Prosiding Seminar STIAMI ISSN 2355-2883 Volume I, No. 02, Oktober 2014 ANALISA DAN KAJIAN “THE ECONOMIC OF CORRUPTION“ DI INDONESIA A. R. Adji Hoesodo Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi Mandala Indonesia [email protected] Abstract. “ The economic of corruption is economic’s model from economic system culture legacy of Indonesia ancient culture. This study focus in analyzing and studying economic theory that expected to develop a new paradigm in the field of corruption economic theory. This study start from corruption background history in the world and Indonesia and how the process of corruption and some notion of corruption itself. The scope of this study using economic theory to analize impacts corruption to Indonesian economic growth according econometric, micro and macroeconomic, banking and monetary theory and international trade. Indonesian economic model is an economic corruption model in the world where with this model can not make Indonesia economic growth even will make economic bangkrupt. According to this study, Indonesia need good and strong leader’s commitment to keep Indonesian economic activities in order to encourage good economic health and minimize market fail “ Key word : Economic corruption;International Trade; Banking; Macro and Microeconomic Abstrak. Ekonomi korupsi adalah model ekonomi dari warisan budaya sistem ekonomi Indonesia kuno. Fokus penelitian ini adalah menganalisis dan mempelajari teori ekonomi yang diharapkan untuk mengembangkan paradigma baru dalam bidang teori ekonomi korupsi Penelitian ini dimulai dari latar belakang sejarah korupsi di dunia dan Indonesia dan bagaimana proses korupsi dan beberapa pengertian korupsi itu sendiri. Ruang lingkup penelitian ini menggunakan teori ekonomi untuk menganalisis dampak korupsi terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia menurut ekonometrik, ekonomi mikro dan makro, perbankan dan teori moneter dan perdagangan internasional. Model ekonomi Indonesia adalah model korupsi ekonomi dunia di mana dengan model ini tidak dapat membuat pertumbuhan ekonomi Indonesia bahkan akan membuat kebangkrutan ekonomi. Menurut studi ini, Indonesia membutuhkan komitmen yang baik dan pemimpin yang kuat untuk menjaga kegiatan ekonomi Indonesia dalam rangka mendorong kesehatan ekonomi yang baik dan meminimalkan pasar gagal. Kata Kunci: Korupsi Ekonomi; Perdagangan Internasional; Perbankan; Makro Dan Ekonomi Mikro Jika kita menelusuri sejarah kuno, maka korupsi telah terjadi sejak lama. Bermula dari kekuasaan raja-raja yang memungut sebagian dari hasil rakyat untuk keperluan kerajaannya (semacam pajak) berkembang menjadi seperti kebiasaan pemberian dari rakyat kepada penguasa, yang berbeda dengan pajak. Banyak orang menulis tentang korupsi di Indonesia tapi dengan sudut 12 pandang segi hukum, moral dan kekuasaan. Tapi tulisan ini menekankan sudut pandang dari sisi ekonomi. Perlu diketahui bahwa korupsi di Indonesia merupakan satu kebiasaan dan kebudayaan masyarakat Indonesia. Maka dari sudut ekonomi perekonomian Indonesia sudah diwarnai dengan korupsi sehingga perekonomian Indonesia sudah merupakan ekonomi korupsi (the economic of corruption) A.R. Adji Hoesodo, Analisa dan Kajian “The Economic Of Corruption“ di Indonesia Asal Usul Korupsi Korupsi dalam sejarah manusia bukanlah hal baru. Ia lahir bersamaan dengan umur manusia itu sendiri. Ketika manusia mulai hidup bermasyarakat, di sanalah awal mula terjadinya korupsi. Penguasaan atas suatu wilayah dan sumber daya alam oleh segelintir kalangan mendorong manusia untuk saling berebut dan menguasai. Berbagai taktik dan strategi pun dilaksanakan. Perebutan manusia atas sumber daya alam dan politik inilah awal mula terjadinya ketidakadilan. Padahal kebutuhan untuk bertahan hidup kian menanjak, tapi kesempatan untuk memenuhinya semakin terbatas. Sejak saat itu moralitas dikesampingkan. Orientasi hidup yang mengarah pada keadilan berubah menjadi kehidupan saling menguasai dan mengekploitasi. Di dalam sejarah, kita dapat menemukan banyak catatan yang terkait dengan kondisi tersebut. Di India korupsi sudah menjadi permasalahan serius sejak 2300 tahun yang lalu, hal ini terbukti dengan adanya tulisan seorang perdana menteri Chandragupta tentang 40 cara untuk mencuri kekayaan negara. Kerajaan China, pada ribuan tahun yang lalu telah menerapkan kebijakan yang disebut Yang-lien, yaitu hadiah untuk pejabat negara yang bersih, sebagai insentif untuk menekan korupsi. Tujuh abad silam, Dante menyebutkan bahwa para koruptor akan tinggal di kerak neraka dan Shakespeare mengangkat tema-tema korupsi dalam berbagai karyanya. Pada abad ke-14 Abdul Rahman berpendapat bahwa akar korupsi adalah keinginan hidup bermewah-mewah di kalangan elit pemegang kekuasaan, sehingga mereka menghalalkan berbagai cara untuk membiayai gaya hidup mereka. Plato dalam bukunya The Laws menyatakan “The servants of the nations are to render their services without any taking of presents…..To form your judgment and then abide by it is no easy task, and “tis a man”s surest course to give loyal obedience to the law which commands, “Do no service for a present”.” Di Indonesia, korupsi mulai terjadi sejak jaman kerajaan. Bahkan VOC bangkrut pada awal abad 20 akibat korupsi yang merajalela di tubuhnya. Setelah