organisasi kesehatan dunia (who) panduan pengguna kode global

advertisement
ORGANISASI KESEHATAN DUNIA (WHO)
PANDUAN PENGGUNA
KODE GLOBAL WHO TENTANG PRAKTIK REKRUTMEN TENAGA KESEHATAN
INTERNASIONAL
WHO/HSS/HRH/HMR/2010.2
PANDUAN PENGGUNA
KODE GLOBAL WHO TENTANG PRAKTIK REKRUTMEN TENAGA KESEHATAN
INTERNASIONAL
ORGANISASI KESEHATAN DUNIA (WHO)
Daftar Isi
Pratinjau Kode Global WHO Tentang Praktik Rekrutmen Tenaga Kesehatan
Internasional ...................................................................................................................... 1
Pendahuluan ...................................................................................................................... 3
Prinsip-prinsip Panduan dan Rekomendasi Utama - Semangat Kode WHO............. 7
1. Etik Rekrutmen Internasional ......................................................................................... 8
2. Pengembangan Tenaga Kerja Kesehatan dan Sistem Kesehatan Berkelanjutan ............ 9
3. Perlakuan Adil Terhadap Tenaga Kesehatan Migran ..................................................... 10
4. Kerjasama Internasional.................................................................................................. 11
5. Dukungan Terhadap Negara-negara Berkembang .......................................................... 11
6. Pengumpulan Data .......................................................................................................... 12
7. Pertukaran Informasi ....................................................................................................... 12
Pertanyaan penting terkait kode WHO .......................................................................... 13
Apa arti kode praktik?........................................................................................................ 13
Mengapa kode WHO .......................................................................................................... 14
Apa makna politik dan hukum dari kode WHO ................................................................. 14
Apa manfaat dari kode WHO ............................................................................................. 14
Bagaimana kode WHO dilaksanakan dan oleh siapa?........................................................ 16
Bagaimana pemantauan pelaksanaan kode WHO?............................................................. 19
Apa tujuan dari pedoman kumpulan data minimum, pertukaran informasi dan pelaporan
terhadap pelaksanaan kode WHO? ..................................................................................... 20
Dapatkah kode WHO direvisi? ........................................................................................... 20
Bacaan lebih lanjut ........................................................................................................... 21
Lampiran – Resolusi Majelis Kesehatan Dunia WHA63.16 dan adopsi Kode Global WHO
Tentang Praktik Rekrutmen Tenaga Kesehatan Internasional ............................................ 22
Kontak untuk informasi lebih lanjut .............................................................................. 34
Kotak
Kotak No 1:
Migrasi tenaga kesehatan dan krisis global tenaga kesehatan
Kotak No 2:
Sejarah kode WHO
Kotak No 3:
Rekomendasi kebijakan global WHO untuk meningkatkan akses tenaga
kesehatan di daerah pedesaan dan terpencil melalui peningkatan retensi
Kotak No 4:
Tinjauan beberapa kode praktik yang ada terkait migrasi tenaga
kesehatan
Kotak No 5:
Jadwal pelaporan oleh Negara-negara Anggota dan Direktur Jenderal
PRATINJAU KODE GLOBAL WHO TENTANG PRAKTIK REKRUTMEN
TENAGA KESEHATAN INTERNASIONAL 1
1.
Tujuan
Kode ini bertujuan untuk menciptakan dan mendorong prinsip-prinsip sukarela dan
etik praktik rekrutmen tenaga kesehatan internasional dan sebagai referensi untuk
semua Negara Anggota.
2.
Ruang Lingkup
Kode ini memiliki ruang lingkup global dan ditetapkan untuk acuan bagi pemerintah
dari semua Negara Anggota dan stakeholder yang tertarik dalam hal rekrutmen tenaga
kesehatan internasional.
3.
Etik rekrutmen internasional
Kode tidak menyarankan rekrutmen aktif tenaga kesehatan dari negara berkembang
yang mengalami kekurangan tenaga kesehatan.
4.
Perlakuan adil terhadap migran tenaga kesehatan
Kode menekankan pentingnya perlakuan yang setara terhadap tenaga kesehatan
migran dan tenaga kesehatan terlatih dalam negeri.
5.
Pengembangan tenaga kesehatan dan keberlanjutan sistem kesehatan
Tiap negara harus mengimplementasikan perencanaan tenaga kesehatan, pendidikan,
pelatihan dan strategi retensi yang efektif untuk mempertahankan tenaga kesehatan
yang sesuai dengan kondisi khusus dari tiap negara dan mengurangi kebutuhan untuk
merekrut tenaga kesehatan migran.
6.
Kerjasama internasional
Kode mendorong kolaborasi antara negara-negara tujuan dan pengirim sehingga
keduanya dapat menerima manfaat dari migrasi tenaga kesehatan internasional.
1
Kode global WHO Praktik Rekrutmen Tenaga Kesehatan Internasional selanjutnya disebut dengan “Kode
WHO” atau “Kode”.
1
7.
Dukungan Terhadap negara berkembang
Negara-negara anggota disarankan untuk meyediakan bantuan teknis dan dukungan
finansial
terhadap
negara-negara
berkembang
atau
negara-negara
yang
perekonomiannya dalam masa transisi serta mengalami krisis tenaga kesehatan.
8.
Pengumpulan data
Negara-negara anggota disarankan untuk memperkuat atau menciptakan sistem
informasi tenaga kesehatan, meliputi informasi tentang migrasi tenaga kesehatan,
dengan tujuan mengumpulkan, menganalisis dan menerjemahkan data ke dalam
perencanaan dan kebijakan tenaga kesehatan yang efektif.
9.
Pertukaran informasi
Negara-negara anggota seharusnya secara periodik mengumpulkan dan melaporkan
data kepada Sekretariat WHO terkait regulasi dan undang-undang rekrutmen tenaga
kesehatan dan migrasi, demikian juga dengan data dari sistem informasi tenaga
kesehatan. Negara-negara anggota disarankan untuk meningkatkan pertukaran
informasi terkait migrasi tenaga kesehatan internasional dan sistem kesehatan baik
internasional dan nasional.
10.
Implementasi kode
Untuk tujuan komunikasi internasional, tiap negara anggota seharusnya, sebagaimana
mestinya, menunjuk otoritas nasional yang bertanggungjawab terhadap pertukaran
informasi mengenai migrasi tenaga kesehatan dan implementasi kode.
11.
Monitoring dari implementasi kode
Negara-negara Anggota disarankan bekerjasama dengan semua stakeholder dalam
mengimplementasikan kode. Semua pihak harus berusaha bekerja secara individu dan
kolektif untuk mencapai tujuan kode.
12.
Monitoring proses implementasi
Dengan dasar untuk mengimplementasikan kode, Negara-negara Anggota dianjurkan
secara periodik melaporkan tindakan yang telah dilakukan, hasil yang dicapai,
kendala yang dihadapi dan nilai yang dipelajari kepada Sekretariat WHO. Direktur
Jenderal WHO akan melaporkan secara bertahap kepada Majelis Kesehatan Dunia
terkait keefektifan kode dalam mencapai tujuan yang telah disepakati dan membuat
saran untuk perbaikan.
2
Pendahuluan
Pencapaian tujuan Millenium Development Goals (MDGs) yang terkait kesehatan akan sangat
sulit apabila tanpa staf yang cukup dan kompeten dalam sistem kesehatan nasional.
Meskipun demikian, 57 negara masih mengalami krisis tenaga kesehatan yang terlatih. Satu
alasan dibalik kekurangan ini adalah tenaga kesehatan meninggalkan daerahnya untuk
mencari peluang karir dan kondisi hidup yang lebih baik di tempat lain. Terkadang hal ini
berarti meninggalkan daerah terpencil dan tertinggal untuk pergi ke daerah perkotaan.
Kadang hal ini dimaknai dengan migrasi ke luar negeri. Memang, jumlah tenaga kesehatan
yang bermigrasi meningkat secara signifikan dalam beberapa tahun terakhir dan pola migrasi
menjadi sangat kompleks serta melibatkan banyak negara (lihat kotak 1 dibawah). Semua
negara dapat dipengaruhi oleh migrasi nasional dan internasional dari tenaga kesehatannya,
khususnya akan menjadi tantangan tersendiri bagi negara yang memiliki sistem kesehatan
rapuh.
KOTAK No 1
Migrasi Tenaga Kesehatan dan krisis global tenaga kesehatan
Jumlah tenaga kesehatan yang bermigrasi telah meningkat signifikan dalam dekade terakhir.
Pola migrasi juga menjadi semakin komplek dan melibatkan banyak negara. Migrasi di antara
negara maju telah dikelola dengan baik dan migrasi di antara negara berkembang semakin
meningkat. Migrasi dari negara berkembang ke negara maju inilah yang menjadi perhatian
dunia. Hal ini disebabkan karena jumlah tenaga kesehatan yang terlibat, dan dampak terhadap
sistem kesehatan di negara dari mana asal mereka bermigrasi.
Peningkatan kesenjangan akses terhadap layanan kesehatan dapat disebabkan oleh mobilitas
ini. Laporan Organisasi Kesehatan Dunia 2006 menyoroti kekurangan global dari hampir 4.3
juta tenaga kesehatan dan mengidentifikasi 57 negara. Sebagian besar berada di Afrika dan
Asia, menghadapi kekurangan tenaga kesehatan yang parah. Meningkatnya migrasi
memperburuk kekurangan ini.
3
Tenaga kesehatan bermigrasi untuk alasan yang sama dengan pekerja lain yang bermigrasi:
mereka pergi untuk mencari peluang pekerjaan dan kondisi hidup yang lebih baik. Negaranegara berkembang kehilangan banyak tenaga kesehatan yang memiliki kualifikasi melalui
migrasi karena “faktor pendorong” seperti kondisi kerja yang tidak memuaskan, gaji rendah,
prospek karir tidak bagus, pertimbangan keamanan, dan lemahnya manajemen dan dukungan.
