volume x | no. 95 / agustus 2015

advertisement
VOLUME X | NO. 95 / AGUSTUS 2015
ISSN 1907-6320
Vol. X No. 95 / Agustus 2015
1
2
MediaKeuangan
Daftar Isi
Reportase
13.
Ekonomi Terkini
25 Menteri Keuangan Lantik
32 Bersatu Mengurangi Waktu
Tujuh Pejabat Eselon I
Tunggu
Kemenkeu
Kolom Ekonom
26 Kemenkeu Berkomitmen
40 Pelajaran Reformasi
Tekan Gratifikasi
Birokrasi dari Yunani
Wawancara
Generasi Emas
27 Inklusi Keuangan Tambah
44 Kisah Tentara Indonesia di
Investasi Pembangunan
Negeri Korea
Potret Kantor
Opini
30 Demi Menjaga Stabilitas
46 Strategi Pengembangan
Sektor Keuangan
Pasar Sukuk Negara
Figur
Regulasi
32 Membela Kepentingan
48 Subsidi Imbal Jasa
Rakyat
Penjaminan Dukungan
Pemerintah Bagi Pengusaha
Mikro
5 Dari Lapangan Banteng
Laporan Utama
6 Eksposur
13 Kebijakan Tepat Saat
21 Pelaku Usaha Sambut Baik
Ekonomi Melambat
Pembebasan PPnBM
16 Infografis
23 Bebas PPnBM, Dongkrak
18 Industri Sejahtera
Pertumbuhan Ekonomi
10 Lintas Peristiwa
Masyarakat Bahagia
Diterbitkan oleh: Sekretariat Jenderal Kementerian Keuangan. Pelindung: Menteri
Keuangan Bambang PS Brodjonegoro. Ketua Pengarah: Sekretaris Jenderal
Kementerian
Keuangan
Hadiyanto.
Pemimpin
Umum/Penanggung
Jawab:
Kepala Biro Komunikasi dan Layanan Informasi Neneng Euis Fatimah. Pemimpin Redaksi:
Herry Siswanto. Redaktur Pelaksana: Dianita Suliastuti. Dewan Redaksi: Supriyatno,
Rizwan Pribhakti, Agung Ardhianto, Fery Gunawan. Redaktur Unit Eselon I: Arief Rahman
Hakim (DJBC), Wawan Ismawandi (BPPK), Hasan Lufthi (Ditjen PBN), Dendi Amrin (DJP),
Sri Moedji Sampurnanto (DJA), Etti Dyah Widyati (Itjen), Fachroedy Junianto (DJPK),
Adya Asmara Muda (BKF), Syahruddin (DJPU), Dwinanto (DJKN), Joko Triharyanto (BKF).
Redaktur Foto: Gathot Subroto, Muchamad Ardani, Fr. Edy Santoso, Eko P.W, Tino Adi
Prabowo, Andi Al Hakim, Aminuddin Afif, Muhammad Fath Kathin, Arif Setiyawan, Putu
Chandra Anggiantara, Imam Joedono, Faisal Ismail, Aditya Arifianto. Tim Redaksi: Hadi
Siswanto, Rezha S. Amran, Titi Susanti, Budi Sulistyo, Ahmady Muhajiri, Rahmat Widiana,
Dewi Rusmayanti, Iin Kurniati, Eva Lisbeth, Indri Maria, Dwinanda Ardhi, Bagus Wijaya,
Arfindo Briyan Santoso, Wardah Adina, Danik Sulistyowati, Krisna, Cahya Setiawan,
Nurul Fajar Dwi Yuwono, Mohamad Imron, Muparrih, Shera Betania, Purwito, Pandu Putra
Wiratama, Gondo Harto, Putra Kusumo Bekti, Victorianus M.I. Bimo Adi, Yeti Wulandari,
Novita Asri Hartati, Pradany Hayyu M., Irma Kesuma Dewi, C.S. Purwowidhu, Amelia Safitri,
Abdul Aziz, . Desain Grafis dan Layout: Dewi Rusmayanti, Wardah Adina, Arfindo Briyan
Santoso Alamat Redaksi: Gedung Djuanda 1 Lantai 12, Jl. Dr. Wahidin Raya No. 1, Jakarta
Telp: (021) 3849605, 3449230 pst. 6328. E-mail: [email protected].
Inspirasi
Jalan-jalan
50 Keikhlasan Sang Pegawai
54 Memacu Adrenalin
Teladan
dengan Paralayang
Renungan
Selebriti
52 Peluit Terakhir
56 Belajar Sampai Mati
Film
53 Minions
Redaksi menerima kontribusi tulisan dan artikel yang sesuai dengan misi
penerbitan. Redaksi berhak mengubah isi tulisan tanpa mengubah maksud dan
substansi. Bagi tulisan atau artikel yang dimuat akan mendapatkan imbalan
sepantasnya.
Vol. X No. 95 / Agustus 2015
3
4
MediaKeuangan
Dari Lapangan Banteng
Pajak Barang Mewah
Dihapuskan
A
ktivitas ekonomi masih lambat.
Akibatnya, kegiatan konsumsi
menurun. Pemerintah tidak
tinggal diam untuk memperbaiki
situasi ini. Beberapa langkah
ditempuh untuk meningkatkan aktivitas
ekonomi dalam negeri. Salah satunya
dengan menghapus Pajak Pertambahan
Nilai atas Barang Mewah (PPnBM) pada
sejumlah kelompok barang.
Untuk menjaga daya beli masyarakat
di tengah gejala pelambatan ekonomi,
Pemerintah melakukan penghapusan
atas sebagian barang selain kendaraan
bermotor dari objek PPnBM. Peraturan
ini diberlakukan mulai tanggal 9 Juli
2015. Hal ini dianggap perlu, mengingat
sebagian besar barang yang tergolong
mewah sudah banyak dikonsumsi
masyarakat akibat perkembangan
ekonomi dan kemajuan teknologi yang
pesat.
Kebijakan ini diatur dalam Peraturan
Menteri Keuangan (PMK) Nomor 106/
PMK.10/2015 tentang Jenis Barang Kena
Pajak yang Tergolong Mewah Selain
Kendaraan Bermotor yang Dikenai Pajak
Penjualan Atas Barang Mewah. Beberapa
kelompok barang yang diatur dalam
kebijakan ini ialah peralatan elektronik,
alat olah raga, alat musik, branded goods,
serta perabot rumah tangga dan kantor.
Penghapusan PPnBM tentunya
mengurangi penerimaan pajak, namun
hal ini hanya bersifat jangka pendek.
Potensi yang hilang dari penerimaan
PPnBM tahun lalu sekitar Rp800 miliar,
namun hal ini menimbulkan efek lain,
yaitu terciptanya stimulus ekonomi.
Produk dalam negeri akan dapat lebih
berdaya saing dan produsen dalam
negeri dapat beroperasi lebih banyak
lagi.
Pemerintah berharap kebijakan
ini akan memiliki dampak positif dan
bersifat jangka panjang, tentunya juga
dengan efek multiplier . Dengan adanya
kebijakan ini, akan mengurangi potensi
penyelundupan barang karena harga
barang di dalam negeri menjadi lebih
murah. Selain itu, peningkatan daya
saing produk negeri diharapkan mampu
mendorong pertumbuhan industri dalam
negeri.
Dengan hidupnya industri dalam
negeri, maka akan meningkatkan
pertumbuhan industri dan investasi. Hal
tersebut akan menciptakan tambahan
lapangan kerja yang lebih luas bagi
masyarakat. Diharapkan dengan adanya
kebijakan penghapusan sebagian besar
objek PPnBM ini dapat membantu
menjaga stabilitas perekonomian dalam
jangka pendek yang selanjutnya dapat
mengoptimalisasikan penerimaan
perpajakan dalam jangka panjang.
Kementerian Keuangan Republik Indonesia @KemenkeuRI
#TahukahAnda PPnBM untuk barang tertentu mulai dihapuskan, berlaku mulai
tanggal 9 Juli 2015. Kebijakan penghapusan PPnBM diharapkan dapat menaikkan
daya beli masyarakat dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Beberapa barang
yang terkena penghapusan PPnBM sbb: alat elektronik, peralatan rumah dan kantor,
alat musik & olahraga, dll. Menurut Tweeps, adakah barang lain yang lebih baik
dihapus PPnBM-nya?
tweet
tweet
www.kemenkeu.go.id
@anispamma
Yg benar2 mewah saja. Tdk semua barang
elektronik mewah tapi ada juga yg mewah.
Seperti halnya kendaraan
@hanumswari
Sy setuju utk penghapusan PPnBM krn dpt
melindungi konsumen berpenghasilan rendah atas
hak utk memiliki Barang Mewah #OpiniAnda
@glrhn
Alat kesehatan
Kementerian Keuangan RI
@KemenkeuRI
Kemenkeu RI
Vol. X No. 95 / Agustus 2015
5
Eksposur
Sinergi
S
6
ekali dalam sebulan, pada hari Jumat, Sekretariat Direktorat Jenderal Pengelolaan dan
Pembiayaan Risiko mengadakan program Sinergi. Beberapa kegiatan yang dilakukan antara
lain olah raga bersama, capacity building, dan penyerahan penghargaan kepada pegawai
teladan. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk meningkatkan kebugaran dan meningkatkan
semangat kerja sama di antara para pegawai.
MediaKeuangan
Foto
Dok. DJPU
Vol. X No. 95 / Agustus 2015
7
Eksposur
8
MediaKeuangan
Amalan-Amalan Ramadan
R
amadan adalah bulan penuh kebaikan. Setiap umat Islam berlomba-lomba
menjalankan berbagai amalan baik, tak terkecuali para pegawai di lingkungan
Kementerian Keuangan. Mulai dari melakukan bakti sosial, membagikan takjil kepada
para pengguna jalan, menyelenggarakan kajian, hingga memberikan santunan kepada
anak yatim yang membutuhkan.
Foto
Putu Candra,
Muhamad Ardani,
Anas Nur Huda,
dan Djayadi
Vol. X No. 95 / Agustus 2015
9
Lintas Peristiwa
h
Daera
30 06
/
Teks dan Foto
DJP
Kanwil DJP
Jakarta Utara
Gelar Pelatihan
e-Faktur
K
26 06
/
Teks dan Foto
DJPK
Rapat Koordinasi Kebijakan
Pengalokasian DAK Tahun 2016
D
irektur Jenderal Perimbangan Keuangan, Boediarso
Teguh Widodo, mengundang pimpinan unit eselon
I Kementerian/Lembaga untuk mengikuti Rapat
Koordinasi (Rakor) dalam penyusunan kebijakan Dana
Alokasi Khusus (DAK) untuk tahun 2016 di Ruang Rapat
Bali, Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan pada Jumat
(26/06). Tujuan diselenggarakannya rakor dalam rangka
penyusunan reformulasi dan penguatan DAK untuk mendukung
implementasi Nawacita serta pencapaian prioritas nasional yang
dituangkan dalam tema Rencana Kerja Pemerintah Tahun 2016.
DWP Kementerian Keuangan
Selenggarakan Bazar Ramadhan
01 07
/
Teks
Bagus Wijaya
Foto
Biro KLI
10
MediaKeuangan
D
harma Wanita Persatuan (DWP) Kementerian
Keuangan menyelenggarakan Bazar Ramadhan
pada tanggal 1 – 3 Juli 2015 di Gedung Dhanapala
Kementerian Keuangan. Acara yang bertema
“Ragam Karya Nusantara Dan Kreasi Busana
Muslim, Bersama siapkan hati menyambut Idul Fitri 1436H”
dibuka oleh Menteri Keuangan. Dalam pembukaannya,
Menkeu menyampaikan bahwa selain bertujuan menyediakan
berbagai produk untuk keperluan Ramadhan dan persiapan
Idul Fitri, kegiatan ini juga memiliki sebuah visi yang mulia,
yaitu untuk turut memfasilitasi pengembangan UKM. Dengan
mengusung sebuah ide baru, penyelenggaraan bazar kali
ini diupayakan menjadi sarana promosi potensi keunggulan
produk dalam negeri, serta menjadi ajang kompetisi sehat bagi
para UKM yang mampu menjadi pemicu untuk meningkatkan
kualitas produk dalam negeri.
urang lebih 150
Wajib Pajak Badan
dan Konsultan Pajak
mengikuti pelatihan
aplikasi e-Faktur yang
diselenggarakan oleh Kantor
Wilayah (Kanwil) Direktorat
Jenderal Pajak (DJP) Jakarta
Utara dengan Ikatan
Konsultan Pajak Indonesia
(IKPI) Pengurus Daerah
Jakarta Utara di Aula KPP
Madya Jakarta Pusat, pada
Selasa (30/06). Pelatihan
penggunaan aplikasi e-Faktur
ini dilatarbelakangi oleh
banyaknya Wajib Pajak Badan
khususnya para Pengusaha
Kena Pajak (PKP) yang belum
paham tentang pembuatan
Faktur Pajak dalam bentuk
elektronik. Sementara,
sejak 1 Juli 2015 ketentuan
Keputusan Dirjen Pajak
mewajibkan PKP di seluruh
wilayah Jawa dan Bali untuk
menerbitkan Faktur Pajak
dalam bentuk elektronik.
h
Daera
02 07
/
Teks dan Foto
DJP
KPP Pratama Palu Gijzeling
Penanggung Pajak
h
Daera
02 07
/
D
Teks dan Foto
DJBC
Dirjen Bea dan Cukai
Menyerahkan BMN Beras
110 Ton untuk Rakyat
irektur Jenderal (Dirjen) Bea dan Cukai, Heru Pambudi melaksanakan
penyerahan Barang Milik Negara (BMN) berupa beras eks-hasil
penindakan Kantor Wilayah DJBC Khusus Kepulauan Riau kepada
Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri, Partogi Pangaribuan
pada Kamis (02/07) di Gudang BULOG, Batu Ampar, Batam.
Barang hasil penindakan berupa 110,575 ton beras. Barang BMN tersebut
telah diproses penetapan status penggunaannya untuk Kementerian
Perdagangan sebagai “Cadangan Beras Pemerintah.” Selanjutnya, jika
nanti diperlukan dapat dipergunakan untuk operasi pasar dalam rangka
membantu masyarakat yang membutuhkan khususnya pada bulan puasa
dan menjelang Hari Raya Idul Fitri 1436 H.
K
antor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama
Palu bekerja sama dengan Kepolisian
Daerah (Polda) Sulawesi Tengah dan
Lembaga Pemasyarakatan Kementerian
Hukum dan HAM melakukan
penyanderaan (Gijzeling) terhadap dua orang
penanggung pajak PT. UPP yang terdaftar
di KPP Pratama Palu, pada Kamis (02/07).
Penanggung Pajak tersebut yaitu ST/44th
(wanita) sebagai Direktur dan TT/52th (pria)
sebagai pemegang saham. Kedua Penanggung
Pajak disandera di Lembaga Permasyarakatan
Kelas II A Palu. Sesuai Surat Ketetapan Pajak
(SKP) yang telah diterbitkan, perusahaan yang
bergerak dibidang perdagangan besar hasil
pertanian ini menunggak pajak sebesar Rp3,2
miliar.
Layanan Bersama Co-location
Permudah Stakeholders
DJPB dan DJKN
D
h
Daera
08 07
/
Teks dan Foto
DJPB
irektorat Jenderal Perbendaharaan (DJPB) dan
Direktorat Jenderal Kekayaan Negara (DJKN) untuk
pertama kalinya meresmikan co-location layanan
bersama rekonsiliasi Laporan Keuangan (LK) dan Aset,
bertempat di ruang pelayanan KPKNL Surabaya, pada
Rabu (08/07). Dengan diresmikannya co-location layanan
bersama ini, para stakeholder menjadi lebih mudah dalam
menjangkau berbagai layanan yang diselenggarakan oleh
DJPB dan DJKN. Layanan bersama yang diberikan berupa
rekonsiliasi LK dan Laporan BMN, Layanan informasi terpadu
bidang Perbendaharaan, Kekayaan Negara dan Pengelolaan
Pembiayaan, serta Layanan keuangan lainnya termasuk
administrasi hibah.
Vol. X No. 95 / Agustus 2015
11
Lintas Peristiwa
h
Daera
09 07
/
Teks dan Foto
DJP
Kanwil DJP
Jawa Barat II
Bagikan Takjil
Bagi pemudik
K
h
Daera
08 07
/
Teks
DJBC
KPPBC Tipe Madya Pabean Juanda
Gagalkan Penyelundupan Trenggiling
K
antor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai (KPPBC)
Tipe Madya Pabean Juanda menyelenggarakan konferensi
Pers atas penggagalan upaya penyelundupan ekspor
jenis barang trenggiling pada Rabu (08/07). Modus yang
dilakukan oleh pelaku dalam upaya penyelundupan ini
yaitu melaporkan dalam dokumen dan menyamarkan kemasan
sebagai fresh fish dengan berat total bruto 1.452 kg di gudang
cargo Bandara Internasional Juanda. Penggagalan upaya ini
berdasarkan kecurigaan dari petugas PT. Jasa Angkasa Semesta
(JAS) selaku cargo handling yang kemudian dilaporkan kepada
petugas Bea dan Cukai KPPBC Tipe Madya Pabean Juanda.
DJPPR Selenggarakan
Sosialisasi Revisi Tentang
Akuntansi Sukuk
18 06
/
D
Teks dan Foto
DJPPR
irektorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) menyelenggarakan
sosialisasi Revisi Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) 110 (2015) tentang
Akuntansi Sukuk di Auditorium A Gedung Frans Seda DJPPR Kemenkeu, pada Kamis
(09/07). Acara tersebut menghadirkan narasumber Ketua Dewan Standar Akuntansi
Syariah Ikatan Akuntan Indonesia (DSAS IAI) dan M. Jusuf Wibisana M. Ec. Ak., CA.,
CPA. Dalam sosialisasi ini dipaparkan bahwa dengan adanya Revisi PSAK 110 (2015) diharapkan
tidak ada lagi keraguan terkait pencatatan Sukuk, sehingga diharapkan dapat meningkatkan
minat investor untuk berinvestasi pada Sukuk.
12
MediaKeuangan
antor Wilayah
(Kanwil) Direktorat
Jenderal Pajak
(DJP) Jawa Barat
II membagikan
300 bungkus paket yang
berisi takjil, souvenir dan
leaflet perpajakan gratis
dalam rangka Aksi Simpatik
kepada pengendara roda 4
(empat) di Rest Area KM 19
Bekasi pada Kamis (10/07).
Tim Kanwil sampai di Lokasi
dan langsung melancarkan
aksi bagi-bagi takjil seusai
mengurus perizinan dengan
pihak Rest Area. Kondisi
jalan tol Jakarta-Cikampek
terpantau lancar karena
jumlah pemudik yang
terbilang belum ramai,
namun sebagian besar
pengendara roda empat
yang singgah pada Rest Area
tersebut adalah pemudik.
Laporan Utama
Kebijakan Tepat
Saat Ekonomi
Melambat
Mulai 9 Juli, pemerintah menghapus Pajak Pertambahan Nilai atas Barang Mewah (PPnBM) pada
sejumlah kelompok barang. Bagi sebagian kalangan, kebijakan ini dianggap tepat, apalagi dilakukan
pada saat ekonomi sedang lesu. Selain berpotensi meningkatkan daya beli masyarakat, industri
dalam negeri bisa terangkat dan penyerapan tenaga kerja diharapkan meningkat.
D
alam konferensi pers yang diadakan pertengahan
Juni lalu, Menteri Keuangan (Menkeu) Bambang
Brodjonegoro mengungkapkan bahwa melalui
penghapusan PPnBM, pemerintah ingin menjaga
daya beli masyarakat dan mendorong industri dalam
negeri. Apalagi sejumlah barang yang dihapuskan pungutan
pajaknya telah diproduksi di sini.”Kami ingin menggairahkan
industri dalam negeri,” kata Menkeu. Biaya pengawasan juga
menjadi pertimbangan. Dengan fakta di lapangan bahwa biaya
pengawasan kepatuhan pajak terhadap sejumlah barang lebih
tinggi dari angka pajak yang dihasilkan, maka penghapusan
PPnBM menjadi lebih efektif.
Di samping itu, penghapusan PPnBM juga dilakukan
dengan pertimbangan status beberapa barang yang sudah
tidak lagi termasuk kategori mewah karena sudah dikonsumsi
secara luas oleh masyarakat.”Misalnya televisi. Saat ini sulit
untuk mengatakan bahwa televisi adalah barang mewah
karena sudah jadi barang umum dan kebutuhan,” ujar Menkeu.
Dalam jumpa wartawan yang berlangsung di Kantor Pusat
Direktorat Jenderal Pajak itu, Menkeu berharap kebijakan
ini dapat meningkatkan kepatuhan pajak. Dihapuskannya
PPnBM dipandang dapat menekan ketidakpatuhan Wajib Pajak
dalam membayar pajak. Dengan demikian, dampak positifnya
diharapkan dapat terasa pada optimalisasi penerimaan
perpajakan secara umum. Lebih jauh, stabilitas perekonomian
dalam jangka pendek diharapkan dapat terjadi dan selanjutnya
mendorong optimalisasi penerimaan perpajakan dalam jangka
panjang.
