(TAI) Siswa Kelas V SDN Si

advertisement
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Dalam menyusun sebuah laporan Penelitian Tindakan Kelas, tentunya
penulis tidak dapat hanya mengandalkan pengetahuan pribadi yang dimiliki
tanpa bantuan sumber-sumber yang relevan mengenai masalah yang diteliti.
Terutama adalah mengenai variabel-variabel penelitian dan hubungannya
terhadap masalah yang diteliti. Oleh sebab itu, penulis menyajikan beberapa
pustaka mengenai variabel-variabel penelitian dan hubungannya dengan
masalah atau topik yang diteliti yaitu meliputi Hasil Belajar, Hipotesis
Tindakan, Motivasi Belajar, Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team
Assisted Individualization (TAI), Hubungan Pembelajaran Matematika
dengan Model Pembelajaran Tipe TAI, Matematika, Hasil Penelitian Yang
Relavan, Kerangka Berfikir, dan Hipotesis Tindakan.
2.1
Kajian Teori
1. Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari
kegiatan belajar, karena kegiatan belajar merupakan proses, sedangkan
prestasi merupakan hasil dari proses belajar. Memahami pengertian hasil
belajar secara garis besar harus bertitik tolak kepada pengertian belajar
itu sendiri. Untuk itu para ahli mengemukakan pendapatnya yang
berbeda-beda sesuai dengan pandangan yang mereka anut. Namun dari
pendapat yang berbeda itu dapat kita temukan satu titik persamaan.
Sehubungan dengan hasil belajar, Purwanto (2009:3), menyatakan
bahwa hasil belajar adalah suatu yang digunakan untuk menilai hasil
pelajaran yang telah diberikan kepada siswa dalam waktu tertentu.
Menurut Oemar Hamalik (2001 : 30) hasil belajar adalah bila
seseorang telah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang
tersebut,
yaitu
pengetahuan,
pengertian,
kebiasaaan,ketrampilan,
apresiasi, emosional, hubungan soial, jasmani, etis atu budi pekerti,
sikap. Kalau seseorang telah melakukan perbuatan belajar maka akan
5
6
terjadi perubahan dalam salah satu atau beberapa aspek tingkah laku
tersebut.
Jadi hasil belajar adalah besarnya angka yang diperoleh dari tes
dan skor motivasi.
2. Motivasi Belajar
Banyak sekali para ahli psikologi pendidikan dan psikologi
pembelajaran yang membahas tentang motivasi dalam pembelajaran.
Sedemikian banyaknya pembahasan tentang motivasi dalam pembelajaran
itu telah menghasilkan definisi motivasi yang banyak pula. Namun
demikian, pada intinya motivasi dapat diartikan sebagai: (1) Dorongan yang
timbul pada diri seseorang, secara disadari atau tidak disadari, untuk
melakukan suatu tindakan dengan tujuan tertentu; (2) Usaha-usaha yang
dapat menyebabkan seseorang atau kelompok orang tertentu tergerak
melakukan sesuatu karena ingin mencapai tujuan yang ingin dicapai.
(Mohamad Asrori, 2008:183)
Dari dua definisi di atas, menjadi jelas bahwa motivasi dapat dibagi
menjadi dua jenis, yaitu: (1) Motivasi yang berasal dari dalam diri
seseorang. Motivasi jenis ini seringkali disebut motivasi intrinsik. (2)
Motivasi dari luar yang berupa usaha pembentukan dari orang lain. Motivasi
jenis ini seringkali disebut motivasi ekstrinsik.
Secara alami, motivasi siswa sesungguhnya berkaitan erat dengan
keinginan siswa untuk terlibat dalam proses pembelajaran. Motivasi sangat
diperlukan bagi terciptanya proses pembelajaran di kelas secara efektif.
Motivasi memiliki peranan yang sangat penting dalam pembelajaran, baik
dalam proses maupun maupun pencapaian hasil. Seorang siswa yang
memiliki motivasi tinggi, pada umumnya mampu meraih keberhasilan
dalam proses maupun output pembelajaran.
