BAB II URAIAN TEORITIS 2.1.Ketenagakerjaan Di Indonesia, pengertian tenaga kerja atau manpower mulai sering diperdengarkan. Tenaga kerja mencakup penduduk yang sudah atau sedang bekerja, yang sedang mencari pekerjaan dan yang melakukan kegiatan lain seperti bersekolah dan mengurus rumah tangga. Persoalan pokok ketenagakerjaan bersumber dari kurangnya daya saing tenaga kerja terhadap laju pertumbuhan angkatan kerja secara nasional. Persoalan ini sesungguhnya tidaklah berdiri sendiri tetapi merupakan mata rantai yang saling berhubungan dalam proses pembangunan nasional secara keseluruhan. Masalah lain yang sering timbul dalam ketenagakerjaan adalah terjadinya ketidakseimbangan antara penawaran tenaga kerja (supply of labor) dan permintaan akan tenaga kerja (demand of labor) pada tingkat upah tertentu. Ketidakseimbangan ini dapat berupa excess supply of labor, yaitu apabila penawaran lebih besar dari pada permintaan tenaga kerja, atau terjadi excess demand of labor, yaitu apabila terjadi permintaan akan tenaga kerja lebih besar daripada penawaran akan tenaga kerja. Lewis, A dalam Todaro (1985 : 66) mengemukakan teorinya mengenai ketenagakerjaan, yaitu kelebihan pekerja merupakan kesempatan dan bukan masalah. Kelebihan pekerja merupakan di satu sektor akan memberikan andil terhadap pertumbuhan output dan penyediaan pekerja di sektor lain. Selanjutnya Lewis mengemukakan bahwa terdapat dua faktor di dalam perekonomian negara sedang berkembang, yaitu sektor modern dan sektor tradisional. Sektor tradisional tidak hanya sektor pertanian di pesesaan, melainkan juga termasuk sektor informal di perkotaan (pedagang kaki lima, pengecer, pedagang angkringan). Sektor informal mampu menyerap kelebihan tenaga kerja yang ada selama berlangsungnya proses industrialisasi, sehingga disebut katub pengaman ketenagakerjaan. Universitas Sumatera Utara Di Indonesia tenaga kerja memakai batasan umur 10 tahun keatas. Dengan demikian tenaga kerja yang dimaksudkan adalah penduduk yang berumur 10 tahun atau lebih dan dibawah 10 tahun tidak dianggap sebagai tenaga kerja. Hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa dalam umur 10 tahun atau lebih sudah banyak penduduk terutama di desa-desa yang sudah bekeja. Batas umur tingkat minimum 10 tahun tanpa batas maksimal. Dengan bertambahnya kegiatan pendidikan maka jumlah penduduk dalam usia sekolah yang melakukan kegiatan ekonomi akan berkurang. Bila wajib belajar 9 tahun diterapkan, maka anak-anak sampai dengan umur 14 tahun akan berada di sekolah. Dengan kata lain jumlah penduduk yang bekerja dalam batas umur tersebut akan menjadi sangat kecil, sehingga batas umur minimum lebih tepat dinaikan menjadi 15 tahun. Atas pertimbangan tersebut, Undang-Undang No. 25 tahun 1997 tentang ketenagakerjaan telah menetapkan batas usia kerja menjadi 15 tahun. 2.2.Produktivitas Tenaga Kerja 2.2.1. Pengertian Tenaga Kerja Produktivitas mengandung pengertian filosofis, definisi kerja, dan teknis operasional. Secara filosofis, produktivitas mengandung pandangan hidup dan sikap mental yang selalu berusaha untuk meningkatkan mutu kehidupan, keadaan hari ini harus lebih baik dari hari kemarin, dan mutu kehidupan besok harus lebih baik dari hari ini. Pandangan hidup dan sikap mental yang akan mendorong manusia untuk tidak cepat merasa puas, akan tetapi terus mengembangkan diri dan meningkatkan kemampuan kerja. Produktivitas pada dasarnya merupakan efektivitas faktor input dalam menghasilkan output. Banyak pengukuran produktivitas yang diketahui, produktivitas lahan, tenaga kerja, modal, dan lain-lain produktivitas faktor produksi yang selalu dipakai dalam proses produksi. Namun demikian ada satu pengukuran produktivitas yang sangat menarik untuk diperhatikan Universitas Sumatera Utara yaitu output/labour yang disebabkan dalam pengertian ini telah terkandung kombinasi dari kualitas tenaga kerja. Misalnya pendidikan, keahlian, teknis, motivasi, kapital, dan teknologi. Produktivitas dapat diartikan secara sederhana dengan peningkatan kualitas dan kuantitas, bisa juga diartikan bekerja secara efektif dan efisien. Karena itu antara produktivitas, efektif, efisien, dan kualitas sangat berdekatan artinya. Sumber-sumber ekonomi yang digerakkan secara efektif memerlukan keterampilan organisatoris dan teknis sehingga mempunyai tingkat hasil guna yang tinggi. Artinya, hasil ataupun output yang diperoleh seimbang dengan masukan (sumber-sumber ekonomi) yang diolah (Sinungan, 1995). Produktivitas tenaga kerja memegang peranan penting dalam proses pertumbuhan ekonomi suatu bangsa, karena pendapatan nasional maupun pendapatan daerah banyak diperoleh dengan cara meningkatkan keefektifan dan mutu tenaga kerja dibandingkan dengan melalui formasi modal dan pertambahan angkatan kerja. Pembinaan yang baik terhadap penduduk maupun angkatan kerja akan menghasilkan mutu angkatan kerja yang baik pula. Mutu angkatan kerja antara lain tercermin dalam tingkat pendidikan dan pelatihan yang mereka ikuti. 2.3.Tingkat Pendidikan 2.3.1. Pengertian Pendidikan Menurut Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan Nasional pasal 1 ayat (1) menjelaskan pengertian pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Pendidikan memiliki peran penting dalam kehidupan berbangsa dan bernegara dalam upaya menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas. Pendidikan merupakan suatu Universitas Sumatera Utara faktor kebutuhan dasar untuk setiap manusia sehingga upaya mencerdaskan kehidupan bangsa, karena melalui pendidikan upaya peningkatan kesejahteraan rakyat dapat diwujudkan. Pendidikan mempengaruhi secara penuh pertumbuhan ekonomi suatu negara (daerah). Hal ini bukan saja karena pendidikan akan berpengaruh terhadap produktivitas, tetapi juga akan berpengaruh fertilitas masyarakat. Pendidikan dapat menjadikan sumber daya manusia lebih cepat mengerti dan siap dalam menghadapi perubahan dan pembangunan suatu negara. Hampir semua negara berkembang menghadapi masalah kualitas dan kuantitas sumber daya manusia yang diakibatkan oleh rendahnya mutu pendidikan. Hal ini ditunjukkan oleh adanya tingkat melek huruf yang