Terakhir, pemerintah juga berharap kebijakan ini dapat
mengurangi kecenderungan masyarakat membeli barangbarang yang dihapuskan PPnBM-nya di luar negeri.”Misal tas
perempuan, kan kadang ibu-ibu lebih suka beli di Singapura
karena lebih murah. Kalau hilang PPnBM, harga tasnya bisa
sama dengan di luar negeri,” kata Menkeu.
Menkeu memastikan bahwa barang-barang super mewah
tetap dikenai PPnBM. Kelompok barang tersebut terdiri atas
hunian mewah, kapal pesiar (yacht), pesawat terbang, dan
senjata api.”Barang super mewah tentunya hanya dikonsumsi
oleh orang kaya dan mampu beli,” katanya. Kebijakan ini
diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 106/
PMK.10/2015 tentang Jenis Barang Kena Pajak yang Tergolong
Mewah Selain Kendaraan Bermotor yang Dikenai Pajak
Penjualan Atas Barang Mewah.
Latar belakang
Pemerintah dapat memahami pro dan kontra yang terjadi
di masyarakat dengan adanya kebijakan penghapusan PPnBM.
Hal ini disampaikan Kepala Pusat Kebijakan Pendapatan
Vol. X No. 95 / Agustus 2015
13
Beberapa
barang yang
diatur dalam
kebijakan
penghapusan
PPnBM.
Foto
Taufik Rahman
14
MediaKeuangan
Negara, Badan Kebijakan Fiskal, Goro Ekanto,
saat ditemui Media Keuangan belum lama.
Menurut Goro, pertimbangan suatu barang
dikenai PPnBM sebagaimana disebutkan
dalam Undang-Undang Pajak Pertambahan
Nilai sangat mulia. Yang utama adalah untuk
menjaga keseimbangan beban antara konsumen
yang berpenghasilan rendah dan tinggi. Di
samping itu, pengenaan PPnBM dilakukan untuk
mengendalikan pola konsumsi atas barang kena
pajak yang tergolong mewah, perlindungan
produsen kecil, dan mengamankan penerimaan
negara.
Dalam prakteknya, pengenaan PPnBM
atas suatu barang, terutama atas barang
yang pemenuhan kewajiban PPnBM-nya sulit
diawasi, justru menimbulkan kecenderungan
Wajib Pajak untuk tidak patuh. Kondisi ini
mengakibatkan penurunan penerimaan negara
secara keseluruhan.”Apalagi jika barang-barang
yang tergolong mahal itu tidak dikenai PPnBM
di negara lain, sehingga mendorong sebagian
masyarakat untuk bepergian ke luar negeri untuk
membelinya,” kata Goro.
Pengenaan PPnBM juga berakibat pada
semakin mahalnya harga barang. Dengan
pengawasan yang sulit dilakukan secara
optimal, timbul dorongan sebagian oknum
pengusaha untuk melakukan penghindaran
pajak PPnBM.”Dan penghindaran pajak itu
juga dilakukan terhadap pemenuhan kewajiban
pajak-pajak lainnya seperti Pajak Pertambahan
Nilai (PPN) dan Pajak Penghasilan (PPh),” ujar
Goro. Dengan demikian, potensi penerimaan
pajak yang hilang semakin besar. Di sinilah
penghapusan PPnBM terhadap sebagian barang
diharapkan bisa mengoptimalkan penerimaan
pajak secara menyeluruh.
Penghindaran pajak yang dilakukan oleh
sebagian oknum pengusaha juga menyebabkan
persaingan yang tidak sehat, khususnya bagi
kalangan pengusaha yang sudah patuh. Bila
kondisi ini dibiarkan, pengusaha yang patuh
menghadapi ancaman gulung tikar. Efek
dominonya adalah hilangnya pekerjaan sebagian
karyawan perusahaan.
Yang paling penting dari penghapusan
PPnBM, lanjut Goro, adalah antisipasi terhadap
gejala perlambatan ekonomi global yang saat
ini sedang terjadi. Perlambatan ekonomi dapat
memengaruhi nilai tukar rupiah dan memicu
kenaikan berbagai jenis barang, termasuk
barang-barang yang selama ini dikenai
PPnBM.”Kenaikan harga akan mengurangi
daya beli masyarakat. Dampak lebih lanjutnya
adalah penurunan produksi dalam negeri,”
kata dia. Senada dengan Menkeu, Goro yakin
penghapusan PPnBM atas beberapa jenis barang
akan membantu menjaga daya beli masyarakat.
Dengan demikian, penghapusan PPnBM dapat
menjaga ketersediaan lapangan kerja secara
tidak langsung.
Peraturan penunjang
Kebijakan penghapusan PPnBM atas
kelompok barang tertentu dapat mengurangi
penerimaan pajak. Oleh karena itu, pemerintah
juga mengeluarkan kebijakan kenaikan tarif
pemungutan PPh Pasal 22 atas impor yang
dihapuskan pengenaan PPnBM nya menjadi 10
persen. Pada saat yang sama, tujuan lainnya
adalah agar dampak peningkatan impor atas
barang yang dihapuskan pengenaan PPnBM-nya
dapat dikurangi. Beberapa kelompok barang
yang diatur dalam kebijakan ini adalah peralatan
elektronik (AC, lemari es, mesin cuci, TV, dan
kamera), alat olah raga (alat pancing, peralatan
golf, selam, dan selancar), alat musik (piano dan
alat musik electrik), branded goods (pakaian,
parfum, aksesoris, tas, arloji, dan barang dari
logam), serta perabot rumah tangga dan kantor
(karpet, kasur, furniture, porselin, dan kristal).
Pemungutan PPh Pasal 22 ini diatur
dalam PMK Perubahan Keempat PMK 154/
"Kondisi
Indonesia
sebetulnya
tidak seperti
di Amerika
Serikat dan
negara
maju lainnya
dimana
orangorangnya
cenderung
lebih
rasional."
Kadek Dian Sutrisna
PMK.03/2010 tentang Pemungutan Pajak
Penghasilan Pasal 22 Sehubungan dengan
Pembayaran atas Penyerahan Barang dan
Kegiatan di Bidang Impor atau Kegiatan Usaha
di Bidang Lain. Dalam keterangan pers yang
dikeluarkan oleh Pusat Kebijakan Pendapatan
Negara, Badan Kebijakan Fiskal per tanggal 11 Juni
2015, disebutkan latar belakang diterbitkannya
PMK tersebut adalah untuk meningkatkan
kepatuhan pemenuhan perpajakan Wajib Pajak,
khususnya Wajib Pajak yang bergerak di bidang
usaha tertentu melalui mekanisme pemotongan/
pemungutan PPh.
Dari sudut pandang pengamat, kebijakan
penghapusan PPnBM mendapatkan apresiasi.
Salah satunya dari Kepala Lembaga Penyelidikan
Ekonomi dan Masyarakat, Fakultas Ekonomi
Universitas Indonesia, Kadek Dian Sutrisna.
Menurut Kadek, sebelum kebijakan penghapusan
PPnBM diterapkan, pemerintah perlu secara
cermat menetapkan obyek barang yang dianggap
cocok dengan karakteristik barang mewah pada
waktu tersebut. Prinsip dasar inilah yang harus
dipegang.
Dengan menetapkan kriteria barang
mewah sebagai dasar pembuatan kebijakan,
dampaknya akan lebih terasa.”Memang harus
tahu karakteristiknya seperti apa, sehingga
dasar kebijakan penghapusannya berangkat
dari definisi barang mewah,” kata Kadek. Dari
segi definisi, dia melihat bahwa penetapan
karakteristik obyek yang dihapuskan PPnBM
sudah cukup tepat. Begitu juga dari segi waktu
pengambilan kebijakan. Dengan demikian,
target yang diharapkan pemerintah untuk
meningkatkan konsumsi dan mengejar
pertumbuhan ekonomi berpotensi untuk dicapai.
Dalam kesempatan yang sama, Kadek
juga sepakat dengan langkah pemerintah
menyesuaikan tarif PPh Pasal 22. Menurutnya,
penghapusan PPnBM dan penyesuian tarif PPh
Pasal 22 dapat dipandang sebagai kebijakan satu
paket. Dalam kondisi pertumbuhan konsumsi
melambat, Kadek melihat pemerintah bukan
hanya berpikir bagaimana mencapai target
pajak, melainkan juga meningkatkan stimulus
perekonomian.
Pemerintah berekspektasi mendapatkan
revenue dari komponen pajak lain yang
disesuaikan tarifnya. Langkah ini tidak diambil
oleh setiap pemerintah di negara-negara lain
yang mengalami perlambatan ekonomi.“Ada
pemerintah yang membabi buta, peningkatan
penerimaan dilakukan dengan menaikkan target
pajak serta merta menjadi 30 persen, sehingga
semua barang terkesan dikenai pajak,” ujar Kadek
mencontohkan.
Kondisi perekonomian global dan dalam
negeri memang tidak dapat dikatakan prima.
Berdasarkan catatan Kadek, Indeks Kepercayaan
Konsumen pada Juni telah mengalami
penurunan. Jika diprediksi pada semester kedua,
leading indicator untuk mengukur konsumsi
seperti penjualan sepeda motor dan konsumsi
listrik dinilai masih mengalami penurunan. Di
samping itu, permintaan semen, makanan dan
minuman, termasuk rokok juga menurun. Dengan
memilih kebijakan seperti ini, Kadek melihat
pemerintah memikirkan alternatif menggenjot
perekonomian dengan cermat.”Kalau ini kan
benar, bahwa dalam perlambatan ekonomi, jika
dihilangkan PPnBM-nya dapat meningkatkan
konsumsi masyarakat. Melihatnya harus general
equilibrium. Ini adalah kebijakan yang tepat,” kata
dia.
Efek pengganda
Penghapusan PPnBM atas sejumlah
kelompok barang menjadikan dispossible income
masyarakat lebih tinggi, sehingga berpengaruh
terhadap konsumsi. Dengan memperhatikan
bahwa konsumsi memberikan kontribusi terbesar
kepada Produk Domestik Bruto, tentu diharapkan
terdapat multiplier effect terhadap keseluruhan
kondisi perekonomian. Penyerapan tenaga kerja
bisa menjadi salah satu akibat efek pengganda.
Asalkan kondisinya, Kadek memberikan catatan,
pemerintah bisa mengatur atau menjadikan
konsumsi lebih stabil.
“Kondisi Indonesia sebetulnya tidak seperti
di Amerika Serikat dan negara maju lainnya
dimana orang-orangnya cenderung lebih
rasional,” kata Kadek. Kecenderungan yang
terjadi di masyarakat negara maju, ketika mereka
melihat pemerintah melakukan pemotongan
pajak saat ini, maka pilihannya adalah menabung.
Masyarakat di sana yakin bahwa ke depan
pemerintah akan tetap menaikkan pajak untuk
menutupi defisit.”Mereka akan berpikir untuk
tidak menambah konsumsi karena takut ke depan
pajak akan naik,” Kadek melanjutkan.
Sementara di Indonesia, masyarakatnya
cenderung lebih konsumtif. Penurunan pajak
lebih berpotensi untuk mendorong konsumsi.
Namun, sekali lagi Kadek menekankan bahwa
pemerintah mempunyai tugas untuk menjaga
ekspektasi inflasi yang mungkin timbul di
masyarakat.
Teks Dwinanda Ardhi
Vol. X No. 95 / Agustus 2015
15
Barang Kena Pajak
Yang Tidak Lagi
Menjadi Objek PPnBM
Peralatan
Elektronik
10%
Pemanas
Air
10%-20%
Lemari
Pendingin
10%-20%
10%-20%
TV
AC
10%
Monitor
20%
Kompor
10%
Mesin
Cuci
20%
Microwave
Oven
20%
AC
Mobil
20%
Proyektor
10%
Alat
Fotografi
16
MediaKeuangan
20%
10%
Perekam
Video
20%
Mesin
Cuci Piring
Mesin
Pengering
Alat
Olahraga
10%
Alat
Pancing
30%
50%
Pakaian
dan Kacamata
Selam
30%
Tongkat
Golf
Perlengkapan
Ski Air, Papan Layar,
Papan Selancar
30%
Bola Golf
dan Perlengkapan
Lain Selain
Tongkat
Alat
Musik
30%
Menembak:
Peluru, Senjata,
dan PIstol
20%
Organ, Gitar,
dan Keyboard
40%
Branded
Goods
Saddlery
dan Harness
20%
20%
Piano Tegak,
Grand Piano
Wewangian
40%
40%
40%
Kursi, Kasur
dan Permadani
Peralatan
Rumah
dan Kantor
40%
Jam dan
Arloji
Kaca Kristal
Tas dan
Pakaian
40%
40%
Alas Kaki
Lampu
75%
40%
Porselen
dan Ubin
dari
batu mutiara
dan logam hasil tempaan
dari emas, platina,
mulia
40%
selain perhiasan 17
dan keperluan lab
Vol. X No. 95 / Agustus 2015
Laporan Utama
Industri Sejahtera
Masyarakat Bahagia
18
MediaKeuangan
Penghapusan pajak
barang mewah
dapat menurunkan
harga produk.
Dengan begitu,
konsumsi domestik
meningkat, lantas
perkembangan
industri melonjak.
J
elang lebaran, pusat perbelanjaan sesak bagai
gudang. Para pengunjung datang bergantian
membeli barang-barang kebutuhan. Tak
terkecuali branded goods, kian berhamburan
penuh potongan (harga).
Pergeseran
Berkembangnya ilmu pengetahuan dan
teknologi di era globalisasi ini menjadi salah
satu faktor pendorong perubahan gaya hidup
masyarakat. Implikasinya, terjadi pergeseran nilai
pada beberapa jenis barang yang semula dianggap
sebagai kebutuhan tersier berubah menjadi
kebutuhan primer.
Kondisi ini membuat konsumen dengan
ekonomi kelas menengah mulai beralih ke
barang-barang mewah sehingga meningkatkan
terjadinya kesenjangan dengan konsumen kelas
bawah. Untuk itu, pada tahun beberapa tahun
lalu pemerintah mengeluarkan kebijakan yang
bertujuan untuk mengendalikan minat belanja
kelas menengah.
Kebijakan tersebut diatur dalam Peraturan
Menteri Keuangan (PMK) Nomor 121/
PMK.011/2013 tentang jenis barang kena pajak
yang tergolong mewah selain kendaraan bermotor
yang dikenai pajak penjualan atas barang mewah
(PPnBM). Tak lama kemudian, aturan tersebut
diubah dalam PMK Nomor 130/PMK.011/2013
tentang perubahan atas PMK sebelumnya.
Namun yang terjadi di lapangan banyak
penyimpangan. Barang bawaan penumpang
yang dibeli dari luar negeri cenderung
diselewengkan, membuat pengawasan kerap
sulit dilakukan. Selain itu, ketatnya persaingan
antara pengusaha taat pajak dengan para
pengemplang serta maraknya black market yang
melakukan penyelundupan, menurunkan potensi
penerimaan.
Ditambah lagi kondisi ekonomi global masih
mengalami ketidakpastian. Alhasil, perekonomian
tanah air terkena imbas penurunan. Rupiah
berada di kondisi memprihatinkan sehingga daya
beli masyarakat merosot signifikan. Tercatat,
pada kuartal pertama perekonomian Indonesia
mengalami pertumbuhan ke bawah sebesar 4,7
persen sementara nilai tukar mencapai kisaran 13
ribu rupiah per dolar Amerika.
Melihat kondisi ini, pemerintah tak tinggal
diam. Kementerian Keuangan juga tak bungkam
dengan mengeluarkan kebijakan mengenai
penghapusan PPnBM atas sejumlah barang untuk
meningkatkan konsumsi masyarakat agar tingkat
perekonomian kembali meningkat. Regulasi
tersebut terdapat dalam PMK Nomor 106/
PMK.010/2015 tentang jenis barang kena pajak
yang tergolong mewah selain kendaraan bermotor
yang dikenai PPnBM.
Setidaknya ada lima kelompok barang yang
dikeluarkan dari kategori barang mewah, yaitu
peralatan elektronik, alat olahraga, alat musik,
peralatan rumah dan kantor maupun branded
fashion seperti pakaian, tas, alroji, dan sebagainya.
Sementara itu, barang kena pajak selain
kendaraan bermotor yang tetap dipertahankan
menjadi objek PPnBM sebatas barang-barang
yang dikonsumsi oleh kelompok masyarakat
berpenghasilan sangat tinggi. Kelompok hunian
mewah, kapal pesiar, pesawat maupun senjata api
tercatat masih dikenai PPnBM dengan besaran
pajak antara 20 hingga 75 persen.
Potensi
Menurut Kepala Pusat Kebijakan Pendapatan
Negara, Badan Kebijakan Fiskal, Goro Ekanto,
kebijakan ini memang berdampak pada
pemasukan negara tetapi tidak signifikan. “Saya
kira potensi yang hilang (dibandingkan) dari
penerimaan PPnBM tahun lalu sekitar Rp800
miliar tapi kemudian (akan) ada stimulus ekonomi.
Barang kita bisa lebih berdaya saing dan produsen
dalam negeri bisa beroperasi lebih banyak lagi,”
Barang yang Tetap Dikenai PPnBM
Sumber: PMK Nomor 106/PMK.010/2015 (diolah)
Kelompok Barang
Pengrajin kayu ukir
di Jepara.
Batasan
Tarif
350 m2
Hunian Mewah
Tetap 20%
Landed house, apartemen
150 m2
Kapal
Foto
Langgeng Wahyu
Jenis Barang
Perahu, kapal pesiar, yacht
Tetap
Tetap 40% dan 75%
Pesawat
Balon udara, helikopter, pesawat terbang
Tetap
Tetap 40% dan 50%
Senjata Api
Peluru, senjata, pistol
Tetap
Tetap 40% dan 50%
Vol. X No. 95 / Agustus 2015
19
Penghapusan PPnBM ini
ditujukan untuk menciptakan
beberapa multiplier effect yang
bersifat jangka panjang.
ujarnya.
Dengan kata lain, penghapusan PPnBM ini
ditujukan untuk menciptakan beberapa multiplier
effect yang bersifat jangka panjang. Pertama,
kebijakan ini diprediksi dapat mengurangi potensi
penyelundupan barang karena disparitas harga
barang selundupan dari luar dan dalam negeri
semakin mengecil atau bahkan lebih rendah.
Kedua, kebijakan ini ditujukan untuk
peningkatan daya saing produk yang mampu
mendorong industri dalam negeri, baik yang
terkena pengaruh langsung maupun industri lain
yang terkait. Ketiga, kebijakan ini diharapkan
mampu mendorong industri dalam negeri menjadi
basis produksi, baik untuk pasar domestik
maupun pasar internasional.
Keempat, tumbuhnya industri dan investasi
akan menciptakan lapangan kerja yang lebih
luas bagi masyarakat sehingga pengangguran
berkurang. Kelima, kebijakan ini berpotensi
menurunkan impor dan meningkatkan ekspor
sehingga diharapkan dapat memperbaiki posisi
transaksi perdagangan luar negeri.
Salah satu contohnya, penjualan furniture
berbahan dasar kayu jati yang dibuat pengrajin
kayu di Jepara. Pada saat kebijakan PPnBM belum
dihapuskan, konsumen beralih pada produk
sejenis (impor) dari negara lain. Maka dari itu,
ketika kebijakan ini diterapkan diharapkan
industri dalam negeri menjadi lebih kompetitif.
Ketika industri lebih kompetitif, maka pasar
akan lebih berkembang dan lapangan kerja lebih
terbuka.
Selain itu, semakin besar produk, maka
harga akan rendah. Semakin turun harga produk
maka tingkat konsumsi masyarakat meningkat
dan berpotensi menaikkan penerimaan pajak
pertambahan nilai (PPN). Selanjutnya, semakin
banyak barang yang terjual berarti menambah
pendapatan perusahaan dan berpotensi pada
kenaikan penerimaan pajak penghasilan (PPh)
pada perusahaan tersebut. Dengan kata lain,
20
MediaKeuangan
dalam jangka panjang, penghapusan PPnBM ini dapat mengoptimalkan
penerimaan negara.
“(Dalam jangka pendek) Dengan turunnya harga produk maka produksi
dalam negeri bisa meningkat, (sehingga) akan menambah lapangan kerja. Ini
salah satu jalan mengakselerasi pertumbuhan ekonomi. Dengan berlakunya
peraturan ini kita bisa mengeliminasi persaingan tidak sehat antara wajib
pajak nakal dan wajib pajak yang sudah patuh,” jelas Goro.
Disisi mekanisme pelaksanaan, Direktur Perpajakan 1, Direktorat
Jenderal Pajak, Irawan mengakui bahwa pihaknya tidak menyiapkan tim
khusus yang memeriksa pelaksanaan regulasi penghapusan PPnBM di
lapangan. Namun demikian, kata Irawan, Direktorat Jenderal Pajak maupun
Direktorat Jenderal Bea dan Cukai akan melakukan koordinasi. Misalnya
dalam pemungutan pajak atas importasi barang serta pengawasan wajib
pajak melalui pertukaran data, audit dan kegiatan lainnya.
