pembelajaran proyek dalam mengembangkan kerja

advertisement
PEMBELAJARAN PROYEK DALAM MENGEMBANGKAN
KERJA SAMA MELALUI PERMAINAN BALOK PADA
ANAK USIA 5-6 TAHUN
Suci Widianingsih, Marmawi, Sri Lestari
Program Studi Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini
Email : [email protected]
Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kegiatan pembelajaran
proyek, bentuk kerja sama kerukunan dan respon anak terhadap pembelajaran
proyek dalam mengembangkan kerja sama melalui permainan balok. Penelitian
ini dilakukan dengan metode penelitian kualitatif menggunakan pendekatan
penelitian deskriptif. Sampel penelitian ini adalah 1 orang guru dan 28 anak yang
terdapat di kelas B. Hasil analisis data menunjukkan bahwa pembelajaran proyek
dalam mengembangkan kerja sama melalui permainan balok membuat anak
belajar mengembangkan kerja sama sesama anggota kelompoknya. Bentuk kerja
sama yang dilihat peneliti saat anak-anak menyusun balok bersama anggota
kelompoknya adalah bentuk kerja sama kerukunan yang mencakup tolong
menolong dan gotong royong. Respon anak senang ketika menyusun balok
menjadi bangunan yang mereka sukai, namun dari 6 kelompok terdapat 2
kelompok yang belum dapat bekerja sama sesama anggota kelompoknya dengan
hasil persentase 67% dari 100%.
Kata Kunci: Pembelajaran proyek, Kerja sama, Permainan balok
Abstract: This study aims to determine the project learning activities, forms of
cooperation and harmony response to the child's learning in a project to develop
cooperation through game blocks. This research was conducted using qualitative
research using descriptive research approach. The sample was 1 teacher and 28
children who are in class B. Results of data analysis showed that the learning
projects in developing cooperation through game beams make children learn to
develop cooperation fellow group members. Forms of cooperation are seen when
researchers kids the block with the rest of the group is a form of cooperation that
includes helping each harmony and mutual cooperation. Response of children to
be happy when putting together the building blocks they like, but there are 2
groups of 6 groups who have not been able to work together with other members
of his group the percentage 67% from 100%.
Keywords: Learningp project, Cooperation, Game block
L
ingkungan secara alami mendorong anak untuk berinteraksi dengan orang
lain. Interaksi yang terjadi antara anak dan orang lain dapat mempengaruhi
1
perilaku dalam kehidupan sehari – hari. Salah satu perilaku yang dapat
mengembangkan keterampilan sosial seseorang adalah kerja sama. Di lingkungan
sekolah anak banyak menghabiskan waktunya dengan bermain bersama teman
sebaya. Bersama teman sebaya anak dapat bereksplorasi dengan lingkungan
sekitar melalui bermain.
Melalui bermain, anak tidak hanya sekedar senang bermain, namun
dengan bermain anak dapat belajar, terutama dalam mengembangkan kemampuan
sosialnya seperti berinteraksi bersama teman sebaya, bekerja sama dalam
menyelesaikan suatu kegiatan, tolong menolong sesama teman. Di dalam
PERMEN 58 tahun 2009 mengemukakan bahwa “anak pada usia 5-6 tahun sudah
dapat bersikap kooperatif dengan teman”. Direktorat Pembinaan Pendidikan Anak
Usia Dini (2012:23), mengemukakan beberapa indikator kerja sama yang
merupakan acuan untuk dapat dikembangkan oleh pendidik yaitu : setiap anak
mau bergabung bersama kelompoknya, senang bekerja bersama dengan teman,
senang menolong dan membantu teman, senang memberi dukungan pada teman –
teman, dan tugas yang diberikan tepat waktu. Hal tersebut sangat penting
dibiasakan sejak dini, agar anak dapat menyesuaikan diri dalam kehidupan
sosialnya.
Salah satu model pembelajaran yang dapat membantu anak
mengembangkan keterampilan sosial anak adalah pembelajaran kooperatif,
dimana metode yang digunakan adalah berbasis proyek. Isjoni (2009:92),
mengemukakan bahwa “metode proyek dapat menggerakkan anak untuk
melakukan kerja sama sepenuh hati”. Kerja sama harus diterapkan pada setiap
anggota kelompok agar mencapai tujuan bersama dalam menyelesaikan suatu
kegiatan yang diberikan oleh guru. Salah satu kegiatan yang dapat diberikan
dalam pembelajaran berbasis proyek melalui permainan balok. Permainan balok
adalah salah satu permainan yang memilih beberapa bentuk balok yang terbuat
dari kayu yang disusun hingga menjadi suatu bangunan seperti menara, gedunggedung tinggi, dan sebagainya. Dalam menyusun balok anak dapat bekerja
bersama anggota kelompoknya dalam menyelesaikan sebuah karya dalam
mencapai tujuan bersama.
