Upaya Peningkatan Hasil Belajar Matematika dengan Penerapan

advertisement
6
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Kajian Teori
2.1.1 Hakikat Belajar
Bell Gredler dalam Winaputra (2007:1.5) menyatakan bahwa belajar adalah “proses
yang dilakukan oleh manusia untuk mendapatkan aneka ragam kemampuan,
keterampilan, dan sikap“. Kemampuan, ketrampilan, dan sikap tersebut diperoleh secara
bertahap dan berkelanjutan mulai dari masa bayi sampai masa tua melalui rangkaian
proses belajar sepanjang hayat. Dengan belajar tindakan perilaku siswa akan berubah ke
arah yang lebih baik. Berhasil baik atau tidaknya belajar tergantung dari faktor-faktor yang
mempengaruhinya. Faktor-faktor tersebut terdiri dari faktor internal, eksternal dan
pendekatan belajar.
a)
Faktor internal adalah faktor dari dalam diri siswa, yaitu keadaan/kondisi jasmani
dan rohani siswa meliputi aspek fisiologis (kondisi tubuh dan panca indera), dan
aspek psikologis antara lain: intelegensi dalam, sikap misalnya dalam beradaptasi
dengan teman, bakat dalam mengerjakan soal, minat dalam mengikuti pelajaran
serta punya kemauan besar untuk belajar dan mempunyai motivasi untuk belajar
baik individu maupun dalam kelompok.
b)
Faktor eksternal adalah faktor dari luar diri siswa, yaitu kondisi lingkungan di sekitar
siswa meliputi faktor lingkungan sosial (guru, teman, masyarakat, dan keluarga) dan
faktor lingkungan non-sosial (gedung, sekolah, tempat tinggal, alat belajar, cuaca
dan waktu belajar
Untuk mendapatkan pengertian yang objektif tentang belajar, maka dibawah ini
beberapa pendapat ahli psikologi, khususnya ahli psikologi pendidikan tentang balajar
sebagai berikut:
Gagne dalam Purwanto (2008:82) mengatakan bahwa “belajar terjadi apabila suatu
situasi stimulus bersama dengan isi ingatan mempengaruhi sedemikian rupa sehingga
perbuatannya berubah dan waktu sebelum ia mengalami situasi itu ke waktu sesudah
mengalami situasi tadi”, sedangkan Higgard dan Sanjaya (2007:53) mengatakan bahwa
belajar adalah “proses perubahan melalui kegiatan atau prosedur, baik latihan di dalam
6
7
laboratorium maupun di lingkungan alamiah”. Belajar bukanlah sekedar mengumpulkan
pengetahuan.Sehingga menyebabkan munculnya perubahan perilaku”. Djamarah dan Zain
(2002:28), menjelaskan belajar adalah “proses perubahan perilaku berkat pengalaman dan
latihan” artinya, tujuan kegiatan adalah perubahan tingkah laku, baik yang menyangkut
pengetahuan, keterampilan maupun sikap.
Dari beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa belajar adalah usaha
yang dilakukan seseorang dalam proses perubahan tingkah laku yang merupakan hasil
pengalaman sendiri, latihan dan kemampuan berinteraksi dengan
lingkungan sendiri
yang berlangsung sepanjang hayat, mulai dari masa bayi hingga akhir hayat.
2.1.2
Hasil belajar
Hasil belajar merupakan suatu perubahan pada individu yang belajar, tidak hanya
mengenai pengetahuan tetapi juga membentuk kecakapan dan penghayatan dalam diri
pribadi individu yang belajar (Nasution dalam Iskandar, 2009:128).
