BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Motivasi merupakan salah satu komponen pembelajaran terpenting. Motivasi merupakan penyebab utama siswa melibatkan diri atau tidak dalam aktifitas belajar (Melnic & Botez, 2014). Siswa yang memiliki motivasi belajar yang tinggi akan memiliki kepuasan yang tinggi pula terhadap aktivitas belajar (Chang, 2012), sehingga apa pun yang dipelajari jika didasari oleh motivasi belajar maka siswa akan puas dengan aktivitas belajar yang sedang dijalaninya. Motivasi dalam belajar berperan sangat penting karena motivasi merupakan proses internal yang mengaktifkan, menuntun, dan mempertahankan perilaku dari waktu ke waktu (Slavin, 2011). Ketika siswa memiliki motivasi yang tinggi maka siswa tersebut akan memiliki keinginan dan semangat yang besar untuk belajar. Sebaliknya siswa yang memiliki motivasi yang rendah tampak acuh tak acuh, mudah putus asa dan pertahatiannya tidak fokus. Siswa yang memiliki motivasi belajar yang rendah bisa dilihat dari sikap dan perilaku siswa yang malas belajar, sering tidak mengerjakan tugas/PR, tidak memperhatikan pelajaran, tidak serius dan tidak konsentrasi, suka ramai di kelas, sering membolos pelajaran tertentu, sering membolos, yang pada akhirnya berdampak pada nilai ulangan harian yang rendah atau prestasinya kurang (Sardiman, 2014). Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan dua orang guru SMA Muhammadiyah 2 Yogyakarta yang dilakukan di ruang guru SMA Muhammadiyah 2 Yogyakarta pada tanggal 22 Februari 2016, diketahui bahwa motivasi belajar siswa saat ini semakin menurun ditunjukkan dengan perilaku siswa yang tidak fokus pada saat guru menjelaskan pelajaran di kelas, tidur, mengobrol ataupun bermain gadget pada saat jam pelajaran, mengerjakan PR di sekolah bahkan tidak mengerjakan tugas sama sekali, serta terdapat 1 beberapa laporan orangtua murid terhadap guru BK bahwa pada saat di rumah siswa tidak belajar. Beberapa faktor yang menjadi penyebab rendahnya motivasi belajar siswa antara lain tidak adanya pendidikan moral, faktor keluarga yang acuh tak acuh, dan faktor yang paling kuat adalah perkembangan zaman dan perkembangan teknologi seperti gadget yang memiliki fitur internet dimana waktu dan pemanfaatannya tidak gunakan secara bijaksana. Akibatnya, nilai siswa menurun karena kurangnya motivasi untuk belajar dan berprestasi. Kemudian berdasarkan hasil observasi peneliti di SMA Muhammadiyah 2 Yogyakarta pada tanggal 23 Februari 2016 pukul 07.00 sampai dengan 09.00, terdapat siswa yang masih berkeliaran di luar kelas pada saat jam pembelajaran, dan terdapat siswa yang mengobrol, tidur ataupun bermain gadget pada saat pembelajaran berlangsung di beberapa kelas. Selain itu terdapat pemberitaan tentang pelajar Indonesia yang membolos pada saat jam sekolah. Salah satunya adalah pemberitaan yang telah terjadi di Yogyakarta. Pelajar SMA di Kota Yogya tertangkap tangan dalam razia yang diadakan oleh Dinas Ketertiban Kota Yogya di beberapa warnet di daerah Gondokusuman dan Kotagede. Sejumlah pelajar tersebut ditemukan membolos sekolah untuk bermain game online di sejumlah warnet game (Ferri, 2015). Bahkan di hari yang sama terdapat pemberitaan serupa yaitu pelajar yang membolos saat jam sekolah terjaring razia yang digelar petugas gabungan Dinas Ketertiban dan Kepolisian Resor Kota Yogyakarta di sejumlah game online. Pelajar yang terjaring razia adalah siswa SMA. Game online menjadi sasaran operasi pelajar karena pelajar sering memanfaatkan lokasi tersebut saat membolos pada jam pelajaran (Rusqiyati, 2015). Bulan berikutnya pun pemberitaan yang serupa yaitu tim gabungan yang terdiri dari personil Satpol PP dan Polresta Yogyakarta mengamankan belasan pelajar SMP dan SMA yang kedapatan membolos demi bermain game online berikut sejumlah peralatan untuk game online yang disimpan di tas sekolah (Ahmad, 2015). 