Kenyataan yang dilihat pada anak kelas B secara umum masih ada anak
yang kurang bekerja sama dalam menyelesaikan kegiatan. Dari 6 kelompok,
masing – masing kelompok terdiri dari 4 – 5 orang anak dengan jumlah 28 anak,
terdapat 4 kelompok yang dapat bekerja sama dan 2 kelompok lainnya belum
dapat bekerja sama seperti ada anak yang masih saja belum bergabung dengan
kelompoknya, terdapat anak yang kurang bekerja sama dengan temannya, kurang
senang menolong dan membantu teman, kurang senang memberi dukungan
kepada teman-temannya sehingga tidak dapat menyelesaikan tugas yang diberikan
dengan tepat waktu.
Berdasarkan uraian yang diungkapkan diatas penelitian ini akan
mengangkat tentang penerapan pembelajaran berbasis proyek dalam
mengembangkan kerja sama melalui permainan balok pada anak usia 5 – 6 tahun
di TK Angkasa Kabupaten Kubu Raya.
2
METODE
Metode adalah cara yang digunakan seseorang untuk mencapai tujuan.
Metode dalam penelitian ini menggunakan metode deskriptif. Nana Syaodih
(2007:54), mengemukakan bahwa metode deskriptif adalah “suatu metode
penelitian yang ditujukan untuk menggambarkan fenomena – fenomena yang apa
adanya”. Sedangkan pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
pendekatan kualitatif. Nana Syaodih Sukmadinata (2007:60), mengemukakan
bahwa penelitian kualitatif (Qualitative Research) adalah “suatu penelitian yang
ditujukan untuk mendeskripsikan dan menganalisis fenomena, peristiwa, aktivitas
sosial, sikap, kepercayaan, persepsi, pemikiran orang secara individual maupun
kelompok”. Penelitian kualitatif fokusnya adalah manusia dan interaksinya dalam
konteks sosial.
Subjek penelitian ini adalah peserta didik dan guru kelas B3 yang
berjumlah 28 anak dibagi dalam 6 kelompok dan 1 guru di TK Angkasa yang
berlokasi di jalan Arteri Lanud Supadio Kabupaten Kubu Raya. Teknik
pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti adalah observasi langsung,
komunikasi langsung dan studi dokumentasi dengan alat pengumpulan data
berupa pedoman observasi daftar cek (check list), panduan wawancara, data
dokumen dan catatan lapangan.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan analisis data Miles and
Huberman. Analisis data Miles and Huberman terdiri dari 4 tahap yang dilakukan
secara terus menerus hingga tuntas. Miles and Huberman (dalam Ambo Upe &
Damsid, 2010:125-127), mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data
kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus – menerus
sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh.
Prosedur dalam penelitian ini terdiri dari 4 tahap analisis data yaitu
sebagai berikut.
Pengumpulan Data (Data Collection)
Data atau informasi yang berhasil dikumpulkan dari proses penelitian
biasanya berupa narasi yang jumlahnya bisa ratusan halaman. Agar informasi
“bahan mentah” ini tidak membingungkan peneliti, maka perlu dibentuk uraian
atau laporan terinci dalam tahap selanjutnya yaitu reduksi data. Dalam penelitian
ini, pengumpulan data dilakukan peneliti dengan mengamati kegiatan
pembelajaran tentang pembelajaran proyek dalam mengembangkan kerja sama
anak melalui permainan balok baik sikap anak ketika diberikan pembelajaran dari
guru maupun sikap guru ketika memimpin pembelajaran. Pengumpulan data
dilakukan juga oleh peneliti melalui hasil wawancara guru kelas B3 selaku guru
utama yang memberikan pembelajaran kepada anak didiknya, kepala sekolah dan
orang tua murid.
