Kepemimpinan Pendeta Beretnis Tionghoa

advertisement
LAMPIRAN
Lampiran 1: Interview Guide
a. Informan Kunci (Key Informan)
Gaya atau Tipe Kepemimpinan
1. Sebagai seorang pemimpin, hal utama apa yang anda tekankan dan utamakan dalam
menjalankan kepemimpinan dalam jemaat?
2. Bagaimana anda menilai posisi anda saat ini sebagai pemimpin?
3. Teologi seperti apa yang dibangun dalam jemaat?
4. Faktor apa yang paling berperan dan berpengaruh dalam kepemimpinan anda?
5. Bagaimana anda menempatkan diri sebagai pemimpin dalam jemaat?
6. Bagaimana anda memperlakukan atau menggunakan kekuasaan yang dipercayakan
kepada anda sebagai pemimpin dalam jemaat? (Kekuasaan sebagai alat atau tujuan?)
7. Apa saja yang telah anda lakukan sebagai pemimpin dalam mencapai tujuan bersama
yang diharapkan?
8. Bagaimana anda sebagai pemimpin mempengaruhi nilai-nilai, sikap, kepercayaan dan
perilaku dari pihak yang anda pimpin?
9. Sebagai seorang pemimpin, tipe dan gaya kepemimpinan yang seperti apa yang anda
terapkan dalam menjalan kepemimpinan dalam jemaat?
10. Apakah ada pengaruh secara khusus, berkaitan dengan identitas kultural anda sebagai
seorang etnis Tionghoa dalam kepemimpinan Anda?
11. Bagaimana kultur anda sebagai seorang beretnis Tionghoa mempengaruhi tipe dan gaya
kepemimpinan anda?
12. Sebagai seorang pemimpin, penekanan anda pada tugas/kinerja ataukah pada
relasi/kekompakan dengan orang yang anda pimpin?
13. Bagaimana cara anda membangun relasi dengan orang-orang yang anda pimpin?
14. Sejauh mana anda memberikan kesempatan kepada orang yang anda pimpin untuk
berinsiatif?
15. Bagaiamana anda sebagai pemimpin memberikan kesempatan kepada orang-orang yang
anda pimpin untuk mengutarakan pendapatnya dan menyampaikan kreatifitasnya?
16. Sebagai pemimpin apa yang anda harapkan dilakukan oleh orang-orang yang anda
pimpin?
17. Dalam menjalankan kepemimpinan di jemaat, bagaimana anda mengorbankan
kepentingan pribadi anda untuk kepentingan kelompok yang anda pimpin?
Karakter Kepemimpinan
1. Bagaiamana kultur anda sebagai seorang etnis Tionghoa membentuk karakter anda
sebagai pemimpin?
2. Karakter apa saja yang anda miliki sebagai Pendeta beretnis Tionghoa?
3. Menurut anda, sebagai pemimpin karakter apa yang paling utama dimiliki dalam
menjalankan kepemimpinan dalam jemaat?
4. Sejauhmana karakter yang anda miliki sebagai pemimpin berdampak dalam
mempengaruhi orang yang anda pimpin?
152
5. Visi apa yang anda miliki sebagai pemimpin?
6. Hambatan-hambatan apa yang sering anda temui dalam kepemimpinan di jemaat?
7. Bagaimana anda merespon tantangan-tantangan yang muncul dalam kepemimpinan
dalam jemaat?
8. Menurut anda apakah seorang pemimpin dapat memimpin dengan efektif tanpa
mengontrol orang lain?
9. Sejauh mana anda sebagai pemimpin, menaruh kepercayaan kepada orang-orang yang
anda pimpin dalam membantu anda menjalankan fungsi sebagai pemimpin?
10. Menurut anda, perlukah orang yang dipimpin tergantung secara penuh kepada
pemimpinnya?
11. Apa yang anda miliki sebagai pemimpin yang mungkin pemimpin jemaat lain tidak
miliki?
12. Bagaimana upaya anda sebagai pemimpin untuk terus menjadi pemimpin yang baik?
13. Bagaimana orag-orang yang anda pimpin telah mempengaruhi karakter anda sebagai
pemimpin?
14. Apakah anda merasa tanggung jawab anda sebagai pemimpin adalah tugas yang berat dan
sulit?
b.
1.
2.
3.
Informan Pendukung
Sudah berapa lama anda menjadi anggota jemaat dari gereja ini?
Apa yang membuat anda kemudian memutuskan menjadi anggota jemaat dari gereja ini?
Apakah ada alasan khusus yang membuat anda tetap berjemaat di gereja ini sampai saat
ini?
4. Tipe dan gaya kepemimpinan yang seperti apa, yang pemimpin anda tunjukan?
5. Karakter apa yang dominan dari pemimpin anda, yang selama ini ditunjukan dalam
kepemimpinannya?
6. Bagaimana selama ini pemimpin anda membangun relasi dengan anda?
7. Dampak apa yang anda rasakan dari keberadaan pemimpin anda dalam jemaat?
8. Bagaimana pemimpin anda memperlakukan anda sebagai orang yang dipimpinnya?
9. Apakah pemimpin anda memiliki kecenderungan alamiah untuk melayani orang lain?
10. Bagaimana pemimpin anda menggunakan kuasa yang dipercayakan untuk melayani
orang lain?
11. Apakah pemimpin anda melayani orang dengan tanpa memandang bulu atau latar
belakang sosialnya?
12. Apakah pemimpin anda bersedia membantu atau menunjukan keperdulian, melalui
tindakan nyata dan tulus?
13. Apakah pemimpin anda menunjukan penghargaan dan memperlakukan anda dengan rasa
hormat?
14. Apakah dalam menjalankan fungsinya sebagai pemimpin, pemimpin anda
mengorbankan diri agar dapat melayani jemaat dengan baik?
15. Apakah pemimpin anda sering mengakui keberhasilan sebagai akibat faktor luar dan
peran bersama orang lain?
16. Apakah dalam menjalankan tugas sebagai seorang pemimpin, pemimpin anda mencari
perhatian atau pujian dari orang-orang?
153
17. Apa pemimpin anda dapat mempertahankan konsistensi perkataan dan perbuatan yang ia
tunjukan?
18. Apakah anda sering menemukan pemimpin anda tidak menunjukan ketidaksesuaian
antara ucapan di depan umum dan ucapan pribadinya?
19. Apakah pemimpin anda bertanggung jawab atas keputusan bersama yang telah dibuat?
20. Apakah pemimpin anda termasuk orang yang suka berbicara dengan kejujuran yang
tinggi?
21. Bagaimana pemimpin anda membantu anda dalam menemukan maksud dan tujuan hidup
sesuai dengan kebenaran-kebenaran rohani?
22. Apakah pemimpin anda mendorong anda untuk terikat dalam pertimbangan moral
Kristiani?
23. Apakah pemimpin anda meningkatkan kapasitas anda dalam pertimbangan moral
Alkitab?
24. Apakah pemimpin anda mengambil pendirian terhadap prinsip-prinsip yang penting?
25. Apakah pemimpin anda melakukan apa yang benar ketimbang mencari yang baik?
26. Apakah pemimpin anda tidak berkompromi terhadap prinsip-prinsip etis yang sesuai
dengan Alkitab?
27. Apakah pemimpin anda menegaskan kepercayaan dan percaya kepada anda?
28. Apakah pemimpin anda menerima anda sebagaimana adanya, terlepas dari kelemahankelemahan anda?
29. Apakah anda menanggapi permasalahan dengan terlebih dahulu mendengarkannya?
30. Apakah pemimpin anda memperlakukan anda sebagai mitra yang sejajar atau sebagi
patner dalam pelayanan?
154
Lampiran 2: Field Notes
A. Informan Kunci
1. Subjek A
a. Tempat : Di Ruang administrasi Gereja Bethany Salatiga
: Jumat, 29 Agustus 2014. Pukul 10.00-11.10 WIB
b. Waktu
c. Pokok- pokok penting wawancara
1. Subjek telah menjadi Gembala jemaat di Gereja Bethany Salatiga selama kurang lebih 16
tahun. Kepemimpinan subjek sebagai Gembala Jemaat terhitung sejak awal bangunan
Gereja Bethany Salatiga mulai didirikan dan diresmikan pada tahun 1998. Pada saat itu
Gereja Bethany Salatiga masih bernama Gereja Bethel Indonesia (GBI) Jemaat Bethany.
2. Berkaitan dengan latar belakang kehidupan dari subjek, beliau mengaku bahwa dahulu
bukan berasal dari gereja aliran Pentakosta maupun Gereja-gereja Protestan (arus utama).
