P U T U S A N Nomor 72/PID.B/2016/PT. PBR DEMI KEADILAN

advertisement
PUTUSAN
Nomor 72/PID.B/2016/PT. PBR
DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA;
Pengadilan Tinggi Pekanbaru di Pekanbaru yang memeriksa dan
mengadili perkara-perkara pidana dalam peradilan tingkat banding telah
menjatuhkan putusan seperti tersebut dibawah ini dalam perkara terdakwa :
Nama lengkap
: NELITA Binti MUHAMMAD NUR (Alm) Als SI NEL;
Tempat lahir
: Padang;
Umur/ Tanggal lahir
: 56 Tahun/12 Oktober 1959;
Jenis kelamin
: Perempuan;
Kebangsaan
: Indonesia;
Tempat tinggal
: Jalan Amarta Blok BB 1 RT 07/RW 10 Kelurahan
Delima, Kecamatan Tampan Kodya Pekanbaru;
Agama
: Islam;
Pekerjaan
: PNS;
Pendidikan
: SMA (Tamat) ;
Terdakwa ditahan oleh ;
1. Penyidik
sejak tanggal 28 Oktober 2015 sampai dengan tanggal 01
Nopember 2015 ;
2. Ditangguhkan oleh Penyidik sejak tanggal 02 Nopember 2015 ;
Pengadilan Tinggi Tersebut :
Telah membaca :
I.
Penetapan Plh. Ketua Pengadilan Tinggi Pekanbaru tanggal 31 Maret
2016 Nomor: 72/PID.B/2016/PT. PBR tentang penunjukan Majelis Hakim
yang memeriksa dan mengadili perkara pidana atas nama Terdakwa
:
NELITA Binti MUHAMMAD NUR (Alm) Als SI NEL tersebut di atas;
II. Berkas perkara dan surat-surat lain yang bersangkutan dengan perkara
ini serta turunan putusan Pengadilan Negeri Bangkinang tanggal 2
Februari 2016 Nomor: 525/Pid.B/2015/PN.Bkn dalam perkara tersebut di
atas;
Menimbang, bahwa berdasarkan Surat Dakwaan Penuntut Umum
tertanggal 09 Desember 2015 No.Reg.Perk: PDM 524/BNANG/12/2015
Terdakwa telah di dakwa sebagai berikut:
Bahwa ia Terdakwa NELITA Binti MUHAMMAD NUR (Alm) Als SI NEL, pada
hari Senin, tanggal 31 Agustus 2009 atau setidak-tidaknya pada waktu lain
dalam Bulan Agustus tahun 2009 atau setidak-tidaknya pada waktu lain dalam
Hal 1 dari 34 hal.Put.No.72/PID.B/2016/PT.PBR
Tahun 2009, bertempat di Jalan Letnan Boyak No.77, Bangkinang, Kabupaten
Kampar, atau setidak-tidaknya pada suatu tempat yang termasuk dalam daerah
hukum Pengadilan Negeri Bangkinang, “Dengan sengaja memakai surat palsu
atau yang dipalsukan seolah-olah sejati, jika pemakaian surat itu
dapat
menimbulkan kerugian” yang dilakukan oleh Terdakwa dengan cara-cara antara
lain sebagai berikut :
- Bahwa pada waktu dan tempat seperti disebutkan diatas, terdakwa bersama
dengan adik terdakwa bernama Sdri. DONNA FITRI mengajukan gugatan
perdata dengan nomor register gugatan 35/Pdt.G.2009/PN.BKN, dimana
yang menjadi salah satu tergugat adalah saksi H. SYAMSUDDIN IBRAHIM,
adapun dalam salah satu posita gugatan tersebut, terdakwa menerangkan
“bahwa tanah penggugat tersebut didapat oleh Penggugat dengan cara
membeli dari Abdul Kadir MZ, sebagaimana tertuang dalam Akta Jual Beli
No. 0266/SH/1981, tanggal 25 Maret 1981, seluas 20.000 m2 yang dibuat
dihadapan Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT), serta dihadiri Kepala Desa
Buluh Cina, Abdul Rahman, Kec. Siak Hulu, Kab. Kampar, Provinsi Riau”,
adapun terhadap lokasi tanah dimaksud dalam gugatan, terdakwa juga telah
melakukan
pengecekan
terlebih
dahulu,
dimana
akhirnva
terdakwa
mengetahui bahwa di lokasi tanah sengketa telah dikuasai oleh orang lain,
adapun untuk menguatkan dalil dari terdakwa dalam gugatan perdata
tersebut, terdakwa mengajukan foto kopi Akta Jual Beli No. 0266/
SH/1981,tanggal 25 Maret 1981 sebagai alat bukti surat P-1, dimana
kemudian terhadap alat bukti surat tersebut, telah dibubuhi materai cukup
dan telah dicocokan dan sama dengan aslinya/salinan resminya (hal. 20,
pertimbangan hakim dalam ternyata Putusan Perdata Pengadilan Negeri
Bangkinang No. 35/Pdt.G.2009/PN.BKN);.
- Bahwa kemudian terhadap Akta Jual Beli No. 0266/SH/1981, tanggal 25
Maret 1981 yang digunakan terdakwa sebagai dasar kepemilikan tanah
dalam Akta tersebut dituliskan yang menjadi salah satu saksi pembuatan
Akta Jual Beli No. 0266/SH/1981, tanggal 25 Maret 1981, adalah saksi
ABDUL RAHMAN dimana dalam Akta tersebut, disebutkan bahwa saksi
menjabat sebagai Kepala Desa Buluh Cina yang kemudian menandatangani
Akta Jual Beli tersebut, adapun kemudian saksi ABDUL RAHMAN tidak
pernah menjadi saksi ataupun pernah menandatangani Akta Jual Beli No.
0266/SH/1981, tanggal 25 Maret 1981, bahwa saksi ABDUL RAHMAN tidak
pernah menjabat sebagai Kepala Desa Buluh Cina seperti yang disebutkan
dalam Akta Jual Beli No. 0266/SH/1981, tanggal 25 Maret 1981, dimana,
Hal 2 dari 34 hal.Put.No.72/PID.B/2016/PT.PBR
setelah mengetahui hal ini, saksi ABDUL RAHMAN membuat Surat
Pernyataan yang pada pokoknya menerangkan:
1. Bahwa benar saya pernah menjabat selaku Kepala Desa Baru, Kec. Siak
Hulu, Kab.Kampar, sejak tahun 1981sampai dengan tahun 1990;
2. Bahwa saya tidak pernah menjabat selaku Kepala Desa Buluh Cina, Kec.
Siak Hulu,Kab. Kampar;
3. Didalam Surat Akta (Penjual Sdr. H. ABDUL KADIR. M.Z dan Pembeli Sdr.
LIBERTY MOHD. NUR), setelah saya lihat dan memperhatikan, saya
menyatakan bahwa tandatangan yang ada didalam Akta Jual Beli No.
0266/SH/1981, tanggal 25 Maret 1981 bukan merupakan tanda tangan
milik saya;
4. Sepengetahuan saya bahwa yang menjabat sebagai Kepala Desa Buluh
Cina, Kec.Siak Hulu, Kab. Kampar pada tahun 1981 adalah Sdr. KARIB.
- Bahwa sekitar tahun 2014, terdakwa pernah mendatangi Kantor Desa
Pandau Jaya yang diterima oleh saksi SAMSUDDIN Bin SAHRIMAN sebagai
Kepala Urusan Pemerintahan, dimana selanjutnya terdakwa menanyakan
kepada saksi letak lokasi tanah terdakwa sebagaimana tercantum dalam Akta
Jual Beli No. 0266/SH/I981, tanggal 25 Maret 1981, adapun setelah diteliti
oleh saksi SAMSUDDIN Bin SAHRIMAN lokasi tanah dalam Akta Jual Beli
tersebut, saksi SAMSUDDIN Bin SAHRIMAN kemudian menerangkan bahwa
letak tanah terdakwa adalah berada di Desa Buluh Cina seperti yang
tercantum dalam Akta Jual Beli, dimana saksi SAMSUDDIN Bin SAHRIMAN
kemudian menjelaskan Desa Buluh Cina berjarak kurang lebih 8 (delapan)
Km dari Desa Pandau Jaya dan Desa Pandau Jaya adalah hasil pemekaran
dari
Desa
Baru,
mengetahui
fakta-fakta
tersebut
terdakwa
tetap
menggunakan Akta Jual Beli No. 0266/SH/1981, tanggal 25 Maret 1981
seolah-olah baik isi maupun para pihak yang terdapat dalam Akta iual Beli
tersebut adalah benar;
- Bahwa mengetahui Akta Jual Beli No. 0266/SH/1981, tanggal 25 Maret 1981
tersebut adalah tidak benar, kemudian saksi H. SYAMSUDDIN IBRAHIM lalu
melaporkan kejadian tersebut kepada Polres Kampar guna pengusutan lebih
lanjut, dimana akibat perbuatan terdakwa, saksi H. SYAMSUDDIN IBRAHIM
mengalami kerugian karena tidak dapat menguasai lahannya tersebut;
Perbuatan terdakwa sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam Pasal 263
Ayat(2) KUHP;
Menimbang, bahwa terhadap surat dakwaan Penuntut umum tersebut
diatas Terdakwa melalui Penasihat Hukumnya telah mengajukan keberatan
tanggal 11 Januari 2016 yang pada pokoknya adalah sebagai berikut :
Hal 3 dari 34 hal.Put.No.72/PID.B/2016/PT.PBR
PENDAHULUAN
Majelis Hakim yang Kami Muliakan dan Saudara Jaksa Penuntut Umum yang
Kami Hormati serta pengunjung sidang yang terhormat.
Bahwa suatu kehormatan bagi Kami berada di dalam persidangan yang rnulia
ini untuk bersama-sama
menegakkan
supremasi
hukum,
mendampingi
Terdakwa NELITA Binti MUHAMMAD NUR (Alm) Als Si NEL dengan tuduhan
“Dengan sengaja memakai surat palsu atau yang dipalsukan seolah-olah sejati,
jika pemakaian surat itu dapat menimbulkan kerugian” sebagaimana diatur
dalam Pasal 263 ayat (2) Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHPidana);
Bahwa kita semua sependapat Saudara Jaksa Penuntut Umum mempunyai
tugas dan wewenang sebagaimana yang dimuat dalam Pasal 1 butir 6 Kitab
Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP), bahwa setiap perbuatan
kejahatan yang dilakukan oleh siapapun tidak boleh dibiarkan dan haruslah
dilakukan penyidikan dan penuntutan, serta pelaksanaan hukumnya tidak boleh
ditawar-tawar, dalam arti siapapun yang bersalah harus dituntut dan dihukum
setimpal dengan perbuatannya, kecuali ditentukan lain oleh Undang-undang.
Menghukum orang yang bersalah merupakan tuntutan dari hukum, keadilan dan
kebenaran itu sendiri. Sebab kalau tidak demikian akan timbul reaksi yang:apat
menggoyahkan sendi-sendi ketertiban dalam masyarakat dan supremasi hukum
itu sendiri. Akan tetapi, kaidah-kaidah hukum, keadilan dan kebenaran tidak
boleh diperkosa oleh siapapun untuk maksud-maksud tertentu dan tujuan
tertentu, apalagi pesanan pribadi dari orang-orang yang ingin menzalimi orang
lain, atau dari pihak pelapor sendiri, dan adanya kepentingan Pribadi yang
memboncengi kasus ini atau adanya kesalahan pihak lain yang harus
bertanggung jawab atau ketidak mampuan pihak lain dalam menjalankan
tugasnya yang ditimpakan begitu saja menjadi tanggung jawab Terdakwa.Begitu
pula dalam perkara ini, semua itu harus diungkap agar menjadi jelas
apakahTerdakwa dapat dimintakan pertanggung jawabannya atas dakwaan
Saudara Jaksa Penuntut Umum, agar sendi-sendi hukum itu sepakat kita
tegakkan dalam upaya mengukuhkan supremasi hukum di Negara tercinta ini
yang telah diatur di dalam format kaidah-kaidah hukum di dalam KUHAP.
Majelis Hakim yang Kami Muliakan dan Saudara Penuntut Umum yang Kami
Hormati. Di dalam sidang ini, duduk dua pihak yang berperkara yaitu Jaksa
Penuntut Umum sebagai Pengacara Negara atau yang mewakili kepentingan
Warga Negara atau Pelapor, disisi lain Terdakwa NELITA Binti MUHAMMAD
NUR (Alm) Als Si NEL, yang didampingi oleh Penasihat Hukumnya. Kedua
pihak yang berperkara ini mempunyai hak yang sama dengan titik tolak dan
fungsi masing-masing. Di tengah kedua pihak duduk Majelis Hakim sebagai
Hal 4 dari 34 hal.Put.No.72/PID.B/2016/PT.PBR
“Domin is Litis” yang tidak berpihak. Artinya pada waktu Majelis Hakim duduk di
kursi dan meja persidangan, memandang kedua belah pihak yang berperkara
sama tinggi dan sama rendah di muka sidang ini. Majelis Hakim yang
memeriksa dan mengadili perkara ini tidak boleh mempunyai interest pribadi.
