Populasi Kharakter morfologi, anatomi kayu dan Beringin Buaya Madu fitokimia group group group 35 MGT 4 3 2 36 MPT 3 1 2 37 Resin 2 1 3 Keterangan: keterangan morfologi lihat pada keterangan anatomi lihat pada keterangn tabel 4 dan keterangan keterangn tabel 6. No Pantai group Soyun group 4 1 2 4 1 4 tabel 3, keterangan fitokimia lihat pada Dendrogram yang dihasilkan dari ketiga kharakter morfologi, anatomi dan fitokimia (Gambar 52), menunjukkan adanya kemiripan dengan dendrogram anatomi dan dendrogram dari penggabungan kharakter morfologi dan anatomi (Gambar 49 dan 50). Hal ini ditunjukkan adanya single outgroup yaitu G. versteegii Beringin group merupakan ancestor dari ke empat group lainnya dan G. versteegii Buaya group dan G. versteegii Madu group memperlihatkan tingkat kemiripan yang tinggi. sebagai pembedanya adalah prosentasi kesamaan karakter yakni pada data morfologi dan anatomi menunjukkan bahwa keduanya memiliki sepuluh kharakter yang sama yang ditunjukkan pada clade dengan Indeks Kesamaan = 76,90% (Forey et al, 1993). Pohon ketimunan ternyata mempunyai habitat spesifik untuk masing-masing grup yang tumbuh dalam variasi geografi yang berbeda (Gambar 53, 56 dan 57). Menurut Grant (1981), bahwa pola variasi ras geografis dan variasi ras ekologi dalam spesies tanaman yang sangat beragam. Dalam pola ini populasi lokal biasanya polimorfik, sebagai akibat dari aliran gen dan keseimbangan seleksi, transek geografis dan ekologis, ada pergeseran bertahap dalam frekuensi varian polimorfik. Situasi ini bisa menjadi penyebab dari spesiasi varietas atau spesies. 150 74,81 73,18 72,37 76,90 Gambar 52. Dendrogram populasi pohon ketimunan berdasarkan 37 kharakter morfologi, anatomi kayu dan fitokimia. Dari lima populasi lokal G. versteegii yang dikenal di kalangan para pengumpul gaharu, yaitu: Beringin, Buaya, Pantai, Madu dan Soyun yang dijumpai di hutan Lombok barat terletak di wilayah Kabupaten Lombok Barat, Kabupaten Lombok Utara dan Lombok Tengah. Berdasarkan kharakter morfologi, anatomi, gabungan morfologi dan anatomi, fitokimia dan gabungan kharakter morfologi, anatomi kayu dan fitokimia kayu serta gubal gaharu dari lima populasi tersebut di atas, terbagi ke dalam 5 group, yaitu G. versteegii Beringin group, G. versteegii Buaya group, G. versteegii Madu group, G. versteegii Pantai group dan G. versteegii Soyun group yang daerah persebarannya dapat dilihat pada Gambar 9 dan daerah habitat untuk spesies G. versteegii di Kabupaten Lombok Barat dan Kabupaten Lombok Utara dapat dilihat pada Gambar 52. 151 Gambar 53. Peta unit ekologi ekosistem infraspesifik G. versteegii Lombok barat. di hutan 152 Gambar 54. Peta persebaran G. versteegii di hutan Lombok barat. 153 7.2.1.3. Komponen biotik yang berupa keragaman dan struktur populasi lima populasi G. versteegii di hutan Lombok barat. Di daerah Lombok barat ditemukan lima grup populasi G. versteegii, yakni G. versteegii Beringin group yang tersebar di unit ekologi: R3, R8, R16, R29, R43, R45, R46, R47, R48, R50, R52, R56 dan R57; G. versteegii Madu group yang dijumpai di unit ekologi R1, R2, R28, R31, R41, R51, R54, R62, R63 dan R64; G. versteegii Pantai group yang dijumpai di unit ekologi R20, R35 dan R41; G. versteegii Buaya group yang dijumpai di unit ekologi R13, R23, R27, R29, R38, R40 dan R51; G. versteegii Soyun group yang dijumpai di unit ekologi R31. 50 40 G. versteegii Beringin group 30 G. versteegii Buaya group 20 G. versteegii Pantai group 10 G. versteegii Madu group G. versteegii Soyun group 0 Gambar 55. Histogram keragaman dan struktur populasi G. versteegii di hutan Lombok barat. Populasi pohon gaharu didominasi oleh pohon gaharu pada tingkat sapihan hal ini pohon gaharu tingkat sapihan lebih kuat untuk berkompetisi dibandingkan tingkat pertumbuhan yang lain. Untuk tingkat semai ini hanya ditemukan pohon gaharu G. versteegii Beringin group dan G. versteegii Madu group, kondisi 154 tersebut sangat berkaitan dengan tempat tumbuh pohon seperti tegakan disekitar pohon gaharu masih rapat, dan lantai hutan biasanya masih tertutup. Tutupan lantai hutan tersebut biasanya berupa seresah (daun dan ranting kering yang rontok) atau berupa rumput, yang berfungsi sebagai mulsa serta tempat tersebut jauh dari jangkauan para pengumpul kecambah/ semai pohon ketimunan. 7.2.2. Komponen Abiotik Dalam Ekologi Ekosistem Gaharu 7.2.2. 1. Komponen abiotik: 1. habitat pohon gaharu dalam unit-unit ekologinya. Habitat pohon gaharu spesifik untuk setiap populasi atau groupnya, dan ini sesuai dengan pendapat Grant (1981), yang menyatakan bahwa pola variasi geografis dalam spesies tanaman sangat beragam. Setiap jenis tumbuhan unik dalam arti deskriptif. Keragaman deskriptif dapat dijumpai dalam sejumlah pola variasi umum. Ras dari spesies dibedakan tiga kategori yaitu: ras geografis menerus (contiuous), ras geografis terputus (disjunct) dan ras ekologi. Dalam pola ini populasi lokal biasanya polimorfik, sebagai akibat dari aliran gen dan keseimbangan seleksi, pada sepanjang transek geografis ada pergeseran secara bertahap dalam frekuensi varian polimorfik. Dalam khasus G. versteegii terbentuknya ras geografis akibat adanya spesiasi simpatrik sehingga termasuk dalam ras geografis yang menerus (contiuous) seperti tergambar dalam Gambar 56 dan 57. 155 Gambar 56. Peta ketinggian daerah persebaran G. versteegii di hutan Lombok barat. 156 Gambar 57. Peta kemiringan tanah daerah persebaran G. versteegii di hutan Lombok barat. 157 Gambar 58. Peta tanah daerah persebaran G. versteegii di hutan Lombok barat. 158 Pola variasi geografisnya berupa ketinggian tempat dan sudut kemiringan tanah yang bervasiasi, hal ini terlihat pada Gambar 56 dan 57. Ras ekologi khusus untuk G. versteegii terjadi karena adanya perbedaan jenis tanah pada Gambar 58, tumbuhan yang berasosiasi dengan spesies ini yang tergambar pada gambar 59 yang menyebabkan terbentuknya mikroklimat yang berbeda (Tabel 8) dan kandungan unsur hara yang berbeda-beda (Tabel 9). Polimorfisme secara bertahap masuk ke dalam perbedaan ras lokal, dan ini membangun perbedaan pada tingkat ras geografi. Kharakter fenotipik dan genetik yang terbentuk, menunjukkan keragaman intraspesifik selanjutnya akan membentuk kharakter gradien sepanjang transek geografis (Gambar 56-57). Perubahan kharakter tumbuhan yang diberikan dapat berupa perubahan morfologi (seperti bentuk perawakan, bentuk percabangan, warna bunga), anatomi, kadar fitokimia dan lain-lain. Spesiasi yang terjadi pada spesies G. versteegii di hutan Lombok bagian barat, berdasarkan hasil penelitian yang terlampir pada (Tabel 8 dan 9) menunjukkan adanya ras geografi yang menerus dan ras ekologi (Gambar 58-59, Tabel 8 dan 9). Hal ini tergambar pada pohon gaharu G. versteegii Madu group yang mempunyai habitat dengan kemiringan tanah yang cukup terjal 29,13%, jeluk mempan (lapisan atas tanah) yang dalam, rata-rata 89 cm dan ketinggian tempatnya rata-rata 454,38 m dpl berbeda nyata dengan pohon gaharu dari keempat group lainnya. 159 Gambar 59. Peta penggunaan lahan daerah persebaran G. versteegii di hutan Lombok barat. 160 Ketinggian tempat ini ada korelasinya dengan suhu udara yang rendah ratarata 27oC (berbeda nyata dengan group lainnya), intensitas cahaya yang rendah dan kelembaban udara yang tinggi. Disamping itu habitat G. versteegii Madu group adalah tumbuh pada tanah yang subur diindikasikan pada kandungan unsur hara tanah yang tinggi dan berbeda nyata dengan habitat dari ketiga group lainnya, seperti kandungan bahan organik (3,25%), unsur Karbon (5,60%), unsur Nitrogen total (0,30%) dan unsur Kalsium total (5,18 me/ 100g) serta kadar air yang cukup tinggi (4,29%). Habitat seperti tersebut diatas memberikan kharakter pada G. versteegii Madu group seperti yang ditunjukkan pada (Gambar 53 dan 56). Kharakter Madu group (Gambar 60) antara lain adalah kulit pohon berwarna coklat muda dengan totol-totol merah, percabangan membentuk sudut 40-90o, anatomi kayu mempunyai trakhea yang cukup lebar, 2-9 sel membentuk satu deret sel trakhea atau kluster, dalam setiap 2-14 sel trakheida membentuk satu deretan atau kluster yang teratur tapi jarang, sehingga jaringan kayu yang terbentuk menjadi porus. 161 Gambar 60. Penampang melintang jaringan batang kayu pohon gaharu G. versteegii Madu group. 162 Gambar 61. Penampang melintang jaringan batang kayu dan pohon gaharu G. versteegii Buaya group. G. versteegii Buaya group (Gambar. 61) mempunyai habitat dengan jeluk mempan paling rendah yaitu rata-rata 67,50 cm, tumbuh di kawasan pada ketinggian tempat rata-rata 269 m dpl, dengan kelembaban udara yang cukup tinggi 163 yakni rata-rata 76,94% dan pada kemiringan tanah yang relatif landai yakni ratarata 15,88%. Tempat tumbuh G. verstegii Buaya group pada tanah yang kurang subur yang terlihat pada kandungan bahan organik, Nitrogen total dan Karbon yang rendah. Begitu juga kandungan Magnesium tersedia dan kadar air dalam tanah juga relatif rendah. Dengan kondisi geografis dan tempat tumbuh yang seperti tersebut memberikan kharakter pada G. versteegii Buaya group, berupa: kulit pohon coklat tua kemerah-merahan, kulit ranting muda berwarna merah gelap, bentuk percabangan pohon membentuk sudut yang lebih sempit antara < 45o. Susunan sel kayu porus, sel-sel trakhea lebar-lebar, kebanyakan membentuk kluster atau deretan sel: 2-4 sel, yang tersusun kurang teratur, jarang dalam satu deretan sel trakhea tersusun atas 4-11 sel. G. versteegii Beringin group (Gambar 62) tumbuh pada habitat yang mempunyai ketinggian tempat rata-rata 229 m dpl di bawah ketinggian habitat G. versteegii Buaya group, akan tetapi group ini tumbuh pada lereng yang sedikit lebih terjal dari tempat tumbuh G. versteegii Buaya group, yakni rata-rata 23,13% dan tumbuh pada tanah dengan jeluk mempan yang lebih dalam yakni rata-rata 78,75 cm. G. versteegii Beringin group tumbuh pada tanah yang kurang subur, ini ditunjukkan pada kandungan Nitrogen total dalam tanah yang rendah, kadar air dalam tanah dan kandungan Kalsium tersedia terrendah di antara ke empat group lainnya. Adanya ras geografis dan ras ekologi tersebut ditandai adanya kharakter yang terbentuk pada G. versteegii Beringin group adalah kulit pohon berwarna abuabu dengan bercak-bercak putih agak merata, pada pangkal percabangan membentuk lengkungan. Susunan sel kayu padat, tersusun teratur. Sel-sel trakhea lebar, 164 kebanyakan membentuk kluster 2-4 sel, susunanya teratur dan jarang dan sebagian yang lain sel trakhea tersebar soliter. Gambar 62. Penampang melintang jaringan batang kayu dan pohon gaharu G. versteegii Beringin group. 165 Gambar 63. Penampang melintang jaringan batang kayu dan pohon gaharu G. versteegii Pantai group. G. versteegii Pantai group (Gambar 63) tumbuh pada habitat dengan kemiringan tanah relatif landai, rata-rata 11,74% berbeda nyata dengan 3 group lainnya dan ketinggian tempat yang terendah, yakni rata-rata 210,11 m dpl berbeda nyata dengan dua group lainnya. Sebaliknya karena tempat tumbuh yang relatif rendah, sehingga intensitas cahaya yang diterima paling tinggi yaitu 2555,12 lux 166 sehingga otomatis suhu udaranya juga tertinggi yaitu rata-rata 30,72 oC yang berbeda nyata dengan group yang lain. Tempat tumbuh G. versteegii Pantai group cukup subur yang tergambarkan pada kandungan bahan organik, unsur Nitrogen total, Karbon dan kadar air dalam tanah cukup tinggi. Kandungan Kalsium tersedia dan Magnesium tersedia dalam tanah tempat tumbuhnya tertinggi dan berbeda nyata dengan group yang lain. Tempat tumbuh G. versteegii Pantai group cukup subur, pada lahan yang landai, dan intensitas cahaya yang cukup tinggi. Kondisi tersebut membentuk karakter G. versteegii Pantai group antara lain: percabangan batangnya terbuka cenderung ke arah horizontal membentuk sudut > 90o. Kulit batang pohon berwarna coklat muda kehijau-hijauan. Susunan sel kayu kurang teratur, sel trakhea kebanyakan tersusun berderet dalam 2-9 sel, sebagian lain tersusun kluster dalam 2-5 sel dan sebagian kecil tersebar secara soliter (Gambar. 65). G. versteegii Soyun group tumbuh pada habitat yang sama dengan G. versteegii Madu group. Group ini merupakan group pencilan yang ditemukan hanya satu individu dari seluruh daerah penelitian. Sepintas perawakan pohon mirip dengan G. versteegii Buaya group, seperti bentuk percabangan, warna kulit batang. Namun susunan sel-sel kayu yang porus, sel trakhea kebanyakan tersusun berderet 2-3 sel (jarang 4-5 sel), sebagian lain tersusun kluster dan tersebar secara soliter (Gambar 64). 167 Gambar 64. Penampang melintang jaringan batang kayu dan pohon gaharu G. versteegii Soyun group. 168 Tabel 8. Kondisi lingkungan habitat keempat populasi G. versteegii di hutan Lombok barat. G. G. G. G. versteegii versteegii versteegii versteegii Faktor Lingkungan Beringin Buaya Madu Pantai group group group group a a a Rh (%) 76,94 72,06 80,00 75,49 a SUHU (oC) 28,00ab 28,75ab 27,00a 30,72b Kemiringan (% ) 15,88ab 23,13ab 29,13b 11,74a Altitude (m) dpl 269,00ab 229,13a 454,38b 210,11a 1927,50a 1983,25 a 1044,63 a 2555,12 a 67,50a 78,75ab 89,00b 73,23ab Intensitas Cahaya Matahari (Lux) Jeluk Mempan (cm) Keterangan: a, b = bagian dari uji lanjut Duncan; a dan b= berbeda nyata; ab= tidak berbeda nyata. . Keistimewaan anatomi pada jaringan kayu Soyun group adalah jumlah jaringan floem dalam yang paling banyak 22/ 8500 µm yang tersusun rapat dan berderet-deret melingkari jaringan batang (Gambar 64). Besar kemungkinan hal ini yang menyebabkan pola gubal gaharu yang terbentuk seperti sepiral (Gambar 90). Menurut Grant (1981) hal ini dapat terjadi pada spesies atau varietas yang terpisah dari populasinya, dan terjadi hibridisasi interspesifik dari reproduksi uniparental. Akan tetapi hal ini perlu kajian khusus untuk mengetahui asal usulnya, karena jika dilihat dari dendogram Soyun group merupakan nenek moyang dari group-group yang lainnya dalam spesies G. versteegii. 169 Tabel 9. Kandungan unsur kimia tanah tempat tumbuh pohon gaharu. Faktor Lingkungan Kadar air (%) G. G. versteegii versteeghii Beringin Buaya group group ab 2,71 2,32a G. G. versteegii versteegii Madu Pantai group group c 4,49 4,12bc C (%) 2,21a 4,13ab 5,60b 4,27ab BO (%) 1,28a 2,39ab 3,25b 2,48ab N total (%) 0,10a 0,12a 0,30b 0,20a P tsd (ppm) 19,37a 14,77a 10,01a 20,63a K tsd (me/ 100 gr) 0,70a 0,82a 0,57a 0,76a Ca tsd (me/ 100 gr) 4,04ab 2,45a 5,18b 4,89b Mg tsd (me/ 100 gr) 1,81ab 1,46a 2,28ab 2,62b Catatan: huruf a, b dan c tanda berbeda nyata pada uji Duncan. Pohon gaharu ternyata mempunyai habitat yang spesifik untuk masingmasing group. Komunitas bervariasi dalam komposisi dan struktur sesuai dengan variasi dalam lingkungan fisik dan faktor fisik dari kedua gradien lokal dan regional yang berhubungan dengan pola kharakteristik tipe ekosistem dan tipe bioma masing-masing. Variasi dalam fisiognomi sepanjang gradien tersebut disertai dengan variasi dalam komposisi spesies. Komponen biotik lingkungan dari setiap organisme individu sangat penting untuk itu. Dalam beberapa lingkungan, faktor fisik yang dominan dalam menentukan karakteristik dari komunitas biotik, tetapi dalam banyak ekosistem organisme itu sendiri dan cara mereka berinteraksi samasama penting (Kimmins, 1987 dan 1997). 170 7.2.2. 