7
3. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Assisted Individualization
(TAI)
Model pembelajaran tipe TAI merupakan model pembelajaran yang
membentuk kelompok kecil yang heterogen dengan latar belakang cara
berfikir yang berbeda untuk saling membantu terhadap siswa lain yang
membutuhkan bantuan (Suyitno, 2002:9). Dalam model ini, diterapkan
bimbingan
antar
teman
yaitu
siswa
yang
pandai
bertanggung jawab terhadap siswa yang lemah. Disamping itu dapat
meningkatkan partisipasi siswa dalam kelompok kecil. Siswa yang pandai
dapat mengembangkan kemampuan dan ketrampilannya, sedangkan siswa
yang lemah dapat terbantu menyelesaikan permasalahan yang dihadapi.
Model pembelajaran kooperatif tipe TAI memiliki 8 (delapan) komponen,
yaitu :
a. Teams, yaitu pembentukan kelompok heterogen yang terdiri atas 4
sampai 6 siswa.
b. Placement test, yakni pemberian pre-tes kepada siswa atau melihat
rata-rata nilai harian siswa agar guru mengetahui kelemahan siswa
dalam bidang tertentu.
c. Student Creative, melaksanakan tugas dalam suatu kelompok
dengan
menciptakan
situasi
dimana
keberhasilan
individu
ditentukan atau dipengaruhi oleh keberhasilan kelompoknya.
d. Team Study,
yaitu tahapan tindakan belajar yang harus
dilaksanakan oleh kelompok dan guru memberikan bantuan secara
individual kepada siswa yang membutuhkannya.
e. Team Scores and Team Recognition, yaitu pemberian skor
terhadap
hasil
kerja
kelompok
dan
memberikan
criteria
penghargaan terhadap kelompok yang berhasil secara cemerang
dan
kelompok
yang
dipandang
kurang
berhasil
dalam
menyelesaikan tugas.
f. Teaching Group, yakni pemberian materi secara singkat dari guru
menjelang pemberian tugas kelompok.
8
g. Facts Test, yaitu pelaksanaan tes-tes kecil berdasarkan fakta yang
diperoleh siswa.
h. Whole Class Units, yaitu pemberian materi oleh guru kembali di
akhir waktu pembelajaran dengan strategi pemecahan masalah.
Tahap-tahap dalam model pembelajaran TAI menurut Suyitno (2002:9)
adalah sebagai berikut:
1. Guru menyiapkan materi bahan ajar yang akan diselesaikan oleh
kelompok siswa.
2. Guru memberikan pre-test kepada siswa atau melihat rata-rata nilai
harian siswa agar guru mengetahui kelemahan siswa pada bidang
tertentu. (Mengadopsi komponen Placement Test).
3. Guru memberikan materi secara singkat. (Mengadopsi komponen
Teaching Group).
4. Guru membentuk kelompok kecil yang heterogen tetapi harmonis
berdasarkan nilai ulangan harian siswa, setiap kelompok 4-5 siswa.
(Mengadopsi komponen Teams).
5. Setiap kelompok mengerjakan tugas dari guru berupa LKS yang
telah dirancang sendiri sebelumnya, dan guru memberikan bantuan
secara individual bagi yang memerlukannya. Siswa terlebih dahulu
diberikan kesempatan untuk mengerjakan LKS secara individu, baru
setelah
itu
berdiskusi
dengan
kelompoknya.
(Mengadopsi
komponen Team Study).
6. Ketua kelompok melaporkan keberhasilan kelompoknya dengan
mempresentasikan hasil kerjanya dan siap untuk diberi ulangan oleh
guru.
7. Guru memberikan post-test untuk dikerjakan secara individu.
8.
Guru menetapkan kelompok terbaik sampai kelompok yang kurang
berhasil (jika ada) berdasarkan hasil koreksi. (Mengadopsi
komponen Team Score and Team Recognition).
9.
Guru memberikan tes formatif sesuai dengan kompetensi yang
ditentukan.
9
Menurut Slavin (1995: 98) Pembelajaran kooperatif tipe TAI
merupakan metode pembelajaran dengan kelompok heterogen yang
memberikan informasi untuk memahami suatu konsep matematika.
