, 2009). Sectio caesaria ialah kelahiran janin melalui insisi transabdomen pada uterus, dengan tujuan memelihara kehidupan atau kesejahteraan ibu dan janin. Tindakan sectio caesaria didasarkan pada bukti adanya stres maternal atau fetal. Ada dua macam tindakan sectio caesaria yaitu terjadwal dan darurat (Bobak, 2005). Respon ibu dan keluarga terhadap persalinan dengan operasi sectio caesaria berbeda pada tiap individu. Pada operasi sectio caesaria secara terjadwal atau terencana biasanya ibu memiliki waktu untuk persiapan psikologis. Ibu dapat mencari informasi dengan bertanya pada ibu yang sudah mengalami operasi, sedang ibu yang mengalami sectio caesaria secara darurat dapat mengalami perasaan cemas akan kondisinya dan kondisi bayinya. Kecemasan yang tinggi dapat mengakibatkan informasi yang telah disampaikan secara verbal tidak dapat diingat atau salah mempersepsikan informasi tersebut. Masalah menyusui yang timbul pada pasien post operasi sectio caesaria adalah adanya rasa nyeri pada area operasi, dan pemulihan dari efek pembiusan (Bobak, 2005). Keadaan itu membuat mobilitas ibu terhambat. Ibu yang melahirkan dengan operasi sectio caesaria dapat menyusui setelah efek anastesi umum hilang, ibu dan bayi sadar. Jika operasi menggunakan anastesi spinal ibu bisa langsung menyusui bayinya (Sidi, Suradi, Masoara, Boediharjo, Marnoto, 2009). Pada kondisi ini bantuan dan suport dari petugas sangat dibutuhkan terutama karena ibu belum mampu bebas bergerak dan masih merasa nyeri. Bantuan yang diberikan misalnya mengatur posisi menyusui yang nyaman untuk ibu dan bayinya. Posisi meyusui yang dianjurkan pada kasus seperti ini adalah : posisi ibu berbaring miring dengan bahu dan kepala ditopang bantal sementara bayi disusukan dengan kakinya kearah ibu. Posisi kedua jika ibu sudah dapat duduk, letakan bayi diatas bantal dipangkuan ibu dengan kaki bayi mengarah belakang dibawah lengan ibu. Posisi ketiga seperti memegang bola (football position) yaitu Universitas Indonesia Gambaran Tingkat..., Ponsinah, FIK UI, 2012. 20 ibu terlentang dan bayi berada diketiak ibu dengan kaki kearah atas dan tangan ibu memegang kepala bayi. 2.5 Perilaku Menyusui Perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme atau mahluk hidup yang bersangkutan (Notoatmojo, 2005). Perilaku manusia dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu perilaku tertutup (covert behavior) dan perilaku terbuka (overt behavior). Perilaku tertutup terjadi bila respon terhadap stimulus belum dapat diamati orang lain dari luar. Respon seseorang masih dalam bentuk perhatian, perasaan, persepsi, pengetahuan dan sikap terhadap stimulus yang bersangkutan. Perilaku terbuka jika respon terhadap stimulus berupa tindakan yang dapat diamati orang lain dari luar. Perilaku manusia mencakup tiga domain yaitu pengetahuan (knowledge), sikap (attitude) dan tindakan (practice). Pengetahuan adalah hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indera (Notoatmojo, 2005). Pengetahuan sebagai hasil pengindraan sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek, sehingga tingkat pengetahuan setiap individu berbeda. Tingkat pengetahuan dibagi menjadi 6 yaitu; tahu (know), memahami (comprehension), aplikasi (application), analisis, sintesis, dan evaluasi. Pengetahuan tentang menyusui mencakup pengetahuan ibu tentang ASI dan menyusui, manfaat ASI, zat-zat yang terkandung dalam ASI, cara menyusui yang benar, dan sebagainya. Sikap adalah respon tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek tertentu yang melibatkan faktor pendapat dan emosi sehingga melibatkan pikiran, perasaan, perhatian, dan gejala kejiwaan (Notoatmojo, 2005). Sikap merupakan kesiapan untuk bertindak dan predisposisi suatu perilaku. Menurut Allport (1954) sikap terdiri dari 3 komponen yaitu kepercayaan atau keyakinan, penilaian terhadap objek dan kecenderungan untuk bertindak (tend to behave). Tingkatan sikap berdasarkan intensitasnya adalah menerima, menanggapi, menghargai, dan bertanggung jawab (Notoatmojo, 2005). Sikap terhadap menyusui dapat diukur dengan menggunakan pertanyaan langsung maupun tidak langsung tentang menyusui. Universitas Indonesia Gambaran Tingkat..., Ponsinah, FIK UI, 2012. 21 Praktik merupakan wujud tindakan yang dipengaruhi oleh sikap dan pengetahuan. Praktek menyusui ibu adalah kegiatan atau aktifitas memberi makan kepada bayi apakah dengan ASI atau dengan susu formula. Praktek menyusui dapat diukur dengan mengobservasi secara langsung dan menanyakan kepada ibu tentang cara menyusui dan memberi makan bayinya. Perilaku pemberian makan bayi dapat dibedakan menjadi beberapa cara yaitu: ASI eksklusif (exclusif breasfeeding) adalah bayi hanya diberikan ASI tanpa makanan atau minuman lain selama 6 bulan. Pemberian ASI penuh (full breastfeeding) adalah bayi hanya mendapat ASI saja. ASI predominan (predominant breastfeeding) adalah bayi selain mendapat ASI juga diberi air minum lain. Pemberian susu botol (bottle feeding) adalah bayi diberi minum dengan susu apa saja termasuk ASI yang diperas dan menggunakan botol untuk pemberiannya. Pemberian ASI partial (partial breast feeding) adalah selain menyusu bayi juga mendapat susu formula atau makanan lain. Pemberian susu buatan (artificial breastfeeding) adalah bayi diberi minum susu formula tanpa menyusui (Sidi, Suradi, Masoara, Boediharjo, Marnoto, 2009). Perilaku menyusui ibu dipengaruhi oleh faktor-faktor dari dalam maupun dari luar subyek. Determinan perilaku menurut teori Green ada 3 faktor utama yaitu faktor predisposisi, meliputi pengetahuan, sikap, keyakinan, kepercayaan ibu tentang menyusui, nilai dan tradisi menyusui yang berlaku dimasyarakat. Faktor kedua adalah faktor pemungkin (enabling factors), yaitu adanya sarana dan prasarana serta fasilitas yang mendukung menyusui seperti fasilitas kesehatan yang memfasilitasi menyusui. Faktor ketiga adalah faktor penguat berupa dukungan atau contoh positif tentang menyusui dari tokoh masyarakat yang berpengaruh (Notoatmojo, 2005). Notoatmojo (2005) menyimpulkan urutan terjadinya perilaku adalah adanya faktor ekternal (pengalaman menyusui, fasilitas yang mendukung menyusui, sosio budaya, dan dukungan dari berbagai pihak) yang akan mempengaruhi faktor internal (persepsi, pengetahuan, keyakinan, keinginan, motivasi, niat,sikap ibu Universitas Indonesia Gambaran Tingkat..., Ponsinah, FIK UI, 2012. 22 terhadap menyusui) sehingga seorang ibu akan berespon dengan tindakan menyusui bayi secara eksklusif. Secara skematik dapat digambarkan sebagai berikut: Skema 2.1 Urutan terjadinya Perilaku Persepsi Pengetahuan Keyakinan Keinginan Motivasi Niat Sikap Pengalaman Fasilitas Sosiobudaya Eksternal Internal Perilaku Respon Sumber: Soekidjo Notoatmojo (2005), Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi Baker (2003) mengidentifikasi faktor yang mempengaruhi keputusan ibu untuk menyusui dan lama menyusui dikategorikan menjadi empat yaitu faktor demografi dan sosial ekonomi, faktor psikososial dan budaya, faktor-faktor terkait pelayanan kesehatan, dan keadaan biomedis ibu. Faktor demografi dan sosial ekonomi meliputi usia, etnis, perkotaan/ pedesaan, pendapatan/status sosial ekonomi, pendidikan ibu, status pernikahan, dan faktor-faktor familial, sedangkan sikap sosial mencakup kontak dengan orang lain yang sudah berhasil menyusui, pengalaman menyusui sebelumnya, sikap anggota keluarga/teman terhadap menyusui (Baker, 2003). Faktor psikososial dan Budaya yang dapat mempengaruhi keputusan ibu untuk menyusui adalah adanya dukungan sosial dari keluarga, teman dan professional kesehatan (Scott & Bins dalam Baker, 2003). Dukungan ini berupa pemberian informasi tentang ASI dan menyusui. Faktor-faktor terkait fasilitas kesehatan meliputi sikap staf terhadap menyusui, tatalaksana rumah sakit yang mendukung menyusui dan ketersediaan tindak lanjut setelah keluar rumah sakit . Kebijakan rumah sakit yang mendukung menyusui diantaranya rooming-in, inisiasi Universitas Indonesia Gambaran Tingkat..., Ponsinah, FIK UI, 2012. 