BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi Geografi Sistem informasi geografi adalah sebuah sistem informasi yang dapat memadukan antara data grafis dengan data teks (atribut) objek yang dihubungkan secara geografis dibumi (georeference). 2.2 Komponen Sistem Informasi Geografi Sistem informasi merupakan sistem kompleks yang terintegrasi degan sistemsistem komputer lain ditingkat fungsional dan jaringan. Sistem informasi geografi terdiri dari beberapa komponen. 1. Perangkat keras : Pada saat ini perangkat sistem informasi geografi dapat digunakan dalam berbagai platform perangkat keras mulai dari PC Desktop, workstation hingga multiuser host yang digunakan oleh banyak orang secara bersamaan dalam jaringan luas. Perangkat keras yang sering digunakan untuk SIG adalah komputer (PC), mouse, digitizer, printer, plotter dan scanner. 2. Perangkat lunak : Sistem Informasi Geografi juga merupakan sistem perangkat lunak yang tersusun secara modular dimana basis data memegang peranan kunci. Universitas Sumatera Utara 3. Data dan informasi geografi : Sistem Informasi Geografi dapat mengumpulkan dan menyimpan data serta informasi yang diperlukan baik secara tidak langsung dengan cara meng-importnya dari perangkat-perangkat lunak sistem informasi geografi yang lain maupun secara langsung dengan cara mendijitasi . 4. Manajemen : Proyek sistem informasi geografi akan baik bila ditangani oleh orang yang memiliki keahlian yang tepat pada semua tingkatan. Susunan keahlian kemampuan pengelola sistem informasi geografi sangat penting untuk menjalankan fungsi sistem informasi geografi. Biasanya organisasi pengelola ini menyebar dari grup yang mengelola hal-hal berkait dengan manajemen dan yang berkaitan dengan teknis. Secara sederhana keahlian yang penting dalam suatu sistem informasi geografi adalah manajer, ahli database, kartografi, manajer sistem, programmer dan teknisi untuk pemasukan dan pengeluaran data (Nurpilihan Bafdal, Kharistya Amaru, Boy Macklin Pareira P). 2.3 Kemampuan Sistem Informasi Geografi Universitas Sumatera Utara Kemampuan sistem informasi geografi dapat juga dikenali dari fungsi-fungsi analisis yang dapat dilakukannya. Terdapat dua jenis fungsi analisis; fungsi analisis atribut (basisdata atribut) dan fungsi analisis spasial. 2.3.1 Fungsi Analisis Atribut Fungsi analisis atribut terdiri dari operasi dasar sistem pengelolaan basisdata (DBMS) dan perluasannya dapat dirinci sebagai berikut : 1. Operasi dasar basisdata mencakup : 1) Membuat basisdata baru (create database) 2) Menghapus basisdata (drop database) 3) Membuat tabel basisdata (create table) 4) Menghapus tabel basisdata (drop table) 5) Mengisi dan menyisipkan data (record) ke dalam tabel (insert) 6) Membaca dan mencari data (field atau record) dari tabel basisdata (seek, find, search, retrieve) 7) Mengubah dan meng-edit data yang tedapat di dalam tabel basisdata (update, edit) 8) Menghapus data dari tabel basisdata (delete, zap, pack) 9) Membuat indeks untuk setiap tabel basisdata. 2. Perluasan operasi basisdata : Universitas Sumatera Utara 1) Membaca dan menulis basisdata dalam sistem basisdata yang lain (export dan import) 2) Dapat berkomunikasi dengan sistem basisdata yang lain (misalkan dengan menggunakan driver ODBC) 3) Dapat menggunakan bahasa basisdata standard SQL (Structures Query Language) 4) Operasi-operasi atau fungsi analisis lain yang sudah rutin digunakan di dalam sistem basisdata. 