Berdasarkan Organisasi untuk Kerjasama Ekonomi dan Pembangunan (OECD), di beberapa
negara berkembang, lebih dari 50% tenaga kesehatan yang terlatih memilih untuk bermigrasi
karena kesempatan kerja yang lebih baik di luar negeri.
Pada saat yang sama, negara maju berjuang untuk memenuhi permintaan populasi lansia dan
perubahan kebutuhan kesehatan, terutama peningkatan kebutuhan perawatan kronis. Dengan
jumlah lowongan pekerjaan yang tinggi dan tingkat produksi domestik yang lebih rendah
dibandingkan permintaan di beberapa negara, negara maju ini memerlukan jumlah yang
banyak dari tenaga kesehatan migran untuk memberikan pelayanan kepada populasi yang
membutuhkan. Dalam negara-negara anggota OECD, sekitar 20% dokter dilahirkan di luar
negeri.
Namun, migrasi tenaga kesehatan juga memiliki pengaruh positif. Sebagai contoh, migrasi
dapat menawarkan kesempatan yang baru bagi tenaga kesehatan profesional. Tenaga
kesehatan yang kembali ke negara asalnya membawa keterampilan dan keahlian yang mereka
dapatkan selama di luar negeri. Migrasi juga mendorong pengiriman uang yang signifikan
(uang yang dikirim kembali ke negara asal oleh pekerja migran) ke beberapa negara
berkembang dan oleh sebab itu berhubungan dengan penurunan kemiskinan bagi keluarga
tenaga kesehatan yang bermigrasi.
Meskipun demikian, pengaruh negatif dari migrasi tenaga kesehatan telah mendominasi
dalam beberapa tahun terakhir, khususnya bagi negara-negara dengan sistem kesehatan yang
rapuh.
Dalam rangka memberikan respon global untuk masalah migrasi tenaga kesehatan, Majelis
Tenaga Kesehatan tahun 2004 meminta WHO untuk mengembangkan kode
4
praktik rekrutmen tenaga kesehatan internasional 2. Sebagai tanggapan, sekretariat WHO
memulai program kerja dan proses konsultasi global untuk menghasilkan rancangan kode.
Setelah diskusi di forum nasional dan internasional, serta komentar yang diterima melalui uji
publik yang berbasis web, kode global WHO tentang praktik rekrutmen tenaga kesehatan
internasional diadopsi oleh 193 negara anggota dari Majelis Tenaga Kesehatan ke-63 pada
tanggal 21 Mei 2010 (Kotak 2 memberikan rincian lebih lanjut).
Ini adalah kedua kalinya dalam sejarah Organisasi bahwa Negara Anggota WHO telah
menggunakan kewenangan konstitusional Organisasi untuk mengembangkan kode, kode
lainnya yang telah disepakati adalah Kode Internasional Pemasaran Pengganti ASI pada
tahun 1981. Kode ini bertujuan untuk membangun dan mempromosikan prinsip-prinsip
sukarela dan etik tentang praktik rekrutmen tenaga kesehatan internasional dan memfasilitasi
penguatan sistem kesehatan. Kode ini dirancang oleh Negara-negara Anggota untuk
memfasilitasi kerangka kerja dinamis dan dialog global berkelanjutan serta kerjasama.
Panduan Pengguna ini bertujuan untuk memberikan gambaran singkat dari Kode dan untuk
membantu pembaca memahami isinya. Panduan menjelaskan konteks yang telah
dikembangkan dan mendesiminasikan pesan utamanya. Panduan menargetkan seluruh
stakeholder yang peduli atau tertarik dengan rekrutmen tenaga kesehatan internasional.
Panduan ini memberikan pendahuluan yang mudah dipahami, pembaca disarankan untuk
merujuk pada Kode itu sendiri yang terlampir pada dokumen ini untuk pemahaman yang
lebih lengkap dari rekomendasi-rekomendasi yang diberikan.
"Anda telah mencapai kesepakatan pada beberapa poin yang sangat penting yang
merupakan hadiah nyata untuk kesehatan masyarakat, di seluruh dunia. Terima
kasih untuk upaya yang luar biasa ini, kita sekarang memiliki Kode Praktik
Rekrutmen Tenaga Kesehatan Internasional."
Dr. Margaret Chan, Direktur Jenderal WHO, kata penutup kepada Negara Anggota di
Majelis Kesehatan Dunia ke-63, 21 Mei 2010
2
Resolusi WHA 57.19 tentang migrasi internasional tenaga kesehatan, disahkan oleh Majelis Tenaga Kesehatan
ke 57 tahun 2004, menyatakan:<<telah dipahami bahwa, didalam sistem Perserikatan Bangsa-bangsa,
pernyataan ‘kode praktik’ merujuk pada instrumen yang tidak terikat hukum>>.
5
KOTAK No 2
Sejarah Kode WHO
Pada bulan Mei 2004, Majelis Kesehatan Dunia mengadopsi resolusi WHA57.19, meminta
WHO untuk mengembangkan, dalam konsultasi dengan negara-negara anggota dan semua
mitra yang relevan, kode praktik rekrutmen tenaga kesehatan internasional. Sekretariat WHO
menanggapi dengan mengembangkan program yang komprehensif mengenai isu migrasi
tenaga kesehatan dan melaksanakan proses konsultasi global untuk menghasilkan rancangan
kode praktik.
Rancangan pertama dari kode selesai pada Agustus 2008. Hal ini berdasarkan masukan yang
diterima pada beberapa forum global, termasuk Forum Global Pertama tentang Sumber Daya
Manusia untuk Kesehatan yang diadakan di Kampala, Uganda pada Maret 2008 dan KTT G8
diselenggarakan di Toyako, Jepang pada bulan Juli 2008. Pada bulan September 2008,
Sekretariat melaksanakan audiensi publik global yang berbasis web mengenai rancangan
pertama dari kode selama lima minggu. Sekretariat kemudian menyiapkan rancangan revisi
kode praktik, dengan mempertimbangkan komentar yang diterima selama audiensi.
Sekretariat WHO menyajikan rancangan kode praktik dan laporan kemajuan ke sesi Dewan
Eksekutif ke-124 pada bulan Januari 2009. Dewan sepakat bahwa konsultasi lebih dalam dan
partisipasi Negara Anggota sangat penting untuk menyelesaikan dan mengadopsi kode.
Serangkaian pertemuan nasional, regional dan internasional telah diadakan untuk membahas
masalah yang berkaitan dengan kode dalam persiapan sesi Komite Regional WHO pada
musim gugur tahun itu. Sementara itu, negara-negara G8 dalam pertemuan di L'Aquila, Italia
dan Deklarasi Menteri pada pertemuan 2009 dari Dewan Ekonomi dan Sosial PBB mendesak
WHO untuk menyelesaikan kode praktik.
Pada bulan Januari 2010 Dewan Eksekutif ke-126 setuju untuk menyerahkan rancangan
terbaru dari kode untuk dikonsultasikan pada Majelis Kesehatan Dunia. Kode Global WHO
Praktik Rektrutmen Tenaga Kesehatan Internasional akhirnya diadopsi oleh ke-semua 193
negara anggota dari Majelis Kesehatan Dunia ke-63 pada tanggal 21 Mei 2010.
6
"Persetujuan Majelis Kesehatan Dunia tentang Kode Praktik merupakan langkah
bersejarah bagi masa depan baik dalam melindungi hak-hak tenaga kesehatan
migran dan sebagai upaya mengatasi kekurangan tenaga kesehatan profesional
yang terlatih di negara berkembang."
Mary Robinson, Presiden Penyadaran Hak: Inisiatif Etik Globalisasi dan
Ketua Migrasi Tenaga Kesehatan Dewan Penasehat Kebijakan Global
Prinsip-prinsip Panduan dan rekomendasi utama - semangat Kode WHO
Bagian ini memberikan gambaran tentang rekomendasi utama Kode untuk negara-negara
anggota dan pemangku kepentingan lainnya. Bagian ini berfokus pada isi dan konsep
rekomendasi. Informasi tentang pelaksanaan dan pemantauan dapat dibaca di halaman
berikutnya. Pembaca yang ingin mengetahui lebih dalam tentang rekomendasi secara
keseluruhan disarankan untuk merujuk pada bacaan lengkap dari Kode, yang memiliki
informasi lebih rinci tentang apa yang diuraikan di sini.
Rekomendasi yang tercantum dalam Kode didasarkan pada beberapa prinsip utama yang
berguna untuk diingat ketika membaca dokumen ini.
Pertama, Kode didasarkan pada hak semua orang untuk memperoleh standar kesehatan
tertinggi 3. Dalam hal ini, ketersediaan dan akses yang merata terhadap petugas kesehatan
merupakan hal yang sangat penting bagi pemenuhan hak atas kesehatan, baik di negaranegara tujuan maupun pengirim.
Kedua, hal ini menghormati hak setiap individu, termasuk tenaga kesehatan, untuk keluar
dari suatu negara4, dan untuk bermigrasi ke negara lain yang mengakui dan mempekerjakan
mereka. Ini berarti bahwa Kode ini tidak bertujuan untuk menghentikan migrasi, melainkan
mencoba untuk mengatasi beberapa aspek migrasi tenaga kerja kesehatan yang mungkin
memiliki
3
Pembukaan konstitusi WHO dan pasal 12 dari Konvensi Internasional Hak-hak Ekonomi, Sosial, dan Budaya
(ICESCR).
4
Pasal 13 Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia dan Pasal 12 Konvensi Internasional Hak-hak Masyarakat dan
Politik.
7
dampak yang merugikan, khususnya bagi negara-negara pengirim. Telah disarankan bahwa
migrasi internasional tenaga kesehatan dapat memberikan kontribusi terhadap pengembangan
dan penguatan sistem kesehatan global jika rekrutmennya dikelola dengan benar dan etis.
Manajemen migrasi harus bertujuan untuk mengurangi dampak negatif dan memaksimalkan
dampak positif terhadap sistem kesehatan, khususnya di negara-negara pengirim.
Ketiga, Kode mengadopsi pendekatan yang komprehensif, mempertimbangkan beberapa
sebab mendasar dari migrasi serta masalah-masalah yang berkaitan dengan sistem kesehatan
yang berkelanjutan.
