ANALISA DAN KAJIAN “THE ECONOMIC OF CORRUPTION“

advertisement
Prosiding Seminar STIAMI
ISSN 2355-2883
Volume I, No. 02, Oktober 2014
ANALISA DAN KAJIAN “THE ECONOMIC OF CORRUPTION“ DI INDONESIA
A. R. Adji Hoesodo
Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi Mandala Indonesia
[email protected]
Abstract. “ The economic of corruption is economic’s model from economic system culture
legacy of Indonesia ancient culture. This study focus in analyzing and studying economic theory
that expected to develop a new paradigm in the field of corruption economic theory. This study
start from corruption background history in the world and Indonesia and how the process of
corruption and some notion of corruption itself. The scope of this study using economic theory to
analize impacts corruption to Indonesian economic growth according econometric, micro and
macroeconomic, banking and monetary theory and international trade. Indonesian economic
model is an economic corruption model in the world where with this model can not make
Indonesia economic growth even will make economic bangkrupt. According to this study,
Indonesia need good and strong leader’s commitment to keep Indonesian economic activities in
order to encourage good economic health and minimize market fail “
Key word : Economic corruption;International Trade; Banking; Macro and Microeconomic
Abstrak. Ekonomi korupsi adalah model ekonomi dari warisan budaya sistem ekonomi
Indonesia kuno. Fokus penelitian ini adalah menganalisis dan mempelajari teori ekonomi yang
diharapkan untuk mengembangkan paradigma baru dalam bidang teori ekonomi korupsi
Penelitian ini dimulai dari latar belakang sejarah korupsi di dunia dan Indonesia dan bagaimana
proses korupsi dan beberapa pengertian korupsi itu sendiri. Ruang lingkup penelitian ini
menggunakan teori ekonomi untuk menganalisis dampak korupsi terhadap pertumbuhan
ekonomi Indonesia menurut ekonometrik, ekonomi mikro dan makro, perbankan dan teori
moneter dan perdagangan internasional. Model ekonomi Indonesia adalah model korupsi
ekonomi dunia di mana dengan model ini tidak dapat membuat pertumbuhan ekonomi Indonesia
bahkan akan membuat kebangkrutan ekonomi. Menurut studi ini, Indonesia membutuhkan
komitmen yang baik dan pemimpin yang kuat untuk menjaga kegiatan ekonomi Indonesia dalam
rangka mendorong kesehatan ekonomi yang baik dan meminimalkan pasar gagal.
Kata Kunci: Korupsi Ekonomi; Perdagangan Internasional; Perbankan; Makro Dan Ekonomi
Mikro
Jika kita menelusuri sejarah kuno,
maka korupsi telah terjadi sejak lama.
Bermula dari kekuasaan raja-raja yang
memungut sebagian dari hasil rakyat untuk
keperluan kerajaannya (semacam pajak)
berkembang menjadi seperti kebiasaan
pemberian dari rakyat kepada penguasa,
yang berbeda dengan pajak.
Banyak orang menulis tentang
korupsi di Indonesia tapi dengan sudut
12
pandang segi hukum, moral dan kekuasaan.
Tapi tulisan ini menekankan sudut pandang
dari sisi ekonomi. Perlu diketahui bahwa
korupsi di Indonesia merupakan satu
kebiasaan dan kebudayaan masyarakat
Indonesia. Maka dari sudut ekonomi
perekonomian Indonesia sudah diwarnai
dengan korupsi sehingga perekonomian
Indonesia sudah merupakan ekonomi
korupsi (the economic of corruption)
A.R. Adji Hoesodo, Analisa dan Kajian “The Economic Of Corruption“ di Indonesia
Asal Usul Korupsi
Korupsi dalam sejarah manusia
bukanlah hal baru. Ia lahir bersamaan
dengan umur manusia itu sendiri. Ketika
manusia mulai hidup bermasyarakat, di
sanalah awal mula terjadinya korupsi.
Penguasaan atas suatu wilayah dan sumber
daya alam oleh segelintir kalangan
mendorong manusia untuk saling berebut
dan menguasai. Berbagai taktik dan strategi
pun dilaksanakan. Perebutan manusia atas
sumber daya alam dan politik inilah awal
mula terjadinya ketidakadilan. Padahal
kebutuhan untuk bertahan hidup kian
menanjak,
tapi
kesempatan
untuk
memenuhinya semakin terbatas. Sejak saat
itu moralitas dikesampingkan. Orientasi
hidup yang mengarah pada keadilan berubah
menjadi kehidupan saling menguasai dan
mengekploitasi. Di dalam sejarah, kita dapat
menemukan banyak catatan yang terkait
dengan kondisi tersebut.
Di India korupsi sudah menjadi
permasalahan serius sejak 2300 tahun yang
lalu, hal ini terbukti dengan adanya tulisan
seorang perdana menteri Chandragupta
tentang 40 cara untuk mencuri kekayaan
negara.
Kerajaan China, pada ribuan tahun
yang lalu telah menerapkan kebijakan yang
disebut Yang-lien, yaitu hadiah untuk
pejabat negara yang bersih, sebagai insentif
untuk menekan korupsi. Tujuh abad silam,
Dante menyebutkan bahwa para koruptor
akan tinggal di kerak neraka dan
Shakespeare mengangkat tema-tema korupsi
dalam berbagai karyanya.
Pada abad ke-14 Abdul Rahman
berpendapat bahwa akar korupsi adalah
keinginan hidup bermewah-mewah di
kalangan elit pemegang kekuasaan, sehingga
mereka menghalalkan berbagai cara untuk
membiayai gaya hidup mereka.
Plato
dalam
bukunya
The
Laws menyatakan “The servants of the
nations are to render their services without
any taking of presents…..To form your
judgment and then abide by it is no easy
task, and “tis a man”s surest course to give
loyal obedience to the law which commands,
“Do no service for a present”.”
Di Indonesia, korupsi mulai terjadi
sejak jaman kerajaan. Bahkan VOC
bangkrut pada awal abad 20 akibat korupsi
yang merajalela di tubuhnya. Setelah
proklamasi
kemerdekaan,
banyak
petinggi Belanda yang kembali ke tanah
airnya, posisi kosong mereka kemudian diisi
oleh kaum pribumi pegawai pemerintah
Hindia Belanda (ambtenaar) yang tumbuh
dan berkembang di lingkungan korup.
