perilaku sosial keagamaan pengguna narkoba dan minuman keras

advertisement
PERILAKU SOSIAL KEAGAMAAN PENGGUNA
NARKOBA DAN MINUMAN KERAS
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) untuk
Mencapai gelar Strata I Sarjana Sosial (S.Sos)
Oleh
PAUJI
NIM. 103032227725
JURUSAN SOSIOLOGI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2010 M
PERILAKU SOSIAL KEAGAMAAN PENGGUNA
NARKOBA DAN MINUMAN KERAS
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Islam Negeri
(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta untuk mendapatkan gelar
Sarjana Sosial (S.Sos) pada jurusan Sosiologi Agama
Oleh
PAUJI
NIM: 103032227725
Di bawah bimbingan,
Dra. Joharotul Jamilah, M.Si
NIP. 19680816 199703 2 002
JURUSAN SOSIOLOGI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2010 M
i
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi dengan berjudul “Perilaku Sosial Keagamaan Pengguna Narkoba dan
Minuman Keras” telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik (FISIP) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 15 Juni
2010. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Program Strata 1 (S 1) pada Jurusan Tafsir Hadis.
Jakarta, 17 September 2010
Sidang Munaqasyah
Ketua merangkap Anggota,
Sekretaris merangkap anggota,
Dr. Hendro Prasetyo, MA
NIP. 19640719 199003 1 001
Dra. Joharotul Jamilah, M.Si
NIP. 19680816 199703 2 002
Anggota:
Penguji I,
Penguji II,
Prof. Dr. Yusron Razak, MA
NIP. 19591010 198303 1 003
Saifuddin Asrori, M.Si
Pembimbing,
Dra. Jaoharotul Jamilah, M.Si
NIP. 19680816 199703 2 002
ii
LEMBAR PERNYATAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skrispi ini merupakan karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya
atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Ciputat, 17 September 2010
Pauji
iii
ABSTRAK
P a u j i, “PERILAKU SOSIAL KEAGAMAAN PENGGUNA NARKOBA
DAN MINUMAN KERAS”. Skripsi. Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 25 Mei 2010
viii, 71 hal.
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran konkrit mengenai
pengaruh pernikahan terhadap pengguna narkoba (narkotika dan obat-obatan) dan
minuman keras dengan mengambil lokasi penelitian di Kelurahan Sudimara
Selatan kecamatan Ciledug-Tangerang. Pernikahan adalah membentuk keluarga
dengan lawan jenis, atau juga melakukan hubungan kelamin atau bersetubuh yang
merupakan aqad yang menyebabkan halalnya pergaulan dan kerjasama antara
laki-laki dan perempuan sepanjang hidup, yang telah diatur hak dan kewajibannya
masing-masing oleh hukum syari’at.
Sedangkan narkoba adalah jenis obat-obatan terlarang yang menyebabkan
penggunanya tidak sadarkan diri. Narkoba memiliki banyak jenis, di antaranya
adalah ganja, heroin, morfin, kokain. Pemakaian obat-obatan terlarang mendapat
hukuman yang keras dari pemerintah, dan dalam syari’at Islam pun juga mendapat
larangan keras. Sedangkan minuman keras adalah minuman yang dapat
memabukkan peminumnya, dan diharamkan dalam Islam.
Objek penelitian ini adalah para informan yang mengkonsumsi narkoba
dan minuman keras, kemudian mereka memutuskan untuk menikah. Dalam
penelitian ini penulis berusaha untuk mencari pengaruh pernikahan tersebut
terhadap para pengguna narkoba dan miras.
Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa pernikahan dapat
memberi pengaruh positif terhadap pengguna Narkoba dan Miras; baik secara
moral dan sosial karena dapat menghindarkan diri dari pola hidup perilaku
menyimpang, seperti prostitusi, freesex, malak/nodong dan mencuri. Narkoba dan
minuman keras sangat merugikan bagi kesehatan, misalnya bagi pengguna
narkoba/miras secara fisik ia akan mengalami jantung berdebar-debar, hipertensi
bahkan berujung pada kematian.
Pernikahan mampu memberikan pendidikan yang baik dalam
pembentukan mental dan spritual serta akhlaq yang karimah bagi yang
menjalankannya, lebih-lebih kepada informan pengguna eks-Narkoba atau Miras
yang berada di Kampung Dukuh Sudimara selatan, Ciledug Tangerang
iv
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, dengan segenap perasaan yang tulus ikhlas, penulis
mengucapkan syukur ke hadirat Allah SWT. Berkat rahmat dan hidayah-Nya,
akhirnya penulis dapat menyelesaikan kuliah dengan penuh perjuangan dan
rintangan. Mengingat waktu yang dibutuhkan sangat berliku untuk menyelesaikan
ini, penulis begitu bersyukur akhirnya selesai.
Shalawat dan salam semoga selalu tercurahkan ke haribaan Nabi
Muhammad SAW, nabi akhir zaman, seorang revolusioner sejati, yang membuat
begitu banyak perubahan, sehingga umat manusia tercerahkan hidupnya. Semoga
kita termasuk umatnya di hari akhir kelak, amin.
Bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak serta kritikan, sangat berharga
dalam penyusunan tugas akhir ini penulis dapatkan. Maka, pada kesempatan ini
penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Bachtiar Effendy, MA (Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta)
2. Dra. Joharatul Jamilah, M. Si., (Sekretaris Jurusan Sosiologi Agama,
sekaligus pembimbing penulis. Terima kasih atas segala bimbingan,
motivasi, dan arahan kepada penulis, sehingga penulisan skripsi ini dapat
penulis selesaikan.
3. Bapak dan ibu petugas perpustakaan utama, terima kasih atas pelayanan
dan bantuan yang diberikan kepada penulis saat mencari literatur.
4. Ayahanda penulis, Bapak H. Lici (alm), semoga arwahnya mendapatkan
tempat di sisi Allah SWT. Penyelesaikan skripsi ini sebagai salah satu
v
bentuk rasa sayang dan bakti penulis kepada ayahanda. Untuk ibunda
penulis, Hj. Murnah, yang begitu sabar dan penuh kasih sayang
memberikan segala perhatian kepada penulis, serta tiada bosan-bosannya
mengingatkan penulis untuk segera menyelesaikan skripsi iniUntukmu
ibunda, skripsi ini penulis persembahkan.
5. Kakak-kakak penulis, Mpok Sumiati, Abang Abdullah, serta adik penulis
Badri, yang selalu memberikan dukungan dan bantuan sehingga skripsi ini
dapat penulis selesaikan.
6. Teman-teman penulis di Sosiologi Agama angkatan 2003: Yoyoh,
Hamami, Rony, Joy, Susi, Rahmat, Diding, Ria, Tuti, Seha, dan temanteman lainnya yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu. Terima kasih
atas dukungan dan segala bantuan yang diberikan.
7. Masyarakat
Kelurahan
Sudimara
Selatan
yang
bersedia
penulis
wawancarai, terima kasih atas kerja samanya. Juga kepada segenap
pegawai kelurahan, yang memberikan data-data yang penulis perlukan
untuk menyelesaikan skripsi ini.
Akhirnya, harapan penulis, semoga atas segala bantuan dan perhatian yang
diberikan mendapat balasan yang berlipat dari Yang Maha Kuasa, amin. Selain
itu, semoga segala aktivitas yang kita kerjakan diberi kemudahan dan menjadi
nilai ibadah di sisi-Nya. Sekali lagi terima kasih, thank you, kamsia, syukron,
vielen danken, matur nuwun.
Jakarta, 25 Mei 2010
Penulis
vi
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING ............................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN ............................................................ ii
LEMBAR PERNYATAAN .......................................................................................... iii
ABSTRAK ...................................................................................................................... iv
KATA PENGANTAR .................................................................................................... v
DAFTAR ISI ........................................................................................................ vii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .................................................................. 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah .............................................. 5
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian........................................................ 5
D. Metodologi Penelitian ..................................................................... 6
E. Sistematika Penulisan ...................................................................... 9
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Konsep Pernikahan .......................................................................... 11
1.
Peran dan Fungsi Pernikahan ....................................... 14
2.
Manfaat Pernikahan ...................................................... 17
B. Narkoba dan Minuman Keras.......................................................... 18
1.
Pengertian Narkoba dan Miras ..................................... 19
2.
Jenis-jenis Narkoba dan Miras ..................................... 21
3.
Bahaya Narkoba dan Minuman Keras bagi
Kesehatan ..................................................................... 26
vii
C. Perilaku Sosial ................................................................................. 30
1. Definisi Perilaku Sosial ................................................ 30
2. Bentuk-bentuk Perilaku Sosial ..................................... 30
BAB III
DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN
A. Kondisi Geografis dan Demografis ................................................. 35
B. Kehidupan Sosial, Ekonomi, Pendidikan dan Agama
Masyarakat Kampung Dukuh ..................................................... 38
BAB IV
ANALISIS HASIL PEMBAHASAN PENELITIAN
A. Kehidupan Pengguna Narkoba dan Miras sebelum Menikah . 44
B. Perilaku Menyimpang Pengguna Narkoba dan Miras ..................... 49
1. Freesex, Pelacuran dan Prostitusi ................................. 49
2. Mencuri, Malak/Nodong .............................................. 52
C. Keagamaan Pengguna Narkoba dan Minuman Keras ..................... 53
1. Shalat lima waktu ......................................................... 53
2. Membaca Al-Qur’an ..................................................... 54
D. Kehidupan Pengguna Narkoba dan Miras sesudah Menikah . 54
1. Aspek Sosial ................................................................. 55
2. Aspek Keagamaan ........................................................ 58
E. Pengaruh Pernikahan terhadap Kehidupan Sosial Pengguna
Narkoba dan Miras .......................................................................... 62
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................. 66
B. Saran-saran .............................................................................. 66
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 69
viii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Masalah penyalahgunaan narkotika saat ini, memang menjadi perhatian
banyak orang dan terus menerus dibicarakan dan dipublikasikan. Bahkan, masalah
penyalahgunaan narkotika menjadi perhatian berbagai kalangan di Indonesia,
mulai dari pemerintah, LSM, ormas, bahkan masyarakat juga turut serta
membicarakan tentang bahaya penyalahgunaan narkotika. Hampir semuanya
mengingatkan sekaligus menginginkan agar masyarakat Indonesia, utamanya
remaja untuk tidak sekali-kali mencoba dan mengkonsumsi narkotika.1
Perilaku (behavior) adalah segala tindakan manusia yang disebabkan baik
karena dorongan organismenya, tuntutan lingkungan alam, atau karena dorongan
organisme serta hasrat-hasrat psikilogisnya maupun karena pengaruh masyarakat
dan kebudayaannya.2 Penyimpangan (deviance) adalah kecenderungan untuk
menentang suatu norma yang berlaku, keadaan seseorang individu yang jauh
berbeda dibandingkan dengan watak bangsa (moral personality).3 Jadi perilaku
menyimpang adalah perbuatan seseorang yang melakukan tindakan diluar normanorma yang berlaku dalam masyarakat, seperti memaksa, mencopet, merampok,
menggunakan alkohol, narkotika dan zat adiktif lainnya.
Meskipun istilah “penyimpangan” sudah dipakai selama 300 tahun, makna
sosiologisnya muncul belakangan. Para sosiolog mengartikan sebagai perilaku
1
Abdul Rozak dan Wahdi Sayuti, Remaja dan Bahaya Narkoba (Prenada: Jakarta, 2002),
2
Ariyono Suyono, Kamus Antropologi (Jakarta: Akademia Presindo, 1985), Cet I, h. 312
Ariyono Suyono, Kamus Antropologi, h. 315
h. 14
3
1
2
yang dilarang, dibatasi, disensor, diancam hukuman atau yang dianggap buruk
sehingga istilah ini sering dipandang dengan “pelanggaran peraturan”.4
Dari pengertian di atas, perilaku menyimpang lebih condong ke arah yang
merugikan masyarakat yang menimbulkan kejahatan. Kejahatan disebabkan
karena kondisi dan proses-proses sosial yang menghasilkan perilaku menyimpang
sosial lainnya. Menurut E. H Sutherland, seseorang yang berperilaku jahat yang
dipelajari dalam interaksi dengan orang lain adalah kecenderungan melawan
norma-norma hukum yang ada.5
Kejahatan yang dilakukan oleh seseorang baik secara terencana ataupun
tidak merupakan sebuah penyimpangan yang secara psikologis diakibatkan oleh
adanya unsur-unsur eksternal individu. Selain itu, jika dipandang dari aspek
keagamaan manusia secara esensial adalah makhluk yang baik yang secara fitrah
tidak bisa dilepaskan dari agama.6 Karena agama adalah petunjuk bagi manusia
untuk mencapai kehidupan yang lebih baik di dunia dan di akhirat.
J. P Chalpin, berpendapat bahwa tingkah laku merupakan sembarang
respon yang mungkin berupa reaksi, tanggapan, jawaban atau balasan yang
dilakukan oleh makhluk hidup. Tingkah laku juga bisa berarti suatu perbuatan
atau aktivitas.7 Dengan diiringi perkembangan modernisasi, sosial ekonomi dan
peradaban terbukti dapat membawa kepada kondisi yang kurang menentu seperti
adanya persaingan hidup yang lebih ketat, hilangnya norma-norma ikatan
keluarga, menipisnya kepercayaan agama, adanya disintegarsi generasi berikutnya
4
5
Downis, D, dan Rock P, Understanding Deviance (London: Oxford, 1981), h. 227
Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar (Jakarta: Rajawali, 1986), Edisi Baru, h.
350
5
Ayat al-Qur’an yang menyatakan bahwa ketika manusia masih dalam rahim ia sudah
terikat dengan perjanjian primordial. Hal ini diungkapkan dalam surat al-A’rof ayat 172
7
Ramayulis, Pengantar Psikologi Agama (Kalam Mulia: Jakarta, 2002), h. 83
3
dan benturan-benturan sosial lainnya yang merupakan kesulitan zaman, sehingga
memberikan peluang tumbuhnya kecondongan penyalahgunaan narkotika.
Banyak orang kehilangan pegangan, dan hanya mementingkan dunia tanpa
mementingkan akhirat. Dan akhirnya mengambil jalan pintas sebagai akibatnya
mereka tidak tahu lagi mana yang halal dan mana yang haram, mana yang baik
dan mana yang buruk, mana yang hak dan mana yang batil.8
Pengalaman di negara-negara maju, menunjukkan bahwa semakin modern
dan industrial suatu masyarakat, maka penyalahgunaan narkoba atau NAZA
semakin cenderung meningkat. Oleh karena itu, bagi bangsa dan negara Indonesia
yang sedang membangun menuju masyarakat modern dan industri, maka langkahlangkah pencegahan penyalahgunaan NAZA dimasa datang sudah waktunya
dibuat dan langkah-langkah preventif, dan rehabilitasi sudah waktunya dievaluasi
kembali,9 lebih-lebih di kampung Dukuh sendiri, kelurahan Sudimara SelatanCiledug Tangerang yang menjadi daerah penelitian penulis, di mana banyak sekali
dijumpai
aktivitas
meminum-minuman
keras,
dan
pemakaian
narkoba.
Maksudnya hal di atas minimal bisa mengurangi laju pemakaian narkoba yang
semakin marak belakangan ini, walaupun pada kenyataannya hal itu sangat sulit
untuk dihapuskan.
Namun, pada kenyataannya hingga kini belum diketemukan solusi yang
tepat untuk mengurangi atau bahkan meniadakan penggunaan narkoba maupun
minuman keras. Meskipun secara preventif sudah serius dilakukan, yakni salah
satunya dengan mengadakan penyuluhan-penyuluhan mengenai bahaya narkoba
8
Dadang Hawari, Gerakan Nasional Anti Mo-Limo: Madat, Minum, Main, Maling,
Madon (PT. Dana Bakti Primayasa: Yogyakarta, 2000), h.3
9
Dadang Hawari, Al-Qur’an Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa (PT. Dana Bakti
Primayasa: Yogyakarta, 1997), Cet. Ke-6, h.131-133
4
dan minuman keras. Ironis memang, tapi inilah yang selalu dipertentangkan apa
dan bagaimana menanggulanginya?
Ditengah kebingungan menemui jawaban atas solusi mengenai narkoba
dan minuman keras yang marak terjadi di kampung Dukuh Sudimara Selatan ini,
tapi penulis melihat fenomena baru yang tumbuh ada dan berkembang pesat
belakangan ini dimasyarakat tersebut. Yaitu banyaknya pengguna narkoba dan
minuman keras, setelah menikah banyak diantara mereka yang mengurangi
konsumsi narkoba dan minuman keras atau bahkan tidak sama sekali.
Walaupun penelitian yang di lakukan oleh penulis ini telah berhasil sedikit
mengungkapkan secara empiris mengenai pengaruh pernikahan terhadap
pengguna narkoba/miras khususnya di Daerah studi kasus di kampung Dukuh,
Kelurahan Sudimara Selatan Ciledug-Tangerang. Namun peneliti sangat
menyadari masih terdapat banyak kekurangan, dan bahkan jauh dari sempurna,
karena keterbatasn subjektif dan di mana dalam kehidupan, situasi dan kondisinya
yang dinamis dan mudah berubah setiap saat, oleh karena itu peneliti sangat
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun agar penelitian ini lebih
sempurna.
Fenomena ini seperti oase baru yang bisa membangkitkan harapan akan
tertib dan bebasnya kampung Dukuh Sudimara Selatan ini dari pesta Narkoba dan
minuman keras. Oleh karena itu penulis tertarik untuk meneliti apakah ada
“Pengaruh Pernikahan Terhadap Pengguna Narkoba dan Minuman Keras” dalam
penelitian skripsi ini.
5
B. Batasan dan Perumusan Masalah
Pokok permasalahan dalam penelitian skripsi ini adalah pengaruh
pernikahan terhadap pengguna Narkoba dan Minuman Keras. Penelitian ini
dibatasi pada perilaku sosial keagamaan pengguna Narkoba dan Minuman Keras
sebelum menikah dan sesudah menikah dalam berinteraksi dengan masyarakat,
serta pengaruh pernikahan terhadap kebiasaan mereka, yaitu menggunakan
narkoba serta miras. Sedangkan secara geografis dibatasi pada masyarakat muslim
yang berada dalam lingkungan kelurahan Sudimara Selatan kecamatan CiledugTangerang.
Berdasarkan pembatasan masalah di atas, dapat dirumuskan pertanyaan
penelitian yang nanti akan terjawab dalam analisis hasil penelitian ini, yaitu:
1. Bagaimana kehidupan sosial keagamaan pengguna Narkoba dan Miras
sebelum menikah?
2. Apakah
pernikahan
memiliki
pengaruh
terhadap
perilaku
sosial
keagamaan pengguna Narkoba dan Miras?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
a. Mendeskripsikan kehidupan sosial keagamaan pengguna Narkoba
dan Miras.
b. Untuk
mengetahui
pengaruh
pernikahan
narkoba dan minuman keras (Miras).
terhadap
pengguna
6
2. Manfaat Penelitian
a. Menambah wawasan sosial keagamaan, khususnya mengenai
perilaku sosial menyimpang pengguna Narkoba dan Miras.
b. Untuk mengubah dan mengembangkan literatur-liteartur yang sudah
ada sebelumnya.
c. Sebagai syarat untuk mendapatkan gelar sarjana di Universitas Islam
Negeri ( UIN ) Syarif Hidayatullah Jakarta.
D. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian sosial yang dilakukan di lapangan
(field research), yaitu terjun langsung ke objek penelitian untuk memperoleh
data primer. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan
metode deskriptif analitik, yakni metode yang mengeksplorasi dan
menjelaskan mengenai suatu fakta atau fenomena sosial, dengan cara
mendeskripsikan sejumlah variabel yang berkenaan dengan masalah dan unit
yang akan diteliti.
Jenis pendekatan yang dipakai dalam penelitian ini adalah studi kasus.
Studi kasus adalah pendekataan untuk mempelajari, menerangkan, atau
menginterpretasikan suatu kasus (case) dalam konteksnya secara natural
tanpa adanya intervensi.10 Pendekatan ini dipilih agar dapat diharapkan dapat
menggambarkan atau menjelaskan suatu fenomena sosial secara lebih intens
dan murni.
10
Agus Salim, Teori dan Paradigma Penelitian Sosial, Pemikiran Norman dan Egon
Guba (Yogyakarta: PT. Tirta Wacana Yogya, 2001), h. 93.
7
2. Lokasi Penelitian
Dalam penelitian ini peneliti mengambil tempat di kampung Dukuh
kelurahan Sudimara Selatan atas pertimbangan kondisi daerah yang dapat
memungkinkan dalam mengambil data dan setelah penulis meneliti dengan
kondisi tersebut berada dikawasan padat perbelanjaan dan hiburan.
3. Subjek Penelitian
Adapun yang menjadi subjek penelitian ini adalah mantan pengguna
narkoba (narkotika dan obat-obatan) dan miras (minuman keras) di daearah
kampung Dukuh kelurahan Sudimara Selatan, Ciledug Tangerang. Sedangkan
jumlah subjek penelitian/informan sebanyak 8 orang. Terdiri dari 7 orang
laki-laki, dan 1 orang perempuan, sudah menikah. Kesemuanya adalah
mantan pengguna Narkoba dan Miras di kampung Dukuh, Kelurahan
Sudimara Selatan Ciledug Tangerang.
4. Sumber Data
Dalam penelitian ini data dikategorikan kedalam dua jenis yaitu: data
primer dan data sekunder. Data primer didapatkan dari hasil wawancara, dan
observasi, dan menganalisis data yang didapatkan dari informan mengenahi
pernikahan dan pengaruhnya terhadap pengguna Narkoba dan peminum
Minuman keras. Adapun data sekunder dalam penelitian ini adalah yang
didapatkan dari bahan tertulis atau kepustakaan, yakni buku-buku, jurnal
ilmiah, artikel, dan terbitan ilmiah yang ada hubungannya dengan
pembahasan.
