Jaringan Sosial Pemetik Rumput Laut Dari Alam (Studi Kasus

advertisement
Q'JW
mg
06%
JARINGAN SOSIAL PEMETIK RUMPUT LAUT DARI ALAM
(Studi Kasus di Desa Mancagahar Kecamatan Pameungpeuk
Kabupaten Garut)
PROGRAM STUD1
MANAJEMAN BISNIS DAN EKONOMI PERIKANAN-KELAUTAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2008
ABSTRAK
HERTI GUSMIARTI. J a r i n g a n Sosial Pemetik R u m p u t Laut Dari Alam
(Studi Kasus di Desa M a n c a g a h a r Kecamatan Pameungpeuk Kabupaten
Garut). Dibimbing oleh RILUS A. KINSENG.
Desa Mancagahar merupakan daerah penghasil komoditas rumput laut di
Kecamatan Pameungpeuk Kabupaten Garut. Rumput laut itu masih bersifat alami dan
dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar dengan cara dan peralatan yang sederhana. Kondisi
ini merupakan sumber ketidakpastian penghasilan masyarakat, sehingga mereka
membuka dan memanfaatkan jaringan sosial yang dimiliki. Dari analisis mengenai
jaringan sosial yang terdapat pada komunitas pemetik rumput lauf diketahui bahwa
karakteristik jaringan sosial yang terdapat di Desa Mancagahar yaitu,pertama, Bentuk
dan Luas. Bentuk jaringan terdiri dari jaringan sosial vertikal dan jaringan sosial
horizontal. Jaringan sosial vertikal terbentuk antara bakul rumput laut, bakul non-rumput
lauf pemilik sawah dan pemilik ladang. Jaringan sosial horizontal terbentuk dengan rekan
kej a pemetik dan rekan k e j a usaha non-rumput laut. Adapun luas jaringan pada pemetik
yang mempunyai diversifikasi pekerjaan yang beragam, mempunyai jaringan yang lebih
banyak dan c a k u p a ~ y luas,
a
mencapai lintas desa. Kedua, Kerapatan dan Ketertutupan.
Kerapatan jaringan dalam hubungan yang tejadi dengan bakul dilihat dari sisi
kepentingan ekonomi yaitu bersifat saling tergantung satu sama lain. Hubungan selain
dengan bakul didominasi dengan hubungan yang bersifat kekerabatan, pertemanan dan
ketetanggaan. Ketiga, Keragaman. Keragaman yang terdapat pada sejumlah pemetik
relatif sama, mereka berasal dari asal-usul yang sama yaitu ditandai dengan status
pendidikan yang rata-rata tamat SD, berasal dari ras yang sama yaitu suku sunda dan
budaya yang diceminkan tiap individu sama. Faktor pendorong terbentuknya jaringan
sosial adalah motivasi ekonomi, yang selanjutnya diharapkan akan mendapatkan jaminan
keberlanjutan sumber penghasilan sehar-hari. Fungsi dan keuntungan dari jaringan yang
mereka bentuk adalah untuk mengikat masing-masing pelaku distribusi, baik pemetik,
bakul maupun bandar adalah saling terikat demi kelangsungan tatanan mekanisme kerja
yang sudah mereka jalin selama ini. Sedangkan jaringan yang dibentuk diluar distribusi
rumput laut yaitu untuk mempemudah akses sumber daya yang ada di lingkungannya.
Selanjumya n o m a dan aturan yang ada adalah bersifat tidak formal, tetapi bersifat
mengikat. Masing-masing pihak akan memaliami dengan hubungan itu sesuai dengan
status dan peran mereka.
Kata Kunci : Rumput laut dari alam, sumber ketidakpastian dan jaringan sosial.
JARINGAN SOSIAL PEMETIK RUMPUT LAUT DARI ALAM
(STUD1 KASUS DI DESA MANCAGAHAR KECAMATAN
PAMEUNGPEUK KABUPATEN GARUT)
SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan
pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Institut Pertanian Bogor
Oleh :
HERTI GUSMIARTI
C44104018
PROGRAM STUD1
MANAJEMEN BISNIS DAN EKONOMI PERIKANAN-KELAUTAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2008
O Hak Cipta Mifik Herti Gusmiarti, Tahun 2008
Hak Cipta Dilindungi
Dilarang mengutip atau memperbanyak tanpa izin tertulis dari Institut Pertanian
Bogor, sebagian atau seluruhnya dalarn bentuk apa pun,
baik cetak,fotocopy, dan sebagainya.
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER
INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa Skripsi yang berjudul :
JARINGAN SOSIAL PEMETIK RUMPUT LAUT DARE ALAM (STUD1
KASUS DI DESA MANCAGAHAR KECAMATAN PEMEUNGPEUK
KABUPATEN GARUT).
Adalah benar merupakan hasil saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apa
pun kepada perguruan tinggi mana pun. Semua surnber data dan informasi yang
berasal atau dikutip dari literature telah disebutkan dalam teks dan tercantum
dalam Daftar Pustaka di bagian akhir Skripsi ini.
Bogor, November 2008
Herti Gusmiarti
C44104018
SKRIPSI
Judul Skripsi
: Jaringan Sosial Pemetik Rumput Laut dari Alam
(Studi Kasus di Desa Mancagahar Kecamatan
Pameungpeuk Kabupaten Gamt)
Nama Mahasiswa
: Herti Gusmiarti
NRP
: C44104018
Program Studi
:Manajemen Bisnis dan Ekonomi ~erikanan-~klautan
Disetujui,
Komisi Pembimbing
NIP. 131 664 398
Tanggal Lulus : 6 November 2008
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama lengkap Herti Gusmiarti. Lahir di Garut pada tanggal 9
Maret 1986 dari pasangan Bapak Agus Ma'mun dan Ibu Eti Rohaeti. Penulis
merupakan anak kedua dari lima bersaudara, dengan kakak yang bemama Ami
Gia Agustiani dan adik bernama Ima Nursusila, Gelar Nugraha dan Muhamad
Tegar.
Pendidikan formal yang pernah dilalui penulis adalah SMU Negeri 1
Pameungpeukdan lulus pada tahun 2004. Pada tahun 2004 penulis diterima di
Program Studi Manajemen Bisnis dan Ekonomi Perikanan-Kelautan, Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan
Seleksi Masuk Institut Pertanian Bogor (USMI). Selama perkuliahan penulis aktif
sebagai pengurus PSDM dan Keputrian FKM-C (Forum Keluarga Muslim
Perikanan) masa kepengurusan tahun 2004/2005 dan tahun 2005/2006. Selain itu
penulis aktif sebagai asisten Pendidikan Agarna Islam (PAI) tahun 2006/2007.
Penulis melakukan penelitian dengan judul " Jaringan Sosial Pemetik
Rumput Laut dari Alam (Studi Kasus di Desa Mancagahar Kecamatan
Pameungpeuk Kabupaten Gamt)". Dalam menyelesaikan skripsi ini penulis
dibimbing oleh Dr. Ir. Rilus A. Kinseng, M.A. Penulis dinyatakan lulus pada ujian
sidang skripsi yang diselenggarakan oleh Program Studi Manajemen Bisnis dan
Ekonomi Perikanan-Kelautan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan pada tanggal
6 November 2008.
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas
limpahan rahmat dan karunia-Nya, sehingga skripsi ini dapat diselesaikan sebagai
tugas akhir yang bejudul "Jaringan Sosial Pemetik Rumput Laut dari Alam (Studi
Kasus di Desa Mancagahar Kecamatan Pameungpeuk Kabupaten Garut) ". Skripsi
tersebut merupakan hasil penelitian yang dilakukan pada awal bulan April
November 2008.
Pada kesempatan dan dalam tempat yang terbatas ini penulis ingin
menyampaikan terima kasihnya kepada Dr. Ir. Rilus A. Kinseng. M.A, sebagai
pembimbing yang telah memberikan arahan dan bimbingan selama penyusunan
skripsi, para responden (kasus) pemetik rumput laut di Desa Mancagahar, semua
staf PPI, kedua orang tua dan seluruh keluarga penulis atas pengorbanan,
dukungan moril dan materil kepada penulis, suami tercinta yang tak hentihentinya memberikan semangat dengan penuh kesabaran, kepada teman-teman
SEI 41 yang selalu mengingatkan dan memberi semangat dan semua teman-teman
penulis yang tidak bisa disebutkan satu-persatu, sehingga skripsi ini dapat
terselesaikan.
Skripsi ini merupakan salah satu syarat dalam memperoleh gelar Sarjana
Perikanan pada Program Studi Manajemen Bisnis dan Ekonomi PerikananKelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,di Institut Pertanian Bogor.
Penulis mengharapkan saran dan kritik dari semua pihak untuk penyempurnaan
tulisan ini selanjutnya. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis, pembaca
dan semua pihak yang berkepentingan.
Bogor, November 2008
Herti Gusmiarti
DAFTAR IS1
DAFTAR TABEL .....................................................................................
Halaman
vi
DAFTAR GAMBAR ..............................................................................
vii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................
viii
.
I PENDAHULUAN .................................................................................
1.1. Latar Belakang ..............................................................................
1.2. Perurnusan Masalah ......................................................................
1.3. Tujuan dan Kegunaan ....................................................................
1.4. Waktu dan Tempat Penelitian ........................................................
1I.TINJAUAN PUSTAKA .....................................................................
2.1. Jaringan......................................................................................
2.2. Jaringan Sosial dan Struktur Sosial: ..............................................
Ketidakleluasaan Tindakan Sosial .................................................
2.2.1. Kebudayaan ....................................................................
2.2.2. Struktur Sosial ..................................................................
2.2.3. Jaringan Sosial ......................................................................
. .
2.2.3.1. Fungs~Janngan .......................................................
2.3. Studi Empiris Penelitian Terdahulu Jaringan Sosial ......................
1II.KERANGKA PENDEKATAN STUD1 ..............................................
.
IV METODOLOGI ....................................................................................
1
1
5
6
7
8
8
8
8
10
11
13
20
21
24
27
..
4.1. Metode Penelttlan ..........................................................................
27
4.2. Jenis dan Sumber Data ............................................................... 27
4.3. Metode Pengumpulan Data ....................................................... 28
..
4.4. Metode Analists Data ....................................................................
28
V.HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................
30
5.1. Kondisi Umum Daerah Penelitian .................................................
30
5.1.1 Letak dan Keadaan Alam ....................................................... 30
5.1.2 Potensi Perikanan Kabupaten Garut....................................... 31
5.1.3 Potensi Surnberdaya Manusia ................................................
32
5.1.4 Potensi Usaha Penangkapan ................................................
32
35
5.1.5 Kependudukan ........................................................................
5.1.6 Kelembagaan Perekonomian ............................................... 38
5.1.7 Sarana dan Prasarana Pembangunan ................................. 39
5.1.8 Produksi Rumput Laut ..........................................................
39
5.2 Gambaran Umum Komunitas Pemanfaat Rwnput Laut .................. 40
5.3 Jaringan Sosial Pemetik Rumput Laut dari Alam ............................ 55
5.3.1 Kasus 1 : Entis .........................................................................
55
5.3.2 Kasus 2 : Agus................................................................... 64
. .
5.3.3 Kasus 3 : Rostdin..................................................................... 72
78
5.3.4 Kasus 4 : Nunung ..............................................................
5.3.5 Kasus 5 :Abas ..................................................................84
5.3.6 Kasus 6 : Sutarya.......................................................................
5.3.7 Kasus 7 : Ikom ...........................................................................
5.4 Jaringan Sosial dalam Pemasaran Rumput Laut dari Alam ...............
5.5 Analisis Jaringan Sosial Pemetik Rurnput Laut dari Alam ................
5.5.1 Karakteristik Jaringan Sosial Pemetik Rumput Laut ................
5.5.2 Faktor-Faktor Terbentuknya Jaringan Sosial ............................
5.5.3 Aturan dan Norma dalam Jaringan yang Terbentuk .................
5.5.4 Manfaat Jaringan Soasial yang terbentuk ..................................
.
VI KESIMPULAN DAN SARAN ...........................................................
6.1 Kesimpulan........................................................................................
6.2 Saran ................................................................................................
DAPTAR PUSTAKA ................................................................................
LAMPIRAN ...............................................................................................
DAFTAR TABEL
Halaman
1. Potensi Sumber Daya Manusia ....................................................
32
2 . Potensi Usaha Penangkapan ...............................................................
33
3. Luas Areal desa Mancagahar Menurut Pemanfaatannya tahun 2007 .... 35
4. Komposisi Jumlah Penduduk Desa Mancagahar Berdasarkan
Umur Tahun 2007 ...............................................................................
36
5. Komposisi Jumlah Penduduk Desa Mancagahar Berdasarkan
.
.
Pendldrkan Tahun 2007 ....................................................................
37
6. Komposisi Jumlah Penduduk Desa Mancagahar Berdasarkan
Mata Pencaharian Tahun 2007 ..........................................................
38
7 . Keiembagaan Ekonomi Tahun 2007 .................................................... 38
8. Produksi Rumput Laut Kecamatan Pameungpeuk Tahun 2006/2007 ... 39
9. Harga rumput Laut yang dibeli dari Pemetik .......................................
46
10. Harga rumput Laut yang dibeli dari Baku1 Kecil ................................. 46
11.Harga rumput Laut yang dibeli dari Bakul Besarmandar ..................... 46
DAFTAR GAMBAR
1. Diagram Alir Kerangka Pendekatan Studi .......................................... 26
2. Peta Lokasi Penelitian Desa Mancagahar Kecamatan Pameungpeuk ... 34
3 . Kegiatan Pemetik dalam Usaha Mencari Rumput Laut ........................ 43
4 . Kondisi Pantai Tempat Komunitas Rumput Laut .................................
44
5. Kegiatan Pemetik Selain Mencari Rurnput Laut ................................... 45
6. Jenis Rumput Laut di Desa Mncagahar .......................................... 47
7. Kondisi kioslgudang Penyimpanan Rurnput Laut dan Kegiatan
Baku1 Kecil ............................................................................................
8. Kondisi kioslgudang Penyimpanan Rumput Laut dan Kegiatan
Baku1 BesarBandar ...............................................................................
9. Pola Jaringan Produksi yang Dibentuk oleh Entis ...............................
10. Pola Jaringan Produksi yang Dibentuk oleh Agus ................................
11. Pola Jaringan Produksi yang Dibentuk oleh Rosidin ............................
12. Pola Jaringan Produksi yang Dibentuk oleh Nunung ............................
13. Pola Jaringan Produksi yang Dibentuk oleh Abas ................................
14. Pola Jaringan Produksi yang Dibentuk oleh Sutarya ............................
15.Pola Jaringan Produksi yang Dibentuk oleh Ikom ................................
16. Jaringan Sosial dalam Pemasaran Rumput Laut dari Alarn ..................
49
DAFTAR LAMPIRAN
1. Peta Lokasi Penelitian Desa Mancagahar Kecamatan Pameungpeuk... 121
2. Kegiatan Pemetik dalarn Usaha Mencari Rumput Laut ........................ 121
3. Kondisi Pantai Tempat Komunitas Rurnput Laut .................................
122
4. Kegiatan Pemetik Selain Mencari Rumput Laut ...................................
122
5. Jenis Rumput Laut di Desa Mncagahar........................................... 123
6. Kondisi kioslgudang Penyimpanan Rumput Laut dan Kegiatan
Baku1 Kecil ............................................................................................
124
7. Kondisi kioslgudang Penyimpanan Rurnput Laut dan Kegiatan
Baku1 BesarBandar............................................................................... 125
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Wilayah Pesisir adalah wilayah transisi, yang menandai tempat
perpindaban antara wilayah daratan dan laut atau sebatiknya (Dahuri dkk, 2001).
Komunitas yang tinggal di wilayah pesisir adalah masyarakat pesisir. Mereka
memanfaatkan sekaligus menggantungkan kehidupan terhadap sumber daya yang
terdapat di liigkungan disekitarnya, diantaranya dengan tujuan untuk memperoleh
penghasilan hidup sehari-hari.
Salah satu sumbar daya di lingkungan pesisir yang sekarang ini banyak
dimanfaatkan itu adalah komoditas rumput laut. Potensi sumber daya ini
dimanfaatkan oleh para pelaku bisnis sebagai peluang usaha yang menguntungkan
karena dari segi teknologi yang digunakan sangat sederhana bila dibandingkan
dengan pamanfaatan surnber daya perikanan yang lainnya seperti penangkapan
ikan.
Seiring dengan berkembangnya tingkat teknologi clan informasi maka
komoditas rumput laut itu mulai dilirik untuk dimanfaatkan oleh berbagai pelaku,
baik masyarakat lingkungan sekitar pesisir maupun pelaku dari luar masyarakat
tersebut. Penelitian mengenai rumput laut telah membuktikan bahwa komoditas
perairan ini sudah dimanfaatkan untuk bahan pangan manusia, bahan pakan
organisme di laut, pupuk tanaman dan penyubur tanah, sebagai stabilizer, larutan
dan lain-lain. Produk turunan dari rumput laut digunakan mulai dari industri
tekstil, kertas, cat, kosmetika, bahan laboratorium, pasta gigi, es krim dan Iainlain.
Perairan di Indonesia yang menlpunyai potensi komoditas rumput laut
belum semuanya dibudidayakan, artinya rumput laut tersebut masih bersifat alami.
Pada umumnya rumput laut yang belum dibudidayakanlalami terdapat di wilayah
pesisir pantai selatan. Hal ini disebabkan oleh arus dan gelombang pantai selatan
yang relatif kuat dibandingkan dengan pantai utara, sehingga faktor inilah yang
menyebabkan rumput laut tersebut belum dikembangkan dalam bentuk budidaya.
Berdasarkan basil percobaan pemerintah Sikka tahun 2004 di pantai
selatan, membuktikan bahwa rumput laut dapat dibudidayakan dengan arus dan
gelombang yang kuat, yaitu dengan mengembangkan 'sistem tali long line'.
Perbedaanya yaitu terletak pada pengikatan bibit yang akan dibudidayakan. Bibit
rumput laut di pantai selatan jumlahnya 3 tali plastik sedangkan di pantai utara 1
tali plastik. Selanjutnya, dikatakan produksi rumput laut di pantai selatan lebih
baik karena dengan arus dan gelombang yang kuat itu membuat rumput laut
bersih dari lumpur dan kotoran yang menempel (Herberius Krispinus dalam
Samudra, edisi 37 April Th 2006).
Potensi rumput laut di perairan Indonesia sudah diakui dibeberapa negara,
ha1 ini dibuktikan dengan tingginya ekspor rumput laut Indonesia ke beberapa
negara. Direktur Usaha dan Investasi Ditjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil
Perikanan DKP, mengatakan sampai saat ini Indonesia menjadi penghasil rumput
laut terbesar dengan produksi mencapai 87,75 juta ton atau senilai 50,ll juta dolar
AS di tahun 2007. Akan tetapi pasar rumput laut Indonesia belum optimal karena
sebagian besar produk masih dijual dalam bentuk bahan dasar. Berdasarkan data
statistik ekspor hasil perikanan 2006, ekspor rumput laut sebesar 95.588 ton,
dengan nilai sebesar 49.586.226 dollar AS (Hutagalung, 2008).
Salah satu wilayah perairan yang menghasilkan rumput laut adalah
Kabupaten Garut yang tersebar di beberapa Kecamatan, yaitu Desa Mancagahar
Kecamatan Pameungpeuk, Desa Cikelet Kecamatan Cikelet, Desa Cigadog
Kecamatan Cikelet, Desa Karangsari Kecamatan Pakenjeng, Desa Karangwangi
Kecamatan Mekarmukti dan Desa Purbayani Kecamatan Caringin. Penelitian ini
tepatnya di Desa Mancagahar Kecamatan Pameungpeuk. Potensi nunput laut alanl
di Desa Mancagahar belum dimanfaatkan secara optimal oleh masyarakat sekitar.
Mereka mengambil rumput laut dengan cara-cara atau sistem pengelolaan yang
bersifat tradisional.
Sistem pengelolaan tradisional adalah sisten~pengelolaan sumberdaya
alam yang dilakukan oleh masyarakat berdasarkan pengetahuan, aturan, tata cara
penyusunan atau kebiasaan yang diyakini bel.san~asecara turun temurun dan dapat
rnenjanlin kelestarian sun~berdaya alamnya (Undang-undang No. 3 1 Tahun 2004
tentang Perikanan).
Kondisi sumberdaya yang tergantung terhadap faktor alam ini akan
mempengaruhi komunitas yang memanfaatkannya, baik dari segi alat, modal dan
waktu untuk mengambil rumput laut tersebut. Selanjutnya,jika kondisi ini
dikaitkan dengan kemampuan masyarakat untuk mendapat penghasilan yang
tinggi maka peluang untuk memperolehnya sangat kecil, karena yang menjadi
lnasalah yaitu tingkat pengaruh alam yang tidak mungkin dapat dikendalikan
dengan alat dan cara yang tradisional. Selain itu, situasi seperti ini akan memberi
peluang pada komunitas ini untuk beralih pekerjaan ketika rumput laut itu tidak
dapat diproduksi.
Di wilayah pesisir terdapat beberapa komunitas masyarakat yang beragam.
Diantara komunitas itu adalah nelayan rumput laut. Setiap komunitas mempunyai
karakteristik tersendiri yang berbeda dengan dengan komunitas lainnya.
Komunitas rumput lautpun mempunyai karakter yang berbeda dengan komunitas
lain. Hal ini dipengaruhi oleh karakteristik sumber daya yang diakses tersebut.
Istilah komunitas yang merupakan terjemahan dari community yang
secara sosiologis memilki arti yang berbeda dari kata masyarakat (society).
Komunitas lebih bersifat homogen dengan diferensiasi sosial yang masih rendah,
serta memiliki ikatan kesadaran kolektif yang masih besar. Pada umumnya ikatan
kesadaran kolektif tersebut berbentuk ikatan tradisi, agarna, ras dan sebagainya
(Satria, 2001).
Keadaan dam yang tidak dapat diiendalikan akan menimbulkan cara-cara
tertentu agar mereka mampu melangsungkan kehidupannya. Cara-cara itu tidak
terlepas dari motif sosial dan ekonomi. sebagaimana hakekatnya manusia, mereka
tentunya akan memenuhi motif-motif tersebut, misalnya motif ekonomi, mereka
akan selalu memenuhi kebutuhan untuk makan, mempunyai hunian yang nyaman
dan pemenuhan untuk mengkonsumsi barang-barang yang lainnya. Dari segi
sosial, seperti manusia pada umumnya, mereka akan terus berinteraksi, melakukan
proses-proses sosial untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu.
Selanjutnya, interaksi yang terus berlangsung itu pada akhimya akan
terbentuk suatu pola hubungan yang tetap yaitu berupa jaringan sosid yang secara
tidak disadari ha1 itu merupakan sabagai suatu strategi mereka untuk tetap survive
di komunitas lingkungan sekitarnya. Selain itu, jaringan sosial ini merupakan
suatu cara untuk mempertahankan bagaimana para nelayan rumput laut itu agar
tetap memperoleh penghasilan bagi kehidupan rumah tangganya. Oleh karena itu,
jaringan sosial merupakan salah satu modal sosial suatu masyarakat yang akan
melakukan aktivitas ekonomi.
Seperti yang dikatakan Anderson diacu dalam Lawang (2004), jaringan
sosial dapat berupa fungsi informatif disebut pula media informasi atau jaringan
informasi yang memungkinkan setiap stakeholder dalam jaringan itu dapat
mengetahui informasi yang berhubungan dengan masalah atau peluang apapun
yang berhubungan dengan kegiatan usaha. Fungsi informasi seperti ini dapat
dilihat sebagai fungsi pelumas (lubricant). Fungsi informatif ini disebut sebagai
fungsi peluang (opporruni~),karena dengan jaringan sosial itu setiap peluang
dapat diperoleh tanpamengeluarkan biaya yang teralu banyak.
Dari pemyataan tersebut, peranan jaringan sosial sangat penting dan
diperlukan dalam suatu komunitas yang berkepentingan terhadap pemanfaatan
sumber daya, khususnya komoditas sumber daya itu banyak dipengaruhi oleh
faktor dam karena sistem teknologi yang digunakan belurn mampu
mtmgendalikan faktor-faktor tersebut. Oleh karena itu, dengan terbentuknya
jaringan sosial maka akses terhadap informasi akan lebih mudah untuk
didapatkan, baik pengetahuan mengenai produksi, distribusi, pengolahan dan
informasi mengenai produk itu sendiri. Selain itu, terbukanya peluang kerja di
sektor lain ketika sumber daya yang diakses tidak dapat diproduksi.
Penelitian mengenai jaringan sosial komunitas nelayan rumput laut di
pantai Sayang Heulang ini belurn pemah dilakukan. Daerah ini merupakan
wilayah bagian selatan. Dari segi geografisnya, daerah ini sangat sulit untuk
diakses. Secara demografi fisiknya terdapat banyak bukit dan pegunungan yang
terjal dan tebing yang tinggi untuk menuju ke wilayah pesisir, sehingga sarana
transfortasi yang tersedia sangat terbatas.
Pada umumnya wilayah bagian selatan merupakan daerah yang
termarjinalkan dalam prioritas pembangunan. Hal ini terlihat dari segi sarana dan
prasarana yang tersedia, seperti alat transportasi,jaringan komunikasi, rumah sakit
atau pelayanan kesehatan dan pengembangan dibidang jasa seperti pengiriman
pos, komunikasi serta lembaga keuangan seperti bank. Realitas seperti ini
berdampak terhadap kondisi sumber daya manusianya yang minim wawasan dan
ilmu pengetahuan dalam memanfaatkan kekayaan sumber daya alam yang
dimilikinya.
Melihat keadaan seperti ini, penting untuk mengamati gejala-gejala sosial,
ekonomi dan budaya masyarakat yang terjadi, termasuk di wilayah pesisimya,
diantaranya komunitas pemetik rumput laut. Bagaimana mereka menghadapi
kondisi wilayahnya dan karakter apa yang melekat dalam komunitas mereka,
salah satunya mengenai strategi mereka dalam mencari penghasilan dengan
jaringan sosialnya yang mereka bentuk. Oleh karena itu, penelitian mengenai
jaringan sosial pada komunitas ini penting untuk dilakukan.
1.2 Perumusan Masalah
Jaringan sosial diartikan oleh Mitchell yaitu seperangkat hubungan khusus
atau spesifik yang terbentuk diantara sekelompok orang. Karakteristik hubungan
tersebut dapat digunakan sebagai alat untuk menginterpretasi motif-motif perilaku
sosial dari orang-orang yang terlibat didalamnya (Kusnadi, 2000).
Setiap pelaku yang mengakses sumber daya, mempunyai karakteristik
yang berbeda-beda dilihat dari prilaku mereka untuk mendapatkan sumber daya
tersebut. Perbedaan prilaku ini disebabkan oleh karakteristik lingkungan yang
mempengaruhinya. Adapun ketika akses terhadap sumber daya itu mulai sulit,
akan ada suatu strategi untuk tetap mempertahankan kelangsungan hidupnya
dalam suatu lingkungan masyarakat sekitarnya.
Kondisi sumber daya yang mash tergantung terhadap faktor-faktor alam
akan mendorong komunitas nelayan rumput laut untuk mengadakan diversifikasi
pekerjaan untuk memperoleh penghasilan barn. Hal ini merupakan salah satu
strategi adaptasi yang dilakukan para nelayan. Bahkan, ketika sumber daya alam
itu mulai sulit untuk diproduksi, kebiasaan yang terdapat didalam masyarakat
nelayan yaitu menjual barang-barang berharga yang ada dan berhutang.
Bagi masyarakat nelayan, jaringan sosial merupakan salah satu potensi
sosial yang dapat dimanfaatkan secara kreatif w~tukmenyikapi tekanan ekonomi.
Namun demikian, jaringan sosial belum mampu menyentuh masalah mendasar
kehidupan nelayan, yaitu berupa kesulitan sosial-ekonorni rumah tangga. Seperti
yang dikatakan Solihin (2004), bahwa faktor-faktor penyebab kesulitan untuk
memenuhi kebutuhan bidup sehari-bari atau kemiskinan di kalangan masyarakat
nelayan sangat kompleks
Dalam suatu jaringan sosial itu ada seperangkat aturan dan norma tertentu
yang mengikat dalam jaringan tersebut, karena aturan dan norma ini merupakan
suatu ciri khas dalam hubungan sosial. Hubungan sosial ini akan terus
berlangsung ketika aturan dan norma yang berlaku itu dipatuhi oleh oleh suatu
kelompokkomunitas yang terlibat dalam jaringan tersebut.
Jaringan-jaringan sosial telah terbentuk dalam masyarakat, namun manusia
tidak dapat berhubungan dengan semua manusia yang ada. Hubungan-bubungan
sosial yang dimiliki oleh seorang manusia selalu terbatas pada sejumlah manusia
Begitu juga, setiap orang telah belajar dari pengalaman-pengalaman sosialnya
masing-masing untuk memilih dan mengembangkan hubungan-hubungan sosial
yang paling menguntungkan bagi dirinya dan terbatas jumlahnya dibandingkan
dengan jumlah rangkaian hubungan-hubungan sosial yang tersedia dalam
masyarakat yang dapat digunakannya.
Secara m u m , rumusan dari penelitian ini adalah mengetahui jaringan
sosial yang terbentuk di Pantai Sayang Heulang Desa Mancagahar Garut Selatan.
Secara singkat masalah yang ingin diteliti dalam jaringan sosial pengambil rurnput
laut, dapat dirinci sebagai berikut:
1. Bagaimana karakteristik jaringan sosial nelayan rumput laut di Desa
Mancagahar Kecamatan Pameungpeuk?
2. Apa faktor-faktor yang mendorong terbentuknya jaringan sosial tersebut?
3. Bagaimana aturan dan norma yang berlaku dalam jaringan sosial tersebut?
4. Apa Manfaat yang didapatkan dari jaringan sosial yang dibentuk tersebut?
1 3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1.3.1
Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Menganalisis karakteristiklciri-ciri jaringan sosial komunitas
nelayan rumput laut di Desa Mancagahar Kecamatan Pameungpeuk.
2. Menganalisis faktor-faktor yang mendorong terbentuknyajaringan
sosial tersebut.
3. Mempelajari aturan dan norma yang berlaku dalam jaringan sosial
tersebut.
4. Mengetahui manfaat yang didapatkan dari jaringan sosial yang
dibentuk tersebut.
1.3.2
Kegunaan Penelitian
Kegunaan penelitian ini adalah :
1. Sebagai media pembelajaran bagi penulis dalam menganalisis
sebagian dari masalah-masalah sosial masyarakat pesisir.
2. Sebagai sumbangsih dalam ilmu sosial mengenai karakteristik suatu
daerah khususnya wilayah pesisir.
3. Menjadi media informasi bagi komunitas pengambil rumput laut dari
dam untuk meningkatkan pengetahuan dan menurnbuhkan motivasi
dalam menekuni bidangnya,
4. Sebagai masukan bagi pemerintah daerah dalam mengembangkan
potensi perikanan yang dimiliki daerah tersebut.
5. Sebagai informasi dan perbandingan bagi pihak-pihak yang
berkepentingan untuk penelitian selanjutnya.
1.4 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan April 2008 di Desa Mancagahar
Kecamatan Pameungpeuk Kabupaten G a t dengan objek penelitian yaitu pemetik
rumput laut.
11. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Jaringan
Agusyanto (2007), menyatakan bahwa terdapat komponen-komponen dan
prinsip-prinsip yang mendasar agar "sesuatu" bisa dikategorikan sebagai sebuah
"jaringan", yaitu sebagai berikut :
1. Sekumpulan orang, objek, atau kejadian, minimal berjurnlah tiga satuan
yang berperan sebagai terminal @emberhentian). Biasanya dipresentasikan
dengan titik-titik, yang dalam peristilahan jaringan disebut sebagai aktor
atau node.
2. Seperangkat ikatan yang menghubungkan satu titik ke titik yang lainnya
dalam jaringan.
Ikatan ini biasanya dipresentasikan dengan "garis" yang merupakan suatu
saluran atau jalur. Berupa mata rantai atau rangkaian . Ikatan ini bisa
dibedakan menjadi dua jenis, yaitu: a) ikatan yang tampak dan b). Ikatan
yang tidak tampak.
3. Arus, ada sesuatu yang "mengalir" dari satu titik ke titik lainnya, melalui
saluran atau jalur yang menghubungkan masing-masing titik dalam
jaringan.
Selanjutnya prinsip-prinsip mendasar dalam jaringan adalah sebagai berikut:
1. Ada pola tertentu. Sesuatu yang mengalir dari satu titik ke titik lainnya,
saluran atau jalur yang harus dilewati tidak terjadi secara acak.
2. Rangkaian "ikatan-ikatan" itu menyebabkan seku~n~ulan
titik-titik yang
ada bisa diategorikan atau digolongkan sebagai "satu kesatuan" yang
berbeda dengan "satu kesatuan" yang lain.
3. Ikatan-ikatan yang menghubungkan satu titik ke titik yang lainnya harus
bersifat relatif pemanen (ada unsur waktu yaitu masalah 'durasi').
4. Ada hukum yang mengatur saling keterbubungan masing-masing titik
didalam jaringan, ada hak dan kewajiban yang mwngatur masing-masing
titik.
Hukum atau aturan-aturan inilah yang melengkapi bahwa sekumpulan
titik-titik (aktorlnode) tersebut bisa dogolongkan sebagai satu kesatuan yang
spesifik, yang berbeda dengan satu kesatuan yang lainnya.
Lawang (2004), mengemukakan bahwa jaringan yang dianalogikan oleh
kerja jaring untuk nlenjelaskanjaringan yang digunakan dalam teori kapital sosial,
diantaranya:
1. Ada ikatan antar simpul (orang atau kelompok) yang dihubungkan dengan
media (hubungan sosial)
2. Ada kerja antar simpul (orang atau kelompok) yang melalui media
hubungan sosial menjadi satu kerja sarna, bukan kerja bersama-sama.
3. Seperti halnya sebuah jaring (yang tidak putus), kerja yang terjalin antar
simpul itu pasti kuat menahan beban bersama, dan mala? dapat
"manangkap ikan" lebih banyak.
4. Dalam kerja jaring ada ikatan (simpul) dan tidak dapat berdiii sendiri,
malah kalau satu simpul saja putus, maka keseluruhan jaring tidak dapat
berfimgsi lagi sampai simpul itu diperbaiki.
5. Media (benang atau kawat) dan simpul tidak dapat dipisahkan, atau antara
orang-orang dan hubungamya tidak dapat dipisahkan.
6. Ikatan pengikat (simpul) dalam modal sosial adalah norma yang mengatur
dan menjaga bagaimana ikatan dan medianya dipelihara dan
dipertabankan.
