JURNAL ILMU-ILMU KESEHATAN SURYA MEDIKA Volume 9. No. 1 Januari 2013 PENGARUH BERBAGAI KADAR INFUSA RIMPANG KUNYIT (Curcuma domestica Val) TERHADAP DAYA AWET TAHU Oleh : Rina Widiastuti, Hery Setiyawan, Ismiyati, Surya Putra Pradana ABSTRACT Background: Tahu is a popular food in Indonesian society. High levels of protein and water content couses out easily overgrown microbes, so tahu can only survive a maximum of 2 days after production. Use of hazardous substance for preserving know there is also a one of them is the use of formalin to extend the life of the product. Objective: The purpose of this study was to determine the optimal levels of turmeric infusion to inhibit the growth of microorganisms on the idea that can be applied as a natural preservatives that is save. Method: This study is a Posttest Only Control Group Design, infusion levels tested consisted of 15 %, 30 %, and 60 %. Each visible effect on growth of bacterial colonies on NA medium and fungi on PDA. Colonies are counted and analyzed by one-way ANOVA test followed post hoc test. Microbiological observations made with a microscope. Result: The result showed that tahu still suitable for consumption until the third day of the addition of Turmeric infuse with concentration of 30% and 60% in immersion of tahu. Keywords: infusion of turmeric rhizome, know, bacteria, fungi Pengajar POLTEKKES Bhakti Setya Indonesia, Yogyakarta 60 JURNAL ILMU-ILMU KESEHATAN Volume 9. No. 1 Januari 2013 PENDAHULUAN Tahu merupakan makanan yang populer di masyarakat Indonesia walaupun asalnya dari Cina. Kandungan protein tahu yang tinggi ini setara mutunya dengan mutu protein hewani. Tahu juga mengandung zat gizi yang penting lainnya, seperti lemak, vitamin, dan mineral dalam jumlah yang cukup tinggi. Tingginya kadar protein dan kadar air menyebabkan tahu mudah rusak karena mudah ditumbuhi mikroba, sehingga tahu hanya mampu bertahan maksimal 2 hari setelah diproduksi. Penggunaan bahan berbahaya untuk mengawetkan produk pangan sampai hari ini masih banyak dijumpai salah satunya adalah penggunaan formalin untuk memperpanjang umur produk. Menurut Harmoni 2006 (dalam Apriliyanti A, 2007), International Programme on Chemical Safety menetapkan bahwa batas toleransi formalin yang dapat diterima dalam tubuh maksimum 0,1 mg per liter. Hasilnya, 5 dari 6 pedagang tahu yang diperiksa, terbukti menjual tahu berformalin dengan kandungan tinggi yakni, diatas 10 miligram/liter (Irawan, 2011). Bahan pengawet alami relatif aman dibandingkan bahan pengawet sintetis yang jika terjadi ketidaksempurnaan pada proses pencernaan dapat menyisakan zat-zat yang berbahaya bagi kesehatan dan kadang-kadang bersifat karsinogenik (Winarno & Rahayu 1994). Berdasarkan permasalahan di atas, perlunya mengupayakan mempertahankan kesegaran atau kualitas tahu dengan penggunaan bahan pengawet alami yang aman, mudah penerapannya dan ekonomis. Untuk menjaga kualitas produk salah satunya adalah dengan menambahkan bahan aditif berupa zat anti mikroba dalam bentuk bahan alam, seperti kunyit. Kunyit juga mengandung kurkumin SURYA MEDIKA