BAB II LANDASAN TEORI

advertisement
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1.
Gardu Distribusi
Pengertian Umum Gardu Distribusi tenaga listrik adalah suatu bangunan
gardu listrik berisi atau terdiri dari instalasi Perlengkapan Hubung Bagi Tegangan
Menengah (PHB-TM), Transformator Distribusi (TD) dan Perlengkapan Hubung
Bagi Tegangan Rendah (PHB-TR) untuk memasok kebutuhan tenaga listrik bagi
para pelanggan baik dengan Tegangan Menengah (TM 20 kV) maupun Tegangan
Rendah (TR 220/380V). Konstruksi Gardu distribusi dirancang berdasarkan
optimalisasi biaya terhadap maksud dan tujuan penggunaannya yang kadang kala
harus disesuaikan dengan peraturan Pemda setempat.
Fungsi Dari Gardu Distribusi adalah :
a. Tempat pengumpul, pembagi dan penyalur energi listrik
b. Tempat untuk pengubah tegangan sebelum disalurkan ke konsumen
Secara Garis Besar Gardu Distribusi dibedakan atas :
a. Jenis Pemasangannya
1. Gardu Pasangan Luar : Gardu Portal, Gardu Cantol
2. Gardu Pasangan Dalam : Gardu Beton, Gardu Kios
b. Jenis Konstruksinya
1. Gardu Beton : Bangunan Sipil
2. Gardu Tiang : Gardu Portal, Gardu Cantol
3. Gardu Kios
c. Jenis Penggunaannya
7
http://digilib.mercubuana.ac.id/
8
1. Gardu Pelanggan Umum
2. Gardu Pelanggan Khusus
2.1.1
Gardu Beton
Gardu Beton adalah sebuah gardu yang seluruh komponen utama instalasi yaitu
transformator dan peralatan switching/proteksi, terangkai didalam bangunan
sipil yang dirancang, dibangun dan difungsikan dengan konstruksi pasangan
batu dan beton (masonrywall building). Konstruksi ini dimaksudkan untuk
pemenuhan persyaratan terbaik bagi keselamatan ketenagalistrikan.
2.2.
Transformator
Transformator merupakan peralatan mesin listrik statis yang bekerja
berdasarkan prinsip induksi elektromagnetik, yang dapat mentransformasikan
energi listrik dari tegangan tinggi ke tegangan rendah ataupun sebaliknya, dimana
perbandingan tegangan antara sisi primer dan sisi sekunder berbanding lurus
dengan perbandingan jumlah lilitan dan berbanding terbalik dengan perbandingan
arusnya dengan nilai frekuensi yang sama besar.
Pada sistem distribusi, transformator digunakan untuk menurunkan
tegangan penyaluran 20 kV ke tegangan pelayanan 400 / 231 V. Pada fungsi
tersebut, transformator dapat berupa transformator satu fase (Gambar 2.1) yang
secara umum memiliki kapasitas ≤ 160 kVA dengan hubungan vektor Yzn5,
sedangkan tiga fase (Gambar 2.2) memiliki kapasitas > 160 KVA memiliki
hubungan vektor Dyn5 (berdasarkan SPLN 50 tahun 1982 dan 1997, serta SPLN
D3.002-1 : 2007).
http://digilib.mercubuana.ac.id/
9
Gambar 2.1 Trafo satu fase
2.2.1
Gambar 2.2 Trafo tiga fase
Jenis Transformator
Secara umum, terdapat dua jenis transformator distribusi yang banyak
digunakan pada jaringan distribusi yaitu :
a. Transformator Konvensional
Transformator konvensional dilengkapi dengan konservator yaitu
sebuah tabung atau tangki yang letaknya diatas body transformator, yang
berfungsi untuk menampung pemuaian minyak saat transformator berbeban.
Tekanan lebih yang timbul selama beban tinggi akan mengalir ke atmosfer luar.
Bila beban transformator meningkat, temperatur belitan transformator akan
naik sehingga volume minyak akan membesar. Semakin tinggi temperatur
belitan, minyak akan semakin panas dan volume minyak juga semakin besar.
Kenaikan volume ini ditampung oleh konservator, dan didalam konservator
minyak akan mendorong udara keluar melalui lubang pernapasan, dan
sebaliknya. Proses aliran tersebut disebut dengan open systematau freely
breathing dalam menangani fluaktansi beban yang apabila terjadi peningkatan
kadar air didalam minyak akan berakibat menurunkan ketahanan tegangan
transformator.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
10
Udara lembab dari atmosfer luar yang masuk ke dalam tangki selama
proses pernapasan tersebut berpotensi mempengaruhi kekuatan dielektrik
transformator. Untuk menghindari hal ini, udara yang mengalir ke dalam tangki
disaring dengan desiccants yang merupakan jenis bahan kimia yang dapat
menyerap air. Jenis desiccants yang umum digunakan adalah silika gel yang