Amirin dan Irawan (2000:43), mengatakan “hasil belajar adalah kemajuan yang
diperoleh seseorang dalam segala hal akibat dan belajar”. Seseorang yang mempelajari
suatu melalui proses pembelajaran telah mernperoleh hasil dan apa yang telah
dipelajarinya, hasil maksimal yang diperoleh inilah yang dikatakan hasil belajar. Menurut
Dimyati dan Mudjiono (2002:95) “hasil belajar merupakan hasil dan suatu intruksi tindak
belajar dan tindak mengajar”. Hasil belajar menentukan tercapai tidaknya tujuan
pendidikan yang diaplikasikan dalam bentuk penilaian dalam rangka memberikan
pertimbangan apakah tujuan pendidikan tersebut tercapai. Penilaian hasil belajar tersebut
dilakukan terhadap proses belajar mengajar untuk mengetahui tercapainya tidaknya tujuan
pengajaran dalam hal penguasaan bahan pelajaran oleh siswa, selain itu penilaian
tersebut dilakukan untuk mengetahui keefektifan proses belajar mengajar yang dilakukan
oleh guru. Dengan kata lain rendahnya hasil belajar yang dicapai siswa tidak hanya
disebabkan oleh kurang berhasilnya guru mengajar.
Sudjana (2001:82), mengatakan “hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan
yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya”. Bloom dalam Sudjana
(2001:82) secara garis besar membagi hasil belajar menjadi tiga ranah yaitu :
8
a)
Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dan enam
aspek, yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sentesis,
dan evaluasi.
b)
Ranah efektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dan lima aspek yakni,
penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi dan internalisasi.
c)
Ranah psikomotoris berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan
bertindak yang terdiri dan enam aspek yakni, gerakan refleksi, ketepatan, gerakan
keterampilan kompleks dan gerakan ekspresif dan interpretatif.
Hasil belajar matematika dalam penelitian ini adalah suatu akibat dari proses belajar
dengan menggunakan alat pengukur yaitu berupa tes yang disusun secara terencana, baik
tes tertulis, tes lisan, maupun tes perbuatan pada materi perkalian.
2.1.3. Pengertian Matematika
2.1.3.1 Belajar matematika
Istilah matematika berasal dari kata latin Mathematica yang diambil dari bahasa
Yunani mathematike yang artinya bertalian dengan pengetahuan. Asal katanya mathema
yaitu ilmu, dan pada hakekatnya matematika merupakan ilmu yang berkenaan dengan
struktur-struktur dan hubunganyan yang teratur menurut aturan yang logis. Ide-ide dan
struktur dalam matematika merupakan konsep abstrak yang tersusun secara hieraskis dan
deduktif, Hamri (2004:6).
Menurut Jujun S (2007:190) “matematika merupakan bahasa yang eksak, cermat,
dan terbebas dari emosi”. Matematika sebagai bahasa merupakan bahasa yang
mengembangkan serangkaian makna dari pernyataan yang ingin disampaikan. Hudoyo
dalam Aisyah (2007:4) menyatakan bahwa “matematika berkenaan dengan ide atau
gagasan-gagasan, aturan-aturan, hubungan-hubugan yang diatur secara logissehingga
matematika berkaitan dengan konsep-konsep abstrak”. Matematika merupakan
pengetahuan yang disusun secara deduktif dan dapat digunakan untuk mendidik dan
melatih untuk berpikir secara logik”. Menurut Subarinah dalam Wahyudi dan Kriswandani
(2013:9), “matematika merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari stuktur yang
abstrak dan pola hubungan yang ada di dalamnya”. Hal ini berarti belajar matematika pada
hakekatnya adalah belajar konsep dan mencari hubungan antar konsep dan stukturnya.
9
Matematika sebagai ilmu yang berkenaan dengan ide-ide berupa konsep abstrak
yang tersusun secara teratur yang penalaranya deduktif. Sehingga belajar matematika
memerlukan suatu kegiatan mental yang tinggi yang harus dilakukan secara berharap dan
berkesinambungan. Untuk mengetahui hasil belajar siswa dilakukan evaluasi berupa tes,
yang dimaksudkan adalah hasil belajar yang dicapai siswa dalam studi tertentu dengan
menggunakan tes standar sebagai alat pengukur keberhasilan seorang siswa.
Hasil belajar matematika adalah merupakan hasil belajar yang dicapai oleh siswa
setelah mengikuti proses belajar matematika dilihat dari segi perubahan dan segi
kemajuan yang telah terjadi pada kognitif, afektif dan keterampilan yang ditemukan melalui
evaluasi tertentu.
