BAB II

advertisement
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengetahuan
1.
Pengertian pengetahuan
Notoatmodjo (2012) mengemukakan bahwa pengetahuan adalah
merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang mengadakan
penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terhadap suatu
objek terjadi melalui panca indra manusia yakni penglihatan,
pendengaran, penciuman, rasa dan raba dengan sendiri. Pada waktu
penginderaan sampai
menghasilkan pengetahuan tersebut
sangat
dipengaruhi oleh intensitas perhatian persepsi terhadap objek. Sebagian
besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.
Mubarak (2011) mengemukakan pengetahuan adalah kesan didalam
pikiran manusia sebagai hasil penggunaan panca indranya. Pengetahuan
merupakan hasil mengingat suatu hal, termasuk mengingat kembali
kejadian yang pernah dialami baik secara sengaja maupun tidak disengaja
dan ini terjadi setelah orang melakukan kontak atau pengamatan terhadap
suatu objek tertentu.
Pengetahuan itu sendiri dipengaruhi oleh faktor pendidikan formal.
Akan tetapi perlu ditekankan, bukan berarti seorang berpendidikan
rendah mutlak berpengetahuan rendah pula. Menurut teori WHO (World
Health Organization) yang dikutip oleh Notoatmodjo (2007), salah satu
5
bentuk objek kesehatan dapat dijabarkan oleh pengetahuan yang
diperoleh dari pengalaman sendiri (Wawan & Dewi, 2011).
2. Tingkat Pengetahuan
Notoatmodjo (2012) mengemukakan bahwa Pengetahuan atau
kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya
tindakan seseorang. Dari pengalaman dan penelitian ternyata perilaku
yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku
yang tidak didasari oleh pengetahuan. Pengetahuan yang cukup didalam
domain kognitif mempunyai 6 tingkat yaitu:
a.
Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah
dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini
adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari
seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.
Oleh sebab itu, “tahu” ini adalah merupakan tingkat pengetahuan
yang paling rendah.
b. Paham (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan
secara
benar
tentang
objek
yang
diketahui
dan
dapat
menginterpretasi materi tersebut secara benar.
c. Aplikasi (Application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan
materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi rill
6
(sebenarnya). Aplikasi di sini dapat diartikan aplikasi atau
penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, adanya prinsip terhadap
obyek yang dipelajari.
d. Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi
atau objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam
suatu struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama
lainnya.
e. Sintesis (Synthesis)
Sintesis
menunjukan
kepada
suatu
kemampuan
untuk
meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu
bentuk keseluruhan yang baru. Dalam kata lain sintesis itu suatu
kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasiformulasi yang ada.
f. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan suatu
justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaianpenilaian ini berdasarkan suatu kriteria yang ada.
3.
Cara memperoleh Pengetahuan
Cara memperoleh pengetahuan menurut Wawan dan Dewi (2011) antara
lain:
7
a.
Cara kuno untuk memperoleh pengetahuan
1). Cara coba salah (Trial and Eror)
Cara ini telah dipakai orang sebelum kebudayaan, bahkan
mungkin sebelum adanya peradaban. Cara coba salah ini
dilakukan
dengan
menggunakan
kemungkinan
dalam
memecahkan masalah dan apabila kemungkinan itu tidak
berhasil maka dicoba. Kemungkinan yang lain sampai masalah
tersebut dapat dipecahkan.
2). Cara kekuasaan atau otoritas
Sumber pengetahuan cara ini dapat berupa pemimpinpemimpin masyarakat baik formal atau informal, ahli agama,
pemegang pemerintah, dan berbagai prinsip orang lain yang
menerima mempunyai yang dikemukakan oleh orang yang
mempunyai otoritas tanpa menguji terlebih dahulu atau
membuktikan kebenarannya baik berdasarkan fakta empiris
maupun penalaran sendiri.
3). Berdasarkan pengalaman pribadi
Pengalaman pribadi pun dapat digunakan sebagai upaya
memperoleh pengetahuan dengan cara mengulang kembali
pengalaman
yang pernah diperoleh dalam
permasalahan yang dihadapi masa lalu.