yangmerupakan senyawa polifenol yang dapat mengubah permeabilitas membran sehingga menyebabkan kebocoran nutrisi pada sel bakteri (Oomah, 2000). Keistimewaan menggunakan kunyit sebagai pengawet pada tahu, dari segi rasa, tahu rendaman kunyit akan menghasilkan rasa lebih enak dari tahu biasanya, dan tahu yang dihasilkan akan berwarna kuning, karena masyarakat kini cenderung menyukai tahu berwarna kuning. Infus adalah sediaan cair yang dibuat dengan menyari simplisia dengan air pada suhu 90oC selama 15 menit. Cara ini sangat sederhana dan sering digunakan pada penyarian obat tradisional (Anonim, 1986). Berdasarkan latar belakang tersebut diatas, penelitian ini perlu dilakukan untuk mengetahui kadar infus kunyit yang optimal untuk menghambat pertumbuhan mikroorganisme pada tahu sehingga dapat diaplikasikan sebagai bahan pengawet alami yang aman. TUJUAN PENELITIAN Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kadar infus kunyit (Curcuma domestica Val) yang optimal untuk menghambat pertumbuhan mikroorganisme pada tahu sehingga dapat diaplikasikan sebagai bahan pengawet alami yang aman. METODOLOGI PENELITIAN Penelitian eksperimental ini menggunakan desain Posttest Only Control Group Design (Notoatmodjo, 2010) dengan variabel terikatnya adalah daya awet tahu, dan variabel bebas Infusa rimpang kunyit yang digunakan untuk merendam tahu dengan kadar 15 %, 30% dan 60%. Masing-masing dilihat pengaruhnya terhadap pertumbuhan koloni bakteri pada media NA dan jamur pada media PDA. Koloni dihitung dan dianalisa dengan uji one-way anova 61 JURNAL ILMU-ILMU KESEHATAN Volume 9. No. 1 Januari 2013 dilanjutkan Posthoc test. Pengamatan mikrobiologi dilakukan dengan mikroskop Sebelum dibuat infus, terlebih dahulu dilakukan determinasi tanaman kunyit untuk memastikan tanaman yang digunakan telah sesuai dengan kepustakaan.Rimpang kunyit didapatkan dari Pasar Beringharjo, rimpang kunyit yang digunakan adalah rimpang pada bagian empunya. Rimpang kunyit yang didapat kemudian dirajang dan dikeringkan. Sedangkan tahu didapatkan dari salah satu pabrik tahu di wilayah Banguntapan, Bantul, Yogyakarta. Rimpang kunyit segar yang sudah dicuci bersih dan dipotong kecilkecil lalu dikeringkan dan dibuat serbuk. Tambahkan serbuk rimpang kunyit sesuai kadar yang diinginkan yaitu 15 gr untuk 15%, 30 gr untuk 30% dan 60 gr untuk 60%, lalu tambahkan 100 ml air pada panci dengan air ekstrak sebanyak 2 kali dari bobot simplisia.Waktu 15 menit dimulai pada saat suhu perebusan suhu mencapai 90oC. Setelah 15 menit, angkat dan serkai selagi panas melalui kain flanel, tambahkan air panas secukupnya melalui ampas hingga diperoleh volume yang dikehendaki. Langkah selanjutnya adalah perendaman tahu. Tahu dengan ukuran 5 x 5 x 1 cm direndam dalam 100 ml infusa rimpang kunyit yang terdiri dari kadar 15%, 30% dan 60%dalam kantong plastik PE selama 45 menit, setiap kadar infus dilakukan replikasi sebanyak 3 kali, kemudian ambil tahu dari infusa rimpang kunyit, lalu dikemas rapat dan disimpan pada suhu kamar (15 - 30o C) dengan tahu tanpa perendaman infusa kunyit sebagai kontrol negatifnya. Selanjutnya