pencemaran udara di gresik melampaui ambang batas

advertisement
Nama
: Yulinda Hastuti
NIM
: 15308080
Tugas V Kesehatan Lingkungan Kerja
Pencemaran Udara Akibat Kegiatan Industri
Udara tersusun atas komponen-komponen gas utama nitrogen (N2), oksigen (O2), dan
beberapa gas mulia serta jenis gas hasil kegiatan biologi dan kegiatan alami gunung berapi. Udara
alami tidak pernah dalam keadaan murni. Atmosfer merupakan sistem dinamik karena selalu saling
bertukar alih dengan gas pembentuk udara secara berkesinambungan dari tumbuh-tumbuhan, laut
dan makhluk hidup lainnya. Siklus gas dalam atmosfer mencakup berbagai proses fisik dan proses
kimiawi. Berbagai jenis gas dihasilkan dari proses kimiawi di dalam atmosfer itu sendiri, proses biologi,
kegiatan gunung berapi, peluruhan senyawa radioaktif dan kegiatan industry. Gas-gas ini juga
disisihkan dari atmosfer oleh berbagai proses kimiawi, proses biologi dan fisik seperti pembentukan
partikel, pengendapan dan penyerapan oleh air laut dan kulit bumi. Waktu tinggal suatu jenis molekul
gas yang memasuki atmosfer berada dalam rentang hitungan jam hingga jutaan tahun yang
bergantung pada jenis gas tersebut.
Pencemaran udara adalah kehadiran satu atau lebih substansi fisik, kimia, atau biologi di
atmosfer dalam jumlah yang dapat membahayakan kesehatan manusia, hewan, dan tumbuhan,
mengganggu estetika dan kenyamanan, atau merusak properti. Pencemaran udara dapat ditimbulkan
oleh sumber-sumber alami maupun kegiatan manusia. Beberapa definisi gangguan fisik seperti polusi
suara, panas, radiasi atau polusi cahaya dianggap sebagai polusi udara. Sifat alami udara
mengakibatkan
dampak
pencemaran
udara
dapat
bersifat
langsung
dan lokal, regional,
maupun global.
Sebagian jenis gas dapat dipandang sebagai pencemar udara (terutama jika konsentrasi gas itu
melebihi dari tingkat konsentrasi latar normal) baik gas yang berasal dari sumber alami atau sumber
yang berasal dari kegiatan manusia (anthropologic sources). Pencemaran udara oleh partikel dapat
disebabkan karena peristiwa alamiah dan dapat pula disebabkan karena ulah manusia, lewat kegiatan
industri dan teknologi. Partikel yang mencemari udara banyak macam dan jenisnya, tergantung pada
macam dan jenis kegiatan industri dan teknologi yang ada.
Jenis dan Pengaruh Senyawa Pencemar
Udara alami tidak pernah dalam keadaan murni, karena gas-gas seperti SO2, H2S dan CO akan
dibebaskan ke atmosfer akibat proses-proses alami yang berlangsung seperti pembusukan
(putrefaction) tumbuhan atau bangkai, kebakaran hutan dan letusan gunung berapi. Gas dan partikel
padat atau cair akan disebarkan oleh angin ke seluruh bagian dan sebagian partikel ini akan
mengendap akibat kecepatan yang dimiliki tidak dapat melawan gaya tarik bumi. Pencemaran alami
dan pencemar dari berbagai kegiatan manusia mengakibatkan kualitas udara tidak sesuai dengan
kualitas udara bersih. Pengenceran senyawa-senyawa pencemar ini oleh udara tidak berlangsuung
secara keseluruhan pada tiap ketinggian dan tiap saat. Difusi atmosferik sangat kecil pada ketinggian
3000-4000 meter dan bahkan pada keadaan nyata senyawa pencemar tidak ditemui pada ketinggian
lebih dari 600 meter. Hambatan geologik dan hambatan manusia mengakibatkan hambatan pada
gerakan udara sehingga terjadi penurunan kemampuan pencampuran dan pengenceran.
Istilah senyawa pencemar digunakan untuk berbagai senyawa asing dalam susunan udara bersih dan
senyawa ini dapat mengakibatkan gangguan atau penurunan kualitas udara bersih serta penurunan
kondisi fisik atmosfer. Senyawa-senyawa pencemar udara dikelompokkan dalam senyawa-senyawa
yang mengandung:
a.
Unsur karbon, seperti CO dan hidrokarbon
b. Unsur nitrogen, seperti NO dan NO2
c.
Unsur sulfur, seperti H2S, SO2 dan SO3
d. Unsur halogen, seperti HF
e.
Partikel padat atau cair
f.
Senyawa beracun, dan
g. Senyawa radioaktif
Senyawa pencemar digolongkan sebagai: (a) senyawa pencemar primer, dan (b) senyawa pencemar
sekunder. Senyawa pencemar primer adalah senyawa yang langsung dibebaskan dari sumber,
sedangkan senyawa pencemar sekunder adalah senyawa baru yang terbentuk akibat interaksi dua
atau lebih senyawa pencemar primer selama berada di atmosfer.
Lima jenis senyawa pencemar yang umum dikaitkan dengan pencemaran udara adalah
karbonmonoksida (CO), oksida nitrogen (NOx), oksida sulfur (SOx), hidrokarbon dan partikel/debu.
Satuan konsentrasi yang digunakkan untuk menyatakan konsentrasi senyawa pencemar adalah
µg/m3 yang menyatakan bobot zat dalam satu satuan m3 udara atau mg/m3 untuk keadaan yang
tercemar berat atau ppm volume yang diukur pada keadaan standar (25 ºC dan 1 atm).
Pencemaran udara diartikan sebagai adanya bahan-bahan atau zat-zat asing di dalam udara yang
menyebabkan perubahan susunan (komposisi) udara dari keadaan normalnya. Kehadiran bahan atau
zat asing di dalam udara dalam jumlah tertentu serta berada di udara dalam waktu yang cukup lama,
akan dapat mengganggu kehidupan manusia. Bila keadaan seperti itu terjadi maka udara
dikatakan telah tercemar.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah RI No. 41 tahun 1999 mengenai Pengendalian Pencemaran udara,
yang dimaksud dengan pencemaran udara adalah masuknya atau dimaksuknya zat, energi dan/atau
komponen lain ke dalam udara ambient oleh kegiatan manusia sehingga mutu udara ambient turun
sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan udara ambient tidak memenuhi fungsinya.
Sumber Pencemar Udara
Telah disadari bersama, kualitas udara saat ini telah menjadi persoalan global, karena udara telah
tercemar akibat aktivitas manusia dan proses alam. Masuknya zat pencemar ke dalam udara dapat
secara alamiah, misalnya asap kebakaran hutan, akibat gunung berapi, debu meteorit dan pancaran
garam dari laut juga sebagian besar disebabkan oleh kegiatan manusia, misalnya akibat aktivitas
transportasi, industri, pembuangan sampah, baik akibat proses dekomposisi ataupun pembakaran
serta kegiatan rumah tangga.
Terdapat 2 jenis pencemar yaitu sebagai berikut :

