Jurnal Ilmu Kebidanan Juni 2017 Jilid 3 Nomor 2 Revisi 2.indd

advertisement
Tuti Rohani, Pengaruh Inisiasi Menyusu Dini terhadap Suhu Badan Bayi Baru Lahir.
133
PENGARUH INISIASI MENYUSU DINI
TERHADAP SUHU BADAN BAYI BARU LAHIR
Tuti Rohani
Akademi Kebidanan Ummi Khasanah, Jl. Pemuda Gandekan Bantul Yogyakarta
email: [email protected]
Abstrak: Pengaruh Inisiasi Menyusu Dini terhadap Suhu Badan Bayi Baru Lahir. Angka kematian bayi di
Indonesia masih tinggi, ASI eksklusif dapat menurunkan angka kematian bayi, berdasarkan penelitian bahwa inisiasi menyusu dini merupakan faktor keberhasilan ASI eksklusif. Inisiasi belum banyak dilakukan karena anggapan
bayi akan kedinginan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh inisiasi menyusu dini terhadap suhu
badan bayi satu jam setelah lahir. Jenis penelitian eksperimen dengan desain Postest-Only Control Group Design.
Lokasi penelitian di Puskesmas Mergangsan Yogyakarta. Subjek penelitian adalah semua bayi lahir normal dan
cukup bulan (aterm). Teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling, dengan jumlah sampel 30,
yang dibagi menjadi dua kelompok yaitu 15 bayi sebagai kelompok perlakuan dan 15 bayi sebagai kelompok
kontrol. Teknik analisis data menggunakan independent t-test. Inisiasi menyusu dini pada kelompok perlakuan
mempengaruhi peningkatan suhu badan bayi satu jam setelah lahir dengan angka perbedaan 0,74667 dan p=0,000
\DQJEHUDUWLPHQXQMXNNDQSHUEHGDDQ\DQJVLJQL¿NDQ,QLVLDVLPHQ\XVXGLQLPHQLQJNDWNDQVXKXEDGDQED\L\DQJ
akan berpengaruh terhadap kemampuan bayi dalam mempertahankan suhu normal. Diperlukan komitmen yang
baik dari petugas kesehatan khususnya penolong persalinan dalam mengimplementasikan IMD karena terbukti
VLJQL¿NDQGDSDWPHQMDJDNHVWDELODQVXKXWXEXKED\L
Kata Kunci: inisiasi menyusu dini, bayi baru lahir, suhu badan bayi
$EVWUDFW7KH,QÀXHQFHRI(DUO\%UHDVWIHHGLQJ,QLWLDWLRQRQ1HZERUQ¶V%RG\7HPSHUDWXUH. The infant mortality rate in Indonesia is still high, exclusive breastfeeding can reduce infant mortality, based on the study that
early breastfeeding initiation is a success factor of exclusive breastfeeding. Initiation has not been done much
EHFDXVHRIWKHDVVXPSWLRQWKDWDEDE\ZLOOEHFROG7KLVVWXG\DLPVWRGHWHUPLQHWKHH൵HFWRIHDUO\EUHDVWIHHGLQJ
initiation on infant body temperature one hour after birth. The type of the research is experimental with Postest-Only Control Group Design. The esearch location is at Public Health Center (Puskesmas) Mergangsan Yogyakarta. The research subjects are all normal born babies and enough months (aterm). The sampling technique used
is purposive sampling, with 30 samples, divided into two groups: 15 infants as treatment group and 15 infants
as control group. Data analysis technique uses independent t-test. Early breastfeeding initiation in the treatment
JURXSLQÀXHQFHVDQLQFUHDVHRILQIDQWERG\WHPSHUDWXUHRQHKRXUDIWHUELUWKZLWKDGL൵HUHQFHRIDQGS ZKLFKPHDQVVKRZLQJVLJQL¿FDQWGL൵HUHQFHV(DUO\EUHDVWIHHGLQJLQLWLDWLRQUDLVHVWKHEDE\¶VWHPSHUDWXUH
ZKLFKZLOOD൵HFWWKHEDE\¶VDELOLW\WRPDLQWDLQQRUPDOWHPSHUDWXUH,WUHTXLUHVDJRRGFRPPLWPHQWIURPKHDOWK
ZRUNHUVHVSHFLDOO\ELUWKDWWHQGDQWVLQLPSOHPHQWLQJ,0'EHFDXVHLWLVSURYHQVLJQL¿FDQWWRPDLQWDLQWKHEDE\¶V
body temperature stability.
