PENGAMATAN HAMA DAUN TANAMAN ULIN (Eusideroxylon

advertisement
PENGAMATAN HAMA DAUN
TANAMAN ULIN (Eusideroxylon zwageri)
DI POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA
Oleh:
ANDI RAMLAH
NIM. 110500002
PROGRAM STUDI MANAJEMEN HUTAN
JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN
POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA
SAMARINDA
2014
PENGAMATAN HAMA DAUN
TANAMAN ULIN (Eusideroxylon zwageri)
DI POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA
Oleh:
ANDI RAMLAH
NIM. 110500002
Karya Ilmiah Sebagai Salah Satu Syarat
untuk Memperoleh Sebutan Ahli Madya pada Program Diploma III
Politeknik Pertanian Negeri Samarinda
PROGRAM STUDI MANAJEMEN HUTAN
JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN
POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA
SAMARINDA
2014
PENGAMATAN HAMA DAUN
TANAMAN ULIN (Eusideroxylon zwageri)
DI POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA
Oleh
ANDI RAMLAH
NIM. 110500002
Karya Ilmiah Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Sebutan Ahli Madya
pada Program Diploma III Politeknik Pertanian Negeri Samarinda
PROGRAM STUDI MANAJEMEN HUTAN
JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN
POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA
SAMARINDA
2014
HALAMAN PENGESAHAN
Judul Karya Ilmiah
:
Pengamatan
Hama
Daun
Tanaman
Ulin
(Eusideroxylon zwageri) Di Politeknik Pertanian
Negeri Samarinda
Nama
:
Andi Ramlah
NIM
:
110500002
Program Studi
:
Manajemen Hutan
Jurusan
:
Manajemen Pertanian
Pembimbing,
Penguji I,
Penguji II,
Ir. Emi Malaysia. MP
Ir. M. Nasir. MP
NIP. 196501011992032002 NIP. 196012201988031003
Menyetujui
Ketua Program Studi Manajemen Hutan
Ir. M. Fadjeri, MP
NIP. 196108121988031003
Dwinita Aquastini. S.Hut. MP
NIP. 197002141997032002
Mengesahkan,
Ketua Jurusan Manajemen Pertanian
Ir. Hasanudin, MP
NIP. 196308051989031005
Lulus ujian pada tanggal : . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
ABSTRAK
ANDI RAMLAH, Pengamatan Hama Daun Tanaman Ulin (Eusideroxylon
zwageri) Di Politeknik Pertanian Negeri Samarinda (di bawah bimbingan Emi
Malaysia).
Latar belakang dari penelitian adalah timbulnya hama merupakan salah
satu permasalahan yang serius dalam pembangunan hutan, untuk jenis-jenis asli
hutan Kalimantan misalnya jenis Ulin (E. zwageri) masih sedikit sekali diketahui
tentang hama yang dapat menyerang, berdasarkan hal ini maka penulis
melakukan penelitian.
Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui tentang hama daun, gejala
kerusakan daun, frekuensi dan intensitas kerusakan daun tanaman Ulin (E.
zwageri) di Politeknik Pertanian Negeri Samarinda. Hasil yang diharapkan dari
penelitian ini adalah untuk memberikan informasi tentang hama daun, gejala
kerusakan daun, frekuensi dan intensitas kerusakan daun tanaman Ulin (E.
zwageri) di Politeknik Pertanian Negeri Samarinda.
Penelitian ini dilaksanakan di Areal Jurusan Manajemen Pertanian dan di
Laboratorium Konservasi Jurusan Manajemen Pertanian Politeknik Pertanian
Negeri Samarinda. Waktu yang diperlukan dalam penelitian lebih kurang selama
1,5 bulan terhitung mulai dari tanggal 06 Januari 2014 sampai dengan 22
Februari 2014, pelaksanaan penelitian meliputi kegiatan persiapan alat dan
bahan, pengambilan data, dan dokumentasi penelitian. Pengambilan data
sebanyak dua kali yaitu pagi pukul 07.00 – 11.00, siang pukul 13.00 – 17.00,
pengambilan sampel dilakukan dengan cara sensus dengan jumlah tanaman
sebanyak 83 tanaman Ulin berumur ! 4 tahun.
Berdasarkan hasil pengamatan dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Hama daun yang ditemukan ada 5 jenis, yang dapat diidentifikasi ada 3 jenis
yaitu, Ulat Graphium sarpedon dengan gejala kerusakan yang ditimbulkan
adalah sebagian daun dari pinggir daun dan tulang daun dimakan, Ulat
kantong thyridopteryx sp dan ulat kantong Mahasena sp dengan gejala
kerusakan yang ditimbulkan adalah daun berlubang - lubang. Hama daun
yang belum dapat diidentifikasi ada 2 jenis yaitu Ulat A dengan gejala
kerusakan yang ditimbulkan adalah daun berlubang – lubang dan Ulat B
dengan gejala kerusakan yang ditimbulkan adalah dari pinggir daun dan daun
berlubang - lubang
2. Frekuensi tanaman yang sehat adalah 24,10 %, frekuensi kerusakan ringan
adalah 55,42 %, frekuensi kerusakan sedang adalah 9,64 %, frekuensi
kerusakan berat adalah 10,84 % serta frekuensi tanaman yang mati adalah
0 %.
3. Intensitas kerusakan adalah 26,81 %, berarti termasuk ke dalam kategori
kerusakan sedang.
Kata kunci : Ulin (Eusideroxylon zwageri), hama daun dan gejala kerusakan
RIWAYAT HIDUP
ANDI RAMLAH, lahir pada tanggal 27 Maret 1991 di
Nunukan, Kabupaten Nunukan Provinsi Kalimantan Utara.
merupakan anak kedua dari empat bersaudara pasangan
dari Bapak Andi Rizal dan Ibu Marni
Memulai pendidikan formal pada tahun 1999 di Sekolah
Dasar (SDN) 017 Harapan, Kec. Sebuku, Kab. Nunukan
dan lulus pada tahun 2005, kemudian melanjutkan
pendidikan di SMP Muktitama Kec. Sebuku, Kab. Nunukan dan lulus pada tahun
2008. Tahun 2008 melanjutkan ke SMA Negeri 01 Sebuku, Kab. Nunukan dan
menerima ijazah pada tahun 2011. Pendidikan tinggi dimulai pada bulan
September tahun 2011 di Politeknik Pertanian Negeri Samarinda pada Program
Studi Manajemen Hutan Diploma III (D3) Jurusan Manajemen Pertanian.
Sebagai aplikasi dari teori yang telah diperoleh selama mengikuti program
pendidikan, telah mengikuti Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Instansi Dinas
Kehutanan UPTD Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan Provinsi
Kalimantan Timur, mulai tanggal 01 Maret 2014 sampai 30 April 2014.
i
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Puji syukur Penulis panjatkan kehadirat Allah SWT dan sholawat serta
salam kepada junjungan Nabi besar Muhammad SAW, keluarga dan pengikutpengikut-Nya karena atas rahmat dan hidayah-Nyalah sehingga Penulis dapat
menyelesaikan Karya Ilmiah ini.
Maksud penyusunan Karya Ilmiah ini adalah salah satu persyaratan
menyelesaikan studi dan memperoleh gelar Ahli Madya Diploma III (A.md) pada
Politeknik Pertanian Negeri Samarinda. Keberhasilan dan kelancaran dalam
penulisan Karya Ilmiah ini juga tidak terlepas dari peran serta dan bantuan dari
berbagai pihak, dalam kesempatan ini, Penulis ingin mengucapkan terima kasih
kepada :
1. Bapak Ir. Hasanudin, MP selaku Ketua Jurusan Manajemen Pertanian
2. Bapak Ir. M. Fadjeri, MP selaku Ketua Program Studi Manajemen Hutan
3. Ibu Ir. Emi Malaysia, MP selaku Dosen Pembimbing
4. Bapak Ir. M. Nasir, MP dan Ibu Dwinita Aquastini, S.Hut, MP selaku Dosen
Penguji 1 dan Penguji 2 yang telah memberi masukan dan saran-saran
perbaikan Karya Ilmiah.
5. Dosen – Dosen dan PLP Manajemen Hutan Politeknik Pertanian Negeri
Samarinda.
6. Orang tua tercinta dan Keluarga yang selalu memberikan dukungan dan
doa, secara moral maupun materil.
7. Teman-teman Manajemen Hutan angkatan 2011 Politeknik Pertanian
Negeri Samarinda.
8. Seluruh teman-teman kampus, teman-teman kost yang selalu memberikan
dukungan
9. Semua pihak yang telah membantu menyelesaikan Karya ilmiah ini.
Kesempurnaan hanya milik Allah SWT semata, manusia adalah tempat
segala kekhilafan. Penulis mengharapkan adanya masukan berupa kritik dan
saran yang bersifat membangun dari semua pihak demi perbaikan Karya Ilmiah
ini.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Penulis
Kampus Sei Keledang 2014
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR
iv
DAFTAR ISI
v
DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR GAMBAR
vii
DAFTAR LAMPIRAN
viii
BAB I PENDAHULUAN
1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A.
B.
C.
D.
Tinjauan Umum Serangga
3
Penggolongan Hama Hutan
11
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Serangga ......13
Gambaran Umum Ulin (Eusideroxylon zwageri)
16
BAB III. METODE PENELITIAN
A.
B.
C.
D.