Subjek dahulu adalah seorang bergama Kristen Katolik. Selain bukan berasal dari gerejagereja aliran Pentakosta, subjek juga tidak memiliki latar belakang sebagai seorang
lulusan teologi. Subjek dahulunya adalah seorang dosen di Fakultas Pertanian dan juga
seorang pembisnis. Keluarganya pun semuanya adalah pengusaha dan pembisnis yang
sudah terbiasa kerja keras. Latar belakang subjek sebagai seorang Katolik, bukan lulusan
teologi serta seorang penguasa membuat subjek tidak mengetahui bagaimana dunia
pelayanan di gereja-gereja Protestan bahkan gereja-gereja beraliran Pentakosta pada saat
itu. Sampai dimana subjek yang berasal dari Pekalongan kemudian berpindah saat subjek
masih duduk dibangku SMA ke kota Salatiga. Subjek pada saat itu kemudian
melanjutkan studinya di Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga. Dikarenakan subjek
yang sejak kecil dididik dalam keluarga yang mengajarkan tentang sikap yang inklusif,
maka dalam perkembangan selanjutnya subjek yang pada saat itu adalah mahasiswa
UKSW kemudian berpindah menjadi anggota jemaat di Gereja Kristen Indonesia (GKI)
Salatiga. Di Gereja Kristen Indonesia (GKI) Salatiga subjek adalah salah satu aktivis
gereja yang aktif dalam komisi kaum muda pada waktu itu. Subjek pun menemukan
pasangan hidupnya, yang saat ini menjadi istrinya di Gereja Kristen Indonesia (GKI)
Salatiga. Sampai saat dimana subjek mengalami pengalaman rohani yang mendorong
subjek untuk membuat pergerakan yang berbeda dan subjek pun memiliki kerinduan
untuk dibagikan dengan rekan-rekannya yang lain. Pendeta pada saat itu sudah
mendukung adanya upaya untuk melakukan pergerakan tersebut. Namun yang terjadi
majelis jemaat yang memegang kuasa yang lebih pada saat itu kemudian menolak dan
membatalkan semuanya. Akhirnya setelah melalui pergumulan yang panjang, subjek pun
berpindah anggota gereja menjadi anggota di Gereja Bethany Salatiga yang pada saat itu
masih bernama Gereja Bethel Indonesia (GBI) Salatiga. Alasan pindah dikarenakan
subjek merasa apa yang dicari tidak ditemukan di GKI Salatiga. Jadi bagi subjek
hubungan interdominasi bukanlah hal yang baru dan sudah terbiasa marasakan dinamika
155
3.
4.
5.
6.
7.
dalam tiga warna atau corak yang berbeda, antara lain: dari gereja Katolik kemudian
berpindah ke gereja Kristen Indonesia dan berakhir di Gereja aliran Pentakosta.
Berkaitan dengan teologi yang seperti apa yang dibangun dalam jemaat, Subjek
menjelaskan bahwa Gereja Bethany Indonesia Salatiga yang berada di bawah naungan
Sinode Bethany, mengikuti teologi yang selama ini dibangun oleh pendiri gereja Bethany
yaitu Pdt. Alex Abraham Tanuseputra berdasarkan pengalaman pribadinya yang
kemudian disusun menjadi prinsip dasar dalam kehidupan teologi pada gereja-gereja
Bethany secara khusus. Teologi yang dimaksudkan adalah gabungan teologi-teologi yang
selama ini telah ada dan dibangun oleh gereja-gereja dalam berbagai aliran. Jadi teologi
yang dibangun dalam Gereja Bethany adalah rangkuman dari teologi yang menekankan
doktrin keselamatan, Gereja Pentakosta yang menekankan tentang Roh Kudus, Gereja
yang menekankan tentang kesembuhan Ilahi, berkat-berkat Tuhan, kelepasan, serta
gereja-gereja yang menekankan tentang eskatologi, hidup sebagai mempelai Kristus.
Rangkuman atas teologi-teologi tersebut, diantaranya: Keselamatan, Roh Kudus, Berkat
dan Eskatologi, kemudian disatukan dan menjadi doktrin yang harus diajarkan sebagai
ajaran dasar di gereja Bethany Salatiga.
Namun karena gereja lokal juga diberikan otonomi lokal untuk mengembangkan dan
menambahkan teologinya sendiri maka ditambahkan tentang Family Altar. Disamping itu
juga gereja Bethany Salatiga juga menghadirkan Sekolah Imamat Rajani (SIR) yang di
dalamnya terdapat materi-materi tentang leadership, misi, doa, pujian dan penyembahan.
SIR adalah bagian dari upaya melengkapi jemaat yang ingin melayani. Kemudian SALT
merupakan bagian untuk mengajarkan tentang kepemimpinan yang melayani, pemimpin
yang menghamba. Dan saat ini yang sedang akan dilaksanakan dalam jemaat adalah HLC
(Holistic Leadership Center) tentang membangun karakter. Ini dikhususkan untuk para
pejabat gereja, antara lain bagi Pendeta Penuh, Pendeta Muda, Pendeta Pembantu dan
Evangelis yang merupakan 4 (empat) jenjang jabatan gereja.
Subjek memandang posisinya saat ini lebih pada menjadi fasilitator. Dalam hal ini ia
memberikan kesempatan untuk orang-orang yang dipimpinnya, terutama para patnerpatner dalam pelayanannya untuk dapat melakukan segala sesuatu. Memberikan
kesempatan kepada mereka untuk berbuat salah dan belajar dari kesalahan mereka
melalui evaluasi. Karena baginya semua orang adalah pemimpin, sehingga baginya ia
hanyalah fasilitator dalam memberikan sebatas tugas sebagai seorang fasilitator.
Hal utama yang ditekankan dalam kepemimpinan Subjek adalah bagaimana caranya
untuk dapat menggerakan jemaat agar terpanggil dalam pengembangan masyarakat. Jadi
pelayanan tidak hanya terbatas pada 4 (empat) tembok gereja. Sehingga gereja Bethany
Salatiga saat ini telah memiliki unit-unit kerja yang diharapkan mampu memberkati kota
Salatiga, antara lain: Sekolah, Koperasi, Hotel, Yayasan Sosial, Poliklinik serta juga
memiliki 2 radio.
Dalam internal gereja subjek menekankan bahwa gereja Bethany terpanggil menjadi
gereja yang berdoa. Kekuatan gereja ini terletak pada doa. Sehingga setiap pagi terdapat
156
persekutuan berdoa yang dikenal dengan gerbang pagi yang berlangsung setiap pagi pada
pukul 03.30 WIB. Selain itu juga diadakan kubu doa setiap hari senin.
8. Penekanan lainnya adalah hal yang berkaitan dengan pujian dan penyembahan. Semua
orang dipahami sebagai penyembah apapun profesinya. Penyembahan bukan hanya di
gereja saja namun dari cara hidup ditekankan harus menunjukan sikap sebagai seorang
penyembah. Selain pujian dan penyembahan hal lain yang ditekankan adalah hal-hal yang
berkaitan dengan pengajaran, dikarenakan saat ini banyaknya ajaran-ajaran lain yang
berkembang bebas.
9. Bagian lainnya yang ditekankan adalah tentang misi. Ada upaya untuk bagaimana
menggerakan jemaat dan membekali jemaat dengan pengajaran tentang misi. 15 tahun
lebih gereja ini berfokus mengembangkan internal gereja, beralih dari pastoral church
menjadi gereja yang bermisi untuk menjangkau keluar.
10. Cara mempengaruhi orang-orang yang dipimpinnya adalah dengan menjadi teladan.
Keteladanan yang ditunjukan oleh subjek dengan memunculkan karakter-karakter sebagai
seorang pemimpin. Karakter yang ditunjukan subjek adalah melayani dengan tekun, rajin,
setiap, fokus, dan doa. Bagian-bagian tersebut menurut subjek adalah bagian penting
dalam kepemimpinannya.
11. Bagian lain yang menjadi salah satu kunci dari kepemimpinan yang baik, yang
ditunjukan subjek sebagai pemimpin adalah subjek menjadi pemimpin yang memiliki
etos kerja yang tinggi. Subjek yang berasal dari keluarga dengan kultur etnis Tionghoa,
yang semua berprofesi sebagai pembisnis dan pengusaha, terbiasa menjadi pekerja keras.
Kondisi ini mendorong subjek menjadi seorang pekerja keras. Didikan keluarga tersebut
membuat subjek terbiasa dalam apapun yang dikerjakannya harus dengan totalitas.
12. Dalam hal relasi dengan orang-orang yang dipimpinnya, subjek mengaku selama ini
subjek membangun relasi melalui ring-ring yang dibangunnya. Subjek pun berusaha
untuk hadir dalam persekutuan-persekutuan yang lingkupnya lebih kecil dalam jemaat,
seperti Family Altar, dan menggerakan pemerhati-pemerhati gereja untuk terus bergerak
menjangkau jemaat satu demi satu. Beberapa jemaat yang dapat dijangkaunya, subjek
berusaha menjadi teman dan kemudian berusaha memberdayakan jemaat tersebut. Walau
pun demikian subjek pun mengaku bahwa ia sebagai pemimpin tidak bisa mengenal satu
per satu jemaat dalam gereja ini, dikarenakan terdapat ribuan anggota jemaat.
13. Jemaat Gereja Bethany Salatiga sebagian besarnya terdiri dari kaum muda. Ada sekitar
50% dari keselurahan jemaat adalah kaum muda yang adalah mahasiswa. Subjek melihat
ini adalah potensi dan kesempatan yang besar dalam membekali anak-anak muda,
terutama mahasiswa yang akan lulus dan kemudian menjadi tenaga profesionalprofesional muda yang nantinya tersebar di berbagai daerah di Indonesia. Karena itu
terdapat banyak sekali traning dalam rangka membekali kaum muda untuk dapat
memiliki karakter dan maupun kemampuan yang lebih sebagai profesional muda
nantinya. Selain itu subjek sebagai pemimpin memberikan kesempatan dan ruang yang
besar untuk anak-anak muda dapat berkreasi dan memunculkan ide-ide segar. Sehingga
157
mereka terus diberdayakan dengan potensi yang mereka miliki. Diharapkan gereja
Bethany Salatiga menjadi gereja masa depan dengan kehadiran anak-anak muda dalam
gereja ini.