Reduksi Data (Data Reduction)
Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian
pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data – data “kasar” yang
muncul dari catatan tertulis di lapangan, serta memfokuskan pada hal – hal
penting dari sejumlah data lapangan yang telah diperoleh, sekaligus mencari
polanya. Aspek yang direduksi dalam penelitian ini adalah pembelajaran proyek
3
dalam mengembangkan kerja sama anak melalui permainan balok usia 5-6 tahun
di TK Angkasa Kabupaten Kubu Raya.
Penyajian Data (Data Display)
Dalam penelitian kualitatif penyajian data yang paling sering digunakan
adalah teks naratif yang bersumber dari petikan wawancara, hasil observasi,
maupun dokumen. Penyajian data dimaksudkan untuk menyusun segala informasi
yang diperoleh agar mempermudah peneliti menganalisis data-data yang sudah
terkumpul.
Pengambilan Keputusan dan Verifikasi (Conclusion Drawing/ veryfing)
Proses pengumpulan data bukan merupakan langkah akhir, sebab
kesimpulan yang telah diperoleh masih bersifat kabur, diragukan dan akan
berubah jika tidak ditemukan bukti – bukti yang kuat. Bila telah didukung dengan
data-data yang telah di analisis dengan jelas, maka dapat dilakukan penarikan
kesimpulan sebagai jawaban akhir dari penelitian ini. Untuk mengarah pada hasil
kesimpulan sebagai jawaban akhir dari penelitian ini tentunya berdasarkan dari
hasil analisis data, baik dari hasil wawancara, hasil observasi, catatan lapangan,
dan hasil dokumentasi yang di dapatkan peneliti pada saat melaksanakan kegiatan
di lapangan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di TK Angkasa yang berlokasi di jalan Arteri
Lanud Supadio. Peneliti mengadakan wawancara dengan guru, kepala TK
Angkasa, orang tua murid, menyusun pedoman observasi berupa check list dan
catatan lapangan serta dokumentasi.
Kegiatan pembelajaran proyek dari hasil wawancara dengan guru, kepala
TK menunjukkan bahwa salah satu kegiatan yang dapat diberikan anak didik
dengan pembelajaran proyek dalam mengembangkan kerja sama oleh guru adalah
permainan balok. Permainan balok dilakukan di ruang TPA dengan posisi anakanak duduk di lantai. Sebelum memulai kegiatan, guru memeriksa keadaan anakanak dalam setiap kelompok, apakah sudah siap menerima pembelajaran,
kemudian guru menjelaskan kembali tujuan yang ingin dicapai dalam bermain
balok.
Pada saat permainan balok dimulai, anak-anak memilih dan menyusun
balok secara bersama-sama di dalam kelompoknya masing-masing dan guru tetap
mengawasi mereka dengan sesekali memberikan arahan kepada anak yang tidak
mengerti peraturannya. Setiap akhir pembelajaran dilakukan evaluasi atau
penilaian akhir. Evaluasi yang dilakukan guru adalah dengan mengobservasi anak,
melakukan tanya jawab kepada setiap kelompok dan melihat hasil akhir bangunan
dari setiap kelompok. Dengan melakukan evalusi, guru dapat mengetahui
pengetahuan anak didiknya baik dari semua aspek, sehingga guru mengetahui
siapa saja yang belum berkembang.
Dari hasil observasi Pembelajaran berbasis proyek dilaksanakan guru di
dalam kelas maupun di luar kelas. Kegiatan yang dilakukan guru ketika
menggunakan pembelajaran berbasis proyek alat / media yang dibutuhkan salah
4
satunya permainan balok. Permainan balok yang disiapkan guru tidak hanya saat
pembelajaran berlangsung namun, permainan balok disiapkan guru di ruang
bermain yang dapat anak mainkan secara bebas ketika waktu istirahat.
Dalam melakukan permainan balok guru tidak langsung melepas anak
bermain begitu saja, tetapi guru tetap memberikan arahan kepada anak serta
mengawasinya hingga waktu selesai. Hal ini dilakukan agar tidak terjadi hal-hal
yang tidak diinginkan seperti memukul temannya dengan balok. Selama
menyusun balok berlangsung, guru tidak hanya diam melihat anak-anak
menyusun balok, namun guru memeriksa hasil karya setiap kelompok dan
memberikan arahan kepada anak yang tidak fokus atau kurang mengerti dalam
menyusun balok menjadi sebuah bangunan yang mereka inginkan.
