bab i pendahuluan - Universitas Sumatera Utara

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Musik adalah sebuah organisasi bunyi yang sangat berperan aktif dalam
kehidupan manusia. Peran penting musik juga sangat dibutuhkan dalam sebuah
kebudayaan baik melalui vokal, instrumen, maupun gabungan keduanya. Musik
selalu berkembang bentuk, guna, dan fungsinya di tengah-tengah masyarakat
pendukungnya. Di antara fungsi musik adalah sebagai media hiburan, ritual,
peribadatan, maupun sebuah pendidikan. Musik adalah salah satu bagian dari
kesenian yang dinikmati melalui pendengaran melalui warna suara (tone color/
timbre), ritme (rhythm), melodi (melody), harmoni (harmony), dan dinamika
(dynamic) yang terajut dalam suatu tekstur yang dapat menghasilkan suatu
ekspresi.
Dalam sebuah pendidikan musik, memahami musik dalam bentuk saintifik,
diperlukan pengetahuan yang mendukung. Pengetahuan ini mencakup teknik
permainan, permasalahan teknik, metode pembelajaran, cara membaca sebuah
notasi baik angka, huruf, maupun notasi balok, interpretasi, teori dalam sebuah
komposisi musik, bahan yang tertulis dalam buku panduan serta kurikulum ketika
memainkan dan mempelajari instrumen musik. Permainan instrumen tanpa sebuah
teknik yang baik, dapat menyulitkan seorang musisi dalam pencapaian interpretasi.
Hal ini dikarenakan hasil dari sebuah teknik permainan seorang musisi, maka
bunyi atau nada dari instrumen tersebut menjadi indah diperdengarkan, ketika
Universitas Sumatera Utara
memainkan sebuah karya maupun materi lagu. Melalui permasalahan ini maka
seorang musisi harus memiliki teknik permainan yang baik ketika memainkan
sebuah lagu. Permasalahan teknik dalam permainan sebuah instrumen tidak hanya
pada seorang musisi ketika memainkan sebuah lagu maupun komposisi, tetapi
terdapat juga pada seorang pelajar yang sedang mempelajari sebuah instrumen
melalui buku panduan dari sebuah kurikulum musik.
Buku panduan adalah sebuah bahan ajar seorang guru, yang digunakan
dalam proses belajar-mengajar diaplikasikan melalui sebuah metode, dilakukan
seorang guru kepada siswa dalam proses pembelajaran instrumen. Namun hal
yang sering terjadi ketika menggunakan buku panduan dalam proses pembelajaran
adalah teknik permainan pada awal pembelajaran atau tingkatan pada great dasar,
ketika mempelajari sebuah instrumen, sering sekali berbeda aplikasi teknik yang
tertulis dalam buku panduan dengan seorang pelajar yang mengaplikasikan buku
panduan tersebut. Hal ini sering sekali terjadi pada sebuah pembelajaran baik pada
sebuah sekolah, instansi dan juga lembaga-lembaga musik lainnya. Dalam hal ini
pembelajaran yang dilakukan seorang siswa selalu menurut kemudahan siswa
bermain, baik melalui penjarian maupun teknik permainan lagu.
Permasalahan ini menjadikan seorang guru harus dapat mengerti cara
mengajarkan siswa untuk melatih sebuah teknik melalui latihan-latihan yang
diberikan seorang guru kepada siswa ketika mengaplikasikan teknik yang terdapat
pada buku panduan, sesuai dengan yang tertulis, ketika siswa mengaplikasikan
buku panduan dalam proses pembelajaran instrumen musik.
Universitas Sumatera Utara
Pembelajaran praktik instrumen melalui buku panduan dari sebuah
kurikulum, dilakukan pelajar dengan menggunakan notasi balok. Namun
kenyataannya, tidak sedikit keinginan seorang pelajar yang sedang mempelajari
instrumen tanpa menggunakan sebuah notasi. Hal ini menunjukkan anak lebih
suka penyampaian secara lisan (oral) dan lebih cepat meniru secara langsung apa
yang dilakukan seorang guru. Persoalannya adalah ketika anak mempelajari
instrumen pada tingkatan yang lebih tinggi, anak tidak akan mampu meniru apa
yang dilakukan gurunya, karena bahan yang cukup sulit dan panjang untuk
ditirukan. Permasalahan ini bukan hanya terdapat kepada seorang siswa, tetapi
juga terdapat pada seorang instruktur atau pengajar musik yang harus mengerti
ketika mengajarkan anak melalui sebuah buku panduan.
Buku panduan adalah sebuah bahan ajar yang sangat penting dalam proses
pembelajaran pada pendidikan musik. Buku panduan tercipta oleh karena adanya
sebuah kurikulum dalam pembelajaran instrumen yang terdapat disebuah instansi,
sekolah maupun kursus musik. Pembelajaran instrumen musik merupakan bidang
yang menjadi pusat perhatian pekerja musik baik pada seorang konseptor musik,
komposer, arranger maupun musisi, yang terlibat dalam sebuah proses
pembelajaran instrumen melalui buku panduan.
Seorang konseptor dalam bidang pendidikan musik selalu memikirkan
sebuah pelatihan bertahap yang ditulis dalam sebuah buku panduan instrumen,
untuk kepentingan pembelajaran seorang siswa memainkan sebuah lagu. Berbeda
halnya dengan seorang komposer yang hanya menciptakan sebuah karya untuk
dimainkan, sesuai dengan kepentingan seorang komposer, kemudian arranger
Universitas Sumatera Utara
yang menggubah lagu tersebut agar indah dan harmonis ketika dimainkan
instrumen baik dalam sebuah melodi maupun sebuah iringan musik, serta seorang
musisi yang memainkan sebuah karya dengan teknik yang baik ketika memainkan
sebuah instrumen yang diaplikasikan dengan indah ketika memainkan sebuah lagu
diperdengarkan melalui sebuah suara instrumen.
Melalui seorang komposer, arranger, musisi, serta seorang konseptor
musik, buku panduan dapat tercipta. Seorang komposer, arranger, musisi, dapat
langsung menulis sebuah bahan yang ditulis melalui sebuah notasi. Ironisnya
seorang siswa maupun pelajar dapat langsung mengambil (download) bahan
tersebut melalui internet untuk dimainkan dalam proses pembelajaran instrumen
tanpa menanyakan terlebih dahulu kepada seorang guru praktik instrumen.
Akibatnya anak akan kesulitan memainkan bahan tersebut serta memaksakan
kemampuan bermain untuk pencapaian teknik maupun interpretasi musik.
Terlebih lagi sebuah buku panduan yang dipelajari seorang siswa ketika
mempelajari instrumen musik memiliki perbedaan cara membaca notasi yang
tertulis dalam buku panduan dengan cara membaca notasi sekolah, instasi maupun
lembaga musik.
Penulisan sebuah notasi yang digunakan seorang siswa pada pembelajaran
praktik instrumen terbagi menjadi 3 (tiga) bagian, seperti notasi balok, angka,
maupun huruf, kemudian semua penulisan notasi tersebut dapat dibaca melalui
solmisasi do – re –mi – fa – sol – la – si – do. Kerapnya pembelajaran instrumen
menggunakan notasi balok dalam proses belajar-mengajar di sebuah instansi,
sekolah maupun kursus musik.
Universitas Sumatera Utara
Notasi balok adalah sebuah penulisan yang ditulis secara berurutan, terdiri
dari 5 (lima) garis dan 4 (empat) spasi yang sering disebut paranada atau
sangkarnada, semua notasi ditulis tepat pada garis maupun spasi, dengan tangkai
ke atas maupun dengan tangkai ke bawah, jika sebuah notasi lebih rendah dan
tinggi jarak oktafnya, maka dalam notasi balok dapat menggunakan garis bantu di
atas garis paranada untuk nada yang lebih tinggi, kemudian di bawah paranada
untuk nada yang lebih rendah.
Notasi balok
Notasi angka adalah penulisan sebuah notasi dengan menggunakan angka
1 (satu) sampai 7 (tujuh), dimana notasi tersebut memiliki kesamaan dan
perbedaan simbol ritme dengan notasi balok, jika notasi balok simbol ritme
terletak pada tangkainya, maka notasi angka terletak sebuah ritme diatas angka–
angkanya, kemudian jika posisi nada lebih rendah dan lebih tinggi jarak oktafnya,
maka notasi angka menggunakan tanda titik, titik diatas untuk oktaf yang lebih
tinggi dan titik dibawah untuk oktaf yang lebih rendah.