14. Adanya kepercayaan dan upaya mendelagasikan tugas dan kesempatan yang lebih serta
membuka ruang kepada patner-patner kerjanya dalam menjalankan tugas dalam jemaat.
Subjek memberikan kesempatandan ruang yang luas kepada patner-patner pelayanannya
yang lain untuk dapat belajar lebih ketika mereka berbuat salah kemudian
mengevaluasinya. Subjek merasa bahwa ia tidak dapat melakukan semua tugas dan
tangung jawab pelayanan seorang diri. Sehingga yang ia lakukan adalah memberikan
delagasi kepada orang-orang terdekatnya, yang telah dipercayainya untuk dapat melayani
juga, sambil memberikan dorongan untuk terus dapat melayani dan bekerja dengan
maksimal.
15. Dalam upaya memunculkan kualitas dan kinerja yang baik maka subjek selalu berusaha
membangun relasi dengan patner-patner pelayanannya, terutama para Pendeta Muda yang
telah ia kader untuk meneruskan kepemimpinannya untuk waktu kedepan. Sebagai
generasi awal dari gereja Bethany Salatiga, subjek berharap bahwa ada generasi
pengganti yang dapat betul-betul memahami perjuangan gereja ini selama ini. Baginya
relasi akan menimbulkan kualitas dari kinerja yang baik.
16. Tantang terbesar bagi subjek sebagai pemimpin adalah bukan pada menjalankan program
kerja, melainkan tentang bagaimana cara manajemen atau pengolahan sumber daya
manusia yang ada. Karena bagi subjek untuk merubah manusia adalah sesuatu yang sulit.
17. Semua pelayanan di gereja Bethany Salatiga menurut subjek tidak dilakukan dengan
serampangan. Semua harus dimanajemen atau diatur dengan baik dan bukan dibiarkan
begitu saja. Sehingga di Gereja Bethany ada bagian-bagian atau unit-unit masing-masing
yang mengurusi bagian keuangan, administrasi gereja, multimedia, dll.
(Foto 1)
(Foto 2)
158
Foto 1 dan 2: Foto diambil saat wawancara pada hari Jumat, 29 Agustus 2014.
Pukul 10.00-11.15 WIB. Subjek A adalah Gembala jemaat Gereja
Bethany Salatiga. Subjek yang adalah Pendeta beretnis Tionghoa
telah menjadi Gembala Jemaat selama 16 tahun.
2. Subjek B (Informan Kunci)
a. Tempat : Kantor Gembala Jemaat Gereja Bethel Indonesia (GBI) Salatiga
b. Waktu : Selasa, 2 September 2014, pukul 11.00- 12.25
c. Pokok- pokok penting wawancara
1. Pdt. Gideon Rusli telah menjadi Gembala jemaat di Gereja Bethel Indoenesia (GBI)
Salatiga selama 14 tahun. Ia menjadi Gembala jemaat terhitung dari tahun 2000 sampai
saat ini. Subjek adalah Gembala ke-4 dalam kepemimpinan di gereja Bethel Indonesia
(GBI) Salatiga. Ia menggantikan posisi ayahnya yaitu Pdt. Andreas Muliatno Rusli, yang
juga adalah Gembala jemaat di Gereja Bethel Indoensia (GBI) Salatiga selama 27 tahun
terhitung dari tahun 1973 sampai 2000. Sebelum dipercayakan memimpin jemaat, ia telah
menjadi bagian dari Gereja Bethel Indonesia sejak kecil, bahkan sejak lahir telah terdaftar
menjadi anggota gereja tersebut. Hal tersebut dikarenakan orang tuanya, terutama
ayahnya sudah sejak awal melayani di Gereja Bethel Indonesia (GBI) Salatiga. Subjek
adalah sarjana pendidikan Agama Kristen, lulusan dari sekolah seminari Bethel. Dan saat
ini baru saja meyelesaikan S2 di salah satu sekolah tinggi Teologi di kota Solo. Di bawah
kepemimpinannya, gereja Bethel Indonesia (GBI) Salatiga berhasil membangun
bangunan gereja di tanah seluas kurang lebih 5.789 m2. Secara kuantitas, jumlah jemaat
Gereja Bethel Indonesia (GBI) Salatiga menunjukan peningkatan. Saat ini (tahun 2014)
jemaat yang terdaftar mencapai 2500 jiwa, diantaranya 2000 adalah orang dewasa dan
500 adalah anak-anak. Setiap minggunya pada ibadah raya dihadiri lebi dari 1000 jiwa.
Dan telah memiliki 15 pos pelayanan yang tersebar di sekitar daerah Salatiga. Pelayanan
di Gereja Bethel Indonesia (GBI) Salatiga didukung dengan berbagai unit-unit pelayanan
seperti adanya sekolah PAUD, Pusat Pengembangan Anak (PPA), dll yang
pengelohannya di bawah departemen-departemen pelayanan yang ada dalam gereja.
2. Salah satu yang menjadi penekanan dalam kepemimpinan subjek adalah tentang
keseimbangan. Keseimbangan yang dimaksudkan misalnya keseimbanan ketika kita
mengasihi. Tidak hanya mengasihi Tuhan tetapi juga harus mengasihi sesama.
Keseimbangan dalam hal, tidak hanya kerja keras tetapi jangan sampai melupakan
keluarga.
3. Hal-hal yang menjadi kunci dalam upaya menjadi gereja yang terus mengalami
pertumbuhan adalah menjalankan sistem gereja yang memiliki tujuan atau dapat
dikatakan gereja yang digerakan oleh tujuan. Hal ini menurut subjek merupakan faktor
yang membuat gereja ini terus bertumbuh secara kuantitas maupun kualitas, selain
sesungguhnya subjek mengaku bahwa pertumbuhan dan perkembangan yang ditunjukan
159
oleh gereja ini merupakan anugerah Tuhan yang menurutnya merupakan sumber
perkembangan.
4. Adapun beberapa tujuan dari Gereja Bethel Indonesia (GBI) Salatiga yang selama ini
menggerakan sistem dalam gereja ini, antara lain: (a) Menjadi gereja yang ada untuk
bersekutu, sehingga yang dilakukan adalah membentuk kelompok sel (komsel). Saat ini
Gereja Bethel Indonesia (GBI) Salatiga telah memiliki 80 komsel. Adanya komsel
mengajarkan dan mendorong jemaat untuk tidak tergantung dan terpaku hanya pada
ibadah raya minggu di gereja. Tetapi diharapkan dengan adanya kelompok-kelompok sel,
jemaat dapat memiliki komunitas kecil yang membantu pertumbuhanya. (b) Gereja ada
untuk pemuridan. Gereja harus ada untuk berjuang membantu untuk setiap orang di
dalamnya dapat mengalami pertumbuhan menjadi murid Tuhan Yesus. Sehingga dalam
Gereja Bethel Indonesia (GBI) Salatiga terdapat kelas untuk jemaat dapat belajar menjadi
murid Kristus. Jadi yang ditekankan adalah pemuridan. (c) Gereja ada untuk melayani,
maka disediakan kesempatan kepada setiap jemaat untuk mengambil bagian dalam
pelayanan. (d) Gereja ada untuk penginjilan, dengan menyediakan diri untuk berdoa dan
penginjilan. Dan yang terakhir adalah (e) Gereja ada untuk penyembahan. Kelima hal
tersebut membantu untuk menjadikan gereja dalam kondisi sehat. Ketika gereja sehat
maka ia secara alamiah akan bertumbuh.
5. Adanya pengaruh dari kultur sebagai seorang etnis Tionghoa dalam kepemimpinan
subjek . Ia mengaku bahwa dalam kulturnya ia dididik untuk memiliki apa yang ia sebut
sebagai daya juang yang tinggi. Karakter ini menjadi sangat berperan dalam proses
menjalankan kepemimpinannya selama 14 tahun. Dengan adanya semangat juang yang
tinggi dalam dirinya sebagai pemimpin maka membuat dirinya menjadi pemimpin yang
tidak mudah untuk menyerah ketika berhadapan dengan berbagai kesulitan. Yang
tertanam dalam dirinya adalah bagaimana caranya apapun yang dikerjakan harus jadi.
Kondisi ini terlihat juga pada saat ia memimpin rapat. Dalam rapat ia tidak menerima
alasan atas kesulitan-kesulitan yang dihadapi tetapi yang ingin dikejar adalah solusi apa
yang bisa dilakukan untuk kesulitan-kesulitan yang ada. Jika rekan-rekan kerja atau
pelayanannya yang lain tidak bisa kerjakan maka ia sebagai pemimpin akan langsung
turun tangan. Jadi menurutnya dengan kulturnya sebagai seoarang etnis Tionghoa
membuat di dalam dirinya tertanam karakter sebagai seseorang yang ulet, kerja keras, dan
daya juang yang tinggi, yang membuat ia tidak mudah untuk menyerah ketika
berhadapan dengan kesulitan.
6. Dalam hal yang berkaitan dengan relasi yang terbangun selama ini antara dirinya sebagai
pemimpin dan orang-orang yang dipimpinnya, ia mendasari relasi tersebut pada sebuah
nilai bahwa semua yang ada dalam gereja ini adalah keluarga. Maka secara otomatis
hubungan yang tercipta dalam jemaat, seperti dalam konteks keluarga. Sebagai keluarga,
ia berperan sebagai bapak dan jemaat adalah anak-anaknya. Hal tersebut juga dilakukan
oleh dengan rekan-rekan pelayanannya. Subjek mengaku bahwa mereka sebagai satu tim
160
berjuang bersama-sama sebagai sebuah keluarga. Jadi sejauh ini relasi yang terus
dibangun adalah relasi seperti keluarga.