Dan juga menurut pendapat Prof. DR. M. Trapman, fungsi masing-masing
pihak itu sebagai berikut:
“Het standpunt van de verdachte karakteriseerde hij als de subjectieve
beoardeling vaneen subjectieve positie, dat van de raadsman als de objectieve
beoordeling van eensubjectieve positie, dat van de openbare ministerie als de
subjectieve beeordeting van een objectieve posrfie, dat van de Rechfer als de
abjectieve beoordeling van een abiectieve beoordeling van een subjectieve
positie”, yang artinya :
“Bahwa Terdakwa mempunyai pertimbangan yang subyektif dalam posisi yang
subyektif, Penasihat Hukum mempunyai pertimbangan yang obyektif dalam
posisi yang subyektif, penuntut Umum mempunyai pertimbangan yang subyektif
dalam posisi yang obyektif, sedangkan Hakim mempunyai pertimbangan yang
obyektif dalam posisi yang obyektif pula” (Prof. Mr. Van Bemmelen”,
Leerboekvan hetned, Strafpracerecht” halaman 132,6 e herziene druk).
Dengan demikian, Majelis Hakim dapat menempatkan dirinya pada posisi netral
dengan mempertahankan eksistensi dan integritas Majelis Hakim sebagai
pengayom keadilan dan kebenara;
Bahwa dalam kesempatan ini telah tepat sekali jika Majelis Hakim menyoroti
kualitas surat dakwaan dari Jaksa Penuntut Umum apakah rumusan delik dan
penerapan Pasal 263 Ayat (2) KUHPidana yang dituduhkan kepada Sdri.
NELITA Binti MUHAMMAD NUR (Alm) Als Si NEL apakah telah tepat dan
benar?, Apakah sudah sesuai dengan fakta dan bukti kejadian yang
sebenarnya? ataukah rumusan delik dan tuntutan pidana itu hanya merupakan
suatu “cover story” yang sengaja diciptakan melalui konstruksi yuridis tanpa
didukung dengan fakta yuridis yang dapat diakumulasikan terhadap Pasal-Pasal
yang didakwakan kepada Terdakwa sebagaimana diamanatkan dalam Pasal
143 Ayat (2) KUHAP;
Majelis Hakim yang Kami Muliakan dan Saudara Penuntut Umum yang Kami
Hormati,
Bahwa suatu dakwaan harus jelas dan terinci serta memuat semua unsur tindak
pidana yang didakwakan. yang apabila ketentuan tersebut tidak dipenuhi
mengakibatkan batalnya surat dakwaan tersebut. Kutipan Pasal 143 Ayat (2)
KUHAP, tersebut berbunyi :
“Penuntut
Umum
membuat
surat
dakwaan
yang
diberi
tanggal
dan
ditandatangani, sertaberisi:
Hal 5 dari 34 hal.Put.No.72/PID.B/2016/PT.PBR
a. nama lengkap, tempat lahir, umur dan tanggal lahir, jenis kelamin,
kebangsaan, tempat tinggal, agama, dan pekeriaan tersangka.
b. uraian secara cermat, jelas dan lengkap mengenai tindak pidana yang
didakwakan dengan menyebutkan waktu dan tempat tindak pidana itu
dilakukan."
Dengan memperhatikan bunyi Pasal 143 Ayat (2) KUHAP tersebut, terdapat dua
unsur yang harus dipenuhi dalam suatu surat dakwaan, yaitu :
Syarat Formil (Pasal 143 Ayat (2) huruf a)
Maksudnya adalah suatu surat dakwaan harus memuat tanggal, ditandatangani
oleh Jaksa Penuntut Umum serta memuat nama lengkap, tempat lahir, umur
atau tanggal lahir, jenis kelamin, kebangsaan, tempat tinggal, agama, dan
pekerjaan tersangka.
Syarat Materiil (Pasal 143 (2) huruf b)
Maksudnya adalah suatu surat dakwaan harus memuat uraian secara cermat,
jelas, dan lengkap mengenai tindak pidana yang didakwakan dengan
menyebutkan waktu dan tempat tindak pidana itu dilakukan;
Kemudian Pasal 143 Ayat (3) b KUHAP secara tegas menyebutkan bahwa
tidak dipenuhinya syarat-syarat materiil surat dakwaan menjadi batal demi
hukum atau “null and void” yang berarti sejak semula tidak ada tindak pidina
seperti yang dilukiskan dalamsurat dakwaan itu;
Sebelum lebih jauh menguraikan eksepsi ini, kita akan mencari tahu apa yang
dimaksud dengan pengertian syarat “cermat, jelas dan lengkap” berikut ini Kami
kutip dari buku Pedoman pembuatan Surat Dakwaan yang diterbitkan oleh
Kejaksaan Agung RI halaman12 menyebutkan :
Yang dimaksud dengan cermat adalah :
Ketelitian Jaksa Penuntut Umum dalam mempersiapkan surat dakwaan yang
didasarkan kepada undang-undang yang berlaku bagi Terdakwa, serta tidak
terdapat kekurangan dan atau kekeliruan yang dapat mengakibatkan batalnya
surat dakwaan atau tidak dapat dibuktikan, antara lain misalnya :
- Apakah ada pengaduan dalam hal delik aduan;
- Apakah penerapan hukum ketentuan pidananya sudah tepat;
- Apakah Terdakwa dapat dipertanggungjawabkan dalam melakukan tindak
pidana tersebut;
- Apakah tindak pidana tersebut belum atau sudah kadaluwarsa;
- Apakah tindak pidana yang didakwakan tidak nebis in idem;
Yang dimaksud dengan jelas adalah :
Jaksa Penuntut Umum harus mampu merumuskan ansur-unsur delik yang
didakwakan sekaligus mempadukan dengan uraian perbuatan materiil (fakta)
yang dilakukan olehTerdakwa dalam surat dakwaan. Dalam hal ini harus
Hal 6 dari 34 hal.Put.No.72/PID.B/2016/PT.PBR
diperhatikan jangan sekati-kali mempadukan dalam uraian dakwaan antara delik
yang satu dengan delik yang lain yang unsur-unsurya berbeda satu sama lain
atau uraian dakwaan yang hanya menunjuk pada uraian dakwaan sebelumnya
(seperti misalnya menunjuk pada dakwaan pertama) sedangkan unsurnya
berbeda, sehingga dakwaan menjadi kabur atau tidak jelas (obscuurlibel) yang
diancam dengan kebatalan;
Yang dimaksud dengan lengkap adalah :
Uraian surat dakwaan harus mencakup semua unsur-unsur yang ditentukan
undang-undang secara lengkap. Jangan sampai terjadi adanya unsur delik yang
tidak dirumuskan secara lengkap atau tidak diuraikan perbuatan materialnya
secara tegas dalam dakwaan, sehingga berakibat perbuatan itu bukan
merupakan tindak pidana menurut Undang-undang;
Sejalan dengan argumentasi yuridis tersebut di atas, adalah tidak berlebihan
jika Kami mengajukan eksepsi (keberatan) atas surat dakwaan Jaksa Penuntut
Umum, bukan untuk menilai baik buruknya kualitas surat dakwaan tersebut,
tetapi Kami ingin secara bersama-sama menegakkan hukum sesuai dengan
porsi kaidah hukum perundang-undangan yang berlakuagar hak-hak Terdakwa
dapat terlindungi sejalan dengan ketentuan undang-undang, sehingga pada
akhirnya kita semua menyetujui bahwa supremasi hukum sedang dilakukan di
dalam persidangan ini.
PEMBAHASAN EKSEPSI/KEBERATAN
1. Perkara Sudah Daluwarsa/Exeptio in Tempores.
Bahwa apabila penuntutan terhadap tindak pidana yang diajukan oleh Saudara
Jaksa Penuntut Umum kepada Terdakwa dalam perkara aquo melampaui
tenggang waktu yang telah ditentukan undang-undang (that the time priscrible
by law for bringing such action or offence has expired) maka berakibat pada
gugurnya atau hapusnya kewenangan menuntut dari Saudara Jaksa Penuntut
Umum;
Pada perkara a quo, Jaksa Penuntut Umum telah mendakwa Terdakwa NELITA
Binti MUHAMMAD NUR (Alm) Als Si NEL atas tuduhan “DENGAN SENGAJA
MEMAKAI SURAT PALSU ATAU YANG DIPALSUKAN SEOLAH-OLAH
SEJATI, JIKA PEMAKAIAN SURAT ITU DAPAT MENIMBULKAN KERUGIAN”
sebagai mana diatur dalam Pasal 263 Ayat (2) KUHPidana.
Bahwa Saudara Jaksa Penuntut umum menyatakan dalam dakwaannya poin C
alinea Pertama Penggunaan surat Palsu Akta Jual Beli Nomor : 0266/SH/1981
tanggal 25 Maret 1981 tersebut Pada Hari Senin Tangqal 31 Agustus 2009
bertempat di Jalan Letnan Boyak No. 77 Bangkinang Kabupaten Kampar,
dengan cara mengajukan gugatan Perdata dengan Nomor Register Perkara
Nomor : 35/Pdt.G/2009/PN.BKN ke PengadilanNegeri Bangkinang;
Hal 7 dari 34 hal.Put.No.72/PID.B/2016/PT.PBR
Bahwa dari uraian dakwaan Jaksa Penuntut Umum yang menyatakan Terdakwa
telah menggunakan Akta Jual Beli Nomor: 0266/SH/1981 tanggal 25 Maret 1981
pada tahun 2009 dalam perkara Perdata Nomor : 35/Pdt.G/2009/PN.BKN
adalah dakwaan yang tidak benar dan sengaja mengaburkan fakta Hukum
supaya dakwaan pidana tersebut tidak Daluwarsa karena Terdakwa telah
menggunakan Akta Jual Beli Nomor: 0266/SH/1981 tanggal 25 Maret 1981
dalam perkara Perdata sejak tahun 1999 yang digunakan juga sebagai bukti
dalam menggugat Pihak-Pihak yang menguasai tanah Terdakwa sebagaimana
Perkara Nomor : 21/PDT-G/1999/PN.BKN tanggal 24 Agustus 2000 (Bukti
Lampiran I) Jo. Putusan Pengadilan Tinggi Riau Nomor: 33/Pdt/2001/PT.R
tanggal 9 Juli 2001 (Bukti Lampiran II) Jo. Putusan Mahkamah Agung RI Nomor:
No.1842K/Pdt/2002 tanggal 14 Maret 2003 (Bukti Lampiran III) Jo. Putusan
Peninjauan Kembali (PK) Nomor 241 PK/Pdt/2004 tanggal 26 Oktober 2005
(Bukti Lampiran IV), putusan PK mana diterima pada hari Jum'at tanggal 24 Juli
2009 melalui Relas Pemberitahuan Putusan Peninjauan Kembali (Bukti
Lampiran V) dari Pengadilan Negeri Pekanbaru yang dalam perkara tersebut
Tergugatnya adalah H. SYAMSUDDIN IBRAHIM DKK (Saksi pelapor dalam
perkara aquo);
Bahwa dalam Perkara Perdata Nomor . 21/PDT-G/1999/PN.BKN tahun 1999
tersebut Terdakwa selaku Penggugat bersama Orang Tua Terdakwa (Alm.
Liberti Moh Nur), Adik Terdakwa (Donna Fitri) serta Alfi Faris (suami Donna Fitri)
sebagai Penggugat III telah memberikan Kuasa kepada Alm Bastian untuk
menggugat terhadap orang-orang yang secara hukum menguasai tanah
Terdakwa (termasuk H. Syamsuddin Ibrahim sebagaiTergugat XII) dan sebagai
dasar alas hak bukti kepemilikan tanah dalam mengajukan gugatan tersebut
oleh Terdakwa adalah Akta Jual Beli Nomor : 0266/SH/1981 tanggal 25 Maret
1981 yang menurut saudara Jaksa Penuntut umum diduga palsu;
Bahwa dalam perkara tersebut diatas karena putusan Mahkamah Agung RI No.
