BAB II URAIAN TEORITIS 2.1.Ketenagakerjaan Di Indonesia

advertisement
BAB II
URAIAN TEORITIS
2.1.Ketenagakerjaan
Di Indonesia, pengertian tenaga kerja atau manpower mulai sering diperdengarkan.
Tenaga kerja mencakup penduduk yang sudah atau sedang bekerja, yang sedang mencari
pekerjaan dan yang melakukan kegiatan lain seperti bersekolah dan mengurus rumah tangga.
Persoalan pokok ketenagakerjaan bersumber dari kurangnya daya saing tenaga kerja terhadap
laju pertumbuhan angkatan kerja secara nasional. Persoalan ini sesungguhnya tidaklah berdiri
sendiri tetapi merupakan mata rantai yang saling berhubungan dalam proses pembangunan
nasional secara keseluruhan.
Masalah lain yang sering timbul dalam ketenagakerjaan adalah terjadinya
ketidakseimbangan antara penawaran tenaga kerja (supply of labor) dan permintaan akan
tenaga kerja (demand of labor) pada tingkat upah tertentu. Ketidakseimbangan ini dapat
berupa excess supply of labor, yaitu apabila penawaran lebih besar dari pada permintaan
tenaga kerja, atau terjadi excess demand of labor, yaitu apabila terjadi permintaan akan
tenaga kerja lebih besar daripada penawaran akan tenaga kerja.
Lewis, A dalam Todaro (1985 : 66) mengemukakan teorinya mengenai
ketenagakerjaan, yaitu kelebihan pekerja merupakan kesempatan dan bukan masalah.
Kelebihan pekerja merupakan di satu sektor akan memberikan andil terhadap pertumbuhan
output dan penyediaan pekerja di sektor lain. Selanjutnya Lewis mengemukakan bahwa
terdapat dua faktor di dalam perekonomian negara sedang berkembang, yaitu sektor modern
dan sektor tradisional. Sektor tradisional tidak hanya sektor pertanian di pesesaan, melainkan
juga termasuk sektor informal di perkotaan (pedagang kaki lima, pengecer, pedagang
angkringan). Sektor informal mampu menyerap kelebihan tenaga kerja yang ada selama
berlangsungnya proses industrialisasi, sehingga disebut katub pengaman ketenagakerjaan.
Universitas Sumatera Utara
Di Indonesia tenaga kerja memakai batasan umur 10 tahun keatas. Dengan demikian
tenaga kerja yang dimaksudkan adalah penduduk yang berumur 10 tahun atau lebih dan
dibawah 10 tahun tidak dianggap sebagai tenaga kerja. Hal ini didasarkan pada kenyataan
bahwa dalam umur 10 tahun atau lebih sudah banyak penduduk terutama di desa-desa yang
sudah bekeja. Batas umur tingkat minimum 10 tahun tanpa batas maksimal.
Dengan bertambahnya kegiatan pendidikan maka jumlah penduduk dalam usia
sekolah yang melakukan kegiatan ekonomi akan berkurang. Bila wajib belajar 9 tahun
diterapkan, maka anak-anak sampai dengan umur 14 tahun akan berada di sekolah. Dengan
kata lain jumlah penduduk yang bekerja dalam batas umur tersebut akan menjadi sangat
kecil, sehingga batas umur minimum lebih tepat dinaikan menjadi 15 tahun. Atas
pertimbangan tersebut, Undang-Undang No. 25 tahun 1997 tentang ketenagakerjaan telah
menetapkan batas usia kerja menjadi 15 tahun.
2.2.Produktivitas Tenaga Kerja
2.2.1. Pengertian Tenaga Kerja
Produktivitas mengandung pengertian filosofis, definisi kerja, dan teknis operasional.
Secara filosofis, produktivitas mengandung pandangan hidup dan sikap mental yang selalu
berusaha untuk meningkatkan mutu kehidupan, keadaan hari ini harus lebih baik dari hari
kemarin, dan mutu kehidupan besok harus lebih baik dari hari ini. Pandangan hidup dan sikap
mental yang akan mendorong manusia untuk tidak cepat merasa puas, akan tetapi terus
mengembangkan diri dan meningkatkan kemampuan kerja.
Produktivitas pada dasarnya merupakan efektivitas faktor input dalam menghasilkan
output. Banyak pengukuran produktivitas yang diketahui, produktivitas lahan, tenaga kerja,
modal, dan lain-lain produktivitas faktor produksi yang selalu dipakai dalam proses produksi.
Namun demikian ada satu pengukuran produktivitas yang sangat menarik untuk diperhatikan
Universitas Sumatera Utara
yaitu output/labour yang disebabkan dalam pengertian ini telah terkandung kombinasi dari
kualitas tenaga kerja. Misalnya pendidikan, keahlian, teknis, motivasi, kapital, dan teknologi.
Produktivitas dapat diartikan secara sederhana dengan peningkatan kualitas dan
kuantitas, bisa juga diartikan bekerja secara efektif dan efisien. Karena itu antara
produktivitas, efektif, efisien, dan kualitas sangat berdekatan artinya. Sumber-sumber
ekonomi yang digerakkan secara efektif memerlukan keterampilan organisatoris dan teknis
sehingga mempunyai tingkat hasil guna yang tinggi. Artinya, hasil ataupun output yang
diperoleh seimbang dengan masukan (sumber-sumber ekonomi) yang diolah (Sinungan,
1995).
Produktivitas tenaga kerja memegang peranan penting dalam proses pertumbuhan
ekonomi suatu bangsa, karena pendapatan nasional maupun pendapatan daerah banyak
diperoleh dengan cara meningkatkan keefektifan dan mutu tenaga kerja dibandingkan dengan
melalui formasi modal dan pertambahan angkatan kerja. Pembinaan yang baik terhadap
penduduk maupun angkatan kerja akan menghasilkan mutu angkatan kerja yang baik pula.
Mutu angkatan kerja antara lain tercermin dalam tingkat pendidikan dan pelatihan yang
mereka ikuti.
2.3.Tingkat Pendidikan
2.3.1. Pengertian Pendidikan
Menurut Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan Nasional pasal
1 ayat (1) menjelaskan pengertian pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spritual keagamaan, pengendalian
diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa, dan negara.
Pendidikan memiliki peran penting dalam kehidupan berbangsa dan bernegara dalam
upaya menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas. Pendidikan merupakan suatu
Universitas Sumatera Utara
faktor kebutuhan dasar untuk setiap manusia sehingga upaya mencerdaskan kehidupan
bangsa, karena melalui pendidikan upaya peningkatan kesejahteraan rakyat dapat
diwujudkan. Pendidikan mempengaruhi secara penuh pertumbuhan ekonomi suatu negara
(daerah). Hal ini bukan saja karena pendidikan akan berpengaruh terhadap produktivitas,
tetapi juga akan berpengaruh fertilitas masyarakat. Pendidikan dapat menjadikan sumber
daya manusia lebih cepat mengerti dan siap dalam menghadapi perubahan dan pembangunan
suatu negara.