8
memecahkan
b.
Cara modern dalam memperoleh pengetahuan
Cara ini disebut metode penelitian atau lebih populer disebut
metodologi penelitian. Cara ini mula-mula dikembangkan oleh
Francis Bacon (1561-1626), kemudian dikembangkan oleh
Deobold Van Daven. Akhirnya lahir suatu cara untuk melakukan
penelitian yang dewasa ini kita kenal dengan penelitian ilmiah.
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan menurut Wawan dan
Dewi (2011) antara lain:
a. Faktor internal
1). Pendidikan
Pendidikan dapat mempengaruhi seseorang termasuk juga
perilaku seseorang akan pola hidup terutama dalam memotivasi
untuk sikap berperan serta dalam pembangunan, pada umumnya
makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah menerima
informasi.
2). Pekerjaan
Pekerjaan adalah keburukan yang harus dilakukan terutama
untuk menunjang kehidupannya dan kehidupan keluarga.
3). Umur
Usia adalah umur individu yang terhitung mulai saat
dilahirkan sampai berulang tahun. Semakin cukup umur, tingkat
kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam
berfikir dan bekerja.
9
b. Faktor eksternal
1). Faktor lingkungan
Lingkungan merupakan seluruh kondisi yang ada disekitar
manusia
dan
pengaruhnya
yang
dapat
mempengaruhi
perkembangan dan perilaku orang atau kelompok.
2). Sosial budaya
Sistem sosial budaya yang ada pada masyarakat dapat
mempengaruhi dari sikap dalam menerima informasi.
B. Vulva higiene
Vulva higiene adalah menjaga kebersihan organ reproduksi khususnya
daerah vagina (Winaris, 2010). Perawatan organ-organ reproduksi sangatlah
penting. Jika tidak dirawat dengan benar, maka dapat menyebabkan berbagai
macam akibat yang dapat merugikan (Kusmiran, 2011).
Kebersihan kelamin memiliki peran penting dalam mencegah infeksi.
Infeksi genetalia banyak terjadi pada wanita, karena prinsip kebersihan
kelamin yang benar tidak diketahui secara memadai, maka perlu pengetahuan
tentang kebersihan yang baik bagaimana cara menjaga kebersihan organ
genetalia (Sevil, et al. 2013).
Banyak wanita yang kurang memperhatikan kebersihan organ genetalia.
Dalam hal ini keputihan terjadi karena wanita yang kurang menjaga
kebersihan organ genetalia dibanding yang tidak menjaga kebersihan organ
genetalianya (Suney, Kaya, dan Ergun, 2011).
10
Pribakti (2012) mengemukakan beberapa cara perawatan vagina, yakni:
1. Mencuci vagina dengan sabun yang lembut, tetapi jangan berlebihan,
karena justru dapat menyebabkan iritasi.
2. Biasakan untuk membasuh vagina dan arah depan kebelakang, bukan
sebaliknya.
3. Pilihlah celana dalam berbahan dasar katun.
4. Kegiatan membersihkan vagina dengan cara menyemprotkan air,
membersihkannya dengan sabun wangi atau dengan menggunakan
semprotan (baik berupa alat khusus atau botol penyemprot vagina) tidak
dianjurkan.
5. Jangan pernah memasukkan benda asing kedalam vagina. Terutama bila
benda-benda tersebut memang tidak ada hubungannya dengan vagina.
6. Waspadai cairan vagina yang tidak normal, seperti cairan vagina encer,
berbau atau memiliki warna yang tidak biasa.
7. Hindari penaburan bedak pada vagina, karena akan menyebabkan jamur,
bakteri tumbuh di area vagina
8. Hindari pemakaian toiled umum, jika menggunakan toilet umum maka
gunakan toilet jongkok.
9. Hindari terlalu sering menggunakan tisue toilet (khususnya yang wangi)
setiap buang air kecil ataupun buang air besar.
10. Hindari kebiasaan menggunakan wewangian pada area intim
11. Jangan menggunakan pantyliner sepanjang hari karena dapat menyebabkan
iritasi vagina.