Notasi angka
C = do
Notasi huruf (A, B, C) adalah sebuah notasi yang ditulis dengan huruf,
proses pengerjaannya sama dengan notasi angka, tetapi seorang pencipta lagu,
Universitas Sumatera Utara
komposer, arranger jarang sekali menggunakan notasi huruf sebagai media
penulisan lagu, maupun komposisi yang akan dimainkan oleh seorang musisi.
Notasi huruf
C = do
C - C#- D – D#- E - F – F# - G – G# -A - A#- B – C
Notasi adalah lambang atau tulisan musik, sedangkan notasi balok adalah
tulisan musik dengan menggunakan lima garis datar yang berguna menunjukkan
tinggi rendahnya suatu nada (Pono Banoe, 2003:299). Peran sebuah notasi
menjadi hal yang sangat penting dalam musik, yang dapat dibaca dan ditulis untuk
kepentingan seorang komposer, arranger, dan konseptor musik untuk
menuangkan sebuah nada yang akan dimainkan seorang musisi maupun seorang
pelajar dengan kepentingan pembelajaran maupun pertunjukan. terlebih pada
sebuah pendidikan praktik instrumen melalui tinggi rendahnya sebuah nada, nilai
nada (ritme), dinamika, maupun interpretasi, kemudian
aplikasi nada ketika
dibunyikan (Kodijat dan Marzoeki, 1984:4).
Pada abad ke IX, muncul istilah solmisasi, yaitu cara baca solmisasi yang
dipelopori oleh seorang pastor Katolik di Italia Guido D‟ Arezzo, dikenal sebagai
do-re-mi-fa-sol-la-si-do sebagai pernyataan c-d-e-f-g-a-b-c (absolute) (Banoe,
2003:385). Sebutan nada-nada diatonis ini berasal dari rentetan kata-kata pujaan
kepada Sancta Ioannis, murid termuda Yesus Kristus, yang isinya memohon
kepadanya, agar suara para penyanyi yang menyanyikan pujian kepada Tuhan,
tetap merdu dan tidak parau. Rentetan singkatan tersebut adalah sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
•
DO – Dominus
•
RE – Renorare
•
MI – Mira ges tuorum
•
FA – Famuli tuorum
•
SOL – Solve pollute
•
LA – Labii reatum
•
SI – Sancta Ioannis (Sylado, 1986:8)
Teknik membaca sebuah notasi terbagi menjadi 2 (dua) bagian yaitu, do
tetap (fixed do) dan do bergerak (movable do) pada sebuah partitur maupun
reportoar musik. Kedua teknik membaca tersebut memiliki kesulitan dan
kemudahan dalam hal membaca atau menyanyikannya secara solmisasi.
Permasalahan ini sangat berpengaruh terhadap pembelajaran dalam memainkan
sebuah lagu maupun komposisi musik.
Teknik membaca movable do adalah sebuah teknik membaca dengan nada
dasar yang berubah sesuai dengan banyaknya tanda kres (#) dan tanda mol (b)
yang tertulis pada garis paranada.
Movable do
Universitas Sumatera Utara
Berbeda dengan fixed do dimana penyebutan nada tidak merubah apapun
walaupun seberapa banyak tanda kres (#) dan tanda mol (b) terhadap penulisan
garis paranada.
Fixed Do
Perbedaan movable do dan fixed do memiliki permasalahan di kalangan
musisi ketika bermain bersamaaan dalam bentuk duet, trio, kuartet, ansambel, dan
juga orkestra, ketika memainkan sebuah lagu yang memiliki sebuah panduan yang
berbentuk sebuah notasi. Hal ini mengakibatkan sebuah perbedaan aplikasi dalam
proses permainan musik. Maka dalam hal ini seorang pelatih maupun seorang
pemimpin dalam sebuah kelompok musisi harus mengerti kedua teknik membaca
tersebut, agar sesama musisi ketika memainkan sebuah komposisi musik memiliki
kesamaan tujuan walaupun terdapat sebuah perbedaan teknik membaca sebuah
notasi.
Permasalahan teknik membaca movable do dan fixed do juga terdapat pada
sebuah pembelajaran dasar instrumen, untuk kepentingan merasakan wujud dalam
sebuah lagu melalui solmisasi (sight singing, reading) dalam sebuah partitur
sebelum diaplikasikan pada sebuah instrumen, sering sekali berbeda pengucapan
antara seorang guru dan murid ketika mempelajari melalui buku panduan tersebut,
permasalahan ini mengakibatkan sebuah perbedaan komunikasi dalam proses
pembelajaran dan lebih menyulitkan guru dan murid. Pembelajaran praktik
instrumen dengan persoalan teknik membaca yang memakai sebuah buku
Universitas Sumatera Utara
panduan memiliki kesulitan tersendiri dalam sebuah pembelajaran, baik terhadap
sebuah teknik permainan, maupun teknik membaca, terlebih pada instrumen gitar.
Gitar adalah alat musik petik yang dimainkan melalui teknik tangan kanan dan
tangan kiri.
Tangan kanan dalam sebuah pembelajaran kelima jari yang sering
disimbolkan dengan ibu jari (P), jari telunjuk (I), jari tengah (M), dan jari manis
(A), kemudian jari kelingking (CH) yang jarang sekali digunakan dalam
pembelajaran gitar, penjarian tangan kanan digunakan sebagai petikan yang
diaplikasikan bergantian maupun digunakan secara bersamaan dalam memainkan
instrumen gitar. Berbeda dengan simbol jari pada tangan kiri dalam permainan
instrumen gitar jari telunjuk disimbolkan dengan (1), jari tengah disimbolkan
dengan (2) jari manis disimbolkan dengan (3) dan jari kelingking disimbolkan
dengan (4), permainan jari pada tangan kiri dilakukan dengan menekan senar pada
kolom-kolom gitar maupun fret gitar, dilakukan secara bergantian maupun
dilakukan secara bersamaan yang membentuk sebuah bentuk jari atau frame jari,
jika dibutuhkan bermain sebuah akor dalam pembelajaran.
Permasalahan penjarian dalam pembelajaran sering sekali terdapat sebuah
hafalan yang dilakukan seorang siswa melalui letak notasi pada garis dan spasi
pada sebuah paranada, kemudian menerapkan penjarian untuk kolom-kolom
instrumen sesuai dengan notasi pada garis paranada yang dibaca melalui kedua
teknik baca. Pembelajaran tersebut bukan bermain musik melalui instrumen,
melainkan memainkan sebuah permainan hapalan yang dilakukan oleh jari
terhadap sebuah kolom atau fret.
Universitas Sumatera Utara
Permasalahan yang terdapat ketika murid melakukan hal tersebut adalah
seorang murid hanya akan mengerti jari dan notasi, tanpa memikirkan interpretasi,
solmisasi, sebuah akor, modulasi, dan hal-hal lainnya dalam elemen-elemen
musik. Hal ini dikarenakan anak telah fokus dengan hapalannya ketika bermain
instrumen, permasalahan ini juga menjadi sebuah bahan pemikiran, terhadap
sebuah instrumen yang tidak memiliki kolom maupun fret, bagaimana seorang
pelajar dapat merasakan nada yang dimainkan sudah tepat, karena anak telah
fokus dalam penjarian yang di hafal melalui letak sebuah notasi.
Ironisnya hal ini dikembangkan oleh seorang konseptor dengan
menggunakan warna sebagai media hapalan untuk pembelajaran musik.
Permasalahannya adalah bagaimana jika sebuah lagu didasari dengan nada dasar
yang berbeda. Akibatnya pelajar yang menggunakan teknik membaca dengan
menghapal penjarian dan memainkan sebuah nada, tidak akan menghiraukan nada
yang dihasilkan, apakah sudah cukup berkualitas, dikarenakan pelajar sudah fokus
dengan hapalan letak jari maupun warna pada kolom dan letak not pada garis
paranada, yang diaplikasikan pelajar dengan mengisi kolom dengan jari untuk
menghasilkan sebuah nada. Hal ini menjadi sebuah permasalahan terhadap
pembelajaran, namun pertimbangan penghasilan terhadap kehidupan seorang
instruktur lebih diutamakan, sehingga merubah segalanya menjadi tepat dan dapat
dipakai.