Kultur
korupsi
tersebut
berlanjut
hingga masa pemerintah Orde Lama. Di
awal pemerintahan Orde Baru, Presiden
Soeharto melakukan berbagai upaya untuk
memberantas korupsi. Terlepas dari upaya
tersebut, Presiden Soeharto tumbang karena
isu korupsi. Perjalanan panjang korupsi telah
membuat berbagai kalangan pesimis akan
prospek pemberantasan korupsi, baik di
Indonesia maupun di berbagai belahan
dunia.
Proses Terjadinya korupsi
Korupsi terjadi jika tiga hal
terpenuhi, yaitu: 1) Seseorang memiliki
kekuasaan termasuk untuk menentukan
kebijakan
publik
dan
melakukan
administrasi
kebijakan
tersebut;
2)
Adanya economic rents, yaitu manfaat
ekonomi yang ada sebagai akibat kebijakan
publik tersebut; dan 3) Sistem yang ada
membuka peluang terjadinya pelanggaran
oleh pejabat publik yang bersangkutan.
Apabila satu dari ketiga parameter ini tidak
terpenuhi, maka tindakan yang terjadi tidak
bisa dikategorikan sebagai tindakan korupsi.
Secara umum, tindakan illegal
seperti
penggelapan
pajak
dan
penyelundupan selama tidak melibatkan
pejabat publik tidak dapat dikategorikan
sebagai tindakan korupsi, padahal secara
13
Prosiding Seminar STIAMI
ISSN 2355-2883
tidak langsung tindakan ini merugikan
publik karena mengurangi pendapatan
negara dari sektor pajak. Dalam studi
Lambsdorff disebutkan bahwa besarnya
proporsi budget pemerintah terhadap GDP
suatu negara berkorelasi positif terhadap
tingkat korupsi, barangkali definisi korupsi
yang bias pada sektor publik merupakan
salah satu jawabannya.
Definisi
tersebut
juga
menyamaratakan korupsi di negara yang
menganut sistem kerajaan dan demokrasi.
Dalam negara kerajaan, raja mempunyai
wewenang untuk mengatur distribusi
kekayaan negara bagi rakyat, karena pada
prinsipnya tidak ada pemisahan antara
kekayaan negara dan kekayaan pribadi raja.
Sebagai contoh, seorang raja bisa saja
menggunakan uang kerajaan untuk urusan
pribadi dan ini tidak diangap sebagai
tindakan korupsi. Tindakan yang sama akan
menjadi kasus korupsi besar apabila terjadi
di negara demokrasi. Pertanyaannya, apabila
sebuah negara demokrasi dengan tingkat
korupsi tinggi mentransform diri menjadi
negara kerajaan, apakah berbagai kasus
korupsi akan terselesaikan atau dianggap
selesai? Menggunakan definisi korupsi yang
ada dan alat ukur yang kita miliki saat ini,
bisa jadi jawaban dari pertanyaan tersebut
adalah ya.
Pengertian Korupsi
Apabila
kita
mengunjungi
website Webster Dictionary dan meng-klik
kata corruption, definisi yang muncul adalah
“immoral conduct or practices harmful or
offensive to society atau a sinking to a state
of low moral standards and behavior (the
corruption of the upper classes eventually
led to the fall of the Roman Empire).
Definisi tersebut terlalu luas dan
kurang bermanfaat untuk dijadikan pijakan
dalam
membahas
korupsi
sebagai
permasalahan
multidimensi
(politik,
ekonomi dan sosial-budaya).
14
Volume I, No. 02, Oktober 2014
Definisi lain dari korupsi yang paling
banyak diacu, termasuk oleh World Bank
dan UNDP, adalah “the abuse of public
office for private gain”. Dalam arti yang
lebih luas, definisi korupsi adalah
penyalahgunaan kekuasaan publik untuk
kepentingan pribadi atau privat yang
merugikan
publik
dengan
cara-cara
bertentangan dengan ketentuan hukum yang
berlaku. Definisi ini merupakan konsensus
yang banyak diacu para pakar di bidang
anti-korupsi. Walau demikian, definisi
ini belum sempurna meski cukup membantu
dalam membatasi pembicaraan tentang
korupsi. Beberapa kelemahan definisi
tersebut di antaranya bias yang cenderung
memojokkan sektor publik, serta definisi
yang tidak mencakup tindakan korupsi oleh
privat walaupun sama-sama merugikan
publik.
PENGERTIAN ECONOMIC
CORRUPTION DAN DAMPAK
KORUPSI
Dampak Kualitatif Korupsi terhadap
Perekonomian
Korupsi mengurangi pendapatan dari
sektor
publik
dan
meningkatkan
pembelanjaan pemerintah untuk sektor
publik. Korupsi juga memberikan kontribusi
pada nilai defisit fiskal yang besar,
meningkatkan income
inequality,
dikarenakan
korupsi
membedakan
kesempatan individu dalam posisi tertentu
untuk mendapatkan keuntungan dari
aktivitas pemerintah pada biaya yang
sesungguhnya ditanggung oleh masyarakat
Ada
indikasi
yang
kuat,
bahwa
meningkatnya perubahan pada distribusi
pendapatan terutama di negara negara yang
sebelumnya memakai sistem ekonomi
terpusat disebabkan oleh korupsi, terutama
pada proses privatisasi perusahaan negara
Lebih lanjut korupsi mendistorsi mekanisme
pasar dan alokasi sumber daya dikarenakan:
1) Korupsi mengurangi kemampuan
A.R. Adji Hoesodo, Analisa dan Kajian “The Economic Of Corruption“ di Indonesia
pemerintah untuk melakukan perbaikan
dalam bentuk peraturan dan kontrol akibat
kegagalan pasar (market failure). Ketika
kebijakan dilakukan dalam pengaruh korupsi
yang kuat maka pengenaan peraturan dan
kebijakan, misalnya, pada perbankan,
pendidikan,
distribusi
makanan
dan
sebagainya,
malah akan mendorong
terjadinya
inefisiensi;
2)
Korupsi
mendistorsi
insentif
seseorang,
dan
seharusnya melakukan kegiatan yang
produktif
menjadi
keinginan
untuk
merealisasikan peluang korupsi dan pada
akhimya menyumbangkan negatif value
added; 3) Korupsi menjadi bagian dari
welfare cost memperbesar biaya produksi,
dan selanjutnya memperbesar biaya yang
harus dibayar oleh konsumen dan
masyarakat (dalam kasus pajak), sehingga
secara
keseluruhan
berakibat
pada
kesejahteraan masyarakat yang turun; 4)
Korupsi mereduksi peran pundamental
pemerintah (misalnya pada penerapan dan
pembuatan kontrak, proteksi, pemberian
property rights dan sebagainya). Pada
akhirnya hal ini akan memberikan pengaruh
negatif pada pertumbuhan ekonomi yang
dicapai; 5) Korupsi mengurangi legitimasi
dari peran pasar pada perekonomian, dan
juga proses demokrasi. Kasus seperti ini
sangat terlihat pada negara yang sedang
mengalami masa transisi, baik dari tipe
perekonomian
yang
sentralistik
ke
perekonomian yang lebih terbuka atau
pemerintahan otoriter ke pemerintahan yang
lebih demokratis, sebagaimana terjadi dalam
kasus
Indonesia;dan
6)
Korupsi
memperbesar angka kemiskinan. ini sangat
wajar. Selain dikarenakan program-program
pemerintah sebagaimana disebut di atas
tidak mencapai sasaran, korupsi juga
mengurangi potensi pendapatan yang
mungkin diterima oleh si miskin. Menurut
Tanzi (2002), perusahaan perusahaan kecil
adalah pihak yang paling sering menjadi
sasaran korupsi dalam bentuk pungutan tak
resmi (pungutan liar). Bahkan, pungutan tak
resmi ini bisa mencapai hampir dua puluh
persen dari total biaya yang harus
dikeluarkan oleh perusahaan ini amat
mengkhawatirkan, dikarenakan pada negara
negara berkembang seperti Indonesia,
perusahaan kecil (UKM adalah mesin
pertumbuhan karena perannya yang banyak
menyerap tenaga kerja).