rendah, pemerataan pendidikan yang rendah, serta standar proses pendidikan yang relatif kurang memenuhi syarat. Padahal kita tahu, bahwa pendidikan merupakan suatu pintu untuk menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas. Untuk itu peningkatan kualitas sumber daya manusia mutlak harus dilakukan. Karena dengan kualitas sumber daya manusia yang berkualitas dapat memberikan multiplier effect terhadap pembangunan suatu negara, khsususnya pembangunan bidang ekonomi. Pendidikan merupakan bentuk investasi sumber daya manusia yang harus lebih diprioritaskan sejajar dengan investasi modal fisik karena pendidikan merupakan investasi jangka panjang. Di mana nilai balik dari investasi pendidikan tidak dapat langsung dinikmati oleh investor saat ini, melainkan akan dinikmati di masa yang akan datang. Investasi di bidang pendidikan tidak saja berfaedah bagi perorangan, tetapi juga bagi komunitas bisnis dan masyarakat umum. Pencapaian pendidikan pada semua level niscaya akan meningkatkan pendapatan dan produktivitas masyarakat. Pendidikan merupakan jalan menuju kemajuan dan pencapaian kesejahteraan sosial dan ekonomi. Sedangkan kegagalan membangun pendidikan akan melahirkan berbagai problem krusial: pengangguran, kriminalitas, penyalahgunaan narkoba, dan welfare dependency yang menjadi beban sosial politik bagi pemerintah. Universitas Sumatera Utara Menurut Undang-undang Nomor 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional adalah sebagai berikut : “Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan atau latihan bagi perannya dimasa yang akan datang”. Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan formal terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. Adapun tiga (3) tingkat pendidikan itu adalah sebagai berikut : a. Pendidikan Dasar Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan yang melandasi jenjang pendidikan menengah. Pendidikan dasar berbentuk Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) atau bentuk lain yang sederajat serta Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Madrasah Tsanawiyah (MTs), atau bentuk lain yang sederajat. b. Pendidikan Menengah Pendidikan menengah merupakan lanjutan pendidikan dasar. Pendidikan menengah terdiri atas pendidikan menengah umum dan pendidikan menengah kejuruan. Pendidikan menengah berbentuk Sekolah Menengah Atas (SMA), Madrasah Aliyah (MA), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), dan Madrasah Kejuruan (MAK), atau bentuk lain yang sederajat. c. Pendidikan Tinggi Pendidikan tinggi merupakan jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah yang mencakup program pendidikan diploma, sarjana, magister, spesialis, dan doktor yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi. Akademi menyelenggarakan pendidikan vokasi dalam satu cabang atau sebagian cabang ilmu pengetahuan, teknologi dan atau seni tertentu. Politeknik menyelenggarakan pendidikan vokasi dalam sejumlah bidang pengetahuan khusus. Sekolah tinggi Universitas Sumatera Utara menyelenggarakan pendidikan akademik dan atau vokasi alam lingkup satu disiplin ilmu tertentu dan jika memenuhi syarat dapat menyelenggarakan pendidikan profesi. Institut menyelenggarakan pendidikan akademik dan atau pendidikan vokasi alam sekelompok disiplin ilmu pengetahuan, teknologi, dan atau seni dan jika memenuhi syarat dapat menyelenggarakan pendidikan profesi. Universitas menyelenggarakan pendidikan akademik dan atau pendidikan vokasi dalam sejumlah ilmu pengetahuan, teknologi, dan atau seni dan jika memenuhi syarat dapat menyelenggarakan pendidikan profesi. 2.3.2. Pendidikan dan Latihan : Pendekatan Teori Human Capital Investasi dapat dilakukan bukan saja dalam bidang usaha seperti yang sudah biasa kita kenal, akan tetapi juga di bidang sumber daya manusia. Prinsip investasi di bidang usaha adalah mengorbankan konsumsi pada saat investasi dilakukan untuk memperoleh tingkat konsumsi yang lebih tinggi beberapa waktu kemudian. Sama halnya dengan investasi di bidang usaha tersebut, maka investasi dilakukan juga di bidang sumber daya manusia. Yang dikorbankan adalah sejumlah dana yang dikeluarkan dan kesempatan memperoleh penghasilan selama proses investasi. Yang diperoleh sebagai imbalannya adalah tingkat penghasilan yang lebih tinggi untuk mencapai tingkat konsumsi pula. Investasi yang demikian dinamakan human capital. Penerapannya dapat dilakukan dalam hal (1) pendidikan dan latihan, (2) migrasi, dan (3) perbaikan gizi dan kesehatan. 1. Pendidikan dan Latihan Pendidikan merupakan salah satu faktor penting dalam pengembangan sumber daya manusia. Pendidikan dan latihan tidak saja menambah pengetahuan, akan tetapi juga meningkatkan keterampilan kerja, dengan demikian meningkatkan produktivitas kerja. Walaupun sistem pendidikan sudah dikenal sejak ribuan tahun lalu, namun baru sejak tahun 1940-an orang mulai sadar akan hubungan pendidikan dengan pertumbuhan ekonomi. Hal Universitas Sumatera Utara tersebut sesuai dengan pendapat bahwa negara-negara dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi juga mengalami pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi pula. a. Teori Human Capital Asumsi dasar teori human capital adalah bahwa seseorang dapat meningkatkan penghasilannya melalui peningkatan pendidikan. Setiap tambahan satu tahun sekolah berarti di satu pihak meningkatkan kemampuan kerja dan tingkat penghasilan seseorang, akan tetapi di pihak lain menunda penerimaan penghasilan selama satu tahun dalam mengikuti sekolah tersebut. Disamping penundaan menerima penghasilan tersebut, orang yang melanjutkan sekolah harus membayar secara langsung seperti uang sekolah, pembelian buku dan alat-alat sekolah, tambahan uang transport dan lain-lain. Hubungan pendidikan dengan produktivitas tenaga kerja dapat tercermin dalam tingkat penghasilan. Pendidikan yang lebih tinggi mengakibatkan produktivitas kerja yang lebih tinggi dan oleh sebab itu memungkinkan penghasilan yang lebih tinggi juga. b. Perbaikan Gizi dan Kesehatan Perbaikan gizi dan kesehatan sangat penting untuk meningkatkan produktivitas kerja. Oleh sebab itu investasi dilaksanakan