16 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kondisi perekonomian Indonesia menunjukkan penguatan justru ketika hampir seluruh dunia mengalami penurunan kondisi keuangan secara global yang dipicu krisis di Eropa tidak menunjukkan tanda-tanda perbaikan. Worldbank mencatat Indonesia sebagai Negara dengan tingkat pertumbuhan ekonomi tercepat ketiga diantara Negara G-20 pada Tahun 2009 dan terus menunjukkan peningkatan yang kuat sehingga diproyeksikan akan mencapai 6.4% pada Tahun 2012. Pada Tahun 2011, pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 6.5% yang merupakan angka tertinggi dalam 10 tahun terakhir serta angka inflasi sebesar 3.79% yang merupakan pencapaian inflasi terendah selama ini. Performa ekonomi Indonesia yang terus meningkat sertaditunjang oleh kondisi ekonomi makro yang tetap stabil,infrastruktur perbankan yang lebih kuat , serta pasardomestikyang besarmenyebabkan beberapa rating agencymemberikan investment grade kepada Indonesia di Tahun 2011 ketika sovereign rating di Eropa justrumengalami penurunan akibat semakin memburuknya krisis utang Yunani. Hal inimembawa dampak yang positif bagi Indonesia,dalam kuarter pertannaTahun 2012, foreign directinvestment (FDI) di Indonesia meningkat sebesar30% menjadi senilai Rp51.5 Triliun serta invetasiperusahaan domestik pada infrastruktur danpengembangan usaha meningkat sebesar 40%dari tahun lalu menjadi senilai Rp. 19.7 Triliun. Berdasarkan data dari BI, secara total assetterlihat dalam 4 tahun terakhir bank BUMNmendominasi dengan Bank Mandiri, BRI, danBNI stabil berada pada ranking pertama, kedua,dan keempat sedangkan BTN baru mampumenembus 10 besar pada Tahun 2009 ke 17 atasdan terakhir berada pada peringkat sepuluh. Halini semakin menunjukan posisi strategik BUMNperbankan dalam peta bank nasional. Tabel 1.1 Besar Bank Umum berdasarkan Asset Sumber: diolah penulis dari Statistik Perbankan Indonesia Vol.10 No.1 Desember 2011 Namun demikian, apabila dilihat dari proporsitotal asset yang dimiliki oleh bank BUMNkepada total asset semua bank umum terlihatadanya trend penurunan, bahkan untukBRI yang sebelumnya berhasil melakukanlompatan yang relatif tinggi dari Tahun 2006(proporsi terhadap total asset 9.15%) ke tahun2010 (proporsi terhadap total asset 13.40%).Dengan demikian dapat disimpulkan bahwadari sisi ukuran perusahaan, sebarannya mulaiterdistribusi secara merata. Penting bagi bankBUMN untuk memastikan posisinya dalamrangka mewujudkan BUMN perbankan sebagaichampion dalam industri perbankan nasional. Dari sisi operasional, kinerja BUMN perbankandapat dilihat dari beberapa rasio keuanganutama. Dari sisi kecukupan modal bankterhadap risiko, terlihat bahwa secara umumrasio kecukupan modal pada bank BUMNmasih di bawah CAR rerata bank umum dalamperiode Tahun 2005 sampai dengan 2011. Halini menunjukan bahwa berlawanan dengananggapan umum bahwa risiko pada bankBUMN lebih rendah, sensitivitas bank BUMNterhadap risiko lebih tinggi apabila dibandingdengan rerata bank umum yang tercermin darinilai CAR. 18 Gambar 1.1 Perkembangan Proporsi total aset Bank BUMN terhadap seluruh Bank Umum Sumber: Kementrian BUMN, Jurnal Riset dan Informasi Membangun Kebijakan Berbasis Analisa Edisi III, Mei 2012 Namun demikian, dari sisi profitabilitas dapatterlihat bahwa apabila ditinjau dari tingkatpengembalian asset (return on asset atau ROA),kinerja bank BUMN terlihat bisa mengunggulikinerja bank umum secara rerata. Tetapi, dari sisi efisiensi biaya kinerja bank BUMN