defri herianka - IPB Repository

advertisement
ANALISIS PEMENUHAN KLAUSUL INTEGRATED MANAGEMENT
SYSTEM DI PT TIRTA INVESTAMA PLANT CIHERANG
DEFRI HERIANKA
DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul “Analisis Pemenuhan
Klausul Integrated Management System di PT Tirta Investama Plant Ciherang”
adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum
diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Juli 2013
Defri Herianka
NIM F24090087
ABSTRAK
DEFRI HERIANKA. Analisis Pemenuhan Klausul Integrated Management
System di PT Tirta Investama Plant Ciherang. Dibimbing oleh DIAS INDRASTI
dan TJAHJA MUHANDRI.
Integrated Management System (IMS) merupakan satu sistem manajemen
yang terdiri dari beberapa sistem yang diterapkan secara bersamaan. Tujuan
kegiatan magang ini adalah mengidentifikasi sistem yang diintegrasikan tersebut
dan pemenuhan klausulnya di PT Tirta Investama Plant Ciherang. Kegiatan ini
diawali dengan melakukan kajian terhadap sistem dan dokumen yang
diintegrasikan. Analisis pemenuhan klausul dilakukan melalui kegiatan pra audit
internal, yaitu kegiatan untuk mengevaluasi kesesuaian dokumen terhadap
persyaratan klausul sistem. Pengintegrasian sistem di PT Tirta Investama Plant
Ciherang terdiri dari Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008, Sistem
Manajemen Keamanan Pangan FSSC 22000, dan Sistem Manajemen Lingkungan
ISO 14001:2004. Hasil pra audit internal menunjukkan bahwa dari total 124
klausul IMS ditemukan temuan kesesuaian mencapai 88%, temuan
ketidaksesuaian mayor 1%, temuan ketidaksesuaian minor 10%, dan temuan
observasi 1%. Dari setiap temuan ketidaksesuaian maupun temuan observasi
tersebut, selanjutnya dilakukan tindakan perbaikan dan pencegahan.
Kata Kunci: Integrated Management System, ISO 9001, FSSC 22000, ISO 14001
DEFRI HERIANKA. Fulfillment Analysis of Integrated Management System
Clauses at PT Tirta Investama Plant Ciherang. Supervised by DIAS INDRASTI
and TJAHJA MUHANDRI.
Integrated Management System (IMS) is a management system consists of
some management systems which implemented simultaneously. The objectives of
the internship were to identify the integrated system and fulfillment of the IMS
clauses in PT Tirta Investama Plant Ciherang. The data were collected by IMS
documents review. Fulfillment of the IMS clauses was conducted through pre
audit internal to evaluate the documents’ compliance. IMS applied in PT Tirta
Investama Plant Ciherang consists of Quality Management System ISO
9001:2008, Food Safety Management System FSSC 22000, and Environmental
Management System ISO 14001:2004. The results of pre audit internal showed
that from 124 IMS clauses, it was found that 88% of documents were complied
with the system, 1% categorized as major incompliance, 10% minor
incompliance, and 1% observation. The corrective and preventive actions were
determined afterward for each incompliance and observation.
Keywords: Integrated Management System, ISO 9001, FSSC 22000, ISO 14001
ANALISIS PEMENUHAN KLAUSUL INTEGRATED MANAGEMENT
SYSTEM DI PT TIRTA INVESTAMA PLANT CIHERANG
DEFRI HERIANKA
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Teknologi Pertanian
pada
Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan
DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PANGAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013
Judul Skripsi : Analisis Pemenuhan Klausullntegrated Management System di
PT Tirta Investama Plant Ciherang
Nama
Defri Herianka
F24090087
NIM
Disetujui oleh,
- Dias Indrasti, STP, MSc
Pembimbing I
Tanggal Lulus:
rD 1 AUG_
Dr. Tjahja Muhandri, STP, MT
Pembimbing II
Judul Skripsi : Analisis Pemenuhan Klausul Integrated Management System di
PT Tirta Investama Plant Ciherang
Nama
: Defri Herianka
NIM
: F24090087
Disetujui oleh,
Dias Indrasti, STP, MSc
Pembimbing I
Dr. Tjahja Muhandri, STP, MT
Pembimbing II
Diketahui oleh
Dr. Ir. Feri Kusnandar, MSc
Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam magang ialah Integrated Management System, dengan judul Analisis
Pemenuhan Klausul Integrated Management System di PT Tirta Investama Plant
Ciherang.
Penulis telah mendapatkan bimbingan, bantuan, serta dorongan dari
berbagai pihak dalam penulisan skripsi, sehingga pada kesempatan ini penulis
ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada :
1. Ibu Dias Indrasti, STP, MSc dan Bapak Dr.Tjahja Muhandri, STP,
MT selaku dosen pembimbing yang telah memberikan masukan
pada penyelesaian tugas akhir ini.
2. Ibu Bhiska Satkandrika, STP selaku pembimbing lapang yang telah
memberikan bimbingan dan arahan selama proses magang di PT
Tirta Investama Plant Ciherang.
3. Bapak Triadi Lesmono, MSi serta seluruh staff di PT Tirta
Investama Plant Ciherang.
4. Tim Premysis Consulting yang bertugas di PT Tirta Investama Plant
Ciherang.
5. Ibu Ika Kartika dan Bapak Heri Suherman serta adikku Bili Erianka
yang selalu memberikan dorongan, doa, serta motivasi kepada
penulis.
6. Seluruh keluarga besar penulis yang selalu memotivasi dan
mendoakan penulis.
7. Gema Noer Muhammad, Taufan Akbar, Faisal Hairu Balyak, Brata
Abdalla, Adela Theda Soemantry serta semua teman-teman ITP 46.
8. Proyek musik Joyful Summer yang telah memberikan motivasi dan
dorongan bagi penulis untuk terus belajar dan berkarya.
9. Sharah Gita Kalila Lubis yang selalu memberikan masukan dan
saran bagi penulis agar selalu berusaha untuk mendapatkan apa yang
dicita-citakan.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Juli 2013
Defri Herianka
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
viii
PENDAHULUAN
1 Latar Belakang
1 Tujuan Magang
1 Ruang Lingkup Magang
1 METODE
2 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Magang
2 Prosedur Kerja
2 HASIL DAN PEMBAHASAN
3 Integrated Management System (IMS)
3 Implementasi Dokumen IMS
5 Review Implementasi Dokumen
7 SIMPULAN DAN SARAN
11 Simpulan
11 Saran
12 DAFTAR PUSTAKA
12 RIWAYAT HIDUP
15 DAFTAR GAMBAR
1.
