BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Investasi Investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya lainnya yang dilakukan pada saat ini, dengan tujuan memperoleh sejumlah keuntungan di masa datang (Tandelilin, 2010:2). Investasi berkaitan dengan berbagai macam aktivitas, seperti menginvestasikan sejumlah dana pada aset real (tanah, emas, mesin atau bangunan) maupun aset finansial (deposito, saham ataupun obligasi). Tujuan suatu investasi yaitu untuk meningkatkan kesejahteraan investor dalam bentuk kesejahteraan moneter, yang bisa diukur dengan jumlah pendapatan saat ini ditambah nilai saat ini pendapatan masa datang. Secara lebih khusus lagi, ada beberapa alasan mengapa seseorang melakukan investasi, antara lain adalah sebagai berikut (Tandelilin 2010:8-9). 1) Untuk mendapatkan kehidupan yang lebih layak di masa datang. Seseorang yang bijaksana akan berpikir bagaimana meningkatkan taraf hidupnya dari waktu ke wwaktu atau setidaknya berusaha bagaumana mempertahankan tingkat pendapatannya yang ada sekarang agar tidak berkurang di masa yang akan datang. 2) Mengurangi tekanan inflasi. Dengan melakukan investasi dalam pemilikan perusahaan atau obyek lain, seseorang dapat menghindarkan diri dari risiko penurunan nilai kekayaan atau hak miliknya akibat adanya pengaruh inflasi. 12 13 3) Dorongan untuk menghemat pajak. Beberapa negara di dunia banyak melakukan kebijakan yang bersifat mendorong tumbuhnya investasi di masyarakat melalui pemberian fasilitas perpajakan kepada masyarakat yang melakukan investasi pada bidang-bidang usaha tertentu. Proses investasi meliputi pemahaman dasar-dasar keputusan investasi dan bagaimana mengorganisir aktivitas-aktivitas dalam proses keputusan investasi. Seorang investor terlebih dahulu harus mengetahui beberapa konsep dasar investasi, yang akan menjadi dasar pijakan dalam setiap tahap pembuatan keputusan investasi untuk memahami proses investasi. Hal mendasar dalm proses keputusan investasi adalah pemahaman hubungan antara return harapan dan risiko suatu investasi. Hubungan risiko dan return harapan dari suatu investasi merupakan hubungan yang searah dan linear, artinya, semakin besar return harapan, semakin besar pula tingkat risiko yang harus dipertimbangkan. Proses keputusan investasi merupakan proses keputusan yang berkesinambungan. Proses keputusan investasi terdiri dari lima tahap keputusan yang berjalan terus-menerus sampai tercapai keputusan investasi yang terbaik. Tahap-tahap keputusan investasi meliputi lima tahap keputusan, yaitu (Tandelilin 2010:12): 1) Penentuan tujuan investasi 2) Penentuan kebijakan investasi 3) Pemilihan strategi portofolio 4) Pemilihan aset 5) Pengukuran dan evaluasi kinerja portofolio 14 Dasar keputusan investasi terdiri dari tingkat return harapan, tingkat risiko serta hubungan antara return dan risiko. Return merupakan alasan utama orang berinvestasi untuk memperoleh keuntungan. Return harapan investor dari investasi yang dilakukannya merupakan kompensasi atas biaya kesempatan (opportunity cost) dan risiko penurunan daya beli akibat adanya pengaruh inflasi. Return dalam konteks manajemen investasi dibedakan menjadi dua, yaitu return harapan (expected return) dan return aktual (realized return). Return harapan merupakan tingkat return yang diantisipasi investor di masa datang dan return actual merupakan tingkat return yang telah diperoleh investor pada masa lalu. Perbedaan antara return harapan dengan return yang benar-benar diterima merupakan risiko