PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR PAI MATERI WUDHU MELALUI METODE DEMONSTRASI Suwartun GuruSDNGeneng II Margomulyo Bojonegoro Email :[email protected] Abstrak: Keberhasilan siswa dalam belajar dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah metode yang digunakan oleh guru dalam mengajar. Penelitian ini untuk mengetahui apakah metode demonstrasi dapat meningkatkan prestasi belajar siswa tentang materi wudhu pada siswa kelas II SDN Geneng IIMargomulyo Bojonegoro Tahun 2015. Metode demonstrasi dengan cara memperagakan atau mempertunjukkan kepada siswa suatu proses, situasi yang sedang dipelajari sehingga proses penerimaan siswa terhadap pelajaran akan lebih berkesan secara mendalam. Dilaksanakan dalam tiga siklus melalui empat tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Hipotesis jika metode demonstrasi digunakan dengan baik dapat meningkatkan prestasi belajar siswa mata pelajaran PAI pada siswa. Indikator keberhasilan 75% dengan KKM sebesar 75. Teknik pengumpulan data dengan observasi.teknik analisis data dengan mengetahui nilai rata-rata dan persentase. Hasil penelitian menunjukkan bahwa prestasi belajar pada siklus I sebesar 44%, siklus II sebesar 56% dan pada siklus III sebesar 81% untuk materi rukun wudhu dan sebesar 87,5% untuk materi sunah wudhu. Peningkatan prestasi belajar siswa pada siklus I ke siklus II sebesar 12%, pada siklus II ke siklus III dengan materi rukun wudhu sebesar 25% dan pada materi sunah wudhu sebesar 31,5%. Kata Kunci:Prestasi belajar, Metode demontrasi, PAI Penyampaian proses pembelajaran dikemas menjadi proses yang membangun pengalaman baru berdasar pengetahuan awal, membangkitkan semangat kerjasama, menantang dan menyenangkan (Sabiq, 2006:47). Tugas pendidik dalam konteks ini membantu mengkondisikan peserta didik pada sikap, perilaku atau kepribadian yang benar agar mampu berkembang dan berguna bagi dirinya sendiri, lingkungan dan masyarakat. Selama ini proses pembelajaran yang dilaksanakan oleh peneliti dinilai masih monoton. Hal ini terlihat pada pemilihan metode, alat peraga maupun model pembelajaran serta hasil yang dicapai oleh peserta didik masih rendah. Metode demonstrasi adalah cara mengajar di mana seorang guru menunjukkan, memperlihatkan suatu proses sehingga seluruh siswa dalam kelas dapat melihat, mengamati, mendengar bahkan mungkin meraba dan merasakan proses yang dipertunjukkan oleh guru (Roestiyah, 1995:83). Materi praktek wudhu tidak mungkin hanya dengan ceramah menyebabkan siswa kurang memahami materi tersebut, maka dipilih model yang bervariasi seperti metode demonstrasi, diharapkan dengan metode demonstrasi peserta didik dapat memahami sekaligus mempraktikkannya secara langsung. Dengan metode menggunakan demonstrasi peserta didik akan merasa tertantang lagi untuk mencoba atau mempraktikkan sehingga mereka akan lebih bersungguh-sungguh dan serius dalam mengikuti pembelajaran sehingga diharapkan akan lebih meningkatkan prestasi belajar itu sendiri. Menurut Tohirin (2008:151) bahwa prestasi belajar diperoleh dari apa yang telah dicapai oleh siswa setelah siswa melakukan kegiatan belajar. Prestasi belajar berkaitan dengan nilai yang diberikan guru untuk mengetahui hasil akhir dalam waktu tertentu.Menurut Oemar Hamalik (2004:30) bahwa prestasi belajar adalah adanya perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misal dari tidak tahu menjadi tahu dan tidak mengerti menjadi mengerti. 