2. Komponen ekosistem bersifat abiotik yang berupa faktor-faktor lingkungan yang berkontribusi dalam pembentuk ekosistem G. versteegii pada berbagai tingkatan pertumbuhan. Faktor abiotik atau fisik meliputi faktor-faktor lingkungan yang mendukung komunitas pohon gaharu pada unit-unit ekologi yang merupakan ekosistem gaharu, tersusun atas 6 komponen yakni komponen: cuaca, bentang alam (bentuk lahan), fisika tanah, kondisi lahan, penggunaan lahan dan kimia tanah (Lampiran 21, Gambar 5-6 dan 12). Dalam pengelompokan unit ekologi ekosistem gaharu (grup I) dan ekosistem daerah semi-kering (grup II) berdasarkan Analisis Diskriminan Sederhana (ADS), ada empat macam faktor abiotik yang berkontribusi. (1). Intensitas cahaya berkontribusi 95,9%, secara sangkil pada taraf 0,5%, intensitas cahaya pada unit ekologi ekosistem gaharu rata-rata 2147,6 lux (kisaran 383,0 lux – 7400 lux) lebih rendah dari unit ekologi ekosistem daerah semi-kering rata-rata 2348,9 lux. (2). Jenis tanah berkontribusi 58,8% secara sangkil pada taraf 0,5% unit ekologi ekosistem gaharu berupa Hapludans Eutrudepts, Haplustepts Ustorthents, Haplustepts Ustipsamments, Haplustepts Ustorthent, Eutrudepts Endoaquepts sedangkan pada unit ekologi ekosistem daerah semi-kering berupa Hapludans Eutrudepts, Haplustepts Ustorthents, Haplustepts Ustipsamments, Haplustepts Ustorthents. (3). Bahaya erosi berkontribusi 68,9% secara sangkil pada taraf 0,5% unit ekologi ekosistem gaharu bahaya erosi tidak ada-sangat ringan dan pada unit ekologi ekosistem daerah semi-kering bahaya erosi tidak ada – ringan. Terakhir (4). Jeluk mempan berkontribusi 62,5%, secara sangkil pada taraf 0,5%. jeluk mempan pada unit ekologi ekosistem gaharu rata-rata 77,3 cm (kisaran 54,5 cm – 100 cm) 171 dan pada unit ekologi ekosistem daerah semi-kering rata-rata 79,3 cm (kisaran 58 cm – 100 cm) (Lampiran 21, 57-58, 64-65, 67- 68, 70-71). Pengelompokan unit ekologi ekosistem gaharu pada (grup I) dan unit ekologi ekosistem daerah kering (grup III) berdasarkan ADS ada lima faktor abiotik yang paling sangkil berkontribusi. (1). Intensitas cahaya berkontribusi dalam membedakan kondisi lingkungannya unit ekologi ekosistem gaharu dan unit ekologi ekosistem daerah kering sebesar 97% secara sangkil pada taraf 0,5%. Iintensitas cahaya pada unit ekologi ekosistem gaharu rata-rata 2147,6 lux (kisaran 383,0 lux – 7400 lux) dan pada unit ekologi ekosistem daerah kering rata-rata 4360,7 lux (kisaran 835lux-9280 lux). (2). Bentuk kerusakan lahan berkontribusi dalam membedakan kondisi lingkungannya unit ekologi ekosistem gaharu dan unit ekologi ekosistem daerah kering sebesar 59,1% secara sangkil pada taraf 0,5%. Bentuk kerusakan lahan pada unit ekologi ekosistem gaharu tidak ada-erosi permukaan bentuk alur atau parit dan pada unit ekologi ekosistem daerah kering rata-rata tidak ada-tanah longsor. (3). Bahaya erosi berkontribusi 62,5% secara sangkil pada taraf 0,5%, unit ekologi ekosistem gaharu bahaya erosi tidak ada-sangat ringan dan pada unit ekologi ekosistem daerah kering, bahaya erosi tidak ada – ringan. (4). Jeluk mempan berkontribusi 66,9% secara sangkil pada taraf 0,5%, terhadap grup unit ekologi ekosistem gaharu dengan ekosisten daerah kering, jeluk mempan pada unit ekologi grup I rata-rata kedalamannya 77,3 cm (kisaran 54,5 cm – 100 cm) lebih dalam dari pada grup III yang rata-ratanya 68,2 cm (kisaran 37 cm – 90,5 cm). (5). Kadar air berkontribusi 50,5% secara sangkil pada taraf 5% dalam membedakan antara unit ekologi ekosistem gaharu dengan ekosisten daerah kering. Kadar air 172 pada unit ekologi grup I rata-rata 3,6% (kisaran 1,35% - 9,63%) lebih tinggi dari pada grup III yang rata-ratanya 2,6% (kisaran 1,24% - 6,46%) (Lampiran 21, 57, 59, 69, 70, 73 dan 75). Faktor –faktor abiotik yang berpengaruh pada pengelompokan unit ekologi ekosistem daerah semi-kering pada grup II dan unit ekologi ekosistem daerah kering pada grup III berdasarkan ADS, ada 3 faktor abiotik yang paling sangkil berkontribusi. (1). Intensitas cahaya berkontribusi dalam membedakan kondisi lingkungannya unit ekologi ekosistem gaharu dan unit ekologi ekosistem daerah kering sebesar 97% secara sangkil pada taraf 0,5%. Iintensitas cahaya pada unit ekologi ekosistem daerah semi-kering rata-rata 2348,9 lux (kisaran 277,5 lux – 5980 lux) dan pada unit ekologi ekosistem daerah kering rata-rata 4360,7 lux (kisaran 835 lux - 9280 lux). (2). Permeabilitas tanah berkontribusi 37,3% sangkil pada taraf 0,5% unit ekologi pada grup II dan grup III permeabilitas tanah sama yakni relatif sangat cepat. (3). Bahaya erosi berkontribusi 62,5% secara sangkil pada taraf 0,5% unit ekologi ekosistem daerah semi-kering bahaya erosi tidak adaringan dan pada unit ekologi ekosistem daerah semi-kering bahaya erosi tidak ada – berat (Lampiran 21, 58-59, 65-66 dan 68-69). Jadi hasil analisis ADS pada berbagai tingkatan pertumbuhan, menunjukkan bahwa abiotik yang berkontribusi dalam pengelompokan antara unit ekologi gaharu G. versteegii dengan unit ekologi ekosistem daerah semi-kering, yaitu intensitas cahaya, jenis tanah, bahaya erosi, jeluk mempan sedangkan antara unit ekologi gaharu G. versteegii dengan unit ekologi ekosistem daerah kering adalah intensitas cahaya, bentuk kerusakan lahan, bahaya erosi, jeluk mempan dan kadar 173 air. Untuk pengelompokan antara unit ekologi semi-kering dengan unit ekologi ekosistem daerah kering, faktor abiotik yang berkontribusi adalah intensitas cahaya, permeabilitas tanah, bahaya erosi dan kadar air. Untuk keperluan domestikasi spesies G. versteegii, yang perlu diperhatikan adalah faktor biotik seperti intensitas cahaya (kisaran 383,0 lux – 7400 lux), jenis tanah yang sesuai ada lima macam, yakni Hapludans Eutrudepts, Haplustepts Ustorthents, Haplustepts Ustipsamments, Haplustepts Ustorthent, Eutrudepts Endoaquepts, permukaan lahan relatif masih utuh, tidak ada bahaya erosi, jeluk mempan yang sesuai rata-rata 77,3 cm (kisaran 54,5 cm – 100 cm) dan kadar air tanah rata-rata 3,6% (kisaran 1,35% – 9,63%). Unsur hara yang berkontribusi sekitar 46,3% – 47,7% adalah Bahan organik rata-rata 4,2% (dalam kisaran 0,95% – 8,85%), N total rata-rata 0,2% (dalam kisaran 0,04% – 0,44%), P tsd rata-rata 14, 4ppm (dalam kisaran 0,04ppm – 0,44ppm). 7.2.2. 3. Komponen ekosistem bersifat abiotik yang berupa faktor-faktor lingkungan yang berkontribusi dalam pembentuk ekosistem G versteegii pada tingkat semai. Untuk mengetahui Faktor lingkungan yang berkontribusi dalam pembentukan ekosistem tempat tumbuh pohon gaharu pada tingkat semai, dapat dilihat pada Lampiran 22 dan Gambar 15-16. ekosistem G. versteegii Grup I yang dimaksud adalah unit ekologi Beringin group, grup II: unit ekologi ekosistem G. versteegii Madu group, dan grup III: unit ekologi ekosistem hutan alami. 174 Faktor lingkungan yang berkontribusi dalam pembentukan grup I dan grup II ada satu faktor lingkungan yang berkontribusi 34,5% secara sangkil pada taraf 10%, yaitu permeabilitas tanah pada unit ekologi ekosistem G. versteegii Beringin group agak lambat – sangat cepat dan pada unit ekologi ekosistem G. versteegii Madu group sedang-sangat cepat. Pembentukan unit ekologi versteegii Beringin group dengan unit ekologi pembentukan unit ekologi ekosistem G. ekosistem hutan alam serta ekosistem G. versteegii Madu group dengan unit ekologi ekosistem hutan alam pada tingkat semai tidak ada faktor abiotik yang berkontribusi secara sangkil. Pada tingkat semai, faktor abiotik antara unit ekologi ekosistem G. versteegii Beringin group, unit ekologi ekosistem G. versteegii Madu group dan unit ekologi ekosistem hutan alam pada kisaran yang tidak berbeda nyata. Hanya pada pengelopokan antara unit ekologi ekosistem G. versteegii Beringin group dan unit ekologi ekosistem G. versteegii Madu group satu faktor abiotik saja yang berkontribusi yaitu permeabilitas tanah (Lampiran 23). 7.2.2. 4. Komponen ekosistem bersifat abiotik yang berupa faktor-faktor lingkungan yang berkontribusi dalam pembentuk ekosistem G. versteegii pada tingkat sapihan. Untuk mengetahui Faktor lingkungan yang berkontribusi dalam pembentukan ekosistem tempat tumbuh pohon gaharu pada tingkat sapihan, dapat dilihat pada Lampiran 24 dan Gambar 23. Grup I adalah unit ekologi ekosistem G. versteegii Madu group yang dicirikan pada keberadaan pohon gaharu Madu group pada 175 beberapa unit ekologi di dalam grupnya, grup II (unit ekologi ekosistem G. versteegii Buaya group), grup III (unit ekologi ekosistem G. versteegii Beringin group) dan grup IV (unit ekologi komunitas ekosistem Pantai group). Faktor abiotik yang berkontribusi secara sangkil dalam pengelompokan unit ekologi ekosistem G. versteegii Madu group dan unit ekologi ekosistem G. versteegii Buaya group ada 6 macam faktor. (1). Intensitas cahaya berkontribusi dalam membedakan kondisi lingkungannya unit ekologi ekosistem G. versteegii Madu group dan unit ekologi ekosistem G. versteegii Buaya group sebesar 53% secara sangkil pada taraf 0,5%. Iintensitas cahaya pada unit ekologi ekosistem G. versteegii Madu group rata-rata 1719,2 lux (kisaran 517 lux – 5395 lux) dan pada unit ekologi ekosistem G. versteegii Buaya group rata-rata 1573,8 lux (kisaran 1175lux – 1815 lux). (2). Ketinggian tempat berkontribusi dalam membedakan kondisi lingkungannya unit ekologi ekosistem G. versteegii Madu group dan unit ekologi ekosistem G. versteegii Buaya group sebesar 34,9% secara sangkil pada taraf 5%. Ketinggian tempat pada unit ekologi ekosistem G. versteegii Madu group rata-rata 362,2 m dpl (kisaran 131,5 m – 725 m dpl) lebih tinggi dari pada unit ekologi ekosistem G. versteegii Buaya group rata-rata 247 m dpl (kisaran 81 m – 518 m dpl). (3). Warna tanah berkontribusi dalam membedakan kondisi lingkungannya unit ekologi ekosistem G. versteegii Madu group dan unit ekologi ekosistem G. versteegii Buaya group sebesar 24,1% secara sangkil pada taraf 5%. Warna tanah pada unit ekologi ekosistem G. versteegii Madu group berupa 2,5Y3/1 (coklat kehitaman), 2,5Y3/2 (coklat), 10YR3/3 (coklat kemerahan) dan pada unit ekologi ekosistem G. versteegii Buaya group berupa 2,5Y3/1 (coklat kehitaman), 2,5Y3/2 176 (coklat), 10YR3/2 (coklat tua kemerahan). (4). Draenase permukaan berkontribusi dalam membedakan kondisi lingkungannya unit ekologi ekosistem G. versteegii Madu group dan unit ekologi ekosistem G. versteegii Buaya group sebesar 39,9% secara sangkil pada taraf 2,5%. Draenase permukaan pada unit ekologi ekosistem G. versteegii Madu group agak terhambat-sangat cepat dan pada unit ekologi ekosistem G. versteegii Buaya group sangat cepat. (5). Perakaran berkontribusi dalam membedakan kondisi lingkungannya unit ekologi ekosistem G. versteegii Madu group dan unit ekologi ekosistem G. versteegii Buaya group sebesar 47,4% secara sangkil pada taraf 5%. Perakaran pada unit ekologi ekosistem G. versteegii Madu group perakaran berukuran halus-kasar dengan jumlah sedikit-melimpah dan pada unit ekologi ekosistem G. versteegii Buaya group halus-kasar dengan jumlah sedikit-relatif melimpah. (6). Unsur P tersedia berkontribusi dalam membedakan kondisi lingkungannya unit ekologi ekosistem G. versteegii Madu group dan unit ekologi ekosistem G. versteegii Buaya group sebesar 22,5% secara sangkil pada taraf 1%. Unsur P tersedia pada unit ekologi ekosistem G. versteegii Madu group rata-rata 13 ppm (berkisar 2,45 ppm – 38 ppm) dan pada unit ekologi ekosistem G. versteegii Buaya group 10,2 ppm (berkisar 9,3 ppm – 15,7 ppm). Faktor abiotik yang berkontribusi secara sangkil dalam pengelompokan unit ekologi ekosistem G. versteegii Madu group dan unit ekologi ekosistem G. versteegii Beringin group ada 3 macam faktor. (1). Intensitas cahaya berkontribusi sebesar 61,7% secara sangkil pada taraf 0,5%, dalam membedakan kondisi lingkungannya antara unit ekologi ekosistem G. versteegii Madu group dengan unit ekologi ekosistem G. versteegii Beringin group. Iintensitas cahaya pada unit 177 ekologi ekosistem G. versteegii Madu group rata-rata 1719,2 lux (kisaran 517 lux – 5395 lux) dan pada unit ekologi ekosistem G. versteegii Beringin group rata-rata 1938,5 lux (kisaran 383lux – 4675 lux). (2). Bentuk kerusakan lahan berkontribusi sebesar 43,4% secara sangkil pada taraf 5%, dalam membedakan kondisi lingkungannya unit ekologi ekosistem G. versteegii Madu group dengan unit ekologi ekosistem G. versteegii Beringin group. Bentuk kerusakan lahan pada unit ekologi ekosistem G. versteegii Madu group rata-rata tidak ada kerusakan - erosi permukaan berbentuk alur atau parit sedangkan pada unit ekologi ekosistem G. versteegii Beringin group rata-rata tidak ada kerusakan. (3) Tipe vegetasi berkontribusi sebesar 55,3% secara sangkil pada taraf 0,5%, dalam membedakan antara kondisi lingkungannya pada unit ekologi ekosistem G. versteegii Madu group dengan unit ekologi ekosistem G. versteegii Beringin group. Tipe vegetasi pada unit ekologi ekosistem G. versteegii Madu group rata-rata hutan alam, agroforestry, kebun kopi-coklat dan pada unit ekologi ekosistem G. versteegii Buaya group rata-rata agrororestry - kebun kopi-coklat. Faktor abiotik yang berkontribusi secara sangkil dalam pembentukan unit ekologi ekosistem G. versteegii Buaya group dan unit ekologi ekosistem G. versteegii Beringin group ada 2 macam faktor. (1). Bentuk kerusakan lahan berkontribusi sebesar 55,3% secara sangkil pada taraf 0,5%, dalam membedakan kondisi lingkungannya unit ekologi ekosistem G. versteegii Buaya group dan unit ekologi ekosistem G. versteegii Beringin group. Bentuk kerusakan permukaan tanah pada unit ekologi ekosistem G. versteegii Buaya group rata-rata tidak ada kerusakan- erosi permukaan dalam bentuk alur atau parit dan pada unit ekologi 178 ekosistem G. versteegii Beringin group rata-rata tidak ada kerusakan. (2). Perakaran pada unit ekologi ekosistem G. versteegii Buaya group berukuran halus hingga kasar dengan jumlah sedikit hingga melimpah dan pada unit ekologi ekosistem G. versteegii Beringin group halus hingga kasar dengan jumlah sedikit hingga relatif melimpah. Antara grup unit ekologi ekosistem G. versteegii Madu group dengan unit ekologi ekosistem G. versteegii Pantai group, antara grup unit ekologi ekosistem G. versteegii Buaya group dengan unit ekologi ekosistem G. versteegii Pantai group, antara grup unit ekologi ekosistem G. versteegii Beringin group dengan unit ekologi ekosistem G. versteegii Pantai group tidak ada perbedaan faktor abiotik yang sangkil. Jadi pada tingkat sapihan faktor lingkungan (abiotik) antara unit ekologi ekosistem Madu group dengan unit ekologi ekosistem Pantai group, antara unit ekologi ekosistem Buaya group dengan unit ekologi ekosistem Pantai group antara unit ekologi ekosistem Beringin group dengan unit ekologi ekosistem Pantai group tidak berbeda nyata. Namun antara unit ekologi ekosistem Madu group dengan unit ekologi ekosistem Buaya group mempunyai perbedaan 6 macam faktor abiotik: Intensitas cahaya, ketinggian tempat, warna tanah, draenase permukaan, perakaran dalam tanah dan kandungan unsur P tsd. Unit ekologi ekosistem Madu group dengan unit ekologi ekosistem Beringin group mempunyai tiga macam faktor abiotik yang berkontribusi yakni Intesitas cahaya, bentuk kerusakan lahan dan tipe vegetasi. Unit ekologi ekosistem Buaya group dengan unit ekologi ekosistem Beringin group mempunyai dua macam faktor abiotik yang berkontribusi yakni bentuk kerusakan lahan dan perakaran dalam tanah. 179 7.2.2. 5. Komponen abiotik: faktor-faktor lingkungan yang berkontribusi dalam pembentuk ekosistem G versteegii pada tingkat tiang. Untuk mengetahui faktor lingkungan yang berkontribusi dalam ekosistem tempat tumbuh empat populasi pohon gaharu pada tingkat tiang, dapat dilihat pada Lampiran 25 dan Gambar 31. Grup I adalah kelompok unit ekologi ekosistem G. versteegii Beringin group), Grup II (kelompok unit ekologi ekosistem G. versteegii Buaya group), Grup III (Grup unit ekologi ekosistem G. versteegii Pantai group), Grup IV (Grup unit ekologi ekosistem G. versteegii Madu group). Sedikitnya ada dua faktor abiotik yang berkontribusi dalam pembentukan unit ekologi ekosistem G. versteegii Buaya group dan unit ekologi ekosistem G. versteegii Pantai group. 1) Struktur tanah berkontribusi 39,3% secara sangkil pada taraf 0,5%, pada ekologi ekosistem G. versteegii Buaya group struktur tanahnya gumpal membulat, gumpal menyudut, remah, prismatik dan tiang sedangkan pada unit ekologi ekosistem G. versteegii Pantai group struktur tanahnya gumpal membulat dan menyudut serta remah. 2) Fosfat tersedia (P tsd) berkontribusi 26% secara sangkil pada taraf 0,5%, pada ekologi ekosistem G. versteegii Buaya group kangdungan P tsd rata-rata 10.5 ppm (kisaran 8,63 ppm - 12,73 ppm) lebih rendah dari unit ekologi ekosistem G. versteegii Pantai group rata- rata 19,7 ppm (11,89 ppm – 25,22 ppm). Kelima pasangan yang lain, yaitu: unit ekologi ekosistem Beringin group dengan Buaya group, antara unit ekologi ekosistem Beringin group dengan Madu group, antara unit ekologi ekosistem Buaya group dengan Pantai group, antara unit ekologi ekosistem Buaya group dengan Madu group, antara unit ekologi 180 ekosistem Beringin group dengan Madu group. Pada kelima pasangan ini tidak ada perbedaan yang nyata (kontribusi faktor abiotik) yang membedakan ekosistem setiap pasangan tersebut di atas secara nyata. 7.2.2.6. Komponen abiotik: faktor-faktor lingkungan yang berkontribusi dalam pembentuk ekosistem G. versteegii pada tingkat pohon. Faktor lingkungan yang berkontribusi dalam pengelompokan ekosistem tempat tumbuh pohon gaharu pada tingkat pohon, dapat dilihat pada Lampiran 26 dan Gambar 39. Grup I yaitu unit ekologi ekosistem G. versteegii Pantai group. Grup II adalah unit ekologi ekosistem G. versteegii Buaya group. Grup III adalah unit ekologi ekosistem G. versteegii Beringin group. Grup IV yaitu grup unit ekologi ekosistem G. versteegii Madu group dan Grup V adalah unit ekologi yang berada diluar kelompok unit ekologi gaharu. Dalam pengelompokan antara grup unit ekologi ekosistem G. versteegii Buaya group dengan grup unit ekologi ekosistem G. versteegii Beringin group yang didukung sedikitnya satu faktor lingkungan. Faktor tersebut yakni landform yang berkontribusi 47,7% secara sangkil pada taraf 2,5%, dalam pembentukan unit ekologi ekosistem G. versteegii Beringin group memiliki landform sistem perbukitan: gigir sedangkan pada grup IV gigir pegunungan (Lampiran 26). Faktor abiotik yang berkontribusi dalam pengelompokan antara grup unit ekologi ekosistem G.versteegii Buaya group dengan grup unit ekologi yang berada diluar grup unit ekologi G. versteegii pada tingkat pohon yang didukung dua faktor lingkungan yang sangkil. (1). Faktor ketinggian tempat yang berkontribusi 46,5% 181 secara sangkil pada taraf 0,5%, dalam pembentukan unit ekologi ekosistem G. versteegii Buaya group memiliki ketinggian tempat rata-rata 247 m dpl (kisaran 63m – 518 m dpl) sedangkan pada unit ekologi yang berada diluar grup unit ekologi G. versteegii memiliki ketinggian tempat rata-rata 441,7 m dpl (115,5 m 946 m dpl). (2). Draenase permukaan yang berkontribusi 65,2% secara sangkil pada taraf 5%. Draenase permukaan dalam pembentukan unit ekologi ekosistem G. versteegii buaya group adalah agak cepat hingga sangat cepat sedangkan pada unit ekologi yang berada diluar grup unit ekologi G. versteegii memiliki draenase permukaan agak terhambat hingga sangat cepat. Selain kedua pasangan, ada delapan pasangan grup unit ekologi dari setiap group unit ekologi ekosistem G. versteegii yang memiliki kharakter faktor abiotik tidak ada perbedaan yang nyata, walaupun hasil SDA menunjukkan konsentrasi yang tinggi. Artinya antara beberapa pasangan grup unit ekologi infraspesisik tidak ada perbedaan kondisi lingkungan yang secara sangkil. (1). Pasangan antara grup unit ekologi ekosistem G. versteegii Pantai group dan grup unit ekologi ekosistem G. versteegii Buaya group. (2) Pasangan antara grup unit ekologi ekosistem G. versteegii Pantai group dan unit ekologi ekosistem G. versteegii Beringin group. (3). Pasangan antara grup unit ekologi ekosistem G. versteegii Pantai group dan grup unit ekologi ekosistem G. versteegii Madu group. (4). Pasangan antara grup unit ekologi ekosistem G. versteegii Pantai group dan unit ekologi yang berada diluar grup unit ekologi G. versteegii pada tingkat pohon. (5). Pasangan antara grup unit ekologi ekosistem G. versteegii Buaya group dan grup unit ekologi ekosistem G. versteegii Madu group. (6). Pasangan antara grup unit ekologi ekosistem G. 182 versteegii Beringin group dan grup unit ekologi ekosistem G. versteegii Madu group. (7). Pasangan antara grup unit ekologi ekosistem G. versteegii Beringin group dan grup unit ekologi yang berada diluar grup unit ekologi G. versteegii pada tingkat pohon. (8). Pasangan antara grup unit ekologi ekosistem G. versteegii Madu group dan grup unit ekologi yang berada diluar grup unit ekologi G. versteegii pada tingkat pohon. Unit ekologis ekosistem gaharu tempat pohon gaharu tumbuh dengan baik pada lahan dengan permeabilitas tanah yang cepat dan pada tanah yang mempunyai jeluk mempan relatif dalam, dengan vegetasi padat dan suhu udara yang cukup rendah. Pohon ketimunan pada setiap tingkat pertumbuhan memiliki faktor lingkungan (abiotik) yang spesifik. Demikian juga untuk setiap populasi memiliki karakter yang spesifik. Pohon ketimunan hidup membentuk populasi yang berkelompok (kluster) diantara pohon-pohon lain dalam vegetasi yang lebat. Bentuk kluster tersebut adalah hasil dari agregasi individu dalam menanggapi perbedaan habitat setempat, dalam rangka menanggapi perubahan cuaca musiman secara harian (Balakrishnan et al,1994). 