untuk perbaikan gizi dan kesehatan dapat dipandang sebagai salah satu aspek human capital. Perbaikan dan peningkatan di bidang kesehatan masyarakat biasanya menjadi tanggung jawab pemerintah. Akan tetapi penyediaan fasilitas kesehatan seperti itu selalu terbatas karena terbatasnya dana pemerintah. Oleh sebab itu usaha perbaikan kesehatan memerlukan pengerahan dana masyarakat terutama partisipasi pengusaha. Demukian pula untuk negara seperti Indonesia sekarang ini, usaha perbaikan gizi tidak mungkin dibebankan seluruhnya kepada pemerintah. Cara yang lebih praktis untuk perbaikan gizi para karyawan di perusahaan adalah dengan memperbaiki sistem pengupahan mereka agar cukup memenuhi kebutuhan hidup minimumnya termasuk kebutuhan gizi minimum. Rendahnya tingkat gizi kesehatan disebabkan oleh rendahnya tingkat penghasilan. Universitas Sumatera Utara Rendahnya tingkat penghasilan tercermin dalam tingkat pengeluaran keluarga yang rendah dan tingkat upah yang rendah. Implikasi dari penerapan teori human capital di bidang perbaikan gizi dan kesehatan adalah perlunya usaha-usaha memerangi kemiskinan. 2.3.3. Fungsi dan Tujuan Pendidikan Fungsi dan tujuan pendidikan nasional sesuai dengan Undang-undang RI No. 20 tahun 2003 tentang SISDIKNAS adalah bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermatabat dalam rangka mencerdasaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Wuradji, seperti dikutip oleh Wahyuningtyas (1995 : 19) menyatakan bahwa fungsi pendidikan itu meliputi: a) Memindahkan nilai-nilai budaya, b) Nilai-nilai pengajaran, c) Peningkatan mobilitas sosial, d) Fungsi sertifikat, e) Job training, f) Memantapkan dan mengembangkan hubungan-hubungan sosial. Adapun tujuan pendidikan terbagi atas empat yaitu : a. Tujuan umum pendidikan nasional yaitu untuk membentuk manusia pancasila b. Tujuan institusional yaitu tujuan yang menjadi tugas dari lembaga pendidikan tertentu untuk mencapainya c. Tujuan kurikuler yaitu tujuan bidang studi atau mata pelajaran d. Tujuan instruksional yaitu tujuan materi kurikulum yang berupa bidang studi terdiri dari pokok bahasan dan sub pokok bahasan, terdiri atas tujuan instruksional umum dan tujuan instruksional khusus (Umar Tirtarahardja dan La Sulo, 1944 : 41). Universitas Sumatera Utara 2.3.4. Ruang Lingkup Pendidikan Pada hakekatnya pendidikan merupakan proses yang berlangsung seumur hidup dan dilaksanakan didalam lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat. Oleh karena itu pendidikan adalah tanggung jawab bersama antara keluarga, masyarakat dan pemerintah. Pendidikan menurut pelaksaannya dibagi menjadi pendidikan formal/sekolah dan pendidikan non formal/luar sekolah. Menurut Sistem Pendidikan Nasional (UU Nomor 2 tahun 1989 pasal 10) dikemukakan bahwa pendidikan terbagi atas: 1. Pendidikan persekolahan yang mencakup berbagai jenjang pendidikan dari tingkat Sekolah Dasar (SD) sampai perguruan tinggi 2. Pendidikan Luar Sekolah terbagi atas : a. Pendidikan non formal. Mencakup lembaga pendidikan diluar sekolah, misalnya kursus, seminar, kejar paket A. b. Pendidikan informal. Mencakup pendidikan keluarga, masyarakat dan programprogram sekolah, misalnya ceramah di radio atau televisi dan informasi yang mendidik dalam surat kabar atau majalah. Dari jenis pendidikan diatas, pendidikan informal adalah yang lebih dahulu dikenal dan paling penting peranannya. Hal ini disebabkan dalam masyarakat sederhana satu-satunya bentuk pendidikan yang dikenal adalah pendidikan informal. Meskipun pendidikan informal mempunyai peranan yang penting, namun didalam penelitian ini tidak dicantumkan sebagai salah satu faktor penunjang produktivitas tenaga kerja. Hal ini dikarenakan kesulitan dalam mengidentifikasi datanya. Pendidikan formal sering juga disebut pendidikan persekolahan, berupa rangkaian jenjang pendidikan yang telah baku mulai dari jenjang pendidikan dasar sampai perguruan tinggi (Umar Tirtarahardja dan La Sulo, 1994 : 78). Universitas Sumatera Utara Tingkat pendidikan berupa pendidikan formal dan non formal mempunyai tujuan untuk mengembangkan kualitas sumber daya manusia yang terarah, terpadu dan menyeluruh berbagai upaya proaktif dan reaktif dalam membentuk manusia seutuhnya agar menjadi sadar akan dirinya dan dapat dimanfaatkan lingkungannya untuk meningkatkan taraf hidupnya. Untuk dapat berfungsi demikian, manusia memerlukan pengetahuan, keterampilan, penguasaan teknologi, dan dapat mandiri melalui pendidikan. Produktivitas tenaga kerja memerlukan pengetahuan dan keterampilan dan penguasaan teknologi, sehingga dengan adanya tingkat pendidikan maka produktivitas tenaga kerja akan mudah tercapai. 2.4. Kesehatan dan Pembangunan Pada tingkat mikro yaitu pada tingkat individual dan keluarga, kesehatan adalah dasar bagi produktivitas kerja dan kapasitas untuk belajar di sekolah. Tenaga kerja yang sehat secara fisik dan mental akan lebih enerjik dan kuat, lebih produktif, dan mendapatkan penghasilan yang tinggi. Keadaan ini terutama terjadi di negara-negara sedang berkembang, dimana proporsi terbesar dari angkatan kerja masih bekerja secara manual. Di Indonesia sebagai contoh, tenaga kerja laki-laki yang menderita anemia menyebabkan 20% kurang produktif jika dibandingkan dengan tenaga kerja laki-laki yang tidak menderita anemia. Selanjutnya, anak yang sehat mempunyai kemampuan belajar lebih baik dan akan tumbuh menjadi dewasa yang lebih terdidik. Dalam keluarga yang sehat, pendidikan anak cenderung untuk tidak terputus jika dibandingkan dengan keluarga yang tidak sehat. Pada tingkat makro, penduduk dengan tingkat kesehatan yang baik merupakan masukan (input) penting untuk menurunkan kemiskinan, pertumbuhan ekonomi, dan pembangunan ekonomi jangka panjang. Beberapa pengalaman sejarah besar membuktikan berhasilnya tinggal landas ekonomi seperti pertumbuhan ekonomi yang cepat didukung oleh terobosan penting di bidang kesehatan masyarakat, pemberantasan penyakit dan peningkatan gizi. Hal ini antara lain terjadi di Inggris selama revolusi industri, Jepang dan Amerika Universitas Sumatera Utara Selatan pada awal abad ke-20, dan pembangunan di Eropa Selatan dan