Dampak Korupsi pada Perekonomian
Analisis Ekonometrika
Beberapa tahun terakhir, banyak
dilakukan penelitian dengan menggunakan
angka indeks korupsi untuk melihat hasilnya
pada variable-variabel ekonomi yang lain.
Beberapa hasil penelitian tersebut adalah: 1)
Korupsi Mengurangi Nilai Investasi.
Korupsi membuat sejumlah investor kurang
percaya untuk menanamkan modalnya di
Indonesia
dan
lebih
memilih
menginvestasikannya ke negara-negara yang
lebih aman seperti Cina dan India. Sebagai
konsekuensinya, mengurangi pencapaian actual
growth dari
nilai
potential growth yang
lebih
tinggi.
Berkurangnya nilai investasi ini diduga
berasal dari tingginya biaya yang harus
dikeluarkan dari yang seharusnya. ini
berdampak pada menurunnya growth yang
dicapai. Studi didasarkan atas analisa fungsi
produksi dimana growth adalah fungsi dari
investasi;
2)
Korupsi
Mengurangi
Pengeluaran pada Bidang Pendidikan dan
Kesehatan. Akibat korupsi pendapatan
pemerintah akan terpangkas bahkan lebih
dari 50 %, sebagai contoh kasus dugaan
korupsi Presiden Soeharto yang tidak
kunjung
kelar
yang
di
sinyalir
menggelapkan uang negara sekitar Rp1,7
triliun. Agar pengeluaran pengeluaran
pemerintah tidak defisit maka dilakukan
pengurangan pengeluaran pemerintah; 3)
Korupsi mengurangi pengeluaran untuk
biaya operasi dan perawatan dari
infrastruktur; 4) Korupsi juga turut
15
Prosiding Seminar STIAMI
ISSN 2355-2883
Volume I, No. 02, Oktober 2014
mengurangi anggaran pembiayaan untuk
perawatan fasilitas umum; 5) Korupsi
menurunkan produktivitas dari investasi
publik dan infrastruktur suatu Negara; dan
6) Korupsi menurunkan pendapatan pajak.
Sebagai contoh kasus Gayus Tambunan,
seorang pegawai golongan 3A, yang
menggelapkan pajak negara sekitar Rp26
miliar. Dengan demikian pendapatan
pemerintah dari sektor pendidikan akan
berkurang Rp26 miliar, itu hanya kasus
gayus belum termasuk kasus makelar pajak
lainnya.
Dampak
Korupsi
terhadap
Perekonomian Mikro
Ilmu ekonomi mikro (sering juga
ditulis mikroekonomi) adalah cabang dari
ilmu ekonomi yang mempelajari perilaku
konsumen dan perusahaan serta penentuan
harga-harga pasar dan kuantitas faktor input,
barang, dan jasa yang diperjualbelikan.
Ekonomi mikro meneliti bagaimana
berbagai keputusan dan perilaku tersebut
memengaruhi penawaran
dan
permintaan atas barang dan jasa, yang akan
menentukan harga; dan bagaimana harga,
pada gilirannya, menentukan penawaran dan
permintaan barang dan jasa selanjutnya.
Individu yang melakukan kombinasi
konsumsi atau produksi secara optimal,
bersama-sama individu lainnya di pasar,
akan membentuk suatu keseimbangan dalam
skala makro; dengan asumsi bahwa semua
hal lain tetap sama (ceteris paribus).
Kebalikan dari ekonomi mikro
ialah ekonomi makro, yang membahas
aktivitas ekonomi secara keseluruhan,
terutama
mengenai pertumbuhan
ekonomi, inflasi,
pengangguran,
berbagai
kebijakan perekonomian yang berhubungan,
serta dampak atas beragam tindakan
pemerintah
(misalnya
perubahan
tingkat pajak) terhadap hal-hal tersebut.
Lihat gambar 1.
16
Gambar 1. Model Permintaan dan
Penawaran
Model permintaan dan penawaran
menjelaskan bagaimana harga beragam
sebagai hasil dari keseimbangan antara
ketersediaan produk pada tiap harga
(penawaran) dengan kebijakan distribusi dan
keinginan dari mereka dengan kekuatan
pembelian pada tiap harga (permintaan).
Grafik
ini
memperlihatkan
sebuah
pergeseran ke kanan dalam permintaan dari
D1 ke D2 bersama dengan peningkatan harga
dan jumlah yang diperlukan untuk mencapai
sebuah titik keseimbangan (equibilirium)
dalam kurva penawaran (S).
Salah satu tujuan ekonomi mikro
adalah menganalisis pasar beserta mekanismenya yang membentuk harga relatif
kepada produk dan jasa, dan alokasi dari
sumber terbatas di antara banyak
penggunaan alternatif. Ekonomi mikro
menganalisis kegagalan pasar, yaitu ketika
pasar gagal dalam memproduksi hasil yang
efisien; serta menjelaskan berbagai kondisi
teoritis yang dibutuhkan bagi suatu pasar
persaingan
sempurna.
