TINJAUAN HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF TERHADAP PENETAPAN PERKARA DISPENSASI NIKAH (ANALISIS PENETAPAN NO. 0027/PDT.P/2014/PA.WT.) SKRIPSI DIAJUKAN KEPADA FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN SYARAT MEMPEROLEH GELAR SARJANA STRATA SATU DALAM ILMU HUKUM ISLAM Oleh : YULIANA TRIWIDIASTUTI NIM 11350063 PEMBIMBING Dr. SAMSUL HADI, S.Ag, M.Ag JURUSAN AL AHWAL AS SYAKHSIYYAH FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA 2015 ABSTRAK Dispensasi nikah adalah suatu kemudahan atau keringanan bagi calon mempelai laki-laki maupun calon perempuan yang masih dibawah umur dan belum diperbolehkan untuk menikah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Kecuali suatu tindakan yang berdasarkan hukum dinyatakan bahwa suatu peraturan perundang-undangan tidak berlaku untuk suatu hal yang khusus. Dispensasi nikah merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi bagi calon pasangan yang belum mencapai umur minimal dibolehkan menikah yang diatur dalam Undangundang yang berlaku di Indonesia. Suatu perkawinan bagi calon pengantin yang belum memenuhi persyaratan umur harus memperoleh dispensasi nikah. Hal ini dapat ditegaskan lebih lanjut bahwa dalam ketentuan umur secara umum pada pasal 6 ayat (2) yang berbunyi “untuk melangsungkan perkawinan seorang yang belum mencapai umur 21 (dua puluh satu) tahun harus mendapat izin kedua orang tua”. Jika dilihat dari apa dasar hukum pertimbangan hakim dalam menetapkan penetapan dispensasi nikah No. 0027/PDT.P/2014/PA.Wt.? dan Bagaimana tinjauan hukum Islam dan hukum positif terhadap pertimbangan hakim dalam penetapan dispensasi nikah? Jenis penelitian ini menggunakan metode penelitian (library research) dengan sumber data primer berupa observasi dengan meninjau secara langsung objek penelitian yaitu Pengadilan Agama Wates. Data penunjang berupa dokumentasi dengan menelusuri dan mempelajari dokumen-dokumen, berupa penetapan perkara yang berhubungan dengan perkara dispensasi Nikah di PA Wates. Jenis analisis data dalam penelitian ini bersifat deduktif dan induktif, dengan menggunakan pendekatan normatif dan yuridis. Adapun sifat penelitian ini adalah adalah deskriptif-analitik. Hasil dari penelitian ini bahwa dasar hukum yang digunakan hakim untuk menetapkan perkara Dispensasi Nikah No. 0027/PDT.P/2014/PA.Wt. di tinjau dari yuridis sudah sesuai dengan Undang-undang No. 1 Tahun 1974. Jika di tinjau dari segi normatif hal ini sesuai dengan kaidah fikiyah. Dari sini timbul pandangan bahwa menikah dalam usia muda tidak menjadi permaslahan dari sudut agama. Penetapan dispensasi nikah akan lebih mendatangkan kemaslahatan bagi kedua calon mempelai dan terhindar dari perbuatan zina yang dilarang Agama. Secara angka batas usia minimal bagi seseorang untuk melangsungkan pernikahan antara Undangundang Perkawinan dan Hukum Islam secara umum berbeda. Dalam UUP, batas usia minimal untuk melangsungkan perkawinan adalah anak laki-laki telah mencapai usia 19 tahun dan wanita telah mencapai 16 tahun. Sementara dalam hukum islam, khususnya madzab Syafi’i sama sekali tidak ditentukan mengenai batas minimal usia nikah, karena yang penting sudah mencapai usia baligh dan tamyiz. Maka, dalam hukum Islam, diperbolehkan pernikahan dini asalkan sudah memenuhi persyaratan dan rukun nikah. ii ffi ur3 Hat Univemitas Islam Negeri Sunan l(alijaga T,M.UINSK.BM-Offi3IRO ST]RAT PERSETUJUAI\I SKRIPSTTUGAS AKHIR : Persetujuan Skripsi Lamp : Kepada Yth. Dekan Fakutas Syari'ah dan Hukum Universitas Islam Negeri Sunan Kahjaga Yogyakarta Di Yogyakarta As salamu' alaihtm Wr. Wb Setelah membaca, meneliti, memberikan petunjuk dan mengoreksi serta mengadakan perbaikan seperlunya, maka kami selaku pembimbing berpendapat bahwa skripsi Saudari: Nama : Yuliana Tri Widiastuti NIM :11350063 Judul :TINJAUAI{ HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF TERIIADAP PEITETAPAI\I PERKARA DISPENSASI NIKAII (ANALI$S PENETAPAI[ NO. 0027/PDT.P lz0l4tPA.WT) Sudah dapat diajukan kembali kepada Fakultas Syari'ah dan Hukum, Program Studi A1- Ahwal Asy-syakhsiyyah Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Strata Satu dalam Ilmu Hukum Islam. Dengan ini kami mengharap agar skripsi/tugas akhir Saudara tersebut di atas dapat segera dimunaqasyahkan. Atas perhatiannya kami ucapkan terima kasih. Was s al amu' al aikum Wr. Wb Yogyakarta, 09 Juni 2015 fi SI]RAT PERI{YATAAI\{ KEASLIAN SKRIPSI Saya yang bertandatangan di bawatr ini: Nama Yuliana Tri Widiastuti NIM I 1350063 Jurusan Al-Ahwal Asy-syakhsiyyah Fakultas Syari'ah dan Hukum UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta Menyatakan deirgan sesungguhnya dan sejujurnya, bahwa skripsi saya yang berjudul: "TINJAUAN HUKIJM ISLAM DAN IIUKUM POSITIF TERIIADAP PEIIETAPAI\ PERKARA DISPENSASI I\IKAII (ANALISIS PENETAPAIT NO. t027tPDT.Pn014lPA.WT) ' adalah hasil penelitian saya sendiri dan bukan plagiat hasil karya oreng lairU kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka. Yogyakart4 i8 Sya'ban 1436 H 05Juni 2015 NIM. 11350063 tv M \ KEMENTERIAN AGAMA UNMERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA FAKULTAS SYARI'AH DAN HUKUM Jl. Marsda Adisucipto Tetp. (0274) 512840 Fax. (0274) 545614 yogyakarta 55281 PENGESAHAN TUGAS AKHIR Nomor : UIN.02IDS/PP.00.9 tO3S4/2015 TugasAkhirdenganjudul :TINJAUAN HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF TERHADAP PENETAPAN PERKARA NO.0027/PDT NIKAH DISPENSASI .P /201 4 tP (ANALISIS A.WT .) yang dipersiapkan dan disusun oleh: Nama Nomor Induk Mahasiswa Telah diujikan pada Nilai ujian Tugas Akhir YULIANA TzuWiDIASTUTI 1 1 350063 Selasa, 16 Juni 2015 B+ dinyatakan telah diterirna oleh Fakultas Syari'ah dan Hukurn UIN Sunan Kalijaga yogyakarta TIM UJIAN TUGAS AKHIR Ketua Sidang Dr. Samsul NIP. ru Penguji 197 , S.Ag., M.Ag. 200003 1 003 I Penguji H. Wawan Guriawan, S.Ag., M.Ag. 19651208 199703 I 003 Dra. Hj. Ermi Suhasri Syafe'i, M.SI. 19620908 198903 2 006 Yogyakarta, 16 Juni 2015 Sunan Kalijaga dan Hukurn Hanafi, M.Ag. 70518 199703 I 003 1/1 2406/201 5 II PENETAPAN MOTTO “Kesulitanmu itu hanya sementara, seperti semua yang sebelumnya pernah terjadi.” “Semangat adalah sebetulnya kepingan-kepingan bara kemauan yang kita sisipkan pada setiap celah dalam kerja keras kita, untuk mencegah masuknya kemalasan dan penundaan.” vi HALAMAN PERSEMBAHAN Skripsi ini saya persembahkan kepada : Bapak Soediastono S.Pd. dan Ibu Sri Sudaryati , terimakasih sudah memberikan dorongan maupun semangat buat aku, kasih sayang, doa dan kesabaran yang tidak ada habisnya untuk Aku. Engkaulah insan yang paling berjasa dalam hidup ini, jasa yang tak tertebus dengan segala bentuk pengabdian, hanya ketulusan do’a yang senantiasa kupanjatkan, semoga Allah SWT senantiasa memberi kesehatan, panjang umur dan kebahagiaan dunia akhirat hingga kelak dapat melihatku menjadi anak yang berbakti, bermanfaat bagi keluarga dan orang lain. Kakak-kakakku Mbak Novita Sri Widiastuti, S.TP dan Mas Dwi Widiastono, A,Md, S.E, telah memberi semangat dari rumah untuk keberhasilan ini, semoga kalian tetap menjadi kakak-kakak yang hebat nantinya dan Aku bisa menyusul kalian. Kedua ponakan aku tersayang, tercinta, terlucu, dan terimut De’ Andika Rahman Hariyanto dan De’ Fidian Ahza Pratista yang selalu memberikan keceriaan di saat aku pulang ke rumah. Sayang kalian. vii KATA PENGANTAR بسم هللا الرحمه الرحيم .