Zat pencemar primer, yaitu zat kimia yang langsung mengkontaminasi udara dalam
konsentrasi yang membahayakan. Zat tersebut bersal dari komponen udara alamiah seperti
karbon dioksida, yang meningkat diatas konsentrasi normal, atau sesuatu yang tidak biasanya,
ditemukan dalam udara, misalnya timbal.

Zat pencemar sekunder, yaitu zat kimia berbahaya yang terbentuk di atmosfer melalui reaksi
kimia antar komponen-komponen udara.
Sumber bahan pencemar primer dapat dibagi lagi menjadi dua golongan besar :
1.
Sumber alamiah
Beberapa kegiatan alam yang bisa menyebabkan pencemaran udara adalah kegiatan gunung
berapi, kebakaran hutan, kegiatan mikroorganisme, dan lain-lain.Bahan pencemar yang
dihasilkan umumnya adalah asap, gas-gas, dan debu.
2.
Sumber buatan manusia
Kegiatan manusia yang menghasilkan bahan-bahan pencemar bermacam-macam antara lain
adalah kegiatan-kegiatan berikut :

Pembakaran, seperti pembakaran sampah, pembakaran pada kegiatan rumah tangga,
industri, kendaraan bermotor, dan lain-lain. Bahan-bahan pencemar yang dihasilkan
antara lain asap, debu, grit (pasir halus), dan gas (CO dan NO).

