HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG ISPA DENGAN PERAWATAN ANAK ISPA 1-5 TAHUN DI RUMAH Susilowati*, Ahmad Ridwan*; Niken Anggraeni P.** *) Dosen Akper Pamenang Pare – Kediri **) Perawat Magang di RSUD Pare Acute Upper Tract Infection (ISPA) is a respiratory infection that are anatomically differentiated upper respiratory starting from the nose to the alveoli caused by infecting agents that cause respiratory tract inflammation reactions involved. ISPA is one of the commonest causes of death in children in developing countries. Acute Respiratory Tract Infection is caused four of the 15 million estimated deaths in children under the age of five years each him. Home care is very important in the management of children with respiratory tract infections in the majority of children can be cured by treatment with a good home. The purpose of this research is to know the relationship with the mother knowledge about ISPA levels 1-5 years child care at home in the area of PHC Gampengrejo Pustu Plosorejo Kediri in 2010. This research design is cross sectional analytic, samples taken from mothers who have children ages 1-5 years at ARI Pustu Plosorejo 30 people with large samples of respondents with a simple random sampling technique using questionnaire research instruments. From the results of Spearman correlation test showed significance (p) = 0.000 and α = 0.05 then p <α means that Ho refused and H1 accepted, so we can conclude there is a correlation between knowledge of mothers regarding ARI and ARI level of child care at home 1-5 years. To increase the level of child care at home 1-5 years ARI, can be done by providing health education, and for the parents can better explore the information by various media that exist primarily on ARI in children aged 1-5 years. Keywords: Knowledge, Treatment of ARI children at home menyerang balita dan sekian dari beberapa korban harus di rawat di rumah sakit karena penyakit yang membahayakan. Serangan di saluran perrnafasan pada masa bayi dan anak bisa menimbulkan kecatatan hingga dewasa (www.omdimas.com). Dari hasil Survei Kesehatan Nasional tahun 2001 ISPA merupakan peringkat kedua yaitu 38,7 % sedangkan pada anak balita menduduki peringkat pertama yaitu 42,2 %. Di Kota Medan, ISPA merupakan penyakit utama pada bayi dan balita (www.infeksi.com). Sedangkan kasus ISPA di Kabupaten Kediri tahun 2008 sebesar 16917 (www.news.id). Sekarang kasus ISPA mengalami peningkatan laporan dari Dinas Kesehatan Kabupaten Kediri laporan dari bulan Januari-Oktober 2009 mencapai 85601 untuk yang non pnemonia sedangkan yang pnemoni mencapai 1207 kasus (Dinkes,2009). ISPA masih merupakan masalah kesehatan yang Latar Belakang ISPA merupakan singkatan dari Infeksi Saluran Pernafasan Akut, istilah ini diadaptasi dari istilah dalam bahasa Inggris Acute Respiratory Infections (ARI). Penyakit infeksi akut yang menyerang salah satu bagian dan atau lebih dari saluran nafas mulai dari hidung (saluran atas) hingga alveoli (saluran bawah) termasuk jaringan adneksanya seperti sinus, rongga telinga tengah dan pleura (www.asrik.com). Di Indonesia Infeksi Saluran Nafas Atas merupakan penyakit tersering pada anak. Episode penyakit batuk pilek pada balita di Indonesia diperkirakan sebesar tiga sampai enam kali per tahun (gloria,2008). World Health Organisation memaparkan saluran infeksi pernafasan ini menyebabkan empat dari lima belas juta