masih kalah dibanding bank umunn secara umunn,rasio beban operasi dibanding pendapatanoperasi dari Tahun 2005 sampai 2011 selalu diatas rerata bank umum, menunjukkan bahwaoperasi pada BUMN perbankan belum efisien.Sedangkan dari sisi likuiditas, terlihat LDRbank BUMN masih di bawah rerata bankumum, mencerminkan tingkat likuiditas yanglebih tinggi, namun dalam waktu bersamaanbank BUMN lebih hati-hati dalam menyalurkankreditnya atau kemampuan bank BUMN dalammenggalang dana dari masyarakat lebih tinggi.Namun di sisi lain, hal ini juga diartikan bahwakemampuan bank BUMN dalam menyalurkankredit masih di bawah rerata bank umum. 19 Tabel 1.2 Key Ratio dari kinerja Bank Umum Sumber: Kementrian BUMN, Jurnal Riset dan Informasi Membangun Kebijakan Berbasis Analisa Edisi III, Mei 2012 Sesuai walaupunterus uraian di menunjukan atas, dapat disimpulkan peningkatan bahwa kinerjaperbankan BUMN namunbelum optimal dan belum mampu mencapaitujuannya.Beberapa tugas besar yang harusdibenahi olehbank milik pemerintah antara lainterkait dengan optimalisasi fungsi intermediasiperbankan melalui penyaluran kredit.Sebagaimana dijelaskan sebelumnya, bank milik pemerintah (BUMN) diharapkan mampu menjadi salahsatu pilar pertumbuhan ekonomi nasional,dengan LDR yang masih dibawah LDR targetBI, maka bisa dikatakan fungsi mediari bank BUMN belum terpenuhi dengan baik. Di lainpihak, masalah efisiensi biaya juga harus ditinjau dengan sungguh-sungguh, tingginarasio BOPO mencerminkan ketidakefisienanstruktur biaya operasi pada BUMN perbankanketika dibandingkan dengan rerata bank umumlainnya. Padahal efisiensi perbankan merupakan sarana penting untuk efektivitas kebijakan moneter (Kurnia, Akhmad Syakir, 2004). Keadaan ini menempatkan efisiensi sebagai isu penting dalam dunia perbankan. Efisiensi adalah salah satu parameter pengukur kinerja dari sebuah organisasi atau didalam penelitian ini adalah bank. Efisiensi bisa diterjemahkan sebagai kemampuan untuk menyelesaikan suatu perkerjaan dengan benar atau didalam konsep matematika merupakan perhitungan rasio antara keluaran (output) dan masukan (input) Dengan kata lain, efisiensi dapat diartikan sebagai cara untuk menghasilkan output yang ada dengan menggunakan input yang minimal (Hadad, dkk., 2003). 20 Ada beberapa hal yang dapat mempengaruhi efisiensi suatu bank yaitu merger, akuisisi dan penggunaan sumberdaya yang dimiliki bank. Merger dan akuisisi dapat meningkatkan skala ekonomi dan scope ekonomi, memperbaiki efisiensi dari bank yang merger, membuat bank hasil merger memiliki market power yang lebih besar atau meningkatkan size dari manajemen (Haddad, dkk., 2003). Sedangkan penggunaan sumberdaya yang dimiliki bank dengan optimal tentu saja akan dapat membuat kinerja bank lebih efisien. Faktor-faktor yang menjadi penyebab ketidakefisienan suatu bank sangat penting diketahui agar langkah perbaikan dapat dilakukan. Salah satu yang menjadi penyebab tidak efisiennya kinerja bank adalah belum mampu mengolah sumberdaya input yang ada secara maksimal. Untuk mengetahui bahwa suatu bankbelum memanfaatkan input yang dimilikinya secara maksimal,maka diperlukanbanklainsebagaipembandinguntuk mengukur tingkat efisiensi bank tersebut. Berdasarkan hasil analisis tingkat efisiensi ini maka dapat diketahui penggunaan input mana yang kurang efisien. Ada beberapa hal yang dapat mempengaruhi efisiensi suatu bank yaitu merger, akuisisi dan penggunaan sumberdaya yang dimiliki bank. Merger dan akuisisi dapat meningkatkan skala ekonomi dan scope ekonomi, memperbaiki efisiensi dari bank yang merger, membuat bank hasil merger memiliki market power yang lebih besar atau meningkatkan size dari manajemen (Haddad, dkk., 2003). Sedangkan penggunaan sumberdaya yang dimiliki bank dengan optimal tentu saja akan dapat membuat kinerja bank lebih efisien. Faktor-faktor yang menjadi penyebab ketidakefisienan suatu bank sangat penting diketahui agar langkah perbaikan dapat dilakukan. Salah satu yang menjadi penyebab tidak efisiennya kinerja bank adalah belum mampu mengolah sumberdaya input yang ada secara maksimal. Untuk mengetahui bahwa suatu bank belum memanfaatkan input yang dimilikinya secara maksimal, maka diperlukan bank lain sebagai pembanding untuk mengukur 21 tingkat efisiensi bank tersebut. Berdasarkan hasil analisis tingkat efisiensi ini maka dapat diketahui penggunaan input mana yang kurang efisien. Pada awalnya evaluasi kinerja suatu bank diukur dengan rasio-rasio keuangan, seperti rasio kecukupan modal (CAR), Loan to Deposit Rasio (LDR), Net Profit Margin (NPM), Return on Asset, dan Lainnya. Analisis yang berkaitan dengan rasiorasio ini dalam ketentuan Bank Sentral (Bank Indonesia) dikenal dengan istilah CAMEL. Pengukuran kinerja berdasarkan rasio-rasio tersebut tidak secara langsung dapat mengukur tingkat efisiensi yang dicapai oleh suatu bank dibandingkan dengan bank lainnya. Sebaliknya rasio ini sering dikaitkan dengan tingkat dengan tingkat kesehatan atau prediksi kegagalan dalam bisnis perbankan (Utami, 2011). Sedangkan penilaian efisiensi tidak bisa dilakukan secara parsial tetapi harus dilakukan secara penuh dengan mempertimbangkan seluruh input dan seluruh output. Untuk mengukur dan mengevaluasi tingkat produktivitas dan efisiensi suatu bank, digunakan pendekatan parametik parametik ,salah satu contohnya adalah Stochastic Frontier Analysis (SFA) yang paling populer diantara parametik lainnya, dan non-parametik, yaitu Data Envelopment Analysis (DEA) (Abidin,2007). Menurut Berger dan Humphrey (Omar dkk., 2006), dalam mengukurtingkat efisiensi sebuah lembaga keuangan, kebanyakan menggunakan metodenon-parametrik yaitu metode Data Envelopment Analysis (DEA). DataEnvelopment Analysis (DEA) dikembangkan sebagai model dalam pengukurantingkat kinerja atau produktifitas dari sekelompok unit organisasi. DEA adalah analisa non-parametik yang merupakan pengembangan dari matematila linear programming yang diperkenalkan pertama kali oleh Charnes et al.(1978). Meskipun menggunakan variabel input dan output yang sama, terdapat perbedaan antara DEA dan SFA karena pendekatan SFA memasukkan random error pada frontier, sementara Pendekatan DEA tidak memasukkan random error. Sebagai konsekuensinya, pendekatan DEA tidak dapat memperhitungkan faktor-faktor variabel makro seperti perbedaan-perbedaan besar kecilnya 22 suatu aset perbankan ataupun peraturan-peraturan yang mempengaruhi tingkat efisiensi suatu bank. Perbedaan ini kadangkala menyebabkan hasil yang diperoleh menjadi berbeda menurut Berfer dan Humphrey (dalam Kusmargiani, 2006). Adapun kelebihan DEA adalah dapat mengidentifikasi input dan output suatu bank yang dapat digunakan sebagai referensi yang dapat membantu untuk mencari penyebab dan jalan keluar dari sumber ketidakefisiensinan suatu bank. Dapat dikatakan bahwa DEA dapat mengukur tingkat efisiensi secara umum (Haddad, dkk., 2003). Dari hasil pertimbangan di atas penulis memilih menganalisa kinerja efisiensi bank milik pemetintah dengan pendekatan Data Envelopment Analysis (DEA).Dengan menggunakan metode DEA maka pengukuran tingkat efisiensi relatif suatu bank dapat diperoleh. Dalam mengukur efisiensi, DEA mengidentifikasi unit yang digunakan sebagai referensi yang dapat membantu untuk mencari penyebab dan jalan keluar dari ketidakefisienan,yang merupakan keuntungan utama dalam aplikasi manajerial (Epstein dan Henderson, 1989, dalam Haddad, dkk., 2003). Metode ini juga dapat mengidentifikasi bank mana yang telah mencapai tingkat efisiensi yang paling tinggi sehingga dapat digunakan sebagai acuan bagi bank yangkurang efisien. Metode DEA juga memberikan informasi potensi peningkatan penggunaan sumberdaya yang dimiliki bank yang kurang efisien. Motivasi penulis melakukan penelitian ini adalah ingin mengetahui seberapa efisien kinerja Bank milik Pemerintah (BUMN) yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada kurun waktu antara tahun 2009 sampai dengan tahun 2011, meliputi Bank Mandiri, Bank Negara Indonesia (BNI), Bank Rakyat Indonesia (BRI), dan Bank Tabungan Negara (BTN). Serta Bank milik Pemerintah yang mana yang mempunyai kinerja yang paling efisien dari sampel yang diambil untuk penelitian ini. 23 Berdasarkan uraian diatas maka penelitian ini mengambil judul“Analisis Efisiensi Bank BUMN Dengan Pendekatan Data Envelopment Analysis (DEA) (Studi Kasus Bank BUMN Di Indonesia Tahun 2009-2011)”. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian diatas, maka masalah penelitian dapat dirumuskansebagai berikut: 1. Berapakah nilai efisiensi Bank Umum Milik Negara (BUMN) yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia (BEI)dengan menggunakan metode Data Envelopment Analysis (DEA)? 2. Apakah bank-bankumum milik negara tersebut efisien atau tidak ? 1.3 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai efisiensi Bank UmumMilik Negara (BUMN) yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan menggunakan metode Data Envelopment Analysis (DEA) dan untuk mengidentifikasi apakah kondisi keuangan bank-bank tersebut efisien atau tidak. 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Kontribusi Praktis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan mengenai kegunaan pendekatan Data Envelopment Analysis (DEA) dalam mengukur tingkat efisiensi bank.Bagi regulator, penelitian ini diharapkanmenjadibahan pertimbangan dalam mengambil kebijakan tentang bank.Selain itu, hasil penelitian ini juga diharapkan akan memberikan informasi kepada pengguna jasa bank ataupun manajemen perusahaan mengenai variabel-variabel yang berpengaruh terhadap tingkat efisiensi sebuah bank, sehingga variabel ini akan lebih diperhatikan penggunaannya. 24 1.4.2 Kontribusi Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan informasi dan referensi yang bermanfaat untuk penelitian selanjutnya, terutama penelitian yang menguku rtingkat efisiensi Bank. Penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi inspirasi bagi parapeneliti selanjutnya untuk melakukan penelitian dengan menggunakan objek penelitian dan variabel yang berbeda. 1.5 Ruang Lingkup Penelitian Agar penelitian ini tidak mengalami kesimpang siuran dan terbatas serta fokus pada permasalahan yang akan diteliti , maka ruang lingkup penelitiannya sebagai berikut: a. Analisis tingkat efisiensi dengan metode non-parametik Data Envelopment Analysis (DEA). b. Object penelitian adalah bank umum milik pemerintah yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode tahun 2008-2011.