2.3.2 Fungsi Analisis Spasial Fungsi analisis spasial terdiri : 1. Klasifikasi (reclassify) : Fungsi ini mengklasifikasikan kembali suatu data spasial (atau atribut) menjadi data spasial yang baru dengan menggunakan kriteria tertentu. Misalnya dengan menggunakan data spasial ketinggian permukaan bumi (topografi), dapat diturunkan data spasial kemiringan atau gradien permukaan bumi yang dinyatakan dalam persentase nilai-nilai kemiringan. Nilai-nilai persentase kemiringan ini dapat diklasifikasikan hingga menjadi data spasial baru yang dapat digunakan untuk merancang perencanaan pengembangan suatu wilayah. Adapun contoh kriteria yang digunakan adalah 0-14% untuk pemukiman; 15-29% untuk pertanian dan perkebunan; 30-44% untuk hutan produksi, dan 45% ke atas untuk hutan, lindung dan taman nasional. Universitas Sumatera Utara 2. NetWork (jaringan) : Fungsi ini merujuk data spasial titik-titik (point) atau garis-garis (fines) sebagai suatu jaringan yang tidak terpisahkan. Fungsi ini sering digunakan, di dalam bidang-bidang transportasi dan utility (misalnya aplikasi jaringan kabel listrik, komunikasi - telepon, pipa minyak dan gas, air minum, saluran pembuangan). 3. Overlay : Fungsi ini menghasilkan data spasial baru dari minimal dua data spasial yang rnenjadi masukannya. Sebagai contoh, bila untuk rnenghasilkan wilayah-wilayah yang sesuai untuk budidaya tanaman tertentu (misalnya padi) diperlukan data ketinggian perrnukaan bumi, kadar air tanah, dan jenis tanah, maka fungsi analisis spasial overlay akan dikenakan terhadap ketiga data spasial (dan atribut) tersebut. 4. Buffering : Fungsi ini akan menghasilkan data spasial baru yang berbentuk poligon atau zone dengan jarak tertentu dari data spasial yang menjadi masukannya. Data spasial titik akan menghasilkan data spasial baru yang berupa lingkaran-lingkaran yang mengelilingi titik-titik pusatnya. Untuk data spasial garis akan menghasilkan data spasial baru yang berupa poligonpoligon yang melingkupi garis-garis. Demikian pula untuk data spasial poligon akan menghasilkan data spasial baru yang berupa poligon-poligon yang lebih besar dan konsentris. 5. 3D analysis : Fungsi ini terdiri dari sub-sub fungsi yang berhubungan dengan presentasi data spasial dalam ruang 3 dimensi. Fungsi analisis spasial ini banyak menggunakan fungsi interpolasi. Universitas Sumatera Utara 6. Digital image processing (pengolahan citra digital) : Fungsi ini dimiliki oleh perangkat sistem informasi geografi yang berbasiskan raster. Karena data spasial permukaan bumi (citra dijital) banyak didapat dari perekaman data satelit yang berformat raster, maka banyak sistem informasi geografi raster yang juga dilengkapi dengan fungsi analisis ini. Fungsi analisis spasial ini terdiri dari banyak sub-sub fungsi analisis pengolahan citra dijital. Dari uraian di atas diketahui bahwa sistem informasi geografi bukan sekedar sebagai tools pembuat peta. Walaupun produk sistem informasi geografi paling sering disajikan dalam bentuk peta, kekuatan sistem informasi geografi yang sebenarnya terletak pada kemampuannya dalam melakukan analisis, seperti telah dibahas di muka. Sistem informasi geografi dapat mengolah dan mengelola data dengan volume yang besar. Dengan demikian, pengetahuan mengenai bagaimana cara mengekstrak data tersebut dan bagaimana menggunakannya merupakan kunci analisis di dalam sistem informasi geografi (Nurpilihan Bafdal, Kharistya Amaru, Boy Macklin Pareira P). 2.4 Manfaat Sistem Informasi Geografis Manfaat sistem Informasi Geografis sangatlah beragam, beberapa manfaat sistem informasi geografi sebagai berikut : 1. Sebagai alat analisis komunikasi dan integrasi antar disiplin ilmu terutama yang memerlukan informasi-informasi geosciences. Universitas Sumatera Utara 2. Memecahkan masalah seputar akurasi representasi, akurasi prediksi dan keputusan yang diambil berdasarkan representasi, minimalisasi volume data yang digunakan, maksimalisasi kecepatan komputasi, kesesuaian dengan para pengguna, perangkat lunak, dan proyek-proyek yang lain mengenai bumi. 2.5 Data Atribut Data atribut memberikan gambaran atau menjelaskan informasi berkaitan dengan fitur peta atau