11
Andriyani
(2013)
mengemukakan beberapa
tips merawat
organ
kewanitaan, yakni:
1. Selalu mencuci tangan sebelum menyentuh vagina.
2. Membersihkan vagina dengan cara membasuh bagian di antara vulva (bibir
vagina) secara hati-hati menggunakan air bersih dan sabun yang lembut
setiap habis buang air kecil, buang air besar dan ketika mandi.
3. Kebersihan daerah kewanitaan juga bisa dijaga dengan sering mengganti
pakaian dalam, minimal sehari dua kali disaat mandi.
4. Pada saat haid, gunakan pembalut berbahan yang lembut, menyerap
keringat dengan baik, tidak mengandung bahan yang bisa membuat alergi
(misalnya perfum atau gel) dan merekat dengan baik pada celana dalam.
5. Jangan
gunakan
spray
(semprotan)
vagina,
karena
mengubah
keseimbangan PH vagina dan memicu infeksi.
6. Hindari menggunakan handuk atau waslap milik orang lain untuk
mengeringkan vagina.
7. Hindari celana ketat ganti pakaian setelah berolahraga.
8. Mencukur sebagian dari rambut kemaluan untuk menghindari kelembaban
yang berlebihan di daerah vagina.
9. Jika mengalami keputihan berupa cairan berwarna, berbau, bahkan mulai
menimbulkan keluhan yang mengganggu seperti gatal dan rasa terbakar
pada kemaluan, segera periksa ke dokter.
12
C. Keputihan
1. Pengertian keputihan
Pengertian keputihan menurut Kasdu (2005) merupakan gejala
keluarnya cairan dari vagina selain darah haid. Menurut Pribakti (2012)
keputihan pada wanita perimenopause adalah cairan putih yang keluar
dari vagina dikarenakan mengalami penurunan hormon estrogen yang
dapat menyebabkan vagina kering dan mengalami infeksi..
Keputihan atau flour albus adalah kondisi vagina saat mengeluarkan
cairan atau lendir menyerupai nanah (Bahari, 2012). Keadaan keputihan
sering hadir bersamaan dengan kondisi haid. Namun, pada dasarnya
keputihan terbagi menjadi 2 kategori, yaitu fisiologis (normal) dan
patologis. Kondisi yang dimaksud dengan keputihan fisiologis adalah
keputihan yang normal terjadi karena perubahan hormonal, seperti
menjelang atau setelah haid, stres, kehamilan dan pemakaian kontrasepsi.
Sementara keadaan patologis adalah keputihan yang timbul akibat
kondisi medis tertentu dengan penyebab tersering adalah akibat infeksi
parasit atau jamur atau bakteri (Andriyani, 2013).
Dalam keadaan normal organ vagina memproduksi cairan berwarna
bening, tidak berbau, tidak berwarna dan jumlahnya tidak berlebihan.
Cairan ini berfungsi sebagai sistem perlindungan alami, mengurangi
gesekan didinding vagina saat berjalan dan saat melakukan hubungan
seksual. Keputihan adalah gejala penyakit yang ditandai oleh keluarnya
cairan dari organ reproduksi dan bukan berupa darah. Keputihan yang
13
berbahaya adalah keputihan yang tidak normal. Ini karena terjadi infeksi
yang disebabkan kuman, bakteri, jamur atau infeksi campuran. Pada tipe
keputihan ini, cairan yang keluar berwana kuning kehijauan, biasanya
diiringi rasa gatal dan bau tak sedap (Pribakti, 2012).
Masalah keputihan pada dasarnya adalah salah satu tanda dan gejala
gangguan kesehatan pada organ reproduksi wanita. Adanya bakteri dan
jamur penyebab keputihan timbul karena kondisi organ vital yang kurang
bersih dalam perawatannya (Winaris, 2010).
2.
Klasifikasi keputihan
a. Keputihan normal (fisiologis)
Keputihan normal biasanya terjadi menjelang dan sesudah
menstruasi, mendapatkan rangsangan seksual, mengalami stres berat,
sedang hamil, atau mengalami kelelahan. Adapun cairan yang keluar
berwarna jernih atau kekuningan dan tidak berbau. Selain itu
keputihan jenis ini juga tidak disertai rasa gatal dan perubahan warna.
