pengaruh lama fermentasi dan derajat keasaman terhadap

advertisement
PENGARUH LAMA FERMENTASI DAN DERAJAT KEASAMAN
TERHADAP MUTU FISIK NATA DE PINA
KARYA TULIS ILMIAH
OLEH
DWI SURANTININGSIH WIJIANA
NIM 07.006
AKADEMI ANALIS FARMASI DAN MAKANAN
PUTRA INDONESIA MALANG
AGUSTUS 2010
PENGARUH LAMA FERMENTASI DAN PH
TERHADAP MUTU FISIK NATA DE PINA
KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan kepada
Akademi Farmasi dan Makanan Putra Indonesia Malang
Untuk memenuhi salah satu persyratan
Dalam menyelesaikan program D3
bidang Analis Farmasi dan Makanan
OLEH
DWI SURANTININGSIH WIJIANA
NIM 07.001
AKADEMI ANALIS FARMASI DAN MAKANAN
PUTRA INDONESIA MALANG
JULI 2010
Lembar Persembahan
Thank’s to JESUS CHRISH yang telah memberikan kekuatan, kesabaran,
dan semangat sehingga karya tulis ini dapat terselesaikan dengan baik.
Ku persembahkan untuk
Paa Maa n’ My bRoTheR….maKasih bangeT kalian seLalu membeRikan
semangaT, naSehaT n’ Doa.
To my honey R. Risfendy NERRE thank’s udah memberi semangat,
doa, kasih sayang dan perhatian padaku LopHe U.
My best Friends makasih telah membantuku dan mau mendengarkan keluh
kesahku selama mengerjakan KTI ini. Tiga tahun sudah kita lalui bersama
dengan cepat dalam suka maupun duka jangan pernah lupakan walaupun
kita akan jauh.
Thank’s to temen- temen kostku eneng Bertin, Anas, Loly, Ayu, Okta,
Angel, DJ n’ semuaX.
Pak Sentot terima kasih atas bimbingannya selama KTI.
Ibu dan Bapak dosen AKAFARMA dan AKFAR serta staf laboratorium
makasih banyak atas bantuannya.
Teman – teman seangkatan AKAFARMA dan AKFAR tahun 06 – 07 – 08 I
miss U all, jangan pernah lupakan klo kita pernah bersama – sama sukses
phull kepompong.
GOD WITH U all……
Dwie
Karya Tulis Ilmiah
Oleh DWI SURANTININGSIH WIJIANA
Telah diperiksa dan disetujui untuk diujikan
Pembimbing,
Drs. Sentot Joko Raharjo, Ssi
Karya Tulis Ilmiah
Oleh DWI SURANTININGSIH WIJIANA
Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji
Pada tanggal 19 Agustus 2010
Dewan Penguji
Drs. Sentot Raharjo S.Si,
Penguji I
Endang Susilowati,S.Si.,Apt
Penguji II
Yudi Purnomo, S.Si., Apt.,M.Kes
Penguji III
Mengetahui
Mengesahkan,
Pembantu Direktur
Direktur AKAFARMA
Bidang Akademi
AKAFARMA
Drs. Sentot Raharjo S.Si,
Hendik Krisna D, S.Si
ABSTRAK
Surantiningsih, Wijiana Dwi .2010. Pengaruh Lama Fermentasi dan pH terhadap
Karakteristik nata de Pina. Karya Tulis Ilmiah. Akademi Analis
Farmasi dan Makanan Putra Indonesia Malang. Pembimbing Drs.
Sentot Joko Raharjo.
Kata kunci : pembuatan nata de pina, perbedaan lama fermentasi dan pH, karakteristik
nata de pina
Buah nanas merupakan jenis buah musiman, pada waktu musim panen banyak
buah nanas yang menumpuk dipasar. Buah nanas juga termasuk komoditas buah yang
rentan terhadap benturan sehingga buah yang mudah rusak, susut, dan cepat busuk.
Selain itu, bagi yang alergi mengosumsi nanas dapat menyebabakan gatal pada lidah.
Oleh karena itu, setelah panen diperlukan penanganan pasca panen. Salah satunya
dengan pengolahan yang tahan lama dan praktis, serta bagi siapapun yang
membutuhkan buah nanas tidak tergantung pada musimnya. Pemanfaatan untuk
mengurangi dampak seperti di atas yaitu mengolah menjadi produk nanas fermentasi
yang disebut nata. Faktor – faktor yang mempengaruhi proses fermentasi antara lain
substrat dari nanas, pH, konsentrasi stater, suhu, dan lama proses fermentasi. Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh lama fermentasi 7 hari, 14 hari, dan 21 hari
serta pH nata de pina dikondisikan pada pH 3, 4 ,dan 5 terhadap mutu fisik (bobot,
kadar serat, kekenyalan nata de pina). Manfaat dalam penelitian ini adalah untuk
memberikan informasi tentang lama fermentasi dan pH dalam pembuatan nata de pina.
PH dan lama fermentasi dalam uji organoleptis tidak mempengaruhi sifat
organoleptis.
Berdasarkan hasil penelitian dan pengujian pengaruh lama fermentasi dan pH
terhadap karakteristik organoleptis nata de pina mendapat hasil yang berwarna putih,
kenyal dan bau khas nanas. Pada uji bobot mendapatkan bobot optimal 430g pada lama
fermentasi 14 hari dengan pH 4,kemudian uji kadar serat mendapatkan hasil yang
optimal sebesar 3.97% dan hasil uji kekenyalan yang optimal pada lama fermentasi 14
hari dengan pH 4 sebesar 29.6 N .
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan YME yang telah melimpahkan rahmatnya sehingga
penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul ”Pengaruh Lama
Fermentasi dan Derajat Keasaman terhadap Mutu Fisik Nata De Pina.” Ini tepat
waktu.
Adapun tujuan penulisan Karya Tulis ILmiah ini adalah sebagai persyaratan
untuk menyelesaikan program akhir D III di Akademi Analis Farmasi dan Makanan
Putra Indonesia Malang.
Sehubung dengan terselesainya penulisan Karya Ilmiah ini, saya mengucapkan
terima kasih kepada pihak – pihak, yaitu:
1. Bapak Drs. Sentot Raharjo S.si, selaku Direktur Akademi Analis Farmasi dan
Makanan dan juga selaku dosen pembimbing
2. Bapak Hendik selaku pembantu Direktur Akademik Akademi Analis Farmasi dan
Makanan
3. Ibu Endang Susilowati S.Si., Apt., selaku Dewan Penguji II
4. Bapak Yudi Purnomo S.Si.,Apt., MKes., selaku Dewan Penguji III
5. Bapak dan Ibu Dosen Akademi Analis Farmasi dan Makanan beserta staf.
6. Kedua orang tuaku dan adikku yang memberikan doa dan motifasi.
7. Teman – teman dan semua pihak yang langsung maupun tidak langsung yang telah
memberi bimbingan, bantuan serta arahan kepada penulis.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa Karya Tulis Ilmiah ini masih mempunyai
kekurangan. Oleh karena itu kritik dan saran akan sangat diharapkan.
Semoga karya Tulis ini dapat berguna dan bermanfaat.
Malang, Agustus 2010
Penulis
DAFTAR ISI
ABSTRAK ................................................................................................... i
DAFTAR ISI ............................................................................................... ii
DAFTAR TABEL ....................................................................................... iii
KATA PENGANTAR .................................................................................
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1
1.1
Latar Belakang ......................................................................... 1
1.2
Rumusan Masalah..................................................................... 3
1.3
Tujuan Penelitian ..................................................................... 4
1.4
Manfaat Penelitian ................................................................... 4
1.5
Asumsi Penelitian ..................................................................... 5
1.6
Ruang Lingkup dan Keterbatasn Penelitian .............................. 5
1.7
Definisi Istilah .......................................................................... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Kajian Umum Nanas ................................................................. 7
2.2
Komposisi Kimia Nanas ........................................................... 8
2.3
Nata .......................................................................................... 9
2.4
Cara Pembuatan Nata de Pina................................................... 9
2.5
Biosintesa Selulosa ................................................................... 11
2.6
Bakteri ..................................................................................... 12
2.7
Bakteri Pembentuk Nata ........................................................... 17
2.8
Faktor – faktor yang Mempengaruhi Fermentasi ....................... 20
2.9
Kerangka Teori ........................................................................ 22
BAB III METODE PENELITIAN
3.1
Rancangan Penelitian ................................................................ 26
3.2
Populasi dan sampel ................................................................. 27
3.3
Lokasi dan waktu penelitian ...................................................... 27
3.4
Instrumen Penelitian ................................................................. 27
3.5
Definisi Operasional Variabel ................................................... 28
3.6
Pengumpulan Data .................................................................... 30
3.7
Analisa Data ............................................................................. 33
BAB VI HASIL PENELITIAAN
4.1
Uji Organoleptis ....................................................................... 34
4.2
Uji Mutu Fisik Bobot ............................................................... 35
4.3
Uji Kadar Serat Metode Acid Alkali Disgestion ........................ 36
4.4
Uji Kekenyalan ......................................................................... 37
BAB V PEMBAHASAN ............................................................................. 38
BAB VI PENUTUP
6.1