23 menyusui dini, dan manajemen laktasi. Beberapa kegiatan dalam menejemen laktasi meliputi bimbingan menyusui dari staf rumah sakit, pelatihan staf dan promosi menyusui pada semua tahap perawatan yang diberikan sejak antenatal, intranatal dan postnatal. Faktor biomedis ibu yang mempengaruhi keputusan ibu untuk menyusui adalah paritas, perawatan prenatal, pengalaman melahirkan, kondisi kesehatan ibu (Baker, 2003). 2.6 Rawat Gabung Rawat gabung adalah cara perawatan ibu dan bayi yang baru dilahirkan tidak dipisahkan, tetapi ditempatkan dalam satu ruang bersama-sama selama 24 jam penuh dalam seharinya, bahkan bila mungkin bayi tidur bersama setempat tidur dengan ibu (Suradi, 2009). Penempatan bayi bersama ibunya selama 24 jam memungkinkan ibu dapat menyusui bayinya sedini mungkin dan kapanpun dibutuhkan (on demand). Bayi yang dapat dilakukan rawat gabung harus memenuhi kriteria: yaitu lahir dari umur kehamilan cukup bulan 37 minggu dengan berat lahir lebih dari 2500 gr, apgar score menit ke 5 lebih dari 7, dan tidak ada kelainan kongenital, tidak ada tanda-tanda sesak dan ibu sehat (Perinasia, 2009). Bayi lahir dengan tindakan sectio caesaria anastesi umum, rawat gabung dilakukan setelah ibu dan bayi sadar 4-6 setelah operasi, jika anastesi spinal rawat gabung dapat dilakukan segera setelah operasi (Suradi, 2009). Rawat gabung idealnya dilakukan sedini mungkin. Hal ini terkait dengan perilaku bayi saat lahir. Setelah lahir bayi memiliki dua periode reaktivitas yang dipisahkan oleh periode tidur. Periode pertama reaktivitas dimulai saat lahir. Bayi terjaga, waspada, dan tampak menikmati menatap sekitarnya. Fase ini berlangsung sekitar 15 menit lalu diikuti kesadaran aktif dimana bayi melakukan gerakan aktif, menangis, memiliki refleks mengisap yang kuat dan terlihat lapar (Bobak, 2005). Saat ini yang paling baik memulai pemberian ASI dan mempromosikan ikatan orangtua-bayi (Leifer,1999). Pada tahap ini dilakukan Universitas Indonesia Gambaran Tingkat..., Ponsinah, FIK UI, 2012. 24 inisiai menyusu dini sebagai kontak pertama ibu dan bayi selama 30 menit sampai satu jam. Setelah puas bayi akan tertidur, periode pertama reaktivitas berakhir. Setelah periode istirahat, bayi baru lahir memasuki periode reaktifitas kedua. Bayi bangun lagi terjaga dan waspada setelah tidur nyenyak 2 sampai 4 jam. Pada saat ini bayi menunjukan keadaan sadar, tenang, aktif dan menangis. Bayi mulai merasa lapar dan lebih tertarik untuk menyusu. Periode reaktivitas kedua berlangsung 4 sampai 6 jam. Setelah itu, bayi biasanya stabil (Leifer, 1999; Bobak, 2005)). Jika pada periode ini bayi sudah dilakukan rawat gabung, bayi dapat langsung menyusu ke ibunya sehingga bayi tidak perlu mendapat susu formula. Rawat gabung bermanfaat untuk ibu dan bayi. Manfaat rawat gabung untuk ibu diantaranya dapat meningkatkan ikatan dengan ibu dan bayi, Ibu belajar mengenali isyarat komunikasi dan perilaku bayi (Wong, 2009), ibu mulai belajar cara merawat bayi selama dirawat gabung, secara fisik jika dilakukan rawat gabung ibu dapat menyusui bayinya kapanpun bayi menginginkannya (Perinasi, 2009). Manfaat rawat gabung untuk bayi diantaranya secara psikologis dengan rawat gabung akan terjalin proses lekat (early infant-mother bonding) antara ibu dan bayi. Keadaan ini mempengaruhi perkembangan psikologis bayi, karena kehangatan tubuh merupakan stimulasi mental yang dibutuhkan bayi (Perinasia, 2009). Bayi merasa aman dan terlindung yang menjadi dasar terbentuknya rasa percaya diri. Rawat gabung akan meningkatkan Bonding attachmen atau Ikatan dan keterikatan antara orang tua dan bayi baru lahir. (Wong, 2009). Rawat gabung memberikan kesempatan kepada orang tua mengadakan pendekatan secara optimal dengan bayi mereka selama periode post partum awal. Hal ini memberi keuntungan jangka panjang yaitu semakin tinggi kontak orang tua anak mendorong pemberian ASI jangka lama dan dapat meminimalkan risiko gangguan asuhan orang tua. Keterikatan (bonding) merupakan proses kompleks yang berkembang secara bertahap dan dipengaruhi oleh berbagai faktor, salah satunya adalah kontak inisial antara bayi baru lahir dan orang tua (Wong, 2009). Universitas Indonesia Gambaran Tingkat..., Ponsinah, FIK UI, 2012. 25 Rawat gabung akan meningkatkan frekuensi ibu menyusui bayinya, memperlancar pemberian ASI sehingga kebutuhan bayi akan makanan terpenuhi. Pemisahan awal ibu dan bayi, penundaan dalam pemberian ASI, penyediaan susu formula di rumah sakit berimplikasi terhadap penurunan pemberian ASI setelah pemulangan. Rawat gabung berhubungan positif dengan keberhasilan pemberian ASI (Wong, 2009). Manfaat lain rawat gabung, pemberian ASI dapat dilakukan sedini mungkin sehingga secara ekonomis dapat menghemat biaya untuk pembelian susu formula dan perlengkapannya (Sidi, Suradi, Masoara, Boediharjo, Marnoto, 2009). Universitas Indonesia Gambaran Tingkat..., Ponsinah, FIK UI, 2012. BAB 3 KERANGKA KONSEP PENELITIAN 3.1 Kerangka Konsep Kerangka konsep adalah formulasi dari kerangka teori atau teori-reori yang mendukung penelitian tersebut. Konsep hanya dapat diukur melalui variabel. Oleh sebab itu kerangka konsep ini terdiri dari variabel-variabel serta hubungan variabel yang satu dengan yang lain. Berdasarkan kerangka teori yang ada, maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah: Skema 3.1: Kerangka Konsep Penelitian Variabel independen ï‚· ï‚· Variabel dependen Perilaku menyusui ibu Pengetahuan Cara melahirkan Karakteristik Ibu: ï‚· Usia ï‚· Pendidikan ï‚· Riwayat menyusui ï‚· Pekerjaan 3.2 Variabel Penelitian Variabel adalah variasi gejala yang menjadi objek atau titik perhatian suatu penelitian. Berdasarkan sifatnya variabel dibedakan menjadi variabel statis dan variabel dinamis (Arikunto, 2006). Variabel statis adalah variabel yang tidak dapat diubah keberadaannya. Dalam suatu penelitian jika variabel independennya berupa variabel statis maka tidak dapat dilakukan perubahan untuk intervensinya. Variabel statis dalam penelitian ini adalah : umur, pendidikan, pekerjaan, riwayat menyusui sebelumnya, cara melahirkan. Variabel dinamis adalah variabel yang 26 Gambaran Tingkat..., Ponsinah, FIK UI, 2012. Universitas Indonesia 27 dapat diubah keberadaannya. Variabel dinamis dalam penelitian ini meliputi pengetahuan ibu, perilaku menyusui ibu. Berdasarkan hubungan fungsional atau perannya, variabel dibedakan menjadi tiga yaitu variabel terikat (dependen), variabel bebas (independen) dan variabel pengganggu (perancu). Variabel terikat dalam penelitian ini adalah perilaku menyusui ibu, sedangkan varibel bebasnya cara melahirkan, riwayat menyusui sebelumnya, pengetahuan ibu. Variabel perancu penelitian ini: umur, pendidikan, pekerjaan, riwayat menyusui. 