yang harus selalu dipertimbangkan dalam proses investasi sehingga dalam berinvestasi di samping memperhatikan tingkat return, investor harus selalu mempertimbangkan tingkat risiko suatu investasi. Salah satu bentuk investasi yang dapat dilakukan oleh investor adalah saham. Saham merupakan secarik kertas yang menunjukkan hak pemodal (yaitu pihak yang memiliki kertas tersebut) untuk memperoleh bagian dari prospek atau kekayaan organisasi yang menerbitkan sekuritas tersebut dan berbagai kondisi yang memungkinkan pemodal tersebut menjalankan haknya. Ada tiga jenis saham yang diperdagangkan di pasar modal menurut Jogiyanto (2015:169-178), antara lain: 1) Saham Biasa (Common Stock) Saham biasa adalah satu kelas saham yang dikelurakan oleh perusahaan. Beberapa hal yang dimilki oleh pemegang saham biasa adalah hak control, 15 hak menerima pembagian keuntungan, hak preemptive, dan hak klaim sisa. 2) Saham Preferen (Preferren Stock) Saham preferen mempunyai sifat gabungan antara obligasi dan saham biasa. Saham preferen mempunyai beberapa hak, yaitu hak atas dividen tetap dan hak pembayaran terlebih dahulu jika terjadi likuidasi. 3) Saham Treasuri (Treasury Stock) Saham treasuri adalah saham milik perusahaan yang sudah pernah dikeluarkan dan beredar yang kemudian dibeli kembali oleh perusahaan untuk disimpan sebagai treasuri yang nantinya dapat dijual kembali. Menurut Husnan (2009:307) terdapat dua pendekatan dasar dalam melakukan analisis dan memilih saham, yaitu analisis fundamental dan analisis teknikal. 2.1.1 Analisis Fundamental Analisis fundamental memperkirakan harga saham di masa yang akan datang dengan mengestimasi nilai faktor-faktor fundamental yang mempengaruhi harga saham di masa yang akan datang dan menerapkan hubungan variabel-variabel tersebut sehingga diperoleh taksiran harga saham (Husnan, 2009:307). Investor bisa melakukan analisis secara top-down untuk menilai prospek perusahaan. Tahapan analisis yang dilakukan dalam analisis fundamental menurut Tandelilin (2010:338) adalah sebagai berikut. 1) Analisis Ekonomi 16 Investor pada tahap ini melakukan analisis terhadap berbagai alternatif keputusan tentang dimana alokasi investasi akan dilakukan, serta dalam bentuk apa investasi tersebut dilakukan. Analisis ekonomi perlu dilakukan karena kecenderungan adanya hubungan yang kuat antara apa yang terjadi pada lingkungan ekonomi makro dan kinerja suatu pasar modal. Pasar modal mencerminkan apa yang terjadi pada perekonomian makro karena nilai investasi ditentukan oleh aliran kas yang diharapkan serta tingkat return yang disyaratkan atas investasi tersebut, dan kedua faktor tersebut sangat dipengaruhi oleh perubahan lingkungan ekonomi makro. Harga saham merupakan cerminan dari ekspektasi investor terhadap faktor-faktor earning, aliran kas, dan tingkat return yang disyaratkan investor dan ketiga hal tersebut dipengaruhi oleh kinerja ekonomi makro. 2) Analisis Industri Analisis industri merupakan salah satu bagian dalam analisis fundamental. Analisis industri biasanya dilakukan setelah melakukan analisis ekonomi. Analisis ini membantu investor untuk mencoba membandingkan kinerja dari berbagai industri untuk bisa mengetahui jenis industry apa saja yang memberikan prospek palig menjanjikan. Analisis industri merupakan tahap penting yang harus dilakukan oleh investor karena analisis tersebut dipercaya bisa membantu investor untuk mengidentifikasi peluang-peluang investasi dalam industry yang 17 mempunyai karakteristik risiko dan return yang menguntungkan bagi investor. 