12 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Investasi Investasi adalah

advertisement
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Investasi
Investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya lainnya yang
dilakukan pada saat ini, dengan tujuan memperoleh sejumlah keuntungan di masa
datang (Tandelilin, 2010:2). Investasi berkaitan dengan berbagai macam aktivitas,
seperti menginvestasikan sejumlah dana pada aset real (tanah, emas, mesin atau
bangunan) maupun aset finansial (deposito, saham ataupun obligasi). Tujuan
suatu investasi yaitu untuk meningkatkan kesejahteraan investor dalam bentuk
kesejahteraan moneter, yang bisa diukur dengan jumlah pendapatan saat ini
ditambah nilai saat ini pendapatan masa datang.
Secara lebih khusus lagi, ada beberapa alasan mengapa seseorang melakukan
investasi, antara lain adalah sebagai berikut (Tandelilin 2010:8-9).
1) Untuk mendapatkan kehidupan yang lebih layak di masa datang.
Seseorang yang bijaksana akan berpikir bagaimana meningkatkan taraf
hidupnya dari waktu ke wwaktu atau setidaknya berusaha bagaumana
mempertahankan tingkat pendapatannya yang ada sekarang agar tidak
berkurang di masa yang akan datang.
2) Mengurangi tekanan inflasi. Dengan melakukan investasi dalam pemilikan
perusahaan atau obyek lain, seseorang dapat menghindarkan diri dari
risiko penurunan nilai kekayaan atau hak miliknya akibat adanya pengaruh
inflasi.
12
13
3) Dorongan untuk menghemat pajak. Beberapa negara di dunia banyak
melakukan kebijakan yang bersifat mendorong tumbuhnya investasi di
masyarakat melalui pemberian fasilitas perpajakan kepada masyarakat
yang melakukan investasi pada bidang-bidang usaha tertentu.
Proses investasi meliputi pemahaman dasar-dasar keputusan investasi dan
bagaimana mengorganisir aktivitas-aktivitas dalam proses keputusan investasi.
Seorang investor terlebih dahulu harus mengetahui beberapa konsep dasar
investasi, yang akan menjadi dasar pijakan dalam setiap tahap pembuatan
keputusan investasi untuk memahami proses investasi. Hal mendasar dalm proses
keputusan investasi adalah pemahaman hubungan antara return harapan dan risiko
suatu investasi. Hubungan risiko dan return harapan dari suatu investasi
merupakan hubungan yang searah dan linear, artinya, semakin besar return
harapan, semakin besar pula tingkat risiko yang harus dipertimbangkan.
Proses
keputusan
investasi
merupakan
proses
keputusan
yang
berkesinambungan. Proses keputusan investasi terdiri dari lima tahap keputusan
yang berjalan terus-menerus sampai tercapai keputusan investasi yang terbaik.
Tahap-tahap keputusan investasi meliputi lima tahap keputusan, yaitu (Tandelilin
2010:12):
1) Penentuan tujuan investasi
2) Penentuan kebijakan investasi
3) Pemilihan strategi portofolio
4) Pemilihan aset
5) Pengukuran dan evaluasi kinerja portofolio
14
Dasar keputusan investasi terdiri dari tingkat return harapan, tingkat risiko
serta hubungan antara return dan risiko. Return merupakan alasan utama orang
berinvestasi untuk memperoleh keuntungan. Return harapan investor dari
investasi yang dilakukannya merupakan kompensasi atas biaya kesempatan
(opportunity cost) dan risiko penurunan daya beli akibat adanya pengaruh inflasi.
Return dalam konteks manajemen investasi dibedakan menjadi dua, yaitu return
harapan (expected return) dan return aktual (realized return). Return harapan
merupakan tingkat return yang diantisipasi investor di masa datang dan return
actual merupakan tingkat return yang telah diperoleh investor pada masa lalu.
Perbedaan antara return harapan dengan return yang benar-benar diterima
merupakan risiko yang harus selalu dipertimbangkan dalam proses investasi
sehingga dalam berinvestasi di samping memperhatikan tingkat return, investor
harus selalu mempertimbangkan tingkat risiko suatu investasi.
