5 FINANSIAL Sabtu, 19 September 2015 Dari Mencari Keringat hingga Mendendangkan Lagu EKSEKUTIF M Dody Martimbang ens Sana in Corpore Sano atau di dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang kuat. Istilah itu mungkin bisa menggambarkan Dody Martimbang, General Manager unit bisnis logam mulia PT Antam Tbk.. Pria dengan latarbelakang pendidikan hukum itu sangat menggemari olahraga dan musik untuk mengisi waktu luang . Dia mengakui sangat menggemari berbagai bidang olahraga, dari reli dan balapan PENYALURAN PINJAMAN BRI Kucurkan Kredit Rp1,3 Triliun untuk Petrokimia JAKARTA—PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk memberikan fasilitas pinjaman sebesar Rp1,3 triliun kepada PT Petrokimia Gresik, BUMN yang bergerak di bidang produksi pupuk. Komitmen ini dilakukan melalui penandatanganan akad kredit yang dilakukan oleh Direktur UMKM BRI Mohammad Irfan bersama dengan Direktur Utama Petrokimia Gresik Hidayat Nyakman di Jakarta. Corporate Secretary BRI Budi Satria mengatakan pemberian fasilitas pinjaman BRI kepada Petrokimia Gresik merupakan wujud kerjasama sinergi BUMN untuk membangun ketahanan pangan secara nasional. “Pinjaman berupa kredit investasi tersebut digunakan untuk meningkatkan kapasitas produksi pupuk Petrokimia Gresik dengan membangun pabrik baru. Ini salah satu kebutuhan untuk kedaulatan pangan,” katanya, Jumat (18/9). Lebih rinci, fasilitas sebesar Rp1,3 triliun ini terdiri dari kredit investasi Rp1 triliun yang digunakan untuk membangun pabrik Amoniak dan Urea (Amurea) II dengan jangka waktu 10 tahun, grass period 3 tahun, dan bunga Jakarta Interbank Offered Rate (JIBOR) 3 bulan plus 2,7%. Sementara sisanya sekitar Rp300 miliar digunakan untuk kredit investasi membangun kembali (revitalisasi) Intalasi Penjernihan Air (IPA) Gunungsari dengan jangka waktu 4 tahun 6 bulan, grass period 1 tahun, dan dan bunga JIBOR 3 bulan plus 2,7%. Selain itu, kedua kredit investasi tersebut disertai dengan fasilitas lindung nilai (hedging) berupa foreign exchange (forex) line atau fasilitas yang digunakan untuk kebutuhan transaksi valas sebesar US$135 juta dengan jangka waktu 2 tahun. Direktur BRI Muhammad Irfan mengatakan pemberian fasilitas kepada Petrokimia Gresik ini bukanlah yang pertama kali dilakukan. Per September ini, fasilitas pendanaan kepada produsen pupuk PT Pupuk Indonesia Holding Company (PIHC) sebesar Rp13,4 triliun. ANAK USAHA Dari total tersebut, sebesar Rp4,3 merupakan portofolio kredit yang diberikan ke Petrokimia Gresik dan anak usaha. “Ini bukan yang pertama, sudah banyak sekali, sejak tahun 1981,” ujarnya. Direktur Utama Petroko mia gresik Hidayat Nyak man mengatakan dana pinjaman kepada BRI ini bakal digunakan untuk melengkapi dana proyek yang masih kurang, yaitu untuk pembangunan pabrik Amurea II dan revitalisasi IPA Gunungsari. “Perbandingannya 70:30. 30% pendanaan dari biaya sendiri. Kita harapkan proyek ini akan selesai 2018 awal untuk amoniak urea,” katanya. Selain pemberian pinjaman tersebut, BRI juga berupaya mendukung upaya ketahanan pangan melalui pola Trickle Down Business (TDB) dari fasilitas yang sudah diberikan ke perusahaan pupuk korporasi, yaitu dengan memberikan fasilitas pembiayaan kepada distributor pupuk. Hingga saat ini, portofolio kredit sektor pangan BRI mencapai sekitar Rp100 triliun, terdiri dari korporasi dan UMKM. Porsi kredit pangan BRI sekitar 20% dari total kredit BRI yang per Juni lalu tercatat sebesar Rp503,6 triliun. Selain PIHC dan Petrokimia Gresik, BRI juga memberikan fasilitas pinjaman ke korporasi pangan lainnya, seperti Bulog, PT Sang Hyang Seri, dan PT Pertani. Terakhir, BRI memberikan fasilitas pinjaman kepada Bulog sekitar Rp8 triliun. (Ihda Fadila) hingga yang ditekuninya saat ini golf dan tennis. Dody bercerita dalam