أشهد أن ال اله اال هللا الملك الحق المبيه. الحمد هلل ربّ العالميه وبه وستعيه على أمىر ال ّد ويا وال ّد يه اللهم صل وسلم على رسىل هللا محمد وعلى.وأشهد أن محمدا عبده ورسىله المبعىث رحمة للعالميه .أله وصحبه أجمعيه :أما بعد Segala puji bagi Allah SWT, Tuhan seru sekalian alam, yang telah memberikan kenikmatan, pertolongan, rahmat, dan hidayah, sehingga penyusun mampu menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan salam semoga selalu tercurah kepada Rasulullah Muhammad SAW., sebagai utusan-Nya yang membawa ajaran Islam yang menjadi rahmat bagi seluruh alam. Beribu Syukur rasanya tak mampu mewakili rahmat dan petunjuk yang telah Allah SWT berikan kepada penyusun atas terselesaikannya penyusunan skripsi ini. Sebagai manusia biasa, tentunya penyusun tidak luput dari kesalahan dan kekurangan. Penyusun menyadari hal tersebut seraya memohon kepada Allah SWT, bahwa tiada daya dan upaya melainkan dengan pertolongan-Nya, terutama dalam penyusunan skripsi dengan judul: “Tinjaun Hukum Islam dan Hukum Positif Terhadap Penetapan Perkara Dispensasi Nikah (AnalisisPenetapan No. 0027/Pdt.P/2014/PA.Wt.)” yang merupakan petunjuk dan pertolongan dari Allah SWT yang diberikan kepada penyusun. Selanjutnya, penyusun menyadari bahwa skripsi ini tidak akan terwujud dengan baik tanpa bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Ucapan terima kasih dengan setulus hati penyusun sampaikan kepada seluruh pihak yang telah banyak membantu atas terselesaikannya laporan ini. Ucapan terima kasih kami tujukan kepada: 1. Bapak Prof. Drs Akh. Minhaji., Ph. D selaku Rektor Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta. viii 2. Bapak Dr. H. Syafiq Mahmadah Hanafi, MAg, selaku Dekan Fakultas Syari’ah dan Hukum, beserta para Wakil Dekan I, II, dan III beserta staf-stafnya. 3. Bapak .Wawan Gunawan, S.Ag., M.Ag selaku ketua Jurusan Al-Ahwal Asy-Syakhsiyyah dan Bapak Drs. Yasin Baidi, S.Ag M.Ag selaku Sekretaris Jurusan Al-Ahwal Asy-Syakhsiyyah Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta. 4. Bapak H. Abd. Madjid AS., M.SI. selaku Penasehat Akademik. 5. Bapak Dr. Samsul Hadi, S.Ag, M.Ag. selaku Pembimbing yang dengan kesabaran dan kebesaran hati telah rela meluangkan waktu, memberikan arahan serta bimbingannya kepada penyusun dalam menyelasaikan skripsi ini. 6. Kepada Bapak dan Ibu Dosen Al-Ahwal Asy-syakhsiyyah yang telah membimbing dan menuangkan ilmunya kepada penyusun, serta seluruh civitas akademik fakultas syari’ah dan hukum sebagai tempat penyusun selama menjalani studi pada jenjang perguruan tinggi. 7. Karyawan TU jurusan yang dengan sabar melayani penyusun mengurus administrasi akademik. 8. Orangtuaku yang tercinta Ayahanda Soediastono S.Pd. dan Ibu Sri Sudaryati, kakakkakakku Mbak Novita Sri Widiastuti, S.TP dan Mas Dwi Widiastono, Amd, S.E, terimakasih atas doa, semangat dan kasih sayang tulus yang selalu mengalir setiap hari. 9. Terimakasih untuk Mas Isro, Rofah, Zuni, Nurul kalian sahabat terbaik dan terhebatku yang selalu mengisi hari-hariku, terimakasih untuk semua kasih sayang kalian yang tidak pernah putus. Serta atas do’a dan dukungannya selama penyusun mengerjakan setiap harinya. 10. Fajar Surono, yang selalu menyisakan waktunya dan selalu memberikan semangat dan doa di setiap hari-hariku. 11. Terima kasih juga untuk sahabatku Riris yang selalu setia mendengarkan curhatanku di saat sedih maupun tertawa. Serta untuk semua Anak Asrama Putri Assalam II ( Erte Arin, ix Anggi, Emon, Mbak Ul, Kak Putri, Nita, Meme, Anggi) dan yang tak bisa disebutkan satu persatu, terimakasih atas semangat kalian. 12. Temen BEM-J-AS (Abid, Syafik, Anggi, Yeni, Reni, Vika, Khoir dan yang lainnya) terimakasih sudah mengisi kesibukanku disaat aku masih di Kampus ini sampai rela lembur demi kelancaran acara BEM-J-AS. 13. Semua temen-temen KKN-83 Ringinsari (Bang Alwi, Nur, Catur, Nayla, Ady, Rini) yang selalu semangat dan penuh keceriaan saat melaksanakan dan menjalankan kegiatan KKN. 14. Dan kepada seluruh rekan seperjuangan jurusan Al-ahwal Asy-syahsiyyah angkatan 2011 yang bersama-sama memulai perjuangan dalam menumpuh pendidikan di Universitas dan fakultas serta jurusan tercinta. Tiada suatu hal apapun yang sempurna yang diciptakan seorang hamba karena kesempurnaan itu hanyalah milik-Nya. Dengan rendah hati penyusun menyadari betul keterbatasan pengetahuan serta pengalaman berdampak pada ketidaksempurnaan skripsi ini. Akhirnya harapan penyusun semoga skripsi ini menjadi sesuatu yang bermanfaat bagi semua pihak. Amin. Yogyakarta, 18 Sya’ban 1435 H 05 Juni 2015 M Yuliana Triwidiastuti NIM : 11350063 x PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN Transliterasi huruf Arab yang dipakai dalam penyusunan skripsi ini berpedoman pada Surat Keputusan Bersama Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor: 158/1987 dan 05936/U/1987. A. Konsonan Tunggal Huruf Arab Nama Huruf Latin Keterangan ا Alîf tidak dilambangkan tidak dilambangkan ة Bâ‟ b be ت Tâ‟ t te ث Sâ‟ ś es (dengan titik di atas) ج Jîm j je ح Hâ‟ ḥ ha (dengan titik di bawah) خ Khâ‟ kh ka dan ha د Dâl d de ذ Zâl ż zet (dengan titik di atas) ز Râ‟ r er ش zai z zet س sin s es ش syin sy es dan ye ص sâd ṣ es (dengan titik di bawah) ض dâd ḍ de (dengan titik di bawah) ط tâ‟ ṭ te (dengan titik di bawah) ظ zâ‟ ẓ zet (dengan titik di bawah) ع „ain „ koma terbalik di atas غ gain g ge ف fâ‟ f ef ق qâf q qi ك kâf k ka ل lâm l `el xi و mîm m `em ٌ nûn n `en و wâwû w w هـ hâ‟ h ha ء hamzah ‟ apostrof ي yâ‟ Y ye B. Konsonan Rangkap karena Syaddah ditulis rangkap يت ّعددة Ditulis Muta„addidah عدّة Ditulis „iddah C. Ta’ marbû a 1. a r aa Bila dimatikan ditulis h حكًة Ditulis عهة Ditulis Hi ah „illah (ketentuan ini tidak diperlukan bagi kata-kata Arab yang sudah terserap dalam bahasa Indonesia, seperti salat, zakat dan sebagainya, kecuali bila dikehendaki lafal aslinya). 