PEMBELAJARAN PROYEK DALAM MENGEMBANGKAN KERJA SAMA MELALUI PERMAINAN BALOK PADA ANAK USIA 5-6 TAHUN Suci Widianingsih, Marmawi, Sri Lestari Program Studi Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini Email : [email protected] Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kegiatan pembelajaran proyek, bentuk kerja sama kerukunan dan respon anak terhadap pembelajaran proyek dalam mengembangkan kerja sama melalui permainan balok. Penelitian ini dilakukan dengan metode penelitian kualitatif menggunakan pendekatan penelitian deskriptif. Sampel penelitian ini adalah 1 orang guru dan 28 anak yang terdapat di kelas B. Hasil analisis data menunjukkan bahwa pembelajaran proyek dalam mengembangkan kerja sama melalui permainan balok membuat anak belajar mengembangkan kerja sama sesama anggota kelompoknya. Bentuk kerja sama yang dilihat peneliti saat anak-anak menyusun balok bersama anggota kelompoknya adalah bentuk kerja sama kerukunan yang mencakup tolong menolong dan gotong royong. Respon anak senang ketika menyusun balok menjadi bangunan yang mereka sukai, namun dari 6 kelompok terdapat 2 kelompok yang belum dapat bekerja sama sesama anggota kelompoknya dengan hasil persentase 67% dari 100%. Kata Kunci: Pembelajaran proyek, Kerja sama, Permainan balok Abstract: This study aims to determine the project learning activities, forms of cooperation and harmony response to the child's learning in a project to develop cooperation through game blocks. This research was conducted using qualitative research using descriptive research approach. The sample was 1 teacher and 28 children who are in class B. Results of data analysis showed that the learning projects in developing cooperation through game beams make children learn to develop cooperation fellow group members. Forms of cooperation are seen when researchers kids the block with the rest of the group is a form of cooperation that includes helping each harmony and mutual cooperation. Response of children to be happy when putting together the building blocks they like, but there are 2 groups of 6 groups who have not been able to work together with other members of his group the percentage 67% from 100%. Keywords: Learningp project, Cooperation, Game block L ingkungan secara alami mendorong anak untuk berinteraksi dengan orang lain. Interaksi yang terjadi antara anak dan orang lain dapat mempengaruhi 1 perilaku dalam kehidupan sehari – hari. Salah satu perilaku yang dapat mengembangkan keterampilan sosial seseorang adalah kerja sama. Di lingkungan sekolah anak banyak menghabiskan waktunya dengan bermain bersama teman sebaya. Bersama teman sebaya anak dapat bereksplorasi dengan lingkungan sekitar melalui bermain. Melalui bermain, anak tidak hanya sekedar senang bermain, namun dengan bermain anak dapat belajar, terutama dalam mengembangkan kemampuan sosialnya seperti berinteraksi bersama teman sebaya, bekerja sama dalam menyelesaikan suatu kegiatan, tolong menolong sesama teman. Di dalam PERMEN 58 tahun 2009 mengemukakan bahwa “anak pada usia 5-6 tahun sudah dapat bersikap kooperatif dengan teman”. Direktorat Pembinaan Pendidikan Anak Usia Dini (2012:23), mengemukakan beberapa indikator kerja sama yang merupakan acuan untuk dapat dikembangkan oleh pendidik yaitu : setiap anak mau bergabung bersama kelompoknya, senang bekerja bersama dengan teman, senang menolong dan membantu teman, senang memberi dukungan pada teman – teman, dan tugas yang diberikan tepat waktu. Hal tersebut sangat penting dibiasakan sejak dini, agar anak dapat menyesuaikan diri dalam kehidupan sosialnya. Salah satu model pembelajaran yang dapat membantu anak mengembangkan keterampilan sosial anak adalah pembelajaran kooperatif, dimana metode yang digunakan adalah berbasis proyek. Isjoni (2009:92), mengemukakan