3) Analisis Perusahaan Berdasarkan hasil analisis industri, maka akan ditentukan perusahaanperusahaan dalam industri terpilih yang memiliki prospek baik. Analisis perusahaan bertujuan untuk mengetahui apakah saham suatu perusahaan layak dijadikan pilihan investasi. Hasil analisis tersebut harus memberikan gambaran kepada investor tentang nilai perusahaan tersebut, karakteristik internalnya, kualitas perusahaan dan kinerja manajemennya, serta prospek perusahaan di masa mendatang. Bagi para investor yang akan melakukan analisis perusahaan, informasi laporan keuangan yang diterbitkan perusahaan merupakan salah satu jenis informasi yang paling mudah didapatkan dan cukup menggambarkan perkembangan kondisi suatu perusahaan. Analisis perusahaan di samping melihat laporan keuangan perusahaan, juga bisa dilihat menggunakan rasio keuangan. Salah satu indikator penting untuk menilai prospek perusahaan di masa datang adalah dengan melihat sejauh mana pertumbuhan profitabilitas perusahaan. Indikator ini sangat penting diperhatikan untuk mengetahui sejauh mana investasi yang akan dilakukan investor di suatu perusahaan mampu memberikan return yang sesuai dengan tingkat disyaratkan investor. Rasio profitabilitas utama yang biasa digunakan, yaitu return on equity (ROE) yang menggambarkan sejauh mana kemampuan perusahaan menghasilkan laba yang bisa 18 diperoleh pemegang saham, dan return on asset (ROA) yang menggambarkan sejauh mana kemampuan aset-aset yang dimiliki perusahaan bisa menghasilkan laba. 2.1.2 Analisis Teknikal Analisis teknikal adalah teknik untuk memprediksi arah pergerakan harga saham dan indikator pasar saham lainnya berdasarkan pada data historis seperti informasi harga dan volume. Data historis harga dan aktivitas volume transaksi diolah dalam bentuk chart untuk meramalkan tren harga masa depan. Keputusan investasi dalam analisis teknikal berdasarkan pada data pasar di masa lalu, oleh karena itu tidak perlu lagi melakukan analisis terhadap variabel ekonomi dan variabel perusahaan untuk mengestimasi nilai saham. informasi harga saham di masa lalu mendasari keputusan analisis teknikal dengan beberapa asumsi sebagai berikut (Tandelilin, 2010:394-395). 1) Nilai pasar barang dan jasa ditentukan oleh interaksi penawaran dan permintaan. 2) Interaksi permintaan dan penawaran ditentukan oleh berbagai faktor, baik itu berupa variabel ekonomi dan variabel fundamental, serta faktor-faktor seperti opini yang beredar, mood investor, dan ramalan-ramalan nvestor. 3) Harga-harga sekuritas secara individual dan nilai pasar secara keresluruhan cenderung bergerak mengikuti suatu tren selama jangka waktu relatif panjang. 19 4) Tren perubahan harga dan nilai pasar dapat berubah karena perubahan hubungan permintaan dan penawaran. Hubungan tersebut akan bisa dideteksi dengan melihat diagram reaksi pasar yang terjadi. Keuntungan penggunaan analisis teknikal tidak terlepas dari asumsi-asumsi para analis teknikal yang percaya bahwa jika seorang investor mampu mengakses informasi secara cepat, mempunyai kemampuan analitis yang tinggi dan punya insting yang tajam atas apa yang akan terjadi terhadap harga pasar jika ada informasi bar, maka investor tersebut akan memperoleh abnormal return yang melebihi return pasar dan return investor lainnya. Bagi para analis teknikal, dengan menggunakan data-data pasar, investor hanya perlu mengidentifikasi bagaimana kecenderungan pergerakan harga saham dan menentukan kapan waktu yang tepat untuk mengambil tindakan membeli atau menjual saham, untuk memanfaatkan waktu penyesuaian harga saham sehingga bisa memperoleh keuntungan. 