Permasalahan ini dimengerti seorang instruktur senior, tetapi bagaimana
dengan sebuah instansi, sekolah musik, kursus musik yang memilih sebuah
kurikulum berdasarkan tren sebuah masa, untuk kepentingan bisnis instansi,
Universitas Sumatera Utara
sekolah, maupun kursus musik. Dalam hal ini sering terlihat ketika seorang
pelajar mengikuti sebuah ujian dengan memakai sebuah kurikulum. Permasalahan
dalam sebuah kurikulum maupun buku panduan adalah sebuah simbol, buku
panduan memiliki simbol penjarian tangan kanan dan tangan kiri, dituliskan tepat
diatas sebuah notasi balok. Simbol-simbol tersebut tidak diperdulikan oleh siswa
maupun pelajar gitar, ketika mempelajari instrumen gitar melalui buku panduan.
Maka dalam hal ini pembelajaran melalui buku panduan selalu dengan
kemampuan siswa tanpa mengerti sebuah pencapaian teknik yang terdapat pada
buku panduan. Akibatnya pelajar yang memainkan instrumen gitar tidak akan
berkembang karena selalu dengan tingkat kemampuan siswa, bukan pada sebuah
teknik yang tertulis pada buku panduan. Dalam hal ini seorang guru harus
mengerti melatih siswa bermain dengan tingkat kesulitan dalam buku panduan.
Tidak hanya pada sebuah teknik permainan dalam mempelajari instrumen
musik, tetapi faktor penghambat seperti faktor internal dan eksternal belajar,
lingkungan, sekolah, orang tua menjadi hal yang sangat penting dalam proses
pembelajaran siswa, agar seorang siswa dapat berkembang secara pesat dalam
mempelajari musik khususnya instrumen musik gitar. Melalui permasalahanpermasalahan ini penulis ingin meneliti sebuah pembelajaran praktik instrumen
gitar kurikulum ABRSM (Associated Board of the Royal School of Music) dasar I
melalui tiga lagu di sekolah Chandra Kusuma School. Selanjutnya penulis
mengkaji masalah kesulitan dalam teknik permainan gitar dan menawarkan
sebuah solusi pelatihan untuk memudahkan dalam memainkan lagu yang terdapat
pada pembelajaran instrumen gitar, baik pada proses pembelajarannya maupun
Universitas Sumatera Utara
untuk kepentingan ujian internasional, yang dilakukan siswa secara individu di
sekolah Chandra Kusuma.
Sekolah Chandra Kusuma School, instansi, maupun kursus musik
menggunakan kurikulum ABRSM sebagai buku panduan untuk proses
pembelajaran maupun ujian praktik instrumen. Ujian ABRSM tersebut juga dapat
dilakukan perorangan terlepas dari sebuah sekolah, instansi dan kursus musik,
selagi dapat mengikuti kualifikasi pada buku panduan dan persyaratan ujian.
Kurikulum yang dipakai untuk ujian ABRSM adalah kurikulum yang diciptakan
dari kerjasama seluruh universitas yang ada di Eropa, direvisi dan dikembangkan
selama 3 tahun sekali pada pembelajaran praktik instrumen maupun teori musik
yang bahan tersebut dipakai sebagai proses pembelajaran dan bahan untuk ujian
pelajar melalui instrumen khususnya pada instrumen gitar di sekolah Chandra
Kusuma School.
Sekolah Chandra Kusuma School terletak di Kota Medan disebuah
perumahan Cemara Asri, dimana sekolah tersebut menggunakan Kurikulum
ABRSM untuk mendukung proses pembelajaran instrumen sebagai pelajaran
musik program dan privat di Sekolah Chandra Kusuma School untuk kepentingan
pembelajaran serta ujian yang dilakukan siswa Chandra Kusuma School. Sekolah
ini memiliki kelas yang disebut musik program untuk pembelajaran praktik
instrumen yang termasuk dalam mata pelajaran seni budaya yang lebih
dispesifikasikan.
Seni budaya merupakan salah satu pelajaran yang sangat diminati siswasiswi di sekolah Chandra Kusuma School. Mata pelajaran seni budaya meliputi
Universitas Sumatera Utara
bidang seni rupa, tari, dan musik. Pada pembahasan seni musik biasanya peserta
didik mendapatkan pokok pembahasan sejarah musik, musik populer, dan
mempelajari cara membaca notasi angka dan notasi balok. Begitu pula peserta
didik juga dapat mempelajari alat musik seperti, rekorder, pianika, angklung, dan
gitar, serta membahas materi tentang musik. Sekolah Chandra Kusuma School
memanfaatkan proses pembelajaran ekstrakurikuler ataupun mata pelajaran wajib
dalam bidang musik pada siswa yang ingin belajar praktik instrumen musik secara
lebih serius. Misalnya marching band, band, komposisi, ataupun mempelajari
intrumen musik klasik seperti violin, viola, cello, flute, gitar, dan piano.
Siswa-siswi Sekolah Chandra Kusuma School dapat memilih berbagai
instrumen musik untuk musik program. Sekolah Chandra Kusuma School
menggunakan mata pelajaran ekstrakurikuler untuk dapat mempelajari alat musik
klasik dan tradisional. Adapun alat musik yang digunakan dalam pembelajaran
yaitu: mempelajari alat musik angklung, gondang seperti taganing, suling,
garantung, gong, hasapi, kemudian pianika, rekorder, violin, viola, cello,
contrabass, flute, piano, gitar, paduan suara, dan komposisi.
Prosesnya melibatkan guru-guru yang mempunyai kemampuan secara
individu untuk mengajar dan memainkan alat musik. Proses pembelajaran
instrumen musik di sekolah Chandra Kusuma School merupakan rangkaian
kegiatan yang dilaksanakan oleh guru sebagai pendidik dan siswa sebagai
kegiatan belajar-mengajar dengan menggunakan fasilitas pendidikan yang telah
disediakan. Pembelajaran ini bertujuan untuk meningkatkan perkembangan otak,
sains, dan musikalitas siswa-siswi. Hal ini dapat dilihat pada fungsi dan tujuan
Universitas Sumatera Utara
pembelajaran tersebut, dimana peserta didik tersebut dibentuk untuk dijadikan
sebagai pemain orkes di dalam sebuah kelompok instrumen.
Salah satu instrumen yang dipelajari di sekolah Chandra Kusuma School
adalah instrumen gitar. Gitar klasik berkembang dengan sangat mengesankan.
Perkembangan
yang
terjadi
tidak
hanya
dari
jumlah
pemusik
yang
memainkannya, tetapi juga lagu-lagu yang diciptakan khusus untuk gitar klasik.
Hal ini ditandai dengan banyaknya muncul pendidikan gitar klasik di
mancanegara, baik berupa program sarjana maupun pendidikan dasar untuk
penikmat musik. Terlebih sebuah instansi dan kursus musik yang membuat kelas
spesial bagi seorang pelajar yang ingin mempelajari musik, hanya untuk
memainkan sebuah instrumen dengan lagu yang disenangi pelajar, bukan
mengikuti kurikulum atau aturan teknik membaca yang digunakan instruktur,
kurikulum pada instansi maupun kursus musik, yang mendukung pembelajaran
praktik instrumen gitar klasik.
Gitar klasik pada awalnya merupakan alat musik utama yang digunakan
dalam pertunjukan seni flamenco di Spanyol. Karena gitar digunakan sebagai alat
musik dalam flamenco maka sebelum istilah gitar klasik muncul, masyarakat lebih
mengenal gitar dengan enam buah senar yang terbuat dari usus sapi itu sebagai
Gitar Flamenco. Ciri dari alat musik ini adalah suara yang indah namun lemah
dalam kekuatan suara. Istilah ‘Gitar Klasik’ mulai lazim digunakan sekitar tahun
1920 setelah pemusik kenamaan Andres Segovia mulai mempertunjukkan karyakarya arus utama seni musik Eropa.
Universitas Sumatera Utara
Intrumen gitar terbagi menjadi 3 (tiga) bagian yaitu gitar klasik, gitar
akustik dan gitar elektrik, masyarakat Indonesia lebih meminati gitar akustik, hal
ini dikarenakan gitar akustik lebih mudah dimainkan tanpa harus menaati sebuah
peraturan yang ada ketika bermain instrument gitar . Gitar akustik memiliki
sebuah neck dan fret yang lebih kecil dan lebih mudah untuk dipegang ketika
memainkannya, badan gitar akustik juga lebih kecil dibandingkan gitar klasik dan
memiliki sebuah kesamaan terhadap gitar elektrik. Senar gitar akustik terbuat dari
logam dan kawat. Gitar elektrik berbeda dengan gitar akustik, secara organologi,
gitar elektrik menghasilkan suara dengan bantuan speaker dan sound, perbedaan
elektrik dengan gitar akustik juga terdapat pada alat-alat pendukung suara seperti
efek.