Keputihan semacam ini merupakan
sesuatu yang wajar, sehingga
tidak diperlukan tindakan medis tertentu (Bahari, 2012).
Tanda keputihan normal antara lain:
1). Cairan yang keluar dari vagina berupa lendir berwarna bening.
2). Cairan tersebut tidak menimbulkan gatal dan berbau.
3). Terjadi pada masa subur (20-40 tahun).
4). Terjadi menjelang haid.
14
5).
Terjadi
ketika
wanita
merasa
stres,
kelelahan,
atau
menggunakancelana dalam yang terlalu ketat (Nurchasanah,
2009).
b. Keputihan abnormal (Patologis)
Keputihan
abnormal
bisa
dikategorikan
sebagai
penyakit
keputihan jenis ini ditandai dengan keluarnya lendir dalam jumlah
banyak. Lendir tersebut berwarna putih atau kekuningan dan memiliki
bau yang sangat menyengat. Wanita yang mengalami keputihan
abnormal juga merasakan gatal dan terkadang terasa nyeri. Bahkan,
rasa nyeri tersebut sering kali dirasakan ketika berhubungan seksual
Bahari (2012).
Nurchasanah (2009) mengemukakan beberapa tanda keputihan
tidak normal, antara lain:
a) Dari vagina keluar lendir secara berlebihan dan disertai infeksi
b) Lendir yang keluar bisa berwarna keruh, kecokelatan, kuning, atau
berwarna kehijauan. Warna ini biasanya bergantung pada jenis
organisme penyebab infeksi atau radang yang terjadi pada organ
reproduksi
c) Lendir tersebut bisa menyebabkan rasa gatal dan pedih, sehingga
menyebabkan vagina kemerahan
Bahari (2012) mengemukakan beberapa ciri-ciri keputihan
abnormal ditinjau dari warna cairannya, antara lain:
a) Keputihan dengan Cairan Berwarna Kuning atau Keruh
15
Keputihan yang memiliki warna seperti ini bisa jadi merupakan
tanda adanya infeksi pada gonorrhea. Akan tetapi, hal tersebut
harus didukung oleh tanda-tanda lainnya, seperti perdarahan diluar
masa menstruasi dan rasa nyeri ketika buang air kecil.
b) Keputihan dengan Cairan Berwarna Putih Kekuningan dan Sedikit
Kental Menyerupai Susu
Jika disertai dengan bengkak dan nyeri pada “bibir” vagina, rasa
gatal, serta nyeri ketika berhubungan seksual, keputihan dengan
cairan seperti susu tersebut bisa jadi disebabkan oleh adanya
infeksi jamur pada organ kewanitaan.
c) Keputihan dengan Cairan Berwarna Cokelat atau Disertai Sedikit
Darah
Keputihan semacam ini layak diwaspadai. Sebab, keputihan itu
sering kali terjadi karena masa menstruasi yang tidak teratur.
Apalagi, keputihan tersebut disertai darah serta rasa nyeri pada
panggul. Oleh karena itu, bagi anda yang mengalami keputihan
yang ditandai dengan ciri-ciri tersebut, anda harus segera
memeriksakan diri ke dokter. Hal ini perlu dilakukan karena bisa
jadi menderita kanker serviks maupun kanker endometrium.
d) Keputihan dengan Cairan Berwarna Kuning atau Hijau, Berbusa,
dan Berbau Sangat Menyengat
Biasanya, keputihan semacam ini disertai rasa nyeri dan gatal
ketika buang air kecil. Jika seperti itu sebaiknya anda segera
16
memeriksakan diri kedokter karena ada kemungkinan anda terkena
infeksi trikomoniasis.
e) Keputihan dengan Cairan Berwarna Pink
Keputihan semacam ini terjadi pasca melahirkan. Bila Anda
mengalaminya, segera konsultasikan dengan bidan atau dokter.