2.2 Return Saham Investor yang melakukan kegiatan investasi ini berharap akan memperoleh keuntungan dari kenaikan harga saham ataupun sejumlah dividen di masa yang akan datang, sebagai imbalan atas waktu dan risiko yang terkait dengan investasi tersebut dan hal ini disebut dengan return. Return merupakan hasil yang diperoleh dari investasi yang dilakukannya (Halim, 2015:24). Return dapat berupa return realisasi yang sudah terjadi atau return ekpektasi yang belum terjadi tetapi diharapkan akan terjadi di masa mendatang. 20 Return realisasi (realized return ) merupakan return yang telah terjadi. Return realisasi dihitung berdasarkan data histories. Return realisasi penting karena digunakan sebagai salah satu pengukur kinerja dari perusahaan. Return histories ini juga berguna sebagai dasar penentuan return ekspektasi (expected return ) dan risiko di masa datang. Return ekspektasi (expected return ) adalah return yang diharapkan akan diperoleh oleh investor di masa mendatang. Tandelilin (2010:102) menyatakan sumber-sumber return dalam investasi terdiri dari dua komponen utama, yaitu yield dan capital gain (loss). Yield merupakan komponen return yang mencerminkan aliran kas atau pendapatan yang diperoleh secara periodik dari suatu investasi. Investasi pada saham, yield ditunjukkan oleh besarnya dividen yang diperoleh. Sedangkan, capital gain (loss) sebagai komponen kedua dari return merupakan kenaikan (penurunan) harga suatu surat berharga, yang bisa memberikan keuntungan (kerugian) bagi investor. Dengan kata lain, capital gain (loss) bisa juga diartikan sebagai perubahan harga sekuritas. Dengan kata lain, capital gain (loss) merupakan perubahan harga sekuritas. Berdasarkan kedua sumber return tersebut, maka dapat dihitung return total suatu investasi dengan menjumlahkan yield dan capital gain yang diperoleh dari suatu investasi. Yield hanya akan berupa angka nol (0) dan positif (+), sedangkan capital gain (loss) berupa angka minus (-), nol (0), dan positif (+).. Berdasarkan pengertian return dalam Jogiyanto (2015:263-264), bahwa return suatu saham adalah hasil yang diperoleh dari investasi, maka dapat ditulis rumus: 1) Menggunakan komponen dividen 21 2) Menggunakan komponen capital gain 3) Menggabungkan kedua komponen di atas Keterangan: Rt = Return saham pada periode ke-t Pt = Harga saham periode pengamatan Pt-1 = Harga saham periode sebelum pengamatan Dt = Dividen periodik 1.3 Profitabilitas Menurut Brigham & Joel (2009:107), profitabilitas adalah hasil akhir dari sejumlah kebijakan dan keputusan yang dilakukan oleh perusahaan. Sartono (2014:123) menyatakan bahwa profitabiltas adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva maupun modal sendiri. Bagi perusahaan maupun perbankan tingkat profitabilitas lebih penting dibandingkan dengan laba, karena laba yang lebih besar bukan merupakan ukuran perusahan telah memiliki kinerja yang efektif dan efisien. Cara untuk mengetahui seberapa efektif dan efisien suatu perusahaan atau perbankan dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aktiva yang dimilikinya dapat diukur dengan membandingkan laba sebelum pajak terhadap total asset. Tandelilin (2010:372) menyatakan ada dua rasio profitabilitas utama yang dapat digunakan, yaitu: 22 1) Return on Asset (ROA) Rasio ROA menggambarkan sejauh mana kemampuan aset-aset yang dimiliki perusahaan bisa menghasilkan laba. Secara umum ROA diformulasikan sebagai berikut. 2) Return on Equity (ROE) Rasio ROE menggambarkan sejauh mana kemampuan perusahaan menghasilkan laba yang bisa diperoleh pemegang saham. Secara umum ROE diformulasikan sebagai berikut. Bagi investor jangka panjang akan sangat berkepentingan dengan analisis profitabilitas. Salah satu parameter untuk mengukur kinerja suatu bank adalah kemampuan bank untuk memperoleh keuntungan dengan memanfaatkan aktiva yang dimilikinya, sehingga nantinya dapat menarik minat investor dengan memberikan capital gain yang besar. 2.4 Risiko Risiko menurut Tandelilin (2010:102-103) merupakan kemungkinan perbedaan antara return aktual yang diterima dengan return harapan. Semakin besar kemungkinan perbedaannya, berarti semakin besar risiko investasi tersebut. Investasi yang berisiko tinggi akan diambil jika hasil yang akan diperoleh sebanding dengan risikonya. Investor yang menginginkan kepastian return akan 23 memilih investasi berisiko rendah atau tidak berisiko seperti deposito atau obligasi pemerintah. Secara relatif return yang diperoleh tidak besar tetapi tetap. Keputusan investasi juga mempertimbangkan kesempatan untuk mendapatkan imbal hasil yang besar pada tingkat risiko tertentu. Beberapa sumber risiko yang bisa mempengaruhi besarnya suatu investasi menurut Zubir (2011:20-23), antara lain. 1) Risiko suku bunga, yaitu risiko yang disebabkan oleh perubahan tingkat bunga tabungan dan tingkat bunga pinjaman. Tingkat bunga yang tinggi dapat menyebabkan return yang diperoleh dari investasi berisiko rendah seperti deposito lebih tinggi daripada return investasi yang berisiko tinggi seperti saham. 2) Risiko pasar, yaitu risiko yang disebabkan oleh gejolak return suatu investasi sebagai akibat dari fluktuasi transaksi di pasar keseluruhan. Risiko pasar disebabkan oleh peristiwa-peristiwa yang bersifat menyeluruh yang mempengaruhi kegiatan pasar secara umum, seperti resesi, peperangan, perubahan struktur keuangan, dan perubahan selera keuangan. 3) Risiko inflasi, yaitu risiko yang disebabkan oleh menurunnya daya beli masyarakat sebagai akibat dari kenaikan harga barang-barang secara umum. Hal ini akan berdampak buruk pada perusahaan karena permintaan terhadap barang yang diproduksi menurun, sehingga penjualan juga menurun dan harga saham melemah. 4) Risiko bisnis, yaitu risiko yang disebabkan oleh tantangan bisnis yang dihadapi perusahaan makin berat, baik akibat tingkat persaingan yang 24 ketat, perubahan peraturan pemerintah, maupun klaim dari masyarakat terhadap perusahaan karena merusak lingkungan. 5) Risiko finansial, yaitu risiko keuangan ang berkaitan dengan struktur modal yang digunakan untuk mendanai kegiatan perusahaan. Perusahaan yang mempunyai utang besar mempunyai risiko yang besar juga di mata pemegang sahamnya karena sebagian besar laba operasi perusahaan akan digunakan untuk membayar bunga pinjaman tersebut. Akibatnya, bagian laba atau dividen yang diterima oleh pemegang saham menjadi kecil. Jika pendapatan perusahaan tidak stabil, maka makin besar pula kemungkinan pemegang saham tidak menerima dividen dan hal ini akan mengakibatkan saham perusahaan menjadi tidak menarik, sehingga harga sahamnya akan jatuh. 6) Risiko likuiditas, yaitu risiko yang berkaitan dengan kesulitan untuk menjual saham karena tidak ada yang membeli saham tersebut. Risiko likuiditas juga berkaitan dengan kondisi perusahaan seperti menghadapi kesulitan keuangan. Investor yang memegang saham perusahaan tidak likuid akan menanggung risiko yang tinggi karena harganya akan jatuh pada waktu dijual, sehingga real return akan berada jauh di bawah expected return. 7) Risiko nilai tukar mata uang, yaitu risiko yang berkaitan dengan perubahan nilai mata uang suatu Negara. Hal ini menjadi faktor penyebab real return lebih kecil dari expected return. Perubahan nilai tukar dapat disebabkan oleh perubahan permintaan terhadap mata uang suatu Negara dalam 25 perdagangan internasional dan mata uang sebagai “komoditas” yang diperjualbelikan. 8) Country risk, yaitu risiko yang berkaitan dengan investasi lintas Negara yang disebabkan oleh kondisi politk, keamanan, dan stabilitas perekonomian suatu negara. Semakin tidak stabil keamanan, politik, dan perekonomian suatu negara, makin tinggi risiko berinvestasi di negara tersebut, karena return investasi jadi makin tidak pasti, sehingga kompensasi atau return yang dituntut atas suatu investasi makin tinggi. Oleh karena itu, stabilitas negara tujuan investasi menjadi pertimbangan yang sangat penting sebelum memutuskan melakukan investasi di negara lain. 2.4.1 Risiko Perbankan Bank memiliki izin untuk melakukan kegiatan usaha jasa keuangan di luar fungsi utamanya sebagai lembaga intermediasi, seperti perdagangan dan jasa keuangan. Kedua kegiatan tersebut saat ini telah menjadi sumber pendapatan bagi banyak bank. Kegiatan perdagangan meliputi jual beli valuta asing, surat utang, saham, dan harga komoditas. Kegiatan perdagangan memberikan pendapatan berupa selisih antara harga jual dan harga beli. Bank-bank besar dan beroperasi secara internasional sangat banyak melakukan bisnis perdagangan valuta dan surat-surat berharga (Idroes, 2011:22). Aktivitas bank untuk memperoleh pendapatan selalu dihadapkan dengan risiko. Risiko yang mungkin terjadi dapat menimbulkan kerugian bagi bank jika 26 tidak dideteksi dan dikelola. Risiko yang dikelola secara tepat dapat memberikan manfaat kepada bank dalam menghasilkan laba yang dapat menarik minat investasi. Jenis-jenis risiko utama yang dihadapi oleh perbankan menurut Peraturan Bank Indonesia No 11/25/PBI/2009 adalah sebagai berikut. 1) Risiko kredit, yaitu risiko akibat kegagalan debitur dan/atau pihak lain dalam memenuhi kewajiban kepada bank. 2) Risiko pasar, yaitu risiko pada posisi neraca dan rekening administrative termasuk transaksi derivative, akibat perubahan secara keseluruhan dari kondisi pasar, termasuk risiko perubahan harga opsi. 3) Risiko likuiditas, yaitu risiko akibat ketidakmampuan bank untuk memenuhi kewajiban yang jatuh tempo dari sumber pendanaan arus kas dan/atau dari aset likuid berkualitas tinggi yang dapat diagunkan, tanpa mengganggu aktivitas dan kondisi keuangan bank. 4) Risiko operasional, yaitu risiko akibat ketidakcukupan dan/atau tidak berfungsinya proses internal, kesalahan manusia, kegagalan sistem, dan/atau adanya kejadian-kejadian eksternal yang mempengaruhi operasional bank. 5) Risiko kepatuhan, yaitu risiko akibat bank tidak mematuhi dan/atau tidak melaksanakan peraturan perundang-undangan dan ketentuan yang berlaku. 6) Risiko hukum, yaitu risiko akibat tuntutan hukum dan/atau kelemahan aspek yuridis. 7) Risiko reputasi, yaitu risiko akibat menurunnya tingkat kepercayaan stakeholder yang bersumber dari persepsi negatif terhadap bank. 27 8) Risiko stratejik, yaitu risiko akibat ketidaktepatan dalam pengambilan dan/atau pelaksanaan suatu keputusan stratejik serta kegagalan dalam mengantisipasi perubahan lingkungan bisnis. Pengaruh risiko terhadap pemegang saham merupakan pengaruh langsung. Pengaruh risiko tersebut menurut Idroes (2011:25) antara lain: 1) Penurunan nilai investasi yang akan memberikan pengaruh terhadap penurunan harga dan/atau penurunan keuntungan. Turunnya harga saham menurunkan nilai perusahaan yang berarti turunnya kesejahteraan pemegang saham. 