Dari hasil wawancara dengan guru, kepala TK dan orang tua murid bahwa
perilaku kerja sama anak-anak sudah berjalan lancar. Anak-anak sudah bisa
menyusun balok-balok bersama teman-temannya sehingga mereka dapat bekerja
sama dengan baik. Walaupun masih ada 1 atau 2 orang anak yang egonya masih
tinggi, namun rata-rata semua anak dapat bekerja sama. Kerja sama yang
dilakukan anak ketika menyusun balok-balok berdampak positif pada saat waktu
makan di kelas. Ketika anak sedang makan terdapat sampah yang berserakan,
terdapat 2-4 orang anak saling menolong dan bergotong royong membersihkan
sampah tersebut.
Bentuk kerja sama yang ada pada anak usia dini adalah bentuk kerukunan
yang mencakup tolong menolong dan gotong royong. Dalam permainan balok,
tolong menolong yang dilakukan anak adalah tolong menolong sesama anggota
kelompok dalam menyusun balok seperti tolong menolong memberikan bentuk
balok yang dibutuhkan anggota kelompok, tolong menolong merapikan susunan
balok yang jatuh, dan sebagainya. Gotong royong yang dilakukan anak dalam
permainan balok adalah gotong royong menyusun balok menjadi sebuah
bangunan. Dalam kelompok sikap gotong royong harus dilakukan anak agar
terjalin kerja sama antar anggota kelompok sehingga hasil karya yang dibuat anak
selesai dengan tepat waktu.
Hasil observasi yang telah dilakukan peneliti, bentuk kerja sama anak dalam
proses pembelajaran berbasis proyek dalam mengembangkan kerja sama anak
melalui permainan balok adalah bentuk kerja sama kerukunan yang mencakup :1)
Tolong menolong, 2) Gotong royong. Ketika bermain balok, tolong menolong
yang dilakukan anak adalah anak mau menolong temannya dalam 1 kelompok
yang kesulitan menyusun balok, misalnya menolong teman yang kesulitan
mencari bentuk balok yang diinginkan, mau menolong teman dalam 1 kelompok
merapikan susunan balok yang jatuh akibat tersenggol teman atau susunan balok
yang kurang tepat. Secara umum dari 6 kelompok yang ada, semua anggota
kelompok yang tolong menolong berjumlah 3. 3 kelompok lainnya hanya 1-2
orang saja yang bisa tolong menolong dengan anggota kelompoknya.
Dalam permainan balok, gotong royong yang dilakukan anak adalah
bersama-sama anggota kelompoknya menyusun balok-balok menjadi bangunan
sebagai hasil karya kelompok. Secara umum, dari 6 kelompok yang dapat
dikatakan kelompok yang bergotong royong saat menyusun balok-balok adalah
5
kelompok 2. Sedangkan kelompok yang lainnya kadang-kadang anggota
kelompoknya bergotong royong menyusun balok.
Dari hasil wawancara dengan guru, anak-anak terlihat senang ketika
pembelajaran yang diberikan guru menggunakan permainan balok. anak-anak
tertarik untuk menyusun balok-balok tersebut menjadi suatu bangunan. Hal ini
dikarenakan anak-anak sudah sering melakukan permainan balok, baik saat proses
pembelajaran maupun saat istirahat sehingga anak-anak sangat tertarik. Namun,
ada sedikit anak yang hanya diam melihat temannya menyusun balok.
Dari hasil observasi dalam kegiatan pembelajaran yang diberikan guru, hal
yang diperhatikan adalah respon anak terhadap pembelajaran yang dilakukan.
Respon anak berkaitan erat dengan metode dan media yang digunakan guru. Saat
kegiatan pembelajaran menggunakan metode proyek menggunakan permainan
balok, anak-anak sangat antusias. Anak-anak sangat tertarik dalam menyusun
berbagai macam bentuk balok menjadi sebuah bangunan hasil karya kelompok.
Anak-anak tertawa dan menghayal balok-balok tersebut sesuai imajinasinya yang
dikeluarkan dalam bentuk sebuah bangunan. Kadang ada juga yang hanya diam
dan tidak membantu, namun dengan arahan yang diberikan guru dan sesekali ada
anak yang merasa menjadi pemimpin memberitahu anak yang ribut untuk
membantu kelompoknya, sehingga mereka dapat bekerja bersama-sama di dalam
kelompok.