Akhirnya, Kode mempertimbangkan kebutuhan dan keadaan khusus dari negara-negara,
terutama negara berkembang dan negara dengan ekonomi dalam masa transisi, yang sangat
rentan terhadap fluktuasi jumlah tenaga kerja kesehatan. Kode membuat beberapa ketentuan
yang berbeda untuk rekrutmen tenaga kesehatan di negara-negara yang rentan.
Beberapa rekomendasi utama dari Kode dijabarkan dalam tujuh poin berikut.
1. Etik rekrutmen internasional
Rekrutmen tenaga kesehatan dari negara-negara berkembang yang mengalami kekurangan
tenaga kesehatan mengurangi akses ke pelayanan kesehatan di negara tersebut, dan
memperlebar kesenjangan antara kaya dan miskin serta antara penduduk perkotaan dan
pedesaan. Oleh sebab itu Kode menetapkan rekomendasi mengenai etik rekrutmen tenaga
kesehatan internasional. Secara khusus, Kode menjelaskan bahwa rekrutmen aktif dari tenaga
kesehatan internasional di negara-negara berkembang yang menghadapi kekurangan atau
krisis tenaga kesehatan tidak disarankan (Pasal 5.15) dan bahwa tanggung jawab hukum yang
berlaku dari tenaga kesehatan terhadap sistem kesehatan negara mereka sendiri harus
dipertimbangkan ketika merekrut (Pasal 4.2).
5
Semua rujukan dari pasal yang ada di dokumen ini merujuk pada pasal dalam Kode Global WHO Tentang
Praktik Rekrutmen Tenaga Kesehatan Internasional. Kode juga disertakan dalam Panduan Pengguna sebagai
lampiran.
8
Berbagai rekomendasi untuk etik rekrutmen internasional ditujukan bagi keduanya yaitu bagi
para pembuat kebijakan yang dapat memonitor rekrutmen internasional dan untuk setiap
stakeholder yang terlibat dalam setiap kegiatan rekrutmen, seperti pemberi kerja dan agen
perekrutan.
2. Pengembangan tenaga kerja kesehatan dan sistem kesehatan berkelanjutan
Kode ini juga bertujuan untuk mengatasi beberapa penyebab migrasi dengan rekomendasi
yang berkaitan dengan pengembangan tenaga kerja kesehatan dan sistem kesehatan
berkelanjutan. Secara khusus, Kode menyatakan bahwa tenaga kerja kesehatan yang sesuai
harus dididik, dipertahankan dan berkelanjutan untuk kondisi khusus masing-masing negara,
termasuk area dengan kebutuhan tenaga terbesar, dan bahwa semua negara anggota harus
berusaha untuk memenuhi kebutuhan tenaga kesehatan mereka sendiri terkait sumber daya
manusia untuk kesehatan (Pasal 5.4). Memperluas pendidikan dan pelatihan, meningkatkan
retensi dan mengurangi ketidakseimbangan geografis oleh sebab itu disarankan sebagai area
intervensi kunci untuk sistem kesehatan yang berkelanjutan (lihat Kotak 3). Secara
keseluruhan, Kode menghargai tenaga kesehatan dan mengakui perannya sistem kesehatan
yang berkelanjutan.
Kotak No 3
Rekomendasi kebijakan global WHO untuk meningkatkan akses tenaga kesehatan di
daerah pedesaan dan terpencil melalui peningkatan retensi.
Salah satu tantangan yang paling kompleks bagi para pembuat kebijakan adalah untuk
memastikan bahwa orang yang tinggal di daerah pedesaan dan terpencil memiliki akses ke
tenaga kesehatan terlatih. Meskipun sekitar setengah penduduk dunia saat ini tinggal di
daerah pedesaan, daerah ini hanya dilayani oleh 38% dari keseluruhan jumlah tenaga
keperawatan dan kurang dari seperempatnya dari keseluruhan jumlah dokter6.
Pada tahun 2004 dan 2006, Resolusi WHO tentang migrasi (WHA57.19) dan peningkatan
skala cepat dari tenaga kesehatan (WHA59.23) meminta negara-negara anggota untuk
dimasukkan ke dalam mekanisme yang bertujuan untuk meningkatkan retensi tenaga
kesehatan. Pada tahun 2008, Deklarasi Kampala dan Agenda Aksi Global
6
Laporan Organisasi Kesehatan Dunia tahun 2006: bekerja bersama untuk kesehatan. Geneva, Organisasi
Kesehatan Dunia, 2006; prospek urbanisasi dunia: Revisi database penduduk. New York, NY, Departemen
Hubungan Sosial dan Ekonomi Perserikatan Bangsa-bangsa, 2008 (http://esa.un.org/unup).
9
meminta pemerintah untuk "menjamin insentif yang memadai dan memfasilitasi lingkungan
kerja yang aman bagi retensi dan pemerataan tenaga kesehatan yang efektif ".
Pada bulan Juli 2010, WHO mengeluarkan serangkaian Rekomendasi Kebijakan Global
dengan sejumlah aksi yang berhubungan dengan pendidikan, regulasi, insentif keuangan, dan
dukungan personal serta profesional. Berdasarkan bukti yang ada dan pengalaman negara
lain, intervensi yang disarankan meliputi perbaikan cara seleksi calon siswa dan dididik untuk
lebih difokuskan pada kondisi pedesaan, menghasilkan berbagai kategori tenaga kesehatan,
dan menciptakan lingkungan kerja serta kondisi hidup yang lebih baik. Dokumen tersebut
juga mencakup panduan untuk membantu para pembuat kebijakan memilih intervensi yang
paling tepat berdasarkan konteks mereka dan memberikan petunjuk tentang bagaimana
menerapkan, memantau dan mengevaluasi dampaknya dari waktu ke waktu.
Rekomendasi berbasis bukti berhubungan dengan mobilitas tenaga kesehatan dalam batasbatas negara dan fokus pada strategi untuk meningkatkan ketersediaan tenaga kesehatan di
daerah pedesaan dan terpencil melalui peningkatan minat, rekrutmen dan retensi. Dengan
demikian, strategi ini harus dipandang sebagai pelengkap dalam Kode Global WHO terkait
Praktik Rekrutmen Tenaga Kesehatan Internasional.
Pustaka:
Deklarasi Kampala dan Agenda Aksi Global. Forum Global Sumber Daya manusia untuk Kesehatan,
Aliansi Sumber Daya Manusia Kesehatan Global, Kampala, Uganda, 7 Maret 2008.
Rekomendasi kebijakan global untuk meningkatkan akses tenaga kesehatan di daerah pedesaan dan
terpencil melalui peningkatan retensi. Geneva, WHO, 2010.
3. Perlakuan adil terhadap tenaga kesehatan migran
Kode mengambil pandangan holistik terhadap rekrutmen tenaga kerja kesehatan. Oleh sebab
itu Kode tidak hanya mempertimbangkan konsekuensi dari migrasi tenaga kerja kesehatan di
negara pengirim, tetapi juga hak dan perlakuan terhadap migran tenaga kesehatan itu sendiri.
10
Kode memberikan rekomendasi untuk proses rekrutmen yang menyatakan bahwa tenaga
kesehatan harus memiliki kesempatan untuk menilai manfaat dan risiko yang terkait dengan
posisi pekerjaan dan membuat keputusan sesuai dengan waktu yang ditentukan (Pasal 4.3).
Hal ini juga mendorong prinsip perlakuan yang sama terhadap migran dan tenaga kesehatan
domestik. Hal ini sangat penting dalam kaitannya dengan kondisi rekrutmen, promosi, dan
remunerasi (Pasal 4.4), menjamin pemenuhan hak dan tanggung jawab hukum (Pasal 4.5)
serta memberikan kesempatan dan insentif untuk memperkuat pendidikan profesional,
kualifikasi dan pengembangan karir (Pasal 4.6).
4. Kerjasama Internasional
Kode ini bertujuan baik untuk mengurangi dampak negatif dari migrasi tenaga kesehatan dan
untuk memaksimalkan pengaruh positif pada sistem kesehatan negara-negara pengirim (Pasal
3.2).
Untuk itu, negara tujuan didorong untuk berkolaborasi dengan negara-negara pengirim
sehingga keduanya dapat memperoleh manfaat dari migrasi tenaga kesehatan internasional
(Pasal 5.1). Hal ini dapat dipandang sebagai prinsip manfaat yang saling menguntungkan.
Misalnya, Kode mengusulkan penyelenggaraan rekrutmen tenaga kesehatan internasional
melalui jalur bilateral atau multilateral. Pengaturan tersebut dapat mencakup langkah-langkah
yang memungkinkan negara-negara sumber juga mendapatkan manfaat dari rekrutmen
internasional, misalnya melalui dukungan untuk pelatihan, akses ke pelatihan spesialisasi,
transfer teknologi dan keterampilan serta dukungan terhadap migrasi balik, secara permanen
atau temporer (Pasal 5.2). Sejalan dengan hal ini, Kode mendorong migrasi balik tenaga
kesehatan, sehingga keterampilan dan pengetahuan dapat dicapai untuk kepentingan baik
negara sumber dan tujuan (Pasal 3.8).
5. Dukungan terhadap negara-negara berkembang
Sejalan dengan prinsip etik rekrutmen internasional, Kode membahas pentingnya
memperhatikan kebutuhan dan keadaan khusus dari negara-negara, khususnya negara
berkembang dan negara dengan ekonomi dalam masa transisi, terutama dampak merugikan
dari praktik rekrutmen aktif terhadap sistem kesehatan negara sumber.
11
Sementara itu, negara-negara anggota, organisasi internasional, lembaga donor internasional,
lembaga keuangan dan pembangunan serta organisasi terkait lainnya didorong untuk
memberikan bantuan teknis dan dukungan keuangan untuk negara-negara berkembang yang
mengalami krisis kekurangan tenaga kerja kesehatan, untuk membantu implementasi Kode
(Pasal 10.2 dan 10.3).
