Q'JW mg 06% JARINGAN SOSIAL PEMETIK RUMPUT LAUT DARI ALAM (Studi Kasus di Desa Mancagahar Kecamatan Pameungpeuk Kabupaten Garut) PROGRAM STUD1 MANAJEMAN BISNIS DAN EKONOMI PERIKANAN-KELAUTAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 ABSTRAK HERTI GUSMIARTI. J a r i n g a n Sosial Pemetik R u m p u t Laut Dari Alam (Studi Kasus di Desa M a n c a g a h a r Kecamatan Pameungpeuk Kabupaten Garut). Dibimbing oleh RILUS A. KINSENG. Desa Mancagahar merupakan daerah penghasil komoditas rumput laut di Kecamatan Pameungpeuk Kabupaten Garut. Rumput laut itu masih bersifat alami dan dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar dengan cara dan peralatan yang sederhana. Kondisi ini merupakan sumber ketidakpastian penghasilan masyarakat, sehingga mereka membuka dan memanfaatkan jaringan sosial yang dimiliki. Dari analisis mengenai jaringan sosial yang terdapat pada komunitas pemetik rumput lauf diketahui bahwa karakteristik jaringan sosial yang terdapat di Desa Mancagahar yaitu,pertama, Bentuk dan Luas. Bentuk jaringan terdiri dari jaringan sosial vertikal dan jaringan sosial horizontal. Jaringan sosial vertikal terbentuk antara bakul rumput laut, bakul non-rumput lauf pemilik sawah dan pemilik ladang. Jaringan sosial horizontal terbentuk dengan rekan kej a pemetik dan rekan k e j a usaha non-rumput laut. Adapun luas jaringan pada pemetik yang mempunyai diversifikasi pekerjaan yang beragam, mempunyai jaringan yang lebih banyak dan c a k u p a ~ y luas, a mencapai lintas desa. Kedua, Kerapatan dan Ketertutupan. Kerapatan jaringan dalam hubungan yang tejadi dengan bakul dilihat dari sisi kepentingan ekonomi yaitu bersifat saling tergantung satu sama lain. Hubungan selain dengan bakul didominasi dengan hubungan yang bersifat kekerabatan, pertemanan dan ketetanggaan. Ketiga, Keragaman. Keragaman yang terdapat pada sejumlah pemetik relatif sama, mereka berasal dari asal-usul yang sama yaitu ditandai dengan status pendidikan yang rata-rata tamat SD, berasal dari ras yang sama yaitu suku sunda dan budaya yang diceminkan tiap individu sama. Faktor pendorong terbentuknya jaringan sosial adalah motivasi ekonomi, yang selanjutnya diharapkan akan mendapatkan jaminan keberlanjutan sumber penghasilan sehar-hari. Fungsi dan keuntungan dari jaringan yang mereka bentuk adalah untuk mengikat masing-masing pelaku distribusi, baik pemetik, bakul maupun bandar adalah saling terikat demi kelangsungan tatanan mekanisme kerja yang sudah mereka jalin selama ini. Sedangkan jaringan yang dibentuk diluar distribusi rumput laut yaitu untuk mempemudah akses sumber daya yang ada di lingkungannya. Selanjumya n o m a dan aturan yang ada adalah bersifat tidak formal, tetapi bersifat mengikat. Masing-masing pihak akan memaliami dengan hubungan itu sesuai dengan status dan peran mereka. Kata Kunci : Rumput laut dari alam, sumber ketidakpastian dan jaringan sosial. JARINGAN SOSIAL PEMETIK RUMPUT LAUT DARI ALAM (STUD1 KASUS DI DESA MANCAGAHAR KECAMATAN PAMEUNGPEUK KABUPATEN GARUT) SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor Oleh : HERTI GUSMIARTI C44104018 PROGRAM STUD1 MANAJEMEN BISNIS DAN EKONOMI PERIKANAN-KELAUTAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 O Hak Cipta Mifik Herti Gusmiarti, Tahun 2008 Hak Cipta Dilindungi Dilarang mengutip atau memperbanyak tanpa izin tertulis dari Institut Pertanian Bogor, sebagian atau seluruhnya dalarn bentuk apa pun, baik cetak,fotocopy, dan sebagainya. PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa Skripsi yang berjudul : JARINGAN SOSIAL PEMETIK RUMPUT LAUT DARE ALAM (STUD1 KASUS DI DESA MANCAGAHAR KECAMATAN PEMEUNGPEUK KABUPATEN GARUT). Adalah benar merupakan hasil saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Semua surnber data dan informasi yang berasal atau dikutip dari literature telah disebutkan dalam teks dan tercantum dalam Daftar Pustaka di bagian akhir Skripsi ini. Bogor, November 2008 Herti Gusmiarti C44104018 SKRIPSI Judul Skripsi : Jaringan Sosial Pemetik Rumput Laut dari Alam (Studi Kasus di Desa Mancagahar Kecamatan Pameungpeuk Kabupaten Gamt) Nama Mahasiswa : Herti Gusmiarti NRP : C44104018 Program Studi :Manajemen Bisnis dan Ekonomi ~erikanan-~klautan Disetujui, Komisi Pembimbing NIP. 131 664 398 Tanggal Lulus : 6 November 2008 RIWAYAT HIDUP Penulis bernama lengkap Herti Gusmiarti. Lahir di Garut pada tanggal 9 Maret 1986 dari pasangan Bapak Agus Ma'mun dan Ibu Eti Rohaeti. Penulis merupakan anak kedua dari lima bersaudara, dengan kakak yang bemama Ami Gia Agustiani dan adik bernama Ima Nursusila, Gelar Nugraha dan Muhamad Tegar. Pendidikan formal yang pernah dilalui penulis adalah SMU Negeri 1 Pameungpeukdan lulus pada tahun 2004. Pada tahun 2004 penulis diterima di Program Studi Manajemen Bisnis dan Ekonomi Perikanan-Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk Institut Pertanian Bogor (USMI). Selama perkuliahan penulis aktif sebagai pengurus PSDM dan Keputrian FKM-C (Forum Keluarga Muslim Perikanan) masa kepengurusan tahun 2004/2005 dan tahun 2005/2006. Selain itu penulis aktif sebagai asisten Pendidikan Agarna Islam (PAI) tahun 2006/2007. Penulis melakukan penelitian dengan judul " Jaringan Sosial Pemetik Rumput Laut dari Alam (Studi Kasus di Desa Mancagahar Kecamatan Pameungpeuk Kabupaten Gamt)". Dalam menyelesaikan skripsi ini penulis dibimbing oleh Dr. Ir. Rilus A. Kinseng, M.A. Penulis dinyatakan lulus pada ujian sidang skripsi yang diselenggarakan oleh Program Studi Manajemen Bisnis dan Ekonomi Perikanan-Kelautan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan pada tanggal 6 November 2008. KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat dan karunia-Nya, sehingga skripsi ini dapat diselesaikan sebagai tugas akhir yang bejudul "Jaringan Sosial Pemetik Rumput Laut dari Alam (Studi Kasus di Desa Mancagahar Kecamatan Pameungpeuk Kabupaten Garut) ". Skripsi tersebut merupakan hasil penelitian yang dilakukan pada awal bulan April November 2008. Pada kesempatan dan dalam tempat yang terbatas ini penulis ingin menyampaikan terima kasihnya kepada Dr. Ir. Rilus A. Kinseng. M.A, sebagai pembimbing yang telah memberikan arahan dan bimbingan selama penyusunan skripsi, para responden (kasus) pemetik rumput laut di Desa Mancagahar, semua staf PPI, kedua orang tua dan seluruh keluarga penulis atas pengorbanan, dukungan moril dan materil kepada penulis, suami tercinta yang tak hentihentinya memberikan semangat dengan penuh kesabaran, kepada teman-teman SEI 41 yang selalu mengingatkan dan memberi semangat dan semua teman-teman penulis yang tidak bisa disebutkan satu-persatu, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Skripsi ini merupakan salah satu syarat dalam memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada Program Studi Manajemen Bisnis dan Ekonomi PerikananKelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,di Institut Pertanian Bogor. Penulis mengharapkan saran dan kritik dari semua pihak untuk penyempurnaan tulisan ini selanjutnya. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis, pembaca dan semua pihak yang berkepentingan. Bogor, November 2008 Herti Gusmiarti DAFTAR IS1 DAFTAR TABEL ..................................................................................... Halaman vi DAFTAR GAMBAR .............................................................................. vii DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................ viii . I PENDAHULUAN ................................................................................. 1.1. Latar Belakang .............................................................................. 1.2. Perurnusan Masalah ...................................................................... 1.3. Tujuan dan Kegunaan .................................................................... 1.4. Waktu dan Tempat Penelitian ........................................................ 1I.TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................... 2.1. Jaringan...................................................................................... 2.2. Jaringan Sosial dan Struktur Sosial: .............................................. Ketidakleluasaan Tindakan Sosial ................................................. 2.2.1. Kebudayaan .................................................................... 2.2.2. Struktur Sosial .................................................................. 2.2.3. Jaringan Sosial ...................................................................... . . 2.2.3.1. Fungs~Janngan ....................................................... 2.3. Studi Empiris Penelitian Terdahulu Jaringan Sosial ...................... 1II.KERANGKA PENDEKATAN STUD1 .............................................. . IV METODOLOGI .................................................................................... 1 1 5 6 7 8 8 8 8 10 11 13 20 21 24 27 .. 4.1. Metode Penelttlan .......................................................................... 27 4.2. Jenis dan Sumber Data ............................................................... 27 4.3. Metode Pengumpulan Data ....................................................... 28 .. 4.4. Metode Analists Data .................................................................... 28 V.HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................. 30 5.1. Kondisi Umum Daerah Penelitian ................................................. 30 5.1.1 Letak dan Keadaan Alam ....................................................... 30 5.1.2 Potensi Perikanan Kabupaten Garut....................................... 31 5.1.3 Potensi Surnberdaya Manusia ................................................ 32 5.1.4 Potensi Usaha Penangkapan ................................................ 32 35 5.1.5 Kependudukan ........................................................................ 5.1.6 Kelembagaan Perekonomian ............................................... 38 5.1.7 Sarana dan Prasarana Pembangunan ................................. 39 5.1.8 Produksi Rumput Laut .......................................................... 39 5.2 Gambaran Umum Komunitas Pemanfaat Rwnput Laut .................. 40 5.3 Jaringan Sosial Pemetik Rumput Laut dari Alam ............................ 55 5.3.1 Kasus 1 : Entis ......................................................................... 55 5.3.2 Kasus 2 : Agus................................................................... 64 . . 5.3.3 Kasus 3 : Rostdin..................................................................... 72 78 5.3.4 Kasus 4 : Nunung .............................................................. 5.3.5 Kasus 5 :Abas ..................................................................84 5.3.6 Kasus 6 : Sutarya....................................................................... 5.3.7 Kasus 7 : Ikom ........................................................................... 5.4 Jaringan Sosial dalam Pemasaran Rumput Laut dari Alam ............... 5.5 Analisis Jaringan Sosial Pemetik Rurnput Laut dari Alam ................ 5.5.1 Karakteristik Jaringan Sosial Pemetik Rumput Laut ................ 5.5.2 Faktor-Faktor Terbentuknya Jaringan Sosial ............................ 5.5.3 Aturan dan Norma dalam Jaringan yang Terbentuk ................. 5.5.4 Manfaat Jaringan Soasial yang terbentuk .................................. . VI KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................... 6.1 Kesimpulan........................................................................................ 6.2 Saran ................................................................................................ DAPTAR PUSTAKA ................................................................................ LAMPIRAN ............................................................................................... DAFTAR TABEL Halaman 1. Potensi Sumber Daya Manusia .................................................... 32 2 . Potensi Usaha Penangkapan ............................................................... 33 3. Luas Areal desa Mancagahar Menurut Pemanfaatannya tahun 2007 .... 35 4. Komposisi Jumlah Penduduk Desa Mancagahar Berdasarkan Umur Tahun 2007 ............................................................................... 36 5. Komposisi Jumlah Penduduk Desa Mancagahar Berdasarkan . . Pendldrkan Tahun 2007 .................................................................... 37 6. Komposisi Jumlah Penduduk Desa Mancagahar Berdasarkan Mata Pencaharian Tahun 2007 .......................................................... 38 7 . Keiembagaan Ekonomi Tahun 2007 .................................................... 38 8. Produksi Rumput Laut Kecamatan Pameungpeuk Tahun 2006/2007 ... 39 9. Harga rumput Laut yang dibeli dari Pemetik ....................................... 46 10. Harga rumput Laut yang dibeli dari Baku1 Kecil ................................. 46 11.Harga rumput Laut yang dibeli dari Bakul Besarmandar ..................... 46 DAFTAR GAMBAR 1. Diagram Alir Kerangka Pendekatan Studi .......................................... 26 2. Peta Lokasi Penelitian Desa Mancagahar Kecamatan Pameungpeuk ... 34 3 . Kegiatan Pemetik dalam Usaha Mencari Rumput Laut ........................ 43 4 . Kondisi Pantai Tempat Komunitas Rumput Laut ................................. 44 5. Kegiatan Pemetik Selain Mencari Rurnput Laut ................................... 45 6. Jenis Rumput Laut di Desa Mncagahar .......................................... 47 7. Kondisi kioslgudang Penyimpanan Rurnput Laut dan Kegiatan Baku1 Kecil ............................................................................................ 8. Kondisi kioslgudang Penyimpanan Rumput Laut dan Kegiatan Baku1 BesarBandar ............................................................................... 9. Pola Jaringan Produksi yang Dibentuk oleh Entis ............................... 10. Pola Jaringan Produksi yang Dibentuk oleh Agus ................................ 11. Pola Jaringan Produksi yang Dibentuk oleh Rosidin ............................ 12. Pola Jaringan Produksi yang Dibentuk oleh Nunung ............................ 13. Pola Jaringan Produksi yang Dibentuk oleh Abas ................................ 14. Pola Jaringan Produksi yang Dibentuk oleh Sutarya ............................ 15.Pola Jaringan Produksi yang Dibentuk oleh Ikom ................................ 16. Jaringan Sosial dalam Pemasaran Rumput Laut dari Alarn .................. 49 DAFTAR LAMPIRAN 1. Peta Lokasi Penelitian Desa Mancagahar Kecamatan Pameungpeuk... 121 2. Kegiatan Pemetik dalarn Usaha Mencari Rumput Laut ........................ 121 3. Kondisi Pantai Tempat Komunitas Rurnput Laut ................................. 122 4. Kegiatan Pemetik Selain Mencari Rumput Laut ................................... 122 5. Jenis Rumput Laut di Desa Mncagahar........................................... 123 6. Kondisi kioslgudang Penyimpanan Rumput Laut dan Kegiatan Baku1 Kecil ............................................................................................ 124 7. Kondisi kioslgudang Penyimpanan Rurnput Laut dan Kegiatan Baku1 BesarBandar............................................................................... 125 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wilayah Pesisir adalah wilayah transisi, yang menandai tempat perpindaban antara wilayah daratan dan laut atau sebatiknya (Dahuri dkk, 2001). Komunitas yang tinggal di wilayah pesisir adalah masyarakat pesisir. Mereka memanfaatkan sekaligus menggantungkan kehidupan terhadap sumber daya yang terdapat di liigkungan disekitarnya, diantaranya dengan tujuan untuk memperoleh penghasilan hidup sehari-hari. Salah satu sumbar daya di lingkungan pesisir yang sekarang ini banyak dimanfaatkan itu adalah komoditas rumput laut. Potensi sumber daya ini dimanfaatkan oleh para pelaku bisnis sebagai peluang usaha yang menguntungkan karena dari segi teknologi yang digunakan sangat sederhana bila dibandingkan dengan pamanfaatan surnber daya perikanan yang lainnya seperti penangkapan ikan. Seiring dengan berkembangnya tingkat teknologi clan informasi maka komoditas rumput laut itu mulai dilirik untuk dimanfaatkan oleh berbagai pelaku, baik masyarakat lingkungan sekitar pesisir maupun pelaku dari luar masyarakat tersebut. Penelitian mengenai rumput laut telah membuktikan bahwa komoditas perairan ini sudah dimanfaatkan untuk bahan pangan manusia, bahan pakan organisme di laut, pupuk tanaman dan penyubur tanah, sebagai stabilizer, larutan dan lain-lain. Produk turunan dari rumput laut digunakan mulai dari industri tekstil, kertas, cat, kosmetika, bahan laboratorium, pasta gigi, es krim dan Iainlain. Perairan di Indonesia yang menlpunyai potensi komoditas rumput laut belum semuanya dibudidayakan, artinya rumput laut tersebut masih bersifat alami. Pada umumnya rumput laut yang belum dibudidayakanlalami terdapat di wilayah pesisir pantai selatan. Hal ini disebabkan oleh arus dan gelombang pantai selatan yang relatif kuat dibandingkan dengan pantai utara, sehingga faktor inilah yang menyebabkan rumput laut tersebut belum dikembangkan dalam bentuk budidaya. Berdasarkan basil percobaan pemerintah Sikka tahun 2004 di pantai selatan, membuktikan bahwa rumput laut dapat dibudidayakan dengan arus dan gelombang yang kuat, yaitu dengan mengembangkan 'sistem tali long line'. Perbedaanya yaitu terletak pada pengikatan bibit yang akan dibudidayakan. Bibit rumput laut di pantai selatan jumlahnya 3 tali plastik sedangkan di pantai utara 1 tali plastik. Selanjutnya, dikatakan produksi rumput laut di pantai selatan lebih baik karena dengan arus dan gelombang yang kuat itu membuat rumput laut bersih dari lumpur dan kotoran yang menempel (Herberius Krispinus dalam Samudra, edisi 37 April Th 2006). Potensi rumput laut di perairan Indonesia sudah diakui dibeberapa negara, ha1 ini dibuktikan dengan tingginya ekspor rumput laut Indonesia ke beberapa negara. Direktur Usaha dan Investasi Ditjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan DKP, mengatakan sampai saat ini Indonesia menjadi penghasil rumput laut terbesar dengan produksi mencapai 87,75 juta ton atau senilai 50,ll juta dolar AS di tahun 2007. Akan tetapi pasar rumput laut Indonesia belum optimal karena sebagian besar produk masih dijual dalam bentuk bahan dasar. Berdasarkan data statistik ekspor hasil perikanan 2006, ekspor rumput laut sebesar 95.588 ton, dengan nilai sebesar 49.586.226 dollar AS (Hutagalung, 2008). Salah satu wilayah perairan yang menghasilkan rumput laut adalah Kabupaten Garut yang tersebar di beberapa Kecamatan, yaitu Desa Mancagahar Kecamatan Pameungpeuk, Desa Cikelet Kecamatan Cikelet, Desa Cigadog Kecamatan Cikelet, Desa Karangsari Kecamatan Pakenjeng, Desa Karangwangi Kecamatan Mekarmukti dan Desa Purbayani Kecamatan Caringin. Penelitian ini tepatnya di Desa Mancagahar Kecamatan Pameungpeuk. Potensi nunput laut alanl di Desa Mancagahar belum dimanfaatkan secara optimal oleh masyarakat sekitar. Mereka mengambil rumput laut dengan cara-cara atau sistem pengelolaan yang bersifat tradisional. Sistem pengelolaan tradisional adalah sisten~pengelolaan sumberdaya alam yang dilakukan oleh masyarakat berdasarkan pengetahuan, aturan, tata cara penyusunan atau kebiasaan yang diyakini bel.san~asecara turun temurun dan dapat rnenjanlin kelestarian sun~berdaya alamnya (Undang-undang No. 3 1 Tahun 2004 tentang Perikanan). Kondisi sumberdaya yang tergantung terhadap faktor alam ini akan mempengaruhi komunitas yang memanfaatkannya, baik dari segi alat, modal dan waktu untuk mengambil rumput laut tersebut. Selanjutnya,jika kondisi ini dikaitkan dengan kemampuan masyarakat untuk mendapat penghasilan yang tinggi maka peluang untuk memperolehnya sangat kecil, karena yang menjadi lnasalah yaitu tingkat pengaruh alam yang tidak mungkin dapat dikendalikan dengan alat dan cara yang tradisional. Selain itu, situasi seperti ini akan memberi peluang pada komunitas ini untuk beralih pekerjaan ketika rumput laut itu tidak dapat diproduksi. Di wilayah pesisir terdapat beberapa komunitas masyarakat yang beragam. Diantara komunitas itu adalah nelayan rumput laut. Setiap komunitas mempunyai karakteristik tersendiri yang berbeda dengan dengan komunitas lainnya. Komunitas rumput lautpun mempunyai karakter yang berbeda dengan komunitas lain. Hal ini dipengaruhi oleh karakteristik sumber daya yang diakses tersebut. Istilah komunitas yang merupakan terjemahan dari community yang secara sosiologis memilki arti yang berbeda dari kata masyarakat (society). Komunitas lebih bersifat homogen dengan diferensiasi sosial yang masih rendah, serta memiliki ikatan kesadaran kolektif yang masih besar. Pada umumnya ikatan kesadaran kolektif tersebut berbentuk ikatan tradisi, agarna, ras dan sebagainya (Satria, 2001). Keadaan dam yang tidak dapat diiendalikan akan menimbulkan cara-cara tertentu agar mereka mampu melangsungkan kehidupannya. Cara-cara itu tidak terlepas dari motif sosial dan ekonomi. sebagaimana hakekatnya manusia, mereka tentunya akan memenuhi motif-motif tersebut, misalnya motif ekonomi, mereka akan selalu memenuhi kebutuhan untuk makan, mempunyai hunian yang nyaman dan pemenuhan untuk mengkonsumsi barang-barang yang lainnya. Dari segi sosial, seperti manusia pada umumnya, mereka akan terus berinteraksi, melakukan proses-proses sosial untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu. Selanjutnya, interaksi yang terus berlangsung itu pada akhimya akan terbentuk suatu pola hubungan yang tetap yaitu berupa jaringan sosid yang secara tidak disadari ha1 itu merupakan sabagai suatu strategi mereka untuk tetap survive di komunitas lingkungan sekitarnya. Selain itu, jaringan sosial ini merupakan suatu cara untuk mempertahankan bagaimana para nelayan rumput laut itu agar tetap memperoleh penghasilan bagi kehidupan rumah tangganya. Oleh karena itu, jaringan sosial merupakan salah satu modal sosial suatu masyarakat yang akan melakukan aktivitas ekonomi. Seperti yang dikatakan Anderson diacu dalam Lawang (2004), jaringan sosial dapat berupa fungsi informatif disebut pula media informasi atau jaringan informasi yang memungkinkan setiap stakeholder dalam jaringan itu dapat mengetahui informasi yang berhubungan dengan masalah atau peluang apapun yang berhubungan dengan kegiatan usaha. Fungsi informasi seperti ini dapat dilihat sebagai fungsi pelumas (lubricant). Fungsi informatif ini disebut sebagai fungsi peluang (opporruni~),karena dengan jaringan sosial itu setiap peluang dapat diperoleh tanpamengeluarkan biaya yang teralu banyak. Dari pemyataan tersebut, peranan jaringan sosial sangat penting dan diperlukan dalam suatu komunitas yang berkepentingan terhadap pemanfaatan sumber daya, khususnya komoditas sumber daya itu banyak dipengaruhi oleh faktor dam karena sistem teknologi yang digunakan belurn mampu mtmgendalikan faktor-faktor tersebut. Oleh karena itu, dengan terbentuknya jaringan sosial maka akses terhadap informasi akan lebih mudah untuk didapatkan, baik pengetahuan mengenai produksi, distribusi, pengolahan dan informasi mengenai produk itu sendiri. Selain itu, terbukanya peluang kerja di sektor lain ketika sumber daya yang diakses tidak dapat diproduksi. Penelitian mengenai jaringan sosial komunitas nelayan rumput laut di pantai Sayang Heulang ini belurn pemah dilakukan. Daerah ini merupakan wilayah bagian selatan. Dari segi geografisnya, daerah ini sangat sulit untuk diakses. Secara demografi fisiknya terdapat banyak bukit dan pegunungan yang terjal dan tebing yang tinggi untuk menuju ke wilayah pesisir, sehingga sarana transfortasi yang tersedia sangat terbatas. Pada umumnya wilayah bagian selatan merupakan daerah yang termarjinalkan dalam prioritas pembangunan. Hal ini terlihat dari segi sarana dan prasarana yang tersedia, seperti alat transportasi,jaringan komunikasi, rumah sakit atau pelayanan kesehatan dan pengembangan dibidang jasa seperti pengiriman pos, komunikasi serta lembaga keuangan seperti bank. Realitas seperti ini berdampak terhadap kondisi sumber daya manusianya yang minim wawasan dan ilmu pengetahuan dalam memanfaatkan kekayaan sumber daya alam yang dimilikinya. Melihat keadaan seperti ini, penting untuk mengamati gejala-gejala sosial, ekonomi dan budaya masyarakat yang terjadi, termasuk di wilayah pesisimya, diantaranya komunitas pemetik rumput laut. Bagaimana mereka menghadapi kondisi wilayahnya dan karakter apa yang melekat dalam komunitas mereka, salah satunya mengenai strategi mereka dalam mencari penghasilan dengan jaringan sosialnya yang mereka bentuk. Oleh karena itu, penelitian mengenai jaringan sosial pada komunitas ini penting untuk dilakukan. 1.2 Perumusan Masalah Jaringan sosial diartikan oleh Mitchell yaitu seperangkat hubungan khusus atau spesifik yang terbentuk diantara sekelompok orang. Karakteristik hubungan tersebut dapat digunakan sebagai alat untuk menginterpretasi motif-motif perilaku sosial dari orang-orang yang terlibat didalamnya (Kusnadi, 2000). Setiap pelaku yang mengakses sumber daya, mempunyai karakteristik yang berbeda-beda dilihat dari prilaku mereka untuk mendapatkan sumber daya tersebut. Perbedaan prilaku ini disebabkan oleh karakteristik lingkungan yang mempengaruhinya. Adapun ketika akses terhadap sumber daya itu mulai sulit, akan ada suatu strategi untuk tetap mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam suatu lingkungan masyarakat sekitarnya. Kondisi sumber daya yang mash tergantung terhadap faktor-faktor alam akan mendorong komunitas nelayan rumput laut untuk mengadakan diversifikasi pekerjaan untuk memperoleh penghasilan barn. Hal ini merupakan salah satu strategi adaptasi yang dilakukan para nelayan. Bahkan, ketika sumber daya alam itu mulai sulit untuk diproduksi, kebiasaan yang terdapat didalam masyarakat nelayan yaitu menjual barang-barang berharga yang ada dan berhutang. Bagi masyarakat nelayan, jaringan sosial merupakan salah satu potensi sosial yang dapat dimanfaatkan secara kreatif w~tukmenyikapi tekanan ekonomi. Namun demikian, jaringan sosial belum mampu menyentuh masalah mendasar kehidupan nelayan, yaitu berupa kesulitan sosial-ekonorni rumah tangga. Seperti yang dikatakan Solihin (2004), bahwa faktor-faktor penyebab kesulitan untuk memenuhi kebutuhan bidup sehari-bari atau kemiskinan di kalangan masyarakat nelayan sangat kompleks Dalam suatu jaringan sosial itu ada seperangkat aturan dan norma tertentu yang mengikat dalam jaringan tersebut, karena aturan dan norma ini merupakan suatu ciri khas dalam hubungan sosial. Hubungan sosial ini akan terus berlangsung ketika aturan dan norma yang berlaku itu dipatuhi oleh oleh suatu kelompokkomunitas yang terlibat dalam jaringan tersebut. Jaringan-jaringan sosial telah terbentuk dalam masyarakat, namun manusia tidak dapat berhubungan dengan semua manusia yang ada. Hubungan-bubungan sosial yang dimiliki oleh seorang manusia selalu terbatas pada sejumlah manusia Begitu juga, setiap orang telah belajar dari pengalaman-pengalaman sosialnya masing-masing untuk memilih dan mengembangkan hubungan-hubungan sosial yang paling menguntungkan bagi dirinya dan terbatas jumlahnya dibandingkan dengan jumlah rangkaian hubungan-hubungan sosial yang tersedia dalam masyarakat yang dapat digunakannya. Secara m u m , rumusan dari penelitian ini adalah mengetahui jaringan sosial yang terbentuk di Pantai Sayang Heulang Desa Mancagahar Garut Selatan. Secara singkat masalah yang ingin diteliti dalam jaringan sosial pengambil rurnput laut, dapat dirinci sebagai berikut: 1. Bagaimana karakteristik jaringan sosial nelayan rumput laut di Desa Mancagahar Kecamatan Pameungpeuk? 2. Apa faktor-faktor yang mendorong terbentuknya jaringan sosial tersebut? 3. Bagaimana aturan dan norma yang berlaku dalam jaringan sosial tersebut? 4. Apa Manfaat yang didapatkan dari jaringan sosial yang dibentuk tersebut? 1 3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Menganalisis karakteristiklciri-ciri jaringan sosial komunitas nelayan rumput laut di Desa Mancagahar Kecamatan Pameungpeuk. 2. Menganalisis faktor-faktor yang mendorong terbentuknyajaringan sosial tersebut. 3. Mempelajari aturan dan norma yang berlaku dalam jaringan sosial tersebut. 4. Mengetahui manfaat yang didapatkan dari jaringan sosial yang dibentuk tersebut. 1.3.2 Kegunaan Penelitian Kegunaan penelitian ini adalah : 1. Sebagai media pembelajaran bagi penulis dalam menganalisis sebagian dari masalah-masalah sosial masyarakat pesisir. 2. Sebagai sumbangsih dalam ilmu sosial mengenai karakteristik suatu daerah khususnya wilayah pesisir. 3. Menjadi media informasi bagi komunitas pengambil rumput laut dari dam untuk meningkatkan pengetahuan dan menurnbuhkan motivasi dalam menekuni bidangnya, 4. Sebagai masukan bagi pemerintah daerah dalam mengembangkan potensi perikanan yang dimiliki daerah tersebut. 5. Sebagai informasi dan perbandingan bagi pihak-pihak yang berkepentingan untuk penelitian selanjutnya. 1.4 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan April 2008 di Desa Mancagahar Kecamatan Pameungpeuk Kabupaten G a t dengan objek penelitian yaitu pemetik rumput laut. 11. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Jaringan Agusyanto (2007), menyatakan bahwa terdapat komponen-komponen dan prinsip-prinsip yang mendasar agar "sesuatu" bisa dikategorikan sebagai sebuah "jaringan", yaitu sebagai berikut : 1. Sekumpulan orang, objek, atau kejadian, minimal berjurnlah tiga satuan yang berperan sebagai terminal @emberhentian). Biasanya dipresentasikan dengan titik-titik, yang dalam peristilahan jaringan disebut sebagai aktor atau node. 2. Seperangkat ikatan yang menghubungkan satu titik ke titik yang lainnya dalam jaringan. Ikatan ini biasanya dipresentasikan dengan "garis" yang merupakan suatu saluran atau jalur. Berupa mata rantai atau rangkaian . Ikatan ini bisa dibedakan menjadi dua jenis, yaitu: a) ikatan yang tampak dan b). Ikatan yang tidak tampak. 3. Arus, ada sesuatu yang "mengalir" dari satu titik ke titik lainnya, melalui saluran atau jalur yang menghubungkan masing-masing titik dalam jaringan. Selanjutnya prinsip-prinsip mendasar dalam jaringan adalah sebagai berikut: 1. Ada pola tertentu. Sesuatu yang mengalir dari satu titik ke titik lainnya, saluran atau jalur yang harus dilewati tidak terjadi secara acak. 2. Rangkaian "ikatan-ikatan" itu menyebabkan seku~n~ulan titik-titik yang ada bisa diategorikan atau digolongkan sebagai "satu kesatuan" yang berbeda dengan "satu kesatuan" yang lain. 3. Ikatan-ikatan yang menghubungkan satu titik ke titik yang lainnya harus bersifat relatif pemanen (ada unsur waktu yaitu masalah 'durasi'). 4. Ada hukum yang mengatur saling keterbubungan masing-masing titik didalam jaringan, ada hak dan kewajiban yang mwngatur masing-masing titik. Hukum atau aturan-aturan inilah yang melengkapi bahwa sekumpulan titik-titik (aktorlnode) tersebut bisa dogolongkan sebagai satu kesatuan yang spesifik, yang berbeda dengan satu kesatuan yang lainnya. Lawang (2004), mengemukakan bahwa jaringan yang dianalogikan oleh kerja jaring untuk nlenjelaskanjaringan yang digunakan dalam teori kapital sosial, diantaranya: 1. Ada ikatan antar simpul (orang atau kelompok) yang dihubungkan dengan media (hubungan sosial) 2. Ada kerja antar simpul (orang atau kelompok) yang melalui media hubungan sosial menjadi satu kerja sarna, bukan kerja bersama-sama. 3. Seperti halnya sebuah jaring (yang tidak putus), kerja yang terjalin antar simpul itu pasti kuat menahan beban bersama, dan mala? dapat "manangkap ikan" lebih banyak. 4. Dalam kerja jaring ada ikatan (simpul) dan tidak dapat berdiii sendiri, malah kalau satu simpul saja putus, maka keseluruhan jaring tidak dapat berfimgsi lagi sampai simpul itu diperbaiki. 5. Media (benang atau kawat) dan simpul tidak dapat dipisahkan, atau antara orang-orang dan hubungamya tidak dapat dipisahkan. 6. Ikatan pengikat (simpul) dalam modal sosial adalah norma yang mengatur dan menjaga bagaimana ikatan dan medianya dipelihara dan dipertabankan. Turner (1998), mengemukakan bahwa yang menentukan bentuk hubungan suatu jaringan ada beberapa hal, yaitu : 1. Number of ties, jumlah kaitan, yaitu jumlah bilangan seluruh hubungan diantara titik. 2. Directedness, arah untuk mengetahui aliran sumber daya dalam jaringan tersebut, digambarkan dengan tanda panah. 3. Reciprocity of ties, jika arahnya timbal balik, maka ditunjukan dengan garis double dengan arah anak panali yang berbeda. Jika timbal balik itu melibatkan sumber daya yang berbeda, maka simbolnya hams berbeda. 4. Transitivi~of ties, menunjukan tingkat dimana terdapat "transfer" reiasi diantara turunan-turunan dari berbagai posisi. 5. Density of ties, menunjukan pada tingkat hubungan dalam jumlah maksimum yang mungkin 6. Strength of ties, menunjukan volume dan level sumber daya yang mengalir diantara posisi. 7. Bridges, kalau jaringan memiliki kepadatan turunan menjadi penting untuk mengetahui posisi-posisi yang menghubungkan diantara berbagai t m a n atau klik. 8 . Brokerage, aliran antara klik tidak berhubungan langsung tetapi berhubungan melalui perantara. Perantara menentukan sifat dan level sumber daya yang dipertukarkan antara klik tersebut. 9. Centrality, ada beberapa cara untuk melihat keterpusatan, yaitu : a. Jumlah posisi lain yang berhubungan dengan posisi tertentu b. Jumlah dari titik, dimana suatu posisi terdapat. c. Ketertutupan suatu posisi dengan yang lainnya dalam sebuah jaringan. 10. Equivalence, jika posisi itu memiliki relasi yang sama dengan posisi yang lain maka ia disebut equivalent. 2.2 Jaringan Sosial dan Struktur Sosial: Ketidakleluasaan Tindakan Sosial Untuk menjelaskan tentang jaringan sosial dan keterkaitanya dengan kebudayaan dan struktur sosial, Agusyanto (2007) menjelaskan mengenai konsep kebudayaan, stdctur sosial dan jaringan sosial. Karena a t u r a n - a m , normanorma dan nilai-nilai yang terdapat pada kebudayaan dan struktur sosial sosial belum tentu sejalan dengan aturan-aturan, norma-norma dan nilai-nilai pada jaringan sosial. 2.2.1 Kebudayaan Baik tindakan sosial, perilaku maupun sikap seorang manusia tidak bisa lepas dari pengaruh lingkungan (ruang dan waktu) dimana tindakan sosial, perilaku dan sikap itu diwujudkan. Hal ini dikarenakan manusia merupakan anggota kebudayaan dan struktur sosial tertentu dimana masing-masing lingkungan tersebut mempunyai norma-norma, nilai-nilai dan aturan-aturan yang harus ditaati, atau setidaknya dipertimbangkan saat seseorang mewujudkan tindakan, sikap dan perilakunya. Dengan kata lain, kebudayaan dan struktm sosial mengakibatkan adanya ketidakleluasaan (constraints) bagi individu sebagai anggota kebudayaan atau struktur sosial tertentu dalam mewujudkan tindakan, perilaku dan sikapnya. Secara sederhana kebudayaan sebagai seperangkat model-model pengetahuan bisa dibagi menjadi tiga kategori model pengetahuan atau pedoman, yaitu: (a) seperangkat model pengetahuan yang kompleks tentang bagaimana mengorganisasikan perilaku atau tata kelakuan; (2) seperangkat model pengetahuan yang kompleks untuk memahami diri mereka sendiri dan untuk memahami orang lain; dan (3) seperangkat model pengetahuan yang kompleks untuk memahami "dunia" dimana mereka tinggal dan hidup. Maka, bisa dikatakan yang namanya kebudayaan itu: 1. Berisi "model-model" (bukan 'petunjuk' rinci); 2. Model-model tersebut bersifat tidak memaksa atau bukan merupakan suatu 'keharusan' atas perilaku, sikap atau tindakan para warga pendukungnya atau lebih tepatnya bisa dikatakan sebagai mekanisme kontrol. Pengetahuan kebudayaan ini hanya mengkondisikan, membatasi dan memberi ketidakleluasaan (constraints) atas tindakan manusia dalam masyarakatnya. 2.2.2 Struktur Sosial Struktur sosial diartikan oleh Suparlan (1982) sebagai sekumpulan "aturan" yang membuat suatu masyarakat menjadi "teratur". Aturan-aturan ini berisi pola-pola hak dan kewajiban para pelaku dalam suatu interaksi yang terwujud dari rangkaian hubungan-hubungan sosial yang relatif stabil dalam suatu jangka waktu tertentu. Pengertian hak dan kewajiban para pelaku dikaitkan dengan masing-masing status dan peran para pelaku yang bersangkutan sesuai dengan situasi-situasi sosial dimana interaksi sosial itu tenvujud. Masyarakat secara sederhana bisa dibilang terdiri dari individu-individu, kelompok-kelompok individu. Pertarna, individu sebagai anggota masyarakat dalam bertindak selalu dikaitkan dengan struktur-struktur sosial yang ada dalam masyarakat dimana individu yang bersangkutan hidup dan tinggal. Sementara itu, sebagai anggota kelompok, dia dikaitkan dengan anggota-anggota lain dalam kelompok yang bersangkutan. Hal ini tersirat pada adanya penggolonganpenggolongan atau kriteria-kriteria tertentu didalarnnya. Dengan demikian ,baik masyarakat maupun kelompok-kelompok individy keduanya memilki struktur sosial yang sifatnya juga membatasi atau memberi ketidakleluasaan terhadap penntjudan tindakan individu-individu yang bersangkutan. Berdasarkan ha1 ini, dapat dikatakan bahwa seorang individu sebagai warga masyarakat, disatu pihak menjadi anggota lingkungan sosial tertentu seperti lingkungan kekerabatan dan dilain pihak juga menjadi anggota organisasi-organisasi sosial yang ada didalam dalam anggota masyarakat. Lingkungan-lingkungan sosial tersebut, masingmasing memilki struktur yang berbeda antara satu dengan yang lainnya. Serangkaian aturan atau norma ini juga mengatur penggolongan para anggotanya kedalam status-status dan peran-peran. Semua itu pada dasamya bisa dipandang sebagai batasan atau ketidakleluasaan bagi penvujudan tindakan, sikap atau perilaku para anggotanya. Kaitannya dengan kebudayaan, struktur-struktur sosial tersebut bersumber pada kebudayaan. Dalam suatu struktur sosial, pada hubungan-hubungan sosial yang tenvujud sebenamya ada sesuatu yang menuntun anggota-anggota dalam interaksinya dengan orang-orang lainnya, yaitu dikontrol oleh seperangkat norma-norma, niiai-nilai atau aturan-aturan tertentu yang sudah mapan. Soekanto (1999), mengatakan bahwa interaksi sosial merupakan suatu bentuk umum dari proses-proses sosial yakni cara-cara hubungan yang dapat dilihat apabila orang perorangan dari kelompok manusia saling bertemu dan menentukan sistem serta bentuk hubungan tersebut, atau apabila ada perubahanperubahan goyahnya cara hidup yang telah ada Dengan demikian interaksi sosial hanya akan terjadi apabila terdapat reaksi antara pihak-pihak yang berhubungan. Didalam sebuah interaksi sosial akan terjadi pertukaran . Pokok pikiran teori pertukaran yang dikemukankan oleh Turner diacu dalam Sunarto (2000) adalah : 1. Manusia selalu berusah mencari keuntungan dalam transaksi sosialnya dengan orang lain, 2. Dalam melakukan transksi sosial manusia melakukan perhitungan untung mgi, 3. Manusia cenderung menyadari adanya berbagai altematif yang tersedia baginya, 4. Manusia bersaing satu dengan yang lainnya, 5. Hubungan pertukaran secara umum antar individu berlangsung dalam hampir semua konteks sosial, 6. Individupun mempertukarkan berbagai komoditas tak benvujud sebagai perasaan dan jasa. 2.2.3 Jaringan Sosial Mitchell dalam Kusnadi (2002), mengemukankan bahwa jaringan sosial me~pEikatIseperangkat hubungan khusus atau spesifi yang terbentuk diantara sekelompok orang. Karakteristik hubungan tersebut dapat digunakan sebagai alat untuk menginterpretasi motif-motif perilaku sosial dari orang-orang yang terlibat didalamnya. Seperti yang telah banyak dikemukakan dalam studi-studi sebelumnya mengenai pendekatan jaringan sosial, Agusyanto (2007), menjelaskan mengenai jaringan sosial secara rinci, dimana ha1 ini yaitu untuk membedakan suatu analisis dalam kebudayaan dan struktur sosial. Analisis jaringan sosial yaitu muncul ketika para ahli antropologi sosial mulai mengarahkan perhatian pada masyarakat yang lebih kompleks, mereka mulai banyak mengalami kesulitan atau merasakan kekurangan dari pendekatan struktur-fugsional yang digunakan. Hal ini dikarenakan pendekatan st~kturalfimgsional yang digunakan itu dibangun melalui studi-studi masyarakat tribal dan masyarakat yang lebih sederhana, dimana perubahan-pembahan yang terjadi disana adalah lambat sehingga tidak memadai ketika diterapkan pada masyarakat yang lebih kompleks dimana pembahan yang terjadi relatif cepat. Pada dasarnya analisis struktural-fimgsional konvensional secara definitif memandang masyarakat adalah statis. Perilaku orang-orang (person) selalu dijelaskan melalui peran-peran mereka dan hak serta kewajiban merupakan hasil dari posisi-posisi formal yang mereka duduki didalam berbagai pranata yang ada dalam masyarakat yang bersangkutan. Tetapi hal ini tidak berarti bahwa analisis mengenai hubungan-hubungan sosial dalam term jaringan sosial menjadi pengganti analisis dalam term pranata-pranata dan kontrinusi pranata-pranata tersebut adalah dalam memelihara atau menjaga struktur sosial. Oleh karena itu, k o d i k selalu dipandang sebagai disfungsional bila mengakibatkan pembahan terhadap struktur sosial yang ada, dan sebaliknya akan dipandang fungsional bila membantu melindungi status-quo. Berdasarkan hal ini, pembahan selalu dianggap datang dari luar, dan selalu dianggap menyinggung atau menggangu keseimbangan sistem yang ada sehingga pembahan juga dianggap sebagai sesuatu yang fungsional. Hal ini dikarenakan konsep perubahan itu sendiri kontradiktif dengan asumsi dasar struktural-fungsional, meski sering dijelaskan bahwa pembahan mempakan oposisi yang saling melengkapi dan mempakan kontinuitas dari eksistensi suatu tatanan atau k e t e r a t m , yang sebenamya hanya mempakan legitimasi atas pernyataan-pernyataan sekitar perubahan. Ini pula yang menjadi legitimasi bahwa analisis struktur-fungsional memang dimaksudkan sebagai instrumen yang memadai bagi studi-studi masyarakat yang sederhana dan bukan masyarakat yang kompleks, sehingga dengan kerangka b e r f i r seperti ini maka strwktural-fungsional tidak mampu memahami masyarakat-masyarakat kompleks dimana pembahan terjadi begitu cepat. Jaringan-jaringan hubungan yang terbentuk didalam masyarakat ini menjadi sedemikian penting, karena di dunia ini dapat dikatakan bahwa tidak ada manusia yang tidak menjadi bagian dalam jaringan-jaringah hubungan sosial dengan manusia lainnya didalam masyarakat lingkungannya. Dengan kata lain, manusia di burni ini selalu membina hubungan sosial dengan siapa pun dimana dia tinggal dan hidup sebab manusia tidak dapat hidup sendiri. Berdasarkan hal ini maka sebuah masyarakat bisa dipandang sebagai jaringan hubungan sosial antar individu yang sangat kompleks. Selanjutnya diiatakan bahwa hubungan antar individu itu terbatas pada sejumlah orang tertentu saja. Hal ini karena ketidaksanggupan manusia berhubungan dengan semua manusia yang ada. Setiap individu belajar melalui pengalamannya untuk masing-masing memilih dan mengembangkan hubungan- hubungan sosial yang tersedia dalam masyarakat, disesuaikan dengan kebutuhankebutuhan yang ada pada diri individu yang bersangkutan. Manusia tidak selalu menggunakan semua hubungan sosial yang dimilikinya dalarn mencapai tujuantujuannya. tetapi disesuaikan dengan ruang dan waktu atau konteks sosialnya. Dengan demikian, hubungan-hubungan sosial itu tidak terbentuklterjadi secara acak (random), melainkan menunjukan adanya suatu keteraturan. Berkenaan dengan itu, Epistein (1962) dan Mitchell (1 969) secara terpisah membagi tiga tipe keteraturan, yaitu: Keteraturan struktural, dimana perilaku orang-orang diinterpretasikan dalam term tindakan-tindakan yang sesuai dengan posisi-posisi yang mereka duduki dalam suatu perangkat tatanan posisi-posisi. Keteraturan kategorikal, dimana perilaku seseorang didalam situasi-situasi yang tidak terstruktur bisa diinterpretasikankedalam streotipe-streotipe seperti kelas, ras, atau suku bangsa dan sebagainya. Keteraturan personal, dimana perilaku orang-orang, baik dalam situasi yang terstruktur maupun yang tidak, bisa diinterpretasikan kedalam pengertian ikatan-ikatan personal yang dimilki seorang individu dengan oang lain. Dengan demikian, jaringan sosial menawarkan suatu pendekatan baru untuk mengatasi atau memahami masalah-masalah kompleksitas perilaku dan struktur dengan level-level abstraksi analisis yang berbeda-bed%tetapi terintegrasi satu sama lainnya. Pertama, jaringan sosial yang terjadi disatu sisi menciptakan struktnu sosial, sementara di disisi lain struktur sosial yang diciptakan tersebut membatasi atau memberikan ketidakleluasaan terhadap tindakan, baik tindakan individual maupun tindakan kolektif para individu yang terlibat didalam saling keterhubungan itu. Struktur sosial yang dimaksud adalah suatu pola yang bertahan relatif lama dari rangkaian hubungan-hubungan sosial dimana didalamnya terdapat aturan-aturan mengenai rekruitmen anggota dan tipe-tipe hubungan sosial, posisi-posisi sosial dimana anggota dipetakan dan regulitas-regulitas saling keterhubungan anggota-anggota yang menduduki posisi-posisi sosial didalamnya. Kedua, sikap dan perilaku individu ditentukan oleh kanteks-konteks sosial dimana tindakan itu diwujudkan. Setiap komunitas terdiri atas elemen pembentuknya yang saling berhubungan satu sama lain dan membentuk satu kesatuan utuh yang terikat melalui suatu jaringan sosial. Jaringan sosial pada suatu masyarakat menunjukkan berbagai tipe hubungan sosial yang terikat atas dasar identitas kekerabatan, ras, etnik, pertemanan, ketetanggaan, ataupun atas dasar kepentingan tertentu. Menurut Boissevain (1978) diacu dalam (http://www.ikanmania.wordpress.com) ,jaringan sosial masyarakat adalah struktur sosial masyarakat itu sendiri. Jaringan sosial adalah pola hubungan sosial di antara individu, pihak, kelompok atau organisasi. Jaringan sosial memperlihatkan suatu hubungan sosial yang sedang terjadi sehingga lebih menunjukkan proses daripada bentuk (Bee, 1974). Menurut Warner dan Scott (1991) diacu dalam (http:Nwww.ikanrnania.wordpress.com), hubungan sosial yang terjadi bersifat mantaplpermanen, memperlihatkan kohesi dm integrasi bagi bertahannya suatu komunitas, serta menunjukkan hubungan tirnbal balik. Dengan demikian, suatu komunitas pada dasamya merupakan kumpulan hubungan yang membentuk jaringan sebagai tempat interaksi antara satu pihak dengan pihak lainnya. Jaringan sosial adalah suatu jaringan tipe khusus, dimana ikatan yang menghubungkan satu titik ke titik lain dalam jaringan adalah huhungan sosial. Berpijak pada jenis ikatan ini, maka secara langsung atau tidak langsung yang menjadi anggota suatu jaringan sosial adalah manusia (person). Sementara menurut Zanden (1990) diacu dalam Agusyanto (2007), hubungan sosial atau saling keterhubungan merupakan interaksi sosial yang berkelanjutan (relatif cukup lama atau permanen) yang akhimya diantara mereka terikat satu sama lain dengan atau oleh seperangkat harapan yang relatif stabil. Selanjutnya dikatakan bahwa hubungan sosial bisa dipandang sebagai sesuatu yang seolah-olah merupakan sebuah jalur atau saluran yang menghubungkan antara satu orang (titik) dengan orang lain, dimana melalui jalur atau saluran tersebut dapat dialirkan sesuatu, misalnya, barang, jasa atau inforrnasi.. Hubungan sosial antara dua orang, mencerminkan adanya pengharapan peran dari masing-masing lawan interaksinya. Ada pengulangan tingkah laku untuk hal-ha1 yang sama dan dalam situasi yang sama, ini menandakan suatu keteraturan dan adanya 'sesuatu' yang membuat tingkah laku yang diwujudkan menjadi 'teratur'. Jadi, ada hak dan kewajiban yang mengatur saling keterhubungan diantara mereka dalam suatu jaringan sosial. Menurut Kusnadi (2000), ditinjau dari hubungan sosial yang membentuk jaringan-jaringan sosial yang ada dalam masyarakat, dapat dibedakan menjadi tiga jenis jaringan sosial, yaitu: 1. Jaringan interest (kepentingan), diiana hubungan sosial yang mernbentuknya adalah hubungan sosial yang bermuatan kepentingan, 2. Jaringan sentiment (jaringan emosi), dimana jaringan yang terbentuk atas dasar hubungan sosial yang bermuatan emosi. 3. Jaringanpower (jaringan kekuasaan), diiana hubungan sosial yang terbentuk bermuatan kekuasaan. Kemudian mengenai ke-tiga jenis jaringan sosial tersebut, dijelaskan secara rinci oleh Agusyanto (2007), yaitu sebagai berikut : - Jaringan kepentingan terbentuk atas dasar hubungan-hubungan sosial yang bermakna pada 'tujuan-tujuan' tertentu atau khusus yang ingin dicapai oleh para pelaku. Bila tujuan-tujuan tersebut sifatnya spesifik dan konkret seperti memperoleh barang, pelayanan, pekejaan dan sejenisnya, maka setelah tujuan-tujuan tersebut tercapai biasanya hubungan-hubungan terseut tidak berkelanjutan. Bila tujuan-tujuan dari hubungan-hubungan sosial yang t e m j u d spisifik dan konkret seperti ini, struktur sosial yang lahir dari jaringan sosial tipe ini juga sebentar dan berubah-ubah. Namun bila tujuantujuan tersebut tidak sekonkret dan spesif& seperti ini atau ada kebutuhankebutuhan untuk rnemperpanjang tujuan (tujuan tarnpak selalu berulang), struktur yang terbentukpun relatif stabil. Oleh karena itu, tindakan dan interaksi yang terjadi dalam jaringan kepentingan ini selalu dievaluasi berdasarkan tujuan-tujaun relasional. Pertukaran (negosiasi) yang terjadi dalam jaringan kepentingan ini diatur oleh kepentingan-kepentingan para pelaku yang terlibat didalamnya dan serangkaian norma-norma yang sangat umwn. Dalam mencapai tujuantujuannya, para pelaku bisa memanipulasi hubungan-hubungan power atau hubungan-hubungan emosi. - Pada jaringan emosi terbentuk atas hubungan-hubungan sosial, dimana hubungan sosial itu sendiri menjadi tujuan tindakan sosial misalnya dalam pertemanan, percintaan atau hubungan kerabat dan sejenisnya. Struktur sosial yang dibentuk oleh hubungan-hubungan emosi ini cendemng lebih mantap dan permanen. Maka muncul sebagai konsekuensi, suatu mekanisme yang fungsinya menjamin stabilitas strukhx yang ada sehingga hubungan-hubungan sosial semacam ini bisa dinilai semacam norma-norma yang dapat membatasi suatu tindakan sosial yang cenderung mengganggu kepermanenan struktrur jaringan tersebut, ada sejumlah kompleks nilai dan norma yang ditegakan atas struktur hubungan guna memelihara keberlangsungannya. Hubungan-hubungan sosial yang tenvujud biasanya cenderung menjadi hubungan yang dekat dan menyatu. diantara para pelaku terdapat kecenderungan menyukai atau tidak menyukai pelaku-pelaku lain dalam jaringan. Oleh karena itu, muncul adanya saling kontrol yang relatif kuat antar pelaku dalam jaringan yang bersangkutan sehingga memudahkan lahimya nilai-nilai dan norma-norma yang mengembangkan kontinuitas pola-pola jaringan yang relatif stabil sepanjang waktu. Akibatnya jaringan-jahgan tipe ini menghasilkan suatu rasa solidaritas ,artinya para pelaku cenderung mengurangi kepentingan-kepentingan pribadinya. Biasanya mereka saling memberi dan menerima antara pelaku-pelaku lainnya dalam cara-cara yang terpola secara tradisional berdasarkan saling keterhubungan diantara mereka (resiprokal). - Pada jaringan power, konfigurasi-konfigurasi saling keterhubungan antarpelaku didalamnya disengaja atau diatur. Tipe jaringan sosial ini muncul bila pencapaian tujuan-tujuan yang telah ditargetkan lnembutuhkan tindakan kolektif clan konfigurasi saling keterhubungan antqelaku biasanya dibuat permanen. Hubungan-hubungan power ini biasanya ditujukan pada penciptaan kondisi-kondisi yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan. Unit-unit sosialnya adalah artifisial yang direncanakan atau distrukturkan secara sengaja olehpower. Jaringan sosial tipe ini hams mempunyai pusat power, yang secara tems menerus mengkaji ulang kineja unit-unit sosialnya dan memolakan kembali struktumya untuk meningkatkan efisiensinya. Kontrol informal tidak memadai, masalahnya lebih kompleks dibandingkan jaringan sosial yang terbentuk secara alami. Dalam kehidupan nyata ,ketiga tipe jaringan ini secara terus menerus saling berpotongan . Pertemuan-pertemuan tersebut mambangkitkan suatu ketegangan bagi pelaku yang bersangkutan karena logika situasional atau struktur sosial dari masing-masing tipe jaringan berbeda atau belum tentu sesuai satu sama lain. Aturan-aturan, norma-norma dan nilai-nilai yang lahir dari perpotongan-perpotongan ketiga tipe ini yang berlaku, akibatnya aturanaturan formal apapun, begitu juga dengan norma-noma dan nilai-nilai yang terdapat pada kebudayaan dan struktur sosial tidak dapat diterapkan atau berlaku sepenuhnya dalam realita kehidupan. Jadi yang namanya kebudayaan dan struktur sosial bukanlah seperangkat pengetahuan yang operasional dalam kehidupan nyata melainkan bersifat normatif atau ideal, yaitu berisi model-model pengetahuan yang kompleks tentang bagaimana yang seharusnya. Sedangkan berdasarkan status sosial ekonomi individu yang terlibat dalam suatu jaringan menurut Kusnadi (2000) akan membentuk suatu pola jaringan . yaitu : 1. Jaringan sosial secara horizontal, anggota-anggotanya memiliki status sosial ekonomi yang relatif sepadan, mereka memiliki kewajiban dan sumber daya yang dipertukarkan relatif sama, hubungan sosial akan mewujudkan din dalam bentuk tolong menolong, 2. Jaringan sosial vertikal, anggota-anggota memiliki status sosial ekonomi yang tidak spadan, kewajiban maupun sumber daya yang dipertukarkan tidak sepadan, hubungan sosial yang tenvujud dalam bentuk hubungan patron klien. Ukuran-ukuran yang berkaitan dengan jaringan sosial dalam kapital sosial adalah karakteristik jaringan sosial (nehvork characteristics) yang terdiri atas tiga, yaitu : bentuk dan luas (size and extensiveness), kerapatan dan ketertutupan (denisity and closure) dan kergaman (diversiw) . Karakteristik bentuk dan luas misalnya mengenai hubungan informal yang terdapat dalam sebuah interaksi sosial, jumlah tetangga mengetahui pribadi seseorang dalam sebuah sistem sosial dan jumlah kontak kerja. Sedangkan kerapatm dan ketertutupan sebuah jaringan dapat dilihat melalui seberapa besar sesama anggota keluarga saling mengetahui satu sama lainnya dan masyarakat setempat saling mengetahui satu sama lainnya. Keragaman jaringan sosial dikarakteristikan dari keragaman etnik teman, perbedaan pendidiian dalam sebuah kelompok atau dari pencarnpuran budaya wilayah setempat (Stone dan Hughes, 2002) 2.2.3.1 Fungsi Jaringan Jaringan sosial mempakan kapital sosial yang dibutubkan oleh pekerja sektor informal dalam upaya mengembangkan usahanya. Jaringan sosial berperan untuk memasuki lingkungan pekejaan maupun memulai usaha di sektor informal serta penting untuk kelangsungan usaha. Selanjutnya dalam kutipan Lawang (2004) mengatakan bahwa jaringan sosial bempa: Fungsi informatif Fungsi informatif disebut pula media informasi atau jaringan informasi yang memungkinkan setiap stakeholder dalam jaringan itu dapat mengetahui informasi yang berhubungan dengan masalah atau peluang apapun yang berhubungan dengan kegiatan usaha. Fungsi informasi seperti ini dapat dilihat sebagai fungsi pelurnas (lubricant). Fungsi informatif ini disebut sebagai fungsi peluang (opportunityl, karena dengan jaringan sosial itu setiap peluang dapat diperoleh tanpa mengeluarkan biaya yang teralu banyak. Fungsi katalisator, fungsi akses Dasar dari fungsi-fungsi ini tetap saling percaya satu sama lain. Fungsi akses pasti didasarkan pada fungsi informasi. Fungsi akses menunjuk pada kesenlpatan yang dapat diberikan oleh adanya jaringan dengan orang lain dalam penyediaan suatu barang atau jasa yang tidak dapat dipenuhi secara internal oleh organisasi. Fungsi akses disebut pula sebagai fungsi peluang. Fungsi koordinasi Dalam suatu jaringan lebih banyak mendapat tempat dalam kegiatankegiatan informal ,yang dalam kajian Fukuyama justm membantu mengatasi masalah kebuntuan yang disebabkan oleh birokrasi pemerintah. Dalam ha1 ini h g s i koordinasi harus didukung pula oleh fungsi-fungsi lainnya sehingga kapital sosial itu efektif. 2.3 Studi Empiris Hasil Kajian Penelitian Terdahulu Mengenai Jaringan Sosial Baku1 Ikan Menurut Arnis (2003), jaringan sosial yang dibentuk oleh perempuan bakui ikan yaitu mengacu pada jaringan kegiatan produksi dai~non-produksi. Kedua pola hubungan ini dibentuk agar para perempuan bakul ikan bisa menyerasikan peran ganda yang harus mereka emban, yaitu sebagai pencari nafkah dan ibu rumah tangga. Jaringan sosial yang dibentuk perempuan bakul ikan merupakan modal sosial dalam masyarakat tersebut yang dapat digunakan untuk mengakses sumberdaya guna memperoleh keuntungan ekonomi dalam rangka peningkatan kesejahteraan rumah tangga. Dalam interaksinya dengan para &or-&or yang terlibat dalam pola jaringan produksi yang dibentuk berdasarkan kepentingan dengan karakter hubungan sirnetris (resiprokal). Sedangkan sifat relasi adalah terbuka, karena mudahnya jaringan produksi menerima partisipasi siapapun yang ingin bergabung didalamnya. Namun masih ada unsur-unsur ketertutupan ketika seseorang ingin menjadi bakul ikan. Dengan demikian orientasi dan tindakan sosial didasarkan pada penilaian yang diperhitungkan secara rasional atau hubungan dalam jaringan produksi bersifat asosiatif. Hubungan yang terbentuk antara &or-aktor dalam pola hubungan produksi adalah bersifat spesifik, yaitu hubungan yang tidak mencakup semua ha1 dan bersifat fungsional. Para &or-&or ini tidak mendasarkan pada perasaan ketikan melakukan transaksi produksi. Sedangkan hubungan yang dibentuk oleh para perempuan bakul ikan ini berorientasi pada pemenuhan kepentingan pribadi. Dalam pola jaringan non produksi, &or-aktor yang terlibat sangat mudah untuk keluar atau masuk dalam jaringan, aktor-&or ini akan bertahan jika masih merasa akan memperoleh keuntungan dalam jaringan tersebut. Aliran sumberdaya dalam pola jaringan non produksi berupa materi dan emosi (penghargaan, perasaan suka dan nyaman). Rumah Tangga Pandhiga Kusnadi (2000), menjelaskan mengenai bentuk dan sifat jaringan sosial yang terdapat di nunah tangga pandhiga adalah: Jaringan sosial yang bersifat horisontal, terdiri atas jaringan kerabat dan jaringan campuran kerabat dan tetangga Jaringan sosial yang bersifat vertikal, terdiri atas jaringan kerabat, jaringan tetangga, jaringan campuran kerabat dan tetangga serta campuran tetangga dan teman. Melalui jaringan sosial, individu-individu anggota rumah tangga akan lebih efektif dan efisien untuk mencapai atau memperoleh akses terhadap sumber daya yang tersedia di lingkungannya. Dalam konteks mengatasi kesulitan kehidupan sehari-hari, bentuk-bentuk jaringan sosial yang dipelihara dan dimanfaatkan oleh rumah tangga pandhiga di Desa pesisir merupakan hasil seleksi terhadap potensi-potensi sosiai-budaya yang ada dalam masyarakatnya. Kewajiban untuk saling mambantu merupakan norma pertukaran sumberdaya yang secara timbal balk bersifat mengikat dan harus dipenuhi untuk menjaga stabilitas strukhu dan daya tahan jaringan sosial. Jaringan Produksi dan Distribusi Pemasaran Pada Komunitas Neiayan di Desa Pangandaran Bagan l Jarhigan Sosial Nelayan (nelayan dipmdang sebagai pasat) KOPEPASI/TPI TOKONVARUNCi Keterangan: -Httbungan dalam Ahlidtas Pr~luksi ---- Hlibungan ctalarn Mibitas Disribuii Pmnasarat~ I H!