dilakukan uji pengaruh infusa rimpang kunyit terhadap pertumbuhan koloni bakteri dan jamur. Pengujian meliputi : Pengamatan keadaan fisik tahu secara organoleptis meliputi warna, aroma, lendir, dan tekstur tahu. Pengamatan SURYA MEDIKA dilakukan pada hari ke-1, 3 dan 7 setelah perendaman tahu. Pengamatan pada hari ke-1, 3 dan 7 masing-masing jumlah tahu yang digunakan adalah 12 buah, terdiri dari 3 tahu kontrol negatif, 3 tahu dengan infusa rimpang kunyit kadar 15%, 3 tahu dengan infusa rimpang kunyit kadar 30%, 3 tahu dengan infusa rimpang kunyit kadar 60%. Isolasi bakteri dilakukan dengan mengambil sampel tahu menggunakan ose, sampel yang diambil lalu ditanam pada media pepton cair, inkubasi 24 jam. Setelah 24 jam, ambil 1 ose pepton cair yang telah diinkubasi tadi kemudian goreskan pada media NA di cawan petri. Kemudian inkubasi 1 x 24 jam, jika terdapat pertumbuhan pada media maka dilanjutkan dengan pengecatan gram sehingga muncul warna yang menunjukkan jenis gram bakteri untuk kemudian diamati melalui mikroskop. Pengumpulan data dapat dilakukan dengan menggunakan tabel. Data berupa daya awet tahu dan evaluasi keadaan fisik tahu secara organoleptis, serta data pengamatan secara mikroskopi terhadap hasil isolasi mikrobiologi untuk mengetahui mikroorganisme yang tumbuh. Selanjutnya dilakukan analisis data hasil penelitian menggunakan Anava 1 Jalan, untuk melihat perbedaan pengaruh lama waktu perendaman dan pengaruh berbagai kadar infusa rimpang kunyit terhadap daya awet tahu. HASIL PENELITIAN Koloni bakteri dan jamur suatu bahan sangat erat kaitannya dengan keadaan sanitasi pada waktu tahu tersebut diproduksi dan ditangani. Hal ini terkait dengan kontaminasi mikroba yang dapat mempengaruhinya. Perhitungan koloni bakteri dan jamur pada tahu ini dilakukan dengan melihat pertumbuhan 62 JURNAL ILMU-ILMU KESEHATAN Volume 9. No. 1 Januari 2013 koloni bakteri dan jamur pada masing – masing media. Pengamatan mikroskopik terhadap pertumbuhan bakteri dilakukan setelah dilakukan pengecatan gram pada sampel yang diambil pada pertumbuhan bakteri pada media NA. Hasil pengamatan secara mikroskopik dan dapat dilihat pada gambar 1. A B Gambar 1 Hasil Pengecatan Gram Bakteri Per Bidang Pandang Dari gambar 1 terlihat bakteri yang tumbuh berupa bakteri gram positif yang ditunjukkan dengan warna merah (A) dan negatif yang ditunjukkan dengan warna ungu (B) dengan pertumbuhan yang didominasi oleh bakteri gram negatif. Pengamatan terhadap pertumbuhan jamur dilakukan setelah sampel jamur yang diambil pada media ditetesi lactofenol.Hasil pengamatan secara mikroskopik dan dapat dilihat pada gambar 2. 