skripsi penerapan akuntansi pertanggungjawaban

advertisement
SKRIPSI
PENERAPAN AKUNTANSI PERTANGGUNGJAWABAN SEBAGAI
ALAT PENGENDALIAN BIAYA PADA RSUD BAHTERAMAS
PROVINSI SULAWESI TENGGARA
OLEH:
MUHAMMAD FIRMANSYAH SUFRIN
B1C1 13 151
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS HALUOLEO
KENDARI
2017
SKRIPSI
PENERAPAN AKUNTANSI PERTANGGUNGJAWABAN SEBAGAI
ALAT PENGENDALIAN BIAYA PADA RSUD BAHTERAMAS
PROVINSI SULAWESI TENGGARA
Diajukan Kepada
Universitas Halu Oleo
Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan
Dalam Menyelesaikan Program Sarjana (S1)
OLEH:
MUHAMMAD FIRMANSYAH SUFRIN
B1C1 13 151
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS HALUOLEO
KENDARI
2017
iii
iv
v
ABSTRAK
MUHAMMAD FIRMANSYAH SUFRIN, 2017. Penerapan Akuntansi
Pertanggungjawaban Sebagai Alat Pengendalian Biaya Pada RSUD
Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara. Skripsi. Jurusan Akuntansi,
Program Sarjana Universitas Halu Oleo, Pembimbing : (1) Dr. Husin,
M.Si. (2) Sulvariany Tamburaka, SE., M.Si.
Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah untuk memahami
penerapan akuntansi pertanggungjawaban sebagai alat pengendalian biaya pada
RSUD Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara. Sumber data berasal dari data
primer dan data skunder. Metode pengumpulan data diperoleh dari hasil
wawancara dan dokumentasi. Metode analisis yang digunakan adalah analis
deskriptif. Hasil penelitian menunjukan Bahwa RSUD Bahteramas Provinsi
Sulawesi Tenggara menerapkan akuntansi pertanggungjawaban. Terdapat struktur
organisasi yang jelas menerapkan wewenang dan tanggungjawab tiap tingkatan
manajemen, proses penyusunan anggaran mengacu pada rencana kegiatan rumah
sakit selama satu tahun, adanya pemisahan biaya terkendali dan tidak terkendali,
adanya klasifikasi kode rekening, serta sistem pelaporan biaya sebagai syarat
penerapan akuntansi pertanggungjawaban. Namun pada sistem pelaporan, format
laporan pertanggungjawaban rumah sakit berbeda dengan teori. Hal ini
disebabkan karena rumah sakit merupakan jenis BLUD dimana dalam pelaporan
selalu diposting dalam aplikasi sehingga format laporan pertanggungjawaban
harus sesuai dengan peraturan yang ditetapkan pemerintah.
Kata Kunci : Akuntansi Pertanggungjawaban. Pengendalian Biaya. Analisis
Deskriptif.
vi
ABSTRACT
MUHAMMAD FIRMANSYAH SUFRIN, 2017. Application of Accounting
Responsibility as a Means of Cost Control in Bahteramas Hospital of
Southeast Sulawesi province. Essay. Department of Accounting,
Undergraduate Program Halu Oleo University, Advisor: (1) Dr.
Husin, M.Si. (2) Sulvariany Tamburaka, SE., M.Si.
The aim of this study was to understand the application of accounting as a
means of cost control in hospitals Bahteramas Southeast Sulawesi Province.
Sources of data derived from primary data and secondary data. Data collection
methods obtained from interviews and documentation. Analytical methods used
descriptive analysts. The result of research shows that Bahteramas Hospital of
Southeast Sulawesi Province implements accounting accountability. There is a
clear organizational structure that implements the powers and responsibilities of
each management level. The budgeting process refers to a one-year hospital
activity plan. The uncontrollable and uncontrollable split of costs. The
classification of account codes. As well as the cost reporting system as a
requirement of accounting accountability. However. In the reporting system. The
format of the hospital accountability report is different from the theory. This is
because the hospital is a type of BLUD where in the reporting is always posted in
the application so that the accountability report format must be in accordance with
the rules set by the government.
Keywords : Responsibility Accounting. Cost Control. Descriptive analysis.
.
vii
KATA PENGANTAR
Assalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Puji dan Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul
“Penerapan Akuntansi Pertanggungjawaban Sebagai Alat Pengendalian Biaya
Pada RSUD Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara ”.