3.4 Definisi Oprasional No 1 2 Variabel Umur Pendidikan Definisi oprasional Hasil ukur Usia hidup ibu sejak lahir 1. < 20 tahun sampai ulang tahun terakhir 2. 20-35 tahun saat pengkajian. 3. >35 tahun Skala Ordinal Jenjang pendidikan formal 1. Pendidikan dasar jika Ordinal terakhir yang sudah ditempuh oleh responden. tamat SD dan SMP 2. Pendidikan menengah jika tamat SLTA 3. Pendidikan tinggi jika tamat ≥ D3 3 4 5 Pekerjaan Kegiatan utama ibu untuk 1. Bekerja mendapatkan penghasilan. 2. Tidak bekerja Riwayat Pernyataan 1. Belum menyusui pengalaman ibu tentang menyusui Nominal pernah Nominal menyusui sebelumnya 2. Pernah menyusui Cara Cara persalinan ibu untuk 1. Normal, spontan persalinan kelahiran saat ini 2. Sectio caesaria Nominal Universitas Indonesia Gambaran Tingkat..., Ponsinah, FIK UI, 2012. 28 No 6 Variabel Definisi oprasional Tingkat Segala sesuatu pengeta- diketahui responden tentang huan ASI dan menyusui Hasil ukur Skala yang 1. Tinggi jika nilai total Ordinal > 80 % 2. Cukup jika nilai total 60-80% 3. Kurang jika nilai total< 60% 7 Perilaku Aktifitas ibu dalam menyusui memberi minum /nutrisi untuk bayinya selama rawat 1. ASI Nominal 2. ASI dan susu formula 3. Susu formula gabung di ruang rawat nifas 8 Alasan ibu Pernyataan yang 1. ASI belum keluar memberi dikemukakan responden 2. Puting tidak menonjol susu alasan memberi susu 3. Ibu formula formula. tidak Nominal bisa menyusui 4. Lain-lain Universitas Indonesia Gambaran Tingkat..., Ponsinah, FIK UI, 2012. BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1 Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian survey yang bersifat deskriptif dimana peneliti ingin mengidentifikasi gambaran perilaku ibu dalam memberi ASI untuk bayinya baik yang melahirkan secara normal maupun dengan operasi sectio caesaria. Penelitian ini dilakukan dengan mengumpulkan data melalui pertanyaan terstruktur dari kuesioner. 4.2 Populasi dan Sampel Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian atau objek yang diteliti (Notoatmojo, 2010; Arikunto, 2006). Populasi (universe) adalah keseluruhan unit analisis yang karakteristiknya diduga. Anggota (unit) populasi disebut elemen populasi (Hastono, Sabri, 2010). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang melahirkan di Rumah Sakit Pasar Rebo. Sampel adalah objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmojo, 2010). Sampel adalah sebagian populasi yang ciri-cirinya diselidiki atau diukur (Hastono; Sabri, 2010). Agar karakteristik sampel yang diambil tidak menyimpang dari populasi, maka sebelum dilakukan pengambilan sampel ditentukan kriteria inklusi dan kriteria eksklusi. Kriteria inklusi adalah kriteria atau ciri-ciri yang perlu dipenuhi oleh setiap anggota populasi yang dapat diambil sebagai sampel (Notoatmojo, 2010). Kriteria inklusi sampel penelitian ini adalah: (1) umur kehamilan ibu cukup bulan 38 sampai 40 minggu, (2) berat badan bayi ≥ 2500 gram, (3) ibu dan bayi sehat, (4) bayi sudah dirawat gabung. Kriteria eksklusi adalah ciri-ciri anggota populasi yang tidak dapat diambil sebagai sampel. Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah umur kehamilan ibu kurang dari 38 minggu, berat badan bayi kurang dari 2500 gram, bayi atau ibunya tidak sehat sehingga membutuhkan perawatan. 29 Gambaran Tingkat..., Ponsinah, FIK UI, 2012. Universitas Indonesia 30 Tehnik pengambilan sampel yang dilakukan dalam penelitian ini dengan non probability sampling jenis aksidental sampling. Pengambilan sampel dengan tehnik ini dilakukan dengan mengambil responden yang kebetulan ada atau tersedia disuatu tempat sesuai dengan konteks penelitian (Notoatmojo, 2010). Jumlah sampel yang dibutuhkan untuk suatu penelitian tergantung pada besar populasi, homogenitas populasi, dan tehnik analisa serta tingkat ketelitian atau kesalahan yang dikehendaki, sampel yang lebih besar akan memberikan hasil yang lebih akurat (Notoatmojo, 2010), semakin kecil tingkat kesalahan dibutuhkan jumlah sampel yang lebih besar, semakin heterogen populasi dibutuhkan sampel yang lebih besar (Sugiyono, 2007). Roscoe (1982) menyarankan ukuran sampel minimal untuk penelitian kuantitatif antara 30 sampai 500, bila sampel dibagi dalam kategori maka jumlah sampel setiap kategori minimal 30 (Sugiyono, 2007). Hal penting dalam pengambilan sampel adalah keterwakilan populasi (representatif), sehingga ciri-ciri sampel mendekati ciri-ciri populasi (Polit dan Beck, 2003). Polit & Beck (2003) menyarankan untuk peneliti pemula sebaiknya menggunakan sampel yang besar. Berdasarkan pertimbangan diatas serta adanya keterbatasan waktu maka jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 90 orang. 4.3 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Rumah sakit Pasar Rebo yang terletak dijalan TB Simatupang no 30, Jakarta Timur. Rumah sakit tersebut dipilih karena merupakan rumah sakit umum daerah yang merawat dan menerima rujukan pasien melahirkan. Rumah sakit ini juga sudah memiliki program menajemen laktasi di klinik antenatal care. Rata-rata jumlah persalinan setiap bulan pada bulan Juli 2011 sampai Desember 2011 terdapat 200 persalinan yang melahirkan secara spontan maupun dengan cara sectio caesaria. Penelitian dilakukan pada tanggal 22 Mei sampai 2 Juni 2012 selama 2 minggu. Universitas Indonesia Gambaran Tingkat..., Ponsinah, FIK UI, 2012. 31 4.4 Etika penelitian Kode etik penelitian adalah suatu pedoman etika yang berlaku untuk setiap kegiatan penelitian yang melibatkan pihak peneliti, pihak yang diteliti (subyek penelitian) dan masyarakat yang akan memperoleh dampak hasil penelitian tersebut. Etika penelitian mencakup perlakuan peneliti terhadap subyek penelitian serta sesuatu yang dihasilkan oleh peneliti bagi masyarakat (Notoatmojo, 2010). Pada penelitian ini, peneliti menerapkan tiga prinsip etik yang mendasari etika penelitian yaitu menghormati harkat dan martabat manusia (respect for human dignity), menghormati privasi dan kerahasiaan subjek penelitian (respect for privacy and confidentiality) serta keadilan dan inklusivitas/keterbukaan (respect for justice and inclusiveness). Prinsip menghormati harkat dan martabat manusia dengan memberi penjelasan kepada calon responden tentang tujuan penelitian dan meminta kesediaan menjadi responden dengan menandatangani formulir persetujuan menjadi responden. Prinsip kedua menghormati privasi dan kerahasiaan subjek penelitian dengan tidak mencantumkan nama sebagai identitas pada kuisioner jawaban responden dan diganti dengan coding nomer sebagai identitas responden. Prinsip ketiga keadilan dan inklusivitas/keterbukaan dilakukan dengan setiap ibu nifas baik yang menjadi responden maupun yang menolak menjadi responden tetap mendapat pelayanan asuhan keperawatan yang sama dan tidak dibeda-bedakan. 4.5 Alat Pengumpul Data Instrumen dalam penelitian ini berupa kuisioner, yang dibuat dengan mengadaptasi dan modifikasi dari penelitian Harmani (1999) dengan judul FaktorFaktor yang Berhubungan dengan Pola Menyusui di Wilayah Pemukiman Kumuh dan penelitian Huka (2010) dengan judul Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Pemberian ASI Eksklusif di Wilayah Cijeruk. Kuisioner penelitian Huka (2010) mempunyai validitas dan reliabilitas > 0,861, tetapi tidak semua pertanyaan kuisioner dapat digunakan dalam penelitian ini, sedangkan kuisioner penelitian Harmani tidak terdapat uji validitas dan reliabilitas.. Universitas Indonesia Gambaran Tingkat..., Ponsinah, FIK UI, 2012. 