proklamasi kemerdekaan, banyak petinggi Belanda yang kembali ke tanah airnya, posisi kosong mereka kemudian diisi oleh kaum pribumi pegawai pemerintah Hindia Belanda (ambtenaar) yang tumbuh dan berkembang di lingkungan korup. Kultur korupsi tersebut berlanjut hingga masa pemerintah Orde Lama. Di awal pemerintahan Orde Baru, Presiden Soeharto melakukan berbagai upaya untuk memberantas korupsi. Terlepas dari upaya tersebut, Presiden Soeharto tumbang karena isu korupsi. Perjalanan panjang korupsi telah membuat berbagai kalangan pesimis akan prospek pemberantasan korupsi, baik di Indonesia maupun di berbagai belahan dunia. Proses Terjadinya korupsi Korupsi terjadi jika tiga hal terpenuhi, yaitu: 1) Seseorang memiliki kekuasaan termasuk untuk menentukan kebijakan publik dan melakukan administrasi kebijakan tersebut; 2) Adanya economic rents, yaitu manfaat ekonomi yang ada sebagai akibat kebijakan publik tersebut; dan 3) Sistem yang ada membuka peluang terjadinya pelanggaran oleh pejabat publik yang bersangkutan. Apabila satu dari ketiga parameter ini tidak terpenuhi, maka tindakan yang terjadi tidak bisa dikategorikan sebagai tindakan korupsi. Secara umum, tindakan illegal seperti penggelapan pajak dan penyelundupan selama tidak melibatkan pejabat publik tidak dapat dikategorikan sebagai tindakan korupsi, padahal secara 13 Prosiding Seminar STIAMI ISSN 2355-2883 tidak langsung tindakan ini merugikan publik karena mengurangi pendapatan negara dari sektor pajak. Dalam studi Lambsdorff disebutkan bahwa besarnya proporsi budget pemerintah terhadap GDP suatu negara berkorelasi positif terhadap tingkat korupsi, barangkali definisi korupsi yang bias pada sektor publik merupakan salah satu jawabannya. Definisi tersebut juga menyamaratakan korupsi di negara yang menganut sistem kerajaan dan demokrasi. Dalam negara kerajaan, raja mempunyai wewenang untuk mengatur distribusi kekayaan negara bagi rakyat, karena pada prinsipnya tidak ada pemisahan antara kekayaan negara dan kekayaan pribadi raja. Sebagai contoh, seorang raja bisa saja menggunakan uang kerajaan untuk urusan pribadi dan ini tidak diangap sebagai tindakan korupsi. Tindakan yang sama akan menjadi kasus korupsi besar apabila terjadi di negara demokrasi. Pertanyaannya, apabila sebuah negara demokrasi dengan tingkat korupsi tinggi mentransform diri menjadi negara kerajaan, apakah berbagai kasus korupsi akan terselesaikan atau dianggap selesai? Menggunakan definisi korupsi yang ada dan alat ukur yang kita miliki saat ini, bisa jadi jawaban dari pertanyaan tersebut adalah ya. Pengertian Korupsi Apabila kita mengunjungi website Webster Dictionary dan meng-klik kata corruption, definisi yang muncul adalah “immoral conduct or practices harmful or offensive to society atau a sinking to a state of low moral standards and behavior (the corruption of the upper classes eventually led to the fall of the Roman Empire). Definisi tersebut terlalu luas dan kurang bermanfaat untuk dijadikan pijakan dalam membahas korupsi sebagai permasalahan multidimensi (politik, ekonomi dan sosial-budaya). 14 Volume I, No. 02, Oktober 2014 Definisi lain dari korupsi yang paling banyak diacu, termasuk oleh World Bank dan UNDP, adalah “the abuse of public office for private gain”. Dalam arti yang lebih luas, definisi korupsi adalah penyalahgunaan kekuasaan publik untuk kepentingan pribadi atau privat yang merugikan publik dengan cara-cara bertentangan dengan ketentuan hukum yang berlaku. Definisi ini merupakan konsensus yang banyak diacu para pakar di bidang anti-korupsi. Walau demikian, definisi ini belum sempurna meski cukup membantu dalam membatasi pembicaraan tentang korupsi. Beberapa kelemahan definisi tersebut di antaranya bias yang cenderung memojokkan sektor publik, serta definisi yang tidak mencakup tindakan korupsi oleh privat walaupun sama-sama merugikan publik. PENGERTIAN ECONOMIC CORRUPTION DAN DAMPAK KORUPSI Dampak Kualitatif Korupsi terhadap Perekonomian Korupsi mengurangi pendapatan dari sektor publik dan meningkatkan pembelanjaan pemerintah untuk sektor publik. Korupsi juga memberikan kontribusi pada nilai defisit fiskal yang besar, meningkatkan income inequality, dikarenakan korupsi membedakan kesempatan individu dalam posisi tertentu untuk mendapatkan keuntungan dari aktivitas pemerintah pada biaya yang sesungguhnya ditanggung oleh masyarakat Ada indikasi yang kuat, bahwa meningkatnya perubahan pada distribusi pendapatan terutama di negara negara yang sebelumnya memakai sistem ekonomi terpusat disebabkan oleh korupsi, terutama pada proses privatisasi perusahaan negara Lebih lanjut korupsi mendistorsi mekanisme pasar dan alokasi sumber daya dikarenakan: 1) Korupsi mengurangi kemampuan A.R. Adji Hoesodo, Analisa dan Kajian “The Economic Of Corruption“ di Indonesia pemerintah untuk melakukan perbaikan dalam bentuk peraturan dan kontrol akibat kegagalan pasar (market failure). Ketika kebijakan dilakukan dalam pengaruh korupsi yang kuat maka pengenaan peraturan dan kebijakan, misalnya, pada perbankan, pendidikan, distribusi makanan dan sebagainya, malah akan mendorong terjadinya inefisiensi; 2) Korupsi mendistorsi insentif seseorang, dan seharusnya melakukan kegiatan yang produktif menjadi keinginan untuk merealisasikan peluang korupsi dan pada akhimya