78 Suwartun,Peningkatan Prestasi Belajar PAIMateri Wudhu Melalui Metode Demonstrasi Siswa Kelas II SDN Geneng II| 79 Ada dua aspek penilaian dalam mata pelajaran Pendidikan Agama Islam, yaitu aspek teori dan aspek praktik. Kedua aspek tersebut memiliki bobot nilai yang sama. Bahkan menurut penulis aspek kemampuan praktik pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam sangat penting daripada teori. Pendapat ini berdasarkan alasan bahwa kemampuan praktik akan diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari, khususnya wudhu. Wudhu merupakan perbuatan yang disyaratkan dengan tegas berdasarkan beberapa dalil.Dalil pertama, kitab suci Alqur‟an. Allah SWT berfirman: “Hai orangorang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki, dan jika kamu junub maka mandilah, dan jika kamu sakit(403) atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat buang air (kakus) atau menyentuh(404) perempuan, lalu kamu tidak memperoleh air, maka bertayammumlah dengan tanah yang baik (bersih); sapulah mukamu dan tanganmu dengan tanah itu. Allah tidak hendak menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan nikmat-Nya bagimu, supaya kamu bersyukur”.(AlMa‟idah: 6). Keterangan: (403) : Maksudnya sakit yang tidak boleh kena air. (404) : Artinya: menyentuh. Menurut Jumhur ialah: menyentuh sedang sebagian Mufassirin ialah: menyetubuhi. Dalil kedua, sunah dari Abu Hurairoh r.a. bahwa Nabi SAW. Bersabda : " Allah tidak menerima sholat yang dikerjakan salah seorang diantaramu bila ia berhadats, sehingga berwudhu terlebih dahulu." AlHadist: HSR (Hadist Sahih Riwayat) Bukhary-Fathul Baary, I:206; Muslim, no. 225). Dalil ketiga, ijma', kaum muslimin sepakat bahwa memang wudhu memang telah disyaratkan agar dilaksanakan, semenjak zaman Rasolulloh SAW hingga sekarang ini.Tiada seorang pun yang menyangkal bahwa wudhu merupakan salah satu ketentuan yang berasal dari agama. Kondisi peserta didik di SD Negeri Geneng II kelas II sekarang ini memiliki kemampuan praktik wudhu yang masih rendah.Dahulu menggunakan metode klasik yaitu metode ceramah. Selama proses pembelajaran 10% siswa bermain sendiri, 30% siswa mengantuk, 30% siswa kurang memperhatikan dan 30% siswa kurang aktif. Berdasarkan fenomena tersebut, penggunaan metode ceramah perlu dilakukan variasi dengan menggunakan metode lain antara lain dengan metode demonstrasi. Dalam kompetensi dasar tentang praktik wudhu ini peneliti sengaja menggunakan dua kriteria keberhasilan yaitu berhasil baik dan belum berhasil.Pengambilan kebijakan seperti ini didasarkan alasan bahwa kemampuan praktik wudhu merupakan kunci utama untuk ibadah selanjutnya yaitu sholat, baik sholat wajib maupun sunat. Ada beberapa faktor yang menyebabkan rendahnya kompetensi ini antara lain; alokasi waktu yang sedikit, fasilitas paraktik wudhu yang kurang, penyampaian pembelajaran yang kurang variatif, metode pembelajaran yang kurang inovatif. Berdasarkan pada fenomena tersebut, pembelajaran materi wudhu dengan menggunakan metode demonstrasi untuk meningkatkan prestasi belajar perlu dilakukan melalui Penelitian Tindakan Kelas.Tujuan penelitian ini untuk mengetahui metode demonstrasi dapat meningkatkan prestasi belajar siswa dengan materi wudhu pada siswa kelas II SD Negeri Geneng II Kec.Margomulyo Kab. Bojonegoro Tahun 2015. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas. Tahapan-tahapan adalah sebagai berikut :(a) Mengidentifikasi data dan menganalisis masalah yaitu secara jelas dapat dimengerti masalah yang akan diteliti. (b) Menerapkan alasan mengapa penelitian dilakukan. (c) Merumuskan masalah secara jelas. (d) Menerapkan cara yang akan dilakukan untuk menemukan jawaban berupa rumusan hipotesis tindakan. (e) Menemukan 80 | Jurnal Karya Pendidikan Volume 2, Nomor 2, Maret 2016 hlm 78-83 cara untuk menguji hipotesis tindakan. (f) Membuat secara rinci rancangan tindakan. Tahap-tahap dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK) terdiri dari empat tahapan penting, meliputi ; (1) planning (perencanaan), (2) Action (tindakan), (3) Observation (pengamatan) dan (4) Reflection (refleksi) (Arikunto, 2006:20). Lebih jelasnya sebagai berikut : 1. Tahap Perencanaan (planning) merupakan bagian awal yang harus dilakukan peneliti sebelum seluruh rangkaian kegiatan dilakukan. Kegiatan yang dilakukan adalah 1) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ( RPP ). 2) Mempersiapkan fasilitas dan sarana pendukung yang diperlakukan saat proses pembelajaran berlangsung. 3) Menyusun soal test. 4) Membuat lembar observasi kegiatan guru dan siswa. 5) Membuat simulasi perbaikan 2. Tahap Tindakan (action) 1) Guru membuat skenario atau konsep pembelajaran yang kreatif dan menyenangkan. 2) Guru melaksanakan pembelajaran sesuai dengan RPP yang telah dibuat 3. Tahap Pengamatan (observation) Pada tahap ini segala aktivitas guru dan siswa dalam proses pembelajaran diamati, dicatat dan danilai, kemudian dianalisis untuk dijadikan umpan balik. 4. Tahap Analisis dan Refleksi (reflection) Untuk mengetahui ketercapaian dan keberhasilan tujuan penelitian. Tahap refleksi (reflection), meliputi : 1) Mencatat hasil observasi dan pelaksanaan pembelajaran. 2) Evaluasi hasil observasi. 3) Analisis hasil pembelajaran. Memperbaiki kelemahan siklus I pada siklus II dan siklus III. Hasil refleksi berupa refleksi terhadap perencanaan yang telah dilaksanakan tersebut, yang akan dipergunakan untuk memperbaiki kinerja guru pada tahap selanjutnya, yaitu siklus II dan seterusnya. Analisis Data Untuk mengetahui keefektifan suatu metode dalam kegiatan pembelajaran perlu dilakukan analisis data. Pada penelitian tindakan kelas ini menggunakan statistik sederhana yaitu: 1. Untuk menilai ulangan atau tes formatif peneliti melakukan penjumlahan nilai yang diperoleh siswa, yang selanjutnya dibagi dengan jumlah siswa yang ada di kelas tersebut sehingga diperoleh rata-rata tes formatif. 2. Menghitung persentase ketuntasan belajar. HASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi Siklus I 1. Perencanaan Dalam perencanaan ini peneliti menyusun RPP sebagai pedoman dalam pembelajaran. Mempersiapkan fasilitas dan sarana pendukung seperti tempat wudhu dan gambar cara berwudhu untuk demonstrasi tentang rukun wudhu. Gambar cara berwudhu dimaksudkan agar siswa memperhatikan sehingga dapat mempraktikkan rukun wudhu. Menyiapkan lembar observasi kegiatan guru dan lembar observasi kegiatan peserta didik. Lembar observasi ini untuk mengetahui perkembangan peserta didik dalam pembelajaran praktek wudhu. 2. Pelaksanaan Guru mengajak siswa untuk membaca doa berwudhu secara bersama-sama. Tujuannya agar siswa dapat memusatkan perhatian dan mengarah minat siswa untuk mengikuti pembelajaran tentang rukun wudhu. Guru membagi menjadi 8 kelompok, setiap kelompok terdiri dari 4 orang dan diminta untuk memperhatikan contoh-contoh gerakan rukun wudhu pada gambar yang diperlihatkan oleh guru untuk didiskusikan. Setelah itu guru menunjuk 1 siswa pada setiap kelompok untuk mempraktikkan rukun wudhu. Siswa yang lain memperhatikan