“Tetap akan ada perbedaan antara barang selundupan dengan legal,
paling tidak dari pajak tapi bukan berarti semua barang impor bisa bebas
pajak supaya bebas penyelundupan. Justru pengawasan (impor ilegal) harus
diperkuat. Sama seperti beli handphone, ada yang mau beli di black market
tapi tidak semua karena ada orang yang mau yang asli, lebih terjamin,” ujar
Irawan.
Selanjutnya, untuk mengurangi dampak serbuan barang impor atas
barang mewah yang dihapuskan pengenaan PPnBM-nya, pemerintah
melakukan penyesuaian tarif pemungutan PPh atas impor barang tertentu.
Dalam PMK perubahan keempat atas PMK Nomor
154/PMK.03/2010 tentang pemungutan pajak
penghasilan pasal 22, pemerintah menaikkan tarif
pemungutan yang semula 7,5 persen menjadi 10
persen atas impor barang yang dikenakan PPnBM.
Pemerintah juga memperluas penunjukan
pemungut PPh dan objek pemungutan PPh pasal
22. Perluasan pemungut PPh pasal 22 meliputi
pertama, DJBC atas ekspor komoditas tambang
batubara, mineral logam, dan mineral non
logam. Kedua, seluruh BUMN dan beberapa anak
perusahaan BUMN.
Ketiga, industri atau badan usaha yang
melakukan pembelian atas batubara, mineral
logam, dan mineral bukan logam. Keempat,
industri atau eksportir yang bergerak di sektor
kehutanan, perkebunan, pertanian, peternakan,
dan perikanan. Kelima, produsen emas batangan.
Irawan menambahkan bahwa kekhawatiran
utama dalam pelaksanaan penghapusan PPnBM
ialah tidak tercapainya tujuan untuk mendorong
daya beli masyarakat. “Yang terpenting ialah
konsumsi bisa tumbuh. Kadang orang bergerak
ditataran persepsi, akhirnya melihat situasi
ini menunggu dulu. Saya yakin uangnya ada,
mau konsumsi tapi menunggu. Sekarang yang
pemerintah lakukan memberi insentif, tarifnya
diturunin, dibebasin (pajak) untuk mendorong
(konsumsi),” jelasnya.
"Dengan
turunnya harga
produk maka
produksi dalam
negeri bisa
meningkat,
(sehingga) akan
menambah
lapangan
kerja. Ini salah
satu jalan
mengakselerasi
pertumbuhan
ekonomi."
Goro Ekanto
Teks Iin Kurniati
Laporan Utama
Pelaku Usaha
Sambut Baik
Pembebasan PPnBM
Foto
Dwinanda Ardhi
Vol. X No. 95 / Agustus 2015
21
Sejak 9 Juli 2015
pembebasan Pajak
Penjualan atas
Barang Mewah
(PPnBM) secara
resmi diberlakukan.
Kebijakan yang
dimaksudkan untuk
menjaga daya beli
dan mendorong
tumbuhnya industri
dalam negeri
ini serta merta
menuai tanggapan
dari banyak pihak
termasuk pelaku
usaha.
22
MediaKeuangan
W
akil Ketua Asosiasi Pengusaha Ritel
Indonesia (Aprindo) Tutum Rahanta
mengatakan, barang mewah harus
dikategorikan ulang secara berkala
seiring perubahan zaman dan
tumbuhnya kelas menengah Indonesia. Hasil
pengkategorian ulang itulah yang menentukan
apakah suatu barang dapat dikurangi, ditambah, atau
dihapuskan PPnBMnya. Meski dua barang berbeda
memiliki nilai yang sama, harus dilihat lagi apakah
barang tersebut termasuk kebutuhan dasar atau
sekedar untuk kesenangan dan pendukung status
sehingga pajaknya pun harus berbeda.
Dicontohkan Tutum, di Indonesia mobil
seharusnya tidak lagi diklasifikasikan barang
mewah karena memang dibutuhkan untuk
mobilitas akibat masih buruknya transportasi
umum. Namun mobil termasuk barang mewah di
Singapura atau Hongkong karena pemerintah kedua
Negara tersebut mendorong masyarakatnya naik
kendaraan umum yang sudah direncanakan baik dan
menaikkan harga kendaraan pribadi.
Tutum tak memungkiri kebijakan ini cukup
berani dan bermanfaat. Apalagi pembebasan
PPnBM juga berlaku untuk barang yang menjadi
alat bantu dunia kesehatan dan pendidikan seperti
komputer. Artinya pembebasan PPnBM dapat turut
memperbaiki kualitas hidup dan bukan sekedar
tuntutan gaya hidup. “Suatu barang dapat dikatakan
mewah karena kepentingannya, bukan sekedar
karena harganya mahal. Alat pendidikan seperti
buku meskipun mahal bukan barang mewah”
ujarnya.
Ketua Pelaksana Festival Jakarta Great Sale 2015
Ellen Hidayat mengatakan dengan pembebasan
PPnBM diharapkan harga di Indonesia dapat
bersaing dengan negara tetangga sehingga produk
branded lebih banyak yang masuk. Dengan demikian
variasi merek makin banyak dan tenant mix di pusat
belanja makin menarik. Pada akhirnya pusat belanja
Indonesia akan sejajar dengan pusat belanja negara
tetangga terutama dari sisi ketersediaan branded
products. Tentunya pusat belanja juga akan menjadi
daya tarik untuk meningkatkan pariwisata. Menurut Ellen konsumen Indonesia yang
berbelanja ke luar negeri cukup banyak. “Bila
nantinya para retailer produk branded bisa
membuktikan harga produknya dapat sebanding
dengan harga di negara tetangga, tentunya sejumlah
konsumen segmen menengah ke atas ini juga
harus dilayani”, kata Ellen. Hal ini akan mendorong
konsumen untuk berbelanja produk branded di
Indonesia. Selain itu, keberadaan produk impor yang
beraneka ragam tentu akan membuka lapangan
pekerjaan yang lebih luas.
Di sisi lain Ellen berharap kebijakan pembebasan
PPnBM juga dibarengi dengan kecepatan
penanganan pengeluaran barang impor dari
pelabuhan. Dengan begitu konsumen Indonesia juga
dapat memperoleh produk new arrival dengan lebih
cepat dan tepat waktu. Apalagi selama ini konsumen
Indonesia termasuk peka terhadap barang baru.
Ditemui di tempat berbeda, Sekretaris Jenderal
Asosiasi Mebel dan Kerajinan Indonesia (Amkri)
Abdul Sobur memperkirakan penjualan produk
mebel untuk pasar dalam negeri bisa tumbuh
sekitar 20 persen. Amkri juga optimis akan terjadi
peningkatan omzet menjadi Rp7-8 triliun dari
sekarang Rp6 triliun. “Bayangkan satu orang
konsumen bisa seolah dapat diskon 40 persen.
Ekonomi bisa running dan multiplier effect terjadi
lebih cepat. Negara tetap aja mendapat untung tapi
dari pajak” kata Sobur.
Dijelaskan Sobur lebih lanjut saat ini banyak
kondominium, hotel, apartemen, hingga villa yang
dibangun dan semuanya memerlukan mebel.
“Tidak ada satupun dari mereka yang ingin lesehan,
bahkan sekarang ada rumah dijual sepaket dengan
interiornya. Industri ini otomatis akan bergairah
karena harganya lebih terjangkau bagi konsumen”,
jelasnya.
Ditanya mengenai pengaruh gengsi
masyarakat yang lebih memilih merek luar, Sobur
mengatakan bahwa itu tugas lain yaitu kampanye.
Ia mencontohkan di Jepang produk impor dari
luar Jepang umumnya lebih murah. Meski begitu
masyarakat Jepang tetap lebih senang membeli
barangnya sendiri yang relatif lebih mahal dengan
kualitas yang sama. Fanatisme tersebut terbangun
karena ada unsur nasionalisme. Ditambahkan
Sobur agar dapat bersaing mutu produk mebel
lokal juga harus ditingkatkan. “Masyarakat yang
level pendidikannya tinggi memiliki apresiasi tinggi
pada barang pilihan yang tidak kalah dengan barang
impor”, tuturnya.
Lebih jauh Tutum mengingatkan untuk
meningkatkan gairah belanja dalam negeri
pemerintah harus mengoptimalkan semua dimensi.
Tak hanya melakukan pembinaan peningkatan
kualitas produk, namun juga menekan struktur biaya
yang lain seperti perijinan, efisiensi transaksi, dan
melakukan pembinaan branding serta pemasaran.
Atmosfer wisata belanja dengan sendirinya akan
terbentuk. “Saya tidak menjamin harga di dalam
negeri bisa lebih murah dibanding di luar negeri,
namun setidaknya konsumen jadi memiliki alternatif
lain”, tutup Tutum.
Teks Irma Kesuma
Laporan Utama
Bebas PPnBM, Dongkrak
Pertumbuhan Ekonomi
P
ajak adalah sumber penerimaan terbesar
negara. Bagaimana bisa salah satu
komponen pajak dihapuskan? Tentu saja
logikanya akan mengurangi pendapatan
negara. Namun Kemenkeu berani
mengambil sebuah strategi untuk mendongkrak
penerimaan pajak. Kebijakan penghapusan
PPnBM pun digulirkan. Kontroversi tak membuat
Kemenkeu pesimis mengambil langkah ini.
Untuk lebih menggali kebijakan tersebut, simak
perbincangan Media Keuangan dengan Kepala
Pusat Kebijakan Pendapatan Negara Goro Ekanto
berikut ini.
Kementerian Keuangan (Kemenkeu) secara resmi telah
mengeluarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 106/
PMK.010/2015 mengenai pembebasan Pajak Penjualan atas
Barang Mewah (PPnBM). Pro-kontra tentu tak terelakkan.
Apa latar belakang Pemerintah menerapkan kebijakan
penghapusan PPnBM?
Pertama, filosofi pengenaan PPnBM ini
sebenarnya diperuntukkan bagi barang yang
bukan termasuk kebutuhan pokok, harganya
mahal, dan dikonsumsi oleh masyarakat
tertentu untuk menunjukkan status sosial. Ada
beberapa barang yang sudah tidak sesuai dengan
perkembangan zaman. Misalnya, televisi sekarang
sudah tidak bisa dikategorikan lagi sebagai
barang mewah. Kedua, selama ini pengenaan
PPnBM tidak bisa mengawasi barang tentengan
Kepala Pusat
Kebijakan
Pendapatan
Negara Goro
Ekanto.
Foto
Bagus Wijaya
Vol. X No. 95 / Agustus 2015
23
(barang yang gampang diperjualbelikan). Jadi
cenderung malah diselewengkan sehingga
membuat penerimaan pajak akan turun. Ketiga,
ini bertujuan untuk menghindari persaingan
yang tidak sehat antara wajib pajak yang patuh
dan wajib pajak yang nakal. Keempat, kondisi
ekonomi yang lesu akan menggerus ekonomi
masyarakat. Dengan adanya kebijakan ini,
diharapkan akan mendongkrak konsumsi
masyarakat. Saya kira itu empat alasan mengapa
PPnBM ini dicabut.
Berapa perhitungan jumlah penerimaan pajak yang
hilang dari penerapan kebijakan ini?
Dengan mengacu pada penerimaan PPnBM
tahun lalu untuk barang-barang yang dihapuskan
PPnBM-nya, jumlah penurunan PPnBM berkisar
antara Rp800-900 miliar. Namun penurunan
tersebut diperkirakan akan tertutup dengan
kenaikan penerimaan Pajak Pertambahan Nilai
(PPn) dan Pajak Penghasilan (PPh) sebagai akibat
kenaikan kepatuhan wajib pajak.
Beberapa pengamat di media menilai kebijakan
penghapusan PPnBM ini kurang tepat karena dapat
mengurangi penerimaan pajak. Apa saja multiplier
effect yang bisa didapatkan dari penerapan kebijakan
ini?
Penurunan
penerimaan
pajak,
khususnya
PPnBM,
biasanya lebih
bersifat jangka
pendek.
Pemerintah
berharap
kebijakan ini
akan memiliki
dampak positif
lebih luas dan
bersifat jangka
panjang.
24
MediaKeuangan
Penurunan penerimaan pajak, khususnya
PPnBM, biasanya lebih bersifat jangka pendek.
Pemerintah berharap kebijakan ini akan memiliki
dampak positif lebih luas dan bersifat jangka
panjang. Sebelum PPnBM dihapuskan, tingkat
penyelundupan barang ke Indonesia sangat
tinggi. Selain itu, pengawasan pajak juga tidak
mudah dilakukan. Kebijakan ini dirumuskan
mengatasi permasalahan tersebut. Efek
selanjutnya, diharapkan produk dalam negeri
mengalami peningkatan sehingga mendorong
investasi dan pertumbuhan industri. Tentu saja
ini bisa menciptakan lapangan kerja yang luas
bagi masyarakat.
Setelah kebijakan ini diterapkan, berapa perkiraan
potensi pendapatan yang bisa diperoleh negara?
Besar potensi pendapatan yang akan
diperoleh negara sulit diperkirakan secara
akurat. Namun, logika ekonominya, penghapusan
PPnBM akan menyebabkan harga jual
barang menjadi lebih murah sehingga akan
meningkatkan daya beli konsumen. Dengan
adanya peningkatan konsumsi, maka akan
mendorong produksi barang oleh industri
terkait. Peningkatan produksi dan penjualan
disertai kepatuhan pengusaha dalam memenuhi
kewajiban pajaknya akan berdampak pada
peningkatan penerimaan pajak, khususnya PPn
dan PPh.
Ada sejumlah opini yang berkembang di masyarakat
bahwa kebijakan ini justru semakin meningkatkan
jumlah impor. Apa upaya Pemerintah untuk tetap
melindungi industri dalam negeri?
Pemerintah tentunya menyadari bahwa
kebijakan ini berpotensi meningkatkan impor
yang mungkin disebabkan karena kenaikan
permintaan atas barang yang dihapuskan
PPnBM-nya. Untuk mengantisipasi hal itu, pada
saat yang bersamaan Pemerintah mengenakan
PPh Pasal 22 atas impor barang-barang yang
dihapus PPnBM-nya dengan tarif sebesar 10
persen. Tarif ini lebih tinggi dari yang dikenai
atas impor produk lainnya. Penghapusan PPnBM
yang dibarengi dengan upaya pembatasan
impor ini diharapkan dapat mendorong industri
dalam negeri untuk dapat lebih meningkatkan
produksinya.
Apakah Pemerintah pernah melakukan koordinasi
dengan kalangan para pengusaha sebelumnya?
Menteri Keuangan beberapa kali melakukan
pertemuan dengan asosiasi pengusaha terkait
penetapan kebijakan ini. Para pengusaha
juga setuju terhadap langkah Pemerintah ini,
karena selama ini pengawasan pajak untuk
barang tentengan (barang mewah yang mudah
dibawa) itu agak susah. Jadi mereka sangat
mendukung dengan ide penghapusan PPnBM
ini. Selain itu, Menteri Keuangan juga telah
mempertimbangkan berbagai masukan, tidak
hanya dari kalangan pelaku usaha, tetapi juga
dari kalangan akademisi, ekonom, dan instansi
lain yang terkait.
Apa harapan setelah diberlakukannya PMK Nomor 106/
PMK.010/2015 mengenai pembebasan PPnBM?
Dengan turunnya harga produk diharapkan
produksi dalam negeri bisa meningkat. Ini salah
satu jalan untuk mengakselerasi pertumbuhan
ekonomi. Kemudian, produksi yang meningkat
tadi diharapkan juga akan menambah lapangan
kerja. Dengan berlakunya peraturan ini
mudah-mudahan kita bisa mengeliminasi atau
menghilangkan persaingan yang tidak sehat
antara wajib pajak yang nakal dan wajib pajak
yang sudah patuh sehingga harga bisa bersaing
secara sehat.
Teks Pradany Hayyu
Reportase
Pejabat Eselon I
Kemenkeu.
Foto
Anas Nur Huda
Menteri Keuangan Lantik Tujuh
Pejabat Eselon I Kemenkeu
M
enteri Keuangan Bambang
P.S. Brodjonegoro melantik
tujuh pejabat Eselon I di
lingkungan Kementerian
Keuangan di Aula Djuanda
Kementerian Keuangan, Jakarta,
Rabu (1/7). Tiga dari tujuh pejabat
tersebut dilantik karena mutasi jabatan,
sementara empat lainnya memperoleh
promosi jabatan.
Pelantikan ini sesuai dengan
Keputusan Presiden Republik Indonesia
Nomor 98/M Tahun 2015 tentang
Pemberhentian dan Pengangkatan dari
dan Dalam Jabatan Pimpinan Tinggi
Madya di Lingkungan Kementerian
Keuangan.
Sejumlah pejabat yang mengalami
mutasi jabatan yaitu pertama,
Hadiyanto, diberhentikan dengan
hormat dari jabatan lamanya sebagai
Direktur Jenderal Kekayaan Negara
untuk kemudian diangkat menjadi
Sekretaris Jenderal. Kedua, Vincentius
Sonny Loho, diberhentikan dengan
hormat dari jabatan lamanya sebagai
Inspektur Jenderal, untuk kemudian
diangkat menjadi Direktur Jenderal
Kekayaan Negara. Terakhir, Kiagus
Ahmad Badaruddin, diberhentikan
dengan hormat dari jabatan lamanya
sebagai Sekretaris Jenderal untuk
kemudian diangkat menjadi Inspektur
Jenderal.
Selanjutnya, pejabat yang
mengalami promosi jabatan yaitu
pertama, Heru Pambudi, diangkat
menjadi Direktur Jenderal Bea dan
Cukai. Kedua, Ken Dwijugiasteadi,
diangkat sebagai Staf Ahli Bidang
Peraturan dan Penegakan Hukum Pajak.
Ketiga, Suryo Utomo, diangkat sebagai
Staf Ahli Bidang Kepatuhan Pajak.
Terakhir, Puspita Wulandari, diangkat
sebagai Staf Ahli Bidang Pengawasan
Pajak.
Dalam sambutannya usai
pelantikan, Menkeu mengungkapkan
bahwa mutasi dan promosi jabatan
merupakan hal yang biasa di
lingkungan Kementerian Keuangan.
“Sebagai satu organisasi besar, dengan
struktur yang juga besar, mutasi,
promosi adalah hal yang biasa sebagai
bagian dari dinamika organisasi,”
ungkapnya. Khusus kepada Direktur
Jenderal Bea dan Cukai yang baru
saja dilantik, Menkeu berpesan agar
dapat melindungi produk-produk
dalam negeri dari serbuan barangbarang impor ilegal. Selain itu, ia juga
berharap agar Dirjen Bea dan Cukai
juga dapat melakukan pemberantasan
peredaran pita cukai palsu. “Tentunya
juga melakukan penegakan hukum,
terutama terhadap kasus-kasus cukai
palsu yang masih banyak beredar di
wilayah Indonesia,” jelasnya.
Teks Amelia Safitri
Vol. X No. 95 / Agustus 2015
25
Reportase
Penandatanganan
Komitmen
Pengendalian
Gratifikasi.
Foto
Anas Nur Huda
Kemenkeu Berkomitmen
Tekan Gratifikasi
K
ementerian Keuangan
(Kemenkeu) berkomitmen
menekan perilaku koruptif
dalam gratifikasi. Sebagai
simbol dukungan pada hal
tersebut, para pejabat Eselon I di
lingkungan Kemenkeu menandatangani
spanduk yang menunjukkan komitmen
untuk mengendalikan gratifikasi.
Pada acara Penandatanganan
Komitmen Pengendalian Gratifikasi,
Menteri Keuangan (Menkeu) Bambang
P.S. Brodjonegoro menegaskan bahwa
komitmen ini tidak sekedar berlaku
di atas kertas saja. Komitmen ini juga
harus disertai implementasi berupa
kesadaran diri untuk tidak memberi
maupun menerima sesuatu yang
berpotensi menjadi gratifikasi.
“Ada kebiasaan tanda pemberian,
tanda terima kasih kepada petugas
atau aparat, bisa bentuk barang atau
uang. Pemberian inilah gratifikasi. Ini
negatif dan memicu perilaku koruptif
di kemudian hari. Potensi perilaku
koruptif inilah yang ingin kita cegah
melalui komitmen pengendalian
26
MediaKeuangan
gratifikasi,” ungkap Menkeu di Aula
Djuanda, Kementerian Keuangan,
Jakarta, Rabu (24/06).
Sebenarnya menurut Menkeu,
pengendalian gratifikasi di
lingkungan Kemenkeu sendiri sudah
dilaksanakan sejak beberapa tahun
yang lalu. Buktinya, Kemenkeu
mendapatkan penghargaan dari
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).
