DINAMIKA POPULASI LALAT SUMBA (Hippobosca equina) DI KAWASAN USAHA PETERNAKAN SAPI PERAH CIBUNGBULANG KABUPATEN BOGOR FREDI PRAJA HIMAWAN FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Dinamika Populasi Lalat Sumba (Hippobosca equina) Di Kawasan Usaha Peternakan Sapi Perah Cibungbulang, Kabupaten Bogor adalah benar karya saya dengan arahan dari Komisi Pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, November 2014 Fredi Praja Himawan NIM B0409012 ABSTRAK FREDI PRAJA HIMAWAN. Dinamika Populasi Lalat Sumba (Hippobosca equina) di Kawasan Usaha Sapi Perah Cibungbulang, Kabupaten Bogor. Dibimbing oleh UPIK KESUMAWATI HADI dan SUPRIYONO. Susu merupakan satu di antara komoditas peternakan yang dapat mendukung pemenuhan kebutuhan akan bahan pangan bergizi tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui fluktuasi populasi lalat Hippobosca equina di kawasan usaha peternakan sapi perah Cibungbulang, Kabupaten Bogor. Penelitian dilakukan selama satu tahun mulai bulan April 2013 sampai Maret 2014. Pengambilan sampel lalat dilakukan dengan cara manual menggunakan alat penangkap serangga (sweep net). Hasil pengamatan menunjukkan jumlah populasi H. equina naik turun dari April sampai Juni dan setelah itu cenderung menurun dari Juni 2013 hingga September 2013. Sejak Oktober 2013 hingga Maret 2014 H. equina menghilang di satu peternakan di peternakan sapi perah Cibungbulang, Kabupaten Bogor. Hasil analisis korelasi menunjukkan adanya hubungan signifikan antara suhu dengan populasi lalat (r=0.612, P=0.034<0.05), sedangkan antara kelembaban relatif dengan populasi lalat yang tertangkap tidak menunjukkan hubungan yang signifikan (r=-0.141, P=0.661>0.05). Hubungan indeks curah hujan dengan populasi lalat juga tidak memperlihatkan hasil yang signifikan (r=-0.20, P=0.534>0.05). Menghilangnya populasi lalat pada bulanbulan tertentu tersebut, kemungkinan disebabkan oleh kondisi suhu lingkungan yang tidak mendukung perkembangbiakan lalat. Kata kunci: Hippobosca equina, populasi, suhu ABSTRACT FREDI PRAJA HIMAWAN. The Dynamics of Sumba Flies Population (Hippobosca equina.) at Dairy Cows in Dairy Farming Area Cibungbulang Bogor District. Under direction of UPIK KESUMAWATI HADI and SUPRIYONO. Milk is one of farm commodity that can comply highly nutritious food needed. This study aimed to determine the fluctuations of Hippobosca equina population in Cibungbulang, Bogor District. This study was undertaken for one year from April 2013 to March 2014. Sampling was done manually by using insect catcher tool (sweep net). The result showed that existence of H. equina population fluctuated from April to June and then tends decreased continuously until September. Since October 2013 until March 2014 H. equina was disapperaed. Correlation analysis showed a significant relationship between flies population with temperature (r=0.612, P=0.034<0.05), there was no significant correlation between relative humidity with the flies population (r=-0.141, P=0.661>0.05). The relationship of rainfall index with flies population also did not show significant results (r=-0.20, P=0.534>0.05). The disappearance of the flies population maybe caused by the environmental temperature conditions that do not support the reproduction of flies. Keywords: Hippobosca equina, population, temperature DINAMIKA POPULASI LALAT SUMBA (Hippobosca equina) DI KAWASAN USAHA PETERNAKAN SAPI PERAH CIBUNGBULANG KABUPATEN BOGOR FREDI PRAJA HIMAWAN Skripsi sebagai satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Hewan pada Fakultas Kedokteran Hewan FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014 PRAKATA Puji dan syukur saya panjatkan kepada ALLAH SWT atas segala karunianya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan April 2013 sampai Maret 2014 dengan judul Dinamika Populasi Lalat Sumba (Hippobosca equina) Di Kawasan Usaha Peternakan Sapi Perah Cibungbulang, Kabupaten Bogor. Terima kasih saya ucapkan kepada Prof. Dr. Drh. Upik Kesumawati Hadi, MS dan Drh. Supriyono MSi selaku Pembimbing, seluruh Staff di Laboratorium Entomologi Kesehatan, Departemen Ilmu Penyakit Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner, Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor, serta teman-teman yang telah membantu saya dalam penelitian dan penulisan karya ilmiah ini. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada Ayahanda Sumarmin, Ibunda Sri Astuti, serta Siti Nurhannah atas doa dan kasih sayangnya. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat. Bogor, November 2014 Fredi Praja Himawan DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian TINJAUAN PUSTAKA METODE Waktu dan Tempat Penelitian Pengambilan Sampel Ektoparasit Pembuatan Preparat Kering dan Identifikasi Pengukuran Suhu lingkungan, Kelembaban dan Curah Hujan Analisis Data HASIL DAN PEMBAHASAN SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP vi vi vi 1 1 2 2 2 4 4 5 5 5 6 6 10 10 10 11 13 14 DAFTAR TABEL 1 2 Jumlah sapi, sapi yang terinfestasi, H. equina yang tertangkap dan rata-rata H. equina yang didapat di tiga kandang satu peternakan di kawasan usaha peternakan pada bulan April 2013 sampai Maret 2014. Rata-rata indeks curah hujan, suhu mikro, kelembaban relatif dan jumlah lalat yang tertangkap di tiga kandang satu peternakan di kawasan usaha peternakan pada bulan April 2013 sampai Maret 2014 7 8 DAFTAR GAMBAR 1 2 3 4 Lalat H. equina Lalat H. equina Infestasi lalat pada perineal sapi Kondisi suhu mikro, kelembaban relatif relatif dan jumlah lalat H. equina April 2013-Maret 2014 3 7 7 8 DAFTAR LAMPIRAN 1 Analisis Korelasi 13 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Susu sapi merupakan satu di antara komoditas peternakan yang dapat mendukung pemenuhan kebutuhan akan bahan pangan bergizi tinggi. Tingginya permintaan susu dan daging mengakibatkan peningkatan jumlah peternakan sapi, kerbau, kambing, dan domba. Produktivitas susu sangat dipengaruhi oleh kesehatan ternak tersebut. Penyakit pada ternak yang mengganggu produktivitas susu biasanya disebabkan oleh bakteri, virus, endoparasit dan ektoparasit di tubuh ternak. Satu di antara penyebab penyakit yang sering terjadi pada ternak adalah jenis ektoparasit, seperti lalat. Lalat secara umum dibagi menjadi dua jenis, yaitu lalat pengisap darah dan pengganggu. Lalat pengisap darah yang penting di Indonesia di antaranya adalah Stomoxys calcitrans, Haematobia exigua, Hippobosca equina, Hippobosca variegata, Tabanus spp., Chrysops spp., dan Haematopota spp. (Partosoedjono dan Soehardono 1984). Menurut Hadi dan Soviana (2010) jenis lalat Hippobosca yang terdapat di Indonesia adalah H. equina (lalat sumba kecil) dan H. variegata (lalat sumba besar). Lalat ini awalnya hanya terbatas di Indonesia bagian timur seperti Bali, Nusa Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat, dan Daerah Istimewa Aceh. Namun dengan perdagangan sapi yang semakin tinggi dan peningkatan transportasi ternak antar pulau yang tidak diiringi dengan pengawasan kesehatan ternak menyebabkan penyebaran lalat Hippobosca hampir mencapai seluruh wilayah di Indonesia termasuk di Kabupaten Bogor seperti kawasan usaha peternakan sapi perah Cibungbulang. Lalat Hippobosca juga dikenal di kawasan Afrika, Asia serta di Timur Tengah. H. equina adalah ektoparasit utama pada kuda dan sapi di daerah Palaeartik dan bagian barat, tetapi sudah dikenal secara luas di Asia Tenggara dan beberapa pulau di Pasifik (Keetle 1984). Rani et al. (2011) menyatakan bahwa Hippobosca longipennis adalah ektoparasit pengisap darah yang ditemukan pada karnivora liar seperti cheetah, singa, dan anjing liar di Afrika, Timur Tengah dan Asia, termasuk Cina. Khan dan Ansari (1990) menjelaskan satu di antara tiga spesies lalat pengisap darah yang ditemukan di India pada sapi dan kerbau, di antaranya adalah Hippobosca maculata. Sangwaranon (1989) juga melaporkan Hippobosca merupakan satu di antara ektoparasit pada sapi dan kerbau di berbagai bagian Thailand. Sementara itu, Alani (1989) menambahkan bahwa lalat Hippobosca rufipes mengifestasi pada