Gambaran Tingkat..., Ponsinah, FIK UI, 2012.

advertisement
UNIVERSITAS INDONESIA
GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN PERILAKU
MENYUSUI IBU NIFAS DENGAN PERSALINAN SPONTAN
DAN SECTIO CAESARIA YANG DIRAWAT GABUNG
SKRIPSI
PONSINAH
1006823476
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
PROGRAM SARJANA KEPERAWATAN
UNIVERSITAS INDONESIA
DEPOK
JULI 2012
Gambaran Tingkat..., Ponsinah, FIK UI, 2012.
UNIVERSITAS INDONESIA
GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN PERILAKU
MENYUSUI IBU NIFAS DENGAN PERSALINAN SPONTAN
DAN SECTIO CAESARIA YANG DIRAWAT GABUNG
SKRIPSI
Diajukan sebagai syarat untuk memenuhi tugas akhir untuk memperoleh
gelar sarjana keperawatan
PONSINAH
1006823476
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
PROGRAM SARJANA KEPERAWATAN
UNIVERSITAS INDONESIA
DEPOK
JULI 2012
Gambaran Tingkat..., Ponsinah, FIK UI, 2012.
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri,
dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk
telah saya nyatakan dengan benar.
Nama
: PONSINAH
NPM
: 1006823476
Tanda Tangan
:
Tanggal
: 4 JULI 2012
ii
Gambaran Tingkat..., Ponsinah, FIK UI, 2012.
HALAMAN PENGESAHAN
Skripsi ini diajukan oleh
Nama
:
Ponsinah
NPM
:
1006823476
Program Studi
:
Sarjana Ilmu Keperawatan
Judul Skripsi
:
Gambaran Tingkat Pengetahuan dan Perilaku
Menyusui Ibu Nifas dengan Persalinan Spontan
dan Sectio Caesaria yang dirawat Gabung
Telah berhasil dipertahankan dihadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai
bagian
persyaratan
Keperawatan
pada
yang
diperlukan
Program
Studi
untuk
Ilmu
memperoleh
Keperawatan,
gelar
Sarjana
Fakultas
Ilmu
Keperawatan, Universitas Indonesia
Dewan Penguji
Penguji I
: Hayuni Rahmah, S. Kp, MNS
Penguji II
: Titin Ungsianik, S.Kp, MBA
(
)
(
Ditetapkan di : Depok
Tanggal
: 4 Juli 2012
iii
Gambaran Tingkat..., Ponsinah, FIK UI, 2012.
)
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan hasil penelitian
dengan judul Gambaran Tingkat Pengetahuan dan Perilaku Menyusui Ibu Nifas
dengan Persalinan Spontan dan Sectio Caesaria yang di Rawat Gabung.
Selama pelaksanaan dan pembuatan laporan penelitian ini penulis banyak
mendapat bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan
ini penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Ibu Hayuni Rahmah, S.Kp, MNS selaku pembimbing yang telah memberikan
pengarahan dan bimbingan sehingga laporan hasil penelitian dapat
diselesaikan.
2. Ibu Kuntarti, S.Kp., M.Biomed selaku koordinator mata ajar Tugas Akhir.
3. Direktur RSUD Pasar Rebo, yang telah memberikan izin melakukan penelitian
di rumah sakit yang dipimpinnya.
4. Kepala bidang keperawatan RSUD Pasar Rebo dan seluruh jajarannya yang
telah membantu dalam pelaksanaan penelitian.
5. Rekan-rekan Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia Ekstensi 2010
yang selalu mengingatkan, memberi dukungan dan semangat.
6. Kedua orang tuaku, atas doa yang selalu dipanjatkan kepada Allah SWT dan
kakak serta adik yang selalu mengingatkan dan mendukung untuk terus maju.
Akhir kata, tiada gading yang tak retak, tidak ada manusia yang sempurna.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam laporan penelitian ini, karena
itu kritik dan saran yang membangun penulis harapkan untuk perbaikan laporan
penelitian ini.
Depok, 4 Juli 2012
Penulis
iv
Gambaran Tingkat..., Ponsinah, FIK UI, 2012.
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan di
bawah ini:
Nama
:
Ponsinah
NPM
:
1006823476
Program Studi
:
Sarjana Ilmu Keperawatan
Fakultas
:
Ilmu Keperawatan
Jenis karya
:
Skripsi
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada
Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-exclusive
Royalty-Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul : Gambaran Tingkat
Pengetahuan dan Perilaku Menyusui Ibu Nifas dengan Persalinan Spontan
dan Sectio Caesaria yang di Rawat Gabung beserta perangkat yang ada (jika
diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Noneksklusif ini Universitas Indonesia
berhak menyimpan, mengalih media/format-kan, mengelola dalam bentuk
pangkalan data (database), merawat, dan mempublikasikan tugas akhir saya
selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai
pemilik Hak Cipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di : Depok
Pada tanggal : 4 Juli 2012
Yang menyatakan
( Ponsinah )
v
Gambaran Tingkat..., Ponsinah, FIK UI, 2012.
ABSTRAK
Nama
Program Studi
Judul
: Ponsinah
: Sarjana Ilmu Keperawatan
: Gambaran Tingkat Pengetahuan dan Perilaku
Menyusui Ibu Nifas dengan Persalinan Spontan dan
Sectio Caesaria yang di Rawat Gabung
Rumah sakit berperan dalam menunjang keberhasilan menyusui melalui
pelaksanaan inisiasi menyusu dini dan rawat gabung. Penelitian ini bertujuan
mengidentifikasi perilaku menyusui pada ibu dengan persalinan normal dan
sectio caesaria selama dirawat gabung di RSUD Pasar Rebo. Penelitian ini
merupakan penelitian kuantitatif dengan desain deskriptif. Sampel penelitian
adalah ibu nifas yang sudah dilakukan rawat gabung bersama bayinya dengan
jumlah 90 orang. Hasil penelitian menunjukan seluruh ibu yang melahirkan
normal, menyusui dengan memberi ASI saja, sedangkan ibu yang melahirkan
dengan operasi selain memberi ASI masih ada yang memberi tambahan susu
formula. Saran untuk penelitian selanjutnya menggunakan desain korelasi
sehingga dapat diketahui perilaku menyusui dengan faktor yang berhubungan.
Kata kunci : Perilaku menyusui, persalinan normal, sectio caesarea
ABSTRACT
Name
Program
Title
: Ponsinah
: Faculty of Nursing University of Indonesia
: The Level of Knowledge and Behavior of Rooming-In
Breastfeeding Postpartum Mothers with Spontaneous
and Caesarean Section Delivery
A hospital has an important role in supporting a succesful breasfeeding through
the early initiation of breasfeeding and rooming in. This study aimed to identify
the breasfeeding behavior of mother with spontaneus and caesarean section
delivery while taken care at rooming-in unit Pasar Rebo District General
Hospital. This research was a quantitative study with descriptive design. The
research samples were 90 rooming-in postpartum mothers. The result showed that
all mothers with normal delivery provided only breast milk, while most mothers
with caesarean section delivery gave breast milk and few of them add formula
milk. It is suggested that the further research would use correlative design so that
the factors that influence breastfeeding behavior during hospitalization could be
identified.
Keyword: breastfeeding behavior, normal delivery, caesarean section
vi
Gambaran Tingkat..., Ponsinah, FIK UI, 2012.
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .......................................................................................
i
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS.............................................
ii
LEMBAR PENGESAHAN .............................................................................
iii
KATA PENGANTAR .....................................................................................
v
LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ........................
vi
ABSTRAK ....................................................................................................... vii
ABSTRACT..................................................................................................... vii
DAFTAR ISI.................................................................................................... viii
DAFTAR SKEMA...........................................................................................
x
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................
xi
DAFTAR TABEL............................................................................................ xii
DAFTAR DIAGRAM...................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................... xiv
BAB 1
PENDAHULUAN ..........................................................................
1.1 Latar Belakang Masalah ..........................................................
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................
1.3 Tujuan Penelitian .....................................................................
1.4 Manfaat Penelitian ...................................................................
1
1
6
7
7
BAB 2
TINJAUAN TEORI.......................................................................
2.1 Manfaat ASI dan Menyusui .....................................................
2.2 Fisiologi Laktasi ......................................................................
2.3 Faktor-Faktor
Yang
Mempengaruhi
Keberhasilan
Menyusui .................................................................................
2.4 Masalah Menyusui ...................................................................
2.5 Perilaku Menyusui ...................................................................
2.6 Rawat Gabung .........................................................................
8
8
11
BAB 3
KERANGKA KERJA PENELITIAN .........................................
3.1 Kerangka Konsep ....................................................................
3.2 Variabel Penelitian ..................................................................
3.3 Definisi Oprasional ..................................................................
26
26
26
27
BAB 4
METODE PENELITIAN .............................................................
4.1 Desain Penelitian .....................................................................
4.2 Populasi dan Sampel ................................................................
4.3 Tempat dan Waktu Penelitian ................................................
4.4 Etika Penelitian ........................................................................
4.5 Alat Pengumpul Data ..............................................................
4.6 Prosedur Pengumpulan Data ....................................................
4.7 Pengolahan dan Analisis Data .................................................
29
29
29
30
31
31
33
33
BAB 5
HASIL PENELITIAN...................................................................
35
BAB 6
PEMBAHASA N............................................................................
39
vii
Gambaran Tingkat..., Ponsinah, FIK UI, 2012.
15
17
20
23
BAB 7
6.1 Intepretasi dan Diskusi Hasil....................................................
6.2 Keterbatasan Penelitian ...........................................................
6.3 Implikasi Keperawatan ............................................................
39
43
43
KESIMPULAN DAN SARAN......................................................
44
DAFTAR REFERENSI
viii
Gambaran Tingkat..., Ponsinah, FIK UI, 2012.
DAFTAR SKEMA
Skema 2.1:
Urutan Terjadinya Perilaku ......................................................
22
Skema 3.1:
Kerangka Konsep Penelitian ....................................................
26
ix
Gambaran Tingkat..., Ponsinah, FIK UI, 2012.
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Reflek Prolaktin ........................................................................
13
Gambar 2.2
Let down Refleks .......................................................................
14
Gambar 2.3
Posisi Bayi Saat Menyusui ........................................................
16
x
Gambaran Tingkat..., Ponsinah, FIK UI, 2012.
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1
: Komposisi Kolostrum, ASI Matur dan Susu Sapi .......
9
Tabel 3.1
: Definisi Operasional .....................................................
27
Tabel 4.1
: Analisis Univariat .......................................................
34
Tabel 5.2 (b)
: Distribusi Perilaku Menyusui Ibu Berdasar Cara
Persalinan .....................................................................
Tabel 5.5
37
: Distribusi Perilaku Menyusui Ibu Berdasarkan
Tingkat Pengetahuan ..................................................
xi
Gambaran Tingkat..., Ponsinah, FIK UI, 2012.
38
DAFTAR DIAGRAM
Diagram 5.1
: Distribusi
Responden
Berdasarkan
Umur,
Pendidikan, Pekerjaan, Dan Riwayat Menyusui ......
35
Diagram 5.2 (a)
: Cara Persalinan Responden .......................................
36
Diagram 5.2 (b)
: Distribusi
Diagram 5.4
Alasan Ibu Memberi Susu Formula
Selama Dirawat Gabung ..........................................
37
: Distribusi Tingkat Pengetahuan Responden .............
38
xii
Gambaran Tingkat..., Ponsinah, FIK UI, 2012.
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
Lembar Informasi untuk Responden
Lampiran 2
Lembar Persetujuan Responden
Lampiran 3
Kuesioner Penelitian
Lampiran 4
Rencana Daftar Kegiatan Penelitian
Lampiran 5
Surat Ijin Pengambilan Data
xiii
Gambaran Tingkat..., Ponsinah, FIK UI, 2012.
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Air susu ibu (ASI) adalah bentuk nutrisi terpilih untuk bayi. Hal ini karena
didalam ASI mengandung zat protektif dan semua zat gizi dengan komposisi
sesuai kebutuhan bayi untuk tumbuh kembang secara optimal (Wong, 2009).
Kandungan zat gizi yang lengkap memungkinkan bayi cukup diberi ASI saja
tanpa tambahan susu formula atau cairan lain. ASI jika diberikan secara baik dan
benar dapat mencukupi seluruh kebutuhan bayi selama 6 bulan (Sidi, Suradi,
Masoara, Boediharjo, Marnoto, 2009).
Kandungan zat protektif dalam ASI diantaranya laktoferin dan immunoglobulin A
yang memberikan perlindungan terhadap bakteri pathogen dan enterovirus
(Bobak, 2005). Perlindungan ASI terhadap bakteri pathogen dan enterovirus akan
menghindarkan bayi dari diare dan penyakit infeksi lain, sehingga bayi menjadi
lebih sehat dan jarang sakit. Bayi yang sehat dan jarang sakit akan mengurangi
biaya untuk berobat, sehingga pengeluaran biaya dapat ditekan. Keadaan ini akan
memberikan rasa puas dan bangga ibu sehingga meningkatkan rasa percaya
dirinya karena sudah berhasil merawat dan melindungi bayinya.
Kandungan zat gizi yang lengkap didalam ASI memberi manfaat yang besar untuk
bayi seperti: manfaat nutrisi, imunologi dan psikologi (Bobak, 2005), kenaikan
berat badan yang baik setelah lahir, pertumbuhan periode perinatal yang baik,
mengurangi resiko alergi & insiden obesitas (Sidi, Suradi, Masoara, Boediharjo,
Marnoto, 2009). Menurut Dewey (1991), bayi yang mendapat ASI terutama diatas
dua sampai tiga bulan, cenderung tumbuh lebih memuaskan namun lebih lambat
dari bayi yang mendapat susu botol (Bobak, 2005). Penelitian yang dilakukan
oleh Arneta di Jakarta Pusat (2009) menunjukkan bayi yang mendapat ASI
ataupun susu formula mempunyai gizi yang baik, jadi tidak ada hubungan antara
status gizi buruk dengan pemberian ASI. Hal ini bukan berarti susu formula sama
baiknya dengan ASI, karena berat berlebih pada pemberian susu formula
1
Gambaran Tingkat..., Ponsinah, FIK UI, 2012.
Universitas Indonesia
2
menandakan kegemukan. Penelitian yang dilakukan Suryani (2009) di empat TK
di Cikini menunjukkan kejadian obesitas pada anak yang mendapat ASI eksklusif
19,1% meningkat menjadi 29,1% pada anak yang mendapat ASI tidak eksklusif,
dan semakin meningkat menjadi 42,9% pada anak yang tidak mendapat ASI.
Menyusui selain bermanfaat untuk bayi juga bermanfaat untuk ibu. Isapan bayi
pada payudara merangsang terbentuknya oksitosin yang membantu involusi uteri
dan mengurangi terjadinya perdarahan ((Sidi, Suradi, Masoara, Boediharjo,
Marnoto, 2009) sehingga organ-organ ibu cepat kembali ke keadaan sebelum
hamil. Penundaan haid dan berkurangnya perdarahan pasca persalinan
mengurangi prevalensi anemia defisiensi besi ((Sidi, Suradi, Masoara, Boediharjo,
Marnoto, 2009). Menyusui bukan cara efektif pengendalian kelahiran tetapi
menyusui dapat menunda kembalinya ovulasi setelah melahirkan (Bobak, 2005).
Selain itu kejadian karsinoma mamae pada ibu yang menyusui lebih rendah
dibanding pada ibu yang tidak menyusui (Sidi, Suradi, Masoara, Boediharjo,
Marnoto, 2009).