Tempat dan Waktu Penelitian
Alat dan Bahan
Prosedur Penelitian
Pengolahan Data
19
19
20
22
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
B. Pembahasan
25
32
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
B. Saran
35
36
DAFTAR PUSTAKA
37
LAMPIRAN
39
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Tubuh Utama
Halaman
1. Ulat Graphium sarpedon
26
2. Daun Tanaman Ulin Sebagian Daun yang Dimakan dari Pinggir
Daun dan Tulang Daun Dimakan Ulat Graphium sarpedon
26
3. Ulat Kantong Thyridopteryx sp dan Gejala Kerusakan Daun
Tanaman Ulin Berlubang
27
4. Ulat Kantong Mahasena sp dan Gejala Kerusakan Daun
Tanaman Ulin Berlubang
29
5. Ulat A
30
6. Ulat B dan Gejala Kerusakan Daun Tanaman Ulin dari Pinggir
Daun dan Daun Berlubang - lubang
31
DAFTAR TABEL
Nomor
Tubuh Utama
Halaman
1. Tally Sheet Pengamatan
21
2. Klasifikasi Derajat Kerusakan Tanaman
23
3. Cara Penentuan Tingkat Kerusakan Tanaman
24
4. Jenis Hama Daun dan Gejala Kerusakan Daun Tanaman
Ulin (E.zwageri)
25
5. Frekuensi Kerusakan dan Intensitas Kerusakan Tanaman Ulin
di Politeknik Pertanian Negeri Samarinda
31
6. Kisaran Suhu dan Kelembapan
32
Lampiran
7. Data Pengamatan Hama Daun Tanaman Ulin di Politeknik
Pertanian Negeri Samarinda
40
8. Data Suhu dan Kelembapan di Lokasi Penelitian
44
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
Halaman
1. Cara Perhitungan Frekuensi Kerusakan DaunTanaman Ulin di
Politeknik Pertanian Negeri Samarinda
44
2. Cara Perhitungan Intensitas Kerusakan Daun Tanaman Ulin di
Politeknik Pertanian Negeri Samarinda
45
1
BAB I
PENDAHULUAN
Hutan sebagai sumber daya perlu dipertahankan, dibina dan dikelola agar
diperoleh keseimbangan alam dan keserasian lingkungan hidup. Selain itu,
pengelolaan sumber daya hutan bertujuan untuk memperoleh manfaat yang
sebesar mungkin bagi kemakmuran bangsa, untuk mencapai tujuan tersebut
maka usaha pengelolaan hutan perlu ditingkatkan.
Jenis Ulin (Eusideroxylon zwageri) merupakan salah satu jenis asli
Kalimantan dan merupakan jenis yang banyak dimanfaatkan untuk kontruksi
berat, balok dan sirap sehingga Ulin diekplotasi berlebihan menyebabkan jenis ini
menjadi langka dan merupakan jenis yang dilindungi (Anonim, 2012).
Hama adalah hewan atau binatang yang merusak tanaman sehingga
menyebabkan kerugian secara ekonomi.
Beberapa kelompok hewan yang
mampu berperan sebagai hama yang paling merugikan usaha pertanian dalam
skala luas yaitu dari kelompok serangga dan invertebrata. Dalam menentukan
serangan yang dilakukan oleh hama jenis tertentu maka identifikasi sangat
diperlukan, identifikasi dapat dilakukan dengan melihat gejala serangan.
Serangan yang disebabkan oleh hama seperti serangga akan meninggalkan
gejala kerusakan yang khas pada tanaman tersebut (Djafarudin, 1995).
Timbulnya hama merupakan salah satu permasalahan yang serius dalam
pembangunan hutan, terutama untuk jenis-jenis asli hutan Kalimantan masih
sedikit sekali diketahui tentang hama yang dapat menyerang, sehingga masih
perlu penelitian yang lebih intensif.
Menurut Suratmo (1982), kerusakan yang dapat ditimbulkan oleh hama
pada pohon atau tegakan hutan dapat berbentuk kerusakan langsung (misalnya
2
mematikan pohon, merusak sebagian pohon, menurunkan kualitas hasil hutan,
menurunkan pertumbuhan pohon, merusak biji dan buah) dan tidak langsung
(misalnya menurunkan umur tegakan, mengurangi nilai keindahan dan
membawa
penyakit).
Oleh
karena
itu
untuk
membudidayakannya
dan
meningkatkan kualitas dan kuantitas yang baik, maka perlu dilakukan
pengamatan tentang jenis serangga yang dapat merusak daun tanaman Ulin,
agar dapat mengetahui langkah-langkah selanjutnya dalam usaha pencegahan
dan pemberantasan serangga yang menyerang.
Penelitian tentang hama tanaman Ulin telah dilakukan oleh peneliti
terdahulu yaitu Safari (2012), tentang Serangan Hama Pada Tanaman Ulin
(Eusideroxylon zwageri) Umur 2 tahun. berdasarkan hasil penelitiannya
ditemukan hama yang menyerang adalah Ulat kantong A (belum teridentifikasi),
Ulat Kantong (Thyridopteryx sp), Ulat (Euthalia sp), Ulat B (belum teridentifikasi),
Jangkrik (Brachytrypes sp), dan Bekicot (Achatina fulica).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tentang hama daun, gejala
kerusakan daun, frekuensi dan intensitas kerusakan daun tanaman Ulin (E.
zwageri) di Politeknik Pertanian negeri Samarinda.
Hasil yang diharapkan dari penelitian ini adalah untuk memberikan
informasi tentang hama daun, gejala kerusakan daun, frekuensi dan intensitas
kerusakan daun tanaman Ulin (E. zwageri) di Politeknik Pertanian Negeri
Samarinda.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum Serangga
Menurut ANONIM (1992), contoh klasifikasi serangga adalah sebagai
berikut:
Golongan
: Animalia
Phylum
: Arthropoda
Kelas
: Insekta
Ordo
: Hymenoptera
Famili
: Apidae
Genus
: Apis
Spesies
: Apis mellifera
Menurut Sumardi dan Widyastuti (2004), kerusakan hutan dapat terjadi
oleh adanya aktivitas berbagai serangga yang hidup di dalamnya dengan
memanfaatkan tanaman hutan sebagai tempat berkembang dan sumber
makanan.
Kerusakan oleh serangga hama dapat terjadi pada semua tumbuhan
penyusun hutan, pada semua tingkat pertumbuhan dan organ tumbuhan akar,
batang, daun, buah dan biji.
1. Anatomi Tubuh Serangga
Menurut Partosoedjono (1985), serangga mempunyai tubuh yang
terdiri dari tiga (3) bagian yaitu: kepala (caput), dada (thorax), dan perut
(abdomen) yang beruas-ruas.
4
Pada bagian kepala terdapat mulut, antena dan mata. Sedangkan pada
serangga dewasa maupun nimpa pada umumnya mempunyai dua jenis mata
yaitu mata tunggal dan mata majemuk.
Pada bagian dada terdiri dari 3 ruas yaitu : dada depan (prothorax),
dada tengah (mesothorax), dan dada belakang (metathorax). Ketiga bagian
ruas dada tersebut memiliki sepasang tungkai (kaki). Pada Prothorax
terdapat sepasang tungkai depan, pada mesothorax terdapat sepasang
tungkai tengah dan pada metathorax terdapat sepasang tungkai belakang.
Pada mesothorax terdapat sepasang sayap depan dan pada metathorax
terdapat sepasang sayap belakang. Pada jenis serangga yang hanya
memiliki sepasang sayap maka sayap tersebut terletak pada mesothorax.
Pada bagian perut pada dasarnya terdapat 11 ruas tetapi ruas ke 11
mengecil, Jumlah ruas abdomen untuk setiap spesies serangga tidak sama
akan tetapi pada umumnya tidak lebih dari 10. Setiap ruas dari abdomen
pada umumnya memiliki lubang nafas (stigma/spiracle) yang terletak di
bagian samping kiri kanan abdomen, biasanya berjumlah dua pasang
terdapat pada thorax dan delapan pasang terdapat pada abdomen. Alat
kelamin jantan biasanya terbentuk dari ruas ke 10, sedangkan alat kelamin
betina biasanya terbentuk dari ruas ke 8 dan 9.
2. Metamorfosis Serangga
Menurut Partosoedjono (1985), metamorfosis adalah suatu perubahan
bentuk yang dialami mulai dari telur sampai serangga dewasa.
Ada tiga metamorphosis serangga yaitu tidak ada metamorphosis
(ametabola), metamorfosis sempurna dan metamorfosis sederhana.
5
a. Tidak ada metamorphosis (ametabola), serangga yang tidak mengalami
metamorfosis, perubahan struktur ametabola. Serangga ametabola
melanjutkan kehidupannya sambil berganti kulit. Golongan ametabola
biasanya seranga-serangga
yang primitif, contohnya yaitu Collemola,
Thysanura, dan Diplura. Bentuk pradewasa ametabola disebut nymfa.
b. Metamorfosis sempurna memiliki 4 (empat) fase dalam hidupnya dimulai
dari telur, larva (ulat), pupa (kepompong) dan berakhir serangga dewasa
(imago). Beberapa ordo serangga yang mengalami metamorfosis
sempurna antara lain: lebah (Hymenoptera), kumbang (Coleoptera),
kupu-kupu (Lepidoptera) dan lalat (Diptera).
c. Metamorfosis sederhana memiliki 3 (tiga) fase dalam hidupnya yaitu
dimulai dari telur, serangga muda (nimfa) dan serangga dewasa (imago).
Beberapa ordo serangga yang mengalami metamorfosis sederhana
antara lain: belalang (orthoptera), rayap (Isoptera), kutu (Homoptera), dan
kepik (Hemiptera).
