BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah membawa dampak yang positif terhadap kemajuan perekonomian disuatu negara. Kemajuan ini ditandai dengan meningkatnya produktivitas akan barang dan jasa dari berbagai macam industri, yang diikuti dengan bertambahnya kemampuan daya beli masyarakat terhadap suatu produk. Disisi lain hal ini mengakibatkan para pelaku bisnis memusatkan perhatian kepada peningkatan laba operasional, yang berakibat kepada kurang berfokusnya perhatian perusahaan terhadap upaya pelestarian lingkungan dan peningkatan kesejahteraan karyawannya. Peristiwa yang terjadi pada PT Uncoal, PT Freeport Indonesia dan Lapindo Brantas menjadi bukti bahwa masih terdapat perusahaan di Indonesia yang tidak mempedulikan dampak aktivitasnya terhadap lingkungan sosialnya. Anggraini dalam Kusumadilaga (2010), mengemukakan bahwa para pemilik modal, yang berorientasi pada laba material, telah merusak keseimbangan kehidupan dengan cara menstimulasi pengembangan potensi ekonomi yang dimiliki manusia secara berlebihan dengan tidak memberi kontribusi bagi peningkatan kemakmuran, tetapi justu menjadikannya mengalami penurunan kondisi sosial. 1 Corporate Sosial Responsibility menjadi suatu konsep yang dapat membawa perusahaan melaksanakan tanggung jawabnya terhadap lingkungan dan masyarakat. Daniri dalam Nurkhin (2010) mengemukakan bahwa “ Tanggung jawab sosial perusahaan atau Corporate Sosial Responsibility merupakan sebuah gagasan yang menjadikan perusahaan tidak lagi dihadapkan pada tanggung jawab yang berpijak pada single bottom line, yaitu nilai perusahaan (Corporate Value) yang direfleksikan dalam kondisi keuangannya saja. Tapi tanggung jawab perusahaan harus berpijak pada triple bottom lines yaitu juga memperhatikan masalah sosial dan lingkungan”. Kesadaran masyarakat yang semakin meningkat terhadap dampak negatif yang dihasilkan dari kegiatan operasional perusahaan berupa masalah polusi, limbah, dan diskriminasi pada hak- hak pekerja tanpa mempedulikan pertanggungjawabanya, secara langsung memberikan dorongan bagi perusahan untuk melakukan aktivitas tanggung jawab sosialnya. (Daniri, dalam Nurkhin 2010) mengemukakan bahwa “Corporate Sosial Responsibility adalah basis teori tentang perlunya sebuah perusahaan membangun hubungan harmonis dengan lingkungan sosialnya. Secara teoritik Corporate Sosial Responsibility didefinisikan sebagai tanggung jawab moral suatu perusahaan terhadap para strategic stakeholders nya, terutama komunitas atau masyarakat disekitar wilayah kerja dan operasinya. Corporate Sosial Responsibility memandang perusahaan sebagai agen moral, dengan atau tanpa aturan hukum, sebuah perusahaan harus menjunjung tinggi moralitas. Parameter keberhasilan suatu perusahaan dalam sudut pandang Corporate 2 Sosial Responsibility adalah mengedepankan prinsip moral dan etis, yakni menggapai suatu hasil terbaik, tanpa merugikan kelompok masyarakat lainnya. Dengan begitu perusahaan yang mengedepankan prinsip moral dan etis akan memberikan manfaat terbesar bagi masyarakat.” Dalam upaya untuk meningkatkan aktivitas Corporate Sosial Responsibility berbagai kalangan swasta, organisasi masyarakat, dan dunia pendidikan berusaha merumuskan dan mempromosikan tanggung jawab sosial di berbagai sektor usaha, dalam hubungannya dengan masyarakat dan lingkungan. dikarenakan Corporate Social Responsibility merupakan sebuah wujud kepedulian perusahaan kepada lingkungan sekitarnya dan Corporate Social Responsibility merupakan suatu bentuk komitmen perusahaan atau dunia bisnis untuk berkontribusi dalam pengembangan ekonomi yang berkelanjutan dengan memperhatikan tanggung jawab sosial. Praktek dan pengungkapan Corporate Sosial Responsibility yang dilakukan oleh perusahaan dapat memberikan efek yang positif bagi perusahaan tersebut. Menurut Said et al dalam Nuarini (2011) menyatakan bahwa keterlibatan perusahaan atas tanggung jawab sosial dapat meningkatkan akses modal, memperbaiki kinerja keuangan, mengurangi biaya operasi, meningkatkan citra dan reputasi, meningkatkan penjualan dan loyalitas