f) Keputihan dengan Cairan Berwarna Abu-abu atau kuning yang
Disertai Bau Amis Menyerupai Bau Ikan
Keputihan semacam ini menunjukkan adanya infeksi bakteri pada
vagina. Biasanya, keputihan tersebut juga disertai rasa panas seperti
terbakar, gatal, kemerahan, dan bengkak pada “bibir” vagina dan
vulva.
c. Penyebab keputihan
Bahari (2012) mengemukakan beberapa faktor penyebab keputihan,
anatara lain:
1
Penggunaan tisu yang terlalu sering untuk membersihkan organ
kewanitaan. Biasanya, hal ini dilakukan setelah buang air kecil
ataupun buang air besar.
2
Mengenakan pakaian berbahan sintetis yang ketat, sehingga ruang
yang ada tidak memadai. Akibatnya, timbullah iritasi pada organ
kewanitaan.
3
Sering kali menggunakan WC yang kotor, sehingga memungkinkan
adanya bakteri yang dapat mengotori organ kewanitaan.
4
Jarang ganti panty liner.
17
5
Sering kali bertukar celana dalam atau handuk dengan orang lain,
sehingga kebersihannya tidak terjaga.
6
Kurangnya perhatian terhadap kebersihan organ kewanitaan.
7
Membasuh organ kewanitaan kearah yang salah, yaitu dari belakang
kedepan.
8
Aktivitas fisik yang sangat melelahkan, sehingga daya tahan tubuh
melemah.
9
10
Tidak segera mengganti pembalut ketika menstruasi.
Pola hidup yang kurang sehat, seperti kurang olah raga, pola makan
yang tidak teratur, atau kurang tidur.
11
Kondisi kejiwaaan yang sedang mengalami stres berat.
12
Menggunakan
sabun
pembersih
untuk
membersihkan
organ
kewanitaan secara berlebihan, sehingga flora doderleins yang
berguna menjaga tingkat keasaman didalam organ kewanitaan
terganggu.
13
Kondisi cuaca, khususnya cuaca lembab didaerah tropis.
14
Sering kali mandi dan berendam di air panas atau hangat. Kondisi
yang hangat justru memberikan peluang yang lebih besar bagi jamur
penyebab keputihan untuk tumbuh subur.
15
Tinggal dilingkungan dengan sanitasi yang kotor.
16
Kadar gula darah yang tinggi. Kondisi ini menyebabkan jamur
penyebab keputihan tumbuh dengan subur.
18
17
Sering kali berganti-ganti pasangan ketika melakukan hubungan
seksual.
18
Kondisi hormon yang tidak seimbang. Misalnya terjadinya
peningkatan hormon estrogen pada masa pertengahan siklus
menstruasi, saat hamil, atau mendapatkan rangsangan seksual.
19
Sering kali menggaruk organ kewanitaan.
20
Infeksi akibat kondom tertinggal didalam organ kewanitaan secara
tidak sengaja.
21
Infeksi yang disebabkan oleh benang AKDR (alat kontrasepsi dalam
rahim).
Selain sebab-sebab umum tersebut, resiko keputihan juga bisa dipicu
oleh beberapa penyakit kelamin yang disebabkan oleh beberapa jenis
mikroorganisme dan virus tertentu, seperti penyakit herpes, infeksi jamur
candida albikan, infeksi bakteri gardnerella vaginalis, penyakit
candyloma acuminata, infeksi bakteri neisseria gonorrhoeae, infeksi
parasit thricomonas vaginalis, infeksi bakteri chlamydia trachomatis,
penyakit pada organ kandungan, gangguan keseimbangan hormon
(Bahari, 2012 ; Akingbade, et al. 2013).
d.
Dampak keputihan
Keputihan
akibat
infeksi
yang
tidak
tuntas
diobati
dapat
menyebabkan terjadinya perluasan dari infeksi dan menimbulkan
beberapa penyakit lain seperti infeksi saluran kemih, radang panggul, dan
19
lain-lain. Penyakit-penyakit tersebut dapat berdampak pada kesuburan
dikemudian hari (Andriyani, 2013).
e.