8
5. Teknik Pengumpulan Data
Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian
lapangan ini adalah:
a. Observasi (pengamatan), yaitu pencatatan secara sistematik terhadap
fenomena yang diselidiki.11 Observasi ini dilakukan dengan jalan
pengamatan secara sistematis terhadap objek penelitian untuk
mendapatkan data yang berkaitan dengan masalah yang akan diteliti.
Jenis observasi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah observasi
partisipatoris, yakni pengamat membuat atau melibatkan diri dalam
aktivitas keseharian pengguna Narkoba dan Miras pada masyarakat
Sudimara Selatan yang sudah menikah. Observasi ini dilakukan agar
terciptanya suasana yang lebih kondusif guna memudahkan penulis
dalam mendapatkan informasi mendalam dari para Information
supplyer.
b. Wawancara mendalam (indepth interview), yaitu peneliti melakukan
“Interview” dengan informan penelitian. Pertanyaan-pertanyaan
kepada informan dikemukakan secara lisan, berdasarkan pedoman
wawancara.
c. Kepustakaan (library research), yaitu dengan membaca dan menelaah
literature dan buku-buku yang berkenaan dengan penulisan skripsi ini.
6. Instrumen Pengumpulan Data
Instrumen yang digunakan untuk pengumpulan data dalam penelitian
ini adalah pedoman wawancara, tape recorder, dan buku catatan. Pedoman
11
Imam Suprayogo, Misi Metodologi Penelitian Sosial-Agama (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2001), h. 13
9
wawancara digunakan agar lebih fokus menggali apa yang menjadi sasaran
penelitian. Sedangkan tape recorder digunakan untuk merekam perkataan
subjek penelitian, dan buku catatan untuk mencatat hal-hal yang tidak
terekam atau yang terlewati atau yang tidak jelas.
7. Teknik Analisis Data
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data
kualitatif, artinya penelitian yang bukan menggunakan angka atau statistik,
tetapi dengan melakukan analisis terhadap data yang berkaitan dengan
penjelasan-penjelasan dan pandangan-pandangan. Dalam penelitian kualitatif,
setiap
catatan-catatan
lapangan
(fieldnotes)
yang
dihasilkan
dalam
pengumpulan data, baik dari hasil wawancara maupun hasil observasi,
kemudian peneliti mereduksi (merangkum, menyeleksi, mengikhtisarkan)
aspek-aspek penting yang muncul dan mencoba membuat ringkasan pada
tiap-tiap kasus, berdasarkan kerangka teori dan pedoman wawancara.
E. Sistematika Penulisan
Dalam penyusunan skripsi ini penulis menyusunnya ke dalam lima bab,
yaitu:
Bab I
Merupakan bab pendahuluan yang terdiri dari: latar belakang,
perumusan dan pembatasan masalah, tujuan penelitian, metodologi
penelitian, sistematika penulisan.
Bab II
Menjelaskan tentang kerangka teori yang terdiri dari konsep
pernikahan yang membahas tentang peran dan fungsi pernikahan,
manfaat pernikahan. Narkoba dan minuman keras, pengertian
10
narkoba dan miras, jenis-jenis narkoba dan miras, bahaya narkoba
dan minuman keras bagi kesehatan, pandangan Islam terhadap
narkoba dan miras. Selanjutnya adalah perilaku sosial yang terdiri
dari definisi perilaku sosial, bentuk-bentuk perilaku sosial.
Bab III
Deskripsi daerah penelitian, dalam bab ini membahas mengenai
kondisi geografis dan demografis, kehidupan sosial, ekonomi,
pendidikan dan agama masyarakat Kampung Dukuh.
Bab IV
Pembahasan dan analisis hasil penelitian, yang terdiri dari
kehidupan pengguna narkoba dan miras sebelum menikah, perilaku
menyimpang pengguna narkoba dan miras, Keagamaan pengguna
narkoba dan miras, kehidupan pengguna narkoba dan miras
sesudah menikah, pengaruh pernikahan terhadap kehidupan sosial
keagamaan pengguna narkoba dan miras.
Bab V
Penutup yang berisi kesimpulan dari seluruh uraian disertai dengan
saran-saran.
BAB II
KERANGKA TEORI
A. Konsep Pernikahan
Pengertian mengenai pernikahan yang bersifat biologis dapat dilihat dalam
kamus Besar Bahasa Indonesia. Istilah pernikahan yang dalam Kamus Bahasa
Indonesia memiliki makna sama dengan perkawinan berasal dari kata kawin, yaitu
membentuk keluarga dengan lawan jenis, atau juga melakukan hubungan kelamin
atau bersetubuh.1 Senada dengan pandangan sebelumnya, perkawinan berarti
perbuatan atau urusan kawin, secara bahasa berarti penggabungan atau
percampuran antara pria dan wanita.
Allah berfirman dalam surat Adz Dzaariyaat ayat: 49
(49 :‫)اﻟﺬارﻳﺎت‬
tβρ㍩.x‹s? ÷/ä3ª=yès9 È÷y`÷ρy— $oΨø)n=yz >óx« Èe≅à2 ÏΒuρ
Aritinya: “Dan segala sesuatu Kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu
mengingat akan kebesaran Allah.” (Q.S. Adz Dzaariyat: 49).2
Dengan ini menjadi sangat jelas bahwa perkawinan itu adalah suatu ikatan
antara pria dan wanita sebagai suami dan istri berdasarkan hukum (UU), hukum
agama, atau adat istiadat yang berlaku. Diciptakan pria dan wanita, antara
keduanya saling tertarik dan kemudian kawin, proses ini mempunyai dua aspek,
yaitu aspek biologis agar manusia berketurunan, dan aspek efeksional agar
manusia merasa tenang dan tenteram berdasarkan kasih sayang (security feeling).
1
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta:
Balai Pustaka, 2007), cet. Ke-3, h. 456
2
Dadang Hawari, Al-Quran; Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa, Edisi Revisi.
(Yogyakarta: PT. Dana Bakti Prima Yasa, 1997), h. 248
11
12
Dalam kitabnya Kifâyah al-Ahyâr, Imam Taqiyudin memberikan
pengertian mengenai pernikahan adalah sebagai berikut:
ٍ ‫ﻀ َﻬﺎ َﻋﻠَﻰ ﺑَـ ْﻌ‬
‫ﺾ‬
 ‫ﻐَ ِﺔ اَﻟ‬‫ﺎح ِﰱ اﻟﻠ‬
ْ ‫ﻢ َو‬ ‫ﻀ‬
ُ ‫اﳉَ ْﻤ ُﻊ ﻳـُ َﻘ‬
ُ ‫ﺖ إِ َذا اْﻟﺘَ َﻖ ﺑَـ ْﻌ‬
ْ ‫ﺎل ﻧَ َﻜ َﺤ‬
ُ ‫ َﻜ‬‫اَﻟﻨ‬
Artinya: “Nikah menurut bahasa, (etimologi) adalah bersatu dan berkumpul,
dikatakan pohon itu kawin apabila bertemu sebagiannya dengan sebagian
yang lain”.3
Sedangkan, secara istilah Imam Taqiyudin, mendefinisikan adalah sebagai
berikut:
ِ ‫ﺮِع ِﻋﺒﺎرةٌ ﻋ ِﻦ اﻟْﻌ ْﻘ ِﺪ اﻟْﻤ ْﺸﺘَﻤ ِﻞ ﻋﻠَﻰ اﻷَرَﻛ‬‫ َﻜﺎح ِﰱ اﻟﺸ‬‫اَﻟﻨ‬
‫ﺮْو ِط‬ُ ‫ﺎن َواﻟﺸ‬
َ َ ُ َ َ ََ ْ
ُ
ْ
Artinya: “Nikah menurut syara yaitu aqad yang telah terkenal yang mencakup atas
rukun serta syarat-syarat tertentu.”4
Dalam istilah lain nikah merupakan aqad yang menyebabkan halalnya
pergaulan dan kerjasama antara laki-laki dan perempuan sepanjang hidup, yang
telah diatur hak dan kewajibannya masing-masing oleh hukum syari’at.5 Selain
itu, nikah adalah aqad yang mengandung kebolehan melakukan hubungan suami
istri dengan lafal nikah/kawin atau yang semakna dengan itu.6
Dalam pandangan Islam, hubungan yang dihasilkan dari perkawinan
bukanlah sekedar hubungan sementara yang lewat begitu saja, dan bukan pula
seperti hubungan perdagangan yang hanya memperhitungkan laba dan rugi. Akan
tetapi, pada prinsip tujuaannya keluarga merupakan hubungan kemanusiaan yang
berdasarkan pada nilai-nilai hidup yang luhur yaitu cinta kasih dan ketentraman.7
3
Imam Taqiyudin Abi Bakar bin Muhammad, Kifayatu al Akhyar (Surabaya: Al
Maktabah al Saqofiyah, t.th), juz 11, h. 36
4
Imam Taqiyudin, Kifayatu al Akhyar, h. 37
5
Muhammad Abu Zahrah, Membangun Masyarakat Islam (Jakarta: PT Pustaka Firdaus,
Anggota IKAPI, 1994), h. 63
6
Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, “Nikah”, Ensiklopedi Islam (Jakarta: PT. Ichtiar
Baru Van Hoeve, 1994), cet. Ke-2, jilid 4, h. 32
7
Abdul Hadi Asy-syal, Islam Membina Masyarakat Adil Makmur, penterjemah Umar
Sitanggal, (Jakarta: Pusaka Dian dan Antar Kota, 1987), h. 181
13
Pada hakikatnya perkawinan itu adalah sunnatullah. Hidup berpasangpasangan dan berjodoh-jodohan adalah naluri segala makhluk, termasuk manusia.
Oleh karenanya semua makhluk Tuhan, baik itu tumbuh-tumbuhan, hewan dan
manusia dalam kehidupannya pasti ada perkawinan. Disamping pemenuhan
biologis, perkawinan juga sebagai syariat agama, yakni mentaati perintah Allah
swt, dan menjalani Sunnah Rasul-Nya. Dengan tujuan membina dan membentuk
suatu ikatan sebagai suami istri dalam kehidupan rumah tangga yang bahagia dan
kekal berdasarkan syariat Islam.
Kehidupan berkeluarga terjadi lewat perkawinan yang sah, baik menurut
hukum maupun ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Dari sinilah tercipta
kehidupan yang harmonis dan sejahtera lahir batin yang didambakan oleh setiap
insan yang normal.
Dalam agama Islam, dasar perkawinan telah jelas digariskan Al-Quran,
Allah berfirman: Surat An-Nur: 32
u!#ts)èù (#θçΡθä3tƒ βÎ) 4 öΝà6Í←!$tΒÎ)uρ ö/ä.ÏŠ$t6Ïã ôÏΒ tÅsÎ=≈¢Á9$#uρ óΟä3ΖÏΒ 4‘yϑ≈tƒF{$# (#θßsÅ3Ρr&uρ
(32 :‫)اﻟﻨﻮر‬
ÒΟŠÎ=tæ ììÅ™≡uρ ª!$#uρ 3 Ï&Î#ôÒsù ÏΒ ª!$# ãΝÎγÏΨøóãƒ
Artinya: “Dan kawinilah orang-orang yang sendirian di antara kamu dan orangorang yang layak (untuk kawin) dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki,
dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin Allah
akan membuat mereka mampu dengan kerunia-Nya. Dan Allah Maha luas
(pemberiannya) lagi Maha Mengetahui”. (QS An-Nur: 32)
Maka jelaslah, bahwa melaksanakan pernikahan berarti mengikuti
perintah-Nya. Dan para ulama berpendapat, hukum asal nikah adalah sunnah
muakkadah bagi setiap muslim yang mempunyai keinginan dan kemampuan
untuk menikah. Namun jika hubungan seorang laki-laki dan perempuan telah
menjurus pada perbuatan berdekat-dekat dengan zina, hukum nikah menjadi
14
wajib. Sebaliknya jika nikah disalahgunakan untuk tujuan-tujuan yang
bertentangan dengan ajaran agama, maka hukum nikah menjadi haram.8 Hidup
berpasan-pasangan merupakan hukum alam yang diciptakan oleh Allah SWT
pada makhluknya; manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan dan benda-benda lainnya
yang telah diciptakan oleh Allah SWT secara serasi sekaligus dengan masingmasing pasangannya. Manusia memiliki jasad, ruhani dan akal. Dengan anugerah
tersebut manusia berpotensi untuk menerima dan menjalankan syariat agama.
Manusia diciptakan oleh Allah berpasang-pasangan, yaitu laki-laki dan
perempuan.
Keduanya
disyariatkan
untuk
menjalin
hubungan
yang
mulia,
mengembangkan keturunan. Untuk itu Allah tidak menciptakan manusia seperti
binatang yang mengumbar nafsunya tanpa ada aturan. Allah menurunkan aturan
untuk menjaga harkat dan martabat serta kehormatan manusia yang disebut
dengan nikah. Islam mensyariatkan pernikahan yang mengandung manfaat, tujuan
dan hikmah yang sangat besar dalam sebuah pernikahan.9
1. Peran dan Fungsi Pernikahan
Keluarga adalah sebuah institusi terkecil dalam tingkat masyarakat.
Untuk dapat membangun keluarga sakinah yang menjadi impian semua orang,
maka para anggota yang terdapat di dalam institusi tersebut harus memiliki
kesadaran tinggi terhadap hak dan kewajibannya masing-masing. Keluarga
8
A. Zuhdi Muhdlor, Memahami Hukum Perkawinan, Nikah, Telak, Cerai dan Rujuk,.
(Bandung: Al-Bayan, 1994), h. 15
9
Imam Abi Abdullah bin Ismail bin Ibrahim, Shahih Bukhari, (Beirut: Daar al-Fikr,
1994), Juz 6, h. 143.
15
sakinah dapat terbina dengan perkawinan yang dianugrahi pasangan yang
saling menghormati, menghargai dan saling menyayangi. 10
Dalam Kompilasi Hukum Islam yang juga merupakan penjelasan dari
undang-undang perkawinan telah dirumuskan bahwa tujuan
perkawinan
adalah membentuk keluarga yang bahagia dan kekal. Untuk itu suami istri
perlu saling membantu dan melengkapi agar masing-masing dapat
mengembangkan kepribadiannya membantu dan mencapai kesejahteraan
spiritual dan material.
Hikmah menikah (pernikahan) agar manusia hidup berpasangpasangan, membangun rumah tangga yang damai dan teratur. Untuk itu
haruslah diadakan ikatan dan pertalian yang kokoh yang tak mudah putus dan
diputuskan, ialah ikatan akad nikah atau ijab qabul perkawinan, dan bila akad
nikah telah dilangsungkan maka mereka telah berjanji dan bersetia, akan
membangunkan satu rumah tangga yang damai dan teratur, dan mereka akan
menjadi satu keluarga.11
Sedangkan menurut Abdul Qadir Jaelani dalam bukunya “Keluarga
Sakinah” : Perkawinan itu adalah salah satu cara yang telah banyak ditetapkan
oleh Allah SWT untuk memperoleh anak dan memperbanyak keturunan serta
melangsungkan kehidupan manusia. Dan suami istri ditugaskan untuk
mengatur, dan mengenai ini Allah SWT berfirman :
‫ﺎ َﺧﻠَ ْﻘﻨَﺎ ُﻛ ْﻢ ِﻣ ْﻦ ذَ َﻛ ٍﺮ َواُﻧْـﺜَﻰ َو َﺟ َﻌ ْﻠﻨَﺎ ُﻛ ْﻢ ُﺷﻌُ ْﻮﺑًﺎ َوﻗَـﺒَﺎﺋِ َﻞ‬‫ﺎس اِﻧ‬
ُ ‫ َﻬﺎاﻟﻨ‬‫ﻳَﺎاَﻳـ‬
(13 :49 /‫)اﳊﺠﺮات‬...‫ﻟِﺘَـ َﻌ َﺎرﻓُـ ْﻮا‬
10
11
Ahmad Rofiq, Hukum Islam di Indonesia (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 1995), h.15.
Mahmud Yunus, Hukum Perkawinan dalam Islam, h.42.
16
Artinya: “Hai manusia, sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang
laki-laki dan perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan
bersekutu-sekutu supaya kamu mengenal” (Q.S. 49 (Al Hujurat): 13).
Adapun masalah hikmah perkawinan. Abdullah Nasheh Ulwan
menyatakan antara lain adalah untuk memelihara jenis manusia, untuk
memelihara keturunan, menyelamatkan masyarakat dari kerusakan akhlak,
menyelamatkan masyarakat dari berragam penyakit dalam perkawinan, untuk
menentramkan jiwa setiap pribadi, untuk menjalin kerja sama suami istri
dalam membina keluarga dan mendidik anak-anak, menyuburkan rasa kasih
sayang ibu dan bapak.12
Sedangkan menurut Al Ghazali, sebagaimana yang dikutip oleh Abdul
Qadir Jaelani, fungsi pernikahan itu adalah:
a. Untuk mendapatkan keturunan.
Empat keutamaan yang dapat diperoleh dari keturunan yang
didasarkan pada pernikahan adalah :
1) Cinta kepada Allah, karena memperoleh anak berarti melestarikan
jenis manusia di alam ini untuk kepentingan beribadah kepadanya.
2) Sebagai tanda cinta kasih kepada Rasulullah SAW, dengan
memperoleh anak, berarti umat Muhammad SAW bertambah
banyak dan ini merupakan kebanggaan Rasulullah di akhir nanti.
3) Mencari keberkahan dari do’a anak yang saleh, apabila kedua
orang tuanya telah meninggal dunia.
4) Mencari syafaat dari kematian anak yang masih kecil, yang
mendahului orang tuanya.
b. Membentengi diri dari godaan setan dalam mengendalikan nafsu seks
c. Untuk menimbulkan ketenangan jiwa
Menurut pendapat Sayyi Sabiq, sebagaimana yang dikutip oleh
Abdul Qadir Jaelani, beliau menulis sebagai berikut :
a. Persaudaraan yang langgeng (teman sehidup semati) diantara pria dan
wanita.
b. Perkawinan adalah jalan terbaik untuk memelihara dan berkorban
guna kepentingan anak-anak dan memperbanyak keturunan dalam
melanjutkan kehidupan dengan memelihara garis keturunan.
12
Abdul Qadir Jaelani, Keluarga Sakinah (Surabaya: Cahaya Ilmu, 1995), h.41-46.
17
c. Dengan perkawinan watak kebapak dan keibuan akan bertambah
subur dan sempurna, apabila mereka mampu memelihara dan
melindungi anak-anak.
d. Perkawinan adalah untuk mengetahui hakikat pertanggungjawaban
dalam memelihara dan mendidik anak-anak.
e. Dan perkawinan mengadakan pembagian tugas pekerjaan secara
teratur mengenai kehidupan rumah tangga.
Menurut pendapat Abu Bakar Jabir Al Jazair :
a. Untuk melestarikan jenis kehidupan manusia dengan keturunan yang
dihasilkan.
b. Untuk memenuhi kebutuhan biologis antara suami dan istri.
c. Untuk mewujudkan kerja sama suami istri dalam pemeliharaan dan
pendidikan anak-anak.
d. Untuk mengatur hubungan antara pria dan wanita dalam masalahmasalah hak dan kewajiban yang asasi.13
Dari hikmah-hikmah pernikahan yang tercantum di atas, dapat
disimpulkan bahwa pernikahan dilakukan untuk memberikan kemaslahatan
bagi kehidupan manusia, baik sebagai makhluk sosial maupun sebagai
makhluk yang beragama.
2. Manfaat Pernikahan
Dalam hal ini pernikahan tersebut banyak sekali faedahnya antara
lain:
a. Untuk mendapatkan ketenangan hidup
Allah berfirman:
Ÿ≅yèy_uρ $yγøŠs9Î) (#þθãΖä3ó¡tFÏj9 %[`≡uρø—r& öΝä3Å¡àΡr& ôÏiΒ /ä3s9 t,n=y{ ÷βr& ÿϵÏG≈tƒ#u ôÏΒuρ
(21:‫ )اﻟﺮوم‬tβρ㍩3xtGtƒ 5Θöθs)Ïj9 ;M≈tƒUψ y7Ï9≡sŒ ’Îû ¨βÎ) 4 ºπyϑômu‘uρ Zο¨Šuθ¨Β Νà6uΖ÷t/
Artinya: “Dan di antara tanda-tanda kebesaran-Nya ialah Dia
menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya
kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan
dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan saying.
Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat
tanda-tanda bagi kaum yang berfikir (QS. Ar-Rum: 21)
13
Abdul Qadir Jaelani, Keluarga Sakinah, h. 48-50
18
b. Untuk menjaga kehormatan dan pandangan mata
Berkaitan dengan ini, Nabi Muhammad saw. Bersabda:
ِ ‫ﺸﺒ‬ ‫ ﻳﺎ ﻣ ْﻌ َﺸﺮ اﻟ‬:‫ﻢ‬‫ﻰ اﷲ َﻋﻠَْﻴ ِﻪ وﺳﻠ‬‫ ﻗَ َﺎل رﺳﻮ ُل اﷲِ ﺻﻠ‬:‫َﻋﻦ َﻋْﺒ ِﺪ اﷲِ ﻗَ َﺎل‬
‫ﺎب‬
َ
ُ
َ َ َ َ َ ََ
ْ
ُْ َ
ِ ‫ﺾ ﻟِْﻠﺒﺼ ِﺮ وأَﺣ‬
ِ َ‫ﻣ ِﻦ اﺳﺘَﻄ‬
َ ْ َ
ْ‫ﺼ ُﻦ ﻟ ْﻠ َﻔ ْﺮِج َوَﻣ ْﻦ َﱂ‬
َ ْ َ َ َ  ‫ﻪُ أَ َﻋ‬‫و ْج ﻓَِﺈﻧ‬‫ﺎع ﻣْﻨ ُﻜ ُﻢ اﻟْﺒَﺎءَ َة ﻓَﺎﻟْﻴَﺘَـَﺰ‬
(‫ﻪُ ﻟَﻪُ ِو َﺟﺎءٌ )رواﻩ اﻟﺒﺨﺎرى وﻣﺴﻠﻢ‬‫ﺼ ْﻮِم ﻓَِﺈﻧ‬
 ‫ﻳَ ْﺴﺘَ ِﻄ ْﻊ ﻓَـ َﻌﻠَْﻴ ِﻪ ﺑِﺎﻟ‬
Artinya: “Dari Abdullah bin Mas’ud r.a. ia berkata : Rasulullah saw.
