Vol. 1 No. 1 (2012) : Jurnal Pendidikan Matematika, Part 3 : Hal. 39-42 MENINGKATKAN KEPEDULIAN SESAMA SISWA DENGAN PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS ASSISTED INDIVIDUALIZATION Wahyu Purnama Askar1), Suherman2), Yerizon3) 1) FMIPA UNP, email: [email protected] 2,3) Staf Pengajar Jurusan Matematika FMIPA UNP Abstract This study was conducted to see the careness among students in learning mathematics by implementing cooperative learning model type Teams Assisted Individualization. This study is to see how the careness among students grade X SMAN 1 Bukit Sundi while the implementation cooperative learning model type Teams Assisted Individualization. The kind of this study is descriptive. Based on the observation can be concluded that there is development careness among students in learning mathematics while the implementation of cooperative learning model type Teams Assisted Individualization. Key Word: careness among students, teams assisted individualization PENDAHULUAN Matematika merupakan salah satu ilmu pengetahuan yang penting untuk pengembangan sains dan teknologi yang dibutuhkan dalam pembangunan. Matematika juga memiliki peranan dalam meningkatkan kemampuan logika berpikir siswa sehingga dapat berpikir secara logis, kritis, dan sistematis dan mampu memecahkan masalah dalam kehidupan sehari– hari. Sehingga, maematika diajarkan diseluruh jenjang pendidikan mulai dari sekolah dasar sampai jenjang perguruan tinggi Hal ini sesuai dengan peranan matematika di sekolah. Menurut Suherman ( 2003 : 60): Peranan matematika di sekolah antara lain untuk memenuhi kebutuhan praktis siswa dan memecahkan masalah dalam kehidupan sehari – hari, misalnya dapat berhitung, dapat menghitung isi dan berat, dapat mengumpulkan, mengolah, menyajikan, dan menafsirkan data, dapat menggunakan kalkulator dan komputer. Selain itu, agar siwa mampu mengikuti pelajaran matematika lebih lanjut untuk memahami bidang studi lainnya seperti fisika, kimia, arsitektur, dan sebagainya, dan agar siswa dapat berpikir logis, kritis, dan praktis, serta bersikap positif dan berjiwa kreatif. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di SMAN 1 Bukit Sundi, terlihat bahwa kurangnya kepedulian antara siswa yang satu dengan siswa yang lain dalam proses pembelajaran. Sebagian dari mereka hanya mementingkan diri sendiri, mereka tidak peduli apakah ada temannya yang belum paham dengan pembelajaran. Kalau diberikan latihan oleh guru, siswa yang pandai hanya membiarkan siswa yang kurang pandai untuk menyalin pekerjaannya tanpa menanyakan apakah mereka mengerti dengan apa yang mereka buat. Untuk mengatasi masalah tersebut perlu dilakukan inovasi pembelajaran yang dapat menumbuhkan interaksi antara sesama siswa sehingga tercipta hubungan yang baik dan dapat meningkatkan kepedulian antar siswa dalam pembelajaran matematika sehingga seluruh siswa dapat meningkatkan hasil belajarnya. Diantara model pembelajaran yang dapat menumbuhkan interaksi di antara siswa adalah pembelajaran kooperatif. Dalam pembelajaran kooperatif siswa berlatih mengeluarkan pendapat, ide, serta dapat saling membantu satu sama lainnya, dan terlibat langsung dalam pembelajaran matematika. Ada unsur-unsur pembelajaran kooperatif yang membedakannya dengan pembelajaran kelompok yang dilakukan secara asal-asalan. 