1842 K/Pdt/2002 yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap tersebut, di
dalam Pertimbangan hukum halaman 63 alinea 2 putusannya menyatakan pada
pokoknya :
“Menimbang, bahwa terlepas dari alasan kasasi Mahkamah Agung berpendapat
Pengadilan Tinggi Riau telah salah menerapkan hukum karena gugatan dalam
perkara ini subyek hukumnya berbeda yaitu Para Penggugat I, II, III, masingmasing tidak saling mempunyai hubungan hukum, begitu pula dengan obyek
perkara, berbeda letaknya, sedangkan Tergugat terdiri dari Tergugat I s/d XVIII,
lalu gugatan tersebut digabungkan menjadi satu gugatan. Maka seharusnya
gugatan tersebut bukan digabungkan, melainkan gugatan tersebut diajukan
Hal 8 dari 34 hal.Put.No.72/PID.B/2016/PT.PBR
masing-masing (terpisah berdiri sendri-sendiri) oleh karena itu Pengadilan
Tinggi Riau seharusnya menyatakan gugatan Penggugat tidak dapat diterima”;
Bahwa inti dari putusan Mahkamah Agung RI tersebut masing-masing Pemilik
Tanah (tiga orang) harus mengajukan gugatannya tersendiri terhadap masingmasing Tergugat yang menguasai lahannya;
Bahwa berdasarkan pertimbangan hukum Mahkamah Agung RI tersebut diatas,
Terdakwa bersama Adik Terdakwa (Donna Fitri) mengajukan gugatan kembali
ke Pengadilan Negeri Bangkinang dalam Perkara Perdata Nomor : 35/Pdt.G/
2009/PN.BKN sebagaimana yang di dalilkan oleh Saudara Jaksa Penuntut
Umum dalam Dakwaannya, dan Tergugat dalam Perkara Perdata Nomor :
35/Pdt.G/2009/PN.BKN juga adalah H. SYAMSUDDIN IBRAHIMDKK (Saksi
Pelapor) dan H. SYAMSUDDIN IBRAHIM maupun Kuasa Hukumnya telah
melihat dan mengetahui surat Akta Jual Beli Nomor : 0266/SH/1981 tanggal 25
Maret 1981 itu dari tahun 1999 bukan tahun 2009;
Bahwa sangat jelas secara hukum Akta Jual Beli Nomor: 0266/SH/1981 tanggal
25 Maret 1981 telah di gunakan oleh Terdakwa sejak dari tahun 1999 dalam
Perkara Perdata Nomor:21/Pdt-G/1999 yang artinya apabila di hitung sejak
laporan polisi yang di buat oleh Saksi Pelapor H. SYAMSUDDIN IBRAHIM
Tahun 2015 sebagaimana Laporan Polisi Nomor. LP/64/III/2015/Riau/Res
Kampar tanggal 04 Maret 2015 telah Daluwarsa karena telah di ketahui oleh
Saksi pelapor ataupun telah digunakan oleh Terdakwa dalam perkara perdata
melawan Pelapor H. Syamsuddin Ibrahim dari perkara pertama sejak tahun
1999 s/d 2015 (16 tahun).
Bahwa Kami Penasihat Hukum Terdakwa dari Tingkat Penyelidikan sampai
Tingkat penuntutan perkara a quo berturut-turut telah memberitahukan melalui
surat Nomor : 051/MH/IV/SRT/2015 (Bukti Lampiran VI) dan surat Nomor :
061/MH/VI/SRT/2015 (Bukti lampiran VII) kepada Penyidik Polres Kampar dan
surat Nomor : 166/MH/XI/SRT/2015:Bukti Lampiran VIII) kepada Kepala
Kejaksaan Negeri Bangkinang yang isi surat pada pokoknya meminta
menghentikan Penyidikan dan Penuntutan Perkara ini karena Daluwarsa, dan
dalam surat tersebut Penasihat Hukum Terdakwa telah melampirkan juga
putusan Perkara Perdata Nomor :21/PDT.G/1999/PN.BKN akan tetapi surat
yang dikirimkan oleh Penasihat Hukum Terdakwa diabaikan begitu saja oleh
pihak Penyidik Polres Kampar serta oleh Kejaksaan Negeri Bangkinang dan
seolah-olah tidak mengetahui telah ada Perkara Perdata Nomor: 21/PDTG/1999/PN.BKN sebelum perkara yang didakwakan oleh Saudara Jaksa
Penuntut Umum yaitu Perkara Perdata Nomor : 35/Pdt G/2009/PN.BKN.
Bahwa dalam surat tersebut Penasihat Hukum Terdakwa telah menjelaskan
Surat yang dituduhkan diduga palsu yang digunakan Terdakwa dalam perkara
Hal 9 dari 34 hal.Put.No.72/PID.B/2016/PT.PBR
perdata telah digunakan jauh sebelum Senin tanqgal 31 Agustus 2009
bertempat di Jalan Letnan Boyak No. 77 Bangkinang Kabupaten Kampar tetapi
telah digunakan dalam perkara perdata sebelumnya oleh Terdakwa yaitu pada
Hari Senin tanggal 13 Desember 1999 bertempat di Jalan Letnan Boyak No. 77
Bangkinang Kampar yang mana Terdakwa telah memberikan Kuasa kepada
Sdr. Bastian als Acai untuk mengajukan gugatan terhadap saksi Pelapor H.
SYAMSUDDIN
IBRAHIM
DKK
sebagaimana
tertuang
dalam
putusan
Pengadilan Negeri Bangkinang Nomor : 21/Pdt.G/1999/PN.BKN tanggal 24
Agustus 2000. Bahwa dalam Pasal 78 KUHPidana telah dijelaskan tentang
Daluwarsa yaitu :
Kewenangan menuntut pidana hapus karena Daluwarsa :
1. Mengenai semua pelanggaran dan kejahatan yang dilakukan dengan
percetakan sesudah satu tahun;
2. Mengenai kejahatan yang diancam dengan pidana denda, pidana kurungan,
atau pidana penjara paling lama tiga tahun sesudah enam tahun;
3. Mengenai kejahatan yang diancam dengan pidana penjara lebih dari tiga
tahun sesudah Dua belas tahun;
4. Mengenai kejahatan yang di ancam dengan pidana mati atau pidana penjara
seumur hidup delapan belas tahun;
Bahwa berdasarkan uraian yang di dalilkan diatas, jelas kewenangan Saudara
Jaksa Penuntut Umum dalam menuntut Terdakwa dalam perkara aquo telah
habis karena ancaman pidana yang didakwakan Saudara Jaksa Penuntut
Umum sebagaimana Pasal 263 Ayat (2) KUHPidana, yang ancaman
hukumannya adalah 6 (enam) tahun serta jangka waktu daluwarsanya sesudah
12 (dua belas) tahun dan terhadap Akta Jual Beli Nomor :0266/SH/1981 tanggal
25 Maret 1981 tersebut telah digunakan oleh Terdakwa sejak dari tahun 1999
yang artinya apabila di hitung sampai dengan Laporan Polisi yang dibuat Saksi
Pelapor (H. SYAMSUDDIN IBRAHIM DKK) pada tahun 2015 jangka waktunya
telah 16 (enam belas) tahun;
Bahwa didalam Pasal 79 KUHPidana juga mengatur tentang jangka mulai
daluwarsa berlaku, adapun bunyi Pasal 79 KUHPidana adalah :
Tenggang daluwarsa mulai berlaku pada hari sesudah perbuatan itu dilakukan
kecuali dalam hal-hal berikut :
1. Mengenai pemalsuan atau perusakan mata uang, tenggang mulai berlaku
pada hari sesudah barang yang dipalsu atau mata uang yang rusak
digunakan.
2. Mengenai kejahatan dalam Pasal-pasal 328, 329, 330, dan 333 KUHPidana,
tenggang dimulai pada hari sesudah orang yang langsung terkena oleh
kejahatan dibebaskan atau meninggal dunia. (Menculik orang, membawa
Hal 10 dari 34 hal.Put.No.72/PID.B/2016/PT.PBR
orang ke tempat kerja lain, mencabut orang di bawah umur dari kekuasaan
yang sah, memaksa orang).
3. Mengenai pelanggaran dalam Pasal 556, sampai dengan Pasal 558a KUHP,
tenggang dimulai pada hari sesudah daftar-daftar yang memuat pelanggaranpelanggaran itu, menurut aturan-aturan umum yang menentukan bahwa
register-register catatan sipil harus dipindahkan keKantor Panitera suatu
pengadilan, di pindah kekantor tersebut (tindak-tindak pidana yang dalam
jabatannya dilakukan oleh pegawai catatan sipil, mengendai daftar-daftar
atau register-register);
Bahwa apabila mengacu pada Pasal 79 KUHPidana tersebut dan sesuai
dengan Surat dakwaan Saudara Jaksa Penuntut Umum yang menyatakan
Terdakwa di duga melanggar Pasal 263 Ayat (2) “DENGAN SENGAJA
MEMAKAI SURAT PALSU ATAU YANG DIPALSUKAN SEOLAH-OLAH
SEJATI, JIKA PEMAKAIAN SURAT ITU DAPAT MENIMBULKAN KERUGIAN”
maka Akta Jual Beli Nomor : 0266/SH/1981 tanggal 25 Maret 1981 telah
digunakan oleh Terdakwa sebagai bukti Surat di Pengadilan Negeri
Bangkinang
pada
tahun
1999
(lihat
Putusan
Pengadilan
Negeri
Bangkinang Nomor : 21/PDT-G/1999/PN.BKN tanggal 24 Agustus 2000
halaman 62), yang berarti sesuai dengan Pasal 79 KUHPidana tersebut
perbuatan yang dilakukan oleh Terdakwa terhitung sejak bukti surat yang
diajukan
oleh
Terdakwa
dalam
perkara
Perdata
Nomor
:
21/PDT-
G/1999/PN.BKN yaitu pada tahun 1999, berdasarkan hal tersebut mohon
kepada Majelis Hakim yang memeriksa dan mengadili perkara aquo
menyatakan Kewenangan Menuntut oleh Saudara Jaksa Penuntut Umum
Hapus dan Gugur;
Hal ini juga sejalan dengan Yurisprudensi Mahkamah Agung RI
- Nomor 2224 K/Pid/2009 tanggal 29 Juli 2010;
“Karena perbuatan yang didakwakan telah lewat + 17 (tujuh belas) tahun
sehingga kewenangan Jaksa/Penuntut Umum menuntut hapus karena
daluwarsa;
- Nomor : 332 K/Pid/2002 tanggal 14 Maret 2003;
“Jaksa / Penuntut Umum untuk melakukan penuntutan terhadap
Terdakwa
Hamzah
gugur
karena
lewat
waktu/kadaluwarsa
dan
menyatakan Terdakwa tidak dapat dipidana”;
2. Dakwaan tidak bisa diajukan kepada Terdakwa karena Tidak ada Dasar
untuk mengajukannya;
Bahwa dasar Saudara Jaksa Penuntut Umum dalam mengajukan Dakwaan
sebagaimana uraian dalam dakwaan No. Reg. Perkara : PDM-524/BNANG/
12/2015 tanggal 19 Desember 2015 menyatakan pada alinea Terakhir :
Hal 11 dari 34 hal.Put.No.72/PID.B/2016/PT.PBR
“ Bahwa mengetahui Akta Jual Beti Nomar: 0266/SH/1981 tanggal 25 Maret
1981 tersebut adalah tidak kemudian Saksf H. SYAMSUDDIN IBRAHIM lalu
melaporkan kejadian tersebut kepada Polres Kampar guna pengusutan lebih
lanjut, dimana akibat perbuatan Terdakwa Saksi H. SYAMSUDDIN IBRAHIM
mengalami kerugian karena tidak dapat menguasai lahannya tersebut”.
Bahwa dasar H. SYAMSUDDIN IBRAHIM dalam melaporkan Terdakwa di
Kepolisian malah berdasarkan bukti kepemilikannya yaitu berupa Sertipikat Hak
Milik No. 03/1992 tanggal 24 Februari 1992 atas nama Amhar Hamzah serta
telah dibaliknamakan kepada H.SYAMSUDDIN IBRAHIM dan Sertipikat Hak
Milik No. 6183/1990 tanggal 01 Nopember 1990 atas nama Dra. Maimanah
serta dibaliknamakan kepada H. SYAMSUDDIN IBRAHIM pada tanggal 6
Agustus 1997, sementara terhadap tanah yang dilaporkan H.SYAMSUDDIN
IBRAHIM adalah bukan miliknya melainkan adalah milik Terdakwa;
Bahwa terhadap bukti kepemilikan H. SYAMSUDDIN IBRAHIM berdasarkan
Sertipikat Hak Milik tersebut diatas telah di nyatakan cacat hukum dan tidak
mempunyai kekuatan hukum oleh Putusan Pengadilan Negeri Bangkinang
dalam Perkara Perdata Nomor : 35/Pdt.G/2009/PN.BKN tanggal 26 April 2010
(Bukti Lampiran IX) yang dikuatkan oleh Putusan Pengadilan Tinggi Pekanbaru
Nomor : 203/PDT/2010/PTR tanggal 02 Mei 2011 (Bukti Lampiran X) serta
dikuatkan oleh Putusan Mahkamah Agung RI No. 190 K/PDT/2013 tanggal 24
Juli 2013 (Bukti Lampiran XI).
Bahwa dalam amar putusan pengadilan Negeri Nomor : 35/Pdt.G/2009/PN.Bkn
tanggal 26 April 2010 memutuskan :
MENGADILI
DALAM KONPENSI
Dalam Eksepsi ;
- Menolak Eksepsi Tergugat I seluruhnya;
Dalam Pokak Perkara :
- Mengabulkan gugatan Para Penggugat untuk sebagian;
- Menyatakan para Tergugat telah melakukan Perbuatan Melawan Hukum
dengan menempati dan memperjualbelikan tanah milik Penggugat;
- Menyatakan surat-surat kepemilikan tanah berupa Sertipikat Hak Milik
Tergugat di atas tanah milik Penggugat cacat hukum dan tidak mempunyai
kekuatan hukum, serta seluruh Akta Jual Beli maupun ganti rugi terhadap
tanah-tanah milik Penggugat tidak sah dan tidak mempunyai kekuatan
hukum;
- Menyatakan surat-surat tersebut dibawah ini, yaitu :
· SKGR. No. Reg. Camat 824/SH/1991 tanggal 6 Nopember 1991 atas
nama Amhar Hamzah (Tergugat II) ;
Hal 12 dari 34 hal.Put.No.72/PID.B/2016/PT.PBR
· SKGR No.Reg.Camat 22/SH/1991 tanggal 10 Januari 1991 atas nama
Amhar Hamzah (Tergugat II) ;
· Akta Jual Beli No. 4136/SH/1988 tanggal 10 Desember 1988 atas nama
Dra.Maimanah (Tergugat III);
Tidak mempunyai kekuatan hukum dan batal demi hukum, sedangkan :
· Sertipikat Hak Milik No. 03/1992 tanggat 24 Pebruari 1992 atas nama
Amhar Hamzah (Tergugat II) serta telah dibaliknamakan kepada H.