&uMJan HirarXis 2 Hullungan diagorlal ,3 Hubc~nganhori;ontal + P o s a ~ n ~ l a j leb~h a n dorninan - Pwsislnelajjn suboijind Jaringan sosial pada komunitas nelayan Pangandaran yang dipaparkan oleh Wawan Ruswanto (2007) diacu dalam (http://ikanmania.wordpress.com/2007/12/28~ adalah terlihat dari hubunganhubungan sosial yang terjadi di dalamnya. Data memperlihatkan adanya hubungan campuran dari ketiga bentuk hubungan sosial, yaitu hubungan vertikal atau hirarkis, hubungan diagonal dan hubungan horisontal. Hal ini tergantung dari konteks dan situasi di mana interaksi itu terjadi, misalnya yang terjadi pada hubungan antara nelayan dan pandega, bergerak dari hubungan horizontal hingga hubungan himrkis, bahkan lebih mendalam lagi seperti hubungan bapak-anak. 111. KERANGKA PENDEKATAN STUD1 Keragaman sumber daya alam wilayah pesisir menyebabkan keberagaman mata pencaharian masyarakat yang berada diwilayah tersebut. Mata pencaharian yang terkait langsung dengan sumber daya alam itu diantaranya sebagai nelayan dan pengambil rumput laut, selain itu ada juga pelaku yang tidak terkait secara tidak langsung, diantaranya pedangang, bakul, pengolah dan lembaga yang terkait dalam pengeloaan pesisir. Ketidakpastian dam tentunya menyababkan fluktuasi pendapatan yang diperoleh masyarakat, selain itu sering terlibatnya pihak ketiga dalam transaksi penjualan yang belum tentu menguntungkan bagi nelaya~rumput laut sebagai produsen. Mereka tidak mudah untuk keluar dari kondisi ini, karena sudah ada keterikatan secara personal dengan tujuan pemenuhan kebutuhan hidup sebarihari. Oleh karena itu, untuk tetap mengimbangi kebutuhan hidup sehari-hari mereka, tidak menutup kemungkinan terjadinya bentuk-bentuk hubungan tertentu baik dalam komunitas (internal) maupun diluar komunitas tersebut (ekstemal). Hal ini terjadi sebagai akibat terjadinya interaksi yang secara terus menerus dengan dilandasi saling kepercayaan antar mereka. Pada kenyataanya, suatu pola hubungan yang terjalin itu,merupakan wujud dari sebuah jaringan sosial. Seperti yang dikemukakan Staf pengajar jurusan Antropologi FISIP Unpad, jaringan sosial adalah suatu pengelompokan yang terdiri atas tiga orang atau lebih, yang masing-masing orang tersebut mempunyai identitas tersendiri, dan yang masing-masing dihubungkan antara satu dengan lainnya melalui hubungan-hubungan sosial yang ada, sehingga melalui hubunganhubungan sosial tersebut mereka itu dapat dikelompokkan sebagai suatu kesatuan sosial atau kelompok sosial. Hubungan-hubungan yang ada diantara mereka yang terlibat dalam suatu jaringan sosial biasanya tidak bersifat hubungan-hubungan yang resmi tetapi hubungan-hubungan yang tidak resmi atau perseorangan. Karena jug% mereka yang berada dalam suatu jaringan sosial biasanya tidak sadar akan keanggotaannya dalam jaringan sosial tersebut, karena jaringan sosial tersebut belum tentu tenvujud sebagai suatu organisasi atau perkurnpulan resrni. Pola hubungan yang tidak resmi ini dapat dilakukan didalam komunitas maupun diluar komunitas mereka. Jaringan sosial yang terbentuk didalam komunitas merupakan suatu nilai-nilai hubungan sosial yang telah disepakati oleh mereka. Hal ini bertujuan untuk membangun suatu kekuatan atau kohesivitas dalam komunitas tersebut. Jaringan sosial seperti ini merupakan suatu jaringan yang dilandasi oleh emosi (jaringun sentiment). Jaringan emosi terbentuk atas hubungan-hubungan sosial, dimana hubungan sosial itu sendii menjadi tujuan tindakan sosial dan struktur yang dibentuk oleh hubungan-hubungan emosi ini cenderung bersifat permanen. Hubungan-hubungan sosial yang t e m j u d biasanya cebderung menjadi hubungan yang dekat dan menyatu. Oleh karena itu, muncul adanya saling kontrol yang relatif kuat antar pelaku dalam jaringan sehingga memudahkan lahimya normanorma dan niiai-nilai yang mengembangkan kontinuitas pola-pola jaringan yang relatif stabil sepanjang waktu. Akibatnya jaringan-jaringan tipe ini menghasilkan suatu rasa solidaritas (Agusyanto, 2007). Jaringan yang dibentuk diluar komunitas, selain bersifat emosi (interesg) juga dilandasi oleh kepentingan-kepentingan tertentu untuk mendukung suatu tindakan-tindakan sosial tertentu dalam komunitaslmasyarakat. Misalnya hubungan para nelayan tradisional kepada para pemilik modal yaitu dibentuk dengan kepentingan untuk mendapatkan modal. Sebagai potret kehidupan nelayan tradisional di Indonesia, Ketergantungan mereka cukup besar karena pendapatan mereka tidak menentu, baik untuk memenuhi kebutuhan produksi ataupun kebutuhan hidup rumah tangganya. Dalam penyediaan alat produksi, nelayan seringkali hams membina hubungan dengan pihak penyandang dana. Nelayan pun membina hubungan dengan nelayan buruh yang akan membantunya dalam kegiatan penangkapan ikan. Dalam aktivitas distribusi pemasaran, para nelayan juga berhubungan dengan pihak lain seperti para pedagang. Berbagai hubungan yang dibina oleh para nelayan tersebut menunjukkan bahwa hubungan tersebut dapat seimbang atau tidak seimbang. Hubungan tidak seimbang biasanya menjadi hubungan patron- klien, dimana patron mempunyai dan memperoleh surnber daya yang berlebih dibandig Miennya.(Pasar-xpor2008,http://ikanmania.wordpress.com) Bagan 2 Kerangka Pemikiran I F Keragaman Sumber Daya ManusiaWilayah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ---------------------........... Pemetik Rumpnt Laut Intemal Ekstemal II II Antar Pemetik Rumput Laut Karakteristik Jaringann Sosial Faktor Pendukung Terbentuknya AturanMorma Jaringan Sosial Manfaat Jaringan v Solidaritas atau Kohesivitas Komunitas P Komunitas ' Karakteristik Pemanfaat Rumput Laut Keterangan: I------, Batasan penelitian I IV. METODOLOGI 4.1 Metode Penelitian Pendekatan yang digunakan pada penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Hal ini dimaksudkan agar diperoleh gambaran yang lebih lengkap, rinci, mendalam, dan memberi jawahan yang tepat terhadap pertanyaan penelitian yang diajukan. Metodologi halitatif sebagai: "prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa data-data tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati", (Moleong, 2001). Nasution (1996), menegaskan bahwa: "Penelitian halitatif pada hakikatnya ialah mengamati orang lain dalarn lingkungannya, berinteraksi langsung dengan mereka, dan berusaha memahami bahasa serta tafsiran mereka sendiri tentang dunia sekitarnya". Metode penelitian yang digunakan adalah studi kasns. Studi kasus merupakan strategi yang lebih cocok hila pokok pertanyaan suatu penelitian berkenaan dengan how atau why, bila peneliti hanya memilki sedikit peluang untuk mengontrol peristiwa-peristiwa yang akan diselidiki dan bilamana fokus penelitiannya terletak pada fenomena kontemporer (masa kini) dadalam konteks kehidupan nyata (Yin 2000). 4.2 Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kualitatif. Data kualitatif diperlukan untuk menganalisis karakteristik jaringan sosial, diantaranya bentuk dan luas jaringan sosail, faktor pendorong terbentuknya jaringan, norma dan aturan dalam jaringan serta manfaat jaringan sosial yang terbentuk. Sumber data yang dikumpulkan berupa data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dengan wawancara. Sumber data ini adalah seperti kelompok pemetik rumput laut, pengumpul/bakul, bandar dan ketua PPI Cilautereun. Adapun data sekunder mencakup data tentang keadaan geografi, demografi, pemerintah desa, kegiatan perekonomian desa dan produksi rumput laut. Data ini diperoleh dari dokumen atau arsip-arsip tertulis, laporan hasil penelitian terdahuly Kantor PPI Cilautereun. 4.3 Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang dipergunakan untuk mengunlpulkan data dalarn penelitian ini adalah wawancara Wawancara adalah pengurnpulan data yang dilakukan dalam bentuk tanya jawab antara peneliti dengan responden sesuai dengan pedoman wawancara dan wawancara yang telah distandarisasi. Wawancara merupakan metode pengumpulan data yang dilakukan dengan berkomunikasi secara langsung dengan informan, yaitu pemetik rumput laut, bakul kecil dan bandar. Tujuan dari wawancara ini adalah untuk memperoleh informasi secara langsung mengenai masalah yang akan diteliti. Responden (kasus) ditentukan deugan teknikpurposive sampling Cpengambilan sampel secara senganja dengan kriteria tertentu),dan snow bolliig (peneliti hams mengetahui informan kunci dan meminta untuk memperkenalkan kepada informan lain). Dalam penelitian mengenai jaringan sosial ini, responden (kasus) yang diteliti sebanyak 7 orang pemetik rumput laut. Dua metode ini digunakan untuk lebih mudah mendapatkan informan yang terlibat langsung dalam kegiatan memetik rurnput laut serta informan-informan lain yang menunjang dalam penambahan data informasi mengenai jaringan pemasaran rumput laut. Adapun kriteria yang ditentukan dalam pemilihan informan itu diantaranya : 1) Pemetik rumput laut yang terdiri dari laki-laki dan perempuan. 2) Pemetik yang terikat dengan bakul maupuan yang tidak terikat dengan bakul. 3) Pemetik yang sudah terjun memetik rumput laut sekitar 10 tahun ke atas. 4) Informan yang terjuan sebagai bakul kecil. 5) Informan yang terjun sebagai bandar. 4.4 Metode Analisis Data Pengolahan data kualitatif, menurut pendapat (Sitorus, 1998), melalui tiga jalur analisis: reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. 1. Reduksi data, merupakan bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu dan mengorganisasi data dengan cara sedemikian rupa hingga kesimpulankesimpulan akhir dapat diambil. Reduksi dalam proses pengumpulan data meliputi kegiatan-kegiatan; meringkas data, mengkode, menelusuri tema, membuat gugus-gugus, membuat partisi dan menulis memo. 2. Penyajian data, merupakan sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Penyajian dapat mengambil berbagai bentuk, yaitu teks naratif, matriks, grafik, jaringan clan bagan. 3. Penarikan kesimpulan, dimulai dari pengumpulan data dengan mulai mencari arti benda-benda, mencatat keteraturan pola-pola penjelasan, konfigurasi-konfigurasi yang mungkin, alur sebab akibat dan proposisi. Kesimpulan yang diperoleh diverifikasi dengan cara mernikir ulang selama penulisan, tinjauan ulang pada catatan-catatan lapangan, peninjauan kembali dan tukar pikiran denagn orang lain yang memiliki kemampuan dibidang penelitian ini, serta upaya-upaya yang luas untuk menempatkan salinan suatu temuan dalam seperangkat data yang lain. V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Kondisi Umum Daerah Penelitian 5.1.1 Letak dan Keadaan Alam Kabupaten Garut terletak di Provinsi Jawa Barat bagian Selatan pada koordinat 6"56'49 - 7 O45'00 Lintang Selatan dan 107'25'8 - 108O7'30 Bujur Timur. Kabupaten Garut memiliki luas wilayah administratif sebesar 306.519 Ha (3.065,19 l d ) dengan batas-batas sebagai berikut : Utara : Kabupaten Bandung dan Kabupaten Sumedang Timur : Kabupaten Tasihnalaya Selatan: Samudera Indonesia Barat : Kabupaten Bandung dan Kabupaten Cianjur Kabupaten Garut secara geografis berdekatan dengan Kota Bandung sebagai ibukota provinsi Jawa Barat, merupakan daerah penyangga bagi pengembangan wilayah Bandung Raya. Oleh karena itu, Kabupaten Garut mempunyai kedudukan strategis dalam memasok kebutuhan warga kota Bandung sekaligus pula berperan didalam mengendalikan keseimbangan lingkungan. Bentang alam Kabupaten Garut bagian Utara terdiri atas dua aransemen bentang alam, yaitu : (1) dataran dan cekungan antar gunung berbentuk tapal kuda membuka kearah Utara, (2) rangkaian-rangkaian gunung api aktif yang mengelilingi dataran dan cekungan antar gunung, seperti komplek Gunung Guntur, Gunung Haruman, Gunung Kamojang di sebelah Barat, Gunung Papandayan Gunung Cikuray di sebelah Selatan Tenggara, dan Gunung Talagabodas, Gunung Galunggung di sebelah Timur. Bentang alam di sebelah Selatan terdiri atas dataran dan hamparan pesisir pantai dengan garis pantai sepanjang 80 Km. Karakteristik topografi Kabupaten Garut sebelah Utara terdiri dari dataran tinggi dan pegunungan, sedangkan bagian Selatan sebagian besar permukaannya memiliki tingkat kecuraman yang tejal dan di beberapa tempat labil. Kabupaten Garut mempunyai ketinggian ternpat yang bervariasi antara wilayah yang paling rendah yang sejajar dengan permukaan laut hingga wilayah tertinggi di puncak gunung. 5.1.2 Potensi Perikanan Kabupaten Garut Panjang pantai Kabupaten Garut 5 80 km yang terbentang di 7 wilayah. Pantai selatan Kabupaten Garut memiliki potensi berupa Zona Ekonomi Ekslusiv (ZEE) 200 mil laut dengan luas areal penangkapan 5 28. 560 km2 dan diestimasi memiliki potensi lestari (MSY) sebesar 166.667 tonltahun. Sementara untuk zona tenitorial(l2 mil laut) memiliki potensi sebesar 10.000 todtahun. Sampai saat ini nelayan Kabupaten Garut baru memanfaatkan zona teritorial dengan hasil tangkapan sampai tahun 2006 baru mencapai 4,994,16 ton (atau sekitar 49,94% dari potensi yang ada). Hal ini disebabkan karena annada penangkapan yang dimiliki saat ini baru berupa perahuikapal ukuran kecil(5-10 GT). Potensi perikanan yang umumnya ditangkap di perairan Selatan Kabupaten Garut diantaranya adalah tuna, tongkol, cakalang, cumi-cumi, layur, kakap, bawal hitam, kerapu, baronang, cucut botol, Lobster dan ikan hias. Disamping ikan-ikan tersebut juga terdapat rumput laut yang cukup potensial. Selain potensi lestari laut dan pantai, di Kabupaten Garut juga terdapat potensi tambak di sepanjang garis pantai yaitu sekitar 1.000 Ha. Beberapa potensi sumber daya lain yang terdapat di Kabupaten Garut adalah sumber daya energi dari pasang surut yang dapat dikonversi menjadi energi listrik terutama Pada daerah-daerah teluk dan estuaria. Sumber daya mineral antara lain berupa biji timah, pasir, besi, pasir pantai, batu, koblat, mangan, tembaga dan lain-lain. Kabupaten Garut juga memiliki potensi yang sangat besar untuk dikembangkan sebagai daerah tujuan wisata pantai dengan beragam objek wisata yang masib belum tergali dengan optimal. Di bidang sumber daya hayati, Kabupaten Garut memiliki potensi sumber daya perikanan yang cukup besar diantaranya : 1. Budidaya laut, berupa budidaya ikan dan udang. Potensi yang ada sebesar 3.400 ha dan baru dimanfaatkan sebesar 0.5 ha atau baru sekitar 0.01% 2. Budidaya tanbak, potensi yang ada sebesar 1000 ha dan baru dimanfaatkan sekitar 26.6 ha atau baru termanfaatkan sekitar 2,66%. 5.1.3 Potensi Sumber Daya Manusia Sumber daya manusia yang berusaha di dalarn penangkapan ikan di laut yaitu nelayan, pedagang ikan dan pengolah ikan yang tersebar di 7 kecarnatan pantai di Icabupaten Garut. Data lengkap mengenai potensi sumber daya manusia di Kabupaten Garut secara jelasnya dapat dilihat pada Tabel 1 di bawah ini: Tabel 1. Surnber Daya Manusia Sumber : Monografi PPI Cilautereun, tahun 2008 5.1.4 Potensi Usaha Penangkapan Sarana dan prasarana yang cukup penting dalam mendukung penangkapan ikan yang tersedia di Kabupaten Garut adalah Pangkalan Pendaratan ikan yang terdiri dari 4 PPUTPI, yaitu : - PPUTPI Cijeruk di Kecatnatan Cibalong - PPUTPI Cilauteureun di Kecamatan Pameungkpeuk - PPUTPI Cirnarimuara di Kecarnatan Pakenjeng - PPUTPI Rancabuaya di Kecamatan Caringin Adapun fasilitas yang telah tersedia di masing-masing PPI adalah adanya gedung Tempat Pelelangan Ikan (TPI). Potensi usaha penangkapan ikan di Kabupaten Garut, secara jelas dapat dilihat pada Tabel 2 di bawah ini : Tabel 2. Potensi Usaha Penangkapan Sumber : Monografi PPI Cilautereun, tahun 2008 Kecamatan Pameungpeuk sebagai lokasi penelitian merupakan salah satu dari kecamatan yang ada di Kabupaten Garut, dengan luas wilayah 84 km2 yang terdiri dari 7 desa, 21 dusun, 72 RW dan 220 RT. Secara orbitasi dan jarak tempuh, jarak Kecamatan Pameungpeuk ke ibukota Kabupaten Garut adalah 87 km dengan waktu tempuh sekitar 3 jam, sedangkan jarak ke ibukota propinsi adalah 144 lan. Kecamatan Pameungpeuk berada pada ketinggian 8 m sampai 400 m dari permukaan laut dan suhu rata-rata adalah 2 6 ' ~ - 2 8 ' ~sedangkan , curah hujan berkisar antara 2000-3000 mm per tahun (terbanyak adalah 124 hari atau 2327,8 mm per tahun). Adapun batas wilayah Kecamatan Pameungpeuk sebagai berikut : a Sebelah Utara : Kecamatan Cisompet Sebelah Selatan : Samudera Indonesia Sebelah Timur : Kecamatan Cibalong Sebelah Barat : Kecamatan Cikelet Gambar 2. Peta Lokasi Penelitian Desa Mancagahar Kecamatan Pameungpeuk Secara spesifiknya lokasi penelitian dilakukan di Desa Mancagahar yang luasnya 465.589 ha dengan bentang wilayah yang datar. Desa ini m e ~ p a k a n wilayah yang berdekatan langsung dengan wilayah pantai, sehingga secara tipologi desa disebut sebagai desa pantai atau desa pesisir. Orbitasi dan jarak tempuh Desa Mancagahar ke ibukota Kecamatan yaitu 2,5 km dengan lama tempuh sekitar 30 menit. Keadaan iklim di Desa Mancagahar dapat digambarkan yaitu dengan kondisi jumlah bulan hujan selama 7 bulan, suhu rata-rata harian 2530'~. Tabel 3. Luas Areal Desa Mancagahar Menurut Pemanfaatannya, Tahun 2007 1 No Janis Pemanfaatan Lahan I Luas (ha) I Persentase (%) I Surnber : Monografi Desa Mancagahar, Tahun 2007 Dan Tabel 3, terlihat bahwa sebagian besar tanah yang ada di Desa Mancagahar yaitu 99,21% atau 142.474 ha adalah tanah kering yang meliputi tegallladang dan pemukiman, tanah fasilitas umum yaitu 0,59% dari luas wilayah 845 ha yang terdiri dari kas desa, lapangan, perkantoran pemerintahan dan lainnya. Sedangkan tanah sawah adalah 0,18% dari luas wilayah yaitu 260 ha sawah irigasi teknis, sawah irigasi setengah teknis dan sawah ladang hujan. Urutan selanjutnya dalam penggunaan lahan yaitu tanah basah sebesar 0,02% dari luas lahan 29 ha, tanah perkebunan dan tanah hutan tidak ada. 5.1.5 Kependudukan Penduduk Desa Mancagahar pada tahun 2007 berjumlah 4.580 jiwa yang terdiri dari 2.273 orang laki-laki dan 2.302 perempuan. Rasio jenis kelarnin penduduk Desa Mancagahar adalah sebesar 98,74 yang artinya dari setiap 100 orang perempuan terdapat 99 orang laki-laki. Untuk lebih jelasnya, komposisi jumlah penduduk Desa Mancagahar berdasarkan umur yang ada dapat dilihat pada Tebel4. Tabel 4. Komposisi Jumlah Penduduk Desa Mancagahar Berdasarkan Umur, Tahun 2007. Dalam Tabel 4, dapat terlihat bahwa usia 30-39 merupakan jumlah yang terbanyak dengan jumlah 776 orang dan usia > 59 merupakan jumlah terkecil sebanyak 100 orang. Akan tetapi, secara keseluruhan dengan menggunakan range 10, secara keseluruhan jumlah masing-masing range menyabar rata. IComposisi penduduk dari range 10-19 sampai 50-59 tahun relatif menyebar rata, sedangkan pada usia di bawah 59 tahun, penduduk bexjumlah sedikit sebesar 2,18%. Dari kasus yang diamati, pemetik rumput laut berada pada kisaran umur 38-59 tahun. Menurut keterangan salah seorang pemetik ha1 ini dipengaruhi oleh kurangnya motivasi penduduk yang umumya relatif muda terutama yang belum menikah berfropesi sebagai pemetik rumput laut. Kegiatan sabagai pemetik tidak akan pemah mampu mencukupi kebutuhan hidup yang serba sulit pada zaman sekarang. Untuk melihat komposisi penduduk Desa Mancagahar berdasarkan mata pendidikan, dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Komposisi Penduduk Desa Mancagahar Berdasarkan Pendidikan, Tahun 2007 I No Tingkat Pendidikan Belum Sekolah 1 2 3.19 146 Tidak pemah sekolah I 3 I Jumlah (orang) I Persentase (%) I 1.86 85 I / Pemah Sekolah SD (tidak tamat) I Jumlah I I 725 1 15.83 4434 1 100.00 I I Sumber : Monografi Desa Mancagahar, Tahun 2007 Dilihat dari tingkat pendidikan, penduduk Desa Mancagahar sebagian besar tamat SDIsederajat, SLTPIsederajat, pemah sekolah SD (tidak taqat), SLTNsederajat dan sisanya tidak pemah sekolah, D-1, D-3. Untuk tingkat S-1, S2, S-2, S-3 tidak ada. Pada tabel 5, akan terlihat komposisi penduduk Desa Mancagahar berdasarkan mata pencahariannya. Tingkat pendidikan yang masih rendah, yaitu dipengaruhi oleh tingkat ekonomi penduduk yang masih rendah. Mayoritas penduduk bei-fropesi sebagai nelayan dan petani sehingga penghasilannya hanya dapat mencukupi untuk kebutuhan sehari-hari. Selain itu, kesadaran penduduk untuk menyekolahkan anak-anaknya ke jenjang yang lebih tingga masih rendah. Dari kasus yang diamati, pemetik memiliki tingkat pendidikan sampai tingkat SD. Tabel 6. Komposisi Penduduk Desa Mancagahar Berdasarkan Mata Pencaharian, Tahun 2007 Sumber : Monografi Desa Mancagahar, Tahun 2007 Dari tabel 6, dapat dilihat bahwa jumlah penduduk Desa Mancagahar yang bekerjalproduktif sejumlah 72,05% atau 3.300 orang dari penduduk keseluruhan, berarti 1.280 orang kehidupannya bergantung pada penduduk produktif sebanyak 3.300 orang. Selain itu dapat terlihat sesuai dengan tipe desanya sebagai desa pantailpesisir, maka profesi yang paling banyak adalah sebagai nelayan sebesar 45,67% atau berjumlah 2.277 orang. Komposisi penduduk dilihat dari agama yang dianut yaitu seluruh dari jumlah penduduk beragama islam. 5.1.6 ICelembagaan Perekonomian Tabel 7. Kelembagaan Ekonomi Desa Mancagahar I No 1 Jenis Fasilitas 1 2 1 Jumlah (unit) 1 2 Koperasi 1 Industri Kerajinan 1 3 1 Industri Makanan 6 I 3 4 Industri Rumah Tangga 3 5 1 Industri Bahan Bangunan 2 7 Warung Kelontongan 89 8 Angkutan 42 9 1 Pedagang PengumpullTengkulak 7 1 1 I Usaha Perikanan I I 10 Usaha Peternakan 11 36 25 12 Kelompok Simpan Pinjam 5 Jumlah 223 Surnber : Monografi Desa Mancagahar, Tahun 2007 Dari tabel 7, terlihat bahwa fasilitas perekonomian di Desa Mancagahar berupa w m n g kelontongan cukup memadai untuk memenuhi kebutuhan hidup sehaari-hari dengan jumlah 89 unit. Sedangkan fasilitas koperasi merupakan paling sedikit yaitu sebanyak 2 unit. 5.1.7 Sarana dan Prasarana Pembangunan Sarana dan prasarana pembangunan di Desa Mancagahar terdiri dari sarana dan prasarana transportasi, prasarana air bersih, prasarana komunikasi, prasarana irigasi, prasarana pemeriutah, prasarana peribadatan, prasarana kesehatan, prasarana olah raga, sarana kesehatan, prasarana pendidikan, prasarana penerangan. 5.1.8 Produlrsi Rumput Laut Tabel 8. Produksi Rumput Laut Kecamatan Pameungpeuk 7 Juli 23.280 38.800 24.250 25.220 8 Agustus 31.050 39.770 29.100 27.160 404.680 32.010 34.920 33.950 41.710 48.500 10 Oktober 35.890 11 November 14.550 19.700 12.610 16.490 12 Desember - 9.700 - 7.760 Jumlah 166.850 374.400 157.140 263.840 Sumber : Monografi PPI Cilautereun, tahun 2007 Tabel 8. menunjukan produksi rumput laut pada tahun 2006 dan tahun 2007. Komoditas rumput laut yang potensial di Kecamatan Pameungpeuk adalah jenis kades (Gelidiunz) dan Agar (Gracilaria). Produksi rumput laut jenis Gelidium dapat diproduksi setiap bulan baik pada musim hujan maupun musim kemarau. Sedangkan Untuk rumput laut jenis Gracilaria dapat diproduksi pada rnusim hujan, yaitu dari bulan Juni sampai November. Dilihat dari jumlah produksi antara tahun 2006 dengan tahun 2007, terdapat penurunan, yaitu untuk jenis Gracilaria dari 166.850 kg menjadi 157.140 kg pada tahun 2006. Sedangkan untuk jenis Gelidium dari 374.400 kg menjadi 263.840 kg. 5.2 Gambaran Umum Komunitas Pemanfaat Rumput Laut dari Alam Sebagai wilayah pantai, Garut Selatan merupakan salah satu daerah penghasil komoditas rumput laut. Salah satu Kecamatan penghasil komoditas itu yaitu Kecamatan Pameungpeuk di Desa Mancagahar. Pada bagian selatan wilayah ini berbatasan langsung dengan samudera Hindia. Dengan karakteristik gelombang yang kuat dan besar, rumput laut yang dihasilkan berupa komoditas yang langsung dari dam. Sampai saat ini belum ada cara atau teknologi yang mengembangkan potensi komoditas ini untuk dibudidayakan. Pada awalnya masyarakat Desa Mancagahar mengambil rumput laut ini untuk diolah dan dikonsumsi rumah tangga, akan tetapi dengan semakin meningkatnya pengetahuan dan informasi yang berkembang di rnasyarakat tentang manfaat yang terkandung dalam komoditas rumput laut ini, mereka mulai mengupayakan kegiatan ini sebagai profesi. Selain itu hal ini didukung oleh banyak pihak yang melirik usaha ke rumput laut, salah satunya dengan berdirinya pabrik pengolahan di Desa Mancagahar. Mereka beralih untuk mengupayakan hasil yang didapatkan untuk dijual dan menjadi kegiatan rutin masyarakat sekitar. Pemetik rumput laut merupakan bagian yang sangat penting dalam mata rantai usaha rumput laut. Bagaimana tidak, mereka adalah pihak yang terjun langsung untuk mengambil rumput laut itu dari alam. Akan tetapi ha1 ini tidak menjadi sebuah keberuntungan yang berarti bagi mereka dilihat dari aspek finansial, apalagi mengingat besarnya resiko yang mereka hadapi seperti berkejarkejaran dengan gelombang yang menjadi ciri khas pantai selatan. Mereka mengatakan bahwa profesi ini taruhannya adalah nyawa. Profesi ini sudah lama dijalani oleh masyarakat Desa Mancagahar. Hampir tidak ada persaingan diantara sesama pemetik rumput laut ini, ha1 ini disebabkan oleh faktor alam, yaitu rumput laut itu tersedia langsung dengan sendirinya secara alami di wilayah yang cukup luas. Sehingga, siapa saja boleh mengakses rumput laut. Mereka mengatakan bahwa, tidak akan pemah ada persaingan, karena harga atau keuntungan bagi pemetik semuanya sama, kecuali jika kualitas iumput laut yang dipetik bagus maka ada perbedaan harga yang lebih tinggi. Hal ini dipengaruhi oleh faktor individu itu sendiri dalam meinetik rumput laut, seperti sedikitnya campuran rumput yang tidak diperlukan, bersih dari kotoran laut dan lain sebagainya. Faktor kualitas rumput laut ini inerupakan salah satu masalah yang menyebabkan harga rumput laut dari Kecamatan Pameungpeuk sangat rendah dibanding nunput laut dari daerah lain temtama yang dibudidayakan. Dari segi modal untuk terjun kelapangau, mereka hanya memerlukan peralatan yang sederhana yaitu kored, sair dan karison. Dengan peralatan ini mereka sudah siap untuk memetik rumput laut itu. Adapun peralatan yang digunakan oleh sebagian pemetik disediakan oleh bakul/pengumpul yang sudah mempunyai ikatan dengan mereka sebagai tenaga keja. Secara tidak langsung pemetik itu mempunyai hutang kepada bakul. Ketika pemetik itu inenjual ke bakul tersebut, maka sabagai ganti dari peralatan itu, hasil jual rumput laut itu dipotong sesuai dengan harga peralatan tersebut. Begitupun ketika pemetik punya hutang, nanti dmi hasil jualnya dipotong. Artinya, bahwa para pemetik ini inempunyai bakul masing-masing untuk menjual hasil panen mereka. Para pemetik rumput laut tidak akan menjual hasil panennya kepada bakul yang lainnya. Hal ini disebabkan oleh masing-masing bakul/pengumpul sudah mempunyai kios tempat jual beli iumput laut disekitar pesisir, sehingga para pemetik akan menjual hasilnya ke kios yang lebih dekat dengan tempat mereka inengakses rumput laut tersebut. Selain itu, keterikatan modal berupa alat maupun keterikatan hutang juga merupakan ha1 yang mendasar bagi mereka dalam inenjual hasil panennya. Namun terkadang ada saja pemetik yang menjual keluar bakul langganannya bahkan ke bakul besar tingkat kecarnatan dikarenakan harga lebih menguntungkan. Hal ini tentunya tanpa sepengetahuan bakul langganannya. Ada saatnya para pemetik itu tidak terjun ke laut, biasanya mereka malasrnalasan karena harga rumput laut yang dibeli oleh bakul sangat rendah. Dalam kondisi seperti ini, bakul biasanya mengadakan awuvan atau memberikan pinjaman berupa uang, sehingga para pekerjanya mau lagi untuk ke laut. Akan tetapi tidak selalu ada iming-iming seperti ini karena para pemetik memperoleh penghasilan sehari-hari dari memetik rumput laut itu. Hal ini terjadi ketika para bakul memerlukan barang banyak untuk disalurkan ke bakul besar tingkat kecamatan. Hal yang paling menyedihkan bagi para peinetik yaitu ketika harga rumput laut jenis tertentu turun lebih dari setengahnya bahkan tidak berharga sama sekali. Pada kondisi seperti ini biasanya mereka membawanya ke rumah untuk diolah atau dibagi-bagikan ke tetangga. Ada juga yang dijemur untuk dijual dalam bentuk kering. Setelah dikeringkan baru dijual, karena rumput laut yang sudah kering harganya lebih tinggi. Dalam penjualan hasil panen, bagi pemetik yang tidak terikat dengan bakul, mereka bebas menjual kemana saja. Bahkan bisa langsung menjual rumput laut itu ke bandar kecamatan yang lokasi pabriknya berada di wilayah pesisir. Selain itu, terkadang ada pekerjaan tambahan dari bandar itu, yaitu menyortir, mencuci, menjemur, menimbang dan mengangkut rumput laut d a i tempat penjemuran dari tempat penjemuran ke kioslgudang penyimpanan rumput laut. Bagi pemetik, ini merupakan penghasilan tambahan disela-sela kegiatan memetik rumput laut yang dilakukan baik sebelum maupun sesudah dilakukan, tergantung surutnya gelombang. ' Ketemngan : (a) Kegiatan menjemur rumput laut. (b) Kegiatan Menimbang rumput laut. (c) Kegiatan mengangkut rumput laut dari ternpat penjemuran ke kioslgudang penyimpanan rumput laut. Gambar 3. Kegiatan Pemetik dalam Usaha Mencari Rumput Laut Hubungan yang terjadi antara sesama pemetik sangat akrab, hal ini ditandai dengan saling berbagi informasi mengenai wilayah yang sedang bagus terdapaaya mmput laut, kemudian mereka pergi bersama-sama. Selain itu bagi mereka yang sudah lama terjun memetik rumput laut, tidak jarang memberikan informasi cara-cara memetik yang baik kepada kaum pemula. Sebelum terjum ke laut, sekitar satu bahkan dua jam biasanya mereka menunggu gelombang surut. Disaat seperti ini, mereka berkumpul bersama untuk makan-makan dan mempersiapkan segala sesuatunya sambil berbiicang-bincang mengenai segala keseharian diantara mereka. Ada sebagian dari mereka yang sudah akrab dan mempunyai hubungan pertemanan dan tetangga, selama di laut selalu bersama-sama mencari wilayah yang berdekatan. Lamanya di laut pun selalu sama, sehingga sejak mulai berangkat dari rumah sampai pulang kembali ke rumah mereka tetap bersamasama. Adapun kebersamaan mereka itu karena terikat oleh hubungan keluarga yang hampir semuanya terjun sabagai pemetik rumput laut, karena biasanya mereka mengikutsertakan anggota dekat keluarganya untuk ke laut. Rumput laut itu dipanen setiap tiga kali masa dalam sebulan. Mereka menyebutnya dalam peristilahan Jawa yaitu tatanggalan, wewelasan dan lilikuran. Dari setiap periode itu rumput laut biasanya ada, masing-masing selama lima hari. Jadi, jumlah dalam setiap bulan sekitar l i i a belas hari mereka dapat memanen rumput laut. Selain hari itu biasanya masyarakat disana menyebutnya sebagai musim guntur, yaitu ketika gelombang lagi pasang. Keterangan : (a) StnrMur karang saat s u t (b) Kondisi laut saat pasandguntur. (c) Kondisi laut saat surut. (d) Komunitas rumput laut jenis panyariban/Sargussumsp. Gambar 4. Kondisi Pantai Tempat Komunitas Rurnput Laut. Para pemetik rurnput laut berangkat dari rumah biasanya menjelang siang hari, karena pada pagi harinya biasanya mereka hams menyelesaikan pekerjaan rumali terlebih dahulu. Apalagi ketika m u s h ke sawah dan berladang, mereka ikut serta sebagai buruh. Ada juga diantara mereka yang menggembala sapi orang lain yang tak lain adalah milik juragannya yang berprofesi sabagai bandar nunput laut, sehingga dari pagi sampai sore mereka bekerja. Rutinitas seperti ini biasanya mereka lalui setiap harinya. Kalau tidak sedang musim nunput laut, mereka pergi ke sawah, ke ladang untung becocok tanam atau mencari udang dengan menggunakanjodung. Akan tetapi kendatipun sepanjang hari mereka bekerja, kebutuhan hidup sehari-hari masih belum dapat dicukupi. Ketika musim paceklik, ada beberapa diantara mereka yang pergi keluar kota untuk bekerja sebagai buruh bangunan. Keterangan : (e) Pemetik yang sedang memperbaiki jodang untuk menangkap udang (f) Aktivitas di sawah. (g) Pulang mencari udang. (h) Udang hasil tangkapan. Gambar 5. Kegiatan Pemetik Selain Mencari Rumput Laut. Dari hasil memetik m p u t laut pendapatan mereka dalam sehari tergantung dari berapa kilo yang mereka panen. Dalam satu kali terjun biasanya memerlukan waktu sekitar 2 sarnpai 5 jam. Untuk para pemetik laki-laki biasanya yang paling lama. Jumlah rumput laut yang didapatkan selama 2 sampai 3 jam yaitu sekitar 10 sampai 20 kg dan untuk waktu 4 sanpai 5 jam mereka mendapatkan hasil sampai 30 kg. Mereka menuturkan bahwa perjuangan mereka selama di laut yang taruhannya nyawa, belum setimpal dengan harga yang mereka dapatkan dari bakul. Untuk jenis rumput laut kades (Gelidium sp) seharga Rp 1.000,00 per kg harga ini lnerupakan harga untuk rumput laut dengan kualitas paling bagus tanpa banyak campuran rumput-mnput lain dan tanpa kotoran, namun ha1 ini jarang terjadi. Sedangkan kalau kualitasnya jelek, para bakul membelinya Rp 600,OO sampai Rp 700,OO per kg. Untuk jenis ager (Gracilaria sp) harganya sama. Untuk jenis rumput laut yang lainnya seperti, paris, ramu kasang, danpanyariban, harganya lebih rendah dari kades danparis. Sedangkan jenis rumput laut yang paling mahal yaitu jenis buludru, biasanya diminta dengan kualitas ekspor. Jenis lumput laut yang potensial di pantai Sayang Heulang Desa Mancagahar yaitu jenis ager dan lcades (Gracilaria sp dan Gelidium sp). Untuk jenis Ager tumbuh pada musim hujan, lokasinya berada di tengah pantai, sehingga untuk dapat dipetik gelombangnya hams benar-benar surut. Rumput laut jenis ager ini selain permintaanya dari luar juga banyak dibutuhkan oleh pabrik pengolahan yang berada disekitar desa itu. Untuk jenis lades tumbuh pada musim hujan dan kemarau, terdapat sekitar 20 meter dari pinggir pantai. Adapun informasi harga dan jenis rumput laut dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Harga yang Dibeli dari Pemetik Jenis Rurnpt Laut No Hargakg Nama Lokal Nama Ilmiah 1 Kades Gelidium sp 700,OO 2 Ager Merah Gracilaria sp 700,OO 3 1 Buludru I 4 6 1 2.000,OO I - (Paris ( 350,OO 1 Rambu Kasang I 1 100,OO 1 Panyariban I Sargassum sp 1 100,OO I 5 I I I Tabel 10. Harga yang Dibeli dari Baku1 Kecil Tabel 11. Harga yang Dibeli Dari Bandar Keterangan : - Kualitas Jatah adalah rumput laut yang dijemur langsung setelah dipetik dan masih adanya kotoran-kotoran yang belum dibersihkan. - Kualitas Cuci adalah rumput laut yang dibersihkan dengan air tawar atau air hujan sehingga wamanya putih dan kotoran yang melekat sudah dibersihkan, sehingga kualitasnya asli rumput laut. - Untuk jenis Kades dan Ager merah merupakan komoditas utama yang sering diambil oleh pemetik. Adapun jenis yang lainnya baru diambil ketika ada permintaan khusus dari luar. Keterangan : (a) (b) (c) (d) (e) Rumput laut jenis kades (Gelidium sp) yang baru dipetik. Ru~nputlaut jenis ager merah (Gracilaria sp) yang baru dipetik. Rumput laut jenis buludru kualitas cuci. Rumput laut jenis panyariban (Sargasum sp) yang sudah dijemur. Kades yang sedang dijemw dan masih bercampw dengan rumput laut lain (masih kualitasjatah). (0 Kades kualitas cuci. (g) Panyariban yang belum di petik. Gambar 6 . Jenis Rumput Laut di Desa Mancagahar Bakul merupakan pihak ke-dua dari rantai pemasaran nnnput laut. Bakul yang terdapat di Desa Mancagahar hanya 3 orang dan diantara bakul itu ada yang mempunyai anak buah yang disebut bakul keliling. Bakul keliling bertugas sebagai bakul yang mencari rumput laut ke luar daerah Desa Mancagahar, sehingga keuntungan yang didapatkan oleh bakul utama lebih besar. Selain itu peran bakul keliling adalah sebagai rekan kerja dalam pemenuhan modal, kemudian akan ada bagi hasil keuntungan. Menjadi seorang bakul harus mempunyai modal untuk membeli rumput laut dari para pemetik. Jumlah modal yang dibutuhkan untuk menjadi seorang bakul kecil jika rumput laut sedang banyak menurut penuturan salah seorang bakul yaitu Rp.10.000.000,00 dan jika kondisinya tidak terlalu bagus, modal yang dibutuhkan Rp.3.000.000,004.000.000,00. Adapun modal yang didapatkan bakul yaitu dari penghasilannya sebagai bandar usaha lain dan dari hasil penjualannya ke bakul besar. Pada saat bakul itu kekurangan modal, bakul besar biasanya memberi uang ikatan. Uang itu sebagai pengikat agar bakul kecil itu tidak menjual rumput laut ke bakul besar yang lain. Akan tetapi tidak selalu semua bakul besar itu memberi uang ikatan kepada bakul kecil langgannya, uang ikatan itu baru dikasih ketika barang yang dibutuhkan bakul besar banyak. Sehingga bakul kecil itu akan termotivasi untuk menyuruh para pemetik langganannya mencari rumput laut dalam jumlah yang banyak. Selain dari bakul besar, modal juga diperoleh dari orang yang ikut patungan modal, nanti akan ada bagi hasilnya. Yang menanamkan modal dalam usaha rumput laut, biasanya tidak mengetahui jalannya usaha. Untuk jumlah produksi yang dibelipun terkadang tidak transparan, tidak ada kejelasan masalah pembelian dan penjualan yang terjadi. Untuk menunda pembagian keuntungan, bakul itu mengatakan bahwa permintaan dari bakul besar sedang turun. Hal ini tentunya menjadi masalah bagi orang yang ikut menanamkan modal ketika tahu ada kecurangan, sehingga tidak akan ada kepercayaan lagi untuk ikut usaha lagi. Orang yang memberi informasi yaitu bakul lainnya yang sama-sama bersaing. Untuk keberlanjutan usahanya dalam usaha ini, para bakul itu mencoba untuk meminjam uang pada bank. Bank tempat bakul itu meminjam modal yaitu bank lokal di Desa Mancagahar, sehinggajumlah pinjarnannya tidak terlalu besar yaitu sekitar Rp 3.000.000,00-4.000.000,00. Setiap bakul itu mempunyai beberapa pemetik langganan yang sesuai dengan akses pemetik itu mengambil rumput laut. Misalnya, jika pemetik itu mengambil rumput lautnya di sebelah barat maka pemetik itu menjual hasilnya ke bakul yang berada dibagian barat. Pola seperti ini menjadi sebuah ketergantungan antara bakul dan pemetik yang selanjutnya bakul itu akan mengikat pemetik dengan peralatan dan pinjaman uang. Ketiga bakul itu mempunyai kios disekitar pesisir, ha1 ini untuk memudahkan proses transaksi jual beli. Didalam kios itu terdapat gudang penyimpanan rumput laut yang sudah dijemur dan siap untuk dijual ke bakul besar. Untuk proses penjemumn, bakul memerlukan beberapa orang karyawan. Diantara karyawan itu, sebagian dari mereka adalah para pemetik dan sebagian lagi karyawan khusus serta anggota keluarga. Terkadang bakul itu sendiri ikut menjemur dan menyortir rumput laut. Keterangan : (a) Kioslgudang penyimpanan rumput laut milik bakul kecil. (b) Bakul yang sedang menyortir dan menjemur rumput laut. (c) Bakul yang sedang menimbang mmput laut. (d) Tempat penjemuran rumput laut. Gambar 7. Kondisi KiosIGudang Rumput Laut dan Kegiatan Bakul Kecil. Para pemetik itu bekerja sebagai tukang jemw pada saat sebelum dan sesudah melaut, tergantung surutnya laut. Misalnya, jika surut laut jam 2, maka pemetik itu menjemur rumput laut sebelum memetik dan jika surut laut jam 9, maka pemetik menjemurnya setelah dari laut. Ada juga pemetik yang hanya bertugas sebagai tukang angkut dari gudang dan tukang beber. Sementara yang bertugas membolak balikan yaitu karyawan tetap bahkan bakulnya sendiri ikut bekerja. Kemudian yang bertugas sebagai tukang timbang adalah bakul itu sendii karena ini bagian yang sangat penting yang berhubungan langsung dengm masalah keuangan, sehingga butuh kepercayaan besar atau paling tidak ada anggota keluarga yang berperan. Setelah penimbangan itu selesai, bakul akan memberikan langsung uang itu kepada pemetik. Adapun jika pemetik itu mempunyai hutang, maka jurnlah uangnya akan dipotong sesuai dengan jumlah hutang. Kemudian jika pemetik minta dipotongnya dengan cara dicicil, maka bakul itu akan memotong uangnya tidak sekaligus. Uang yang dipinjam pemetik itu biasanya tidak terlalu besar, karena uang itu untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Dalam usaha sebagai bakul, terkadang ada persaingan harga dengan bakul yang lainnya. Misalnya, jika bakul yang satu menaikan harga, maka para pelnetik itu akan menjual hasil mmput lautnya ke bakul yang harganya lebih tinggi. Kemudian pemetik itu memberi informasi ke pemetik lainnya menge~laiharga itu. Ketika pemetik itu menjual ke bakul lain, bakul langganannya tidak diberitahu. Akan tetapi ada saja orang yang membocorkan kejadian seperti ini. Kalau sudah ketahuan ada langganannya tidak setia, biasanya bakul itu memberi nasihat dan memberi peringatan saja untuk tidak melakukan kecurangan lagi. Orang yang terjun menjadi seorang bakul hams mempunyai keahlian dalam bisnis, karena mereka hams bisa bersaing, membujuk pemetik agar menjadi pelanggan setia dan lainnya. Satu ha1 yang penting bakul itu hams mempunyai modal untuk dapat menjalankan usahanya. Sehingga para baku itu biasanya mempunyai kegiatan diluar rumput laut. Ada diantara mereka yang bergerak dalam bisnis tanaman palawija, seperti kacang tanah, singkong, jagung dan lainnya. Dari satu usaha ke usaha yang lain saling menutupi, jika sedang tidak musim rumput laut, maka akan fokus ke pertanian dan hasil tanaman palawija. Selain untuk usaha lagi, para bakul itu akan mengalokasikan modalnya untuk membeli sawah. Seperti penuturan Maman, salah satu bakul Desa Mancagahar : "Usaha kana jukut itu lcudu gaduh pangalaman usaha sareng kedah kiat mental dina ngahadapi resiko. Sabab usaha tina produk laut mah teu menentu, teu tiasa memperkirakan kondisi alam. Ayeuna metiksehari bagus, eh...enjingna tiba-tiba guntur...atuh nya kapalcsa teu ngajukutpemetik teh. Upami tos teu aya jzrkutna, naon nu bakal dipeser lcu balul! Janten lcedah pinter mencari peluang kana usaha lain, sepertos ngagarap sawah, pepelakan di kebon oge wawarungan kieu kanggo nambih panghasilan. Usaha kana jztkut nzah jiga dianalcterelceun ku penzerintah teh benten sareng ka nelayan...ari 1ca nelayan rnah pan kantos aya bantosan seperti kapal...sedengkeun usahajukut mah teu acan kantos aya bantuan sama sekali" "Terjun dalam usaha rumput laut harus punya pengalaman usaha dan harus h a t menghadapi resiko. Sebab usaha dari produk laut tidak menentu, tidak bisa memperkirakan kondisi alam. Hari ini dapat memetik rumput laut, eh...tiba-tiba besoknya gelombang pasang ...ya terpaksa tidak memetik. Kalau sudah tidak ada rumput laut dari pemetik, apa yang dapat dibeli oleh bakul! Jadi hams pintar mencari peluang usaha lain, seperti menggarap sawah, menanam palawija dan buka warung kecil-kecilan buat nambah penghasilan.Usaha dalam iumput laut seperti dianaktirikan sama pemerintah berbeda dengan nelayan ...kalau ke nelayan pernah ada bantuan berupa kapal...sedangkan usaha rumput laut tidak pernah sama sekali! Kemudian pihak selanjutnya dalam mata rantai rumput laut adalah bakul besar atau dalam peiistilahan Desa Mancagahar adalah bandar. Jumlah Baku1 besar yang terdapat di Desa Mancagahar yaitu 2 orang yang sekaligus sebagai bakul tingkat kecamatan. Pada saat ini persaingan diantara kedua bandar ini sangat tidak sehat, menurut penuturan salah seorang bandar. Kondisi sekarang berbeda dengan bakul terdahulu yang sekarang sudah berhenti. Tanda terdapat persaingan tidak sehat itu adalah harga secara tiba-tiba dinaikan tanpa ada kompromi terlebih dahulu. Ada salah satu bakul yang biasanya menaikan harga untuk menggaet bakul kecil supaya menjual rumput laut ke bakul itu. Tentu saja ha1 ini dianggap merugikan bagi bandar yang satunya lagi, padahal masih ada ikatan keluargaan diantara mereka. Pada awalnya di Desa Mancagahar hanya ada 1 orang bandar, sekitar 2 tahun yang lalu muncul 1 orang bandar dimana bakul yang baru ini mempunyai modal yang lebih besar. Selain dalam tingkat harga, persaingan yang tejadi juga mengarah kepada menjelekan citra b a h t yang lama. Misalnya bakul baru itu mengatakan bahwa halitas rumput lautnya jelek banyak kotorannya atau mengatakan sesuatu mengenai kualitas barang tanpa sepengetahuannya kepada agen dari luar kota. Sehingga muncul konflik antar bakul besar itu, yaitu berebut bakul kecil langganan dan agen pemasaran dari luar daerah. Pemasaran rumput laut setelah dari bandar yaitu ke pabrik pengolahan lokal, toko sembako, pabrik pengolahan diluar kota dan agen ekspor. Daerah yang menjadi langganan pengiriman rumput laut adalah Jakarta, Sukabumi, Lampung, Surabaya, Malang dan Pasuruan. Khusus dari Pasuruan, rumput laut diambil ke tempat, karena bandar itu sudah menjadi langganan agen tersebut. Sedangkan untuk daerah yang lainnya diantarkan oleh bakul menggunakan alat transportasi truk. Pengiriman ke daerah Lampung inerupakan khusus untuk diekspor sehingga kualitasnya harus standar ekspor. Peran seorang bandar dalam inata rantai pemasaran rumput laut sangat penting, karena berhubungan dengan citra kualitas rumput laut yang dimiliki oleh suatu daerah. Jika kualitas mnput laut jelek, maka permintaan dari luar turun. Sering ada kejadian rumput laut dibawa pulang lagi karena kualitas yang dibicarakan melalui telepon tidak sesuai dengan faktanya. Walaupun pihak pabrik mau membeli dengan syarat harga turun, akan tetapi seorang bandar biasanya tahan harga karena kalau jadi dibeli tidak akan balik modal. Apabila ada kejadian seperti ini, seorang bandar mengalami kerugian besar, untuk biaya perjalanan saja menghabiskan Rp.5.000.000,00 khusus kedaerah Jawa, belum lagi banyaknya pungutan selama diperjalanan. Oleh karena itu, sebagai seorang bandar terkadang mereka bicara langsung kepada pemetik agar dalam memetik hams hati-hati jangan asal diambil dan kepada bakul menasehati agar dalam menjemur harus benar-benar kering. Selain dari faktor kualitas, permintaan dari luar ditentukan oleh keadaan internal pabrik itu sendiri, misalnya karena stok barang sudah terpenuhi dari daerah lain yang kualitasnya lebih baik. Akan tetapi tidak selalu mengalami kerugian, seorang bandar apabila usahanya lancar dia akan mendapat keuntungan yang besar pula. Penanganan pasca panen rumput laut selanjutnya setelah dari bakul kecil adalah proses pencucian, penyortiran dan penjemuran. Penanganan rumput laut dari bakul kecil yaitu penjemuran setelah diambil dari laut, sedangkan penjemuran yang dilakukan oleh bandar yaitu setelah lumput laut itu dicuci. Proses pencucian yaitu mencuci rumput laut dengan air tawar atau air hujan, sehingga ada perubahan wama menjadi putih. Pencucian dengan air tawar yaitu dengan menggunakan sebuah drum yang sudah diisi dengan air tawar, kemudian rumput laut itu dicelupkan. Untuk pencucian dengan air hujan, rumput laut dibeber di lapangan sekitar kios, agar terkena air hujan. Pencucian dengan air tawar dilakukan pada saat musim kemarau dan pencucian dengan air hujan dilakukan pada saat musim hujan. Proses penyortiran dilakukan dua kali yaitu setelah dicuci dan sebelum diinasukan ke karisoiz. Penyortiran yaitu memisahkan kotoran dan campuran rumput liar lainnya. Selanjutnya untuk rnenangani sernua proses ini, seorang bandar rnernerlukan beberapa orang karyawan. Jumlah karyawan yang dibutuhkan salah seorang bandar rnencapai 20 orang. Adapun lokasi tempat penyirnpanan rumput laut salah seorang bandar terdapat disekitar pesisir. Menurut penutummya, hal ini untuk rnernpermudah trnsaksi dengan bakul kecil yang ada disekitar dan untuk rnenghemat biaya angkutan. Keterangan : (a) Kioslgudang penyimpanan rumput laut milik bandar. (b) Tempat penjemm rumput laut. (c) Karyawan yang akan menimbang rumput laut. (d) Drum tempat mencuci rumput laut dengan air tawar. (e) Rumput laut yang disimpan di dalam kios (belum ditimbang). (0 Rumput laut yang disimpan dikios dan sudah dimasukkan ke karung (sudah ditimbang). (g) Seorang Bandar yang sedang mencatat basil penimbangan. (h) Alat Tibangan yang digunakan bandar. Gambar 8. Kodisi KioslGudang Rurnput Laut dan Kegiatan Seorang Bandar. Jurnlah rumput laut yang dibeli bandar ketika rnusirn panen yaitu sebesar 10 ton dari 21 orang bakul. Bakul-bakul itu tidak hanya dari Desa Mancagahar saja, tetapi dari desa lainnya. Sedangkan ketika kondisinya sedang jelek jumlah pembelian sekitar 3-4 ton. Seorang bandar dalam mencari rumput laut tidak hanya di daerahnya saja, karena rumput laut yang dipetik yaitu tumbuh secara alami, sehingga hasilnya tidak menentu.Untuk memenuhi permintaan dari pabrik, bandar akan mencari rumput laut keluar daerah ketika jumlah yang diminta belum terpenuhi. Hal ini dilakukan khusus untuk pabrik langganan bandar tersebut. Masalah peljanjian dilakukan diawal melalui telepon. Perjanjian itu diantaranya, kualitas hams bagus dan jumlah permintaan rumput laut yang diinginkan. Modal yang dibutuhkan seorang bandar sangat besar, maka dari itu untuk memenuhi akan kebutuhan modal itu mereka memberanikan untuk meminjam ke bank. Meskipun banyak kendala yang dihadapi ketika proses cairnya uang tersebut. Pihak bank biasanya kurang ada kepercayaan terhadap usaha yang berhubungan dengan produk laut. Selain itu, terkadang modal itu didapatkan dari pihak pabrik itu sendiri. Mereka memberikan sejumlah uang muka (DP) sebagai ikatan untuk modal bandar yaitu sekitar 25% dari modal yang dibutuhkan. Ikatan berupa uang ini dilakukan karena pihak pabrik sedang memerlukan banyak barang dan dari daerah lain tidak terpenuhi. Jumlah modal yang dibutuhkan untuk usaha rumput laut selama 1 bulan yaitu sekitar Rp.50.000.000,00-100.000.000,00. Keuntungan bersih yang didapatkan oleh bandar dalam keadaan lancar yaitu Rp.7.500.000,OO per bulan. Dalam satu bulannya pengiriman dilakukan sebanyak dua kali. Keuntungan ini khusus untuk daerah Pasuruan yang menjadi pelanggan tetap. Berikut ini adalah penuturan salah seorang bakul : "Duka Iunaon nambut ka bai~ktelz nzeni hese kaizggo usaha runtput laut mah..jigana pihak bank teh teu aya lcapercayaan da panginten usaha nu kaitanna sereng laut mah tezt tangtos...jaminanna teu kuat. Kamari oge kantos nambut Rp.100.000.000,00 tapi meni lanzipisan cairna teh...padaha1 nganggo artos panglicin Rp. 7.000.000,00. Pan upami usaha hoyong lancar mah kedah gaduh modal...lcamari age karena modal teu aya usaha teh janten seret, kadang sababarah bulan teu ngintun barang. Saleresna upami modal ageung meskipun barang teu aya ditempat, pan tiasa milariaiz ka tempat nusanes, janten pasti diudag kango nyumponanpermintaan pabrik". "Entah kenapa pinjam ke bank itu sangat sulit kalau buat usaha rumput laut...kayanya pihak bank tidak ada kepercayaan karena mungkin dari usaha yang berhubungan dengan laut itu tidak menentu...j aminannya tidak h a t . Ke~narinjuga pernah nambut Rp.100.000.000,00 tapi sangat lama proses cairnya...padahal pakai uang penglicin Rp.7.000.000,00. Kan kalau usaha mau lancar itu hams punya mod al... kemarin juga usaha jadi mandeg karena modal kurang. Sebenamya kalau modal besar meskipun barang tidak ada ditempat dapat dicari ke daerah lain, jadi barang itu pasti dicari buat memenuhi permintaan pabrik". 5.3 Jaringan Sosial Pemetik Rumput Laut dari Alam 5.3.1 Kasus 1 :Entis Entis Sutisna berusia 40 tahun, bukan penduduk asli Desa Mancagahar. Berasal dari keluarga petani, dilahirkan di Kecamatan Cikajang dari pasangan Ibu Oneng (almarhum) dan bapak Udin. Entis merupakan anak ke-6 dari 8 bersaudara. Telah menyelesaikan pendidikan sampai tamat SD. Ekonomi merupakan alasan Entis tidak melanjutkan ke SMP. Sebeluin menikah Entis bekerja sebagai tenaga k e j a dalam pembuatan jalan yaitu tukang aspal. Pada tahun 1988, Entis mendapatkan proyek ke Desa Cikelet untuk pembuatan jalan sabagai tukang aspal, tepatnya di kampung Rancapadu. Di daerah ini Entis bertemu dengan seorang gadis bernama Masitoh. Kemudian beberapa bulan kemudian Entis meminang Masitoh sebagai istrinya. Sampai saat ini Entis telah dikaruniai 4 orang anak. Anak yang pertama bemama Yudi, sekarang sudah menikah, an& ke-dua Ida Rohaeti 12 tahun, anak ke-tiga Meli Sartika 9 tahun dan anak terakhir Reni 4 tahun. Yang berada di rumah Entis hanya tiga orang anak, karena Yudi anak sulung Entis setelah nikah beberapa bulan mempunyai iumah sendiri. Sebelum mempunyai mmah sendiri Entis tinggal bersama orang tua Masitoh di kampung Rancapadu. Kemudian setelah penghasilannya cukup mereka mendirikan rumah tak jauh dari tempat tinggal mertuanya. Pada awal menikah Entis sudah tidak bekerja lagi sebagai tukang aspal, Entis menjalani profesi baru sebagai pemetik rumput laut. Entis belajar dari istri dan mertuannya cara-cara mengambil rumput laut itu, terkadang tetangga sekitar mengajak Entis untuk ikut serta. Sudah 21 tahun Entis menekuni kegiatan sebagai pemetik rumput laut. Entis merupakan salah satu anggota keluarganya yang mempunyai keinginan keras dalam usaha. Entis tidak ingin tergantung pada orang tuanya, karena sejak masih lajangpun Entis sudah mampu berpenghasilan sendiri. Entis memaparkan hubungan yang terjalin dengan bakul rumput laut hanya sebatas hubungan jual beli saja. Tidak pemah ada perhatian sama sekali ketika lagi membuthkan uang untuk keperluan sehari-hari. Para bakul itu biasanya mulai menaikan harga ketika mereka membutuhkan barang banyak, bahkan sampai datang ke rumah dengan iming-iming kasih pinjaman uang. Akan tetapi sebaliknya, ada saatnya bakul menurunkan harga rendah tanpa negosiasi dengan Entis. Jika harga rumput laut lagi tidak bagus, maka Entis lebih memilih untuk menjualnya dalam bentuk kering, karena harganya jauh lebih tinggi walaupun dari basah menjadi kering itu susutnya sekitar 8 kg. Bakul yang menjalin hubungan dengan Entis adalah bakul keliling yang setiap kali musim rumput laut, bakul itu menunggu di disekitar pantai. Kemudian transaksi jual beli dilakukan disekitar pantai, setelah itu tidak ada lagi hubungan yang dijalin. Dan bakul keliling itu kemudian akan dikirim ke bakul ditingkat desa. Bakul keliling itu merupakan anak buahnya bakul yang ada di desa. Untuk menambah penghasilannya, lima tahun yang lalu Entis mulai melirik usaha baru yaitu sebagai pengumpul kerang. Kerang yang dibeli Entis kemudian akan dipasarkan ke Pangandaran. Selain dari Pangandaran, ada juga agen dari Bandung dan Jakarta yang datang langsung ke rumah Entis untuk mengambil kerang tersebut. Perbedaannya, agen dari Pangandaran merupakan sudah menjadi langganan tiap memasarkan, kalau agen dari Bandung dan Jakarta bukan langganan tetap, mereka membeli kerang kepada Entis dengan periode waktunya yang tidak menentu. Kemauan keras Entis untuk terjun kedalam usaha pengumpul kerang yaitu disebabkan oleh betapa sulitnya hidup di zaman sekarang yang serba mahal. Oleh karena itu Entis tidak membuang kesempatan baik untuk mencoba usaha barunya itu, karena Entis sudah mendapatkan banyak informasi, bahwa produk kerang yang berasal dari wilayah pantai Garut selatan banyak diminati dari luar negeri. Selain itu kedua anaknya yang sedang mengenyam pendidikan di SD dan SMP, menjadi motivasi Entis untuk bekerja lebih keras lagi, sehingga Entis dapat menyekolahkannya sampai tamat SMP atau SMA. Untuk membiayai anaknya pergi ke sekolah Entis hams menyiapkan uang sebesar Rp 3.000,00 dalam 1 satu hari. Kegiatannya sebagai pemetik ruinput laut dirasakan tidak akan mampu menafkahi keluarganya, karena untuk kebutuhan makan masih kesulitan, meskipun kegiatan ini dijalani bersama istrinya. Adapun modal yang didapatkan sebagai pengumpul kerang, pada mulanya didapatkan dari kakanya yang berprofesi sebagai petani dan pedagang. Kemudian Entis menekuni usaha ini dengan serius, sehingga menjadi Bandar di desanya. Hal ini berbeda dengan profesinya sebagai pemetik rumput laut, tidak ada modal yang dibutuhlcan selain peralatan yang sederhana. Ketika musim dan harganya lagi bagus maka Entis mulai turun ke laut bersama istrinya. Entis mengakui penghasilan dari memetik nunput laut hanya dapat memenuhi kebutuhan dapur saja, sedangkan untuk biaya hidup yang laimya ia dapatkan dari usaha sabagai pengumpul kerang. Dari usaha sebagai pengumpul kerang, Entis lnempunyai beberapa karyawan, diantaranya 36 karyawan di Rancabuaya dan 37 karyawan di Cimari. Karyawan-karyawan itu yaitu yang menjual hasil tangkapamya ke Entis. Di Kampung Rancapadu. Entis merupakan pengumpul kerang satu-satunya dalam usaha ini, sehingga banyak orang mengenal Entis sebagai Bandar kerang. Pengiriman kerang ke Pangandaran setiapl sampai 2 minggu sekali. Kerang-kerang itu akan dikirim ke Bali, kemudian di ekspor ke Hongkong. Ratarata jumlah kerang yang dikirim ke Pangandaran sekitar 50 kg. Adapun harga 1 kg kerang, Rp. 65.000,OO. Terkadang agen yang dari Bali pernah kontak langsung melalui telepon untuk mengirimkan barangnya langsung kesana. Akan tetapi Entis merasa tidak enak ketika hams menjual langsung barangnya ke agen di Bali. Entis menghargai betul dengan hubungan yang sudah lama terjalin dengan agen di Pangandaran. Hal ini terkait dengan modal yang sebagian besar dari mereka. Modal itu dijadikan sebagai pengikat hubungan untuk kelanjutan usaha. Pada saat Lebaran tiba, Entis selalu dikasih Tunjangan Hari Raya (THR) dari bosnya di Pangandaran. Ketika anggota keluarganya sakit, bosnya menyempatkan datang menjenguk. Entis menyebutkan bahwa hubungan yang trejalin dengan bosnya bukan hanya sekedar bisnis, akan tetapi hubungan kekeluargaan. Walaupun tidak pernah mengirim barang langsung ke agen Bali, namun kontak masih terjalin untuk mengetahui informasi keadaan musirnnya kerang. Dari usaha sebagai pengumpul kerang, Entis sudah mempunyai Surat Izin Usaha Perikanan (SIUP) untuk kelancaran dalam usahanya. Usaha sebagai penampung ini sangat tergantung dengan modal, jika modal besar maka kerang yang dibeli dari para pengambil kerangpun banyak. Entis mengakui bahwa tejun ke usaha ini, penghasilannya tidak menentu karena tergantung permintaan dari atas atau ketika modal kecil, kerang yang dibelipun sedikit, sehingga tidak bisa dipasarkan. Entis membandingkan pengalamanya sebagai bandar kerang dengan orang lain yang berprofesi sebagai bakul rumput laut. Entis menceritakan bahwa selama menjadi bandar kerang, tanggung jawabnya sanagt besar kepada anak buahnya. Ada uang jaminan yang diberikan dan bantuan yang lainnya ketika rnembutuhkan. Hubungan yang terjalin sangat terbuka. Apalagi ketika Lebaran menjelang, THR selalu disediakan Entis untuk semua anak buahnya. Hal ini berbeda dengan yang dilakukan pleh bakul rumput laut, biasanya Entis dan para pemetik yang lainnya tidak ada keberanian untuk meminta bantuan ketika sedang kesulitan. Kegiatan di masyarakat yang dilakoni Entis saat ini yaitu sebagai ketua RT. Entis diangkat oleh masyarakat langsung ketika adanya program Bantuan Langsung Tunai (BLT) ada pertama kali, yaitu tahun 2005. Entis mengakui pengalamnnya sebgai RT tidak mudah. Banyak keinginan masyarakat yang sampai saat ini helum terpenuhi karena terbatasnya dana yang tersedia dari desa. Ketika program BLT t u r n banyak masyarakat yang protes, karena di Kampungnya dana itu tidak pemah ada sama sekali. Kemudian Entis berusaha mendiskusikannya ke desa, namun sampai saat ini di kampungnya bantuan dari pernerintah itu tidak pemah sampai.. Selain itu, ketika ada masalah dalam penjualan rumput laut, Entis selalu berusaha menjadi tokoh masyarakat yang baik mendengarka keluhan-keluhan orang di kampungnya. Konflik dalam beragama pemah terjadi di kampungnya, yaitu perbedaaan pendapat antara kelornpok Muhammadiyah dengan Nahdathul Ulama (NU). Sebagai ketua RT, Entis menyelesaikan masalah itu dengan baik. Sampai saat