BAB II KAJIAN PUSTAKA Dalam menyusun sebuah laporan Penelitian Tindakan Kelas, tentunya penulis tidak dapat hanya mengandalkan pengetahuan pribadi yang dimiliki tanpa bantuan sumber-sumber yang relevan mengenai masalah yang diteliti. Terutama adalah mengenai variabel-variabel penelitian dan hubungannya terhadap masalah yang diteliti. Oleh sebab itu, penulis menyajikan beberapa pustaka mengenai variabel-variabel penelitian dan hubungannya dengan masalah atau topik yang diteliti yaitu meliputi Hasil Belajar, Hipotesis Tindakan, Motivasi Belajar, Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Assisted Individualization (TAI), Hubungan Pembelajaran Matematika dengan Model Pembelajaran Tipe TAI, Matematika, Hasil Penelitian Yang Relavan, Kerangka Berfikir, dan Hipotesis Tindakan. 2.1 Kajian Teori 1. Hasil Belajar Hasil belajar merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan belajar, karena kegiatan belajar merupakan proses, sedangkan prestasi merupakan hasil dari proses belajar. Memahami pengertian hasil belajar secara garis besar harus bertitik tolak kepada pengertian belajar itu sendiri. Untuk itu para ahli mengemukakan pendapatnya yang berbeda-beda sesuai dengan pandangan yang mereka anut. Namun dari pendapat yang berbeda itu dapat kita temukan satu titik persamaan. Sehubungan dengan hasil belajar, Purwanto (2009:3), menyatakan bahwa hasil belajar adalah suatu yang digunakan untuk menilai hasil pelajaran yang telah diberikan kepada siswa dalam waktu tertentu. Menurut Oemar Hamalik (2001 : 30) hasil belajar adalah bila seseorang telah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut, yaitu pengetahuan, pengertian, kebiasaaan,ketrampilan, apresiasi, emosional, hubungan soial, jasmani, etis atu budi pekerti, sikap. Kalau seseorang telah melakukan perbuatan belajar maka akan 5 6 terjadi perubahan dalam salah satu atau beberapa aspek tingkah laku tersebut. Jadi hasil belajar adalah besarnya angka yang diperoleh dari tes dan skor motivasi. 2. Motivasi Belajar Banyak sekali para ahli psikologi pendidikan dan psikologi pembelajaran yang membahas tentang motivasi dalam pembelajaran. Sedemikian banyaknya pembahasan tentang motivasi dalam pembelajaran itu telah menghasilkan definisi motivasi yang banyak pula. Namun demikian, pada intinya motivasi dapat diartikan sebagai: (1) Dorongan yang timbul pada diri seseorang, secara disadari atau tidak disadari, untuk melakukan suatu tindakan dengan tujuan tertentu; (2) Usaha-usaha yang dapat menyebabkan seseorang atau kelompok orang tertentu tergerak melakukan sesuatu karena ingin mencapai tujuan yang ingin dicapai. (Mohamad Asrori, 2008:183) Dari dua definisi di atas, menjadi jelas bahwa motivasi dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu: (1) Motivasi yang berasal dari dalam diri seseorang. Motivasi jenis ini seringkali disebut motivasi intrinsik. (2) Motivasi dari luar yang berupa usaha pembentukan dari orang lain. Motivasi jenis ini seringkali disebut motivasi ekstrinsik. Secara alami, motivasi siswa sesungguhnya berkaitan erat dengan keinginan siswa untuk terlibat dalam proses pembelajaran. Motivasi sangat diperlukan bagi terciptanya proses pembelajaran di kelas secara efektif. Motivasi memiliki peranan yang sangat penting dalam pembelajaran, baik dalam proses maupun maupun pencapaian hasil. Seorang siswa yang memiliki motivasi tinggi, pada umumnya mampu meraih keberhasilan dalam proses maupun output pembelajaran. 