Turner (1998), mengemukakan bahwa yang menentukan bentuk hubungan
suatu jaringan ada beberapa hal, yaitu :
1. Number of ties, jumlah kaitan, yaitu jumlah bilangan seluruh hubungan
diantara titik.
2. Directedness, arah untuk mengetahui aliran sumber daya dalam jaringan
tersebut, digambarkan dengan tanda panah.
3. Reciprocity of ties, jika arahnya timbal balik, maka ditunjukan dengan
garis double dengan arah anak panali yang berbeda. Jika timbal balik itu
melibatkan sumber daya yang berbeda, maka simbolnya hams berbeda.
4. Transitivi~of ties, menunjukan tingkat dimana terdapat "transfer" reiasi
diantara turunan-turunan dari berbagai posisi.
5. Density of ties, menunjukan pada tingkat hubungan dalam jumlah
maksimum yang mungkin
6. Strength of ties, menunjukan volume dan level sumber daya yang mengalir
diantara posisi.
7. Bridges, kalau jaringan memiliki kepadatan turunan menjadi penting untuk
mengetahui posisi-posisi yang menghubungkan diantara berbagai t m a n
atau klik.
8 . Brokerage, aliran antara klik tidak berhubungan langsung tetapi
berhubungan melalui perantara. Perantara menentukan sifat dan level
sumber daya yang dipertukarkan antara klik tersebut.
9. Centrality, ada beberapa cara untuk melihat keterpusatan, yaitu :
a.
Jumlah posisi lain yang berhubungan dengan posisi tertentu
b.
Jumlah dari titik, dimana suatu posisi terdapat.
c.
Ketertutupan suatu posisi dengan yang lainnya dalam sebuah
jaringan.
10. Equivalence, jika posisi itu memiliki relasi yang sama dengan posisi yang
lain maka ia disebut equivalent.
2.2 Jaringan Sosial dan Struktur Sosial: Ketidakleluasaan Tindakan Sosial
Untuk menjelaskan tentang jaringan sosial dan keterkaitanya dengan
kebudayaan dan struktur sosial, Agusyanto (2007) menjelaskan mengenai konsep
kebudayaan, stdctur sosial dan jaringan sosial. Karena a t u r a n - a m , normanorma dan nilai-nilai yang terdapat pada kebudayaan dan struktur sosial sosial
belum tentu sejalan dengan aturan-aturan, norma-norma dan nilai-nilai pada
jaringan sosial.
2.2.1 Kebudayaan
Baik tindakan sosial, perilaku maupun sikap seorang manusia tidak bisa
lepas dari pengaruh lingkungan (ruang dan waktu) dimana tindakan sosial,
perilaku dan sikap itu diwujudkan. Hal ini dikarenakan manusia merupakan
anggota kebudayaan dan struktur sosial tertentu dimana masing-masing
lingkungan tersebut mempunyai norma-norma, nilai-nilai dan aturan-aturan yang
harus ditaati, atau setidaknya dipertimbangkan saat seseorang mewujudkan
tindakan, sikap dan perilakunya. Dengan kata lain, kebudayaan dan struktm sosial
mengakibatkan adanya ketidakleluasaan (constraints) bagi individu sebagai
anggota kebudayaan atau struktur sosial tertentu dalam mewujudkan tindakan,
perilaku dan sikapnya.
Secara sederhana kebudayaan sebagai seperangkat model-model
pengetahuan bisa dibagi menjadi tiga kategori model pengetahuan atau pedoman,
yaitu: (a) seperangkat model pengetahuan yang kompleks tentang bagaimana
mengorganisasikan perilaku atau tata kelakuan; (2) seperangkat model
pengetahuan yang kompleks untuk memahami diri mereka sendiri dan untuk
memahami orang lain; dan (3) seperangkat model pengetahuan yang kompleks
untuk memahami "dunia" dimana mereka tinggal dan hidup.
Maka, bisa dikatakan yang namanya kebudayaan itu:
1. Berisi "model-model" (bukan 'petunjuk' rinci);
2. Model-model tersebut bersifat tidak memaksa atau bukan merupakan suatu
'keharusan' atas perilaku, sikap atau tindakan para warga pendukungnya
atau lebih tepatnya bisa dikatakan sebagai mekanisme kontrol.
Pengetahuan kebudayaan ini hanya mengkondisikan, membatasi dan
memberi ketidakleluasaan (constraints) atas tindakan manusia dalam
masyarakatnya.
2.2.2 Struktur Sosial
Struktur sosial diartikan oleh Suparlan (1982) sebagai sekumpulan
"aturan" yang membuat suatu masyarakat menjadi "teratur". Aturan-aturan ini
berisi pola-pola hak dan kewajiban para pelaku dalam suatu interaksi yang
terwujud dari rangkaian hubungan-hubungan sosial yang relatif stabil dalam suatu
jangka waktu tertentu. Pengertian hak dan kewajiban para pelaku dikaitkan
dengan masing-masing status dan peran para pelaku yang bersangkutan sesuai
dengan situasi-situasi sosial dimana interaksi sosial itu tenvujud.
Masyarakat secara sederhana bisa dibilang terdiri dari individu-individu,
kelompok-kelompok individu. Pertarna, individu sebagai anggota masyarakat
dalam bertindak selalu dikaitkan dengan struktur-struktur sosial yang ada dalam
masyarakat dimana individu yang bersangkutan hidup dan tinggal. Sementara itu,
sebagai anggota kelompok, dia dikaitkan dengan anggota-anggota lain dalam
kelompok yang bersangkutan. Hal ini tersirat pada adanya penggolonganpenggolongan atau kriteria-kriteria tertentu didalarnnya. Dengan demikian ,baik
masyarakat maupun kelompok-kelompok individy keduanya memilki struktur
sosial yang sifatnya juga membatasi atau memberi ketidakleluasaan terhadap
penntjudan tindakan individu-individu yang bersangkutan. Berdasarkan ha1 ini,
dapat dikatakan bahwa seorang individu sebagai warga masyarakat, disatu pihak
menjadi anggota lingkungan sosial tertentu seperti lingkungan kekerabatan dan
dilain pihak juga menjadi anggota organisasi-organisasi sosial yang ada didalam
dalam anggota masyarakat. Lingkungan-lingkungan sosial tersebut, masingmasing memilki struktur yang berbeda antara satu dengan yang lainnya.
Serangkaian aturan atau norma ini juga mengatur penggolongan para
anggotanya kedalam status-status dan peran-peran. Semua itu pada dasamya bisa
dipandang sebagai batasan atau ketidakleluasaan bagi penvujudan tindakan, sikap
atau perilaku para anggotanya. Kaitannya dengan kebudayaan, struktur-struktur
sosial tersebut bersumber pada kebudayaan. Dalam suatu struktur sosial, pada
hubungan-hubungan sosial yang tenvujud sebenamya ada sesuatu yang menuntun
anggota-anggota dalam interaksinya dengan orang-orang lainnya, yaitu dikontrol
oleh seperangkat norma-norma, niiai-nilai atau aturan-aturan tertentu yang sudah
mapan.
Soekanto (1999), mengatakan bahwa interaksi sosial merupakan suatu
bentuk umum dari proses-proses sosial yakni cara-cara hubungan yang dapat
dilihat apabila orang perorangan dari kelompok manusia saling bertemu dan
menentukan sistem serta bentuk hubungan tersebut, atau apabila ada perubahanperubahan goyahnya cara hidup yang telah ada Dengan demikian interaksi sosial
hanya akan terjadi apabila terdapat reaksi antara pihak-pihak yang berhubungan.
Didalam sebuah interaksi sosial akan terjadi pertukaran . Pokok pikiran
teori pertukaran yang dikemukankan oleh Turner diacu dalam Sunarto (2000)
adalah :
1. Manusia selalu berusah mencari keuntungan dalam transaksi sosialnya
dengan orang lain,
2. Dalam melakukan transksi sosial manusia melakukan perhitungan untung
mgi,
3. Manusia cenderung menyadari adanya berbagai altematif yang tersedia
baginya,
4. Manusia bersaing satu dengan yang lainnya,
5. Hubungan pertukaran secara umum antar individu berlangsung dalam
hampir semua konteks sosial,
6. Individupun mempertukarkan berbagai komoditas tak benvujud sebagai
perasaan dan jasa.
2.2.3 Jaringan Sosial
Mitchell dalam Kusnadi (2002), mengemukankan bahwa jaringan sosial
me~pEikatIseperangkat hubungan khusus atau spesifi yang terbentuk diantara
sekelompok orang. Karakteristik hubungan tersebut dapat digunakan sebagai alat
untuk menginterpretasi motif-motif perilaku sosial dari orang-orang yang terlibat
didalamnya.
Seperti yang telah banyak dikemukakan dalam studi-studi sebelumnya
mengenai pendekatan jaringan sosial, Agusyanto (2007), menjelaskan mengenai
jaringan sosial secara rinci, dimana ha1 ini yaitu untuk membedakan suatu analisis
dalam kebudayaan dan struktur sosial.
Analisis jaringan sosial yaitu muncul ketika para ahli antropologi sosial
mulai mengarahkan perhatian pada masyarakat yang lebih kompleks, mereka
mulai banyak mengalami kesulitan atau merasakan kekurangan dari pendekatan
struktur-fugsional yang digunakan. Hal ini dikarenakan pendekatan st~kturalfimgsional yang digunakan itu dibangun melalui studi-studi masyarakat tribal dan
masyarakat yang lebih sederhana, dimana perubahan-pembahan yang terjadi
disana adalah lambat sehingga tidak memadai ketika diterapkan pada masyarakat
yang lebih kompleks dimana pembahan yang terjadi relatif cepat.
Pada dasarnya analisis struktural-fimgsional konvensional secara definitif
memandang masyarakat adalah statis. Perilaku orang-orang (person) selalu
dijelaskan melalui peran-peran mereka dan hak serta kewajiban merupakan hasil
dari posisi-posisi formal yang mereka duduki didalam berbagai pranata yang ada
dalam masyarakat yang bersangkutan. Tetapi hal ini tidak berarti bahwa analisis
mengenai hubungan-hubungan sosial dalam term jaringan sosial menjadi
pengganti analisis dalam term pranata-pranata dan kontrinusi pranata-pranata
tersebut adalah dalam memelihara atau menjaga struktur sosial. Oleh karena itu,
k o d i k selalu dipandang sebagai disfungsional bila mengakibatkan pembahan
terhadap struktur sosial yang ada, dan sebaliknya akan dipandang fungsional bila
membantu melindungi status-quo. Berdasarkan hal ini, pembahan selalu dianggap
datang dari luar, dan selalu dianggap menyinggung atau menggangu
keseimbangan sistem yang ada sehingga pembahan juga dianggap sebagai sesuatu
yang fungsional.
Hal ini dikarenakan konsep perubahan itu sendiri kontradiktif dengan
asumsi dasar struktural-fungsional, meski sering dijelaskan bahwa pembahan
mempakan oposisi yang saling melengkapi dan mempakan kontinuitas dari
eksistensi suatu tatanan atau k e t e r a t m , yang sebenamya hanya mempakan
legitimasi atas pernyataan-pernyataan sekitar perubahan. Ini pula yang menjadi
legitimasi bahwa analisis struktur-fungsional memang dimaksudkan sebagai
instrumen yang memadai bagi studi-studi masyarakat yang sederhana dan bukan
masyarakat yang kompleks, sehingga dengan kerangka b e r f i r seperti ini maka
strwktural-fungsional tidak mampu memahami masyarakat-masyarakat kompleks
dimana pembahan terjadi begitu cepat.
Jaringan-jaringan hubungan yang terbentuk didalam masyarakat ini
menjadi sedemikian penting, karena di dunia ini dapat dikatakan bahwa tidak ada
manusia yang tidak menjadi bagian dalam jaringan-jaringah hubungan sosial
dengan manusia lainnya didalam masyarakat lingkungannya. Dengan kata lain,
manusia di burni ini selalu membina hubungan sosial dengan siapa pun dimana
dia tinggal dan hidup sebab manusia tidak dapat hidup sendiri. Berdasarkan hal ini
maka sebuah masyarakat bisa dipandang sebagai jaringan hubungan sosial antar
individu yang sangat kompleks.
Selanjutnya diiatakan bahwa hubungan antar individu itu terbatas pada
sejumlah orang tertentu saja. Hal ini karena ketidaksanggupan manusia
berhubungan dengan semua manusia yang ada. Setiap individu belajar melalui
pengalamannya untuk masing-masing memilih dan mengembangkan hubungan-
hubungan sosial yang tersedia dalam masyarakat, disesuaikan dengan kebutuhankebutuhan yang ada pada diri individu yang bersangkutan. Manusia tidak selalu
menggunakan semua hubungan sosial yang dimilikinya dalarn mencapai tujuantujuannya. tetapi disesuaikan dengan ruang dan waktu atau konteks sosialnya.
Dengan demikian, hubungan-hubungan sosial itu tidak terbentuklterjadi secara
acak (random), melainkan menunjukan adanya suatu keteraturan.
Berkenaan dengan itu, Epistein (1962) dan Mitchell (1 969) secara terpisah
membagi tiga tipe keteraturan, yaitu:
Keteraturan struktural, dimana perilaku orang-orang diinterpretasikan
dalam term tindakan-tindakan yang sesuai dengan posisi-posisi yang
mereka duduki dalam suatu perangkat tatanan posisi-posisi.
Keteraturan kategorikal, dimana perilaku seseorang didalam situasi-situasi
yang tidak terstruktur bisa diinterpretasikankedalam streotipe-streotipe
seperti kelas, ras, atau suku bangsa dan sebagainya.
Keteraturan personal, dimana perilaku orang-orang, baik dalam situasi
yang terstruktur maupun yang tidak, bisa diinterpretasikan kedalam
pengertian ikatan-ikatan personal yang dimilki seorang individu dengan
oang lain.
Dengan demikian, jaringan sosial menawarkan suatu pendekatan baru
untuk mengatasi atau memahami masalah-masalah kompleksitas perilaku dan
struktur dengan level-level abstraksi analisis yang berbeda-bed%tetapi terintegrasi
satu sama lainnya. Pertama, jaringan sosial yang terjadi disatu sisi menciptakan
struktnu sosial, sementara di disisi lain struktur sosial yang diciptakan tersebut
membatasi atau memberikan ketidakleluasaan terhadap tindakan, baik tindakan
individual maupun tindakan kolektif para individu yang terlibat didalam saling
keterhubungan itu. Struktur sosial yang dimaksud adalah suatu pola yang bertahan
relatif lama dari rangkaian hubungan-hubungan sosial dimana didalamnya
terdapat aturan-aturan mengenai rekruitmen anggota dan tipe-tipe hubungan
sosial, posisi-posisi sosial dimana anggota dipetakan dan regulitas-regulitas saling
keterhubungan anggota-anggota yang menduduki posisi-posisi sosial didalamnya.
Kedua, sikap dan perilaku individu ditentukan oleh kanteks-konteks sosial dimana
tindakan itu diwujudkan.
Setiap komunitas terdiri atas elemen pembentuknya yang saling
berhubungan satu sama lain dan membentuk satu kesatuan utuh yang terikat
melalui suatu jaringan sosial. Jaringan sosial pada suatu masyarakat menunjukkan
berbagai tipe hubungan sosial yang terikat atas dasar identitas kekerabatan, ras,
etnik, pertemanan, ketetanggaan, ataupun atas dasar kepentingan tertentu.
Menurut Boissevain (1978) diacu dalam (http://www.ikanmania.wordpress.com)
,jaringan sosial masyarakat adalah struktur sosial masyarakat itu sendiri. Jaringan
sosial adalah pola hubungan sosial di antara individu, pihak, kelompok atau
organisasi. Jaringan sosial memperlihatkan suatu hubungan sosial yang sedang
terjadi sehingga lebih menunjukkan proses daripada bentuk (Bee, 1974). Menurut
Warner dan Scott (1991) diacu dalam (http:Nwww.ikanrnania.wordpress.com),
hubungan sosial yang terjadi bersifat mantaplpermanen, memperlihatkan kohesi
dm integrasi bagi bertahannya suatu komunitas, serta menunjukkan hubungan
tirnbal balik. Dengan demikian, suatu komunitas pada dasamya merupakan
kumpulan hubungan yang membentuk jaringan sebagai tempat interaksi antara
satu pihak dengan pihak lainnya.
Jaringan sosial adalah suatu jaringan tipe khusus, dimana ikatan yang
menghubungkan satu titik ke titik lain dalam jaringan adalah huhungan sosial.
Berpijak pada jenis ikatan ini, maka secara langsung atau tidak langsung yang
menjadi anggota suatu jaringan sosial adalah manusia (person). Sementara
menurut Zanden (1990) diacu dalam Agusyanto (2007), hubungan sosial atau
saling keterhubungan merupakan interaksi sosial yang berkelanjutan (relatif cukup
lama atau permanen) yang akhimya diantara mereka terikat satu sama lain dengan
atau oleh seperangkat harapan yang relatif stabil.
Selanjutnya dikatakan bahwa hubungan sosial bisa dipandang sebagai
sesuatu yang seolah-olah merupakan sebuah jalur atau saluran yang
menghubungkan antara satu orang (titik) dengan orang lain, dimana melalui jalur
atau saluran tersebut dapat dialirkan sesuatu, misalnya, barang, jasa atau
inforrnasi.. Hubungan sosial antara dua orang, mencerminkan adanya pengharapan
peran dari masing-masing lawan interaksinya. Ada pengulangan tingkah laku
untuk hal-ha1 yang sama dan dalam situasi yang sama, ini menandakan suatu
keteraturan dan adanya 'sesuatu' yang membuat tingkah laku yang diwujudkan
menjadi 'teratur'. Jadi, ada hak dan kewajiban yang mengatur saling
keterhubungan diantara mereka dalam suatu jaringan sosial.
Menurut Kusnadi (2000), ditinjau dari hubungan sosial yang membentuk
jaringan-jaringan sosial yang ada dalam masyarakat, dapat dibedakan menjadi tiga
jenis jaringan sosial, yaitu:
1. Jaringan interest (kepentingan), diiana hubungan sosial yang
mernbentuknya adalah hubungan sosial yang bermuatan kepentingan,
2. Jaringan sentiment (jaringan emosi), dimana jaringan yang terbentuk atas
dasar hubungan sosial yang bermuatan emosi.
3. Jaringanpower (jaringan kekuasaan), diiana hubungan sosial yang
terbentuk bermuatan kekuasaan.
Kemudian mengenai ke-tiga jenis jaringan sosial tersebut, dijelaskan
secara rinci oleh Agusyanto (2007), yaitu sebagai berikut :
-
Jaringan kepentingan terbentuk atas dasar hubungan-hubungan sosial yang
bermakna pada 'tujuan-tujuan' tertentu atau khusus yang ingin dicapai oleh
para pelaku. Bila tujuan-tujuan tersebut sifatnya spesifik dan konkret seperti
memperoleh barang, pelayanan, pekejaan dan sejenisnya, maka setelah
tujuan-tujuan tersebut tercapai biasanya hubungan-hubungan terseut tidak
berkelanjutan. Bila tujuan-tujuan dari hubungan-hubungan sosial yang
t e m j u d spisifik dan konkret seperti ini, struktur sosial yang lahir dari
jaringan sosial tipe ini juga sebentar dan berubah-ubah. Namun bila tujuantujuan tersebut tidak sekonkret dan spesif& seperti ini atau ada kebutuhankebutuhan untuk rnemperpanjang tujuan (tujuan tarnpak selalu berulang),
struktur yang terbentukpun relatif stabil.
Oleh karena itu, tindakan dan interaksi yang terjadi dalam jaringan
kepentingan ini selalu dievaluasi berdasarkan tujuan-tujaun relasional.
Pertukaran (negosiasi) yang terjadi dalam jaringan kepentingan ini diatur oleh
kepentingan-kepentingan para pelaku yang terlibat didalamnya dan
serangkaian norma-norma yang sangat umwn. Dalam mencapai tujuantujuannya, para pelaku bisa memanipulasi hubungan-hubungan power atau
hubungan-hubungan emosi.
-
Pada jaringan emosi terbentuk atas hubungan-hubungan sosial, dimana
hubungan sosial itu sendiri menjadi tujuan tindakan sosial misalnya dalam
pertemanan, percintaan atau hubungan kerabat dan sejenisnya. Struktur sosial
yang dibentuk oleh hubungan-hubungan emosi ini cendemng lebih mantap
dan permanen. Maka muncul sebagai konsekuensi, suatu mekanisme yang
fungsinya menjamin stabilitas strukhx yang ada sehingga hubungan-hubungan
sosial semacam ini bisa dinilai semacam norma-norma yang dapat membatasi
suatu tindakan sosial yang cenderung mengganggu kepermanenan struktrur
jaringan tersebut, ada sejumlah kompleks nilai dan norma yang ditegakan atas
struktur hubungan guna memelihara keberlangsungannya.
Hubungan-hubungan sosial yang tenvujud biasanya cenderung menjadi
hubungan yang dekat dan menyatu. diantara para pelaku terdapat
kecenderungan menyukai atau tidak menyukai pelaku-pelaku lain dalam
jaringan. Oleh karena itu, muncul adanya saling kontrol yang relatif kuat antar
pelaku dalam jaringan yang bersangkutan sehingga memudahkan lahimya
nilai-nilai dan norma-norma yang mengembangkan kontinuitas pola-pola
jaringan yang relatif stabil sepanjang waktu. Akibatnya jaringan-jahgan tipe
ini menghasilkan suatu rasa solidaritas ,artinya para pelaku cenderung
mengurangi kepentingan-kepentingan pribadinya. Biasanya mereka saling
memberi dan menerima antara pelaku-pelaku lainnya dalam cara-cara yang
terpola secara tradisional berdasarkan saling keterhubungan diantara mereka
(resiprokal).
-
Pada jaringan power, konfigurasi-konfigurasi saling keterhubungan
antarpelaku didalamnya disengaja atau diatur. Tipe jaringan sosial ini muncul
bila pencapaian tujuan-tujuan yang telah ditargetkan lnembutuhkan tindakan
kolektif clan konfigurasi saling keterhubungan antqelaku biasanya dibuat
permanen. Hubungan-hubungan power ini biasanya ditujukan pada penciptaan
kondisi-kondisi yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah
ditetapkan.
Unit-unit sosialnya adalah artifisial yang direncanakan atau distrukturkan
secara sengaja olehpower. Jaringan sosial tipe ini hams mempunyai pusat
power, yang secara tems menerus mengkaji ulang kineja unit-unit sosialnya
dan memolakan kembali struktumya untuk meningkatkan efisiensinya.
Kontrol informal tidak memadai, masalahnya lebih kompleks dibandingkan
jaringan sosial yang terbentuk secara alami.
Dalam kehidupan nyata ,ketiga tipe jaringan ini secara terus menerus
saling berpotongan . Pertemuan-pertemuan tersebut mambangkitkan suatu
ketegangan bagi pelaku yang bersangkutan karena logika situasional atau
struktur sosial dari masing-masing tipe jaringan berbeda atau belum tentu
sesuai satu sama lain. Aturan-aturan, norma-norma dan nilai-nilai yang lahir
dari perpotongan-perpotongan ketiga tipe ini yang berlaku, akibatnya aturanaturan formal apapun, begitu juga dengan norma-noma dan nilai-nilai yang
terdapat pada kebudayaan dan struktur sosial tidak dapat diterapkan atau
berlaku sepenuhnya dalam realita kehidupan.
Jadi yang namanya kebudayaan dan struktur sosial bukanlah seperangkat
pengetahuan yang operasional dalam kehidupan nyata melainkan bersifat
normatif atau ideal, yaitu berisi model-model pengetahuan yang kompleks
tentang bagaimana yang seharusnya.
Sedangkan berdasarkan status sosial ekonomi individu yang terlibat dalam
suatu jaringan menurut Kusnadi (2000) akan membentuk suatu pola jaringan
.
yaitu :
1.
Jaringan sosial secara horizontal, anggota-anggotanya memiliki status
sosial ekonomi yang relatif sepadan, mereka memiliki kewajiban dan
sumber daya yang dipertukarkan relatif sama, hubungan sosial akan
mewujudkan din dalam bentuk tolong menolong,
2.
Jaringan sosial vertikal, anggota-anggota memiliki status sosial
ekonomi yang tidak spadan, kewajiban maupun sumber daya yang
dipertukarkan tidak sepadan, hubungan sosial yang tenvujud dalam
bentuk hubungan patron klien.
Ukuran-ukuran yang berkaitan dengan jaringan sosial dalam kapital sosial
adalah karakteristik jaringan sosial (nehvork characteristics) yang terdiri atas tiga,
yaitu : bentuk dan luas (size and extensiveness), kerapatan dan ketertutupan
(denisity and closure) dan kergaman (diversiw) . Karakteristik bentuk dan luas
misalnya mengenai hubungan informal yang terdapat dalam sebuah interaksi
sosial, jumlah tetangga mengetahui pribadi seseorang dalam sebuah sistem sosial
dan jumlah kontak kerja. Sedangkan kerapatm dan ketertutupan sebuah jaringan
dapat dilihat melalui seberapa besar sesama anggota keluarga saling mengetahui
satu sama lainnya dan masyarakat setempat saling mengetahui satu sama lainnya.
Keragaman jaringan sosial dikarakteristikan dari keragaman etnik teman,
perbedaan pendidiian dalam sebuah kelompok atau dari pencarnpuran budaya
wilayah setempat (Stone dan Hughes, 2002)
2.2.3.1 Fungsi Jaringan
Jaringan sosial mempakan kapital sosial yang dibutubkan oleh pekerja
sektor informal dalam upaya mengembangkan usahanya. Jaringan sosial berperan
untuk memasuki lingkungan pekejaan maupun memulai usaha di sektor informal
serta penting untuk kelangsungan usaha. Selanjutnya dalam kutipan Lawang
(2004) mengatakan bahwa jaringan sosial bempa:
Fungsi informatif
Fungsi informatif disebut pula media informasi atau jaringan informasi
yang memungkinkan setiap stakeholder dalam jaringan itu dapat
mengetahui informasi yang berhubungan dengan masalah atau peluang
apapun yang berhubungan dengan kegiatan usaha. Fungsi informasi
seperti ini dapat dilihat sebagai fungsi pelurnas (lubricant). Fungsi
informatif ini disebut sebagai fungsi peluang (opportunityl, karena dengan
jaringan sosial itu setiap peluang dapat diperoleh tanpa mengeluarkan
biaya yang teralu banyak.
Fungsi katalisator, fungsi akses
Dasar dari fungsi-fungsi ini tetap saling percaya satu sama lain. Fungsi
akses pasti didasarkan pada fungsi informasi. Fungsi akses menunjuk pada
kesenlpatan yang dapat diberikan oleh adanya jaringan dengan orang lain
dalam penyediaan suatu barang atau jasa yang tidak dapat dipenuhi secara
internal oleh organisasi. Fungsi akses disebut pula sebagai fungsi peluang.
Fungsi koordinasi
Dalam suatu jaringan lebih banyak mendapat tempat dalam kegiatankegiatan informal ,yang dalam kajian Fukuyama justm membantu
mengatasi masalah kebuntuan yang disebabkan oleh birokrasi pemerintah.
Dalam ha1 ini h g s i koordinasi harus didukung pula oleh fungsi-fungsi
lainnya sehingga kapital sosial itu efektif.
2.3 Studi Empiris Hasil Kajian Penelitian Terdahulu Mengenai
Jaringan Sosial
Baku1 Ikan
Menurut Arnis (2003), jaringan sosial yang dibentuk oleh perempuan
bakui ikan yaitu mengacu pada jaringan kegiatan produksi dai~non-produksi.
Kedua pola hubungan ini dibentuk agar para perempuan bakul ikan bisa
menyerasikan peran ganda yang harus mereka emban, yaitu sebagai pencari
nafkah dan ibu rumah tangga. Jaringan sosial yang dibentuk perempuan bakul
ikan merupakan modal sosial dalam masyarakat tersebut yang dapat digunakan
untuk mengakses sumberdaya guna memperoleh keuntungan ekonomi dalam
rangka peningkatan kesejahteraan rumah tangga.
Dalam interaksinya dengan para &or-&or
yang terlibat dalam pola
jaringan produksi yang dibentuk berdasarkan kepentingan dengan karakter
hubungan sirnetris (resiprokal). Sedangkan sifat relasi adalah terbuka, karena
mudahnya jaringan produksi menerima partisipasi siapapun yang ingin bergabung
didalamnya. Namun masih ada unsur-unsur ketertutupan ketika seseorang ingin
menjadi bakul ikan. Dengan demikian orientasi dan tindakan sosial didasarkan
pada penilaian yang diperhitungkan secara rasional atau hubungan dalam jaringan
produksi bersifat asosiatif.
Hubungan yang terbentuk antara &or-aktor dalam pola hubungan
produksi adalah bersifat spesifik, yaitu hubungan yang tidak mencakup semua ha1
dan bersifat fungsional. Para &or-&or
ini tidak mendasarkan pada perasaan
ketikan melakukan transaksi produksi. Sedangkan hubungan yang dibentuk oleh
para perempuan bakul ikan ini berorientasi pada pemenuhan kepentingan pribadi.
Dalam pola jaringan non produksi, &or-aktor yang terlibat sangat mudah
untuk keluar atau masuk dalam jaringan, aktor-&or ini akan bertahan jika masih
merasa akan memperoleh keuntungan dalam jaringan tersebut. Aliran sumberdaya
dalam pola jaringan non produksi berupa materi dan emosi (penghargaan,
perasaan suka dan nyaman).
Rumah Tangga Pandhiga
Kusnadi (2000), menjelaskan mengenai bentuk dan sifat jaringan sosial
yang terdapat di nunah tangga pandhiga adalah:
Jaringan sosial yang bersifat horisontal, terdiri atas jaringan kerabat dan
jaringan campuran kerabat dan tetangga
Jaringan sosial yang bersifat vertikal, terdiri atas jaringan kerabat, jaringan
tetangga, jaringan campuran kerabat dan tetangga serta campuran tetangga
dan teman.
Melalui jaringan sosial, individu-individu anggota rumah tangga akan lebih
efektif dan efisien untuk mencapai atau memperoleh akses terhadap sumber
daya yang tersedia di lingkungannya. Dalam konteks mengatasi kesulitan
kehidupan sehari-hari, bentuk-bentuk jaringan sosial yang dipelihara dan
dimanfaatkan oleh rumah tangga pandhiga di Desa pesisir merupakan hasil
seleksi terhadap potensi-potensi sosiai-budaya yang ada dalam masyarakatnya.
Kewajiban untuk saling mambantu merupakan norma pertukaran sumberdaya
yang secara timbal balk bersifat mengikat dan harus dipenuhi untuk menjaga
stabilitas strukhu dan daya tahan jaringan sosial.
Jaringan Produksi dan Distribusi Pemasaran Pada Komunitas Neiayan di
Desa Pangandaran
Bagan l
Jarhigan Sosial Nelayan
(nelayan dipmdang sebagai pasat)
KOPEPASI/TPI
TOKONVARUNCi
Keterangan: -Httbungan dalam Ahlidtas Pr~luksi
---- Hlibungan ctalarn Mibitas Disribuii Pmnasarat~
I H!&uMJan HirarXis
2 Hullungan diagorlal
,3 Hubc~nganhori;ontal
+
P o s a ~ n ~ l a j leb~h
a n dorninan
- Pwsislnelajjn suboijind
Jaringan sosial pada komunitas nelayan Pangandaran yang dipaparkan
oleh Wawan Ruswanto (2007) diacu dalam
(http://ikanmania.wordpress.com/2007/12/28~
adalah terlihat dari hubunganhubungan sosial yang terjadi di dalamnya. Data memperlihatkan adanya hubungan
campuran dari ketiga bentuk hubungan sosial, yaitu hubungan vertikal atau
hirarkis, hubungan diagonal dan hubungan horisontal. Hal ini tergantung dari
konteks dan situasi di mana interaksi itu terjadi, misalnya yang terjadi pada
hubungan antara nelayan dan pandega, bergerak dari hubungan horizontal hingga
hubungan himrkis, bahkan lebih mendalam lagi seperti hubungan bapak-anak.
111. KERANGKA PENDEKATAN STUD1
Keragaman sumber daya alam wilayah pesisir menyebabkan keberagaman
mata pencaharian masyarakat yang berada diwilayah tersebut. Mata pencaharian
yang terkait langsung dengan sumber daya alam itu diantaranya sebagai nelayan
dan pengambil rumput laut, selain itu ada juga pelaku yang tidak terkait secara
tidak langsung, diantaranya pedangang, bakul, pengolah dan lembaga yang terkait
dalam pengeloaan pesisir.
Ketidakpastian dam tentunya menyababkan fluktuasi pendapatan yang
diperoleh masyarakat, selain itu sering terlibatnya pihak ketiga dalam transaksi
penjualan yang belum tentu menguntungkan bagi nelaya~rumput laut sebagai
produsen. Mereka tidak mudah untuk keluar dari kondisi ini, karena sudah ada
keterikatan secara personal dengan tujuan pemenuhan kebutuhan hidup sebarihari.
Oleh karena itu, untuk tetap mengimbangi kebutuhan hidup sehari-hari
mereka, tidak menutup kemungkinan terjadinya bentuk-bentuk hubungan tertentu
baik dalam komunitas (internal) maupun diluar komunitas tersebut (ekstemal).
Hal ini terjadi sebagai akibat terjadinya interaksi yang secara terus menerus
dengan dilandasi saling kepercayaan antar mereka.
Pada kenyataanya, suatu pola hubungan yang terjalin itu,merupakan wujud
dari sebuah jaringan sosial. Seperti yang dikemukakan Staf pengajar jurusan
Antropologi FISIP Unpad, jaringan sosial adalah suatu pengelompokan yang
terdiri atas tiga orang atau lebih, yang masing-masing orang tersebut mempunyai
identitas tersendiri, dan yang masing-masing dihubungkan antara satu dengan
lainnya melalui hubungan-hubungan sosial yang ada, sehingga melalui hubunganhubungan sosial tersebut mereka itu dapat dikelompokkan sebagai suatu kesatuan
sosial atau kelompok sosial.
Hubungan-hubungan yang ada diantara mereka yang terlibat dalam suatu
jaringan sosial biasanya tidak bersifat hubungan-hubungan yang resmi tetapi
hubungan-hubungan yang tidak resmi atau perseorangan. Karena jug% mereka
yang berada dalam suatu jaringan sosial biasanya tidak sadar akan
keanggotaannya dalam jaringan sosial tersebut, karena jaringan sosial tersebut
belum tentu tenvujud sebagai suatu organisasi atau perkurnpulan resrni.