Pengobatan keputihan
Bahari (2012) mengemukakan bahwa pengobatan yang dilakukan
bisa saja menggunakan metode-metode modern ataupun memanfaatkan
ramuan-ramuan yang berasal dari beragam jenis tanaman obat.
1.
Pengobatan modern
Jika penyebab keputihan adalah infeksi, ada beberapa tindakan
pengobatan modern yang bisa dilakukan. Diantaranya ialah sebagai
berikut:
a) Obat-obatan
Berikut ini adalah berbagai jenis obat yang bisa digunakan guna
mengatasi keputihan:
(1) Asiklovir (digunakan untuk mengobati keputihan yang
disebabkan oleh virus herpes).
(2) Padofilin 25% (digunakan untuk mengobati keputihan yang
disebabkan oleh kandiloma).
(3) Larutan asam trikloro-asetat 40-50% atau salep asam salisilat
20-40% (digunakan dengan cara dioleskan).
(4) Metronidazole (digunakan untuk mengobati keputihan yang
disebabkan
oleh
bakteri
gardnerella).
20
trichomonas
vaginalis
dan
(5) Nistatin, mikonazol, klotrimazol dan fliconazole (digunakan
untuk mengobati keputihan yang disebabkan oleh jamur
candida albikan).
b) Larutan antiseptik
Larutan antiseptik digunakan untuk membilas cairan keputihan
yang keluar dari vagina. Akan tetapi, larutan ini hanya berfungsi
membersihkan. Sebab, larutan tersebut tidak bisa membunuh
penyebab infeksi ataupun menyembuhkan keputihan yang
diakibatkan oleh penyebab lainnya.
c) Hormon estrogen
Hormon estrogen yang diberikan biasanya bebentuk tablet dan
krim. Pembrian hormon ini dilakukan terhadap penderita yang
sudah memasuki masa menopouse atau lanjut usia.
d) Operasi kecil
Operasi kecil perlu dilakukan jika penyebab keputihan adalah
tumor jinak, misal papilloma.
e) Pembedahan, radioterapi, atau kemoterapi
Metode pengobatan ini dilakukan jika penyebab keputihan adalah
kanker serviks atau kanker kandungan lainnya. Selain itu, metode
pengobatan ini juga dilakukan dengan mengacu pada stadium
kankernya.
21
2.
Pengobatan tradisional
Selain pengobatan dengan metode modern tersebut, masih ada
banyak cara yang bisa dilakukan gun ta mengobati keputihan,
diantara lain dengan cararadisional. Metode pengobatan tersebut
dilakukan dengan memanfaatkan
beberapa jenis tumbuhan obat
yang dapat ditemui dengan mudah disekitar alam.
f.
Pencegahan keputihan
Beberapa tindakan pencegahan yang dapat dilakukan agar terhindar
dari keputihan, antara lain:
1. Hindari berganti-ganti berganti-ganti pasangan hubungan seksual.
Kebiasaan semacam ini meningkatkan resiko tertular penyakit menular
seksual.
2. Jagalah kebersihan alat kelamin.
Bersihkan alat kelamin setiap kali mandi dan sebelum melakukan
hubungan seksual. Akan tetapi, perlu diingat bahwa terlalu sering
membilas vagina justru bisa merangsang keluarnya lebih banyak lendir
serviks.
3. Gunakan pembersih yang tidak mengganggu kestabilan PH disekitar
vagina.
Usahakan memilih produk pembersih yang berbahan dasar susu. Produk
semacam ini sangat baik dalam menjaga keseimbangan PH vagina.
Selain itu, pertumbuhan bakteri “baik” dalam vagina juga semakin baik.
Sedangkan, sebagian besar sabun antiseptik yang banyak beredar
22
dipasaran justru memiliki sifat yang sangat keras. Hal tersebut sangatlah
merugikan, karena penggunaan sabun ini sangat mengganggu
pertumbuhan bakteri “baik” itu.
4. Bilaslah vagina kearah yang benar
Cara membilas vagina yang benar adalah dari depan kebelakang,
khususnya setelah buang air besar. Jadi dilakukan sebaliknya,
kemungkinan besar bakteri dan jamur yang ada disekitar anus akan
masuk kedalam vagina. Akibatnya, vagina mengalami infeksi.