3. Serangga Berguna dan Merugikan
Menurut Partosoedjono (1985), serangga dibagi menjadi dua yaitu :
a. Serangga Berguna
Sesuai dengan kehidupannya yang memberikan manfaat bagi
manusia, maka berarti serangga ini dapat memberikan sesuatu yang
dibutuhkan oleh manusia. Contoh serangga yang berdaya guna antara
lain, lebah yang dapat memberikan madu, kupu-kupu yang membantu
penyerbukan sehingga terjadi pembuahan, serta banyak larva serangga
yang dijual untuk makanan burung ataupun ikan
6
b. Serangga Merugikan
Di Indonesia sangat banyak serangga yang merugikan terutama
yang merugikan dibidang pertanian termasuk di dalamnya peternakan,
kehutanan, perkebunan dan kesehatan baik manusia maupun hewan.
Contoh pada bidang perkebunan banyak sekali jenis serangga yang
menyerang tanaman seperti ngengat kubis Crocidolomia binotalis, serta
ngengat Plutella spp, untuk tanaman buah-buahan ada pula hama
perusak buah salak nedodemia sp, dan untuk tanaman kelapa ada juga
jenis kumbang yang disebut kumbang badak. Dibidang kehutanan, rayap
yang termasuk family Kalotermitidae, sering merusak pohon dan akar dari
pohon jati.
Hampir semua tanaman yang berguna bagi manusia dapat dirusak
oleh serangga. Serangga merusak tanaman dengan cara :
1) Memakan bagian tanaman dengan cara menggerek batang, cabang,
ranting, buah atau biji.
2) Mengisap cairan daun,sehingga daun menjadi keriting.
3) Menyebabkan puru pada tanaman.
4) Mengorok daun,yaitu membuat terowongan di antara epidermis atas
dan bawah daun.
5) Membawa serangga lain ke pertanaman, dan serangga tersebut lalu
berkembang biak serta merusak tanaman.
6) Menularkan organisme penyebab penyakit tanaman,atau membuat
luka pada tanaman sehingga organisme sekunder masuk ke dalam
tanaman.
7
Selain merusak tanaman, serangga juga dapat merusak bahan
simpanan. Tempat penyimpanan atau gudang merupakan lingkungan
yang baik untuk perkembangan serangga hama gudang karna tidak ada
musuh alaminya. Di samping itu perkembangan serangga di dalam
gudang berlangsung lama tanpa diketahui oleh manusia.
4. Beberapa Ordo Serangga
Menurut Partosoedjono (1985) dan Anonim (1992), ciri-ciri umum
beberapa ordo serangga yaitu :
a. Ordo Coleoptera (Coleo = keras, Ptera = sayap)
Sayap depan tebal dan keras disebut “elytra”, yang berfungsi untuk
melindungi sayap belakang, sayap belakang membraneus. Mengalami
metamorfosis sempurna. Larva Coleoptera disebut lundi atau uret, imago
atau serangga dewasa disebut kumbang yang mempunyai bentuk dan
ukuran yang berbeda-beda serta warna yang bermacam-macam. Larva
dan imago mempunyai tipe alat mulut menggigit dan mengunyah. Tipe
antena bermacam-macam.
Pada umumnya dapat ditemukan di dalam tanah, sampah, kotoran
hewan,
kayu-kayu
yang
membusuk
dan
pada
gudang-gudang
penyimpanan hasil pertanian.
Banyak yang bertindak sebagai hama tanaman dan biasanya akan
menyerang hampir semua bagian tanaman. Beberapa merusak bahan
makanan di gudang dan sebagian bersifat predator atau sebagai
pemakan serangga.
8
b. Ordo Hemiptera (Hemi = setengah, Ptera = sayap)
Sayap depan pangkalnya tebal sedangkan bagian ujungnya
membraneus, tipe sayap yang demikian disebut “hemelytron”, sayap
belakang membraneus. Mengalami meta metamorfosis sederhana. Tipe
alat mulut penusuk pengisap. Antena pendek sampai panjang.
Hidup di berbagai habitat, di darat dan di air. Telur diletakkan
dengan disisipkan di jaringan tanaman, di permukaan daun, dan ada yang
dalam cekungan di tanah lalu ditutup dengan tanah. Ada yang bila
diganggu mengeluarkan bau yang tidak enak.
Umumnya merupakan hama tanaman, ada yang sebagai predator,
sebagai pengisap darah dan vector penyakit.
c. Ordo Homoptera (Homo = merata, ptera = sayap)
Pada umumnya mempunyai 2 pasang sayap, sayap depan lebih
besar dan panjang serta memiliki struktur yang merata. Sayap ada yang
membraneus dan ada yang tertutup bahan seperti tepung, pada waktu
istirahat sayap disusun seperti atap genteng di atas tubuh. Mengalami
metamorfosis sederhana. Tipe alat mulut penusuk pengisap. Antena
bervariasi, kadang pendek kaku seperti rambut, kadang panjang seperti
benang.
Hampir seluruh Homoptera adalah perusak tanaman. Perusak
dilakukan dengan mengisap cairan tanaman. Beberapa sebagai vector
(penular) penyakit dan ada jenis yang
penghasil bahan lak dan pewarna.
menguntungkan yaitu sebagai
9
d. Orto Isoptera (Iso = sama, Ptera = sayap)
Dalam satu koloni ada dijumpai individu yang bersayap dan ada
yang tidak bersayap, yang mempunyai sayap ke 2 pasang sayapnya tipis,
sayap depan dan sayap belakang baik bentuk, ukuran maupun
ketebalannya sama. Mengalami metamorfosis sederhana. Tipe alat mulut
menggigit dan mengunyah. Tipe antena moniliform (setiap ruas jelas dan
sama besar).
Habitatnya bervariasi, ada koloni yang hanya membuat sarang
pada kayu lembab dan mulai membusuk, ada yang pada kayu kering dan
ada yang di dalam tanah kemudian membuat terowongan tanah dan
mencapai permukaan tanah, merambat pada kayu atau bamboo sambil
menutup alur jalan terowongan dan dapat mencapai ketinggian yang
cukup tinggi serta ada yang di dalam tanah dan membuat gundukan
tanah yang cukup tinggi.
Rayap dapat merusak bangunan terutama yang terbuat dari kayu
atau produksi kayu lainnya, dapat juga menyerang pohon yang masih
hidup.
Rayap hidup dalam kelompok sosial yang terdiri dari kasta
reproduktif, kasta pekerja bertugas mengumpulkan makanan untuk ratu,
prajurit, dan nimfa baru serta membuat sarang, sedangkan kasta prajurit
bertugas untuk menjaga koloni.
e. Ordo Lepidoptera (Lepido = sisik, Ptera = sayap)
Mempunyai 2 pasang sayap yang bersisik, demikian juga dengan
tubuh dan tungkainya, bila dipegang sisik tersebut mudah lepas dan
menempel dijari menyerupai debu dan lembut. Mengalami metamorfosis
10
sempurna. Larva Lepidoptera disebut ulat mempunyai tipe alat mulut
menggigit mengunyah, stadia larva merupakan penyebab utama
kerusakan, dapat meyerang hampir semua bagian tanaman. Serangga
dewasa
mempunyai
tipe
alat
mulut
pengisap
untuk
mengisap
makanannya yaitu nektar dari bunga tanaman. Antena panjang, ramping
dan kadang-kadang plumose (banyak rambut) atau membonggol pada
ujungnya.
f.
Ordo Orthoptera (Ortho = lurus, Ptera = sayap)
Mempunyai 2 pasang sayap, sayap depan bentuknya lurus,
panjang dan menyempit agak tebal, sayap belakang agak tipis dan
melebar. Mengalami metamorfosis sederhana. Tipe antena pendek dan
ada yang panjang serta ada yang melebihi panjang tubuhnya. Tipe alat
mulut mengigit mengunyah. Beberapa jenis betina mempunyai ovipositor
yang berbentuk seperti pedang berguna untuk meletakkan telur.
Nimfa dan dewasa hidup dalam habitat yang sama, telur diletakkan
di dalam tanah, jaringan tanaman dan di bagian tanaman yang lain.
Sebagian besar sebagai pemakan tanaman dan ada yang sebagai
predator.
g. Ordo Hymenoptera (Hymeno = tipis, Ptera = sayap)
Mempunyai 2 pasang sayap yang bersifat membran, sayap depan
lebih besar dari pada sayap belakang. Mengalami metamorfosis
sempurna. Antena sedang sampai panjang. Jenis betina ada yang
mempunyai ovipositor panjang, kadang mengalami modifikasi menjadi
alat penyengat. Ordo ini hanya sebagian kecil familinya yang merupakan
pemakan tanaman, banyak jenis sebagai serangga menguntungkan
11
karena
sebagai
parasit
serangga
hama
dan
ada
yang
dapat
menghasilkan madu dan dapat membantu penyerbukan.
h. Ordo Diptera (Di = dua, Ptera = sayap)
Mempunyai 2 sayap (1 pasang), membraneus, sayap belakang
hanya berupa bonggolan kecil yang di sebut “halters” yang berfungsi
sebagai alat keseimbangan pada saat terbang. Mengalami metamorfosis
sempurna. Antena pendek, mata majemuk besar. Tipe alat mulut penusuk
pengisap, penjilat pengisap dan pengisap.
Ada yang merusak tanaman, sebagai penghisap darah manusia
dan binatang, sebagai vektor penyakit bagi manusia, penyerbuk bunga
dan sebagai predator atau parasit hama tanaman.