183 7.3. Flora/ Spesies Khas Yang Menjadi Indikator Penciri Ekosistem Gaharu 7.3.1. Spesies Tumbuhan Yang Berasosiasi Dengan G. versteegii Sebagai Penciri Ekosistem Gaharu Pada Tingkat Semai. Interaksi antar spesies menjadi pusat perhatian yang sangat penting dalam ekologi spesies. Dalam suatu komunitas tertentu, ada sejumlah faktor biotik dan abiotik yang mempengaruhi distribusi, kelimpahan dan interaksi spesies. Tergantung pada apakah dua spesies memilih habitat yang sama atau menghindarinya, karena memiliki beberapa daya tarik untuk bersama atau menolaknya, atau tidak ada interaksi apapun, yang akan menghasilkan pola tertentu pada asosiasi interspesifik. Asosiasi ini bisa positif, negatif, atau tidak ada (tidak terjadi asosiasi). Untuk mengukur tingkat asosiasi adanya hubungan antar spesies digunakan Indeks Ochiai, Dice dan Jaccard. Teknik ini didasarkan pada ada atau tidak adanya spesies dalam unit ekologi, yaitu dengan mengukur seberapa sering dua spesies yang ditemukan di lokasi yang sama. Secara umum, adanya hubungan antara dua spesies, karena: 1. kedua spesies memilih habitat yang sama atau menghindari faktor habitat tertentu; 2. kedua spesies memiliki persyaratan umum lingkungan abiotik dan biotik yang sama; atau 3 salah satu atau kedua spesies memiliki afinitas untuk yang lain, baik daya tarik atau penolakan (Ludwig & Reynolds, 1988) Hasil dari test rasio varian, chi-square dan indeks asosiasi pada tingkat semai ditunjukkan pada Gambar 65, 66 dan Lampiran 32. 184 20 berasosiasi positif berasosiasi negatif 15 18 1 3 16 52 54 32 36 24 26 30 39 48 53 56 62 59 63 66 42 Gambar 65. Diagram Plexus untuk asosiasi antara G. versteegii Madu group dengan 21 jenis tumbuhan lain pada tingkat semai di hutan Lombok bagian barat. Spesies yang dihubungkan dengan garis sambung adalah berasosiasi positif benar dan yang dihubungkan dengan garis patah-patah adalah berasosiasi negative benar. Keterangan: (20). G. versteegii Madu group , (62). S. koetjape, (36). B. racemosa, (24). E. malaccensis, (39). H. cupanioides, (16). L. domesticum Langsat group, (54) C. inophyllum, (56) Mangifera sp., (53) C. soulattri, (63) C. pentandrus, (15) L. domesticum Cluring group, (32) D. montana, (52) A. heterophyllus, (18) M. trichotoma, (59) N. lappaceum, (66) T. populnea, (42) L. glauca, (1) A. pinnata, (30) S. polyanthum, (3) P. javanicum, (26) P. indica Forma montana dan (48) S. macrophylla. Asosiasi positif benar terdapat pada pasangan G. versteegii Madu group dengan S. koetjape dan G. versteegii Madu group dengan B. racemosa yang ditunjukkan pada indeks asosiasi yang tinggi yakni: Indeks Ochiai (IO)= 81,6 %, Indeks Dice (ID)= 80 % dan Iindeks Jaccard (IJ)= 66,7% untuk pasangan pertama dan IO= 70,7 %, ID= 66,7% dan IJ= 50% untuk pasangan ke dua. T. populnea dan) L. glauca berasosiasi negatif benar yang ditunjukkan oleh nilai Chi Square = 2,222 dan 5,000 > W test = 1,808. Gambar 66 menunjukkan hasil indeks assosiasi bahwa pada pasangan G. versteegii Beringin group dengan H. roxburghii berasosiasi 185 positif benar yang ditunjukkan hasil indeks asosiasi yang tinggi yakni: IO= 81,6 %, ID= 80% dan IJ= 66,7%. 19 berasosiasi positif berasosiasi negatif 50 17 1 3 22 27 52 56 70 65 67 Gambar 66. Diagram Plexus untuk asosiasi antara G. versteegii Beringin group dengan 11 jenis tumbuhan lain pada tingkat semai di hutan di Lombok barat. Jenis yang dihubungkan dengan garis adalah berasosiasi positif benar. Keterangan.: (19). G. versteegii Beringin group, (50). H. roxburghii, (70). L. glutinosa, (17). Heritiera sp. (27). P. granatum, (1). A. pinnata, (22) E. aquea, (67) Pometia sp., (52) A. heterophyllus, (56) Mangifera sp., (3) P. javanicum dan (65) S. sapindina. Berdasarkan kedua diagram plexus di atas dapat disimpulkan bahwa pada tingkat semai, G. versteegii Madu group berasosiasi positif benar dengan pohon S. koetjape (kecapi) dan B. racemosa (kepundung). Artinya pohon kecapi dan pohon kepundung ini hidup berdampingan yang saling memberi keuntungan. Selain itu pohon Madu group dengan pohon kecapi dan pohon kepundung mempunyai habitat yang sama. Sehingga kedua pohon tersebut juga dapat digunakan sebagai indikator akan keberadaan G. versteegii Madu group. Namun sebaliknya pohon L. glauca (lamtoro) dan T. populnea (seropan) mempunyai asosiasi negatif benar terhadap G. versteegii Madu group. Keberadaan kedua pohon tersebut diantara pohon G. 186 versteegii Madu group dapat merugikan pertumbuhan pohon G. versteegii Madu group. Pohon lamtoro mempunyai daun yang kecil-kecil dan membuat struktur kanopi tidak rapat sehingga intensitas cahaya dapat menembus sampai ke dalam tanah. Hal ini menyebabkan permukaan tanah menjadi kering kondisi ini tidak menguntungkan bagi kelangsungan hidup G. versteegii Madu group. Pohon seropan mempunyai kanopi yang terlalu rapat, perakaran dangkal dan rakus akan unsur hara sehingga dapat menghambat pertumbuhan G. versteegii Madu group. Pohon G. versteegii Beringin group berasosiasi positif benar dengan H. roxburghii (mate kulek). Pohon mate kulek memiliki daun yang tidak begitu lebat, sehingga sinar matahari dapat menyentuh ke dua kanopi spesies pohon tersebut. Pohon mate kulek ini dapat digunakan sebagai indikator habitatnya G. versteegii Beringin group. Jadi pada tingkat semai, pohon gaharu G. versteegii tumbuh di dalam komunitasnya hidup berasosiasi dengan spesies tumbuhan lain. G. versteegii Madu group berasosiasi positif benar dengan pohon kecapi (S. koetjape) dan pohon kepundung (B. racemosa). G. versteegii Madu group berasosiasi negatif benar dengan pohon lamtoro (L. glauca) dan pohon seropan (T. populnea). Untuk G. versteegii Beringin group berasosiasi positif benar hanya dengan pohon mata kulek (H. roxburgii). 7.3.2. Spesies Tumbuhan Yang Berasosiasi Dengan G. versteegii Sebagai Penciri Ekosistem Gaharu Pada Tingkat Sapihan. Pada tingkat sapihan terdapat empat keragaman populasi pohon gaharu yakni: G. versteegii Beringin group, Buaya group, Madu group dan G. versteegii 187 Pantai group. Hasil dari test rasio varian, chi-square dan indeks asosiasi pada tingkat sapihan ditunjukkan pada (Gambar 73 dan Lampiran 34). berasosiasi positif 23 berasosiasi negatif 60 78 20 11 2 12 21 42 33 38 49 48 52 63 71 64 67 84 86 Gambar 67. Diagram Plexus untuk asosiasi antara G. versteegii Beringin group dengan 19 jenis tumbuhan lain pada tingkat sapihan di hutan di Lombok bagian barat. Jenis yang dihubungkan dengan garis sambung adalah berasosiasi positif benar. Ket.: (23) G. versteegii Beringin group, (78). C. pentandrus (60). H. roxburghii, (20). Heritiera sp., (71) Mangifera sp., (63) G. gnemon, (2) G. divida, (49) A. fuliginosa, (42) D. costatum, (38) C. zeylancum, (21) D. zibethinus, (48) C. arabica, (11) P. nitida, (86) L. glutinosa, (52) Pentaspadon sp., (12) T. cacao , (67) C. soulattri, (33) P. granatum, (84) Timonius sp. dan (64) G. dulcis. Dari hasil analisis tersebut didapatkan G. versteegii Beringin group asosiasi positif benar dengan H. roxburghii yang ditunjukkan pada indeks asosiasi yang tinggi yakni: IO = 100%, ID = 100% dan IJ = 100%, dan pasangan G. versteegii Beringin group asosiasi positif benar dengan C. pentandrus dengan nilai indeks asosiasi: IO = 70,7 %, ID = 66,7% dan IJ = 50%. Hasil dari test rasio varian, chi-square dan indeks asosiasi untuk G. versteegii Buaya group pada tingkat sapihan ditunjukkan pada (Gambar 68 dan Lampiran 35). Asosiasi positif benar terdapat pada pasangan G. versteegii Buaya group dengan C. inophyllum dan G. versteegii Buaya group dengan M. indica yang ditunjukkan pada 188 indeks asosiasi yang tinggi yakni: IO = 100%, ID = 100% dan IJ = 100% serta pada pasangan G. versteegii Buaya group dengan C. arabica dan pasangan G. versteegii Buaya group dengan P. guajava dengan indeks asosiasi: IO = 70,7 %, ID = 66,7% dan IJ = 50%. 24 berasosiasi positif berasosiasi negatif 58 31 5 29 68 86 48 57 Gambar 68. Diagram Plexus untuk asosiasi antara G. versteegii Buaya group dengan 8 jenis tumbuhan lain pada tingkat sapihan di hutan di Lombok bagian barat. Jenis yang dihubungkan dengan garis sambung adalah berasosiasi positif benar. Keterangan: 24. G. versteegii Buaya group, 58. M. indica, 68. C. inophyllum, 31. P. guajava, 48. C. arabica, 29. E. aquea, 86. L. glutinosa, 57. S. macrophylladan 5. Bambusa sp. Pada asosiasi antara G. versteegii Madu group dengan 39 jenis tumbuhan lain pada tingkat sapihan, hasil dari test rasio varian, chi-square dan indeks asosiasi ditunjukkan pada (Gambar 69 dan Lampiran 36). G. versteegii Madu group berasosiasi positif benar dengan G. versteegii Pantai group dan D. sundaica yang ditunjukkan pada indeks asosiasi yang cukup tinggi, yakni: IO= 70,7%, ID= 66,7 % dan IJ= 50% pada kedua pasangan. 189 25 berasosiasi positif berasosiasi negatif 46 63 80 45 67 7277 8 40 32 54 51 22 35 42 58 66 82 78 10 68 71 79 81 4749 53 57 3 6 12 19 28 3336 39 41 9 26 Gambar 69. Diagram Plexus untuk asosiasi antara G. versteegii Madu group dengan 39 jenis tumbuhan lain pada tingkat sapihan di hutan di Lombok barat. Jenis yang dihubungkan dengan garis sambung adalah berasosiasi positif benar. Keterangan: (25) G. versteegii Madu group, (26) G. versteegii Pantai group (46) D. sundaica, (63) G. gnemon, (35) C. reticulate, (77) S. koetjape, (80) T. populnea, (51) F. septica, (8) Hypobathrum sp., (22) M. trichotoma, (67) C. soulattri, (78) C. pentandrus, (9) E. acuminata , (45) H. cupanioides, (41) B. racemosa, (19) L. domesticum Langsat group, (57) S. macrophylla, (71) Mangifera sp., (3) P. javanicum, (33) P. granatum, (40) S. nervosum, (42) D. costatum , (53) S. microcymum, (28) F. rumphii, (68) C. inophyllum, (58) M. indica, (79) S. sapindina, (36) S. zeylanicum, (47) Syzygium sp. , (72) V. rubescens, (12) T. cacao, (32) A. ocidentale, (49) A. fuliginosa, (54) S. ovata, (66) A. heterophyllus, (81) Pometia sp. , (82) M. elingi, (6) H. microcarpum, (39) D. montana dan (10) D. indica. Asosiasi antara G. versteegii Pantai group dengan 16 jenis tumbuhan lain pada tingkat Sapihan, hasil dari test rasio varian, chi-square dan indeks asosiasi ditunjukkan pada (Gambar 70 dan Lampiran 37). G. versteegii Pantai group berasosiasi benar dengan G. versteegii Madu group dan H. cupanioides yang ditunjukkan pada indeks asosiasi yang cukup tinggi yakni: IO= 100%, ID= 100 % dan IJ= 100% pada kedua pasangan, serta pada pasangan G. versteegii Pantai group berasosiasi benar dengan G. farquhariana dan S. racemosa yang ditunjukkan pada indeks asosiasi yang cukup tinggi yakni: IO= 70,7%, ID = 66,7 % dan IJ = 50% pada kedua pasangan tersebut. 190 berasosiasi positif 26 25 15 18 10 28 berasosiasi negatif 45 37 47 55 63 67 71 75 78 83 87 Gambar 70. Diagram Plexus untuk asosiasi antara G. versteegii Pantai group dengan 16 jenis tumbuhan lain pada tingkat sapihan di hutan di Lombok bagian barat. Spesies yang dihubungkan dengan garis sambung adalah berasosiasi positif yang benar. Keterangan: (26) G. versteegii Pantai group (25) G. versteegii Madu group, (45) H. cupanioides, (15) G. farquhariana, (75) S. Racemosa, (41) S. polyanthum, (55) A. edulis, (9) A. scholaris, (69) A. heterophyllus, (67) C. soulattri, (16) T. cacao, (63) G. gnemon, (62) S. macrophylla, (80) N. lappaceum, (33) E. malaccensis dan (78) D. parasiticum. Jadi pada tingkat sapihan, berdasarkan hasil test rasio varian, chi-square dan indeks asosiasi menunjukkan asosiasi positif antara G. versteegii dengan spesies tumbuhan. Setiap populasi dari G. versteegii di dalam komunitasnya mempunyai spesies tumbuhan yang spesifik seperti yang ditunjukkan berikut ini. G. versteegii Beringin group asosiasi positif benar dengan mata kulek (H. Roxburghii), randu (C. pentandrus). G. versteegii Buaya group berasosiasi positif benar dengan: bintangur (C. inophyllum), mangga (M. indica), kopi arabika (C. arabica) dan jambu biji (P. guajava). G. versteegii Madu group berasosiasi positif benar G. versteegii Pantai group dan klicung (D. sundaica). G. versteegii Pantai group 191 berasosiasi benar dengan G. versteegii Madu group, dedarah (G. farquhariana), ramping kulit (S. racemosa) dan klerongan (H. cupanioides). 7.3.3. Spesies Tumbuhan Yang Berasosiasi Dengan G. versteegii Sebagai Penciri Ekosistem Gaharu Pada Tingkat Tiang. 25 berasosiasi positif 13 17 12 16 24 30 34 33 44 54 berasosiasi negatif 63 69 74 80 95 75 Gambar 71. Diagram Plexus untuk asosiasi antara G. versteegii Beringin group dengan 16 jenis tumbuhan lain pada tingkat Tiang di hutan di Lombok baian barat. Jenis yang dihubungkan dengan garis sambung adalah berasosiasi positif yang sejati dan yang dihubungkan dengan garis patah-patah adalah berasosiasi negative benar. Keterangan: (25) G. versteegii Beringin group, (13) P. nitida, (17) E. orientalis, (74) Mangifera sp., (54) D. costatum, (12) G. opura, (44) M. trichotoma, (30) F. rumphii, (24) D. zibethinus, (34) A. ocidentale, (63) M. indica, (69) A. heterophyllus, (80) N. lappaceum, (33) E. malaccensis, (95) L. glutinosa, (75) A. catechu dan (16) T. cacao. Pada tingkat tiang terdapat empat varietas pohon gaharu yakni: G. versteegii Beringin group, G. versteegii Buaya group, G. versteegii Madu group dan G. versteegii Pantai group. Hasil dari test rasio varian, chi-square dan indeks asosiasi 192 pada asosiasi antara G. versteegii Beringin group dengan 16 jenis tumbuhan lain, ditunjukkan pada (Lampiran 38). Gambar 71 nmenunjukkan G. versteegii Beringin group asosiasi positif benar dengan P. nitida dan E. orientalis yang ditunjukkan pada indeks asosiasi yang cukup tinggi, yakni: IO= 81,6%, ID= 80% dan IJ= 66,7% dan IO= 70,7%, ID= 66,7 % dan IJ= 50,0%. Hasil dari test rasio varian, chi-square dan indeks asosiasi pada asosiasi antara G. versteegii Buaya group dengan 7 jenis tumbuhan lain pada tingkat tiang, ditunjukkan pada (Lampiran 39). Gambar 72 menunjukkan G. versteegii Buaya group asosiasi positif benar dengan A. heterophyllus, A. spectabilis yang ditunjukkan pada nilai chi-square = 3,000 > indeks VR dan indeks asosiasi yang cukup tinggi yakni: IO= 1,6%, ID= 80% dan IJ= 66,7% untuk kedua pasangan tersebut. berasosiasi positif 26 berasosiasi negatif 66 69 24 67 58 34 63 Gambar 72. Diagram Plexus untuk asosiasi antara G. versteegii Buaya group dengan 7 jenis tumbuhan lain pada tingkat tiang di hutan di Lombok bagiab barat. Spesies yang dihubungkan dengan garis sambung adalah berasosiasi positif yang benar dan yang dihubungkan dengan garis patah-patah adalah berasosiasi negative benar. Keterangan: (26) G. versteegii Buaya group, (69) A. heterophyllus, (66) A. spectabilis, (67) G. gnemon, (24) D. zibethinus, (34) A. ocidentale, (63) M. indica dan (58) C. Arabica. 