32 Kuisioner penelitian terbagi menjadi lima bagian yaitu data umum, riwayat menyusui cara persalinan, perilaku menyusui dan pertanyaan berkaitan pengetahuan ibu tentang ASI dan menyusui. Data umum yang dikaji dalam kuisioner meliputi umur, pendidikan, dan pekerjaan. Perilaku menyusui ibu saat ini mengkaji bagaimana menyusui bayinya, dan alasan ibu memberi susu formula. Pertanyaan kuisioner untuk mengkaji pengetahuan ibu tentang ASI dan menyusui terdiri dari 18 pertanyaan berupa pilihan ganda. Setiap soal mendapat nilai satu untuk jawaban yang benar dan nol untuk jawaban yang salah. Seluruh nilai ditotal skornya, lalu dibagi skor tertinggi dan dikalikan dengan 100. Menurut Khomsan (2000), dalam Mawaddah (2008) kategori pengetahuan dapat dikelompokan menjadi (a) Tinggi jika nilai total > 80 %, (b) Cukup jika nilai total 60-80% dan (c) Kurang jika nilai total< 60%. Kuisioner penelitian ini sebelum digunakan pada responden, sudah dilakukan uji validitas dan reliabilitas.Validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur tersebut benar-benar mengukur apa yang diukur. Uji validitas kuisioner menggunakan tehnik korelasi product moment (Notoatmojo, 2010; Arikunto, 2006). Instrumen disebut valid jika r hasil > tabel r. Nilai r tabel pada N=90 adalah 0,361. Reliabilitas adalah indeks yang menunjukan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau diandalkan sebagai alat pengumpul data (Notoatmojo, 2010; Arikunto, 2006). Peneliti menggunakan rumus Alpha cronbach (Arikunto, 2006) untuk perhitungan reliabilitas. Suatu instrumen disebut reliabel apabila setiap pertanyaan memiliki r alpha > r tabel (Sugiono, 2000). Menurut Sekaran (1992) dalam Prayitno (2008) reabilitas 0,7 dapat diterima sedangkan diatas 0,8 adalah baik. Jika harga r alpha kurang dari nilai tabel berarti instrumen tersebut tidak reliabel. Uji validitas dan reliabilitas instrumen dilakukan pada tanggal 28 April 2012 sampai 4 Mei 2012 di ruang Delima RSUD Pasar Rebo dengan responden 30 orang. Hasil uji validitas setelah dilakukan revisi terhadap instrumen yang tidak Universitas Indonesia Gambaran Tingkat..., Ponsinah, FIK UI, 2012. 33 valid adalah antara 0,492 – 0,758 dengan reliabilitas alpha cronbach's 0,886. Revisi instrumen dilakukan dengan mengeluarkan tiga pertanyaan. 4.6 Prosedur Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan dengan cara memberikan kuisioner kepada ibu-ibu yang melahirkan di RSUD Pasar Rebo yang bayinya sudah dilakukan rawat gabung. Prosedur pengumpulan data meliputi: 4.6.1 Prosedur Administratif Peneliti mendapat rekomendasi dari FIK UI untuk melakukan pengumpulan data, dilanjutkan dengan memulai penelitian setelah mendapat izin dari pihak RSUD Pasar Rebo Jakarta 4.6.2 Prosedur Teknis Prosedur teknis dalam penelitian ini yaitu: 1. Meminta izin kepada penanggung jawab ruangan, menyampaikan maksud dan tujuan penelitian kemudian mengidentifikasi responden yang memenuhi kriteria inklusi. 2. Peneliti memperkenalkan diri dan mengadakan kontrak dengan responden terkait tujuan penelitian dan meminta kesediaan menjadi responden dengan mengisi inform consent. 3. Kuisioner diberikan pada responden setelah mengisi inform consent persetujuan menjadi responden. Waktu pengisian kuisioner selama 45 menit. Kapasitas ruangan nifas berisi enam sampai delapan tempat tidur, sehingga peneliti dapat memberikan kuisoner kepada beberapa responden dalam waktu yang sama sambil menunggu untuk diisi. 4. Setelah waktu pengisian kuisioner selesai, peneliti melakukan pengecekan terhadap kelengkapan data. Jika ada data yang tidak lengkap, peneliti dapat meminta responden untuk melengkapi. 4.7 Pengolahan dan Analisis Data Setelah data terkumpul, dilakukan pengolahan dan analisis data. Pengolahan data terdiri dari beberapa tahap yaitu editing, coding, processing, cleaning. Pada tahap Universitas Indonesia Gambaran Tingkat..., Ponsinah, FIK UI, 2012. 34 editing data yang telah dikumpulkan, dilakukan pengecekan untuk menilai kelengkapan, kesesuaian, kejelasan, dan konsistensi jawaban. Coding dilakukan dengan memberi kode pada kuisioner untuk memudahkan pengolahan data. Processing dilakukan dengan cara memasukkan data kuesioner ke dalam komputer dengan menggunakan salah satu program komputer. Cleaning dilakukan dengan mengecek kembali data yang sudah di-entry. Setelah dilakukan pengolahan data, langkah selanjutnya adalah analisis data. Analisis data pada penelitian ini menggunakan analisa univariat. Analisis univariat bertujuan untuk mendeskripsikan karakteristik masing-masing variabel yang diteliti. Analisis univariat data kategorik menggunakan nilai proporsi dan frekwensi. Gambaran lengkap analisa univariate tercantum pada tabel 4.1 dibawah ini. Tabel 4.1 Analisis Univariat No Variabel Jenis data Analisa 1 Umur Ordinal Frekwensi 2 Pendidikan Ordinal Frekwensi 3 Pekerjaan Nominal Frekwensi 4 Riwayat Menyusui Nominal Frekwansi 5 Cara persalinan Nominal Proporsi, frekwensi 6 Pengetahuan Ordinal Proporsi, frekwensi 8 Alasan memberi susu formula Nominal frekwensi Universitas Indonesia Gambaran Tingkat..., Ponsinah, FIK UI, 2012. BAB 5 HASIL PENELITIAN Bab ini menampilkan data hasil penelitian yang telah dianalisa mengenai gambaran perilaku menyusui ibu selama diruang nifas RSUD Pasar Rebo. Hasil penelitian yang ditampilkan mencakup karakteristik responden, cara persalinan, perilaku menyusui saat ini dan alasan memberi susu formula serta pengetahuan responden tentang ASI dan menyusui. Hasil penelitian akan ditampilkan dalam bentuk tabel, diagram batang dan pie. 5.1 Karakteristik Responden Karakteristik dalam penelitian ini adalah umur, pendidikan, pekerjaan, dan riwayat menyusui yang dianalisis menggunakan analisa univariat dengan distribusi frekwensi. Diagram 5.1 menggambarkan hasil analisa univariat karakteristik responden. Diagram 5.1 Distribusi Responden Berdasarkan Umur, Pendidikan, Pekerjaan, dan Riwayat Menyusui (N=90) 90 Umur 78.9 80 Pekerjaan 65.6 70 Pendidikan 60 40 28.9 30 16.7 20 10 48.9 51.1 48.9 50 Riwayat menyusui 34.4 22.2 4.4 0 = < 20 tahun = 20 – 35 tahun = > 35 tahun = Dasar = Menengah = Tinggi = Bekerja = Tidak bekerja 35 Gambaran Tingkat..., Ponsinah, FIK UI, 2012. = Belum pernah menyusui = pernah menyusui Universitas Indonesia 36 Hasil penelitian menunjukkan mayoritas responden pada kelompok usia 20-35 tahun sebanyak 78,9 %, sedangkan responden paling sedikit (4,4%) pada kelompok usia <20 tahun. Hampir separuh responden (48,9%) berpendidikan menengah sedangkan jumlah responden yang berpendidikan dasar dan berpendidikan tinggi seimbang. Berdasarkan pekerjaan, sebagian besar responden tidak bekerja sebanyak 65,6%, sedangkan terkait riwayat menyusui proporsi responden yang belum pernah menyusui (48,9%) seimbang dengan yang pernah menyusui (51,1%). 