B. Penggolongan Hama Hutan
Menurut Suratmo (1982), ahli hama hutan membagi hama hutan
diantaranya adalah: berdasarkan bagian pohon yang rusak dan berdasarkan
jenis tanaman yang rusak. Pembagian hama hutan berdasarkan bagian pohon
yang rusak adalah sebagai berikut:
1. Serangga
perusak
daun
(defoliating
mengakibatkan sebagian atau seluruh
insects),
serangan
serangga
bagian dari daun rusak karena
dimakan. Biasanya serangga perusak daun ini termasuk di dalam ordo-ordo
Lepidoptera, Hymenoptera, dan
Diptera hanya stadium larvanya yang
merusak daun, sedangkan dari ordo Coleoptera dan Orthoptera stadium larva
dan stadium imagonya yang dapat merusak daun.
2. Serangga penggerek kulit pohon (inner bark boring insects), bagian yang
dirusak adalah kulit pohon bagian dalam sampai ke kambium. Lubang
gerekan serangga dapat merusak atau menutup jalan pengiriman bahan
12
makanan pohon yang di kirim dari daun ke akarnya. Apabila kerusakan yang
ditimbulkan sampai melingkari pohon, maka akan dapat membentuk suatu
terusan yang mengakibatkan terhalangnya pengiriman makanan dari daun ke
akar, sehingga bila akar pohon sampai mati. Serangga pengebor kulit pohon
ini biasanya termasuk di dalam ordo Coleoptera.
3. Serangga pengebor batang pohon dan kayu (wood boring insects), kerusakan
berbentuk lubang-lubang yang mempunyai bermacam-macam ukuran dan
bentuk. Lubang-lubang dapat dijumpai, baik pada batang dan cabang yang
masih hidup ataupun pada balok-balok dan kayu-kayu kering. Tiap-tiap
serangga pengebor kayu mempunyai spesifikasi tersendiri. Ada yang tinggal di
dalam kayu sebagai tempat tinggalnya saja, tetapi kebanyakan hidup dengan
makan batang kayu. Beberapa serangga ada yang hanya merusak pohon
yang sehat, ada yang merusak pohon yang sedang merana. Serangga
pengebor batang atau kayu termasuk ke dalam ordo Coleoptera.
4. Serangga pengisap cairan pohon (sapsucking insects), kerusakan yang
ditimbulkan berbentuk noda-noda, perubahan warna (discoloration), bentuk
yang membesar (malformation), atau terhentinya pertumbuhan bagian-bagian
tertentu, misalnya daun-daun atau cabang-cabang. Serangga pengisap cairan
pohon hampir semuanya termasuk ordo Homoptera, Hymenoptera, Diptera,
dan Hiteroptera.
5. Serangga perusak pucuk dan cabang (bud and twig insects), kerusakan yang
timbul akibat dari pucuk dan cabang yang dirusak merupakan tempat
pertumbuhan dari pohon, maka serangga perusak pucuk dan cabang
sangatlah merugikan. Penderitaan paling berat ialah bila serangganya
13
mengebor ke dalam pucuk pohon. Serangga yang merusak pucuk biasanya
termasuk kedalam ordo Lepidotera, Coleoptera, Hemiptera, dan Hymenoptera.
6. Serangga perusak anakan (seedling insects), pada umumnya seluruh bagian
dari anakan merupakan makanan yang digemari oleh bermacam-macam
serangga karena bagian-bagian itu masih muda dan lunak. Pada umumnya
serangga atau binatang perusak anakan merusak pada malam hari, sehingga
pada siang harinya anakan telah putus-putus batang, akar atau daunnya,
sedangkan kalau dicari serangga-serangga perusaknya sudah tidak ada lagi.
7. Serangga perusak akar (Root Insects), pada umumnya bagian akar yang
rusak adalah ujung akar tanaman muda yang merupakan bagian yang sangat
lunak. Anak-anakan yang dirusak biasanya anakan yang masih berada di
tempat persemaian. Di samping serangga, binatang perusak akar yang sering
dijumpai adalah cacing bulat (Nematoda). Serangga perusak akar biasanya
masuk dalam ordo Coleoptera.
C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Serangga
Menurut Jumar (2000), faktor-faktor yang mempengaruhi perkembang
biakan serangga terdiri dari faktor biotik dan abiotik sebagai berikut:
1. Faktor Biotik
a. Daya Reproduksi dan Survival
Daya reproduksi adalah kemampuan reproduksi suatu serangga di
dalam periode waktu tertentu dari setiap ekor serangga betina yang
dewasa pada keadaan sekeliling yang optimum.
Sifat-sifat serangga yang menentukan daya reproduksi adalah :
1) Fecundity (kesuburan) adalah kemampuan reproduksi suatu serangga
untuk menghasilkan telur.
14
2). Life cycle (siklus hidup) adalah panjang umur serangga dari mulai telur
sampai menjadi imago.
3). Sex Ratio adalah perbandingan antara serangga jantan dan betina
yang dihasilkan dari telur-telurnya.
4). Parthenogenesis adalah perkembangan tanpa pembuahan.
5). Polyembrioni adalah dua serangga atau lebih yang dapat dihasilkan
dari telur.
Daya survival adalah kemampuan tumbuh, cara hidup dan sifatsifat lainnya dari serangga untuk dapat tetap hidup dengan keadaan
sekitarnya.
b. Parasit dan predator
Parasit adalah suatu organisme yang hidup di dalam atau di luar
tubuh organisme lain, dimana organisme yang pertama mendapat
kebutuhan hidupnya dari organisme kedua sehingga organisme kedua
dirugikan.
Predator adalah suatu organisme yang hidup di alam, yang untuk
hidupnya mendapatkan makanan denga memangsa dan membunuh
mangsanya, baik berupa telur, pupa/nimfa ataupun imago. Biasanya
selama hidup predator memerlukan lebih dari satu mangsa.
2. Faktor Abiotik
a. Suhu
Serangga adalah binatang yang berdarah dingin artinya suhu
badan sama dengan suhu badan di sekelilingnya, karena tergantung
pada temperatur di sekeliling untuk hidup, tumbuh dan berkembang dari
telur sampai dewasa suhu di sekitarnya harus berada pada daerah
15
temperatur yang cocok. Setiap serangga mempunyai jangka suhu
masing-masing dimana serangga tersebut dapat hidup, dan pada
umumnya jangka suhu yang efektif adalah sebagai berikut:
1) Suhu minimum 15°C
2) Suhu optimum 25 °C
3) Suhu maksimum 45 °C
Kisaran suhu terdiri dari
1) Daerah suhu maksimum, di daerah ini serangga atau hama tidak
dapat lagi bertahan dan akan mati.
2) Daerah suhu inaktif (zona estivasi), dalam kondisi suhu ini, serangga
masih dapat hidup bertahan, akan tetapi tidak aktif. Gejalanya disebut
estivasi atau ‘diapauze’ atau tidur atau istirahat.
3) Daerah suhu optimum atau efektif, pada suhu ini serangga dapat
hidup dengan normal, demikian pula aktivitas dan perkembangannya
pun berlangsung normal (maksimum)
4) Daerah suhu rendah inaktif (zona hibernasi), di daerah ini serangga
masih dapat bertahan, akan tetapi tidak aktif, karena keadaan suhu
dingin, gejalanya disebut ‘hibernasi’, setelah suhu normal kembali,
maka serangga akan aktif kembali.
5) Daerah suhu minimum, di daerah ini, serangga tidak dapat lagi hidup
dan bertahan, maka matilah.
b. Hujan/kelembapan
Butiran air hujan yang kecil dan ringan tidak banyak berpengaruh
pada serangga, tetapi untuk hujan deras dengan butiran yang lebih besar
16
dapat membunuh serangga, dapat mengancam serangga ke tempat yang
banyak musuhnya atau ke tempat yang tidak ada makanan.
c. Angin
Pengaruh langsung dari angin misalnya karena angin suatu
serangga dapat menyebar ke daerah yang jauh hingga dapat
menentukan makanan dan tempat yang baru untuk kehidupan serangga
tapi dapat juga karena angin suatu serangga dapat terbawa ke tempat
yang tidak ada makanannya dan banyak musuhnya.
D. Gambaran Umum Ulin (Eusideroxylon zwageri)
Menurut Anonim (2009c) dalam Pramono (2009), hirarki klasifikasi dan
data nama tanaman Ulin (E. zwageri) adalah sebagai berikut :
Golongan
: Plantae
Divisio
: Angiospermae
Sub Divisio
: Tracheophyta
Kelas
: Magnoliopsida
Ordo
: Laurales
Famili
: Lauraceae
Genus
: Eusideroxylon
Spesies
: Eusideroxylon zwageri T.et B.
1. Tempat Tumbuh
Tanaman Ulin merupakan salah satu pohon yang menjadi suatu ciri
khas dari pulau Kalimantan, tanaman ini diperkirakan tumbuh di antara 5° LU3° LS. Namun di Palembang, jambi, dan Belitung ditemukan juga tanaman
Ulin, tetapi hanya berkelompok yang luasnya mencapai 100 Ha. Tanaman ini
17
tumbuh pada dataran rendah pada daerah berpasir yang terletak dibatas
perairan (Heyne, 1987)
Menurut Anonim (2009b) dalam Pramono (2009), habitat menyebar
dikawasan hutan primer tua dan hutan campuran. Terkadang juga dijumpai di
hutan sekunder tua sebagai sisa tebangan di tanah berpasir liat, di lahan
yang mendatar atau pun miring pada ketinggian 20-600 meter di atas
permukaan laut. Jenis ini juga tumbuh baik pada tanah podsolik merah
kuning yang drainasenya cukup baik. Di Indonesia, pohon Ulin tumbuh liar di
kawasan hutan Kalimantan Timur dan Kalimantan Barat serta Sumatra
bagian selatan termasuk Bangka Belitung, sedangkan di Pulau Jawa, Ulin
telah dibudidayakan. Jenis ini juga di temukan di Filifina, yakni di Pulau
Tawitawi, Sulu dan Palawan.