1 2 Keterangan : 1 = Sporangium 2 = Sporangiophore Gambar 2 Hasil Pengamatan Mikroskopis Jamur Per Bidang Pandang SURYA MEDIKA Sebelum dilakukan penghitungan koloni bakteri dan jamur juga dilakukan pula pengujian secara organoleptis dengan melihat perubahan tekstur, warna dan bau pada tahu yang diuji. Uji organoleptis menunjukkan peningkatan kadar infusa rimpang kunyit berpengaruh terhadap kualitas organoleptis pada tahu. Hal ini diduga karena peningkatan kadar infusa rimpang kunyit dapat menurunkan jumlah bakteri dan jamur pada tahu seperti yang dapat dilihat pada tabel 1 dan 2.Tahu yang diawetkan menggunakan infusa rimpang kunyit selama satu hari masih mempunyai penampilan fisik yang bagus dari segi tekstur. Bau tahu mengalami sedikit perubahan, tahu menjadi berbau kunyit yang begitu khas. Sedangkan untuk tahu yang disimpan selama tiga hari, tekstur dari tahu tersebut menjadi mudah hancur. Warna tahu tidak mengalami perubahan selama penyimpanan, tahu tetap berwarna kuning. Dari segi bau, tahu yang disimpan selama tiga hari masih mempunyai bau khas kunyit tetapi jika dibau secara seksama akan terhirup bau yang sedikit asam. Dan untuk tahu yang disimpan selama 7 hari tekstur tahu sudah banyak mengalami perubahan, tahu menjadi lembek, warna tahu berubah menjadi kuning tetapi lebih pudar, terkadang ditemukan bercak berwarna putih yang diduga bercak tersebut adalah pertumbuhan dari jamur dan berbau asam. Hasil penanaman sampel tahu pada media pertumbuhan bakteri dan jamur, dapat dihitung jumlah koloni yang timbul pada kedua media tersebut yang dapat dilihat pada tabel 1 dan 2. 63 JURNAL ILMU-ILMU KESEHATAN SURYA MEDIKA Volume 9. No. 1 Januari 2013 Tabel 1 Hasil Perhitungan Koloni Bakteri Hari Jumlah Koloni Bakteri Kontrol Negatif 1 Rata-rata 3 Rata-rata 7 Rata-rata 57 49 53 53 75 69 84 76 128 124 138 130 Dari tabel 1 dapat dilihat jumlah koloni bakteri yang timbul pada media NAyang timbul bervariasi dan dipengaruhi oleh adanya perbedaan kadar infusa rimpang kunyit yang digunakan dan perbedaan waktu simpan. Pada tahu yang disimpan selama satu hari memiliki rentang rata–rata jumlah koloni sebanyak 25 – 34, semakin tinggi Kadar Infusa Rimpang Kunyit 15% 30% 60% 22 24 32 43 35 20 37 27 23 34 28.67 25 53 59 28 58 57 24 53 52 30 54.67 56 27.3 70 57 48 64 64 65 80 69 58 71.3 63.3 57 kadar yang digunakan maka jumlah koloni bakteri yang timbul semakin sedikit. Untuk tahu yang disimpan selama 3 hari memiliki rentang rata-rata jumlah koloni sebanyak 27 – 56. Dan untuk tahu yang disimpan selama 7 hari memiliki rentang rata-rata jumlah koloni sebanyak 57 – 71. Pada perhitungan jumlah koloni jamur pada media PDA dapat dilihat pada tabel 2. Tabel 2 Hasil Perhitungan Koloni Jamur Hari 1 Rata-rata 3 Rata-rata 7 Ratarata Jumlah Koloni Jamur Kontrol Kadar Infusa Rimpang Negatif Kunyit 15% 30% 60% 48 24 29 12 50 32 32 11 43 37 44 20 47 31 35 14.3 69 66 38 23 74 56 27 33 76 62 42 27 73 61.3 35.67 27.67 120 89 57 44 124 77 51 30 110 114 72 29 118 93.3 60 34.3 Tabel 2 menunjukkan jumlah koloni jamur yang timbul pada media PDA. Tahu yang disimpan selama 1 hari memiliki rentang rata-rata jumlah koloni 64 JURNAL ILMU-ILMU KESEHATAN SURYA MEDIKA Volume 9. No. 1 Januari 2013 jamur sebanyak 14 – 35. Untuk tahu yang disimpan selama 3 hari memiliki rentang rata-rata jumlah koloni jamur sebanyak 27 – 61. Dan untuk tahu yang disimpan selama 7 hari memiliki rentang rata-rata jumlah koloni jamur sebanyak 34 – 93. Selanjutnya, untuk melihat adanya perbedaan jumlah koloni yang timbul antar perlakuan dilihat dengan analisa