peningkatan prestasi belajar pai materi wudhu

advertisement
PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR PAI
MATERI WUDHU MELALUI METODE DEMONSTRASI
Suwartun
GuruSDNGeneng II Margomulyo Bojonegoro
Email :[email protected]
Abstrak: Keberhasilan siswa dalam belajar dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya
adalah metode yang digunakan oleh guru dalam mengajar. Penelitian ini untuk mengetahui
apakah metode demonstrasi dapat meningkatkan prestasi belajar siswa tentang materi wudhu
pada siswa kelas II SDN Geneng IIMargomulyo Bojonegoro Tahun 2015. Metode demonstrasi
dengan cara memperagakan atau mempertunjukkan kepada siswa suatu proses, situasi yang
sedang dipelajari sehingga proses penerimaan siswa terhadap pelajaran akan lebih berkesan
secara mendalam. Dilaksanakan dalam tiga siklus melalui empat tahapan yaitu perencanaan,
pelaksanaan, observasi dan refleksi. Hipotesis jika metode demonstrasi digunakan dengan baik
dapat meningkatkan prestasi belajar siswa mata pelajaran PAI pada siswa. Indikator
keberhasilan 75% dengan KKM sebesar 75. Teknik pengumpulan data dengan observasi.teknik
analisis data dengan mengetahui nilai rata-rata dan persentase. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa prestasi belajar pada siklus I sebesar 44%, siklus II sebesar 56% dan pada siklus III
sebesar 81% untuk materi rukun wudhu dan sebesar 87,5% untuk materi sunah wudhu.
Peningkatan prestasi belajar siswa pada siklus I ke siklus II sebesar 12%, pada siklus II ke siklus
III dengan materi rukun wudhu sebesar 25% dan pada materi sunah wudhu sebesar 31,5%.
Kata Kunci:Prestasi belajar, Metode demontrasi, PAI
Penyampaian proses pembelajaran
dikemas menjadi proses yang membangun
pengalaman baru berdasar pengetahuan awal,
membangkitkan
semangat
kerjasama,
menantang dan menyenangkan (Sabiq,
2006:47). Tugas pendidik dalam konteks ini
membantu mengkondisikan peserta didik
pada sikap, perilaku atau kepribadian yang
benar agar mampu berkembang dan berguna
bagi dirinya sendiri, lingkungan dan
masyarakat.
Selama ini proses pembelajaran yang
dilaksanakan oleh peneliti dinilai masih
monoton. Hal ini terlihat pada pemilihan
metode, alat peraga maupun model
pembelajaran serta hasil yang dicapai oleh
peserta didik masih rendah.
Metode demonstrasi adalah cara
mengajar di mana seorang guru menunjukkan,
memperlihatkan suatu proses sehingga
seluruh siswa dalam kelas dapat melihat,
mengamati, mendengar bahkan mungkin
meraba dan merasakan proses yang
dipertunjukkan oleh guru (Roestiyah,
1995:83). Materi praktek wudhu tidak
mungkin
hanya
dengan
ceramah
menyebabkan siswa kurang memahami materi
tersebut, maka dipilih model yang bervariasi
seperti metode demonstrasi, diharapkan
dengan metode demonstrasi peserta didik
dapat
memahami
sekaligus
mempraktikkannya secara langsung.
Dengan
metode
menggunakan
demonstrasi peserta didik akan merasa
tertantang lagi untuk mencoba atau
mempraktikkan sehingga mereka akan lebih
bersungguh-sungguh dan serius dalam
mengikuti pembelajaran sehingga diharapkan
akan lebih meningkatkan prestasi belajar itu
sendiri. Menurut Tohirin (2008:151) bahwa
prestasi belajar diperoleh dari apa yang telah
dicapai oleh siswa setelah siswa melakukan
kegiatan belajar. Prestasi belajar berkaitan
dengan nilai yang diberikan guru untuk
mengetahui hasil akhir dalam waktu
tertentu.Menurut Oemar Hamalik (2004:30)
bahwa prestasi belajar adalah adanya
perubahan tingkah laku pada orang tersebut,
misal dari tidak tahu menjadi tahu dan tidak
mengerti menjadi mengerti.
78
Suwartun,Peningkatan Prestasi Belajar PAIMateri Wudhu Melalui Metode Demonstrasi
Siswa Kelas II SDN Geneng II| 79
Ada dua aspek penilaian dalam mata
pelajaran Pendidikan Agama Islam, yaitu
aspek teori dan aspek praktik. Kedua aspek
tersebut memiliki bobot nilai yang sama.