berfungsi untuk mengeringkan atau menyaring udara lembab yang masuk
kedalam lubang pernapasan yang merupakan faktor penentu dalam menjaga
kualitas sistem dielektrik.
Gambar 2.3 Konservator dan Silika Gel
Silika gel yang telah jenuh dapat direaktivasi dengan cara pemanasan pada
suhu 105 oC - 130 oC selama 4 - 6 jam untuk menurunkan kadar air ke tingkat
≤ 2% berat dan kembali ke warna awalnya. Gangguan sistem adalah gangguan
yang terjadi di sistem tenaga listrik seperti pada generator, trafo, SUTT, SKTT
dan lain sebagainya. Bila tegangan tembus minyak telah berada dibawah
ambang batas minimal, minyak perlu dipelihara (purifying) untuk menurunkan
kadar air dan membuang partikel fisika lainnya, salah satu upaya yang
dilakukan untuk memutus hubungan antara medium pendingin internal dengan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
11
atmosfer luar adalah dengan penerapan penggunaan bladder berupa balon karet
(rubber bag) yang dipasang pada konservator, sehingga kontak minyak dengan
atmosfer luar akan terpisahkan. Namun bladder memiliki keterbatasan yakni
dalam segi umur dan tingkat kesulitan sewaktu memeriksa kondisi bladder
karena posisinya berada di dalam tangki konservator.
Bladder
Udara
Tabung Silika gel
Minyak
Tangki Konservator
Gambar 2.4 Conservator Bladde
b. Transformator Hermatical
Pada sistem ini konservator dan sistem pipa untuk hubungan dengan
atmosfer luar tidak digunakan lagi. Untuk mengamankan pemuaian maupun
penyusutan minyak, tangki dibuat fleksibel (hermetic), dimana kenaikan
volume minyak akan ditampung oleh sirip yang dapat mengembang yang
mampu menampung semua pemuaian minyak. Lubang pernapasan sengaja
ditiadakan agar minyak tidak bersentuhan dengan udara. Terdapat dua jenis
sistem hermetical pada transformator distribusi, yaitu :
a) Hermetically Sealed Inert Gas Cushion
Sistem hermetical jenis ini umumnya digunakan pada bentuk tangki rigid
dengan menerapkan bantalan gas (nitrogen) pada ruang diatas level minyak.
Volume untuk ruang gas diperhitungkan agar mampu menampung ekspansi
minyak yang terjadi pada saat beban maksimum. Minyak dan gas berperan
bersama - sama dalam membentuk tekanan tangki.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
12
Gambar 2.5 Transformator hermatically sealed inert gas cushion
Busing dan pengubah sadapan yang direkomendasikan untuk menggunakan
desain wall mounted (terpasang pada dinding tangki), hal ini untuk
menghindari bagian bawah komponen - komponen tersebut tidak terendam
minyak.
b) Hermetically Sealed Fully Filled
Sistem hermetical ini adalah dengan mengisi seluruh ruang di dalam tangki
dengan minyak. Sistem ini diterapkan pada tangki yang dikonstruksi dengan
sirip pendingin dari pelat yang fleksibel (corrugated), yang dapat membuat
volume tangki bersifat variable, membesar saat beban tinggi dan kembali
mengecil pada beban yang lebih rendah.
Gambar 2.6 Transformator hermetically sealed fully filled
http://digilib.mercubuana.ac.id/
13
2.2.2
Fungsi Transformator
Pada dasarnya transformator memiliki prinsip kerja yang sama. Transformator
dapat dibagi menjadi beberapa macam, tergantung dari fungsi dan lokasinya,
sebagai berikut :
a. Berdasarkan Fungsi Pemakaian
a) Transformator Daya
Transformator daya digunakan sebagai penyuplai daya. Terdapat dua jenis
fungsi transformator ini berdasarkan sistem penyaluran tenaga listrik, yaitu:
a. Transformator step-up merupakan transformator yang memiliki lilitan
sekunder lebih banyak daripada lilitan primer sehingga berfungsi
sebagai penaik tegangan pada saat pengiriman/penyaluran daya.
b. Transformator step-down merupakan transformator yang memiliki
lilitan sekunder lebih sedikit daripada lilitan primer sehingga berfungsi
sebagai penurun tegangan pada saat menerima/memerlukan daya.
Transformator daya tidak dapat langsung digunakan untuk menyuplai beban,
sebab sisi tegangan rendahnya masih lebih tinggi dari tegangan beban,
sedangkan sisi tegangan tingginya merupakan tegangan transmisi (dari
pembangkit ke gardu induk). Ciri - ciri transformator daya yaitu :