kematian pada anak berusia dibawah lima tahun di setiap tahunnya (www.docs.google.com). Infeksi Saluran Pernafasan Atas merupakan penyakit yang Hubungan Pengetahuan Ibu tentang ISPA Dengan Perawatan anak ISPA di Rumah 42 penting karena menyebabkan kematian bayi dan balita yang cukup tinggi yaitu kira-kira 1 dari 4 kematian yang terjadi. Setiap anak diperkirakan mengalami 3-6 episode ISPA setiap tahunnya. Dari seluruh kematian yang disebabkan oleh ISPA mencakup 20 % - 30 %. Kematian yang terbesar umumnya adalah karena pneumonia dan pada bayi berumur kurang dari 2 bulan (www.klinikita.com). Berdasarkan data WHO tahun 2005, kematian balita yang disebabkan oleh ISPA sebesar 19 % yang merupakan urutan kedua penyebab kematian balita, sedangkan yang menyebabkan kematian bayi, infeksi berat yang sudah termasuk ISPA di dalamnya sebesar 26 %(www.infeksi.com). Berdasarkan data dari Dinkes Kabupaten Kediri yang terjadi ISPA paling tinggi yaitu Puskesmas Gampengrejo. Pada usia 1-5 tahun tahun Januari sampai Desember 2008 di Puskesmas Gampengrejo tercatat 11209 dan tercatat Januari sampai Agustus 1080 kasus. Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 16 September 2009 di Pustu Plosorejo Wilayah Puskesmas Gampengrejo Kabupaten Kediri pada ibu yang memiliki anak ISPA 1-5 tahun dari hasil wawancara didapatkan pada 10 ibu bahwa 4 ibu (40%) mempunyai pengetahuan cukup dan perawatan dirumah hanya sekedar mengandalkan obat dari puskesmas dan 6 ibu (60%) berpengetahuan kurang dan perawatan dirumah tidak terlalu diperhatikan dan hanya dibawa berobat saat ada demam, para ibu umumnya meremehkan dan mengganggap ISPA adalah penyakit yang biasa saja. Dengan masih adanya ibu yang memiliki pengetahuan yang kurang tentang ISPA dikhawatirkan akan memperburuk keadaan dan tidak terdeteksi dini bahaya komplikasi ISPA seperti Pnemonia berat yang bisa berakibat kematian. Perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak di dasari pengetahuan (Notoatkojo,2003) Sebagian besar ibu memiliki anak ISPA, mereka tidak mengetahui tentang penyakit ISPA hal ini mungkin disebabkan karena pengaruh pendidikan ibu ataupun karena kurangnya informasi tentang penyakit ISPA . hal tersebut dapat berpengaruh terhadap perawatan anak sakit di rumah dan akibatnya kesembuhan anak tidak segera pulih. Lebih parah lagi bisa terjadi keparahan karena kesalahan perawatan di rumah. Pengetahuan individu sangat penting karena merupakan domain dalam membentuk tindakan seseorang (Notoadmojo,2003). Idealnya seorang ibu Jurnal AKP sudah mempunyai bekal merawat anaknya yang sedang sakit ISPA. Dari pengetahuan ini muncul respon untuk bersikap terhadap perawatan anak yang ditujukan sebagai bentuk usaha peningkatan kesembuhan dalam taraf mencapai tingkat kesehatan secara maksimal (www.digilib.ab.ac.id). Untuk menanggulangi hal di atas, maka usaha yang dilakukan adalah melakukan pengelolaan ISPA secara menyeluruh meliputi penyuluhan kesehatan yang baik, menggalakan imunisasi dan perawatan penderita dengan baik. Penyuluhan sangat penting bagi ibu untuk mengenal ISPA lebih dalam agar dapat memberikan perawatan yang tepat saat sakit dirumah. Berdasarkan data tersebut maka peneliti tertarik untuk mengkaji lebih dalam hubungan pengetahuan ibu tentang ISPA dengan perawatan anak ISPA 1-5 tahun di rumah di Pustu Plosorejo Wilayah Puskesmas Gampengrejo Kabupaten Kediri Tahun 2010. Rumusan Masalah Masalah dalam penelitian ini