statistik one-way Anova. Hasil uji one way anova dapat dilihat pada tabel 3 dan 4. Tabel 3 Hasil Uji Post Hoc LSD pada One-Way Anova Terhadap Jumlah Koloni Bakteri Hari 1 3 7 Perbandingan Sig. p-value 15% terhadap 30% 0.387 15% terhadap 60% 0.162 15%terhadap kontrol negatif 30% terhadap 60% 0.012 30% terhadap kontrol negatif 60% terhadap kontrol negatif 15% terhadap 30% 0.003 15% terhadap 60% 0.000 15%terhadap kontrol negatif 30% terhadap 60% 0.001 30% terhadap kontrol negatif 60% terhadap kontrol negatif 15% terhadap 30% 0.001 15% terhadap 60% 0.048 15%terhadap kontrol negatif 30% terhadap 60% 0.000 30% terhadap kontrol negatif 60% terhadap kontrol negatif 0.000 p-value (0.05) p-value (0.05) p-value (0.05) p-value (0.05) p-value (0.05) p-value (0.05) p-value (0.05) p-value (0.05) p-value (0.05) p-value (0.05) p-value (0.05) p-value (0.05) p-value (0.05) p-value (0.05) p-value (0.05) p-value (0.05) p-value (0.05) p-value (0.05) 0.547 0.001 0.736 0.000 0.000 0.229 0.333 0.000 Kebermaknaan Tidak Bermakna Tidak Bermakna Berbeda Bermakna Tidak Bermakna Berbeda Bermakna Berbeda Bermakna Tidak Bermakna Berbeda Bermakna Berbeda Bermakna Berbeda Bermakna Berbeda Bermakna Berbeda Bermakna Tidak Bermakna Berbeda Bermakna Berbeda Bermakna Tidak Bermakna Berbeda Bermakna Berbeda Bermakna 65 JURNAL ILMU-ILMU KESEHATAN SURYA MEDIKA Volume 9. No. 1 Januari 2013 Tabel 4 Hasil Uji Post Hoc LSD pada One-Way Anova Terhadap Jumlah Koloni Jamur Hari 1 3 7 Sig. p-value 15% terhadap 30% Perbandingan 0.437 15% terhadap 60% 0.009 15%terhadap kontrol negatif 30% terhadap 60% 0.011 30% terhadap kontrol negatif 60% terhadap kontrol negatif 15% terhadap 30% 0.040 15% terhadap 60% 0.000 15%terhadap kontrol negatif 30% terhadap 60% 0.033 30% terhadap kontrol negatif 60% terhadap kontrol negatif 15% terhadap 30% 0.000 15% terhadap 60% 0.000 15%terhadap kontrol negatif 30% terhadap 60% 0.038 30% terhadap kontrol negatif 60% terhadap kontrol negatif 0.000 p-value (0.05) p-value (0.05) p-value (0.05) p-value (0.05) p-value (0.05) p-value (0.05) p-value (0.05) p-value (0.05) p-value (0.05) p-value (0.05) p-value (0.05) p-value (0.05) p-value (0.05) p-value (0.05) p-value (0.05) p-value (0.05) p-value (0.05) p-value (0.05) 0.003 0.000 0.000 0.116 0.000 0.010 0.033 0.000 Kebermaknaan Tidak Bermakna Berbeda Bermakna Berbeda Bermakna Berbeda Bermakna Berbeda Bermakna Berbeda Bermakna Berbeda Bermakna Berbeda Bermakna Berbeda Bermakna Tidak Bermakna Berbeda Bermakna Berbeda Bermakna Berbeda Bermakna Berbeda Bermakna Berbeda Bermakna Berbeda Bermakna Berbeda Bermakna Berbeda Bermakna 66 Hasil uji LSD dengan variabel jumlah koloni jamur pada hari pertama menunjukkan bahwa perbandingan kadar 60% dengan kadar 15%, 30% dan kontrol negatif secara berturut-turut memiliki siginifikasi 0,009; 0,003; dan 0,00< p-value (0,05), maka kadar 60% berbeda signifikan dengan kadar 15%, 30% dan kontrol negatif. Di hari yang sama, perbandingan kontrol negatif dengan kadar 15%, 30%, dan 60% secara berturut memiliki siginifikasi 0,011; 0,040; dan 0,00< p-value (0,05), maka kontrol negatif berbeda signifikan