Bidang-bidang
penelitian yang penting dalam ekonomi
mikro, meliputi pembahasan mengenai
keseimbangan umum (general equilibrium),
keadaan pasar dalam informasi asimetris,
pilihan dalam situasi ketidakpastian, serta
A.R. Adji Hoesodo, Analisa dan Kajian “The Economic Of Corruption“ di Indonesia
berbagai aplikasi ekonomi dari teori
permainan. Juga mendapat perhatian ialah
pembahasan
mengenai elastisitas produk
dalam sistem pasar
Dalam ekonomi mikro, istilah
"kegagalan pasar" tidak berarti bahwa
sebuah pasar tidak lagi berfungsi. Malahan,
sebuah kegagalan pasar adalah situasi
dimana sebuah pasar efisien dalam mengatur
produksi atau alokasi barang dan jasa ke
konsumen. Ekonom normalnya memakai
istilah ini pada situasi dimana inefisiensi
sudah dramatis, atau ketika disugestikan
bahwa institusi non pasar akan memberi
hasil yang diinginkan. Di sisi lain, pada
konteks politik, pemegang modal atau
saham menggunakan istilah kegagalan pasar
untuk situasi saat pasar dipaksa untuk tidak
melayani "kepentingan publik", sebuah
pernyataan subyektif yang biasanya dibuat
dari landasan moral atau sosial.
Empat jenis utama penyebab
kegagalan pasar adalah: 1) Monopoli atau
dalam kasus lain dari penyalahgunaan dari
kekuasaan pasar dimana "sebuah" pembeli
atau penjual bisa memberi pengaruh
signifikan pada harga atau keluaran.
Penyalahgunaan kekuasaan pasar bisa
dikurangi dengan menggunakan undangundang anti-trust; 2) Eksternalitas, yaitu
terjadi dalam kasus bahwa "pasar tidak
dibawa ke dalam akun dari akibat aktivitas
ekonomi di dalam orang luar/asing." Ada
eksternalitas positif dan eksternalitas
negatif. Eksternalitas positif terjadi dalam
kasus seperti dimana program kesehatan
keluarga di televisi meningkatkan kesehatan
publik. Eksternalitas negatif terjadi ketika
proses dalam perusahaan menimbulkan
polusi udara atau saluran air. Eksternalitas
negatif bisa dikurangi dengan regulasi dari
pemerintah, pajak, atau subsidi, atau dengan
menggunakan hak properti untuk memaksa
perusahaan atau perseorangan untuk
menerima akibat dari usaha ekonomi mereka
pada taraf yang seharusnya; 3) Barang
publik seperti pertahanan
nasional dan
kegiatan dalam kesehatan publik seperti
pembasmian sarang nyamuk. Contohnya,
jika membasmi sarang nyamuk diserahkan
pada pasar pribadi, maka jauh lebih sedikit
sarang yang mungkin akan dibasmi. Untuk
menyediakan penawaran yang baik dari
barang
publik,
negara
biasanya
menggunakan
pajak-pajak
yang
mengharuskan semua penduduk untuk
membayar pada barang publik tersebut
(berkaitan dengan pengetahuan kurang dari
eksternalitas
positif
pada
pihak
ketiga/kesejahteraan sosial); dan 4) Kasus
dimana terdapat informasi asimetris atau
ketidak pastian (informasi yang inefisien).
Informasi asimetris terjadi ketika salah satu
pihak dari transaksi memiliki informasi yang
lebih banyak dan baik dari pihak yang lain.
Biasanya para penjual yang lebih tahu
tentang produk tersebut daripada sang
pembeli, tetapi ini tidak selalu terjadi dalam
kasus ini. Contohnya, para pelaku bisnis
mobil
bekas
mungkin
mengetahui
bagaimana mobil tersebut telah digunakan
sebagai mobil pengantar atau taksi,
informasi yang tidak tersedia bagi pembeli.
Contoh lain, pembeli memiliki informasi
lebih baik dari pada penjual merupakan
penjualan
rumah
atau
vila,
yang
mensyaratkan
kesaksian
penghuni
sebelumnya. Seorang broker real estate
membeli rumah ini mungkin memiliki
informasi lebih tentang rumah tersebut
dibandingkan anggota keluarga yang
ditinggalkan.
Situasi ini dijelaskan pertama kali
oleh Kenneth J. Arrow di artikel seminar
tentang kesehatan tahun 1963 berjudul
Ketidakpastian dan Kesejahteraan Ekonomi
dari
Kepedulian
Kesehatan.
di
dalam American Economic Review. George
Akerlof kemudian menggunakan istilah
informasi asimetris pada karyanya pada
tahun 1970 The Market for Lemons. Akerlof
menyadari bahwa, dalam pasar seperti itu,
17
Prosiding Seminar STIAMI
ISSN 2355-2883
nilai rata-rata dari komoditas cenderung
menurun, bahkan untuk kualitas yang sangat
sempurna kebaikannya, karena para
pembelinya tidak memiliki cara untuk
mengetahui apakah produk yang mereka beli
akan menjadi sebuah "lemon" (produk yang
menyesatkan).
Walaupun
biaya
peluang
(opportunity cost) kadang-kadang sulit
untuk dihitung, efek dari biaya peluang
sangatlah universal dan nyata pada tingkat
perorangan. Bahkan, prinsip ini dapat
diaplikasikan kepada semua keputusan, dan
bukan hanya bidang ekonomi. Sejak
kemunculannya dalam karya seorang
ekonom Jerman bernama Freidrich
von
Wieser, sekarang biaya peluang dilihat
sebagai dasar dari teori nilai marjinal.
Biaya peluang merupakan salah satu
cara untuk melakukan perhitungan dari
sesuatu biaya. Bukan saja untuk mengenali
dan menambahkan biaya ke proyek, tetapi
juga mengenali cara alternatif lainnya untuk
menghabiskan suatu jumlah uang yang
sama. Keuntungan yang akan hilang sebagai
akibat dari alternatif terbaik lainnya; adalah
merupakan biaya peluang dari pilihan
pertama. Sebuah contoh umum adalah
seorang petani yang memilih mengolah
pertaniannya
dibandingkan
dengan
menyewakannya ke tetangga. Maka, biaya
peluangnya adalah keuntungan yang hilang
dari menyewakan lahan tersebut. Dalam
kasus
ini,
sang
petani
mungkin
mengharapkan
untuk
mendapatkan
keuntungan yang lebih besar dari pekerjaan
yang dilakukannya sendiri. Begitu juga
dengan
memasuki universitas dan
mengabaikan upah yang akan diterima jika
memilih menjadi pekerja, yang dibanding
dengan biaya pendidikan, buku, dan barang
lain yang diperlukan (sebagai biaya total
dari kehadirannya di universitas). Contoh
lainnya ialah biaya peluang dari melancong
ke Bahamas, yang mungkin merupakan uang
untuk pembayaran cicilan rumah.