7. Pemimpin yang memberikan penekanan pada relasi. Baginya kinerja memang penting
namun hal-hal yang berkaitan dengan kinerja dapat dibangun. Lebih lanjut ia menyatakan
bahwa kinerja yang baik adalah relasi yang baik terlebih dahulu. Dengan relasi
sebagaimana relasi yang tercipta dalam keluarga maka kita akan mampu menggerakan
atau mengerahkan orang untuk dapat meningkatkan kinerjanya. Walaupun secara ideal
tidak semua jemaat dapat didekati secara personal namun ia sebagai pemimpin berusaha
kalau ada jemaat baru maka ia menyediakan waktu untuk melakukan kunjungan dan
melakukan sentuhan secara personal. Selain sebagai pemimpin ia membentuk tim
perkunjungan untuk memperhatikan jemaat-jemaat yang ada. Disamping itu juga terdapat
komunitas-komunitas yang diharapkan mampu menjadi wadah bagi jemaat untuk dapat
saling berbagi dan memperhatikan.
8. Ia pun mengaku bahwa terhadap rekan-rekan pelayanannya, selalu bersikap “open”.
Mereka diberikan kesempatan dan ruang yang sebesar-besarnya untuk dapat berpendapat.
Dalam rapat atau pertemuan-pertemauan yang sering dilaksanakan dia memberikan
kesempatan kepada orang yang dipimpinnya untuk dapat memunculkan ide-ide, dan
selalu mengijinkan orang-orang untuk berbeda pendapat dengannya. Dalam hal
mengambil kebijakan juga diperlakukan hal yang sama. Dalam kepemimpinannya ia
berusaha untuk selalu kerja sebagai satu tim. Sebagai wujudnya, ia sebagai pemimpin
menyukai adakan pertemuan, untuk dapat mendengarkan dan membicarakan ide-ide dari
rekan-rekan pelayananya yang lain.
9. Subjek memandang posisinya sebagai pemimpin saat ini bukanlah merupakan jabatan. Ia
memandang posisinya sebagai pemimpin lebih sebagai kepercayaan dari Tuhan dan
umat. Ia tidak ingin orang mengikutinya karena jabatannya sebagai Pendeta. Yang dia
pahami dan ajarkan selama ini kepada jemaat bahwa ketika ia dipercayakan sebagai
pemimpin maka ia sedang berutang kepada jemaat untuk dapat melakukan yang terbaik
dalam melayani jemaat. Sehingga baginya kekuasaan bukanlah tujuan tetapi alat yang
dapat digunakan untuk kepentingan umat.
10. Pemahaman tentang visi yang ia anut adalah gambaran tentang masa depan yang lebih
baik. Sebagai pemimpin, visi merupakan bagian penting. Dalam gereja Bethel Indonesia
(GBI) Salatiga, visi gereja selalu dibicarakan minimal 2 kali dalam setahun. Tepatnya
pada awal tahun dan pertengahan tahun untuk terus mengingatkan jemaat untuk visi besar
yang dimiliki. Selain itu visi gereja yakni “Menjadi jemaat lokal yang memberkati kota,
bangsa dan dunia dengan pelayanan yang holistik dan terpadu” dijabarkankan ke dalam
program-program dalam 5 bidang atau depertemen yang ada. Sehingga menurutnya
ketika orang mengikuti program yang telah direncanakan maka ia akan digiring untuk
bergerak ke arah visi gereja. Salah satu wujud dari upaya dalam pergerakan ke arah visi
besar gereja yang merupakan visi bersama adalah ketika HUT gereja menyediakan paket
dalam jumlah 800 dampai 1000 untuk dibagikan ke masyarakat kota Salatiga. Itu salah
161
satu wujud dalam menjadi gereja yang dapat memberkati kota Salatiga. Sebagai
pemimpin ada berbagai cara untuk menggerakan orang kepada visi bersama. Hal yang
biasa dilakukan subjek adalah melalui mimbar. Selain itu ada pendekatan secara pribadi
yang dilakukan subjek, melalui percakapan secara pribadi berkaitan dengan visi gereja.
11. Gaya kepemimpinan hamba menjadi gaya kepemimpinan yang menurut subjek terapkan.
Selama 14 tahun memimpin subjek akhirnya semakin dipertegas untuk memutuskan
menerapkan gaya kepemimpinan hamba Tuhan Yesus Kristus. Wujud dari kepemimpinan
hamba yang menjadi pilihan subjek adalah dengan menyediakan waktu. Menurutnya
waktu adalah barang mahal. Ia terus berusaha menyediakan waktu untuk konseling,
bertemu tatap muka untuk dapat berbagi. Selain itu subjek selalu bersedia membantu
rekan-rekan pelayanannya yakni para staff yang mengalami kesulitan dalam proses
kerjanya. Ia membantu untuk dapat menterjemahkan langkah-langkah dengan baik.
Dengan gaya kepemimpinan yang melayani, ia selalu berusaha untuk membuka diri
untuk terus dapat membantu orang lain, tanpa terkecuali.
12. Sebagai pemimpin, karakter-karakter yang menjadi penekanannya antara lain; kekudusan.
Kekudusan menjadi harga mati dalam kepemimpinannya. Kekudusan yang dimaksud
meliputi kekudusan dalam moralitas yang dimiliki, kekudusan dalam seksualitasnya,
kekudusan dalam keuangannya. Walaupun menurutnya tidak ada ada yang 100% yang
sempurna, namun dengan terus berusaha hidup dalam kekudusan dalam bagian-bagian
tersebut akan menjadikan ia sebagai pemimpin yang dapat menjadi teladan dan tidak
hanya sekedar “ngomong”. Menurutnya ini penting karena banyak Gembala yang “jatuh”
karena korupsi uang jemaat, selingkuh dll. Selain kekudusan, karakter lain yang menjadi
penekanan adalah kerendahan hati. Menurutnya kerendahan hati merupakan karakter
yang menjadi kunci dalam gaya kepemimpinan yang melayani.
13. Adanya upaya untuk mengerjakan segala sesuatu dengan “excellent”. Ia berusaha
menjadi pemimpin yang terus membuka diri menyediakan waktu untuk melayani orang
lain semaksimal mungkin. Dalam berbagai kesempatan ia berusaha memberikan nasehatnasehat terbaik bagi setiap orang yang membutuhkan nasehatnya sebagai seorang bapak.
14. Cara yang dilakukan subjek dalam mempengaruhi orang-orang yang dipimpinnya adalah
(a) melalui sentuhan secara personal. Dalam hal ini ia sebagai pemimpin berusaha
menyediakan waktu untuk dapat membangun komunikasi pribadi dengan orang-orang
yang dipimpinnya. (b) Memberikan pengaruh melalui khotbah-khotbahnya di mimbar.
Melalui mimbar ia sebagai pemimpin berusaha untuk menggerakan jemaat kepada visi
bersama, serta memberikan pengaruh kepada jemaat untuk berdedikasi pada Kristus. Dan
yang terakhir dan utama berkaitan dengan bagaimana caranya mempengaruhi orangorang yang dipimpinnya adalah dengan (c) menjadi teladan. Menurutnya ketika ia
berbicara tentang doa maka ia harus mampu memberikan telasdan sebagai seorang yang
berdoa. Ketika ia berbiacara tentang kehidupan keluarga yang baik, maka ia melalui
keluarganya harus mampu menunjukan apa yang ia ajarkan kepada jemaat.
162
15. Dalam menjadi teladan ia berusaha untuk dapat menjadi pemimpin yang berkorban.
Wujud dari hal tersebut adalah dengan serius dalam melayani, memberikan hati dan
hidupnya untuk orang lain. Dan ketika hati telah terbuka maka otomatis yang lainnya pun
ikut terbuka, termasuk dompet. Tidak bermaksud untuk menyobongkan diri, ia telah
memberikan dua mobil untuk membiayai pembangunan gereja. Menurutnya dalam hal
itu, bukan masalah tentang materi, tetapi bagaimana mampu menjadi teladan yang baik.
Dengan menjadi teladan ia mampu menjadi pemimpin mampu memimpin dengan efektif,
tanpa harus mengontrol orang lain.
Foto 3: Foto diambil saat wawancara pada hari Selasa, 2 September 2014, pukul
11.00- 12.25. Subjek B (informan kunci) merupakan Gembala jemaat
Gereja Bethel Indonesia (GBI) Salatiga. Subjek telah menjadi Gembala
jemaat Gereja Bethel Indonesia (GBI) Salatiga selama 14 (empat belas)
tahun, terhitung sejak tahun 2000 sampai sekarang (tahun 2014).