menyumbangkan negatif value added; 3) Korupsi menjadi bagian dari welfare cost memperbesar biaya produksi, dan selanjutnya memperbesar biaya yang harus dibayar oleh konsumen dan masyarakat (dalam kasus pajak), sehingga secara keseluruhan berakibat pada kesejahteraan masyarakat yang turun; 4) Korupsi mereduksi peran pundamental pemerintah (misalnya pada penerapan dan pembuatan kontrak, proteksi, pemberian property rights dan sebagainya). Pada akhirnya hal ini akan memberikan pengaruh negatif pada pertumbuhan ekonomi yang dicapai; 5) Korupsi mengurangi legitimasi dari peran pasar pada perekonomian, dan juga proses demokrasi. Kasus seperti ini sangat terlihat pada negara yang sedang mengalami masa transisi, baik dari tipe perekonomian yang sentralistik ke perekonomian yang lebih terbuka atau pemerintahan otoriter ke pemerintahan yang lebih demokratis, sebagaimana terjadi dalam kasus Indonesia;dan 6) Korupsi memperbesar angka kemiskinan. ini sangat wajar. Selain dikarenakan program-program pemerintah sebagaimana disebut di atas tidak mencapai sasaran, korupsi juga mengurangi potensi pendapatan yang mungkin diterima oleh si miskin. Menurut Tanzi (2002), perusahaan perusahaan kecil adalah pihak yang paling sering menjadi sasaran korupsi dalam bentuk pungutan tak resmi (pungutan liar). Bahkan, pungutan tak resmi ini bisa mencapai hampir dua puluh persen dari total biaya yang harus dikeluarkan oleh perusahaan ini amat mengkhawatirkan, dikarenakan pada negara negara berkembang seperti Indonesia, perusahaan kecil (UKM adalah mesin pertumbuhan karena perannya yang banyak menyerap tenaga kerja). Dampak Korupsi pada Perekonomian Analisis Ekonometrika Beberapa tahun terakhir, banyak dilakukan penelitian dengan menggunakan angka indeks korupsi untuk melihat hasilnya pada variable-variabel ekonomi yang lain. Beberapa hasil penelitian tersebut adalah: 1) Korupsi Mengurangi Nilai Investasi. Korupsi membuat sejumlah investor kurang percaya untuk menanamkan modalnya di Indonesia dan lebih memilih menginvestasikannya ke negara-negara yang lebih aman seperti Cina dan India. Sebagai konsekuensinya, mengurangi pencapaian actual growth dari nilai potential growth yang lebih tinggi. Berkurangnya nilai investasi ini diduga berasal dari tingginya biaya yang harus dikeluarkan dari yang seharusnya. ini berdampak pada menurunnya growth yang dicapai. Studi didasarkan atas analisa fungsi produksi dimana growth adalah fungsi dari investasi; 2) Korupsi Mengurangi Pengeluaran pada Bidang Pendidikan dan Kesehatan. Akibat korupsi pendapatan pemerintah akan terpangkas bahkan lebih dari 50 %, sebagai contoh kasus dugaan korupsi Presiden Soeharto yang tidak kunjung kelar yang di sinyalir menggelapkan uang negara sekitar Rp1,7 triliun. Agar pengeluaran pengeluaran pemerintah tidak defisit maka dilakukan pengurangan pengeluaran pemerintah; 3) Korupsi mengurangi pengeluaran untuk biaya operasi dan perawatan dari infrastruktur; 4) Korupsi juga turut 15 Prosiding Seminar STIAMI ISSN 2355-2883 Volume I, No. 02, Oktober 2014 mengurangi anggaran pembiayaan untuk perawatan fasilitas umum; 5) Korupsi menurunkan produktivitas dari investasi publik dan infrastruktur suatu Negara; dan 6) Korupsi menurunkan pendapatan pajak. Sebagai contoh kasus Gayus Tambunan, seorang pegawai golongan 3A, yang menggelapkan pajak negara sekitar Rp26 miliar. Dengan demikian pendapatan pemerintah dari sektor pendidikan akan berkurang Rp26 miliar, itu hanya kasus gayus belum termasuk kasus makelar pajak lainnya. Dampak Korupsi terhadap Perekonomian Mikro Ilmu ekonomi mikro (sering juga ditulis mikroekonomi) adalah cabang dari ilmu ekonomi yang mempelajari perilaku konsumen dan perusahaan serta penentuan harga-harga pasar dan kuantitas faktor input, barang, dan jasa yang diperjualbelikan. Ekonomi mikro meneliti bagaimana berbagai keputusan dan perilaku tersebut memengaruhi penawaran dan permintaan atas barang dan jasa, yang akan menentukan harga; dan bagaimana harga, pada gilirannya, menentukan penawaran dan permintaan barang dan jasa selanjutnya. Individu yang melakukan kombinasi konsumsi atau produksi secara optimal, bersama-sama individu lainnya di pasar, akan membentuk suatu keseimbangan dalam skala makro; dengan asumsi bahwa semua hal lain tetap sama (ceteris paribus). Kebalikan dari ekonomi mikro ialah ekonomi makro, yang membahas aktivitas ekonomi secara keseluruhan, terutama mengenai pertumbuhan ekonomi, inflasi, pengangguran, berbagai kebijakan perekonomian yang berhubungan, serta dampak atas beragam tindakan pemerintah (misalnya perubahan tingkat pajak) terhadap hal-hal tersebut. Lihat gambar 1. 