Melihat manfaat ASI yang besar untuk tumbuh kembang bayi, WHO-UNICEF
pada tahun 2002 menetapkan cara pemberian makan pada bayi yang baik dan
benar yaitu menyusui secara eksklusif sejak lahir sampai umur 6 bulan dan
meneruskan menyusui anak sampai umur 24 bulan. Mulai umur 6 bulan, bayi
mendapat makanan pendamping ASI ((Sidi, Suradi, Masoara, Boediharjo,
Marnoto, 2009). Istilah ini dikenal dengan ASI eksklusif yang berarti bayi hanya
diberi ASI saja tanpa makanan ataupun cairan lain selama 6 bulan.
Manfaat ASI dan menyusui sudah banyak diketahui secara luas. Sumber-sumber
informasi tentang ASI dapat diakses dengan mudah melalui internet. Kelompok
masyarakat pendukung ASI sudah banyak terbentuk, tetapi di masyarakat masih
banyak ibu yang tidak memberi ASI eksklusif dengan berbagai alasan. Penelitian
yang dilakukan oleh Kian (2008) di kota Soe kabupaten Timor menemukan alasan
ibu-ibu tidak memberikan ASI eksklusif 6 bulan karena produksi ASI sedikit,
puting terbenam, ibu bekerja, ibu menganggap ASI tidak mencukupi kebutuhan
Universitas Indonesia
Gambaran Tingkat..., Ponsinah, FIK UI, 2012.
3
bayi akan zat gizi dan pengaruh keluarga untuk memberi makanan tambahan
sebelum berusia 6 bulan. Selain itu gencarnya promosi susu formula di berbagai
media masa menjadi pemicu kurang berhasilnya pemberian ASI eksklusif. Data
SDKI 2002-2003 menunjukkan bayi dibawah usia 6 bulan yang mendapat susu
formula 16,7% meningkat menjadi 27,9% pada SDKI 2007. Pemberian susu
formula akan menurunkan pemberian ASI eksklusif. Data Susenas (2007-2008)
menunjukkan pemberian ASI eksklusif 6 bulan di Indonesia pada tahun 2007
adalah 62,2% dan pada tahun 2008 menjadi 56,2%. Hal ini menunjukkan cakupan
pemberian ASI eksklusif menurun.
Menurunnya pemberian ASI eksklusif dapat menjadi pemicu rendahnya status gizi
bayi dan balita yang berakibat meningkatnya angka kesakitan dan kematian bayi.
Mengutip dari majalah Mom & Kiddy dikatakan: “Bayi yang diberi susu kaleng
mempunyai risiko kematian empat kali lebih banyak daripada bayi yang hanya
minum ASI. Pemberian ASI eksklusif sejak umur 1 hari dapat mencegah 16
persen kematian bayi. Angka itu akan meningkat menjadi 22 persen kematian
dapat dicegah apabila ASI eksklusif dimulai sejak 1 jam dilahirkan (Mom &
Kiddie, 2010). Mengingat pentingnya pemberian ASI eksklusif kesiapan dan
keyakinan ibu terhadap kemampuan menyusui sangat diperlukan.
Kesiapan fisik dan mental ibu untuk melahirkan dan menyusui, serta informasi
yang cukup dan dukungan dari pihak lain dapat meningkatkan keyakinan ibu akan
kemampuannya untuk menyusui. Hal ini seperti dikutip dari Suradi (2008):
“Keberhasilan menyusui bukan sesuatu yang datang dengan sendirinya, tetapi
merupakan ketrampilan yang perlu diajarkan dan disiapkan”. Laktasi adalah
proses fisiologis alami, tetapi menyusui bukan naluriah melainkan perilaku sosial
(Baker, 2003). Hal ini berarti meskipun setiap wanita yang melahirkan dapat
mengeluarkan ASI secara fisiologis tetapi jika ibu tidak siap dan tidak diajarkan
cara menyusui yang benar, dapat terjadi kegagalan menyusui. Kegagalan
menyusui dapat terjadi karena posisi menyusui yang tidak benar, atau ASI belum
keluar sehingga bayi menangis dan tidak sabar. Kegagalan menyusui juga dapat
terjadi pada keadaan khusus seperti persalinan dengan sectio caesaria. Kondisi ini
Universitas Indonesia
Gambaran Tingkat..., Ponsinah, FIK UI, 2012.
4
dapat mendorong ibu untuk memberi susu formula sebagai pengganti ASI yang
belum keluar.
Kelahiran bayi dapat melalui persalinan normal atau dengan operasi sectio
caesaria. Kelahiran sectio caesaria adalah kelahiran janin melalui insisi
transabdomen pada uterus yang bertujuan memelihara kehidupan atau kesehatan
ibu dan janin (Bobak, 2005). Respon dan perasaan ibu yang melahirkan dengan
cara normal spontan dan operasi sectio caesaria akan berbeda. Perasaan takut,
kecewa, marah (sindrom “kenapa saya”), perubahan citra diri dapat dialami oleh
ibu yang melahirkan dengan operasi sectio caesaria (Bobak, 2005), sedangkan ibu
yang melahirkan dengan cara normal sudah siap mental sejak awal kehamilan.
Keadaan tersebut dapat menimbulkan masalah menyusui baik bagi ibu maupun
bayi. Ibu yang melahirkan secara spontan dapat segera menyusui segera setelah
melahirkan. Pada ibu yang melahirkan secara sectio caesaria dengan bius umum
tidak dapat segera menyusui bayinya, karena ibu belum sadar akibat pembiusan
dan bayi juga mendapat efek yang sama yaitu masih mengantuk. Menyusui dapat
dilakukan ketika keadaan ibu dan bayi sudah mulai normal, sedangkan ibu yang
melahirkan sectio caesaria dengan bius spinal dapat langsung menyusui karena
ibu sadar selama operasi (Sidi, Suradi, Masoara, Boediharjo, Marnoto, 2009).
Penelitian yang dilakukan di Semarang oleh Arifah (2009) menunjukkan ibu yang
melahirkan normal 87,5% berhasil menyusui pada satu jam pertama melahirkan
sedangkan ibu yang melahirkan dengan sectio caesaria hanya 4,2% yang berhasil
menyusui pada satu jam pertama lahir. Agar menyusui dapat berhasil pada semua
ibu tanpa memandang cara melahirkan, bantuan dan dukungan dari petugas
kesehatan di fasilitas kesehatan sangat dibutuhkan.
Bantuan menyusui yang dilakukan di jam-jam atau hari-hari pertama kelahiran
sangat menentukan keberhasilan dan mantapnya menyusui selanjutnya. Baker
(2003) mengatakan dukungan petugas kesehatan berupa pemberian informasi
tentang ASI dan menyusui serta bantuan jika ibu mengalami kesulitan dalam
menyusui dapat diberikan sejak antenatal, intranatal dan postnatal. Rumah sakit
Universitas Indonesia
Gambaran Tingkat..., Ponsinah, FIK UI, 2012.
5
merupakan fasilitas pelayanan kesehatan individu, tempat kelahiran dan
merupakan dimulainya suatu kehidupan. Pelayanan di rumah sakit memegang
peran dalam keberhasilan ibu menyusui eksklusif selama 6 bulan. Kehangatan
ruangan dan prosedur bayi baru lahir sebaiknya ditata agar kegiatan ini membantu
proses menyusui yang dapat dilakukan pada semua bayi baik yang dilahirkan
secara spontan atau melalui operasi sectio caesaria. Tatalaksana fasilitas kesehatan
yang mendukung keberhasilan menyusui diantaranya adalah menyusui awal
terutama selama jam pertama kelahiran (inisiasi menyusu dini), kontak kulit ke
kulit segera, dan rawat gabung (Wong, 2009).
Rawat gabung adalah cara perawatan ibu dan bayi yang baru dilahirkan tidak
dipisahkan, tetapi ditempatkan dalam satu ruang bersama-sama selama 24 jam
penuh dalam seharinya, bahkan bila mungkin bayi tidur bersama setempat tidur
dengan ibu (Suradi, 2009). Penempatan bayi bersama ibunya selama 24 jam
memungkinkan ibu dapat menyusui bayinya sedini mungkin
dan kapanpun
dibutuhkan (on demand). Ibu dapat mulai belajar menghadapi perilaku bayi kapan
dia lapar dan membutuhkan makan. Keadaan ini akan meningkatkan frekuensi ibu
menyusui bayinya, memperlancar pemberian ASI sehingga kebutuhan bayi akan
makanan terpenuhi. Menciptakan kebiasaan pemberian ASI yang baik sejak harihari pertama sangat penting untuk kesehatan bayi dan keberhasilan menyusui.
Kebiasaan menyusui sejak hari-hari pertama melahirkan dan keberhasilan
menyusui selama bayi bersama ibunya menimbulkan perasaan puas dan bangga
bagi ibu. Hal ini akan menjadi pengalaman yang mempengaruhi cara pemberian
ASI dimasa depan dengan memberikan ASI eksklusif 6 bulan. Mengutip dari
Bahan Bacaan Manajemen Laktasi (Sidi, Suradi, Masoara, Boediharjo, Marnoto,
2009) bahwa keputusan ibu untuk menyusui atau tidak dipengaruhi oleh
pengalaman menyusui sebelumnya, kebiasaan menyusui dalam keluarga,
pengetahuan ibu dan keluarga tentang manfaat ASI dan sikap ibu terhadap
kehamilannya apakah diinginkan atau tidak.
Universitas Indonesia
Gambaran Tingkat..., Ponsinah, FIK UI, 2012.
6
Rumah sakit Pasar Rebo merupakan rumah sakit umum daerah (RSUD) yang
memiliki fasilitas ruang bersalin, ruang perawatan ibu nifas dan ruang
Perinatologi. Dari buku register ruang Perinatologi sejak bulan Juli sampai
Desember 2011 rata-rata setiap bulan terdapat kelahiran 200 dengan cara spontan
maupun dengan tindakan operasi. Untuk mendukung keberhasilan menyusui,
rumah sakit Pasar Rebo sudah menerapkan program laktasi sejak hamil melalui
klinik laktasi, inisiasi menyusu dini dan rawat gabung. Rumah sakit tidak
menyediakan susu formula di tempat perawatan ibu nifas dan ibu selalu
dianjurkan untuk menyusui. Susu formula hanya disediakan di ruang Perinatologi
sebagai tempat perawatan bayi sakit dan diberikan pada kondisi tertentu. Namun
demikian, meskipun bayi sudah dirawat gabung dan dianjurkan memberi ASI saja,
tetapi tetap masih ada ibu yang memberi susu formula. Penelitian terkait dengan
perilaku menyusui ibu diruang nifas belum pernah dilakukan.
1.2 Rumusan Masalah
ASI mempunyai banyak manfaat baik bagi bayi maupun untuk ibu, tetapi praktek
dimasyarakat banyak ibu yang tidak memberikan ASI eksklusif dengan bermacam
alasan. Kesiapan ibu secara fisik dan mental mempengaruhi keberhasilan
pemberian ASI eksklusif yang dimulai sejak hari-hari pertama melahirkan. Rumah
sakit sebagai fasilitas pelayanan kesehatan untuk tempat kelahiran dan merupakan
dimulainya suatu kehidupan berperan dalam keberhasilan ibu menyusui. Hal ini
karena sejak hari pertama melahirkan dan menyusui, bantuan dari petugas rumah
sakit dan tatalaksana rumah sakit sangat mendukung keberhasilan menyusui.
RSUD Pasar Rebo merupakan salah satu fasilitas pelayanan kesehatan untuk
melahirkan dan sudah menerapkan program rawat gabung untuk mendukung
keberhasilan ASI eksklusif. Melalui program ini diharapkan ibu-ibu memberikan
ASI saja sejak hari-hari pertama menyusui, tetapi masih ditemui kejadian ibu-ibu
yang memberi susu formula kepada bayinya ketika masih di rumah sakit. Evaluasi
pemberian ASI selama di rumah sakit belum pernah dilakukan secara resmi,
Petugas hanya mengingatkan agar ibu memberikan ASI saja untuk bayinya.
Universitas Indonesia
Gambaran Tingkat..., Ponsinah, FIK UI, 2012.
7
Karena itu peneliti tertarik mengidentifikasi bagaimana perilaku menyusui ibu
selama di rumah sakit, berapa banyak ibu yang memberi ASI dan susu formula,
serta alasan ibu memberikan susu formula.
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan umum:
Untuk mendapatkan gambaran perilaku menyusui ibu nifas selama di rumah sakit.
Tujuan khusus:
1.3.1 Mengidentifikasi karakteristik responden
1.3.2 Mengidentifikasi perilaku menyusui ibu nifas yang melahirkan spontan
dan operasi sectio caesaria selama dirawat gabung.
1.3.3 Mengidentifikasi alasan ibu memberi susu formula pada bayi selama
dirawat gabung
1.3.4 Mengidentifikasi pengetahuan ibu nifas tentang pentingnya ASI dan
menyusui.
1.3.5 Mengidentifikasi perilaku menyusui ibu nifas selama dirawat gabung
berdasarkan tingkat pengetahuan.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Sebagai data awal untuk mengidentifikasi pelaksanaan menyusui di ruang
nifas yang dapat memberi gambaran perilaku ibu nifas dalam menyusui
dan alasan ibu tidak menyusui bayinya. Data tersebut menjadi masukan
bagi rumah sakit untuk melakukan evaluasi pelaksanaan manajemen
laktasi
sehingga
dapat
menyusun
program
untuk
meningkatkan
pelaksanaan manajemen laktasi untuk meningkatkan perilaku menyusui
yang eksklusif.
1.4.2 Untuk kedepan diharapkan data tersebut dapat menjadi dasar untuk
melaksanakan penelitian lanjutan tentang ASI eksklusif.
Universitas Indonesia
Gambaran Tingkat..., Ponsinah, FIK UI, 2012.
BAB 2
TINJAUAN TEORI
2.1 Manfaat ASI dan Menyusui
Air Susu Ibu (ASI) adalah minuman alamiah untuk semua bayi, mudah tersedia
pada suhu sesuai dan tidak memerlukan waktu untuk persiapannya (Arvin, 1999).
ASI adalah satu jenis makanan yang mencukupi seluruh unsur kebutuhan bayi
baik fisik, psikologi, sosial maupun spiritual, yang mengandung nutrisi, hormon,
unsur kekebalan, faktor pertumbuhan, anti alergi serta anti inflamasi (Hubertin,
2003). ASI adalah cairan hidup yang mengandung sel-sel darah putih,
imunoglobulin, enzim dan hormon, serta protein spesifik, dan zat-zat gizi lain
yang diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan anak (Permeneg PP &PA
no3 2010). Dari tiga definisi diatas dapat diambil kesimpulan bahwa ASI adalah
minuman alamiah bayi yang tersedia pada suhu sesuai yang mengandung nutrisi
lengkap, zat kekebalan tubuh, dan anti alergi yang diperlukan untuk pertumbuhan
dan perkembangan anak sehingga memenuhi kebutuhan fisik, psikologi, sosial
dan spiritual bayi.
Komposisi ASI berubah menurut lama menyusui, hari keberapa menyusui dan
nutrisi ibu (Gardner, 2002). Menurut lama menyusui, ASI yang keluar pada
permulaan menyusui (lima menit pertama) disebut foremilk memiliki kadar lemak
rendah 1-2 g/dl. ASI yang keluar setelah 15-20 menit menyusui disebut hindmilk,
memiliki kadar lemak tiga kali foremilk (Gardner, 2002; Sidi, Suradi, Masoara,
Boediharjo, Marnoto, 2009). Komposisi ASI berdasar stadium laktasi terdiri dari
kolostrum, ASI transisi dan ASI matur (Leifer, 1999; Gardner, 2002).
Kolostrum adalah ASI yang keluar pada hari pertama sampai 5-7 hari, berwarna
kekuningan, kental, kaya antibodi, protein, lemak, vitamin dan mineral.