6. Pengumpulan data
Kebijakan yang efektif untuk mengatasi tekanan, tren dan dampak dari migrasi tenaga kerja
kesehatan perlu didasarkan pada data yang berbasis bukti. Meski informasi mengenai migrasi
tenaga kerja kesehatan lebih banyak tersedia, pengetahuan tentang arus migrasi internasional
masih jauh dari yang diharapkan. Kode ini menekankan perlunya data nasional dan
internasional serta penelitian yang efektif. Kode menyoroti kebutuhan untuk berbagi
informasi tentang rekrutmen tenaga kesehatan internasional untuk mencapai tujuan Kode
(Pasal 3.7). Oleh karena itu Negara Anggota didorong untuk membangun atau memperkuat
sistem informasi tenaga kesehatan, termasuk migrasi tenaga kesehatan (Pasal 6.2), serta
program-program penelitian di bidang migrasi tenaga kesehatan (Pasal 6.3), dan untuk
menerjemahkan data ke dalam perencanaan dan kebijakan tenaga kerja kesehatan yang
efektif. Kode ini juga mendorong WHO, bekerja sama dengan organisasi-organisasi
internasional yang relevan dan Negara-negara Anggota, agar dapat dibandingkan data dan
reliabilitasnya (Pasal 6.4).
"Jika kita bertanya kepada diri sendiri apa sebenarnya makna dari Kode ini, Kode
menciptakan sistem informasi dan data berbasis bukti yang dapat memfasilitasi
keputusan kebijakan di masa mendatang yang bisa melampaui jangkauan sifat
sukarela dari Kode WHO."
Dr Fransisco Campos, Sekretaris Tenaga Kerja dan Manajemen Pendidikan Kesehatan,
Departemen Kesehatan, Brasil
7. Pertukaran informasi
Mekanisme untuk pertukaran informasi yang berkaitan dengan migrasi tenaga kesehatan
merupakan komponen penting dari Kode.
12
Negara anggota didorong untuk mempromosikan pertukaran informasi nasional dan
internasional dan berbagi informasi dengan WHO. Menurut Pasal 7.2 (c), Negara-negara
Anggota didorong untuk mengumpulkan dan memberikan informasi kualitatif dan kuantitatif
terkait tenaga kesehatan. Setelah berkonsultasi dengan Negara Anggota, WHO akan
mengembangkan pedoman kumpulan data minimum guna mendukung pemantauan migrasi
tenaga kesehatan internasional. Negara anggota juga didorong untuk membangun dan
mempertahankan database terkini dan dapat diakses terkait peraturan yang berkaitan dengan
rekrutmen tenaga kesehatan internasional dan migrasi. Negara anggota juga harus, jika dinilai
perlu, berbagi pengalaman dalam menerapkan Kode, termasuk langkah-langkah yang
diambil, hasil yang dicapai, kesulitan yang dihadapi dan pelajaran yang bisa diambil.
Untuk keperluan komunikasi internasional, setiap negara anggota harus menunjuk otoritas
nasional yang bertanggung jawab untuk pertukaran informasi mengenai migrasi tenaga
kesehatan dan pelaksanaan Kode.
Negara-negara Anggota harus memberikan informasi kepada Sekretariat WHO melalui
laporan nasional berkala, yang diharapkan pertama kali dilaporkan pada tahun 2012.
Laporan-laporan nasional merupakan dasar untuk laporan ke Direktur Jenderal WHO, yang
akan memberikan sintesis dari status terkini pelaksanaan Kode oleh semua negara anggota
dan gambaran global migrasi tenaga kerja kesehatan internasional.
Pertanyaan penting terkait Kode WHO
Apa arti kode praktik?
Kode praktik pada dasarnya merekomendasikan standar berperilaku kepada negara-negara
dan aktor lainnya. Kode umumnya diadopsi sebagai resolusi formal organisasi antar
pemerintah dan sebagian besar tidak mengikat. Kode praktik, termasuk kode yang tidak
mengikat, semakin sering digunakan untuk mengatasi tantangan pemerintahan global (seperti
isu-isu hak asasi manusia dan lingkungan) karena praktis untuk negosiasi dan dilaksanakan.
Kode menjabarkan norma-norma yang bermakna untuk dijadikan acuan berperilaku negaranegara dan memungkinkan fleksibilitas yang memadai sehingga kode menjadi praktis dan
efektif.
13
Mengapa Kode WHO?
Melalui adopsi Resolusi WHA57.19 pada tahun 2004, Negara-negara Anggota memberikan
mandat pengembangan kode praktik di bawah naungan WHO. Inisiatif ini berasal dari
pengamatan bahwa ketika migrasi tenaga kesehatan dapat saling menguntungkan bagi kedua
pihak baik pengirim dan negara tujuan, migrasi dari negara-negara yang sudah mengalami
krisis tenaga kerja kesehatan, khususnya di 57 negara yang diidentifikasi oleh Laporan
Kesehatan Dunia 2006, melemahkan sistem kesehatan yang memang sudah rapuh dan
merupakan hambatan serius untuk mencapai target kesehatan yang berhubungan dengan
Millenium Development Goals (MDGs).
Apa makna politik dan hukum dari Kode WHO?
Kode ini mencerminkan kehendak masyarakat internasional untuk mengurangi konsekuensi
negatif dari migrasi tenaga kesehatan. Hal ini diharapkan menjadi instrumen penting dalam
respon global terhadap masalah migrasi tenaga kesehatan. Meskipun Kode ini tidak
mengikat, bukan berarti kode tidak memiliki implikasi hukum. Negara-negara Anggota WHO
memiliki
kewajiban
dengan
itikad
baik
untuk
mempertimbangkan
rekomendasi-
rekomendasinya.
"Ada komitmen dari semua negara anggota untuk melihat resolusi diadopsi. Hal ini
membantu untuk menjaga proses tetap berjalan dan hasilnya bisa dilihat. Kode
WHO mempromosikan pesan yang sangat jelas. "
Bjarne Taman, Direktur, Departemen Kesehatan Global dan AIDS,
Badan Kerjasama Pembangunan Norwegia
Apa manfaat dari Kode WHO?
Kode ini merupakan respon global terhadap masalah dunia. Kode ini unik dalam ruang
lingkup, menyediakan kerangka global kerjasama internasional untuk mengatasi isu global
migrasi tenaga kesehatan. Kode juga menyediakan platform global untuk dialog reguler dan
terus menerus serta kerjasama internasional tentang isu-isu yang berkaitan dengan rekrutmen
tenaga kesehatan, serta sebagai pedoman penting untuk Negara-negara Anggota sesuai
prinsip-prinsip yang diterima secara internasional dan standard yang berkaitan dengan
rekrutmen tenaga kerja kesehatan internasional. Secara khusus, rekomendasi dapat
berkontribusi untuk mempromosikan etik
14
rekrutmen tenaga kesehatan internasional dan memperkuat sistem kesehatan negara pengirim
dan tujuan. Tidak seperti kode lain di bidang ini (lihat Kotak 4 untuk beberapa contoh), Kode
WHO mencakup mekanisme untuk mengembangkan pengumpulan data penting dan
pertukaran informasi untuk memberikan informasi pengembangan kebijakan. Proses
negosiasi Kode juga telah mendorong pemerintah berkumpul bersama dengan kementerian
yang berbeda untuk mempertimbangkan masalah ini dan memberikan solusi nasional.
"Sumber daya manusia untuk kesehatan sangat bervariasi di negara-negara anggota
yang berbeda. Berkat Kode WHO, kita sekarang memiliki instrumen penting yang
akan berkontribusi untuk memastikan bahwa tenaga kesehatan tersedia dan dapat
diakses oleh semua. "
Viroj Tangcharoensathien, Program Kebijakan Kesehatan Internasional,
Kementerian Kesehatan Masyarakat, Thailand
Kotak No 4
Tinjauan beberapa kode praktik yang ada terkait migrasi tenaga kesehatan
Satu dekade terakhir telah terlihat perkembangan sejumlah kode praktik dan instrumen tidak
mengikat untuk mengatasi migrasi tenaga kesehatan.
Sebuah instrumen terkenal dan yang pertama kali dikembangkan oleh Pelayanan Kesehatan
Nasional (NHS) di Inggris pada tahun 2001. Termasuk semua profesional kesehatan
memberikan daftar negara-negara berkembang yang mana NHS melarang melakukan
rekrutmen aktif. Kode ini kemudian diperkuat pada tahun 2004 ketika itu diperluas untuk
mencakup lembaga rekrutmen yang bekerjasama dengan NHS, staf kontrak yang bekerja di
NHS dan organisasi perawatan kesehatan swasta yang memberikan pelayanan kepada NHS.
Pada tahun 2007, tiga negara dalam daftar (Cina, India dan Filipina) dibebaskan atas
permintaan pemerintah mereka, atas dasar perjanjian bilateral dengan Pemerintah Inggris.
15
Contoh lain adalah Kode Negara Persemakmuran Terkait Praktik Rekrutmen Tenaga
Kesehatan
Internasional,
diadopsi
pada
pertemuan
Menteri
Kesehatan
Negara
Persemakmuran di Jenewa pada tahun 2003. Kode ini memberikan kerangka kerja bagi
rekrutmen tenaga kesehatan internasional. Secara khusus, Kode tidak menyarankan target
rekrutmen pekerja dari negara-negara yang mengalami kekurangan. Hal ini juga mencakup
rekomendasi yang bertujuan untuk menjaga hak-hak karyawan dan kondisi yang berkaitan
dengan profesi mereka di negara tujuan.
Contoh terbaru adalah tahun 2008 Serikat Pekerja Layanan Publik dan Rumah Sakit di
Negara Eropa serta Asosiasi Kode Perilaku Penyedia Layanan Kesehatan. Kode ini berbeda
dalam hal Kode belum diadopsi oleh negara-negara anggota, namun dalam kerangka kerja
dialog sektor sosial rumah sakit Eropa. Hal ini didasarkan pada 12 prinsip utama dan
komitmen tentang, sebagai contoh, perencanaan tenaga kerja kesehatan, persamaan hak dan
non-diskriminasi, serta promosi praktik rekrutmen yang beretika. Organisasi-organisasi mitra
sosial Eropa telah sepakat untuk menerapkan kode melalui organisasi masing-masing anggota
dalam waktu tiga tahun. Pada akhir tahun keempat, laporan tentang pelaksanaan secara
keseluruhan harus dipublikasikan.