16 Gambar 1. Model Permintaan dan Penawaran Model permintaan dan penawaran menjelaskan bagaimana harga beragam sebagai hasil dari keseimbangan antara ketersediaan produk pada tiap harga (penawaran) dengan kebijakan distribusi dan keinginan dari mereka dengan kekuatan pembelian pada tiap harga (permintaan). Grafik ini memperlihatkan sebuah pergeseran ke kanan dalam permintaan dari D1 ke D2 bersama dengan peningkatan harga dan jumlah yang diperlukan untuk mencapai sebuah titik keseimbangan (equibilirium) dalam kurva penawaran (S). Salah satu tujuan ekonomi mikro adalah menganalisis pasar beserta mekanismenya yang membentuk harga relatif kepada produk dan jasa, dan alokasi dari sumber terbatas di antara banyak penggunaan alternatif. Ekonomi mikro menganalisis kegagalan pasar, yaitu ketika pasar gagal dalam memproduksi hasil yang efisien; serta menjelaskan berbagai kondisi teoritis yang dibutuhkan bagi suatu pasar persaingan sempurna. Bidang-bidang penelitian yang penting dalam ekonomi mikro, meliputi pembahasan mengenai keseimbangan umum (general equilibrium), keadaan pasar dalam informasi asimetris, pilihan dalam situasi ketidakpastian, serta A.R. Adji Hoesodo, Analisa dan Kajian “The Economic Of Corruption“ di Indonesia berbagai aplikasi ekonomi dari teori permainan. Juga mendapat perhatian ialah pembahasan mengenai elastisitas produk dalam sistem pasar Dalam ekonomi mikro, istilah "kegagalan pasar" tidak berarti bahwa sebuah pasar tidak lagi berfungsi. Malahan, sebuah kegagalan pasar adalah situasi dimana sebuah pasar efisien dalam mengatur produksi atau alokasi barang dan jasa ke konsumen. Ekonom normalnya memakai istilah ini pada situasi dimana inefisiensi sudah dramatis, atau ketika disugestikan bahwa institusi non pasar akan memberi hasil yang diinginkan. Di sisi lain, pada konteks politik, pemegang modal atau saham menggunakan istilah kegagalan pasar untuk situasi saat pasar dipaksa untuk tidak melayani "kepentingan publik", sebuah pernyataan subyektif yang biasanya dibuat dari landasan moral atau sosial. Empat jenis utama penyebab kegagalan pasar adalah: 1) Monopoli atau dalam kasus lain dari penyalahgunaan dari kekuasaan pasar dimana "sebuah" pembeli atau penjual bisa memberi pengaruh signifikan pada harga atau keluaran. Penyalahgunaan kekuasaan pasar bisa dikurangi dengan menggunakan undangundang anti-trust; 2) Eksternalitas, yaitu terjadi dalam kasus bahwa "pasar tidak dibawa ke dalam akun dari akibat aktivitas ekonomi di dalam orang luar/asing." Ada eksternalitas positif dan eksternalitas negatif. Eksternalitas positif terjadi dalam kasus seperti dimana program kesehatan keluarga di televisi meningkatkan kesehatan publik. Eksternalitas negatif terjadi ketika proses dalam perusahaan menimbulkan polusi udara atau saluran air. Eksternalitas negatif bisa dikurangi dengan regulasi dari pemerintah, pajak, atau subsidi, atau dengan menggunakan hak properti untuk memaksa perusahaan atau perseorangan untuk menerima akibat dari usaha ekonomi mereka pada taraf yang seharusnya; 3) Barang publik seperti pertahanan nasional dan kegiatan dalam kesehatan publik seperti pembasmian sarang nyamuk. Contohnya, jika membasmi sarang nyamuk diserahkan pada pasar pribadi, maka jauh lebih sedikit sarang yang mungkin akan dibasmi. Untuk menyediakan penawaran yang baik dari barang publik, negara biasanya menggunakan pajak-pajak yang mengharuskan semua penduduk untuk membayar pada barang publik tersebut (berkaitan dengan pengetahuan kurang dari eksternalitas positif pada pihak ketiga/kesejahteraan sosial); dan 4) Kasus dimana terdapat informasi asimetris atau ketidak pastian (informasi yang inefisien). Informasi asimetris terjadi ketika salah satu pihak dari transaksi memiliki informasi yang lebih banyak dan baik dari pihak yang lain. Biasanya para penjual yang lebih tahu tentang produk tersebut daripada sang pembeli, tetapi ini tidak selalu terjadi dalam kasus ini. Contohnya, para pelaku bisnis mobil bekas mungkin mengetahui bagaimana mobil tersebut telah digunakan sebagai mobil pengantar atau taksi, informasi yang tidak tersedia bagi pembeli. Contoh lain, pembeli memiliki informasi lebih baik dari pada penjual merupakan penjualan rumah atau vila, yang mensyaratkan kesaksian penghuni sebelumnya. Seorang broker real estate membeli rumah ini mungkin memiliki informasi lebih tentang rumah tersebut dibandingkan anggota keluarga yang ditinggalkan. Situasi ini dijelaskan pertama kali oleh Kenneth J. Arrow di artikel seminar tentang kesehatan tahun 1963 berjudul Ketidakpastian dan Kesejahteraan Ekonomi dari Kepedulian Kesehatan. di dalam American Economic Review. George Akerlof kemudian menggunakan istilah informasi asimetris pada karyanya pada tahun 1970 The Market for Lemons. Akerlof menyadari bahwa, dalam pasar seperti itu, 17 Prosiding Seminar STIAMI ISSN 2355-2883 nilai rata-rata dari komoditas cenderung menurun, bahkan untuk kualitas yang sangat sempurna kebaikannya, karena para pembelinya tidak memiliki cara untuk mengetahui apakah produk yang mereka beli akan menjadi sebuah "lemon" (produk yang menyesatkan). Walaupun biaya peluang (opportunity cost) kadang-kadang sulit untuk dihitung, efek dari biaya peluang sangatlah universal dan nyata pada tingkat perorangan. Bahkan, prinsip ini dapat diaplikasikan kepada semua keputusan, dan bukan hanya bidang ekonomi. Sejak kemunculannya dalam karya seorang ekonom Jerman bernama Freidrich von Wieser, sekarang biaya peluang dilihat sebagai dasar dari teori nilai marjinal. Biaya peluang merupakan salah satu cara untuk melakukan perhitungan dari sesuatu biaya. Bukan saja untuk mengenali dan menambahkan biaya ke proyek, tetapi juga mengenali cara alternatif lainnya untuk menghabiskan suatu jumlah uang yang sama. Keuntungan yang akan hilang sebagai akibat dari alternatif terbaik lainnya; adalah merupakan biaya peluang dari pilihan pertama. Sebuah contoh umum adalah seorang petani yang memilih mengolah pertaniannya dibandingkan dengan menyewakannya ke tetangga. Maka, biaya peluangnya adalah keuntungan yang hilang dari menyewakan lahan tersebut. Dalam kasus ini, sang petani mungkin mengharapkan untuk mendapatkan keuntungan yang lebih besar dari pekerjaan yang dilakukannya sendiri. Begitu juga dengan memasuki universitas dan mengabaikan upah yang akan diterima jika memilih menjadi pekerja, yang dibanding dengan biaya pendidikan, buku, dan barang lain yang diperlukan (sebagai biaya total dari kehadirannya di universitas). Contoh lainnya ialah biaya peluang dari melancong ke Bahamas, yang mungkin merupakan uang untuk pembayaran cicilan rumah. 