ini kondisi di kampungnya rukun kernbali, ha1 ini ditandai dengan terbentuknya pengajian rutin setiap malam kamis. Disela-sela pengajian itu selesai, Entis selalu diskusi dengan kelompok pengajiannya mengenai informasi pekerjaan, harga rumput laut dan masalah keadaan ladang tempat bercocok tanam. Entis mengakui di kampungnya pemah ada bantun dari Dinas Perikanan dan Kelautan kabupaten, kemudain dibentuk kelompok, yang terbagi atas putera dan puteri. Namun bantuan itu hanya ada satu kali dan kelompok itupun tidak ada lagi. Menurut Entis bantuan itu tidak akan efektif karena tidak ada seorangpun yang turun langsung ke lapangan untuk mengontrol dan memberikan sosialisasi maupun penyuluhan. Masyarakat dibiarkan mandiri begitu saja tanpa ada arah yang jelas, padahal keinginan masyarakat itu pasti berbeda-beda yang memungkinkan terjadinya konflik. Kehidupan sebagai ketua RT, dijalani Entis dengan ikhlas. Meskipun tanpa gaji, namun Entis merasa senang bisa membantu tetangga dan masyarakat di kampungnya yang membutuhkan tenaga dan pikirannya. Tidak jarang bantuan berupa uangpun Entis berikan untuk membantu yang kesulitan. Bahkan Entis mempunyai program mtin yang sampai saat ini dijalankan oleh masyarakat, yaitu mengadakan sumbangan berupa beras 'perelek'setiap hari jum'at yang kemudian dikumpulkan dibendahara RT. Kegiatan ini bertujuan untuk kesejahteraan masyarakat. Sikap keterbukaan Entis membuat masyarakat sejauh ini percaya sepenuhnya terhadap posisinya sebagai ketua RT. Sejauh ini keinginan Entis terhadap desanya yaitu tidak terjadi sikap pilih kasih dalam mensejahterakan masyarakat di kampungnya. Kampung Rancapadu memang agak jauh dari akses menuju desa, sehingga sering dianktirikan. Dari hasil sebagai pengumpul kerang, Entis mempunyai kambing, sawah dan ladang yang ditanami berbagai macam tanaman. Adapun yang mengurus sawah dan ladangnya, Entis dibantu oleh beberapa orang buruh dan anaknya Yudi pun ikut membantu. Kegiatan menggembala kambing merupakan kegiatan seharihari yang tidak pemah ditinggalkan, ketika ada waktu senggang anaknya Yudi selalu membantu Entis untuk mencarikan makanan bagi kambing milik Entis. Yudi merupakan anak yang sekaligus ikut bekeija dengan Entis, selain menggembala kambing Yudi juga membantu Entis menimbang kerang yang dibeli. Rupanya Entis ingin menyalurkan bakat usahanya kepada putera sulungnya dan Yudi pun sangat menyenangi pekejaan yang dijalani Entis, karena dia sudah lama ikut bekerja bersama orangtuanya sebagai pemetik rumput laut ketika belum menikah. Tidak hanya Yudi, peran istrinya Masitoh sangat besar, selain mengurus anak-anaknya, Masitoh sangat mahir dan berpengalaman dalam usaha, ha1 ini terlihat ketika Masitoh memaparkan pengalaman-pengalamannya bersama Entis, selama terjun kedunia bisnis. Dalam usaha rumput laut Masitoh sejak perawan sudah menjalaninya, sehingga peran Masitoh sangat besar dalam menambah penghasilan ekonomi rumah tangganya. Analisis Jaringan Sosial Entis : Dari kasus di atas, dapat terlihat selama lima tahun yang lalu Entis mengalami peningkatan status, yaitu dari pemetik nunput laut menjadi pengumpul kerang (bakul kerang), dimana posisi Entis adalah sebagai bos di tingkat desa. Meskipun statusnya sebagai pemetik rumput laut tidak berubah, akan tetapi dari pencapaianya terjun kedalam usaha baru mampu meningkatkan posisinya dimasyarakat sebagai sosok yang dihormati dan dipercaya, ha1 ini terbukti dengan terpilihnya Entis sebagai ketua RT. 0 Jaringan yang terdapat pada hubungan Entis sebagai pemetik rumput laut dapat dibedakan menjadi dua bentuk jaringan, yaitu jaringan vertikal dan horizontal. Hubungan yang terjadi dengan bakul keliling rumput laut langganamya merupakan jaringan vertikal, ha1 ini ditandai dengan status sosialekonomi yang berheda dan sumber daya yang dipertukarkan juga berbeda. Entis ~nenjualhasil rumput lautnya dengan mengharapkan uang sebagai tujuannya sedangkan bakul keliling membeli rumput laut itu dengan harapan dapat memperoleh barang berupa Amput laut. Hubungan yang terjadi merupakan bentuk hubungan yang didominasi dalam pencapaian ekonomi atau disebut jaringan kepentingan. Jika proses jual beli rumput laut sudah selesai dilakukan, maka interaksi itu tidak dilanjutkan lagi. Hal ini dapat terlihat bahwa tidak terdapatnya bantuan berupa uang atau peralatan yang diberikan bakul itu kepada Entis. Bahkan ketika Lebaran tiba, hadiah bempa Tunjangan Hari Raya (THR) tidak didapatkan oleh Entis. Jaringan yang berbentuk horizontal, yaitu terdapat pada hubungan dengan sesama pemetik rumput laut. Hubungan itu didominasi oleh hubungan yang bersifat pertemanan, dimana dalan kehidupan diantara mereka selalu diisi dengan kebersamaan dan berbincang-bincang masalah kesehariannya. Dapat terlihat bahwa terdapat persamaan sosial-ekonomi diantara mereka. Akan tetapi hubungan pertemanan ini (yang mengarah pada hubungan yang didominasi emosi) tidak dapat dipisahkan dari hubungan yang bersifat kepentingan, karena masing-masing pihak senantiasa mempunyai kepentingan tertentu dalam pencapaian tujuan yang diinginkan, misalnya kepentingan akan informasi harga, akses dan musim rumput laut. Jaringan yang terdapat diluar komunitas sebagai pemanfaat rumput laut yaitu berbentuk jaringan vertikal dan horizontal. Diantaranya sebagai pengumpul kerang, Entis mempunyai sumber daya berupa uang, dimana uang itu digunakan untuk membeli kerang yang didaptkan dari karyawannya. Hal ini berbeda posisi ketika sebagai pemetik rumput laut. Kedudukan Entis adalah sebagai bos pada tingkat desdkecamatan. Sedangkan pada tingkat kabupaten Entis sebagai karyawan tingakt desdkecamatan, karena perannya sebagai pemasok kerang untuk wilayah Pangandaran. Khusus untuk agen dari Bali, hubungan itu hanya bersifat kepentingan, yaitu kebutuhan akan informasi mengenai musirnnya kerang yang dilakukan melalui telepon. Hubungan yang terjalin dengan karyawan merupakan hubungan yang hamonis. Meskipun posisi Entis sebagai bos dari karyawan-karyawan itu, tetapi dia menjalin hubungan sangat akrab diluar kepentingannya untuk mendapatkan kerang. Hal ini dapat terlihat dari adanya bantuan uang ketika karyawan sedang kesulitan, pemberian hadiah pada saat Lebaran dan seringnya berkunjung dalam rangka silaturami ke rumah Entis. Pola hubungan yang terjadi sebagai ketua RT, merupakan bentuk jaringan yang bersifat struktural Cjaringan kekuasaan). Hubungan yang dibentuk bersama staf di desa maupun lurah tidak lepas dari posisinya sebagai ketua RT, tidak ada motivasi ekonomi yang terjadi. Motivasinya mengadakan jaringan itu adalah untuk menyampaikan aspirasi warga dan musyawarah desa. Pola jaringan sosial yang dibentuk oleh Entis dapat dilihat pada gambar 9. Gambar 9. Pola Jaringan Sosial Entis Lingkaran I : Jaringan didalam komunitas pemanfaat rumput laut (tingkat desa) Lingkaran I1 : Jaringan diluar komunitas pemanfaat rumput laut (tingkat desa dan kecamatan) Lingkaran I11 : Jaringan diluar komunitas pemanfaat rumput laut (tingkat kabupaten) Keterangan aktor : : Entis : Agen kerang Pngandaran : Buruh sawah dan ladang : Pengurus desa (kades dan staf yang lainnya) : Agen Bali : Tohir (Baku1 keliling langganan) : Penjual kerang : Rekan kerja pemetik Keterangan relasi : Membeli kerang yang dipesan, memberi hadiah saat lebaran +-- - - - - . : Menyediakan kerang yang dipesan, mendapat pinjaman ------...-. t : modal : Memberi imbalan uang, memberi hadiah saat lebaran ..................................... + : Mengolah sawah dan ladang .............. t : Musyawarah Desa, menyampaikan aspirasi masyarakat t------- : Meminta informasi lnusim kerang : Membeli rumput laut ..................................... + : Menjual rumput laut : Menjual kerang ...................................... t : Membeli kerang, memberi hadiah saat lebaran -. -. -+ +.-.- : Tukar informasi akses, musim dan hxga rumput laut : Tukar informasi akses, musim dan harga rumput laut Dari gambar di atas terihat ada tiga lingkaran, dimana lingkaran yang pertama menunjukan jaringan yang dibentuk Entis sebagai pemetik rumput laut, lingkaran yang kedua merupakan jaringan diluar pemetik rumput laut pada tingkat desa dan kecamatan dan lingkaran ketiga pada tingkat kabupaten. Aktor-aktor yang terlibat dalam jaringan dan relasi yang terbentuk didalam komunitas pemanfaat rumput laut adalah rekan k e j a pemetik dan Tohir, bakul langganannya. Sedangkan aktor-aktor yang terlibat dalam jaringan diluar komunitas pemanfaat rumput laut diantaranya, pertama, agen kerang dari Pangandaran sebagai pembeli kerang milik Entis. Selain itu, pada saat Lebaran tiba, bos Entis memberikan hadiah. Maka dari itu Entis menyediakan permintaan kerang yang dipesan setiap satu atau dua minggu sekali, jika Entis kekurangan modal untuk membeli kerang dari karyawannya, maka Entis mendapat pinjaman modal dari bosnya. Kedua, buruh tani. Dalam mengurus sawah dan ladangnya Entis dibantu oleh beberapa orang buruh, untuk itu Entis memberikan imbalan uang dan memberi hadiah pada saat Lebaran. Ketiga, Agen Bali. Sampai saat ini Entis selalu diminta informasi oleh Agen dari Bali mengenai musirnnya kerang melalui telepon, meskipun Entis tidak mau mengirimkan barangnya langsung kesana. Keempat, karyawan usaha kerang. Sebagai profesi yang sudah dijalani selama 21 tahun, Entis tidak melupakan kegiatannya memetik rumput laut, untuk itu Entis menjual hasil panennya ke bakul keliling yang sudah menjadi langganannya. Selma menjadi pengumpul kerang Entis sudah mempunyai karyawan tetap dan mereka itu adalah yang selalu inencari kerang untuk dijual ke Entis. Pada saat Lebaran tidak lupa Entis memberi hadiah. Kelima, pengurus desa (lurah, staf desa). Perannya sebagai ketua RT tidak dilupakan oleh Entis, ketika ada masalah di kampungnya atau ada sesuatu yang hams dimusyawarahkan di desa, untuk itu Entis selalu siap menjalankan tugasnya sebagai ketua RT. 5.3.2 Kasus 2: Agus Agus berusia 55 tahun, merupakan anak ke-dua dari lima bersaudara dari pasangan Uka 70 tahun yang berprofesi sebagai 'paraji' atau yang membantu orang yang melahirkan dan Almarhum Muhtar 75 tahun. Agus sudah menikah tiga kali. Diantaranya, istri pertama bernama Cicih berasal dari daerah Garut. Dari Cicih, Agus dikaruniai 4 orang anak yang semuanya sudah menikah. Istri kedua bernama Enong, dikaruniai anak 1 orang berumur 12 tahun yang sekarang mau melanjutkan sekolah ke SMP. Pada tahun 2003 menikah dengan Pupun, yang menjadi Istri ketiga setelah bercerai dengan kedua istri sebelumnya. Sedangkan dengan istri yang ketiga Agus belum dikaruniai anak lagi. Usia pernikahannya sudah menginjak tahun yang kelima. Walaupun sudah tidak satu rumah dengan anaknya dari Enong, Agus berusaha untuk menafkahi semampunya.. Untuk anak yang dari istri pertama sudah tidak menjadi tanggungannya lagi, karena semuanya sudah berkeluarga. Bahkan dua orang diantaranya sudah mempunyai pekerjaan. Profesi sebagai pemetik rumput laut sudah dilakoni Agus semenjak kecil. Agus belajar dari orangtuanya yang sama-sama mencari penghasilan dari usaha ini. Hasil dari memetik rumput laut Agus dapat membantu orang tuanya menambah penghasilan. Dan kecil Agus sudah dididik mandiri agar tidak menggantungkan hidup sama orang tua, untuk itu sejak masih lajang Agus berusaha ikut bekerja bersama orang tuanya, bahkan ikut tetangganya menjadi buruh bangunan di kota. Pendidikan Agus hanya sampai SD kelas 3. Sselain faktor biaya, ketertarikan Agus untuk bekerja juga menjadi penyababnya. Namun kondisi ini tidak dia inginkan dialami oleh an&-anaknya kelak. Oleh sebab itu, Agus ingin menyekolahkan anaknya sampai Perguruan Tinggi. Keinginan ini menjadi pemicu bagi Agus untuk bekerja lebih giat lagi. Setelah beberapa tahun menikah dengan istri pertamanya, tepatnya pada saat gunung Galunggung meletus, Agus pernah mengikuti program transmigrasi ke Sumatera di Jambi. Agus berangkat bersama istri dan anak pertamanya yang kemudian menikah disana. Selama 8 tahun Agus menjadi pekerja kebun sawit. Kemudian setelah mendapat informasi dari pamannya bahwa di kampunya lagi ramai mencari udang di laut dan harganya sedang naik, kemudian Agus pulang bersama keluarganya dengan harapan dapat mencari nafkah dari menangkap udang. Pada waktu itu merupakan pengalaman pertama Agus untuk terjun ke usaha ini. Agus berprinsip selagi ada kesempatan usaha mengapa tidak dicoba. Pada awalnya Agus diajak pamannya untuk belajar menangkap udang, Agus diajarkan cara melempar jaring yang baik. Kemudaian beberapa kali ikut pamannya, Agus mulai mencoba usaha itu dengan modal patungan bersama tetangganya. Menjadi nelayan udang merupakan usaha yang menantang, karena selain membutuhkan modal yang besar juga keuntungan yang didapatkan jauh lebih baik daripada memetik rumput laut. Akan tetapi usaha ini bukan tanpa resiko, keuntungan besar resikonyapun besar. Misalnya ketika kualitas udang itu jelek, secara otomatis harganya t m n , padahal biaya dan waktu yang sudah dikorbankan banyak. Diantaranya untuk menyewa kapal, jaring, bensin dan perbekalan selama ke laut. Selain itu, ada inasanya udang itu tidak muncul sampai menunggu beberapa bulan keluarnya musim udang. Agus mengambil udang menggunakan perahu congkreng 15 PK dengan kapasitas 3 orang yang disewa secara patungan bersama ke 2 ABK yang lainnya. Perjalanan yang ditempuh Agus bersama teman-temannya bisa mencapai 3 hari 3 malam, karena akses penangkapan sampai ke Cianjur. Wilayah ini merupakan akses yang terjauh yang pemah ditempuh Agus, untuk itu Agus mempersiapkan bekal yang cukup. Hasil tangkapannya kemudian dijual ke PT GMI yang menjadi kios penampungan hasil laut. Agus tidak menjualnya ke bakul, karena yang punya PT GMI ini yaitu menantunya bemama Untung, sehingga akan lebih menguntungkan jika dijual kesana. Untuk kelancaran usaha Agus, Untung pemah menawari membeli sebuah perahu. Karena tidak ingin ada beban, Agus menolak tawaran itu. Banyak resiko yang akan ditanggung ketika perahu itu rusak atau ditelan gelombang. Agus ingin hidup sederhana saja, tetapi usahanya tetap jalan. Selain menjual hasil tangkapannya, Agus sering mengunjungi Los PT GMI milik Untung untuk mencari informasi mengenai barga dan keadaan udang. Ketika sedang berkunjung Agus suka bertemu dengan Untung, namun Agus tidak memperlihatkan hubungan sebagai menantu. Agus tidak pemah merasa ingin dibantu oleh Untung. Agus bersikap profesional sebagai seorang penjual hasil tangkapan ke PT milik Untung. Keuntungan yang didapatkan Agus dari hasil tangkapannya mencapai Rp. 4.000.000,00hingga Rp. 6.000.000,00 dari harga 1 kg udang Rp. 250.000,OO. Namun keuntungan itu belum dibagikan bersama teman-teman yang lainnya. Dari hasil usahanya, Agus sudah mempunyai beberapa petak sawah, rumah dan tabungan. Agus mengalokasikan tabungamya untuk modal usaha dan sekolah anaknya. Kalau usahanya lagi lancar, Agus memberi uang sebesar Rp. 200.000,OO.Sebaliknya kalau lagi sepi uang jajan yang dikasih sekitar Rp 25.000,OO-50.000,OO. Agus mengakui tidak pemah menelantarkan anaknya meskipun tidak satu rumah bersamanya. Profesi sebagai pemetik rumput laut tidak pemah dilupakan Agus, kegiatan memetik rurnput laut dilakukan ketika udang sedang tidak musim. Agus mengakui dari hasil rumput tidak begitu menguntungkan, namun akan tetap dijalani karena selain itu tidak ada kegiatan lagi yang menghasilkan uang. Hasil rumput laut itu dijual Agus ke bakul kecil bemama Iyoh yang ada didekat rulnahnya. Iyoh merupakan bakul lokal di kampungnya. Iyoh selalu memberi informasi tentang rumput laut, misalnya apabila sedang musim, Iyoh langsung datang ke rumah Agus untuk menyuruh memetik rumput laut. Jika tidak ada Iyoh, maka Agus bebas jual ke bakul yang lain. Karena selain bakul lokal, ada juga bakul d a i daerah lain yang datang ke kampung Rancapadu. Sebenarnya Agus bebas menjual hasil rumput laut itu kebakul-bakul yang lainnya, karena tidak pemah terikat dengan butang. Namun Agus merasa tidak enak dengan hubungan yang sudah lama terjalin, selain itu Iyoh adalah tetangganya. Agus tidak ingin ada konflik dengan lyoh, karena konflik itu muncul ketika pemetik menjual rumput lautnya ke orang lain tanpa sepengetahuan bakul langganan. Untuk menjaga hubungan baik, Iyoh memberi Agus THR b e ~ p makanan, a sirup dan rokok pada saat Lebaran. Kegiatan memetik rumput laut dijalanai Agus bersama istrinya. Ketika terjun ke laut, Agus selalu bekerja maksimal. Agus tidak pernah memetik rumput laut sedikit, karena merasa sayang dengan waktu yang sudah dikorbankan. Dibantu istrinya, jumlah yang dipanen mencapai 30 kg. Selain itu Agus tidak pemah sembarangan menjual rumput laut apabila harganya turun drastis. Agus akan tahan rumput laut itu, meskipun bakul langganannya meminta untuk segera dijual Ketika harga turun, Agus lebih memilih menjual hasilnya dalam bentuk kering, bahkan diolah sendiri dan dibagi-bagikan ke tetangga untuk diolah. Namun jika bakul itu sangat membutuhkan mmput laut dalam jurnlah banyak, maka harganya dinaikan. Di kampung Rancapadu Agus merupakan bendahara RT, sedangkan Entis sebagai ketua RT. Entis sendiri yang mengangkat Agus sebagai bendaharanya, karena sudah ada kepercayaan yang cukup besar kepada Agus. Agus sering diajak diskusi oleh Entis mengenai keadaan di kampungnya, termasuk masalah pekej a m . Biasanya mereka berbincang-bincang disela-sela kesibukannya masing-masing. Tempat pertelnuan mereka yaitu di mesjid setelah pengajian, di nunah dan di ladang. Sebagai Bendahara Agus merasa senang karena bisa membantu mengurusi masyarakat. Agus mengurusi beras 'perelek' yang disumbangkan masyarakat setiap hari jum'at untuk dibagikan kepada masyarakat yang kurang mampu. Di kampunya Agus lnerupakan sosok yang sederhana, meskipun terbilang hidup serba cukup. Ketika Agus mendapatkan keuntungan dari hasil menangkap udang, Agus tidak pemah berfoya-foya. Agus mengaku lebih suka menambung dan membantu tetangganya yang akan mencari pekerjaan ke kota. Kalau lagi kekurangan uang, Agus biasanya meminjam uang ke Ibunya. Penghasilan sehari-hari Agus tidak menentu, ada saatnya hasil laut sedang paceklik. Namun Agus punya simpanan pribadi dan sawah dari hasil jerih payahnya. Simpanan itu disimpan di mmah, Agus tidak mau menyimpan uangnya di Bank karena aksesnya yang jauh dan prosesnya nunit. Sawah mempakan investasi buat Agus, karena mempunyai sawah itu menguntungkan karena Agus rajin mengurusi sawahnya. Untuk pemenuhan beras sehari-hari Agus tidak pernah membeli, karena ada simpanan beras dirumahnya. Kebutuhan beras setiap harinya 1,5 kg dan untuk lauk pauknya beli, terkadang memetik singkong dan kangkung yang ada dipekarangan rumahnya. Analisis Jaringan Sosial Agus : Dan kasus di atas dapat dinyatakan bahwa Agus seorang pemetik rumput laut yang telah mengalami diversifikasi pekerjaan. Hal ini merupakan salah satu strategi Agus untuk mengatasi kesulitan ekonomi. Ketika rumput laut sedang tidak musim, Agus beralih usaha mencari peruntungannya menjadi nelayan udang Untuk menganalisis mengenai pola jaringan yang ada pada jaringan Agus dapat dikategorikan menjadi dua pola jaringan, yaitu bentuk jaring~n(vertikal dan horizontal) dan jenis jaringan (emosi dan kepentingan). Hubungan Agus dengan Untung di PT GMI merupakan jaringan yang berbentuk vertikal. Agus menjual hasil tangkapannya kepada Untung di PT GMI dan menjadi pemasok langganan. Sedangkan Untung akan membeli udang tersebut sesuai dengan harga yang ditentukan. eubungan yang bersfiat vertikal itu dapat dilihat dari posisi Untung adalah sebagai pemilik dari kios tempat penjualan udang sedangkan Agus merupakan sebagai penjual langganan Untung. Sifat dari hubungan yang terjalin dengan Untung merupakan campuran dari unsur kepentingan dan emosi yang tidak dapat dipisahkan satu sama lainnya. Selain motivasi ekonomi, Agus mempunyai hubungan kekeluargaan dengan Untung, dimana status Untung adalah sebagai menantu Agus. Untuk memajukan usaha menantunya itu, Agus tidak pemah menjual hasil tangkapannya ke tempat yang lain dan begitupun Agus sering diberikan informasi mengenai musimnya udang oleh Untung. Hubungan Agus dengan nelayan udang merupakan hubungan yang bentuknya horizontal. Peran yang dimiliki oleh setiap nelayan udang itusama, yaitu bekerja bersama-sama dengan keuntungan dan kerugian yang dialami sama. Sifat dari hubungan yang terjalin dengan sesama nelayan udang merupakan hubungan yang bermula kapada kepentingan, yaitu patungan modal dan informasi. Akan tetapi orang-orang yang terlibat dalam jaringan sebagai nelayan udang ini adalah hubungan pertemanan dan tetangga, sehingga dari kepentingan itu yang terjadi adalah hubungan yang banyak melibatkan emosi. Seperti ketika terjadi saling tolong menolong untuk keperluan hidup sehari-hari, diantara mereka akan ada perasaan saling menjaga dan berbagi satu sama lain. Dalam menjual rumput laut yang dipetik, Agus mempunyai bakul keliling langganan, yaitu Iyoh. Hubungan ini merupakan dominasi dari hubungan yang bersifat kepentingan. Sedangkan hubungan yang melibatkan perasaan merupakan sebagai tujuan untuk menjalin hubungan antara atasan dan bawahan agar tetap harmonis, sehingga dalam menjual rumput laut tidak ada masalah. Dominasi hubungan yang bersifat kepentingan ini mencerminkan hubungan yang bersifat vertikal diantara pemilik barang berupa rumput laut dan pemilik modal untuk membeli rumput laut itu. Hal ini berefek kepada staus sosial-ekonomi mereka pada masyarakat sekitar. Adapun hubungan Agus dengan tukang sewa kapal dan tukang sewa jaring merupakan hubungan yang bentuknya horizontal. Agus bukan menjadi ABK tetap yang punya kapal itu, melainkan hanya menyewa kapal dan jaring ketika musim udang itu tiba. Hal ini juga dapat terlihat dari bagi hasil yang diperoleh, yaitu mendapatkan hasil yang sepadan dengan yang punya kapal itu, tidak menguntungkan salah satu pihak. Jaringan yang terjadi dengan tukang sewa kapal rnaupun tukang sewa jaring adalah berasal dari bentuk hubungan yang bersifat kepentingan untuk mendapatkan sarana berupa kapal. Tujuan yang ingin dicapai adalah kelancaran usaha selama menjadi nelayan udang. Setelah kegiatan menangkap udang itu telah tercapai, hubungan itu tidak dilanjutkan kembali. Hal ini disebabkan oleh faktor tempat tinggal yang berjauhan, sehmgga tidak ada hubungan yang bersifat pertemanan dan tetangga. Sebagai bendahara ketua RT (Entis), Agus menjalin hubungan baik dengan Entis sekaligus menjalankan perannya sebagai bendahara RT. Hubungan yang dominan terjadi dengan Entis sebagai ketua RT adalah bentuk hubungan yang bersifat perasaan (emosi). Entis yang mengangkat Agus untuk membantunya dalam mengurusi warga di kampungnya, karena Agus adalah tetangga dekat yang sudah sangat dikenanl dan dipercaya. Walaupun disisi lain Agus hams menjalankan perannya sebagai tokoh di masyarakat, namun posisi itu tidak terlalu ketat seperti sebuah struktur yang kaku. Akan tetapi posisinya itu dapat dijalankan dengan hubungan keseharian yang lebih santai. Sebagai pemetik, Agus menjalani hubungan dengan rekan kerjanya sesama pemetik sangat akrab. Keakraban ini dapat terlihat ketika seringnya berkunjung ke iumah diantara pemetik untuk berbincang-bincang tentang keseharian mereka. Hubungan diantara sesama pemetik ini merupakan hubungan yang didominasi oleh perasaan (emosi). Hubungan yang melibatkan emosi ini terjadi karena terdapat banyaknya persamaan diantara keseharian mereka, salah satunya sebagai nelayan udang untuk menambah penghasilan. Pola jaringan produksi yang dibentuk oleh Agus dapat dilihat pada gambar 10. Gambar 10. Pola Jaringan Agus Keterangan : Lingkaran I : Jaingan didalam komunitas pemanfaat rumput laut (tingkat desa) Lingkaran I1 : Jaringan diluar komunitas pemanfaat rumput laut (tingkat desa) Keterangan Aktor : Z : Agus A : PT GMI B : Nelayan udang C : Iyoh (Baku1 mmput laut langganan) D : Tukang sewa kapal E : Tukang sewa jaring F : Entis (ketua RT) G : Rekan keja pemetik Keterangan Relasi : ............................................ t : Menjual udang hasil tangkapan : Membeli udang dari Agus : Patungan modal dan bagi hasil sesuai modal : Patungan modal dan bagi hasil sesuai modal : Menjual ~umputlaut : Membeli rumput laut, memberi hadiah pada saat Lebaran : Menyewa kapal dan bagi hasil tangkapan : Menyediakan bensin, lnemperbaiki kapal : Menyewa jaring dan bagi hasil tangkapan : Menyediakan jaring khusus udang, melnperbaikinya : Membantu ketua RT, menampung beras 'perelek' dari warga : Tukar infonnasi akses, musim dan harga rulnput laut : Tulcar infonnasi akses, inusiin dan harga rulnput laut Dari ganbar di atas terihat ada dua lingkaran, dimana lingkaran yang pertama menunjukan jaringan yang dibentuk Agus sebagai pemetik rumput laut dan lingkaran yang kedua merupakan jaringan diluar peinetik rumput laut. Dari Aktor-aktor yang terlibat dalam jaringan dan relasi yang terbentuk adalah PT GMI yang tak lain adalah inilik menantu Agus. PT GMI adalah teinpat langganan Agus lnenjual hasil udang angkapan bersama teman-teinannya. Untuk terjun menangkap udang Agus bersama ABK yang lainnya mengadakan patungan modal dan setelah hasil nanti keuntungannya dibagi sesuai dengan modal masing-masing. Untuk menjual hasil dari memtik rumput laut Agus sudah melnpunyai bakul langganannya yaitu Iyoh, agar hubungannya bersama Agus, Iyoh memberikan hadiah pada saat Lebaran, ha1 ini untuk menjalin hubungan usaha agar Agus tidak menjual rumput laut itu ke bakul yang lain. Modal yang Agus gunakan untuk mennagkap udang adalah kapal dan jaring. Kedua alat itu Agus sewa bersama teman-teman yang lain, ketika hasil nanti ada bagi keuntungan dengan pemilik kapal dan jaring sesuai dengan perjanjian bagi hasil. Dari perjanjian pemilik kapal yang menyediakan bensin dan memperbaiki jika ada kerusakan. Begitupun juga pemilik jaring akan memperbaiki jaring yang sudah digunakan agar bisa dioperasikan dengan baik. Perannya sebagai bendahara ketua RT, Agus sering menjalin hubungan dengan warga khususnya ketua RT itu sendiri. Agus berperan sebagai orang yang bertanggung jawab dalam pengumpulan beras 'perelek' dari warga dan untuk warga yang membutuhkan. 5.3.3 Kasus 3 :Rosidin Rosidin berusia 59 tahun, adalah warga asli Kampung Pabuaran Desa Mancagahar. Berasal dari keluarga petani, yaitu anak dari pasangan Rohanah dan Maman. Pendidikannya dienyam sampai kelas 5 SD. merupakan anak ke-satu dari tujuh bersaudara. Menikah pada tahun 1974 dengan Titi warga Kecamatan Cisurupan Garut. Awal pertemuannya dengan Titi yaitu ketika orang tua Titi sering mengajak untuk herdagang sayuran ke Kampung Pabuaran. Pada saat itu usia 17 tahun sedangkan Rohanausia 14 tahun. Ke enam adik Rosidin tidak ada yang melakukan kegiatannya ke laut, profesi ke enam adiknya yaitu ada yang mmjadi pedagang, TKW, buruh bangunandan petani. Selnua saudaranya sudah menikah. Rosidin telah dikaruniai 7 orang anak, diantaranya meninggal 1 orang. Diantara ke-6 anaknya yang berprofresi sebagai nelayan yaitu anak ke-4 yang bernama Ipin, kegiatannya yaitu menangkap ikan dan udang. Istrinya sedang TKW. Anak-anak yang lainnya yaitu Hidayat seorang supir di Tasik, Ato kelas 5 SD dan Rosita kelas 3 SD. Profesi peinetik sebagai kegiatan utama, sejak usia 12 tahun. Setelah menikah Rosidin mulai mencoba berbagai usaha yang lain, diantaranya sebagai tukang ojeg, tukang becak, bu~uhbangunan dan kegiatan yang sedang dijalani sekarang yaitu sebagai nelayan udang. Kegiatan ini sudah dilakukan 1 tahun yang lalu. Rosidin beriikir jika pekerjaannya hanya sebagai pemetik rumput laut saja, maka tidak akan pemah mampu untuk membiayai anaknya sekolah. Namun sampai saat ini memetik rumput laut selalu dilakoni untuk mengganjal hidup sehari-hari. Pada tahun 1982 Rosidin Pemah ikut program transmigrasi ke Sumatera selama 4 tahun. Kegiatan yang dilakoni selama menjadi transmigran yaitu sebagai petani. Selama menjadi pemetik Rosidin menjual hasil rumput lautnya ke salah seorang bakul di Tegalayang Desa Cikoer, yaitu Tohir. Produksi iumput laut yang didapatkan bersmna Istrinya Titi yaitu sekitar 20-30 kg. Harga rumput laut basah yang biasa dijual Rosidin yaitu Rp 600,00, sedangkan pada awal mulanya sebelum masa krisis Rp 200,OO. Namun jika Rosidin merasa tidak membutuhkan uang mendesak maka rumput laut itu akan dikeringkan, harganya Rp. 4000,OO4500,OO. Rosidin mengaku Tohir tidak pemah memberikan modal besar untuk usaha, misalnya untuk menangkap udang yang sedang dilakoni. Namun Rosidin suka meminjan uang jika mendesak buat keperluan makan, uang yang dipinjam biasanya Rp 10.000,OO. Dengan seringnya meminjam uang, Rosidin menjadi langganan Tohir dalam menjual hasil rumput lautnya, karena Rosidin terikat hutan dengan Tohir. Menjadi nelayan udang selain menambah penghasilan juga membantu usaha anak yang ke-empat, Ipin. Modal yang disediakan Ipin yaitu berupa jaring dengan ukuran 4-10 piece. Selama ini yang mengoperasikan jaring itu yaitu Rosidin, karena Ipin tidak kuat kalau naik kapal Sanpai ke tengah laut. Yang dilakukan Ipin untuk menangkap udang yaitu dengan menggunakan ban yang dikelilingi jaring berukuran 1 piece. Untuk itu Rosidin menawarkan din membantu Ipin untuk mengoperasikan jaringnya. Selama menjadi nelayan udang, Rosidin sering melakukan penangkapan udang ke daerah Cidaun Cianjur dan Pelabuhan Ratu. Sedangkan di daerah karangpapak yang merupakan pantai dekat tempat tinggalnya, kualitas udangnya banyak bercampur dengan pasir, sehingga lebih memilih keluar daerah agar mendapatkan hasil yang bagus.Di Cidaun dan Pelabuhan Ratu merupakan area yang banyak terdapat karang, dimana karang merupakan tempat persembunyian udang. Penghasilan d a i menangkap udang yaitu Rp. 200.000,OO belum dipotong bensin, makanan, mie, roti, rokok. naik ban 1 piece. Untuk modal yang lainnya berupa perahu, Ipin menyewa dengan ukuran mesin 25 PK, yaitu jenis congkreng untuk kapasitas perahu 3-4 orang ABK. Bagi hasil sama pemilik kapal yaitu 65 : 35, dengan bensin ditanggung oleh pemilik kapal. Dari hasil kerjanya sebagai tukang mengoperasikan jaring, Rosidin inendapat bayaran dari Ipin, namun bayaran itu tidak ditentukan Rosidin, karena niatnya ingin membantu Ipin dalam usaha menangkap udang. Terkadang upah yang Rosidin dapatkan jauh lebih hesar daripada untuk Ipin sendiri. Ipin ingin membentu Rosidin dalam membiayai adikadiknya yang inasih sekolah. Pejalanan menangkap udang ke daerah Pelabuhan Ratu ditempuh selama 10 hari dengan hasil tangkapan sekitar 10 kg, Bensin 100 liter, dari harga 1 liter bensin Rp.5000,OO. Persiapan yang lainnya selain makanan yaitu air tawar buat masak dan wudlu. melihat bahwa resiko terjun ke laut sangat besar, beberapakali melihat kecelakaan perahu yang kebakaran. Namun karena kebutuhan nafkah akan tetap bekerja bersama anaknya untuk menangkap udang. Selain ke laut Rosidin juga punya kegiatan di darat, yaitu mengelola sawah dan ladang buat bercocok tanam. Lahan yang digunakan baik sawah maupun ladang, keduanya disewa. Rosidin menyewa ladang dari tetangganya bernama Isur, biaya sewa ladang Rp.15.000,OO per 100 bata (1 bata = 14 m2. Sebagai imbalan lainnya selain biaya sewa, ketika panen memberi sebagian hasil panennya. Sebelum ikut prograin transmigrasi, pernah diminta oleh ketua desa menjadi ketua keamanan di Kampung Pabuaran. Selama menjadi ketua keamanan mengikuti pelantikan dan penyuluhan dari desa. Setelah pulang dari Sumatera, kemudian diminta menjadi ketua RT selama enam tahun. Kegiatan rutin di kampungnya yaitu mengikuti pengajian tiap malam kamis. Yang mengisi ceramah selain ustadz dari luar juga anaknya Ipin. teimasuk warga yang selalu mengajak tetangganya untuk sholat berjama'ah di mesjid, ha1 ini agar warga dikampunya semakin solid dan bersatu serta rukun. mempunyai harapan besar terhadap ke dua anaknya yang masih sekolah di SD, agar mempunyai bekal ilmu agama. Oleh karena itu, ke salah satu anaknya yang laki-laki ikut pesantren di luar kampungnya. Ongkos dan buat anak yang ikut pesantren yaitu Rp. 4.000,00, perhari sedangkan anak yang bungsu Rp. 1.000,OO hanya untuk jajankarena sekolahnya dekat dari rumah. Pengeluaran sehari beras 1,5 kg. Selain dari Ipin, anaknya yang ke tiga juga sering membantu untuk menafkahi keluarganya. Anak yang ke-tiga sedang bekeja sebagai TKW di Saudi Arabia. Analisis Jaringan Sosial Rosidin : Dari kasus di atas, dapat dinyatakan bahwa terdapat diversifikasi pekerjaan yang dialami Rosidin. Selain terjun ke usaha di laut juga beralih ke usaha di darat. Menjadi nelayan udang merupakan salah satu diversifikasi usaha di bidang perikanan yang Rosidin tempuh. Hal ini merupakan kenyataan bahwa betapa tidak menentunya penghasilan yang didapatkan d a ~memetik i rumput laut dari alam. Disisi lain dapat terlihat bahwa betapa inudahnya seorang pemetik ruinput laut tidak melanjutkan untuk sementara kegiatannya sebagai pemetik, ketika ada usaha yang lebih menguntungkan. Meskipun usaha ini tidak akan ditinggalkan karena mudahnya akses dan keperluan akan modal berupa uang sangat kecil yaitu hanya kebutuhan alat untuk melnetik saja. Pola jaringan sosial yang terdapat pada kasus Rosidin di atas dapat dikategorikan inenjadi dua, yaitu bentuk jaringan (vertikal dan horizontal) serta jenis jaringan (kepentingan dan emosilperasaan). Hubungan Rosidin dengan Tohir mempakan salah satu bentuk hubungan yang mencirikan ketidaksamaan sumber daya yang dipertukarkan. Sumber daya yang dimiliki oleh Rosidin yaitu beruoa rumput laut, sedangkan Tohir sendiri mempunyai modal untlnendapatkan penghasilan dari penjualan rumput laut, sedangkan Tohir memerlukan modal untuk membeli rumput laut itu. Oleh sebab itu, dapat dikategorikan bahwa jaringan dengan Tohir bakul langganannya yaitu berbentuk vertikal. Jenis jaringan dari bentuk hubungan vertikal yang terdapat pada Rosidin merupakan dominasi dari hubungan yang mengarah kepada kepentingan. Selain motivasi ekonomi, tidak terlihat adanya hubungan diluar itu, seperti adanya bantuan kesulitan ekonomi dan hadiah yang diberikan pada saat Lebaran. Ipin merupakan salah satu anaknya yang sekaligus membantu Rosidin mendapatkan penghasilan tambahan yaitu sebagai nelayan udang. Hubungan orangtua dan anak ini mencirikan jenis hubungan yang lebih didominasi oleh faktor emosilperasaan. Meskipun ada sisi kepentingannya yaitu untuk mengoperasikanjaring udang milik Ipin, namun dalam kenyataannya diantara kedua jenis jaringan itu saling tumpang tindih dan tidak dapat dipisahkan dari sisi emosilperasaan. Dalam usahanya menjadi nelayan udang, Rosidin bekerjasama dengan beberapa orang ABK. Peran ABK itu sekaligus sebagaipartner patungan modal. Dari hubungan dengan beberapa orang ABK ini dapat mencirikan bahwa terdapat pola hubungan yang melibatkan kepentingan sekaligus emosilperasaan. Kedua jenis jaringan ini dapat terlihat ketika memulai terjun menangkap udang. Masingmasing diantara Rosidin maupun ABK saling memberi informasi mnsim udang dan mengajak untuk patungan modal sekaligus hubungan itu berlanjut menjadi bentuk hubungan pertemanan. Posisi dan peran diantara Rosidin dengan ABK tidak ada perbedaan, semuanya bertujuan mencari peruntungan dalam rangka menambah penghasilan. Bentuk hubungan ini merupakan salah satu ciri dari bentuk hubungan horizontal, karena ada kesamaan sumber daya yang diiniliki serta tujuan yang sama. Hubungan Rosidin dengan tukang sewa kapal mempakan bentuk hubungan horizontal. Hal ini disebabkan tujuan Rosidin hanya menyewa kapal tersebut ketika musim udang itu tiba bukan menjadi ABK tetap dan bagi hasil yang dilakukan tidak menguntungkan salah satu pihak yaitu yang punya kapal, tetapi sistem bagi hasil yang sama. Jenis hubungan ini lebih didominasi oleh hubungan yang bersifat kepentingan, yaitu bertujuan ingin mendapatkan sarana untuk menangkap udang bempa kapal. Setelah kegiatannya itu selesai maka tidak ada hubungan lain lagi yang mengarah kepada hubungan kekerabatan, misalnya pertemanan. Selanjutnya, lahan pertanian merupakan bentuk diversifikasi pekerjaan Rosidin. Selain ikut inenjadi nelayan udang, kegiatan menjadi petani mempakan salah satu strategi usaha tetap yang dilakukan Rosidin. Lahan yang digunakan Rosidin untuk menanam padi mempakan milik orang lain. Lahan ini disewa Rosdin dari Isur, yang dikenalnya dari teman seprofesinya sebagai petani. Hubungan yang terjalin dengan Isur merupakan hubungan yang berbentuk vertikal. Dengan adanya perbedaan status sosial-ekonomi dan tujuan diantara keduannya yaitu hubungan tuan tanah dengan penyewa mempakan hubungan yang tidak sepadan. Sebagai pemetik, Rosidin menjalani hubungan dengan rekan kerjanya sesama pemetik sangat akrab. Keakraban ini dapat terlihat ketika seringnya berkunjung ke mmah diantara pemetik untuk berbincang-bincang tentang keseharian mereka. Hubungan diantara sesama pemetik ini merupakan hubungan yang didominasi oleh perasaan (emosi), karena yang dilibatkan adalah hubungan pertemanan. Meskipun disisi lain hubungan itu berpangkal dari kepentingan agar sebagai pemetik tetap mempunyai orang-orang satu perjuangan dalam mengatasi kesulitan ekonomi. Pola jaringan sosial yang dibentuk oleh Rosidin dapat dilihat pada gambar 11. Gambar 11. Pola Jaringan Sosial Rosidin Keterangan : Lingkaran I : Jaringan didalatn komunitas pemanfaat rumput laut tingkat desa) Lingkaran I1 : Jaringan diluar komunitas pemanfaat mmput laut (tingkat desa) Keterangan Aktor : Z : Rosidin A : Tohir (bakul langganan) B : Ipin (yang menyediakan modal jaring) C : Isur (tukang sewa tanah) D : ABK E : Tukang sewa kapal F : Rekan kerja pemetik Keterangan Relasi : -- - - - - - - - + : Menjual rumput laut +-------------: Membelirumput laut b : Mengoperasikan Jaring : Memberi Upah dari hasil menangkap udang : Menyewa tanah, memberi hasil panen - ..- . .- ..- ..- . .+ : Mengajak ikut menangkap udang +................................................. : Ikut lnengoperasikanjaring melnberi infomasi lnusim udang t + : Menyewa kapal dan bagi hasil tangkapan + - - - - - . : Menyediakan bensin, memperbaiki kapal. .........................t : Tukar infonnasi akses, musim dan harga rumput laut ......................... : Tukar informasi akses, musim dan harga rumput laut -- - Dari gambar di atas, terihat ada dua lingkaran, dimana lingkaran yang pertama menunjukan jaringan yang dibentuk Rosidin sebagai pemetik rumput laut dan lingkaran yang kedua merupakan jaringan diluar pemetik rumput laut. Aktor-aktor yang terlibat dalam jaringan dan relasi yang terbentuk adalah Tohir bakul langganan. Selama ini menjual rumput laut itu ke Tohir karena tidak ingin ada maslah. Untuk membantu usaha anak dalam menangkap udang, bertugas sebagai tukang mengoperasikan jaring. Selain itu menambah penghasilannya dari usaha bersama anaknya selain menjadi pemetik rumpu laut. Untuk itu Ipin memberikan upah buat , karena selain imbalan sebagai tukang mengoperasikan jaring juga untuk membantu dalam membiayai sekolah adiknya. Untuk memanfaatkan kemampuannya dalam bekerja sebagai petani, mempunyai menyewa ladang yang ditanami kacang tanah, jagung, singkong dan lain-lainnya. Ladang yang disewa adalah milik Isur tetangganya. Untuk mempererat hubungan, suka memberi sebagian hasil ladangnya buat Isur. Selama menangkap udang membutuhkan dua atau tiga ABK untuk berlayar. Peran teman-teinannya sangat diperlukan dalam ha1 informasi mengenai akses penangkapan. Modal yang digunakan untuk menangkap udang yaitu kapal congkreng 25 PK dan jaring. Kapal yang digunakan yaitu kapal sewaan dengan bensin disediakan dari pemilik kapal. Bagi hasil yang ditetapkan yaitu 35 : 65. Khusus untuk jaring, tidak menyewanya tetapi memakai jaring punya anak. 5.3.4 Kasus 4 : Nunung Nunung (38 tahun), adalah penduduk asli kampung Pabuaran. Pendidikan yang ditempuh sampai SMP, dengan biaya sekolah dari bibinya. Keinginan untuk melanjutkan terhalang oleh tidak adanya biaya. Sejak SD kelas 6 Nunung ikut bersama bibinya, karena orangtuanya bercerai kemudian ibunya Empo menikah lagi dan pada tahun 2006 meninggal dunia. Setelah tamat SMP, Nunung menikah dengan laki-laki yang dijodohkan oleh bibihya, Ade. Karena Nunung tidak ingin membebani bibi dan orang tuanya, maka calon yang dipilihkan oleh bibinya itu diterima. Suami Nunung, Ade Suhaedin (42 tahun) tamat SD, kerja sebagai nelayan di Brunei Darusalam sejak tahun 2006. Dari pemikahannya nunung dikaruniai 2 orang anak, 1 perempuan sudah menikah dan 1 laki-laki kelas 3 ' SMA. Profesi sebagai pemetik rumput laut sudah dijalani sejak kelas 6 SD. Nunung ikut orang tuannya yang kegiatannya ke laut sebagai pemetik. Selama menjadi pemetik, Nunung lebih mengkhususkan mengambil jenis Kades atau Gelidiurn karena hampir setiap musim ada dan akses mengambilnya tidak terlalu berbahaya. Selain memetik rumput laut, Nunung menjadi buruh tani hasil belajar dari bibinya semenjak bersama. Ketika musim padi, rutinitas Nunung tiap pagi pergi ke sawah kemudian pada siang harinya pergi ke laut. Menjadi pemetik rumput laut merupakan profesi utama bagi Nunung, karena menjadi buruh tani itu musiman dari 1 tahun ada 2 kali sampai 3 kali panen. Penghasilan menjadi buruh tani satu harinya Rp.12.000,OO. Namun uang itu hanya cukup sampai siang, karena digunakan untuk masak dan biaya sekolah anak ke SMA. Uang untuk masak Rp.10.000,OO-15.000,OO dan biaya sekolah anak Rp.7.000,OO. Untuk itu buat memenuhi kebutuhan pada sore harinya, Nunung pergi memetik rumput laut. Ketika sedang musim tani dan musim rumput laut, tidak ada yang dikorbankan salah satunya baik ke sawah maupun ke laut, dua-duanya selalu dijalani asal dapat membagi waktu. Nunung merupakan tulang punggung buat menyekolahkan anaknya yang di SMA, meskipun suaminya Ade bekerja di luar negeri. Selama ini Nunung tidak hanya mengandalkan dari usaha suaminya itu. Banyak kekhawatiran ~ & u n g ketika mengingat suaminya bekeja menjadi TKI. Oleh karena itu Nuiiung ikut membantu bertanggungjawab masalah naflcah keluarga. Dari hasil perjuangannya Nunung mampu menyekolahkan anak laki-lakinya samapi jenjang SMA. Untuk kepentingan sekolah, Nunung sangat memerhatikan setiap keperluan anaknya dan akan memperjuangkan agar sampai lulus. Untuk memenuhi kebutuhan tiap harinya, Nunung membutuhkan uang Rp.20.000,OO. Untuk listrik Nunung membayar Rp.71.000,OO dari 450 watt. Khusus buat biaya sekolah anak, Nunung sangat mengharapkan adanya bantuan dari sekolah, namun selama ini bantuan itu malah diberikan kepada anak yang mampu. Rumput laut yang biasa Nunung ambil sebesar 20 kg, kalau kondisi rurnput laut sedang tidak banyak yang diambil sekitar 5-7 kg selama 3-4 jam. Ketika Ade masih ada, hasil yang dipetik mencapai 40 kg. Nunung Berangkat dari mmah jalan kaki latau 2 jam sebelum kegiatan memetik dilakukan. Hasil rumput laut itu biasa Nunung Jual ke bakul yang ada di pesisir yaitu Iros. Selama ini Iros menjadi bakul langganan Nunung, karena akses pemetikan sebelah barat, selain itu Iros yang menyediakan peralatan untuk Nunung. Peralatan itu sebagai pengikat, agar penjualan rumput laut tidak ke bakul yang lain. Semua alat yang Iros sediakan menjadi hutang buat Nunung, dimana pembayarannya dipotong dari hasil penjualan rumput laut. Adapun harga peralatan itu diantaranya, kored Rp.12.000,OO dan sair Rp.30.000,OO sedangkan untuk karison Nunung bawa sendiri dari rumah. Harga rumput laut yang dibeli Iros dari hasil Nunung memetik biasanya Rp.700,OO. Sebenarnya kalau pemetik yang menentukan harga, Nunung ingin i m p u t laut itu dihargai 2 kali lipatnya. Karena uang 700,OO sekarang tidak ada harganya pada zaman sekarang. Resiko menjadi pemetik sangat berat buat Nunung, karena dikejar-kejar ombak. Namun Nunung sangat membutuhkan uang buat biaya anaknya sekolah. Nunung ingin anaknya yang lala-laki bisa lulus sampai SMA. Meskipun suka ada kiriman dari suaminya yang di luar negeri, tapi uang'itu dialokasikan buat hutang Nunung ke tetangganya. Pada tahun 2007 Nunung pernah menjadi TKW di Saudi Arabia, namun baru 2 bulan Nunung mendapat kecelakaan jatuh dari tangga ketika sedang beres-beres rumah. Kemudian Nunung dipulangkan oleh majikannya karena khawatir meninggal. Biaya untuk berangkat ke luar negrei Nunung pinjam dari tetangga sebesar 2.000.000,00. Oleh karena itu uang kiriman dari suaminya Nunung alokasikan buat bayar utang. Selama 2 tahun diluar negeri, suami Nunung baru kirim uang 3 kali. Sedangkan kalau lagi kekurangan selama ini Nunung pinjam dari tetangganya yang bekerja sebagai bandar kayu. Selain sebagai pemetik, Nunung merupakan salah satu karyawan bakul besar tingkat Kecamatan. Tugas Nunung yaitu, mencuci, menjemur dan menyortir rumput laut. Kegiatan sebagai karyawan Dedi ini dilakukan Nunung sebelum berangkat ke laut atau ketika sedang tidak musim rumput laut. Oleh karena itu Nunung mengetahui keadaan yang sedang dialami oleh bakul. Nunung memaparkan kalau bakul besar itu banyak ruginya, banyak penyusutan rumput laut setelah disortir dan dibersihkan dari kotoran-kotoran karena ruinput laut itu yang akan dipasarkan langsung ke luar kota. Nunung memahami betul bahwa semua pihak yang terjun ke bidang rumput laut alam rentan mengalamai kerugian. Nunung memperkirakan kalau harga di tingkat pemetik itu tergantung harga dari atasnya. Sebelum ke laut Nunung biasanya kumpul bersama teman-teman yang lainnya sambil makan-makan. Ketika sedang berkumpul diantara teman-temannya sering bercerita mengenai harga rumput laut yang dibeli oleh bakul. Icarena harga rumput laut tiap orang itu berbeda-beda tergantung kualitas yang diambil. Untuk itu ketika tahu ada temannya yang mendapat harga rumput laut agak besar, Nunung dan kawan-kawannya termotivasi untuk memetik rumput laut yang bagus. Analisis Jaringan Sosial Nunung : Dari kasus Nunung di atas, dapat dinyatakan beberapa pola jaringan sosial Nunung, yaitu menurut bentuk jaringan (vertikal dan horizontal) serta menurut jenis jaringan (kepentingan dan emosi). Nunung merupakan salah satu penjual langganan Iros dalam menjual hasil rumput lautnya, karena dia mempunyai keterikatan alat dan keterikatan secara emosional menurut akses rumput laut itu diambil. Hubungan Nunung dengan Iros merupakan hubungan yang berbentuk vertikal, karena terdapat perbedaan sumber daya yang dimiliki oleh keduanya, sehingga tujuan dari masing-masing pihak itu berbeda pula. Hubungan vertikal ini dapat dicirikan dari perbedaan kewajiban masing-masing pelaku dan sumber daya yang dipertukarkan. Kewajiban Nunung adalah menjadi pemetik langganan Iros dengan menyediakan nunput laut yang dibutuhkan Iros. Hubungan antara Nunung dengan Iros ini merupakan bagian dari hubungan kepentingan untuk memperoleh jaminan dalam mengatasi kesulitan ekonomi yang dihadapi oleh Nunung. Untuk mengatasi keterbatasan penghasilan dari kegiatannya sebagai pemetik rumput laut, Nunung bekerja sebagai buruh tani. Icegiatannya sebagai buruh tani dijalaninya seiring dengan kegiatan utamanya memetik rumput laut. Hubungan Nunung dengan pemilik sawah tempat dia bekerja, merupakan salah satu bentuk hubungan buruh dan majikan. Nunung menjadi buruh tetap yang punya lahan sawah itu. Bentuk hubungan seperti ini merupakan salah satu ciri dari jaringan yang berbentuk vertikal, kareua hubungan antara majikan dan buruh merupakan salah satu ciri yang menandakan perbedaan staus sosial-ekonomi diantara keduanya. Tujuan utama dari hubungan yang dijalin dengan pemilik lahan sawah itu yaitu untuk memperoleh penghasilan tambahan dari usaha sebagai pemetik yang tidak menentu, sehingga kesulitan ekonomi dapat berkurang. Dalam mengoptimalkan waktu selama di laut, selain menjadi pemetik Nunung adalah menjadi karyawan Dedi seorang bandar (bakul besar) yang memiliki kios di sekitar pesisir. Nunung mempakan tetangga dekatnya bandar tersebut, sehingga Nunung sering diminta untuk membantu Dedi kemudian menjadi salah satu karyawan tetap untuk mencuci, menjemur dan menyortir ruinput laut. Dari hubungan yang bersifat kepentingan yang terjadi pada Nunung adalah diperlihatkan dengan keterikatan secara emosi. Hal ini disebabkan bahwa Nunung merupakan seorang tetangga dekat yang dalam kehidupan kesehariannya menjalin hubungan pertemanan sangat akrab dengan Dedi. Dalam keterikatan antara karyawan dan majikan, hubungan Nunung dengan Dedi ini mencirikan bentuk hubungan vertial, meskipun diluar itu status Nunung adalah sebagai teman. Sebagai pemetik, Nunung menjalin hubungan dengan rekan ke~janya sesarna pemetik sangat akrab. Keakraban ini dapat terlihat ketika seringnya berkunjung ke rumah diantara pemetik untuk berbincang-bincang tentang keseha~ianmereka. Hubungan diantara sesama pemetik ini merupakan hubungan yang didominasi oleh emosi. Hubungan yang melibatkan kepentingan terjadi untuk mendapatkan informasi mengenai musim, harga mmput laut dan informasi mengenai pekerjan. Pola jaringan sosial yang dibentuk oleh Nunung dapat dilihat pada garnbar 12. Gambar 12. Pola Jaringan Sosial Nunung : Keterangan : Lingkaran I : Jaringan didalam kolnunitas pemanfaat rumput laut (tingkat desa) Lingkaran I1 : Jaringan diluar komunitas pemanfaat rumput laut (tingkat desa) ICeterangan Aktor : Z : Nunung A : Iros (Bakul Langganan) B : Pemilik sawah C : Dedi (Bakul Kecamatan) D : Rekan kelja pemetik Keterangan Relasi -- - - - --- -+ : Menjual rumput laut 4--- --- - -- -- - -- : Membeli rumput laut, menyediakan alat c : Menjadi burull langganan saat panell padi : Memberi upah .................................................. : Mencuci, menjemur dan menyortir rumput laut + : Memberi 4 ............................................. : Berangkat dan pulang bersama, tukar informasi akses dan harga rumput laut. : Berangkat dan pulang bersama, tukar infomasi akses dan harga rumput laut. + Dan gambar di atas terihat ada dua lingkaran, dimana lingkaran yang pertama menunjukan jaringan yang dibentuk Nunung sebagai pemetik rumput laut dan lingkaran yang kedua merupakan jaringan diluar pemetik rumput laut. Aktor-aktor yang terlibat dalam jaringan dan relasi yang terbentuk adalah bakul langganan Nunung yaitu Iros. Sebagai pemetik yang mengambil akses disebelah barat Nunung menjual rumput laut itu ke Iros yang merupakan salah satu bakul yang ada dipesisir sebelah barat. Selain itu Nunung pernah ada keterikatan hubungan yaitu peralatan yang digunakan disediakan dari Iros. Untuk memenuhi kebutuhan sebari-ha~inyaNunung bekerja sebagai buruh tani. Setiap musim panen, Nunung selalu diminta menjadi buruh langganan untuk menuai padi. Selain memetik rumput, untuk memaksimalkan waktunya selama di laut, Nunung juga menjadi karyawan seorang bakul kecamatan yang pabriknya berada disekitar pesisir. Dalam menjalani kegiatannya sebagai pemetik, Nunung menjalin hubungan akrab bersama teman-temannya. Nunung selalu mendapatkan informasi tentang akses dan harga rumput laut. 5.3.5 Kasus 5 :Abas Abas (52 tahun), adalah pemetik rumput laut yang berasal dari luar daerah Desa Mancagahar. Setelah menikah dengan Cicin (35 tahun), Abas tinggal di rumah orang tua bersama istrinya di kampung Pabuaran desa Mancagahar. Sebelum menjadi pemetik rumput laut Abas adalah seorang buruh tani, b m h ladang dan penggembala kerbau. Menjadi buruh tani dijalani pada usia 15 tahun sedangkan kegiatan menggembala sapi ini dilakukan Abas semenjak SD kelas 5. Pada tahun 1965-1975, upab dari menggembala kerbau Abas dapatkan 50 kg gabah dari 1 sapi yang dianggap sangat besar nilainya pada tahun itu. Pada tahun 1977 Abas menikah dan telah dikaruniai 2 orang anak. Ketika masib kecil semua anaknya meninggal karena sakit. Abas mengenal Cicin ketika sedang berkunjung ke rumah kakaknya di kampung Pabuaran. Profesi sebagai pemetik rumput laut dijalani Abas semenjak ikut istrinya ke kampung Pabuaran. Abas belajar dari istri dan tetangganya. Kegiatan sebagai pemetik merupakan ha1 yang baru bagi Abas pada saat itu, namun berkat ketekunannya untuk belajar lebih baik lagi, Abas menjadi pemetik rumput laut yang sangat mahir. Setelah beberapa tahun memetik rumput laut di daerah pantai Sayang Heulang desa Mancagahar, Abas beralih akses pemetikan rumput laut ke area yang lebih luas dan kualitasnya lebih baik. Daerah yang dituju Abas yaitu pantai Sancang desa Cibalong. Abas mendapatkan informasi dari teman-temannya dan diajak oleh bakul langganannya untuk pergi memetik ke daerah itu. Setiap musim rumput laut Abas pergi ke Sancang beserta 10 orang temen-teman dan bakul langganannya, kemudian melakukan transaksi jual beli disana. Abas berangkat menggunakan angkutan umum dan waktu yang dibutuhkan untuk sampai ke tempat sekitar 2 jam. Selama 10 hari Abas pergi memetik rumput laut dengan perbekalan yang sudah disiapkan diantaranya, beras, rokok, sarung, baju ganti, lauk pauk dan peralatan untuk memetik. Baku1 keliling langganan Abas itu adalah Enang. Dalam menjual hasil rumput lautnya, Abas tidak pernah ke bakul yang lain, karena Enang selalu ikut inenyertai para anak buahnya ke daerah tempat rumput laut itu dipetik. Ketika memerlukan stok rumput laut, Enang selalu memberi informasi kepada Abas dan anak buah yang lainnya untuk kemudian diajak ke pantai Sancang. Hubungan Abas bersama Enang sangat akrab karena rumah mereka saling berdekatan dan ketika ada kegiatan biasanya suka mengajak satu sama lain. Hal ini berakibat kepada hubungan yang terjalin selama jual beli rumput laut. Hampir tidak pernah ada masalah yang terjadi, hubungan sangat harmonis. Mereka merasa satu nasib, karena memencari nafkah keluar daerah sampai beberapa hari. Disetiap saat selalu ada kebersamaan, misalnya ketika masak dan makan biasanya dilakukan secara bersama-sama. Pada saat Lebaran tiba, Enang selalu memberi THR, yaitu rokok, sirup dan biskuit. Jumlah rumput laut yang biasa Abas ambil yaitu sekitar 30-40 kg, kemudian Abas langsung menjualnya ke Enang yang sudah menunggu disekitar pesisir. Untuk proses jual beli Enang mendirikan sebuah kios yang sekaligus tempat inenginap selama beberapa hari disana. Harga yang ditentukan tidak jauh berbeda dengan tempat sebelumnya di pantai Sayangheulang yaitu antara Rp.700,OO-800,00. Akan tetapi jumlah yang diambil lebih banyak dibandingkan di pantai Sayang Heulang karena area penangkapan yang lebih luas. Jika Enang sedang tidak sakit atau pergi ke kota, maka Abas menjual rumput lautnya ke bosnya Enang yaitu Iros pada saat pulang ke kampung Pabuaran. Enang adalah anak buah Iros yang bertugas sebagai bakul di pantai Sancang. Iros lebih memilih menjadi bakul di desanya sendiri, karena Iros adalah perempuan yang kerjanya tidak selincah laki-laki. Untuk menambah penghasilan sehari-hari, Abas masih menjalani profesinya dulu sebagai buruh tani. Kalau tidak lnusim rumput laut, kebutuhannya dapat terpenuhi dari bumh tani. Abas pun meinpunyai keinginan menyewa sawah untuk digarapnya sendiri. Akan tetapi sainpai saat ini uangnya masih belum cukup, karena harga-harga zaman sekarang tidak sesuai dengan penghasilan yang didapatkan. Untuk mewujudkan keinginannya Abas bekerja keras dan sebagian penghasilannya disisihkan. Pada tahun 1979 saat kedua anaknya masih ada, Abas sering ikut bekerja sebagai buruh bangunan bersama tetangga di kampunya dulu. Sampai saat inipun ketika ada informasi dari temannya Abas selalu ikut serta, karena rupanya Abas sangat mahir dalam bekerja sebagai tukang bangunan. Abas menghabiskan waktu selama 1 bulan untuk bekerja di kota. Setelah pulang Abas memberikan kisah dan pengalamannya serta informasi untuk ikut bekerja. Dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, Abas memerlukan uang Rp 10.000,OO-12.000,OO untuk membeli beras dan lauk pauk. Abas merasa tidak terlalu berat untuk membeli beras karena dirumahnya hanya bersama istrinya. Kebutuhan yang biasanya selalu rutin adalah kopi dan rokok. Sedangkan untuk lauk Abas tidak terlalu pilih-pilih, terkadang ketika lagi sulit makan dengan garam ditambah samba1juga jalan. Karena tanggungan keluarga tidak terlalu berat, oleh karena itu ketika Ada teman-temannya yang sedang membutuhkan uang untuk pergi mencari pekerjaan ke kota, Abas suka membantu dari tabungan pribadinya. Analisis Jaringan Sosial Abas : Dari kasus di atas, dapat dinyatakan beberapa pola jaringan sosial Abas, yaitu menurut bentuk jaringan (vertikal dan horizontal) serta menurut jenis jaringan (kepentingan dan emosi). Menurut bentuk jaringan, yang dibentuk Abas dengan Enang dan Iros adalah suatu bentuk hubungan vertikal. Enang merupakan seorang bakul keliling langganan Abas yang selalu mengajaknya untuk memetik rumput laut ke luar daerah. Hubungan yang berbentuk vertikal dapat dicirikan oleh kewajiban dan sumber daya yang dipertukarkan masing-masing pihak itu relatif berbeda. Mekipun Hubungan antara Enang dengan Abas sangat dekat, tetapi posisi diantara keduanya berbeda yaitu hubungan antara bos dan anak buah. Hubungan antara Abas dengan Enang sangat akrab sebagai hubungan pertemanan, ha1 ini dapat dilihat ketika kebersamaan mereka dalam mencari akses rumput laut keluar daerah. Selain itu Enang suka memberi pinjaman uang ketika Abas sedang menghadapi kesulitan. Oleh karena itu dari kedekatan hubungan seperti ini, dapat dinyatakan bahwa antara hubungan yang bersifat kepentingan dan perasaademosi itu tidak dapat dipisahkan dalam keseharian mereka. Sedangkan hubungan antara Abas dengan Iros lebih dominan kepada hubungan yang bersifat kepentingan, karena Abas akan membutuhkan Iros untuk menjual mmput lautnya ketika Enang sedang tidak ada, dimana posisi 11-0s adalah sebagai bos dari Enang. Selain sebagai pemetik rumput laut, kegiatan sehari-hari Abas adalah sebagai buruh tani. Abas bekerja menggarap lahan sawah milik orang lain dan menjadi buruh tetap pemilik sawah itu. I-Iubungan Abas dengan pemilik sawah tempat dia bekerja, mempakan salah satu bentuk hubungan buruh dan majikan atau hubungan vertikal. Pemilik sawah itu memerlukan tenaga Abas dalam mengolah sawah miliknya. sedangkan Abas membutuhkan uang sebagai penghasilan tambahan dari hasil usahanya sebagai pemetik rumput laut. Hubungan seperti ini dapat dikatakan bahwa hubungan yang mengarah kepentingan sangat dominan dibandingkan dengan hubungan yang mengarah kepada perasaademosi. Pengalaman Abas sebagai buruh bangunan di kota sudah dilakoninya semenjak dia belum menikah dan sampai saat ini Abas menjalin hubungan baik dengan rekan sepekerjaannya itu. Hubungan baik ini dapat terlihat ketika temantemannya memberi info~masilowongan pekeijaan di kota kepada Abas. Hubungan antara Abas dengan rekan kerja bangunan merupakan ciri dari hubungan pertemanan, dimana diantara masing-masing pihak saling mengandalkan perasaan kasihan ketika ada salah satu temannya tidak mendapat kesempatan bekerja di kota. Oleh karena itu, hubungan ini lebih dominan mengandalkan perasaanlemosi dibandingkan dengan hubungan kepentingan. Sebagai pemetik, Abas menjalin hubungan dengan rekan kerjanya sesama pemetik sangat akrab. Keakraban ini dapat terlihat ketika seringnya berkunjung ke rumah diantara pemetik untuk berbincang-bincang tentang keseharian mereka. Hubungan diantara sesama pemetik ini merupakan hubungan yang didominasi oleh ikatan pertemanan. Hubungan yang melibatkan kepentingan akan terlihat ketika Abas dan rekan kerjannya saling berbagi informasi mengenai musim, harga dan informasi mengenai pekerjaan. Pola jaringan sosial yang dibentuk oleh Abas dapat dilihat pada gambar 13. Gambar 13. Pola Jaringan Abas Keterangan : Lingkaran I : Jaringan didalam komunitas pemanfaat rumput laut (tingkat desa) Lingkaran I1 : Jaringan diluar komunitas pemanfaat rumput laut (tingkat desa) Keterangan aktor : Z : Abas : Enang (Baku1 Keliling Langganan) A B : Pemilik Sawah C : Rekan kerja bangunan D : Rekan kerja pemetik E : Iros (Bos Enang) Keterangan Relasi : : Menjual mmput laut : Membeli mmput laut memberi hadiah saat Lebaran : Bekerja : Menjadi bumh langganan, bekerja menggarap sawah : Mendapat upah : Bekerja bersarna saat di kota, mendapat infonnasi kerja : Berangkat dan memetik bersama ke pantai Sancang, membantu meminjamkan uang. : Berangkat dan memetik bersama ke pantai Sancang, membantu meminjamkan uang. : Menjual mmput laut ketika Enang tidak ada : Membeli mmput laut Dari gambar di atas terihat ada dua lingkaran, dimana lingkaran yang pertama menunjukan jaringan yang dibentuk Abas sebagai pemetik rurnput laut dan lingkaran yang kedua mempakan jaringan diluar pemetik mmput laut. Aktor-aktor yang terlibat dalarn jaringan dan relasi yang terbentuk adalah bakul langganan Abas yaitu Enang. Sebagai pemetik yang mencari mmput laut ke luar wilayah Desa Mncagahar, Abas menjual hasil mmput lautnya ke Enang. Enang adalah anak buah Iros dan ikut menanamkan modal untuk usaha rumput laut sekaligus bertugas sebagai bakul keliling. Akan tetapi jika Enang sedang tidak kerja, maka Abas menjual hasilnya langsung ke Iros. Abas ada keterikatan hubungan dengan Enang yaitu ketika ada kesulitan ekonomi, Abas mendapat pinjaman dari Enang. Pada saat Lebaran Enang memberikan THR kepada anak buahnya termasuk Abas. Selain itu hubungan yang sudah tejalin sangat dekat karena dipengaruhi oleh dekatnya tempat tinggal. Untuk mendapat informasi musim mmput laut, Abas menjalin hubungan baik dengan sesaina pernetik, bahkan saling membantu meminjamkan uang ketika salah satu dari temannya sedang mernbutuhkan.Untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya Abas bekerja sebagai bumh tani. Setiap musim panen, Abas selalu diminta menjadi bumh langganan untuk menuai padi. Selain mernetik rumput, untuk memaksimalkan waktunya selama di laut, Abas membantu Enang menjemur rumput laut yang baru selesai dipetiknya bersama teman-teman. Kegiatannya ketika masih lajang yaitu menjadi buruh bangunan di kota, pada saat ini masih dilakoni Abas. Abas mendapatkan informasi dari rekan kerja di kampung tempat tinggalnya. 