bahwa “metode proyek dapat menggerakkan anak untuk melakukan kerja sama sepenuh hati”. Kerja sama harus diterapkan pada setiap anggota kelompok agar mencapai tujuan bersama dalam menyelesaikan suatu kegiatan yang diberikan oleh guru. Salah satu kegiatan yang dapat diberikan dalam pembelajaran berbasis proyek melalui permainan balok. Permainan balok adalah salah satu permainan yang memilih beberapa bentuk balok yang terbuat dari kayu yang disusun hingga menjadi suatu bangunan seperti menara, gedunggedung tinggi, dan sebagainya. Dalam menyusun balok anak dapat bekerja bersama anggota kelompoknya dalam menyelesaikan sebuah karya dalam mencapai tujuan bersama. Kenyataan yang dilihat pada anak kelas B secara umum masih ada anak yang kurang bekerja sama dalam menyelesaikan kegiatan. Dari 6 kelompok, masing – masing kelompok terdiri dari 4 – 5 orang anak dengan jumlah 28 anak, terdapat 4 kelompok yang dapat bekerja sama dan 2 kelompok lainnya belum dapat bekerja sama seperti ada anak yang masih saja belum bergabung dengan kelompoknya, terdapat anak yang kurang bekerja sama dengan temannya, kurang senang menolong dan membantu teman, kurang senang memberi dukungan kepada teman-temannya sehingga tidak dapat menyelesaikan tugas yang diberikan dengan tepat waktu. Berdasarkan uraian yang diungkapkan diatas penelitian ini akan mengangkat tentang penerapan pembelajaran berbasis proyek dalam mengembangkan kerja sama melalui permainan balok pada anak usia 5 – 6 tahun di TK Angkasa Kabupaten Kubu Raya. 2 METODE Metode adalah cara yang digunakan seseorang untuk mencapai tujuan. Metode dalam penelitian ini menggunakan metode deskriptif. Nana Syaodih (2007:54), mengemukakan bahwa metode deskriptif adalah “suatu metode penelitian yang ditujukan untuk menggambarkan fenomena – fenomena yang apa adanya”. Sedangkan pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Nana Syaodih Sukmadinata (2007:60), mengemukakan bahwa penelitian kualitatif (Qualitative Research) adalah “suatu penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan dan menganalisis fenomena, peristiwa, aktivitas sosial, sikap, kepercayaan, persepsi, pemikiran orang secara individual maupun kelompok”. Penelitian kualitatif fokusnya adalah manusia dan interaksinya dalam konteks sosial. Subjek penelitian ini adalah peserta didik dan guru kelas B3 yang berjumlah 28 anak dibagi dalam 6 kelompok dan 1 guru di TK Angkasa yang berlokasi di jalan Arteri Lanud Supadio Kabupaten Kubu Raya. Teknik pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti adalah observasi langsung, komunikasi langsung dan studi dokumentasi dengan alat pengumpulan data berupa pedoman observasi daftar cek (check list), panduan wawancara, data dokumen dan catatan lapangan. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan analisis data Miles and Huberman. Analisis data Miles and Huberman terdiri dari 4 tahap yang dilakukan secara terus menerus hingga tuntas. Miles and Huberman (dalam Ambo Upe & Damsid, 2010:125-127), mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus – menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Prosedur dalam penelitian ini terdiri dari 4 tahap analisis data yaitu sebagai berikut. Pengumpulan Data (Data Collection) Data atau informasi yang berhasil dikumpulkan dari proses penelitian biasanya berupa narasi yang jumlahnya bisa ratusan halaman. Agar informasi “bahan mentah” ini tidak membingungkan peneliti, maka perlu dibentuk uraian atau laporan terinci dalam tahap selanjutnya yaitu reduksi data. Dalam penelitian ini, pengumpulan data dilakukan peneliti dengan mengamati kegiatan pembelajaran tentang pembelajaran proyek dalam mengembangkan kerja sama anak melalui permainan balok baik sikap anak ketika diberikan pembelajaran dari guru maupun sikap guru