2. Habitus
Pohon Ulin memiliki tinggi 60 meter dengan diameter 1-1,5 meter.
Batangnya lurus tegak dengan bagian bebas cabang 5 – 20 meter. Kulit luar
batang berwarna coklat kemerahan sampai coklat keabuan, beralur kecil
tanpa alur. Daun tersusun spiral, tungal, tebal, berbentuk lonjong. Permukaan
atas gundul sedangkan urat-urat permukaan bawah berbulu halus. Daun
muda berwarna ungu. Mahkota bunga berwarna kehijauan dan berbulu halus.
Buah tergolong buah batu dengan tangkai berbentuk benjolan, elips dan
berwarna hitam. Biji besar, berkulit keras beralur memanjang (Anonim,
2009b dalam Pramono 2009).
Menurut Kebler dan Kade (1999), Ulin (E. zwageri) termasuk ke
dalam family Lauraceae, dengan nama lain Kayu besi.
18
3. Sifat-sifat botani
Pohon Ulin tinggi hingga 40 m, berdiameter ± 80 cm. Bulung
menyilindir, kadang-kadang bergalar dangkal. Banir tidak ada. Pepagan halus
agak mengeripih, cokelat kemerahan. Ranting mengalah, menjuntai. Tangkai
daun panjang ± 1 cm. Daun spiral melonjong bundar telur atau menjorong,
pajang 20-30 cm, pangkal membundar, ujung runcing hingga melancip,
tulang daun sekunder 8-12. Bunga memalai diketiak, berkelamin ganda,
tabung tajuk pendek, bercuping 6 hampir sama, benang sari 12, benang sari
semu ada, bakal buah membulat. Buah melonjong, menyilinder, panjang
hingga 15 cm, garis tengah hingga 8 cm.
4. Daerah penyebarannya
Daerah penyebaran pohon Ulin adalah di Sumatra, Borneo, Filifina.
5. Kegunaannya
Ulin yang dimanfaatkan untuk kontruksi berat, balok dan sirap. Karena
eksploitasi berlebihan, kayunya hanya diperjual-belikan di pasar pedalaman
19
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Areal Jurusan Manajemen Pertanian untuk
menemukan serangga dan melihat gejala kerusakan yang ditimbulkan, untuk
mengidentifikasi
serangga
yang
ditemukan
dilakukan
di
Laboratorium
Konservasi. Waktu yang diperlukan dalam penelitian lebih kurang selama 1,5
bulan terhitung mulai dari tanggal 06 Januari 2014 sampai dengan 22 Februari
2014, pelaksanaan penelitian meliputi kegiatan persiapan alat dan bahan,
pengambilan data dan dokumentasi penelitian.
B. Alat dan Bahan
1.
Alat
Alat-alat yang digunakan pada pengamatan ini terdiri dari :
a. Alat tulis menulis
b. Higrometer untuk mengukur suhu dan kelembapan.
c. Pinset, digunakan untuk menjepit hama.
d. Toples, digunakan untuk tempat menyimpan hama yang ditemukan.
e. Papan perentang ukuran kecil untuk merentangkan hama yang
ditemukan.
f.
Jarum pentul, untuk menjepit/menahan hama.
g. Oven, untuk mengawetkan hama yang ditemukan.
h. Kamera, untuk dokumentasi.
i.
Mistar untuk mengukur besar kecilnya hama.
j.
Meteran untuk mengukur tinggi tanaman
k. Califer untuk mengukur diameter tanaman.
20
l.
2.
Kalkulator, digunakan untuk mengolah data.
Bahan
Bahan-bahan yang digunakan untuk pengamatan ini adalah :
a. Tanaman Ulin (E. zwageri) umur ± 4 tahun, diameter berkisar antara
1,20 cm – 3,61cm dan tinggi berkisar antara 60 cm – 253 cm
b. Alkohol 70% untuk mematikan hama.
c. Kapas untuk membantu mematikan hama.
d. Kertas millimeter untuk latar belakang dokumentasi hama dan untuk
mengetahui ukuran hama.
e. Label plastik untuk pemberian nomor tanaman.
f.
Buku literatur tentang hama untuk identifikasi hama.
g. Benang tukang untuk menggantung label plastik
C. Prosedur Penelitian
Prosedur kerja pada pengamatan ini adalah sebagai berikut :
1.
Orientasi Lapangan
Orentasi lapangan dilakukan untuk mengetahui lokasi pengamatan
dan keadaan tanaman Ulin yang akan dijadikan sampel pengamatan.
2.
Persiapan Alat dan Bahan
Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan selama kegiatan
pengamatan baik pengamatan di lapangan maupun di laboratorium.
3.
Pemberian Nomor Sampel Pengamatan
Pemberian nomor sampel pengamatan menggunakan label plastik
dengan cara menggantungkan pada tanaman Ulin, pemberian nomor sampel
untuk memudahkan dalam pengamatan.
21
4.
Pengambilan Data dan Pengamatan
a. Pengambilan data pengamatan dilakukan dengan cara sensus yaitu
mengambil dan mengamati semua tanaman Ulin
yang ada di areal
Jurusan Manajemen Pertanian yaitu sebanyak 83 tanaman Ulin.
b. Untuk mengetahui hama tanaman Ulin maka dilakukan pengamatan dan
pengambilan data sebanyak dua kali dalam satu hari yaitu pagi pukul
07.00 – 11.00 dan siang pukul 13.00 – 17.00.
c. Pengamatan pada gejala serangan hama dilakukan dengan cara melihat
perubahan fisik yang ditimbulkan oleh tanaman seperti daun berlubang,
daun sebagian atau seluruhnya dimakan, pucuk terpotong, batang
berlubang, dan lain-lain.
d. Pengamatan pada tanda serangan hama dilakukan dengan cara melihat
tanda serangan hama seperti telur, ulat, serangga dewasa, cairan,
sarang dan lain-lain
5.
Pencatatan Data Pengamatan
Data yang diperoleh pada pengamatan dicatat dalam tally sheet
sebagai berikut :
Tabel 1. Tally Sheet Pengamatan
No
Tanaman
Gejala
kerusakan daun
Tingkat
kerusakan
Nilai
Suhu (°C)
Pagi
Siang
Kelembapan
(%)
Pagi
Siang
Ket
22
6.
Penangkapan Hama
Melakukan
penangkapan
hama
yang
ditemukan
pada
saat
pengamatan (pagi hari pukul 07.00 – 11.00 dan siang pukul 13.00 – 17.00),
menangkap dengan cara manual (menggunakan tangan) kemudian
dimasukkan ke dalam toples berisi kapas yang telah diberi alkohol 70%
untuk diawetkan.
7.
Mengambil Gambar
Melakukan pengambilan gambar terhadap hama dan gejala kerusakan
daun yang ditemukan pada tanaman Ulin.
8.
Pengukuran Suhu dan Kelembapan
Mengukur suhu dan kelembapan di areal lokasi penelitian pada pagi
hari pukul 07.30 dan pada siang hari pukul 13.30 dengan menggunakan
Higrometer.
9.
Mengidentifikasi Hama
Membawa hama yang ditemukan ke laboratorium Konservasi untuk
diidentifikasi, dengan cara membandingkan hama yang ditemukan dengan
buku literature konservasi dan koleksi yang ada.
D. Pengolahan Data
Pengolahan data dilakukan dengan menghitung frekuensi serangan hama
dan intensitas serangan hama terhadap kerusakan daun tanaman Ulin umur ± 4
tahun.
1.
Frekuensi Serangan Hama
Menurut Sharma dan Sankaran (1996) dalam Susilo (2003),
frekuensi
serangan
menggunakan rumus :
hama
pada
tanaman
dapat
dihitung
dengan
23
F = ! X 100%
N
Keterangan :
F = Frekuensi Serangan Hama
N = Jumlah Tanaman Seluruhnya
n = Jumlah tanaman yang rusak pada masing-masing tingkat
kerusakan
2.
Intensitas Serangan Hama
Menurut Sharma dan Sankaran (1998) dalam Susilo (2003), kriteria
derajat kerusakan pada tanaman dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Klasifikasi Derajat Kerusakan Tanaman
Tingkat
kerusakan
Tanda kerusakan terlihat pada tanaman
Skor
Sehat
Tidak ada gejala serangan atau jumlah daun yang
terserang sangat sedikit
0
Ringan
Jumlah daun yang terserang relatif sedikit dan jumlah
serangan pada masing-masing daun yang terserang
sedikit atau daun rontok atau klorosis atau berlubang
sedikit atau tanaman tampak sehat tetapi ada gejala
lain seperti kanker batang berlubang
1
Sedang
Jumlah daun yang terserang dan jumlah serangan
pada masing-masing daun yang terserang relatif
agak banyak atau daun rontok atau klorosis atau
berlubang agak banyak atau disertai dengan gejala
lain seperti kanker batang atau batang berlubang
2
Berat
Jumlah daun yang terserang dan jumlah serangan
pada masing-masing daun yang terserang relatif
sangat banyak atau daun rontok atau klorosis atau
berlubang sangat banyak atau disertai dengan gejala
lain seperti kanker batang atau batang berlubang
3
Mati
Seluruh daun layu atau rontok atau tidak ada tandatanda kehidupan
4
24
Menurut Sharma dan sankaran (1988) dalam Susilo (2003), untuk
mengetahui intensitas serangan dapat dihitung dengan menggunakan rumus
berikut:
I = "#$# % "2$2 % "3$3 % "4$4 x 100%
"$4
Keterangan :
I =
X =
X1 =
X2 =
X3 =
X4 =
Y1 =
Y2 =
Y3 =
Y4 =
Intensitas serangan
jumlah seluruh tanaman yang diamati
jumlah tanaman yang terserang ringan
jumlah tanaman yang terserang sedang
jumlah tanaman yang terserang berat
jumlah tanaman yang terserang mati
skor 1
skor 2
skor 3
skor 4
Menurut Sharma dan Sankaran (1988) dalam Susilo (2003), cara
penentuan tingkat kerusakan tanaman dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Cara Penentuan Tingkat Kerusakan Tanaman
Intensitas serangan %
Tingkat Kerusakan
0–1
Sehat
1,1 – 25
Ringan
25,1 – 50
Sedang
50,1 – 75
Berat
>75
Mati
25
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
1. Jenis Hama dan Gejala Kerusakan
Hasil pengamatan jenis hama dan gejala kerusakan dapat diketahui
jenis hama daun dan gejala kerusakan daun tanaman Ulin (E. zwageri) dapat
dilihat pada Tabel 4 di bawah ini.