Syamsudin Ibrahim (Tergugat I);
· Sertipikat Hak Milik No.6183/1990 tanggal 1 Nopember 1990 atas nama
Dra. Maimanah ( Tergugat III ) serta telah dibalik namakan kepada
H.Syamsudin Ibrahim (Tergugat I) pada tanggat 6 Agustus 1997, Cacat
Hukum dan Tidak mempunvai kekuatan hukum ;
- Menyatakan sah dan berharga Akta Jual Beti No.0266/SH/1981 tanggal 25
Maret 1981 antara Penggugat dengan H. Abdul Kadir MZ;
- Menghukum Para Tergugat dan siapa saja yang
menempati
atau
mendapatkan hak ditanah Penggugat tersebut, untuk menyerahkan tanah
terperkara kepada Penggugat dalam keadaan kosong, bebas dari hak milik
orang lain diatasnya ;
- Menghukum Tergugat I membayar uang paksa (dwang soom) sebesar Rp
1.000.000.00 (satu juta rupiah) per harinya kepada penggugat atas kelalaian
Para Tergugat menjalankan putusan yang sudah mempunyai kekuatan
hukum tetap;
- Menolak gugatan Penggugat untuk selain dan selebihnya:
DALAM REKONPENSI;
- Menolak gugatan penggugat dalam Rekonpensi/Tergugat I dalam Kanpensi ;
DALAM KONPENSI DAN REKONPENSI :
- Menghukum Para Tergugat dalam Konpensi/Penggugat dalam Rekonpensi
untuk membayar biaya yang timbul dalam ini sebesar Rp.2.519.000,00 (dua
juta lima ratus sembilan belas ribu Rupiah);
Bahwa berdasarkan Putusan Pengadilan yang telah mempunyai kekuatan
hukum tetap (inkracht van gewijsde) tersebut, menyatakan sah secara hukum
tanah dalam Perkara perdata No. 35/Pdt.G/2009/PN.BKN adalah milik
Terdakwa dan menyatakan sah dan berharga Akta Jual Beli No. 0266/SH/1981
tanggal 25 Maret 1981 dan H. SYAMSUDDIN IBRAHIM tidak lagi berhak atas
tanah sesuai dengan bukti kepemilikannya yang telah dinyatakan cacat hukum
dan tidak mempunyai kekuatan hukum;
Bahwa atas tanah yang sah secara hukum milik Terdakwa tersebut oleh
Pengadilan Negeri Bangkinang telah mengeluarkan surat Penetapan Nomor :
04/Pdt-Eks/2014/PN.BKN Jo Nomor : 35/Pdt.G/2009/PN.BKN tanggal 6
Hal 13 dari 34 hal.Put.No.72/PID.B/2016/PT.PBR
Nopember 2014 (Bukti Lampiran XII) dan melaksanakan Sita Eksekusi
sebagaimana surat Berita Acara Sita Eksekusi Nomor : 04/Pdt-Eks/2014/
PN.BKN. Jo Nomor : 35/Pdt.G/2009/PN.BKN, tanggal 02 Desember 2014 (Bukti
Lampiran XIII), surat Penetapan Nomor : 04/Pdt-Eks/2014/PN.BKN. Jo Nomor :
35/Pdt.G/2009/PN.BKN tanggal 21 September 2015 (Bukti lampiran XIV) untuk
melaksanakan Eksekusi, dan pada tanggal 19 November 2015 Pengadilan
Negeri Bangkinang telah melaksanakan Eksekusi sebagaimana Berita Acara
Eksekusi Pengosongan dan Penyerahan Nomor : 04/Pdt-Eks/2014/PN.BKN. Jo
Nomor : 35/Pdt.G/2009/ PN.BKN, (Bukti Lampiran XV);
Bahwa berdasarkan dalil-dalil yang di uraikan tersebut di atas jelas H.
SYAMSUDDIN IBRAHIM yang merupakan Saksi Pelapor tidak memiliki dasar
hukum kepemilikan untuk melaporkan Terdakwa di Kepolisian Negara RI
sehingga Saudara Jaksa Penuntut Umum pun tidak mempunyai dasar untuk
mengajukan penuntutan ataupun mendakwa Terdakwa sehubungan dengan
bukti kepemilikan tanah milik Terdakwa yang telah dinyatakan sah dan berharga
oleh suatu putusan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap (inkracht van
gewijsde);
Oleh sebab itu Kami mohon kepada Majelis Hakim yang memeriksa dan
memutus perkara ini :
1. Menerima Eksepsi Penasihat Hukum Terdakwa
2. Menyatakan Batal demi hukum (nietig) Surat Dakwaan Jaksa Penuntut
Umum No.Reg. Perkara : PDM-524/BNANG/12/2015 tanggal 09 Desember
2015;
3. Menyatakan Perkara aquo telah daluwarsa dan tidak dapat lagi diajukan
penuntutan diPengadilan ;
4. Memulihkan Hak Terdakwa dalam kedudukan harkat dan martabatnya;
5. Menetapkan bahwa pemeriksaan dalam perkara ini di hentikan;
6. Membebankan biaya perkara kepada Negara ;
Menimbang, bahwa atas keberatan Penasihat Hukum Terdakwa tersebut
Penuntut Umum telah mengemukakan pendapatnya secara tertulis tanggal 18
Januari 2016 yang pada pokoknya sebagai berikut :
I. PENDAHULUAN:
Majelis Hakim yang kami muliakan ;
Penasehat Hukum Terdakwa dan Terdakwa yang kami hormat;
Dan Sidang Pengadilan yang terhormat ;
Pertama-tama dan yang utama marilah kita sama-sama memanjatkan puji
dan syukur kehadirat Allah SWT Tuhan Yang Maha Esa. Karena berkat
Hal 14 dari 34 hal.Put.No.72/PID.B/2016/PT.PBR
Taufik dan HidayahNya kita diberikan kesehatan sehingga kita semua dapat
hadir dalam persidangan yang mulia ini.
Selanjutnya perkenankanlah kami menyampaikan ucapan terima kasih
kepada Majelis Hakim yang terhormat atas perkenannya memberikan
kesempatan kepada kami untuk menyampaikan tanggapan terhadap Eksepsi
Penasehat Hukum Terdakwa NELITA Binti MUHAMMAD NUR (Alm) Als SI
NEL yang disampaikan dalam sidang hari Senin tanggal 11 Januari 2016
yang lalu.
Kami sadar bahwa Jaksa Penuntut Umum bukanlah sosok yang
sempurna di dalam penegakan hukum, Penuntut Umum hanyalah manusia
biasa sama dengan terdakwa atau manusia lainnya, yang sempurna dan
yang paling utama adalah Allah SWT, Tuhan Yang MahaEsa.
Namun demikian perlu kami ingatkan untuk kita sadari bersama,
“Bahwa keadilan tertinggi yang kami perjuangkan dalam forum ini,
dapat berarti "ketidak adilan" tertinggi bagi terdakwa sendiri. Dengan
kata lain suatu hal yang dipandang sebagai "ketidak-adilan" tertinggi
bagi terdakwa ini ,justru dapat bermakna sebagai untuk "keadilan"
tertinggi bagi masyarakat”;
Sebelum membahas eksepsi dari Penasehat Hukum terdakwa
NELITA Binti MUHAMMAD NUR (Alm) Als SI NEL,terlebih dahulu perlu
kiranya diuraikan secara singkat beberapa hal yang berkaitan dengan syaratsyarat Surat Dakwaan dan eksepsi sebagaimana diatur dalam KUHAP dan
perundang-undangan lainnya, dengan maksud dan tujuan agar kita semua
selaku penegak hukum senantiasa bertindak diatas landasan hukum yang
tepat dan benar, diantaranya sebagai berikut :
1. Syarat-Syarat Surat Dakwaan
Pasal 143 Ayat (2) KUHAP menyebutkan :
Penuntut Umum membuat surat dakwaan yang diberi tanggal, dan
ditandatangani serta berisi:
a. Nama lengkap, tempat lahir, umur atau tanggal lahir, jenis kelamin,
kebangsaan, tempat tinggal, agama dan pekerjaan tersangka.
b. Uraian secara cermat jelas dan lengkap mengenai tindak pidana yang
didakwakan dengan menyebut waktu dan tempat tindak pidana itu
dilakukan.
Meskipun Undang-Undang menghendaki perumusan secara cermat, jelas
dan lengkap tetapi KUHP sendiri tidak mengatur bagaimana suatu uraian
tindak pidana dalam surat dakwaan itu telah cermat, jelas dan lengkap.
Untuk menentukan kriteria tentang suatu perumusan tindak pidana dalam
surat dakwaan itu sudah cermat jelas dan lengkap hanyalah dapat
Hal 15 dari 34 hal.Put.No.72/PID.B/2016/PT.PBR
ditentukan secara kasuistis dan oleh karena itu untuk mendapat kejelasan
tentang hal tersebut perlu kiranya kita menyimak kembali doktrin dan
yurisprudensi.
Rakernas Mahkamah Agung RI Tahun 1986 sehubungan dengan
ketentuan Pasal 143 Ayat (2) KUHAP, Mahkamah Agung RI memberikan
petunjuk sebagai berikut:
“Maksud Pasal 143 Ayat (2) KUHAP dengan kalimat uraian secara
cermat, jelas dan lengkap mengenai tindak pidana yang didakwakan,
adalah
bahwa
dalam
surat
dakwaan
itu
harus
disebut
apa
sesungguhnya dilakukan oleh terdakwa yang memenuhi unsur delik
yang didakwakan, sehingga tidak cukup hanya menyebut unsur deliknya
saja”.
Kemudian dalam buku Pedoman Pembuatan surat dakwaan terbitan
Kejaksaan Agung RI Tahun 1985, hal 14-16 dirumuskan pengertian
cermat, jelas dan lengkap tersebut sebagaiberikut:
a. Yang dimaksud dengan “cermat” adalah ketelitian Jaksa Penuntut
Umum mempersiapkan surat dakwaan yang didasarkan pada Undangundang yang berlaku bagi terdakwa serta tidak terdapat kekurangan
dan atau kekeliruan yang dapat mengakibatkan batalnya surat
dakwaan.
b. Yang dimaksud dengan “jelas” adalah Jaksa Penuntut Umum harus
mampu merumuskan unsur-unsur delik yang didakwakan, sekaligus
memadukan dengan perbuatan materiil (fakta) yang dilakukan oleh
terdakwa dalam surat dakwaan.
c. Yang dimaksud dengan “lengkap” adalah uraian surat dakwaan harus
mencakup semua unsur-unsur yang ditentukan Undang-Undang secara
lengkap.
Selanjutnya mengenai pencantuman waktu dan tempat dilakukan tindak
pidana dimaksud untuk memperjelas perumusan tindak pidana yang
dirumuskan. Dalam hal ini Dr. ANDI HAMZAH, SH dalam bukunya
Pengantar Hukum Acara Pidana Indonesia, tahun 1985 halaman 173
menyebutkan bahwa : Menurut Minkenhof Hoge Raad tidak banyak
menuntut syarat-syarat penguraian tentang tempat dan waktu. Suatu
uraian yang luas seperti “Di Rotterdam atau salah satu tempat di
Nederland, atau di Antwerpen, atau salah satu tempat di Belgia dan
didalam atau sekitar tahun-tahun 1920 sampai dengan tahun 1926
dipandang cukup memadai asal ternyata terdakwa tidak dirugikan dalam
pembelaannya”.
Hal 16 dari 34 hal.Put.No.72/PID.B/2016/PT.PBR
Dalam praktek syarat-syarat yang berkaitan dengan formalisasi seperti
tanggal, tandatangan dan identitas lengkap terdakwa disebut syarat formil.
