1 PENGEMBANGAN KIT EKSPERIMEN MEKANISME KONTRAKSI OTOT PADA PEMBELAJARAN BIOLOGI KELAS XI IPA Oleh: Sadina, Agus Suyatna, Baharudin Risyak FKIP UNILA, Jl. Prof. Dr. Sumantri Brojonegoro No. 1 Bandar Lampung e-mail: [email protected] 081369222017 ABSTRACT: The Development of Experimental kit muscle contraction mechanism in learning biology at XI IPA (the 11th of science class). This research aims to develop experimental kits of biology, particularly to improve the effectiveness and the attraction of learning biology at mechanism of muscle contraction. The research and development of experimental kit refers to the model of R & D Borg and Gall, which is conducted through two phases of research (7 steps) in SMAN 1 Kotagajah. Phase 1 of research conducted to produce the main products, and phase 2 of research conducted to test the effectiveness and attractiveness of the main products which are designed by using post test-only control design.The results showed that the experimental kit that comes from the development of LKS has a very interesting category with the acquisition 3.62 from maximum score of 4.0 or 90%, while the effectiveness the control class with an experimental class (experiment kit users) of 7.5. Keywords: experimental kit, muscle contraction mechanism, learning biology. ABSTRAK: pengembangan kit eksperimen mekanisme kontraksi otot pada pembelajaran biologi XI IPAPenelitian ini bertujuan untuk mengembangkan sebuah kit eksperimen biologi khususnya untuk meningkatkan efektivitas, dan daya tarik pembelajaran biologi pada materi mekanisme kontraksi otot.Penelitian dan pengembangan kit eksperimen ini mengacu pada model R & D Borg and Gall, yang dilakukan melalui dua tahap penelitian (7 langkah) di SMAN 1 Kotagajah. Penelitian tahap 1 dilakukan sampai menghasilkan produk awal, dan penelitian tahap 2 dilakukan untuk menguji efektivitas dan daya tarik produk awal yang dirancang dengan desain eksperimen post test-only control design.Hasil penelitian menunjukkan bahwa kit eksperimen hasil pengembangan yang dilengkapi LKS memiliki kategori sangat menarik dengan perolehan skor 3,62 dari skor maksimal 4,0 atau sebesar 90%, sedangkan dari hasil uji efektivitas antara kelas kontrol dengan kelas eksperimen (pengguna kit eksperimen) sebesar 7,5 . Kata kunci: kit eksperimen, mekanisme kontraksi otot, pembelajaran biologi. 2 eksperimen yang ada, berimplikasi PENDAHULUAN pada hasil belajar siswa. Dari hasil Kegiatan pembelajaran di la- angket untuk mengungkap kebutuhan boratorium merupakan bagian inte- guru yang ditujukan kepada 4 orang gral dari pembelajaran biologi. Hal ini guru biologi SMAN 1 kotagajah menunjukkan betapa pentingnya pe- dan10 orang guru biologi anggota ranan kegiatan laboratorium untuk MGMP biologi Lampung Tengah, mencapai tujuan pembelajaran bio- diperoleh skor angket sebesar 164 logi. dari skor maksimal 224 (kategori Woolnough & Allsop dalam sangat diperlukan). Nuryani Y. Rustaman (2005: 136), Media/ alat bantu pem- mengemukakan empat alasan menge- belajaran pada dasarnya dibuat untuk nai pentingnya kegiatan prak-tikum memudahkan guru maupun siswa sains sebagai berikut, 1) praktikum dalam proses belajar mengajar. Akan membangkitkan tetapi sains, 2) motivasi ke-giatan belajar praktikum media pembelajaran yang mampu mem-bangkitkan minat dan mengembangkan keterampilan dasar motivasi bagi melakukan eks-perimen, 3) praktikum buktikan konsep-konsep yang telah menjadi wa-hana belajar pendekatan dipelajari tidak selalu tersedia di ilmiah, sekolah. 