39 Vol. 1 No. 1 (2012) : Jurnal Pendidikan Matematika, Part 3 : Hal. 39-42 Roger dan David Johnson (Lie, 2010:31) menyatakan bahwa:”tidak semua pembelajaran kelompok disebut pembelajaran kooperatid. Setidaknya ada lima unsur model pembelajaran gotong royong yang harus diterapkan yaitu: saling ketergantungan, positif, tanggungjawab perseorangan, tatap muka, komunikasi antar anggota, dan evaluasi kelompok”. Tugas guru dalam pembelajaran kooperatif adalah mengajarkan keterampilanketerampilan kelompok untuk bekerja secara bersama, seperti bagaimana berinteraksi satu sam lainnya dan bagaimana mengkoodinasi sumbangan-sumbangan dari berbagai anggota lain-lain. Disini akan terlihat natinya bahwa siswa yang pandai akan membantu siswa yang kurang pandai pada saat pengelompokan siswa secara heterogen. Salah satu bentuk pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualitation (TAI). Tipe pembelajaran TAI ini mengkombinasikan keunggulan pembelajaran kooperatif dan pembelajaran individual. Tipe ini dirancang untuk mengatasi kesulitan belajar siswa secara individual. Oleh karena itu kegiatan pembelajarannya lebih banyak digunakan untuk pemecahan masalah. Ciri khas pada tipe TAI ini adalah setiap setiap siswa secara individual belajar materi pembelajaran yang sudah dipersiapkan oleh guru. Hasil belajar individual dibawa ke kelompok untuk didiskusikan dan dibahas oleh anggota kelompok, dan semua anggota kelompok bertanggungjawab atas keseluruhan jawaban sebagai tanggung jawab bersama. Model pembelajaran kooperatif tipe TAI dikembangkan oleh Slavin dengan beberapa alasan(Susanti, 2007:9), yaitu: 1. Model ini mengkombinasikan keunggulan kooperatif dan program pengajaran individual 2. Model ini memberikan tekanan pada efek sosial dari belajar kooperatif 3. TAI disusun untuk memecahkan masalah dalam program pengajaran, misalkan dalam kesulitan belajar secara individu. Model pembelajaran kooperatif tipe TAI ini memiliki 8 komponen, yaitu: 1. Teams yaitu pembentukan kelompok heterogen yang terdiri dari 4-5 siswa 2. Placement Test yaitu pemberian pre-test kepada siswa atau melihat rata-rata nilai harian siswa agar guru mengetahui kelemahan siswa pada bidang tertentu 3. Student creatif yaitu melaksanakan tugas dalam suatu kelompok dengan menciptakan dimana keberhasilan individu ditentukan oleh keberhasilan kelompoknya 4. Team study yaitu tahapan tindakan belajar yang harus dilaksanakan oleh kelompok dan guru memberikan bantuan kepada siswa yang membutuhkan 5. Team score and Team Recognition yaitu pemberian skor terhadap hasil kerja kelompok dan memberikan kriteria penghargaan terhadap kelompok yang berhasil cemerlang dan kelompok yang dipandang kurang berhasil dalam menyelesaikan tugas 6. Teaching Group yaitu pemberian materi secara singkat dari guru menjelang pemberian tugas kelompok 7. Fact Test yaitu pelaksanaan tes-tes kecil berdasarkan fakta yang diperoleh siswa 8. Whole Class Units yaitu pemberian materi oleh guru kembali diakhir pembelajaran dengan stategi pemcahan masalah. (Suyitno, 2002:9) Di dalam pembelajaran kooperatif tipe TAI, siswa dibagi dalam beberapa kelompok dimana anggota kelompok mempunyai kemampuan akademik yang berbeda-beda. Berikut ini disajikan langkah-langkah pembentukan kelompok berdasarkan kemampuan akademik menurut Lie(2010:41) yaitu: siswa diurutkan dari tingkat kemampuan yang rendah sampaiketingkat kemampuan yang tinggi. Pembentukan kelompok I dapat dilakukan dengan cara mengambil siswa dari urutan nomor 1 ( berkemampuan rendah), siswa nomor 28 (berkemampuan tinggi), dan siswa nomor 14 dan 15 (siswa berkemampuan sedang). Untuk kelompok II diambil dengan menepatkan siswa dari urutan 2, 27, 13, dan 16 sedangkan untuk kelompok selanjutnya juga dilakukan proses yang sama (mengambil siswa dari urutan berkemampuan rendah berikutnya, siswa 40 Vol. 1 No. 1 (2012) : Jurnal Pendidikan Matematika, Part 3 : Hal. 39-42 METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif, yaitu untuk mendeskripsikan kepedulian sesama siwa dalam pembelajaran matematika selama diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Assisted Individualization. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas SMAN 1 Bukit Sundi yang terdaftar tahun pelajaran 2011/2012. Kelas tidak dijadikan subjek penelitian karena kelas ini merupakan kelas unggul. Sampel dalam peneltian ini hanya satu kelas yaitu kelas Prosedur penelitian dibagi atas tiga tahap yaitu tahap persiapan (menentukan jadwal penelitian, mengurus surat izin penelitian, menentukan materi yang akan diberikan, mengkaji kurikulum, mempersiapkan perangkat pembelajaran, mempersipkan LKS, mempersiapkan lembar observasi aktivitas siswa, mempersiapkan observer), tahap pelaksanaan, dan tahap akhir. Instrumen yang dipakai dalam penelitian ini adalah lembar observasi. Lembar observasi terlebih dahulu divalidasi guna melihat apa saja aktivitas yang diamati sehingga dapat meninggkatkan kepedulian sesama siswa. Teknik analisis data yang digunakan adalah dengan rumus yang digunakan oleh Sudjana (2005:130) yaitu menghitung persentase aktivitas siswa dengan membandingkan frekwensi aktivitas yang dilakukan dan jumlah siswa. Analisis data ini dugunakan untuk menjawabpertanyaan penelitian. HASIL DAN PEMBAHASAN Dari lembar observasi terlihat bahwa pada pertemuan pertama siswa mulai dibiasakan dengan kegiatan diskusi dan berbagi pengetahuan dengan teman kelompoknya. Guru terus berupaya memberikan pengertian bahwa berdiskusi dan saling bekerjasama dapat menyelesaikan masalah dan menekankan bahwa nilai individu dalam kelompok sangat berpengaruh pada nilai kelompok nantinya. Pada pertemuan kedua dan ketiga kegiatan ini menurun menjadi 71,43%. Pada pertemuan keempat kegiatan ini meningkat menjadi 82,14%. Untuk aktivitas kedua yaitu saling mengoreksi jawaban latihan yang dikerjakan teman sekelompoknya, pada pertemuan pertama sebesar 75%, pada pertemuan kedua kegiatan ini menurun menjadi 53,57% hal ini disebabkan siswa sudah percaya diri dengan jawaban yang mereka kerjakan sendiri dan merasa tidak ada kesalahan akan tetapi kegiatan ini mengalami peningkatan pada pertemuan ketiga dan keempat yaitu sebesar 57,14% dan 89,28%. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Grafik 1 dan Grafik 2. Persenatase berkemampuan tinggi berikutnya, dan dua orang siswa berkemampuan sedang berikutnya). Setelah dibagi kebeberapa kelompok, siswa terlebih dahulu secara individu memahami materi pembelajaran yang sudah dipersiapkan oleh guru. Hasil yang didapat secara individu didiskusikan dan saling dibahas oleh anggota kelompok, dan semua anggota kelompok bertanggungjawab atas jawaban kelompoknya. Siswa yang kurang paham terhadap penjelasan guru dapat bertanya pada siswa yang lebih pandai dikelompoknya. Sehingga seluruh anggota kelompok dapat mempertanggungjawabkan jawaban kelompok. Pada akhir pembelajaran akan diberikan kuis, dimana nilai kuis masing-masing individu akan mempengaruhi nilai kelompoknya. Dengan demikian diharapkan melalui pembelajaran kooperatif tipe TAI ini dapat meningkatkan kepedulian antar siswa dalam pembelajaran matematika. Berdasarkan uraian diatas, penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kepedulian sesama siswa kelas X SMAN 1 Bukit Sundi selama diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Assisted Individualization. 