Kesimpulan .............................................................................. 43
6.2
Saran ........................................................................................ 44
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 45
LAMPIRAN – LAMPIRAN ....................................................................... 46
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Kandungan Gizi nata …………………………………………… 8
Tabel 3.1 Definisi Operasional…………………………………………….. 29
Tabel 3.2 Formula Pembuatan Nata de Pina………………………………….. 30
Tabel 4.1 Uji Organoleptis………………………………………………… 34
Tabel 4.2 Uji Bobot ………………………………………………………. 35
Tabel 4.3 Uji Kadar Serat …………………………………………………. 36
Tabel 4.4 Uji kekeknyalan ………………………………………………… 37
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Buah nanas (Ananas comosus (L) Merr) ini mempunyai penampilan yang
buruk, tetapi mengandung banyak nilai gizi antara lain memiliki kandungan air 90%.
Buah nanas mengandung vitamin (A dan C), kalsium, fosfor, magnesium, besi, natrium,
kalium, dekstrosa, sukrosa (gula tebu), dan enzim bromealin. Enzim Bromelain
berkhasiat sebagai antiradang, membantu melunakkan makanan di lambung,
mengganggu pertumbuhan sel kanker, menghambat agregasi platelet, dan mempunyai
aktivitas fibrinolitik. Kandungan seratnya dapat mempermudah buang air besar pada
penderita sembelit (konstipasi). Daun mengandung calsium oksalat dan pectic
substances., (Yongkikastanyaluthana,2009).
Buah nanas juga merupakan buah yang musiman, pada waktu musim panen
banyak buah nanas yang menumpuk dan buming dipasar. Nanas juga termasuk
komoditas buah ini juga rentan terhadap benturan, sehingga mudah rusak, susut, dan
cepat busuk. Selain itu, juga ada yang alergi mengosumsi nanas secara langsung dapat
menyebabakan gatal pada lidah. Oleh karena itu, diperlukan penanganan setelah pasca
panen. Nanas dapat diolah berupa makanan dan minuman, seperti selai, cocktail, sirup,
sari buah, keripik hingga manisan buah kering, tetapi olahan tersebut tidak bisa bertahan
lama. Dalam pembuatan ini digunakan alternatif untuk mengurangi dampak negatif,
antara lain terjadinya kebusukan pada buah, gatal pada lidah, dll.
Pemanfaatan sebagai nilai tambah dari buah nanas salah satu upaya untuk
mengurangi dampak seperti di atas salah satunya dengan pengolahan yang tahan lama
dan praktis serta bagi siapapun yang membutuhkan tidak tergantung pada musimnya
yaitu mengolah menjadi produk nanas fermentasi yang disebut nata. Nata yang terbuat
dari sari buah nanas biasanya disebut dengan nata de pina. Menurut Suhardiyono (1987
) nata adalah jenis makanan yang dibuat dengan cara memfermentasi sari nanas dengan
bantuan Acetobacter xylinum, dan makanan ini sering dihidangkan bersama – sama
buah – buahan pencuci mulut dan pencampuran fruit coctail.
Nata dihasilkan dari proses fermentasi pada substrat yang mengandung gula dan
nitrogen pada pH yang sesuai dengan perkembangan Acetobacter xylinum yaitu pH
sberkisar antara 4 - 4,5 (Pambayun,2002). Sukrosa merupakan senyawa yang paling
ekonomis digunakan dan paling baik bagi pertumbuhan serta perkembangbiakan bakteri
pembentuk nata (Pambayun, 2002). Suhu
kamar sangat diperlukan dalam proses
fermentasi. Pembentuk nata terjadi karena proses pengambilan glukosa dari larutan gula
ataupun medium mengandung glukosa oleh sel – sel Acetobakter xylinum. Kemudian
glukosa tersebut digabungkan dengan asam lemak membentuk perkusor (penciri nata)
pada membrane sel (Thimann(1962): dalam Palungkung).
Selulosa merupakan rantai – rantai atau myofibril, dari D – glukosa sebanyak
14.000 satuan yang terdapat sebagai berkas berkas terpuntir mirip tali yang terikat satu
sama lain oleh ikatan Hidrogen. Suatu molekul tunggal selulosa merupakan polimer
luris dari β – 1,4 – D – glukosa. Fesenden dan Fesenden (1989).
Faktor – faktor yang mempengaruhi proses fermentasi antara lain substrat dari
nanas sendiri, pH, konsentrasi stater, suhu, dan lama proses fermentasi. Begitu pula
pada proses pembuatan nata dari sari nanas ini diperlukan medium yang cocok untuk
pertumbuhan bakteri Acetobacter xylinum, di dalam sari buah nanas banyak mengadung
gula. Gula tersebut diubah menjadi asam asetat dan benang – benang selulosa yang lama
kelamaan akan membentuk suatu massa yang akan mencapai beberapa centi.
Untuk mendapatkan hasil nata yang baik dan lebih tebal dibutuhkan komponen
yang cukup berperan sebagai nutrisi untuk medium fermentasi yang berupa sukrosa
maupun glukosa pada konsentrasi 10 % (Lupuz dkk 1967). Pada komponen itu tersedian
dan berpotensi sebagai sumber nutrien Acetobakter xylinum. Konsentrasi stater 10%
merupakan konsentrasi optimum dalam pembuatan nata (Agus, 1996 ). Konsentrasi pH
merupakan factor penting karena tiap mikroorganisme mempunyai pH optimal.
Lamanya fermentasi juga merupakan indicator dalam pembuatana nata de pina.
Oleh karena itu peneliti ingin meneliti bagaimana
pengaruh pH dan lama
fermentasi nata de pina untuk menghasilkan nata de pina yang bermutu baik.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian
adalah bagaimanakah pengaruh lama fermentasi dan derajat keasaman dalam
pembuatan nata de pina terhadap karakteristik dan mutu fisik nata de pina
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan umum
Mengetahui pengaruh lama fermentasi dan derajat keasaman terhadap mutu
fisik nata de pina.
1.3.2 Tujuan Khusus
Tujuan khusus dalam penelitian ini sebagai berikut
1.3.2.1 Untuk mengetahui pengaruh pH dan lama fermentasi yang berbeda terhadap
karakteristik organoleptis nata de pina
1.3.2.2 Untuk mengetahui pengaruh pH dan lama fermentasi yang berbeda terhadap
mutu uji bobot tuntas nata de pina
1.3.2.3 Untuk mengetahui pengaruh pH dan lama fermentasi yang berbeda terhadap
mutu uji kadar serat nata de pina
1.3.2.4 Untuk mengetahui pengaruh pH dan lama y ang berbeda fermentasi terhadap
mutu uji kekenyalan nata de pina
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.4.1 Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang
lama
fermentasi dan pH optimal, sehingga didapat produksi nata de pina yang
bermutu baik.
1.4.2 Sebagai referensi untuk melakukan penelitian selanjutnya.
1.5 Asumsi Penelitian
Asumsi penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.5.1 Dalam proses pembuatan nata de pina nanas yang digunakan mengandung
sukrosa, Sukrosa yang ada dalam buah nanas dapat digunakan dalam proses
fermentasi pembuatan nata de pina.
1.5.2 Lama fermentasi dan pH menentukan mutu fisik dan kimia nata de pina.
1.6 Lingkup dan Keterbatasan Peneliti
Ruang lingkup pembuatan nata de pina dengan menggunakan nanas segar yang
dibudidayakan di kota Blitar. Dengan menggunakan Acetobakter xylinum dibuat
konsentrasi ketetapan.
Keterbatasan penelitian ini adalah proses pembuatan nata de pina dengan
memvariasi pH dan lama fermentasi yang optimal. Dimana suhu
inkubasi dalam
fermentasi ini disuhu ruangan antara 28 - 300 C. Variasi pH dalam pembuatan nata de
pina ini adalah 3, 4, dan 5 sedangkan lama fermentasi antara 7 hari, 14 hari, dan 21
hari.
1.7 Definisi Istilah
Definisi istilah dalam penelitian ini sebagai berikut :
1.7.1 Karakteristik adalah sifat khas yang dimiliki suatu sediaan nata de pina yang
berbentuk padat, kenyal, berwarna putih, dan mengandung banyak serat serta
berkualitas dan memenuhi standart SNI.
1.7.2 Starter adalah suatu katalisator dalam pembuatan nata.
1.7.3 Acetobacter xylinum ini termasuk kelompok bakteri asam asetat (aceto: asetat,
bacter:bakteri). Bakteri ini akan menghasilkan asam cuka atau asam asetat dan
padatan putih.
1.7.4 Nata de pina adalah hasil fermentasi sari nanas dengan bantuan mikroba
Acetobacter xylinum.
1.7.5 Selulosa merupakan senyawa seperti, liat, tidak larut dalam air dan ditemukan
didinding sel pelindung tumbuhan pada tangkai, batang, dahan dan semua kayu
dari bagian tumbuhan (Lehninger, 1993)
1.7.6 pH adalah derajat keasaman yang dinilai ditentukan – Log (H+)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kajian Umum Nanas
Nanas merupakan tanaman buah berupa semak yang memiliki nama ilmiah
Ananas comosus. Memiliki nama daerah danas (Sunda) dan neneh (Sumatera). Dalam
bahasa Inggris disebut pineapple dan orang-orang Spanyol menyebutnya pina. Nanas
berasal dari Brasilia (Amerika Selatan) yang telah di domestikasi disana sebelum masa
Colombus. Pada abad ke-16 orang Spanyol membawa nanas ini ke Filipina dan
Semenanjung Malaysia, mauk ke Indonesia pada abad ke-15, (1599).Di Indonesia pada
mulanya hanya sebagai tanaman pekarangan, dan meluasdikebunkan di lahan kering
(tegalan) di seluruh wilayah nusantara. Tanaman ini kini dipelihara di daerah tropik dan
sub tropic.
2.1.1 Klasifikasi:
Kingdom
: Plantae (tumbuh-tumbuhan)
Divisi
: Spermatophyta (tumbuhan berbiji)
Kelas
: Angiospermae (berbiji tertutup)
Ordo
: Farinosae (Bromeliales)
Famili