Tabel 4. Jenis Hama Daun dan Gejala Kerusakan Daun Tanaman Ulin (E.
zwageri)
No
Serangga Perusak Daun
Gejala Kerusakan Daun
1
Ulat Graphium sarpedon
Sebagian daun dari pinggir daun
dan tulang daun
2
Ulat Kantong (Thyridopteryx sp)
3
Ulat Kantong (Mahasena sp)
Daun berlubang – lubang
Daun berlubang – lubang
4
Ulat A
Daun berlubang - lubang
5
Ulat B
Pinggir daun dan daun berlubang
– lubang
Berdasarkan Tabel 4 di atas, ditemukan 5 jenis hama yang merusak
daun tanaman Ulin (E. zwageri), ada 3 jenis hama perusak yang dapat
diidentifikasi dan 2 jenis hama perusak yang belum dapat diidentifikasi.
a. Jenis Hama yang Dapat Diidentifikasi
1) Ulat Graphium sarpedon
Ulat
Graphium
sarpedon
yang
ditemukan
pada
saat
pengamatan mempunyai ciri – ciri sebagai berikut: panjang 4,5 cm,
lebar 1 cm, berwarna hijau di seluruh tubuh dan di bagian atas kepala
terdapat garis berwarna kuning. Lebih jelas dapat dilihat pada
Gambar 1.
26
Gambar 1. Ulat Graphium sarpedon
Menurut Linnaeus (1758), Ulat Graphium sarpedon berwarna
hijau di seluruh tubuh dan di bagian atas kepala bergaris sekitar mata
berwarna kekuningan.
Pada saat pengamatan ulat Graphium sarpedon yang
ditemukan memakan sebagian daun dari pinggir dan tulang daun,
hampir seluruh daun tanaman Ulin yang dimakan, kerusakan daun
Ulin akibat dimakan ulat Graphium sarpedon lebih jelasnya dapat
dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2. Daun Tanaman Ulin Sebagian Daun yang Dimakan
Dari Pinggir Daun dan Tulang Daun Dimakan Ulat
Graphium sarpedon,
27
Menurut Linnaeus (1758), klasifikasi ulat Graphium sarpedon
sebagai berikut :
Golongan
: Animalia
Phylum
: Arthropoda
Kelas
: Insekta
Ordo
: Lepidoptera
Famili
: Papilionedae
Genus
: Graphium
Spesies
: Graphium sarpedon
2) Ulat Kantong (Thyridopteryx sp)
Pada saat pengamatan ulat kantong Thyridopteryx sp yang
menyerang memakan daun sehingga daun berlubang. Ulat kantong
Thyridopteryx sp yang menyerang daun tanaman Ulin, dan gejala
kerusakannya dapat dilihat pada Gambar 3.
b
a
Gambar 3. (a) Ulat Kantong Thyridopteryx sp dan (b)
Gejala Kerusakan Daun Berlubang - lubang
28
Menurut Suhyanto dan Sulthoni (1991) dalam Aquastini
(2007), ulat kantong Thyridopteryx sp dari family Psychidae termasuk
family dengan karakter yang unik, larva dari family ini tinggal dalam
kantong yang mudah dibawa. Kantongnya menyerupai ranting yang
berwarna coklat dengan saling berhimpitan dan melekat satu sama
lainnya dari waktu kewaktu kantong ulatnya semakin membesar.
Larva dan kantongnya menggantung pada tulang daun. Klasifikasi
ulat kantong Thyridopteryx sp sebagai berikut :
Golongan
: Animalia
Phylum
: Arthropoda
Kelas
: Insekta
Ordo
: Lepidoptera
Famili
: Psychidae
Genus
: Thyridopteryx
Spesies
: Thyridopteryx sp
3) Ulat Kantong Mahasena sp
Ulat Kantong Mahasena sp yang ditemukan saat pengamatan
mempunyai ciri-ciri sebagai berikut kantong terbuat dari daun-daun,
permukaan kantong agak kasar, warna kantong hitam. Menggantung
pada daun dan memakan daun sehingga daun berlubang. Lebih jelas
mengenai Ulat Kantong Mahasena sp dan gejala kerusakan daun
tanaman Ulin dapat dilihat pada Gambar 4.
29
b
a
Gambar 4. (a) Ulat Kantong Mahasena sp dan (b)
Gejala Kerusakan Daun Berlubang - lubang
Menurut Pracaya (2004), telur ulat kantong menetas di dalam
kantong, jumlah telur ulat kantong ini mencapai hingga tiga ribu butir
yang diletakkan secara berkelompok di dalam kantongnya. Panjang
ulat betina berkisar antara 5 cm sedangkan ulat jantan berkisar 3 cm.
ruas dada ulat berwarna coklat kemerahan. Umur ulat dapat
mencapai empat bulan. Ulat ini memakan daun tanaman dengan
sangat rakus. Ulat berkepompong dalam kantong dengan posisi
berubah, yaitu kepalanya di belakang. Pupa jantan akan menjadi
ngengat bersayap, sedangkan yang betina bentuknya tetap sama
seperti ulat, tidak berubah menjadi ngengat. Umur pupa kurang lebih
satu bulan.
Menurut Triharso (1994), klasifikasi hama ulat kantong
(Mahasena sp) adalah sebagai berikut :
Golongan
: Animalia
Phylum
: Arthropoda
Kelas
: Insekta
30
Ordo
: Lepidoptera
Famili
: Psychidae
Genus
: Mahasena
Spesies
: Mahasena sp
b. Jenis Hama yang Belum Dapat Diidentifikasi
1) Ulat A
Gejala kerusakan yang ditimbulkan Ulat A adalah daun
dimakan sehingga daun berlubang-lubang. Ulat A yang ditemukan
pada saat pengamatan mempunyai ciri-ciri sebagai berikut : panjang
4,5 cm, lebar 0,5 cm. dengan kepala berwarna hitam, seluruh badan
berwarna hitam dan terdapat bintik – bintik berwarna orange dan biru
dan memiliki duri yang berbulu di samping kiri kanan tubuh berwarna
hitam. Lebih jelasnya Ulat A dapat dilihat pada Gambar 5.
Gambar 5. Ulat A
2) Ulat B
Ulat B pada saat pengamatan ditemukan memakan daun
tanaman Ulin sehingga daun berlubang-lubang. Ulat B memiliki ciri-ciri
tubuh berwarna hitam dengan garis putih membujur pada tubuh
31
bagian atas dan garis putih melintang pada setiap ruas di sepanjang
tubuh,
kepala
berwarna orange, mempunyai bulu-bulu putih di
samping kiri dan kanan tubuh. Lebih jelasnya Ulat B gejala kerusakan
daun tanaman Ulin dapat dilihat pada Gambar 6.
b
a
Gambar 6. (a) Ulat B dan (b) Gejala Kerusakan dari Pinggir
Daun dan Daun Berlubang - lubang
2. Frekuensi dan Intensitas Kerusakan
Data pengamatan kerusakan hama daun tanaman Ulin dapat dilihat
pada Lampiran 1, sedangkan hasil perhitungan frekuensi kerusakan dan
intensitas kerusakan pada daun tanaman Ulin umur
4 tahun di Politeknik
Pertanian Negeri Samarinda dapat dilihat pada Tabel 5 dan cara
perhitungannya dapat dilihat pada Lampiran 2 dan Lampiran 3.
32
Tabel 5. Frekuensi Kerusakan dan Intensitas Kerusakan Tanaman Ulin di
Politeknik Pertanian Negeri Samarinda
Jumlah Tanaman
Frekuensi
Kerusakan
(%)
Sehat
20
24,10
Ringan
46
55,42
Sedang
8
9,64
Berat
9
10,84
Mati
0
0
83
100
Tingkat Kerusakan
Jumlah
Intensitas
Kerusakan
(%)
26,81
-
Berdasarkan Tabel 5 di atas dapat diketahui bahwa frekuensi tanaman
yang sehat adalah 24,10 %, frekuensi kerusakan ringan adalah 55,42 %,
frekuensi kerusakan sedang adalah 9,64 %, dan frekuensi kerusakan berat
adalah 10,84 % serta tanaman yang mati adalah 0 %. Intensitas kerusakan
adalah 26,81 % termasuk ke dalam kategori kerusakan sedang.
Pada saat pengamatan dicatat keadaan suhu dan kelembapan, kisaran
suhu dan kelembapan selama pengamatan hama daun tanaman Ulin dapat
dilihat pada Tabel 6, sedangkan data harian suhu dan kelembapan dapat
dilihat pada Lampiran 4.