Dari pendapat peneliti diatas dapat disimpulkan bahwa model
pembelajaran tipe TAI merupakan model pembelajaran dengan membentuk
kelompok kecil yang terdiri dari 4-5 siswa yang heterogen dengan
kemampuan berpikir yang berbeda, dimana siswa bekerja secara
berkelompok, tetapi tetap bekerja dengan kecepatan dan kemampuan
masing-masing sehingga siswa yang berkemampuan rendah dapat terbantu
oleh temannya yang berkemampuan tinggi.
Berdasarkan uraian diatas, maka untuk menerapkan TAI dengan
menggunakan langkah-langkah yang telah dimodifikasi sebagai berikut:
1.
Siswa menyimak penjelasan tentang tujuan pembelajaran dan
langkah-langkah pembelajaran.
2.
Siswa membentuk kelompok yang terdiri dari 5 siswa berdasarkan
nilai ulangan harian.
3.
Siswa menyimak penjelasan materi secara singkat oleh guru.
4.
Setiap anggota kelompok mengerjakan LKS yang diberikan oleh guru
secara individu.
5.
Setiap anggota yang telah selesai mengerjakan LKS terlebih dahulu
membantu menyelesaiakan LKS anggota yang belum selesai.
6.
Masing-masing
anggota
kelompok
saling
menjelaskan
hasil
penyelesaian LKS yang telah dikerjakan.
7.
Setiap kelompok melaporkan keberhasilan penyelesaian LKS dalam
pembahasan dikelas.
8.
Siswa bersama guru melakukan penegasan hasil LKS.
9.
Siswa mengerjakan post test.
Kelebihan pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization
(TAI ) adalah sebagai berikut.
1.
Siswa yang lemah dapat terbantu dalam menyelesaikan masalah;
2.
Siswa diajarkan bagaimana bekerjasama dalam suatu kelompok;
10
3.
Siswa
yang pandai
dapat
mengembangkan
kemampuan
dan
keterampilannya;
4.
Adanya rasa tanggung jawab dalam kelompok dalam menyelesaikan
masalah.
Kelemahan pembelajaran kooperatif tipe (Team Assisted Individualization)
TAI adalah sebagai berikut.
1.
Siswa yang kurang pandai secara tidak langsung akan
menggantungkan pada siswa yang pandai;
2.
Tidak ada persaingan antar kelompok.
4. Hubungan Pembelajaran Matematika dengan model pembelajaran tipe
TAI
Dalam pembelajaran matematika guru berusaha untuk menciptakan
iklim pembelajaran yang mempernudah siswa belajar dalam mengajarkan
matematika pada peserta didiknya. Oleh karena itu, dalam pembelajaran
guru lebih berperan sebagai pembimbing daripada sebagai pemberi
informasi saja.
Pembelajaran tipe TAI merupakan model pembelajaran dengan
membentuk kelompok kecil yang terdiri dari 4-5 siswa yang heterogen
dengan kemampuan berpikir yang berbeda, dimana siswa bekerja secara
berkelompok, tetapi tetap bekerja dengan kecepatan dan kemampuan
masing-masing sehingga siswa yang berkemampuan rendah dapat terbantu
oleh temannya yang berkemampuan tinggi.
Cara ini merupakan upaya yang sangat baik untuk meningkatkan
tanggung jawab individual dan meningkatkan hasil belajar siswa dalam
pembelajaran matematika, karena siswa sering merasa kesulitan dalam
pembelajaran matematika, dan merasa pembelajaran matematika adalah
pelajaran yang sulit. Selain itu, teknik ini juga mendorong siswa untuk
meningkatkan semangat kerja sama mereka (Lie, 2008: 59). Untuk
mendukung pelaksanaan pembelajaran maka diperlukan sebuah sarana
pendukung pembelajaran. Dalam model pembelajaran tipe TAI ini sarana
pendukung yang digunakan adalah LKS.
11
5. Matematika
Latar Belakang Matematika
Matematika berasal dari bahasa latin manthanein atau mathema yang
berarti belajar atau hal yang dipelajari. Matematika dalam bahasa Belanda
disebut wiskunde atau ilmu pasti, yang kesemuanya berkaitan dengan
penalaran. Menurut Hasan Shadyli (Ensiklopedia Indonesia:1983) istilah
”matematika” (dari yunani: mathematikos ialah ilmu pasti, dari kata
mathema atau mathesis yang berarti ajaran, pengetahuan, atau ilmu
pengetahuan). Matematika adalah salah satu pengetahuan tertua, terbentuk
dari penelitian bilangan dan ruang. Matematika adalah suatu disiplin ilmu
yang berdiri sendiri dan tidak merupakan cabang dari ilmu pengetahuan
alam.