193 Selain itu G. versteegii Buaya group juga berasosiasi dengan G. gnemon dan D. zibethinus dengan indeks asosiasi: IO= 70,7%, ID= 66,7% dan IJ= 50,0%. G. versteegii Buaya group asosiasi positif benar dengan A. heterophyllus, A. spectabilis. G. versteegii Buaya berasosiasi positif benar group dengan G. gnemon, D. zibethinus, A. heterophyllus dan A. spectabilis 27 berasosiasi positif berasosiasi negatif 71 4 56 13 24 29 33 38 45 51 21 41 49 32 75 83 62 63 69 76 82 74 67 80 Gambar 73. Diagram Plexus untuk asosiasi antara G. versteegii Madu group dengan 25 jenis tumbuhan lain pada tingkat tiang di hutan di Lombok bagian barat. Spesies yang dihubungkan dengan garis sambung adalah berasosiasi positif benar. Keterangan: (27) G. versteegii Madu group, (71) C. inophyllum, (75) A. catechu, (63) M. indica, (62) S. macrophylla, (13) P. nitida, (80) N. lappaceum, (51) B. racemosa, (69) A. heterophyllus, (83) S. koetjape, (24) D. zibethinus, (76) V. rubescens, (33) E. malaccensis, (6) D. rigida, (67) G. gnemon, (74) Mangifera sp., (41) S. polyanthum, (5) P. javanicum, (32) M. ferruginea, (38) C. reticulate, (45) D. montana, (49) C. littorale, (4) G. divida, (21) L. domesticum Cluring group, (29) C. corniculata dan (82) P. falcataria. Hasil dari test rasio varian, chi-square dan indeks asosiasi pada asosiasi antara G. versteegii Madu group dengan 25 jenis tumbuhan lain pada tingkat tiang, ditunjukkan pada (Lampiran 40). Gambar 73 menunjukkan pasangan G. versteegii Madu group dengan Horsfieldia sp. berasosiasi positif benar yang ditunjukkan 194 pada nilai chi-square = 5,000 > indeks VR dan indeks asosiasi yang cukup tinggi yakni: IO= 81,6%, ID= 80% dan IJ= 66,7% dan pasangan G. versteegii Madu group dengan Bambusa sp. dengan indeks asosiasi: IO = 70,7%, ID = 66,7 % dan IJ = 50,0%. Hasil dari test rasio varian, chi-square dan indeks asosiasi pada asosiasi antara G. versteegii Pantai group dengan 11 jenis tumbuhan lain pada tingkat tiang, ditunjukkan pada (Lampiran 41). Gambar 74 menunjukkan adanya asosiasi positif benar yang terdapat pada pasangan G. versteegii Pantai group dengan S. polyanthum, Allophylus cobbe dan A. scholaris yang ditunjukkan pada indeks asosiasi yang tinggi, yakni: IO = 100%, ID = 100% dan IJ = 100%. 28 berasosiasi positif berasosiasi negatif 41 9 55 69 62 16 33 63 67 78 80 Gambar 74. Diagram Plexus untuk asosiasi antara G. versteegii Pantai group dengan 11 jenis tumbuhan lain pada tingkat tiang di hutan di Lombok Barat. Spesies yang dihubungkan dengan garis sambung adalah berasosiasi positif yang benar. Keterangan: (28) G. versteegii Pantai group, (41) S. polyanthum, (55) A. cobbe, (9) A. scholaris, (69) A. heterophyllus, (67) G. gnemon, (16) T. cacao, (63) M. indica, (62) S. macrophylla, (80) N. lappaceum, (33) E. malaccensis dan (78) D. parasiticum. 195 Jadi pada tingkat tiang, berdasarkan hasil test rasio varian, chi-square dan indeks asosiasi menunjukkan asosiasi positif antara G. versteegii dengan spesies tumbuhan. Setiap populasi dari G. versteegii di dalam komunitasnya mempunyai spesies tumbuhan yang spesifik seperti yang ditunjukkan berikut ini. G. versteegii Beringin group asosiasi positif benar dengan boodak (P. nitida) dan E. orientalis. G. versteegii Buaya group berasosiasi positif benar dengan G. gnemon, D. zibethinus, nangka (A. heterophyllus) dan mita (A. spectabilis). G. versteegii Madu group berasosiasi positif benar dengan darah manuk (Horsfieldia sp.) Bambusa sp. G. versteegii Pantai group berasosiasi positif benar dan dengan S. polyanthum, ketimusan (A. cobbe) dan bebatu (A. scholaris). 7.3.4. Spesies Tumbuhan Yang Berasosiasi Dengan G. versteegii Sebagai Penciri Ekosistem Gaharu Pada Tingkat Pohon. Hubungan Asosiasi positif antara G. versteegii Beringin group dengan pohon lain pada tingkat pohon, berdasarkan hasil dari test rasio varian, chi-square dan indeks asosiasi ditunjukkan pada Lampiran 42. Gambar 76 menunjukkan adanya asosiasi negatif benar yang terdapat pada pasangan: G. versteegii Beringin group dengan T. cacao, dan A. heterophyllus (nilai Chi-Square = 4,000 > nilai W test). Asosiasi positif benar terdapat pada pasangan G. versteegii Beringin group dengan C. nucifera yang ditunjukkan pada nilai Chi-Square = 4,000 > nilai W test dan indeks asosiasi yang cukup tinggi yakni: IO = 100%, ID = 100% dan IJ = 100% dan asosiasi positif benar juga terdapat pada pasangan: G. versteegii Beringin group dengan A. pinnata; S. macrophylla; D. dao; L. domesticum Langsat group; A. 196 procera dan P. valida yang ditunjukkan pada indeks asosiasi yang tinggi, yaitu: IO= 81,6%, ID= 80% dan IJ= 66,7%. Gambar 75. Komunitas tempat tumbuh G. versteegii Beringin group di Bukit Pengampelan Tanjung Lombok barat bagian utara. berasosiasi positif 33 28 3 8 56 70 25 21 30 34 berasosiasi negatif 61 69 79 84 23 22 95 87 89 112 105 85 Gambar 76. Diagram Plexus untuk asosiasi antara G. versteegii Beringin group dengan 21 jenis tumbuhan lain di hutan Lombok bagian barat. Spesies yang 197 dihubungkan dengan garis sambung adalah berasosiasi positif benar dan garis patah-patah adalah berasosiasi negatif benar. Keterangan: (33) G. versteegii Beringin group, (56) C. nucifera, (3) A. pinnata, (79) S. macrophylla, (25) D. dao, (28) L. domesticum Langsat group, (70) A. procera, (95) P. valida, (8) P. javanicum, (61) N. calycina, (69) A. cobbe, (84) A. spectabilis, (21) S. aromaticum, (112) L. angulata, (23) E. orientalis, (105) T. sureni, (89) P. javense, (85) G. gnemon, (22) T. cacao, (87) A. heterophyllus, (34) G. versteegii var. Buaya dan (30) D. zibethinus. Hasil dari test rasio varian, chi-square dan indeks asosiasi pada asosiasi antara G. versteegii Buaya group dengan 13 jenis tumbuhan lain pada tingkat pohon, ditunjukkan pada (Lampiran 43). Asosiasi negatif benar terdapat pada pasangan G. versteegii Buaya group dengan T. sureni (nilai Chi-Square = 3,000 > W test). berasosiasi positif 34 51 60 berasosiasi negatif 70 96 80 3 85 87 47 56 110 79 105 Gambar 77. Diagram Plexus untuk asosiasi antara G. versteegii Buaya group dengan 13 jenis tumbuhan lain pada tingkat pohon, di hutan di Lombok bagian barat. Spesies yang dihubungkan dengan garis sambung adalah berasosiasi positif benar dan garis patah-patah adalah berasosiasi negatif benar. Ketrangan: (34) G. versteegii Buaya group (51) S. polyanthum, (70) A. procera, (96) N. lappaceum, (60) C. littorale, (3) A. pinnata, (85) G. gnemon, (56) C. nucifera, (79) S. macrophylla, (47) P. valida, (105) T. sureni, (80) M. indica, (87) A. heterophyllus dan (110) M. caesia. Asosiasi positif benar terdapat pada pasangan G. versteegii Buaya group dengan S. polyanthum, A. procera, N. lappaceum dan C. littorale yang ditunjukkan pada (nilai Chi-Square = 3,000 > W test) dan indeks asosiasi yang 198 cukup tinggi yakni: IO = 100%, ID = 100% dan IJ = 100% serta pasangan G. versteegii Buaya group dengan A. pinnata dan pasangan G. versteegii Buaya group dengan G. gnemon dengan nilai ordinasi yang cukup tinggi, yakni: IO = 70,7%, ID = 66,6% dan IJ = 50% (Gambar 77). Gambar 78. Komunitas tempat tumbuh G. versteegii Buaya group di Bukit Krujuk Pemenang Lombok barat bagian utara. Hasil dari test rasio varian, chi-square dan indeks asosiasi pada asosiasi antara G. versteegii Madu group dengan 22 jenis tumbuhan lain pada tingkat pohon, ditunjukkan pada (Lampiran 44). Asosiasi positif benar terdapat pada G. versteegii Madu group dengan G. versteegii Soyun group, S. polyanthum, B. racemosa, D. dao, F. rumphii dan L. domesticum Langsat group yang ditunjukkan pada indeks 199 asosiasi yang cukup tinggi, yakni: IO = 70,7%, ID = 66,7 % dan IJ = 50,0% (Gambar 79). 35 berasosiasi positif berasosiasi negatif 25 28 36 8 37 41 51 63 56 59 23 30 36 77 80 87 85 106 107 113 79 Gambar 79. Diagram Plexus untuk asosiasi antara G. versteegii Madu group dengan 22 jenis tumbuhan lain pada tingkat pohon di hutan di Lombok bagian barat. Spesies yang dihubungkan dengan garis adalah berasosiasi positif benar. Keterangan: (35) G. versteegii Madu group, (37) G. versteegii Soyun group, (51) S. polyanthum, (63) B. racemosa, (25) D. dao (41) F. rumphii, (28) L. domesticum Langsat group, (56) C. nucifera, (87) A. heterophyllus, (3) A. pinnata, (77) S. microcymum, (36) G. versteegii Pantai group, (80) M. indica, (23) E. orientalis, (59) C. odorata, (79) S. macrophylla, (85) G. gnemon, (8) P. javanicum, (30) D. zibethinus, (107) A. elasticus, (106) Alseodaphne sp., (6) G. divida dan (113) A. bunius 200 Gambar 80. Komunitas tempat tumbuh G. versteegii Madu group di Bukit Kedondong Batu Layar Lombok Barat. berasosiasi positif 36 14 3 25 27 30 35 45 51 berasosiasi negatif 77 56 59 79 80 85 87 92 Gambar 81. Diagram Plexus untuk asosiasi antara G. versteegii Pantai group dengan 16 jenis tumbuhan lain pada tingkat Pohon di hutan di Lombok bagian barat. Spesies yang dihubungkan dengan garis adalah berasosuiasi positif benar. Keteragan: (36) G. versteegii Pantai group, (51) S. polyanthum, (25) D. dao, (37) G. versteegii 201 Soyun group, (28) L. domesticum Langsat group, (41) F. rumphi dan (63) B. racemosa. (77) S. microcymum, (45) E. malaccensis, (14) A. scholaris, (56) C. nucifera, (80) M. indica, (35) G. versteghii Madu group, (87) A. heterophyllus, (3) A. pinnata, (85) G. gnemon, (30) D. zibethinus, (79) S. macrophylla, (59) C. odorata, (27) L. domesticum Cluring group dan (92) A. catechu. Hasil dari test rasio varian, chi-square dan indeks asosiasi pada asosiasi antara G. versteegii Pantai group dengan 16 jenis tumbuhan lain pada tingkat pohon, ditunjukkan pada (Lampiran 45). Asosiasi positif benar terdapat pada G. versteegii Pantai group dengan S. polyanthum, D. dao, S. microcymum, E. malaccensis dan A. scholaris yang ditunjukkan pada Indeks Asosiasi yang cukup tinggi, yakni: IO = 100%, ID = 100% dan IJ = 100% (Gambar 81). Gambar 82. Komunitas tempat tumbuh G. versteegii Pantai group di Bukit Sidemen Gunungsari Lombok barat. Hubungan asosiasi positif antara G. versteegii Soyun group dengan pohon lain pada tingkat Pohon, tidak dapat dianalisis karena tanaman tersebut hanya ditemukan pada satu unit ekologi (terlalu sedikit), sehingga test rasio varian, chisquare dan indeks asosiasi tidak dapat diperoleh hasilnya. Namun demikian pohon 202 ketimunan Soyun group ditemukan dalam satu unti ekologi dengan Madu group tentunya Soyun group berasosiasi positif juga dengan spesies pohon yang berasosiasi dengan Madu group. Gambar 83. Komunitas tempat tumbuh G. versteegii Soyun group di Bukit Timambung Gunungsari Lombok Barat. Pada pertumbuhan tingkat pohon ada spesies pohon yang berasosiasi negatif benar dengan pohon gaharu, terutama pada pohon gaharu Beringin group dan Buaya group. Pohon G. versteegii Beringin group berasosiasi positif benar dengan pohon Planchonella nitida (boodak), E. orientalis (dadap). Pohon boodak dan pohon dadap mempunyai kanopi dengan tata letak daun yang tidak begitu rapat dan perakarannya tumbuh secara vertikal. Kondisi tersebut memungkinkan kedua spesies pohon tersebut dapat berbagi cahaya matahari dan unsur hara serta diantara 203 asosiasi ketiga spesies tumbuhan tersebut dapat menciptakan kelembaban udara yang cukup tinggi. Pohon G. versteegii Buaya group berasosiasi positif benar dengan pohon A. pinnata (aren), A. procera (klanjuh), S. polyanthum (salam), C. littorale (kenirang) dan N. lappaceum (rambutan). Pohon aren mempunyai tajuk yang tegak sehingga dapat berbagi cahaya matahari dengan spesies tumbuhan yang berdampingan. Pohon tersebut juga akarnya yang kuat dapat menahan erosi dan memiliki kemampuan mengikat air sehingga dapat mempertahankan kelembaban tanah dan udara disekitarnya (Hidayat, 2014; Nugroho, 2008). Begitu juga pada pohon klanjuh, salam, kenirang dan rambutan mempunyai struktur kanopi dengan tata letak daun yang tidak begitu rapat. Struktur kanopi yang demikian dapat menjaga kelembaban udara serta dapat berbagi sinar matahari dengan pohon lain yang berdampingan. Pohon G. versteegii Madu group berasosiasi positif benar dengan pohon gaharu Soyun group dan L. domesticatum Langsat group (langsat), D. dao (dao), F. rumphii (goak), S. polyanthum (salam), B. racemosa (kepundung). Pohon Soyun group, langsat, dao mempunyai struktur kanopi bentuk oval dan mempunyai tata letak daun yang tidak begitu rapat. Struktur kanopi yang demikian dapat menjaga kelembaban udara serta dapat berbagi sinar matahari dengan pohon lain yang berdampingan. Pohon goak mempunyai struktur kanopi bentuk membulat dan mempunyai tata letak daun yang cukup rapat, namun perakarannya dapat menyimpan air, sehingga tanah dan udara sekitarnya tetap terjaga kelembabannya.. 204 Pohon G. versteegii Pantai group berasosiasi positif benar dengan pohon A. scholaris (bebatu), S. polyanthum (salam), D. dao (dao), E. malaccensis (jambu dursono) dan S. microcymum (lengis). Pohon bebatu, salam, dao, jambu dursono dan lengis mempunyai struktur kanopi dengan tata letak daun yang tidak begitu rapat. Struktur kanopi yang demikian dapat menjaga kelembaban udara serta dapat berbagi sinar matahari dengan pohon lain yang berdampingan. Jadi pada tingkat pohon, berdasarkan hasil test rasio varian, chi-square dan indeks asosiasi menunjukkan asosiasi positif benar juga asosiasi negatif benar antara G. versteegii dengan spesies tumbuhan. Seperti berikut ini menunjukkan bahwa setiap group dalam G. versteegii mempunyai spesies yang spesifik dalam berasosiasi. 1. G. versteegii Beringin group berasosiasi negatif benar dengan T. cacao, dan nangka (A. heterophyllus). Di lain pihak G. versteegii Beringin group berasosiasi positif benar dengan C. nucifera, aren (A. pinnata), mahoni (S. macrophylla), D. dao, L. domesticum Langsat group, klanjuh (A. procera) dan putat (P. valida). 2. G. versteegii Buaya group berasosiasi negatif benar dengan suren (T. sureni). Sebaliknya dengan spesies-spesies salam (S. polyanthum), A. procera, rambutan (N. lappaceum), Aren (A. pinnata), belinjo (G. gnemon) dan kenirang (C. littorale) berasosiasi positif benar dengan Buaya group. 3. G. versteegii Madu group berasosiasi positif benar dengan G. versteegii Soyun group, S. polyanthum, kepundung (B. racemosa), dao (D. dao), bunut (F. rumphii dan L. domesticum Langsat group. 205 4. G. versteegii Pantai group dengan S. polyanthum, D. dao, lengis (S. micro- cymum), jambu dursono E. malaccensis dan bebatu (A. scholaris). Spesies tumbuhan yang menjadi asosiasi dengan G. versteegii secara garis besar mempunyai karakter mempunyai struktur kanopi dengan tata letak daun yang tidak begitu rapat. Struktur kanopi yang demikian dapat menjaga kelembaban udara serta dapat berbagi sinar matahari dengan pohon lain yang berdampingan, atau perakarannya dapat menyimpan air untuk menjaga kelembaban tanah maupun udara di sekitarnya. Spesies tumbuhan ini sangat penting fungsinya untuk menjaga ekologi ekosistem G. versteegii tetap stabil. Selain itu spesies tumbuhan tersebut dapat digunakan sebagai indikator unit ekologi ekosistem G. versteegii dan dapat juga digunakan sebagai acuan dalam melakukan domestikasi G. versteegii. Salah satu sebab terjadinya perbedaan spesies tumbuhan dari setiap tingkai pertumbuhan group G. versteegii karena lokasi unit ekologi yang berbeda. Berikut ini dalam tabel 10 disajikan spesies tumbuhan yang berasosiasi dengan G. versteegii. Tabel 10. Spesies tumbuhan yang berasosiasi benar dengan G. versteegii No Spesies tumbuhan yang berasosiasi dengan G. versteegii Beringin group Buaya group Pantai group Madu group Tingkat Semai Asosiasi + 1 H. roxburgii S. koetjape 2 B. racemosa Tingkat Semai Asosiasi 1 L. glauca 2 T. populnea Tingkat Sapihan Asosiasi + 1 Madu group Pantai group H. Roxburghii C. Inophyllum Spesies tumbuhan yang berasosiasi dengan G. versteegii No Beringin group Buaya group Pantai group Madu group 2 C. Pentandrus M. indica G. farquhariana D. Sundaica 3 C. arabica S. Racemosa 4 H. cupanioides P. guajava Tingkat Tiang Asosiasi + 206 1 P. nitida 2 E. Orientalis 3 4 Tingkat Pohon Asosiasi + 1 C. nucifera 2 A. pinnata 3 S. macrophylla 4 D. dao 5 L. domesticum Langsat group 6 A. procera 7 P. valida Tingkat Pohon Asosiasi 1 T. cacao 2 A. Heterophyllus G. gnemon D. zibethinus A. heterophyllus A. spectabilis S. polyanthum A. cobbe A. Scholaris Horsfieldia sp Bambusa sp S. polyanthum A. procera N. lappaceum A. pinnata G. gnemon S. polyanthum D. dao S. microcymum E. malaccensis A. scholaris S. polyanthum B. racemosa D. dao F. rumphii L. domesticum Langsat group C. littorale T. sureni Keberadaan pohon garahu dalam komunitas ekosistem gaharu bersama-sama dengan spesies tumbuhanan lain, ada yang berasosiasi positif atau negatif. Menurut Kimmins (1997), kehadiran spesies lain mungkin penting untuk makanan dan / atau tempat tinggal, atau mungkin adanya ancaman utama dalam hal penyakit, predasi, parasitis atau persaingan. Hubungan bermanfaat atau berbahaya mungkin ada di antara organisme dengan ukuran yang sama. Hubungan interspesifik yang tidak selalu nampak mungkin menjadi faktor utama mengontrol kinerja atau bahkan keberadaan spesies dalam ekosistem tertentu. 207 7.4. Komunitas Tumbuhan Di Ekosistem Gaharu 7.4.1. Pola Persebaran Tegakan Dalam Komunitas Ekosistem Pohon Gaharu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pola persebaran tegakan pada semua tingkat pertumbuhan dalam komunitas ekosistem gaharu tidak mengikuti distribusi poisson. Hal ini disebabkan data rerata lebih besar dari variance dan X2 hitung > X2 tabel serta |d| > 1,96 (lihat Gambar 64 dan 65, Lampiran 31). Data tersebut juga menunjukkan bahwa besarnya Indeks Dispersi lebih besar dari 1 pada semua tingkat pertumbuhan, berarti pola persebaran tegakan pada tingkat semai, sapihan, tiang dan pohon adalah kluster atau berkelompok (Gambar 84). Bila dilihat tingkatan kulsternya, ternyata tingkat terbentuk klusternya sangat rendah. Hal ini ditunjukkan oleh nilai Indeks Green (IG) yang sangat rendah yakni antara 0,001-0,032 (Gambar 84 dan 85, Lampiran 31). Tingkatan kluster ini ternyata berbanding terbalik dengan tingkat pertumbuhan vegetasi, yaitu semakin dewasa tingkat pertumbuhan vegetasi semakin rendah tingkatan klusternya (tingkat semai IG = 0,032; tingkat sapihan IG = 0,020; tingkat tiang IG = 0,003; tingkat pohon IG = 0,001) (Ludwig & Reynolds, 1988). Hal ini tampak pada Gambar 5, 15, 23, 31 dan 39, yang menunjukkan bahwa persebaran tegakan dalan vegetasi dan unit ekologi ekosistem G. versteegii ada korespondensi yaitu cluster, seperti terjadi pada spesies A. malaccensis (Soehartono and Newton, 2000). 