2. Bila diikuti dengan ata sandang „al‟ serta bacaan edua itu terpisah, maka ditulis h. كسايةاألونيبء 3. Bila ta‟ ditulis arbûtah hidup atau dengan hara at fathah Karâmah al-auliyâ‟ asrah dan ḍammah ditulis t atau h. شكبةانفطس ditulis Zakâh al-fiţri D. Vokal pendek __َ_ fathah ditulis a فعم ditulis fa‟ala __َ_ ditulis i xii ditulis żu ira __َ_ ditulis u يرهت ditulis yażhabu ذكس kasrah ḍammah E. Vokal panjang 1 Fathah alif ditulis  ditulis jâhiliyyah ditulis â ditulis tansâ ditulis î كـسيى ditulis karîm Dammah + wawu mati ditulis û فسوض ditulis furûd ditulis Ai ثينكى ditulis bainakum Fathah + wawu mati ditulis au قول ditulis qaul جبههية 2 Fathah ya‟ ati تنسى 3 4 Kasrah ya‟ ati F. Vokal rangkap 1 2 Fathah ya‟ ati G. Vokal pendek yang berurutan dalam satu kata dipisahkan dengan apostrof أأنتى ditulis A‟antu أعدت ditulis U„iddat نئنشكستى ditulis La‟in sya artu H. Kata sandang alif + lam 1. Bila dii uti huruf Qo ariyyah ditulis dengan engguna an huruf “l”. ٌانقسآ ditulis Al-Qur‟ân انقيبس ditulis Al-Qiyâs xiii 2. Bila diikuti huruf Syamsiyyah ditulis dengan menggunakan huruf Syamsiyyah yang mengikutinya, dengan menghilangkan huruf l (el) nya. انسًآء ditulis As-Sa â‟ انشًس ditulis Asy-Syams I. Penulisan kata-kata dalam rangkaian kalimat Ditulis menurut penulisannya. ذوي الفروض ditulis ﺃهل السنة ditulis a al-furûd Ahl as-Sunnah J. Pengecualian Sistem transliterasi ini tidak berlaku pada: a. Kosa kata Arab yang lazim dalam Bahasa Indonesia dan terdapat dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, misalnya: al-Qur‟an hadis azhab syariat lafaz. b. Judul buku yang menggunakan kata Arab, namun sudah dilatinkan oleh penerbit, seperti judul buku al-Hijab c. Nama pengarang yang menggunakan nama Arab, tapi berasal dari negara yang menggunakan huruf latin, misalnya Quraish Shihab, Ahmad Syukri Soleh. d. Nama penerbit di Indonesia yang menggunakan kata Arab, misalnya Tiko Hidayah, Mizan. xiv DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i ABSTRAK ...................................................................................................... ii SURAT PERSETUJAUN SKRIPSI ............................................................ iii SURAT PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ....................................... iv HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... v MOTTO ......................................................................................................... vi HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................... vii KATA PENGANTAR .................................................................................. viii PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB LATIN ........................................ xi DAFTAR ISI ................................................................................................. xv BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ..................................................................... 1 B. Pokok Masalah ................................................................................... 6 C. Tujuan Dan Kegunaan ........................................................................ 6 D. Telaah Pustaka ................................................................................... 7 E. Kerangka Teoretik ............................................................................. 11 F. Metodelogi Penelitian ....................................................................... 15 G. Sistematika Pembahasan .................................................................... 19 BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG PERKAWINAN DAN DISPENSASI NIKAH A. Pengertian Perkawinan xv xvi 1. Pengertian dan Dasar Hukum ....................................................... 21 2. Rukun dan Syarat-Syarat Perkawinan .......................................... 22 3. Tujuan dan Hikmah Perkawianan ................................................. 24 B. Kedewasaan Dalam Perkawinan 1. Ayat dan Hadis Tentang Kedewasaan .......................................... 27 2. Pendapat Para Ulama tentang Kedewasaan ................................. 28 C. Dispensasi Nikah 1. Pengertian Dispensasi Nikah ........................................................ 30 2. Batas Usia Perkawinan .................................................................. 32 3. Prosedur Dispensasi Nikah .......................................................... 35 BAB III PENETAPAN DISPENSASI NIKAH DI PENGADILAN AGAMA WATES A. Profil Pengadilan Agama Wates ...................................................... 37 B. Dasar Hukum dan Pertimbangan Hakim dalam Penetapan Dispensasi Nikah .............................................................................. 43 BAB IV ANALISIS TERHADAP PERKARA PENETAPAN DISPENSASI NIKAH NOMOR 0027/PDT.P/2014/PA.WT. A. Analisis Dasar dalam Penetapan Dispensasi Nikah No. 0027/PDT.P/2014/PA.Wt ............................................... 50 B. Analisis Pertimbangan Hakim.......................................................... 60 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ..................................................................................... 69 B. Saran-saran ...................................................................................... 71 xvii DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................72 LAMPIRAN-LAMPIRAN A. Terjemahan ................................................................................ I B. Biografi Ulama dan sarjana .................................................... II C. Berkas Putusan ....................................................................... III D. Curriculum Vitae ................................................................... IV BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pernikahan merupakan masalah yang penting bagi kehidupan manusia, oleh karena di samping perkawinan sebagai sarana untuk membangun keluarga yang bahagia dan sejahtera, juga merupakan kodrati manusia untuk memenuhi kebutuhan seksualnya. Selain itu juga sebagai sunnatullah yang berlaku bagi makhluk-makhukNya sebagai jalan untuk melangsungkan keturunan, karena pada hakekatnya setiap makhuk yang bernyawa memiliki kecenderungan untuk saling membutuhkan satu sama lain. Hal ini sebagaimana dengan hukum umum penciptaan bahwa segala sesuatu diciptakan berpasang-pasangan.Allah SWTberfirman : 1 وهن کڶ شيءخلقنا ڒ و جين لعلکن تذ کر ون Perkawinan merupakan cara yang ditempuh manusia untuk menemukan pasangannya, yakni antara laki-laki dan perempuan sehingga terbentuk sebuah rumah tangga, sebab pembentukan rumah tangga tidak akan terjadi tanpa melalui perkawinan. Dengan jalan perkawinan yang sah, pergaulan antara laki-laki dan perempuan akan terhormat sesuai kedudukan manusia sebagai makhluk hidup yang martabat. Suatu keluarga yang sakinah mawadah warahmah membutuhkan 1 Aż-Żāriyāt (51): 49 1 2 kematangan dan kedewasaan, salah satunya berumur yang cukup untuk menikah. Sebagaimana bunyi hadis nabi SAW : يا هعشر الشبا ب هن استطا ع هنڪن البا ء ۃ فليتز و ج فا نه ا غض للبصر 2 واحصن للفر ج و هن لن يستطع فعليه با لصو م فٳ نه له و جاء Suatu perkawinan bagi calon pengantin yang belum memenuhi persyaratan umur harus