BAB I

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Gagal jantung adalah keadaan patofisiologi dimana jantung sebagai pompa
tidak mampu memenuhi kebutuhan darah untuk metabolisme jaringan
(Ruhyanudin, 2007). Gagal jantung adalah tahap akhir yang sering fatal pada
penyakit jantung, karena penderita yang didiagnosa gagal jantung bagaikan
memasuki suatu fase tiada jalan kembali. Gagal jantung adalah satu-satunya jenis
penyakit jantung yang morbiditas (angka kesakitan) dan mortalitas (angka
kematian)nya justru meningkat, walaupun telah banyak yang dilakukan penelitian
untuk mengetahui patofisiologi (ilmu yang mempelajari tentang fungsi organ dan
keadaan yang menyebabkan sakit) serta pengobatannya. Faktanya saat ini 50%
penderita gagal jantung akan meninggal dalam waktu 5 th, sejak diagnosanya
ditegakkan. Begitu juga dengan risiko untuk menderita gagal jantung, belum
bergerak dari 10% untuk kelompok di atas 70 tahun, dan 5% untuk kelompok usia
60-69
tahun
serta
2%
untuk
kelompok
usia
40-59
tahun
(http://www.suaramerdeka.com).
Di dunia, gagal jantung telah melibatkan setidaknya 23 juta penduduk.
Sekitar 4,7 juta orang menderita gagal jantung di Amerika (1,5-2% dari total
populasi), dengan tingkat insiden 550.000 kasus per tahun. Dari sejumlah pasien
tersebut, hanya 0,4-2% saja yang mengeluhkan timbulnya gejala (Irnizarifka,
2011).
1
Di Eropa, kejadian gagal jantung berkisar 0,4%-2% dan meningkat pada usia
yang lebih lanjut, dengan rata-rata umur 74 tahun. Ramalan dari gagal jantung
akan jelek bila dasar atau penyebabnya tidak dapat diperbaiki. Seperdua dari
pasien gagal jantung akan meninggal dalam 4 tahun sejak diagnosis ditegakkan,
dan pada keadaan gagal jantung berat lebih dari 50% akan meninggal dalam tahun
pertama. Penyakit jantung koroner merupakan etiologi gagal jantung pada 60-70%
pasien, terutama pada pasien usia lanjut. Sedangkan pada usia muda, gagal
jantung diakibatkan oleh kardiomiopati dilatasi, aritmia, penyakit jantung
kongenital atau valvular dan miokarditis (Manurung dan Ghanie, 2006).
Di Inggris, sekitar 100.000 pasien dirawat di rumah sakit setiap tahun untuk
gagal jantung, merepresentasikan 5% dari semua perawatan medis dan
menghabiskan lebih dari 1% dana perawatan
kesehatan nasional di negara
tersebut (Gray, Dawkins, Dkk, 2005). Menurut organisasi kesehatan dunia
(WHO), penyakit kardiovaskuler akan segera menjadi penyebab terbanyak kasus
kematian di seluruh dunia. Bahkan di Indonesia, penyakit ini telah menjadi
pembunuh nomor satu. Prevalensi penyakit jantung di Indonesia dari tahun ke
tahun semakin meningkat. Menurut SKRT (Survei Kesehatan Rumah Tangga)
tahun 1986 yang dilakukan di 7 provinsi dengan menghasilkan prevalensi
penyakit jantung iskemik dan lainnya pada golongan umur 15-24 tahun adalah
18,3 per 100.000 penduduk. Angka ini meningkat dengan tajam pada golongan
umur 45-54 tahun, yakni 174,6 per 100.000 penduduk dan 461,9 per 100.000
penduduk pada usia 55 tahun ke atas.
2
Sedangkan kematian yang disebabkan oleh penyakit kardiovaskuler adalah
17,5 per 100.000 penduduk dengan kematian yang berkaitan dengan penyakit
tersebut adalah 27,4 per 100.000 penduduk. SKRT 1992 mengukuhkan bahwa
penyakit kardiovaskuler merupakan penyakit yang masih menduduki persentase
tertinggi yang menyebabkan kematian (33,2%) (Ruhyanudin, 2007). Di Indonesia
belum ada data yang akurat mengenai angka kematian ini, tetapi Rumah Sakit
Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita Jakarta melaporkan sekitar 400-450
kasus infark miokard setiap tahunnya (Irnizarifka, 2011). Di Provinsi Jawa
Tengah Berdasarkan laporan dari rumah sakit dan puskesmas tahun 2006,
prevalensi kasus CHF sebesar 12,96 per 1000 penduduk. Dan hal ini mengalami
peningkatan dibandingkan tahun 2005, yaitu dimana prevalensi kasus CHF
sebesar 9,89 per 1000 penduduk (Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah Tahun
2006).
