PUTUSAN Nomor 72/PID.B/2016/PT. PBR DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA; Pengadilan Tinggi Pekanbaru di Pekanbaru yang memeriksa dan mengadili perkara-perkara pidana dalam peradilan tingkat banding telah menjatuhkan putusan seperti tersebut dibawah ini dalam perkara terdakwa : Nama lengkap : NELITA Binti MUHAMMAD NUR (Alm) Als SI NEL; Tempat lahir : Padang; Umur/ Tanggal lahir : 56 Tahun/12 Oktober 1959; Jenis kelamin : Perempuan; Kebangsaan : Indonesia; Tempat tinggal : Jalan Amarta Blok BB 1 RT 07/RW 10 Kelurahan Delima, Kecamatan Tampan Kodya Pekanbaru; Agama : Islam; Pekerjaan : PNS; Pendidikan : SMA (Tamat) ; Terdakwa ditahan oleh ; 1. Penyidik sejak tanggal 28 Oktober 2015 sampai dengan tanggal 01 Nopember 2015 ; 2. Ditangguhkan oleh Penyidik sejak tanggal 02 Nopember 2015 ; Pengadilan Tinggi Tersebut : Telah membaca : I. Penetapan Plh. Ketua Pengadilan Tinggi Pekanbaru tanggal 31 Maret 2016 Nomor: 72/PID.B/2016/PT. PBR tentang penunjukan Majelis Hakim yang memeriksa dan mengadili perkara pidana atas nama Terdakwa : NELITA Binti MUHAMMAD NUR (Alm) Als SI NEL tersebut di atas; II. Berkas perkara dan surat-surat lain yang bersangkutan dengan perkara ini serta turunan putusan Pengadilan Negeri Bangkinang tanggal 2 Februari 2016 Nomor: 525/Pid.B/2015/PN.Bkn dalam perkara tersebut di atas; Menimbang, bahwa berdasarkan Surat Dakwaan Penuntut Umum tertanggal 09 Desember 2015 No.Reg.Perk: PDM 524/BNANG/12/2015 Terdakwa telah di dakwa sebagai berikut: Bahwa ia Terdakwa NELITA Binti MUHAMMAD NUR (Alm) Als SI NEL, pada hari Senin, tanggal 31 Agustus 2009 atau setidak-tidaknya pada waktu lain dalam Bulan Agustus tahun 2009 atau setidak-tidaknya pada waktu lain dalam Hal 1 dari 34 hal.Put.No.72/PID.B/2016/PT.PBR Tahun 2009, bertempat di Jalan Letnan Boyak No.77, Bangkinang, Kabupaten Kampar, atau setidak-tidaknya pada suatu tempat yang termasuk dalam daerah hukum Pengadilan Negeri Bangkinang, “Dengan sengaja memakai surat palsu atau yang dipalsukan seolah-olah sejati, jika pemakaian surat itu dapat menimbulkan kerugian” yang dilakukan oleh Terdakwa dengan cara-cara antara lain sebagai berikut : - Bahwa pada waktu dan tempat seperti disebutkan diatas, terdakwa bersama dengan adik terdakwa bernama Sdri. DONNA FITRI mengajukan gugatan perdata dengan nomor register gugatan 35/Pdt.G.2009/PN.BKN, dimana yang menjadi salah satu tergugat adalah saksi H. SYAMSUDDIN IBRAHIM, adapun dalam salah satu posita gugatan tersebut, terdakwa menerangkan “bahwa tanah penggugat tersebut didapat oleh Penggugat dengan cara membeli dari Abdul Kadir MZ, sebagaimana tertuang dalam Akta Jual Beli No. 0266/SH/1981, tanggal 25 Maret 1981, seluas 20.000 m2 yang dibuat dihadapan Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT), serta dihadiri Kepala Desa Buluh Cina, Abdul Rahman, Kec. Siak Hulu, Kab. Kampar, Provinsi Riau”, adapun terhadap lokasi tanah dimaksud dalam gugatan, terdakwa juga telah melakukan pengecekan terlebih dahulu, dimana akhirnva terdakwa mengetahui bahwa di lokasi tanah sengketa telah dikuasai oleh orang lain, adapun untuk menguatkan dalil dari terdakwa dalam gugatan perdata tersebut, terdakwa mengajukan foto kopi Akta Jual Beli No. 0266/ SH/1981,tanggal 25 Maret 1981 sebagai alat bukti surat P-1, dimana kemudian terhadap alat bukti surat tersebut, telah dibubuhi materai cukup dan telah dicocokan dan sama dengan aslinya/salinan resminya (hal. 20, pertimbangan hakim dalam ternyata Putusan Perdata Pengadilan Negeri Bangkinang No. 35/Pdt.G.2009/PN.BKN);. - Bahwa kemudian terhadap Akta Jual Beli No. 0266/SH/1981, tanggal 25 Maret 1981 yang digunakan terdakwa sebagai dasar kepemilikan tanah dalam Akta tersebut dituliskan yang menjadi salah satu saksi pembuatan Akta Jual Beli No. 0266/SH/1981, tanggal 25 Maret 1981, adalah saksi ABDUL RAHMAN dimana dalam Akta tersebut, disebutkan bahwa saksi menjabat sebagai Kepala Desa Buluh Cina yang kemudian menandatangani Akta Jual Beli tersebut, adapun kemudian saksi ABDUL RAHMAN tidak pernah menjadi saksi ataupun pernah menandatangani Akta Jual Beli No. 0266/SH/1981, tanggal 25 Maret 1981, bahwa saksi ABDUL RAHMAN tidak pernah menjabat sebagai Kepala Desa Buluh Cina seperti yang disebutkan dalam Akta Jual Beli No. 0266/SH/1981, tanggal 25 Maret 1981, dimana, Hal 2 dari 34 hal.Put.No.72/PID.B/2016/PT.PBR setelah mengetahui hal ini, saksi ABDUL RAHMAN membuat Surat Pernyataan yang pada pokoknya menerangkan: 1. Bahwa benar saya pernah menjabat selaku Kepala Desa Baru, Kec. Siak Hulu, Kab.Kampar, sejak tahun 1981sampai dengan tahun 1990; 2. Bahwa saya tidak pernah menjabat selaku Kepala Desa Buluh Cina, Kec. Siak Hulu,Kab. Kampar; 3. Didalam Surat Akta (Penjual Sdr. H. ABDUL KADIR. M.Z dan Pembeli Sdr. LIBERTY MOHD. NUR), setelah saya lihat dan memperhatikan, saya menyatakan bahwa tandatangan yang ada didalam Akta Jual Beli No. 0266/SH/1981, tanggal 25 Maret 1981 bukan merupakan tanda tangan milik saya; 4. Sepengetahuan saya bahwa yang menjabat sebagai Kepala Desa Buluh Cina, Kec.Siak Hulu, Kab. Kampar pada tahun 1981 adalah Sdr. KARIB. - Bahwa sekitar tahun 2014, terdakwa pernah mendatangi Kantor Desa Pandau Jaya yang diterima oleh saksi SAMSUDDIN Bin SAHRIMAN sebagai Kepala Urusan Pemerintahan, dimana selanjutnya terdakwa menanyakan kepada saksi letak lokasi tanah terdakwa sebagaimana tercantum dalam Akta Jual Beli No. 0266/SH/I981, tanggal 25 Maret 1981, adapun setelah diteliti oleh saksi SAMSUDDIN Bin SAHRIMAN lokasi tanah dalam Akta Jual Beli tersebut, saksi SAMSUDDIN Bin SAHRIMAN kemudian menerangkan bahwa letak tanah terdakwa adalah berada di Desa Buluh Cina seperti yang tercantum dalam Akta Jual Beli, dimana saksi SAMSUDDIN Bin SAHRIMAN kemudian menjelaskan Desa Buluh Cina berjarak kurang lebih 8 (delapan) Km dari Desa Pandau Jaya dan Desa Pandau Jaya adalah hasil pemekaran dari Desa Baru, mengetahui fakta-fakta tersebut terdakwa tetap menggunakan Akta Jual Beli No. 0266/SH/1981, tanggal 25 Maret 1981 seolah-olah baik isi maupun para pihak yang terdapat dalam Akta iual Beli tersebut adalah benar; - Bahwa mengetahui Akta Jual Beli No. 0266/SH/1981, tanggal 25 Maret 1981 tersebut adalah tidak benar, kemudian saksi H. SYAMSUDDIN IBRAHIM lalu melaporkan kejadian tersebut kepada Polres Kampar guna pengusutan lebih lanjut, dimana akibat perbuatan terdakwa, saksi H. SYAMSUDDIN IBRAHIM mengalami kerugian karena tidak dapat menguasai lahannya tersebut; Perbuatan terdakwa sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam Pasal 263 Ayat(2) KUHP; Menimbang, bahwa terhadap surat dakwaan Penuntut umum tersebut diatas Terdakwa melalui Penasihat Hukumnya telah mengajukan keberatan tanggal 11 Januari 2016 yang pada pokoknya adalah sebagai berikut : Hal 3 dari 34 hal.Put.No.72/PID.B/2016/PT.PBR PENDAHULUAN Majelis Hakim yang Kami Muliakan dan Saudara Jaksa Penuntut Umum yang Kami Hormati serta pengunjung sidang yang terhormat. Bahwa suatu kehormatan bagi Kami berada di dalam persidangan yang rnulia ini untuk bersama-sama menegakkan supremasi hukum, mendampingi Terdakwa NELITA Binti MUHAMMAD NUR (Alm) Als Si NEL dengan tuduhan “Dengan sengaja memakai surat palsu atau yang dipalsukan seolah-olah sejati, jika pemakaian surat itu dapat menimbulkan kerugian” sebagaimana diatur dalam Pasal 263 ayat (2) Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHPidana); Bahwa kita semua sependapat Saudara Jaksa Penuntut Umum mempunyai tugas dan wewenang sebagaimana yang dimuat dalam Pasal 1 butir 6 Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP), bahwa setiap perbuatan kejahatan yang dilakukan oleh siapapun tidak boleh dibiarkan dan haruslah dilakukan penyidikan dan penuntutan, serta pelaksanaan hukumnya tidak boleh ditawar-tawar, dalam arti siapapun yang bersalah harus dituntut dan dihukum setimpal dengan perbuatannya, kecuali ditentukan lain oleh Undang-undang. Menghukum orang yang bersalah merupakan tuntutan dari hukum, keadilan dan kebenaran itu sendiri. Sebab kalau tidak demikian akan timbul reaksi yang:apat menggoyahkan sendi-sendi ketertiban dalam masyarakat dan supremasi hukum itu sendiri. Akan tetapi, kaidah-kaidah hukum, keadilan dan kebenaran tidak boleh diperkosa oleh siapapun untuk maksud-maksud tertentu dan tujuan tertentu, apalagi pesanan pribadi dari orang-orang yang ingin menzalimi orang lain, atau dari pihak pelapor sendiri, dan adanya kepentingan Pribadi yang memboncengi kasus ini atau adanya kesalahan pihak lain yang harus bertanggung jawab atau ketidak mampuan pihak lain dalam menjalankan tugasnya yang ditimpakan begitu saja menjadi tanggung jawab Terdakwa.Begitu pula dalam perkara ini, semua itu harus diungkap agar menjadi jelas apakahTerdakwa dapat dimintakan pertanggung jawabannya atas dakwaan Saudara Jaksa Penuntut Umum, agar sendi-sendi hukum itu sepakat kita tegakkan dalam upaya mengukuhkan supremasi hukum di Negara tercinta ini yang telah diatur di dalam format kaidah-kaidah hukum di dalam KUHAP. Majelis Hakim yang Kami Muliakan dan Saudara Penuntut Umum yang Kami Hormati. Di dalam sidang ini, duduk dua pihak yang berperkara yaitu Jaksa Penuntut Umum sebagai Pengacara Negara atau yang mewakili kepentingan Warga Negara atau Pelapor, disisi lain Terdakwa NELITA Binti MUHAMMAD NUR (Alm) Als Si NEL, yang didampingi oleh Penasihat Hukumnya. Kedua pihak yang berperkara ini mempunyai hak yang sama dengan titik tolak dan fungsi masing-masing. Di tengah kedua pihak duduk Majelis Hakim sebagai Hal 4 dari 34 hal.Put.No.72/PID.B/2016/PT.PBR “Domin is Litis” yang tidak berpihak. Artinya pada waktu Majelis Hakim duduk di kursi dan meja persidangan, memandang kedua belah pihak yang berperkara sama tinggi dan sama rendah di muka sidang ini. Majelis Hakim yang memeriksa dan mengadili perkara ini tidak boleh mempunyai interest pribadi. Dan