Matematika adalah mata pelajaran yang mempelajari tentang bilangan
dan ruang yang mempunyai berbagai cabang seperti hitung, pengukuran,
statistik, dll. Matematika termasuk ilmu pasti yang kesemuanya berkaitan
dengan penalaran, yang berdiri sendiri dan bukan cabang dari ilmu alam.
Sesuai Permendiknas UU No. 20 th 2003 tentang standar isi, Matematika
merupakan mata pelajaran yang perlu diberikan kepada semua peserta didik
mulai dari program Paket A untuk membekali peserta didik dengan
kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta
kemampuan bekerjasama. Kompetensi tersebut diperlukan agar peserta
didik
dapat
memiliki
kemampuan
memperoleh,
mengelola,
dan
memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu
berubah, tidak pasti, dan kompetitif.
Tujuan Matematika
Mata pelajaran matematika bertujuan agar peserta didik memiliki
kemampuan sebagai berikut.
1.
Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep
dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat,
efisien, dan tepat, dalam pemecahan masalah
12
2.
Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi
matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau
menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika
3.
Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah,
merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan
solusi yang diperoleh
4.
Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau
media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah
5.
Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan,
yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam
mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam
pemecahan masalah.
Ruang Lingkup Matematika
Mata pelajaran Matematika pada satuan pendidikan SD/MI meliputi
aspek-aspek sebagai berikut.
1. Bilangan
2. Geometri dan pengukuran
3. Pengolahan data.
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar
Pencapaian tujuan Matematika dapat dimiliki oleh
kemampuan
peserta didik yang standar dinamakan dengan Standar Kompetensi (SK) dan
dirinci ke dalam Kompetensi Dasar (KD). Kompetensi dasar ini merupakan
standar minimum yang secara nasional harus dicapai oleh siswa dan
menjadi acuan dalam pengembangan kurikulum di setiap satuan pendidikan.
Pencapaian SK dan KD didasarkan pada pemberdayaan peserta didik untuk
membangun kemampuan, bekerja ilmiah, dan pengetahuan sendiri yang
difasilitasi oleh guru. Secara rinci SK dan KD untuk mata pelajaran
Matematika yang diitujukan bagi bagi siswa kelas V SD disajikan melalui
tabel 2.1. ( Kurikulum Matematika Sekolah Dasar Kelas 5)
13
Tabel 2.1
SK dan KD Mata Pelajaran Matematika Kelas V Semester II
Standar Kompetensi
Kompetensi Dasar
Geometri dan Pengukuran
6. Memahami sifat-sifat bangun 6.1 Mengidentifikasi sifat-sifat
dan hubungan antar bangun
Sifat-sifat Bangun Datar
6.2 Mengidentifikasi sifat-sifat
bangun ruang
6.3 Menentukan jaring-jaring
berbagai bangun ruang
sederhana
6.4 Menyelidiki sifat-sifat
kesebangunan dan simetri
6.5 Menyelesaikan masalah yang
berkaitan dengan Sifat-sifat
Bangun Datar dan bangun ruang
sederhana
2.2.
Hasil Penelitian yang Relevan
Penelitian yang relevan merupakan hasil penelitian orang lain yang relevan
dijadikan titik tolak penelitian kita dalam mencoba melakukan pengulangan,
merevisi, memodifikasi dan sebagainya. Hasil penelitian Tindakan Kelas
Anisyah Dwi Widarini tahun 2012 “Upaya Peningkatan Hasil Belajar dan
Motivasi Belajar Siswa Melalui Metode Demonstrasi pada Mata
Pelajaran IPA Kelas 4 Semester 2 di SD Negeri Dukuh 1 Salatiga Tahun
Pelajaran 2011/2012”. Berdasarkan penelitian didapatkan hasil bahwa
motivasi mengarahkan dan mempengaruhi siswa untuk lebih cermat dan
teliti dalam pembelajaran sehingga menyebabkan hasil belajar juga
meningkat. Hal ini ditunjukkan dengan adanya persentase hasil motivasi
belajar siswa siswa sangat tinggi pada kondisi awal adalah %, siklus I ada
8,82% dan pada siklus II ada 17,65%.
kondisi awal adalah 0%, siklus I ada
Motivasi belajar
17,65%,
siklus
tinggi pada
II ada
73,53%.