Tabel 6. Kisaran Suhu dan Kelembapan
No
1
2
Keadaan Udara
Suhu (°C)
Kelembapan (%)
Pagi (07.30)
27 - 30
61 - 90
Siang (13.30)
31 – 34
55 – 79
33
B. Pembahasan
1. Jenis Hama dan Gejala Kerusakan
Hasil pengamatan hama tanaman Ulin di Politeknik Pertanian Negeri
Samarinda diketahui ada 5 jenis hama perusak daun, 3 jenis dapat diidentifikasi
yaitu Ulat Graphium sarpedon, Ulat kantong Thyridopteryx sp, Ulat kantong
Mahasena sp dan 2 jenis belum dapat diidentifikasi yaitu Ulat A dan Ulat B. Hasil
pengamatan Safari (2012), tentang Serangan Hama pada tanaman Ulin (E.
zwageri) umur 2 tahun, ditemukan 6 jenis hama, ada 4 jenis yang dapat
diidentifikasi yaitu Ulat Kantong (Thyridopteryx sp), Ulat (Euthalia sp), Jangkrik
(Brachytrypes sp), dan Bekicot (Achatina fulica) dan 2 jenis yang belum dapat
diidentifikasi yaitu Ulat kantong A dan Ulat B.
Berdasarkan dari 2 hasil pengamatan dengan rentang waktu selama 2
tahun ternyata ada hama daun yang sama yaitu Ulat kantong Thyridopteryx sp.
Hal ini menunjukkan bahwa Ulat kantong Thyridopteryx sp merupakan hama
perusak daun. Tanaman Ulin selama itu pula ternyata terjadi penurunan hama
yang menyerang dimana pada tahun 2012 terdapat 6 jenis hama sedangkan
pada tahun 2014 hanya 5 jenis hama. Hal ini memungkinkan menurunnya jenis
hama yang ditemukan pada tahun 2014 karena umur tanaman Ulin semakin
bertambah
Lima jenis hama ini pada saat pengamatan menyerang daun tanaman
Ulin dengan gejala yaitu Ulat A, Ulat B, Ulat kantong Thyridopteryx sp dan Ulat
kantong Mahasena sp memakan daun sehingga daun berlubang-lubang,
sedangkan Ulat Graphium sarpedon memakan daun sehingga daun dan tulang
daun dimakan. Serangga menyerang daun artinya daun merupakan bagian
tanaman yang disukai serangga, karena daun merupakan bagian – bagian
34
tanaman yang relatif lunak. Selain itu daun tanaman jumlahnya relatif banyak
sehingga mencukupi untuk makanan serangga. Hal ini sesuai dengan pendapat
Jumar (2000), tersedianya makanan dengan kualitas yang sesuai dan kuantitas
yang cukup bagi serangga, akan menyebabkan meningkatnya populasi serangga
dengan cepat, sebaliknya apabila keadaan kekurangan makanan, maka populasi
serangga dapat menurun. Selanjutnya Anonim (1992) dalam Prianto (1998),
menyatakan bahwa pada umumnya seluruh bagian dari daun merupakan yang
disukai oleh bermacam-macam serangga karena bagian-bagian daun masih
muda dan lunak.
2. Frekuensi dan Intensitas Kerusakan
Dari hasil perhitungan yang telah dilakukan dapat kita ketahui frekuensi
tanaman yang sehat adalah 24,10 %, frekuensi kerusakan ringan adalah 55,42
%, frekuensi kerusakan sedang adalah 9,64 %,
frekuensi kerusakan berat
adalah 10,84 % serta tanaman yang mati adalah 0 %. Intensitas kerusakan
tanaman Ulin di Politeknik Pertanian Negeri Samarinda adalah 26,81 % maka
tingkat kerusakan tanaman Ulin tersebut termasuk kategori sedang. Sedangkan
dari hasil perhitungan (Safari, 2012) tentang frekuensi tanaman yang sehat
adalah 22 %, frekuensi kerusakan ringan adalah 56 %, frekuensi kerusakan
sedang adalah 18 %, dan frekuensi kerusakan berat adalah 0 %. Intensitas
kerusakan adalah 26 % termasuk ke dalam kategori sedang. Hal ini
memungkinkan meningkatnya intensitas kerusakan pada tahun 2014 karena
umur tanaman Ulin semakin bertambah.
Berdasarkan hasil perhitungan dapat diketahui bahwa diantara kedua
hasil perhitungan yang telah dilakukan ada kategori yang sama yaitu kategori
sedang. Hal ini sesuai dengan pendapat Sharma dan Sankaran (1988) dalam
35
Susilo (2003), yang menyatakan bahwa termasuk kategori sedang bila intensitas
serangan berkisar antara 25,1 – 50 %.
Melihat tingkat kerusakan yang sebesar 26,81 %, walaupun termasuk
kategori sedang dan tidak menimbulkan kematian pada tanaman namun harus
mendapat pengawasan yang cukup intensif karena mungkin saja tingkat
kerusakan dapat meningkat menjadi kategori berat atau mati, karena adanya
faktor-faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan serangga yaitu faktor
biotik dan abiotik. Saat pengamatan suhu di areal lokasi penelitian pagi hari
berkisar antara 27 - 30 °C dan siang hari berkisar antara 31 – 34 °C, kisaran
suhu ini termasuk dalam kisaran suhu efektif untuk perkembangan serangga. Hal
ini sesuai dengan pendapat Jumar (2000), menyatakan faktor-faktor yang
mempengaruhi perkembangan serangga terdiri dari faktor biotik dan faktor
abiotik. Faktor biotik terdiri daya reproduksi dan survival, parasit dan predator,
kualitas
dan
kuantitas
makanan.
Faktor
abiotik
terdiri
dari
suhu
hujan/kelembapan dan angin. Suhu efektif untuk perkembangan serangga
berkisar antara 15 - 38 °C. Kelembapan pada pagi hari berkisar antara 61 – 90 %
sedangkan pada siang hari berkisar antara 55 - 79 %.
35
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan hama daun tanaman Ulin (Eusideroxylon
zwageri) di Politeknik Pertanian Negeri Samarinda dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut :
1. Hama daun yang ditemukan ada 5 jenis, yang dapat diidentifikasi ada 3 jenis
yaitu : Ulat Graphium sarpedon dengan gejala kerusakan yang ditimbulkan
adalah sebagian daun dari pinggir daun dan tulang daun dimakan, Ulat
kantong Thyridopteryx sp dan Ulat kantong Mahasena sp dengan gejala
kerusakan yang ditimbulkan adalah daun berlubang-lubang. Hama daun yang
belum dapat diidentifikasi ada 2 jenis yaitu : Ulat A dengan gejala kerusakan
yang ditimbulkan adalah daun berlubang-lubang dan Ulat B dengan gejala
kerusakan daun yang ditimbulkan adalah dari pinggir daun dan daun
berlubang – lubang.
2. Frekuensi tanaman yang sehat adalah 24,10 %, frekuensi kerusakan ringan
adalah 55,42 %, frekuensi kerusakan sedang adalah 9,64 %, frekuensi
kerusakan berat adalah 10,84 % dan frekuensi tanaman mati adalah 0 %.
3. Intensitas kerusakan adalah 26,81 %, berarti
kerusakan sedang.
termasuk dalam kategori
36
B. Saran
Perlu adanya pengamatan lanjutan tentang serangga perusak tanaman
Ulin yang lainnya (serangga perusak batang dan akar) di Areal Jurusan
Manajemen Pertanian sehingga dapat memberikan informasi yang lebih lengkap
tentang serangga yang merusak tanaman Ulin.
37
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 1992. Kunci Determinasi Serangga. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.
Anonim. 2012. Ulin (Eusideroxylon zwageri), (Di akses tanggal 27 Mei 2014)
Aquastini, D. 2007. Identifikasi dan Pemberantasan Penyakit Pada Semai 3
Jenis Dipterocarpaceae Di Persemaian Politeknik Pertanian Negeri
Samarinda. Tesis Program Pascasarjana Unmul. Samarinda.
Cramer.
1777,.
Klasifikasi
Ulat
Doleschallia
bisaltide
http://en.wikipedia.org/wiki/Doleschallia_bisaltide (diakses tanggal 20 Juni
2014)
Djafarudin. 1995. Dasar-dasar Perlindungan Umum. Edisi 1. Bumi aksara.
Jakarta.
Heyne. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia II Jakarta. Yayasan Sarana
Wanajaya.
Jumar. 2002. Entomologi Pertanian. Penerbit Rineka Cipta, Jakarta.
Kebler dan Kade. 1999. Pohon-Pohon Hutan Kalimantan Timur. Penerbit
MOFEC – Tropenbos – Kalimantan Project 1999
Linnaeus. 1758, Butterfly of Singapore, Life History of the Common Bluebottle.
(diakses tanggal 20 Juni 2014).
Partosoedjono. 1982. Mengenal Serangga. Agromedia Bogor.
Pracaya. 2004, Hama dan Penyakit Tanaman (Edisi Revisi). Penebar Swadaya,
Jakarta
Pramono, DA. 2009. Studi Tentang Kehadiran Permudaan Alam Jenis Ulin
(Eusideroxylon zwageri) Tingkat Semai Di Areal PT. Hanurata Unit
Sangkulirang Sub Unit Mandu/Kelolokan. Karya Ilmiah Politeknik
Pertanian Negeri Samarinda. Samarinda
Prianto, A. 1998. Pengamatan Serangga Perusak Daun Acacia mangium Umur
15 Bulan Di Arboretum Politeknik Pertanian Negeri Samarinda. Karya
Ilmiah Politeknik Pertanian Negeri Samarinda. Samarinda.