Jumlah lilitan primer lebih sedikit daripada jumlah lilitan sekunder

Tegangan primer lebih kecil daripada tegangan sekunder

Kuat arus primer lebih besar daripada kuat arus sekunder
b) Transformator Distribusi
Transformator distribusi digunakan untuk membagi/ menyalurkan arus atau
energi listrik dengan tegangan distribusi agar jumlah energi yang hilang
http://digilib.mercubuana.ac.id/
14
tidak terlalu banyak (dari gardu induk ke konsumen). Ciri - ciri
transformator distribusi yaitu :

Jumlah lilitan primer lebih banyak daripada jumlah lilitan sekunder

Tegangan primer lebih besar daripada tegangan sekunder

Kuat arus primer lebih kecil daripada kuat arus sekunder
c) Transformator Pengukuran
Transformator ini dugunakan untuk pemasangan alat - alat ukur dan
proteksi pada jaringan tegangan tinggi. Transformator pengukuran ini
terdiri dari :

Transformator
arus
(Current
Transformator)
berfungsi
untuk
menurunkan besarnya arus listrik pada tegangan tinggi menjadi arus
listrik yang kecil dan diperlukan untuk alat ukur dan pengaman.

Transformator tegangan (Potensial Transformator) berfungsi untuk
menurunkan besarnya tegangan tinggi menjadi tegangan rendah yang
diperlukan untuk alat ukur dan pengaman/proteksi.
b. Berdasarkan Fungsi Pemakaian
a) Pemasangan dalam (Indoor)
Transformator hanya dapat dipasang di dalam ruangan yang aman dan
terlindung dari kondisi cuaca panas, hujan dan sebagainya.
b) Pemasangan luar (Outdoor)
Transformator yang dirancang dapat dipasang di luar ruangan, seperti di
switch yard dan tiang portal, namun jenis outdoor ini dapat juga dipasang
dalam ruangan.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
15
c. Berdasarkan Kapasitas dan Tegangan Kerja
Untuk mempermudah pengawasan dalam operasi, transformator dapat
dibagi menjadi :
a) Transformator Besar
: Tegangan ≥ 70 kV
: Daya ≥ 10 MVA
b) Transformator Sedang
: Tegangan 30 kV - 70 kV
: Daya 1 MVA - 10 MVA
c) Transformator Kecil
: < 30 kV
: Daya < 1MVA
2.3.
Konstruksi Transformator
Konstruksi transformator distribusi dikelompokkan menjadi beberapa bagian
(Gambar 2.7), yaitu :
a. Bagian utama/aktif, terdiri dari inti besi, kumparan transformator, minyak
transformator, bushing dan tangki konservator.
b. Bagian pasif, terdiri dari sistem pendingin, tap changer, alat pernapasan
(dehydrating breather) dan alat indikator.
c. Sistem insulasi.
d. Terminal.
e. Proteksi gangguan internal
f. Peralatan proteksi, terdiri dari rele bucholz, pengaman tekanan lebih
(explosive membrane/bursting plate), rele tekanan lebih (sudden pressure
relay), rele pengaman tangki.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
16
g. Peralatan tambahan untuk pengaman transformator, terdiri dari rele
differensial, rele arus lebih, rele hubung tanah, rele thermis, arrester.
Gambar 2.7 Konstruksi transformator :
1. Inti besi
6. Konservator
11. Breather
2. Klem inti besi
7. Fin radiator
12. Pembatas tekanan
3. Belitan sekunder
8. Bushing primer
13. Gelas penduga
4. Belitan primer
9. Bushing sekunder
14. Roda
5. Penyangga belitan
10. Tap changer
15. Kuping pengangkat
2.4.
Prinsip Kerja Transformator
Transformator adalah suatu alat listrik yang mentransformasikan energi
listrik dengan memberikan tegangan bolak - balik pada belitan primer untuk
membangkitkan medan magnetik. Garis - garis fluks dari medan magnetik tersebut
http://digilib.mercubuana.ac.id/
17
akan “memotong” konduktor belitan sekunder dan menginduksikan tegangan pada
terminalnya. Besar tegangan pada kedua terminal, berbanding lurus terhadap
jumlah lilitan masing – masing belitan. Untuk mendapatkan efisiensi yang lebih
tinggi, garis - garis fluks dialirkan melalui inti besi bereluktansi rendah, namun
beberapa diantaranya mengalir di luar inti besi (bocor) membentuk impedans bocor
(leakage impedance; voltage impedance). Bila belitan sekunder terhubung dengan
beban atau pada terminal belitan sekunder terbentuk suatu sirkit tertutup, arus akan
mengalir pada konduktor kedua belitan dan sirkit keluaran.
Apabila transformator diasumsikan sebagai transformator ideal dimana
tidak terjadi rugi-rugi daya pada transformator, daya pada kumparan primer (Np)
sama dengan daya pada kumparan sekunder (Ns). Besar tegangan dan arus pada
kumparan sekunder diatur menggunakan perbandingan: banyaknya lilitan antara
kumparan primer dan kumparan sekunder. Namun kenyataannya pada saat operasi
tidak ada transformator yang ideal. Alasannya, pada penyaluran tenaga listrik
terjadi kerugian energi sebesar I² R watt.detik. Kerugian ini akan banyak berkurang
apabila tegangan dinaikkan.
Transformator terdiri atas dua buah kumparan (primer dan sekunder) yang
bersifat induktif. Kedua kumparan ini terpisah secara elektris namun berhubungan
secara magnetis melalui jalur yang memiliki reluktansi (reluctance) rendah.
Apabila kumparan primer dihubungkan dengan sumber tegangan bolak - balik
maka fluks bolak - balik akan muncul di dalam inti yang dilaminasi, karena
kumparan tersebut membentuk jaringan tertutup maka mengalirlah arus primer.
Akibat adanya fluks di kumparan primer maka di kumparan primer terjadi induksi
(self induction) dan terjadi pula induksi di kumparan sekunder karena pengaruh
http://digilib.mercubuana.ac.id/
18
induksi dari kumparan primer atau disebut sebagai induksi bersama (mutual
induction). yang menyebabkan timbulnya fluks magnet di kumparan sekunder,
maka mengalirlah arus sekunder jika rangkaian sekunder di bebani, sehingga
energi listrik dapat ditransfer keseluruhan (secara magnetisasi), fluks bolak-balik
timbul di dalam inti besi yang dihubungkan dengan kumparan yang lain
menyebabkan atau menimbulkan gaya gerak listrik (GGL) induksi (sesuai dengan
induksi elektromagnet) dari hukum faraday, Bila arus bolak balik mengalir pada
induktor, maka akan timbul gaya gerak listrik (GGL).
Flux magnet