18 Volume I, No. 02, Oktober 2014 Perlu diingat bahwa biaya peluang bukanlah jumlah dari alternatif yang ada, melainkan lebih kepada keuntungan dari suatu pilihan alternatif yang terbaik. Biaya peluang yang mungkin dari keputusan sebuah kota membangun rumah sakit di lahan kosong, merupakan kerugian dari lahan untuk gelanggang olahraga, atau ketidakmampuan untuk menggunakan lahan menjadi sebuah tempat parkir, atau uang yang bisa didapat dari menjual lahan tersebut, atau kerugian dari penggunaan-pengguaan lainnya yang beragam tetapi bukan merupakan agregat dari semuanya (ditotalkan). Biaya peluang yang sebenarnya, merupakan keuntungan yang akan hilang dalam jumlah terbesar di antara alternatif-alternatif yang telah disebutkan tadi. Satu pertanyaan yang muncul dari ini ialah bagaimana menghitung keuntungan dari alternatif yang tidak sama. Kita harus menentukan sebuah nilai uang yang dihubungkan dengan tiap alternatif untuk memfasilitasi pembandingan dan penghitungan biaya peluang, yang hasilnya lebih-kurang akan menyulitkan untuk dihitung, tergantung dari benda yang akan kita bandingkan. Contohnya, untuk keputusan-keputusan yang melibatkan dampak lingkungan, nilai uangnya sangat sulit untuk dihitung karena ketidakpastian ilmiah. Menilai kehidupan seorang manusia atau dampak ekonomi dari tumpahnya minyak di Alaska, akan melibatkan banyak pilihan subyektif dengan implikasi etisnya. Jika kita lihat dan kaji dari sisi Ilmu ekonomi mikro maka bisa diambil kesimpulan bahwa dampak korupsi ini difokuskan pada sisi konsumen dan produsen. Di sisi konsumen bisa kita lihat dari sisi permintaan dan sisi produsen diwakili dari sisi penawaran. Dari sisi konsumen bisa dilihat kepada keadaan permintaannya, karena di sisi konsumen ada kenaikan tambahan A.R. Adji Hoesodo, Analisa dan Kajian “The Economic Of Corruption“ di Indonesia pendapatan bagi orang-orang tertentu dan akan dipergunakan untuk pembelian barangbarang tertentu dan barang-barang kenikmatan. Sementara golongan yang tidak mendapatkan tambahan penghasilan akan semakin tertinggal menjadikan hal ini ada gap yang besar antara si penikmat hasil korupsi dan yang bukan. Korupsi akan menciptakan situasi pengkayaan pada golongan tertentu dan pemiskinan pada golongan lainnya. Pada sisi produsen akan menimbulkan kenaikan biaya produksi sehingga harga dan biaya ekonomi tinggi ini akan membuat kesulitan bersaing di pasaran. Sehingga produsen tergiring ke sektor-sektor yang ditujukan kepada mereka yang menikmati hasil korupsi ini. Sedangkan sektor produksi yang tingkat permintaannya tetap atau menurun menjadi tidak menarik lagi. Inilah yang mengakibatkan struktur produksi yang tidak sehat. Dampak Korupsi terhadap Perekonomian Makro Ekonomi makro atau makroekonomi adalah studi tentang ekonomi secara keseluruhan. Makro-ekonomi menjelaskan perubahan ekonomi yang mempengaruhi banyak masyarakat, perusahaan, dan pasar. Ekonomi makro dapat digunakan untuk menganalisis cara terbaik untuk memengaruhi target-target kebijaksanaan seperti pertumbuhan ekonomi, stabilitas harga, tenaga kerja dan pencapaian keseimbangan neraca yang berkesinambungan. Meskipun ekonomi makro merupakan bidang pembelajaran yang luas, ada dua area penelitian yang menjadi ciri khas disiplin ini: kegiatan untuk mempelajari sebab dan akibat dari fluktuasi penerimaan negara jangka pendek (siklus bisnis), dan kegiatan untuk mempelajari faktor penentu dari pertumbuhan ekonomi jangka panjang (peningkatan pendapatan nasional). Model makro-ekonomi yang ada dan prediksi-prediksi yang ada jamak digunakan oleh pemerintah dan korporasi besar untuk membantu pengembangan dan evaluasi kebijakan ekonomi dan strategi bisnis. Lihat gambar 2. Dalam Kajian Ilmu ekonomi makro ini bisa disimpulkan bahwa korupsi akan sangat berdampak pada beberapa sektor didalam ekonomi makro bangsa kita. Beberapa yang menjadi catatan disini adalah sebagai berikut: 1) Terhadap pertumbuhan ekonomi; 2) Terhadap pengangguran; 3) Terhadap inflasi; dan 4) Terhadap nilai tukar Dampak Korupsi terhadap Sektor Perbankan Dalam perekonomian sekarang, sektor perbankan sangat penting untuk dibahas. Mengingat sector finansiil ini puya andil yang sangat besar terhadap perekonomian Indonesia. Beberapa isu-isu penting tentang dampak sistemik yang ditimbulkan Karena masalah likuiditas suatu bank swata saja bisa membuat gonjang ganjing isu moneter di ranah Nasional. Sektor perbankan sangat menunjang bertumbuhnya sector riil yang ada di Indonesia. Namun bagaimana hubungan sector riil yang diperlukan bagi pertumbuhan ekonomi bangsa Indonesia? Di Indonesia pembatasan kepemilikan bank sangat longgar, jadi seseorang yang sudah cukup mampu bisa saja membuka bank. Sayangnyabanyak pengusaha membuka sector finansiil ini ditujukan untuk memberikan kredit bagi groupnya sendiri. Sehingga hal ini awal dari permasalahan yang berakibat bagi sektor moneter kita. Bank Pemerentah lebih memegang prinsip kehati-hatian yang lebih tinggi dari bank swasta. Karena mengingat penabung mayoritas adalah masyarakat. Begitupula pemilihan para direksi yang melalui proses yang sangat ketat. 