Salah satu bentuk investasi yang dapat dilakukan oleh investor adalah saham.
Saham merupakan secarik kertas yang menunjukkan hak pemodal (yaitu pihak
yang memiliki kertas tersebut) untuk memperoleh bagian dari prospek atau
kekayaan organisasi yang menerbitkan sekuritas tersebut dan berbagai kondisi
yang memungkinkan pemodal tersebut menjalankan haknya. Ada tiga jenis saham
yang diperdagangkan di pasar modal menurut Jogiyanto (2015:169-178), antara
lain:
1) Saham Biasa (Common Stock)
Saham biasa adalah satu kelas saham yang dikelurakan oleh perusahaan.
Beberapa hal yang dimilki oleh pemegang saham biasa adalah hak control,
15
hak menerima pembagian keuntungan, hak preemptive, dan hak klaim
sisa.
2) Saham Preferen (Preferren Stock)
Saham preferen mempunyai sifat gabungan antara obligasi dan saham
biasa. Saham preferen mempunyai beberapa hak, yaitu hak atas dividen
tetap dan hak pembayaran terlebih dahulu jika terjadi likuidasi.
3) Saham Treasuri (Treasury Stock)
Saham treasuri adalah saham milik perusahaan yang sudah pernah
dikeluarkan dan beredar yang kemudian dibeli kembali oleh perusahaan
untuk disimpan sebagai treasuri yang nantinya dapat dijual kembali.
Menurut Husnan (2009:307) terdapat dua pendekatan dasar dalam melakukan
analisis dan memilih saham, yaitu analisis fundamental dan analisis teknikal.
2.1.1 Analisis Fundamental
Analisis fundamental memperkirakan harga saham di masa yang akan datang
dengan mengestimasi nilai faktor-faktor fundamental yang mempengaruhi harga
saham di masa yang akan datang dan menerapkan hubungan variabel-variabel
tersebut sehingga diperoleh taksiran harga saham (Husnan, 2009:307). Investor
bisa melakukan analisis secara top-down untuk menilai prospek perusahaan.
Tahapan analisis yang dilakukan dalam analisis fundamental menurut Tandelilin
(2010:338) adalah sebagai berikut.
1) Analisis Ekonomi
16
Investor pada tahap ini melakukan analisis terhadap berbagai alternatif
keputusan tentang dimana alokasi investasi akan dilakukan, serta dalam
bentuk apa investasi tersebut dilakukan. Analisis ekonomi perlu dilakukan
karena kecenderungan adanya hubungan yang kuat antara apa yang terjadi
pada lingkungan ekonomi makro dan kinerja suatu pasar modal.
Pasar modal mencerminkan apa yang terjadi pada perekonomian
makro karena nilai investasi ditentukan oleh aliran kas yang diharapkan
serta tingkat return yang disyaratkan atas investasi tersebut, dan kedua
faktor tersebut sangat dipengaruhi oleh perubahan lingkungan ekonomi
makro. Harga saham merupakan cerminan dari ekspektasi investor
terhadap faktor-faktor earning, aliran kas, dan tingkat return yang
disyaratkan investor dan ketiga hal tersebut dipengaruhi oleh kinerja
ekonomi makro.
2) Analisis Industri
Analisis industri merupakan salah satu bagian dalam analisis
fundamental. Analisis industri biasanya dilakukan setelah melakukan
analisis ekonomi. Analisis ini membantu investor untuk mencoba
membandingkan kinerja dari berbagai industri untuk bisa mengetahui jenis
industry apa saja yang memberikan prospek palig menjanjikan. Analisis
industri merupakan tahap penting yang harus dilakukan oleh investor
karena analisis tersebut dipercaya bisa membantu investor untuk
mengidentifikasi
peluang-peluang
investasi
dalam
industry
yang
17
mempunyai karakteristik risiko dan return yang menguntungkan bagi
investor.