coverage sistem informasi geografi. Data atribut dapat disimpan sebagai/dalam format angka (numbers) maupun karakter (characters). Pada Sistem Informasi Geografis, utamanya di ArcView dan ARC/INFO, data atribut di hubungkan (linked) dengan data spasial melalui “identifier”, atau sering disingkat ID, yang terkait di fitur. Pada ARC/INFO file data atribut disimpan sebagai file INFO disebut “feature attribute tables”. Pada ArcView file dikenal dengan nama “shape” file (*.SHP) yang terdiri dari serangkaian file. Atribut disimpan pada file dengan nama ekstensi *.dbf ( Dr. Ir. Roland A. Barkey ,dkk, 2009). 2.6 Data Spasial Data spasial mempunyai pengertian sebagai suatu data yang mengacu pada posisi, obyek, dan hubungan diantaranya dalam ruang bumi. Data spasial merupakan salah satu item dari informasi, dimana didalamnya terdapat informasi mengenai Universitas Sumatera Utara bumi termasuk permukaan bumi, dibawah permukaan bumi, perairan, kelautan dan bawah atmosfir (Rajabidfard dan Williamson, 2000). Data spasial dan informasi turunannya digunakan untuk menentukan posisi dari identifikasi suatu elemen di permukaan bumi (Radjabidfard, 2001). Mapping Science Committee (1995) dalam (Rajabidfard, 2001) menerangkan mengenai pentingnya peranan posisi lokasi yaitu: 1. Pengetahuan mengenai lokasi dari suatu aktifitas memungkinkan hubungannya dengan aktifitas lain atau elemen lain dalam daerah yang sama atau lokasi yang berdekatan . 2. Lokasi memungkinkan diperhitungkannya jarak, pembuatan peta, memberikan arahan dalam membuat keputusan spasial yang bersifat kompleks. Karakteristik utama dari data spasial adalah bagaimana mengumpulkannya dan memeliharanya untuk berbagai kepentingan. Selain itu juga ditujukan sebagai salah satu elemen yang kritis dalam melaksanakan pembangunan sosial ekonomi secara berkelanjutan dan pengelolaan lingkungan. Berdasarkan perkiraan hampir lebih dari 80 % informasi mengenai bumi berhubungan dengan informasi spasial (Wulan, 2002). Perkembangan teknologi yang cepat dalam pengambilan data spasial telah membuat perekaman terhadap data berubah menjadi bentuk digital, selain itu relatif cepat dalam melakukan prosesnya. Salah satunya perkembangan teknologi yang berpengaruh terhadap perekeman data pada saat ini adalah teknologi penginderaan jauh (remote sensing) dan Global Positioning System (GPS). Terdapat empat prinsip yang dapat mengidentifikasikan perubahan Universitas Sumatera Utara teknologi perekaman data spasial selama tiga dasawarsa ini. Prinsip tersebut adalah : 1. Perkembangan teknologi, 2. Kepedulian terhadap lingkungan hidup, 3. Konflik politik atau perang dan 4. Kepentingan ekonomi. Data lokasi yang spesifik dibutuhkan untuk melakukan pemantauan terhadap dampak dalam suatu lingkungan, untuk mendukung program restorasi lingkungan dan untuk mengatur pembangunan. Kegiatan-kegiatan tersebut dilakukan melalui kegiatan pemetaan dengan menggunakan komputer dan pengamatan terhadap bumi dengan menggunakan satelit penginderaan jauh. Terdapat dua pendorong utama dalam pembangunan data spasial. Pertama adalah pertumbuhan kebutuhan suatu pemerintahan dan dunia bisnis dalam memperbaiki keputusan yang berhubungan dengan keruangan dan meningkatkan efisiensi dengan bantuan data spasial. Faktor pendorong kedua adalah mengoptimalkan anggaran yang ada dengan meningkatkan informasi dan sistem komunikasi secara nyata dengan membangun teknologi informasi spasial. Didorong oleh faktor-faktor tersebut, maka banyak negara, pemerintahan dan organisasi memandang pentingnya data spasial, terutama dalam pengembangan informasi spasial atau yang lebih dikenal dengan Sistem Informasi Geografis (SIG). Tujuannya adalah membantu pengambilan keputusan berdasarkan kepentingan dan tujuannya masing-masing, terutama yang berkaitan dengan