Sedangkan untuk motivasi belajar sedang pada kondisi awal adalah 23,53%,
pada siklus I ada 55,88%, dan pada siklus II ada 8,82%. Pada
kondisi
14
awal ada 61,77% siswa dengan motivasi belajar rendah dan 14,70% mo
tivasi
belajar sangat rendah, sedangkan pada siklus I siswa
dengan
motivasi belajar rendah ada 17,65%. Sedangkan motivasi belajar sangat
rendah pada siklus Isebesar 0% dan pada siklus II tidak ada siswa dengan
motivasi belajar rendah maupun sangat rendah.
Hasil Penelitian Tindakan Kelas yang dilakukan oleh Imron Aprulloh
tahun 2011 tentang “Peningkatan Hasil Belajar Matematika melalui
Metode Kooperatif TAI (Team Assisted Individualization) Pada Operasi
Hitung Campuran Siswa Kelas IV SDN Makam Haji 03 Kartasura Pada
Semester Genap Tahun Ajaran 2010/2011”. Penelitian ini menunjukkan
bahwa dari hasil pelaksanaan pembelajaran pada ranah afektif yaitu adanya
peningkatan dari kemampuan bertanya: 62.5% pada siklus I, 66.6% pada
siklus II, 87.5% pada siklus III. Menjawab pertanyaan: 58.3% di siklus I,
75% di siklus II, 91.6% pada siklus III. Mengerjakan soal didepan kelas:
58.3% siklus I, 70.8% siklus II, 87.5% siklus III. Mengerjakan soal-soal
latihan: 62.5% pada siklus I, 66.6% pada siklus II, 83.3% pada siklus III.
Sedangkan pada ranah kognitif yaitu: sebelum tindakan sebesar 29% dan
setelah dilakukan tindakan sebesar 54% pada siklus I, kemudian 75% pada
siklus II dan 87.5% di siklus III dengan siswa sebanyak 24. Kesimpulan
penelitian ini adalah bahwa penerapan metode kooperatif TAI (Team
Assisted Individualization) dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV
SD Negeri Makam Haji 03 Kartasura.
Berdasarkan analisis judul yang pernah digunakan peneliti di atas
maka dengan menggunakan model pembelajaran tipe TAI dapat
meningkatkan hasil belajar siswa. Dengan analisis tersebut maka peneliti
melakukan penelitian dengan menerapkan model pembelajaran tipe TAI
pada pelajaran matematika untuk meningkatkan hasil belajar dan motivasi
siswa.
15
2.3 Kerangka Berpikir
Rutinitas
pembelajaran
yang
berlangsung
di
kelas,
adalah
pembelajaran yang berpusat pada guru. Guru mendominasi seluruh waktu
pembelajaran dengan menyampaikan materi pelajaran Matematika melalui
ceramah dan langsung penugasan. Kadang-kadang saja di tengah-tengah
ceramah, guru menyelipkan pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab
siswa. Respon siswa terhadap pembelajaran yang dilakukan guru, adalah
mengantuk, tidak segera dapat peduli dengan situasi yang ada baik yang
diadakan oleh guru atau siswa yang lain, sehingga siswa cenderung untuk
pasif saja dan hanya mendengarkan penjelasan guru. Kondisi ini jika siswa
diberi pertanyaan atau tes, hasilnya tidak dapat mengerjakan secara optimal,
sehingga skor yang diperoleh rendah.
Perubahan paradigma pembelajaran menuntut siswa aktif, agar
kompetensi yang diharapkan dalam KTSP 2006 dapat tercapai. Suatu
pembelajaran akan efektif bila siswa aktif berpartisipasi atau melibatkan diri
secara langsung dalam proses pembelajaran. Siswa diharapkan dapat
menemukan sendiri atau memahami sendiri konsep yang telah diajarkan
yaitu dengan mengalami langsung.