Proses peleburan, seperti proses peleburan baja, pembuatan soda,semen, keramik,
aspal. Sedangkan bahan pencemar yang dihasilkannya antara lain adalah debu, uap
dan gas-gas.

Pertambangan dan penggalian, seperti tambang mineral and logam. Bahan pencemar
yang dihasilkan terutama adalah debu.

Proses pengolahan dan pemanasan seperti pada proses pengolahan makanan,
daging, ikan, dan penyamakan. Bahan pencemar yang dihasilkan terutama asap, debu,
dan bau.

Pembuangan limbah, baik limbah industri maupun
limbah rumah tangga.
Pencemarannya terutama adalah dari instalasi pengolahan air buangannya.
Sedangkan bahan pencemarnya yang teruatam adalah gas H2S yang menimbulkan
bau busuk.

Proses kimia, seperti pada proses fertilisasi, proses pemurnian minyak bumi, proses
pengolahan mineral. Pembuatan keris, dan lain-lain. Bahan-bahan pencemar yang
dihasilkan antara lain adalah debu, uap dan gas-gas

Proses pembangunan seperti pembangunan gedung-gedung, jalan dan kegiatan
yang semacamnya. Bahan pencemarnya yang terutama adalah asap dan debu.

Proses percobaan atom atau nuklir. Bahan pencemarnya yang terutama adalah gasgas dan debu radioaktif.
Dampak Pencemaran Udara Terhadap Kesehatan
Secara umum efek pencemaran udara terhadap saluran pernafasan dapat menyebabkan terjadinya:
1.
Iritasi pada saluran pernafasan. Hal ini dapat menyebabkan pergerakan silia menjadi lambat,
bahkan dapat terhenti sehingga tidak dapat membersihkan saluran pernafasan.
2.
Peningkatan produksi lendir akibat iritasi oleh bahan pencemar.
3.
Produksi lendir dapat menyebabkan penyempitan saluran pernafasan.
4.
Rusaknya sel pembunuh bakteri di saluran pernafasan.
5.
Pembengkakan saluran pernafasan dan merangsang pertumbuhan sel, sehingga saluran
pernafasan menjadi menyempit.
6.
Lepasnya silia dan lapisan sel selaput lendir.
Akibat dari hal tersebut di atas, akan menyebabkan terjadinya kesulitan bernafas sehingga benda
asing termasuk bakteri/mikroorganisme lain tidak dapat dikeluarkan dari saluran pernafasan dan hal
ini akan memudahkan terjadinya infeksi saluran pernafasan.
Pada umumnya udara yang telah tercemar oleh partikel dapat menimbulkan berbagai macam
penyakit saluran
pernapasan atau pneumoconiosis. Pneumoconiosis adalah penyakit saluran
pernapasan yang disebabkan oleh adanya partikel (debu) yang masuk atau mengendap di dalam
paru-paru. Penyakit pneumoconiosis banyak jenisnya, tergantung dari jenis partikel (debu) yang
masuk atau terhisap ke dalam paru-paru. Beberapa jenis penyakit pneumoconiosis yang banyak
dijumpai di daerah yang memiliki banyak kegiatan industri dan teknologi, yaitu Silikosis, Asbestosis,
Bisinosis, Antrakosis dan Beriliosis.
1. Penyakit Silikosis
Penyakit Silikosis disebabkan oleh pencemaran debu silika bebas, berupa SiO2, yang terhisap
masuk ke dalam paru-paru dan kemudian mengendap. Debu silika bebas ini banyak terdapat di
pabrik besi dan baja, keramik, pengecoran beton, bengkel yang mengerjakan besi (mengikir,
menggerinda, dll). Selain itu, debu silika juga banyak terdapat di tempat di tempat penampang
bijih besi, timah putih dan tambang batubara. Pemakaian batubara sebagai bahan bakar juga
banyak menghasilkan debu silika bebas SiO2. Pada saat dibakar, debu silika akan keluar dan
terdispersi ke udara bersama – sama dengan partikel lainnya, seperti debu alumina, oksida besi
dan karbon dalam bentuk abu.
Debu silika yang masuk ke dalam paru-paru akan mengalami masa inkubasi sekitar 2 sampai 4
tahun. Masa inkubasi ini akan lebih pendek, atau gejala penyakit silicosis akan segera tampak,
apabila konsentrasi silika di udara cukup tinggi dan terhisap ke paru-paru dalam jumlah banyak.
Penyakit silicosis ditandai dengan sesak nafas yang disertai batuk-batuk. Batuk seringkali tidak
disertai dengan dahak. Pada silicosis tingkah sedang, gejala sesak nafas yang disertai terlihat dan