“Selama dua tahun beturut-turut
memperoleh penghargaan dari KPK
sebagai Kementerian/Lembaga (K/L)
yang melaporkan gratifikasi yang
dilimpahkan menjadi hak milik negara
di tahun 2012, dan sebagai instansi
pelapor gratifikasi terbesar pada 2013,”
papar Menkeu.
Untuk itu, Menkeu memberikan
apresiasi kepada seluruh pegawai
Kemenkeu yang telah membuktikan
komitmennya atas pengendalian
gratifikasi. Meskipun disisi lain,
Kemenkeu masih punya Pekerjaan
Rumah untuk mengendalikan tindakan
gratifikasi di lingkungannya. “Saya
berharap kita selalu aware atas
pandangan masyarakat. Berbenah
menjadi aparatur yang bersih,” ujarnya.
Dalam kesempatan yang sama,
Ketua KPK Taufiequrachman Ruki
mengapresiasi komitmen Kemenkeu
dan berharap kegiatan ini bukan
sekedar seremonial. “Ini merupakan
bentuk awal komitmen bagi semua
elemen Kemenkeu untuk menciptakan
Indonesia yang bebas dari korupsi.”
Ketua KPK mengingatkan pula
jika para pejabat terlanjur menerima,
maka mereka harus segera melaporkan
gratifikasi tersebut kepada KPK. “Jika
terlanjur menerima, Anda harus segera
melaporkan pada KPK dalam waktu
paling lama 30 hari kerja,” katanya.
Sebagai informasi, acara ini juga
dihadiri oleh Ketua Ombudsman
Danang Girindrawardana, Menteri
Pendayagunaan Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi Yuddy Chrisnandi,
serta para pejabat eselon dari
Kementerian Keuangan.
Teks Novita Asri
Wawancara
Inklusi Keuangan
Tambah
Investasi Pembangunan
B
eberapa tahun terakhir, inklusi
keuangan marak dibicarakan.
Tujuannya adalah untuk
meniadakan segala hal yang
menghambat masyarakat dalam
memanfaatkan layanan jasa keuangan.
Apalagi, tidak teraksesnya layanan
keuangan selama ini disebabkan berbagai
faktor. Tidak hanya soal orang miskin
yang tidak punya uang untuk menabung,
tetapi juga ketersediaan layanan yang
biasanya jauh dari pedesaan dan
mahalnya ongkos menabung di bank.
Lalu sejauh mana sebenarnya
upaya ini dapat meningkatkan ekonomi
masyarakat dan pembangunan
nasional? Berikut petikan wawancara
Media Keuangan dengan Direktur
Lembaga Penelitian Ekonomi dan
Masyarakat Fakultas Ekonomi
Universitas Indonesia (LPEM UI), I
Kadek Dian Sutrisna Artha.
Bagaimana relasi inklusi keuangan dengan
kesejahteraan masyarakatt?
Inklusi keuangan adalah bagaimana
masyarakat terutama golongan bawah
bisa mengakses produk institusi
keuangan, baik perbankan, pasar
keuangan, maupun yang lainnya.
Secara teori ekonomi, semakin banyak
masyarakat yang menggunakan produk
keuangan biasanya kesejahteraan
masyarakat semakin baik. Misalnya
tabungan yang juga menjadi simpanan
nasional dapat menjadi dana untuk
pembangunan dalam bentuk investasi.
Sehingga, semakin banyak akses dan
semakin banyak penggunaan produk
akan semakin mendorong pertumbuhan
ekonomi.
Selain itu, kalau masyarakat
menengah ke bawah memiliki akses
yang baik ke pasar keuangan, akan
terjadi pemerataan distribusi,
pendapatan, dan kemiskinan. Dengan
mereka tahu bagaimana menggunakan
jasa keuangan, mereka akan memiliki
manajemen keuangan yang baik.
Mereka akan berpikir bagaimana
menabung dan meminjam uang dari
perbankan atau pasar keuangan lainnya
untuk investasi sebagai usaha keluar
dari kemiskinan.
Seperti apa inklusi keuangan di negara-negara
lain?
Di Indonesia jumlah orang yang
memiliki akun di pasar keuangan formal
baru 20 persen. Di Malaysia sudah 66,7
persen. Kita lebih sebanding dengan
Vietnam yang bahkan masih di atas
kita sedikit. Begitu juga dengan jumlah
rumah tangga yang memiliki tabungan
baik di institusi keuangan maupun non
institusi keuangan hanya 48 persen.
Di negara-negara maju rasionya
lebih tinggi. Misalnya di Jepang, akses
ke pasar finansial sudah sangat baik.
Mereka bahkan mereka memiliki post
bank yang menjangkau hingga ke
pedesaan. Di Indonesia kantor pos
belum dioptimalkan, baru sebatas
untuk kirim surat dan wesel saja. Di
Jepang kantor pos beroperasi seperti
bank dan cabangnya mencapai pelosok
(remote area). Dengan demikian,
desa juga menjadi tempat potensial
untuk menggali dana masyarakat
sehingga dapat digunakan sebagai
sumber pembiayaan keuangan negara
dan bahkan sumber pembiayaan
infrastruktur.
Nah, karena di Indonesia iklusi
keuangan masih rendah, maka
tabungan domestik untuk membiayai
investasi pun menjadi rendah.
Akibatnya kita masih sangat tergantung
pembiayaan dari luar. Begitu pula di
Eropa. Transaksi yang menggunakan
uang tunai relatif sedikit. Semuanya
menggunakan e-money berupa kartu.
Untuk mendapatkan kartu tersebut
otomatis semua masyarakat harus
memiliki akun di bank.
Apakah sulit membangun cashless society?
Kita jangan dulu ke cashless society.
Memperkenalkan masyarakat dengan
perbankan di Indonesia Timur saja
masih kurang. LPEM pernah melakukan
Vol. X No. 95 / Agustus 2015
27
penelitian di Papua. Hasilnya, melek keuangan
( financial literacy) di sana masih rendah.
Pengetahuan, akses, dan penggunaan produk
keuangan terutama perbankan sangat terbatas.
Hal ini tentu sangat memengaruhi keberhasilan
beberapa program pemerintah yang dibuat di
sana. Misalnya program bantuan usaha.
Mereka tidak mengerti bagaimana cara
mentransfer dan menyimpan uang. Hal yang
paling mendasar adalah mereka belum begitu
paham cara mengatur uang. Berapa persen
untuk tabungan dan berapa persen untuk
konsumsi. Akibatnya beberapa program menjadi
tidak efektif dan tidak berkelanjutan. Mereka
berpikir punya uang hanya untuk konsumsi dan
tidak ada yang untuk ditabung.
Perbankan di daerah sana tugasnya lebih
berat dibanding di sini dengan masyarakat
yang sudah melek keuangan. Sementara di
daerah Jawa saat ini targetnya bukan inklusi
28
MediaKeuangan
keuangan lagi, tetapi bagaimana membuat
inovasi keuangan berbasis elektronik sehingga
masyarakat dapat mengakses perbankan
dimana-mana.
Apakah penyesuaian terhadap inovasi perbankan
memakan waktu lama?
Seharusnya tidak, tetapi tetap tergantung
permintaan masyarakat. Pengenalan teknologi
dan inovasi keuangan tidak bisa dilakukan
secara secara drastis. Harus ada proses edukasi
dan sosialisasi yang baik sehingga masyarakat
mengenal produknya, tahu manfaatnya dan
akhirnya menggunakannya.
Sama dengan produk keuangan asuransi.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan low
registration rate pada Badan Penyelenggaraan
Jaminan Sosial (BPJS). Pertama, sebagian
masyarakat tidak memiliki cukup informasi
mengenai manfaat asuransi. Kedua, pendapatan
Di Indonesia
timur, ketika
pemerintah
membuat
program
pengentasan
kemiskinan
tetapi
masyarakatnya
sendiri
tidak tahu
bagaimana
menggunakan
bantuan yang
diberikan, di
sinilah perlu
peran swasta.
Kadek Dian Sutrisna Artha
Foto
Bagus Wijaya
mereka rendah. Biasanya orang yang
pendapatannya bisa mencukupi kebutuhan
dasar baru berpikir memiliki asuransi. Kalau
makan saja belum cukup apalagi membayar
asuransi. Kasus asuransi ini juga berlaku untuk
produk-produk keuangan yang lain.
karena bank sentral AS Federal Reserve (The Fed)
akan menaikkan tingkat suku bunganya. Apalagi
saat ini obligasi pemerintah hampir 40 persen
dimiliki asing sehingga sangat rentan terhadap
gejolak global. Kalau di domestik kita memiliki
simpanan yang tinggi, maka gejolak global tidak
akan terlalu berpengaruh.
Apa faktor lain yang menghambat inklusi keuangan?
Faktor penting lain adalah penambahan
infrastruktur agar institusi keuangan kita bisa
mengakses masyarakat pedesaan. Selama ini
mereka lebih banyak berhubungan dengan
institusi non formal. Masih banyak masyarakat
yang memilih meminjam uang pada lintah darat
atau tengkulak karena lebih mudah diakses.
Mereka tidak perlu memberikan jaminan apa-apa
kalau mau meminjam uang. Mereka minta bisa
cepat mendapat pinjaman dengan syarat yang
mudah.
Kelompok masyarakat mana yang perlu diprioritaskan
dalam program inklusi keuangan?
Sebenarnya di setiap daerah sangat
heterogen kebijakannya. Ada yang
menggunakan kebijakan kultural ada yang
menggunakan pendekatan agama. Misalnya
perbankan bisa memperkenalkan produknya
pada kelompok ibu-ibu pengajian.
Pendekatan peningkatan inklusi
keuangan tidak bisa dengan one for all secara
nasional. Harus disesuaikan dengan tingkat
perkembangan masing-masing daerah. Jangan
sampai di Papua perbankan mengenalkan
Anjungan Tunai Mandiri (ATM) terlebih dahulu,
bisa gegar budaya. Proses edukasi manajemen
keuangan belum selesai mereka sudah
dikenalkan dengan ATM. Target mengurangi
kemiskinan, mendorong pertumbuhan dan
pemerataan tidak akan tercapai. Mereka malah
akan menggunakan uangnya ke arah yang lebih
konsumtif.
Bagaimana bila dikaitkan dengan perlambatan ekonomi
saat ini?
Indonesia memiliki masalah saving
investment gap. Kita membiayai gap ini dari
investasi luar atau mengeluarkan obligasi
pemerintah yang dibeli asing. Kalau inklusi
keuangan tinggi, targetnya tabungan nasional
juga tinggi sehingga ketergantungan terhadap
perekonomian global atau pembiayaan dari luar
menjadi lebih terbatas.
Kondisi ekonomi saat ini secara keseluruhan
sangat dipengaruhi perekonomian global yang
belum pulih. Ada risiko pembalikan arus modal
Partisipasi swasta terhadap program iklusi
keuangan seperti apa ?
Pengembangan finansial tergantung dimana
dan bagaimana level pembangunan di setiap
daerah. Kalau bicara masyarakat Jawa atau
Jakarta kita sudah bicara inovasi keuangan.
Isunya bukan lagi soal meningkatkan simpanan
tetapi bagaimana meningkatkan efisiensi.
Perbankan harus mendukung e-budgeting
pemerintah. Cashless dengan e-money juga
butuh peran swasta. Selain lebih efisien,
menghitung pendapatannya juga akan lebih
mudah.
Di Indonesia timur, ketika pemerintah
membuat program pengentasan kemiskinan
tetapi masyarakatnya sendiri tidak tahu
bagaimana menggunakan bantuan yang
diberikan, di sinilah perlu peran swasta.
Investor dan swasta perlu melakukan koordinasi
agar program-program pemerintah ini efektif.
Misalnya, bank tidak hanya memberikan kredit
tetapi juga aktif memberikan edukasi. Jadi yang
terpenting adalah pemetaan kondisi di masingmasing daerah. Program inklusi keuangan tidak
bisa sama untuk semua daerah padahal level
pembangunannya berbeda.
Apa saja indikator sebuah negara “melek” keuangan ?
Kalau indikator makro adalah berapa
rasio simpanan nasional terhadap Gross
Domestic Product (GDP). Namun sebenarnya
inklusi keuangan ini relatif berkaitan dengan
pemerataan dan akses masyarakat. Harusnya
indikatornya adalah sejauh mana masyarakat
dengan pendapatan rendah memiki akses ke
institusi keuangan. Hal ini sesuai dengan definisi
inklusi keuangan yaitu proses dimana kelompok
masyarakat bawah bisa mengakses jasa institusi
keuangan.
Teks Irma Kesuma Dewi
Vol. X No. 95 / Agustus 2015
29
Potret Kantor
Demi Menjaga
Stabilitas Sektor Keuangan
Pusat Kebijakan Sektor Keuangan
Pusat Kebijakan
Sektor Keuangan
hadir mewakili
Kementerian
Keuangan
(Kemenkeu)
sebagai tuntutan
dalam fungsi
pengawasan dan
pengaturan sektor
keuangan.
Gedung Badan
Kebijakan Fiskal.
Foto
Dok. Biro KLI
30
MediaKeuangan
N
egeri ini memiliki Otoritas Jasa
Keuangan (OJK) untuk melakukan
pengaturan dan pengawasan jasa
sektor keuangan. Cikal bakal OJK
adalah Badan Pengawas Pasar Modal
dan Lembaga Keuangan yang berada di bawah
Menteri Keuangan. Saat OJK terbentuk, tidak
semua pengatur sektor keuangan dilepas oleh
Kemenkeu. Kemenkeu masih memiliki peran
yang melekat pada sektor keuangan. Untuk
itu, digagaslah pembentukan Pusat Kebijakan
Sektor Keuangan (PKSK) yang berada di bawah
Badan Kebijakan Fiskal (BKF).
Kepala PKSK, Basuki Purwadi, dengan
ramah menerima Media Keuangan untuk
menjelaskan seluk beluk unit yang dipimpinnya
ini. Basuki yang dilantik menjadi kepala pusat
pada 6 Februari 2015 ini mengungkapkan
hambatan yang dialami pada masa awal
pembentukan PKSK. Proses pembentukan ini
diakui Basuki tidaklah mudah. Berdasarkan
Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011,
pengaturan dan pengawasan pasar modal
harus mulai beralih ke OJK pada 31 Desember
2012. Dengan demikian, seharusnya PKSK
sudah harus terbentuk dan mulai bekerja
pada 1 Januari 2013. “Untuk membentuk suatu
unit di kementerian baru, koordinasinya tidak
hanya dengan kementerian yang bersangkutan,
namun juga dengan Kementerian Pemberdayaan
Aparatur Negara (MenPAN). Ada pembahasan
mengapa unit tersebut harus dibentuk. Ini
semuanya butuh waktu,” jelas Basuki.
Untuk menjembatani masa transisi tersebut,
Menteri Keuangan akhirnya membentuk Tim
Perumusan Kebijakan Sektor Keuangan (TPKSK)
yang berada di bawah tanggung jawab Kepala
BKF. Sembari berkoordinasi dengan MenPAN
terkait berdirinya PKSK, TPKSK ini bekerja
dengan diketuai oleh Isa Rachmatarwata (saat
ini menjabat sebagai Staf Ahli Bidang Kebijakan
dan Regulasi Jasa Keuangan dan Pasar Modal).
“Sumber daya manusia TPKSK ini diambil dari
berbagai unit eselon I, kebanyakan dari BKF,”
tambahnya. Akhirnya, Oktober 2014 MenPAN
telah menyetujui pembentukan PKSK di bawah
lingkup BKF.
Koordinasi Kuat
Menteri
Keuangan
meminta PKSK
menciptakan
dan
mewujudkan
grand design
sektor jasa
keuangan di
Indonesia.
Basuki Purwadi
Foto
Arfindo Briyan
“Untuk menjaga
sistem keuangan,
dibutuhkan koordinasi
yang kuat. Nggak
mungkin dong Bank
Indonesia jalan
sendiri, Lembaga
Penjamin Simpanan
jalan sendiri, atau
Kemenkeu jalan
sendiri,” tambah
Basuki. Untuk itu, dibentuklah Forum
Koordinasi Stabilitas Sistem Keuangan (FKSSK).
FKSSK ini rutin melakukan pertemuan, baik
pertemuan bulanan maupun pertemuan
tiga bulanan. “Kami yang menggodok dan
menyiapkan rapat, apa saja yang mau dibahas,
juga menentukan lokasi rapat. Semua
pembahasan dikumpulkan di sini,” jelas Basuki.
Sejak TPKSK terbentuk, berbagai rapat
sudah dilakukan. Pembahasan utama yang saat
ini sedang gencar dibahas adalah penyusunan
Rancangan Undang-Undang Jaring Pengaman
Sistem Keuangan (RUU JPSK). JPSK ini dibentuk
untuk pencegahan krisis dan mekanisme
penyelesaian krisis. “JPSK merupakan payung
yang sifatnya penting sekali. Kita tidak pernah
tahu dan tidak akan pernah mengharapkan
mengalami krisis, seperti krisis yang dialami
tahun 1997-1998. Dampaknya bukan hanya
sektor perekonomian tetapi seluruh sektor. Jadi
sifatnya preventif,” jelasnya.
Perjalanan perumusan RUU JPSK tersebut
tentu saja tidak mudah. Bagaimana menyatukan
empat suara, yaitu Kemenkeu, BI, OJK, dan LPS,
dalam satu mufakat adalah suatu tantangan
tersendiri. Meskipun BI dan OJK dan memiliki
UU sendiri yang mengatur hal tersebut, namun
dalam konteks stabilitas sistem keuangan
tentu semuanya tidak bisa berjalan masingmasing. “Dalam proses penyusunannya, kami
melihat empat semangat yang sama. Wajarlah
ada diskusi dan perdebatan dalam proses
harmonisasi. Harapan saya, tidak lama lagi
akan disampaikan ke Dewan Perwakilan Rakyat
untuk segera dilakukan pembahasan,” kata
Basuki.
Struktur Organisasi
Basuki menganalogikan PKSK ini seperti
bayi yang baru lahir. Meskipun masih berumur
11 bulan, namun kinerjanya sangatlah kompleks.
PKSK ini terdiri dari satu kepala pusat dan lima
kepala bidang. Masing-masing kepala bidang
membawahi tiga subbidang ditambah bidang
tata usaha. Lima bidang itu adalah bidang
pengembangan industri keuangan konvensional,
bidang pengembangan keuangan syariah,
bidang pengembangan keuangan inklusif,
bidang pemantauan sistem keuangan, dan
bidang dukungan kesekretariatan FKSSK.
Basuki yang membawahi 30 orang
pegawai ini menjabarkan secara singkat tugas
utama PKSK. Pertama, bagaimana menggali,
meneliti, dan mempelajari rekomendasi
kebijakan pengembangan industri keuangan
baik konvensional dan syariah. Kedua,
pengembangan keuangan yang inklusif, yaitu
bagaimana caranya mengedukasi masyarakat
agar bisa menggunakan jasa sektor keuangan.
Ketiga, pemantauan stabilitas sistem keuangan.
Pemantauan ini dengan bentuk memberikan
report kepada pimpinan sebanyak tiga kali
sehari. Di samping itu, juga ada laporan
mingguan dan bulanan. Laporan tersebut
meliputi informasi pergerakan harga saham dan
pergerakan nilai rupiah.
Target dan harapan
Dalam tahun 2015, Basuki memiliki target
di bidang regulasi. Saat ini sudah ada lima
RUU yang masuk Program Regulasi Nasional
(Prolegnas) 2015, antara lain RUU Perubahan
Perbankan, RUU Perubahan BI, RUU Perubahan
Pasar Modal, RUU Perubahan Dana Pensiun, dan
RUU Penjaminan. Dalam menjalankan tugasnya,
Basuki bersama jajaran para staf berusaha
memberikan yang terbaik bagi institusi. Ia
optimis dapat menjalankan amanah dan
mengejar target kerja dengan sebaik-baiknya.
“Menteri Keuangan meminta PKSK
menciptakan dan mewujudkan grand design
sektor jasa keuangan di Indonesia. Bayangkan,
ini kan luas sekali, meliputi bidang perbankan
konvensional, syariah, keuangan inklusif,dan
berikut juga pemeliharaannya,” tuturnya.
Saat ditanya mengenai harapan terhadap unit
yang dipimpinnya, berikut penuturannya,
“Semoga PKSK bisa menjadi kantor yang baik
dan bermanfaat. Secara internal, kami sangat
terbantu sekali dengan adanya sumber daya
manusia yang luar biasa. Tidak hanya luar biasa
dari segi kompetensi, tapi juga komitmen.
Kebanyakan dari mereka masih muda. Saya
sangat beruntung,” kata Basuki sembari
tersenyum.
Teks Pradany Hayyu
Vol. X No. 95 / Agustus 2015
31
Figur
Membela
Kepentingan
Rakyat
Mekar Satria Utama
Hidup bukan sekedar mencari materi semata. Mekar Satria Utama buktikan ia
bela kepentingan rakyat dengan mengabdi pada negara.
32
MediaKeuangan
Foto
Arfindo
Bagus Wijaya
Briyan
Vol. X No. 95 / Agustus 2015
33
P
uluhan tahun lalu, di wilayah
Tanjung Karang Bandar
Lampung, terdapat sebuah
keluarga yang hidup sangat
sederhana. Sehari-hari, dalam
satu kamar mungil, mereka terbiasa
tidur bersama. Tak jarang jika saat
makan tiba, sebutir telur pun dibagi
empat untuk seluruh anggota keluarga.
Tersebutlah Mekar Satria Utama,
salah satu anak yang tinggal di sepetak
rumah dinas milik pemerintah di sana.
Kesederhanaan hidup yang dirasakan
anak pasangan Ahmad Bastari Halik
dan Rosmini ini justru tak membuatnya
menyerah dan putus asa.
Dibesarkan oleh sosok ibu
yang disiplin dan menomorsatukan
pendidikan, pria kelahiran Kotabumi, 23
Juni 1968 seolah haus menuntut ilmu.
Alhasil, anak pensiunan pegawai negeri
sipil (PNS) ini berhasil masuk jajaran
sekolah favorit sejak duduk di bangku
sekolah dasar hingga perguruan tinggi
negeri.
Ikuti jejak
Nama merupakan doa dan harapan
orang tua. Mekar Satria Utama memiliki
makna membela kepentingan rakyat
tugas satria utama. Benar saja, pasca
lulus dari Universitas Padjajaran
Bandung, pria yang memiliki panggilan
Toto ini tergerak mengikuti jejak ayah
dan sang kakak yang telah berprofesi
sebagai abdi negara.
“Saya lihat abang saya bagus di situ
(Kementerian Keuangan). Pekerjaannya
menantang dan punya tanggung
jawab yang cukup besar. Hasilnya bisa
dimanfaatkan oleh orang lain (membela
kepentingan rakyat),” ungkapnya.
Toto juga mengakui
ketertarikannya bergabung di
Kementerian Keuangan yakni adanya
kesempatan melanjutkan pendidikan
ke jenjang yang lebih tinggi di luar
negeri untuk mengembangkan potensi
diri. “Awalnya itu yang mendorong
saya masuk (bekerja di Kementerian
Keuangan).”
Setelah diterima di Kementerian
Keuangan, Toto tidak langsung
ditempatkan di unit terkait. Anak
keempat dari lima bersaudara ini
34
MediaKeuangan
sebelumnya harus mengikuti Diklat
Penyesuaian Tugas Angkatan Ketiga,
spesialisasi keahlian pajak selama 1,5
tahun bersama 150 orang calon pegawai
lainnya. Setelah itu, sekitar tahun 1994,
Toto ditempatkan sebagai pelaksana di
Kantor Pelayanan Pajak Bogor.
Tak lama berselang, Toto dipercaya
sebagai Kepala Seksi Keberatan Pajak
Penghasilan, Bidang Pajak Penghasilan,
Kantor Wilayah VII Direktorat Jenderal
Pajak Jawa Barat, Bandung. Saat
itulah, Toto mendapat kesempatan
meneruskan sekolah ke luar negeri.
Beruntung, Toto diterima melanjutkan
pendidikan di Universitas Texas, Austin,
sekolah akuntansi terbaik kelima di
Amerika Serikat.
Selepas memperoleh gelar
Master of Professional Accounting
pada Desember 1999, lelaki yang hobi
membaca serial silat ini kembali ke
tanah air. Penggemar Kho Ping Hoo ini
kemudian ditempatkan pada Direktorat
Perencanaan dan Potensi Perpajakan.
Lalu,pada tahun 2002 Toto diangkat
sebagai Kepala Seksi Penyiapan Sistem
Perpajakan.
Kala itu, Toto menjadi salah satu
anggota tim yang membentuk Large
Taxpayer Office (LTO), kantor modern
pertama yang dibentuk oleh Direktorat
Jenderal Pajak (DJP). Pendirian LTO
ini merupakan salah satu bentuk
pelaksanaan reformasi birokrasi untuk
menggali potensi pajak demi menambah
penerimaan negara.
“Saya bekerja menyusun sistemnya,
membuatkan aplikasi, mengatur
kegiatan kerjanya. Tahun 2002, saya
masuk (dipercaya) sebagai Kepala Seksi
Pengawasan dan Konsultasi Kantor
Pelayanan Pajak Wajib Pajak Besar
Satu,” jelas Toto. Setelah pembentukan
LTO, DJP membentuk Kantor Wilayah
Khusus. Toto lantas ditempatkan di
Kantor Pelayanan Pajak Madya Bekasi,
Kantor Wilayah DJP Jawa Barat II.
Di tahun 2008, Toto dipercaya
sebagai Kepala Kantor Pelayanan Pajak
Penanaman Modal Asing Tiga. Satu
tahun kemudian, Toto diamanahkan
sebagai Kepala Kantor Pelayanan Pajak
Wajib Pajak Besar Satu. Selanjutnya
tahun 2011, Toto memperoleh
kepercayaan sebagai Tenaga Pengkaji
Bidang Pembinaan dan Penertiban
Sumber Daya Manusia, DJP.
Tepat satu tahun setelahnya,
Toto dipercaya sebagai Kepala Kantor
Wilayah DJP Kalimantan Selatan
dan Tengah. Terakhir, pada Maret
2015, Toto diangkat sebagai Direktur
Penyuluhan, Pelayanan dan Hubungan
Masyarakat, DJP.
Anti konflik
Toto mengalami tantangan terberat
selama bekerja ketika ia menjabat
sebagai Kepala Kantor Wilayah DJP
Kalimantan Selatan dan Tengah. Pada
waktu itu, Toto harus menghadapi
wajib pajak yang mempunyai usaha
besar tetapi mereka belum patuh
membayar pajak.
“Permasalahan berat bagi saya
bagaimana meningkatkan tingkat
kepatuhan wajib pajak tanpa harus
menimbulkan konflik. Harus berhatihati supaya tidak menimbulkan
gelombang besar. Bagaimana supaya
keselamatan orang-orang di lapangan
benar-benar terjaga. Jangan sampai
nanti pegawai kita malah mengalami
kesulitan, terancam keamanannya,”
katanya.
Guna mengatasi permasalahan
tersebut, Toto membina komunikasi
dengan berbagai pihak. Salah satunya
dengan meminta bantuan pihak ketiga
untuk menjembatani komunikasi
antara pihak DJP dengan wajib pajak
yang mangkir. “Dalam pertemuan
(dibicarakan) bagaimana menyelesaikan
permasalahan tunggakan pajak yang
dimiliki. Alhamdulillah melalui persuasi
"Permasalahan berat
bagi saya bagaimana
meningkatkan tingkat
kepatuhan wajib pajak
tanpa harus menimbulkan
konflik."
Foto
dok. Bagus Wijaya
bagaimana business process, hukum
perpajakan ataupun seperti apa
akuntansi perpajakan.
Disamping itu, Toto juga
mendukung tahun pembinaan
perpajakan yang telah dicanangkan
oleh Presiden RI beberapa waktu
lalu. Untuk mensukseskan gerakan
tersebut, menurut Toto, pihaknya
telah memberikan penghargaan
bagi para wajib pajak maupun
instansi yang telah memberikan
data-data yang mendukung
kegiatan perpapajakan.
Sampai dengan saat ini,
tercatat tak kurang dari 500
lembaga/instansi yang telah
bekerja sama dengan DJP untuk
memberikan data-data terkait
perpajakan. Hal ini dilakukan untuk
menyokong persiapan tahun 2016
sebagai tahun penegakan pajak.
TTL:
Kotabumi, 23 Juni 1968
PENDIDIKAN:
Sarjana Ekonomi
Ketataniagaan Universitas
Padjajaran (1993), Master
of Professional Accounting
(MPA) Universitas Texas,
Austin, Amerika Serikat
(1999)
RIWAYAT JABATAN:
Kepala KPP penanaman
Modal Asing Tiga (20082009) – Kepala KPP Wajib
Pajak Besar Satu (2009-2011)
– Tenaga Pengkaji Bidang
Pembinaan dan Penertiban
Sumber Daya Manusia (20112012), Kepala Kantor Wilayah
DJP Kalimantan Selatan dan
Tengah (2012-2015), Direktur
Penyuluhan, Pelayanan
dan Hubungan Masyarakat
(2015-sekarang)
Bukan hanya materi
seperti itu, jalan (selesai).”
Toto yakin, ke depan, Instruksi Presiden
tentang pengamanan aparat pajak akan mampu
menjadi solusi terbaik. Peraturan tersebut
ditujukan sebagai pengaman hukum bagi
aparat pajak. Ketika petugas pajak melakukan
penagihan pajak, mereka dapat terlindung dari
tindakan kriminalisasi, baik yang dilakukan
oleh wajib pajak maupun aparat penegak
hukum lainnya. “Masalahannya bukan terkait
teknis perpajakannya, tapi bagaimana kita bisa
menjaga harmonisasi dalam pelaksanaan tugas.”
Sementara itu, dari sisi kehumasan,
pihaknya tengah fokus dalam mensosialisasikan
informasi perpajakan melalui program
pendidikan. Sebelumnya, DJP sudah
memasukkan pengetahuan dasar mengenai
perpajakan melalui jenjang pendidikan dasar
dan menengah.
Kali ini, DJP bekerja sama dengan
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
serta perguruan tinggi memasukkan unsur
pengetahuan perpajakan ke dalam kurikulum
pendidikan tinggi. Adapun konteks pembahasan
yang akan dilakukan lebih konkret dan
mendalam, seperti apa saja kegiatan perpajakan,
bagaimana penghitungan atau penyuluhannya,
Suami dari Kepala KPP Tebet,
Ana Astuti Nugrahaningsih ini
yakin bahwa keluarga sangat
berpengaruh pada kehidupan
pribadinya. Sang ibu, kata Toto, memberikan
pendidikan dasar yang baik serta kasih
sayang yang besar pada dirinya dan saudarasaudaranya.
“Ibu sudah meninggal, tinggal ayah saya
sekarang. Ayah memberi pelajaran besar
mengenai integritas. Ayah (bekerja) di Dinas
Pekerjaan Umum, namanya lahan basah tapi
kami tidak pernah mengalami kondisi seperti itu
(tidak korupsi). Jadi (ayah) mengajarkan bahwa
ada hal lain yang harus kita pertahankan dalam
hidup, bukan hanya itu (materi),” ungkap Toto
dengan mata berkaca-kata.
Seperti kedua orangtuanya, Toto juga
menyayangi kedua putrinya, Azlia Mabella
Labitta dan Callista Zara Aurelia. Seringkali,
Toto menemani Azlia, salah satu putri yang
memiliki kelebihan spektrum autis untuk
menonton pertunjukan musik Korea. “Kesukaan
anak saya itu Korea. Setiap kali band Korea
datang, harus nonton dan ditemani ayahnya.
Yang penting bagi saya, anak saya aman,
beruntung hidupnya dan selalu berbahagia
sampai akhir zaman.”
Teks Iin Kurniati
Vol. X No. 95 / Agustus 2015
35
Ekonomi Terkini
Bersatu
Mengurangi
Waktu Tunggu
Presiden Jokowi
meminta agar
dwelling time di
Pelabuhan Tanjung
Priok dapat
dipangkas dari 5,5
menjadi 4,7 hari.
Hal ini disampaikan
Presiden saat
melakukan
kunjungan kerja ke
Pelabuhan Tanjung
Priok, Jakarta,
Rabu (17/6).
Sebagaimana
dikutip dari laman
Sekretariat Kabinet,
www.setkab.go.id,
sekalipun tak
bisa menyamai,
Presiden berharap
waktu tunggu
barang keluar
dari pelabuhan
di Indonesia bisa
mendekati negaranegara tetangga
agar bisa bersaing.
36
MediaKeuangan
M
enurut Presiden, proses dwelling time
di Pelabuhan Tanjung Priok merupakan
yang terlama di Asia.“Ini menyangkut
18 kementerian dan lembaga yang
semuanya berada di Tanjung Priok.
Banyak sekali. Ini kita mau rapatkan dulu,”
katanya.
Dari monitoring media melalui dashboard
Manajemen Strategi Komunikasi Biro Komunikasi
dan Layanan Informasi Kementerian Keuangan,
sejumlah pejabat yang terkait diketahui telah
merespons arahan Presiden ini. Menteri
Koordinator Bidang Kemaritiman, Indroyono
Susilo, kepada media mengatakan bahwa
pemerintah akan segera menerapkan dua langkah
utama untuk mengatasi persoalan dwelling time.
Keduanya adalah memperkuat perangkat lunak
dan sistem di pelabuhan Tanjung Priok dan
mencari simpul-simpul yang bisa mempercepat
proses di sektor perdagangan dan perhubungan.
Sementara itu, Menteri Perdagangan,
Rahmat Gobel menyebutkan akan menindak
semua importir yang baru mengurus izin ketika
barangnya masuk ke pelabuhan. Salah satu
penyebab lamanya waktu dari bongkar muat
hingga barang keluar adalah pengurusan izin
impor barang yang dilakukan setelah barang
sampai di pelabuhan. Karena masih diurus,
barang terpaksa menginap di pelabuhan sehingga
menyebabkan proses bongkar muat yang lain
terhambat.
Menteri
Perhubungan (Menhub),
Ignatius Jonan, di tempat berbeda, mengusulkan
agar presiden menerbitkan Keputusan Presiden
(Keppres) yang menunjuk kepala otoritas
pelabuhan (OP) untuk menjadi koordinator
18 kementerian dan lembaga yang melakukan
pengoperasian di Pelabuhan Tanjung Priok.
Berdasarkan Keppres tersebut, kepala OP akan
menjadi koordinator pelayanan satu atap di
pelabuhan. Menhub juga mengusulkan agar
pendapatan pegawai di 18 kementerian dan
lembaga yang bekerja di Pelabuhan Tanjung
Priok disamakan. Dengan kedua hal ini, Menhub
meyakini, seluruh langkah perbaikan untuk
menurunkan dwelling time akan lebih cepat.
Direktur Utama PT Pelindo II, RJ Lino,
menyampaikan bahwa PT Pelindo II sebagai
operator pelabuhan Tanjung Priok telah
melakukan berbagai pembenahan. PT Pelindo II
antara lain telah membangun layanan berbasis
Information and Communication Technology (ICT).
Dengan sistem ICT, seluruh tahapan pelayanan,
mulai dari permintaan, perencanaan, pelaksanaan,
monitoring hingga sistem pembayaran dapat
direncanakan dan dikontrol melalui suatu sistem
yang terintegrasi.
Yang juga terkait dengan persoalan dwelling
time adalah Kementerian
Keuangan, terutama melalui
Direktorat Jenderal Bea
dan Cukai. Menteri
Keuangan Bambang
Brodjonegoro kepada
media mengatakan
bahwa Direktorat
Jenderal Bea dan Cukai
(DJBC) berupaya untuk
memberikan pelayanan
kepabeanan yang baik dan
tidak menghambat waktu
proses bongkar muat
hingga keluar pelabuhan.
Menkeu juga menyebutkan
bahwa salah satu masalah
pelayanan impor di Pelabuhan
Tanjung Priok adalah
lamanya proses pre clearance di
Kementerian Perhubungan.
Capaian DJBC
Untuk turut menekan angka
dwelling time, DJBC telah melakukan
sejumlah upaya. Dalam siaran pers
yang dikeluarkan tanggal 23 Juni lalu,
Pelaksana Tugas Direktur Jenderal Bea
dan Cukai Supraptono mengatakan
bahwa upaya tersebut terdiri atas upaya
yang bersifat operasional dan dalam
bentuk kebijakan.
Upaya-upaya yang bersifat
operasional meliputi pre customs
clearance, customs clearance, dan post
customs clearance. Dalam upaya pre
customs clearance, sejumlah langkah
yang akan diambil adalah mendorong
tingkat pemanfaatan fasilitas prenotification untuk jalur prioritas,
melakukan koordinasi dengan importir
untuk percepatan penyampaian
Pemberitahuan Impor Barang (PIB),
melakukan koordinasi berkala dengan
penerbit lartas (pembentukan Pusat
Penanganan Perizinan Impor Ekspor
Terpadu/P3IET) di Pelabuhan Tanjung
Priok, dan mengusulkan penyempurnaan
sistem Indonesia National Single Window,
antara lain dengan percepatan jaringan
dan penambahan fitur.
Di samping itu, dalam rangka
menjalankan upaya perbaikan pada tahap
customs clearance, beberapa hal yang
dilakukan adalah percepatan penyerahan
hardcopy PIB, mandatori program
penyerahan Dokumen Pelengkap Pabean
(Dokap) Online, percepatan pelaksanaan
pemeriksaan fisik, dan mendorong
percepatan implementasi zonasi Target
Penampungan Sementara (TPS).
Upaya-upaya lain yang juga akan
dilakukan adalah monitoring penarikan
kontainer untuk periksa fisik dari
terminal bongkar ke tempat pemeriksaan
fisik, penertiban petugas lapangan
Perusahaan Pengurusan Jasa Kepabeanan
(PPJK), dan pengadaan dua unit hi-co
scan baru untuk Terminal JICT dan
penambahan dua unit hi-co scan untuk
New Kalibaru Port.
Sementara itu, untuk fase
post customs clearance, DJBC akan
mendorong implementasi delivery order
(DO) online di shipping line, mendorong
integrasi TPS shipping line, tracking, dan
bank dalam memberikan layanan post
clearance serta pemanfaatan layanan 7
kali 24 jam.
Dari sejumlah upaya operasional
tersebut, terdapat beberapa capaian.
Pada tahap pre customs clearance, dari
103 perusahaan jalur prioritas, saat ini 69
perusahaan telah memanfaatkan fasilitas
pre-notification. Hal ini sebagai dampak
dari pendampingan (asistensi) yang
dilakukan oleh Kantor Pelayanan Umum
Bea dan Cukai (KPUBC) Tanjung Priok.
Menkeu menyebutkan bahwa salah
satu masalah pelayanan impor di
Pelabuhan Tanjung Priok adalah
lamanya proses pre clearance di
Kementerian Perhubungan.
Kemudian, pendampingan juga dilakukan
terhadap 67 importir jalur hijau yang
pre-clearance dan jumlah kontainernya
tinggi. Tujuannya mempercepat proses
penyerahan PIB. KPUBC Tanjung Priok
saat ini juga telah berhasil membuat
aplikasi pendukung APA (Analyzing Point
Application) pada Unit Analyzing Point
untuk melakukan pemantauan terhadap
jumlah dokumen Analyzing Point yang
masuk, sehingga dapat lebih cepat
direspons setiap hari.
Pada tahap customs clearance, telah
terjadi penurunan waktu penyerahan
hardcopy dokumen PIB jalur merah
dan jalur kuning sebagai dampak dari
pendampingan (asistensi) yang dilakukan
oleh KPUBC Tanjung Priok (dari 1,72
hari pada Bulan Januari menjadi 1,2
hari pada Bulan Juni). Di samping itu,
telah ditetapkan 653 perusahaan Jalur
MKH (Merah-Kuning-Hijau) yang
menggunakan program mandatori
Dokumen Pelengkap Pabean Online
(Dokap Online) dalam rangka percepatan
penyampaian hardcopy dokumen PIB
dengan ketentuan paling lambat 24 jam
setelah mendapatkan nomor pendaftaran
PIB.
Penurunan juga terjadi pada waktu
pemberitahuan Jalur Merah sampai
dengan barang siap periksa fisik,
termasuk waktu penarikan kontainer dari
terminal bongkar ke tempat pemeriksaan
fisik (Januari 3.96 hari, Februari 3.9 hari,
Maret 3.01 hari, April 2.67 hari, Mei 3.01
hari, dan Juni—sampai dengan tanggal
15—2.71 hari). Sosialisasi kepada petugas
lapangan PPJK khusus jalur merah dalam
rangka mempercepat penyiapan barang
untuk pemeriksaan fisik juga telah
dilakukan.
Capaian pada post customs clearance
berupa koordinasi dengan Asosiasi
Pengusaha Tempat Penimbunan
Sementara Indonesia dan pengusaha
TPS. Tujuan dari koordinasi ini adalah
mempercepat pengeluaran barang
setelah mendapatkan izin dari DJBC.
Dorongan kebijakan
Di samping upaya-upaya bersifat
operasional, DJBC juga akan mendorong
dari sisi kebijakan. DJBC berkomitmen
untuk melakukan koordinasi lebih
Vol. X No. 95 / Agustus 2015
37
intensif dengan Kementerian/ Lembaga/ Badan
serta entitas terkait dalam rangka peningkatan
pelayanan dan pengawasan dengan cara berbagi
(sharing) informasi atas risiko pelaku usaha.
Koordinasi ini penting guna menciptakan
manajemen risiko yang terintegrasi dan handal.
Bersama dengan Kementerian Koordinator
Bidang Perekonomian dan Kementerian
Koordinator Bidang Maritim, DJBC juga
melakukan upaya koordinatif antara lain
menyederhanakan perizinan yang tumpang
tindih, melakukan evaluasi atas perizinan yang
dapat diverifikasi di luar pelabuhan dengan tujuan
mempercepat dwelling time, dan melakukan
optimalisasi pengajuan perizinan sebelum
kedatangan sarana pengangkut.
DJBC juga akan mendorong penerbitan
Instruksi Presiden terkait hasil stakeholder
minilab, yaitu standardisasi manajemen risiko,
standardisasi perhitungan dwelling time,
penetapan Service Level Agreement (SLA), dan
optimalisasi operasional 24 jam sehari dan
7 hari seminggu. Yang juga penting adalah
mengembalikan fungsi pelabuhan sebagai
tempat kegiatan bongkar muat dan tempat
penimbunan sementara, bukan sebagai tempat
penimbunan umum (warehousing) dengan tetap
memperhatikan aspek keadilan.
Sebagai contoh jika ditemukan terdapat
kesengajaan pelaku usaha menimbun barang
cukup lama di pelabuhan, maka perlu dilakukan
langkah penyegeraan pengeluaran barang dengan
berdasarkan koordinasi antar Kementerian/
Lembaga. Terakhir, DJBC berkomitmen untuk
melakukan penyegeraan implementasi joint gate
untuk beberapa TPS dalam satu kawasan pabean.
I Kadek Dian Sutrisna
KOMENTAR PAKAR
Kepala Lembaga Penyelidikan Ekonomi
dan Masyarakat (LPEM) UI
L
PEM pernah mengadakan studi tentang
logistic cost. Bagi investor, yang paling
penting sebenarnya bukan physical
infrastructure, tetapi soft infrastructure.
Yang termasuk di dalamnya antara lain soal
governance, transparansi, dan penegakan aturan
hukum. Untuk urusan dwelling time, saya melihat
aspek governance-nya bermasalah.
Yang terlibat di Pelabuhan Tanjung Priok
untuk pengiriman barang ini banyak instansi,
sehingga biaya logistiknya menjadi tinggi. Di
samping itu, yang juga menjadi “barang mewah”
adalah koordinasi antarinstansi. Di dunia
investasi, saat ini sudah ada layanan satu pintu.
Saya berpikir penanganan urusan dwelling time
harusnya dibuat seperti itu juga.
Tidak perlu pengusaha mengurus izin
pergudangan di institusi ini, lalu izin ekspor di
institusi lain. Dibuka saja izin satu pintu. Hal ini
akan mempercepat proses dan mengurangi cost.
Kedua, selain soft infrastructure, yang juga
penting adalah penggunaan teknologi. Koordinasi
antarinstansi yang mewah tadi sebenarnya
bisa difasilitasi dengan teknologi. Tidak perlu
investor datang ke sebuah instansi dan kemudian
keeseokan harinya datang lagi ke institusi lain
untuk mengurus proses yang sama lagi.
Dwelling time pada intinya adalah efisiensi
proses dan biaya. Kalau logistic cost ditransfer
dalam bentuk tingkat harga, maka harga ekspor
dan impor kita sudah tidak kompetitif dengan
negara lain. Kalau kita mau meningkatkan daya
saing, maka harus dikurangi cost-nya.
Teks Dwinanda Ardhi
38
MediaKeuangan
Vol. X No. 95 / Agustus 2015
39
Kolom Ekonom
Pelajaran Reformasi Birokrasi
dari Yunani
Oleh: Joko Tri Haryanto*
M
emasuki tahun ke-6 periode
krisis Yunani, parlemen
secara resmi mengesahkan
undang-undang pemangkasan
pegawai negeri sipil (PNS)
demi memuluskan pengucuran dana
talangan (bailout) sebesar 7 miliar
Euro. Hal tersebut senada dengan
rekomendasi International Monetery
Fund (IMF) sebagai pihak pemberi
dana talangan yang mensyaratkan
adanya efisiensi birokrasi melalui
40
MediaKeuangan
pemangkasan PNS. Berdasarkan UU
yang resmi disahkan, sekitar 25 ribu
PNS Yunani yang menyandang status
guru dan polisi sontak akan kehilangan
pekerjaan alias dirumahkan. Hal
tersebut menyulut kemarahan publik.
Ribuan demonstran turun ke jalan dan
berteriak di depan gedung parlemen
menyuarakan aspirasi masing-masing.
Mereka berpendapat seharusnya
pemerintah dan parlemen memiliki
keberanian dalam negosiasi berbagai
persyaratan yang diajukan IMF. Dalam
keterangannya, pemerintah justru
beranggapan sebaliknya. Mereka
berpendapat bahwa apa yang mereka
lakukan saat ini demi perbaikan negara
di masa depan, mengingat krisis
sepertinya belum menunjukkan tandatanda pemulihan.
Sebelum membantu negaranegara yang terkena krisis, sesuai
dengan Konsensus Washington, IMF
selalu menyarankan negara-negara
kebijakan nilai tukar mata uang
masing-masing negara anggota; 2)
pemberian kredit lunak kepada negaranegara yang sedang mengalami krisis;
dan 3) penyediaan tenaga ahli dan
pelbagai dukungan lainnya bagi negara
yang sedang melakukan pembenahan
kebijakan ekonomi.
Pelajaran krisis
pasien untuk mengimplementasikan
10 elemen sebagai berikut: 1) disiplin
fiskal; 2) prioritas pengeluaran publik;
3) reformasi pemungutan pajak; 4)
liberalisasi finansial; 5) kebijakan luar
negeri yang mendorong persaingan; 6)
liberalisasi perdagangan; 7) mendorong
kompetisi antara perusahaan asing dan
domestik untuk menciptakan efisiensi;
8) mendorong privatisasi; 9) mendorong
iklim deregulasi; 10) pemerintah
melindungi hak kekayaan intelektual.
Layaknya lembaga keuangan
internasional, berbagai persyaratan
yang diajukan tersebut memang sudah
menjadi prosedur standar dalam setiap
skema bailout krisis di suatu negara.
Secara umum, IMF akan selalu
bekerja melalui 3 skema yaitu: 1)
mekanisme monitoring reguler
terhadap kinerja dan kerangka
Secara umum, reformasi birokrasi
masuk dalam elemen prioritas
pengeluaran publik, dimana belanja
negara yang tidak efisien khususnya
belanja aparatur, ditengarai menjadi
salah satu penyebab serius munculnya
krisis di suatu negara. Hal yang
sama dulu juga terjadi di Indonesia
pada periode krisis 1997/1998 yang
pada gilirannya menandai lahirnya
era reformasi. Dan jika ditelaah
lebih mendalam, apa yang sekarang
direkomendasikan kepada Yunani,
sejatinya tidak berbeda dengan apa
yang dulu direkomendasikan kepada
Pemerintah Indonesia. Dan yang pasti
rekomendasi tersebut sekiranya selaras
dengan semangat reformasi birokrasi
yang gencar digelorakan saat ini.
Jika pemerintah dan parlemen
di Yunani menerjemahkan efisiensi
birokrasi melalui aksi rasionalisasi
besar-besaran di tubuh PNS, maka di
Indonesia, kebijakannya diterjemahkan
dalam bahasa reformasi birokrasi.
Dengan semangat reformasi birokrasi
tersebut, maka ke depan pemerintah
berusaha menciptakan iklim PNS
yang kompeten dalam menyongsong
era kompetisi, mengingat hingga kini
birokrasi di Indonesia sering dipandang
sebagai profesi lahan korupsi semata
ataupun profesi tanpa mengenal
kompetensi. Akibatnya, belanja aparatur
selalu dijadikan tolok ukur inefisiensi
APBN setiap tahunnya. Hingga 2006,
beban belanja pegawai yang mencapai
Rp73,3 triliun dalam APBN, meningkat
menjadi Rp112,8 triliun dalam APBN
2008. Tahun 2010 belanja tersebut
sudah meroket hingga Rp148,1 triliun
dan terakhir dalam APBNP 2014,
pemerintah menganggarkan belanja
pegawai sebesar Rp258,4 triliun.
Jika diperhatikan, alokasi tersebut
bahkan sudah hampir mendekati
besaran alokasi belanja subsidi BBM
serta transfer ke daerah yang bersifat
mengikat.
Secara nasional, pemerintah
sebetulnya sudah memiliki road map
reformasi birokrasi melalui Peraturan
Presiden (Perpres) Nomor 81 Tahun
2010 Tentang Grand Desain Reformasi
Birokrasi 2010-2025. Peraturan
tersebut dilatarbelakangi oleh bencana
krisis ekonomi Indonesia tahun 1998
yang pada gilirannya memunculkan
era reformasi. Era reformasi menuntut
adanya berbagai keterbukaan,
transparansi dan akuntabilitas di semua
lini kebangsaan, yang dimulai di bidang
hukum, politik, ekonomi dan birokrasi
yang dikenal sebagai reformasi
gelombang pertama. Perubahan
tersebut dilandasi oleh keinginan
sebagian besar masyarakat untuk
mewujudkan pemerintahan demokratis
dan mempercepat terwujudnya
kesejahteraan rakyat yang didasarkan
pada nilai-nilai dasar sebagaimana
tertuang dalam pembukaan UndangUndang Dasar 1945.
Di dalam latar belakang
penyusunan Perpres tersebut,
reformasi bidang birokrasi dianggap
paling tertinggal perkembangannya
jika dibandingkan dengan pelaksanaan
reformasi bidang politik, ekonomi,
dan hukum. Oleh karenanya, pada
tahun 2004, pemerintah menegaskan
kembali pentingnya penerapan
prinsip-prinsip clean government
dan good governance yang secara
universal diyakini menjadi prinsip
yang diperlukan untuk memberikan
pelayanan prima kepada masyarakat.
Berkaitan dengan hal tersebut, program
utama yang dilakukan pemerintah
adalah membangun aparatur negara
melalui penerapan reformasi birokrasi.
Dengan demikian, reformasi birokrasi
gelombang pertama pada dasarnya
secara bertahap mulai dilaksanakan
pada tahun 2004.
Pada tahun 2011, seluruh
kementerian dan lembaga (K/L)
serta pemerintah daerah (Pemda)
ditargetkan telah memiliki komitmen
dalam melaksanakan proses
Vol. X No. 95 / Agustus 2015
41
Tahun ini, Yunani
sudah memasuki
tahun ke-6
periode krisis.
Foto
huffingtonpost.com
Ilustrasi
henewstribe.com
reformasi birokrasi. Pada tahun 2014 secara
bertahap dan berkelanjutan, K/L dan Pemda
telah memiliki kekuatan untuk memulai
proses tersebut, sehingga pada tahun 2025,
birokrasi pemerintahan yang profesional
dan berintegritas tinggi dapat diwujudkan.
Dalam definisi pemerintah, reformasi birokrasi
bermakna sebagai sebuah perubahan besar
dalam paradigma dan tata kelola pemerintahan
Indonesia. Selain itu, reformasi birokrasi juga
bermakna sebagai sebuah pertaruhan besar
bagi bangsa Indonesia dalam menyongsong
tantangan abad ke-21.
Jika berhasil dilaksanakan dengan baik,
reformasi birokrasi akan mencapai tujuan
yang diharapkan, antara lain mengurangi dan
akhirnya menghilangkan setiap penyalahgunaan
kewenangan publik oleh pejabat di instansi
yang bersangkutan, menjadikan negara
yang memiliki most-improved bureaucracy,
meningkatkan mutu pelayanan kepada
masyarakat, meningkatkan mutu perumusan
dan pelaksanaan kebijakan/program instansi,
meningkatkan efisiensi (biaya dan waktu) dalam
pelaksanaan semua segi tugas organisasi,
menjadikan birokrasi Indonesia antisipatif,
proaktif, dan efektif dalam menghadapi
globalisasi serta dinamika perubahan
lingkungan strategis.
Akan tetapi, jika gagal dilaksanakan,
reformasi birokrasi hanya akan menimbulkan
ketidakmampuan birokrasi dalam menghadapi
kompleksitas yang bergerak secara
eksponensial di abad ke-21, antipati, trauma,
berkurangnya kepercayaan masyarakat
terhadap pemerintah, dan ancaman kegagalan
pencapaian pemerintahan yang baik (good
governance), bahkan menghambat keberhasilan
pembangunan nasional. Reformasi birokrasi
berkaitan dengan ribuan proses tumpang
42
MediaKeuangan
tindih (overlapping) antara
fungsi-fungsi pemerintahan,
melibatkan jutaan pegawai, dan
memerlukan anggaran yang
tidak sedikit.
Selain itu, reformasi
birokrasi pun perlu menata
ulang proses birokrasi dari
tingkat (level) tertinggi hingga
terendah dan melakukan
terobosan baru (innovation
breakthrough) dengan langkahlangkah bertahap, konkret,
realistis, sungguh-sungguh,
berpikir di luar kebiasaan/
rutinitas yang ada (out of the box thinking),
perubahan paradigma (a new paradigm shift),
dan dengan upaya luar biasa (business not as
usual). Oleh karena itu, reformasi birokrasi
nasional perlu merevisi dan membangun
berbagai regulasi, melakukan modernisasi
berbagai kebijakan dan praktek manajemen
pemerintah pusat dan daerah, serta
menyesuaikan tugas fungsi instansi pemerintah
dengan paradigma dan peran baru. Upaya
tersebut membutuhkan suatu grand design dan
road map reformasi birokrasi yang mengikuti
dinamika perubahan penyelenggaraan
pemerintahan sehingga menjadi suatu living
document.
Upaya reformasi birokrasi tersebut
sekiranya menjadi urgent mengingat berbagai
keberhasilan reformasi di bidang lainnya
telah membawa negara ini menuju level yang
lebih tinggi. Reformasi bidang politik dalam
kurun waktu 10 tahun terakhir telah berhasil
meletakkan landasan politik bagi kehidupan
demokrasi di Indonesia. Suksesnya pelaksanaan
Pemilu 2004 dan 2009 telah menjadikan
Indonesia sebagai salah satu barometer
negara demokrasi terbesar di dunia. Dalam
bidang ekonomi, reformasi juga telah mampu
membawa kondisi ekonomi yang semakin baik,
sehingga mengantarkan Indonesia kembali ke
dalam jajaran middle income countries. Oleh
karena itu, demi visi pelayanan publik berkelas
dunia, sekiranya ide-ide positif dan segar dari
masing-masing kepala daerah menjadi sebuah
kewajiban. Demikian pula dukungan dari seluruh
masyarakat dan stakeholders lainnya demi
menjadikan aparat pemerintahan setangguh dan
sekompeten swasta.
*Peneliti di BKF, Kementerian Keuangan
Vol. X No. 95 / Agustus 2015
43
Generasi Emas
Kisah Tentara
Indonesia di
Negeri Korea
Suasana bulan
Ramadan dan
lebaran di kampung
halaman teramat
dirindukan oleh Yoni
Herdian Yogaswara.
Tahun ini akan
menjadi lebaran
kedua tentara di
kesatuan Tentara
Nasional Indonesia
Angkatan Udara
(TNI AU) itu di
negeri seberang,
Korea Selatan.
Yoga, panggilan
akrabnya, tengah
menyelesaikan
pendidikan doktoral
di Korea Advanced
Institute of Science
and Technology
(KAIST) dengan
beasiswa dari
Lembaga Pengelola
Dana Pendidikan
(LPDP). Kerinduan
itu sedikit terobati
dengan keberadaan
istri dan ketiga
anak yang
mendampinginya
menjalani
pendidikan.
44
MediaKeuangan
“K
angen banget dengan suasana
sahur dan berbuka di tanah air,”
kata Yoga pada awal perbincangan
dengan Media Keuangan
melalui fasilitas Skype beberapa
waktu lalu. Di Daejeon, kota tempat Yoga dan
keluarganya tinggal, bulan Ramadan tak berbeda
dengan bulan-bulan lainnya. Terkadang, untuk
menciptakan suasana rumah, sang istri, Pipit
Pitriani, memasak kolak dan panganan khas
kampung halaman. Pada akhir pekan, mereka
juga mengikuti kegiatan buka bersama yang
diselenggarakan oleh komunitas muslim di sana.
Berpuasa di negeri Korea diakui Yoga sangat
menantang. Selain jatuh di musim panas, waktu
puasa di sana juga berlangsung lama, sekitar 18
jam. Di samping itu, dengan komposisi penduduk
yang beragama hanya sekitar 40 persen, ibadahibadah keagamaan cenderung dianggap tidak
umum. Urusan mencari makanan halal pun sangat
sulit.
Namun, Yoga masih bersyukur karena
professor pembimbingnya memberikan dispensasi
dalam hal studi. Pada hari normal, terkadang Yoga
harus berada di laboratorium untuk melakukan
penelitian selama hampir 20 jam. ”Pada bulan
puasa, saya bisa kembali ke rumah sebelum adzan
Maghrib dan kembali keesokan harinya sekitar
jam sembilan,” ujar pria kelahiran Cicalengka, Jawa
Barat, 24 September 1979 itu.
Sekolah sambil mengasuh anak
Yoga saat ini tengah duduk di semester
tiga pada program doktoral di Departemen
Aerospace Engineering. Empat bulan setelah tiba
di Korea Selatan, istri dan ketiga anak laki-lakinya
menyusul. ”Kami tinggal di apartemen yang
berada di tengah-tengah antara kampus saya dan
istri,” kata dia.
Sang istri yang bekerja sebagai dosen di
Universitas Pendidikan Indonesia saat ini juga
tengah berjuang meraih gelar S3 di Chungnam
National University. Sambil sekolah, keduanya
bahu membahu mengasuh Rasyid (9), Irsyad (7),
dan Khalifa (5) yang masih duduk di bangku SD
dan TK. Yang menarik, ketiga anak mereka justru
bisa berkomunikasi menggunakan bahasa Korea
jauh lebih lancar dari orang tuanya.
Tantangan hidup di negara orang makin besar
dengan keterbatasan finansial. Living allowance
LPDP menjadi andalan utama keluarga Yoga
karena sang istri hanya mendapatkan tuition
scholarship. Di samping itu, Yoga juga memutuskan
untuk membatasi pengunaan gajinya sebagai
tentara selama menempuh studi karena masalah
nilai tukar dan biaya transfer. ”Cukup berat untuk
mengaturnya, tetapi alhamdulillah bisa ditutupi
dengan bekerja sebagai tutor di Universitas
Terbuka di Korea Selatan. Istri saya juga diminta
membantu mengajar bahasa Indonesia oleh teman
kampusnya,” kata tentara dengan pangkat kapten
itu.
Peluru kendali jarak jauh
Ketertarikan untuk mendalami sistem
pemandu dan kendali pada peluru kendali
(Guidance and Control System of Missile/GCSM)
menjadi alasan Yoga belajar sampai ke negeri
Korea. Selain karena sudah terlibat dalam riset
senjata dan amunisi sejak awal berdinas di TNI AU,
penguasaan GCSM juga merupakan tolak ukur
kemajuan teknologi pertahanan suatu negara.
Keputusan untuk melanjutkan pendidikan
bukannya tanpa pengorbanan. Yoga harus
merelakan pangkat militernya tertunda
dibandingkan rekan seangkatan. Keterbatasan
data riset juga menjadi tantangan karena dia tidak
diizinkan bergabung dalam riset laboratoriumnya.
Riset tersebut bernilai strategis dan sensitif
serta menyangkut keamanan informasi negara
tempatnya belajar.”Bahkan saya dilarang
memasuki laboratorium di seberang ruangan
saya dengan ancaman deportasi,” ungkap
lulusan terbaik program magister Program Studi
Aeronautika and Astronautika di Institut Teknologi
Bandung tersebut. Sebagai tentara, Yoga dapat
memahami peraturan di kampusnya. Namun, pada
saat yang sama, usahanya melakukan penelitian
menjadi ekstra keras karena dia harus mencari
data mentah secara mandiri.
Di kampusnya, Yoga mendalami bidang
optimal guidance system of missile. Secara umum
yang dia pelajari adalah tentang cara kerja peluru
Cherry Blossom
Festival bersama
Keluarga.
menambahkan peluru kendali jarak jauh
kedalam sistem pertahanan udara,”
ujarnya.
Pada kondisi terbaik, pertahanan
udara bisa dilakukan dengan senjata
pertahanan udara jarak pendek, peluru
kendali jarak menengah, peluru kendali
jarak jauh, dan pesawat udara. Yang
dimiliki Indonesia saat ini adalah pesawat
udara dan senjata pertahanan udara jarak
pendek. Sementara, peluru kendali untuk
pertahanan udara jarak sedang dan
jarak jauh masih sangat membutuhkan
pengembangan lebih lanjut.
Korean Society
of Aeronautical
and Space
Sciences (KSAS)
2014 Spring
Conference.
Foto
Dok. Pribadi
Harapan
kendali jarak jauh. ”Ketika ada sebuah
amunisi yang ditembakkan, maka tugas
saya adalah membuat peluru ini tahu
posisinya terhadap sasaran, kemudian
merancang bagaimana amunisi ini bisa
bergerak menuju sasaran tersebut,” kata
pria yang lama berdinas di Laboratorium
Senjata dan Amunisi, Dinas Penelitian
dan Pengembangan TNI AU tersebut.