5.2 Perilaku Menyusui Berdasarkan Cara Persalinan Diagram 5.2 (a) dan tabel 5.2 (b) menggambarkan hasil analisa univariat perilaku menyusui berdasarkan cara persalinan saat ini. Diagram 5.2 (a) Distribusi Frekwensi Cara Persalinan Responden (N=90) cara persalinan Spontan 25,6% operasi SC 74,4% Hasil penelitian menunjukkan mayoritas responden cara persalinannya dengan operasi sectio caesaria sebanyak 67 responden (74,4%). Ibu yang melahirkan dengan cara spontan normal 100 % hanya menyusui dan memberi ASI saja, sedangkan responden yang melahirkan dengan operasi sectio caesaria 76,1% memberi ASI saja, dan meskipun sedikit terdapat 23,9% ibu yang menyusui dan memberi tambahan susu formula untuk bayinya. Universitas Indonesia Gambaran Tingkat..., Ponsinah, FIK UI, 2012. 37 Tabel 5.2 (b) Distribusi Perilaku Menyusui Ibu Berdasar Cara Persalinan(N=90) Cara persalinan Perilaku Menyusui ASI Total ASI dan susu formula (n=) % (n=) % N % Spontan 23 100 0 0 23 25,5 Sectio caesaria 51 76,1 16 23,9 67 74,5 5.3 Alasan Responden Memberi Susu Formula Dari diagram 5.3 menunjukan responden yang memberikan susu formula selama rawat gabung memiliki beberapa alasan. Mayoritas (81,6%) responden memberi tambahan susu formula karena merasa ASI nya kurang karena masih sedikit. Diagram 5.3 Distribusi Alasan Ibu Memberi Susu Formula Selama diRawat Gabung (N=16) Alasan ibu memberi susu formula Ibu tidak bisa menyusui 2,6% 6,25% Masalah Payudara 12,5% ASI kurang 81,6 % 5.4 Pengetahuan Ibu Hasil penelitian menunjukan separuh lebih sedikit (55,6%) responden mempunyai pengetahuan yang tinggi tentang ASI dan menyusui, dan hanya Universitas Indonesia Gambaran Tingkat..., Ponsinah, FIK UI, 2012. 38 sedikit (8,9%) responden yang berpengetahuan kurang. Hasil analisis lengkap tingkat pengetahuan dapat dilihat pada diagram 5.4. Diagram 5.4 Distribusi Frekwensi Tingkat Pengetahuan Responden Tentang ASI dan Menyusui (N=90) Tingkat pengetahuan Pengetahuan Kurang 8,9 % Pengetahuan cukup Pengetahuan tinggi 55,6% 35,5% 5.5 Perilaku menyusui berdasarkan tingkat pengetahuan Tabel 5.5 Distribusi Perilaku Menyusui berdasarkan Tingkat Pengetahuan (N=90) Tingkat pengetahuan Perilaku Menyusui ASI Total ASI dan Susu responden formula (n=) % (n=) % N % Rendah 7 87,5 1 12,5 8 100 Cukup 25 78,1 7 21,9 32 100 Tinggi 42 84,0 8 16,0 50 100 Hasil analisis diperoleh responden dengan pengetahuan rendah mempunyai perilaku menyusui dengan memberi ASI saja lebih tinggi (87,5%) dibandingkan responden dengan pengetahuan cukup (78,1%) dan responden berpengetahuan tinggi (82,2%). Universitas Indonesia Gambaran Tingkat..., Ponsinah, FIK UI, 2012. BAB 6 PEMBAHASAN Bab ini membahas hasil penelitian mencakup gambaran tingkat pengetahuan perawat tentang bermain terapeutik, dan gambaran tingkat pengetahuan perawat berdasarkan karakteristik. Interpretasi penelitian menggunakan konsep teori yang relevan. 6.1 Intepretasi dan Diskusi Hasil 6.1.1 Gambaran Perilaku Menyusui Berdasarkan Cara Persalinan Hasil penelitian didapatkan mayoritas responden melahirkan dengan cara operasi sectio caesaria dan hanya sebagian kecil yang lahir dengan cara normal spontan. Sebagian besar responden yang melahirkan dengan sectio caesaria, perilaku menyusuinya dengan memberi ASI saja dan sebagian kecil responden selain menyusui juga memberi tambahan susu formula. Kelompok responden yang melahirkan secara spontan 100 % hanya menyusui dan memberi ASI. Sesuai penelitian yang dilakukan oleh Arifah (2009), pada persalinan normal 87,5% responden berhasil melakukan IMD dengan waktu 38,42 menit, sedangkan responden yang melahirkan dengan operasi sectio caesaria hanya 4,2% yang berhasil melakukan IMD dengan waktu 154,45 menit. Demikian juga penelitian yang dilakukan Cakmak (2006) menunjukan terdapat perbedaan yang bermakna keberhasilan menyusui antara persalinan normal dan operasi sectio caesaria pada saat penyusuan pertama, kedua, dan ketiga. Pada penyusuan pertama ibu yang melahirkan secara normal spontan mempunyai kemampuan menyusui yang lebih baik dibandingkan ibu yang melahirkan secara sectio caesaria dalam hal kemampuan perlekatan bayi, kemampuan bayi mengisap dan menelan, tipe niple, rasa nyaman ibu saat menyusui dan bantuan yang dibutuhkan untuk mulai penyusuan. 39 Gambaran Tingkat..., Ponsinah, FIK UI, 2012. Universitas Indonesia 40 Pada persalinan normal jika apgar score diatas 7 dapat segera dilakukan penyusuan dini dan segera dilakukan rawat gabung (Sidi, Suradi, Masoara, Boediharjo, Marnoto, 2009) sehingga tidak ada penundaan awal penyusuan. Penyusuan dini akan merangsang pengeluaran hormon prolaktin dan oksitosin sehingga meningkatkan produksi dan aliran ASI sehingga siap tersedia untuk bayi. Rawat gabung membuat ibu dapat menyusui secara on demand sehingga pengeluaran ASI menjadi efektif dan teratur sehingga akan meningkatkan produksi ASI. Keberhasilan menyusui pada satu jam pertama setelah lahir akan membantu keberhasilan menyusui secara eksklusif selama 6 bulan. Pada persalinan dengan operasi sectio caesaria ditemukan masalah nyeri dan efek anastesi yang menyebabkan terlambat dilakukan inisiasi dini (Cakmak, 2006). Jika ibu mendapat anastesi spinal atau epidural menyusui dini dapat dilakukan segera setelah lahir di kamar operasi. Jika ibu mendapat anastesi umum menyusu dini dilakukan di kamar pulih saat ibu sudah sadar. Hal ini mengakibatkan terjadi penundaan waktu rawat gabung 4-6 jam bahkan lebih dari 24 jam. Penundaan ini karena ibu masih lemah, ibu masih merasa sakit, dan mobilitas ibu terbatas sebagai efek obat anastesi. Penundaan waktu rawat gabung dan awal penyusuan menjadi indikasi pemberian minuman pralakteal selama periode antara lahir dan mulai menyusui bayi. Rasa nyeri di area operasi dan keterbatasan gerak pada awal post operasi dapat mengganggu kenyamanan ibu untuk menyusui sehingga ibu menunda waktu untuk kontak dan menyusui bayinya. Dibutuhkan kemauan dan keyakinan ibu untuk memulai penyusuan dini. Penelitian yang dilakukan Andre (2006) menemukan adanya peningkatan persalinan dengan operasi sectio caesaria 1,3% (tahun 1991), meningkat menjadi 2,5% (tahun 1994) dan tahun 1997 meningkat menjadi 4,28%. Peningkatan kejadian sectio caesaria secara tidak langsung mempengaruhi kesuksesan dalam menyusui. Chertok (2008) dalam Budiarti (2009) menyatakan bahwa ibu-ibu yang melahirkan secara sectio beresiko tiga kali lebih besar berhenti menyusui pada bulan pertama postpartum karena tidak dilakukan inisiasi menyusu dini serta Universitas Indonesia Gambaran Tingkat..., Ponsinah, FIK UI, 2012. 41 keterlambatan dalam memberikan ASI dibandingkan dengan ibu yang melahirkan secara normal. 6.1.2 Alasan Ibu Memberi Susu Formula Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar responden sudah menyusui dan hanya memberi ASI saja dan sebagian kecil responden yang menambahkan susu formula untuk memenuhi kebutuhan bayinya. Alasan ibu menambahkan susu formula sebagian besar karena ibu merasa ASI masih kurang, dan sebagian kecil karena adanya masalah payudara seperti niple terbenam, dan niple lecet. Sesuai dengan penelitian Kian (2008) yang mewancarai responden alasan tidak menyusui karena produksi ASI sedikit, dan puting yang terbenam. Secara fisiologis ASI yang keluar masih sedikit pada hari-hari awal penyusuan ±1-10 ml setiap menyusui dan akan meningkat jumlah ASI yang keluar seiring dengan penyusuan yang efektif dan pengosongan payudara yang teratur dan sempurna. Keyakinan ibu bahwa dirinya mampu menyusui mempengaruhi produksi ASI. Ibu yang kurang percaya diri dan cemas saat menyusui dapat mempengaruhi kerja hormon oksitosin sehingga ASI tidak keluar. Kurangnya pengetahuan dan pengalaman ibu tentang menyusui menyebabkan ibu memberi tambahan susu formula karena merasa ASI kurang. Bayi yang sudah kenyang diberi susu formula menjadi malas untuk menyusu keibu karena membutuhkan usaha lebih keras dibandingkan minum dengan botol (Sidi, Suradi, Masoara, Boediharjo, Marnoto, 2009). Akibatnya pengosongan payudara menjadi tidak sempurna sehingga payudara menjadi bengkak dan nyeri. Meskipun ASI yang keluar masih sedikit, jumlah ini sudah mencukupi kebutuhan bayi. Protein dan karbohidrat ASI mudah dicerna sehingga lambung cepat kosong dan bayi cepat menjadi lapar(Wong, 2009; Lang, 2002).Bayi yang lapar akan menangis dan hal sering diasumsikan ibu ASInya kurang. Universitas Indonesia Gambaran Tingkat..., Ponsinah, FIK UI, 2012. 