19 Prosiding Seminar STIAMI ISSN 2355-2883 Volume I, No. 02, Oktober 2014 Gambar 2. Circulation in Macroeconomics Pemerentah menerapkan aturan legal lending limi,t yaitu pembatasan untuk pemilik bank meminjam dana dari bank miliknya sendiri dalam prosentase. Adapun korupsi di bidang perbankan ini dapat berupa: 1) Permainan dalam penilaian 6C yang menjadi prinsip pemberian kredit 6 c adalah character, capacity, capital,collateral, condition of economic dan constraint; 2) Mark Up terhadap proyek-proyek yang akan dibiayai dengan kredit bank; 3) Penyaluran kredit yang diutamakan kepada proyek atau usahausaha yang dalam satu group dengan bank itu sendiri; 4) Adanya Uang hangus atau komisi yang mengakibatkan berkurangnya jumlah uang kredit yang diterima nasabah dan menjadi tingginya bunga efektif dibanding dengan bunga resminya; 5) Penggunaan kredit yang tidak sesuai dengan 20 ketentuan yang tercantum dalam kontrak pinjaman Oleh sebab itu apa yang disebutkan diatas akan mengakibatkan dampak yang buruk bagi perekonomian kita berupa: 1)Karena Perbankan masuk dalam sistem moneter maka uang yang keluar dari perbankan akan menambah uang beredar yang bersidat inflatoir; 2) Bagi koruptor yang menikmati hasil korupsi maka daya belinya akan tinggi dengan ditandai meningkatkan permintaannya yang bersifat demand pull inflatoir kalo tidak diimbangi dengan peningkatan supply; 3) Penabung dirugikan karena sifat deflatoir ini diubah jadi inflatoir untuk memperkaya golongan tertentu; dan 4) Praktek uang hangus yang menjadi bunga yang resmi menjadi tinggi, menjadi beban penerima kredit. Jika bunga di masukkan sebagai unsur biaya maka biaya itu menjadi sangat tinggi sehingga A.R. Adji Hoesodo, Analisa dan Kajian “The Economic Of Corruption“ di Indonesia akan mempengaruhi harga produksinya dan ini bersifat inflatoir. Ini bisa disebut juga bahwa korupsi di bidang perbankan semuanya bersifat inflatoir dari 3 sumber sebagai berikut: a) Jumlah uang beredar (money inflation); b) Meningkatnya permintaan (demand pull inflation); dan c) Tingginya biaya produksi (cost push inflation) Dampak Korupsi terhadap Perdagangan Internasional Dampak globalisasi dan perkembangan teknologi informasi yang sangat mendukung berkembangnya e commerce dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi Indonesia akan menjadi boomerang jika kebijakan-kebijakan yang ditelorkan akan menjadi penurunan ekonomi jika disalahgunakan dan akan mengalami gejolak sosial yang merisaukan. Hal ini disebabkan antara lain: 1) Kurangnya rambu-rambu stabilitas perekonomian seperti undang-undang anti monopoli dan etika bisnis; 2) Tidak adanya atau kurangnya penegakan hukum yang memastikan penciptaan tata kelola pemerintahan yang bersih.; dan 3) Rapuhnya fondasi pengaturan perbankan, kebijakan investasi, akuntansi yang tidak transparan yang mana hal ini merupakan sumber korupsi dan kroni capitalism. Tumbuhnya korupsi akibat high cost economy mengakibatkan lemahnya daya saing produk industri sehinggga tidak mampu menghalangi arus masuk barang dan jasa, terlebih lagi jika tarif diturunkan akibat dari kesepakatan GATT. Akibatnya penerimaan dalam negeri terutama dari PPn (pajak penjualan) dan PPh (pajak penghasilan) akan menurun, sedangkan penerimaan bea masuk akan tetap mekipun terjadi peningkatan arus barang dan jasa yang masuk karena adanya penurunan tarif bea masuk. Dengan demikian dapat diperkirakan ketergantungan kepada hutang luar negeri untuk menutup defisit APBN makin besar terlebih lagi APBN harus memikul beban hutang masa lalu dan bunga obligasi yang diperlukan dalam rekapitalisasi perbankan dan beban subsidi untuk menurunkan dampak sosial dari krisis ekonomi, Strategi debt led growth yang digunakan utuk percepatan pertumbuhan dengan dorongasn hutang luar negeri kemungkinan sulit dikembangkan karena adanya beban hutang luar negeri yang sangat besar. Disamping adanya kecenderungan global bahwa aliran modal dari Negara maju ke Negara berkembang disinyalir adalah akibat repatriasi hasil-hasil korupsi. Penggunaan hasil korupsi biasanya meningkatkan konsumsi barang import atau transfer ke luar negeri untuk menutupi perbuatan korupsi yang keduanya akan mempengaruhi neraca pembayaran dan tidak membawa manfaat bagi perekonomiasn nasional. Menurut pemerintah Amerika Serikat ada 8 bidang yang dianggap sumber korupsi yaitu: 1) Bidang Ekonomi. Perizinan yang berbelit belit dan pelayanan yang menghambat; 2) Bidang Pemerentahan. Administrasi yang tidak menentu menimbulkan ketidak pastian investasi dan perdagangan; 3) Bidang Birokrasi. Birokrasi yang terlalu gemuk dan sdm yang tidak kompeten menangani pasar dan promosi; 4) Bidang Keuangan Negara. Tidak adanya budaya transparansi dalam pengadaan barang dan jasa; 5) Bidang Peradilan. Lemahnya independensi penegak hukum; 6) Badan Pengatur Perdagangan. Badan pengaturan perdagangan ini dijalankan