Tujuan penelitiannya adalah ketepatan
perkenaan amunisi terhadap sasaran,
baik itu sasaran bergerak maupun
sasaran diam.
Obyek penelitian yang diambil
Yoga masih sangat jarang didalami
di Indonesia. Menurut Yoga, jika
berbicara mengenai GCSM di Indonesia,
pertanyaan utamanya adalah bagaimana
bisa membuat peluru kendali itu
berfungsi. Pertanyaan selanjutnya
adalah mengapa harus peluru kendali.
Penguasaan teknologi peluru kendali,
kata Yoga, adalah batasan suatu negara
sudah memiliki teknologi pertahanan
yang dapat diandalkan. ”Negara yang
mumpuni pertahanan militernya
pasti sudah menguasai GCSM,” Yoga
melanjutkan.
Secara khusus, teknologi peluru
kendali sangat penting untuk negara
yang wilayahnya sangat luas seperti
Indonesia. Pada pertahanan wilayah
udara, Yoga memberikan contoh, yang
dibutuhkan adalah pertahanan yang
terintegrasi. “Pertahanan udara sekarang
kan bertumpu pada pesawat tempur dan
senjata pertahanan udara jarak pendek.
Kalau kita mengandalkan pertahanan
udara hanya dengan itu, effort-nya
terlalu besar dibandingkan dengan kita
Yoga termasuk perwira batch
pertama di korps TNI yang berangkat
dengan skema pembiayaan dari LPDP.
Dia memandang bahwa di tubuh TNI,
pendidikan luar negeri masih kurang,
terutama bidang sains, teknologi,
rekayasa dan manufaktur. Keberadaan
beasiswa LPDP dapat menyumbang
banyak hal untuk meningkatkan kualitas
sumber daya manusia (SDM) para
tentara. ”Tentara butuh kemajuan dalam
hal kualitas SDM yang didapatkan dari
pendidikan luar negeri,” katanya.
Dari kampus KAIST, Yoga
berkomitmen untuk membawa pulang
ilmu yang didapatnya dan masih langka
di Indonesia. Dia sangat berharap dapat
menyelesaikan pendidikan dan melewati
seluruh tantangannya dalam waktu 3
atau 3,5 tahun. Tujuannya mulia. ”Ke
depan, saya harus mampu berkontribusi
dalam riset dan pengembangan
industri teknologi pertahanan untuk
meningkatkan harkat, martabat,
wibawa, dan kehormatan Indonesia
di mata dunia,” kata Yoga mengakhiri
perbincangan.
Gedung A.A. Maramis II Lt. 2
Jl. Lap. Banteng Timur No. 1Jakarta 10710
Telp/Faks. (021) 3846474
E-mail. [email protected]
Twitter/Instagram. @LPDP_RI
Facebook. LPDP Kementerian Keuangan RI
Youtube. Lembaga Pengelola Dana Pendidikan LPDP RI
Teks Dwinanda Ardhi
Vol. X No. 95 / Agustus 2015
45
Opini
Strategi
Pengembangan
Pasar Sukuk
Negara
Oleh: Eri Hariyanto
P
eran Surat Berharga Syariah
Negara (SBSN) atau Sukuk
Negara sebagai salah satu
instrumen pembiayaan
Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara (APBN) semakin
meningkat dari waktu ke waktu. Sesuai
Undang-Undang nomor 19 tahun 2008,
tujuan penerbitan SBSN adalah untuk
membiayai defisit APBN termasuk untuk
pembiayaan proyek-proyek Pemerintah.
Peran SBSN semakin terasa ketika
pemerintah menerapkan kebijakan
anggaran ekspansif untuk mendorong
pertumbuhan ekonomi. Kebijakan
pemerintah untuk meningkatkan
belanja tentu bukan hanya didukung
penerimaan pajak dan non pajak tetapi
juga instrumen pembiayaan termasuk
Sukuk Negara.
46
MediaKeuangan
Indikasi menguatnya peran Sukuk
Negara dalam pembiayaan APBN dapat
dilihat dari meningkatnya jumlah
penerbitan Sukuk Negara dari tahun
ke tahun. Berdasarkan data Direktorat
Pembiayaan Syariah, Direktorat Jenderal
Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko
(DJPPR), penerbitan Sukuk Negara saat
pertama diterbitkan tahun 2008 hanya
sebesar Rp4,7 triliun dan pada tahun
2015 direncanakan mencapai Rp90
triliun lebih. Total penerbitan Sukuk
Negara sampai dengan akhir bulan Mei
2015 sebesar Rp247,5 triliun.
Penerbitan Sukuk Negara saat
ini lebih banyak dipergunakan untuk
pembiayaan proyek infrastruktur
dibandingkan dengan pembiayaan
defisit APBN secara umum. Adanya
Sukuk Negara sebagai instrumen
pembiayaan diharapkan dapat
menambah kapasitas pemerintah dalam
pembangunan infrastruktur.
Dengan memperhatikan faktafakta bahwa penerbitan Sukuk Negara
mengambil peranan penting dalam
keuangan negara, maka pemerintah
selalu berupaya menerbitkan Sukuk
Negara yang sesuai target APBN secara
efisien. Kondisi tersebut dapat dicapai
apabila pasar Sukuk Negara berkembang
dengan baik.
Menuju Pasar SBSN yang Efisien, Aktif, dan
Likuid
Terciptanya pasar modal yang
efisien, aktif, dan likuid sangat
bergantung dengan kondisi makro
ekonomi, kebijakan fiskal dan moneter
suatu negara. Kondisi makro ekonomi
yang stabil akan mendorong terciptanya
pertumbuhan ekonomi dan tabungan
masyarakat di lembaga-lembaga
keuangan. Hal ini juga akan mendorong
tumbuhnya investor-investor
individu maupun institusi yang ingin
mengembangkan asetnya melalui pasar
modal. Kondisi makro ekonomi yang
stabil perlu dipertahankan agar pasar
modal dapat tumbuh dengan baik dan
investor nyaman berinvestasi.
Investor memerlukan informasi
yang transparan dan tepat waktu dalam
pengambilan keputusan berinvestasi.
Ketersediaan informasi akan mendorong
terciptanya pasar Sukuk Negara yang
efisien. Menurut Husnan (2001:264)
pasar modal yang efisien didefinisikan
sebagai pasar yang harga-harga
sekuritasnya mencerminkan informasi
yang relevan. Semakin cepat informasi
baru tercermin pada harga sekuritas,
semakin efisien pasar modal tersebut.
Untuk menopang penerbitan
Sukuk Negara yang semakin besar
jumlahnya, selain memerlukan pasar
SBSN yang efisien juga diperlukan
kondisi pasar yang aktif dan likuid.
Pasar Sukuk Negara yang aktif dapat
terbentuk apabila jumlah investor
sebagai penawar (bider) maupun
jumlah Sukuk Negara yang ditawarkan
(offers) jumlahnya memadai. Pasar
Sukuk Negara yang aktif dapat
membentuk pasar Sukuk Negara
yang likuid dimana terdapat banyak
penawaran dan pembelian sehingga
perdagangan mudah diselesaikan.
Kondisi pasar Sukuk Negara yang ideal
tersebut akan mengurangi risikorisiko investor seperti risiko pasar dan
risiko likuiditas. Berkurangnya profil
risiko akan menambah kepercayaan
investor sehingga dapat mengurangi
nilai imbalan yang diminta oleh investor.
Pada akhirnya hal ini akan berdampak
pada efisiensi biaya penerbitan Sukuk
Negara.
Strategi Pengembangan Pasar Sukuk Negara
Upaya pengembangan pasar Sukuk
Negara yang efisien, aktif dan likuid
terus dilakukan agar penerbitan Sukuk
Negara dalam jumlah yang mencukupi
dengan biaya yan g efisien dan risiko
yang terkendali dapat dilakukan
secara berkesinambungan. Beberapa
langkah yang dapat dilakukan untuk
mewujudkan hal tersebut.
Pertama, menjaga transparansi
informasi pengelolaan Sukuk Negara.
Investor memerlukan informasi
pengelolaan Sukuk Negara terutama
terkait profil kebijakan pemerintah,
pengelolaan utang secara umum,
maupun jadwal penerbitan Sukuk
Negara dalam periode tertentu.
Pemerintah termasuk DJPPR saat ini
telah melakukan tranparansi informasi
yang diperlukan oleh investor melalui
berbagai media. Investor dapat
dengan mudah mengetahui kebijakan
pemerintah terkait pengelolaan utang
secara umum maupun Sukuk Negara.
Investor juga dapat melihat bahwa saat
ini utang pemerintah sudah dikelola
dengan baik sehingga rasio utang
berada pada level aman. Transparansi
informasi ini perlu dipertahankan agar
investor semakin yakin menempatkan
portofolio investasinya pada Sukuk
Negara.
Kedua, pengembangan basis
investor dan inovasi produk. Pemerintah
juga perlu mengembangkan basis
investor Sukuk Negara yang heterogen
Penerbitan Sukuk Negara saat ini
lebih banyak dipergunakan untuk
pembiayaan proyek infrastruktur
dibandingkan dengan pembiayaan
defisit APBN secara umum.
agar pasar Sukuk Negara semakin likuid.
Investor yang memiliki kebutuhan
jenis instrumen, penilaian risiko, dan
horison investasi yang berbeda akan
mendorong likuiditas suatu pasar.
Untuk itu, pemerintah perlu terus
mengembangkan basis investor baik
domestik, internasional, ritel maupun
institusi. Investor institusi sektor
keuangan syariah perlu mendapat
perhatian khusus karena saat ini
partisipasinya masih sangat kecil.
Selain itu, investor kalangan menengah
ke bawah juga perlu mendapat
perhatian agar semakin banyak yang
berpartisipasi. Hal ini juga mendukung
pengembangan keuangan inklusif. Untuk
itu pemerintah juga perlu melakukan
inovasi produk sesuai dengan preferensi
investor.
Ketiga, pembentukan Primary
Dealers System (PDS) SBSN. PDS
adalah suatu kesepakatan antara
pemerintah selaku pengelola SBSN
dengan para dealer yang terdiri dari
bank dan/atau perusahaan sekuritas
untuk mengembangkan pasar SBSN.
Adanya PDS akan mengurangi risiko
pasar karena setiap dealer diwajibkan
menyampaikan penawaran dalam setiap
lelang penjualan SBSN. Selain itu dealer
wajib memperdagangkan SBSN yang
dimilikinya di pasar sekunder dalam
jumlah tertentu. Kewajiban tersebut
akan membantu Pemerintah dalam
memenuhi target penerbitan SBSN dan
mendorong likuiditas SBSN di pasar
sekunder.
Terakhir, pengembangan helpdesk
Sukuk Negara. Sebagai upaya diseminasi
informasi kepada masyarakat umum
dan antisipasi kebutuhan informasi
calon investor, maka diperlukan
sarana prasarana pendukung. Calon
investor akan merasa nyaman bila
dapat memperoleh informasi dari satu
tempat secara cepat dan tepat. Untuk
itu pemerintah perlu mengembangkan
suatu helpdesk yang merupakan centre
point yang memberikan informasi atau
bantuan kepada para calon investor dan
masyarakat umum.
*Pegawai di DJPPR, Kementerian Keuangan
Vol. X No. 95 / Agustus 2015
47
Regulasi
Subsidi Imbal Jasa Penjaminan
Dukungan Pemerintah
Bagi Pengusaha Mikro
Riviu Peraturan Menteri Keuangan Nomor 105/PMK.05/2015 tentang Tata Cara
Pelaksanaan Imbal Jasa Penjaminan Kredit Usaha Rakyat Mikro
G
una mendorong berkembangnya
sektor usaha mikro, Pemerintah
menunjukkan dukungannya
dengan memberikan subsidi
imbal jasa penjaminan (IJP) dalam
program Kredit Usaha Rakyat (KUR)
Mikro. Pengusaha yang sebelumnya
tidak layak untuk mendapatkan
pinjaman dari perbankan (belum
bankable) karena tiadanya agunan, dapat
memenuhi persyaratan jaminan dari
perusahaan penjamin melalui program
KUR.
Sebagai insentif, Pemerintah
memberikan subsidi IJP sebesar 3
persen kepada perusahaan penjaminan
dengan plafon kredit yang dijamin
dibatasi sampai dengan Rp25 juta.
Ketentuan tersebut ditetapkan melalui
Peraturan Kementerian Keuangan (PMK)
Nomor 105/PMK.05/2015 tentang Tata
Cara Pelaksanaan Imbal Jasa Penjaminan
Kredit Usaha Rakyat Mikro.
Diawali perjanjian kerja sama
Penetapan subsidi imbal jasa
penjaminan didasari oleh ketentuan
Pasal 8 Keputusan Presiden RI Nomor 14
Tahun 2015 tentang Komite Kebijakan
Pembiayaan Bagi Usaha Mikro, Kecil,
dan Menengah (UMKM). Pasal tersebut
menyebutkan bahwa ketentuan
mengenai imbal jasa penjaminan untuk
pelaksanaan kebijakan pembiayaan bagi
UMKM diatur dengan Peraturan Menteri
Keuangan dengan memperhatikan
kebijakan yang ditetapkan oleh Komite
Kebijakan.
48
MediaKeuangan
Komite Kebijakan yang diketuai
oleh Menteri Koordinator Bidang
Perekonomian dan kementerian terkait
bertugas memberikan arahan kebijakan
KUR dalam pengusulan KPA dan target
penyaluran KUR serta memberikan
saran mengenai IJP. Selain itu, Ketua
Komite Kebijakan Pembiayaan Bagi
UMKM juga bertugas menetapkan/
menunjuk perusahaan penjaminan agar
bisa menjadi perusahaan penjamin KUR.
Perusahaan penjaminan yang telah
ditunjuk diharuskan membuat perjanjian
kerjasama penjaminan KUR Mikro
dengan Kuasa Pengguna Anggaran
(KPA) pada Kementerian teknis. Setelah
ditunjuk, perusahaan penjaminan wajib
menyampaikan rencana penjaminan
tahunan KUR Mikro yang memuat
rencana penjaminan untuk periode satu
tahun anggaran.
Rencana penjaminan tersebut
dibuat berdasarkan penjaminan KUR
Mikro yang masih berjalan pada
tahun anggaran berikutnya dan target
penyaluran tahunan KUR Mikro yang
telah ditetapkan Komite Kebijakan.
Penyampaian rencana penjaminan
tahunan tersebut paling lambat
disampaikan pada minggu pertama
bulan Januari.
Kewajiban lain yaitu mengajukan
permohonan pembayaran IJP KUR Mikro
kepada Kuasa Pengguna Anggaran
setiap bulan April dan Oktober setiap
tahunnya. Data pendukung permohonan
pembayaran berupa surat permohonan
pembayaran IJP KUR Mikro, rincian
tagihan IJP KUR Mikro, kuitansi, salinan
sertifikat penjaminan, dan arsip data
komputer penjaminan KUR Mikro.
Selanjutnya, KPA melakukan
verifikasi berdasarkan data debitur
yang terdapat dalam Sistem Informasi
Kredit Program (SIKP). Apabila
SIKP belum ditetapkan, data yang
digunakan bisa mengacu pada data
perusahaan penjaminan. Proses
verifikasi bisa dibantu oleh BPKP dengan
memperhatikan kesepakatan bersama
KPA dan standar prosedur operasional
yang ditetapkan oleh KPA.
Proses berikutnya yakni
membayarkan subsidi IJP
kepada perusahaan penjaminan.
Perhitungan pembayaran IJP-KUR
mempertimbangkan besaran IJP-KUR
Mikro dikalikan rasio penjaminan
(coverage ratio) dikalikan outstanding
KUR Mikro. Penghitungan ini berbeda
pada PMK sebelumnya (PMK Nomor
190/PMK.05/2014) dimana IJP-KUR
dihitung berdasarkan besaran IJPKUR dikalikan jumlah plafon KUR yang
dijamin oleh pemerintah.
Pemeriksaan
Perusahaan penjamin wajib
menyampaikan laporan, informasi dan/
atau data terkait pelaksanaan pejaminan
KUR Mikro kepada BPKP setiap
tahun untuk diperiksa. Apabila dalam
pemeriksaan ditemukan penyaluran
KUR Mikro yang tidak sesuai dengan
ketentuan perundang-undangan, maka
Alur PMK IJP-KUR
Mikro
Penetapan KPA
Penganggaran
Pembayaran
Dana/Pelaporan
IJP KUR mikro yang telah terbayarkan
harus dikembalikan oleh perusahaan
penjamin ke kas negara. Ini merupakan
ketentuan baru yang belum diatur
sebelumnya di dalam PMK Nomor 190/
PMK.05/2014.
Penutup
Berdasarkan Undang-Undang
Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha
Mikro, Kecil dan Menengah, usaha
mikro adalah usaha produktif milik
orang perorangan dan atau badan usaha
perorangan yang memenuhi kriteria aset
maksimal Rp50 juta dan omzet maksimal
Rp300 juta dalam satu tahun. Dari total
pengusaha mikro, kecil dan menengah
sebanyak 56,5 juta usaha, 98,9 persen di
antaranya merupakan usaha mikro (data
Kementerian Koperasi dan UKM, 2014).
Meskipun jumlahnya tidak
sedikit, pelaku usaha dalam kategori
mikro sering mendapatkan hambatan
dalam mendapatkan akses perbankan
karena tidak memiliki agunan sebagai
salah satu prasyarat mendapatkan
kucuran dana. Untuk mengatasi hal
tersebut, sejak tahun 2007 Pemerintah
telah meluncurkan program KUR
yang bertujuan meningkatkan akses
pengusaha UMKM pada sumber
pembiayaan dengan mekanisme
penjaminan kredit. Program ini terbukti
telah mengentaskan jutaan pengusaha
UMKM menjadi nasabah komersial
dengan nilai non performing loan yang
relatif kecil yaitu di bawah 5 persen.
Dukungan Pemerintah dengan
memberikan subsidi IJP kepada
perusahaan penjamin merupakan
mekanisme yang cukup efektif untuk
membantu pengusaha mikro dengan
memperhatikan prinsip-prinsip kehatihatian bank. Pengaturan IJP yang
berdasarkan outstanding kredit dan
bukan berdasarkan plafon dirasa lebih
fair karena nilai kredit yang outstanding
merupakan risiko yang akan ditanggung
perusahaan penjaminan.
Melalui dukungan tersebut,
diharapkan dapat menurunkan suku
bunga kredit mikro karena risiko yang
ditanggung oleh bank semakin kecil
dengan adanya jaminan dari perusahaan
penjaminan. Ditambah lagi dengan
tingkat suku bunga yang lebih rendah,
program KUR Mikro diharapkan lebih
banyak dimanfaatkan oleh pengusaha
mikro sebagai penggerak perekonomian
Indonesia.
Teks Budi Sulistyo
Vol. X No. 95 / Agustus 2015
49
Inspirasi
Keikhlasan
Sang
Pegawai
Teladan
Bekerja tanpa pamrih.
Itulah yang selalu menjadi
pegangan kuat Tri
Yuliarto. Keikhlasannya
dalam bekerja membuat
Tri, begitu sapaan
akrabnya, terpilih menjadi
pegawai terbaik di
lingkungan Direktorat
Jenderal Anggaran.
50
MediaKeuangan
T
ri dibesarkan di lingkungan keluarga yang
sederhana. Sang ayah bertugas di Suku
Dinas Kebersihan DKI Jakarta, sedangkan
ibu memikul tanggung jawab sebagai ibu
rumah tangga. Menghabiskan masa kecil di
Cawang Jakarta Timur, Tri hidup dengan nilai-nilai
kedisiplinan yang diterapkan oleh kedua orang
tuanya. “Kamu harus jujur. Kalau jujur, kamu akan
selalu dihormati orang,” kata Tri menirukan pesan
orang tuanya. Kedisplinan dan kejujuran yang
kental ini terus ia bawa hingga ke lingkungan kerja.
Selepas lulus dari SMA Negeri 14 Jakarta
Timur, Tri mengikuti seleksi pegawai negeri sipil
Kementerian Keuangan. “Saya tahu infonya dari
teman-teman. Waktu itu tesnya di Senayan,”
kenangnya. Beruntung Tri berkesempatan
mengikuti tes tersebut. Saat itu merupakan
terakhir kalinya penerimaan calon pegawai lulusan
SMA di Kementerian Keuangan. Setelah lulus, Tri
sebenarnya bercita-cita melanjutkan pendidikan
di Sekolah Tinggi Akuntansi Negara. Namun
sayangnya ia tidak lolos seleksi. Kekecewaan itu
tidak berlangsung lama, tahun 1985 Tri dinyatakan
lolos seleksi menjadi pegawai Kementerian
Keuangan.
Perjalanan Karier
Mengawali karier dari pegawai golongan IIA,
Tri ditempatkan di Direktorat Dana Luar Negeri
pada Direktorat Jenderal Moneter Luar Negeri.