Safari. 2012. Tentang Serangan Hama Pada Tanaman Ulin (Eusideroxylon
zwageri) Umur 2 Tahun Di Politeknik Pertanian Negeri Samarinda. Karya
Ilmiah Politeknik Pertanian Negeri Samarinda. Samarinda
Sumardi Dan Widyastuti. 2004. Dasar-dasar Perlindungan Hutan. Penerbit
Gajah Mada University press, Yogyakarta 2004
38
Suratmo, G. 1982. Diktat Perlindungan Hutan. Fakultas Kehutanan IPB. Bogor
Susilo, E. H. 2003. Pengamatan Serangga Hama Perusak Daun Sengon Umur 3
bulan Di persemaian Kebun Agung Lempake Samarinda. Karya Ilmiah
Politeknik Pertanian Negeri Samarinda. Samarinda.
Triharso. 2004. Dasar-dasar Perlindungan Tanaman. Penerbit Gadjah Mada
University Press.
40
Lampiran 1.
Tabel 7. Data Pengamatan Hama Daun Tanaman Ulin di Politeknik Pertanian
Negeri Samarinda
Tingkat
Kerusakan
Nilai
Keterangan
Berat
3
Ulat Graphium
sarpedon
Daun berlubang-lubang
Daun berlubang-lubang
Daun berlubang -lubang
Daun berlubang-lubang
Daun berlubang-lubang
Daun berlubang-lubang
Ringan
Ringan
Sehat
Sehat
Sehat
Sehat
1
1
0
0
0
0
Daun berlubang-lubang
Sedang
2
No
Tanaman
Diameter
(cm)
Tinggi
(cm)
1
1,35
103
Daun dan tulang daun
dimakan
2
3
4
5
6
7
1,70
1,91
2,81
2,19
1,94
1,96
133
158
194
164
133
153
8
1,94
131
9
1,93
120
10
1,96
11
Gejala Kerusakan Daun
Berat
3
130
Daun dan tulang daun
dimakan
Daun berlubang-lubang
Ringan
1
1,92
151
Daun berlubang-lubang
Sedang
2
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
2,57
2,64
2,99
2,41
2,17
1,18
1,81
2,08
1,41
2,50
2,02
2,80
2,36
2,29
2,04
1,96
2,05
2,45
2,73
1,94
1,68
2,79
2,29
216
179
150
227
136
88
174
169
180
162
150
231
171
187
143
133
147
250
189
157
157
223
171
Sehat
Sehat
Sehat
Ringan
Sehat
Berat
Sehat
Berat
Ringan
Ringan
Ringan
Sehat
Ringan
Ringan
Sehat
Ringan
Ringan
Sehat
Ringan
Sehat
Ringan
Sehat
Sehat
0
0
0
1
0
3
0
3
1
1
1
0
1
1
0
1
1
0
1
0
1
0
0
35
2,93
141
Sedang
2
36
37
38
39
2,29
2,35
1,14
1,29
176
200
96
94
Daun berlubang -lubang
Daun berlubang-lubang
Daun berlubang-lubang
Daun berlubang-lubang
Daun berlubang-lubang
Daun berlubang-lubang
Daun berlubang-lubang
Daun berlubang-lubang
Daun berlubang-lubang
Daun berlubang -lubang
Daun berlubang-lubang
Daun berlubang-lubang
Daun berlubang-lubang
Daun berlubang-lubang
Daun berlubang-lubang
Daun berlubang –lubang
Daun berlubang-lubang
Daun berlubang-lubang
Daun berlubang -lubang
Daun berlubang-lubang
Daun berlubang-lubang
Daun berlubang-lubang
Daun berlubang-lubang
Daun dan tulang daun
dimakan
Daun berlubang-lubang
Daun berlubang-lubang
Daun berlubang-lubang
Daun berlubang -lubang
Sehat
Ringan
Ringan
Ringan
0
1
1
1
Ulat Graphium
sarpedon
Ulat Graphium
sarpedon
Ulat Graphium
sarpedon
Ulat A
Ulat Graphium
sarpedon
41
40
2,41
165
Daun berlubang-lubang
Sehat
0
41
2,94
150
Daun berlubang-lubang
Sedang
2
42
43
44
45
46
47
48
49
2,58
2,54
1,52
1,40
1,72
2,30
2,48
2,04
260
219
149
85
127
171
214
221
Daun berlubang -lubang
Daun berlubang-lubang
Daun berlubang-lubang
Daun berlubang-lubang
Daun berlubang-lubang
Daun berlubang-lubang
Daun berlubang-lubang
Daun berlubang-lubang
Ringan
Ringan
Ringan
Sedang
Ringan
Ringan
Ringan
Sehat
1
1
1
2
1
1
1
0
50
1,24
150
Daun berlubang -lubang
Berat
3
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
61
62
63
64
1,80
2,01
1,85
1,45
1,45
1,24
2,06
2,24
2,36
3,26
3,15
1,68
1,40
2,14
133
148
127
134
127
85
163
143
185
240
241
131
171
157
Sehat
Ringan
Berat
Ringan
Ringan
Sedang
Ringan
Ringan
Ringan
Sehat
Ringan
Ringan
Berat
Ringan
0
1
3
1
1
2
1
1
1
0
1
1
3
1
65
1,20
60
Berat
3
66
67
68
69
70
71
72
73
74
75
76
2,32
2,41
1,92
1,42
2,35
1,83
2,3
2,64
1,82
2,01
2,60
153
175
168
115
164
164
144
186
107
152
173
Daun berlubang-lubang
Daun berlubang-lubang
Daun berlubang-lubang
Daun berlubang-lubang
Daun berlubang-lubang
Daun berlubang-lubang
Daun berlubang-lubang
Daun berlubang-lubang
Daun berlubang -lubang
Daun berlubang-lubang
Daun berlubang-lubang
Daun berlubang-lubang
Daun berlubang-lubang
Daun berlubang-lubang
Daun berlubang –
lubang
Daun berlubang-lubang
Daun berlubang-lubang
Daun berlubang -lubang
Daun berlubang-lubang
Daun berlubang-lubang
Daun berlubang-lubang
Daun berlubang-lubang
Daun berlubang-lubang
Daun berlubang-lubang
Daun berlubang-lubang
Daun berlubang-lubang
Ringan
Ringan
Ringan
Ringan
Ringan
Ringan
Ringan
Ringan
Sedang
Ringan
Ringan
1
1
1
1
1
1
1
1
3
1
1
77
2,24
151
Daun berlubang -lubang
Sedang
2
78
79
80
81
82
83
3,61
1,75
1,78
2,43
2,14
1,71
253
123
133
187
152
137
Daun berlubang-lubang
Daun berlubang-lubang
Daun berlubang-lubang
Daun berlubang-lubang
Daun berlubang-lubang
Daun berlubang-lubang
Ringan
Ringan
Ringan
Ringan
Ringan
Sedang
1
1
1
1
1
2
Ulat Graphium
sarpedon
Ulat A
Ulat kantong
Mahasena sp
Ulat B
Ulat Kantong
Thyridopteryx sp
Ulat kantong
Mahasena sp
42
Lampiran 2. Cara Perhitungan Frekuensi Kerusakan Daun Tanaman Ulin di
Politeknik Pertanian Negeri Samarinda
F!
"
#
$ 100 %
Keterangan :
F
: Frekuensi Serangan Hama
N
: Jumlah Tanaman Seluruhnya
n
: Jumlah tanaman yang rusak pada masing-masing
tingkat kerusakan
Frekuensi Kerusakan Pada Tanaman Ulin
a. Sehat
F!
20
$ 100 % ! 24,10
83
b. Ringan
F!
46
$ 100 % ! 55,42
83
c. Sedang
F!
8
$ 100 % ! 9,64
83
d. Berat
F !
9
$ 100 % ! 10,84
83
e. Mati
F!
0
$ 100 % ! 0
83
43
Lampiran 3. Cara Perhitungan Intensitas Kerusakan Daun Tanaman Ulin di
Politeknik Pertanian Negeri Samarinda
I!
X1Y1 & X2Y2 & X3Y3 & X4Y4
$ 100 %
XY4
I !
46 $ 1 & 8 $ 2 & 9 $ 3 & 0 $ 4
$ 100 %
83 $ 4
I !
46 & 16 & 27 & 0
$ 100 %
332
I!
89
$ 100 %
332
I ! 26,81 %
44
Lampiran 4.
Tabel 8. Data Suhu dan kelembapan di Lokasi Penelitian
Hari
Tgl/Bln/Thn
1
24/01/2014
2
25/01/2014
3
27/01/2004
4
28/01/2014
5
29/01/2014
6
30/01/2014
7
01/02/2014
8
03/02/2014
9
04/02/2014
10
05/02/2014
11
06/02/2014
12
07/02/2014
13
08/02/2014
14
10/02/2014
15
11/02/2014
16
12/02/2014
17
13/02/2014
18
14/02/2014
19
15/02/2014
20
17/02/2014
21
18/02/2014
22
19/02/2014
23
20/02/2014
24
21/02/2014
Kisaran
Keterangan :
Pagi
: 07.30
Siang
: 13.30
Suhu (°C)
Pagi
28
29
28
30
28
29
29
29
28
30
29
29
29
29
28
29
29
27
28
29
28
29
29
28
27 - 30
Siang
32
31
31
34
32
31
34
33
33
32
31
31
33
32
31
32
31
31
31
32
32
34
31
34
31 - 34
Kelembapan (%)
Pagi
90
89
90
75
70
87
76
73
82
61
66
72
76
82
83
87
82
88
85
84
86
80
88
76
61 - 90
Siang
74
79
78
74
63
69
63
55
62
56
62
60
67
62
79
77
63
70
77
75
74
73
73
65
55 - 79
Download