2.
3.
4.
Diagram Alir Prosedur Kerja Kegiatan Magang
Piramida Empat Level Dokumen
Diagram Hasil Pra Audit Internal
Diagram Hubungan Tindakan Perbaikan dan Pencegahan
3
5
8
8
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Integrated Management System (IMS) merupakan Sistem Manajemen
Lingkungan ISO 14001 ditambah paling tidak satu sistem manajemen lainnya
(Whitelaw 2004). Muhandri et al (2012) mengatakan bahwa sistem yang
terintegrasi terdiri dari satu sistem yang mencakup semua persyaratan sistem yang
diintegrasikan. Keuntungan yang akan didapat perusahaan dengan menerapkan
IMS adalah mempermudah pemeliharaan dokumen serta mencegah pengulangan
dan duplikasi dokumen. IMS pula dapat mempermudah perusahaan untuk
melakukan perbaikan berkelanjutan dan mengurangi biaya yang dikeluarkan oleh
perusahaan terkait dengan efisiensi waktu manajemen.
Bentuk komitmen perusahaan dalam menjalankan IMS adalah dengan
melakukan audit yang dilakukan oleh lembaga sertifikasi. Kegiatan sertifikasi
dilakukan untuk mendapatkan bukti jika perusahaan telah menerapkan IMS dalam
proses bisnisnya.
Sebelum lembaga sertifikasi mengeluarkan sertifikat, perusahaan perlu
melakukan beberapa kegiatan untuk mendukung proses sertifikasi agar berjalan
tepat waktu dan sesuai dengan harapan. Kegiatan-kegiatan tersebut adalah audit
internal dan audit eksternal. Audit internal merupakan kegiatan untuk
mengevaluasi sistem perusahaan yang dilakukan oleh auditor internal perusahaan.
Sedangkan audit eksternal dilakukan oleh auditor dari lembaga sertifikasi.
Pelaksanaan audit eksternal memerlukan biaya yang tidak sedikit dan memerlukan
beberapa kali audit. Jika perusahaan telah siap dengan sistem IMS, maka audit
eksternal dapat diminimalkan.
Analisis pemenuhan klausul IMS dilakukan agar mengetahui sudah sejauh
mana pemenuhan klausul IMS telah dilaksanakan sebelum menghadapi audit
internal dan audit eksternal. Analisis pemenuhan klausul ini dilakukan dengan
menganalisis pemenuhan dokumen terhadap persyaratan klausul IMS. Kesesuaian
dokumen terhadap persyaratan klausul IMS dilakukan dengan mengkaji dokumen
IMS serta melakukan tindakan perbaikan dan pencegahan terhadap setiap temuan
ketidaksesuaian atau temuan observasi klausul sistem. Hasil dari kegiatan magang
ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan bagi perusahaan sebelum mengajukan
sertifikasi.
Tujuan Magang
Tujuan magang ialah mengidentifikasi penerapan IMS dan pemenuhan
klausul-klausul sistem yang diintegrasikan.
Ruang Lingkup Magang
Ruang lingkup magang ini dibatasi pada pengidentifikasian sistem
dokumentasi IMS dan pemenuhan klausul sistem yang diintegrasikan di PT Tirta
Investama Plant Ciherang (PT TIV – Ciherang) sebelum dilakukannya audit
internal.
2
METODE
Waktu dan Tempat Pelaksanaan Magang
Kegiatan magang dilakukan dari bulan Februari hingga Juni 2013 di
Departemen System and Performance PT TIV – Ciherang yang beralamat di Jl.
Raya Mayjen HE Sukma Km.15 Kecamatan Caringin – Bogor.
Prosedur Kerja
Kajian dokumen diawali dengan mengidentifikasi sistem yang
diintegrasikan oleh perusahaan. Setelah itu kajian dokumen dilanjutkan dengan
mengidentifikasi bentuk sistem dokumentasi dan pengendalian dokumen IMS
perusahaan, serta ikut dalam membuat dan melengkapi dokumen IMS perusahaan.
Audit internal merupakan kegiatan yang dilakukan perusahaan untuk
mengevaluasi sejauh mana kepatuhan atau pemenuhan perusahaan terhadap
persyaratan dan menilai efektifitas sistem manajemen perusahaan. Pra audit
internal merupakan persiapan yang dilakukan untuk menghadapi audit internal.
Kegiatan pra audit internal dilakukan dengan menyiapkan dokumen yang
diperyaratkan oleh setiap klausul sistem.
Hasil pra audit internal adalah temuan kesesuaian dokumen,
ketidaksesuaian dokumen, dan observasi. Dokumen IMS dikatakan telah sesuai
apabila dokumen tersebut telah tersedia dan sesuai dengan persyaratan klausul
sistem. Dokumen IMS yang masih belum tersedia ataupun belum memenuhi
persyaratan klausul sistem, selanjutnya dikategorikan menjadi ketidaksesuaian
mayor, ketidaksesuaian minor, dan observasi.
Temuan ketidaksesuaian mayor diperoleh apabila ada klausul dalam ISO
yang tidak dipenuhi, temuan ini sangat mempengaruhi efektivitas sistem. Temuan
ketidaksesuaian minor diperoleh apabila klausul-klausul sudah terpenuhi hanya
saja pelaksanaannya tidak berjalan efektif. Sedangkan temuan observasi adalah
temuan yang tidak berpengaruh terhadap efektivitas sistem, namun berpotensi
menimbulkan ketidaksesuaian. Karenanya temuan ini dijadikan sebagai saran
untuk peningkatan.
Setiap temuan ketidaksesuaian dan observasi perlu penanganan lebih
lanjut yaitu dengan menetapkan tindakan perbaikan dan pencegahan. Tindakan
perbaikan dan pencegahan ini dilakukan untuk menghilangkan setiap temuan
ketidaksesuaian dan observasi.
Analisis data kuantitatif dilakukan untuk mengetahui sudah sejauh mana
pemenuhan klausul IMS perusahaan terpenuhi. Hal ini dilihat dari pemenuhan
dokumen terhadap persyaratan klausul sistem. Analisis ini dilakukan dengan
menghitung setiap dokumen IMS yang telah sesuai dengan persyaratan klausul
sistem dibandingkan dengan jumlah klausul pada ketiga sistem yang
diintegrasikan. Secara lebih jelas prosedur kerja magang dapat dilihat pada
Gambar 1.