Pola hubungan yang tidak resmi ini dapat dilakukan didalam komunitas
maupun diluar komunitas mereka. Jaringan sosial yang terbentuk didalam
komunitas merupakan suatu nilai-nilai hubungan sosial yang telah disepakati oleh
mereka. Hal ini bertujuan untuk membangun suatu kekuatan atau kohesivitas
dalam komunitas tersebut. Jaringan sosial seperti ini merupakan suatu jaringan
yang dilandasi oleh emosi (jaringun sentiment).
Jaringan emosi terbentuk atas hubungan-hubungan sosial, dimana
hubungan sosial itu sendii menjadi tujuan tindakan sosial dan struktur yang
dibentuk oleh hubungan-hubungan emosi ini cenderung bersifat permanen.
Hubungan-hubungan sosial yang t e m j u d biasanya cebderung menjadi hubungan
yang dekat dan menyatu. Oleh karena itu, muncul adanya saling kontrol yang
relatif kuat antar pelaku dalam jaringan sehingga memudahkan lahimya normanorma dan niiai-nilai yang mengembangkan kontinuitas pola-pola jaringan yang
relatif stabil sepanjang waktu. Akibatnya jaringan-jaringan tipe ini menghasilkan
suatu rasa solidaritas (Agusyanto, 2007).
Jaringan yang dibentuk diluar komunitas, selain bersifat emosi (interesg)
juga dilandasi oleh kepentingan-kepentingan tertentu untuk mendukung suatu
tindakan-tindakan sosial tertentu dalam komunitaslmasyarakat. Misalnya
hubungan para nelayan tradisional kepada para pemilik modal yaitu dibentuk
dengan kepentingan untuk mendapatkan modal.
Sebagai potret kehidupan nelayan tradisional di Indonesia, Ketergantungan
mereka cukup besar karena pendapatan mereka tidak menentu, baik untuk
memenuhi kebutuhan produksi ataupun kebutuhan hidup rumah tangganya.
Dalam penyediaan alat produksi, nelayan seringkali hams membina hubungan
dengan pihak penyandang dana. Nelayan pun membina hubungan dengan nelayan
buruh yang akan membantunya dalam kegiatan penangkapan ikan.
Dalam aktivitas distribusi pemasaran, para nelayan juga berhubungan
dengan pihak lain seperti para pedagang. Berbagai hubungan yang dibina oleh
para nelayan tersebut menunjukkan bahwa hubungan tersebut dapat seimbang atau
tidak seimbang. Hubungan tidak seimbang biasanya menjadi hubungan patron-
klien, dimana patron mempunyai dan memperoleh surnber daya yang berlebih
dibandig Miennya.(Pasar-xpor2008,http://ikanmania.wordpress.com)
Bagan 2
Kerangka Pemikiran
I
F
Keragaman Sumber
Daya ManusiaWilayah
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ---------------------...........
Pemetik Rumpnt Laut
Intemal
Ekstemal
II
II
Antar Pemetik
Rumput Laut
Karakteristik
Jaringann Sosial
Faktor Pendukung
Terbentuknya
AturanMorma
Jaringan Sosial
Manfaat Jaringan
v
Solidaritas atau
Kohesivitas Komunitas
P
Komunitas
' Karakteristik
Pemanfaat Rumput Laut
Keterangan:
I------,
Batasan penelitian
I
IV. METODOLOGI
4.1 Metode Penelitian
Pendekatan yang digunakan pada penelitian ini adalah pendekatan
kualitatif. Hal ini dimaksudkan agar diperoleh gambaran yang lebih lengkap, rinci,
mendalam, dan memberi jawahan yang tepat terhadap pertanyaan penelitian yang
diajukan. Metodologi halitatif sebagai: "prosedur penelitian yang menghasilkan
data deskriptif berupa data-data tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku
yang dapat diamati", (Moleong, 2001).
Nasution (1996), menegaskan bahwa: "Penelitian halitatif pada
hakikatnya ialah mengamati orang lain dalarn lingkungannya, berinteraksi
langsung dengan mereka, dan berusaha memahami bahasa serta tafsiran mereka
sendiri tentang dunia sekitarnya".
Metode penelitian yang digunakan adalah studi kasns. Studi kasus
merupakan strategi yang lebih cocok hila pokok pertanyaan suatu penelitian
berkenaan dengan how atau why, bila peneliti hanya memilki sedikit peluang
untuk mengontrol peristiwa-peristiwa yang akan diselidiki dan bilamana fokus
penelitiannya terletak pada fenomena kontemporer (masa kini) dadalam konteks
kehidupan nyata (Yin 2000).
4.2 Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kualitatif. Data
kualitatif diperlukan untuk menganalisis karakteristik jaringan sosial, diantaranya
bentuk dan luas jaringan sosail, faktor pendorong terbentuknya jaringan, norma
dan aturan dalam jaringan serta manfaat jaringan sosial yang terbentuk.
Sumber data yang dikumpulkan berupa data primer dan data sekunder.
Data primer diperoleh dengan wawancara. Sumber data ini adalah seperti
kelompok pemetik rumput laut, pengumpul/bakul, bandar dan ketua PPI
Cilautereun. Adapun data sekunder mencakup data tentang keadaan geografi,
demografi, pemerintah desa, kegiatan perekonomian desa dan produksi rumput
laut. Data ini diperoleh dari dokumen atau arsip-arsip tertulis, laporan hasil
penelitian terdahuly Kantor PPI Cilautereun.
4.3 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang dipergunakan untuk mengunlpulkan data
dalarn penelitian ini adalah wawancara Wawancara adalah pengurnpulan data
yang dilakukan dalam bentuk tanya jawab antara peneliti dengan responden sesuai
dengan pedoman wawancara dan wawancara yang telah distandarisasi.
Wawancara merupakan metode pengumpulan data yang dilakukan dengan
berkomunikasi secara langsung dengan informan, yaitu pemetik rumput laut,
bakul kecil dan bandar. Tujuan dari wawancara ini adalah untuk memperoleh
informasi secara langsung mengenai masalah yang akan diteliti. Responden
(kasus) ditentukan deugan teknikpurposive sampling Cpengambilan sampel secara
senganja dengan kriteria tertentu),dan snow bolliig (peneliti hams mengetahui
informan kunci dan meminta untuk memperkenalkan kepada informan lain).
Dalam penelitian mengenai jaringan sosial ini, responden (kasus) yang diteliti
sebanyak 7 orang pemetik rumput laut. Dua metode ini digunakan untuk lebih
mudah mendapatkan informan yang terlibat langsung dalam kegiatan memetik
rurnput laut serta informan-informan lain yang menunjang dalam penambahan
data informasi mengenai jaringan pemasaran rumput laut. Adapun kriteria yang
ditentukan dalam pemilihan informan itu diantaranya :
1) Pemetik rumput laut yang terdiri dari laki-laki dan perempuan.
2) Pemetik yang terikat dengan bakul maupuan yang tidak terikat dengan
bakul.
3) Pemetik yang sudah terjun memetik rumput laut sekitar 10 tahun ke atas.
4) Informan yang terjuan sebagai bakul kecil.
5) Informan yang terjun sebagai bandar.
4.4 Metode Analisis Data
Pengolahan data kualitatif, menurut pendapat (Sitorus, 1998), melalui tiga
jalur analisis: reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan.
1. Reduksi data, merupakan bentuk analisis yang menajamkan,
menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu dan
mengorganisasi data dengan cara sedemikian rupa hingga kesimpulankesimpulan akhir dapat diambil. Reduksi dalam proses pengumpulan data
meliputi kegiatan-kegiatan; meringkas data, mengkode, menelusuri tema,
membuat gugus-gugus, membuat partisi dan menulis memo.
2. Penyajian data, merupakan sekumpulan informasi tersusun yang memberi
kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan.
Penyajian dapat mengambil berbagai bentuk, yaitu teks naratif, matriks,
grafik, jaringan clan bagan.
3. Penarikan kesimpulan, dimulai dari pengumpulan data dengan mulai
mencari arti benda-benda, mencatat keteraturan pola-pola penjelasan,
konfigurasi-konfigurasi yang mungkin, alur sebab akibat dan proposisi.
Kesimpulan yang diperoleh diverifikasi dengan cara mernikir ulang selama
penulisan, tinjauan ulang pada catatan-catatan lapangan, peninjauan
kembali dan tukar pikiran denagn orang lain yang memiliki kemampuan
dibidang penelitian ini, serta upaya-upaya yang luas untuk menempatkan
salinan suatu temuan dalam seperangkat data yang lain.
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Kondisi Umum Daerah Penelitian
5.1.1 Letak dan Keadaan Alam
Kabupaten Garut terletak di Provinsi Jawa Barat bagian Selatan pada
koordinat 6"56'49 - 7 O45'00 Lintang Selatan dan 107'25'8 - 108O7'30 Bujur Timur.
Kabupaten Garut memiliki luas wilayah administratif sebesar 306.519 Ha
(3.065,19 l d ) dengan batas-batas sebagai berikut :
Utara : Kabupaten Bandung dan Kabupaten Sumedang
Timur : Kabupaten Tasihnalaya
Selatan: Samudera Indonesia
Barat : Kabupaten Bandung dan Kabupaten Cianjur
Kabupaten Garut secara geografis berdekatan dengan Kota Bandung
sebagai ibukota provinsi Jawa Barat, merupakan daerah penyangga bagi
pengembangan wilayah Bandung Raya. Oleh karena itu, Kabupaten Garut
mempunyai kedudukan strategis dalam memasok kebutuhan warga kota Bandung
sekaligus pula berperan didalam mengendalikan keseimbangan lingkungan.
Bentang alam Kabupaten Garut bagian Utara terdiri atas dua aransemen
bentang alam, yaitu : (1) dataran dan cekungan antar gunung berbentuk tapal kuda
membuka kearah Utara, (2) rangkaian-rangkaian gunung api aktif yang
mengelilingi dataran dan cekungan antar gunung, seperti komplek Gunung
Guntur, Gunung Haruman, Gunung Kamojang di sebelah Barat, Gunung
Papandayan Gunung Cikuray di sebelah Selatan Tenggara, dan Gunung
Talagabodas, Gunung Galunggung di sebelah Timur. Bentang alam di sebelah
Selatan terdiri atas dataran dan hamparan pesisir pantai dengan garis pantai
sepanjang 80 Km.
Karakteristik topografi Kabupaten Garut sebelah Utara terdiri dari dataran
tinggi dan pegunungan, sedangkan bagian Selatan sebagian besar permukaannya
memiliki tingkat kecuraman yang tejal dan di beberapa tempat labil. Kabupaten
Garut mempunyai ketinggian ternpat yang bervariasi antara wilayah yang paling
rendah yang sejajar dengan permukaan laut hingga wilayah tertinggi di puncak
gunung.
5.1.2 Potensi Perikanan Kabupaten Garut
Panjang pantai Kabupaten Garut 5 80 km yang terbentang di 7 wilayah.
Pantai selatan Kabupaten Garut memiliki potensi berupa Zona Ekonomi Ekslusiv
(ZEE) 200 mil laut dengan luas areal penangkapan 5 28. 560 km2 dan diestimasi
memiliki potensi lestari (MSY) sebesar 166.667 tonltahun. Sementara untuk zona
tenitorial(l2 mil laut) memiliki potensi sebesar 10.000 todtahun. Sampai saat ini
nelayan Kabupaten Garut baru memanfaatkan zona teritorial dengan hasil
tangkapan sampai tahun 2006 baru mencapai 4,994,16 ton (atau sekitar 49,94%
dari potensi yang ada). Hal ini disebabkan karena annada penangkapan yang
dimiliki saat ini baru berupa perahuikapal ukuran kecil(5-10 GT).
Potensi perikanan yang umumnya ditangkap di perairan Selatan
Kabupaten Garut diantaranya adalah tuna, tongkol, cakalang, cumi-cumi, layur,
kakap, bawal hitam, kerapu, baronang, cucut botol, Lobster dan ikan hias.
Disamping ikan-ikan tersebut juga terdapat rumput laut yang cukup potensial.
Selain potensi lestari laut dan pantai, di Kabupaten Garut juga terdapat
potensi tambak di sepanjang garis pantai yaitu sekitar 1.000 Ha. Beberapa potensi
sumber daya lain yang terdapat di Kabupaten Garut adalah sumber daya energi
dari pasang surut yang dapat dikonversi menjadi energi listrik terutama Pada
daerah-daerah teluk dan estuaria. Sumber daya mineral antara lain berupa biji
timah, pasir, besi, pasir pantai, batu, koblat, mangan, tembaga dan lain-lain.
Kabupaten Garut juga memiliki potensi yang sangat besar untuk dikembangkan
sebagai daerah tujuan wisata pantai dengan beragam objek wisata yang masib
belum tergali dengan optimal.
Di bidang sumber daya hayati, Kabupaten Garut memiliki potensi sumber daya
perikanan yang cukup besar diantaranya :
1. Budidaya laut, berupa budidaya ikan dan udang. Potensi yang ada sebesar
3.400 ha dan baru dimanfaatkan sebesar 0.5 ha atau baru sekitar 0.01%
2. Budidaya tanbak, potensi yang ada sebesar 1000 ha dan baru
dimanfaatkan sekitar 26.6 ha atau baru termanfaatkan sekitar 2,66%.
5.1.3 Potensi Sumber Daya Manusia
Sumber daya manusia yang berusaha di dalarn penangkapan ikan di laut
yaitu nelayan, pedagang ikan dan pengolah ikan yang tersebar di 7 kecarnatan
pantai di Icabupaten Garut. Data lengkap mengenai potensi sumber daya manusia
di Kabupaten Garut secara jelasnya dapat dilihat pada Tabel 1 di bawah ini:
Tabel 1. Surnber Daya Manusia
Sumber : Monografi PPI Cilautereun, tahun 2008
5.1.4 Potensi Usaha Penangkapan
Sarana dan prasarana yang cukup penting dalam mendukung penangkapan
ikan yang tersedia di Kabupaten Garut adalah Pangkalan Pendaratan ikan yang
terdiri dari 4 PPUTPI, yaitu :
- PPUTPI Cijeruk di Kecatnatan Cibalong
- PPUTPI Cilauteureun di Kecamatan Pameungkpeuk
- PPUTPI Cirnarimuara di Kecarnatan Pakenjeng
- PPUTPI Rancabuaya di Kecamatan Caringin
Adapun fasilitas yang telah tersedia di masing-masing PPI adalah adanya
gedung Tempat Pelelangan Ikan (TPI). Potensi usaha penangkapan ikan di
Kabupaten Garut, secara jelas dapat dilihat pada Tabel 2 di bawah ini :
Tabel 2. Potensi Usaha Penangkapan
Sumber : Monografi PPI Cilautereun, tahun 2008
Kecamatan Pameungpeuk sebagai lokasi penelitian merupakan salah satu
dari kecamatan yang ada di Kabupaten Garut, dengan luas wilayah 84 km2 yang
terdiri dari 7 desa, 21 dusun, 72 RW dan 220 RT. Secara orbitasi dan jarak
tempuh, jarak Kecamatan Pameungpeuk ke ibukota Kabupaten Garut adalah 87
km dengan waktu tempuh sekitar 3 jam, sedangkan jarak ke ibukota propinsi
adalah 144 lan. Kecamatan Pameungpeuk berada pada ketinggian 8 m sampai 400
m dari permukaan laut dan suhu rata-rata adalah 2 6 ' ~ - 2 8 ' ~sedangkan
,
curah
hujan berkisar antara 2000-3000 mm per tahun (terbanyak adalah 124 hari atau
2327,8 mm per tahun).
Adapun batas wilayah Kecamatan Pameungpeuk sebagai berikut :
a
Sebelah Utara
: Kecamatan Cisompet
Sebelah Selatan
: Samudera Indonesia
Sebelah Timur
: Kecamatan Cibalong
Sebelah Barat
: Kecamatan Cikelet
Gambar 2. Peta Lokasi Penelitian Desa Mancagahar Kecamatan Pameungpeuk
Secara spesifiknya lokasi penelitian dilakukan di Desa Mancagahar yang
luasnya 465.589 ha dengan bentang wilayah yang datar. Desa ini m e ~ p a k a n
wilayah yang berdekatan langsung dengan wilayah pantai, sehingga secara
tipologi desa disebut sebagai desa pantai atau desa pesisir. Orbitasi dan jarak
tempuh Desa Mancagahar ke ibukota Kecamatan yaitu 2,5 km dengan lama
tempuh sekitar 30 menit. Keadaan iklim di Desa Mancagahar dapat digambarkan
yaitu dengan kondisi jumlah bulan hujan selama 7 bulan, suhu rata-rata harian 2530'~.
Tabel 3. Luas Areal Desa Mancagahar Menurut Pemanfaatannya, Tahun 2007
1
No Janis Pemanfaatan Lahan
I Luas (ha) I
Persentase (%)
I
Surnber : Monografi Desa Mancagahar, Tahun 2007
Dan Tabel 3, terlihat bahwa sebagian besar tanah yang ada di Desa
Mancagahar yaitu 99,21% atau 142.474 ha adalah tanah kering yang meliputi
tegallladang dan pemukiman, tanah fasilitas umum yaitu 0,59% dari luas wilayah
845 ha yang terdiri dari kas desa, lapangan, perkantoran pemerintahan dan
lainnya. Sedangkan tanah sawah adalah 0,18% dari luas wilayah yaitu 260 ha
sawah irigasi teknis, sawah irigasi setengah teknis dan sawah ladang hujan.
Urutan selanjutnya dalam penggunaan lahan yaitu tanah basah sebesar 0,02% dari
luas lahan 29 ha, tanah perkebunan dan tanah hutan tidak ada.
5.1.5 Kependudukan
Penduduk Desa Mancagahar pada tahun 2007 berjumlah 4.580 jiwa yang
terdiri dari 2.273 orang laki-laki dan 2.302 perempuan. Rasio jenis kelarnin
penduduk Desa Mancagahar adalah sebesar 98,74 yang artinya dari setiap 100
orang perempuan terdapat 99 orang laki-laki. Untuk lebih jelasnya, komposisi
jumlah penduduk Desa Mancagahar berdasarkan umur yang ada dapat dilihat pada
Tebel4.
Tabel 4. Komposisi Jumlah Penduduk Desa Mancagahar Berdasarkan Umur,
Tahun 2007.
Dalam Tabel 4, dapat terlihat bahwa usia 30-39 merupakan jumlah yang
terbanyak dengan jumlah 776 orang dan usia > 59 merupakan jumlah terkecil
sebanyak 100 orang. Akan tetapi, secara keseluruhan dengan menggunakan range
10, secara keseluruhan jumlah masing-masing range menyabar rata. IComposisi
penduduk dari range 10-19 sampai 50-59 tahun relatif menyebar rata, sedangkan
pada usia di bawah 59 tahun, penduduk bexjumlah sedikit sebesar 2,18%. Dari
kasus yang diamati, pemetik rumput laut berada pada kisaran umur 38-59 tahun.
Menurut keterangan salah seorang pemetik ha1 ini dipengaruhi oleh kurangnya
motivasi penduduk yang umumya relatif muda terutama yang belum menikah
berfropesi sebagai pemetik rumput laut. Kegiatan sabagai pemetik tidak akan
pemah mampu mencukupi kebutuhan hidup yang serba sulit pada zaman
sekarang. Untuk melihat komposisi penduduk Desa Mancagahar berdasarkan mata
pendidikan, dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Komposisi Penduduk Desa Mancagahar Berdasarkan Pendidikan,
Tahun 2007
I
No Tingkat Pendidikan
Belum Sekolah
1
2
3.19
146
Tidak pemah sekolah
I
3
I Jumlah (orang) I Persentase (%) I
1.86
85
I
/ Pemah Sekolah SD (tidak tamat) I
Jumlah
I
I
725
1
15.83
4434
1
100.00
I
I
Sumber : Monografi Desa Mancagahar, Tahun 2007
Dilihat dari tingkat pendidikan, penduduk Desa Mancagahar sebagian
besar tamat SDIsederajat, SLTPIsederajat, pemah sekolah SD (tidak taqat),
SLTNsederajat dan sisanya tidak pemah sekolah, D-1, D-3. Untuk tingkat S-1, S2, S-2, S-3 tidak ada. Pada tabel 5, akan terlihat komposisi penduduk Desa
Mancagahar berdasarkan mata pencahariannya. Tingkat pendidikan yang masih
rendah, yaitu dipengaruhi oleh tingkat ekonomi penduduk yang masih rendah.
Mayoritas penduduk bei-fropesi sebagai nelayan dan petani sehingga
penghasilannya hanya dapat mencukupi untuk kebutuhan sehari-hari. Selain itu,
kesadaran penduduk untuk menyekolahkan anak-anaknya ke jenjang yang lebih
tingga masih rendah. Dari kasus yang diamati, pemetik memiliki tingkat
pendidikan sampai tingkat SD.
Tabel 6. Komposisi Penduduk Desa Mancagahar Berdasarkan Mata Pencaharian,
Tahun 2007
Sumber : Monografi Desa Mancagahar, Tahun 2007
Dari tabel 6, dapat dilihat bahwa jumlah penduduk Desa Mancagahar yang
bekerjalproduktif sejumlah 72,05% atau 3.300 orang dari penduduk keseluruhan,
berarti 1.280 orang kehidupannya bergantung pada penduduk produktif sebanyak
3.300 orang. Selain itu dapat terlihat sesuai dengan tipe desanya sebagai desa
pantailpesisir, maka profesi yang paling banyak adalah sebagai nelayan sebesar
45,67% atau berjumlah 2.277 orang. Komposisi penduduk dilihat dari agama
yang dianut yaitu seluruh dari jumlah penduduk beragama islam.
5.1.6 ICelembagaan Perekonomian
Tabel 7. Kelembagaan Ekonomi Desa Mancagahar
I No 1 Jenis Fasilitas
1
2
1 Jumlah (unit) 1
2
Koperasi
1 Industri Kerajinan
1 3 1 Industri Makanan
6
I
3
4
Industri Rumah Tangga
3
5
1 Industri Bahan Bangunan
2
7
Warung Kelontongan
89
8
Angkutan
42
9
1 Pedagang PengumpullTengkulak
7
1
1
I Usaha Perikanan
I
I
10 Usaha Peternakan
11
36
25
12 Kelompok Simpan Pinjam
5
Jumlah
223
Surnber : Monografi Desa Mancagahar, Tahun 2007
Dari tabel 7, terlihat bahwa fasilitas perekonomian di Desa Mancagahar
berupa w m n g kelontongan cukup memadai untuk memenuhi kebutuhan hidup
sehaari-hari dengan jumlah 89 unit. Sedangkan fasilitas koperasi merupakan
paling sedikit yaitu sebanyak 2 unit.
5.1.7 Sarana dan Prasarana Pembangunan
Sarana dan prasarana pembangunan di Desa Mancagahar terdiri dari
sarana dan prasarana transportasi, prasarana air bersih, prasarana komunikasi,
prasarana irigasi, prasarana pemeriutah, prasarana peribadatan, prasarana
kesehatan, prasarana olah raga, sarana kesehatan, prasarana pendidikan, prasarana
penerangan.
5.1.8 Produlrsi Rumput Laut
Tabel 8. Produksi Rumput Laut Kecamatan Pameungpeuk
7
Juli
23.280
38.800
24.250
25.220
8
Agustus
31.050
39.770
29.100
27.160
404.680
32.010
34.920
33.950
41.710
48.500
10
Oktober
35.890
11 November
14.550
19.700
12.610
16.490
12 Desember
-
9.700
-
7.760
Jumlah
166.850
374.400
157.140
263.840
Sumber : Monografi PPI Cilautereun, tahun 2007
Tabel 8. menunjukan produksi rumput laut pada tahun 2006 dan tahun
2007. Komoditas rumput laut yang potensial di Kecamatan Pameungpeuk adalah
jenis kades (Gelidiunz) dan Agar (Gracilaria). Produksi rumput laut jenis
Gelidium dapat diproduksi setiap bulan baik pada musim hujan maupun musim
kemarau. Sedangkan Untuk rumput laut jenis Gracilaria dapat diproduksi pada
rnusim hujan, yaitu dari bulan Juni sampai November. Dilihat dari jumlah
produksi antara tahun 2006 dengan tahun 2007, terdapat penurunan, yaitu untuk
jenis Gracilaria dari 166.850 kg menjadi 157.140 kg pada tahun 2006. Sedangkan
untuk jenis Gelidium dari 374.400 kg menjadi 263.840 kg.
5.2 Gambaran Umum Komunitas Pemanfaat Rumput Laut dari Alam
Sebagai wilayah pantai, Garut Selatan merupakan salah satu daerah
penghasil komoditas rumput laut. Salah satu Kecamatan penghasil komoditas itu
yaitu Kecamatan Pameungpeuk di Desa Mancagahar. Pada bagian selatan wilayah
ini berbatasan langsung dengan samudera Hindia. Dengan karakteristik
gelombang yang kuat dan besar, rumput laut yang dihasilkan berupa komoditas
yang langsung dari dam. Sampai saat ini belum ada cara atau teknologi yang
mengembangkan potensi komoditas ini untuk dibudidayakan.
Pada awalnya masyarakat Desa Mancagahar mengambil rumput laut ini untuk
diolah dan dikonsumsi rumah tangga, akan tetapi dengan semakin meningkatnya
pengetahuan dan informasi yang berkembang di rnasyarakat tentang manfaat yang
terkandung dalam komoditas rumput laut ini, mereka mulai mengupayakan
kegiatan ini sebagai profesi. Selain itu hal ini didukung oleh banyak pihak yang
melirik usaha ke rumput laut, salah satunya dengan berdirinya pabrik pengolahan
di Desa Mancagahar. Mereka beralih untuk mengupayakan hasil yang didapatkan
untuk dijual dan menjadi kegiatan rutin masyarakat sekitar.
Pemetik rumput laut merupakan bagian yang sangat penting dalam mata
rantai usaha rumput laut. Bagaimana tidak, mereka adalah pihak yang terjun
langsung untuk mengambil rumput laut itu dari alam. Akan tetapi ha1 ini tidak
menjadi sebuah keberuntungan yang berarti bagi mereka dilihat dari aspek
finansial, apalagi mengingat besarnya resiko yang mereka hadapi seperti berkejarkejaran dengan gelombang yang menjadi ciri khas pantai selatan. Mereka
mengatakan bahwa profesi ini taruhannya adalah nyawa.
Profesi ini sudah lama dijalani oleh masyarakat Desa Mancagahar. Hampir
tidak ada persaingan diantara sesama pemetik rumput laut ini, ha1 ini disebabkan
oleh faktor alam, yaitu rumput laut itu tersedia langsung dengan sendirinya secara
alami di wilayah yang cukup luas. Sehingga, siapa saja boleh mengakses rumput
laut. Mereka mengatakan bahwa, tidak akan pemah ada persaingan, karena harga
atau keuntungan bagi pemetik semuanya sama, kecuali jika kualitas iumput laut
yang dipetik bagus maka ada perbedaan harga yang lebih tinggi. Hal ini
dipengaruhi oleh faktor individu itu sendiri dalam meinetik rumput laut, seperti
sedikitnya campuran rumput yang tidak diperlukan, bersih dari kotoran laut dan
lain sebagainya. Faktor kualitas rumput laut ini inerupakan salah satu masalah
yang menyebabkan harga rumput laut dari Kecamatan Pameungpeuk sangat
rendah dibanding nunput laut dari daerah lain temtama yang dibudidayakan.
Dari segi modal untuk terjun kelapangau, mereka hanya memerlukan
peralatan yang sederhana yaitu kored, sair dan karison. Dengan peralatan ini
mereka sudah siap untuk memetik rumput laut itu. Adapun peralatan yang
digunakan oleh sebagian pemetik disediakan oleh bakul/pengumpul yang sudah
mempunyai ikatan dengan mereka sebagai tenaga keja. Secara tidak langsung
pemetik itu mempunyai hutang kepada bakul. Ketika pemetik itu inenjual ke
bakul tersebut, maka sabagai ganti dari peralatan itu, hasil jual rumput laut itu
dipotong sesuai dengan harga peralatan tersebut. Begitupun ketika pemetik punya
hutang, nanti dmi hasil jualnya dipotong. Artinya, bahwa para pemetik ini
inempunyai bakul masing-masing untuk menjual hasil panen mereka.
Para pemetik rumput laut tidak akan menjual hasil panennya kepada bakul
yang lainnya. Hal ini disebabkan oleh masing-masing bakul/pengumpul sudah
mempunyai kios tempat jual beli iumput laut disekitar pesisir, sehingga para
pemetik akan menjual hasilnya ke kios yang lebih dekat dengan tempat mereka
inengakses rumput laut tersebut. Selain itu, keterikatan modal berupa alat maupun
keterikatan hutang juga merupakan ha1 yang mendasar bagi mereka dalam
inenjual hasil panennya. Namun terkadang ada saja pemetik yang menjual keluar
bakul langganannya bahkan ke bakul besar tingkat kecarnatan dikarenakan harga
lebih menguntungkan. Hal ini tentunya tanpa sepengetahuan bakul langganannya.
Ada saatnya para pemetik itu tidak terjun ke laut, biasanya mereka malasrnalasan karena harga rumput laut yang dibeli oleh bakul sangat rendah. Dalam
kondisi seperti ini, bakul biasanya mengadakan awuvan atau memberikan
pinjaman berupa uang, sehingga para pekerjanya mau lagi untuk ke laut. Akan
tetapi tidak selalu ada iming-iming seperti ini karena para pemetik memperoleh
penghasilan sehari-hari dari memetik rumput laut itu. Hal ini terjadi ketika para
bakul memerlukan barang banyak untuk disalurkan ke bakul besar tingkat
kecamatan.
Hal yang paling menyedihkan bagi para peinetik yaitu ketika harga rumput
laut jenis tertentu turun lebih dari setengahnya bahkan tidak berharga sama sekali.
Pada kondisi seperti ini biasanya mereka membawanya ke rumah untuk diolah
atau dibagi-bagikan ke tetangga. Ada juga yang dijemur untuk dijual dalam
bentuk kering. Setelah dikeringkan baru dijual, karena rumput laut yang sudah
kering harganya lebih tinggi.
Dalam penjualan hasil panen, bagi pemetik yang tidak terikat dengan
bakul, mereka bebas menjual kemana saja. Bahkan bisa langsung menjual rumput
laut itu ke bandar kecamatan yang lokasi pabriknya berada di wilayah pesisir.
Selain itu, terkadang ada pekerjaan tambahan dari bandar itu, yaitu menyortir,
mencuci, menjemur, menimbang dan mengangkut rumput laut d a i tempat
penjemuran dari tempat penjemuran ke kioslgudang penyimpanan rumput laut.
Bagi pemetik, ini merupakan penghasilan tambahan disela-sela kegiatan memetik
rumput laut yang dilakukan baik sebelum maupun sesudah dilakukan, tergantung
surutnya gelombang.
'
Ketemngan :
(a) Kegiatan menjemur rumput laut.
(b) Kegiatan Menimbang rumput laut.
(c) Kegiatan mengangkut rumput laut dari ternpat penjemuran ke kioslgudang
penyimpanan rumput laut.
Gambar 3. Kegiatan Pemetik dalam Usaha Mencari Rumput Laut
Hubungan yang terjadi antara sesama pemetik sangat akrab, hal ini
ditandai dengan saling berbagi informasi mengenai wilayah yang sedang bagus
terdapaaya mmput laut, kemudian mereka pergi bersama-sama. Selain itu bagi
mereka yang sudah lama terjun memetik rumput laut, tidak jarang memberikan
informasi cara-cara memetik yang baik kepada kaum pemula. Sebelum terjum ke
laut, sekitar satu bahkan dua jam biasanya mereka menunggu gelombang surut.
Disaat seperti ini, mereka berkumpul bersama untuk makan-makan dan
mempersiapkan segala sesuatunya sambil berbiicang-bincang mengenai segala
keseharian diantara mereka.
Ada sebagian dari mereka yang sudah akrab dan mempunyai hubungan
pertemanan dan tetangga, selama di laut selalu bersama-sama mencari wilayah
yang berdekatan. Lamanya di laut pun selalu sama, sehingga sejak mulai
berangkat dari rumah sampai pulang kembali ke rumah mereka tetap bersamasama. Adapun kebersamaan mereka itu karena terikat oleh hubungan keluarga
yang hampir semuanya terjun sabagai pemetik rumput laut, karena biasanya
mereka mengikutsertakan anggota dekat keluarganya untuk ke laut.
Rumput laut itu dipanen setiap tiga kali masa dalam sebulan. Mereka
menyebutnya dalam peristilahan Jawa yaitu tatanggalan, wewelasan dan
lilikuran. Dari setiap periode itu rumput laut biasanya ada, masing-masing selama
lima hari. Jadi, jumlah dalam setiap bulan sekitar l i i a belas hari mereka dapat
memanen rumput laut. Selain hari itu biasanya masyarakat disana menyebutnya
sebagai musim guntur, yaitu ketika gelombang lagi pasang.
Keterangan :
(a) StnrMur karang saat s u t
(b) Kondisi laut saat pasandguntur.
(c) Kondisi laut saat surut.
(d) Komunitas rumput laut jenis panyariban/Sargussumsp.
Gambar 4. Kondisi Pantai Tempat Komunitas Rurnput Laut.
Para pemetik rurnput laut berangkat dari rumah biasanya menjelang siang
hari, karena pada pagi harinya biasanya mereka hams menyelesaikan pekerjaan
rumali terlebih dahulu. Apalagi ketika m u s h ke sawah dan berladang, mereka
ikut serta sebagai buruh. Ada juga diantara mereka yang menggembala sapi orang
lain yang tak lain adalah milik juragannya yang berprofesi sabagai bandar nunput
laut, sehingga dari pagi sampai sore mereka bekerja.
Rutinitas seperti ini biasanya mereka lalui setiap harinya. Kalau tidak
sedang musim nunput laut, mereka pergi ke sawah, ke ladang untung becocok
tanam atau mencari udang dengan menggunakanjodung. Akan tetapi kendatipun
sepanjang hari mereka bekerja, kebutuhan hidup sehari-hari masih belum dapat
dicukupi. Ketika musim paceklik, ada beberapa diantara mereka yang pergi
keluar kota untuk bekerja sebagai buruh bangunan.
Keterangan :
(e) Pemetik yang sedang memperbaiki jodang untuk menangkap udang
(f) Aktivitas di sawah.
(g) Pulang mencari udang.
(h) Udang hasil tangkapan.
Gambar 5. Kegiatan Pemetik Selain Mencari Rumput Laut.