Penulis menyadari adanya berbagai hambatan dan rintangan yang dihadapi
selama penulisan skripsi ini, namun berkat doa dan dukungan kedua orang tua,
saudara-saudara saya dan teman-teman serta pihak-pihak yang telah membantu
sehingga skripsi ini selesai. Dengan rasa terima kasih yang tiada terhingga kepada
kedua orang tuaku tercinta Bapak Muh. Sufrin Hasyim SH dan Ibu Farida
S.Sos, yang telah membesarkanku dengan penuh cinta kasih. Teruntuk Bapak dan
Ibuku tercinta, atas pengorbanannya yang telah menjadikan saya menjadi orang
yang berpendidikan. Tiada satupun yang dapat saya berikan untuk membalas
pengorbanan selain dari doa yang selalu ku panjatkan.
Pada kesempatan ini, dengan hati yang tulus penulis ucapkan terima kasih
dan penghargaan Kepada Bapak Dr. Husin, M.Si., selaku pembimbing I dan Ibu
Sulvariany Tamburaka, SE.,M.Si., selaku pembimbing II yang telah
memberikan masukkan, memberikan arahan, meluangkan waktu, pikiran, tenaga,
serta memotivasi untuk membimbing penulis demi kesempurnaan skripsi ini.
viii
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari banyak pihak yang telah
memberikan bantuan baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena
itu perkenankanlah penulis dari lubuk hati yang paling dalam menghanturkan
terima kasih tulus dan teristimewa kepada :
1. Bapak Prof. DR. Muhammad Zamrun F, S.Si.,M.Si.,M.Sc. Rektor Universitas
Haluoleo.
2. Ibu Dr. Hj. Rostin,SE.,M.Si. selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas
Haluoleo.
3. Ibu
Tuti
Dharmawati,SE.,M.Si.,Ak.,QIA.,CA.
Selaku
Ketua
Jurusan
Akuntansi
4. Bapak Safarudin,SE.,M.Si. Selaku Sekertaris jurusan Akuntansi
5. Bapak Dr. H. Nasrullah Dali,SE.,M.Si.,Ak.CA. Ibu Dr. Emilia Nurdin,
SE.,M.Si. Selaku penguji, terimakasih atas keritik dan saran yang membangun
selama proses penyusunan skripsi.
6. Para dosen dan staf lingkup Fakultas Ekonomi Universitas Haluoleo yang
telah banyak memberikan pengetahuan selama penulis menjalani studi di
Fakultas Ekonomi Universitas Haluoleo.
7. Seluruh Pengawai RSUD Bahtramas Prov. Sultra, terutama pada bagian
keuangan yang telah membantu dalam proses pengumpulan data.
8. Saudara-saudaraku tercinta Yatna, Fitri, Haris dan Afar atas do’a, bantuan
terutama semangat yang diberikan selama penulis menyelesaikan skripsi ini.
9. Buat Rizqi Amalia Djamaleng yang telah banyak membantu, memberi
semangat dalam proses penyusunan sekripsi ini, buat teman-temanku Israwan,
ix
Hanafi, Rizal, Fajar, Cia, Andri, Dayat, Isra, Arum, Nunu terimaksih selalu
mendukung dan memberi semangat untuk menyelesaikan skripsi ini.
10. Buat teman teman Angkatan 2013, terutama buat anak anak kelas C dan D,
Anak-anak konsentrasi Sektor Publik yang namanya tidak dapat saya sebutkan
satu-satu terimakasih atas segala bantuannya selama ini.
.
Kendari,
Penulis
x
2017
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ............................................................................. i
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ............................................ iii
HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................. iv
HALAMAN PENGESAHAN............................................................... v
ABSTRAK ............................................................................................. vi
ABSTRACT ........................................................................................... vii
KATA PENGANTAR........................................................................... viii
DAFTAR ISI.......................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ................................................................................. xiii
DAFTAR GAMBAR............................................................................. xiv
DAFTAR SKEMA ................................................................................ xv
BAB I
PENDAHULUAN ................................................................. 1
1.1. Latar Belakang................................................................. 1
1.2. Rumusan Masalah ........................................................... 6
1.3. Tujuan Penelitian............................................................. 6
1.4. Mamfaat Penelitian.......................................................... 6
1.5. Ruang Lingkup Penelitian ............................................... 7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA ....................................................... 8
2.1. Penelitian Terdahulu........................................................ 8
2.2. Konsep Akuntansi Pertanggungjawaban ......................... 12
2.2.1. Pengertian Akuntansi Pertanggungjawaban........... 12
2.2.2. Pengertian Sistem Pertanggungjawaban ................ 13
2.2.3. Manfaat Informasi Akuntansi
Pertanggungjawaban .............................................. 14
2.2.4. Karakteristik Akuntansi Pertanggungjawaban....... 15
2.3. Pusat Pertanggungjawaban.............................................. 17
2.3.1. Pengertian Pusat Pertanggungjawaban .................. 17
2.3.2. Tipe pusat pertanggungjawaban............................. 19
2.4. Biaya Dan Klasifikasinya ................................................ 20