3
Mulai
Kajian Dokumen TIDAK
Pre Audit Internal YA
Ketidaksesuaian Mayor
Ketidaksesuaian Minor
Observasi Analisis Pemenuhan Klausul
Selesai Tindakan Perbaikan dan Pencegahan Gambar 1. Prosedur Kerja Kegiatan Magang
HASIL DAN PEMBAHASAN
Integrated Management System (IMS)
Standar merupakan dokumen yang memberikan persyaratan, spesifikasi,
ataupun pedoman untuk dapat digunakan secara konsisten (ISO 2013). Badan
Standardisasi Nasional (BSN) merupakan satu-satunya badan yang
mengembangkan kegiatan di bidang standardisasi nasional Indonesia (BSN 2013).
Produk standar yang ditetapkan dan dirumuskan oleh BSN adalah Standar
Nasional Indonesia (SNI) yang hanya berlaku di nasional Indonesia (SNI 2013).
Sedangkan standar yang diakui secara internasional salah satunya adalah standar
yang ditetapkan oleh International Organization for Standardization (ISO),
sebuah lembaga non profit untuk standardisasi internasional. Muhandri et al
(2012) menyebutkan bahwa keuntungan yang didapat perusahaan dengan adanya
standar adalah memperbaiki mutu produk, mencegah dan menghilangkan
hambatan perdagangan, meningkatkan daerah penjualan produk, dan
memudahkan terjadinya kerjasama ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK).
PT TIV – Ciherang merupakan salah satu perusahaan Air Minum Dalam
Kemasan (AMDK) yang berkomitmen untuk menghasilkan produk bermutu,
aman dikonsumsi dan ramah lingkungan. Komitmen ini dibuktikan perusahaan
dengan menerapkan standar internasional ISO. Standar internasional ISO ini
berupa sistem yaitu Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008, Sistem Manajemen
Keamanan Pangan FSSC 22000 dan Sistem Manajemen Lingkungan ISO
14001:2004. Ketiga sistem tersebut diterapkan perusahaan secara terintegrasi.
Produk yang bermutu memiliki arti bahwa produk tersebut sesuai dengan
apa yang telah dipersyaratkan. ISO 9000 mendefinisikan mutu sebagai derajat dari
serangkaian karakteristik produk atau jasa yang memenuhi kebutuhan atau
harapan yang dinyatakan (CSA 2001). Komitmen PT TIV – Ciherang untuk
menghasilkan produk yang bermutu diwujudkan dengan menerapkan Sistem
Manajemen Mutu ISO 9001:2008. ISO 9001:2008 merupakan bagian dari sistem
4
manajemen mutu yang memberikan keyakinan bahwa produk yang dihasilkan
telah memenuhi persyaratan mutu. Klausul di Sistem Manajemen Mutu ISO
9001:2008 terdiri dari 8 klausul, namun yang menjadi persyaratan hanya
mencakup 5 klausul utama. Klausul-klausul tersebut yaitu klausul 4.0 (Sistem
Manajemen Mutu), 5.0 (Tanggung Jawab Manajemen), 6.0 (Manajemen
Sumberdaya), 7.0 (Realisasi Produk), dan 8.0 (Pengukuran, Analisis, dan
Perbaikan). Persyaratan tersebut diwujudkan perusahaan dalam bentuk dokumen
dan rekaman.
Selain berkomitmen untuk menghasilkan produk bermutu, resiko bahaya
keamanan pangan yang selalu ada sepanjang rantai pangan harus dikendalikan.
Bentuk pengendalian ini adalah dengan menerapkan Sistem Manajemen
Keamanan Pangan FSSC 22000. FSSC 22000 merupakan gabungan antara ISO
22000:2005 dan ISO/TS 22002-1 (FSSC 2013). ISO 22000:2005 menetapkan
persyaratan-persyaratan dasar untuk sebuah sistem manajemen keamanan pangan,
yang mengkombinasikan unsur-unsur kunci untuk menjamin keamanan pangan.
Unsur-unsur kunci tersebut adalah komunikasi interaktif, sistem manajemen,
prerequisite program (program prasyarat/kelayakan dasar), dan prinsip-prinsip
HACCP.
Prerequisite program (PRP) yang ada dalam klausul 7.2 ISO 22000 dinilai
tidak begitu rinci dan spesifik. Karenanya PT TIV – Ciherang menilai perlu
penerapan PRP yang lebih rinci dan spesifik. PRP yang lebih rinci dan spesifik
dijelaskan lebih dalam di ISO/TS 22002-1. ISO/TS 22002-1 merupakan
pengembangan dari PAS 220:2008 yang dipersiapkan oleh British Standard
Institution (BSI) dan 4 perusahaan multinasional, salah satunya adalah Danone.
Pengembangan PAS 220:2008 sendiri dilakukan oleh International Organization
for Standardization (ISO) sehingga PAS 220:2008 berganti menjadi ISO/TS
22002-1. Pada dasarnya isi yang terkandung dalam PAS 220:2008 maupun
ISO/TS 22002-1 adalah sama yaitu mencakup 18 klausul mengenai PRP yang
merupakan kumpulan aktivitas yang harus ada sebelum program HACCP
diterapkan. Klausul pada sistem manajemen keamanan pangan terdiri dari 8
klausul, namun yang menjadi persyaratan hanya mencakup 5 klausul utama.
Klausul-klausul tersebut yaitu klausul 4.0 (Sistem Manajemen Keamanan
pangan), 5.0 (Tanggung Jawab Manajemen), 6.0 (Manajemen Sumberdaya), 7.0
(Perencanaan dan realisasi produk), dan 8.0 (Validasi, Verifikasi dan Peningkatan
Sistem Manajemen Keamanan Pangan).
Komitmen PT TIV – Ciherang untuk menghasilkan produk yang bermutu
dan aman dikonsumsi perlu didukung dengan proses yang ramah terhadap
lingkungan. Salah satu cara pengendalian proses agar ramah lingkungan adalah
dengan menerapkan ISO 14001:2004. ISO 14001:2004 merupakan sistem
manajemen lingkungan yang dapat diterima secara internasional. Sistem
manajemen lingkungan ini berfokus pada dampak penting lingkungan dan kinerja
lingkungan, pencegahan polusi, pemenuhan peraturan, persyaratan dan evaluasi
pemenuhannya, serta perbaikan berkelanjutan. Klausul pada sistem manajemen
lingkungan ini terdiri dari 1 klausul utama dengan beberapa anak klausul.