Keywords: early breastfeeding initiation, newborn, infant temperature
133
134
Jurnal Ilmu Kebidanan, Jilid 3, Nomor 2, hlm 133-139
Salah satu tujuan pembangunan nasional
adalah membangun sumber daya manusia (SDM)
hambatan belum dilakukannya inisiasi menyusu
dini antara lain anggapan bahwa bayi akan kedi-
yang berkualitas. Pembangunan SDM tidak lepas
dari upaya kesehatan khususnya peningkatan ke-
nginan, ibu terlalu lelah setelah melahirkan, bayi
baru lahir harus segera diberikan vitamin K dan
sehatan bayi baru lahir. Kesehatan bayi baru lahir
menjadi syarat penting karena menentukan apakah
generasi kita yang akan datang dalam keadaan
tetes mata, dan memerlukan banyak tenaga dan
waktu untuk membantu ibu (Eko, 2008). Hal ini
tidak sesuai dengan pedoman menyusui WHO/
sehat dan berkualitas serta mampu menghadapi
tantangan globalisasi. Pada kenyataannya kondisi
saat ini hak-hak anak Indonesia belum terpenuhi,
UNICEF, Breast Feeding Promotion and Support,
2005 yaitu memulai menyusu segera setelah lahir
(Waspodo, 2009).
kebutuhan bayi baru lahir belum semuanya diwujudkan. Dapat dilihat dari angka kematian bayi di
Indonesia 35 per 1000 kelahiran hidup, hampir
Menurut Roesli (2008), inisiasi menyusu
dini dapat melatih membiasakan bayi menghisap
payudara ibu yang nantinya berperan penting da-
lima kali dibandingkan Malaysia, dua kali dibandingkan dengan Thailand dan 1,3 kali dibandingkan dengan Philipina (Dep Kes RI, 2007). Sementara kematian bayi di Yogyakarta mencapai
20 per 1000 kelahiran hidup (Dinas Kesehatan
Propinsi DIY, 2010).
Pemberian ASI eksklusif serta proses menyusui yang benar merupakan sarana untuk membangun SDM yang berkualitas. Pada kenyataannya
masih banyak ibu-ibu yang mengalami kesulitan
menyusui bayinya, salah satu penyebabnya adalah kemampuan menghisap ASI kurang sempurna.
Hal ini disebabkan karena penolong persalinan selalu memisahkan bayi dengan ibunya segera setelah lahir yang berakibat mengganggu proses alami
bayi untuk menyusu. Inisiasi menyusu dini adalah
proses alami mengembalikan bayi manusia untuk
menyusu, yaitu dengan memberikan kesempatan
pada bayi untuk mencari dan mengisap ASI sen-
lam mewujudkan keberhasilan pemberian ASI
eksklusif selama enam bulan dan berlanjut sampai
bayi berusia dua tahun. Dalam melakukan inisiasi
menyusu dini, meski tidak ditutupi selembar benang pun bayi tidak akan kedinginan, sebab tubuh
ibu akan menghangatkan bayi dalam suhu yang
tepat. Penelitian yang dilakukan oleh Edmond et
al (2006) dalam Roesli (2008) hasil dari penelitian
ini ada 16% kematian dapat dicegah bila bayi diberi ASI eksklusif sejak hari pertama, dan 22% kematian neonatal dapat dicegah bila bayi baru lahir
memulai menyusu dalam satu jam pertama setelah
lahir. Dapat diambil kesimpulan setiap bayi baru
lahir wajib mendapatkan haknya untuk menyusu
dalam satu jam pertama setelah lahir penelitian
ini dilaksanakan di pedesaan Ghana pada tahun
2006. Mulai menyusu yang normal yaitu dalam
menit-menit pertama sampai satu jam pertama dan
diawali dengan kontak kulit ibu dan kulit bayi, dan
diri, dalam satu jam pertama awal kehidupannya
membantu ibu dan bayi sampai bayi berhasil me-
)LND6GDQ6\D¿T$
Pengetahuan tentang inisiasi menyusu
dini belum banyak diketahui masyarakat bahkan
nyusu. Ini merupakan langkah ke empat dari sepuluh langkah menuju keberhasilan menyusui dengan kriteria rumah sakit sayang ibu (Kementrian
juga tenaga kesehatan. Inisiasi menyusu dini belum banyak dipraktikkan di Indonesia, selain karena sosialisasi yang belum meluas, hambatan juga
Negara Pemberdayaan Perempuan, 2007; Roesli
2008).