18
Volume I, No. 02, Oktober 2014
Perlu diingat bahwa biaya peluang
bukanlah jumlah dari alternatif yang ada,
melainkan lebih kepada keuntungan dari
suatu pilihan alternatif yang terbaik. Biaya
peluang yang mungkin dari keputusan
sebuah kota membangun rumah sakit di
lahan kosong, merupakan kerugian dari
lahan
untuk
gelanggang
olahraga, atau ketidakmampuan
untuk
menggunakan lahan menjadi sebuah tempat
parkir, atau uang yang bisa didapat dari
menjual lahan tersebut, atau kerugian dari
penggunaan-pengguaan
lainnya
yang
beragam tetapi bukan merupakan agregat
dari semuanya (ditotalkan). Biaya peluang
yang sebenarnya, merupakan keuntungan
yang akan hilang dalam jumlah terbesar di
antara alternatif-alternatif yang telah
disebutkan tadi.
Satu pertanyaan yang muncul dari ini
ialah bagaimana menghitung keuntungan
dari alternatif yang tidak sama. Kita harus
menentukan sebuah nilai uang yang
dihubungkan dengan tiap alternatif untuk
memfasilitasi
pembandingan
dan
penghitungan biaya peluang, yang hasilnya
lebih-kurang akan menyulitkan untuk
dihitung, tergantung dari benda yang akan
kita
bandingkan.
Contohnya,
untuk
keputusan-keputusan
yang
melibatkan
dampak lingkungan, nilai uangnya sangat
sulit untuk dihitung karena ketidakpastian
ilmiah. Menilai kehidupan seorang manusia
atau dampak ekonomi dari tumpahnya
minyak di Alaska, akan melibatkan banyak
pilihan subyektif dengan implikasi etisnya.
Jika kita lihat dan kaji dari sisi Ilmu
ekonomi mikro maka bisa diambil
kesimpulan bahwa dampak korupsi ini
difokuskan pada sisi konsumen dan
produsen. Di sisi konsumen bisa kita lihat
dari sisi permintaan dan sisi produsen
diwakili dari sisi penawaran.
Dari sisi konsumen bisa dilihat
kepada keadaan permintaannya, karena di
sisi konsumen ada kenaikan tambahan
A.R. Adji Hoesodo, Analisa dan Kajian “The Economic Of Corruption“ di Indonesia
pendapatan bagi orang-orang tertentu dan
akan dipergunakan untuk pembelian barangbarang
tertentu
dan
barang-barang
kenikmatan. Sementara golongan yang tidak
mendapatkan tambahan penghasilan akan
semakin tertinggal menjadikan hal ini ada
gap yang besar antara si penikmat hasil
korupsi dan yang bukan. Korupsi akan
menciptakan situasi pengkayaan pada
golongan tertentu dan pemiskinan pada
golongan lainnya.
Pada
sisi
produsen
akan
menimbulkan kenaikan biaya produksi
sehingga harga dan biaya ekonomi tinggi ini
akan membuat kesulitan bersaing di pasaran.
Sehingga produsen tergiring ke sektor-sektor
yang ditujukan kepada mereka yang
menikmati hasil korupsi ini. Sedangkan
sektor produksi yang tingkat permintaannya
tetap atau menurun menjadi tidak menarik
lagi. Inilah yang mengakibatkan struktur
produksi yang tidak sehat.
Dampak
Korupsi
terhadap
Perekonomian Makro
Ekonomi
makro atau makroekonomi adalah studi tentang ekonomi
secara
keseluruhan.
Makro-ekonomi
menjelaskan perubahan ekonomi yang
mempengaruhi
banyak
masyarakat,
perusahaan, dan pasar. Ekonomi makro
dapat digunakan untuk menganalisis cara
terbaik untuk memengaruhi target-target
kebijaksanaan
seperti pertumbuhan
ekonomi, stabilitas harga, tenaga kerja dan
pencapaian keseimbangan
neraca yang
berkesinambungan.
Meskipun
ekonomi
makro
merupakan bidang pembelajaran yang luas,
ada dua area penelitian yang menjadi ciri
khas
disiplin
ini:
kegiatan
untuk
mempelajari sebab dan akibat dari fluktuasi
penerimaan negara jangka pendek (siklus
bisnis), dan kegiatan untuk mempelajari
faktor penentu dari pertumbuhan ekonomi
jangka panjang (peningkatan pendapatan
nasional). Model makro-ekonomi yang ada
dan prediksi-prediksi yang ada jamak
digunakan oleh pemerintah dan korporasi
besar untuk membantu pengembangan dan
evaluasi kebijakan ekonomi dan strategi
bisnis. Lihat gambar 2.
Dalam Kajian Ilmu ekonomi makro
ini bisa disimpulkan bahwa korupsi akan
sangat berdampak pada beberapa sektor
didalam ekonomi makro bangsa kita.
Beberapa yang menjadi catatan disini adalah
sebagai berikut: 1) Terhadap pertumbuhan
ekonomi; 2) Terhadap pengangguran; 3)
Terhadap inflasi; dan 4) Terhadap nilai tukar
Dampak Korupsi terhadap Sektor
Perbankan
Dalam perekonomian sekarang,
sektor perbankan sangat penting untuk
dibahas. Mengingat sector finansiil ini puya
andil yang sangat
besar
terhadap
perekonomian Indonesia. Beberapa isu-isu
penting tentang dampak sistemik yang
ditimbulkan Karena masalah likuiditas suatu
bank swata saja bisa membuat gonjang
ganjing isu moneter di ranah Nasional.
Sektor perbankan sangat menunjang
bertumbuhnya sector riil yang ada di
Indonesia. Namun bagaimana hubungan
sector
riil
yang
diperlukan
bagi
pertumbuhan ekonomi bangsa Indonesia?
Di
Indonesia
pembatasan
kepemilikan bank sangat longgar, jadi
seseorang yang sudah cukup mampu bisa
saja membuka bank. Sayangnyabanyak
pengusaha membuka sector finansiil ini
ditujukan untuk memberikan kredit bagi
groupnya sendiri. Sehingga hal ini awal dari
permasalahan yang berakibat bagi sektor
moneter kita.
Bank Pemerentah lebih memegang
prinsip kehati-hatian yang lebih tinggi dari
bank swasta. Karena mengingat penabung
mayoritas adalah masyarakat. Begitupula
pemilihan para direksi yang melalui proses
yang sangat ketat.