Asia Timur pada permulaan tahun 1950-an dan tahun 1960-an. Informasi yang paling mengagumkan adalah penelusuran sejarah yang dilakukan oleh Prof. Robert Fogel, yang menyatakan bahwa peningkatan ketersediaan jumlah kalori untuk bekerja, selama 200 tahun yang lalu mempunyai kontribusi terhadap pertumbuhan pendapatan per kapita seperti terjadi di Perancis dan Inggris. Melalui peningkatan produktivitas tenaga kerja dan pemberian kalori yang cukup, Fogel memperkirakan bahwa perbaikan gizi memberikan kontribusi sebanyak 30% terhadap pertumbuhan pendapatan per kapita di Inggris. Bukti-bukti makroekonomi menjelaskan bahwa negara-negara dengan kondisi kesehatan dan pendidikan yang rendah, mengahadapi tantangan yang lebih berat untuk mencapai pertumbuhan berkelanjutan jika dibandingkan dengan negara yang lebih baik keadaan kesehatan dan pendidikannya. Pada tabel 1 dibawah ini ditunjukkan tingkat pertumbuhan dari beberapa negara sedang berkembang pada periode 1965-1994. Pengelompokan negara-negara tersebut didasarkan atas tingkat pendapatan dan angka kematian bayi (sebagai proksi dari seluruh keadaan penyakit pada tahun 1965). Tabel tersebut menjelaskan di negara-negara dengan tingkat angka kematian bayi yang rendah menikmati tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi pada periode tertentu. Universitas Sumatera Utara Tabel 2.1 Tingkat Pertumbuhan Pendapatan Per Kapita, 1965-1994 ( Didasarkan atas Pendapatan dan Angka Kematian Bayi, 1965) Angka Kematian Bayi AKB < 50 (AKB), 1965 AKB AKB AKB > 150 50-100 100-150 Tahun Dasar Pendapatan, 1965 GDP < US$ 750 - 3.7 1.0 0.1 GDP US$ 750-1500 - 3.4 1.1 -0.7 GDP US$ 1500-3000 5.9 1.8 1.1 2.5 GDP US$ 3000-6000 2.8 1.7 0.3 - GDP > US$ 6000 1.9 -0.5 - - Sumber: WHO-SEAR, 2002 Terdapat korelasi yang kuat antara tingkat kesehatan yang baik dengan pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Secara statistik diperkirakan bahwa setiap peningkatan 10% dari angka harapan hidup (AHH) waktu lahir akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi minimal 0.3– 0.4% pertahun, jika faktor-faktor pertumbuhan lainnya tetap. Dengan demikian, perbedaan tingkat pertumbuhan tahunan antara negara-negara maju yang mempunyai AHH tinggi (77 tahun) dengan negara-negara sedang berkembang dengan AHH rendah (49 tahun) adalah sekitar 1.6%, dan pengaruh ini akan terakumulasi terus menerus. Peningkatan kesejahteraan ekonomi sebagai akibat dari bertambah panjangnya usia sangatlah penting. Dalam membandingkan tingkat kesejahteraan antar kelompok masyarakat, sangatlah penting untuk melihat angka harapan hidup, seperti halnya dengan tingkat pendapatan tahunan. Di negara-negara yang tingkat kesehatannya lebih baik, setiap individu memiliki rata-rata hidup lebih lama, dengan demikian secara ekonomis mempunyai peluang untuk untuk memperoleh pendapatan lebih tinggi. Keluarga yang usia harapan hidupnya lebih panjang, cenderung untuk menginvestasikan pendapatannya di bidang pendidikan dan menabung. Dengan demikian, tabungan nasional dan investasi akan meningkat, dan pada gilirannya akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Universitas Sumatera Utara Peranan kesehatan diantara berbagai faktor pertumbuhan ekonomi dapat digambarkan dalam Diagram 1 dibawah ini. Dalam diagram tersebut dapat dilihat, pembangunan ekonomi di satu pihak, merupakan fungsi dari kebijakan dan institusi (kebijakan ekonomi, pemerintahan yang baik, dan penyediaan pelayanan publik), dan faktor masukan (sumber daya manusia, teknologi, dan modal perusahaan) di lain pihak. Kesehatan mempunyai peranan ekonomi yang sangat kuat terhadap sumber daya manusia dan modal perusahaan melalui berbagai mekanisme seperti digambarkan. Diagram 2.1 Kesehatan Sebagai Masukan Untuk Pembangunan Ekonomi Kebijakan ekonomi Pemerintahan yang baik Penyediaan pelayanan publik Sumberdaya manusia, termasuk: Pendidikan, pelatihan, perkembangan Fisik dan kognitif Kesehatan Teknologi, termasuk: Pengetahuan ilmiah yang relevan untuk menghasilkan inovasi dalam difusi ekonomi dalam negeri dengan menggunakan teknologi dari luar Modal perusahaan, termasuk: Investasi yang pasti dalam peralatan, organisasi dan kerjasama karyawan, peluang investasi untuk menarik modal Pertumbuhan ekonomi: Pertumbuhan GNP perkapita, Penurunan kemiskinan Sumber : Atmawikarta, Arum.2003 Kesehatan yang buruk akan memberikan pengaruh buruk terhadap pertumbuhan ekonomi, hal ini antara lain terjadi di sub-Sahara Afrika dan Asia Selatan. Beban berat yang diakibatkan oleh penyakit dan pengaruh gandanya terhadap produktivitas, kependudukan, dan Universitas Sumatera Utara pendidikan mempunyai peranan dalam kinerja ekonomi yang buruk dan kronis di negaranegara Afrika. Studi terbaru yang dilakukan oleh Bloom dan Sachs, menemukan bahwa lebih dari setengahnya dari keterbelakangan pertumbuhan di negara-negara Afrika jika dibandingkan dengan dengan negara-negara di Asia Timur, secara statistik dapat diterangkan oleh beban berat akibat penyakit, kependudukan, dan geografis jika dibandingkan dengan variabel-variabel tradisional dari ekonomi makro dan politik pemerintahan. Sebagai contoh, tingginya angka prevalensi penyakit malaria menunjukkan hubungan yang erat dengan penurunan pertumbuhan ekonomi sebesar satu persen atau lebih setiap tahunnya. 2.4.1. Kesehatan dan Kemiskinan Berbagai indikator kesehatan di negara-negara berpendapatan rendah dan menengah jika dibandingkan dengan negara-negara berpendapatan tinggi, memperlihatkan bahwa angka kesakitan dan kematian secara kuat berkorelasi terbalik dengan pendapatan, seperti terlihat dalam tabel 2 dibawah ini. Studi lain dilakukan oleh Bank Dunia yang membagi keadaan kesehatan antara kelompok penduduk berpenghasilan tinggi dan rendah pada negara-negara tertentu. Sebagai contoh, tingkat kematian anak pada quantil termiskin di Bolivia dan Turki diperkirakan empat kali lebih besar dibandingkan dengan tingkat kematian pada quantil terkaya. Dengan demikian kebijakan yang diarahkan untuk menanggulangi penyakit malaria dan kekurangan gizi secara langsung merupakan implementasi dari kebijakan mengurangi kemiskinan. Komitmen global untuk meningkatkan status kesehatan secara jelas dicantumkan dalam Tujuan Pembangunan Milenium (Millenium Development Goals-MDGs). Tujuan pembangunan milenium tersebut antara lain: (1) menurunkan angka kematian anak sebesar dua pertiganya pada tahun 2015 dari keadaan tahun 1990; (2) menurunkan angka kematian ibu melahirkan sebesar tiga perempatnya pada tahun 2015 dari keadaan 1990; dan (3) menahan peningkatan prevalensi penyakit HIV/AIDS dan penyakit utama lainnya pada tahun Universitas Sumatera Utara 2015. Tujuan pembangunan milenium difokuskan terhadap pengurangan kemiskinan pada umumnya dan beberapa tujuan kesehatan pada khususnya, sehingga terdapat keterkaitan antara upaya keseluruhan penurunan kemiskinan dengan investasi di bidang kesehatan. 