2.4.1. Pengertian Biaya .................................................... 20
2.4.2. Klasifikasi Biaya .................................................... 21
2.5. Pengendalian Dan Pengendalian Biaya ........................... 22
2.5.1. Pengertian Pengendalian ........................................ 22
2.5.2. Pengendalian Biaya................................................ 23
2.6. Syarat-Syarat Penerapan Akuntansi
pertanggungjawaban....................................................... 25
2.6.1. Struktur Oraganisasi............................................... 25
2.6.2. Anggaran................................................................ 26
2.6.3. Biaya Terkendali Dan Tidak Terkendali................ 27
2.6.4. Kelasifikasi Kode Rekening................................... 29
xi
2.6.5. Sistem Pelaporan Biaya ......................................... 30
2.7. Kerangka Pikir................................................................. 31
BAB III METODE PENELITIAN.................................................... 34
3.1. Obyek Penelitian ............................................................. 34
3.2. Jenis Dan Sumber Data ................................................... 34
3.2.1. Jenis Data ............................................................... 34
3.2.2. Sumber Data........................................................... 34
3.3. Metode Pengumpulan Data ............................................. 35
3.4. Metode Analisis............................................................... 35
3.5. Definisi Operasi............................................................... 36
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN............................................. 37
4.1. Gambaran Umum RSUD Bahtramas Prov.Sultra ......... 37
4.1.1. Visi dan Misi, Moto, Nilai Dasar, Filosofi
RSUD Bahteramas Prov.Sultra........................... 38
4.1.2. Struktur Organisasi RSUD
Bahteramas Prov.Sultra ....................................... 39
4.2. Hasil Penelitian ............................................................. 42
4.2.1. Anggran Dan Realisasi Biaya Operasional ......... 42
4.2.2. Syarat-Syarat Akuntansi Pertanggungjawaban ... 44
4.2.2.1. Anggaran................................................. 44
4.2.2.2. Biaya Terkendali Dan Tidak
Terkendali ............................................... 44
4.2.2.3. Klasifikasi Kode Rekening ..................... 45
4,2.2.4. Sistem Pelaporan Biaya .......................... 46
4.3. Pembahasan................................................................... 48
4.3.1. Anggaran Dan Realisasi Biaya Operasional ....... 48
4.3.2. Syarat-Syarat Akuntansi Pertanggungjawaban ... 55
4.3.2.1. Struktur Organisasi ................................. 56
4.3.2.2. Anggaran................................................. 57
4.3.2.3. Biaya Terkendali Dan Tidak
Terkendali .............................................. 57
4.3.2.4. Klasifikasi Kode Rekening ..................... 57
4.3.2.5. Sistem Pelaporan Biaya .......................... 58
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ................................................ 59
5.1. Kesimpulan.................................................................... 59
5.2. Saran.............................................................................. 60
Daftar Pustaka
Lampiran
xii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1.Mapping penelitian terdahulu ................................................. 10
Tabel 4.1.Anggaran Dan Realisasi Biaya Operasioal
BLUD Tahun 2016 ................................................................. 42
Tabel 4.2.Biaya Terkendali Dan Tidak Terkendali ................................. 45
Tabel 4.3.Kode Rekening Biaya Operasional ......................................... 46
xiii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Pusat Pertanggungjawaban sebagai suatu item ....... 18
xiv
DAFTAR SKEMA
Halaman
Skema 2.1 Kerangka Pemikiran.................................................. 33
Skema 4.1 Struktur Organisasi RSUD Bahtramas Prov.Sultra... 41
xv
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Diterbitkannya Penganggaran berbasis kinerja yang dituangkan dalam
undang-undang nomor 17 tahun 2003 tentang keuangan negara, dan undangundang nomor 1 tahun 2004 tentang perbendaharaan negara pasal 68 dan pasal 69
memberikan arahan baru bahwa instansi pemerintah yang tugas pokok dan
fungsinya memberi pelayanan kepada masyarakat dapat menerapkan pola
pengelolaan keuangan yang fleksibel dengan mengutamakan produktivitas,
efisiensi, dan efektivitas.
PP No. 23/2005 dan Permendagri No. 61/2007 yang mengatur tentang
pengelolaan keuangan pada BLU menjelaskan bahwa semua jenis layanan umum
pemerintah salah satunya rumah sakit pemerintah harus berubah statusnya
menjadi BLU/BLUD. Aturan ini menjadi landasan hukum bagi rumah sakit
pemerintah untuk lebih otonom dibidang keuangan. Dengan demikian, prinsip
efisiensi harus menjadi bagian dari sistem manajemen. Ini juga menjadi starting
point untuk meningkatkan sistem manajemen dirumah sakit pemerintah dalam
pengelolaan yang lebih berjiwa enterpreneurship dengan menerapkan konsep
bisnis secara sehat.