Hampir semua negara berkembang menghadapi masalah kualitas dan kuantitas sumber
daya manusia yang diakibatkan oleh rendahnya mutu pendidikan. Hal ini ditunjukkan oleh
adanya tingkat melek huruf yang rendah, pemerataan pendidikan yang rendah, serta standar
proses pendidikan yang relatif kurang memenuhi syarat. Padahal kita tahu, bahwa pendidikan
merupakan suatu pintu untuk menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas. Untuk itu
peningkatan kualitas sumber daya manusia mutlak harus dilakukan. Karena dengan kualitas
sumber daya manusia yang berkualitas dapat memberikan multiplier effect terhadap
pembangunan suatu negara, khsususnya pembangunan bidang ekonomi.
Pendidikan merupakan bentuk investasi sumber daya manusia yang harus lebih
diprioritaskan sejajar dengan investasi modal fisik karena pendidikan merupakan investasi
jangka panjang. Di mana nilai balik dari investasi pendidikan tidak dapat langsung dinikmati
oleh investor saat ini, melainkan akan dinikmati di masa yang akan datang. Investasi di
bidang pendidikan tidak saja berfaedah bagi perorangan, tetapi juga bagi komunitas bisnis
dan masyarakat umum. Pencapaian pendidikan pada semua level niscaya akan meningkatkan
pendapatan dan produktivitas masyarakat. Pendidikan merupakan jalan menuju kemajuan dan
pencapaian kesejahteraan sosial dan ekonomi. Sedangkan kegagalan membangun pendidikan
akan melahirkan berbagai problem krusial: pengangguran, kriminalitas, penyalahgunaan
narkoba, dan welfare dependency yang menjadi beban sosial politik bagi pemerintah.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Undang-undang Nomor 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional
adalah sebagai berikut : “Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik
melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan atau latihan bagi perannya dimasa yang akan
datang”.
Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan formal terdiri atas
pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi.
Adapun tiga (3) tingkat pendidikan itu adalah sebagai berikut :
a. Pendidikan Dasar
Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan yang melandasi jenjang pendidikan
menengah. Pendidikan dasar berbentuk Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah
(MI) atau bentuk lain yang sederajat serta Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan
Madrasah Tsanawiyah (MTs), atau bentuk lain yang sederajat.
b. Pendidikan Menengah
Pendidikan menengah merupakan lanjutan pendidikan dasar. Pendidikan menengah
terdiri atas pendidikan menengah umum dan pendidikan menengah kejuruan. Pendidikan
menengah berbentuk Sekolah Menengah Atas (SMA), Madrasah Aliyah (MA), Sekolah
Menengah Kejuruan (SMK), dan Madrasah Kejuruan (MAK), atau bentuk lain yang
sederajat.
c. Pendidikan Tinggi
Pendidikan tinggi merupakan jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah yang
mencakup program pendidikan diploma, sarjana, magister, spesialis, dan doktor yang
diselenggarakan oleh perguruan tinggi.
Akademi menyelenggarakan pendidikan vokasi dalam satu cabang atau sebagian
cabang ilmu pengetahuan, teknologi dan atau seni tertentu. Politeknik menyelenggarakan
pendidikan
vokasi dalam
sejumlah
bidang
pengetahuan khusus.
Sekolah tinggi
Universitas Sumatera Utara
menyelenggarakan pendidikan akademik dan atau vokasi alam lingkup satu disiplin ilmu
tertentu dan jika memenuhi syarat dapat menyelenggarakan pendidikan profesi. Institut
menyelenggarakan pendidikan akademik dan atau pendidikan vokasi alam sekelompok
disiplin ilmu pengetahuan, teknologi, dan atau seni dan jika memenuhi syarat dapat
menyelenggarakan pendidikan profesi. Universitas menyelenggarakan pendidikan akademik
dan atau pendidikan vokasi dalam sejumlah ilmu pengetahuan, teknologi, dan atau seni dan
jika memenuhi syarat dapat menyelenggarakan pendidikan profesi.
2.3.2. Pendidikan dan Latihan : Pendekatan Teori Human Capital
Investasi dapat dilakukan bukan saja dalam bidang usaha seperti yang sudah biasa kita
kenal, akan tetapi juga di bidang sumber daya manusia. Prinsip investasi di bidang usaha
adalah mengorbankan konsumsi pada saat investasi dilakukan untuk memperoleh tingkat
konsumsi yang lebih tinggi beberapa waktu kemudian. Sama halnya dengan investasi di
bidang usaha tersebut, maka investasi dilakukan juga di bidang sumber daya manusia. Yang
dikorbankan adalah sejumlah dana yang dikeluarkan dan kesempatan memperoleh
penghasilan selama proses investasi. Yang diperoleh sebagai imbalannya adalah tingkat
penghasilan yang lebih tinggi untuk mencapai tingkat konsumsi pula. Investasi yang
demikian dinamakan human capital. Penerapannya dapat dilakukan dalam hal (1) pendidikan
dan latihan, (2) migrasi, dan (3) perbaikan gizi dan kesehatan.
1. Pendidikan dan Latihan
Pendidikan merupakan salah satu faktor penting dalam pengembangan sumber daya
manusia. Pendidikan dan latihan tidak saja menambah pengetahuan, akan tetapi juga
meningkatkan keterampilan kerja, dengan demikian meningkatkan produktivitas kerja.
Walaupun sistem pendidikan sudah dikenal sejak ribuan tahun lalu, namun baru sejak tahun
1940-an orang mulai sadar akan hubungan pendidikan dengan pertumbuhan ekonomi. Hal
Universitas Sumatera Utara
tersebut sesuai dengan pendapat bahwa negara-negara dengan tingkat pendidikan yang lebih
tinggi juga mengalami pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi pula.
a. Teori Human Capital
Asumsi dasar teori human capital adalah bahwa seseorang dapat meningkatkan
penghasilannya melalui peningkatan pendidikan. Setiap tambahan satu tahun sekolah berarti
di satu pihak meningkatkan kemampuan kerja dan tingkat penghasilan seseorang, akan tetapi
di pihak lain menunda penerimaan penghasilan selama satu tahun dalam mengikuti sekolah
tersebut. Disamping penundaan menerima penghasilan tersebut, orang yang melanjutkan
sekolah harus membayar secara langsung seperti uang sekolah, pembelian buku dan alat-alat
sekolah, tambahan uang transport dan lain-lain. Hubungan pendidikan dengan produktivitas
tenaga kerja dapat tercermin dalam tingkat penghasilan. Pendidikan yang lebih tinggi
mengakibatkan produktivitas kerja yang lebih tinggi dan oleh sebab itu memungkinkan
penghasilan yang lebih tinggi juga.
b. Perbaikan Gizi dan Kesehatan
Perbaikan gizi dan kesehatan sangat penting untuk meningkatkan produktivitas kerja.
Oleh sebab itu investasi dilaksanakan untuk perbaikan gizi dan kesehatan dapat dipandang
sebagai salah satu aspek human capital. Perbaikan dan peningkatan di bidang kesehatan
masyarakat biasanya menjadi tanggung jawab pemerintah. Akan tetapi penyediaan fasilitas
kesehatan seperti itu selalu terbatas karena terbatasnya dana pemerintah. Oleh sebab itu usaha
perbaikan kesehatan memerlukan pengerahan dana masyarakat terutama partisipasi
pengusaha. Demukian pula untuk negara seperti Indonesia sekarang ini, usaha perbaikan gizi
tidak mungkin dibebankan seluruhnya kepada pemerintah. Cara yang lebih praktis untuk
perbaikan gizi para karyawan di perusahaan adalah dengan memperbaiki sistem pengupahan
mereka agar cukup memenuhi kebutuhan hidup minimumnya termasuk kebutuhan gizi
minimum. Rendahnya tingkat gizi kesehatan disebabkan oleh rendahnya tingkat penghasilan.
Universitas Sumatera Utara
Rendahnya tingkat penghasilan tercermin dalam tingkat pengeluaran keluarga yang rendah
dan tingkat upah yang rendah. Implikasi dari penerapan teori human capital di bidang
perbaikan gizi dan kesehatan adalah perlunya usaha-usaha memerangi kemiskinan.
2.3.3. Fungsi dan Tujuan Pendidikan
Fungsi dan tujuan pendidikan nasional sesuai dengan Undang-undang RI No. 20
tahun
2003
tentang
SISDIKNAS
adalah
bahwa
pendidikan
nasional
berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermatabat
dalam
rangka
mencerdasaskan
kehidupan
bangsa,
bertujuan
untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Wuradji, seperti dikutip oleh Wahyuningtyas (1995 : 19) menyatakan bahwa fungsi
pendidikan itu meliputi: a) Memindahkan nilai-nilai budaya, b) Nilai-nilai pengajaran, c)
Peningkatan mobilitas sosial, d) Fungsi sertifikat, e) Job training, f) Memantapkan dan
mengembangkan hubungan-hubungan sosial.
Adapun tujuan pendidikan terbagi atas empat yaitu :
a. Tujuan umum pendidikan nasional yaitu untuk membentuk manusia pancasila
b. Tujuan institusional yaitu tujuan yang menjadi tugas dari lembaga pendidikan tertentu
untuk mencapainya
c. Tujuan kurikuler yaitu tujuan bidang studi atau mata pelajaran
d. Tujuan instruksional yaitu tujuan materi kurikulum yang berupa bidang studi terdiri dari
pokok bahasan dan sub pokok bahasan, terdiri atas tujuan instruksional umum dan tujuan
instruksional khusus (Umar Tirtarahardja dan La Sulo, 1944 : 41).
Universitas Sumatera Utara
2.3.4. Ruang Lingkup Pendidikan
Pada hakekatnya pendidikan merupakan proses yang berlangsung seumur hidup dan
dilaksanakan didalam lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat. Oleh karena itu
pendidikan adalah tanggung jawab bersama antara keluarga, masyarakat dan pemerintah.
Pendidikan menurut pelaksaannya dibagi menjadi pendidikan formal/sekolah dan pendidikan
non formal/luar sekolah.
Menurut Sistem Pendidikan Nasional (UU Nomor 2 tahun 1989 pasal 10)
dikemukakan bahwa pendidikan terbagi atas:
1. Pendidikan persekolahan yang mencakup berbagai jenjang pendidikan dari tingkat
Sekolah Dasar (SD) sampai perguruan tinggi
2. Pendidikan Luar Sekolah terbagi atas :
a. Pendidikan non formal. Mencakup lembaga pendidikan diluar sekolah, misalnya
kursus, seminar, kejar paket A.
b. Pendidikan informal. Mencakup pendidikan keluarga, masyarakat dan programprogram sekolah, misalnya ceramah di radio atau televisi dan informasi yang mendidik
dalam surat kabar atau majalah.
Dari jenis pendidikan diatas, pendidikan informal adalah yang lebih dahulu dikenal
dan paling penting peranannya. Hal ini disebabkan dalam masyarakat sederhana satu-satunya
bentuk pendidikan yang dikenal adalah pendidikan informal. Meskipun pendidikan informal
mempunyai peranan yang penting, namun didalam penelitian ini tidak dicantumkan sebagai
salah satu faktor penunjang produktivitas tenaga kerja. Hal ini dikarenakan kesulitan dalam
mengidentifikasi datanya. Pendidikan formal sering juga disebut pendidikan persekolahan,
berupa rangkaian jenjang pendidikan yang telah baku mulai dari jenjang pendidikan dasar
sampai perguruan tinggi (Umar Tirtarahardja dan La Sulo, 1994 : 78).
Universitas Sumatera Utara
Tingkat pendidikan berupa pendidikan formal dan non formal mempunyai tujuan
untuk mengembangkan kualitas sumber daya manusia yang terarah, terpadu dan menyeluruh
berbagai upaya proaktif dan reaktif dalam membentuk manusia seutuhnya agar menjadi sadar
akan dirinya dan dapat dimanfaatkan lingkungannya untuk meningkatkan taraf hidupnya.
Untuk dapat berfungsi demikian, manusia memerlukan pengetahuan, keterampilan,
penguasaan teknologi, dan dapat mandiri melalui pendidikan. Produktivitas tenaga kerja
memerlukan pengetahuan dan keterampilan dan penguasaan teknologi, sehingga dengan
adanya tingkat pendidikan maka produktivitas tenaga kerja akan mudah tercapai.
2.4. Kesehatan dan Pembangunan
Pada tingkat mikro yaitu pada tingkat individual dan keluarga, kesehatan adalah dasar
bagi produktivitas kerja dan kapasitas untuk belajar di sekolah. Tenaga kerja yang sehat
secara fisik dan mental akan lebih enerjik dan kuat, lebih produktif, dan mendapatkan
penghasilan yang tinggi. Keadaan ini terutama terjadi di negara-negara sedang berkembang,
dimana proporsi terbesar dari angkatan kerja masih bekerja secara manual. Di Indonesia
sebagai contoh, tenaga kerja laki-laki yang menderita anemia menyebabkan 20% kurang
produktif jika dibandingkan dengan tenaga kerja laki-laki yang tidak menderita anemia.
Selanjutnya, anak yang sehat mempunyai kemampuan belajar lebih baik dan akan tumbuh
menjadi dewasa yang lebih terdidik. Dalam keluarga yang sehat, pendidikan anak cenderung
untuk tidak terputus jika dibandingkan dengan keluarga yang tidak sehat.
Pada tingkat makro, penduduk dengan tingkat kesehatan yang baik merupakan
masukan (input) penting untuk menurunkan kemiskinan, pertumbuhan ekonomi, dan
pembangunan ekonomi jangka panjang. Beberapa pengalaman sejarah besar membuktikan
berhasilnya tinggal landas ekonomi seperti pertumbuhan ekonomi yang cepat didukung oleh
terobosan penting di bidang kesehatan masyarakat, pemberantasan penyakit dan peningkatan
gizi. Hal ini antara lain terjadi di Inggris selama revolusi industri, Jepang dan Amerika
Universitas Sumatera Utara
Selatan pada awal abad ke-20, dan pembangunan di Eropa Selatan dan Asia Timur pada
permulaan tahun 1950-an dan tahun 1960-an.
Informasi yang paling mengagumkan adalah penelusuran sejarah yang dilakukan oleh
Prof. Robert Fogel, yang menyatakan bahwa peningkatan ketersediaan jumlah kalori untuk
bekerja, selama 200 tahun yang lalu mempunyai kontribusi terhadap pertumbuhan
pendapatan per kapita seperti terjadi di Perancis dan Inggris. Melalui peningkatan
produktivitas tenaga kerja dan pemberian kalori yang cukup, Fogel memperkirakan bahwa
perbaikan gizi memberikan kontribusi sebanyak 30% terhadap pertumbuhan pendapatan per
kapita di Inggris.
Bukti-bukti makroekonomi menjelaskan bahwa negara-negara dengan kondisi
kesehatan dan pendidikan yang rendah, mengahadapi tantangan yang lebih berat untuk
mencapai pertumbuhan berkelanjutan jika dibandingkan dengan negara yang lebih baik
keadaan kesehatan dan pendidikannya. Pada tabel 1 dibawah ini ditunjukkan tingkat
pertumbuhan dari beberapa negara sedang berkembang pada periode 1965-1994.
Pengelompokan negara-negara tersebut didasarkan atas tingkat pendapatan dan angka
kematian bayi (sebagai proksi dari seluruh keadaan penyakit pada tahun 1965). Tabel tersebut
menjelaskan di negara-negara dengan tingkat angka kematian bayi yang rendah menikmati
tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi pada periode tertentu.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.1
Tingkat Pertumbuhan Pendapatan Per Kapita, 1965-1994
( Didasarkan atas Pendapatan dan Angka Kematian Bayi, 1965)
Angka
Kematian
Bayi AKB < 50
(AKB), 1965
AKB
AKB
AKB > 150
50-100
100-150
Tahun Dasar Pendapatan, 1965
GDP < US$ 750
-
3.7
1.0
0.1
GDP US$ 750-1500
-
3.4
1.1
-0.7
GDP US$ 1500-3000
5.9
1.8
1.1
2.5
GDP US$ 3000-6000
2.8
1.7
0.3
-
GDP > US$ 6000
1.9
-0.5
-
-
Sumber: WHO-SEAR, 2002
Terdapat korelasi yang kuat antara tingkat kesehatan yang baik dengan pertumbuhan
ekonomi yang tinggi. Secara statistik diperkirakan bahwa setiap peningkatan 10% dari angka
harapan hidup (AHH) waktu lahir akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi minimal 0.3–
0.4% pertahun, jika faktor-faktor pertumbuhan lainnya tetap. Dengan demikian, perbedaan
tingkat pertumbuhan tahunan antara negara-negara maju yang mempunyai AHH tinggi (77
tahun) dengan negara-negara sedang berkembang dengan AHH rendah (49 tahun) adalah
sekitar 1.6%, dan pengaruh ini akan terakumulasi terus menerus.
Peningkatan kesejahteraan ekonomi sebagai akibat dari bertambah panjangnya usia
sangatlah penting. Dalam membandingkan tingkat kesejahteraan antar kelompok masyarakat,
sangatlah penting untuk melihat angka harapan hidup, seperti halnya dengan tingkat
pendapatan tahunan. Di negara-negara yang tingkat kesehatannya lebih baik, setiap individu
memiliki rata-rata hidup lebih lama, dengan demikian secara ekonomis mempunyai peluang
untuk untuk memperoleh pendapatan lebih tinggi. Keluarga yang usia harapan hidupnya lebih
panjang, cenderung untuk menginvestasikan pendapatannya di bidang pendidikan dan
menabung. Dengan demikian, tabungan nasional dan investasi akan meningkat, dan pada
gilirannya akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi.
Universitas Sumatera Utara
Peranan kesehatan diantara berbagai faktor pertumbuhan ekonomi dapat digambarkan
dalam Diagram 1 dibawah ini. Dalam diagram tersebut dapat dilihat, pembangunan ekonomi
di satu pihak, merupakan fungsi dari kebijakan dan institusi (kebijakan ekonomi,
pemerintahan yang baik, dan penyediaan pelayanan publik), dan faktor masukan (sumber
daya manusia, teknologi, dan modal perusahaan) di lain pihak. Kesehatan mempunyai
peranan ekonomi yang sangat kuat terhadap sumber daya manusia dan modal perusahaan
melalui berbagai mekanisme seperti digambarkan.
Diagram 2.1
Kesehatan Sebagai Masukan Untuk Pembangunan Ekonomi
Kebijakan ekonomi
Pemerintahan yang baik
Penyediaan pelayanan publik
Sumberdaya manusia, termasuk:
Pendidikan, pelatihan, perkembangan
Fisik dan kognitif
Kesehatan
Teknologi, termasuk:
Pengetahuan ilmiah yang relevan
untuk menghasilkan inovasi dalam
difusi ekonomi dalam negeri dengan
menggunakan teknologi dari luar
Modal perusahaan, termasuk:
Investasi yang pasti dalam peralatan,
organisasi dan kerjasama karyawan,
peluang investasi untuk menarik
modal
Pertumbuhan
ekonomi:
Pertumbuhan
GNP
perkapita,
Penurunan
kemiskinan
Sumber : Atmawikarta, Arum.2003
Kesehatan yang buruk akan memberikan pengaruh buruk terhadap pertumbuhan
ekonomi, hal ini antara lain terjadi di sub-Sahara Afrika dan Asia Selatan. Beban berat yang
diakibatkan oleh penyakit dan pengaruh gandanya terhadap produktivitas, kependudukan, dan
Universitas Sumatera Utara
pendidikan mempunyai peranan dalam kinerja ekonomi yang buruk dan kronis di negaranegara Afrika. Studi terbaru yang dilakukan oleh Bloom dan Sachs, menemukan bahwa lebih
dari setengahnya dari keterbelakangan pertumbuhan di negara-negara Afrika jika
dibandingkan dengan dengan negara-negara di Asia Timur, secara statistik dapat diterangkan
oleh beban berat akibat penyakit, kependudukan, dan geografis jika dibandingkan dengan
variabel-variabel tradisional dari ekonomi makro dan politik pemerintahan. Sebagai contoh,
tingginya angka prevalensi penyakit malaria menunjukkan hubungan yang erat dengan
penurunan pertumbuhan ekonomi sebesar satu persen atau lebih setiap tahunnya.
2.4.1. Kesehatan dan Kemiskinan
Berbagai indikator kesehatan di negara-negara berpendapatan rendah dan menengah
jika dibandingkan dengan negara-negara berpendapatan tinggi, memperlihatkan bahwa angka
kesakitan dan kematian secara kuat berkorelasi terbalik dengan pendapatan, seperti terlihat
dalam tabel 2 dibawah ini. Studi lain dilakukan oleh Bank Dunia yang membagi keadaan
kesehatan antara kelompok penduduk berpenghasilan tinggi dan rendah pada negara-negara
tertentu. Sebagai contoh, tingkat kematian anak pada quantil termiskin di Bolivia dan Turki
diperkirakan empat kali lebih besar dibandingkan dengan tingkat kematian pada quantil
terkaya. Dengan demikian kebijakan yang diarahkan untuk menanggulangi penyakit malaria
dan kekurangan gizi secara langsung merupakan implementasi dari kebijakan mengurangi
kemiskinan.
Komitmen global untuk meningkatkan status kesehatan secara jelas dicantumkan dalam
Tujuan
Pembangunan
Milenium
(Millenium
Development
Goals-MDGs).
Tujuan
pembangunan milenium tersebut antara lain: (1) menurunkan angka kematian anak sebesar
dua pertiganya pada tahun 2015 dari keadaan tahun 1990; (2) menurunkan angka kematian
ibu melahirkan sebesar tiga perempatnya pada tahun 2015 dari keadaan 1990; dan (3)
menahan peningkatan prevalensi penyakit HIV/AIDS dan penyakit utama lainnya pada tahun
Universitas Sumatera Utara
2015. Tujuan pembangunan milenium difokuskan terhadap pengurangan kemiskinan pada
umumnya dan beberapa tujuan kesehatan pada khususnya, sehingga terdapat keterkaitan
antara upaya keseluruhan penurunan kemiskinan dengan investasi di bidang kesehatan.
2.4.2. Pendekatan Aspek Demografi
Hal yang paling merugikan, namun kurang diperhatikan, biaya yang tinggi dari
kematian bayi dan anak dapat ditinjau dari aspek demografi. Keluarga miskin akan berusaha
mengganti anaknya yang meninggal dengan cara memiliki jumlah anak yang lebih banyak.
Jika keluarga miskin mempunyai banyak anak maka keluarga tersebut tidak akan mampu
melakukan investasi yang cukup untuk pendidikan dan kesehatan untuk setiap anaknya.
Dengan demikian, tingginya beban penyakit pada keluarga yang memiliki banyak anak akan
menyebabkan rendahnya investasi untuk kesehatan dan pendidikan untuk setiap anaknya.
Bukti empiris tentang adanya hubungan antara tingkat fertilitas dengan tingkat
kematian anak adalah sangat kuat. Negara-negara yang memiliki angka kematian bayi kurang
dari 20, mempunyai angka rata-rata tingkat fertilitas (Total Fertility Rate) sebesar 1.7 anak.
Negara-negara dengan tingkat kematian bayi diatas 100 mempunyai angka rata-rata tingkat
fertilitas 6,2 anak. Pola ini menuntun pengertian kita bahwa negara-negara yang mempunyai
tingkat kematian bayi yang tinggi mempunyai tingkat pertumbuhan penduduk tercepat di
dunia dengan segala konsekwensinya.
Ketika angka kematian anak menurun, disertai dengan turunnya tingkat kesuburan,
secara keseluruhan tingkat pertumbuhan penduduk juga menurun dan rata-rata umur
penduduk akan meningkat. Ratio ketergantungan penduduk juga akan menurun. Perubahan
demografi ini akan mendorong keseluruhan peningkatan GNP per kapita dan pertumbuhan
ekonomi. Meningkatnya proporsi penduduk usia kerja secara langsung meningkatkan GNP
per kapita.
Universitas Sumatera Utara
2.4.3. Menilai Status Kesehatan Penduduk
Status kesehatan penduduk biasanya dinilai dengan menggunakan berbagai indikator
yang secara garis besar dibagi dalam dua kelompok. Kelompok pertama, berisikan indikator
yang menghitung jumlah kematian yang terjadi selama periode tertentu. Contohnya adalah
angka kematian kasar (Crude Death Rate-CDR) dan angka kematian bayi (Infant Mortality
Rate-IMR). Kelompok penduduk yang mempunyai angka CDR dan IMR yang rendah
dikatakan mempunyai status kesehatan yang lebih baik jika dibandingkan dengan kelompok
penduduk yang angka CDR dan IMR nya tinggi.
Kelompok kedua, berisikan berbagai indikator yang memperlihatkan jumlah orang
yang menderita kecacatan akibat penyakit tertentu. Contohnya adalah jumlah penderita
AIDS, Tuberkulosis (TB), Polio, dan sakit mental. Sama dengan kelompok pertama,
kelompok penduduk yang mempunyai jumlah penderita AIDS atau TB lebih sedikit
dikatakan lebih sehat jika dibandingkan dengan kelompok penduduk yang jumlah penderita
penyakit tersebut lebih banyak.
Kedua kelompok indikator tersebut sayangnya tidak menjelaskan kepada kita kapan
kematian atau kecacatan terjadi, bagaimana tingkat parahnya penyakit, dan berapa lama
mereka menderita. Masyarakat pempunyai nilai atau persepsi yang berbeda tentang hal-hal
tersebut. Untuk mengatasi hal tersebut, pada tahun 1993 kedua kelompok indikator tersebut
digabungkan kedalam satu indikator yang disebut DALY ( Disability Adjusted Life Years )
untuk mengukur dengan lebih baik status kesehatan penduduk. DALY menggambarkan
jumlah tahun untuk hidup sehat yang hilang sebagai akibat dari kematian dan kecacatan. Satu
DALY didefinisikan sebagai satu tahun yang hilang untuk hidup sehat akibat dari kematian
dan kecacatan. Penggunaan DALY dapat digunakan untuk membandingkan kesehatan
penduduk dari waktu ke waktu atau membandingkan antara satu kelompok penduduk dengan
kelompok penduduk lain dengan lebih mudah dan sederhana. Kesimpulannya, DALY
Universitas Sumatera Utara
mengukur beban yang ditimbulkan oleh penyakit yang diakibatkan oleh kematian dan atau
kecacatan yang harus ditanggung oleh masyarakat. Penggunaan indikator DALY dapat
dianalogikan dengan penggunaan indikator HDI (Human Development Index) yang
dikembangkan oleh UNDP yang merupakan indikator komposit dari kesehatan, pendidikan
dan tingkat pendapatan.
Komisi Makroekonomi dan Kesehatan dalam penyusunan laporannya menggunakan
DALY dan analisis manfaat biaya. Dalam laporan tersebut satu DALY dinilai sebesar ratarata pendapatan perkapita dalam setahun.
2.5. Investasi
2.5.1. Pengertian Investasi
Secara umum, investasi adalah meliputi pertambahan barang-barang dan jasa dalam
masyarakat, seperti pertambahan mesin-mesin baru, pembuatan jalan baru, pembukaan tanah
baru, dan sebagainya. Investasi juga diartikan sebagai pengeluaran yang dilakukan oleh para
pengusaha untuk membeli barang-barang modal dan membina industri-industri.
Dj. A. Simarmata mendefinisikan investasi yang lebih luas yang kaitannya dengan
perkembangan pasar modal sekarang yakni berupa setiap kegiatan yang hendak menanamkan
uang dengan aman (Simarmata, 1984:81).
Menurut Sukirno (2003), investasi didefinisikan sebagai pengeluaran-pengeluaran
untuk membeli barang-barang modal dan peralatan-peralatan produksi dengan tujuan untuk
mengganti dan terutama menambah barang-barang modal dalam perekonomian yang akan
digunakan untuk memproduksi barang dan jasa di masa depan. Dengan kata lain, dalam teori
ekonomi
investasi
berarti
kegiatan
pembelanjaan
untuk
meningkatkan
kapasitas
memproduksi sesuatu dalam perekonomian.
Universitas Sumatera Utara
Investasi juga disebut pengeluaran perusahaan secara keseluruhan untuk membeli
barang-barang modal riil, baik untuk mendirikan perusahaan-perusahaan baru maupun untuk
memperluas usaha yang telah ada dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan.
Dalam melakukan investasi, pemodal akan
memperkirakan berapa tingkat
penghasilan yang diharapkan (expected return) atas investasinya untuk suatu periode tertentu
di masa datang. Namun setelah periode investasi berlalu, belum tentu tingkat penghasilan
yang terealisasi (realized return) adalah sama dengan tingkat penghasilan yang diharapkan.
Tingkat penghasilan yang direalisasikan dapat lebih tinggi atau lebih rendah. Barang tentu
investasi akan diarahkan kepada investasi yang menjanjikan tingkat keuntungan (return)
tertinggi, karena investasi yang akan dilakukan mengandung unsur ketidakpastian, maka
investor harus mempertimbangkan faktor resiko (risk).
Investasi bersumber dari dana masyarakat yang ditabung melalui lembaga-lembaga
keuangan, untuk kemudian disalurkan kepada perusahaan. Kalau konsumsi dikeluarkan
rumah tangga untuk membeli barang dan jasa untuk mendapatkan kepuasan (utility), maka
investasi ditanamkan perusahaan-perusahaan dalam usaha memperoleh laba (profit) yang
sebesar-besarnya.
Para pelaku investasi adalah pemerintah, pihak swasta, dan kerjasama antara
pemerintah dengan pihak swasta. Investasi pemerintah umumnya dilakukan tidak dengan
maksud untuk mendapat keuntungan, tetapi tujuannya untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat seperti jalan raya, jembatan, rumah sakit dan sebagainya. Namun bagi swasta
tentunya lebih tertarik pada jenis investasi yang ditujukan untuk memperoleh keuntungan.
Ciri-ciri barang investasi antara lain :
1. Memiliki manfaat yang umumnya lebih dari satu tahun
2. Nilainya relatif besar dibandingkan dengan nilai output yang dihasilkan
Universitas Sumatera Utara
3. Manfaat dari penggunaan barang tersebut dapat dirasakan untuk jangka waktu
yang panjang.
Investasi terbagi menjadi dua macam, yaitu investasi riil dan investasi finansial.
Investasi riil adalah investasi terhadap barang-barang tahan lama (barang-barang modal) yang
akan digunakan dalam proses produksi. Sedangkan investasi finansial adalah investasi dalam
bentuk surat-surat berharga misalnya pembelian saham, obligasi dan surat bukti hutang
lainnya.
2.5.2. Teori Investasi
Menurut Tandelilin (2001), model dalam investasi, yaitu :
a. Teori Keynes
Di dalam bukunya The General Theory of Employment, Interest and Money (1936),
Keynes mengemukakan konsep efisiensi marjinal kapital (marginal efficiency of capital atau
MEC) yaitu tingkat perolehan bersih yang diharapkan (expected net rate of return) dari suatu
investasi dengan nilai investasi mula-mula atas pengeluaran kapital tambahan. Tepatnya,
adalah tingkat diskonto yang menyamakan aliran perolehan yang diharapkan di masa yang
akan datang dengan biaya sekarang dari kapital tambahan.
b. Teori Akselerator
Teori ini dikemukakan oleh Aftalion (1911), Clark (1917), dan Firsch (1933) dari
bentuk yang sederhana menjadi teori yang lebih modern. Teori ini memusatkan perhatiannya
pada hubungan antara permintaan akan barang modal (capital goods) dan permintan akan
produk akhir (final product), dimana permintaan akan barang modal dilihat sebagai
permintaan turunan (derived demand) dari permintaan akan barang atau produk akhir. Teori
ini sesungguhnya menunjukkan adanya kemungkinan menganggur (idle capacity) dalam
ekonomi dimana investasi tidak terjadi sehingga tidak timbul akselerasi. Disebabkan
kelemahan ini, maka teori akselerator yang sederhana dimodifikasi dengan mengasumsikan
Universitas Sumatera Utara
bahwa perusahaan pada umumnya mendasarkan investasi mereka atas volume output periode
sebelumnya, bukan atas volume output sekarang.
c. Teori Neo-Klasik
Teori Neo-Klasik merupakan teori akumulasi kapital optimal. Menurut teori ini stok
kapital yang diinginkan ditentukan oleh output dan harga dari jasa kapital relatif terhadap
harga output. Harga jasa kapital pada gilirannya bergantung pada harga barang-barang modal,
tingkat bunga, dan perlakuan pajak atas pendapatan perusahaan. Jadi menurut teori ini
perubahan didalam output akan mengubah atau mempengaruhi stok kapital yang diinginkan
dan juga investasi. Teori Neo-Klasik mengatakan bahwa tingkat bunga merupakan faktor
penentu investasi yang diinginkan.
d. Teori Dana Internal
Teori dana internal (internal funds theory of investment) mengungkapkan bahwa stok
kapital yang diinginkan dan juga investasi, bergantung pada tingkat keuntungan. Beberapa
penjelasan tentang hal ini telah dikemukakan oleh sejumlah ahli diantaranya, Jan Tinbergen
yang mengatakan bahwa keuntungan yang terjadi secara akurat merefleksikan keuntungan
yang diharapkan. Karena investasi bergantung kepada keuntungan yang diharapkan, maka
investasi berhubungan secara positif dengan keuntungan yang terjadi.
Penjelasan lain menyebutkan bahwa manajer dapat menetapkan sumber pembiayaan
investasi secara internal, dimana perusahaan dapat memperoleh dana untuk keperluan
investasi dari berbagai sumber seperti pendapatan laba yang tidak dibagikan, pengeluaran
depresiasi, berbagai macam pinjaman termasuk penjualan obligasi, dan penjualan saham.
Keuntungan atau laba yang tidak dibagikan dan pengeluaran depresiasi merupakan sumber
dana internal bagi perusahaan, sedangkan sumber lainnya merupakan sumber dana eksternal
bagi perusahaan.
Universitas Sumatera Utara
Singkatnya, teori ini menyebutkan stok kapital yang diinginkan dan investasi
ditentukan oleh keuntungan, sedangkan menurut teori akselerator investasi ditentukan oleh
tingkat output. Karena kedua teori ini memiliki pandangan yang berbeda menyangkut faktorfaktor penentu stok kapital yang diinginkan, maka dengan sendirinya kedua teori ini juga
memiliki implikasi kebijakan yang berbeda pula. Bagi teori akselerator, kebijakan fiskal yang
ekspansif cenderung menyebabkan tingkat output semakin tinggi,
yang selanjutnya
meningkatkan stok kapital yang diinginkan dan investasi. Di lain pihak, suatu penurunan
pajak pendapatan perusahaan tidak akan meningkatkan stok kapital yang diinginkan dan
investasi, tetapi meningkatkan ketersediaan dana internal. Sebaliknya, bagi teori dana internal
penurunan di dalam pajak pendapatan perusahaan akan menyebabkam kenaikan yang
signifikan di dalam stok kapital yang diinginkan dan investasi. Selain itu kebijakan fiskal
yang ekspansif juga tidak memiliki pengaruh langsung atau pengaruhnya kecil terhadap stok
kapital yang diinginkan, karena ia mempengaruhi output bukan ketersediaan dana internal.
Kebijakan fiskal yang ekspansif mungkin memiliki pengaruh tidak langsung sebab
keuntungan cenderung meningkat kalau output meningkat.
2.5.3. Jenis-jenis Investasi
Secara umum jenis-jenis investasi yaitu :
1. Investasi yang terdorong (Induced Investment) dan Investasi otonom (Outonomous
Investment)
Investasi yang terdorong adalah investasi yang diakibatkan adanya penambahan
permintaan yang diakibatkan oleh pertambahan pendapatan. Jelasnya lagi apabila pendapatan
bertambah maka tambahan permintaan akan digunakan untuk tambahan konsumsi, sedang
pertambahan konsumsi pada dasarnya adalah pertambahan permintaan. Sedangkan investasi
otonom adalah investasi yang dilaksanakan secara bebas, artinya bukan karena pertambahan
Universitas Sumatera Utara
permintaan efektif, tetapi justru untuk menciptakan atau menaikkan permintaan efektif.
Besarnya investasi otonom tidak tergantung kepada besar kecilnya pendapatan nasional atau
daerah, tetapi dapat berubah karena adanya perubahan-perubahan faktor diluar pendapatan
seperti tingkat teknologi, kebijaksanaan pemerintah, harapan para pengusaha dan sebagainya.
Investasi otonom berarti pembentukan modal yang tidak dipengaruhi oleh pendapatan
nasional. Dengan kata lain, tinggi rendahnya pendapatan nasional tidak menentukan jumlah
investasi yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan.
2. Public Investment dan Private Investment
Public investment adalah investasi atau penanaman modal yang dilakukan oleh
pemerintah, baik pemerintah pusat maupun daerah yang sifatnya resmi. Sedangkan private
investment adalah investasi atau penanaman modal yang dilakukan oleh swasta, dimana
keuntungan menjadi prioritas utama berbeda dengan public investment
yang bertujuan
melayani dan menciptakan kesejahteraan bagi rakyat banyak.
3. Domestic Investment dan Foreign Investment
Suatu negara yang banyak memiliki faktor-faktor produksi modal (capital) yang
cukup untuk mengolah sumberdaya yang dimilikinya, akan mengundang modal asing agar
sumber daya yang ada dapat dimanfaatkan sepenuhnya. Demikianlah investasi dapat
dibedakan dari pemodalnya. Domestic investment adalah penanaman modal dalam negeri,
sedangkan foreign investment adalah penanaman modal asing.
4. Gross Investment dan Net Investment
Gross investment adalah total seluruh investasi yang dilaksanakan pada suatu waktu.
Yakni menyangkut segala jenis investasi, baik itu induced maupun outonomous atau public
maupun privat. Dengan kata lain seluruh investasi yang dilakukan disuatu negara atau daerah
pada periode waktu tertentu dinamakan gross investment. Net investment adalah selisih antara
investasi bruto dengan penyusutan.misalnya investasi bruto tahun ini sebesar Rp. 30 juta
Universitas Sumatera Utara
sedangkan penyusutan yang terjadi selama satu tahun yang lalu adalah sebesar Rp. 10 juta,
maka itu berarti investasi neto adalah sebesar Rp. 20 juta.
2.5.4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Laju Investasi
Menurut Deliarnov (1995), investasi yang ditanam di suatu negara atau daerah
ditentukan oleh beberapa faktor, yakni :
1. Tingkat keuntungan investasi
Makin besar tingkat keuntungan perusahaan dari investasi, maka makin banyak laba yang
dapat ditahan untuk tujuan investasi.
2. Tingkat suku bunga
Terdapat hubungan negatif antara jumlah investasi dengan tingkat suku bunga.
Tingkat Bunga (i)
i1
i2
i3
Investasi (I)
0
I1
am
I2 2 I3
Hubungan Antara Tingkat Suku Bunga dan Investasi
Keterangan :
Pada tingkat bunga tertinggi, yaitu i1, investasi berada pada titik terendah yaitu
titik I1. Ketika tingkat bunga turun menjadi i2, investasi meningkat pada titik I2.
Kemudian tingkat bunga turun lagi pada titik i3 dan investasi meningkat menjadi
dititik I3.
3. Ramalan mengenai keadaan ekonomi di masa depan
Jika orang meramalkan perekonomian di masa mendatang akan cerah, orang-orang akan
giat melakukan investasi sekarang. Begitu pula sebaliknya.
Universitas Sumatera Utara
4. Kemajuan teknologi
Adanya temuan atau inovasi baru menyebabkan cara-cara berproduksi lama menjadi tidak
efisien lagi. Untuk itu perusahan-perusahaan perlu menanamkan investasi untuk membeli
mesin-mesin dan peralatan baru yang lebih canggih.
5. Tingkat pendapatan nasional dan perekonomian
Makin banyak aktivitas perekonomian makin besar pula pendapatan nasional, dan makin
banyak pendapatan yang ditabung pada gilirannya akan diinvestasikan pada usaha-usaha
yang menguntungkan.
6. Situasi politik
Jika situasi politik aman, dan pemerintah banyak memberikan kemudahan-kemudahan
bagi pengusaha, tingkat investasi akan tinggi dan begitu pula sebaliknya.
2.5.5. Investasi Dalam Negeri (PMDN)
Penanaman modal dalam negeri adalah kegiatan menanam modal untuk melakukan
usaha di wilayah negara Republik indonesia yang dilakukan oleh penanam modal dalam
negeri dengan menggunakan modal dalam negeri (Pasal 1, Undang-Undang Nomor 25 Tahun
2007 tentang Penanaman Modal) Penanaman modal dalam negeri dapat dilakukan dalam
bentuk:
1. Penanaman modal dalam negeri langsung (Domestic Direct Investment), yaitu
penanaman modal oleh pemilik modal itu sendiri.
2. Penanaman modal dalam negeri tidak langsung (Domestic Indirect Investment),
yaitu melalui pembelian obligasi, surat surat kertas perbendaharaan negara, emisi
smisi lainnya (saham-saham) yang dikeluarkan oleh perusahaan, serta deposito dan
tabungan yang berjangka sekurang kurangnya satu tahun.