3) Analisis Perusahaan
Berdasarkan hasil analisis industri, maka akan ditentukan perusahaanperusahaan dalam industri terpilih yang memiliki prospek baik. Analisis
perusahaan bertujuan untuk mengetahui apakah saham suatu perusahaan
layak dijadikan pilihan investasi. Hasil analisis tersebut harus memberikan
gambaran kepada investor tentang nilai perusahaan tersebut, karakteristik
internalnya, kualitas perusahaan dan kinerja manajemennya, serta prospek
perusahaan di masa mendatang. Bagi para investor yang akan melakukan
analisis perusahaan, informasi laporan keuangan yang diterbitkan
perusahaan merupakan salah satu jenis informasi yang paling mudah
didapatkan dan cukup menggambarkan perkembangan kondisi suatu
perusahaan.
Analisis perusahaan di samping melihat laporan keuangan perusahaan,
juga bisa dilihat menggunakan rasio keuangan. Salah satu indikator
penting untuk menilai prospek perusahaan di masa datang adalah dengan
melihat sejauh mana pertumbuhan profitabilitas perusahaan. Indikator ini
sangat penting diperhatikan untuk mengetahui sejauh mana investasi yang
akan dilakukan investor di suatu perusahaan mampu memberikan return
yang sesuai dengan tingkat disyaratkan investor. Rasio profitabilitas utama
yang biasa digunakan, yaitu return on equity (ROE) yang menggambarkan
sejauh mana kemampuan perusahaan menghasilkan laba yang bisa
18
diperoleh pemegang saham, dan return on asset (ROA) yang
menggambarkan sejauh mana kemampuan aset-aset yang dimiliki
perusahaan bisa menghasilkan laba.
2.1.2 Analisis Teknikal
Analisis teknikal adalah teknik untuk memprediksi arah pergerakan harga
saham dan indikator pasar saham lainnya berdasarkan pada data historis seperti
informasi harga dan volume. Data historis harga dan aktivitas volume transaksi
diolah dalam bentuk chart untuk meramalkan tren harga masa depan. Keputusan
investasi dalam analisis teknikal berdasarkan pada data pasar di masa lalu, oleh
karena itu tidak perlu lagi melakukan analisis terhadap variabel ekonomi dan
variabel perusahaan untuk mengestimasi nilai saham. informasi harga saham di
masa lalu mendasari keputusan analisis teknikal dengan beberapa asumsi sebagai
berikut (Tandelilin, 2010:394-395).
1) Nilai pasar barang dan jasa ditentukan oleh interaksi penawaran dan
permintaan.
2) Interaksi permintaan dan penawaran ditentukan oleh berbagai faktor, baik
itu berupa variabel ekonomi dan variabel fundamental, serta faktor-faktor
seperti opini yang beredar, mood investor, dan ramalan-ramalan nvestor.
3) Harga-harga
sekuritas
secara
individual
dan
nilai
pasar
secara
keresluruhan cenderung bergerak mengikuti suatu tren selama jangka
waktu relatif panjang.
19
4) Tren perubahan harga dan nilai pasar dapat berubah karena perubahan
hubungan permintaan dan penawaran. Hubungan tersebut akan bisa
dideteksi dengan melihat diagram reaksi pasar yang terjadi.
Keuntungan penggunaan analisis teknikal tidak terlepas dari asumsi-asumsi
para analis teknikal yang percaya bahwa jika seorang investor mampu mengakses
informasi secara cepat, mempunyai kemampuan analitis yang tinggi dan punya
insting yang tajam atas apa yang akan terjadi terhadap harga pasar jika ada
informasi bar, maka investor tersebut akan memperoleh abnormal return yang
melebihi return pasar dan return investor lainnya. Bagi para analis teknikal,
dengan menggunakan data-data pasar, investor hanya perlu mengidentifikasi
bagaimana kecenderungan pergerakan harga saham dan menentukan kapan waktu
yang tepat untuk mengambil tindakan membeli atau menjual saham, untuk
memanfaatkan waktu penyesuaian harga saham sehingga bisa memperoleh
keuntungan.