dengan kadar 15%, 30% dan 60%. Pada hari ketiga menunjukkan perbandingan kadar 60% dengan kadar 15% dan kontrol negatif memiliki siginifikasi 0,00 < p-value (0,05), maka kadar 60% berbeda signifikan dengan kadar 15% dan kontrol negatif, sedangkan pada perbandingan kontrol negatif dengan kadar 15%, 30%, dan 60% secara berturut memiliki siginifikasi 0,033; 0,000; dan 0,00< p-value (0,05), maka kontrol negatif berbeda signifikan dengan kadar 15%, 30% dan 60%. Dan pada hari ketujuh semua perbandingan kadar dan kontrol negatif menunjukkan adanya perbedaan signifikan. Untuk melihat perbedaan umur simpan tahu dilakukan pengujian statistik one way anova dengan hasil : Pengujian statistik pada kadar infusa rimpang kunyit 30% pada media PDA didapatkan hasil, koloni jamur pada hari pertama dan ketiga tidak berbeda signifikan karena pvalue (0,05) < 0,93 pada perbandingan hari pertama dan ketiga. Dan keduanya berbeda signifikan terhadap hari ketujuh signifikasi hari pertama dan ketiga secara berturut-turut adalah 0,014 dan 0,016; maka umur simpan tahu pada kadar 30% mencapai 3 hari. Pada kadar 60% media PDA, dibandingkan koloni jamur hari pertama terhadap hari ketiga dan ketujuh dengan hasil signifikasi berturut-turut 0,042 dan 0,008< p-value (0,05); maka terdapat perbedaan yg signifikan antara hari pertama terhadap hari ketiga dan ketujuh, sedangkan perbandingan hari ketiga dan ketujuh tidak berbeda bermakna karena signifikasi 0,244 > p-value (0,05). Maka umur simpan tahu dapat mencapai 7 hari. Pada kadar 30% media NA, dibandingkan koloni bakteri hari pertama terhadap hari ketiga dan ketujuh dengan hasil signifikasi berturut-turut 0,001 dan 0,000 < p-value (0,05); maka terdapat perbedaan yang signifikan antara hari pertama terhadap hari ketiga dan ketujuh, sedangkan perbandingan hari ketiga dan ketujuh tidak berbeda bermakna karena signifikasi 0,136 > pvalue (0,05). Maka umur simpan tahu dapat mencapai 7 hari. Pengujian statistik pada kadar infusa rimpang kunyit 60% pada media NA didapatkan hasil, koloni bakteri pada hari pertama dan ketiga tidak berbeda signifikan karena pvalue (0,05) < 0,669 pada perbandingan hari pertama dan ketiga. Dan keduanya berbeda signifikan terhadap hari ketujuh, signifikasi hari pertama dan ketiga adalah 0,001; maka umur simpan tahu pada kadar 60% mencapai 3 hari Berdasarkan hasil statistik diatas, kadar infusa rimpang kunyit 30% pada media PDA memiliki umur simpan hingga 3 hari dan pada media NA mencapai 7 hari, Sedangkan kadar infusa rimpang kunyit 60% pada media PDA memiliki umur simpan sampai 7 hari dan pada media NA memiliki umur simpan 3 hari. Tetapi berdasarkan hasil organoleptis dapat dilihat tahu yang masih layak dikonsumsi hanya mencapai hari ketiga. Adanya penurunan jumlah koloni bakteri dan jamur pada tahu tanpa infusa rimpang kunyit dengan tahu yang direndam infusa rimpang kunyit menunjukkan infusa rimpang kunyit JURNAL ILMU-ILMU KESEHATAN Volume 9. No. 1 Januari 2013 berpengaruh terhadap umur simpan tahu, penambahan infusa rimpang kunyit dapat menambah umur simpan tahu selama 3 hari. Kunyit memiliki