Pada tahun 2012, di RSUD Ungaran terhitung sejak Januari 2012 sampai 15
April 2012 pasien rawat inap di bangsal penyakit dalam yang menderita penyakit
jantung sebanyak 70 pasien, diantaranya Penyakit Jantung Iskemik sebanyak 34
pasien (48,5%) , Decompensasi Cordis sebanyak 23 pasien ( 32,8%) , dan Acut
Miocard Infark 16 pasien (22,8%) , serta 1 pasien yang terdiagnosa Congestive
Heart Failure (1,4%). (Data Registrasi Pasien Ruang Penyakit Dalam RSUD
Ungaran). Berdasarkan hal tersebut, maka penulis menyusun karya tulis ilmiah ini
guna menguraikan pengelolaan dan asuhan keperawatan pada klien dengan gagal
jantung kongestif.
3
B. Tujuan penulisan
1. Tujuan umum
:
Mampu menerapkan konsep dasar serta memberikan Asuhan Keperawatan
kepada klien dengan gagal jantung kongestif secara komprehensif.
2. Tujuan khusus
:
a) Mampu melakukan pengkajian pada pasien gagal jantung kongestif.
b) Mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada pasien gagal jantung
kongestif.
c) Mampu merencanakan tindakan keperawatan pada pasien gagal jantung
kongestif.
d) Mampu melaksanakan tindakan keperawatan pada pasien gagal jantung
kongestif.
e) Mampu melakukan evaluasi asuhan keperawatan pada pasien gagal
jantung kongestif.
C. Metode penulisan
Dalam pembuatan Karya Tulis Ilmiah ini, penulis menggunakan metode
tinjauan pustaka, dimana penulis menjelaskan tentang penyakit gagal jantung
kongestif yang didapat dari beberapa referensi buku dan internet. Penulis juga
menggunakan metode studi kasus melalui pendekatan proses keperawatan.
4
Adapun teknik penulisan yang digunakan penulis adalah deskriptif, yaitu
penggambaran kasus kelolaan dengan cara pengumpulan dari klien data sebagai
berikut :
1.
Wawancara
Dengan mengadakan wawancara tanya jawab kepada klien, keluarga
klien, serta tenaga kesehatan lain yang berhubungan dengan penyakit gagal
jantung kongestif guna mendapatkan data yang bersifat subyektif.
2.
Pemeriksaan Fisik
Pengumpulan data klien yang lebih bersifat obyektif terkait masalah
penyakit klien secara kritis dengan melakukan inspeksi, auskultasi, palpasi,
dan perkusi.
3.
Observasi partisipasi
Mengamati serta berpartisipasi dalam pengelolaan pasien dengan cara
melakukan pendekatan asuhan keperawatan langsung kepada klien selama
praktek di rumah sakit.
4.
Studi dokumentasi
Mempelajari dan mengikuti catatan perkembangan pasien/ atau catatan
medis pasien serta laporan hasil pemeriksaan penunjang pasien guna
mendapatkan data-data terkait mengenai perawatan dan pengobatan pasien
selama dirawat di rumah sakit.
5
5.
Studi kepustakaan
Menggunakan dan mempelajari literatur medis baik dari buku maupun
dari internet, serta pemeriksaan penunjang yang ada untuk menegakkan
diagnosa keperawatan dari data-data yang sudah terkumpul serta fokus
intervensi yang terkait.
D. Sistematika penulisan
Dalam karya tulis ilmiah ini, penulis menggunakan sistem lima BAB, yaitu :
BAB I,
Pendahuluan yang berisi latar belakang, tujuan penulisan, metode
penulisan, dan sistematika penulisan.
BAB II,
Konsep dasar yang berisi pengertian, anatomi dan fisiologi, etiologi,
tanda
dan
gejala,
patofisiologi,
pathways,
penatalaksanaan,
manifestasi klinis, pemeriksaan penunjang, diagnosa keperawatan dan
fokus intervensi serta rasional.
BAB III,
Tinjauan kasus, yang berisi pengkajian, diagnosa keperawatan,
intervensi, implementasi, dan evaluasi.
BAB IV,
Pembahasan yang berisi pembahasan kasus (pengkajian, diagnosa,
intervensi, implementasi, dan evaluasi).
BAB V,
Penutup yang berisi kesimpulan dan saran.
6
Download