pelanggan, serta meningkatkan produktivitas dan kualitas. Corporate Sosial Responsibility dapat menjadi tabungan masa depan bagi perusahaan untuk mendapatkan keuntungan. Keuntungan yang diperoleh bukan hanya sekedar keuntungan secara keuangan (financial) namun lebih 3 kepada kepercayaan masyarakat dan para stakeholders, yang secara jangka panjang akan meningkatkan citra dan reputasi perusahan. Pelaksanaan Corporate Sosial Responsibility oleh suatu perusahaan dapat digambarkan sebagai ketersediaan Informasi Keuangan dan Non keuangan yang berkaitan dengan interaksi organisasi dengan lingkungan fisik dan lingkungan sosialnya yang dapat dibuat dalam laporan tahunan perusahaan atau laporan sosial terpisah. Guthrie dan Mathews dalam Mawarani (2010) Pengungkapan Corporate Sosial Responsibility, merupakan suatu bentuk upaya yang dilakukan oleh perusahaan dalam mencapai keunggulan kompetitif untuk memenuhi ketentuan kontrak pinjaman dan memenuhi ekspektasi masyarakat dalam melegitimasi tindakan perusahaan. Deegan dan Blomquist,2001;Hasnas, 1998; Ullman, 1985 ; Patten, 1992 dalam (Nurkhin, 2010). Pelaksanaan dan pengungkapan Corporate Sosial Responsibility merupakan salah satu bentuk penerapan Good Corporate Governance yang terdapat didalam suatu perusahaan. Dana dan Surya (2008) menyatakan Good Corporate Governance merupakan suatu kepatuhan dalam menjalankan dan mengembangkan perusahaan yang bersih, taat terhadap hukum yang berlaku dan peduli terhadap lingkungan yang berlandaskan kepada nilai-nilai sosial budaya yang tinggi. Good Corporate Governance merupakan suatu tata kelola perusahaan yang menerapkan prinsip-prinsip keterbukaan (transparency), akuntabilitas 4 (accountability), pertanggungjawaban (responsibility), independensi (independency), dan kewajaran & kesetaraan (fairness). Prinsip dasar yang diterapkan dalam Good Corporate Governance ( Komite Nasional Kebijakan Governance, 2006) adalah: 1. Transparency (Keterbukaan Informasi) Untuk menjaga obyektivitas dalam menjalankan bisnis, perusahaan harus menyediakan informasi yang material dan relevan dengan cara yang mudah diakses dan dipahami oleh pemangku kepentingan. Perusahaan harus mengambil inisiatif untuk mengungkapkan tidak hanya masalah yang disyaratkan oleh peraturan perundang-undangan, tetapi juga hal yang penting untuk pengambilan keputusan oleh pemegang saham, kreditur, dan pemangku kepentingan lainnya. 2. Accountability (Akuntabilitas) Perusahaan harus dapat mempertanggungjawabkan kinerjanya secara transparan dan wajar. Untuk itu perusahaan harus dikelola secara benar, terukur dan sesuai dengan kepentingan perusahaan dengan tetap memperhitungkan kepentingan pemegang saham dan pemangku kepentingan lain. Akuntabilitas merupakan prasyarat yang diperlukan untuk mencapai kinerja yang berkesinambungan. 5 3. Responsibility (Pertanggung jawaban) Perusahaan harus mematuhi peraturan perundang-undangan serta melaksanakan tanggung jawab terhadap masyarakat dan lingkungan sehingga dapat terpelihara kesinambungan usaha dalam jangka panjang dan mendapat pengakuan sebagai Good Corporate Citizen. 4. Independency ( independensi ) Untuk melancarkan pelaksanaan asas Good Corporate Governance, perusahaan harus dikelola secara independen sehingga masing-masing organ perusahaan tidak saling mendominasi dan tidak dapat diintervensi oleh pihak lain. 5. Fairness ( Kewajaran dan kesetaraan ) Dalam melaksanakan kegiatannya, perusahaan harus senantiasa memperhatikan kepentingan pemegang saham dan pemangku kepentingan lainnya, berdasarkan asas kewajaran dan kesetaraan. Kelima prinsip tersebut menjadi bukti bahwa dengan adanya penerapan Good Corporate Governance, dapat meningkatkan kualitas laporan keuangan dan mampu mengurangi aktivitas menyimpang seperti merekayasa isi laporan keuangan yang tidak menggambarkan nilai yang sebenarnya. Selain itu prinsip responsibility dalam penerapannya menjelaskan bahwa pratik dan pengungkapan CSR merupakan implementasi konsep Good Corporate Governance. 