2.2 Return Saham
Investor yang melakukan kegiatan investasi ini berharap akan memperoleh
keuntungan dari kenaikan harga saham ataupun sejumlah dividen di masa yang
akan datang, sebagai imbalan atas waktu dan risiko yang terkait dengan investasi
tersebut dan hal ini disebut dengan return. Return
merupakan hasil yang
diperoleh dari investasi yang dilakukannya (Halim, 2015:24). Return
dapat
berupa return realisasi yang sudah terjadi atau return ekpektasi yang belum
terjadi tetapi diharapkan akan terjadi di masa mendatang.
20
Return realisasi (realized return ) merupakan return yang telah terjadi.
Return realisasi dihitung berdasarkan data histories. Return realisasi penting
karena digunakan sebagai salah satu pengukur kinerja dari perusahaan. Return
histories ini juga berguna sebagai dasar penentuan return ekspektasi (expected
return ) dan risiko di masa datang. Return ekspektasi (expected return ) adalah
return yang diharapkan akan diperoleh oleh investor di masa mendatang.
Tandelilin (2010:102) menyatakan sumber-sumber return dalam investasi
terdiri dari dua komponen utama, yaitu yield dan capital gain (loss). Yield
merupakan komponen return yang mencerminkan aliran kas atau pendapatan yang
diperoleh secara periodik dari suatu investasi. Investasi pada saham, yield
ditunjukkan oleh besarnya dividen yang diperoleh. Sedangkan, capital gain (loss)
sebagai komponen kedua dari return merupakan kenaikan (penurunan) harga
suatu surat berharga, yang bisa memberikan keuntungan (kerugian) bagi investor.
Dengan kata lain, capital gain (loss) bisa juga diartikan sebagai perubahan harga
sekuritas. Dengan kata lain, capital gain (loss) merupakan perubahan harga
sekuritas. Berdasarkan kedua sumber return tersebut, maka dapat dihitung return
total suatu investasi dengan menjumlahkan yield dan capital gain yang diperoleh
dari suatu investasi. Yield hanya akan berupa angka nol (0) dan positif (+),
sedangkan capital gain (loss) berupa angka minus (-), nol (0), dan positif (+)..
Berdasarkan pengertian return dalam Jogiyanto (2015:263-264), bahwa
return suatu saham adalah hasil yang diperoleh dari investasi, maka dapat ditulis
rumus:
1) Menggunakan komponen dividen
21
2) Menggunakan komponen capital gain
3) Menggabungkan kedua komponen di atas
Keterangan:
Rt
= Return saham pada periode ke-t
Pt
= Harga saham periode pengamatan
Pt-1
= Harga saham periode sebelum pengamatan
Dt
= Dividen periodik
1.3 Profitabilitas
Menurut Brigham & Joel (2009:107), profitabilitas adalah hasil akhir dari
sejumlah kebijakan dan keputusan yang dilakukan oleh perusahaan. Sartono
(2014:123) menyatakan bahwa profitabiltas adalah kemampuan perusahaan
memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva maupun
modal sendiri. Bagi perusahaan maupun perbankan tingkat profitabilitas lebih
penting dibandingkan dengan laba, karena laba yang lebih besar bukan merupakan
ukuran perusahan telah memiliki kinerja yang efektif dan efisien. Cara untuk
mengetahui seberapa efektif dan efisien suatu perusahaan atau perbankan dalam
menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aktiva yang dimilikinya dapat
diukur dengan membandingkan laba sebelum pajak terhadap total asset.
Tandelilin (2010:372) menyatakan ada dua rasio profitabilitas utama yang dapat
digunakan, yaitu:
22
1) Return on Asset (ROA)
Rasio ROA menggambarkan sejauh mana kemampuan aset-aset yang
dimiliki perusahaan bisa menghasilkan laba. Secara umum ROA
diformulasikan sebagai berikut.
2) Return on Equity (ROE)
Rasio ROE menggambarkan sejauh mana kemampuan perusahaan
menghasilkan laba yang bisa diperoleh pemegang saham. Secara umum
ROE diformulasikan sebagai berikut.