Gitar klasik berbeda dengan gitar akustik dan elektrik, gitar klasik
memiliki digunakan dalam bentuk ansamble yang menggunakan buku panduan
berbentuk notasi balok, memainkan gitar klasik lebih sulit dengan sebuah teknik
yang dituliskan dalam sebuah partitur, Gitar klasik memiliki senar yang terbuat
dari nilon (nylon) yang memiliki bentuk seperti senar untuk memancing (untuk
dawai pertama sampai ketiga). Sedangkan di dawai ke- 4 hingga ke- 6
menggunakan nylon yang dibungkus oleh lilitan kawat.
Chandra Kusuma School mempelajari instrumen gitar klasik dengan buku
panduan kurikulum ABRSM, dalam mempelajari instrumen gitar klasik di sekolah
tersebut, ada beberapa peraturan yang diterapkan oleh guru gitar klasik seperti
cara memangku gitar, posisi penjarian, posisi tangan, posisi badan, cara memetik
Universitas Sumatera Utara
tangan kanan, cara menekan senar tangan kiri, agar bermain instrumen gitar
dengan baik.
Permasalahan teknik tangan kanan dan tangan kiri menjadi sebuah
permasalahan terhadap pembelajaran instrumen gitar klasik di sekolah Chandra
Kusuma School yang dilakukan oleh siswa-siswi dalam proses pembelajaran
maupun bahan yang akan diujiankan yang memakai sebuah kurikulum ABRSM.
Oleh sebab itu penulis akan menganalisis pembelajaran instrumen gitar klasik
dengan memakai kurikulum ABRSM di sekolah Chandra Kusuma School yang
dikhususkan penulis pada tiga lagu yang berjudul “Here There, and Everywhere”,
“Ode to Joy”, dan “Nel Cor Piu Non Mi Sento” yang terdapat pada buku
panduan Times Pieces kurikulum ABRSM.
Ketiga lagu tersebut juga dipilih seorang pelajar untuk kepentingan ujian
yang terdapat pada kurikulum ABRSM. Kurikulum yang diujiankan memiliki
sebuah pilihan dari 3 (tiga) list A, B, dan C yang masing-masing list terdapat tiga
buah lagu untuk pilihan pelajar mengikuti ujian pada instrumen gitar. Hal ini akan
diteliti oleh penulis pada musik program yang terdapat pada sekolah Chandra
Kusuma School.
Penulis hanya memfokuskan pada satu buku panduan saja, diharapkan
dengan meneliti penerapan ketiga lagu tersebut, melalui teknik-teknik tangan
kanan dan tangan kiri serta permainan teknik lainnya yang mendukung proses
pembelajaran instrumen gitar di Chandra Kusuma School. Penulis juga melihat
permasalahan-permasalahan eksternal dan internal belajar yang terdapat di
sekolah Chandra Kusuma sebagai penghambat dan pendukung proses
Universitas Sumatera Utara
pembelajaran instrumen gitar, kemudian dengan melihat permasalahanpermasalahan internal dan eksternal serta teknik dalam proses pembelajaran,
penulis menawarkan solusi pembelajaran yang diaplikasikan di Chandra Kusuma
dari permasalahan internal dan eksternal serta teknik dalam proses pembelajaran
instrumen gitar, untuk pencapaian proses pembelajaran instrumen gitar yang baik
di Chandra Kusuma School. Penelitian yang dilakukan penulis dengan melihat
permasalahan teknik, masalah internal dan eksternal pembelajaran serta
memberikan solusi dari permasalahan, kemudian dituangkan penulis dalam
sebuah Tesis pengkajian seni Universitas Sumatra Utara (USU) dengan judul:
“Pembelajaran Praktik Instrumen Gitar Kurikulum ABRSM Dasar I di Chandra
Kusuma School: Kajian Terhadap Masalah dan Solusinya”.
1.2
Rumusan Masalah
Melalui permasalahan-permasalahan yang terdapat pada pembelajaran
instrumen gitar di sekolah chandra Kusuma. Penulis memilih tiga buah lagu
(pieces) yang sering sekali dibawakan siswa melalui lagu Here There, and
Everywhere, Ode to Joy, dan Nel Cor Piu Non Mi Sento dengan transkripsi notasi
balok, yang diambil dari kurikulum ABRSM untuk kepentingan pembelajaran dan
ujian pelajar praktik instrumen gitar dasar I di sekolah Chandra Kusuma School,
kemudian lagu tersebut diaplikasikan dalam proses pembelajaran dengan teknikteknik yang terdapat pada tangan kanan dan tangan kiri kemudian memberikan
sebuah solusi yang berbentuk bahan latihan siswa untuk mempelajari ketiga lagu
yang dipilih sebagai proses dan ujian siswa. Dalam hal ini penulis akan kesulitan-
Universitas Sumatera Utara
kesulitan yang dihadapi seorang siswa ketika mempelajari ketiga buah lagu dari
kurikulum ABRSM.
Kemudian menganalisis lagu dengan ilmu bentuk analisis serta penerapan
kedua teknik tangan kanan dan tangan kiri pada pembelajaran instrumen gitar
klasik di Sekolah Chandra Kusuma School. Dalam hal ini penulis menawarkan
sebuah solusi pelatihan dari sebuah kesulitan-kesulitan yang terdapat pada lagu
kurikulum ABRSM serta memberikan latihan maupun contoh-contoh untuk
mempelajari dan mengatasi kesulitan dalam pembelajaran instrumen gitar yang
terdapat dalam buku panduan kurikulum ABRSM. Terlebih lagi penulis juga
melihat permasalahan faktor penghambat internal dan eksternal dalam
pembelajaran instrumen gitar yang menjadi sebuah faktor penting untuk
perkembangan siswa dalam mempelajari praktik instrumen gitar.
Semua permasalahan penelitian ini dilakukan penulis melalui penulisan
transkripsi atau notasi balok, yang diambil dari buku panduan kurikulum ABRSM
great I, banyak permasalahan yang terdapat dalam penelitian ini, tetapi pokok
permasalahan atau pertanyaan yang akan dijawab dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana praktik pembelajaran gitar pada tiga buah lagu yang terdapat
pada buku panduan Kurikulum ABRSM di Chandra Kusuma School?
2. Masalah seperti apa yang ditemukan dan bagaimana solusinya ketika
siswa mempelajari instrumen gitar Chandra Kusuma School?
Pokok masalah tersebut nantinya akan dijawab dengan jawaban-jawaban
yang bersifat deskriptif dan analitis. Di antaranya adalah bagaimana permasalahan
Universitas Sumatera Utara
teknik-teknik pada tangan kanan dan tangan kiri, bagaimana permasalahan faktor
penghambat dan faktor pendukung dalam pembelajaran instrumen gitar.
1.3
Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.3.1 Tujuan penelitian
Tujuan dari penelitian melalui teknik tangan kanan dan tangan kiri pada
pembelajaran instrumen gitar menggunakan sebuah partitur kurikulum ABRSM
adalah:
1. Untuk mengetahui faktor penghambat eksternal dan internal serta faktorfaktor lainnya dalam pembelajaran instrumen gitar.
2. Menerapkan teknik tangan kanan dan tangan kiri yang telah tertulis dalam
buku panduan baik jari maupun teknik permainan lainnya.
3. Menemukan sebuah solusi dari teknik permainan dalam mengatasi
kesulitan memainkan sebuah lagu kurikulum ABRSM setelah diaplikasikan
dan mendapati permasalahan teknik pada tangan kanan dan tangan kiri.
4. Melihat permasalahan-permasalahan penghambat internal dan eksternal.
Kemudian melihat dan menawarkan solusi-solusi yang telah diatasi dari
sekolah dan seorang guru serta penulis.
5. Memberikan pengertian bagi seorang instruktur, pelajar, musisi, dan
masukan bagi seorang konseptor musik dalam bentuk pelatihan
pembelajaran tahap demi tahap, kemudian pengajaran dan permainan,
serta melihat bagaimana proses pembelajaran terhadap sebuah partitur,
Universitas Sumatera Utara
dengan teknik tangan kanan sebagai penjarian dan tangan kiri sebagai
petikan yang diaplikasikan melalui beberapa instrumen.
1.3.2 Manfaat penelitian
Manfaat yang di ambil dari penelitian yang diwujudkan dalam bentuk tesis
ini adalah sebagai berikut:
1.
M
enambah referensi tentang teknik tangan kanan dan tangan kiri terhadap
sebuah instrumen musik.
2.
S
ebagai bahan masukan bagi pembaca khususnya mahasiswa, pelajar, dan
musisi,
instruktur,
konseptor,
kondukter
agar
dapat
mengetahui
permasalahan teknik-teknik pada tangan kanan dan tangan kiri pada
instrumen musik khususnya gitar.
3.
M
enambah pengetahuan bagi penulis, mahasiswa, pelajar, dan musisi,
instruktur, konseptor, baik melalui sebuah permasalahan dan solusi teknik
pembelajaran untuk mempraktikkan instrumen gitar.
4.
P
enelitian ini akan bermanfaat untuk pengembangan kesenian dalam
konteks seni musik di Indonesia.
1.4
Studi Kepustakaan
Universitas Sumatera Utara
Sebelum penulis mengadakan studi lapangan, terlebih dahulu penulis
mengadakan studi kepustakaan antara lain:
Skripsi Eka Lianta Ginting dengan judul “Penerapan Teknik Petikan
Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Gitar Klasik di Flow Musik Medan”. Penulis
skripsi ini mengkaji tentang proses pembelajaran dasar gitar klasik, yang mana
siswa diberi materi seperti penguasaan teknik petikan, penjarian dan teori dasar
musik. Pada permainan gitar klasik, yang terdapat aturan-aturan dan tata cara
memainkan sebuah gitar klasik, salah satunya adalah cara memetik gitar dengan
benar ataupun teratur. Teknik petikan dalam bermain gitar klasik terdapat dua
jenis petikan yaitu Apoyando dan Tirando. Apoyando ialah memetik senar dengan
menyandarkan jari pada senar yang lainnya, sedangkan Tirando ialah memetik
senar dengan tidak menyandarkan jari pada senar lainnya setelah jari memetik
senar .
Skripsi Dian Marsa Peli dengan judul “Penerapan PAIKEM (Pembelajaran
Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan) dalam pembelajaran musik
ensambel di kelas V SD”. Skripsi ini membahas tentang pentingnya pendidikan
bagi pembinaan sumber daya manusia sangat diharapkan oleh setiap orang. Serta
upaya membimbing siswa agar sadar dan terarah serta berkeinginan untuk belajar
dan memperoleh hasil yang baik, pengajar atau guru hendaklah dapat mengelola
berbagai kondisi belajar dengan baik. Untuk itu, guru perlu dibekali beberapa
kemampuan
diantaranya
menganalisis
kurikulum,
merancang
rencana
pembelajaran melaksanakan kegiatan pembelajaran. Rencana pembelajaran
tersebut dirancang untuk mempermudah pelaksanaan kegiatan belajar mengajar
Universitas Sumatera Utara
dan dapat meningkatkan hasil belajar. Hal ini dikarenakan semakin baik
perencanaan yang dirancang maka makin mudah dan efektif pula pelaksanaan
kegiatan belajar dan mengajarnya.
Tesis Wonter Lesson Purba yang berjudul “Analisis Musikal Aransemen
Lagu Etnik Pada Gitar Tunggal kajian studi kasus pada karya-karya Jubing
Kristianto”. Tesis ini menganalisis tentang aransemen lagu etnik pada gitar
tunggal dengan studi kasus pada karya-karya Jubing kristianto. Tesis ini
menjelaskan bagaimana sistem kerja aransemen lagu etnik yang diaplikasikan
pada gitar tunggal, untuk menentukan akor, musik iringan, bas dan harmoni, serta
gaya permainan (style) gitar yang di aransemen Jubing Kristianto. Hal ini
merupakan kontribusi sebuah ilmu pengetahuan khususnya ilmu aransemen pada
praktik instrumen gitar bagi pendidikan musik yang mampu membawakan dan
mewakili berbagai genre lagu-lagu etnik kedalam seni pertunjukan Indonesia.
Tesis Sopian Loren Sinaga dengan judul “Pembelajaran Praktik Instrumen
Biola Melalui Tiga Buku Karya C. Paul Harfurth, Suzuki, Pada Tingkatan
Pradasar dan Dasar I”. Penulis tesis ini mengkaji sebuah permasalahan yang
dilakukan sebuah sekolah, instansi, maupun lembaga musik, menjadi sebuah
wadah untuk tempat pembelajaran musik, melalui praktik instrumen biola, yang
menggunakan kurikulum melalui sebuah metode dalam bentuk buku panduan
seperti seperti Suzuki Violin A Tune A Day. Kemudian meneliti guru mengajarkan
ketiga buku panduan kepada peserta didik, diterapkan pada peserta didik pada
tingkatan pradasar dan dasar I di Sekolah Candra Kusuma School. Melalui sebuah
bentuk pengajaran, metode dan teknik permainan biola.
Universitas Sumatera Utara
Musik adalah bunyi yang diatur menjadi pola yang dapat menyenangkan
telinga kita atau mengkomunikasikan perasaan atau suasana hati. Musik
mempunyai ritme, melodi, dan harmoni yang memberikan kedalaman dan
memungkinkan penggunaan beberapa instrumen atau bunyi-bunyian (Oxford
Ensiklopedi Pelajar, 2005)
Bernstein & Picker (1972) mengatakan bahwa musik adalah suara-suara
yang diorganisasikan dalam waktu dan memiliki nilai seni dan dapat digunakan
sebagai alat untuk mengekspresikan ide dan emosi dari komposer kepada
pendengarnya. Pendapat lain dari Eagle mengatakan musik sebagai organisasi dari
bunyi atau suara dan keadaan diam (sounds and silences) dalam alur waktu dan
ruang tertentu (Eagle Jr, 1996).
Musik adalah seni penataan bunyi secara cermat yang membentuk pola
teratur dan merdu yang tercipta dari alat musik atau suara manusia. Musik
biasanya mengandung unsur ritme, melodi, harmoni, dan warna bunyi (Syukur,
2005).
Dari defenisi di atas dapat disimpulkan bahwa musik adalah bunyi yang
diatur menjadi sebuah pola yang tersusun dari bunyi atau suara dan keadaan diam
(sounds and silences) dalam alur waktu dan ruang tertentu dalam urutan,
kombinasi,
dan
hubungan
temporal
yang
berkesinambungan
sehingga
mengandung ritme, melodi, warna bunyi, dan keharmonisan yang biasanya
dihasilkan oleh alat musik atau suara manusia yang dapat menyenangkan telinga
dan mengekspresikan ide, perasaan, emosi atau suasana hati.
Universitas Sumatera Utara
Kurikulum ABRSM sebagai acuan penulis untuk buku panduan sebagai
materi bahan penelitian yang digunakan untuk melihat permasalahan teknik
membaca ketika dimainkan sebuah instrumen, untuk kepentingan pembelajaran
pada sebuah tingkatan.
Dieter Mack, dalam bukunya Ilmu melodi ditinjau dari segi budaya musik
barat (1995), pusat musik liturgi Yogyakarta, buku ini mengetengahkan analisis
melodi dari beberapa komponis musik barat disertai dengan contoh berupa
cuplikan-cuplikan rekaman.
Buku Douglass M. Green
Form in Tonal Music: An Introduction to
Analysis (1979), berisikan tentang ilmu bentuk analisa musik dalam musik tonal,
beserta dengan contoh tabel.
Buku Ilmu Bentuk Analisa (1996) yang dikarang Karl-Edmund Prier, SJ.
Berisikan kumpulan bahan kuliah ilmu bentuk analisa musik. Kemudian disusun
dan diterbitkan dalam bentuk buku, terdiri dari lima bagian, bentuk-bentuk ganda,
bentuk sonata, bentuk polifoni, dan bentuk siklus.
Leon Stein, dalam Structur & Style, The Study and analysis of Musikal
Forms (1997), menguraikan tentang musik barat dari unsur bentuk yang paling
kecil sampai pada bentuk yang besar dengan segala unsur perkembangannya.