pada pemeriksaan fototoraks kelainan paru-parunya mudah sekali diamati. Bila penyakit silicosis
sudah berat maka sesak nafas akan semakin parah dan kemudian diikuti dengan hipertropi
jantung sebelah kanan yang akan mengakibatkan kegagalan kerja jantung.
Tempat kerja yang potensial untuk tercemari oleh debu silika perlu mendapatkan pengawasan
keselamatan dan kesehatan kerja dan lingkungan yang ketat sebab penyakit silicosis belum
memiliki obat yang tepat. Tindakan preventif lebih penting dan berarti dibandingkan dengan
tindakan pengobatannya. Penyakit silicosis akan lebih buruk kalau penderita sebelumnya juga
sudah menderita penyakit TBC paru-paru, bronchitis, astma broonchiale dan penyakit saluran
pernapasan lainnya.
Pengawasan dan pemeriksaan kesehatan secara berkala bagi pekerja akan sangat membantu
pencegahan dan penanggulangan penyakit-penyakit akibat kerja. Data kesehatan pekerja
sebelum masuk kerja, selama bekerja dan sesudah bekerja perlu dicatat untuk pemantulan riwayat
penyakit pekerja kalau sewaktu – waktu diperlukan.
2. Penyakit Asbestosis
Penyakit Asbestosis adalah penyakit akibat kerja yang disebabkan oleh debu atau serat asbes
yang mencemari udara. Asbes adalah campuran dari berbagai macam silikat, namun yang paling
utama adalah Magnesium silikat. Debu asbes banyak dijumpai pada pabrik dan industri yang
menggunakan asbes, pabrik pemintalan serat asbes, pabrik beratap asbes dan lain sebagainya.
Debu asbes yang terhirup masuk ke dalam paru-paru akan mengakibatkan gejala sesak napas dan
batuk-batuk yang disertai dengan dahak. Ujung-ujung jari penderitanya akan tampak membesar /
melebar. Apabila dilakukan pemeriksaan pada dahak maka akan tampak adanya debu asbes
dalam dahak tersebut. Pemakaian asbes untuk berbagai macam keperluan kiranya perlu diikuti
dengan kesadaran akan keselamatan dan kesehatan lingkungan agar jangan sampai
mengakibatkan asbestosis ini.
3. Penyakit Bisinosis
Penyakit Bisinosis adalah penyakit pneumoconiosis yang disebabkan oleh pencemaran debu
napas atau serat kapas di udara yang kemudian terhisap ke dalam paru-paru. Debu kapas atau
serat kapas ini banyak dijumpai pada pabrik pemintalan kapas, pabrik tekstil, perusahaan dan
pergudangan kapas serta pabrik atau bekerja lain yang menggunakan kapas atau tekstil; seperti
tempat pembuatan kasur, pembuatan jok kursi dan lain sebagainya.
Masa inkubasi penyakit bisinosis cukup lama, yaitu sekitar 5 tahun. Tanda-tanda awal penyakit
bisinosis ini berupa sesak napas, terasa berat pada dada, terutama pada hari Senin (yaitu hari awal
kerja pada setiap minggu). Secara psikis setiap hari Senin bekerja yang menderita penyakit
bisinosis merasakan beban berat pada dada serta sesak nafas. Reaksi alergi akibat adanya kapas
yang masuk ke dalam saluran pernapasan juga merupakan gejala awal bisinosis. Pada bisinosis
yang sudah lanjut atau berat, penyakit tersebut biasanya juga diikuti dengan penyakit bronchitis
kronis dan mungkin juga disertai dengan emphysema.
4. Penyakit Antrakosis
Penyakit Antrakosis adalah penyakit saluran pernapasan yang disebabkan oleh debu batubara.
Penyakit ini biasanya dijumpai pada pekerja-pekerja tambang batubara atau pada pekerja-pekerja
yang banyak melibatkan penggunaan batubara, seperti pengumpa batubara pada tanur besi,
lokomotif (stoker) dan juga pada kapal laut bertenaga batubara, serta pekerja boiler pada pusat
Listrik Tenaga Uap berbahan bakar batubara.
Masa inkubasi penyakit ini antara 2 – 4 tahun. Seperti halnya penyakit silicosis dan juga penyakitpenyakit pneumokonisosi lainnya, penyakit antrakosis juga ditandai dengan adanya rasa sesak
napas. Karena pada debu batubara terkadang juga terdapat debu silikat maka penyakit antrakosis
juga sering disertai dengan penyakit silicosis. Bila hal ini terjadi maka penyakitnya disebut