2.4.2. Pendekatan Aspek Demografi Hal yang paling merugikan, namun kurang diperhatikan, biaya yang tinggi dari kematian bayi dan anak dapat ditinjau dari aspek demografi. Keluarga miskin akan berusaha mengganti anaknya yang meninggal dengan cara memiliki jumlah anak yang lebih banyak. Jika keluarga miskin mempunyai banyak anak maka keluarga tersebut tidak akan mampu melakukan investasi yang cukup untuk pendidikan dan kesehatan untuk setiap anaknya. Dengan demikian, tingginya beban penyakit pada keluarga yang memiliki banyak anak akan menyebabkan rendahnya investasi untuk kesehatan dan pendidikan untuk setiap anaknya. Bukti empiris tentang adanya hubungan antara tingkat fertilitas dengan tingkat kematian anak adalah sangat kuat. Negara-negara yang memiliki angka kematian bayi kurang dari 20, mempunyai angka rata-rata tingkat fertilitas (Total Fertility Rate) sebesar 1.7 anak. Negara-negara dengan tingkat kematian bayi diatas 100 mempunyai angka rata-rata tingkat fertilitas 6,2 anak. Pola ini menuntun pengertian kita bahwa negara-negara yang mempunyai tingkat kematian bayi yang tinggi mempunyai tingkat pertumbuhan penduduk tercepat di dunia dengan segala konsekwensinya. Ketika angka kematian anak menurun, disertai dengan turunnya tingkat kesuburan, secara keseluruhan tingkat pertumbuhan penduduk juga menurun dan rata-rata umur penduduk akan meningkat. Ratio ketergantungan penduduk juga akan menurun. Perubahan demografi ini akan mendorong keseluruhan peningkatan GNP per kapita dan pertumbuhan ekonomi. Meningkatnya proporsi penduduk usia kerja secara langsung meningkatkan GNP per kapita. Universitas Sumatera Utara 2.4.3. Menilai Status Kesehatan Penduduk Status kesehatan penduduk biasanya dinilai dengan menggunakan berbagai indikator yang secara garis besar dibagi dalam dua kelompok. Kelompok pertama, berisikan indikator yang menghitung jumlah kematian yang terjadi selama periode tertentu. Contohnya adalah angka kematian kasar (Crude Death Rate-CDR) dan angka kematian bayi (Infant Mortality Rate-IMR). Kelompok penduduk yang mempunyai angka CDR dan IMR yang rendah dikatakan mempunyai status kesehatan yang lebih baik jika dibandingkan dengan kelompok penduduk yang angka CDR dan IMR nya tinggi. Kelompok kedua, berisikan berbagai indikator yang memperlihatkan jumlah orang yang menderita kecacatan akibat penyakit tertentu. Contohnya adalah jumlah penderita AIDS, Tuberkulosis (TB), Polio, dan sakit mental. Sama dengan kelompok pertama, kelompok penduduk yang mempunyai jumlah penderita AIDS atau TB lebih sedikit dikatakan lebih sehat jika dibandingkan dengan kelompok penduduk yang jumlah penderita penyakit tersebut lebih banyak. Kedua kelompok indikator tersebut sayangnya tidak menjelaskan kepada kita kapan kematian atau kecacatan terjadi, bagaimana tingkat parahnya penyakit, dan berapa lama mereka menderita. Masyarakat pempunyai nilai atau persepsi yang berbeda tentang hal-hal tersebut. Untuk mengatasi hal tersebut, pada tahun 1993 kedua kelompok indikator tersebut digabungkan kedalam satu indikator yang disebut DALY ( Disability Adjusted Life Years ) untuk mengukur dengan lebih baik status kesehatan penduduk. DALY menggambarkan jumlah tahun untuk hidup sehat yang hilang sebagai akibat dari kematian dan kecacatan. Satu DALY didefinisikan sebagai satu tahun yang hilang untuk hidup sehat akibat dari kematian dan kecacatan. Penggunaan DALY dapat digunakan untuk membandingkan kesehatan penduduk dari waktu ke waktu atau membandingkan antara satu kelompok penduduk dengan kelompok penduduk lain dengan lebih mudah dan sederhana. Kesimpulannya, DALY Universitas Sumatera Utara mengukur beban yang ditimbulkan oleh penyakit yang diakibatkan oleh kematian dan atau kecacatan yang harus ditanggung oleh masyarakat. Penggunaan indikator DALY dapat dianalogikan dengan penggunaan indikator HDI (Human Development Index) yang dikembangkan oleh UNDP yang merupakan indikator komposit dari kesehatan, pendidikan dan tingkat pendapatan. Komisi Makroekonomi dan Kesehatan dalam penyusunan laporannya menggunakan DALY dan analisis manfaat biaya. Dalam laporan tersebut satu DALY dinilai sebesar ratarata pendapatan perkapita dalam setahun. 2.5. Investasi 2.5.1. Pengertian Investasi Secara umum, investasi adalah meliputi pertambahan barang-barang dan jasa dalam masyarakat, seperti pertambahan mesin-mesin baru, pembuatan jalan baru, pembukaan tanah baru, dan sebagainya. Investasi juga diartikan sebagai pengeluaran yang dilakukan oleh para pengusaha untuk membeli barang-barang modal dan membina industri-industri. Dj. A. Simarmata mendefinisikan investasi yang lebih luas yang kaitannya dengan perkembangan pasar modal sekarang yakni berupa setiap kegiatan yang hendak menanamkan uang dengan aman (Simarmata, 1984:81). Menurut Sukirno (2003), investasi didefinisikan sebagai pengeluaran-pengeluaran untuk membeli barang-barang modal dan peralatan-peralatan produksi dengan tujuan untuk mengganti dan terutama menambah barang-barang modal dalam perekonomian yang akan digunakan untuk memproduksi barang dan jasa di masa depan. Dengan kata lain, dalam teori ekonomi investasi berarti kegiatan pembelanjaan untuk meningkatkan kapasitas memproduksi sesuatu dalam perekonomian. Universitas Sumatera Utara Investasi juga disebut pengeluaran perusahaan secara keseluruhan untuk membeli barang-barang modal riil, baik