7 3. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Assisted Individualization (TAI) Model pembelajaran tipe TAI merupakan model pembelajaran yang membentuk kelompok kecil yang heterogen dengan latar belakang cara berfikir yang berbeda untuk saling membantu terhadap siswa lain yang membutuhkan bantuan (Suyitno, 2002:9). Dalam model ini, diterapkan bimbingan antar teman yaitu siswa yang pandai bertanggung jawab terhadap siswa yang lemah. Disamping itu dapat meningkatkan partisipasi siswa dalam kelompok kecil. Siswa yang pandai dapat mengembangkan kemampuan dan ketrampilannya, sedangkan siswa yang lemah dapat terbantu menyelesaikan permasalahan yang dihadapi. Model pembelajaran kooperatif tipe TAI memiliki 8 (delapan) komponen, yaitu : a. Teams, yaitu pembentukan kelompok heterogen yang terdiri atas 4 sampai 6 siswa. b. Placement test, yakni pemberian pre-tes kepada siswa atau melihat rata-rata nilai harian siswa agar guru mengetahui kelemahan siswa dalam bidang tertentu. c. Student Creative, melaksanakan tugas dalam suatu kelompok dengan menciptakan situasi dimana keberhasilan individu ditentukan atau dipengaruhi oleh keberhasilan kelompoknya. d. Team Study, yaitu tahapan tindakan belajar yang harus dilaksanakan oleh kelompok dan guru memberikan bantuan secara individual kepada siswa yang membutuhkannya. e. Team Scores and Team Recognition, yaitu pemberian skor terhadap hasil kerja kelompok dan memberikan criteria penghargaan terhadap kelompok yang berhasil secara cemerang dan kelompok yang dipandang kurang berhasil dalam menyelesaikan tugas. f. Teaching Group, yakni pemberian materi secara singkat dari guru menjelang pemberian tugas kelompok. 8 g. Facts Test, yaitu pelaksanaan tes-tes kecil berdasarkan fakta yang diperoleh siswa. h. Whole Class Units, yaitu pemberian materi oleh guru kembali di akhir waktu pembelajaran dengan strategi pemecahan masalah. Tahap-tahap dalam model pembelajaran TAI menurut Suyitno (2002:9) adalah sebagai berikut: 1. Guru menyiapkan materi bahan ajar yang akan diselesaikan oleh kelompok siswa. 2. Guru memberikan pre-test kepada siswa atau melihat rata-rata nilai harian siswa agar guru mengetahui kelemahan siswa pada bidang tertentu. (Mengadopsi komponen Placement Test). 3. Guru memberikan materi secara singkat. (Mengadopsi komponen Teaching Group). 4. Guru membentuk kelompok kecil yang heterogen tetapi harmonis berdasarkan nilai ulangan harian siswa, setiap kelompok 4-5 siswa. (Mengadopsi komponen Teams). 5. Setiap kelompok mengerjakan tugas dari guru berupa LKS yang telah dirancang sendiri sebelumnya, dan guru memberikan bantuan secara individual bagi yang memerlukannya. Siswa terlebih dahulu diberikan kesempatan untuk mengerjakan LKS secara individu, baru setelah itu berdiskusi dengan kelompoknya. (Mengadopsi komponen Team Study). 6. Ketua kelompok melaporkan keberhasilan kelompoknya dengan mempresentasikan hasil kerjanya dan siap untuk diberi ulangan oleh guru. 7. Guru memberikan post-test untuk dikerjakan secara individu. 8. Guru menetapkan kelompok terbaik sampai kelompok yang kurang berhasil (jika ada) berdasarkan hasil koreksi. (Mengadopsi komponen Team Score and Team Recognition). 9. Guru memberikan tes formatif sesuai dengan kompetensi yang ditentukan. 