silikoantrakosis. Penyakit antrakosis ada tiga macam, yaitu penyakit antrakosis murni, penyakit
silikoantraksosis dan penyakit tuberkolosilikoantrakosis.
Penyakit antrakosis murni disebabkan debu batubara. Penyakit ini memerlukan waktu yang cukup
lama untuk menjadi berat, dan relatif tidak begitu berbahaya. Penyakit antrakosis menjadi berat
bila disertai dengan komplikasi atau emphysema yang memungkinkan terjadinya kematian. Kalau
terjadi emphysema maka antrakosis murni lebih berat daripada silikoantraksosis yang relatif
jarang diikuti oleh emphysema. Sebenarnya antara antrakosis murni dan silikoantraksosi sulit
dibedakan, kecuali dari sumber penyebabnya. Sedangkan paenyakit tuberkolosilikoantrakosis
lebih mudah dibedakan dengan kedua penyakit antrakosis lainnya. Perbedaan ini mudah dilihat
dari fototorak yang menunjukkan kelainan pada paru-paru akibat adanya debu batubara dan
debu silikat, serta juga adanya baksil tuberculosis yang menyerang paru-paru.
5. Penyakit Beriliosis
Udara yang tercemar oleh debu logam berilium, baik yang berupa logam murni, oksida, sulfat,
maupun dalam bentuk halogenida, dapat menyebabkan penyakit saluran pernapasan yang
disebut beriliosis. Debu logam tersebut dapat menyebabkan nasoparingtis, bronchitis dan
pneumonitis yang ditandai dengan gejala sedikit demam, batuk kering dan sesak napas. Penyakit
beriliosis dapat timbul pada pekerja-pekerja industri yang menggunakan logam campuran
berilium, tembaga, pekerja pada pabrik fluoresen, pabrik pembuatan tabung radio dan juga pada
pekerja pengolahan bahan penunjang industri nuklir.
Selain dari itu, pekerja-pekerja yang banyak menggunakan seng (dalam bentuk silikat) dan juga
mangan, dapat juga menyebabkan penyakit beriliosis yang tertunda atau delayed berryliosis yang
disebut juga dengan beriliosis kronis. Efek tertunda ini bisa berselang 5 tahun setelah berhenti
menghirup udara yang tercemar oleh debu logam tersebut. Jadi lima tahun setelah pekerja
tersebut tidak lagi berada di lingkungan yang mengandung debu logam tersebut, penyakit
beriliosis mungkin saja timbul. Penyakit ini ditandai dengan gejala mudah lelah, berat badan yang
menurun dan sesak napas. Oleh karena itu pemeriksaan kesehatan secara berkala bagi pekerjapekerja yang terlibat dengan pekerja yang menggunakan logam tersebut perlu dilaksanakan
terus – menerus.
Metode Pengendalian Pencemaran Udara
Jika pengendalian pencemaran ingin diterapkan, maka berbagai pendekatan dapat dipilih untuk
menentukan metoda pengendalian pencemaran udara. Pengendalian pencemaran yang dapat
dilakukan meliputi pengendalian pada sumber pencemar dan pengenceran sehingga senyawa
pencemar itu tidak berbahaya lagi baik untuk lingkungan fisik dan biotic maupun untuk kesehatan
manusia.
Pengendalian senyawa pencemar pada sumber merupakan upaya yang paling berhasil-guna bahkan
pengendalian ini dapat mengghilangkan atau paling sedikit mengurangi kadar senyawa pencemar
dalam aliran udara atau fasa yang dibebaskan ke lingkungan. Pengendalian pencemaran dapat dicapai
dengan pengubahan:
a.
Jenis senyawa pembantu yang digunakan dalam proses
b. Jenis peralatan proses
c.
Kondisi operasi, dan
d. Keseluruhan proses produksi itu sendiri.
Pemilihan tingkat kerja (actions) itu selalu dikaitkan dengan penilaian ekonomik seluruh produksi. Halhal yang menyulitkan adalah proses produksi yang berada di bawah lisensi. Jika pembentukan
senyawa pencemar ini tidak dapat dihindarkan lagi, maka pemasangan alat untuk menangkap
senyawa ini harus dilakukan. Secara umum penghilangan senyawa pencemar yang akan memasuki
atmosfer adalah metoda yang didasarkan atas pengurangan (reduction) senyawa pencemar.
Berbagai jenis alat pengumpul (collectors) didasarkan atas pengurangan kadar debu saja atau kadar
debu dan gas. Prinsip pengurangan kadar debu dalam aliran gas yang dibebaskan ke lingkungan
diantaranya:

Pemisah Brown
Pemisahan jenis ini menerapkan gerakan partikel menurut Brown. Alat ini dapat memisahkan
debu dengan rentang ukuran 0.01-0.05 mikron. Alat yang dipatenkan dibentuk dengan
susunan filament gelas dengan jarak antar filament yang lebih kecil dari lintasan bebas ratarata partikel.

Penapisan
Deretan penapis atau penapis kantung (filter bag) akan dapat menghilangkan debu hingga
ukuran diameter 0.1 mikron. Penapis ini dibatasi oleh pembebanan yang rendah, karena
pembersihan membutuhkan waktu dan biaya yang tinggi. Susunan penapis yang bias
digunakan untuk gas buang yang mengandung minyak atau debu higroskopik. Temperature
gas buang dibatasi oleh komposisi bahan penapis.
Electrostatic Precipitator

Pengendap elektrostatik
Alat ini memberikan tegangan tinggi pada aliran gas berkecepatan rendah. Debu yang telah
menempel dapat dihilangkan secara beraturan dengan cara getaran. Keuntungan yang
diperoleh adalah debu yang kering dengan ukuran rentang 0.3-0.5 mikron. Tetapi secara
teoritik ukuran partikel yang dapat dikumpulkan tidak memiliki batas minimum.

Pengumpul sentrifugal
Pemisah debu dari aliran gas didasarkan atas gaya sentrifugal yang dibangkitkan oleh bantik
saluran masuk alat. Gaya ini melemparkan partikel ke dinding dan gas berputar (vortex)
sehingga debu akan menempel di dinding serta terkumpul di dasar alat. Alat yang
menggunakan prinsip ini dapat digunakan untuk pemisahan partikel besar dengan rentang
ukuran diameter hingga 10 mikron.

Pemisah inersia
Pemisah ini bekerja atas gaya inersia yang dimiliki oleh partikel di dalam aliran gas. Pemisahan
ini menggunakan susunan penyekat, sehingga partikel akan bertumbukan dengan penyekat
ini dan akan dipisahkan dari aliran fasa gas. Kendala daya guna ditentukan oleh jarak antar
penyekat. Alat yang didasarkan atas prinsip gaya inersia bekerja dengan baik untuk partikel
yang memiliki ukuran diameter lebih besar daripada 20 mikron. Rancangan yang baru dapat
memisahkan partikel yang berukuran hingga 5 mikron.