Dari hasil memetik m p u t laut pendapatan mereka dalam sehari
tergantung dari berapa kilo yang mereka panen. Dalam satu kali terjun biasanya
memerlukan waktu sekitar 2 sarnpai 5 jam. Untuk para pemetik laki-laki biasanya
yang paling lama. Jumlah rumput laut yang didapatkan selama 2 sampai 3 jam
yaitu sekitar 10 sampai 20 kg dan untuk waktu 4 sanpai 5 jam mereka
mendapatkan hasil sampai 30 kg.
Mereka menuturkan bahwa perjuangan mereka selama di laut yang
taruhannya nyawa, belum setimpal dengan harga yang mereka dapatkan dari
bakul. Untuk jenis rumput laut kades (Gelidium sp) seharga Rp 1.000,00 per kg
harga ini lnerupakan harga untuk rumput laut dengan kualitas paling bagus tanpa
banyak campuran rumput-mnput lain dan tanpa kotoran, namun ha1 ini jarang
terjadi. Sedangkan kalau kualitasnya jelek, para bakul membelinya Rp 600,OO
sampai Rp 700,OO per kg. Untuk jenis ager (Gracilaria sp) harganya sama. Untuk
jenis rumput laut yang lainnya seperti, paris, ramu kasang, danpanyariban,
harganya lebih rendah dari kades danparis. Sedangkan jenis rumput laut yang
paling mahal yaitu jenis buludru, biasanya diminta dengan kualitas ekspor.
Jenis lumput laut yang potensial di pantai Sayang Heulang Desa
Mancagahar yaitu jenis ager dan lcades (Gracilaria sp dan Gelidium sp). Untuk
jenis Ager tumbuh pada musim hujan, lokasinya berada di tengah pantai, sehingga
untuk dapat dipetik gelombangnya hams benar-benar surut. Rumput laut jenis
ager ini selain permintaanya dari luar juga banyak dibutuhkan oleh pabrik
pengolahan yang berada disekitar desa itu. Untuk jenis lades tumbuh pada
musim hujan dan kemarau, terdapat sekitar 20 meter dari pinggir pantai.
Adapun informasi harga dan jenis rumput laut dapat dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9. Harga yang Dibeli dari Pemetik
Jenis Rurnpt Laut
No
Hargakg
Nama Lokal
Nama Ilmiah
1
Kades
Gelidium sp
700,OO
2
Ager Merah
Gracilaria sp
700,OO
3
1 Buludru
I
4
6
1 2.000,OO
I
-
(Paris
( 350,OO
1 Rambu Kasang I 1 100,OO
1 Panyariban I Sargassum sp 1 100,OO
I
5
I
I
I
Tabel 10. Harga yang Dibeli dari Baku1 Kecil
Tabel 11. Harga yang Dibeli Dari Bandar
Keterangan :
- Kualitas Jatah adalah rumput laut yang dijemur langsung setelah dipetik
dan masih adanya kotoran-kotoran yang belum dibersihkan.
-
Kualitas Cuci adalah rumput laut yang dibersihkan dengan air tawar atau
air hujan sehingga wamanya putih dan kotoran yang melekat sudah
dibersihkan, sehingga kualitasnya asli rumput laut.
-
Untuk jenis Kades dan Ager merah merupakan komoditas utama yang
sering diambil oleh pemetik. Adapun jenis yang lainnya baru diambil
ketika ada permintaan khusus dari luar.
Keterangan :
(a)
(b)
(c)
(d)
(e)
Rumput laut jenis kades (Gelidium sp) yang baru dipetik.
Ru~nputlaut jenis ager merah (Gracilaria sp) yang baru dipetik.
Rumput laut jenis buludru kualitas cuci.
Rumput laut jenis panyariban (Sargasum sp) yang sudah dijemur.
Kades yang sedang dijemw dan masih bercampw dengan rumput laut lain
(masih kualitasjatah).
(0 Kades kualitas cuci.
(g) Panyariban yang belum di petik.
Gambar 6 . Jenis Rumput Laut di Desa Mancagahar
Bakul merupakan pihak ke-dua dari rantai pemasaran nnnput laut. Bakul
yang terdapat di Desa Mancagahar hanya 3 orang dan diantara bakul itu ada yang
mempunyai anak buah yang disebut bakul keliling. Bakul keliling bertugas
sebagai bakul yang mencari rumput laut ke luar daerah Desa Mancagahar,
sehingga keuntungan yang didapatkan oleh bakul utama lebih besar. Selain itu
peran bakul keliling adalah sebagai rekan kerja dalam pemenuhan modal,
kemudian akan ada bagi hasil keuntungan. Menjadi seorang bakul harus
mempunyai modal untuk membeli rumput laut dari para pemetik. Jumlah modal
yang dibutuhkan untuk menjadi seorang bakul kecil jika rumput laut sedang
banyak menurut penuturan salah seorang bakul yaitu Rp.10.000.000,00 dan jika
kondisinya tidak terlalu bagus, modal yang dibutuhkan Rp.3.000.000,004.000.000,00. Adapun modal yang didapatkan bakul yaitu dari penghasilannya
sebagai bandar usaha lain dan dari hasil penjualannya ke bakul besar. Pada saat
bakul itu kekurangan modal, bakul besar biasanya memberi uang ikatan. Uang itu
sebagai pengikat agar bakul kecil itu tidak menjual rumput laut ke bakul besar
yang lain. Akan tetapi tidak selalu semua bakul besar itu memberi uang ikatan
kepada bakul kecil langgannya, uang ikatan itu baru dikasih ketika barang yang
dibutuhkan bakul besar banyak. Sehingga bakul kecil itu akan termotivasi untuk
menyuruh para pemetik langganannya mencari rumput laut dalam jumlah yang
banyak. Selain dari bakul besar, modal juga diperoleh dari orang yang ikut
patungan modal, nanti akan ada bagi hasilnya. Yang menanamkan modal dalam
usaha rumput laut, biasanya tidak mengetahui jalannya usaha. Untuk jumlah
produksi yang dibelipun terkadang tidak transparan, tidak ada kejelasan masalah
pembelian dan penjualan yang terjadi. Untuk menunda pembagian keuntungan,
bakul itu mengatakan bahwa permintaan dari bakul besar sedang turun. Hal ini
tentunya menjadi masalah bagi orang yang ikut menanamkan modal ketika tahu
ada kecurangan, sehingga tidak akan ada kepercayaan lagi untuk ikut usaha lagi.
Orang yang memberi informasi yaitu bakul lainnya yang sama-sama bersaing.
Untuk keberlanjutan usahanya dalam usaha ini, para bakul itu mencoba untuk
meminjam uang pada bank. Bank tempat bakul itu meminjam modal yaitu bank
lokal di Desa Mancagahar, sehinggajumlah pinjarnannya tidak terlalu besar yaitu
sekitar Rp 3.000.000,00-4.000.000,00.
Setiap bakul itu mempunyai beberapa pemetik langganan yang sesuai
dengan akses pemetik itu mengambil rumput laut. Misalnya, jika pemetik itu
mengambil rumput lautnya di sebelah barat maka pemetik itu menjual hasilnya ke
bakul yang berada dibagian barat. Pola seperti ini menjadi sebuah ketergantungan
antara bakul dan pemetik yang selanjutnya bakul itu akan mengikat pemetik
dengan peralatan dan pinjaman uang. Ketiga bakul itu mempunyai kios disekitar
pesisir, ha1 ini untuk memudahkan proses transaksi jual beli. Didalam kios itu
terdapat gudang penyimpanan rumput laut yang sudah dijemur dan siap untuk
dijual ke bakul besar. Untuk proses penjemumn, bakul memerlukan beberapa
orang karyawan. Diantara karyawan itu, sebagian dari mereka adalah para
pemetik dan sebagian lagi karyawan khusus serta anggota keluarga. Terkadang
bakul itu sendiri ikut menjemur dan menyortir rumput laut.
Keterangan :
(a) Kioslgudang penyimpanan rumput laut milik bakul kecil.
(b) Bakul yang sedang menyortir dan menjemur rumput laut.
(c) Bakul yang sedang menimbang mmput laut.
(d) Tempat penjemuran rumput laut.
Gambar 7. Kondisi KiosIGudang Rumput Laut dan Kegiatan Bakul Kecil.
Para pemetik itu bekerja sebagai tukang jemw pada saat sebelum dan
sesudah melaut, tergantung surutnya laut. Misalnya, jika surut laut jam 2, maka
pemetik itu menjemur rumput laut sebelum memetik dan jika surut laut jam 9,
maka pemetik menjemurnya setelah dari laut. Ada juga pemetik yang hanya
bertugas sebagai tukang angkut dari gudang dan tukang beber. Sementara yang
bertugas membolak balikan yaitu karyawan tetap bahkan bakulnya sendiri ikut
bekerja. Kemudian yang bertugas sebagai tukang timbang adalah bakul itu sendii
karena ini bagian yang sangat penting yang berhubungan langsung dengm
masalah keuangan, sehingga butuh kepercayaan besar atau paling tidak ada
anggota keluarga yang berperan. Setelah penimbangan itu selesai, bakul akan
memberikan langsung uang itu kepada pemetik. Adapun jika pemetik itu
mempunyai hutang, maka jurnlah uangnya akan dipotong sesuai dengan jumlah
hutang. Kemudian jika pemetik minta dipotongnya dengan cara dicicil, maka
bakul itu akan memotong uangnya tidak sekaligus. Uang yang dipinjam pemetik
itu biasanya tidak terlalu besar, karena uang itu untuk memenuhi kebutuhan hidup
sehari-hari.
Dalam usaha sebagai bakul, terkadang ada persaingan harga dengan bakul
yang lainnya. Misalnya, jika bakul yang satu menaikan harga, maka para pelnetik
itu akan menjual hasil mmput lautnya ke bakul yang harganya lebih tinggi.
Kemudian pemetik itu memberi informasi ke pemetik lainnya menge~laiharga itu.
Ketika pemetik itu menjual ke bakul lain, bakul langganannya tidak diberitahu.
Akan tetapi ada saja orang yang membocorkan kejadian seperti ini. Kalau sudah
ketahuan ada langganannya tidak setia, biasanya bakul itu memberi nasihat dan
memberi peringatan saja untuk tidak melakukan kecurangan lagi.
Orang yang terjun menjadi seorang bakul hams mempunyai keahlian
dalam bisnis, karena mereka hams bisa bersaing, membujuk pemetik agar menjadi
pelanggan setia dan lainnya. Satu ha1 yang penting bakul itu hams mempunyai
modal untuk dapat menjalankan usahanya. Sehingga para baku itu biasanya
mempunyai kegiatan diluar rumput laut. Ada diantara mereka yang bergerak
dalam bisnis tanaman palawija, seperti kacang tanah, singkong, jagung dan
lainnya. Dari satu usaha ke usaha yang lain saling menutupi, jika sedang tidak
musim rumput laut, maka akan fokus ke pertanian dan hasil tanaman palawija.
Selain untuk usaha lagi, para bakul itu akan mengalokasikan modalnya untuk
membeli sawah.
Seperti penuturan Maman, salah satu bakul Desa Mancagahar :
"Usaha kana jukut itu lcudu gaduh pangalaman usaha sareng kedah
kiat mental dina ngahadapi resiko. Sabab usaha tina produk laut
mah teu menentu, teu tiasa memperkirakan kondisi alam. Ayeuna
metiksehari bagus, eh...enjingna tiba-tiba guntur...atuh nya kapalcsa
teu ngajukutpemetik teh. Upami tos teu aya jzrkutna, naon nu bakal
dipeser lcu balul! Janten lcedah pinter mencari peluang kana usaha
lain, sepertos ngagarap sawah, pepelakan di kebon oge
wawarungan kieu kanggo nambih panghasilan. Usaha kana jztkut
nzah jiga dianalcterelceun ku penzerintah teh benten sareng ka
nelayan...ari 1ca nelayan rnah pan kantos aya bantosan seperti
kapal...sedengkeun usahajukut mah teu acan kantos aya bantuan
sama sekali"
"Terjun dalam usaha rumput laut harus punya pengalaman usaha dan
harus h a t menghadapi resiko. Sebab usaha dari produk laut tidak
menentu, tidak bisa memperkirakan kondisi alam. Hari ini dapat
memetik rumput laut, eh...tiba-tiba besoknya gelombang pasang ...ya
terpaksa tidak memetik. Kalau sudah tidak ada rumput laut dari
pemetik, apa yang dapat dibeli oleh bakul! Jadi hams pintar mencari
peluang usaha lain, seperti menggarap sawah, menanam palawija
dan buka warung kecil-kecilan buat nambah penghasilan.Usaha
dalam iumput laut seperti dianaktirikan sama pemerintah berbeda
dengan nelayan ...kalau ke nelayan pernah ada bantuan berupa
kapal...sedangkan usaha rumput laut tidak pernah sama sekali!
Kemudian pihak selanjutnya dalam mata rantai rumput laut adalah bakul
besar atau dalam peiistilahan Desa Mancagahar adalah bandar. Jumlah Baku1
besar yang terdapat di Desa Mancagahar yaitu 2 orang yang sekaligus sebagai
bakul tingkat kecamatan. Pada saat ini persaingan diantara kedua bandar ini
sangat tidak sehat, menurut penuturan salah seorang bandar. Kondisi sekarang
berbeda dengan bakul terdahulu yang sekarang sudah berhenti. Tanda terdapat
persaingan tidak sehat itu adalah harga secara tiba-tiba dinaikan tanpa ada
kompromi terlebih dahulu. Ada salah satu bakul yang biasanya menaikan harga
untuk menggaet bakul kecil supaya menjual rumput laut ke bakul itu. Tentu saja
ha1 ini dianggap merugikan bagi bandar yang satunya lagi, padahal masih ada
ikatan keluargaan diantara mereka.
Pada awalnya di Desa Mancagahar hanya ada 1 orang bandar, sekitar 2
tahun yang lalu muncul 1 orang bandar dimana bakul yang baru ini mempunyai
modal yang lebih besar. Selain dalam tingkat harga, persaingan yang tejadi juga
mengarah kepada menjelekan citra b a h t yang lama. Misalnya bakul baru itu
mengatakan bahwa halitas rumput lautnya jelek banyak kotorannya atau
mengatakan sesuatu mengenai kualitas barang tanpa sepengetahuannya kepada
agen dari luar kota. Sehingga muncul konflik antar bakul besar itu, yaitu berebut
bakul kecil langganan dan agen pemasaran dari luar daerah.
Pemasaran rumput laut setelah dari bandar yaitu ke pabrik pengolahan
lokal, toko sembako, pabrik pengolahan diluar kota dan agen ekspor. Daerah yang
menjadi langganan pengiriman rumput laut adalah Jakarta, Sukabumi, Lampung,
Surabaya, Malang dan Pasuruan. Khusus dari Pasuruan, rumput laut diambil ke
tempat, karena bandar itu sudah menjadi langganan agen tersebut. Sedangkan
untuk daerah yang lainnya diantarkan oleh bakul menggunakan alat transportasi
truk. Pengiriman ke daerah Lampung inerupakan khusus untuk diekspor sehingga
kualitasnya harus standar ekspor.
Peran seorang bandar dalam inata rantai pemasaran rumput laut sangat
penting, karena berhubungan dengan citra kualitas rumput laut yang dimiliki oleh
suatu daerah. Jika kualitas mnput laut jelek, maka permintaan dari luar turun.
Sering ada kejadian rumput laut dibawa pulang lagi karena kualitas yang
dibicarakan melalui telepon tidak sesuai dengan faktanya. Walaupun pihak pabrik
mau membeli dengan syarat harga turun, akan tetapi seorang bandar biasanya
tahan harga karena kalau jadi dibeli tidak akan balik modal. Apabila ada kejadian
seperti ini, seorang bandar mengalami kerugian besar, untuk biaya perjalanan saja
menghabiskan Rp.5.000.000,00 khusus kedaerah Jawa, belum lagi banyaknya
pungutan selama diperjalanan. Oleh karena itu, sebagai seorang bandar terkadang
mereka bicara langsung kepada pemetik agar dalam memetik hams hati-hati
jangan asal diambil dan kepada bakul menasehati agar dalam menjemur harus
benar-benar kering. Selain dari faktor kualitas, permintaan dari luar ditentukan
oleh keadaan internal pabrik itu sendiri, misalnya karena stok barang sudah
terpenuhi dari daerah lain yang kualitasnya lebih baik. Akan tetapi tidak selalu
mengalami kerugian, seorang bandar apabila usahanya lancar dia akan mendapat
keuntungan yang besar pula.
Penanganan pasca panen rumput laut selanjutnya setelah dari bakul kecil
adalah proses pencucian, penyortiran dan penjemuran. Penanganan rumput laut
dari bakul kecil yaitu penjemuran setelah diambil dari laut, sedangkan penjemuran
yang dilakukan oleh bandar yaitu setelah lumput laut itu dicuci. Proses pencucian
yaitu mencuci rumput laut dengan air tawar atau air hujan, sehingga ada
perubahan wama menjadi putih. Pencucian dengan air tawar yaitu dengan
menggunakan sebuah drum yang sudah diisi dengan air tawar, kemudian rumput
laut itu dicelupkan. Untuk pencucian dengan air hujan, rumput laut dibeber di
lapangan sekitar kios, agar terkena air hujan. Pencucian dengan air tawar
dilakukan pada saat musim kemarau dan pencucian dengan air hujan dilakukan
pada saat musim hujan. Proses penyortiran dilakukan dua kali yaitu setelah dicuci
dan sebelum diinasukan ke karisoiz. Penyortiran yaitu memisahkan kotoran dan
campuran rumput liar lainnya. Selanjutnya untuk rnenangani sernua proses ini,
seorang bandar rnernerlukan beberapa orang karyawan. Jumlah karyawan yang
dibutuhkan salah seorang bandar rnencapai 20 orang. Adapun lokasi tempat
penyirnpanan rumput laut salah seorang bandar terdapat disekitar pesisir. Menurut
penutummya, hal ini untuk rnernpermudah trnsaksi dengan bakul kecil yang ada
disekitar dan untuk rnenghemat biaya angkutan.
Keterangan :
(a) Kioslgudang penyimpanan rumput laut milik bandar.
(b) Tempat penjemm rumput laut.
(c) Karyawan yang akan menimbang rumput laut.
(d) Drum tempat mencuci rumput laut dengan air tawar.
(e) Rumput laut yang disimpan di dalam kios (belum ditimbang).
(0 Rumput laut yang disimpan dikios dan sudah dimasukkan ke karung (sudah
ditimbang).
(g) Seorang Bandar yang sedang mencatat basil penimbangan.
(h) Alat Tibangan yang digunakan bandar.
Gambar 8. Kodisi KioslGudang Rurnput Laut dan Kegiatan Seorang Bandar.
Jurnlah rumput laut yang dibeli bandar ketika rnusirn panen yaitu sebesar
10 ton dari 21 orang bakul. Bakul-bakul itu tidak hanya dari Desa Mancagahar
saja, tetapi dari desa lainnya. Sedangkan ketika kondisinya sedang jelek jumlah
pembelian sekitar 3-4 ton. Seorang bandar dalam mencari rumput laut tidak hanya
di daerahnya saja, karena rumput laut yang dipetik yaitu tumbuh secara alami,
sehingga hasilnya tidak menentu.Untuk memenuhi permintaan dari pabrik, bandar
akan mencari rumput laut keluar daerah ketika jumlah yang diminta belum
terpenuhi. Hal ini dilakukan khusus untuk pabrik langganan bandar tersebut.
Masalah peljanjian dilakukan diawal melalui telepon. Perjanjian itu diantaranya,
kualitas hams bagus dan jumlah permintaan rumput laut yang diinginkan.
Modal yang dibutuhkan seorang bandar sangat besar, maka dari itu untuk
memenuhi akan kebutuhan modal itu mereka memberanikan untuk meminjam ke
bank. Meskipun banyak kendala yang dihadapi ketika proses cairnya uang
tersebut. Pihak bank biasanya kurang ada kepercayaan terhadap usaha yang
berhubungan dengan produk laut. Selain itu, terkadang modal itu didapatkan dari
pihak pabrik itu sendiri. Mereka memberikan sejumlah uang muka (DP) sebagai
ikatan untuk modal bandar yaitu sekitar 25% dari modal yang dibutuhkan. Ikatan
berupa uang ini dilakukan karena pihak pabrik sedang memerlukan banyak barang
dan dari daerah lain tidak terpenuhi. Jumlah modal yang dibutuhkan untuk usaha
rumput laut selama 1 bulan yaitu sekitar Rp.50.000.000,00-100.000.000,00.
Keuntungan bersih yang didapatkan oleh bandar dalam keadaan lancar yaitu
Rp.7.500.000,OO per bulan. Dalam satu bulannya pengiriman dilakukan sebanyak
dua kali. Keuntungan ini khusus untuk daerah Pasuruan yang menjadi pelanggan
tetap. Berikut ini adalah penuturan salah seorang bakul :
"Duka Iunaon nambut ka bai~ktelz nzeni hese kaizggo usaha runtput
laut mah..jigana pihak bank teh teu aya lcapercayaan da panginten
usaha nu kaitanna sereng laut mah tezt tangtos...jaminanna teu kuat.
Kamari oge kantos nambut Rp.100.000.000,00 tapi meni lanzipisan
cairna teh...padaha1 nganggo artos panglicin Rp. 7.000.000,00. Pan
upami usaha hoyong lancar mah kedah gaduh modal...lcamari age
karena modal teu aya usaha teh janten seret, kadang sababarah bulan
teu ngintun barang. Saleresna upami modal ageung meskipun barang
teu aya ditempat, pan tiasa milariaiz ka tempat nusanes, janten pasti
diudag kango nyumponanpermintaan pabrik".
"Entah kenapa pinjam ke bank itu sangat sulit kalau buat usaha rumput
laut...kayanya pihak bank tidak ada kepercayaan karena mungkin dari
usaha yang berhubungan dengan laut itu tidak menentu...j aminannya
tidak h a t . Ke~narinjuga pernah nambut Rp.100.000.000,00 tapi
sangat lama proses cairnya...padahal pakai uang penglicin
Rp.7.000.000,00. Kan kalau usaha mau lancar itu hams punya
mod al... kemarin juga usaha jadi mandeg karena modal kurang.
Sebenamya kalau modal besar meskipun barang tidak ada ditempat
dapat dicari ke daerah lain, jadi barang itu pasti dicari buat memenuhi
permintaan pabrik".
5.3 Jaringan Sosial Pemetik Rumput Laut dari Alam
5.3.1 Kasus 1 :Entis
Entis Sutisna berusia 40 tahun, bukan penduduk asli Desa Mancagahar.
Berasal dari keluarga petani, dilahirkan di Kecamatan Cikajang dari pasangan Ibu
Oneng (almarhum) dan bapak Udin. Entis merupakan anak ke-6 dari 8 bersaudara.
Telah menyelesaikan pendidikan sampai tamat SD. Ekonomi merupakan alasan
Entis tidak melanjutkan ke SMP. Sebeluin menikah Entis bekerja sebagai tenaga
k e j a dalam pembuatan jalan yaitu tukang aspal.
Pada tahun 1988, Entis mendapatkan proyek ke Desa Cikelet untuk
pembuatan jalan sabagai tukang aspal, tepatnya di kampung Rancapadu. Di
daerah ini Entis bertemu dengan seorang gadis bernama Masitoh. Kemudian
beberapa bulan kemudian Entis meminang Masitoh sebagai istrinya. Sampai saat
ini Entis telah dikaruniai 4 orang anak. Anak yang pertama bemama Yudi,
sekarang sudah menikah, an& ke-dua Ida Rohaeti 12 tahun, anak ke-tiga Meli
Sartika 9 tahun dan anak terakhir Reni 4 tahun. Yang berada di rumah Entis hanya
tiga orang anak, karena Yudi anak sulung Entis setelah nikah beberapa bulan
mempunyai iumah sendiri.
Sebelum mempunyai mmah sendiri Entis tinggal bersama orang tua
Masitoh di kampung Rancapadu. Kemudian setelah penghasilannya cukup mereka
mendirikan rumah tak jauh dari tempat tinggal mertuanya. Pada awal menikah
Entis sudah tidak bekerja lagi sebagai tukang aspal, Entis menjalani profesi baru
sebagai pemetik rumput laut. Entis belajar dari istri dan mertuannya cara-cara
mengambil rumput laut itu, terkadang tetangga sekitar mengajak Entis untuk ikut
serta. Sudah 21 tahun Entis menekuni kegiatan sebagai pemetik rumput laut. Entis
merupakan salah satu anggota keluarganya yang mempunyai keinginan keras
dalam usaha. Entis tidak ingin tergantung pada orang tuanya, karena sejak masih
lajangpun Entis sudah mampu berpenghasilan sendiri.
Entis memaparkan hubungan yang terjalin dengan bakul rumput laut hanya
sebatas hubungan jual beli saja. Tidak pemah ada perhatian sama sekali ketika
lagi membuthkan uang untuk keperluan sehari-hari. Para bakul itu biasanya mulai
menaikan harga ketika mereka membutuhkan barang banyak, bahkan sampai
datang ke rumah dengan iming-iming kasih pinjaman uang. Akan tetapi
sebaliknya, ada saatnya bakul menurunkan harga rendah tanpa negosiasi dengan
Entis. Jika harga rumput laut lagi tidak bagus, maka Entis lebih memilih untuk
menjualnya dalam bentuk kering, karena harganya jauh lebih tinggi walaupun dari
basah menjadi kering itu susutnya sekitar 8 kg.
Bakul yang menjalin hubungan dengan Entis adalah bakul keliling yang
setiap kali musim rumput laut, bakul itu menunggu di disekitar pantai. Kemudian
transaksi jual beli dilakukan disekitar pantai, setelah itu tidak ada lagi hubungan
yang dijalin. Dan bakul keliling itu kemudian akan dikirim ke bakul ditingkat
desa. Bakul keliling itu merupakan anak buahnya bakul yang ada di desa.
Untuk menambah penghasilannya, lima tahun yang lalu Entis mulai
melirik usaha baru yaitu sebagai pengumpul kerang. Kerang yang dibeli Entis
kemudian akan dipasarkan ke Pangandaran. Selain dari Pangandaran, ada juga
agen dari Bandung dan Jakarta yang datang langsung ke rumah Entis untuk
mengambil kerang tersebut. Perbedaannya, agen dari Pangandaran merupakan
sudah menjadi langganan tiap memasarkan, kalau agen dari Bandung dan Jakarta
bukan langganan tetap, mereka membeli kerang kepada Entis dengan periode
waktunya yang tidak menentu.
Kemauan keras Entis untuk terjun kedalam usaha pengumpul kerang yaitu
disebabkan oleh betapa sulitnya hidup di zaman sekarang yang serba mahal. Oleh
karena itu Entis tidak membuang kesempatan baik untuk mencoba usaha barunya
itu, karena Entis sudah mendapatkan banyak informasi, bahwa produk kerang
yang berasal dari wilayah pantai Garut selatan banyak diminati dari luar negeri.
Selain itu kedua anaknya yang sedang mengenyam pendidikan di SD dan SMP,
menjadi motivasi Entis untuk bekerja lebih keras lagi, sehingga Entis dapat
menyekolahkannya sampai tamat SMP atau SMA. Untuk membiayai anaknya
pergi ke sekolah Entis hams menyiapkan uang sebesar Rp 3.000,00 dalam 1 satu
hari. Kegiatannya sebagai pemetik ruinput laut dirasakan tidak akan mampu
menafkahi keluarganya, karena untuk kebutuhan makan masih kesulitan,
meskipun kegiatan ini dijalani bersama istrinya.
Adapun modal yang didapatkan sebagai pengumpul kerang, pada mulanya
didapatkan dari kakanya yang berprofesi sebagai petani dan pedagang. Kemudian
Entis menekuni usaha ini dengan serius, sehingga menjadi Bandar di desanya. Hal
ini berbeda dengan profesinya sebagai pemetik rumput laut, tidak ada modal yang
dibutuhlcan selain peralatan yang sederhana. Ketika musim dan harganya lagi
bagus maka Entis mulai turun ke laut bersama istrinya. Entis mengakui
penghasilan dari memetik nunput laut hanya dapat memenuhi kebutuhan dapur
saja, sedangkan untuk biaya hidup yang laimya ia dapatkan dari usaha sabagai
pengumpul kerang.
Dari usaha sebagai pengumpul kerang, Entis lnempunyai beberapa
karyawan, diantaranya 36 karyawan di Rancabuaya dan 37 karyawan di Cimari.
Karyawan-karyawan itu yaitu yang menjual hasil tangkapamya ke Entis. Di
Kampung Rancapadu. Entis merupakan pengumpul kerang satu-satunya dalam
usaha ini, sehingga banyak orang mengenal Entis sebagai Bandar kerang.
Pengiriman kerang ke Pangandaran setiapl sampai 2 minggu sekali.
Kerang-kerang itu akan dikirim ke Bali, kemudian di ekspor ke Hongkong. Ratarata jumlah kerang yang dikirim ke Pangandaran sekitar 50 kg. Adapun harga 1 kg
kerang, Rp. 65.000,OO. Terkadang agen yang dari Bali pernah kontak langsung
melalui telepon untuk mengirimkan barangnya langsung kesana. Akan tetapi Entis
merasa tidak enak ketika hams menjual langsung barangnya ke agen di Bali. Entis
menghargai betul dengan hubungan yang sudah lama terjalin dengan agen di
Pangandaran. Hal ini terkait dengan modal yang sebagian besar dari mereka.
Modal itu dijadikan sebagai pengikat hubungan untuk kelanjutan usaha. Pada saat
Lebaran tiba, Entis selalu dikasih Tunjangan Hari Raya (THR) dari bosnya di
Pangandaran. Ketika anggota keluarganya sakit, bosnya menyempatkan datang
menjenguk. Entis menyebutkan bahwa hubungan yang trejalin dengan bosnya
bukan hanya sekedar bisnis, akan tetapi hubungan kekeluargaan. Walaupun tidak
pernah mengirim barang langsung ke agen Bali, namun kontak masih terjalin
untuk mengetahui informasi keadaan musirnnya kerang.
Dari usaha sebagai pengumpul kerang, Entis sudah mempunyai Surat Izin
Usaha Perikanan (SIUP) untuk kelancaran dalam usahanya. Usaha sebagai
penampung ini sangat tergantung dengan modal, jika modal besar maka kerang
yang dibeli dari para pengambil kerangpun banyak. Entis mengakui bahwa tejun
ke usaha ini, penghasilannya tidak menentu karena tergantung permintaan dari
atas atau ketika modal kecil, kerang yang dibelipun sedikit, sehingga tidak bisa
dipasarkan.
Entis membandingkan pengalamanya sebagai bandar kerang dengan orang
lain yang berprofesi sebagai bakul rumput laut. Entis menceritakan bahwa selama
menjadi bandar kerang, tanggung jawabnya sanagt besar kepada anak buahnya.
Ada uang jaminan yang diberikan dan bantuan yang lainnya ketika rnembutuhkan.
Hubungan yang terjalin sangat terbuka. Apalagi ketika Lebaran menjelang, THR
selalu disediakan Entis untuk semua anak buahnya. Hal ini berbeda dengan yang
dilakukan pleh bakul rumput laut, biasanya Entis dan para pemetik yang lainnya
tidak ada keberanian untuk meminta bantuan ketika sedang kesulitan.
Kegiatan di masyarakat yang dilakoni Entis saat ini yaitu sebagai ketua
RT. Entis diangkat oleh masyarakat langsung ketika adanya program Bantuan
Langsung Tunai (BLT) ada pertama kali, yaitu tahun 2005. Entis mengakui
pengalamnnya sebgai RT tidak mudah. Banyak keinginan masyarakat yang
sampai saat ini helum terpenuhi karena terbatasnya dana yang tersedia dari desa.
Ketika program BLT t u r n banyak masyarakat yang protes, karena di
Kampungnya dana itu tidak pemah ada sama sekali. Kemudian Entis berusaha
mendiskusikannya ke desa, namun sampai saat ini di kampungnya bantuan dari
pernerintah itu tidak pemah sampai.. Selain itu, ketika ada masalah dalam
penjualan rumput laut, Entis selalu berusaha menjadi tokoh masyarakat yang baik
mendengarka keluhan-keluhan orang di kampungnya.
Konflik dalam beragama pemah terjadi di kampungnya, yaitu perbedaaan
pendapat antara kelornpok Muhammadiyah dengan Nahdathul Ulama (NU).
Sebagai ketua RT, Entis menyelesaikan masalah itu dengan baik. Sampai saat ini
kondisi di kampungnya rukun kernbali, ha1 ini ditandai dengan terbentuknya
pengajian rutin setiap malam kamis. Disela-sela pengajian itu selesai, Entis selalu
diskusi dengan kelompok pengajiannya mengenai informasi pekerjaan, harga
rumput laut dan masalah keadaan ladang tempat bercocok tanam.
Entis mengakui di kampungnya pemah ada bantun dari Dinas Perikanan
dan Kelautan kabupaten, kemudain dibentuk kelompok, yang terbagi atas putera
dan puteri. Namun bantuan itu hanya ada satu kali dan kelompok itupun tidak ada
lagi. Menurut Entis bantuan itu tidak akan efektif karena tidak ada seorangpun
yang turun langsung ke lapangan untuk mengontrol dan memberikan sosialisasi
maupun penyuluhan. Masyarakat dibiarkan mandiri begitu saja tanpa ada arah
yang jelas, padahal keinginan masyarakat itu pasti berbeda-beda yang
memungkinkan terjadinya konflik.
Kehidupan sebagai ketua RT, dijalani Entis dengan ikhlas. Meskipun
tanpa gaji, namun Entis merasa senang bisa membantu tetangga dan masyarakat di
kampungnya yang membutuhkan tenaga dan pikirannya. Tidak jarang bantuan
berupa uangpun Entis berikan untuk membantu yang kesulitan. Bahkan Entis
mempunyai program mtin yang sampai saat ini dijalankan oleh masyarakat, yaitu
mengadakan sumbangan berupa beras 'perelek'setiap hari jum'at yang kemudian
dikumpulkan dibendahara RT. Kegiatan ini bertujuan untuk kesejahteraan
masyarakat. Sikap keterbukaan Entis membuat masyarakat sejauh ini percaya
sepenuhnya terhadap posisinya sebagai ketua RT. Sejauh ini keinginan Entis
terhadap desanya yaitu tidak terjadi sikap pilih kasih dalam mensejahterakan
masyarakat di kampungnya. Kampung Rancapadu memang agak jauh dari akses
menuju desa, sehingga sering dianktirikan.
Dari hasil sebagai pengumpul kerang, Entis mempunyai kambing, sawah
dan ladang yang ditanami berbagai macam tanaman. Adapun yang mengurus
sawah dan ladangnya, Entis dibantu oleh beberapa orang buruh dan anaknya Yudi
pun ikut membantu. Kegiatan menggembala kambing merupakan kegiatan seharihari yang tidak pemah ditinggalkan, ketika ada waktu senggang anaknya Yudi
selalu membantu Entis untuk mencarikan makanan bagi kambing milik Entis.
Yudi merupakan anak yang sekaligus ikut bekeija dengan Entis, selain
menggembala kambing Yudi juga membantu Entis menimbang kerang yang
dibeli. Rupanya Entis ingin menyalurkan bakat usahanya kepada putera sulungnya
dan Yudi pun sangat menyenangi pekejaan yang dijalani Entis, karena dia sudah
lama ikut bekerja bersama orangtuanya sebagai pemetik rumput laut ketika belum
menikah. Tidak hanya Yudi, peran istrinya Masitoh sangat besar, selain mengurus
anak-anaknya, Masitoh sangat mahir dan berpengalaman dalam usaha, ha1 ini
terlihat ketika Masitoh memaparkan pengalaman-pengalamannya bersama Entis,
selama terjun kedunia bisnis. Dalam usaha rumput laut Masitoh sejak perawan
sudah menjalaninya, sehingga peran Masitoh sangat besar dalam menambah
penghasilan ekonomi rumah tangganya.
Analisis Jaringan Sosial Entis :
Dari kasus di atas, dapat terlihat selama lima tahun yang lalu Entis
mengalami peningkatan status, yaitu dari pemetik nunput laut menjadi pengumpul
kerang (bakul kerang), dimana posisi Entis adalah sebagai bos di tingkat desa.
Meskipun statusnya sebagai pemetik rumput laut tidak berubah, akan tetapi dari
pencapaianya terjun kedalam usaha baru mampu meningkatkan posisinya
dimasyarakat sebagai sosok yang dihormati dan dipercaya, ha1 ini terbukti dengan
terpilihnya Entis sebagai ketua RT.
0
Jaringan yang terdapat pada hubungan Entis sebagai pemetik rumput laut
dapat dibedakan menjadi dua bentuk jaringan, yaitu jaringan vertikal dan
horizontal. Hubungan yang terjadi dengan bakul keliling rumput laut
langganamya merupakan jaringan vertikal, ha1 ini ditandai dengan status sosialekonomi yang berheda dan sumber daya yang dipertukarkan juga berbeda. Entis
~nenjualhasil rumput lautnya dengan mengharapkan uang sebagai tujuannya
sedangkan bakul keliling membeli rumput laut itu dengan harapan dapat
memperoleh barang berupa Amput laut. Hubungan yang terjadi merupakan
bentuk hubungan yang didominasi dalam pencapaian ekonomi atau disebut
jaringan kepentingan. Jika proses jual beli rumput laut sudah selesai dilakukan,
maka interaksi itu tidak dilanjutkan lagi. Hal ini dapat terlihat bahwa tidak
terdapatnya bantuan berupa uang atau peralatan yang diberikan bakul itu kepada
Entis. Bahkan ketika Lebaran tiba, hadiah bempa Tunjangan Hari Raya (THR)
tidak didapatkan oleh Entis.
Jaringan yang berbentuk horizontal, yaitu terdapat pada hubungan dengan
sesama pemetik rumput laut. Hubungan itu didominasi oleh hubungan yang
bersifat pertemanan, dimana dalan kehidupan diantara mereka selalu diisi dengan
kebersamaan dan berbincang-bincang masalah kesehariannya. Dapat terlihat
bahwa terdapat persamaan sosial-ekonomi diantara mereka. Akan tetapi hubungan
pertemanan ini (yang mengarah pada hubungan yang didominasi emosi) tidak
dapat dipisahkan dari hubungan yang bersifat kepentingan, karena masing-masing
pihak senantiasa mempunyai kepentingan tertentu dalam pencapaian tujuan yang
diinginkan, misalnya kepentingan akan informasi harga, akses dan musim rumput
laut.
Jaringan yang terdapat diluar komunitas sebagai pemanfaat rumput laut
yaitu berbentuk jaringan vertikal dan horizontal. Diantaranya sebagai pengumpul
kerang, Entis mempunyai sumber daya berupa uang, dimana uang itu digunakan
untuk membeli kerang yang didaptkan dari karyawannya. Hal ini berbeda posisi
ketika sebagai pemetik rumput laut. Kedudukan Entis adalah sebagai bos pada
tingkat desdkecamatan. Sedangkan pada tingkat kabupaten Entis sebagai
karyawan tingakt desdkecamatan, karena perannya sebagai pemasok kerang
untuk wilayah Pangandaran. Khusus untuk agen dari Bali, hubungan itu hanya
bersifat kepentingan, yaitu kebutuhan akan informasi mengenai musirnnya kerang
yang dilakukan melalui telepon. Hubungan yang terjalin dengan karyawan
merupakan hubungan yang hamonis. Meskipun posisi Entis sebagai bos dari
karyawan-karyawan itu, tetapi dia menjalin hubungan sangat akrab diluar
kepentingannya untuk mendapatkan kerang. Hal ini dapat terlihat dari adanya
bantuan uang ketika karyawan sedang kesulitan, pemberian hadiah pada saat
Lebaran dan seringnya berkunjung dalam rangka silaturami ke rumah Entis.
Pola hubungan yang terjadi sebagai ketua RT, merupakan bentuk jaringan
yang bersifat struktural Cjaringan kekuasaan). Hubungan yang dibentuk bersama
staf di desa maupun lurah tidak lepas dari posisinya sebagai ketua RT, tidak ada
motivasi ekonomi yang terjadi. Motivasinya mengadakan jaringan itu adalah
untuk menyampaikan aspirasi warga dan musyawarah desa.
Pola jaringan sosial yang dibentuk oleh Entis dapat dilihat pada gambar 9.
Gambar 9. Pola Jaringan Sosial Entis
Lingkaran I
: Jaringan didalam komunitas pemanfaat rumput laut
(tingkat desa)
Lingkaran I1 : Jaringan diluar komunitas pemanfaat rumput laut (tingkat
desa dan kecamatan)
Lingkaran I11 : Jaringan diluar komunitas pemanfaat rumput laut (tingkat
kabupaten)
Keterangan aktor :
: Entis
: Agen kerang Pngandaran
: Buruh sawah dan ladang
: Pengurus desa (kades dan staf yang lainnya)
: Agen Bali
: Tohir (Baku1 keliling langganan)
: Penjual kerang
: Rekan kerja pemetik
Keterangan relasi :
Membeli kerang yang dipesan, memberi hadiah saat
lebaran
+-- - - - - . : Menyediakan kerang yang dipesan, mendapat pinjaman
------...-.
t :
modal
: Memberi imbalan uang, memberi hadiah saat lebaran
.....................................
+ : Mengolah sawah dan ladang
..............
t : Musyawarah Desa, menyampaikan aspirasi masyarakat
t------- : Meminta informasi lnusim kerang
: Membeli rumput laut
.....................................
+ : Menjual rumput laut
: Menjual kerang
......................................
t : Membeli kerang, memberi hadiah saat lebaran
-. -. -+
+.-.-
: Tukar informasi akses, musim dan hxga rumput laut
: Tukar informasi akses, musim dan harga rumput laut
Dari gambar di atas terihat ada tiga lingkaran, dimana lingkaran yang
pertama menunjukan jaringan yang dibentuk Entis sebagai pemetik rumput laut,
lingkaran yang kedua merupakan jaringan diluar pemetik rumput laut pada tingkat
desa dan kecamatan dan lingkaran ketiga pada tingkat kabupaten.
Aktor-aktor yang terlibat dalam jaringan dan relasi yang terbentuk didalam
komunitas pemanfaat rumput laut adalah rekan k e j a pemetik dan Tohir, bakul
langganannya. Sedangkan aktor-aktor yang terlibat dalam jaringan diluar
komunitas pemanfaat rumput laut diantaranya, pertama, agen kerang dari
Pangandaran sebagai pembeli kerang milik Entis. Selain itu, pada saat Lebaran
tiba, bos Entis memberikan hadiah. Maka dari itu Entis menyediakan permintaan
kerang yang dipesan setiap satu atau dua minggu sekali, jika Entis kekurangan
modal untuk membeli kerang dari karyawannya, maka Entis mendapat pinjaman
modal dari bosnya. Kedua, buruh tani. Dalam mengurus sawah dan ladangnya
Entis dibantu oleh beberapa orang buruh, untuk itu Entis memberikan imbalan
uang dan memberi hadiah pada saat Lebaran. Ketiga, Agen Bali. Sampai saat ini
Entis selalu diminta informasi oleh Agen dari Bali mengenai musirnnya kerang
melalui telepon, meskipun Entis tidak mau mengirimkan barangnya langsung
kesana. Keempat, karyawan usaha kerang. Sebagai profesi yang sudah dijalani
selama 21 tahun, Entis tidak melupakan kegiatannya memetik rumput laut, untuk
itu Entis menjual hasil panennya ke bakul keliling yang sudah menjadi
langganannya. Selma menjadi pengumpul kerang Entis sudah mempunyai
karyawan tetap dan mereka itu adalah yang selalu inencari kerang untuk dijual ke
Entis. Pada saat Lebaran tidak lupa Entis memberi hadiah. Kelima, pengurus desa
(lurah, staf desa). Perannya sebagai ketua RT tidak dilupakan oleh Entis, ketika
ada masalah di kampungnya atau ada sesuatu yang hams dimusyawarahkan di
desa, untuk itu Entis selalu siap menjalankan tugasnya sebagai ketua RT.
5.3.2 Kasus 2: Agus
Agus berusia 55 tahun, merupakan anak ke-dua dari lima bersaudara dari
pasangan Uka 70 tahun yang berprofesi sebagai 'paraji' atau yang membantu
orang yang melahirkan dan Almarhum Muhtar 75 tahun. Agus sudah menikah tiga
kali. Diantaranya, istri pertama bernama Cicih berasal dari daerah Garut. Dari
Cicih, Agus dikaruniai 4 orang anak yang semuanya sudah menikah. Istri kedua
bernama Enong, dikaruniai anak 1 orang berumur 12 tahun yang sekarang mau
melanjutkan sekolah ke SMP. Pada tahun 2003 menikah dengan Pupun, yang
menjadi Istri ketiga setelah bercerai dengan kedua istri sebelumnya. Sedangkan
dengan istri yang ketiga Agus belum dikaruniai anak lagi. Usia pernikahannya
sudah menginjak tahun yang kelima. Walaupun sudah tidak satu rumah dengan
anaknya dari Enong, Agus berusaha untuk menafkahi semampunya.. Untuk anak
yang dari istri pertama sudah tidak menjadi tanggungannya lagi, karena semuanya
sudah berkeluarga. Bahkan dua orang diantaranya sudah mempunyai pekerjaan.
Profesi sebagai pemetik rumput laut sudah dilakoni Agus semenjak kecil.
Agus belajar dari orangtuanya yang sama-sama mencari penghasilan dari usaha
ini. Hasil dari memetik rumput laut Agus dapat membantu orang tuanya
menambah penghasilan. Dan kecil Agus sudah dididik mandiri agar tidak
menggantungkan hidup sama orang tua, untuk itu sejak masih lajang Agus
berusaha ikut bekerja bersama orang tuanya, bahkan ikut tetangganya menjadi
buruh bangunan di kota.
Pendidikan Agus hanya sampai SD kelas 3. Sselain faktor biaya,
ketertarikan Agus untuk bekerja juga menjadi penyababnya. Namun kondisi ini
tidak dia inginkan dialami oleh an&-anaknya kelak. Oleh sebab itu, Agus ingin
menyekolahkan anaknya sampai Perguruan Tinggi. Keinginan ini menjadi pemicu
bagi Agus untuk bekerja lebih giat lagi.
Setelah beberapa tahun menikah dengan istri pertamanya, tepatnya pada
saat gunung Galunggung meletus, Agus pernah mengikuti program transmigrasi
ke Sumatera di Jambi. Agus berangkat bersama istri dan anak pertamanya yang
kemudian menikah disana. Selama 8 tahun Agus menjadi pekerja kebun sawit.
Kemudian setelah mendapat informasi dari pamannya bahwa di kampunya lagi
ramai mencari udang di laut dan harganya sedang naik, kemudian Agus pulang
bersama keluarganya dengan harapan dapat mencari nafkah dari menangkap
udang. Pada waktu itu merupakan pengalaman pertama Agus untuk terjun ke
usaha ini. Agus berprinsip selagi ada kesempatan usaha mengapa tidak dicoba.
Pada awalnya Agus diajak pamannya untuk belajar menangkap udang,
Agus diajarkan cara melempar jaring yang baik. Kemudaian beberapa kali ikut
pamannya, Agus mulai mencoba usaha itu dengan modal patungan bersama
tetangganya. Menjadi nelayan udang merupakan usaha yang menantang, karena
selain membutuhkan modal yang besar juga keuntungan yang didapatkan jauh
lebih baik daripada memetik rumput laut. Akan tetapi usaha ini bukan tanpa
resiko, keuntungan besar resikonyapun besar. Misalnya ketika kualitas udang itu
jelek, secara otomatis harganya t m n , padahal biaya dan waktu yang sudah
dikorbankan banyak. Diantaranya untuk menyewa kapal, jaring, bensin dan
perbekalan selama ke laut. Selain itu, ada inasanya udang itu tidak muncul sampai
menunggu beberapa bulan keluarnya musim udang. Agus mengambil udang
menggunakan perahu congkreng 15 PK dengan kapasitas 3 orang yang disewa
secara patungan bersama ke 2 ABK yang lainnya. Perjalanan yang ditempuh Agus
bersama teman-temannya bisa mencapai 3 hari 3 malam, karena akses
penangkapan sampai ke Cianjur. Wilayah ini merupakan akses yang terjauh yang
pemah ditempuh Agus, untuk itu Agus mempersiapkan bekal yang cukup.
Hasil tangkapannya kemudian dijual ke PT GMI yang menjadi kios
penampungan hasil laut. Agus tidak menjualnya ke bakul, karena yang punya PT
GMI ini yaitu menantunya bemama Untung, sehingga akan lebih menguntungkan
jika dijual kesana. Untuk kelancaran usaha Agus, Untung pemah menawari
membeli sebuah perahu. Karena tidak ingin ada beban, Agus menolak tawaran itu.
Banyak resiko yang akan ditanggung ketika perahu itu rusak atau ditelan
gelombang. Agus ingin hidup sederhana saja, tetapi usahanya tetap jalan. Selain
menjual hasil tangkapannya, Agus sering mengunjungi Los PT GMI milik Untung
untuk mencari informasi mengenai barga dan keadaan udang. Ketika sedang
berkunjung Agus suka bertemu dengan Untung, namun Agus tidak
memperlihatkan hubungan sebagai menantu. Agus tidak pemah merasa ingin
dibantu oleh Untung. Agus bersikap profesional sebagai seorang penjual hasil
tangkapan ke PT milik Untung.
Keuntungan yang didapatkan Agus dari hasil tangkapannya mencapai Rp.
4.000.000,00hingga Rp. 6.000.000,00
dari harga 1 kg udang Rp. 250.000,OO.
Namun keuntungan itu belum dibagikan bersama teman-teman yang lainnya. Dari
hasil usahanya, Agus sudah mempunyai beberapa petak sawah, rumah dan
tabungan. Agus mengalokasikan tabungamya untuk modal usaha dan sekolah
anaknya. Kalau usahanya lagi lancar, Agus memberi uang sebesar
Rp. 200.000,OO.Sebaliknya kalau lagi sepi uang jajan yang dikasih sekitar Rp
25.000,OO-50.000,OO.
Agus mengakui tidak pemah menelantarkan anaknya
meskipun tidak satu rumah bersamanya.
Profesi sebagai pemetik rumput laut tidak pemah dilupakan Agus,
kegiatan memetik rurnput laut dilakukan ketika udang sedang tidak musim. Agus
mengakui dari hasil rumput tidak begitu menguntungkan, namun akan tetap
dijalani karena selain itu tidak ada kegiatan lagi yang menghasilkan uang. Hasil
rumput laut itu dijual Agus ke bakul kecil bemama Iyoh yang ada didekat
rulnahnya. Iyoh merupakan bakul lokal di kampungnya. Iyoh selalu memberi
informasi tentang rumput laut, misalnya apabila sedang musim, Iyoh langsung
datang ke rumah Agus untuk menyuruh memetik rumput laut. Jika tidak ada Iyoh,
maka Agus bebas jual ke bakul yang lain. Karena selain bakul lokal, ada juga
bakul d a i daerah lain yang datang ke kampung Rancapadu. Sebenarnya Agus
bebas menjual hasil rumput laut itu kebakul-bakul yang lainnya, karena tidak
pemah terikat dengan butang. Namun Agus merasa tidak enak dengan hubungan
yang sudah lama terjalin, selain itu Iyoh adalah tetangganya. Agus tidak ingin ada
konflik dengan lyoh, karena konflik itu muncul ketika pemetik menjual rumput
lautnya ke orang lain tanpa sepengetahuan bakul langganan. Untuk menjaga
hubungan baik, Iyoh memberi Agus THR b e ~ p makanan,
a
sirup dan rokok pada
saat Lebaran.
Kegiatan memetik rumput laut dijalanai Agus bersama istrinya. Ketika
terjun ke laut, Agus selalu bekerja maksimal. Agus tidak pernah memetik rumput
laut sedikit, karena merasa sayang dengan waktu yang sudah dikorbankan.
Dibantu istrinya, jumlah yang dipanen mencapai 30 kg. Selain itu Agus tidak
pemah sembarangan menjual rumput laut apabila harganya turun drastis. Agus
akan tahan rumput laut itu, meskipun bakul langganannya meminta untuk segera
dijual Ketika harga turun, Agus lebih memilih menjual hasilnya dalam bentuk
kering, bahkan diolah sendiri dan dibagi-bagikan ke tetangga untuk diolah.
Namun jika bakul itu sangat membutuhkan mmput laut dalam jurnlah banyak,
maka harganya dinaikan.
Di kampung Rancapadu Agus merupakan bendahara RT, sedangkan Entis
sebagai ketua RT. Entis sendiri yang mengangkat Agus sebagai bendaharanya,
karena sudah ada kepercayaan yang cukup besar kepada Agus. Agus sering diajak
diskusi oleh Entis mengenai keadaan di kampungnya, termasuk masalah
pekej a m . Biasanya mereka berbincang-bincang disela-sela kesibukannya
masing-masing. Tempat pertelnuan mereka yaitu di mesjid setelah pengajian, di
nunah dan di ladang. Sebagai Bendahara Agus merasa senang karena bisa
membantu mengurusi masyarakat. Agus mengurusi beras 'perelek' yang
disumbangkan masyarakat setiap hari jum'at untuk dibagikan kepada masyarakat
yang kurang mampu. Di kampunya Agus lnerupakan sosok yang sederhana,
meskipun terbilang hidup serba cukup. Ketika Agus mendapatkan keuntungan
dari hasil menangkap udang, Agus tidak pemah berfoya-foya. Agus mengaku
lebih suka menambung dan membantu tetangganya yang akan mencari pekerjaan
ke kota. Kalau lagi kekurangan uang, Agus biasanya meminjam uang ke Ibunya.
Penghasilan sehari-hari Agus tidak menentu, ada saatnya hasil laut sedang
paceklik. Namun Agus punya simpanan pribadi dan sawah dari hasil jerih
payahnya. Simpanan itu disimpan di mmah, Agus tidak mau menyimpan uangnya
di Bank karena aksesnya yang jauh dan prosesnya nunit. Sawah mempakan
investasi buat Agus, karena mempunyai sawah itu menguntungkan karena Agus
rajin mengurusi sawahnya. Untuk pemenuhan beras sehari-hari Agus tidak pernah
membeli, karena ada simpanan beras dirumahnya. Kebutuhan beras setiap harinya
1,5 kg dan untuk lauk pauknya beli, terkadang memetik singkong dan kangkung
yang ada dipekarangan rumahnya.
Analisis Jaringan Sosial Agus :
Dan kasus di atas dapat dinyatakan bahwa Agus seorang pemetik rumput
laut yang telah mengalami diversifikasi pekerjaan. Hal ini merupakan salah satu
strategi Agus untuk mengatasi kesulitan ekonomi. Ketika rumput laut sedang
tidak musim, Agus beralih usaha mencari peruntungannya menjadi nelayan udang
Untuk menganalisis mengenai pola jaringan yang ada pada jaringan Agus dapat
dikategorikan menjadi dua pola jaringan, yaitu bentuk jaring~n(vertikal dan
horizontal) dan jenis jaringan (emosi dan kepentingan).
Hubungan Agus dengan Untung di PT GMI merupakan jaringan yang
berbentuk vertikal. Agus menjual hasil tangkapannya kepada Untung di PT GMI
dan menjadi pemasok langganan. Sedangkan Untung akan membeli udang
tersebut sesuai dengan harga yang ditentukan. eubungan yang bersfiat vertikal itu
dapat dilihat dari posisi Untung adalah sebagai pemilik dari kios tempat penjualan
udang sedangkan Agus merupakan sebagai penjual langganan Untung. Sifat dari
hubungan yang terjalin dengan Untung merupakan campuran dari unsur
kepentingan dan emosi yang tidak dapat dipisahkan satu sama lainnya. Selain
motivasi ekonomi, Agus mempunyai hubungan kekeluargaan dengan Untung,
dimana status Untung adalah sebagai menantu Agus. Untuk memajukan usaha
menantunya itu, Agus tidak pemah menjual hasil tangkapannya ke tempat yang
lain dan begitupun Agus sering diberikan informasi mengenai musimnya udang
oleh Untung.
Hubungan Agus dengan nelayan udang merupakan hubungan yang
bentuknya horizontal. Peran yang dimiliki oleh setiap nelayan udang itusama,
yaitu bekerja bersama-sama dengan keuntungan dan kerugian yang dialami sama.
Sifat dari hubungan yang terjalin dengan sesama nelayan udang merupakan
hubungan yang bermula kapada kepentingan, yaitu patungan modal dan informasi.
Akan tetapi orang-orang yang terlibat dalam jaringan sebagai nelayan udang ini
adalah hubungan pertemanan dan tetangga, sehingga dari kepentingan itu yang
terjadi adalah hubungan yang banyak melibatkan emosi. Seperti ketika terjadi
saling tolong menolong untuk keperluan hidup sehari-hari, diantara mereka akan
ada perasaan saling menjaga dan berbagi satu sama lain.
Dalam menjual rumput laut yang dipetik, Agus mempunyai bakul keliling
langganan, yaitu Iyoh. Hubungan ini merupakan dominasi dari hubungan yang
bersifat kepentingan. Sedangkan hubungan yang melibatkan perasaan merupakan
sebagai tujuan untuk menjalin hubungan antara atasan dan bawahan agar tetap
harmonis, sehingga dalam menjual rumput laut tidak ada masalah. Dominasi
hubungan yang bersifat kepentingan ini mencerminkan hubungan yang bersifat
vertikal diantara pemilik barang berupa rumput laut dan pemilik modal untuk
membeli rumput laut itu. Hal ini berefek kepada staus sosial-ekonomi mereka
pada masyarakat sekitar.
Adapun hubungan Agus dengan tukang sewa kapal dan tukang sewa jaring
merupakan hubungan yang bentuknya horizontal. Agus bukan menjadi ABK tetap
yang punya kapal itu, melainkan hanya menyewa kapal dan jaring ketika musim
udang itu tiba. Hal ini juga dapat terlihat dari bagi hasil yang diperoleh, yaitu
mendapatkan hasil yang sepadan dengan yang punya kapal itu, tidak
menguntungkan salah satu pihak. Jaringan yang terjadi dengan tukang sewa kapal
rnaupun tukang sewa jaring adalah berasal dari bentuk hubungan yang bersifat
kepentingan untuk mendapatkan sarana berupa kapal. Tujuan yang ingin dicapai
adalah kelancaran usaha selama menjadi nelayan udang. Setelah kegiatan
menangkap udang itu telah tercapai, hubungan itu tidak dilanjutkan kembali. Hal
ini disebabkan oleh faktor tempat tinggal yang berjauhan, sehmgga tidak ada
hubungan yang bersifat pertemanan dan tetangga.
Sebagai bendahara ketua RT (Entis), Agus menjalin hubungan baik
dengan Entis sekaligus menjalankan perannya sebagai bendahara RT. Hubungan
yang dominan terjadi dengan Entis sebagai ketua RT adalah bentuk hubungan
yang bersifat perasaan (emosi). Entis yang mengangkat Agus untuk membantunya
dalam mengurusi warga di kampungnya, karena Agus adalah tetangga dekat yang
sudah sangat dikenanl dan dipercaya. Walaupun disisi lain Agus hams
menjalankan perannya sebagai tokoh di masyarakat, namun posisi itu tidak terlalu
ketat seperti sebuah struktur yang kaku. Akan tetapi posisinya itu dapat dijalankan
dengan hubungan keseharian yang lebih santai.
Sebagai pemetik, Agus menjalani hubungan dengan rekan kerjanya sesama
pemetik sangat akrab. Keakraban ini dapat terlihat ketika seringnya berkunjung ke
iumah diantara pemetik untuk berbincang-bincang tentang keseharian mereka.
Hubungan diantara sesama pemetik ini merupakan hubungan yang didominasi
oleh perasaan (emosi). Hubungan yang melibatkan emosi ini terjadi karena
terdapat banyaknya persamaan diantara keseharian mereka, salah satunya sebagai
nelayan udang untuk menambah penghasilan.
Pola jaringan produksi yang dibentuk oleh Agus dapat dilihat pada
gambar 10.
Gambar 10. Pola Jaringan Agus
Keterangan :
Lingkaran I
: Jaingan didalam komunitas pemanfaat rumput laut
(tingkat desa)
Lingkaran I1 : Jaringan diluar komunitas pemanfaat rumput laut (tingkat
desa)
Keterangan Aktor :
Z : Agus
A : PT GMI
B : Nelayan udang
C : Iyoh (Baku1 mmput laut langganan)
D : Tukang sewa kapal
E : Tukang sewa jaring
F : Entis (ketua RT)
G : Rekan keja pemetik
Keterangan Relasi :
............................................
t
: Menjual udang hasil tangkapan
: Membeli udang dari Agus
: Patungan modal dan bagi hasil sesuai modal
: Patungan modal dan bagi hasil sesuai modal
: Menjual ~umputlaut
: Membeli rumput laut, memberi hadiah pada saat Lebaran
: Menyewa kapal dan bagi hasil tangkapan
: Menyediakan bensin, lnemperbaiki kapal
: Menyewa jaring dan bagi hasil tangkapan
: Menyediakan jaring khusus udang, melnperbaikinya
: Membantu ketua RT, menampung beras 'perelek' dari
warga
: Tukar infonnasi akses, musim dan harga rulnput laut
: Tulcar infonnasi akses, inusiin dan harga rulnput laut
Dari ganbar di atas terihat ada dua lingkaran, dimana lingkaran yang
pertama menunjukan jaringan yang dibentuk Agus sebagai pemetik rumput laut
dan lingkaran yang kedua merupakan jaringan diluar peinetik rumput laut. Dari
Aktor-aktor yang terlibat dalam jaringan dan relasi yang terbentuk adalah PT GMI
yang tak lain adalah inilik menantu Agus. PT GMI adalah teinpat langganan Agus
lnenjual hasil udang angkapan bersama teman-teinannya. Untuk terjun menangkap
udang Agus bersama ABK yang lainnya mengadakan patungan modal dan setelah
hasil nanti keuntungannya dibagi sesuai dengan modal masing-masing. Untuk
menjual hasil dari memtik rumput laut Agus sudah melnpunyai bakul
langganannya yaitu Iyoh, agar hubungannya bersama Agus, Iyoh memberikan
hadiah pada saat Lebaran, ha1 ini untuk menjalin hubungan usaha agar Agus tidak
menjual rumput laut itu ke bakul yang lain. Modal yang Agus gunakan untuk
mennagkap udang adalah kapal dan jaring. Kedua alat itu Agus sewa bersama
teman-teman yang lain, ketika hasil nanti ada bagi keuntungan dengan pemilik
kapal dan jaring sesuai dengan perjanjian bagi hasil. Dari perjanjian pemilik kapal
yang menyediakan bensin dan memperbaiki jika ada kerusakan. Begitupun juga
pemilik jaring akan memperbaiki jaring yang sudah digunakan agar bisa
dioperasikan dengan baik. Perannya sebagai bendahara ketua RT, Agus sering
menjalin hubungan dengan warga khususnya ketua RT itu sendiri. Agus berperan
sebagai orang yang bertanggung jawab dalam pengumpulan beras 'perelek' dari
warga dan untuk warga yang membutuhkan.
5.3.3 Kasus 3 :Rosidin
Rosidin berusia 59 tahun, adalah warga asli Kampung Pabuaran Desa
Mancagahar. Berasal dari keluarga petani, yaitu anak dari pasangan Rohanah dan
Maman. Pendidikannya dienyam sampai kelas 5 SD. merupakan anak ke-satu
dari tujuh bersaudara. Menikah pada tahun 1974 dengan Titi warga Kecamatan
Cisurupan Garut. Awal pertemuannya dengan Titi yaitu ketika orang tua Titi
sering mengajak untuk herdagang sayuran ke Kampung Pabuaran. Pada saat itu
usia 17 tahun sedangkan Rohanausia 14 tahun. Ke enam adik Rosidin tidak ada
yang melakukan kegiatannya ke laut, profesi ke enam adiknya yaitu ada yang
mmjadi pedagang, TKW, buruh bangunandan petani. Selnua saudaranya sudah
menikah. Rosidin telah dikaruniai 7 orang anak, diantaranya meninggal 1 orang.
Diantara ke-6 anaknya yang berprofresi sebagai nelayan yaitu anak ke-4 yang
bernama Ipin, kegiatannya yaitu menangkap ikan dan udang. Istrinya sedang
TKW. Anak-anak yang lainnya yaitu Hidayat seorang supir di Tasik, Ato kelas 5
SD dan Rosita kelas 3 SD.
Profesi peinetik sebagai kegiatan utama, sejak usia 12 tahun. Setelah
menikah Rosidin mulai mencoba berbagai usaha yang lain, diantaranya sebagai
tukang ojeg, tukang becak, bu~uhbangunan dan kegiatan yang sedang dijalani
sekarang yaitu sebagai nelayan udang. Kegiatan ini sudah dilakukan 1 tahun yang
lalu. Rosidin beriikir jika pekerjaannya hanya sebagai pemetik rumput laut saja,
maka tidak akan pemah mampu untuk membiayai anaknya sekolah. Namun
sampai saat ini memetik rumput laut selalu dilakoni untuk mengganjal hidup
sehari-hari.
Pada tahun 1982 Rosidin Pemah ikut program transmigrasi ke Sumatera
selama 4 tahun. Kegiatan yang dilakoni selama menjadi transmigran yaitu sebagai
petani. Selama menjadi pemetik Rosidin menjual hasil rumput lautnya ke salah
seorang bakul di Tegalayang Desa Cikoer, yaitu Tohir. Produksi iumput laut
yang didapatkan bersmna Istrinya Titi yaitu sekitar 20-30 kg. Harga rumput laut
basah yang biasa dijual Rosidin yaitu Rp 600,00, sedangkan pada awal mulanya
sebelum masa krisis Rp 200,OO. Namun jika Rosidin merasa tidak membutuhkan
uang mendesak maka rumput laut itu akan dikeringkan, harganya Rp. 4000,OO4500,OO. Rosidin mengaku Tohir tidak pemah memberikan modal besar untuk
usaha, misalnya untuk menangkap udang yang sedang dilakoni. Namun Rosidin
suka meminjan uang jika mendesak buat keperluan makan, uang yang dipinjam
biasanya Rp 10.000,OO. Dengan seringnya meminjam uang, Rosidin menjadi
langganan Tohir dalam menjual hasil rumput lautnya, karena Rosidin terikat hutan
dengan Tohir.
Menjadi nelayan udang selain menambah penghasilan juga membantu
usaha anak yang ke-empat, Ipin. Modal yang disediakan Ipin yaitu berupa jaring
dengan ukuran 4-10 piece. Selama ini yang mengoperasikan jaring itu yaitu
Rosidin, karena Ipin tidak kuat kalau naik kapal Sanpai ke tengah laut. Yang
dilakukan Ipin untuk menangkap udang yaitu dengan menggunakan ban yang
dikelilingi jaring berukuran 1 piece. Untuk itu Rosidin menawarkan din
membantu Ipin untuk mengoperasikan jaringnya.
Selama menjadi nelayan udang, Rosidin sering melakukan penangkapan
udang ke daerah Cidaun Cianjur dan Pelabuhan Ratu. Sedangkan di daerah
karangpapak yang merupakan pantai dekat tempat tinggalnya, kualitas udangnya
banyak bercampur dengan pasir, sehingga lebih memilih keluar daerah agar
mendapatkan hasil yang bagus.Di Cidaun dan Pelabuhan Ratu merupakan area
yang banyak terdapat karang, dimana karang merupakan tempat persembunyian
udang. Penghasilan d a i menangkap udang yaitu Rp. 200.000,OO belum dipotong
bensin, makanan, mie, roti, rokok. naik ban 1 piece. Untuk modal yang lainnya
berupa perahu, Ipin menyewa dengan ukuran mesin 25 PK, yaitu jenis congkreng
untuk kapasitas perahu 3-4 orang ABK. Bagi hasil sama pemilik kapal yaitu 65 :
35, dengan bensin ditanggung oleh pemilik kapal. Dari hasil kerjanya sebagai
tukang mengoperasikan jaring, Rosidin inendapat bayaran dari Ipin, namun
bayaran itu tidak ditentukan Rosidin, karena niatnya ingin membantu Ipin dalam
usaha menangkap udang. Terkadang upah yang Rosidin dapatkan jauh lebih hesar
daripada untuk Ipin sendiri. Ipin ingin membentu Rosidin dalam membiayai adikadiknya yang inasih sekolah.
Pejalanan menangkap udang ke daerah Pelabuhan Ratu ditempuh selama
10 hari dengan hasil tangkapan sekitar 10 kg, Bensin 100 liter, dari harga 1 liter
bensin Rp.5000,OO. Persiapan yang lainnya selain makanan yaitu air tawar buat
masak dan wudlu. melihat bahwa resiko terjun ke laut sangat besar, beberapakali
melihat kecelakaan perahu yang kebakaran. Namun karena kebutuhan nafkah
akan tetap bekerja bersama anaknya untuk menangkap udang.
Selain ke laut Rosidin juga punya kegiatan di darat, yaitu mengelola sawah
dan ladang buat bercocok tanam. Lahan yang digunakan baik sawah maupun
ladang, keduanya disewa. Rosidin menyewa ladang dari tetangganya bernama
Isur, biaya sewa ladang Rp.15.000,OO per 100 bata (1 bata = 14 m2. Sebagai
imbalan lainnya selain biaya sewa, ketika panen memberi sebagian hasil
panennya.
Sebelum ikut prograin transmigrasi, pernah diminta oleh ketua desa
menjadi ketua keamanan di Kampung Pabuaran. Selama menjadi ketua keamanan
mengikuti pelantikan dan penyuluhan dari desa. Setelah pulang dari Sumatera,
kemudian diminta menjadi ketua RT selama enam tahun. Kegiatan rutin di
kampungnya yaitu mengikuti pengajian tiap malam kamis. Yang mengisi ceramah
selain ustadz dari luar juga anaknya Ipin. teimasuk warga yang selalu mengajak
tetangganya untuk sholat berjama'ah di mesjid, ha1 ini agar warga dikampunya
semakin solid dan bersatu serta rukun.
mempunyai harapan besar terhadap ke dua anaknya yang masih sekolah di
SD, agar mempunyai bekal ilmu agama. Oleh karena itu, ke salah satu anaknya
yang laki-laki ikut pesantren di luar kampungnya. Ongkos dan buat anak yang
ikut pesantren yaitu Rp. 4.000,00, perhari sedangkan anak yang bungsu
Rp. 1.000,OO hanya untuk jajankarena sekolahnya dekat dari rumah. Pengeluaran
sehari beras 1,5 kg. Selain dari Ipin, anaknya yang ke tiga juga sering membantu
untuk menafkahi keluarganya. Anak yang ke-tiga sedang bekeja sebagai TKW di
Saudi Arabia.
Analisis Jaringan Sosial Rosidin :
Dari kasus di atas, dapat dinyatakan bahwa terdapat diversifikasi pekerjaan
yang dialami Rosidin. Selain terjun ke usaha di laut juga beralih ke usaha di darat.
Menjadi nelayan udang merupakan salah satu diversifikasi usaha di bidang
perikanan yang Rosidin tempuh. Hal ini merupakan kenyataan bahwa betapa tidak
menentunya penghasilan yang didapatkan d a ~memetik
i
rumput laut dari alam.
Disisi lain dapat terlihat bahwa betapa inudahnya seorang pemetik ruinput laut
tidak melanjutkan untuk sementara kegiatannya sebagai pemetik, ketika ada usaha
yang lebih menguntungkan. Meskipun usaha ini tidak akan ditinggalkan karena
mudahnya akses dan keperluan akan modal berupa uang sangat kecil yaitu hanya
kebutuhan alat untuk melnetik saja. Pola jaringan sosial yang terdapat pada kasus
Rosidin di atas dapat dikategorikan inenjadi dua, yaitu bentuk jaringan (vertikal
dan horizontal) serta jenis jaringan (kepentingan dan emosilperasaan).
Hubungan Rosidin dengan Tohir mempakan salah satu bentuk hubungan
yang mencirikan ketidaksamaan sumber daya yang dipertukarkan. Sumber daya
yang dimiliki oleh Rosidin yaitu beruoa rumput laut, sedangkan Tohir sendiri
mempunyai modal untlnendapatkan penghasilan dari penjualan rumput laut,
sedangkan Tohir memerlukan modal untuk membeli rumput laut itu. Oleh sebab
itu, dapat dikategorikan bahwa jaringan dengan Tohir bakul langganannya yaitu
berbentuk vertikal. Jenis jaringan dari bentuk hubungan vertikal yang terdapat
pada Rosidin merupakan dominasi dari hubungan yang mengarah kepada
kepentingan. Selain motivasi ekonomi, tidak terlihat adanya hubungan diluar itu,
seperti adanya bantuan kesulitan ekonomi dan hadiah yang diberikan pada saat
Lebaran.
Ipin merupakan salah satu anaknya yang sekaligus membantu Rosidin
mendapatkan penghasilan tambahan yaitu sebagai nelayan udang. Hubungan
orangtua dan anak ini mencirikan jenis hubungan yang lebih didominasi oleh
faktor emosilperasaan. Meskipun ada sisi kepentingannya yaitu untuk
mengoperasikanjaring udang milik Ipin, namun dalam kenyataannya diantara
kedua jenis jaringan itu saling tumpang tindih dan tidak dapat dipisahkan dari sisi
emosilperasaan.
Dalam usahanya menjadi nelayan udang, Rosidin bekerjasama dengan
beberapa orang ABK. Peran ABK itu sekaligus sebagaipartner patungan modal.
Dari hubungan dengan beberapa orang ABK ini dapat mencirikan bahwa terdapat
pola hubungan yang melibatkan kepentingan sekaligus emosilperasaan. Kedua
jenis jaringan ini dapat terlihat ketika memulai terjun menangkap udang. Masingmasing diantara Rosidin maupun ABK saling memberi informasi mnsim udang
dan mengajak untuk patungan modal sekaligus hubungan itu berlanjut menjadi
bentuk hubungan pertemanan. Posisi dan peran diantara Rosidin dengan ABK
tidak ada perbedaan, semuanya bertujuan mencari peruntungan dalam rangka
menambah penghasilan. Bentuk hubungan ini merupakan salah satu ciri dari
bentuk hubungan horizontal, karena ada kesamaan sumber daya yang diiniliki
serta tujuan yang sama.
Hubungan Rosidin dengan tukang sewa kapal mempakan bentuk
hubungan horizontal. Hal ini disebabkan tujuan Rosidin hanya menyewa kapal
tersebut ketika musim udang itu tiba bukan menjadi ABK tetap dan bagi hasil
yang dilakukan tidak menguntungkan salah satu pihak yaitu yang punya kapal,
tetapi sistem bagi hasil yang sama. Jenis hubungan ini lebih didominasi oleh
hubungan yang bersifat kepentingan, yaitu bertujuan ingin mendapatkan sarana
untuk menangkap udang bempa kapal. Setelah kegiatannya itu selesai maka tidak
ada hubungan lain lagi yang mengarah kepada hubungan kekerabatan, misalnya
pertemanan.
Selanjutnya, lahan pertanian merupakan bentuk diversifikasi pekerjaan
Rosidin. Selain ikut inenjadi nelayan udang, kegiatan menjadi petani mempakan
salah satu strategi usaha tetap yang dilakukan Rosidin. Lahan yang digunakan
Rosidin untuk menanam padi mempakan milik orang lain. Lahan ini disewa
Rosdin dari Isur, yang dikenalnya dari teman seprofesinya sebagai petani.
Hubungan yang terjalin dengan Isur merupakan hubungan yang berbentuk
vertikal. Dengan adanya perbedaan status sosial-ekonomi dan tujuan diantara
keduannya yaitu hubungan tuan tanah dengan penyewa mempakan hubungan
yang tidak sepadan.
Sebagai pemetik, Rosidin menjalani hubungan dengan rekan kerjanya
sesama pemetik sangat akrab. Keakraban ini dapat terlihat ketika seringnya
berkunjung ke mmah diantara pemetik untuk berbincang-bincang tentang
keseharian mereka. Hubungan diantara sesama pemetik ini merupakan hubungan
yang didominasi oleh perasaan (emosi), karena yang dilibatkan adalah hubungan
pertemanan. Meskipun disisi lain hubungan itu berpangkal dari kepentingan agar
sebagai pemetik tetap mempunyai orang-orang satu perjuangan dalam mengatasi
kesulitan ekonomi.
Pola jaringan sosial yang dibentuk oleh Rosidin dapat dilihat pada
gambar 11.
Gambar 11. Pola Jaringan Sosial Rosidin
Keterangan :
Lingkaran I
: Jaringan didalatn komunitas pemanfaat rumput laut
tingkat desa)
Lingkaran I1 : Jaringan diluar komunitas pemanfaat mmput laut (tingkat
desa)
Keterangan Aktor :
Z : Rosidin
A : Tohir (bakul langganan)
B : Ipin (yang menyediakan modal jaring)
C : Isur (tukang sewa tanah)
D : ABK
E : Tukang sewa kapal
F : Rekan kerja pemetik
Keterangan Relasi :
-- - - - - - - -
+
: Menjual rumput laut
+-------------: Membelirumput laut
b
: Mengoperasikan Jaring
: Memberi Upah dari hasil menangkap udang
: Menyewa tanah, memberi hasil panen
- ..- . .- ..- ..- . .+ : Mengajak ikut menangkap udang
+.................................................
: Ikut lnengoperasikanjaring melnberi infomasi lnusim
udang
t
+ : Menyewa kapal dan bagi hasil tangkapan
+ - - - - - . : Menyediakan bensin, memperbaiki kapal.
.........................t : Tukar infonnasi akses, musim dan harga rumput laut
......................... : Tukar informasi akses, musim dan harga rumput laut
-- -
Dari gambar di atas, terihat ada dua lingkaran, dimana lingkaran yang
pertama menunjukan jaringan yang dibentuk Rosidin sebagai pemetik rumput laut
dan lingkaran yang kedua merupakan jaringan diluar pemetik rumput laut.
Aktor-aktor yang terlibat dalam jaringan dan relasi yang terbentuk adalah Tohir
bakul langganan. Selama ini menjual rumput laut itu ke Tohir karena tidak ingin
ada maslah. Untuk membantu usaha anak dalam menangkap udang, bertugas
sebagai tukang mengoperasikan jaring. Selain itu menambah penghasilannya dari
usaha bersama anaknya selain menjadi pemetik rumpu laut. Untuk itu Ipin
memberikan upah buat , karena selain imbalan sebagai tukang mengoperasikan
jaring juga untuk membantu dalam membiayai sekolah adiknya. Untuk
memanfaatkan kemampuannya dalam bekerja sebagai petani, mempunyai
menyewa ladang yang ditanami kacang tanah, jagung, singkong dan lain-lainnya.
Ladang yang disewa adalah milik Isur tetangganya. Untuk mempererat hubungan,
suka memberi sebagian hasil ladangnya buat Isur. Selama menangkap udang
membutuhkan dua atau tiga ABK untuk berlayar. Peran teman-teinannya sangat
diperlukan dalam ha1 informasi mengenai akses penangkapan. Modal yang
digunakan untuk menangkap udang yaitu kapal congkreng 25 PK dan jaring.
Kapal yang digunakan yaitu kapal sewaan dengan bensin disediakan dari pemilik
kapal. Bagi hasil yang ditetapkan yaitu 35 : 65. Khusus untuk jaring, tidak
menyewanya tetapi memakai jaring punya anak.
5.3.4 Kasus 4 : Nunung
Nunung (38 tahun), adalah penduduk asli kampung Pabuaran. Pendidikan
yang ditempuh sampai SMP, dengan biaya sekolah dari bibinya. Keinginan untuk
melanjutkan terhalang oleh tidak adanya biaya. Sejak SD kelas 6 Nunung ikut
bersama bibinya, karena orangtuanya bercerai kemudian ibunya Empo menikah
lagi dan pada tahun 2006 meninggal dunia. Setelah tamat SMP, Nunung menikah
dengan laki-laki yang dijodohkan oleh bibihya, Ade. Karena Nunung tidak ingin
membebani bibi dan orang tuanya, maka calon yang dipilihkan oleh bibinya itu
diterima. Suami Nunung, Ade Suhaedin (42 tahun) tamat SD, kerja sebagai
nelayan di Brunei Darusalam sejak tahun 2006. Dari pemikahannya nunung
dikaruniai 2 orang anak, 1 perempuan sudah menikah dan 1 laki-laki kelas 3
'
SMA.
Profesi sebagai pemetik rumput laut sudah dijalani sejak kelas 6 SD.
Nunung ikut orang tuannya yang kegiatannya ke laut sebagai pemetik. Selama
menjadi pemetik, Nunung lebih mengkhususkan mengambil jenis Kades atau
Gelidiurn karena hampir setiap musim ada dan akses mengambilnya tidak terlalu
berbahaya. Selain memetik rumput laut, Nunung menjadi buruh tani hasil belajar
dari bibinya semenjak bersama. Ketika musim padi, rutinitas Nunung tiap pagi
pergi ke sawah kemudian pada siang harinya pergi ke laut. Menjadi pemetik
rumput laut merupakan profesi utama bagi Nunung, karena menjadi buruh tani itu
musiman dari 1 tahun ada 2 kali sampai 3 kali panen. Penghasilan menjadi buruh
tani satu harinya Rp.12.000,OO. Namun uang itu hanya cukup sampai siang,
karena digunakan untuk masak dan biaya sekolah anak ke SMA. Uang untuk
masak Rp.10.000,OO-15.000,OO dan biaya sekolah anak Rp.7.000,OO. Untuk itu
buat memenuhi kebutuhan pada sore harinya, Nunung pergi memetik rumput laut.
Ketika sedang musim tani dan musim rumput laut, tidak ada yang dikorbankan
salah satunya baik ke sawah maupun ke laut, dua-duanya selalu dijalani asal dapat
membagi waktu.
Nunung merupakan tulang punggung buat menyekolahkan anaknya yang
di SMA, meskipun suaminya Ade bekerja di luar negeri. Selama ini Nunung tidak
hanya mengandalkan dari usaha suaminya itu. Banyak kekhawatiran ~ & u n g
ketika mengingat suaminya bekeja menjadi TKI. Oleh karena itu Nuiiung ikut
membantu bertanggungjawab masalah naflcah keluarga. Dari hasil perjuangannya
Nunung mampu menyekolahkan anak laki-lakinya samapi jenjang SMA. Untuk
kepentingan sekolah, Nunung sangat memerhatikan setiap keperluan anaknya dan
akan memperjuangkan agar sampai lulus.
Untuk memenuhi kebutuhan tiap harinya, Nunung membutuhkan uang
Rp.20.000,OO. Untuk listrik Nunung membayar Rp.71.000,OO dari 450 watt.
Khusus buat biaya sekolah anak, Nunung sangat mengharapkan adanya bantuan
dari sekolah, namun selama ini bantuan itu malah diberikan kepada anak yang
mampu.
Rumput laut yang biasa Nunung ambil sebesar 20 kg, kalau kondisi
rurnput laut sedang tidak banyak yang diambil sekitar 5-7 kg selama 3-4 jam.
Ketika Ade masih ada, hasil yang dipetik mencapai 40 kg. Nunung Berangkat dari
mmah jalan kaki latau 2 jam sebelum kegiatan memetik dilakukan. Hasil rumput
laut itu biasa Nunung Jual ke bakul yang ada di pesisir yaitu Iros. Selama ini Iros
menjadi bakul langganan Nunung, karena akses pemetikan sebelah barat, selain
itu Iros yang menyediakan peralatan untuk Nunung. Peralatan itu sebagai
pengikat, agar penjualan rumput laut tidak ke bakul yang lain. Semua alat yang
Iros sediakan menjadi hutang buat Nunung, dimana pembayarannya dipotong dari
hasil penjualan rumput laut. Adapun harga peralatan itu diantaranya, kored
Rp.12.000,OO dan sair Rp.30.000,OO sedangkan untuk karison Nunung bawa
sendiri dari rumah. Harga rumput laut yang dibeli Iros dari hasil Nunung memetik
biasanya Rp.700,OO. Sebenarnya kalau pemetik yang menentukan harga, Nunung
ingin i m p u t laut itu dihargai 2 kali lipatnya. Karena uang 700,OO sekarang tidak
ada harganya pada zaman sekarang.
Resiko menjadi pemetik sangat berat buat Nunung, karena dikejar-kejar
ombak. Namun Nunung sangat membutuhkan uang buat biaya anaknya sekolah.
Nunung ingin anaknya yang lala-laki bisa lulus sampai SMA. Meskipun suka ada
kiriman dari suaminya yang di luar negeri, tapi uang'itu dialokasikan buat hutang
Nunung ke tetangganya. Pada tahun 2007 Nunung pernah menjadi TKW di Saudi
Arabia, namun baru 2 bulan Nunung mendapat kecelakaan jatuh dari tangga
ketika sedang beres-beres rumah. Kemudian Nunung dipulangkan oleh
majikannya karena khawatir meninggal. Biaya untuk berangkat ke luar negrei
Nunung pinjam dari tetangga sebesar 2.000.000,00. Oleh karena itu uang kiriman
dari suaminya Nunung alokasikan buat bayar utang. Selama 2 tahun diluar negeri,
suami Nunung baru kirim uang 3 kali. Sedangkan kalau lagi kekurangan selama
ini Nunung pinjam dari tetangganya yang bekerja sebagai bandar kayu.
Selain sebagai pemetik, Nunung merupakan salah satu karyawan bakul
besar tingkat Kecamatan. Tugas Nunung yaitu, mencuci, menjemur dan menyortir
rumput laut. Kegiatan sebagai karyawan Dedi ini dilakukan Nunung sebelum
berangkat ke laut atau ketika sedang tidak musim rumput laut. Oleh karena itu
Nunung mengetahui keadaan yang sedang dialami oleh bakul. Nunung
memaparkan kalau bakul besar itu banyak ruginya, banyak penyusutan rumput
laut setelah disortir dan dibersihkan dari kotoran-kotoran karena ruinput laut itu
yang akan dipasarkan langsung ke luar kota. Nunung memahami betul bahwa
semua pihak yang terjun ke bidang rumput laut alam rentan mengalamai kerugian.
Nunung memperkirakan kalau harga di tingkat pemetik itu tergantung harga dari
atasnya.
Sebelum ke laut Nunung biasanya kumpul bersama teman-teman yang
lainnya sambil makan-makan. Ketika sedang berkumpul diantara teman-temannya
sering bercerita mengenai harga rumput laut yang dibeli oleh bakul. Icarena harga
rumput laut tiap orang itu berbeda-beda tergantung kualitas yang diambil. Untuk
itu ketika tahu ada temannya yang mendapat harga rumput laut agak besar,
Nunung dan kawan-kawannya termotivasi untuk memetik rumput laut yang
bagus.
Analisis Jaringan Sosial Nunung :
Dari kasus Nunung di atas, dapat dinyatakan beberapa pola jaringan sosial
Nunung, yaitu menurut bentuk jaringan (vertikal dan horizontal) serta menurut
jenis jaringan (kepentingan dan emosi). Nunung merupakan salah satu penjual
langganan Iros dalam menjual hasil rumput lautnya, karena dia mempunyai
keterikatan alat dan keterikatan secara emosional menurut akses rumput laut itu
diambil. Hubungan Nunung dengan Iros merupakan hubungan yang berbentuk
vertikal, karena terdapat perbedaan sumber daya yang dimiliki oleh keduanya,
sehingga tujuan dari masing-masing pihak itu berbeda pula. Hubungan vertikal ini
dapat dicirikan dari perbedaan kewajiban masing-masing pelaku dan sumber daya
yang dipertukarkan. Kewajiban Nunung adalah menjadi pemetik langganan Iros
dengan menyediakan nunput laut yang dibutuhkan Iros. Hubungan antara
Nunung dengan Iros ini merupakan bagian dari hubungan kepentingan untuk
memperoleh jaminan dalam mengatasi kesulitan ekonomi yang dihadapi oleh
Nunung.
Untuk mengatasi keterbatasan penghasilan dari kegiatannya sebagai
pemetik rumput laut, Nunung bekerja sebagai buruh tani. Icegiatannya sebagai
buruh tani dijalaninya seiring dengan kegiatan utamanya memetik rumput laut.
Hubungan Nunung dengan pemilik sawah tempat dia bekerja, merupakan salah
satu bentuk hubungan buruh dan majikan. Nunung menjadi buruh tetap yang
punya lahan sawah itu. Bentuk hubungan seperti ini merupakan salah satu ciri
dari jaringan yang berbentuk vertikal, kareua hubungan antara majikan dan buruh
merupakan salah satu ciri yang menandakan perbedaan staus sosial-ekonomi
diantara keduanya. Tujuan utama dari hubungan yang dijalin dengan pemilik
lahan sawah itu yaitu untuk memperoleh penghasilan tambahan dari usaha sebagai
pemetik yang tidak menentu, sehingga kesulitan ekonomi dapat berkurang.
Dalam mengoptimalkan waktu selama di laut, selain menjadi pemetik
Nunung adalah menjadi karyawan Dedi seorang bandar (bakul besar) yang
memiliki kios di sekitar pesisir. Nunung mempakan tetangga dekatnya bandar
tersebut, sehingga Nunung sering diminta untuk membantu Dedi kemudian
menjadi salah satu karyawan tetap untuk mencuci, menjemur dan menyortir
ruinput laut. Dari hubungan yang bersifat kepentingan yang terjadi pada Nunung
adalah diperlihatkan dengan keterikatan secara emosi. Hal ini disebabkan bahwa
Nunung merupakan seorang tetangga dekat yang dalam kehidupan kesehariannya
menjalin hubungan pertemanan sangat akrab dengan Dedi. Dalam keterikatan
antara karyawan dan majikan, hubungan Nunung dengan Dedi ini mencirikan
bentuk hubungan vertial, meskipun diluar itu status Nunung adalah sebagai teman.
Sebagai pemetik, Nunung menjalin hubungan dengan rekan ke~janya
sesarna pemetik sangat akrab. Keakraban ini dapat terlihat ketika seringnya
berkunjung ke rumah diantara pemetik untuk berbincang-bincang tentang
keseha~ianmereka. Hubungan diantara sesama pemetik ini merupakan hubungan
yang didominasi oleh emosi. Hubungan yang melibatkan kepentingan terjadi
untuk mendapatkan informasi mengenai musim, harga mmput laut dan informasi
mengenai pekerjan.
Pola jaringan sosial yang dibentuk oleh Nunung dapat dilihat pada
garnbar 12.
Gambar 12. Pola Jaringan Sosial Nunung :
Keterangan :
Lingkaran I
: Jaringan didalam kolnunitas pemanfaat rumput laut
(tingkat desa)
Lingkaran I1 : Jaringan diluar komunitas pemanfaat rumput laut (tingkat
desa)
ICeterangan Aktor :
Z : Nunung
A : Iros (Bakul Langganan)
B : Pemilik sawah
C : Dedi (Bakul Kecamatan)
D : Rekan kelja pemetik
Keterangan Relasi
-- - - - --- -+ : Menjual rumput laut
4--- --- - -- -- - -- : Membeli rumput laut, menyediakan alat
c : Menjadi burull langganan saat panell padi
: Memberi upah
.................................................. : Mencuci, menjemur dan menyortir rumput laut
+
: Memberi
4
.............................................
: Berangkat dan pulang bersama, tukar informasi akses dan
harga rumput laut.
: Berangkat dan pulang bersama, tukar infomasi akses dan
harga rumput laut.
+
Dan gambar di atas terihat ada dua lingkaran, dimana lingkaran yang
pertama menunjukan jaringan yang dibentuk Nunung sebagai pemetik rumput laut
dan lingkaran yang kedua merupakan jaringan diluar pemetik rumput laut.
Aktor-aktor yang terlibat dalam jaringan dan relasi yang terbentuk adalah
bakul langganan Nunung yaitu Iros. Sebagai pemetik yang mengambil akses
disebelah barat Nunung menjual rumput laut itu ke Iros yang merupakan salah
satu bakul yang ada dipesisir sebelah barat. Selain itu Nunung pernah ada
keterikatan hubungan yaitu peralatan yang digunakan disediakan dari Iros. Untuk
memenuhi kebutuhan sebari-ha~inyaNunung bekerja sebagai buruh tani. Setiap
musim panen, Nunung selalu diminta menjadi buruh langganan untuk menuai
padi. Selain memetik rumput, untuk memaksimalkan waktunya selama di laut,
Nunung juga menjadi karyawan seorang bakul kecamatan yang pabriknya berada
disekitar pesisir. Dalam menjalani kegiatannya sebagai pemetik, Nunung menjalin
hubungan akrab bersama teman-temannya. Nunung selalu mendapatkan informasi
tentang akses dan harga rumput laut.
5.3.5 Kasus 5 :Abas
Abas (52 tahun), adalah pemetik rumput laut yang berasal dari luar daerah
Desa Mancagahar. Setelah menikah dengan Cicin (35 tahun), Abas tinggal di
rumah orang tua bersama istrinya di kampung Pabuaran desa Mancagahar.
Sebelum menjadi pemetik rumput laut Abas adalah seorang buruh tani, b m h
ladang dan penggembala kerbau. Menjadi buruh tani dijalani pada usia 15 tahun
sedangkan kegiatan menggembala sapi ini dilakukan Abas semenjak SD kelas 5.
Pada tahun 1965-1975, upab dari menggembala kerbau Abas dapatkan 50 kg
gabah dari 1 sapi yang dianggap sangat besar nilainya pada tahun itu.
Pada tahun 1977 Abas menikah dan telah dikaruniai 2 orang anak. Ketika
masib kecil semua anaknya meninggal karena sakit. Abas mengenal Cicin ketika
sedang berkunjung ke rumah kakaknya di kampung Pabuaran. Profesi sebagai
pemetik rumput laut dijalani Abas semenjak ikut istrinya ke kampung Pabuaran.
Abas belajar dari istri dan tetangganya. Kegiatan sebagai pemetik merupakan ha1
yang baru bagi Abas pada saat itu, namun berkat ketekunannya untuk belajar lebih
baik lagi, Abas menjadi pemetik rumput laut yang sangat mahir.
Setelah beberapa tahun memetik rumput laut di daerah pantai Sayang
Heulang desa Mancagahar, Abas beralih akses pemetikan rumput laut ke area
yang lebih luas dan kualitasnya lebih baik. Daerah yang dituju Abas yaitu pantai
Sancang desa Cibalong. Abas mendapatkan informasi dari teman-temannya dan
diajak oleh bakul langganannya untuk pergi memetik ke daerah itu. Setiap musim
rumput laut Abas pergi ke Sancang beserta 10 orang temen-teman dan bakul
langganannya, kemudian melakukan transaksi jual beli disana. Abas berangkat
menggunakan angkutan umum dan waktu yang dibutuhkan untuk sampai ke
tempat sekitar 2 jam. Selama 10 hari Abas pergi memetik rumput laut dengan
perbekalan yang sudah disiapkan diantaranya, beras, rokok, sarung, baju ganti,
lauk pauk dan peralatan untuk memetik.
Baku1 keliling langganan Abas itu adalah Enang. Dalam menjual hasil
rumput lautnya, Abas tidak pernah ke bakul yang lain, karena Enang selalu ikut
inenyertai para anak buahnya ke daerah tempat rumput laut itu dipetik. Ketika
memerlukan stok rumput laut, Enang selalu memberi informasi kepada Abas dan
anak buah yang lainnya untuk kemudian diajak ke pantai Sancang. Hubungan
Abas bersama Enang sangat akrab karena rumah mereka saling berdekatan dan
ketika ada kegiatan biasanya suka mengajak satu sama lain. Hal ini berakibat
kepada hubungan yang terjalin selama jual beli rumput laut. Hampir tidak pernah
ada masalah yang terjadi, hubungan sangat harmonis. Mereka merasa satu nasib,
karena memencari nafkah keluar daerah sampai beberapa hari. Disetiap saat selalu
ada kebersamaan, misalnya ketika masak dan makan biasanya dilakukan secara
bersama-sama. Pada saat Lebaran tiba, Enang selalu memberi THR, yaitu rokok,
sirup dan biskuit.
Jumlah rumput laut yang biasa Abas ambil yaitu sekitar 30-40 kg,
kemudian Abas langsung menjualnya ke Enang yang sudah menunggu disekitar
pesisir. Untuk proses jual beli Enang mendirikan sebuah kios yang sekaligus
tempat inenginap selama beberapa hari disana. Harga yang ditentukan tidak jauh
berbeda dengan tempat sebelumnya di pantai Sayangheulang yaitu antara
Rp.700,OO-800,00. Akan tetapi jumlah yang diambil lebih banyak dibandingkan di
pantai Sayang Heulang karena area penangkapan yang lebih luas. Jika Enang
sedang tidak sakit atau pergi ke kota, maka Abas menjual rumput lautnya ke
bosnya Enang yaitu Iros pada saat pulang ke kampung Pabuaran. Enang adalah
anak buah Iros yang bertugas sebagai bakul di pantai Sancang. Iros lebih memilih
menjadi bakul di desanya sendiri, karena Iros adalah perempuan yang kerjanya
tidak selincah laki-laki.
Untuk menambah penghasilan sehari-hari, Abas masih menjalani
profesinya dulu sebagai buruh tani. Kalau tidak lnusim rumput laut, kebutuhannya
dapat terpenuhi dari bumh tani. Abas pun meinpunyai keinginan menyewa sawah
untuk digarapnya sendiri. Akan tetapi sainpai saat ini uangnya masih belum
cukup, karena harga-harga zaman sekarang tidak sesuai dengan penghasilan yang
didapatkan. Untuk mewujudkan keinginannya Abas bekerja keras dan sebagian
penghasilannya disisihkan.
Pada tahun 1979 saat kedua anaknya masih ada, Abas sering ikut bekerja
sebagai buruh bangunan bersama tetangga di kampunya dulu. Sampai saat inipun
ketika ada informasi dari temannya Abas selalu ikut serta, karena rupanya Abas
sangat mahir dalam bekerja sebagai tukang bangunan. Abas menghabiskan waktu
selama 1 bulan untuk bekerja di kota. Setelah pulang Abas memberikan kisah dan
pengalamannya serta informasi untuk ikut bekerja.
Dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, Abas memerlukan uang Rp
10.000,OO-12.000,OO untuk membeli beras dan lauk pauk. Abas merasa tidak
terlalu berat untuk membeli beras karena dirumahnya hanya bersama istrinya.
Kebutuhan yang biasanya selalu rutin adalah kopi dan rokok. Sedangkan untuk
lauk Abas tidak terlalu pilih-pilih, terkadang ketika lagi sulit makan dengan garam
ditambah samba1juga jalan. Karena tanggungan keluarga tidak terlalu berat, oleh
karena itu ketika Ada teman-temannya yang sedang membutuhkan uang untuk
pergi mencari pekerjaan ke kota, Abas suka membantu dari tabungan pribadinya.
Analisis Jaringan Sosial Abas :
Dari kasus di atas, dapat dinyatakan beberapa pola jaringan sosial Abas,
yaitu menurut bentuk jaringan (vertikal dan horizontal) serta menurut jenis
jaringan (kepentingan dan emosi). Menurut bentuk jaringan, yang dibentuk Abas
dengan Enang dan Iros adalah suatu bentuk hubungan vertikal. Enang merupakan
seorang bakul keliling langganan Abas yang selalu mengajaknya untuk memetik
rumput laut ke luar daerah. Hubungan yang berbentuk vertikal dapat dicirikan
oleh kewajiban dan sumber daya yang dipertukarkan masing-masing pihak itu
relatif berbeda. Mekipun Hubungan antara Enang dengan Abas sangat dekat,
tetapi posisi diantara keduanya berbeda yaitu hubungan antara bos dan anak buah.
Hubungan antara Abas dengan Enang sangat akrab sebagai hubungan pertemanan,
ha1 ini dapat dilihat ketika kebersamaan mereka dalam mencari akses rumput laut
keluar daerah. Selain itu Enang suka memberi pinjaman uang ketika Abas sedang
menghadapi kesulitan. Oleh karena itu dari kedekatan hubungan seperti ini, dapat
dinyatakan bahwa antara hubungan yang bersifat kepentingan dan perasaademosi
itu tidak dapat dipisahkan dalam keseharian mereka. Sedangkan hubungan antara
Abas dengan Iros lebih dominan kepada hubungan yang bersifat kepentingan,
karena Abas akan membutuhkan Iros untuk menjual mmput lautnya ketika Enang
sedang tidak ada, dimana posisi 11-0s adalah sebagai bos dari Enang.
Selain sebagai pemetik rumput laut, kegiatan sehari-hari Abas adalah
sebagai buruh tani. Abas bekerja menggarap lahan sawah milik orang lain dan
menjadi buruh tetap pemilik sawah itu. I-Iubungan Abas dengan pemilik sawah
tempat dia bekerja, mempakan salah satu bentuk hubungan buruh dan majikan
atau hubungan vertikal. Pemilik sawah itu memerlukan tenaga Abas dalam
mengolah sawah miliknya. sedangkan Abas membutuhkan uang sebagai
penghasilan tambahan dari hasil usahanya sebagai pemetik rumput laut.
Hubungan seperti ini dapat dikatakan bahwa hubungan yang mengarah
kepentingan sangat dominan dibandingkan dengan hubungan yang mengarah
kepada perasaademosi.
Pengalaman Abas sebagai buruh bangunan di kota sudah dilakoninya
semenjak dia belum menikah dan sampai saat ini Abas menjalin hubungan baik
dengan rekan sepekerjaannya itu. Hubungan baik ini dapat terlihat ketika temantemannya memberi info~masilowongan pekeijaan di kota kepada Abas.
Hubungan antara Abas dengan rekan kerja bangunan merupakan ciri dari
hubungan pertemanan, dimana diantara masing-masing pihak saling
mengandalkan perasaan kasihan ketika ada salah satu temannya tidak mendapat
kesempatan bekerja di kota. Oleh karena itu, hubungan ini lebih dominan
mengandalkan perasaanlemosi dibandingkan dengan hubungan kepentingan.
Sebagai pemetik, Abas menjalin hubungan dengan rekan kerjanya sesama
pemetik sangat akrab. Keakraban ini dapat terlihat ketika seringnya berkunjung ke
rumah diantara pemetik untuk berbincang-bincang tentang keseharian mereka.
Hubungan diantara sesama pemetik ini merupakan hubungan yang didominasi
oleh ikatan pertemanan. Hubungan yang melibatkan kepentingan akan terlihat
ketika Abas dan rekan kerjannya saling berbagi informasi mengenai musim, harga
dan informasi mengenai pekerjaan.
Pola jaringan sosial yang dibentuk oleh Abas dapat dilihat pada
gambar 13.
Gambar 13. Pola Jaringan Abas
Keterangan :
Lingkaran I
: Jaringan didalam komunitas pemanfaat rumput laut
(tingkat desa)
Lingkaran I1 : Jaringan diluar komunitas pemanfaat rumput laut (tingkat
desa)
Keterangan aktor :
Z
: Abas
: Enang (Baku1 Keliling Langganan)
A
B
: Pemilik Sawah
C
: Rekan kerja bangunan
D
: Rekan kerja pemetik
E
: Iros (Bos Enang)
Keterangan Relasi :
: Menjual mmput laut
: Membeli mmput laut memberi hadiah saat Lebaran
: Bekerja
: Menjadi bumh langganan, bekerja menggarap sawah
: Mendapat upah
: Bekerja bersarna saat di kota, mendapat infonnasi kerja
: Berangkat dan memetik bersama ke pantai Sancang,
membantu meminjamkan uang.
: Berangkat dan memetik bersama ke pantai Sancang,
membantu meminjamkan uang.