9 Menurut Slavin (1995: 98) Pembelajaran kooperatif tipe TAI merupakan metode pembelajaran dengan kelompok heterogen yang memberikan informasi untuk memahami suatu konsep matematika. Dari pendapat peneliti diatas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran tipe TAI merupakan model pembelajaran dengan membentuk kelompok kecil yang terdiri dari 4-5 siswa yang heterogen dengan kemampuan berpikir yang berbeda, dimana siswa bekerja secara berkelompok, tetapi tetap bekerja dengan kecepatan dan kemampuan masing-masing sehingga siswa yang berkemampuan rendah dapat terbantu oleh temannya yang berkemampuan tinggi. Berdasarkan uraian diatas, maka untuk menerapkan TAI dengan menggunakan langkah-langkah yang telah dimodifikasi sebagai berikut: 1. Siswa menyimak penjelasan tentang tujuan pembelajaran dan langkah-langkah pembelajaran. 2. Siswa membentuk kelompok yang terdiri dari 5 siswa berdasarkan nilai ulangan harian. 3. Siswa menyimak penjelasan materi secara singkat oleh guru. 4. Setiap anggota kelompok mengerjakan LKS yang diberikan oleh guru secara individu. 5. Setiap anggota yang telah selesai mengerjakan LKS terlebih dahulu membantu menyelesaiakan LKS anggota yang belum selesai. 6. Masing-masing anggota kelompok saling menjelaskan hasil penyelesaian LKS yang telah dikerjakan. 7. Setiap kelompok melaporkan keberhasilan penyelesaian LKS dalam pembahasan dikelas. 8. Siswa bersama guru melakukan penegasan hasil LKS. 9. Siswa mengerjakan post test. Kelebihan pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI ) adalah sebagai berikut. 1. Siswa yang lemah dapat terbantu dalam menyelesaikan masalah; 2. Siswa diajarkan bagaimana bekerjasama dalam suatu kelompok; 10 3. Siswa yang pandai dapat mengembangkan kemampuan dan keterampilannya; 4. Adanya rasa tanggung jawab dalam kelompok dalam menyelesaikan masalah. Kelemahan pembelajaran kooperatif tipe (Team Assisted Individualization) TAI adalah sebagai berikut. 1. Siswa yang kurang pandai secara tidak langsung akan menggantungkan pada siswa yang pandai; 2. Tidak ada persaingan antar kelompok. 4. Hubungan Pembelajaran Matematika dengan model pembelajaran tipe TAI Dalam pembelajaran matematika guru berusaha untuk menciptakan iklim pembelajaran yang mempernudah siswa belajar dalam mengajarkan matematika pada peserta didiknya. Oleh karena itu, dalam pembelajaran guru lebih berperan sebagai pembimbing daripada sebagai pemberi informasi saja. Pembelajaran tipe TAI merupakan model pembelajaran dengan membentuk kelompok kecil yang terdiri dari 4-5 siswa yang heterogen dengan kemampuan berpikir yang berbeda, dimana siswa bekerja secara berkelompok, tetapi tetap bekerja dengan kecepatan dan kemampuan masing-masing sehingga siswa yang berkemampuan rendah dapat terbantu oleh temannya yang berkemampuan tinggi. Cara ini merupakan upaya yang sangat baik untuk meningkatkan tanggung jawab individual dan meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran matematika, karena siswa sering merasa kesulitan dalam pembelajaran matematika, dan merasa pembelajaran matematika adalah pelajaran yang sulit. Selain itu, teknik ini juga mendorong siswa untuk meningkatkan semangat kerja sama mereka (Lie, 2008: 59). Untuk mendukung pelaksanaan pembelajaran maka diperlukan sebuah sarana pendukung pembelajaran. Dalam model pembelajaran tipe TAI ini sarana pendukung yang digunakan adalah LKS. 11 5. Matematika Latar Belakang Matematika Matematika berasal dari bahasa latin manthanein atau mathema yang berarti belajar atau hal yang dipelajari. Matematika dalam bahasa Belanda disebut wiskunde atau ilmu pasti, yang kesemuanya berkaitan dengan penalaran. Menurut