juga menurut pendapat Prof. DR. M. Trapman, fungsi masing-masing pihak itu sebagai berikut: “Het standpunt van de verdachte karakteriseerde hij als de subjectieve beoardeling vaneen subjectieve positie, dat van de raadsman als de objectieve beoordeling van eensubjectieve positie, dat van de openbare ministerie als de subjectieve beeordeting van een objectieve posrfie, dat van de Rechfer als de abjectieve beoordeling van een abiectieve beoordeling van een subjectieve positie”, yang artinya : “Bahwa Terdakwa mempunyai pertimbangan yang subyektif dalam posisi yang subyektif, Penasihat Hukum mempunyai pertimbangan yang obyektif dalam posisi yang subyektif, penuntut Umum mempunyai pertimbangan yang subyektif dalam posisi yang obyektif, sedangkan Hakim mempunyai pertimbangan yang obyektif dalam posisi yang obyektif pula” (Prof. Mr. Van Bemmelen”, Leerboekvan hetned, Strafpracerecht” halaman 132,6 e herziene druk). Dengan demikian, Majelis Hakim dapat menempatkan dirinya pada posisi netral dengan mempertahankan eksistensi dan integritas Majelis Hakim sebagai pengayom keadilan dan kebenara; Bahwa dalam kesempatan ini telah tepat sekali jika Majelis Hakim menyoroti kualitas surat dakwaan dari Jaksa Penuntut Umum apakah rumusan delik dan penerapan Pasal 263 Ayat (2) KUHPidana yang dituduhkan kepada Sdri. NELITA Binti MUHAMMAD NUR (Alm) Als Si NEL apakah telah tepat dan benar?, Apakah sudah sesuai dengan fakta dan bukti kejadian yang sebenarnya? ataukah rumusan delik dan tuntutan pidana itu hanya merupakan suatu “cover story” yang sengaja diciptakan melalui konstruksi yuridis tanpa didukung dengan fakta yuridis yang dapat diakumulasikan terhadap Pasal-Pasal yang didakwakan kepada Terdakwa sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 143 Ayat (2) KUHAP; Majelis Hakim yang Kami Muliakan dan Saudara Penuntut Umum yang Kami Hormati, Bahwa suatu dakwaan harus jelas dan terinci serta memuat semua unsur tindak pidana yang didakwakan. yang apabila ketentuan tersebut tidak dipenuhi mengakibatkan batalnya surat dakwaan tersebut. Kutipan Pasal 143 Ayat (2) KUHAP, tersebut berbunyi : “Penuntut Umum membuat surat dakwaan yang diberi tanggal dan ditandatangani, sertaberisi: Hal 5 dari 34 hal.Put.No.72/PID.B/2016/PT.PBR a. nama lengkap, tempat lahir, umur dan tanggal lahir, jenis kelamin, kebangsaan, tempat tinggal, agama, dan pekeriaan tersangka. b. uraian secara cermat, jelas dan lengkap mengenai tindak pidana yang didakwakan dengan menyebutkan waktu dan tempat tindak pidana itu dilakukan." Dengan memperhatikan bunyi Pasal 143 Ayat (2) KUHAP tersebut, terdapat dua unsur yang harus dipenuhi dalam suatu surat dakwaan, yaitu : Syarat Formil (Pasal 143 Ayat (2) huruf a) Maksudnya adalah suatu surat dakwaan harus memuat tanggal, ditandatangani oleh Jaksa Penuntut Umum serta memuat nama lengkap, tempat lahir, umur atau tanggal lahir, jenis kelamin, kebangsaan, tempat tinggal, agama, dan pekerjaan tersangka. Syarat Materiil (Pasal 143 (2) huruf b) Maksudnya adalah suatu surat dakwaan harus memuat uraian secara cermat, jelas, dan lengkap mengenai tindak pidana yang didakwakan dengan menyebutkan waktu dan tempat tindak pidana itu dilakukan; Kemudian Pasal 143 Ayat (3) b KUHAP secara tegas menyebutkan bahwa tidak dipenuhinya syarat-syarat materiil surat dakwaan menjadi batal demi hukum atau “null and void” yang berarti sejak semula tidak ada tindak pidina seperti yang dilukiskan dalamsurat dakwaan itu; Sebelum lebih jauh menguraikan eksepsi ini, kita akan mencari tahu apa yang dimaksud dengan pengertian syarat “cermat, jelas dan lengkap” berikut ini Kami kutip dari buku Pedoman pembuatan Surat Dakwaan yang diterbitkan oleh Kejaksaan Agung RI halaman12 menyebutkan : Yang dimaksud dengan cermat adalah : Ketelitian Jaksa Penuntut Umum dalam mempersiapkan surat dakwaan yang didasarkan kepada undang-undang yang berlaku bagi Terdakwa, serta tidak terdapat kekurangan dan atau kekeliruan yang dapat mengakibatkan batalnya surat dakwaan atau tidak dapat dibuktikan, antara lain misalnya : - Apakah ada pengaduan dalam hal delik aduan; - Apakah penerapan hukum ketentuan pidananya sudah tepat; - Apakah Terdakwa dapat dipertanggungjawabkan dalam melakukan tindak pidana tersebut; - Apakah tindak pidana tersebut belum atau sudah kadaluwarsa; - Apakah tindak pidana yang didakwakan tidak nebis in idem; Yang dimaksud dengan jelas adalah : Jaksa Penuntut Umum harus mampu merumuskan ansur-unsur delik yang didakwakan sekaligus mempadukan dengan uraian perbuatan materiil (fakta) yang dilakukan olehTerdakwa dalam surat dakwaan. Dalam hal ini harus Hal 6 dari 34 hal.Put.No.72/PID.B/2016/PT.PBR diperhatikan jangan sekati-kali mempadukan dalam uraian dakwaan antara delik yang satu dengan delik yang lain yang unsur-unsurya berbeda satu sama lain atau uraian dakwaan yang hanya menunjuk pada uraian dakwaan sebelumnya (seperti misalnya menunjuk pada dakwaan pertama) sedangkan unsurnya berbeda, sehingga dakwaan menjadi kabur atau tidak jelas (obscuurlibel) yang diancam dengan kebatalan; Yang dimaksud dengan lengkap adalah : Uraian surat dakwaan harus mencakup semua unsur-unsur yang ditentukan undang-undang secara lengkap. Jangan sampai terjadi adanya unsur delik yang tidak dirumuskan secara lengkap atau tidak diuraikan perbuatan materialnya secara tegas dalam dakwaan, sehingga berakibat perbuatan itu bukan merupakan tindak pidana menurut Undang-undang; Sejalan dengan argumentasi yuridis tersebut di atas, adalah tidak berlebihan jika Kami mengajukan eksepsi (keberatan) atas surat dakwaan Jaksa Penuntut Umum, bukan untuk menilai baik buruknya kualitas surat dakwaan tersebut, tetapi Kami ingin secara bersama-sama menegakkan hukum sesuai dengan porsi kaidah hukum perundang-undangan yang berlakuagar hak-hak Terdakwa dapat terlindungi sejalan dengan ketentuan undang-undang, sehingga pada akhirnya kita semua menyetujui bahwa supremasi hukum sedang dilakukan di dalam persidangan ini. PEMBAHASAN EKSEPSI/KEBERATAN 1. Perkara Sudah Daluwarsa/Exeptio in Tempores. Bahwa apabila penuntutan terhadap tindak pidana yang diajukan oleh Saudara Jaksa Penuntut Umum kepada Terdakwa dalam perkara aquo melampaui tenggang waktu yang telah ditentukan undang-undang (that the time priscrible by law for bringing such action or offence has expired) maka berakibat pada gugurnya atau hapusnya kewenangan menuntut dari Saudara Jaksa Penuntut Umum; Pada perkara a quo, Jaksa Penuntut Umum telah mendakwa Terdakwa NELITA Binti MUHAMMAD NUR (Alm) Als Si NEL atas tuduhan “DENGAN SENGAJA MEMAKAI SURAT PALSU ATAU YANG DIPALSUKAN SEOLAH-OLAH SEJATI, JIKA PEMAKAIAN SURAT ITU DAPAT MENIMBULKAN KERUGIAN” sebagai mana diatur dalam Pasal 263 Ayat (2) KUHPidana. Bahwa Saudara Jaksa Penuntut umum menyatakan dalam dakwaannya poin C alinea Pertama Penggunaan surat Palsu Akta Jual Beli Nomor : 0266/SH/1981 tanggal 25 Maret 1981 tersebut Pada Hari Senin Tangqal 31 Agustus 2009 bertempat di Jalan Letnan Boyak No. 77 Bangkinang Kabupaten Kampar, dengan cara mengajukan gugatan Perdata dengan Nomor Register Perkara Nomor : 35/Pdt.G/2009/PN.BKN ke PengadilanNegeri Bangkinang; Hal 7 dari 34 hal.Put.No.72/PID.B/2016/PT.PBR Bahwa dari uraian dakwaan Jaksa Penuntut Umum yang menyatakan Terdakwa telah menggunakan Akta Jual Beli Nomor: 0266/SH/1981 tanggal 25 Maret 1981 pada tahun 2009 dalam perkara Perdata Nomor : 35/Pdt.G/2009/PN.BKN adalah dakwaan yang tidak benar dan sengaja mengaburkan fakta Hukum supaya dakwaan pidana tersebut tidak Daluwarsa karena Terdakwa telah menggunakan Akta Jual Beli Nomor: 0266/SH/1981 tanggal 25 Maret 1981 dalam perkara Perdata sejak tahun 1999 yang digunakan juga sebagai bukti dalam menggugat Pihak-Pihak yang menguasai tanah Terdakwa sebagaimana Perkara Nomor : 21/PDT-G/1999/PN.BKN tanggal 24 Agustus 2000 (Bukti Lampiran I) Jo. Putusan Pengadilan Tinggi Riau Nomor: 33/Pdt/2001/PT.R tanggal 9 Juli 2001 (Bukti Lampiran II) Jo. Putusan Mahkamah Agung RI Nomor: No.1842K/Pdt/2002 tanggal 14 Maret 2003 (Bukti Lampiran III) Jo. Putusan Peninjauan Kembali (PK) Nomor 241 PK/Pdt/2004 tanggal 26 Oktober 2005 (Bukti Lampiran IV), putusan PK mana diterima pada hari Jum'at tanggal 24 Juli 2009 melalui Relas Pemberitahuan Putusan Peninjauan Kembali (Bukti Lampiran V) dari Pengadilan Negeri Pekanbaru yang dalam perkara tersebut Tergugatnya adalah H. SYAMSUDDIN IBRAHIM DKK (Saksi pelapor dalam perkara aquo); Bahwa dalam Perkara Perdata Nomor . 