2 Sari (2014) menyatakan bahwa terdapat dua faktor penyebab perilaku membolos, yaitu faktor internal karena tidak adanya motivasi dan minat dari dalam diri peserta didik yang bersangkutan dan sering ada gangguan fisiologis yang mengganggu keadaan peserta didik dalam belajar. Serta faktor eksternal, seperti kurangnya perhatian orang tua dalam pergaulan anak, faktor sekolah karena guru yang mengajar, metode mengajar yang digunakan tidak menarik, dan juga faktor lingkungan masyarakat yang mengganggu proses pembelajaran, seperti warnet, warung-warung yang buka pada jam sekolah dan dibiarkan saja oleh masyarakat karena tidak ada kepedulian masyarakat terhadap pendidikan. Seperti yang telah diuraian diatas perilaku membolos dapat mengganggu proses belajar mengajar siswa dan faktor penyebab perilaku tersebut salah satunya adalah kurang/tidak adanya minat atau motivasi belajar di dalam diri siswa. Peranan yang khas dari motivasi adalah mempengaruhi kuat lemahnya semangat belajar (Winkel, 1994). Hal ini berarti motivasi yang dimiliki seseorang dapat meningkat dan dapat pula menurun. Maka dari itu dibutuhkan motivasi yang dapat mempertahankan minat dan semangat siswa untuk belajar agar kegiatan tersebut tidak menurun dan teralihkan oleh kegiatan lain. Menurut Ryan & Deci (dalam Slavin, 2011) motivasi dapat berbeda-beda intensitas dan arahnya, artinya dua orang siswa dapat saja memiliki motivasi untuk belajar, namun salah seorang diantaranya mungkin saja memiliki motivasi untuk lebih memilih hal lain. Contohnya bisa saja salah seorang siswa memiliki motivasi untuk untuk belajar dan salah seorang lagi memiliki motivasi bermain internet. Maka dari itu dibutuhkan motivasi yang tepat agar siswa dapat melakukan kegiatan belajar dengan baik sehingga hasil belajarnya pun akan lebih optimal (Sardiman, 2014). Hamdu dan Agustina (2011) menyatakan bahwa motivasi belajar memiliki pengaruh yang signifikan terhadap prestasi belajar IPA siswa kelas IV SDN Tarumanegara Tawang Tasikmalaya. Terdapat pula penelitian yang dilakukan oleh Rogers (2012) yang menyatakan bahwa siswa yang 3 memiliki motivasi untuk membaca cenderung berprestasi tinggi dalam membaca dan penggunaan bahasa di dalam sekolah daripada siswa yang tidak memiliki motivasi untuk belajar. Karimi (2014) juga menambahkan bahwa motivasi akademik dan keyakinan diri terhadap prestasi akademik merupakan dua variabel penting dalam meningkatkan prestasi akdemik siswa. Pada era globalisasi yang semakin maju dan modern saat ini telah banyak mengembangkan teknologi komunikasi. Salah satunya internet yang merupakan teknologi komunikasi yang mampu menghubungkan seluruh jaringan komputer yang ada diseluruh dunia. Lahirnya media internet tidak dapat dipungkiri lagi membawa perubahan yang cukup besar dalam pola hidup manusia. Internet sekarang ini menjadi suatu media alternatif baru yang mampu menjembatani kebutuhan manusia yang menuntut kecepatan dan efisiensi biaya. Ada banyak manfaat yang didapatkan melalui internet, seperti pencarian informasi, melakukan transaksi bisnis, mengakses perpustakaan online, serta melakukan komunikasi dengan teman dan kerabat untuk merencanakan liburan (Young, 2004). Fitur-fitur hiburan dan sosial yang ditawarkan internet juga dapat mengatasi kejenuhan dan menjadi media sosialisasi dengan orang lain. Namun kemudahan dan hiburan yang didapat dari internet membuat seseorang menghabiskan waktu untuk berselancar didalam internet dan lebih memilih internet daripada aktivitas lain, salah satunya aktivitas belajar, serta dalam keadaan ekstrim dapat menyebabkan kecanduan internet. Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo, 08 Mei 2014) menyatakan, pengguna internet di Indonesia hingga saat ini telah mencapai 82 juta orang. Dengan capaian tersebut, Indonesia berada pada peringkat ke-8 di dunia. Dari jumlah pengguna internet di Indonesia, 80 persen di antaranya adalah remaja berusia 15-19 tahun. Pada rentang usia tersebut remaja sedang duduk di bangku SMP ataupun SMA. Ada berbagai 4 macam fasilitas yang disediakan internet mulai dari mengakses informasi, mengirim atau menerima email, bermain game, chatting ataupun social media seperti facebook, twitter, path, instagram, dan masih banyak lagi. Ditambah dengan perkembangan gadget yang semakin banyak digemari oleh berbagai kalangan karena kecanggihannya dan mudah dibawa kemana-mana, serta harga gadget yang dapat di jangkau tidak hanya pada kalangan ekonomi atas saja. Berbagai