Bagi investor jangka panjang akan sangat berkepentingan dengan analisis
profitabilitas. Salah satu parameter untuk mengukur kinerja suatu bank adalah
kemampuan bank untuk memperoleh keuntungan dengan memanfaatkan aktiva
yang dimilikinya, sehingga nantinya dapat menarik minat investor dengan
memberikan capital gain yang besar.
2.4 Risiko
Risiko
menurut
Tandelilin
(2010:102-103)
merupakan
kemungkinan
perbedaan antara return aktual yang diterima dengan return harapan. Semakin
besar kemungkinan perbedaannya, berarti semakin besar risiko investasi tersebut.
Investasi yang berisiko tinggi akan diambil jika hasil yang akan diperoleh
sebanding dengan risikonya. Investor yang menginginkan kepastian return akan
23
memilih investasi berisiko rendah atau tidak berisiko seperti deposito atau obligasi
pemerintah. Secara relatif return yang diperoleh tidak besar tetapi tetap.
Keputusan investasi juga mempertimbangkan kesempatan untuk mendapatkan
imbal hasil yang besar pada tingkat risiko tertentu. Beberapa sumber risiko yang
bisa mempengaruhi besarnya suatu investasi menurut Zubir (2011:20-23), antara
lain.
1) Risiko suku bunga, yaitu risiko yang disebabkan oleh perubahan tingkat
bunga tabungan dan tingkat bunga pinjaman. Tingkat bunga yang tinggi
dapat menyebabkan return yang diperoleh dari investasi berisiko rendah
seperti deposito lebih tinggi daripada return investasi yang berisiko tinggi
seperti saham.
2) Risiko pasar, yaitu risiko yang disebabkan oleh gejolak return suatu
investasi sebagai akibat dari fluktuasi transaksi di pasar keseluruhan.
Risiko pasar disebabkan oleh peristiwa-peristiwa yang bersifat menyeluruh
yang mempengaruhi kegiatan pasar secara umum, seperti resesi,
peperangan, perubahan struktur keuangan, dan perubahan selera keuangan.
3) Risiko inflasi, yaitu risiko yang disebabkan oleh menurunnya daya beli
masyarakat sebagai akibat dari kenaikan harga barang-barang secara
umum. Hal ini akan berdampak buruk pada perusahaan karena permintaan
terhadap barang yang diproduksi menurun, sehingga penjualan juga
menurun dan harga saham melemah.
4) Risiko bisnis, yaitu risiko yang disebabkan oleh tantangan bisnis yang
dihadapi perusahaan makin berat, baik akibat tingkat persaingan yang
24
ketat, perubahan peraturan pemerintah, maupun klaim dari masyarakat
terhadap perusahaan karena merusak lingkungan.
5) Risiko finansial, yaitu risiko keuangan ang berkaitan dengan struktur
modal yang digunakan untuk mendanai kegiatan perusahaan. Perusahaan
yang mempunyai utang besar mempunyai risiko yang besar juga di mata
pemegang sahamnya karena sebagian besar laba operasi perusahaan akan
digunakan untuk membayar bunga pinjaman tersebut. Akibatnya, bagian
laba atau dividen yang diterima oleh pemegang saham menjadi kecil. Jika
pendapatan perusahaan tidak stabil, maka makin besar pula kemungkinan
pemegang saham tidak menerima dividen dan hal ini akan mengakibatkan
saham perusahaan menjadi tidak menarik, sehingga harga sahamnya akan
jatuh.
6) Risiko likuiditas, yaitu risiko yang berkaitan dengan kesulitan untuk
menjual saham karena tidak ada yang membeli saham tersebut. Risiko
likuiditas juga berkaitan dengan kondisi perusahaan seperti menghadapi
kesulitan keuangan. Investor yang memegang saham perusahaan tidak
likuid akan menanggung risiko yang tinggi karena harganya akan jatuh
pada waktu dijual, sehingga real return akan berada jauh di bawah
expected return.
7) Risiko nilai tukar mata uang, yaitu risiko yang berkaitan dengan perubahan
nilai mata uang suatu Negara. Hal ini menjadi faktor penyebab real return
lebih kecil dari expected return. Perubahan nilai tukar dapat disebabkan
oleh perubahan permintaan terhadap mata uang suatu Negara dalam
25
perdagangan internasional dan mata uang sebagai “komoditas” yang
diperjualbelikan.