Hasan Shadyli (Ensiklopedia Indonesia:1983) istilah ”matematika” (dari yunani: mathematikos ialah ilmu pasti, dari kata mathema atau mathesis yang berarti ajaran, pengetahuan, atau ilmu pengetahuan). Matematika adalah salah satu pengetahuan tertua, terbentuk dari penelitian bilangan dan ruang. Matematika adalah suatu disiplin ilmu yang berdiri sendiri dan tidak merupakan cabang dari ilmu pengetahuan alam. Matematika adalah mata pelajaran yang mempelajari tentang bilangan dan ruang yang mempunyai berbagai cabang seperti hitung, pengukuran, statistik, dll. Matematika termasuk ilmu pasti yang kesemuanya berkaitan dengan penalaran, yang berdiri sendiri dan bukan cabang dari ilmu alam. Sesuai Permendiknas UU No. 20 th 2003 tentang standar isi, Matematika merupakan mata pelajaran yang perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai dari program Paket A untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama. Kompetensi tersebut diperlukan agar peserta didik dapat memiliki kemampuan memperoleh, mengelola, dan memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti, dan kompetitif. Tujuan Matematika Mata pelajaran matematika bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut. 1. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat, dalam pemecahan masalah 12 2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika 3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh 4. Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah 5. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah. Ruang Lingkup Matematika Mata pelajaran Matematika pada satuan pendidikan SD/MI meliputi aspek-aspek sebagai berikut. 1. Bilangan 2. Geometri dan pengukuran 3. Pengolahan data. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Pencapaian tujuan Matematika dapat dimiliki oleh kemampuan peserta didik yang standar dinamakan dengan Standar Kompetensi (SK) dan dirinci ke dalam Kompetensi Dasar (KD). Kompetensi dasar ini merupakan standar minimum yang secara nasional harus dicapai oleh siswa dan menjadi acuan dalam pengembangan kurikulum di setiap satuan pendidikan. Pencapaian SK dan KD didasarkan pada pemberdayaan peserta didik untuk membangun kemampuan, bekerja ilmiah, dan pengetahuan sendiri yang difasilitasi oleh guru. Secara rinci SK dan KD untuk mata pelajaran Matematika yang diitujukan bagi bagi siswa kelas V SD disajikan melalui tabel 2.1. ( Kurikulum Matematika Sekolah Dasar Kelas 5) 13 Tabel 2.1 SK dan KD Mata Pelajaran Matematika Kelas V Semester II Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Geometri dan Pengukuran 6. Memahami sifat-sifat bangun 6.1 Mengidentifikasi sifat-sifat dan hubungan antar bangun Sifat-sifat Bangun Datar 6.2 Mengidentifikasi sifat-sifat bangun ruang 6.3 Menentukan jaring-jaring berbagai bangun ruang sederhana 6.4 Menyelidiki sifat-sifat kesebangunan dan simetri 6.5 Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan Sifat-sifat Bangun Datar dan bangun ruang sederhana 2.2. Hasil Penelitian yang Relevan Penelitian yang relevan merupakan hasil penelitian orang lain yang relevan dijadikan titik tolak penelitian kita dalam mencoba melakukan pengulangan, merevisi, memodifikasi dan sebagainya. Hasil penelitian Tindakan Kelas Anisyah Dwi Widarini tahun 2012 “Upaya Peningkatan Hasil Belajar dan Motivasi Belajar Siswa Melalui Metode Demonstrasi pada Mata Pelajaran IPA Kelas 4 Semester 2 di SD Negeri Dukuh 1 Salatiga Tahun Pelajaran 2011/2012”. Berdasarkan