aspek keruangan. Oleh karena itu data spasial yang telah dibangun, sedang dibangun dan yang akan dibangun perlu diketahui Universitas Sumatera Utara keberadaanya. Pada dasarnya terdapat dua permasalahan utama yang terjadi pada saat ini dalam pembangunan data spasial. Pertama adalah “ledakan” informasi, dimana informasi tersebut diperlukan dalam perkembangan waktu yang terjadi. Hal ini sangatlah bergantung pada perkembangan yang cepat dalam proses pengambilan dan perekaman data spasial. Sedangkan yang kedua adalah terbatasnya dan sulitnya melakukan akses dan mendapatkan informasi spasial dari berbagai macam sumber data yang tersedia. Konsekuensi yang terjadi terdapat kebutuhan yang sangat mendesak untuk memecahkan permasalahan tersebut, yaitu dengan melakukan konsep berbagi pakai data, integrasi dari aplikasi yang berbeda dan mengurangi duplikasi data dan minimalisasi biaya pengeluaran yang terjadi. Secara sederhana format dalam bahasa komputer berarti bentuk dan kode penyimpanan data yang berbeda antara file satu dengan lainnya (Rajabidfard dan Wiliamson, 2000),. 2.7 Sumber Data Spasial Data spasial dapat dihasilkan dari berbagai macam sumber, diantaranya adalah : 1. Citra Satelit: Data ini menggunakan satelit sebagai wahananya. Satelit tersebut menggunakan sensor untuk dapat merekam kondisi atau gambaran dari permukaan bumi. Umumnya diaplikasikan dalam kegiatan yang berhubungan dengan pemantauan sumber daya alam di permukaan bumi (bahkan ada beberapa satelit yang sanggup merekam hingga dibawah permukaan bumi), studi perubahan lahan dan lingkungan, dan aplikasi lain yang melibatkan aktifitas manusia di permukaan bumi. Kelebihan dari teknologi terutama Universitas Sumatera Utara dalam dekade ini adalah dalam kemampuan merekam cakupan wilayah yang luas dan tingkat resolusi dalam merekam obyek yang sangat tinggi. Data yang dihasilkan dari citra satelit kemudian diturunkan menjadi data tematik dan disimpan dalam bentuk basis data untuk digunakan dalam berbagai macam aplikasi. 2. Peta Analog: Jenis data ini merupakan versi awal dari data spasial, dimana yang membedakannya adalah hanya dalam bentuk penyimpanannya saja. Peta analog merupakan bentuk tradisional dari data spasial, dimana data ditampilkan dalam bentuk kertas atau film. Oleh karena itu dengan perkembangan teknologi saat ini peta analog tersebut dapat di scan menjadi format digital untuk kemudian disimpan dalam basis data. 3. Foto Udara (Aerial Photographs): Merupakan salah satu sumber data yang banyak digunakan untuk menghasilkan data spasial selain dari citra satelit. Perbedaan dengan citra satelit adalah hanya pada wahana dan cakupan wilayahnya. Biasanya foto udara menggunakan pesawat udara. Secara teknis proses pengambilan atau perekaman datanya hampir sama dengan citra satelit. Sebelum berkembangnya teknologi kamera digital, kamera yang digunakan adalah menggunakan kamera konvensional menggunakan negatif film, saat ini sudah menggunakan kamera digital, dimana data hasil perekaman dapat langsung disimpan dalam basis data. Sedangkan untuk data lama (format foto film) dapat disimpan dalam basis data harus dilakukan konversi dahulu dengan mengunakan scanner, sehingga dihasilkan foto udara dalam format digital. Universitas Sumatera Utara 4. Data Tabular: Data ini berfungsi sebagai atribut bagi data spasial. Data ini umumnya berbentuk tabel. Salah satu contoh data ini yang umumnya digunakan adalah data sensus penduduk, data sosial, data ekonomi. Data tabular ini kemudian di relasikan dengan data spasial untuk menghasilkan tema data tertentu. 5. Data Survei (Pengamatan atau pengukuran dilapangan): data ini dihasilkan dari hasil survei atau pengamatan dilapangan. Contohnya adalah pengukuran persil lahan dengan menggunakan metode survei terestris (Nurpilihan Bafdal dkk, 2011). 