42 Meskipun sebagian besar responden menyusui dan memberi ASI (Full breastfeeding) selama dirumah sakit, tetapi angka ini dapat menurun karena adanya masalah menyusui seperti diatas. Bantuan petugas pada fase ini sangat diperlukan seperti menjelaskan tentang fisiologi laktasi, bantuan untuk mengatasi bengkak dan nyeri pada payudara serta suport bahwa setiap ibu pasti bisa menyusui. Hal ini sesuai teori bahwa keberhasilan menyusui bukan sesuatu yang datang dengan sendirinya, tetapi merupakan ketrampilan yang perlu diajarkan dan disiapkan (Suradi, 2009). 6.1.3 Gambaran Perilaku Menyusui Berdasar Tingkat Pengetahuan Responden Separuh dari responden mempunyai tingkat pengetahuan yang tinggi tentang ASI dan menyusui dan hanya sebagian kecil yang berpengetahuan kurang. Hasil analisis diperoleh responden dengan pengetahuan rendah mempunyai perilaku menyusui dengan memberi ASI saja lebih tinggi dibandingkan responden dengan pengetahuan cukup dan responden berpengetahuan. Hasil ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Harmany (1999) yang menyatakan ada hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan dengan pola menyusui dimana semakin baik pengetahuan, perilaku menyusui lebih baik dibanding yang berpengetahuan kurang. Pengetahuan merupakan salah satu domain terbentuknya perilaku (Bloom dalam Notoatmojo, 2005). Perilaku yang didasari oleh pengetahuan yang baik akan lebih awet daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Pengetahuan ibu tentang ASI dan menyusui dipengaruhi oleh pendidikan ibu, pengalaman menyusui sebelumnya dan keterpaparan dengan sumber informasi seperti media massa, petugas kesehatan, dan kontak dengan kelompok ibu yang sudah berhasil menyusui. Responden dengan pengetahuan kurang dan pengetahuan cukup dalam penelitian ini sebagian besar menyusui dan memberi ASI (full breastfeeding). Hal ini dimungkinkan karena domain perilaku dipengaruhi oleh banyak faktor Universitas Indonesia Gambaran Tingkat..., Ponsinah, FIK UI, 2012. 43 seperti sikap dan keyakinan yang baik tentang ASI dan menyusui, atau adanya nilai tradisi dimasyarakat yan mendukung menyusui. 6.2 Keterbatasan Penelitian Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian survey yang bersifat deskriptif dimana semua variabel baik independen maupun dependen diukur pada waktu yang bersamaan. Desain penelitian ini hanya bersifat menggambarkan suatu keadaan tanpa melihat suatu hubungan antara variabel dan atau arah sebab akibat suatu variabel. Pengambilan data dilakukan secara bersamaan dalam beberapa ruangan dimana tiap ruangan terdapat beberapa responden, sehingga dimungkinkan ada responden yang saling bertanya untuk mengisi jawaban. Pengisian kuisioner oleh responden dilakukan sambil merawat bayinya seperti menyusui, mengganti popok, sehingga ibu menjadi terburu-buru dan tidak fokus untuk menjawab kuesioner. 6.3 Implikasi Keperawatan 6.3.1 Data awal ini dapat menjadi masukan rumah sakit untuk melakukan evaluasi tentang pelaksanaan program manajemen laktasi dan membuat rencana pengembangan manajemen laktasi. 6.3.2 Menjadi masukan bagi Departemen Keperawatan untuk mengevaluasi kebijakan rawat gabung sehingga tidak ada lagi bayi yang mengalami penundaan waktu kontak awal dengan ibu dan pemberian minuman pralakteal dapat dihindari. 6.3.3 Menjadi masukan bagi ruang rawat nifas untuk lebih meningkatkan asuhan keperawatan khususnya pada ibu yang melahirkan dengan operasi sectio caesaria sehingga lebih banyak bantuan yang dapat diberikan. Universitas Indonesia Gambaran Tingkat..., Ponsinah, FIK UI, 2012. BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini merupakan penutup yang merupakan kesimpulan atas pertanyaan penelitian yang telah dirumuskan serta rekomendasi peneliti berdasarkan hasil penelitian. 7.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian diperoleh kesimpulan: 1. Berdasarkan karakteristik responden, mayoritas responden berusia antara 20-35 tahun dengan sebagian besar responden tidak bekerja. Pendidikan responden sebagian besar berpendidikan menengah. Berdasarkan riwayat menyusui separuh responden sudah pernah menyusui sebelumnya. 2. Mayoritas responden dalam penelitian ini melahirkan dengan operasi sectio. Pada responden yang melahirkan normal 100% ibu menyusui saja tanpa menambah susu formula, sedangkan pada responden yang melahirkan dengan sectio 23,9% responden memberi tambahan susu formula. 3. Perilaku menyusui sebagian besar responden sudah baik yaitu sebagian besar hanya menyusui dengan memberi ASI saja dan hanya sebagian kecil responden yang memberi tambahan susu formula. Alasan responden memberi tambahan susu formula karena ASI kurang. 4. Berdasarkan tingkat pengetahuan separuh responden mempunyai tingkat pengetahuan yang tinggi dan hanya sedikit yang berpengetahuan kurang. Pada responden yang berpengetahuan tinggi perilaku menyusui dengan memberi tambahan susu formula lebih tinggi dibandingkan responden berpengetahuan cukup dan lebih rendah dibandingkan dengan responden berpengetahuan rendah. 44 Gambaran Tingkat..., Ponsinah, FIK UI, 2012. Universitas Indonesia 45 7.2 Saran 7.2.1 Bagi RS dan pelayanan keperawatan 1. Pihak rumah sakit dapat mengembangkan program manajemen laktasi yang dapat diberikan sejak ANC, intra natal dan post natal, sehingga pasien rujukan yang tidak melakukan ANC di rumah sakit tetap mendapat informasi tentang ASI dan menyusui. 2. Rumah sakit khususnya keperawatan memperbaiki kebijakan rawat gabung sehingga bayi yang sehat tidak mengalami penundaan kontak dengan ibunya. 3. Rumah sakit memperbaiki kebijakan penunggu pasien khususnya di ruang rawat klas 3 sehingga ibu post sectio ada yang menunggu untuk membantu dan memberi suport menyusui yang baik 4. Diharapkan ruang rawat ibu nifas lebih meningkatkan asuhan keperawatan khususnya pada ibu-ibu yang melahirkan sectio dan ibu yang belum berhasil menyusui dengan memberi bantuan sesuai kebutuhan pasien. 7.2.2 Bagi pengembangan penelitian selanjutnya Perlu dilakukan penelitian serupa dengan metode penelitian yang lain sehingga akan diperoleh gambaran faktor-faktor penyebab keberhasilan menyusui baik lahir normal maupun dengan sectio. Universitas Indonesia Gambaran Tingkat..., Ponsinah, FIK UI, 2012. Daftar Pustaka Andre, A,R. (2006). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Persalinan Melalui Operasi Sesar Tahun 1997-2003. Tesis tidak diterbitkan. FKM Program Pasca Sarjana Ilmu Kesehatan Masyarakat. Universitas Indonesia. http_www.lontar.ui.ac.id. Diambil tanggal 3 Juli 2012. Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Edisi VI. Jakartya: PT Rineka Cipta. Arifah, I,N. (2009). Perbedaan Waktu Keberhasilan Inisiasi Menyusu Dini Antara Persalinan Normal Dengan Caesar Di Ruang An-Nisa RSI Sultan Agung Semarang. Skripsi tidak diterbitkan. PSIK FK. Universitas Diponegoro. Semarang. www. Undip.ac.id. Diambil tanggal 9 Oktober 2011. Arneta, N. (2009). Status Gizi Bayi 1,5 – 8 Bulan Di Jakarta Pusat Dan FaktorFaktor Yang Berhubungan. Skripsi tidak diterbitkan. FK Universitas Indonesia, Jakarta, Indonesia. http_www.lontar.ui.ac.id.Diambil tanggal 25 Maret 2012. Arvin, B,K. (1996). Ilmu kesehatan anak. (Wahab, S. penerjemah). Jakarta: EGC. Astuti, M,T (2010). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemberian Asi Pada Ibu-Ibu Yang Berkunjung Ke Puskesmas Kecamatan Pasar Mingu Jakarta Selatan. Skripsi Tidak Diterbitkan. FKM Program Studi Kesehatan Reproduksi. Universitas Indonesia. Baker,S,H. (2003). The Infant Feeding Decision: A Survey of Limited-Resource Women in North Carolina. www. Proquest. Diambil tanggal 18 september 2011. Bobak, I.M; Lowdermilk, D,L; Jensen, M,D; Perry, S.E. (2005). Buku Ajar Keperawatan Maternitas. (Wijayarini, M,A. Penerjemah). Edisi 4. Jakarta: EGC. Bramson, L,M. (2008). The Association Of Maternal Intention To Breastfeed, Early Skin-To-Skin Mother/Infant Contact, And Exclusive Breastfeeding During The Maternity Hospital Stay. www. Proquest. Diambil tanggal 18 september 2011. Budiati, T (2009). Efektifitas Pemberian Paket “Sukses ASI” Terhadap Produksi ASI Ibu Menyusui Dengan Seksio Sesaria Di Wilayah Depok Jawa Barat. Tesis tidak diterbitkan. Magister Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, Depok, Indonesia. http_www.lontar.ui.ac.id.Diambil tanggal 19 Juni 2012. Gambaran Tingkat..., Ponsinah, FIK UI, 2012. Bystrova, K. Early Lactation Performance In Primiparous And Multiparous Women In Relation To Different Maternity Home Practices. A randomised trial in St. Petersburg. www.beastfeeding journal. Diambil tanggal 28 September 2011 Cakmak,H; Kuguoglu, S. (2006). Comparison Of The Breastfeeding Patterns Of Mothers Who Delivered Their Babies Per Vagina And Via Cesarean Section:An Observational Study Using The LATCH Breastfeeding Charting System. www.sciencedirect.com. Diambil tanggal 19 Juni 2012 Ganong, W.F. (2008). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC. Gardner,S,L,; Merenstain,G,B. (2002). Hand Book Of Neonatal Intensive Care. Fifth edition. St. Louis Missouri: Mosby. Guyton, A.C. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran 3, Edisi 7. Jakarta:EGC. Harmani, N. (1999). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pola Menyusui Diwilayah Pemukiman Kumuh. Tesis tidak diterbitkan. Universitas Indonesia, Depok, Indonesia. http_www.lontar.ui.ac.id.Diambil tanggal 25 Maret 2012. Hastono, S, P; Sabri, L. (2010). Statistik Kesehatan. Jakarta: Rajawali Press. Hastono, S, P. (2007). Analisis Data Kesehatan. FKM Universitas Indonesia Hubertin, S,P. (2003). Konsep Penerapan ASI Eksklusif. Buku saku untuk bidan. Jakarta: EGC. Huka, C, L. (2010). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku Pemberian ASI Eksklusif Diwilayah Cijeruk. Kab Bogor, Jawa Barat. Skripsi tidak diterbitkan. FKM. Universitas Indonesia. Depok, Indonesia. Keith, S; Amy, G. (2006). Initial Management Of Breastfeeding. www.proquest. Diambil tanggal 18 November 2011. Kian, M,O; Jutomo, L; Talahatu, A,H. (2008). Kajian Lama Pemberian ASI Ekslusif Pada Kelompok Ibu Bekerja Dan Tidak Bekerja Di Kota Soe Kabupaten Timor. Skripsi tidak diterbitkan. FKM Undana. www.google.scholar. Diambil tanggal 15April 2012. Lang, S. (2003). Breastfeeding special Care Babies. Second edition. London: Bailliere Tindall. Leifer, G (1999). Introduction To Maternity And Pediatric Nursing. Philadelpia: W.B. Saunders Company Gambaran Tingkat..., Ponsinah, FIK UI, 2012. Mappiwalli. A. (2009). ASI Eksklusif dan Rawat Gabung. (Tidak diterbitkan) sebagai tugas kepaniteraan klinik obstetric ginekologi FKUNHAS 2009. Mawaddah, N., Hardinsyah. (2008). Pengetahuan, Sikap, Dan Praktek Gizi Serta Tingkat Konsumsi Ibu Hamil Di Kelurahan Kramat Jati Dan Kelurahan Ragunan Propinsi DKI Jakarta. Jurnal Gizi Dan Pangan. Muharani, F (2010). Perilaku Ibu Dalam Pemberian ASI Pada Bayi Di Provinsi Kepulauan Riau (Analisis Data Sekunder Survei Demogragi Dan Kesehatan Indonesia Tahun 2007). Skripsi tidak diterbitkan. FKM Universitas Indonesia Peminatan Kebidanan Komunitas. UI Depok, Notoatmojo, S (2005). Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Jakarta : Penerbit Rineka Cipta Notoatmojo, S (2010).Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Penerbit Rineka Cipta. Pedoman Pekan ASI (PAS) Sedunia 2010. www.gizi depkes.go.id. Diambil tanggal 10 September 2011. Potter, A,P; Perry, A,G. (2005). Fundamental Keperawatan Konsep Proses, dan Praktek. Edisi 4 (Asih, Y, dkk. Alih bahasa). Jakarta: EGC. Polit, D,F; Beck, C,T. (2003). Nursing Research Principles and Methods. Seventh Edition. Lippincot William Wilkin. Permenag PP & PA No 3 tahun 2010 Tentang Penerapan Sepuluh Langkah Menuju Keberhasilan Menyusui. Priyatno, D. (2009). 5 jam Belajar Olah Data dengan SPSS17. Yogyakarta: Penerbit Andi. Rooming-in, Dekatkan Ibu dan Bayi. www. Mom & Kiddie//nsa).Diunduh tanggal 10 September 2011. Sidi, I, P, S., Suradi, R., Masoara, S., Boediharjo, S, D., Marnoto, W. (2009). Bahan Bacaan Manajemen laktasi. Jakarta : Perinasia. Soetjiningsih.(1997). ASI Petunjuk Untuk Tenaga Kesehatan. Jakarta: EGC. Sugiyono (2007). Statistika untuk Penelitian. Bandung: Penerbit Alfabeta. Suradi, R (Kontributor).(2008). Buku Ajar Neonatologi. Jakarta : Badan Penerbit IDAI. Gambaran Tingkat..., Ponsinah, FIK UI, 2012. Suryani, A. (2009). Prevalensi Obesitas Pada Anak Taman Kanak-Kanak Di Kelurahan Cikini, Kecamatan Menteng, DKI Jakarta Dan Hubungannya Dengan Konsumsi ASI. Skripsi tidak diterbitkan. FK Universitas Indonesia, Jakarta, Indonesia. http_www.lontar.ui.ac.id.Diambil tanggal 25 Maret 2012. Wong. D.L., Eaton.M.H. (2009). Wong's essential of Pediatric Nursing. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Volume 1. (Sutana, penerjemah) Jakarta: EGC. (Sumber asli diterbitkan 2001). Gambaran Tingkat..., Ponsinah, FIK UI, 2012. Lampiran 1 FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS INDONESIA PERSETUJUAN TERTULIS UNTUK PARTISIPASI DALAM PENELITIAN Dengan hormat, Nama saya Ponsinah, saya adalah mahasiswa S1 Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia semester 4. Saya akan melakukan penelitian tentang “Gambaran Tingkat Pengetahuan Perilaku Menyusui Ibu Nifas dengan Melahirkan Spontan dan Sectio Caesaria yang Dilakukan Rawat Gabung”. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi perilaku menyusui ibu selama dirumah sakit Pasar Rebo Jakarta Timur. Penelitian ini melibatkan ibu-ibu yang melahirkan di RSUD Pasar Rebo dan bayinya yang sudah dirawat gabung dengan ibu. Keterlibatan dalam penelitian ini tidak menyebabkan risiko atau kerugian yang dapat mengganggu kesehatan. Keputusan ibu dalam penelitian ini, tidak berpengaruh pada pelayanan yang diterima ibu. Apabila memutuskan berpartisipasi, ibu bebas untuk mengundurkan diri kapanpun dari penelitian. Saya akan menjaga kerahasiaan ibu dan keterlibatan ibu dalam penelitian ini. Nama ibu tidak akan dicatat dimanapun. Semua kuesioner yang telah terisi hanya akan diberikan nomor kode yang tidak bisa digunakan untuk mengidentifikasi identitas anda.. Depok, April 2012 Peneliti Gambaran Tingkat..., Ponsinah, FIK UI, 2012. Lampiran 2 Lembar Persetujuan responden Judul Penelitian : Gambaran Tingkat Pengetahuan Perilaku Menyusui Ibu Nifas dengan Melahirkan Spontan dan Sectio Caesaria yang Dilakukan Rawat Gabung”. Peneliti : Ponsinah Pembimbing : Hayuni Rahmah, SKp. MNS Alamat : Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia Setelah membaca dan memahami lembar persetujuan ini, saya mengerti bahwa penelitian ini tidak akan berpengaruh negatif terhadap diri saya dan berguna untuk pengembangan keperawatan. Saya mengetahui bahwa informasi yang saya berikan dijamin kerahasiannya dan akan segera diamankan setelah penelitian ini selesai. Saya menyatakan bahwa saya bersedia menjadi responden pada penelitian ini. Demikian pernyataan ini saya buat tanpa ada paksaan dari pihak manapun. Saya berharap partisipasi saya dalam penelitian ini dapat bermanfaat. Jakarat, April 2012 Responden Gambaran Tingkat..., Ponsinah, FIK UI, 2012. Lampiran 3 INSTRUMEN PENELITIAN Kode Responden : Tanggal Pengambilan Data : Ruang : (diisi oleh peneliti) Petunjuk pengisian 1. Menjawab setiap pertanyaan yang tersedia dengan melingkari jawaban yang dianggap paling benar. 2. Semua pertanyaan harus dijawab 3. Setiap satu pertanyaan diisi dengan satu jawaban A. Data Umum 1. Umur : 1. < 20 tahun 2. 20 – 35 3. > 36 tahun 2. Pendidikan : 3. Pekerjaan : 1. SD 2. SMP 3. SLTA 4. PT 1. Bekerja 2. Tidak bekerja B. Riwayat Menyusui 4. Apakah ibu pernah menyusui sebelumnya: 1. Belum pernah menyusui 2. Pernah menyusui C. Riwayat Persalinan 5. Cara persalinan saat ini : 1. Spontan, normal 2. Operasi Gambaran Tingkat..., Ponsinah, FIK UI, 2012. D. Perilaku Menyusui 6. Apakah ibu menyusui dan memberi ASI pada bayi yang lahir sekarang? 1. Ya, saya menyusui 2. Tidak, saya tidak menyusui 7. Untuk kelahiran yang sekarang, bagaimana ibu memberi minum bayi untuk memenuhi kebutuhan gizinya? 1. Saya memberi tambahan minum susu formula 2. Saya menyusui dan memberi tambahan susu formula 3. Lain-lain (sebutkan jika tidak ada di pilihan).......................................... 8. Apakah alasan ibu memberi tambahan susu formula (jawaban boleh lebih dari satu): 1. ASI belum keluar 3. Puting tidak menonjol 2. Ibu tidak bisa menyusui 4. Lain-lain (sebutkan)........................ E. Pengetahuan ibu 1. Apakah yang ibu ketahui tentang ASI eksklusif a. Memberi ASI saja sampai bayi berusia 6 bulan b. Memberi ASI diselingi dengan memberi susu formula c. Memberi ASI, air putih dan susu formula secara bergantian d. Tidak tahu 2. Apa yang ibu ketahui tentang kolostrum? a. ASI yang berwarna putih b. ASI yang encer c. ASI yang keluar pada 1-5 hari pertama, kental berwarna kekuningkuningan d. Tidak tahu 3. Apa manfaat kolostrum untuk bayi? a. Mengandung zat gizi b. Mengandung zat kekebalan untuk melindungi tubuh bayi dari berbagai macam penyakit c. Merupakan makanan bayi d. Tidak tahu Gambaran Tingkat..., Ponsinah, FIK UI, 2012. 4. Apa manfaat memberi ASI untuk bayi: a. Mengandung zat gizi dan kekebalan untuk bayi b. ASI merupakan makanan untuk bayi c. Supaya bayi cepat kenyang dan tidak menangis d. Tidak tahu 5. Apa manfaat pemberian ASI bagi ibu: a. Supaya payudara tidak bengkak b. Menunda kehamilan dan mengurangi perdarahan setelah melahirkan c. Tidak ada manfaatnya, membuat payudara kendor d. Tidak tahu 6. Menurut ibu berapa kali sebaiknya bayi disusui dalam sehari a. Bayi disusui satu jam sekali b. Bayi disusui 10x dalam 24 jam c. Bayi disusui kapanpun bayi mau/ membutuhkan d. Tidak tahu 7. Menurut ibu sebaiknya menyusui itu sampai bayi berumur berapa: a. 4 bulan b. 12 bulan c. 24 bulan d. Tidak tahu 8. Menurut ibu pada usia berapa bayi mulai mendapat makanan selain ASI? a. Segera setelah lahir bayi diberi madu b. 4 bulan, bayi dapat diberi cairan lain selain ASI c. 6 bulan bayi mulai dapat diberi makanan lain selain ASI d. Tidak tahu 9. Menurut ibu jika melahirkan secara operasi apakah akan menghalangi untuk menyusui? a. Ya, karena bekas operasi masih sakit sehingga tidak bisa menyusui b. Tidak, ibu tetap bisa menyusui meskipun lahir dengan operasi c. Ya, karena ASI belum keluar sehingga tidak bisa menyusui d. Tidak tahu Gambaran Tingkat..., Ponsinah, FIK UI, 2012. 10. Menurut ibu jika melahirkan dengan cara operasi, kapan ibu bisa mulai menyusui? a. Ibu boleh menyusui setelah luka operasi sembuh b. Ibu boleh menyusui jika sudah tidak merasa nyeri c. Ibu bisa menyusui segera setelah ibu sadar d. Tidak tahu 11. Menurut ibu apakah payudara yang kecil mempengaruhi produksi ASI a. Ya, payudara yang kecil produksi ASI akan sedikit b. Tidak, besar kecil payudara tidak mempengaruhi banyaknya ASI yang keluar c. Payudara yang besar akan menghasilkan ASI yang banyak d. Tidak tahu 12. Menurut ibu apakah kandungan gizi ASI sudah mencukupi kebutuhan bayi a. Ya, kandungan gizi dalam ASI sudah mencukupi seluruh kebutuhan bayi b. Kandungan gizi ASI belum mencukupi sehingga perlu ditambah susu formula c. Lebih baik kandungan gizi susu formula dari pada ASI sehingga bayi cepat kenyang d. Tidak tahu 13. Menurut ibu zat gizi apa dalam ASI yang berperan penting untuk perkembangan otak bayi a. Lemak dan protein c. AA dan DHA b. Karbohidrat dan protein d. Tidak tahu 14. Menurut ibu lebih baik memberi ASI atau memberi susu formula a. Memberi ASI karena manfaat ASI tidak tergantikan oleh susu formula b. Susu formula lebih mahal harganya sehingga lebih baik dari ASI c. Sama saja tidak ada bedanya memberi ASI atau susu formula d. Tidak tahu Gambaran Tingkat..., Ponsinah, FIK UI, 2012. 15. Jika payudara ibu bengkak apakah yang harus dilakukan? a. Berhenti menyusui karena sakit b. Lakukan kompres hangat, pijat ringan pada payudara yang bengkak, ibu harus rilek, bayi tetap disusui c. Berhenti menyusui takut bayinya menjadi demam d. Tidak tahu 16. Jika puting susu datar atau terbenam apa yang harus dilakukan? a. Berhenti menyusui karena bayi tidak bisa menyusu b. Memberi minum bayi dengan botol c. Melakukan perawatan payudara dengan menarik puting susu dengan tangan atau dengan pompa puting susu d. Tidak tahu 17. Menurut ibu bagaimana posisi menyusui yang benar untuk ibu dan bayi? a. Ibu duduk, kaki menggantung, tubuh bayi menghadap puting, tangan kanan ibu memegang ujung puting b. Ibu duduk bersandar, kaki tidak menggantung, bayi menempel ibu menghadap payudara, tangan kanan ibu menyangga payudara dari bawah. c. Ibu duduk, kaki tidak menggantung, Bayi dipangkuan ibu muka bayi menghadap payudara, tangan kanan ibu memegang ujung puting d. Tidak tahu 18. Apa yang ibu ketahui tentang tanda bayi mengisap dengan benar? a. Terdengar bunyi cup-cup dari mulut bayi saat mengisap b. Bayi menyusu sambil tidur c. Bayi mengisap kuat dengan irama perlahan d. Tidak tahu Gambaran Tingkat..., Ponsinah, FIK UI, 2012. Lampiran 4 Jadwal Kegiatan Penelitian Jadwal Kegiatan Febuari III Peer Review 2 orang teman Revisi Judul, Pembuatan bab 1 dan 2 Pembuatan Bab 3 dan 4 Kuisioner Uji Coba Kuisioner IV Maret I April II III IV √ √ √ I III √ √ III Mei IV I √ √ II Juni III IV I √ √ Juli II III √ √ IV I II √ √ √ Pengambilan Data Pengolahan dan Analisa Data Penyerahan Manuskrip √ Sidang Skripsi √ Penyerahan Hasil Revisi √ Gambaran Tingkat..., Ponsinah, FIK UI, 2012. Lampiran 5 Gambaran Tingkat..., Ponsinah, FIK UI, 2012.