: Bromiliaceae
Genus
: Ananas
Species
: Ananas comosus (L) Merr
Kerabat dekat spesies nanas cukup banyak, terutama nanas liar yang biasa
dijadikan tanaman hias, misalnya A. braceteatus (Lindl) Schultes, A. Fritzmuelleri, A.
erectifolius L.B. Smith, dan A. ananassoides (Bak) L.B. Smith. Berdasarkan habitus
tanaman, terutama bentuk daun dan buah dikenal 4 jenis golongan nanas, yaitu : Cayene
(daun halus, tidak berduri, buah besar), Queen (daun pendek berduri tajam, buah
lonjong mirip kerucut), Spanyol/Spanish (daun panjang kecil, berduri halus sampai
kasar, buah bulat dengan mata datar) dan Abacaxi (daun panjang berduri kasar, buah
silindris atau seperti piramida). Varietas cultivar nanas yang banyak ditanam di
Indonesia adalah golongan Cayene dan Queen. Golongan Spanish dikembangkan di
kepulauan India Barat, Puerte Rico, Mexico dan Malaysia. Golongan Abacaxi banyak
ditanam di Brazilia. Dewasa ini ragam varietas/cultivar nanas yang dikategorikan
unggul adalah nanas Bogor, Subang dan Palembang.
2.1 Komposisi Kimia Nanas
2.1.1 Kandungan Gizi Nanas per 100 gram adalah:
Nutrisi Nanas
Bobot
Water
87.24 g
Protein
0.55 g
Lemak
0.13 g
Karbohidrat
11.82 g
Protein
0.55 g
Vit C
16.9 mg
Gula
8.25 g
Mg
12 mg
Ca
13 mg
Bagian yang
53%
dimakan
( Wulan , 2009)
2.2
Nata
Nata adalah jenis makanan yang banyak dibuat difilipina, dengan cara
memfermentasi air kelapa atau sari buah. Nata berasal dari kata Spayol yang dalam
bahasa Inggris berarti cream (Suharyono, 1987). Sedang menurut Dimaguila (1963)
dalam Setyamijaya (1991), nata sebenarnya adalah bacterial cellulose hasil sintesa dari
gula oleh bakteri pembentuk nata, yaitu Acetobacter xylinum.
Definisi nata menurut Susanto (1994) adalah sesuatu zat yang menyerupai gel,
tidak larut dalam air dan terbentuk pada permukaan media fermentasi air kelapa dan
beberapa sari buah.
Nilai gizi makanan ini rendah kalori, kandungan terbesarnya adalah air yang
mencapai 98%. Oleh karena itu produk ini dipakai sebagai sumber makanan rendah
kalori.
2.3
Cara Pembuatan Nata de Pina
2.3.1 Alat dan bahan yang digunakan sebagai berikut:
2.3.1.1 Bahan yang digunakan dalam pembuatan nata de pina sebagai berikut:
Nanas segar
Gula pasir
Asam cuka
Ammonium sulfat
Cairan starter Acetobacter xylinum
2.3.1.2 Alat yang digunakan dalam pembuatan nata de pina sebagai berikut:
Pisau
Telenan
Juicer / blender
Kompor
Kain saring
Pengaduk
Nampan
Gelas ukur
Kertas coklat/ Koran
Tali
2.3.2 Adapun cara Pembuatan dari nata de pina sebagai berikut :
Nanas segar yang sudah dibersihkan dan dipotong – potong kemudian
dihaluskan dan dipanaskan selama ± 15 menit kemudian saring
Hasil saringan ditambah gula 10 gram per liter dan sebagai alternatif bisa
ditambahkan Ammonium Phospat 10 gram per 5 liter untuk memperkaya
kandungan nitrogen dalam media, kemudian dididihkan lagi.
Setelah mendidih biarkan 10 menit dan ditambah asam cuka sebanyak 30 ml per
liter atau pH 4, 4.5, dan 5 kemudian dimasukkan ke dalam nampan plastik yang
sudah distrilkan dengan cara dijemur atau dicuci dengan alkohol dan ditutup
dengan kertas koran yang sudah disterilkan dengan cara diseterika atau dioven
dan diikat sampai rapat. Untuk starter / bibit nata dimasukkan ke dalam botol
yang sudah disterilkan.
Setelah dingin atau 7 – 8 jam, cairan stater dimasukkan ke dalam nampan atau
botol sebanyak 10 – 15 % dan ditutup kembali. Biarkan selama 7 hari, 14 hari,
dan 21 hari (fermentasi), setelah terjadi penggumpalan dinamakan pelikel
dipotong-potong kecil, ditiriskan dan direndam dalam selama 2 – 3 hari untuk
menghilangkan asamnya. Selama perendaman air sering diganti.
Potongan pelikel (nata) direbus selama 30 menit lalu ditiriskan.(menon aktifkan
stater)
(Inspirasi Uasaha Membuat Nata: 2009)
2.4
Biosintesa Selulosa
Selulosa merupakan senyawa seperti, liat,tidak larut dalam air dan ditemukan
didinding sel pelindung tumbuhan pada tangkai, batang, dahan dan semua kayu dari
bagian tumbuhan (Lehninger, 1993).
Menurut Fesenden dan Fesenden (1989), selulosa merupakan rantai – rantai
atau myofibril, dari D – glukosa sebanyak 14.000 satuan yang terdapat sebagai berkas
berkas terpuntir mirip tali yang terikat satu sama lain oleh ikatan Hidrogen. Suatu
molekul tunggal selulosa merupakan polimer luris dari β – 1,4 – D – glukosa.
Selanjutnya Lehninger (1990), karena ikatan β – nya ini D – glukosa pada selulosa
membentuk konfirmasi yang melebar dan mengalami pengelompokan antar sisi menjadi
serat yang tidak larut.
2.5 Bakteri
2.5.1 Pengertian Bakteri
Menurut Prawirohartono (1991 : 701), bakteri adalah organisme tingkat rendah
yang amat kecil berbentuk batang atau sekrup dan lazim digolongkan dalam jamur
belah.
Bakteri, dari kata Latin bacterium (jamak, bacteria), adalah kelompok raksasa dari
organisme hidup. Mereka sangatlah kecil (mikroskopik) dan kebanyakan uniselular
(bersel tunggal), dengan struktur sel yang relatif sederhana tanpa nukleus/inti sel,
cytoskeleton, dan organel lain seperti mitokondria dan kloroplas. (Wikipedia bahasa
Indonesia, ensiklopedia bebas).
Bakteri adalah yang paling berkelimpahan dari semua organisme. Mereka tersebar
(berada di mana-mana) di tanah, air, dan sebagai simbiosis dari organisme lain. Banyak
patogen merupakan bakteri. Kebanyakan dari mereka kecil, biasanya hanya berukuran
0,5-5 μm, meski ada jenis dapat menjangkau 0,3 mm dalam diameter (Thiomargarita).
Mereka umumnya memiliki dinding sel, seperti sel hewan dan jamur, tetapi dengan
komposisi sangat berbeda (peptidoglikan).
Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa bakteri adalah suatu
makhluk hidup bersel tunggal dengan berbagai bentuk dan ukuran yang sangat kecil.
Dalam kehidupan manusia ada sebagian bakteri yang menguntungkan dan ada
pula yang merugikan. Bakteri yang menguntungkan seperti bakteri saprofit berfungsi
menguraikan tumbuhan atau hewan yang mati, serta sisa-sisa atau kotoran organisme,
bakteri nitrogen yaitu bakteri yang mampu mengikat nitrogen bebas dari udara dan
mengubahnya menjadi suatu senyawa yang dapat diserap oleh tumbuhan, bakteri
Entamoeba coli hidup di kolon (usus besar) manusia, berfungsi membantu membusukkan
sisa pencernaan juga menghasilkan vitamin B12, dan vitamin K yang penting dalam
proses pembekuan darah
serta bakteri fermentasi dan bakteri penghasil antibiotik.
Sedangkan bakteri yang merugikan seperti bakteri patogen yang merupakan kelompok
bakteri parasit yang menimbulkan penyakit pada makhluk hidup khususnya manusia.
Salah satu contoh bakteri yang merugikan adalah Staphylococcus aureus. Bakteri ini
merupakan bakteri penyebab penyakit infeksi seperti pneumonia, endokarditis,
meningitis, dan infeksi kulit ( jerawat, impetigo, eksema, furunkulosis).
Bakteri termasuk dalam golongan prokariotik, secara fisik memilki ukuran
beberapa mikron sehingga tidak dapat dilihat dengan mata telanjang. Berdasarkan
bentuk morfologinya bakteri dibagi atas tiga golongan yaitu golongan basil, kokus,
spiril. Walaupun bentuknya bermacam-macam, tetapi pada dasarnya strukturnya terdiri
atas dinding sel, membran sitoplasma, sitoplasma serta inti sel. (Tim Mikrobiologi
FKUB, 2003 : 15)
2.5.2 Pertumbuhan Bakteri
2.5.2.1 Pengertian Pertumbuhan
Pertumbuhan adalah peningkatan jumlah semua komponen dari suatu organisme
secara teratur.
2.5.2.2 Fase Pertumbuhan Bakteri
Dalam pertumbuhannya bakteri mengalami empat fase pertumbuhan yaitu :
1. Fase penyesuaian merupakan suatu masa saat sel-sel, yang kekurangan metabolit
dan enzim akibat keadaan yang tidak menguntungkan dalam pembiakan terdahulu,
menyesuaikan diri dengan lingkungannya yang baru. Enzim-enzim dan zat-zat
antara terbentuk dan terkumpul sampai mencapai konsentrasi yang memungkinkan
pertumbuhan dimulai lagi. Pada fase ini tidak ada pertambahan populasi. Sel
mengalami perubahan dalam komposisi kimiawi dan bertambah ukurannya.
2. Fase logaritma (log) adalah periode pembiakan yang cepat dan merupakan periode
pembiakan yang didalamnya biasanya teramati ciri khas sel-sel yang aktif. Selama
fase ini waktu generasi tetap tak berubah lagi setiap jenis, jika dibuat proyeksi
logaritma jumlah organisme terhadap waktu, fase log ini muncul sebagai garis lurus.
Pada fase ini sel membelah dengan laju yang konstan dan massa menjadi dua kali
lipat dengan laju sama.
3. Fase stasioner adalah keadaan biak menjadi tua dan mendekati populasi bakteri
maksimum yang dapat ditunjang medium, laju pembiakan berkurang dan beberapa
sel mati. Apabila laju pembiakan sama dengan laju kematian, jumlah keseluruan
bakteri akan tetap. Selain menyusutnya nutrien dalam medium, produk limbah
metabolisme cenderung untuk menumpuk dan mungkin menjadi racun bagi
organisme.
4. Fase penurunan atau kematian adalah keadaan bila laju kematian melampaui laju
pembiakan, banyaknya bakteri sebenarnya menurun. Pada fase kematian ini,
biasanya pembiakan berhenti. Pada jenis-jenis tertentu hal ini membutuhkan waktu