setengah hati missal aturan pasar modal, kebangkrutan, dll ;7) Kelemahan Masyarakat Madani. Rendahnya tingkat pendidikan dan ketidaktahuan masyarakat terhadap perilaku pemerintah atau pebisnis yang menyimpang; dan 8) Badan Penegakan 21 Prosiding Seminar STIAMI ISSN 2355-2883 Hukum. Penegakan hukum yang korup dan tidak menghormati hak-hak azasi. Walaupun begitu potensi Indonesia tetap diminati banyak investor karena jumlah penduduk yang besar dan kecenderungan kelas menengah yang semakin besar dan berdaya beli tinggi dan tentu saja sumber daya alam yang sangat melimpah. PENUTUP Karena korupsi telah menjadi isu Internasional maka lembaga anti korupsi Internasional The Transparency International pernah melakukan rangking terhadap berbagai Negara mengenai besar kecilnya korupsi melalui Corruption Perception Index (CPI). Dan Indonesia pernah masuk dalam Negara terkorup ke tiga dengan index CPI 1,7. Karena korupsi di Indonesia sudah menjalar seperti penyakit kanker dan mnjalar ke berbagai kegiatan dan sector kehidupan. Karena ekonomi Indonesia telah merupakan ekonomi korupsi, hal ini disebabkan perekonomian itu sendiri merupakan kegiatan yang didalamnya dipenuhi dengan negosiasi dan transaksi dan berpotensi dijadikan lahan bagi koruptor. Makanya bisa jadi ekonomi korupsi ini bisa menjadi cabang tersendiri dari teori ekonomi masuk dalam tataran ekonomi mikro, makro, moneter dan perdagangan Internasional. Korupsi sudah menimbulkan biaya tinggi yang menyulitkan produsen. Para produsen terpaksa menaikkan harga jual sehingga menimbulkan inflasi (cost push inflation) karena factor biaya korupsi ini dimasukkan dalam perhitungan laba maksimal. Hal ini tentu saja akan memengaruhi struktur produksi (demand pull inflation) Di lain pihak ada golongan yang tidak bisa menikmati korupsi sehingga daya belinya ketinggalan dengan naiknya hargaharga. Jadi dengan kata lain, di satu sisi ada 22 Volume I, No. 02, Oktober 2014 proses pengkayaan dan disatu sisi prosen pemiskinan. Beberapa yang perlu dicatat bahwa ekses meningkatnya permintaan yang tdk dapat ditampung oleh penawaran dalam negeri, akan lari keluar negeri atau barang import. Hal inilah yang akan mengakibatkan kebocoran terhadap pendapatan nasional. Di bidang moneter terjadi arus uang dari dan ke sistem moneter (Anggaran Belanja Negara) yang harusnya tidak boleh terjadi. Jika arus uang lebih cepat dari arus barang maka akan mengakibatkan inflasi (money inflation). Dengan demikian baik dari segi mikro, makro dan moneter, korupsi merupakan penyebab inflasi. Jika kita ambil contoh kurs rupiah terhadap dolar sebagai indikasi ukuran inflasi, maka masa permulaan kemerdekaan nilai Rp 1 pernah sama dengan USD 1, setelah 50 tahun dan melalui berbagai kebijakan moneter dalam kurun waktu itu sekitar Rp9000. Jadi rupiah merosot sebesar 900.000 % dalam kurun waktu 50 tahun, atau penurunan rupiah 18.000 % per tahun. Masalah korupsi bukan masalah hukum saja untuk saat ini, karena pertanyaannya dapatkan hukum yang dibuat penguasa dapat diandalkan untuk memberantas korupsi? Karena perekonomian Indonesia sudah menjadi ekonomi korupsi (The Corruption Economic). Dapatkah penanggulangan masalah perekonomian Indonesia hanya menggunakan teori ekonomi dan hukum ekonomi yang diajarkan di fakultas ekonomi? Sudah waktunya ada ahli ekonomi Adam Smith baru, J.M Keynes baru, untuk menjawab permasalahan tersebut. KESIMPULAN Ditinjau dari sudut apa pun, korupsi sama sekali tidak memberikan manfaat. Baik kepada perekonomian, maupun kepada sistem demokrasi politik yang baik. Hasil A.R. Adji Hoesodo, Analisa dan Kajian “The Economic Of Corruption“ di Indonesia penelitian menunjukkan bahwa negara dalam masa transisi seperti Indonesia, baik dari sistem ekonomi (dari sistem ekonomi terpusat menuju sistem ekonomi yang lebih menganut pasar) maupun dari sistem politik dan demokrasi (pemerintahan yang otoriter ke pemerintahan yang demokratis), selalu mengalamii masalah korupsi yang luar biasa besar. Bahkan, saat ini sudah terbangun mitos di masyarakat bahwa korupsi hampir mustahil dapat dibasmi, karena ada anggapan bahwa korupsi telah menjadii kebudayaan bangsa Indonesia. Namun hal ini tidak bisa dijadikan justifikasi dan apologi untuk terus bersikap toleran dan permisif terhadap keberadaan korupsi. Hasil penelitian Farah Dewi (Mahasiswa Pasca Sarjana UI, 2002) mengatakan jikalau Indonesia sanggup menekan tingkat korupsinya sampai serendah tlngkat korupsi di Jepang, maka dengan performa ekonomi seperti sekarang, Indonesia dapat mencapai tingkat pertumbuhan sebesar 6.37 % setahun. Lebih lanjut, jika Indonesia sanggup menekan tingkat korupsinya hingga serendah tingkat korupsi Singapura, maka Indonesia akan mencapai pertumbuhan ekonomi sebesar 10.68 % per tahun. Maka mutlak sudah, bahwa pemberantasan korupsi adatah bagian yang tak terpisahkan dart proses perbaikan ekonomi Indonesia. Karena berdasarkan analisa apapun,korupsi tidak mungkin ditolerir. Tentu akan sangat membingungkan bila kita harus menyelesaikan semua kasus korupsi karena sangat banyaknya kasus konupsi di negeri ini. Oleh karena itu pemetaan korupsi dengan memberilcan prioritas menjadi penting. Tolak ukur yang paling penting adalah seberapa jauh korupsi tersebut berkaitan dengan kepentingan umum dan merugikan keuangan negara. Kita