5. Hindari pemakaian bedak pada vagina.
Bedak memiliki partikel-partikel halus yang mudah terselip di sana-sini.
Selain itu, bedak juga mudah menggumpal. Akibatnya, gumpalangumpalan tersebut menjadi tempat yang nyaman bagi tumbuhnya jamur
dan bakteri.
6. Hindari membilas vagina di toilet umum.
Sebagian besar toilet umum tidak terlalu terjaga kebersihannya. Boleh
jadi, air yang tersedia telah terkontaminasi oleh jamur dan bakteri.
Kondisi ini tentu saja meningkatkan resiko terkena infeksi dari jamur
dan bakteri tersebut.
7. Keringkan vagina sebelum menggunakan celana dalam.
Hal ini perlu dilakukan untuk menjaga vagina agar tetap kering. Sebab,
kondisi vagina yang lembab dan basah bisa menjadi tempat bersarang
bagi kuman dan bakteri.
23
8. Kurangi konsumsi makanan manis.
Kebiasaan mengkonsumsi makanan yang manis bisa meningkatkan
kadar gula dalam air kencing, khususnya bagi penderita diabetes
melitus. Akibatnya, bakteri tumbuh subur dan meningkatkan resiko
terinfeksi bakteri.
9. Pilihlah celana dalam yang tidak terlalu ketat dan mudah menyerap
keringat.
Celana dalam yang terlalu ketat dapat membuat vagina dan area di
sekitarnya menjadi mudah lembab. Kondisi ini tentu saja memudahkan
tumbuhnya jamur dan bakteri yang bisa menyebabkan keputhan. Oleh
karena itu, gunakan celana dalam yang agak longgar dan terbuat dari
bahan katun, bukan nilon, karena mudah menyerap keringat.
10. Hindari berganti-ganti celana dalam dengan orang lain.
Kebiasaan ini dapat menyebabkan resiko yang lebih tinggi untuk
tertular infeksi jamur candida, trichomonas, ataupun bakteri lain yang
bisa menyebabkan keputihan.
11. Ketika haid, sering-seringlah berganti pembalut.
Cara ini akan membuat vagina selalu dalam keadaan bersih dan kering.
Dengan demikian, kemungkinan mengalami infeksi semakin kecil.
12. Jika sudah terkena keputihan, gunakan kondom ketika hendak
berhubungan seksual.
Hal ini perlu dilakukan agar si penderita, baik laki-laki ataupun wanita,
tidak menularkan penyakit tersebut kepada pasangannya.
24
13. Bagi wanita yang sudah memasuki masa menopause, gunakan obat
yang mengandung estrogen.
Dengan cara ini, kadar hormon estrogen tetap seimbang, sehingga dapat
menangkal serangan bakteri “jahat”
14. Bagi yang sudah menikah menikah, lakukan pemeriksaan pap smear
secara rutin.
Seharusnya, pemeriksaan semacam ini dilakukan setahun sekali oleh
wanita yang sudah menikah. Dengan cara tersebut, keberadaan kanker
serviks segera terdeteksi (Bahari, 2012).
D. Perimenopause
1. Pengertian
Perimenopause adalah masa peralihan antara masa reproduksi dan
masa senium, biasanya ditandai dengan siklus haid yang tidak teratur
dengan perdarahan haid yang memanjang dan relatif banyak, biasa terjadi
usia 45 tahun (Sukarni dan Margareth, 2013).