Kumparan
( )
sekunder
Kumparan primer
Inti besi
Gambar 2.8 Rangkaian Magnetik pada Transformator
Hukum yang digunakan pada prinsip kerja transformator adalah Hukum
Lorentz yang berbunyi “Arus bolak-balik yang mengalir di suatu kumparan yang
mengelilingi inti besi menyebabkan inti besi itu berubah menjadi magnet (Gambar
2.9a). Apabila magnet tersebut dikelilingi oleh suatu belitan, kedua ujung belitan
tersebut akan terjadi beda tegangan (Gambar 2.9b) sehingga akan timbul gaya
gerak listrik”.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
19
Gambar 2.9a
Gambar 2.9b
Gambar 2.9 Proses magnetic
Apabila lilitan primer dihubungkan dengan sumber tegangan V1, arus I0 akan
mengalir. Arus ini akan menimbulkan flux magnet (  ) yang akan mengalir pada
inti besi. Karena tegangan sumber adalah tegangan bolak-balik dan I juga bolak balik. Fluks ini akan mengalir melalui kumparan primer dan sekunder. Jika
dibandingkan antara GGL induksi di kumparan primer E1 dengan GGL induksi di
kumparan sekunder E2
2.5.
Permasalahan Pada Transformator Distribusi
Permasalahan pada transformator distribusi yaitu transformator distribusi
mempunyai batasan - batasan dalam operasinya. Selain itu, transformator tersebut
juga dapat mengalami gangguan hubung singkat baik didalam maupun diluar
transformator. Namun gangguan yang perlu lebih diperhatikan adalah apabila
terjadi kenaikan suhu pada transformator tersebut akibat dari beban lebih.
Gangguan hubung singkat terjadi antar kumparan yang diakibatkan
rusaknya isolasi. Kemungkinan rusaknya isolasi yaitu akibat tuanya umur isolasi
http://digilib.mercubuana.ac.id/
20
tersebut. Oleh karena itu, transformator didalam operasinya harus diperhatikan
kenaikan suhu akibat berbeban lebih. Transformator didalam operasinya dilengkapi
pula dengan peralatan proteksi. Peralatan proteksi merupakan peralatan yang
mengamankan transformator terhadap bahaya fisis, elektris maupun kimiawi. Yang
termasuk peralatan proteksi transformator antara lain sebagai berikut :
a. Rele Bucholz berfungsi untuk mendeteksi dan mengamankan terhadap
gangguan di dalam transformator yang menimbulkan gas. Didalam
transformator, gas mungkin dapat timbul akibat hubung singkat antar lilitan
(dalam phasa/ antar phasa), hubung singkat antar phasa ke tanah, busur
listrik antar laminasi, atau busur listrik yang ditimbulkan karena terjadinya
kontak yang kurang baik.
b. Rele
tekanan
lebih
berfungsi
untuk
mendeteksi
gangguan
pada
transformator bila terjadi kenaikan tekanan gas secara tiba - tiba dan secara
langsung mentripkan CB pada sisi upstream-nya.
c. Rele
diferensial
berfungsi
untuk
mendeteksi
terhadap
gangguan
transformator apabila terjadi flash over antara kumparan dengan kumparan,
kumparan dengan tangki atau belitan dengan belitan di dalam kumparan
ataupun antar kumparan.
d. Rele beban lebih berfungsi untuk mengamankan transformator terhadap
beban yang berlebihan dengan menggunakan sirkit simulator yang dapat
mendeteksi lilitan transformator yang kemudian apabila terjadi gangguan
akan membunyikan alarm pada tahap pertama dan kemudian akan
menjatuhkan PMT.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
21
e. Rele arus lebih berfungsi untuk mengamankan transformator terhadap
gangguan hubung singkat antar fasa didalam maupun diluar daerah
pengaman transformator, juga diharapkan rele ini mempunyai sifat
komplementer dengan rele beban lebih. Rele ini juga berfungsi sebagai
cadangan bagi pengaman instalasi lainnya. Arus berlebih dapat terjadi
karena beban lebih atau gangguan hubung singkat.
f. Rele fluks lebih berfungsi untuk mengamankan transformator dengan
mendeteksi besaran fluksi atau perbandingan tegangan dan frekwensi.
g. Rele tangki tanah berfungsi untuk mengamankan transformator bila terjadi
hubung singkat antara bagian yang bertegangan dengan bagian yang tidak
bertegangan pada transformator.
h. Rele gangguan tanah terbatas berfungsi untuk mengamankan transformator
terhadap gangguan tanah didalam daerah pengaman transformator
khususnya untuk gangguan didekat titik netral yang tidak dapat dirasakan
oleh rele diferential.
i. Rele termis berfungsi untuk mengamankan transformator dari kerusakan
isolasi kumparan, akibat adanya panas lebih yang ditimbulkan oleh arus
lebih. Besaran yang diukur didalam rele ini adalah kenaikan temperatur.
j. Fire Protection
k. Peralatan pernapasan (dehydrating breather) yaitu ventilasi udara yang
berupa saringan silika gel yang akan menyerap uap air pada transformator.
l. Indikator untuk mengawasi selama transformator beroperasi, maka perlu
adanya indikator pada transformator yang antara lain :

indikator kedudukan tap
http://digilib.mercubuana.ac.id/
22

indikator permukaan minyak

indikator sistem pendingin

indikator suhu minyak
Kegagalan suatu transformator biasanya diakibatkan oleh keburukan dari
sistem isolasinya yang menyebabkan banyaknya efek panas yang terjadi di dalam
transformator. Oleh sebab itu, perlu diketahui atau dipilih kelas isolasi yang sesuai
dengan standar yang berlaku.
Secara umum isolasi pada transformator dibagi menjadi dua bagian, yaitu
isolasi padat dan cair. Isolasi itu sendiri merupakan suatu sifat bahan yang mampu
untuk memisahkan dua buah penghantar atau lebih yang berdekatan, baik secara
elektrik (mencegah kebocoran arus yang terjadi), maupun sebagai pelindung
mekanis (melindungi material, magnetik) dari kerusakan yang diakibatkan oleh
pengkaratan, pengoperasian, pengangkutan ketempat pemasangan maupun pada
saat pengujian.
Ketahanan sistem isolasi dalam peralatan listrik banyak dipengaruhi oleh
beberapa faktor seperti suhu, kekuatan listrik dan mekanik, getaran, kerugian
akibat tekanan atmosfir dan kimia, serta debu dan radiasi. Suhu dalam sistem
peralatan listrik sering kali mempengaruhi faktor-faktor dalam material isolasi dan
sistem isolasi. Adapun kelas-kelas isolasi dan suhu yang berlaku menurut standar
IEC 354, serta bahan isolasi yang dipergunakan dapat dilihat pada (Tabel 2.1).
http://digilib.mercubuana.ac.id/
23
Tabel 2.1 Kelas-kelas isolasi dan suhu yang diijinkan
No
Kelas
Temperatur
Bahan Isolasi
Isolasi
Maksimum
1
Y
90°C
Unimpregnated cellulose, katun, sutera.
2
A
105°C
Impregnated cellulose, katun atau sutera,
kertas minyak
3
E
120°C
Cellulose triacetate
4
B
130°C
Mika, fiber glass, asbes berlapis organik.
5
F
155°C
Sama dengan kelas E dengan lapisan
yang cukup
6
H
180°C
Sama dengan kelas E dengan lapisan
silicon
7
200
200°C
Sama dengan kelas H
8
220
220°C
Mika, porselen, glas-kwarsa dan sejenis
material inorganik
9
250
250°C
Sama dengan kelas 220
http://digilib.mercubuana.ac.id/
2.6.
Sistem Pendingin Transformator
Pada inti besi dan kumparan - kumparan akan timbul panas akibat rugi - rugi besi
dan rugi - rugi tembaga. Bila panas tersebut mengakibatkan kenaikan suhu yang
berlebihan, akan merusak isolasi transformator. Untuk mengurangi adanya
kenaikan suhu yang berlebihan tersebut, pada transformator perlu juga dilengkapi
dengan sistem pendingin yang berfungsi untuk menyalurkan panas keluar
transformator. Media yang digunakan pada sistem pendingin dapat berupa udara
dan minyak.
Sistem pendingin transformator dapat dikelompokkan sebagai berikut :

ONAN (Oil Natural Air Natural) ialah pendinginan minyak pada
kumparan transformator dan udara sebagai pendingin luar, dimana
keduanya bersirkulasi secara alami. Jenis ini biasa digunakan untuk
transformator dengan kapasitas kecil.

