PENGEMBANGAN TANAMAN PENGHASIL GAHARU DI RIAU PEKANBARU, BALITBANG RIAU, 28/12/2016. Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Provinsi Riau, bekerjasama dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) Universitas Lancang Kuning, mengadakan suatu kajian penelitian berupa ‘Kajian Pohon Gaharu dalam Mendukung Upaya Konservasi dan Kelestarian Alam di Provinsi Riau’ pada tahun 2013 lalu. Kajian penelitian ini dilaksanakan di empat kabupaten, yaitu Kabupaten Kampar, Kabupaten Indragiri Hulu, Kabupaten Kuantan Singingi, dan Kabupaten Pelalawan. Latar belakang dari diadakannya kajian penelitian tersebut adalah kenyataan bahwa pohon penghasil gaharu yang mulai dibutuhkan untuk berbagai macam kebutuhan. Indonesia adalah negara dengan potensi biodiversitas terbesar kedua di dunia setelah Brasil. Dengan kondisi seperti itu, Indonesia kaya akan berbagai macam potensi sumber daya alam, salah satunya adalah pohon penghasil gaharu. Namun, data dari Biro Pusat Statistik menunjukkan bahwa produksi gaharu di Indonesia terus menurun. Seiring dengan berjalannya waktu, produk gaharu mulai diminati untuk dijadikan sebagai bahan wewangian, kosmetika, dan obat herbal bagi berbagai macam penyakit, seperti radang ginjal, tumor, kanker, dan lainnya. Akibatnya, populasi pohon penghasil gaharu semakin menurun karena produksi gaharu yang dilakukan untuk memenuhi permintaan pasar yang tinggi. Saat ini, Indonesia mulai mengambil peran aktif untuk mempertahankan Indonesia sebagai produsen produk gaharu sekaligus melestarikan sumberdaya pohon penghasil gaharu melalui kebijakan mengenai upaya pengembangan produk gaharu sebagai Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK). Provinsi Riau mendukung upaya dari pemerintah pusat tersebut dengan upaya untuk menggali potensi sumberdaya HHBK (termasuk diantaranya gaharu) untuk kesejahteraan masyarakat sekaligus mendukung upaya konservasi alam. Produk gaharu telah ditetapkan sebagai salah satu jenis HHBK unggulan Provinsi Riau. Gaharu dihasilkan oleh pohon-pohon terinfeksi yang tumbuh didaerah tropika dan memiliki marga Aquilaria, Gyrinops, dan Gonystilus yang semuanya termasuk dalam family Thymelaeaceae. Berbagai hasil penelitian menunjukkan bahwa berbagai jenis tanaman penghasil gaharu dari hutan alam ternyata dapat dibudidayakan dan produksi gaharu dapat direkayasa. Beberapa tujuan yang ingin dicapai dalam kajian penelitian tersebut, yaitu: 1) mengkaji aspek sosial, ekonomi, dan ekologi dari pengelolaan hutan kayu gaharu; 2) menganalisa permasalahan-permasalahan dalam pengelolaan hutan kayu gaharu; 3) memberikan masukan untuk Pemerintah Provinsi Riau dalam mengembangkan potensi daerah sekaligus mensejahterakan masyarakat yang hidup berdampingan dengan kawasan hutan. Hasil dari kajian penelitian tersebut menunjukkan : 1. Kondisi eksisting pengembangan gaharu di empat kabupaten yang menjadi lokasi kajian penelitian bervariasi. Secara garis besar, keempat kabupaten tersebut sangat potensial untuk dijadikan sebagai lahan budidaya tanaman gaharu jika ditinjau dari segi geografis. Potensi tersebut dapat meningkatkan kondisi perekenomian masyarakat sekitar jika mampu dimanfaatkan secara maksimal. Saat ini, budidaya tanaman gaharu telah diprioritaskan oleh pemerintah setempat melalui program penanaman bibit tanaman gaharu dan pelatihan kepada masyarakat setempat. 2. Permasalah yang mengiringi upaya pengembangan tanaman gaharu, mulai dari minimnya pengetahuan masyarakat setempat, keterbatasan modal pengembangan gaharu, hingga masalah yang berkaitan dengan pemasaran hasil produksi. 3. Berdasarkan hasil dari kajian penelitian tersebut, dihasilkan beberapa rekomendasi untuk pengembangan tanaman penghasil gaharu. Rekomendasi tersebut diantaranya: a) Implementasi teknologi dalam budidaya tanaman gaharu. Perlu dikembangkan teknologi yang sederhana sehingga memudahkan para petani untuk mengimplementasikannya. Petani diberi kemudahan untuk mendapatkan inokulum dengan harga yang terjangkau b) Pembentukan dan pengembangan “koperasi gaharu”, yang akan membantu petani dalam modal, pengadaan sarana prasarana sehingga akses pada pasar dan informasi harga komoditi. c) Pembangunan Hutan Tanaman Rakyat (HTR), yaitu hutan yang ditanam oleh suatu kelompok masyarakat untuk keperluan peningkatan potensi hutan produksi sekaligus pelestarian sumber daya. HTR dapat dibangun dalam 3 Pola yaitu 1) Pola Mandiri, 2) Pola Kemitraan dengan HTI – BUMN/BUMS, dan 3) Pola Developer Rekomendasi tersebut diharapkan dapat menjadi pertimbangan bagi pihak-pihak yang berkepentingan dalam budidaya tanaman penghasil gaharu untuk lebih memaksimalkan potensi gaharu khususnya di Provinsi Riau. (HRH).