6 konsekuensi logis dari Utama dalam Waryanto (2010) menyatakan bahwa mekanisme corporate governance di perusahaan dapat dijadikan sebagai infrastruktur pendukung terhadap praktik dan pengungkapan Corporate Sosial Responsibility di Indonesia. Dikarenakan mekanisme corporate governance dapat mengurangi terjadinya asimetri informasi yang ditimbulkan oleh adverse selection ataupun moral hazard, yang berakibat dengan tidak terlaksananya aktivitas Corporate Sosial Responsibility. Menurut Waryanto (2010) Mekanisme Good Corporate Governance akan bermanfaat dalam mengatur dan mengendalikan perusahaan sehingga menciptakan nilai tambah (value added) untuk semua stakeholders. Untuk mengimplementasikan hal tersebut maka harus didukung dengan kinerja organ perusahaan yang menjalankan tugas, fungsi dan tanggung jawabnya sesuai dengan ketentuan untuk mencapai kepentingan perusahaan. Mekanisme Good Corporate Governance tersebut meliputi ukuran dewan komisaris,komposisi dewan komisaris, ukuran perusahaan, profil perusahaan, kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional. Dewan komisaris merupakan bagian organ perusahaan terpenting, dikarenakan dewan komisaris adalah suatu mekanisme yang berfungsi untuk mengawasi dan memberikan arahan kepada pengelola perusahaan atau pihak manajemen. Hal ini berarti dewan komisaris dapat melakukan pengawasan sehingga menjamin bahwa manajemen bertindak sesuai dengan keinginan pemilik perusahaan (investor) dan semua informasi yang dimiliki oleh manajemen akan diungkapkan kepada seluruh stakeholders, termasuk 7 informasi mengenai aktivitas corporate sosial responsibility. Sehinga semakin besar jumlah dewan komisaris yang dimiliki maka semakin mudah untuk mengendalikan dan memonitoring kinerja manajemen dan dikaitkan dengan pengungkapan tanggung jawab sosial, maka dorongan terhadap manajemen untuk mengungkapkan akan semakin besar. Hal tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan Nurkhin (2010), yang menyatakan bahwa ukuran dewan komisaris memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pengungkapan informasi sosial perusahaan. Dalam mendorong pengimplementasian prinsip good corporate governance dibutuhkan suatu organ tambahan didalam struktur perseroan (Surya dan Dana,2008). Organ tambahan tersebut diharapkan dapat meningkatkan penerapan good corporate governance didalam perusahaan, organ tambahan tersebut ialah komisaris independen yang merupakan bagian komposisi dewan komisaris. Komposisi dewan komisaris merupakan mekanisme good corporate governance yang diperlukan untuk mendorong transparansi didalam mengungkapkan informasi tentang perusahaan, termasuk informasi tanggung jawab sosial. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh (Nurkhin, 2010), yang menyatakan bahwa komposisi dewan komisaris berpengaruh positif dan signifikan terhadap pengungkapan corporate sosial responsibility. Tingkat pengawasan kinerja manajemen bergantung kepada ukuran perusahaan yang dikendalikan, ukuran perusahaan menjadi skala yang menentukan besar kecil nya suatu perusahaan, yang dinilai dari jumlah total 8 aset yang dimiliki. Perusahaan dengan ukuran yang besar memiliki kecenderungan untuk mengungkapkan seluruh informasi kepada para stakeholders-nya secara lebih luas. Termasuk informasi mengenai aktivitas corporate sosial responsibility. Wulandari (2009) dalam penelitiannya menemukan bahwa ukuran perusahaan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. Tipe industri mendeskripsikan perusahaan berdasarkan lingkup operasi, risiko perusahaan serta kemampuan dalam menghadapi tantangan bisnis ( Sari, 2012). Tipe industi diukur dengan membedakan industry High Profile dan Low Profile. Industri dengan tipe High Profile akan mengungkapkan informasi yang lebih luas mengenai Corporate Sosial Responsbility, dikarenakan kegiatan operasionalnya memiliki tingkat sensitifitas yang tinggi terhadap lingkungan. Penelitian yang dilakukan oleh Anggraini dalam Sari (2012) berhasil menemukan pengaruh positif profile perusahaan terhadap tanggung jawab sosial perusahaan. Dalam suatu tata kelola perusahaan pemisahan antara kepemilikan