Dari uraian di atas, maka penulis mengambil kesimpulan bahwa matematika adalah
suatu ilmu yang sudah terstuktur dan tertata rapi yang logis, berpola deduktif, dan berupa
bahasa yang di lambangkan dengan simbol-simbol yang tumbuh dan berkembang melalui
proses pemikiran manusia guna untuk kepentingan sehari-hari.
2.1.3.2 Karakteristik pembelajaran matematika
a)
Pembelajaran Matematika dilakukan secara berjenjang.
Dimulai dari konsep sederhana bergerak ke konsep yang lebih sukar. Berawal dari
hal konkret bergerak ke semi konkret beralih ke semi abstrak dan berakhir pada
abstrak.
b)
Pembelajaran matematika mengikuti metode spiral
Konsep baru diperkenalkan dengan mengaitkannya pada konsep yang telah
dipahami peserta didik. Hal ini merupakan prinsip ”Belajar Bermakna” atau belajar
dengan pemahaman. Konsep baru merupakan perluasan dan pendalaman konsep
sebelumnya.
c)
Pembelajaran Matematika menekankan penggunaan pola deduktif
Yaitu memahami suatu konsep melalui pemehaman definitif umum kemudian ke
contoh-contoh. Di sekolah dasar ditempuh pola pendekatan induktif yaitu mengenal
konsep melalui contoh-contoh. Hal ini disebabkan alasan psikologis yaitu peserta
didik sekolah dasar masih pada tingkat berpikir konkret.
10
d)
Pembelajaran Matematika menganut kebenaran konsistensi
Yaitu suatu pernyataan dianggap benar bila didasarkan atas pernyataan
sebelumnya yang sudah dianggap benar.
2.1.3.3 Tujuan pembelajaran matematika
Mata pelajaran matematika bertujuan agar siswa memiliki kemampuan sebagai
berikut :
a)
memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan
mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien dan tepat
dalam pemecahan masalah.
b)
menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika
dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan
pernyataan matematika.
c)
memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang
model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh.
d)
mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk
memperjelas keadaan atau masalah.
e)
memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan yaitu memiliki
rasa ingin tahu, perhatian dan minat dalam mempelajari matematika serta sikap ulet
dan percaya diri dalam pemecahan masalah.
2.1.3.4 Ruang lingkup pembelajaran matematika
Mata pelajaran matematika di SD meliputi aspek-aspek sebagai berikut :
a)
Bilangan
b)
Geometri dan pengukuran
c)
Pengolahan data
2.1.3.5 Pendekatan pembelajaran matematika
a)
Pendekatan Belajar Aktif
Pendekatan belajar aktif adalah pembelajaran yang menekankan aktivitas peserta
didik secara fisik, intelektual, dan emosional guna memperoleh hasil belajar yang
maksimal, baik ranah kognitif, afektif, maupun psikomotor.
11
b)
Pendekatan Terpadu
Pendekatan terpadu dimaksudkan agar peserta didik dapat mengetahui konsep dari
beberapa mata pelajaran yang dapat memberikan pengertian kebermaknaan dari
konsep yang bersangkutan. Pengertian kebermaknaan nilah yang dapat
menyebabkan peserta didik memahami suatau konsep secara mantap.
c)
Pendekatan kontruktivisme
Pendekatan matematika secara kontruktivisme merupakan rangkaian kegiatan
pembelajaran di kelas melalui tiga fase yaitu fase ekplorasi, fase pengenalan
konsep, dan fase aplikasi konsep. Melalui tiga fase tersebut peserta didik dibimbing
membentuk pemahamannya.Selanjutnya peserta didik dikatakan memahami
matematika secara bermakna apabila ia memahami secara konseptual dan
prosedural. Kebermaknaan pemahaman tersebut akan dapat dicapai melalui
pembelajran konstrutifis.
d)
Pendekatan Realistik
Pendekatan matematika realistik adalah suatu pendekatan pembelajaran yang
bertitik tolak dari hal-hal yang riil bagi peserta didik, menekankan ketrmapilan
proses, berdiskusi dan berkolaborasi, berargumentasi dengan teman sekelas
sehingga mereka dapat menemukan sendiri dan pada akhirnya menggunakan
matematika itu untuk menyelesaikan masalah, baik secara indvidual maupun
kelompok.