: Menjual mmput laut ketika Enang tidak ada
: Membeli mmput laut
Dari gambar di atas terihat ada dua lingkaran, dimana lingkaran yang
pertama menunjukan jaringan yang dibentuk Abas sebagai pemetik rurnput laut
dan lingkaran yang kedua mempakan jaringan diluar pemetik mmput laut.
Aktor-aktor yang terlibat dalarn jaringan dan relasi yang terbentuk adalah bakul
langganan Abas yaitu Enang. Sebagai pemetik yang mencari mmput laut ke luar
wilayah Desa Mncagahar, Abas menjual hasil mmput lautnya ke Enang. Enang
adalah anak buah Iros dan ikut menanamkan modal untuk usaha rumput laut
sekaligus bertugas sebagai bakul keliling. Akan tetapi jika Enang sedang tidak
kerja, maka Abas menjual hasilnya langsung ke Iros. Abas ada keterikatan
hubungan dengan Enang yaitu ketika ada kesulitan ekonomi, Abas mendapat
pinjaman dari Enang. Pada saat Lebaran Enang memberikan THR kepada anak
buahnya termasuk Abas. Selain itu hubungan yang sudah tejalin sangat dekat
karena dipengaruhi oleh dekatnya tempat tinggal. Untuk mendapat informasi
musim mmput laut, Abas menjalin hubungan baik dengan sesaina pernetik,
bahkan saling membantu meminjamkan uang ketika salah satu dari temannya
sedang mernbutuhkan.Untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya Abas bekerja
sebagai bumh tani. Setiap musim panen, Abas selalu diminta menjadi bumh
langganan untuk menuai padi. Selain mernetik rumput, untuk memaksimalkan
waktunya selama di laut, Abas membantu Enang menjemur rumput laut yang baru
selesai dipetiknya bersama teman-teman. Kegiatannya ketika masih lajang yaitu
menjadi buruh bangunan di kota, pada saat ini masih dilakoni Abas. Abas
mendapatkan informasi dari rekan kerja di kampung tempat tinggalnya.
5.3.6 Kasus 6 : Sutarya
Sutarya (54 tahun), adalah warga asli Desa Mancagahar. Menikah dengan
Rahyati (45 tahun) tetangga di kampungnya. Rahyati berasal dari keluarga
nelayan, sedangkan dia adalah ikut membantu Sutarya menjadi pemetik dan buruh
tani. Dari pemikahannya Sutarya telah dikaruniai 2 orang anak yang diberi nama
Hendra (28 tahun) dan Tino (24 tahun). Hendra adalah seorang supir angkot dan
sudah menikah dan dikaruniai 1 orang anak, sedangkan Tino masih membujang.
Sutarya adalah anak bungsu dari 3 bersaudara dan berasal dari keluarga yang
cukup berada. Orangtuanya rnempunyai tanah dan sawah. Selain itu, orangtuanya
sanggup membiayai kedua anaknya masuk TNI, yang sekarang sedang bertugas di
Surabaya dan Cimahi.
Kisah yang diceritakan Sutarya sebelum terjun menjadi pemetik sangat
unik, yaitu sesudah dia baru keluar dari TNI. Setelah menamatkan sekolah dari
SMA, pada tahun 1975 Sutarya dibujuk ke-dua orangtuanyauntuk masuk tentara
agar mengalami nasib seperti kedua kakaknya yang masuk TNI. Karena pada saat
itu bingung memutuskan mau menjadi apa dan dengan dorongan ke-dua kakaknya
Sutarya mau ikut tes, kemudian dia lulus tes dan mengikuti pelatihan. Dalam hati
kecilnya Sutarya menolak untuk masuk TNI, karena dia lebih memilih untuk
bekerja agar mendapatkan uang. Setelah 2 tahun berlangsung menjadi TNI pada
tahun 1977, Sutarya merasa jenuh dan cape, kemudian Sutarya melarika diii dari
markas TNI di Bmdung tanpa memberitahukan kepada orangtuanya. Sutarya
mengungkapkan, memang betapa besamya pengorbanan orangtuanya untuk
memasukannya dia ke TNI sampai menjual tanah. Biaya masuk pada saat itu
sebesar Rp.25.000.000,00.
Setelah beberapa lama tinggal di kampung, Sutarya mulai merasakan
jenuh dan malu dilihat tetangga karena menganggur. Kemudian Sutarya ikut
meinbantu bekerja pada orangtuanya sebagai buruh tani. Selain itu, karena
banyak teman-temannya yang kegiatannya menjadi pemetik, Sutarya pun ikut
bergabung sampai sekarang. Kegiatan sebagai pemetik juga diikuti oleh istrinya
yang belajar darinya. Sutarya adalah salah satu pemetik langganan Enang. Dia
tidak pemah menjual rumput lautnya kepada bakul yang lain, karena Enang
adalah tetangga di kampungnya. Sehingga kalau ada masalah ataupun informasi
mengenai m p u t laut lebih mudah untuk menghubunginya. Namun ketika Enang
tidak ada, Sutarya menjualnya ke lros seorang hakul rekan kerja Enang. Sutarya
ikut bersaina Enang mencari rumput laut ke daerah Sancang Desa Cibalong.
Kegitan sebagai pemetik ke luar daerah lebih menguntungkan menurut Sutarya
karena hasil yang diambil bisa lebih banyak. Setiap musim m p u t laut Sutarya
mendapat informasi dari Enang dan teman-temannya, kemudian esoknya langsung
berangkat bersama rombongan kampungya naik motor milik pribadi. Tidak lupa
Rahyati menyiapkan segala perbekalan yang diperlukan selama 10 hari di pantai
Sancang. Sedangkan Rahyati sendiri ikut memetik di daerahnya pantai Sayang
Heulang bersama teman-temannya.
Disela-sela rumput laut sedang tidak musim, Sutarya melakukan kegiatan
seperti warga masyarakat yang lainnya yaitu sebagai buruh tani. Sutarya menjadi
buruh tani ditempat orangtuannya dan di tempat orang lain. Dia menjadi buruh
langganan orangtuannya untuk menggarap sawah dan menuai hasil panen. Sekitar
3 tahun yang lalu, Sutarya ikut mencoba menjadi nelayan udang. Untuk itu
Sutarya menyiapkan modal berupa ja~ingsirang yang dibeli Rp 200.000,OO satu
piece dan kapal dia menyewanya dengan teman-teman nelayan. Hasil yang
diperoleh dari menangkap udang yaitu sebanyak 1-2 kg dengan keuntungan yang
didapatkan Rp 100.000,00. Keuntungan yang diperoleh dari udang jauh lebih
besar, akan tetapi frekuensi musimnya tidak sesering rumput laut.
Untuk memenuhi keperluan hidup sehari-harinya, kegiatan sebagai
pemetik dirasakan tidak cukup bagi Sutarya. Kedua anaknya masih
menggantungkan kebutuhan sehari-hari kepadanya. Untuk pengeluaran beras
Sutarya menghabiskan 1,5 kg per harinya. Kebutuhan beras akan meningkat lagi
lnenjadi 2-2,5 kg ketika ada anak kakak dirumahnya. Untuk pengeluaran lainnya,
Sutarya mtin membayar uang listrik sebesar 97.000,OO per bulan. Segala macam
usaha telah dicobanya dalam rangka pemenuhan kebutuhan yang semakin mahal.
Sutarya adalah tetangga dekat seorang bandar di desanya. Karena dia
mahir dalam menyupir, Bandar itupun mengajak Sutarya untuk bekerja menjadi
supir ketika sedang memasarkan rumput laut ke luar kota. Sutarya menjadi supir
pengganti bandar itu selama diperjalanan. Dan pengalamannya itu Sutarya banyak
mengetahui masalah produk rumput laut, selain itu segala resiko menjadi bandar
menjadi diketahui olehnya.
Ketika ada kesulitan ekonomi, Sutarya biasa meminjam dari bakul
langganannya, Enang. Jumlah pinjamannya Rp 50.000,OO kadang lebih. Tidak
lama kemudian hutangnya itu dapat dilunasi ketika sedang aktif lagi mencari
rumput laut. Disisi lain Enang setiap Lebaran selalu memberi hadiah berupa
makanan, rokok dan sirup buat Sutarya. Setelah beberapa tahun bekerja sebagai
buruh di lahan orang lain dan milik orang tuanya, Sutarya mulai mencoba untuk
menggarap sawah sendiri dengan lahan milik orangtuanya. Untuk kebutuhan
modal menjadi petani, Sutarya memeberanikan meminjam modal ke bank lokal di
desanya. Sutarya merasa yakin dengan mempunyai beberapa petak sawah untuk
digarap, akan ada penghasilan yang lebih pasti dan setidaknya kebutuhan beras
tidak dibeli dari warung. Dari hasil panen padi, Sutarya sudah mempunyai fasilitas
perabot rumah tangga seperti, TV, VCD dan kulkas.
Analisis Jaringan Sosial Sutarya :
Dari kasus diatas, dapat dinyatakan beberapa pola jaringan sosial Sutarya,
yaitu menurut bentuk jaringan (vertikal dan horizontal) serta menurut jenis
jaringan (kepentingan dan emosi). Hubungan Sutarya dengan Enang merupakan
suatu bentuk hubungan vertikal. Posisi Sutarya adalah anak buah dari Enang yang
berperan sebagai karyawan yang mencari rumput laut untuk kemudian dijual ke
Enang. Kedekatan antara Sutarya dengan Enang adalah dipengaruhi oleh
kebersamaan mereka menjadi pencari rumput laut keluar daerah. Hubungan
seperti ini tidak hanya didominasi oleh kepentingan saja ketika mereka bertemu,
tetapi akan terdapatnya unsur emosi yang melibatkan keduanya. Hal ini dapat
terlihat ketika terjadinya tolong menolong dalam keseharian mereka diluar
kegiatan mencari rumput laut berlangsung. Berbeda halnya dengan hubungan
yang dijalin dengan Iros bos Enang. Hubungan ini merupakan hubungan yang
bersifat kepentingan, karena hubungan itu akan ada yaitu untuk menjual rumput
laut ketika Euang sedang tidak aktif sebagai bakul.
Dalam menggarap sawah, Sutarya mempunyai jaringan dengan
orangtuanya, karena dia meminjam lahan milik orangtua untuk diolah sendiri.
Hubungan antara anak dan orang tua merupakan campuran antara jaringan
kepentingan dan emosi. Hubungan yang bersifat kepentingan ini dapat dilihat
ketika Sutarya membutuhkan lahan, kemudian dilain waktu dia membantu
menggarap lahan milik orangtuanya. Selanjutnya hubungan emosi dapat dilihat
ketika dalam meminjamkan lahan sawah, orangtua Sutarya tidak membebankan
biaya sewa. Selain itu hubungan emosi diantara orang tua dan an& tidak &an
lepas, karena ha1 ini mempakan fitrah seorang manusia.
Sutarya merupakan salah satu pemetik yang mengakses rumput laut keluar
daerah. Hubungan Sutarya dengan sesama rekan kerjanya sangat dekat. Kedekatan
ini dapat terlihat selama kebersamaan dari berangkat sampai rumput laut itu
selesai diambil. Hubungan yang terjalin dengan sesama rekan kerjanya ini
mempakan pola hubungan yang mencirikan hubungan pertemanan, sehingga yang
mendominasi dari jenis hubungan ini adalah emosi.
Hubungan Sutarya dengan Dedi seorang bandar rumput laut, merupakan
hubungan pertemanan yang dilanjutkan dengan adanya unsur kepentingan ketika
Sutarya dibutuhkan sebagai supir. Hubungan pertemanan ini merupakan sebagai
akibat dari hubungan sebagai tetangga dekat, sehingga banyak ha1 yang diketahui
oleh masing-masing mengenai keseharian diantara mereka.
Selanjutnya hubungan dengan tukang sewa kapal merupakan bentuk
hubungan yang didominasi oleh unsur kepentingan ketika mereka berinteraksi.
Selain menyewa kapal, sangat jarang waktu Sutarya digunakan bersama tukang
sewa kapal itu. Sutarya hanya membutuhkan sarana kapal untuk menagkap udang
dan tukang sewa kapal itu akan mendapat uang sewaan dengan sistem bagi hasil
yang digunakan. Akan tetapi bentuk hubungan ini tidak dapat dikatakan sebagai
hubungan vertikal, karena tidak adanya keterikatan sebagai majikan dan bawahan
yang tetap. Adapun hubungan dengan sesama rekan kerjanya nelayan udang,
Sutaraya sudah mengenalnya sebagai tetangga di kampungya, sehingga hubungan
ini lnempakan hubungan pertemanan. Jaringan yang dijalin Sutarya dengan
mereka merupakan perpaduan unsur kepentingan dan emosi. Unsur kepentingan
itu terletak pada kebutuhan untuk patungan modal menangkap udang dan unsur
emosi itu terdapat didalamnya pada saat mereka bekerjasama serta informasi yang
diberikan masing-masing diantara mereka sebelum mereka terjun melaut.
Untuk menyimpan hasil kerja kerasnya, Sutarya me~nbukajaringan dengan
bank. Hubungan Sutarya dengan bank merupakan hubungan yang mumi
berdasarkan kepentingan. Selain kebutuhan untuk menyimpan uangnya, tidak ada
tujuan lain yang ingin dicapai selain hubungan diluar itu.
Pola jaringan sosial yang dibentuk oleh Sutarya dapat dilihat pada
gambar 14.
Gambar 14. Pola Jaringan Sosial Sutarya
Keterangan :
Lingkaran I
: Jaringan didalam komunitas pemanfaat rumput laut
(tingkat desa)
Lingkaran I1 : Jaringan diluar komunitas pemanfaat rumput laut (tingkat
desa)
Keteranagan Aktor :
Z : Sutarya
A : Enang (bakul keliling langganan)
B : Orangtua (Pemilik lahan)
C : Rekan kerja pemetik
D : Iros (Bos Enang)
E : Dedi (Bandar rumput laut)
F : Tukang kapal
G : Nelayan udang
H : Bank
Keterangan relasi :
: Menjual rumput laut
: Membeli ruinput laut, memberi hadiah pada saat Lebaran
: Meminjam lahan untuk sawah dan membantu menggarap
lahan orangtuanya.
: Meminta menjadi buruh ketika panen dan memberi
imbalan.
: Berangkat memetik bersama ke pantai Sancang, saling
tukar infonnasi musim rumput laut.
: Berangkat memetik bersarna ke pantai Sancang, saling
tukar informasi musim rumput laut
: Menjual rurnput laut ketika Enang tidak ada, saling tukar
informasi musim rumput laut.
: Membeli rumput laut.
: Sebagai supir pengganti bandar selama diperjalanan
memasarkan rumput laut.
: Mendanat imbalan u a n ~ .
: Menyewa kapal untuk menangkap udang dan bagi hasil.
: Menyediakan bensin, memperbaiki kapal.
: patungan untuk sewa k a p i d a n bagi hasil keuntungan.
: Pinjam modal dan membayar bunga.
-
Dari gambar di atas terdapat dua lingkaran, dimana lingkaran yang
pertama menunjukan jaringan yang dibentuk Sutarya sebagai pernetik rumput laut
dan lingkaran yang kedua merupakan jaringan diluar pemetik rumput laut.
Aktor-aktor yang terlibat dalam jaringan Sutarya. diantaranya bakul langganan,
tempat menjual hasil nunput laut yang dihasilkan Sutarya. Hubungan selain jual
beli yang dijalin Sutarya dengan Enang bakul langganannya itu sangat akrab,
sehingga ketika Lebaran Enang memberikan hadiah. Untuk pemenuhan kebutuhan
sehari-hari, Sutarya mencoba menjadi petani yang lahannya disewa dari
orangtuanya. Selain inendapat uang sewaan, Sutarya sering diminta menjadi buruh
tani di lahan milik orangtuanya, kemudian dia mendapatkan imbalan buruh.
Kegiatan sebagai pemetik rumput laut ke luar daerah, dijalaninya bersama temantemannya. Diantara mereka saling tukar Informasi untuk berangkat memetik.
Sebagai tetangga seorang bandar, Sutarya sampai sekarang menjadi supir
pengganti dalam perjalanan untuk memasarkan rumput laut ke luar kota. Oleh
karena itu ban dar itu memberinya imbalan. Sebagai nelayan udang Sutarya
inempunyai modal berupa jaring sirang, sedangkan untuk kebutuhan kapal, dia
meminjam dari tukang sewa kapal yang kemudian akan ada bagi hasil. Tukang
sewa kapal itu menyediakan bensin dan memperbaiki kapal ketika ada kerusakan.
Bersama nelayan yang lainnya Sutarya patungan untuk menyewa kapal itu, ketika
untung akan ada bagi hasil sesuai modal masing-masing. Karena Sutarya ingin
mempunyai sawah garapan sendiri, untuk itu dia mencoba meminjam uang ke
bank sebagai modal dan memberikan bunga yang sudah ditetapkan.per bulannya.
5.3.7 ICasus 7 : Ikom
Ikom (48 tahun), adalah anak ke-3 dari 5 bersaudara, berasal dari warga
kampung Galur Desa Mancagahar. Berasal dari keluarga petani dari pasangan Ibu
Arsih dan Bapak Sayidi. Pendidikannya ditempauh samapai kelas 2 Tsanawiyah,
karena ketika mau naik ke kelas 3 Ikom dipinang oleh Ana (54 tahun) pemuda di
Desanya, sehingga sekolahnya berhenti. Pada saat itu, ketika anak usia 15 tahun
belum mendapatkan jodoh, masyarakat disana menganggapnya tidak laku. Oleh
karena itu Ikom memutuskan untuk segera menikah. Pemuda yang menikahinya
adalah seorang nelayan, namun saat ini sudah herhenti karena merasa sudah tua,
tenaganya sudah tidak kuat untuk ke laut.
Ikom menikah pada tahun 1970 pada saat PEMILU (pilih nomor 10) dan
telah dikaruniai 5 orang anak, 2 laki-laki dan 3 peremnpuan. Anak yang pertama
berprofesi sebagai buruh tani, anak ke-dua menjadi TKW, anak ke-tiga bantubantu dirumah, anak ke-empat dan ke-enam masih sekolah di SMA.
Pada tahun 1980, Ikom pemah ikut program transmigrasi bersama
orangtuanya. Selma disana Ikoin melahirkan anak yang ketiga yang diberi nama
Sosa Sri Nauli, nama khas Sumatera. Pada tahun 1985 Ikom pulang bersama
suami dan anaknya karena sering teringat kedua orangtuanya yang sudah pulang
duluan. Setelah pulang dari Sumatera, Ikom bekerja sebagai pemetik dan
suaminya bekerja sebagai nelayan seperti biasa. Profesi sebagai pemetik dijalani
Ikom sampai sekarang bersama suaminya yang sudah tidak menjadi nelayan. Pada
tahun 1986 Ikom sempat berhenti menjadi pemetik karena menderita sakit paruparu, Ikom hams berobat rutin. Setelah kondisinya semakin membaik, Ikom terjun
lagi mengambil rumput laut.
Penghasilan dari rumput laut sangat minim, karena Ikom sedang
membiayai 2 orang anaknya di SMA. Meskipun kegiatan ini dijalani berdua
,
dengan suaminya. Oleh karena itu, Ikom rajin menjadi seorang petani dengan
lahannya milik sendiri yang diberi dari orangtuanya. Dalam menjalankan profesi
sebagai petani, Ikom dibantu ole11 beberapa orang buruh tani untuk mengurus
sawah dan menuaipadi ketika musim panen. Hasil yang didapatkan dari kerja
kerasnya dalam menggarap sawah, Ikom telah mendapatkan beberapa ekor sapi
yang dibelinya pada tahun 2000 dari saudaranya. Sekarangjumlah sapinya sudah
6 ekor dan pada tahun 2007 Ikom telah melaksanakan ibadah kurban dari hewan
ternaknya itu. Sapi-sapi itu dialokasikan Ikom untuk sekolah anaknya yang ingin
disekolahkan sampai tingkat perguruan tinggi. Ikom ingin 2 orang anaknya yang
terakhir tidak menjadi seorang buruh di kampungnya tapi harus sukses dengan
mendapatkan pekerjaan lebih baik. Beberapa tahun yang lalu Ikom pemah
menjual salah satu sapi miliknya untuk berobat anak yang mengalami keguguran.
Pada saat itu dia membutuhkan biaya sebesar Rp 3.000.000,00. Dalam ha1
beternak Ikom telah berhasil, hampir tiap tahunnya sapi miliknya beranak. Hal ini
adalah berkat kerja keras suaminya yang rajin menggembalakannya tiap hari.
Dalam kegiatan rumput laut, Ikom masih merasa senang menjalaninya,
meskipun harganya rendah. Akan tetapi bekerja bersama-sama temannya
membuatnya terhibur, apalagi kalau rumput laut sedang banyak hasil, Ikom akan
memaksimalkan kerjanya disertai suaminya.Ikom Menjalani profesi ini untuk
penghasilan tambahan buat membeli kebutuhan dapur. Hasil yang dioperoleh
Ikom sekali turun ke laut adalah 15 kg-20 kg. Rurnput laut itu dijual Ikom ke
bakul langganannya yaitu Eet. Ikom tidak pernah menjual rumput lautnya ke yang
lain, meskipun tidak pernah terikat dengan hutang, selain itu Eet merupakan masih
saudaranya. Dari hubungannya itu, Eet selalu memberikan hadiah pada saat
Lebaran berupa biscuit, sirup dan rokok.
Ikom berangkat dari rumah sekitar 1 jam sebelum laut surut. Tidak lupa
dia selalu membawa bekal makan. Ikom sengaja tidak makan dirumah terlebih
dahulu, karena ingin makan nikmat bersama teman-teman yang lainnya sambil
ngobrol. Setelah selesai memetik, Ikom langsung menjual rumput laut itu,
kemudian pulang bersama suaminya yang habis selesai menggembala sapi.
Analisis Jaringan Sosial Ikom :
Dari kasus di atas, dapat dinyatakan beberapa pola jaringan sosial Ikom,
yaitu inenurut bentuk jaringan (vertikal dan horizontal) serta menurut jenis
jaringan (kepentingan dan emosi). Ikom merupakan salah satu penjual langganan
Eet dalam menjual hasil rumput lautnya, karena dia mempunyai keterikatan alat
dan keterikatan secara emosional menurut akses rumput laut itu diambil.
Hubungan Ikom dengan Eet pada saat bekerja sebagai peinanfaat rumput laut,
merupakan hubungan yang berbentuk vertikal. Hubungan vertikal ini dapat
dicirikan dari perbedaan kewajiban dan sumber daya yang dipertukarkan. Tujuan
yang ingin dicapai Ikom adalah mendapatkan penghasilan dari penjualan rumput
laut, sedangkan Eet memperoleh stok rumput laut sebanyak-banyaknya dari para
pemetik, sehingga dia memerlukan modal uang untuk inembeli dari para pemetik
itu. Jenis jaringan dari bentuk hubungan vertikal yang terdapat pada ikom
merupakan lebih mengarah kepada dua jenis jaringan, yaitu kepentingan dan
emosi. Hal ini disebabkan selain hubungan jaul beli rumput laut, disisi lain Eet
merupakan tetangga di kampungnya, sehingga interaksi diantara keduanya
merupakan perpaduan dari unsur ketetanggaan.
Untuk mengatasi keterbatasan penghasilan dari kegiatannya sebagai
pemetik rumput laut, Ikom menjalani kegiatannya sehari-barinya sebagai buruh
tani. Kegiatannya sebagai buruh tani dijalaninya seiring dengan kegiatan
utamanya memetik rumput laut. Hubungan Ikom dengan pemilik sawah tempat
dia bekerja, merupakan salah satu bentuk hubungan buruh dan majikan. Ikom
menjadi buruh tetap yang punya lahan sawah itu. Ikom diperlukan ketika musim
panen itu tiba, sedangkan diluar itu tidak ada hubungan yang mengarah kepada
hubungan kekerabatan seperti pertemanan. Bentuk hubungan seperti ini
merupakan salah satu ciri dari jaringan yang berbentuk vertikal dan hubungan
yang dominan adalah unsur kepentingan, dimana pemilik sawah itu membutuhkan
tenaga Ikom dan sebaliknya uang merupakan tujuan Ikom sebagai buruh.
Ikom menjalin hubungan dengan rekan kerjanya sesama pemetik sangat
akrab. Keakraban ini dapat terlihat ketika kebersamaan mereka dalam menjalani
kegiatan mencari rumput laut. Diantara mereka sering terjadi perbincangan
tentang keseharian mereka. Hubungan diantara sesama pemetik ini merupakan
hubungan yang didominasi oleh emosi. Hubungan yang melibatkan kepentingan
terjadi untuk mendapatkan informasi mengenai mnusim, harga dan informasi
mengenai pekerjaan. Hubungan kepentingan ini merupakan salah satu faktor
keterikatan emosi sesama pemetik dalam bekerja sebagai pemetik.
Pola jaringan sosial yang dibentuk oleh Ikom dapat dilihat pada
gambar 15.
Gambar 15. Pola Jaringan Sosial Ikom
Keterangan :
Lingkaran I
: Jaringan didalam komunitas pemanfaat rumput laut
(tingkat desa)
Lingkaran I1 : Jaringan diluar komunitas pemanfaat rumput laut (tingkat
desa)
Keterangan Aktor :
Z : Ikom.
A : Eet (Bakul Langganan).
B : Buruh tani.
C : Rekan kerja pemetik.
Keterangan relasi :
- - - - - - - - - : Menjual ruinput laut
4 -- - - - - - - - - - - - - : Membeli rumput laut, rnemberi hadiah pada saat Lebaran
-
: Memberi upah kepada buruh tani
: Mengolah sawah dan menuai padi ketikapanen
: Berangkat memetik bersama ke pantai, saling tukar
informasi musim rumput laut
:Berangkat mernetik bersama ke pantai, saling tukar
informasi musim rumput laut
-4
Dari gambar di atas terdapat dua lingkaran, dimana lingkaran yang
pertama menunjukan jaringan yang dibentuk Ikom sebagai pemetik rumput laut
dan lingkaran yang kedua meiupakan jaringan diluar pemetik rumput laut.
Aktor-aktor yang terlibat dalam jaringan Ikom, diantaranya bakul langganan.
Dalam menjual hasil rumput laut, Ikom sudah mempunyai bakul langganan
dimana pada saat Lebaran tiba, Ikom diberinya hadiah. Bakul langganan Ikom
adalah masih kerabatnya. Sebagi seorang petani Ikom membutuhkan beberapa
orang pekerja untuk mengolah sawah dan menuai padi disaat panen. Untuk itu
Ikom memberinya imbalan berupa upah buruh. Sebagai seorang pemetik yang
merupakan kegiatan pertama yang dilakukannya setelah menikah, Ikom sudah
menjalin hubungan yang akrab bersama rekan kerjanya sesama pemetik. Bersarna
rekannya itu, Ikom berangkat bersama, makan bersama sambil berbincangbincang dan mereka saling memberika informasi mengenai akses, musim dan
harga rumput laut.
5.4 Jaringan Sosial dalam Pemasaran Rumput Laut dari Alam
Untuk menggambarkan kerja sebuah jaringan sosial para pelaku usaha
rumput laut, berikut ini akan digambarkan jaringan kegiatan distribusi rumput laut
di Desa Mancagahar yang saling mempunyai kepentingan ekonomi. Jaringan
kepentingan itu dapat dilihat pada gambar 16.
Gambar 16. Pola Jaringan Distribusi Rumput Laut Desa Mancagahar
Keterangan :
I : Pemetik
I1 : Bakul Kecil
I11 : Bakul Besar (Bandar)
- Aktor-&tor yang terlibat :
A : Pihak yang membeli rumput laut (Bakul, bandar, pabrik pengolah,
toko sembako, agen luar daerah).
B : Pihak yang menjual rumput laut (Pemetik, bakul, bandar)
C : Rekan kerja pemetik
D : Rekan kej a diluar pemetik
E : Juragan diluar rumput laut (Pemilik sawah, bakul non rumput laut)
F : Karyawan
G : Rekan kerja bakul (bakul keliling)
H :Bank
- Relasi yang dibentuk :
-- - - - - - -
: Menjual rumput laut ke bakul, bandar, pengolah, toko,
4 - -- ---- - - ---
: Membeli rumput laut dari pemetik, bakul dan bandar,
agen luar daerah.
memberi hadiah pada saat Lebaran.
: Tukar informasi pekerjaan, mengenai inusim dan harga
ruinput laut.
: Tukar informasi pekerjaan dan patungan modal usaha
sekaligus bagi hasil keuntungan.
: Meinberi upah buruh, membeli hasil tangkapan.
: Menggarap sawah, ladang, menjual hasil tangkapan
udang, kerang ke bakul langganan.
: Memberikan jasa pengangkutan, penjemuran, penyortiran,
pencucian rumput laut.
: Memberi upah atas jasa, memben hadiah pada sat Lebaran
: Join usaha mnput laut dan meinbagi keuntungan sesuai
modal sekaligus menjadi bakul keliling.
: Fasilitas penunjanag untuk keinajuan usaha dan inemberi
bunga atas pinjaman.
0
Dari gambar 16. dapat dinyatakan bahwa mata rantai pemasaran rumput
laut di Desa Mancagahar terbagi atas tiga pelaku yaitu pemetik, bakul kecil dan
bakul besar (Bandar). Pemetik adalah pelaku yang terjun langsung mengakses
iumput laut untuk dijual, biasanya mereka mempunyai bakul langganan masingmasing. Baku1 kecil adalah pelaku yang membeli ruinput laut langsung dari
pemetik. Mereka mendirikan kios atau gudang tempat penyimpanan rumput laut
itu disekitar pesisir. Selain itu bakul berperan sebagai pihak yang menangani
pasca panen berupa penjemuran. Serta bandar adalah pihak ke-tiga yang
menangani pasca panen berupa, pencucian, penjemuran d m penyortiran utntuk
dipasarkan menjadi rumput laut yang siap pakai. Mereka mendapatkan n~mput
laut itu dari bakul kecil, sedangkan tempat penyimpanannya ada yang disekitar
pesisir dan ada yang didekat teinpat tinggalnya.
Jaringan kegiatan distribusi pelaku usaha rumput laut terbentuk atas saling
ketergantungan untuk mendapatkan keuntungan dari sisi ekonomi dan informasi.
Dari sisi ekonomi, terjadi dengan pertukaran sumber daya berupa rumput laut dan
usaha non rumput laut. Sedangkan dari segi informasi, terjadi atas dasar untuk
pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari yang masih sulit. Selain itu diharapkan
akan terbukannya kesempatan untuk terjun kedalam pekejaan baru.
Bagi para pemetik aktor yang terlibat dalam kegiatan distribusi rumput
laut adalah bakul yang berperan sebagai tempat penjualan hasil usahanya. Diluar
usaha rumput laut, mereka menjual hasil tangkapan udang, kerang ke bakul
langganannya. Dalam menjalankan usaha diluar rumput laut mereka mempunyai
rekan kerja untuk pemenuhan kebutuhan akan modal usaha. Untuk menambah
penghasilan, pemetik ikut sebagai buruh tani dan menjadi rekan kerja aktor-aktor
yang terlibat didalam kegiatan itu.
Aktor yang terlibat dalam jaringan kerja bakul kecil diantaranya, pemetik
sebagai pemasok rumput laut, bakul besar (bandar) sebagai pihak tempat
menyalurkan iumput laut, karyawan untuk menangani proses pasca panen yaitu
penjemuran dan pengangkutan. Untuk menambah modal bakul mengajak teman
untuk menjadi rekan kerja dengan patungan modal, kemudian akan ada bagi hasil
keuntungan. Yang menajdi rekan kerja adalah orang yang sekaligus sebagai bakul
keliling dimana dalam mencari rumput laut itu keluar wilayah Desa Mancagahar.
Pada saat Lebaran tiba, bakul akan memberikan hadiah (THR) kepada pemetik
dan karyawan, dan untuk mengikat pemetik bakul memberi pinjaman uang dan
alat. Dalam mengmbangkan usahanya, bakul memerluka fasilitas penunjang yaitu
bank.
Sebagai pihak terakhir yang menentukan kualitas rumput laut untuk
dipasarkan ke luar daerah, bandar merupakan pihak yang memerlukan banyak
jaringan. Aktor-aktor yang terlibat dalam kegiatan pemasaran rumput laut dari
bandar adalah pabrik pengolahan, toko sembako dan agen luar wilayah. Untuk
pabrik pengolahan dan toko sembako, rumput laut dikirim langsung ketempat.
Sedangkan untuk agen luar wilayah ada yang diantar dan agen langganan datang
langsung ke tempat bandar itu. Rumput laut yang dipasarkan didapatkan dari
bakul kecil, diantara bakul itu ada yang langganan dan bukan langganan. Dalam
penanganan pasca panen beiupa pncucian, penjemuran dan penyortiran, bandar
memerlukan banyak karyawan. Selain upah yang didapatkan para karyawan
adalah hadiah pada saat Lebaran. Adapaun modal yang dibutuhkan seorang
bandar lebih besar lagi dibandingkan bakul kecil, sehingga memerlukan fasilitas
penunujang berupa bank.
5.5 Analisis Jaringan Sosial Pemetik Rumput Laut dari Alam
Jaringan-jaringan yang terbentuk didalam masyarakat ini menjadi
sedemikian penting, karena di dunia ini dapat dikatakan bahwa tidak ada manusia
yang tidak menjadi bagian dalam jaringan-jaringan hubungan sosial dengan
manusia lainnya didalam masyarakat lingkungannya. Dengan kata lain, manusia
di bumi ini selalu membina hubungan sosial dengan siapapun dimana dia tinggal
dan hidup sebab manusia tidak dapat hidup sendiri. Berdasarkan ha1 ini maka
sebuah masyarakat bisa dipandang sebagai jaringan hubungan sosial antar
individu yang sangat kompleks. Hubungan antar individu itu terbatas pada
sejumlah orang tertentu saja. Hal ini karena ketidaksanggupan manusia
berhubungan dengan semua manusia yang ada. Setiap individu belajar melalui
pengalamannya untuk masing-masing memilih dan mengembangkan hubunganhubungan sosial yang tersedia dalam masyarakat, disesuaikan dengan kebutuhankebutuhan yang ada pada din individu yang bersangkutan. Manusia tidak selalu
menggunakan semua hubungan sosial yang dimilikinya dalam mencapai tujuantujuannya. tetapi disesuaikan dengan ruang dan waktu atau konteks sosialnya,
Agusyanto (2007).