Pelaksanaan inisiasi menyusu dini di Yog-
datang dari kalangan medis baik dokter maupun
rumah sakit yang belum menerima inisiasi menyusu dini dengan alasan yang bervariasi. Beberapa
yakarta dilakukan di RS Dr. Sardjito, Puskesmas
Tegal Rejo dan Mergangsan. Berdasarkan studi
pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti, Pus-
Tuti Rohani, Pengaruh Inisiasi Menyusu Dini terhadap Suhu Badan Bayi Baru Lahir.
135
kesmas Mergangsan Yogyakarta dengan teknik
wawancara kepada kepala ruangan bersalin bahwa
penelitian ini menggunakan purposive sampling,
yaitu bayi yang lahir dalam kondisi sehat (lang-
pelaksanaan inisiasi menyusu dini (IMD) sudah
dilakukan, tetapi belum dilakukan secara maksi-
sung menangis kuat) dan cukup bulan (aterm). Penelitian ini menggunakan besar sampling minimal
mal, karena keterbatasan tenaga dalam pelaksanaannya, sehingga peneliti tertarik untuk meneliti
sejauh mana pengaruh inisiasi menyusu dini ter-
untuk penelitian eksperimen yaitu 15 subjek peer
group menurut Gay dan Diehl dalam Arikunto
(2010) dimana 15 bayi akan mendapatkan perla-
hadap suhu badan bayi satu jam setelah lahir, di
Puskesmas Mergangsan Yogyakarta.
kuan inisiasi menyusu dini dan 15 bayi sebagai
kontrol atau tidak inisiasi menyusu dini (Arikunto,
2010). Dalam menenatukan sampel berdasarkan
METODE
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen yang memberikan perlakuan kepada
kriteria baru lahir sehat dan cukup bulan (aterm)
dengan usia kehamilan 37-42 minggu dengan
urutan ganjil digunakan sebagai kelompok pe-
objek yang dapat mengendalikan variabel dan
secara tegas menyatakan adanya hubungan sebab
akibat (Hidayat, 2007). Desain penelitian adalah
“Postest-Only Control Group Design” yaitu untuk mengukur besar pengaruh perlakuan (inisiasi
menyusu dini) terhadap suhu badan bayi satu jam
setelah lahir yang akan dibandingkan antara kelompok perlakuan dan kelompok kontrol,
Inisiasi menyusu dini adalah setelah bayi
lahir seluruh badan dan kepala bayi dikeringkan,
memotong dan mengikat tali pusat, bayi ditengkurapkan pada perut dan dada ibu, ibu dan bayi diselimuti bersama dan kepala bayi diberi topi, bayi
akan menyusu sendiri, dilakukan selama satu jam.
Dikelompokkan menjadi dua kelompok yaitu bayi
yang dilakukan inisiasi menyusu dini dan yang tidak inisiasi menyusu dini. Suhu badan bayi baru
lahir adalah hasil pengukuran suhu badan bayi,
yang dilakukan satu jam setelah lahir diukur de-
lakuan dan urutan genap sebagai kelompok kontrol. Sampai jumlah terpenuhi yaitu 15 bayi untuk
kelompok pelakuan dan 15 bayi untuk kelompok
sampel.
Teknik pengumpulan data yang digunakan
adalah dengan menggunakan data primer melalui
pengamatan atau observasi dan pengukuran yang
dilakukan oleh peneliti. Pada variabel bebas digunakan teknik pengamatan atau observasi dengan
mengadakan observasi secara langsung kepada
subjek penelitian, pada variabel terikat pengumpulan data menggunakan pengukuran, yaitu dengan menggunakan alat ukur termometer elektronik. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan uji independent t-test yang digunakan untuk
mengetahui perbedaan nilai rata-rata antara dua
kelompok. Pengolahan data dengan menggunakan program SPSS versi 15.0 (Riwidikdo, 2009).
ngan menggunakan termometer elektronik di ke-
HASIL DAN PEMBAHASAN
tiak.
HASIL
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh
bayi baru lahir di Puskesmas Mergangsan Yogya-
Penelitian yang telah dilakukan di Puskesmas Mergangsan mulai tanggal 16 November-12
karta pada bulan Juni-Juli pada tahun 2013. Sampel dalam penelitian ini adalah semua bayi baru
lahir sehat dan cukup bulan (aterm) dengan usia
Desember 2013 mendapatkan jumlah sampel yaitu
15 bayi pada kelompok perlakuan (IMD) dan 15
bayi pada kelompok kontrol (tidak IMD), dengan
kehamilan 37-42 minggu. Teknik sampling pada
karakteristik responden sebagai berikut:
136
Jurnal Ilmu Kebidanan, Jilid 3, Nomor 2, hlm 133-139
Tabel 1. Karakteristik Responden pada Kelompok Perlakuan (IMD) dan Kelompok Kontrol (tidak IMD)
Variabel
IMD
Cara persalinan
n
14
1
15
0
15
Spontan
Tindakan
2500-4000
< 36,5
36,5 -37,5
Berat badan (gram)
Suhu badan (ºC)
%
93,3
6.7
100
0
100
Tidak IMD
n
%
15
100
0
0
15
100
11
73,33
4
26,67
Pada tabel 1. dapat dilihat karakteristik
cara persalinan spontan 100% pada kelompok
si menyusu dini dan kelompok kontrol atau tidak
inisiasi menyusu dini, terlebih dahulu dilakukan
kontrol (tidak IMD). Karakteristik berat badan
menunjukkan bahwa karakteristik berat badan se-
pengujian normalitas data dengan menggunakan
Kolmogorov-Smirnov test. Didapatkan hasil uji
luruh responden baik pada kelompok perlakuan
maupun kelompok kontrol mempunyai berat badan 2500-4000 gram yaitu sebesar 100%.
Karakteristik suhu badan bayi satu jam
setelah lahir dengan suhu <36,5ºC menunjukkan
bahwa responden pada kelompok perlakuan tidak
ada (0%) dan pada kelompok kontrol 73,33%. Selanjutnya untuk responden dengan suhu 36,5ºC-37,5ºC pada kelompok perlakuan mempunyai
persentase sebesar 100%, sedangkan pada kelompok kontrol 26,67%.
K-S suhu badan bayi satu jam setelah lahir memberikan nilai 0.747 dengan probabilitas 0.632 jauh
GLDWDVĮ MDGLGDSDWGLVLPSXONDQGDWDEHUGLVtribusi normal. Karena data berdistribusi normal
maka dapat dilakukan pengujian selanjutnya dengan menggunakan t test independent.
Uji statistik selanjutnya mengukur kebermaknaan pengaruh dan beda rata-rata suhu badan
bayi satu jam setelah lahir pada kelompok perlakuan yaitu inisiasi menyusu dini dan kelompok
kontrol atau tidak inisiasi menyusu dini. Pengaruh
perlakuan terhadap bayi diketahui melalui kajian
perbedaan rata-rata suhu badan bayi satu jam setelah lahir pada kelompok perlakuan dan kelompok
kontrol, disajikan melalui tabel.
Hasil Observasi/ Perlakuan
Sebelum dilakukan pengujian pengaruh
dan beda rata-rata suhu badan bayi satu jam setelah lahir pada kelompok perlakuan yaitu inisia-
Tabel 2. Perbedaan Rata-Rata Suhu Badan Bayi Satu Jam setelah Lahir Kelompok Perlakuan
(IMD) dan Kelompok Kontrol (tidak IMD)
Kelompok
IMD
non IMD
n
Mean
SD
15
15
36,96
36,22
0,22
0,32
Mean
SE
t
P
GL൵HUHQFH
0,74
GL൵HUHQFH
0,10
7,23
value
0,00
6LJQL¿NDVLp<0,01)
Tabel 2. memperlihatkan perbedaan rata-rata suhu badan bayi satu jam setelah lahir sebe-
dari t tabel yaitu dengan nilai 2,04, yang berarti
ada perbedaan bermakna rata-rata suhu badan bayi
sar 0,74 derajat selcius satuannya dengan nilai p
=0,000 (p<0,01). Nilai t hitung 7,23 lebih besar
satu jam setelah lahir pada kelompok perlakuan
yang mendapatkan inisiasi menyusu dini dan ke-
Tuti Rohani, Pengaruh Inisiasi Menyusu Dini terhadap Suhu Badan Bayi Baru Lahir.
137
lompok kontrol yang tidak mendapatkan inisiasi
menyusu dini.
bayi mengalami kesulitan mengatur suhu tubuh
hal ini membuat rentan terhadap hipotermi. Penu-
PEMBAHASAN
runan suhu antara 1°C dan 2°C dapat terjadi dalam
satu jam pertama setelah lahir bila tidak dilaku-
Berdasarkan analisis univariat karakteristik dari 30 responden yang terdiri dari 15 bayi kelompok perlakuan dan 15 bayi kelompok kontrol
kan upaya mengatasinya, maka suhu tubuh normal
mungkin tidak akan tercapai dalam empat sampai
delapan jam yang akan berakibat kesakitan hingga
diketahui 93,3% lahir secara spontan hanya 6,7%
saja yang lahir dengan tindakan. Sedangkan karakteristik berat badan bayi pada kedua kelompok
kematian (Johnson et al, 2007; Varney et al, 2007).
Inisiasi menyusu dini dapat dilakukan pada semua
bayi baru lahir dengan jenis persalinan spontan
100% mempunyai berat badan 2500gr-4000gr.
Hasil penelitian menunjukkan kebermaknaan pengaruh inisiasi menyusu dini terhadap peningkat-
maupun tindakan seperti ektraksi vakum dan seksio sesaria dengan ketentuan bayi dalam keadaan
sehat atau menangis kuat (Mawarti, 2008).
an suhu badan bayi satu jam setelah lahir dengan
hasil nilai rata-rata suhu badan bayi satu jam setelah lahir yang dilakukan IMD 36,96 sedangkan nilai rata-rata suhu badan bayi satu jam setelah lahir
yang tidak dilakukan IMD 36,22. Inisiasi menyusu
dini akan meningkatkan suhu badan bayi satu jam
setelah lahir. Secara statistik perbedaan rata-rata
suhu badan bayi satu jam setelah lahir sebesar 0,74
dengan nilai p =0,000(p<0,01). Hasil penelitian
ini bermakna ada perbedaan suhu badan bayi yang
dilakukan IMD dengan suhu badan bayi yang tidak diberikan IMD. Perbedaan suhu ini secara klinis memberikan pegaruh besar tehadap bayi baru
lahir. Dengan dilakukanya IMD suhu badan bayi
baru lahir akan meningkat Hal ini sesuai dengan
teori Dr. Niels Bergman (2005) dalam Simkin, P et
al (2007) yang menyebutkan bahwa suhu dada ibu
yang melahirkan 1ºC lebih panas dari pada dada
ibu yang tidak melahirkan, jika bayi kepanasan
Berdasarkan pedoman menyusui WHO/
UNICEF yaitu untuk memulai menyusu segera setelah lahir/inisiasi menyusu dini. Inisiasi menyusu dini juga merupakan salah satu tujuan MDGs
(Millennium Development Goals) untuk menurukan angka kematian bayi. Berdasarkan data yang
dalam pusat data dan informasi tentang situasi
dan analisis ASI Eksklusif menyusui merupakan
suatu proses yang wajib dilaksnakan dalam proses persalinan sudah tertuang dalam standar APN.