Bahkan menurut penulis aspek kemampuan
praktik pada mata pelajaran Pendidikan
Agama Islam sangat penting daripada teori.
Pendapat ini berdasarkan alasan bahwa
kemampuan praktik akan diaplikasikan dalam
kehidupan sehari-hari, khususnya wudhu.
Wudhu merupakan perbuatan yang
disyaratkan dengan tegas berdasarkan
beberapa dalil.Dalil pertama, kitab suci
Alqur‟an. Allah SWT berfirman: “Hai orangorang yang beriman, apabila kamu hendak
mengerjakan shalat, maka basuhlah mukamu
dan tanganmu sampai dengan siku, dan
sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu sampai
dengan kedua mata kaki, dan jika kamu junub
maka mandilah, dan jika kamu sakit(403) atau
dalam perjalanan atau kembali dari tempat
buang air (kakus) atau menyentuh(404)
perempuan, lalu kamu tidak memperoleh air,
maka bertayammumlah dengan tanah yang
baik (bersih); sapulah mukamu dan tanganmu
dengan tanah itu. Allah tidak hendak
menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak
membersihkan kamu dan menyempurnakan
nikmat-Nya
bagimu,
supaya
kamu
bersyukur”.(AlMa‟idah: 6). Keterangan:
(403) : Maksudnya sakit yang tidak boleh
kena air. (404) : Artinya: menyentuh.
Menurut Jumhur ialah: menyentuh sedang
sebagian Mufassirin ialah: menyetubuhi.
Dalil kedua, sunah dari Abu Hurairoh
r.a. bahwa Nabi SAW. Bersabda : " Allah
tidak menerima sholat yang dikerjakan salah
seorang diantaramu bila ia berhadats,
sehingga berwudhu terlebih dahulu." AlHadist: HSR (Hadist Sahih Riwayat)
Bukhary-Fathul Baary, I:206; Muslim, no.
225). Dalil ketiga, ijma', kaum muslimin
sepakat bahwa memang wudhu memang telah
disyaratkan agar dilaksanakan, semenjak
zaman Rasolulloh SAW hingga sekarang
ini.Tiada seorang pun yang menyangkal
bahwa wudhu merupakan salah satu ketentuan
yang berasal dari agama.
Kondisi peserta didik di SD Negeri
Geneng II kelas II sekarang ini memiliki
kemampuan praktik wudhu yang masih
rendah.Dahulu menggunakan metode klasik
yaitu metode ceramah. Selama proses
pembelajaran 10% siswa bermain sendiri,
30% siswa mengantuk, 30% siswa kurang
memperhatikan dan 30% siswa kurang aktif.
Berdasarkan fenomena tersebut, penggunaan
metode ceramah perlu dilakukan variasi
dengan menggunakan metode lain antara lain
dengan metode demonstrasi.
Dalam kompetensi dasar tentang praktik
wudhu ini peneliti sengaja menggunakan dua
kriteria keberhasilan yaitu berhasil baik dan
belum berhasil.Pengambilan kebijakan seperti
ini didasarkan alasan bahwa kemampuan
praktik wudhu merupakan kunci utama untuk
ibadah selanjutnya yaitu sholat, baik sholat
wajib maupun sunat. Ada beberapa faktor
yang menyebabkan rendahnya kompetensi ini
antara lain; alokasi waktu yang sedikit,
fasilitas paraktik wudhu yang kurang,
penyampaian pembelajaran yang kurang
variatif, metode pembelajaran yang kurang
inovatif. Berdasarkan pada fenomena
tersebut, pembelajaran materi wudhu dengan
menggunakan metode demonstrasi untuk
meningkatkan prestasi belajar perlu dilakukan
melalui Penelitian Tindakan Kelas.Tujuan
penelitian ini untuk mengetahui metode
demonstrasi dapat meningkatkan prestasi
belajar siswa dengan materi wudhu pada
siswa kelas II SD Negeri Geneng II
Kec.Margomulyo Kab. Bojonegoro Tahun
2015.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan penelitian
tindakan kelas. Tahapan-tahapan adalah
sebagai berikut :(a) Mengidentifikasi data dan
menganalisis masalah yaitu secara jelas dapat
dimengerti masalah yang akan diteliti. (b)
Menerapkan alasan mengapa penelitian
dilakukan. (c) Merumuskan masalah secara
jelas. (d) Menerapkan cara yang akan
dilakukan untuk menemukan jawaban berupa
rumusan hipotesis tindakan. (e) Menemukan
80 | Jurnal Karya Pendidikan Volume 2, Nomor 2, Maret 2016 hlm 78-83
cara untuk menguji hipotesis tindakan. (f)
Membuat secara rinci rancangan tindakan.