kulit dan ambing sapi di Mosul, Irak. Selain sebagai lalat pengganggu dan pengisap darah, lalat Hippobosca juga mempunyai peran penting sebagai vektor protozoa dan bakteri. Desquesnes et al. (2013) menyatakan bahwa vektor mekanik dari Trypanosoma evansi yang utama adalah H. camelina dan H. equina walaupun akhirnya dilaporkan bahwa vektor dari T. evansi adalah lalat Tabanidae dan Stomoxys. Menurut Selim (2001) H. equina menularkan bakteri Corynebacterium pseudotuberculosis serotipe 2 yang menyebabkan odema kulit pada kerbau di Mesir. Syame et al. (2008) menyatakan penyakit odema kulit pada kerbau saat musim panas di Mesir berhubungan dengan musim kawin dari H. equina. 2 Soulsby (1982) menjelaskan bahwa lalat Hippobosca sp menyerang kuda dan sapi serta merupakan vektor Trypanosomiasis. Lalat ini dikenal sebagai inang antara cacing Acanthocheilonema dracunculoides dan inang pembawa dari tungau Cheyletiella yasguri (Rani et al. 2011) Kabupaten Bogor merupakan daerah yang mempunyai suhu rendah, kelembaban relatif tinggi dan curah hujan relatif tinggi. Peningkatan infestasi lalat Hippobosca sp. di kawasan usaha peternakan sapi perah Cibungbulang, Kabupaten Bogor dapat mengganggu kesehatan sapi. Sebenarnya lalat H. equina adalah spesies lalat pada daerah kering dan panas, walaupun demikian lalat ini dapat beradaptasi dan berkembangbiak pada daerah relatif dingin dan lembab seperti daerah Cibungbulang, Kabupaten Bogor pada kurun waktu Mei 2011 sampai April 2012. Jumlah lalat mulai menurun dan menghilang dari Desember 2011 sampai April 2012 (Putra 2012). Perkembangan populasi lalat Hippobosca yang beradaptasi dengan lingkungan di kawasan usaha peternakan sapi perah perlu terus diamati agar fluktuasinya dapat dilihat sehingga strategi pengendalian populasi H. equina dapat dilakukan. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui fluktuasi populasi lalat H. equina di kawasan peternakan sapi perah Cibungbulang, Kabupaten Bogor. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan memberikan informasi cara pengendalian populasi H. equina di kawasan peternakan sapi perah Cibungbulang, Kabupaten Bogor. TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi lalat Hippobosca Lalat Hippobosca sp. banyak menginfestasi sapi dan kuda. Lalat ini mengisap darah pada daerah perineum dan di antara kaki belakang. Lalat Hippobosca sp. banyak terdapat pada daerah dengan temperatur tinggi (Wall dan Shearer 1997). Menurut Soulsby (1982) lalat Hippobosca sp. diklasifikasikan sebagai berikut: Filum : Arthropoda Kelas : Insecta Ordo : Diptera Superfamili : Hippoboscoidea Famili : Hippoboscidae Genus : Hippobosca Spesies : Hippobosca equina 3 Gambar 1 Lalat H. equina (Onmaz et al. 2012) Morfologi Menurut Hadi dan Soviana (2010) lalat Hippobosca equina berukuran sekitar satu cm, tubuhnya melebar dan pipih dorsoventral, berwarna coklat merah dengan bercak kuning pucat pada bagian dorsal toraksnya. Seluruh tubuh ditutupi dengan rambut pendek, memiliki sepasang sayap yang kuat dengan vena anterior yang jelas. Antenanya tidak berkembang, probosisnya langsing, digunakan untuk merobek dan menusuk jaringan. Lalat memiliki palpi yang tebal, pendek dan digunakan untuk melindungi probosis, sedangkan saat lalat tidak mengisap darah sebagian besar probosis ditarik ke dalam kepala. Menurut Llyod (2002) kaki Hippoboscidae umumnya kuat, dengan femur yang membesar, tibia pipih dan pendek serta tarsi kokoh dengan satu atau lebih pengait pada bagian basal. Mata majemuknya terbentuk sempurna pada genus yang memiliki sayap fungsional. Mata tidak berkembang sempurna pada genus yang memiliki sayap kecil dan tidak fungsional. Soulsby (1982) menambahkan bahwa Lalat Hippobosca mempunyai sepasang sayap dengan venasi yang berkumpul ke tepi anterior sehingga sayap lalat menjadi lebih keras menjadikan lalat ini jarang terbang. Perilaku dan Daur Hidup Lalat Hippobosca jarang terbang, biasanya hanya merayap di permukaan tubuh inang. Umumnya di siang hari baik jantan maupun betina mengisap darah dan