B. Informan Pendukung
1. Pdm. Deny Mustamu (Pendeta Muda Gereja Bethany Salatiga)
a. Tempat : Di Gedung Gereja Bethany Salatiga, Jalan Jendral
b. Waktu : Jumat, 29 Agustus 2014, pukul 11.20- 12.00 WIB
c. Pokok- pokok penting wawancara
1. Sebagai jemaat, Bapak Deny Mustamu yang dulunya berjemaat di GPIB dan kemudian
berpindah ke gereja Bethany Salatiga mengaku bahwa ia sangat merasa bertumbuh dalam
gereja ini. Ia telah berjemaat selama kurang lebih 18 tahun bahkan sebelum gereja
Bethany diresmikan pada tahun 1998. Ia menyatakan bahwa saat ini ia dan keluarga
163
tidak terpikirkan sama sekali untuk berpindah gereja bahkan tidak akan pernah berpindah
gereja karena telah merasa bagian dari gereja ini sejak awal. Selain itu dalam gereja ini,
ia menemukan sosok Gembala jemaat memperlakukan dirinya sebagai anak, dan ia
sendiri merasa memiliki bapak rohani yang perduli dan sangat baik dalam mendidik
dirinya.
2. Menurut Bapak Deny Mustamu, selama ia mengenal dan menjadi rekan pelayanan dari
Pdt. Bambang Hengky selama 18 tahun, ia menilai bahwa yang paling menonjol dari
kepemimpinan Pdt. Bambang Hengky sebagai Gembala jemaat adalah ia tampil sebagai
pemimpin yang rela dan mau berkorban untuk kepentingan jemaat. Hal tersebut dapat
terlihat dari kesungguhan Pdt. Bambang Hengky yang mau berkorban melimpahkan
kompleks/ tanah miliki pribadinya dan keluarga untuk gereja. Tanah yang dahulunya
miliki pribadi dan keluarga saat ini telah berganti hak kepemilikan, dalam hal ini miliki
jemaat lokal. Kompleks yang telah didirikan bangun gereja dan kemudian dipakai selama
ini untuk beribadah dan dibangun juga sekolah dan unit pelayanan lainnya telah milik
gereja sepenuhnya.
3. Dalam kepemimpinannya berkaitan dengan membangun hubungan atau relasi dengan
orang-orang yang dipimpinnya, Pdt.Bambang Hengky dinilai bukan pemimpin yang
sama sekali tidak perduli dalam hal membangun relasi dengan jemaat dan rekan-rekan
pelayanannya. Pdt. Bambang Hengky selalu menyediakan waktu diantara kesibukannya
untuk tetap hadir dalam ibadah-ibadah Komsel, Family Altar setiap minggunya. Ia secara
bergiliran hadir dalam kelompok-kelompok persekutuan sel dan membangun hubungan
atau relasi dengan jemaat. Walaupun sebenarnya untuk mengingat dan dekat dengan
semua jemaat melalui kunjung satu demi satu adalah hal yang menurutnya tidak
mungkin karena jumlah jemaat yang mencapai ribuan jiwa. Untuk itulah ia sering
mendelegasikan tugas kepada rekan-rekan pelayannya, tim kunjungan dan para Pendeta
Muda lainnya. Ia selalu bersedia untuk ditemui jika ada jemaat atau rekan pelayanan yang
datang langsung kepadanya dan tidak berusaha membeda-bedakan.
4. Adanya penilaian terhadap sosok Pdt. Bambang Hengky sebagai gembala yang memiliki
kepekaan terhadap apa yang menjadi kebutuhan dari jemaat. Kebutuhan yang
dimaksudkan bukan hanya terkait dengan hal-hal yang bersifat rohani atau pun spiritual
namun juga kebutuhan yang bersifat jasmani dalam hal ini kebutuhan ekonomi dari
jemaat. Hal tersebut dapat terlihat dari pengalaman pribadi dari Bapak Deny Mustamu
sebagai jemaat. Diceritakan bahwa ketika Bapak Deny Mustamu yang sangat
membutuhkan biaya kuliah ketiga anaknya. Tanpa diminta secara langsung Pdt. Bambang
Hengky dengan Istrinya kemudian membantu dalam mencukupi biaya kuliah yang
dibutuhkan tersebut. Menurutnya, Pdt. Bambang Hengky sebagai gembala adalah sosok
pemimpin yang tidak tega melihat orang lain susah apalagi jemaatnya sendiri. Ia dinilai
sebagai sosok pemimpin yang tidak hanya bertanggung jawab terhadap pertumbuhan
dalam dimensi spiritual jemaat, namun juga dalam soal jasmani dalam hal ini ekonomi
164
5.
6.
7.
8.
9.
jemaat juga diperdulikannya. Realisasinya dapat terlihat dengan kehadiran unit-unit
pendukung seperti koperasi, sekolah, hotel, poliklinik dll.
Berkaitan denga karakter yang dimiliki Pdt. Bambang Hengki sebagai pemimpin,
dijelaskan bahwa Pdt. Bambang Hengky adalah sosok pemimpin yang memiliki hati
bapak. Hati bapak yang dimaksudkan adalah ia sebagai sosok yang sangat mengasihi
orang-orang yag dipimpinnya, dan memperlakukan mereka sebagai anak-anaknya sendiri.
Bentuk kasihnya, dia tunjukan melalui tindakan-tindakan yang tegas tetapi disisi lain ia
pun bisa memperlakukan orang-orang yang dipimpinnya dengan penuh kelembutan.
Selain itu, dalam hal yang berkaitan dengan visi dan misi sebagai pemimpin, Pdt
Bambang Hengky dinilai mampu menggerakan jemaat untuk terus bergerak menuju visi
besar dari gereja. Hal ini dapat terlihat melalui upaya Pdt. Bambang Hengky sebagai
pemimpin untuk setiap bulannya mengadakan pertemuan rutin yang dihadiri oleh semua
pelayan tanpa terkecuali. Dalam pertemua tersebut beliau memotivasi, mendorong dan
membagikan visi dan misi bulanan yang merupakan turunan dari visi besar dari gereja,
agar dapat seragam dalam setiap unit pendukung pelayanan yang ada. Selain itu beliau
membagikan visi dan misi jemaat tersebut melalui “pesan gembala” yang disebarkan
melaui bulletin dan sms kepada seluruh jemaat. Beliau dinilai sebagai sosok yang selalu
memberikan waktu untuk terus menggerakan dan membagikan visi dan misi kepada
jemaat.
Adanya pengaruh kultur sebagai orang beretnis Tionghoa, dalam hal etos kerja, yang
dinilai memiliki etos kerja yang tinggi. Pdt. Bambang Hengky dinilai sebagai seorang
pekerja keras. Kerja kerasnya bersama dengan rekan-rekan pelayanan lainnya dinilai
menjadi bagian yang memberikan kontribusi besar terhadap kemajuan gereja selama ini.
Sehingga mampu menghasilkan berbagai unit-unit pendukung yang membantu jemaat
secara khusus dan masyarakat salatiga dalam menjawab kebutuhan yang ada. Melaui unit
pelayanan seperti koperasi, sekolah, hotel, poliklinik dan lain-lain, diharapkan dapat
menyerap tenaga kerja, sehingga membantu jemaat yang kesulitan mendapatkan
pekerjaan. Selain itu jemaat yang membutuhkan modal usaha dapat juga dibantu melalui
koperasi yang ada.
Pdt. Bambang Hengky dinilai sebagai pemimpin tidak segan memberikan kesempatan
dan ruang seluas-luasnya untuk orang-orang yang dipimpinnya untuk dapat berinsiatif
dan berkreasi. Hal ini berlalu juga terdapat rekan-rekan pelayanannya dalam hal ini para
Pendeta Muda yang sering didelegasikan untuk menjadi perpanjangan tangan dari
gembala jemaat untuk menjangkau jemaat-jemaat dengan berbagai persoalan masingmasing. Serta memberikan kesempatan untuk mengambil kebijakan dalam gereja sejauh
tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip dasar yang berlaku dalam gereja dan
merugikan orang lain.
Pdt. Bmabang Hengky adalah pemimpin yang tidak segan mengeluarkan uang pribadinya
untuk keperluan jemaat. Dan tidak pernah meminta-minta kepada jemaat untuk
mencukupi kebutuhan pribadinya.
165
Foto 4: Foto diambil saat wawancara pada hari Jumat, 29 Agustus 2014, pukul 11.3012.00 WIB. Subjek mengaku telah berjemaat selama kurang lebih 18 tahun,
bahkan sebelum gereja Bethany diresmikan pada tahun 1998. Subjek saat ini
menjabat sebagai Pendeta Muda Gereja Bethany Salatiga.
2. Pdm. Satrio (Pendeta Muda Gereja Bethany Salatiga)
a. Tempat : Di Gedung Gereja Bethany Salatiga, Jalan Jendral
b. Waktu
: Jumat, 29 Agustus 2014, pukul 12.10-13.20 WIB
c. Pokok- pokok penting wawancara
1. Menurut Pdm. Satrio yang telah berjemaat di Gereja Bethany Salatiga selama 17 tahun,
Pdt. Bambang Hengky bukanlah tipe pemimpin otoriter, melainkan merupakan pemimpin
yang merangkul, mengingatkan serta memberikan pilihan akhir kepada orang-orang yang
beliau pimpin. Beliau memposisikan diri sebagai seorang Bapak yang mengingatkan dan
memberikan berbagai pertimbangan kepada anaknya, dalam proses pengambilan
keputusan akhir diberikan kebebasan untuk setiap orang yang dipimpinnya untuk
memutuskan sendiri. Ketika orang-orang yang dipimpinnya berbuat salah maka ia tidak
pernah menegurnya dengan cara yang “frontal” namun yang ia lakukan hanyalah
memberikan contoh.teladan yang benar.