ONAF (Oil Natural Air Force) ialah pendinginan minyak yang
bersirkulasi secara alami dan udara yang bersirkulasi secara paksa yakni
menggunakan hembusan kipas angin yang digerakkan oleh motor listrik.
Pada umumnya operasi transformator dimulai dengan ONAN atau dengan
ONAF tetapi hanya sebagian kipas angin yang berputar. Apabila suhu
transformator meningkat, kipas angin lainnya akan berputar secara
bertahap.

OFAF (Oil Force Air Force) ialah minyak dipompakan dari tangki utama
secara paksa melewati udara yang dipaksakan.
7
http://digilib.mercubuana.ac.id/
25
Pada sistem pendingin ini, minyak berfungsi sebagai pendingin kumparan
transformator yang bersirkulasi secara paksa dan dengan udara sebagai
pendingin luar transformator yang bersirkulasi secara paksa.

OFWF (Oil Force Water Force) ialah minyak dipompakan dari tangki
utama melewati air pendingin.
Pada sistem pendingin ini, minyak sebagai pendingin kumparan
transformator yang bersirkulasi secara paksa dan dengan air sebagai
pendingin luar transformator yang bersirkulasi secara paksa.
Berikut ini merupakan (Tabel 2.2) berisikan klasifikasi tipe pendingin
transformator.
Tabel 2.2 Tipe Pendingin Transformator
Media
Macam
Di dalam Transformator
No
Di luar Transformator
Sistem
Sirkulasi
Sirkulasi
Sirkulasi
Sirkulasi
Alami
Paksa
Alami
Paksa
Pendingin
1
AN
-
-
Udara
-
2
AF
-
-
-
Udara
3
ONAN
Minyak
-
Udara
-
4
ONAF
Minyak
-
-
Udara
5
OFAN
-
Minyak
Udara
-
6
OFAF
-
Minyak
-
Udara
7
OFWF
-
Minyak
-
Air
http://digilib.mercubuana.ac.id/
26
8
ONAN/ONAF
Kombinasi 3 dan 4
9
ONAN/OFAN
Kombinasi 3 dan 5
10
ONAN/OFAF
Kombinasi 3 dan 6
11
ONAN/OFWF
Kombinasi 3 dan 7
Keterangan :
A = Air (udara)
O = Oil (minyak)
N = Natural (alamiah)
F = Forced (paksa/tekanan)
Pemeran utama di bagian internal adalah minyak isolasi. Kemampuan
minyak untuk fungsi ini dipengaruhi oleh kualitas heat transfernya dan bagaimana
minyak dapat secara efektif mengalir (membasuh) pada setiap celah dari susunan
belitan.
Pada bagian eksternal pemeran utamanya adalah suhu dan aliran udara di
sekitar transformator serta luas permukaan sirip - sirip pendingin. Luas permukaan
dan sirip - sirip pendingin yang akan berinteraksi dengan udara luar merupakan
faktor yang menentukan efektifitas pendinginan.
Untuk hal tersebut, jumlah dan ukuran sirip pendingin di desain
sedemikian, sehingga mampu mendisipasi suhu yang timbul saat transformator
dioperasikan. Luas permukaan sirip pendingin akan menentukan kualitas
pendinginan. Untuk transformator dengan kelas suhu A, seperti halnya
kebanyakan transformator distribusi, desain ketahanan termal ditentukan pada
suhu ruang maksimum 40 oC.
Suhu pada bagian - bagian transformator dibedakan menjadi suhu rata rata dan suhu titik terpanas (hot spot). Suhu panas pada bagian selain belitan dapat
http://digilib.mercubuana.ac.id/
27
terjadi pada bagian konstruksi klem inti besi yang dibuat dari bahan logam
magnetik dan bagian tutup tangki di sekitar busing. Untuk mengurangi pengaruh
arus eddy, pada sebagian bidang pelat tutup tangki diganti dengan bahan logam
non magnetik.
2.6.1.
Pendingin Transformator
Minyak transformator berfungsi sebagai media pendingin dan isolasi, yang
mempunyai sifat media pemindah panas (disirkulasi) dan mempunyai daya
tegangan tembus tinggi. Pada transformator yang berkapasitas besar,
kumparan - kumparan dan inti besi transformator direndam dalam minyak
transformator.
Syarat suatu cairan bias dijadikan sebagai minyak transformator adalah
sebagai berikut :
1. Ketahanan isolasi harus tinggi ( >10kV/mm ).
2. Berat jenis harus kecil, sehingga partakel - partikel inert di dalam minyak
dapat mengendap dengan cepat.
3. Viskositas yang rendah agar lebih mudah bersirkulasi dan kemampuan
pendinginan menjadi lebih baik.
4. Titik nyala yang tinggi, tidak mudah menguap yang dapat membahayakan.
5. Tidak merusak bahan isolasi padat.
6. Sifat kimia yang stabil.
Minyak transformator adalah minyak berbasis mineral yang digunakan karena
keunggulan sifat kimia dan kekuatan dielektrik. Kualitas minyak akan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
28
mempengaruhi
sifat
insulasi
dan
pendingin.
Karakteristik
minyak
transformator dapat dilihat pada (Tabel 2.3) berikut.
Tabel 2.3 Karakteristik minyak transformator berdasarkan IEC 60422:2005
No.
Parameter
Baik
Cukup
Buruk
-
Gelap
1
Warna dan penampakan
Clear
2
Tegangan tembus [kV/2,5 mm]
> 40
30 - 40
< 30
3
Kadar air pada 20°C [mg/kg]
< 10
10 - 25
> 25
4
Keasaman [mgKOH/g]
< 0,15
0,15 - 0,30
> 0,30
5
Tan δ pada 90 oC
< 0,1
0,1 – 0,5
0,5
6
Tahanan jenis pada 90 oC