8) Country risk, yaitu risiko yang berkaitan dengan investasi lintas Negara
yang
disebabkan
oleh
kondisi
politk,
keamanan,
dan
stabilitas
perekonomian suatu negara. Semakin tidak stabil keamanan, politik, dan
perekonomian suatu negara, makin tinggi risiko berinvestasi di negara
tersebut, karena return investasi jadi makin tidak pasti, sehingga
kompensasi atau return yang dituntut atas suatu investasi makin tinggi.
Oleh karena itu, stabilitas negara tujuan investasi menjadi pertimbangan
yang sangat penting sebelum memutuskan melakukan investasi di negara
lain.
2.4.1 Risiko Perbankan
Bank memiliki izin untuk melakukan kegiatan usaha jasa keuangan di luar
fungsi utamanya sebagai lembaga intermediasi, seperti perdagangan dan jasa
keuangan. Kedua kegiatan tersebut saat ini telah menjadi sumber pendapatan bagi
banyak bank. Kegiatan perdagangan meliputi jual beli valuta asing, surat utang,
saham, dan harga komoditas. Kegiatan perdagangan memberikan pendapatan
berupa selisih antara harga jual dan harga beli. Bank-bank besar dan beroperasi
secara internasional sangat banyak melakukan bisnis perdagangan valuta dan
surat-surat berharga (Idroes, 2011:22).
Aktivitas bank untuk memperoleh pendapatan selalu dihadapkan dengan
risiko. Risiko yang mungkin terjadi dapat menimbulkan kerugian bagi bank jika
26
tidak dideteksi dan dikelola. Risiko yang dikelola secara tepat dapat memberikan
manfaat kepada bank dalam menghasilkan laba yang dapat menarik minat
investasi. Jenis-jenis risiko utama yang dihadapi oleh perbankan menurut
Peraturan Bank Indonesia No 11/25/PBI/2009 adalah sebagai berikut.
1) Risiko kredit, yaitu risiko akibat kegagalan debitur dan/atau pihak lain
dalam memenuhi kewajiban kepada bank.
2) Risiko pasar, yaitu risiko pada posisi neraca dan rekening administrative
termasuk transaksi derivative, akibat perubahan secara keseluruhan dari
kondisi pasar, termasuk risiko perubahan harga opsi.
3) Risiko likuiditas, yaitu risiko akibat ketidakmampuan bank untuk
memenuhi kewajiban yang jatuh tempo dari sumber pendanaan arus kas
dan/atau dari aset likuid berkualitas tinggi yang dapat diagunkan, tanpa
mengganggu aktivitas dan kondisi keuangan bank.
4) Risiko operasional, yaitu risiko akibat ketidakcukupan dan/atau tidak
berfungsinya proses internal, kesalahan manusia, kegagalan sistem,
dan/atau
adanya
kejadian-kejadian
eksternal
yang
mempengaruhi
operasional bank.
5) Risiko kepatuhan, yaitu risiko akibat bank tidak mematuhi dan/atau tidak
melaksanakan peraturan perundang-undangan dan ketentuan yang berlaku.
6) Risiko hukum, yaitu risiko akibat tuntutan hukum dan/atau kelemahan
aspek yuridis.
7) Risiko reputasi, yaitu risiko akibat menurunnya tingkat kepercayaan
stakeholder yang bersumber dari persepsi negatif terhadap bank.
27
8) Risiko stratejik, yaitu risiko akibat ketidaktepatan dalam pengambilan
dan/atau pelaksanaan suatu keputusan stratejik serta kegagalan dalam
mengantisipasi perubahan lingkungan bisnis.
Pengaruh risiko terhadap pemegang saham merupakan pengaruh langsung.
Pengaruh risiko tersebut menurut Idroes (2011:25) antara lain:
1) Penurunan nilai investasi yang akan memberikan pengaruh terhadap
penurunan harga dan/atau penurunan keuntungan. Turunnya harga saham
menurunkan nilai perusahaan yang berarti turunnya kesejahteraan
pemegang saham.