adalah ”Apakah ada hubungan pengetahuan ibu tentang penyakit ISPA dengan perawatan anak ISPA 1-5 tahun di rumah di Pustu Plosorejo Wilayah Puskesmas Gampengrejo Kabupaten Kediri Tahun 2010”. Tujuan Mengetahui hubungan antara pengetahuan ibu tentang ISPA dengan perawatan anak ISPA 1-5 tahun di rumah di Pustu Plosorejo Wilayah Puskesmas Gampengrejo Kabupaten Kediri. Metode Desain penelitian ini adalah analitik Cross Sectional dimana variable penelitian yang diamati dalam penelitian ini masing-masing diobservasi dalam satu kali pada satu periode tertentu. Adapun variabel penelitian ini meliputi : Pengetahuan ibu (variabel independen) dan variabel perawatan anak ISPA (sebagai variabel dependen). Penelitian diselenggarakan di Puskesmas Gampengrejo Kabupaten Kediri pada bulan April 2010. Waktu penelitian berlangsung sekitar 1 bulan. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh penderita TBC yang berobat di Puskesmas Puhjarak. Jumlah populasi sejumlah 32 orang dan sampling ditetapkan adalah teknik simple random sampling. Jumlah sampel ditetapkan 30 orang. 43 No. 6, 1 Juli – 31 Desember 2012 Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner yang mengukur pengetahuan dan perilaku ibu dalam perawatan anak dengan ISPA. Pengolahan data dilakukan secara deskriptif untuk presentasi data, dan analisis hubungan antara variabel dependen dan independen dilakukan dengan menggunakan uji korelasi Spearman dengan α = 0.05. c. Karakteristik Responden berdasarkan Umur 17% 53% Hasil Penelitian a. Karakteristik Responden berdasarkan Pendidikan 3% 30% 20-30 th 13% 40% SMP SMU 41-50 th Dari gambar di atas menunjukkan dari 30 responden yang diteliti didapatkan bahwa umur responden yang paling banyak adalah 20 – 30 tahun 16 (53,3%) responden, sedangkan umur responden yang paling sedikit adalah 41-50 tahun yaitu 5 (16,7%) responden. 44% SD 31-40 th PT d. Karakteristik Responden berdasarkan Jumlah Anak Dari gambar di atas menunjukkan dari 30 responden yang diteliti didapatkan bahwa pendidikan reponden paling banyak adalah yang berpendidikan SMP yaitu 13 (43,3%) responden, sedangkan responden yang paling sedikit berpendidikan perguruan tinggi yaitu 1 (3,3%) responden. 16,67% 43,33% b. Karakteristik Responden berdasarkan Pekerjaan 36,67% 1 anak 13% 13% 3% Wirasw asta PNS Tidak kerja Dari gambar di atas menunjukkan dari 30 responden yang diteliti didapatkan bahwa pekerjaan responden yang paling banyak adalah pekerjaannya ibu rumah tangga atau tidak bekerja yaitu 21 (70%) responden, sedangkan responden yang paling sedikit adalah responden yang bekerja sebagai PNS yaitu 1 (3,3%) responden. Hubungan Pengetahuan Ibu tentang ISPA Dengan Perawatan anak ISPA di Rumah 2 anak 3 anak 4 anak Dari gambar di atas menunjukkan dari 30 responden yang diteliti didapatkan bahwa responden yang memiliki jumlah anak paling banyak adalah memiliki jumlah 1 anak 13 (43,3%) responden , dan responden yang memiliki jumlah anak paling sedikit adalah memiliki jumlah ≥4 anak yaitu 1 (3,3%) responden. 