Buku Arnold Schonberg, Struktural Fungtions of harmony (1969), berisi
tentang fungsi-fungsi struktur harmoni didalam musik diatonik barat. Buku ini
menjadi referensi bagi penulis dalam bentuk harmoni ketika penulis meneliti
iringan untuk metode pembelajaran untuk permasalahan teknik dan permaslahan
faktor penghambat eksternal dan internal dalam pembelajaran instrumen gitar.
Universitas Sumatera Utara
Benjamin Dale, Gordon Jacob & Hugo Hanson, dalam harmony,
Counterpoint & Improvisation (1940), jilid 1 dan 2 masing-masing terdiri dari
tiga bagian utama, mengemukakan tentang harmoni, kontrapung, dan improvisasi
khususnya pada piano.
Karya Robert W. Ottoman, Advanced Harmony, Theory and Practice
(1963), berisi tentang teori-teori lanjut tentang penyusunan nada-nada secara
vertikal beserta penerapannya terhadap musik barat sampai pada abad XIX.
Buku Vincent Persichetti, Twentieth Century Harmony, Creative Aspects
and Practice (1978), merupakan salah satu buku pedoman mengenai teori
harmoni musik abad ke XX dan penerapannya, dalam buku ini seluruh latihan
serta penerapan teori harmoni dilakukan dengan membuat komposisi, Bukan pada
sebuah harmoni saja melainkan juga mengandung unsur latihan membuat
komposisi musik.
Nicholas Slonimsky, dalam bukunya Thesaurus of Scales and Melodic
Patterns (1947), mengemukakan tentang pengolahan berbagai tangga nada,
modus, dan pola-pola yang bersifat melodi.
Buku Oliver Messiaen, The Technique of My Musical Language (1966)
berisi tentang teknik komposisi dan pembahasan dari karya-karya Messiaen.
Karya Frank Howes, (1947), Full Orchestra, berisi mengenai evolusi dan
peran orkestra dalam musik klasik barat.
Samuel Adler, dalam bukunya The Study of Orchestration (1989), menulis
mengenai teknik orkestrasi secara menyeluruh beserta contoh dan latihannya.
Universitas Sumatera Utara
Buku Langsung Jago Main Piano Otodidak, buku ini ditulis oleh Christian
J. Monoach. ST, buku ini berisikan tetang sebuah metode pembelajaran yang
tidak sama dengan pembelajaran akademisi namun lebih kepada cara cepat dalam
pembelajaran instrumen piano. Buku ini menjadi contoh dan menjadi
perbandingan bagi penulis agar dapat mempercepat dan mempermudah
pembelajar instrumen gitar.
Buku Ensiklopedia Musik Klasik buku ini disusun oleh Muhamad Syafiq
yang berisikan seperti kamus musik dan banyak menceritakan peradapan musik
klasik sampai pada saat ini serta menceritakan riwayat hidup komposer pada
jaman klasik sampai pada masa modern saat ini.
Kamus Musik Pono Bonoe yang membantu untuk mengerti akan simbol
dan tulisan-tulisan yang terdapat pada sebuah lagu. Buku ini membantu penulis
dalam glosarium yang akan dibuat oleh penulis.
Cara Mudah dan Cepat Membaca Notasi buku ini ditulis oleh Yohanes
Andhi Kurniawan yang mengajarkan teknik pembelajaran musik melalui
membaca sebuah not, serta pengajaran yang sangat mempermudah ketika
membaca sebuah notasi musik. Buku ini menjadi panduan bagi penulis ketika
membuat sebuah notasi lebih mempermudah peserta didik dan dapat sekaligus
mengajarkan peserta didik cara membaca dengan cepat baik pada not balok
instrumen biola maupun instrumen lainnya.
1.5
Konsep dan Teori
1.5.1 Konsep
Universitas Sumatera Utara
Konsep yang terpenting digunakan dalam penelitian ini adalah
pembelajaran praktik instrumen gitar, kurikulum ABRSM dengan melihat
permasalahan dari teknik serta permasalahan eksternal dan internal dalam praktik
instrumen gitar. Kemudian penulis menawarkan solusi dari permasalahan yang
terdapat pada praktik instrumen gitar di Chandra Kusuma School.
Pembelajaran yang dimaksud oleh penulis adalah untuk praktik sebuah
instrumentasi, dilakukan dengan menggunakan tulisan notasi yang dapat di baca,
ditulis dan dibunyikan dari tujuan pembelajaran. Kemudian diajarkan dalam
bentuk privat maupun kelas dalam pembelajaran praktik instrumen gitar yang
menggunakan sebuah metode. Metode yang dimaksud oleh penulis adalah sebuah
cara atau jalan yang ditempuh. Menyangkut cara kerja seorang guru
menyampaikan sebuah permasalahan yang terdapat pada tulisan notasi, yang
bertujuan untuk dapat memahami objek yang menjadi sasaran ilmu bagi siswasiswi atau peserta didik dalam mempelajari instrumen.
Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan
sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan
yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses pemerolehan ilmu dan
pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan
kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses
untuk
membantu
peserta
didik
agar
dapat
belajar
dengan
baik
(Wikipedia.org/wiki/ pembelajaran, 3 Maret 2014).
Dalam pembelajaran guru harus memahami materi pelajaran yang
diajarkan sebagai suatu pelajaran yang dapat mengembangkan kemampuan
Universitas Sumatera Utara
berpikir siswa dan memahami berbagai model pembelajaran yang dapat
merangsang kemampuan siswa untuk belajar dengan perencanaan pengajaran
yang matang oleh guru. Oleh sebab itu diperlukan adanya teori pembelajaran yang
akan menjelaskan asas-asas untuk merancang pembelajaran yang efektif di kelas
(Dewi, 2004:1).
Cepat lambatnya peserta didik dalam belajar gitar sangat erat kaitannya
dengan metode yang dipakai karena berpengaruh dengan cocok apa tidaknya
metode itu diterapkan. Suatu metode mempunyai cara-cara yang berbeda dengan
metode yang lain sehingga harus melihat lingkungan keluarga, lingkungan
sekolah, lingkungan masyarakat. Oleh karena itu salah satu yang bertanggung
jawab dalam pendidikan adalah guru.
Kurikulum ABRSM adalah sebuah buku panduan dengan tulisan notasi
yang digunakan dalam proses pembelajaran maupun digunakan untuk ujian.
Kemudian diterapkan melalui instrumen gitar, hasil dari buku panduan ketika
diterapkan adalah sebuah nada atau bunyi dengan teknik- teknik permainan gitar.
Dalam kurikulum ini penulis mengambil tiga buah lagu yang dimainkan siswa
untuk proses ujian yang diteliti penulis melalui teknik permainan, yang terdapat
pada lagu kurikulum ABRSM.
Kegiatan-kegiatan yang diadakan dalam program ekstrakurikuler didasari
atas tujuan dari pada kurikulum sekolah. Melalui kegiatan ekstrakurikuler yang
beragam peserta didik dapat mengembangkan bakat, minat dan kemampuannya.
Kegiatan-kegiatan peserta didik di sekolah khususnya kegiatan ekstrakurikuler
merupakan kegiatan yang terkoordinasi terarah dan terpadu dengan kegiatan lain
Universitas Sumatera Utara
di sekolah, guna menunjang pencapaian tujuan kurikulum (muttaqinhasyim.
wordpress.com: 14 Februari 2014).
Kegiatan terkoordinasi di sini adalah kegiatan yang dilaksanakan sesuai
dengan program yang telah ditentukan. Dalam pelaksanaannya kegiatan
ekstrakurikuler di bimbing oleh guru, sehingga proses pembelajaran gitar berjalan
dengan baik. Dengan demikian, kegiatan ekstrakurikuler di Sekolah Chandra
Kusuma School dapat memberikan kontribusi dalam menciptakan tingkat
kecerdasan peserta didik. Kegiatan ini bukan termasuk materi pelajaran yang
terpisah dari materi pelajaran lainnya, bahkan dapat dilaksanakan di antara
penyampaian materi pelajaran, mengingat kegiatan tersebut merupakan bagian
penting dari kurikulum sekolah (Amal, 2005: 378). Secara garis besar kegiatan
ekstrakurikuler mempunyai tiga tujuan dasar, yaitu: a. Pembinaan minat dan bakat
siswa, yang merupakan kegiatan ekstrakurikuler diharapkan dapat membina dan
mengembangkan minat yang ada pada peserta didik serta memupuk bakat yang
dimiliki peserta didik. b. Sebagai wadah di sekolah, dengan aktifnya siswa dalam
kegiatan ekstrakurikuler, secara otomatis peserta didik telah membentuk wadahwadah kecil yang di dalamnya akan terjalin komunikasi antar peserta didik dan
sekaligus
dapat
belajar
dalam
mengorganisir
setiap
aktivitas
kegiatan
ekstrakurikuler. c. Pencapaian prestasi yang optimal, beberapa cabang
ekstrakurikuler baik secara perorangan maupun kelompok diharapkan dapat
meraih prestasi yang optimal, baik di lingkungan sekolah maupun di luar sekolah
(ekskulabsky. multiply.com: 14 Februari 2014).