Klausul-klausul yang harus dipenuhi yaitu klausul 4.2 (Kebijakan Lingkungan),
4.3 (Perencanaan), 4.4 (Penerapan dan Operasi), 4.5 (Pemeriksaan), dan 4.6
(Tinjauan Manajemen).
5
Pada dasarnya sistem yang terdapat dalam IMS berbeda, namun terdapat
beberapa klausul yang memiliki kesamaan dan dapat diintegrasikan seperti yang
tersaji pada Tabel 1. Dari Tabel 1 dapat dilihat klausul yang penerapannya dapat
diintegrasikan diantara ketiga sistem ISO yaitu kebijakan, obyektif dan target,
tugas dan tanggung jawab, pelatihan dan kompetensi, pengendalian dokumen,
pengendalian catatan, tindakan perbaikan dan tindakan pencegahan, audit, dan
tinjauan manajemen.
Tabel 1. Tabel Sistem Manajemen Terintegrasi
Klausul Sistem Manajemen Mutu ISO 9001 Sistem Manajemen Keamanan Pangan FSSC 22000
4.0
4.2
4.3
4.4
4.5
4.6
5.0
6.0
Sistem Manajemen Mutu ‐
‐
‐
‐
‐
‐
‐
‐
‐
‐
Tanggung Jawab Manajemen
Tanggung Jawab Manajemen
Manajemen Sumberdaya
Manajemen Sumberdaya
7.0
Realisasi produk Perencanaan dan realisasi produk
Pengukuran, Analisa dan perbaikan
Validasi,Verifikasi dan peningkatan sistem manajemen keamanan pangan
8.0
Sistem Manajemen Keamanan Pangan
Sistem Manajemen Lingkungan ISO 14001
‐
Kebijakan Lingkungan
Perencanaan
Penerapan dan Operasi
Pemeriksaan
Tinjauan Manajemen
‐
‐
‐
‐
Implementasi Dokumen IMS
Dokumen IMS
Sistem dokumentasi di PT TIV – Ciherang dilakukan secara terintegrasi,
artinya setiap level dokumen yang ada akan mencakup Sistem Manajemen Mutu,
Sistem Manajemen Keamanan Pangan, dan Sistem Manajemen Lingkungan.
Sistem dokumentasi secara terintegrasi akan mempermudah pemeliharaan dan
pengendalian dokumen serta mencegah keterulangan dan duplikasi dokumen
antara ketiga sistem manajemen. Sistem dokumentasi yang ada di PT TIV –
Ciherang terdiri dari empat level dokumen seperti yang tersaji pada Gambar 2.
Gambar 2. Piramida Empat Level Dokumen (Whitelaw, 2004)
6
Manual merupakan dokumen level 1 di PT TIV – Ciherang. Hadiwiardjo
dan Wibisono (2000) mendefinisikan manual sebagai komitmen perusahaan.
Manual tersebut berisi kebijakan perusahaan, gambaran perusahaan terhadap
sistem serta tujuan perusahaan. Manual di PT TIV – Ciherang merupakan manual
AQUA grup yang dibuat oleh Management Reprasentative (MR) dan disetujui
oleh Presiden Direktur.
Dokumen level 2 yang ada di PT TIV – Ciherang adalah prosedur.
Prosedur di PT TIV – Ciherang didasarkan pada Business Process Mapping yang
sudah dibuat sebelumnya. Business Process Mapping ini menjabarkan
proses/aktivitas utama yang ada di PT TIV – Ciherang dengan ruang lingkup antar
departemen. Priyadi (1996) mendefinisikan prosedur sebagai cara tertulis yang
ditentukan untuk melaksanakan suatu kegiatan oleh suatu bagian atau personel.
Prosedur yang ada di PT TIV – Ciherang berformat narasi. Business Process
Mapping dan prosedur ini dibuat oleh manager setiap departemen dan disetujui
oleh plant manager.
Setiap langkah dalam prosedur akan lebih rinci lagi dijelaskan dalam
instruksi kerja, yang merupakan dokumen level tiga di PT TIV – Ciherang.
Nevizond (1997) mendefinisikan instruksi kerja sebagai langkah-langkah rinci
dan berurutan untuk melakukan suatu kegiatan, yang termuat dalam prosedur.
Format instruksi kerja di PT TIV – Ciherang berupa gambar sehingga lebih
mudah dipahami karyawan. Instruksi kerja mencakup resiko bahaya yang terkait
dengan mutu produk, kemanan pangan, dan lingkungan. Di PT TIV – Ciherang
instruksi kerja disetujui oleh manager departemen.
Data yang dipersyaratkan oleh sistem dalam suatu proses produksi perlu
terekam untuk mengendalikan proses produksi. Dokumen yang digunakan untuk
merekam data tersebut adalah formulir yang merupakan dokumen level 4. Ketika
formulir tersebut telah diisi oleh data yang dipersyaratkan maka itu disebut
rekaman. Dalam formulir terdapat pula nomor formulir. Nomor formulir ini
menunjukan keterkaitan formulir dengan dokumen-dokumen lainnya.
Setiap dokumen, baik level 1 hingga level 4, memiliki status
“dikendalikan”. Hal ini mempunyai arti jika semua dokumen yang ada di PT TIV
– Ciherang bersifat rahasia. Penyebaran dan pengkomunikasian dokumen ini
dikendalikan oleh document controller perusahaan. Sebelum dokumen tersebut
disebarkan dan dikomunikasikan ke setiap departemen, dokumen tersebut
diberikan label “master”. Dokumen itu adalah dokumen asli yang ada di PT TIV
– Ciherang. Selain dengan memberikan label “master” pada dokumen, dokumen
yang akan disebarkan dan dikomunikasikan ke setiap departemen pun diberikan
label “copy” dan kode departemen yang menerima dokumen tersebut. Hal ini
dilakukan selain untuk menghindari adanya penduplikasian dokumen oleh pihak
yang tidak bertanggung jawab, pengendalian dan penanganan dokumen pun
menjadi lebih mudah. Dokumen yang disebarkan dan dikomunikasikan berbentuk
hardcopy sedangkan untuk dokumen master perusahaan ada dalam bentuk
hardcopy dan softcopy. Setiap dokumen yang didistribusikan maupun ditarik
memiliki daftar distribusi dan penarikan dokumen.