4) praktikum menunjang materi pelajaran. Salah Berdasarkan siswa untuk mem- satunya adalah alat hasil observasi bantu eksperimen biologi yang berupa di SMAN 1 Kotagajah, kegiatan kit eksperimen yang biasa digunakan praktikum khususnya untuk materi untuk membuktikan otot sebagai alat mekanisme kontraksi otot dilakukan gerak aktif. Percobaan menggunakan menggunakan otot alat bantu yang betis katak yang diberikan sederhana yang penggunaannya me- rangsangan dengan selang waktu nyulitkan tertentu siswa sehingga pem- belajaran belum efektif dan efisien. kontraksi pembelajaran otot mekanisme menggunakan masih menyulitkan siswa maupun guru, Kesulitan dan ketidak menarikan pelaksanaannya kit terutama dalam hal pemberian rangsangan yang memerlukan interval waktu tertentu dengan tingkat akurasi 3 yang tinggi. Menurut Dick and Carrey Pentingnya eksperimen meka- dalam Suparman (2001: 165) strategi nisme kerja otot sebagai alat gerak pem-belajaran aktif, dan untuk mencapai tujuan komponen umum dari suatu set pembelajaran, telah dilakukan pe- materi dan prosedur pembelajaran ngembangan yang akan dipergunakan bersama- kit eksperimen meka- adalah nisme kontraksi otot di SMAN 1 sama materi tersebut. Kotagajah, agar pembelajaran men- Dick jadi lebih mudah, efektif dan menarik. Kata media secara etimologis and mengemukakan utama dari komponen- Carrey lima suatu (1985) komponen strategi pem- berasal dari bahasa Latin medium belajaran yaitu;1) kegiatan prapem- yang secara harfiah berarti tengah, belajaran, 2) presentasi informasi, 3) perantara atau pengantar menyatakan partisipasi siswa, pengujian, dan bahwa media apabila dipahami secara kegiatan lanjutan. garis besar adalah manusia, materi Kekuatan dan kelemahan dari membangun media pembelajaran yang telah dibuat kondisi yang membuat siswa mampu oleh guru biasanya dapat diketahui memperoleh pengetahuan, keteram- dengan jelas setelah program tersebut pilan atau sikap. di-laksanakan di kelas dan dievaluasi atau kejadian yang Dalam upaya memanfaatkan media sebagai alat bantu belajar, dengan seksama. Tahapan evaluasi media pem- Edgar Dale dalam Susilana dan belajaran adalah sebagai berikut: Riyana (2007:7) mengadakan klasi- 1) Evaluasi Satu Lawan Satu fikasi menurut tingkatan dari yang Evaluasi media tahap satu lawan satu paling konkrit ke yang paling abstrak, yang disebut dengan istilah one to one yang dikenal dengan nama kerucut evaluation, dilaksanakan dengan me- pengalaman Edgar Dale. milih dua orang atau lebih siswa yang Menurut Sudirjo dan Siregar dalam Prawiradilaga dan Siregar dapat mewakili populasi target dari media yang dibuat. (2007: 5) media pembelajaran dipan- 2) Evaluasi Kelompok Kecil dang sebagai pilihan dalam strategi Pada tahap ini media perlu dicobakan pembelajaran. kepada 10-20 orang siswa yang 4 dapat mewakili populasi target. berkontraksi dan kembali ke ukuran 3) Evaluasi Lapangan semula jika sedang relaksasi. Kon- Evaluasi lapangan field traksi otot terjadi jika sedang me- tahap akhir dari lakukan kegiatan. Relaksasi otot ter- evaluasi formatif yang perlu anda jadi jika otot sedang beristirahat. Otot lakukan. Pilih sekitar 30 siswa dengan tersusun atas dua macam filamen berbagai karakteristik (tingkat kepan- dasar yaitu filamen aktin dan filamen daian, kelas, latar belakang, jenis miosin. Kedua filamen ini menyusun kelamin, usia, kemajuan belajar dan miofibril, miofibril menyusun sera- sebagainya) sesuai dengan karakter- but otot, dan serabut otot menyusun istik populasi sasaran. satu otot. Berdasarkan bentuknya sis- evaluation adalah Untuk atau memperoleh hasil tem kerja dan lokasinya dalam tubuh pembelajaran yang optimal, salah satu otot dibedakan menjadi tiga, yaitu tugas guru yang sangat penting adalah otot lurik, otot polos dan otot jantung. membuat persiapan pembel-ajaran, Mekanisme kontraksi otot ber- sedangkan untuk membuat persiapan langsung pembelajaran yang ideal seorang guru berikut. dituntut memiliki sejumlah kom- a) Pusat motorik di otak mengirimkan petensi. impuls/rangsang menuju otot melalui Agar proses pembelajaran dengan saraf motorik, urutan sebagai b) Sesampainya di dapat berjalan secara optimal, maka ujung akson saraf motorik, rangsang seorang