Kolostrum memiliki berat jenis 1.040-1.060 dan menyediakan 67 kcal/dl. ASI
transisi merupakan ASI yang diproduksi hari ke 7-10 post partum, merupakan
peralihan dari kolostrum ke ASI mature. Komposisi ASI transisi tinggi protein
dan rendah lemak, menyediakan 67-75 kcal/dl. Volume ASI mulai meningkat
8
Gambaran Tingkat..., Ponsinah, FIK UI, 2012.
Universitas Indonesia
9
pada fase ini. ASI matur diproduksi setelah 10 hari post partum, berisi 75 kcal/dl,
dengan komposisi relatif konstan (Gardner, 2002). Komposisi ASI yang berbedabeda itu sesuai kebutuhan bayi pada keadaannya masing-masing. Komposisi
kolostrum, ASI matur dan susu sapi dapat dilihat pada tabel 2.1.
Tabel 2.1 Komposisi Kolostrum, ASI Matur dan Susu Sapi
Komposisi
Kolostrum
ASI Matur
Susu sapi
58,0
70,0
68,0
4,2
3,8
-
14
3
Protein (g/dl)
2,3
0,9
3,3
Kasein (g/dl)
0,5
0,4
2,5
-
0,3
0,1
Laktoerin (g/dl)
0,5
0,2
Trace
IgA (g/dl)
0,5
0,2
0,003
Laktosa (g/dl)
5,3
7,3
4,7
Vitamin A (RE) (µg/dl)
151
75
40
Kalsium (mg/dl)
28
30
125
Natrium (mg/dl)
48
15
47
Zat besi (mg/dl)
-
0,08
0,05
Energi (kcal/dl)
Lemak (g/dl)
Total lemak (%)
Whey (g/dl)
Sumber: CE Casey: Nutritional aspect of human lactation (1983) dikutip dalam Sidi, , Suradi,
Masoara, Boediharjo, Marnoto. Bahan Bacaan Manajemen laktasi 2009.
Nutrisi didalam ASI diantaranya lemak, laktosa, protein, garam mineral dan
vitamin (Wong, 2009; Sidi, Suradi, Masoara, Boediharjo, Marnoto, 2009; Lang,
2002). Protein ASI terdiri dari 60% laktabulmin (whey protein) dan 40% kasein,
sedang susu sapi memiliki 18% whey dan 82% kasein. Whey protein lebih mudah
dicerna, sehingga pengosongan lambung lebih cepat, sedang kasein lebih sulit
dicerna (Leifer, 1999., Gardner, 2002., Wong, 2009). ASI memiliki asam amino
sistin dan taurin yang kadarnya lebih tinggi dari susu formula. Sistin diperlukan
Universitas Indonesia
Gambaran Tingkat..., Ponsinah, FIK UI, 2012.
10
untuk pertumbuhan somatik, sedangkan taurin berperan untuk pertumbuhan otak,
perkembangan retina dan maturasi pendengaran (Wong, 2009).
Karbohidrat utama ASI adalah laktosa yang mudah terurai menjadi glukosa dan
galaktosa. Laktosa dapat mempertinggi absorbsi kalsium dan merangsang
pertumbuhan laktobasilus bifidus (Sidi, Suradi, Masoara, Boediharjo, Marnoto,
2009), sedangkan galaktosa penting untuk pembentukan galaktolipid yang
diperlukan untuk pertumbuhan system saraf pusat (Wong,
2009). ASI
mengandung 6,8 g/dl laktose (Gardner, 2002).
Sumber kalori utama ASI adalah lemak, menyumbang 50% kalori ASI. Lemak
ASI mudah diserap oleh bayi karena ASI mempunyai enzim lipase untuk
memecah trigliserida menjadi gliserol dan asam lemak (Bobak, 2009). ASI
mengandung asam lemak esensial asam linoleat (Omega 6) dan asam linolenat
(Omega 3) yang menjadi prekusor docoshexaenoic acid (DHA) dan arachidonic
acid (AA). DHA dan AA berfungsi penting dalam pertumbuhan otak anak (Sidi,
Suradi, Masoara, Boediharjo, Marnoto, 2009). Hal ini penting karena pada masa
bayi sampai usia satu tahun terjadi peningkatan jumlah neuron otak yang kedua
(Wong, 2009).
ASI memiliki kalsium yang rendah dengan rasio 2:1 terhadap fospat. Rasio ini
merupakan rasio optimal untuk mineralisasi tulang yang dibutuhkan untuk bayi
yang sedang cepat tumbuh. Mineral lain ASI adalah zat besi yang lebih mudah
diserap oleh bayi ± 80%, sedangkan zat besi susu formula hanya 10% yang dapat
diserap. Zat besi susu formula mendorong pertumbuhan E. Coli dan
menginaktifkan laktoferin (Gardner, 2002). ASI juga mengandung vitamin A, B,
C, D, dan K dalam jumlah yang memadai sesuai kebutuhan bayi (Bobak, 2005;
Wong, 2009). Zat protektif dalam ASI terdiri dari laktobasilus bifidus, lisozim,
immunoglobulin, dan laktoferin yang memberikan perlindungan terhadap
berbagai penyakit bakteri, virus dan jamur. ASI juga melindungi tubuh terhadap
alergi makanan dan memperkuat respon imun aktif terhadap Haemophilus
influenza tipe B ((Sidi, Suradi, Masoara, Boediharjo, Marnoto, 2009).
Universitas Indonesia
Gambaran Tingkat..., Ponsinah, FIK UI, 2012.
11
Keuntungan psikologis pemberian ASI dan menyusui yang tidak dimiliki oleh
susu formula adalah pada saat menyusui, ibu dan bayi akan saling bertatap mata,
memandang pada bidang pandang yang sama (en face) pada jarak optimal
penglihatan bayi 20-30 cm. Tindakan ini penting untuk meningkatkan perkenalan,
ikatan dan kasih sayang anak dan orang tua (Bobak, 2005). Interaksi yang timbul
pada saat menyusui akan menimbulkan rasa aman bayi sebagai dasar kepercayaan
(basic sense of trust) dan rasa bangga untuk ibunya (Sidi, Suradi, Masoara,
Boediharjo, Marnoto, 2009).
Keuntungan memberi ASI untuk ibu adalah dapat membantu involusi uterus
sehingga mencegah perdarahan pasca melahirkan. Hormon yang mempertahankan
laktasi menekan hormon ovulasi sehingga menunda kembalinya kesuburan dan
menjarangkan kehamilan. Oksitosin terbentuk akibat isapan bayi saat menyusu
dapat membantu involusi uterus dan mencegah perdarahan pasca melahirkan
(Bobak, 2005).
2.2 Fisiologi Laktasi
Payudara wanita merupakan kelenjar eksokrin yang berfungsi memproduksi susu
untuk memenuhi kebutuhan nutrisi bayi. Berat payudara ± 200 gr dan berada
dalam keadaan tidak aktif sepanjang kehidupan wanita. Perkembangan payudara
sejak hamil distimulasi oleh hormon luteal dan plasenta, laktogen, prolaktin, dan
khorianik gonadotropin (Gardner, 2002). Pada saat hamil berat payudara
meningkat menjadi 600 gr dan dapat mencapai 800 gr saat menyusui (Bobak,
2005; Sidi, Suradi, Masoara, Boediharjo, Marnoto, 2009). Peningkatan berat
payudara menjadi persiapan ibu untuk menyusui bayinya.
Unit terkecil payudara yang menghasilkan susu disebut alveolus (Lang, 2003).
Beberapa alveolus membentuk lobules,
beberapa lobules berkumpul menjadi
lobus. Tiap payudara terdiri dari 15 - 29 lobus. ASI disalurkan dari alveolus ke
dalam saluran kecil (duktus), kemudian bergabung membentuk saluran yang lebih
besar (duktus laktiferus). Duktus laktiferus melebar dibawah areola mamae dan
bermuara keluar. Dinding alveolus dan saluran laktiferus memiliki otot polos yang
Universitas Indonesia
Gambaran Tingkat..., Ponsinah, FIK UI, 2012.
12
akan mengeluarkan ASI bila berkontraksi. Di area papila dan areola mamae
terdapat saraf peraba yang penting untuk refleks menyusui (Sidi, Suradi, Masoara,
Boediharjo, Marnoto, 2009).
Laktogenesis (permulaan produksi susu) dimulai pada tahap akhir kehamilan dan
terus berlanjut sampai bayi lahir sebagai proses otomatis selama susu dikeluarkan
dari payudara (Bobak, 2005). Selama kehamilan, hormon prolaktin meningkat
yang mempengaruhi produksi susu, tetapi ASI belum keluar karena masih
dihambat oleh estroren dan progesteron
yang masih tinggi (Gardner, 2002).
Setelah melahirkan, kadar estrogen dan progesteron turun, sehingga prolaktin
cenderung dominan dan ASI mulai disekresikan (Sidi, Suradi, Masoara,
Boediharjo, Marnoto, 2009).
Air susu mulai disekresikan 1-3 hari setelah melahirkan. ASI yang keluar masih
sedikit 1-10 ml setiap menyusui dan akan meningkat menjadi 50-70 ml setiap
menyusu pada hari ke 4-5. Produksi ASI dapat mencapai 750-800 ml per hari
pada minggu ke 6 jika ibu terus menyusui secara efektif (Lang, 2003; Ganong,
2008). Untuk mendorong produksi ASI maksimal maka setiap bayi menyusu
harus sampai payudara kosong. Pengosongan payudara yang teratur dan sempurna
akan merangsang ASI terus disekresi sehingga produksi ASI akan meningkat
(Arvin, 1999). Setiap menyusui dimulai dengan payudara yang paling berat
(Bobak, 2005).
Bayi yang sehat dapat mengosongkan satu payudara sekitar 5-7 menit, bayi lain
menyusu lebih lama selama 20 menit dan ASI dalam lambung bayi akan kosong
dalam waktu dua jam (Sidi, Suradi, Masoara, Boediharjo, Marnoto, 2009; Arvin,
1999). Sebaiknya bayi disusui secara on demand dan tidak terjadwal, yang
ditentukan oleh rasa lapar dan kesiapan bayi (Wong, 2009). Ibu harus memahami
kesiapan bayi untuk menyusu agar penyusuan dapat berhasil.
Tiga refleks maternal yang berperan dalam menyusui yaitu sekresi prolaktin,
ereksi puting susu, dan refleks let down. Prolaktin merupakan hormon laktogenik
Universitas Indonesia
Gambaran Tingkat..., Ponsinah, FIK UI, 2012.
13
dihasilkan oleh hipofisis anterior, berperan untuk memulai dan mempertahankan
sekresi susu. Refleks prolaktin terjadi jika ujung-ujung saraf pada area papilla dan
areola mamae dirangsang oleh isapan bayi saat menyusu. Stimulasi isapan bayi
mengirim impuls ke hipotalamus kemudian ke hipofisis anterior sehingga kelenjar
ini mengeluarkan hormon prolaktin. Hormon ini berperan penting untuk
meningkatkan produksi ASI oleh sel-sel alveolar (Lang, 1999; Bobak, 2005).
Jumlah prolaktin yang disekresi dan jumlah susu yang diproduksi berkaitan
dengan besarnya stimulus isapan, yaitu frekwensi, intensitas dan lama bayi
mengisap (Garza, Hopkin, 1998; Lawrence, 1994, dikutip dalam Bobak, 2005).
Skema refleks prolaktin terdapat dalam gambar 2.1. Stimulasi puting susu oleh
mulut bayi menyebabkan ereksi. Refleks ereksi puting susu membantu propulsi
susu melalui sinus-sinus laktiferus ke pori-pori puting susu (Bobak, 2005). Hal ini
berarti semakin sering bayi menyusu, semakin kuat isapan bayi dan lama bayi
menyusu akan meningkatkan prolaktin sehingga produksi susu di alveolar lebih
banyak.
Gambar 2.1. Reflek prolaktin
Sumber: Sidi, Suradi, Masoara, Boediharjo, Marnoto (2009). Bahan Bacaan Manajemen laktasi.
Universitas Indonesia
Gambaran Tingkat..., Ponsinah, FIK UI, 2012.
14
Pengeluaran susu dari payudara ke mulut bayi merupakan proses aktif di dalam
payudara. Proses ini tergantung pada refleks let down atau refleks ejeksi susu
(Bobak, 2005). Let down reflex secara primer merupakan respon terhadap isapan
bayi. Isapan bayi menstimulasi kelenjar hipofisis posterior untuk mensekresikan
oksitosin. Dibawah pengaruh oksitosin akan memacu kontraksi otot polos dinding
alveolus,
menyebabkan susu keluar melalui sistem duktus masuk kesinus
laktiferus, dimana susu siap tersedia untuk bayi (Bobak, 2005; Ganong, 2008).
Gambar skema let down reflek terdapat pada gambar 2.2. Semakin sering bayi
mengisap, pengosongan alveolus dan duktus makin baik sehingga kemungkinan
terjadinya bendungan susu makin kecil dan menyusui makin lancar.
Gambar 2.2 Let down Refleks
Sumber: Sidi, Suradi, Masoara, Boediharjo, Marnoto (2009). Bahan Bacaan Manajemen laktasi.
Pada saat lahir bayi memiliki pola perilaku atau refleks yang mempermudah
pemberian ASI yaitu reflek mencari (rooting refleks), refleks menghisap dan
refleks menelan, dan kenyang (Bobak, 2005; Arvin, 1999; Sidi, Suradi, Masoara,
Universitas Indonesia
Gambaran Tingkat..., Ponsinah, FIK UI, 2012.
15
Boediharjo, Marnoto, 2009). Rooting refleks timbul jika bayi mencium susu akan
menggerakan kepalanya mencari sumbernya (Arvin, 1999), jika
tersentuh
pipinya, bayi akan menoleh kearah sentuhan. Bila dirangsang dengan papila
mamae, bayi akan membuka mulut dan berusaha untuk menangkap puting (Sidi,
Suradi, Masoara, Boediharjo, Marnoto, 2009). Refleks mengisap merupakan
proses pemerasan sinus areola (Arvin, 1999). Refleks mengisap timbul bila langitlangit mulut bayi disentuh, biasanya oleh puting. Supaya puting mencapai bagian
belakang palatum, maka sebagian besar areola harus masuk mulut bayi. Dengan
demikian sinus laktiferus yang berada dibawah areola akan tertekan antara gusi,
lidah, dan palatum sehingga pada saat bayi mengisap ASI akan terperas keluar.
Refleks menelan terjadi bila mulut bayi terisi ASI ia akan menelannya (Sidi,
Suradi, Masoara, Boediharjo, Marnoto, 2009; Arvin, 1999).
Lima stadium tingkah laku selama penyusuan yang berhasil yang harus dipahami
ibu meliputi: tingkah laku prapenyusuan, seperti menangis mengindikasikan
tingkat kebangunan dan derajat kelaparan bayi. Untuk mendorong bayi meraih
payudara dengan benar, penyusuan sebaiknya dilakukan selama keadaan bayi
terjaga, tenang sebelum bayi marah. Kedua adalah tingkah laku pendekatan
ditujukan oleh pergerakan mengisap dan atau rooting refleks. Ketiga adalah
tingkah laku kelekatan (attachment) termasuk aktifitas yang terjadi saat bayi
mendapatkan putting dan mulai mengisap. Tingkah laku konsumatori meliputi
pengisapan dan penelanan yang terkoordinasi. Gagging yang menetap
menunjukkan tingkah laku konsumatori yang tidak berhasil. Tingkah laku
kepuasan terlihat ketika bayi memperlihatkan rasa puasnya kepada orang tua,
biasanya dengan tertidur (Wong, 2009).
2.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Menyusui
ASI sebagai makanan utama bayi sudah dipersiapkan sejak hamil, sehingga
menyusui merupakan hal yang normal, fungsi dasar seorang ibu, tetapi menyusui
bukan suatu refleks. Gardner (2002) mengatakan keberhasilan menyusui
merupakan proses yang kompleks dan saling ketergantungan antara ibu dan bayi.