Sedangkan syarat yang berkaitan dengan isi / materi dakwaan yaitu uraian
tentang tindak pidana yang didakwakan dan waktu serta tempat tindak
pidana yang dilakukan disebut syarat materiil. Pencantuman syarat formal
dan materiil dalam penyusunan Surat Dakwaan itu sendiri sebagai dasar
pemeriksaan sidang pengadilan, dasar tuntutan pidana, dasar pembelaan
diri bagi terdakwa dan merupakan dasar penilaian serta dasar putusan
pengadilan;
2. Syarat-syarat Eksepsi / Keberatan :
Perlu kami ketengahkan terlebih dahulu ketentuan yang mengatur tentang
Eksepsi dalam persidangan pidana, yaitu sebagaimana diatur dalam Pasal
156 Ayat (1) KUHAP.
Pasal 156 Ayat (1) KUHAP menyebutkan :
“Dalam hal terdakwa atau Penasihat Hukum mengajukan keberatan bahwa
pengadilan tidak berwenang mengadili perkaranya atau dakwaan tidak
dapat diterima atau Surat Dakwaan dibatalkan, maka setelah diberi
kesempatan kepada Penuntut Umum untuk menyatakan pendapatnya,
Hakim
memperttmbangkan
keberatan
tersebut
untuk
selanjutnya
mengambil keputusan”. Dari ketentuan Pasal 156 Ayat (1) KUHAP terseut,
dapat ditarik kesimpulan bahwa materi suatu eksepsi dalam perkara
pidana haruslah memuat tentang :
a. Apakah pengadilan tidak berwenang mengadili perkaranya;
b. Apakah Dakwaan tidak dapat diterima;
c. Apakah dakwaan harus dibatalkan.
Bahwa yang dimaksud dengan Eksepsi adalah suatu upaya untuk
mengajukan keberatan yang diberikan oleh Undang-Undang kepada
terdakwa
/
Penasihat
Hukum
setelah
Penuntut
Umum
selesai
membacakan Surat Dakwaan.
Demikian itulah sekilas mengenai pengertian atau batasan tentang
Eksepsi yang mana menurut M. YAHYA HAMHAP, SH dalam bukunya
yang berjudul "Pembahasan Permasalahan dan Penerapannya KUHAP
Jilid II" halaman 661 dinyatakan bahwa Eksepsi belum boleh memasuki
masalah yang bersangkutan dengan hukum materiil, karena Eksepsi
merupakan upaya yang bersifat hukum formil.
Selanjutnya
LEIDEN
MARPAUNG,
SH
dalam buku
proses
Penanganan Perkara Pidana, tahun 1992 halaman 328 menyebutkan
bahwa : batasan ruang lingkup materi eksepsi tersebut, ialah bahwa
eksepsi hanya dapat ditujukan terhadap dakwaan atau kewenangan
Hal 17 dari 34 hal.Put.No.72/PID.B/2016/PT.PBR
pengadilan. Jadi dengan demikian eksepsi hanya boleh diajukan terhadap
hal yang bersifat prosesuil. Eksepsi tidak diperkenankan menyentuh materi
perkara yang akan diperiksa dalam sidang pengadilan yang bersangkutan.
Dengan perkataan lain, eksepsi hanya ditujukan kepada aspek formil yang
berkaitan dengan penuntutan atau pemeriksaan perkara tersebut oleh
Pengadilan. Sedangkan aspek materiil perkara tersebut tidak berada
dalam lingkup eksepsi;
Ditinjau dari segi materi dan alasan suatu eksepsi, maka eksepsi
dapat dikelompokkan menjadi dua bentuk eksepsi yaitu eksepsi yang
mengambil dasar dan alasanyang bersifat formil dan eksepsi yang
menggunakan dasar atau alasan yang bersifat materiil.
Dalam hal ini H. HAMRAT HAMID, SH dan HARUN M. HUSEIN, SH
dalam buku pembahasan permasalahan KUHAP Bidang Penuntutan dan
Eksekusi, tahun 1991 halaman 140 dan 141 menyebutkan bahwa :
Eksepsi yang dapat dipertimbangkan pengadilan hanyalah Eksepsi yang
diajukan terhadap dakwaan atau kewenangan Pengadilan. Jadi eksepsi
yang didasarkan pada alasan-alasan yang bersifat materiil akan ditolak
oleh Pengadilan karena Eksepsi yang demikian melampaui lingkup
eksepsi yang ditentukan dalam Pasal 156 Ayat (1) KUHAP. Biasanya
eksepsi yang demikian menjangkau atau memasuki materi atau pokok
perkara yang diperiksa, selanjutnya adalah merupakan hal yang wajib
bilamana Penasihat Hukum berusaha sedemikian rupa untuk mencari
celah-celah hukum dalam usahanya melemahkan surat dakwaan Penuntut
Umum. Sepanjang memungkinkan dalam usahanya meringankan beban
kliennya, sedangkan bagi Penunntut Umum akan berusaha meluruskan
perbedaan pendapat/presepsi yang timbul dengan harapan usaha
penegakan hukum tetap berjalan sesuai rencana menuju tegaknya
keadilan dan kebenaran.
Demikianlah ketentuan Pasal 156 Ayat (1) KUHAP yang secara
jelas
mengatur
eksepsi
yang
tentunya
menjadi
landasan
dalam
pemeriksaan perkara ini. Oleh karena itu agar sdr. Penasehat Hukum
senantiasa memperhatikan ketentuan-ketantuan yang telah ditegaskan
dalam Pasal 156 Ayat (1) KUHAP seperti tersebut diatas, tanpa
mencampur adukannya dengan hal-hal yang mengarah pada pokok
perkara, karena terhadap pokok perkara tersebut pemeriksaannya
dilakukan pada tahap lain dalam proses pemeriksaan sidang selanjutnya,
bukan pada tahap Eksepsi.
II.
MATERI
POKOK
EKSEPSI/KEBERATAN
TERDAKWA
MELALUI
PENASEHAT HUKUMNYA
Hal 18 dari 34 hal.Put.No.72/PID.B/2016/PT.PBR
Majelis Hakim yang terhormat ;
Penasehat Hukum Terdakwa dan Terdakwa yang terhormat ;
Dan Sidang Pengadilan yang kami hormati ;
Setelah kami membaca dan mempelajari dengan seksama eksepsi /
keberatan dari Penasehat Hukum terdakwa, yang disampaikan pada
persidangan hari Senin tanggal 11 Januari 2016, yang pada pokoknya
meminta majelis hakim yang memeriksa dan mengadili perkara ini
memutuskan :
1. Menerima Eksepsi Penasihat Hukum Terdakwa
2. Menyatakan Batal demi hukum (nietig) Surat Dakwaan Jaksa Penuntut
Umum No.Reg. Perkara : PDM-524/BNANG/12/2015 tanggal 09
Desember 2015;
3. Menyatakan Perkara aquo telah daluwarsa dan tidak dapat lagi diajukan
penuntutan diPengadilan ;
4. Memulihkan Hak Terdakwa dalam kedudukan harkat dan martabatnya;
5. Menetapkan bahwa pemeriksaan dalam perkara ini di hentikan;
6. Membebankan biaya perkara kepada Negara
III.
PENDAPAT / TANGGAPAN PENUNTUT UMUM TERHADAP EKSEPSI
TERDAKWA MELALUI PENASEHAT HUKUMNYA
Majelis Hakim yang mulia ;
Penasehat Hukum Terdakwa dan Terdakwa yang kami hormati,
Dan Sidang Pengadilan yang terhormat ;
Bahwa
menanggapi
hal-hal
pokok
keberatan/Eksepsi
dari
Penasehat Hukum sebagaimana yang diatur dalam Pasal 156 Ayat (1)
KUHAP dan Pasal 143 Ayat (2) huruf bKUHP dengan tujuan untuk
mengkaitkan satu dengan lainnya sehingga dapat ditarik suatu kesimpulan
apakah subtansi eksepsi Penasehat Hukum terdakwa masuk dalam ruang
lingkup materi eksepsi sebagaimana ditentukan oleh Undang-undang
ataukah justru eksepsi Penasehat Hukum terdakwa harus dinyatakan
TIDAK BERSIFAT EKSEPSIONAL karena sudah menyentuh pokok
perkara atau diluar ruang lingkup materi eksepi.
Dalam hal Terdakwa atau Penasihat Hukum mengajukan keberatan
bahwa pengadilan tidak berwenang mengadili perkaranya atau dakwaan
tidak dapat diterima atau surat Dakwaan dibatalkan, maka setelah diberi
kesempatan kepada Penunhrt Urnum untuk menyatakan pendapatnya,
Hakim
mempertimbangkan
keberatan
tersebut
untuk
selanjutnya
mengambil keputusan.
Hal 19 dari 34 hal.Put.No.72/PID.B/2016/PT.PBR
Bahwa yang dimaksud dengan Eksepsi adalah suatu upaya untuk
mengajukan keberatan yang diberikan oleh Undang-undang kepada
terdakwa/Penasihat Hukum setelah Penuntut Umum seleai membacakan
Surat Dakwaan. Demikian itulah sekih rnengenai pengertian atau batasan
tentang Eksepsi yang mana menurut M. YAHYA HARAHAP, SH dalam
bukunya yang berjudul “Pembahasan Permasalahan dan Penerapannya
KUHAP Jilid II" halaman 661 dinyatakan bahwa Eksepsi belum boleh
memasuki masalah yang bersangkutan dengan hukum materiil, karena
Eksepsi merupakan upaya yang bersifat hukum formil. Selanjutnya
LEIDEN MARPAUNG, SH dalam buku proses Penanganan Perkara
Pidana, tahun 1992 halaman 328 menyebutkan bahwa : batasan ruang
lingkup materi eksepsi tersebut, ialah bahwa eksepsi hanya dapat diajukan
terhadap dakwaan atau kewenangan pengadilan. Jadi dengan demikian
eksepi hanya boleh diajukan terhadap hal yang bersifat prosesuil. Eksepsi
tidak diperkenankan menyentuh materi perkara yang akan diperiksa dalam
sidang pengadilan yang bersangkutan, Dengan perkataan lain,eksepsi
hanya ditujukan kepada aspek formil yang berkaitan dengan penuntutan
atau pemeriksaan perkara tersebut oleh Pengadilan. Sedangkan aspek
materiil perkara tersebut tidak berada dalam lingkup eksepsi;
Ditinjau dari segi materi dan alasan suatu eksepsi, maka eksepsi
dapat dikelompokkan menjadi dua bentuk eksepsi yaitu eksepsi yang
mengambil dasar dan alasan yang bersifat formil dan eksepsi yang
menggunakan dasar atau alasan yang bersifat materiil. Dalam hal ini H.
HAMRAT HAMID, SH dan HARUN M. HUSEIN, SH dalam buku
pembahasan permasalahan KUHAP Bidang Penuntutan dan Eksekusi,
tahun 1991 halaman 140 dan 141 menyebutkan bahwa : Eksepsi yang
dapat dipertimbangkan pengadilan hanyalah Eksepsi yang diajukan
terhadap dakwaan atau kewenangan Pengadilan, Jadi eksepsi yang
didasarkan pada alasan-alasan yang bersifat materiil akan ditolak oleh
Pengadilan karena Eksepsi yang demikian melampaui lingkup eksepsi
yang ditentukan dalam Pasal 156 Ayat (1) KUHAP. Biasanya eksepsi yang
demikian menjangkau atau memasuki materi atau pokok perkara yang
diperiksa, selanjutnya adalah merupakan hal yang wajib bilamana
Penasihat Hukum berusaha sedemikian rupa untuk mencari celah-celah
hukum dalam usahanya melemahkan surat dakwaan Penuntut Umum.
Sepanjang memungkinkan dalam usahanya meringankan beban kliennya,
sedangkan bagi Penuntut Umum akan berusaha meluruskan perbedaan
pendapat/persepsi yang timbul dengan harapan usaha penegakan hukum
tetap berjalan sesuai rencana menuju tegaknya keadilan dan kebenaran;
Hal 20 dari 34 hal.Put.No.72/PID.B/2016/PT.PBR
Bahwa Apabila kita mencermati isi dari Pasal 156 Ayat (1) KUHAP
dan Pasal 143 Ayat(2) huruf b KUHAP, maka dapat disimpulkan bahwa
materi eksepsi yang dibolehkan oleh ketentuan Undang-Undang adalah
sebagai berikut :
1. Tentang kewenangan Pengadilan untuk mengadili;
2. Tentang dakwaan tidak dapat diterima ;
3. Tentang Surat Dakwaan yang harus dibatalkan karena tidak memenuhi
rumusan dalamPasal 143 Ayat (2) huruf b KUHAP.
Adapun uraian penjelasan dari masing-masing ketentuan tersebut adalah
sebagai berikut:
Ad.l. Tentang Kewenangan Pengadilan untuk Mengadili :
Bahwa
kewenangan
(kompetensi)
Pengadilan
untuk
mengadili ini
menyangkut 2 (dua) hal, yakni kompetensi absolut yaitu mengenai
“Peradilan Apa” yang berwenang untuk memeriksa dan mengadilinya,
serta kompetensi relatif yaitu mengenai “Peradilan Negeri Mana” yang
berwenang untuk memeriksa dan mengadili.
Ad.2. Tentang Dakwaan tidak dapat diterima;
Bahwa pengertian dakwaan tidak dapat diterima, tidak diatur oleh
ketentuan Undang-Undang, oleh karena itu kami mencari didalam doktrin
hukum pidana, Menurut VanBehmelen suatu dakwaan dinyatakan tidak
dapat diterima apabila di dalam suatu perkara yang merupakan detik
aduan, namun ternyata dalarn proses pengajuan kepersidangan tidak
disertai dengan pengaduan, atau delik dilakukan pada waktu dan tempat
dimana ketentuan Undang-Undang pidananya tidak berlaku, atau hak
menuntut telah hapus dengan alasan antara lain nebis in idem, daluwarsa
dan terdakwa meninggal dunia dan seterusnya yang dengan kata lain
syarat-syarat pengajuan tuntutannya tidak terpenuhi.