Amanat UU No 44/2009 tentang Rumah Sakit bahwa tahun 2011
diharapkan semua Rumah Sakit pemerintah (RS Vertikal maupun RSUD) sudah
menjadi BLU/BLUD. (PERSI, 2011).
1
2
Dengan perubahan sistem keuangan rumah sakit serta sistem keuangan
pemerintah, secara keseluruhan diharapkan dana yang dikelola oleh rumah sakit
akan menjadi lebih besar dan terus meningkat sejalan dengan peningkatan
penerimaan negara bukan pajak (PNBP) serta persiapan badan layanan umum dari
tahun ke tahun. Kondisi ini selain akan membawa pengaruh positif bagi
peningkatan pelayanan, tetapi juga membuka peluang untuk timbulnya akses
negatif penyalahgunaan dalam pengelolaan keuangan negara. Untuk itu
diperlukan berbagai upaya dalam mengatasinya.
Untuk mencegah timbulnya akses negatif penyalahgunaan dalam
pengelolaan keuangan negara dan tercapainya tujuan BLU/BLUD, sebaiknya
perlu dilakukannya pengendalian terhadap biaya-biaya yang akan dikeluarkan dan
mengurangi biaya-biaya yang tidak efektif dalam kegiatannya, oleh karena itu
BLU/BLUD perlu menerapkan metode yang berguna untuk menunjang
pengendalian biaya.
Akuntansi pertanggungjawaban merupakan metode yang paling banyak
digunakan
karena
dengan
menggunakan
akuntansi
pertanggungjawaban
memungkinkan suatu organisasi untuk merekam seluruh aktivitasnya kemudian
mengetahui bagian/unit yang bertanggung jawab atas aktifitas tersebut, dan
menentukan bagian/unit mana yang tidak berjalan secara efektif dan efisien.
Akuntansi pertanggungjawaban adalah suatu sistem akuntansi yang
disusun sedemikian rupa sehingga pengumpulan serta pelaporan aset, biaya, dan
pendapatan dilakukan sesuai dengan bidang pertanggungjawaban didalam sebuah
3
organisasi. tujuannya agar ditunjuk orang atau kelompok orang yang bertanggung
jawab atas penyimpangan aset, biaya, dan pendapatan yang dianggarkan.
Akuntansi pertanggungjawaban pada hakekatnya adalah suatu sistem yang
membandingkan rencana (anggaran) dengan realisasinya dari setiap pusat
pertanggungjawaban untuk mengukur kinerja seseorang atau manajemen untuk
mencapai tujuan dari organisasi/perusahaan. Informasi akuntansi pertanggung
jawaban sangat berguna dalam pengendalian manajemen sebagai sarana untuk
komunikasi, motivasi, dan penilaian. Manajemen bertanggungjawab untuk
memastikan bahwa pekerjaan itu telah dilaksanakan, maka informasi akuntansi
membantu dalam pengendalian biaya.
Badan layanan umum yang menerapkan akuntansi pertanggungjawaban
akan membentuk pusat-pusat pertanggungjawaban. Menurut Samryn (2012:259)
“Pusat pertanggungjawaban merupakan suatu bagian dalam organisasi yang
memiliki kendali atas terjadinya biaya, perolehan pendapatan, atau penggunaan
dana investasi. Keseluruhan pusat pertanggungjawaban ini membentuk jenjang
hirarki dalam organisasi tersebut”. Pusat pertanggungjawaban merupakan unit
divisi yang dipimpin oleh kepala bagian divisi yang bertanggungjawab atas
seluruh kegiatan yang
ada pada divisi yang dipimpinnya. Setiap unit divisi
menyusun program dan anggaran sampai melakukan penyusunan laporan
pertanggungjawaban.
4
Pengendalian
biaya
merupakan
masalah
yang
kompleks
karena
dipengaruhi oleh berbagai pihak yaitu mekanisme pasar, tindakan ekonomis,
sumber daya manusia yang dimiliki (Profesionalitas) dan yang tidak kalah penting
adalah perkembangan teknologi dari rumah sakit itu sendiri.
Pengendalian biaya adalah perbandingan kinerja aktual dengan kinerja
standar, penganalisaan selisih-selisih yang timbul guna mengidentifikasikan
penyebab-penyebab yang dapat dikendalikan dan pengambilan tindakan untuk
membenahi atau menyesuaikan perencanaan dan pengendalian dimasa mendatang.