Tahap-tahap dalam Penelitian Tindakan
Kelas (PTK) terdiri dari empat tahapan
penting,
meliputi
;
(1)
planning
(perencanaan), (2) Action (tindakan), (3)
Observation (pengamatan) dan (4) Reflection
(refleksi) (Arikunto, 2006:20). Lebih jelasnya
sebagai berikut :
1. Tahap Perencanaan (planning) merupakan
bagian awal yang harus dilakukan peneliti
sebelum seluruh rangkaian kegiatan
dilakukan. Kegiatan yang dilakukan adalah
1) Membuat Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran ( RPP ). 2) Mempersiapkan
fasilitas dan sarana pendukung yang
diperlakukan saat proses pembelajaran
berlangsung. 3) Menyusun soal test. 4)
Membuat lembar observasi kegiatan guru
dan siswa. 5) Membuat simulasi perbaikan
2. Tahap Tindakan (action) 1) Guru membuat
skenario atau konsep pembelajaran yang
kreatif dan menyenangkan. 2) Guru
melaksanakan pembelajaran sesuai dengan
RPP yang telah dibuat
3. Tahap Pengamatan (observation) Pada
tahap ini segala aktivitas guru dan siswa
dalam proses pembelajaran diamati, dicatat
dan danilai, kemudian dianalisis untuk
dijadikan umpan balik.
4. Tahap Analisis dan Refleksi (reflection)
Untuk mengetahui ketercapaian dan
keberhasilan tujuan penelitian. Tahap
refleksi (reflection), meliputi : 1) Mencatat
hasil
observasi
dan
pelaksanaan
pembelajaran. 2) Evaluasi hasil observasi.
3)
Analisis
hasil
pembelajaran.
Memperbaiki kelemahan siklus I pada
siklus II dan siklus III. Hasil refleksi
berupa refleksi terhadap perencanaan yang
telah dilaksanakan tersebut, yang akan
dipergunakan untuk memperbaiki kinerja
guru pada tahap selanjutnya, yaitu siklus II
dan seterusnya.
Analisis Data
Untuk mengetahui keefektifan suatu
metode dalam kegiatan pembelajaran perlu
dilakukan analisis data. Pada penelitian
tindakan kelas ini menggunakan statistik
sederhana yaitu:
1. Untuk menilai ulangan atau tes formatif
peneliti melakukan penjumlahan nilai yang
diperoleh siswa, yang selanjutnya dibagi
dengan jumlah siswa yang ada di kelas
tersebut sehingga diperoleh rata-rata tes
formatif.
2. Menghitung persentase ketuntasan belajar.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Deskripsi Siklus I
1. Perencanaan
Dalam perencanaan
ini
peneliti
menyusun RPP sebagai pedoman dalam
pembelajaran. Mempersiapkan fasilitas dan
sarana pendukung seperti tempat wudhu dan
gambar cara berwudhu untuk demonstrasi
tentang rukun wudhu. Gambar cara berwudhu
dimaksudkan agar siswa memperhatikan
sehingga dapat mempraktikkan rukun wudhu.
Menyiapkan lembar observasi kegiatan
guru dan lembar observasi kegiatan peserta
didik. Lembar observasi ini untuk mengetahui
perkembangan
peserta
didik
dalam
pembelajaran praktek wudhu.
2. Pelaksanaan
Guru mengajak siswa untuk membaca
doa
berwudhu
secara
bersama-sama.
Tujuannya agar siswa dapat memusatkan
perhatian dan mengarah minat siswa untuk
mengikuti pembelajaran tentang rukun
wudhu.
Guru membagi menjadi 8 kelompok,
setiap kelompok terdiri dari 4 orang dan
diminta untuk memperhatikan contoh-contoh
gerakan rukun wudhu pada gambar yang
diperlihatkan oleh guru untuk didiskusikan.
Setelah itu guru menunjuk 1 siswa pada setiap
kelompok untuk mempraktikkan rukun
wudhu. Siswa yang lain memperhatikan
gerakan dari siswa-siswa tersebut dan apabila
ada gerakan yang salah, maka siswa yang lain
dapat membetulkan gerakan rukun wudhu
tersebut.