ketika memimpin pembelajaran. Pengumpulan data dilakukan juga oleh peneliti melalui hasil wawancara guru kelas B3 selaku guru utama yang memberikan pembelajaran kepada anak didiknya, kepala sekolah dan orang tua murid. Reduksi Data (Data Reduction) Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data – data “kasar” yang muncul dari catatan tertulis di lapangan, serta memfokuskan pada hal – hal penting dari sejumlah data lapangan yang telah diperoleh, sekaligus mencari polanya. Aspek yang direduksi dalam penelitian ini adalah pembelajaran proyek 3 dalam mengembangkan kerja sama anak melalui permainan balok usia 5-6 tahun di TK Angkasa Kabupaten Kubu Raya. Penyajian Data (Data Display) Dalam penelitian kualitatif penyajian data yang paling sering digunakan adalah teks naratif yang bersumber dari petikan wawancara, hasil observasi, maupun dokumen. Penyajian data dimaksudkan untuk menyusun segala informasi yang diperoleh agar mempermudah peneliti menganalisis data-data yang sudah terkumpul. Pengambilan Keputusan dan Verifikasi (Conclusion Drawing/ veryfing) Proses pengumpulan data bukan merupakan langkah akhir, sebab kesimpulan yang telah diperoleh masih bersifat kabur, diragukan dan akan berubah jika tidak ditemukan bukti – bukti yang kuat. Bila telah didukung dengan data-data yang telah di analisis dengan jelas, maka dapat dilakukan penarikan kesimpulan sebagai jawaban akhir dari penelitian ini. Untuk mengarah pada hasil kesimpulan sebagai jawaban akhir dari penelitian ini tentunya berdasarkan dari hasil analisis data, baik dari hasil wawancara, hasil observasi, catatan lapangan, dan hasil dokumentasi yang di dapatkan peneliti pada saat melaksanakan kegiatan di lapangan. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di TK Angkasa yang berlokasi di jalan Arteri Lanud Supadio. Peneliti mengadakan wawancara dengan guru, kepala TK Angkasa, orang tua murid, menyusun pedoman observasi berupa check list dan catatan lapangan serta dokumentasi. Kegiatan pembelajaran proyek dari hasil wawancara dengan guru, kepala TK menunjukkan bahwa salah satu kegiatan yang dapat diberikan anak didik dengan pembelajaran proyek dalam mengembangkan kerja sama oleh guru adalah permainan balok. Permainan balok dilakukan di ruang TPA dengan posisi anakanak duduk di lantai. Sebelum memulai kegiatan, guru memeriksa keadaan anakanak dalam setiap kelompok, apakah sudah siap menerima pembelajaran, kemudian guru menjelaskan kembali tujuan yang ingin dicapai dalam bermain balok. Pada saat permainan balok dimulai, anak-anak memilih dan menyusun balok secara bersama-sama di dalam kelompoknya masing-masing dan guru tetap mengawasi mereka dengan sesekali memberikan arahan kepada anak yang tidak mengerti peraturannya. Setiap akhir pembelajaran dilakukan evaluasi atau penilaian akhir. Evaluasi yang dilakukan guru adalah dengan mengobservasi anak, melakukan tanya jawab kepada setiap kelompok dan melihat hasil akhir bangunan dari setiap kelompok. Dengan melakukan evalusi, guru dapat mengetahui pengetahuan anak didiknya baik dari semua aspek, sehingga guru mengetahui siapa saja yang belum berkembang. Dari hasil observasi Pembelajaran berbasis proyek dilaksanakan guru di dalam kelas maupun di luar kelas. Kegiatan yang dilakukan guru ketika menggunakan pembelajaran berbasis proyek alat / media yang dibutuhkan salah 4 satunya permainan balok. Permainan balok yang disiapkan guru tidak hanya saat pembelajaran berlangsung namun, permainan balok disiapkan guru di ruang bermain yang dapat anak mainkan secara bebas ketika waktu istirahat. Dalam melakukan permainan balok guru tidak langsung melepas anak bermain begitu saja, tetapi guru tetap memberikan arahan kepada anak serta mengawasinya hingga waktu selesai. Hal ini dilakukan agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan seperti memukul temannya dengan balok. Selama menyusun balok berlangsung, guru tidak hanya diam melihat anak-anak menyusun balok, namun guru memeriksa hasil karya setiap kelompok dan memberikan arahan kepada anak yang tidak fokus atau kurang mengerti dalam menyusun balok menjadi sebuah bangunan yang mereka inginkan. Dari hasil wawancara dengan guru, kepala TK dan orang tua murid bahwa perilaku kerja sama anak-anak sudah berjalan lancar. Anak-anak sudah bisa menyusun balok-balok bersama teman-temannya sehingga mereka dapat bekerja sama dengan baik. Walaupun masih ada 1 atau 2 orang anak yang egonya masih tinggi, namun rata-rata semua anak dapat bekerja sama. Kerja sama yang dilakukan anak ketika menyusun balok-balok berdampak positif pada saat waktu makan di kelas. Ketika anak sedang makan terdapat sampah yang berserakan, terdapat 2-4 orang anak saling menolong dan bergotong royong membersihkan sampah tersebut. Bentuk kerja sama yang ada pada anak usia dini adalah bentuk kerukunan yang mencakup tolong menolong dan gotong royong. Dalam permainan balok, tolong menolong yang dilakukan anak adalah tolong menolong sesama anggota kelompok dalam menyusun balok seperti tolong menolong memberikan bentuk balok yang dibutuhkan anggota kelompok, tolong menolong merapikan susunan balok yang jatuh, dan sebagainya. Gotong royong yang dilakukan anak dalam permainan balok adalah gotong royong menyusun balok menjadi sebuah bangunan. Dalam kelompok sikap gotong royong harus dilakukan anak agar terjalin kerja sama antar anggota kelompok sehingga hasil karya yang dibuat anak selesai dengan tepat waktu. Hasil observasi yang telah dilakukan peneliti, bentuk kerja sama anak dalam proses pembelajaran berbasis proyek dalam mengembangkan kerja sama anak melalui permainan balok adalah bentuk kerja sama kerukunan yang mencakup :1) Tolong menolong, 2) Gotong royong. Ketika bermain balok, tolong menolong yang dilakukan anak adalah anak mau menolong temannya dalam 1 kelompok yang kesulitan menyusun balok, misalnya menolong teman yang kesulitan mencari bentuk balok yang diinginkan, mau menolong teman dalam 1 kelompok merapikan susunan balok yang jatuh akibat tersenggol teman atau susunan balok yang kurang tepat. Secara umum dari 6 kelompok yang ada, semua anggota kelompok yang tolong menolong berjumlah 3. 3 kelompok lainnya hanya 1-2 orang saja yang bisa tolong menolong dengan anggota kelompoknya. Dalam permainan balok, gotong royong yang dilakukan anak adalah bersama-sama anggota kelompoknya menyusun balok-balok menjadi bangunan sebagai hasil karya kelompok. Secara umum, dari 6 kelompok yang dapat dikatakan kelompok yang bergotong royong saat menyusun balok-balok adalah 5 kelompok 2. Sedangkan kelompok yang lainnya kadang-kadang anggota kelompoknya bergotong royong menyusun balok. Dari hasil wawancara dengan guru, anak-anak terlihat senang ketika pembelajaran yang diberikan guru menggunakan permainan balok. anak-anak tertarik untuk menyusun balok-balok tersebut menjadi suatu bangunan. Hal ini dikarenakan anak-anak sudah sering melakukan permainan balok, baik saat proses pembelajaran maupun saat istirahat sehingga anak-anak sangat tertarik. Namun, ada sedikit anak yang hanya diam melihat temannya menyusun balok. Dari hasil observasi dalam kegiatan pembelajaran yang diberikan guru, hal yang diperhatikan adalah respon anak terhadap pembelajaran yang dilakukan. Respon anak berkaitan erat dengan metode dan media yang digunakan guru. Saat kegiatan pembelajaran menggunakan metode proyek menggunakan permainan balok, anak-anak sangat antusias. Anak-anak sangat tertarik dalam menyusun berbagai macam bentuk balok menjadi sebuah bangunan hasil karya kelompok. Anak-anak tertawa dan menghayal balok-balok tersebut sesuai imajinasinya yang