dapat menemukan suatu pola umum dari korupsi yang terjadi di Indonesia, namun bukan tidak mungkin setiap daerah dan setiap kasus memililki kekhususannya sendiri. Beberapa hal bisa dijadikan alasan bagi ttumbuhnya perbedaan-perbedaan ini seperti perbedaan sumber daya ekonomi (atau pendapatan), budaya, kondisi kelompok-kelompok sosial, yang kesemuanya mempengaruhi pola-pola korupsi dan upaya pemberantasannya. Yang pasli, kita harus segera bergerak menuntaskan serta melakukan perubahan. SARAN Pembangunan di Indonesia tidak boleh terkoyak hanya karena ulah okrnum yang tidak bertanggung jawab (walaupun esok mereka pasti akan mempertanggungjawabkan perbuatannya pada mahkamah tertinggi di akhirat) yang melakukan abuse of power. Oleh karena itu, ada beberapa hal teknis yang kami sarankan sebagai rekomendasi kebijakan bagi pemerintah Indonesia, yakni: Komitmen yang kuat dari para pemimpin adalah kunci, karenanya pada setiap proses pemilihan presiden atau pejabat apa pun, agar dilakukan dengan fit proper test yang harus sangat memperhatikan Si moralitas, Pemerintah secara perlahan-lahan harus mulai mengurangi keterlibatan para aktivitas ekonomi. Mungkin sangat neoklasik, tetapi itulah yang mesti dilakukan jika berkaca pada Finlandia dan negara lain yang mampu meng-nol-kan potensi korupsinya. Peran pemerintah selanjutnya adalah sebagai 'polisi pasar' atau menjadi 'wasit dunia usaha' yang memastikan aktivitas ekonomi berjalan lancar serta meminimalkan terjadinya kegagalan pasar. Secara perlahan-lahan pemerintah harus mulai melakukan rasionalisasi pegawai dalam jumlah yang cukup siginifikan dan memastikan standar gaji yang bersaing dengan swasta. Akan tetapi, 23 Prosiding Seminar STIAMI ISSN 2355-2883 Volume I, No. 02, Oktober 2014 antisipasi akibat dan kebijakan pengurangan pegawai ini juga mesti disiapkan. Menghukum koruptor dengan hukuman yang seberat-beratnya. Mungkin Korea Selatan bisa dicontoh dalam hal ini; Memaksimalkan peran Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) sebagal pengawas yang jujur dan auditor yang bersih dalam melakukan peran kontrol dan pengusutan atas segala macam dugaan korupsi. Secara bertahap dan berkelanjutan pemerintah harus mengupayakan terlaksananya aturan yang sudah diciptakan namun harus dilaksanakan. Yakni: 1) TAP MPR No. XIJMPRI1998 tentang Penyelenggaraan Negara Yang Bersih Dan Bebas KKN; 2) UU No. 28 tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara Yang Bersih Dan Bebas KKN; 3) UU no. 31 tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (UU anti Korupsi); dan 4) Komisi Pemberantasan Korupsi (Anti Corruption Commision). Eaton, B. Curtis; Eaton, Diane F.; and Douglas W. Allen : 2002. Microeconomics. Prentice Hall, 5th Edition DAFTAR PUSTAKA “ Asian Perspective, a journal of Regional and International Affairs ” Jehle, Geoffrey A.; and Philip J. Reny. : 2000. Advanced Microeconomic Theory. Addison Wesley Paperback, 2nd Edition Applications, Strategy and Tactics. SouthWestern Educational Publishing, 9th Edition: 2001 Katz, Michael L.; and Harvey S. Rosen. : 1997. Microeconomics. McGrawHill/Irwin, 3rd Edition “ Balance of Payment Statistics Year Book “ International Monetary Fund ( IMF ), 1998 Kreps, David M. A : 1990. Course in Microeconomic Theory. Princeton University Press Bade, Robin; and Michael Parkin; 2001. Foundations of Microeconomics. Addison Wesley Paperback 1st Edition. Landsburg, Steven. : 2001. Price Theory and Applications. South-Western College Pub, 5th Edition Basri, 24 Faisal,(1997 ),”Perekonomian Indonesia Menjelang Abad XXI “, Distorsi, Peluang dan Kendala, Jakarta, Penerbit Erlangga. Farah Dewi, Siti Nurfitriah. 2000 "Analisis Pengaruh Korupsi terhadap Pertumbuhan Investasi Domestil dan FDI" : Depok, Program Pasca Sarjana UI. Frank, Robert A. : 2006 Microeconomics and Behavior. McGraw-Hill/Irwin, 6th Edition Friedman, Milton. : 1976 ; Theory. Aldine Transaction Price Hanzah, A, 1994, “ Korupsi dalam Pengelolaan Proyek Pembangunan untuk Pimpinan Proyek, Penegak Hukum dan Umum “, Akademika Pressindo, CV., April Hicks, John R. Value and Capital. Clarendon Press. [1939] 1946, 2nd ed. Mankiw , N. Gregory. : 2000. Principles of Microeconomics. South-Western Pub, 2nd Edition Mas-Colell, Andreu; Whinston, Michael D.; and Jerry R. Green. : 1995. Microeconomic Theory. Oxford University Press, US A.R. Adji Hoesodo, Analisa dan Kajian “The Economic Of Corruption“ di Indonesia McGuigan, James R.; Moyer, R. Charles; and Frederick H. Harris. 2001. Managerial Economics: Applications, Strategy and Tactics. South-Western Educational Publishing, 9th Edition: Nicholson, Walter. : 2001. Microeconomic Theory: Basic Principles and Extensions. South-Western College Pub, 8th Edition Perloff, Jeffrey M. : 2007. Microeconomics. Pearson - Addison Wesley, 4th Edition Pindyck, Robert S.; and Daniel L. Rubinfeld. : 2000. Microeconomics. rentice Hall, 5th Edition Ruffin, Roy J.; and Paul R. Gregory. : 2000. Principles of Microeconomics. Addison Wesley, 7th Edition “Tables – Pasific Economy Outlook “ TAP MPR No. XIJMPRI1998 tentang penyelenggaraan negara yang bersih dan bebas KKN. UU no. 31 tahun 1999 Pemberantasan Tindak Korupsi (UU anti Korupsi) tentang Pidana Varian, Hal R. Microeconomic Analysis. W. W. Norton & Company, 3rd Edition. Wikipedia 25