Universitas Indonesia
Gambaran Tingkat..., Ponsinah, FIK UI, 2012.
16
Keberhasilan menyusui dipengaruhi oleh faktor-faktor yang berasal dari ibu,
adanya dukungan dan dorongan untuk menyusui serta ibu dilindungi dari
pengalaman dan komentar yang mengecilkan hati (Arvin, 1999; Gardner, 2003;
Bobak, 2005; Wong, 2009).
Faktor fisik ibu yang memberi pengalaman menyusui yang baik adalah
mempertahankan keadaan kesehatan yang baik, keseimbangan antara istirahat dan
tidur, bebas dari kekhawatiran dan nutrisi yang cukup (Arvin, 1999). Cara
meletakan bayi pada
payudara ketika menyusui dapat berpengaruh terhadap
keberhasilan menyusui (Sidi, Suradi, Masoara, Boediharjo, Marnoto, 2009). Posisi
bayi yang salah saat menyusui dapat mengakibatkan puting lecet dan nyeri. Posisi
bayi yang benar saat menyusu dapat dilihat pada gambar 2.3
Gambar 2.3: Posisi Bayi Saat Menyusu
Sumber: Sidi, Suradi, Masoara, Boediharjo, Marnoto (2009). Bahan Bacaan Manajemen laktasi.
Sikap dan keinginan ibu untuk menyusui dipengaruhi oleh pengetahuan dan
pengalaman menyusui sebelumnya. Keberhasilan menyusui sebelumnya akan
membentuk sikap positif menyusui, kegagalan menyusui sebelumnya akan
membentuk sikap negatif terhadap menyusui (Sidi, Suradi, Masoara, Boediharjo,
Marnoto, 2009). Pengetahuan yang baik tentang ASI, akan membentuk sikap
Universitas Indonesia
Gambaran Tingkat..., Ponsinah, FIK UI, 2012.
17
positif terhadap menyusui. Gangguan emosional, kecemasan, stres fisik dan psikis
ibu akan mengurangi atau menghilangkan sekresi ASI sehingga akan
mempengaruhi keberhasilan menyusui (Arvin, 1999).
Dukungan dan dorongan untuk keberhasilan menyusui berasal dari keluarga,
masyarakat, petugas kesehatan, tatalaksana rumah sakit dan pemerintah.
Dukungan dari keluarga terutama suami akan membatu keberhasilan menyusui.
Pandangan dan nilai yang berlaku di masyarakat tentang menyusui akan
mempengaruhi sikap ibu terhadap menyusui. Adanya Kelompok pendukung ASI
dimasyarakat juga dapat meningkatkan pengetahuan dan membentuk sikap positif
ibu terhadap menyusui (Sidi, Suradi, Masoara, Boediharjo, Marnoto, 2009).
Dukungan petugas kesehatan berupa pemberian informasi tentang ASI,
mengajarkan tehnik menyusui yang benar, tindakan jika ibu mengalami masalah
menyusui dan meningkatkan keyakinan diri ibu bahwa setiap ibu pasti bisa
menyusui (Sidi, Suradi, Masoara, Boediharjo, Marnoto, 2009); Baker, 2003).
Tatalaksana rumah sakit yang mendukung keberhasilan menyusui diantaranya
inisiasi menyusu dini, rawat gabung, tidak memberikan makanan prelakteal
sebelum ASI dan mempunyai fasilitas klinik laktasi (Sidi, Suradi, Masoara,
Boediharjo, Marnoto, 2009) dan mengikutsertakan ayah pada edukasi pranatal
(Arvin, 1999).
Dukungan pemerintah untuk keberhasilan menyusui diantaranya dilarangnya iklan
susu formula di media massa, melarang promosi susu formula disemua sarana
pelayanan kesehatan termasuk posyandu, gerakan rumah sakit sayang bayi dengan
10 langkah keberhasilan menyusu, kesepakatan ASI eksklusif 6 bulan dan
pencanangan masyarakat peduli ASI oleh presiden (Sidi, Suradi, Masoara,
Boediharjo, Marnoto, 2009).
2.4 Masalah Menyusui
Masalah menyusui yang dialami ibu-ibu post partum dapat menjadi penyebab
kegagalan menyusui jika tidak diatasi dan ibu tidak mendapat penjelasan yang
Universitas Indonesia
Gambaran Tingkat..., Ponsinah, FIK UI, 2012.
18
benar. Masalah menyusui dapat terjadi karena faktor ibu maupun faktor bayi (Sidi,
Suradi, Masoara, Boediharjo, Marnoto, 2009). Masalah yang timbul pada ibu
dapat dimulai sejak periode sebelum melahirkan, periode persalinan dini, pada
masa pasca persalinan lanjut atau masalah menyusui pada keadaan khusus. Pada
periode antenatal masalah menyusui yang timbul diantaranya puting susu datar
(inverted) dan ibu salah informasi tentang ASI misalnya: ibu menganggap susu
formula sama baiknya dengan dengan ASI, hari pertama ASI belum
keluar
sehingga perlu diberi minuman cairan lain seperti susu formula, menganggap
payudara yang kecil kurang menghasilkan ASI.
Pada periode pasca persalinan dini masalah yang timbul diantaranya puting susu
lecet, payudara bengkak, adanya abses payudara. Pada keadaan puting lecet ibu
masih bisa menyusui jika luka tidak terlalu sakit. Olesi puting dengan ASI akhir
(hind milk). Istirahatkan puting yang sakit 1 X 24 jam. Selama puting istirahat
ASI tetap dikeluarkan dengan tangan. Cuci payudara sekali sehari dan tidak
menggunakan sabun (Sidi, Suradi, Masoara, Boediharjo, Marnoto, 2009).
Payudara bengkak terjadi karena produksi ASI meningkat, terlambat menyusukan
dini, perlekatan kurang baik, ASI tidak sering dikeluarkan, dan pembatasan waktu
menyusui. Jika payudara bengkak lakukan kompres hangat, ibu harus rileks,
lakukan pijat leher dan punggung sejajar, pijat ringan pada payudara yang
bengkak, dan stimulasi payudara dan puting. Lakukan kompres dingin pasca
menyusui untuk mengurangi edema (Sidi, Suradi, Masoara, Boediharjo, Marnoto,
2009).
Pada masa pasca persalinan lanjut dapat terjadi masalah sindrom ASI kurang dan
ibu yang bekerja (Gardner, 2002; Sidi, Suradi, Masoara, Boediharjo, Marnoto,
2009). Keadaan tersebut dapat membuat ibu mengambil keputusan tidak
menyusui bayinya atau menambahkan susu formula sebagai pengganti ASI.
Masalah bayi yang dapat mempengaruhi kegagalan menyusui diantaranya adalah:
bayi sering menangis, bayi bingung puting, bayi kecil (prematur), bayi kembar,
bayi yang membutuhkan perawatan. Masalah lain yang timbul pada keadaan
khusus seperti ibu yang melahirkan secara operasi, atau ibu sakit yang menjadi
Universitas Indonesia
Gambaran Tingkat..., Ponsinah, FIK UI, 2012.
19
kontraindikasi untuk menyusui sseperti AIDS, hepatitis (Sidi, Suradi, Masoara,
Boediharjo, Marnoto, 2009).
Sectio caesaria ialah kelahiran janin melalui insisi transabdomen pada uterus,
dengan tujuan memelihara kehidupan atau kesejahteraan ibu dan janin. Tindakan
sectio caesaria didasarkan pada bukti adanya stres maternal atau fetal. Ada dua
macam tindakan sectio caesaria yaitu terjadwal dan darurat (Bobak, 2005).
Respon ibu dan keluarga terhadap persalinan dengan operasi sectio caesaria
berbeda pada tiap individu. Pada operasi sectio caesaria secara terjadwal atau
terencana biasanya ibu memiliki waktu untuk persiapan psikologis. Ibu dapat
mencari informasi dengan bertanya pada ibu yang sudah mengalami operasi,
sedang ibu yang mengalami sectio caesaria secara darurat dapat mengalami
perasaan cemas akan kondisinya dan kondisi bayinya. Kecemasan yang tinggi
dapat mengakibatkan informasi yang telah disampaikan secara verbal tidak dapat
diingat atau salah mempersepsikan informasi tersebut.
Masalah menyusui yang timbul pada pasien post operasi sectio caesaria adalah
adanya rasa nyeri pada area operasi, dan pemulihan dari efek pembiusan (Bobak,
2005). Keadaan itu membuat mobilitas ibu terhambat. Ibu yang melahirkan
dengan operasi sectio caesaria dapat menyusui setelah efek anastesi umum hilang,
ibu dan bayi sadar. Jika operasi menggunakan anastesi spinal ibu bisa langsung
menyusui bayinya (Sidi, Suradi, Masoara, Boediharjo, Marnoto, 2009). Pada
kondisi ini bantuan dan suport dari petugas sangat dibutuhkan terutama karena ibu
belum mampu bebas bergerak dan masih merasa nyeri. Bantuan yang diberikan
misalnya mengatur posisi menyusui yang nyaman untuk ibu dan bayinya.
Posisi meyusui yang dianjurkan pada
kasus seperti ini adalah : posisi ibu
berbaring miring dengan bahu dan kepala ditopang bantal sementara bayi
disusukan dengan kakinya kearah ibu. Posisi kedua jika ibu sudah dapat duduk,
letakan bayi diatas bantal dipangkuan ibu dengan kaki bayi mengarah belakang
dibawah lengan ibu. Posisi ketiga seperti memegang bola (football position) yaitu
Universitas Indonesia
Gambaran Tingkat..., Ponsinah, FIK UI, 2012.
20
ibu terlentang dan bayi berada diketiak ibu dengan kaki kearah atas dan tangan ibu
memegang kepala bayi.
2.5 Perilaku Menyusui
Perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme atau mahluk hidup yang
bersangkutan (Notoatmojo, 2005). Perilaku manusia dapat dikelompokkan
menjadi dua yaitu perilaku tertutup (covert behavior) dan perilaku terbuka (overt
behavior). Perilaku tertutup terjadi bila respon terhadap stimulus belum dapat
diamati orang lain dari luar. Respon seseorang masih dalam bentuk perhatian,
perasaan, persepsi, pengetahuan dan sikap terhadap stimulus yang bersangkutan.
Perilaku terbuka jika respon terhadap stimulus berupa tindakan yang dapat
diamati orang lain dari luar.
Perilaku manusia mencakup tiga domain yaitu pengetahuan (knowledge), sikap
(attitude) dan tindakan (practice). Pengetahuan adalah hasil tahu seseorang
terhadap objek melalui indera (Notoatmojo, 2005). Pengetahuan sebagai hasil
pengindraan sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap
objek, sehingga tingkat
pengetahuan setiap
individu berbeda.
Tingkat
pengetahuan dibagi menjadi 6 yaitu; tahu (know), memahami (comprehension),
aplikasi (application), analisis, sintesis, dan evaluasi. Pengetahuan tentang
menyusui mencakup pengetahuan ibu tentang ASI dan menyusui, manfaat ASI,
zat-zat yang terkandung dalam ASI, cara menyusui yang benar, dan sebagainya.
Sikap adalah respon tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek tertentu yang
melibatkan faktor pendapat dan emosi sehingga melibatkan pikiran, perasaan,
perhatian, dan gejala kejiwaan (Notoatmojo, 2005). Sikap merupakan kesiapan
untuk bertindak dan predisposisi suatu perilaku. Menurut Allport (1954) sikap
terdiri dari 3 komponen yaitu kepercayaan atau keyakinan, penilaian terhadap
objek dan kecenderungan untuk bertindak (tend to behave). Tingkatan sikap
berdasarkan intensitasnya adalah menerima, menanggapi, menghargai, dan
bertanggung jawab (Notoatmojo, 2005). Sikap terhadap menyusui dapat diukur
dengan menggunakan pertanyaan langsung maupun tidak langsung tentang
menyusui.
Universitas Indonesia
Gambaran Tingkat..., Ponsinah, FIK UI, 2012.
21
Praktik merupakan wujud tindakan yang dipengaruhi oleh sikap dan pengetahuan.
Praktek menyusui ibu adalah kegiatan atau aktifitas memberi makan kepada bayi
apakah dengan ASI atau dengan susu formula. Praktek menyusui dapat diukur
dengan mengobservasi secara langsung dan menanyakan kepada ibu tentang cara
menyusui dan memberi makan bayinya.
Perilaku pemberian makan bayi dapat dibedakan menjadi beberapa cara yaitu:
ASI eksklusif (exclusif breasfeeding) adalah bayi hanya diberikan ASI tanpa
makanan atau minuman lain selama 6 bulan.
Pemberian ASI penuh (full
breastfeeding) adalah bayi hanya mendapat ASI saja. ASI predominan
(predominant breastfeeding) adalah bayi selain mendapat ASI juga diberi air
minum lain. Pemberian susu botol (bottle feeding) adalah bayi diberi minum
dengan susu apa saja termasuk ASI yang diperas dan menggunakan botol untuk
pemberiannya. Pemberian ASI partial (partial breast feeding) adalah selain
menyusu bayi juga mendapat susu formula atau makanan lain. Pemberian susu
buatan (artificial breastfeeding) adalah bayi diberi minum susu formula tanpa
menyusui (Sidi, Suradi, Masoara, Boediharjo, Marnoto, 2009).
Perilaku menyusui ibu dipengaruhi oleh faktor-faktor dari dalam maupun dari luar
subyek. Determinan perilaku menurut teori Green ada 3 faktor utama yaitu faktor
predisposisi, meliputi pengetahuan, sikap, keyakinan, kepercayaan ibu tentang
menyusui, nilai dan tradisi menyusui yang berlaku dimasyarakat. Faktor kedua
adalah faktor pemungkin (enabling factors), yaitu adanya sarana dan prasarana
serta fasilitas yang mendukung
menyusui seperti fasilitas kesehatan yang
memfasilitasi menyusui. Faktor ketiga adalah faktor penguat berupa dukungan
atau contoh positif tentang menyusui dari tokoh masyarakat yang berpengaruh
(Notoatmojo, 2005).
Notoatmojo (2005) menyimpulkan urutan terjadinya perilaku adalah adanya
faktor ekternal (pengalaman menyusui,
fasilitas yang mendukung menyusui,
sosio budaya, dan dukungan dari berbagai pihak) yang akan mempengaruhi faktor
internal (persepsi, pengetahuan, keyakinan, keinginan, motivasi, niat,sikap ibu
Universitas Indonesia
Gambaran Tingkat..., Ponsinah, FIK UI, 2012.
22
terhadap menyusui) sehingga seorang ibu akan berespon dengan tindakan
menyusui bayi secara eksklusif. Secara skematik dapat digambarkan sebagai
berikut:
Skema 2.1 Urutan terjadinya Perilaku
Persepsi
Pengetahuan
Keyakinan
Keinginan
Motivasi
Niat
Sikap
Pengalaman
Fasilitas
Sosiobudaya
Eksternal
Internal
Perilaku
Respon
Sumber: Soekidjo Notoatmojo (2005), Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi
Baker (2003) mengidentifikasi faktor yang mempengaruhi keputusan ibu untuk
menyusui dan lama menyusui dikategorikan menjadi empat yaitu faktor demografi
dan sosial ekonomi, faktor psikososial dan budaya, faktor-faktor terkait pelayanan
kesehatan, dan keadaan biomedis ibu. Faktor demografi dan sosial ekonomi
meliputi usia, etnis, perkotaan/ pedesaan, pendapatan/status sosial ekonomi,
pendidikan ibu, status pernikahan, dan faktor-faktor familial, sedangkan sikap
sosial mencakup
kontak dengan orang lain yang sudah berhasil menyusui,
pengalaman menyusui sebelumnya, sikap anggota keluarga/teman terhadap
menyusui (Baker, 2003).