beristirahat pada inang, terutama kuda dan sapi. Lalat ini termasuk ke dalam kelompok pupipara. Pupa ini berbentuk agak bulat, berukuran 5 x 4 mm dan mempunyai bercak gelap pada ujung posterior. Pupa biasanya banyak ditemukan pada batang atau pelepah pohon kelapa atau pohon lainnya yang terlindung, atau tanah yang berlumpur (lembab). Lamanya periode pupa banyak dipengaruhi oleh suhu (Hadi dan Soviana 2010). Menurut Lehane (2005) H. equina biasa menyimpan pupa pada tanah di bawah tanaman pakis. Betina menghasilkan satu larva yang bertahan dan dirawat di uterus sampai siap menjadi pupa. Menurut Lloyd (2002) partus terjadi ketika larva berkembang seutuhnya, tetapi sebelum 4 puparium terbentuk. Stadium ini disebut prepupa karena mempunyai bentuk yang mirip dengan larva instar tiga. Larva sudah tidak diberi makan, tetapi histolisis pada jaringan larva dan pembentukan pupa sejati belum terjadi. Sesaat setelah larva ditetaskan, integumen mulai mengeras dan membentuk puparium . Pendewasaan larva pada tubuh betina membutuhkan waktu sekitar seminggu, pengerasan dan penghitaman larva yang disimpan memakan waktu enam jam. Pupa yang diproduksi di musim panas akan memakan waktu sekitar satu bulan untuk berkembang, di negara-negara beriklim 4 musim, lalat melewati musim dingin dalam stadium pupa dan peningkatan jumlah lalat pada musim panas (Lehane 2005). Lancaster dan Meisch (1986) menyatakan bahwa periode yang dibutuhkan untuk pendewasaan larva adalah 12 hari. Menurut Keetle (1984) lalat dewasa akan terbang langsung menuju inang. Lalat yang baru menetas tidak makan selama 24 jam pertama, lalu akan makan dengan frekuensi tinggi beberapa kali dalam sehari. Lalat yang baru keluar dari pupa membutuhkan waktu 4-11 hari untuk dewasa kelamin, hidup lalat mencapai 8-9 minggu saat musim panas. Lama hidup lalat betina dewasa lebih lama daripada lalat jantan dewasa. H. equina dewasa berkumpul di bagian tubuh inang yang mempunyai kulit tipis dan sedikit rambut. Peran Penting Lalat Hipobosca lebih suka menetap lama pada tubuh inangnya dan tidak mudah terganggu oleh rangsangan dari luar, jika diganggu lalat hanya akan bergerak menghindar untuk sementara waktu dan segera kembali ke permukaan tubuh inang. Daerah-daerah yang paling disukai adalah daerah leher, perineal dan di antara kaki belakang, serta daerah pubis. Lalat ini tergolong pengisap darah yang sangat merugikan sapi dan kuda karena dapat mengurangi ketahanan tubuh dan menyebabkan anemia (Hadi dan Soviana 2010). Stephens (2011) menyatakan bahwa lalat pengganggu pada kuda adalah H. equina. Wall dan Shearer (1997) menjelaskan H. equina di Inggris dikenal dengan “New Forest Fly”. H. equina sangat menganggu serta lebih sering menyerang kuda dibanding sapi. Menurut Colles dan McAlpine (1991) Hippoboscidae merupakan ektoparasit utama pada sapi dan kuda di Australia. Lloyd (2002) menambahkan bahwa Hippobosca mempunyai peran sebagai vektor parasit seperti Trypanosoma, cacing filaria dan protozoa darah. Syame et al. (2008) menambahkan bahwa kejadian wabah penyakit odema kulit pada kerbau di mesir disebabkan oleh bakteri Corynebacterium pseudotuberculosis yang dibawa oleh lalat Hippobosca. 5 METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan selama satu tahun pada bulan April 2013 sampai dengan Maret 2014 di satu peternakan di kawasan usaha peternakan sapi perah Cibungbulang, Kabupaten Bogor. Adapun identifikasi lalat dilakukan di Laboratorium Entomologi Kesehatan, Departemen Ilmu Penyakit Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner, Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor. Pengambilan Sampel Ektoparasit Pengamatan lalat Hippobosca diawali dengan wawancara dengan dokter hewan yang bekerja di peternakan dan koleksi lalat Hippobosca dilakukan pada semua sapi yang positif terinfestasi lalat di tiga kandang. Frekuensi pengambilan sampel 7 hari sekali dengan interval waktu 10 menit setiap pengambilan lalat di sapi yang positif terinfestasi. Cara pengambilan ektoparasit dilakukan secara manual