Pengendapan akibat gaya gravitasi
Rancangan alat ini didasarkan perbedaan gaya gravitasi dan kecepatan yang dialami oleh
partikel. Alat ini akan bekerja dengan baik untuk partikel dengan ukuran diameter yang lebih
besar daripada 40 mikron dan tidak digunakan sebagai pemisah debu tingkat akhir. [Teller,
1972]
Dan prinsip pengurangan kadar debu dan gas secara simultan adalah:

Menara percik
Prinsip kerja pada menara percik ini adalah aliran gas yang berkecepatan rendah bersentuhan
dengan aliran air yang bertekanan tinggi dalam bentuk butir. Alat ini merupakan alat yang
relative sederhana dengan kemampuan penghilangan pada tingkat sedang (moderate). Alat
dengan prinsip ini dapat mengurangi kandungan debu dengan rentang ukuran diameter 1020 mikron dan gas yang larut dalam air.

Siklon basah
Modifikasi siklon ini menangani gas yang berputar lewat percikan air. Butiran air yang
mengandung dan gas yang terlarut akan dipisahkan dengan aliran gas utama atas dasar gaya
sentrifugal. Slurry ini dikumpulkan di bagian bawah siklon. Siklon jenis ini lebih efektif
daripada menara percik. Rentang ukuran diameter debu yang dapat dipisahkan adalah 3-5
mikron.
Irrigated Cyclone Scrubber

Pemisahan venturi
Rancangan pemisahan venturi ini didasarkan atas kecepatan gas yang tinggi dan berkisar
antara 30-150 meter per detik pada bagian yang disempitkan dan gas bersentuhan dengan
butir air yang dimasukan di daerah itu. Alat ini dapat memisahkan partikel hingga ukuran 0.1
mikron dan gas yang larut dalam air.

Tumbukan pada piringan yang berlubang
Alat ini disusun oleh piringan yang berlubang dan gas yang lewat orifis ini berkecepatan 10
hingga 30 meter per detik. Gas ini membentur lapisan air hingga membentuk percikan air.
Percikan ini akan bertumbukan dengan penyekat dan air akan meyerap gas serta mengikat
debu. Gas yang memiliki kelarutan sedang dapat diserap dengan air dalam alat ini. Ukuran
partikel paling kecil yang diserap adalah 1 mikron.

Menara dengan packing
Prinsip penyerapan gas dilakukan dengan cara persentuhan cairan dan gas di daerah
antara packing. Aliran gas dan cairan dapat searah arus maupun berlawanan arah arus atau
aliran melintang. Rancangan baru alat ini dapat menyerap debu yang lebih besar dari 10
mikron.

Pencuci dengan pengintian
Prinsip yang diterapkan adalah pertumbuhan inti dengan kondensasi dan partikel yang dapat
ditangani berukuran hingga 0.01 mikron serta dikumpulkan pada permukaan filament.