7
Review Implementasi Dokumen
Pra Audit Internal
ISO 9000:2005 mendefinisikan audit sebagai serangkaian kegiatan yang
sistematis, independen, dan terdokumentasi untuk memperoleh bukti audit. Selain
itu audit juga mengevaluasi bukti audit secara objektif untuk menentukan sejauh
mana kriteria audit terpenuhi. Audit terbagi menjadi dua tipe, yaitu audit eksternal
dan audit internal. Audit eksternal merupakan kegiatan audit yang dilakukan oleh
lembaga eksternal sedangkan audit internal adalah kegiatan audit yang dilakukan
oleh internal perusahaan.
Pra audit internal merupakan kegiatan evaluasi pengimplementasian IMS di
PT TIV – Ciherang sebelum dilakukannya audit internal. Evaluasi ini dilakukan
untuk mengidentifikasi pemenuhan klausul sistem yang diintegrasikan
perusahaan. Kegiatan pra audit internal dilakukan pada bulan Mei 2013 dengan
melibatkan tim IMS Perusahaan. CSA (2001) menjelaskan jika kegiatan pra audit
ini memiliki beberapa keuntungan bagi perusahaan yaitu dapat menjadi ajang
pembelajaran bagi karyawan untuk menghadapi auditor serta ajang latihan untuk
mengidentifikasi ketidaksesuaian kecil maupun besar sebelum dilakukannya audit.
Hasil Pra Audit Internal
Kegiatan pra audit internal pada dasarnya adalah kegiatan untuk mencari
kesesuaian dokumen terhadap persyaratan. Hasil dari kegiatan ini adalah temuan
kesesuaian dokumen terhadap persyaratan klausul sistem. Dari pra audit internal
ditentukan pula dokumen IMS yang masih belum memenuhi persyaratan klausul
sistem. Dokumen tersebut digolongkan ke dalam temuan ketidaksesuaian ataupun
temuan observasi.
Temuan hasil kegiatan pra audit internal dapat dilihat di Lampiran 1. Jumlah
klausul sistem IMS yang harus dipenuhi oleh perusahaan adalah sebanyak 124
klausul. Jumlah ini didapat dari penambahan setiap anak klausul pada klausul
utama masing-masing sistem yang diintegrasikan. Hasil dari analisis kuantitatif ini
dapat dijadikan bahan masukan perusahaan untuk perbaikan berkelanjutan.
Sebanyak 110 klausul sudah sesuai dengan persyaratan, sedangkan 14 klausul
belum sesuai persyaratan. Ketidaksesuaian tersebut dikategorikan menjadi 1
temuan ketidaksesuaian mayor, 12 temuan ketidaksesuaian minor, dan 1 temuan
observasi. Persentase hasil pra audit internal dalam bentuk diagram dapat dilihat
pada Gambar 3.
8
Gambar 3. Diagram Hasil Pra Audit Internal
Jumlah temuan kesesuaian dari hasil pra audit internal tersebut adalah
sebesar 88%. Hasil ini didapatkan dari perbandingan 110 temuan kesesuaian
dengan 124 klausul sistem yang dipersyaratkan. Hasil temuan ketidaksesuaian
mayor dari hasil pra audit internal adalah sebesar 1%, temuan ketidaksesuaian
minor 10%, dan temuan observasi sebanyak 1%. Setiap temuan ketidaksesuaian
dan temuan observasi dari hasil pra audit internal harus ditentukan tindakan
perbaikan dan pencegahannya sehingga temuan tersebut dapat dihilangkan. CSA
(2001) menggambarkan hubungan antara tindakan perbaikan dan pencegahan
seperti yang tersaji pada Gambar 4.
Tindakan Pencegahan
Mempertahankan
Potensi Ketidaksesuaian Tindakan Perbaikan
Mempertahankan
Ketidaksesuaian Terdeteksi Gambar 4. Diagram Hubungan Tindakan Perbaikan dan Pencegahan (CSA 2001)
Tindakan perbaikan merupakan tindakan yang dilakukan untuk
menghilangkan akar masalah dari suatu temuan yang terdeteksi. Sedangkan
tindakan pencegahan merupakan proses evaluasi proaktif untuk mencegah potensi
ketidaksesuaian menjadi ketidaksesuaian dikemudian hari (CSA 2001). Setelah
melakukan tindakan perbaikan langkah selanjutnya adalah melakukan tindakan
pencegahan dan mempertahankan kekonsistensiannya.
Temuan Ketidaksesuaian Mayor
Hasil pra audit internal dikategorikan sebagai temuan ketidaksesuaian
mayor, ketika temuan ketidaksesuaian tersebut berdampak serius pada efektivitas
9
sistem. Whitelaw (2004) menjelaskan bahwa temuan ini dapat diakibatkan oleh
akumulasi ketidaksesuaian minor di area atau fungsi tertentu, sehingga
menyebabkan berhentinya sistem secara total.
Ketidaksesuaian mayor dari hasil pra audit internal ini adalah belum
dilakukannya audit internal dan tinjauan manajemen. Hal ini terkait dengan
klausul 8.2.2 pada ISO 9001:2008, klausul 8.3 pada FSSC 22000 dan klausul 4.6
pada ISO 14001:2004. Tindakan perbaikan yang sudah dilakukan adalah dengan
membuat jadwal dan berkoordinasi dengan Head Office (HO) AQUA untuk
melakukan audit internal dan tinjauan manajemen.
Temuan Ketidaksesuaian Minor
Temuan ketidaksesuaian minor terjadi karena klausul sistem IMS tidak
diterapkan secara maksimal dan konsisten. Temuan ketidaksesuaian minor juga
dapat terjadi ketika salah satu tahapan pada sistem tidak sesuai dengan kondisi di
lapangan.
Ketidaksesuaian minor terkait dengan klausul 4.1 pada Sistem Manajemen
Mutu ISO 9001:2008 dan Sistem Manajeman Keamanan Pangan FSSC 22000
adalah manual yang masih menggunakan istilah ISO 22000 bukan FSSC 22000.
Tindakan perbaikan yang dapat dilakukan adalah mengganti tulisan “ISO 22000”
pada manual dengan “FSSC 22000”. Tindakan pencegahan yang sudah dilakukan
ialah dengan memastikan semua istilah yang tertulis pada dokumen adalah FSSC
22000 bukan ISO 22000.