memperoleh dispensasi nikah. Hal ini dapat ditegaskan lebih lanjut bahwa dalam ketentuan umur secara umum pada pasal 6 ayat (2) yang berbunyi untuk melangsungkan perkawinan seorang yang belum mencapai umur 21 (dua puluh satu) tahun harus mendapat izin kedua orang tua”. Namun pada ketentuan lain yang sesuai pada Kompilasi Hukum Islam pada pasal 15 ayat (1) yang berbunyi untuk kemaslahatan keluarga dan rumah tangga perkawinan hanya boleh dilakukan calon mempelai yang telah mencapai umur yang ditetapkan dalam pasal 7 Undang-undang No. 1 Tahun 1974 yakni calon suami sekurangkurangnya berumur 19 tahun dan calon istri sekurang-kurangnya berumur 16 tahun. Sehingga calon pengantin dapat meminta dispensasi kepada Pengadilan atau pejabat lain yang ditunjuk oleh kedua orang tua baik itu pihak pria maupun pihak wanita. Beberapa Negara muslim, menentukan batas usia menikah dalam perundang-undangan relatif cukup tinggi untuk laki-laki tetapi termasuk cukup 2 Imām Muslīm, Sahīh Muslīm, Kitab an-nikāh, diriwayatkan oleh Imām Muslīm dari Aisyah, Hadis 1422, (Beirut: Dār al-Fikr, t.t), hlm. 594. 3 rendah untuk wanita.3 Misalnya, di Mesir usia 18 laki-laki dan 16 perempuan, perkawinan di bawah umur sah untuk dilaksanakan tetapi tidak boleh didaftarkan. Dalam Undang-undang Syiria uisa 18 laki-laki dan 17 perempuan4, bukan hanya mengatur batas umur terendah untuk menikah, tetapi juga selisih umur antara pihak laki-laki maupun wanita yang hendak melangsungkan pernikahan. Jika perbedaan umur antara pasangan yang hendak melangsungkan pernikahan itu melebihi 20 tahun dan pihak wanita belum berumur 18 tahun, maka perkawinan itu dilarang kecuali ada izin khusus dari pengadilan. Aturan tentang batas minimal dan selisih umur kawin tidak diatur dalam kitab fikih, tetapi reformasi dalam rangka untuk melindungi kaum wanita. Pernikahan di bawah usia 19 dan 16 tahun disebut juga pernikahan usia dini. Pernikahan usia dini merupakan salah satu faktor yang menyebabkan tidak tercapainya tujuan pernikahan. Fakta menunjukkan bahwa dalam pernikahan usia dini belum ada kematangan fisik, kematangan mental dan bahkan juga kematangan ekonomi. Perkawinan dalam usia muda di mana seorang belum siap mental maupun fisik, sering menimbulkan masalah di belakang hari bahkan tidak 3 M. Atho’ Muzdhar dan Khairuddin Nasution (ed.), Hukum Keluarga di Dunia Islam Modern, cet. Ke-1 (Jakarta: Ciputat Press, 2003), hlm. 210. 4 http://hakamabbas.blogspot.com/2014/02/batas-umur-perkawinan-menurut-hukum.html, diakses 8 Maret 2015, pukul 13.00 WIB. 4 sedikit berantakan di tengah jalan. Kematangan jiwa sangat besar artinya untuk memasuki gerbang rumah tangga.5 Dispensasi nikah adalah suatu kemudahan atau keringanan bagi calon mempelai laki-laki maupun calon perempuan yang masih di bawah umur dan belum diperbolehkan untuk menikah sesuai dengan peraturan perundangundangan yang berlaku. Kecuali suatu tindakan yang berdasarkan hukum dinyatakan bahwa suatu peraturan perundang-undangan tidak berlaku untuk suatu hal yang khusus. Dispensasi nikah merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi bagi calon pasangan yang belum mencapai umur minimal dibolehkan menikah yang diatur dalam Undang-undang yang berlaku di Indonesia. Islam tidak mengenal dispensasi nikah, akan tetapi dalam mencapai tujuan dilangsungkannya suatu pernikahan, ketentuan batas usia perkawinan dalam Undang-undang perkawinan sejalan dengan ketentuan Maqasid asySyari’ah yaitu bertujuan mendatangkan maslahah bagi calon suami isteri, dalam rangka memelihara agama, jiwa dan keturunan. Allah SWT menganjurkan agar kehidupan keluarga menjadi bahan pemikiran para insan dan hendaknya dapat ditarik beberapa pelajaran berharga. Oleh karena itu, Islam sangat menganjurkan perkawinan dan mengaturnya dengan sangat teliti untuk membawa umat manusia hidup secara martabat sesuai kedudukannya yang mulia di tengah-tengah makhluk Allah SWT yang lain. Suatu 5 A. Zuhdi Muhdlor, Memahami Hukum Perkawinan (Nikah, Talak, Cerai, Rujuk), cet ke-2 (Bandung: Al-Bayan, 1995), hlm. 18. 5 perkawinan akan melahirkan kehormatan, keturunan, kesehatan jasmani dan rohani setiap orang. Pernikahan di bawah umur diprediksikan akan semakin meningkat hingga akhir tahun, walaupun undang-undang Perkawinan masih memberikan kelonggaran kepada orang yang ingin menikah. Akan tetapi mereka yang ingin mendapatkan izin dispensasi nikah dari pengadilan harus dapat memberikan alasan yang tepat mengenai apa alasan mereka menikah di usia dini. Penyusun sangat tertarik dengan penetapan No. 27/Pdt.P/2014/Pa.Wt karena perkara tersebut berbeda dengan perkara yang lain. Perbedanantara penetapan No. 0027/Pdt.P/2014/Pa.Wt dengan penetapan dispensasi nikah dari sekitar 56 perkara adalah perbedaan usia yang laki-laki masih 14 tahun sedangkan wanitanya sudah 18 tahun. Maksud penyusun adalah karena dari berdasarkan keterangan dan pengakuan anak pemohon, calon menantu dan calon besan pemohon telah terbukti bahwa hubungan antara keduanya telah sedemikian akrabnya bahkan telah melakukan hubungan layaknya suami istri. Kehendak untuk melangsungkan pernikahan sangat kuat, dan kondisi calon menantu telah dalam keadaan hamil 5 bulan, bila tidak segera dilaksanakan pernikahan tersebut dikhawatirkan akan terjadi hal-hal yang lebih madharat. Dispensasi nikah penting untuk pencatatan pernikahan di bawah umur agar sah menurut Negara. Disini penyusun ingin mengetahui tentang apa pertimbangan hakim dalam memberikan dispensasi kawin di bawah umur dan 6 bagaimana tinjauan hukum Islam terhadap pertimbangan hakim tersebut dalam penetapan dispensasi nikah. Tujuan penyusun untuk mengulas lebih jauh mengenai dispensasi nikah, dalam hal ini akan diangkat dengan judul “Tinjauan Hukum Islam dan Hukum Positif Terhadap Penetapan Perkara Dispensasi Nikah (Analisis Penetapan No. 0027/PDT.P/2014/PA.WT)”. B. Pokok Masalah Dari uraian latar belakang masalah di atas, penyusun akan meneliti beberapa hal sebagai berikut : 1. Apa dasar hukum dan pertimbangan hakim dalam menetapkan permohonan Dispensasi Nikah No. 0027/PDT.P/2014/PA.Wt. ? 2. Bagaimana tinjauan hukum pertimbangan hakim dalam Islam dan penetapan hukum positif dispensasi terhadap nikah No. 0027/PDT.P/2014/PA.Wt. ? C. Tujuan dan Kegunaan Tujuan penelitian yang hendak dicapai dalam penyusunan skripsi ini adalah sebagai berikut : 7 1. Untuk menjelaskan dasar hukum dan pertimbangan hakim dalam menetapkan permohonan Dispensasi Nikah No. 0027/PDT.P/2014/PA.Wt. 2. Untuk menjelaskan bagaimana tinjauan hukum Islam dan hukum positif terhadap pertimbangan hakim dalam penetapan dispensasi nikah No. 0027/PDT.P/2014/PA.Wt. Adapun kegunaan penelitian ini adalah : 1. Penyusun diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran untuk mengembangkan dan memperkaya pengetahuan, terutama pengetahuan yang berkaitan dengan Dispensasi Nikah. 