gerakan dari siswa-siswa tersebut dan apabila ada gerakan yang salah, maka siswa yang lain dapat membetulkan gerakan rukun wudhu tersebut. Guru melakukan tanya jawab tentang rukun wudhu. Tujuannnya untuk mengetahui siswa-siswa yang memperhatikan dan yang Suwartun,Peningkatan Prestasi Belajar PAIMateri Wudhu Melalui Metode Demonstrasi Siswa Kelas II SDN Geneng II| 81 tidak memperhatikan selama pembelajaran berlangsung. proses 3. Observasi Dengan instrumen yang telah disiapkan peneliti dan 3 kolaborator melakukan pengamatan atau observasi. Berdasarkan data yang diperoleh dapat dilihat banyaknya aktifitas mengajar guru yang mendapat nilai 1 (kurang/rendah) yaitu kejelasan dan sistematika penyampaian materi, pengelolaan pembelajaran, penguasaan bahan, tuntutan pencapaian/ketercapaian kompetensi siswa, memberikan evaluasi dan ketepatan strategi pembelajaran. Hasil pengamatan selanjutnya terhadap aktifitas guru yang mendapat nilai 2 (cukup/sedang) yaitu pemberian motivasi belajar dan kejelasan suara.Pada siklus I dapat disimpulkan bahwa kemampuan guru dalam mengelola kelas masih buruk dilihat dari banyaknya aktifitas mengajar guru yang mendapatkan nilai kurang dan perlu dilakukan perbaikan pada siklus berikutnya. Dari data yang diperoleh dapat dilihat siswa yang mendapatkan nilai kurang dari 75 (tidak tuntas) sebanyak 56% dari semua siswa kelas II.Hasil siswa yang mendapatkan nilai 75 atau lebih (tuntas) sebanyak 44% dari semua siswa kelas II.Pada siklus I ini dapat disimpulkan bahwa kemampuan siswa dalam mempraktekkan rukun wudhu masih rendah, maka perlu dilakukan perbaikan pada siklus berikutnya. Berdasarkan data yang diperoleh, prestasi belajar pada siklus I ditemukan 56% tidak tuntas, dan siswa sebanyak 44% tuntas dalam belajar. Dengan demikian, indikator keberhasilan belajar ketuntasan siswa sebesar 75% atau nilai KKM sebesar 75 tidak terpenuhi, jadi observasi kegiatan ini dilanjutkan pada siklus II. Pada siklus I hasil pengamatan kondisi siswa selama proses pembelajaran terlihat bahwa siswa yang kurang aktif sebesar 75%. Siswa yang bermain sendiri sebesar 44%. Siswa yang tidak memperhatikan saat proses pembelajaran sebesar 59%. Siswa yang masih malu-malu dalam mempraktekkan rukun wudhu 81%.Siswa yang kurang paham materi rukun wudhu sebesar 62%. Berdasarkan pengamatan tersebut dapat disimpulkan bahwa kondisi siswa kurang baik dalam mengikuti proses pembelajaran, maka perlu ada perbaikan pada siklus berikutnya Deskripsi Siklus II 1. Perencanaan Dalam perencanaan ini peneliti menyusun RPP sebagai pedoman dalam pembelajaran. Mempersiapkan fasilitas dan sarana pendukung seperti tempat wudhu dan gambar cara berwudhu untuk demonstrasi tentang sunah wudhu. Gambar cara berwudhu dimaksudkan agar siswa memperhatikan sehingga dapat mempraktikkan sunah wudhu. Menyiapkan lembar observasi kegiatan guru dan lembar observasi kegiatan peserta didik.Lembar observasi ini untuk mengetahui perkembangan peserta didik dalam pembelajaran praktek sunah wudhu. 2. Pelaksanaan Guru menjelaskan materi tentang gerakan wudhu dan tata cara melaksanakan sunah wudhu. Guru membagi menjadi 8 kelompok, setiap kelompok terdiri dari 4 orang dan diminta untuk memperhatikan contoh-contoh gerakan sunah wudhu pada gambar yang diperlihatkan oleh guru untuk didiskusikan. Setelah itu guru menunjuk 1 siswa pada setiap kelompok untuk mempraktikkan sunah wudhu. Siswa yang lain memperhatikan gerakan dari siswa-siswa tersebut dan apabila ada gerakan yang salah, maka siswa yang lain dapat membetulkan gerakan sunah wudhu tersebut. Guru melakukan evaluasi tentang sunah wudhu. Tujuannnya untuk mengetahui siswasiswa yang memperhatikan dan yang tidak memperhatikan selama proses pembelajaran berlangsung. 