keluarganya dia memiliki enam saudara yang lima diantaranya adalah laki-laki. Akhirnya, dominasi laki-laki itu kerap memutuskan untuk bermain dengan segala jenis olahraga yang bisa dilakukan bersama-sama. “Kemudian, saat Sekolah Menengah Atas (SMA) saya mulai tertarik untuk mencoba reli, balapan, dan berbagai hal tentang otomotif. Saat itu, saya merasa kebut-kebutan tampak keren. Itu alasan saya tertarik di olahraga otomotif tersebut. Namanya juga anak muda hehe, kalau sekarang sudah tidak lagi,” ujarnya kepada Bisnis pada Kamis (17/9). Namun, dengan berbagai kesibukannya dalam pekerjaannya, dody pun saat ini hanya bisa mengatur jadwal untuk olahraga tenis dan golf. “Sekarang waktunya juga terbatas jadi saya hanya bisa fokus di dua olahraga itu saja untuk memenuhi hasrat hobi saya,” ujarnya. Dia mengaku berusaha untuk bermain tenis dan golf secara rutin seminggu sekali. Di luar itu, tenis meja atau bahasa lainnya ping pong juga kerap dilakukan di sela-sela waktu luang. Situasi seperti ini telah dijalaninya sejak lima tahun terakhir. Selain olahraga, Dody juga senang dalam mendengarkan musik, menyanyi, serta memainkan beberapa alat musik seperti gitar, piano, dan organ. Sampai saat ini pun sesekali dia juga kerap bermusik di sela-sela kesibukannya. Ketiga alat musik itu pun dipelajarinya secara otodidak bersama temantemannya dulu. “Ya, saya mulai belajar bermain gitar saat ada acara pramuka waktu Sekolah Menengah Pertama (SMP). Saat itu, kan biasanya mengisi waktu luang di kegiatan pramuka waktu kemping itu dengan bernyanyi akustikan pakai gitar,” ujarnya. Selang kenaikan tingkat sekolah, Dody tidak terlalu gemar bergitar lagi. General manager logam mulia itu lebih tertarik dengan piano. (Surya Rianto) TRANSAKSI LINDUNG NILAI BI Dorong Bank Devisa Aktif Hedging JAKARTA – Bank Indonesia terus mendorong bank-bank devisa yang ada di Tanah Air untuk bisa melayani permintaan transaksi lindung tukar (hedging) dari korporasikorporasi nonbank. Annisa Sulistyo Rini [email protected] Seperti diketahui, BI menerbitkan beleid PBI Nomor 16/21/2014 tentang Penerapan Kebijakan Kehati-hatian Utang Luar Negeri Korporasi Nonbank. Dalam peraturan tersebut tercantum bahwa korporasi nonbank diwajibkan melakukan hedging apabila memiliki kewajiban dalam bentuk valuta asing (valas). Apabila per kuartal IV tahun ini korporasi tersebut tidak melakukan hedging, maka BI akan memberi sanksi berupa sanksi administratif. Adapun kegiatan lindung nilai ini diperbolehkan dengan bank luar Lindung nilai dengan bank luar negeri diperbolehkan hingga akhir 2016. Saat ini supply valas di pasar masih terbatas. negeri hingga akhir 2016. Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Tirta Segara mengatakan Bank Sentral akan terus mendorong bank-bank devisa di Indonesia supaya bisa melayani kebutuhan hedging dalam negeri mengingat per 1 Januari 2017 transaksi hedging wajib dilakukan dengan bankbank yang berada di Indonesia. “Kami terus dorong dengan pendalaman pasar,” ucapnya di Jakarta, Jumat (18/9). Salah pendalaman pasar yang dilakukan BI antara lain menyempurnakan tiga PBI, yakni PBI No. 16/16/PBI/2014 tentang Transaksi Valuta Asing Terhadap Rupiah Antara Bank dengan Pihak Domestik, PBI No. 16/17/PBI/2014 tentang Transaksi Valuta Asing Terhadap Rupiah Antara Bank dengan Pihak Asing, dan PBI No. 5/13/ PBI/2003 tentang Posisi Devisa Neto Bank Umum. Ketiga aturan yang telah disempurnakan ini mulai berlaku 1 Juni 2015. Lebih lanjut, Tirta menjelaskan, transaksi hedging wajib dilakukan dengan bank-bank Tanah Air mulai awal 2017 dikarenakan saat ini bankbank devisa dinilai belum semuanya siap, baik dari sisi kapasitas hedging maupun infrastrukturnya. Selain itu, saat ini supply valas di pasar masih terbatas sehingga bank harus membeli valas