dan pengendalian perusahaan akan memunculkan suatu masalah agency (Waryanto,2010). Masalah agency timbul ketika manager perusahaan selaku agen bertindak tidak sesuai dengan kepentingan pemilik perusahaan. Struktur kepemilikan merupakan suatu bagian dalam mekanisme good corporate governance untuk menyelesaikan masalah internal perusahaan tersebut. Kepemilikan manajerial merupakan bentuk dari struktur kepemilikan dalam mekanisme good corporate governance. Jensen & Meckling dalam 9 Waryanto (2010) membentuk suatu teori yang menyatakan bahwa kepemilikan saham oleh manajemen akan menurunkan permasalahan agensi, karena semakin banyak saham yang dimiliki oleh manajemen maka semakin kuat motivasi mereka untuk bekerja dalam meningkatkan nilai perusahaan, salah satunya dengan melakukan praktik dan pengungkapan Corporate Sosial Responsibility. Penelitian yang dilakukan Rosmasita dalam Waryanto (2010), menunjukan hasil bahwa kepemilikan manajerial berpengaruh positif terhadap pengungkapan aktifitas tanggung jawab sosial perusahaan. Bentuk struktur kepemilikan lain dalam mekanisme Good Corporate Governance ialah kepemilikan institusional. Kepemilikan institusional adalah kepemilikan saham perusahaan yang dimiliki oleh suatu institusi atau lembaga ( perusahaan asuransi, bank, perseroan terbatas dan kepemilikan institusi lain) (Titan,2012). Menurut Machmud dan Djakman dalam Waryanto, (2010), kepemilikan saham oleh institusi dalam jumlah yang signifikan dapat mengurangi masalah keagenan, dikarenakan pengelolahan aktiva dan pengawasan terhadap kecurangan yang dilakukan oleh manajemen dapat ditingkatkan dan dapat mendorong manajemen untuk melakukan aktivitas tanggung jawab sosialnya. hal ini sesuai dengan penelitian Talbelsi et,al dalam Waryanto (2010), yang menyatakan hasil positif kepemilikan institusional terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. Dalam proses pengambilan suatu keputusan investasi,investor kerapkali melakukan penilaian terhadap kinerja keuangan suatu perusahaan. Kinerja keuangan dapat dinilai dari kemampuan perusahaan untuk 10 menghasilkan keuntungan (Profit). Menurut Brigham dan Houston dalam Agustina (2012) Profitabilitas dapat dikatakan sebagai kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih dari aktivitas yang dilakukan pada periode akuntansi. Keuntungan yang didapatkan oleh para pemegang saham ialah keuntungan bersih setelah dikurangi dengan biaya bunga (interest expense) dan pajak. Semakin besar keuntungan yang dihasilkan oleh perusahaan semakin besar pula kemampuan perusahaan untuk membagikan dividen kepada para pemegang saham (Purnasiwi, 2011). Oleh karena itu Profitabilitas suatu perusahaan menjadi komponen penting didalam pengambilan keputusan investasi. Informasi yang dibutuhkan oleh para pemegang saham tidaklah hanya dari perubahan keuntungan (Profitabilitas) perusahaan, melainkan informasi yang menjelaskan mengenai pengalokasian keuntungan yang digunakan untuk membiayai kegiatan operasional perusahaan, baik dari internal maupun ekternal. Kegiatan ekternal yang dilakukan perusahaan salah satunya ialah menyangkut aktivitas sosialnya ( Muthia, Zuraida dan Andriani, 2011). Hal ini dikarenakan persepsi atau anggapan para pemegang saham mengenai aktivitas tanggung jawab sosial perusahaan bukanlah aktivitas yang merugikan dan tidak bermanfaat bagi keberlangsungan perusahaan. Melainkan aktivitas tanggung jawab sosial perusahaan merupakan langkah strategis jangka panjang yang akan memberikan efek yang positif bagi perusahaan ( Muthia,Zuraida dan Andriani, 2011). 