berminggu-minggu, berbulan-bulan bahkan lebih lama lagi sebelum sampai pada
fase ini. (Wesley, 1993 ; 82-83).
2.5.2.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Bakteri
Dalam pertumbuhannya, bakteri dipengaruhi oleh faktor dalam yaitu nutrisi dan
faktor luar meliputi suhu, atmosfir gas, keasaman atau kebasahan, kelembapan dan
cahaya.
a. Faktor Dalam (Nutrien)
Nutrient yang dibutuhkan bakteri harus larut dalam air agar dapat memasuki bakteri.
Ada tiga nutrient yang dibutuhkan oleh bakteri untuk pertumbuhannya. Pertama, adalah
karbon. Karbon digunakan untuk sintesis protoplasma. Kedua, adalah nitrogen. Ketiga,
adalah ion organik. Semua organisme memerlukan fosfat, naik sebagai komponen
struktur sel maupun sebagai simpanan energi. (Pelczar, 1998:88).
b. Faktor Luar (Lingkungan)
Menurut Pelczar dan Chan, (1986:138-144), faktor-faktor lingkungan yang
berpengaruh terhadap pertumbuhan bakteri adalah :
1. Suhu
Suhu sangat mempengaruhi pola pertumbuhan bakteri, laju pertumbuhan dan
jumlah pertumbuhan organisme. Keragaman suhu dapat juga mengubah proses-proses
metabolik tertentu serta morfologi sel.
Setiap spesies bakteri tumbuh pada suatu kisaran suhu tertentu. Atas dasar ini
maka bakteri dapat diklasifikasikan sebagai : psikrofil, yaitu bakteri yang hidup pada
daerah suhu antara 0°– 30°C, dengan suhu optimum 15°C; mesofil, yaitu bakteri yang
hidup di daerah suhu antara 15° – 55°C, dengan suhu optimum 25° – 40°C; termofil,
yaitu bakteri yang dapat hidup di daerah suhu tinggi antara 40° – 75°C, dengan suhu
optimum 25° – 40°C.
2. Atmosfer gas
Gas-gas utama yang mempengaruhi pertumbuhan bakteri ialah oksigen dan
karbondioksida. Bakteri memperlihatkan keragaman yang luas dalam hal respon
terhadap oksigen bebas, dan atas dasar ini maka dibagai menjadi empat kelompok :
aerobik (organisme yang membutuhkan oksigen), anaerobik (tumbuh tanpa oksigen
molekuler), anaerobik fakultatif (tumbuh pada keadaan anaerobik dan aerobik), dan
mikroaerofilik (tumbuh terbaik bila ada sedikit oksigen atmosferik).
3. Kemasaman atau kebasaan (pH)
pH optimum pertumbuhan bagi kebanyakan bakteri terletak antara 6,5 dan 7,5. Nilai
pH minimum dan maksimum ialah antara 4 dan 9.
4. Kelembapan
Pada umumnya bakteri memerlukan kelembapan yang cukup tinggi, kira-kira 85%.
Pengurangan kadar air dari protoplasma menyebabkan kegiatan metabolisme terhenti,
misalnya pada proses pembekuan dan pengeringan.
5. Cahaya
Cahaya sangat berpengaruh pada proses pertumbuhan bakteri. Umumnya cahaya
merusak sel mikroorganisme yang tidak berklorofil. Sinar ultraviolet dapat menyebabkan
terjadinya ionisasi komponen sel yang berakibat menghambat pertumbuhan atau
menyebabkan kematian. Pengaruh cahaya terhadap bakteri dapat digunakan sebagai
dasar sterilisasi atau pengawetan bahan makanan.
2.8 Bakteri Pembentuk Nata
Acetobacter xylinum merupakan bakteri berbentuk batang pendek, yang
mempunyai panjang 2 mikron dengan permukaan dinding yang berlendir. Bakteri ini
bisa membentuk rantai pendek dengan satuan 6-8 sel, bersifat non motil dan dengan
pewarnaan gram menunjukkan gram negatif. Bakteri Acetobacter xylinum mampu
mengoksidasi glukosa menjadi asam glukonat dan asam organik lain pada waktu yang
sama. Sifat yang paling menonjol dari bakteri itu adalah memiliki kemampuan untuk
mempolimerisasi glukosa sehingga menjadi selulosa. Selanjutnya selulosa tersebut
membentuk matrik yang dikenal sebagai nata (Nadiya, Krisdianto, Aulia Ajizah, 2005).
Bakteri pembentuk nata pertama-tama diduga Leuconostoc sp., akan tetapi
kemudian dipastikan bahwa bakteri pembentuk nata adalah Acetobacter xylinum.
Klasifikasi ilmiah bakteri nata adalah :
Kerajaan
: Bacteria
Filum
: Proteobacteria
Kelas
: Alpha Proteobacteria
Ordo
: Rhodospirillales
Familia
: Psedomonadaceae
Genus
: Acetobacter
Spesies
: Acetobacter xylinum
Bakteri pembentuk nata termasuk golongan Acetobacter yang mempunyai ciriciri antara lain gram negatif untuk kultur yang masih muda, gram positif untuk kultur
yang sudah tua, Obligat aerobic, membentuk batang dalam medium asam, sedangkan
dalam medium alkali berbentuk oval, bersifat non mortal dan tidak membentuk spora,
tidak mampu mencairkan gelatin, tidak memproduksi H2S, tidak mereduksi nitrat dan
Termal death point pada suhu 65-70°C.
Bakteri Acetobacter xylinum mengalami pertumbuhan sel. Pertumbuhan sel
didefinisikan sebagai pertumbuhan secara teratur semua komponen di dalam sel hidup.
Bakteri Acetobacter xylinum mengalami beberapa fase pertumbuhan sel yaitu fase
adaptasi, fase pertumbuhan awal, fase pertumbuhan eksponensial, fase 4pertumbuhan
lambat, fase pertumbuhan tetap, fase menuju kematian,dan fase menuju kematian.
Apabila bakteri dipindah ke media baru maka bakteri tidak langsung tumbuh melainkan
beradaptasi terlebih dahulu. Pada fase ini terjadi aktivitas metabolisme dan pembesaran
sel, meskipun belum mengalami pertumbuhan. Fase pertumbuhan adaptasi dicapai pada
0-24 jam sejak inokulasi. Fase pertumbuhan awal dimulai dengan pembelahan sel
dengan kecepatan rendah. Fase ini berlangsung beberapa jam saja. Fase eksponensial
dicapai antara 1-5 hari. Pada fase ini bakteri mengeluarkan enzim ektraseluler
polimerase sebanyak-banyaknya untuk menyusun polimer glukosa menjadi selulosa
(matrik nata).
Faktor-faktor
yang
mempengaruhi
Acetobacter
xylinum
mengalami
pertumbuhan adalah nutrisi, sumber karbon, sumber nitrogen, serta tingkat keasaman
media temperatur, dan udara (oksigen). Bakteri Acetobacter xylinum dapat tumbuh pada
pH 3,5– ,5, namun akan tumbuh optimal bila pH nya 4,3 sedangkan suhu ideal bagi C.
Bakteri ini sangat pertumbuhan bakteri Acetobacter xylinum pada suhu 28–31
memerlukan oksigen sehingga dalam fermentasi tidak perlu ditutup rapat namun hanya
ditutup untuk mencegah kotoran masuk kedalam media yang dapat mengakibatkan
kontaminasi.
Bakteri pembentuk nata adalah Acetobakter xylinum. Mempunyai ciri – ciri
yaitu berbentuk batang. Kira – kira panjang 2 mikron, non motil, gram negative dan
mampu membentuk asam dari glukosa, etil alcohol, propel alcohol, propil alcohol dan
glikol, mampu mereaksikan reaksi katalis dan dapat mengoksidasi asam asetat menjadi
karbondioksida dan air. Bakteri Acetobakter xiylinum dapat membentuk kapsula yang
terdiri dari polisakarida yang mana strukturnya sama dengan pada tanaman tingkat
tinggi (Breed, et a.,1957l).
Pada media yang mengandung gula, bakteri tersebut bisa memecah komponen
gula dan mampu membentuk suatu polisakarida yang tidak beracun yang dikenal
dengan nama “ektraselular selulosa” (Whistler, et al., 1957). Energy yang timbul dari
proses perombakan gula tersebut digunakan untuk menjalankan metabolisme zat dalam
sel bakteri tersebut (Soeseno, 1984).
Menurut Thimann(1962) dalam Palungkung (1993), pembentuk nata terjadi karena
proses pengambilan glukosa dari larutan gula ataupun medium mengandung glukosa
oleh sel – sel Acetobakter xylinum. Kemudian glukosa tersebut digabungkan dengan
asam lemak membentuk perkusor (penciri nata) pada membrane sel. Prekusor ini
selanjutnya dikeluarkan dalam bentuk ekskresi dan bersama enzim mempolimerisasikan
glukosa menjadi selulosa diluar. Selulosa bakteri umumnya sama dengan serat yang
terbentuk dalam sel tanaman , hanya terbentuknya tidak di dalam dinding sel bakteri,
akan tetapi diluar sel tersebut. Selulosa membentuk masa yang menggumpal pada
permukaan medium. Sel menerima molekul – molekul glukosa, bergabung dengan
lemak, membentuk penyokong yang terdapat pada membrane sel, lalu keluar bersama
enzim yang mnggabungkan sisa heksosa menjadi serat. Pembentukan serat ini terlihat
dengan timbulnya suatu area kecil dipermukaan medium. Lemaknya kemudian diserap
kembali oleh bakteri (Thimann,1964).
2.7 Faktor – faktor yang Mempengaruhi Fermentasi
2.7.1 Nutrisi
2.7.1.2 Gula
Komposisi penyusun medium untuk proses fermentasi harus lengkap sesuai
dengan kebutuhan mikroba. Salah satu gula yang dapat digunakan adalah gula pasir atau
sukrosa (Wibowo, 1988). Menurut Lupuz (1967) bahwa sukrosa dan glukosa pada
konsentrasi 10 % memberikan hasil nata yang paling tebal, sedangkan,sedangkan
galaktosa, laktosa, dan maltose tidak menghasilkan pembentuk nata yang baik.
2.7.1.4 Keasaman (asam Cuka)
Koefisien ion hydrogen (pH) merupakan factor penting dan mempengaruhi
pertumbuhan semua jasad renik, termasuk jaringan hewan dan tumbuh – tumbuhan.
Setyamijaya (1991) mengatakan bahwa kisaran pH untuk fermentasi adalah 3 – 6. Pada
pH 3,5, 5 dan 6, baru terbentuk setelah hari ke lima. Lapisan nata paling tebal terbentuk
pada pH 4. Sedangkan menurut Palungkun (1993), asam cuka ditambahkan mencapai
pH 4,5 dan menurut Saono dkk (1986) pH yang digunakan adalah 3,9 – 5,5. Menurut
Aswan dan Mita (1991) pH pertumbuhan Acetobakter xylinum berkisar 4 -5.
Keasaman media merupakan fator penting karena tiap mikroorganisme