Menjadi pemetik rumput laut dari alam merupakan kegiatan yang serba
tidak menentu, karena kegiatan mereka ditentukan oleh sistem alam. Karakteristik
pantai selatan dengan gelombang yang besar dan kuat, belum ada penemuan
teknologi yang mampu mengembangkan potensi rumput laut itu untuk
dibudidayakan. Belum lagi kualitas yang mereka ambil tidak terlalu bagus, karena
ha1 ini dipengaruhi oleh cara dan alat yang mereka gunakan. Alat seperti kored,
membuat rumput laut itu tidak terambil sampai akarnya dan karang tempat
melekat juga ikut terambil. Pada umumnya pemetik di desa Mancagahar yaitu
mereka yang sudah berkeluarga. Biasanya mereka itu belajar dari sejak kecil.
Namun dari kalangan remaja atau pemuda pemudi yang belum menikah biasanya
jarang karena para pemetik mengatakan bahwa anak zaman sekarang itu yang
diutamakan gengsi. Anak-anak itu merasa malu jika harus terjun ke laut.
Penghasilan sebagai pemetik rumput laut sangat kecil, sehingga diperlukan
adanya strategi adaptasi mereka untuk menambah penghasilan diluar rumput laut
dengan cara mengembangkan sebuah jaringan yang mereka miliki. Seperti yang
diungkapkan oleh Nunung :
3,
Jadi tukang ngala jukut mah moal maju-maju, soalna hargi jukut
tibaheula keneh angger wae. Paling lainun naek ukur saratus atawa
dua ratus pas naelc BBM tell. Lamzln izgandeullceun tiiza juktrt wae
nzah kebutzlhan sadidinteun moalpicukzlpeun ...sok tinggali harga
ayezrna nu naelc sababaraha kali lipat. Nu tadina hasil tina jtlkut teh
ceukzp lcanggo sababaraha dinteun, tapi ayeuna mah sediizteun oge
teu cekap...makana tpami teu nujzr musim jtllitlt teh didantetlljadi
buruh tani atawa ka kebon. Tapi penghasilan tinajulcut sareng
buruh oge mung cekap kanggo sahari-hari, da ... biaya sakola ntah
tetap teu kaudag"
"Menjadi pemetik rumput laut tidak akan pemah maju, soalnya
harga rumput laut dari dulu masih tetap. Kalaupun naik tidak terlalu
besar, sekitar seratus atau dua ratus sejak naik BBM. Kalau
mengandalkan dari rumput laut saja, kebutuhan sehari-hari tidak
akan cukup...coba lihat harga sekarang yang naik beberapa kali lipat.
Yang tadina penghasilan dari rumput laut cukup buat beherapa hari,
tapi sekarang buat sehari juga tidak cukup...Makanya kalau lagi tidak
musim mmput laut, saya suka bekerja sebagai buruh tani dan buruh
ladang. Tapi penghasilan dari mmput laut dan buruh tani juga hanya
c u h p bPlat sehari-hari, kalau ...huat biaya sekolah tidak terkejar"
Faktor yang menyebabkan harga mmput laut sangat minim selain kualitas
adalah panjangnya rantai pemasaran untuk sampai ke pabrik maupun pengolahan
setempat. Alasan pemetik rumput laut terus bertahan dalam kondisi seperti ini
adalah karena kegiatan ini dijalani tanpa modal dan dapat dilakukan tanpa
paksaan. Siapa saja boleh mengambil rumput laut itu, tidak pemah ada masalah.
Hubungan yang terjalin antar sesama pemetik sangat baik karena berangkat dari
kesamaan nasib. Bahkan kalau sedang musim, satu sama lainnya saling memberi
informasi yang kemudian diajak ke laut. Satu ha1 yang menjadi kendala dan
tantangan adalah resikonya yang sangat besar. Para pemetik hams berani belarilarian dengan ombak untuk mendapatkan rumput laut itu.
5.5.1 Karakteristik Jaringan Sosial Pemetik Rumput Laut
Dalam menganalisis karakteristik jaringan sosial yang terbentuk di Desa
Mancagahar yaitu dapat dilihat dalam beberapa hal, yaitu : Pertanza, bentuk dan
luas. Untuk menganalisis bentuk jaringan sosial yang terdapat pada pemetik
rumput laut dibedakan kedalan dua bentuk yaitu jaringan sosial vertikal dan
jaringan sosial horizontal. Jaringan sosial vertikal adalah hubungan yang terjalin
antara pemetik dengan bakul langganan, bakul non-rumput laut, pemilik sawah
dan pemilik ladang, dimana statusnya sebagai majikan dan anak buah. Sumber
daya yang dipertukarkan pada masing-masing pelaku relatif berbeda. Jaringan
sosial horizontal adalah hubungan yang tejalin antar sesalna pemetik dan rekan
kerja usaha lain. Sumber daya yang dipertukarkan yaitu berupa informasi musim,
akses dan harga rumput laut serta uang patungan untuk modal usaha. Selain itu
adanya hubungan tolong menolong sesama mereka dengan meminjamkan uang
untuk keperluan hidup sehari-hari.
Jika merujuk ltepada jenis jaringan yang diungkapkan oleh Agusyanto
(2007), yaitu jaringan berdasarkan kepentingan, jaringan emosi dan jaringan
kekuasaan, maka jaringan yang akan dilihat dala~nanalisis ini adalah jaringan
kepentingan dan jaringan emosi. Hubungan antara masing-masing pelaku dalam
jaringan yang dibentuknya merupakan kombinasi antara kedua jaringan itu. Akan
tetapi pada dasarnya dalam analisis yang mendalam tentang bagaimana mereka
mengatasi kesulitan ekonomi dari kegiatannya sebagai pe~netikrumput laut dari
alam, merupakan suatu rangkaian jaringan yang berpangkal dari unsur
kepentingan. Dimana jaringan sosial ini timbul untuk mengadaptasikan keadaan
usaha yang tidak menentu.
Jaringan yang dibentuk antara pelaku usaha dalam proses pemasaran
rumput laut merupakan suatu rangkaian sistem untuk mendayagunakan sumber
daya berupa rumput laut agar dari hubungan itu tujuan masing-masing terpenuhi.
Masing-masing pelaku mempunyai kepentingannya tersendiri. Hubungan yang
mereka jalin adalah untuk melakukan proses jual beli rumput laut sehingga yang
dicari adalah keuntungan. Pada umumnya luas jaringan yang terdapat pada
pemetik yang tidak mempunyai diversifikasi pekerjaan yang beragam memiliki
jaringan yang sedikit dan cakupan yang tidak luas. Hubungan terjalin hanya pada
tingkat desa. Para pemetik mempunyai keterbatasan untuk melakukan jaringan
diluar komunitasnya sebagai pemetik ataupun kegiatan yang lainnya seperti buruh
tani. Setiap saat mereka akan memanfatkan waktunya untuk bekerja dalam rangka
memenuhi kebutuhan sehari-hari. Waktu senggang mereka biasanya digunakan
dengan hubungan yang bersifat ketetanggaan, bertemu untuk berbincang-bincang
masalah pekerjaan yang terkait dengan kapasitas mereka sebagai masyarakat
awam. Sedangkan untuk bakul, cakupan jaringannya lebih luas karena terkait akan
akses untuk mendapatkan modal. Para bakul akan membuka jaringan dengan siapa
saja yang dapat menjadikan kemampuan usahanya berkembang. Diantara pihak
dapat terlihat ada perjanjian untuk kelancaran usaha. Ada banyak pertimbangan
untung-mgi ketika suatu hubungan itu dijalankan. Kedua, kerapatan dan
ketertutupan. Kerapatan jaringan dapat dilihat dari sejauhrnana kedalaman
hubungan yang terjalin. Pada dasarnya hubungan yang terjalin diantara pelaku
usaha rumput laut yaitu bersifat tidak formal, ha1 ini dilihat dari segi tidak adanya
aturan-aturan tertulis menyangkut hubungan diantara mereka. Hubungan itu
didasari atas saling memahaminya peran dan posisi masing-masing. Hubungan
yang terjadi dengan bakul dilihat dari sisi kepentingan ekonomi yaitu bersifat
saling tergantung satu sama lain. Hal ini disebabkan oleh kebutuhan akan
pencapaian tujuan masing-masing pihak dapat terpenuhi dengan
kesalingtergantungan itu. Pada setiap kasus terdapat keterikatan yang erat, karena
kebutuhan akan jaminan mendapatkan sumber daya yang ingin dicapai masingmsing pihak. Begitupun hubungan selain dengan bakul, mereka akan senantiasa
berusaha membina hubungan yang harmonis untuk tetap bekerja d m melakukan
kegiatan bersama dalam mengakses sumber daya yang tergantung alam kemudian
beralih kepada kegiatan diluar rumput laut sebagai salah satu cara untuk
memenuhi kebutuhan sehari-harinya. Selain itu kedekatan diantara mereka
disebabkan oleh hubungan kekerabatan, pertemanan dan ketetanggaan, yang pada
umumnya interaksi antar individu pada suatu masyarakat di desa masih sangat
h a t hubungan kekeluargaannya.
Ketertutupan jaringan ditandai dengan sejauhmana pihak lain dapat ikut
bergabung dalam jaringan tersebut. Didalam komuilitas usaha rumput laut tidak
ada keterbatasan terhadap orang lain yang ingin bergabung dalam usaha ini. Baik
dari pihak bakul maupun pemetik. Ketika mempunyai modal siapa saja boleh
menjadi bakul m p u t laut. Apalagi untuk menjadi pemetik tidak ada syarat
apapun, jika ada kemauan siapa saja boleh ikut mengakses. Selain itu karena
sumher daya yang diakses ini bersifat alami. Ketiga, Keragaman. Keragaman
yang terdapat pada sej~unlahpemetik maupun bakul relatif sama. Komunitas
pemetik m p u t laut berasal dari asal-usul yang sama yaitu ditandai dengan status
pendidikan yang rata-rata tamat SD, berasal dari ras yang sama yaitu suku sunda
dan budaya yang diceminkan tiap individu sama.
5.5.2 Paktor-Faktor Pendorong Terbentuknya Jaringan Sosial
Dalam pola distribusi hasil pemetikan rumput laut, secara ekonomi pola
ini me~p?Ikansuatu sistem. Tetapi faktor ketidakpastian musim panen, pemetik
yang tergantung terhadap keberadaan bakul, kondisi perekonomian yang semakin
sulit, menyebabkan pemetik dan pihak yang terlibat dalam distribusi hasil mmput
laut perlu untuk mencari solusi lain dalam mengatasi persoalan ekonominya.
Dengan mengembangkan jaringan sosial antara pihak-pihak yang terlibat dalam
alur distribusi hasil rumput laut manpun diluar kegiatan rumput laut, diharapkan
dapat menjadi salah satu solusi dalam permasalahan ekonomi mereka.
Begitu pula jaringan sosial yang terbentuk oleh pemetik rumput laut di
Desa Mancagahar yaitu terbentuk karena motivasi ekonomi. Motivasi ini didasari
oleh kenyataan bahwa penghasilan yang didapatkan dari rumput laut sangat
minim dan penghasilan ini akan ada ketika rumput laut itu sedang musim.
Jaringan yang dibentuk oleh pemetik dengan bakul langganan berawal dari
pinjaman uang dan peralatan untuk memetik. Jaringan dengan sesama pemetik
yaitu adanya pertukaran informasi akses pemetikan yang sedang ramai, selain itu
adanya informasi harga selain itu adanya informasi mengenai pekejaan diluar
rumput laut. Seperti penuturan Abas berikut ini :
"Pan abdi mah sok ngala jukut kaluar wilayah Pameungpeuk,
nyaeta ka Sancang..janten panzi angkat teh sok sasarengan ti
lembur teh. Upami nuju kempel..sok aya kabar ti rerencangan
masalah dameulan. Misalna, uapa~niaya pemetik nu tos ti kota,
eta teh osok masihan kabar bahkan sok ngajakan ngiring dameul.
Lzrmayan tilza hasil sasarengan sebagaipemetik lcaluar daerah itti
teh selama jenten tukangjzrkzrt, diantara urang salingpercaya,
terbuka, sok saling ngabantu upami nuju ngabzrtuhkeun artos".
"Kan saya itu suka ngambil rumput lautnya ke luar wilayah
Pameungpeuk, yaitu ke daerah Sancang... janten kalau berangkat
suka berasama-sama dari kampung itu. Kalau lagi kumpul... suka
ada kabar dari teman mengenai pekej a m . Misalnya, kalau ada
pemetik yang habis pulang d a i kota, dia suka memberikan kabar
bahkan suka ngajak ikut bekerja. Ada untungnya dari hasil
kebersamaan sebagai pemetik keluar daerah itu, diantaranya
adanya saling percaya, terbuka dan suka saling membantu kalau
lagi membutuhkan uang".
Sedangkanjaringan yang dibentuk dengan rekan kerja selain rumput laut
adalah patungan modal, infonnasi pekejaan dan yang berhubungan dengan usaha
selain rumput laut. Seperti penuturan Rosidin berikut ini :
"Kanggo nutupan kabutuhan sahari-hari ...urang hrdu rajin
ngamanfaatkettn kakayaan urang laut. Pan seeur selainjukut teh
nu tiasa dimanfaatkeun kango usaha. Contona...pas musim udang
bapak nyobian ngiringjadi nalayan udang sok sanajan resikcona
ageung oge. Tina hasil udang mah lumayan... sakali musim teh sok
untung, sareng deuih kalereusan pun anak aduh modaljaring,
janten teu kedah nyewa, tinggal kapal nu disewa. Upami nuju
musim udang, bapak sok ngajak rerencangan nu gaduh modal
Icanggo patungan modal sareng ngoperasikeun kapal, teras engke
aya bagi hasil tina kauntungan ".
"Buat menutupi kebutuhan sehari-hari ...kita sebagai pemetik hams
rajin memanfaatkan potensi kekayaan laut. Kan banyak selain
rumput laut yang dapat dimanfaatkan untuk dijadikan usaha.
Misalnya...ketika musim udang, bapak mencoba ikut menjadi
nelayan udang meskipun resikonya besar. Dari menangkap udang
itu luamayan...sekali musim suka untung. Selain itu kebetulan anak
bapak punya modal jaring, jadi tidak usah nyewa, yang disewa
tinggal kapal saja. Kalau musim udang, bapak suka mengajak
teman-teman yang punya modal buat patungan modal dan
mengoperasikan kapal dan nanti ada bagi hasil dari keuntungan
itu".
5.5.3 Aturan dan Norma dalam Jaringan yang Terbentuk
Dalam sebuah jaringal sosial nonna dan aturan dapat bersifat tertulis dan
tak tertulis. Jaringan sosial yang dibentuk oleh komunitas yang menggantungkan
kehidupan terhadap alam dalam pemenuhan kebutuhan hidup sehari-harinya akan
memuat sebuah norma dan aturan yang sifatnya tidak tertulis. Hal ini didasari oleh
norma dan aturan yang menyangkut kehidupan masyarakat merupakan sebuah
refleksi dari kebudayaan yang ada dirnana sebuah kebudayaan itu tidak rnemuat
suatu aturan yang bersifat tertulis.
Aturan dan norma yang ada dalan suatu jaringan sosial menyangkut
kehidupan yang didominasi oleh interaksi non-formal yaitu bersifat tidak tertulis.
Para pemetik secara tidak langsung mengerti akan hak dan kewajiaban atas
hubungan yang sedang dijalin itu. Perbedaan antara norma dan aturan terlihat dari
sanksi yang ada jika terjadi pelanggaran oleh salah satu pihak. Sanksi dalam
norma cenderung lebih ke masalah sosial emosional. Misalnya seorang pemetik
akan merasa tidak nyaman jika hams menjual rumput laut ke bakul yang bukan
tetangganya atau berdekatan lokasinya dengan dia. Berbeda dengan norma, s a k i
dalam aturan cenderung lebih ke Gasalah ekonomi. Hal ini terjadi karena
sebelumnya telah terjadi kesepakatan yang tidak tertulis antara kedua belah pihak
yang membuat aturan. Misalnya pemetik yang sebelumnya telah diberi pinjaman
modal atau uang maka ia hams menjual hasil produksinya kedapa bakul yang
memberikan pinjaman tersebut. Di bawah ini dijelaskan beberapa norma dan
aturan dalam kegiatan produksi para pemetik rumput laut dengan bakul
diantaranya:
Aturan-aturan yang terjadi adalah:
-
Untuk pemetik yang telah diberikan pinjaman uang dan peralatan oleh
bakul secara tidak langsung akan menjadi pemetik langganannya. Hal
terjadi karena hutang atau pinjaman modal merupakan sebuah ikatan
ekonomi yang berupa aturan tidak tertulis sehingga jika ada pemetik yang
berpaling akan mendapatkan masalah yang berkaitan dengan penjualan
rumput laut itu. Selanjutnya ketika pemetik tidak setia dengan ikatan yang
sudah dijalin, kemungkinan yang terjadi adalah tidak mendapat pinjaman
uang atau modal untuk lnelakukan produksinya. Hal ini sebagaimana
yang diungkapkan oleh Agus :
"Saleresna zpanzi urang hoyong ngicaljtrlnrt lranu sanes selain bakul
langganan, tiasa wae...asal zrrang teu gaduh ikatan hutang. Upanzi
zrrang gadung sametan nzalz pan isin bade ngical kenu sanes teh...oge
bakal aya nzasalah. Salain eta oge zpa17zibakulna tatangga nzaenya
izgical kanzr tebilz. ICadang aya bakzrl anzr sok izgawar artos heula lca
penzetik teh...meh zrrang enggal ngala julczrt terns diical kamanehna"
"Sebetulnya kalau kita mau jual rumput laut ke bakul yang lain diluar
bakul langganan, bisa saja...asal kita tidak punya ikatan hutang. Kalau
kita punya hutang, kan malu kalau mau jual ke yang lain itu...dan juga
akan ada masalah. Selain itu juga kalau bakulnya tetangga, masa jual
ke bakul yang jauh. Terkadang ada bakul yang suka ngasih nang
'awuran' ke pemetik...agar kita cepat nganbil rumput laut
selanjutanya dijual ke bakul itu"
-
Jika kualitas rumput yang diambil jelek atau tidak sesuai dengan yang
diperintahkan oleh bakul, maka pemetik tidak dapat protes ketika rumput
laut dibeli oleh bakul dengan harga yang murah. Pemetik dan bakul secara
tidak tertulis telah sepakat mengenai jenis rumput yang akan dibeli dengan
harga yang normal.
-
Adanya kepemilikan akses secara tidak langsung oleh bakul terhadap
tempat dimana m p u t laut itu dipetik. Rumput laut yang dipetik di lokasi
yang dekat kepada bakul yang memiliki tempat atau kios penyimpanan
akan dijual kepada bakul tersebut. Sebenamya pemetik bisa saja lnenjual
kepada bakul yang lebih jauh di luar lokasi dia mengambil rurnput laut
tersebut tetapi akan lebih mudah ketika rumput laut itu dijual ketempat
yang lebih dekat.
Norma-norma yang terjadi yaitu:
Untuk melancarkan usaha dalam memetik rurnput laut, bagi pemetik yang
ada hubungan kekeluargaan dan pemetik yang rumahnya berdekatan atau
tetangga, tidak menjual rumput lautnya ke bakul lain. Hal ini untuk
menjaga perasaan bakul itu, sehingga hubungan yang dijalin diluar jual
beli rumput laut tidak ada masalah.
Diantara sesama pemetik akan ada pertukaran informasi ketika rumput laut
sedang bagus, selain itu ada infomasi harga rumput laut. Diantara mereka
sudah ada keterikatan emosi dalam menjalani kegiatannya ini, sehingga
ketika ada infonnasi lnengenai segala ha1 tentang kegiatan sebagai pemetik
rumput laut, mereka akan menyampaikan ke yang rekan lainnya.
Begitupun ketika ada informasi mengenai pekerjaan baru diluar pemetik.
5.5.4 Manfaat Jaringan Sosial yang Terbentuk
Jaringan yang dibentuk memberikan sebuah rnanfaat bagi pemetik dan
pihak-pihak yang terlibat didalamnya. Seperti yang telah diungkapkan oleh
Agusyanto (2007), bahwa Ikatan-ikatan yang menghubungkan satu titik ke titik
yang lainnya harus bersifat relatif pemanen (ada unsur waktu yaitu masalah
'durasi'). Begitu pula yang terjadi pada pemetik dan bakul rnerupakan jaringan
yang bersifat tetap dalam proses jual beli rumput laut. Ikatan itu berfimgsi untuk
mengikat masing-masing pelaku distribusi, baik pemetik, bakul maupun bandar
adalah saling terikat demi kelangsungan tatanan mekanisme kerja yang sudah
mereka jalin selama ini. Dengan melihat kenyataan diatas maka janngan sosial
mempakan sarana yang efektif dan nyata dalam usaha agar tetap survive bagi
pemetik, meskipun terkesan tradisional, namun cara ini adalah yang paling
realisatis karena satu individu dalam struktur sosial saling terkait secara
fimgsional. Sedangkan jaringan yang dibentuk diluar bakul berfungsi sebagai
strategi untuk mengadaptasikan kondisi yang tergantung terhadap alam. Dengan
adanya jaringan diluar profesinya sebagai pemetik rumput laut, mereka akan
mendapatkan penghasilan tambahan untuk memenuhi kebutuhan hidup seharihari. Seperti penuturan Sutarya berikut ini :
"Pe~zd~rdzrk
Desa Mancagahar nzah, salersna kedalz bersyukur...
sabab salairz cakeut sarengpantai, area pertaniana oge sae,
sepertos area ladang sareng sawah. Rata-rata pendudzrk warga
didieu mah memang kana laut, upanzi teujanten nalayan, janten
pemetikjukut. Tapi kana dameulalz dirlarat oge sok dijalani
lcanggo lzgejar kabutuhalz sahari-hari nu masih feu cekap. Jarzten
upamijulcut teu nzusinz...pasti ka sawah atalzapi lca kebon, pan
panghasilan tina laut mah sok tara talzgtos! Salailz eta... sok aya
anu lcaluar kota janten buruh bangunan".
"Penduduk Desa Mancgahar itu, sebenamya hams
bersyukur...sebab selain dekat dengan pantai, area pertaniannya
juga bagus, seperti area ladang dan sawah. Rata-rata penduduk
warga disini itu memang terjun ke laut, kalau tidak jadi nelayan,
mereka jadi pemetik rumput laut. Tetapi pekerjaan didarat juga
suka dijalani buat mengejar kebutuhan sehari-hari yang masih
kurang. Jadi kalau rumput laut sedang tidak musim ...pasti ke
sawah atau ke ladang, kan penghasilan dari laut itu tidak menentu!
Selain itu... suka ada yang keluar kota menjadi buruh bangunan".
Selain itu terbukanya informasi untuk mendapatkan pekeijaan diluar
daerah. Hal ini telah diungkapkan oleh Lawang (2004), bahwa f'ungsi informatif
disebut pula media informasi atau jaringan informasi yang memungkinkan setiap
stakeholder dalam jaringan itu dapat mengetahui informasi yang berhubungan
dengan masalah atau peluang apapun yang berhubungan dengan kegiatan usaha.
Seperti yang dialami oleh Rosidin berikut ini :
"Selain kana jukut bapakpernah nyobian janten tzlkang ojeg,
tzlkang becak saerng dameulaiz saaya-aya didiezr. Aklziri-aklzir iezr
didieu telz izuiu ramai kana zldanz
- ... kaleresan seezlr iizfonzasi ti
rerencangan sakampung, nya... bapalc telz nyobian atuh Icanggo
nambilz-nambih penghasilan. Saleresana bapakjanteiz nelayan
zrdang telz Icarena diajak oge kt1 anak...kaleresan pun anak gadzrh
jaring, sedengkeun anjeuna tezr tiasa ngalazrt tebih solc
mabok ...pan ngoperasikeunjariizg mah kedah l a tengah lazrt.
Makana bapak nu diajak ku pun analcjanten nelayan zrdaizg
kanggo ngoperasikeunjaring sakanteunan ngabaiztos usaha anak.
Sebagai nelayan udang bapak kenging imbalan ti pun anak... sane*
bagi hasil namina tapi sapamisahan wae kanggo sepzrh,
sakanteunan kanggo ngabantos biaya salcola rai-mina ".
-
~
"Selain memetik rumput laut, bapak juga pemah mencoba menjadi
tukang ojeg, tukang becak dan pekerjaan lainnya yang ada disini.
Akhir-akhir ini disini sedang ramai menjadi nelayan
udang...kebetulan banyak informasi dari teman-teman sekanpung,
ya ...bapak mencobanya buat menambah penghasilan. Sebenamya
bapak menjadi nelayan udang itu karena diajak oleh anak juga ...
kebetulan dia punya jaring, sedangkan dia sendiri tidak dapat
melaut ketengah karena suka mabuk kapal ... kan mengoperasikan
kapal itu hams ke tengah laut. Makanya bapak yang diajak oleh
anak untuk mengoperasikanjaringnya sekalian untuk membantu
usaha anak. Sebagai nelayan udang bapak mendapatkan imbalan
dari anak... bukan bagi hasil namanya, tapi imbalan biasa yang
diberikan anak ke orang tuanya, sekalian untuk membantu biaya
sekolah adik-adiknya".
Selain dengan orang lain, jaringan juga dibentuk dengan keluarga,
miaslnya anak, oleh karena itu jaringan dengan keluarga akan memudahkan untuk
mendapatkan pengahsilan karena tidak ada perjanjian yang resmi. Dalam ha1
pembagian keuntungan tidak dirinci berapa bagiannya, karena ada motivasi
lainnya yaitu membantu keluarga dalam mencari nafkah. Dalam hubungan ini
dapat disebut sebagai jaringan berdasarkan emosi atau perasaan. Seperti
penuturan Entis berikut ini :
"Kaleresan bapak mah sok dibatos kuanalc sateuacan manehna
nikah mah. Anjeuna sok ngiriizg metik jukzlt lamun urang ngajak
ka laut teh. Alhamdulillah anak bapak mah teu sepertos anak izu
sejen ... teu gengsi kana usaha nu dilakoni kzr kolotna. Salain
kanggo ngabantos sepuh oge, pan tiasa kanggojajan manehna... "
"Kebetulan bapak itu suka dibantu olah anak ketika dia belum
menikah. Dia suka ikut memetik rumput laut kalau orangtua ngajak
ke laut itu. Alhamdulillah anak bapak itu tidak seperti anak-anak
yang lainnya... dia tidak merasa malu ikut usaha yang dijalani oleh
orangtuanya itu. Selain buat membantu orangtua, kan bisa buat
uang jajan dia sendiri...".
BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Dari penelitian mengenaai jaringan sosial di Desa Mancagahar Keca~natan
Pameungpeuk, dapat disimpulkan beberapa ha1 beiikut ini :
Jaringan sosial yang dibentuk oleh pemetik mmput laut di Desa
Mancagahar dapat digolongkan menjadi jaringan internal dan jaringan
eksternal.
*
Hubungan vertikal yang terjadi didalam komunitas itu yaitu hubungan
yang dijalin dengan bakul, bakul non-rumput laut, pemilik sawah dan
pemilik ladang. Hubungan horizontal adalah hubungan yang terjadi
dengan sesama pemetik rumput laut dan rekan kerja pada kegiatan nonmmput laut.
Pada umumnya luas jaringan yang terdapat pada pemetik yang tidak
mempunyai diversifikasi pekerjaan yang beragam, memiliki cakupan yang
tidak luas. Sebaliknya pada pemetik yang memilki diversifikasi pekerjaan
yang beragam, jaringan sosial yang dimilikinyapun relatif lebih luas.
Kerapatan jaringan dengan bakul dilihat dari sisi kepentingan ekonomi
yaitu bersifat saling tergantung satu sama lain. Pada setiap kasus terdapat
keterikatan yang erat, karena kebutuhan akan jaminan mendapatkan
sumber daya yang ingin dicapai masing-msaing pihak. Kedekatan diantara
rekan kerja mmput laut dan non-nunput laut disebabkan oleh hubungan
kekerabatan, pertemanan dan ketetanggaan.
* Didalam komunitas usaha ivmput laut tidak ada ketertutupan terhadap
orang lain yang ingin bergabung dalam usaha ini. Baik dari pihak bakul
maupun pemetik.
* Keragaman yang terdapat pada sejumlah pemetik maupun bakul relatif
sama, yaitu ditandai dengan status pendidikan yang rata-rata tamat SD,
berasal dari ras yang sarna yaitu suku Sunda dan budaya yang diceminkan
tiap individu sama.
Faktor Pendorong jaringan sosial yaitu motivasi ekonomi akan
terjaminnya pemasaran sumber daya yang didapatkan bempa rumput laut.
Untuk jaringan dengan sesama pemetik faktor pendorongnya yaitu berupa
informasi akses, musim dan harga rumput laut. Diluar usaha non-rumput
laut yaitu untuk mendapatkan kemudahan dalam mengakses sumber daya
yang terdapat di lingkungan sekitar, seperti modal usaha.
Fungsi dan keuntungan dari jaringan yang mereka bentuk adalah untuk
mengikat masing-masing pelaku distribusi, baik pemetik, bakul maupnn
bandar. Sedangkan jaringan yang dibentuk diluar distribusi rumpnt laut
yaitu mempermudah akses sumber daya yang ada di lingkungannya.
Norma dan aturan yang berlaku didalam jaringan yang terdapat pada
komunitas rumput laut merupakan norma yang bersifat tidak formal, tetapi
mengikat. Masing-masing pihak akan memahami dengan hubungan itu
sesuai dengan status dan peran mereka.
Pada setiap kasus, pada umnmnya laki-laki mempunyai jaringan yang
lebih banyak dibandingkan perempuan. Hal ini disebabkan oleh tingkat
,
resiko pekerjaan yang dijalani oleh laki-laki cukup besar yang sulit
dikeljakan oleh pihak istri dan peran perempuan hanya sebagai pembantu
usaha suaminya..
6.2 Saran
Disarankan pemerintah setempat memberi kesadaran untuk membentuk
kelompok mmput laut dengan diadakannya pemberdayaan yang
berkelanjutan dalam memenfaatkan komoditas mmput laut itu, sehingga
para pemetik itu mempunyai akses jaringan yang lebih luas lagi, yang pada
akhimya potensi rumput laut di Desa Mancagahar dapat dimanfaatkan
dengan baik.
0
Kebutuhan akan modal merupakan salah satu kunci untuk berkembangnya
usaha dalam memasarkan komoditas rumput laut. Selama ini pihak-pihak
yang terlibat dalam pemasaran itu seperti bakul dan bandar mengalami
kesulitan untuk mendapatkan modal yang dibntuhkan. Sehingga
diperlukan terbukanya akses untuk mendapatkan modal bagi bakul dan
bandar dengan dukungan dan persetujuan pemerintah daerah untuk
memperoleh pinjaman ke suatu lembaga keuangan, sehingga mendapatkan
kemudahan dalam usaha untuk memasarkan rumput laut itu.
DAFTAR PUSTAKA
Agusyanto, R. 2007.Jaringan Sosial dalam Organisasi. Jakarta: Rajawali Pers.
Arnis, 2003. Jaringan Sosial Perempuan Bakul Ikan (Studi Kasus Perempuan
"Bakul Ikan" di Desa Bendar Kecamatan Juwana Kabupaten Pati). Tesis
(tidak dipublikasikan). Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Instutut
Pertanian Bogor.
Bee, R.L. (1974). Paterns andprocesss: An introduction to anthropological
strategies for the study of sociocultural change. New York: The Free
Press. htt~:Nikanmania.wordpress.com/2007/12/28.
(diakses : 21 Januari
2008)
Boissevain, Jeremy. 1972. "Preface", NetworkAnalysis Studies in Human
Interaction. Paris: Mouton&Co.
http://ikanmania.wordvress.com/2OO7/12/28.
(diakses : 21 Januari 2008)
Dahuri, R (dkk). 2001. Pengelolaan Suntber Daya Pesisir dan Lazitan
Terpadu. Jakarta: Pradnya Paramita.
secara
Direktorat Jenderal Perikanan. 2000. Buku StatistikPerilcanan Indonesia
Husaini Usman & Pumomo Setiadi Akbar. (1998.). Metode Penelitian Sosial.
Jakarta: Bumi Aksara.
Hutagalung, Saut. 2008. DKP Targetkan Produksi Rumput Laut 1,9 juta ton.
Artikel. http://www.dkp.go.id (diakses : 19 Maret 2008).
Kusnadi. 2000. Nelayan: Strategi Adaptasi dan Jaringan Sosial. Bandung:
Humaniora Utama Press.
Lawang, RMZ. 2004. Kapital Sosial dalanz Perpektif Sosiologik Suatu Pengantar.
Jakarta: FISIP UI Press.
Moleong, L.J. (2000). Metodologi Penelitian Kualitatif: Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Nasution. 2003. Metode Research: Penelitian Ilmiah. Cetakan keenam. Jakarta:
Buini Aksara.
Samudra, edisi 37 April Th 2006. PT Samudra Komunikasi Utama
Satria, A. 2001 Dinamika Modernisasi Perikanan For~nasi Sosial dun
Mobilisasi Nelayan. Bandung: Humaniora Utama Press.
,
A. 2002. Pengantar Sosiologi Ma~yarakat Pesisir. Jakarta: Pustaka
Cidesindo.
Sitorus, M.T. 1998. Penelitian Kualitatif: Suatu Pengantar. Bogor: Kelompok
Dokumentasi Ilmu Sosial.
Soekanto, S. 1993. Beberapa Teori Sosiologi tentang Struktur
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Masyarakat.
Solihin, A. 2004. Musim PaceklikNelayan dun Jaminan Sosial.
http://ikanmania.wordvress.com/2007/12/28/. (diakses : 21 Januari 2008).
Stone W, Huges J.2002. Social Capital: Empirical Meaning and Measurement
Validig [Research Paper]. Australia: Australian Institute of Family.
Sunarto, K. 2000. Pengantar Sosiologi (Edisi Kedua). Lembaga Penerbit
Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia Jakarta.
Turner, J.H. 1998. The Structure of Sociological Theory. Sixth Edition.
University of California, Riverside, Wadsworth Publishing Company. An
International Thomson Publishing Company.
Yin, R.K, 2000. Studi Kasus: Desain dan Metode. Jakarta: Rajawali
Grafindo Persada.
Lampiran 1. Peta Lokasi Penelitian Desa Mancagahar Kecamatan Pameungpeuk
Lampiran 2. Kegiatan Pemetik dalam Usaha Mencari Rurnput Laut
Lampiran 3. Kondisi Pantai Tempat Komunitas Rumput Laut.
Lampiran 4. Kegiatan Pemetik Selain Mencari Rumput Laut.
Lampiran 5. Jenis Rumput Laut di Desa Mancagaha
Lampiran 6. Kondisi KiosJGudang Rumput Laut dam Kegiatan Baku1 Kecil.
I
Download