macam fasilitas, terutama hiburan dan media sosial, yang disediakan oleh internet dapat membuat seseorang sulit untuk melepaskan internet dan yang paling mengkhawatirkan adalah seseorang menjadi kecanduan terhadap internet. Seorang pecandu internet akan menghabiskan waktu berjam-jam bahkan berhari-hari di depan komputer atau gadget untuk online. Penelitian Young (1999) mengungkapkan bahwa kecanduan internet sebagaimana kecanduan obat-obatan, alkohol, dan judi mengakibatkan kegagalan akademik, menurunkan kinerja, mengakibatkan perselisihan dalam perkawinan bahkan perceraian. Dalam dunia akademik, internet yang disediakan untuk mendukung kegiatan akademik seperti penelitian dan akses perpustakaan internasional, kenyataannya siswa mengaplikasikan internet dengan mencari informasi yang tidak relevan dengan pelajaran, akibatnya 85% siswa mengalami penurunan dalam kebiasaan belajar, penurunan rangking, dan membolos. Dalam survey yang dilakukan Bruner (dalam Young, 2004) menghasilkan 86% responden guru, pustakawan, dan koordinator komputer yakin bahwa penggunaan internet oleh siswa tidak meningkatkan performansi belajar. Mereka berpendapat bahwa informasi yang ada didalam internet tidak teratur dan tidak bersangkutan dengan kurikulum sekolah untuk membantu siswa dan hal tersebut dapat menjadi distraktor dalam proses belajar. Internet addiction merupakan fenomena yang mencemaskan dan menarik perhatian. Kepopuleran media internet menyebabkan efek internet menjadi sukar untuk diramalkan. 5 Internet dapat membuat seserang kecanduan, karena menawarkan berbagai informasi, permainan, dan hiburan. Hal ini ditandai rasa senang dengan internet, durasi penggunaan internet terus meningkat, menjadi cemas dan bosan ketika harus melalui beberapa hari tanpa internet (Young, 1999). Pecandu internet tidak dapat menghentikan keinginan untuk online sehingga kehilangan kontrol dari penggunaan internet dan akan mengganggu kehidupan seseorang, salah satunya pada dunia akademik. Hal ini ditambah dengan beberapa penelitian yang menunjukkan bahwa pengguna internet yang berusia muda lebih beresiko menjadi pecandu internet daripada pengguna yang lebih tua (Soule et al., 2003). Sahin (2011) juga menambahkan bahwa usia 19 tahun kebawah secara signifikan memiliki tingkat kecanduan internet yang lebih tinggi dibandingkan usia 30 tahun keatas. Terdapat beberapa penelitian yang menunjukkan efek negatif penggunaan internet yang berlebihan pada pelajar. Reed & Reay (2015) mengungkapkan tingkat penggunaan internet yang bermasalah berasosiasi negatif dengan motivasi belajar. Kecanduan internet juga memiliki dampak negatif pada performansi akademik siswa (Akhter, 2013). Jiang (2014) menambahkan kecanduan internet secara signifikan berhubungan dengan penurunan performansi akademik. Melnic dan Botez (2014) menyatakan bahwa alasan yang paling banyak mengapa siswa tidak memiliki motivasi untuk belajar adalah kekurangan waktu dan terlibat dalam aktivitas lain, seperti bermain internet. Kondisi inilah yang kemudian mendorong penulis untuk melakukan penelitian mengenai hubungan kecenderungan kecanduan internet dengan motivasi belajar siswa, dikarenakan motivasi merupakan komponen penting dalam proses belajar dan melihat pada usia pelajar lebih rentan mengalami kecanduan terhadap internet. 6 B. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menguji apakah terdapat hubungan antara kecanduan internet dengan motivasi belajar siswa. C. 1. Manfaat Penelitian Manfaat Teoritis Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan ilmiah untuk pengembangan ilmu dalam bidang Psikologi, khususnya pada ranah psikologi pendidikan yang mempelajari tentang motivasi belajar. Selain itu penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan kajian tentang hubungan antara kecanduan internet dengan motivasi belajar siswa. 2. Manfaat Praktis Hasil penelitian ini diharapkan saat memberikan gambaran mengenai kondisi motivasi belajar siswa di SMA Muhammadiyah 2 Yogyakarta. Diharapkan penelitian ini juga dapat memberikan rujukan terkait penggunaan internet secara bijak demi meningkatkan motivasi belajar pada siswa SMA Muhammadiyah 2 Yogyakarta. 7