penelitian didapatkan hasil bahwa motivasi mengarahkan dan mempengaruhi siswa untuk lebih cermat dan teliti dalam pembelajaran sehingga menyebabkan hasil belajar juga meningkat. Hal ini ditunjukkan dengan adanya persentase hasil motivasi belajar siswa siswa sangat tinggi pada kondisi awal adalah %, siklus I ada 8,82% dan pada siklus II ada 17,65%. kondisi awal adalah 0%, siklus I ada Motivasi belajar 17,65%, siklus tinggi pada II ada 73,53%. Sedangkan untuk motivasi belajar sedang pada kondisi awal adalah 23,53%, pada siklus I ada 55,88%, dan pada siklus II ada 8,82%. Pada kondisi 14 awal ada 61,77% siswa dengan motivasi belajar rendah dan 14,70% mo tivasi belajar sangat rendah, sedangkan pada siklus I siswa dengan motivasi belajar rendah ada 17,65%. Sedangkan motivasi belajar sangat rendah pada siklus Isebesar 0% dan pada siklus II tidak ada siswa dengan motivasi belajar rendah maupun sangat rendah. Hasil Penelitian Tindakan Kelas yang dilakukan oleh Imron Aprulloh tahun 2011 tentang “Peningkatan Hasil Belajar Matematika melalui Metode Kooperatif TAI (Team Assisted Individualization) Pada Operasi Hitung Campuran Siswa Kelas IV SDN Makam Haji 03 Kartasura Pada Semester Genap Tahun Ajaran 2010/2011”. Penelitian ini menunjukkan bahwa dari hasil pelaksanaan pembelajaran pada ranah afektif yaitu adanya peningkatan dari kemampuan bertanya: 62.5% pada siklus I, 66.6% pada siklus II, 87.5% pada siklus III. Menjawab pertanyaan: 58.3% di siklus I, 75% di siklus II, 91.6% pada siklus III. Mengerjakan soal didepan kelas: 58.3% siklus I, 70.8% siklus II, 87.5% siklus III. Mengerjakan soal-soal latihan: 62.5% pada siklus I, 66.6% pada siklus II, 83.3% pada siklus III. Sedangkan pada ranah kognitif yaitu: sebelum tindakan sebesar 29% dan setelah dilakukan tindakan sebesar 54% pada siklus I, kemudian 75% pada siklus II dan 87.5% di siklus III dengan siswa sebanyak 24. Kesimpulan penelitian ini adalah bahwa penerapan metode kooperatif TAI (Team Assisted Individualization) dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri Makam Haji 03 Kartasura. Berdasarkan analisis judul yang pernah digunakan peneliti di atas maka dengan menggunakan model pembelajaran tipe TAI dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Dengan analisis tersebut maka peneliti melakukan penelitian dengan menerapkan model pembelajaran tipe TAI pada pelajaran matematika untuk meningkatkan hasil belajar dan motivasi siswa. 15 2.3 Kerangka Berpikir Rutinitas pembelajaran yang berlangsung di kelas, adalah pembelajaran yang berpusat pada guru. Guru mendominasi seluruh waktu pembelajaran dengan menyampaikan materi pelajaran Matematika melalui ceramah dan langsung penugasan. Kadang-kadang saja di tengah-tengah ceramah, guru menyelipkan pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab siswa. Respon siswa terhadap pembelajaran yang dilakukan guru, adalah mengantuk, tidak segera dapat peduli dengan situasi yang ada baik yang diadakan oleh guru atau siswa yang lain, sehingga siswa cenderung untuk pasif saja dan hanya mendengarkan penjelasan guru. Kondisi ini jika siswa diberi pertanyaan atau tes, hasilnya tidak dapat mengerjakan secara optimal, sehingga skor yang diperoleh rendah. Perubahan paradigma pembelajaran menuntut siswa aktif, agar kompetensi yang diharapkan dalam KTSP 2006 dapat tercapai. Suatu pembelajaran akan efektif bila siswa aktif berpartisipasi atau melibatkan diri secara langsung dalam proses pembelajaran. Siswa diharapkan dapat menemukan sendiri atau memahami sendiri konsep yang telah diajarkan yaitu dengan mengalami langsung. Pembelajaran dengan metode konvensional yang pada umumnya dilaksanakan oleh guru masih kurang memperhatikan ketercapaian kompetensi siswa. Guru masih dominan sehingga membuat siswa menjadi pasif. Siswa tidak mengalami pengalaman belajar sendiri untuk mendapatkan pengalaman baru dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah, akibatnya hasil belajar siswa rendah. Untuk mengatasi paradigma di atas, peneliti mencoba menerapkan suatu model pembelajaran tipe TAI. Model pembelajaran tipe TAI merupakan model pembelajaran dengan membentuk kelompok kecil yang terdiri dari 5 siswa yang heterogen dengan latar belakang cara berpikir yang berbeda, dimana siswa bekerja secara berkelompok, tetapi tetap bekerja dengan kecepatan dan kemampuan masing-masing sehingga siswa yang berkemampuan rendah dapat terbantu oleh temannya yang berkemampuan tinggi. 16 Dalam teknik ini, siswa bekerja sama dalam suasana gotong royong dalam menyelesaikan masalah yang diberikan oleh guru, mula mula siswa berusaha secara individu menyelesaikan LKS yang selanjutkan dilanjutkan dengan bergabung pada kelompoknya untuk membandingkan jawaban yang sudah terjawab dan menyelesaikan permasalahan yang ada. Dalam tipe TAI ini siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar menyelesaikan masalah maka akan terbantu oleh teman sekelompoknya. Pembelajaran tipe TAI ini memberikan kebebasan bagi siswa untuk aktif membangun pengetahuannya sendiri melalui kerja sama dan saling ketergantungan satu sama lain. Dengan demikian, karakteristik TAI di antaranya adalah pembelajaran yang berpusat pada anak, menekankan pada pembentukan kerjasama, tanggu jawab dalam kelompok untuk melaporkan hasil kerja mereka. Hasil yang diharapkan adalah optimal. Oleh karena itu, untuk mengukurnya keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran, maka pengukuran dilakukan dengan unjuk kerja dan tes formatif. Penjelasan lebih rinci disajikan dalam gambar 2.1 tentang hubungan antara proses belajar mengajar, pembelajaran konvensional dan model pembelajaran tipe TAI. 17 Gambar 2.1 Upaya meningkatkan hasil belajar dan motivasi belajar Matematika melalui model pembelajaran tipe TAI KD : 6.1 Mengidentifikasi Sifat-sifat Bangun Datar. Guru : mendominasi PBM dg ceramah, penugasan PEMBELAJARAN KONVENSIONAL Proses Belajar Matematika KD: 6.1 Mengidentifikasi sifat-sifat bangun datar 6.2 Mengidentifikasi Sifat-sifat bangun ruang Guru :sebagai fasilitator dan pendamping siswa, membantu siswa yg kurang paham Siswa : diam, bermain sendiri, mengantuk Proses berfikir: Abstrak ke kongkrit < KKM Hasil belajar :rendah Model Pembelajaran TAI Menyimak tujuan pembelajaran tentang sifat-sifat bangun datar Membentuk kelompok Siswa secara individual siswa mengerjakan LKS ada ada ada Siswa membantu mengerjakan LKS kepada teman yang belum selesai presentasi ada klarifikasi tentang hasil kerja LKS tentang sifat bangun datar dalam kelompok Tes Keaktifan klarifikasi Penilaian proses Kerja Kelompok Hasil belajar : tinggi 18 2.4 Hipotesis Tindakan Dari refleksi kajian teori, penelitian yang relevan dan kerangka pemikiran masalah maka dapat dirumuskan hipotesis tindakan sebagai berikut: Diduga peningkatan hasil belajar dapat diupayakan melalui model pembelajaran TAI siswa kelas V di SD N Sidomukti 04 Bandungan Semester II Tahun 2012/2013.