5.3.6 Kasus 6 : Sutarya Sutarya (54 tahun), adalah warga asli Desa Mancagahar. Menikah dengan Rahyati (45 tahun) tetangga di kampungnya. Rahyati berasal dari keluarga nelayan, sedangkan dia adalah ikut membantu Sutarya menjadi pemetik dan buruh tani. Dari pemikahannya Sutarya telah dikaruniai 2 orang anak yang diberi nama Hendra (28 tahun) dan Tino (24 tahun). Hendra adalah seorang supir angkot dan sudah menikah dan dikaruniai 1 orang anak, sedangkan Tino masih membujang. Sutarya adalah anak bungsu dari 3 bersaudara dan berasal dari keluarga yang cukup berada. Orangtuanya rnempunyai tanah dan sawah. Selain itu, orangtuanya sanggup membiayai kedua anaknya masuk TNI, yang sekarang sedang bertugas di Surabaya dan Cimahi. Kisah yang diceritakan Sutarya sebelum terjun menjadi pemetik sangat unik, yaitu sesudah dia baru keluar dari TNI. Setelah menamatkan sekolah dari SMA, pada tahun 1975 Sutarya dibujuk ke-dua orangtuanyauntuk masuk tentara agar mengalami nasib seperti kedua kakaknya yang masuk TNI. Karena pada saat itu bingung memutuskan mau menjadi apa dan dengan dorongan ke-dua kakaknya Sutarya mau ikut tes, kemudian dia lulus tes dan mengikuti pelatihan. Dalam hati kecilnya Sutarya menolak untuk masuk TNI, karena dia lebih memilih untuk bekerja agar mendapatkan uang. Setelah 2 tahun berlangsung menjadi TNI pada tahun 1977, Sutarya merasa jenuh dan cape, kemudian Sutarya melarika diii dari markas TNI di Bmdung tanpa memberitahukan kepada orangtuanya. Sutarya mengungkapkan, memang betapa besamya pengorbanan orangtuanya untuk memasukannya dia ke TNI sampai menjual tanah. Biaya masuk pada saat itu sebesar Rp.25.000.000,00. Setelah beberapa lama tinggal di kampung, Sutarya mulai merasakan jenuh dan malu dilihat tetangga karena menganggur. Kemudian Sutarya ikut meinbantu bekerja pada orangtuanya sebagai buruh tani. Selain itu, karena banyak teman-temannya yang kegiatannya menjadi pemetik, Sutarya pun ikut bergabung sampai sekarang. Kegiatan sebagai pemetik juga diikuti oleh istrinya yang belajar darinya. Sutarya adalah salah satu pemetik langganan Enang. Dia tidak pemah menjual rumput lautnya kepada bakul yang lain, karena Enang adalah tetangga di kampungnya. Sehingga kalau ada masalah ataupun informasi mengenai m p u t laut lebih mudah untuk menghubunginya. Namun ketika Enang tidak ada, Sutarya menjualnya ke lros seorang hakul rekan kerja Enang. Sutarya ikut bersaina Enang mencari rumput laut ke daerah Sancang Desa Cibalong. Kegitan sebagai pemetik ke luar daerah lebih menguntungkan menurut Sutarya karena hasil yang diambil bisa lebih banyak. Setiap musim m p u t laut Sutarya mendapat informasi dari Enang dan teman-temannya, kemudian esoknya langsung berangkat bersama rombongan kampungya naik motor milik pribadi. Tidak lupa Rahyati menyiapkan segala perbekalan yang diperlukan selama 10 hari di pantai Sancang. Sedangkan Rahyati sendiri ikut memetik di daerahnya pantai Sayang Heulang bersama teman-temannya. Disela-sela rumput laut sedang tidak musim, Sutarya melakukan kegiatan seperti warga masyarakat yang lainnya yaitu sebagai buruh tani. Sutarya menjadi buruh tani ditempat orangtuannya dan di tempat orang lain. Dia menjadi buruh langganan orangtuannya untuk menggarap sawah dan menuai hasil panen. Sekitar 3 tahun yang lalu, Sutarya ikut mencoba menjadi nelayan udang. Untuk itu Sutarya menyiapkan modal berupa ja~ingsirang yang dibeli Rp 200.000,OO satu piece dan kapal dia menyewanya dengan teman-teman nelayan. Hasil yang diperoleh dari menangkap udang yaitu sebanyak 1-2 kg dengan keuntungan yang didapatkan Rp 100.000,00. Keuntungan yang diperoleh dari udang jauh lebih besar, akan tetapi frekuensi musimnya tidak sesering rumput laut. Untuk memenuhi keperluan hidup sehari-harinya, kegiatan sebagai pemetik dirasakan tidak cukup bagi Sutarya. Kedua anaknya masih menggantungkan kebutuhan sehari-hari kepadanya. Untuk pengeluaran beras Sutarya menghabiskan 1,5 kg per harinya. Kebutuhan beras akan meningkat lagi lnenjadi 2-2,5 kg ketika ada anak kakak dirumahnya. Untuk pengeluaran lainnya, Sutarya mtin membayar uang listrik sebesar 97.000,OO per bulan. Segala macam usaha telah dicobanya dalam rangka pemenuhan kebutuhan yang semakin mahal. Sutarya adalah tetangga dekat seorang bandar di desanya. Karena dia mahir dalam menyupir, Bandar itupun mengajak Sutarya untuk bekerja menjadi supir ketika sedang memasarkan rumput laut ke luar kota. Sutarya menjadi supir pengganti bandar itu selama diperjalanan. Dan pengalamannya itu Sutarya banyak mengetahui masalah produk rumput laut, selain itu segala resiko menjadi bandar menjadi diketahui olehnya. Ketika ada kesulitan ekonomi, Sutarya biasa meminjam dari bakul langganannya, Enang. Jumlah pinjamannya Rp 50.000,OO kadang lebih. Tidak lama kemudian hutangnya itu dapat dilunasi ketika sedang aktif lagi mencari rumput laut. Disisi lain Enang setiap Lebaran selalu memberi hadiah berupa makanan, rokok dan sirup buat Sutarya. Setelah beberapa tahun bekerja sebagai buruh di lahan orang lain dan milik orang tuanya, Sutarya mulai mencoba untuk menggarap sawah sendiri dengan lahan milik orangtuanya. Untuk kebutuhan modal menjadi petani, Sutarya memeberanikan meminjam modal ke bank lokal di desanya. Sutarya merasa yakin dengan mempunyai beberapa petak sawah untuk digarap, akan ada penghasilan yang lebih pasti dan setidaknya kebutuhan beras tidak dibeli dari warung. Dari hasil panen padi, Sutarya sudah mempunyai fasilitas perabot rumah tangga seperti, TV, VCD dan kulkas. Analisis Jaringan Sosial Sutarya : Dari kasus diatas, dapat dinyatakan beberapa pola jaringan sosial Sutarya, yaitu menurut bentuk jaringan (vertikal dan horizontal) serta menurut jenis jaringan (kepentingan dan emosi). Hubungan Sutarya dengan Enang merupakan suatu bentuk hubungan vertikal. Posisi Sutarya adalah anak buah dari Enang yang berperan sebagai karyawan yang mencari rumput laut untuk kemudian dijual ke Enang. Kedekatan antara Sutarya dengan Enang adalah dipengaruhi oleh kebersamaan mereka menjadi pencari rumput laut keluar daerah. Hubungan seperti ini tidak hanya didominasi oleh kepentingan saja ketika mereka bertemu, tetapi akan terdapatnya unsur emosi yang melibatkan keduanya. Hal ini dapat terlihat ketika terjadinya tolong menolong dalam keseharian mereka diluar kegiatan mencari rumput laut berlangsung. Berbeda halnya dengan hubungan yang dijalin dengan Iros bos Enang. Hubungan ini merupakan hubungan yang bersifat kepentingan, karena hubungan itu akan ada yaitu untuk menjual rumput laut ketika Euang sedang tidak aktif sebagai bakul. Dalam menggarap sawah, Sutarya mempunyai jaringan dengan orangtuanya, karena dia meminjam lahan milik orangtua untuk diolah sendiri. Hubungan antara anak dan orang tua merupakan campuran antara jaringan kepentingan dan emosi. Hubungan yang bersifat kepentingan ini dapat dilihat ketika Sutarya membutuhkan lahan, kemudian dilain waktu dia membantu menggarap lahan milik orangtuanya. Selanjutnya hubungan emosi dapat dilihat ketika dalam meminjamkan lahan sawah, orangtua Sutarya tidak membebankan biaya sewa. Selain itu hubungan emosi diantara orang tua dan an& tidak &an lepas, karena ha1 ini mempakan fitrah seorang manusia. Sutarya merupakan salah satu pemetik yang mengakses rumput laut keluar daerah. Hubungan Sutarya dengan sesama rekan kerjanya sangat dekat. Kedekatan ini dapat terlihat selama kebersamaan dari berangkat sampai rumput laut itu selesai diambil. Hubungan yang terjalin dengan sesama rekan kerjanya ini mempakan pola hubungan yang mencirikan hubungan pertemanan, sehingga yang mendominasi dari jenis hubungan ini adalah emosi. Hubungan Sutarya dengan Dedi seorang bandar rumput laut, merupakan hubungan pertemanan yang dilanjutkan dengan adanya unsur kepentingan ketika Sutarya dibutuhkan sebagai supir. Hubungan pertemanan ini merupakan sebagai akibat dari hubungan sebagai tetangga dekat, sehingga banyak ha1 yang diketahui oleh masing-masing mengenai keseharian diantara mereka. Selanjutnya hubungan dengan tukang sewa kapal merupakan bentuk hubungan yang didominasi oleh unsur kepentingan ketika mereka berinteraksi. Selain menyewa kapal, sangat jarang waktu Sutarya digunakan bersama tukang sewa kapal itu. Sutarya hanya membutuhkan sarana kapal untuk menagkap udang dan tukang sewa kapal itu akan mendapat uang sewaan dengan sistem bagi hasil yang digunakan. Akan tetapi bentuk hubungan ini tidak dapat dikatakan sebagai hubungan vertikal, karena tidak adanya keterikatan sebagai majikan dan bawahan yang tetap. Adapun hubungan dengan sesama rekan kerjanya nelayan udang, Sutaraya sudah mengenalnya sebagai tetangga di kampungya, sehingga hubungan ini lnempakan hubungan pertemanan. Jaringan yang dijalin Sutarya dengan mereka merupakan perpaduan unsur kepentingan dan emosi. Unsur kepentingan itu terletak pada kebutuhan untuk patungan modal menangkap udang dan unsur emosi itu terdapat didalamnya pada saat mereka bekerjasama serta informasi yang diberikan masing-masing diantara mereka sebelum mereka terjun melaut. Untuk menyimpan hasil kerja kerasnya, Sutarya me~nbukajaringan dengan bank. Hubungan Sutarya dengan bank merupakan hubungan yang mumi berdasarkan kepentingan. Selain kebutuhan untuk menyimpan uangnya, tidak ada tujuan lain yang ingin dicapai selain hubungan diluar itu. Pola jaringan sosial yang dibentuk oleh Sutarya dapat dilihat pada gambar 14. Gambar 14. Pola Jaringan Sosial Sutarya Keterangan : Lingkaran I : Jaringan didalam komunitas pemanfaat rumput laut (tingkat desa) Lingkaran I1 : Jaringan diluar komunitas pemanfaat rumput laut (tingkat desa) Keteranagan Aktor : Z : Sutarya A : Enang (bakul keliling langganan) B : Orangtua (Pemilik lahan) C : Rekan kerja pemetik D : Iros (Bos Enang) E : Dedi (Bandar rumput laut) F : Tukang kapal G : Nelayan udang H : Bank Keterangan relasi : : Menjual rumput laut : Membeli ruinput laut, memberi hadiah pada saat Lebaran : Meminjam lahan untuk sawah dan membantu menggarap lahan orangtuanya. : Meminta menjadi buruh ketika panen dan memberi imbalan. : Berangkat memetik bersama ke pantai Sancang, saling tukar infonnasi musim rumput laut. : Berangkat memetik bersarna ke pantai Sancang, saling tukar informasi musim rumput laut : Menjual rurnput laut ketika Enang tidak ada, saling tukar informasi musim rumput laut. : Membeli rumput laut. : Sebagai supir pengganti bandar selama diperjalanan memasarkan rumput laut. : Mendanat imbalan u a n ~ . : Menyewa kapal untuk menangkap udang dan bagi hasil. : Menyediakan bensin, memperbaiki kapal. : patungan untuk sewa k a p i d a n bagi hasil keuntungan. : Pinjam modal dan membayar bunga. - Dari gambar di atas terdapat dua lingkaran, dimana lingkaran yang pertama menunjukan jaringan yang dibentuk Sutarya sebagai pernetik rumput laut dan lingkaran yang kedua merupakan jaringan diluar pemetik rumput laut. Aktor-aktor yang terlibat dalam jaringan Sutarya. diantaranya bakul langganan, tempat menjual hasil nunput laut yang dihasilkan Sutarya. Hubungan selain jual beli yang dijalin Sutarya dengan Enang bakul langganannya itu sangat akrab, sehingga ketika Lebaran Enang memberikan hadiah. Untuk pemenuhan kebutuhan sehari-hari, Sutarya mencoba menjadi petani yang lahannya disewa dari orangtuanya. Selain inendapat uang sewaan, Sutarya sering diminta menjadi buruh tani di lahan milik orangtuanya, kemudian dia mendapatkan imbalan buruh. Kegiatan sebagai pemetik rumput laut ke luar daerah, dijalaninya bersama temantemannya. Diantara mereka saling tukar Informasi untuk berangkat memetik. Sebagai tetangga seorang bandar, Sutarya sampai sekarang menjadi supir pengganti dalam perjalanan untuk memasarkan rumput laut ke luar kota. Oleh karena itu ban dar itu memberinya imbalan. Sebagai nelayan udang Sutarya inempunyai modal berupa jaring sirang, sedangkan untuk kebutuhan kapal, dia meminjam dari tukang sewa kapal yang kemudian akan ada bagi hasil. Tukang sewa kapal itu menyediakan bensin dan memperbaiki kapal ketika ada kerusakan. Bersama nelayan yang lainnya Sutarya patungan untuk menyewa kapal itu, ketika untung akan ada bagi hasil sesuai modal masing-masing. Karena Sutarya ingin mempunyai sawah garapan sendiri, untuk itu dia mencoba meminjam uang ke bank sebagai modal dan memberikan bunga yang sudah ditetapkan.per bulannya. 5.3.7 ICasus 7 : Ikom Ikom (48 tahun), adalah anak ke-3 dari 5 bersaudara, berasal dari warga kampung Galur Desa Mancagahar. Berasal dari keluarga petani dari pasangan Ibu Arsih dan Bapak Sayidi. Pendidikannya ditempauh samapai kelas 2 Tsanawiyah, karena ketika mau naik ke kelas 3 Ikom dipinang oleh Ana (54 tahun) pemuda di Desanya, sehingga sekolahnya berhenti. Pada saat itu, ketika anak usia 15 tahun belum mendapatkan jodoh, masyarakat disana menganggapnya tidak laku. Oleh karena itu Ikom memutuskan untuk segera menikah. Pemuda yang menikahinya adalah seorang nelayan, namun saat ini sudah herhenti karena merasa sudah tua, tenaganya sudah tidak kuat untuk ke laut. Ikom menikah pada tahun 1970 pada saat PEMILU (pilih nomor 10) dan telah dikaruniai 5 orang anak, 2 laki-laki dan 3 peremnpuan. Anak yang pertama berprofesi sebagai buruh tani, anak ke-dua menjadi TKW, anak ke-tiga bantubantu dirumah, anak ke-empat dan ke-enam masih sekolah di SMA. Pada tahun 1980, Ikom pemah ikut program transmigrasi bersama orangtuanya. Selma disana Ikoin melahirkan anak yang ketiga yang diberi nama Sosa Sri Nauli, nama khas Sumatera. Pada tahun 1985 Ikom pulang bersama suami dan anaknya karena sering teringat kedua orangtuanya yang sudah pulang duluan. Setelah pulang dari Sumatera, Ikom bekerja sebagai pemetik dan suaminya bekerja sebagai nelayan seperti biasa. Profesi sebagai pemetik dijalani Ikom sampai sekarang bersama suaminya yang sudah tidak menjadi nelayan. Pada tahun 1986 Ikom sempat berhenti menjadi pemetik karena menderita sakit paruparu, Ikom hams berobat rutin. Setelah kondisinya semakin membaik, Ikom terjun lagi mengambil rumput laut. Penghasilan dari rumput laut sangat minim, karena Ikom sedang membiayai 2 orang anaknya di SMA. Meskipun kegiatan ini dijalani berdua , dengan suaminya. Oleh karena itu, Ikom rajin menjadi seorang petani dengan lahannya milik sendiri yang diberi dari orangtuanya. Dalam menjalankan profesi sebagai petani, Ikom dibantu ole11 beberapa orang buruh tani untuk mengurus sawah dan menuaipadi ketika musim panen. Hasil yang didapatkan dari kerja kerasnya dalam menggarap sawah, Ikom telah mendapatkan beberapa ekor sapi yang dibelinya pada tahun 2000 dari saudaranya. Sekarangjumlah sapinya sudah 6 ekor dan pada tahun 2007 Ikom telah melaksanakan ibadah kurban dari hewan ternaknya itu. Sapi-sapi itu dialokasikan Ikom untuk sekolah anaknya yang ingin disekolahkan sampai tingkat perguruan tinggi. Ikom ingin 2 orang anaknya yang terakhir tidak menjadi seorang buruh di kampungnya tapi harus sukses dengan mendapatkan pekerjaan lebih baik. Beberapa tahun yang lalu Ikom pemah menjual salah satu sapi miliknya untuk berobat anak yang mengalami keguguran. Pada saat itu dia membutuhkan biaya sebesar Rp 3.000.000,00. Dalam ha1 beternak Ikom telah berhasil, hampir tiap tahunnya sapi miliknya beranak. Hal ini adalah berkat kerja keras suaminya yang rajin menggembalakannya tiap hari. Dalam kegiatan rumput laut, Ikom masih merasa senang menjalaninya, meskipun harganya rendah. Akan tetapi bekerja bersama-sama temannya membuatnya terhibur, apalagi kalau rumput laut sedang banyak hasil, Ikom akan memaksimalkan kerjanya disertai suaminya.Ikom Menjalani profesi ini untuk penghasilan tambahan buat membeli kebutuhan dapur. Hasil yang dioperoleh Ikom sekali turun ke laut adalah 15 kg-20 kg. Rurnput laut itu dijual Ikom ke bakul langganannya yaitu Eet. Ikom tidak pernah menjual rumput lautnya ke yang lain, meskipun tidak pernah terikat dengan hutang, selain itu Eet merupakan masih saudaranya. Dari hubungannya itu, Eet selalu memberikan hadiah pada saat Lebaran berupa biscuit, sirup dan rokok. Ikom berangkat dari rumah sekitar 1 jam sebelum laut surut. Tidak lupa dia selalu membawa bekal makan. Ikom sengaja tidak makan dirumah terlebih dahulu, karena ingin makan nikmat bersama teman-teman yang lainnya sambil ngobrol. Setelah selesai memetik, Ikom langsung menjual rumput laut itu, kemudian pulang bersama suaminya yang habis selesai menggembala sapi. Analisis Jaringan Sosial Ikom : Dari kasus di atas, dapat dinyatakan beberapa pola jaringan sosial Ikom, yaitu inenurut bentuk jaringan (vertikal dan horizontal) serta menurut jenis jaringan (kepentingan dan emosi). Ikom merupakan salah satu penjual langganan Eet dalam menjual hasil rumput lautnya, karena dia mempunyai keterikatan alat dan keterikatan secara emosional menurut akses rumput laut itu diambil. Hubungan Ikom dengan Eet pada saat bekerja sebagai peinanfaat rumput laut, merupakan hubungan yang berbentuk vertikal. Hubungan vertikal ini dapat dicirikan dari perbedaan kewajiban dan sumber daya yang dipertukarkan. Tujuan yang ingin dicapai Ikom adalah mendapatkan penghasilan dari penjualan rumput laut, sedangkan Eet memperoleh stok rumput laut sebanyak-banyaknya dari para pemetik, sehingga dia memerlukan modal uang untuk inembeli dari para pemetik itu. Jenis jaringan dari bentuk hubungan vertikal yang terdapat pada ikom merupakan lebih mengarah kepada dua jenis jaringan, yaitu kepentingan dan emosi. Hal ini disebabkan selain hubungan jaul beli rumput laut, disisi lain Eet merupakan tetangga di kampungnya, sehingga interaksi diantara keduanya merupakan perpaduan dari unsur ketetanggaan. Untuk mengatasi keterbatasan penghasilan dari kegiatannya sebagai pemetik rumput laut, Ikom menjalani kegiatannya sehari-barinya sebagai buruh tani. Kegiatannya sebagai buruh tani dijalaninya seiring dengan kegiatan utamanya memetik rumput laut. Hubungan Ikom dengan pemilik sawah tempat dia bekerja, merupakan salah satu bentuk hubungan buruh dan majikan. Ikom menjadi buruh tetap yang punya lahan sawah itu. Ikom diperlukan ketika musim panen itu tiba, sedangkan diluar itu tidak ada hubungan yang mengarah kepada hubungan kekerabatan seperti pertemanan. Bentuk hubungan seperti ini merupakan salah satu ciri dari jaringan yang berbentuk vertikal dan hubungan yang dominan adalah unsur kepentingan, dimana pemilik sawah itu membutuhkan tenaga Ikom dan sebaliknya uang merupakan tujuan Ikom sebagai buruh. Ikom menjalin hubungan dengan rekan kerjanya sesama pemetik sangat akrab. Keakraban ini dapat terlihat ketika kebersamaan mereka dalam menjalani kegiatan mencari rumput laut. Diantara mereka sering terjadi perbincangan tentang keseharian mereka. Hubungan diantara sesama pemetik ini merupakan hubungan yang didominasi oleh emosi. Hubungan yang melibatkan kepentingan terjadi untuk mendapatkan informasi mengenai mnusim, harga dan informasi mengenai pekerjaan. Hubungan kepentingan ini merupakan salah satu faktor keterikatan emosi sesama pemetik dalam bekerja sebagai pemetik. Pola jaringan sosial yang dibentuk oleh Ikom dapat dilihat pada gambar 15. Gambar 15. Pola Jaringan Sosial Ikom Keterangan : Lingkaran I : Jaringan didalam komunitas pemanfaat rumput laut (tingkat desa) Lingkaran I1 : Jaringan diluar komunitas pemanfaat rumput laut (tingkat desa) Keterangan Aktor : Z : Ikom. A : Eet (Bakul Langganan). B : Buruh tani. C : Rekan kerja pemetik. Keterangan relasi : - - - - - - - - - : Menjual ruinput laut 4 -- - - - - - - - - - - - - : Membeli rumput laut, rnemberi hadiah pada saat Lebaran - : Memberi upah kepada buruh tani : Mengolah sawah dan menuai padi ketikapanen : Berangkat memetik bersama ke pantai, saling tukar informasi musim rumput laut :Berangkat mernetik bersama ke pantai, saling tukar informasi musim rumput laut -4 Dari gambar di atas terdapat dua lingkaran, dimana lingkaran yang pertama menunjukan jaringan yang dibentuk Ikom sebagai pemetik rumput laut dan lingkaran yang kedua meiupakan jaringan diluar pemetik rumput laut. Aktor-aktor yang terlibat dalam jaringan Ikom, diantaranya bakul langganan. Dalam menjual hasil rumput laut, Ikom sudah mempunyai bakul langganan dimana pada saat Lebaran tiba, Ikom diberinya hadiah. Bakul langganan Ikom adalah masih kerabatnya. Sebagi seorang petani Ikom membutuhkan beberapa orang pekerja untuk mengolah sawah dan menuai padi disaat panen. Untuk itu Ikom memberinya imbalan berupa upah buruh. Sebagai seorang pemetik yang merupakan kegiatan pertama yang dilakukannya setelah menikah, Ikom sudah menjalin hubungan yang akrab bersama rekan kerjanya sesama pemetik. Bersarna rekannya itu, Ikom berangkat bersama, makan bersama sambil berbincangbincang dan mereka saling memberika informasi mengenai akses, musim dan harga rumput laut. 5.4 Jaringan Sosial dalam Pemasaran Rumput Laut dari Alam Untuk menggambarkan kerja sebuah jaringan sosial para pelaku usaha rumput laut, berikut ini akan digambarkan jaringan kegiatan distribusi rumput laut di Desa Mancagahar yang saling mempunyai kepentingan ekonomi. Jaringan kepentingan itu dapat dilihat pada gambar 16. Gambar 16. Pola Jaringan Distribusi Rumput Laut Desa Mancagahar Keterangan : I : Pemetik I1 : Bakul Kecil I11 : Bakul Besar (Bandar) - Aktor-&tor yang terlibat : A : Pihak yang membeli rumput laut (Bakul, bandar, pabrik pengolah, toko sembako, agen luar daerah). B : Pihak yang menjual rumput laut (Pemetik, bakul, bandar) C : Rekan kerja pemetik D : Rekan kej a diluar pemetik E : Juragan diluar rumput laut (Pemilik sawah, bakul non rumput laut) F : Karyawan G : Rekan kerja bakul (bakul keliling) H :Bank - Relasi yang dibentuk : -- - - - - - - : Menjual rumput laut ke bakul, bandar, pengolah, toko, 4 - -- ---- - - --- : Membeli rumput laut dari pemetik, bakul dan bandar, agen luar daerah. memberi hadiah pada saat Lebaran. : Tukar informasi pekerjaan, mengenai inusim dan harga ruinput laut. : Tukar informasi pekerjaan dan patungan modal usaha sekaligus bagi hasil keuntungan. : Meinberi upah buruh, membeli hasil tangkapan. : Menggarap sawah, ladang, menjual hasil tangkapan udang, kerang ke bakul langganan. : Memberikan jasa pengangkutan, penjemuran, penyortiran, pencucian rumput laut. : Memberi upah atas jasa, memben hadiah pada sat Lebaran : Join usaha mnput laut dan meinbagi keuntungan sesuai modal sekaligus menjadi bakul keliling. : Fasilitas penunjanag untuk keinajuan usaha dan inemberi bunga atas pinjaman. 0 Dari gambar 16. dapat dinyatakan bahwa mata rantai pemasaran rumput laut di Desa Mancagahar terbagi atas tiga pelaku yaitu pemetik, bakul kecil dan bakul besar (Bandar). Pemetik adalah pelaku yang terjun langsung mengakses iumput laut untuk dijual, biasanya mereka mempunyai bakul langganan masingmasing. Baku1 kecil adalah pelaku yang membeli ruinput laut langsung dari pemetik. Mereka mendirikan kios atau gudang tempat penyimpanan rumput laut itu disekitar pesisir. Selain itu bakul berperan sebagai pihak yang menangani pasca panen berupa penjemuran. Serta bandar adalah pihak ke-tiga yang menangani pasca panen berupa, pencucian, penjemuran d m penyortiran utntuk dipasarkan menjadi rumput laut yang siap pakai. Mereka mendapatkan n~mput laut itu dari bakul kecil, sedangkan tempat penyimpanannya ada yang disekitar pesisir dan ada yang didekat teinpat tinggalnya. Jaringan kegiatan distribusi pelaku usaha rumput laut terbentuk atas saling ketergantungan untuk mendapatkan keuntungan dari sisi ekonomi dan informasi. Dari sisi ekonomi, terjadi dengan pertukaran sumber daya berupa rumput laut dan usaha non rumput laut. Sedangkan dari segi informasi, terjadi atas dasar untuk pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari yang masih sulit. Selain itu diharapkan akan terbukannya kesempatan untuk terjun kedalam pekejaan baru. Bagi para pemetik aktor yang terlibat dalam kegiatan distribusi rumput laut adalah bakul yang berperan sebagai tempat penjualan hasil usahanya. Diluar usaha rumput laut, mereka menjual hasil tangkapan udang, kerang ke bakul langganannya. Dalam menjalankan usaha diluar rumput laut mereka mempunyai rekan kerja untuk pemenuhan kebutuhan akan modal usaha. Untuk menambah penghasilan, pemetik ikut sebagai buruh tani dan menjadi rekan kerja aktor-aktor yang terlibat didalam kegiatan itu. Aktor yang terlibat dalam jaringan kerja bakul kecil diantaranya, pemetik sebagai pemasok rumput laut, bakul besar (bandar) sebagai pihak tempat menyalurkan iumput laut, karyawan untuk menangani proses pasca panen yaitu penjemuran dan pengangkutan. Untuk menambah modal bakul mengajak teman untuk menjadi rekan kerja dengan patungan modal, kemudian akan ada bagi hasil keuntungan. Yang menajdi rekan kerja adalah orang yang sekaligus sebagai bakul keliling dimana dalam mencari rumput laut itu keluar wilayah Desa Mancagahar. Pada saat Lebaran tiba, bakul akan memberikan hadiah (THR) kepada pemetik dan karyawan, dan untuk mengikat pemetik bakul memberi pinjaman uang dan alat. Dalam mengmbangkan usahanya, bakul memerluka fasilitas penunjang yaitu bank. Sebagai pihak terakhir yang menentukan kualitas rumput laut untuk dipasarkan ke luar daerah, bandar merupakan pihak yang memerlukan banyak jaringan. Aktor-aktor yang terlibat dalam kegiatan pemasaran rumput laut dari bandar adalah pabrik pengolahan, toko sembako dan agen luar wilayah. Untuk pabrik pengolahan dan toko sembako, rumput laut dikirim langsung ketempat. Sedangkan untuk agen luar wilayah ada yang diantar dan agen langganan datang langsung ke tempat bandar itu. Rumput laut yang dipasarkan didapatkan dari bakul kecil, diantara bakul itu ada yang langganan dan bukan langganan. Dalam penanganan pasca panen beiupa pncucian, penjemuran dan penyortiran, bandar memerlukan banyak karyawan. Selain upah yang didapatkan para karyawan adalah hadiah pada saat Lebaran. Adapaun modal yang dibutuhkan seorang bandar lebih besar lagi dibandingkan bakul kecil, sehingga memerlukan fasilitas penunujang berupa bank. 5.5 Analisis Jaringan Sosial Pemetik Rumput Laut dari Alam Jaringan-jaringan yang terbentuk didalam masyarakat ini menjadi sedemikian penting, karena di dunia ini dapat dikatakan bahwa tidak ada manusia yang tidak menjadi bagian dalam jaringan-jaringan hubungan sosial dengan manusia lainnya didalam masyarakat lingkungannya. Dengan kata lain, manusia di bumi ini selalu membina hubungan sosial dengan siapapun dimana dia tinggal dan hidup sebab manusia tidak dapat hidup sendiri. Berdasarkan ha1 ini maka sebuah masyarakat bisa dipandang sebagai jaringan hubungan sosial antar individu yang sangat kompleks. Hubungan antar individu itu terbatas pada sejumlah orang tertentu saja. Hal ini karena ketidaksanggupan manusia berhubungan dengan semua manusia yang ada. Setiap individu belajar melalui pengalamannya untuk masing-masing memilih dan mengembangkan hubunganhubungan sosial yang tersedia dalam masyarakat, disesuaikan dengan kebutuhankebutuhan yang ada pada din individu