Sumber:
Pagett C, Padarath A. Sebuah tinjauan kode dan protokol untuk migrasi tenaga
kesehatan. Jaringan Regional untuk Kesetaraan dalam Kesehatan di Afrika Selatan
(EQUINET), 2007 (Makalah Diskusi No 50).
Buchan J, McPake B, K dan Mensah Rae G. Apakah kode membuat perbedaan kajian kode Negara Inggris tentang praktik rekrutmen internasional. Jurnal Sumber
Daya Manusia untuk Kesehatan, 2009.
Bagaimana Kode WHO dilaksanakan dan oleh siapa?
Banyak pihak perlu berpartisipasi dalam pelaksanaan Kode. Kode tersebut telah mengadopsi
pendekatan holistik untuk memastikan bahwa Kode berlaku untuk konteks kelembagaan yang
berbeda. Meskipun Kode secara resmi diadopsi oleh negara-negara anggota, Kode juga
ditujukan secara langsung kepada aktor non-pemerintah. Aktor-aktor ini termasuk tenaga
kesehatan, perekrut, pemberi kerja, organisasi profesi kesehatan dan organisasi sub-regional,
regional dan global yang relevan, institusi negeri atau swasta, pemerintah atau nonpemerintah. Kode menetapkan bahwa semua
16
pemangku kepentingan harus berusaha untuk bekerja baik secara individu maupun kolektif
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan, terlepas dari kemampuan lembaga lain untuk
melaksanakannya (Pasal 8.4). Semua stakeholder didorong untuk mengadopsi prinsip-prinsip
yang disepakati dalam Kode, tentunya setelah diadaptasi sesuai dengan konteks masingmasing. Implementasi ini dapat difasilitasi melalui adopsi pendekatan yang luas dan
multisektoral.
"Kode ini adalah kemenangan besar. Akan tetapi, ini hanyalah awal dari perjalanan.
Sekarang saatnya untuk menyebarkan Kode secara luas di kalangan pemerintah,
perekrut, organisasi pemerintah, profesional kesehatan dan organisasi masyarakat
sipil serta semua pemangku kepentingan dengan maksud untuk mendukung
pelaksanaannya. "
Sandra Kiapi, Direktur Eksekutif Kelompok Aksi Untuk Kesehatan,
Hak Asasi Manusia dan HIV / AIDS (AGHA), LSM di Uganda
Pelaksanaan oleh Negara Anggota
Kode telah resmi diadopsi oleh negara-negara anggota. Sebagai instrumen sukarela, Kode
akan lebih efektif bila diterapkan ke dalam kebijakan nasional atau hukum. Dalam Kode,
Pasal 8 khususnya berfokus pada pelaksanaan Kode dan memberikan rekomendasi tertentu
untuk diimplementasikan oleh Negara Anggota. Sebagai contoh, negara-negara anggota
didorong untuk menggabungkan prinsip-prinsip Kode ke dalam undang-undang dan
kebijakan (Pasal 8.2) serta sebagai bahan pertimbangan ketika mengembangkan kebijakan
kesehatan nasional mereka dan bekerja sama satu sama lain (Pasal 3.1).
Negara anggota juga didorong untuk mempublikasikan dan menyebarluaskan Kode (Pasal
8.1) untuk memastikan semua pemangku kepentingan baik sektor swasta dan publik
mengetahui tentang norma-norma dan prinsip-prinsip. Sebagaimana ditentukan dalam Pasal
8.1, pelaksanaannya dianjurkan sesuai dengan tanggung jawab nasional dan dibawahnya.
Prinsip-prinsip Kode juga berlaku untuk negara-negara yang menjalankan desentralisasi dan
tingkat di bawahnya. Kode ini memperjelas bahwa negara-negara anggota harus
berkonsultasi dengan semua pemangku kepentingan dalam proses pengambilan keputusan
(Pasal 8.3) serta bekerjasama dengan mereka dalam mempublikasikan dan melaksanakan
Kode (Pasal 8.1). Hal ini menyangkut aktor non-pemerintah serta berbagai kementerian yang
terkait dengan migrasi tenaga kesehatan.
17
Implementasi oleh pemangku kepentingan non-pemerintah
Tenaga kesehatan, agen perekrut dan organisasi kesehatan profesional memiliki peran
langsung untuk memainkan peran dalam menerapkan kode. Secara khusus, Pasal 4, yang
membahas tanggung jawab, hak dan praktik rekrutmen, berisi sejumlah rekomendasi yang
bertujuan untuk melindungi tenaga kesehatan migran selama rekrutmen, perekrutan dan
proses kerja. Rekomendasi juga diarahkan pada perekrut dan pemberi kerja, baik di sektor
publik dan swasta.
Untuk mendorong dan mempromosikan praktik-praktik yang baik antara lembaga rekrutmen,
Kode merekomendasikan bahwa Negara-negara Anggota hanya mendukung lembaga yang
mengikuti prinsip-prinsip Kode (Pasal 8.6).
Kode juga dengan jelas menyatakan bahwa pelaku sektor swasta harus berusaha untuk
bekerja sama sepenuhnya dengan regulator, otoritas nasional dan lokal (Pasal 4.1).
Masyarakat sipil telah memainkan peran penting dalam memantau pelaksanaan aturan-aturan
dan rekomendasi dari Kode. Kode mengakui hal ini. Misalnya, Pasal 9.4 menetapkan bahwa
Sekretariat WHO dapat mempertimbangkan laporan kegiatan yang berhubungan dengan
pelaksanaan Kode dari semua pihak yang bersangkutan dengan rekrutmen tenaga kesehatan
internasional.
Implementasi oleh WHO
Ketika diminta, WHO akan memberikan semua dukungan yang memungkinkan untuk
negara-negara anggota guna melaksanakan Kode dan diharapkan untuk bekerja sama dengan
organisasi-organisasi internasional lainnya, termasuk lembaga swadaya masyarakat, untuk
mendukung pelaksanaan Kode (Pasal 9.3 (c)). WHO juga memiliki peran penting untuk
melaksanakan pemantauan. Lebih rinci terkait strategi Sekretariat WHO untuk mendukung
negara-negara anggota dalam melaksanakan Kode dapat ditemukan dalam "Kode Global
WHO Tentang Praktik Rekrutmen Tenaga Kesehatan Internasional: laporan Pelaksanaan oleh
Sekretariat", dapat diakses di www.who.int/hrh/resources code_implementation.
18
Bagaimana pemantauan pelaksanaan Kode WHO?
Negara-negara Anggota melaporkan secara berkala kepada Sekretariat WHO terkait
pelaksanaan Kode. Untuk tujuan ini, Negara-negara Anggota harus menyediakan laporan
pertama pada Mei 2012 dan kemudian tiap tiga tahun (lihat Kotak 5). Direktur Jenderal WHO
akan menggunakan hal ini sebagai dasar laporan kepada Majelis Kesehatan Dunia - pertama
kali akan diadakan pada tahun 2013 dan kemudian tiap tiga tahun - terkait efektivitas Kode
dalam mencapai tujuan yang diinginkan, termasuk saran untuk perbaikan.
Kotak No 5
Jadwal pelaporan oleh Negara-negara Anggota dan Direktur Jenderal
2012
Laporan Negara-negara Anggota kepada Sekretariat WHO
2013
Laporan Direktur Jenderal WHO kepada Majelis Kesehatan Dunia
2015
Laporan Negara-negara Anggota kepada Sekretariat WHO
2016
Laporan Direktur Jenderal WHO kepada Majelis Kesehatan Dunia
2018
Laporan Negara-negara Anggota kepada Sekretariat WHO
2019
Laporan Direktur Jenderal WHO kepada Majelis Kesehatan Dunia
Dst
Laporan dari Negara-negara Anggota terdiri dari dua jenis informasi, baik kualitatif maupun
kuantitatif. Informasi kualitatif mencakup langkah-langkah yang diambil, hasil yang dicapai
dan kesulitan yang dihadapi dalam pelaksanaan Kode, serta informasi mengenai peraturan
perundang-undangan yang berkaitan dengan rekrutmen tenaga kesehatan dan migrasi.
Informasi kuantitatif meliputi data tentang tenaga kerja kesehatan yang migrasi ke luar negeri
dan data dari sistem informasi tenaga kesehatan.
19
Untuk memfasilitasi proses pelaporan, sesuai dengan Resolusi WHA63.16, Sekretariat
sedang dalam proses pengembangan pedoman kumpulan data minimum, pertukaran
informasi, dan pelaporan terhadap pelaksanaan Kode.7
Apa tujuan dari pedoman kumpulan data minimum, pertukaran informasi, dan
pelaporan terhadap pelaksanaan Kode WHO?
Pedoman ini merupakan bagian dari Resolusi WHA63.16, dimana Negara Anggota
mengadopsi Kode ini. Resolusi ini meminta Direktur Jenderal WHO "untuk secepatnya
mengembangkan, dalam berkonsultasi dengan Negara-negara Anggota, pedoman kumpulan
data minimum, pertukaran informasi dan pelaporan pelaksanaan Kode Global WHO tentang
Praktik Rekrutmen Tenaga Kesehatan Internasional". Pedoman ini bertujuan untuk
memfasilitasi proses pelaporan oleh Negara Anggota kepada Sekretariat WHO dengan
memberikan bimbingan kepada negara-negara anggota mengenai proses
pertukaran
informasi dan jenis informasi kuantitatif dan kualitatif yang akan dikumpulkan dan
dimasukkan dalam laporan berkala dari Negara-negara Anggota.
Dapatkah Kode WHO direvisi?