2) Hilangnya peluang memperoleh dividen yang seharusnya diterima sebagai
akibat dari turunnya keuntungan perusahaan.
3) Kegagalan investasi yang telah dilakukan, hingga paling parah adalah
kebangkrutan perusahaan yang melenyapkan nilai semua modal disetor.
Penelitian ini menggunakan risiko kredit dan risiko nilai tukar karena
merupakan risiko yang sangat berpengaruh terhadap return dan profitabilitas
bank. Risiko pasar berpengaruh langsung terhadap dua unsur penting bagi bank,
yaitu tingkat profitabilitas serta reputasi atau citra baik bank dan risiko kredit
dapat menurunkan modal bank yang nantiya akan berpengaruh pada capital gain
yang diperoleh investor.
2.7 Risiko Kredit
Menurut Peraturan Bank Indonesia No 11/25/PBI/2009 risiko kredit adalah
risiko akibat kegagalan debitur dan/atau pihak lain dalam memenuhi kewajiban
28
kepada bank. Secara umum eksposur risiko kredit merupakan salah satu eksposur
risiko utama sehingga kemampuan bank untuk mengidentifikasi, mengukur,
memantau, dan mengendalikan risiko kredit serta menyediakan modal yang cukup
bagi risiko tersebut sangat penting. Analis kredit dalam dunia perbankan sering
menggunakan kerangka 3R dan 5C dalam menganalisis kemampuan melunasi
kewajiban dari calon nasabah bank (Hanafi, 2009:167-168).
Pedoman 3R dijelaskan sebagai berikut.
1) Return
Return berkaitan dengan hasil yang diperoleh dari penggunaan kredit yang
diminta, apakah kredit tersebut bisa menghasilkan return (pendapatan)
yang memadai untuk melunasi utang dan bunganya.
2) Repayment capacity
Repayment
capacity
berkaitan
dengan
kemampuan
perusahaan
mengembalikan pinjaman dan bunganya pada saat pembayaran tersebut
jatuh tempo.
3) Risk-bearing ability
Risk-bearing
ability
berkaitan
dengan
kemampuan
perusahaan
menanggung risiko kegagalan atau ketidakpastian yang berkaitan dengan
penggunaan kredit tersebut. Jaminan merupakan hal yang perlu
dipertimbangkan oleh kreditur dalam kaitannya dengan risk-bearing
ability.
29
Sedangkan pedoman 5C berkaitan dengan karakteristik sebagai berikut.
1) Character
menunjukkan
kemauan
peminjam
untuk
memenuhi
kewajibannya.
2) Capacity adalah kemampuan peminjam untuk melunasi kewajiban
utangnya melalui pengelolaan perusahaannya dengan efektif dan efisien.
3) Capital adalah posisi keuangan perusahaan secara keseluruhan yang dapat
dilihat melalui analisis laporan keuangan.
4) Collateral adalah aset yang dijaminkan untuk suatu pinjaman.
5) Conditions adalah sejauh mana kondisi perekonomian akan mempengaruhi
kemampuan mengembalikan pinjaman.
Risiko kredit diproksikan menggunakan Non Performing Loan (NPL). NPL
adalah perbandingan antara total kredit bermasalah dengan total kredit yang
diberikan bank kepada debitur. Rumus NPL ditulis sebagai berikut.
Peningkatan kredit bermasalah tersebut menyebabkan pendapatan dan laba
menurun, kinerja bank juga akan menurun dan hal ini akan menimbulkan persepsi
buruk bagi investor. Oleh karena itu, perbankan perlu meningkatkan pengelolaan
terhadap terhadap risiko kredit agar tingkat kredit bermasalah atau NPL tidak
melebihi dari ketentuan dari Bank Indonesia sesuai PBI No.13/3/2011, yang
menetapkan bahwa rasio NPL maksimal 5% dari total kredit. Apabila rasio NPL
berada dibawah ketentuan Bank Indonesia, hal ini menunjukkan bahwa bank
dapat mengelola risiko kreditnya dengan baik karena mampu meminimalkan
30
kredit macetnya, tetapi kenaikan NPL diatas 5% akan mengindikasikan bank
kurang berhasil dalam mengelola kredit bermasalahnya.