208 12 INDEKS DISPERSI 10 8 6 4 2 0 SEMAI SAPIHAN TIANG POHON Gambar 84. Histogram Indeks Dispersi dalam komunitas ekosistem G. versteegii di hutan Lombok barat pada berbagai tingkat pertumbuhan. 0.035 INDEKS GREEN 0.030 0.025 0.020 0.015 0.010 0.005 0.000 SEMAI SAPIHAN TIANG POHON Gambar 85. Histogram Indeks Green dalam komunitas ekosistem G. versteegii di hutan Lombok Barat pada berbagai tingkat pertumbuhan. Persebaran pohon G. versteegii di dalam hutan alam berbentuk kluster atau mengelompok disebabkan oleh tiga alasan. (1). Ukuran bijinya kecil tetapi cukup berat sehingga cukup sulit diterbangkan oleh angin dalam jarak yang jauh. (2). Bijinya bersifat rekalsitran (begitu jatuh ke tanah akan segera tumbuh, biji yang telah kering tidak akan dapat berkecambah artinya tidak dapat tersimpan dalam 209 waktu yang lama. (3). Cara pemencaran biji yang spesifik. Pemencaran biji G. versteegii di alam ada tiga cara. (1). Pemencaran biji oleh tumbuhan itu sendiri, dengan cara buah ketimunan yang berbentuk kapsul dan telah masak, berwarna kuning - jingga pecah selanjutnya biji akan jatuh di sekitar pohon induk tersebut. (2). Pemencaran dilakukan oleh serangga terutama oleh semut. Semut tertarik pada biji ketimunan karena bijinya mempunyai karunkula yang berbentuk delta berwarna putih sehingga bentuknya menyerupai topi haji. Karunkula tersebut mengandung sukrosa sehingga disukai oleh semut. Semut-semut tersebut dapat memencarkan biji ketimunan hingga mencapai jarak 40 m dari pohon induknya. (3). Pemencaran dilakukan oleh burung. Menurut Howe dan Westley (1988), bahwa persebaran pohon yang mengelompok atau kluster atau berbentuk koloni disebabkan antara lain: ukuran biji kecil, biji mudah tumbuh di bawah naungan, pemencaran biji dibantu oleh burung, dll. 7.4.2. Keanekaragaman Tumbuhan Penyusun Komunitas Ekosistem G. versteegii Dan Ekosistem Lainnya Di Hutan Lombok Barat. Berdasarkan hasil penelitian (Tabel 11), vegetasi hutan di Lombok barat pada kawasan penelitian disusun oleh 1558 individu tumbuhan, 163 spesies tumbuhan, 114 marga dari 47 famili tumbuhan. Komunitas tumbuhan penyusun daerah penelitian didominasi oleh tanaman budidaya, antara lain seperti: C. nucifera, M. indica, T. cacao, A. ocidentale, B. racemosa, D. zibethinus, L. domesticum Langsat group, S. koetjape, A. catechu, C. petandra, N. lappaceum. Tanaman hutan didomi- 210 nasi antara lain oleh: A. pinnata, S. polyanthum, G. versteegii Beringin group, C. inophyllum, G. versteegii Pantai group, D. costatum, C. pentandrus, D. javanica, C. soulattri, Syzygium spp1., G. versteegii Buaya group, S. sapindina, V. rubescens. Tabel 11. Keanekaragaman tumbuhan penyusun vegetasi hutan di Lombok barat. No Nama lokal 1 Memerek 2 Ketai/ Bebetis 3 5 Dao Jambu monyet/ Jambu mete/ Mete Keluncing/ kedondong hutan 6 4 Nama spesies dan varietas / group Sauravia pendula Blume. Dracontomelon costatum Blume. Dracontomelon dao (Blanco) Merr. & Rolfe Anacardium ocidentale L. Jum lah Indi vidu 10 Nama spesies Sauravia pendula Blume Dracontomelon costatum Blume Dracontomelon dao (Blanco) Merr. & Rolfe 41 2 20 Jum lah Sp. 1 1 Nama Marga Sauravia Dracontome lon Jum lah mar ga Nama Famili Jum lah Fam 1 Actinidiaceae 1 Anacardiaceae 1 1 1 Dracontome lon Anacardium ocidentale L. 1 Anacardium 1 Anacardiaceae Anacardiaceae Spondias pinnata (L.f.) Kurz. 4 Spondias pinnata (L.f.) Kurz. 1 Spondias 1 Anacardiaceae . Lempokan Pentaspadon sp. 1 Pentaspadon sp. 1 Pentaspadon 1 Anacardiaceae . 7 Ketapisan 3 Polyalthia 1 Annonaceae 1 Kenanga 1 Cananga 1 Annonaceae . 9 Tunu Baleman Putih 3 Polyalthia sp. Cananga odorata (Lamk) Hook. F. & Thomson Pseuduvaria reticulate (Blume) Miq. 1 8 Polyalthia sp. Cananga odorata (Lamk) Hook. F. & Thomson Pseuduvaria reticulate (Blume) Miq. 1 Pseuduvaria 1 Annonaceae . Polyalthia sp. 1 Polyalthia sp. 1 Polyalthia 1 Annonaceae . 1 Polyalthia rumphii (Blume ex Hensch) Merr. 1 Polyalthia Annonaceae . 10 11 Baleman Kuning Polyalthia rumphii (Blume ex Hensch) Merr. 8 1 12 Bebatu 13 Mita 14 Kereri 15 Durian 16 Randu Dangar/ Bombax 17 18 Alstonia scholaris R. Br. Blume 15 Alstonia scholaris R. Br. Blume Alstonia spectabilis Radermachera elegans Steenis Durio zibethinus Murr. Ceiba petandra Guertn. Bombax ceiba L. 4 Bombax ceiba L. 1 Bombax 1 1 . Bombax sp. 3 Bombax sp. 1 Bombax 1 Bombacaceae 1 Canarium 1 Burseriaceae 1 Garuga 1 Burseriaceae 1 Mastixia 1 Cornaceae 1 1 Dilenmia 1 Dilleniaceae 1 Alstonia spectabilis Radermachera elegans Steenis Durio zibethinus Murr. Ceiba petandra Guertn. 19 Klotok Keniran(g)/ Kemeniran/ Sengirang 20 Bebilok 21 Ela(k) (-elak) Canarium littorale Blume Garuga floribunda Decne Mastixia trichotoma Blume. 22 Bone Dilenmia indica 11 4 1 27 5 Canarium littorale Blume Garuga floribunda Decne Mastixia trichotoma Blume. 1 Dilenmia indica 3 1 1 Alstonia Apocynaceae 1 1 Apocynaceae 1 Alstonia Radermache ra 1 Bignoniaceae 1 1 Durio 1 Bombacaceae 1 1 Ceiba Bombacaceae . . . Bombacaceae 211 . 1 . Jum lah Indi vidu No Nama lokal 23 Azan 24 Baleman 25 Kedome 26 Klicung Nama spesies dan varietas / group Diospyros javanica Bakh. Diospyros rigida Hiern. Diospyros montana Roxb. Diospyros sundaica Bakh. 27 Baleman Besi Diospyros sp. 28 Kemiri/ Lengkong 29 Wuni 30 Jepit Udang 31 32 Kepundung Jeliti (sprti Kepundung) Aleurites moluccana (L.) Wild. Antidesma bunius (L.) Sprengel Baccurea minor Hook f. Baccaurea racemosa (Reinw. Ex Blume) Muell. 33 Tapen/ Temek 34 Dadap/ Boroq 35 Klanjuh 36 Lamtoro 37 Bae 38 Pete Erythrina orientalis (L.) Murr. Albizia procera (Roxb.) Bth. Leucauca glauca Benth. Albizia chinensis (Osb.) Merr Parkia speciosa Hassk. 39 Mlinjo Gnetum gnemon L. 39 40 Bambusa sp. Calophyllum inophyllum L. 25 42 Bambu Nyamplung/ Camplung Nyamplung daun sempit/ Bintangur 43 Manggis 44 Badung 45 Biloan 41 46 Mundah 47 Kalimuru hutan 48 Garu 49 Bangsal 50 Mangga Pepaokan/ /Paok klikit 51 Baccaurea sp. Mallotus pellatus Muell. Arg. Calophyllum soulattri Burm. Garcinia mangostana L. Garcinia divida R. Br. Garcinia opura Garcinia dulcis (Roxb.) Kurz Gomphandra javanica (Blume)Val. 17 8 8 2 1 10 3 1 35 1 3 37 5 3 2 1 26 17 6 5 4 Nama spesies Diospyros javanica Bakh. Diospyros rigida Hiern. Diospyros montana Roxb. Diospyros sundaica Bakh. Diospyros Ebenaceae 1 1 Diospyros . Ebenaceae . 1 Diospyros . Ebenaceae . Diospyros . Ebenaceae . Diospyros . Ebenaceae . 1 Aleurites 1 Euphorbiaceae 1 Antidesma 1 Euphorbiaceae . 1 Baccaurea 1 Euphorbiaceae . 1 Baccaurea . Euphorbiaceae . Baccaurea sp. Mallotus pellatus Muell. Arg. Erythrina orientalis (L.) Murr. Albizia procera (Roxb.) Bth. Leucauca glauca Benth. Albizia chinensis (Osb.) Merr Parkia speciosa Hassk. Gnetum gnemon L. 1 Baccaurea . Euphorbiaceae . 1 Mallotus 1 Euphorbiaceae . 1 Erythrina 1 Fabaceae 1 Albizia 1 Fabaceae . 1 Leucauca 1 Fabaceae . 1 Albizia 1 Fabaceae . 1 Parkia 1 Fabaceae . 1 Gnetum 1 Gnetaceae 1 Bambusa sp. Calophyllum inophyllum L. 1 Bambusa 1 Gramineae 1 1 Calophyllum 1 Guttiferae 1 1 Calophyllum 1 Garcinia 1 Garcinia 1 Calophyllum soulattri Burm. Garcinia mangostana L. Garcinia divida R. Br. Garcinia opura Mangifera sp. 40 Mangifera sp. 7 1 1 57 3 1 Nama Famili Jum lah Fam 1 Mangifera indica L. Canleya corniculata Ho Ward Engelhardtia spicata Lechen. ex Blume 10 Nama Marga Jum lah mar ga Diospyros sp. Aleurites moluccana (L.) Wild. Antidesma bunius (L.) Sprengel Baccurea minor Hook f. Baccaurea racemosa (Reinw. Ex Blume) Muell. Garcinia dulcis (Roxb.) Kurz Gomphandra javanica (Blume)Val. Canleya corniculata Ho Ward Engelhardtia spicata Lechen. ex Blume Mangifera indica L. 3 Jum lah Sp. . 1 1 Guttiferae . Guttiferae . . Guttiferae . Garcinia . Guttiferae . 1 Garcinia . Guttiferae . 1 Gomphandra 1 Icacinaceae 1 Canleya 1 Icacinaceae 1 Engelhardtia 1 Juglandaceae 1 1 Mangifera 1 Lauraceae 1 1 Mangifera 1 . Lauraceae 212 1 . . No Nama lokal 52 Wani 53 54 Wudu Wudu daun kecil 55 Memada 56 Alpukat 57 Tampel 58 Kerbuku 59 Kayu manis 60 Je 61 Putat/ Kutat 62 Sengon 63 Sono Keling 64 Asem 65 Nam nam 66 Gatep/ Gayam 67 Seropan 68 Cempaka 70 Cempaka gondok Mawar hutan/ Senggani 71 Mahoni 69 Nama spesies dan varietas / group Mangifera caesia Jack. Litsea glutinosa (Laur.) C.B. Robinson Litsea angulata Blume Actinodaphne cf. nitida Teschn. Persea americana Mill. Jum lah Indi vidu 6 11 2 5 4 Alseodaphne sp. Beilschmiedia lucidula (Miq.) Kosterm. Cinnamomum zeylancum Blume 3 Planchonia sp. Planchonia valida (Blume) Blume Paraserianthes falcataria (L.) Nielsen Dalbergia latifolia Roxb. Tamarindus indica L. Cynometra cauliflora L. Inocarpus fagifer (Parkinson) Fosb. (sin: I. fagiferus (Parkinson) Fosb.) 8 Thespesia populnea Michelia champaca L. 10 Magnolia candollii (Blume) H.Keng Melastoma polyanthum Blume Swietnia macrophylla King Lansium domesticum Jack Langsat group Lansium domesticum Jack Cluring group 2 1 1 7 3 2 1 Nama Marga Jum lah mar ga Nama Famili Jum lah Fam 1 Mangifera . Lauraceae . 1 Litsea Lauraceae . 1 Litsea Lauraceae . 1 Actinodaphne 1 Lauraceae . 1 Persea 1 Lauraceae . Alseodaphne sp. Beilschmiedia lucidula (Miq.) Kosterm. Cinnamomum zeylancum Blume 1 Alseodaphne 1 Lauraceae . 1 Beilschmiedia 1 Lauraceae . 1 Cinnamo mum 1 Lauraceae . Planchonia sp. Planchonia valida (Blume) Blume Paraserianthes falcataria (L.) Nielsen Dalbergia latifolia Roxb. Tamarindus indica L. Cynometra cauliflora L. 1 Planchonia 1 Lecythidaceae 1 Planchonia 1 Paraserianthes 1 Leguminosae 1 Dalbergia 1 Leguminosae Leguminosae 1 Tamarindus 1 1 Cynometra 1 Leguminosae . 1 Inocarpus 1 Leguminosae . 1 Thespesia 1 Malvaceae 1 1 Michelia 1 Mangnoliaceae 1 1 Magnolia 1 1 Melastoma 1 Mangnoliaceae Melastomata ceae Nama spesies Mangifera caesia Jack. Litsea glutinosa (Laur.) C.B. Robinson Litsea angulata Blume Actinodaphne cf. nitida Teschn. Persea americana Mill. Jum lah Sp. 1 . . Lecythidaceae 1 . 1 . . 1 Inocarpus fagifer (Parkinson) Fosb. Thespesia populnea Michelia champaca L. Magnolia candollii (Blume) H.Keng Melastoma polyanthum Blume 40 Swietnia macrophylla King 1 Swietnia 1 Meliaceae 27 Lansium domesticum Jack 1 Lansium 1 Meliaceae . 9 Lansium domesticum Jack Meliaceae . 1 3 1 72 Langsat 73 74 .Cluring Sentul Jejawan/ Betis mayong 75 Sentul 76 Sentul mulon Chisocheton pentandrus Merr. Sandoricum koetjape Merr. Sandoricum sapindina Harms. 77 Cicompang Sandoricum sp. 1 78 Belulu Aglaia tomentosa Teijsm. & Binnend. 1 20 20 13 Chisocheton pentandrus Merr. Sandoricum koetjape Merr. Sandoricum sapindina Harms. Sandoricum sp. Aglaia tomentosa Teijsm. & Binnend. . Lansium . 1 1 1 Chisocheton 1 Meliaceae . 1 Sandoricum 1 Meliaceae . 1 Sandoricum . Meliaceae . 1 Sandoricum . Meliaceae . 1 Aglaia Meliaceae . 1 213 No Nama lokal Nama spesies dan varietas / group 79 Lingsar Aglaia odoratissima Blume 81 Lempinyu/ Lempegi Sentul (te)tanggik 82 Bila 80 Aglaia edulis (Roxb.) N. Wallich. Aglaia silvestris (M. Roem) Merr. Agele Marmelos Corr. Jum lah Indi vidu 1 8 4 1 Purut/ Bajegao Imba (Geguntur) Aphanamixis polystachya (Wall.) R.N. Parker Chisocheton cf patens Blume Toona sureni (Blume) Merr. Dysoxylum parasiticum (Osbeck) Kosterm. Melia azadirachta L. 89 Puletan Kluwih/ Kulur Saccopetalum sp. Artocarpus communis Forst. 90 Terep Artocarpus elasticus Reinw. Ex Blume 4 Artocarpus heterophyllus Lamk. 36 83 Empak 84 Ombar 85 Suren 86 87 88 91 92 Nangka Beringin/ Bunut 93 Goa(k) 94 Lembokik 95 Darak Manuk 96 97 Dedarah Deliman Bukit 98 Dar daran 99 Kumbi(an) 100 101 1 4 4 2 1 2 5 Ficus benjamina L. Ficus rumphii Blume Ficus septica Burm. f. 2 8 Cengkeh Horsfieldia sp. Gymnacranthera farquhariana (Wal. Ex Hook.f. & Yh.) Warb. Knema cinerea (Poir) Warb. Knema glomerata (Blanco) Merr. Ardisia fuliginosa Blume Syzygium aromaticum (L.) Merr. & Perr. Penampih Syzygium buettnerianum (K. Schumann) Niedenzu 102 Jukut bideng Syzygium decipiens (Koord. & Val.) Merr. & L.M. Perry 103 Lingsir Syzygium spp3. 9 3 1 2 1 3 1 Nama Marga Jum lah mar ga Nama Famili Jum lah Fam 1 Aglaia . Meliaceae . 1 Aglaia Meliaceae . 1 Aglaia Meliaceae . 1 Agele 1 Meliaceae . 1 Aphanamixis 1 Meliaceae . 1 Chisocheton 1 Meliaceae . 1 Toona 1 Meliaceae . 1 Dysoxylum 1 Meliaceae . 1 Melia 1 Meliaceae . Saccopetalum sp. Artocarpus communis Forst. Artocarpus elasticus Reinw. Ex Blume Artocarpus heterophyllus Lamk. Ficus benjamina L. Ficus rumphii Blume Ficus septica Burm. f. 1 Saccopetalum Artocarpus 1 Menispermaceae Moraceae Horsfieldia sp. Gymnacranthera farquhariana (Wal. Ex Hook.f. & Yh.) Warb. Knema cinerea (Poir) Warb. Knema glomerata (Blanco) Merr. Ardisia fuliginosa Blume Syzygium aromaticum (L.) Merr. & Perr. Syzygium buettnerianum (K. Schumann) Niedenzu Nama spesies Aglaia odoratissima Blume Aglaia edulis (Roxb.) N. Wallich Aglaia silvestris (M. Roem) Merr. Agele Marmelos Corr. Aphanamixis polystachya (Wall.) R.N. Parker Chisocheton cf patens Blume Toona sureni (Blume) Merr. Dysoxylum parasiticum (Osbeck) Kosterm. Melia azadirachta L. 1 1 Syzygium decipiens (Koord. & Val.) Merr. & L.M. Perry 1 Syzygium spp2. Jum lah Sp. . 1 1 1 1 1 Artocarpus 1 Artocarpus 1 Ficus 1 Ficus 1 Ficus 1 Horsfieldia 1 1 Gymnacra nthera 1 1 Knema 1 1 Knema 1 Ardisia 1 Syzygium 1 Syzygium . Myrtaceae . 1 Syzygium . Myrtaceae . Syzygium . Myrtaceae . . 1 . Moraceae . Moraceae . Moraceae . Moraceae . Moraceae . Myristicaceae 1 Myristicaceae . Myristicaceae . Myristicaceae . 1 Myrsinaceae . 1 Myrtaceae 214 1 Jum lah Indi vidu Nama Marga Jum lah mar ga Nama Famili Jum lah Fam 1 Syzygium . Myrtaceae . 1 Syzygium . Myrtaceae . 1 Syzygium . Myrtaceae . 1 Syzygium . Myrtaceae . 1 Syzygium Myrtaceae . 1 Syzygium . Myrtaceae . No Nama lokal 104 Jukut tangkur 105 Lengis batu 106 Lengis 107 Kenyambukan 108 Jukut/ Salam 109 Ramping kulit Nama spesies dan varietas / group Syzygium fastigianum (Blume) Merr. & Perry Syzygium lineatum (DC) Merr. & L.M. Perry Syzygium microcymum (Koord & Val.) Amshoff Syzygium nervosum DC. Syzygium polyanthum (Wight) Walp. Syzygium racemosa DC. 110 Klokos Syzygium spp1. 14 Syzygium spp1. 1 Syzygium . Myrtaceae . 111 Bawan Jukut geringsing/ Ulam Syzygium spp2. 1 Syzygium spp2. 1 Syzygium . Myrtaceae . 1 Syzygium . Myrtaceae . 1 Eugenia Myrtaceae . 1 Eugenia Myrtaceae . 1 Psidium 1 Myrtaceae . 1 Melaleuca 1 Myrtaceae . 1 Arenga 1 Palmae 1 11 4 42 2 Psidium guajava L. Melaleuca cayuputi Powell Arenga pinnata Merr. 69 Syzygium spicatum (Lam.) DC Eugenia aquea Burm f. Eugenia malaccensis L Psidium guajava L. Melaleuca cayuputi Powell Arenga pinnata Merr. Areca catechu L. 18 Areca catechu L. 1 Areca 1 Palmae . Salak Zallaca indicus L. 1 Zallaca indicus L. 1 Zallaca 1 Palmae . 120 Kelapa Cocos nucifera L. 146 Cocos nucifera L. 1 Cocos 1 Palmae . 121 Utat Banyu 1 Pittosporum 1 Pittosporaceae 1 1 Helicia 1 Proteaceae 1 123 Kayu raksasa Jelimanan/ jeliti 7 1 Punica 1 Punicaceae 1 124 Gol/ Bidara Punica granatum L. Ziziphus mauritiana Lamk. Pittosporum sp. Helicia robusta (Roxb.) Blume Punica granatum L. Ziziphus mauritiana Lamk. 1 122 Pittosporum sp. Helicia robusta (Roxb.) Blume 1 Ziziphus 1 Rhamnaceae 1 125 Kopi Arabika 12 1 Coffea 1 Rubiaceae 1 1 Metadina 1 Rubiaceae . 1 Neonauclea 1 Rubiaceae . 1 Pavetta 1 Rubiaceae . 1 Hypobathrum 1 Rubiaceae . 1 Hypobathrum Rubiaceae . 1 Coffea arabica L. Metadina trichotoma (Zoll & Mozritzi) Bakh. f. Neonauclea calycina Merr. Pavetta indica L. forma montana (Blume) Koord. et Val. Hypobathrum microcarpum DC. Hypobatrum roxburghii DC Hipobathrum spp1. 1 Hypobathrum Rubiaceae . 112 113 115 Jambu air Jambu Dursana/ Bol Jambu biji/ Klutuk 116 Gelam 117 118 Aren Pinang/ bua(k) 119 114 Syzygium spicatum (Lam.) DC Eugenia aquea Burm f. Eugenia malaccensis L 1 Nama spesies Syzygium fastigianum (Blume) Merr. & Perry Syzygium lineatum (DC) Merr. & L.M. Perry Syzygium microcymum (Koord & Val.) Amshoff Syzygium nervosum DC. Syzygium polyanthum (Wight) Walp. Syzygium racemosa DC. Jum lah Sp. 127 Kayu kuning/ juwawut Kentok celeng / bengkel 128 JeJaruman/ Jaruman/ Soka putih 129 Banitan 130 Mate kulek Coffea arabica L. Metadina trichotoma (Zoll & Mozritzi) Bakh. f. Neonauclea calycina Merr. Pavetta indica L. forma montana (Blume) Koord. et Val. Hypobathrum microcarpum DC. Hypobatrum roxburghii DC 131 Tetekik Hipobathrum spp1. 126 8 4 9 3 1 2 1 8 6 5 3 2 1 . 1 215 No Nama lokal 132 Bentaik hutan 133 Prine 134 Timunan 135 136 Pace Jeruk keriput kecil 137 Gresek 138 Rambutan 139 Ketimusan 140 Matoa 141 142 Tales Banten/ Jaranan 143 Kesambi 144 Klerongan 145 Boodak/Getah Tanjung gunung 146 147 148 Nyantoh (eh) Raju mas Lombok 149 Coklat/ Kakao 150 151 Dumun Klewang/ Sayap manuk 152 Bebalang 153 Bajur 154 Juwawut 155 Gelumpung 156 Ancol 157 158 159 160 Nama spesies dan varietas / group Jum lah Indi vidu Hypobathrum spp2. Timonius ovenis Val. 1 Timonius sp. Morinda citrifolia L. Citrus reticulate Blanco Meliosa ferruginea Blume Nephelium lappaceum L. Allophylus cobbe (L.) Raeusch (sinonim: Pometia tomentosa) Pometia pinnata J.R. Forster & J.G. Forster Pometia sp. 2 Lannea grandis (Dennst.) Engl. Schleichera oleosa (Lour.) Oken Harpullia cupanioides Roxb. Planchonella nitida (Blume) Dubard. 1 1 4 5 13 2 3 5 3 2 6 1 1 51 Heritiera sp. Pterospermum blumeanum Kort. Pterospermum deversifolium Blume Pterospermum javanicum Jungh. 