2.1.4 Metode Pembelajaran Kumon
Metode adalah suatu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Dalam kegiatan belajar mengajar, metode diperlukan oleh guru dan
penggunaannya bervariasi sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai setelah pengajaran
berakhir. Seorang guru tidak akan dapat melaksanakan tugasnya bila dia tidak menguasai
satu pun metode mengajar yang telah dirumuskan yang telah dirumuskan dan
dikemukakan para ahli psikologi dan pendidikan. Metode pembelajaran dapat diartikan
sebagai cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun
dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran.
12
Menurut Sudjana (2005:76) metode pembelajaran adalah, “cara yang dipergunakan
guru dalam mengadakan hubungan dengan siswa pada saat berlangsungnya
pengajaran”. Sedangkan Sutikno (2009:88) menyatakan, “Metode pembelajaran adalah
cara-cara menyajikan materi pelajaran yang dilakukan oleh pendidik agar terjadi proses
pembelajaran pada diri siswa dalam upaya untuk mencapai tujuan”.
Seorang guru diharapkan memiliki motivasi dan semangat pembaharuan dalam
proses pembelajaran yang dijalaninya. Menurut Sardiman (2004 : 165), “guru yang
kompeten adalah guru yang mampu mengelola program belajar-mengajar”. Mengelola di
sini memiliki arti yang luas yang menyangkut bagaimana seorang guru mampu menguasai
keterampilan dasar mengajar, seperti membuka dan menutup pelajaran, menjelaskan,
memvariasi media, bertanya, memberi penguatan, dan sebagainya, juga bagaimana guru
menerapkan strategi, teori belajar dan pembelajaran, dan melaksanakan pembelajaran
yang kondusif. Setiap guru harus memiliki kompetensi adaptif terhadap setiap
perkembangan ilmu pengetahuan dan kemajuan di bidang pendidikan, baik yang
menyangkut perbaikan kualitas pembelajaran maupun segala hal yang berkaitan dengan
peningkatan prestasi belajar peserta didiknya.
Sesuai dengan pengertian-pengertian di atas maka peneliti menggunakan Motode
Pembelajaran Kumon. Metode pembelajaran Kumon merupakan suatu metode belajar dari
Jepang dan dikembangkan pertama kali oleh Toru Kumon, seorang guru matematika SMU
yang pada awalnya ingin membantu pelajaran matematika anaknya yang waktu itu masih
duduk di kelas 2 SD. ”Kumon adalah sistem belajar yang memberikan program belajar
secara perseorangan sesuai dengan kemampuan masing-masing, yang memungkinkan
anak menggali potensi dirinya dan mengembangkan kemampuannya secara maksimal”
(Miftahul Huda, 2013 : 189). Kumon tidak hanya membentuk kemampuan akademik saja,
akan tetapi juga membentuk karakter yang positif dan life-skills (ketrampilan hidup) yang
akan berguna bagi masa depan anak.
Metode pembelajaran Kumon menggunakan bahan pelajaran berupa lembar kerja
yang disusun sedemikian rupa secara sistematis dan small step yang berisi materi
pelajaran. Bahan pelajarannya dirancang sehingga siswa dapat mengerjakan dengan
kemampuannya sendiri, bahkan memungkinkan bagi siswa untuk memperlajari bahan
pelajaran di atas tingkatan kelasnya di sekolah.
13
Metode pembelajaran Kumon yang diberikan secara perorangan pada tingkatan dan
porsi yang tepat akan mengembangkan kemampuan matematika siswa. Selain itu belajar
dalam waktu yang singkat dan rutin setiap harinya, maka dalam diri siswa akan terbentuk
kemampuan berkonsentrasi, ketangkasan kerja, kemampuan berpikir, kebiasaan belajar
dan rasa percaya diri yang merupakan dasar untuk mempelajari hal-hal lainnya.