guru perlu membuat strategi di-lanjutkan oleh neurohumor (hor- pembelajaran. Strategi pembelajaran mon saraf) berupa asetilkolin atau (teaching strategy) merupakan pola epinefrin (adrenalin) menuju ke otot kegiatan pembelajaran yang berurutan (reseptor pada otot) yang mempunyai yang diterapkan dari waktu ke waktu aktin, c) Setelah rangsang sampai dan diarahkan untuk mencapai suatu di reseptor, energi dilepaskan, maka hasil belajar siswa yang diinginkan” aktin akan bergeser, zona H mengecil (Costa, 1985) bahkan menghilang dan sarkomer Otot merupakan alat gerak memendek. aktif karena kemampuannya berkon- Garis saling mendekat dan traksi. Otot memendek jika sedang otot berkontraksi (berkerut). Jarak 5 antara garis Z satu dan garis Z yang Heinich et al (2005) model ini terdiri lainnya disebut sarkomer. atas enam langkah kegiatan yaitu: Woolnough & Allsop dalam Nuryani Y. Rustaman (2005: 136) mengemukakan empat alasan mengenai pentingnya kegiatan prak- a. Analisis Siswa (Analyze Learners) b. Merumuskan Tujuan (States Objectives) c. Pemilihan Metode, media dan tikum sains sebagai berikut; 1) prak- bahan (Select Methods, Media, and tikum Material) membangkitkan motivasi belajar sains. 2) kegiatan praktikum d. Penggunaan Media dan bahan Ajar mengembangkan keterampilan dasar (Utilize Media and materials) melakukan eksperimen. 3) praktikum e. Partisipasi Siswa di dalam kelas menjadi wahana belajar pendekatan (Require Learner Participation) ilmiah. 4) praktikum menunjang materi pelajaran. f. Penilaian dan Revisi (Evaluate and Revise) Pengalaman langsung siswa Model pengembangan berba- ter-hadap fenomena alam menjadi sis produk yang dikelompokkan oleh prasarat penting untuk mendalami dan Gustafson dan Branch (2002: 30-44) memahami materi pelajaran. Contoh- diantaranya adalah Model Bergman contoh yang and moore (1990), Model de Hoog, diantaranya de jong and de Vries (1994), Model adalah : mempelajari dan menyayat Bates (1995), Model Nieveen (1997), bagian tumbuhan, mengamati kon- dan Model seels and Glasgow (1998). traksi otot betis katak yang diberi Selain model-model pengembangan rangsang listrik, memperhatikan ge- berbasis produk tersebut, terdapat rakan organism sederhana (misalnya model pengembangan berbasis pro- Amoeba), eksplorasi respons fisio- duk yang lain yaitu model pengem- logis untuk latihan, menumbuhkan bangan produk Borg and Gall (1993). praktikum bersifat pengalaman biologi dan memelihara tanaman tertentu. Model ASSURE merupakan Reigeluth dalam Miarso (2004: 244) menyatakan kerangka suatu model berupa sebuah formulasi teori pembelajaran meliputi tiga untuk pembelajaran atau disebut juga variabel, yaitu kondisi pembelajaran, model berorientasi kelas. Menurut perlakuan pembelajaran, dan hasil 6 pembelajaran. pembelajaran juga pada pengetahuan awal siswa. menurut teori Reigeluth meliputi tiga Menurut West dan Pines (1985) variabel, yaitu efektivitas, efisiensi, dalam Nuryani (2005: 171) belajar dan daya tarik. Menurut Miarso melibatkan pembentukan “makna” (2004: oleh siswa dari apa yang mereka 546) Hasil pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang lakukan, lihat, dan dengar. bermanfaat dan bertujuan kepada Menurut Fensham (1994) peserta didik melalui prosedur yang dalam Nuryani (2005: 171) penganut tepat. Sedangkan menurut Wotruba konstruktivis and Wright dalam Miarso (2004: 546) tentang belajar bahwa orang mem- pembelajaran yang efektif memiliki bangun makna tentang hal-hal yang beberapa indikator: dialami atau diceritakan secara aktif 1) Pengorganisasian memiliki pandangan pembelajaran oleh diri mereka sendiri. Makna yang baik, 2) komunikasi secara dibangun bergantung pada penge- efektif, 3) penguasaan dan antuiasme tahuan sudah ada pada diri seseorang. dalam pembelajaran, 4) sikap yang Piaget dalam Nuryani (2005: positif terhadap peserta didik, 5) pem- 171) bahwa belajar sains merupakan berian tes dan nilai yang adil, proses konstruktif yang menghendaki keluwesan dalam pendekatan pem- partisipasi aktif dari siswa. Berarti di belajaran, dan 7) hasil belajar peserta sini peran guru berubah dari sumber didik yang baik. dan yang Efisiensi menurut Miarso (2004: 258) meliputi penghematan waktu, tenaga, dan biaya. Sedangkan pemberi informasi menjadi pendiagnosa dan fasilitator belajar siswa. Berdasarkan permasalahan daya tarik menurut Miarso (2004: yang telah dirumuskan, maka tujuan 257) adalah kemudahan memperoleh, yang ingin dicapai dalam penelitian mencerna, ketepatsasaran pesan, dan ini adalah: keterandalan yang tinggi. 1) Mendeskripsikan Menurut pandangan kons- potensi dan kondisi media pembelajaran biologi. truktivisme keberhasilan belajar ber- 2) Mendeskripsikan gantung bukan hanya pada ling- eksperimen kungan atau kondisi belajar, tetapi otot yang menggunakan kit elektro- mekanisme desain kit kontraksi 7 nik pengatur interval waktu yang guru Biologi dan siswa kelas XI IPA1 efektif, murah. 3) Mendeskripsikan sebagai kit eksperimen mekanisme kontraksi tingkat kemenarikan, kemudahan dan otot yang lebih efektif pada pem- kemanfaatan kit eksperimen hasil belajaran biologi. 4) Mendeskripsikan pengembangan. kit eksperimen mekanisme kontraksi Langkah-langkah Penelitian: otot yang lebih menarik. Tahap pra-pengembangan model, pengguna yang menilai terdiri dari dua langkah. Tahap pengembangan model, terdiri METODE PENELITIAN dari tiga langkah. Penelitian ini merupakan penelitian dan pengembangan (Research Tahap penerapan model, terdiri dari dua langkah. and Development), dan penelitian ini mengacu pada model penelitian dan pengembangan Borg and Gall. Menurut Borg and Populasi pada penelitian pendahuluan adalah seluruh siswa kelas XI IPA SMAN 1 Gall (2003), penelitian dan pengembangan pedidikan adalah suatu strategi untuk mengembangkan produk pendidikan yang efektif yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah belajar. Penelitian Pengembangan ini dilakukan di SMAN 1 Kotagajah Lampung Tengah.. Berdasarkan analisis kebutuhan, guru dan siswa sangat membutuhkan kit eksperimen yang khusus digunakan untuk melakukan percobaan mekanisme kontraksi otot. Subyek dalam penelitian ini adalah para ahli yang melakukan validasi produk yang terdiri dari Pakar Biologi dan 2 orang guru inti Biologi di Lampung Tengah, serta 17 orang Kotagajah TP. 2010/2011 yang berjumlah 192 siswa, dan siswa kelas XI IPA SMAN 1 seputih banyak berjumlah 49 siswa , dan guru Biologi SMAN 1 Kotagajah serta guru biologi anggota MGMP biologi SMA Lampung tengah. Sampel terdiri dari 62 siswa dari kelas XI IPA1 dan XI IPA2 SMAN 1 Kotagajah dan 49 siswa kelas XI IPA3 dan IPA4 SMAN 1Seputih Banyak, serta 4 orang guru biologi SMAN 1 Kotagajah dan 10 guru biologi anggota MGMP Biologi SMA se Lampung Tengah. Pada tahap pengembangan model, langkah keempat adalah uji lapangan produk awal, subyek 8 penelitian adalah sebagai berikut: 1) eksperimen Posttest-only Control bertindak sebagai ahli materi dalam design (Sugiono, 2008). Populasi pengembangan kit eksperimen meka- dalam uji lapangan produk utama nisme kontraksi otot adala Candra adalah seluruh siswa kelas XI SMAN Puasati, S.Pd. M.Pd seorang guru inti 1 Kotagajah TP. 2012/2013. Sampel di MGMP Biologi Lampung Tengah diambil dengan teknik cluster random dan seorang guru biologi SMAN 1 sampling. Kotagajah yaitu Edi Purwanto, M.Si. Data mengenai efektivitas 2) sedangkan yang bertindak sebagai diperoleh dari tes kognitif yaitu soal uji ahli media yang dikembangkan tes formatif berupa soal pilihan ganda adalah 2 orang yaitu Candra Puasati, yang diberikan pada kelas eksperimen M.Pd dan Drs. Kanedi, M.Si seorang dan kelas kontrol. dosen biologi di FMIPA Universitas Data mengenai efektivitas Lampung. 3) Uji coba perseorangan yang diperoleh dengan instrumen tes (satu lawan satu) subyek penelitian formatif berupa soal pilihan ganda adalah 12 orang siswa yang memiliki pada kemampuan dan dianalisis menggunakan SPSS yaitu eksperimen Independent sampel test untuk me- (populasi dan sampel penelitian tahap ngetahui apakah pembelajaran yang II). 4) Uji coba kelompok kecil menggunakan Kit eksperimen Meka- subyek penelitian adalah 30 orang nisme Kontraksi Otot lebih efektif siswa dengan kemampuan tinggi, dibandingkan dengan pembelajaran sedang, dan rendah. yang tidak menggunakan kit. Adapun rendah pada Data pada tinggi, sedang kelas mengenai penelitian penelitian langkah keenam kebutuhan uji statistik yang dilakukan adalah uji pendahuluan perbedaan dua rata-rata satu pihak diperoleh melalui instrumen angket dengan hipotesis sebagai berikut : dan refleksi bersama guru biologi Ho : kelas XI IPA SMAN 1 Kotagajah. formatif pada siswa Kisi-kisi instrumen yang digu- 1 ≤ 2 : Rata-rata hasil tes yang pem- belajarannya menggunakan Kit Eks- nakan pada penelitia pendahuluan perimen MKO lebih kecil atau sama diadaptasi dari Nurharini (2006). dengan rata-rata hasil tes formatif Uji lapangan dirancang dengan desain pada siswa yang pembelajarannya ti- 9 dak menggunakan Kit Eksperimen hubungkan otot betis katak dengan MKO. baterai sebagai sumber rangsang. Rata-rata hasil tes Kondisi yang seperti yang formatif pada siswa yang pembel- disebutkan di atas, menjadi salah satu ajarannya menggunakan kit Eks- alasan keinginan untuk dikembang- perimen MKO lebih besar diban- kannya kit eksperimen yang lebih dingkan dengan rata-rata hasil tes mudah untuk dioperasikan baik bagi formatif pada siswa yang pembel- siswa maupun guru. ajarannya tidak menggunakan Kit Desain Kit EksperimeMKO. H1 : 1 > 2: Setelah teridentifikasi bahwa eksperimen MKO. Dengan 1 = rata-rata hasil tes formatif pada kelas eksperimen. rata-rata hasil tes formatif 2 = pada kelas kontrol. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Potensi dan Kondisi Kit MKO Analisis kebutuhan dilakukan dengan menggunakan instrumen angket. Analisis kebutuhan ini dilakukan untuk mengetahui kebutuhan belajar siswa yang berupa alat bantu ajar untuk guru maupun siswa yang mendukung kegiatan pembelajaran di sekolah tersebut. Kit eksperimen mekanisme kontraksi otot yang digunakan untuk memahami mekanisme kontrakso otot berupa statif dan sepasang klem yang berfungsi sebagai penopang otot betis katak, kabel yang terhubung dengan jarum pentul/ peniti untuk meng- kit eksperimen mekanisme Kontraksi Otot dibutuhkan, maka langkah selanjutnya yaitu merumuskan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Kit eksperimen yang dikembangkan berupa alat yang dapat memberikan rangsang berupa aliran listrik yang merangsang otot untuk berkontraksi. Validasi mengenai kesesuaian desain dengan spesifikasi yang direncanakan dilakukan oleh pakar biologi (Drs. M. Kanedi, M.Si), dosen biologi fakultas MIPA Universitas Lampung. Validasi kesesuaian LKS dengan produk yang dikembangkan oleh guru mata pelajaran biologi SMA Negeri 1 Kotagajah. Pada uji coba satu lawan satu dilakukan kepada 3 siswa pada setiap kelas XI IPA1, XI IPA2, XI IPA3, dan XI IPA4. Pada tahap uji coba satu 10 lawan satu, 3 siswa dipilih secara perimen mekanisme kontraksi otot acak dari masing-masing kelas. Dua menarik belas siswa yang terpilih kemudian angket, hasil pengamatan peneliti diberi perlakuan dengan memberikan selama pembelajaran menggunakan pembelajaran materi mekanisme kon- kit eksperimen mekanisme kontraksi traksi menggunakan media kit eks- otot, siswa sangat antusias, semangat, perimen hasil pengembangan. dan mengulang 2 sampai 3 kali untuk Tentang kemenarikan produk, 63% siswa menyatakan sangat me- digunakan. Selain hasil melakukan kegiatan praktikum pengamatan kontraksi otot tersebut. narik, dan 37% menyatakan menarik. Sedangkan terhadap pertanyaan “ apakah kit eksperimen dan LKS mekanisme kontraksi otot mudah Pembahasan Potensi dan Kondisi Kit Eksperimen MKO. Kit eksperimen mekanisme digunakan” 87,5% menjawab sangat kontraksi mudah, dan 12,5% menjawab mudah. digunakan untuk memahami meka- Efektivitas Kit Eksperimen MKO. nisme kontraksi otot berupa statif dan otot yang selama ini Untuk mengetahui efektivitas sepasang klem yang berfungsi sebagai produk, pada uji coba lapang terha- penopang otot betis katak, kabel yang dap kelas eksperimen, peneliti mem- terhubung dengan jarum pentul/ peniti berikan tes formatif menggunakan untuk meng-hubungkan otot betis instrumen tes yang sama baik pada katak dengan baterai sebagai sumber kelas eksperimen maupun kelas kon- rangsang. Siswa dihadapkan pada dua trol. hal yang menyulitkan, yaitu mela- Selanjutnya hasil tes ini di- analisis menggunakan SPSS 15 . kukan pengamatan bagaimana respon Kemenarikan Kit Eksperimen MKO otot Berdasarkan angket daya tarik terhadap diberikan, kit mekanisme kontraksi otot, ter- rangsang dapat 62% siswa menyatakan bahwa tertentu. kit eksperimen mekanisme kontraksi rangsang sekaligus dengan yang memberikan interval waktu Kondisi kit eksperimen seperti otot sangat menarik untuk digunakan yang dalam pembelajaran, dan 38% siswa gunaanya sangat menyulitkan para yang lainnya menyatakan kit eks- siswa, mereka merasa kekurangan dijelaskan di atas, peng- 11 waktu untuk lebih memahami konsep yang ada, namun paling tidak ada tiga kontraksi otot karena waktunya tersita hal penting yang dapat dilakukan untuk untuk mengenal siswa yaitu; ber- melakukan perakitan dan pengamatan yang cukup sulit. Pembelajaran dasarkan ciri-ciri umum, ketrampilan biologi pada awal khusus, dan gaya belajar siswa. konsep mekanisme kontraksi belum Mengembangkan sebuah kit menarik karena belum adanya kit eksperimen yang memenuhi kriteria eksperimen yang merupakan ham- tersebut, memerlukan sebuah peren- batan dalam pembelajaran, sehingga canaan dan desain yang benar-benar perlu dilakukan kegiatan pembel- sesuai dengan tujuan pembelajaran ajaran dengan meng-gunakan kit eks- yang ingin dicapai. Diawali dengan perimen hasil pe-ngembangan seba- membuat sebuah skenario pengem- gai perlakuan pem-belajaran yang bangan kit eksperimen, desain kit meliputi bahan eksperimen mekanisme kontraksi otot ajar, strategi penyampaian yang digu- dibuat untuk memecahkan masalah nakan, yang dihadapi oleh siswa maupun peng-organisasian dan pengelolaan pembelajaran, agar kegiatan pembelajaran menjadi menarik, lebih mudah dan guru. Efektivitas Kit Eksperimen MKO lebih efektif yang dapat dilihat dari Berdasarkan hasil analisis uji hasil pembelajaran siswa. perbedaan dua rata-rata antara kelas Desain Kit Eksperimen MKO eksperimen dan kelas kontrol yang Idelanya sebuah kit eks- dilakukan dengan Independent Sam- perimen sebagai salah satu alat bantu ple Test yaitu t-test for quality of pembelajaran adalah mampu mem- mean diketahui bahwa ada perbedaan berikan kemudahan bagi siswa, ka- nilai rata-rata tes formatif antara kelas rena pada desain pembelajaran, siswa eksperimen dan kelas kontrol yaitu adalah hal terpenting. Ini sesuai de- sebesar 7,5 dan rata-rata nilai tes ngan apa yang menjadi point pertama formatif kelas eksperimen lebih besar pada model pengembangan berbasis dari rata-rata nilai tes formatif kelas kelas “ASSURE”, walaupun Heinich kontrol sehingga dapat disimpulkan menyatakan bahwa sukar untuk me- bahwa rata-rata prestasi belajar siswa nganalisis semua karakteristik siswa yang menggunakan produk Kit 12 Eksperimen Mekanisme Kontraksi dengan Otot lebih besar dibandingkan dengan Nuryani (2005:171) bahwa belajar siswa menggunakan sains merupakan proses konstruktif produk Kit Eksperimen Mekanisme yang menghendaki partisipasi aktif Kontraksi Otot. dari siswa, yang berarti mengubah yang tidak Adanya peningkatan kemampuan ini berkaitan dengan media pembelajaran yang pendapat Piaget dalam peran guru dari narasumber menjadi fasilitator. digunakan. Gagne dan memperkuat Prawiradilaga dan Siregar (2007) dengan adanya umpan balik atau media pembelajaran dipandang seba- respon gai pilihan bahkan sebagai suatu kemampuan Kit Eksperimen Meka- keharusan dalam strategi pembel- nisme Kontraksi Otot ketika siswa ajaran karena media memiliki fungsi mengamati fenomena kontraksi otot komunikasi. yang bervariasi saat rangsang dengan memberikan yang ini (1979) Menurut Sudirjo dan Siregar dalam Produk hasil Briggs berkaitan diberikan pengalaman nyata adalah upaya untuk selang waktu memahami konsep kontraksi otot. Hal diberikan dan direspon otot. ini sesuai dengan kerucut pengalaman Kemenarikan Kit Eksperimen MKO Edgar Dale, bahwa siswa akan lebih Indikator lain dari keber-hasilan suatu mengingat 90% dari apa yang mereka pembelajaran adalah daya tarik dan lakukan dan kerjakan. Menurut West kemudahan belajar. Daya tarik dapat dan Pines penganut konstruktivisme di-ukur (1985) dalam Nuryani (2005:171) kecenderungan belajar melibatkan pembentukan “ma- belajar serta tergantung pada kualitas kna” oleh siswa dari apa yang mereka pembelajaran (Degeng, 1989: 174). lakukan, lihat, dan dengar. Dari hasil angket daya tarik dengan Kemenarikan yang terhadap dengan berbeda-beda mengamati siswa ingin terus pengamatan merujuk pada indikator kualitas daya kontraksi otot menggunakan kit hasil tarik dapat disimpulkan bahwa Kit pengembangan memberikan penga- Eksperimen Mekanisme Kontraksi laman nyata kepada siswa sehingga Otot SMA kelas XI IPA ini memiliki mereka tidak sekedar belajar teori daya tarik yang baik. Kemudahan yang sifatnya abstrak. Ini senada dalam menggunakan kit eksperimen 13 mekanisme kontraksi otot, tentu siswa kelas kontrol dan kelas eksperimen dapat menghemat waktu (efisien) 4. Dari hasil angket, Kit Eksperimen untuk mempelajari konsep kontraksi Mekanisme Kontraksi Otot ini otot, sehingga mereka lebih punya memiliki daya tarik yang baik. banyak waktu pula untuk mempelajari konsep-konsep yang lain. Sesuai Saran 1. Bagi Guru biologi yang akan dengan yang dikatakan oleh Miarso menggunakan (2004:258) yang mengatakan bahwa mekanisme efisiensi hendaknya menjadi fasilitator dan meliputi penghematan waktu, tenaga, dan biaya. mediator SIMPULAN DAN SARAN praktikum 2. Bagi Simpulan 1. Potensi dan kondisi kit eksperimen menggunakan vensional dahkan siswa otot, diskusi pasca yang akan siswa mekanisme eksperimen kontraksi dalam mekanisme kontraksi otot konyang kit kit eksperimen kontraksi otot, belum memu- disarankan membaca buku teks untuk belajar, biologi menjadi dasar utama dikembang- kelas XI materi otot sebagai alat gerak aktif. meka- 3. Bagi kepala sekolah, hendaknya nisme kontraksi otot yang lebih memberi dukungan baik berupa menarik, sarana prasarana, maupun materi kannya kit eksperimen mudah dioperasikan, efisien, dan efektif. pendukung lainya. 2. Desain kit eksperimen mekanisme kontraksi otot hasil pengembangan DAFTAR PUSTAKA ini memiliki beberapa kelebihan baik secara internal maupun eksternal. 3. Kit eksperimen mekanisme kontraksi otot efektif digunakan sebagai media pembelajaran biologi karena mampu meningkatkan hasil belajar dengan perbedaan rata-rata sebesar 7,5 antara Aryulina Diah, Muslim Choirul, 2007. Biologi 2 SMA.Esis Erlangga Jakarta Asyhar, Rayanda. 2011. Kreatif Mengembangkan Media Pembelajaran. Jakarta: Gaung Persada (GP) Press Jakarta. Borg, Walter.R, Meredith D. Gall.2003. Educational Research: An Introduction. Seven Edition. 14 Boston. New York, Sanfrancisco. Dick Walter, Lou Carey and James Carey. 2001. The Systematic Design of Instruction: Fifth Edition. Longman Dimyati dan Mudjiono.2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta, Jakarta Elsaid, Fairuz. 2011. Pengertian Alat Peraga Pendidikan. http://fairuzelsaid. wordpress.com/2011/05/24/pe ngertian-dan-tujuan-alatperaga-pendidikan/. 25 November 2011, pukul 06.37 WIB. Gagne, Robert M and Leslie J. Briggs. 1994. Principles of Instructional Design, Fourth Edition. San Diego: Harcourt Brace Jovanovich College Publisher Smaldino (1996). Instructional Media and Technologies for Learning (5thed). Englewood Cliffs, NJ: Prentice-Hall, Inc. Herlina, Cici. 2010. Alat Peraga. http://pendidikanmatematika.fi les.wordpress. com. 18 November 2011, pukul 14.24 WIB. Laria, Kartika. 2011. Media Pembelajaran. http://www.infoskripsi.com/ Article/Kajian-Pustaka-MediaPembelajaran.html. 24 November 2011, pukul 16.00 WIB. Miarso, Yusufhadi 2004. Menyemai Benih Teknologi Pendidikan. Kencana, Jakarta Mardalis. 2009. Metode Penelitian. Jakarta: Bumi Aksara. Nuryani. 2005. Strategi belajar Mengajar Biologi. Universitas Negeri malang Gustafson and Branch.2002. Survey of Instructional development Models. Newyork: Eric Clearinghouse on information and technology, syracuse University. Bishop Owen. 2008. Dasar-dasar Elektronika. Erlangga jakarta Hartati.B. 2010. Pengembangan Alat Peraga Gaya Gesek untuk Meningkatkan Ketrampilan Berfikir Kritis Siswa SMA. https://www.google.com/url?q =http://journal.unnes.ac.id/nju/ index.php/JPFI/article/downlo ad/1125/1045&sa=U&ei=QG UZUrPgMMLVrQeB_4HICQ &ved=0CAkQFjAB&usg=AF QjCNE1hRHRAWiwPh3G7 WFieniJj6KanQ Permendiknas No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi Heinich, Robert, Michael Molenda, James D Russell, Sharon E Peraturan Pemerintah No. 19. 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan Permendiknas No. 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses Rosalina Indah Pramesty, Prabowo. 2013. Pengembangan Alat Peraga Kit Fluida Statis Sebagai Media Pembelajaran Pada Sub Materi Fluida Statis Di Kelas XI IPA SMA Negeri 1 Mojosari,Mojokerto. https://www.google.com/url?q =http://ejournal.unesa.ac.id/art icle/5873/32/article.pdf&sa=U 15 &ei=92cZUs31GororQfZj4Do AQ&ved=0CAcQFjAA&usg= AFQjCNGlSlIFpb4dthluv_2x oWA2fXTFgA Prawiradilaga, Dewi Salma dan Eveline Siregar. 2007. Mozaik Teknologi Pendidikan. Kencana UNJ Prawiradilaga, Dewi Salma. 2007. Prinsip Desain Pembelajaran. Jakarta: Kencana, Prenada Media Qomarudin, Ma’sum. 2007. Desain Experiment One-Shot Case study. http://www. scribd. com/doc/60836925/27/Gamba r-14-Desain-Experiment-OneShot-Case-Study. 1 Desember 2011, pukul 09.38 WIB. Reiser, Robert A, and John V. Dempsey. 2007. Trends and Issues in Intsruktional Design and Technology; Second Edition. Pearson Merrill Prentice Hall. Upper Sadle River, New Jesey Columbus, Ohio Sanjaya, Wina. 2010. Strategi Pembelajaran. Jakarta: Prenada Media Group. Seels and Glasgow. 1998. Making Instructional Designe Decisions. New Jersey: Merril an imprint of prentice Hall Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Pendidikan; Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Alfabeta Bandung Sumitro, Bambang, Herpratiwi, dan Siti Samhati. 2008. Pedoman Penulisan Tesis Program Pascasarjana Teknologi Pendidikan Universitas Lampung. FKIP Universitas Lampung. Bandarlampung Suparman, M. Atwi. 2001. Desain Instruksional. Pusat Antar Universitas untuk Peningkatan dan Pengembangan Aktivitas Instruksional Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional Susetyo, Budi. 2010. Statistika Untuk Analisis Data Penelitian; Dilengkapi Cara Perhitungan dengan SPSS dan MS Office Excel. Refika Aditama. Bandung Susilana, Rudi, & Cepi Riyana. 2007. Media Pembelajaran. Bandung: CV Wacana Prima. Suyanto, Eko. 2009. Pengembangan Contoh Lembar Kerja Fisika Siswa dengan Latar Penuntasan Bekal Awal Ajar Tugas Studi Pustaka dan Keterampilan Proses Untuk SMA Negeri 3 Bandarlampung. Prosiding Seminar Nasional Pendidikan 2009. Lampung: Unila. Woolkfolk, Anita. 2004. Educational Psychology. Pearson 16