Pembahasan
Penelitian ini dilaksanakan mulai minggu ke dua bulan mei hingga tanggal
9 Juni 2013 di TK Angkasa Jl. Arteri Lanud Supadio Kabupaten Kubu Raya.
Pembelajaran berbasis proyek merupakan salah satu metode pembelajaran
kooperatif yang digunakan oleh guru kelas B3. Muhammad Fadlillah (2012:189),
mengemukakan bahwa pembelajaran kooperatif adalah “model pembelajaran yang
bersifat kerja sama antara satu siswa dengan siswa lain”.
Di dalam kelompok, anak dapat banyak belajar dalam membina hubungan
sosial dengan anggota kelompoknya. Moeslichatoen
(2004:22-23),
mengemukakan bahwa “dalam membina hubungan dengan kelompok anak belajar
untuk dapat berperan serta, dan meningkatkan hubungan kelompok, meningkatkan
hubungan antar pribadi, mengenal identitas kelompok, dan belajar bekerja dalam
kelompok”. Ketika guru menerapkan pembelajaran berbasis proyek, sebelumnya
guru sudah menentukan tujuan kegiatan yang akan di laksanakan.
Moeslichatoen (2004:7), mengemukakan bahwa “di Taman Kanak-Kanak
kegiatan dapat diberikan dalam bentuk bermain dan kegiatan yang lain”. Piaget
(dalam Yeni Rachmawati & Euis Kurniati, 2005:71), mengemukakan bahwa “kita
tidak dapat mengajarkan tentang suatu konsep pada anak secara verbal, namun
kita sapat mengajarkannya jika menggunakan metode yang didasarkan pada
aktivitas anak”. hal ini meunjukkan bahwa aktivitas anak dan dunia anak adalah
bermain. Bermain sangat bermanfaat bagi anak usia dini. Hal ini sejalan dengan
Catron dan Allen (dalam Yuliani Nurani, 2009:63), mengunggkapkan bahwa
“melalui bermain anak dapat belajar perilaku prososial seperti menunggu giliran,
kerja sama, saling membantu dan berbagi”.
6
Salah satu kegiatan bermain di TK Angkasa yang dapat mengembangkan
kerja sama anak adalah permainan balok. Tittin S Pramono (2012:48),
mengemukakan bahwa “permainan balok sama dengan puzzle yang merupakan
alat permainan konstruktif”. Permainan konstruktif adalah permainan yang
membuat anak secara aktif membangun sesuatu dengan menggunakan bahan yang
sudah ada dan dapat mengasah kemampuan anak dalam berimajinasi dalam
menyusun balok-balok menjadi sebuah gedung, menara dan sebagainya yang
dimainkan anak-anak saat pembelajaran berlangsung maupun tidak.
Dalam penerapannya, guru mempunyai tujuan yang dapat
mengembangkan semua aspek yang ada pada anak. Yusep Nurjatmika (2012:60),
mengemukakan manfaat permainan balok dalam mengembangkan semua aspek
pada anak yaitu : “mengenalkan konsep dasar matematika, merangsang kreativitas
dan imajinasi anak, melatih kesabaran, secara sosial belajar berbagi, dan
mengembangkan rasa percaya diri anak”. Secara sosial, selain berbagi, anak-anak
dapat bekerja sama dengan teman.
Ketika pembelajaran berbasis proyek menggunakan permainan balok di
laksanakan, guru memimpin pembelajaran tersebut dengan mengarahkan anakanak untuk menyusun balok menjadi bangunan yang di sesuaikan dengan tema.
Moeslichatoen (2004:12), mengemukakan bahwa “tema yang dipilih hendaknya
tema-tema yang menarik, yang menantang dan yang bermakna bagi anak”. Hal
tersebut akan membuat anak mudah menangkap pembelajaran yang dimaksudkan
oleh guru, sehingga tujuan pembelajaran tercapai.
Tidak hanya dalam pembelajaran, ketika waktu istirahat anak-anak juga
dapat memainkan balok secara bebas dengan menyusun balok menjadi bangunan
apa saja tanpa harus mengikuti aturan dari guru. Hal ini membuat anak dapat
belajar lebih kreatif dalam menyusun balok-balok sesuai imajinasi mereka.
Jerome Bruner (dalam Mayke S Tedjasaputra, 2001:10), mengemukakan bahwa
Bruner “memberi penekanan pada fungsi bermain sebagai sarana
mengembangkan kreativitas dan fleksibilitas”. Walaupun anak-anak bebas
menyusun balok menjadi bangunan apa saja, guru tetap mempunyai peranan yang
sangat penting. Guru selalu mengawasi dan sesekali bertanya bangunan apa yang
dibuatnya.