2. Dapat menjadi bahan acuan dan pertimbangan bagi hakim pada masa yang akan datang, khususnya masalah dispensasi kawin yang diajuakan oleh calon mempelai sendiri. D. Telaah Pustaka Penyusun telah melakukan penelusuran terhadap karya ilmiah yang ada. Di antaranya beberapa tulisan yang membahas masalah dispensasi nikah, seperti tulisan karya Rohayah dengan judul “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Dispensasi Kawin Karena Hamil Di Luar Nikah (Studi Terhadap Penetapan Pengadilan Agama Yogyakarta Perkara Nomor 0030/Pdt.P/2011/PA.Yk)”. Skripsi Rohayah menjelaskan bahwa pertimbangan-pertimbangan serta dasar 8 hukum yang telah dikemukakan oleh Majelis Hakim Pengadilan Agama Yogyakarta maka penetapan perkara nomor 0030/Pdt.P/2011/PA.Yk sudah tepat menurut hukum Islam yang tidak membahas secara khusus tentang dispensasi nikah dan juga telah sesuai dengan ketentuan syarat-syarat perkawinan dalam hukum islam di antaranya adanya persetujuan dari calon mempelai pria dan wanita tanpa adanya paksaan dari siapapun, kedua calon mempelai tidak memiliki hubungan nasab, serta dengan walinya.6 Skripsi Rizkia Fina Mirzana dengan judul “Dispensasi Kawin yang Diajukan Oleh Calon Mempelai Wanita (Studi Penetapan No. 0035/Pdt.P/2011/PA.Mkd)”. Rizkia menjelaskan bahwa faktor-faktor yang mendorong pemohon mengajukan dispensasi kawin adalah hubungan pemohon dengan calon suaminya yang sudah sedemikaian rupa yang apabila perkawinan antara keduanya tidak dilaksanakan dengan segera maka dikhawatirkan akan lebih membawa madharat bagi kedua belah pihak dan kedua orang tuanya serta masyarakat pada umumnya.7 Skripsi karya Ade Firman Fathoni dengan judul “Pertimbangan Hakim dalam memberikan Dispensasi Perkawinan di Bawah Umur (Studi Di 6 Rohayah, “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Dispensasi Kawin Karena Hamil Di Luar Nikah (Studi Terhadap Penetapan Pengadilan Agama Yogyakarta Perkara Nomor 0030/Pdt.P/2011/PA.Yk)”, skripsi stara satu Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta (2012). Tidak diterbitkan. 7 Rizkia Fina Mirzana, “Dispensasi Kawin Yang Diajukan Oleh Calon Mempelai Wanita (Studi Penetapan No. 0035/Pdt.P/2011/PA.Mkd),” skripsi tidak diterbitkan, Fakultas Syariah IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta (2001). 9 Pengadialan Agama Wonosari tahun 2000-2002)”. Ade menjelaskan bahwa yang menjadi pertimbangan utama hakim dalam menetapkan dispensasi nikah adalah karena pemohon telah memiliki hubungan erat antara laki-laik dan perempuan sehingga dikhawatirkan zina. Landasan utama pertimbangan hakim adalah maslahah, walaupun ada tidaknya bersesuaian dengan maslahah.8 Skripsi oleh Abdul Salam dengan judul “Pertimbangan Hakim dalam Memberikan Dispensasi Perkawinan dibawah Umur (Studi Kasus di Pengadilan Indramayu dari tahun 2000-2002)”. Abdul menyatakan bahwa yang menjadi pertimbangan hukum yang digunakan oleh hakim di Pengadilan Agama Indramayu mempertimbangkan dari segi kemaslahatan yang diharapkan dapat dicapai oleh kedua calon mempelai dengan dilangsungkannya perkawinan mereka, dan menghindarkan kedua calon mempelai dari perbuatan melanggar syari’at Islam. Pertimbangan ini didasarkan pada metode penetapan hukum dengan teori maslahat al-mursalah, dan disamping itu hakim juga mempertimbangkan secara “moral”dalam arti hakim berprinsip memudahkan dilangsungkan perkawinan9 Skripsi Hendra Fahrudi Amin dengan Judul “Pertimbangan Hukum Dispensasi Nikah oleh Hakim Pengadilan Agama Yogyakarta Bagi Pasangan 8 Ade Firman Fathoni, “Pertimbangan Hakim dalam memberikan Dispensasi Perkawinan di Bawah Umur (Studi Di Pengadialan Agama Wonosari tahun 2000-2002).” Skripsi tidak diterbitkan, Fakultas Syari’ah IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta (2004). 9 Abdul Salam, “Pertimbangan Hakim dalam Memberikan Dispensasi Perkawinan dibawah Umur (Studi Kasus di Pengadilan Indramayu dari tahun 2000-2002)”, Skripsi tidak diterbitkan, fakultas Syari’ah Uin Sunan Kalijaga, (2004). 10 Usia Dini tahun 2007-2009” yang menyatakan bahwa kedewasaan tidak dapat diukur dengan ukuran umur semata saja, tetapi aspek psikologis dan lingkungan dapat membentuk orang untuk menjadi dewasa dan tidak menikah.10 Skripsi karya Aniyatul Fitriyah dengan judul “Tinjauan Maslahah terhadap Pertimbangan Hakim dalam Menyelesaikan Perkara Dispensasi Nikah (Studi Terhadap Penetapan Pengadilan Yogyakarta tahun 2006)” skripsi ini menyatakan bahwa dengan mendasarkan pada pertimbangan kemaslahatan dan menghindarkan kedua calon mempelai dari perbuatan melanggar syari’at islam. Disamping itu pertimbangan hakim didasarkan pada calon mempelai wanita yang telah terlanjur hamil diluar nikah sehingga Majlis Hakim mudah untuk mengabulkan permohonan dispensasi nikah.11 Skripsi karya Siti Thoyibatun Nasihah, dengan judul “Dispensasi Nikah (Tinjauan Hukum Islam terhadap Penetapan hakim Pengadilan Agama Kediri pada perkara No. 15/PDT.P/2009/PA.KDR)” skripsi ini menyatakan bahwa tentang apa dasar dan pertimbangan dalam menetapkan Dispensasi Nikah dan bagaimana tinjauan hukum islam terhadap pertimbangan hakim dalam 10 Hendra Fahrudi Amin, “Pertimbangan Hukum Dispensasi Nikah oleh Hakim Pengadilan Agama Yogyakarta Bagi Pasangan Usia Dini tahun 2007-2009”, Skripsi tidak diterbitkan, Fakultas Syari’ah, UIN Sunan Kalijaga (2010). 11 Aniyatul Fitriyah, “Tinjauan Maslahah terhadap pertimbangan hakim dalam menyelesaikan perkara Dispensasi Nikah (Studi Terhadap Penetapan Pengadilan Yogyakarta tahun 2006)”, Skripsi tidak diterbitkan, Fakultas Syari’ah, UIN Sunan Kalijaga (2008). 11 menetapkan perkara di PA Kediri, serta tidak adanya maslahah yang timbul dari putusan hakim.12 Penyusun dapat menyimpulkan perbedaan penelitian penyusun dengan penelitian di atas adalah pada obyek yang diteliti.Berdasarkan dari telaah pustaka yang penyusun lakukan belum ada yang membahas.Perbedaan antara skripsi penyusun dengan yang lainya adalah obyek dan penetapan yang dibahas. Dalam penetapan ini calon mempelai laki-lakinya masih berumur 14, sedangkan calon wanitanya sudah cukup umur yaitu 18 tahun yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Pengambilan lokasi penelitian tersebut dikarenakan wilayah tersebut masih sedikit yang mengajukan Dispensasi Nikah, maka tampak ada yang membahas topik yang diangkat dalam tulisan ini. Oleh karena itu, topik penelitian ini layak untuk dibahas lebih lanjut lagi. E. Kerangka Teoretik Perkawinan dalam Islam bukan hanya merupakan tujuan untuk menyalurkan kebutuhan biologis atau hanya mengembangkan keturunan, akan tetapi juga merupakan salah satu sarana untuk mengabdikan diri kepada Allah SWT, sehingga perkawinan disebut sebagai lembaga suci dan luhur. Demi mencapai tujuan perkawinan yang mulia tersebut diperlukan persiapan. 