Metode Kumon bukan hanya meningkatkan penguasaan matematika, tapi juga
berbagai kemampuan belajar pada siswa, mulai dari konsentrasi dan ketangkasan kerja,
semangat kebiasaan belajar mandiri, kebiasaan belajar setiap hari. Bila ia bisa
menyelesaikan soal latihan matematika dari sekolah dengan cepat, maka ia bisa
menggunakan sisa waktu untuk mempelajari ilmu lain. Dalam penerapannya Lukman
(2008) merinci metode kumon ini kedalam 8 tahap, yaitu :
a)
mula-mula, guru menyajikan konsep dan siswa memperhatikan penyajian tersebut
b)
kemudian siswa mengambil buku saku yang telah disediakan, menyerahkan lembar
kerja PR yang sudah dikerjakannya di rumah, dan mengambil lembar kerja yang
telah dipersiapkan guru untuk dikerjakan siswa pada hari tersebut
c)
siswa duduk dan mulai mengerjakan lembar kerjanya, karena pelajaran diprogram
sesuai dengan kemampuan masing-masing, biasanya siswa dapat mengerjakan
lembar kerja tersebut dengan lancar
d)
setelah selesai mengerjakan, lembar kerja diserahkan kepada guru untuk diperiksa
dan diberi nilai. Sementara lembar kerjanya dinilai, siswa berlatih dengan alat bantu
belajar
e)
setelah lembar kerja selesai diperiksa dan diberi nilai, guru mencatat hasil belajar
hari itu pada “Daftar Nilai”. Hasil ini nantinya akan dianalisa untuk penyusunan
program belajar berikutnya
f)
bila ada bagian yang masih salah, siswa diminta untuk membetulkan bagian
tersebut hingga semua lembar kerjanya memperoleh nilai 100. Tujuannya, agar
siswa menguasai pelajaran dan tidak mengulangi kesalahan yang sama
g)
jika siswa sampai mengulang 5 kali, maka guru melakukan pendekatan kepada
siswa dan menanyakan tentang kesulitan-kesulitan yang dihadapi
14
h)
setelah selesai, siswa mengikuti latihan secara lisan. Sebelum pulang, guru
memberikan evaluasi terhadap pekerjaan siswa hari itu dan memberitahu materi
yang akan dikerjakan siswa pada hari berikutnya.
Berdasarkan teori di atas dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran Kumon
adalah sistem belajar yang memberikan program belajar secara perseorangan sesuai
dengan kemampuan masing-masing, yang memungkinkan siswa menggali potensi dirinya
dan mengembangkan kemampuannya secara maksimal. Selain itu, pembelajaran Kumon
adalah pembelajaran yang mengaitkan antar konsep, ketrampilan, kerja individual dan
menjaga suasana nyaman-menyenangkan. Sintaknya yaitu: sajian konsep, latihan, tiap
siswa selesai tugas langsung diperiksa-dinilai, jika keliru langsung dikembalikan untuk
diperbaiki dan diperiksa lagi, lima kali salah guru membimbing. Akan tetapi metode
pembelajaran Kumon juga memiliki kelemahan antara lain :
a)
metode Kumon cenderung membosankan dan monoton karena aktifitas siswa
hanya diberi latihan secara terus menerus
b)
tidak semua siswa dalam satu kelas memiliki kemampuan yang sama
c)
anak belajar secara perorangan sehingga dimungkinkan tumbuh rasa individualisme
d)
kedisiplinan kumon kadang membuat anak-anak menjadi tidak kreatif.
2.2 Kajian Hasil-hasil Penelitian yang Relevan
Tabel 2.1
Kajian Penelitian yang Relevan
Nama Peneliti
Judul
Hasil
Hasil Penelitian
Elsa Frida Siburian
Meningkatkan
Belajar Pembelajaran menggunakan
(2012)
Siswa Melalui Variasi Metode Metode Kumon:
Kumon Pada Mata Pelajaran
- Meningkatkan
ketuntasan
Matematika Kelas IV SD Swasta
belajar dari semula hanya
GKPS Menteng II Medan Tahun
31,81% menjadi 81,81%.
Ajaran 2011/2012.
- Meningkatkan nilai rerata
dari 46,36 menjadi 85,45.