2. Cara mempengaruhi orang-orang yang dipimpinnya, Pdt. Bambang Hengky selalu
berusaha menjadi teladan, atau menjadi role model bagi orang-orang yang ia pimpin. Ia
menempatkan dirinya sebagai pemimpin yang melakukan dan bukan hanya pemimpin
yang bisa menyuruh orang untuk melakukan. Ia selalu memperlakukan apa yang ia
166
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
katakana dan himbau kepada orang-orang yang dipimpinnya pertama-tama kepada
dirinya sendiri. Dengan kata lain Pdt. Bambang Hengky selalu berusaha terlebih dahulu
menjadi contoh kepada orang-orang yang dipimpinnya.
Keteladanannya dapat ditunjukan dengan menjadi pemimpin yang mau berkorban. Hal
tersebut terlihat dari pengorbanannya untuk gereja dalam bentuk menyerahkan semua
kompleks yang dahulunya merupakan miliki pribadi dari Pdt. Bambang Hengky dan
keluarga kepada gereja sepuhnya. Tanah yang saat ini telah dibangun bangunan gereja
dan berbagai unit pendukung lainnya seperti sekolah, dll telah beralih kepemilikan dari
miliki pribadi beralih menjadi milik jemaat lokal sepenuhnya. Pdt. Bambang Hengky
memandang bahwa gereja membutuhkan tanah tersebut, sehingga ia dan keluarga
kemudian memberikan tanah tersebut. Selain itu Pdt. Bambang Hengky juga berkorban
dalam memberikan uang pribadi untuk disumbangkan ke gereja untuk digunakan dalam
mencukupi kebutuhan gereja.
Tipe atau gaya kepemimpinan yang Pdt. Bambang Hengky terapkan selama ini
tergantung kepada situasi orang yang dia pimpin. Sebagai pemimpin ia berusaha untuk
menyesuaikan antara gaya kepemimpinan yang ia terapkan dengan orang yang dia
hadapi. Hal tersebut berangkat dari pemahamanny bahwa tidak ada tipe dan gaya
kepemimpinan yang terbaik, selain tipe dan gaya kepemimpinan yang dapat
menyesuaikan dengan siapa yang dihadapi. Kadang sebagai pemimpin ia mampu menjadi
sorang Darekting, kadang dia harus menjadi pelatih, kadang dia harus menjadi supporter,
dan kadang dia harus mendelagasi.
Pdt Bambang Hengky adalah pemimpin yang menyukai kerja tim. Sehingga ia senang
untuk mendelegasi tugas kepada patner kerjanya. Ia tidak menyukai untuk kerja seorang
diri (one person), sebaliknya ia menyukai untuk berbagi tugas dengan patner-patner
pelayan yang lain.
Pemimpin yang bertanggung jawab.
Pemimpin yang terbuka, dalam hal memberikan kesempatan untuk orang-orang yang
dipimpinnya untuk dapat memberikan pendapat atau usulan serta melaksanakan ide-ide
yang diterapkan. Jika ingin bertanya maka beliau kapan saja menyediakan waktu untuk
bisa bertanya.
Dalam hal relasi antara pemimpin dan orang-orang yang dipimpinnya, Pdt. Bambang
Hengky adalah pemimpin yang memandang orang-orang yang ia pimpin sebagai patner
dan bukan bawahannya. Sehingga ia sangat terbuka untuk bisa ditemui dalam rangka
menanyakan atau membicarakan hal tertentu dengan beliau.
Pemimpin yang mampu menterjemahkan visi dan misi dengan baik kepada orang-orang
yang dipimpinnya. Visi besar dari gereja diturunkan ke dalam tema-tema tahunan dan
kemudian lebih diperjelas lagi melalui tema-tema bulanan. Pdt. Bambang Hengky secara
rutin mengadakan pertemuan dengan sekitar 250 pekerja dari semua unit pelayanan dan
gereja-gereja cabang yang dimiliki Gereja Bethany, setiap bulannya pada minggu
pertama (Hari Sabtu). Semua pelayan wajib hadir dalam persekutuan yang mereka sebut
167
sebagai Ibadah kemah Daud. Dalam pertemuan atau persekutuan itu Pdt. Bambang
Hengky membagikan visi bulanan dan terus memitivasi para pelayan untuk terus
bergerak kea rah visi besar gereja atau visi bersama. Tidak berhenti disitu, Pdt. Bambang
Hengky juga membagikan visi yang telah ia bagikan kepada para pelayan dan pemimpinpemimpin gereja juga dibagikan kepada jemaat melalui pertemuan Family Altar (FA),
buletin dan pesan gemabala.
10. Pemimpin yang memiliki etos kerja yang tinggi. Hal ini dinilai merupakan pengaruh dari
kulturnya sebagai seseorang beretnis Tionghoa. Bagian tersebut dapat dilihat dari
komitmennya sebagai pemimpin untuk tetap hadir dalam setiap doa pagi yang
berlangsung Pukul. 03.30 WIB pada setiap harinya. Pdt. Bambang Hengky selalu
komitmen dan tidak pernah tidak hadir dalam persekutuan yang dikenal sebagai gerbang
pagi. Ia selalu “on time” dalam menghadari doa pagi tersebut. Tentu ini butuh etos kerja
yang tinggi. Padahal ia adalah pemimpin yang sibuk, karena memiliki banyak unit
pelayanan sehingga ia harus pertemuan dengan semua bagian unit pelayanan. Namun
dalam kesibukannya ia selalu menyediakan waktu untuk setia hadir dalam doa pagi yang
berlangsung Pukul 03.30 WIB setiap harinya. Etos kerja yang ditunjukan oleh Pdt.
Bambang Hengky membuat orang-orang yang dipimpinnya malu jika berkata “cape”
dihadapan Pdt. Bambang Hengky.
11. Pemimpin yang berusaha membangun sebuah tatanan dalam melakukan disiplin rohani
yang jelas. Pdt. Bambang Hengky berusaha membangun tatanan dalam melakukan
disiplin rohan secara jelas, salah satunya melalui persektuan doa pagi Pukul 03.30 WIB
setiap harinya. Selain itu terdapat waktu-waktu doa khusus setiap hari senin.
12. Salah satu kelebihan Pdt. Bambang Hengky adalah ia memiliki pengalaman bisnis yang
mungkin pendeta lain tidak miliki. Ia bukan Pendeta yang hanya tahu tentang segala hal
yang tentang Teologi, namun dia memiliki kemampuan pengolahan atau manajemen
yang lebih karena adanya pengalaman masa lalu sebagai seorang dosen dan pembisnis.
Kondisi ini membuat ia mampu berbicara dengan jemaat yang sebagaian besarnya adalah
para pengusaha dan pembisnis. Dalam menjalankan kepemimpinnya , ia bahkan
menggunakan kemampuannya berbisnisnya yang tentu tidak bertentangan dengan
prinsip-prinsip Alkitab dalam mengembangkan gereja sampai saat ini gereja Bethany
telah memiliki berbagai unit pendukung. Keunggulan lain adalah sebagai seorang
pembisnis ia telah memiliki keuangan secara pribadi yang lebih mapan sebelum menjadi
Pendeta, sehingga ia tidak sepenuhnya tergantung pada keuangan gereja.
13. Pemimpin yang memiliki keseimbangan antara karakter dan pengetahuan. Pengetahuan
yang diperoleh dalam pengalamannya pada masa lalu, menjadikan ia tampil sebagai
pemimpin yang dapat menempatkan orang pada tempat/posisi yang tepat. Sehingga
sebagai lembaga gereja Bethany dapat terus menunjukan gejala perkembangan dalam
berbagai hal sampai saat ini.
168
Foto 5: Foto diambil saat wawancara pada hari Jumat, 29 Agustus 2014, pukul
11.30- 11 WIB. Subjek mengaku telah berjemaat selama kurang lebih 17
tahun, bahkan sebelum gereja Bethany diresmikan pada tahun 1998.
Subjek saat ini menjabat sebagai Pendeta Muda Gereja Bethany Salatiga.
3.
a.
b.
c.
1.
Ibu S (Anggota Jemaat Gereja Bethany Salaiga)
Tempat: Di Rumah Ibu S (Jalan Cemara Salatiga)
Waktu : Jumat, 29 Agustus 2014, pukul 2.10- 2.45 WIB
Pokok- pokok penting wawancara
Awalnya Ibu S bukanlah jemaat asli di Gereja Bethany Salatiga. Beliau sebelumnya
adalah anggota dari salah satu gereja di Salatiga. Sejak tahun 2012 Ibu S kemudian
berpindah menjadi anggota dari gereja Bethany Salatiga sampai sekarang (tahun 2014).
2. Alasan Ibu S tertarik menjadi anggota gereja Bethany karena awalnya karena anakanaknya telah terlebih dahulu bergereja di Gereja Bethany Salatiga karena anak-anak Ibu
S merasa lebih bertumbuh ketika bergereja di Gereja Bethany Salatiga. Dalam kondisi
tersebut Ibu S kemudian memiliki kerinduan untuk berangkat ke gereja bersama dengan
anak-anaknya. Hal ini yang menjadi alasan awal Ibu S kemudian berpindah gereja Ke
Bethany Salatiga.
3. Seiiring berjalannya waktu, Ibu S mengaku bahwa ia merasa bertumbuh melalui
pengajaran-pengajaran yang diberikan Gembala jemaat pada saat khotbah-khotbah dalam
Ibadah-ibadah yang diikutinya. Ibu S menilai bahwa isi dari khotbah Gembala jemaat
sering menjadi teguran tesendiri dalam memperbaiki cara kehidupan dalam
kesehariannya.