11 Aset merupakan suatu hal yang sangat dibutuhkan oleh perusahaan didalam menjalankan kegiatan operasionalnya. Aset yang diperoleh bisa berasal dari modal pemilik atau yang berasal dari pinjaman. Penggunaan sumber dana yang berasal dari luar perusahaan untuk membiayai aset tetap perusahaan baik yang berupa dana pinjaman berjangka pendek maupun dana pinjaman yang berjangka panjang merupakan salah satu bentuk penerapan dari kebijakan leverage. Menurut Sartono dalam (Sari, 2013) leverage adalah penggunaan aset dan sumber dana (sources of founds) oleh perusahaan yang memiliki beban tetap dengan maksud agar meningkatkan keuntungan potensial pemegang saham. Beban tetap operasional tersebut berasal dari biaya depresiasi, biaya produksi dan pemasaran yang bersifat tetap. Dengan menerapkan kebijakan leverage di dalam perusahaan, diharapkan akan membawa perubahan atas penjualan yang berakibat kepada laba sebelum bunga dan pajak yang semakin besar. Penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi pengungkapan tanggung jawab sosial suatu perusahaan menimbulkan hasil yang beraneka ragam dan menarik untuk dikaji lebih mendalam. Seperti penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Purnomosidi et al (2008) yang menjadikan seluruh perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2006 sebagai objek penelitian nya. Didalam penelitian, Purnomosidi et al menggunakan empat karakteristik perusahaan 12 yaitu ukuran perusahaan, profitabilitas, Profile dan ukuran dewan komisaris yang diuji hubungannya dengan tingkat keluasan pengungkapan Corporate social Responsibility. Penelitian yang dihasilkan oleh Purnomosidi et al (2008) menunjukan bahwa hanya satu variable yang berhubungan dengan tingkat keluasan pengungkapan corporate social responsibility yaitu Profile perusahaan yang berpengaruh positif dengan tingkat keluasan pengungkapan corporate social responsibility. Tetapi pernyataan hasil penelitian tersebut berbanding terbalik dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Anggita sari (2012) yang menemukan bahwa Profile perusahaan berpengaruh negative terhadap pengungkapan corporate social responsibility. Menurut Anggita sari (2012) Profitabilitas berpengaruh positif signifikan terhadap pengungkapan corporate social responsibility, namun hasil berbeda ditemukan oleh Sefrilia dan Saptiana (2012) yang menemukan hubungan positif tidak signifikan antara Profitabilitas dengan pengungkapan corporate social responsibility. Perbedaan hasil penelitian juga dapat ditemukan dari penelitian yang dilakukan oleh Terzaghi (2012) yang menyatakan bahwa ukuran dewan komisaris sebagai variable yang berpengaruh terhadap pengungkapan corporate social responsibility. Namun hasil penelitian tersebut berbading terbalik dengan hasil penelitian yang ditemukan oleh Purnomosidi et al (2008) yang menyatakan bahwa ukuran dewan komisaris tidak berpengaruh terhadap pengungkapan corporate social responsibility. Penelitian ini mengacu kepada penelitian yang dilakukan oleh Nurkhin, (2010), yang menjadikan seluruh perusahaan yang tercatat di bursa efek Indonesia tahun 2007 sebagai sampel 13 penelitiannya. Variabel kepemilikan Corporate Governace yang digunakan ialah institusional, komposisi dewan komisaris independen, profitabilitas dan ukuran perusahaan. Penelitian tersebut menemukan bahwa komposisi dewan komisaris independen, profitabilitas dan ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan corporate social responsibility. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian Nurkhin (2010) ialah 1. Variabel penelitian Pada penelitian ini, peneliti menambahkan tiga variabel independen, yaitu profile perusahaan, kepemilikan manajerial dan leverage sebagai faktorfaktor yang mempengaruhi pengungkapan corporate social responsibility. Penambahan profile perusahaan sebagai variabel independen mengacu kepada penelitian yang dilakukan Terzaghi (2012), yang menyatakan profile perusahaan berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan corporate sosial responsibility. Penambahan kepemilikan manajerial sebagai variabel independen mengacu kepada penelitian yang dilakukan Rosmasita dalam Waryanto (2010), yang menyatakan bahwa kepemilikan manajerial berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan corporate social responsibility. Dan penambahan leverage sebagai variabel independen mengacu kepada penelitian Sembiring dalam Sari (2012) yang menyatakan bahwa leverage berpengaruh negatif terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. 