II pada tahun 1997. Setelah itu mutasi
menjadi Kepala Subseksi Anggaran II
C-1/B pada tahun 2001. Pada tahun
yang sama, Tri mengalamai penyesuaian
jabatan menjadi Koordinator Pelaksana
Anggaran II C-1/B. Selanjutnya, DJA
kembali mengalami reorganisasi dengan
meniadakan jabatan Koordinator
Pelaksana. Tri akhirnya kembali menjadi
pelaksana. Tri menganggap hal ini
adalah bagian dari perjalanan hidup yang
harus dilalui. Tanpa berputus asa, Tri
tetap bekerja memberikan yang terbaik
bagi institusi. Pada tahun 2013 DJA
mengeluarkan penetapan jabatan Analis
Anggaran. Berdasarkan masa kerjanya,
Tri akhirnya diangkat sebagai Analis
Anggaran Senior hingga saat ini.
Menerima Penghargaan Mahana Praja
Tri Yuliarto.
Foto
Bagus Wijaya
Dengan adanya perampingan organisasi
pada tahun 1988, Direktorat Jenderal
Moneter Luar Negeri dihapuskan dan
digabung dengan Direktorat Jenderal
Anggaran (DJA). Perjalanan karier Tri
terus naik secara bertahap melalui
kenaikan pangkat berkala hingga menjadi
golongan IIIA setelah ia menamatkan
studi S1 dan melalui diklat penyesuaian.
Perjalanan karier yang dihadapi
Tri tak selamanya mulus. Pria yang
dikaruniai satu putra dan dua putri ini
dipromosikan sebagai Kepala Subseksi
Anggaran Departemen Kehakiman II
pada Direktorat Pembinaan Anggaran
Semangat Tri untuk terus
memberikan yang terbaik bagi institusi
akhirnya diapresiasi pada tahun 2015.
Tri patut berbangga hati karena berhasil
meraih anugerah Juara I Pegawai Terbaik
Direktorat Jenderal Anggaran kategori
pelaksana. Tri mengaku tak tahu saat
dicalonkan sebagai salah satu kandidat
dalam pemilihan tersebut. “Tiba-tiba saya
dipanggil panitia untuk pengambilan foto.
Foto tersebut akan dipasang di spanduk
pada masing-masing unit di lingkungan
DJA. Esoknya panitia mendatangi tiap
ruangan dengan membawa kotak suara.
Hari berikutnya, saat perhitungan
suara saya mendapat informasi dari
teman-teman kalau saya berada di posisi
pertama. Kaget juga, mana mungkin saya
menang,” katanya sembari tertawa.
Saat diumumkan sebagai Pegawai
Terbaik pada Rapat Kerja yang dipimpin
oleh Direktur Jenderal Anggaran, Tri
dianugerahi Penghargaan Mahana Praja
Tahun 2014 beserta piagam. Perasaan
senang dan takjub tak percaya pun
bercampur menjadi satu. Uniknya, saat
diminta memberikan sambutan atas
penganugerahan tersebut, Tri hanya
mengucapkan tiga kalimat singkat,
yaitu innalillahi wa innailaihi rojiun,
alhamdulillah, dan terima kasih. “Saya
mengucapkan innalillahi karena
mendapat predikat pegawai terbaik
merupakan beban buat saya. Dengan
begitu, saya harus selalu menjaga sikap
agar selalu melakukan hal-hal yang baik.
Sebenarnya saya belum pantas untuk
dibilang yang terbaik, masih banyak
kekurangan yang saya miliki,” ujar Tri.
Mengidolakan Mantan Dirjen Anggaran
Pribadi Tri yang rendah hati dan
sederhana tercermin dari sosok yang
ia kagumi selama ini. “Yang menjadi
inspirasi saya dalam bekerja adalah ayah
saya. Beliau merupakan seorang pekerja
yang ulet. Di kalangan rekan kerjanya,
beliau dikenal selalu menghargai
pendapat dan kontribusi orang lain,”
ujarnya. Selain sang Ayah, Tri juga
mengidolakan mantan Direktur Jenderal
Anggaran Achmad Rochjadi. “Beliau
adalah sosok yang sangat saya hormati
karena kejujuran dan ketegasannya.
Beliau menjalin hubungan yang baik
dengan atasan, sesama pejabat, bahkan
bawahan hingga teman-teman cleaning
service. Pokoknya tidak pandang kelas
dalam bersosialiasi,” jelasnya.
Sama halnya dengan pegawai
lainnya, Tri memiliki harapan lebih
terhadap institusi ini. Ia berharap, sistem
remunerasi yang ada saat ini dapat
ditinjau kembali. Artinya, remunerasi
tidak diberikan berdasarkan grade
saja, namun juga dibarengi dengan
masa kerja golongan. Menurutnya, hal
ini dimaksudkan agar kesejahteraan
seluruh pegawai Kementerian Keuangan
tercukupi. “Saya juga berharap agar
sistem promosi dan mutasi menjadi lebih
transparan dan objektif. Diharapkan
bisa mengedepankan unsur kapabilitas,
pangkat, dan masa kerja, bukan karena
faktor lainnya,” kata Tri sembari
tersenyum.
Pria yang berdomisili di Cimanggis
Depok ini bersyukur dengan apa yang
telah ia raih. “Kesuksesan menurut saya
adalah bisa berguna untuk sesama,”
begitu jawab Tri saat ditanya mengenai
makna kesuksesan. “Kesuksesan bukan
berarti berlimpah harta. Harta yang
banyak bisa saja menjadi cobaan kalau
hanya dipakai untuk foya-foya,” ujarnya
menutup pembicaraan dengan Media
Keuangan.
Teks Pradany Hayyu
Vol. X No. 95 / Agustus 2015
51
Renungan
Ilustrasi
shoot-film.com
Peluit
Terakhir
P
eluit kereta api berbunyi nyaring,
tanda perjalanan akan segera
dimulai. Aku menggamit tangan
kedua orangtuaku, hendak
naik kereta. Orang-orang
menyebutnya kereta kehidupan. Meski
tak mengerti maksudnya, aku tak ambil
pusing. Bagiku ini adalah kali pertama
dan sudah tentu sangat menyenangkan.
Senyum lebar tak pernah lepas dari
bibirku. Ibu dan ayah duduk di kiri dan
kanan, mengapit aku yang tak bisa diam
bertanya ini itu. Mereka tentu akan
selalu di sini, setia membersamaiku
hingga perjalanan usai. Menjawab setiap
pertanyaan. Membantuku di setiap
kesulitan.
Orang-orang bergantian naik dan
turun. Beberapa dari mereka turut
serta menjadi teman seperjalanan yang
menyenangkan. Membuat perjalanan ini
semakin asik dan seru. Namun, beberapa
dari mereka sungguh menyebalkan. Tak
jarang meninggalkan air mata kesedihan.
Meski lebih banyak yang memberikan
air mata bahagia, keceriaan, dan
harapan. Perjalanan ini membuatku
ingin berlama-lama bersama mereka.
Tak terburu hendak sampai di tempat
tujuan.
Namun, tak pernah terlintas dalam
52
MediaKeuangan
pikiranku. Pada stasiun berikutnya,
ibu dan ayah pamit untuk turun.
Sungguh kupikir mereka akan terus
membersamaiku hingga perjalanan ini
usai. Inilah saatnya, kata mereka, untuk
mengakhiri perjalanan. Mereka bilang
ini kereta kehidupanku, jadi aku yang
akan menyelesaikannya sendiri. Segenap
sesak dan air mata, kulepas mereka.
Meninggalkan lubang besar di hati.
Menganga.
Kereta terus saja melanjutkan
perjalanannya. Tak peduli padaku yang
menangis sesenggukan. Orang-orang
juga terus datang dan pergi. Beberapa
dari mereka mengobati rasa sakit
selepas kepergian orangtuaku. Beberapa
yang lain hanya datang tanpa menyapa,
bahkan aku tak tahu persis di sebelah
mana mereka duduk dalam gerbong
kereta. Sisanya datang hanya untuk
memberi kesedihan, menambah sakit
pada hati yang terluka.
Ya, di kereta ini aku dikenalkan pada
perjumpaan dan perpisahan. Bahkan kini
aku tahu, bagaimana rasanya jatuh cinta,
apa itu air mata, serta bagaimana rupa
kecewa. Lihatlah, bahkan aku jauh lebih
dewasa sekarang. Kau lihat siapa yang
duduk di sebelahku? Ya, seorang spesial
yang berjanji akan terus menemaniku
sepanjang perjalanan ini. Menjadi
alasan bagiku untuk terus melanjutkan
perjalanan ini hingga usai.
Satu hal yang aku lupa tanyakan
pada ayah dan ibu dulu. Kapankah kereta
ini akan sampai pada tempat tujuannya?
Lihatlah, kereta ini sudah semakin
ringkih sekarang. Bunyi peluitnya tak
lagi senyaring dulu. Barangkali tujuan
kereta ini sudah semakin dekat. Ah,
bukan tak mungkin ayah dan ibu pun
tak tahu kereta ini akan berjalan hingga
kapan. Yang kutahu pasti, kereta ini
akan berhenti di suatu tempat, sebentar
lagi. Mengakhiri perjalanan panjang
dengan peluit terakhirnya.
Dalam senyap aku berbisik: Duhai
kereta kehidupan, tolong sampaikan
jika stasiun pemberhentian terakhir
sudah dekat. Aku harus bersiap-siap.
Kau tahu kenapa? Ini rahasia ya. Kata
ibu dulu, di stasiun terakhir aku harus
berpenampilan paling baik. Menjumpai
Dia yang berkenan memberikan tiket
kereta ini secara cuma-cuma.
*terinspirasi dari pesan singkat
seorang teman.
Teks Farida Rosadi
Buku
S
tuart, Kevin, dan Bob, minions
yang menjadi cikal bakal dari
film sekuel Despicable Me dari
sutradara Pierre Coffin, dan Kyle
Balda, hadir meramaikan bursa
film box office pada musim panas 2015
ini. Perjalanan minions digambarkan
sudah ada di planet ini lebih lama
dari manusia, mulai dari bumi
belum terbentuk, masa prasejarah,
zaman batu, hingga masa sekarang.
Mereka berbeda tetapi memiliki
tujuan yang sama yaitu melayani dan
membahagiakan majikan yang paling
keji yang mereka temukan. Itulah alasan
minions dilahirkan. Mencari majikan
sangat lah mudah bagi minios, yang
sulit justru mempertahankannya. Itulah
masalah yang dihadapi minions dari
masa ke masa.
Misi mereka mencari majikan
membuat minions menjadi bagian dari
peradaban dengan perbudakan terbesar
dalam sejarah. Melayani Raja Mesir
kuno yang kejam, hingga era Napoleon,
dan mereka terus mencari majikan
yang kejam untuk bisa dilayani. Mereka
kelihatannya tak pernah menemukan
majikan yang tepat. Bertahuntahun lamanya minions membangun
peradaban mereka sendiri. Namun
mereka menyadari satu hal, tanpa
majikan mereka tak punya tujuan. Oleh
karena itu, minions menjadi murung
dan sedih. Jika terus berlanjut lebih
lama, minions akan binasa.
Stuart, Kevin, dan Bob adalah
tiga dari minions yang akhirnya
memutuskan pergi berpetualang
demi menemukan majikan yang tepat.
Setelah melalui berbagai rintangan,
akhirnya mereka berhasil mencapai
kota New York dengan perahu kayu.
Di New York, minions bertemu dengan
majikan baru mereka yang teramat
kejam bernama Scarlet. Scarlet
memiliki ambisi menjadi Ratu Inggris
sejak berumur lima tahun.
Misi pertama yang diberikan
Scarlet kepada minions adalah
merebut mahkota Ratu Inggris.
Dalam perjalanan menyelesaikan misi
tersebut, minions bukan membantu
Scarlet dalam memuluskan rencana
jahatnya memiliki mahkota ratu,
malahan Bob diangkat menjadi Raja
Inggris karena berhasil menarik pedang
dalam batu (berdasarkan mitos terkenal
Inggris, ‘Sword In The Stone’). Scarlet
merasa tertipu dan menganggap
mereka pengkhianat. Di sisi lain,
Stuart, Kevin, dan Bob mendapatkan
penghargaan dari Ratu karena telah
berjasa membawa keadilan dan
keamanan di Inggris.
Menariknya, film Minions
disutradari oleh Pierre Coffin yang
berdarah Indonesia. Ia memasukkan
dua kata dalam bahasa Indonesia dalam
dialog, yaitu saat Kevin mengucapkan
“Kemari” sewaktu menunggu
tumpangan ke Orlando dan “Terima
Kasih” saat Bob menerima penghargaan
dari Ratu Inggris di akhir tayangan.
Film animasi yang menghibur ini layak
ditonton pada akhir pekan bersama
keluarga. Tingkah lucu Stuart, Kevin,
dan Bob mampu menjadi obat rindu
para penggemar berat minions dari
kalangan tua hingga muda.
Judul: Minions
Genre: Komedi, Animasi, Keluarga
Sutradara: Pierre Coffin, Kyle Balda
Produser: Chris Meledandri, Janet Healy
Produksi: Universal Pictures
Durasi: 90 Menit
Rating: Semua Umur (SU)
Pemain: Sandra Bullock, Jon Hamm,
Steve Carell, Katy Mixon,
Hiroyuki Sanada Pierre
Coffin, Chris Renaud.
Peresensi Krishna Pandu Pradana
Vol. X No. 95 / Agustus 2015
53
Wisata
MEMACU
ADRENALIN
DENGAN
PARALAYANG
“Pada hitungan ketiga kita mulai lari dan di
ujung landasan angkat kaki tinggi-tinggi.”
54
MediaKeuangan
Kediaman
Almarhum Affandi
yang sekarang
menjadi museum.
Foto
Adhi Kurniawan
S
etelah menempuh perjalanan
hampir 4 jam dari Jakarta, siang
itu saya tiba di perkebunan teh
Gunung Mas Puncak, Cisarua
Bogor. Di salah satu bagian
perkebunan dibangun kompleks
agrowisata yang menawarkan beragam
aktivitas luar ruang, salah satunya
paralayang. Olahraga dirgantara ini
beberapa tahun terakhir menjadi
atraksi yang diminati para wisatawan.
Meski cuaca berkabut, antrean
wisatawan yang ingin mencoba
paralayang tetap mengular. Karena
belum memiliki lisensi terbang, saya
harus tandem bersama penerbang
berlisensi. Saya diberikan disclaimer
letter berisi pernyataan bahwa
terbang dengan paralayang adalah
atas keinginan sendiri dan siap
menanggung segala risiko. Paralayang
sepenuhnya mengandalkan tenaga
angin sebagai penggerak. Penerbang
dituntut bisa membaca arah angin
dan mengendalikan parasut sehingga
bisa melayang dengan baik dan
memperhatikan keselamatan.
Kecepatan angin yang ideal adalah
0-20 kilometer per jam. Lebih dari itu,
sebaiknya penerbangan ditunda.
Petugas memasang tali pengaman
yang mengikat badan saya ke flight
suit, berbentuk tas ransel besar dan
berfungsi sebagai tempat duduk.
Saya dipasangkan dengan penerbang
senior, Opa David namanya. Pria asal
Timor itu membentangkan parasut di
tanah dan merapikan tali penghubung
ke flight suite. Berbeda dengan terjun
payung di mana parasut baru dibuka
setelah lompat dari pesawat dan
melayang bebas di udara, pada olahraga
paralayang parasut dibuka sejak hendak
take-off.
“Pada hitungan ketiga kita mulai
lari dan di ujung landasan angkat kaki
tinggi-tinggi”, Opa David memberi
instruksi. Dia berkomunikasi melalui
handy talkie dengan petugas yang
berwenang memberi ijin take-off.
Setelah semua oke, petugas tersebut
memberi isyarat dengan mengacungkan
ibu jari. Kami segera berlari ke ujung
landasanagar parasut mengembang.
Adrenalin semakin memuncak demi
melihat posisi kami ada di bukit yang
lumayan tinggi. Ketika kaki tak lagi
menjejak tanah dan badan sepenuhnya
berada di udara, ketakutan yang
semula saya rasakan berubah menjadi
ketakjuban.
Paralayang bermanuver dengan
cepat. Dalam sekali ayunan yang kuat
paralayang naik cukup tinggi. Setelah
posisi stabil, Opa David mengizinkan
untuk memotret. Segera saya siapkan
kamera. Mesjid At-Taawun, landmark
kawasan Puncak, menjadi bidikan
pertama saya. Menyenangkan sekali
rasanya leluasa merekam keindahan
bentang alam Puncakdari ketinggian
1.500 kaki.
Kontur perkebunan teh yang
berbukit-bukit tampak mempesona
diselingi jalur berkelok Jalan Raya Pos
yang dibangun atas inisiatif Daendels
dua abad silam. Bangunan villa dan
hotel tampak seperti miniatur mainan
rumah-rumahan. Di batas cakrawala
tampak samar suasana perkotaan
Bogor. Angin berhembus sepoi sehingga
gerakan paralayang terasa halus.
Hampir 10 menit Opa David
membawa saya bermanuver di udara.
Saatnya melakukan pendaratan. Opa
David perlahan mengurangi ketinggian.
Beberapa meter sebelum menjejak
tanah, kami mengangkat kaki agar
tidak selip dan bertumpu pada bantalan
flight suit untuk mendarat. Wuuss..
paralayang mendarat dengan mulus di
lapangan berumput. Mantap!
Menurut Opa David, tahun 1997 dia
bersama Federasi Aero Sport Indonesia
mulai memperkenalkan paralayang
sebagai aktivitas wisataolahraga.
Awalnya, hanya wisatawan Timur
Tengah yang berminat. Memasuki
tahun 2011 barulah wisatawan domestik
mulai tertarik. Kini, berbagai event
kejuaraan paralayang tingkat nasional
dan internasional sering diadakan di
tempat ini.
Teks Adhi Kurniawan
Vol. X No. 95 / Agustus 2015
55
M
Selebriti
Belajar
Sampai
Mati
Bagi sebagian public figure,
materi bukan lagi hal yang dicari.
Justru, berbagi pengalaman
dan pengetahuan menjadi
kebahagiaan tersendiri.
Foto
Dianita Suliastuti
engenakan t-shirt berbalut jaket dan
celana jeans, pria yang dikenal sebagai
model, pemain sinetron sekaligus
presenter ini duduk bersila di lantai,
di antara tiga orang muridnya. Inilah
gaya santai Ryan Syehan saat mengajar kelas privat
acting, presenting dan modeling di sebuah pusat
kebugaran.
Berawal saat melihat para pendatang baru
yang tampak kaku ketika melakukan adegan, pria
kelahiran Jakarta, 10 Oktober 1982 silam, tergerak
untuk membantu mereka. Akting, menurut Ryan,
bukan sekedar apa yang diucapkan secara verbal
namun merupakan satu kesatuan dengan ekspresi,
emosi dan penjiwaan. “Akting itu seperti darah, urat
nadi dan nafas menjadi satu kesatuan. Jadi, kalau
acting harus total.”
Untuk itulah, lelaki yang memulai karirnya
sebagai model sampul majalah wanita ini bersedia
berbagi pengetahuan dan pengalaman di dunia seni
peran. “Ilmu yang kita kasih ke orang lain itu bukan
hilang tetapi aku merasa makin dalam (matang).
Yang terpenting, orang mau belajar karena kalau
berhenti belajar selesai hidupnya. Belajar itu sampai
mati,” ujarnya.
Sejak itulah, Ryan pun kerap diminta menjadi
pengajar tamu di sekolah broadcasting milik Helmy
Yahya di Bandung. Tak hanya itu, Ryan juga sempat
diminta mengajar di manajemen artis ‘Intermodel’
serta sejumlah tempat lainnya.
Namun sekarang, pria yang pernah membintangi
sinetron Cowok Pasar Baru ini mengaku lebih
menyukai mengajar kelas privat. “Kalau sanggar
kebanyakan muridnya, (jadi) tidak fokus. Di sini aku
arahin, aku bikin labelnya, aku warnain. Packagingnya aku bentuk. Murid yang sudah aku cetak
(karakternya), aku salurin,” ungkapnya.
Pada dasarnya, metode pengajaran yang
dilakukan Ryan merupakan penggabungan antara
teori dan praktek langsung. Ryan berupaya
mengusung konsep fun dengan membangun suasana
santai dan akrab, tidak seperti guru dan murid.
Ryan pun menyesuaikan metodenya dengan gaya
belajar masing-masing siswanya karena setiap orang
memiliki karakter dan pribadi yang berbeda.
Ke depan, Ryan ingin menciptakan pelaku
entertainment bukan hanya selebriti yang serba
instan tetapi juga seniman berkualitas. “Impian aku
membuat sekolah acting dimana production house
dapat mengambil (orang-orang berbakat) di sini.
Semoga dunia entertainment Indonesia makin maju
dan bisa sejajar dengan Hollywood,” jelasnya.
Teks Iin Kurniati
56
MediaKeuangan
Vol. X No. 95 / Agustus 2015
57
58
MediaKeuangan
Download