11 Pterospermum sp Sterculia macrophylla Vent Gordonia excelsa Blume 2 Berasan Ketimunan Beringin group Eurya acuminata 1 Ketimunan Madu group Ketimunan Pantai group Gyrinops versteegii Madu group Gyrinops versteegii Pantai group Gyrinops versteegii Beringin group Nama Famili Jum lah Fam 1 Hypobathrum . Rubiaceae . 1 Timonius Rubiaceae . 1 Timonius Rubiaceae . 1 Morinda 1 Rubiaceae . 1 Citrus 1 Rutaceae 1 1 Meliosa 1 Sabiaceae 1 1 Nephelium 1 Sapindaceae 1 1 Allophylus 1 Sapindaceae . 1 Pometia 1 Sapindaceae . 1 Pometia Sapindaceae . 1 Lannea 1 Sapindaceae . 1 Schleichera 1 Sapindaceae . 1 Harpullia 1 Sapindaceae . 1 Planchonella 1 Sapotaceae Sapotaceae 1 Mimosops 1 1 Palaquium 1 Sapotaceae 1 Duabanga 1 Sonneratiaceae 1 1 Theobrona 1 Sterculiaceae 1 Heritiera sp. Pterospermum blumeanum Kort. Pterospermum deversifolium Blume Pterospermum javanicum Jungh. 1 Heritiera 1 Sterculiaceae . 1 Pterospermum 1 Sterculiaceae . 1 Pterospermum . Sterculiaceae . 1 Pterospermum . Sterculiaceae . Pterospermum sp Sterculia macrophylla Vent Gordonia excelsa Blume 1 Pterospermum Sterculiaceae . 1 Sterculia 1 Sterculiaceae . 1 Gordonia 1 Theaceae Eurya acuminata Gyrinops versteegii (Gilg.)Domke Gyrinops versteegii (Gilg.)Domke Gyrinops versteegii (Gilg.)Domke 1 Eurya 1 Theaceae 1 Gyrinops 1 Themylaeaceae . Gyrinops . Themylaeaceae . . Gyrinops . Themylaeaceae . Nama spesies Hypobathrum spp2. Timonius ovenis Val. Timonius sp. Morinda citrifolia L. Citrus reticulate Blanco Meliosa ferruginea Blume Nephelium lappaceum L. Allophylus cobbe (L.) Raeusch 7 9 Mimosops elingi L. Palaquium javense Burck Duabanga molucana Blume Theobrona cacao L. Nama Marga Jum lah mar ga 2 2 40 1 2 41 36 21 Pometia pinnata J.R. Forster & J.G. Forster Pometia sp. Lannea grandis (Dennst.) Engl. Schleichera oleosa (Lour.) Oken Harpullia cupanioides Roxb. Planchonella nitida (Blume) Dubard. Mimosops elingi L. Palaquium javense Burck Duabanga molucana Blume Theobrona cacao L. Jum lah Sp. 1 . 1 . 216 . 1 . 1 No Nama lokal Nama spesies dan varietas / group 161 Ketimunan Buaya group Gyrinops versteegii Buaya group 163 Ketimunan Soyun group Lengkukun/ Lekukun Gyrinops versteegii Soyun group Schoutenia ovata Korth. 164 Rengak (kayu keras) 165 Prapi 166 Jelateng 167 Turun Hujan 168 Kali papa Celtis cinnamomea Lindl. Ex Planch Villebrunea rubescens Blume Dendrocnide stimulans (L.f.) Chew Premna parasitica Blume Vitex quinata (Laur.) F.N. Williams 162 Jum lah Indi vidu 14 1 5 1 13 4 2 2 1558 Nama spesies Gyrinops vversteegii (Gilg.)Domke Gyrinops versteegii (Gilg.)Domke Schoutenia ovata Korth. Celtis cinnamomea Lindl. Ex Planch Villebrunea rubescens Blume Dendrocnide stimulans (L.f.) Chew Premna parasitica Blume Vitex quinata (Laur.) F.N. Williams Nama Marga Jum lah mar ga Nama Famili Jum lah Fam . Gyrinops . Themylaeaceae . . Gyrinops . Themylaeaceae . 1 Schoutenia 1 Tiliaceae 1 1 Celtis 1 Ulmaceae 1 1 Villebrunea 1 Urticaceae 1 1 Dendrocnide 1 Urticaceae 1 Premna 1 Verbenaceae 1 Vitex 1 Verbenaceae Jum lah Sp. 163 114 . 1 . 47 Pada tabel 11 tergambarkan bahwa keanekaragaman tumbuhan dan jumlah individu tumbuhan yang tertinggi terdapat pada komunitas ekosistem gaharu selanjutnya diikuti oleh komunitas ekosistem daerah semi-kering dan keanekaragaman tumbuhan serta jumlah individu tumbuhan terendah terdapat pada komonitas ekosistem daerah kering. Hal ini dapat dipahami karena semakin rapat tegakan pada suatu kawasan akan menghasilkan seresah yang begitu melimpah menutupi lapisan atas tanah, sehingga akan terbentuk mikroklimat yang lembab (Kimmins, 1987). Kawasan tersebut yang merupakan ekosistem gaharu yang terdapat di hutan Lombok Barat. Sebaliknya untuk daerah yang sedikit tegakannya, seresah yang dihasilkan sedikit dan areal tanahnya menjadi terbuka, sehingga membentuk ekosistem daerah semi-kering dan daerah kering. 217 7.4.3. Frekuensi Keberadaan Spesies Di Dalam Ekosistem G. versteegii Dan Ekosistem Lainnya Di Hutan Lombok Barat. Keberadaan spesies tumbuhan di dalam hutan Lombok barat khususnya pada kawasan penelitian mempunyai tiga kharakteristik, yaitu spesies yang mendiami ekosistem gaharu, ekosistem semi-kering dan ekosistem kering (Tabel 12). Tabel 12. Frekuensi keberadaan spesies di dalam ekosistem G. versteegii dan ekosistem lainnya. No Nama Lokal Nama Spesies Nama Marga Nama Famili Ekosistem Gaharu Frekuensi Daerah Sem ikering Daerah Kering 1 Kelapa C. nucifera Cocos Palmae 0,581 0,500 0,952 2 Mangga M. indica Mangifera Lauraceae 0,355 0,250 0,619 3 Jambu mete A. ocidentale Anacardium Anacardiaceae 0,161 0,250 0,429 4 Aren A. pinnata Arenga Palmae 0,387 0,250 0,286 5 Bajur P. javanicum Pterospermum Sterculiaceae 0,387 0,333 0,286 6 Dadap/ Boroq E. orientalis Erythrina Fabaceae 0,290 0,417 0,238 7 Mahoni S. macrophylla Swietnia Meliaceae 0,323 0,083 0,238 8 Mlinjo G. gnemon Gnetum Gnetaceae 0,355 0,25 0,238 9 Juwawut M. trichotoma Metadina Rubiaceae 0,065 0,083 0,190 10 Banten/ Jaranan L. grandis Lannea Sapindaceae 0 0,167 0,143 11 T. cacao L. domesticum Langsat group Theobrona Sterculiaceae 0,290 0,417 0,143 12 Coklat/ Kakao Duku Langsat group Lansium Meliaceae 0,194 0,250 0,143 13 Durian D. zibethinus Durio Bombacaceae 0,258 0,250 0,143 14 Ketai/ Bebetis D. costatum Dracontome lon Anacardiaceae 0,065 0,083 0,143 15 Klanjuh A. procera Albizia Fabaceae 0,065 0 0,143 16 Kluwih/ Kulur A. communis Artocarpus Moraceae 0 0,083 0,143 17 A. heterophyllus Artocarpus Moraceae 0,581 0,333 0,143 18 Nangka Pepaokan/ Paokan/Paok klikit Mangifera sp. Mangifera Lauraceae 0,419 0,167 0,143 19 Rambutan N. lappaceum Nephelium Sapindaceae 0,226 0,167 0,143 20 Randu C. petandra Ceiba Bombacaceae 0,097 0,167 0,143 21 Sentul S. koetjape Sandoricum Meliaceae 0,194 0,167 0,143 22 Bae A. chinensis Albizia Fabaceae 0 0 0,095 23 Dao D. dao Dracontome lon Anacardiaceae 0,194 0,083 0,095 24 Jambu air E. aquea Eugenia Myrtaceae 0,032 0 0,095 25 Jambu biji/ Klutuk P. guajava Psidium Myrtaceae 0,032 0 0,095 218 Nama Famili Ekosistem Gaharu Frekuensi Daerah Sem ikering Aleurites Euphorbiaceae 0,065 0,167 0,095 B. racemosa Baccaurea Euphorbiaceae 0,355 0,250 0,095 Kopi Arabika C. arabica Coffea Rubiaceae 0,161 0,167 0,095 29 Matoa P. pinnata Pometia Sapindaceae 0 0 0,095 30 Pinang/ bua(k) A. catechu Areca Palmae 0,29 0,083 0,095 31 Tales Pometia sp. Pometia Sapindaceae 0,032 0 0,095 32 Wani M. caesia Mangifera Lauraceae 0,032 0,167 0,095 33 Alpukat P. americana Persea Lauraceae 0,097 0 0,048 34 Asem T. indica Tamarindus Leguminosae 0,032 0 0,048 35 Badung G. divida Garcinia Guttiferae 0,129 0 0,048 36 bambu Bambusa sp. Bambusa Gramineae 0,032 0,083 0,048 37 Bebatu A. scholaris Alstonia Apocynaceae 0,065 0 0,048 38 Bila A. marmelos Agele Meliaceae 0 0 0,048 39 B. ceiba L. domesticum Cluring group Bombax Bombacaceae 0 0,083 0,048 40 Dangar/ Bombax Duku Cluring group Lansium Meliaceae 0,097 0 0,048 41 Gol/ Bidara Z. mauritiana Ziziphus Rhamnaceae 0 0 0,048 42 M. azadirachta Melia Meliaceae 0 0 0,048 43 Imba (Geguntur) JeJaruman/ Jaruman/ Soka putih P. indica forma montana Pavetta Rubiaceae 0,065 0,083 0,048 44 Jeruk keriput kecil C. reticulate Citrus Rutaceae 0,097 0 0,048 45 Jukut/ Salam S. polyanthum Syzygium Myrtaceae 0,387 0,583 0,048 46 Kalimuru hutan G. javanica Gomphandra Icacinaceae 0,032 0,083 0,048 47 D. montana Diospyros Ebenaceae 0,065 0 0,048 48 Kedome Keluncing/ kedondong hutan S. pinnata Spondias Anacardiaceae 0 0,167 0,048 49 Kenanga C. odorata Cananga Annonaceae 0,129 0,167 0,048 50 Kesambi S. oleosa Schleichera Sapindaceae 0,032 0,083 0,048 51 Ketimusan A. cobbe Allophylus Sapindaceae 0,097 0,167 0,048 52 Klokos Syzygium sp. Syzygium Myrtaceae 0,226 0,167 0,048 53 Klotok Bombax sp. Bombax Bombacaceae 0 0,083 0,048 54 L. glauca Leucauca Fabaceae 0,032 0 0,048 55 Lamtoro Nyamplung daun sempit/ Bintangur C. soulattri Calophyllum Guttiferae 0,194 0,167 0,048 56 Pace M. citrifolia Morinda Rubiaceae 0 0 0,048 57 Prapi V. rubescens Villebrunea Urticaceae 0,129 0,167 0,048 58 Purut/ Bajegao D. parasiticum Dysoxylum Meliaceae 0,032 0 0,048 59 Rengak C. cinnamomea Celtis Ulmaceae 0 0 0,048 60 Seropan T. populnea Thespesia Malvaceae 0,129 0 0,048 61 Sono Keling D. latifolia Dalbergia Leguminosae 0,032 0,083 0,048 62 Suren T. sureni Toona Meliaceae 0,065 0,083 0,048 No Nama Lokal 26 Kemiri/ Lengkong 27 Kepundung 28 Nama Spesies A. moluccana Nama Marga 219 Daerah Kering No Nama Lokal Nama Spesies Nama Marga Nama Famili Ekosistem Gaharu Frekuensi Daerah Sem ikering Daerah Kering 63 Utat Banyu Pittosporum sp. Pittosporum Pittosporaceae 0 0 0,048 64 Wuni A. bunius Antidesma Euphorbiaceae 0,065 0 0,048 65 Ancol G. excelsa Gordonia Theaceae 0,032 0 0 66 Azan D. javanica Diospyros Ebenaceae 0,032 0,083 0 67 Baleman D. rigida Diospyros Ebenaceae 0,065 0,167 0 68 Baleman Besi Diospyros sp. Diospyros Ebenaceae 0,032 0 0 69 Baleman Kuning P. rumphii Polyalthia Annonaceae 0 0,083 0 70 Baleman Putih Polyalthia sp. Polyalthia Annonaceae 0 0,083 0 71 Bangsal E. spicata Engelhardtia Juglandaceae 0 0,167 0 72 Banitan H. microcarpum Hypobathrum Rubiaceae 0,032 0 0 73 Bawan Syzygium spp. Syzygium Myrtaceae 0 0,083 0 74 Bebalang P. deversifolium Pterospermum Sterculiaceae 0,032 0,083 0 75 Bebilok G. floribunda Garuga Burseriaceae 0,032 0 0 76 Belulu A. tomentosa Aglaia Meliaceae 0,032 0 0 77 Bentaik hutan Hypobathrum spp. Hypobathrum Rubiaceae 0,032 0 0 78 Berasan E. acuminata Eurya Theaceae 0,032 0 0 79 Beringin/ Bunut F. benjamina Ficus Moraceae 0,032 0 0 80 Biloan G. opura Garcinia Guttiferae 0,065 0,083 0 81 Bone D. indica Dilenmia Dilleniaceae 0,032 0 0 82 Boodak/Getah P. nitida Planchonella Sapotaceae 0,226 0,167 0 83 Cempaka M. champaca Michelia Mangnoliaceae 0,097 0 0 84 Cempaka gondok M. candollii Magnolia Mangnoliaceae 0,032 0 0 85 Cengkeh S. aromaticum Syzygium Myrtaceae 0,032 0 0 86 Cicompang Sandoricum sp. Sandoricum Meliaceae 0 0,083 0 87 Dar daran K. glomerata Knema Merysticaceae 0,032 0 0 88 Darak Manuk Horsfieldia sp. Horsfieldia 0,065 0,167 0 89 Dedarah G. farquhariana Gymnacranthera Myristicaceae Myristicaceae 0,032 0 0 90 K. cinerea Knema 0,083 0 M. polyanthum Melastoma Merysticaceae Melastomataceae 0,032 91 Deliman Bukit Duk-duk/ Mawar hutan/ Senggani 0,032 0 0 92 Dumun Heritiera sp. Heritiera Sterculiaceae 0,065 0,083 0 93 Ela(k) (-elak) M. trichotoma Mastixia Cornaceae 0,097 0,083 0 94 Empak Gaharu Beringin group Gaharu Buaya group Gaharu Madu group Gaharu Pantai group A. polystachya G. versteegii Beringin group G. versteegii Buaya group G. versteegii Madu group G. versteegii Pantai group Aphanamixis Meliaceae 0 0,083 0 Gyrinops Themylaeaceae 0,419 0 0 Gyrinops Themylaeaceae 0,226 0 0 Gyrinops Themylaeaceae 0,323 0 0 Gyrinops Themylaeaceae 0,129 0 0 95 96 97 98 220 Ekosistem Gaharu Frekuensi Daerah Semi kering Themylaeaceae 0,032 0 0 Canleya Icacinaceae 0,097 0 0 I. fagifer Inocarpus Leguminosae 0,032 0 0 Gelam M. cayuputi Melaleuca Myrtaceae 0,032 0 0 103 Gelumpung S. macrophylla Sterculia Sterculiaceae 0,032 0 0 104 Goa(k) F. rumphii Ficus Moraceae 0,194 0,167 0 105 M. ferruginea Meliosa Sabiaceae 0,097 0,167 0 106 Gresek Jambu Dursana/ Bol E. malaccensis Eugenia Myrtaceae 0,258 0 0 107 Je Planchonia sp. Planchonia Lecythidaceae 0,097 0 0 108 Jelateng D. stimulans Dendrocnide Urticaceae 0 0,250 0 109 P. granatum Punica Punicaceae 0,065 0 0 110 Jelimanan/ jeliti Jeliti (sprti Kepundung) Baccaurea sp. Baccaurea Euphorbiaceae 0,032 0 0 111 Jepit Udang B. minor Baccaurea Euphorbiaceae 0,032 0 0 112 S.decipiens Syzygium Myrtaceae 0,032 0 0 113 Jukut bideng Jukut geringsing/ Ulam S. zeylanicum Syzygium Myrtaceae 0,065 0,167 0 114 Jukut tangkur S. fastigianum Syzygium Myrtaceae 0,032 0 0 115 Kali papa V. quinata Vitex Verbenaceae 0 0,167 0 116 Kayu manis C. zeylancum Cinnamo mum Lauraceae 0,032 0 0 117 H. robusta Helicia Proteaceae 0,032 0 0 C. littorale Canarium Burseriaceae 0,097 0 0 119 Kayu raksasa Keniran(g)/ Kemeniran/ Sengirang Kentok celeng/ bengkel N. calycina Neonauclea Rubiaceae 0,161 0 0 120 Kenyambukan S. nervosum Syzygium Myrtaceae 0,097 0 0 121 Kerbuku B. lucidula Beilschmiedia Lauraceae 0,032 0 0 122 Kereri R. elegans Radermache ra Bignoniaceae 0,032 0 0 123 Ketapisan Polyalthia sp. Polyalthia Annonaceae 0,032 0,083 0 124 H. cupanioides Harpullia Sapindaceae 0,065 0 0 125 Klerongan Klewang/ Sayap manuk P. blumeanum Pterospermum Sterculiaceae 0,065 0 0 126 Klicung D. sundaica Diospyros Abenaceae 0,032 0,083 0 127 Kumbi(an) A. fuliginosa Ardisia Myrsinaceae 0,097 0 0 128 Lembokik F. septica Ficus Moraceae 0,065 0 0 129 Lempinyu/Lempegi A. edulis Aglaia Meliaceae 0,032 0,167 0 130 Lempokan Pentaspadon sp. Pentaspadon Anacardiaceae 0,032 0 0 131 Lengis S. microcymum Syzygium Myrtaceae 0,161 0,083 0 132 S. lineatum Syzygium Myrtaceae Tiliaceae 0,032 0 0 133 Lengis batu Lengkukun/ Lekukun S. ovata Schoutenia 0,097 0 0 134 Lingsar A. odoratissima Aglaia 0 0,083 0 No Nama Lokal Nama Spesies Nama Marga Nama Famili Gaharu Soyun group G versteegii Soyun group Gyrinops 100 Garu C. corniculata 101 Gatep/ Gayam 102 99 118 Meliaceae 221 Daerah Kering No Nama Lokal Nama Spesies Nama Marga Nama Famili Ekosistem Gaharu Frekuensi Daerah Sem ikering Daerah Kering 135 Lingsir S. decipiens Syzygium Myrtaceae 0,032 0 0 136 Manggis G. mangostana Garcinia Guttiferae 0,097 0,083 0 137 Mate kulek H. roxburghii DC Hypobathrum Rubiaceae 0,032 0 0 138 Memada A. cf. nitida Actinodaphne Lauraceae 0 0,083 0 139 Memerek S. pendula Sauravia Actinidiaceae 0,032 0,083 0 140 Mita A. spectabilis Alstonia Apocynaceae 0,097 0 0 141 Mundah G. dulcis Garcinia Guttiferae 0,032 0 0 142 C. cauliflora Cynometra Leguminosae 0,032 0 0 143 Nam nam Nyamplung/ Camplung C. inophyllum Calophyllum Guttiferae 0,161 0,083 0 144 Nyantoh (eh) P. javense Palaquium Sapotaceae 0,032 0 0 145 Ombar C. cf patens Chisocheton Meliaceae 0,065 0,083 0 146 Penampih S. buettnerianum Syzygium Myrtaceae 0 0,083 0 147 Pete P. speciosa Parkia Fabaceae 0,032 0 0 148 Prine T. ovenis Timonius Rubiaceae 0,032 0 0 149 Puletan Saccopetalum sp. Saccopetalum Menispermaceae 0,032 0 0 150 Putat/ Kutat P. valida Planchonia Lecythidaceae 0,032 0 0 151 Raju mas Lombok D. molucana Duabanga Sonneratiaceae 0 0,083 0 152 Ramping kulit S. racemosa Syzygium Myrtaceae 0,032 0 0 153 Salak Z. indicus Zallaca Palmae 0,032 0 0 154 P. falcataria Paraserian thes Leguminosae 0,065 0 0 155 Sengon Sentul Jejawan/ Betis mayong C. pentandrus Chisocheton Meliaceae 0,194 0,083 0 156 Sentul (te)tanggik A.silvestris Aglaia Meliaceae 0,097 0 0 157 Sentul mulon S. sapindina Sandoricum Meliaceae 0,129 0,083 0 158 Tampel Alseodaphne sp. Alseodaphne Lauraceae 0,032 0,083 0 159 Tanjung gunung M. elingi Mimosops Sapotaceae 0,097 0 0 160 Tapen/ Temek M. pellatus Mallotus Euphorbiaceae 0,097 0 0 161 Terep A. elasticus Artocarpus Moraceae 0,032 0,167 0 162 Tetekik Hipobathrum spp. Hypobathrum Rubiaceae 0 0,083 0 163 Timunan Timonius sp. Timonius Rubiaceae 0,032 0 0 164 Tunu P. reticulate Pseuduvaria Annonaceae 0,032 0 0 165 Turun Hujan P. parasitica Premna Verbenaceae 0,032 0,083 0 166 Wudu L. glutinosa Litsea Lauraceae 0,129 0,167 0 167 Wudu daun kecil L. angulata Litsea Lauraceae 0,065 0 0 222 Karakteristik ekosistem G. versteegii dapat dilihat dari keberadaan spesiesspesies pohon yang mempunyai nilai kerapatan yang cukup tinggi (> 0,300) antara lain: G. gnemon, M. indica, B. racemosa, S. polyanthum, P. javanicum, A. pinnata, G. versteghii, A. heterophyllus dan C. nucifera. Selain spesies tersebut pada ekosistem gaharu ditandai dengan adanya spesies yang berkontribusi terhadap terbentuknya kelembaban yang cukup tinggi antaran lain: P. nitida, Syzygium sp. (klokos), F. rumphii, C. soulattri, S. koetjape, C. pentandrus, N. calycina, S. microcymum dan C. inophyllum. Pada ekosistem semi-kering ditandai adanya keberadaan spesies pohon yang mempunyai nilai kerapatan yang cukup tinggi (> 0,300) antara lain: E. orientalis, T. cacao, C. nucifera dan S. polyanthum. Selain keberadaan spesies pembentuk iklim menjadi lembab juga ditandai munculnya spesies lahan kering seperti: Bombax sp. dan S. pinnata (kedondong hutan). Ekosistem kering keberadaan spesies pohon yang mempunyai nilai kerapatan yang cukup tinggi (> 0,300) paling sedikit dan hanya berupa spesies pohon budidaya, yaitu: A. ocidentale, M. Indica dan C. nucifera. Pada ekosistem kering lebih dipertegas adanya spesies lahan kering seperti: Z. mauritiana, B. ceiba, Bombax sp. dan S. pinnata (Tabel 12). Dari ketiga ekosistem tersebut di atas, ada kemungkinan ekosistem semikering dan eksistem kering dahulunya merupakan ekosistem lembab yang boleh jadi merupakan ekosistem gaharu. Hal ini dikarenakan jika dirunut keberadaan spesies hutan alam Lombok barat yang tersisa terdapat di kedua ekosistem tersebut seperti: A. pinnata, P. javanicum, S. polyanthum, Syzygium sp., Mangifera sp., M. 223 trichotoma, D. costatum, D. dao, S. koetjape, Pometia sp., E. orientalis, G. javanica dan S. oleosa (Tabel 12). 7.5. Komposisi, Dominansi, Kerapatan, Indeks Nilai Penting Dan Struktur Ekosistem G. versteegii. 7.5.1. Komposisi Dan Rangking Spesies Dalam Komunitas Ekosistem G. versteegii Di Hutan Lombok Barat. Koposisi dan rangking spesies dalam komunitas tumbuhan ini terdiri dari komposisi spesies tumbuhan yang menyusun komunitas dan urutan jumlah individu dari setiap spesies pohon. Urutan jumlah unit ekologi pada setiap spesies pohon yang ditemukan atau urutan konstansi absolut spesies pohon yang ditemukan dan urutan konstansi relatif spesies pohon di hutan Lombok bagian barat. 