Jamal Ma’mur Asmani (2010:155), mengemukakan bahwa “di dalam
kegiatan bermain guru harus berperan sebagai pengamat, melakukan elaborasi,
sebagai model, melakukan evalusi, dan melakukan perancanaan”. Hal ini di
lakukan agar guru mengetahui sejauh mana perkembangan anak-anak baik dalam
berinteraksi dengan teman dan minat tehadap suatu permainan. Selain itu, agar
tidak terjadi hal-hal yang diinginkan seperti memukul temannya dengan balok,
melempar temannya dengan balok, sekaligus melatih anak untuk berani
mengungkapkan apa yang telah dibuatnya.
Sebelum pembelajaran berbasis proyek melalui permainan balok akan
dilaksanakan guru, guru membuat perencanaan dan mempersiapkan bahan-bahan
dan media yang diperlukannya . Slameto (2010:98), mengemukakan bahwa
“sebagai perencana pengajaran, seorang guru diharapkan mampu untuk
merencanakan kegiatan belajar-mengajar secara efektif”. Tujuannya agat proses
pembelajaran berjalan dengan lancar sesuai tujuan yang diharapkan. R Ibrahim &
7
Nana Syaodih (2010:30), mengemukakan bahwa “salah satu hal yang memegang
peranan penting bagi keberhasilan pengajaran, adalah proses pelaksanaan
pengajaran dan pelaksanaan pengajaran yang baik sangat dipengaruhi oleh
perencanaan yang baik pula”.
Saat pembelajaran berbasis proyek melalui permainan balok dilaksanakan,
guru memberikan arahan dengan memberikan penjelasan kepada anak-anak
tentang tema yang akan diterapkan dalam pembelajaran. Setelah memberikan
penjelasan, guru memberi kesempatan kepada setiap kelompok untuk berdiskusi
bangunan yang akan mereka buat sesuai dengan tema. Dengan memberi
kesempatan kepada setiap kelompok untuk berdiskusi, anak-anak akan saling
berkomunikasi dan berinteraksi yang merupakan awal dari timbulnya kerja sama
di dalam kelompok.
Komunikasi verbal maupun non verbal yang muncul ketika anak
menyusun balok-balok dapat memperbanyak perbendaharaan kata. Sofia Hartati
(2005:105), mengemukakan bahwa “anak-anak perlu berkomunikasi secara
efektif, untuk memahami satu sama lain, dan untuk mengikuti arah dari kawan
sebaya dalam situasi bermain untuk membangkitkan keahlian dalam
perkembangan bahasa”.
Di akhir kegiatan pembelajaran, guru melakukan evalusi atau penilaian
terhadap semua kelompok atas pencapaian tujuan yang telah dirumuskan
sebelumnya. Dewi Salma Prawiradilaga (2009:18), mengemukakan bahwa
“indikator keberhasilan pencapaian suatu tujuan belajar dapat diamati dari
penilaian hasil belajar”. Guru mengobservasi kepada setiap kelompok dan
menanyakan hasil karya dari setiap kelompok tersebut. Tujuan guru melakukan
evaluasi agar mengetahui sejauh mana perkembangan aspek sosial anak terutama
kerja sama anak dan pemahaman anak tentang bangunan yang telah mereka buat
bersama kelompoknya.
Bentuk kerja sama yang tampak pada anak-anak saat menyusun balok
adalah bentuk kerja sama kerukunan yang mencakup tolong menolong dan gotong
royong. Philipus, Ng & Nurul Aini (2009:24), mengemukakan bentuk kerja sama
kerukunan adalah ‘hidup secara damai dan melakukan kerja sama bersama-sama”.
Kelompok yang bekerja sama dalam menyelesaikan susunan balok menjadi
sebuah bangunan akan cepat selesai dibandingkan kelompok yang kurang atau
tidak bekerja sama dengan anggota kelompoknya. Karena tujuan dari
pembelajaran berbasis proyek adalah mengembangkan kerja sama di dalam
kelompok, maka dari itu setiap kelompok mampu untuk bekerja sama dan
mempunyai tanggung jawab masing-masing dalam mencapai tujuan bersama.
Dalam permainan balok, tolong menolong yang dilakukan anak adalah
anak mau menolong temannya dalam 1 kelompok yang kesulitan menyusun
balok, misalnya menolong teman yang kesulitan mencari bentuk balok yang
diinginkan, mau menolong teman dalam 1 kelompok merapikan susunan balok
yang jatuh akibat tersenggol teman atau susunan balok yang kurang tepat.