19
Prosiding Seminar STIAMI
ISSN 2355-2883
Volume I, No. 02, Oktober 2014
Gambar 2. Circulation in Macroeconomics
Pemerentah menerapkan aturan legal
lending limi,t yaitu pembatasan untuk
pemilik bank meminjam dana dari bank
miliknya sendiri dalam prosentase.
Adapun korupsi di bidang perbankan
ini dapat berupa: 1) Permainan dalam
penilaian 6C yang menjadi prinsip
pemberian kredit 6 c adalah character,
capacity, capital,collateral, condition of
economic dan constraint; 2) Mark Up
terhadap proyek-proyek yang akan dibiayai
dengan kredit bank; 3) Penyaluran kredit
yang diutamakan kepada proyek atau usahausaha yang dalam satu group dengan bank
itu sendiri; 4) Adanya Uang hangus atau
komisi yang mengakibatkan berkurangnya
jumlah uang kredit yang diterima nasabah
dan menjadi tingginya bunga efektif
dibanding dengan bunga resminya; 5)
Penggunaan kredit yang tidak sesuai dengan
20
ketentuan yang tercantum dalam kontrak
pinjaman
Oleh sebab itu apa yang disebutkan
diatas akan mengakibatkan dampak yang
buruk bagi perekonomian kita berupa:
1)Karena Perbankan masuk dalam sistem
moneter maka uang yang keluar dari
perbankan akan menambah uang beredar
yang bersidat inflatoir; 2) Bagi koruptor
yang menikmati hasil korupsi maka daya
belinya akan tinggi dengan ditandai
meningkatkan permintaannya yang bersifat
demand pull inflatoir kalo tidak diimbangi
dengan peningkatan supply; 3) Penabung
dirugikan karena sifat deflatoir ini diubah
jadi inflatoir untuk memperkaya golongan
tertentu; dan 4) Praktek uang hangus yang
menjadi bunga yang resmi menjadi tinggi,
menjadi beban penerima kredit. Jika bunga
di masukkan sebagai unsur biaya maka
biaya itu menjadi sangat tinggi sehingga
A.R. Adji Hoesodo, Analisa dan Kajian “The Economic Of Corruption“ di Indonesia
akan mempengaruhi harga produksinya dan
ini bersifat inflatoir. Ini bisa disebut juga
bahwa korupsi di bidang perbankan
semuanya bersifat inflatoir dari 3 sumber
sebagai berikut: a) Jumlah uang beredar
(money inflation); b)
Meningkatnya
permintaan (demand pull inflation); dan c)
Tingginya biaya produksi (cost push
inflation)
Dampak Korupsi terhadap Perdagangan
Internasional
Dampak
globalisasi
dan
perkembangan teknologi informasi yang
sangat mendukung berkembangnya e
commerce dan meningkatkan pertumbuhan
ekonomi Indonesia akan menjadi boomerang
jika kebijakan-kebijakan yang ditelorkan
akan menjadi penurunan ekonomi jika
disalahgunakan dan akan mengalami gejolak
sosial yang merisaukan.
Hal ini disebabkan antara lain: 1)
Kurangnya
rambu-rambu
stabilitas
perekonomian seperti undang-undang anti
monopoli dan etika bisnis; 2) Tidak adanya
atau kurangnya penegakan hukum yang
memastikan
penciptaan
tata
kelola
pemerintahan yang bersih.; dan 3) Rapuhnya
fondasi pengaturan perbankan, kebijakan
investasi, akuntansi yang tidak transparan
yang mana hal ini merupakan sumber
korupsi dan kroni capitalism.
Tumbuhnya korupsi akibat high cost
economy mengakibatkan lemahnya daya
saing produk industri sehinggga tidak
mampu menghalangi arus masuk barang dan
jasa, terlebih lagi jika tarif diturunkan akibat
dari kesepakatan GATT.
Akibatnya
penerimaan dalam negeri terutama dari PPn
(pajak penjualan) dan PPh (pajak
penghasilan) akan menurun, sedangkan
penerimaan bea masuk akan tetap mekipun
terjadi peningkatan arus barang dan jasa
yang masuk karena adanya penurunan tarif
bea masuk.
Dengan demikian dapat diperkirakan
ketergantungan kepada hutang luar negeri
untuk menutup defisit APBN makin besar
terlebih lagi APBN harus memikul beban
hutang masa lalu dan bunga obligasi yang
diperlukan dalam rekapitalisasi perbankan
dan beban subsidi untuk menurunkan
dampak sosial dari krisis ekonomi,
Strategi debt led growth yang
digunakan utuk percepatan pertumbuhan
dengan dorongasn hutang luar negeri
kemungkinan sulit dikembangkan karena
adanya beban hutang luar negeri yang sangat
besar. Disamping adanya kecenderungan
global bahwa aliran modal dari Negara maju
ke Negara berkembang disinyalir adalah
akibat
repatriasi hasil-hasil korupsi.
Penggunaan
hasil
korupsi
biasanya
meningkatkan konsumsi barang import atau
transfer ke luar negeri untuk menutupi
perbuatan korupsi yang keduanya akan
mempengaruhi neraca pembayaran dan tidak
membawa manfaat bagi perekonomiasn
nasional.
Menurut pemerintah Amerika Serikat
ada 8 bidang yang dianggap sumber korupsi
yaitu: 1) Bidang Ekonomi. Perizinan yang
berbelit belit dan pelayanan yang
menghambat; 2) Bidang Pemerentahan.
Administrasi
yang
tidak
menentu
menimbulkan ketidak pastian investasi dan
perdagangan; 3) Bidang Birokrasi. Birokrasi
yang terlalu gemuk dan sdm yang tidak
kompeten menangani pasar dan promosi; 4)
Bidang Keuangan Negara. Tidak adanya
budaya transparansi dalam pengadaan
barang dan jasa; 5) Bidang Peradilan.
Lemahnya independensi penegak hukum; 6)
Badan Pengatur Perdagangan. Badan
pengaturan perdagangan ini dijalankan
setengah hati missal aturan pasar modal,
kebangkrutan,
dll
;7)
Kelemahan
Masyarakat Madani. Rendahnya tingkat
pendidikan dan ketidaktahuan masyarakat
terhadap perilaku pemerintah atau pebisnis
yang menyimpang; dan 8) Badan Penegakan
21
Prosiding Seminar STIAMI
ISSN 2355-2883
Hukum. Penegakan hukum yang korup dan
tidak menghormati hak-hak azasi.