Pasal 9.5 menetapkan bahwa Kode harus dianggap sebagai teks dinamis yang akan selalu
diperbaharui jika diperlukan. Negara anggota dipersilakan untuk mengusulkan perubahan,
laporan nasional akan memiliki bagian untuk memfasilitasi negara-negara anggota membuat
saran terkait perubahan kode. Atas dasar laporan nasional periodik yang diterima dari otoritas
nasional yang ditunjuk, Direktur Jenderal WHO kemungkinan juga menyarankan perubahan
(Pasal 9.2).
7
Panduan ini diharapkan bisa dipublikasikan dan disebarluaskan akhir tahun 2011.
20
Bacaan Lebih Lanjut
The World Health Report 2006: working together for health. Geneva, WHO,
2006.
http://whqlibdoc.who.int/publications/2006/9241563176_eng.pdf
International migration outlook . Paris, OECD, 2007.
http://www.oecd.org/dataoecd/22/32/41515701.pdf
The looming crisis in the health workforce . Paris, OECD, 2008.
http://www.oecd.org/dataoecd/25/14/41509461.pdf
The Kampala Declaration and Agenda for Global Action . Global Forum on Human
Resources for Health, Global Health Workforce Alliance, Kampala,
Uganda, 7 March 2008.
http://www.who.int/workforcealliance/forum/2_declaration_final.pdf
Global policy recommendations on increasing access to health workers in remote and rural
areas through improved retention. Geneva, WHO, 2010.
http://whqlibdoc.who.int/publications/2010/9789241564014_eng.pdf
WHO Global Code of Practice on the International Recruitment of Health
Personnel
http://apps.who.int/gb/ebwha/pdf_files/WHA63/A63_R16-en.pdf
Resolution WHA57.19 International migration of health personnel: a challenge
for health systems in developing countries. Geneva, WHO, 2004.
http://apps.who.int/gb/ebwha/pdf_files/WHA57/A57_R19-en.pdf
Bacaan lebih lanjut dapat diakses di www.who.int/hrh/migration
21
Lampiran
WHA63.16 - Kode Global WHO Tentang Praktik Rekrutmen Tenaga
Kesehatan Internasional
Sidang Kesehatan Dunia ke Enam puluh tiga,
Setelah mempertimbangkan revisi draf kode global tentang praktik rekrutmen tenaga
kesehatan internasional, yang terlampir pada laporan oleh Sekretariat terkait rekrutmen
tenaga kesehatan internasional: rancangan kode global tentang praktik,
1. MENGADOPSI, sesuai dengan Pasal 23 dari Konstitusi, Kode Global WHO terkait
Rekrutmen Tenaga Kesehatan Internasional;
2. MEMUTUSKAN bahwa tinjauan pertama dari relevansi dan efektivitas Kode global WHO
terkait
Rekrutmen Tenaga Kesehatan Internasional harus dilakukan oleh Majelis
Kesehatan Dunia ke - Enam puluh delapan;
3. PERMINTAAN Direktur Jenderal:
(1) untuk memberikan semua dukungan yang memungkinkan untuk negara-negara anggota,
dan pada saat diminta, untuk pelaksanaan Kode global WHO terkait Rekrutmen Tenaga
Kesehatan Internasional;
(2) untuk bekerja sama dengan semua pemangku kepentingan terkait dengan pelaksanaan
dan pemantauan Kode global WHO terkait Rekrutmen Tenaga Kesehatan Internasional;
(3) untuk secara cepat mengembangkan, dalam konsultasi dengan Negara-negara Anggota,
pedoman kumpulan data minimum, pertukaran informasi dan pelaporan pelaksanaan
Kode global WHO terkait Rekrutmen Tenaga Kesehatan Internasional;
(4) berdasarkan laporan periodik, untuk membuat pengajuan, jika diperlukan, untuk revisi
Kode global WHO terkait Rekrutmen Tenaga Kesehatan Internasional sejalan dengan
tinjauan pertama, dan langkah-langkah yang diperlukan untuk implementasi yang efektif.
22
Kode Global WHO Tentang Praktik Rekrutmen Tenaga Kesehatan
Internasional
Pembukaan
Negara Anggota dari Organisasi Kesehatan Dunia,
Mempertimbangkan resolusi WHA57.19 di mana Majelis Kesehatan Dunia meminta Direktur
Jenderal untuk mengembangkan kode sukarela tentang praktik rekrutmen tenaga kesehatan
internasional melalui konsultasi dengan semua mitra yang relevan;
Menindaklanjuti terlaksananya Deklarasi Kampala yang diadopsi di Forum Global Pertama
tentang Sumber Daya Manusia Kesehatan (Kampala, 02-07 Maret 2008) dan komunike G8
tahun 2008 dan 2009 yang mendorong WHO untuk mempercepat pengembangan dan
penerapan kode praktik;
Menyadari akan kekurangan global tenaga kesehatan dan mengakui bahwa tenaga kesehatan
yang mencukupi dan mudah diakses merupakan dasar suatu sistem kesehatan yang
terintegrasi dan penyediaan pelayanan kesehatan yang efektif,
Memperhatikan secara mendalam bahwa kekurangan tenaga kesehatan yang banyak,
termasuk tenaga kesehatan berpendidikan tinggi dan terlatih, di banyak negara anggota,
merupakan ancaman besar bagi kinerja sistem kesehatan dan melemahkan kemampuan
negara-negara untuk mencapai Milenium Development Goals (MDGs) dan tujuan
pembangunan lainnya yang disepakati secara internasional,
Menekankan bahwa Kode global WHO terkait Rekrutmen Tenaga Kesehatan Internasional
menjadi komponen inti dari kerjasama bilateral, nasional, regional dan respon global
menghadapi migrasi tenaga kesehatan dan penguatan sistem kesehatan,
OLEH SEBAB ITU
Negara-negara Anggota dengan ini setuju dengan pasal berikut yang direkomendasikan
sebagai dasar untuk melakukan tindakan.
23
Pasal 1 - Tujuan
Tujuan Kode ini adalah:
(1) untuk membangun dan mempromosikan prinsip-prinsip sukarela dan praktik rekrutmen
tenaga kesehatan internasional yang ber-etika, dengan mempertimbangkan hak,
kewajiban dan harapan dari negara-negara sumber, negara tujuan dan tenaga kesehatan
migran;
(2) untuk dijadikan referensi bagi Negara-negara Anggota dalam membangun atau
memperbaiki kerangka hukum dan kelembagaan yang diperlukan untuk rekrutmen
tenaga kesehatan internasional;
(3) untuk memberikan pedoman yang dapat digunakan sesuai dengan kebutuhan dan
pelaksanaan perjanjian bilateral dan instrumen hukum internasional lainnya;
(4) untuk memfasilitasi dan mempromosikan diskusi internasional dan kerjasama lebih lanjut
mengenai hal-hal yang berkaitan dengan etika rekrutmen tenaga kesehatan internasional
sebagai bagian dari penguatan sistem kesehatan, dengan berfokus pada situasi negaranegara berkembang.
Pasal 2 - Sifat dan ruang lingkup
2.1 Kode bersifat sukarela. Negara-negara Anggota dan pemangku kepentingan lainnya
sangat disarankan untuk menggunakan Kode.
2.2 Kode memiliki ruang lingkup global dan dimaksudkan sebagai pedoman bagi negara
anggota, bersama-sama dengan para pemangku kepentingan seperti tenaga kesehatan,
perekrut, pemberi kerja, organisasi profesi kesehatan, organisasi subregional, regional
dan global, baik sektor publik maupun swasta, termasuk non-pemerintah, dan semua
pihak terkait dengan rekrutmen tenaga kesehatan internasional.
2.3 Kode memberikan prinsip-prinsip etika yang berlaku terkait rekrutmen tenaga kesehatan
internasional dengan cara memperkuat sistem kesehatan negara berkembang, negara
dengan ekonomi dalam masa transisi dan negara kecil.
24
Pasal 3 – Prinsip-prinsip Panduan
3.1 Kesehatan semua orang adalah dasar terhadap pencapaian perdamaian dan keamanan
serta tergantung sepenuhnya pada kerjasama dari individu dan negara. Pemerintah
memiliki tanggung jawab terhadap kesehatan masyarakat, yang dapat dipenuhi hanya
dengan penyediaan layanan kesehatan yang memadai dan intervensi sosial. Negara
anggota seharusnya memasukkan Kode ketika mengembangkan kebijakan kesehatan
nasional dan bekerja sama satu sama lain, sesuai dengan keperluan.
3.2 Mengatasi kekurangan yang terjadi saat ini dan jumlah yang diharapkan dari tenaga
kesehatan sangat penting untuk melindungi kesehatan global. Migrasi tenaga kesehatan
internasional dapat memberikan kontribusi yang berarti untuk pengembangan dan
penguatan sistem kesehatan, jika rekrutmen dikelola dengan baik. Namun, pengaturan
sukarela dari prinsip-prinsip internasional dan koordinasi kebijakan kesehatan nasional
terkait rekrutmen tenaga kesehatan internasional, dalam rangka memajukan kerangka
kerja guna pemerataan penguatan sistem kesehatan di seluruh dunia serta mengurangi
efek negatif dari migrasi tenaga kesehatan pada sistem kesehatan negara berkembang dan
melindungi hak-hak tenaga kesehatan.
3.3 Kebutuhan dan keadaan khusus dari negara-negara, terutama negara-negara berkembang
dan negara dengan ekonomi dalam masa transisi yang sangat rentan terhadap kekurangan
tenaga kesehatan dan / atau memiliki kapasitas terbatas untuk melaksanakan
rekomendasi dari Kode ini harus dipertimbangkan. Negara-negara maju seharusnya,
sedapat mungkin, menyediakan bantuan teknis dan keuangan kepada negara-negara
berkembang dan negara-negara dengan ekonomi dalam masa transisi yang bertujuan
untuk memperkuat sistem kesehatan, termasuk pengembangan tenaga kesehatan.