Sedangkan gotong royong yang dilakukan anak adalah bersama-sama dengan
semua anggota kelompok menyusun balok-balok menjadi sebuah bangunan
sebagai hasil karya kelompok. Di dalam kelompok gotong royong harus dilakukan
agar terjalinnya kerja sama diantara anggota kelompok tersebut sehingga dapat
8
menyelesaikan susunan balok-balok menajadi hasil karya kelompok dengan tepat
waktu.
Ketika anak-anak memainkan permainan balok berkelompok, mereka
terlihat sangat senang ketika menyusun balok-balok tersebut hingga menjadi
bangunan yang telah didiskusikan sebelumnya. Nusa Putra & Ninin Dwilestari
(2012:43), mengemukakan “suasana menyenangkan akan menimbulkan
kegembiraan”. Dengan suasana yang menyenangkan akan membangkitkan minat
anak dan secara aktif anak akan terlibat dalam proses pembelajaran. Karena
mereka sudah terbiasa memainkan permainan balok, jadi ketika pembelajaran
yang menggunakan media permainan balok, mereka tidak asing lagi dan
menyusun balok-balok tersebut sambil bermain, berimajinasi sesuai apa yang ada
difikiran mereka kemudian dituangkan dalam bentuk bangunan. Hal ini sejalan
dengan Titin Pramono (2012:49), mengemukakan bahwa” salah satu manfaat
permainan balok, anak dapat belajar mengembangkan imajinasi”.
Imajinasi yang dituangkan anak dalam bentuk karya
dari hasil
membangun sesuatu dapat mengasah kreativitas anak dalam mencipta beragam
bentuk. Berbagai macam bentuk yang dihasilkan oleh kelompok melalui balokbalok yang telah disusunnya secara berkelompok. Dalam hal ini, guru harus
menyediakan berbagai macam balok-balok dan mengawasi anak-anak ketika
bermain balok agar dapat terselenggaranya kegiatan tersbut. Hal ini sejalan
dengan Yeni Rachmawati & Euis Kurniati (2005:72), mengemukakan bahwa
“guru berperan sebagai fasilitator dan pengawas bagi anak dalam mempersiapkan
dan melaksanakan kegiatannya”. Oleh karena itu, kegiatan yang telah
direncanakan dapat berjalan dengan baik.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan oleh
peneliti secara umum dapat disimpulkan bahwa penerapan pembelajaran berbasis
proyek dalam mengembangkan kerja sama melalui permainan balok pada anak
usia 5-6 tahun di TK Angkasa Kabupaten Kubu Raya cukup baik, namun dalam
pelaksanakan kegiatan pembelajaran tidak terlepas dari berbagai kendala seperti
manajemen waktu yang sudah direncanakan dalam RKH. Ketidaksesuaian waktu
tersebut antara lain disebabkan karena tidak seimbangnya jumlah guru dengan
jumlah anak. Dilihat hasil persentase dari 6 kelompok terdapat 4 kelompok yang
dapat bekerja sama dengan hasil 67% dari 100%.
Kegiatan pembelajaran yang guru lakukan di kelas B3 saat menggunakan
pembelajaran berbasis proyek melalui permainan balok membuat anak belajar
mengembangkan kerja sama dengan teman-teman anggota kelompoknya.
Sebelum kegiatan pembelajaran dilaksanakan, guru membuat perencanaan
terlebih dahulu dan menyiapkan bahan dan alat yang diperlukan seperti balokbalok. Guru memimpin pembelajaran dengan mengarahkan anak-anak untuk
menyusun balok yang disesuaikan dengan tema. Guru memberi kesempatan
kepada setiap kelompok untuk berdiskusi tentang bangunan yang akan mereka
9
buat, hal ini melatih anak berkomunikasi agar dapat bekerja sama bersama
anggota kelompoknya.