Perlu dicatat disini bahwa apabila suatu perbuatan bukan merupakan
tindak pidana maka putusannya bukan tidak dapat diterima melainkan
putusan lepas dari segala tuntutan hukum atau onstlag van rech vervolging
dan hal ini sudah menyangkut putusan terhadap pokok perkara. (vide
Pasal 191 Ayat (2) KUHAP).
Ad.3. Tentang Surat Dakwaan yang harus dibatalkan karena tidak
memenuhi rumusan dalam Pasal 143 Ayat (2) huruf b KUHAP
Dengan merujuk kepada Pasal 143 Ayat (2) huruf b KUHAP, maka untuk
dapat menyatakan Surat Dakwaan harus dibatalkan, Surat Dakwaan
dimaksud setidaknya telah terlebih dahulu dinyatakan tidak menguraikan
secara cermat, jelas dan lengkap mengenai tindak pidana yang
Hal 21 dari 34 hal.Put.No.72/PID.B/2016/PT.PBR
didakwakan dengan menyebutkan waktu dan tempat tindak pidana itu
dilakukan.
Berdasarkan ketentuan hukum sebagaimana telah diatur dalam Pasal 156
Ayat (1) KUHAP tentang keberatan, Maka alasan-alasan lain yang tidak
termasuk didalam ketiga ketentuan tersebut diatas jelas merupakan alasan
yang tidak sah menurut hukum karena tidak memiliki nilai hukum.
Bahwa Surat Dakwaan Penuntut Umum telah dibuat dan disusun sesuai
dengan yang disyaratkan oleh Undang- Undang yaitu telah sesuai dengan
ketentuan Pasal 143 Ayat(2) KUHAP, yang menyebutkan : Penuntut
Umum membuat Surat dakwaan yang diberi tanggal dan ditanda tangani
serta berisi :
a. Nama lengkap, tempat lahir, Umur atau tanggal lahir, Jenis kelamin,
Kebangsaan,Tempat Tinggal, Agama, dan Pekerjaan tersangka ;
b. Uraian secara cermat, jelas dan lengkap mengenai tindak pidana yang
didakwakan dengan menyebutkan waktu dan tempat tindak pidana itu
dilakukan;
Bahwa didalam surat dakwaan yang telah kami bacakan dalam sidang
telah memenuhi syarat formil dan meteriil, yaitu telah memuat secara
lengkap identitas terdakwa dan telah ditandatangani oleh Penuntut Umum,
dan surat dakwaan juga telah memuat uraian secara cermat, jelas dan
lengkap mengenai
jenis tindak pidana yang didakwakan dengan
menyebutkan waktu dan tempat tindak pidana dilakukan, dengan demikian
dakwaan tersebut sudah memenuhi ketentuan Pasal 143 Ayat (2) huruf (a)
dan (b) KUHAP, Oleh karena alasan Eksepsi dari Penasehat Hukum yang
dibuat panjang lebar sehingga mengarah kemana-mana dan banyak
pengulangan alasan eksepsi, maka untuk lebih jelasnya kami Jaksa
Penuntut Umum akan menjelaskan bantahan/tanggapan terhadap poin
pokok-pokoknya saja terhadap alasan Eksepsi Penasehat Hukum
Terdakwa, antara lain sebagai berikut :
1) Perkara sudah daluarsa/Exeptio In Tempores
Bahwa dalam perkara a quo Penuntut Umum telah mendakwa
Terdakwa NELITA Binti MUHAMMAD NUR (Alm) Als SI NEL atas
tuduhan “Dengan sengaja memakai surat palsu atau dipalsukan
seolah-olah sejati, jika pemakaian surat itu dapat menimbulkan
kerugian” sebagaimana diatur dalam Pasal 263 Ayat (1) KUHPidana,
bahwa penggunaan surat palsu Akta Jual Beli Nomor : 0266/SH/1981
tanggal 15 Maret 1981 tersebut pada hari Senin tanggal 31 Agustus
2009 bertempat di Jl.Letnan Boyak No.77 Bangkinang Kabupaten
Kampar dengan cara mengajukan gugatan perdata dengan nomor
Hal 22 dari 34 hal.Put.No.72/PID.B/2016/PT.PBR
register perkara Nomor : 35/Pdt.G/2009/PN.Bkn ke Pengadilan Negeri
Bangkinang;
Bahwa Penuntut Umum mengaburkan Fakta Hukum supaya dakwaan
tidak daluarsa “karenaTerdakwa telah menggunakan Akra Jual Beli
tersebut dalam perkara perdata sejak tahun 1999 yang digunakan
sebagai bukti dalam menggugat pihak-pihak yang menguasai tanah
terdakwa sebagaimana Perkara Nomor :21/PDT-G/1999/ PN.BKN
tanggal 24 Agustus 2000,.....dst ".
Bahwa apabila dihitung sejak Laporan Polisi Nomor. LP/64/III/
2015/Riau/Res Kampar tanggal 04 Maret 2015 telah Daluarsa karena
telah diketahui diketahui oleh saksi Pelapor ataupun telah digunakan
oleh
Terdakwa
dalam
perkara
perdata
Melawan
Pelapor
H.
Syamsuddin Ibrahim dariPerkara Pertama sejak tahun 1999 sld 2015
(16 Tahun)... dst” sehingga berdasarkan Pasal 78KUHPidana pekara a
quo telah Daluarsa,..dst”.
TANGGAPAN PENUNTUT UMUM :
- Bahwa Mengenai alasan eksepsi Penasehat Hukum Tersebut
diatas, jelas kami JaksaPenuntut Umum tidak sependapat dimana
Penasehat Hukum yang menyatakan bahwa Terdakwa Terdakwa
telah menggunakan Akta Jual Beli Nomor:0266/SH/1981 tanggal 25
Maret 1981 tersebut dalam perkara perdata sejak tahun 1999 yang
digunakan sebagai bukti dalam menggugat pihak-pihak yang
menguasai tanah terdakwa sebagaimana Perkara Nomor.21/PDTG/1999/PN.BKN tanggal 24 Agustus 2000. .. dst " Sehingga justru
Penasehat Hukum Terdakwalah yang telah mengaburkan mengenai
kapan Terdakwa menggunakan Akta Jual Beli yang palsu tersebut
karena dalam perkara perdata pada tahun 1999 jelas dan terang
Terdakwa tidak sebagai pihak dalam perkara tersebut baik
Penggugat maupun Tergugat justru barulah kemudian pada tahun
2009 Terdakwa mengajukan gugatan kepada saksi Pelapor
berdasarkan Perkara Nomor :35/Pdt.G/2009/PN.Bkn, sehingga cara
Penasehat Hukum dalam menghitung daluarsa dalam tindak pidana
menggunakan surat palsu sebagaimana diatur dalam Pasak 263
Ayat (2) KUHP menurut hemat kami Penuntut Umum adalah keliru;
- Bahwa ketentuan hukum yang digunakan untuk menghitung
kadaluarsa tindak pidana menggunakan surat palsu sebagaimana
diatur dalam Pasal 263 Ayat (2) KUHP yang dilakukan oleh
Terdakwa seharusnya menggunakan ketentuan Pasal 79 KUHP
saja yang berbunyi “tenggang waktu kadaluarsa mulai berlaku pada
Hal 23 dari 34 hal.Put.No.72/PID.B/2016/PT.PBR
hari sesudah perbuatan dilakukan. Bahwa sehubungan dengan
ketentuan Pasal 79 KUHP tersebut perlu kami sampaikan bahwa
pengertian “perbuatan” dalam rumusan pasal tersebut sebagai
maksud dari pengertian “perbuatan pidana”. Bahwa perbuatan
pidana menurut Moejanto (2002-63) harus terdiri dari unsur-unsur
sebagai berikut : 1.Adanya kelakukan (tingkah laku) dan akibat
konsitutif, 2.Hal ikhwal atau keadaan yang menyertai perbuatan,
3.Keadaan yang memberatkan pidana, 4.Unsur melawan hukum
yang obyektif, 5.Unsur melawan hukum subjektif;
- Salah satua unsur dari perbuatan pidana yaitu unsur adanya
kelakuan (tingkah laku) dan akibat konsitutif, sehingga bisa menjadi
dasar untuk menghitung kadaluarsa penuntutan yang menjadi
kewenangan kami selaku Jaksa Penuntut Umum. Bahwa perbuatan
pidana adalah mengenai larangan berbuat. Oleh karena itu
perbuatan atau tingkah laku harus disebutkan dalam rumusan.
Tingkah laku merupakan unsur mutlak perbuatan pidana. Tingkah
laku dalam perbuatan terdiri dari tingkah laku pasip atau negatif
(nalaterl) dan tingkat laku aktif atau positif (handelen). Tingkah laku
pasif berupa tingkah laku membiarkan (alaten), merupakan suatu
bentuk tingkah laku yang tidak melakukan aktivitas tubuh atau
bagian tubuh dimana seharusnya dalam keadaan-keadaan tertentu
harus melakukan perbuatan aktif dan dengan tidak berbuat
demikian, maka bisa disalahkan karena tidak melaksanakan
kewajiban hukumnya. Sedangkan tingkah laku aktif adalah suatu
bentuk tingkah laku yang untuk mewujudkannya atau melakukannya
diperlukan wujud gerakan atau gerakan-gerakan tubuh atau bagian
tubuh. Sehingga Terdakwa dan kapan surat palsu tersebut
digunakan merupakan satu kesatuan utuh dari terwujudnya suatu
perbuatan pidana dan tidak dapat dilihat hanya terhadap surat palsu
tersebut digunakan tetapi juga dilihat “siapa” yang dengan sengaja
menggunakan surat palsu tersebut sehingga perbuatan Terdakwa
dengan sengaja menggunakan Akta Jual Beli dalam perkara a quo
yang diduga palsu dalam perkara perdata tahun 2009 yang
menyebabkan
saksi
pelapor
Syamsudin
Ibrahim
mengalami
kerugian karena tidak dapat menguasai lahan tersebut;
- maka menurut pendapat kami Jaksa Penuntut Umum bahwa waktu
kadaluarsa penuntutan berdasarkan ketentuan Pasal 79 KUHP
yang berbunyi “tenggang waktu kadaluarsa mulai berlaku pada hari
sesudah perbuatan dilakukan” dihitung dari waktu sesudah
Hal 24 dari 34 hal.Put.No.72/PID.B/2016/PT.PBR
diketahuinya
perbuatan
“memakai
surat
palsu”
tersebut
menimbulkan kerugian pada korban. Bahwa berdasarkan ketentuan
Pasal 78 Ayat (1) ke-3 menyatakan kewenangan menuntut pidana
hapus karena kadaluarsa mengenai kejahatan yang diancam
dengan pidana penjara lebih dari tiga tahun adalah sesudah 12 (dua
belas) tahun, maka mengingat ketentuan tersebut kadaluarsa
perbuatan pidana “memakai surat palsu” yang dilakukan oleh
Terdakwa dimulai dari sejak Terdakwa dengan sengaja memakai
surat palsu pada tanggal 31 Agustus 2009 untuk mengajukan
gugatan sebagaimana telah kami Penuntut Umum jelaskan dalam
Locus dan Tempus di Surat Dakwaan kami Penuntut Umum
sehingga merugikan saksi Pelapor Syamsuddin lbrahim dan baru
diketahui pada tahun 2015 sebagaimana dengan LaporanPolisi
dalam perkara a quo dimana daluarsa perbuatan terdakwa dihitung
pada tanggal 01September 2009 (6 tahun) dan masih dalam waktu
hak Penuntut Umum dalam melakukan Penuntutan terhadap
Terdakwa, sehingga tindakan penuntutan yang dilakukan oleh
Jaksa Penuntut Umum adalah masih dalam tenggang waktu
kadaluarsa sebagaimana yang ditentukan oleh undang-undang.