Pembentur turbulen
Penyerapan partikel dilakukan dengan cara mengalirkan aliran gas lewat cairan yang berisi
bola-bola berdiameter 1-5 cm. Partikel dapat dipisahkan dari aliran gas, karena debu
bertumbukan dengan bola-bola itu. Efisiensi penyerapan gas bergantung pada jumlah tahap
yang digunakan. [Teller, 1972]
Upaya pembersihan aliran gas atau udara sebelum dibebaskan ke lingkungan dapat dihubungkan
dengan kebutuhan proses produksi, perolehan produk samping atau perlindungan lingkungan.
Seringkali alat ini merupakan bagian integral dari suatu proses, jika sasaran utama adalah
penghilangan gas yang beracun atau mudah terbakar.
Debu ditemui dalam berbagai ukuran, bentuk, komposisi kimia, densitas (trace, apparent, bulk density),
daya kohesi, sifat higroskopik dan lain-lain. Variabel yang aneka ragam ini mengakibatkan pemilihan
alat dan sistem pengendalian pencemaran udara oleh debu dan gas harus berhubungan dengan
sasaran masalah pembersihan gas dan watak kinerja alat disamping penilaian ekonomik.
Penggunaan alat pengendalian pencemaran di dalam suatu system produksi harus dikaji sesuai
dengan watak proses, watak gas yang dibuang, kondisi operasi dan biaya. Masalah rancangan proses
pengendalian merupakan kegiatan yang menentukan dalam pemilihan system dan teknologi
pengendalian pencemaran udara dalam industry.
Berita Pencemaran Udara Akibat Kegiatan Industri:
PENCEMARAN UDARA DI GRESIK MELAMPAUI
AMBANG BATAS
Senin, 02 Nopember 2009 14:40
Gresik, 2/11 (ANTARA) - Tingkat pencemaran udara di Kabupaten Gresik, Jawa Timur
melampaui ambang batas, terutama kelebihan zat pencemar debu yang salah satunya
ditimbulkan dari meningkatnya jumlah kendaraan bermotor dan limbah industri.
"Hasil uji udara ambien di 12 titik, menunjukkan bahwa pencemaran udara terbanyak di Gresik
diakibatkan karena debu yang rata-rata mencapai 0,26 mg/m3," kata Kepala Bidang
Pengendalian Dampak Lingkungan Dinas Lingkungan Hidup Gresik, Sumarno, Senin.
Ia menyebutkan tingginya tingkat pencemaran debu itu berada di kawasan Manyar, Bungah,
Ujungpangkah, Duduksampeyan, Cerme, Menganti, Kedamean, Driyorejo, Wringinanom, dan
Kebomas. Terutama di wilayah zona D kawasan indsutri, pabrik, dan terminal bus.
Ia mengungkapkan berdasarkan hasil uji udara ambien dari 13 zat pencemar selain debu, zat
pencemar kimia juga terbilang tinggi seperti Karbon Monoksida (CO) mencapai 20,0 ppm, dan
Hidrokarbon (HC) 0,24 PPM.
"Zat pencemar Karbon Monoksida 80 persen dihasilkan dari kendaraan bermotor," katanya.
Lebih lanjut ia menjelaskan dari segi kesehatan dampak pencemaran udara oleh debu bisa
menyebabkan penyakit paru-paru (bronchitis) serta penyakit saluran pernapasan lainnya.
Sedangkan dampak pencemar udara oleh zat kimia seperti Karbon Monoksida bisa
menyebabkan gangguan kesehatan pada hemoglobin (metaloprotein pengangkut oksigen yang
mengandung besi dalam sel darah merah).
Sumarno mengakui bahwa selama ini pantauan BLH Gresik terhadap tingkat pencemaran udara
masih lemah lantaran keterbatasan anggaran, dan minimnya jumlah petugas pantau.
Tahun 2008, kata Sumarno, pihaknya mengajukan usulan pembelian alat pengukur kualitas
pencemaran udara kepada Pemkab Gresik namun belum bisa terealisasi karena mahalnya harga
alat tersebut.
Padahal semestinya Gresik sebagai daerah industri mempunyai alat tersebut.
"Jangankan alat pendeteksi pencemaran udara, anggaran untuk melakukan uji emisi saja tidak
dialokasikan, sedangkan untuk uji ambien yang mestinya setahun dilakukan dua kali di musim
hujan dan kemarau, hanya dilakukan sekali uji," kata dia.
Sumber:
http://www.smallcrab.com/kesehatan/520-5-macam-penyakit-akibat-pencemaran-partikel-debu-diudara
http://rieko.wordpress.com/2009/03/17/pencemaran-udara-oleh-industri-dan-penanggulangannya/
http://www.bplhdjabar.go.id/index.php/bidang-pengendalian/subid-pemantauan-pencemaran/191pencemaran-udara-oleh-partikulat
http://putraprabu.wordpress.com/2008/12/12/pencemaran-udara/
http://putraprabu.wordpress.com/2008/12/27/dampak-pencemaran-udara-terhadap-kesehatan/
http://id.wikipedia.org/pencemaran-udara
http://www.koran-jakarta.com/berita-detail-terkini.php?id=11318
Download