Bersabda: “...Hai sekalian pemuda, barangsiapa diantara kamu
sudah siap untuk kawin, maka hendaklah ia kawin, karena
sesungguhnya kawin itu menghalangi pandangan (terhadap
hal-hal yang dilarang agama), dan memelihara kemaluan (farj),
barang siapa tidak sanggup, hendaklah ia berpuasa, karena
sesungguhnya puasa itu sebagai perisai bagi dirinya.” (HR.
Bukhari Muslim).”14
Peran dan fungsi pernikahan itu sendiri secara garis besar dinyatakan
oleh Allah untuk mendapatkan mawaddah dan rahmah, serta ketenangan lahir
dan batin di kalangan manusia, jelas tidak ada yang salah dalam masalah ini,
dengan mengharap ridha-Nya dan tuntunannya agar selalu tetap di jalan Allah
SWT.
B. Narkoba dan Minuman Keras
Masyarakat modern yang serba kompleks, sebagai produk dari kemajuan
teknologi. Mekanisasi, industrialisasi dan urbanisasi, memunculkan banyak
masalah sosial. Maka adaptasi atau penyesuaian diri terhadap masyarakat modern
yang hyper-kompleks itu menjadi tidak mudah. Kesulitan mengadakan adaptasi
dan adjustment menyebabkan kebingungan, kecemasan dan konflik-konflik, baik
yang terbuka dan eksternal sifatnya, maupun yang tersembunyi dan internal dalam
14
h.16
A. Zuhdi Muhdlor, Memahami Hukum Perkawinan, Nikah, Telak, Cerai dan Rujuk,.
19
batin sendiri; sehingga banyak orang mengembangkan pola tingkah laku
menyimpang dari norma-norma umum, atau berbuat semau sendiri, demi
kepentingan sendiri, dan mengganggu atau merugikan orang lain.15
Dikemukakan oleh para ahli bahwa gejala psikososial di atas disebabkan
karena semakin modern suatu masyarakat, semakin bertambah intensitas dan
eksistensitas dari berbagai disorganisasi dan disintegrasi sosial di masyarakat.
Pola tingkah laku menyimpang masyarakat modern yang dikatakan sebagai gejala
psikososial, beberapa di antaranya adalah penggunaan narkoba dan minuman
keras yang disalahgunakan. Dimana perilaku tersebut bagi para pelakunya dapat
membantu menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi dengan kata lain
sebagai sarana adaptasi atau penyesuaian diri terhadap masyarakat modern yang
hiper-kompleks.
1. Pengertian Narkoba (Narkotika dan Obat Berbahaya) dan Miras
(Minuman Kears)
Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan
tanaman, baik sintetis maupun bukan sintetis, yang dapat menyebabkan
penurunan atau perubahan kesadaran dan hilangnya rasa. Zat ini dapat
mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri dan dapat menimbulkan
ketergantungan.16
Pengertian Narkotika menurut DR. Soedjono, SH., adalah “bahanbahan yang terutama efek kerja pembiusan, atau dapat menurunkan
kesadaran, juga dapat menimbulkan gejala-gejala fisik dan mental lainnya
15
Kartini Kartono, Psikologi Sosial, Jilid I (Jakarta: Rajawali, 1988), cet. Ke-3, h. V
Subagyo Partodiharjo, Kenali Narkoba dan Musuhi Penyalahgunaannya (Jakarta,
Erlangga, 2006), h. 11.
16
20
apabila dipakai secara terus-menerus dan secara liar dengan akibat antara lain
terjadinya ketergantungan pada bahan tersebut”.17
Narkotika memang memiliki dua sisi yang sangat antagonis. Pertama,
Narkotika dapat memberi manfaat besar bagi kepentingan hidup dengan
beberapa ketentuan. Kedua, Narkotika dapat membahayakan pemakainya
karena efek negatif yang distruktif.18
Narkotika merupakan jenis obat yang substansinya dilarang dan diatur
penggunaannya oleh Undang-Undang Republik Indonesia berdasarkan
peraturan No. 22 dan No. 5 tahun 1997, dan sesuai dengan pernyataan dari
Departemen Kesehatan Republik Indonesia bahwa bahan-bahan atau
substansi yang telah diatur oleh Undang-Undang RI itu dapat mempengaruhi
kesehatan jiwa atau mental hingga perilaku pemakainya.
Dari definisi di atas penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa yang
dimaksud dengan Narkotika adalah suatu zat yag dapat menurunkan
kesadaran, juga dapat menimbulkan gejala-gejala fisik dan mental, apabila
dipakai terus-menerus akan mengakibatkan terjadinya ketergantungan obat.
Miras atau minuman keras adalah jenis NAZA (Narkotika, Alkohol
dan Zat Adiktif) dalam bentuk minuman yang mengandung alkohol tidak
peduli berapa kadar alkohol didalamnya. Bahkan Majelis Ulama Indonesia
(MUI) sudah mengeluarkan fatwa bahwa setetes alkohol saja dalam minuman
hukumnya sudah haram.
Alkohol termasuk zat adiktif, artinya zat tersebut dapat menimbulkan
adiksi (addiction) yaitu ketagihan dan dependensi (ketergantungan).
17
18
Soedjono D, Pathologi Sosial (Bandung: Alumni 1974), h. 78.
Sudarsono, Kenakalan Remaja (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1995), h. 68.
21
Penyalahgunaan/ketergantungan NAZA jenis alkohol ini dapat menimbulkan
Gangguan Mental Organik yaitu gangguan dalam fungsi berfikir, berperasaan
dan berperilaku. Gangguan Mental Organik ini disebabkan reaksi langsung
alkohol pada neuro-tranmitter sel-sel saraf pusat (otak). Karena sifat
adiktifnya itu, maka orang yang meminumnya lama-kelamaan tanpa disadari
akan menambah takaran/dosis sampai pada dosis keracunan (intoksikasi) atau
mabuk.19
2. Jenis-jenis Narkoba dan Miras
Terdapat berbagai jenis Narkotika yang beredar dewasa ini. Orang
awam hanya mengenal Narkotika yang diberikan di media masa saja, namun
tidak mengetahui jenis-jenis Narkotika. Dari jenisnya Narkotika terbagi
menjadi:
a. Ganja
Ganja/Kanabis berasal dari tanaman dengan nama Cannabis
Satifa dan Cannabis Indica, yaitu sejenis tanaman perdu yang biasanya
digunakan sebagai obat relaksasi dan untuk mengatasi intoksikasi ringan.
Bahan yang digunakan dapat berupa daun, biji dan bunga tanaman
tersebut.
Ganja atau Cannabis mempunyai beberapa istilah yang tetap
mengacu pada pengertian ganja itu sendiri. Beberapa istilah untuk ganja
antara lain marijuana, gele, cimeng, hash, oyen, ikat, bang, labang,
rumput atau grass.20
19
Dadang Hawari, Penyalahgunaan & Ketergantungan NAZA Narkotika, Alkohol & Zat
Adiktif), (Jakarta: FKUI, 2000), h. 52
20
Sudarsono, Mengenal Jenis dan Efek Buruk Narkoba (Tangerang: Visi Media, 2006),
h. 31.
22
b. Heroin/Putaw
Heroin murni adalah bubuk putih dengan rasa yang pahit dan
sedikit berbau. Ada juga heroin jalanan yaitu heroin yang dikemas dalam
berbagai bentuk, tergantung pada bagaimana cara pembuatannya dan
bahan apa yang ditambahkan. Heroin dapat berbau seperti cuka, vitamin,
obat, atau tidak berbau.
Salah satu jenis heroin yang paling populer dewasa ini adalah
putaw yang merupakan heroin dengan kadar lebih rendah dengan warna
putih atau coklat. Selain putaw jenis-jenis heroin dikenal dengan
berbagai nama seperti bedak, PT, putih, shite, etep dan lain-lain.21
c. Morfin
Morfin yaitu alkaloida yang terdapat dalam opium, berupa serbuk
putih. Morfin adalah bahan analgesik yang kuat khasiatnya, tidak berbau,
berbentuk kristal, berwarna putih, yang berubah warna menjadi
kecoklatan. Opium mentah mengandung 4% sampai 21% morfin.
Sebagian besar opium diolah menjadi morfin dan kodein.22 Morfin
dipakai dalam dunia kedokteran untuk menghilangkan rasa sakit atau
pembiusan pada operasi (pembedahan).23
d. Kokain
Kokain berasal dari daerah Amerika Latin. Aslinya adalah pohon
koka. Kokain sering disebut dengan: crack, free based cocain dan
crystal. Sama seperti heroin, kokain juga memiliki kadar kemurnian.
21
Sudarsono, Mengenal Jenis dan Efek Buruk Narkoba, h. 36.
Badan Narkotika Nasional (BNN), Pedoman Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba
Bagi Remaja (Jakarta: Badan Narkotika Nasional, 2003), h. 16
23
Partodiharjo, Kenali Narkoba dan Musuhi Penyalahgunaannya, h. 14
22
23
Bentuk lain dari kokain adalah kokai freebase yakni kokain yang
diproses dengan menghilangkan kemurniaannya dan campurannya,
sehingga dapat dihisap berbentuk kepingan kristal kecil sebesar kismis.
Salah satu bentuk populernya adalah crack.24
Berdasarkan Undang-Undang No. 22 tahun 1997, Narkotika terbagi
menjadi 3 golongan:
a. Narkotika
golongan
menimbulkan
I
adalah
ketergantungan
narkotika
tertinggi,
yang
mempunyai
digunakan
hanya
daya
untuk
pengobatan dan sains, diantaranya:
1) Papaver Somniverum L dan semua bagiannya termasuk buah dan
jeraminya.
2) Opium mentah, yaitu getah yang membeku, tumbuhan Papaver
Somniverum L.
3) Opium masak, yaitu opium mentah melalui serangkaian proses
pengolahan khusus; pelarutan, pemanasan dan fermentasi.
4) Tumbuhan Coca, yaitu tumbuhan ari genus Erythoxylon termasuk
buah dan bijinya.
5) Daun Coca yang belum atau sudah dikeringkan atau dalam bentuk
serbuk.
6) Cocaine mentah, yaitu hasil pengolahan daun coca secara
langsung.
7) Cocaine, yaitu kristal berwarna putih diperoleh dari sari daun
tumbuhan coca.
24
Sudarsono, Mengenal Jenis dan Efek Buruk Narkoba, h. 42-43.
24
8) Tumbuhan ganja, yaitu semua tumbuhan genus Cannabis dan
semua bagiannya.
b. Narkotika
golongan
II,
yaitu
narkotika
yang
mempunyai
daya
menimbulkan ketergantungan menengah, digunakan sebagai pilihan
terakhir untuk tujuan pengobatan dan ilmu pengetahuan, diantaranya:
morphin, phentanyl, ecgonina, petidine, dan lain-lain.
c. Narkotika golongan III, adalah Narkotika yang mempunyai daya
menimbulkan ketergantungan rendah, yang banyak digunakan dalam
pengobatan dan untuk tujuan ilmu, seperti: codein, ethylmorphine, dan
lain-lain.25
Alkohol adalah zat yang paling sering disalahgunakan manusia,
alkohol diperoleh atas peragian/fermentasi madu, gula, sari buah atau umbiumbian. Dari peragian tersebut dapat diperoleh alkohol sampai 15% tetapi
dengan proses penyulingan (destilasi) dapat dihasilkan kadar alkohol yang
lebih tinggi bahkan mencapai 100%. Kadar alkohol dalam darah maksimum
dicapai 30-90 menit. Setelah diserap, alkohol/etanol disebarluaskan ke
suluruh jaringan dan cairan tubuh. Dengan peningkatan kadar alkohol dalam
darah orang akan menjadi euforia, namun dengan penurunannya orang
tersebut menjadi depresi.
Ada 3 golongan minuman beralkohol yaitu :
a. Golongan A; kadar etanol 1%-5% (bir).
b. Golongan B; kadar etanol 5%-20% (anggur/wine).
25
Badan Narkotika Nasional (BNN), Modul Pelatihan Tokoh Masyarakat sebagai
Fasilisator Penyuluh Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba (Jakarta: Pusat Dukungan
Pencegahan Pelaksana Harian Badan Narkotika Nasional, 2005), h. 16-17.
25
c. Golongan C; kadar etanol 20%-45% (Whiskey, Vodca, TKW, Manson
House, Johny Walker, Kamput).26
Berdasarkan
86/Menkes/Per/IV/77
Peraturan
tentang
Menteri
minuman
Kesehatan
keras,
minuman
RI
No.
beralkohol
dikategorikan sebagai minuman keras dan dibagi menjadi 3 golongan
berdasarkan persentase kandungan etanol volume per volume pada suhu
20°C. Minuman dengan kadar etanol 1 – 5% dikategorikan sebagai
minuman keras golongan A, minuman dengan kadar etanol lebih dari 5%
sampai dengan 20% tergolong minuman keras golongan B sedangkan
minuman dengan kadar etanol golongan C mengandung etanol lebih dari 20
% sampai dengan 55%.27
Secara umum wine dan brandy merupakan minuman beralkohol yang
dibuat dari buah anggur, jika tidak disebut jenis buahnya secara spesifik
seperti plum wine (terbuat dari buah plum) atau cherry brandy (terbuat dari
buah ceri). Dari jus apel dapat dibuat minuman cider. Di Amerika dan
Kanada, cider atau sweet cider merupakan istilah untuk jus apel yang tidak
difermentasi, sedangkan jus apel yang difermentasi disebut hard cider. Di
Inggris, istilah cider selalu digunakan untuk minuman beralkohol. Akan
tetapi di Australia, istilah cider dapat digunakan baik untuk produk
beralkohol ataupun tidak. Hasil distilasi cider dengan proses pembekuan
menghasilkan produk yang dinamakan applejack.
26
http://www.halalguide.info/content/view/522/38/. Data ini diakses pada tanggal, 18
Januari 2009
27
Januari 2009
www.bnn.go.id/file/uu/keppres%20Miras.doc Data ini diakses pada tanggal, 18
26
3. Bahaya Narkoba dan Minuman Keras bagi Kesehatan
Dan bagi mereka yang mengkonsumsi NAZA akan mengalami
gangguan mental dan perilaku, sebagai akibat tergangunya sistem neurotransmitter pada sel-sel susunan saraf pusat di otak.28 Ganguan pada sistem
neuro-transmitter tadi bisa mengakibatkan tergangunya fungsi kognitif (alam
pikiran), efektif (alam perasaan/mood/emosi) dan psikomotor (perilaku).
Sebagaimana diuraikan di bawah berikut :
a. Kondisi kehidupan pengguna ganja
Mereka
yang
mengkonsumsi
NAZA
jenis
ganja
akan
memperlihatkan perubahan-perubahan mental dan perilaku antara lain
sebagai berikut :
1) Jantung berdebar-debar (palpitasi)
2) Euforia, yaitu rasa gembira tanpa sebab dan tidak wajar
3) Halusinasi dan delusi, halusinasi adalah pengalaman pancaindra
tanpa adanya sumber stimulus. Delusi adalah suatu keyakinan yang
tidak rasional
4) Mata merah
b. Kondisi kehidupan pengguna OPIAT ( morphine, heroin/putaw,
kokain)
Bagi mereka yang mengkonsumsi NAZA jenis opiat baik dengan
cara menghirup asap setelah bubuk opiat dibakar atau disuntikkan setelah
bubuk opiat dilarutkan dalam air akan mengalami hal-hal antara lain
sebagai berikut :
28
http://batampos.co.id/Kolom/Bugar/_ Minggu, 16 November 2008
27
1) Pupil mata mengecil atau sebaliknya melebar
2) Euforia atau sebaliknya disforia
3) Tekanan darah naik (hipertensi)
4) Retardasi psikomotor, artinya yang bersangkutan bisa mengalami
kelelahan
5) Agitasi psikomotor, adalah yang bersangkutan menunjukan
kegelisahan, tidak tenang, tidak dapat diam dan agitatif
6) Jantung berdebar-debar (palpitasi) .29
c. Kondisi kehidupan pengguna alkohol (minuman keras)
Miras atau Minuman Keras adalah jenis NAZA dalam bentuk
minuman yang mengandung alkohol tidak peduli berapa kadar alkohol di
dalamnya tetap termasuk kedalam zat adiktif, artinya zat tersebut dapat
menimbulkan adiksi (addiction) yaitu ketagihan dan dependensi
(ketergantungan). Dan alkohol ini dapat menimbulkan ganguan mental
organik antara lain yaitu :
1) Pembicaraan cadel (slurred speech)
2) Cara jalan yang tidak mantap
3) Mata jereng (nistakmus)
4) Muka merah
d. Kondisi kehidupan pengguna amphetamine (ecstasy dan shabu-shabu)
Untuk mereka yang mengkonsumsi NAZA jenis amphetamine
(psikologi golongan I), misalnya pil ekstasi (ditelan) atau shabu-shabu
29
Dadang Hawari, Penyalahgunaan dan Ketergantungan NAZA (Narkotika, Alkohol dan
Zat Adiktif), h. 36
28
(dengan cara dihirup dengan alat khusus yang disebut “bong”) akan
mengalami gejela-gejala antara lain sebagai berikut :
1) Agitasi psikomotor, yang bersangkutan tidak dapat diam, selalu
bergerak (hiperaktif)
2) Harga diri meningkat (granddiodity)
3) Halusinasi, melihat bayangan yang sebenarnya tidak ada
4) Jantung berdebar-debar (palpitasi)
5) Tekanan darah naik (hipertensi).30
Permasalahan
penyalahgunaan
narkotika
dan
minuman
keras
mempunyai dimensi yang luas dan kompleks; baik dari sudut medik,
psikiatrik, kesehatan jiwa maupun psikososial (ekonomi, politik, sosialbudaya, kriminalitas dan lain sebagainya). Penyalahgunaan narkotika dan
miras adalah penyakit endemik dalam masyarakat modern, merupakan
penyakit kronik yang berulang kali tumbuh; yang hingga sekarang belum
ditemukan upaya penanggulangannya secara universal memuaskan, baik dari
sudut prevensi, terapi maupun rehabilitasi.31
Penyalahgunaan narkotika tidak akan dapat membantu seseorang
untuk memecahkan masalah yang dihadapi. Sebaliknya akan menambah berat
dan parah permasalahan yang dihadapi serta menambah beban penderitaan
karena ketergantungan terhadapnya.32
30
Dadang Hawari, Penyalahgunaan dan Ketergantungan NAZA (Narkotika, Alkohol dan
Zat Adiktif), h. 38-58
31
Dadang Hawari dan Psikiater, Al-Qur’an Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa
(Yogyakarta: PT. Dana Bhakti Prima Yasa, 1999), h. 133
32
Yusuf Megand, “Bebas dari Narkoba,” Buletin Khusus Warta Untuk Warga, Oktober
2006, h. 7
29
Pada saat seseorang sedang mengkonsumsi narkotika, dia merasa
nyaman, aman, kuat, senang, puas, merasa seolah-olah mampu melakukan
tugas-tugas besar. Akan tetapi setelah pengaruh narkotika itu habis, dia jadi
lemas, lesu, tidak bergairah, sangat kecewa dan putus harapan. Tanpa bahan
narkotika, hidup gelap, tidak lengkap, serasa dunia mau tenggelam. Apabila
mendapatkan narkotika kembali, dia merasa “hidup kembali”, dan merasa
menjadi makhluk yang paling bahagia serta paling tinggi derajatnya.33 Juga
akan menjadi rawan terinfeksi berbagai penyakit, seperti hepatitis, HIV serta
AIDS.34
Banyak diantara peminum berat jatuh dalam keadaan depresi berat,
timbul fikiran ingin bunuh diri, mengalami halusinasi dan delusi.35 Penelitian
membuktikan bahwa penyalahgunaan NAZA ini tidak hanya menimbulkan
gangguan mental dan perilaku, tetapi dalam jangka panjang dapat
menimbulkan gangguan pada organ, otot, janin, endokrin, nutrisi,
metabolisme dan resiko kanker.36 Dan dalam kehidupan sosialnya dapat pula
menyebabkan seseorang berbuat prostitusi atau pelacuran, suka menodong,
mencuri, perkelahian dan sebagainya.
33
Kartini Kartono, Patologi Sosial 3: Gangguan-gangguan Kejiwaan ( Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 1997), h. 74.
34
Abdul Rozak dan Wahdi Sayuti, Remaja dan Bahaya Narkoba (Jakarta: Prenada, 2006),
h. 26.
35
Dadang Hawari, Penyalahgunaan & Ketergantungan NAZA Narkotika, Alkohol & Zat
Adiktif), h. 52
36
Dadang Hawari, Penyalahgunaan & Ketergantungan NAZA Narkotika, Alkohol & Zat
Adiktif, h. 53
30
C. Perilaku Sosial
1. Definisi Perilaku Sosial
Perilaku adalah setiap cara reaksi atau respon manusia, makhluk hidup
terhadap lingkungannya. Dengan kata lain, perilaku adalah aksi, rekasi,
terhadap rangsangan.37
Perilaku adalah suatu tindakan rutin yang dilakukan oleh seseorang
dalam kehidupan sehari-hari berdasarkan motivasi ataupun kehendak untuk
mencapai suatu tujuan yang diinginkannya, dan hal itu mempunyai arti
baginya.38
Perilaku sosial bisa juga diartikan sebagai tindakan sosial. Dalam hal
ini Max Weber mengartikan tindakan sosial sebagai tindakan seorang individu
yang dapat mempengaruhi individu-individu lainnya dalam masyarakat. dalam
bertindak atau berperilaku seorang individu hendaknya memperhitungkan
keberadaan individu lainnya dalam masyarakat, hal ini perlu diperhatikan
mengingat tindakan sosial menjadi perwujudan dari hubungan atau perilaku
sosial.39
2. Bentuk-bentuk Perilaku Sosial
Mengenai bentuk-bentuk perilaku sosial, penulis menggunakan teori
yang dikemukakan oleh Max Weber. Weber membuat peralihan dari aksi
sosial ke kehidupan sosial umum adalah tipologi aksi. Aksi diklasifikasikan ke
dalam empat macam untuk keperluan penyusunan komponen-komponen, yang
tercakup di dalamnya. Aksi adalah zweckrational (berguna secara rasional)
37
Singgih D. Gunarsa, Psikologi Praktis Anak, Remaja, dan Keluarga (Jakarta: BPK
Gunung Mulia, 1995), h. 5
38
K.J. Veeger, Realitas Sosial (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1993), Cet. Ke-4, h.