2.8 Model Data Spasial Pemanfaatan data spasial yang diolah dengan menggunakan komputer (data spasial digital) menggunakan model sebagai pendekatannya. Economic and Social Comminssion for Asia and the Pasific (1996), mendefinisikan model data sebagai suatu set logika atau aturan dan karakteristik dari suatu data spasial. Model data merupakan representasi hubungan antara dunia nyata dengan data spasial. Terdapat dua model dalam data spasial, yaitu model data raster dan model data vektor. Kedua model ini memiliki karakteristik yang berbeda, selain itu dalam pemanfaatannya tergantung dari masukan data dan hasil akhir yang akan dihasilkan. Model data tersebut merupakan representasi dari obyek-obyek geografi yang terekam sehingga dapat dikenali dan diproses oleh komputer. Universitas Sumatera Utara 1. Data raster (atau disebut juga dengan sel grid) adalah data yang dihasilkan dari sistem Penginderaan Jauh. Pada data raster, obyek geografis direpresentasikan sebagai struktur sel grid yang disebut dengan pixel (picture element). Pada data raster, resolusi (definisi visual) tergantung pada ukuran pixel-nya. Dengan kata lain, resolusi pixel menggambarkan ukuran sebenarnya di permukaan bumi yang diwakili oleh setiap pixel pada citra. Semakin kecil ukuran permukaan bumi yang direpresentasikan oleh satu sel, semakin tinggi resolusinya. Data raster sangat baik untuk merepresentasikan batas-batas yang berubah secara gradual, seperti jenis tanah, kelembaban tanah, vegetasi, suhu tanah dan sebagainya. Keterbatasan utama dari data raster adalah besarnya ukuran file; semakin tinggi resolusi grid-nya semakin besar pula ukuran filenya dan sangat tergantung pada kapasistas perangkat keras yang tersedia. Masing-masing format data mempunyai kelebihan dan kekurangan. Pemilihan format data yang digunakan sangat tergantung pada tujuan penggunaan, data yang tersedia, volume data yang dihasilkan, ketelitian yang diinginkan, serta kemudahan dalam analisa. Data vektor relatif lebih ekonomis dalam hal ukuran file dan presisi dalam lokasi, tetapi sangat sulit untuk digunakan dalam komputasi matematik. Sedangkan data raster biasanya membutuhkan ruang penyimpanan file yang lebih besar dan presisi lokasinya lebih rendah, tetapi lebih mudah digunakan secara matematis (Dr. Ir. Roland A. Barkey ,dkk). 2. Data vektor merupakan bentuk bumi yang direpresentasikan ke dalam kumpulan garis, area (daerah yang dibatasi oleh garis yang berawal dan berakhir pada titik yang sama), titik dan nodes (merupakan titik perpotongan Universitas Sumatera Utara antara dua buah garis). Keuntungan utama dari format data vektor adalah ketepatan dalam merepresentasikan fitur titik, batasan dan garis lurus. Hal ini sangat berguna untuk analisa yang membutuhkan ketepatan posisi, misalnya pada basisdata batas-batas kadaster. Contoh penggunaan lainnya adalah untuk mendefinisikan hubungan spasial dari beberapa fitur. Kelemahan data vektor yang utama adalah ketidakmampuannya dalam mengakomodasi perubahan gradual matematis (Dr. Ir. Roland A. Barkey ,dkk). 2.9 Peta Peta adalah lembaran seluruh atau sebagian permukaan bumi pada bidang datar yang diperkecil dengan menggunakan skala tertentu (wikipedia, 2017). Karena dibatasi oleh skala dan proyeksi maka peta tidak akan pernah selengkap dan sedetail aslinya (bumi), karena itu diperlukan penyederhanaan dan pemilihan unsur yang akan ditampilkanpada peta. Skala peta menggambarkan sejauh mana penyederhanaan dilakukan. Pada peta skala kecil (misalnya 1:1.000.000) penyederhanaan dilakukan sampai tingkat yang cukup umum, sehingga yang diperolah adalah gambaran umum tentang wilayah yang dipetakan. Sedangkan pada peta berskala besar (misalnya 1:5.000) informasi yang ditayangkan dapat sangat rinci. Peta dapat dibuat dan ditayangkan dalam sistem