Guru melakukan tanya jawab tentang
rukun wudhu. Tujuannnya untuk mengetahui
siswa-siswa yang memperhatikan dan yang
Suwartun,Peningkatan Prestasi Belajar PAIMateri Wudhu Melalui Metode Demonstrasi
Siswa Kelas II SDN Geneng II| 81
tidak
memperhatikan
selama
pembelajaran berlangsung.
proses
3. Observasi
Dengan instrumen yang telah disiapkan
peneliti dan 3 kolaborator melakukan
pengamatan atau observasi.
Berdasarkan data yang diperoleh dapat
dilihat banyaknya aktifitas mengajar guru
yang mendapat nilai 1 (kurang/rendah) yaitu
kejelasan dan sistematika penyampaian
materi,
pengelolaan
pembelajaran,
penguasaan
bahan,
tuntutan
pencapaian/ketercapaian kompetensi siswa,
memberikan evaluasi dan ketepatan strategi
pembelajaran.
Hasil pengamatan selanjutnya terhadap
aktifitas guru yang mendapat nilai 2
(cukup/sedang) yaitu pemberian motivasi
belajar dan kejelasan suara.Pada siklus I dapat
disimpulkan bahwa kemampuan guru dalam
mengelola kelas masih buruk dilihat dari
banyaknya aktifitas mengajar guru yang
mendapatkan nilai kurang dan perlu dilakukan
perbaikan pada siklus berikutnya.
Dari data yang diperoleh dapat dilihat
siswa yang mendapatkan nilai kurang dari 75
(tidak tuntas) sebanyak 56% dari semua siswa
kelas II.Hasil siswa yang mendapatkan nilai
75 atau lebih (tuntas) sebanyak 44% dari
semua siswa kelas II.Pada siklus I ini dapat
disimpulkan bahwa kemampuan siswa dalam
mempraktekkan rukun wudhu masih rendah,
maka perlu dilakukan perbaikan pada siklus
berikutnya.
Berdasarkan data yang diperoleh,
prestasi belajar pada siklus I ditemukan 56%
tidak tuntas, dan siswa sebanyak 44% tuntas
dalam belajar. Dengan demikian, indikator
keberhasilan belajar ketuntasan siswa sebesar
75% atau nilai KKM sebesar 75 tidak
terpenuhi, jadi observasi kegiatan ini
dilanjutkan pada siklus II.
Pada siklus I hasil pengamatan kondisi
siswa selama proses pembelajaran terlihat
bahwa siswa yang kurang aktif sebesar 75%.
Siswa yang bermain sendiri sebesar 44%.
Siswa yang tidak memperhatikan saat proses
pembelajaran sebesar 59%. Siswa yang masih
malu-malu dalam mempraktekkan rukun
wudhu 81%.Siswa yang kurang paham materi
rukun wudhu sebesar 62%. Berdasarkan
pengamatan tersebut dapat disimpulkan
bahwa kondisi siswa kurang baik dalam
mengikuti proses pembelajaran, maka perlu
ada perbaikan pada siklus berikutnya
Deskripsi Siklus II
1. Perencanaan
Dalam perencanaan
ini
peneliti
menyusun RPP sebagai pedoman dalam
pembelajaran. Mempersiapkan fasilitas dan
sarana pendukung seperti tempat wudhu dan
gambar cara berwudhu untuk demonstrasi
tentang sunah wudhu. Gambar cara berwudhu
dimaksudkan agar siswa memperhatikan
sehingga dapat mempraktikkan sunah wudhu.
Menyiapkan lembar observasi kegiatan
guru dan lembar observasi kegiatan peserta
didik.Lembar observasi ini untuk mengetahui
perkembangan
peserta
didik
dalam
pembelajaran praktek sunah wudhu.
2. Pelaksanaan
Guru menjelaskan materi tentang
gerakan wudhu dan tata cara melaksanakan
sunah wudhu. Guru membagi menjadi 8
kelompok, setiap kelompok terdiri dari 4
orang dan diminta untuk memperhatikan
contoh-contoh gerakan sunah wudhu pada
gambar yang diperlihatkan oleh guru untuk
didiskusikan. Setelah itu guru menunjuk 1
siswa pada setiap kelompok untuk
mempraktikkan sunah wudhu. Siswa yang
lain memperhatikan gerakan dari siswa-siswa
tersebut dan apabila ada gerakan yang salah,
maka siswa yang lain dapat membetulkan
gerakan sunah wudhu tersebut.