14 2. Periode waktu dan sampel penelitian. Periode waktu penelitian yang digunakan didalam penelitian ini ialah tahun 2010-2012, yang menjadikan seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia sebagai sampel penelitian. Berdasarkan fenomena yang terjadi dan dari ketidakkonsistenan hasil penelitian yang terdahulu serta rendahnya tingkat kualitas praktik pengungkapan tanggung jawab sosial di Indonesia mendorong penulis untuk meneliti pengaruh mekanisme coporate good governance, profitabilitas dan leverage terhadap pengungkapan corporate social responsibility,maka penelitian ini diberi judul “Pengaruh Mekanisme Governance, Profitabilitas dan Leverage terhadap Good Corporate pengungkapan Corporate social responsibility pada perusahaan manufacture yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2010-2012”. 15 1.2 Batasan Masalah Penulis menetapkan perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2010-2012 sebagai objek penelitian. Hal ini didasarkan bahwa perusahaan manufaktur merupakan perusahaan yang paling berpotensi untuk melakukan kegiatan corporate social responsibility. Faktor – faktor yang mempengaruhi pengungkapan corporate social responsibility dalam penelitian ini terbatas kepada mekanisme corporate governance yang meliputi 1. Ukuran dewan komisaris yang diproksikan dengan jumlah total dewan komisaris. 2. Komposisi dewan komisaris yang diproksikan dengan jumlah dewan komisaris independen. 3. Ukuran perusahaan yang diproksikan dengan total aset perusahaan. 4. Profile perusahaan yang diproksikan dengan membedakan antara industri bertipe High profile dan Low profile. 5. Kepemilikan manajerial yang diproksikan dengan tingkat persentase kepemilikan saham yang dimiliki oleh pihak manajemen, 6. Kepemilikan institusional yang diproksikan dengan tingkat persentase kepemilikan saham yang dimiliki oleh pihak institusional. Ditambah dengan variabel independent lain berupa profitabilitas yang diproksikan dengan rasio retrun on asset dan leverage yang diproksikan 16 dengan rasio debt to equity ratio yang mempengaruhi pengungkapan Corporate Sosial Responsibility. 1.3 Rumusan Masalah Pencapaian tujuan mewajibkan perusahaan untuk dikelola secara baik. Pengelolaan perusahaan yang baik mewajibkan adanya pengimplementasian prinsip-prinsip Good Corporate Governance. Dengan penerapan tersebut diharapkan perusahaan dapat hidup secara corporate social berkelanjutan dan bermanfaat bagi para stakeholdernya. Melakukan praktik dan pengungkapan responsibility terhadap lingkungan menjadi suatu cara didalam memenuhi prinsip yang diusung didalam good corporate governance. Penilaian yang dilakukan oleh investor terhadap perusahaan ialah melalui kinerja keuangan dalam menghasilkan profitabilitas yang dipengaruhi oleh leverage yang dilakukan oleh perusahaan. Berdasarkan uraian diatas maka pertanyaan-pertanyaan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut : 1. Apakah ukuran dewan komisaris berpengaruh positif terhadap pengungkapan corporate sosial responsibility? 2. Apakah komposisi dewan komisaris perusahaan berpengaruh positif terhadap pengungkapan corporate sosial responsibility? 3. Apakah ukuran perusahaan berpengaruh pengungkapan corporate sosial responsibility? 17 positif terhadap 4. Apakah profile perusahaan berpengaruh positif terhadap pengungkapan corporate sosial responsibility? 5. Apakah kepemilikan manajerial berpengaruh positif terhadap pengungkapan corporate sosial responsibility? 6. Apakah kepemilikan institusional berpengaruh positif terhadap pengungkapan corporate sosial responsibility? 7. Apakah profitabilitas berpengaruh positif terhadap pengungkapan corporate social responsibility? 8. Apakah leverage berpengaruh negatif terhadap pegungkapan corporate social responsibility? 9. Apakah ukuran dewan komisaris, komposisi dewan komisaris, ukuran perusahaan, profile perusahaan, kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, profitabilitas dan leverage secara simultan berpengaruh terhadap pengungkapan corporate sosial responsibility? 