Selisih anggaran yang terjadi antara anggaran dan realisasinya ada yang
menguntungkan (favourable) dan ada yang merugikan (unfavourable). Menurut
Welsch, Hilton dan Gordon (2000) yang dikutip dalam Valentina (2010) “Dalam
menentukan favourable dan unfavourable terdapat perbedaan yang sangat
signifikan antara pendapatan dan biaya. Dari segi pendapatan, apabila anggaran
lebih kecil dari realisasi maka selisih anggaran yang terjadi menguntungkan atau
favourable. Sedangkan apabila anggaran lebih besar dari realisasi maka selisih
anggaran tersebut merugikan atau unfavourable. Namun hal tersebut berbeda pada
segi biaya. Apabila anggaran lebih kecil dari realisasi maka selisih anggarannya
merugikan atau unfavourable. Sedangkan apabila anggaran lebih besar dari
realisasi maka selisih anggaran tersebut menguntungkan atau favourable”.
RSUD Bahteramas Provinsi Sulawesi tenggara dibangun secara bertahap
pada tahun 1969/1970 adalah milik Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara
berdasarkan SK Menkes No.51/Menkes/II/1979 tanggal 22 Februari 1979 dan
mampu bertahan serta berkembang sampai saat ini. Susunan struktur organisasi
5
berdasarkan SK Gubernur Provinsi Sulawesi Tenggara No. 77 tahun 1983
tanggal 28 Maret 1983. RSUD Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara adalah
badan layanan umum daerah yang bergerak dibidang jasa kesehatan dan diberi
tanggung jawab untuk meningkatkan pelayanan umum pada masyarakat dalam
upaya untuk memenuhi kebutuhan jasa, sarana dan prasarana serta fasilitas
penunjang dibidang kesehatan.
RSUD Bahteramas Provinsi Sulawesi tenggara mempunyai masalah pada
laporan realisasi anggaran BLUD tahun 2016. Belanja yang dilakukan lebih besar
daripada pendapatan sehingga pada laporan realisasi anggaran terjadi defisit.
Apabila hal ini terus dibiarkan hal seperti ini dapat berpengaruh terhadap rumah
sakit, sehingga membuat peneliti tertarik meneliti apakah dalam belanjanya
terdapat selish antara anggaran dengan realisasi biaya oprasional rumah sakit yang
unfavourable. Perlunya kontrol terhadap penggunaan anggaran merupakan hal
yang perlu diperhatikan oleh pihak manajemen rumah sakit agar didalam
oprasionalnya rumah sakit dapat menggunakan anggaran dengan efektif dan
efisien.
Berdasarkan uraian diatas dan melihat pentingnya pengendalian suatu
biaya, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai, “Penerapan
Akuntansi Pertanggungjawaban Sebagai Alat Pengendalian Biaya Pada RSUD
Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara”
6
1.2.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka rumusan
masalah
dalam
penelitian
ini
adalah
bagaimana
penerapan
akuntansi
pertanggungjawaban sebagai alat pengendalian biaya pada RSUD Bahteramas
Provinsi Sulawesi Tenggara.
1.3.
Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah untuk memahami
penerapan akuntansi pertanggungjawaban sebagai alat pengendalian biaya pada
RSUD Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara.
1.4.
Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang di harapkan dalam penelitian ini adalah:
1. Teoritis
Manfaat Teoritis dalam penelitian ini adalah;
a) Memberikan pengetahuan tambahan tentang pemikiran terhadap
akuntansi pertanggungjawaban.
b) Hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan pemahaman
megenai penerapan akuntansi biaya khususnya pada akuntansi
pertanggungjawaban.
2. Praktis
Manfaat Praktis dalam penelitian ini adalah:
a) Bagi penulis penelitian ini bermanfaat untuk menerapkan pengetahan
yang didapat selama perkuliahan.
7
b) Bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat dijadikan sebagai acuan
dalam penelitian berikutnya.
c) Bagi rumah sakit menjadi bahan kajian supaya lebih memperhatikan
akuntansi pertanggungjawaban sebagai pengendalian biaya untuk
miningkatkan kinerja rumah sakit.
1.5.