2. Tanda dan gejala pada wanita perimenopause
a). Ketidakteraturan siklus haid
b). Gejolak rasa panas
c). Keluar keringat di malam hari
d). Kekeringan vagina: gejala pada vagina muncul akibat perubahan yang
terjadi pada lapisan dinding vagina, vagina menjadi kering dan kurang
elastis. Ini disebabkan karena penurunan kadar estrogen, tidak hanya
itu tetapi juga muncul rasa gatal pada vagina, yang lebih parah lagi
25
adalah rasa sakit pada saat berhubungan seksual, dikarenakan ada
perubahan pada vagina, maka wanita perimenopause biasanya rentan
terjadi infeksi vagina. Intercourse yang teratur akan menjaga
kelembaban alat kelamin. Kekeringan vagina terjadi karena leher
rahim
sedikit
sekali
mensekresi
lendir,
penyebabnya
adalah
kekurangan estrogen yang menyebabkan liang vagina menjadi tipis,
lebih kering dan kurang elastis. Alat kelamin mulai mengerut,
keputihan dan rasa sakit.
e). Perubahan kulit
f). Perubahan pada mulut
g). Kerapuhan tulang
3. Perubahan-perubahan yang terjadi saat perimenopause
perubahan pada vagina terjadinya penipisan pada vagina
menyebabkan hilangnya rugae berkurangnya vaskularisasi, elastik yang
berkurang, sekret vagina menjadi encer, indekskano piknotik menurun.
pH vagina meningkat karena terlambatnya pertumbuhan basil
donderlein yang menyebabkan glikogen seluler meningkat, sehingga
memudahkan terjadinya infeksi.
E.
Hubungan Antara Pengetahuan Tentang Vulva Hygiene dan Kejadian
Keputihan Pada Wanita Perimenopause
Keputihan banyak dialami oleh wanita perimenopause karena keputihan
sendiripun terjadi karena beberapa penyebab salah satu penyebabnya adalah
pada wanita yang berusia 45 tahun ke atas, hal tersebut terjadi karena diusia
26
tersebut mengalami penurunan hormon ekstrogen yang dapat menyebabkan
vagina kering dan mengalami infeksi, infeksi merupakan penyebab dari
kejadian keputihan. Banyak dari wanita yang menganggap keputihan itu
adalah hal yang biasa dialami oleh wanita, padahal keputihan bisa menjadi
tanda awal dari penyakit yang lebih berat. Keputihan yang tidak normal
dapat dihindari, dengan cara vulva hygiene dengan baik, melakukan vulva
hygiene dengan baik memerlukan pengetahuan yang baik tentang bagaimana
cara vulva hygiene yang baik dan benar. Pengetahuan tentang vulva hygiene
sangat penting supaya tidak terjadi keputihan yang tidak normal (Pribakti,
2010), penelitian terdahulu yang sejenis yaitu penelitian dari Sari (2012)
dengan judul “ Hubungan Tingkat Pengetahuan Remaja Putri Tentang
Personal hygiene dengan Tindakan Pencegahan Keputihan di SMA Negeri
9 Semarang tahun 2012”. Penelitian ini menggunakan metode analitik
dengan pendekatan cross sectional. Teknik sampling dengan menggunakan
total sampling. Analisis data menggunakan Chi-Square. Perbedaan dengan
penelitian ini pada variabel yaitu variabel bebas pengetahuan tentang vulva
hygiene, variabel terikat kejadian keputihan pada wanita perimenopause,
teknik sampling menggunakan probability sampling dengan teknik stratified
random sampling, responden wanita perimenopause di Desa Mojo Andong
Boyolali.
27
F.
Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran pada penelitian ini adalah antara variabel bebas
tentang pengetahuan vulva higiene terhadap variable terikat yaitu kejadian
keputihan pada wanita perimenopause.
Pengetahuan tentang vulva hygiene
Mengetahui
Memahami
Faktor-faktor
yang
mempengaruhi
keputihan:
1. Strees berat
2. Kelelahan
3. Menggunakan
alat
kontrasepsi
4. Keadaan
hormonal
5. Beberapa
penyakit
kalamin yang
disebabkan
oleh
mikroorganis
me dan virus
aplikasi
analisis
sintesis
Kejadian keputihan
Gambar 2.1 kerangka konsep
Keterangan:
: variabel pengetahuan tentang vulva hygiene
: variabel kejadian keputihan
: faktor-faktor keputihan
: variabel tidak diteliti
28
G.
HIPOTESIS
Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah terdapat hubungan
antara pengetahuan tentang Vulva higiene dan kejadian keputihan pada wanita
perimenopause.
29
Download