12 Siti Thoyibatun Nasihah, “Dispensasi Nikah (Tinjauan Hukum Islam terhadap Penetapan hakim Pengadilan Agama Kediri pada perkara No. 15/PDT.P/2009/PA.KDR)”, Skripsi tidak diterbitkan, Fakultas Syari’ah, UIN Sunan Kalijaga (2010). 12 Kematangan jasmani maupun rohani sangat berkaitan erat dengan umur seseorang walupun hal tersebut bukan sebagai harga mutlak. Mengingat kematangan setiap orang berbeda dengan lainnya. Ukuran kedewasaan yang diukur dengan kriteria baligh ini tidak bersifat kaku (relatif). Artinya, jika secara kasuistik memang sangat mendesak kedua calon mempelai harus segera dikawinkan, sebagai perwujudan metode sadd al-zari’ah untuk menghindari kemungkinan timbulnya mudharat yang lebih besar. Para ulama berpendapat mengenai usia baligh. Menurut Imam AsySyafi’i apabila seorang anak telah berusia 15 tahun maka ia sudah dinyatakan baligh. Abu Hanifah berpendapat bahwa baligh bagi laki-laki jika telah bermimpi nikmat sehingga mengeluarkan mani dan bagi perempuan telah mengeluarkan darah haid. Pendapat Abu Hanifah ini sangat relevan dalam kehidupan saat ini karena usia belum tentu dapat menentukan seseorang mengalami mimpi basah dan keluar darah haid bagi wanita. Pada usia 12 tahun biasanya laki-laki sudah mengeluarkan air mani sedangkan pada usia 9 tahun wanita sudah mengeluarkan darah haid.13 Pendapat di atas, menyimpulkan bahwa perbedaan batas usia baligh dengan kedewasaan seorang dalam memikul tugas dan tanggung jawab sebagai pasangan suami istri. 13 Wahbah āz-Zuhaili, Al-Fiqh al-Islāmiwwa-Adilatuhu (ttp: Dār al-Fikr, tt), V, hlm 423-424. 13 Bila ingin membentuk keluarga yang sejahtera dan bahagia, maka perkawinan harus sesuai dengan norma agama dan tata aturan yang berlaku. Di Indonesia pernikahan yang diatur dalam undang-undang Nomor. 1 Tahun 1974 atau disebut juga Undang-Undang Perkawinan pasal 6 ayat (2) yang berbunyi “Untuk melangsungkan perkawinan seorang yang belum mencapai umur 21 tahun harus mendapat izin kedua orang tua”. Demi kemaslahatan keluarga dan rumah tangga perkawinan hanya boleh dilakukan calon mempelai yang telah mencapai umur yang ditetapkan dalam pasal 7 ayat (1) Undang-undang No. 1 Tahun 1974 yakni berbunyi “perkawinan hanya diizinkan jika pihak pria sudah mencapai umur 19 (Sembilan belas) tahun dan pihak wanita sudah mencapai umur 16 (enam belas) tahun”. Walaupun masalah perkawinan sudah diatur dalam Undang-undang, dalam masyarakat terdapat kenyataan, bahwa dalam mewujudkan kepastian hukum tidak sesuai dengan apa yang diharapkan. Hal ini disebabkan di dalam masyarakat yang menganut hukum adat maupun yang menganggap agama tidak memberikan aturan tentang batas usia perkawinan. Pertimbangan dan tarik menarik antara akibat baik maupun buruk juga mempengaruhi untuk segera melaksanakan ataupun menunda perkawinan.Meskipun hal ini bersifat sangat subyektif, ini juga layak menjadi fokus perhatian. Dalam kaedah fikih, disebutkan sebagai berikut : 14 14 در ءالمفا سد مقد م على جلب المصا لح Kaedah di atas menyatakan bahwa pertimbangan menolak terjadinya mafsadat lebih diprioritaskan daripada maslahat. Dalam hukum perkawinan, suatu pertimbangan untuk menghindari perbuatan zina harus didahulukan daripada terjadi kemudharatan. Misalnya melarang seorang laki-laki menikah di bawah umur 19 tahun dan wanita menikah di bawah 16 tahun, padahal sebelum umur tersebut biasanya mereka sudah ‘akil baligh dan diperbolehkan menikah apabila sudah mampu. Larangan semacam ini hanya untuk menutupi dampak yang negatif sampai berakibat perceraian terhadap pasangan yang menikah di usia dini. Teori al-maslahah al-mursalah adalah menetapkan ketentuanketentuan hukum yang tidak disebutkan sama sekali di dalam Al-Qur’an dan Sunnah atas pertimbangan sesuai kebaikan dan menolak kerusakan dalam kehidupan masyarakat. Misalnya perkawinan anak-anak di bawah umur tidak dilarang agama dan sah jika dilakukan oleh walinya yang berwenang. Namun ternyata data-data statistik menunjukkan bahwapernikahan usia dini banyak berakibat perceraian, karena usia muda itu belum siap fisik dan mentalnya untuk menghadapi tugas-tugas sebagai suami istri, apalagi sebagai bapak dan ibu rumah tangga. Maka atas dasar al-maslahah al-mursalah ini, pemerintah 14 Asjmuni A. Rahman, Qai’dah qa-idah Fiqih (Qawaidul Fiqhiyah), (Jakarta: Bulan Bintang, 1976), hlm. 10. 15 membenarkan melarang perkawinan anak-anak, dan membuat peraturan tentang batas umur bagi calon-calon suami istri, sebagaimana tercantum dalam UndangUndang Perkawinan pasal 7 ayat 1.15 Syarat-syarat al-maslahah al-mursalah agar dapat dipakai sebagai hujjah (dalil) adalah: 1. Harus benar-benar menerapkan maslahah dan bukan maslahah yang bersifat perkiraan. 2. Maslahah tersebut bersifat umum bukan bersifat perorangan. 3. Pembentukan hukum dengan mengambil kemaslahatan ini tidak berlawanan dengan ketetapan nass dan ijma’.16 Kaedah-kaedah di atas bersifat antipasif, artinya, pertimbangan untuk menolak kemudharatan lebih didahulukan daripada memperoleh kemaslahatan. Dalam prinsip hukum islam bisa berubah sesuai perubahan zaman dominan yang mendukungnya. F. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian 15 16 Masjfuk Zuhdi, Pengantar Hukum Syariah, (Jakarta: CV Haji Masagung, 1987), hlm. 96. Abdul Wabāb Khalāf, Ilm Usūl al-Fiqh (t.tp: Dār al-Qalam, 1987), hlm. 86-87. 16 Dalam penelitian ini, penyusun menggunakan jenis penelitian literal (library research) yaitu suatu penelitian dengan cara menuliskan, mengklarifikasikan dan memperoleh data dari berbagai sumber tertulis. Kemudian menganalisis sumber-sumber literatur yang berkaitan dengan materi dan difokuskan pada penelaahan masalah yang dibahas.17Data kepustakaan pada penelitian ini yakni Penetapan Pengadilan Agama Wates No. 27/PDT.P/2014/PA.Wt. 2. Sifat Penelitian Sifat penelitian yang penyusun gunakan adalah deskriptif analitik, yaitu suatu penelitian yang bertujuan memaparkan dan mengembangkanobyek yang diteliti dalam pertimbangan hakim dalam memutuskan perkara dispensasi nikah di Pengadilan Agama Wates No. 27/PDT.P/2014/PA.Wt. Data yang diperoleh tersebut kemudian dianalisis menggunakan teori-teori yang ada.18 3. Teknik Pengumpulan Data Dalam pengumpulan data yang penyusun butuhkan untuk penelitian adalah: a. Observasi 17 Sumaryadi Suryabrata, Metodelogi Penelitian, cet. ke-1 (Jakarta: PT Raja Grafindo persada, 2010), hlm. 18. 18 Amirudin dan Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2004), hlm. 3. 17 Observasi sebagai langkah awal penyusun dalam memperoleh sebuah data. Observasi merupakan suatu proses yang tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis, dalam hal ini adalah pengamatan dan ingatan.19 Penyusun dalam melakukan observasi ini meninjau secara langsung objek penelitian yaitu Pengadilan Agama Wates untuk memperoleh data yang diperlukan berkaitan dengan permasalahan yang dibahas. b. Dokumentasi Cara memperoleh data tentang suatu masalah dengan menelusuri dan mempelajari dokumen-dokumen, berupa penetapan perkara yang berhubungan dengan perkara dispensasi Nikah di PA Wates No. 27/PDT.P/2014/PA.Wt.. Selain itu juga melakukan studi kepustakaan dengan mempelajari berbagai literatur yang ada relevansinya dengan persoalan tersebut. 