dikeluarkan dalam bentuk sebuah bangunan. Kadang ada juga yang hanya diam dan tidak membantu, namun dengan arahan yang diberikan guru dan sesekali ada anak yang merasa menjadi pemimpin memberitahu anak yang ribut untuk membantu kelompoknya, sehingga mereka dapat bekerja bersama-sama di dalam kelompok. Pembahasan Penelitian ini dilaksanakan mulai minggu ke dua bulan mei hingga tanggal 9 Juni 2013 di TK Angkasa Jl. Arteri Lanud Supadio Kabupaten Kubu Raya. Pembelajaran berbasis proyek merupakan salah satu metode pembelajaran kooperatif yang digunakan oleh guru kelas B3. Muhammad Fadlillah (2012:189), mengemukakan bahwa pembelajaran kooperatif adalah “model pembelajaran yang bersifat kerja sama antara satu siswa dengan siswa lain”. Di dalam kelompok, anak dapat banyak belajar dalam membina hubungan sosial dengan anggota kelompoknya. Moeslichatoen (2004:22-23), mengemukakan bahwa “dalam membina hubungan dengan kelompok anak belajar untuk dapat berperan serta, dan meningkatkan hubungan kelompok, meningkatkan hubungan antar pribadi, mengenal identitas kelompok, dan belajar bekerja dalam kelompok”. Ketika guru menerapkan pembelajaran berbasis proyek, sebelumnya guru sudah menentukan tujuan kegiatan yang akan di laksanakan. Moeslichatoen (2004:7), mengemukakan bahwa “di Taman Kanak-Kanak kegiatan dapat diberikan dalam bentuk bermain dan kegiatan yang lain”. Piaget (dalam Yeni Rachmawati & Euis Kurniati, 2005:71), mengemukakan bahwa “kita tidak dapat mengajarkan tentang suatu konsep pada anak secara verbal, namun kita sapat mengajarkannya jika menggunakan metode yang didasarkan pada aktivitas anak”. hal ini meunjukkan bahwa aktivitas anak dan dunia anak adalah bermain. Bermain sangat bermanfaat bagi anak usia dini. Hal ini sejalan dengan Catron dan Allen (dalam Yuliani Nurani, 2009:63), mengunggkapkan bahwa “melalui bermain anak dapat belajar perilaku prososial seperti menunggu giliran, kerja sama, saling membantu dan berbagi”. 6 Salah satu kegiatan bermain di TK Angkasa yang dapat mengembangkan kerja sama anak adalah permainan balok. Tittin S Pramono (2012:48), mengemukakan bahwa “permainan balok sama dengan puzzle yang merupakan alat permainan konstruktif”. Permainan konstruktif adalah permainan yang membuat anak secara aktif membangun sesuatu dengan menggunakan bahan yang sudah ada dan dapat mengasah kemampuan anak dalam berimajinasi dalam menyusun balok-balok menjadi sebuah gedung, menara dan sebagainya yang dimainkan anak-anak saat pembelajaran berlangsung maupun tidak. Dalam penerapannya, guru mempunyai tujuan yang dapat mengembangkan semua aspek yang ada pada anak. Yusep Nurjatmika (2012:60), mengemukakan manfaat permainan balok dalam mengembangkan semua aspek pada anak yaitu : “mengenalkan konsep dasar matematika, merangsang kreativitas dan imajinasi anak, melatih kesabaran, secara sosial belajar berbagi, dan mengembangkan rasa percaya diri anak”. Secara sosial, selain berbagi, anak-anak dapat bekerja sama dengan teman. Ketika pembelajaran berbasis proyek menggunakan permainan balok di laksanakan, guru memimpin pembelajaran tersebut dengan mengarahkan anakanak untuk menyusun balok menjadi bangunan yang di sesuaikan dengan tema. Moeslichatoen (2004:12), mengemukakan bahwa “tema yang dipilih hendaknya tema-tema yang menarik, yang menantang dan yang bermakna bagi anak”. Hal tersebut akan membuat anak mudah menangkap pembelajaran yang dimaksudkan oleh guru, sehingga tujuan pembelajaran tercapai. Tidak hanya dalam pembelajaran, ketika waktu istirahat anak-anak juga dapat memainkan balok secara bebas dengan menyusun balok menjadi bangunan apa saja tanpa harus mengikuti aturan dari guru. Hal ini membuat anak dapat belajar lebih kreatif dalam menyusun balok-balok sesuai imajinasi mereka. Jerome Bruner (dalam Mayke S