224 Tabel 13. Urutan spesies dari konstansi tinggi ke rendah pada tingkat semai. Konstansi Abso Relatif lut (%) No Sp. Mangifera sp. 56 23 10 16 P. rumphii 6 1 1 1,56 1 23 9 14 Polyalthia sp. 7 1 1 1,56 S. polyanthum 30 16 9 14 8 1 1 1,56 P. javanicum G. versteegii Beringin group G. versteegii Madu group 3 18 7 11 E. spicata H. microcarpum 9 1 1 1,56 19 15 7 11 E. orientalis 11 1 1 1,56 20 7 5 7,8 Horsfieldia sp 13 1 1 1,56 C. inophyllum 54 11 4 6,3 K. cinerea 14 1 1 1,56 S. koetjape 62 5 4 6,3 Heritiera sp. 17 1 1 1,56 C. soulattri L. domesticum Langsat group 53 9 3 4,7 M. trichotoma 18 1 1 1,56 16 8 3 4,7 I. fagifer 21 1 1 1,56 C. pentandrus 63 6 3 4,7 E. malaccensis 24 1 1 1,56 S. sapindina P. indica forma montana L. domesticum Cluring group 65 5 3 4,7 P. granatum 27 1 1 1,56 26 4 3 4,7 Baccaurea sp. 28 1 1 1,56 15 4 3 4,7 S. decipiens 29 1 1 1,56 A. catechu 58 4 3 4,7 C. nucifera 33 1 1 1,56 M. indica 49 3 3 4,7 S. pinnata 34 1 1 1,56 D. javanica. 2 14 2 3,1 C. odorata 35 1 1 1,56 D. costatum 37 13 2 3,1 A. cobbe 38 1 1 1,56 A. scholaris 10 8 2 3,1 H. cupanioides 39 1 1 1,56 D. montana 32 4 2 3,1 L. glauca 42 1 1 1,56 C. petandra 61 4 2 3,1 F. septica 43 1 1 1,56 M. elingi 68 4 2 3,1 S. microcymum 44 1 1 1,56 B. racemosa 36 3 2 3,1 S. lineatum 45 1 1 1,56 D. rigida 4 2 2 3,1 H. roxburghii 50 1 1 1,56 E. aquea 22 2 2 3,1 C. arabica 41 1 1 1,56 P. guajava 23 2 2 3,1 S. ovata 46 1 1 1,56 S. macrophylla 48 2 2 3,1 A. edulis 47 1 1 1,56 A. heterophyllus 52 2 2 3,1 N. lappaceum 59 1 1 1,56 P. valida 25 5 1 1,6 Pometia sp. 67 1 1 1,56 A. cf. nitida 51 4 1 1,6 M. pellatus 69 1 1 1,56 T. populnea 66 3 1 1,6 C. cf patens 55 1 1 1,56 B. ceiba 12 2 1 1,6 P. speciosa 57 1 1 1,56 M. trichotoma 31 2 1 1,6 S. racemosa 60 1 1 1,56 Syzygium sp. 40 2 1 1,6 A. silvestris 64 1 1 1,56 A. pinnata Jml Nama spesies No Sp. Konstansi Abso Relatif lut (%) Nama spesies Jml 225 Nama spesies L. glutinosa Diospyros sp. No Sp. Konstansi Abso Relatif lut (%) Jml Nama spesies 70 2 1 1,6 A. bunius 5 1 1 1,6 total No Sp. 71 Konstansi Abso Relatif lut (%) Jml 1 1 1,56 277 Kemerataan tumbuhan pada sejumlah unit ekologi tidak ditunjukkan oleh tingginya jumlah individu melainkan tingginya konstansi. Konstansi absolut menggambarkan keberadaan satu spesies dalam sejumlah unit ekologi. Jadi konstansi absolut dan relatif dalam penelitian ini menunjukkan tingkat kemerataan spesies dalam 64 unit ekologi. Komunitas tumbuhan di hutan Lombok barat pada tingkat semai, yang mempunyai konstansi relatif tinggi antara lain, adalah: Mangifera sp. (pepaokan), A. pinnata, S. polyanthum, P. javanicum, G. versteegii Beringin group, G. versteegii Madu group, C. inophyllum dan S. koetjape. Jumlah spesies yang mempunyai konstansi relatif tinggi pada tingkat sapihan lebih banyak dari pada pada tingkat semai (Tabel 13). Tabel 14. Urutan spesies dari konstansi tinggi ke rendah pada tingkat sapihan Nama spesies No Sp. Jml T. cacao G. versteegii Madu group G. versteegii Beringin group L. domesticum Langsat group 12 21 14 21,88 Timonius sp. 25 12 9 14,06 23 14 8 19 7 S. macrophylla 57 C. soulattri Konstansi Abso Relatif lut (%) Nama spesies No Sp. Jml Konstansi Abso Relatif lut (%) 84 2 1 1,56 A. pinnata 1 1 1 1,56 12,5 D. rigida 4 1 1 1,56 6 9,38 7 1 1 1,56 7 6 9,38 A. scholaris Hypobathrum sp. 8 1 1 1,56 67 7 5 7,81 E. acuminata 9 1 1 1,56 C. inophyllum 68 7 5 7,81 D. indica 10 1 1 1,56 Mangifera sp. 71 6 5 7,81 13 1 1 1,56 C. petandra 78 6 5 7,81 E. orientalis G. farquhariana 15 1 1 1,56 M. indica 58 5 5 7,81 M. polyanthum 17 1 1 1,56 226 Nama spesies No Sp. Konstansi Abso Relatif lut (%) Jml Nama spesies No Sp. Jml Konstansi Abso Relatif lut (%) G. versteegii Buaya group 24 5 4 6,25 L. domesticum Cluring group 18 1 1 1,56 P. javanicum 3 4 4 6,25 M. trichotoma 22 1 1 1,56 G. gnemon G. versteegii Pantai group 63 4 4 6,25 C. corniculata 27 1 1 1,56 26 13 3 4,69 F. rumphii 28 1 1 1,56 2 3 3 4,69 E. aquea 29 1 1 1,56 D. zibethinus 21 3 3 4,69 30 1 1 1,56 A. ocidentale 32 3 3 4,69 E. malaccensis P. guajava 31 1 1 1,56 S. polyanthum 37 3 3 4,69 B. minor 34 1 1 1,56 C. arabica . 48 3 3 4,69 C. zeylancum 38 1 1 1,56 A. fuliginosa 49 3 3 4,69 Polyalthia sp. 43 1 1 1,56 N. lappaceum 74 3 3 4,69 A. procera 44 1 1 1,56 S. sapindina 79 3 3 4,69 H. cupanioides 45 1 1 1,56 Bambusa sp. 5 24 2 3,13 50 1 1 1,56 P. granatum 33 3 2 3,13 L. glauca Pentaspadon sp. 52 1 1 1,56 A. edulis 55 3 2 3,13 S. ovata 54 1 1 1,56 P. nitida 11 2 2 3,13 A. odoratissima 56 1 1 1,56 C. reticulate 35 2 2 3,13 G. mangostana 59 1 1 1,56 S. zeylanicum 36 2 2 3,13 H. roxburghii 60 1 1 1,56 S. nervosum 40 2 2 3,13 A. cf. nitida 61 1 1 1,56 D. costatum 42 2 2 3,13 A. spectabilis 62 1 1 1,56 D. sundaica . 46 2 2 3,13 G. dulcis 64 1 1 1,56 Syzygium sp. 47 2 2 3,13 65 1 1 1,56 S. microcymum 53 2 2 3,13 C. cauliflora A. heterophyllus 66 1 1 1,56 V. rubescens 72 2 2 3,13 C. cf patens 69 1 1 1,56 S. koetjape 77 2 2 3,13 M. citrifolia 70 1 1 1,56 T. populnea 80 2 2 3,13 T. ovenis . 73 1 1 1,56 M. pellatus 83 2 2 3,13 S. racemosa 75 1 1 1,56 L. glutinosa 86 2 2 3,13 1 1 1,56 2 1 1,56 Z. indicus Pometia sp. 76 6 81 1 1 1,56 Horsfieldia sp 14 2 1 1,56 M. elingi 82 1 1 1,56 Heritiera sp. 20 2 1 1,56 M. caesia 85 1 1 1,56 D. montana 39 2 1 1,56 A. bunius 87 1 1 1,56 F. septica 51 2 1 1,56 Total G. divida H. microcarpum 257 227 Komunitas tumbuhan di hutan Lombok barat pada tingkat sapihan, yang mempunyai konstansi relatif tinggi antara lain, adalah: T. cacao, G. versteegii Madu group, G. versteegii Beringin group, L. domesticum Langsat group, S. macrophylla, B. C. soulattri , C. inophyllum, Mangifera sp, C. petandra, racemosa, M. indica , G. versteegii Buaya group, P. javanicum dan G. gnemon. Jumlah spesies yang mempu-nyai konstansi relatif tinggi pada tingkat sapihan lebih banyak dari pada di tingkat semai dan tidak semua spesies yang mempunyai konstansi relatif tinggi dalam komunitas tumbuhan pada tingkat semai sama dengan komunitas tumbuhan pada tingkat sapihan, melainkan hanya sebagian saja yang sama (Tabel 14). Tabel 15. Urutan spesies dari konstansi tinggi ke rendah pada tingkat tiang. Nama spesies No Sp. Konstansi Abso Relatif lut (%) Jml Nama spesies G. gnemon 67 15 13 20,31 S. zeylanicum T. cacao . 16 24 12 18,75 A. catechu 75 13 10 A. ocidentale 34 11 M. indica 63 B. racemosa No Sp. Jml Konstansi Abso Relatif lut (%) 39 2 1 1,56 G. excelsa 2 1 1 1,56 15,63 G. divida 4 1 1 1,56 10 15,63 7 1 1 1,56 11 9 14,06 Bambusa sp. P. deversifolium 8 1 1 1,56 51 10 8 12,5 A. scholaris 9 1 1 1,56 A. heterophyllus 69 9 8 12,5 G. floribunda 10 1 1 1,56 D. zibethinus 24 10 7 10,94 A. marmelos 11 1 1 1,56 C. arabica 58 8 7 10,94 Sandoricum sp. 15 1 1 1,56 S. macrophylla 62 8 7 10,94 19 1 1 1,56 Mangifera sp. 74 8 7 10,94 K. glomerata L. domesticum Cluring group 21 1 1 1,56 N. lappaceum G. versteegii Beringin group 80 7 7 10,94 C. corniculata F. rumphii 29 1 1 1,56 25 7 6 9,38 30 1 1 1,56 S. polyanthum 41 7 6 9,38 31 1 1 1,56 P. javanicum 5 6 6 9,38 35 1 1 1,56 Z. mauritiana P. indica Forma montana 228 Nama spesies G. versteegii Madu group No Sp. Konstansi Abso Relatif lut (%) Jml 27 9 5 7,81 V. rubescens L. domesticum. Langsat group S. koetjape E. orientalis Horsfieldia sp E. malaccensis G. versteegii Pantai group A. pinnata 76 7 5 7,81 22 83 17 20 33 6 6 5 4 4 5 5 5 4 4 7,81 7,81 7,81 6,25 6,25 28 3 5 4 3 3 4,69 4,69 C. inophyllum C. pentandrus D. rigida P. nitida G. versteegii Buaya group D. costatum A. cobbe 71 84 6 13 4 4 3 3 3 3 3 3 4,69 4,69 4,69 4,69 26 54 55 3 3 3 3 3 2 4,69 4,69 3,13 T. populnea 87 3 2 3,13 P. americana G. opura 1 12 2 2 2 2 3,13 3,13 M. champaca D. dao Heritiera sp. M. ferruginea D. stimulans . C. reticulate 14 18 23 32 36 38 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3,13 3,13 3,13 3,13 3,13 3,13 M. trichotoma D. montana 44 45 2 2 2 2 3,13 3,13 A. moluccana C. odorata 47 48 2 2 2 2 3,13 3,13 C. littorale Syzygium sp. A. edulis. G. mangostana D. parasiticum 49 57 59 64 78 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3,13 3,13 3,13 3,13 3,13 Nama spesies No Sp. Jml Abso lut Abso Relatif lut (%) P. granatum S. fastigianum 37 1 1 1,56 40 1 1 1,56 V. quinata G. javanica C. nucifera N. calycina B. lucidula S. oleosa 42 43 46 50 52 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1,56 1,56 1,56 1,56 1,56 53 56 1 1 1 1 1,56 1,56 60 61 65 66 1 1 1 1 1 1 1 1 1,56 1,56 1,56 1,56 68 70 72 1 1 1 1 1 1 1,56 1,56 1,56 73 1 1 1,56 77 79 1 1 1 1 1,56 1,56 81 82 85 86 88 89 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1,56 1,56 1,56 1,56 1,56 1,56 90 91 1 1 1 1 1,56 1,56 92 93 1 1 1 1 1,56 1,56 94 95 96 1 1 1 312 1 1 1 1,56 1,56 1,56 P. blumeanum S. microcymum S. decipiens S. pendula A. spectabilis G. dulcis C. soulattri C. cf patens S. buettnerianum Saccopetalum sp. D. molucana C. cinnamomea P. falcataria A. silvestris S. sapindina . D. latifolia Pometia sp. Alseodaphne sp. M. elingi Hipobathrum sp P. reticulate Pittosporum sp. L. glutinosa L. angulata TOTAL 229 Komunitas tumbuhan di hutan Lombok barat pada tingkat tiang, yang mempunyai konstansi relatif tinggi antara lain, adalah: G. gnemon, T. cacao, A. catechu, A. ocidentale, M. indica, B. racemosa, A. heterophyllus, D. zibethinus, C. arabica, S. macrophylla, Mangifera sp., N. lappaceum , G. versteegii Beringin group, S. polyanthum, P. javanicum, G. versteegii Madu group, V. rubescens, L. domesticum Langsat group, S. koetjape, E. orientalis, Horsfieldia sp. dan E. malaccensis. Spesies tumbuhan yang mempunyai konstansi relatif tinggi pada tingkat tiang jauh lebih banyak dibandingkan pada tingkat sapihan dan tingkat semai (Tabel 15). Tabel 16. Urutan spesies dari konstansi tinggi ke rendah pada tingkat pohon. Nama spesies Konstansi No Sp. Jml No Sp. Jml C. nucifera 56 144 44 68,8 A. chinensis 7 M. indica 80 38 23 35,9 D. rigida A. heterophyllus 87 24 21 32,8 3 41 18 28,1 E. orientalis 23 30 16 G. gnemon 85 20 A. ocidentale 46 27 D. zibethinus 30 P. javanicum Relatif (%) Konstansi Abso lut Relatif (%) 2 2 3,13 9 2 2 3,13 G. opura 17 2 2 3,13 B. ceiba 24 2 2 3,13 25 D. stimulans 48 2 2 3,13 15 23,4 S. nervosum 62 2 2 3,13 14 21,9 S. oleosa 66 2 2 3,13 14 11 17,2 D. costatum 67 2 2 3,13 8 12 11 17,2 Polyalthia sp. 68 2 2 3,13 S. polyanthum 51 16 10 15,6 A. edulis 76 2 2 3,13 S. macrophylla 79 23 8 12,5 P. pinnata 82 2 2 3,13 B. racemosa 63 17 8 12,5 A. spectabilis 84 2 2 3,13 D. dao 25 8 8 12,5 N. lappaceum 96 2 2 3,13 C. petandra 97 11 7 10,9 A. silvestris 101 2 2 3,13 Syzygium sp. 72 8 7 10,9 T. populnea 103 2 2 3,13 F. rumphii L. domesticum Langsat group G. versteegii Madu group 41 7 6 9,38 104 2 2 3,13 28 6 6 9,38 D. latifolia Alseodaphne sp. 106 2 2 3,13 35 8 5 7,81 P. parasitica 109 2 2 3,13 A. pinnata Abso lut Nama spesies 230 Konstansi Nama spesies No Sp. Jml A. moluccana 58 8 5 7,81 E. spicata S. koetjape 99 7 5 7,81 D. javanica T. cacao 22 6 5 7,81 M. trichotoma 54 6 5 7,81 L. grandis 11 5 5 C. odorata 59 5 N. calycina 61 Relatif (%) No Sp. Jml 10 Konstansi Abso lut Relatif (%) 6 1 1,56 5 3 1 1,56 F. benjamina 16 2 1 1,56 P. granatum 49 2 1 1,56 7,81 H. robusta 55 2 1 1,56 5 7,81 P. reticulate 108 2 1 1,56 5 5 7,81 2 1 1 1,56 110 5 5 7,81 G. excelsa G. divida 6 1 1 1,56 S. microcymum G. versteegii Buaya group 77 7 4 6,25 12 1 1 1,56 34 6 4 6,25 Syzygium spp. P. deversifolium 13 1 1 1,56 L. glutinosa G. versteegii Beringin group 111 6 4 6,25 A. scholaris 14 1 1 1,56 33 5 4 6,25 A. tomentosa 15 1 1 1,56 A. communis 74 5 4 6,25 M. champaca 19 1 1 1,56 P. nitida 18 4 4 6,25 M. candollii 20 1 1 1,56 A. procera 70 4 4 6,25 S. aromaticum 21 1 1 1,56 C. inophyllum 88 4 4 6,25 Horsfieldia sp 26 1 1 1,56 V. rubescens 93 4 4 6,25 32 1 1 1,56 S. sapindina 102 4 4 6,25 A. polystachya G. versteegii Soyun group 37 1 1 1,56 T. sureni M. caesia Abso lut Nama spesies 105 4 4 6,25 C. corniculata 38 1 1 1,56 G. javanica 53 9 3 4,69 M. cayuputi 39 1 1 1,56 S. zeylanicum 50 4 3 4,69 S. macrophylla 40 1 1 1,56 C. pentandrus 100 4 3 4,69 43 1 1 1,56 A. elasticus 107 4 3 4,69 M. azadirachta E. aquea 44 1 1 1,56 M. trichotoma 31 3 3 4,69 V. quinata 52 1 1 1,56 M. ferruginea 42 3 3 4,69 C. littorale 60 1 1 1,56 E. malaccensis 45 3 3 4,69 B. lucidula 64 1 1 1,56 P. valida 47 3 3 4,69 R. elegans 65 1 1 1,56 S. pinnata A. cobbe 57 3 3 4,69 P. blumeanum 71 1 1 1,56 69 3 3 4,69 L. glauca 75 1 1 1,56 Mangifera sp. 91 3 3 4,69 S. pendula 83 1 1 1,56 Heritiera sp. P. falcataria 29 6 2 3,13 G. dulcis 86 1 1 1,56 98 6 2 3,13 P. javense 89 1 1 1,56 27 3 2 3,13 C. cf patens 90 1 1 1,56 36 3 2 3,13 A. catechu 92 1 1 1,56 78 3 2 3,13 P. valida 95 1 1 1,56 L. domesticum Cluring group G.versteegii Pantai group S. ovata 231 Nama spesies Konstansi No Sp. Jml Bombax sp. 73 3 2 3,13 Saccopetalum sp. G. mangostana 81 3 2 3,13 P. americana 1 2 2 3,13 T. indica 4 2 2 3,13 Abso lut Relatif (%) Nama spesies No Sp. Jml 94 L. angulata 112 A. bunius 113 Konstansi Abso lut Relatif (%) 1 1 1,56 1 1 1,56 1 1 1,56 712 Komunitas tumbuhan di hutan Lombok barat pada tingkat tiang, yang mempunyai konstansi relatif tinggi antara lain, adalah: C. nucifera, M. indica, A. heterophyllus, A. pinnata, E. orientalis, G. gnemon, A. ocidentale, D. zibethinus, P. javanicum, S. polyanthum, S. macrophylla, B. racemosa, D. dao, C. petandra, Syzygium sp., F. rumphii, L. domesticum Langsat group, G. versteegii Madu group, A. moluccana, S. koetjape, T. cacao, M. trichotoma, A. catechu, L. grandis, C. odorata, N. calycina, M. caesia, S. microcymum, G. versteegii Buaya group, L. glutinosa L. glutinosa, G. versteegii Beringin group, A. commu-nis, P. nitida, A. procera, C. inophyllum, V. rubescens, S. sapindina dan T. sureni. Spesies tumbuhan yang mempunyai kostansi relatif tinggi pada tingkat pohon jauh lebih banyak dibandingkan pada tingkat tiang, tingkat sapihan dan tingkat semai (Tabel 16). Jadi semakin tinggi tingkat pertumbuhannya semakin banyak spesies tumbuhan yang mempunyai kostansi relatif tinggi. Namun demikian dari kesemua tingkatan pertumbuhan ada persamaan spesies yang mempunyai kostansi relatif tinggi yaitu: G. versteegii Madu group, P. javanicum dan G. versteegii Beringin group. Spesies tumbuhan yang mempunyai konstansi relatif tinggi hanya pada tingkat semai, tingkat sapihan dan tingkat tiang, tetapi pada tingkat pohon 232 konstansinya relatif rendah yaitu spesies Mangifera sp. dan C. inophyllum. Kedua spesies ini dijumpai pada hutan-hutan alam di Lombok barat namun jarang dijumpai pada tingkat pohon di areal kebun atau agroforestry. Spesies tumbuhan yang mempunyai konstansi relatif tinggi hanya pada tingkat semai, tingkat tiang dan tingkat pohon tetapi pada tingkat semai yaitu konstansinya relatif rendah yaitu: S. koetjape dan S. polyanthum. Spesies tumbuhan yang mempunyai konstansi relatif tinggi hanya pada tingkat semai, tingkat tiang dan tingkat pohon tetapi pada tingkat semai konstansinya relatif rendah yaitu: spesies tumbuhan yang mempunyai konstansi relatif tinggi hanya pada tingkat tiang dan tingkat pohon, tetapi pada tingkat semai konstansinya relatif rendah yaitu: L. domesticum Langsat group, B. racemosa, M. indica, S. macrophylla, G. gnemon dan T. cacao. Spesies tersebut merupakan tanaman budidaya yang terdapat di kebun-kebun dan areal agroforstry. 7.5.2. Dominansi Pohon G. versteegii. Dominansi tumbuhan pada tingkat semai, di hutan Lombok bagian barat (Gambar 86) pada urutan 10 (sepuluh) tertinggi, adalah: Mangifera sp. (23), A. pinnata (23), G. versteegii (22) (yang terdiri dari 2 group yaitu: G. versteegii Beringin group (15) dan G. versteegii Madu group (7)), P. javanicum (18), S. polyanthum (16), D. javanica (14) dan D. costatum (13) (Lampiran 27). Pada tingkat sapihan sepuluh (10) besar dominansi tumbuhan penyusun hutan di Lombok bagian barat. Spesies tersebut adalah: G. versteegii (44) (yang terdiri dari 4 group yakni: Beringin group (14), Pantai group (13), Madu group (12) dan 233 Buaya group (5)), Bambusa sp. (24), T. cacao (21), S. macrophylla (7), L. domesticum Langsat group (7), C. soulattri (7), C. inophyllum (7); Mangifera sp. (6), C. pentandrus (6) dan B. racemosa (5) (Lampiran 28). Pada tingkat tiang, sepuluh (10) besar dominansi tumbuhan penyusun hutan di Lombok bagian barat adalah: T. cacao (24), G. versteegii (24) yang terdiri dari 4 group yakni: Madu group (9), Beringin group (7), Pantai group (5) dan Buaya group (3); G. gnemon (15); A. catechu (13); M. indica (11); A. ocidentale (11); B. racemosa (10); D. zibethinus (10); A. heterophyllus (9) dan Mangifera sp. (8) (Lampiran 29). Pada tingkat pohon sepuluh (10) besar dominansi tumbuhan dan pohon gaharu penyusun hutan di Lombok Barat adalah: C. nucifera (144); A. pinnata (41); M. indica (38); E orientalis (30); A. ocidentale (27); A. heterophyllus (24); G. versteegii (23) (yang terdiri dari 4 group yakni: Madu group (8), Buaya group (6), Beringin group (5), Pantai group (3) dan Soyun group (1)); S. macrophylla (23); G. gnemon (20) dan B. racemosa (17) (Lampiran 32). Dominansi gaharu secara keseluruhan dapat dilihat pada Gambar 59 dan Lampiran 29, menunjukkan bahwa dominansi yang tertinggi terdapat pada G. versteegii Madu group (97), diikuti oleh G. versteegii Buaya group (89), G. versteegii Beringin group (80), G. versteegii Pantai group (60) dan yang paling rendah G. versteegii Soyun group (12) (Lampiran 30). 234 Gambar 86. Histogram dominansi G. versteegii di hutan Lombok barat. 