yaitu mengambil atau menangkap lalat secara langsung menggunakan alat penangkap serangga (sweep net). Lalat yang telah didapatkan kemudian dimatikan menggunakan khloroform. Pengambilan pupa lalat dilakukan pada tempat yang biasa dijadikan habitat lalat untuk meletakkan pupa, seperti sudut-sudut tiang besi penyangga kandang dan pelepah pohon. Pupa lalat diambil dengan menggunakan kuas, pupa disapu dari sudut-sudut tiang penyangga. Sampel pupa yang didapat lalu dimasukkan ke dalam botol kecil yang berisi alkohol 70%. Pembuatan Preparat Kering dan Identifikasi Sampel lalat yang dikoleksi kemudian dilakukan pinning. Pembuatan preparat kering dilakukan dengan cara menusuk lalat Hippobosca equina dengan jarum pinning pada satu sisi thorak sedikit kanan dari garis tengah. Penusukan lalat dilakukan secara tegak lurus dan pada ketinggian yang sama pada sebuah balok khusus (pinning blok). Setelah itu, lalat yang sudah dipinning kemudian dikeringkan dalam autoklaf. Lalat kemudian disimpan dalam kotak penyimpanan serangga dan diberi kamper. Identifikasi lalat menggunakan kunci Hadi dan Soviana (2010). Pengukuran Suhu Lingkungan, Kelembaban dan Curah Hujan Suhu lingkungan dan kelembaban pada kandang diukur menggunakan termohigrometer, pengukuran suhu udara dan kelembaban relatif dilakukan setiap pengambilan sampel. Sedangkan data curah hujan diambil dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika, Dramaga Kabupaten Bogor. 6 Analisis Data Data disajikan dan disusun dalam bentuk tabel dan grafik. Korelasi antara suhu, kelembaban relatif, indeks curah hujan (jumlah curah hujan (mm) perbulan x jumlah hari hujan perbulan dibagi jumlah hari (dalam satu bulan) dengan jumlah lalat yang tertangkap dianalisis secara statistik menggunakan metode Pearson pada software SPSS 16.0. HASIL DAN PEMBAHASAN Kawasan peternakan sapi perah yang berada di Cibungbulang, Kabupaten Bogor merupakan sentra usaha sapi perah yang mempunyai peran penting dalam produksi susu. Hasil pengamatan dan wawancara yang dilakukan terhadap dokter hewan yang bekerja di satu peternakan menunjukkan bahwa sapi tersebut berasal dari Kabupaten Boyolali. Berdasarkan identifikasi pada lalat Hippobosca yang dikoleksi satu peternakan adalah Hippobosca equina (Gambar 2). Hasil pengambilan sampel lalat H. equina selama satu tahun dari bulan April 2013 sampai Maret 2014 terhadap lalat H. equina pada semua sapi perah yang positif terinfestasi lalat didapatkan sebanyak 180 lalat (Tabel 1). Tabel 1 menunjukkan jumlah lalat yang tertangkap di satu peternakan di kawasan usaha peternakan sapi perah Cibungbulang, Kabupaten Bogor tertinggi (64 lalat) pada pengamatan bulan Mei. Jumlah lalat naik turun dari April (46 lalat) hingga Juni (49 lalat) kemudian setelah itu cenderung menurun hingga September 2013 (3 lalat). Sejak Oktober 2013 hingga Maret 2014 H. equina menghilang (0 lalat) di peternakan. populasi lalat yang cenderung menurun lalu menghilang kemungkinan disebabkan oleh suhu lingkungan di peternakan yang sudah tidak mendukung lalat untuk berkembang biak. H. equina yang ditemukan lebih sering hinggap di bagian tubuh sapi seperti leher dan perineal (Gambar 2). Hal ini juga dilaporkan oleh Keetle (1984) bahwa H. equina berkumpul di bagian tubuh inang yang mempunyai kulit tipis dan sedikit rambut seperti leher dan perineal. Kawasan usaha peternakan sapi perah mempunyai suhu, kelembaban relatif serta indeks curah hujan rata-rata yang memungkinkan untuk perkembangan lalat H. equina. Hasil pengamatan, terhadap suhu, kelembaban relatif dan indeks curah hujan selama ± 1 tahun disajikan pada Tabel 2 dan Gambar 3. 7 Tabel 1 Rata-rata lalat H. equina yang tertangkap dari sapi yang terinfestasi di peternakan sapi Cibungbulang pada bulan April 2013 sampai Maret 2014. Bulan April 2013 Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Januari 2014 Februari Maret Total jumlah lalat Jumlah sapi (ekor) 132 127 119 98 93 94 91 91 86 80 62 71 Jumlah sapi yang terinfestasi (ekor) 35 40 23 7 3 3 0 0 0 0 0 0 Jumlah lalat H. equina tertangkap 46 64 49 15 3 3 0 0 0 0 0 0 180 Rata-rata lalat yang tertangkap (per ekor sapi) 1.3 1.6 2.1 2.1 1.0 1.