[GΩ.m]
>3
0,2 - 3
7
Sedimen [% berat]
8
Tegangan antar muka [mN/m]
9
< 0,2
< 0,02
> 28
o
Titik nyala [ C]
22 - 28
< 22
Maks penurunan
13°C
Sepanjang waktu pengoperasian transformator, kualitas minyak akan
terdegradasi, sehingga potensi gangguan pada transformator akan meningkat.
Kelembaban, sedimen dan partikel konduktif merupakan faktor yang
cenderung mereduksi kuat dielektrik minyak.
Oksidasi adalah asam (acid) yang terbentuk dari minyak yang terjadi
bila kontak dengan udara. Keasaman akan membentuk sludge yang mendiami
http://digilib.mercubuana.ac.id/
29
belitan transformator mereduksi disipasi panas. Belitan akan lebih panas
dengan semakin besarnya sludge, sehingga transformator lebih panas. Kadar
keasaman tinggi dan peningkatan suhu akan mengakselerasi pemburukan
kualitas minyak.
Kontaminasi yang terdapat pada minyak transformator umumnya
mengandung air dan partikel. Keberadaan salah satu dari kontaminan akan
mereduksi kualitas insulasi. Bila tingkat keasaman tinggi perlu kewaspadaan,
sludge yang terbentuk oleh keasaman tersebut harus dibersihkan dengan
minyak panas untuk menghilangkan sedimen.
Pada penggantian minyak sebaiknya dilakukan pada kondisi vakum,
jika tangki tidak tahan vakum minyak harus didegasifikasi dan disirkulasi
melalui degasifier 3 kali dari volume tangki untuk membantu menghilangkan
lembab pada insulasi transformator. Kerusakan disebabkan level uap air yang
masuk ke dalam tangki humiditas yang rendah.
Dalam proses identifikasi minyak transformator melalui kegiatan
pengujian dengan pengambilan sampel minyak, terdapat dua jenis pengujian
yaitu :
a. DGA (Dissolved Gas Analyst) merupakan suatu analisa secara kualitatif
maupun kuantitatif gas terlarut pada minyak isolasi transformator, untuk
mengetahui
ketidaknormalan
yang
terjadi
pada
bagian
dalam
transformator. Berikut merupakan cara pengambilan sampel minyak
transformator untuk diuji DGA (Gambar 2.10) sebagai berikut:
http://digilib.mercubuana.ac.id/
30
Gambar 2.10 Pengambilan sampel minyak untuk uji DGA
Dalam pelaksanaannya, tegangan tembus minyak transformator diuji dengan
menggunakan alat pengujian yang dinamakan Breakdown Voltage Test
(BDV) seperti yang terdapat pada (Gambar 2.11) berikut ini :
Gambar 2.11 Alat Penguji Tegangan Tembus Minyak Transformator.
b. Keasaman atau angka kenetralan (acidity) dalam minyak transformator
menunjukkan adanya kontaminan hasil oksidasi yang bersifat asam yang
dapat merusak isolasi kertas. Uji ini sangat dibutuhkan untuk suatu
penggantian minyak. Pengujian ini mengacu pada standar IEC 296:1982
dan 296:2003. Cara menguji acidity adalah dengan mencampurkan minyak
http://digilib.mercubuana.ac.id/
31
transformator dengan etanol sebanyak 40% dan Toluen sebanyak 60%.
Kemudian dilarutkan kOH sampai minyak transformator berwarna merah,
banyaknya kOH yang diperlukan sampai minyak berwarna merah itulah
angka kenetralan pada minyak transformator tersebut. Berikut merupakan
alat penguji keasaman minyak transformator (Gambar 2.12) sebagai
berikut :
Gambar 2.12 Alat penguji keasaman minyak transformator
2.7.
Umur Transformator
2.7.1
Umur Transformator Distribusi
Belitan transformator diinsulasi oleh kertas (craft paper) dan minyak
mineral. Kertas berasal dari wood pulp dengan kandungan selulose sekitar
90%. Selulose akan mengalami penuaan (aging), terdegradasi dalam fungsi
waktu dengan tingkat laju penuaan yang ditentukan oleh suhu, konsentrasi air
dan konsentrasi oksigen. Faktor - faktor ini secara simultan akan memutus
ikatan panjang cincin glucose, mereduksi kekuatan mekanikal kertas.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
32
Degradasi ini bersifat permanen, sehingga umur kertas insulasi diidentikan
dengan umur transformator.
Umur transformator merupakan fungsi dari umur sistem insulasinya.
Umur insulasi didefinisikan berakhir bila kekuatan mekanikalnya telah
menurun hingga 50% kekuatan awal. Pada batas ini transformator masih dapat
beroperasi namun rentan terhadap berbagai gangguan, meskipun beberapa
transformator dengan sisa kuat tarik lebih rendah dari 50% masih tetap dapat
beroperasi.
Untuk kelas suhu insulasi, seperti halnya transformator distribusi yang
umum digunakan di PLN, penurunan ini dicapai pada 180.000 jam (20,55
tahun) bila transformator dioperasikan pada kapasitas beban penuh secara
berkelanjutan. Sistem insulasi didesain untuk beroperasi pada suhu belitan rata
- rata 65 oC dan suhu belitan hottest-spot 80 oC di atas suhu ambien rata - rata
30 oC. Dengan kondisi ini, suhu operasi transformator adalah :