Faktor psikososial dan Budaya yang dapat mempengaruhi keputusan ibu untuk
menyusui adalah adanya dukungan sosial dari keluarga, teman dan professional
kesehatan (Scott & Bins dalam Baker, 2003). Dukungan ini berupa pemberian
informasi tentang ASI dan menyusui. Faktor-faktor terkait fasilitas kesehatan
meliputi sikap staf terhadap menyusui, tatalaksana rumah sakit yang mendukung
menyusui dan ketersediaan tindak lanjut setelah keluar rumah sakit . Kebijakan
rumah sakit yang mendukung menyusui diantaranya
rooming-in, inisiasi
Universitas Indonesia
Gambaran Tingkat..., Ponsinah, FIK UI, 2012.
23
menyusui dini, dan manajemen laktasi. Beberapa kegiatan dalam menejemen
laktasi meliputi bimbingan menyusui dari staf rumah sakit, pelatihan staf dan
promosi menyusui pada semua tahap perawatan yang diberikan sejak antenatal,
intranatal dan postnatal. Faktor biomedis ibu yang mempengaruhi keputusan ibu
untuk menyusui adalah paritas, perawatan prenatal, pengalaman melahirkan,
kondisi kesehatan ibu (Baker, 2003).
2.6 Rawat Gabung
Rawat gabung adalah cara perawatan ibu dan bayi yang baru dilahirkan tidak
dipisahkan, tetapi ditempatkan dalam satu ruang bersama-sama selama 24 jam
penuh dalam seharinya, bahkan bila mungkin bayi tidur bersama setempat tidur
dengan ibu (Suradi, 2009). Penempatan bayi bersama ibunya selama 24 jam
memungkinkan ibu dapat menyusui bayinya sedini mungkin
dan kapanpun
dibutuhkan (on demand).
Bayi yang dapat dilakukan rawat gabung harus memenuhi kriteria: yaitu lahir dari
umur kehamilan cukup bulan 37 minggu dengan berat lahir lebih dari 2500 gr,
apgar score menit ke 5 lebih dari 7, dan tidak ada kelainan kongenital, tidak ada
tanda-tanda sesak dan ibu sehat (Perinasia, 2009). Bayi lahir dengan tindakan
sectio caesaria anastesi umum, rawat gabung dilakukan setelah ibu dan bayi sadar
4-6 setelah operasi, jika anastesi spinal rawat gabung dapat dilakukan segera
setelah operasi (Suradi, 2009).
Rawat gabung idealnya dilakukan sedini mungkin. Hal ini terkait dengan perilaku
bayi saat lahir. Setelah lahir bayi memiliki dua periode reaktivitas yang
dipisahkan oleh periode tidur. Periode pertama reaktivitas dimulai saat lahir. Bayi
terjaga, waspada, dan tampak menikmati menatap sekitarnya. Fase ini
berlangsung sekitar 15 menit lalu diikuti kesadaran aktif dimana bayi melakukan
gerakan aktif, menangis, memiliki refleks mengisap yang kuat dan terlihat lapar
(Bobak, 2005). Saat
ini yang paling baik memulai pemberian ASI dan
mempromosikan ikatan orangtua-bayi (Leifer,1999). Pada tahap ini dilakukan
Universitas Indonesia
Gambaran Tingkat..., Ponsinah, FIK UI, 2012.
24
inisiai menyusu dini sebagai kontak pertama ibu dan bayi selama 30 menit sampai
satu jam. Setelah puas bayi akan tertidur, periode pertama reaktivitas berakhir.
Setelah periode istirahat, bayi baru lahir memasuki periode reaktifitas kedua. Bayi
bangun lagi terjaga dan waspada setelah tidur nyenyak 2 sampai 4 jam. Pada saat
ini bayi menunjukan keadaan sadar, tenang, aktif dan menangis. Bayi mulai
merasa lapar dan lebih tertarik untuk menyusu. Periode reaktivitas kedua
berlangsung 4 sampai 6 jam. Setelah itu, bayi biasanya stabil (Leifer, 1999;
Bobak, 2005)). Jika pada periode ini bayi sudah dilakukan rawat gabung, bayi
dapat langsung menyusu ke ibunya sehingga bayi tidak perlu mendapat susu
formula.
Rawat gabung bermanfaat untuk ibu dan bayi. Manfaat rawat gabung untuk ibu
diantaranya dapat meningkatkan ikatan dengan ibu dan bayi, Ibu belajar
mengenali isyarat komunikasi dan perilaku bayi (Wong, 2009), ibu mulai belajar
cara merawat bayi selama dirawat gabung, secara fisik jika dilakukan rawat
gabung ibu dapat menyusui bayinya kapanpun bayi menginginkannya (Perinasi,
2009). Manfaat rawat gabung untuk bayi diantaranya secara psikologis dengan
rawat gabung akan terjalin proses lekat (early infant-mother bonding) antara ibu
dan bayi. Keadaan ini mempengaruhi perkembangan psikologis bayi, karena
kehangatan tubuh merupakan stimulasi mental yang dibutuhkan bayi (Perinasia,
2009). Bayi merasa aman dan terlindung yang menjadi dasar terbentuknya rasa
percaya diri. Rawat gabung akan meningkatkan Bonding attachmen atau Ikatan
dan keterikatan antara orang tua dan bayi baru lahir. (Wong, 2009).
Rawat gabung memberikan kesempatan kepada orang tua mengadakan
pendekatan secara optimal dengan bayi mereka selama periode post partum awal.
Hal ini memberi keuntungan jangka panjang yaitu semakin tinggi kontak orang
tua anak mendorong pemberian ASI jangka lama dan dapat meminimalkan risiko
gangguan asuhan orang tua. Keterikatan (bonding) merupakan proses kompleks
yang berkembang secara bertahap dan dipengaruhi oleh berbagai faktor, salah
satunya adalah kontak inisial antara bayi baru lahir dan orang tua (Wong, 2009).
Universitas Indonesia
Gambaran Tingkat..., Ponsinah, FIK UI, 2012.
25
Rawat gabung akan meningkatkan frekuensi ibu menyusui bayinya, memperlancar
pemberian ASI sehingga kebutuhan bayi akan makanan terpenuhi. Pemisahan
awal ibu dan bayi, penundaan dalam pemberian ASI, penyediaan susu formula di
rumah sakit
berimplikasi terhadap penurunan pemberian ASI setelah
pemulangan. Rawat gabung berhubungan positif dengan keberhasilan pemberian
ASI (Wong, 2009). Manfaat lain rawat gabung, pemberian ASI dapat dilakukan
sedini mungkin sehingga secara ekonomis dapat menghemat biaya untuk
pembelian susu formula dan perlengkapannya (Sidi, Suradi, Masoara, Boediharjo,
Marnoto, 2009).
Universitas Indonesia
Gambaran Tingkat..., Ponsinah, FIK UI, 2012.
BAB 3
KERANGKA KONSEP PENELITIAN
3.1 Kerangka Konsep
Kerangka konsep adalah formulasi dari kerangka teori atau teori-reori yang
mendukung penelitian tersebut. Konsep hanya dapat diukur melalui variabel. Oleh
sebab itu kerangka konsep ini terdiri dari variabel-variabel serta hubungan
variabel yang satu dengan yang lain. Berdasarkan kerangka teori yang ada, maka
kerangka konsep dalam penelitian ini adalah:
Skema 3.1: Kerangka Konsep Penelitian
Variabel independen
ï‚·
ï‚·
Variabel dependen
Perilaku
menyusui ibu
Pengetahuan
Cara melahirkan
Karakteristik Ibu:
ï‚· Usia
ï‚· Pendidikan
ï‚· Riwayat menyusui
ï‚· Pekerjaan
3.2 Variabel Penelitian
Variabel adalah variasi gejala yang menjadi objek atau titik perhatian suatu
penelitian. Berdasarkan sifatnya variabel dibedakan menjadi variabel statis dan
variabel dinamis (Arikunto, 2006). Variabel statis adalah variabel yang tidak
dapat diubah keberadaannya. Dalam suatu penelitian jika variabel independennya
berupa variabel statis maka tidak dapat dilakukan perubahan untuk intervensinya.
Variabel statis dalam penelitian ini adalah : umur, pendidikan, pekerjaan, riwayat
menyusui sebelumnya, cara melahirkan. Variabel dinamis adalah variabel yang
26
Gambaran Tingkat..., Ponsinah, FIK UI, 2012.
Universitas Indonesia
27
dapat diubah keberadaannya. Variabel dinamis dalam penelitian ini meliputi
pengetahuan ibu, perilaku menyusui ibu.
Berdasarkan hubungan fungsional atau perannya, variabel dibedakan menjadi tiga
yaitu variabel terikat (dependen), variabel bebas (independen) dan variabel
pengganggu (perancu). Variabel terikat dalam penelitian ini adalah perilaku
menyusui ibu, sedangkan varibel bebasnya cara melahirkan, riwayat menyusui
sebelumnya, pengetahuan ibu. Variabel perancu penelitian ini: umur, pendidikan,
pekerjaan, riwayat menyusui.
3.4 Definisi Oprasional
No
1
2
Variabel
Umur
Pendidikan
Definisi oprasional
Hasil ukur
Usia hidup ibu sejak lahir
1. < 20 tahun
sampai ulang tahun terakhir
2. 20-35 tahun
saat pengkajian.
3. >35 tahun
Skala
Ordinal
Jenjang pendidikan formal 1. Pendidikan dasar jika Ordinal
terakhir
yang
sudah
ditempuh oleh responden.
tamat SD dan SMP
2. Pendidikan menengah
jika tamat SLTA
3. Pendidikan tinggi jika
tamat ≥ D3
3
4
5
Pekerjaan
Kegiatan utama ibu untuk
1. Bekerja
mendapatkan penghasilan.
2. Tidak bekerja
Riwayat
Pernyataan
1. Belum
menyusui
pengalaman
ibu
tentang
menyusui
Nominal
pernah Nominal
menyusui
sebelumnya
2. Pernah menyusui
Cara
Cara persalinan ibu untuk
1. Normal, spontan
persalinan
kelahiran saat ini
2. Sectio caesaria
Nominal
Universitas Indonesia
Gambaran Tingkat..., Ponsinah, FIK UI, 2012.
28
No
6
Variabel
Definisi oprasional
Tingkat
Segala
sesuatu
pengeta-
diketahui responden tentang
huan
ASI dan menyusui
Hasil ukur
Skala
yang 1. Tinggi jika nilai total Ordinal
> 80 %
2. Cukup jika nilai total
60-80%
3. Kurang
jika
nilai
total< 60%
7
Perilaku
Aktifitas
ibu
dalam
menyusui
memberi
minum
/nutrisi
untuk bayinya selama rawat
1. ASI
Nominal
2. ASI dan susu formula
3. Susu formula
gabung di ruang rawat nifas
8
Alasan ibu
Pernyataan yang
1. ASI belum keluar
memberi
dikemukakan responden
2. Puting tidak menonjol
susu
alasan memberi susu
3. Ibu
formula
formula.
tidak
Nominal
bisa
menyusui
4. Lain-lain
Universitas Indonesia
Gambaran Tingkat..., Ponsinah, FIK UI, 2012.
BAB 4
METODE PENELITIAN
4.1 Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian survey
yang bersifat deskriptif dimana peneliti ingin mengidentifikasi gambaran perilaku
ibu dalam memberi ASI untuk bayinya baik yang melahirkan secara normal
maupun dengan operasi sectio caesaria. Penelitian ini dilakukan dengan
mengumpulkan data melalui pertanyaan terstruktur dari kuesioner.
4.2 Populasi dan Sampel
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian atau objek yang diteliti
(Notoatmojo, 2010; Arikunto, 2006). Populasi (universe) adalah keseluruhan unit
analisis yang karakteristiknya diduga. Anggota (unit) populasi disebut elemen
populasi (Hastono, Sabri, 2010). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu
yang melahirkan di Rumah Sakit Pasar Rebo.
Sampel adalah objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi
(Notoatmojo, 2010). Sampel adalah sebagian populasi yang ciri-cirinya diselidiki
atau diukur (Hastono; Sabri, 2010). Agar karakteristik sampel yang diambil tidak
menyimpang dari populasi, maka sebelum dilakukan pengambilan sampel
ditentukan kriteria inklusi dan kriteria eksklusi.
Kriteria inklusi adalah kriteria atau ciri-ciri yang perlu dipenuhi oleh setiap
anggota populasi yang dapat diambil sebagai sampel (Notoatmojo, 2010). Kriteria
inklusi sampel penelitian ini adalah: (1) umur kehamilan ibu cukup bulan 38
sampai 40 minggu, (2) berat badan bayi ≥ 2500 gram, (3) ibu dan bayi sehat, (4)
bayi sudah dirawat gabung. Kriteria eksklusi adalah ciri-ciri anggota populasi
yang tidak dapat diambil sebagai sampel. Kriteria eksklusi dalam penelitian ini
adalah umur kehamilan ibu kurang dari 38 minggu, berat badan bayi kurang dari
2500 gram, bayi atau ibunya tidak sehat sehingga membutuhkan perawatan.
29
Gambaran Tingkat..., Ponsinah, FIK UI, 2012.
Universitas Indonesia
30
Tehnik pengambilan sampel yang dilakukan dalam penelitian ini dengan non
probability sampling jenis aksidental sampling. Pengambilan sampel dengan
tehnik ini dilakukan dengan mengambil responden yang kebetulan ada atau
tersedia disuatu tempat sesuai dengan konteks penelitian (Notoatmojo, 2010).
Jumlah sampel yang dibutuhkan untuk suatu penelitian tergantung pada besar
populasi, homogenitas populasi, dan tehnik analisa serta tingkat ketelitian atau
kesalahan yang dikehendaki, sampel yang lebih besar akan memberikan hasil
yang lebih akurat (Notoatmojo, 2010), semakin kecil tingkat kesalahan
dibutuhkan jumlah sampel yang lebih besar, semakin heterogen populasi
dibutuhkan sampel yang lebih besar (Sugiyono, 2007). Roscoe (1982)
menyarankan ukuran sampel minimal untuk penelitian kuantitatif antara 30
sampai 500, bila sampel dibagi dalam kategori maka jumlah sampel setiap
kategori minimal 30 (Sugiyono, 2007). Hal penting dalam pengambilan sampel
adalah keterwakilan populasi (representatif), sehingga ciri-ciri sampel mendekati
ciri-ciri populasi (Polit dan Beck, 2003). Polit & Beck (2003) menyarankan untuk
peneliti pemula
sebaiknya menggunakan sampel yang besar. Berdasarkan
pertimbangan diatas serta adanya keterbatasan waktu maka jumlah sampel yang
digunakan dalam penelitian ini adalah 90 orang.
4.3 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di Rumah sakit Pasar Rebo yang terletak dijalan TB
Simatupang no 30, Jakarta Timur. Rumah sakit tersebut dipilih karena merupakan
rumah sakit umum daerah yang merawat dan menerima rujukan pasien
melahirkan. Rumah sakit ini juga sudah memiliki program menajemen laktasi di
klinik antenatal care. Rata-rata jumlah persalinan setiap bulan pada bulan Juli
2011 sampai Desember 2011 terdapat 200 persalinan yang melahirkan secara
spontan maupun dengan cara sectio caesaria. Penelitian dilakukan pada tanggal 22
Mei sampai 2 Juni 2012 selama 2 minggu.
Universitas Indonesia
Gambaran Tingkat..., Ponsinah, FIK UI, 2012.
31
4.4 Etika penelitian
Kode etik penelitian adalah suatu pedoman etika yang berlaku untuk setiap
kegiatan penelitian yang melibatkan pihak peneliti, pihak yang diteliti (subyek
penelitian) dan masyarakat yang akan memperoleh dampak hasil penelitian
tersebut. Etika penelitian mencakup perlakuan peneliti terhadap subyek penelitian
serta sesuatu yang dihasilkan oleh peneliti bagi masyarakat (Notoatmojo, 2010).