2) Hilangnya peluang memperoleh dividen yang seharusnya diterima sebagai akibat dari turunnya keuntungan perusahaan. 3) Kegagalan investasi yang telah dilakukan, hingga paling parah adalah kebangkrutan perusahaan yang melenyapkan nilai semua modal disetor. Penelitian ini menggunakan risiko kredit dan risiko nilai tukar karena merupakan risiko yang sangat berpengaruh terhadap return dan profitabilitas bank. Risiko pasar berpengaruh langsung terhadap dua unsur penting bagi bank, yaitu tingkat profitabilitas serta reputasi atau citra baik bank dan risiko kredit dapat menurunkan modal bank yang nantiya akan berpengaruh pada capital gain yang diperoleh investor. 2.7 Risiko Kredit Menurut Peraturan Bank Indonesia No 11/25/PBI/2009 risiko kredit adalah risiko akibat kegagalan debitur dan/atau pihak lain dalam memenuhi kewajiban 28 kepada bank. Secara umum eksposur risiko kredit merupakan salah satu eksposur risiko utama sehingga kemampuan bank untuk mengidentifikasi, mengukur, memantau, dan mengendalikan risiko kredit serta menyediakan modal yang cukup bagi risiko tersebut sangat penting. Analis kredit dalam dunia perbankan sering menggunakan kerangka 3R dan 5C dalam menganalisis kemampuan melunasi kewajiban dari calon nasabah bank (Hanafi, 2009:167-168). Pedoman 3R dijelaskan sebagai berikut. 1) Return Return berkaitan dengan hasil yang diperoleh dari penggunaan kredit yang diminta, apakah kredit tersebut bisa menghasilkan return (pendapatan) yang memadai untuk melunasi utang dan bunganya. 2) Repayment capacity Repayment capacity berkaitan dengan kemampuan perusahaan mengembalikan pinjaman dan bunganya pada saat pembayaran tersebut jatuh tempo. 3) Risk-bearing ability Risk-bearing ability berkaitan dengan kemampuan perusahaan menanggung risiko kegagalan atau ketidakpastian yang berkaitan dengan penggunaan kredit tersebut. Jaminan merupakan hal yang perlu dipertimbangkan oleh kreditur dalam kaitannya dengan risk-bearing ability. 29 Sedangkan pedoman 5C berkaitan dengan karakteristik sebagai berikut. 1) Character menunjukkan kemauan peminjam untuk memenuhi kewajibannya. 2) Capacity adalah kemampuan peminjam untuk melunasi kewajiban utangnya melalui pengelolaan perusahaannya dengan efektif dan efisien. 3) Capital adalah posisi keuangan perusahaan secara keseluruhan yang dapat dilihat melalui analisis laporan keuangan. 4) Collateral adalah aset yang dijaminkan untuk suatu pinjaman. 5) Conditions adalah sejauh mana kondisi perekonomian akan mempengaruhi kemampuan mengembalikan pinjaman. Risiko kredit diproksikan menggunakan Non Performing Loan (NPL). NPL adalah perbandingan antara total kredit bermasalah dengan total kredit yang diberikan bank kepada debitur. Rumus NPL ditulis sebagai berikut. Peningkatan kredit bermasalah tersebut menyebabkan pendapatan dan laba menurun, kinerja bank juga akan menurun dan hal ini akan menimbulkan persepsi buruk bagi investor. Oleh karena itu, perbankan perlu meningkatkan pengelolaan terhadap terhadap risiko kredit agar tingkat kredit bermasalah atau NPL tidak melebihi dari ketentuan dari Bank Indonesia sesuai PBI No.13/3/2011, yang menetapkan bahwa rasio NPL maksimal 5% dari total kredit. Apabila rasio NPL berada dibawah ketentuan Bank Indonesia, hal