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 A Gambar 2 H. equina (A) dan infestasi lalat pada perineal sapi (B) B 8 Tabel 2 Indeks curah hujan, suhu, kelembaban relatif dan jumlah lalat yang tertangkap di peternakan sapi Cibungbulang pada bulan April 2013 sampai Maret 2014. Bulan ICH (mm) Suhu (oC) Kelembaban relatif (%) April 2103 281 25.6 83 Mei 258 26.2 85 Juni 34 26.3 80 Juli 388 25.4 85 Agustus 51 25.7 85 September 197 25.1 78 Oktober 185 26.1 80 November 109 25.3 78 Desember 415 25.5 86 Januari 2014 585 24.6 89 Februari 246 25.0 89 Maret 310 25.6 87 Sumber : Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Jumlah lalat H. equina tertangkap 46 64 49 15 3 3 0 0 0 0 0 0 Gambar 3 Kondisi suhu makro, kelembaban relatif dan jumlah lalat H. equina April 2013-Maret 2014 9 Jumlah lalat yang tinggi didapat pada bulan April sampai Juni, saat suhu dan kelembaban relatif (25.6-26.3 oC dan 80-83%). Jumlah lalat terlihat menurun drastis pada bulan Juli hingga September, saat suhu mengalami penurunan (25.125.4 oC), sedangkan kelembaban relatif mengalami peningkatan (78-85%). Sejak Oktober sampai Maret lalat menghilang saat suhu (24.6-26.1 oC) sementara kelembaban relatif mengalami peningkatan (78-89%). ICH tidak memengaruhi jumlah lalat di kandang karena atap kandang yang tertutup. Menurut Putra (2012) bahwa adanya fluktuasi curah hujan tidak mempengaruhi keberadaan lalat H. equina dan pupa di kawasan usaha peternakan sapi perah Cibungbulang, Kabupaten Bogor. Berdasarkan analisis korelasi menunjukkan korelasi yang signifikan antara suhu dengan populasi lalat (r=0.612, P=0.034<0.05), sedangkan tidak ada korelasi yang signifikan antara hubungan kelembaban relatif dengan populasi lalat (r=-0.141, P=0.661>0.05). Hubungan indeks curah hujan dengan populasi lalat juga tidak memperlihatkan hasil yang signifikan (r=-0.20, P=0.534>0.05). Hal ini sama dengan yang dipaparkan Putra (2012) bahwa adanya fluktuasi curah hujan tidak mempengaruhi keberadaan lalat H. equina dan pupa di kawasan usaha peternakan sapi perah Cibungbulang, Kabupaten Bogor. Lalat H. equina meletakkan pupa pada sudut atau celah-celah tiang besi pada kandang sapi. Menurut Keetle (1984) kisaran suhu yang diperlukan untuk pendewasaan pupa dari lalat H. equina adalah 20-32 oC. Perubahan suhu dari 30-32 oC menjadi 25-27 oC meningkatkan durasi pupa pada lalat H. equina sebesar 45%. H. equina merupakan ektoparasit pada sapi yang sangat merugikan bagi peternak karena hampir seluruh waktu hidup H. equina jantan maupun betina dihabiskan hinggap di inangnya untuk mengisap darah. Selain itu, infestasi lalat yang banyak dapat menyebabkan anemia serta luka pada kulit, sehingga dapat menurunkan produksi jumlah susu yang didapatkan. Menurut Jackson dan Cockcroft (2002) luka terbuka pada perut bagian bawah, ambing dan puting susu dapat disebabkan oleh gigitan lalat H. equina. Chomel et al. (2009) menjelaskan vektor Bartonella yang spesifik pada ruminansia adalah lalat Hippoboscidae. Halos et al. (2004) menambahkan bahwa didapatkan 71% gen Bartonella sp. pada 17 lalat H. equina yang menginfestasi ruminansia. Mediannikov et al. (2011) menambahkan bahwa hasil PCR yang diambil dari darah 29 rusa liar (Cervus timorensis russa) terinfeksi Bartonella schoenbuchensis yang ditularkan oleh H. equina. Pengendalian lalat H. equina dapat dilakukan dengan memutus siklus hidup lalat tersebut. Pemutusan siklus hidup dapat dilakukan pada stadium pupa dan dewasa. Manajemen dan pengawasan yang baik terhadap ternak sapi yang masuk dapat mencegah penularan lalat H. equina yang berasal dari daerah yang mempunyai potensi besar keberadaan lalat H. equina seperti Nusa Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat, Bali dan Aceh. Pengendalian lalat H. equina di kawasan usaha peternakan sapi perah Cibungbulang, Kabupaten Bogor dapat dilakukan dengan memperhatikan manajemen pemeliharaan seperti pembersihan ternak dan kandang. Menurut Partosoedjono dan Soehardono (1984) pengendalian lalat, baik lalat pengganggu maupun lalat penghisap darah, perlu dilakukan langkah-langkah yaitu: mengusah 10 akan sanitasi umum yang baik, melakukan pengelolaan yang baik, mengendalikan infestasi lalat secara teratur dan sistematis. Pengendalian lalat dapat dilakukan dengan menggunakan insektisida. Jenis insektisida yang dapat digunakan untuk mengendalikan lalat secara umum misalnya golongan Piretroid seperti alphasipermetrin 0.02 g/m2, siflutrin 0.03 g/m2, sipermetrin 0.025-0.1 g/m2, deltametrin 0.01-0.15 g/m2, fenvalerat 1 g/m2 dan permetrin 0.025-0.1 g/m2 yang penggunannya melalui penyemprotan. Pengendalian lalat dengan insektisida harus dilakukan hanya untuk periode yang singkat apabila sangat diperlukan karena menjadi resisten yang cepat (Kemenkes 2012). Parashar et al. (2008) menjelaskan hasil uji coba aplikasi di lapang dalam skala kecil dari 2 liter deltametrin pada konsentrasi 0.001%-0.003% memberikan 90%-100% pengendalian Hippobosca maculata selama lebih dari 30 hari, sedangkan pada konsentrasi 0.004% dan 0.005% dapat mengendalikan H. maculata selama 45 sampai 90 hari. Selain menggunakan insektisida yang berasal dari bahan kimia, pengendalian lalat H. maculata dapat menggunakan bahan nabati sebagai contohnya daun tapak dara (Catharantas roseous). Menurut Velayutham et al. (2012) aktivitas maksimal dari air ekstrak daun tapak dara (C. roseous) ini mampu mengendalikan lalat H. maculata dewasa dan mempunyai nilai LD50 36.17. r=0.0948. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Fluktuasi perkembangan H. equina di satu peternakan di kawasan usaha peternakan sapi perah Cibungbulang, Kabupaten Bogor dari April 2013 sampai Maret 2014 menunjukkan populasi H. equina naik turun dari April sampai Juni 2013 dan jumlah lalat terus menurun hingga September. Sejak Oktober 2013 sampai Maret 2014 H. equina menghilang. Menurun lalu menghilangnya populasi lalat mempunyai hubungan yang signifikan antara suhu dengan jumlah lalat (r=0.612, P=0.034<0.05). Kondisi suhu lingkungan di peternakan yang tidak mendukung perkembangbiakan lalat kemungkinan menjadi faktor menurunnya populasi lalat pada bulan-bulan tersebut. Saran Perlu dilakukannya penelitian lebih lanjut tentang dinamika populasi H. equina di kawasan usaha peternakan sapi perah Cibungbulang, Kabupaten Bogor serta dilakukannya pengendalian. 11 DAFTAR PUSTAKA Alani AJ. 1989. A hippoboscid fly (Hippoboscidae; Diptera) from Mosul, Iraq. Iraq J Vet Science 2(1): 109-111. [BMKG] Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika. 2014. Data suhu, kelembaban relatif relatif, dan curah hujan. Bogor. Chomel BB, Boulovis HJ, Breitschwerdt EB, Rasten RW, Birtles RJ, Koehler JE, Dehio C. 2009. Ecological fitness and strategies of adaption of bartonella species to their host and vector. Vet Res 40(20) : 29-37. Colless DH, McAlpine DK. 1991. The Insects of Australia. Second Edition. Victoria (AT): Melbourne Univ Pr. Desquesnes M, Dargantes A, Huai LD, Rong LZ, Holzmuller P, Jittopalapong S. 2013. Trypanosoma evansi, epidiemiology and control, impact, and zoonotic Aspects. Hindawi Publishing Corporation Biomed Research International [Internet]. [ diunduh 2014 Jan 22] ; 2013(321237) : 2. Tersedia pada: http//dx.doi.org/10.1155/2013/321237. Hadi UK, Soviana S. 2010. Pengenalan, identifikasi, dan pengendaliannya. Bogor (ID): IPB Pr. Halos L, Jamal T, Mailard R, Girard B, Guillot J, Chomel B, Taussat VM, Boulouis HJ. 2004. Role of Hippoboscidae flies as potential vectors of Bartonella spp infecting wild and domestic ruminants. Appl and Enviro Microbiol 70 (10): 6302-6305. Jackson GGP, Cockcroft DP. 2002. Clinical examinations on farm animal. Oxford (GB) : Ashford Colour Pr. Keetle DS. 1984. Medical and veterinary entomology. Sidney (AT) : Croom Helm Australia pty ltd. [Kemenkes] Kementrian Kesehatan. 2012. Pedoman tehnis pengendalian lalat. [Internet]. Hlm 1-11 ; [diunduh 2014 juli 16]. Tersedia pada www.depkes.go.id/downloads/pengendalian%20lalat.pdf. Khan FA, Ansari JA. 1990. Studies on vector screening for Setaria cervi microfilarie. J Helmin 27 (10): 195-201. Lancaster JL, Meisch MV. 1986. Arthropods In Livestock and Poultry Production. Chicester (GB): Ellis Horwood ltd. Lehane MJ. 2005. The biology of blood sucking insects. Second edition. New York (US): Cambridge Univ Pr. Lloyd EJ. 2002. Medical and veterinary entomology. Mullen G dan Durden L, editor. London (GB): Academic Pr. Mediannikov O, Pavoust B, Cabre O, Rolain JM, Roult D. 2011. Bartonella in animals and vector in New Caledonia. Compar Immun Microbiol and Infect Diseas 34 (6): 497–501. Onmaz AC, Beutel RG, Schneeberg K, Pavaloiu AN, Komarek A, Van de Hoven R. 2012. Vectors and vector-borne diseases of horses. Vet Res Commun. Tersedia pada: http//dx.doi.org/10.1007/s11259-012-9537-7. Parashar BD, Gupta GP, Rao KM. 2008. Control of the haematophagous fly Hippobosca maculata, a serius pest of equinus by deltamethrin. J Med Vet Ent 5 (3) 363–368. 12 Partosoedjono S, Soehardono S. 1984. Beberapa pilihan insektisida untuk pengendalian lalat-lalat pengganggu dan penghisap darah pada ternak di Indonesia. Wartazoa. 1(3):25–29. Putra J. 2012. Identifikasi lalat sumba Hippobosca sp. pada kawasan peternakan sapi perah Kunak Cibungbulang, Kabupaten Bogor [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Rani PAMA, Coleman GT, Irwin PJ, Traub RJ. 2011. Hippobosca longipennis a potential intermediate host of a species of Acanthocheilonema in dogs in northern India. J Par Vet 4:143–157. Selim SA. 2001. Oedematous skin disease of buffalo in egypt. J Vet Med 48 (4): 241–258. Sangwaranon A. 1989. Studies on winged ectoparasites of cattle and buffaloes in Thailand (Diptera: Ceratopogonidae, Tabanidae, Muscidae, Hippoboscidae and Oestridae). Thai Nation AGRIS Centre 19(3) : 4–10. Soulsby EJL. 1982. Helminths, Arthopods and Protozoa of Domesticated Animals. Edisi ke-7. London (GB): The English Language Book Society, Bailiere Tindall. Syame SM, El-Hewairy HM, Selim SA. 2008. Protection of buffaloes against Oedematous Skin Disease by recombinent-bacterin and toxoid-bacterin vaccines. Glob Vet 2(4): 151–156. Stephens H. 2011. The Book of The Farm.New York (US): Cambridge Univ Pr. Velayutham K, Rahuman AA, Rajakumar G, santhoskumar T, Marimuthu S, Jayaseelan C, Bagavan A, Kirthi AV, Kamaraj C et al. 2012. Evaluation of catharantas roseous left extract-mediated biosynthesis of titanium dioxide nanoparticles against Hippobosca maculata and bovicola ovis. Par Res. 111(6): 2329–37. Wall R, Shearer D. 1997. Veterinary Entomology: Atrophod Ectoparasites of Veterinary Importance. London (GB): Chapman & Hall. 13 Lampiran Analisis Korelasi Correlations kelembaban kelembaban Pearson Correlation IC 1 ,623 Sig. (2-tailed) ,030 N ICH 12 ,623 Sig. (2-tailed) ,030 lalat -,344 -,141 ,274 ,661 12 1 -,571 -,200 ,053 12 12 ,534 12 12 Pearson Correlation -,344 -,571 1 ,612 Sig. (2-tailed) ,274 ,053 ,034 N lalat suhu 12 12 * Pearson Correlation N suhu * Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N 12 12 -,141 -,200 ,612 ,661 ,534 12 *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). 12 * * 12 1 ,034 12 12 12 14 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Bojonegoro pada tanggal 1 Februari 1991 dari ayah Sumarmin dan ibu Sri Astuti. Penulis adalah anak pertama dari dua bersaudara. Tahun 2009 penulis lulus dari SMA Negeri 1 Bojonegoro dan pada tahun yang sama penulis masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB dan diterima di Fakultas Kedokteran Hewan. Selama mengikuti perkuliahan, penulis menjadi asisten praktikum Anatomi Veteriner 2 pada tahun ajaran 2012/2013, asisten praktikum Pengelolaan Kesehatan Hewan dan Lingkungan serta Pengelolaan Kesehatan Ternak Tropis pada tahun ajaran 2014/2015. Penulis juga aktif sebagai anggota Himpunan Minat dan Profesi (HIMPRO) Ornithologi dan unggas (ORNITH). Penulis juga aktif ikut dalam pemeriksaan hewan kurban yang setiap tahun dilaksanakan dari tahun 2010 sampai 2014.