Universitas Sumatera Utara
Permasalahan teknik dalam permainan instrumen gitar yang dimaksud
oleh penulis dengan menggunakan kurikulum ABRSM, menerapkan sebuah notasi
yang memiliki tingkat kesulitan dalam memainkan repertoar atau bahan ajar
kurikulum ABRSM. Permasalahan faktor-faktor penghambat dalam proses
pembelajaran gitar adalah sebuah permasalahan eksternal dan internal yang
menjadikan proses pembelajaran kurang menguntungkan baik pada minat seorang
siswa, bakat, kemampuan, pemilihan lagu, banyaknya mata pelajaran yang
diambil siswa, orang tua, pelajaran yang dianggap penting, siswa yang
menganggap pelajaran musik hanya menjadi pelengkap dan mengisi kekosongan
waktu, daya tangkap siswa yang lemah, membuat tertinggalnya murid, sehingga
tidak ingin melanjutkan kembali pembelajaran tersebut, rasa percaya diri yang
kurang, sikap siswa yang ingin bermain ketika proses pembelajaran kelas musik
program praktik instrumen gitar di Chandra Kusuma School.
Kemudian penulis juga menawarkan solusi dari permasalahan teknik serta
faktor internal dan eksternal penghambat siswa, agar dapat diatasi dan saling
bekerjasama antara semua pihak, untuk keberhasilan seorang anak dalam
mempelajari instrumen musik khususnya instrumen gitar yang dilakukan dengan
baik dalam pembelajaran kelas maupun pembelajaran individu (face to face).
1.5.2 Teori
Penelitian ini menggunakan pendekatan teori behaviorisme yang
menyatakan tumbuh dan berkembangnya pembelajaran seorang siswa adalah
sebuah pendekatan dalam pembelajaran adalah hasil evolusi (berkembang secara
Universitas Sumatera Utara
bertahap) dari satu pemikiran kepada pemikiran selanjutnya. Teori belajar
behaviorisme adalah teori yang dicetuskan oleh Gage dan Berliner dalam buku
“Educational Psychology” Second Edition, (Chicago Rand Mc. Nally), tahun
1979, tentang perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman.
Behaviorisme menyimpulkan bahwa perubahan tingkah laku yang
ditunjukkan oleh seorang pelajar adalah suatu perwujudan nyata dari keberhasilan
atas sebuah pembelajaran. Secara tidak langsung penerapan dari teori
behaviorisme ini membangun sebuah kemampuan yang kuat untuk mencari
masalah dan solusi permasalahannya (problem solving) yang dianggap sesuai.
Maka murid-murid akan berlomba-lomba untuk mencari tahu solusi pembelajaran
yang dihadapinya. Teori behaviorisme juga tidak terlepas pada aspek kognitif,
afektif dan psikomotorik.
Kognitif yang mencakup kegiatan mental (otak). Segala upaya yang
menyangkut aktivitas otak adalah termasuk dalam ranah kognitif. Ranah
kognitif memiliki enam jenjang atau aspek, yaitu:
1. Pengetahuan/hafalan/ingatan (Knowledge)
2. Pemahaman (Comprehension)
3. Penerapan (Application)
4. Analisis (Analysis)
5. Sintesis (Syntesis)
6. Penilaian/penghargaan/evaluasi (Evaluation)
Tujuan aspek kognitif berorientasi pada kemampuan berfikir yang
mencakup kemampuan intelektual yang lebih sederhana, yaitu mengingat, sampai
Universitas Sumatera Utara
pada
kemampuan
memecahkan
masalah
yang
menuntut
siswa
untuk
menghubungkan dan menggabungkan beberapa ide, gagasan, metode atau
prosedur yang dipelajari untuk memecahkan masalah tersebut. Dengan demikian
aspek kognitif adalah logika berpikir (subtaksonomi) yang mengungkapkan
tentang kegiatan mental yang sering berawal dari tingkat pengetahuan sampai ke
tingkat yang paling tinggi yaitu evaluasi.
Afektif yang berkaitan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif mencakup
watak perilaku seperti perasaan, minat, sikap, emosi, dan nilai. Beberapa pakar
mengatakan bahwa sikap seseorang dapat diramalkan perubahannya bila
seseorang telah memiliki kekuasaan kognitif tingkat tinggi. Ciri-ciri hasil belajar
afektif akan tampak pada peserta didik dalam berbagai tingkah laku. Ranah afektif
menjadi lebih rinci lagi ke dalam lima jenjang, yaitu:
1. Menerima atau memperhatikan (Receiving atau attending)
2. Menanggapi mengandung arti “adanya partisipasi aktif” (Responding)
3. Menilai atau menghargai (Valuing)
4. Mengatur atau mengorganisasikan (Organization)
5. Karakterisasi dengan suatu nilai atau kompleks nilai (Characterization by
evalue or calue complex )
Psikomotor merupakan ranah yang berkaitan dengan keterampilan (skill)
atau kemampuan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman belajar
tertentu. Hasil belajar psikomotor ini sebenarnya merupakan kelanjutan dari hasil
belajar kognitif (memahami sesuatu) dan dan hasil belajar afektif (yang baru
tampak dalam bentuk kecenderungan-kecenderungan berperilaku). Ranah
Universitas Sumatera Utara
psikomotor adalah berhubungan dengan aktivitas fisik, misalnya: lari, melompat,
melukis, menari, memukul, dan sebagainya.
Hasil belajar keterampilan (psikomotor) dapat diukur melalui: (1)
pengamatan langsung dan penilaian tingkah laku peserta didik selama proses
pembelajaran praktik berlangsung, (2) sesudah mengikuti pembelajaran, yaitu
dengan jalan memberikan tes kepada peserta didik untuk mengukur pengetahuan,
keterampilan, dan sikap, (3) beberapa waktu sesudah pembelajaran selesai dan
kelak dalam lingkungan kerjanya.
Teori behaviorisme juga memfokuskan perhatiannya kepada stimulus
(input/masukan) dan respon (output/keluaran). Segala sesuatu yang berada di luar
dari daerah ini sama sekali tidak mendapat perhatian, semua stimulus dan respon
tersebut harus dapat diamati dan diukur secara pasti atau eksplisit.
Selain stimulus dan respon, reinforcement atau penguatan juga dianggap
sebagai faktor lain yang penting dalam aplikasi teori ini. Penguatan ini dapat
digolongkan sebagai apa saja yang dapat memperkuat timbulnya sebuah respon.
Dibagi menjadi dua yaitu penguat positif dan penguat negatif. Kedua penguatan
ini bekerja secara bergantian, apabila penguat positif ditambahkan maka penguat
negatif harus dikurangi agar dapat memperkuat respon. Penerapan dari metode ini
sangat cocok untuk memperoleh kemampuan psikomotor dan pembelajaran yang
mengandung unsur kecepatan spontanitas.
Teori
behavorisme
diterapkan
kepada
anak-anak
yang
masih
membutuhkan peran guru atau orang tua, karena pada dasarnya teori ini tidak
dapat
berdiri
sendiri
tanpa
adanya
peran
pembimbing
dalam
proses
Universitas Sumatera Utara
pembelajarannya. Pembelajaran yang dilakukan bersifat satu arah, maka semua
pemberian stimulus atau materi pembelajaran total berpusat pada guru, murid
hanya pasif mendengarkan. Selain dari cara pengajaran, teori ini dapat dikatakan
sebagai teori yang bersifat mekanistis dan hanya berorientasi pada hasil. Berikut
adalah contoh dari penerapan pembelajaran behaviorisme dalam musik.
•
Langkah pertama, murid mendapatkan stimulus berupa materi-materi
pembelajaran yang berupa lagu.
•
L
angkah kedua, murid akan merespon materi-materi atau lagu tersebut
dengan cara mencoba untuk memainkannya. Dalam langkah kedua ini
stimulus dapat ditambahkan lagi jika diperlukan, seperti guru akan
memberikan materi-materi baru sebagai pelengkap dari materi-materi yang
diberikan dalam langkah yang pertama.