1.4 Tujuan Penelitian. Tujuan yang ingin diperoleh dalam penelitian ini adalah 1. Untuk menganalisis pengaruh positif ukuran dewan komisaris terhadap pengungkapan corporate sosial responsibility. 2. Untuk menganalisis pengaruh positif komposisi dewan komisaris terhadap pengungkapan corporate sosial responsibility. 3. Untuk menganalisis pengaruh postif ukuran perusahaan terhadap pengungkapan corporate sosial responsibility. 18 4. Untuk menganalisis pengaruh positif profile perusahaan terhadap pengungkapan corporate sosial responsibility. 5. Untuk menganalisis pengaruh positif kepemilikan manajerial terhadap pengungkapan corporate sosial responsibility. 6. Untuk menganalisis pengaruh positif kepemilikan institusional terhadap pengungkapan corporate sosial responsibility. 7. Untuk menganalisis pengaruh positif profitabilitas terhadap pengungkapan corporate social responsibility. 8. Untuk menganalisis pengaruh negatif leverage terhadap pengungkapan corporate social responsibility. 9. Untuk menganalisis pengaruh ukuran dewan komisaris, komposisi dewan komisaris, ukuran perusahaan, profile perusahaan, kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, profitabilitas dan leverage secara simultan terhadap pengungkapan corporate sosial responsibility. 1.5 Manfaat Penelitian. Dari penelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang menggunakan antara lain : 1. Bagi calon investor dan investor Hasil penelitian ini diharapkan menjadi tambahan informasi mengenai gambaran kondisi perusahaan yang terkandung didalam laporan keuangan dan laporan keberlanjutan dalam menentukan pengambilan keputusan investasi. 19 2. Bagi Bapepam-LK dan BEI Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pengawasan dan menjadi infomasi tambahan dalam penetapan peraturan di pasar modal yang mendukung semakin luasnya penerapan praktek Good Corporate Governance di Indonesia. 3. Bagi Perusahaan Hasil penelitian ini diharapkan menjadi tambahan infomasi didalam penetapan kebijakan mengenai tanggung jawab sosial dan menjadi tambahan pengetahuan mengenai pentingnya pengungkapan laporan tanggung jawab sosial perusahaan. 4. Bagi Masyarakat Memberikan informasi dan wawasan mengenai pentingnya pelaksanaan aktivitas corporate sosial responsibility, sehingga dapat meningkatkan kesadaran masyarakat akan hak-hak yang seharusnya diperoleh. 5. Bagi Peneliti selanjutnya Dapat dijadikan referensi dan acuan dalam penelitian selanjutnya mengenai pengungkapan corporate social responsibility. 1.6 Sistematika Penulisan BAB I PENDAHULUAN Bab ini menggambarkan ringkas mengenai isi dari skripsi dan mengenai gambaran permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini. 20 Bab ini menguraikan antara lain latar belakang masalah dilakukannya penelitian, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan. BAB II TELAAH LITERATUR Bab ini menjelaskan mengenai teori-teori yang menjadi acuan serta dasar dalam permasalahaan yang akan diteliti. Dan dalam bab ini akan dijelaskan mengenai kerangka pemikiran yang menjadi dasar dari muncul nya hipotesis penelitian. Serta dijelaskan mengenai variable bebas dan variable terikat dalam penelitian ini. BAB III METODE PENELITIAN Bab ini akan menjelaskan keseluruhan deskripsi operasional yang ada didalam penelitian, variable bebas dan terikat yang diuji, jenis dan sumber data,penentuan populasi dan sample penelitian, penentuan metode pengumpulan data dan metode analisis yang dipakai dalam penelitian. BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN Bab ini menguraikan tentang deskripsi objek penelitian, metode analisis data dan mengenai uji asumsi klasik yang meliputi uji normalitas, autokorelasi, heteroskedastisitas dan mulitkolinearitas sebelum analisis data dilakukan. Didalam bab ini akan dijelaskan mengenai interprestasi hasil dan argumentasi atas hasil penelitian. 21 BAB V SIMPULAN DAN SARAN Bab ini berisikan mengenai simpulan atas hasil penelitian yang dilakukan dan uraian atas jawaban dari setiap perumusan masalah. Pada bab ini dijelaskan mengenai keterbatasan didalam penelitian dan saran-saran yang diberikan untuk penelitian selanjutnya. 22