Dengan demikian keberatan yang demikian tidak dapat dijadikan
alasan untuk menyatakan dakwaan tidak cermat dan surat dakwaan
harus
batal
demi
hukum,
sehingga
alasan
tersebut
harus
dikesampingkan;
2) Dakwaan tidak dapat diajuka kepada Terdakwa karena tidak ada dasar
untuk mengajukan
Bahwa dasar H.Syamsudin Ibrahim dalam melaporkan Terdakwa di
Kepolisian adalah berdasarkan bukti kepemilikannya yaitu berupa
Sertifikat Hak Milik No.03/1992 tanggal 24 Februari 1992 atas nama
Amhar Hamzah serta dibalikan nama atas nama H.Syamsudin Ibrahim
dan berdasarkan Sertifikat Hak Milik tersebut di atas telah dinyatakan
cacat hukum dan tidak mempunyai kekuatan hukum oleh Putusan
Pengadilan Negeri Bangkinang dalam perkara perdata Nomor :
35/Pdt.G/2009/PN.Bkn tanggal 26 April 2010 yang dibuatkan dengan
Putusan Pengadilan Tinggi pekanbaru Nomor 203/PDT/2010/PTR
tanggal 02 Mei 2011 serta dikuatkan dengan Putusan Makamah
Agung RI Nomor 190 K/PDT/2013 tanggal 24 Juli 2003…..dst;
Bahwa H.Syamsuddin Ibrahim yang merupakan saksi pelapor tidak
memiliki dasar hukum kepemilikan untuk melaporkan Terdakwa di
Kepolisian Negara RI sehingga saudara Jaksa Penuntut Umum pun
Hal 25 dari 34 hal.Put.No.72/PID.B/2016/PT.PBR
tidak mempunyai dasar untuk mengajukan penuntutan terhadap
Terdakwa;
TANGGAPAN PENUNTUT UMUM :
- Bahwa Mengenai alasan eksepsi Penasehat Hukum Tersebut
diatas, jelas kami JaksaPenuntut Umum tidak sependapat karena
perkara yang didakwakan kepada Terdakwa adalah Tindak Pidana
“Dengan sengaja memakai Surat Palsu atau yang dipalsukan
seolah-olah sejati, jika pemakaian surat itu dapat menimbulkan
kerugian”, sebagaimana diatur dalam Pasal 263 Ayat (2) KUHP dan
yang
menjadi
objek
Pemalsuan
adalah
Akta
Jual
Beli
Nomor:0266/SH/1981 tanggal 25 Maret 1981 dan tidak ada
kaitannya
dengan
surat
kepemilikan
tanah
saksi
Pelapor
H.SYamsuddin Ibrahim justru menurut kami Penuntut Umum
dengan adanya dugaan pemalsuan terhadap Akta Jual Beli yang
dimiliki Terdakwa yang digunakan untuk menggugat saksi Pelapor
H. Syamsuddin Ibrahim dalam perkara perdata yang menyebabkan
adanya Putusan Pengadilan Perdata yang diduga didasarkan
dengan bukti berupa Akta Jual Beli palsu yang dimiliki dan dipakai
Tersangka sebagai bukti di Pengadilan Perdata dan akibat
perbuatan
tersebut
tentu
saja
merugikan
saksi
Pelapor
H.Syamsuddin Ibrahim karena hilang hak kepemilikan terhadap
lahan tersebut. Bahwa perkara Perdata sebagaimana yang
disebutkan oleh Penasehat Hukum Terdakwa merupakan perkara
yang berbeda dalam perkara a quo dan Putusan Peradilan Perdata
tersebut tidak mengikat terhadap pemeriksaan perkara pidana
terhadap terdakwa sebagaimana
palsu
yang
didakwakan
tindak pidana memakai surat
kepada
Terdakwa.
hal
ini
diatur
dalamPeraturan MA Nomor l Tahun 1956 (tanggal 18 Maret 1956)
dalam Pasal 3 yang menyatakan sebagai berikut : "Pengadilan
dalam pemeriksaan perkara pidana tidak terikat oleh suatu putusan
Pengadilan dalam pemeriksaan perkara perdata tentang adanya
atau tidak adanya suatu hak perdata tadi” juga dinyatakan dalam
Yurisprudensi Putusan Mahkamah Agung RI No.413 K/Kr/1980,
tanggal 26 Agustus 1980. “Bahwa selanjutnya Hakim berdasarkan
atas Peraturan Mahkamah Agung No.1 tahun 1956, tidak terikat
oleh suatu putusan perkara perdata tentang adanya atau tidak
adanya suatu hak perdata dan dengan demikian Hakim Pidana
diberikan kebebasan untuk mengikuti atau tidak putusan dalam
Hal 26 dari 34 hal.Put.No.72/PID.B/2016/PT.PBR
perkara perdata yang mempunyai sangkut paut dengan perkara
pidana”.
- Bahwa berdasarkan hal tersebut diatas jelas perkara yang
didakwakan kepada Terdakwa dapat diajukan dan tidak ada
sangkut
paut
dengan
Perkara
Perdata
sebagaimana
yang
disebutkan oleh Penasehat Hukum Terdakwa dalam alasan
eksepsinya dan hal tersebut merupakan alasan untuk dapat
menghilangkan
Penuntutan
hak dari
terhadap
Penutut
Terdakwa
Umum untuk
sebagaimana
mengajukan
diatur
dalam
Peraturan Perundang-Undangan,
- Bahwa alasan eksepsi dari penasehat hukum sudah menjangkau
kedalam materi pokok perkara sehingga Penuntut Umum tidak akan
menanggapi lebih jauh karena didalam alasan eksepsi telah diatur
secara limitatif dalam KUHAP yaitu Pasal 143 Ayat (2) huruf b
KUHAP dan Pasal 156 ayat (1) KUHAP hal ini diperlukan agar
Materi Pokok perkara dipersidangan dan apabila dengan mudah
diambil alih pemeriksaan pokok perkara/pembuktian dimasukan
kedalam alasan eksepsi maka sudah jelas pemeriksaan pokok
perkara/pembuktian tidak diperlukan lagi dan cukup dieksepsi saja
untuk memutuskan terbukti atau tidaknya dakwaan penuntut umum
sehingga alasan eksepsi Penasehat Hukum Terdakwa tidak
berdasar dan tidak dapat dijadikan alasan untuk membuat Dakwaan
Batal Demi Hukum sehingga harus dikesampingkan;
Bahwa seharusnya Penasehat Hukum Terdakwa memahami hal-hal yang
diamanatkan KUHAP untuk menjadi alasan-alasan eksepsi sehingga hak
Terdakwa mendapatkan Pengadilan yang cepat, sederhana dan biaya ringan
jadi tidak dipenuhi dimana disatu sisi Penasehat Hukum mengatakan
menjunjung keadilan dan hak Terdakwa tetapi disisi lain Pensehat Hukum
mengajukan alasan eksepsi yang tidak eksepsional yang telah diatur secara
tegas dalam KUHAP. Dan sudah sepantasnya jika Penasehat Hukum mencari
dan menegakkan keadilan bagi Terdakwa begitu halnya kami Jaksa Penuntut
Umum maka terhadap pembuktian terhadap perbuatan yang disangkakan
kepada Terdakwa maka kami segera melimpahkan perkara ke PN Bangkinang
untuk segera diadili (Pasal 143 Ayat (1) KUHAP) untuk membuktikan dakwaan
kami Jaksa Penuntut Umum;
Bahwa untuk selebihnya kami Jaksa Penuntut Umum tidak akan
menanggapi lebih jauh dari alasan eksepsi yang dikemukakan oleh Penasehat
Hukum Terdakwa karena alasan yang dikemukakan bukan merupakan syarat
untuk dapat dibatalkannya Surat Dakwaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
Hal 27 dari 34 hal.Put.No.72/PID.B/2016/PT.PBR
143 Ayat (3) KUHAP dimana untuk dapat menyatakan Surat Dakwaan harus
dibatalkan, Surat dakwaan dimaksud setidaknya telah terlebih dahulu
dinyatakan tidak menguraikan secara cermat, jelas dan lengkap mengenai
tindak pidana yang didakwakan dengan menyebutkan waktu dan tempat tindak
pidana itu dilakukan dan menurut kami Jaksa Penuntut Umum Surat dakwaan
telah disusun secara cermat jelas dan lengkap sebagaimana diatur dalam Pasal
143 Ayat (3) KUHAP Dengan demikian keberatan penasehat Hukum tidak
berdasar dan maka haruslah ditolak;
Bahwa apabila Penasehat Hukum terdakwa dapat mencermati dengan
baik dan benar bahwa surat dakwaan yang telah kami bacakan dalam
persidangan, telah memenuhi syarat formil dan meteriil, yaitu telah memuat
secara lengkap identitas terdakwa dan telah ditandatangani oleh Penuntut
Umum, dan surat dakwaan juga telah memuat uraian secara cermat, jelas dan
lengkap mengenai jenis tindak pidana yang didakwakan dengan menyebutkan
waktu dan lempat tindak pidana dilakukan, dengan demikian dakwaan tersebut
sudah memenuhi ketentuan Pasal 143 Ayat(2) huruf (a) dan (b)KUHAP. Bahwa
Penasehat Hukum adalah tidak beralasan dan telah masuk kedalam materi
pokok perkara serta dalam memahami ketentuan yang mengatur tentang Surat
Dakwaan yaitu Pasal 143 Ayat (2) huruf b KUHAP dan Pasal 156 Ayat (1)
KUHAP dilakukan secara tidak tepat atau tidak benar;
Dengan
demikian
materi
eksepsi
tidak
mendasar
dan
sepatutnya
dikesampingkan.
IV.KESIMPULAN
Majelis Hakim yang mulia ;
Penasehat Hukum Terdakwa dan terdakwa yang kami hormati, dan ;
Sidang Pengadilan yang kami hormati ;
Berdasarkan uraian-uraian sebagaimana tersebut di atas maka kami Penuntut
Umum dalam perkara ini berkesimpulan :
1. Surat Dakwaan kami Nomor Reg. Perkara : PDM-524/BNANG/12/2015,
tanggal 09 Desember 2015, sudah disusun secara cermat, jelas dan lengkap
serta telah memenuhi syarat-syarat formal maupun materiil sesuai dengan
ketentuan Pasal 143 Ayal (2) KUHAP.
2. Eksepsi Penasehat Hukum Terdakwa tidak mendasar, tidak jelas dan telah
melampaui ruang lingkup eksepsi/keberatan, karena telah menyangkut materi
pokok perkara yang menjadi obyek pemeriksaan sidang Pengadilan.
Oleh karena itu kami Penuntut Umum dengan hormat mohon agar
Majelis Hakim yang memeriksa dan mengadili perkara ini memutuskan :
1. Menyatakan bahwa Surat Dakwaan Penuntut Umum Nomor Reg Perkara :
PDM-524/BNANG/12/2015, tanggal 09 Desember 2015 An Terdakwa
Hal 28 dari 34 hal.Put.No.72/PID.B/2016/PT.PBR
NELITA BINTI MUHAMMADNUR (Alm) Als Sl NEL. telah disusun
sebagaimana mestinya dan telah sesuai dengan ketentuan Pasal 143 Ayat
(2) KUHAP dan karenanya Surat Dakwaan tersebut dapat dijadikan dasar
pemeriksaan perkara ini;
2. Menyatakan eksepsi/keberatan dari Penasehat Hukum Terdakwa tidak dapat
diterima dan ditolak dan pemeriksaan perkara ini dilanjutkan;
Menimbang, bahwa berdasarkan Eksepsi Terdakwa melalui Penasihat
Hukumnya dan tanggapan Penuntut Umum atas Eksepsi tersebut, Pengadilan
Negeri Bangkinang telah menjatuhkan putusan tanggal 2 Februari 2016 Nomor:
525/Pid.B/2015/PN.Bkn yang amarnya sebagai berikut :
1. Menerima eksepsi Penasihat Hukum Terdakwa;
2. Menyatakan kewenangan Jaksa Penuntut Umum untuk menuntut hapus atau
gugur karena daluwarsa;
3. Menetapkan barang bukti berupa :
- Putusan Pengadilan Negeri Bangkinang Nomor :21/PDT-G/1999/PN.BKN
tanggal 24 Agustus 2000;
- Putusan Pengadilan Tinggi Riau Nomor : 33/Pdt/2001/PT.R tanggal 9 Juli
2001 ;
- Putusan Mahkamah Agung Rl Nomor : No.1842K/Pdt/2002 tanggal 14
Maret 2003 ;
- Putusan Peninjauan Kembali (PK) Nomor : 241 PK/Pdt/2004 tanggal 26
Oktober 2005;
- Relas Pemberitahuan Putusan Peninjauan Kembali dari Pengadilan Negeri
Pekanbaru pada hari Jum'at tanggal 24 Juli 2009 ;
- Surat dari Penasihat Hukum Terdakwa Nomor: 051/MH/IV/SRT/2015
kepada Penyidik Polres Kampar ;
- Surat dari Penasihat Hukum Terdakwa Nomor : 061/MH/VI/SRT/2015)
kepada Penyidik Polres Kampar ;
- Surat dari Penasihat Hukum Terdakwa Nomor: 166/MH/XI/SRT/2015
kepada Kepala Kejaksaan Negeri Bangkinang;
- Putusan Pengadilan Negeri Bangkinang dalam Perkara Perdata Nomor :
35/Pdt.G/ 2009/PN.BKN tanggal 26 April 2010 ;
- Putusan Pengadilan Tinggi Pekanbaru Nomor : 203/PDT/2010/PTR
tanggal 02 Mei2011;
- Putusan Mahkamah Agung RI No. 190 K/PDT/2013 tanggal 24 Juli 2013 ;
- Penetapan untuk melaksanakan Sita Eksekusi Nomor : 04/Pdt.Eks/
2014/PN.BKN. JoNomor : 35/Pdt.G/2009/PN.BKN tanggal 6 Nopember
2014 ;
Hal 29 dari 34 hal.Put.No.72/PID.B/2016/PT.PBR
- Berita Acara Sita Eksekusi Nomor : 04/Pdt-Eks/2014/PN.BKN. Jo Nomor :
35/Pdt.G/ 2009/PN.BKN tanggal 02 Desember 2014 ;
- Penetapan untuk melaksanakan Eksekusi Nomor : 04/Pdt-Eks/2014/
PN.BKN. Jo Nomor: 35/Pdt.G/2009/PN.BKN tanggal 21 September 2015 ;
- Berita Acara Eksekusi Pengosongan dan Penyerahan Nomor :04/Pen.Pdt/
Eks.Pengosongan-Pts/2014/PN.BKN Jo Nomor: 35/Pdt.G/2009/PN.BKN
pada tanggal 19 November 2015; Tetap terlampir dalam berkas perkara.