proyeksi bumi, maupun sistem proyeksi, yang umumnya digunakan di Indonesia adalah Universal Transverse Mercator (UTM). Universitas Sumatera Utara Pada dasarnya bentuk bumi tidak datar tapi mendekati bulat maka untuk menggambarkan sebagian muka bumi untuk kepentingan pembuatan peta, perlu dilakukan langkah-langkah tertentu agar bentuk yang mendekati bulat tersebut dapat didatarkan dan distorsinya dapat terkontrol, untuk itu dilakukan proyeksi ke bidang datar. Proyeksi UTM dibuat oleh US Army sekitar tahun 1940-an. Sejak saat itu proyeksi ini menjadi standar untuk pemetaan topografi. Sifat-sifat proyeksi UTM dapat digambarkan sebagai berikut: 1. Proyeksi ini adalah proyeksi Transverse Mercator yang memotong bola bumi pada dua buah meridian, yang disebut dengan meridian standar. Meridian pada pusat zone disebut sebagai meridian tengah. 2. Daerah diantara dua meridian ini disebut zone. Lebar zone adalah 6 derajat sehingga bola bumi dibagi menjadi 60 zone. 3. Perbesaran pada meridian tengah adalah 0,9996. 4. Perbesaran pada meridian standar adalah 1. 5. Perbesaran pada meridian tepi adalah 1,001. 6. Satuan ukuran yang digunakan adalah meter. Untuk menghindari koordinat negatif dalam proyeksi UTM setiap meridian tengah dalam tiap zone diberi harga 500.000 mT (meter timur). Untuk hargaharga ke arah utara, ekuator dipakai sebagai garis datum dan diberi harga 0 mU (meter utara). Untuk perhitungan ke arah selatan ekuator diberi harga 10.000.000 mU. Wilayah Indonesia terbentang antara 90° – 144°BT dan 11° LS – 6°LU terbagi dalam 9 zone UTM, dengan demikian wilayah Indonesia dimulai dari zona 46 sampai zona 54 (meridian sentral 93° – 141° BT). Universitas Sumatera Utara 2.10 Sejarah Kabupaten Karo Kabupaten Karo adalah salah satu Kabupaten di provinsi Sumatera Utara, Indonesia. ibu kota kabupaten ini terletak di Kabanjahe. Kabupaten ini memiliki luas wilayah 2.127,25 km2 dan berpenduduk sebanyak kurang lebih 500.000 jiwa. Kabupaten ini berlokasi di dataran tinggi Karo, Bukit Barisan Sumatera Utara. Terletak sejauh 77 km dari kota Medan, ibu kota Provinsi Sumatera Utara. Wilayah Kabupaten Karo terletak di dataran tinggi dengan ketinggian antara 600 sampai 1.400 meter di atas permukaan laut. Karena berada diketinggian tersebut, Tanah Karo Simalem, nama lain dari kabupaten ini mempunyai iklim yang sejuk dengan suhu berkisar antara 16 sampai 17° C. Di dataran tinggi Karo ini bisa ditemukan indahnya nuansa alam pegunungan dengan udara yang sejuk dan berciri khas daerah buah dan sayur. Di daerah ini juga bisa kita nikmati keindahan Gunung berapi Sibayak yang masih aktif dan berlokasi di atas ketinggian 2.172 meter dari permukaan laut. Arti kata Sibayak adalah Raja. Berarti Gunung Sibayak adalah Gunung Raja menurut pengertian nenek moyang suku Karo. Kabupaten Karo saat ini dulu merupakan bagian dari Kerajaan Aru. Ada 5 kebayakan (kerajaan) di Tanah Karo: 1. Kerajaan Sebayak Lingga (asal mula Marga Karo-Karo Sinulingga) 2. Kerajaan Sebayak Sarinembah (asal mula Marga Sembiring Meliala) 3. Kerajaan Sebayak Suka (asal mula Marga Ginting Suka) 4. Kerajaan Sebayak Barusjahe (asal mula Karo-Karo, Barus) 5. Kerajaan Sebayak Kutabuluh (asal mula Marga Perangin-angin) Universitas Sumatera Utara 6. Kerajaan Sukapiring Seberaja (asal mula marga Karo Sekali) Kerajaan Aru atau Haru merupakan sebuah kerajaan yang pernah berdiri di wilayah pantai timur Sumatera Utara sekarang. Nama kerajaan ini disebutkan dalam Kakawin Nagarakretagama sebagai salah satu kerajaan yang pernah menjadi taklukan Majapahit. Sedangkan dalam Suma Oriental menyebutkan bahwa kerajaan ini merupakan kerajaan yang kuat Penguasa Terbesar di Sumatera yang memiliki wilayah kekuasaan yang luas dan memiliki pelabuhan yang ramai dikunjungi oleh kapal-kapal asing. Dalam laporannya, Tomé