untuk mendirikan perusahaan-perusahaan baru maupun untuk memperluas usaha yang telah ada dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan. Dalam melakukan investasi, pemodal akan memperkirakan berapa tingkat penghasilan yang diharapkan (expected return) atas investasinya untuk suatu periode tertentu di masa datang. Namun setelah periode investasi berlalu, belum tentu tingkat penghasilan yang terealisasi (realized return) adalah sama dengan tingkat penghasilan yang diharapkan. Tingkat penghasilan yang direalisasikan dapat lebih tinggi atau lebih rendah. Barang tentu investasi akan diarahkan kepada investasi yang menjanjikan tingkat keuntungan (return) tertinggi, karena investasi yang akan dilakukan mengandung unsur ketidakpastian, maka investor harus mempertimbangkan faktor resiko (risk). Investasi bersumber dari dana masyarakat yang ditabung melalui lembaga-lembaga keuangan, untuk kemudian disalurkan kepada perusahaan. Kalau konsumsi dikeluarkan rumah tangga untuk membeli barang dan jasa untuk mendapatkan kepuasan (utility), maka investasi ditanamkan perusahaan-perusahaan dalam usaha memperoleh laba (profit) yang sebesar-besarnya. Para pelaku investasi adalah pemerintah, pihak swasta, dan kerjasama antara pemerintah dengan pihak swasta. Investasi pemerintah umumnya dilakukan tidak dengan maksud untuk mendapat keuntungan, tetapi tujuannya untuk memenuhi kebutuhan masyarakat seperti jalan raya, jembatan, rumah sakit dan sebagainya. Namun bagi swasta tentunya lebih tertarik pada jenis investasi yang ditujukan untuk memperoleh keuntungan. Ciri-ciri barang investasi antara lain : 1. Memiliki manfaat yang umumnya lebih dari satu tahun 2. Nilainya relatif besar dibandingkan dengan nilai output yang dihasilkan Universitas Sumatera Utara 3. Manfaat dari penggunaan barang tersebut dapat dirasakan untuk jangka waktu yang panjang. Investasi terbagi menjadi dua macam, yaitu investasi riil dan investasi finansial. Investasi riil adalah investasi terhadap barang-barang tahan lama (barang-barang modal) yang akan digunakan dalam proses produksi. Sedangkan investasi finansial adalah investasi dalam bentuk surat-surat berharga misalnya pembelian saham, obligasi dan surat bukti hutang lainnya. 2.5.2. Teori Investasi Menurut Tandelilin (2001), model dalam investasi, yaitu : a. Teori Keynes Di dalam bukunya The General Theory of Employment, Interest and Money (1936), Keynes mengemukakan konsep efisiensi marjinal kapital (marginal efficiency of capital atau MEC) yaitu tingkat perolehan bersih yang diharapkan (expected net rate of return) dari suatu investasi dengan nilai investasi mula-mula atas pengeluaran kapital tambahan. Tepatnya, adalah tingkat diskonto yang menyamakan aliran perolehan yang diharapkan di masa yang akan datang dengan biaya sekarang dari kapital tambahan. b. Teori Akselerator Teori ini dikemukakan oleh Aftalion (1911), Clark (1917), dan Firsch (1933) dari bentuk yang sederhana menjadi teori yang lebih modern. Teori ini memusatkan perhatiannya pada hubungan antara permintaan akan barang modal (capital goods) dan permintan akan produk akhir (final product), dimana permintaan akan barang modal dilihat sebagai permintaan turunan (derived demand) dari permintaan akan barang atau produk akhir. Teori ini sesungguhnya menunjukkan adanya kemungkinan menganggur (idle capacity) dalam ekonomi dimana investasi tidak terjadi sehingga tidak timbul akselerasi. Disebabkan kelemahan ini, maka teori akselerator yang sederhana dimodifikasi dengan mengasumsikan Universitas Sumatera Utara bahwa perusahaan pada umumnya mendasarkan investasi mereka atas volume output periode sebelumnya, bukan atas volume output sekarang. c. Teori Neo-Klasik Teori Neo-Klasik merupakan teori akumulasi kapital optimal. Menurut teori ini stok kapital yang diinginkan ditentukan oleh output dan harga dari jasa kapital relatif terhadap harga output. Harga jasa kapital pada gilirannya bergantung pada harga barang-barang modal, tingkat bunga, dan perlakuan pajak atas pendapatan perusahaan. Jadi menurut teori ini perubahan didalam output akan mengubah atau mempengaruhi stok kapital yang diinginkan dan juga investasi. Teori Neo-Klasik mengatakan bahwa tingkat bunga merupakan faktor penentu investasi yang diinginkan. d. Teori Dana Internal Teori dana internal (internal funds theory of investment) mengungkapkan bahwa stok kapital yang diinginkan dan juga investasi, bergantung pada tingkat keuntungan. Beberapa penjelasan tentang hal ini telah dikemukakan oleh sejumlah ahli diantaranya, Jan Tinbergen yang mengatakan bahwa keuntungan yang terjadi secara akurat merefleksikan keuntungan yang diharapkan. Karena investasi bergantung kepada keuntungan yang diharapkan, maka investasi berhubungan secara positif dengan keuntungan yang terjadi. Penjelasan lain menyebutkan bahwa manajer dapat menetapkan sumber pembiayaan investasi secara internal, dimana perusahaan dapat memperoleh dana untuk keperluan investasi dari berbagai sumber seperti pendapatan laba yang tidak dibagikan, pengeluaran depresiasi, berbagai macam pinjaman termasuk penjualan obligasi, dan penjualan saham. Keuntungan atau laba yang tidak dibagikan dan pengeluaran depresiasi merupakan sumber dana internal bagi perusahaan, sedangkan sumber lainnya merupakan sumber dana eksternal bagi perusahaan. Universitas Sumatera Utara Singkatnya, teori ini menyebutkan stok kapital yang diinginkan dan investasi ditentukan oleh keuntungan, sedangkan menurut teori akselerator investasi ditentukan oleh tingkat output. Karena kedua teori ini memiliki pandangan yang berbeda menyangkut faktorfaktor penentu stok kapital yang diinginkan, maka dengan sendirinya kedua teori ini juga memiliki implikasi kebijakan yang berbeda pula. Bagi teori akselerator, kebijakan fiskal yang ekspansif cenderung menyebabkan tingkat output semakin tinggi, yang selanjutnya meningkatkan stok kapital yang diinginkan dan investasi. Di lain pihak, suatu penurunan pajak pendapatan perusahaan tidak akan meningkatkan stok kapital yang diinginkan dan investasi, tetapi meningkatkan ketersediaan dana internal. Sebaliknya, bagi teori dana internal penurunan di dalam pajak pendapatan perusahaan akan menyebabkam kenaikan yang signifikan di dalam stok kapital yang diinginkan dan investasi. Selain itu kebijakan fiskal yang ekspansif juga tidak memiliki pengaruh langsung atau pengaruhnya kecil terhadap stok kapital yang diinginkan, karena ia mempengaruhi output bukan ketersediaan dana internal. Kebijakan fiskal yang ekspansif mungkin memiliki pengaruh tidak langsung sebab keuntungan cenderung meningkat kalau output meningkat. 