Ketidaksesuaian minor terkait dengan klausul 4.2 pada ISO 14001:2004
adalah masih belum dikomunikasikannya kebijakan perusahaan pada pemasok.
Tindakan perbaikan yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan sosialisasi
kebijakan perusahaan. Sosialisasi tersebut dapat berupa pertemuan dengan
pemasok dan membagikan brosur mengenai kebijakan perusahaan pada pemasok.
Klausul 4.2.3 pada ISO 9001:2008 dan klausul 4.2.2 pada FSSC 22000
mengharuskan perusahaan untuk mengendalikan dokumen. Hal yang menjadi
ketidaksesuaian minor pada klausul ini adalah masih belum terdokumentasinya
perencanaan pembersihan dan sanitasi oleh pihak ketiga. Tindakan perbaikan
untuk mengatasi ketidaksesuaian pada klausul ini adalah membuat SOP
Perencanaan Pembersihan dan Sanitasi oleh pihak ketiga. Tindakan pencegahan
yang dapat dilakukan adalah melakukan review dokumen agar tidak ditemukan
ketidaksesuaian terkait dengan aktivitas/proses yang belum terdokumentasi.
Klausul 4.3.2 pada ISO 14001:2004 mengatur tentang pemenuhan
peraturan dan perundangan oleh perusahaan. Dalam pra audit internal ditemukan
izin crane dan boiler belum tersedia serta tempat pembuangan sementara limbah
bahan baku berbahaya (TPS B3) yang masih belum ada. Tindakan perbaikan yang
dapat dilakukan adalah membuat izin crane dan boiler serta pengadaan TPS B3.
Tindakan pencegahan terhadap klausul ini adalah dengan memastikan semua izin
terkait dengan perundangan sudah tersedia dengan membuat daftar dokumen
terkait izin perundangan. Semua dokumen tersebut disimpan dalam satu file agar
memudahkan proses pencarian saat audit berikutnya.
Klausul 4.4.7 pada ISO 14001:2004 menjelaskan mengenai Tim Tanggap
Darurat. Pada klausul ini perusahaan diharuskan untuk membuat dan
mengkomunikasikan tim tanggap darurat. Belum adanya komunikasi tentang tim
10
tanggap darurat ini yang menjadi ketidaksesuaian minor. Tindakan perbaikan
yang sudah dilakukan adalah dengan melakukan sosialisasi mengenai tim tanggap
darurat.
Klausul 4.4.2 pada ISO 14001 adalah klausul mengenai Kompetensi,
Pelatihan dan Kepedulian. Ketidaksesuaian pada klausul ini adalah uraian
pekerjaan yang masih belum spesifik untuk kompetensi limbah B3. Penilaian
kompetensi dan metode evaluasi pemenuhan kompetensi juga masih belum
tersedia. Tindakan perbaikan yang dapat dilakukan untuk klausul ini adalah
menyiapkan suatu uraian pekerjaan yang spesifik dan metode evaluasi pemenuhan
kompetensi.
Ketidaksesuaian minor pada ISO 14001:2004 yang terkait dengan klausul
4.4.3 mengenai Komunikasi adalah masih belum adanya catatan komunikasi
dengan dinas lingkungan. Tindakan pencegahan yang dapat dilakukan adalah
memastikan semua komunikasi dengan pihak terkait selalu terekam. Rekaman itu
diletakan di dalam satu file sehingga dapat memudahkan proses telusur.
Ketidaksesuaian minor terkait klausul 4.4.6 pada ISO 14001:2004 adalah
masih belum adanya pengendalian pencemaran udara (emisi bergerak dan tidak
bergerak), belum tersedianya prosedur pemilihan kendaraan karyawan dan ijin
kerja. Sedangkan ketidaksesuaian minor terkait dengan klausul 4.5.1 pada ISO
14001:2004 yaitu belum tersedianya jadwal pengukuran karakteristik lingkungan.
Tindakan perbaikan yang dapat dilakukan untuk klausul 4.4.6 adalah membuat
prosedur pengendalian pencemaran udara (emisi bergerak dan tidak bergerak),
serta membuat SOP Pemilihan Kendaraan Karyawan dan Izin Kerja. Tindakan
perbaikan terkait klausul 4.5.1 adalah menyusun jadwal pengukuran karakteristik
lingkungan dan penunjukan Person in Charge (PIC) dalam pengukuran kegiatan
tersebut.
Klausul 6.2.2 pada ISO 9001:2008, FSSC 22000, dan klausul 4.4.2 pada
ISO 14001:2004 menjelaskan mengenai kompetensi, kepedulian, dan pelatihan.
Pada klausul ini poin yang menjadi ketidaksesuaian minor adalah belum adanya
bukti sertifikat pelatihan kalibrasi, belum dilaksanakannya pelatihan FSSC 22000
dan belum tersedianya evaluasi pelatihan. Tindakan perbaikan yang dapat
dilakukan adalah menyiapkan bukti pelatihan sertifikat kalibrasi dan melakukan
sosialisasi mengenai FSSC 22000. Tindakan perbaikan yang sudah dilakukan
adalah dengan membuat evaluasi pelatihan. Tindakan pencegahan terhadap
klausul ini adalah memastikan seluruh karyawan telah mengikuti pelatihan terkait
dengan sistem yang diterapkan oleh perusahaan.
Klausul 7.2 pada FSSC 22000 terkait PRP adalah belum adanya perjanjian
kerja dengan catering dan laundry. Tindakan perbaikan yang dapat dilakukan
adalah membuat perjanjian kerja dengan catering dan laundry yang mencakup isu
mengenai keamanan pangan.
Klausul 8.3 pada FSSC 22000 merupakan klausul yang membahas tentang
pengendalian, pemantauan dan pengukuran. Ketidaksesuaian terkait klausul ini
adalah ditemukannya pereaksi yang belum mencantumkan tanggal kadaluwarsa.
Tindakan perbaikan yang dapat dilakukan adalah membuat daftar mengenai bahan
kimia dan pereaksi yang digunakan lengkap dengan tanggal kadaluwarsanya.
Ketidaksesuaian ini dapat dicegah dengan memastikan semua bahan kimia dan
pereaksi yang digunakan sudah mencantumkan tanggal kadaluwarsanya dan
dilakukan pemantauan secara berkala ke lapangan.