Pelaksanaan IMD akan berpengaruh terhadap keberhasilan dalam pemberian ASI eksklusif sesuai
dengan peraturan pemerintah Republik Indonesia
nomor 33 tahun 2012 tentang pemberian ASI Eksklusif pada pasal enam berbunyi “setiap ibu melahirkan harus memberikan ASI Eksklusif kepada
bayi yang dilahirkanya”. Dengan adanya peraturan
tersebut semakin menegaskan perlunya dukungan,
komitmen dari semua pihak untuk memberikan
suhu dada ibu akan turun. Jika bayi kedinginan,
pelayanan inisiasi menyusu dini pada bayi baru la-
suhu dada ibu akan meningkat 2ºC untuk menghangatkan bayi. Dengan dilakukannya inisiasi
menyusu dini maka suhu badan bayi akan terjaga
hir (Waspodo, 2009 ; Dep Kes RI, 2014).
Sejalan dengan penelitian yang dilakukan
Sirajuddin dkk (2014) tentang faktor determinan
dengan baik. Inisiasi menyusu dini juga akan menurunkan risiko hipotermi karena bayi baru lahir
akan mudah kehilangan panas terutama satu jam
pendidikan, pengetahuan, sikap ibu, tindakan bidan dan dukungan keluarga) terhadap pelaksanaan
IMD. Hasil penelitian menunjukkan bahwa varia-
setelah lahir (Roesli, 2008 ; Simkin, P et al, 2007).
Pada teori lainya menurut varney suhu kulit pada bayi baru lahir adalah 36,0°C dan 36,5°C,
bel dukungan keluarga, pendidikan dan tindakan
bidan adalah determinan penting, sedangkan variabel dukungan keluarga adalah determinan utama
138
Jurnal Ilmu Kebidanan, Jilid 3, Nomor 2, hlm 133-139
terhadap pelaksanaan IMD. Berdasarkan uraian
diatas dapat disimpulkan Inisiasi Menyusu Dini
(IMD) adalah salah satu progam Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, yang memeberikan
rangsangan awal dimulai pemberian Air Susu Ibu
(ASI) secara dini, dan diharapkan berkelanjutan
selama enam bulan pertama. Kegagalan IMD dan
DAFTAR RUJUKAN
Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Ed. Rev, Cet.14. Jakarta:
Rineka Cipta.
DepKesRI. 2007. Setiap Jam 10 Bayi dan 20 Balita di Indonesia Meninggal. http://.www.
dep.kes.go.id. Diunduh pada tanggal 4
pemberian ASI eksklusif pada periode tersebut,
Maret 2011.
EHUSRWHQVL PHQLPEXONDQ GH¿VLHQVL ]DW JL]L SDGD
bayi, serta memungkinkan terjadi status gizi ku- DepKesRI. 2014. Situasi dan Analisis Asi Eklsklusif Pusat Data dan Informasi. http://www.
rang, yang berujung pada penurunan poin kecerdasan intelektual bayi, dan menjadi ancaman terhadap sumber daya manusia Indonesia pada masa
mendatang (Sirajuddin dkk, 2014). Dalam pelaksanaan penelitian ini terdapat beberapa keterbatasan pada penelitian ini hanya meneliti pengaruh
Inisiasi Menyusu Dini (IMD) pada satu variabel
saja yaitu suhu badan yang di observasi.
KESIMPULAN
Nilai rata-rata suhu badan bayi satu jam
setelah lahir yang dilakukan IMD 36,9667 sedangkan nilai rata-rata suhu badan bayi satu jam
setelah lahir yang tidak dilakukan IMD 36,2222.
Inisiasi menyusu dini pada bayi baru lahir secara
statistik berpengaruh terhadap peningkatan suhu
badan bayi satu jam setelah lahir dengan angka
perbedaan 0,74667 dan p=0,000. Mengingat bahwa inisiasi menyusu dini bagi bayi efektif dalam
mempengaruhi suhu badan bayi baru lahir maka
disarankan kepada seluruh bidan pelaksana untuk
memberikan pelayanan/asuhan kebidanan kepada
bayi baru lahir secara tepat dan benar, pada bayi
yang lahir spontan maupun dengan tindakan sehingga hak bayi terpenuhi. Bagi peneliti selanjutnya dapat menggunakan data penelitian ini sebagai
data skunder tentang hubungan inisiasi menyusu
dini dan suhu badan bayi satu jam setelah lahir.
Peneliti selanjutnya dapat meneliti sejauh mana
pengaruh inisiasi menyusu dini terhadap keberhasilan ASI eksklusif, tumbuh kembang bayi, juga
pengaruhnya terhadap ibu.
depkes.go.id/resources/download/pusdatin/infodatin/infodatin-asi.pdf. Diunduh
tanggal 15 Mei 2017.
Dinas Kesehatan Propinsi DIY. 2010. 3UR¿O.HVHhatan Propinsi DIY Tahun 2010. Yogyakarta: Dinas Kesehatan Propinsi DIY.
Eko, C. 2011. Inisiasi Menyusu Dini tahu Apa
Yang Dia Mau. http://www.pd.persi.co.id.
Diiunduh pada tanggal 4 Maret 2011.
)LND 6 GDQ 6\D¿T $ +XEXQJDQ 0HQ\Xsu Segera dan Pemberian ASI Eksklusif
Sampai dengan Empat Bulan. Jurnal Kedokteran Trisakti. Vol 22, 447-55.
Hidayat, A. 2007. Metode Penelitian Kebidanan
dan Teknik Analisa Data. Jakarta: Salemba Medika.
Jonhson, R and Taylor, W. 2007. Buku Ajar Praktik Kebidanan. Jakarta: EGC.
Kementrian Negara Pemberdayaan Perempuan RI.
2007. Pedoman Pelaksanaan Pekan ASI
Sedunia. Jakarta: Kementerian Negara
Pemberdayaan Perempuan RI.
Mawarti R. 2008. Langkah Sukses Menuju Inisiaasi Menyusu Dini, Disampaikan dalam
Seminar Inisiasi Menyusu Dini Di RS Dr.
Sarjito Yogyakarta pada Tanggal 15 Maret
2008.
1XJUDKHQ\ ( GDQ $O¿DK ( )DNWRU 3HQJhambat dan Pendorong Penerapan ASI
Eklusif. Jurnal Ilmu Kebidanan. 2 (2);
79-86
Tuti Rohani, Pengaruh Inisiasi Menyusu Dini terhadap Suhu Badan Bayi Baru Lahir.
Riwidikdo, H. 2009. Statistik Terapan dengan
Program R Versi 2.5.1 Bidang Kesehatan
Umum. Yogyakarta: Mitra Cendikia Press.
Roesli, U. 2008. Inisiasi Menyusu Dini Plus Asi
Eksklusif. Jakarta: Pustaka Bunda.
Simkin, P et al. 2007. Panduan Lengkap Kehamilan, Melahirkan dan Bayi. Jakarta: ARCAN.
Sirajuddin, S dkk. 2014. Determinan Pelaksanaan
Inisiasi Menyusu Dini. http://id.portalgaruda.org/?ref=browse&mod=viewarticle&article=269755. Diunduh tanggal 13
Mei 2017.
Varney, H et al. 2007. Buku Ajar Asuhan
Kebidanan. Jakarta: EGC.
139
Waspodo. 2009. Asuhan Persalinan Normal 2009.
Edisi 3 (Revisi). Jakarta: Jaringan Nasional Pelatihan Klinik.
Download