2.5.3. Jenis-jenis Investasi Secara umum jenis-jenis investasi yaitu : 1. Investasi yang terdorong (Induced Investment) dan Investasi otonom (Outonomous Investment) Investasi yang terdorong adalah investasi yang diakibatkan adanya penambahan permintaan yang diakibatkan oleh pertambahan pendapatan. Jelasnya lagi apabila pendapatan bertambah maka tambahan permintaan akan digunakan untuk tambahan konsumsi, sedang pertambahan konsumsi pada dasarnya adalah pertambahan permintaan. Sedangkan investasi otonom adalah investasi yang dilaksanakan secara bebas, artinya bukan karena pertambahan Universitas Sumatera Utara permintaan efektif, tetapi justru untuk menciptakan atau menaikkan permintaan efektif. Besarnya investasi otonom tidak tergantung kepada besar kecilnya pendapatan nasional atau daerah, tetapi dapat berubah karena adanya perubahan-perubahan faktor diluar pendapatan seperti tingkat teknologi, kebijaksanaan pemerintah, harapan para pengusaha dan sebagainya. Investasi otonom berarti pembentukan modal yang tidak dipengaruhi oleh pendapatan nasional. Dengan kata lain, tinggi rendahnya pendapatan nasional tidak menentukan jumlah investasi yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan. 2. Public Investment dan Private Investment Public investment adalah investasi atau penanaman modal yang dilakukan oleh pemerintah, baik pemerintah pusat maupun daerah yang sifatnya resmi. Sedangkan private investment adalah investasi atau penanaman modal yang dilakukan oleh swasta, dimana keuntungan menjadi prioritas utama berbeda dengan public investment yang bertujuan melayani dan menciptakan kesejahteraan bagi rakyat banyak. 3. Domestic Investment dan Foreign Investment Suatu negara yang banyak memiliki faktor-faktor produksi modal (capital) yang cukup untuk mengolah sumberdaya yang dimilikinya, akan mengundang modal asing agar sumber daya yang ada dapat dimanfaatkan sepenuhnya. Demikianlah investasi dapat dibedakan dari pemodalnya. Domestic investment adalah penanaman modal dalam negeri, sedangkan foreign investment adalah penanaman modal asing. 4. Gross Investment dan Net Investment Gross investment adalah total seluruh investasi yang dilaksanakan pada suatu waktu. Yakni menyangkut segala jenis investasi, baik itu induced maupun outonomous atau public maupun privat. Dengan kata lain seluruh investasi yang dilakukan disuatu negara atau daerah pada periode waktu tertentu dinamakan gross investment. Net investment adalah selisih antara investasi bruto dengan penyusutan.misalnya investasi bruto tahun ini sebesar Rp. 30 juta Universitas Sumatera Utara sedangkan penyusutan yang terjadi selama satu tahun yang lalu adalah sebesar Rp. 10 juta, maka itu berarti investasi neto adalah sebesar Rp. 20 juta. 2.5.4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Laju Investasi Menurut Deliarnov (1995), investasi yang ditanam di suatu negara atau daerah ditentukan oleh beberapa faktor, yakni : 1. Tingkat keuntungan investasi Makin besar tingkat keuntungan perusahaan dari investasi, maka makin banyak laba yang dapat ditahan untuk tujuan investasi. 2. Tingkat suku bunga Terdapat hubungan negatif antara jumlah investasi dengan tingkat suku bunga. Tingkat Bunga (i) i1 i2 i3 Investasi (I) 0 I1 am I2 2 I3 Hubungan Antara Tingkat Suku Bunga dan Investasi Keterangan : Pada tingkat bunga tertinggi, yaitu i1, investasi berada pada titik terendah yaitu titik I1. Ketika tingkat bunga turun menjadi i2, investasi meningkat pada titik I2. Kemudian tingkat bunga turun lagi pada titik i3 dan investasi meningkat menjadi dititik I3. 3. Ramalan mengenai keadaan ekonomi di masa depan Jika orang meramalkan perekonomian di masa mendatang akan cerah, orang-orang akan giat melakukan investasi sekarang. Begitu pula sebaliknya. Universitas Sumatera Utara 4. Kemajuan teknologi Adanya temuan atau inovasi baru menyebabkan cara-cara berproduksi lama menjadi tidak efisien lagi. Untuk itu perusahan-perusahaan perlu menanamkan investasi untuk membeli mesin-mesin dan peralatan baru yang lebih canggih. 5. Tingkat pendapatan nasional dan perekonomian Makin banyak aktivitas perekonomian makin besar pula pendapatan nasional, dan makin banyak pendapatan yang ditabung pada gilirannya akan diinvestasikan pada usaha-usaha yang menguntungkan. 6. Situasi politik Jika situasi politik aman, dan pemerintah banyak memberikan kemudahan-kemudahan bagi pengusaha, tingkat investasi akan tinggi dan begitu pula sebaliknya. 2.5.5. Investasi Dalam Negeri (PMDN) Penanaman modal dalam negeri adalah kegiatan menanam modal untuk melakukan usaha di wilayah negara Republik indonesia yang dilakukan oleh penanam modal dalam negeri dengan menggunakan modal dalam negeri (Pasal 1, Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal) Penanaman modal dalam negeri dapat dilakukan dalam bentuk: 1. Penanaman modal dalam negeri langsung (Domestic Direct Investment), yaitu penanaman modal oleh pemilik modal itu sendiri. 2. Penanaman modal dalam negeri tidak langsung (Domestic Indirect Investment), yaitu melalui pembelian obligasi, surat surat kertas perbendaharaan negara, emisi smisi lainnya (saham-saham) yang dikeluarkan oleh perusahaan, serta deposito dan tabungan yang berjangka sekurang kurangnya satu tahun. 