Ruang Lingkup Penelitian
Untuk membatasi masalah agar tidak terlalu luas maka peneliti membatasi
masalah pada pusat biaya dengan melihat laporan pertanggungjawaban anggaran
biaya oprasional BLUD tahun 2016.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian
yang dilakukan oleh Dannari (2013) dengan judul “Penerapan Akuntansi
Pertanggungjawaban Sebagai Alat Pengendalian Biaya dan Penilaian Kinerja
Pada Rumah Sakit Khusus Daerah Ibu Dan Anak Siti Fatimah Di Makassar”,
Penelitian ini berujuan untuk mengukur penerapan akuntansi pertanggungjawaban
sebagai alat pengendalian biaya dan penilaian kinerja pada RSKD Ibu dan Anak
Siti Fatimah. Penelitian ini memiliki kesamaan yaitu dengan sama-sama meneliti
akuntansi pertanggungjawaban dan pengendalian biaya serta pada dasarnya
RSKD Ibu dan Anak Siti Fatimah merupakan jenis rumah sakit milik pemerintah,
hanya saja penelitian ini berbeda dalam hal metode penelitian. Metode penelitian
yang dipakai yaitu analisis kualitatif dengan menggunakan pendekatan
fanomenologi dan berbeda dalam hal menentukan lokasi penelitian, penelitian
terdahulu dilakukan pada RSKD Ibu dan Anak Siti Fatimah Makassar, Sedangkan
Penelitian ini dilakukan di RSUD Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara.
Penelitian yang dilakukan oleh Mengko dan Tirayoh (2015) dengan judul
“Penerapan Akuntansi Pertanggungjawaban Dengan Menggunakan Anggaran
Sebagai Alat Pengendalian Biaya Pada PT. GoTrans Logistic Cabang Manado”
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui penerapan akuntansi
pertanggungjawaban dengan anggaran sebagai alat pengendalian biaya pada PT.
GoTrans Logisticcabang Manado. Penelitian ini memiliki kesamaan yaitu dengan
8
9
sama-sama meneliti akuntansi pertanggung jawaban dan pengendalian biaya,
hanya saja penelitian ini berbeda dalam hal menentukan lokasi penelitian,
penelitian yang terdahulu dilakukan pada PT. GoTrans Logistic Cabang Manado,
Sedangkan Penelitian ini dilakukan di RSUD Bahteramas Provinsi Sulawesi
Tenggara.
Selanjutnya yaitu Penelitian yang dilakukan oleh Nisak (2016) dengan
judul “Penerapan Akuntansi Pertanggungjawaban Sebagai Alat Pengendalian
Biaya Pada PT. Telkom Cabang Lamongan”. Penelitian yang dilakukan oleh
Nisak
bertujuan
untuk
mengetahui
bagaimana
penerapan
akuntansi
pertanggungjawaban terhadap efisiensi pengendalian biaya pada PT. Telkom
Cabang Lamongan. Penelitian ini memiliki kesamaan yaitu dengan sama-sama
meneliti akuntansi pertanggung jawaban dan pengendalian biaya, hanya saja
penelitian ini berbeda dalam hal menentukan lokasi penelitian, penelitian yang
terdahulu dilakukan pada PT. Telkomsel Regional Sulawesi Dan Papua,
Sedangkan Penelitian ini dilakukan di RSUD Baheteramas Provinsi Sulawesi
Tenggara.
Berikut ini adalah mapping penelitian terdahulu yang relefan dengan
penelitian ini, yakni penelitian yang menguji tentang Penerapan Akuntansi
Pertanggungjawaban Sebagai Alat Pengendalian Biaya :
10
Tabel 2.1 Mapping Penelitian Terdahulu
No.
1.
2.
Peneliti
Dannari
(2013)
Mengko
dan
Tirayoh
(2015)
Judul Penelitian
Teknik
Analisis
Kesimpulan Penelitian
Penerapan Akuntansi
Pertanggungjawaban
Sebagai Alat
Pengendalian BIaya
dan Penilaian Kinerja
Pada Rumah Sakit
Khusus Daerah Ibu
Dan Anak Siti
Fatimah Di
Makassar.
Analisis
kualitatif
dengan
menggunakan
pendekatan
fenomenologi.
1. Pelaksanaan akuntansi
pertanggungjawaban pusat
biaya yang dilakukan belum
dapat dijadikan sebagai alat
pengendalian biaya masih
terdapat selisih antara realisasi
biaya operasional yang lebih
besar daripada anggaran,
Penerapan Akuntansi
Pertanggungjawaban
Dengan
Menggunakan
Anggaran Sebagai
Alat Pengendalian
Biaya Pada PT.
GoTrans Logistic
Cabang Manado.
Analisis
Deskriptif.
2. Dari hasil analisis penerapan
akuntansi pertanggungjawaban
dalam menilai kinerja terlihat
bahwa kinerja dari pusat
pertanggungjawaban
mengalami penurunan,
sehingga dapatlah dikatakan
bahwa penerapan akuntansi
pertanggungjawaban belum
dapat digunakan dalam
pengawasan biaya.