Guru melakukan evaluasi tentang sunah
wudhu. Tujuannnya untuk mengetahui siswasiswa yang memperhatikan dan yang tidak
memperhatikan selama proses pembelajaran
berlangsung.
3. Observasi
Dengan instrumen yang telah disiapkan
peneliti
melakukan
pengamatan
atau
observasi.
Dari data yang diperoleh dapat dilihat
siswa yang mendapatkan nilai kurang dari 75
82 | Jurnal Karya Pendidikan Volume 2, Nomor 2, Maret 2016 hlm 78-83
(tidak tuntas) sebesar 44% dari semua siswa
kelas II.Hasil siswa yang mendapatkan nilai
75 atau lebih (tuntas) sebesar 56% dari semua
siswa kelas II.Pada siklus II ini dapat
disimpulkan bahwa kemampuan siswa dalam
mempraktikkan sunah wudhu sudah cukup
baik, namun perlu dilakukan perbaikan pada
siklus berikutnya.
Berdasarkan data yang diperoleh,
prestasi belajar pada siklus II ditemukan
sebanyak 44% tidak tuntas, 56% siswa tuntas
dalam belajar. Dengan demikian, indikator
keberhasilan belajar ketuntasan siswa sebesar
75% atau nilai KKM sebesar 75 tidak
terpenuhi, jadi observasi kegiatan ini
dilanjutkan pada siklus III.
Pada siklus II hasil pengamatan kondisi
siswa selama proses pembelajaran terlihat
bahwa siswa yang kurang aktif sebesar 53%.
Siswa yang bermain sendiri sebesar 41%.
Siswa yang tidak memperhatikan saat proses
pembelajaran sebesar 53%. Siswa yang masih
malu-malu dalam mempraktikkan sunah
wudhu sebesar 56%.Siswa yang kurang
paham materi sunah wudhu sebesar
50%.Berdasarkan pengamatan tersebut dapat
disimpulkan bahwa kondisi siswa kurang baik
dimana siswa yang masih malu-malu dalam
mempraktikkan sunah wudhu masih tinggi,
sehingga perlu perbaikan pada siklus III. 3.
Deskripsi Siklus III
1. Perencanaan
Dalam perencanaan
ini
peneliti
menyusun RPP sebagai pedoman dalam
pembelajaran. Mempersiapkan fasilitas dan
sarana pendukung seperti tempat wudhu dan
gambar cara berwudhu untuk demonstrasi
tentang rukun dan sunah wudhu.
Menyiapkan lembar observasi kegiatan
guru dan lembar observasi kegiatan peserta
didik.Lembar observasi ini untuk mengetahui
perkembangan
peserta
didik
dalam
pembelajaran praktek tentang rukun dan
sunah wudhu.
2. Pelaksanaan
Guru menjelaskan materi tentang
gerakan wudhu dan tata cara melaksanakan
rukun dan sunah wudhu.
Guru membagi menjadi 8 kelompok,
setiap kelompok terdiri dari 4 orang dan
diminta untuk memperhatikan contoh-contoh
gerakan rukun dan sunah wudhu pada gambar
yang diperlihatkan oleh guru untuk
didiskusikan. Setelah itu guru menunjuk 1
siswa pada setiap kelompok untuk
mempraktikkan rukun dan sunah wudhu.
Siswa yang lain memperhatikan gerakan dari
siswa-siswa tersebut dan apabila ada gerakan
yang salah, maka siswa yang lain dapat
membetulkan gerakan rukun dan sunah
wudhu tersebut.
Guru melakukan evaluasi tentang rukun
dan sunah wudhu. Tujuannnya untuk
mengetahui siswa-siswa yang memperhatikan
dan yang tidak memperhatikan selama proses
pembelajaran berlangsung.
3. Observasi
Dengan instrumen yang telah disiapkan
peneliti
melakukan
pengamatan
atau
observasi.
Dari data yang diperoleh dapat dilihat
siswa yang mendapatkan nilai kurang dari 75
(tidak tuntas) sebanyak 19% dari semua siswa
kelas II.Hasil siswa yang mendapatkan nilai
75 atau lebih (tuntas) sebanyak 81% dari
semua siswa kelas II.Pada siklus III ini dapat
disimpulkan bahwa kemampuan siswa dalam
mempraktikkan rukun wudhu sudah baik.