Investor enggan untuk membeli saham milik bank dengan risiko kredit yang
tinggi. Drobetz et al (2007) menyatakan risiko kredit berpengaruh negatif
signifikan terhadap return saham, sedangkan pada penelitian yang dilakukan oleh
Gunawan dan Agustinus (2012) menyatakan bahwa NPL tidak berpengaruh
signifikan terhadap return saham dan hal ini didukung oleh penelitian yang
dilakukan oleh Wibowo (2007) dan Scott (2001).
2.8 Risiko Nilai Tukar
Nilai tukar adalah nilai mata uang suatu negara dibandingkan dengan nilai
mata uang negara lain (Fahmi, 2012:242). Secara umum dalam lingkup ilmu
moneter dikenal dua sistem nilai tukar yang diterapkan, yaitu fixed exchange rate
dan flexible exchange rate atau yang biasa dikenal dengan floating exchange rate.
Penerapan kurs nilai tukar dengan fixed exchange rate mengharuskan negara yang
bersangkutan memiliki dana yang mencukupi atau jumlah reserve yang memadai
dengan tujuan untuk menjaga keseimbangan antara permintaan dan penawaran
terhadap jumlah uang yang beredar di pasaran. Penerapan flexible exchange rate
merupakan konsep nilai tukar yang diserahkan pada pasar tanpa ada kontrol,
dimana naik turunnya nilai tukar mata uang domestik dengan mata uang asing
diserahkan pada pasar untuk menentukan (Fahmi, 2012: 242-248).
Risiko nilai tukar menurut Ali (2006:133) adalah risiko terjadinya potensi
kerugian bagi bank sebagai akibat dari perubahan yang memberi pengaruh buruk
31
dari foreign exchange rate terhadap posisi foreign exchange bank. Menurut Fahmi
(2012:189) risiko nilai tukar adalah naik turunnya nilai mata uang suatu negara
saat dikonversikan dengan mata uang negara lainnya, dan apabila perusahaan
membutuhkan mata uang asing dalam setiap transaksi bisnisnya. Kemerosotan
nilai tukar rupiah atas valas dapat menimbulkan krisis dan kerugian besar pada
bank-bank devisa, termasuk pula unit-unit usaha yang memiliki pinjaman valas
dan tidak dilindungi hedging.
Bagi investor yang melakukan investasi di berbagai negara dengan berbagai
mata uang, perubahan nilai tukar mata uang akan menyebabkan real return lebih
kecil dari expected return. Perubahan nilai tukar disebabkan oleh perubahan
permintaan terhadap mata uang suatu negara dalam perdagangan internasional dan
mata uang sebagai komoditas yang diperjualbelikan. Jika permintaan terhadap
dolar Amerika Serikat tinggi, maka nilai tukarnya terhadap mata uang yang
membutuhkan akan naik. Return yang diperoleh dari investasi saham di bursa
asing dapat tergerus habis oleh kerugian akibat perubahan nilai tukar mata uang
negara investor dengan negara di mana investasi dilakukan (Zalmi, 2011:22).
Penelitian yang dilakukan oleh Yumardi (2014),menyatakan bahwa risiko pasar
yang diukur menggunakan nilai tukar memiliki pengaruh negatif signifikan
terhadap return
saham dan hasil ini didukung oleh hasil penelitian yang
dilakukan oleh Subalno (2009). Janoudi (2014) dalam penelitiannya menyatakan
hasil yang berbeda, yaitu bahwa risiko pasar berpengaruh positif signifikan
terhadap return
saham, sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Cao dan
Lubomir (2014) menyatakan bahwa risiko pasar tidak berpengaruh tidak
32
berpengaruh terhadap return
saham dan pernyataan tersebut didukung oleh
penelitian yang dilakukan oleh Ozbay (2009).
Download