21/PDT-G/1999/PN.BKN tahun 1999 tersebut Terdakwa selaku Penggugat bersama Orang Tua Terdakwa (Alm. Liberti Moh Nur), Adik Terdakwa (Donna Fitri) serta Alfi Faris (suami Donna Fitri) sebagai Penggugat III telah memberikan Kuasa kepada Alm Bastian untuk menggugat terhadap orang-orang yang secara hukum menguasai tanah Terdakwa (termasuk H. Syamsuddin Ibrahim sebagaiTergugat XII) dan sebagai dasar alas hak bukti kepemilikan tanah dalam mengajukan gugatan tersebut oleh Terdakwa adalah Akta Jual Beli Nomor : 0266/SH/1981 tanggal 25 Maret 1981 yang menurut saudara Jaksa Penuntut umum diduga palsu; Bahwa dalam perkara tersebut diatas karena putusan Mahkamah Agung RI No. 1842 K/Pdt/2002 yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap tersebut, di dalam Pertimbangan hukum halaman 63 alinea 2 putusannya menyatakan pada pokoknya : “Menimbang, bahwa terlepas dari alasan kasasi Mahkamah Agung berpendapat Pengadilan Tinggi Riau telah salah menerapkan hukum karena gugatan dalam perkara ini subyek hukumnya berbeda yaitu Para Penggugat I, II, III, masingmasing tidak saling mempunyai hubungan hukum, begitu pula dengan obyek perkara, berbeda letaknya, sedangkan Tergugat terdiri dari Tergugat I s/d XVIII, lalu gugatan tersebut digabungkan menjadi satu gugatan. Maka seharusnya gugatan tersebut bukan digabungkan, melainkan gugatan tersebut diajukan Hal 8 dari 34 hal.Put.No.72/PID.B/2016/PT.PBR masing-masing (terpisah berdiri sendri-sendiri) oleh karena itu Pengadilan Tinggi Riau seharusnya menyatakan gugatan Penggugat tidak dapat diterima”; Bahwa inti dari putusan Mahkamah Agung RI tersebut masing-masing Pemilik Tanah (tiga orang) harus mengajukan gugatannya tersendiri terhadap masingmasing Tergugat yang menguasai lahannya; Bahwa berdasarkan pertimbangan hukum Mahkamah Agung RI tersebut diatas, Terdakwa bersama Adik Terdakwa (Donna Fitri) mengajukan gugatan kembali ke Pengadilan Negeri Bangkinang dalam Perkara Perdata Nomor : 35/Pdt.G/ 2009/PN.BKN sebagaimana yang di dalilkan oleh Saudara Jaksa Penuntut Umum dalam Dakwaannya, dan Tergugat dalam Perkara Perdata Nomor : 35/Pdt.G/2009/PN.BKN juga adalah H. SYAMSUDDIN IBRAHIMDKK (Saksi Pelapor) dan H. SYAMSUDDIN IBRAHIM maupun Kuasa Hukumnya telah melihat dan mengetahui surat Akta Jual Beli Nomor : 0266/SH/1981 tanggal 25 Maret 1981 itu dari tahun 1999 bukan tahun 2009; Bahwa sangat jelas secara hukum Akta Jual Beli Nomor: 0266/SH/1981 tanggal 25 Maret 1981 telah di gunakan oleh Terdakwa sejak dari tahun 1999 dalam Perkara Perdata Nomor:21/Pdt-G/1999 yang artinya apabila di hitung sejak laporan polisi yang di buat oleh Saksi Pelapor H. SYAMSUDDIN IBRAHIM Tahun 2015 sebagaimana Laporan Polisi Nomor. LP/64/III/2015/Riau/Res Kampar tanggal 04 Maret 2015 telah Daluwarsa karena telah di ketahui oleh Saksi pelapor ataupun telah digunakan oleh Terdakwa dalam perkara perdata melawan Pelapor H. Syamsuddin Ibrahim dari perkara pertama sejak tahun 1999 s/d 2015 (16 tahun). Bahwa Kami Penasihat Hukum Terdakwa dari Tingkat Penyelidikan sampai Tingkat penuntutan perkara a quo berturut-turut telah memberitahukan melalui surat Nomor : 051/MH/IV/SRT/2015 (Bukti Lampiran VI) dan surat Nomor : 061/MH/VI/SRT/2015 (Bukti lampiran VII) kepada Penyidik Polres Kampar dan surat Nomor : 166/MH/XI/SRT/2015:Bukti Lampiran VIII) kepada Kepala Kejaksaan Negeri Bangkinang yang isi surat pada pokoknya meminta menghentikan Penyidikan dan Penuntutan Perkara ini karena Daluwarsa, dan dalam surat tersebut Penasihat Hukum Terdakwa telah melampirkan juga putusan Perkara Perdata Nomor :21/PDT.G/1999/PN.BKN akan tetapi surat yang dikirimkan oleh Penasihat Hukum Terdakwa diabaikan begitu saja oleh pihak Penyidik Polres Kampar serta oleh Kejaksaan Negeri Bangkinang dan seolah-olah tidak mengetahui telah ada Perkara Perdata Nomor: 21/PDTG/1999/PN.BKN sebelum perkara yang didakwakan oleh Saudara Jaksa Penuntut Umum yaitu Perkara Perdata Nomor : 35/Pdt G/2009/PN.BKN. Bahwa dalam surat tersebut Penasihat Hukum Terdakwa telah menjelaskan Surat yang dituduhkan diduga palsu yang digunakan Terdakwa dalam perkara Hal 9 dari 34 hal.Put.No.72/PID.B/2016/PT.PBR perdata telah digunakan jauh sebelum Senin tanqgal 31 Agustus 2009 bertempat di Jalan Letnan Boyak No. 77 Bangkinang Kabupaten Kampar tetapi telah digunakan dalam perkara perdata sebelumnya oleh Terdakwa yaitu pada Hari Senin tanggal 13 Desember 1999 bertempat di Jalan Letnan Boyak No. 77 Bangkinang Kampar yang mana Terdakwa telah memberikan Kuasa kepada Sdr. Bastian als Acai untuk mengajukan gugatan terhadap saksi Pelapor H. SYAMSUDDIN IBRAHIM DKK sebagaimana tertuang dalam putusan Pengadilan Negeri Bangkinang Nomor : 21/Pdt.G/1999/PN.BKN tanggal 24 Agustus 2000. Bahwa dalam Pasal 78 KUHPidana telah dijelaskan tentang Daluwarsa yaitu : Kewenangan menuntut pidana hapus karena Daluwarsa : 1. Mengenai semua pelanggaran dan kejahatan yang dilakukan dengan percetakan sesudah satu tahun; 2. Mengenai kejahatan yang diancam dengan pidana denda, pidana kurungan, atau pidana penjara paling lama tiga tahun sesudah enam tahun; 3. Mengenai kejahatan yang diancam dengan pidana penjara lebih dari tiga tahun sesudah Dua belas tahun; 4. Mengenai kejahatan yang di ancam dengan pidana mati atau pidana penjara seumur hidup delapan belas tahun; Bahwa berdasarkan uraian yang di dalilkan diatas, jelas kewenangan Saudara Jaksa Penuntut Umum dalam menuntut Terdakwa dalam perkara aquo telah habis karena ancaman pidana yang didakwakan Saudara Jaksa Penuntut Umum sebagaimana Pasal 263 Ayat (2) KUHPidana, yang ancaman hukumannya adalah 6 (enam) tahun serta jangka waktu daluwarsanya sesudah 12 (dua belas) tahun dan terhadap Akta Jual Beli Nomor :0266/SH/1981 tanggal 25 Maret 1981 tersebut telah digunakan oleh Terdakwa sejak dari tahun 1999 yang artinya apabila di hitung sampai dengan Laporan Polisi yang dibuat Saksi Pelapor (H. SYAMSUDDIN IBRAHIM DKK) pada tahun 2015 jangka waktunya telah 16 (enam belas) tahun; Bahwa didalam Pasal 79 KUHPidana juga mengatur tentang jangka mulai daluwarsa berlaku, adapun bunyi Pasal 79 KUHPidana adalah : Tenggang daluwarsa mulai berlaku pada hari sesudah perbuatan itu dilakukan kecuali dalam hal-hal berikut : 1. Mengenai pemalsuan atau perusakan mata uang, tenggang mulai berlaku pada hari sesudah barang yang dipalsu atau mata uang yang rusak digunakan. 2. Mengenai kejahatan dalam Pasal-pasal 328, 329, 330, dan 333 KUHPidana, tenggang dimulai pada hari sesudah orang yang langsung terkena oleh kejahatan dibebaskan atau meninggal dunia. (Menculik orang, membawa Hal 10 dari 34 hal.Put.No.72/PID.B/2016/PT.PBR orang ke tempat kerja lain, mencabut orang di bawah umur dari kekuasaan yang sah, memaksa orang). 3. Mengenai pelanggaran dalam Pasal 556, sampai dengan Pasal 558a KUHP, tenggang dimulai pada hari sesudah daftar-daftar yang memuat pelanggaranpelanggaran itu, menurut aturan-aturan umum yang menentukan bahwa register-register catatan sipil harus dipindahkan keKantor Panitera suatu pengadilan, di pindah kekantor tersebut (tindak-tindak pidana yang dalam jabatannya dilakukan oleh pegawai catatan sipil, mengendai daftar-daftar atau register-register); Bahwa apabila mengacu pada Pasal 79 KUHPidana tersebut dan sesuai dengan Surat dakwaan Saudara Jaksa Penuntut Umum yang menyatakan Terdakwa di duga melanggar Pasal 263 Ayat (2) “DENGAN SENGAJA MEMAKAI SURAT PALSU ATAU YANG DIPALSUKAN SEOLAH-OLAH SEJATI, JIKA PEMAKAIAN SURAT ITU DAPAT MENIMBULKAN KERUGIAN” maka Akta Jual Beli Nomor : 0266/SH/1981 tanggal 25 Maret 1981 telah digunakan oleh Terdakwa sebagai bukti Surat di Pengadilan Negeri Bangkinang pada tahun 1999 (lihat Putusan Pengadilan Negeri Bangkinang Nomor : 21/PDT-G/1999/PN.BKN tanggal 24 Agustus 2000 halaman 62), yang berarti sesuai dengan Pasal 79 KUHPidana tersebut perbuatan yang dilakukan oleh Terdakwa terhitung sejak bukti surat yang diajukan oleh Terdakwa dalam perkara Perdata Nomor : 21/PDT- G/1999/PN.BKN yaitu pada tahun 1999, berdasarkan hal tersebut mohon kepada Majelis Hakim yang memeriksa dan mengadili perkara aquo menyatakan Kewenangan Menuntut oleh Saudara Jaksa Penuntut Umum Hapus dan Gugur; Hal ini juga sejalan dengan Yurisprudensi Mahkamah Agung RI - Nomor 2224 K/Pid/2009 tanggal 29 Juli 2010; “Karena perbuatan yang didakwakan telah lewat + 17 (tujuh belas) tahun sehingga kewenangan Jaksa/Penuntut Umum menuntut hapus karena daluwarsa; - Nomor : 332 K/Pid/2002 tanggal 14 Maret 2003; “Jaksa / Penuntut Umum untuk melakukan penuntutan terhadap Terdakwa Hamzah gugur karena lewat waktu/kadaluwarsa dan menyatakan Terdakwa tidak dapat dipidana”; 2. Dakwaan tidak bisa diajukan kepada Terdakwa karena Tidak ada Dasar untuk mengajukannya; Bahwa dasar Saudara Jaksa Penuntut Umum dalam mengajukan Dakwaan sebagaimana uraian dalam dakwaan No. Reg. Perkara : PDM-524/BNANG/ 12/2015 tanggal 19 Desember 2015 menyatakan pada alinea Terakhir : Hal 11 dari 34 hal.Put.No.72/PID.B/2016/PT.PBR “ Bahwa mengetahui Akta Jual Beti Nomar: 0266/SH/1981 tanggal 25 Maret 1981 tersebut adalah tidak kemudian Saksf H. SYAMSUDDIN IBRAHIM lalu melaporkan kejadian tersebut kepada Polres Kampar guna pengusutan lebih lanjut, dimana akibat perbuatan Terdakwa Saksi H. SYAMSUDDIN IBRAHIM mengalami kerugian karena tidak dapat menguasai lahannya tersebut”. Bahwa dasar H. SYAMSUDDIN IBRAHIM dalam melaporkan Terdakwa di Kepolisian malah berdasarkan bukti kepemilikannya yaitu berupa Sertipikat Hak Milik No. 03/1992 tanggal 24 Februari 1992 atas nama Amhar Hamzah serta telah dibaliknamakan kepada H.SYAMSUDDIN IBRAHIM dan Sertipikat Hak Milik No. 6183/1990 tanggal 01 Nopember 1990 atas nama Dra. Maimanah serta dibaliknamakan kepada H. SYAMSUDDIN IBRAHIM pada tanggal 6 Agustus 1997, sementara terhadap tanah yang dilaporkan H.SYAMSUDDIN IBRAHIM adalah bukan miliknya melainkan adalah milik Terdakwa; Bahwa terhadap bukti kepemilikan H. SYAMSUDDIN IBRAHIM berdasarkan Sertipikat Hak Milik tersebut diatas telah di nyatakan cacat hukum dan tidak mempunyai kekuatan hukum oleh Putusan Pengadilan Negeri Bangkinang dalam Perkara Perdata Nomor : 35/Pdt.G/2009/PN.BKN tanggal 26 April 2010 (Bukti Lampiran IX) yang dikuatkan oleh Putusan Pengadilan Tinggi Pekanbaru Nomor : 203/PDT/2010/PTR tanggal 02 Mei 2011 (Bukti Lampiran X) serta dikuatkan oleh Putusan Mahkamah Agung RI No. 190 K/PDT/2013 tanggal 24 Juli 2013 (Bukti Lampiran XI). Bahwa dalam amar putusan pengadilan Negeri Nomor : 35/Pdt.G/2009/PN.Bkn tanggal 26 April 2010 memutuskan : MENGADILI DALAM KONPENSI Dalam Eksepsi ; - Menolak Eksepsi Tergugat I seluruhnya; Dalam Pokak Perkara : - Mengabulkan gugatan Para Penggugat untuk sebagian; - Menyatakan para Tergugat telah melakukan Perbuatan Melawan Hukum dengan menempati dan memperjualbelikan tanah milik Penggugat; - Menyatakan surat-surat kepemilikan tanah berupa Sertipikat Hak Milik Tergugat di atas tanah milik Penggugat cacat hukum dan tidak mempunyai kekuatan hukum, serta seluruh Akta Jual Beli maupun ganti rugi terhadap tanah-tanah milik Penggugat tidak sah dan tidak mempunyai kekuatan hukum; - Menyatakan surat-surat tersebut dibawah ini, yaitu : · SKGR. No. Reg. Camat 824/SH/1991 tanggal 6 Nopember 1991 atas nama Amhar Hamzah (Tergugat II) ; Hal 12 dari 34 hal.Put.No.72/PID.B/2016/PT.PBR · SKGR No.Reg.Camat 22/SH/1991 tanggal 10 Januari 1991 atas nama Amhar Hamzah (Tergugat II) ; · Akta Jual Beli No. 4136/SH/1988 tanggal 10 Desember 1988 atas nama Dra.Maimanah (Tergugat III); Tidak mempunyai kekuatan hukum dan batal demi hukum, sedangkan : · Sertipikat Hak Milik No. 03/1992 tanggat 24 Pebruari 1992 atas nama Amhar Hamzah (Tergugat II) serta telah dibaliknamakan kepada H. Syamsudin Ibrahim (Tergugat I); · Sertipikat Hak Milik No.6183/1990 tanggal 1 Nopember 1990 atas nama Dra. Maimanah ( Tergugat III ) serta telah dibalik namakan kepada H.Syamsudin Ibrahim (Tergugat I) pada tanggat 6 Agustus 1997, Cacat Hukum dan Tidak mempunvai kekuatan hukum ; - Menyatakan sah dan berharga Akta Jual Beti No.0266/SH/1981 tanggal 25 Maret 1981 antara Penggugat dengan H. Abdul Kadir MZ; - Menghukum Para Tergugat dan siapa saja yang menempati atau mendapatkan hak ditanah Penggugat tersebut, untuk menyerahkan tanah terperkara kepada Penggugat dalam keadaan kosong, bebas dari hak milik orang lain diatasnya ; - Menghukum Tergugat I membayar uang paksa (dwang soom) sebesar Rp 1.000.000.00 (satu juta rupiah) per harinya kepada penggugat atas kelalaian Para Tergugat menjalankan putusan yang sudah mempunyai kekuatan hukum tetap; - Menolak gugatan Penggugat untuk selain dan selebihnya: DALAM REKONPENSI; - Menolak gugatan penggugat dalam Rekonpensi/Tergugat I dalam Kanpensi ; DALAM KONPENSI DAN REKONPENSI : - Menghukum Para Tergugat dalam Konpensi/Penggugat dalam Rekonpensi untuk membayar biaya yang timbul dalam ini sebesar Rp.2.519.000,00 (dua juta lima ratus sembilan belas ribu Rupiah); Bahwa berdasarkan Putusan Pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap (inkracht van gewijsde) tersebut, menyatakan sah secara hukum tanah dalam Perkara perdata No. 35/Pdt.G/2009/PN.BKN adalah milik Terdakwa dan menyatakan sah dan berharga Akta Jual Beli No. 0266/SH/1981 tanggal 25 Maret 1981 dan H. SYAMSUDDIN IBRAHIM tidak lagi berhak atas tanah sesuai dengan bukti kepemilikannya yang telah dinyatakan cacat hukum dan tidak mempunyai kekuatan hukum; Bahwa atas tanah yang sah secara hukum milik Terdakwa tersebut oleh Pengadilan Negeri Bangkinang telah mengeluarkan surat Penetapan Nomor : 04/Pdt-Eks/2014/PN.BKN Jo Nomor : 35/Pdt.G/2009/PN.BKN tanggal 6 Hal 13 dari 34 hal.Put.No.72/PID.B/2016/PT.PBR Nopember 2014 (Bukti Lampiran XII) dan melaksanakan Sita Eksekusi sebagaimana surat Berita Acara Sita Eksekusi Nomor : 04/Pdt-Eks/2014/ PN.BKN. Jo Nomor : 35/Pdt.G/2009/PN.BKN, tanggal 02 Desember 2014 (Bukti Lampiran XIII), surat Penetapan Nomor : 04/Pdt-Eks/2014/PN.BKN. Jo Nomor : 35/Pdt.G/2009/PN.BKN tanggal 21 September 2015 (Bukti lampiran XIV) untuk melaksanakan Eksekusi, dan pada tanggal 19 November 2015 Pengadilan Negeri Bangkinang telah melaksanakan Eksekusi sebagaimana Berita Acara Eksekusi Pengosongan dan Penyerahan Nomor : 04/Pdt-Eks/2014/PN.BKN. Jo Nomor : 35/Pdt.G/2009/ PN.BKN, (Bukti Lampiran XV); Bahwa berdasarkan dalil-dalil yang di uraikan tersebut di atas jelas H. SYAMSUDDIN IBRAHIM yang merupakan Saksi Pelapor tidak memiliki dasar hukum kepemilikan untuk melaporkan Terdakwa di Kepolisian Negara RI sehingga Saudara Jaksa Penuntut Umum pun tidak mempunyai dasar untuk mengajukan penuntutan ataupun mendakwa Terdakwa sehubungan dengan bukti kepemilikan tanah milik Terdakwa yang telah dinyatakan sah dan berharga oleh suatu putusan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap (inkracht van gewijsde); Oleh sebab itu Kami mohon kepada Majelis Hakim yang memeriksa dan memutus perkara ini : 1. Menerima Eksepsi Penasihat Hukum Terdakwa 2. Menyatakan Batal demi hukum (nietig) Surat Dakwaan Jaksa Penuntut Umum No.Reg. Perkara : PDM-524/BNANG/12/2015 tanggal 09 Desember 2015; 3. Menyatakan Perkara aquo telah daluwarsa dan tidak dapat lagi diajukan penuntutan diPengadilan ; 4. Memulihkan Hak Terdakwa dalam kedudukan harkat dan martabatnya; 5. Menetapkan bahwa pemeriksaan dalam perkara ini di hentikan; 6. Membebankan biaya perkara kepada Negara ; Menimbang, bahwa atas keberatan Penasihat Hukum Terdakwa tersebut Penuntut Umum telah mengemukakan pendapatnya secara tertulis tanggal 18 Januari 2016 yang pada pokoknya sebagai berikut : I. PENDAHULUAN: Majelis Hakim yang kami muliakan ; Penasehat Hukum Terdakwa dan Terdakwa yang kami hormat; Dan Sidang Pengadilan yang terhormat ; Pertama-tama dan yang utama marilah kita sama-sama memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT Tuhan Yang Maha Esa. Karena berkat Hal 14 dari 34 hal.Put.No.72/PID.B/2016/PT.PBR Taufik dan HidayahNya kita diberikan kesehatan sehingga kita semua dapat hadir dalam persidangan yang mulia ini. Selanjutnya perkenankanlah kami menyampaikan ucapan terima kasih kepada Majelis Hakim yang terhormat atas perkenannya memberikan kesempatan kepada kami untuk menyampaikan tanggapan terhadap Eksepsi Penasehat Hukum Terdakwa NELITA Binti MUHAMMAD NUR (Alm) Als SI NEL yang disampaikan dalam sidang hari Senin tanggal 11 Januari 2016 yang lalu. Kami sadar bahwa Jaksa Penuntut Umum bukanlah sosok yang sempurna di dalam penegakan hukum, Penuntut Umum hanyalah manusia biasa sama dengan terdakwa atau manusia lainnya, yang sempurna dan yang paling utama adalah Allah SWT, Tuhan Yang MahaEsa. Namun demikian perlu kami ingatkan untuk kita sadari bersama, “Bahwa keadilan tertinggi yang kami perjuangkan dalam forum ini, dapat berarti "ketidak adilan" tertinggi bagi terdakwa sendiri. Dengan kata lain suatu hal yang dipandang sebagai "ketidak-adilan" tertinggi bagi terdakwa ini ,justru dapat bermakna sebagai untuk "keadilan" tertinggi bagi masyarakat”; Sebelum membahas eksepsi dari Penasehat Hukum terdakwa NELITA Binti MUHAMMAD NUR (Alm) Als SI NEL,terlebih dahulu perlu kiranya diuraikan secara singkat beberapa hal yang berkaitan dengan syaratsyarat Surat Dakwaan dan eksepsi sebagaimana diatur dalam KUHAP dan perundang-undangan lainnya, dengan maksud dan tujuan agar kita semua selaku penegak hukum senantiasa bertindak diatas landasan hukum yang tepat dan benar, diantaranya sebagai berikut : 1. Syarat-Syarat Surat Dakwaan Pasal 143 Ayat (2) KUHAP menyebutkan : Penuntut Umum membuat surat dakwaan yang diberi tanggal, dan ditandatangani serta berisi: a. Nama lengkap, tempat lahir, umur atau tanggal lahir, jenis kelamin, kebangsaan, tempat tinggal, agama dan pekerjaan tersangka. b. Uraian secara cermat jelas dan lengkap mengenai tindak pidana yang didakwakan dengan menyebut waktu dan tempat tindak pidana itu dilakukan. Meskipun Undang-Undang menghendaki perumusan secara cermat, jelas dan lengkap tetapi KUHP sendiri tidak mengatur bagaimana suatu uraian tindak pidana dalam surat dakwaan itu telah cermat, jelas dan lengkap. Untuk menentukan kriteria tentang suatu perumusan tindak pidana dalam surat dakwaan itu sudah cermat jelas dan lengkap hanyalah dapat Hal 15 dari 34 hal.Put.No.72/PID.B/2016/PT.PBR ditentukan secara kasuistis dan oleh karena itu untuk mendapat kejelasan tentang hal tersebut perlu kiranya kita menyimak kembali doktrin dan yurisprudensi. Rakernas Mahkamah Agung RI Tahun 1986 sehubungan dengan ketentuan Pasal 143 Ayat (2) KUHAP, Mahkamah Agung RI memberikan petunjuk sebagai berikut: “Maksud Pasal 143 Ayat (2) KUHAP dengan kalimat uraian secara cermat, jelas dan lengkap mengenai tindak pidana yang didakwakan, adalah bahwa dalam surat dakwaan itu harus disebut apa sesungguhnya dilakukan oleh terdakwa yang memenuhi unsur delik yang didakwakan, sehingga tidak cukup hanya menyebut unsur deliknya saja”. Kemudian dalam buku Pedoman Pembuatan surat dakwaan terbitan Kejaksaan Agung RI Tahun 1985, hal 14-16 dirumuskan pengertian cermat, jelas dan lengkap tersebut sebagaiberikut: a. Yang dimaksud dengan “cermat” adalah ketelitian Jaksa Penuntut Umum mempersiapkan surat dakwaan yang didasarkan pada Undangundang yang berlaku bagi terdakwa serta tidak terdapat kekurangan dan atau kekeliruan yang dapat mengakibatkan batalnya surat dakwaan. b. Yang dimaksud dengan “jelas” adalah Jaksa Penuntut Umum harus mampu merumuskan unsur-unsur delik yang didakwakan, sekaligus memadukan dengan perbuatan materiil (fakta) yang dilakukan oleh terdakwa dalam surat dakwaan. c. Yang dimaksud dengan “lengkap” adalah uraian surat dakwaan harus mencakup semua unsur-unsur yang ditentukan Undang-Undang secara lengkap. Selanjutnya mengenai pencantuman waktu dan tempat dilakukan tindak pidana dimaksud untuk memperjelas perumusan tindak pidana yang dirumuskan. Dalam hal ini Dr. ANDI HAMZAH, SH dalam bukunya Pengantar Hukum Acara Pidana Indonesia, tahun 1985 halaman 173 menyebutkan bahwa : Menurut Minkenhof Hoge Raad tidak banyak menuntut syarat-syarat penguraian tentang tempat dan waktu. Suatu uraian yang luas seperti “Di Rotterdam atau salah satu tempat di Nederland, atau di Antwerpen, atau salah satu tempat di Belgia dan didalam atau sekitar tahun-tahun 1920 sampai dengan tahun 1926 dipandang cukup memadai asal ternyata terdakwa tidak dirugikan dalam pembelaannya”. Hal 16 dari 34 hal.Put.No.72/PID.B/2016/PT.PBR Dalam praktek syarat-syarat yang berkaitan dengan formalisasi seperti tanggal, tandatangan dan identitas lengkap terdakwa disebut syarat formil. Sedangkan syarat yang berkaitan dengan isi / materi dakwaan yaitu uraian tentang tindak pidana yang didakwakan dan waktu serta tempat tindak pidana yang dilakukan disebut syarat materiil. Pencantuman syarat formal dan materiil dalam penyusunan Surat Dakwaan itu sendiri sebagai dasar pemeriksaan sidang pengadilan, dasar tuntutan pidana, dasar pembelaan diri bagi terdakwa dan merupakan dasar penilaian serta dasar putusan pengadilan; 2. Syarat-syarat Eksepsi / Keberatan : Perlu kami ketengahkan terlebih dahulu ketentuan yang mengatur tentang Eksepsi dalam persidangan pidana, yaitu sebagaimana diatur dalam Pasal 156 Ayat (1) KUHAP. Pasal 156 Ayat (1) KUHAP menyebutkan : “Dalam hal terdakwa atau Penasihat Hukum mengajukan keberatan bahwa pengadilan tidak berwenang mengadili perkaranya atau dakwaan tidak dapat diterima atau Surat Dakwaan dibatalkan, maka setelah diberi kesempatan kepada Penuntut Umum untuk menyatakan pendapatnya, Hakim memperttmbangkan keberatan tersebut untuk selanjutnya mengambil keputusan”. Dari ketentuan Pasal 156 Ayat (1) KUHAP terseut, dapat ditarik kesimpulan bahwa materi suatu eksepsi dalam perkara pidana haruslah memuat tentang : a. Apakah pengadilan tidak berwenang mengadili perkaranya; b. Apakah Dakwaan tidak dapat diterima; c. Apakah dakwaan harus dibatalkan. Bahwa yang dimaksud dengan Eksepsi adalah suatu upaya untuk mengajukan keberatan yang diberikan oleh Undang-Undang kepada terdakwa / Penasihat Hukum setelah Penuntut Umum selesai membacakan Surat Dakwaan. Demikian itulah sekilas mengenai pengertian atau batasan tentang Eksepsi yang mana menurut M. YAHYA HAMHAP, SH dalam bukunya yang berjudul "Pembahasan Permasalahan dan Penerapannya KUHAP Jilid II" halaman 661 dinyatakan bahwa Eksepsi belum boleh memasuki masalah yang bersangkutan dengan hukum materiil, karena Eksepsi merupakan upaya yang bersifat hukum formil. Selanjutnya LEIDEN MARPAUNG, SH dalam buku proses Penanganan Perkara Pidana, tahun 1992 halaman 328 menyebutkan bahwa : batasan ruang lingkup materi eksepsi tersebut, ialah bahwa eksepsi hanya dapat ditujukan terhadap dakwaan atau kewenangan Hal 17 dari 34 hal.Put.No.72/PID.B/2016/PT.PBR pengadilan. Jadi dengan demikian eksepsi hanya boleh diajukan terhadap hal yang bersifat prosesuil. Eksepsi tidak diperkenankan menyentuh materi perkara yang akan diperiksa dalam sidang pengadilan yang bersangkutan. Dengan perkataan lain, eksepsi hanya ditujukan kepada aspek formil yang berkaitan dengan penuntutan atau pemeriksaan perkara tersebut oleh Pengadilan. Sedangkan aspek materiil perkara tersebut tidak berada dalam lingkup eksepsi; Ditinjau dari segi materi dan alasan suatu eksepsi, maka eksepsi dapat dikelompokkan menjadi dua bentuk eksepsi yaitu eksepsi yang mengambil dasar dan alasanyang bersifat formil dan eksepsi yang menggunakan dasar atau alasan yang bersifat materiil. Dalam hal ini H. HAMRAT HAMID, SH dan HARUN M. HUSEIN, SH dalam buku pembahasan permasalahan KUHAP Bidang Penuntutan dan Eksekusi, tahun 1991 halaman 140 dan 141 menyebutkan bahwa : Eksepsi yang dapat dipertimbangkan pengadilan hanyalah Eksepsi yang diajukan terhadap dakwaan atau kewenangan Pengadilan. Jadi eksepsi yang didasarkan pada alasan-alasan yang bersifat materiil akan ditolak oleh Pengadilan karena Eksepsi yang demikian melampaui lingkup eksepsi yang ditentukan dalam Pasal 156 Ayat (1) KUHAP. Biasanya eksepsi yang demikian menjangkau atau memasuki materi atau pokok perkara yang diperiksa, selanjutnya adalah merupakan hal yang wajib bilamana Penasihat Hukum berusaha sedemikian rupa untuk mencari celah-celah hukum dalam usahanya melemahkan surat dakwaan Penuntut Umum. Sepanjang memungkinkan dalam usahanya meringankan beban kliennya, sedangkan bagi Penunntut Umum akan berusaha meluruskan perbedaan pendapat/presepsi yang timbul dengan harapan usaha penegakan hukum tetap berjalan sesuai rencana menuju tegaknya keadilan dan kebenaran. Demikianlah ketentuan Pasal 156 Ayat (1) KUHAP yang secara jelas mengatur eksepsi yang tentunya menjadi landasan dalam pemeriksaan perkara ini. Oleh karena itu agar sdr. Penasehat Hukum senantiasa memperhatikan ketentuan-ketantuan yang telah ditegaskan dalam Pasal 156 Ayat (1) KUHAP seperti tersebut diatas, tanpa mencampur adukannya dengan hal-hal yang mengarah pada pokok perkara, karena terhadap pokok perkara tersebut pemeriksaannya dilakukan pada tahap lain dalam proses pemeriksaan sidang selanjutnya, bukan pada tahap Eksepsi. II. MATERI POKOK EKSEPSI/KEBERATAN TERDAKWA MELALUI PENASEHAT HUKUMNYA Hal 18 dari 34 hal.Put.No.72/PID.B/2016/PT.PBR Majelis Hakim yang terhormat ; Penasehat Hukum Terdakwa dan Terdakwa yang terhormat ; Dan Sidang Pengadilan yang kami hormati ; Setelah kami membaca dan mempelajari dengan seksama eksepsi / keberatan dari Penasehat Hukum terdakwa, yang disampaikan pada persidangan hari Senin tanggal 11 Januari 2016, yang pada pokoknya meminta majelis hakim yang memeriksa dan mengadili perkara ini memutuskan : 1. Menerima Eksepsi Penasihat Hukum Terdakwa 2. Menyatakan Batal demi hukum (nietig) Surat Dakwaan Jaksa Penuntut Umum No.Reg. Perkara : PDM-524/BNANG/12/2015 tanggal 09 Desember 2015; 3. Menyatakan Perkara aquo telah daluwarsa dan tidak dapat lagi diajukan penuntutan diPengadilan ; 4. Memulihkan Hak Terdakwa dalam kedudukan harkat dan martabatnya; 5. Menetapkan bahwa pemeriksaan dalam perkara ini di hentikan; 6. Membebankan biaya perkara kepada Negara III. PENDAPAT / TANGGAPAN PENUNTUT UMUM TERHADAP EKSEPSI TERDAKWA MELALUI PENASEHAT HUKUMNYA Majelis Hakim yang mulia ; Penasehat Hukum Terdakwa dan Terdakwa yang kami hormati, Dan Sidang Pengadilan yang terhormat ; Bahwa menanggapi hal-hal pokok keberatan/Eksepsi dari Penasehat Hukum sebagaimana yang diatur dalam Pasal 156 Ayat (1) KUHAP dan Pasal 143 Ayat (2) huruf bKUHP dengan tujuan untuk mengkaitkan satu dengan lainnya sehingga dapat ditarik suatu kesimpulan apakah subtansi eksepsi Penasehat Hukum terdakwa masuk dalam ruang lingkup materi eksepsi sebagaimana ditentukan oleh Undang-undang ataukah justru eksepsi Penasehat Hukum terdakwa harus dinyatakan TIDAK BERSIFAT EKSEPSIONAL karena sudah menyentuh pokok perkara atau diluar ruang lingkup materi eksepi. Dalam hal Terdakwa atau Penasihat Hukum mengajukan keberatan bahwa pengadilan tidak berwenang mengadili perkaranya atau dakwaan tidak dapat diterima atau surat Dakwaan dibatalkan, maka setelah diberi kesempatan kepada Penunhrt Urnum untuk menyatakan pendapatnya, Hakim mempertimbangkan keberatan tersebut untuk selanjutnya mengambil keputusan. Hal 19 dari 34 hal.Put.No.72/PID.B/2016/PT.PBR Bahwa yang dimaksud dengan Eksepsi adalah suatu upaya untuk mengajukan keberatan yang diberikan oleh Undang-undang kepada terdakwa/Penasihat Hukum setelah Penuntut Umum seleai membacakan Surat Dakwaan. Demikian itulah sekih rnengenai pengertian atau batasan tentang Eksepsi yang mana menurut M. YAHYA HARAHAP, SH dalam bukunya yang berjudul “Pembahasan Permasalahan dan Penerapannya KUHAP Jilid II" halaman 661 dinyatakan bahwa Eksepsi belum boleh memasuki masalah yang bersangkutan dengan hukum materiil, karena Eksepsi merupakan upaya yang bersifat hukum formil. Selanjutnya LEIDEN MARPAUNG, SH dalam buku proses Penanganan Perkara Pidana, tahun 1992 halaman 328 menyebutkan bahwa : batasan ruang lingkup materi eksepsi tersebut, ialah bahwa eksepsi hanya dapat diajukan terhadap dakwaan atau kewenangan pengadilan. Jadi dengan demikian eksepi hanya boleh diajukan terhadap hal yang bersifat prosesuil. Eksepsi tidak diperkenankan menyentuh materi perkara yang akan diperiksa dalam sidang pengadilan yang bersangkutan, Dengan perkataan lain,eksepsi hanya ditujukan kepada aspek formil yang berkaitan dengan penuntutan atau pemeriksaan perkara tersebut oleh Pengadilan. Sedangkan aspek materiil perkara tersebut tidak berada dalam lingkup eksepsi; Ditinjau dari segi materi dan alasan suatu eksepsi, maka eksepsi dapat dikelompokkan menjadi dua bentuk eksepsi yaitu eksepsi yang mengambil dasar dan alasan yang bersifat formil dan eksepsi yang menggunakan dasar atau alasan yang bersifat materiil. Dalam hal ini H. HAMRAT HAMID, SH dan HARUN M. HUSEIN, SH dalam buku pembahasan permasalahan KUHAP Bidang Penuntutan dan Eksekusi, tahun 1991 halaman 140 dan 141 menyebutkan bahwa : Eksepsi yang dapat dipertimbangkan pengadilan hanyalah Eksepsi yang diajukan terhadap dakwaan atau kewenangan Pengadilan, Jadi eksepsi yang didasarkan pada alasan-alasan yang bersifat materiil akan ditolak oleh Pengadilan karena Eksepsi yang demikian melampaui lingkup eksepsi yang ditentukan dalam Pasal 156 Ayat (1) KUHAP. Biasanya eksepsi yang demikian menjangkau atau memasuki materi atau pokok perkara yang diperiksa, selanjutnya adalah merupakan hal yang wajib bilamana Penasihat Hukum berusaha sedemikian rupa untuk mencari celah-celah hukum dalam usahanya melemahkan surat dakwaan Penuntut Umum. Sepanjang memungkinkan dalam usahanya meringankan beban kliennya, sedangkan bagi Penuntut Umum akan berusaha meluruskan perbedaan pendapat/persepsi yang timbul dengan harapan usaha penegakan hukum tetap berjalan sesuai rencana menuju tegaknya keadilan dan kebenaran; Hal 20 dari 34 hal.Put.No.72/PID.B/2016/PT.PBR Bahwa Apabila kita mencermati isi dari Pasal 156 Ayat (1) KUHAP dan Pasal 143 Ayat(2) huruf b KUHAP, maka dapat disimpulkan bahwa materi eksepsi yang dibolehkan oleh ketentuan Undang-Undang adalah sebagai berikut : 1. Tentang kewenangan Pengadilan untuk mengadili; 2. Tentang dakwaan tidak dapat diterima ; 3. Tentang Surat Dakwaan yang harus dibatalkan karena tidak memenuhi rumusan dalamPasal 143 Ayat (2) huruf b KUHAP. Adapun uraian penjelasan dari masing-masing ketentuan tersebut adalah sebagai berikut: Ad.l. Tentang Kewenangan Pengadilan untuk Mengadili : Bahwa kewenangan (kompetensi) Pengadilan untuk mengadili ini menyangkut 2 (dua) hal, yakni kompetensi absolut yaitu mengenai “Peradilan Apa” yang berwenang untuk memeriksa dan mengadilinya, serta kompetensi relatif yaitu mengenai “Peradilan Negeri Mana” yang berwenang untuk memeriksa dan mengadili. Ad.2. Tentang Dakwaan tidak dapat diterima; Bahwa pengertian dakwaan tidak dapat diterima, tidak diatur oleh ketentuan Undang-Undang, oleh karena itu kami mencari didalam doktrin hukum pidana, Menurut VanBehmelen suatu dakwaan dinyatakan tidak dapat diterima apabila di dalam suatu perkara yang merupakan detik aduan, namun ternyata dalarn proses pengajuan kepersidangan tidak disertai dengan pengaduan, atau delik dilakukan pada waktu dan tempat dimana ketentuan Undang-Undang pidananya tidak berlaku, atau hak menuntut telah hapus dengan alasan antara lain nebis in idem, daluwarsa dan terdakwa meninggal dunia dan seterusnya yang dengan kata lain syarat-syarat pengajuan tuntutannya tidak terpenuhi. Perlu dicatat disini bahwa apabila suatu perbuatan bukan merupakan tindak pidana maka putusannya bukan tidak dapat diterima melainkan putusan lepas dari segala tuntutan hukum atau onstlag van rech vervolging dan hal ini sudah menyangkut putusan terhadap pokok perkara. (vide Pasal 191 Ayat (2) KUHAP). Ad.3. Tentang Surat Dakwaan yang harus dibatalkan karena tidak memenuhi rumusan dalam Pasal 143 Ayat (2) huruf b KUHAP Dengan merujuk kepada Pasal 143 Ayat (2) huruf b KUHAP, maka untuk dapat menyatakan Surat Dakwaan harus dibatalkan, Surat Dakwaan dimaksud setidaknya telah terlebih dahulu dinyatakan tidak menguraikan secara cermat, jelas dan lengkap mengenai tindak pidana yang Hal 21 dari 34 hal.Put.No.72/PID.B/2016/PT.PBR didakwakan dengan menyebutkan waktu dan tempat tindak pidana itu dilakukan. Berdasarkan ketentuan hukum sebagaimana telah diatur dalam Pasal 156 Ayat (1) KUHAP tentang keberatan, Maka alasan-alasan lain yang tidak termasuk didalam ketiga ketentuan tersebut diatas jelas merupakan alasan yang tidak sah menurut hukum karena tidak memiliki nilai hukum. Bahwa Surat Dakwaan Penuntut Umum telah dibuat dan disusun sesuai dengan yang disyaratkan oleh Undang- Undang yaitu telah sesuai dengan ketentuan Pasal 143 Ayat(2) KUHAP, yang menyebutkan : Penuntut Umum membuat Surat dakwaan yang diberi tanggal dan ditanda tangani serta berisi : a. Nama lengkap, tempat lahir, Umur atau tanggal lahir, Jenis kelamin, Kebangsaan,Tempat Tinggal, Agama, dan Pekerjaan tersangka ; b. Uraian secara cermat, jelas dan lengkap mengenai tindak pidana yang didakwakan dengan menyebutkan waktu dan tempat tindak pidana itu dilakukan; Bahwa didalam surat dakwaan yang telah kami bacakan dalam sidang telah memenuhi syarat formil dan meteriil, yaitu telah memuat secara lengkap identitas terdakwa dan telah ditandatangani oleh Penuntut Umum, dan surat dakwaan juga telah memuat uraian secara cermat, jelas dan lengkap mengenai jenis tindak pidana yang didakwakan dengan menyebutkan waktu dan tempat tindak pidana dilakukan, dengan demikian dakwaan tersebut sudah memenuhi ketentuan Pasal 143 Ayat (2) huruf (a) dan (b) KUHAP, Oleh karena alasan Eksepsi dari Penasehat Hukum yang dibuat panjang lebar sehingga mengarah kemana-mana dan banyak pengulangan alasan eksepsi, maka untuk lebih jelasnya kami Jaksa Penuntut Umum akan menjelaskan bantahan/tanggapan terhadap poin pokok-pokoknya saja terhadap alasan Eksepsi Penasehat Hukum Terdakwa, antara lain sebagai berikut : 1) Perkara sudah daluarsa/Exeptio In Tempores Bahwa dalam perkara a quo Penuntut Umum telah mendakwa Terdakwa NELITA Binti MUHAMMAD NUR (Alm) Als SI NEL atas tuduhan “Dengan sengaja memakai surat palsu atau dipalsukan seolah-olah sejati, jika pemakaian surat itu dapat menimbulkan kerugian” sebagaimana diatur dalam Pasal 263 Ayat (1) KUHPidana, bahwa penggunaan surat palsu Akta Jual Beli Nomor : 0266/SH/1981 tanggal 15 Maret 1981 tersebut pada hari Senin tanggal 31 Agustus 2009 bertempat di Jl.Letnan Boyak No.77 Bangkinang Kabupaten Kampar dengan cara mengajukan gugatan perdata dengan nomor Hal 22 dari 34 hal.Put.No.72/PID.B/2016/PT.PBR register perkara Nomor : 35/Pdt.G/2009/PN.Bkn ke Pengadilan Negeri Bangkinang; Bahwa Penuntut Umum mengaburkan Fakta Hukum supaya dakwaan tidak daluarsa “karenaTerdakwa telah menggunakan Akra Jual Beli tersebut dalam perkara perdata sejak tahun 1999 yang digunakan sebagai bukti dalam menggugat pihak-pihak yang menguasai tanah terdakwa sebagaimana Perkara Nomor :21/PDT-G/1999/ PN.BKN tanggal 24 Agustus 2000,.....dst ". Bahwa apabila dihitung sejak Laporan Polisi Nomor. LP/64/III/ 2015/Riau/Res Kampar tanggal 04 Maret 2015 telah Daluarsa karena telah diketahui diketahui oleh saksi Pelapor ataupun telah digunakan oleh Terdakwa dalam perkara perdata Melawan Pelapor H. Syamsuddin Ibrahim dariPerkara Pertama sejak tahun 1999 sld 2015 (16 Tahun)... dst” sehingga berdasarkan Pasal 78KUHPidana pekara a quo telah Daluarsa,..dst”. TANGGAPAN PENUNTUT UMUM : - Bahwa Mengenai alasan eksepsi Penasehat Hukum Tersebut diatas, jelas kami JaksaPenuntut Umum tidak sependapat dimana Penasehat Hukum yang menyatakan bahwa Terdakwa Terdakwa telah menggunakan Akta Jual Beli Nomor:0266/SH/1981 tanggal 25 Maret 1981 tersebut dalam perkara perdata sejak tahun 1999 yang digunakan sebagai bukti dalam menggugat pihak-pihak yang menguasai tanah terdakwa sebagaimana Perkara Nomor.21/PDTG/1999/PN.BKN tanggal 24 Agustus 2000. .. dst " Sehingga justru Penasehat Hukum Terdakwalah yang telah mengaburkan mengenai kapan Terdakwa menggunakan Akta Jual Beli yang palsu tersebut karena dalam perkara perdata pada tahun 1999 jelas dan terang Terdakwa tidak sebagai pihak dalam perkara tersebut baik Penggugat maupun Tergugat justru barulah kemudian pada tahun 2009 Terdakwa mengajukan gugatan kepada saksi Pelapor berdasarkan Perkara Nomor :35/Pdt.G/2009/PN.Bkn, sehingga cara Penasehat Hukum dalam menghitung daluarsa dalam tindak pidana menggunakan surat palsu sebagaimana diatur dalam Pasak 263 Ayat (2) KUHP menurut hemat kami Penuntut Umum adalah keliru; - Bahwa ketentuan hukum yang digunakan untuk menghitung kadaluarsa tindak pidana menggunakan surat palsu sebagaimana diatur dalam Pasal 263 Ayat (2) KUHP yang dilakukan oleh Terdakwa seharusnya menggunakan ketentuan Pasal 79 KUHP saja yang berbunyi “tenggang waktu kadaluarsa mulai berlaku pada Hal 23 dari 34 hal.Put.No.72/PID.B/2016/PT.PBR hari sesudah perbuatan dilakukan. Bahwa sehubungan dengan ketentuan Pasal 79 KUHP tersebut perlu kami sampaikan bahwa pengertian “perbuatan” dalam rumusan pasal tersebut sebagai maksud dari pengertian “perbuatan pidana”. Bahwa perbuatan pidana menurut Moejanto (2002-63) harus terdiri dari unsur-unsur sebagai berikut : 1.Adanya kelakukan (tingkah laku) dan akibat konsitutif, 2.Hal ikhwal atau keadaan yang menyertai perbuatan, 3.Keadaan yang memberatkan pidana, 4.Unsur melawan hukum yang obyektif, 5.Unsur melawan hukum subjektif; - Salah satua unsur dari perbuatan pidana yaitu unsur adanya kelakuan (tingkah laku) dan akibat konsitutif, sehingga bisa menjadi dasar untuk menghitung kadaluarsa penuntutan yang menjadi kewenangan kami selaku Jaksa Penuntut Umum. Bahwa perbuatan pidana adalah mengenai larangan berbuat. Oleh karena itu perbuatan atau tingkah laku harus disebutkan dalam rumusan. Tingkah laku merupakan unsur mutlak perbuatan pidana. Tingkah laku dalam perbuatan terdiri dari tingkah laku pasip atau negatif (nalaterl) dan tingkat laku aktif atau positif (handelen). Tingkah laku pasif berupa tingkah laku membiarkan (alaten), merupakan suatu bentuk tingkah laku yang tidak melakukan aktivitas tubuh atau bagian tubuh dimana seharusnya dalam keadaan-keadaan tertentu harus melakukan perbuatan aktif dan dengan tidak berbuat demikian, maka bisa disalahkan karena tidak melaksanakan kewajiban hukumnya. Sedangkan tingkah laku aktif adalah suatu bentuk tingkah laku yang untuk mewujudkannya atau melakukannya diperlukan wujud gerakan atau gerakan-gerakan tubuh atau bagian tubuh. Sehingga Terdakwa dan kapan surat palsu tersebut digunakan merupakan satu kesatuan utuh dari terwujudnya suatu perbuatan pidana dan tidak dapat dilihat hanya terhadap surat palsu tersebut digunakan tetapi juga dilihat “siapa” yang dengan sengaja menggunakan surat palsu tersebut sehingga perbuatan Terdakwa dengan sengaja menggunakan Akta Jual Beli dalam perkara a quo yang diduga palsu dalam perkara perdata tahun 2009 yang menyebabkan saksi pelapor Syamsudin Ibrahim mengalami kerugian karena tidak dapat menguasai lahan tersebut; - maka menurut pendapat kami Jaksa Penuntut Umum bahwa waktu kadaluarsa penuntutan berdasarkan ketentuan Pasal 79 KUHP yang berbunyi “tenggang waktu kadaluarsa mulai berlaku pada hari sesudah perbuatan dilakukan” dihitung dari waktu sesudah Hal 24 dari 34 hal.Put.No.72/PID.B/2016/PT.PBR diketahuinya perbuatan “memakai surat palsu” tersebut menimbulkan kerugian pada korban. Bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 78 Ayat (1) ke-3 menyatakan kewenangan menuntut pidana hapus karena kadaluarsa mengenai kejahatan yang diancam dengan pidana penjara lebih dari tiga tahun adalah sesudah 12 (dua belas) tahun, maka mengingat ketentuan tersebut kadaluarsa perbuatan pidana “memakai surat palsu” yang dilakukan oleh Terdakwa dimulai dari sejak Terdakwa dengan sengaja memakai surat palsu pada tanggal 31 Agustus 2009 untuk mengajukan gugatan sebagaimana telah kami Penuntut Umum jelaskan dalam Locus dan Tempus di Surat Dakwaan kami Penuntut Umum sehingga merugikan saksi Pelapor Syamsuddin lbrahim dan baru diketahui pada tahun 2015 sebagaimana dengan LaporanPolisi dalam perkara a quo dimana daluarsa perbuatan terdakwa dihitung pada tanggal 01September 2009 (6 tahun) dan masih dalam waktu hak Penuntut Umum dalam melakukan Penuntutan terhadap Terdakwa, sehingga tindakan penuntutan yang dilakukan oleh Jaksa Penuntut Umum adalah masih dalam tenggang waktu kadaluarsa sebagaimana yang ditentukan oleh undang-undang. Dengan demikian keberatan yang demikian tidak dapat dijadikan alasan untuk menyatakan dakwaan tidak cermat dan surat dakwaan harus batal demi hukum, sehingga alasan tersebut harus dikesampingkan; 2) Dakwaan tidak dapat diajuka kepada Terdakwa karena tidak ada dasar untuk mengajukan Bahwa dasar H.Syamsudin Ibrahim dalam melaporkan Terdakwa di Kepolisian adalah berdasarkan bukti kepemilikannya