mempunyai kisaran pH optimal, Herman (1979) media optimum yang diperlukan untuk
pertumbuhan Acetobacter xylinum adalah memiliki pH 4 – 5, pada strain tertentu yaitu
Acetobacter xylinum mempunyai pH optimal 5,0, pH optimum dalam fermentasi adalah
3 – 4 (warisno S.PKP n Kres Dahana,SP 2000), dalam fermentasi pembuatan nata de
coco optimal bila pH nya 4,3 (Wikipedia 19/01/2010 ), Menuru lupus (1967) pH
optimal dalam fermentasi pembuatan nata adalah 5- 5,5 dan pH yang optimum dalam
pembutan nata de coco adalah pH 4.
2.7.1.5 Lama fermentasi
Lama fermentasi adalah salah satu faktor pendukung dalam proses pembuatan
nata. Lama fermentasi dalam pembuatan nata ini optimum Setelah kira-kira 5
hari,(Hartono,1999), menurut Arsatmojo (1996) inkubasi yang optimal dalam proses
pembuatan nata adalah 14 hari. Lama fermentasi yang optimum dalam pembuatan nata
adalah 7 hari (Warisno S.PKP n kres dahana,SP2000), lama fermentasi selama 21 hari
(Iqmal Tahir1,*, Sri Sumarsih2 dan Shinta Dwi Astuti2 +), Lama fermentasiyang
optimum dalam pembuatan nata adalah 15 hari menurut lupus (1967). Menurut
mahasiswa atmajaya(2010) lama fermentasi dalam pembuatan nata yang optimal
diperam selama 8-14 hari,lama fermentasi dalam pembuatan nata diperam selama 7
hari (Iqbalali 2009).
2.7.1.5 Suhu Inkubasi
Suhu Inkubasi yang baik bagi pertumbuhan Acetobakter xylinum adalah 28 310C. sedangkan pada suhu dibawah 150 C dan diatas 350 C tidak terjadi pembentukan
nata dilakukan dengan wadah yang tertutup rapat dengan plastic atau Koran dengan
pemeraman terbaik adalah 300 C (Aswan dan Mita, 1991).
2.9 Kerangka Teori
Nanas adalah buah tropis dengan daging buah berwarna kuning. Buah nanas
juga merupakan buah yang musiman, pada waktu musim panen banyak buah nanas
yang menumpuk dan buming dipasar. Nanas juga termasuk komoditas buah ini juga
rentan terhadap benturan, sehingga mudah rusak, susut, dan cepat busuk. Selain itu, juga
ada yang alergi mengosumsi nanas secara langsung dapat menyebabakan gatal pada
lidah. Oleh karena itu, diperlukan penanganan setelah pasca panen. Salah satunya
dengan pengolahan yang tahan lama dan praktis serta bagi siapapun yang membutuhkan
tidak tergantung pada musimnya. Dalam pembuatan ini digunakan alternatif untuk
mengurangi dampak negatif adalah mengolah nanas menjadi produk nanas fermentasi
yang biasanya disebut nata de pina. Pembuatan nata de pina tersebut menggunakan
fermentasi, yang membutuhkan bakteri pembentuk nata.
Bakteri yang digunakan dalam pembuatan nata de pina adalah Acetobacter
xylinum, sel-sel Acetobacter xylinum mengambil glukosa dari larutan gula, kemudian
digabungkan dengan asam lemak membentuk prekursor pada membran sel, kemudian
keluar bersama-sama enzim yang mempolimerisasikan glukosa menjadi selulosa diluar
sel, sehingga lama – lama akan membentuk suatu massa yang kokoh dan mencapai
beberapa centi.
Faktor – faktor yang mempengaruhi fermentasi adalah kondisi suhu, stater, pH
dan lama fermentasi. Oleh karena itu peneliti ingin meneliti pengaruh lama fermentasi
dan pH terhadap karakteristik nata de pina. Dalam beberapa literatur mengatakan
bahwa pH dan lama fermentasi yang optimal itu bervariasi maka dari itu peneliti ingin
meneliti pada pH berapa dan pada hari ke berapa nata de pina tersebut mendapatkan
hasil yang bermutu.
pH berpengaruh pada proses pembuatan nata de pina, pH merupakan factor
penting karena tiap mikroorganisme mempunyai pH optimal untuk hidup. Ada bakteri
yang dapat tumbuh pada kondisi basa dan dapat tumbuh pada kondisi asam. Salah satu
bakteri yang bisa tumbuh dalam kondisi asam adalah Acetobacter Xylinum. Acetobacter
Xylinum merupakan stater dalam pembuatan nata de pina. Bakteri ini akan tumbuh
optimal pada kondisi asam. pH yang digunakan dalam pembuatan nata de pina yang
digunakan adalah 3 – 5,5 kisaran pH tersebut sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan
bakteri. Dalam beberapa literatur pH optimum yang digunakan variasi antara lain
Herman (1979) media optimum yang diperlukan untuk pertumbuhan Acetobacter
xylinum adalah memiliki pH 4 – 5, pada strain tertentu yaitu Acetobacter xylinum
mempunyai pH optimal 5,0 ,pH optimum dalam fermentasi adalah 3 – 4 (Warisno
S.PKP n Kres Dahana,SP 2000), dalam fermentasi pembuatan nata de coco optimal
bila pH nya 4,3 (Wikipedia 19/01/2010 ), Menurut lupus (1967) pH optimal dalam
fermentasi pembuatan nata adalah 5- 5,5 dan pH yang optimum dalam pembutan nata
de coco adalah pH 4. Oleh karena itu peneliti ingin meneliti berapa pH optimum dalam
pembuatan nata de pina.
Lama
fermentasi juga berpengaruh pada proses pembuatan nata. Fase
pertumbuhan mikroorganisme ini sangat berpengaruh pada fermentasi dimana bakteri
tersebut mengalami adaptasi pada lingkungan yang baru yang akan mengalami
peningkatan ukuran sel. Lama fase lag ini tergantung pada kondisi dan jumlah
mikroorganisme dan media pertumbuhan. Fase log (fase eksponensial) merupakan fase
dimana mikroorganisme tumbuh dan membelah pada kecepatan maksimum, tergantung
pada sifat media, genetika mikroorganisme, dan kondisi pertumbuhan. Pada fase
stasioner, pertumbuhan mikroorganisme berhenti dan terjadi keseimbangan antara
jumlah sel yang membelah dengan sel yang mati. Fase kematian dimana jumlah sel
yang mati meningkat. Faktor penyebabnya adalah ketidaktersediaan nutrisi dan
akumulasi produk buangan toksik. Oleh karena itu peneliti ingin mengetahui pada hari
ke berapa nata tersebut mendapatkan hasil yang optimal. Dalam beberapa literatur lama
fermentasi yang optimum bervariasi antara lain menurut Setelah kira-kira 5 hari sudah
mendapatkan hasil nata yang optimal (Hartono, 1999), dalam pembuatan nta inkubasi
yang maksimum adalah 14 hari (Arsatmojo, 1996), 7 hari (warisno S.PKP n kres
dahana,SP2000), lama fermentasi optimum adalah selama 21 (Iqmal Tahir1,*, Sri
Sumarsih2 dan Shinta Dwi Astuti2+) 2008, Menuru lupus (1967) Lama fermentasinya
adalah 15 hari, dan dalam pembuatan nata de coco dilakukan fermentasi selama 7-10
hari (anonym). Oleh karena itu peneliti ingin mengetahui dalam pembuatan nata de pina
ini berapa lama fermentasi yang optimum dan mendapatkan hasil nata de pina yang
bermutu.
Analisa setelah proses pembuatan nata de pina adalah menggunakan uji
karakteristik mulai dari uji organoleptis,uji fisik bobot tuntas, uji kadar Serat sampai uji
kekenyalan. Uji organoleptis menurut potter (1986) factor kenampakan meliputi adalah
ukuran, rasa, warna, bentuk kenyal. Rasa makanan adalah turunan dari sebagian
komponen pangan yang terlarut dalam air liur selama makanan dicerna secara mekanis
dalam mulut (Sone, 1972). Warna menurut de Mann (1989) warna memegang peranan
penting dalam pemerian makanan, warna dapat memberikan petunjuk dalam pemerian
perubahab kimia dalam makanan.
Analisa data dari penelitian ini membandingkan hasil dari uji organoleptis, uji
fisik bobot tuntas, uji kadar serat, dan uji kekenyalan nata de pina. Dimana sampel yang
digunakan yaitu kondisi pH dan lama fermentasi yang bervariasi. Dari hasil pengamatan
itu peneliti bisa menyimpulkan bagaimana pengaruh lama fermentasi dan pH terhadap
karakteristik serta pada pH berapa serta pada hari ke berapa mendapatkan hasil nata de
pina yang bermutu.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Rancangan Penelitian
Penelitian untuk mengetahui pengaruh lama penyimpanan dan pengaruh pH pada
proses fermentasi terhadap karakteristik mutu fisik dan mutu kimia nata de pina, jenis
penelitian ini adalah penelitian eksperimental. Tahap-tahap dalam penelitian ini
meliputi: tahap persiapan, tahap pelaksanaan dan tahap akhir.
Adapun tahap-tahap dalam penelitian ini meliputi :
3.1.1 Pertama, tahap persiapan meliputi persiapan alat, bahan yang digunakan dalam
penelitian pembuatan sari nanas (penentuan sampel), dan penentuan metode
pengolahan nata nata de pina.
3.1.2 Kedua, tahap pelaksanaan meliputi dari sari nanas dipananaskan kemudian
disaring dan ditambah gula, ammonium phospat, dan penambahan pH yang
bervariasi dipanaskan kurang lebih 15 menit kemudian dinginkan setelah dingin
tambah dengan stater( Acetobacter xylinum)
3.1.1 Tahap akhir, melakukan pengumpulan data berdasarkan penelitian uji
karakteristik nata de pina dengan menggunakan uji organoleptis dan uji kadar
serat selanjutnya
penelitian.
melakukan analisis data yang diperoleh berdasarkan hasil
3.2 Populasi dan Sampel
Populasi pada penelitian ini adalah buah nanas yang di budidayakan di Blitar ,
sedangkan sampel dari penelitian ini adalah ekstrak nanas.
3.3 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di laboratorium mikrobiolagi Putra Indonesia Malang.
Waktu penelitian dimulai dari proses penyusunan proposal pada bulan Desember 2009
sampai terselesainya karya tulis ilmiah ini.
3.4 Instrumen Penelitian
3.4.1 Alat
Adapun alat – alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Pisau