4. Pendekatan Ada dua pendekatan yang dipakai dalam penelitian ini : a. Pendekatan Yuridis yaitu pendekatan suatu masalah yang bertumpu pada hukum positif/tata aturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia, khususnya yang menyangkut masalah perkawinan. Dalam 19 Sutrisno Hadi, Metodelogi Research, (Bandung: Alfabeta, 2007), hlm. 145. 18 hal ini terdapat dalam Undang-undang No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan khususnya pasal 7 ayat (1) dan (2).20 b. Pendekatan Normatif yaitu pendekatan penelitian terhadap suatu masalah yang didasarkan atas hukum Islam, baik berasal dari nash AlQur’an atau Al hadis dan kaidah-kaidah usul fiqih serta pendapat para ulama yang berkaitan masalah dispensasi nikah.21 Dengan memakai pendekatan di atas, maka penilaian terhadap perkara pertimbangan hakim dalam penetapan dispensasi nikah di Pengadilan Agama Wates dengan menggunakan pengetahuan tentang dispensasi nikah yang telah ada, serta dengan teori maslahah yang berkaitan dengan hal tersebut, sehingga diketahui apakah penetapan dispensasi nikah di Pengadilan Agama Wates itu sesuai dengan hukum Islam dan Hukum Positif. 5. Analisis Data Analisis data merupakan usaha untuk menginterpretasikan data yang telah diperoleh. Penyusun menganalisis dengan dua metode yaitu deduktif dan indiktuf. Deduktif ialah hal umum menuju hal khusus, yaitu dengan cara berfikir yang berangkat dari teori atau kaidah yang ada. Induktif ialah hal- 20 Soejono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, cet III. (Jakarta: UII-Pres, 1986), hlm. 10. 21 Ibid., 19 hal yang bersifat khusus menuju hal-hal yang bersifat umum. Cara berfikir yang berangkat dari fakta-fakta khusus dan peristiwa-peristiwa yang konkret kemudian digeneralisasikan.22 Pada penelitian ini penyusun menganalisis perkara penetapan dispensasi nikah No. 27/PDT.P/2014/PA.Wt, kemudian ditarik pada kesimpulan umum. Suatu perkawinan merupakan hal yang lazim dilakukan, namun karena umur calon pasangan yang belum mencukupi batasan umur yang telah ditentukan maka untuk melangsungkan pernikahan tersebut harus memperoleh penetapan dispensasi nikah oleh Pengadilan Agama. G. Sistematika Pembahasan Sebagai usaha untuk mempermudah dan mengarahkan skripsi ini penyusun membuat sistematika pembahasan sebagai berikut : Bab pertama yang merupakan pendahuluan berisi tentang pemaparan garis besar isi penelitian. Latar belakang masalah, pokok masalah, tujuan dan kegunaan penelitian. Telaah pustaka, kerangka teoritik, metode penelitian dan sistematika. 22 Ibid 20 Bab kedua gambaran umum tentang perkawinan, Hukum Perkawinan dan dispensasi nikah. Dalam bab ini meliputi pengetian dan dasar hukum perkawinan, rukun dan syarat syarat perkawinan, tujuan dan hikmah perkawianan.Sub bab selanjutnya tentang hukum perkawinan yang terdiri dari hadis dan ayat tentang kedewasaan, pendapat para ulama. Bab ini membahas tentang dispensasi nikah yang terdiri dari pengertian dan dasar hukum dispensasi nikah, serta batasan usia perkawinan, batas usia menikah dalam pandangan hukum islam dan batas usia dalam pandangan Undang-Undang. Bab ketiga membahas tentang penetapan dispensasi nikah di Pengadilan Agama Wates. Bab ini membahas secara khusus tentang gambaran dalam penetapan dispensasi nikah. Bab keempat merupakan pembahasan yang berisi tentang analisis data yang telah didapat, yaitu berisi tentang analisis dasar pertimbangan hakim dalam menetapkan permohonan Dispensasi Nikah. Tinjauan hukum islam dan hukum positif terhadap pertimbangan hakim dalam penetapan dispensasi nikah No. 27/PDT.P/2014/PA.Wt . Bab kelima berisi tentang Penutup, yang terdiri dari kesimpulan pembahasan skripsi dan saran-saran yang berkaitan dengan permasalahan yang dibahas dalam skripsi ini. BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan kajian dan pembahasan yang penyusun lakukan pada bab terdahulu maka kesimpulan yang didapatkan adalah sebagai berikut : 1. Dasar hukum dalam menetapkan dispensasi nikah adalah berdasarkan pada ketentuan Pasal 6 dan 7 UU No. 1 tahun 1974 tentang Perkawinan. Dalam pasal tersebut disebutkan bahwa perkawinan hanya diizinkan jika pihak pria sudah mencapai umur 19 Tahun dan pihak wanita 16 tahun. Apabila terjadi penyimpangan dalam hal tersebut dapat meminta dispensasi kepada Pengadilan atau pejabat lain yang ditunjuk oleh kedua orang tua pihak pria maupun wanita. Selain itu pertimbangan Hakim lainnya dalam menetapkan dispensasi nikah adalah demi kemaslahatan semua pihak serta keluarganya dan masyarakat umumnya. Alasan yang melatarbelakangi para pihak mengajukan permohonan dispensasi nikah di Pengadilan Agama Wates adalah dikarenakan: a. Mayoritas calon mempelai perempuan telah hamil di luar nikah. Selain alasan itu, kekhawatiran berbuat zina dan adanya kesanggupan kedua calon mempelai untuk melangsungkan perkawinan juga menjadi alasan yang disampaikan oleh para pemohon. 69 70 b. Kesadaran pihak laki-laki untuk menikahi wanita yang dihamilinya merupakan bentuk tanggung jawab terhadap perbuatan yang telah dilakukannya. c. Pihak kedua mempelai tidak ada larangan untuk melangsungkan pernikahan. Hal ini sesuai dengan pasal 8,9,10, UU No. 1 Tahun 1974 Jo Pasal 39-44 Kompilasi Hukum Islam yang menyebutkantentang larangan menikah. 2. Tinjauan hukum islam terhadap pertimbangan hakim dalam memberikan dispensasi nikah: a. Secara angka batas usia minimal bagi seseorang untuk melangsungkan pernikahan antara Undang-undang Perkawinan dan Hukum Islam secra umum berbeda. Dalam UUP, batas usia minimal untuk melangsungkan perkawinan adalah anak laki-laki telah mencapai usia 19 tahun dan wanita telah mencapai 16 tahun. Sementara dalam hukum islam, khususnya madzab Syafi’i sama sekali tidak ditentukan mengenai batas minimal usia nikah, karena yang penting sudah mencapai usia balighdan tamyiz. Maka, dalam hukum Islam, diperbolehkan pernikahan dini asalkan sudah memenuhi persyaratan dan rukun nikah. b. Dalam ajaran Islam acuan yang digunakan dalam perkawinan usia muda ini adalah sejarah perkawinan antara Nabi Muhammad SAW dan Aisyah dimana pada waktu itu Aisyah masih anak-anak. Dari sini timbul 71 pandangan bahwa menikah dlam usia muda tidak menjadi permaslahan dari sudut agama. c. Penetapan dispensasi nikah akan lebih mendatangkan kemaslahatan bagi kedua calon mempelai dan terhindar dari perbuatan zina yang dilarang Agama. B. Saran-saran 1. Kepada Majelis Hakim Pengadilan Agama Wates agar lebih selektif dalam menangani permohonan nikah. Dampak menikah di bawah umur hendaknya ditempatkan secara sejajar dengan dampak perzinaan sebagai bahan pertimbangan. Kedewasaan psikologis calon mempelai juga harus dipertimbangkan. 