169
4. Ia pun sering mendapatkan pesan-pesan Gembala melalui SMS, dan buletin yang
menjaskan tentang visi bulanan. Menurutnya bagian yang dibagikan sangat
memberkatinya dan mendorongnya memiliki kehidupan yang terarah dan lebih baik.
5. Pdt. Bambang Hengky sebagai Gembala dikenal merupakan sosok yang tegas. Hal
tersebut terlihat dari isi khotbahnya yang tidak segan memberikan teguran sebagai
seorang bapak kepada anak-anaknya tanpa harus kuatir jemaat yang mendengarnya
kemudian berpindah gereja. Hal itu yang Ibu S tidak dapatkan di gerejanya sebelumnya.
4. Ibu M (Anggota Jemaat Gereja Bethany Salaiga)
a. Tempat : Di Warung Makan miliki Ibu M (Jalan Kalibening Salatiga)
b. Waktu
: Sabtu, 30 Agustus 2014, pukul 09.15-09.55 WIB
c. Pokok- pokok penting wawancara
1. Ibu M menjadi anggota jemaat di Gereja Bethany Salatiga sejak tahun 2008. Sebelumnya
Ibu S adalah anggota jemaat dari salah satu gereja di Semarang. Selama menjadi anggota
jemaat di gereja Bethany Salatiga, Ibu M menaku ia banyak bertumbuh dalam dimensi
Spiritual. Ia terdorong untuk memiliki hubungan pribadi dengan Tuhan. Dorongan
tersebut ia dapatkan melalui khotbah-khotbah dalam ibdah-ibdah yang ia ikuti setiap
minggunya.
2. Selain itu Ibu M dalam kesulitan keuangan yang pernah ia hadapi, mengaku pernah
dibantu dengan kehadiran koperasi simpan pinjam yang merupakan unit pendukung
dalam Gereja Bethany Salatiga.
3. Menurutnya kehadiran gereja Bethany Salatiga tidak hanya membina dan memikirkan
tentang kehidupan rohani jemaat semata namun juga dalam hal ekonomi jemaat juga
menjadi bagian yang dipikirkan oleh gereja.
4. Hubungan yang terbangun antara ibu M dan Pdt. Bambang Hengky tidak terlalu dekat.
Bahkan menurutnya mungkin Ibu M tidak dikenal oleh Pdt. Bambang Hengky karena
jumlah jemaat yang terlalu banyak dan tidak mungkin gembala jemaat mengenal satu
demi satu anggota jemaatnya.
5. Sebagai Pendeta etnis Tionghoa, Ibu M menilai bahwa Pdt. Bambang Hengky banyak
terpengaruh dengan kulturnya sebagai orang dengan etnis Tionghoa. Kemampuan
berbisnis yang baik menjadi salah satu bagian dari hasil pengaruh kulturnya. Ini menjadi
modal dalam ia mengembangkan gereja dengan kehadiran unit-unit pendukung seperti
hotel, koperasi, sekolah, dll.
5. Sdri. Yunita (Staff Administrasi GBI Salatiga)
a. Tempat
: Di Ruang Staff Gereja Bethel Indonesia (GBI) Salatiga.
b. Waktu : Selasa, 26 Agustus 2014. Pukul 12.00-12.21 WIB
170
c. Pokok- pokok penting wawancara
1. Saudari Yunita telah menjadi anggota jemaat di Gereja Bethel Indonesia (GBI) Salatiga
sejak kecil. Saat ini ia telah menjadi salah satu staff “part time” di gereja Bethel
Indonesia (GBI) Salatiga, terhitung sejak bulan Febuari tahun 2014. Menurutnya salah
satu yang membuat ia kemudian memutuskan menjadi staf dan tetap ingin menjadi
anggota jemaat di Gereja Bethel Indonesia (GBI) Salatiga karena ia memiliki kedekatan
dengan gembala Jemaat. Ia mengaku sudah mengenal Pdt. Gideon Rusli cukup lama.
Selain itu ia suka dengan pola kepemimpinan Pdt. Gideon Rusli yang dalam manajeman
gereja sangat terlihat sistematis. Hal tersebut sesuai dengan tipe saudari Yunita yang juga
merupakan orang yang bekerja dengan sistematis. Jadi ada kecocokan antara pola kerja
yang diterapkan oleh Pdt. Gideon Rusli. Secara pribadi, ia pun merasa tertolong dengan
berbagai arahan-arah dari Pdt, Gideon. Pola pengembalaannya mampu membantu sdri.
Yunita untuk dapat bertumbuh secara pribadi.
2. Ia menilai sosok Pdt. Gideon Rusli sebagai pemimpin yang tegas, berani mengambil
keputusan yang berisiko, berintegritas serta fleksibel. Ketegasannya sebagai pemimpin
ditunjukannya dengan menolak semua bentuk dosa. Ia bukan pemimpin yang suka
berkompromi dengan dosa. Sehingga semua pelayan diharuskan hidup dalam
kekudusan.Namun disatu sisi dia dalam melakukan pendekatan secara personal, ia
mampu tampil sebagai sosok pemimpin yang lembut dan merangkul. Pdt. Gideon Rusli
juga dikenal sebagai sosok yang sangat baik. Hal ini dirasakan secara pribadi oleh sdri.
Yunita selama mengenal Pdt. Gideon Rusli. Ia juga mampu menjadi pemimpin yang rela
berkorban. Ia mau menyediakan waktu untuk jemaat, dalam hal ini melakukan
kunjungan, membangun komunikasi dengan jemaat.
3. Pemimpin yang mampu menempatkan diri dengan baik. Ada saatnya ia bertindak tegas,
ada saatnya dia tahu harus bertindak dengan lembut.
4. Selain itu Pdt. Gideon Rusli sebagai pemimpin juga memiliki kerendahan hati. Hal
tersebut ditunjukannya dengan sebagai pemimpin, ia mau berbaur dekat dengan orangorang yang dipimpinnya, tanpa terkecuali.
5. Khotbah-khotbahnya mampu mengarahkan kehidupan rohani jemaat untuk dapat
bertumbuh.
6. Ia juga menilai Pdt. Gideon Rusli adalah pemimpin yang selalu memberikan tantangan
dan kesempatan untuk rekan-rekan kerja dan pelayanannya untuk melakukan apa yang
bisa dilakukan untuk kemajuan pelayanan. Selain itu juga selalu “welcome” dengan
berbagai pendapat atau usulan. Selama pendapat yang diberikan tidak bertentangan
dengan prinsip-prinsip Firman Tuhan, maka ia akan mendengarkan dan
mempertimbangkan.
7. Pdt. Gideon Rusli adalah pemimpin yang melayani. Ia melayani jemaat melalui sistem
kerja yang maksimal. Ia sebagai pemimpin mampu menciptakan dan menggerakan
berbagai unit pelayanan yang ada, untuk berkerja secara maksimal untuk melayani
jemaat. Ia tidak jarang, sebagai pemimpin pun turun tangan dalam hal terlibat bekerja
171
bersama dengan rekan-rekan pelayanannaya yang lain. Ia juga selalu memantau semua
kegiatan yang dilaksanakan dalam gereja.
Foto 6: Salah satu Staff di Gereja Bethel Indonesia (GBI) Salatiga, yang
menjadi salah satu informan pendukung.
6. Sdr. Michael (Staff bagian Multimedia GBI Salatiga)
a. Tempat Di Ruang Staff Gereja Bethel Indonesia (GBI) Salatiga.
b. Waktu : Selasa, 26 Agustus 2014. Pukul 12.45-13.00 WIB
c. Pokok- pokok penting wawancara
1. Sdr. Maikel menjadi anggota jemaat di Gereja Bethel Indonesia (GBI) Salatiga sejak tiga
tahun yang lalu. Kemudian memutuskan untuk bekerja sebagai staff yang menangani
tentang multimedia gereja sejak 2 tahun yang lalu. Sebelumnya ia adalah anggota jemaat
salah satu gereja di Salatiga, namun kemudian memutuskan untuk berpindah anggota
jemaat ke gereja Bethel Indonesia (GBI) Salatiga. Alasan Sdr. Maikel pindah ke GBI
Salatiga karena ia merasa lebih nyaman dengan komunitas di GBI Salatiga, dimana
mereka bisa saling mendukung satu dengan lainnya. Selain itu ia menilai bahwa di GBI
Salatiga semuanya pengolahan atau menejemen pelayanannya lebih teratur rapih
dibandingkan dengan gereja sebelumnya.
2. Sebagai patner pelayanan Pdt, Gideon Rusli, ia menilai bahwa Pdt. Gideon adalah
pemimpin yang mau memberikan kesempatan dan ruang yang lebih kepada orang-orang
yang dipimpinnya untuk dapat berkreativitas dengan kemampuan dan talenta yang
dimiliki. Pemimpin yang sering juga memberikan apresiasi kepada apa yang telah
dikerjakan dengan maksimal oleh orang-orang yang dipimpinnya.
172
3. Pdt. Gideon Rusli sebagai pemimpin memiliki karekater yang tegas tetapi lembut. Jika
seseorang bertindak sesuatu yang salah maka sebagai pemimpin dia memberikan nasehat
yang tegas. Ia suka mengyomi orang-orang dipimpinnya. Ketika orang-orang yang
dipimpinnya berbuat salah maka ia sebagai pemimpin tidak langsung menghakimi, tetapi
selalu memberikan motivasi untuk bisa lebih baik.