Tedjasaputra, 2001:10), mengemukakan bahwa Bruner “memberi penekanan pada fungsi bermain sebagai sarana mengembangkan kreativitas dan fleksibilitas”. Walaupun anak-anak bebas menyusun balok menjadi bangunan apa saja, guru tetap mempunyai peranan yang sangat penting. Guru selalu mengawasi dan sesekali bertanya bangunan apa yang dibuatnya. Jamal Ma’mur Asmani (2010:155), mengemukakan bahwa “di dalam kegiatan bermain guru harus berperan sebagai pengamat, melakukan elaborasi, sebagai model, melakukan evalusi, dan melakukan perancanaan”. Hal ini di lakukan agar guru mengetahui sejauh mana perkembangan anak-anak baik dalam berinteraksi dengan teman dan minat tehadap suatu permainan. Selain itu, agar tidak terjadi hal-hal yang diinginkan seperti memukul temannya dengan balok, melempar temannya dengan balok, sekaligus melatih anak untuk berani mengungkapkan apa yang telah dibuatnya. Sebelum pembelajaran berbasis proyek melalui permainan balok akan dilaksanakan guru, guru membuat perencanaan dan mempersiapkan bahan-bahan dan media yang diperlukannya . Slameto (2010:98), mengemukakan bahwa “sebagai perencana pengajaran, seorang guru diharapkan mampu untuk merencanakan kegiatan belajar-mengajar secara efektif”. Tujuannya agat proses pembelajaran berjalan dengan lancar sesuai tujuan yang diharapkan. R Ibrahim & 7 Nana Syaodih (2010:30), mengemukakan bahwa “salah satu hal yang memegang peranan penting bagi keberhasilan pengajaran, adalah proses pelaksanaan pengajaran dan pelaksanaan pengajaran yang baik sangat dipengaruhi oleh perencanaan yang baik pula”. Saat pembelajaran berbasis proyek melalui permainan balok dilaksanakan, guru memberikan arahan dengan memberikan penjelasan kepada anak-anak tentang tema yang akan diterapkan dalam pembelajaran. Setelah memberikan penjelasan, guru memberi kesempatan kepada setiap kelompok untuk berdiskusi bangunan yang akan mereka buat sesuai dengan tema. Dengan memberi kesempatan kepada setiap kelompok untuk berdiskusi, anak-anak akan saling berkomunikasi dan berinteraksi yang merupakan awal dari timbulnya kerja sama di dalam kelompok. Komunikasi verbal maupun non verbal yang muncul ketika anak menyusun balok-balok dapat memperbanyak perbendaharaan kata. Sofia Hartati (2005:105), mengemukakan bahwa “anak-anak perlu berkomunikasi secara efektif, untuk memahami satu sama lain, dan untuk mengikuti arah dari kawan sebaya dalam situasi bermain untuk membangkitkan keahlian dalam perkembangan bahasa”. Di akhir kegiatan pembelajaran, guru melakukan evalusi atau penilaian terhadap semua kelompok atas pencapaian tujuan yang telah dirumuskan sebelumnya. Dewi Salma Prawiradilaga (2009:18), mengemukakan bahwa “indikator keberhasilan pencapaian suatu tujuan belajar dapat diamati dari penilaian hasil belajar”. Guru mengobservasi kepada setiap kelompok dan menanyakan hasil karya dari setiap kelompok tersebut. Tujuan guru melakukan evaluasi agar mengetahui sejauh mana perkembangan aspek sosial anak terutama kerja sama anak dan pemahaman anak tentang bangunan yang telah mereka buat bersama kelompoknya. Bentuk kerja sama yang tampak pada anak-anak saat menyusun balok adalah bentuk kerja sama kerukunan yang mencakup tolong menolong dan gotong royong. Philipus, Ng & Nurul Aini (2009:24), mengemukakan bentuk kerja sama kerukunan adalah ‘hidup secara damai dan melakukan kerja sama bersama-sama”. Kelompok yang bekerja sama dalam menyelesaikan susunan balok menjadi sebuah bangunan akan cepat selesai dibandingkan kelompok yang kurang atau tidak bekerja sama dengan anggota kelompoknya. Karena tujuan dari pembelajaran berbasis proyek adalah mengembangkan kerja sama di dalam kelompok, maka dari itu setiap kelompok mampu untuk bekerja sama dan mempunyai tanggung jawab masing-masing dalam mencapai tujuan bersama. Dalam permainan