Pada penelitian ini, peneliti menerapkan tiga prinsip etik yang mendasari etika
penelitian yaitu menghormati harkat dan martabat manusia (respect for human
dignity), menghormati privasi dan kerahasiaan subjek penelitian (respect for
privacy and confidentiality) serta keadilan dan inklusivitas/keterbukaan (respect
for justice and inclusiveness). Prinsip menghormati harkat dan martabat manusia
dengan memberi penjelasan kepada calon responden tentang tujuan penelitian dan
meminta kesediaan menjadi responden dengan menandatangani formulir
persetujuan menjadi responden.
Prinsip kedua menghormati privasi dan kerahasiaan subjek penelitian dengan
tidak mencantumkan nama sebagai identitas pada kuisioner jawaban responden
dan diganti dengan coding nomer sebagai identitas responden. Prinsip ketiga
keadilan dan inklusivitas/keterbukaan dilakukan dengan setiap ibu nifas baik yang
menjadi responden maupun yang menolak menjadi responden tetap mendapat
pelayanan asuhan keperawatan yang sama dan tidak dibeda-bedakan.
4.5 Alat Pengumpul Data
Instrumen dalam penelitian ini berupa kuisioner, yang dibuat dengan
mengadaptasi dan modifikasi dari penelitian Harmani (1999) dengan judul FaktorFaktor yang Berhubungan dengan Pola Menyusui di Wilayah Pemukiman Kumuh
dan penelitian Huka (2010) dengan judul Faktor-Faktor yang Berhubungan
dengan Perilaku Pemberian ASI Eksklusif di Wilayah Cijeruk. Kuisioner
penelitian Huka (2010) mempunyai validitas dan reliabilitas > 0,861, tetapi tidak
semua pertanyaan kuisioner dapat digunakan dalam penelitian ini, sedangkan
kuisioner penelitian Harmani tidak terdapat uji validitas dan reliabilitas..
Universitas Indonesia
Gambaran Tingkat..., Ponsinah, FIK UI, 2012.
32
Kuisioner penelitian terbagi menjadi lima bagian yaitu data umum, riwayat
menyusui cara persalinan, perilaku menyusui dan pertanyaan berkaitan
pengetahuan ibu tentang ASI dan menyusui. Data umum yang dikaji dalam
kuisioner meliputi umur, pendidikan, dan pekerjaan. Perilaku menyusui ibu saat
ini mengkaji bagaimana menyusui bayinya, dan alasan ibu memberi susu formula.
Pertanyaan kuisioner untuk mengkaji pengetahuan ibu tentang ASI dan menyusui
terdiri dari 18 pertanyaan berupa pilihan ganda. Setiap soal mendapat nilai satu
untuk jawaban yang benar dan nol untuk jawaban yang salah. Seluruh nilai ditotal
skornya, lalu dibagi skor tertinggi dan dikalikan dengan 100. Menurut Khomsan
(2000), dalam Mawaddah (2008) kategori pengetahuan dapat dikelompokan
menjadi (a) Tinggi jika nilai total > 80 %, (b) Cukup jika nilai total 60-80% dan
(c) Kurang jika nilai total< 60%.
Kuisioner penelitian ini sebelum digunakan pada responden, sudah dilakukan uji
validitas dan reliabilitas.Validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur
tersebut benar-benar mengukur apa yang diukur. Uji validitas kuisioner
menggunakan tehnik korelasi product moment (Notoatmojo, 2010; Arikunto,
2006). Instrumen disebut valid jika r hasil > tabel r. Nilai r tabel pada N=90 adalah
0,361. Reliabilitas adalah indeks yang menunjukan sejauh mana suatu alat
pengukur dapat dipercaya atau diandalkan sebagai alat pengumpul data
(Notoatmojo, 2010; Arikunto, 2006). Peneliti menggunakan rumus Alpha cronbach
(Arikunto, 2006) untuk perhitungan reliabilitas. Suatu instrumen disebut reliabel
apabila setiap pertanyaan memiliki r alpha > r tabel (Sugiono, 2000). Menurut
Sekaran (1992) dalam Prayitno (2008) reabilitas 0,7 dapat diterima sedangkan
diatas 0,8 adalah baik. Jika harga r alpha kurang dari nilai tabel berarti instrumen
tersebut tidak reliabel.
Uji validitas dan reliabilitas instrumen dilakukan pada tanggal 28 April 2012
sampai 4 Mei 2012 di ruang Delima RSUD Pasar Rebo dengan responden 30
orang. Hasil uji validitas setelah dilakukan revisi terhadap instrumen yang tidak
Universitas Indonesia
Gambaran Tingkat..., Ponsinah, FIK UI, 2012.
33
valid adalah antara 0,492 – 0,758 dengan reliabilitas alpha cronbach's 0,886. Revisi
instrumen dilakukan dengan mengeluarkan tiga pertanyaan.
4.6 Prosedur Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan cara memberikan kuisioner kepada ibu-ibu
yang melahirkan di RSUD Pasar Rebo yang bayinya sudah dilakukan rawat
gabung. Prosedur pengumpulan data meliputi:
4.6.1 Prosedur Administratif
Peneliti mendapat rekomendasi dari FIK UI untuk melakukan pengumpulan
data, dilanjutkan dengan memulai penelitian setelah mendapat izin dari
pihak RSUD Pasar Rebo Jakarta
4.6.2 Prosedur Teknis
Prosedur teknis dalam penelitian ini yaitu:
1. Meminta izin kepada penanggung jawab ruangan, menyampaikan
maksud dan tujuan penelitian kemudian mengidentifikasi responden yang
memenuhi kriteria inklusi.
2. Peneliti memperkenalkan diri dan mengadakan kontrak dengan
responden terkait tujuan penelitian dan meminta kesediaan menjadi
responden dengan mengisi inform consent.
3. Kuisioner diberikan pada responden setelah mengisi inform consent
persetujuan menjadi responden. Waktu pengisian kuisioner selama 45
menit. Kapasitas ruangan nifas berisi enam sampai delapan tempat tidur,
sehingga peneliti dapat memberikan kuisoner kepada beberapa responden
dalam waktu yang sama sambil menunggu untuk diisi.
4. Setelah
waktu
pengisian
kuisioner
selesai,
peneliti
melakukan
pengecekan terhadap kelengkapan data. Jika ada data yang tidak lengkap,
peneliti dapat meminta responden untuk melengkapi.
4.7 Pengolahan dan Analisis Data
Setelah data terkumpul, dilakukan pengolahan dan analisis data. Pengolahan data
terdiri dari beberapa tahap yaitu editing, coding, processing, cleaning. Pada tahap
Universitas Indonesia
Gambaran Tingkat..., Ponsinah, FIK UI, 2012.
34
editing data yang telah dikumpulkan, dilakukan pengecekan untuk menilai
kelengkapan, kesesuaian, kejelasan, dan konsistensi jawaban. Coding dilakukan
dengan memberi kode pada kuisioner untuk memudahkan pengolahan data.
Processing dilakukan dengan cara memasukkan data kuesioner ke dalam
komputer dengan menggunakan salah satu program komputer. Cleaning
dilakukan dengan mengecek kembali data yang sudah di-entry.
Setelah dilakukan pengolahan data, langkah selanjutnya adalah analisis data.
Analisis data pada penelitian ini menggunakan analisa univariat. Analisis
univariat bertujuan untuk mendeskripsikan karakteristik masing-masing variabel
yang diteliti. Analisis univariat data kategorik menggunakan nilai proporsi dan
frekwensi. Gambaran lengkap analisa univariate tercantum pada tabel 4.1 dibawah
ini.
Tabel 4.1 Analisis Univariat
No
Variabel
Jenis data
Analisa
1
Umur
Ordinal
Frekwensi
2
Pendidikan
Ordinal
Frekwensi
3
Pekerjaan
Nominal
Frekwensi
4
Riwayat Menyusui
Nominal
Frekwansi
5
Cara persalinan
Nominal
Proporsi, frekwensi
6
Pengetahuan
Ordinal
Proporsi, frekwensi
8
Alasan memberi susu formula
Nominal
frekwensi
Universitas Indonesia
Gambaran Tingkat..., Ponsinah, FIK UI, 2012.
BAB 5
HASIL PENELITIAN
Bab ini menampilkan data hasil penelitian yang telah dianalisa mengenai
gambaran perilaku menyusui ibu selama diruang nifas RSUD Pasar Rebo. Hasil
penelitian yang ditampilkan mencakup karakteristik responden, cara persalinan,
perilaku menyusui saat ini dan alasan memberi susu formula serta pengetahuan
responden tentang ASI dan menyusui. Hasil penelitian akan ditampilkan dalam
bentuk tabel, diagram batang dan pie.
5.1 Karakteristik Responden
Karakteristik dalam penelitian ini adalah umur, pendidikan, pekerjaan, dan
riwayat menyusui yang dianalisis menggunakan analisa univariat dengan
distribusi frekwensi. Diagram 5.1 menggambarkan hasil analisa univariat
karakteristik responden.
Diagram 5.1
Distribusi Responden Berdasarkan Umur, Pendidikan, Pekerjaan, dan Riwayat
Menyusui (N=90)
90
Umur
78.9
80
Pekerjaan
65.6
70
Pendidikan
60
40
28.9
30
16.7
20
10
48.9 51.1
48.9
50
Riwayat
menyusui
34.4
22.2
4.4
0
= < 20 tahun
= 20 – 35 tahun
= > 35 tahun
= Dasar
= Menengah
= Tinggi
= Bekerja
= Tidak
bekerja
35
Gambaran Tingkat..., Ponsinah, FIK UI, 2012.
= Belum pernah
menyusui
= pernah
menyusui
Universitas Indonesia
36
Hasil penelitian menunjukkan mayoritas responden pada kelompok usia 20-35
tahun sebanyak 78,9 %, sedangkan responden paling sedikit (4,4%) pada
kelompok usia <20 tahun. Hampir separuh responden (48,9%) berpendidikan
menengah sedangkan jumlah responden yang berpendidikan dasar dan
berpendidikan tinggi seimbang. Berdasarkan pekerjaan, sebagian besar
responden tidak bekerja sebanyak 65,6%, sedangkan terkait riwayat menyusui
proporsi responden yang belum pernah menyusui (48,9%) seimbang dengan yang
pernah menyusui (51,1%).
5.2 Perilaku Menyusui Berdasarkan Cara Persalinan
Diagram 5.2 (a) dan tabel 5.2 (b) menggambarkan hasil analisa univariat perilaku
menyusui berdasarkan cara persalinan saat ini.
Diagram 5.2 (a)
Distribusi Frekwensi Cara Persalinan Responden (N=90)
cara persalinan
Spontan
25,6%
operasi SC
74,4%
Hasil penelitian menunjukkan mayoritas responden cara persalinannya dengan
operasi sectio caesaria sebanyak 67 responden (74,4%). Ibu yang melahirkan
dengan cara spontan normal 100 % hanya menyusui dan memberi ASI saja,
sedangkan responden yang melahirkan dengan operasi sectio caesaria 76,1%
memberi ASI saja, dan meskipun sedikit terdapat 23,9% ibu yang menyusui dan
memberi tambahan susu formula untuk bayinya.
Universitas Indonesia
Gambaran Tingkat..., Ponsinah, FIK UI, 2012.
37
Tabel 5.2 (b)
Distribusi Perilaku Menyusui Ibu Berdasar Cara Persalinan(N=90)
Cara persalinan
Perilaku Menyusui
ASI
Total
ASI dan susu
formula
(n=)
%
(n=)
%
N
%
Spontan
23
100
0
0
23
25,5
Sectio caesaria
51
76,1
16
23,9
67
74,5
5.3 Alasan Responden Memberi Susu Formula
Dari diagram 5.3 menunjukan responden yang memberikan susu formula selama
rawat gabung memiliki beberapa alasan. Mayoritas (81,6%) responden memberi
tambahan susu formula karena merasa ASI nya kurang karena masih sedikit.
Diagram 5.3
Distribusi Alasan Ibu Memberi Susu Formula Selama diRawat Gabung (N=16)
Alasan ibu memberi susu formula
Ibu tidak bisa
menyusui
2,6%
6,25%
Masalah
Payudara
12,5%
ASI kurang 81,6 %
5.4 Pengetahuan Ibu
Hasil penelitian menunjukan separuh lebih sedikit (55,6%) responden
mempunyai pengetahuan yang tinggi tentang ASI dan menyusui, dan hanya
Universitas Indonesia
Gambaran Tingkat..., Ponsinah, FIK UI, 2012.
38
sedikit (8,9%) responden yang berpengetahuan kurang. Hasil analisis lengkap
tingkat pengetahuan dapat dilihat pada diagram 5.4.
Diagram 5.4
Distribusi Frekwensi Tingkat Pengetahuan Responden Tentang ASI dan
Menyusui (N=90)
Tingkat pengetahuan
Pengetahuan
Kurang
8,9 %
Pengetahuan
cukup
Pengetahuan
tinggi 55,6%
35,5%
5.5 Perilaku menyusui berdasarkan tingkat pengetahuan
Tabel 5.5
Distribusi Perilaku Menyusui berdasarkan Tingkat Pengetahuan (N=90)
Tingkat
pengetahuan
Perilaku Menyusui
ASI
Total
ASI dan Susu
responden
formula
(n=)
%
(n=)
%
N
%
Rendah
7
87,5
1
12,5
8
100
Cukup
25
78,1
7
21,9
32
100
Tinggi
42
84,0
8
16,0
50
100
Hasil analisis diperoleh responden dengan pengetahuan rendah mempunyai
perilaku menyusui dengan memberi ASI saja lebih tinggi (87,5%)
dibandingkan responden dengan pengetahuan cukup (78,1%) dan responden
berpengetahuan tinggi (82,2%).
Universitas Indonesia
Gambaran Tingkat..., Ponsinah, FIK UI, 2012.
BAB 6
PEMBAHASAN
Bab ini membahas hasil penelitian mencakup gambaran tingkat pengetahuan
perawat tentang bermain terapeutik, dan gambaran tingkat pengetahuan perawat
berdasarkan karakteristik. Interpretasi penelitian menggunakan konsep teori yang
relevan.
6.1 Intepretasi dan Diskusi Hasil
6.1.1 Gambaran Perilaku Menyusui Berdasarkan Cara Persalinan
Hasil penelitian didapatkan mayoritas responden melahirkan dengan cara
operasi sectio caesaria dan hanya sebagian kecil yang lahir dengan cara
normal spontan. Sebagian besar responden yang melahirkan dengan sectio
caesaria, perilaku menyusuinya dengan memberi ASI saja dan sebagian kecil
responden selain menyusui juga memberi tambahan susu formula. Kelompok
responden yang melahirkan secara spontan 100 % hanya menyusui dan
memberi ASI.
Sesuai penelitian yang dilakukan oleh Arifah (2009), pada persalinan normal
87,5% responden berhasil melakukan IMD dengan waktu 38,42 menit,
sedangkan responden yang melahirkan dengan operasi sectio caesaria hanya
4,2% yang berhasil melakukan IMD dengan waktu 154,45 menit. Demikian
juga penelitian yang dilakukan Cakmak (2006) menunjukan terdapat
perbedaan yang bermakna keberhasilan menyusui antara persalinan normal
dan operasi sectio caesaria pada saat penyusuan pertama, kedua, dan ketiga.
Pada penyusuan pertama ibu yang melahirkan secara normal spontan
mempunyai kemampuan menyusui yang lebih baik dibandingkan ibu yang
melahirkan secara sectio caesaria dalam hal kemampuan perlekatan bayi,
kemampuan bayi mengisap dan menelan, tipe niple, rasa nyaman ibu saat
menyusui dan bantuan yang dibutuhkan untuk mulai penyusuan.
39
Gambaran Tingkat..., Ponsinah, FIK UI, 2012.