3. Observasi Dengan instrumen yang telah disiapkan peneliti melakukan pengamatan atau observasi. Dari data yang diperoleh dapat dilihat siswa yang mendapatkan nilai kurang dari 75 82 | Jurnal Karya Pendidikan Volume 2, Nomor 2, Maret 2016 hlm 78-83 (tidak tuntas) sebesar 44% dari semua siswa kelas II.Hasil siswa yang mendapatkan nilai 75 atau lebih (tuntas) sebesar 56% dari semua siswa kelas II.Pada siklus II ini dapat disimpulkan bahwa kemampuan siswa dalam mempraktikkan sunah wudhu sudah cukup baik, namun perlu dilakukan perbaikan pada siklus berikutnya. Berdasarkan data yang diperoleh, prestasi belajar pada siklus II ditemukan sebanyak 44% tidak tuntas, 56% siswa tuntas dalam belajar. Dengan demikian, indikator keberhasilan belajar ketuntasan siswa sebesar 75% atau nilai KKM sebesar 75 tidak terpenuhi, jadi observasi kegiatan ini dilanjutkan pada siklus III. Pada siklus II hasil pengamatan kondisi siswa selama proses pembelajaran terlihat bahwa siswa yang kurang aktif sebesar 53%. Siswa yang bermain sendiri sebesar 41%. Siswa yang tidak memperhatikan saat proses pembelajaran sebesar 53%. Siswa yang masih malu-malu dalam mempraktikkan sunah wudhu sebesar 56%.Siswa yang kurang paham materi sunah wudhu sebesar 50%.Berdasarkan pengamatan tersebut dapat disimpulkan bahwa kondisi siswa kurang baik dimana siswa yang masih malu-malu dalam mempraktikkan sunah wudhu masih tinggi, sehingga perlu perbaikan pada siklus III. 3. Deskripsi Siklus III 1. Perencanaan Dalam perencanaan ini peneliti menyusun RPP sebagai pedoman dalam pembelajaran. Mempersiapkan fasilitas dan sarana pendukung seperti tempat wudhu dan gambar cara berwudhu untuk demonstrasi tentang rukun dan sunah wudhu. Menyiapkan lembar observasi kegiatan guru dan lembar observasi kegiatan peserta didik.Lembar observasi ini untuk mengetahui perkembangan peserta didik dalam pembelajaran praktek tentang rukun dan sunah wudhu. 2. Pelaksanaan Guru menjelaskan materi tentang gerakan wudhu dan tata cara melaksanakan rukun dan sunah wudhu. Guru membagi menjadi 8 kelompok, setiap kelompok terdiri dari 4 orang dan diminta untuk memperhatikan contoh-contoh gerakan rukun dan sunah wudhu pada gambar yang diperlihatkan oleh guru untuk didiskusikan. Setelah itu guru menunjuk 1 siswa pada setiap kelompok untuk mempraktikkan rukun dan sunah wudhu. Siswa yang lain memperhatikan gerakan dari siswa-siswa tersebut dan apabila ada gerakan yang salah, maka siswa yang lain dapat membetulkan gerakan rukun dan sunah wudhu tersebut. Guru melakukan evaluasi tentang rukun dan sunah wudhu. Tujuannnya untuk mengetahui siswa-siswa yang memperhatikan dan yang tidak memperhatikan selama proses pembelajaran berlangsung. 3. Observasi Dengan instrumen yang telah disiapkan peneliti melakukan pengamatan atau observasi. Dari data yang diperoleh dapat dilihat siswa yang mendapatkan nilai kurang dari 75 (tidak tuntas) sebanyak 19% dari semua siswa kelas II.Hasil siswa yang mendapatkan nilai 75 atau lebih (tuntas) sebanyak 81% dari semua siswa kelas II.Pada siklus III ini dapat disimpulkan bahwa kemampuan siswa dalam mempraktikkan rukun wudhu sudah baik. Berdasarkan data yang diperoleh, prestasi belajar pada siklus III ditemukan sebesar 19% tidak tuntas, dan sebesar 81% siswa tuntas dalam