zat aktif berupa kurkumin yang merupakan senyawa polifenol yang dapat mengubah permeabilitas membran sehingga menyebabkan kebocoran nutrisi pada sel bakteri (Oomah, 2000). Hal ini yang diduga mengakibatkan koloni bakteri dan jamur berkurang.Adanya penurunan jumlah koloni bakteri dan jamur pada tahu yang direndam infusa rimpang kunyit menunjukkan infusa rimpang kunyit berpengaruh terhadap umur simpan tahu, Penambahan infusa rimpang kunyit dapat menambah umur simpan tahu selama 3 hari. Kunyit memiliki zat aktif berupa kurkumin yang merupakan senyawa polifenol yang dapat mengubah permeabilitas membran sehingga menyebabkan kebocoran nutrisi pada sel bakteri (Oomah, 2000). Hal ini yang diduga mengakibatkan koloni bakteri dan jamur berkurang. SURYA MEDIKA Irawan,2011, http://beritanda.com/nusantara/kol om-nusantara/sumateraselatan/2031-tahu-berformalindipasaran-masih-beredar.html [diakses 21 Januari 2014] Oomah, B. Dave, Botanicals, Pennsylvania 2000, and Herbs, Teas, Winarno, F.G., dan T.S. Rahayu, 1994. Bahan Tambahan Makanan untuk Makanan dan Kontaminan. Pustaka Sinar Harapan, Jakarta. KESIMPULAN Penambahan infusa rimpang kunyit (Curcumae Domesticae Rhizoma) kadar 15%, 30% dan 60% memberikan pengaruh pada kualitas organoleptis serta daya awet tahu.Infusa rimpang kunyit (Curcumae Domesticae Rhizoma) dengan kadar30% dan 60% memberikan daya awet tahu selama 3 hari. DAFTAR PUSTAKA Anonim, 1986, Sediaan Galenik, Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan Indonesia, Jakarta Apriliyanti, Ayudiah et al, 2007, Studi Kasus Penggunaan Formalin Pada Tahu Takwa Di Kotamadya Kediri, Malang 68 JURNAL ILMU-ILMU KESEHATAN Volume 9. No. 1 Januari 2013 Petunjuk Penyumbang Artikel 1. Artikel merupakan hasil penelitian, kajian teoritis, konsep dasar bidang kesehatan yang belum dipublikasikan. 2. Artikel ditulis dengan bahasa Indonesia/ Inggris baku sepanjang 15-20 halaman kuarto spasi ganda, dilengkapi dengan abstrak tidak lebih dari 200 kata dan kata kunci. Artikel disertai dengan abstrak keseluruhan tulisan, ditulis naratif paling banyak 3 paragraf atau maksimal 1 halaman. 3. Judul artikel harus jelas, informatif tidak lebih dari 150 kata dan mengandung kata kunci. SURYA MEDIKA Metode penelitian, (5) Hasil penelitian dan pembahasan, (6) Kesimpulan, (7) Daftar pustaka. 6. Daftar Pustaka ditulis secara konsisten dengan menggunakan ketentuan penulisan Harvard. 7. Naskah yang tidak diterbitkan akan dikembalikan asalkan diberi perangko balasan secukupnya. Apabila diterbitkan penulis diberi nomor bukti sebanyak 1 eks. 8. Apabila dalam naskah terdapat gambar, grafik, tabel dan sebagainya, hendaknya disajikan secara proporsional, baik dan rapi. 4. Artikel dikirimkan dalam disket/ cd Microsoft Word dan print out-nya (rangkap dua). 9. Penunjukan sumber acuan isi artikel (baik dari buku maupun jurnal) harus jelas dan sesuai dengan dafter pustaka yang ada dalam artikel. 5. Format artikel mengikuti pola semacam: (1) Judul disertai penulis, (2) Abstrak, (3) Pendahuluan, (4) 10. Naskah yang diterima redaksi akan diterbitkan setelah melalui proses penyuntingan. 69