171
39
Yadi Mulyadi, Panduan Sosiologi (Jakarta: Yudistira, 1995), h. 16
31
manakala ia diterapkan dalam suatu situasi dengan suatu pluratilas cara-cara
dan tujuan-tujuan di mana si pelaku bebas memilih cara-caranya secara murni
untuk keperluan efisiensi; aksi adalah wertirational (rasional dalam kaitannya
dengan nilai-nilai) manakala cara-cara dipilih untuk keperluan efisiensi
mereka karena tujuannya pasti yaitu keunggulan; aksi adalah afektif manakala
faktor emosional menetapkan cara-cara dan tujuan-tujuan daripada aksi; dan
aksi adalah tradisional manakala baik itu cara-caranya dan tujuan-tujuannya
adalah pasti sekedar kebiasaan.40
Untuk lebih jelasnya, berikut ini empat tipe tindakan sosial yang
dianggap sebagai tipe ideal.
a. Rasinalitas Instrumental
Tingkat rasionalitas yang paling tinggi ini meliputi pertimbangan
dan pilihan yang sadar yang berhubungan dengan tujuan tindakan itu dan
alat yang digunakan untuk mencapainya. Individu dilihat sebagai memiliki
macam-macam tujuan yang mungkin diinginkannya, dan atas dasar suatu
kriterium menentukan satu pilihan di antara tujuan-tujuan yang saling
bersaingan ini. Individu itu lalu menilai alat yang mungkin dapat
dipergunakan untuk mencapai tujuan yang dipilih tadi. Hal ini mungkin
mencakup pengumpulan informasi, mencatat kemungkinan-kemungkinan
serta hambatan-hambatan yang terdapat dalam lingkungan, dan mencoba
untuk meramalkan konsekuensi-konsekuensi yang mungkin dari beberapa
alterinatif tindakan itu. Akhirnya suatu pilihan dibuat atas alat yang
dipergunakan yang kiranya mencerminkan pertimbangan individu atas
40
Wardi Bachtiar, Sosiologi Klasik, dari Comte hingga Parson (Bandung: Remaja Rosda
Karya, 2006), Cet. Ke-1, h. 276
32
efisiensi dan efektivitasnya. Sesudah tindakan itu dilaksanakan, orang itu
dapat menentukan secara obyektif sesuatu yang berhubungan dengan
tujuan yang akan dicapai. Weber, sebagaimana yang dikutip oleh Doyle
Paul Johnson, menjelaskan:
Tindakan diarahkan secara rasional ke suatu sistem dari tujuantujuan individu yang memiliki sifat-sifatnya sendiri apabila tujuan
itu, alat dan akibat-akibat sekundernya diperhitungkan dan
dipertimbangkan semuanya secara rasional. Hal ini mencakup
pertimangan rasional atas alat alternatif untuk mencapai tujuan itu,
pertimbangan mengenai hubungan-hubungan tujuan itu dengan
hasil-hasil yang mungkin dari penggunaan alat tertentu apa saja,
dan akhirnya pertimbangan mengenai pentingnya tujuan-tujuan
yang mungkin berbeda secara relatif.
b. Rasionalitas yang berorientasi nilai
Dibandingkan dengan rasionalitas instrumental, sifat rasionalita
yang berorientasi nilai yang penting adalah bahwa alat-alat hanya
merupakan obyek pertimbangan dan perhitungan yang sadar; tujuantujuannya sudah ada dalam hubungannya dengan nilai-nilai individu yang
bersifat absolut atau merupakan nilai akhir baginya. Nilai-nilai akhir
bersifat nonrasional dalam hal di mana seseorang tidak dapat
memperhitungkannya secara obyektif mengenai tujuan-tujuan mana yang
harus dipilih. Lebih lagi, komitmen terhadap nilai-nilai ini adalah
sedemikian sehingga pertimbangan-pertimbangan rasional mengenai
kegunaan, efisiensi, dan sebagainya tidak relevan. Juga orang tidak
memperhitungkannya (kalau nilai-nilai itu benar-benar bersifat absolut)
dibandingkan dengan nilai-nilai alternatif. Individu mempertimbangkan
alat untuk mencapai nilai-nilai seperti itu, tetapi nilai-nilai itu sendiri
sudah ada.
33
Hal ini dibenarkan oleh James S. Coleman, yang mengatakan
bahwa tindakan perseorangan mengarah kepada sesuatu tujuan dan tujuan
itu (dan juga tindakan) ditentukan oleh nilai atau pilihan. Ada dua unsur
utama dalam teori Coleman, yakni aktor dan sumber daya. Sumber daya
adalah sesuatu yang menarik perhatian dan yang dapat dikontrol oleh
aktor.41
c. Tindakan tradisional
Tindakan tradisional merupakan tipe tindakan sosial yang bersifat
nonrasional. Kalau seorang individu memperlihatkan perilaku seperti itu
digolongkan sebagai tindakan yang sadar, atau perencanaan, perilaku
seperti itu digolongkan sebagai tindakan tradisional. Individu itu akan
membenarkan atau menjelaskan tindakan itu, kalau diminta, dengan hanya
mengatakan bahwa dia selalu bertindak dengan cara seperti itu atau
perilaku seperti itu merupakan kebiasaan baginya. Apabila kelompokkelompok atau seluruh masyarakat didominasi oleh orientasi ini, maka
kebiasaan dan institusi mereka diabsahkan atau didukung oleh kebiasaan
atau tradisi yang sudah lama mapan sebagai kerangka acuannya, yang
diterima begitu saja tanpa persoalan. Satu-satunya pembenaran yang perlu
adalah bahwa, “Inilah cara yang sudah dilaksanakan oleh nenek moyang
kami, dan demikian pula nenek moyang mereka sebelumnya; ini adalah
cara yang sudah begini dan akan selalu begini terus”. Weber melihat
bahwa tipe tindakan ini sedang hilang lenyap karena meningkatnya
rasionalitas instrumental.
41
Goerge Ritzer dan Douglas J. Goodman, Teori Sosiologi Modern (Jakarta: Kencana,
2005), Cet. Ke-3, h. 396
34
d. Tindakan afektif
Tipe tindakan ini ditandai oleh perasaan atau emosi tanpa refleksi
intelektual atau perencanaan yang sadar. Seseorang yang sedang
mengalami perasaan meluap-luap seperti cinta, kemarahan, ketakutan atau
kegembiraan, dan secara spontan mengungkapkan perasaan itu tanpa
reflekasi, berarti sedang memperlihatkan tindakan afektif. Tindakan itu
benar-benar tidak rasional karena kurangnya pertimbangan logis, ideologi,
atau kriteria rasionalitas lainnya.42
42
Doyle Paul Johnson, Teori Sosiologi Klasik dan Modern, terj. Robert M. Z. Lawang
(Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1994), h. 220-221
BAB III
DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN
A. Kondisi Geografis dan Demografis
Sudimara Selatan merupakan salah satu kelurahan yang berada di
Kecamatan Ciledug Kota Tangerang Provinsi Banten. Sudimara Selatan terletak
pada jarak 1,5 km dari pusat kecamatan, 12 km dari kabupaten, dan 93 km ke
ibukota Provinsi. Sudimara Selatan merupakan daerah strategis yang memiliki
peranan penting, baik dalam hal ekonomi, pendidikan, politik, sosial, budaya
maupun bidang lainnya. Hal ini disebabkan karena kelurahan Sudimara Selatan
berada di daerah pinggiran Jakarta dan memiliki banyak potensi yang menunjang
menuju Jakarta dan sekitarnya.
Letak geografis Sudimara Selatan berada pada 14 m di atas permukaan
laut, dengan curah hujan 2400 mm/tahun dan tofografi rendah serta suhu udara
rata-rata 30 derajat selcius. Wilayahnya terbagi menjadi 12 Rw dan 32 Rt,
meliputi seluruh Kampung Dukuh, yang berbatasan dengan sebelah timur
Kampung Pulo, sebelah barat Parung Serab, serta selatan Perumahan Puri Kartika.
Berdasarkan sensus tahun 2005, penduduk Sudimara Selatan berjumlah
12.050 jiwa, yang terdiri dari 5.977 jiwa laki-laki dan 6.073 jiwa penduduk
perempuan. Data ini sesuai dengan prosentase penduduk dunia, dimana
perempuan lebih banyak dibandingkan dengan laki-laki dan data yang lebih rinci
dapat dilihat dari tabel berikut ini.
35
36
Tabel 1
Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin
No
Jenis Kelamin
Frekuensi
Prosentase
1
Laki-laki
5.977
49,6%
2
Perempuan
6.073
50,4%
12.050
100%
Jumlah
Sumber: Data statistik Kelurahan Sudimara Selatan 2009
Wilayah Sudimara Selatan sebagian besar dihuni oleh penduduk asli,
yakni etnis Betawi. Sejalan dengan semakin berkembangnya kehidupan
masyarakat, maka semakin berkembang pula kehidupan penduduk Kelurahan
Sudimara Selatan, baik dalam bentuk fisik maupun non-fisik. Hal tersebut
ditandai dengan semakin banyak penduduk dari daerah lain yang datang ke
Ciledug.
Ciledug juga bagian dari daerah penyangga Ibukota, daerah Ciledug
memiliki daya tarik bagi masyarakat, terutama dalam hal ekonomi. Pabrik-pabrik
dalam skala kecil dan besar menjamur. Selain itu, mall dan plaza ditambah dengan
pusat perdagangan (Trade Center) yang berada di Jantung Kecamatan. Dua pasar
tradisonal, terminal bus antar-kota (khususnya kota-kota di Jawa Tengah dan
Timur), merebaknya mini market, rumah sakit-rumah sakit besar dan kecil, dan
tempat-tempat lainnya yang memberikan daya tarik bagi masyarakat.
37
Tabel 2
Jumlah penduduk berdasarkan Suku/Etnis
No
Suku/Etnis
Frekuensi
Prosentase
1
Betawi
5.892
48,9%
2
Jawa
2.850
23,7%
3
Sunda
2.000
16,6%
4
Sumatera
450
3,7%
5
Lampung
200
1,7%
6
Kalimantan
316
2,6%
7
Bali
342
2,8%
12.050
100%
Jumlah
Sumber: Data statistik Kelurahan Sudimara Selatan 2009
Suku Betawi merupakan yang mendominasi dibandingkan dengan suku
yang lainnya. Suku Jawa juga mendominasi kepadatan di Ciledug kelurahan
Sudimara Selatan dengan menduduki peringkat kedua dari etnis Betawi yaitu
23,7%. Banyaknya etnis Jawa yang datang dan menetap di Ciledug, menurut
penulis disebabkan karena banyaknya peluang yang diperoleh dari potensi yang
ada diwilayah Ciledug, serta mudahnya transportasi dari daerah-daerah Jawa ke
Ciledug, yakni adanya terminal Bus yang dikhususkan dari Ciledug ke Jawa
Tengah dan sekitarnya.
38
B. Kehidupan Sosial, Ekonomi, Pendidikan, dan Agama
Wilayah Sudimara Selatan terletak di kecamatan Ciledug yang merupakan
tempat yang strategis, karena selain tempat pusat perbelanjaan, juga merupakan
sarana transportasi yang menghubungkan tempat yang sangat strategis, seperti
Kebayoran Lama, Tanah Abang, Blok M, Tangerang, dll. Sehingga banyak para
pendatang yang menetap dan mencari pekerjaan dan belanja. Dari fenomena
tersebut akan membawa pertumbuhan dan perkembangan kehidupan sosial
ekonomi penduduk.
Dalam posisi tingkatan jenis pekerjaan, kedudukan pertama ditempati oleh
penduduk yang bekerja sebagai buruh ataupun bidang swasta. Paling tidak ada
tiga pusat perbelanjaan di daerah Ciledug dan sekitarnya. Sehingga banyak
penduduknya yang bekerja sebagai SPG (Sales Promotion Girl) dan SPB (Sales
Promotion Boy). Sekalipun pekerjaan ini cukup berat untuk sebagian orang karena
dengan gaji yang kecil, tetapi waktu kerja cukup panjang (lebih dari 8 jam).
Namun, bagi masyarakatnya pekerjaan tersebut jadi sebuah alternatif yang
menghasilkan dengan konsekuensi yang berat.
Selain jadi buruh dengan prosentase terbesar, masyarakat Sudimara
Selatan juga bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil, Wiraswasta, bidang jasa serta
pekerjaan lainnya. Dan jumlah pensiun di Sudimara Selatan mencapai 4,1 persen.
Berdasarkan hasil observasi bahwa selain banyaknya para pedagang, juga banyak
masyarakat yang mencari uang dengan cara mengojek dan becak. Mereka mulai
beroperasi dari pagi hari, akan tetapi pada pagi hari tidak banyak orang yang
memakai ojek atau becak, karena banyak sarana-sarana tranportasi yang lain
39
seperti bus. Akan tetapi, pada malam hari khusus untuk ojek dan becak yang
mulai pada pukul 21.00 WIB. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel 3.
Tabel 3
Jumlah Penduduk menurut mata pencaharian
No
Mata Pencaharian
Frekuensi
Prosentase
a. Pegawai Negeri Sipil (PNS)
328
11,2%
b. TNI/POLRI
61
2,1%
1.759
59,9%
a. Pedagang
476
16,2%
b. Penjahit
10
0,3%
a. Petukangan
56
1,9%
b. Sopir
30
1%
c. Pengemudi Becak
10
0,9%
d. Ojek
87
3%
Karyawan
1
c. Buruh/Swasta
Wairaswasta
2
Jasa
3
4,1%
4
Pensiunan
Jumlah
120
4,1%
2.937
100%
Sumber: Data statistik Kelurahan Sudimara Selatan 2009
Dari data diatas menunjukkan bahwa sebagian besar mata pencaharian
masyarakat Sudimara Selatan bekerja sebagai karyawan swasta dan pedagang. Hal
ini karena letak daerah tersebut dekat dengan pusat-pusat industri. Perlu penulis
40
berikan catatan bahwa tabel di atas adalah tabel jumlah penduduk yang berada
pada usia kerja. Apa yang tercantum dalam tabel tersebut adalah mereka yang
sudah bekerja, dan tidak sedang menempuh jenjang pendidikan.
Tabel 4
Jumlah Penduduk berdasarkan Pendidikan
No
Pendidikan
Frekuensi
Prosentase
1
Belum dan tidak sekolah
765
23,7%
2
Pernah sekolah tapi tidak tamat
67
2,1%
3
SD
150
4,6%
4
SMP
350
10,8%
5
SMU
1.810
56%
6
Diploma
30
0.9%
7
Strata 1
50
1,6%
3.222
100%
Jumlah
Sumber: Data statistik Kelurahan Sudimara Selatan 2009
Tabel di atas menjelaskan tentang jumlah penduduk yang belum sekolah
dan sedang menempuh pendidikan. Ini artinya, penduduk yang sudah tidak
menempuh pendidikan karena memutuskan untuk bekerja, atau penduduk yang
sudah melewati usia sekolah, tidak penulis cantumkan.
Sementara itu dalam bidang pendidikan rata-rata tingkat pendidikan
masyarakat Sudimara Selatan saat ini adalah SMU (Sekolah Menengah Umum)
dengan prosentase mencapai 56%. Berbeda dengan belasan tahun sebelumnya,
saat ini kebutuhan akan pendidikan semakin baik, tersedia sarana prasarana yang
dibutuhkan
dalam pendidikan, dari TK hingga tingkat SMU tersedia dalam
41
wilayah Sudimara Selatan, baik yang tercatat di kelurahan maupun yang tidak.
Dari catatan daftar isian potensi kelurahan tercatat, 4 buah TK, 1 buah SD; SMP;
SMU; bahkan pondok pesantren.
Dalam hal Pendidikan, walaupun pekerjaan sebagai buruh, tukang becak
ataupun pembantu rumah tangga bukan menjadi halangan mereka untuk
menyekolahkan anak-anak mereka ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi, ini
didukung pula oleh minat belajar anak-anaknya yang tinggi. Dalam waktu satu
hari, mereka bukan hanya di sekolah formal, melainkan juga belajar di sekolah
agama non-formal dan mengikuti les-les tambahan bahasa inggris; komputer; seni
tari dan lain sebagainya. Tidak kalah dengan etnis Jawa (pendatang), penduduk
asli, yakni etnis Betawi juga sudah mulai berorientasi dalam bidang pendidikan,
hal ini terlihat dari semakin banyak etnis Betawi yang sekolah sampai perguruan
tinggi, bahkan perguruan tinggi negeri.
Dalam bidang agama, mayoritas agama penduduk Kelurahan Sudimara
Selatan adalah agama Islam. Jumlah pemeluk Agama Islam mencapai 10.228
orang dengan posisi berikutnya Katholik, Hindu dan Budha, ini terlihat dari
jumlah masjid dan musholah disetiap RT, tapi tidak terdapat satupun gereja
maupun tempat ibadah umat agama yang lain. Menurut hemat penulis, hal
tersebut dikarenakan adanya ketakutan dari umat lain untuk membuat tempat
ibadah dan adanya peraturan yang dibuat masyarakat Ciledug
asli pemuluk
agama Islam yana tergolong konservatif, bahwa Agama lain sangat dilarang keras
membangun tempat ibadah. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel 5.
42
Tabel 5
Jumlah penduduk berdasarkan Agama
No Pendidikan
Frekuensi
Prosentase
10.226
84,9%
1
Islam
2
Katholik
608
5,1%
3
Kristen
556
4,6%
4
Hindu
316
2,6%
5
Budha
334
2,9%
12.050
100%
Jumlah
Sumber: Data statistik Kelurahan Sudimara Selatan 2009
Data diatas menunjukkan bahwa mayoritas penduduk Sudimara Selatan
adalah beragama Islam, disusul oleh Kristen Katholik, Kristen Protestan, Hindu
dan Budha. Meskipun adanya heterogenitas dalam agama, masyarakat Sudimara
Selatan saling mempertahankan dan meningkatkan kerukunan antar agama dengan
cara bersikap solidaritas dan toleransi antar agama, sehingga tidak pernah ada
konflik yang terjadi.
Data jumlah seluruh masyarakat berdasarkan kepemelukan seperti yang
sudah dijelaskan sebelumnya, maka banyak sekali kegiatan-kegiatan yang
dilakukan khususnya umat Islam di Sudimara Selatan sangatlah berkembang,
yaitu adanya pengajuan-pengajian yang diikuti oleh seluruh golongan usia, seperti
pengajian bapak-bapak, ibu-ibu, pemuda-pemudi, dan anak-anak.
Kegiaan-kegiatan keagamaan yang diadakan di Sudimara Selatan seperti
pengajian mingguan, para pendatang seperti etnis Jawa juga ada yang mengikuti.
Tapi mayoritas banyak yang tidak mengikuti pengajian, karena etnis Jawa ini
labih banyak yang bekerja di pasar dari pagi hingga sore hari, sehingga tidak ada
43
waktu untuk mengikuti hal tersebut, walaupun ada waktu mereka gunakan untuk
beristirahat.
Organisasi-organisasi yang diadakan di Sudimara Selatan hanya organisasi
kepemudaan yang meliputi organisasi Karang Taruna atau Remaja Musholah,
tidak ada organisasi yang menangani pembinaan keagamaan secara khusus bagi
para pedagang, serta tidak ada seseorang yang mengajak mereka untuk mengkaji
agama. Oleh sebab itu, mereka tetap berada dalam ketaidaktahuan dalam hal
agama.
Berdasarkan informasi yang penulis terima dari seorang Sekel (sekretaris
kelurahan) yaitu bapak Buham, mengatakan bahwa kegiatan keagamaan umat
Kristen tidak terlihat mencolok. Selain itu Gereja tempat mereka beribadah tidak
ada di daerah Sudimara Selatan, ada sebuah tempat beribadah umat kristiani
itupun rumah biasa yang dipimpin oleh seorang pastur dan bukan tempat ibadah
umum. Walaupun beribadah hanya yang punya rumah saja, dan orang yang diluar
dari kampung dukuh tidak diperbolehkan. Meskipun begitu keadaannya mereka
tetap saling menghargai dan menghormati selama umat kristen tidak membuat
ulah di wilayah tersebut.1 Selain agama-agama yang mayoritas seperti Islam dan
Kristen, ada pula umat Hindu dan Budha yang tinggal di Sudimara Selatan yang
berasal dari para pendatang. Sedangkan kegiatan keagamaan dan tempat
peribadatan mereka berada di luar wilayah Sudimara Selatan.
1
Informasi di dapatkan dari Bapak Buham, seorang Sekretaris Kelurahan Sudimara
Selatan. Jakarta, 30 Oktober 2008.
BAB IV
ANALISIS HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Kehidupan Pengguna Narkoba dan Miras Sebelum Menikah
Pada sub bab ini, penulis berusaha untuk mendeskripsikan data yang
penulis peroleh melalui wawancara dengan para informan tentang kehidupan
mereka sebelum menikah. Data yang penulis sajikan pertama kali adalah
mengenai perkenalan para informan dengan narkoba dan miras.
Penjelasan pertama penulis peroleh dari informan NF. Informan NF
mengaku bahwa ia mengenal minuman keras dari pamannya. Selain itu ia juga
mengaku bahwa ia mengenal minuman keras dari teman-teman sekolahnya dulu.
Hal inilah yang menjelaskan mengapa informan NF menjadi peminun minuman
keras, walaupun sebelumnya ia mengaku bukan sebagai peminum. Sebagaimana
yang diungkapkan oleh informan NF:
“Masalah Miras, saya pertama kali dikenalkan oleh Om saya (orang Cina),
selain itu saya juga tahu minuman keras dari temen sekolah saya dulu.
Awalnya saya gak minum lho.. tapi karena sering bergaul dengan temanteman yang suka minum, akhirnya saya ikut nyoba-nyoba untuk
mengetahui bagaimana rasanya minuman keras itu. Eh, lama-kelamaan
saya jadi keterusan deh”.1
Hal yang hampir sama disampaikan oleh informan ZM. Ia mengaku bahwa
ia mengenal minuman keras dari teman-teman sepergaulannya. Seperti halnya
informan NF, informan ZM sebelumnya juga bukan peminum, tapi karena terlalu
sering bergaul dengan teman-teman yang suka minum, akhirnya informan ZM
pun mengkonsumsi minuman keras juga. Saat penulis tanyakan alasan mengapa
informan ZM melakukannya, ia mengaku bahwa jika ia menolak tawaran minum
1
Hasil wawancara dengan informan NF, Tangerang, 04 Januari 2009, Jam: 20:26 WIB
44
45
dari teman-temannya, ia merasa tidak enak dan ia juga sering dianggap sok suci
jika menolak tawaran minum teman-temannya. Seperti apa yang dituturkan
informan ZM di bawah ini:
“Saya mengenal dan mengkonsumsi minuman keras karena di ajak
Teman-teman nongkrong saya. Sebelumnya saja memang tidak pernah
mengkonsumsi minuman keras tersebu. Tapi karena sering nongkrong
dengan teman-teman yang suka minum, kemudian saya sering ditawari
untuk ikut minum, dan kalau menolak saya merasa gak enak serta takut
dikata sok suci, akhirnya saya ikut-ikutan minum”.2
Hal yang hampir sama disampaikan oleh informan PT. Ia mengaku bahwa
ia menggunakan obat-obatan terlarang dan mengkonsumsi minuman keras karena
pengaruh dari pergaulan. Setelah beberapa kali ikut bergaul dengan teman-teman
yang menggunakan narkoba dan menkonsumsi minuman keras, informan PT
akhirnya terbujuk dengan ajakan teman-temannya untuk ikut memakai narkoba
dan mengkonsumsi minuman keras. Seperti yang diungkapkan oleh informan PT
sebagai berikut:
“Saya memakai obat-obatan terlarang dan mengkonsumsi minuman keras
sebenarnya sich bukan kemauan sendiri. Karena awalnya memang saya
bukan pemakai obat-obatan terlarang dan pengkonsumsi minuman keras.
Hal tersebut terjadi karena saya sering bergaul dengan teman-teman yang
sudah terlebih dahulu menggunakan obat-obatan terlarang dan
menkonsumsi minuman keras. Setelah saya nongkrong agak lama dengan
teman-teman tersebut, akhirnya saya tidak kuat untuk menolak bujukan
dari teman-teman untuk mencoba menggunakan narkoba dan minum
minuman keras.”.3
Berikut ini adalah tabel jenis kelamin para informan:
2
Hasil wawancara dengan informan ZM. (pengguna Narkoba/Miras), Tangerang, 05
Januari 2009, Jam: 19:21 WIB
3
Hasil wawancara dengan informan PT. (pengguna Narkoba/Miras), Tangerang, 05
Januari 2009, Jam: 21:21 WIB
46
Tabel 1
Tabel Jenis Kelamin Pengguna NAZA
No
Jenis Kelamin
Jumlah
1
Laki-Laki
7 orang
2
Perempuan
1 orang
Total
8 orang
Sumber: data ini diperoleh dari hasil wawancara dengan informan
Dari hasil tabel di atas dapat dilihat bahwa jumlah pengguna NAZA
terdiri dari 7 laki-laki dan 1 perempuan. Hal ini dapat dipahami, bahwa laki-laki
lebih banyak menggunakan NAZA dari pada wanita. Hal ini dipengaruhi oleh
beberapa faktor baik internal maupun eksternal.
Tabel 2
Tabel Sosial Ekonomi Pengguna NAZA
No
Tingkat Ekonomi
Penghasilan per-satu
Jumlah
bulan
1
Keluarga Sejahtera 3
3 < juta
1 orang
2
Keluarga Sejahtera 2
1,5 – 3 juta
2 orang
3
Keluarga Sejahtera 1
500 ribu – 1,5 juta
5 orang
Total
8 orang
Sumber: data ini diperoleh dari hasil wawancara dengan informan
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa rata-rata informan yang berasal
dari kelas ekonomi menengah ke bawah, yang bayak terjerat dalam menggunakan
NAZA, dengan kehidupan yang terhimpit, ekonomi yang labil menjadi salah satu
faktor yang bisa membuat seseorang menggunakan NAZA
47
Dalam menentukan klasifikasi sosial ekonomi para informan tersebut,
penulis menggunakan standar yang digunakan oleh BKKBN dimana keluarga
dapat dibedakan menjadi keluarga pra-sejahtera, keluarga sejahtera 1, keluarga
keluarga sejahtera 2, keluarga sejahtera 3, dan keluarga sejahtera 3 plus. Berikut
ini adalah pengertian dari masing-masing tingkatan ekonomi suatu keluarga
tersebut:
a. Keluarga pra-sejahtera
Adalah keluarga yang belum dapat memenuhi kebutuhan dasarnya
(pangan, sandang, papan, kesehatan dan pendidikan)
b. Keluarga sejahtera 1
Adalah keluarga-keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasarnya
secara minimal tapi belum dapat memenuhi seluruh kebutuhan sosial
psikologisnya seperti kebutuhan : ibadah, protein, pakaian, ruang interaksi
keluarga, keadaan sehat, penghasilan,baca tulis dan KB.
c. Keluarga sejahtera 2
Adalah keluarga-keluarga yang telah memenuhi kebutuhan dasarnya juga
telah memenuhi seluruh kebutuhan sosial psikologisnya,tetapi belum dapat
memenuhi seluruh kebutuhan pengembangannya: (peningkatan agama,
nabung, interaksi, kegiatan di masyarakat dan mampu memperoleh
informasi.
d. Keluarga sejahtera 3
Adalah keluarga yang telah dapat memenuhi seluruh kebutuhan dasarnya,
kebutuhan sosial psikologisnya dan pengembangannya, namun belum
48
dapat memberikan sumbangan yang maksimal kepada masyarakat secara
teratur materil dan keuangan serta berperan aktif seperti jadi pengurus.
e. Keluarga sejahtera 3 plus
Adalah keluarga yang telah dapat memenuhi seluruh kebutuhannya, dasar,
sosial psiklogis, dan memberi sumbangan secara berkelanjutan.4
Seluruh informan berasal dari orang yang beragama Islam. Berkaitan
dengan keterlibatan mereka dengan narkoba dan minuman keras, hal ini
dipengaruhi oleh kurangnya pemahaman atau kemampuan oleh informan untuk
menyerap nilai-nilai normatif yang tertera dalam agama tersebut untuk
diaplikasikan dalam kehidupannya, serta minimnya kesadaran informan unutk
menjahui NAZA yang dalam islam telah jelas kedudukan hukum memakai NAZA
tersebut.
Tabel 3
Tabel Pendidikan Pengguna NAZA
No
Pendidikan
Jumlah
1
SD
-
2
SMP
1 orang
3
SMA
5 orang
4
D3
1 orang
5
SI
1 orang
Total
8 orang
Sumber: data ini diperoleh dari hasil wawancara dengan informan
Dari tabel di atas dapat diketahui dan diambil kesimpulan jika ditinjau dari
segi pendidikan informan sebagai pelaku pemakai Narkoba dan peminum
minuman keras banyak didominasi kalangan SMA, tetapi dimulai dari tingkat
4
Pelaksanaan Pendataan Keluarga Jawa Barat 2008, artikel diakses dari
http://www.bkkbn.go.id/jabar/print.php?tid=2&rid=11, tanggal 20 April 2010
49
SMP sampai S1. Hal ini tentunya dipengaruhi oleh tingkat perkembangan emosi
anak SMA yang masih labil, agresif dan emosional, berbeda dengan anak
tingkatan SMP yang masih canggung dan sedikit tertutup dalam bergaul, jadinya
menggunakan miras hanya sebatas nyoba dan ingin tahu. Kalau pada tingkatan
anak S1/D3 seiring dengan semakin baik dan berkembangnya kesadarannya
dalam memandang bahaya narkoba atau miras, makanya penggunanya relatif
sedikit.
B. Penyimpangan Sosial Pengguna Narkoba dan Miras
1. Freesex, Pelacuran atau Prostitusi
Prostitusi dan seks bebas di luar nikah telah menjadi realitas baru
dikalangan para remaja. Seiring dengan berkembangnya budaya yang sudah
tidak lagi mengenal lintas Bangsa dan negara, baik budaya positif maupun
negatif, orang sekarang bebas dalam mengekspresikan untuk berbuat atau
tidak. Norma-norma realitas dan nilai-nilai luhur agama terus bergumul,
berdialog dan berdialektika dengan perkembangan masyarakat yang terus
berubah. Nilai-nilai positif dan negatif terus bertarung dalam realitas budaya
masyarakat. Begitupun yang terjadi pada pengguna NAZA yang ada di
lingkungan kampung Dukuh, Kelurahan Sudimara Selatan, dimana ada
sebagian orang yang menjadikan prostitusi atau seks bebas diluar nikah
sebagai lahan untuk mencari uang, untuk membeli miras atau Narkoba.
Keinginan
untuk
menggunakan
obat-obatan
terlarang
serta
mengkonsumsi minuman keras tidak bisa begitu saja ditahan oleh para
penggunanya. seperti yang diutarakan informan Lo, yang mengaku bahwa
50
dirinya terpaksa harus menjual kehormatannya untuk mendapatkan uang demi
dapat membeli salah satu jenis narkoba untuk dikonsumsi. Hal ini menurut
pengakuan informan Lo, bahwa keinginannya untuk memakai obat-obatan
terlarang tersebut sudah tidak bisa ditahan lagi, sehingga dirinya harus
berupaya untuk mendapatkan uang dengan cara yang mudah dan cepat.
Sedangkan untuk minta ke orang tua, informan Lo mengaku bahwa hal
tersebut tidak mungkin, karena selain ia enggan untuk terus-menerus minta
uang kepada orang tua, ia juga takut bahwa nanti ia akan ketahuan jika uang
tersebut akan dipergunakan untuk membeli obat-obatan terlarang. Hal
tersebut sebagaimana yang diungkapkan oleh informan Lo kepada penulis:
“Orang kalau sudah kecanduan mah, susah berhentinya mas. Kalau
udah pengen make, ya g bisa ditahan lagi, harus secepatnya dipenuhi.
Kalau nggak, badan sakit semua. Saya pernah menjual kehormatan
saya hanya untuk mendapatkan duit untuk membeli sabu-sabu, waktu
itu saya tidak punya duit sama sekali. Mau minta ke nyokap, takut
ketahuan. Selain itu juga saya malu, udah keseringan minta duit. Nanti
lama-kelamaan orang tua kan bakal curiga, kok anaknya butuh duit
banyak amat.”5
Dampak dari pemakaian obat-obatan terlarang dan mengkonsumsi
minuman keras adalah buruk. Karena pengaruh dari pemakaian narkoba dan
minuman keras, seseorang bisa melakukan hal-hal yang membahayakan
dirinya dan orang lain. Bahkan, saat seseorang teler bisa melakuakn
perbuatan yang dilarang oleh agama dan norma masyarakat, seperti
berhubungan badan bukan dengan pasangannya.
Hal ini seperti yang diungkapkan oleh informan ZM. Jika informan
Lo merelakan dirinya untuk dinikmati oleh orang lain demi mendapatkan
5
Wawancara pribadi dengan informan Lo di rumahnya.Tangerang, 04 April 2009, jam:
21:20 WIB
51
uang dengan mudah dan cepat, maka informan ZM mengaku bahwa dirinya
melakukan hubungan badan karena memang saat para pengguna narkoba
sedang teler, mereka sering kali tidak sadar dengan apan yang mereka
katakan dan lakukan. Hal ini membuat sebagian dari mereka pun sering
melakukan hubungan seks bebas dengan teman-teman yang sudah mereka
kenal karena pengaruh dari obat-obatan tersebut. Seperti yang disampaikan
oleh informan ZM:
Kalau pengaruh dari narkoba dan minuman keras memang buruk
banget mas. Sering kali orang yang mabok tidak sadar apa yang ia
lakukan. Bahkan kalau lagi teler, orang bisa melakukan hubungan
seks bebas. Menurut saya sich rata-rata orang yang yang hidup di
dunia kayak gituan dah pernah melakukan hubungan seksual, kalau
gak beli di jalanan paling sama cewek satu tongkrongan, soalnya
kalau udah makai Narkoba bawaannya gimana gito, dan saya dah
mengalaminya.6
Hal yang sama juga diungkapkan oleh informan NF. Menurutnya,
pengaruh dari pemakaian obat-obatan terlarang dan minuman keras sangat
buruk. Menurut pengakuan informan NF, ia pernah melakukan seks bebas
karena pengaruh dari kedua benda tersebut. Seperti yang diungkapkan oleh
informan NF:
“Kalau ditanya apakah saya pernah melakukan seks bebas, saya jawab
pernah. Waktu itu saya lagi teler, dan kebanyakan orang yang lagi
teler sudah tidak bisa mengontrol perilakunya. Yang lebih parah lagi
adalah, kita tidak bisa menahan hasrat untuk berhubungan badan.
Kalau lagi begitu ya saya nyari aja cewek yang bisa dibayar.”7
Secara sadar atau tidak hal di atas, apa yang
diungkapkan oleh
informan tersebut sangat bertentangan dengan nilai-nilai budaya yang
normatif dan sangat bertentangan sekali dengan nilai-nilai luhur budaya
6
Hasil wawancara dengan informan ZM. (pengguna Narkoba/Miras), Tangerang, 05
Januari 2009, Jam: 19:21 WIB
7
Hasil wawancara dengan informan NF. Tangerang, 04 Januari 2009, Jam: 20:26 WIB
52
bangsa yang berketuhanan ini, juga dengan nilai-nilai luhur agama.
Pelacuran merupakan peristiwa penjualan diri dengan jalan menjualbelikan
badan, kehormatan, dan kepribadian kepada banyak orang untuk memuaskan
nafsu-nafsu seks dengan imbalan pembayaran.
Prostitusi adalah bentuk penyimpangan seksual, dengan pola-pola
organisasi implus atau dorongan seks yang tidak wajar dan tidak terintegrasi
dalam bentuk pelampiasan nafsu-nafsu seks tanpa terkendali dengan banyak
orang (promiskuitas), disertai eksploitasi dan komersialisasi seks yang
impersonal tanpa afeksi sifatnya.
2. Mencuri, Malak/Nodong
Selain freesex yang dapat saya temukan dalam kehidupan para
peminum-minuman keras atau pengguna narkoba, terkadang mereka juga
melakukan pencurian, malak, dan suka tawuran. Hal ini tergambar dari hasil
wawancara saya dengan informan DD (nama samaran) dibawah ini:
“Waktu saya masih peminum dulu, yaach..! kalau dah gak punya duit
nih, saya malak aja rame-rame sama sopir angkot dan sama adik kelas,
pulang sekolah kumpul-kumpul sama teman tongkrongan, bis itu
langsung beli Bir, kalau masih kurang yah minta tambahan sama
teman.”8
Sama seperti apa yang diungkapkan oleh BW. (nama samaran)
sebagai berikut:
“Dulu saya bukan cuman minum aja yah..! tapi jualan Ganja juga.
Saya pernah di sel 5 bulan, setelah keluar belum kapok tuch..! bis itu
mudal kan dah gak punya lagi buat jualan Ganja, minta sama orang
tua gak dikasih karena orang tua saya tau kalau cuman buat beli
minuman, jadinya saya mencuri toko orang dekat pasar Sudimara
sana.”9
8
Wawancara pribadi dengan informan DD rumahnya.Tangerang, 03 April 2009, jam:
21:20 WIB
9
Wawancara pribadi dengan informan BW di rumahnya.Tangerang, 05 Januari 2009,
jam: 15:20 WIB
53
C. Keagamaan Pengguna Narkoba dan Minuman keras
1. Shalat lima waktu
Melaksanakan sholat lima waktu dalam sehari semalam adalah wajib
hukumnya bagi muslim mukallafin,10 pahala bagi yang mengerjakannya, dan
dosa bagi yang meninggalkannya. Namun tidak demikian adanya bagi 8
informan yang penulis jadikan sampel penelitian skripsi ini.
Seperti pengakuan DD dan BW (keduanya nama samaran) setelah
saya jumpai dan berbincang-bincang mengatakan:
“Jujur..! saya tidak pernah ingat sholat sama sekali waktu mabok,
gimana yah… maunya yang happy-happy aja gito. Tapi giliran dan
sadar ya saya sholat lah.. walaupun kadang-kadang, apalagi waktu
masih suka mabok dulu itu, pengetahuan saya tentang yang agamaagama gitu minim baget, paling belajarnya cuman dikelas aja waktu
masuk sekolah, itupun dikit baget, kan saya SMA.”11
Hal diatas juga ditambahkan oleh EK (nama samaran), ia waktu masih
suka minum dulu saya jarang baget malaksanakan sholat yang lima waktu,
apalagi sholat jumat yah… karena saya lebih enakan nongkrong-nongkrong
sama teman-teman. Seperti tergambar dalam ucapannya:
“Wah… dulu saya kacau baget pokoknya deh…! Sholat saya jarang
baget bos.. paling banter niya, paling cuman 5 kali seminggu saya
melaksanakan sholat.”12
Hal di atas Senada dengan apa yang terjadi pada PT, NF juga ZM.
(nama samaran) ia mengatakan:
“Sholat.? Hancur baget saya dulu, anak jalanan gimana sich..? paling
yang sering saya sholat Jumat doang yang saya lakuin, selain itu
jarang-jarang. NF. Mengatakan: kalau saya sholat itu pas lagi iget aja,
10
Mukallafin, bentuk isim fail (subjek) yang artinya orang yang sudah samapai waktu
dikenahi hukum. Diambil dari bahasa Arab yang bentuk mufradnya (tunggal) adalah kallafa
11
Wawancara pribadi dengan informan BW, Tangerang tanggal 05 Januari 2009, jam
15.20
12
Wawancara pribadi dengan informan EK, (nama samaran). Di rumahnya, Tangerang 07
Maret 2009, jam: 21:00 WIB
54
masalah dosa sadar sich sebenarnya, tapi ya gito deh..! taulah saya
kalau lagi keluar itu pulangnya pasti malem, nyampe rumah langsung
tidur. “
Hal ini juga sama dengan apa yang terjadi sama ZM. Ia menambahkan:
“Mungkin ini dipengaruhi oleh pengatahuan agama saya yang sangat
minim kali yah! Saya juga jarang baget ikut-ikut pengajian anak
masjid. Saya lebih seneng kumpul-kumpul sama temen tongkrongan
saya.”13
2. Membaca Al-quran
Disini dari 8 informan yang berhasil penulis wawancarai dapat saya
simpulkan, dalam kegiatan keagamaan ini sangat jarang sekali mereka
melakukan, karena mereka sangat tidak iget sekali pada saat mabok untuk
membaca Al-quran, lebih-lebih sebagian di antara mereka ada yang tidak bisa
membaca Al-quran, seperti yang diungkapkan oleh informan NF, DD, ZM
dan EK. Sebagai berikut:
“NF dan DD, mengakatan: “Saya tidak bisa membaca Al-quran,
karena pada waktu itu saya jarang baget belajar ngaji. Hal ini
ditambahkan oleh ZM, saya dulu gak bisa ngaji waktu masih suka
mabok. Berbeda dengan apa yang dikatakan oleh EK, kalau saya dulu
kurang lancar ngajinya, apalagi saya memang jarang belajar, padahal
mushola di dekat rumah saya ada, dan di situ banyak yang belajar
ngajai, tapi sayanya aja yang males, enakan kumpul-kumpul sama
temen.”14
D. Kehidupan Pengguna Narkoba dan Miras Sesudah Menikah
Tidak dapat dipungkiri setelah pernikahan dilakukan, ada perubahanperubahan yang terjadi pada pengguna narkoba, hal ini dipicu oleh tekanan baru
yang mereka hadapi seperti harus beradaptasi dengan lingkungan yang baru yang
13
Wawancara pribadi dengan informan PT. NF dan ZM di rumahnya NF, waktu lagi
kumpul, habis acara aqikahan.Tangerang, 11 April 2009, jam: 22:20 WIB
14
Wawancara pribadi dengan informan, DD, EK. PT. NF dan ZM. (nama samaran) di
rumahnya NF, waktu lagi kumpul, habis acara aqikahan.Tangerang, 11 April 2009, jam: 22:20
WIB
55
tetunya sangat berbeda dengan lingkungan sebelumnya, pengguna narkoba tidak
lagi bebas seperti sebelum menikah, ini dikarenakan adanya istri ataupun keluarga
yang harus ia perhatikan, semacam ada tuntutan tangggung jawab sosial, moral
dan spritual yang harus ia penuhi setelah menikah; seperti ia harus menjadi
pemimpin (imam) dalam rumah
tangga tersebut guna keharmonisan rumah
tangganya, selain itu ia juga harus membawa keluarganya tersebut selalu di dalam
fitrah-Nya, dan sebagai tanggung jawab sosial ia dituntut harus menafkahi
seorang istri dan anak setelahnya. Tetapi demikian, pernikahan tidak secara
langsung bisa membuat pengguna Narkoba atau Miras jera (berhenti total).
Seperti apa yang di tuturkan oleh informan dengan sebagai berikut :
1. Aspek sosial
Dari hasil penelitian yang penulis lakukan pada 8 informan tersebut di
atas dapat diketahui bahwa kehidupan sosial keagamaan pengguna narkoba
atau miras sebelum menikah sangat jauh dari nilai-nilai agamis atau sesuai
norma masyarakat seperti misalnya kebiasaan yang suka malak/nodong,
mencuri, freesex atau prostitusi. Namun menarik setelah pengguna narkoba
tersebut menikah ada perubahan pola-pola sosial yang terjadi pada mereka,
sadar atau tidak sadar pengguna narkoba tersebut mengalaminya. Walaupun
perubahan tersebut pada dasarnya tidak frontal, yang terkadang masih juga
ada pengguna narkoba/miras walaupun telah menikah masih memakainya.
Seperti perubahan sosial yang dialami oleh pengguna narkoba/minuman keras
EK (nama samaran), setelah menikah ia mengatakan sebagai berikut:
56
“Setelah menikah Ya... kadang-kadang masih minum, buat isengiseng ajala. tapi tidak sesering waktu sebelum menikah dulu, freesex
juga dah gak ”15
Pada dasarnya pernikahan tersebut adalah ibadah, banyak nilai-nilai
luhur
yang
terkandung
di
dalamnya.
menikah
dengan
bertujuan
mengharapkan rahmat dari yang Maha Esa adalah langkah awal untuk
senantiasa selalu dalam lindungannya. Dan pernikahan tersebut dalam
pandangan pengguna narkoba atau peminum minuman keras adalah ikatan
yang sakral dalam menempuh hidayah Tuhan untuk keluar dari jurang
kemaksiatan narkoba dan minuman keras. Walaupun pengguna narkoba/miras
tersebut setelah menikah tidak semerta-merta langsung bisa berhenti total dari
memakai narkoba dan minuma keras seperti apa yang di katakan oleh
informan BW (nama samaran), seperti berikut:
“Alhamdulillah Setelah menikah saya dah jarang minum-minuman
keras lagi. Bahkan saya meninggalkan semuanya.20 Baik itu yang suka
nyolong, atau menodong. Sebelum menikah istri saya tau kalau saya
adalah peminum, tapi saya punya komitmen sama dia kalau mau
menikah harus berhenti dari semuanya. Baginya arti pernikahan itu
adalah ibadah, dan upaya membangun rumah tangga. Dan setelah
menikah ini istri saya sangat membatasi pergaulan saya”.16
Hal ini ditambahkan oleh DD (nama samaran), Menurutnya:
“Saya inget waktu saya masih menggunakan Narkoba saya dikucilkan
oleh masyarakat, Alhamdulillah Setelah menikah saya bisa
mengurangi minum-minuman keras itu, kalau nyolong dah gak lagi.
Bahkan sekarang kalau saya punya rezeki suka ngasih kepada anak
yatim, bukan pamir yach. Karena arti pernikahan bagi saya adalah
suatu ikatan dalam menjalin rumah tangga, siapa tau dengan ikatan
tersebut dapat merubah diri kita, merubah kita ke arah yang lebih
baik.”17
15
Wawancara pribadi dengan informan EK, Tangerang tanggal 11 April 2009, jam 21.30
16
Wawancara pribadi dengan informan BW, Tangerang tanggal 06 April 2009
Wawancara pribadi dengan informan DD, Tangerang tanggal 11 April 2009
17
57
Kalau bagi sebagian pengguna narkoba atau peminum minuman keras
seperti EK dan BW pernikahan tidak langsung membuat mereka jera, secara
total langsung menghentikan kebiasan buruknya, yang suka nodong, malak
dan mencuri yang ia lakukan sebelum menikah dulu. Hal ini berbeda dengan
apa yang terjadi pada informan NF. Setelah menikah, ia benar-benar taubat,
bisa berhenti secara total dan berjanji tuk tidak lagi memakainya, karena takut
azab Tuhan dan kasihan sama istri, itulah sekelumit potret suami tauladan
yang terpatri pada informan NF (nama samaran), menuturkan tentang
perubahannya setelah menikah:
“Saya sudah tidak minum-minuman keras lagi setelah menikah,
melacur juga dah gak berani sekarang, takut kena azab Allah, selain
itu saya juga kasihan sama istri saya, dia dah banyak membantu saya
keluar dari masa lalu saya yang tidak baik itu, karena dibatasi oleh
istri saya, dan saya menghormatinya, karena pernikahan bagi saya itu
nambah saya terikat sama istri dan nambah saya dewasa.”18
Selain itu informan PH (nama samaran) juga mengungkapkan apa
yang yang teradi kepadanya setelah ia menikah: ia mengatkan kalau setelah
menikah sudah tidak lagi memakai narkoba atau minum-minuman keras, dan
baginya pernikahan itu adalah ikrar suci yang harus dijunjung tinggi-tinggi
dan sebagai pasangan suami-istri harus saling menghormatinya, itulah
mengapa saya setelah menikah langsung berhenti, dan saya langsung berjanji
sama isteri saya untuk berubah. Alhamdulillah ternyata saya bisa
meninggalkan kebiasaan buruk saya dulu. Hal ini tergambar dalam
ucapannya:
18
Wawancara pribadi dengan informan NF, Tangerang tanggal 11 Januari 2009
58
“Gak..! saya bena-benar taubat setelah menikah gak mau mabok lagi,
saya dah berjanji sama istri saya.”19
Dan apa yang diungkapkan oleh informan PH, di atas tentunya tidak
mungkin langsung searah dengan apa yang dialamai oleh informan lainnya.
Makanya hal ini berbeda dengan apa yang diungkapkan oleh PT dan ZM,
yang masih suka minum-minuman keras walaupun telah menikah. Dan hal ini
membuktikan kalau seseorang yang sudah kecanduan narkoba atau minuman
keras sangat sulit untuk melepaskannya, walaupun PT dan ZM mengakui
kalau perilaku menyimpang mereka seperti mencuri, nodong atau malak
dijalanan, sudah ia hentikan setelah menikah, namun untuk menghentikan
meminum menurutnya sangat sulit waktu di awal-awal pernikahannya.
Seperti yang ia katakan kepada saya
“Kalau di awal-awal pernikahan masih minum walaupun sedikit,
lama-kelamaan gak lagi”.20
2. Aspek keagamaan
Dalam aspek keagamaan ini menarik untuk melihat indikator apa saja
yang terjadi pada pengguna narkoba/miras setelah menikah. Selain perubahan
yang terjadi pada pengguna narkoba/miras setelah menikah dalam aspek
sosial, disini dalam aspek keagamaanpun ternyata juga ada perubahan polapola tertentu yang dialami oleh pengguna narkoba/miras setelah ia melakukan
pernikahan. Seperti tambah rajin melaksanakan sholat lima waktu, ikut-ikut
pengajian atau bahkan ada yang sudah menjadi ustadz, yang tadinya sebelum
19
Wawancara pribadi dengan informan PH, Tangerang tanggal 06 April 2009
Wawancara pribadi dengan informan PH dan PT, Tamgeramg tanggal 11 April
2009sebagai oknum eks-Narkoba dan Miras, telah menikah hasil wawancara dengan informan
(BW)
20
59
menikah sholat sering ditinggal-tinggal, tidak bisa ngaji/membaca al-quran.
Perubahan ini tergambar pada informan EK. (nama samaran) setalah menikah
ia merasakan adanya seorang istri yang selalu memperingatinya senantiasa
untuk selalu melaksanakan dan tidak meninggalkan sholat yang lima waktu,
dan setelah menikah ia merasakan lebih fokus pada beribadah kepada sang
pencipta. Seperti tergambar di bawah ini:
“Setelah menikah saya lebih fokus lagi pada ibadah dengan istri dan
anak-anak, dan saya selalu diingatkan oleh istri saya untuk selalu tetap
beribadah, lebih-lebih sholat yang lima waktu.”21
Apa yang terjadi pada informan EK di atas tentunya sangat berbeda
dengan yang dialami oleh BW ( informan yang telah menikah), ia
mengatakan walaupun setelah menikah terkadang masih juga keteteran dalam
melaksanakan sholat lima waktu, mungkin hal ini karena saya berlatar
belakang dari keluarga yang kurang agamis kali yach.., parahnya lagi waktu
kecil saya mengakui memang jarang baget ikut-ikut pengajian kemasjid gito,
jadinya hati saya gampang rapuh.kalau ibadah kayak sholat lima waktu gitu,
saya jujur terkadang juga masih keteteran, tapi untung ada istri yang selalu
mengingatkan saya untuk sholat. Hal ini mengungkapkan:
“Untuk ibadah misalkan melaksanakan sholat saya masih agak
keteteran walaupun sudah menikah, ungtungnya ada istri yang selalu
mengingatkan saya untuk sholat .”22
Juga sedikit berbeda dengan informan EK dan BW, dan dalam hal ini
apa yang terjadi pada DD sangat menarik, ia yang tadinya sebagai peminum
tulen, dalam aktivitas keagamaannya seperti sholat dia sangat jarang baget
melakukannya sebelum menikah dulu, bahkan dia tidak bisa ngaji atau
21
22
Wawancara pribadi dengan informan (EK), Tangerang tanggal 11 April 2009
Wawancara pribadi dengan informan BW, Tangerang tanggal 06 April 2009
60
membaca al-quran. Aneh tapi nyata di dunia zaman sekarang. Tapi itulah
yang terjadi, dan setelah menikah DD, ternyata dapat berubah, ia tambah rajin
melaksanakan sholat, yang tadinya tidak bisa membaca al-quran, sekarang
sudah bisa, dengan kesugguhannya ia belajar dengan tekun kepada ustadz
ustad yang didatangkan kerumahnya. Dan dia berubah karena ada tanggung
jawab moril-sprituil baik kepada istri, anak dan kepada tuhan yang telah
menciptakannya. Hal di atas tergambar setelah berhsil penulis wawancarai
DD (informan telah menikah), ia menuturkan:
“Dalam hal ibadah pernikahan itu dapat merubah diri saya, saya
merasa ada tanggung jawab terhadap istri dan anak-anak saya untuk
beribadah. Sholat saya tambah rajin, membaca Al-quran
Alhamdulillah sekarang dah lancar, saya belajar sama ustadz Fikri
(alumni IAIN Ciputat) dia dateng kerumah ngajarin saya dan anak
saya”23
Dan apa yang terjadi pada informan DD di atas sama juga dialami
oleh informan NF (informan telah menikah), yang tadinya juga sebagai orang
yang sangat gandrung terhadap minuman keras. DD mengatakan:
“setelah saya menikah, saya merasa bahwa sekarang saya lebih rajin
untuk melaksanakan shalat lima wakut. Bahkan saya sekarang sudah
bisa membaca al-Qur’an berkat privat yang saya ikut serta karena
berkat pengajaran yang diberikan istri kepada saya.” 24
Sebagaimana juga yang diungkapkan oleh LL (nama samaran telah
menikah), sebagai satu-satunya informan cewek ia mengalami banyak sekali
perubahan dari yang tadinya sebagai pengguna NAZA dan PSK, sebagai
orang yang jarang baget untuk sholat, tidak bisa baca al-quran atau hal-hal
ibadah agamis lainnya, setelah menikah ia sudah berubah; sekarang dah rajin
sholat, bisa ngaji/membaca al-quran, juga udah memakai jilbab sekarang, dan
23
24
Wawancara pribadi dengan informan DD, Tangerang tanggal 11 April 2009
Wawancara pribadi dengan informan NF, Tangerang tanggal 11 April 2009
61
tentunya sudah berhenti dari kebiasaan buruknya; minum-minuman keras
atau menggunakan narkoba. LL (nama samaran) mengatakan:
“Setelah menikah, saya lebih fokus pada ibadah, alhamdulillah saya
dah bisa baca al-Quran sekarang, dan saya benar-benar gak mau lagi
baik pada masa laluku yang kelam itu.”.25
Selain LL, ternyata informan PH dan PT juga mengalami perubahan
setelah ia menikah dalam hal meninggalkan kebiasaanny yang suka mabuk
sebelum menikah dan suka meninggalkan sholat, ia menceritakan:
“Saya akui memang sebelum menikah saya suka mabok, suka
ninggalin sholat bahkan gak tau baca al-quran, tapi setelah saya
menikah sampe sekarang syukur alhamdulillah saya dah bisa baca
alquran dan jarang bolong-bolong sholatnya, malu tau sama istri,
inilah anugrah yang diberikah Tuhan kepada saya sehingga saya bisa
berubah seperti ini.wah...! pokoknya bersyukur baget lah
mas.sambung doanya ya mas semoga anak saya gak menuruni sifat
buruk saya dulu.”26
Dari hasil wawancara di atas dapat diambil kesimpulan bahwa,
terdapat dua variabel kemungkinan yang bisa terjadi pada pengguna
Narkoba/Miras setelah menikah. Pertama, pengguna Narkoba bisa secara
total atau bertahap berhenti menggunakan Narkoba/Miras. Kedua, bisa
membuat pengguna Narkoba/Miras lebih rajin, tekun dalam hal beribadah
kepada sang pencipta.
Dan tentunya dengan selalu mengharap ridha-Nya agar kehidupan
setelah menikah tidak lagi terjerumus kedalam kemaksiatan tersebut. Terapi
psikoreligius (mengobati fisik psikis) menjadi mutlak diperlukan, seperti
terapi medis, bertaubat dan berdoa demi ketenteraman hidup damai dan
sejahtera.. Sesuai dengan firman Allah SWT surat Al Baqarah ayat: 186
25
26
Wawancara pribadi dengan informan Lo, Tamgeramg tanggal 04 April 2009
Wawancara pribadi dengan informan PT, Tangerang tanggal 11 April 2009
62
(186 :‫)اﻟﺒﻘﺮة‬
( Èβ$tãyŠ #sŒÎ) Æí#¤$!$# nοuθôãyŠ Ü=‹Å_é&
Artinya“Aku mengabulkan permohonan orang yang mendoa, apabila berdoa
kepadaku”. (QS. Al-Baqarah: 186)
E. Pengaruh Pernikahan Terhadap Kehidupan Sosial keagamaan Pengguna
Narkoba dan Miras
Telah menjadi kesepakatan pendapat para ulama bahwa tujuan inti
diturunkannya Islam adalah untuk mendatangkan kemaslahatan dan menolak
kemudaratan. 27 Bila diamati secara lebih mendalam, maka salah satu maksud
disayariatkannya agama Islam oleh Allah adalah untuk memelihara keturunan.28
Pernikahan disyariatkan oleh Islam karena merupakan salah satu usaha untuk
memelihara kemuliaan keturunan serta menjadi kunci ketenteraman masyarakat,
jadi inilah salah satu kodrat Tuhan menciptakan laki-laki dan perempuan.
Dan sebagai ciptaannya, Allah SWT telah melengakapi manusia dengan
nafsu syahwat, yakni keinginan untuk menyalurkan kebutuhan biologis (kelamin)nya. Dalam rangka itu, Allah pun telah menciptakan segala sesuatu yang ada ini
berjodoh-jodoh; sebagaimana ada siang ada malam, ada besar ada kecil, ada bumi
ada langit, ada surga ada neraka, dan ada pria ada wanita, dan sebagainya. Tujuan
Pernikahan Secara garis besar adalah untuk mewujudkan kemaslahatan, baik
kemaslahatan privat maupun kemaslahatan publik.
27
Abu Ishaq al-Wyathiby, Al-Muwafaqat Fi Ushul al-Syari’ah, jilid III (Beirut: Dar alMa’rifah li al-Thaba’ah wa al-Nasyr, 1975), h. 6
28
Ada lima kemaslahatan utama (mu’tabarah) yang menjadi tujuan utama
disyariatkannya agama Islam yaitu untuk memelihara keturunan, dan memelihara harta benda.
Lihat Abdul Wahab Khalaf, ‘Ilm Ushul al-Fiqh (Kairo: Dar al-Kuwaityah, 1968), h. 200-202.
Teliti pula Muhammad Abu Zahrah, Ushul al-fiqh (Kairo: Dal al-fikr al-‘Arabiy, tt.), h. 366-369
63
Dengan ayat di atas menjadi sangat jelas kalau pernikahan tersebut bisa
membuat hidup lebih tenteram. Pernikahan bukanlah semata-mata kebutuhan
biologis, melainkan yang utama adalah pemenuhan akan kebutuhan efeksional,
yaitu kebutuhan mencintai dan dicintai, rasa kasih sayang, rasa aman dan
terlindungi, dihargai, dan diperhatikan.29 Hal ini senada dengan apa yang telah di
ungkapkan oleh informan PT:
“…Setelah menikah, saya menjadi lebih termotivasi lagi dalam hal
beribadah kepada sang Pencipta, dan tentunya saya berharap semoga anakanak saya tidak meniru perilaku buruk yang telah saya lakukan selama ini.
Dan bagi saya pernikahan itu adalah sakral.” 30
Jadi menjadi jelas bahwa pengaruh pernikahan tersebut bagi pengguna
narkoba atau peminum minuman keras adalah sakral. Karena itulah pernikahan
memiliki fungsi sebagai pemeliharaan dalam kehidupan sosial masyarakat. Sesuai
dengan fungsi pernikahan itu sendiri yaitu dapat memelihara pandangan mata,
sebagai salah satu jalan untuk mendapatkan ketenangan hidup, selain fungsi
pernikahan itu sendiri yang merupakan instrumen pemelihara kelangsungan
generasi.
Seperti halnya PT, informan DD juga mengalami hal perubahan setelah ia
menikah;
“…Ya, pernikahan dapat merubah dalam hal ibadah saya, saya merasa ada
tanggung jawab terhadap istri dan anak-anak saya untuk ibadah. saya
masih inget waktu remaja dulu, diwaktu masih gak lepas dari kubangan
Narkoba dan Miras, hal-hal seperti itu mencolok dimata masyarakat,
sehingga ada pandangan negatif dari masyarakat, itu sangat melekat sekali,
bagaimana saya dapat bersosialiasi dengan masyarakat agar dilihat baik,
ya saya juga harus berusaha baik di depan masyarakat.”31
29
Dadang Hawari, Al-Quran; Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa, h. 250
Wawancara pribadi dengan informan PT, Tangeran tanggal 11 April 2009
31
Wawancara pribadi dengan informan DD, Tangerang tanggal 11 April 2009
30
64
Dalam aspek sosial atau dalam aspek keagamaannya, DD dalam
berinteraksi sosial dengan masyarkat waktu masih sebagai peminum, ia sangat
teralienasi dalam kehidupan sosial, terkucilkan dan sangat diremehkan. Dalam
keagamaan ia sekarang lebih fokus dalam beribadah kepada Allah, baik itu
melalui pengajian-pengajian rutin yang diadakan oleh jamaah masjid, bahkan
sekarang dia menjadi salah satu uztad yang mengajari anak-anak di salah satu
masjid Al-Ikhlas di daerah Sudimara selatan.
Sudah lazim kalau pengguna Narkoba/Miras itu rentan dengan hubungan
seks secara bebas,
32
yang bisa menyebabkan terkena AIDS/HIV, karena
pandangannya terhadap norma-norma masyarakat, hukum, agama sudah
dilanggar.33 Oleh karena itu dengan pernikahan, setidaknya seks bebas tersebut di
atas bisa dihindari. Sebagaimana yang diutarakan BW, di bawah ini.
“Ya... saya bisa menghentikan kebiasaan buruk saya (sebagai pengguna
Narkoba/Miras, dan seks bebas) setelah menikah, dikarenakan ada istri
yang harus disayangi, diperhatikan sekaligus dihormatinya.”34
Sama disini informan Lo menambahkan”
“Ya saya akui, saya berubah karena mau menikah aja, mungkin ini
petunjuk Tuhan kepada saya, dan saya bersyukur banget Tuhan telah
memberi jalan bagi saya untuk keluar dari pekerjaan saya yang buruk ini,
saya pake jilbab itu pas mau menikah aja, malu dong sama masyarakat
kalau tetap tidak berubah, apa artinya pernikahan kalau begitu? Jadi ini
rahmat Tuhan. Padahal saya dah bener-bener putus asa waktu itu, eh..!
alhamdulillah Tuhan memberikan jodoh yang bener-bener baik, perhatian
dan bisa membimbing saya kepada jalan yang bener”.35
Lo atau BW, sebagai informan pengguna narkoba atau peminum minuman
keras yang sudah menikah sudah mengalami perubahan yang terjadi pada dirinya
32
http://www.kesehatanreproduksi.com/conte... Minggu, 16 November 2008
Zulkarnain Nasution, Memilih Lingkungan Bebas Narkoba, h. 14
34
Wawancara pribadi dengan informan BW, Tangerang tanggal 06 April 2009
35
Wawancara pribadi dengan informani Lo, Tangerang tanggal 04 April 2009
33
65
setelah ia menikah Jadi tidak lagi menjadi pekerja sek bebas, peminum atau
pengguna narkoba.
Pernikahan bagi pengguna Narkoba atau Miras dangat besar pengaruhnya.
Selain ada tanggung jawab moral yang diembannya sesudah menikah, baginya
seorang istri dijadikan sebagai penasehat peribadi yang selalu setia menemaninya,
menasehatinya setiap saat, sebagaimana yang diungkapkah oleh BW:
“Nikah adalah yang pertama ibadah, kedua untuk membangun rumah
tangga, ya.. namanya orang, yang sendiri seperti dulu ajach bisa rusak,
ibarat kata bisa ada yang nyupir lah.”36
Dengan demikian, jamak diketahui bahwa pengaruh pernikahan terhadap
pengguna Narkoba/Miras merupakan potret positif untuk menatap kehidupan
selanjutnya, tentunya yang pertama dengan barokah, nikmat serta rahmat yang
Maha Esa, dan yang kedua, dengan adanya pernikahan kebebasan untuk
menggunakan Narkoba/Miras tersebut menjadi sangat kecil. Karena dalam
pernikahan suami-istri tersebut akan saling menasehati dan memperingati, mana
yang baik untuk dilakukan demi berjalannya kehidupan keluarganya, dan mana
yang buruk dijauhkan dari kehidupan keluarga.
Pernikahan bagi 8 informan yang dijadikan sampel penelitin dalam
penulisan skripsi ini sangat nampak pengaruhnya, dari mulai belajar untuk
bertanggung jawab, menjalani rumah tangga, dan membiasakan diri berinteraksi
dengan lingkungan sosial yang baru. Pernikahan menjadi jalan tempuh hidup baru
yang bisa menyelesaikan problem kehidupan.
36
Wawancara pribadi dengan informan BW, Tangerang tanggal 06 April 2009
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang sudah penulis lakukan, dapat disimpulkan
bahwa pernikahan dapat memberi pengaruh positif terhadap pengguna Narkoba
dan Miras; baik secara moral dan sosial karena dapat menghindarkan diri dari pola
hidup perilaku menyimpang, seperti prostitusi, freesex, malak/nodong dan
mencuri. Narkoba dan minuman keras sangat merugikan bagi kesehatan, misalnya
bagi pengguna narkoba/miras secara fisik ia akan mengalami jantung berdebardebar, hipertensi bahkan berujung pada kematian.
Selain pernikahan itu adalah sunnah, guna meneruskan kelangsungan
generasi, pernikahan juga menjadi salah satu proses pendewasaan seseorang
dalam kehidupannya. Pernikahan mampu memberikan pendidikan yang baik
dalam pembentukan mental dan spritual serta akhlaq yang karimah bagi yang
menjalankannya, lebih-lebih kepada informan pengguna eks-Narkoba atau Miras
yang berada di Kampung Dukuh Sudimara selatan, Ciledug Tangerang.
B. SARAN
1. Remaja
Melarikan diri dari masalah dengan menggunakan Narkoba atau Miras
bukanlah jalan keluar terbaik untuk menyelesaikan persoalan. Untuk itu
kepada remaja sebagai kelompok usia yang paling sensitive, tapi labil
diharapkan mampu untuk memfilter semua segmentasi kehidupan mulai
66
67
dari yang baik sampai yang buruk, seprti memilih lingkungan yang sehat
atau pergaulan yang baik, agar tidak terjerumus dalam kesesatan. Misalnya
memilih tidak bergaul dengan orang perokok atau peminum-minuman
keras. Makanya dalam kehidupan yang semakin serba instan, modern,
global dan sekuler seperti sekarang ini, bekalilah hidup dengan iman dan
ilmu pengetahuan atau pendidikan, dan kreativitas yang berguna bagi
perkembangan diri dan kemajuan masyarakat agar tidak terjerumus dalam
perbuatan yang melanggar norma, hukum, kesusilaan, maupun agama.
2. Keluarga
Posisinya yang sangat fundamental, seringkali menjadi tumpuan
perkembangan kehidupan. Banyak sekali formula kehidpan yang bermula
dari keluarga. Demi keseimbangan hidup, keharmonisan keluarga sangat
mutlak diperlukan, yang berguna sekali dalam pertumbuhan anak yang
hidup di tengah-tengah masyarakat. Justru itu dalam memberikan
bimbingan atau pengajaran dalam segala hal, harus lebih terbuka dan tidak
menekan kepada anak.
3. Masyarakat
Masyarakat sebagai kontrol sosial yang lebih luas ketimbang keluarga
diharapkan dapat mengambil dan menegakkan nilai-nilai positif yang
terkandung dalam nilai budaya, dan nilai-nilai agama untuk menjadikan
nilai-nilai bersama dalam masyarakat yang menciptakan sistem atau
tatanan nilai sosial yang baik, yang berada di Daerah kampung Dukuh,
Kelurahan Sudimara Selatan Ciledug-Tangerang. Selalu berikanlah contoh
68
perilaku sopan, santun dan baik, juga luruskanlah kalau ada pola tingakah
laku di luar norama.
4. Pemerintah
Agar pemerintah setempat khususnya kepala Lurah kampung Dukuh,
Kelurahan Sudimara Selatan Ciledug-Tangerang lebih galak, tegas dalam
mengawasi, menertibkan peredaran NAZA dengan jalan berkoordinasi
dengan dengan semua pihak yang berada di Daerah kampung Dukuh,
Kelurahan Sudimara Selatan Ciledug-Tangerang.
DAFTAR PUSTAKA
Bachtiar, Wardi, Sosiologi Klasik, dari Comte hingga Parson, Bandung: Remaja
Rosda Karya, 2006, Cet. Ke-1
Badan Narkotika Nasional (BNN), Pedoman Pencegahan Penyalahgunaan
Narkoba Bagi Remaja (Jakarta: Badan Narkotika Nasional, 2003
---------------------, Modul Pelatihan Tokoh Masyarakat sebagai Fasilisator
Penyuluh Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba (Jakarta: Pusat
Dukungan Pencegahan Pelaksana Harian Badan Narkotika Nasional, 2005
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia
(Jakarta: Balai Pustaka, 2007), cet. Ke-3Downis, D, dan Rock P,
Understanding Deviance, London: Oxford, 1981
Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, “Nikah”, Ensiklopedi Islam, Jakarta: PT.
Ichtiar Baru Van Hoeve, 1994, cet. Ke-2, jilid 4
Gunarsa, Singgih D., Psikologi Praktis Anak, Remaja, dan Keluarga, Jakarta:
BPK Gunung Mulia, 1995
Hawari, Dadang, Gerakan Nasional Anti Mo-Limo: Madat, Minum, Main,
Maling, Madon, PT. Dana Bakti Primayasa: Yogyakarta, 2000
--------------------, Al-Qur’an Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa (PT.
Dana Bakti Primayasa: Yogyakarta, 1997), Cet. Ke-6, h.131-133
--------------------, Penyalahgunaan & Ketergantungan NAZA Narkotika, Alkohol
& Zat Adiktif), Jakarta: FKUI, 2000
Ibrahim, Imam Abi Abdullah bin Ismail bin, Shahih Bukhari, Beirut: Daar al-Fikr,
1994, Juz 6
Jaelani, Abdul Qadir, Keluarga Sakinah, Surabaya: Cahaya Ilmu, 1995
Johnson, Doyle Paul, Teori Sosiologi Klasik dan Modern, terj. Robert M. Z.
Lawang, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1994
Kartono, Kartini, Psikologi Sosial, Jilid I, Jakarta: Rajawali, 1988, cet. Ke-3
Megand, Yusuf, “Bebas dari Narkoba,” Buletin Khusus Warta Untuk Warga,
Oktober 2006
Muhdlor, A. Zuhdi, Memahami Hukum Perkawinan, Nikah, Telak, Cerai dan
Rujuk, Bandung: Al-Bayan, 1994
69
70
Mulyadi, Yadi, Panduan Sosiologi, Jakarta: Yudistira, 1995
Partodiharjo, Subagyo, Kenali Narkoba dan Musuhi Penyalahgunaannya, Jakarta,
Erlangga, 2006
Ramayulis, Pengantar Psikologi Agama, Kalam Mulia: Jakarta, 2002
Ritzer, Goerge dan Douglas J. Goodman, Teori Sosiologi Modern, Jakarta:
Kencana, 2005, Cet. Ke-3
Rofiq, Ahmad, Hukum Islam di Indonesia, Jakarta: RajaGrafindo Persada, 1995
Rozak, Abdul dan Wahdi Sayuti, Remaja dan Bahaya Narkoba, Prenada: Jakarta,
2002
Salim, Agus, Teori dan Paradigma Penelitian Sosial, Pemikiran Norman dan
Egon Guba, Yogyakarta: PT. Tirta Wacana Yogya, 2001
Soedjono D, Pathologi Sosial, Bandung: Alumni 1974
Soekanto, Soerjono, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta: Rajawali, 1986, Edisi
Baru
Sudarsono, Kenakalan Remaja, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1995
-------------, Mengenal Jenis dan Efek Buruk Narkoba, Tangerang: Visi Media,
2006
Suprayogo, Imam, Misi Metodologi Penelitian Sosial-Agama, Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya, 2001
Suyono, Ariyono, Kamus Antropologi, Jakarta: Akademia Presindo, 1985, Cet I
Asy-Syal, Abdul Hadi, Islam Membina Masyarakat Adil Makmur, penterjemah
Umar Sitanggal, Jakarta: Pusaka Dian dan Antar Kota, 1987
Taqiyudin, Imam Abi Bakar bin Muhammad, Kifayatu al Akhyar, Surabaya: Al
Maktabah al Saqofiyah, t.th, juz 11
Veeger, K.J., Realitas Sosial, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1993, Cet. Ke-4
Zahrah, Muhammad Abu, Membangun Masyarakat Islam, Jakarta: PT Pustaka
Firdaus, Anggota IKAPI, 1994
71
Internet
http://www.halalguide.info/content/view/522/38/. Diakses pada tanggal, 10
Desember 2008
http://www.bnn.go.id/file/uu/keppres%20Miras.doc. Diakses pada tanggal, 20
November 2008
http://www.kesehatanreproduksi.com/conte... Diakses pada tanggal, 16 November
2008
http://batampos.co.id/Kolom/Bugar/_ Minggu, 16 November 2008
Wawancara
Hasil wawancara pribadi dengan informan NF. (peminum), Tangerang, 04 Januari
2009. Jam: 20:26 WIB dan tanggal 11 April 2009
Hasil wawancara pribadi dengan informan ZM. (pengguna Miras, Narkoba)
Tangerang, 05 Januari 2009. Jam: 19:21 WIB dan tanggal 11 April 2009
Hasil wawancara pribadi dengan informan Lo, (pengguna Miras, Narkoba).
Tangerang, 04 April 2009. jam: 21:20 WIB
Hasil wawancara pribadi dengan informan BW (pengguna Miras, Narkoba),
Tangerang, 05 Januari 2009. jam: 15:20 WIB dan tanggal 06 April 2009
Hasil wawancara pribadi dengan informan PH. (pengguna Miras, Narkoba),
Tangerang, 07 Januari 2009. jam: 21:20 WIB
Hasil wawancara pribadi dengan informan PT. (pengguna Narkoba, Miras),
Tangerang, 05 Januari 2009. Jam: 21:21 WIB dan tanggal 11 April 2009
Hasil
wawancara pribadi dengan informan DD. (nama samaran) di
rumahnya.Tangerang, 03 April 2009. jam: 21:20 WIB dan tanggal 11
April 2009
Hasil wawancara pribadi dengan informan EK. (nama samaran). Di rumahnya,
Tangerang 11 April 2009 jam: 21:00 WIB.
Hasil wawancara pribadi dengan Bapak Buham, seorang Sekretaris Kelurahan
Sudimara Selatan. Jakarta, 30 Oktober 2008
65
Lampiran-lampiran
HASIL WAWANCARA
Identitas Responden
Nama
: EK (EKO)
Usia
: 29 Tahun
Pertanyaan
: Apakah Bapak pernah menggunakan Narkoba/Miras?
Jawab
: Ya pernah mencoba minum, cuma sedikit..
Pertanyaan
: Siapa yang memperkenalkan Miras kepada Anda?
Jawab
: Teman saya nongkrong dekat rumah.
Pertanyaan
: Sejak kapan Anda mengetahui tentang Miras tersebut?
Jawab
: Saya minum sejak masih sekolah SMP, tapi yang mendekatkan
(miras) ke saya bukan teman sekolah tapi temen main.
Peertanyaan
: Kapan dan dimana Anda menggunakan Miras tersebut?
Jawab
: Biasanya saya pulang sekolah nongkrong-nongkrong sama teman
di rumah dan biasanya kumpul-kumpul di tempat yang agak jauh
dari karamaian (dikebun-kebun).
Pertanyaan
: Mengapa Anda menggunakan Miras?
Jawab
: Ya..... coba-coba pengaruh dari temen
Pertanyaan
: Bagaimana cara Anda mendapatkan Miras tersebut?
Jawab
: Pertama sich dikasih kemudian karena udah ke enakan terlanjur
ketagihan ya... biasanya kami membeli dengan cara patungan
66
Pertanyaan
: Apakah Anda Tahu bahwa agama melarang Miras dan perbuatan
Anda tersebut?
Jawab
: Tau.... ya dulu saya belum terlalu mengetahui akan pengetahuan
tentang agama, jadinya saya cepat terpengaruh oleh temen-temen.
Pertanyaan
: Bagaimana perasaan Anda ketika melanggar perintah Agama?
Jawab
: Ya... ada perasaan menyesal...
Pertanyaan
: Apakah Anda sudah menikah?
Jawab
: Sudah, dan punya anak dua malah
Pertanyaan
: Apakah Anda pernah melakukan seks bebas (hubungan intim)
sebelumnya?
Jawab
: Itu mah..! jangan ditanya lagi. Menurut saya sich rata-rata orang
yang hidup di dunia kayak gituan dah pernah melakukan itu. Abis
“sange” sich...! kalo dah make Narkoba, biasa khayalannya dah
tingkat tinggi gito.
Pertanyaan
: Apakah sesudah Anda menikah, Anda masih mennggunakan
Miras?
Jawab
: Ya... kadang-kadang masih, cuma buat iseng-iseng ajach.
Pertanyaan
: Apakah setelah Anda menikah istri anda tahu bahwa Anda
meminum Miras?
Jawab
: Tau.... karena sebelum nikah juga istri saya tahu bahwa saya
pernah minum, cuma saya juga janji ma istri untuk ga’ minum
lagi, yaaa... tapi kadang masih nyuri-nyuri buat minum.
Pertanyaan
: Apa Arti pernikahan bagi Anda?
67
Jawab
: Nikah adalah suatu ikatan yang sakral untuk membentuk suatu
hubungan dan membentuk keluarga sakinah, mawaddah dan
warohmah
Pertanyaan
: Apakah ada problematika dalam pernikahan Anda?
Jawab
: Alhamdulillah sih kaga’ ya..! tapi kalo masalah keluarga sih pasti
ada, yang namanya dua pemikiran dalam satu keluarga susah
disatukan.
Pertanyaan
: Apakah istri Anda membatasi dalam pergaulan?
Jawab
: Ya, pergaulan saya agak dibatasi, takutnya saya terjerumus
kesana lagi
Pertanyaan
: Apa pekerjaan yang sedang Anda geluti sekarang?
Jawab
: Karyawan swasta
Pertanyaan
: Apa sih pendidikan Anda?
Jawab
: Pendidikan saya SMA.
Pertanyaan
: Apakah pernikahan dapat merubah dalam hal ibadah?
Jawab
: Yang pasti ada perubahan dari pada sebelum saya menikah,
sekarang saya fokus sama ibadah dengan istri dan anak saya. Dan
saya pun selalu diingatkan oleh istri saya untuk ibadah.
Pertanyaan
: Bagaimana pandangan masyarakat dengan perilaku Anda?
Jawab
: Ya... saya dipandang sebelah mata, ya mungkin karena prilaku
saya yang dipandang jelek oleh masyarakat, tapi sekarang
masyarakat sudah memandang baik tentang saya karena saya juga
sudah berkeluarga dan saya juga menginstrospeksi diri untuk
berusaha masuk kedalam masyarakat agar dipandang bagus
68
Hasil Wawancara
Identitas Responden
Nama
: DD
(DEDEN)
Usia
: 30 Tahun
Pertanyaan
: Apakah Bapak pernah menggunakan Narkoba/Miras?
Jawab
: Pernah.. dua-duanya malah
Pertanyaan
: Siapa yang memperkenalkan Narkoba/Miras kepada Anda?
Jawab
: Pergaulan dirumah, ama temen-temen nongkrong.
Pertanyaan
: Sejak kapan Anda mengetahui tentang Narkoba/Miras tersebut?
Jawab
: Sejak masih belajar (sekolah). Yang jelas masih remaja.
Pertanyaan
: Kapan dan di mana Anda menggunakan Narkoba/Miras tersebut?
Jawab
:Yang biasanya pulang sekolah terus kumpul ma temen-temen
nongkrong.
Pertanyaan
: Mengapa Anda menggunakan Narkoba/Miras?
Jawab
: Ya..... coba-coba dulu karna penasaran.
Pertanyaan
: Bagaimana cara Anda mendapatkan Narkoba/Miras tersebut?
Jawab
: Pertama-tama sich dikasih dulu ma temen trus karna ketagian ya
akhirnya beli
Pertanyaan
:Apakah Anda Tahu bahwa agama melarang Narkoba/Miras dari
perbuatan Anda tersebut?
Jawab
: Ya... sebetulnya tau! Itu kan awalanya dari pergaulan.
Pertanyaan
:Bagaimana perasaan Anda ketika melanggar perintah Agama?
Jawab
: Ya... perasaan menyesal sih pasti ada lah..!
69
Pertanyaan
: Apakah Anda sudah menikah?
Jawab
: Udah sich... tiga tahun yang lalu
Pertanyaan
: Apakah Anda pernah melakukan “seks bebas” (hubungan intim)
sebelumnya?
Jawab
: Wah... Privasi dong.!
Pertanyaan
:Apakah sesudah Anda menikah, Anda masih menggunakan
Narkoba/Miras?
Jawab
: Kalo menggunakan sih masih, cuma agak dikurangi
Pertanyaan
:Apakah setelah Anda menikah istri anda tahu bahwa Anda
menggunakan Narkoba/Miras?
Jawab
:Sebelum saya menikah sih belum tau... memang dari awal
perkenalan saya dulu, tidak memperkenalkan hal-hal seperti itu
jadi, kisah kelam saya tidak diceritakan selama saya pacaran
yaaa... sekitar 2 tahun.
Pertanyaan
: Apa arti pernikahan bagi Anda?
Jawab
: Nikah adalah satu ikatan dalam menjalin rumah tangga, siapa
tau dengan ikatan tersebut dapat merubah diri kita, bisa berubah
dengan baik.
Pertanyaan
: Apakah ada problematika dalam pernikahan Anda?
Jawab
: Alhamdulillah sich engga’ ya.. karena sebelumnya istri saya
belum tahu tentang prilaku saya, masa lalu saya. Jadi biasa-biasa
aja, tapi masalah dalam rumah tangga sich wajar-wajar aja,
itumah bagaimana kita bisa menyikapinya.
70
Pertanyaan
: Apakah istri Anda membatasi dalam pergaulan?
Jawab
: Ya... membatasi itu tergantung dari bagaimana kita dilihat ma
istri terhadap pergaulan saya, kalo menurut istri saya salah, ya....
saya dibatasi.
Pertanyaan
: Apa pekerjaan yang sedang Anda geluti sekarang?
Jawab
: Saya bekerja ya.... biasalah serabutan.
Pertanyaan
: Apa sih pendidikan Anda?
Jawab
: Pendidikan saya terakhir SMA.
Pertanyaan
: Apakah pernikahan dapat merubah dalam hal ibadah?
Jawab
: Ya... pernikahan dapat merubah dalam hal ibadah saya, saya
merasa ada tanggung jawab terhadap istri dan anak-anak saya
untuk ibadah.
Pertanyaan
: Bagaimana pandangan masyarakat dengan perilaku Anda?
Jawab
: Ya sebetulnya tau selama saya masih remaja dulu, memang halhal seperti itu mencolok dimata masyarakat, ya... pandangan
negatif pasti ada, yang penting tergantung saya juga bagaimana
saya dapat bersosialiasi dengan masyarakat agar dilihat baik, ya
saya juga harus berusaha baik di depan masyarakat.
71
Hasil Wawancara
Identitas Responden
Nama
: BW (Bowo)
Usia
: 32 Tahun
Pertanyaan
: Apakah Bapak pernah menggunakan Narkoba/Miras?
Jawab
: Pernah.. dua-duanya. Pertama saya menggunakan minuman,
yang saja minum pada waktu itu: topi miring, vodka, Arjo (arak
jowo) ketika itu saya masih kecil masih SMP, saya diajarin minum
lama-lama ko enak pertama sich pusing terus ketagian, ya...
akhirnya beli patungan dech.
Pertanyaan
: Siapa yang memperkenalkan Narkoba/Miras kepada Anda?
Jawab
:Temen-temen deket rumah yang mengenalkan saya sama
minuman dan Narkoba.
Pertanyaan
: Sejak kapan Anda mengetahui tentang Narkoba/Miras tersebut?
Jawab
: Saya kenal sama minuman sekitar SMP ya... sekitar 13 tahunan,
karena yang pertama kali saya kenal dibandingkan dengan obatobatan.
Pertanyaan
: Kapan dan dimana Anda menggunakan Narkoba/Miras tersebut?
Jawab
:Biasanya saya dan temen-temen minumnya diperempatanperempatan jalan atau ditempat tongkrongan itu juga minum kalo
ada duit doang. Kadang-kadang kalo kaga’ punya duit beli sebotol
dan yang lucunya cara minumnya pake sendok muter ama temen
72
agar ga’ boros, satu sendok muter...satu sendok muter, satu sendok
juga lama-lama pusing sama kaya sebotol.
Kalo Narkoba saya juga dapet dari temen, saya coba Nipam sama
lexo. Nipam itu saya suruh coba dulu karena temen saya kerja dan
pulang seminggu sekali jadinya sama make jarang-jarang.
Enaknya kalo obat akhirnya kaga’ dibandingkan minuman muntah
dan obat itu tambah berani lebih pede. Sejak kenal obat minuman
jadi jarang saya coba, kemudian saya pake shabu-shabu, cuma
waktu itu belum ngetop dibandingkan sekarang, kebetulan saya
dapet dari temen sekantor cuma dia dibagian keuangan. Waktu itu
harganya murah, satu gram 250 ribu, ada yang disuntik dan
dipake dengan disedot asepnya. Tapi saya beli itu (shabu-shabu)
pahe (paket hemat) sekitar 20 ribu, jadi saya bawa kemana-mana.
Terus saya kenal putaw, putaw ini membuat perasaan saya mumet
(pusing). Terus cimeng, hampir tiap malem setiap mau tidur,
syukurnya saya kaga’ ketagian, untungnya kalo lagi punya duit
doang.
Pertanyaan
: Mengapa Anda menggunakan Narkoba/Miras?
Jawab
: Ya... itu tadi dari bujukan temen-temen pergaulan dan rasa ingin
coba-coba yang akhirnya membuat saya ketagian sampai
menggunakan obat-obatan. Dan juga karena dari pengetahuan
saya juga yang minim (sedikit).
73
Pertanyaan
: Bagaimana cara Anda mendapatkan Narkoba/Miras tersebut?
Jawab
: Biasanya sich patungan ma temen-temen tapi kadang-kadang
kaga’ minum dan pakai, karena temen-temen pada waktu itu belum
pada kerja.
Pertanyaan
: Apakah Anda tahu bahwa agama melarang Narkoba/Miras dari
perbuatan Anda tersebut?
Jawab
: Tahu.... cuma karena anak muda gimana! Hanya ingin senangsenang, kaga’ mikir yang lain. Dan agama menurut hati nurani,
walaupun di suruh sama ustad dari Arab sana kaga’ bakalan mau.
Ya... pokoknya berasal dari hati nurani saya.
Pertanyaan
: Bagaimana perasaan Anda ketika melanggar perintah Agama?
Jawab
: Ya.... menyesal, ya karena hati nurani saya yang masih berjiwa
muda, jadi bawaannya seneng aja. Sampai kakek saya ngomong:
suruh takbiran aja saya mabok ma temen-temen, sampai-sampai
orang-orang sholat ied saya tidur aja dirumah.
Pertanyaan
: Apakah Anda sudah menikah?
Jawab
: sudah
Pertanyaan
: Apakah Anda pernah melakukan “seks bebas” (hubungan intim)
sebelumnya?
Jawab
: Waduh... gawat nih.! Gimana ya? Uda deh... gakusah dijawab
ya?
74
Pertanyaan
: Apakah sesudah Anda menikah, Anda masih menggunakan
Narkoba/Miras?
Jawab
: Ya... sejak nikah alhamdulillah dah jarang, bahkan meninggalkan
semuanya.
Pertanyaan
: Apakah setelah Anda menikah istri anda tahu bahwa Anda
meminum Narkoba/Miras?
Jawab
: Istri saya tahu kalo saya pernah minum, tapi kalo saya mau nikah
sama dia saya punya komitmen yaitu mesti berhenti dari
semuanya. Tapi pernah kejadian yang parah ketika saya sudah
nikah, saya mabok sekeluarga dan saya tinggal dirumah mertua
saya. Saya ajak adik-adiknya minum sampai pada mabok, dan
minumannya itu saya yang modalin. Pas saya minum, istri saya
tahu akhirnya saya mabok sampai-sampai saya muntah, tapi
untungnya waktu saya muntah istri saya sudah tidur. Dan yang
lebih kacau lagi mertua saya ngeliet (melihat) saya yang lagi
muntah, akhirnya mertua saya yang bersihin.
Pertanyaan
: Apa arti pernikahan bagi Anda?
Jawab
: Nikah adalah yang pertama ibadah, kedua untuk membangun
rumah tangga, ya.. namanya orang, yang sendiri seperti dulu
ajach bisa rusak, ibarat kata bisa ada yang nyupir lah.
Pertanyaan
: Apakah ada problematika dalam pernikahan Anda?
Jawab
: Wah.. banyak sekali permasalahan, permasalahan sich ada terus.
Yaa... namanya dua pendapat mau disatukan susah juga.
75
Pertanyaan
: Apakah istri Anda membatasi dalam pergaulan?
Jawab
: Sekarang maah..!
malem-malem nongkrong d idepan rumah
ajach kaga’ boleh, tapi waktu kerja mah istri sudah faham. Tapi
buat kembali bergaul sama temen-temen pemakai dulu, ya.. saya
malu juga dan ada perasaan kaga’ enak sama istri saya. Karena
saya juga sudah punya komitmen sama istri.
Pertanyaan
: Pekerjaan apa yang sedang anda geluti sekarang?
Jawab
: Saya supir pribadi.
Pertanyaan
: Apa sih pendidikan terakhir Anda?
Jawab
: Pendidikan saya hanya SMP.
Pertanyaan
: Apakah pernikahan dapat merubah dalam hal ibadah?
Jawab
: Yaa... belum niat kayaknya masih agak susah, padahal istri saya
sudah nyuruh buat ibadah, kadang saya malahan tidur. Padahal
saya seperti orang-orang yang rajin ibadah, tapi belum mampu.
Pertanyaan
: Bagaimana pandangan masyarakat dengan perilaku Anda?
Jawab
: Waaahh.... kacau mas pada waktu itu saya dimasyarakat, karena
masyarakat juga tahu tentang kehidupan peribadi saya yang suka
mengkonsumsi
obat-obatan/Miras.
Waktu
orang
tua
saya
meninggal malah saya seneng-seneng. Tapi sekarang sich
semuanya sudah lepas dan sudah biasa-biasa saja. Sama
masyarakat juga sudah perpandangan positif tentang diri saya dan
juga karena i’tikad baik dari saya yang ingin berubah.
76
Hasil Wawancara
Identitas Responden
Nama
: PT (Parto)
Usia
: 35 Tahun
Pertanyaan
: Apakah Bapak pernah menggunakan Narkoba/Miras?
Jawab
: Pernah.. dua-duanya.
Pertanyaan
: Siapa yang memperkenalkan Narkoba/Miras kepada Anda?
Jawab
: Sebenarnya waktu remaja saya belum terlalu mengetahui yang
namanya miras dan obat-obatan. Karena pergaulanlah yang
memperkenalkan Miras dan obat-obatan, ya boleh dibilang tementemen pergaulan.
Pertanyaan
: Sejak kapan Anda mengetahui tentang Narkoba/Miras tersebut?
Jawab
: Saya mengetahui yang namanya miras sejak masih SMP dan
obat-obatan SMA.
Pertanyaan
: Kapan dan di mana Anda menggunakan Narkoba/Miras tersebut?
Jawab
: Biasanya sehabis pulang sekolah, saya nongkrong-nongkrong
sama temen-temen dekat rumah. Ya kadang-kadang ditempat
parkiran, terkadang juga d itempat yang agak sepi dari keramaian.
Pertanyaan
: Mengapa Anda menggunakan Narkoba/Miras?
Jawab
: Ya... sebenarnya sich bukan kemauan sendiri makai obat-obatan
dan miras. Karena pergaulan dan bujukan temen-temen.
77
Pertanyaan
: Bagaimana cara Anda mendapatkan Narkoba/Miras tersebut?
Jawab
: Karena pergaulan sama temen-temen yang suka mabok dan
make, pertama sich disuruh nyobain dulu, terus lama-kelamaan
ketagihan dan akhirnya beli sendiri dan terkadang patungan (PTPT).
Pertanyaan
: Apakah Anda Tahu bahwa agama melarang Narkoba/Miras dari
perbuatan Anda tersebut?
Jawab
: Ya saya tahu bahwa agama juga melarang Miras dan Narkoba,
ya
tapi
gimana
ya
karena
pergaulan
juga
sich
yang
menjerumuskan saya.
Pertanyaan
: Bagaimana perasaan Anda ketika melanggar perintah Agama?
Jawab
: Kalo ditanya perasaan ya... menyesal sich. Lagian ketika saya
masih sekolah saya merasa bersalah sekali sama orangtua saya
yang telah mendidik saya.
Pertanyaan
: Apakah Anda sudah menikah?
Jawab
: Iya, udah
Pertanyaan
: Apakah Anda pernah melakukan “seks bebas” (hubungan intim)
sebelumnya?
Jawab
: Jujur niyah..! udah pernah sich... sama cewek satu tongkrongan
lagi
Pertanyaan
: Apakah sesudah Anda menikah, Anda masih menggunakan
Narkoba/Miras?
Jawab
: Kalau awal-awal pernikahan mah..! masih menggunakan sich
sedikit, tapi lama kelamaan sudah kaga’ lagi.
78
Pertanyaan
: Apakah setelah Anda menikah istri anda tahu bahwa Anda
pengguna Narkoba/Miras?
Jawab
: Sebenarnya waktu masih pacaran istri saya juga tahu akan
perbuatan saya yang suka mengkonsumsi minuman dan obatobatan, tapi saya sudah membuat perjanjian sama diri saya dan
istri, akan meninggalkan semuanya.
Pertanyaan
: Apa arti pernikahan bagi Anda?
Jawab
: Nikah adalah suatu ikatan yang sakral dan juga sangat
dianjurkan oleh Nabi.
Pertanyaan
: Apakah ada problematika dalam pernikahan Anda?
Jawab
: Kalo problem dalam rumah tangga sih pasti ada, dalam satu
rumah harus bisa menyamakan dua persepsi atau pemikiran yang
berbeda. Tapi kalo bekas tindakan saya yang pernah minum
terkadang timbul karena emosi atau ego.
Pertanyaan
: Apakah istri Anda membatasi dalam pergaulan?
Jawab
: Sebenarnya istri saya sudah percaya sama saya, tapi kadang
suka curiga juga kalo saya pulang kerja agak malem atau pergi
tanpa pamitan lagi.
Pertanyaan
: Apa pekerjaan yang sedang anda geluti sekarang?
Jawab
: Pekerjaan saya wiraswasta.
Pertanyaan
: Apa sih pendidikan Anda?
Jawab
: Pendidikan saya SMA.
79
Pertanyaan
: Apakah pernikahan dapat merubah dalam hal ibadah?
Jawab
: Alhamdulillah karena dorongan istri dan juga karena melihat
anak saya, saya jadi termotivasi lagi dalam hal ibadah, dan saya
juga berharap anak saya nanti jangan sampai mengikuti perbuatan
saya yang jelek-jelek apalagi mengkonsumsi yang namanya Miras
atau Narkoba.
Pertanyaan
: Bagaimana pandangan masyarakat dengan perilaku Anda?
Jawab
: Ketika saya masih remaja pandangan masyarakat sangat miris
sekali akan perbuatan saya, mereka selalu berpandangan negatif
tentang diri saya. Kadang kalau ada yang merasa kehilangan di
lingkungan pasti masyarakat mempunyai prasangka jelek sama
saya, bahkan suka menuduh saya yang melakukan. Tapi setelah
saya sudah meninggalkan semuanya masyarakat dapat menerima
saya dengan baik.
80
Hasil Wawancara
Identitas Responden
Nama
: ZM (Zainal Muttaqin)
Usia
: 37 Tahun
Pertanyaan
: Apakah Bapak pernah menggunakan Narkoba/Miras?
Jawab
: Pernah.. semuanya malahan
Pertanyaan
: Siapa yang memperkenalkan Narkoba/Miras kepada Anda?
Jawab
: Temen-temen nongkrong dulu
Pertanyaan
: Sejak kapan Anda mengetahui tentang Narkoba/Miras tersebut?
Jawab
: Sejak sekolah SMP kelas tiga sich..
Pertanyaan
: Kapan dan di mana Anda menggunakan Narkoba/Miras tersebut?
Jawab
: Sehabis pulang sekolah, terus langsung kerumah temen saya,
Pertanyaan
: Mengapa Anda menggunakan Narkoba/Miras?
Jawab
: Tau yah? Karena terpengaruh temen nongkrong aja dulu, gak
enak ngormatin gito..
Pertanyaan
: Bagaimana cara Anda mendapatkan Narkoba/Miras tersebut?
Jawab
: Beli lah.! gantian
Pertanyaan
: Apakah Anda Tahu bahwa agama melarang Narkoba/Miras dari
perbuatan Anda tersebut?
Jawab
: Ya tahu dong!
Pertanyaan
: Bagaimana perasaan Anda ketika melanggar perintah Agama?
Jawab
: Biasa ajach kalau dulu mah, santai.
81
Pertanyaan
: Apakah Anda sudah menikah?
Jawab
: Udah.. kenapa emang.
Pertanyaan
: Apakah Anda pernah melakukan “seks bebas” (hubungan intim)
sebelumnya?
Jawab
: Jujur yah..! udah pernah sich...
Pertanyaan
: Apakah sesudah Anda menikah, Anda masih menggunakan
Narkoba/Miras?
Jawab
: Awal-awal pernikahan mah masih, tapi sekarang dah gak lagi
kok
Pertanyaan
: Apakah setelah Anda menikah istri anda tahu bahwa Anda
pengguna Narkoba/Miras?
Jawab
: Sebelum nikahpun istri saya juga dah tahu
Pertanyaan
: Apa arti pernikahan bagi Anda?
Jawab
: Bagi saya sendiri Nikah itu anugrah yang diberikan Tuhan pada
saya.
Pertanyaan
: Apakah ada problematika dalam pernikahan Anda?
Jawab
: Pastilah, saya cekcok mulu sama suami. gak cuma saya kali mas
Pertanyaan
: Apakah istri Anda membatasi dalam pergaulan?
Jawab
: Ia. Apalagi setelah saya punya anak satu.
Pertanyaan
: Apa pekerjaan yang sedang anda geluti sekarang?
Jawab
: Wiraswasta.
Pertanyaan
: Apa sih pendidikan Anda?
Jawab
: Pendidikan saya SMA.
82
Pertanyaan
: Apakah pernikahan dapat merubah dalam hal ibadah?
Jawab
: Alhamdulillah setelah nikah ibadah saya dah tambah baik.
Pertanyaan
: Bagaimana pandangan masyarakat dengan perilaku Anda?
Jawab
: Wah..! jelek baget dah.
83
Hasil Wawancara
Identitas Responden
Nama
: LL (Lola)
Usia
: 30 Tahun
Pertanyaan
: Apakah Ibu pernah menggunakan Narkoba/Miras?
Jawab
: Pernah..
Pertanyaan
: Siapa yang memperkenalkan Narkoba/Miras kepada Anda?
Jawab
: Temen-temen sih.
Pertanyaan
: Sejak kapan Anda mengetahui tentang Narkoba/Miras tersebut?
Jawab
: Sejak di SMP kelas dua sich..
Pertanyaan
: Kapan dan di mana Anda menggunakan Narkoba/Miras tersebut?
Jawab
: dimana aja yang penting aman, kalau dulu mah.
Pertanyaan
: Mengapa Anda menggunakan Narkoba/Miras?
Jawab
: Awalnya hanya buat ngilangin stres aja dulu, waktu punya
banyak masalah, eh lama-lama jadi kebiasaan gito.
Pertanyaan
: Bagaimana cara Anda mendapatkan Narkoba/Miras tersebut?
Jawab
: Beli dong.!
Pertanyaan
: Apakah Anda Tahu bahwa agama melarang Narkoba/Miras dari
perbuatan Anda tersebut?
Jawab
: Ya tahu! Kenapa?
Pertanyaan
: Bagaimana perasaan Anda ketika melanggar perintah Agama?
Jawab
: Santai aja.
84
Pertanyaan
: Apakah Anda sudah menikah?
Jawab
: Udah.
Pertanyaan
: Apakah Anda pernah melakukan “seks bebas” (hubungan intim)
sebelumnya?
Jawab
: Jujur yah..! udah pernah sich...
Pertanyaan
: Apakah sesudah Anda menikah, Anda masih menggunakan
Narkoba/Miras?
Jawab
: Dah ga’tuh..!
Pertanyaan
: Apakah setelah Anda menikah suami anda tahu bahwa Anda
pengguna Narkoba/Miras?
Jawab
: Iya tahu.
Pertanyaan
: Apa arti pernikahan bagi Anda?
Jawab
: Bagi saya pernikahan adalah nikmat paling besar yang diberikan
Tuhan pada saya.
Pertanyaan
: Apakah ada problematika dalam pernikahan Anda?
Jawab
: Ada, saya sering berantem di awal-awal pernikahan saya.
Pertanyaan
: Apakah suami Anda membatasi dalam pergaulan?
Jawab
: Tadinya iya, sekarang suami saya dah paham betul saya ko’.
Pertanyaan
: Apa pekerjaan yang sedang anda geluti sekarang?
Jawab
: Ibu rumah tangga biasa.
Pertanyaan
: Apa sih pendidikan Anda?
Jawab
: Pendidikan saya SMA.
85
Pertanyaan
: Apakah pernikahan dapat merubah dalam hal ibadah?
Jawab
: Ya saya akui, saya berubah karena mau menikah aja, mungkin ini
petunjuk Tuhan kepada saya, dan saya bersyukur banget Tuhan
telah memberi jalan bagi saya untuk keluar dari pekerjaan saya
yang buruk ini, saya pake jilbab itu pas mau menikah aja, malu
dong sama masyarakat kalau tetap tidak berubah, apa artinya
pernikahan kalau begitu? Jadi ini rahmat Tuhan. Padahal saya
dah bener-bener putus asa waktu itu, eh..! alhamdulillah Tuhan
memberikan jodoh yang bener-bener baik, perhatian dan bisa
membimbing saya kepada jalan yang bener.
Pertanyaan
Jawab
: Bagaimana pandangan masyarakat dengan perilaku Anda?
: Wah..! jelek baget dah.
86
Hasil Wawancara
Identitas Responden
Nama
: PH (Parhan)
Usia
: 32 Tahun
Pertanyaan
: Apakah Bapak pernah menggunakan Narkoba/Miras?
Jawab
: Ia pernah.
Pertanyaan
: Siapa yang memperkenalkan Narkoba/Miras kepada Anda?
Jawab
: Temen sekolah dulu
Pertanyaan
: Sejak kapan Anda mengetahui tentang Narkoba/Miras tersebut?
Jawab
: Sejak Sekolah SMA .
Pertanyaan
: Kapan dan di mana Anda menggunakan Narkoba/Miras tersebut?
Jawab
: Kalao lagi kumpul sama temen-temen, di Bascamp
Pertanyaan
: Mengapa Anda menggunakan Narkoba/Miras?
Jawab
: Karena pengen seneng-seneng aja
Pertanyaan
: Bagaimana cara Anda mendapatkan Narkoba/Miras tersebut?
Jawab
: Beli patungan
Pertanyaan
: Apakah Anda Tahu bahwa agama melarang Narkoba/Miras dari
perbuatan Anda tersebut?
Jawab
: Tahu kok kalau itu dilarang
Pertanyaan
: Bagaimana perasaan Anda ketika melanggar perintah Agama?
Menyesal?
Jawab
: Kalau lagi minum sich gak, tapi kalau dah sadar baru menyesel,
pengen baget berhenti kalau lagi inget mah
87
Pertanyaan
: Apakah Anda sudah menikah?
Jawab
: Sudah
Pertanyaan
: Apakah Anda pernah melakukan “seks bebas” (hubungan intim)
sebelumnya?
Jawab
: Belom..
Pertanyaan
: Apakah sesudah Anda menikah, Anda masih menggunakan
Narkoba/Miras?
Jawab
: Gak. Saya bener-bener taubat setelah menikah mah..
Pertanyaan
: Apakah setelah Anda menikah istri anda tahu bahwa Anda
pengguna Narkoba/Miras?
Jawab
: Tahu.. ada yang ngomong kali
Pertanyaan
: Apa arti pernikahan bagi Anda?
Jawab
: Nikah adalah ikrar suci yang harus saya hormati selama hidup
ini.
Pertanyaan
: Apakah ada problematika dalam pernikahan Anda?
Jawab
: Pasti ada lah..! kayak sering berantem gara-gara beda pendapat.
Pertanyaan
: Apakah istri Anda membatasi dalam pergaulan?
Jawab
:Iyalah!
Kan
sebagai
pasangan
suami-istri
menasehati dan meyayangi
Pertanyaan
: Apa pekerjaan yang sedang anda geluti sekarang?
Jawab
: Guru
Pertanyaan
: Apa sih pendidikan Anda?
Jawab
: S1
.
harus
saling
88
Pertanyaan
: Apakah pernikahan dapat merubah dalam hal ibadah?
Jawab
: Pasti.. karena pernikahan itu sendiri adalah ibadah
Pertanyaan
: Bagaimana pandangan masyarakat dengan perilaku Anda?
Jawab
: Ya jangan dicari benarnya udah.. masalah Narkoba/miras itu kan
jelek.
89
Hasil Wawancara
Identitas Responden
Nama
: NF (Nurul Fajri)
Usia
: 30 Tahun
Pertanyaan
: Apakah Bapak pernah menggunakan Narkoba/Miras?
Jawab
: Yang pernah miras doang saya mah
Pertanyaan
: Siapa yang memperkenalkan Narkoba/Miras kepada Anda?
Jawab
: Om saya (orang cina), selain itu temen sekolah saya dulu.
Awalnya gak minum lho.. tapi karena seringnya bergaul sama
yang suka minum akhirnya saya ikut nyoba-nyoba deh
Pertanyaan
: Sejak kapan Anda mengetahui tentang Narkoba/Miras tersebut?
Jawab
: Sejak duduk di bangku sekolah kelas 3 SMP
Pertanyaan
: Kapan dan di mana Anda menggunakan Narkoba/Miras tersebut?
Jawab
: Biasanya kalau lagi bareng om saya aja, di rumahnya ngumpetngumpet
Pertanyaan
: Mengapa Anda menggunakan Narkoba/Miras?
Jawab
: Pengen seneng aja dan asyik-asyik sich
Pertanyaan
: Bagaimana cara Anda mendapatkan Narkoba/Miras tersebut?
Jawab
: Saya dibeliin terus sama Om saya
Pertanyaan
: Apakah Anda Tahu bahwa agama melarang Narkoba/Miras dari
perbuatan Anda tersebut?
Jawab
: Tahu sich..
90
Pertanyaan
: Bagaimana perasaan Anda ketika melanggar perintah Agama?
Menyesal?
Jawab
: Menyesal sich, pas udahan
Pertanyaan
: Apakah Anda sudah menikah?
Jawab
: Udah, setahun yang lalu
Pertanyaan
: Apakah Anda pernah melakukan “seks bebas” (hubungan intim)
sebelumnya?
Jawab
: Pernah.. !
Pertanyaan
: Apakah sesudah Anda menikah, Anda masih menggunakan
Narkoba/Miras?
Jawab
: Masih, tapi dah gak sering kok
Pertanyaan
: Apakah setelah Anda menikah istri anda tahu bahwa Anda
pengguna Narkoba/Miras?
Jawab
: Sampe sekarang gak tahu dia.
Pertanyaan
: Apa arti pernikahan bagi Anda?
Jawab
: Apa yah.. nikah itu bikin saya tambah terikat lagi sama istri,
selain itu nikah nambah saya lebih dewasa lagi.
Pertanyaan
: Apakah ada problematika dalam pernikahan Anda?
Jawab
: Sejauh ini sich masih adem-adem aja kok
Pertanyaan
: Apakah istri Anda membatasi dalam pergaulan?
Jawab
: Pasti lah
Pertanyaan
: Apa pekerjaan yang sedang anda geluti sekarang?
Jawab
: Karyawan di salah satu kantor di Slipi-Tangerang
91
Pertanyaan
: Apa sih pendidikan Anda?
Jawab
: D3 di BSI
Pertanyaan
: Apakah pernikahan dapat merubah dalam hal ibadah?
Jawab
: Sedikit sich,, saya tambah rajin solat sekarang.
Pertanyaan
: Bagaimana pandangan masyarakat dengan perilaku Anda?
Jawab
: Baik-baik aja kok. Solanya masyarakat gak tahu kalau saya
peminum
Download