Dari hasil penelitian
menunjukkan bahwa
penerapan akuntansi
pertanggungjawaban belum
berjalan dengan baik, dimana
manajemen belum menerapkan
sepenuhnya unsur-unsur
akuntansi pertanggungjawaban
dan tidak melakukan
penelusuran secara mendalam
atas penyimpangan yang
terjadi.
11
3.
Nisak
(2016)
Penerapan akuntansi
Pertanggungjawaban
Sebagai Alat
Pengendalian Biaya
Pada PT. Telkom
Cabang Lamongan
Analisis
Deskriptif.
1.PT.Telkom Lamongan telah
menerapkan sistem akuntansi
pertanggungjawaban dalam
organisasinya dengan cara
membagi-bagi pusat
pertanggungjawaban.
2. Perencanaan/anggaran yang
dibuat PT.Telkom Lamongan,
telah disusun sesuai dengan
tingkat manajemen dalam
organisasi.
3. Informasi akuntansi
pertanggungjawaban telah
menjadi alat kontrol pada
PT.Telkom untuk
melaksanakan/menggendalikan
aktivitasnya,
4. Sistem pelaporan yang
diterapkan pada PT.Telkom
Lamongan telah
dilaksanakan sesuai dengan
sistem akuntansi
pertanggungjawaban dengan
menetapkan antara realisasi
dengan anggaran dan
mengevaluasi sebab-sebab
terjadinya perbedaan.
12
2.2.
Konsep Akuntansi Pertanggungjawaban
2.2.1. Pengertian Akuntansi Pertanggungjawaban
Akuntansi pertanggungjawaban merupakan aspek penting dalam proses
pengendalian manajemen karena berisi informasi yang memudahkan manajemen
dalam hal pengendalian operasional suatu organisasi.
Hansen dan Mowen (2005:116) mendefinisikan bahwa “Akuntansi
pertanggungjawaban adalah sistem yang mengukur berbagai hasil yang dicapai
oleh setiap pusat pertanggungjawaban menurut informasi yang dibutuhkan oleh
para manajer untuk mengoperasikan pusat pertanggungjawaban mereka.
Adapun akuntansi pertanggungjawaban menurut Samryn (2012:261)
menyetakan bahwa “Akuntansi Pertanggungjawaban merupakan suatu sistem
akuntansi
yang
digunakan
untuk
mengukur
kinerja
setiap
pusat
pertanggungjawaban sesuai dengan informasi yang dibutuhkan manajer untuk
mengoperasikan pusat pertanggungjawaban mereka sebagai bagian dari sistem
pengendalian manajemen”.
Sedangkan menurut Garisson (2008:380) mendefinisikan bahwa “A system
of accountability in which managersare held responsible for those items of
revenueand cost – and only those items – over whichthe manager can exert
significant control. Themanagers are held responsible for differencesbetween
budgeted and actual result.”
“Akuntansi pertanggungjawaban adalah suatu sistem akuntansi dimana
manajer dibebani pendapatan dan biaya yang menjadi tanggung jawab dan yang
13
berada dalam kendalinya. Manajer bertanggung jawab atas perbedaan antara
anggaran dan realisasi”.
Akuntansi pertanggungjawaban pada hakekatnya adalah suatu sistem yang
membandingkan rencana (anggaran) dengan realisasinya dari setiap pusat
pertanggungjawaban untuk mengukur kinerja seseorang atau manajemen untuk
mencapai tujuan dari organisasi/perusahaan.
2.2.2. Pengertian Sistem Pertanggungjawaban
Sistem akuntansi pertanggungjawaban yaitu suatu sistem akuntansi yang
disusun sedemikian rupa sehingga pengumpulan dan pelaporan biaya dilakukan
sesuai dengan bidang pertanggungjawaban dalam organisasi, dengan tujuan agar
dapat dipilih orang yang bertanggung jawab terhadap penyimpangan dari biaya
dan penghasilan yang dianggarkan.
Menurut Simamora (2012:253), “Sistem akuntansi pertanggungjawaban
(responsibility accounting system) merupakan bagian dari informasi yang
disediakan bagi para manajer. Sistem ini merupakan sistem pengukuran keuangan
yang mencatat rencana dan kinerja anggaran menurut variabel keuangan yang
menjadi
tanggungjawab seorang manajer,
akuntansi
pertanggungjawaban
merupakan bagian dari informasi yang disediakan bagi manajer”
Pengendalian biaya dengan akuntansi pertanggungjawaban dilakukan
dengan cara menghubungkan biaya dengan orang yang bertanggung jawab
terhadap terjadinya biaya tersebut. Dimana setiap pusat pertanggungjawaban
menyusun anggaran biayanya masing-masing dengan memperhatikan tujuan
organisasi.