3.4 Negara-negara Anggota harus mempertimbangkan hak tertinggi atas standar kesehatan
dari masyarakat di negara sumber, hak-hak individu tenaga kesehatan untuk
meninggalkan negara manapun sesuai dengan hukum yang berlaku, dalam rangka untuk
mengurangi dampak negatif dan memaksimalkan dampak positif migrasi pada sistem
kesehatan negara-negara sumber. Namun, tidak ada dalam Kode ini yang ditafsirkan
sebagai pembatasan kebebasan tenaga kesehatan, sesuai dengan hukum yang berlaku,
untuk bermigrasi ke negara-negara yang mengakui dan mempekerjakan mereka.
25
3.5 Rekrutmen tenaga kesehatan internasional harus dilakukan sesuai dengan prinsip-prinsip
transparansi, keadilan dan promosi sistem kesehatan berkelanjutan di negara
berkembang. Negara-negara Anggota, sesuai dengan peraturan perundang-undangan
nasional dan perangkat hukum internasional yang berlaku dan terikat didalamnya, harus
mempromosikan dan menghormati praktik kerja terhadap semua tenaga kesehatan.
Semua aspek ketenagakerjaan dan perlakuan terhadap tenaga kesehatan migran harus
tanpa pembedaan apapun.
3.6 Negara-negara Anggota harus berusaha, sedapat mungkin, untuk menciptakan tenaga
kerja kesehatan berkelanjutan dan bekerja untuk membangun tenaga kerja kesehatan
yang efektif dimulai dari perencanaan, pendidikan dan pelatihan, strategi retensi yang
akan mengurangi kebutuhan rekrutmen tenaga kesehatan migran. Kebijakan dan
langkah-langkah untuk memperkuat tenaga kesehatan harus sesuai dengan kondisi
khusus dari masing-masing negara dan harus diintegrasikan dalam program
pembangunan nasional.
3.7 Pengumpulan data yang efektif baik nasional dan internasional, penelitian dan pertukaran
informasi tentang rekrutmen tenaga kesehatan internasional diperlukan untuk mencapai
tujuan Kode ini.
3.8 Negara-negara Anggota harus memfasilitasi migrasi sirkuler tenaga kesehatan, sehingga
keterampilan dan pengetahuan dapat dikuasai untuk kepentingan negara sumber maupun
tujuan.
Pasal 4 - Tanggung jawab, hak dan praktik rekrutmen
4.1 Tenaga kesehatan, organisasi kesehatan profesional, konsil profesional dan perekrut harus
berusaha untuk bekerja sama sepenuhnya dengan regulator, pihak berwenang di tingkat
nasional dan daerah demi kepentingan pasien, sistem kesehatan, dan masyarakat pada
umumnya.
4.2
Perekrut
dan
pemberi
kerja
seharusnya,
sedapat
mungkin,
menyadari
dan
mempertimbangkan tanggung jawab hukum tenaga kesehatan terhadap sistem kesehatan
negara mereka masing-masing seperti kontrak yang adil dan dalam batas kewajaran dan
tidak meminta untuk merekrutnya. Tenaga kesehatan harus terbuka dan transparan
mengenai kewajiban kontrak yang mungkin mereka miliki.
26
4.3 Negara Anggota dan pemangku kepentingan lainnya harus mengakui bahwa etik praktik
rekrutmen internasional memberikan kesempatan kepada tenaga kesehatan untuk menilai
manfaat dan risiko yang terkait dengan posisi pekerjaan dan membuat keputusan sesuai
dengan waktu yang ditentukan.
4.4 Negara-negara Anggota harus, sedapat mungkin berdasarkan hukum yang berlaku,
memastikan bahwa perekrut dan pemberi kerja mengamati perekrutan yang adil dan jujur
sesuai dengan kontrak kerja tenaga kesehatan migran dan bahwa tenaga kesehatan
migran tidak melakukan tindakan ilegal atau penipuan. Tenaga kesehatan migran
seharusnya direkrut, dipromosikan dan digaji berdasarkan kriteria obyektif, seperti
tingkat kualifikasi, pengalaman kerja dan tingkat tanggung jawab profesional atas dasar
persamaan perlakuan dengan tenaga kesehatan terlatih dalam negeri. Perekrut dan
pemberi kerja harus memberikan informasi yang relevan dan akurat tentang semua
posisi tenaga kesehatan yang ditawarkan kepada tenaga kesehatan migran.
4.5 Negara-negara Anggota harus memastikan bahwa, sesuai dengan hukum yang berlaku,
termasuk perangkat hukum internasional yang relevan, tenaga kesehatan migran
mendapatkan hak-hak hukum yang sama dan tanggung jawab seperti tenaga kesehatan
dalam negeri terlatih di semua aspek pekerjaan dan kondisi kerja.
4.6 Negara Anggota dan pemangku kepentingan lainnya harus mengambil langkah-langkah
untuk memastikan bahwa tenaga kesehatan migran menikmati kesempatan dan insentif
untuk menunjang pendidikan profesional mereka, kualifikasi dan kemajuan karir, dengan
dasar perlakuan yang sama dengan tenaga kesehatan terlatih dalam negeri sesuai dengan
ketentuan hukum yang berlaku. Semua tenaga kesehatan migran seharusnya ditawarkan
program orientasi dan pengenalan yang memungkinkan mereka untuk bekerja dengan
aman dan efektif dalam sistem kesehatan negara tujuan.
4.7 Perekrut dan pemberi kerja harus memahami bahwa Kode berlaku sama kepada mereka
yang direkrut guna bekerja secara sementara atau permanen.
27
Pasal 5 – Pengembangan tenaga kerja kesehatan dan sistem kesehatan berkelanjutan
5.1 Sesuai dengan prinsip yang dimaksud dalam Pasal 3 Kode ini, sistem kesehatan dari
negara sumber dan tujuan harus memperoleh manfaat dari migrasi tenaga kesehatan
internasional. Negara tujuan didorong untuk berkolaborasi dengan negara-negara sumber
untuk mempertahankan dan meningkatkan pengembangan sumber daya manusia
kesehatan dan pelatihan yang sesuai. Negara Anggota harus mencegah rekrutmen aktif
tenaga kesehatan dari negara-negara berkembang yang menghadapi krisis tenaga
kesehatan.
5.2 Negara-negara Anggota harus menggunakan Pedoman ini sebagai panduan saat
memasuki perjanjian bilateral, dan / atau regional dan / atau kerjasama multilateral,
untuk mempromosikan kerjasama dan koordinasi internasional terkait rekrutmen tenaga
kesehatan internasional. Ketentuan tersebut harus mempertimbangkan kebutuhan negaranegara berkembang dan negara dengan ekonomi dalam masa transisi melalui penerapan
tindakan yang tepat. Upaya tersebut dapat mencakup penyediaan bantuan teknis yang
efektif dan tepat, dukungan untuk retensi tenaga kesehatan, pengakuan sosial dan tenaga
kesehatan profesional, dukungan untuk pelatihan di negara-negara sumber yang sesuai
dengan profil penyakit negara tersebut, pengembangan fasilitas kesehatan, dukungan
untuk peningkatan kapasitas dalam pengembangan kerangka regulasi yang tepat, akses
ke pelatihan khusus, transfer teknologi dan keterampilan, dan dukungan dari migrasi
balik, baik sementara atau permanen.
5.3 Negara-negara Anggota harus mengakui nilai dari sistem kesehatan mereka dan tenaga
kesehatannya dari pertukaran profesional antar negara dan kesempatan untuk bekerja dan
berlatih di luar negeri. Negara Anggota di kedua negara baik sumber dan tujuan harus
mendorong dan mendukung tenaga kesehatan untuk memanfaatkan pengalaman kerja
yang diperoleh di luar negeri untuk kepentingan negara asal mereka.
5.4 Karena tenaga kesehatan penting untuk sistem kesehatan yang berkelanjutan, Negaranegara
Anggota
harus
mengambil
langkah-langkah
efektif
untuk
mendidik,
mempertahankan dan menopang tenaga kerja kesehatan yang sesuai dengan kondisi
khusus di tiap negara, termasuk daerah yang paling membutuhkan, dan dibangun
berdasar bukti-bukti berbasis perencanaan tenaga kerja kesehatan. Semua negara anggota
harus berusaha untuk memenuhi kebutuhan tenaga kesehatan mereka dengan sumber
daya mereka sendiri untuk peningkatan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.
28
5.5 Negara-negara Anggota harus mempertimbangkan penguatan lembaga-lembaga
pendidikan untuk meningkatkan pelatihan tenaga kesehatan dan mengembangkan
kurikulum inovatif untuk memenuhi kebutuhan kesehatan saat ini. Negara anggota harus
mengambil langkah-langkah untuk memastikan bahwa pelatihan yang dibutuhkan
digunakan di sektor publik dan swasta.
5.6 Negara-negara Anggota harus mengadopsi dan menerapkan langkah-langkah efektif yang
bertujuan untuk memperkuat sistem kesehatan, pemantauan terus menerus dari pasar
tenaga kerja kesehatan, dan koordinasi di antara semua pemangku kepentingan dalam
rangka mengembangkan dan mempertahankan tenaga kerja kesehatan yang berkelanjutan
serta responsif terhadap kebutuhan kesehatan masyarakatnya. Negara-negara anggota
harus mengadopsi pendekatan multisektoral untuk menangani isu-isu dalam kesehatan
nasional dan kebijakan pembangunan.
5.7 Negara-negara Anggota harus mempertimbangkan mengadopsi langkah-langkah untuk
mengatasi ketidakseimbangan distribusi geografis tenaga kesehatan dan untuk
mendukung retensi mereka di daerah tertinggal, seperti melalui penerapan langkahlangkah pendidikan, insentif keuangan, regulasi, dukungan sosial dan profesional.
Pasal 6 - Pengumpulan data dan penelitian
6.1 Negara-negara Anggota harus mengakui bahwa perumusan kebijakan yang efektif dan
perencanaan tenaga kesehatan memerlukan bukti dasar.
6.2 Dengan mempertimbangkan karakteristik dari sistem kesehatan nasional, Negara-negara
Anggota didorong untuk membangun atau memperkuat dan memelihara, sesuai
keperluan, sistem informasi tenaga kesehatan, termasuk migrasi tenaga kesehatan, dan
dampaknya terhadap sistem kesehatan. Negara anggota didorong untuk mengumpulkan,
menganalisis dan menerjemahkan data ke dalam kebijakan tenaga kerja kesehatan dan
perencanaan yang efektif.