65 oC kenaikan suhu rata - rata + 30 oC suhu ambien = 95 oC suhu rata rata belitan

80 oC kenaikan hottest-spot + 30 oC suhu ambien = 110 oC suhu hottestspot
Sistem insulasi diatas menggunakan material thermal upgraded paper
yang merupakan hasil improvement dari material generasi sebelumnya yang
mempunyai suhu operasi lebih rendah, yaitu :

55 oC kenaikan suhu rata - rata + 30 oC suhu ambien = 85 oC suhu rata rata belitan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
33

65 oC kenaikan hottest-spot + 30 oC suhu ambien = 95 oC suhu hottestspot
Secara operasional, umur transformator akan ditentukan oleh suhu pada
konduktor belitannya yang disebabkan oleh pembebanan paada transformator
tersebut. Suhu yang melebihi batas kemampuannya akan mempercepat umur
transformator dan sebaliknya. Kurva umur operasi vs suhu belitan dapat dilihat
pada (Gambar 2.13) berikut.
Gambar 2.13 Kurva Umur Transformator vs Suhu Belitan
Dari gambar di atas dapat dilihat bahwa untuk variasi suhu 7 oC dari
batas suhu operasi akan terjadi faktor kelipatan dua. Pada suhu 117 oC, umur
transformator akan berkurang setengahnya akibat penuaan progresif oleh suhu
tinggi terhadap sistem insulasi, sedangkan pada suhu belitan 107 oC umur akan
lebih panjang dua kalinya. Pembebanan yang berlebihan pada transformator
(overload), akan mengakibatkan panas berlebih yang mana akan mempercepat
proses oksidasi pada minyak. Hasil oksidasi inilah sebagai pemicu pengikisan
unsur logam hingga pada akhirnya penurunan kemampuan isolasi yang
berujung pada kerusakan transformator. Selain itu pula, dengan adanya thermal
http://digilib.mercubuana.ac.id/
34
stress yang sangat tinggi tersebut akan merusak kertas isolasi pada
transformator itu sendiri. (Gambar 2.14) berikut ini merupakan contoh figur
kerusakan isolasi transformator (craft paper) pada suhu 150 oC yang terendam
dalam minyak transformator sehingga menimbulkan penurunan kualitas yang
sangat signifikan, yaitu dalam waktu kurang dari 6 bulan, dengan variasi waktu
pada figur penuaan kertas isolasi transformator Gambar (2.14) sebagai berikut :
Gambar 2.14 Figur penuaan kertas isolasi transformator
2.7.2
Faktor Yang Mempercepat Penuaan
Selain suhu tinggi, penuaan pada sistem insulasi dapat dipercepat oleh
kelembaban dan oksidasi. Suhu tinggi, air dan oksigen, secara simultan akan
membentuk siklus berantai melalui tiga proses, oksidasi (pada minyak dan
material selulose), hidrolisis dan pirolisis yang akan mempercepat kerusakan
sistem insulasi. Pada tingkat suhu beban normal, oksidasi dan lembab
cenderung lebih berperan dalam merusak sistem insulasi. Hasil dari siklus ini
adalah peningkatan kadar keasaman (acidity) pada minyak. Berikut
merupakan proses oksidasi, hidrolisis, pirolisis (Gambar. 2.15).
http://digilib.mercubuana.ac.id/
35
Gambar 2.15 Proses oksidasi, hidrolisis dan pirolisis
Kadar keasaman mempunyai korelasi terhadap pembentukan sludge,
yang keberadaannya akan merusak kemampuan heat transfer minyak. Asam
akan membentuk sludge yang menetap pada belitan transformator,
menghasilkan berkurangnya kemampuan minyak dalam mendisipasi panas.
Suhu operasi belitan yang menjadi lebih panas akan membentuk lebih banyak
sludge dan menimbulkan lebih panas lagi. Kadar asam yang semakin tinggi
dan peningkatan suhu operasi belitan akan mempercepat pemburukan kualitas
insulasi minyak.
Penelitian telah membuktikan bahwa kertas yang mengandung kadar
air 2% akan mengalami penuaan tiga kali lebih cepat daripada yang berkadar
http://digilib.mercubuana.ac.id/
36
air 1% dan pada kadar air 3% kecepatan penuaan akan mencapai 30 kali lebih
cepat.
Tabel 2.4 Kondisi Transformator
Kondisi 1
Kondisi baik.
Bila salah satu gas nilainya melebihi batasan level harus
diinvestigasi
Kondisi 2
Komposisi gas sudah melebihi batas normal.
Bila salah satu gas nilainya melebihi batasan level harus
diinvestigasi dengan cepat. Lakukan tindakan untuk
mendapatkan trend. Gangguan mungkin hadir.
Kondisi 3
Pemburukan tingkat tinggi.
Bila salah satu gas nilainya melebihi batasan level harus
diinvestigasi
dengan
cepat.
Lakukan
tindakan
untuk
mendapatkan trend. Gangguan kemungkinan bisa hadir
Kondisi 4
Pemburukan yang sangat tinggi.
Melanjutkan operasi transformator dapat mengarah pada
kerusakan transformator
2.7.3
Thermal Ageing
Kekuatan
isoalsi dan umur ekonomis dari transformator pada
dasarnya dipengaruhi oleh kekuatan mekanis dari isolasi pada proses normal
ageing. Pada keadaan pembebanan yang normal, secara teoritis umur dari
isolasi trafo terhadap tekanan mekanis dapat mencapai 1000 tahun. Akan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
37
tetapi pada kenyataannya umur trafo dilapangan hanya sekitar 20 tahun,
bahkan banyak trafo yang mengalami kerusakan sebelum umur 20 tahun, hal
ini disebabkan karena proses degradasi pada aksesoris trafo yang antara lain
terjadi pada tank, bushings, katup, dan lain sebagainya. Proses degradasi ini
disebabkan karena proses thermal ageing, dimana suhu yang terlampau tinggi
dapat menyebabkan isolasi kertas pada trafo mengalami proses degradasi
termal, sehingga pada saat terjadi gangguan (through fault) isolasi kertas akan
kehilangan kekuatan menahan tekanan mekanis yang menyebabkan belitan
mengalami pergeseran. Hal inilah yang menyebabkan kekuatan dielektris
mengalami laju penurunan dengan cepat. Beberapa pernyataan mengenai
proses thermal ageing diantaranya adalah:
a. Pada temperatur hot spot antara (80-140)0 C, maka setiap kenaikan
60 C, umur trafo akan berkurang setengahnya (IEC Publication
354 1972- Loading Guide for Oil-Immersed Transformer,
CIGRE Transformer Working Group-1961).
b. Proses ageing pada selulosa merupakan proses kimia, dimana
panas, air dan oksigen adalah katalis (zat yang mempercepat
reaksi).
c. Selain menyebabkan efek thermal ageing, suhu yang tinggi juga
dapat menyebabkan tekanan yang tinggi pada internal tank,
sehingga dapat memacu pecahnya tank/kendornya baut pada bodi
trafo sehingga menyebabkan kebocoran minyak trafo.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
38
d. Temperatur yang tinggi pada hot spot dapat menyebabkan
timbulnya gelembung-gelembung bebas yang menyebabkan
turunnya kekuatan dielektrik minyak trafo
2.7.4
Pengertian Hot Spot Temperature
Merupakan titik pada kumparan transformator yang memiliki suhu
terpanas yang mana titik terpanas ini selalu mendapatkan perhatian yang
paling besar dibandingkan bagian lainnya, karena pada titik ini merupakan
tempat terjadinya degradasi termal. Hot spot temperature dipengaruhi oleh
beberapa hal diantaranya adalah :