2. Peran orang tua terhadap anak harus lebih ditingkatkan, guna menghindari anak dari pergaulan bebas di kalangan remaja yang menyebabkan kehamilan di luar nikah. 3. Pendidikan keagamaan harus ditanamkan sejak dini dalam kehidupan keluarga. Dengan berbekal pengetahuan agama yang cukup diharapkan dapat menjadi tameng terhadap pergaulan bebas yang berdampak pada kebebasan perilaku seksual di luar nikah. 4. Penyuluhan kesehatan tentang pengaruh pernikahan di bawah umur terutama terhadap kesehatan reproduksi wanita apabila melahirkan dalam usia relative sangat muda. DAFTAR PUSTAKA A. Al Qur’an/Tafsir Departemen Agama, Al –Jumānatul „ali Al-Qur‟an dan Terjemahannya, Jakarta: CV Penerbit J-Art, 2005). Sayid Riddā, Rasyid, As-, Tafsir al Manār, (Mesir: al-Manar, 1325H), IV:387. B. Kelompok Hadist Bukhari, Abi „Abdillah Muhammad Ibn Isma‟il, Al-, Sahih al-Bukhari, (Beirut: Dar al-Fikr, t.t.), VI: 134, “Kitab an-Nikah”, Bab Tajwijul alAb‟ibabatuhu minal imam, hadis diriwayatkan oleh Imam Bukhari dari „Aisyah. Khaulani, Muhammad Ibnu Isma‟il, Al-, Subul as-Salam, Kitab al-Qada, (Semarang: Toha Putera, tt), IV: 17, Hadis Shahih, Riwayat Muttafaqun „Alaihi dari „Amr Ibnu Ash. Zuhaili, Wahbah, Az-, al-Fiqh al-Islamiya-Adilatuhu, (ttp: Dar al-Fikr), tt. C. Kelompok Fiqh/Ushul Fiqh Abdurahman, Asjmuni, Metode Penetapan Hukum islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1976). Amin, Hendra Fahrudi, “Pertimbangan Hukum Dispensasi Nikah oleh Hakim Pengadilan Agama Yogyakarta Bagi Pasangan Usia Dini tahun 20072009”, Skripsi tidak diterbitkan, Fakultas Syari‟ah, UIN Sunan Kalijaga (2010). Arto, Mukti, Praktek Perkara Perdata pada Pengadilan Agama, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1996), Baihaqi, Ahmad Rafi, Membangun syurga Rumah Tangga, (Surabaya: Gita Media Press, 2006). Fathoni, Ade Firman, “Pertimbangan Hakim dalam memberikan Dispensasi Perkawinan di Bawah Umur (Studi Di Pengadialan Agama Wonosari 72 73 tahun 2000-2002).” Skripsi tidak diterbitkan, Fakultas Syari‟ah IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta (2004). Fitriyah, Aniyatul, “Tinjauan Maslahah terhadap pertimbangan hakim dalam menyelesaikan perkara Dispensasi Nikah (Studi Terhadap Penetapan Pengadilan Yogyakarta tahun 2006)”, Skripsi tidak diterbitkan, Fakultas Syari‟ah, UIN Sunan Kalijaga (2008). Hawa, Syamsa, Siap-siap Nikah, cet. 1 (Bandung: Lingkar Pena, 2007). Khalāf, Abdul Wabāb, Ilm Usūl al-Fiqh (t.tp: Dar al-qalam, 1987). Muhdlor, A. Zuhdi, Memahami Hukum Perkawinan (Nikah, Talak, Cerai, Rujuk), cet ke-2 (Bandung: Al-Bayan, 1995). Mujieb, Abdul, Kamus Istilah Fiqih, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1994). Mustafa, al-Khin, Fiqih Syafi‟I Sistematis, (Semarang: CV. Asy-Syifa‟, 1992). Muzdhar, M. Atho‟ dan Khairuddin Nasution (ed.), Hukum Keluarga di Dunia Islam Modern, cet. Ke-1 (Jakarta: Ciputat Press, 2003). Nasihah, Siti Thoyibatun, “Dispensasi Nikah (Tinjauan Hukum Islam terhadap Penetapan hakim Pengadilan Agama Kediri pada perkara No. 15/PDT.P/2009/PA.KDR)”, Skripsi tidak diterbitkan, Fakultas Syari‟ah, UIN Sunan Kalijaga (2010). Nasution, Khoiruddin, Hukum Perkawinan I, (Yogyakarta : Academia + Tazzafa, 2005). Qadir Audah, Abdul, At-Tasyri‟ al-Jina‟I al-Islami, (Kairo: Dar al-Urubah, 1963), I:603. Rahman, Abdul, Perkawinan dalam Syariat Islam, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1966). Rahman, Asmuni A., Qaidah-Qaidah Fiqh (Jakarta: Bulan Bintang, 1973). Rasyid, Roihan A. Hukum Acara Peradilan Agama (Edisi Baru), (Jakarta: Rajawali Pres, 1991). Rifai, Ahmad , Penemuan Hukum Oleh Hakim Dalam Persfektif Hukum Progresif, (Jakarta: Sinar Grafika, 2011). 74 Rizkia, Fina Mirzana, “Dispensasi Kawin Yang Diajukan Oleh Calon Mempelai Wanita (Studi Penetapan No. 0035/Pdt.P/2011/PA.Mkd),” skripsi tidak diterbitkan, Fakultas Syariah IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta (2001). Rofiq, Ahmad, Hukum Islam di Indonesia, cet. ke-2 (Jakarta: Raja Grafindo, 1997). Rohayah, “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Dispensasi Kawin Karena Hamil Di Luar Nikah (Studi Terhadap Penetapan Pengadilan Agama Yogyakarta Perkara Nomor 0030/Pdt.P/2011/PA.Yk)”, skripsi stara satu Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta (2012). Rosyadi, Rahmat, Problema Sex Kehamilan dan Melahirkan, (Bandung: Angkasa, 1993). Salam, Abdul, “Pertimbangan Hakim dalam Memberikan Dispensasi Perkawinan dibawah Umur (Studi Kasus di Pengadilan Indramayu dari tahun 2000-2002)”, Skripsi tidak diterbitkan, fakultas Syari‟ah Uin Sunan Kalijaga, (2004). Shaleh, M. Asrorum Ni‟am, “Pernikahan Usia Dini Perspektif Fikih Munakahah” dalam Ijma‟ Ulama” (Majelis Ulama Indonesia), 2009. Soemiyati, Hukum Perkawinan Islam dan Undang-undang Perkawinan (UU No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan) cet ke-5 (Yogyakarta: Liberty, 2004). Suma, Muhammad Amin, Hukum Keluarga Islam di Dunia Islam, (Jakarta: Rajawali Press, 2004). Usman, Rachmadi, Aspek-aspek hukum Perorangan dan Kekeluargaan di Indonesia, (Jakarta: Sinar Grafika, 2006). Uwaidah, Syaikh Kamil Muhammad, Fiqih Wanita, diterjemahkan oleh M. Abdul Ghoffar (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 1998). Yanggo, Cuzaimah T, dan Hafiz Anshary (ed), Problematika Hukum Islam Kontemporer. Zaidan, Abdul Karim, Al-Wajiz 100 Kaidah Fikih Dalam Kehidupan Seharihari, alih bahasa Muhyidin Mas Rida. 75 Zuhdi, Masjfuk, Pengantar Hukum Syariah, (Jakarta: CV Haji Masagung, 1987). D. Kelompok Undang-Undang Kompilasi Hukum Islam, Pasal 2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan. Undang-undang Nomor 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman (Jakarta: Tamita Utama, 2004). Undang-undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2006 tentang Perubahan atas UU No.7 tentang Peradilan Agama. E. Lain-lain Amirudin dan Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2004). Hadi, Sutrisno, Metodelogi Research, disadur oleh Sugiyono (Bandung: Alfabeta, 2007). Http://hakamabbas.blogspot.com/2014/02/batas-umur-perkawinan-menuruthukum.html, diakses 8 Maret 2015, pukul 13.00 WIB. http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4337/1/NURMILA H%20SARI-FSH.pdf, diakses 31 Maret 2015, pukul 14.00 WIB. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Kamus Pusat Pembinaan Pengembangan Bahasa, (Jakarta: Balai Pustaka, 1989). dan Soekanto, Soejono, Pengantar Penelitian Hukum, cet III. (Jakarta: UII-Pres, 1986). Staatsblaad 1933 No. 74 jo 36-607 jo LN. 1946 No. 136 tentang Ordinansi Perkawinan Indonesia Kristen (Huwelijks Ordinanntie Cristen Indonesiers), pasal 40 ayat (1,2). www.pa-wates.net, akses 22 Maret 2015.