71% Buruh 3,33% 44 e. Pengetahuan ibu tentang ISPA pada anak usia 1 – 5 tahun di Pustu Plosorejo wilayah Puskesmas Gampengrejo Kabupaten Kediri tahun 2010 No 1 2 3 4 Kategori Baik Cukup Kurang Tidak Baik Jumlah Jumlah 1 13 9 7 30 g. Hubungan pengetahuan ibu tentang ISPA dan tingkat perawatan anak ISPA 1-5 tahun dirumah ibu yang memiliki anak ISPA usia 1 – 5 tahun di Pustu Plosorejo wilayah Puskesmas Gampengrejo Kabupaten Kediri Tahun 2010. Prosentase 3,3% 43,3% 30,3% 23,3% 100% Pengetahuan Baik Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa dari 30 responden yang diteliti, didapatkan bahwa kategori pengetahuan responden yang paling tinggi adalah cukup, yaitu 13 (43,3%) responden. Sedangkan kategori pengetahuan responden yang paling sedikit yaitu pengetahuan yang baik, yaitu 1 (3,3%) responden. Cukup Kurang Tidak Baik Total f. Perawatan anak ISPA 1-5 tahun di rumah ibu yang memiliki anak ISPA usia 1 – 5 tahun di Pustu Plosorejo wilayah Puskesmas Gampengrejo Kabupaten Kediri tahun 2010. No 1 2 3 4 Kategori Baik Cukup Kurang Tidak baik Jumlah Jumlah 7 8 12 3 30 Tingkat Perawatan anak ISPA di rumah Total Baik Cukup Kuran g Tidak baik 0 0% 1 3,3 % 0 0% 0 0% 1 3,3 % 6 20,0% 1 3,3 % 0 0% 7 23,3% 4 13,3% 2 6,7% 1 3,3% 8 26,7% 3 10,0% 6 20,0% 3 0% 12 46,3% 0 0% 0 0% 3 10,0% 3 10,0% 13 43,3% 9 30,0% 7 23,3% 30 100% Koefisien korelasi dalam uji Spearman dapat disimpulkan dalam penelitian ini korelasinya adalah positif berarti semakin baik pengetahuan ibu yang memiliki anak ISPA usia 1 – 5 tahun, maka semakin tinggi pula perawatan anak ISPA 15 tahun dirumah. Dan apabila dilihat dari koefisien korelasi yang menunjukkan 0,650 maka interpretasi hubungan antara pengetahuan ibu tentang ISPA dan tingkat perawatan anak ISPA 15 tahun di rumah ibu yang memiliki anak ISPA usia 1 – 5 tahun di Pustu Plosorejo adalah kuat. Selanjutnya dari hasil uji korelasi Spearman didapatkan bahwa signifikansi (p) = 0,000 dan = 0,05. Maka, p < berarti Ho ditolak, sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara pengetahuan dan tingkat perawatan anak ISPA 1-5 tahun di rumah yang memiliki anak ISPA usia 1 – 5 tahun di Pustu Plosorejo wilayah Puskesmas Gampengrejo Kabupaten Kediri tahun 2010. Prosentase 23,3% 26,7% 40,0% 10% 100% Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa dari 30 responden yang diteliti, didapatkan bahwa kategori perawatan anak ISPA 1-5 tahun di rumah responden yang paling banyak adalah kurang yaitu 12 (40,0%) responden dan kategori perawatan anak ISPA 1-5 tahun di rumah responden paling sedikit adalah tidak baik yaitu 3 (10%) responden. Pembahasan 1. Pengetahuan Ibu tentang ISPA pada anak usia 1 – 5 tahun Berdasarkan hasil penelitian di atas, didapatkan kategori pengetahuan baik yaitu Jurnal AKP 45 No. 6, 1 Juli – 31 Desember 2012 (3,3%) responden dan kategori pengetahuan cukup (43,3%) responden. Menurut Notoatmodjo (2003, hal 121) pengetahuan merupakan hasil ”tahu” dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu, dimana penginderaan terjadi melalui panca indera yaitu indera pendengaran, penciuman, perasa dan peraba. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang yaitu tingkat pendidikan, pengalaman, intelligence, pemberian informasi, sosial budaya dan sebagainya. Menurut Notoatmodjo (1993, hal 124) bahwa tingkat pendidikan mempengaruhi terbentuknya pengetahuan seseorang. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka pengetahuannya juga meningkat sehingga mudah menerima informasi dan banyak pula pengetahuan yang dimiliki. Dilihat dari tingkat pendidikan ibu yang memiliki anak ISPA usia 1 – 5 tahun di Pustu Plosorejo yang mayoritas berpendidikan SMP dan memiliki pengetahuan yang cukup sedangkan pendidikan SD memiliki pengetahuan kurang dan tidak baik, dapat disimpulkan bahwa pendidikan juga mempengaruhi tingkat perawatan anak ISPA di rumah, karena dengan pendidikan yang tinggi memungkinkan ibu untuk menerima informasi lebih banyak sehingga dapat mempengaruhi tingkat perawatan anak ISPA di rumah. Selain itu, informasi bukan saja didapatkan secara formal, tetapi juga bisa didapatkan secara informal, misalnya dari TV, internet, masalah dan lain-lain. Hal ini dapat memungkinkan bertambahnya pengetahuan ibu tentang ISPA pada anak usia 1 – 5 tahun Pustu Plosorejo. Dalam penelitian juga didapatkan mayoritas ibu yang tidak bekerja atau ibu rumah tangga, sehingga banyak waktu luang yang memungkinkan ibu untuk lebih banyak belajar tentang ISPA. Dari uraian di atas dapat disimpulkan semakin baik tingkat pengetahuan, maka semakin baik perawatan anak ISPA 1-5 tahun di rumah. ISPA 1-5 tahun di rumah paling sedikit yaitu tidak baik 3 (10%) responden. Menurut Yupi Supartini , anak adalah individu yang masih bergantung pada orang dewasa dan lingkungannya, artinya membutuhkan lingkungan yang dapat memfasilitasi dalam memenuhi kebutuhan dasarnya dan untuk belajar mandiri. Menurut Bisma Ragawaluya, masa kanak-kanak adalah masa dimana seorang anak normal mengalami saat-saat tidak enak, pada masa-masa ini sering sekali anak ditimpa berbagai macam gejala penyakit karena anak terpaksa kontak dengan berbagai jenis kuman padahal tubuhnya belum mampu mengatasi serangan-serangan kuman ini. Menurut Depkes RI, 2002 perawatan di rumah sangat penting dalam penatalaksanaan anak dengan infeksi saluran pernafasan. Sebagian besar anak bisa di sembuhkan dengan perawatan di rumah dengan baik. Dalam hal ini orang tua mempunyai tanggung jawab penuh dalam perawatan anak sakit di rumah. Dengan perawatan yang baik di rumah anak akan mengalami peningkatan kesembuhan den menghindari komplikasi yang mungkin dapat terjadi. Perawatan anak sakit di rumah akan meningkat jika pengetahuan orang tua juga baik. Perawatan anak di rumah dapat di pengaruhi oleh faktor-faktor tertentu seperti umur, pendidikan, pengalaman, informasi dan lai-lain. Mayoritas tingkat perawatan anak ISPA 1-5 tahun di rumah di Pustu Plosorejo adalah kurang, hal tersebut di sebabkan kemungkinan karena mayoritas ibu-ibu berpendidikan SMP, karena pengetahuan dapat mempengaruhi tingkat perawatan anak ISPA di rumah. Anak usia 1-5 tahun merupakan anak yang berpendidikan playgroup dan masih bergantung pada orang tua. Mereka cenderung lebih menyukai jajan di sembarang tempat, seperti snack yang banyak mengandung MSG ( mononatrium glutamat ) merupakan senyawa kimia garam natrium dari asam glukamat satu ion hidrogen (dari gugusan – OH yang berikatan dengan atom C-alfa, lihat asam amino digantikan oleh ion natrium) dan berguna untuk penyedap di dalam snack . Kandungan tersebut merupakan senyawa kimia yang bila dikonsusmsi terlalu banyak akan berdampak tidak baik pada tubuh anak dan dapat memicu timbulnya ISPA dan para orang tua cenderung 2. Perawatan Anak ISPA 1-5 tahun Di Rumah Berdasarkan hasil penelitian di atas, didapatkan kategori perawatan anak ISPA 1-5 tahun di rumah paling banyak yaitu kurang 12 (40,0%) responden dan kategori perawatan anak Hubungan Pengetahuan Ibu tentang ISPA Dengan Perawatan anak ISPA di Rumah 46 membiarkannya sehingga muncul ISPA. Banyak orang tua juga menyepelekan ISPA dan hanya menganggap penyakit batuk pilek biasa, padahal dengan hanya batuk pilek biasa dapat menimbulkan komplikasi sampai Pneumonia berat karena kurangnya perawatan