yang bersangkutan. Manusia tidak selalu menggunakan semua hubungan sosial yang dimilikinya dalam mencapai tujuantujuannya. tetapi disesuaikan dengan ruang dan waktu atau konteks sosialnya, Agusyanto (2007). Menjadi pemetik rumput laut dari alam merupakan kegiatan yang serba tidak menentu, karena kegiatan mereka ditentukan oleh sistem alam. Karakteristik pantai selatan dengan gelombang yang besar dan kuat, belum ada penemuan teknologi yang mampu mengembangkan potensi rumput laut itu untuk dibudidayakan. Belum lagi kualitas yang mereka ambil tidak terlalu bagus, karena ha1 ini dipengaruhi oleh cara dan alat yang mereka gunakan. Alat seperti kored, membuat rumput laut itu tidak terambil sampai akarnya dan karang tempat melekat juga ikut terambil. Pada umumnya pemetik di desa Mancagahar yaitu mereka yang sudah berkeluarga. Biasanya mereka itu belajar dari sejak kecil. Namun dari kalangan remaja atau pemuda pemudi yang belum menikah biasanya jarang karena para pemetik mengatakan bahwa anak zaman sekarang itu yang diutamakan gengsi. Anak-anak itu merasa malu jika harus terjun ke laut. Penghasilan sebagai pemetik rumput laut sangat kecil, sehingga diperlukan adanya strategi adaptasi mereka untuk menambah penghasilan diluar rumput laut dengan cara mengembangkan sebuah jaringan yang mereka miliki. Seperti yang diungkapkan oleh Nunung : 3, Jadi tukang ngala jukut mah moal maju-maju, soalna hargi jukut tibaheula keneh angger wae. Paling lainun naek ukur saratus atawa dua ratus pas naelc BBM tell. Lamzln izgandeullceun tiiza juktrt wae nzah kebutzlhan sadidinteun moalpicukzlpeun ...sok tinggali harga ayezrna nu naelc sababaraha kali lipat. Nu tadina hasil tina jtlkut teh ceukzp lcanggo sababaraha dinteun, tapi ayeuna mah sediizteun oge teu cekap...makana tpami teu nujzr musim jtllitlt teh didantetlljadi buruh tani atawa ka kebon. Tapi penghasilan tinajulcut sareng buruh oge mung cekap kanggo sahari-hari, da ... biaya sakola ntah tetap teu kaudag" "Menjadi pemetik rumput laut tidak akan pemah maju, soalnya harga rumput laut dari dulu masih tetap. Kalaupun naik tidak terlalu besar, sekitar seratus atau dua ratus sejak naik BBM. Kalau mengandalkan dari rumput laut saja, kebutuhan sehari-hari tidak akan cukup...coba lihat harga sekarang yang naik beberapa kali lipat. Yang tadina penghasilan dari rumput laut cukup buat beherapa hari, tapi sekarang buat sehari juga tidak cukup...Makanya kalau lagi tidak musim mmput laut, saya suka bekerja sebagai buruh tani dan buruh ladang. Tapi penghasilan dari mmput laut dan buruh tani juga hanya c u h p bPlat sehari-hari, kalau ...huat biaya sekolah tidak terkejar" Faktor yang menyebabkan harga mmput laut sangat minim selain kualitas adalah panjangnya rantai pemasaran untuk sampai ke pabrik maupun pengolahan setempat. Alasan pemetik rumput laut terus bertahan dalam kondisi seperti ini adalah karena kegiatan ini dijalani tanpa modal dan dapat dilakukan tanpa paksaan. Siapa saja boleh mengambil rumput laut itu, tidak pemah ada masalah. Hubungan yang terjalin antar sesama pemetik sangat baik karena berangkat dari kesamaan nasib. Bahkan kalau sedang musim, satu sama lainnya saling memberi informasi yang kemudian diajak ke laut. Satu ha1 yang menjadi kendala dan tantangan adalah resikonya yang sangat besar. Para pemetik hams berani belarilarian dengan ombak untuk mendapatkan rumput laut itu. 5.5.1 Karakteristik Jaringan Sosial Pemetik Rumput Laut Dalam menganalisis karakteristik jaringan sosial yang terbentuk di Desa Mancagahar yaitu dapat dilihat dalam beberapa hal, yaitu : Pertanza, bentuk dan luas. Untuk menganalisis bentuk jaringan sosial yang terdapat pada pemetik rumput laut dibedakan kedalan dua bentuk yaitu jaringan sosial vertikal dan jaringan sosial horizontal. Jaringan sosial vertikal adalah hubungan yang terjalin antara pemetik dengan bakul langganan, bakul non-rumput laut, pemilik sawah dan pemilik ladang, dimana statusnya sebagai majikan dan anak buah. Sumber daya yang dipertukarkan pada masing-masing pelaku relatif berbeda. Jaringan sosial horizontal adalah hubungan yang tejalin antar sesalna pemetik dan rekan kerja usaha lain. Sumber daya yang dipertukarkan yaitu berupa informasi musim, akses dan harga rumput laut serta uang patungan untuk modal usaha. Selain itu adanya hubungan tolong menolong sesama mereka dengan meminjamkan uang untuk keperluan hidup sehari-hari. Jika merujuk ltepada jenis jaringan yang diungkapkan oleh Agusyanto (2007), yaitu jaringan berdasarkan kepentingan, jaringan emosi dan jaringan kekuasaan, maka jaringan yang akan dilihat dala~nanalisis ini adalah jaringan kepentingan dan jaringan emosi. Hubungan antara masing-masing pelaku dalam jaringan yang dibentuknya merupakan kombinasi antara kedua jaringan itu. Akan tetapi pada dasarnya dalam analisis yang mendalam tentang bagaimana mereka mengatasi kesulitan ekonomi dari kegiatannya sebagai pe~netikrumput laut dari alam, merupakan suatu rangkaian jaringan yang berpangkal dari unsur kepentingan. Dimana jaringan sosial ini timbul untuk mengadaptasikan keadaan usaha yang tidak menentu. Jaringan yang dibentuk antara pelaku usaha dalam proses pemasaran rumput laut merupakan suatu rangkaian sistem untuk mendayagunakan sumber daya berupa rumput laut agar dari hubungan itu tujuan masing-masing terpenuhi. Masing-masing pelaku mempunyai kepentingannya tersendiri. Hubungan yang mereka jalin adalah untuk melakukan proses jual beli rumput laut sehingga yang dicari adalah keuntungan. Pada umumnya luas jaringan yang terdapat pada pemetik yang tidak mempunyai diversifikasi pekerjaan yang beragam memiliki jaringan yang sedikit dan cakupan yang tidak luas. Hubungan terjalin hanya pada tingkat desa. Para pemetik mempunyai keterbatasan untuk melakukan jaringan diluar komunitasnya sebagai pemetik ataupun kegiatan yang lainnya seperti buruh tani. Setiap saat mereka akan memanfatkan waktunya untuk bekerja dalam rangka memenuhi kebutuhan sehari-hari. Waktu senggang mereka biasanya digunakan dengan hubungan yang bersifat ketetanggaan, bertemu untuk berbincang-bincang masalah pekerjaan yang terkait dengan kapasitas mereka sebagai masyarakat awam. Sedangkan untuk bakul, cakupan jaringannya lebih luas karena terkait akan akses untuk mendapatkan modal. Para bakul akan membuka jaringan dengan siapa saja yang dapat menjadikan kemampuan usahanya berkembang. Diantara pihak dapat terlihat ada perjanjian untuk kelancaran usaha. Ada banyak pertimbangan untung-mgi ketika suatu hubungan itu dijalankan. Kedua, kerapatan dan ketertutupan. Kerapatan jaringan dapat dilihat dari sejauhrnana kedalaman hubungan yang terjalin. Pada dasarnya hubungan yang terjalin diantara pelaku usaha rumput laut yaitu bersifat tidak formal, ha1 ini dilihat dari segi tidak adanya aturan-aturan tertulis menyangkut hubungan diantara mereka. Hubungan itu didasari atas saling memahaminya peran dan posisi masing-masing. Hubungan yang terjadi dengan bakul dilihat dari sisi kepentingan ekonomi yaitu bersifat saling tergantung satu sama lain. Hal ini disebabkan oleh kebutuhan akan pencapaian tujuan masing-masing pihak dapat terpenuhi dengan kesalingtergantungan itu. Pada setiap kasus terdapat keterikatan yang erat, karena kebutuhan akan jaminan mendapatkan sumber daya yang ingin dicapai masingmsing pihak. Begitupun hubungan selain dengan bakul, mereka akan senantiasa berusaha membina hubungan yang harmonis untuk tetap bekerja d m melakukan kegiatan bersama dalam mengakses sumber daya yang tergantung alam kemudian beralih kepada kegiatan diluar rumput laut sebagai salah satu cara untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya. Selain itu kedekatan diantara mereka disebabkan oleh hubungan kekerabatan, pertemanan dan ketetanggaan, yang pada umumnya interaksi antar individu pada suatu masyarakat di desa masih sangat h a t hubungan kekeluargaannya. Ketertutupan jaringan ditandai dengan sejauhmana pihak lain dapat ikut bergabung dalam jaringan tersebut. Didalam komuilitas usaha rumput laut tidak ada keterbatasan terhadap orang lain yang ingin bergabung dalam usaha ini. Baik dari pihak bakul maupun pemetik. Ketika mempunyai modal siapa saja boleh menjadi bakul m p u t laut. Apalagi untuk menjadi pemetik tidak ada syarat apapun, jika ada kemauan siapa saja boleh ikut mengakses. Selain itu karena sumher daya yang diakses ini bersifat alami. Ketiga, Keragaman. Keragaman yang terdapat pada sej~unlahpemetik maupun bakul relatif sama. Komunitas pemetik m p u t laut berasal dari asal-usul yang sama yaitu ditandai dengan status pendidikan yang rata-rata tamat SD, berasal dari ras yang sama yaitu suku sunda dan budaya yang diceminkan tiap individu sama. 5.5.2 Paktor-Faktor Pendorong Terbentuknya Jaringan Sosial Dalam pola distribusi hasil pemetikan rumput laut, secara ekonomi pola ini me~p?Ikansuatu sistem. Tetapi faktor ketidakpastian musim panen, pemetik yang tergantung terhadap keberadaan bakul, kondisi perekonomian yang semakin sulit, menyebabkan pemetik dan pihak yang terlibat dalam distribusi hasil mmput laut perlu untuk mencari solusi lain dalam mengatasi persoalan ekonominya. Dengan mengembangkan jaringan sosial antara pihak-pihak yang terlibat dalam alur distribusi hasil rumput laut manpun diluar kegiatan rumput laut, diharapkan dapat menjadi salah satu solusi dalam permasalahan ekonomi mereka. Begitu pula jaringan sosial yang terbentuk oleh pemetik rumput laut di Desa Mancagahar yaitu terbentuk karena motivasi ekonomi. Motivasi ini didasari oleh kenyataan bahwa penghasilan yang didapatkan dari rumput laut sangat minim dan penghasilan ini akan ada ketika rumput laut itu sedang musim. Jaringan yang dibentuk oleh pemetik dengan bakul langganan berawal dari pinjaman uang dan peralatan untuk memetik. Jaringan dengan sesama pemetik yaitu adanya pertukaran informasi akses pemetikan yang sedang ramai, selain itu adanya informasi harga selain itu adanya informasi mengenai pekejaan diluar rumput laut. Seperti penuturan Abas berikut ini : "Pan abdi mah sok ngala jukut kaluar wilayah Pameungpeuk, nyaeta ka Sancang..janten panzi angkat teh sok sasarengan ti lembur teh. Upami nuju kempel..sok aya kabar ti rerencangan masalah dameulan. Misalna, uapa~niaya pemetik nu tos ti kota, eta teh osok masihan kabar bahkan sok ngajakan ngiring dameul. Lzrmayan tilza hasil sasarengan sebagaipemetik lcaluar daerah itti teh selama jenten tukangjzrkzrt, diantara urang salingpercaya, terbuka, sok saling ngabantu upami nuju ngabzrtuhkeun artos". "Kan saya itu suka ngambil rumput lautnya ke luar wilayah Pameungpeuk, yaitu ke daerah Sancang... janten kalau berangkat suka berasama-sama dari kampung itu. Kalau lagi kumpul... suka ada kabar dari teman mengenai pekej a m . Misalnya, kalau ada pemetik yang habis pulang d a i kota, dia suka memberikan kabar bahkan suka ngajak ikut bekerja. Ada untungnya dari hasil kebersamaan sebagai pemetik keluar daerah itu, diantaranya adanya saling percaya, terbuka dan suka saling membantu kalau lagi membutuhkan uang". Sedangkanjaringan yang dibentuk dengan rekan kerja selain rumput laut adalah patungan modal, infonnasi pekejaan dan yang berhubungan dengan usaha selain rumput laut. Seperti penuturan Rosidin berikut ini : "Kanggo nutupan kabutuhan sahari-hari ...urang hrdu rajin ngamanfaatkettn kakayaan urang laut. Pan seeur selainjukut teh nu tiasa dimanfaatkeun kango usaha. Contona...pas musim udang bapak nyobian ngiringjadi nalayan udang sok sanajan resikcona ageung oge. Tina hasil udang mah lumayan... sakali musim teh sok untung, sareng deuih kalereusan pun anak aduh modaljaring, janten teu kedah nyewa, tinggal kapal nu disewa. Upami nuju musim udang, bapak sok ngajak rerencangan nu gaduh modal Icanggo patungan modal sareng ngoperasikeun kapal, teras engke aya bagi hasil tina kauntungan ". "Buat menutupi kebutuhan sehari-hari ...kita sebagai pemetik hams rajin memanfaatkan potensi kekayaan laut. Kan banyak selain rumput laut yang dapat dimanfaatkan untuk dijadikan usaha. Misalnya...ketika musim udang, bapak mencoba ikut menjadi nelayan udang meskipun resikonya besar. Dari menangkap udang itu luamayan...sekali musim suka untung. Selain itu kebetulan anak bapak punya modal jaring, jadi tidak usah nyewa, yang disewa tinggal kapal saja. Kalau musim udang, bapak suka mengajak teman-teman yang punya modal buat patungan modal dan mengoperasikan kapal dan nanti ada bagi hasil dari keuntungan itu". 5.5.3 Aturan dan Norma dalam Jaringan yang Terbentuk Dalam sebuah jaringal sosial nonna dan aturan dapat bersifat tertulis dan tak tertulis. Jaringan sosial yang dibentuk oleh komunitas yang menggantungkan kehidupan terhadap alam dalam pemenuhan kebutuhan hidup sehari-harinya akan memuat sebuah norma dan aturan yang sifatnya tidak tertulis. Hal ini didasari oleh norma dan aturan yang menyangkut kehidupan masyarakat merupakan sebuah refleksi dari kebudayaan yang ada dirnana sebuah kebudayaan itu tidak rnemuat suatu aturan yang bersifat tertulis. Aturan dan norma yang ada dalan suatu jaringan sosial menyangkut kehidupan yang didominasi oleh interaksi non-formal yaitu bersifat tidak tertulis. Para pemetik secara tidak langsung mengerti akan hak dan kewajiaban atas hubungan yang sedang dijalin itu. Perbedaan antara norma dan aturan terlihat dari sanksi yang ada jika terjadi pelanggaran oleh salah satu pihak. Sanksi dalam norma cenderung lebih ke masalah sosial emosional. Misalnya seorang pemetik akan merasa tidak nyaman jika hams menjual rumput laut ke bakul yang bukan tetangganya atau berdekatan lokasinya dengan dia. Berbeda dengan norma, s a k i dalam aturan cenderung lebih ke Gasalah ekonomi. Hal ini terjadi karena sebelumnya telah terjadi kesepakatan yang tidak tertulis antara kedua belah pihak yang membuat aturan. Misalnya pemetik yang sebelumnya telah diberi pinjaman modal atau uang maka ia hams menjual hasil produksinya kedapa bakul yang memberikan pinjaman tersebut. Di bawah ini dijelaskan beberapa norma dan aturan dalam kegiatan produksi para pemetik rumput laut dengan bakul diantaranya: Aturan-aturan yang terjadi adalah: - Untuk pemetik yang telah diberikan pinjaman uang dan peralatan oleh bakul secara tidak langsung akan menjadi pemetik langganannya. Hal terjadi karena hutang atau pinjaman modal merupakan sebuah ikatan ekonomi yang berupa aturan tidak tertulis sehingga jika ada pemetik yang berpaling akan mendapatkan masalah yang berkaitan dengan penjualan rumput laut itu. Selanjutnya ketika pemetik tidak setia dengan ikatan yang sudah dijalin, kemungkinan yang terjadi adalah tidak mendapat pinjaman uang atau modal untuk lnelakukan produksinya. Hal ini sebagaimana yang diungkapkan oleh Agus : "Saleresna zpanzi urang hoyong ngicaljtrlnrt lranu sanes selain bakul langganan, tiasa wae...asal zrrang teu gaduh ikatan hutang. Upanzi zrrang gadung sametan nzalz pan isin bade ngical kenu sanes teh...oge bakal aya nzasalah. Salain eta oge zpa17zibakulna tatangga nzaenya izgical kanzr tebilz. ICadang aya bakzrl anzr sok izgawar artos heula lca penzetik teh...meh zrrang enggal ngala julczrt terns diical kamanehna" "Sebetulnya kalau kita mau jual rumput laut ke bakul yang lain diluar bakul langganan, bisa saja...asal kita tidak punya ikatan hutang. Kalau kita punya hutang, kan malu kalau mau jual ke yang lain itu...dan juga akan ada masalah. Selain itu juga kalau bakulnya tetangga, masa jual ke bakul yang jauh. Terkadang ada bakul yang suka ngasih nang 'awuran' ke pemetik...agar kita cepat nganbil rumput laut selanjutanya dijual ke bakul itu" - Jika kualitas rumput yang diambil jelek atau tidak sesuai dengan yang diperintahkan oleh bakul, maka pemetik tidak dapat protes ketika rumput laut dibeli oleh bakul dengan harga yang murah. Pemetik dan bakul secara tidak tertulis telah sepakat mengenai jenis rumput yang akan dibeli dengan harga yang normal. - Adanya kepemilikan akses secara tidak langsung oleh bakul terhadap tempat dimana m p u t laut itu dipetik. Rumput laut yang dipetik di lokasi yang dekat kepada bakul yang memiliki tempat atau kios penyimpanan akan dijual kepada bakul tersebut. Sebenamya pemetik bisa saja lnenjual kepada bakul yang lebih jauh di luar lokasi dia mengambil rurnput laut tersebut tetapi akan lebih mudah ketika rumput laut itu dijual ketempat yang lebih dekat. Norma-norma yang terjadi yaitu: Untuk melancarkan usaha dalam memetik rurnput laut, bagi pemetik yang ada hubungan kekeluargaan dan pemetik yang rumahnya berdekatan atau tetangga, tidak menjual rumput lautnya ke bakul lain. Hal ini untuk menjaga perasaan bakul itu, sehingga hubungan yang dijalin diluar jual beli rumput laut tidak ada masalah. Diantara sesama pemetik akan ada pertukaran informasi ketika rumput laut sedang bagus, selain itu ada infomasi harga rumput laut. Diantara mereka sudah ada keterikatan emosi dalam menjalani kegiatannya ini, sehingga ketika ada infonnasi lnengenai segala ha1 tentang kegiatan sebagai pemetik rumput laut, mereka akan menyampaikan ke yang rekan lainnya. Begitupun ketika ada informasi mengenai pekerjaan baru diluar pemetik. 5.5.4 Manfaat Jaringan Sosial yang Terbentuk Jaringan yang dibentuk memberikan sebuah rnanfaat bagi pemetik dan pihak-pihak yang terlibat didalamnya. Seperti yang telah diungkapkan oleh Agusyanto (2007), bahwa Ikatan-ikatan yang menghubungkan satu titik ke titik yang lainnya harus bersifat relatif pemanen (ada unsur waktu yaitu masalah 'durasi'). Begitu pula yang terjadi pada pemetik dan bakul rnerupakan jaringan yang bersifat tetap dalam proses jual beli rumput laut. Ikatan itu berfimgsi untuk mengikat masing-masing pelaku distribusi, baik pemetik, bakul maupun bandar adalah saling terikat demi kelangsungan tatanan mekanisme kerja yang sudah mereka jalin selama ini. Dengan melihat kenyataan diatas maka janngan sosial mempakan sarana yang efektif dan nyata dalam usaha agar tetap survive bagi pemetik, meskipun terkesan tradisional, namun cara ini adalah yang paling realisatis karena satu individu dalam struktur sosial saling terkait secara fimgsional. Sedangkan jaringan yang dibentuk diluar bakul berfungsi sebagai strategi untuk mengadaptasikan kondisi yang tergantung terhadap alam. Dengan adanya jaringan diluar profesinya sebagai pemetik rumput laut, mereka akan mendapatkan penghasilan tambahan untuk memenuhi kebutuhan hidup seharihari. Seperti penuturan Sutarya berikut ini : "Pe~zd~rdzrk Desa Mancagahar nzah, salersna kedalz bersyukur... sabab salairz cakeut sarengpantai, area pertaniana oge sae, sepertos area ladang sareng sawah. Rata-rata pendudzrk warga didieu mah memang kana laut, upanzi teujanten nalayan, janten pemetikjukut. Tapi kana dameulalz dirlarat oge sok dijalani lcanggo lzgejar kabutuhalz sahari-hari nu masih feu cekap. Jarzten upamijulcut teu nzusinz...pasti ka sawah atalzapi lca kebon, pan panghasilan tina laut mah sok tara talzgtos! Salailz eta... sok aya anu lcaluar kota janten buruh bangunan". "Penduduk Desa Mancgahar itu, sebenamya hams bersyukur...sebab selain dekat dengan pantai, area pertaniannya juga bagus, seperti area ladang dan sawah. Rata-rata penduduk warga disini itu memang terjun ke laut, kalau tidak jadi nelayan, mereka jadi pemetik rumput laut. Tetapi pekerjaan didarat juga suka dijalani buat mengejar kebutuhan sehari-hari yang masih kurang. Jadi kalau rumput laut sedang tidak musim ...pasti ke sawah atau ke ladang, kan penghasilan dari laut itu tidak menentu! Selain itu... suka ada yang keluar kota menjadi buruh bangunan". Selain itu terbukanya informasi untuk mendapatkan pekeijaan diluar daerah. Hal ini telah diungkapkan oleh Lawang (2004), bahwa f'ungsi informatif disebut pula media informasi atau jaringan informasi yang memungkinkan setiap stakeholder dalam jaringan itu dapat mengetahui informasi yang berhubungan dengan masalah atau peluang apapun yang berhubungan dengan kegiatan usaha. Seperti yang dialami oleh Rosidin berikut ini : "Selain kana jukut bapakpernah nyobian janten tzlkang ojeg, tzlkang becak saerng dameulaiz saaya-aya didiezr. Aklziri-aklzir iezr didieu telz izuiu ramai kana zldanz - ... kaleresan seezlr iizfonzasi ti rerencangan sakampung, nya... bapalc telz nyobian atuh Icanggo nambilz-nambih penghasilan. Saleresana bapakjanteiz nelayan zrdang telz Icarena diajak oge kt1 anak...kaleresan pun anak gadzrh jaring, sedengkeun anjeuna tezr tiasa ngalazrt tebih solc mabok ...pan ngoperasikeunjariizg mah kedah l a tengah lazrt. Makana bapak nu diajak ku pun analcjanten nelayan zrdaizg kanggo ngoperasikeunjaring sakanteunan ngabaiztos usaha anak. Sebagai nelayan udang bapak kenging imbalan ti pun anak... sane* bagi hasil namina tapi sapamisahan wae kanggo sepzrh, sakanteunan kanggo ngabantos biaya salcola rai-mina ". - ~ "Selain memetik rumput laut, bapak juga pemah mencoba menjadi tukang ojeg, tukang becak dan pekerjaan lainnya yang ada disini. Akhir-akhir ini disini sedang ramai menjadi nelayan udang...kebetulan banyak informasi dari teman-teman sekanpung, ya ...bapak mencobanya buat menambah penghasilan. Sebenamya bapak menjadi nelayan udang itu karena diajak oleh anak juga ... kebetulan dia punya jaring, sedangkan dia sendiri tidak dapat melaut ketengah karena suka mabuk kapal ... kan mengoperasikan kapal itu hams ke tengah laut. Makanya bapak yang diajak oleh anak untuk mengoperasikanjaringnya sekalian untuk membantu usaha anak. Sebagai nelayan udang bapak mendapatkan imbalan dari anak... bukan bagi hasil namanya, tapi imbalan biasa yang diberikan anak ke orang tuanya, sekalian untuk membantu biaya sekolah adik-adiknya". Selain dengan orang lain, jaringan juga dibentuk dengan keluarga, miaslnya anak, oleh karena itu jaringan dengan keluarga akan memudahkan untuk mendapatkan pengahsilan karena tidak ada perjanjian yang resmi. Dalam ha1 pembagian keuntungan tidak dirinci berapa bagiannya, karena ada motivasi lainnya yaitu membantu keluarga dalam mencari nafkah. Dalam hubungan ini dapat disebut sebagai jaringan berdasarkan emosi atau perasaan. Seperti penuturan Entis berikut ini : "Kaleresan bapak mah sok dibatos kuanalc sateuacan manehna nikah mah. Anjeuna sok ngiriizg metik jukzlt lamun urang ngajak ka laut teh. Alhamdulillah anak bapak mah teu sepertos anak izu sejen ... teu gengsi kana usaha nu dilakoni kzr kolotna. Salain kanggo ngabantos sepuh oge, pan tiasa kanggojajan manehna... " "Kebetulan bapak itu suka dibantu olah anak ketika dia belum menikah. Dia suka ikut memetik rumput laut kalau orangtua ngajak ke laut itu. Alhamdulillah anak bapak itu tidak seperti anak-anak yang lainnya... dia tidak merasa malu ikut usaha yang dijalani oleh orangtuanya itu. Selain buat membantu orangtua, kan bisa buat uang jajan dia sendiri...". BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Dari penelitian mengenaai jaringan sosial di Desa Mancagahar Keca~natan Pameungpeuk, dapat disimpulkan beberapa ha1 beiikut ini : Jaringan sosial yang dibentuk oleh pemetik mmput laut di Desa Mancagahar dapat digolongkan menjadi jaringan internal dan jaringan eksternal. * Hubungan vertikal yang terjadi didalam komunitas itu yaitu hubungan yang dijalin dengan bakul, bakul non-rumput laut, pemilik sawah dan pemilik ladang. Hubungan horizontal adalah hubungan yang terjadi dengan sesama pemetik rumput laut dan rekan kerja pada kegiatan nonmmput laut. Pada umumnya luas jaringan yang terdapat pada pemetik yang tidak mempunyai diversifikasi pekerjaan yang beragam, memiliki cakupan yang tidak luas. Sebaliknya pada pemetik yang memilki diversifikasi pekerjaan yang beragam, jaringan sosial yang dimilikinyapun relatif lebih luas. Kerapatan jaringan dengan bakul dilihat dari sisi kepentingan ekonomi yaitu bersifat saling tergantung satu sama lain. Pada setiap kasus terdapat keterikatan yang erat, karena kebutuhan akan jaminan mendapatkan sumber daya yang ingin dicapai masing-msaing pihak. Kedekatan diantara rekan kerja mmput laut dan non-nunput laut disebabkan oleh hubungan kekerabatan, pertemanan dan ketetanggaan. * Didalam komunitas usaha ivmput laut tidak ada ketertutupan terhadap orang lain yang ingin bergabung dalam usaha ini. Baik dari pihak bakul maupun pemetik. * Keragaman yang terdapat pada sejumlah pemetik maupun bakul relatif sama, yaitu ditandai dengan status pendidikan yang rata-rata tamat SD, berasal dari ras yang sarna yaitu suku Sunda dan budaya yang diceminkan tiap individu sama. Faktor Pendorong jaringan sosial yaitu motivasi ekonomi akan terjaminnya pemasaran sumber daya yang didapatkan bempa rumput laut. Untuk jaringan dengan sesama pemetik faktor pendorongnya yaitu berupa informasi akses, musim dan harga rumput laut. Diluar usaha non-rumput laut yaitu untuk mendapatkan kemudahan dalam mengakses sumber daya yang terdapat di lingkungan sekitar, seperti modal usaha. Fungsi dan keuntungan dari jaringan yang mereka bentuk adalah untuk mengikat masing-masing pelaku distribusi, baik pemetik, bakul maupnn bandar. Sedangkan jaringan yang dibentuk diluar distribusi rumpnt laut yaitu mempermudah akses sumber daya yang ada di lingkungannya. Norma dan aturan yang berlaku didalam jaringan yang terdapat pada komunitas rumput laut merupakan norma yang bersifat tidak formal, tetapi mengikat. Masing-masing pihak akan memahami dengan hubungan itu sesuai dengan status dan peran mereka. Pada setiap kasus, pada umnmnya laki-laki mempunyai jaringan yang lebih banyak dibandingkan perempuan. Hal ini disebabkan oleh tingkat , resiko pekerjaan yang dijalani oleh laki-laki cukup besar yang sulit dikeljakan oleh pihak istri dan peran perempuan hanya sebagai pembantu usaha suaminya.. 6.2 Saran Disarankan pemerintah setempat memberi kesadaran untuk membentuk kelompok mmput laut dengan diadakannya pemberdayaan yang berkelanjutan dalam memenfaatkan komoditas mmput laut itu, sehingga para pemetik itu mempunyai akses jaringan yang lebih luas lagi, yang pada akhimya potensi rumput laut di Desa Mancagahar dapat dimanfaatkan dengan baik. 0 Kebutuhan akan modal merupakan salah satu kunci untuk berkembangnya usaha dalam memasarkan komoditas rumput laut. Selama ini pihak-pihak yang terlibat dalam pemasaran itu seperti bakul dan bandar mengalami kesulitan untuk mendapatkan modal yang dibntuhkan. Sehingga diperlukan terbukanya akses untuk mendapatkan modal bagi bakul dan bandar dengan dukungan dan persetujuan pemerintah daerah untuk memperoleh pinjaman ke suatu lembaga keuangan, sehingga mendapatkan kemudahan dalam usaha untuk memasarkan rumput laut itu. DAFTAR PUSTAKA Agusyanto, R. 2007.Jaringan Sosial dalam Organisasi. Jakarta: Rajawali Pers. Arnis, 2003. Jaringan Sosial Perempuan Bakul Ikan (Studi Kasus Perempuan "Bakul Ikan" di Desa Bendar Kecamatan Juwana Kabupaten Pati). Tesis (tidak dipublikasikan). Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Instutut Pertanian Bogor. Bee, R.L. (1974). Paterns andprocesss: An introduction to anthropological strategies for the study of sociocultural change. New York: The Free Press. htt~:Nikanmania.wordpress.com/2007/12/28. (diakses : 21 Januari 2008) Boissevain, Jeremy. 1972. "Preface", NetworkAnalysis Studies in Human Interaction. Paris: Mouton&Co. http://ikanmania.wordvress.com/2OO7/12/28. (diakses : 21 Januari 2008) Dahuri, R (dkk). 2001. Pengelolaan Suntber Daya Pesisir dan Lazitan Terpadu. Jakarta: Pradnya Paramita. secara Direktorat Jenderal Perikanan. 2000. Buku StatistikPerilcanan Indonesia Husaini Usman & Pumomo Setiadi Akbar. (1998.). Metode Penelitian Sosial. Jakarta: Bumi Aksara. Hutagalung, Saut. 2008. DKP Targetkan Produksi Rumput Laut 1,9 juta ton. Artikel. http://www.dkp.go.id (diakses : 19 Maret 2008). Kusnadi. 2000. Nelayan: Strategi Adaptasi dan Jaringan Sosial. Bandung: Humaniora Utama Press. Lawang, RMZ. 2004. Kapital Sosial dalanz Perpektif Sosiologik Suatu Pengantar. Jakarta: FISIP UI Press. Moleong, L.J. (2000). Metodologi Penelitian Kualitatif: Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Nasution. 2003. Metode Research: Penelitian Ilmiah. Cetakan keenam. Jakarta: Buini Aksara. Samudra, edisi 37 April Th 2006. PT Samudra Komunikasi Utama Satria, A. 2001 Dinamika Modernisasi Perikanan For~nasi Sosial dun Mobilisasi Nelayan. Bandung: Humaniora Utama Press. , A. 2002. Pengantar Sosiologi Ma~yarakat Pesisir. Jakarta: Pustaka Cidesindo. Sitorus, M.T. 1998. Penelitian Kualitatif: Suatu Pengantar. Bogor: Kelompok Dokumentasi Ilmu Sosial. Soekanto, S. 1993. Beberapa Teori Sosiologi tentang Struktur Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Masyarakat. Solihin, A. 2004. Musim PaceklikNelayan dun Jaminan Sosial. http://ikanmania.wordvress.com/2007/12/28/. (diakses : 21 Januari 2008). Stone W, Huges J.2002. Social Capital: Empirical Meaning and Measurement Validig [Research Paper]. Australia: Australian Institute of Family. Sunarto, K. 2000. Pengantar Sosiologi (Edisi Kedua). Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia Jakarta. Turner, J.H. 1998. The Structure of Sociological Theory. Sixth Edition. University of California, Riverside, Wadsworth Publishing Company. An International Thomson Publishing Company. Yin, R.K, 2000. Studi Kasus: Desain dan Metode. Jakarta: Rajawali Grafindo Persada. Lampiran 1. Peta Lokasi Penelitian Desa Mancagahar Kecamatan Pameungpeuk Lampiran 2. Kegiatan Pemetik dalam Usaha Mencari Rurnput Laut Lampiran 3. Kondisi Pantai Tempat Komunitas Rumput Laut. Lampiran 4. Kegiatan Pemetik Selain Mencari Rumput Laut. Lampiran 5. Jenis Rumput Laut di Desa Mancagaha Lampiran 6. Kondisi KiosJGudang Rumput Laut dam Kegiatan Baku1 Kecil. I