balok, tolong menolong yang dilakukan anak adalah anak mau menolong temannya dalam 1 kelompok yang kesulitan menyusun balok, misalnya menolong teman yang kesulitan mencari bentuk balok yang diinginkan, mau menolong teman dalam 1 kelompok merapikan susunan balok yang jatuh akibat tersenggol teman atau susunan balok yang kurang tepat. Sedangkan gotong royong yang dilakukan anak adalah bersama-sama dengan semua anggota kelompok menyusun balok-balok menjadi sebuah bangunan sebagai hasil karya kelompok. Di dalam kelompok gotong royong harus dilakukan agar terjalinnya kerja sama diantara anggota kelompok tersebut sehingga dapat 8 menyelesaikan susunan balok-balok menajadi hasil karya kelompok dengan tepat waktu. Ketika anak-anak memainkan permainan balok berkelompok, mereka terlihat sangat senang ketika menyusun balok-balok tersebut hingga menjadi bangunan yang telah didiskusikan sebelumnya. Nusa Putra & Ninin Dwilestari (2012:43), mengemukakan “suasana menyenangkan akan menimbulkan kegembiraan”. Dengan suasana yang menyenangkan akan membangkitkan minat anak dan secara aktif anak akan terlibat dalam proses pembelajaran. Karena mereka sudah terbiasa memainkan permainan balok, jadi ketika pembelajaran yang menggunakan media permainan balok, mereka tidak asing lagi dan menyusun balok-balok tersebut sambil bermain, berimajinasi sesuai apa yang ada difikiran mereka kemudian dituangkan dalam bentuk bangunan. Hal ini sejalan dengan Titin Pramono (2012:49), mengemukakan bahwa” salah satu manfaat permainan balok, anak dapat belajar mengembangkan imajinasi”. Imajinasi yang dituangkan anak dalam bentuk karya dari hasil membangun sesuatu dapat mengasah kreativitas anak dalam mencipta beragam bentuk. Berbagai macam bentuk yang dihasilkan oleh kelompok melalui balokbalok yang telah disusunnya secara berkelompok. Dalam hal ini, guru harus menyediakan berbagai macam balok-balok dan mengawasi anak-anak ketika bermain balok agar dapat terselenggaranya kegiatan tersbut. Hal ini sejalan dengan Yeni Rachmawati & Euis Kurniati (2005:72), mengemukakan bahwa “guru berperan sebagai fasilitator dan pengawas bagi anak dalam mempersiapkan dan melaksanakan kegiatannya”. Oleh karena itu, kegiatan yang telah direncanakan dapat berjalan dengan baik. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan oleh peneliti secara umum dapat disimpulkan bahwa penerapan pembelajaran berbasis proyek dalam mengembangkan kerja sama melalui permainan balok pada anak usia 5-6 tahun di TK Angkasa Kabupaten Kubu Raya cukup baik, namun dalam pelaksanakan kegiatan pembelajaran tidak terlepas dari berbagai kendala seperti manajemen waktu yang sudah direncanakan dalam RKH. Ketidaksesuaian waktu tersebut antara lain disebabkan karena tidak seimbangnya jumlah guru dengan jumlah anak. Dilihat hasil persentase dari 6 kelompok terdapat 4 kelompok yang dapat bekerja sama dengan hasil 67% dari 100%. Kegiatan pembelajaran yang guru lakukan di kelas B3 saat menggunakan pembelajaran berbasis proyek melalui permainan balok membuat anak belajar mengembangkan kerja sama dengan teman-teman anggota kelompoknya. Sebelum kegiatan pembelajaran dilaksanakan, guru membuat perencanaan terlebih dahulu dan menyiapkan bahan dan alat yang diperlukan seperti balokbalok. Guru memimpin pembelajaran dengan mengarahkan anak-anak untuk menyusun balok yang disesuaikan dengan tema. Guru memberi kesempatan kepada setiap kelompok untuk berdiskusi tentang bangunan yang akan mereka 9 buat, hal ini melatih anak berkomunikasi agar dapat bekerja sama bersama anggota kelompoknya. Bentuk kerja sama anak kelas B3 dalam pembelajaran berbasis proyek melalui permainan balok adalah kerukunan yang mencakup tolong menolong dan gotong royong. Dari 6 kelompok terdapat 4 kelompok yang dapat tolong menolong dan gotong