Walaupun begitu potensi Indonesia
tetap diminati banyak investor karena
jumlah penduduk yang besar dan
kecenderungan kelas menengah yang
semakin besar dan berdaya beli tinggi dan
tentu saja sumber daya alam yang sangat
melimpah.
PENUTUP
Karena korupsi telah menjadi isu
Internasional maka lembaga anti korupsi
Internasional
The
Transparency
International pernah melakukan rangking
terhadap berbagai Negara mengenai besar
kecilnya korupsi melalui Corruption
Perception Index (CPI). Dan Indonesia
pernah masuk dalam Negara terkorup ke tiga
dengan index CPI 1,7. Karena korupsi di
Indonesia sudah menjalar seperti penyakit
kanker dan mnjalar ke berbagai kegiatan dan
sector kehidupan.
Karena ekonomi Indonesia telah merupakan
ekonomi korupsi, hal ini disebabkan
perekonomian itu sendiri merupakan
kegiatan yang didalamnya dipenuhi dengan
negosiasi dan transaksi dan berpotensi
dijadikan lahan bagi koruptor. Makanya bisa
jadi ekonomi korupsi ini bisa menjadi
cabang tersendiri dari teori ekonomi masuk
dalam tataran ekonomi mikro, makro,
moneter dan perdagangan Internasional.
Korupsi sudah menimbulkan biaya
tinggi yang menyulitkan produsen. Para
produsen terpaksa menaikkan harga jual
sehingga menimbulkan inflasi (cost push
inflation) karena factor biaya korupsi ini
dimasukkan dalam perhitungan laba
maksimal. Hal ini tentu saja akan
memengaruhi struktur produksi (demand
pull inflation)
Di lain pihak ada golongan yang
tidak bisa menikmati korupsi sehingga daya
belinya ketinggalan dengan naiknya hargaharga. Jadi dengan kata lain, di satu sisi ada
22
Volume I, No. 02, Oktober 2014
proses pengkayaan dan disatu sisi prosen
pemiskinan. Beberapa yang perlu dicatat
bahwa ekses meningkatnya permintaan yang
tdk dapat ditampung oleh penawaran dalam
negeri, akan lari keluar negeri atau barang
import. Hal inilah yang akan mengakibatkan
kebocoran terhadap pendapatan nasional.
Di bidang moneter terjadi arus uang
dari dan ke sistem moneter (Anggaran
Belanja Negara) yang harusnya tidak boleh
terjadi. Jika arus uang lebih cepat dari arus
barang maka akan mengakibatkan inflasi
(money inflation). Dengan demikian baik
dari segi mikro, makro dan moneter, korupsi
merupakan penyebab inflasi. Jika kita ambil
contoh kurs rupiah terhadap dolar sebagai
indikasi ukuran inflasi, maka masa
permulaan kemerdekaan nilai Rp 1 pernah
sama dengan USD 1, setelah 50 tahun dan
melalui berbagai kebijakan moneter dalam
kurun waktu itu sekitar Rp9000. Jadi rupiah
merosot sebesar 900.000 % dalam kurun
waktu 50 tahun, atau penurunan rupiah
18.000 % per tahun.
Masalah korupsi bukan masalah
hukum saja untuk saat ini, karena
pertanyaannya dapatkan hukum yang dibuat
penguasa
dapat diandalkan untuk
memberantas
korupsi?
Karena
perekonomian Indonesia sudah menjadi
ekonomi
korupsi
(The
Corruption
Economic).
Dapatkah penanggulangan
masalah perekonomian Indonesia hanya
menggunakan teori ekonomi dan hukum
ekonomi
yang diajarkan di fakultas
ekonomi?
Sudah waktunya ada ahli
ekonomi Adam Smith baru, J.M Keynes
baru, untuk menjawab permasalahan
tersebut.
KESIMPULAN
Ditinjau dari sudut apa pun, korupsi
sama sekali tidak memberikan manfaat. Baik
kepada perekonomian, maupun kepada
sistem demokrasi politik yang baik. Hasil
A.R. Adji Hoesodo, Analisa dan Kajian “The Economic Of Corruption“ di Indonesia
penelitian menunjukkan bahwa negara
dalam masa transisi seperti Indonesia, baik
dari sistem ekonomi (dari sistem ekonomi
terpusat menuju sistem ekonomi yang lebih
menganut pasar) maupun dari sistem politik
dan demokrasi (pemerintahan yang otoriter
ke pemerintahan yang demokratis), selalu
mengalamii masalah korupsi yang luar biasa
besar. Bahkan, saat ini sudah terbangun
mitos di masyarakat bahwa korupsi hampir
mustahil dapat dibasmi, karena ada
anggapan bahwa korupsi telah menjadii
kebudayaan bangsa Indonesia. Namun hal
ini tidak bisa dijadikan justifikasi dan
apologi untuk terus bersikap toleran dan
permisif terhadap keberadaan korupsi.
Hasil penelitian
Farah
Dewi
(Mahasiswa Pasca Sarjana UI, 2002)
mengatakan jikalau Indonesia sanggup
menekan tingkat korupsinya sampai
serendah tlngkat korupsi di Jepang, maka
dengan performa ekonomi seperti sekarang,
Indonesia
dapat
mencapai
tingkat
pertumbuhan sebesar 6.37 % setahun. Lebih
lanjut, jika Indonesia sanggup menekan
tingkat korupsinya hingga serendah tingkat
korupsi Singapura, maka Indonesia akan
mencapai pertumbuhan ekonomi sebesar
10.68 % per tahun. Maka mutlak sudah,
bahwa pemberantasan korupsi adatah bagian
yang tak terpisahkan dart proses perbaikan
ekonomi Indonesia. Karena berdasarkan
analisa apapun,korupsi tidak mungkin
ditolerir.
Tentu akan sangat membingungkan
bila kita harus menyelesaikan semua kasus
korupsi karena sangat banyaknya kasus
konupsi di negeri ini. Oleh karena itu
pemetaan korupsi dengan memberilcan
prioritas menjadi penting. Tolak ukur yang
paling penting adalah seberapa jauh korupsi
tersebut berkaitan dengan kepentingan
umum dan merugikan keuangan negara. Kita
dapat menemukan suatu pola umum dari
korupsi yang terjadi di Indonesia, namun
bukan tidak mungkin setiap daerah dan
setiap kasus memililki kekhususannya
sendiri. Beberapa hal bisa dijadikan alasan
bagi ttumbuhnya perbedaan-perbedaan ini
seperti perbedaan sumber daya ekonomi
(atau
pendapatan),
budaya,
kondisi
kelompok-kelompok
sosial,
yang
kesemuanya
mempengaruhi
pola-pola
korupsi dan upaya pemberantasannya. Yang
pasli,
kita
harus
segera
bergerak
menuntaskan serta melakukan perubahan.