Pires juga mendeskripsikan akan kehebatan armada kapal laut kerajaan Aru yang mampu melakukan pengontrolan lalu lintas kapal-kapal yang melalui Selat Melaka pada masa itu. Dalam Sulalatus Salatin Haru disebut sebagai kerajaan yang setara kebesarannya dengan Malaka dan Pasai. Peninggalan arkeologi yang dihubungkan dengan Kerajaan Haru telah ditemukan di Kota Cina dan Kota Rantang. Haru pertama kali muncul dalam kronik Cina masa Dinasti Yuan, yang menyebutkan Kublai Khan menuntut tunduknya penguasa Haru pada Cina pada 1282, yang ditanggapi dengan pengiriman upeti oleh saudara penguasa Haru pada 1295. Nagarakretagama menyebut Haru sebagai salah satu negara bawahan Majapahit. Islam masuk ke kerajaan Haru paling tidak pada abad ke-13. Kemungkinan penduduk Haru lebih dulu memeluk agama Islam daripada Pasai, seperti yang disebutkan Sulalatus Salatin dan dikonfirmasi oleh Tome Pires. Namun dalam catatan d’Albuquerque (Afonso de Albuquerque?) (Commentarios, 1511, BabXVIII) dinyatakan bahwa penguasa kerajaan-kerajaan kecil di Sumatera bagian Utara dan Sultan Malaka biasa memiliki orang kanibal sebagai algojo dari sebuah negeri yang bernama Aru. Juga dalam catatan Mendes Pinto (1539), Universitas Sumatera Utara dinyatakan adanya masyarakat ‘Aru’ di pesisir Timur Laut Sumatera dan mengunjungi rajanya yang muslim, sekitar dua puluh tahun sebelumnya, Duarte Barbosa sudah mencatat tentang kerajaan Aru yang ketika itu dikuasai oleh orangorang kanibal penganut paganisme. Namun tidak ditemukan pernyataan kanibalisme dalam sumber-sumber Tionghoa zaman itu. Terdapat indikasi bahwa penduduk asli Haru berasal dari suku Karo, seperti nama-nama pembesar Haru dalam Sulalatus Salatin yang mengandung nama dan marga Karo. Pada abad ke-15 Sejarah Dinasti Ming menyebutkan bahwa “Su-lu-tang Husin”, penguasa Haru, mengirimkan upeti pada Cina tahun 1411. Setahun kemudian Haru dikunjungi oleh armada Laksamana Cheng Ho. Pada 1431 Cheng Ho kembali mengirimkan hadiah pada raja Haru, namun saat itu Haru tidak lagi membayar upeti pada Cina. Pada masa ini Haru menjadi saingan Kesultanan Malaka sebagai kekuatan maritim di Selat Malaka. Konflik kedua kerajaan ini dideskripsikan baik oleh Tome Pires dalam Suma Oriental maupun dalam Sejarah Melayu. Pada abad ke-16 Haru merupakan salah satu kekuatan penting di Selat Malaka, selain Pasai, Portugal yang pada 1511 menguasai Malaka, serta bekas Kesultanan Malaka yang memindahkan ibukotanya ke Bintan. Haru menjalin hubungan baik dengan Portugal, dan dengan bantuan mereka Haru menyerbu Pasai pada 1526 dan membantai ribuan penduduknya. Hubungan Haru dengan Bintan lebih baik daripada sebelumnya, dan Sultan Mahmud Syah menikahkan putrinya dengan raja Haru, Sultan Husain. Setelah Portugal mengusir Sultan Mahmud Syah dari Bintan pada 1526 Haru menjadi salah satu negara terkuat di Selat Malaka. Namun ambisi Haru dihempang oleh munculnya Aceh yang mulai menanjak. Catatan Portugal menyebutkan dua serangan Aceh pada 1539, dan Universitas Sumatera Utara sekitar masa itu raja Haru terbunuh oleh pasukan Aceh. Istrinya, ratu Haru, kemudian meminta bantuan baik pada Portugal di Malaka maupun pada Johor (yang merupakan penerus Kesultanan Malaka dan Bintan). Armada Johor menghancurkan armada Aceh di Haru pada 1540.Aceh kembali menaklukkan Haru pada 1564. Sekali lagi Haru berkat bantuan Johor berhasil mendapatkan kemerdekaannya, seperti yang dicatat oleh Hikayat Aceh dan sumber-sumber Eropa. Namun pada abad akhir ke-16 kerajaan ini hanyalah menjadi bidak dalam perebutan pengaruh antara Aceh dan Johor.Kemerdekaan Haru baru benar-benar berakhir pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda dari Aceh, yang naik tahta pada 1607. Dalam surat Iskandar Muda kepada Best bertanggal tahun 1613 dikatakan, bahwa Raja Aru telah ditangkap; 70 ekor gajah dan sejumlah besar persenjataan yang diangkut melalui laut untuk melakukan peperangan-peperangan di Aru. Dalam masa ini sebutan Haru atau Aru juga digantikan dengan nama Deli.Wilayah Haru kemudian mendapatkan kemerdekaannya dari Aceh pada 1669, dengan nama Kesultanan Deli (wikipedia, 2017). 