90 85 80 75 70 65 60 1 2 3 4 Pertemuan ke- Gambar 1. Persentase Siswa yang Berdiskusi dengan Kelompok untuk Memperdalam Materi yang Disampaikan Guru 41 Vol. 1 No. 1 (2012) : Jurnal Pendidikan Matematika, Part 3 : Hal. 39-42 Persentase 100 50 0 1 2 3 4 Pertemuan ke- Gambar 2. Persentase Siswa Mengoreksi Jawaban Teman Sekelompoknya Berdasarkan Grafik 1 terlihat bahwa aktivitas siswa diskusi dengan kelompok untuk memperdalam materi yang disampaikan guru mengalami fluktuasi. Persentase pada tiap pertemuan tidak ada yang berada dibawah 50% artinya, setiap siswa melakukan aktivitas ini dengan sungguh-sungguh. Setiap siswa dalam kelompok saling membantu untuk memahami materi yang disampaikan guru. Siswa yang pandai tidak ingin hanya mereka yang mengerti dan paham tentang materi yang telah disampaikan guru, tetapi mereka juga berusaha mengajarkan kepada teman-teman mereka yang memiliki kemampuan rendah karena setiap siswa tidak ingin nilai mereka rendah dan dapat mempengaruhi nilai kelompoknya. Grafik 2 aktivitas siswa mengoreksi jawaban yang dikerjakan teman sekelompok juga mengalami fluktuasi. Persentase siswa yang melakukan aktivitas ini pada tiap pertemuan juga berada diatas 50%. Setelah mengerjakan soal latihan sendiri, setiap siswa dalam kelompok saling bertukar jawaban dan mereka memperbaiki jawaban teman mereka yang salah. Dari kegiatan ini terlihat bahwa siswa dalam kelompok saling peduli satu sama lain. KESIMPULAN Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan terlihat bahwa kepedulian antar siswa dalam pembelajaran matematika dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Assisted Individualization (TAI) dapat ditingkat. Ini terlihat pada aktifitas yang diamati yaitu berdiskusi dengan kelompok mengenai materi yang disampaikan guru dan siswa saling mengoreksi jawaban latihan yang dikerjakan teman sekelompoknya. Pada kedua aktivitas tersebut setiap anggota dalam kelompok sangat peduli dengan anggota kelompok yang lain. Mereka saling membantu untuk memahami pembelajaran, siswa yang pandai mengajarkan siswa yang kurang pandai dan sebaliknya siswa yang kurang pandai belajar dengan siswa yang pandai. Ini disebabkan karena setiap anggota kelompok tidak ingin nilai kelompok mereka rendah karena nilai salah satu anggota kelompok rendah saat diadakan kuis di akhir pembelajaran. Berdasarkan simpulan tersebut, peneliti menyarankan beberapa hal. Diharapkan kepada guru matematika untuk menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Assisted Individualization dalam pembelajaran dikelas sehingga dapat meningkatkan kepedulian antar siswa dalam pembelajaran sehingga hasil belajar siswa meningkat. DAFTAR PUSTAKA Ibrahim, dkk. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: University Press. Lie, Anita. 2010. Cooperatie Learning: mempraktikkan Cooperative Learning di ruang-ruang Kelas. Jakarta: Gramedia Widiasarana. Sardiman, A.M. 2006. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Slavin, Robert. 2005. Cooperative Learning Theory, Researh, dan Praktice. Bandung: Nusa Media Sudjana, Nana. 2005 . Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung : Rosdakarya. Suherman, Erman dkk.2003. Belajar Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. dan Susanti, Ari. 2007. “Profil Ketuntasan Belajar Ditinjau dari Metode Pembelajaran Group Investigation (GI) dan Teams Assisted Individualization (TAI) terhadap Hasil Belajar Biologi Kelas X di Surakarta”. Skripsi: USM 42