Universitas Indonesia
40
Pada persalinan normal jika apgar score diatas 7 dapat segera dilakukan
penyusuan dini dan segera dilakukan rawat gabung (Sidi, Suradi, Masoara,
Boediharjo, Marnoto, 2009) sehingga tidak ada penundaan awal penyusuan.
Penyusuan dini akan merangsang pengeluaran hormon prolaktin dan oksitosin
sehingga meningkatkan produksi dan aliran ASI sehingga siap tersedia untuk
bayi. Rawat gabung membuat ibu dapat menyusui secara on demand sehingga
pengeluaran ASI menjadi efektif dan teratur sehingga akan meningkatkan
produksi ASI. Keberhasilan menyusui pada satu jam pertama setelah lahir
akan membantu keberhasilan menyusui secara eksklusif selama 6 bulan.
Pada persalinan dengan operasi sectio caesaria ditemukan masalah nyeri dan
efek anastesi yang menyebabkan terlambat dilakukan inisiasi dini (Cakmak,
2006). Jika ibu mendapat anastesi spinal atau epidural menyusui dini dapat
dilakukan segera setelah lahir di kamar operasi. Jika ibu mendapat anastesi
umum menyusu dini dilakukan di kamar pulih saat ibu sudah sadar. Hal ini
mengakibatkan terjadi penundaan waktu rawat gabung 4-6 jam bahkan lebih
dari 24 jam. Penundaan ini karena ibu masih lemah, ibu masih merasa sakit,
dan mobilitas ibu terbatas sebagai efek obat anastesi. Penundaan waktu rawat
gabung dan awal penyusuan menjadi indikasi pemberian minuman pralakteal
selama periode antara lahir dan mulai menyusui bayi.
Rasa nyeri di area operasi dan keterbatasan gerak pada awal post operasi
dapat mengganggu kenyamanan ibu untuk menyusui sehingga ibu menunda
waktu untuk kontak dan menyusui bayinya. Dibutuhkan kemauan dan
keyakinan ibu untuk memulai penyusuan dini. Penelitian yang dilakukan
Andre (2006) menemukan adanya peningkatan persalinan dengan operasi
sectio caesaria 1,3% (tahun 1991), meningkat menjadi 2,5% (tahun 1994) dan
tahun 1997 meningkat menjadi 4,28%. Peningkatan kejadian sectio caesaria
secara tidak langsung mempengaruhi kesuksesan dalam menyusui. Chertok
(2008) dalam Budiarti (2009) menyatakan bahwa ibu-ibu yang melahirkan
secara sectio beresiko tiga kali lebih besar berhenti menyusui pada bulan
pertama postpartum karena tidak dilakukan inisiasi menyusu dini serta
Universitas Indonesia
Gambaran Tingkat..., Ponsinah, FIK UI, 2012.
41
keterlambatan dalam memberikan ASI dibandingkan dengan ibu yang
melahirkan secara normal.
6.1.2 Alasan Ibu Memberi Susu Formula
Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar responden sudah menyusui dan
hanya memberi ASI saja dan sebagian kecil responden yang menambahkan
susu formula untuk memenuhi kebutuhan bayinya. Alasan ibu menambahkan
susu formula sebagian besar karena ibu merasa ASI masih kurang, dan
sebagian kecil karena adanya masalah payudara seperti niple terbenam, dan
niple lecet. Sesuai dengan penelitian Kian (2008) yang mewancarai
responden alasan tidak menyusui karena produksi ASI sedikit, dan puting
yang terbenam.
Secara fisiologis ASI yang keluar masih sedikit pada hari-hari awal
penyusuan ±1-10 ml setiap menyusui dan akan meningkat jumlah ASI yang
keluar seiring dengan penyusuan yang efektif dan pengosongan payudara
yang teratur dan sempurna. Keyakinan ibu bahwa dirinya mampu menyusui
mempengaruhi produksi ASI. Ibu yang kurang percaya diri dan cemas saat
menyusui dapat mempengaruhi kerja hormon oksitosin sehingga ASI tidak
keluar. Kurangnya pengetahuan dan pengalaman ibu tentang menyusui
menyebabkan ibu memberi tambahan susu formula karena merasa ASI
kurang. Bayi yang sudah kenyang diberi susu formula menjadi malas untuk
menyusu keibu karena membutuhkan usaha lebih keras dibandingkan minum
dengan botol (Sidi, Suradi, Masoara, Boediharjo, Marnoto, 2009). Akibatnya
pengosongan payudara menjadi tidak sempurna sehingga payudara menjadi
bengkak dan nyeri.
Meskipun ASI yang keluar masih sedikit, jumlah ini sudah mencukupi
kebutuhan bayi. Protein dan karbohidrat ASI mudah dicerna sehingga
lambung cepat kosong dan bayi cepat menjadi lapar(Wong, 2009; Lang,
2002).Bayi yang lapar akan menangis dan hal sering diasumsikan ibu ASInya
kurang.
Universitas Indonesia
Gambaran Tingkat..., Ponsinah, FIK UI, 2012.
42
Meskipun sebagian besar responden menyusui dan memberi ASI (Full
breastfeeding) selama dirumah sakit, tetapi angka ini dapat menurun karena
adanya masalah menyusui seperti diatas. Bantuan petugas pada fase ini sangat
diperlukan seperti menjelaskan tentang fisiologi laktasi, bantuan untuk
mengatasi bengkak dan nyeri pada payudara serta suport bahwa setiap ibu
pasti bisa menyusui. Hal ini sesuai teori bahwa keberhasilan menyusui bukan
sesuatu yang datang dengan sendirinya, tetapi merupakan ketrampilan yang
perlu diajarkan dan disiapkan (Suradi, 2009).
6.1.3 Gambaran Perilaku Menyusui Berdasar Tingkat Pengetahuan
Responden
Separuh dari responden mempunyai tingkat pengetahuan yang tinggi tentang
ASI dan menyusui dan hanya sebagian kecil yang berpengetahuan kurang.
Hasil analisis diperoleh responden dengan pengetahuan rendah mempunyai
perilaku menyusui dengan memberi ASI saja lebih tinggi dibandingkan
responden dengan pengetahuan cukup dan responden berpengetahuan. Hasil
ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Harmany (1999) yang
menyatakan ada hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan dengan
pola menyusui dimana semakin baik pengetahuan, perilaku menyusui lebih
baik dibanding yang berpengetahuan kurang.
Pengetahuan merupakan salah satu domain terbentuknya perilaku (Bloom
dalam Notoatmojo, 2005). Perilaku yang didasari oleh pengetahuan yang baik
akan lebih awet daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan.
Pengetahuan ibu tentang ASI dan menyusui dipengaruhi oleh pendidikan ibu,
pengalaman menyusui sebelumnya dan keterpaparan dengan sumber
informasi seperti media massa, petugas kesehatan, dan kontak dengan
kelompok ibu yang sudah berhasil menyusui.
Responden dengan pengetahuan kurang dan pengetahuan cukup dalam
penelitian ini sebagian besar menyusui dan memberi ASI (full breastfeeding).
Hal ini dimungkinkan karena domain perilaku dipengaruhi oleh banyak faktor
Universitas Indonesia
Gambaran Tingkat..., Ponsinah, FIK UI, 2012.
43
seperti sikap dan keyakinan yang baik tentang ASI dan menyusui, atau
adanya nilai tradisi dimasyarakat yan mendukung menyusui.
6.2 Keterbatasan Penelitian
Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian survey yang
bersifat deskriptif dimana semua variabel baik independen maupun dependen
diukur pada waktu yang bersamaan. Desain penelitian ini hanya bersifat
menggambarkan suatu keadaan tanpa melihat suatu hubungan antara variabel
dan atau arah sebab akibat suatu variabel.
Pengambilan data dilakukan secara bersamaan dalam beberapa ruangan
dimana tiap ruangan terdapat beberapa responden, sehingga dimungkinkan
ada responden yang saling bertanya untuk mengisi jawaban. Pengisian
kuisioner oleh responden dilakukan sambil merawat bayinya seperti
menyusui, mengganti popok, sehingga ibu menjadi terburu-buru dan tidak
fokus untuk menjawab kuesioner.
6.3 Implikasi Keperawatan
6.3.1 Data awal ini dapat menjadi masukan rumah sakit untuk melakukan
evaluasi tentang pelaksanaan program manajemen laktasi dan membuat
rencana pengembangan manajemen laktasi.
6.3.2 Menjadi masukan bagi Departemen Keperawatan untuk mengevaluasi
kebijakan rawat gabung sehingga tidak ada lagi bayi yang mengalami
penundaan waktu kontak awal dengan ibu dan pemberian minuman
pralakteal dapat dihindari.
6.3.3 Menjadi masukan bagi ruang rawat nifas untuk lebih meningkatkan
asuhan keperawatan khususnya pada ibu yang melahirkan dengan
operasi sectio caesaria sehingga lebih banyak bantuan yang dapat
diberikan.
Universitas Indonesia
Gambaran Tingkat..., Ponsinah, FIK UI, 2012.
BAB 7
KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini merupakan penutup yang merupakan kesimpulan atas pertanyaan
penelitian yang telah dirumuskan serta rekomendasi peneliti berdasarkan hasil
penelitian.
7.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh kesimpulan:
1. Berdasarkan karakteristik responden, mayoritas responden berusia antara
20-35 tahun dengan sebagian besar responden tidak bekerja. Pendidikan
responden sebagian besar berpendidikan menengah. Berdasarkan riwayat
menyusui separuh responden sudah pernah menyusui sebelumnya.
2. Mayoritas responden dalam penelitian ini melahirkan dengan operasi
sectio. Pada responden yang melahirkan normal 100% ibu menyusui saja
tanpa menambah susu formula, sedangkan pada responden yang
melahirkan dengan sectio 23,9% responden memberi tambahan susu
formula.
3. Perilaku menyusui sebagian besar responden sudah baik yaitu sebagian
besar hanya menyusui dengan memberi ASI saja dan hanya sebagian kecil
responden yang memberi tambahan susu formula. Alasan responden
memberi tambahan susu formula karena ASI kurang.
4. Berdasarkan tingkat pengetahuan separuh responden mempunyai tingkat
pengetahuan yang tinggi dan hanya sedikit yang berpengetahuan kurang.
Pada responden yang berpengetahuan tinggi perilaku menyusui dengan
memberi tambahan susu formula lebih tinggi dibandingkan responden
berpengetahuan cukup dan lebih rendah dibandingkan dengan responden
berpengetahuan rendah.
44
Gambaran Tingkat..., Ponsinah, FIK UI, 2012.
Universitas Indonesia
45
7.2 Saran
7.2.1 Bagi RS dan pelayanan keperawatan
1.
Pihak rumah sakit dapat mengembangkan program manajemen
laktasi yang dapat diberikan sejak ANC, intra natal dan post natal,
sehingga pasien rujukan yang tidak melakukan ANC di rumah
sakit tetap mendapat informasi tentang ASI dan menyusui.
2.
Rumah sakit khususnya keperawatan memperbaiki kebijakan
rawat gabung sehingga bayi yang sehat tidak mengalami
penundaan kontak dengan ibunya.
3.
Rumah sakit memperbaiki kebijakan penunggu pasien khususnya
di ruang rawat klas 3 sehingga ibu post sectio ada yang menunggu
untuk membantu dan memberi suport menyusui yang baik
4.
Diharapkan ruang rawat ibu nifas lebih meningkatkan asuhan
keperawatan khususnya pada ibu-ibu yang melahirkan sectio dan
ibu yang belum berhasil menyusui dengan memberi bantuan
sesuai kebutuhan pasien.
7.2.2 Bagi pengembangan penelitian selanjutnya
Perlu dilakukan penelitian serupa dengan metode penelitian yang lain
sehingga
akan
diperoleh
gambaran
faktor-faktor
penyebab
keberhasilan menyusui baik lahir normal maupun dengan sectio.
Universitas Indonesia
Gambaran Tingkat..., Ponsinah, FIK UI, 2012.
Daftar Pustaka
Andre, A,R. (2006). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Persalinan
Melalui Operasi Sesar Tahun 1997-2003. Tesis tidak diterbitkan. FKM
Program Pasca Sarjana Ilmu Kesehatan Masyarakat. Universitas
Indonesia. http_www.lontar.ui.ac.id. Diambil tanggal 3 Juli 2012.
Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Edisi VI.
Jakartya: PT Rineka Cipta.
Arifah, I,N. (2009). Perbedaan Waktu Keberhasilan Inisiasi Menyusu Dini Antara
Persalinan Normal Dengan Caesar Di Ruang An-Nisa RSI Sultan Agung
Semarang. Skripsi tidak diterbitkan. PSIK FK. Universitas Diponegoro.
Semarang. www. Undip.ac.id. Diambil tanggal 9 Oktober 2011.
Arneta, N. (2009). Status Gizi Bayi 1,5 – 8 Bulan Di Jakarta Pusat Dan FaktorFaktor Yang Berhubungan. Skripsi tidak diterbitkan. FK Universitas
Indonesia, Jakarta, Indonesia. http_www.lontar.ui.ac.id.Diambil tanggal
25 Maret 2012.
Arvin, B,K. (1996). Ilmu kesehatan anak. (Wahab, S. penerjemah). Jakarta: EGC.
Astuti, M,T (2010). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemberian Asi
Pada Ibu-Ibu Yang Berkunjung Ke Puskesmas Kecamatan Pasar Mingu
Jakarta Selatan. Skripsi Tidak Diterbitkan. FKM Program Studi
Kesehatan Reproduksi. Universitas Indonesia.
Baker,S,H. (2003). The Infant Feeding Decision: A Survey of Limited-Resource
Women in North Carolina. www. Proquest. Diambil tanggal 18
september 2011.
Bobak, I.M; Lowdermilk, D,L; Jensen, M,D; Perry, S.E. (2005). Buku Ajar
Keperawatan Maternitas. (Wijayarini, M,A. Penerjemah). Edisi 4.
Jakarta: EGC.
Bramson, L,M. (2008). The Association Of Maternal Intention To Breastfeed,
Early Skin-To-Skin Mother/Infant Contact, And Exclusive Breastfeeding
During The Maternity Hospital Stay. www. Proquest. Diambil tanggal 18
september 2011.
Budiati, T (2009). Efektifitas Pemberian Paket “Sukses ASI” Terhadap Produksi
ASI Ibu Menyusui Dengan Seksio Sesaria Di Wilayah Depok Jawa Barat.
Tesis tidak diterbitkan. Magister Ilmu Keperawatan Universitas
Indonesia, Depok, Indonesia. http_www.lontar.ui.ac.id.Diambil tanggal
19 Juni 2012.
Gambaran Tingkat..., Ponsinah, FIK UI, 2012.
Bystrova, K. Early Lactation Performance In Primiparous And Multiparous
Women In Relation To Different Maternity Home Practices. A
randomised trial in St. Petersburg. www.beastfeeding journal. Diambil
tanggal 28 September 2011
Cakmak,H; Kuguoglu, S. (2006). Comparison Of The Breastfeeding Patterns Of
Mothers Who Delivered Their Babies Per Vagina And Via Cesarean
Section:An Observational Study Using The LATCH Breastfeeding
Charting System. www.sciencedirect.com. Diambil tanggal 19 Juni 2012
Ganong, W.F. (2008). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC.
Gardner,S,L,; Merenstain,G,B. (2002). Hand Book Of Neonatal Intensive Care.
Fifth edition. St. Louis Missouri: Mosby.
Guyton, A.C. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran 3, Edisi 7. Jakarta:EGC.
Harmani, N. (1999). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pola Menyusui
Diwilayah Pemukiman Kumuh. Tesis tidak diterbitkan. Universitas
Indonesia, Depok, Indonesia. http_www.lontar.ui.ac.id.Diambil tanggal
25 Maret 2012.
Hastono, S, P; Sabri, L. (2010). Statistik Kesehatan. Jakarta: Rajawali Press.