Bentuk kerja sama anak kelas B3 dalam pembelajaran berbasis proyek
melalui permainan balok adalah kerukunan yang mencakup tolong menolong dan
gotong royong. Dari 6 kelompok terdapat 4 kelompok yang dapat tolong
menolong dan gotong royong. Tolong menolong yang tampak pada kelompok
adalah ketika anggota kelompok membutuhkan bentuk balok yang ingin
digunakan, anggota kelompok yang lain menolongnya untuk mencarikan
potongan balok yang diperlukan anggota kelompoknya. Gotong royong yang
tampak pada kelompok adalah ketika satu kelompok dimana semua anggota
kelompoknya ikut beraktivitas menyusun balok bersama-sama menjadi suatu
bangunan yang mereka inginkan sehingga selesai dengan tepat waktu.
Respon anak ketika menyusun balok saat menggunakan pembelajaran
berbasis proyek terlihat anak sangat senang menyusun balok-balok secara
berkelompok hingga menjadi bangunan yang mereka inginkan.
Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan yang telah peneliti uraikan di
atas, peneliti ingin memberikan beberapa saran yang dapat dijadikan sebagai
bahan pertimbangan bagi pihak-pihak yang berkepentingan yang berkaitan dengan
penelitian ini : (1) Sebaiknya jumlah balok harus sebanding dengan jumlah anak
yaitu 1:100. Artinya 1 anak disediakan 100 balok dalam menyusun balok sesuai
dengan gagasannya. (2) Balok-balok hendaknya disusun di lemari beradasarkan
unit-unitnya, agar memudahkan anak mengambil balok sesuai dengan bentuk
yang dibutuhkan. (3) Saat melaksanakan pembelajaran hendaknya melihat waktu
yang telah direncanakan agar pembelajaran berjalan sesuai rencana yang telah
dibuat. (4) Untuk sebagian anak yang masih kurang paham dengan penjelasan
guru, sebaiknya guru melakukan pendekatan kepada anak tersebut. Misalnya
ketika anak sedang bermain balok di waktu istirahat, guru bisa mendekatinya dan
mengajak untuk berbicara tentang bangunan yang dibuat oleh anak tersebut. Hal
ini bertujuan agar anak mudah mengerti bangunan yang akan dibuatnya sehingga
anak fokus menyusun balok sesuai tema yang ditetapkan guru.
DAFTAR RUJUKAN
Ambo Upe & Damsid. (2010). Asas-Asas Multiple Researches. Yogyakarta: Tiara
Wacana
Depdiknas. (2009). Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (PERMEN) No. 58
Tahun 2009. Jakarta: Depdiknas
Depdiknas. (2012). Pedoman Pendidikan Karakter Pada Pendidikan Anak Usia
Dini. Jakarta: Depdiknas
Dewi Salma Prawiradilaga. (2009). Prinsip Desain Pembelajaran. Jakarta:
Kencana Prenada Media Group
10
Isjoni. (2009). Model Pembelajaran Anak Usia Dini. Bandung: Alfabeta
Ibrahim, Nana Syaodih. (2010). Perencanaan Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta
Jamal Ma’mur Asmani. (2010). Buku Pintar Playgroup. Jogjakarta: Buku Biru
M, Fadlillah. (2012). Desain Pembelajaran PAUD. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media
Mayke S. Tedjasaputra. (2001). Bermain, Mainan, dan Permainan untuk
Pendidikan Usia Dini. Jakarta: Grasindo
Moeslichatoen . (2004). Metode Pengajaran Di Taman Kanak-Kanak. Jakarta: PT
Rineka Cipta
Nana Syaodih Sukmadinata. (2007). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung:Pt
Remaja Rosdakarya
Nurani, Yuliani Sujiono. (2009). Konsep Dasar Paud. Jakarta: Indeks
Nusa Putra & Ninin Dwi. (2012). Penelitian Kualitatif Pendidikan Anak Usia
Dini. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada
Philipus, Ng & Nurul Aini. (2009). Sosiologi dan Politik. Jakarta: Rajawali Pers
Slameto. (2010). Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta:
Rineka Cipta
Sofia Hartati. (2005). Perkembangan Belajar Pada Anak Usia Dini. Jakarta:
Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi
Direktorat Pembinaan Pendidikan Tenaga Kependidikan dan Ketenagaan
Perguruan Tinggi
Titin S. Pramono. (2012). Permainan Asyik Bikin Anak Pintar. Yogyakarta: In
Azna Books
Yeni Rachmawati, Euis Kurniati. (2005). Strategi Pengembangan Kreativitas
Pada Anak Usia Taman Kanak-Kanak. Jakarta: Departemen Pendidikan
Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Direktorat Pembinaan
Pendidikan Tenaga Kependidikan dan Ketenagaan Perguruan Tinggi
11
Download