15
Ema Fitriya
Penerapan Metode Kumon untuk Pembelajaran menggunakan
Meningkatkan
(2011)
Motivasi
dan Metode belajar Kumon:
Kemampuan Siswa Kelas III
dalam
Menyelesaikan
Soal
- Meningkatkan
belajar
siswa
motivasi
terhadap
Pembagian Bersusun di MI
pembelajaran matematika
Terpadu Ar Roihan Lawang.
menjadi 93% ketuntasan
belajar menjadi 93%.
- Meningkatkan nilai rerata
menjadi 92,00.
Kajian penelitian yang relevan dalam penelitian tindakan kelas memiliki tujuan dan
fungsi tertentu. Tujuan dari adanya kajian penelitian yang relevan yaitu : membantu
peneliti untuk menyelesaikan masalah penelitiannya dengan mengacu pada teori dan
hasil-hasil penelitian sebelumnya yang relevan. Sedangkan fungsinya antara lain :
(1)
mengetahui sejarah masalah penelitian, berdasarkan sejarah masalah yang
berkaitan dengan masalah penelitiannya, peneliti akan mendapatkan informasi
tentang hal-hal yang telah dilakukan oleh para peneliti sebelumnya, aspek-aspek
yang telah diteliti, prosedur-prosedur yang telah diterapkan, hasil dan hambatan
yang ditemukan di dalam penelitian, dan perbedaan antara masalah yang hendak
dipecahkan dengan masalah-masalah yang sudah dipecahkan orang lain.
(2)
membantu memilih prosedur penyelesaiaan masalah penelitian, prosedur-prosedur
yang telah diterapkan oleh para peneliti sebelumnya yang berkaitan dengan
masalah penelitiannya, peneliti dapat memilih prosedur yang cocok atau membuat
prosedur baru berdasarkan kajian tentang kelebihan dan kekurangan dari prosedurprosedur yang ada.
(3)
memahami latar belakang teori masalah penelitian, peneliti dapat memetakan
kedudukan masalah penelitiannya ke dalam perspektif cakupan pengetahuan yang
lebih luas, sehingga dapat membantu peneliti dalam menjelaskan pentingnya
penelitan itu dilakukan serta dampak dari hasil penelitiannya.
(4)
mengetahui manfaat penelitian sebelumnya, peneliti dapat memperkirakan manfaat
hasil penelitian yang akan dilaksanakannya.
16
(5)
menghindari terjadinya duplikasi penelitian, pengkajian pustaka dapat menghindari
duplikasi penelitian. Dalam batas-batas tertentu suatu penelitian boleh merupakan
duplikasi dari penelitian lain, sepanjang penelitian yang akan dilaksanakan memiliki
tujuan berbeda untuk melengkapi hasil penelitian sebelumnya atau mempunyai
alasan yang kuat untuk meragukan hasil penelitian sebelumnya (bukan plagiat), dan
(6)
memberikan pembenaran alasan pemilihan masalah penelitian, Kajian pustaka
harus berfungsi sebagai kajian secara kritis tetapi singkat tentang kekhususan,
manfaat dan kelemahan dari penelitian sebelumnya (bukan sekadar senara teori
atau hasil penelitian yang relevan saja), sehingga peneliti dapat memberikan
pembenaran tentang pentingnya masalah tersebut diteliti.
2.3. Kerangka Pikir
Kondisi
Awal
TINDAKAN
Pembelajaran belum
menggunakan
Metode Kumon
Pembelajaran sudah
menggunakan
Metode Kumon
Hasil belajar
siswa rendah
SIKLUS I
SIKLUS II
Kondisi
Akhir
Diduga pembelajaran
Matematika menggunakan
Metode Kumon dapat
meningkatkan hasil belajar
matematika
Gambar 2.1
Kerangka Pikir
17
2.4. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kerangka berpikir, diduga penggunaan Metode Pembelajaran Kumon
dapat meningkatkan hasil belajar matematika pada siswa kelas 4 semester 1 SD Negeri
Jrakahpayung 01 Kecamatan Tulis Kabupaten Batang tahun pelajaran 2013/2014.
Download