Hastono, S, P. (2007). Analisis Data Kesehatan. FKM Universitas Indonesia
Hubertin, S,P. (2003). Konsep Penerapan ASI Eksklusif. Buku saku untuk bidan.
Jakarta: EGC.
Huka, C, L. (2010). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku
Pemberian ASI Eksklusif Diwilayah Cijeruk. Kab Bogor, Jawa Barat.
Skripsi tidak diterbitkan. FKM. Universitas Indonesia. Depok, Indonesia.
Keith, S; Amy, G. (2006). Initial Management Of Breastfeeding. www.proquest.
Diambil tanggal 18 November 2011.
Kian, M,O; Jutomo, L; Talahatu, A,H. (2008). Kajian Lama Pemberian ASI
Ekslusif Pada Kelompok Ibu Bekerja Dan Tidak Bekerja Di Kota Soe
Kabupaten Timor. Skripsi tidak diterbitkan. FKM Undana.
www.google.scholar. Diambil tanggal 15April 2012.
Lang, S. (2003). Breastfeeding special Care Babies. Second edition. London:
Bailliere Tindall.
Leifer, G (1999). Introduction To Maternity And Pediatric Nursing. Philadelpia:
W.B. Saunders Company
Gambaran Tingkat..., Ponsinah, FIK UI, 2012.
Mappiwalli. A. (2009). ASI Eksklusif dan Rawat Gabung. (Tidak diterbitkan)
sebagai tugas kepaniteraan klinik obstetric ginekologi FKUNHAS 2009.
Mawaddah, N., Hardinsyah. (2008). Pengetahuan, Sikap, Dan Praktek Gizi Serta
Tingkat Konsumsi Ibu Hamil Di Kelurahan Kramat Jati Dan Kelurahan
Ragunan Propinsi DKI Jakarta. Jurnal Gizi Dan Pangan.
Muharani, F (2010). Perilaku Ibu Dalam Pemberian ASI Pada Bayi Di Provinsi
Kepulauan Riau (Analisis Data Sekunder Survei Demogragi Dan
Kesehatan Indonesia Tahun 2007). Skripsi tidak diterbitkan. FKM
Universitas Indonesia Peminatan Kebidanan Komunitas. UI Depok,
Notoatmojo, S (2005). Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Jakarta : Penerbit
Rineka Cipta
Notoatmojo, S (2010).Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Penerbit Rineka
Cipta.
Pedoman Pekan ASI (PAS) Sedunia 2010. www.gizi depkes.go.id. Diambil
tanggal 10 September 2011.
Potter, A,P; Perry, A,G. (2005). Fundamental Keperawatan Konsep Proses, dan
Praktek. Edisi 4 (Asih, Y, dkk. Alih bahasa). Jakarta: EGC.
Polit, D,F; Beck, C,T. (2003). Nursing Research Principles and Methods. Seventh
Edition. Lippincot William Wilkin.
Permenag PP & PA No 3 tahun 2010 Tentang Penerapan Sepuluh Langkah
Menuju Keberhasilan Menyusui.
Priyatno, D. (2009). 5 jam Belajar Olah Data dengan SPSS17. Yogyakarta:
Penerbit Andi.
Rooming-in, Dekatkan Ibu dan Bayi. www. Mom & Kiddie//nsa).Diunduh tanggal
10 September 2011.
Sidi, I, P, S., Suradi, R., Masoara, S., Boediharjo, S, D., Marnoto, W. (2009).
Bahan Bacaan Manajemen laktasi. Jakarta : Perinasia.
Soetjiningsih.(1997). ASI Petunjuk Untuk Tenaga Kesehatan. Jakarta: EGC.
Sugiyono (2007). Statistika untuk Penelitian. Bandung: Penerbit Alfabeta.
Suradi, R (Kontributor).(2008). Buku Ajar Neonatologi. Jakarta : Badan Penerbit
IDAI.
Gambaran Tingkat..., Ponsinah, FIK UI, 2012.
Suryani, A. (2009). Prevalensi Obesitas Pada Anak Taman Kanak-Kanak Di
Kelurahan Cikini, Kecamatan Menteng, DKI Jakarta Dan Hubungannya
Dengan Konsumsi ASI. Skripsi tidak diterbitkan. FK Universitas
Indonesia, Jakarta, Indonesia. http_www.lontar.ui.ac.id.Diambil tanggal
25 Maret 2012.
Wong. D.L., Eaton.M.H. (2009). Wong's essential of Pediatric Nursing. Buku Ajar
Keperawatan Pediatrik. Volume 1. (Sutana, penerjemah) Jakarta: EGC.
(Sumber asli diterbitkan 2001).
Gambaran Tingkat..., Ponsinah, FIK UI, 2012.
Lampiran 1
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS INDONESIA
PERSETUJUAN
TERTULIS
UNTUK
PARTISIPASI
DALAM PENELITIAN
Dengan hormat,
Nama saya Ponsinah, saya adalah mahasiswa S1 Fakultas Ilmu
Keperawatan Universitas Indonesia semester 4. Saya akan melakukan penelitian
tentang “Gambaran Tingkat Pengetahuan Perilaku Menyusui Ibu Nifas dengan
Melahirkan Spontan dan Sectio Caesaria yang Dilakukan Rawat Gabung”.
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi perilaku menyusui ibu selama
dirumah sakit Pasar Rebo Jakarta Timur.
Penelitian ini melibatkan ibu-ibu yang melahirkan di RSUD Pasar Rebo
dan bayinya yang sudah dirawat gabung dengan ibu. Keterlibatan dalam penelitian
ini tidak menyebabkan risiko atau kerugian yang dapat mengganggu kesehatan.
Keputusan ibu dalam penelitian ini, tidak berpengaruh pada pelayanan yang
diterima ibu. Apabila memutuskan berpartisipasi, ibu bebas untuk mengundurkan
diri kapanpun dari penelitian.
Saya akan menjaga kerahasiaan ibu dan keterlibatan ibu dalam penelitian
ini. Nama ibu tidak akan dicatat dimanapun. Semua kuesioner yang telah terisi
hanya akan diberikan nomor kode yang tidak bisa digunakan untuk
mengidentifikasi identitas anda..
Depok, April 2012
Peneliti
Gambaran Tingkat..., Ponsinah, FIK UI, 2012.
Lampiran 2
Lembar Persetujuan responden
Judul Penelitian :
Gambaran Tingkat Pengetahuan Perilaku Menyusui Ibu
Nifas dengan Melahirkan Spontan dan Sectio Caesaria yang
Dilakukan Rawat Gabung”.
Peneliti
:
Ponsinah
Pembimbing
:
Hayuni Rahmah, SKp. MNS
Alamat
:
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia
Setelah membaca dan memahami lembar persetujuan ini, saya mengerti bahwa
penelitian ini tidak akan berpengaruh negatif terhadap diri saya dan berguna untuk
pengembangan keperawatan. Saya mengetahui bahwa informasi yang saya
berikan dijamin kerahasiannya dan akan segera diamankan setelah penelitian ini
selesai. Saya menyatakan bahwa saya bersedia menjadi responden pada penelitian
ini.
Demikian pernyataan ini saya buat tanpa ada paksaan dari pihak manapun. Saya
berharap partisipasi saya dalam penelitian ini dapat bermanfaat.
Jakarat, April 2012
Responden
Gambaran Tingkat..., Ponsinah, FIK UI, 2012.
Lampiran 3
INSTRUMEN PENELITIAN
Kode Responden
:
Tanggal Pengambilan Data
:
Ruang
:
(diisi oleh peneliti)
Petunjuk pengisian
1. Menjawab setiap pertanyaan yang tersedia dengan melingkari jawaban yang
dianggap paling benar.
2. Semua pertanyaan harus dijawab
3. Setiap satu pertanyaan diisi dengan satu jawaban
A. Data Umum
1. Umur
:
1. < 20 tahun
2. 20 – 35
3. > 36 tahun
2. Pendidikan :
3. Pekerjaan
:
1. SD
2. SMP
3. SLTA
4. PT
1. Bekerja
2. Tidak bekerja
B. Riwayat Menyusui
4. Apakah ibu pernah menyusui sebelumnya:
1. Belum pernah menyusui
2. Pernah menyusui
C. Riwayat Persalinan
5. Cara persalinan saat ini :
1. Spontan, normal
2. Operasi
Gambaran Tingkat..., Ponsinah, FIK UI, 2012.
D. Perilaku Menyusui
6. Apakah ibu menyusui dan memberi ASI pada bayi yang lahir sekarang?
1. Ya, saya menyusui
2. Tidak, saya tidak menyusui
7. Untuk kelahiran yang sekarang, bagaimana ibu memberi minum bayi untuk
memenuhi kebutuhan gizinya?
1. Saya memberi tambahan minum susu formula
2. Saya menyusui dan memberi tambahan susu formula
3. Lain-lain (sebutkan jika tidak ada di pilihan)..........................................
8. Apakah alasan ibu memberi tambahan susu formula (jawaban boleh lebih
dari satu):
1. ASI belum keluar
3. Puting tidak menonjol
2. Ibu tidak bisa menyusui
4. Lain-lain (sebutkan)........................
E. Pengetahuan ibu
1. Apakah yang ibu ketahui tentang ASI eksklusif
a. Memberi ASI saja sampai bayi berusia 6 bulan
b. Memberi ASI diselingi dengan memberi susu formula
c. Memberi ASI, air putih dan susu formula secara bergantian
d. Tidak tahu
2. Apa yang ibu ketahui tentang kolostrum?
a. ASI yang berwarna putih
b. ASI yang encer
c. ASI yang keluar pada 1-5 hari pertama, kental berwarna kekuningkuningan
d. Tidak tahu
3. Apa manfaat kolostrum untuk bayi?
a. Mengandung zat gizi
b. Mengandung zat kekebalan untuk melindungi tubuh bayi dari berbagai
macam penyakit
c. Merupakan makanan bayi
d. Tidak tahu
Gambaran Tingkat..., Ponsinah, FIK UI, 2012.
4. Apa manfaat memberi ASI untuk bayi:
a. Mengandung zat gizi dan kekebalan untuk bayi
b. ASI merupakan makanan untuk bayi
c. Supaya bayi cepat kenyang dan tidak menangis
d. Tidak tahu
5. Apa manfaat pemberian ASI bagi ibu:
a. Supaya payudara tidak bengkak
b. Menunda kehamilan dan mengurangi perdarahan setelah melahirkan
c. Tidak ada manfaatnya, membuat payudara kendor
d. Tidak tahu
6. Menurut ibu berapa kali sebaiknya bayi disusui dalam sehari
a. Bayi disusui satu jam sekali
b. Bayi disusui 10x dalam 24 jam
c. Bayi disusui kapanpun bayi mau/ membutuhkan
d. Tidak tahu
7. Menurut ibu sebaiknya menyusui itu sampai bayi berumur berapa:
a. 4 bulan
b. 12 bulan
c. 24 bulan
d. Tidak tahu
8. Menurut ibu pada usia berapa bayi mulai mendapat makanan selain ASI?
a. Segera setelah lahir bayi diberi madu
b. 4 bulan, bayi dapat diberi cairan lain selain ASI
c. 6 bulan bayi mulai dapat diberi makanan lain selain ASI
d. Tidak tahu
9. Menurut ibu jika melahirkan secara operasi apakah akan menghalangi untuk
menyusui?
a. Ya, karena bekas operasi masih sakit sehingga tidak bisa menyusui
b. Tidak, ibu tetap bisa menyusui meskipun lahir dengan operasi
c. Ya, karena ASI belum keluar sehingga tidak bisa menyusui
d. Tidak tahu
Gambaran Tingkat..., Ponsinah, FIK UI, 2012.
10. Menurut ibu jika melahirkan dengan cara operasi, kapan ibu bisa mulai
menyusui?
a. Ibu boleh menyusui setelah luka operasi sembuh
b. Ibu boleh menyusui jika sudah tidak merasa nyeri
c. Ibu bisa menyusui segera setelah ibu sadar
d. Tidak tahu
11. Menurut ibu apakah payudara yang kecil mempengaruhi produksi ASI
a. Ya, payudara yang kecil produksi ASI akan sedikit
b. Tidak, besar kecil payudara tidak mempengaruhi banyaknya ASI yang
keluar
c. Payudara yang besar akan menghasilkan ASI yang banyak
d. Tidak tahu
12. Menurut ibu apakah kandungan gizi ASI sudah mencukupi kebutuhan bayi
a. Ya, kandungan gizi dalam ASI sudah mencukupi seluruh kebutuhan
bayi
b. Kandungan gizi ASI belum mencukupi sehingga perlu ditambah susu
formula
c. Lebih baik kandungan gizi susu formula dari pada ASI sehingga bayi
cepat kenyang
d. Tidak tahu
13. Menurut ibu zat gizi apa dalam ASI yang berperan penting untuk
perkembangan otak bayi
a. Lemak dan protein
c. AA dan DHA
b. Karbohidrat dan protein
d. Tidak tahu
14. Menurut ibu lebih baik memberi ASI atau memberi susu formula
a. Memberi ASI karena manfaat ASI tidak
tergantikan oleh susu
formula
b. Susu formula lebih mahal harganya sehingga lebih baik dari ASI
c. Sama saja tidak ada bedanya memberi ASI atau susu formula
d. Tidak tahu
Gambaran Tingkat..., Ponsinah, FIK UI, 2012.
15. Jika payudara ibu bengkak apakah yang harus dilakukan?
a. Berhenti menyusui karena sakit
b. Lakukan kompres hangat, pijat ringan pada payudara yang bengkak, ibu
harus rilek, bayi tetap disusui
c. Berhenti menyusui takut bayinya menjadi demam
d. Tidak tahu
16. Jika puting susu datar atau terbenam apa yang harus dilakukan?
a. Berhenti menyusui karena bayi tidak bisa menyusu
b. Memberi minum bayi dengan botol
c. Melakukan perawatan payudara dengan menarik puting susu dengan
tangan atau dengan pompa puting susu
d. Tidak tahu
17. Menurut ibu bagaimana posisi menyusui yang benar untuk ibu dan bayi?
a. Ibu duduk, kaki menggantung, tubuh bayi menghadap puting, tangan
kanan ibu memegang ujung puting
b. Ibu duduk bersandar, kaki tidak menggantung, bayi menempel ibu
menghadap payudara, tangan kanan ibu menyangga payudara dari
bawah.
c. Ibu duduk, kaki tidak menggantung, Bayi dipangkuan ibu muka bayi
menghadap payudara, tangan kanan ibu memegang ujung puting
d. Tidak tahu
18. Apa yang ibu ketahui tentang tanda bayi mengisap dengan benar?
a. Terdengar bunyi cup-cup dari mulut bayi saat mengisap
b. Bayi menyusu sambil tidur
c. Bayi mengisap kuat dengan irama perlahan
d. Tidak tahu
Gambaran Tingkat..., Ponsinah, FIK UI, 2012.
Lampiran 4
Jadwal Kegiatan Penelitian
Jadwal Kegiatan
Febuari
III
Peer
Review
2
orang
teman
Revisi Judul, Pembuatan
bab 1 dan 2
Pembuatan Bab 3 dan 4
Kuisioner
Uji Coba Kuisioner
IV
Maret
I
April
II
III
IV
√
√
√
I
III
√
√
III
Mei
IV
I
√
√
II
Juni
III
IV
I
√
√
Juli
II
III
√
√
IV
I
II
√
√
√
Pengambilan Data
Pengolahan dan Analisa
Data
Penyerahan Manuskrip
√
Sidang Skripsi
√
Penyerahan Hasil Revisi
√
Gambaran Tingkat..., Ponsinah, FIK UI, 2012.
Lampiran 5
Gambaran Tingkat..., Ponsinah, FIK UI, 2012.
Download