ini menunjukkan bahwa bank dapat mengelola risiko kreditnya dengan baik karena mampu meminimalkan 30 kredit macetnya, tetapi kenaikan NPL diatas 5% akan mengindikasikan bank kurang berhasil dalam mengelola kredit bermasalahnya. Investor enggan untuk membeli saham milik bank dengan risiko kredit yang tinggi. Drobetz et al (2007) menyatakan risiko kredit berpengaruh negatif signifikan terhadap return saham, sedangkan pada penelitian yang dilakukan oleh Gunawan dan Agustinus (2012) menyatakan bahwa NPL tidak berpengaruh signifikan terhadap return saham dan hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Wibowo (2007) dan Scott (2001). 2.8 Risiko Nilai Tukar Nilai tukar adalah nilai mata uang suatu negara dibandingkan dengan nilai mata uang negara lain (Fahmi, 2012:242). Secara umum dalam lingkup ilmu moneter dikenal dua sistem nilai tukar yang diterapkan, yaitu fixed exchange rate dan flexible exchange rate atau yang biasa dikenal dengan floating exchange rate. Penerapan kurs nilai tukar dengan fixed exchange rate mengharuskan negara yang bersangkutan memiliki dana yang mencukupi atau jumlah reserve yang memadai dengan tujuan untuk menjaga keseimbangan antara permintaan dan penawaran terhadap jumlah uang yang beredar di pasaran. Penerapan flexible exchange rate merupakan konsep nilai tukar yang diserahkan pada pasar tanpa ada kontrol, dimana naik turunnya nilai tukar mata uang domestik dengan mata uang asing diserahkan pada pasar untuk menentukan (Fahmi, 2012: 242-248). Risiko nilai tukar menurut Ali (2006:133) adalah risiko terjadinya potensi kerugian bagi bank sebagai akibat dari perubahan yang memberi pengaruh buruk 31 dari foreign exchange rate terhadap posisi foreign exchange bank. Menurut Fahmi (2012:189) risiko nilai tukar adalah naik turunnya nilai mata uang suatu negara saat dikonversikan dengan mata uang negara lainnya, dan apabila perusahaan membutuhkan mata uang asing dalam setiap transaksi bisnisnya. Kemerosotan nilai tukar rupiah atas valas dapat menimbulkan krisis dan kerugian besar pada bank-bank devisa, termasuk pula unit-unit usaha yang memiliki pinjaman valas dan tidak dilindungi hedging. Bagi investor yang melakukan investasi di berbagai negara dengan berbagai mata uang, perubahan nilai tukar mata uang akan menyebabkan real return lebih kecil dari expected return. Perubahan nilai tukar disebabkan oleh perubahan permintaan terhadap mata uang suatu negara dalam perdagangan internasional dan mata uang sebagai komoditas yang diperjualbelikan. Jika permintaan terhadap dolar Amerika Serikat tinggi, maka nilai tukarnya terhadap mata uang yang membutuhkan akan naik. Return yang diperoleh dari investasi saham di bursa asing dapat tergerus habis oleh kerugian akibat perubahan nilai tukar mata uang negara investor dengan negara di mana investasi dilakukan (Zalmi, 2011:22). Penelitian yang dilakukan oleh Yumardi (2014),menyatakan bahwa risiko pasar yang diukur menggunakan nilai tukar memiliki pengaruh negatif signifikan terhadap return saham dan hasil ini didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh Subalno (2009). Janoudi (2014) dalam penelitiannya menyatakan hasil yang berbeda, yaitu bahwa risiko pasar berpengaruh positif signifikan terhadap return saham, sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Cao dan Lubomir (2014) menyatakan bahwa risiko pasar tidak berpengaruh tidak 32 berpengaruh terhadap return saham dan pernyataan tersebut didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Ozbay (2009).