Telenan

Panci

Blender (juicer)

Kompor

Kain saring

Pengaduk

Nampan

Gelas ukur

koran

Tensilstrange (uji kekenyalan)

Penetapan kadar serat dengan metode Acid Alkali Digestion
Pendingin balik, Hot plate, Erlenmeyer, Corong kaca, Oven, Timbangan.
3.4.2 Bahan
Adapun bahan – bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
3.4.2.1 Nanas Segar
3.4.2.2 Aquadest
3.4.2.3 Gula pasir
3.4.2.4 Asam Asetat Glasial
3.4.2.5 Cairan bibit (stater Acetobacter xylinum)
3.4.2.6 Amonium Phospat.
3.4.2.7 H2SO4, NaOH, K2SO4, Eter, Kertas saring, Aquadest  Penetapan kadar serat
dengan metode metode Acid Alkali Digestion
3.5 Definisi Operasional Variabel
Dalam penelitian ini variable bebas adalah lama fermentasi dan pH yang berbeda
sedangkan variable terikat adalah mutu fisik, kimia, dan organoleptik nata de pina.
Tabel 3.1
Definisi Operasional
No
.
1.
Variabel
Pengaruh pH
dan lama
fermentasi
yang berbeda
Sub
Variabel
_____
2.
Karakteristik
organoleptis
nata de pina
Warna
Tekstur
Aroma
3.
Bobot Tuntas
nata de pina
Berat
Kadar Serat
nata de pina
4.
5.
kadar
Kekenyalan
nata de pina
Definisi Operasional
Hasil Ukur
Factor yang
mempengaruhi
fermentasi dalam
pembuatan nata de
pina
Hal yang menunjukkan
corak rupa dari nata de
pina
Hal yang menunjukkan
kasar atau lembutnya
nata de pina setelah
dikunyah.
Pengaturan pH 3,
4, & 5 serta
Lama fermentasi
7hari, 14 hari, dan
21 hari
Warna nata de pina
adalah putih bening
kenyal.
Skala
Ordinal
Ordinal
Tekstur nata de
pina adalah lembut
(kenyal).
Ordinal
Hal yang dialami oleh
indera penciuman
(hidung) ketika
mencium nata de pina
Aroma nata de pina
adalah harum.
Ordinal
Hal yang menunjukkan
bobot nata de pina
%
Nominal
Hal yang menunjukkan
kosentrasi
%
Nominal
Hal yang menunjukkan
kerapatan partikel
N
Nominal
3.6 Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini dibuat 3 formula dengan perbedaan lama fermentasi dan pH.
Tabel 3.2
Formula Pembuatan Nata De Pina
Bahan
Sari nanas
pH
Lama fermentasi
Sukrosa
Ammonium sulfat
Formula 1
Formula 2
Formula 3
1 liter
1 liter
1 liter
3
4
5
7, 14,dan 21hari
7, 14, dan 21 hari
7. 14 dan 21hari
10 %
10 %
10 %
2g
2g
2g
3.6.1 Tahap persiapan
Tahap persiapan meliputi pembuatan sari nanas dan persiapan alat dan bahan.
Bahan yang digunakan adalah buah nanas yang masih segar. Buah nanas dikupas dan
dibersihkan mata serta empulurnya kemudian dicuci. Bahan dipotong – potong
dihancurkan dengan blender dan dimasak sampai mendidih kemudian disaring. Alat –
alat yang dibutuhkan antara lain telenan, panci, blender, kompor,
kain saring ,
pengaduk, loyang, gelas ukur, benang/ karet gelang dan koran. Bahan – bahan yang
diperlukan antara lain nanas segar, asam cuka, stater Acetobacter xylinum, dan asam
phospat.
3.6.2
Persiapan Sampel
Adapun cara Pembuatan dari nata de pina sebagai berikut :
Nanas segar yang sudah dibersihkan dan dipotong – potong kemudian dihaluskan
menggunakan kemudian disaring (ekstrak).
Hasil saringan (ekstrak) ditambah gula 10 gram per liter ,Ammonium Sulfat 2 gram
per 1 liter untuk memperkaya kandungan nitrogen dalam media, dan asam acetat
glasial mencapai pH yang digunakan kemudian dididihkan dengan suhu 1000 C ± 20
C
Kemudian ekstrak dimasukkan ke dalam loyang yang disterilkan dengan cara
pemanasan dan ditutup dengan kertas koran yang sudah disterilkan dengan cara
diseterika dan diikat sampai rapat. Add dingin
Setelah dingin, cairan stater dimasukkan ke dalam loyang botol sebanyak 10 %
secara aseptis kemudian ditutup kembali. Biarkan selama 7 hari, 14 hari, dan 21
hari (fermentasi)
Pasca panen direndam dalam selama 2 – 3 hari untuk menghilangkan asamnya.
Selama perendaman air sering diganti.
Potongan nata direbus 1000C sampai mendidih selama 30 menit
lalu
ditiriskan.(menon aktifkan stater)
3.6.3 Uji organoleptis nata de pina
Adapun cara dari uji organoleptis nata de pina yang dilakukan di Laboratorium
Mikrobiologi antara lain:
3.6.3.1 Menyiapkan sampel nata de pina dengan berbagai konsentrasi
3.6.3.2 Pengamatan sampel nata de pina bentuk dan warna.
3.6.3.3 Mencatat hasil pengamatan
3.6.4 Uji Fisik Bobot Tuntas nata de pina
Dalam penelitian ini uji mutu fisik bobot tuntas antara lain:
Cara kerja:

Menyiapkan sampel nata de pina dengan berbagai konsentrasi.

Menimbang nata de pina dengan menggunakan timbangan kasar.