4. Relasi yang terbangun dengan Pdt. Gideon Rusli sebagai Gembala cukup dekat. Ia selalu
mendorong orang-orang yang dipimpinnya, termasuk sdr. Maikel untuk dapat melakukan
segala sesuatu dengan terbaik. Sebagai pemimpin ia selalu memberikan masukan,
sehingga yang dirasakan oleh Sdr. Maikel adalah ia merasa berkembang dalam hal talenta
yang dimiliki.
5. Pdt. Gideon Rusli juga dikenal sebagai pemimpin yang selalu “welcome” dengan setiap
orang. Ia suka melakukan kunjungan kepada jemaat, terutama jemaat yang baru. Dan
merupakan pemimpin yang mampu menjadi teladan yang baik bagi Sdr. Maikel .
Misalnya dalam hal kehidupan keluarga, Pdt. Gideon dinilai mampu menjadi pemimpin
yang memiliki kehidupan keluarga yang baik. Hal tersebut menjadi teladan bagi setiap
keluarga dalam jemaat.
Foto 7: Staff bagian Multimedia di Gereja Bethel Indoensia (GBI) Salatiga, yang
menjadi salah sati informan pendukung.
173
7. Bapak Cipto dan Ibu Ely (Anggota Jemaat GBI Salatiga
a. Tempat : Rumah Keluarga Bapak Cipto dan Ibu Ely.
b. Waktu : Selasa, 28 Agustus 2014. Pukul 20.00-21.10 WIB
1.
2.
3.
4.
5.
6.
c. Pokok- pokok penting wawancara
Bapak Cipto dan Ibu Ely adalah pasangan suami istri yang telah menjadi anggota jemaat
selama 15 tahun di Gereja Bethel Indonesia (GBI) Salatiga, terhitung dari tahun 1999.
Sebelumnya keluarga ini berjemaat di gereja Baptis. Keterlibatan suami istri ini dalam
jemaat semakin aktif ketika ditawarkan untuk menjadi pelayan untuk penerima jemaat dan
pembawa kantong persembahan. Jadi di sana menurut Bapak Cipto dan Ibu Ely sebagai
jemaat mereka diberikan ruang lebih untuk bisa melayani. Sehingga sejak tahun 2001, Ibu
Ely dan Bapak Cipto kemudian memutuskan untuk terlibat telebih jauh dalam pelayanan. Ibu
Ely kemudian melayani di komisi sekolah minggu sebagai guru sekolah minggu, sedangkan
Bapak Cipto kemudian melayani di kelompok/kaum bapak sampai sekarang ini.
Yang membuat Ibu Ely dan Bapak Cipto tertarik untuk menjadi anggota jemaat di Gereja
Bethel Indonesia (GBI) Salatiga karena pasangan suami istri ini merasa didewasakan secara
rohani, melaui pemberitaan Firman Tuhan yang disampaikan oleh Pdt. Gideon Rusli.
Khotbah-khotbah yang disampaikan setiap minggunya dinilai lebih tajam dan mendarat
sesuai dengan kebutuhan umat. Isi khotbahnya yang disampaikan lebih bersifat praktis
sehingga bisa dipahami dan diterapkan jemaat. Sehingga menjadi “makanan rohani” yang
sehat untuk jemaat. Jemaat yang datangpun pulang tidak dengan “tangan kosong” melainkan
pulang dengan bekal dari makanan rohani yang didapatkan, yang kemudian mendorong
untuk jemaat dapat memilki relasi atau hubungan pribadi dengan Tuhan melalui disiplindisiplin rohani yang dilakukan.
Pdt. Gideon Rusli sebagai pemimpin dinilai memiliki kemampuan lebih dalam membangun
relasi dengan jemaat. Ia sebagai pemimpin mengenal sebagaian besar jemaat. Walaupun
sebenarnya tidak bisa dijangkau oleh Pdt, Gideon Rusli satu demi satu. Namun sebagai
pemimpin, ia selalu ingin tahu dan berkunjung ketika ada jemaat baru yang datang.
Ibu Ely sebagai jemaat meresa Pdt. Gideon Rusli memiliki sisi kebapaan. Hal tersebut
terlihat dari keperduliannya yang lebih kepada jemaatnya. Ia melakukan pendekatan secara
pribadi. Ia sosok yang merangkul, ramah dengan semua jemaat.
Pdt. Gideon Rusli sebagai pemimpin pernah membangun percapakan secara pribadi dengan
Bapak Cipto. Hal utama yang ditanyakan oleh Pdt.Gideon Rusli pada saat itu kepada Bapak
Cipto adalah apa yang diharapkan ketika Bapak Cipto datang ke gereja. Kebutuhan jemaat
menjadi perhatian dari Pdt.Gideon Rusli sebagai pemimpin.
Sosok pemimpin yang berintegritas dan memiliki disiplin dalam hal waktu. Ia selalu hadir
“on time” dalam setiap pertemuan khusus untuk para pelayan, yang disediakan satu bulan
satu kali. Dalam pertemuan yang wajib dihadiri oleh semua pelayan, Pdt. Gideon Rusli
selalu datang tepat waktu.
174
7. Pemimpin yang tegas. Ia tidak pernah mau berkompromi dengan bentuk-bentuk pelanggaran
yang sudah melewati ketentuan bagi seorang pelayan dalam gereja Bethel Indonesia (GBI)
Salatiga. Ketegasannya terlihat ketika ada salah satu Pendeta Muda yang terjerat dalam satu
kasus yang dianggap serius. Langkah tegas yang diambil oleh Pdt. Gideon Rusli sebagai
pemimpin terhadap Pendeta Muda tersebut adalah dinonaktifkan dari posisinya sebagai
Pendeta Muda.
8. Pdt. Gideon Rusli selalu bersikap “welcome” untuk mereka yang ingin berkonsultasi terkait
dengan masalah-masalah yang dihadapi dalam keluarga dan masalah lainnya. Ia selalu
membuka ruangannya lebar-lebar bagi mereka ingin meminta pertolongan atau bantuan
darinya.
9. Menurut Ibu Ely, Pdt. Gideon Rusli sebagai pemimpin selalu mau menyempatkan waktu jika
tidak sibuk untuk hadir dalam pertemuan-pertemuan guru sekolah minggu dalam rangka
memberikan motivasi.
10. Pemimpin yang mampu menjadi teladan melalui karakternya sebagai pemimpin. Karakter
yang ia tunjukan sebagai pemimpin adalah tegas, merangkul, disiplin, dan perhatian. Ibu Ely
dan Bapak Cipto berkisah ketika rumah mereka rusak karena terkena angin ribut maka Pdt.
Gideon Rusli sebagai pemimpin mau langsung bergerak membantu mereka dan keluarga
yang lain, yang juga terkena bencana. Keteladanan lainya dari Pdt. Gideon adalah ia
termasuk sosok pemimpin yang rela berkorban. Ia pernah menyerahkan mobil pribadinya
untuk membantu pembangunan gereja.
Foto 8: Foto diambil saat wawancara pada hari Selasa, 28 Agustus 2014, pukul
20.00-21.10 WIB. Bapak Cipto dan Ibu Ely adalah pasangan suami istri yang telah
menjadi anggota jemaat selama 15 tahun di Gereja Bethel Indonesia (GBI) Salatiga,
terhitung dari tahun 1999.
175
8. Natanael (Anggota Jemaat Gereja Bethel Indonesia, Salaiga)
a. Tempat : Di Kost Sdr. Natanael (Jalan Kemiri 1, Salatiga)
b. Waktu : Jumat, 29 Agustus 2014, pukul 20.10- 20.45 WIB
c. Pokok- pokok penting wawancara
1. Natanael adalah mahasiswa UKSW yang saat ini terlibat dalam pelayanan kategori
pemuda di Gereja Bethel Indonesia (GBI) Salatiga. Ia merasa menemukan komunitas
yang tepat dalam membantu pertumbuhannya dalam kehidupan rohaninya ketika
bergabung menjadi anggota dari komunitas pemuda Gereja Bethel Indonesia (GBI)
Salatiga.
2. Ia menilai bahwa Pdt. Gideon Rusli adalah seorang pemimpin yang mau terlibat langsung
dalam memotivasi anak-anak muda. Ia sosok pemimpin yang memotivasi. Ia selalu
menyediakan waktu ditengah-tengah kesibukannya, membangun relasi secara langsung
dengan kaum muda dalam gereja.
3. Natanael berpendapat berdasarkan pengalamannya, bahwa Pdt. Gideon Rusli adalah
pemimpin yang ramah dan merangkul jemaat, tanpa membedakan usia atau pun latar
belakang sosial. Siapapun yang membutuhkan bantuan beliau, ia selalu hadir untuk
melakukan apa yang bisa ia lakukan.
4. Pdt. Gideon Rusli selalu memberikan ruang dan kesempatan yang lebih bagi kaum muda
dalam gereja untuk bisa berkreasi dan berpendapat, memunculkan ide-ide yang
menjawab kebutuhan kaum muda sendiri dalam gereja tersebut, sambil terus memantau
dan mengarahkan. Pdt. Gideon Rusli bukan tipe pemimpin yang menekan orang-orang
yang dipimpinnya untuk ikut maunya sendiri.
176
Download