yaitu berupa Sertifikat Hak Milik No.03/1992 tanggal 24 Februari 1992 atas nama Amhar Hamzah serta dibalikan nama atas nama H.Syamsudin Ibrahim dan berdasarkan Sertifikat Hak Milik tersebut di atas telah dinyatakan cacat hukum dan tidak mempunyai kekuatan hukum oleh Putusan Pengadilan Negeri Bangkinang dalam perkara perdata Nomor : 35/Pdt.G/2009/PN.Bkn tanggal 26 April 2010 yang dibuatkan dengan Putusan Pengadilan Tinggi pekanbaru Nomor 203/PDT/2010/PTR tanggal 02 Mei 2011 serta dikuatkan dengan Putusan Makamah Agung RI Nomor 190 K/PDT/2013 tanggal 24 Juli 2003…..dst; Bahwa H.Syamsuddin Ibrahim yang merupakan saksi pelapor tidak memiliki dasar hukum kepemilikan untuk melaporkan Terdakwa di Kepolisian Negara RI sehingga saudara Jaksa Penuntut Umum pun Hal 25 dari 34 hal.Put.No.72/PID.B/2016/PT.PBR tidak mempunyai dasar untuk mengajukan penuntutan terhadap Terdakwa; TANGGAPAN PENUNTUT UMUM : - Bahwa Mengenai alasan eksepsi Penasehat Hukum Tersebut diatas, jelas kami JaksaPenuntut Umum tidak sependapat karena perkara yang didakwakan kepada Terdakwa adalah Tindak Pidana “Dengan sengaja memakai Surat Palsu atau yang dipalsukan seolah-olah sejati, jika pemakaian surat itu dapat menimbulkan kerugian”, sebagaimana diatur dalam Pasal 263 Ayat (2) KUHP dan yang menjadi objek Pemalsuan adalah Akta Jual Beli Nomor:0266/SH/1981 tanggal 25 Maret 1981 dan tidak ada kaitannya dengan surat kepemilikan tanah saksi Pelapor H.SYamsuddin Ibrahim justru menurut kami Penuntut Umum dengan adanya dugaan pemalsuan terhadap Akta Jual Beli yang dimiliki Terdakwa yang digunakan untuk menggugat saksi Pelapor H. Syamsuddin Ibrahim dalam perkara perdata yang menyebabkan adanya Putusan Pengadilan Perdata yang diduga didasarkan dengan bukti berupa Akta Jual Beli palsu yang dimiliki dan dipakai Tersangka sebagai bukti di Pengadilan Perdata dan akibat perbuatan tersebut tentu saja merugikan saksi Pelapor H.Syamsuddin Ibrahim karena hilang hak kepemilikan terhadap lahan tersebut. Bahwa perkara Perdata sebagaimana yang disebutkan oleh Penasehat Hukum Terdakwa merupakan perkara yang berbeda dalam perkara a quo dan Putusan Peradilan Perdata tersebut tidak mengikat terhadap pemeriksaan perkara pidana terhadap terdakwa sebagaimana palsu yang didakwakan tindak pidana memakai surat kepada Terdakwa. hal ini diatur dalamPeraturan MA Nomor l Tahun 1956 (tanggal 18 Maret 1956) dalam Pasal 3 yang menyatakan sebagai berikut : "Pengadilan dalam pemeriksaan perkara pidana tidak terikat oleh suatu putusan Pengadilan dalam pemeriksaan perkara perdata tentang adanya atau tidak adanya suatu hak perdata tadi” juga dinyatakan dalam Yurisprudensi Putusan Mahkamah Agung RI No.413 K/Kr/1980, tanggal 26 Agustus 1980. “Bahwa selanjutnya Hakim berdasarkan atas Peraturan Mahkamah Agung No.1 tahun 1956, tidak terikat oleh suatu putusan perkara perdata tentang adanya atau tidak adanya suatu hak perdata dan dengan demikian Hakim Pidana diberikan kebebasan untuk mengikuti atau tidak putusan dalam Hal 26 dari 34 hal.Put.No.72/PID.B/2016/PT.PBR perkara perdata yang mempunyai sangkut paut dengan perkara pidana”. - Bahwa berdasarkan hal tersebut diatas jelas perkara yang didakwakan kepada Terdakwa dapat diajukan dan tidak ada sangkut paut dengan Perkara Perdata sebagaimana yang disebutkan oleh Penasehat Hukum Terdakwa dalam alasan eksepsinya dan hal tersebut merupakan alasan untuk dapat menghilangkan Penuntutan hak dari terhadap Penutut Terdakwa Umum untuk sebagaimana mengajukan diatur dalam Peraturan Perundang-Undangan, - Bahwa alasan eksepsi dari penasehat hukum sudah menjangkau kedalam materi pokok perkara sehingga Penuntut Umum tidak akan menanggapi lebih jauh karena didalam alasan eksepsi telah diatur secara limitatif dalam KUHAP yaitu Pasal 143 Ayat (2) huruf b KUHAP dan Pasal 156 ayat (1) KUHAP hal ini diperlukan agar Materi Pokok perkara dipersidangan dan apabila dengan mudah diambil alih pemeriksaan pokok perkara/pembuktian dimasukan kedalam alasan eksepsi maka sudah jelas pemeriksaan pokok perkara/pembuktian tidak diperlukan lagi dan cukup dieksepsi saja untuk memutuskan terbukti atau tidaknya dakwaan penuntut umum sehingga alasan eksepsi Penasehat Hukum Terdakwa tidak berdasar dan tidak dapat dijadikan alasan untuk membuat Dakwaan Batal Demi Hukum sehingga harus dikesampingkan; Bahwa seharusnya Penasehat Hukum Terdakwa memahami hal-hal yang diamanatkan KUHAP untuk menjadi alasan-alasan eksepsi sehingga hak Terdakwa mendapatkan Pengadilan yang cepat, sederhana dan biaya ringan jadi tidak dipenuhi dimana disatu sisi Penasehat Hukum mengatakan menjunjung keadilan dan hak Terdakwa tetapi disisi lain Pensehat Hukum mengajukan alasan eksepsi yang tidak eksepsional yang telah diatur secara tegas dalam KUHAP. Dan sudah sepantasnya jika Penasehat Hukum mencari dan menegakkan keadilan bagi Terdakwa begitu halnya kami Jaksa Penuntut Umum maka terhadap pembuktian terhadap perbuatan yang disangkakan kepada Terdakwa maka kami segera melimpahkan perkara ke PN Bangkinang untuk segera diadili (Pasal 143 Ayat (1) KUHAP) untuk membuktikan dakwaan kami Jaksa Penuntut Umum; Bahwa untuk selebihnya kami Jaksa Penuntut Umum tidak akan menanggapi lebih jauh dari alasan eksepsi yang dikemukakan oleh Penasehat Hukum Terdakwa karena alasan yang dikemukakan bukan merupakan syarat untuk dapat dibatalkannya Surat Dakwaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal Hal 27 dari 34 hal.Put.No.72/PID.B/2016/PT.PBR 143 Ayat (3) KUHAP dimana untuk dapat menyatakan Surat Dakwaan harus dibatalkan, Surat dakwaan dimaksud setidaknya telah terlebih dahulu dinyatakan tidak menguraikan secara cermat, jelas dan lengkap mengenai tindak pidana yang didakwakan dengan menyebutkan waktu dan tempat tindak pidana itu dilakukan dan menurut kami Jaksa Penuntut Umum Surat dakwaan telah disusun secara cermat jelas dan lengkap sebagaimana diatur dalam Pasal 143 Ayat (3) KUHAP Dengan demikian keberatan penasehat Hukum tidak berdasar dan maka haruslah ditolak; Bahwa apabila Penasehat Hukum terdakwa dapat mencermati dengan baik dan benar bahwa surat dakwaan yang telah kami bacakan dalam persidangan, telah memenuhi syarat formil dan meteriil, yaitu telah memuat secara lengkap identitas terdakwa dan telah ditandatangani oleh Penuntut Umum, dan surat dakwaan juga telah memuat uraian secara cermat, jelas dan lengkap mengenai jenis tindak pidana yang didakwakan dengan menyebutkan waktu dan lempat tindak pidana dilakukan, dengan demikian dakwaan tersebut sudah memenuhi ketentuan Pasal 143 Ayat(2) huruf (a) dan (b)KUHAP. Bahwa Penasehat Hukum adalah tidak beralasan dan telah masuk kedalam materi pokok perkara serta dalam memahami ketentuan yang mengatur tentang Surat Dakwaan yaitu Pasal 143 Ayat (2) huruf b KUHAP dan Pasal 156 Ayat (1) KUHAP dilakukan secara tidak tepat atau tidak benar; Dengan demikian materi eksepsi tidak mendasar dan sepatutnya dikesampingkan. IV.KESIMPULAN Majelis Hakim yang mulia ; Penasehat Hukum Terdakwa dan terdakwa yang kami hormati, dan ; Sidang Pengadilan yang kami hormati ; Berdasarkan uraian-uraian sebagaimana tersebut di atas maka kami Penuntut Umum dalam perkara ini berkesimpulan : 1. Surat Dakwaan kami Nomor Reg. Perkara : PDM-524/BNANG/12/2015, tanggal 09 Desember 2015, sudah disusun secara cermat, jelas dan lengkap serta telah memenuhi syarat-syarat formal maupun materiil sesuai dengan ketentuan Pasal 143 Ayal (2) KUHAP. 2. Eksepsi Penasehat Hukum Terdakwa tidak mendasar, tidak jelas dan telah melampaui ruang lingkup eksepsi/keberatan, karena telah menyangkut materi pokok perkara yang menjadi obyek pemeriksaan sidang Pengadilan. Oleh karena itu kami Penuntut Umum dengan hormat mohon agar Majelis Hakim yang memeriksa dan mengadili perkara ini memutuskan : 1. Menyatakan bahwa Surat Dakwaan Penuntut Umum Nomor Reg Perkara : PDM-524/BNANG/12/2015, tanggal 09 Desember 2015 An Terdakwa Hal 28 dari 34 hal.Put.No.72/PID.B/2016/PT.PBR NELITA BINTI MUHAMMADNUR (Alm) Als Sl NEL. telah disusun sebagaimana mestinya dan telah sesuai dengan ketentuan Pasal 143 Ayat (2) KUHAP dan karenanya Surat Dakwaan tersebut dapat dijadikan dasar pemeriksaan perkara ini; 2. Menyatakan eksepsi/keberatan dari Penasehat Hukum Terdakwa tidak dapat diterima dan ditolak dan pemeriksaan perkara ini dilanjutkan; Menimbang, bahwa berdasarkan Eksepsi Terdakwa melalui Penasihat Hukumnya dan tanggapan Penuntut Umum atas Eksepsi tersebut, Pengadilan Negeri Bangkinang telah menjatuhkan putusan tanggal 2 Februari 2016 Nomor: 525/Pid.B/2015/PN.Bkn yang amarnya sebagai berikut : 1. Menerima eksepsi Penasihat Hukum Terdakwa; 2. Menyatakan kewenangan Jaksa Penuntut Umum untuk menuntut hapus atau gugur karena daluwarsa; 3. Menetapkan barang bukti berupa : - Putusan Pengadilan Negeri Bangkinang Nomor :21/PDT-G/1999/PN.BKN tanggal 24 Agustus 2000; - Putusan Pengadilan Tinggi Riau Nomor : 33/Pdt/2001/PT.R tanggal 9 Juli 2001 ; - Putusan Mahkamah Agung Rl Nomor : No.1842K/Pdt/2002 tanggal 14 Maret 2003 ; - Putusan Peninjauan Kembali (PK) Nomor : 241 PK/Pdt/2004 tanggal 26 Oktober 2005; - Relas Pemberitahuan Putusan Peninjauan Kembali dari Pengadilan Negeri Pekanbaru pada hari Jum'at tanggal 24 Juli 2009 ; - Surat dari Penasihat Hukum Terdakwa Nomor: 051/MH/IV/SRT/2015 kepada Penyidik Polres Kampar ; - Surat dari Penasihat Hukum Terdakwa Nomor : 061/MH/VI/SRT/2015) kepada Penyidik Polres Kampar ; - Surat dari Penasihat Hukum Terdakwa Nomor: 166/MH/XI/SRT/2015 kepada Kepala Kejaksaan Negeri Bangkinang; - Putusan Pengadilan Negeri Bangkinang dalam Perkara Perdata Nomor : 35/Pdt.G/ 2009/PN.BKN tanggal 26 April 2010 ; - Putusan Pengadilan Tinggi Pekanbaru Nomor : 203/PDT/2010/PTR tanggal 02 Mei2011; - Putusan Mahkamah Agung RI No. 190 K/PDT/2013 tanggal 24 Juli 2013 ; - Penetapan untuk melaksanakan Sita Eksekusi Nomor : 04/Pdt.Eks/ 2014/PN.BKN. JoNomor : 35/Pdt.G/2009/PN.BKN tanggal 6 Nopember 2014 ; Hal 29 dari 34 hal.Put.No.72/PID.B/2016/PT.PBR - Berita Acara Sita Eksekusi Nomor : 04/Pdt-Eks/2014/PN.BKN. Jo Nomor : 35/Pdt.G/ 2009/PN.BKN tanggal 02 Desember 2014 ; - Penetapan untuk melaksanakan Eksekusi Nomor : 04/Pdt-Eks/2014/ PN.BKN. Jo Nomor: 35/Pdt.G/2009/PN.BKN tanggal 21 September 2015 ; - Berita Acara Eksekusi Pengosongan dan Penyerahan Nomor :04/Pen.Pdt/ Eks.Pengosongan-Pts/2014/PN.BKN Jo Nomor: 35/Pdt.G/2009/PN.BKN pada tanggal 19 November 2015; Tetap terlampir dalam berkas perkara. 