2.5.6. Investasi Asing Langsung (Foreign Direct Investment) Universitas Sumatera Utara Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang cukup besar untuk melaksanakan pembangunan nasional. Kebutuhan dana yang besar tersebut terjadi karena adanya upaya untuk mengejar ketertinggalan pembangunan dari negara-negara maju, baik di kawasan regional maupun kawasan global. Indonesia masih belum mampu menyediakan dana pembangunan tersebut. Disamping berupaya menggali sumber pembiayaan dalam negeri, pemerintah juga mengundang sumber pembiayaan luar negeri, salah satunya adalah penanaman modal asing langsung (foreign direct invesment=FDI). Sumber pembiayaan FDI ini oleh sebagian pengamat, merupakan sumber pembiayaan luar negeri yang paling potensial dibandingkan dengan sumber yang lain. Panayotou (1998) dan Sarwedi (2002) menjelaskan bahwa FDI lebih penting dalam menjamin kelangsungan pembangunaan dibandingkan dengan aliran bantuan atau modal portofolio, sebab terjadinya FDI disuatu negara akan diikuti dengan transfer of technology, know-how, management skill, resiko usaha relatif kecil dan lebih profitable. Konsep Penanaman Modal Asing (FDI) sebenarnya masih belum ada acuan yang baku, namun demikian studi literatur maupun kajian empiris yang pernah dilakukan dapat dipakai sebagai rujukan konsep tersebut. Menurut Krugman (1991) yang dimaksud dengan FDI adalah arus modal internasional dimana perusahaan dari suatu negara mendirikan atau memperluas perusahaannya di negara lain. Oleh karena itu tidak hanya terjadi pemindahan sumber daya, tetapi juga terjadi pemberlakuan kontrol terhadap perusahaan di luar negeri. Secara konseptual, pilihan investor asing untuk menanamkan investasinya dalam bentuk FDI, dibanding bentuk modal lainnya di suatu negara, dipengaruhi oleh kondisi dari negara penerima FDI (pull factors) maupun kondisi dan strategi dari penanam modal asing (push factors). Pull factors dari masuknya FDI antara lain terdiri dari kondisi pasar, ketersediaan sumber daya, daya saing, kebijakan yang terkait dengan perdagangan dan industri serta kebijakan liberalisasi FDI (di dalam bentuk insentif investasi). Sedangkan yang Universitas Sumatera Utara termasuk pull factors antara lain strategi investasi maupun strategi produksi dari penanam modal, serta persepsi resiko terhadap negara penerima. Investasi Asing Langsung (FDI) didefinisikan sebagai investasi jangka panjang yang dilakukan secara langsung oleh investor asing di dalam suatu bidang usaha warga negara domestik. Investasi di dalam bentuk FDI merupakan investasi yang relatif stabil di dalam jangka panjang. Hal ini akan membantu dalam pemulihan ekonomi yang membutuhkan banyak dana dan penyerapan tenaga kerja yang cukup luas. Selain itu, masuknya FDI menunjukkan kepercayaan investor asing untuk melakukan kegiatan ekonominya di Indonesia sehingga mendorong capital inflow (arus modal masuk). Pilihan investor asing untuk menanamkan investasinya dalam bentuk FDI dibanding modal lainnya di suatu negara dipengaruhi oleh kondisi dari negara penerima FDI (pull factor) yang dapat terdiri dari kondisi pasar, sumber daya, daya saing, kebijakan yang terkait dengan perdagangan dan industri serta kebijakan FDI itu sendiri. Selain itu juga kondisi dan strategi dari penanam modal asing (push factors) yang berinvestasi. Pilihan untuk menanamkan modal disuatu negara bagi investor asing sangat dipengaruhi oleh pertimbangan ekonomi untuk meningkatkan pendapatan (profit), yaitu agar mendapatkan sumber bahan baku dan faktor produksi lainnya termasuk tenaga kerja yang lebih baik atau lebih murah, penetrasi pasar dan mengurangi resiko hambatan tariff perdagangan, serta memberikan pelayanan yang baik kepada konsumen. Namun faktor ekonomi bukanlah satu-satunya faktor yang menentukan. Faktor lain yang diperhitungkan oleh investor asing adalah lingkungan atau kerangka kebijakan, khususnya yang berkaitan dengan regulasi yang mendukung keterbukaan pasar, stabilitasi politik dan sosial, standardisasi kesepakatan internasional, perlindungan kepemilikan, serta kebijakan perdagangan dan perpajakan. Untuk itulah maka setiap negara harus mempersiapkan strategi, kebijakan, infrastruktur dan fasilitas yang baik agar dapat menciptakan iklim yang kondusif Universitas Sumatera Utara dan memenangkan kompetisi atas negara lainnya dalam menarik minat investor asing tanpa meminggirkan keberadaan enterpreneur dan tenaga kerja domestik serta nilai-nilai sosial, budaya dan lingkungan ekologis. 2.5.7. Pengaruh Investasi dalam Perekonomian Investasi dalam berbagai bentuk akan memberikan banyak pengaruh kepada perekonomian suatu negara ataupun dalam cakupan yang lebih kecil yakni daerah. Karena dengan adanya investasi akan membawa suatu negara pada kegiatan ekonomi tertentu. Investasi yang berlanjut dengan suatu proses produksi akan menciptakan lapangan kerja, menciptakan barang-barang dan jasa untuk dipasarkan kepada konsumen, dan interaksi antara produsen dalam hal ini investor, dan konsumen dalam menawarkan dan mengkonsumsi barang-barang atau jasa, dan pada gilirannya akan menciptakan kemajuan perekonomian dalam suatu negara. 2.6. Penelitian Terdahulu Penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan ini adalah: 1. Dewi Andayani Judul penelitian, “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produktivitas Kerja di Sumatera Utara.” Hasil penelitian ini menunjukan bahwa Tenaga investasi dan tingkat upah memiliki pengaruh positif terhadap produktivitas tenaga kerja di Sumatera Utara. 2. Novita Linda Sitompul, “Analisis Pengaruh Investasi dan Tenaga Kerja Terhadap PDRB Sumatera Utara.” Hasil penelitian ini menunjukan bahwa investasi dan jumlah tenaga kerja memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadasp pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara. 3. Priyo Prasojo, “ Analisa Pengaruh Investasi PMA dan PMDN, Kesempatan Kerja, Pengeluaran Pemerintah Terhadap PDRB di Jawa Tengah Periode Tahun 1980-2006.” Hasil penelitian ini menunjukan bahwa investasi baik PMA dan PMDN, kesempatan Universitas Sumatera Utara kerja dan pengeluaran pemerintah berpengaruh positif terhadap PDRB di provinsi Jawa Tengah. 4. Dedi Rustiono, “Analisis Pengaruh Investasi, Tenaga Kerja, dan Pengeluaran Pemerintah Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Jawa Tengah.” Hasil penelitian ini menunjukan bahwa investasi, tenaga kerja dan pengeluaran pemerintah berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi di provinsi Jawa Tengah. Universitas Sumatera Utara