Membandingkan bobot nata de pina dengan nata de pina lain yang berbeda lama
fermentasi dan pH.
3.6.5 Uji Kadar Serat Nata de Pina dengan Metode Acid Alkali Digestion
Cara kerja:
3.6.5.1 Haluskan bahan dengan baik.
3.6.5.2 Untuk bahan yang banyak mengandung lemak, timbang 2 g bahan kering dan
ekstraksi lemaknya dengan analisis lemak atau rendam dengan 50 ml eter lalu
keringkan eternya. Untuk bahan yang sedikit mengandung lemak, bahan tidak
perlu dikeringkan dan diekstraksi lemak.
3.6.5.3 Pindahkan bahan ke dalam Erlenmeyer pendingin balik, tambahkan 200 ml
larutan H2SO4 mendidih 0,255 N dan tutuplah dengan pendingin balik,
didihkan selama 30 menit dengan kadang kala digoyang-goyangkan.
3.6.5.4 Saring suspensi melalui kertas saring, dan residu tertinggal dalam Erlenmeyer
dicuci dengan aquades mendidih. Cucilah residu dalam kertas saring sampai air
cucian tidak bersifat asam lagi (uji dengan kertas saring).
3.6.5.5 Pindahkan secara kuantitatif residu dari kertas saring ke dalam Erlenmeyer
kembali dengan spatula dan sisanya dicuci dengan larutan NaOH 0,313 N
mendidih sebanyak 200 ml sampai semua residu masuk ke dalam Erlenmeyer.
Didihkan dengan pendingin balik.
3.6.5.6 Saringlah melalui kertas saring yang telah diketahui sambil dicuci dengan
larutan K2SO4 10%, cuci lagi dengan aquades mendidih dan kemudian dengan
15 ml etanol 95%.
3.6.5.7 Keringkan kertas saring pada suhu 1100 C sampai massa konstan. Dinginkan
dalam desikator dan timbang
Kadar Serat (%) =
m assaakhir m assaawal
x100%
m assasam pel
3.5.5 Uji Kekenyalan nata de pina
3.5.5.1 Menyiapkan sampel nata de pina dengan berbagai konsentrasi
3.5.5.2 Memilih nata yang tebalnya min 0.5 cm
3.5.5.4 Memotong sampel nata de pina yang sama (1 cm x 1cm)
3.5.5.5 Meletakkan sampel pada alat tensilstrange
3.5.5.6 Tekan on langsung muncul berbentuk angka.
3.6
Analisa Data
Data yang diperoleh dari pengamatan dengan menggunakan tabel dan grafik
antara perbedaan lama fermentasi dan dan pH akan terdapat perbedaan hasil.
Analisis data penelitian diperoleh dari pengamatan organoleptis nata de pina, uji fisik
bobot, uji kadar serat, dan uji kekenyalan nata de pina.
BAB IV
HASIL PENELITIAN
Berdasarkan penelitian yang bertujuan tentang pengaruh lama fermentasi dan pH
terhadap karakteristik nata de pina diperoleh data diperoleh data organoleptik, uji bobot
tuntas, dan uji kadar serat dari sediaan nata de pina dari sari buah nanas masak adalah
sebagai berikut:
4.1
Hasil Pengamatan Uji Organoleptis
Hasil pengamatan uji organoleptis sediaan nata de pina nata de pina dari sari
buah nanas masak dapat dilihat pada tabel 4.1 di bawah ini
Table 4.1 Uji Organoleptis
Lama Fermentasi 7 Hari
pH
Warna
Lama Fermentasi 14 Hari
Lama Fermentasi 21 Hari
Bentuk
Bau
Warna
Bentuk
Bau
Warna
Bentuk
Bau
Kenyal
Bau khas
Nanas
Putih
Kenyal
Bau khas
Nanas
Putih
Kenyal
Bau khas
Nanas
3
4
5
Non Sugar pH
4
Putih
Dari tabel 4.1 didapat data organoleptik sediaan nata de pina yakni bentuk padat
kenyal, berwarna putih dan berbau harum khas nanas.
4.2
Hasil Pengamatan Uji Mutu Fisik Bobot Tuntas
Hasil pengamatan uji mutu fisik sediaan nata de pina nata de pina dari sari buah
nanas masak dapat dilihat pada tabel 4.2 di bawah ini :
Tabel 4.2 Uji Mutu Bobot Tuntas
pH / BoboT (g)
3
4
5
Non Sugar pH 4
Lama Fermentasi
7 Hari
14 Hari
21 Hari
153
385
400
250
430
300
140
370
353
240
Dari tabel 4.2 didapat data uji fisik bobot tuntas sediaan nata de pina yang
paling optimal pada pH 4 lama fermentasi 14 hari berat nata de pina mencapai 430 g.
Gambar
4.1 Grafik hubungan pengaruh lama fermentasi terhadap uji Fisik
Bobot Tuntas nata de pina
4.3
Pengujian Kadar Serat Acid Alkali Disgestion
Hasil kadar serat kasar dengan menggunakan metode Acid Alkali Disgestion
sediaan nata de pina nata de pina dari sari buah nanas masak dapat dilihat pada tabel
4.3 di bawah ini :
Tabel 4.3 Uji Kadar Serat Kasar
pH / Serat (%)
3
4
5
Non Sugar pH 4
Lama Fermentasi
7 Hari
14 Hari
21 Hari
2.65
2.65
3.14
2.79
3.04
3.38
2.43
3.97
2.46
3.44
Dari tabel 4.3 didapat data uji kadar serat kasar dari sediaan nata de pina yang
paling tinggi adalah 3.97 % pada pH 4 dan lama fermentasi 14 hari.
Gambar 1.2 Grafik Kadar Serat Kasar Nata de Pina
4.4
Uji Kekenyalan
Hasil pengamatan uji kekenyalan sediaan nata de pina nata de pina dari sari
buah nanas masak dapat dilihat pada tabel 4.4 di bawah ini:
Tabel 4.4 Uji Kekenyalan
pH / N
Lama Fermentasi
7 Hari
14 Hari
21 Hari
3
22.6
25.2
4
15.5
29.6
17.4
5
18.5
20.7
Non Sugar 4
Dari tabel 4.4 didapat data uji kekenyalan dari sediaan nata de pina yang ada
beberapa sampel yang tidak memenuhi syarat, hal ini dikarena tebal nata de pina
dibawah 0.5 cm. Syarat minimum dalam uji tekstur adalah 0.5 cm.
BAB V
PEMBAHASAN
Pada penelitian ini, telah dilakukan pembuatan nata de pina dengan berbagai
lama fermentasi dan pH yang berbeda. Dalam pembuatan nata de pina ingin mengetahui
mutu uji fisik sedian nata de pina dengan beberapa parameter uji meliputi uji
organoleptis, uji bobot, uji kekenyalan dan uji kadar serat menggunakan metode Acid
Alkali Digestion. Pada penelitian ini menggunakan buah nanas matang yang
dibudidayakan di kota Blitar yang sebelumnya dideterminasi di Putra Indonesia Malang.
Nata de pina terbuat dari sari nanas yang ditambah gula, ammonium sulfat dan
asam asetat glacial bahan – bahan tersebut adalah nutrisi dari starter nata yaitu
Acetobacter xylinum. Pembuatan nata de pina dalam penelitian menggunakan pH dan
lama fermentasi yang bervariasi. Dimana pH yang digunakan adalah 3, 4, dan 5
sedangkan lama fermentasi yang digunakan 7 hari, 14 hari, dan 21 hari. Tujuan
menggunakan pH dan lama fermentasi yang bervariasi adalah ingin mengetahui hasil
nata de pina yang optimal dan berkualitas. Pasca panen nata de pina sebelumnya dicuci
dengan menggunakan air bertujuan menetralisasi kondisi asam setelah melakukan
perendaman menggunakan asam asetat. (Matshuhuhashi, 1977) Bakteri Acetobakter
xylinum adalah jenis bakteri yang bisa tumbuh dalam kondisi asam atau jenis bakteri
yang tahan asam. ( Herman, 1967 ) Fase lag sangat berhubungan dengan lama
fermentasi dimana suatu mikroorganisme mengalami fase adaptasi pada suatu
lingkungan baru, facse log (fase eksponensial) merupakan fase dimana mikroorganisme
tumbuh dan membelah, fase stasioner dimana pertumbuhan mikroorganisme berhenti
dan terjadi keseimbangan antara jumlah sel yang membelah dengan jumlah sel yang
mati, dan fase kematian merupakan jumlah sel yang mati meningkat yang disebabkan
ketersediaan nutrisi dan akumulasi produk buangan yang toksik. (Pratiwi, 2008) Suhu
inkubasi yang baik untuk pertumbuhan Acetobakter xylinum adalah menggunakan suhu
kamar (280 - 300 C) (Aswan dan Astawan, 1990). Setelah itu dalam pembuatan nata de
pina Acetobakter xylinum juga membutuhkan nutrisi untuk petumbuhan antara lain
Amonium sulfat, sukrosa, asam asetat glacial itu disebut variable tetap.
Berdasarkan hasil pengamatan organoleptik dapat diketahui bahwa sediaan
sediaan nata de pina pada lama fermentasi 7, 14, 21 dan pada pH 3, 4, 5 yakni bentuk
padat kenyal, berwarna putih dan berbau khas nata de pina atau aroma nanas. Sediaan
nata de pina berbau, bentuk tekstur dan warna normal memenuhi standart SNI lihat
pada lampiran 2. Dari hasil pengamatan secara visual warna nata de pina diperoleh
warna putih semua. (Iqmal: 2008) Warna nata de pina sebelum diolah dipengaruhi oleh
adanya kandungan asam yang sangat seimbang sehingga warna nata de pina menjadi
putih. PH dan lama fermentasi tidak mempengaruhi sifat organoleptis nata de pina.
Berdasarkan hasil pengamatan didapat data uji bobot tuntas sediaan nata de pina
dapat dilihat pada table 4.2. Hasil nata de pina yang paling optimal pada pH 4 lama
fermentasi 14 haridengan bobot 430 g. Pengaruh lama fermentasi dan pH terhadap berat
nata de pina, kecenderungan peningkatan berat nata dengan semakin besar ketersediaan
glukosa dalam medium fermentasi dikarena dengan tersedianya glukosa yang lebih