di rumah. Bila ibu memiliki pengetahuan yang baik untuk menyeleksi makanan dan perawatan anak sakit ISPA di rumah yang baik dan tepat, maka tingkat kesembuhan akan meningkat dan dapat menghindari bahaya komlikasi dari ISPA. 3. Hubungan pengetahuan dengan perawatan anak ISPA 1-5 tahun di rumah di Pustu Plosorejo di wilayah Puskesmas Gampengerejo Kabupaten Kediri tahun 2010. Berdasarkan Uji Korelasi Spearman menunjukkan korelasinya adalah positif maka dapat disimpulkan semakin baik pengetahuan ibu maka semakin tinggi pula tingkat perawatan anak ISPA 1-5 tahun di rumah.Dan dilihat dari hasil Uji Korelasi Spearman didapatkan bahwa signifikansi (p) = 0,000 dan = 0,05. Maka, p < berarti Ho ditolak, sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara pengetahuan ibu tentang ISPA dengan perawatan anak ISPA 1-5 tahun di rumah di Pustu Plosorejo di wilayah Puskesmas Gampengrejo Kabupaten Kediri tahun 2010. Menurut Depkes RI, 2002 perawatan di rumah sangat penting dalam penatalaksanaan anak dengan infeksi saluran pernafasan. Sebagian besar anak bisa di sembuhkan dengan perawatan di rumah dengan baik. Dalam hal ini bila ibu memiliki pengetahuan yang kurang mengenai ISPA dapat menimbulkan buruknya perawatan anak ISPA di rumah, namun bila ibu memiliki tingkat pengetahuan yang baik mengenai ISPA, maka kemungkinan tingkat kesembuahan akan tinggi dan mengecilkan terjadinya komplikasi pada anak. Berdasarkan penelitian diatas, didapatkan pengetahuan ibu yang mayoritas cukup memiliki tingkat perawatan anak ISPA di rumah dengan baik yaitu 6(20,0%) responden dan sebagian besar ibu berpendidikan SMP.Dengan pendidikan yang tinggi memungkinkan para ibu menerima informasi lebih banyak karena informasi yang diperoleh ibu baik dari formal maupun informal Jurnal AKP dapat membantu untuk meningkatkan perawatan anak ISPA dirumah. Dalam hal ini pengetahuan juga berperan penting karena dengan pengetahuan yang baik tentang ISPA ibu juga dapat meningkatkan tingkat kesembuhan anak sakit ISPA dengan salah satu cara memberi makanan bergizi tinggi untuk meningkatkan daya tahan tubuh dan memenuhi kebutuhan tubuh anak. Apabila dilihat pada umur responden paling banyak dalam penelitian ini adalah 20-30 tahun, dengan umur yang muda para ibu lebih dapat menerima informasi yang diterimanya. Selain itu bila dilihat dari jumlah anak, ibu yang terbanyak adalah ibu yang memiliki jumlah anak 1, hal ini memungkinkan ibu dapat memberikan perhatian yang lebih bila anaknya sakit dengan segera membawa anaknya berobat dan memberikan perawatan anak sakit ISPA di rumah secara optimal. Dari uraian diatas pengetahuan merupakan salah satu faktor yang dapat meningkatkan tingkat perawatan anak ISPA di rumah. Dan dapat disimpulkan bahwa semakin baik pengetahuan ibu maka semakin tinggi pula tingkat perawatan anak ISPA 1-5 tahun di rumah , berarti ada hubungan antara pengetahuan ibu tentang ISPA dengan perawatan anak ISPA 15 tahun di rumah yang memiliki anak 1-5 tahun di Pustu Plosorejo di Wilayah Puskesmas Gampengrejo tahun 2010. Kesimpulan 1. Pengetahuan ibu tentang ISPA pada anak usia 1 – 5 tahun dari 30 responden yang diteliti didapatkan pengetahuan cukup memiliki jumlah 13 (43,3%) responden. 2. Perawatan anak ISPA 1-5 tahun di rumah memiliki anak ISPA usia 1 – 5tahun dari 30 responden yang diteliti, didapatkan perawatan dirumah kurang memiliki jumlah 12 (40,0%) responden. 