2.5.6. Investasi Asing Langsung (Foreign Direct Investment)
Universitas Sumatera Utara
Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang cukup besar untuk
melaksanakan pembangunan nasional. Kebutuhan dana yang besar tersebut terjadi karena
adanya upaya untuk mengejar ketertinggalan pembangunan dari negara-negara maju, baik di
kawasan regional maupun kawasan global. Indonesia masih belum mampu menyediakan
dana pembangunan tersebut. Disamping berupaya menggali sumber pembiayaan dalam
negeri, pemerintah juga mengundang sumber pembiayaan luar negeri, salah satunya adalah
penanaman modal asing langsung (foreign direct invesment=FDI).
Sumber pembiayaan FDI ini oleh sebagian pengamat, merupakan sumber pembiayaan
luar negeri yang paling potensial dibandingkan dengan sumber yang lain. Panayotou (1998)
dan Sarwedi (2002) menjelaskan bahwa FDI lebih penting dalam menjamin kelangsungan
pembangunaan dibandingkan dengan aliran bantuan atau modal portofolio, sebab terjadinya
FDI disuatu negara akan diikuti dengan transfer of technology, know-how, management skill,
resiko usaha relatif kecil dan lebih profitable.
Konsep Penanaman Modal Asing (FDI) sebenarnya masih belum ada acuan yang
baku, namun demikian studi literatur maupun kajian empiris yang pernah dilakukan dapat
dipakai sebagai rujukan konsep tersebut. Menurut Krugman (1991) yang dimaksud dengan
FDI adalah arus modal internasional dimana perusahaan dari suatu negara mendirikan atau
memperluas perusahaannya di negara lain. Oleh karena itu tidak hanya terjadi pemindahan
sumber daya, tetapi juga terjadi pemberlakuan kontrol terhadap perusahaan di luar negeri.
Secara konseptual, pilihan investor asing untuk menanamkan investasinya dalam
bentuk FDI, dibanding bentuk modal lainnya di suatu negara, dipengaruhi oleh kondisi dari
negara penerima FDI (pull factors) maupun kondisi dan strategi dari penanam modal asing
(push factors). Pull factors dari masuknya FDI antara lain terdiri dari kondisi pasar,
ketersediaan sumber daya, daya saing, kebijakan yang terkait dengan perdagangan dan
industri serta kebijakan liberalisasi FDI (di dalam bentuk insentif investasi). Sedangkan yang
Universitas Sumatera Utara
termasuk pull factors antara lain strategi investasi maupun strategi produksi dari penanam
modal, serta persepsi resiko terhadap negara penerima.
Investasi Asing Langsung (FDI) didefinisikan sebagai investasi jangka panjang yang
dilakukan secara langsung oleh investor asing di dalam suatu bidang usaha warga negara
domestik. Investasi di dalam bentuk FDI merupakan investasi yang relatif stabil di dalam
jangka panjang. Hal ini akan membantu dalam pemulihan ekonomi yang membutuhkan
banyak dana dan penyerapan tenaga kerja yang cukup luas. Selain itu, masuknya FDI
menunjukkan kepercayaan investor asing untuk melakukan kegiatan ekonominya di
Indonesia sehingga mendorong capital inflow (arus modal masuk).
Pilihan investor asing untuk menanamkan investasinya dalam bentuk FDI dibanding
modal lainnya di suatu negara dipengaruhi oleh kondisi dari negara penerima FDI (pull
factor) yang dapat terdiri dari kondisi pasar, sumber daya, daya saing, kebijakan yang terkait
dengan perdagangan dan industri serta kebijakan FDI itu sendiri. Selain itu juga kondisi dan
strategi dari penanam modal asing (push factors) yang berinvestasi.
Pilihan untuk menanamkan modal disuatu negara bagi investor asing sangat
dipengaruhi oleh pertimbangan ekonomi untuk meningkatkan pendapatan (profit), yaitu agar
mendapatkan sumber bahan baku dan faktor produksi lainnya termasuk tenaga kerja yang
lebih baik atau lebih murah, penetrasi pasar dan mengurangi resiko hambatan tariff
perdagangan, serta memberikan pelayanan yang baik kepada konsumen. Namun faktor
ekonomi bukanlah satu-satunya faktor yang menentukan. Faktor lain yang diperhitungkan
oleh investor asing adalah lingkungan atau kerangka kebijakan, khususnya yang berkaitan
dengan regulasi yang mendukung keterbukaan pasar, stabilitasi politik dan sosial,
standardisasi kesepakatan internasional,
perlindungan kepemilikan,
serta kebijakan
perdagangan dan perpajakan. Untuk itulah maka setiap negara harus mempersiapkan strategi,
kebijakan, infrastruktur dan fasilitas yang baik agar dapat menciptakan iklim yang kondusif
Universitas Sumatera Utara
dan memenangkan kompetisi atas negara lainnya dalam menarik minat investor asing tanpa
meminggirkan keberadaan enterpreneur dan tenaga kerja domestik serta nilai-nilai sosial,
budaya dan lingkungan ekologis.
2.5.7. Pengaruh Investasi dalam Perekonomian
Investasi dalam berbagai bentuk akan memberikan banyak pengaruh kepada
perekonomian suatu negara ataupun dalam cakupan yang lebih kecil yakni daerah. Karena
dengan adanya investasi akan membawa suatu negara pada kegiatan ekonomi tertentu.
Investasi yang berlanjut dengan suatu proses produksi akan menciptakan lapangan kerja,
menciptakan barang-barang dan jasa untuk dipasarkan kepada konsumen, dan interaksi antara
produsen dalam hal ini investor, dan konsumen dalam menawarkan dan mengkonsumsi
barang-barang atau jasa, dan pada gilirannya akan menciptakan kemajuan perekonomian
dalam suatu negara.
2.6. Penelitian Terdahulu
Penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan ini adalah:
1. Dewi Andayani
Judul penelitian, “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produktivitas
Kerja di Sumatera Utara.” Hasil penelitian ini menunjukan bahwa
Tenaga
investasi dan tingkat
upah memiliki pengaruh positif terhadap produktivitas tenaga kerja di Sumatera Utara.
2. Novita Linda Sitompul, “Analisis Pengaruh Investasi dan Tenaga Kerja Terhadap PDRB
Sumatera Utara.” Hasil penelitian ini menunjukan bahwa investasi dan jumlah tenaga
kerja memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadasp pertumbuhan ekonomi Sumatera
Utara.
3. Priyo Prasojo, “ Analisa Pengaruh Investasi PMA dan PMDN, Kesempatan Kerja,
Pengeluaran Pemerintah Terhadap PDRB di Jawa Tengah Periode Tahun 1980-2006.”
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa investasi baik PMA dan PMDN, kesempatan
Universitas Sumatera Utara
kerja dan pengeluaran pemerintah berpengaruh positif terhadap PDRB di provinsi Jawa
Tengah.
4. Dedi Rustiono, “Analisis Pengaruh Investasi, Tenaga Kerja, dan Pengeluaran Pemerintah
Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Jawa Tengah.” Hasil penelitian ini
menunjukan bahwa investasi, tenaga kerja dan pengeluaran pemerintah berpengaruh
positif terhadap pertumbuhan ekonomi di provinsi Jawa Tengah.
Universitas Sumatera Utara
Download