2.11 Kondisi Geografis Kabupaten Karo Kabupaten karo merupakan salah satu daerah provinsi sumatera utara yang berpotensi sebagai daerah pertanian dan pariwisata. Terletak didataran tinggi pegunungan bukit barisan yang berada pada ketinggian 400-1600 m diatas permukaan laut. Lokasinya berjarak 75 km dari medan, ibukota provinsi sumatera utara. Kabupaten karo terletak pada 0250’-3019’ lintang utara dan 9755’-9838’ Universitas Sumatera Utara Bujur Timur. Batas wilayah kabupaten karoKabupaten Karo Memiliki Batas Wilayah Yaitu Sebagai Berikut : Tabel 2.1 Batas Wilayah Kabuaten Karo. Utara Kabupaten Langkat dan Kabupaten Deli Serdang Selatan Kabupaten Dairi Barat Kabupaten Aceh Tenggara (Provinsi Aceh) Timur Kabupaten Simalungun dan Kabupaten Samosir Luas wilayah kabupaten karo 2.127,25 km2 atau 2,97% dari luas provinsi sumatera dengan total jumlah penduduk 322.012 jiwa yang tersebar di 17 kecamatan. Kabupaten karo memiliki dua buah gunung berapi yaitu Gunung sibayak 2.172 M dpl dan Gunung Sinabung 2.454 M dpl. Daerah ini juga memiliki dua buah danau yaitu Danau toba dan Danau Lau Kawar. Daya Tarik wisata utama daerah ini adalah alam pegunungan. Panorama, danau, sungai, peninggalan budaya dan atraksi seni budaya. Sesuai dengan yang tertuang dalam surat keputusan Menteri Dalam Negeri No.118 tahun 1991 dan Surat Keputusan Gubernur KDH Tkt I Provinsi Sumatera Utara No. 138/21/1994 tanggal 21 Mei 1994 tentang data wilayah administrasi pemerintahan di Indonesia dan Sumatera Utara serta Peraturan Daerah Kabupaten Karo No.04 tentang Pembentukan Kecamatan Dolat Rayat, Kecamatan Merdeka, Kecamatan Naman Teran dan Kecamatan Tiganderket serta pemindahan Ibukota Kecamatan Payung, maka di Kabupaten Karo terdapat 17 kecamatan, 248 desa serta 10 kelurahan. Wilayah Kabupaten Karo dibagi menjadi 17 kecamatan, yaitu: 1. Barusjahe 2. Berastagi Universitas Sumatera Utara 3. Dolat Rayat 4. Juhar 5. Kabanjahe 6. Kuta Buluh 7. Laubaleng 8. Mardingding 9. Merdeka 10. Merek 11. Munthe 12. Naman Teran 13. Payung 14. Simpang Empat 15. Tigabinanga 16. Tiganderket 17. Tigapanah Universitas Sumatera Utara 2.12 Flowchart Flowchart adalah sebuah diagram umum yang mempresentasikan sebuah algoritma atau memperlihatkan proses menggunakan langkah-langkah yang beberapa dilakukan bagun geometri untuk oleh program dalam meyelesaikan masalah. Secara umum, flowchart juga digunakan di berbagai bidang untuk menganalisis, mendesain, mendokumentasikan, atau mengelola suatu proses atau program (http://e.wikipedia.org/xiki/flowchart). Berikut ini adalah gambar simbol – simbol standar dalam flowchart beserta dengan arti dari masing – masing simbol. Universitas Sumatera Utara Tabel 2.2 Simbol Flowchart. Simbol Keterangan Digunakan untuk mewakili simbol start (mulai) atau end (akhir).simbol ini diberi label dengan kata start Oval (mulai) atau end (akhir). Untuk mewakili data input dan menuliskan output-nya Input/output(data/hasil) Suatu simbol yang melambangkan diprosesnya Process(pengolah) suatu data seperti perhitungan dan instruksi-instruksi. Digunakan untuk menyatakan keputusan (decission). Decision(keputusan) Digunakan untuk mewakili output sebagai alternatif untuk simbol jajaran genjang yang digunakan pada Document(Dokumen ) input. Digunakan untuk menunjukkan alur proses. Sebuah anka panah bermula Arrow (Anak panah) dari suatu simbol berakhir di simbol lain, menunjukkan bahwa kendali berpindah ke simbol yang ditunjuk oleh anak panah tersebut Universitas Sumatera Utara