belajar. Dengan demikian, indikator keberhasilan belajar ketuntasan siswa sebesar 75% atau nilai KKM sebesar 75 sudah terpenuhi, jadi siklus dihentikan. Sebanyak 19% siswa yang tidak tuntas belajar dilakukan remidi secara individual di luar jam yang dijadwalkan Dari data yang diperoleh dapat dilihat siswa yang mendapatkan nilai kurang dari 75 (tidak tuntas) sebanyak 12,5% dari semua siswa kelas II. Hasil siswa yang mendapatkan nilai 75 atau lebih (tuntas) sebanyak 87,5% dari semua siswa kelas II. Berdasarkan data yang diperoleh, prestasi belajar pada siklus III ditemukan sebanyak 12,5% tidak tuntas, dan seabanyak 87,5% siswa tuntas dalam belajar. Suwartun,Peningkatan Prestasi Belajar PAIMateri Wudhu Melalui Metode Demonstrasi Siswa Kelas II SDN Geneng II| 83 Dengan demikian, indikator keberhasilan belajar ketuntasan siswa sebesar 75% atau nilai KKM sebesar 75 sudah terpenuhi, jadi siklus dihentikan. Sebanyak (12,5%) yang tidak tuntas belajar dilakukan remidi secara individual di luar jam yang sudah dijadwalkan KESIMPULAN Metode demonstrasi pada pembelajaran PAI dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas II SD Negeri Geneng II , Kecamatan Margomulyo, Kabupaten Bojonegoro Tahun 2015. Prestasi belajar pada siklus I sebesar 44% dengan KKM 75, siklus II sebesar 56% dengan KKM 75 dan pada siklus III sebesar 81% siswa untuk materi rukun wudhu dan sebesar 87,5% untuk materi sunah wudhu dengan KKM 75. Peningkatan prestasi belajar siswa pada siklus I ke siklus II sebesar 12% dengan KKM 75, peningkatan prestasi pada siklus II ke siklus III dengan materi rukun wudhu sebesar 25% dan pada materi sunah wudhu sebesar 31,5%. SARAN Bagi gurudalam pelaksanaan pembelajaran mata pelajaran PAI selain menggunakan metode ceramah atau penugasan sebaiknya juga dapat menggunakan metode demonstrasi terutama menyangkut materi yang membutuhkan metode ini agar prestasi belajar siswa dapat meningkat. Bagi siswa dalam proses pembelajaran sebaiknya siswa tidak malu untuk bertanya tentang materi yang belum jelas dan siswa juga tidak malu untuk mempraktikkan materi rukun dan sunah wudhu, sehingga siswa dapat memperoleh hasil yang maksimal. Bagi sekolah hendaknya menyiapkan fasilitas untuk para guru yang akan melakukan penelitian tindakan kelas agar terwujud sekolah yang bermutu dan berkualitas dalam menghadapi kemajuan di dunia pendidikan. DAFTAR PUSTAKA A.M. Sardiman. 2004. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta : PT. Raja Grafindo. Abdurahman. 1999. Pendidikan bagi Anak berkesulitan Belajar. Jakarta : Rineka Cipta. Ali, M. 1995. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Angkasa Bawani, Imam. 1993. Tradisionalisme dalam Pendidikan Islam. Surabaya: Al Ikhlas. DepDikBud. 1993. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta. Balai Pustaka Drajat, Zakiah, 1992. Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta : Bumi Aksara Hudoyo. 1990. Strategi Belajar Mengajar. Malang : IKIP Malang. Sardiman 2007. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta : PT. Rajagrafindo Persada Slameto, 2003. Belajar dan Faktor-Faktor Yang mempengaruhinya. Jakarta : Rineka Cipta Sriyono, dkk. 1992.Teknik Belajar Mengajar Dalam CBSA. Jakarta: Rineka Cipta Sudjana, Nana. 1989. Penelitian dan penilaian dalam Pendidikan. Bandung: C.V. Sinar Baru Sudjana, Nana. 1989. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung : Sinar Baru Algensido Offset. Sumarni. 2007. Manajemen Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta