PERILAKU SOSIAL KEAGAMAAN PENGGUNA NARKOBA DAN MINUMAN KERAS Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) untuk Mencapai gelar Strata I Sarjana Sosial (S.Sos) Oleh PAUJI NIM. 103032227725 JURUSAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2010 M PERILAKU SOSIAL KEAGAMAAN PENGGUNA NARKOBA DAN MINUMAN KERAS Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta untuk mendapatkan gelar Sarjana Sosial (S.Sos) pada jurusan Sosiologi Agama Oleh PAUJI NIM: 103032227725 Di bawah bimbingan, Dra. Joharotul Jamilah, M.Si NIP. 19680816 199703 2 002 JURUSAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2010 M i PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi dengan berjudul “Perilaku Sosial Keagamaan Pengguna Narkoba dan Minuman Keras” telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 15 Juni 2010. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Program Strata 1 (S 1) pada Jurusan Tafsir Hadis. Jakarta, 17 September 2010 Sidang Munaqasyah Ketua merangkap Anggota, Sekretaris merangkap anggota, Dr. Hendro Prasetyo, MA NIP. 19640719 199003 1 001 Dra. Joharotul Jamilah, M.Si NIP. 19680816 199703 2 002 Anggota: Penguji I, Penguji II, Prof. Dr. Yusron Razak, MA NIP. 19591010 198303 1 003 Saifuddin Asrori, M.Si Pembimbing, Dra. Jaoharotul Jamilah, M.Si NIP. 19680816 199703 2 002 ii LEMBAR PERNYATAN Dengan ini saya menyatakan bahwa: 1. Skrispi ini merupakan karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Ciputat, 17 September 2010 Pauji iii ABSTRAK P a u j i, “PERILAKU SOSIAL KEAGAMAAN PENGGUNA NARKOBA DAN MINUMAN KERAS”. Skripsi. Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 25 Mei 2010 viii, 71 hal. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran konkrit mengenai pengaruh pernikahan terhadap pengguna narkoba (narkotika dan obat-obatan) dan minuman keras dengan mengambil lokasi penelitian di Kelurahan Sudimara Selatan kecamatan Ciledug-Tangerang. Pernikahan adalah membentuk keluarga dengan lawan jenis, atau juga melakukan hubungan kelamin atau bersetubuh yang merupakan aqad yang menyebabkan halalnya pergaulan dan kerjasama antara laki-laki dan perempuan sepanjang hidup, yang telah diatur hak dan kewajibannya masing-masing oleh hukum syari’at. Sedangkan narkoba adalah jenis obat-obatan terlarang yang menyebabkan penggunanya tidak sadarkan diri. Narkoba memiliki banyak jenis, di antaranya adalah ganja, heroin, morfin, kokain. Pemakaian obat-obatan terlarang mendapat hukuman yang keras dari pemerintah, dan dalam syari’at Islam pun juga mendapat larangan keras. Sedangkan minuman keras adalah minuman yang dapat memabukkan peminumnya, dan diharamkan dalam Islam. Objek penelitian ini adalah para informan yang mengkonsumsi narkoba dan minuman keras, kemudian mereka memutuskan untuk menikah. Dalam penelitian ini penulis berusaha untuk mencari pengaruh pernikahan tersebut terhadap para pengguna narkoba dan miras. Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa pernikahan dapat memberi pengaruh positif terhadap pengguna Narkoba dan Miras; baik secara moral dan sosial karena dapat menghindarkan diri dari pola hidup perilaku menyimpang, seperti prostitusi, freesex, malak/nodong dan mencuri. Narkoba dan minuman keras sangat merugikan bagi kesehatan, misalnya bagi pengguna narkoba/miras secara fisik ia akan mengalami jantung berdebar-debar, hipertensi bahkan berujung pada kematian. Pernikahan mampu memberikan pendidikan yang baik dalam pembentukan mental dan spritual serta akhlaq yang karimah bagi yang menjalankannya, lebih-lebih kepada informan pengguna eks-Narkoba atau Miras yang berada di Kampung Dukuh Sudimara selatan, Ciledug Tangerang iv KATA PENGANTAR Alhamdulillah, dengan segenap perasaan yang tulus ikhlas, penulis mengucapkan syukur ke hadirat Allah SWT. Berkat rahmat dan hidayah-Nya, akhirnya penulis dapat menyelesaikan kuliah dengan penuh perjuangan dan rintangan. Mengingat waktu yang dibutuhkan sangat berliku untuk menyelesaikan ini, penulis begitu bersyukur akhirnya selesai. Shalawat dan salam semoga selalu tercurahkan ke haribaan Nabi Muhammad SAW, nabi akhir zaman, seorang revolusioner sejati, yang membuat begitu banyak perubahan, sehingga umat manusia tercerahkan hidupnya. Semoga kita termasuk umatnya di hari akhir kelak, amin. Bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak serta kritikan, sangat berharga dalam penyusunan tugas akhir ini penulis dapatkan. Maka, pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada: 1. Prof. Dr. Bachtiar Effendy, MA (Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta) 2. Dra. Joharatul Jamilah, M. Si., (Sekretaris Jurusan Sosiologi Agama, sekaligus pembimbing penulis. Terima kasih atas segala bimbingan, motivasi, dan arahan kepada penulis, sehingga penulisan skripsi ini dapat penulis selesaikan. 3. Bapak dan ibu petugas perpustakaan utama, terima kasih atas pelayanan dan bantuan yang diberikan kepada penulis saat mencari literatur. 4. Ayahanda penulis, Bapak H. Lici (alm), semoga arwahnya mendapatkan tempat di sisi Allah SWT. Penyelesaikan skripsi ini sebagai salah satu v bentuk rasa sayang dan bakti penulis kepada ayahanda. Untuk ibunda penulis, Hj. Murnah, yang begitu sabar dan penuh kasih sayang memberikan segala perhatian kepada penulis, serta tiada bosan-bosannya mengingatkan penulis untuk segera menyelesaikan skripsi iniUntukmu ibunda, skripsi ini penulis persembahkan. 5. Kakak-kakak penulis, Mpok Sumiati, Abang Abdullah, serta adik penulis Badri, yang selalu memberikan dukungan dan bantuan sehingga skripsi ini dapat penulis selesaikan. 6. Teman-teman penulis di Sosiologi Agama angkatan 2003: Yoyoh, Hamami, Rony, Joy, Susi, Rahmat, Diding, Ria, Tuti, Seha, dan temanteman lainnya yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu. Terima kasih atas dukungan dan segala bantuan yang diberikan. 7. Masyarakat Kelurahan Sudimara Selatan yang bersedia penulis wawancarai, terima kasih atas kerja samanya. Juga kepada segenap pegawai kelurahan, yang memberikan data-data yang penulis perlukan untuk menyelesaikan skripsi ini. Akhirnya, harapan penulis, semoga atas segala bantuan dan perhatian yang diberikan mendapat balasan yang berlipat dari Yang Maha Kuasa, amin. Selain itu, semoga segala aktivitas yang kita kerjakan diberi kemudahan dan menjadi nilai ibadah di sisi-Nya. Sekali lagi terima kasih, thank you, kamsia, syukron, vielen danken, matur nuwun. Jakarta, 25 Mei 2010 Penulis vi DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING ............................................................... i LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN ............................................................ ii LEMBAR PERNYATAAN .......................................................................................... iii ABSTRAK ...................................................................................................................... iv KATA PENGANTAR .................................................................................................... v DAFTAR ISI ........................................................................................................ vii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah .................................................................. 1 B. Pembatasan dan Perumusan Masalah .............................................. 5 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian........................................................ 5 D. Metodologi Penelitian ..................................................................... 6 E. Sistematika Penulisan ...................................................................... 9 BAB II KAJIAN TEORI A. Konsep Pernikahan .......................................................................... 11 1. Peran dan Fungsi Pernikahan ....................................... 14 2. Manfaat Pernikahan ...................................................... 17 B. Narkoba dan Minuman Keras.......................................................... 18 1. Pengertian Narkoba dan Miras ..................................... 19 2. Jenis-jenis Narkoba dan Miras ..................................... 21 3. Bahaya Narkoba dan Minuman Keras bagi Kesehatan ..................................................................... 26 vii C. Perilaku Sosial ................................................................................. 30 1. Definisi Perilaku Sosial ................................................ 30 2. Bentuk-bentuk Perilaku Sosial ..................................... 30 BAB III DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN A. Kondisi Geografis dan Demografis ................................................. 35 B. Kehidupan Sosial, Ekonomi, Pendidikan dan Agama Masyarakat Kampung Dukuh ..................................................... 38 BAB IV ANALISIS HASIL PEMBAHASAN PENELITIAN A. Kehidupan Pengguna Narkoba dan Miras sebelum Menikah . 44 B. Perilaku Menyimpang Pengguna Narkoba dan Miras ..................... 49 1. Freesex, Pelacuran dan Prostitusi ................................. 49 2. Mencuri, Malak/Nodong .............................................. 52 C. Keagamaan Pengguna Narkoba dan Minuman Keras ..................... 53 1. Shalat lima waktu ......................................................... 53 2. Membaca Al-Qur’an ..................................................... 54 D. Kehidupan Pengguna Narkoba dan Miras sesudah Menikah . 54 1. Aspek Sosial ................................................................. 55 2. Aspek Keagamaan ........................................................ 58 E. Pengaruh Pernikahan terhadap Kehidupan Sosial Pengguna Narkoba dan Miras .......................................................................... 62 BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan ............................................................................. 66 B. Saran-saran .............................................................................. 66 DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 69 viii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masalah penyalahgunaan narkotika saat ini, memang menjadi perhatian banyak orang dan terus menerus dibicarakan dan dipublikasikan. Bahkan, masalah penyalahgunaan narkotika menjadi perhatian berbagai kalangan di Indonesia, mulai dari pemerintah, LSM, ormas, bahkan masyarakat juga turut serta membicarakan tentang bahaya penyalahgunaan narkotika. Hampir semuanya mengingatkan sekaligus menginginkan agar masyarakat Indonesia, utamanya remaja untuk tidak sekali-kali mencoba dan mengkonsumsi narkotika.1 Perilaku (behavior) adalah segala tindakan manusia yang disebabkan baik karena dorongan organismenya, tuntutan lingkungan alam, atau karena dorongan organisme serta hasrat-hasrat psikilogisnya maupun karena pengaruh masyarakat dan kebudayaannya.2 Penyimpangan (deviance) adalah kecenderungan untuk menentang suatu norma yang berlaku, keadaan seseorang individu yang jauh berbeda dibandingkan dengan watak bangsa (moral personality).3 Jadi perilaku menyimpang adalah perbuatan seseorang yang melakukan tindakan diluar normanorma yang berlaku dalam masyarakat, seperti memaksa, mencopet, merampok, menggunakan alkohol, narkotika dan zat adiktif lainnya. Meskipun istilah “penyimpangan” sudah dipakai selama 300 tahun, makna sosiologisnya muncul belakangan. Para sosiolog mengartikan sebagai perilaku 1 Abdul Rozak dan Wahdi Sayuti, Remaja dan Bahaya Narkoba (Prenada: Jakarta, 2002), 2 Ariyono Suyono, Kamus Antropologi (Jakarta: Akademia Presindo, 1985), Cet I, h. 312 Ariyono Suyono, Kamus Antropologi, h. 315 h. 14 3 1 2 yang dilarang, dibatasi, disensor, diancam hukuman atau yang dianggap buruk sehingga istilah ini sering dipandang dengan “pelanggaran peraturan”.4 Dari pengertian di atas, perilaku menyimpang lebih condong ke arah yang merugikan masyarakat yang menimbulkan kejahatan. Kejahatan disebabkan karena kondisi dan proses-proses sosial yang menghasilkan perilaku menyimpang sosial lainnya. Menurut E. H Sutherland, seseorang yang berperilaku jahat yang dipelajari dalam interaksi dengan orang lain adalah kecenderungan melawan norma-norma hukum yang ada.5 Kejahatan yang dilakukan oleh seseorang baik secara terencana ataupun tidak merupakan sebuah penyimpangan yang secara psikologis diakibatkan oleh adanya unsur-unsur eksternal individu. Selain itu, jika dipandang dari aspek keagamaan manusia secara esensial adalah makhluk yang baik yang secara fitrah tidak bisa dilepaskan dari agama.6 Karena agama adalah petunjuk bagi manusia untuk mencapai kehidupan yang lebih baik di dunia dan di akhirat. J. P Chalpin, berpendapat bahwa tingkah laku merupakan sembarang respon yang mungkin berupa reaksi, tanggapan, jawaban atau balasan yang dilakukan oleh makhluk hidup. Tingkah laku juga bisa berarti suatu perbuatan atau aktivitas.7 Dengan diiringi perkembangan modernisasi, sosial ekonomi dan peradaban terbukti dapat membawa kepada kondisi yang kurang menentu seperti adanya persaingan hidup yang lebih ketat, hilangnya norma-norma ikatan keluarga, menipisnya kepercayaan agama, adanya disintegarsi generasi berikutnya 4 5 Downis, D, dan Rock P, Understanding Deviance (London: Oxford, 1981), h. 227 Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar (Jakarta: Rajawali, 1986), Edisi Baru, h. 350 5 Ayat al-Qur’an yang menyatakan bahwa ketika manusia masih dalam rahim ia sudah terikat dengan perjanjian primordial. Hal ini diungkapkan dalam surat al-A’rof ayat 172 7 Ramayulis, Pengantar Psikologi Agama (Kalam Mulia: Jakarta, 2002), h. 83 3 dan benturan-benturan sosial lainnya yang merupakan kesulitan zaman, sehingga memberikan peluang tumbuhnya kecondongan penyalahgunaan narkotika. Banyak orang kehilangan pegangan, dan hanya mementingkan dunia tanpa mementingkan akhirat. Dan akhirnya mengambil jalan pintas sebagai akibatnya mereka tidak tahu lagi mana yang halal dan mana yang haram, mana yang baik dan mana yang buruk, mana yang hak dan mana yang batil.8 Pengalaman di negara-negara maju, menunjukkan bahwa semakin modern dan industrial suatu masyarakat, maka penyalahgunaan narkoba atau NAZA semakin cenderung meningkat. Oleh karena itu, bagi bangsa dan negara Indonesia yang sedang membangun menuju masyarakat modern dan industri, maka langkahlangkah pencegahan penyalahgunaan NAZA dimasa datang sudah waktunya dibuat dan langkah-langkah preventif, dan rehabilitasi sudah waktunya dievaluasi kembali,9 lebih-lebih di kampung Dukuh sendiri, kelurahan Sudimara SelatanCiledug Tangerang yang menjadi daerah penelitian penulis, di mana banyak sekali dijumpai aktivitas meminum-minuman keras, dan pemakaian narkoba. Maksudnya hal di atas minimal bisa mengurangi laju pemakaian narkoba yang semakin marak belakangan ini, walaupun pada kenyataannya hal itu sangat sulit untuk dihapuskan. Namun, pada kenyataannya hingga kini belum diketemukan solusi yang tepat untuk mengurangi atau bahkan meniadakan penggunaan narkoba maupun minuman keras. Meskipun secara preventif sudah serius dilakukan, yakni salah satunya dengan mengadakan penyuluhan-penyuluhan mengenai bahaya narkoba 8 Dadang Hawari, Gerakan Nasional Anti Mo-Limo: Madat, Minum, Main, Maling, Madon (PT. Dana Bakti Primayasa: Yogyakarta, 2000), h.3 9 Dadang Hawari, Al-Qur’an Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa (PT. Dana Bakti Primayasa: Yogyakarta, 1997), Cet. Ke-6, h.131-133 4 dan minuman keras. Ironis memang, tapi inilah yang selalu dipertentangkan apa dan bagaimana menanggulanginya? Ditengah kebingungan menemui jawaban atas solusi mengenai narkoba dan minuman keras yang marak terjadi di kampung Dukuh Sudimara Selatan ini, tapi penulis melihat fenomena baru yang tumbuh ada dan berkembang pesat belakangan ini dimasyarakat tersebut. Yaitu banyaknya pengguna narkoba dan minuman keras, setelah menikah banyak diantara mereka yang mengurangi konsumsi narkoba dan minuman keras atau bahkan tidak sama sekali. Walaupun penelitian yang di lakukan oleh penulis ini telah berhasil sedikit mengungkapkan secara empiris mengenai pengaruh pernikahan terhadap pengguna narkoba/miras khususnya di Daerah studi kasus di kampung Dukuh, Kelurahan Sudimara Selatan Ciledug-Tangerang. Namun peneliti sangat menyadari masih terdapat banyak kekurangan, dan bahkan jauh dari sempurna, karena keterbatasn subjektif dan di mana dalam kehidupan, situasi dan kondisinya yang dinamis dan mudah berubah setiap saat, oleh karena itu peneliti sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun agar penelitian ini lebih sempurna. Fenomena ini seperti oase baru yang bisa membangkitkan harapan akan tertib dan bebasnya kampung Dukuh Sudimara Selatan ini dari pesta Narkoba dan minuman keras. Oleh karena itu penulis tertarik untuk meneliti apakah ada “Pengaruh Pernikahan Terhadap Pengguna Narkoba dan Minuman Keras” dalam penelitian skripsi ini. 5 B. Batasan dan Perumusan Masalah Pokok permasalahan dalam penelitian skripsi ini adalah pengaruh pernikahan terhadap pengguna Narkoba dan Minuman Keras. Penelitian ini dibatasi pada perilaku sosial keagamaan pengguna Narkoba dan Minuman Keras sebelum menikah dan sesudah menikah dalam berinteraksi dengan masyarakat, serta pengaruh pernikahan terhadap kebiasaan mereka, yaitu menggunakan narkoba serta miras. Sedangkan secara geografis dibatasi pada masyarakat muslim yang berada dalam lingkungan kelurahan Sudimara Selatan kecamatan CiledugTangerang. Berdasarkan pembatasan masalah di atas, dapat dirumuskan pertanyaan penelitian yang nanti akan terjawab dalam analisis hasil penelitian ini, yaitu: 1. Bagaimana kehidupan sosial keagamaan pengguna Narkoba dan Miras sebelum menikah? 2. Apakah pernikahan memiliki pengaruh terhadap perilaku sosial keagamaan pengguna Narkoba dan Miras? C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian a. Mendeskripsikan kehidupan sosial keagamaan pengguna Narkoba dan Miras. b. Untuk mengetahui pengaruh pernikahan narkoba dan minuman keras (Miras). terhadap pengguna 6 2. Manfaat Penelitian a. Menambah wawasan sosial keagamaan, khususnya mengenai perilaku sosial menyimpang pengguna Narkoba dan Miras. b. Untuk mengubah dan mengembangkan literatur-liteartur yang sudah ada sebelumnya. c. Sebagai syarat untuk mendapatkan gelar sarjana di Universitas Islam Negeri ( UIN ) Syarif Hidayatullah Jakarta. D. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian Penelitian ini adalah penelitian sosial yang dilakukan di lapangan (field research), yaitu terjun langsung ke objek penelitian untuk memperoleh data primer. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan metode deskriptif analitik, yakni metode yang mengeksplorasi dan menjelaskan mengenai suatu fakta atau fenomena sosial, dengan cara mendeskripsikan sejumlah variabel yang berkenaan dengan masalah dan unit yang akan diteliti. Jenis pendekatan yang dipakai dalam penelitian ini adalah studi kasus. Studi kasus adalah pendekataan untuk mempelajari, menerangkan, atau menginterpretasikan suatu kasus (case) dalam konteksnya secara natural tanpa adanya intervensi.10 Pendekatan ini dipilih agar dapat diharapkan dapat menggambarkan atau menjelaskan suatu fenomena sosial secara lebih intens dan murni. 10 Agus Salim, Teori dan Paradigma Penelitian Sosial, Pemikiran Norman dan Egon Guba (Yogyakarta: PT. Tirta Wacana Yogya, 2001), h. 93. 7 2. Lokasi Penelitian Dalam penelitian ini peneliti mengambil tempat di kampung Dukuh kelurahan Sudimara Selatan atas pertimbangan kondisi daerah yang dapat memungkinkan dalam mengambil data dan setelah penulis meneliti dengan kondisi tersebut berada dikawasan padat perbelanjaan dan hiburan. 3. Subjek Penelitian Adapun yang menjadi subjek penelitian ini adalah mantan pengguna narkoba (narkotika dan obat-obatan) dan miras (minuman keras) di daearah kampung Dukuh kelurahan Sudimara Selatan, Ciledug Tangerang. Sedangkan jumlah subjek penelitian/informan sebanyak 8 orang. Terdiri dari 7 orang laki-laki, dan 1 orang perempuan, sudah menikah. Kesemuanya adalah mantan pengguna Narkoba dan Miras di kampung Dukuh, Kelurahan Sudimara Selatan Ciledug Tangerang. 4. Sumber Data Dalam penelitian ini data dikategorikan kedalam dua jenis yaitu: data primer dan data sekunder. Data primer didapatkan dari hasil wawancara, dan observasi, dan menganalisis data yang didapatkan dari informan mengenahi pernikahan dan pengaruhnya terhadap pengguna Narkoba dan peminum Minuman keras. Adapun data sekunder dalam penelitian ini adalah yang didapatkan dari bahan tertulis atau kepustakaan, yakni buku-buku, jurnal ilmiah, artikel, dan terbitan ilmiah yang ada hubungannya dengan pembahasan. 8 5. Teknik Pengumpulan Data Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian lapangan ini adalah: a. Observasi (pengamatan), yaitu pencatatan secara sistematik terhadap fenomena yang diselidiki.11 Observasi ini dilakukan dengan jalan pengamatan secara sistematis terhadap objek penelitian untuk mendapatkan data yang berkaitan dengan masalah yang akan diteliti. Jenis observasi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah observasi partisipatoris, yakni pengamat membuat atau melibatkan diri dalam aktivitas keseharian pengguna Narkoba dan Miras pada masyarakat Sudimara Selatan yang sudah menikah. Observasi ini dilakukan agar terciptanya suasana yang lebih kondusif guna memudahkan penulis dalam mendapatkan informasi mendalam dari para Information supplyer. b. Wawancara mendalam (indepth interview), yaitu peneliti melakukan “Interview” dengan informan penelitian. Pertanyaan-pertanyaan kepada informan dikemukakan secara lisan, berdasarkan pedoman wawancara. c. Kepustakaan (library research), yaitu dengan membaca dan menelaah literature dan buku-buku yang berkenaan dengan penulisan skripsi ini. 6. Instrumen Pengumpulan Data Instrumen yang digunakan untuk pengumpulan data dalam penelitian ini adalah pedoman wawancara, tape recorder, dan buku catatan. Pedoman 11 Imam Suprayogo, Misi Metodologi Penelitian Sosial-Agama (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2001), h. 13 9 wawancara digunakan agar lebih fokus menggali apa yang menjadi sasaran penelitian. Sedangkan tape recorder digunakan untuk merekam perkataan subjek penelitian, dan buku catatan untuk mencatat hal-hal yang tidak terekam atau yang terlewati atau yang tidak jelas. 7. Teknik Analisis Data Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data kualitatif, artinya penelitian yang bukan menggunakan angka atau statistik, tetapi dengan melakukan analisis terhadap data yang berkaitan dengan penjelasan-penjelasan dan pandangan-pandangan. Dalam penelitian kualitatif, setiap catatan-catatan lapangan (fieldnotes) yang dihasilkan dalam pengumpulan data, baik dari hasil wawancara maupun hasil observasi, kemudian peneliti mereduksi (merangkum, menyeleksi, mengikhtisarkan) aspek-aspek penting yang muncul dan mencoba membuat ringkasan pada tiap-tiap kasus, berdasarkan kerangka teori dan pedoman wawancara. E. Sistematika Penulisan Dalam penyusunan skripsi ini penulis menyusunnya ke dalam lima bab, yaitu: Bab I Merupakan bab pendahuluan yang terdiri dari: latar belakang, perumusan dan pembatasan masalah, tujuan penelitian, metodologi penelitian, sistematika penulisan. Bab II Menjelaskan tentang kerangka teori yang terdiri dari konsep pernikahan yang membahas tentang peran dan fungsi pernikahan, manfaat pernikahan. Narkoba dan minuman keras, pengertian 10 narkoba dan miras, jenis-jenis narkoba dan miras, bahaya narkoba dan minuman keras bagi kesehatan, pandangan Islam terhadap narkoba dan miras. Selanjutnya adalah perilaku sosial yang terdiri dari definisi perilaku sosial, bentuk-bentuk perilaku sosial. Bab III Deskripsi daerah penelitian, dalam bab ini membahas mengenai kondisi geografis dan demografis, kehidupan sosial, ekonomi, pendidikan dan agama masyarakat Kampung Dukuh. Bab IV Pembahasan dan analisis hasil penelitian, yang terdiri dari kehidupan pengguna narkoba dan miras sebelum menikah, perilaku menyimpang pengguna narkoba dan miras, Keagamaan pengguna narkoba dan miras, kehidupan pengguna narkoba dan miras sesudah menikah, pengaruh pernikahan terhadap kehidupan sosial keagamaan pengguna narkoba dan miras. Bab V Penutup yang berisi kesimpulan dari seluruh uraian disertai dengan saran-saran. BAB II KERANGKA TEORI A. Konsep Pernikahan Pengertian mengenai pernikahan yang bersifat biologis dapat dilihat dalam kamus Besar Bahasa Indonesia. Istilah pernikahan yang dalam Kamus Bahasa Indonesia memiliki makna sama dengan perkawinan berasal dari kata kawin, yaitu membentuk keluarga dengan lawan jenis, atau juga melakukan hubungan kelamin atau bersetubuh.1 Senada dengan pandangan sebelumnya, perkawinan berarti perbuatan atau urusan kawin, secara bahasa berarti penggabungan atau percampuran antara pria dan wanita. Allah berfirman dalam surat Adz Dzaariyaat ayat: 49 (49 :)اﻟﺬارﻳﺎت tβρã©.x‹s? ÷/ä3ª=yès9 È÷y`÷ρy— $oΨø)n=yz >óx« Èe≅à2 ÏΒuρ Aritinya: “Dan segala sesuatu Kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu mengingat akan kebesaran Allah.” (Q.S. Adz Dzaariyat: 49).2 Dengan ini menjadi sangat jelas bahwa perkawinan itu adalah suatu ikatan antara pria dan wanita sebagai suami dan istri berdasarkan hukum (UU), hukum agama, atau adat istiadat yang berlaku. Diciptakan pria dan wanita, antara keduanya saling tertarik dan kemudian kawin, proses ini mempunyai dua aspek, yaitu aspek biologis agar manusia berketurunan, dan aspek efeksional agar manusia merasa tenang dan tenteram berdasarkan kasih sayang (security feeling). 1 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 2007), cet. Ke-3, h. 456 2 Dadang Hawari, Al-Quran; Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa, Edisi Revisi. (Yogyakarta: PT. Dana Bakti Prima Yasa, 1997), h. 248 11 12 Dalam kitabnya Kifâyah al-Ahyâr, Imam Taqiyudin memberikan pengertian mengenai pernikahan adalah sebagai berikut: ٍ ﻀ َﻬﺎ َﻋﻠَﻰ ﺑَـ ْﻌ ﺾ ﻐَ ِﺔ اَﻟﺎح ِﰱ اﻟﻠ ْ ﻢ َو ﻀ ُ اﳉَ ْﻤ ُﻊ ﻳـُ َﻘ ُ ﺖ إِ َذا اْﻟﺘَ َﻖ ﺑَـ ْﻌ ْ ﺎل ﻧَ َﻜ َﺤ ُ َﻜاَﻟﻨ Artinya: “Nikah menurut bahasa, (etimologi) adalah bersatu dan berkumpul, dikatakan pohon itu kawin apabila bertemu sebagiannya dengan sebagian yang lain”.3 Sedangkan, secara istilah Imam Taqiyudin, mendefinisikan adalah sebagai berikut: ِ ﺮِع ِﻋﺒﺎرةٌ ﻋ ِﻦ اﻟْﻌ ْﻘ ِﺪ اﻟْﻤ ْﺸﺘَﻤ ِﻞ ﻋﻠَﻰ اﻷَرَﻛ َﻜﺎح ِﰱ اﻟﺸاَﻟﻨ ﺮْو ِطُ ﺎن َواﻟﺸ َ َ ُ َ َ ََ ْ ُ ْ Artinya: “Nikah menurut syara yaitu aqad yang telah terkenal yang mencakup atas rukun serta syarat-syarat tertentu.”4 Dalam istilah lain nikah merupakan aqad yang menyebabkan halalnya pergaulan dan kerjasama antara laki-laki dan perempuan sepanjang hidup, yang telah diatur hak dan kewajibannya masing-masing oleh hukum syari’at.5 Selain itu, nikah adalah aqad yang mengandung kebolehan melakukan hubungan suami istri dengan lafal nikah/kawin atau yang semakna dengan itu.6 Dalam pandangan Islam, hubungan yang dihasilkan dari perkawinan bukanlah sekedar hubungan sementara yang lewat begitu saja, dan bukan pula seperti hubungan perdagangan yang hanya memperhitungkan laba dan rugi. Akan tetapi, pada prinsip tujuaannya keluarga merupakan hubungan kemanusiaan yang berdasarkan pada nilai-nilai hidup yang luhur yaitu cinta kasih dan ketentraman.7 3 Imam Taqiyudin Abi Bakar bin Muhammad, Kifayatu al Akhyar (Surabaya: Al Maktabah al Saqofiyah, t.th), juz 11, h. 36 4 Imam Taqiyudin, Kifayatu al Akhyar, h. 37 5 Muhammad Abu Zahrah, Membangun Masyarakat Islam (Jakarta: PT Pustaka Firdaus, Anggota IKAPI, 1994), h. 63 6 Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, “Nikah”, Ensiklopedi Islam (Jakarta: PT. Ichtiar Baru Van Hoeve, 1994), cet. Ke-2, jilid 4, h. 32 7 Abdul Hadi Asy-syal, Islam Membina Masyarakat Adil Makmur, penterjemah Umar Sitanggal, (Jakarta: Pusaka Dian dan Antar Kota, 1987), h. 181 13 Pada hakikatnya perkawinan itu adalah sunnatullah. Hidup berpasangpasangan dan berjodoh-jodohan adalah naluri segala makhluk, termasuk manusia. Oleh karenanya semua makhluk Tuhan, baik itu tumbuh-tumbuhan, hewan dan manusia dalam kehidupannya pasti ada perkawinan. Disamping pemenuhan biologis, perkawinan juga sebagai syariat agama, yakni mentaati perintah Allah swt, dan menjalani Sunnah Rasul-Nya. Dengan tujuan membina dan membentuk suatu ikatan sebagai suami istri dalam kehidupan rumah tangga yang bahagia dan kekal berdasarkan syariat Islam. Kehidupan berkeluarga terjadi lewat perkawinan yang sah, baik menurut hukum maupun ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Dari sinilah tercipta kehidupan yang harmonis dan sejahtera lahir batin yang didambakan oleh setiap insan yang normal. Dalam agama Islam, dasar perkawinan telah jelas digariskan Al-Quran, Allah berfirman: Surat An-Nur: 32 u!#ts)èù (#θçΡθä3tƒ βÎ) 4 öΝà6Í←!$tΒÎ)uρ ö/ä.ÏŠ$t6Ïã ôÏΒ tÅsÎ=≈¢Á9$#uρ óΟä3ΖÏΒ 4‘yϑ≈tƒF{$# (#θßsÅ3Ρr&uρ (32 :)اﻟﻨﻮر ÒΟŠÎ=tæ ììÅ™≡uρ ª!$#uρ 3 Ï&Î#ôÒsù ÏΒ ª!$# ãΝÎγÏΨøóムArtinya: “Dan kawinilah orang-orang yang sendirian di antara kamu dan orangorang yang layak (untuk kawin) dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki, dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin Allah akan membuat mereka mampu dengan kerunia-Nya. Dan Allah Maha luas (pemberiannya) lagi Maha Mengetahui”. (QS An-Nur: 32) Maka jelaslah, bahwa melaksanakan pernikahan berarti mengikuti perintah-Nya. Dan para ulama berpendapat, hukum asal nikah adalah sunnah muakkadah bagi setiap muslim yang mempunyai keinginan dan kemampuan untuk menikah. Namun jika hubungan seorang laki-laki dan perempuan telah menjurus pada perbuatan berdekat-dekat dengan zina, hukum nikah menjadi 14 wajib. Sebaliknya jika nikah disalahgunakan untuk tujuan-tujuan yang bertentangan dengan ajaran agama, maka hukum nikah menjadi haram.8 Hidup berpasan-pasangan merupakan hukum alam yang diciptakan oleh Allah SWT pada makhluknya; manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan dan benda-benda lainnya yang telah diciptakan oleh Allah SWT secara serasi sekaligus dengan masingmasing pasangannya. Manusia memiliki jasad, ruhani dan akal. Dengan anugerah tersebut manusia berpotensi untuk menerima dan menjalankan syariat agama. Manusia diciptakan oleh Allah berpasang-pasangan, yaitu laki-laki dan perempuan. Keduanya disyariatkan untuk menjalin hubungan yang mulia, mengembangkan keturunan. Untuk itu Allah tidak menciptakan manusia seperti binatang yang mengumbar nafsunya tanpa ada aturan. Allah menurunkan aturan untuk menjaga harkat dan martabat serta kehormatan manusia yang disebut dengan nikah. Islam mensyariatkan pernikahan yang mengandung manfaat, tujuan dan hikmah yang sangat besar dalam sebuah pernikahan.9 1. Peran dan Fungsi Pernikahan Keluarga adalah sebuah institusi terkecil dalam tingkat masyarakat. Untuk dapat membangun keluarga sakinah yang menjadi impian semua orang, maka para anggota yang terdapat di dalam institusi tersebut harus memiliki kesadaran tinggi terhadap hak dan kewajibannya masing-masing. Keluarga 8 A. Zuhdi Muhdlor, Memahami Hukum Perkawinan, Nikah, Telak, Cerai dan Rujuk,. (Bandung: Al-Bayan, 1994), h. 15 9 Imam Abi Abdullah bin Ismail bin Ibrahim, Shahih Bukhari, (Beirut: Daar al-Fikr, 1994), Juz 6, h. 143. 15 sakinah dapat terbina dengan perkawinan yang dianugrahi pasangan yang saling menghormati, menghargai dan saling menyayangi. 10 Dalam Kompilasi Hukum Islam yang juga merupakan penjelasan dari undang-undang perkawinan telah dirumuskan bahwa tujuan perkawinan adalah membentuk keluarga yang bahagia dan kekal. Untuk itu suami istri perlu saling membantu dan melengkapi agar masing-masing dapat mengembangkan kepribadiannya membantu dan mencapai kesejahteraan spiritual dan material. Hikmah menikah (pernikahan) agar manusia hidup berpasangpasangan, membangun rumah tangga yang damai dan teratur. Untuk itu haruslah diadakan ikatan dan pertalian yang kokoh yang tak mudah putus dan diputuskan, ialah ikatan akad nikah atau ijab qabul perkawinan, dan bila akad nikah telah dilangsungkan maka mereka telah berjanji dan bersetia, akan membangunkan satu rumah tangga yang damai dan teratur, dan mereka akan menjadi satu keluarga.11 Sedangkan menurut Abdul Qadir Jaelani dalam bukunya “Keluarga Sakinah” : Perkawinan itu adalah salah satu cara yang telah banyak ditetapkan oleh Allah SWT untuk memperoleh anak dan memperbanyak keturunan serta melangsungkan kehidupan manusia. Dan suami istri ditugaskan untuk mengatur, dan mengenai ini Allah SWT berfirman : ﺎ َﺧﻠَ ْﻘﻨَﺎ ُﻛ ْﻢ ِﻣ ْﻦ ذَ َﻛ ٍﺮ َواُﻧْـﺜَﻰ َو َﺟ َﻌ ْﻠﻨَﺎ ُﻛ ْﻢ ُﺷﻌُ ْﻮﺑًﺎ َوﻗَـﺒَﺎﺋِ َﻞﺎس اِﻧ ُ َﻬﺎاﻟﻨﻳَﺎاَﻳـ (13 :49 /)اﳊﺠﺮات...ﻟِﺘَـ َﻌ َﺎرﻓُـ ْﻮا 10 11 Ahmad Rofiq, Hukum Islam di Indonesia (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 1995), h.15. Mahmud Yunus, Hukum Perkawinan dalam Islam, h.42. 16 Artinya: “Hai manusia, sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersekutu-sekutu supaya kamu mengenal” (Q.S. 49 (Al Hujurat): 13). Adapun masalah hikmah perkawinan. Abdullah Nasheh Ulwan menyatakan antara lain adalah untuk memelihara jenis manusia, untuk memelihara keturunan, menyelamatkan masyarakat dari kerusakan akhlak, menyelamatkan masyarakat dari berragam penyakit dalam perkawinan, untuk menentramkan jiwa setiap pribadi, untuk menjalin kerja sama suami istri dalam membina keluarga dan mendidik anak-anak, menyuburkan rasa kasih sayang ibu dan bapak.12 Sedangkan menurut Al Ghazali, sebagaimana yang dikutip oleh Abdul Qadir Jaelani, fungsi pernikahan itu adalah: a. Untuk mendapatkan keturunan. Empat keutamaan yang dapat diperoleh dari keturunan yang didasarkan pada pernikahan adalah : 1) Cinta kepada Allah, karena memperoleh anak berarti melestarikan jenis manusia di alam ini untuk kepentingan beribadah kepadanya. 2) Sebagai tanda cinta kasih kepada Rasulullah SAW, dengan memperoleh anak, berarti umat Muhammad SAW bertambah banyak dan ini merupakan kebanggaan Rasulullah di akhir nanti. 3) Mencari keberkahan dari do’a anak yang saleh, apabila kedua orang tuanya telah meninggal dunia. 4) Mencari syafaat dari kematian anak yang masih kecil, yang mendahului orang tuanya. b. Membentengi diri dari godaan setan dalam mengendalikan nafsu seks c. Untuk menimbulkan ketenangan jiwa Menurut pendapat Sayyi Sabiq, sebagaimana yang dikutip oleh Abdul Qadir Jaelani, beliau menulis sebagai berikut : a. Persaudaraan yang langgeng (teman sehidup semati) diantara pria dan wanita. b. Perkawinan adalah jalan terbaik untuk memelihara dan berkorban guna kepentingan anak-anak dan memperbanyak keturunan dalam melanjutkan kehidupan dengan memelihara garis keturunan. 12 Abdul Qadir Jaelani, Keluarga Sakinah (Surabaya: Cahaya Ilmu, 1995), h.41-46. 17 c. Dengan perkawinan watak kebapak dan keibuan akan bertambah subur dan sempurna, apabila mereka mampu memelihara dan melindungi anak-anak. d. Perkawinan adalah untuk mengetahui hakikat pertanggungjawaban dalam memelihara dan mendidik anak-anak. e. Dan perkawinan mengadakan pembagian tugas pekerjaan secara teratur mengenai kehidupan rumah tangga. Menurut pendapat Abu Bakar Jabir Al Jazair : a. Untuk melestarikan jenis kehidupan manusia dengan keturunan yang dihasilkan. b. Untuk memenuhi kebutuhan biologis antara suami dan istri. c. Untuk mewujudkan kerja sama suami istri dalam pemeliharaan dan pendidikan anak-anak. d. Untuk mengatur hubungan antara pria dan wanita dalam masalahmasalah hak dan kewajiban yang asasi.13 Dari hikmah-hikmah pernikahan yang tercantum di atas, dapat disimpulkan bahwa pernikahan dilakukan untuk memberikan kemaslahatan bagi kehidupan manusia, baik sebagai makhluk sosial maupun sebagai makhluk yang beragama. 2. Manfaat Pernikahan Dalam hal ini pernikahan tersebut banyak sekali faedahnya antara lain: a. Untuk mendapatkan ketenangan hidup Allah berfirman: Ÿ≅yèy_uρ $yγøŠs9Î) (#þθãΖä3ó¡tFÏj9 %[`≡uρø—r& öΝä3Å¡àΡr& ôÏiΒ /ä3s9 t,n=y{ ÷βr& ÿϵÏG≈tƒ#u ôÏΒuρ (21: )اﻟﺮومtβρã©3xtGtƒ 5Θöθs)Ïj9 ;M≈tƒUψ y7Ï9≡sŒ ’Îû ¨βÎ) 4 ºπyϑômu‘uρ Zο¨Šuθ¨Β Νà6uΖ÷t/ Artinya: “Dan di antara tanda-tanda kebesaran-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan saying. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir (QS. Ar-Rum: 21) 13 Abdul Qadir Jaelani, Keluarga Sakinah, h. 48-50 18 b. Untuk menjaga kehormatan dan pandangan mata Berkaitan dengan ini, Nabi Muhammad saw. Bersabda: ِ ﺸﺒ ﻳﺎ ﻣ ْﻌ َﺸﺮ اﻟ:ﻢﻰ اﷲ َﻋﻠَْﻴ ِﻪ وﺳﻠ ﻗَ َﺎل رﺳﻮ ُل اﷲِ ﺻﻠ:َﻋﻦ َﻋْﺒ ِﺪ اﷲِ ﻗَ َﺎل ﺎب َ ُ َ َ َ َ َ ََ ْ ُْ َ ِ ﺾ ﻟِْﻠﺒﺼ ِﺮ وأَﺣ ِ َﻣ ِﻦ اﺳﺘَﻄ َ ْ َ ْﺼ ُﻦ ﻟ ْﻠ َﻔ ْﺮِج َوَﻣ ْﻦ َﱂ َ ْ َ َ َ ﻪُ أَ َﻋو ْج ﻓَِﺈﻧﺎع ﻣْﻨ ُﻜ ُﻢ اﻟْﺒَﺎءَ َة ﻓَﺎﻟْﻴَﺘَـَﺰ (ﻪُ ﻟَﻪُ ِو َﺟﺎءٌ )رواﻩ اﻟﺒﺨﺎرى وﻣﺴﻠﻢﺼ ْﻮِم ﻓَِﺈﻧ ﻳَ ْﺴﺘَ ِﻄ ْﻊ ﻓَـ َﻌﻠَْﻴ ِﻪ ﺑِﺎﻟ Artinya: “Dari Abdullah bin Mas’ud r.a. ia berkata : Rasulullah saw. Bersabda: “...Hai sekalian pemuda, barangsiapa diantara kamu sudah siap untuk kawin, maka hendaklah ia kawin, karena sesungguhnya kawin itu menghalangi pandangan (terhadap hal-hal yang dilarang agama), dan memelihara kemaluan (farj), barang siapa tidak sanggup, hendaklah ia berpuasa, karena sesungguhnya puasa itu sebagai perisai bagi dirinya.” (HR. Bukhari Muslim).”14 Peran dan fungsi pernikahan itu sendiri secara garis besar dinyatakan oleh Allah untuk mendapatkan mawaddah dan rahmah, serta ketenangan lahir dan batin di kalangan manusia, jelas tidak ada yang salah dalam masalah ini, dengan mengharap ridha-Nya dan tuntunannya agar selalu tetap di jalan Allah SWT. B. Narkoba dan Minuman Keras Masyarakat modern yang serba kompleks, sebagai produk dari kemajuan teknologi. Mekanisasi, industrialisasi dan urbanisasi, memunculkan banyak masalah sosial. Maka adaptasi atau penyesuaian diri terhadap masyarakat modern yang hyper-kompleks itu menjadi tidak mudah. Kesulitan mengadakan adaptasi dan adjustment menyebabkan kebingungan, kecemasan dan konflik-konflik, baik yang terbuka dan eksternal sifatnya, maupun yang tersembunyi dan internal dalam 14 h.16 A. Zuhdi Muhdlor, Memahami Hukum Perkawinan, Nikah, Telak, Cerai dan Rujuk,. 19 batin sendiri; sehingga banyak orang mengembangkan pola tingkah laku menyimpang dari norma-norma umum, atau berbuat semau sendiri, demi kepentingan sendiri, dan mengganggu atau merugikan orang lain.15 Dikemukakan oleh para ahli bahwa gejala psikososial di atas disebabkan karena semakin modern suatu masyarakat, semakin bertambah intensitas dan eksistensitas dari berbagai disorganisasi dan disintegrasi sosial di masyarakat. Pola tingkah laku menyimpang masyarakat modern yang dikatakan sebagai gejala psikososial, beberapa di antaranya adalah penggunaan narkoba dan minuman keras yang disalahgunakan. Dimana perilaku tersebut bagi para pelakunya dapat membantu menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi dengan kata lain sebagai sarana adaptasi atau penyesuaian diri terhadap masyarakat modern yang hiper-kompleks. 1. Pengertian Narkoba (Narkotika dan Obat Berbahaya) dan Miras (Minuman Kears) Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis maupun bukan sintetis, yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran dan hilangnya rasa. Zat ini dapat mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan.16 Pengertian Narkotika menurut DR. Soedjono, SH., adalah “bahanbahan yang terutama efek kerja pembiusan, atau dapat menurunkan kesadaran, juga dapat menimbulkan gejala-gejala fisik dan mental lainnya 15 Kartini Kartono, Psikologi Sosial, Jilid I (Jakarta: Rajawali, 1988), cet. Ke-3, h. V Subagyo Partodiharjo, Kenali Narkoba dan Musuhi Penyalahgunaannya (Jakarta, Erlangga, 2006), h. 11. 16 20 apabila dipakai secara terus-menerus dan secara liar dengan akibat antara lain terjadinya ketergantungan pada bahan tersebut”.17 Narkotika memang memiliki dua sisi yang sangat antagonis. Pertama, Narkotika dapat memberi manfaat besar bagi kepentingan hidup dengan beberapa ketentuan. Kedua, Narkotika dapat membahayakan pemakainya karena efek negatif yang distruktif.18 Narkotika merupakan jenis obat yang substansinya dilarang dan diatur penggunaannya oleh Undang-Undang Republik Indonesia berdasarkan peraturan No. 22 dan No. 5 tahun 1997, dan sesuai dengan pernyataan dari Departemen Kesehatan Republik Indonesia bahwa bahan-bahan atau substansi yang telah diatur oleh Undang-Undang RI itu dapat mempengaruhi kesehatan jiwa atau mental hingga perilaku pemakainya. Dari definisi di atas penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan Narkotika adalah suatu zat yag dapat menurunkan kesadaran, juga dapat menimbulkan gejala-gejala fisik dan mental, apabila dipakai terus-menerus akan mengakibatkan terjadinya ketergantungan obat. Miras atau minuman keras adalah jenis NAZA (Narkotika, Alkohol dan Zat Adiktif) dalam bentuk minuman yang mengandung alkohol tidak peduli berapa kadar alkohol didalamnya. Bahkan Majelis Ulama Indonesia (MUI) sudah mengeluarkan fatwa bahwa setetes alkohol saja dalam minuman hukumnya sudah haram. Alkohol termasuk zat adiktif, artinya zat tersebut dapat menimbulkan adiksi (addiction) yaitu ketagihan dan dependensi (ketergantungan). 17 18 Soedjono D, Pathologi Sosial (Bandung: Alumni 1974), h. 78. Sudarsono, Kenakalan Remaja (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1995), h. 68. 21 Penyalahgunaan/ketergantungan NAZA jenis alkohol ini dapat menimbulkan Gangguan Mental Organik yaitu gangguan dalam fungsi berfikir, berperasaan dan berperilaku. Gangguan Mental Organik ini disebabkan reaksi langsung alkohol pada neuro-tranmitter sel-sel saraf pusat (otak). Karena sifat adiktifnya itu, maka orang yang meminumnya lama-kelamaan tanpa disadari akan menambah takaran/dosis sampai pada dosis keracunan (intoksikasi) atau mabuk.19 2. Jenis-jenis Narkoba dan Miras Terdapat berbagai jenis Narkotika yang beredar dewasa ini. Orang awam hanya mengenal Narkotika yang diberikan di media masa saja, namun tidak mengetahui jenis-jenis Narkotika. Dari jenisnya Narkotika terbagi menjadi: a. Ganja Ganja/Kanabis berasal dari tanaman dengan nama Cannabis Satifa dan Cannabis Indica, yaitu sejenis tanaman perdu yang biasanya digunakan sebagai obat relaksasi dan untuk mengatasi intoksikasi ringan. Bahan yang digunakan dapat berupa daun, biji dan bunga tanaman tersebut. Ganja atau Cannabis mempunyai beberapa istilah yang tetap mengacu pada pengertian ganja itu sendiri. Beberapa istilah untuk ganja antara lain marijuana, gele, cimeng, hash, oyen, ikat, bang, labang, rumput atau grass.20 19 Dadang Hawari, Penyalahgunaan & Ketergantungan NAZA Narkotika, Alkohol & Zat Adiktif), (Jakarta: FKUI, 2000), h. 52 20 Sudarsono, Mengenal Jenis dan Efek Buruk Narkoba (Tangerang: Visi Media, 2006), h. 31. 22 b. Heroin/Putaw Heroin murni adalah bubuk putih dengan rasa yang pahit dan sedikit berbau. Ada juga heroin jalanan yaitu heroin yang dikemas dalam berbagai bentuk, tergantung pada bagaimana cara pembuatannya dan bahan apa yang ditambahkan. Heroin dapat berbau seperti cuka, vitamin, obat, atau tidak berbau. Salah satu jenis heroin yang paling populer dewasa ini adalah putaw yang merupakan heroin dengan kadar lebih rendah dengan warna putih atau coklat. Selain putaw jenis-jenis heroin dikenal dengan berbagai nama seperti bedak, PT, putih, shite, etep dan lain-lain.21 c. Morfin Morfin yaitu alkaloida yang terdapat dalam opium, berupa serbuk putih. Morfin adalah bahan analgesik yang kuat khasiatnya, tidak berbau, berbentuk kristal, berwarna putih, yang berubah warna menjadi kecoklatan. Opium mentah mengandung 4% sampai 21% morfin. Sebagian besar opium diolah menjadi morfin dan kodein.22 Morfin dipakai dalam dunia kedokteran untuk menghilangkan rasa sakit atau pembiusan pada operasi (pembedahan).23 d. Kokain Kokain berasal dari daerah Amerika Latin. Aslinya adalah pohon koka. Kokain sering disebut dengan: crack, free based cocain dan crystal. Sama seperti heroin, kokain juga memiliki kadar kemurnian. 21 Sudarsono, Mengenal Jenis dan Efek Buruk Narkoba, h. 36. Badan Narkotika Nasional (BNN), Pedoman Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba Bagi Remaja (Jakarta: Badan Narkotika Nasional, 2003), h. 16 23 Partodiharjo, Kenali Narkoba dan Musuhi Penyalahgunaannya, h. 14 22 23 Bentuk lain dari kokain adalah kokai freebase yakni kokain yang diproses dengan menghilangkan kemurniaannya dan campurannya, sehingga dapat dihisap berbentuk kepingan kristal kecil sebesar kismis. Salah satu bentuk populernya adalah crack.24 Berdasarkan Undang-Undang No. 22 tahun 1997, Narkotika terbagi menjadi 3 golongan: a. Narkotika golongan menimbulkan I adalah ketergantungan narkotika tertinggi, yang mempunyai digunakan hanya daya untuk pengobatan dan sains, diantaranya: 1) Papaver Somniverum L dan semua bagiannya termasuk buah dan jeraminya. 2) Opium mentah, yaitu getah yang membeku, tumbuhan Papaver Somniverum L. 3) Opium masak, yaitu opium mentah melalui serangkaian proses pengolahan khusus; pelarutan, pemanasan dan fermentasi. 4) Tumbuhan Coca, yaitu tumbuhan ari genus Erythoxylon termasuk buah dan bijinya. 5) Daun Coca yang belum atau sudah dikeringkan atau dalam bentuk serbuk. 6) Cocaine mentah, yaitu hasil pengolahan daun coca secara langsung. 7) Cocaine, yaitu kristal berwarna putih diperoleh dari sari daun tumbuhan coca. 24 Sudarsono, Mengenal Jenis dan Efek Buruk Narkoba, h. 42-43. 24 8) Tumbuhan ganja, yaitu semua tumbuhan genus Cannabis dan semua bagiannya. b. Narkotika golongan II, yaitu narkotika yang mempunyai daya menimbulkan ketergantungan menengah, digunakan sebagai pilihan terakhir untuk tujuan pengobatan dan ilmu pengetahuan, diantaranya: morphin, phentanyl, ecgonina, petidine, dan lain-lain. c. Narkotika golongan III, adalah Narkotika yang mempunyai daya menimbulkan ketergantungan rendah, yang banyak digunakan dalam pengobatan dan untuk tujuan ilmu, seperti: codein, ethylmorphine, dan lain-lain.25 Alkohol adalah zat yang paling sering disalahgunakan manusia, alkohol diperoleh atas peragian/fermentasi madu, gula, sari buah atau umbiumbian. Dari peragian tersebut dapat diperoleh alkohol sampai 15% tetapi dengan proses penyulingan (destilasi) dapat dihasilkan kadar alkohol yang lebih tinggi bahkan mencapai 100%. Kadar alkohol dalam darah maksimum dicapai 30-90 menit. Setelah diserap, alkohol/etanol disebarluaskan ke suluruh jaringan dan cairan tubuh. Dengan peningkatan kadar alkohol dalam darah orang akan menjadi euforia, namun dengan penurunannya orang tersebut menjadi depresi. Ada 3 golongan minuman beralkohol yaitu : a. Golongan A; kadar etanol 1%-5% (bir). b. Golongan B; kadar etanol 5%-20% (anggur/wine). 25 Badan Narkotika Nasional (BNN), Modul Pelatihan Tokoh Masyarakat sebagai Fasilisator Penyuluh Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba (Jakarta: Pusat Dukungan Pencegahan Pelaksana Harian Badan Narkotika Nasional, 2005), h. 16-17. 25 c. Golongan C; kadar etanol 20%-45% (Whiskey, Vodca, TKW, Manson House, Johny Walker, Kamput).26 Berdasarkan 86/Menkes/Per/IV/77 Peraturan tentang Menteri minuman Kesehatan keras, minuman RI No. beralkohol dikategorikan sebagai minuman keras dan dibagi menjadi 3 golongan berdasarkan persentase kandungan etanol volume per volume pada suhu 20°C. Minuman dengan kadar etanol 1 – 5% dikategorikan sebagai minuman keras golongan A, minuman dengan kadar etanol lebih dari 5% sampai dengan 20% tergolong minuman keras golongan B sedangkan minuman dengan kadar etanol golongan C mengandung etanol lebih dari 20 % sampai dengan 55%.27 Secara umum wine dan brandy merupakan minuman beralkohol yang dibuat dari buah anggur, jika tidak disebut jenis buahnya secara spesifik seperti plum wine (terbuat dari buah plum) atau cherry brandy (terbuat dari buah ceri). Dari jus apel dapat dibuat minuman cider. Di Amerika dan Kanada, cider atau sweet cider merupakan istilah untuk jus apel yang tidak difermentasi, sedangkan jus apel yang difermentasi disebut hard cider. Di Inggris, istilah cider selalu digunakan untuk minuman beralkohol. Akan tetapi di Australia, istilah cider dapat digunakan baik untuk produk beralkohol ataupun tidak. Hasil distilasi cider dengan proses pembekuan menghasilkan produk yang dinamakan applejack. 26 http://www.halalguide.info/content/view/522/38/. Data ini diakses pada tanggal, 18 Januari 2009 27 Januari 2009 www.bnn.go.id/file/uu/keppres%20Miras.doc Data ini diakses pada tanggal, 18 26 3. Bahaya Narkoba dan Minuman Keras bagi Kesehatan Dan bagi mereka yang mengkonsumsi NAZA akan mengalami gangguan mental dan perilaku, sebagai akibat tergangunya sistem neurotransmitter pada sel-sel susunan saraf pusat di otak.28 Ganguan pada sistem neuro-transmitter tadi bisa mengakibatkan tergangunya fungsi kognitif (alam pikiran), efektif (alam perasaan/mood/emosi) dan psikomotor (perilaku). Sebagaimana diuraikan di bawah berikut : a. Kondisi kehidupan pengguna ganja Mereka yang mengkonsumsi NAZA jenis ganja akan memperlihatkan perubahan-perubahan mental dan perilaku antara lain sebagai berikut : 1) Jantung berdebar-debar (palpitasi) 2) Euforia, yaitu rasa gembira tanpa sebab dan tidak wajar 3) Halusinasi dan delusi, halusinasi adalah pengalaman pancaindra tanpa adanya sumber stimulus. Delusi adalah suatu keyakinan yang tidak rasional 4) Mata merah b. Kondisi kehidupan pengguna OPIAT ( morphine, heroin/putaw, kokain) Bagi mereka yang mengkonsumsi NAZA jenis opiat baik dengan cara menghirup asap setelah bubuk opiat dibakar atau disuntikkan setelah bubuk opiat dilarutkan dalam air akan mengalami hal-hal antara lain sebagai berikut : 28 http://batampos.co.id/Kolom/Bugar/_ Minggu, 16 November 2008 27 1) Pupil mata mengecil atau sebaliknya melebar 2) Euforia atau sebaliknya disforia 3) Tekanan darah naik (hipertensi) 4) Retardasi psikomotor, artinya yang bersangkutan bisa mengalami kelelahan 5) Agitasi psikomotor, adalah yang bersangkutan menunjukan kegelisahan, tidak tenang, tidak dapat diam dan agitatif 6) Jantung berdebar-debar (palpitasi) .29 c. Kondisi kehidupan pengguna alkohol (minuman keras) Miras atau Minuman Keras adalah jenis NAZA dalam bentuk minuman yang mengandung alkohol tidak peduli berapa kadar alkohol di dalamnya tetap termasuk kedalam zat adiktif, artinya zat tersebut dapat menimbulkan adiksi (addiction) yaitu ketagihan dan dependensi (ketergantungan). Dan alkohol ini dapat menimbulkan ganguan mental organik antara lain yaitu : 1) Pembicaraan cadel (slurred speech) 2) Cara jalan yang tidak mantap 3) Mata jereng (nistakmus) 4) Muka merah d. Kondisi kehidupan pengguna amphetamine (ecstasy dan shabu-shabu) Untuk mereka yang mengkonsumsi NAZA jenis amphetamine (psikologi golongan I), misalnya pil ekstasi (ditelan) atau shabu-shabu 29 Dadang Hawari, Penyalahgunaan dan Ketergantungan NAZA (Narkotika, Alkohol dan Zat Adiktif), h. 36 28 (dengan cara dihirup dengan alat khusus yang disebut “bong”) akan mengalami gejela-gejala antara lain sebagai berikut : 1) Agitasi psikomotor, yang bersangkutan tidak dapat diam, selalu bergerak (hiperaktif) 2) Harga diri meningkat (granddiodity) 3) Halusinasi, melihat bayangan yang sebenarnya tidak ada 4) Jantung berdebar-debar (palpitasi) 5) Tekanan darah naik (hipertensi).30 Permasalahan penyalahgunaan narkotika dan minuman keras mempunyai dimensi yang luas dan kompleks; baik dari sudut medik, psikiatrik, kesehatan jiwa maupun psikososial (ekonomi, politik, sosialbudaya, kriminalitas dan lain sebagainya). Penyalahgunaan narkotika dan miras adalah penyakit endemik dalam masyarakat modern, merupakan penyakit kronik yang berulang kali tumbuh; yang hingga sekarang belum ditemukan upaya penanggulangannya secara universal memuaskan, baik dari sudut prevensi, terapi maupun rehabilitasi.31 Penyalahgunaan narkotika tidak akan dapat membantu seseorang untuk memecahkan masalah yang dihadapi. Sebaliknya akan menambah berat dan parah permasalahan yang dihadapi serta menambah beban penderitaan karena ketergantungan terhadapnya.32 30 Dadang Hawari, Penyalahgunaan dan Ketergantungan NAZA (Narkotika, Alkohol dan Zat Adiktif), h. 38-58 31 Dadang Hawari dan Psikiater, Al-Qur’an Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa (Yogyakarta: PT. Dana Bhakti Prima Yasa, 1999), h. 133 32 Yusuf Megand, “Bebas dari Narkoba,” Buletin Khusus Warta Untuk Warga, Oktober 2006, h. 7 29 Pada saat seseorang sedang mengkonsumsi narkotika, dia merasa nyaman, aman, kuat, senang, puas, merasa seolah-olah mampu melakukan tugas-tugas besar. Akan tetapi setelah pengaruh narkotika itu habis, dia jadi lemas, lesu, tidak bergairah, sangat kecewa dan putus harapan. Tanpa bahan narkotika, hidup gelap, tidak lengkap, serasa dunia mau tenggelam. Apabila mendapatkan narkotika kembali, dia merasa “hidup kembali”, dan merasa menjadi makhluk yang paling bahagia serta paling tinggi derajatnya.33 Juga akan menjadi rawan terinfeksi berbagai penyakit, seperti hepatitis, HIV serta AIDS.34 Banyak diantara peminum berat jatuh dalam keadaan depresi berat, timbul fikiran ingin bunuh diri, mengalami halusinasi dan delusi.35 Penelitian membuktikan bahwa penyalahgunaan NAZA ini tidak hanya menimbulkan gangguan mental dan perilaku, tetapi dalam jangka panjang dapat menimbulkan gangguan pada organ, otot, janin, endokrin, nutrisi, metabolisme dan resiko kanker.36 Dan dalam kehidupan sosialnya dapat pula menyebabkan seseorang berbuat prostitusi atau pelacuran, suka menodong, mencuri, perkelahian dan sebagainya. 33 Kartini Kartono, Patologi Sosial 3: Gangguan-gangguan Kejiwaan ( Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1997), h. 74. 34 Abdul Rozak dan Wahdi Sayuti, Remaja dan Bahaya Narkoba (Jakarta: Prenada, 2006), h. 26. 35 Dadang Hawari, Penyalahgunaan & Ketergantungan NAZA Narkotika, Alkohol & Zat Adiktif), h. 52 36 Dadang Hawari, Penyalahgunaan & Ketergantungan NAZA Narkotika, Alkohol & Zat Adiktif, h. 53 30 C. Perilaku Sosial 1. Definisi Perilaku Sosial Perilaku adalah setiap cara reaksi atau respon manusia, makhluk hidup terhadap lingkungannya. Dengan kata lain, perilaku adalah aksi, rekasi, terhadap rangsangan.37 Perilaku adalah suatu tindakan rutin yang dilakukan oleh seseorang dalam kehidupan sehari-hari berdasarkan motivasi ataupun kehendak untuk mencapai suatu tujuan yang diinginkannya, dan hal itu mempunyai arti baginya.38 Perilaku sosial bisa juga diartikan sebagai tindakan sosial. Dalam hal ini Max Weber mengartikan tindakan sosial sebagai tindakan seorang individu yang dapat mempengaruhi individu-individu lainnya dalam masyarakat. dalam bertindak atau berperilaku seorang individu hendaknya memperhitungkan keberadaan individu lainnya dalam masyarakat, hal ini perlu diperhatikan mengingat tindakan sosial menjadi perwujudan dari hubungan atau perilaku sosial.39 2. Bentuk-bentuk Perilaku Sosial Mengenai bentuk-bentuk perilaku sosial, penulis menggunakan teori yang dikemukakan oleh Max Weber. Weber membuat peralihan dari aksi sosial ke kehidupan sosial umum adalah tipologi aksi. Aksi diklasifikasikan ke dalam empat macam untuk keperluan penyusunan komponen-komponen, yang tercakup di dalamnya. Aksi adalah zweckrational (berguna secara rasional) 37 Singgih D. Gunarsa, Psikologi Praktis Anak, Remaja, dan Keluarga (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1995), h. 5 38 K.J. Veeger, Realitas Sosial (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1993), Cet. Ke-4, h. 171 39 Yadi Mulyadi, Panduan Sosiologi (Jakarta: Yudistira, 1995), h. 16 31 manakala ia diterapkan dalam suatu situasi dengan suatu pluratilas cara-cara dan tujuan-tujuan di mana si pelaku bebas memilih cara-caranya secara murni untuk keperluan efisiensi; aksi adalah wertirational (rasional dalam kaitannya dengan nilai-nilai) manakala cara-cara dipilih untuk keperluan efisiensi mereka karena tujuannya pasti yaitu keunggulan; aksi adalah afektif manakala faktor emosional menetapkan cara-cara dan tujuan-tujuan daripada aksi; dan aksi adalah tradisional manakala baik itu cara-caranya dan tujuan-tujuannya adalah pasti sekedar kebiasaan.40 Untuk lebih jelasnya, berikut ini empat tipe tindakan sosial yang dianggap sebagai tipe ideal. a. Rasinalitas Instrumental Tingkat rasionalitas yang paling tinggi ini meliputi pertimbangan dan pilihan yang sadar yang berhubungan dengan tujuan tindakan itu dan alat yang digunakan untuk mencapainya. Individu dilihat sebagai memiliki macam-macam tujuan yang mungkin diinginkannya, dan atas dasar suatu kriterium menentukan satu pilihan di antara tujuan-tujuan yang saling bersaingan ini. Individu itu lalu menilai alat yang mungkin dapat dipergunakan untuk mencapai tujuan yang dipilih tadi. Hal ini mungkin mencakup pengumpulan informasi, mencatat kemungkinan-kemungkinan serta hambatan-hambatan yang terdapat dalam lingkungan, dan mencoba untuk meramalkan konsekuensi-konsekuensi yang mungkin dari beberapa alterinatif tindakan itu. Akhirnya suatu pilihan dibuat atas alat yang dipergunakan yang kiranya mencerminkan pertimbangan individu atas 40 Wardi Bachtiar, Sosiologi Klasik, dari Comte hingga Parson (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2006), Cet. Ke-1, h. 276 32 efisiensi dan efektivitasnya. Sesudah tindakan itu dilaksanakan, orang itu dapat menentukan secara obyektif sesuatu yang berhubungan dengan tujuan yang akan dicapai. Weber, sebagaimana yang dikutip oleh Doyle Paul Johnson, menjelaskan: Tindakan diarahkan secara rasional ke suatu sistem dari tujuantujuan individu yang memiliki sifat-sifatnya sendiri apabila tujuan itu, alat dan akibat-akibat sekundernya diperhitungkan dan dipertimbangkan semuanya secara rasional. Hal ini mencakup pertimangan rasional atas alat alternatif untuk mencapai tujuan itu, pertimbangan mengenai hubungan-hubungan tujuan itu dengan hasil-hasil yang mungkin dari penggunaan alat tertentu apa saja, dan akhirnya pertimbangan mengenai pentingnya tujuan-tujuan yang mungkin berbeda secara relatif. b. Rasionalitas yang berorientasi nilai Dibandingkan dengan rasionalitas instrumental, sifat rasionalita yang berorientasi nilai yang penting adalah bahwa alat-alat hanya merupakan obyek pertimbangan dan perhitungan yang sadar; tujuantujuannya sudah ada dalam hubungannya dengan nilai-nilai individu yang bersifat absolut atau merupakan nilai akhir baginya. Nilai-nilai akhir bersifat nonrasional dalam hal di mana seseorang tidak dapat memperhitungkannya secara obyektif mengenai tujuan-tujuan mana yang harus dipilih. Lebih lagi, komitmen terhadap nilai-nilai ini adalah sedemikian sehingga pertimbangan-pertimbangan rasional mengenai kegunaan, efisiensi, dan sebagainya tidak relevan. Juga orang tidak memperhitungkannya (kalau nilai-nilai itu benar-benar bersifat absolut) dibandingkan dengan nilai-nilai alternatif. Individu mempertimbangkan alat untuk mencapai nilai-nilai seperti itu, tetapi nilai-nilai itu sendiri sudah ada. 33 Hal ini dibenarkan oleh James S. Coleman, yang mengatakan bahwa tindakan perseorangan mengarah kepada sesuatu tujuan dan tujuan itu (dan juga tindakan) ditentukan oleh nilai atau pilihan. Ada dua unsur utama dalam teori Coleman, yakni aktor dan sumber daya. Sumber daya adalah sesuatu yang menarik perhatian dan yang dapat dikontrol oleh aktor.41 c. Tindakan tradisional Tindakan tradisional merupakan tipe tindakan sosial yang bersifat nonrasional. Kalau seorang individu memperlihatkan perilaku seperti itu digolongkan sebagai tindakan yang sadar, atau perencanaan, perilaku seperti itu digolongkan sebagai tindakan tradisional. Individu itu akan membenarkan atau menjelaskan tindakan itu, kalau diminta, dengan hanya mengatakan bahwa dia selalu bertindak dengan cara seperti itu atau perilaku seperti itu merupakan kebiasaan baginya. Apabila kelompokkelompok atau seluruh masyarakat didominasi oleh orientasi ini, maka kebiasaan dan institusi mereka diabsahkan atau didukung oleh kebiasaan atau tradisi yang sudah lama mapan sebagai kerangka acuannya, yang diterima begitu saja tanpa persoalan. Satu-satunya pembenaran yang perlu adalah bahwa, “Inilah cara yang sudah dilaksanakan oleh nenek moyang kami, dan demikian pula nenek moyang mereka sebelumnya; ini adalah cara yang sudah begini dan akan selalu begini terus”. Weber melihat bahwa tipe tindakan ini sedang hilang lenyap karena meningkatnya rasionalitas instrumental. 41 Goerge Ritzer dan Douglas J. Goodman, Teori Sosiologi Modern (Jakarta: Kencana, 2005), Cet. Ke-3, h. 396 34 d. Tindakan afektif Tipe tindakan ini ditandai oleh perasaan atau emosi tanpa refleksi intelektual atau perencanaan yang sadar. Seseorang yang sedang mengalami perasaan meluap-luap seperti cinta, kemarahan, ketakutan atau kegembiraan, dan secara spontan mengungkapkan perasaan itu tanpa reflekasi, berarti sedang memperlihatkan tindakan afektif. Tindakan itu benar-benar tidak rasional karena kurangnya pertimbangan logis, ideologi, atau kriteria rasionalitas lainnya.42 42 Doyle Paul Johnson, Teori Sosiologi Klasik dan Modern, terj. Robert M. Z. Lawang (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1994), h. 220-221 BAB III DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN A. Kondisi Geografis dan Demografis Sudimara Selatan merupakan salah satu kelurahan yang berada di Kecamatan Ciledug Kota Tangerang Provinsi Banten. Sudimara Selatan terletak pada jarak 1,5 km dari pusat kecamatan, 12 km dari kabupaten, dan 93 km ke ibukota Provinsi. Sudimara Selatan merupakan daerah strategis yang memiliki peranan penting, baik dalam hal ekonomi, pendidikan, politik, sosial, budaya maupun bidang lainnya. Hal ini disebabkan karena kelurahan Sudimara Selatan berada di daerah pinggiran Jakarta dan memiliki banyak potensi yang menunjang menuju Jakarta dan sekitarnya. Letak geografis Sudimara Selatan berada pada 14 m di atas permukaan laut, dengan curah hujan 2400 mm/tahun dan tofografi rendah serta suhu udara rata-rata 30 derajat selcius. Wilayahnya terbagi menjadi 12 Rw dan 32 Rt, meliputi seluruh Kampung Dukuh, yang berbatasan dengan sebelah timur Kampung Pulo, sebelah barat Parung Serab, serta selatan Perumahan Puri Kartika. Berdasarkan sensus tahun 2005, penduduk Sudimara Selatan berjumlah 12.050 jiwa, yang terdiri dari 5.977 jiwa laki-laki dan 6.073 jiwa penduduk perempuan. Data ini sesuai dengan prosentase penduduk dunia, dimana perempuan lebih banyak dibandingkan dengan laki-laki dan data yang lebih rinci dapat dilihat dari tabel berikut ini. 35 36 Tabel 1 Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin No Jenis Kelamin Frekuensi Prosentase 1 Laki-laki 5.977 49,6% 2 Perempuan 6.073 50,4% 12.050 100% Jumlah Sumber: Data statistik Kelurahan Sudimara Selatan 2009 Wilayah Sudimara Selatan sebagian besar dihuni oleh penduduk asli, yakni etnis Betawi. Sejalan dengan semakin berkembangnya kehidupan masyarakat, maka semakin berkembang pula kehidupan penduduk Kelurahan Sudimara Selatan, baik dalam bentuk fisik maupun non-fisik. Hal tersebut ditandai dengan semakin banyak penduduk dari daerah lain yang datang ke Ciledug. Ciledug juga bagian dari daerah penyangga Ibukota, daerah Ciledug memiliki daya tarik bagi masyarakat, terutama dalam hal ekonomi. Pabrik-pabrik dalam skala kecil dan besar menjamur. Selain itu, mall dan plaza ditambah dengan pusat perdagangan (Trade Center) yang berada di Jantung Kecamatan. Dua pasar tradisonal, terminal bus antar-kota (khususnya kota-kota di Jawa Tengah dan Timur), merebaknya mini market, rumah sakit-rumah sakit besar dan kecil, dan tempat-tempat lainnya yang memberikan daya tarik bagi masyarakat. 37 Tabel 2 Jumlah penduduk berdasarkan Suku/Etnis No Suku/Etnis Frekuensi Prosentase 1 Betawi 5.892 48,9% 2 Jawa 2.850 23,7% 3 Sunda 2.000 16,6% 4 Sumatera 450 3,7% 5 Lampung 200 1,7% 6 Kalimantan 316 2,6% 7 Bali 342 2,8% 12.050 100% Jumlah Sumber: Data statistik Kelurahan Sudimara Selatan 2009 Suku Betawi merupakan yang mendominasi dibandingkan dengan suku yang lainnya. Suku Jawa juga mendominasi kepadatan di Ciledug kelurahan Sudimara Selatan dengan menduduki peringkat kedua dari etnis Betawi yaitu 23,7%. Banyaknya etnis Jawa yang datang dan menetap di Ciledug, menurut penulis disebabkan karena banyaknya peluang yang diperoleh dari potensi yang ada diwilayah Ciledug, serta mudahnya transportasi dari daerah-daerah Jawa ke Ciledug, yakni adanya terminal Bus yang dikhususkan dari Ciledug ke Jawa Tengah dan sekitarnya. 38 B. Kehidupan Sosial, Ekonomi, Pendidikan, dan Agama Wilayah Sudimara Selatan terletak di kecamatan Ciledug yang merupakan tempat yang strategis, karena selain tempat pusat perbelanjaan, juga merupakan sarana transportasi yang menghubungkan tempat yang sangat strategis, seperti Kebayoran Lama, Tanah Abang, Blok M, Tangerang, dll. Sehingga banyak para pendatang yang menetap dan mencari pekerjaan dan belanja. Dari fenomena tersebut akan membawa pertumbuhan dan perkembangan kehidupan sosial ekonomi penduduk. Dalam posisi tingkatan jenis pekerjaan, kedudukan pertama ditempati oleh penduduk yang bekerja sebagai buruh ataupun bidang swasta. Paling tidak ada tiga pusat perbelanjaan di daerah Ciledug dan sekitarnya. Sehingga banyak penduduknya yang bekerja sebagai SPG (Sales Promotion Girl) dan SPB (Sales Promotion Boy). Sekalipun pekerjaan ini cukup berat untuk sebagian orang karena dengan gaji yang kecil, tetapi waktu kerja cukup panjang (lebih dari 8 jam). Namun, bagi masyarakatnya pekerjaan tersebut jadi sebuah alternatif yang menghasilkan dengan konsekuensi yang berat. Selain jadi buruh dengan prosentase terbesar, masyarakat Sudimara Selatan juga bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil, Wiraswasta, bidang jasa serta pekerjaan lainnya. Dan jumlah pensiun di Sudimara Selatan mencapai 4,1 persen. Berdasarkan hasil observasi bahwa selain banyaknya para pedagang, juga banyak masyarakat yang mencari uang dengan cara mengojek dan becak. Mereka mulai beroperasi dari pagi hari, akan tetapi pada pagi hari tidak banyak orang yang memakai ojek atau becak, karena banyak sarana-sarana tranportasi yang lain 39 seperti bus. Akan tetapi, pada malam hari khusus untuk ojek dan becak yang mulai pada pukul 21.00 WIB. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel 3. Tabel 3 Jumlah Penduduk menurut mata pencaharian No Mata Pencaharian Frekuensi Prosentase a. Pegawai Negeri Sipil (PNS) 328 11,2% b. TNI/POLRI 61 2,1% 1.759 59,9% a. Pedagang 476 16,2% b. Penjahit 10 0,3% a. Petukangan 56 1,9% b. Sopir 30 1% c. Pengemudi Becak 10 0,9% d. Ojek 87 3% Karyawan 1 c. Buruh/Swasta Wairaswasta 2 Jasa 3 4,1% 4 Pensiunan Jumlah 120 4,1% 2.937 100% Sumber: Data statistik Kelurahan Sudimara Selatan 2009 Dari data diatas menunjukkan bahwa sebagian besar mata pencaharian masyarakat Sudimara Selatan bekerja sebagai karyawan swasta dan pedagang. Hal ini karena letak daerah tersebut dekat dengan pusat-pusat industri. Perlu penulis 40 berikan catatan bahwa tabel di atas adalah tabel jumlah penduduk yang berada pada usia kerja. Apa yang tercantum dalam tabel tersebut adalah mereka yang sudah bekerja, dan tidak sedang menempuh jenjang pendidikan. Tabel 4 Jumlah Penduduk berdasarkan Pendidikan No Pendidikan Frekuensi Prosentase 1 Belum dan tidak sekolah 765 23,7% 2 Pernah sekolah tapi tidak tamat 67 2,1% 3 SD 150 4,6% 4 SMP 350 10,8% 5 SMU 1.810 56% 6 Diploma 30 0.9% 7 Strata 1 50 1,6% 3.222 100% Jumlah Sumber: Data statistik Kelurahan Sudimara Selatan 2009 Tabel di atas menjelaskan tentang jumlah penduduk yang belum sekolah dan sedang menempuh pendidikan. Ini artinya, penduduk yang sudah tidak menempuh pendidikan karena memutuskan untuk bekerja, atau penduduk yang sudah melewati usia sekolah, tidak penulis cantumkan. Sementara itu dalam bidang pendidikan rata-rata tingkat pendidikan masyarakat Sudimara Selatan saat ini adalah SMU (Sekolah Menengah Umum) dengan prosentase mencapai 56%. Berbeda dengan belasan tahun sebelumnya, saat ini kebutuhan akan pendidikan semakin baik, tersedia sarana prasarana yang dibutuhkan dalam pendidikan, dari TK hingga tingkat SMU tersedia dalam 41 wilayah Sudimara Selatan, baik yang tercatat di kelurahan maupun yang tidak. Dari catatan daftar isian potensi kelurahan tercatat, 4 buah TK, 1 buah SD; SMP; SMU; bahkan pondok pesantren. Dalam hal Pendidikan, walaupun pekerjaan sebagai buruh, tukang becak ataupun pembantu rumah tangga bukan menjadi halangan mereka untuk menyekolahkan anak-anak mereka ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi, ini didukung pula oleh minat belajar anak-anaknya yang tinggi. Dalam waktu satu hari, mereka bukan hanya di sekolah formal, melainkan juga belajar di sekolah agama non-formal dan mengikuti les-les tambahan bahasa inggris; komputer; seni tari dan lain sebagainya. Tidak kalah dengan etnis Jawa (pendatang), penduduk asli, yakni etnis Betawi juga sudah mulai berorientasi dalam bidang pendidikan, hal ini terlihat dari semakin banyak etnis Betawi yang sekolah sampai perguruan tinggi, bahkan perguruan tinggi negeri. Dalam bidang agama, mayoritas agama penduduk Kelurahan Sudimara Selatan adalah agama Islam. Jumlah pemeluk Agama Islam mencapai 10.228 orang dengan posisi berikutnya Katholik, Hindu dan Budha, ini terlihat dari jumlah masjid dan musholah disetiap RT, tapi tidak terdapat satupun gereja maupun tempat ibadah umat agama yang lain. Menurut hemat penulis, hal tersebut dikarenakan adanya ketakutan dari umat lain untuk membuat tempat ibadah dan adanya peraturan yang dibuat masyarakat Ciledug asli pemuluk agama Islam yana tergolong konservatif, bahwa Agama lain sangat dilarang keras membangun tempat ibadah. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel 5. 42 Tabel 5 Jumlah penduduk berdasarkan Agama No Pendidikan Frekuensi Prosentase 10.226 84,9% 1 Islam 2 Katholik 608 5,1% 3 Kristen 556 4,6% 4 Hindu 316 2,6% 5 Budha 334 2,9% 12.050 100% Jumlah Sumber: Data statistik Kelurahan Sudimara Selatan 2009 Data diatas menunjukkan bahwa mayoritas penduduk Sudimara Selatan adalah beragama Islam, disusul oleh Kristen Katholik, Kristen Protestan, Hindu dan Budha. Meskipun adanya heterogenitas dalam agama, masyarakat Sudimara Selatan saling mempertahankan dan meningkatkan kerukunan antar agama dengan cara bersikap solidaritas dan toleransi antar agama, sehingga tidak pernah ada konflik yang terjadi. Data jumlah seluruh masyarakat berdasarkan kepemelukan seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, maka banyak sekali kegiatan-kegiatan yang dilakukan khususnya umat Islam di Sudimara Selatan sangatlah berkembang, yaitu adanya pengajuan-pengajian yang diikuti oleh seluruh golongan usia, seperti pengajian bapak-bapak, ibu-ibu, pemuda-pemudi, dan anak-anak. Kegiaan-kegiatan keagamaan yang diadakan di Sudimara Selatan seperti pengajian mingguan, para pendatang seperti etnis Jawa juga ada yang mengikuti. Tapi mayoritas banyak yang tidak mengikuti pengajian, karena etnis Jawa ini labih banyak yang bekerja di pasar dari pagi hingga sore hari, sehingga tidak ada 43 waktu untuk mengikuti hal tersebut, walaupun ada waktu mereka gunakan untuk beristirahat. Organisasi-organisasi yang diadakan di Sudimara Selatan hanya organisasi kepemudaan yang meliputi organisasi Karang Taruna atau Remaja Musholah, tidak ada organisasi yang menangani pembinaan keagamaan secara khusus bagi para pedagang, serta tidak ada seseorang yang mengajak mereka untuk mengkaji agama. Oleh sebab itu, mereka tetap berada dalam ketaidaktahuan dalam hal agama. Berdasarkan informasi yang penulis terima dari seorang Sekel (sekretaris kelurahan) yaitu bapak Buham, mengatakan bahwa kegiatan keagamaan umat Kristen tidak terlihat mencolok. Selain itu Gereja tempat mereka beribadah tidak ada di daerah Sudimara Selatan, ada sebuah tempat beribadah umat kristiani itupun rumah biasa yang dipimpin oleh seorang pastur dan bukan tempat ibadah umum. Walaupun beribadah hanya yang punya rumah saja, dan orang yang diluar dari kampung dukuh tidak diperbolehkan. Meskipun begitu keadaannya mereka tetap saling menghargai dan menghormati selama umat kristen tidak membuat ulah di wilayah tersebut.1 Selain agama-agama yang mayoritas seperti Islam dan Kristen, ada pula umat Hindu dan Budha yang tinggal di Sudimara Selatan yang berasal dari para pendatang. Sedangkan kegiatan keagamaan dan tempat peribadatan mereka berada di luar wilayah Sudimara Selatan. 1 Informasi di dapatkan dari Bapak Buham, seorang Sekretaris Kelurahan Sudimara Selatan. Jakarta, 30 Oktober 2008. BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Kehidupan Pengguna Narkoba dan Miras Sebelum Menikah Pada sub bab ini, penulis berusaha untuk mendeskripsikan data yang penulis peroleh melalui wawancara dengan para informan tentang kehidupan mereka sebelum menikah. Data yang penulis sajikan pertama kali adalah mengenai perkenalan para informan dengan narkoba dan miras. Penjelasan pertama penulis peroleh dari informan NF. Informan NF mengaku bahwa ia mengenal minuman keras dari pamannya. Selain itu ia juga mengaku bahwa ia mengenal minuman keras dari teman-teman sekolahnya dulu. Hal inilah yang menjelaskan mengapa informan NF menjadi peminun minuman keras, walaupun sebelumnya ia mengaku bukan sebagai peminum. Sebagaimana yang diungkapkan oleh informan NF: “Masalah Miras, saya pertama kali dikenalkan oleh Om saya (orang Cina), selain itu saya juga tahu minuman keras dari temen sekolah saya dulu. Awalnya saya gak minum lho.. tapi karena sering bergaul dengan temanteman yang suka minum, akhirnya saya ikut nyoba-nyoba untuk mengetahui bagaimana rasanya minuman keras itu. Eh, lama-kelamaan saya jadi keterusan deh”.1 Hal yang hampir sama disampaikan oleh informan ZM. Ia mengaku bahwa ia mengenal minuman keras dari teman-teman sepergaulannya. Seperti halnya informan NF, informan ZM sebelumnya juga bukan peminum, tapi karena terlalu sering bergaul dengan teman-teman yang suka minum, akhirnya informan ZM pun mengkonsumsi minuman keras juga. Saat penulis tanyakan alasan mengapa informan ZM melakukannya, ia mengaku bahwa jika ia menolak tawaran minum 1 Hasil wawancara dengan informan NF, Tangerang, 04 Januari 2009, Jam: 20:26 WIB 44 45 dari teman-temannya, ia merasa tidak enak dan ia juga sering dianggap sok suci jika menolak tawaran minum teman-temannya. Seperti apa yang dituturkan informan ZM di bawah ini: “Saya mengenal dan mengkonsumsi minuman keras karena di ajak Teman-teman nongkrong saya. Sebelumnya saja memang tidak pernah mengkonsumsi minuman keras tersebu. Tapi karena sering nongkrong dengan teman-teman yang suka minum, kemudian saya sering ditawari untuk ikut minum, dan kalau menolak saya merasa gak enak serta takut dikata sok suci, akhirnya saya ikut-ikutan minum”.2 Hal yang hampir sama disampaikan oleh informan PT. Ia mengaku bahwa ia menggunakan obat-obatan terlarang dan mengkonsumsi minuman keras karena pengaruh dari pergaulan. Setelah beberapa kali ikut bergaul dengan teman-teman yang menggunakan narkoba dan menkonsumsi minuman keras, informan PT akhirnya terbujuk dengan ajakan teman-temannya untuk ikut memakai narkoba dan mengkonsumsi minuman keras. Seperti yang diungkapkan oleh informan PT sebagai berikut: “Saya memakai obat-obatan terlarang dan mengkonsumsi minuman keras sebenarnya sich bukan kemauan sendiri. Karena awalnya memang saya bukan pemakai obat-obatan terlarang dan pengkonsumsi minuman keras. Hal tersebut terjadi karena saya sering bergaul dengan teman-teman yang sudah terlebih dahulu menggunakan obat-obatan terlarang dan menkonsumsi minuman keras. Setelah saya nongkrong agak lama dengan teman-teman tersebut, akhirnya saya tidak kuat untuk menolak bujukan dari teman-teman untuk mencoba menggunakan narkoba dan minum minuman keras.”.3 Berikut ini adalah tabel jenis kelamin para informan: 2 Hasil wawancara dengan informan ZM. (pengguna Narkoba/Miras), Tangerang, 05 Januari 2009, Jam: 19:21 WIB 3 Hasil wawancara dengan informan PT. (pengguna Narkoba/Miras), Tangerang, 05 Januari 2009, Jam: 21:21 WIB 46 Tabel 1 Tabel Jenis Kelamin Pengguna NAZA No Jenis Kelamin Jumlah 1 Laki-Laki 7 orang 2 Perempuan 1 orang Total 8 orang Sumber: data ini diperoleh dari hasil wawancara dengan informan Dari hasil tabel di atas dapat dilihat bahwa jumlah pengguna NAZA terdiri dari 7 laki-laki dan 1 perempuan. Hal ini dapat dipahami, bahwa laki-laki lebih banyak menggunakan NAZA dari pada wanita. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor baik internal maupun eksternal. Tabel 2 Tabel Sosial Ekonomi Pengguna NAZA No Tingkat Ekonomi Penghasilan per-satu Jumlah bulan 1 Keluarga Sejahtera 3 3 < juta 1 orang 2 Keluarga Sejahtera 2 1,5 – 3 juta 2 orang 3 Keluarga Sejahtera 1 500 ribu – 1,5 juta 5 orang Total 8 orang Sumber: data ini diperoleh dari hasil wawancara dengan informan Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa rata-rata informan yang berasal dari kelas ekonomi menengah ke bawah, yang bayak terjerat dalam menggunakan NAZA, dengan kehidupan yang terhimpit, ekonomi yang labil menjadi salah satu faktor yang bisa membuat seseorang menggunakan NAZA 47 Dalam menentukan klasifikasi sosial ekonomi para informan tersebut, penulis menggunakan standar yang digunakan oleh BKKBN dimana keluarga dapat dibedakan menjadi keluarga pra-sejahtera, keluarga sejahtera 1, keluarga keluarga sejahtera 2, keluarga sejahtera 3, dan keluarga sejahtera 3 plus. Berikut ini adalah pengertian dari masing-masing tingkatan ekonomi suatu keluarga tersebut: a. Keluarga pra-sejahtera Adalah keluarga yang belum dapat memenuhi kebutuhan dasarnya (pangan, sandang, papan, kesehatan dan pendidikan) b. Keluarga sejahtera 1 Adalah keluarga-keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasarnya secara minimal tapi belum dapat memenuhi seluruh kebutuhan sosial psikologisnya seperti kebutuhan : ibadah, protein, pakaian, ruang interaksi keluarga, keadaan sehat, penghasilan,baca tulis dan KB. c. Keluarga sejahtera 2 Adalah keluarga-keluarga yang telah memenuhi kebutuhan dasarnya juga telah memenuhi seluruh kebutuhan sosial psikologisnya,tetapi belum dapat memenuhi seluruh kebutuhan pengembangannya: (peningkatan agama, nabung, interaksi, kegiatan di masyarakat dan mampu memperoleh informasi. d. Keluarga sejahtera 3 Adalah keluarga yang telah dapat memenuhi seluruh kebutuhan dasarnya, kebutuhan sosial psikologisnya dan pengembangannya, namun belum 48 dapat memberikan sumbangan yang maksimal kepada masyarakat secara teratur materil dan keuangan serta berperan aktif seperti jadi pengurus. e. Keluarga sejahtera 3 plus Adalah keluarga yang telah dapat memenuhi seluruh kebutuhannya, dasar, sosial psiklogis, dan memberi sumbangan secara berkelanjutan.4 Seluruh informan berasal dari orang yang beragama Islam. Berkaitan dengan keterlibatan mereka dengan narkoba dan minuman keras, hal ini dipengaruhi oleh kurangnya pemahaman atau kemampuan oleh informan untuk menyerap nilai-nilai normatif yang tertera dalam agama tersebut untuk diaplikasikan dalam kehidupannya, serta minimnya kesadaran informan unutk menjahui NAZA yang dalam islam telah jelas kedudukan hukum memakai NAZA tersebut. Tabel 3 Tabel Pendidikan Pengguna NAZA No Pendidikan Jumlah 1 SD - 2 SMP 1 orang 3 SMA 5 orang 4 D3 1 orang 5 SI 1 orang Total 8 orang Sumber: data ini diperoleh dari hasil wawancara dengan informan Dari tabel di atas dapat diketahui dan diambil kesimpulan jika ditinjau dari segi pendidikan informan sebagai pelaku pemakai Narkoba dan peminum minuman keras banyak didominasi kalangan SMA, tetapi dimulai dari tingkat 4 Pelaksanaan Pendataan Keluarga Jawa Barat 2008, artikel diakses dari http://www.bkkbn.go.id/jabar/print.php?tid=2&rid=11, tanggal 20 April 2010 49 SMP sampai S1. Hal ini tentunya dipengaruhi oleh tingkat perkembangan emosi anak SMA yang masih labil, agresif dan emosional, berbeda dengan anak tingkatan SMP yang masih canggung dan sedikit tertutup dalam bergaul, jadinya menggunakan miras hanya sebatas nyoba dan ingin tahu. Kalau pada tingkatan anak S1/D3 seiring dengan semakin baik dan berkembangnya kesadarannya dalam memandang bahaya narkoba atau miras, makanya penggunanya relatif sedikit. B. Penyimpangan Sosial Pengguna Narkoba dan Miras 1. Freesex, Pelacuran atau Prostitusi Prostitusi dan seks bebas di luar nikah telah menjadi realitas baru dikalangan para remaja. Seiring dengan berkembangnya budaya yang sudah tidak lagi mengenal lintas Bangsa dan negara, baik budaya positif maupun negatif, orang sekarang bebas dalam mengekspresikan untuk berbuat atau tidak. Norma-norma realitas dan nilai-nilai luhur agama terus bergumul, berdialog dan berdialektika dengan perkembangan masyarakat yang terus berubah. Nilai-nilai positif dan negatif terus bertarung dalam realitas budaya masyarakat. Begitupun yang terjadi pada pengguna NAZA yang ada di lingkungan kampung Dukuh, Kelurahan Sudimara Selatan, dimana ada sebagian orang yang menjadikan prostitusi atau seks bebas diluar nikah sebagai lahan untuk mencari uang, untuk membeli miras atau Narkoba. Keinginan untuk menggunakan obat-obatan terlarang serta mengkonsumsi minuman keras tidak bisa begitu saja ditahan oleh para penggunanya. seperti yang diutarakan informan Lo, yang mengaku bahwa 50 dirinya terpaksa harus menjual kehormatannya untuk mendapatkan uang demi dapat membeli salah satu jenis narkoba untuk dikonsumsi. Hal ini menurut pengakuan informan Lo, bahwa keinginannya untuk memakai obat-obatan terlarang tersebut sudah tidak bisa ditahan lagi, sehingga dirinya harus berupaya untuk mendapatkan uang dengan cara yang mudah dan cepat. Sedangkan untuk minta ke orang tua, informan Lo mengaku bahwa hal tersebut tidak mungkin, karena selain ia enggan untuk terus-menerus minta uang kepada orang tua, ia juga takut bahwa nanti ia akan ketahuan jika uang tersebut akan dipergunakan untuk membeli obat-obatan terlarang. Hal tersebut sebagaimana yang diungkapkan oleh informan Lo kepada penulis: “Orang kalau sudah kecanduan mah, susah berhentinya mas. Kalau udah pengen make, ya g bisa ditahan lagi, harus secepatnya dipenuhi. Kalau nggak, badan sakit semua. Saya pernah menjual kehormatan saya hanya untuk mendapatkan duit untuk membeli sabu-sabu, waktu itu saya tidak punya duit sama sekali. Mau minta ke nyokap, takut ketahuan. Selain itu juga saya malu, udah keseringan minta duit. Nanti lama-kelamaan orang tua kan bakal curiga, kok anaknya butuh duit banyak amat.”5 Dampak dari pemakaian obat-obatan terlarang dan mengkonsumsi minuman keras adalah buruk. Karena pengaruh dari pemakaian narkoba dan minuman keras, seseorang bisa melakukan hal-hal yang membahayakan dirinya dan orang lain. Bahkan, saat seseorang teler bisa melakuakn perbuatan yang dilarang oleh agama dan norma masyarakat, seperti berhubungan badan bukan dengan pasangannya. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh informan ZM. Jika informan Lo merelakan dirinya untuk dinikmati oleh orang lain demi mendapatkan 5 Wawancara pribadi dengan informan Lo di rumahnya.Tangerang, 04 April 2009, jam: 21:20 WIB 51 uang dengan mudah dan cepat, maka informan ZM mengaku bahwa dirinya melakukan hubungan badan karena memang saat para pengguna narkoba sedang teler, mereka sering kali tidak sadar dengan apan yang mereka katakan dan lakukan. Hal ini membuat sebagian dari mereka pun sering melakukan hubungan seks bebas dengan teman-teman yang sudah mereka kenal karena pengaruh dari obat-obatan tersebut. Seperti yang disampaikan oleh informan ZM: Kalau pengaruh dari narkoba dan minuman keras memang buruk banget mas. Sering kali orang yang mabok tidak sadar apa yang ia lakukan. Bahkan kalau lagi teler, orang bisa melakukan hubungan seks bebas. Menurut saya sich rata-rata orang yang yang hidup di dunia kayak gituan dah pernah melakukan hubungan seksual, kalau gak beli di jalanan paling sama cewek satu tongkrongan, soalnya kalau udah makai Narkoba bawaannya gimana gito, dan saya dah mengalaminya.6 Hal yang sama juga diungkapkan oleh informan NF. Menurutnya, pengaruh dari pemakaian obat-obatan terlarang dan minuman keras sangat buruk. Menurut pengakuan informan NF, ia pernah melakukan seks bebas karena pengaruh dari kedua benda tersebut. Seperti yang diungkapkan oleh informan NF: “Kalau ditanya apakah saya pernah melakukan seks bebas, saya jawab pernah. Waktu itu saya lagi teler, dan kebanyakan orang yang lagi teler sudah tidak bisa mengontrol perilakunya. Yang lebih parah lagi adalah, kita tidak bisa menahan hasrat untuk berhubungan badan. Kalau lagi begitu ya saya nyari aja cewek yang bisa dibayar.”7 Secara sadar atau tidak hal di atas, apa yang diungkapkan oleh informan tersebut sangat bertentangan dengan nilai-nilai budaya yang normatif dan sangat bertentangan sekali dengan nilai-nilai luhur budaya 6 Hasil wawancara dengan informan ZM. (pengguna Narkoba/Miras), Tangerang, 05 Januari 2009, Jam: 19:21 WIB 7 Hasil wawancara dengan informan NF. Tangerang, 04 Januari 2009, Jam: 20:26 WIB 52 bangsa yang berketuhanan ini, juga dengan nilai-nilai luhur agama. Pelacuran merupakan peristiwa penjualan diri dengan jalan menjualbelikan badan, kehormatan, dan kepribadian kepada banyak orang untuk memuaskan nafsu-nafsu seks dengan imbalan pembayaran. Prostitusi adalah bentuk penyimpangan seksual, dengan pola-pola organisasi implus atau dorongan seks yang tidak wajar dan tidak terintegrasi dalam bentuk pelampiasan nafsu-nafsu seks tanpa terkendali dengan banyak orang (promiskuitas), disertai eksploitasi dan komersialisasi seks yang impersonal tanpa afeksi sifatnya. 2. Mencuri, Malak/Nodong Selain freesex yang dapat saya temukan dalam kehidupan para peminum-minuman keras atau pengguna narkoba, terkadang mereka juga melakukan pencurian, malak, dan suka tawuran. Hal ini tergambar dari hasil wawancara saya dengan informan DD (nama samaran) dibawah ini: “Waktu saya masih peminum dulu, yaach..! kalau dah gak punya duit nih, saya malak aja rame-rame sama sopir angkot dan sama adik kelas, pulang sekolah kumpul-kumpul sama teman tongkrongan, bis itu langsung beli Bir, kalau masih kurang yah minta tambahan sama teman.”8 Sama seperti apa yang diungkapkan oleh BW. (nama samaran) sebagai berikut: “Dulu saya bukan cuman minum aja yah..! tapi jualan Ganja juga. Saya pernah di sel 5 bulan, setelah keluar belum kapok tuch..! bis itu mudal kan dah gak punya lagi buat jualan Ganja, minta sama orang tua gak dikasih karena orang tua saya tau kalau cuman buat beli minuman, jadinya saya mencuri toko orang dekat pasar Sudimara sana.”9 8 Wawancara pribadi dengan informan DD rumahnya.Tangerang, 03 April 2009, jam: 21:20 WIB 9 Wawancara pribadi dengan informan BW di rumahnya.Tangerang, 05 Januari 2009, jam: 15:20 WIB 53 C. Keagamaan Pengguna Narkoba dan Minuman keras 1. Shalat lima waktu Melaksanakan sholat lima waktu dalam sehari semalam adalah wajib hukumnya bagi muslim mukallafin,10 pahala bagi yang mengerjakannya, dan dosa bagi yang meninggalkannya. Namun tidak demikian adanya bagi 8 informan yang penulis jadikan sampel penelitian skripsi ini. Seperti pengakuan DD dan BW (keduanya nama samaran) setelah saya jumpai dan berbincang-bincang mengatakan: “Jujur..! saya tidak pernah ingat sholat sama sekali waktu mabok, gimana yah… maunya yang happy-happy aja gito. Tapi giliran dan sadar ya saya sholat lah.. walaupun kadang-kadang, apalagi waktu masih suka mabok dulu itu, pengetahuan saya tentang yang agamaagama gitu minim baget, paling belajarnya cuman dikelas aja waktu masuk sekolah, itupun dikit baget, kan saya SMA.”11 Hal diatas juga ditambahkan oleh EK (nama samaran), ia waktu masih suka minum dulu saya jarang baget malaksanakan sholat yang lima waktu, apalagi sholat jumat yah… karena saya lebih enakan nongkrong-nongkrong sama teman-teman. Seperti tergambar dalam ucapannya: “Wah… dulu saya kacau baget pokoknya deh…! Sholat saya jarang baget bos.. paling banter niya, paling cuman 5 kali seminggu saya melaksanakan sholat.”12 Hal di atas Senada dengan apa yang terjadi pada PT, NF juga ZM. (nama samaran) ia mengatakan: “Sholat.? Hancur baget saya dulu, anak jalanan gimana sich..? paling yang sering saya sholat Jumat doang yang saya lakuin, selain itu jarang-jarang. NF. Mengatakan: kalau saya sholat itu pas lagi iget aja, 10 Mukallafin, bentuk isim fail (subjek) yang artinya orang yang sudah samapai waktu dikenahi hukum. Diambil dari bahasa Arab yang bentuk mufradnya (tunggal) adalah kallafa 11 Wawancara pribadi dengan informan BW, Tangerang tanggal 05 Januari 2009, jam 15.20 12 Wawancara pribadi dengan informan EK, (nama samaran). Di rumahnya, Tangerang 07 Maret 2009, jam: 21:00 WIB 54 masalah dosa sadar sich sebenarnya, tapi ya gito deh..! taulah saya kalau lagi keluar itu pulangnya pasti malem, nyampe rumah langsung tidur. “ Hal ini juga sama dengan apa yang terjadi sama ZM. Ia menambahkan: “Mungkin ini dipengaruhi oleh pengatahuan agama saya yang sangat minim kali yah! Saya juga jarang baget ikut-ikut pengajian anak masjid. Saya lebih seneng kumpul-kumpul sama temen tongkrongan saya.”13 2. Membaca Al-quran Disini dari 8 informan yang berhasil penulis wawancarai dapat saya simpulkan, dalam kegiatan keagamaan ini sangat jarang sekali mereka melakukan, karena mereka sangat tidak iget sekali pada saat mabok untuk membaca Al-quran, lebih-lebih sebagian di antara mereka ada yang tidak bisa membaca Al-quran, seperti yang diungkapkan oleh informan NF, DD, ZM dan EK. Sebagai berikut: “NF dan DD, mengakatan: “Saya tidak bisa membaca Al-quran, karena pada waktu itu saya jarang baget belajar ngaji. Hal ini ditambahkan oleh ZM, saya dulu gak bisa ngaji waktu masih suka mabok. Berbeda dengan apa yang dikatakan oleh EK, kalau saya dulu kurang lancar ngajinya, apalagi saya memang jarang belajar, padahal mushola di dekat rumah saya ada, dan di situ banyak yang belajar ngajai, tapi sayanya aja yang males, enakan kumpul-kumpul sama temen.”14 D. Kehidupan Pengguna Narkoba dan Miras Sesudah Menikah Tidak dapat dipungkiri setelah pernikahan dilakukan, ada perubahanperubahan yang terjadi pada pengguna narkoba, hal ini dipicu oleh tekanan baru yang mereka hadapi seperti harus beradaptasi dengan lingkungan yang baru yang 13 Wawancara pribadi dengan informan PT. NF dan ZM di rumahnya NF, waktu lagi kumpul, habis acara aqikahan.Tangerang, 11 April 2009, jam: 22:20 WIB 14 Wawancara pribadi dengan informan, DD, EK. PT. NF dan ZM. (nama samaran) di rumahnya NF, waktu lagi kumpul, habis acara aqikahan.Tangerang, 11 April 2009, jam: 22:20 WIB 55 tetunya sangat berbeda dengan lingkungan sebelumnya, pengguna narkoba tidak lagi bebas seperti sebelum menikah, ini dikarenakan adanya istri ataupun keluarga yang harus ia perhatikan, semacam ada tuntutan tangggung jawab sosial, moral dan spritual yang harus ia penuhi setelah menikah; seperti ia harus menjadi pemimpin (imam) dalam rumah tangga tersebut guna keharmonisan rumah tangganya, selain itu ia juga harus membawa keluarganya tersebut selalu di dalam fitrah-Nya, dan sebagai tanggung jawab sosial ia dituntut harus menafkahi seorang istri dan anak setelahnya. Tetapi demikian, pernikahan tidak secara langsung bisa membuat pengguna Narkoba atau Miras jera (berhenti total). Seperti apa yang di tuturkan oleh informan dengan sebagai berikut : 1. Aspek sosial Dari hasil penelitian yang penulis lakukan pada 8 informan tersebut di atas dapat diketahui bahwa kehidupan sosial keagamaan pengguna narkoba atau miras sebelum menikah sangat jauh dari nilai-nilai agamis atau sesuai norma masyarakat seperti misalnya kebiasaan yang suka malak/nodong, mencuri, freesex atau prostitusi. Namun menarik setelah pengguna narkoba tersebut menikah ada perubahan pola-pola sosial yang terjadi pada mereka, sadar atau tidak sadar pengguna narkoba tersebut mengalaminya. Walaupun perubahan tersebut pada dasarnya tidak frontal, yang terkadang masih juga ada pengguna narkoba/miras walaupun telah menikah masih memakainya. Seperti perubahan sosial yang dialami oleh pengguna narkoba/minuman keras EK (nama samaran), setelah menikah ia mengatakan sebagai berikut: 56 “Setelah menikah Ya... kadang-kadang masih minum, buat isengiseng ajala. tapi tidak sesering waktu sebelum menikah dulu, freesex juga dah gak ”15 Pada dasarnya pernikahan tersebut adalah ibadah, banyak nilai-nilai luhur yang terkandung di dalamnya. menikah dengan bertujuan mengharapkan rahmat dari yang Maha Esa adalah langkah awal untuk senantiasa selalu dalam lindungannya. Dan pernikahan tersebut dalam pandangan pengguna narkoba atau peminum minuman keras adalah ikatan yang sakral dalam menempuh hidayah Tuhan untuk keluar dari jurang kemaksiatan narkoba dan minuman keras. Walaupun pengguna narkoba/miras tersebut setelah menikah tidak semerta-merta langsung bisa berhenti total dari memakai narkoba dan minuma keras seperti apa yang di katakan oleh informan BW (nama samaran), seperti berikut: “Alhamdulillah Setelah menikah saya dah jarang minum-minuman keras lagi. Bahkan saya meninggalkan semuanya.20 Baik itu yang suka nyolong, atau menodong. Sebelum menikah istri saya tau kalau saya adalah peminum, tapi saya punya komitmen sama dia kalau mau menikah harus berhenti dari semuanya. Baginya arti pernikahan itu adalah ibadah, dan upaya membangun rumah tangga. Dan setelah menikah ini istri saya sangat membatasi pergaulan saya”.16 Hal ini ditambahkan oleh DD (nama samaran), Menurutnya: “Saya inget waktu saya masih menggunakan Narkoba saya dikucilkan oleh masyarakat, Alhamdulillah Setelah menikah saya bisa mengurangi minum-minuman keras itu, kalau nyolong dah gak lagi. Bahkan sekarang kalau saya punya rezeki suka ngasih kepada anak yatim, bukan pamir yach. Karena arti pernikahan bagi saya adalah suatu ikatan dalam menjalin rumah tangga, siapa tau dengan ikatan tersebut dapat merubah diri kita, merubah kita ke arah yang lebih baik.”17 15 Wawancara pribadi dengan informan EK, Tangerang tanggal 11 April 2009, jam 21.30 16 Wawancara pribadi dengan informan BW, Tangerang tanggal 06 April 2009 Wawancara pribadi dengan informan DD, Tangerang tanggal 11 April 2009 17 57 Kalau bagi sebagian pengguna narkoba atau peminum minuman keras seperti EK dan BW pernikahan tidak langsung membuat mereka jera, secara total langsung menghentikan kebiasan buruknya, yang suka nodong, malak dan mencuri yang ia lakukan sebelum menikah dulu. Hal ini berbeda dengan apa yang terjadi pada informan NF. Setelah menikah, ia benar-benar taubat, bisa berhenti secara total dan berjanji tuk tidak lagi memakainya, karena takut azab Tuhan dan kasihan sama istri, itulah sekelumit potret suami tauladan yang terpatri pada informan NF (nama samaran), menuturkan tentang perubahannya setelah menikah: “Saya sudah tidak minum-minuman keras lagi setelah menikah, melacur juga dah gak berani sekarang, takut kena azab Allah, selain itu saya juga kasihan sama istri saya, dia dah banyak membantu saya keluar dari masa lalu saya yang tidak baik itu, karena dibatasi oleh istri saya, dan saya menghormatinya, karena pernikahan bagi saya itu nambah saya terikat sama istri dan nambah saya dewasa.”18 Selain itu informan PH (nama samaran) juga mengungkapkan apa yang yang teradi kepadanya setelah ia menikah: ia mengatkan kalau setelah menikah sudah tidak lagi memakai narkoba atau minum-minuman keras, dan baginya pernikahan itu adalah ikrar suci yang harus dijunjung tinggi-tinggi dan sebagai pasangan suami-istri harus saling menghormatinya, itulah mengapa saya setelah menikah langsung berhenti, dan saya langsung berjanji sama isteri saya untuk berubah. Alhamdulillah ternyata saya bisa meninggalkan kebiasaan buruk saya dulu. Hal ini tergambar dalam ucapannya: 18 Wawancara pribadi dengan informan NF, Tangerang tanggal 11 Januari 2009 58 “Gak..! saya bena-benar taubat setelah menikah gak mau mabok lagi, saya dah berjanji sama istri saya.”19 Dan apa yang diungkapkan oleh informan PH, di atas tentunya tidak mungkin langsung searah dengan apa yang dialamai oleh informan lainnya. Makanya hal ini berbeda dengan apa yang diungkapkan oleh PT dan ZM, yang masih suka minum-minuman keras walaupun telah menikah. Dan hal ini membuktikan kalau seseorang yang sudah kecanduan narkoba atau minuman keras sangat sulit untuk melepaskannya, walaupun PT dan ZM mengakui kalau perilaku menyimpang mereka seperti mencuri, nodong atau malak dijalanan, sudah ia hentikan setelah menikah, namun untuk menghentikan meminum menurutnya sangat sulit waktu di awal-awal pernikahannya. Seperti yang ia katakan kepada saya “Kalau di awal-awal pernikahan masih minum walaupun sedikit, lama-kelamaan gak lagi”.20 2. Aspek keagamaan Dalam aspek keagamaan ini menarik untuk melihat indikator apa saja yang terjadi pada pengguna narkoba/miras setelah menikah. Selain perubahan yang terjadi pada pengguna narkoba/miras setelah menikah dalam aspek sosial, disini dalam aspek keagamaanpun ternyata juga ada perubahan polapola tertentu yang dialami oleh pengguna narkoba/miras setelah ia melakukan pernikahan. Seperti tambah rajin melaksanakan sholat lima waktu, ikut-ikut pengajian atau bahkan ada yang sudah menjadi ustadz, yang tadinya sebelum 19 Wawancara pribadi dengan informan PH, Tangerang tanggal 06 April 2009 Wawancara pribadi dengan informan PH dan PT, Tamgeramg tanggal 11 April 2009sebagai oknum eks-Narkoba dan Miras, telah menikah hasil wawancara dengan informan (BW) 20 59 menikah sholat sering ditinggal-tinggal, tidak bisa ngaji/membaca al-quran. Perubahan ini tergambar pada informan EK. (nama samaran) setalah menikah ia merasakan adanya seorang istri yang selalu memperingatinya senantiasa untuk selalu melaksanakan dan tidak meninggalkan sholat yang lima waktu, dan setelah menikah ia merasakan lebih fokus pada beribadah kepada sang pencipta. Seperti tergambar di bawah ini: “Setelah menikah saya lebih fokus lagi pada ibadah dengan istri dan anak-anak, dan saya selalu diingatkan oleh istri saya untuk selalu tetap beribadah, lebih-lebih sholat yang lima waktu.”21 Apa yang terjadi pada informan EK di atas tentunya sangat berbeda dengan yang dialami oleh BW ( informan yang telah menikah), ia mengatakan walaupun setelah menikah terkadang masih juga keteteran dalam melaksanakan sholat lima waktu, mungkin hal ini karena saya berlatar belakang dari keluarga yang kurang agamis kali yach.., parahnya lagi waktu kecil saya mengakui memang jarang baget ikut-ikut pengajian kemasjid gito, jadinya hati saya gampang rapuh.kalau ibadah kayak sholat lima waktu gitu, saya jujur terkadang juga masih keteteran, tapi untung ada istri yang selalu mengingatkan saya untuk sholat. Hal ini mengungkapkan: “Untuk ibadah misalkan melaksanakan sholat saya masih agak keteteran walaupun sudah menikah, ungtungnya ada istri yang selalu mengingatkan saya untuk sholat .”22 Juga sedikit berbeda dengan informan EK dan BW, dan dalam hal ini apa yang terjadi pada DD sangat menarik, ia yang tadinya sebagai peminum tulen, dalam aktivitas keagamaannya seperti sholat dia sangat jarang baget melakukannya sebelum menikah dulu, bahkan dia tidak bisa ngaji atau 21 22 Wawancara pribadi dengan informan (EK), Tangerang tanggal 11 April 2009 Wawancara pribadi dengan informan BW, Tangerang tanggal 06 April 2009 60 membaca al-quran. Aneh tapi nyata di dunia zaman sekarang. Tapi itulah yang terjadi, dan setelah menikah DD, ternyata dapat berubah, ia tambah rajin melaksanakan sholat, yang tadinya tidak bisa membaca al-quran, sekarang sudah bisa, dengan kesugguhannya ia belajar dengan tekun kepada ustadz ustad yang didatangkan kerumahnya. Dan dia berubah karena ada tanggung jawab moril-sprituil baik kepada istri, anak dan kepada tuhan yang telah menciptakannya. Hal di atas tergambar setelah berhsil penulis wawancarai DD (informan telah menikah), ia menuturkan: “Dalam hal ibadah pernikahan itu dapat merubah diri saya, saya merasa ada tanggung jawab terhadap istri dan anak-anak saya untuk beribadah. Sholat saya tambah rajin, membaca Al-quran Alhamdulillah sekarang dah lancar, saya belajar sama ustadz Fikri (alumni IAIN Ciputat) dia dateng kerumah ngajarin saya dan anak saya”23 Dan apa yang terjadi pada informan DD di atas sama juga dialami oleh informan NF (informan telah menikah), yang tadinya juga sebagai orang yang sangat gandrung terhadap minuman keras. DD mengatakan: “setelah saya menikah, saya merasa bahwa sekarang saya lebih rajin untuk melaksanakan shalat lima wakut. Bahkan saya sekarang sudah bisa membaca al-Qur’an berkat privat yang saya ikut serta karena berkat pengajaran yang diberikan istri kepada saya.” 24 Sebagaimana juga yang diungkapkan oleh LL (nama samaran telah menikah), sebagai satu-satunya informan cewek ia mengalami banyak sekali perubahan dari yang tadinya sebagai pengguna NAZA dan PSK, sebagai orang yang jarang baget untuk sholat, tidak bisa baca al-quran atau hal-hal ibadah agamis lainnya, setelah menikah ia sudah berubah; sekarang dah rajin sholat, bisa ngaji/membaca al-quran, juga udah memakai jilbab sekarang, dan 23 24 Wawancara pribadi dengan informan DD, Tangerang tanggal 11 April 2009 Wawancara pribadi dengan informan NF, Tangerang tanggal 11 April 2009 61 tentunya sudah berhenti dari kebiasaan buruknya; minum-minuman keras atau menggunakan narkoba. LL (nama samaran) mengatakan: “Setelah menikah, saya lebih fokus pada ibadah, alhamdulillah saya dah bisa baca al-Quran sekarang, dan saya benar-benar gak mau lagi baik pada masa laluku yang kelam itu.”.25 Selain LL, ternyata informan PH dan PT juga mengalami perubahan setelah ia menikah dalam hal meninggalkan kebiasaanny yang suka mabuk sebelum menikah dan suka meninggalkan sholat, ia menceritakan: “Saya akui memang sebelum menikah saya suka mabok, suka ninggalin sholat bahkan gak tau baca al-quran, tapi setelah saya menikah sampe sekarang syukur alhamdulillah saya dah bisa baca alquran dan jarang bolong-bolong sholatnya, malu tau sama istri, inilah anugrah yang diberikah Tuhan kepada saya sehingga saya bisa berubah seperti ini.wah...! pokoknya bersyukur baget lah mas.sambung doanya ya mas semoga anak saya gak menuruni sifat buruk saya dulu.”26 Dari hasil wawancara di atas dapat diambil kesimpulan bahwa, terdapat dua variabel kemungkinan yang bisa terjadi pada pengguna Narkoba/Miras setelah menikah. Pertama, pengguna Narkoba bisa secara total atau bertahap berhenti menggunakan Narkoba/Miras. Kedua, bisa membuat pengguna Narkoba/Miras lebih rajin, tekun dalam hal beribadah kepada sang pencipta. Dan tentunya dengan selalu mengharap ridha-Nya agar kehidupan setelah menikah tidak lagi terjerumus kedalam kemaksiatan tersebut. Terapi psikoreligius (mengobati fisik psikis) menjadi mutlak diperlukan, seperti terapi medis, bertaubat dan berdoa demi ketenteraman hidup damai dan sejahtera.. Sesuai dengan firman Allah SWT surat Al Baqarah ayat: 186 25 26 Wawancara pribadi dengan informan Lo, Tamgeramg tanggal 04 April 2009 Wawancara pribadi dengan informan PT, Tangerang tanggal 11 April 2009 62 (186 :)اﻟﺒﻘﺮة ( Èβ$tãyŠ #sŒÎ) Æí#¤$!$# nοuθôãyŠ Ü=‹Å_é& Artinya“Aku mengabulkan permohonan orang yang mendoa, apabila berdoa kepadaku”. (QS. Al-Baqarah: 186) E. Pengaruh Pernikahan Terhadap Kehidupan Sosial keagamaan Pengguna Narkoba dan Miras Telah menjadi kesepakatan pendapat para ulama bahwa tujuan inti diturunkannya Islam adalah untuk mendatangkan kemaslahatan dan menolak kemudaratan. 27 Bila diamati secara lebih mendalam, maka salah satu maksud disayariatkannya agama Islam oleh Allah adalah untuk memelihara keturunan.28 Pernikahan disyariatkan oleh Islam karena merupakan salah satu usaha untuk memelihara kemuliaan keturunan serta menjadi kunci ketenteraman masyarakat, jadi inilah salah satu kodrat Tuhan menciptakan laki-laki dan perempuan. Dan sebagai ciptaannya, Allah SWT telah melengakapi manusia dengan nafsu syahwat, yakni keinginan untuk menyalurkan kebutuhan biologis (kelamin)nya. Dalam rangka itu, Allah pun telah menciptakan segala sesuatu yang ada ini berjodoh-jodoh; sebagaimana ada siang ada malam, ada besar ada kecil, ada bumi ada langit, ada surga ada neraka, dan ada pria ada wanita, dan sebagainya. Tujuan Pernikahan Secara garis besar adalah untuk mewujudkan kemaslahatan, baik kemaslahatan privat maupun kemaslahatan publik. 27 Abu Ishaq al-Wyathiby, Al-Muwafaqat Fi Ushul al-Syari’ah, jilid III (Beirut: Dar alMa’rifah li al-Thaba’ah wa al-Nasyr, 1975), h. 6 28 Ada lima kemaslahatan utama (mu’tabarah) yang menjadi tujuan utama disyariatkannya agama Islam yaitu untuk memelihara keturunan, dan memelihara harta benda. Lihat Abdul Wahab Khalaf, ‘Ilm Ushul al-Fiqh (Kairo: Dar al-Kuwaityah, 1968), h. 200-202. Teliti pula Muhammad Abu Zahrah, Ushul al-fiqh (Kairo: Dal al-fikr al-‘Arabiy, tt.), h. 366-369 63 Dengan ayat di atas menjadi sangat jelas kalau pernikahan tersebut bisa membuat hidup lebih tenteram. Pernikahan bukanlah semata-mata kebutuhan biologis, melainkan yang utama adalah pemenuhan akan kebutuhan efeksional, yaitu kebutuhan mencintai dan dicintai, rasa kasih sayang, rasa aman dan terlindungi, dihargai, dan diperhatikan.29 Hal ini senada dengan apa yang telah di ungkapkan oleh informan PT: “…Setelah menikah, saya menjadi lebih termotivasi lagi dalam hal beribadah kepada sang Pencipta, dan tentunya saya berharap semoga anakanak saya tidak meniru perilaku buruk yang telah saya lakukan selama ini. Dan bagi saya pernikahan itu adalah sakral.” 30 Jadi menjadi jelas bahwa pengaruh pernikahan tersebut bagi pengguna narkoba atau peminum minuman keras adalah sakral. Karena itulah pernikahan memiliki fungsi sebagai pemeliharaan dalam kehidupan sosial masyarakat. Sesuai dengan fungsi pernikahan itu sendiri yaitu dapat memelihara pandangan mata, sebagai salah satu jalan untuk mendapatkan ketenangan hidup, selain fungsi pernikahan itu sendiri yang merupakan instrumen pemelihara kelangsungan generasi. Seperti halnya PT, informan DD juga mengalami hal perubahan setelah ia menikah; “…Ya, pernikahan dapat merubah dalam hal ibadah saya, saya merasa ada tanggung jawab terhadap istri dan anak-anak saya untuk ibadah. saya masih inget waktu remaja dulu, diwaktu masih gak lepas dari kubangan Narkoba dan Miras, hal-hal seperti itu mencolok dimata masyarakat, sehingga ada pandangan negatif dari masyarakat, itu sangat melekat sekali, bagaimana saya dapat bersosialiasi dengan masyarakat agar dilihat baik, ya saya juga harus berusaha baik di depan masyarakat.”31 29 Dadang Hawari, Al-Quran; Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa, h. 250 Wawancara pribadi dengan informan PT, Tangeran tanggal 11 April 2009 31 Wawancara pribadi dengan informan DD, Tangerang tanggal 11 April 2009 30 64 Dalam aspek sosial atau dalam aspek keagamaannya, DD dalam berinteraksi sosial dengan masyarkat waktu masih sebagai peminum, ia sangat teralienasi dalam kehidupan sosial, terkucilkan dan sangat diremehkan. Dalam keagamaan ia sekarang lebih fokus dalam beribadah kepada Allah, baik itu melalui pengajian-pengajian rutin yang diadakan oleh jamaah masjid, bahkan sekarang dia menjadi salah satu uztad yang mengajari anak-anak di salah satu masjid Al-Ikhlas di daerah Sudimara selatan. Sudah lazim kalau pengguna Narkoba/Miras itu rentan dengan hubungan seks secara bebas, 32 yang bisa menyebabkan terkena AIDS/HIV, karena pandangannya terhadap norma-norma masyarakat, hukum, agama sudah dilanggar.33 Oleh karena itu dengan pernikahan, setidaknya seks bebas tersebut di atas bisa dihindari. Sebagaimana yang diutarakan BW, di bawah ini. “Ya... saya bisa menghentikan kebiasaan buruk saya (sebagai pengguna Narkoba/Miras, dan seks bebas) setelah menikah, dikarenakan ada istri yang harus disayangi, diperhatikan sekaligus dihormatinya.”34 Sama disini informan Lo menambahkan” “Ya saya akui, saya berubah karena mau menikah aja, mungkin ini petunjuk Tuhan kepada saya, dan saya bersyukur banget Tuhan telah memberi jalan bagi saya untuk keluar dari pekerjaan saya yang buruk ini, saya pake jilbab itu pas mau menikah aja, malu dong sama masyarakat kalau tetap tidak berubah, apa artinya pernikahan kalau begitu? Jadi ini rahmat Tuhan. Padahal saya dah bener-bener putus asa waktu itu, eh..! alhamdulillah Tuhan memberikan jodoh yang bener-bener baik, perhatian dan bisa membimbing saya kepada jalan yang bener”.35 Lo atau BW, sebagai informan pengguna narkoba atau peminum minuman keras yang sudah menikah sudah mengalami perubahan yang terjadi pada dirinya 32 http://www.kesehatanreproduksi.com/conte... Minggu, 16 November 2008 Zulkarnain Nasution, Memilih Lingkungan Bebas Narkoba, h. 14 34 Wawancara pribadi dengan informan BW, Tangerang tanggal 06 April 2009 35 Wawancara pribadi dengan informani Lo, Tangerang tanggal 04 April 2009 33 65 setelah ia menikah Jadi tidak lagi menjadi pekerja sek bebas, peminum atau pengguna narkoba. Pernikahan bagi pengguna Narkoba atau Miras dangat besar pengaruhnya. Selain ada tanggung jawab moral yang diembannya sesudah menikah, baginya seorang istri dijadikan sebagai penasehat peribadi yang selalu setia menemaninya, menasehatinya setiap saat, sebagaimana yang diungkapkah oleh BW: “Nikah adalah yang pertama ibadah, kedua untuk membangun rumah tangga, ya.. namanya orang, yang sendiri seperti dulu ajach bisa rusak, ibarat kata bisa ada yang nyupir lah.”36 Dengan demikian, jamak diketahui bahwa pengaruh pernikahan terhadap pengguna Narkoba/Miras merupakan potret positif untuk menatap kehidupan selanjutnya, tentunya yang pertama dengan barokah, nikmat serta rahmat yang Maha Esa, dan yang kedua, dengan adanya pernikahan kebebasan untuk menggunakan Narkoba/Miras tersebut menjadi sangat kecil. Karena dalam pernikahan suami-istri tersebut akan saling menasehati dan memperingati, mana yang baik untuk dilakukan demi berjalannya kehidupan keluarganya, dan mana yang buruk dijauhkan dari kehidupan keluarga. Pernikahan bagi 8 informan yang dijadikan sampel penelitin dalam penulisan skripsi ini sangat nampak pengaruhnya, dari mulai belajar untuk bertanggung jawab, menjalani rumah tangga, dan membiasakan diri berinteraksi dengan lingkungan sosial yang baru. Pernikahan menjadi jalan tempuh hidup baru yang bisa menyelesaikan problem kehidupan. 36 Wawancara pribadi dengan informan BW, Tangerang tanggal 06 April 2009 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang sudah penulis lakukan, dapat disimpulkan bahwa pernikahan dapat memberi pengaruh positif terhadap pengguna Narkoba dan Miras; baik secara moral dan sosial karena dapat menghindarkan diri dari pola hidup perilaku menyimpang, seperti prostitusi, freesex, malak/nodong dan mencuri. Narkoba dan minuman keras sangat merugikan bagi kesehatan, misalnya bagi pengguna narkoba/miras secara fisik ia akan mengalami jantung berdebardebar, hipertensi bahkan berujung pada kematian. Selain pernikahan itu adalah sunnah, guna meneruskan kelangsungan generasi, pernikahan juga menjadi salah satu proses pendewasaan seseorang dalam kehidupannya. Pernikahan mampu memberikan pendidikan yang baik dalam pembentukan mental dan spritual serta akhlaq yang karimah bagi yang menjalankannya, lebih-lebih kepada informan pengguna eks-Narkoba atau Miras yang berada di Kampung Dukuh Sudimara selatan, Ciledug Tangerang. B. SARAN 1. Remaja Melarikan diri dari masalah dengan menggunakan Narkoba atau Miras bukanlah jalan keluar terbaik untuk menyelesaikan persoalan. Untuk itu kepada remaja sebagai kelompok usia yang paling sensitive, tapi labil diharapkan mampu untuk memfilter semua segmentasi kehidupan mulai 66 67 dari yang baik sampai yang buruk, seprti memilih lingkungan yang sehat atau pergaulan yang baik, agar tidak terjerumus dalam kesesatan. Misalnya memilih tidak bergaul dengan orang perokok atau peminum-minuman keras. Makanya dalam kehidupan yang semakin serba instan, modern, global dan sekuler seperti sekarang ini, bekalilah hidup dengan iman dan ilmu pengetahuan atau pendidikan, dan kreativitas yang berguna bagi perkembangan diri dan kemajuan masyarakat agar tidak terjerumus dalam perbuatan yang melanggar norma, hukum, kesusilaan, maupun agama. 2. Keluarga Posisinya yang sangat fundamental, seringkali menjadi tumpuan perkembangan kehidupan. Banyak sekali formula kehidpan yang bermula dari keluarga. Demi keseimbangan hidup, keharmonisan keluarga sangat mutlak diperlukan, yang berguna sekali dalam pertumbuhan anak yang hidup di tengah-tengah masyarakat. Justru itu dalam memberikan bimbingan atau pengajaran dalam segala hal, harus lebih terbuka dan tidak menekan kepada anak. 3. Masyarakat Masyarakat sebagai kontrol sosial yang lebih luas ketimbang keluarga diharapkan dapat mengambil dan menegakkan nilai-nilai positif yang terkandung dalam nilai budaya, dan nilai-nilai agama untuk menjadikan nilai-nilai bersama dalam masyarakat yang menciptakan sistem atau tatanan nilai sosial yang baik, yang berada di Daerah kampung Dukuh, Kelurahan Sudimara Selatan Ciledug-Tangerang. Selalu berikanlah contoh 68 perilaku sopan, santun dan baik, juga luruskanlah kalau ada pola tingakah laku di luar norama. 4. Pemerintah Agar pemerintah setempat khususnya kepala Lurah kampung Dukuh, Kelurahan Sudimara Selatan Ciledug-Tangerang lebih galak, tegas dalam mengawasi, menertibkan peredaran NAZA dengan jalan berkoordinasi dengan dengan semua pihak yang berada di Daerah kampung Dukuh, Kelurahan Sudimara Selatan Ciledug-Tangerang. DAFTAR PUSTAKA Bachtiar, Wardi, Sosiologi Klasik, dari Comte hingga Parson, Bandung: Remaja Rosda Karya, 2006, Cet. Ke-1 Badan Narkotika Nasional (BNN), Pedoman Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba Bagi Remaja (Jakarta: Badan Narkotika Nasional, 2003 ---------------------, Modul Pelatihan Tokoh Masyarakat sebagai Fasilisator Penyuluh Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba (Jakarta: Pusat Dukungan Pencegahan Pelaksana Harian Badan Narkotika Nasional, 2005 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 2007), cet. Ke-3Downis, D, dan Rock P, Understanding Deviance, London: Oxford, 1981 Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, “Nikah”, Ensiklopedi Islam, Jakarta: PT. Ichtiar Baru Van Hoeve, 1994, cet. Ke-2, jilid 4 Gunarsa, Singgih D., Psikologi Praktis Anak, Remaja, dan Keluarga, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1995 Hawari, Dadang, Gerakan Nasional Anti Mo-Limo: Madat, Minum, Main, Maling, Madon, PT. Dana Bakti Primayasa: Yogyakarta, 2000 --------------------, Al-Qur’an Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa (PT. Dana Bakti Primayasa: Yogyakarta, 1997), Cet. Ke-6, h.131-133 --------------------, Penyalahgunaan & Ketergantungan NAZA Narkotika, Alkohol & Zat Adiktif), Jakarta: FKUI, 2000 Ibrahim, Imam Abi Abdullah bin Ismail bin, Shahih Bukhari, Beirut: Daar al-Fikr, 1994, Juz 6 Jaelani, Abdul Qadir, Keluarga Sakinah, Surabaya: Cahaya Ilmu, 1995 Johnson, Doyle Paul, Teori Sosiologi Klasik dan Modern, terj. Robert M. Z. Lawang, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1994 Kartono, Kartini, Psikologi Sosial, Jilid I, Jakarta: Rajawali, 1988, cet. Ke-3 Megand, Yusuf, “Bebas dari Narkoba,” Buletin Khusus Warta Untuk Warga, Oktober 2006 Muhdlor, A. Zuhdi, Memahami Hukum Perkawinan, Nikah, Telak, Cerai dan Rujuk, Bandung: Al-Bayan, 1994 69 70 Mulyadi, Yadi, Panduan Sosiologi, Jakarta: Yudistira, 1995 Partodiharjo, Subagyo, Kenali Narkoba dan Musuhi Penyalahgunaannya, Jakarta, Erlangga, 2006 Ramayulis, Pengantar Psikologi Agama, Kalam Mulia: Jakarta, 2002 Ritzer, Goerge dan Douglas J. Goodman, Teori Sosiologi Modern, Jakarta: Kencana, 2005, Cet. Ke-3 Rofiq, Ahmad, Hukum Islam di Indonesia, Jakarta: RajaGrafindo Persada, 1995 Rozak, Abdul dan Wahdi Sayuti, Remaja dan Bahaya Narkoba, Prenada: Jakarta, 2002 Salim, Agus, Teori dan Paradigma Penelitian Sosial, Pemikiran Norman dan Egon Guba, Yogyakarta: PT. Tirta Wacana Yogya, 2001 Soedjono D, Pathologi Sosial, Bandung: Alumni 1974 Soekanto, Soerjono, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta: Rajawali, 1986, Edisi Baru Sudarsono, Kenakalan Remaja, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1995 -------------, Mengenal Jenis dan Efek Buruk Narkoba, Tangerang: Visi Media, 2006 Suprayogo, Imam, Misi Metodologi Penelitian Sosial-Agama, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2001 Suyono, Ariyono, Kamus Antropologi, Jakarta: Akademia Presindo, 1985, Cet I Asy-Syal, Abdul Hadi, Islam Membina Masyarakat Adil Makmur, penterjemah Umar Sitanggal, Jakarta: Pusaka Dian dan Antar Kota, 1987 Taqiyudin, Imam Abi Bakar bin Muhammad, Kifayatu al Akhyar, Surabaya: Al Maktabah al Saqofiyah, t.th, juz 11 Veeger, K.J., Realitas Sosial, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1993, Cet. Ke-4 Zahrah, Muhammad Abu, Membangun Masyarakat Islam, Jakarta: PT Pustaka Firdaus, Anggota IKAPI, 1994 71 Internet http://www.halalguide.info/content/view/522/38/. Diakses pada tanggal, 10 Desember 2008 http://www.bnn.go.id/file/uu/keppres%20Miras.doc. Diakses pada tanggal, 20 November 2008 http://www.kesehatanreproduksi.com/conte... Diakses pada tanggal, 16 November 2008 http://batampos.co.id/Kolom/Bugar/_ Minggu, 16 November 2008 Wawancara Hasil wawancara pribadi dengan informan NF. (peminum), Tangerang, 04 Januari 2009. Jam: 20:26 WIB dan tanggal 11 April 2009 Hasil wawancara pribadi dengan informan ZM. (pengguna Miras, Narkoba) Tangerang, 05 Januari 2009. Jam: 19:21 WIB dan tanggal 11 April 2009 Hasil wawancara pribadi dengan informan Lo, (pengguna Miras, Narkoba). Tangerang, 04 April 2009. jam: 21:20 WIB Hasil wawancara pribadi dengan informan BW (pengguna Miras, Narkoba), Tangerang, 05 Januari 2009. jam: 15:20 WIB dan tanggal 06 April 2009 Hasil wawancara pribadi dengan informan PH. (pengguna Miras, Narkoba), Tangerang, 07 Januari 2009. jam: 21:20 WIB Hasil wawancara pribadi dengan informan PT. (pengguna Narkoba, Miras), Tangerang, 05 Januari 2009. Jam: 21:21 WIB dan tanggal 11 April 2009 Hasil wawancara pribadi dengan informan DD. (nama samaran) di rumahnya.Tangerang, 03 April 2009. jam: 21:20 WIB dan tanggal 11 April 2009 Hasil wawancara pribadi dengan informan EK. (nama samaran). Di rumahnya, Tangerang 11 April 2009 jam: 21:00 WIB. Hasil wawancara pribadi dengan Bapak Buham, seorang Sekretaris Kelurahan Sudimara Selatan. Jakarta, 30 Oktober 2008 65 Lampiran-lampiran HASIL WAWANCARA Identitas Responden Nama : EK (EKO) Usia : 29 Tahun Pertanyaan : Apakah Bapak pernah menggunakan Narkoba/Miras? Jawab : Ya pernah mencoba minum, cuma sedikit.. Pertanyaan : Siapa yang memperkenalkan Miras kepada Anda? Jawab : Teman saya nongkrong dekat rumah. Pertanyaan : Sejak kapan Anda mengetahui tentang Miras tersebut? Jawab : Saya minum sejak masih sekolah SMP, tapi yang mendekatkan (miras) ke saya bukan teman sekolah tapi temen main. Peertanyaan : Kapan dan dimana Anda menggunakan Miras tersebut? Jawab : Biasanya saya pulang sekolah nongkrong-nongkrong sama teman di rumah dan biasanya kumpul-kumpul di tempat yang agak jauh dari karamaian (dikebun-kebun). Pertanyaan : Mengapa Anda menggunakan Miras? Jawab : Ya..... coba-coba pengaruh dari temen Pertanyaan : Bagaimana cara Anda mendapatkan Miras tersebut? Jawab : Pertama sich dikasih kemudian karena udah ke enakan terlanjur ketagihan ya... biasanya kami membeli dengan cara patungan 66 Pertanyaan : Apakah Anda Tahu bahwa agama melarang Miras dan perbuatan Anda tersebut? Jawab : Tau.... ya dulu saya belum terlalu mengetahui akan pengetahuan tentang agama, jadinya saya cepat terpengaruh oleh temen-temen. Pertanyaan : Bagaimana perasaan Anda ketika melanggar perintah Agama? Jawab : Ya... ada perasaan menyesal... Pertanyaan : Apakah Anda sudah menikah? Jawab : Sudah, dan punya anak dua malah Pertanyaan : Apakah Anda pernah melakukan seks bebas (hubungan intim) sebelumnya? Jawab : Itu mah..! jangan ditanya lagi. Menurut saya sich rata-rata orang yang hidup di dunia kayak gituan dah pernah melakukan itu. Abis “sange” sich...! kalo dah make Narkoba, biasa khayalannya dah tingkat tinggi gito. Pertanyaan : Apakah sesudah Anda menikah, Anda masih mennggunakan Miras? Jawab : Ya... kadang-kadang masih, cuma buat iseng-iseng ajach. Pertanyaan : Apakah setelah Anda menikah istri anda tahu bahwa Anda meminum Miras? Jawab : Tau.... karena sebelum nikah juga istri saya tahu bahwa saya pernah minum, cuma saya juga janji ma istri untuk ga’ minum lagi, yaaa... tapi kadang masih nyuri-nyuri buat minum. Pertanyaan : Apa Arti pernikahan bagi Anda? 67 Jawab : Nikah adalah suatu ikatan yang sakral untuk membentuk suatu hubungan dan membentuk keluarga sakinah, mawaddah dan warohmah Pertanyaan : Apakah ada problematika dalam pernikahan Anda? Jawab : Alhamdulillah sih kaga’ ya..! tapi kalo masalah keluarga sih pasti ada, yang namanya dua pemikiran dalam satu keluarga susah disatukan. Pertanyaan : Apakah istri Anda membatasi dalam pergaulan? Jawab : Ya, pergaulan saya agak dibatasi, takutnya saya terjerumus kesana lagi Pertanyaan : Apa pekerjaan yang sedang Anda geluti sekarang? Jawab : Karyawan swasta Pertanyaan : Apa sih pendidikan Anda? Jawab : Pendidikan saya SMA. Pertanyaan : Apakah pernikahan dapat merubah dalam hal ibadah? Jawab : Yang pasti ada perubahan dari pada sebelum saya menikah, sekarang saya fokus sama ibadah dengan istri dan anak saya. Dan saya pun selalu diingatkan oleh istri saya untuk ibadah. Pertanyaan : Bagaimana pandangan masyarakat dengan perilaku Anda? Jawab : Ya... saya dipandang sebelah mata, ya mungkin karena prilaku saya yang dipandang jelek oleh masyarakat, tapi sekarang masyarakat sudah memandang baik tentang saya karena saya juga sudah berkeluarga dan saya juga menginstrospeksi diri untuk berusaha masuk kedalam masyarakat agar dipandang bagus 68 Hasil Wawancara Identitas Responden Nama : DD (DEDEN) Usia : 30 Tahun Pertanyaan : Apakah Bapak pernah menggunakan Narkoba/Miras? Jawab : Pernah.. dua-duanya malah Pertanyaan : Siapa yang memperkenalkan Narkoba/Miras kepada Anda? Jawab : Pergaulan dirumah, ama temen-temen nongkrong. Pertanyaan : Sejak kapan Anda mengetahui tentang Narkoba/Miras tersebut? Jawab : Sejak masih belajar (sekolah). Yang jelas masih remaja. Pertanyaan : Kapan dan di mana Anda menggunakan Narkoba/Miras tersebut? Jawab :Yang biasanya pulang sekolah terus kumpul ma temen-temen nongkrong. Pertanyaan : Mengapa Anda menggunakan Narkoba/Miras? Jawab : Ya..... coba-coba dulu karna penasaran. Pertanyaan : Bagaimana cara Anda mendapatkan Narkoba/Miras tersebut? Jawab : Pertama-tama sich dikasih dulu ma temen trus karna ketagian ya akhirnya beli Pertanyaan :Apakah Anda Tahu bahwa agama melarang Narkoba/Miras dari perbuatan Anda tersebut? Jawab : Ya... sebetulnya tau! Itu kan awalanya dari pergaulan. Pertanyaan :Bagaimana perasaan Anda ketika melanggar perintah Agama? Jawab : Ya... perasaan menyesal sih pasti ada lah..! 69 Pertanyaan : Apakah Anda sudah menikah? Jawab : Udah sich... tiga tahun yang lalu Pertanyaan : Apakah Anda pernah melakukan “seks bebas” (hubungan intim) sebelumnya? Jawab : Wah... Privasi dong.! Pertanyaan :Apakah sesudah Anda menikah, Anda masih menggunakan Narkoba/Miras? Jawab : Kalo menggunakan sih masih, cuma agak dikurangi Pertanyaan :Apakah setelah Anda menikah istri anda tahu bahwa Anda menggunakan Narkoba/Miras? Jawab :Sebelum saya menikah sih belum tau... memang dari awal perkenalan saya dulu, tidak memperkenalkan hal-hal seperti itu jadi, kisah kelam saya tidak diceritakan selama saya pacaran yaaa... sekitar 2 tahun. Pertanyaan : Apa arti pernikahan bagi Anda? Jawab : Nikah adalah satu ikatan dalam menjalin rumah tangga, siapa tau dengan ikatan tersebut dapat merubah diri kita, bisa berubah dengan baik. Pertanyaan : Apakah ada problematika dalam pernikahan Anda? Jawab : Alhamdulillah sich engga’ ya.. karena sebelumnya istri saya belum tahu tentang prilaku saya, masa lalu saya. Jadi biasa-biasa aja, tapi masalah dalam rumah tangga sich wajar-wajar aja, itumah bagaimana kita bisa menyikapinya. 70 Pertanyaan : Apakah istri Anda membatasi dalam pergaulan? Jawab : Ya... membatasi itu tergantung dari bagaimana kita dilihat ma istri terhadap pergaulan saya, kalo menurut istri saya salah, ya.... saya dibatasi. Pertanyaan : Apa pekerjaan yang sedang Anda geluti sekarang? Jawab : Saya bekerja ya.... biasalah serabutan. Pertanyaan : Apa sih pendidikan Anda? Jawab : Pendidikan saya terakhir SMA. Pertanyaan : Apakah pernikahan dapat merubah dalam hal ibadah? Jawab : Ya... pernikahan dapat merubah dalam hal ibadah saya, saya merasa ada tanggung jawab terhadap istri dan anak-anak saya untuk ibadah. Pertanyaan : Bagaimana pandangan masyarakat dengan perilaku Anda? Jawab : Ya sebetulnya tau selama saya masih remaja dulu, memang halhal seperti itu mencolok dimata masyarakat, ya... pandangan negatif pasti ada, yang penting tergantung saya juga bagaimana saya dapat bersosialiasi dengan masyarakat agar dilihat baik, ya saya juga harus berusaha baik di depan masyarakat. 71 Hasil Wawancara Identitas Responden Nama : BW (Bowo) Usia : 32 Tahun Pertanyaan : Apakah Bapak pernah menggunakan Narkoba/Miras? Jawab : Pernah.. dua-duanya. Pertama saya menggunakan minuman, yang saja minum pada waktu itu: topi miring, vodka, Arjo (arak jowo) ketika itu saya masih kecil masih SMP, saya diajarin minum lama-lama ko enak pertama sich pusing terus ketagian, ya... akhirnya beli patungan dech. Pertanyaan : Siapa yang memperkenalkan Narkoba/Miras kepada Anda? Jawab :Temen-temen deket rumah yang mengenalkan saya sama minuman dan Narkoba. Pertanyaan : Sejak kapan Anda mengetahui tentang Narkoba/Miras tersebut? Jawab : Saya kenal sama minuman sekitar SMP ya... sekitar 13 tahunan, karena yang pertama kali saya kenal dibandingkan dengan obatobatan. Pertanyaan : Kapan dan dimana Anda menggunakan Narkoba/Miras tersebut? Jawab :Biasanya saya dan temen-temen minumnya diperempatanperempatan jalan atau ditempat tongkrongan itu juga minum kalo ada duit doang. Kadang-kadang kalo kaga’ punya duit beli sebotol dan yang lucunya cara minumnya pake sendok muter ama temen 72 agar ga’ boros, satu sendok muter...satu sendok muter, satu sendok juga lama-lama pusing sama kaya sebotol. Kalo Narkoba saya juga dapet dari temen, saya coba Nipam sama lexo. Nipam itu saya suruh coba dulu karena temen saya kerja dan pulang seminggu sekali jadinya sama make jarang-jarang. Enaknya kalo obat akhirnya kaga’ dibandingkan minuman muntah dan obat itu tambah berani lebih pede. Sejak kenal obat minuman jadi jarang saya coba, kemudian saya pake shabu-shabu, cuma waktu itu belum ngetop dibandingkan sekarang, kebetulan saya dapet dari temen sekantor cuma dia dibagian keuangan. Waktu itu harganya murah, satu gram 250 ribu, ada yang disuntik dan dipake dengan disedot asepnya. Tapi saya beli itu (shabu-shabu) pahe (paket hemat) sekitar 20 ribu, jadi saya bawa kemana-mana. Terus saya kenal putaw, putaw ini membuat perasaan saya mumet (pusing). Terus cimeng, hampir tiap malem setiap mau tidur, syukurnya saya kaga’ ketagian, untungnya kalo lagi punya duit doang. Pertanyaan : Mengapa Anda menggunakan Narkoba/Miras? Jawab : Ya... itu tadi dari bujukan temen-temen pergaulan dan rasa ingin coba-coba yang akhirnya membuat saya ketagian sampai menggunakan obat-obatan. Dan juga karena dari pengetahuan saya juga yang minim (sedikit). 73 Pertanyaan : Bagaimana cara Anda mendapatkan Narkoba/Miras tersebut? Jawab : Biasanya sich patungan ma temen-temen tapi kadang-kadang kaga’ minum dan pakai, karena temen-temen pada waktu itu belum pada kerja. Pertanyaan : Apakah Anda tahu bahwa agama melarang Narkoba/Miras dari perbuatan Anda tersebut? Jawab : Tahu.... cuma karena anak muda gimana! Hanya ingin senangsenang, kaga’ mikir yang lain. Dan agama menurut hati nurani, walaupun di suruh sama ustad dari Arab sana kaga’ bakalan mau. Ya... pokoknya berasal dari hati nurani saya. Pertanyaan : Bagaimana perasaan Anda ketika melanggar perintah Agama? Jawab : Ya.... menyesal, ya karena hati nurani saya yang masih berjiwa muda, jadi bawaannya seneng aja. Sampai kakek saya ngomong: suruh takbiran aja saya mabok ma temen-temen, sampai-sampai orang-orang sholat ied saya tidur aja dirumah. Pertanyaan : Apakah Anda sudah menikah? Jawab : sudah Pertanyaan : Apakah Anda pernah melakukan “seks bebas” (hubungan intim) sebelumnya? Jawab : Waduh... gawat nih.! Gimana ya? Uda deh... gakusah dijawab ya? 74 Pertanyaan : Apakah sesudah Anda menikah, Anda masih menggunakan Narkoba/Miras? Jawab : Ya... sejak nikah alhamdulillah dah jarang, bahkan meninggalkan semuanya. Pertanyaan : Apakah setelah Anda menikah istri anda tahu bahwa Anda meminum Narkoba/Miras? Jawab : Istri saya tahu kalo saya pernah minum, tapi kalo saya mau nikah sama dia saya punya komitmen yaitu mesti berhenti dari semuanya. Tapi pernah kejadian yang parah ketika saya sudah nikah, saya mabok sekeluarga dan saya tinggal dirumah mertua saya. Saya ajak adik-adiknya minum sampai pada mabok, dan minumannya itu saya yang modalin. Pas saya minum, istri saya tahu akhirnya saya mabok sampai-sampai saya muntah, tapi untungnya waktu saya muntah istri saya sudah tidur. Dan yang lebih kacau lagi mertua saya ngeliet (melihat) saya yang lagi muntah, akhirnya mertua saya yang bersihin. Pertanyaan : Apa arti pernikahan bagi Anda? Jawab : Nikah adalah yang pertama ibadah, kedua untuk membangun rumah tangga, ya.. namanya orang, yang sendiri seperti dulu ajach bisa rusak, ibarat kata bisa ada yang nyupir lah. Pertanyaan : Apakah ada problematika dalam pernikahan Anda? Jawab : Wah.. banyak sekali permasalahan, permasalahan sich ada terus. Yaa... namanya dua pendapat mau disatukan susah juga. 75 Pertanyaan : Apakah istri Anda membatasi dalam pergaulan? Jawab : Sekarang maah..! malem-malem nongkrong d idepan rumah ajach kaga’ boleh, tapi waktu kerja mah istri sudah faham. Tapi buat kembali bergaul sama temen-temen pemakai dulu, ya.. saya malu juga dan ada perasaan kaga’ enak sama istri saya. Karena saya juga sudah punya komitmen sama istri. Pertanyaan : Pekerjaan apa yang sedang anda geluti sekarang? Jawab : Saya supir pribadi. Pertanyaan : Apa sih pendidikan terakhir Anda? Jawab : Pendidikan saya hanya SMP. Pertanyaan : Apakah pernikahan dapat merubah dalam hal ibadah? Jawab : Yaa... belum niat kayaknya masih agak susah, padahal istri saya sudah nyuruh buat ibadah, kadang saya malahan tidur. Padahal saya seperti orang-orang yang rajin ibadah, tapi belum mampu. Pertanyaan : Bagaimana pandangan masyarakat dengan perilaku Anda? Jawab : Waaahh.... kacau mas pada waktu itu saya dimasyarakat, karena masyarakat juga tahu tentang kehidupan peribadi saya yang suka mengkonsumsi obat-obatan/Miras. Waktu orang tua saya meninggal malah saya seneng-seneng. Tapi sekarang sich semuanya sudah lepas dan sudah biasa-biasa saja. Sama masyarakat juga sudah perpandangan positif tentang diri saya dan juga karena i’tikad baik dari saya yang ingin berubah. 76 Hasil Wawancara Identitas Responden Nama : PT (Parto) Usia : 35 Tahun Pertanyaan : Apakah Bapak pernah menggunakan Narkoba/Miras? Jawab : Pernah.. dua-duanya. Pertanyaan : Siapa yang memperkenalkan Narkoba/Miras kepada Anda? Jawab : Sebenarnya waktu remaja saya belum terlalu mengetahui yang namanya miras dan obat-obatan. Karena pergaulanlah yang memperkenalkan Miras dan obat-obatan, ya boleh dibilang tementemen pergaulan. Pertanyaan : Sejak kapan Anda mengetahui tentang Narkoba/Miras tersebut? Jawab : Saya mengetahui yang namanya miras sejak masih SMP dan obat-obatan SMA. Pertanyaan : Kapan dan di mana Anda menggunakan Narkoba/Miras tersebut? Jawab : Biasanya sehabis pulang sekolah, saya nongkrong-nongkrong sama temen-temen dekat rumah. Ya kadang-kadang ditempat parkiran, terkadang juga d itempat yang agak sepi dari keramaian. Pertanyaan : Mengapa Anda menggunakan Narkoba/Miras? Jawab : Ya... sebenarnya sich bukan kemauan sendiri makai obat-obatan dan miras. Karena pergaulan dan bujukan temen-temen. 77 Pertanyaan : Bagaimana cara Anda mendapatkan Narkoba/Miras tersebut? Jawab : Karena pergaulan sama temen-temen yang suka mabok dan make, pertama sich disuruh nyobain dulu, terus lama-kelamaan ketagihan dan akhirnya beli sendiri dan terkadang patungan (PTPT). Pertanyaan : Apakah Anda Tahu bahwa agama melarang Narkoba/Miras dari perbuatan Anda tersebut? Jawab : Ya saya tahu bahwa agama juga melarang Miras dan Narkoba, ya tapi gimana ya karena pergaulan juga sich yang menjerumuskan saya. Pertanyaan : Bagaimana perasaan Anda ketika melanggar perintah Agama? Jawab : Kalo ditanya perasaan ya... menyesal sich. Lagian ketika saya masih sekolah saya merasa bersalah sekali sama orangtua saya yang telah mendidik saya. Pertanyaan : Apakah Anda sudah menikah? Jawab : Iya, udah Pertanyaan : Apakah Anda pernah melakukan “seks bebas” (hubungan intim) sebelumnya? Jawab : Jujur niyah..! udah pernah sich... sama cewek satu tongkrongan lagi Pertanyaan : Apakah sesudah Anda menikah, Anda masih menggunakan Narkoba/Miras? Jawab : Kalau awal-awal pernikahan mah..! masih menggunakan sich sedikit, tapi lama kelamaan sudah kaga’ lagi. 78 Pertanyaan : Apakah setelah Anda menikah istri anda tahu bahwa Anda pengguna Narkoba/Miras? Jawab : Sebenarnya waktu masih pacaran istri saya juga tahu akan perbuatan saya yang suka mengkonsumsi minuman dan obatobatan, tapi saya sudah membuat perjanjian sama diri saya dan istri, akan meninggalkan semuanya. Pertanyaan : Apa arti pernikahan bagi Anda? Jawab : Nikah adalah suatu ikatan yang sakral dan juga sangat dianjurkan oleh Nabi. Pertanyaan : Apakah ada problematika dalam pernikahan Anda? Jawab : Kalo problem dalam rumah tangga sih pasti ada, dalam satu rumah harus bisa menyamakan dua persepsi atau pemikiran yang berbeda. Tapi kalo bekas tindakan saya yang pernah minum terkadang timbul karena emosi atau ego. Pertanyaan : Apakah istri Anda membatasi dalam pergaulan? Jawab : Sebenarnya istri saya sudah percaya sama saya, tapi kadang suka curiga juga kalo saya pulang kerja agak malem atau pergi tanpa pamitan lagi. Pertanyaan : Apa pekerjaan yang sedang anda geluti sekarang? Jawab : Pekerjaan saya wiraswasta. Pertanyaan : Apa sih pendidikan Anda? Jawab : Pendidikan saya SMA. 79 Pertanyaan : Apakah pernikahan dapat merubah dalam hal ibadah? Jawab : Alhamdulillah karena dorongan istri dan juga karena melihat anak saya, saya jadi termotivasi lagi dalam hal ibadah, dan saya juga berharap anak saya nanti jangan sampai mengikuti perbuatan saya yang jelek-jelek apalagi mengkonsumsi yang namanya Miras atau Narkoba. Pertanyaan : Bagaimana pandangan masyarakat dengan perilaku Anda? Jawab : Ketika saya masih remaja pandangan masyarakat sangat miris sekali akan perbuatan saya, mereka selalu berpandangan negatif tentang diri saya. Kadang kalau ada yang merasa kehilangan di lingkungan pasti masyarakat mempunyai prasangka jelek sama saya, bahkan suka menuduh saya yang melakukan. Tapi setelah saya sudah meninggalkan semuanya masyarakat dapat menerima saya dengan baik. 80 Hasil Wawancara Identitas Responden Nama : ZM (Zainal Muttaqin) Usia : 37 Tahun Pertanyaan : Apakah Bapak pernah menggunakan Narkoba/Miras? Jawab : Pernah.. semuanya malahan Pertanyaan : Siapa yang memperkenalkan Narkoba/Miras kepada Anda? Jawab : Temen-temen nongkrong dulu Pertanyaan : Sejak kapan Anda mengetahui tentang Narkoba/Miras tersebut? Jawab : Sejak sekolah SMP kelas tiga sich.. Pertanyaan : Kapan dan di mana Anda menggunakan Narkoba/Miras tersebut? Jawab : Sehabis pulang sekolah, terus langsung kerumah temen saya, Pertanyaan : Mengapa Anda menggunakan Narkoba/Miras? Jawab : Tau yah? Karena terpengaruh temen nongkrong aja dulu, gak enak ngormatin gito.. Pertanyaan : Bagaimana cara Anda mendapatkan Narkoba/Miras tersebut? Jawab : Beli lah.! gantian Pertanyaan : Apakah Anda Tahu bahwa agama melarang Narkoba/Miras dari perbuatan Anda tersebut? Jawab : Ya tahu dong! Pertanyaan : Bagaimana perasaan Anda ketika melanggar perintah Agama? Jawab : Biasa ajach kalau dulu mah, santai. 81 Pertanyaan : Apakah Anda sudah menikah? Jawab : Udah.. kenapa emang. Pertanyaan : Apakah Anda pernah melakukan “seks bebas” (hubungan intim) sebelumnya? Jawab : Jujur yah..! udah pernah sich... Pertanyaan : Apakah sesudah Anda menikah, Anda masih menggunakan Narkoba/Miras? Jawab : Awal-awal pernikahan mah masih, tapi sekarang dah gak lagi kok Pertanyaan : Apakah setelah Anda menikah istri anda tahu bahwa Anda pengguna Narkoba/Miras? Jawab : Sebelum nikahpun istri saya juga dah tahu Pertanyaan : Apa arti pernikahan bagi Anda? Jawab : Bagi saya sendiri Nikah itu anugrah yang diberikan Tuhan pada saya. Pertanyaan : Apakah ada problematika dalam pernikahan Anda? Jawab : Pastilah, saya cekcok mulu sama suami. gak cuma saya kali mas Pertanyaan : Apakah istri Anda membatasi dalam pergaulan? Jawab : Ia. Apalagi setelah saya punya anak satu. Pertanyaan : Apa pekerjaan yang sedang anda geluti sekarang? Jawab : Wiraswasta. Pertanyaan : Apa sih pendidikan Anda? Jawab : Pendidikan saya SMA. 82 Pertanyaan : Apakah pernikahan dapat merubah dalam hal ibadah? Jawab : Alhamdulillah setelah nikah ibadah saya dah tambah baik. Pertanyaan : Bagaimana pandangan masyarakat dengan perilaku Anda? Jawab : Wah..! jelek baget dah. 83 Hasil Wawancara Identitas Responden Nama : LL (Lola) Usia : 30 Tahun Pertanyaan : Apakah Ibu pernah menggunakan Narkoba/Miras? Jawab : Pernah.. Pertanyaan : Siapa yang memperkenalkan Narkoba/Miras kepada Anda? Jawab : Temen-temen sih. Pertanyaan : Sejak kapan Anda mengetahui tentang Narkoba/Miras tersebut? Jawab : Sejak di SMP kelas dua sich.. Pertanyaan : Kapan dan di mana Anda menggunakan Narkoba/Miras tersebut? Jawab : dimana aja yang penting aman, kalau dulu mah. Pertanyaan : Mengapa Anda menggunakan Narkoba/Miras? Jawab : Awalnya hanya buat ngilangin stres aja dulu, waktu punya banyak masalah, eh lama-lama jadi kebiasaan gito. Pertanyaan : Bagaimana cara Anda mendapatkan Narkoba/Miras tersebut? Jawab : Beli dong.! Pertanyaan : Apakah Anda Tahu bahwa agama melarang Narkoba/Miras dari perbuatan Anda tersebut? Jawab : Ya tahu! Kenapa? Pertanyaan : Bagaimana perasaan Anda ketika melanggar perintah Agama? Jawab : Santai aja. 84 Pertanyaan : Apakah Anda sudah menikah? Jawab : Udah. Pertanyaan : Apakah Anda pernah melakukan “seks bebas” (hubungan intim) sebelumnya? Jawab : Jujur yah..! udah pernah sich... Pertanyaan : Apakah sesudah Anda menikah, Anda masih menggunakan Narkoba/Miras? Jawab : Dah ga’tuh..! Pertanyaan : Apakah setelah Anda menikah suami anda tahu bahwa Anda pengguna Narkoba/Miras? Jawab : Iya tahu. Pertanyaan : Apa arti pernikahan bagi Anda? Jawab : Bagi saya pernikahan adalah nikmat paling besar yang diberikan Tuhan pada saya. Pertanyaan : Apakah ada problematika dalam pernikahan Anda? Jawab : Ada, saya sering berantem di awal-awal pernikahan saya. Pertanyaan : Apakah suami Anda membatasi dalam pergaulan? Jawab : Tadinya iya, sekarang suami saya dah paham betul saya ko’. Pertanyaan : Apa pekerjaan yang sedang anda geluti sekarang? Jawab : Ibu rumah tangga biasa. Pertanyaan : Apa sih pendidikan Anda? Jawab : Pendidikan saya SMA. 85 Pertanyaan : Apakah pernikahan dapat merubah dalam hal ibadah? Jawab : Ya saya akui, saya berubah karena mau menikah aja, mungkin ini petunjuk Tuhan kepada saya, dan saya bersyukur banget Tuhan telah memberi jalan bagi saya untuk keluar dari pekerjaan saya yang buruk ini, saya pake jilbab itu pas mau menikah aja, malu dong sama masyarakat kalau tetap tidak berubah, apa artinya pernikahan kalau begitu? Jadi ini rahmat Tuhan. Padahal saya dah bener-bener putus asa waktu itu, eh..! alhamdulillah Tuhan memberikan jodoh yang bener-bener baik, perhatian dan bisa membimbing saya kepada jalan yang bener. Pertanyaan Jawab : Bagaimana pandangan masyarakat dengan perilaku Anda? : Wah..! jelek baget dah. 86 Hasil Wawancara Identitas Responden Nama : PH (Parhan) Usia : 32 Tahun Pertanyaan : Apakah Bapak pernah menggunakan Narkoba/Miras? Jawab : Ia pernah. Pertanyaan : Siapa yang memperkenalkan Narkoba/Miras kepada Anda? Jawab : Temen sekolah dulu Pertanyaan : Sejak kapan Anda mengetahui tentang Narkoba/Miras tersebut? Jawab : Sejak Sekolah SMA . Pertanyaan : Kapan dan di mana Anda menggunakan Narkoba/Miras tersebut? Jawab : Kalao lagi kumpul sama temen-temen, di Bascamp Pertanyaan : Mengapa Anda menggunakan Narkoba/Miras? Jawab : Karena pengen seneng-seneng aja Pertanyaan : Bagaimana cara Anda mendapatkan Narkoba/Miras tersebut? Jawab : Beli patungan Pertanyaan : Apakah Anda Tahu bahwa agama melarang Narkoba/Miras dari perbuatan Anda tersebut? Jawab : Tahu kok kalau itu dilarang Pertanyaan : Bagaimana perasaan Anda ketika melanggar perintah Agama? Menyesal? Jawab : Kalau lagi minum sich gak, tapi kalau dah sadar baru menyesel, pengen baget berhenti kalau lagi inget mah 87 Pertanyaan : Apakah Anda sudah menikah? Jawab : Sudah Pertanyaan : Apakah Anda pernah melakukan “seks bebas” (hubungan intim) sebelumnya? Jawab : Belom.. Pertanyaan : Apakah sesudah Anda menikah, Anda masih menggunakan Narkoba/Miras? Jawab : Gak. Saya bener-bener taubat setelah menikah mah.. Pertanyaan : Apakah setelah Anda menikah istri anda tahu bahwa Anda pengguna Narkoba/Miras? Jawab : Tahu.. ada yang ngomong kali Pertanyaan : Apa arti pernikahan bagi Anda? Jawab : Nikah adalah ikrar suci yang harus saya hormati selama hidup ini. Pertanyaan : Apakah ada problematika dalam pernikahan Anda? Jawab : Pasti ada lah..! kayak sering berantem gara-gara beda pendapat. Pertanyaan : Apakah istri Anda membatasi dalam pergaulan? Jawab :Iyalah! Kan sebagai pasangan suami-istri menasehati dan meyayangi Pertanyaan : Apa pekerjaan yang sedang anda geluti sekarang? Jawab : Guru Pertanyaan : Apa sih pendidikan Anda? Jawab : S1 . harus saling 88 Pertanyaan : Apakah pernikahan dapat merubah dalam hal ibadah? Jawab : Pasti.. karena pernikahan itu sendiri adalah ibadah Pertanyaan : Bagaimana pandangan masyarakat dengan perilaku Anda? Jawab : Ya jangan dicari benarnya udah.. masalah Narkoba/miras itu kan jelek. 89 Hasil Wawancara Identitas Responden Nama : NF (Nurul Fajri) Usia : 30 Tahun Pertanyaan : Apakah Bapak pernah menggunakan Narkoba/Miras? Jawab : Yang pernah miras doang saya mah Pertanyaan : Siapa yang memperkenalkan Narkoba/Miras kepada Anda? Jawab : Om saya (orang cina), selain itu temen sekolah saya dulu. Awalnya gak minum lho.. tapi karena seringnya bergaul sama yang suka minum akhirnya saya ikut nyoba-nyoba deh Pertanyaan : Sejak kapan Anda mengetahui tentang Narkoba/Miras tersebut? Jawab : Sejak duduk di bangku sekolah kelas 3 SMP Pertanyaan : Kapan dan di mana Anda menggunakan Narkoba/Miras tersebut? Jawab : Biasanya kalau lagi bareng om saya aja, di rumahnya ngumpetngumpet Pertanyaan : Mengapa Anda menggunakan Narkoba/Miras? Jawab : Pengen seneng aja dan asyik-asyik sich Pertanyaan : Bagaimana cara Anda mendapatkan Narkoba/Miras tersebut? Jawab : Saya dibeliin terus sama Om saya Pertanyaan : Apakah Anda Tahu bahwa agama melarang Narkoba/Miras dari perbuatan Anda tersebut? Jawab : Tahu sich.. 90 Pertanyaan : Bagaimana perasaan Anda ketika melanggar perintah Agama? Menyesal? Jawab : Menyesal sich, pas udahan Pertanyaan : Apakah Anda sudah menikah? Jawab : Udah, setahun yang lalu Pertanyaan : Apakah Anda pernah melakukan “seks bebas” (hubungan intim) sebelumnya? Jawab : Pernah.. ! Pertanyaan : Apakah sesudah Anda menikah, Anda masih menggunakan Narkoba/Miras? Jawab : Masih, tapi dah gak sering kok Pertanyaan : Apakah setelah Anda menikah istri anda tahu bahwa Anda pengguna Narkoba/Miras? Jawab : Sampe sekarang gak tahu dia. Pertanyaan : Apa arti pernikahan bagi Anda? Jawab : Apa yah.. nikah itu bikin saya tambah terikat lagi sama istri, selain itu nikah nambah saya lebih dewasa lagi. Pertanyaan : Apakah ada problematika dalam pernikahan Anda? Jawab : Sejauh ini sich masih adem-adem aja kok Pertanyaan : Apakah istri Anda membatasi dalam pergaulan? Jawab : Pasti lah Pertanyaan : Apa pekerjaan yang sedang anda geluti sekarang? Jawab : Karyawan di salah satu kantor di Slipi-Tangerang 91 Pertanyaan : Apa sih pendidikan Anda? Jawab : D3 di BSI Pertanyaan : Apakah pernikahan dapat merubah dalam hal ibadah? Jawab : Sedikit sich,, saya tambah rajin solat sekarang. Pertanyaan : Bagaimana pandangan masyarakat dengan perilaku Anda? Jawab : Baik-baik aja kok. Solanya masyarakat gak tahu kalau saya peminum