di pasar untuk menggantikan transaksi lindung nilai yang PENJUALAN ORI12 Reliance Securities Dapat Alokasi Rp200 Miliar JAKARTA – PT Reliance Securities Tbk. mengalokasikan penjualan Obligasi Negara Ritel (ORI) seri ORI012 sebesar Rp200 miliar. Perusahaan sekuritas berkode saham RELI itu ditunjuk sebagai agen penjual ORI012, bersama tiga perusahaan sekuritas lain dan 17 perbankan. Sebelumnya, Reliance Securities menjadi agen penjual Sukuk Negara Ritel seri SR007 pada awal tahun ini. Group Managing Director Reliance Capital Management, pemegang saham utama RELI, Jurgan Usman optimistis ORI012 diminati investor ritel. Berdasarkan pengalaman memasarkan SR007 yang terserap habis, Jurgan memprediksi hal serupa akan terjadi pada penawaran ORI012. "Saat kondisi lekonomi yang penuh ketidakpastian, investasi melalui ORI justru memberikan kepastian. Investor ritel akan mendapat imbal hasil maksimal dengan risiko minimal karena ORI012 dijamin oleh pemerintah," papar Jurgan lewat siaran pers yang terbit pada Jumat, (18/9). Menurutnya, kupon ORI012 sebesar 9% lebih tinggi dibandingkan dengan suku bunga deposito dan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) sebesar 7,75%. Jika animo investor tinggi, kami berpeluang menambah porsi penjualan hingga 10% dari target penjualan ORI012 RELI," ujar Jurgan. Sumber Bisnis menyebut pemerintah menargetkan emisi ORI012 sebesar Rp20 triliun. Instrumen investasi yang sasarannya investor ritel ini dapat dibeli di 21 agen penjual yang sudah ditunjuk Kementerian Keuangan. Rinciannya, 21 perbankan xan empat perusahaan sekuritas. Minimal pemesanan Rp5 juta dan maksimal Rp3 miliar. Penawaran ORI012 berlangsung pada 21 September-15 Oktober 2015, disusul penjatahan pada 19 Oktober, dan setelmen 21 Oktober. Dua seri obligasi yang jatuh tempo dalam waktu dekat yakni ORI009 dan SR-004. ORI009 senilai Rp12,6 triliun jatuh tempo pada 9 Oktober 2015, sedangkan SR-004 senilai Rp13,6 triliun jatuh tempo pada 21 September 2015. (Gloria N. Dolorosa) telah diatur dengan korporasi. “Kami masih kasih kesempatan dulu, bertahap sampai nanti supply valas dalam negeri cukup. Sekarang kan bank devisa masih bisa re-hedging ke BI, kalau kondisi sudah stabil dan supply cukup, re-hedging bisa kami hilangkan,” katanya. Selain melakukan pendalaman pasar, BI juga melakukan sosialisasi kepada bank-bank devisa terkait credit line untuk transaksi derivatif. Sebelumnya, Deputi Task Force Financial BI Nanang Hendarsyah mengatakan saat ini dari 70 bank devisa yang dapat melakukan transaksi lindung nilai hanya 25 bank yang aktif. Bank-bank yang aktif tersebut dinilai bank sentral masih dapat menyerap permintaan hedging dari beberapa perusahaan. Namun, bank sentral belum bisa memperkirakan apakah bank-bank yang aktif melakukan hedging tersebut mampu menyerap permintaan apabila perusahaan ramai-ramai melakukan hedging di akhir tahun. Sementara itu, Direktur Eksekutif Departemen Statistik BI Hendy Sulistiowati mengatakan jumlah korporasi yang melapor terkait kegiatan penerapan prinsip kehati-hatian (KPPK) pada kuartal I/2015 tercatat sebanyak 1.433 korporasi. Dari jumlah tersebut, pelapor yang melakukan hedging periode 0-3 bulan sebanyak 82% melakukan transaksi tersebut dengan bank dalam negeri dan 18% dengan bank luar negeri. BI mencatat beberapa BUMN besar telah melakukan transaksi lindung nilai, antara lain Pertamina yang menandatangani master agreement hedging senilai US$2,5 miliar dengan BRI, BNI, dan Bank Mandiri. Selain itu PLN juga telah melakukan transaksi hedging sejak April 2015 dan menandatangani master agreement hedging senilai US$950 juta dengan BRI dan BNI. Direktur Keuangan BRI Haru Koesmahargyo menuturkan saat ini ada 10 perusahaan yang telah menandatangani kontrak hedging dengan perseroan.