Kenaikan suhu minyak (b): berdasarkan SPLN D3 002-1 2007
bahwa kenaikan suhu maksimal minyak adalah 500 C

Kenaikan suhu belitan (c): berdasarkan SPLN D3 002-1 2007
bahwa kenaikan suhu maksimal belitan adalah 550 C

Suhu minyak rata-rata (br)
Suhu minyak rata-rata** = (0,8 x kenaikan maksimal suhu minyak)
**(IEC Standard 60076-2 1993)

Suhu temperatur sekitar /ambient (a): secara desain transformator
dirancang pada suhu operasi sekitar 300 C, dan temperatur sekitar
(ambient) tidak boleh melebihi 400 C (SPLN D3 002-1 2007).
http://digilib.mercubuana.ac.id/
39
Hot spot temperature menurut SPLN D3-002-1 2007 dan IEC

Publication 76-1967 (Loading Guide for Oil-Immersed
Transformer) ditetapkan bahwa suhu
titik panas adalah
sebesar 980 C.
Dimana berlaku persamaan :
 c   a   b   w0 ………………………………(2.1)
Keterangan:
 c  hot spot temperature
 a  suhu lingkungan sekitar (ambient )
 b  kenaikan suhu maksimal min yak
 w0  perbedaan antara suhu maksimal beli tan dan suhu rata  rata miyak
Sehingga dari persamaan tersebut maka hot spot temperature dapat
ditentukan:
 c  30  50  (55  0,8 X 50) X 1.1  98 0 C
Terlihat bahwa dari hasil perhitungan hot spot temperature sesuai dengan
stándar yang ditentukan oleh SPLN D3 002-1 2007 dan IEC Publication
76-1967 yaitu sebesar 980 C.
2.7.5
Asumsi Diagram Thermal
Kenaikan temperatur dapat diasumsikan dengan diagram termal
sederhana seperti ditunjukkan gambar 2.16. Gambar ini dapat dipahami
karena merupakan diagram penyederhanaan dari distribusi yang lebih
rumit. Kenaikan temperatur top oil yang diukur selama pengujian
kenaikkan temperatur berbeda dengan minyak yang meninggalkan
kumparan. Minyak pada top oil adalah campuran sebagian dari minyak
http://digilib.mercubuana.ac.id/
40
yang bersirkukasi pada sepanjang kumparan. Tetapi perbedaan ini tidak
dipertimbangkan dengan cukup signifikan untuk memvalidasi metode.
Metode ini disederhanakan sebagai asumsi yang telah dibuat sebagai
berikut:
1. Temperatur minyak bertambah secara linear sesuai kumparan
2. Kenaikkan temperatur rata-rata minyak adalah sama untuk
semua kumparan dari kolom yang sama.
3. Perbedaan temperatur antara minyak pada puncak kumparan
(asumsinya sepadan dengan yang di puncak) dan minyak yang
berada di dasar kumparan (asumsinya sepadan sepadan dengan
yang di pendingin) adalah sama untuk semua bagian
kumparan.
4. Kenaikkan temperatur rata-rata dari tembaga pada setiap posisi
diatas kumparan meningkat secara linear sejalan kenaikkan
temperatur minyak yang mempunyai selisih kostan wo antara
dua garis lurus (wo adalah selisih antara kenaikkan
temperatur rata-rata tahanan dan kenaikkan temperatur ratarata minyak).
5. Kenaikkan temperatur rata-rata puncak kumparan adalah
kenaikkan temperatur rata-rata minyak ditambah wo
6. Kenaikkan temperatur hot spot adalah lebih tinggi dibanding
kenaikkan temperatur rata-rata puncak kumparan. Untuk
menghitung perbedaan antara kedua kenaikkan temperatur ini,
nilai wo diasumsikan 0,1 untuk sirkulasi minyak secara
http://digilib.mercubuana.ac.id/
41
alami. Sehingga kenaikkan temperatur hot spot adalah sepadan
dengan kenaikkan temperatur top oil ditambah 1.1 wo
Gambar 2.16 Diagram Thermal transformator (standar IEC 354-1972
Loading Guide for Oil- Immersed Transformer)
2.7.6
Nilai Relatif dari Umur Pemakaian
Hubungan Montsinger sekarang telah dapat digunakan untuk
menentukan nilai relatif dari umur pemakaian pada temperatur hot spot
(c) dibandingkan umur pemakaian pada temperatur hot spot normal
(cr). Berdasarkan hubungan Montsinger yang dijadikan sebagai standar
publikasi IEC 354-1972 dan CIGRE Transformer Working Group, bahwa
setiap kenaikan 60 C , maka umur ekonomis trafo berkurang mnejadi
setengahnya (berlaku untuk hot spot temperature 800 C-1400 C).
Hubungan Montsinger dapat dirumuskan sebagai berikut:
http://digilib.mercubuana.ac.id/
42
V 
Laju thermal ageing pada temperatur  c
……………………..(2.2)
Laju thermal ageing pada temperatur cr
V  2 (c cr ) / 6  e 0.693 (c cr ) ........................................................ (2.3)
Dengan memasukkan nilai cr sebesar 980 C kedalam persamaan V.2,
maka diperoleh persamaan laju pemakain relatif dalam bentuk logaritmis
yaitu:
V  10 ( c 98) / 19.93 ......................................................................... (2.4)
Keterangan:
c
: temperatur hot spot riil (sesuai kondisi pemakaian di
lapangan).
cr
pada
:
temperatur hot spot standar, yaitu sebesar 980 C (mengacu
standar IEC Publication 76-1967 dan SPLN D3 002-1 2007).
Definisi dari umur relatif adalah 1 jam pemakaian pada temperature hot spot
cr akan sama dengan x jam pemakaian pada temperature standar c (980 C).
Sebagai contoh apabila nilai V=3, pada temperatur hot spot 107,50 C artinya
pemakainnya dalam 1 jam akan setara dengan 3 jam pemakaian pada keadaan
standar yaitu pada temperatur hot spot 980 C.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
7
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Download