Berdasarkan data yang diperoleh,
prestasi belajar pada siklus III ditemukan
sebesar 19% tidak tuntas, dan sebesar 81%
siswa tuntas dalam belajar. Dengan demikian,
indikator keberhasilan belajar ketuntasan
siswa sebesar 75% atau nilai KKM sebesar 75
sudah terpenuhi, jadi siklus dihentikan.
Sebanyak 19% siswa yang tidak tuntas belajar
dilakukan remidi secara individual di luar jam
yang dijadwalkan
Dari data yang diperoleh dapat dilihat
siswa yang mendapatkan nilai kurang dari 75
(tidak tuntas) sebanyak 12,5% dari semua
siswa kelas II. Hasil siswa yang mendapatkan
nilai 75 atau lebih (tuntas) sebanyak 87,5%
dari semua siswa kelas II. Berdasarkan data
yang diperoleh, prestasi belajar pada siklus III
ditemukan sebanyak 12,5% tidak tuntas, dan
seabanyak 87,5% siswa tuntas dalam belajar.
Suwartun,Peningkatan Prestasi Belajar PAIMateri Wudhu Melalui Metode Demonstrasi
Siswa Kelas II SDN Geneng II| 83
Dengan demikian, indikator keberhasilan
belajar ketuntasan siswa sebesar 75% atau
nilai KKM sebesar 75 sudah terpenuhi, jadi
siklus dihentikan. Sebanyak (12,5%) yang
tidak tuntas belajar dilakukan remidi secara
individual di luar jam yang sudah dijadwalkan
KESIMPULAN
Metode demonstrasi pada pembelajaran
PAI dapat meningkatkan prestasi belajar
siswa kelas II SD Negeri Geneng II ,
Kecamatan
Margomulyo,
Kabupaten
Bojonegoro Tahun 2015. Prestasi belajar pada
siklus I sebesar 44% dengan KKM 75, siklus
II sebesar 56% dengan KKM 75 dan pada
siklus III sebesar 81% siswa untuk materi
rukun wudhu dan sebesar 87,5% untuk materi
sunah wudhu dengan KKM 75. Peningkatan
prestasi belajar siswa pada siklus I ke siklus II
sebesar 12% dengan KKM 75, peningkatan
prestasi pada siklus II ke siklus III dengan
materi rukun wudhu sebesar 25% dan pada
materi sunah wudhu sebesar 31,5%.
SARAN
Bagi
gurudalam
pelaksanaan
pembelajaran mata pelajaran PAI selain
menggunakan
metode
ceramah
atau
penugasan
sebaiknya
juga
dapat
menggunakan metode demonstrasi terutama
menyangkut materi yang membutuhkan
metode ini agar prestasi belajar siswa dapat
meningkat.
Bagi siswa dalam proses pembelajaran
sebaiknya siswa tidak malu untuk bertanya
tentang materi yang belum jelas dan siswa
juga tidak malu untuk mempraktikkan materi
rukun dan sunah wudhu, sehingga siswa dapat
memperoleh hasil yang maksimal.
Bagi sekolah hendaknya menyiapkan
fasilitas untuk para guru yang akan
melakukan penelitian tindakan kelas agar
terwujud sekolah yang bermutu dan
berkualitas dalam menghadapi kemajuan di
dunia pendidikan.
DAFTAR PUSTAKA
A.M. Sardiman. 2004. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta : PT. Raja Grafindo.
Abdurahman. 1999. Pendidikan bagi Anak berkesulitan Belajar. Jakarta : Rineka Cipta.
Ali, M. 1995. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Angkasa Bawani, Imam. 1993. Tradisionalisme
dalam Pendidikan Islam. Surabaya: Al Ikhlas.
DepDikBud. 1993. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta. Balai Pustaka
Drajat, Zakiah, 1992. Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta : Bumi Aksara
Hudoyo. 1990. Strategi Belajar Mengajar. Malang : IKIP Malang.
Sardiman 2007. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta : PT. Rajagrafindo Persada
Slameto, 2003. Belajar dan Faktor-Faktor Yang mempengaruhinya. Jakarta : Rineka Cipta
Sriyono, dkk. 1992.Teknik Belajar Mengajar Dalam CBSA. Jakarta: Rineka Cipta
Sudjana, Nana. 1989. Penelitian dan penilaian dalam Pendidikan. Bandung: C.V. Sinar Baru
Sudjana, Nana. 1989. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung : Sinar Baru Algensido
Offset.
Sumarni. 2007. Manajemen Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta
Download