TERHADAP DAYA AWET TAHU

advertisement
JURNAL ILMU-ILMU KESEHATAN
SURYA MEDIKA
Volume 9. No. 1 Januari 2013
PENGARUH BERBAGAI KADAR INFUSA RIMPANG KUNYIT
(Curcuma domestica Val) TERHADAP DAYA AWET TAHU
Oleh :
Rina Widiastuti, Hery Setiyawan, Ismiyati, Surya Putra Pradana
ABSTRACT
Background: Tahu is a popular food in Indonesian society. High levels of protein and water
content couses out easily overgrown microbes, so tahu can only survive a maximum of 2 days after
production. Use of hazardous substance for preserving know there is also a one of them is the use
of formalin to extend the life of the product.
Objective: The purpose of this study was to determine the optimal levels of turmeric infusion to
inhibit the growth of microorganisms on the idea that can be applied as a natural preservatives that
is save.
Method: This study is a Posttest Only Control Group Design, infusion levels tested consisted of 15
%, 30 %, and 60 %. Each visible effect on growth of bacterial colonies on NA medium and fungi on
PDA. Colonies are counted and analyzed by one-way ANOVA test followed post hoc test.
Microbiological observations made with a microscope.
Result: The result showed that tahu still suitable for consumption until the third day of the addition
of Turmeric infuse with concentration of 30% and 60% in immersion of tahu.
Keywords: infusion of turmeric rhizome, know, bacteria, fungi
Pengajar POLTEKKES Bhakti Setya Indonesia, Yogyakarta
60
JURNAL ILMU-ILMU KESEHATAN
Volume 9. No. 1 Januari 2013
PENDAHULUAN
Tahu merupakan makanan yang
populer
di
masyarakat
Indonesia
walaupun asalnya dari Cina. Kandungan
protein tahu yang tinggi ini setara
mutunya dengan mutu protein hewani.
Tahu juga mengandung zat gizi yang
penting lainnya, seperti lemak, vitamin,
dan mineral dalam jumlah yang cukup
tinggi. Tingginya kadar protein dan kadar
air menyebabkan tahu mudah rusak
karena mudah ditumbuhi mikroba,
sehingga tahu hanya mampu bertahan
maksimal 2 hari setelah diproduksi.
Penggunaan bahan berbahaya untuk
mengawetkan produk pangan sampai
hari ini masih banyak dijumpai salah
satunya adalah penggunaan formalin
untuk memperpanjang umur produk.
Menurut Harmoni 2006 (dalam Apriliyanti
A, 2007), International Programme on
Chemical Safety menetapkan bahwa
batas toleransi formalin yang dapat
diterima dalam tubuh maksimum 0,1 mg
per liter. Hasilnya, 5 dari 6 pedagang
tahu yang diperiksa, terbukti menjual
tahu berformalin dengan kandungan
tinggi yakni, diatas 10 miligram/liter
(Irawan, 2011). Bahan pengawet alami
relatif
aman
dibandingkan
bahan
pengawet sintetis yang jika terjadi
ketidaksempurnaan
pada
proses
pencernaan dapat menyisakan zat-zat
yang berbahaya bagi kesehatan dan
kadang-kadang bersifat karsinogenik
(Winarno & Rahayu 1994).
Berdasarkan permasalahan di
atas,
perlunya
mengupayakan
mempertahankan
kesegaran
atau
kualitas tahu dengan penggunaan bahan
pengawet alami yang aman, mudah
penerapannya dan ekonomis. Untuk
menjaga kualitas produk salah satunya
adalah dengan menambahkan bahan
aditif berupa zat anti mikroba dalam
bentuk bahan alam, seperti kunyit. Kunyit
juga
mengandung
kurkumin
SURYA MEDIKA
yangmerupakan senyawa polifenol yang
dapat mengubah permeabilitas membran
sehingga
menyebabkan
kebocoran
nutrisi pada sel bakteri (Oomah, 2000).
Keistimewaan
menggunakan
kunyit sebagai pengawet pada tahu, dari
segi rasa, tahu rendaman kunyit akan
menghasilkan rasa lebih enak dari tahu
biasanya, dan tahu yang dihasilkan akan
berwarna kuning, karena masyarakat kini
cenderung menyukai tahu berwarna
kuning. Infus adalah sediaan cair yang
dibuat dengan menyari simplisia dengan
air pada suhu 90oC selama 15 menit.
Cara ini sangat sederhana dan sering
digunakan
pada
penyarian
obat
tradisional (Anonim, 1986).
Berdasarkan
latar
belakang
tersebut diatas, penelitian ini perlu
dilakukan untuk mengetahui kadar infus
kunyit yang optimal untuk menghambat
pertumbuhan mikroorganisme pada tahu
sehingga dapat diaplikasikan sebagai
bahan pengawet alami yang aman.
TUJUAN PENELITIAN
Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui kadar infus kunyit (Curcuma
domestica Val) yang optimal untuk
menghambat
pertumbuhan
mikroorganisme pada tahu sehingga
dapat diaplikasikan sebagai bahan
pengawet alami yang aman.
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian
eksperimental
ini
menggunakan desain Posttest Only
Control Group Design (Notoatmodjo,
2010) dengan variabel terikatnya adalah
daya awet tahu, dan variabel bebas
Infusa rimpang kunyit yang digunakan
untuk merendam tahu dengan kadar 15
%, 30% dan 60%. Masing-masing dilihat
pengaruhnya terhadap pertumbuhan
koloni bakteri pada media NA dan jamur
pada media PDA. Koloni dihitung dan
dianalisa dengan uji one-way anova
61
JURNAL ILMU-ILMU KESEHATAN
Volume 9. No. 1 Januari 2013
dilanjutkan Posthoc test. Pengamatan
mikrobiologi dilakukan dengan mikroskop
Sebelum dibuat infus, terlebih
dahulu dilakukan determinasi tanaman
kunyit untuk memastikan tanaman yang
digunakan
telah
sesuai
dengan
kepustakaan.Rimpang kunyit didapatkan
dari Pasar Beringharjo, rimpang kunyit
yang digunakan adalah rimpang pada
bagian empunya. Rimpang kunyit yang
didapat
kemudian
dirajang
dan
dikeringkan. Sedangkan tahu didapatkan
dari salah satu pabrik tahu di wilayah
Banguntapan, Bantul, Yogyakarta.
Rimpang kunyit segar yang
sudah dicuci bersih dan dipotong kecilkecil lalu dikeringkan dan dibuat serbuk.
Tambahkan serbuk rimpang kunyit
sesuai kadar yang diinginkan yaitu 15 gr
untuk 15%, 30 gr untuk 30% dan 60 gr
untuk 60%, lalu tambahkan 100 ml air
pada panci dengan air ekstrak sebanyak
2 kali dari bobot simplisia.Waktu 15
menit dimulai pada saat suhu perebusan
suhu mencapai 90oC. Setelah 15 menit,
angkat dan serkai selagi panas melalui
kain flanel, tambahkan air panas
secukupnya melalui ampas hingga
diperoleh volume yang dikehendaki.
Langkah
selanjutnya
adalah
perendaman tahu. Tahu dengan ukuran
5 x 5 x 1 cm direndam dalam 100 ml
infusa rimpang kunyit yang terdiri dari
kadar 15%, 30% dan 60%dalam kantong
plastik PE selama 45 menit, setiap kadar
infus dilakukan replikasi sebanyak 3 kali,
kemudian ambil tahu dari infusa rimpang
kunyit, lalu dikemas rapat dan disimpan
pada suhu kamar (15 - 30o C) dengan
tahu tanpa perendaman infusa kunyit
sebagai kontrol negatifnya. Selanjutnya
dilakukan uji pengaruh infusa rimpang
kunyit terhadap pertumbuhan koloni
bakteri dan jamur. Pengujian meliputi :
Pengamatan keadaan fisik tahu secara
organoleptis meliputi warna, aroma,
lendir, dan tekstur tahu. Pengamatan
SURYA MEDIKA
dilakukan pada hari ke-1, 3 dan 7 setelah
perendaman tahu. Pengamatan pada
hari ke-1, 3 dan 7 masing-masing jumlah
tahu yang digunakan adalah 12 buah,
terdiri dari 3 tahu kontrol negatif, 3 tahu
dengan infusa rimpang kunyit kadar
15%, 3 tahu dengan infusa rimpang
kunyit kadar 30%, 3 tahu dengan infusa
rimpang kunyit kadar 60%.
Isolasi bakteri dilakukan dengan
mengambil sampel tahu menggunakan
ose, sampel yang diambil lalu ditanam
pada media pepton cair, inkubasi 24 jam.
Setelah 24 jam, ambil 1 ose pepton cair
yang telah diinkubasi tadi kemudian
goreskan pada media NA di cawan petri.
Kemudian inkubasi 1 x 24 jam, jika
terdapat pertumbuhan pada media maka
dilanjutkan dengan pengecatan gram
sehingga
muncul
warna
yang
menunjukkan jenis gram bakteri untuk
kemudian diamati melalui mikroskop.
Pengumpulan
data
dapat
dilakukan dengan menggunakan tabel.
Data berupa daya awet tahu dan
evaluasi keadaan fisik tahu secara
organoleptis, serta data pengamatan
secara mikroskopi terhadap hasil isolasi
mikrobiologi
untuk
mengetahui
mikroorganisme
yang
tumbuh.
Selanjutnya dilakukan analisis data hasil
penelitian menggunakan Anava 1 Jalan,
untuk melihat perbedaan pengaruh lama
waktu perendaman dan pengaruh
berbagai kadar infusa rimpang kunyit
terhadap daya awet tahu.
HASIL PENELITIAN
Koloni bakteri dan jamur suatu
bahan sangat erat kaitannya dengan
keadaan sanitasi pada waktu tahu
tersebut diproduksi dan ditangani. Hal ini
terkait dengan kontaminasi mikroba yang
dapat mempengaruhinya. Perhitungan
koloni bakteri dan jamur pada tahu ini
dilakukan dengan melihat pertumbuhan
62
JURNAL ILMU-ILMU KESEHATAN
Volume 9. No. 1 Januari 2013
koloni bakteri dan jamur pada masing –
masing media.
Pengamatan
mikroskopik
terhadap pertumbuhan bakteri dilakukan
setelah
dilakukan pengecatan gram
pada sampel yang diambil pada
pertumbuhan bakteri pada media NA.
Hasil pengamatan secara mikroskopik
dan dapat dilihat pada gambar 1.
A
B
Gambar 1 Hasil Pengecatan Gram
Bakteri Per Bidang Pandang
Dari gambar 1 terlihat bakteri
yang tumbuh berupa bakteri gram positif
yang ditunjukkan dengan warna merah
(A) dan negatif yang ditunjukkan dengan
warna ungu (B) dengan pertumbuhan
yang didominasi oleh bakteri gram
negatif.
Pengamatan
terhadap
pertumbuhan jamur dilakukan setelah
sampel jamur yang diambil pada media
ditetesi lactofenol.Hasil
pengamatan
secara mikroskopik dan dapat dilihat
pada gambar 2.
1
2
Keterangan :
1 = Sporangium
2 = Sporangiophore
Gambar 2 Hasil Pengamatan
Mikroskopis Jamur Per Bidang Pandang
SURYA MEDIKA
Sebelum dilakukan penghitungan
koloni bakteri dan jamur juga dilakukan
pula pengujian secara organoleptis
dengan melihat perubahan tekstur,
warna dan bau pada tahu yang diuji. Uji
organoleptis menunjukkan peningkatan
kadar infusa rimpang kunyit berpengaruh
terhadap kualitas organoleptis pada
tahu. Hal ini diduga karena peningkatan
kadar infusa rimpang kunyit dapat
menurunkan jumlah bakteri dan jamur
pada tahu seperti yang dapat dilihat
pada tabel 1 dan 2.Tahu yang diawetkan
menggunakan infusa rimpang kunyit
selama satu hari masih mempunyai
penampilan fisik yang bagus dari segi
tekstur. Bau tahu mengalami sedikit
perubahan, tahu menjadi berbau kunyit
yang begitu khas. Sedangkan untuk tahu
yang disimpan selama tiga hari, tekstur
dari tahu tersebut
menjadi mudah
hancur. Warna tahu tidak mengalami
perubahan selama penyimpanan, tahu
tetap berwarna kuning. Dari segi bau,
tahu yang disimpan selama tiga hari
masih mempunyai bau khas kunyit tetapi
jika dibau secara seksama akan terhirup
bau yang sedikit asam. Dan untuk tahu
yang disimpan selama 7 hari tekstur tahu
sudah banyak mengalami perubahan,
tahu menjadi lembek, warna tahu
berubah menjadi kuning tetapi lebih
pudar, terkadang ditemukan bercak
berwarna putih yang diduga bercak
tersebut adalah pertumbuhan dari jamur
dan berbau asam.
Hasil penanaman sampel tahu
pada media pertumbuhan bakteri dan
jamur, dapat dihitung jumlah koloni yang
timbul pada kedua media tersebut yang
dapat dilihat pada tabel 1 dan 2.
63
JURNAL ILMU-ILMU KESEHATAN
SURYA MEDIKA
Volume 9. No. 1 Januari 2013
Tabel 1 Hasil Perhitungan Koloni Bakteri
Hari
Jumlah Koloni Bakteri
Kontrol
Negatif
1
Rata-rata
3
Rata-rata
7
Rata-rata
57
49
53
53
75
69
84
76
128
124
138
130
Dari tabel 1 dapat dilihat jumlah
koloni bakteri yang timbul pada media
NAyang
timbul
bervariasi
dan
dipengaruhi oleh adanya perbedaan
kadar infusa
rimpang kunyit yang
digunakan dan perbedaan waktu simpan.
Pada tahu yang disimpan selama satu
hari memiliki rentang rata–rata jumlah
koloni sebanyak 25 – 34, semakin tinggi
Kadar Infusa Rimpang
Kunyit
15%
30%
60%
22
24
32
43
35
20
37
27
23
34
28.67
25
53
59
28
58
57
24
53
52
30
54.67
56
27.3
70
57
48
64
64
65
80
69
58
71.3
63.3
57
kadar yang digunakan maka jumlah
koloni bakteri yang timbul semakin
sedikit. Untuk tahu yang disimpan
selama 3 hari memiliki rentang rata-rata
jumlah koloni sebanyak 27 – 56. Dan
untuk tahu yang disimpan selama 7 hari
memiliki rentang rata-rata jumlah koloni
sebanyak 57 – 71. Pada perhitungan
jumlah koloni jamur pada media PDA
dapat dilihat pada tabel 2.
Tabel 2 Hasil Perhitungan Koloni Jamur
Hari
1
Rata-rata
3
Rata-rata
7
Ratarata
Jumlah Koloni Jamur
Kontrol
Kadar Infusa Rimpang
Negatif
Kunyit
15%
30%
60%
48
24
29
12
50
32
32
11
43
37
44
20
47
31
35
14.3
69
66
38
23
74
56
27
33
76
62
42
27
73
61.3
35.67
27.67
120
89
57
44
124
77
51
30
110
114
72
29
118
93.3
60
34.3
Tabel 2 menunjukkan jumlah
koloni jamur yang timbul pada media
PDA. Tahu yang disimpan selama 1 hari
memiliki rentang rata-rata jumlah koloni
64
JURNAL ILMU-ILMU KESEHATAN
SURYA MEDIKA
Volume 9. No. 1 Januari 2013
jamur sebanyak 14 – 35. Untuk tahu
yang disimpan selama 3 hari memiliki
rentang rata-rata jumlah koloni jamur
sebanyak 27 – 61. Dan untuk tahu yang
disimpan selama 7 hari memiliki rentang
rata-rata jumlah koloni jamur sebanyak
34 – 93. Selanjutnya, untuk melihat
adanya perbedaan jumlah koloni yang
timbul antar perlakuan dilihat dengan
analisa statistik one-way Anova. Hasil uji
one way anova dapat dilihat pada tabel 3
dan 4.
Tabel 3 Hasil Uji Post Hoc LSD pada One-Way Anova Terhadap Jumlah Koloni
Bakteri
Hari
1
3
7
Perbandingan
Sig.
p-value
15% terhadap 30%
0.387
15% terhadap 60%
0.162
15%terhadap kontrol
negatif
30% terhadap 60%
0.012
30% terhadap kontrol
negatif
60% terhadap kontrol
negatif
15% terhadap 30%
0.003
15% terhadap 60%
0.000
15%terhadap kontrol
negatif
30% terhadap 60%
0.001
30% terhadap kontrol
negatif
60% terhadap kontrol
negatif
15% terhadap 30%
0.001
15% terhadap 60%
0.048
15%terhadap kontrol
negatif
30% terhadap 60%
0.000
30% terhadap kontrol
negatif
60% terhadap kontrol
negatif
0.000
p-value
(0.05)
p-value
(0.05)
p-value
(0.05)
p-value
(0.05)
p-value
(0.05)
p-value
(0.05)
p-value
(0.05)
p-value
(0.05)
p-value
(0.05)
p-value
(0.05)
p-value
(0.05)
p-value
(0.05)
p-value
(0.05)
p-value
(0.05)
p-value
(0.05)
p-value
(0.05)
p-value
(0.05)
p-value
(0.05)
0.547
0.001
0.736
0.000
0.000
0.229
0.333
0.000
Kebermaknaan
Tidak Bermakna
Tidak Bermakna
Berbeda
Bermakna
Tidak Bermakna
Berbeda
Bermakna
Berbeda
Bermakna
Tidak Bermakna
Berbeda
Bermakna
Berbeda
Bermakna
Berbeda
Bermakna
Berbeda
Bermakna
Berbeda
Bermakna
Tidak Bermakna
Berbeda
Bermakna
Berbeda
Bermakna
Tidak Bermakna
Berbeda
Bermakna
Berbeda
Bermakna
65
JURNAL ILMU-ILMU KESEHATAN
SURYA MEDIKA
Volume 9. No. 1 Januari 2013
Tabel 4 Hasil Uji Post Hoc LSD pada One-Way Anova Terhadap Jumlah Koloni
Jamur
Hari
1
3
7
Sig.
p-value
15% terhadap 30%
Perbandingan
0.437
15% terhadap 60%
0.009
15%terhadap kontrol
negatif
30% terhadap 60%
0.011
30% terhadap kontrol
negatif
60% terhadap kontrol
negatif
15% terhadap 30%
0.040
15% terhadap 60%
0.000
15%terhadap kontrol
negatif
30% terhadap 60%
0.033
30% terhadap kontrol
negatif
60% terhadap kontrol
negatif
15% terhadap 30%
0.000
15% terhadap 60%
0.000
15%terhadap kontrol
negatif
30% terhadap 60%
0.038
30% terhadap kontrol
negatif
60% terhadap kontrol
negatif
0.000
p-value
(0.05)
p-value
(0.05)
p-value
(0.05)
p-value
(0.05)
p-value
(0.05)
p-value
(0.05)
p-value
(0.05)
p-value
(0.05)
p-value
(0.05)
p-value
(0.05)
p-value
(0.05)
p-value
(0.05)
p-value
(0.05)
p-value
(0.05)
p-value
(0.05)
p-value
(0.05)
p-value
(0.05)
p-value
(0.05)
0.003
0.000
0.000
0.116
0.000
0.010
0.033
0.000
Kebermaknaan
Tidak Bermakna
Berbeda
Bermakna
Berbeda
Bermakna
Berbeda
Bermakna
Berbeda
Bermakna
Berbeda
Bermakna
Berbeda
Bermakna
Berbeda
Bermakna
Berbeda
Bermakna
Tidak Bermakna
Berbeda
Bermakna
Berbeda
Bermakna
Berbeda
Bermakna
Berbeda
Bermakna
Berbeda
Bermakna
Berbeda
Bermakna
Berbeda
Bermakna
Berbeda
Bermakna
66
Hasil uji LSD dengan variabel jumlah
koloni jamur pada hari pertama
menunjukkan bahwa perbandingan kadar
60% dengan kadar 15%, 30% dan
kontrol negatif secara berturut-turut
memiliki siginifikasi 0,009; 0,003; dan
0,00< p-value (0,05), maka kadar 60%
berbeda signifikan dengan kadar 15%,
30% dan kontrol negatif. Di hari yang
sama, perbandingan kontrol negatif
dengan kadar 15%, 30%, dan 60%
secara berturut memiliki siginifikasi
0,011; 0,040; dan 0,00< p-value (0,05),
maka kontrol negatif berbeda signifikan
dengan kadar 15%, 30% dan 60%.
Pada hari ketiga menunjukkan
perbandingan kadar 60% dengan kadar
15% dan kontrol negatif memiliki
siginifikasi 0,00 < p-value (0,05), maka
kadar 60% berbeda signifikan dengan
kadar 15% dan kontrol negatif,
sedangkan pada perbandingan kontrol
negatif dengan kadar 15%, 30%, dan
60% secara berturut memiliki siginifikasi
0,033; 0,000; dan 0,00< p-value (0,05),
maka kontrol negatif berbeda signifikan
dengan kadar 15%, 30% dan 60%. Dan
pada hari ketujuh semua perbandingan
kadar dan kontrol negatif menunjukkan
adanya perbedaan signifikan.
Untuk melihat perbedaan umur
simpan tahu dilakukan pengujian statistik
one way anova dengan hasil : Pengujian
statistik pada kadar infusa rimpang kunyit
30% pada media PDA didapatkan hasil,
koloni jamur pada hari pertama dan
ketiga tidak berbeda signifikan karena pvalue (0,05) < 0,93 pada perbandingan
hari pertama dan ketiga. Dan keduanya
berbeda signifikan terhadap hari ketujuh
signifikasi hari pertama dan ketiga
secara berturut-turut adalah 0,014 dan
0,016; maka umur simpan tahu pada
kadar 30% mencapai 3 hari. Pada kadar
60% media PDA, dibandingkan koloni
jamur hari pertama terhadap hari ketiga
dan ketujuh dengan hasil signifikasi
berturut-turut 0,042 dan 0,008< p-value
(0,05); maka terdapat perbedaan yg
signifikan antara hari pertama terhadap
hari ketiga dan ketujuh, sedangkan
perbandingan hari ketiga dan ketujuh
tidak
berbeda
bermakna
karena
signifikasi 0,244 > p-value (0,05). Maka
umur simpan tahu dapat mencapai 7
hari.
Pada kadar 30% media NA,
dibandingkan koloni bakteri hari pertama
terhadap hari ketiga dan ketujuh dengan
hasil signifikasi berturut-turut 0,001 dan
0,000 < p-value (0,05); maka terdapat
perbedaan yang signifikan antara hari
pertama terhadap hari ketiga dan
ketujuh, sedangkan perbandingan hari
ketiga dan ketujuh tidak berbeda
bermakna karena signifikasi 0,136 > pvalue (0,05). Maka umur simpan tahu
dapat mencapai 7 hari. Pengujian
statistik pada kadar infusa rimpang kunyit
60% pada media NA didapatkan hasil,
koloni bakteri pada hari pertama dan
ketiga tidak berbeda signifikan karena pvalue (0,05) < 0,669 pada perbandingan
hari pertama dan ketiga. Dan keduanya
berbeda signifikan terhadap hari ketujuh,
signifikasi hari pertama dan ketiga
adalah 0,001; maka umur simpan tahu
pada kadar 60% mencapai 3 hari
Berdasarkan hasil statistik diatas,
kadar infusa rimpang kunyit 30% pada
media PDA memiliki umur simpan hingga
3 hari dan pada media NA mencapai 7
hari, Sedangkan kadar infusa rimpang
kunyit 60% pada media PDA memiliki
umur simpan sampai 7 hari dan pada
media NA memiliki umur simpan 3 hari.
Tetapi berdasarkan hasil organoleptis
dapat dilihat tahu yang masih layak
dikonsumsi hanya mencapai hari ketiga.
Adanya penurunan jumlah koloni
bakteri dan jamur pada tahu tanpa infusa
rimpang kunyit dengan tahu yang
direndam
infusa
rimpang
kunyit
menunjukkan infusa rimpang kunyit
JURNAL ILMU-ILMU KESEHATAN
Volume 9. No. 1 Januari 2013
berpengaruh terhadap umur simpan
tahu, penambahan infusa rimpang kunyit
dapat menambah umur simpan tahu
selama 3 hari. Kunyit memiliki zat aktif
berupa kurkumin yang merupakan
senyawa polifenol yang dapat mengubah
permeabilitas
membran
sehingga
menyebabkan kebocoran nutrisi pada sel
bakteri (Oomah, 2000). Hal ini yang
diduga mengakibatkan koloni bakteri dan
jamur berkurang.Adanya penurunan
jumlah koloni bakteri dan jamur pada
tahu yang direndam infusa rimpang
kunyit menunjukkan infusa rimpang
kunyit berpengaruh terhadap umur
simpan tahu, Penambahan infusa
rimpang kunyit dapat menambah umur
simpan tahu selama 3 hari. Kunyit
memiliki zat aktif berupa kurkumin yang
merupakan senyawa polifenol yang
dapat mengubah permeabilitas membran
sehingga
menyebabkan
kebocoran
nutrisi pada sel bakteri (Oomah, 2000).
Hal ini yang diduga mengakibatkan
koloni bakteri dan jamur berkurang.
SURYA MEDIKA
Irawan,2011,
http://beritanda.com/nusantara/kol
om-nusantara/sumateraselatan/2031-tahu-berformalindipasaran-masih-beredar.html
[diakses 21 Januari 2014]
Oomah, B. Dave,
Botanicals,
Pennsylvania
2000,
and
Herbs,
Teas,
Winarno, F.G., dan T.S. Rahayu, 1994.
Bahan Tambahan Makanan untuk
Makanan
dan
Kontaminan.
Pustaka Sinar Harapan, Jakarta.
KESIMPULAN
Penambahan infusa rimpang
kunyit (Curcumae Domesticae Rhizoma)
kadar 15%, 30% dan 60% memberikan
pengaruh pada kualitas organoleptis
serta daya awet tahu.Infusa rimpang
kunyit (Curcumae Domesticae Rhizoma)
dengan kadar30% dan 60% memberikan
daya awet tahu selama 3 hari.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim,
1986,
Sediaan
Galenik,
Direktorat Jendral Pengawasan
Obat dan Makanan Indonesia,
Jakarta
Apriliyanti, Ayudiah et al, 2007, Studi
Kasus Penggunaan Formalin
Pada Tahu Takwa Di Kotamadya
Kediri, Malang
68
JURNAL ILMU-ILMU KESEHATAN
Volume 9. No. 1 Januari 2013
Petunjuk Penyumbang Artikel
1. Artikel merupakan hasil penelitian,
kajian teoritis, konsep dasar bidang
kesehatan
yang
belum
dipublikasikan.
2. Artikel ditulis dengan bahasa
Indonesia/ Inggris baku sepanjang
15-20 halaman kuarto spasi ganda,
dilengkapi dengan abstrak
tidak
lebih dari 200 kata dan kata kunci.
Artikel disertai dengan abstrak
keseluruhan tulisan, ditulis naratif
paling banyak 3 paragraf atau
maksimal 1 halaman.
3. Judul artikel harus jelas, informatif
tidak lebih dari 150 kata dan
mengandung kata kunci.
SURYA MEDIKA
Metode
penelitian,
(5)
Hasil
penelitian dan pembahasan, (6)
Kesimpulan, (7) Daftar pustaka.
6. Daftar
Pustaka ditulis secara
konsisten dengan menggunakan
ketentuan penulisan Harvard.
7. Naskah yang tidak diterbitkan akan
dikembalikan
asalkan
diberi
perangko
balasan
secukupnya.
Apabila diterbitkan penulis diberi
nomor bukti sebanyak 1 eks.
8. Apabila dalam naskah terdapat
gambar,
grafik,
tabel
dan
sebagainya, hendaknya disajikan
secara proporsional, baik dan rapi.
4. Artikel dikirimkan dalam disket/ cd
Microsoft Word dan print out-nya
(rangkap dua).
9. Penunjukan sumber acuan isi artikel
(baik dari buku maupun jurnal) harus
jelas dan sesuai dengan dafter
pustaka yang ada dalam artikel.
5. Format artikel mengikuti pola
semacam: (1) Judul disertai penulis,
(2) Abstrak, (3) Pendahuluan, (4)
10. Naskah yang diterima redaksi akan
diterbitkan setelah melalui proses
penyuntingan.
69
Download