royong. Tolong menolong yang tampak pada kelompok adalah ketika anggota kelompok membutuhkan bentuk balok yang ingin digunakan, anggota kelompok yang lain menolongnya untuk mencarikan potongan balok yang diperlukan anggota kelompoknya. Gotong royong yang tampak pada kelompok adalah ketika satu kelompok dimana semua anggota kelompoknya ikut beraktivitas menyusun balok bersama-sama menjadi suatu bangunan yang mereka inginkan sehingga selesai dengan tepat waktu. Respon anak ketika menyusun balok saat menggunakan pembelajaran berbasis proyek terlihat anak sangat senang menyusun balok-balok secara berkelompok hingga menjadi bangunan yang mereka inginkan. Saran Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan yang telah peneliti uraikan di atas, peneliti ingin memberikan beberapa saran yang dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan bagi pihak-pihak yang berkepentingan yang berkaitan dengan penelitian ini : (1) Sebaiknya jumlah balok harus sebanding dengan jumlah anak yaitu 1:100. Artinya 1 anak disediakan 100 balok dalam menyusun balok sesuai dengan gagasannya. (2) Balok-balok hendaknya disusun di lemari beradasarkan unit-unitnya, agar memudahkan anak mengambil balok sesuai dengan bentuk yang dibutuhkan. (3) Saat melaksanakan pembelajaran hendaknya melihat waktu yang telah direncanakan agar pembelajaran berjalan sesuai rencana yang telah dibuat. (4) Untuk sebagian anak yang masih kurang paham dengan penjelasan guru, sebaiknya guru melakukan pendekatan kepada anak tersebut. Misalnya ketika anak sedang bermain balok di waktu istirahat, guru bisa mendekatinya dan mengajak untuk berbicara tentang bangunan yang dibuat oleh anak tersebut. Hal ini bertujuan agar anak mudah mengerti bangunan yang akan dibuatnya sehingga anak fokus menyusun balok sesuai tema yang ditetapkan guru. DAFTAR RUJUKAN Ambo Upe & Damsid. (2010). Asas-Asas Multiple Researches. Yogyakarta: Tiara Wacana Depdiknas. (2009). Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (PERMEN) No. 58 Tahun 2009. Jakarta: Depdiknas Depdiknas. (2012). Pedoman Pendidikan Karakter Pada Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Depdiknas Dewi Salma Prawiradilaga. (2009). Prinsip Desain Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada Media Group 10 Isjoni. (2009). Model Pembelajaran Anak Usia Dini. Bandung: Alfabeta Ibrahim, Nana Syaodih. (2010). Perencanaan Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta Jamal Ma’mur Asmani. (2010). Buku Pintar Playgroup. Jogjakarta: Buku Biru M, Fadlillah. (2012). Desain Pembelajaran PAUD. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media Mayke S. Tedjasaputra. (2001). Bermain, Mainan, dan Permainan untuk Pendidikan Usia Dini. Jakarta: Grasindo Moeslichatoen . (2004). Metode Pengajaran Di Taman Kanak-Kanak. Jakarta: PT Rineka Cipta Nana Syaodih Sukmadinata. (2007). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung:Pt Remaja Rosdakarya Nurani, Yuliani Sujiono. (2009). Konsep Dasar Paud. Jakarta: Indeks Nusa Putra & Ninin Dwi. (2012). Penelitian Kualitatif Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada Philipus, Ng & Nurul Aini. (2009). Sosiologi dan Politik. Jakarta: Rajawali Pers Slameto. (2010). Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta Sofia Hartati. (2005). Perkembangan Belajar Pada Anak Usia Dini. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Direktorat Pembinaan Pendidikan Tenaga Kependidikan dan Ketenagaan Perguruan Tinggi Titin S. Pramono. (2012). Permainan Asyik Bikin Anak Pintar. Yogyakarta: In Azna Books Yeni Rachmawati, Euis Kurniati. (2005). Strategi Pengembangan Kreativitas Pada Anak Usia Taman Kanak-Kanak. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Direktorat Pembinaan Pendidikan Tenaga Kependidikan dan Ketenagaan Perguruan Tinggi 11