11
Temuan Observasi
Temuan observasi merupakan temuan yang berpotensi menjadi temuan
ketidaksesuaian apabila tidak dilakukan tindakan perbaikan dan pencegahan.
Temuan ini digunakan sebagai saran untuk peningkatan sistem. Temuan observasi
dalam pra audit internal ini adalah daftar rekaman yang sulit untuk ditelusur dan
terjadi kapasitas rekaman berlebih di bagian produksi. Hal ini terkait dengan
klausul 4.2.4 ISO 9001, klausul 4.5.4 FSSC 22000, dan klausul 4.5.4 pada ISO
14001 mengenai pengendalian rekaman. Tindakan perbaikan terhadap klausul ini
adalah membuat daftar rekaman yang mudah untuk ditelusur. Tindakan
pencegahannya adalah dengan menunjuk PIC untuk mengendalikan rekaman di
departemen terkait yang berkoordinasi dengan document controller melakukan
pemusnahan dokumen secara berkala.
Dari hasil pra audit internal ditemukan temuan ketidaksesuaian dan temuan
observasi pada keempat level sistem dokumen. Seperti disajikan pada Lampiran 1,
ketidaksesuaian lebih banyak ditemukan pada dokumen level 2 dan level 4, yaitu
prosedur dan rekaman. Ketidaksesuaian terkait dokumen level 2 yaitu belum
tersedianya prosedur kerja ataupun prosedur yang belum memenuhi persyaratan
klausul sistem. Sedangkan ketidaksesuaian terkait dengan dokumen level 4 yaitu
terdapat beberapa kegiatan atau proses yang masih belum terekam dan juga
rekaman yang sulit untuk proses telusur. Temuan ketidaksesuaian juga ditemukan
pada dokumen level 1 yaitu manual. Untuk menghilangkan temuan
ketidaksesuaian pada manual perlu dilakukan koordinasi dengan HO.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
IMS dapat dilakukan dengan mengintegrasikan beberapa sistem manajemen
menjadi satu sistem yang berjalan bersamaan. Pengintegrasian sistem di PT TIV –
Ciherang adalah mencakup Sistem Manajemen Mutu IS0 9001:2008, Sistem
Manajemen Keamanan Pangan FSSC 22000, dan Sistem Manajemen Lingkungan
ISO 14001:2004. Ketiga sistem tersebut diintegrasikan dalam bentuk dokumen
yang berisi kebijakan, obyektif dan target, tugas dan tanggung jawab, pelatihan
dan kompetensi, pengendalian dokumen, pengendalian catatan, tindakan
perbaikan dan tindakan pencegahan, audit, dan tinjauan manajemen.
Pemenuhan klausul IMS di PT TIV – Ciherang ditinjau dari segi dokumen
telah mencapai 88%. Temuan ketidaksesuaian sebanyak 12% dibagi menjadi
temuan ketidaksesuaian mayor 1%, temuan ketidakesuaian minor 10% dan
temuan observasi 1%. Dari setiap temuan ketidakseuaian dan observasi tersebut
lalu ditentukan tindakan perbaikan dan pencegahan sehingga nantinya temuan
tersebut dapat dihilangkan.
12
Saran
Temuan ketidaksesuaian mayor, temuan ketidaksesuaian minor, dan
observasi perlu dihilangkan agar pada audit berikutnya tidak ditemukan temuan
ketidaksesuaian dan observasi tersebut. Untuk memastikan hal tersebut dapat
dilakukan audit internal dan juga tinjauan manajemen secara berkala. Audit
internal dan juga tinjauan manajemen yang dilakukan secara berkala memberikan
manfaat pada peningkatan pemenuhan kesesuaian dengan persyaratan klausul
sistem.
Selain dengan melakukan audit internal dan tinjauan manajemen secara
berkala. Perbaikan berkelanjutan perlu dukungan serta partisipasi dari semua
karyawan. Kegiatan yang dapat dilakukan agar semua karyawan terlibat dalam
perbaikan berkelanjutan salah satunya adalah dengan melakukan pelatihan terkait
sistem yang diintegrasikan. Selain itu sosialisasi IMS juga dapat dilakukan pada
kegiatan safety talk yang dilakukan pada karyawan, tamu, ataupun pihak-pihak
yang berkepentingan dengan perusahaan sehingga pemahaman terkait isu
keselamatan kerja dan IMS dapat bertambah.
Bentuk perbaikan berkelanjutan lain yang dapat dilakukan adalah dengan
mengendalikan dokumen dan rekaman IMS. Pengendalian dokumen dilakukan
agar nantinya tidak ada lagi temuan atas dokumen yang tidak lengkap serta
rekaman data yang susah ditelusur. Pengendalian dokumen dilakukan dengan
melakukan review dokumen secara berkala. Untuk memudahkan pelaksanaannya,
sebaiknya ditunjuk PIC pengendalian dokumen dan rekaman di setiap departemen
yang akan berkoordinasi dengan document controller di Departemen System and
Performance.
DAFTAR PUSTAKA
[BSN] Badan Standardisasi Nasional Indonesia. 2013. Tentang BSN. [internet].
[diacu 2013 Juni 11]. Tersedia dari: http://www.bsn.go.id/main/bsn/isi_bsn/5
[CSA] Canadian Standards Association. 2001. The ISO 9000:2000 Essentials 3rd
Edition A practical handbook for implementing the ISO 9000 Standards.
Toronto (CAN): CSA.
[FSSC] Food Safety System Certification. 2013. About FSSC 22000.[internet].
[diacu 2013 Juni 11]. Tersedia dari: http://www.fssc22000.com/en/page.php
Hadiwiardjo, Wibisono. 2000. Memasuki Pasar Internasional dengan ISO 9000/
Sistem manajemen mutu. Jakarta (ID): Ghalia Indonesia.
[ISO] International Organization for Standardization. 2013. Standards.[internet].
[diacu 2013 Juni 11]. Tersedia dari: http://www.iso.org/iso/home/standards.htm
Muhandri T, Kadarisman D, Tim Premysis. 2012. Sistem Jaminan Mutu Industri
Pangan edisi ke-2. Jakarta (ID): IPB Press.
13
Nevizond. 1997. Mendokumentasikan Sistem Mutu ISO-9000. Yogyakarta (ID):
ANDI.
Priyadi G. 1996. Menerapkan SNI seri 9000 : ISO 9000 (series) produk
manufacturing. Jakarta (ID): Bumi Aksara.