3. Dalam Uji Korelasi Spearman menunjukkan signifikansi (p) = 0,000 dan = 0,05, maka p < berarti Ho ditolak, sehingga dapat disimpulkan ada hubungan antara pengetahuan ibu tentang ISPA dengan tingkat perawatan anak ISPA 1-5 tahun di rumah di Pustu Plosorejo wilayah Puskesmas Gampengrejo Kabupaten Kediri tahun 2010. 47 No. 6, 1 Juli – 31 Desember 2012 Saran 1. Bagi Petugas Kesehatan Untuk petugas di sarankan lebih meningkatkan lagi dalam memberikan pendidikan kesehatan pada orang tua mengenai ISPA pada anak usia 1 – 5 tahun melaui penyuluhan, posyandu, dan penyebaran liflet, sehingga meningkatkan pemahaman dan pengetahuan tentang cara perawatan anak ISPA terutama mengenali tanda bahaya yang terjadi pada anak ISPA. 2. Bagi Orang Tua Bagi orang tua dianjurkan untuk lebih memperhatikan makanan yang di konsumsi oleh anaknya dengan membawakan bekal makanan saat sekolah yang bervariasi dan sesuai selera anak sehingga dapat menghindari terjadinya ISPA. Dianjurkan pula banyak bertanya kepada petugas kesehatan mengenai penyakit ISPA yang diderita oleh anaknya dan lebih menggali informasi mengenai ISPA melalui berbagai media seperti TV, radio, koran, internet dll. 3. Bagi Tempat Penelitian Dianjurkan lebih banyak memberikan pendidikan kesehatan kepada orang tua, karena dengan pendidikan kesehatan mengenai ISPA dapat meningkatkan pengatahuan tentang ISPA sehingga mengurangi angka komplikasi ISPA seperti Pneunomonia 4. Bagi Peneliti Selanjutnya Dapat digunakan sebagai data dasar dalam penelitian selanjutnya. 5. Bagi Masyarakat Dianjurkan untuk lebih mencari informasi mengenai ISPA sehingga dapat menambah pengetahuan dan apabila ada anggota keluarga yang menderita penyakit ISPA dapat memberikan perawatan yang tepat dan dapat menghindari bahaya komplikasi dari ISPA seperti Pnemonia. Corwin, J . (2000). Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC Dedy. (2006). Laporan dinkes www.docs.google.com (Download: 17-09-200). Ujung pandang. Depkes RI. (2002). Pedoman Pemberantasan Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut Untuk Penanggulangan Pnemunia Pada Balita. Jakarta : EGC. Doktermoez. (2009). Infeksi Saluran Pernafasan Akut. www.klinikita.com ( Dowmload :17-09-2009). Doktorology. (2009). Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA). www.doktorology.com ( Download: 15-122009). Kartika, Tutik. (2002). Hubungan antara pengetahuan dan sikap ibu. www.digilib.ab.ac.id (Download: 17-092009). Mayer, and Annkukierus. (2008). Ketika si Kecil Sakit. Jogjakarta : Golden books Nita. (2005). Kesehatan. www.asrik.com ( Download: 2109-2009). Notoatmojo. (2003). Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta. Notoatmojo. (2005). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta. Nursalam. (2003). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika. Dimas. (2008). Serba-serbi. (Download: 25-09-2009). www.omdimas.com DAFTAR PUSTAKA Pemkot .(2009). Kasus ISPA di kediri tinggi. www.news.id (Download: 21-09-2009). Arikunto. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Ed. VI. Jakarta : Rineka Cipta. Septri .(2009). ISPA. www.infeksi.com ( Download: 17-092009) Benih. (2008). ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut), penganggulangan, dan pengobatan. www.rajayana.com (Download: 15-12-2009). WHO .(2002). Penanganan ISPA Pada Anak di Rumah Sakit Kecil Negara Berkembang. Jakarta : EGC. Hubungan Pengetahuan Ibu tentang ISPA Dengan Perawatan anak ISPA di Rumah 48