banyak bakteri A. xilinum akan lebih cepat dan lebih banyak merombak glukosa
menghasilkan selulosa. Dari proses perlakuan fermentasi selama 7 hari, 14 hari, 21 hari
dan dengan menggunakan pH 3, 4, dan 5. Volume yang digunakan dalam setiap wadah
fermentasi adalah100 mL maka diperoleh nata de pina dengan berat seperti disajikan
pada tabel 3. Berat juga dipengaruhi oleh media yang berasal dari jenis buah nanas yang
digunakan, semakin bagus kualitas buah semakin tinggi maka nata yang dihasilkan juga
akan semakin banyak dan tebal. (Iqmal:2008)
Berdasarkan hasil pengujian kadar serat kasar yang menggunakan metode acid
alkali disgetion, didapat data uji kadar serat kasar dari sediaan nata de pina yang paling
tinggi adalah 3.97 % pada pH 4 dan lama fermentasi 14 hari. Pada kondisi pH 4 keadaan
medianya asam sehingga bakteri lebih banyak mengambil nutrisi sedangkan pH 3
kondisi medianya tidak cukup asam sehingga bakteri mengikat glukosa sedikit sehingga
enzim yang dikeluarkan hanya sedikit juga. Semakin lama fermentasi dan semakin asam
kondisi media maka Acetobakter xylinum semakin banyak bakteri mengambil Glukosa
dalam media. Glukosa tersebut bergabung dengan asam lemak membentuk perkusor dan
selanjutnya dikeluarkan bersama enzim menjadi selulosa. (Thiman, 1964) selulosa
dalam bakteri sama dengan serat yang terbentuk produk fermentasi. Semua sampel nata
de pina memenuhi syarat SNI lihat lampiran 2.
Berdasarkan hasil pengujian kekenyalan yang menggunakan alat tensilstrange
didapat data uji kekenyalan dari sediaan nata de pina yang paling tinggi adalah 29.6
pada pH 4 dan lama fermentasi 14 hari. Ada beberapa sampel yang tidak memenuhi
syarat, hal ini dikarenakan tebal nata de pina dibawah 0.5 cm. Syarat minimal dalam
uji kekenyalan yang menggunakan alat tensilstrange min adalah 0.5 cm. Dalam proses
fermentasi dikarenakan Acetobakter xylinum kurang asupan nutrisi, sehingga enzim yg
dikeluarkan sedikit dan hal itu yang dapat mempengaruhi pembuatan fermentasi nata
de pina.
Salah satu syarat dari SNI dalam pembuatan nata de pina adalah penentuan
cemaran mikroba coliform, kapang, kamir, dan ALT
dengan batas yang sudah
ditentukan (pada lampiran 2). Cemaran coliform, kapang, kamir, dan ALT dalam
pembuatan nata de pinapun harus berada pada batas yang telah ditentukan atau bahkan
tidak ada, namun dalam penelitian ini cemaran coliform, kapang, kamir, dan ALT tidak
diuji lebih lanjut karena dalam penelitian ini hanya menekankan pada yang diuji hanya
pengaruh lama fermentasi dan pH terhadap karakteristik organoleptis, uji kadar serat, uji
bobot dan kekenyalan dari nata de pina.
Cemaran – cemaran coliform, kapang, kamir, dan ALT dapat berasal dari proses
pembuatan yang tidak higienis, penggunaan alat – alat yang tidak bersih atau bahkan
dari bahan – bahan yang digunakan pu tidak bersih. Salah satu contoh, bakteri coliform
ada pada air yang tercemar. Untuk itu, baik bahan, alat, bahkan proses pembuatan
haruslah bersih agar tidak tercemar dari coliform, kapang, kamir, dan ALT
Selain cemaran mikroba dalam standart SNI juga dilakukan uji penentuan
cemaran logam berat dengan batas minimum (lampiran 2) yang sama seperti cemaran
untuk coliform, kapang, kamir, dan ALT . Cemaran logam berat pun tidak diuji lebih
lanjut karena dalam penelitian ini hanya ditekankan pada pengaruh lama fermentasi dan
pH terhadap karakteristik nata de pina yang meliputi uji karakteristik organoleptis, uji
bobot tuntas, uji kadar serat dan uji kekenyalan nata de pina berhubungan dengan .
Namun dalam hal ini, cemaran logam dapat diperoleh dari penggunaan loyang
alumunium, untuk itu, harus diperhatikan pemilihan penggunaan alumunium yang baik
yang dapat digunakan sebagai wadah makanan sehingga tidak menimbulkan
pencemaran logam pada nata de pina.
BAB VI
PENUTUP
6.1
Kesimpulan
Berdasarkan data hasil penelitian dan pengujian nata de pina terdapat pengaruh
sebagai berikut:
6.1.1 Pengaruh lama fermentasi dan pH yang berbeda terhadap karakteristik
organoleptis nata de pina mendapat hasil yang berwarna putih, kenyal dan bau
khas nanas. Namun memiliki tingkat kekenyalan yang berbeda – beda untuk
setiap nata de pina.
6.1.2 Pada lama fermentasi 14 hari dan pada pH 4 mendapatkan bobot Nata de pina
optimal sebesar 430 g.
6.1.3 Pada lama fermentasi 14 dan pada pH 4 mendapatkan uji kadar serat Nata de
pina yang optimal sebesar 3,97 %.
6.1.4 Pada lama fermentasi 14 hari dan pH 4 mendapatkan hasil kekenyalan Nata de
pina yang optmal sebesar 29,6 N.
6.2
Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas dapat disarankan hal – hal sebagai berikut:
6.2.1 Di sarankan kepada masyarakat jika membuat nata de pina sebaiknya
menggunakan pH 4 dan menggunakan lama fermentasi 14 hari untuk
mendapatkan hasil yang optimal
6.2.2
Disarankan untuk melakukan pengujian lebih lanjut mengenai uji kimia (
tembaga, seng, timah, dan cemaran arsen) agar memperoleh nata de pina yang
bermutu baik dan memenuhi standart SNI.
6.2.3 Disarankan untuk melakukan pengujian terhadap mikroba seperti coliform, ALT,
kapang, dan khamir sehingga memperoleh nata de pina yang bermutu baik dan
mempunyai standart SNI.
DAFTAR PUSTAKA
Agus, M. 1996. Pengaruh PH awal dan jumlah inokulum Acetobacter Xilynum pada
Pembuatan Nata dari Sari Buah Nanas. Skripsi, FMIPA.Universitas Brawijaya
Malang.
Dimarguilla, L.A 1967. Nata De coco. ChemicalNature and Propertis Of
Nata.PhiliphineAgricultur.Volume 51.
Fesenden, P.J dan Fesenden, J.S. 1989.Kimia Organik II Diterjemahkan oleh
Pudjaatmaka, A. Penerbit Erlangga, Jakarta.
Hartanajaya, I.M. 1991.Analisa Optimalisasi Pembuatan Nata: Kajian Dari Pengaruh
Bahan Baku dan Sumber Karbon. Skripsi Fakultas Pertanian.Universitas
Brawijaya, Malang.
Iqmal. 2008.Nanas: Universitas Gajahmada,Yogyakarta.
Lapuz. M.N.,F.G. Gullardo dan M.A. Palo. The Nata Organism Cultural Requirement
Characteristic dan Identify.The Philipine Journal Of Scince. Vol. 9 (2).
Legniger, A.L.1993.Dasar – dasar Biokimia II. Diterjemahkan oleh Maggie, T.penerbit
Erlangga, Jakarta.
Muchtadi, D.1992.Fisiologi Pasca Panen Sayuran dan Buah –buahan. PAU Panagn
dan GIZi Istitut Pertanian Bogor, Bogor.
Palungkung, R. 1993. Aneka Produk Olahan Kelapa. Gajah Mada University Press,
Yogyakarta.
Rahman. A. 1992 . Pengantar Teknologi Fermentasi. Arean, Jakarta.
Setyamijaya.D. 1991. Bertanam Kelapa Budidaya dan Pengolahannya, Jakarta.
Susanto, T.1994. Fisiologi dan
Teknologi Pasca Panen. Penerbit Academika,
Yogyakart.
Thiman, V.K.1964. The Life Of Bakteria. Mac Millan Co., New York.
Warisno, S.PKP. dan Kres Dahana SP.2009.Inspirasi Usaha Membuat Aneka
Nata.penerbit PT Agromedia PUstaka, Cianjur.
Luthana, Yongki Kastanya.2009. Manfaat Sari Nanas.Wordpress.
Lampiran 1 Diagram Alir Pembuatan Nata de Pina
Memilih nanas segar
Mengupas buah nanas dan
memotong buah nanas
Menghaluskan buah nanas
(Juicer)
Sari nanas 100ml
+ ammonium sulfat 10% + gula 10 %+ as.asetat
merebus add mendidih 1000C
Masukkan ke Loyang
add dingin
Masukkan starter 10%
Tutup Koran dan ikat menggunakan karet gelang
Inkubasi 28 - 30oC
(7hari, 14 hari, 21 hari)
Pemanenan
Lampiran 2 SNI Nata
Lampiran 2 Pembuatan Nata de Pina
Gambar 2.1 Memilih Buah Nanas Segar
Gambar 2.2 Starter Nata (Acetobakter xylinum)
Gambar 2.3 2 Proses Fermentasi Nata de pina
Lampiran 3 Hasil Pembuatan Nata de Pina
Gambar 1.1 Nata de Pina pH 3 lama fermentasi 7 hari
Gambar 1.2 Nata de Pina pH 3 lama fermentasi 14 hari
Gambar 1.3 Nata de Pina pH 3 lama fermentasi 21 hari
Gambar 1.4 Nata de Pina pH 4 lama fermentasi 7 hari
Gambar 1.5 Nata de Pina pH 4 lama fermentasi 14 hari
Gambar 1.6 Nata de Pina pH 4 lama fermentasi 21 hari
Gambar 1.7 Nata de Pina pH 5 lama fermentasi 7 hari
Gambar 1.8 Nata de Pina pH 5 lama fermentasi 14 hari
Gambar 1.9 Nata de Pina pH 5 lama fermentasi 21 hari
Gambar 1.10 Nata de Pina non Sugar pH 4 lama fermentasi 21 hari
Lampiran 4 Hasil Uji kekenyalan
Lampiran 5 Hasil Uji Serat Kasar
Lampiran 6 Determinasi
Download