[SNI] Standar Nasional Indonesia. 2013. Tentang SNI.[internet]. [diacu 2013 Juni
11] Tersedia dari: http://www.bsn.go.id/main/sni/isi_sni/5
Whitelaw K. 2004. ISO 14001:Environmental Systems Handbook Second Edition.
Great Britain (UK): Elsevier Ltd.
14
Lampiran 1. Daftar Temuan Pra Audit Internal PT TIV – Ciherang
No
1
2
3
Temuan
Jenis Temuan Audit Internal dan Tinjauan Manajemen belum dilakukan Major
Dalam Pedoman masih menggunakan ISO 22000:2005 belum diganti dengan FSSC 22000
Untuk pemasok belum ada implementasi komunikasi kebijakan perusahaan
ISO 9001
8.2.2
Klausul
ISO 22000 / ISO/TS 22002‐1
ISO 14001
8.4.1/5.8
4.6
Minor
4.1
4.1
‐
Minor
‐
‐
4.2
Minor
4.2.3
4.2.2
‐
5
Perencanaan pembersihan dan Sanitasi pihak ketiga belum terdokumentasi Ijin Crane dan Boiler belum ada, belum ada TPS B3 Minor ‐
‐
4.3.2
6
Belum ada komunikasi tentang tim tanggap darurat
Minor ‐
‐
4.4.7
7
Ditemukan uraian pekerjaan yang belum spesifik untuk kompetensi/pelatihan menangani bahan B3 pada bagian gudang, penilaian kompetensi personil dan evaluasi metode pemenuhan kompetensi belum tersedia
4
8
9
10
Tidak ada surat menyurat dari dinas lingkungan dan tidak ada rekaman partisipasi, konsultasi dan komunikasi
Belum ada pengendalian pencemaran udara ‐ emisi bergerak dan emisi tidak bergerak , pemilihan kendaraan karyawan, dan prosedur izin kerja
Belum ada jadwal pengukuran karakteristik Lingkungan Minor Minor ‐
‐
‐
‐
4.4.2
4.4.3
Program pelatihan tahunan belum mencakup FSSC 22000
Belum ada Perjanjian kerja dengan Catering dan laundry
13
Bahan kimia dan pereaksi belum ada pengontrolan tanggal kadaluwarsa
14
Daftar rekaman yang sulit untuk ditelusur dan terjadi kapasitas rekaman berlebih di bagian produksi
Referensi pada pedoman mutu diganti menjadi FSSC 22000, Pastikan semua dokumen telah menggunakan FSSC 22000 bukan ISO 22000
Komunikasikan kebijakan dengan pedoman berupa meeting atau penyebaran brosur Tambahkan ke SOP Maintenance dan pastikan aktivitas terdokumentasi
Buat izin crane dan boiler serta pengadaan TPS B3 Komunikasikan tim tanggap darurat Disiapkan uraian pekerjaan yang spesifik dengan pelatian/kompetensi terkait dan dibuatkan evaluasi metode pemenuhan kompetensi Dibuatkan rekaman partisipasi, konsultasi dan komunikasi Minor ‐
‐
4.4.6
Minor ‐
‐
4.5.1
Buatkan jadwal pengukuran karakteristik lingkungan Bukti training didokumentasikan Minor
6.2.2
6.2.2
4.4.2
Tambahkan dan jadwalkan Program pelatihan FSSC 22000 Dibuatkan evaluasi hasil pelatihan Belum ada evaluasi hasil pelatihan 12
Lakukan Audit Internal dan Tinjauan Manajemen secara berkala Dibuatkan SOP pengendalian pencemaran udara emisi bergerak dan tidak bergerak, pemilihan kendaraan karyawan serta izin kerja Bukti Sertifikat training kalibrasi belum terdokumentasi
11
Tindakan Perbaikan dan Pencegahan Minor
‐
7.2
‐
Minor
‐
8.3
‐
Observasi 4.2.4
4.2.3
4.5.4
Dibuatkan perjanjian kerja dengan catering dan laundry terkait aspek keamanan pangan Ditambahkan tanggal kadaluwarsa pada list bahan kimia dan pereaksi dan lakukan tinjauan ke lapangan Membuat daftar rekaman yang mudah untuk ditelusur, menunjuk PIC untuk mengendalikan rekaman di departemen terkait 15
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bandung pada tanggal 29 November
1991. Penulis adalah anak pertama dari dua bersaudara
dari pasangan Bapak Heri Suherman dan Ibu Ika kartika.
Penulis memulai pendidikan formalnya pada tahun 19961997 di TK Bayangkara Bandung. Pendidikan SD
ditempuh pada tahun 1997-2003 di SDN Sukajadi VIII
Bandung. Pada tahun 2004-2006 penulis melanjutkan
pendidikannya di SLTP Negeri 1 Bandung. Selepas SLTP,
penulis melanjutkan pendidikannya di SMU Negeri 2
Bandung hingga tahun 2009. Pada tahun yang sama
penulis diterima sebagai mahasiswa IPB pada Departemen
Teknologi Pangan dan Gizi (yang saat ini menjadi Departemen Ilmu dan
Teknologi Pangan), Fakultas Teknologi Pertanian IPB melalui jalur BUD
(Beasiswa Utusan Daerah) dari PT Kemilau Bintang Timur. Selama kuliah
penulis aktif di beberapa organisasi dan kegiatan kampus, yaitu sebagai staff HRD
di UKM Century IPB (2009-2010), Ketua centurys partner IPB (2010), Ketua JA
Titan and Caterpillar Bogor Business Simulation (2010), Ketua JA titan and
Caterpillar Java Business Simulation (2010), Manager Information and
Technology Century IPB (2010), dan sempat menjadi panitia acara yang diadakan
oleh Himitepa IPB (Himpunan Mahasiswa Teknologi Pangan IPB) seperti acara
keakraban BAUR dan Kajian Pangan Halal PLASMA. Sebagai syarat
memperoleh gelar sarjana, penulis melakukan kegiatan penelitian magang selama
lima bulan di PT.Tirta Investama Plant Ciherang. Hasil kegiatan tersebut disusun
dalam bentuk skripsi dengan judul “Analisis Pemenuhan Klausul Integrated
Management System di PT Tirta Investama Ciherang” dengan bimbingan Ibu Dias
Indrasti, STP, MSc dan Bapak Dr. Tjahja Muhandri, STP. MT.
Download