•
L
angkah ketiga, respon tersebut akan menghasilkan sebuah perubahan
tingkah laku, dimana perubahan tersebut ditunjukkan dengan mampu atau
tidaknya murid memainkan lagu.
•
L
angkah keempat, guru akan memberikan pujian atau hukuman atas hasil
yang dicapai, apabila hasil memuaskan guru akan memberikan pujian, jika
hasil berada pada kondisi sebaliknya guru dapat memberikan hukuman.
Universitas Sumatera Utara
•
L
angkah kelima, apabila murid masih menunjukkan hasil yang kurang
memuaskan, hukuman tersebut dapat dikurangi dengan harapan respon
yang dihasilkan akan semakin bertambah dan mendatangkan sebuah
perubahan tingkah laku yang lebih baik lagi.
1.6
Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
penelitian kualitatif (puslit2.ac.id, 2010:26 April 2013). Langkah-langkah yang
ditempuh di antaranya mengadakan studi pustaka untuk mendapatkan sumbersumber atau data yang diperlukan serta melakukan pendekatan musikologis,
permasalahan teknik permainan pada tangan kiri serta permasalahan internal,
eksternal dalam permbelajaran gitar akan diteliti penulis disebuah sekolah
Chandra Kusuma School, untuk melengkapi proses penulisan tesis melalui
permasalahan dan solusi pembelajaran gitar tersebut.
Penelitian ini juga menggunakan pendekatan partisipan observasi
(participant observer) yang membantu siswa Chandra Kusuma mengatasi
permasalahan melalui sebuah solusi (problem solving) dalam pembelajaran gitar.
Dalam hal ini penulis melakukan pendekatan dengan meminta bantuan atau
pendapat kepada beberapa instruktur dan pelajar instrumen, yang berguna untuk
menambah dan melengkapi data yang diperlukan terhadap sebuah masalah dan
Universitas Sumatera Utara
solusi dari permasalahan pembelajaran gitar di sekolah Chandra Kusuma. Setelah
data terkumpul, data tersebut di pilah dan di analisis secara khusus untuk
mendukung dalam penulisan tesis nantinya. Kemudian penelitian ini dibagi
menjadi beberapa tahap, yaitu tahap pengumpulan data, tahap wawancara, tahap
analisis data, tahap praktikum, menawarkan sebuah solusi dan menerapkan solusi
serta tahap penulisan.
1.7
Teknik Mengumpulkan Data
Untuk mengumpulkan data, dilakukan penelitian lapangan. Penelitian
lapangan yang dimaksud disini adalah kegiatan yang penulis lakukan yang
berkaitan dengan pengumpulan data di lapangan, yang terdiri dari observasi,
wawancara, tahap analisis dan perekaman serta kerja laboratorium.
Pada tahap pengumpulan data ini dikumpulkan data yang diperlukan yaitu
buku-buku yang berisi tentang metode pembelajaran yang sangat membantu
dalam pemaparannya. Kemudian mengamati proses pembelajaran gitar di
Chandra Kusuma School, megambil foto dari kegiatan-kegiatan yang terdapat di
Chandra Kusuma School, merekam proses wawancara terhadap berbagai pihak
yang terlibat dalam penelitian penulis dalam pembelajaran instrumen gitar,
memvideokan penerapan solusi teknik yang aplikasi dalam pembelajaran praktik
instrumen gitar di sekolah Chandra kusuma School, kemudian mengklasifikasikan
dan memverifikasikan data yang didapat dari sekolah Chandra Kusuma School.
Universitas Sumatera Utara
1.7.1 Observasi
Observasi yang dilakukan penulis adalah observasi langsung: yaitu
langsung kepada instruktur, melihat instruktur mengajar siswa untuk mempelajari
sebuah instrumen. Menjaring data-data yang diperlukan, pertimbangan, merevisi,
analisis,
melihat
sebuah
permasalahan
teknik
dan
faktor
penghambat
pembelajaran, kemudian menawarkan sebuah solusi dari faktor penghambat
pembelajaran dan teknik permainan instrumen gitar. Penulis akan melakukan
studi lapangan dengan cara observasi melalui penelitian terlibat, dari teknik
tangan kanan dan tangan kiri pada pembelajaran instrumen gitar di sekolah
Chandra Kusuma. Melalui observasi dapat diperoleh gambaran yang lebih jelas
tentang kesulitan-kesulitan teknik dalam proses praktik instrumen dan faktor
penghambat dalam pembelajaran. Maka observasi yang dilakukan penulis dalam
penelitian ini adalah dengan partisipasi pengamat sebagai partisipan (insider)
yaitu sebagai pemain dan instruktur musik. Keuntungan cara ini adalah peneliti
telah merupakan bagian yang integral dari situasi yang dipelajarinya, sehingga
kehadirannya tidak mempengaruhi situasi itu dalam kewajarannya.
1.7.2 Wawancara
Untuk memperoleh data-data yang tidak dapat dilakukan melalui observasi
tersebut (seperti konsep etnosainsnya tentang estetika dan teknis musikalnya),
penulis melakukan wawancara. Wawancara yang dilakukan adalah wawancara
yang sifatnya terfokus yaitu terdiri dari pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan
dengan teknik tangan kanan dan tangan kiri terhadap siswa pada pembelajaran
Universitas Sumatera Utara
instrumen gitar. Pada tahap ini akan dilakukan wawancara kepada instruktur,
musisi kemudian pelajar yang sedang mempelajari instrumen musik, guna
mengetahui tingkat pemahaman instrumen bagi para siswa gitar, dan dilakukan
juga wawancara kepada para siswa, guna mengetahui seberapa besar minat
mereka mempelajari instrumen gitar dengan teknik-teknik yang terdapat pada
buku panduan yang mereka ketahui.
1.7.3 Tahap analisis
Dari data yang diperoleh, data yang telah terkumpul kemudian
diklasifikasikan sesuai dengan jenisnya dan selanjutnya dilakukan analisis, untuk
menjawab permasalahan-permasalahan yang terdapat dalam penelitian dan
penulisan tesis.
1.7.4 Perekaman
Untuk mendokumentasikan data yang berkaitan dengan proses praktik
pembelajaran instrumen gitar dengan kajian masalah dan solusi pembelajaran,
maka penulis melakukan perekaman. Perekaman musik dan wawancara dilakukan
dengan menggunakan tape recorder merk Sony TCM 70, yang diproduksi oleh
PT. Sony Amc Graha Jakarta, dengan menggunakan kaset feroksida BASF
dengan ukuran waktu 60 menit (C-60). Untuk dokumentasi audiovisual,
dipergunakan Handycam Sony.
Universitas Sumatera Utara
1.7.5 Kerja laboratorium
Pada tahapan kerja laboratorium, seluruh hasil kerja yang telah diperoleh
dari studi kepustakaan dan dari penelitian lapangan diolah, direvisi, diseleksi,
disaring untuk dijadikan sebagai data dalam analisis dan menggabungkan teknik
tangan kanan dan tangan kiri, kemudian memilih yang lebih tepat dalam
pembelajarannya. Data mana yang dapat dipergunakan untuk mendukung analisis
dalam pembelajaran instrumen, dan data mana yang tak dapat dipergunakan
dilakukan dalam kerja laboratorium.
Instruktur dan pelajar instrumen yang dalam prosesnya tersebut direkam di
atas pita kaset BASF dan kamera Nikon D7000, selanjutnya ditranskripsikan dan
dianalisis di laboratorium. Semua ini penulis lakukan untuk mendapatkan hasil
yang maksimal.
1.8
Sistematika Penulisan
Dari hasil penelitian pembelajaran praktik instrumen gitar kurikulum
ABRSM melalui penerapan buku panduan. Data yang terkumpul, maka dilanjutkan
pada tahap penyelesaian yaitu disusun menjadi suatu karya ilmiah dalam bentuk
tesis yang terdiri dari (6) enam bab.
Ke enam bab tersebut terdiri dari bab pertama yang membahas
permasalahan-permasalahan gitar dan proses pembelajarannya secara deskiptif,
yang dirangkum dalam latar belakang masalah. Bab kedua membahas tinjauan
proses pembelajaran musik dan praktik instrumen gitar di sekolah Chandra
Kusuma School. Bab ketiga membahas tentang penerapan dasar pembelajaran
Universitas Sumatera Utara
Download