4. Membebankan biaya perkara kepada Negara. Menimbang, bahwa terhadap putusan tersebut Penuntut Umum telah menyatakan Pernyataan Perlawanan dihadapan Panitera Pengadilan Negeri Bangkinang tanggal 03 Februari 2016, sebagaimana ternyata dari Akta Pernyataan Perlawanan Nomor 02/Akta.Pid/2016/PN.Bkn dan Pernyataan Perlawanan tersebut telah diberitahukan dengan cara seksama kepada Terdakwa melalui Penasihat Hukumnya pada hari Jumat tanggal 19 Februari 2016; Menimbang, bahwa sehubungan dengan Pernyataan Perlawanan tersebut, Penuntut Umum telah mengajukan Memori Perlawanan tertanggal 03 Februari 2016 diserahkan kepada Panitera Pengadilan Negeri Bangkinang pada tanggal 04 Februari 2016 dan Memori Perlawanan tersebut telah pula diberitahukan dengan cara seksama kepada Terdakwa melalui Penasihat Hukumnya pada hari Senin tanggal 22 Februari 2016; Menimbang, bahwa atas Memori Perlawanan dari Penuntut Umum tersebut Terdakwa melalui Penasihat Hukumnya telah pula mengajukan Kontra Memori Perlawanan yang diterima di Kepaniteraan Pengadilan Negeri Bangkinang tanggal 15 Maret 2016, Kontra Memori Perlawanan tersebut telah pula diberitahukan dengan cara seksama kepada Penuntut Umum pada hari Selasa tanggal 16 Maret 2016 ; Menimbang, bahwa sebelum berkas dikirim kepada Pengadilan Tingkat Banding telah diberikan kesempatan yang cukup kepada Penuntut Umum dan Terdakwa melalui Penasihat Hukumnya untuk mempelajari berkas perkara dalam tenggang waktu 7 (tujuh) hari kerja sebagaimana dimaksud dalam pasal 236 ayat 2 KUHAP, terhitung sejak tanggal 07 Maret sampai dengan tanggal 16 Maret 2016 ; Menimbang, bahwa putusan Pengadilan Negeri Bangkinang Nomor : Hal 30 dari 34 hal.Put.No.72/PID.B/2016/PT.PBR 525/Pid B/2015/PN.Bkn dijatuhkan pada tanggal 2 Februari 2016 dengan dihadiri Penuntut Umum dan Terdakwa yang didampingi oleh Penasihat Hukumnya sedang Pernyataan Perlawanan oleh Penuntut Umum tersebut diajukan pada tanggal 03 Februari 2016, sehingga menurut pasal 233 ayat 2 KUHAP, Pernyataan Perlawanan tersebut telah diajukan dalam tenggang waktu dan cara serta syarat-syarat yang ditentukan oleh Undang-Undang, maka Pernyataan Perlawanan tersebut secara formal dapat diterima; Menimbang, bahwa Penuntut Umum dalam Memori Perlawanannya pada pokoknya memohon sebagai berikut : 1. Membatalkan Putusan Sela Majelis Hakim Pengadilan Negeri Bangkinang Nomor :525/PID.B/2015/PN.BKN tanggal 02 Februari 2016. 2. Agar Pengadilan Tinggi Riau di Pekanbaru menerima perlawanan ini dan menyatakan bahwa keberatan Jaksa Penuntut Umum beralasan. 3. Menyatakan Terdakwa dapat diperiksa atau diadili kembali berdasarkan dakwaan tersebut. 4. Membebankan biaya perkara kepada terdakwa. Memerintahkan Pengadilan Negeri Bangkinang untuk : - Melakukan pemeriksaan terhadap terdakwa NELITA BINTI MUHAMMAD NUR (ALM) ALS SI NEL di dalam persidangan Pengadilan Negeri Bangkinang. - Memeriksa perkara itu dengan dakwaan sebagaimana diatur dan diancam dalam pasal 263 Ayat (2) KUHP Tentang “Tindak Pidana Penggunaan Surat Palsu”. Menimbang, bahwa Terdakwa melalui Penasihat Hukumnya telah pula mengajukan Kontra Memori Perlawanan yang pada pokoknya memohon adalah sebagai berikut : 1. Menolak Perlawanan dari Jaksa Penuntut Umum untuk seluruhnya ; 2. Menguatkan Putusan Pengadilan Negeri Bangkinang Nomor : 525/Pid.B/2015/PN.BKN tanggal 02 Februari 2016 atas nama Terdakwa NELITA Binti MUHAMMAD NUR (Alm) Als SI NEL 3. Menyatakan kewenangan Jaksa Penuntut Umum untuk menuntut hapus atau gugur karena daluarsa ; 4. Menyatakan Batal demi hukum (nietig) Surat Dakwaan Jaksa Penuntut Umum No. Reg. Perkara : PDM-524/BNANG/12/2015 tanggal 09 Desember 2015 ; 5. Memulihkan Hak Terdakwa dalam kedudukan harkat dan martabatnya ; Hal 31 dari 34 hal.Put.No.72/PID.B/2016/PT.PBR 6. Menetapkan bahwa pemeriksaan dalam perkara ini di hentikan ; 7. Membebankan biaya perkara kepada Negara ; Menimbang, bahwa alasan Jaksa Penuntut Umum agar Pengadilan Tinggi membatalkan Putusan Pengadilan Negeri Bangkinang Nomor 525/Pid.B/2015/PN.Bkn tanggal 2 Februari 2016 adalah penghitungan jangka waktu daluwarsa sejak Tahun 1999 adalah keliru karena dalam perkara Tahun 1999 jelas dan terang Terdakwa tidak sebagai pihak dalam perkara tersebut baik Penggugat maupun Tergugat, justru baru pada Tahun 2009 Terdakwa mengajukan gugatan kepada saksi pelapor berdasarkan perkara Nomor 35/Pdt.G/2009/PN.Bkn dan sampai dengan sekarang ini baru 6 (enam) Tahun sehingga belum daluwarsa ; Menimbang, bahwa alasan keberatan Jaksa Penuntut Umum tersebut tidak tepat karena dalam perkara Nomor 21/Pdt.G/1999/PN.Bkn tanggal 24 Agustus 2000 pihak-pihak yang tercantum dengan jelas pada angka ke-4 adalah NELITA bersama-sama Ny.LIBERTY MOHD.NUR, Ny.DONNA FITRI dan ALFI FARIS sebagai Penggugat III, sedangkan H.SYAMSUDIN IBRAHIM sebagai Tergugat III, yang kemudian ada gugatan lagi perkara Nomor 35/Pdt.G/2009/PN.Bkn tanggal 26 April 2010 dimana NELITA sebagai pihak Penggugat I dan H.SYAMSUDIN IBRAHIM sebagai Tergugat I, sehingga tidak dapat jika penghitungan jangka waktu daluwarsa adalah sejak Tahun 2009 karena bukti surat yang diduga palsu yaitu Akta Jual Beli Nomor 0266/SH/1981 tanggal 25 Maret 1981 sudah digunakan dalam perkara Tahun 1999 sehingga jika dihitung sejak Tahun 1999 sampai dengan pelaporan ke Polisi pada Tahun 2015 adalah selama 15 (lima belas) Tahun, yang berarti sudah lewat dari 12 (dua belas) Tahun sebagaimana diatur pasal 78 ayat (3) KUHP ; Menimbang, bahwa setelah Pengadilan Tinggi Pekanbaru mempelajari secara seksama berkas perkara, berita acara persidangan dan turunan resmi putusan Pengadilan Negeri Bangkinang Nomor : 525/Pid.B/2015/PN.Bkn tanggal 2 Februari 2016, Memori Perlawanan dari Penuntut Umum dan Kontra Memori Perlawanan dari Terdakwa melalui Penasihat Hukumnya, Pengadilan Tinggi Pekanbaru sependapat dengan Putusan Pengadilan Negeri Bangkinang Nomor 252/Pid.B/2015/PN.Bkn tanggal 2 Februari 2016 yang menyatakan menerima eksepsi Penasihat Hukum Terdakwa dan menyatakan kewenangan Jaksa Penuntut Umum untuk menuntut hapus atau gugur karena daluwarsa, karena putusan Pengadilan Negeri Bangkinang yang dimohonkan banding tersebut, telah memuat pertimbangan-pertimbangan hukum, Majelis Hakim Hal 32 dari 34 hal.Put.No.72/PID.B/2016/PT.PBR Tingkat Banding menyatakan bahwa pertimbangan-pertimbangan hukum yang dilakukan Majelis Hakim Tingkat Pertama telah tepat dan benar ; Menimbang, bahwa keberatan-keberatan yang lain yang diajukan Penuntut Umum baru dan dalam Memori Perlawanannya tidak memuat hal-hal yang hanya merupakan pengulangan saja dari apa yang telah dikemukakannya dalam persidangan tingkat pertama yang kesemuanya sudah dipertimbangkan dalam putusan tingkat pertama pada Pengadilan Negeri Bangkinang sehingga keberatan-keberatan tersebut haruslah ditolak ; Menimbang, bahwa oleh karena pertimbangan-pertimbangan Majelis Hakim Tingkat Pertama dalam menjatuhkan putusan dalam perkara a.quo sudah tepat dan benar, maka pertimbangan-pertimbangan tersebut diambil alih dijadikan sebagai pertimbangan Majelis Hakim Tingkat Banding dalam memutus perkara a.quo dalam tingkat banding ; Menimbang, bahwa dengan dijadikannya pertimbangan Majelis Hakim Tingkat Pertama tersebut di atas sebagai pertimbangan Majelis Hakim Tingkat Banding sendiri, maka tidak ada alasan untuk merobah, memperbaiki putusan Pengadilan Negeri Bangkinang Nomor 525/Pid.B/2015/PN.Bkn tanggal 2 Februari 2016 tersebut , sehingga harus dipertahankan dan dikuatkan ; Menimbang, bahwa karena oleh karena kewenangan Jaksa Penuntut Umum untuk menuntut hapus atau gugur karena daluwarsa dalam perkara aquo maka biaya perkara dibebakan kepada Negara ; Memperhatikan ketentuan Pasal 156 Undang-undang No. 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) Jo.Pasal 263 Ayat (2), Pasal 78 Ayat (1) dan Pasal 79Undang-undang No. 1 Tahun 1946 tentang Peraturan Hukum Pidana untuk Seluruh Wilayah Republik Indonesia (KUHP), serta ketentuan hukum lain yang bersangkutan; M E N G A D I L I: - Menerima pernyataan Perlawanan dari Penuntut Umum; - Menguatkan Putusan Pengadilan Negeri Bangkinang tanggal 2 Februari 2016 Nomor 525/Pid.B/2015/PN.Bkn yang dilawan tersebut ; - Membebankan biaya perkara kepada Negara ; Hal 33 dari 34 hal.Put.No.72/PID.B/2016/PT.PBR Demikianlah diputuskan dalam rapat Permusyawaratan Majelis Hakim pada hari : Rabu tanggal 13 April 2016 oleh kami : Ewit Soetriadi, SH. MH, sebagai Ketua Majelis dengan N.Betty Aritonang, SH. MH dan Kharlison Harianja . SH.MH sebagai Hakim-Hakim Anggota berdasarkan Penetapan Plh.Ketua Pengadilan Tinggi Pekanbaru tanggal 31 Maret 2016 Nomor: 72/PID.B/2016/PT.PBR untuk memeriksa dan mengadili perkara ini dalam Tingkat Banding, putusan tersebut pada hari Senin tanggal 18 April 2016 diucapkan dalam sidang yang terbuka untuk umum oleh Hakim Ketua Majelis tersebut dengan dihadiri oleh Hakim-hakim Anggota tersebut serta dibantu oleh Rustam. SH. Panitera Pengganti pada Pengadilan Tinggi Pekanbaru akan tetapi tanpa dihadiri oleh Penuntut Umum dan Terdakwa maupun kuasanya ; Hakim-Hakim Anggota, Ketua Majelis tersebut, N.Betty Aritonang SH. MH. Ewit Soetriadi. SH. MH. Kharlison Harianja. SH.MH. Panitera Pengganti ; Rustam, SH. Hal 34 dari 34 hal.Put.No.72/PID.B/2016/PT.PBR