SARAN
Pembangunan di Indonesia tidak
boleh terkoyak hanya karena ulah okrnum
yang tidak bertanggung jawab (walaupun
esok
mereka
pasti
akan
mempertanggungjawabkan
perbuatannya
pada mahkamah tertinggi di akhirat) yang
melakukan abuse of power. Oleh karena itu,
ada beberapa hal teknis yang kami sarankan
sebagai rekomendasi kebijakan bagi
pemerintah Indonesia, yakni:
Komitmen yang kuat dari para
pemimpin adalah kunci, karenanya pada
setiap proses pemilihan presiden atau
pejabat apa pun, agar dilakukan dengan fit
proper
test
yang
harus
sangat
memperhatikan Si moralitas, Pemerintah
secara
perlahan-lahan
harus
mulai
mengurangi keterlibatan para aktivitas
ekonomi. Mungkin sangat neoklasik, tetapi
itulah yang mesti dilakukan jika berkaca
pada Finlandia dan negara lain yang mampu
meng-nol-kan potensi korupsinya. Peran
pemerintah selanjutnya adalah sebagai
'polisi pasar' atau menjadi 'wasit dunia
usaha' yang memastikan aktivitas ekonomi
berjalan
lancar
serta meminimalkan
terjadinya kegagalan pasar.
Secara perlahan-lahan pemerintah
harus mulai melakukan rasionalisasi
pegawai dalam jumlah yang cukup
siginifikan dan memastikan standar gaji
yang bersaing dengan swasta. Akan tetapi,
23
Prosiding Seminar STIAMI
ISSN 2355-2883
Volume I, No. 02, Oktober 2014
antisipasi akibat dan kebijakan pengurangan
pegawai ini juga mesti disiapkan.
Menghukum
koruptor
dengan
hukuman yang seberat-beratnya. Mungkin
Korea Selatan bisa dicontoh dalam hal ini;
Memaksimalkan
peran
Komisi
Pemberantasan Korupsi (KPK) sebagal
pengawas yang jujur dan auditor yang bersih
dalam melakukan peran kontrol dan
pengusutan atas segala macam dugaan
korupsi.
Secara bertahap dan berkelanjutan
pemerintah
harus
mengupayakan
terlaksananya aturan yang sudah diciptakan
namun harus dilaksanakan. Yakni: 1) TAP
MPR
No.
XIJMPRI1998
tentang
Penyelenggaraan Negara Yang Bersih Dan
Bebas KKN; 2) UU No. 28 tahun 1999
tentang Penyelenggaraan Negara Yang
Bersih Dan Bebas KKN; 3) UU no. 31 tahun
1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi (UU anti Korupsi); dan 4) Komisi
Pemberantasan Korupsi (Anti Corruption
Commision).
Eaton, B. Curtis; Eaton, Diane F.; and
Douglas W. Allen : 2002.
Microeconomics. Prentice Hall, 5th
Edition
DAFTAR PUSTAKA
“ Asian Perspective, a journal of Regional
and International Affairs ”
Jehle, Geoffrey A.; and Philip J. Reny. :
2000. Advanced Microeconomic
Theory. Addison Wesley Paperback,
2nd Edition
Applications, Strategy and Tactics. SouthWestern Educational Publishing, 9th
Edition: 2001
Katz, Michael L.; and Harvey S. Rosen. :
1997. Microeconomics. McGrawHill/Irwin, 3rd Edition
“ Balance of Payment Statistics Year Book “
International Monetary Fund ( IMF ),
1998
Kreps, David M. A : 1990. Course in
Microeconomic Theory. Princeton
University Press
Bade, Robin; and Michael Parkin; 2001.
Foundations of Microeconomics.
Addison Wesley Paperback 1st
Edition.
Landsburg, Steven. : 2001. Price Theory
and Applications. South-Western
College Pub, 5th Edition
Basri,
24
Faisal,(1997
),”Perekonomian
Indonesia Menjelang Abad XXI “,
Distorsi, Peluang dan Kendala,
Jakarta, Penerbit Erlangga.
Farah Dewi, Siti Nurfitriah. 2000 "Analisis
Pengaruh
Korupsi
terhadap
Pertumbuhan Investasi Domestil dan
FDI" : Depok, Program Pasca
Sarjana UI.
Frank, Robert A. : 2006 Microeconomics
and Behavior. McGraw-Hill/Irwin,
6th Edition
Friedman,
Milton.
:
1976 ;
Theory. Aldine Transaction
Price
Hanzah, A, 1994, “ Korupsi dalam
Pengelolaan Proyek Pembangunan
untuk Pimpinan Proyek, Penegak
Hukum dan Umum “, Akademika
Pressindo, CV., April
Hicks,
John R. Value and Capital.
Clarendon Press. [1939] 1946, 2nd
ed.
Mankiw , N. Gregory. : 2000. Principles of
Microeconomics.
South-Western
Pub, 2nd Edition
Mas-Colell, Andreu; Whinston, Michael D.;
and Jerry R. Green. : 1995.
Microeconomic Theory. Oxford
University Press, US
A.R. Adji Hoesodo, Analisa dan Kajian “The Economic Of Corruption“ di Indonesia
McGuigan, James R.; Moyer, R. Charles;
and Frederick H. Harris. 2001.
Managerial
Economics:
Applications, Strategy and Tactics.
South-Western
Educational
Publishing, 9th Edition:
Nicholson, Walter. : 2001. Microeconomic
Theory: Basic Principles and
Extensions. South-Western College
Pub, 8th Edition
Perloff, Jeffrey M. : 2007. Microeconomics.
Pearson - Addison Wesley, 4th
Edition
Pindyck, Robert S.; and Daniel L.
Rubinfeld. :
2000.
Microeconomics. rentice Hall, 5th
Edition
Ruffin, Roy J.; and Paul R. Gregory. : 2000.
Principles
of
Microeconomics.
Addison Wesley, 7th Edition
“Tables – Pasific Economy Outlook “
TAP MPR No. XIJMPRI1998 tentang
penyelenggaraan negara yang bersih
dan bebas KKN.
UU
no. 31 tahun 1999
Pemberantasan
Tindak
Korupsi (UU anti Korupsi)
tentang
Pidana
Varian, Hal R. Microeconomic Analysis. W.
W. Norton & Company, 3rd Edition.
Wikipedia
25
Download