6.3 Negara-negara Anggota didorong untuk membangun atau memperkuat program-program
penelitian di bidang migrasi tenaga kesehatan dan mengkoordinasikan program-program
penelitian tersebut melalui kemitraan di tingkat nasional, subnasional, regional dan
internasional.
29
6.4 WHO, bekerja sama dengan organisasi-organisasi internasional yang relevan dan Negaranegara Anggota, didorong untuk memastikan, sebisa mungkin, bahwa data pembanding
yang dihasilkan dan dikumpulkan akurat sesuai dengan pasal 6.2 dan 6.3 untuk
monitoring berkelanjutan, dan perumusan kebijakan.
Pasal 7 - Pertukaran Informasi
7.1 Negara-negara Anggota didorong untuk, sesuai keperluan dan tunduk pada hukum
nasional, mempromosikan pembentukan atau penguatan pertukaran informasi tentang
migrasi tenaga kesehatan internasional dan sistem kesehatan, nasional dan internasional,
melalui lembaga-lembaga publik, lembaga penelitian dan akademik, organisasi kesehatan
profesional, dan organisasi subregional, regional dan internasional, baik pemerintah
maupun swasta.
7.2 Dalam rangka mempromosikan dan memfasilitasi pertukaran informasi yang relevan
dengan Kode ini, setiap Negara Anggota harus, sedapat mungkin:
(a) secara progresif membangun dan memelihara database hukum dan peraturan yang
berkaitan dengan rekrutmen tenaga kesehatan dan migrasi, sesuai keperluan, beserta
informasi tentang pelaksanaannya;
(b) secara cepat membangun dan memelihara data yang diperbaharui dari sistem
informasi tenaga kesehatan sesuai dengan Pasal 6.2; dan
(c) menyediakan data yang dikumpulkan tersebut dalam sub ayat (a) dan (b) di atas
kepada Sekretariat WHO setiap tiga tahun, dimulai dengan laporan data awal dalam
waktu dua tahun setelah adopsi Kode oleh Majelis Kesehatan.
7.3 Untuk tujuan komunikasi internasional, setiap negara anggota seharusnya, sesuai
keperluan, membentuk otoritas nasional yang bertanggung jawab untuk pertukaran
informasi mengenai migrasi tenaga kesehatan dan pelaksanaan Kode. Negara anggota
menunjuk otoritas yang dimaksud dan melaporkan kepada WHO. Otoritas nasional yang
ditunjuk harus diberi wewenang untuk berkomunikasi langsung atau, sebagaimana
ditentukan oleh hukum nasional atau peraturan, dengan otoritas nasional yang ditunjuk
oleh negara
30
anggota dan dengan Sekretariat WHO dan organisasi regional dan internasional lainnya
yang terkait, dan menyampaikan laporan serta informasi lainnya kepada Sekretariat
WHO menurut sub ayat 7.2 (c) dan Pasal 9.1.
7.4 Sebuah register otoritas nasional yang ditunjuk berdasarkan ayat 7.3 diatas harus
ditetapkan, dikelola dan dikomunikasikan kepada WHO.
Pasal 8 - Pelaksanaan Kode
8.1 Negara-negara Anggota didorong untuk mempublikasikan dan melaksanakan Pedoman
yang bekerja sama dengan semua pemangku kepentingan sebagaimana diatur dalam
Pasal 2.2, sesuai dengan tanggung jawab nasional dan subnasional.
8.2 Negara-negara Anggota didorong untuk memasukkan Kode ke dalam undang-undang dan
kebijakan.
8.3 Negara-negara Anggota didorong untuk berkonsultasi, sebagaimana layaknya, dengan
semua pemangku kepentingan seperti diatur dalam Pasal 2.2 dalam proses pengambilan
keputusan dan melibatkannya dalam kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan rekrutmen
tenaga kesehatan internasional.
8.4 Semua stakeholder yang dimaksud dalam Pasal 2.2 harus berusaha untuk bekerja secara
individual dan kolektif untuk mencapai tujuan Kode ini. Seluruh stakeholder harus
memperhatikan Kode ini, terlepas dari kemampuan stakeholder lain untuk melaksanakan
Kode. Perekrut dan pemberi kerja harus bekerja sama sepenuhnya dalam melaksanakan
Kode dan mempromosikan prinsip-prinsip yan tertulis di Kode, terlepas dari kemampuan
Negara Anggota untuk melaksanakan Kode.
8.5 Negara Anggota seharusnya, sedapat mungkin, dan sesuai dengan tanggung jawab
hukum, bekerja sama dengan pihak terkait, mempertahankan dokumentasi, perbaharuan
secara berkala, dari semua perekrut resmi oleh pihak yang berwenang untuk beroperasi
dalam yurisdiksi mereka.
8.6 Negara Anggota seharusnya, sedapat mungkin, mendorong dan mempromosikan praktikpraktik yang baik di antara agen rekrutmen dan hanya menggunakan agen yang
mematuhi prinsip-prinsip Kode.
31
8.7 Negara-negara Anggota didorong untuk mengamati dan mengkaji tingkat rekrutmen aktif
tenaga kesehatan internasional dari negara-negara yang menghadapi krisis tenaga
kesehatan, dan mengkaji ruang lingkup serta dampak migrasi balik.
Pasal 9 - Pemantauan dan pengaturan kelembagaan
9.1 Negara-negara Anggota seharusnya secara berkala melaporkan langkah-langkah yang
diambil, hasil yang dicapai, kesulitan yang dihadapi dan pelajaran yang diambil dalam
satu laporan yang berhubungan dengan ketentuan Pasal 7.2 (c).
9.2 Direktur Jenderal harus selalu meninjau pelaksanaan Kode ini, atas dasar laporan berkala
yang diterima dari otoritas nasional yang ditunjuk menurut Pasal 7.3 dan 9.1 dan sumbersumber lain yang berkompeten, dan secara berkala melaporkan kepada Majelis
Kesehatan Dunia terkait efektivitas kode dalam mencapai tujuannya dan saran untuk
perbaikan. Laporan ini akan diserahkan bersamaan dengan Pasal 7.2 (c).
9.3 Direktur Jenderal wajib:
(a) mendukung sistem pertukaran informasi dan jaringan otoritas nasional yang ditunjuk
dan ditentukan dalam Pasal 7;
(b) mengembangkan pedoman dan membuat rekomendasi tentang praktik dan prosedur
serta program tersebut dan langkah-langkah seperti yang ditentukan oleh Kode, dan
(c) memelihara hubungan dengan PBB, Organisasi Buruh Internasional (ILO),
Organisasi Internasional untuk Migrasi (IOM), dan organisasi regional dan
internasional yang kompeten serta organisasi non-pemerintah yang bersangkutan
untuk mendukung pelaksanaan Kode.
9.4 Sekretariat WHO dapat mempertimbangkan laporan dari para pemangku kepentingan
sebagaimana diatur dalam Pasal 2.2 pada kegiatan yang berkaitan dengan pelaksanaan
Kode.
32
9.5 Majelis Kesehatan Dunia secara berkala meninjau relevansi dan efektivitas Kode. Kode
seharusnya dianggap sebagai teks dinamis yang harus diperbaharui jika diperlukan.
Pasal 10 - Kemitraan, kerjasama teknis dan dukungan keuangan
10.1 Negara Anggota dan pemangku kepentingan lainnya harus bekerja sama secara langsung
atau melalui badan-badan internasional yang kompeten untuk memperkuat kapasitas
mereka dalam melaksanakan tujuan Kode.
10.2 Organisasi internasional, lembaga donor internasional, lembaga keuangan dan
pengembangan, dan organisasi terkait lainnya didorong untuk memberikan dukungan
teknis dan keuangan untuk membantu pelaksanaan Kode ini dan dukungan penguatan
sistem kesehatan di negara berkembang dan negara dengan ekonomi dalam transisi
yang mengalami krisis tenaga kerja kesehatan dan / atau memiliki kapasitas terbatas
untuk melaksanakan Tujuan dari Kode ini. Organisasi dan entitas lainnya harus
didorong untuk bekerja sama dengan negara-negara yang menghadapi krisis tenaga
kesehatan dan berkomitmen untuk menjamin bahwa dana yang diberikan untuk
intervensi penyakit khusus digunakan untuk memperkuat kapasitas sistem kesehatan,
termasuk pengembangan tenaga kesehatan.
10.3 Negara-negara Anggota baik sendiri atau melalui keterlibatan mereka dengan organisasi
nasional dan regional, organisasi donor dan badan-badan terkait lainnya harus didorong
untuk memberikan bantuan teknis dan dukungan keuangan untuk negara-negara
berkembang atau negara dengan ekonomi dalam masa transisi yang bertujuan untuk
memperkuat kapasitas sistem kesehatan, termasuk pembangunan tenaga kesehatan di
negara-negara tersebut.
33
Kontak untuk informasi lebih lanjut
World Health Organization
WHO Regional Office for Europe
Avenue Appia 20
Scherfigsvej 8
1211 Geneva 27, Switzerland
DK-2100 Copenhagen Ø, Denmark
E-mail: [email protected]
E-mail: [email protected]
WHO Regional Office for Africa
WHO Regional Office for
Cité du Djoué, P.O.Box 06
South-East Asia
Brazzaville, Republic of Congo
World Health House
E-mail: [email protected]
Indraprastha Estate
Mahatma Gandhi Marg
WHO Regional Office for the
New Delhi 110 002, India
Americas/Pan American
E-mail: [email protected]
Health Organization
525, 23rd Street N.W.
WHO Regional Office for the
Washington, D.C. 20037, USA
Western Pacific
E-mail: [email protected]
P.O. Box 2932
1000 Manila, Philippines
E-mail: [email protected]
WHO Regional Office for the
Eastern Mediterranean
Abdul Razzak Al Sanhouri Street
P.O. Box 7608, Nasr City
Cairo 11371, Egypt
E-mail: [email protected]
or [email protected]
34
35
Download