Pembelajaran dengan metode konvensional yang pada umumnya
dilaksanakan oleh guru masih kurang memperhatikan ketercapaian
kompetensi siswa. Guru masih dominan sehingga membuat siswa menjadi
pasif.
Siswa
tidak
mengalami
pengalaman
belajar
sendiri
untuk
mendapatkan pengalaman baru dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah,
akibatnya hasil belajar siswa rendah. Untuk mengatasi paradigma di atas,
peneliti mencoba menerapkan suatu model pembelajaran tipe TAI. Model
pembelajaran tipe TAI merupakan model pembelajaran dengan membentuk
kelompok kecil yang terdiri dari 5 siswa yang heterogen dengan latar
belakang cara berpikir yang berbeda, dimana siswa bekerja secara
berkelompok, tetapi tetap bekerja dengan kecepatan dan kemampuan
masing-masing sehingga siswa yang berkemampuan rendah dapat terbantu
oleh temannya yang berkemampuan tinggi.
16
Dalam teknik ini, siswa bekerja sama dalam suasana gotong royong
dalam menyelesaikan masalah yang diberikan oleh guru, mula mula siswa
berusaha secara individu menyelesaikan LKS yang selanjutkan dilanjutkan
dengan bergabung pada kelompoknya untuk membandingkan jawaban yang
sudah terjawab dan menyelesaikan permasalahan yang ada. Dalam tipe TAI
ini siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar menyelesaikan masalah
maka akan terbantu oleh teman sekelompoknya. Pembelajaran tipe TAI ini
memberikan kebebasan bagi siswa untuk aktif membangun pengetahuannya
sendiri melalui kerja sama dan saling ketergantungan satu sama lain.
Dengan demikian, karakteristik TAI di antaranya adalah pembelajaran yang
berpusat pada anak, menekankan pada pembentukan kerjasama, tanggu
jawab dalam kelompok untuk melaporkan hasil kerja mereka. Hasil yang
diharapkan adalah optimal. Oleh karena itu, untuk mengukurnya
keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran, maka pengukuran
dilakukan dengan unjuk kerja dan tes formatif. Penjelasan lebih rinci
disajikan dalam gambar 2.1 tentang hubungan antara proses belajar
mengajar, pembelajaran konvensional dan model pembelajaran tipe TAI.
17
Gambar 2.1
Upaya meningkatkan hasil belajar dan motivasi belajar Matematika
melalui model pembelajaran tipe TAI
KD : 6.1 Mengidentifikasi Sifat-sifat Bangun Datar.
Guru :
mendominasi PBM
dg ceramah,
penugasan
PEMBELAJARAN
KONVENSIONAL
Proses Belajar Matematika
KD: 6.1 Mengidentifikasi sifat-sifat bangun
datar
6.2 Mengidentifikasi Sifat-sifat bangun
ruang
Guru :sebagai
fasilitator dan
pendamping siswa,
membantu siswa yg
kurang paham
Siswa : diam,
bermain sendiri,
mengantuk
Proses berfikir:
Abstrak ke kongkrit
< KKM
Hasil belajar :rendah
Model
Pembelajaran TAI
Menyimak tujuan pembelajaran
tentang sifat-sifat bangun datar
Membentuk kelompok
Siswa secara individual
siswa mengerjakan LKS
ada
ada
ada
Siswa membantu
mengerjakan LKS kepada
teman yang belum selesai
presentasi
ada
klarifikasi tentang hasil kerja
LKS tentang sifat bangun
datar dalam kelompok
Tes
Keaktifan
klarifikasi
Penilaian proses
Kerja Kelompok
Hasil belajar :
tinggi
18
2.4 Hipotesis Tindakan
Dari refleksi kajian teori, penelitian yang relevan dan kerangka pemikiran
masalah maka dapat dirumuskan hipotesis tindakan sebagai berikut: Diduga
peningkatan hasil belajar dapat diupayakan melalui model pembelajaran TAI
siswa kelas V di SD N Sidomukti 04 Bandungan Semester II Tahun 2012/2013.
Download