4. Membebankan biaya perkara kepada Negara.
Menimbang,
bahwa terhadap putusan tersebut Penuntut Umum telah
menyatakan Pernyataan Perlawanan dihadapan Panitera Pengadilan Negeri
Bangkinang
tanggal 03 Februari 2016, sebagaimana ternyata dari Akta
Pernyataan Perlawanan
Nomor 02/Akta.Pid/2016/PN.Bkn dan Pernyataan
Perlawanan tersebut telah diberitahukan dengan cara seksama kepada
Terdakwa melalui Penasihat Hukumnya pada hari Jumat tanggal 19 Februari
2016;
Menimbang,
bahwa
sehubungan dengan Pernyataan
Perlawanan
tersebut, Penuntut Umum telah mengajukan Memori Perlawanan tertanggal 03
Februari 2016 diserahkan kepada Panitera Pengadilan Negeri Bangkinang
pada tanggal 04 Februari 2016 dan Memori Perlawanan tersebut telah pula
diberitahukan dengan cara seksama kepada Terdakwa melalui Penasihat
Hukumnya pada hari Senin tanggal 22 Februari 2016;
Menimbang, bahwa atas Memori Perlawanan dari Penuntut Umum
tersebut Terdakwa melalui Penasihat Hukumnya telah pula mengajukan Kontra
Memori Perlawanan yang diterima di Kepaniteraan Pengadilan Negeri
Bangkinang tanggal 15 Maret 2016, Kontra Memori Perlawanan tersebut telah
pula diberitahukan dengan cara seksama kepada Penuntut Umum pada hari
Selasa tanggal 16 Maret 2016 ;
Menimbang, bahwa sebelum berkas dikirim kepada Pengadilan Tingkat
Banding telah diberikan kesempatan yang cukup kepada Penuntut Umum dan
Terdakwa melalui Penasihat Hukumnya untuk mempelajari berkas perkara
dalam tenggang waktu 7 (tujuh) hari kerja sebagaimana dimaksud dalam pasal
236 ayat 2 KUHAP, terhitung sejak tanggal 07 Maret sampai dengan tanggal 16
Maret 2016 ;
Menimbang, bahwa putusan Pengadilan Negeri Bangkinang
Nomor :
Hal 30 dari 34 hal.Put.No.72/PID.B/2016/PT.PBR
525/Pid B/2015/PN.Bkn dijatuhkan pada tanggal 2 Februari 2016 dengan
dihadiri Penuntut Umum dan Terdakwa yang didampingi oleh Penasihat
Hukumnya sedang Pernyataan Perlawanan oleh
Penuntut Umum tersebut
diajukan pada tanggal 03 Februari 2016, sehingga menurut pasal 233 ayat 2
KUHAP, Pernyataan Perlawanan tersebut telah diajukan dalam tenggang waktu
dan cara serta syarat-syarat yang ditentukan oleh Undang-Undang, maka
Pernyataan Perlawanan tersebut secara formal dapat diterima;
Menimbang, bahwa Penuntut Umum dalam Memori Perlawanannya pada
pokoknya memohon sebagai berikut :
1.
Membatalkan Putusan Sela Majelis Hakim Pengadilan Negeri Bangkinang
Nomor :525/PID.B/2015/PN.BKN tanggal 02 Februari 2016.
2.
Agar Pengadilan Tinggi Riau di Pekanbaru menerima perlawanan ini dan
menyatakan bahwa keberatan Jaksa Penuntut Umum beralasan.
3.
Menyatakan Terdakwa dapat diperiksa atau diadili kembali berdasarkan
dakwaan tersebut.
4.
Membebankan biaya perkara kepada terdakwa.
Memerintahkan Pengadilan Negeri Bangkinang untuk :
- Melakukan pemeriksaan terhadap terdakwa NELITA BINTI MUHAMMAD
NUR (ALM) ALS SI NEL di dalam persidangan Pengadilan Negeri
Bangkinang.
- Memeriksa perkara itu dengan dakwaan sebagaimana diatur dan diancam
dalam pasal 263 Ayat (2) KUHP Tentang “Tindak Pidana Penggunaan Surat
Palsu”.
Menimbang, bahwa Terdakwa melalui Penasihat Hukumnya telah pula
mengajukan Kontra Memori Perlawanan yang pada pokoknya memohon adalah
sebagai berikut :
1. Menolak Perlawanan dari Jaksa Penuntut Umum untuk seluruhnya ;
2. Menguatkan
Putusan
Pengadilan
Negeri
Bangkinang
Nomor
:
525/Pid.B/2015/PN.BKN tanggal 02 Februari 2016 atas nama Terdakwa
NELITA Binti MUHAMMAD NUR (Alm) Als SI NEL
3. Menyatakan kewenangan Jaksa Penuntut Umum untuk menuntut hapus
atau gugur karena daluarsa ;
4. Menyatakan Batal demi hukum (nietig) Surat Dakwaan Jaksa Penuntut
Umum No. Reg. Perkara : PDM-524/BNANG/12/2015 tanggal 09 Desember
2015 ;
5. Memulihkan Hak Terdakwa dalam kedudukan harkat dan martabatnya ;
Hal 31 dari 34 hal.Put.No.72/PID.B/2016/PT.PBR
6. Menetapkan bahwa pemeriksaan dalam perkara ini di hentikan ;
7. Membebankan biaya perkara kepada Negara ;
Menimbang, bahwa alasan Jaksa Penuntut Umum agar Pengadilan
Tinggi
membatalkan
Putusan
Pengadilan
Negeri
Bangkinang
Nomor
525/Pid.B/2015/PN.Bkn tanggal 2 Februari 2016 adalah penghitungan jangka
waktu daluwarsa sejak Tahun 1999 adalah keliru karena dalam perkara Tahun
1999 jelas dan terang Terdakwa tidak sebagai pihak dalam perkara tersebut
baik Penggugat maupun Tergugat, justru baru
pada Tahun 2009 Terdakwa
mengajukan gugatan kepada saksi pelapor berdasarkan perkara Nomor
35/Pdt.G/2009/PN.Bkn dan sampai dengan sekarang ini baru 6 (enam) Tahun
sehingga belum daluwarsa ;
Menimbang, bahwa alasan keberatan Jaksa Penuntut Umum tersebut
tidak tepat karena dalam perkara Nomor 21/Pdt.G/1999/PN.Bkn tanggal 24
Agustus 2000 pihak-pihak yang tercantum dengan jelas pada angka ke-4 adalah
NELITA bersama-sama Ny.LIBERTY MOHD.NUR, Ny.DONNA FITRI dan ALFI
FARIS sebagai Penggugat III, sedangkan H.SYAMSUDIN IBRAHIM sebagai
Tergugat
III,
yang
kemudian
ada
gugatan
lagi
perkara
Nomor
35/Pdt.G/2009/PN.Bkn tanggal 26 April 2010 dimana NELITA sebagai pihak
Penggugat I dan H.SYAMSUDIN IBRAHIM sebagai Tergugat I, sehingga tidak
dapat jika penghitungan jangka waktu daluwarsa adalah sejak Tahun 2009
karena bukti surat yang diduga palsu yaitu Akta Jual Beli Nomor 0266/SH/1981
tanggal 25 Maret 1981 sudah digunakan dalam perkara Tahun 1999 sehingga
jika dihitung sejak Tahun 1999 sampai dengan pelaporan ke Polisi pada Tahun
2015 adalah selama 15 (lima belas) Tahun, yang berarti sudah lewat dari 12
(dua belas) Tahun sebagaimana diatur pasal 78 ayat (3) KUHP ;
Menimbang, bahwa setelah Pengadilan Tinggi Pekanbaru mempelajari
secara seksama berkas perkara, berita acara persidangan dan turunan resmi
putusan Pengadilan Negeri Bangkinang Nomor : 525/Pid.B/2015/PN.Bkn
tanggal 2 Februari 2016, Memori Perlawanan dari Penuntut Umum dan Kontra
Memori Perlawanan dari Terdakwa melalui Penasihat Hukumnya, Pengadilan
Tinggi Pekanbaru sependapat dengan Putusan Pengadilan Negeri Bangkinang
Nomor 252/Pid.B/2015/PN.Bkn tanggal 2 Februari 2016 yang menyatakan
menerima eksepsi Penasihat Hukum Terdakwa dan menyatakan kewenangan
Jaksa Penuntut Umum untuk menuntut hapus atau gugur karena daluwarsa,
karena putusan Pengadilan Negeri Bangkinang yang dimohonkan banding
tersebut, telah memuat pertimbangan-pertimbangan hukum, Majelis Hakim
Hal 32 dari 34 hal.Put.No.72/PID.B/2016/PT.PBR
Tingkat Banding menyatakan bahwa pertimbangan-pertimbangan hukum yang
dilakukan Majelis Hakim Tingkat Pertama telah tepat dan benar ;
Menimbang, bahwa keberatan-keberatan yang lain yang diajukan
Penuntut Umum
baru
dan
dalam Memori Perlawanannya tidak memuat hal-hal yang
hanya
merupakan
pengulangan
saja
dari
apa
yang telah
dikemukakannya dalam persidangan tingkat pertama yang kesemuanya sudah
dipertimbangkan dalam putusan tingkat pertama pada Pengadilan Negeri
Bangkinang sehingga keberatan-keberatan tersebut haruslah ditolak ;
Menimbang, bahwa oleh karena pertimbangan-pertimbangan Majelis
Hakim Tingkat Pertama dalam menjatuhkan putusan dalam perkara a.quo
sudah tepat dan benar, maka pertimbangan-pertimbangan tersebut diambil alih
dijadikan sebagai pertimbangan
Majelis Hakim Tingkat Banding dalam
memutus perkara a.quo dalam tingkat banding ;
Menimbang, bahwa dengan dijadikannya pertimbangan Majelis Hakim
Tingkat Pertama tersebut di atas sebagai pertimbangan Majelis Hakim Tingkat
Banding sendiri, maka tidak ada alasan untuk merobah, memperbaiki putusan
Pengadilan Negeri Bangkinang Nomor 525/Pid.B/2015/PN.Bkn tanggal 2
Februari 2016 tersebut , sehingga harus dipertahankan dan dikuatkan ;
Menimbang, bahwa karena oleh karena kewenangan Jaksa Penuntut
Umum untuk menuntut hapus atau gugur karena daluwarsa dalam perkara aquo
maka biaya perkara dibebakan kepada Negara ;
Memperhatikan ketentuan Pasal 156 Undang-undang No. 8 Tahun 1981
tentang Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) Jo.Pasal 263
Ayat (2), Pasal 78 Ayat (1) dan Pasal 79Undang-undang No. 1 Tahun 1946
tentang Peraturan Hukum Pidana untuk Seluruh Wilayah Republik Indonesia
(KUHP), serta ketentuan hukum lain yang bersangkutan;
M E N G A D I L I:
-
Menerima pernyataan Perlawanan dari Penuntut Umum;
-
Menguatkan
Putusan Pengadilan Negeri Bangkinang tanggal 2 Februari
2016 Nomor 525/Pid.B/2015/PN.Bkn yang dilawan tersebut ;
-
Membebankan biaya perkara kepada Negara ;
Hal 33 dari 34 hal.Put.No.72/PID.B/2016/PT.PBR
Demikianlah diputuskan dalam rapat Permusyawaratan Majelis Hakim
pada hari : Rabu tanggal 13 April 2016 oleh kami : Ewit Soetriadi, SH. MH,
sebagai Ketua Majelis dengan N.Betty Aritonang, SH. MH dan Kharlison
Harianja . SH.MH
sebagai Hakim-Hakim Anggota berdasarkan Penetapan
Plh.Ketua Pengadilan Tinggi Pekanbaru tanggal 31 Maret 2016
Nomor:
72/PID.B/2016/PT.PBR untuk memeriksa dan mengadili perkara ini dalam
Tingkat Banding, putusan tersebut pada hari Senin tanggal 18 April 2016
diucapkan dalam sidang yang terbuka untuk umum oleh Hakim Ketua Majelis
tersebut dengan dihadiri oleh Hakim-hakim Anggota tersebut serta dibantu oleh
Rustam. SH. Panitera Pengganti pada Pengadilan Tinggi Pekanbaru akan
tetapi tanpa dihadiri oleh Penuntut Umum dan Terdakwa maupun kuasanya ;
Hakim-Hakim Anggota,
Ketua Majelis tersebut,
N.Betty Aritonang SH. MH.
Ewit Soetriadi. SH. MH.
Kharlison Harianja. SH.MH.
Panitera Pengganti ;
Rustam, SH.
Hal 34 dari 34 hal.Put.No.72/PID.B/2016/PT.PBR
Download