7.5.3. Kerapatan Pohon G. versteegii Sepuluh (10) besar kerapatan tumbuhan penyusun hutan di Lombok bagian barat (Gambar 65), adalah: Mangifera sp. (5,750), A. pinnata (5,750), G. versteegii 235 (5,500) (yang terdiri dari 2 group, yaitu: Beringin group (3,750) dan Madu group (1,750)), P. javanicum (4,500), S. polyanthum (4,000), D. javanica (3,500) dan D. costatum (3,250) (Lampiran 27). Pada tingkat sapihan sepuluh (10) besar kerapatan tumbuhan dan pohon gaharu penyusun hutan di Lombok bagian barat adalah: G. versteegii (1,76) yang (terdiri dari 4 group yakni: Beringin group (0,56), Pantai group (0,52), Madu group (0,48) dan Buaya group (0,2); Bambusa sp. (0,96), T. cacao (0,84): untuk L. domesticum Langsat group, S. macrophylla, C. soulattri, C. inophyllum masingmasing kerapatannya (0,28); Mangifera sp. dan C. pentandrus (0,24) dan B. racemosa (0,20) (Lampiran 28). Pada tingkat tiang sepuluh (10) besar kerapatan tumbuhan dan pohon gaharu penyusun hutan di Lombok bagian barat adalah: T. cacao (0,24), G. versteegii (0,24) (yang terdiri dari 4 group yakni: Madu group (0.09), Beringin group (0,07), Pantai group (0,05) dan Buaya group (0,03)); G. gnemon (0,15); A. catechu (0,13); M. indica dan A. ocidentale (0,11); B. racemosa dan D. zibethinus (0,10); A. heterophyllus (0,09) dan Mangifera sp. (0,08) (Lampiran 29). Pada tingkat pohon sepuluh (10) besar kerapatan tumbuhan pada ekosistem pohon gaharu penyusun hutan di Lombok barat adalah: C. nucifera (0,360); A. pinnata (0,103); M. indica (0,095); E. orientalis (0,075); A. ocidentale (0,068); A. heterophyllus (0,060); G. versteegii (0,059) (yang terdiri dari 4 group yakni: Madu group (0.02), Buaya group (0,015), Beringin group (0,013), Pantai group (0,008) dan Soyun group (0,003)); S. macrophylla (0,58); G. gnemon (0,050) dan B. racemosa (0,043) (Lampiran 30). 236 Gambar 87. Histogram kerapatan G. versteegii di hutan Lombok barat. 237 7.5.4. Indeks Nilai Penting, Indeks Keanekaragaman Spesies Dan Konstansi Pohon Gaharu Di Hutan Lombok Barat. Pohon gaharu (ketimunan) pada areal penelitian, termasuk vegetasi yang mempunyai indeks nilai penting (INP), indeks keanekaragaman jenis (H) dan Konstansi (K) yang rendah hingga cukup tinggi, tergantung dari spesies/ keragaman populasi dan tingkat pertumbuhannya (Gambar 88-87; Lampiran 2730). Pohon gaharu (G. versteegii) pada tingkat pohon, di Lombok bagian barat yang ditemukan ada lima keragaman populasi, yaitu Madu group, Buaya group, Beringin group, Pantai group dan Soyun group. Pada tingkat pohon, INP pohon gaharu rendah - sangat rendah, yang menduduki urutan INP: 19, 25, 28, 53 dan 82 dari jumlah 113 jenis dan group pohon yang ditemukan. Dimulai dari gaharu Madu group dengan INP = 3,142, H = 0,010 dan K = 7,81%, disusul oleh Buaya group (INP = 2,580, H = 0,009 dan K= 6,25), dan Beringin group (INP = 2,523, H = 0,008 dan K= 6,25), Pantai group (INP = 1,290, H = 0,004 dan K= 3,13), sedangkan Soyun group mempunyai INP terendah yaitu, INP = 0,505 dan Indeks keragaman jenis 0,002. Pada tingkat tiang, populasi G. versteegii yang ditemukan hanya ada empat (4) group, yaitu Madu group yang cukup dominan dengan ditunjukkan nilai INP=7,279 no urut 9, H = 0,024 dan K= 7,81, disusul Beringin group nilai INP = 6,751, no urut 16, H = 0,023 dan K= 9,38, Pantai group (INP = 4,337, no urut 20, H = 0,014 dan dan K= 4,69), terakhir Buaya group mempunyai INP yang relative rendah yaitu, 3,433, no urut 30, K= 4,69 dan indeks keragaman jenis 0,011. 238 Gambar 88. Histogram Indeks Nilai Penting G. versteegii di hutan Lombok barat pada berbagai tingkat pertumbuhan. Jumlah populasi G. versteegii pada tingkat pertumbuhan sapihan yang ditemukan sama dengan pada tingkat tiang yaitu empat (4) group, yaitu Beringin group, Pantai group, Madu group dan Buaya group. Beringin group pada tingkat sapihan mempunyai INP yang cukup penting yang ditunjukkan dengan INP = 15,062%, no urut 2, H 0,050 dan K= 12,5, disusul oleh 239 Madu group (INP = 11,679%, no urut 3, H = 0,047 dan K= 14,06 ), dan Pantai group (INP = 11,679%, no urut 5, H = 0,039, dan K= 4,69) sedangkan Buaya group mempunyai INP yang relatif rendah yaitu, 5,974%, K= 6,25 dan indeks keragaman jenis 0,02. Tingkat semai, pohon gaharu di hutan Lombok bagian barat yang ditemukan hanya dua group, yaitu Beringin group dan Madu group. Beringin group mempunyai INP yang cukup tinggi yaitu INP = 15,625%, indeks keragaman jenis 0,052 dan nilai konstansi 11%, sedangkan Madu group mempunyai INP yang relatif rendah yaitu, INP = 8,479%, K= 7,8 dan indeks keragaman jenis 0,028. Pada tingkat tiang, untuk G. versteegii Madu group menunjukkan INP =7,279% lebih tinggi dari G. versteegii Beringin group INP = 6,751%, dan juga pada G. versteegii Beringin group pada tingkat sapihan mempunyai INP = 15,062% lebih tinggi dari INP G. versteegii Madu group yaitu 11,679%. Namun konstansi G. versteegii Madu group 7,81% lebih rendah dari konstansi G. versteegii Beringin group 9,38% pada tingkat tiang dan konstansi G. versteegii Beringin group 12,5 % lebih rendah dari konstansi G. versteegii Madu group 14,06% pada tingkat sapihan. (Gambar 88-87; Lampiran 27-30). 240 Gambar 89. Histogram Indeks Keanekaragaman spesies tumbuhan penyusun unit ekologi ekosistem gaharu di hutan Lombok barat pada berbagai tingkat pertumbuhan. 241 7.5.5. Struktur Vegetasi Unit Ekologi Gaharu Di Lombok Bagian Barat Dari hasil pengambilan sampel pada 64 unit ekologi di hutan Lombok bagian barat, didapatkan 1558 individu tumbuhan, tersusun atas: 712 individu tumbuhan dari 108 spesies pada tingkat pohon; 312 individu tumbuhan dari 92 spesies pada tingkat tiang, tingkat 257 individu tumbuhan dari 83 spesies pada tingkat sapihan dan pada tingkat semai ada 277 individu tumbuhan dari 69 spesies (Tabel 10 dan Gambar 66). Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat pertumbuhan semakin banyak jumlah individu dan jumlah spesiesnya, kecuali jumlah individu pada tingkat semai lebih banyak dari tingkat sapihan. Fenomena ini ada kaitannya dengan waktu pengambilan data yakni pada musim penghujan. Pada musim penghujan biji-biji banyak yang berkecambah dan tumbuh sebagai semai. Pengambilan sampel dimulai pada bulan Mei tahun 2009. Pada bulan tersebut spesies tumbuhan komunitas pohon gaharu kebetulan pada musim bersemi sehingga jumlahnya melimpah. Spesies tumbuhan pada tingkat sapihan jumlahnya lebih sedikit disebabkan tidak semua semai yang tumbuh dapat mencapai pertumbuhan tingkat sapihan. Pada perkembangannya semai-semai tersebut mengalami beberapa hambatan, seperti terjadinya kompetisi diantara semai, serangan predator dan terjadi pencabutan yang dilakukan oleh manusia. Pencabutan semai itu terjadi terutama pada spesies-spesies yang digunakan untuk kegiatan penghijauan, dikumpulkan untuk dijual dll., seperti pada pohon gaharu, aren, klicung, dao, kecapi dll. 242 800 700 600 500 Jumlah Individu 400 Jumlah spesies 300 200 100 0 Pohon Tiang Sapihan Semai Gambar 90. Hitogram struktur vegetasi ekologi G. versteegii di hutan Lombok barat pada berbagai tingkat pertumbuhan. 7.6. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Produksi Gaharu Berdasarkan hasil penelitian (Table. 17) produksi aromatik resin ada kaitannya dengan produksi jumlah pati total, yang ditunjukkan pada G. versteegii Beringin group dan Madu group, yaitu persentasi jumlah pati totalnya lebih tinggi dari Buaya group dan Pantai group. Persentasi aromatik resin yang dihasilkan juga lebih tinggi dari kedua group tersebut. 243 Biosintesis damar wangi gaharu tidak dilakukan di dalam sel atau jaringan khusus yang mengalami spesialisari penghasil metabolit sekunder, seperti di kelenjar trikomata pada permukaan daun thyme, kelenjar epidermis pada mahkota bunga pada umumnya, atau jaringan khusus (glandula sekretory) pada pohon pinus. Di alam pembentukan gubal gaharu dimulai dari dalam sel floem dalam kemudian menjalar ke bagian sel jari-jari empulur, kemudian mengisi bagian trachea (xylem), selanjutnya mengisi bagian sel-sel lainnya. Sel-sel tersebut mengandung banyak butiran plastid yang merupakan tempat penyimpan pati. Ciri ultrastruktural utama sel-sel epithelium yang bersekresi damar wangi adalah adanya banyak plastida (Mulyaningsih & Sumarjan, 2002, Mulyaningsih et al., 2005a; Itoh et al., 2002 dan 2003; Buchanan et al., 2000; Fan, 1982). Tabel 17. Hasil uji lanjut Duncan produksi metabolit primer kayu gaharu dan metabolit sekunder gubal gaharu pada empat group pohon gaharu. G. versteegii Beringin G. versteegii G. versteegii G. versteegii Presentasi (%) group Buaya group Madu group Pantai group Lignin, 13,81a 13,63a 13,48a 13,86a = 0,25 Selulosa, 65,08a 64,65a 64,74a 64,60a =0,05 Hemiselulosa, 19,12a 18,74a 23,56b 20,02ab = 0,05 Gula total 0,57b 0,35ab 0,32a 0,54ab = 0,35 Pati total 14,79bc 9,41a 17,51c 12,16ab = 0,05 Damar wangi 9,1458b 4,8101ab 5,8491ab 4,0230a = 0,25 Keterangan: a, b dan c = bagian dari uji lanjut Duncan; a, b, c = berbeda nyata; ab dan bc = tidak berbeda nyata. 244 Jika diperhatikan Gambar 91, gubal gaharu dengan warna gradasi kehitaman. Warna gradasi hitam pada gubal gaharu ini ada kaitannya dengan anatomi jaringan kayu G. versteegii. Gubal gaharu yang dihasilkan pada G. versteegii Beringin group akan lebih hitam dari gubal gaharu dari varietas lainnya. Hal ini ternyata disamping presentasi kandungan damar wangi yang tinggi juga ada kaitannya dengan karakter anatomi jaringan kayunya, yakni: luas lingkaran trakheida, luas jaringan floem dalam, tebal kambium, tebal lapisan subkutikula, tebal lapisan kulit dan jumlah trakea/ 8500 µm yang lebih luas, tebal dan lebih banyak jumlahnya dan berbeda nyata dengan varietas lainnya (Tabel 18 dan Gambar 91 serta 92). Ini dapat dipahami bahwa lapisan subkutikula, lapisan kulit, floem dalam dan lapisan kambium adalah tempat lalu lintas perjalanan asupan nutrisi bagi jaringan kayu sedangkan trakheida dan trachea adalah tempat deposit dammar wangi, sehingga jika damar wangi memenuhi sel trakheida dan thachea tentunya gubal gaharu yang dihasilkan akan berwarna lebih hitam (Mulyaningsih et al., 2003; Mulyaningsih & Sumarjan, 2002). Gambar 91 menunjukkan G. versteegii Beringin group mempunyai gubal yang berwarna paling hitam merata dan paling tinggi kandungan damar wanginya bila dibandingkan gubal gaharu yang dihasilkan grup pohon gaharu lainnya. Hal ini menunjukkan gubal gaharu yang dihasilkan oleh Beringin group mempunyai kualitas terbaik diantara ke lima grup ketimunan. Selanjutnya gubal gaharu yang dihasilkan oleh Madu group, berwarna coklat-cinamomum merata, mengandung damar wangi tertinggi ke dua setelah gubal gaharu Beringin group dan ukuran beberapa macam sel penyusun jaringan kayunya hampir menyamai ukuran sel pada 245 Beringin group. Hal ini menandakan bahwa gubal gaharu yang dihasilkannya mempunyai kualitas ke dua setelah gubal gaharu yang dihasilkan oleh Beringin group. Sebaliknya jika dilihat kuantitas (jumlah) gubal gaharu yang dihasilkan, Soyun group adalah pohon gaharu yang dapat menghasilkan gubal gaharu yang membentuk kerangka pohon gaharu tersebut, artinya hampir seluruh organ yang berkayu dapat terbentuk gubal gaharu, sehingga membentuk kerangka pohon (lihat Gambar 91). Keunggulan dari Buaya group, dengan warna gubal coklat kehitaman dan yang menjadi cirinya adalah selalu ada warna coklat kekuningan dipinggiran gubal yang terbentuk. Menurut pengusaha minyak gaharu gubal yang berasal dari Buaya group mempunyai keunggulan kandungan minyak dalam gubal tersebut lebih banyak dibandingkan dengan gubal yang dihasilkan dari grup ketimunan yang lain. Setiap grup ketimunan mempunyai keunggulan masing-masing. Untuk keperluan domestikasi pohon ketimunan, sekarang dapat memilih bibit pohon gaharu dengan kriteria kualitas, kuantitas gubal ataupun kandungan minyaknya sebagai pilihannya, tergantung dari permintaan konsumen. 246 Tabel 18. Hasil analisis Anova anatomi jaringan kayu pada empat group pohon gaharu. G. versteegii G. versteeBeringin G. versteegii G. versteegii gii Pantai Ukuran (µm ) group Buaya group Madu group group Luas rays, 312,10ab 245,83a 516,90ab = 0,15 834,38b Luas trakea, 16484,17a 15254,20a 19950,00a 15719,37a = 0,05 Luas lingkaran trakeida, 3104,20a 7468,77ab 6075,00a = 0,25 12254,67b Tebal kambium, 358,33a 400,00ab 272,27a = 0,05 611,13b Luas floem dalam , = 0,35 2380692,13b 1601333,33ab 1450666,67ab 922425,93a Tebal jaringan subkutikula, 308,67a 375,00ab 383,33ab 417,33b = 0,25 Tebal jaringan 425,00a 666,67a 618,93a kutikula, = 0,05 1230,30b Tebal jaringan kulit, 4983,33a 5366,67ab 5589,53ab = 0,15 6890,60b Jumlah trakea (bh), 60,33a 64,00ab 78,02ab = 0,25 83,67b Jumlah floem 94,53a 93,23a 138,53b dalam (bh), = 0,05 75,33a Keterangan: a, b = bagian dari uji lanjut Duncan; a, b = berbeda nyata; ab = tidak berbeda nyata. 247 G. versteegii Pantai group G. versteegii Madu group G. versteegii Buaya group G. versteegii Beringin group G. versteegii Soyun group G. versteegii Soyun group Gambar 91. Gubal gaharu umur 3 bulan setelah inokulasi. 248 c d b a h g e Gambar 92. Penampang melintang jaringan kayu G. versteegii Beringin group. Ket.: a. kutikula, b. subkutikula, c. kulit batang, d. lapisan sel cambium, e. floem dalam, f. jari-jari empulur, g. trachea, h. tracheida. Hasil observasi selama penelitian, hewan yang berasosiasi dengan gubal gaharu yang masih berumur 3 bulan tidak ditemukan. 249 VIII. KESIMPULAN DAN SARAN 8.1. Kesimpulan Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa: 1. Daerah penelitian pada semua tingkatan pertumbuhan, menunjukkan adanya tiga grup unit ekologi yaitu: (a) unit ekologi gaharu. (b) unit ekologi daerah semi-kering (c) unit ekologi daerah kering. 2. Spesies tumbuhan yang berpengaruh dan sebagai penanda dalam unit ekologi gaharu, antara lain: Pterospermum javanicum, Arenga pinnata, Syzygium polyanthum, Erythrina orientalis, Mangifera sp., Eugenia malaccensis , Ficus rumphii. dan Areca catechu. 3. Faktor-faktor abiotik yang paling berpengaruh dalam ekosistem G. versteegii yang dapat dijadikan penanda pembeda unit ekologi dalam ekosistem gaharu dengan ekosistem lainnya adalah intensitas cahaya. Intensitas cahaya pada unit ekologi ekosistem G. versteegii rata-rata 2147,6 lux dan pada unit ekologi ekosistem daerah semi-kering, rata-rata 2348,9 lux serta rata-rata 4360,7 lux untuk unit ekologi ekosistem daerah kering. 4. Komposisi tumbuhan penyusun ekosistem pohon gaharu adalah: 163 jenis tumbuhan, 114 marga dan 47 famili. Spesies yang mempunyai kemelimpahan tertinggi hingga urutan ke 10 pada ekosistem pohon gaharu adalah: Cocos nucifera, Arenga pinnata, Mangifera indica, Theobrona cacao, Pterospermum 250 javanicum, Artocarpus heterophyllus, Gyrinops versteegii Beringin group, Mangifera sp., Anacardium ocidentale dan Erythrina orientalis. Struktur vegetasi pada ekosistem Gyrinops versteegii di hutan Lombok barat, menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat pertumbuhan tumbuhan semakin banyak jumlah spesiesnya dan jumlah individunya kecuali pada tingkat semai jumlah individunya lebih banyak dari jumlah individu pada tingkat sapihan. 5. Komunitas ekologi pohon gaharu G. versteegii dapat tergambarkan pada keragaman spesies tumbuhan yang berasosiasi dengannya. Setiap grup G. versteegii mempunyai assosiasi spesies tumbuhan yang spesifik. 6. Kualitas produksi gubal gaharu dipengaruhi oleh faktor internal pohon, seperti produksi pati dan ukuran sel-sel penyusun jaringan kayu. 8.2. Saran Dari hasil penelitian masih terdapat permasalahan - permasalahan yang perlu ditindak lanjuti untuk diadakan penelitian, antara lain: 1. Habitat G. versteegii yang sesuai dan spesies pohon yang berasosiasi, yang tepat digunakan sebagai pohon naungan sekaligus pohon pelindung bagi pohon gaharu maka kedua hal tersebut dapat digunakan sebagai pedoman dalam melakukan domestikasi pohon G. versteegii. 2. Lima keragaman populasi infraspesies G. versteegii yang telah ditemukan dapat dikembangkan sebagai pedoman dalam pemilihan bibit pohon gaharu 251 yang mempunyai kualitas gubal gaharu yang bagus ataupun kuantitas gubal gaharu yang tinggi sesuai dengan permintaan konsumen. 3. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan dalam upaya pengelolaan, pengembangan dan konservasi gaharu di masa yang akan datang bukan hanya untuk di Lombok Barat dan sekitarnya tetapi juga untuk wilayah Indonesia lainnya dan bahkan dunia. 4. Keberadaan G. versteegii di hutan sudah sangat langka bahkan pada beberapa tempat sudah hilang dari habitatnya, ini dapat sebagai bahan pertimbangan jumlah kuota ekspor gaharu yang berasal dari hutan alam. 5. Diperlukan adanya perlindungan keberadaan pohon gaharu di hutan alam. 6. Untuk mengurangi hilangnya populasi gaharu di hutan alam, pemerintah perlu memfasilitasi para pengumpul gaharu, salah satu caranya adalah berbudidaya gaharu dengan cara penyulaman/ pengayaan dengan penanaman pohon gaharu dan spesies yang berasosiasi dengannya di hutan alam, penginokulasian pohon gaharu, dan pemanenan gaharu secara teratur tanpa harus mengganggu keberadaan pohon gaharu alami. 7. Klasifikasi ekologis pohon gaharu jenis G. versteegii sudah dapat diklasifikasikan pada tingkat varietas dengan komponen ekosistem yang menjadi ciri pembeda dalam upaya klasifikasi atau pengelompokan setiap unit ekologi atau kelompok unit ekologis sehingga sudah dapat dijadikan salah satu model untuk menetapkan pola rencana pengembangan pohon gaharu selanjutnya. 252 8. Dengan dibuatnya peta tempat tumbuh gaharu yang menjadi habitat aslinya, maka peta ini dapat digunakan untuk merencanakan model pengelolaan gaharu dengan tepat dan sangkil di Lombok Barat pada khususnya dan di Indonesia pada umunya. 253