14
2.2.3. Manfaat Informasi Akuntansi Pertanggungjawaban
Menurut Mulyadi (2001:174) informasi akuntansi pertanggungjawaban
merupakan aktiva, pendapatan, dan/biaya, yang dihubungkan dengan manjer yang
bertanggungjawab terhadap pusat pertanggung jawaban tertentu. Manfaat
informasi akuntansi peranggungjawaban yaitu :
1.
Akuntansi pertanggungjawaban sebagai dasar penyusunan anggaran
Anggaran pada dasarnya merupakan penetapan peran dalam usaha.
Pencapaian tujuan perusahaan dan ditetapkan pula sumber ekonomi yang
disediakan
bagi
pemegang
peran
tersebut
untuk
memungkinkan
pelaksanaan perannya, yang diukur dengan satuan moneter standar yang
berupa informasi akuntansi, oleh karena itu, penyusunan anggaran hanya
mungkin dilakukan jika tersedia informasi akuntansi pertanggungjawaban
yang mengukur berbagai sumber ekonomi yang disediakan dalam usaha
pencapaian tujuan yang ditetapkan dalam tahun anggaran.
2.
Akuntansi pertanggungjawaban sebagai penilai prestasi manajer pusat
pertanggungjawaban.
Informasi akuntansi pertanggungjawaban merupakan informasi
yang penting dalam proses perencanaan dan pengendalian kegiatan
organisasi, yang menekankan hubungan antara informasi dengan manajer
yang bertanggungjawab terhadap perencanaan dan terjadinya kegiatan
perusahaan. Pengendalian dapat dilakukan dengan cara memberikan peran
bagi pihak manajer merencanakan pendapatan atau biaya yang menjadi
tanggung jawabnya dan kemudian menyajikan informasi realisasi
15
pendapatan dan biaya menurut manajer yang bertanggung jawab. Dengan
demikian, informasi akuntansi pertanggungjawaban mencerminkan skor
yang dibuat oleh pihak manajemen dalam menggunakan berbagai sumber
ekonomi untuk melaksanakan peran manajer tersebut dalam mencapai
tujuan perusahaan.
3.
Akuntansi pertanggungjawaban sebagai pemotivasi manajer
Anggaran berisi tolak ukur prestasi manajer yang dinyatakan
dalam
satuan
uang,
dan
juga
berisi
informasi
akuntansi
pertanggungjawaban yang memberikan tolak ukur prestasi manajer yang
diberi tanggung jawab untuk menyusun anggaran tersebut. dengan
demikian, informasi akuntansi pertanggungjawaban dalam anggaran dapat
berfungsi untuk memberi motivasi bagi manajer yang bersangkutan untuk
mencapai tolak ukur yang dinyatakan dalam informasi akuntansi tersebut.
Jika sistem penghargaan dalam perusahaan didasarkan pada informasi
akuntansi pertanggungjawaban, informasi ini akan berpengaruh terhadap
perilaku para manajer.
2.2.4. Karakteristik Akuntansi Pertanggungjawaban
Adapun karakteristik akuntansi pertanggungjawaban menurut Mulyadi
(2001:186), yaitu:
1.
Adanya identifikasi pusat pertanggungjawaban.
Akuntansi
pertanggungjawaban
mengeidentifikasikan
pusat
pertanggungjawaban sebagai unit organisasi seperti departemen, keluarga,
produk, tim kerja, atau individu. Apapun satuan pusat pertanggungjawaban
16
yang dibentuk, sistem akuntansi pertanggungjawaban membebankan
tanggungjawab kepada individu yang diberi wewenang. Tanggungjawab
dibatasi dalam satuan keuangan.
2.
Standar yang ditetapkan sebagai tolak ukur kinerja manajer yang
bertanggungjawab atas pusat pertanggungjawaban tertentu.
Setelah pusat pertanggungjawaban didefinisikan dan ditetapkan
sistem akuntansi pertanggungjawaban menghendaki ditetapkannya biaya
standar sebagai dasar untuk menyusun anggaran standar yang diperlukan
untuk mencapai sasaran yang telah ditetapkan. Biaya standar dan anggaran
merupakan ukuran kinerja manajer pusat pertanggungjawaban dalam
mewujudkan sasaran yang ditetapkan dalam anggaran.
3.
Kinerja manajer diukur dengan membandingkan realisasi dengan anggaran
Pelaksanaan anggaran merupakan penggunaan sumber daya oleh
manajer pusat pertanggungjawaban dalam mewujudkan sasaran yang
ditetapkan dalam anggaran. Penggunaan sumber daya ini diukur dengan
informasi akuntansi pertanggungjawaban, yang mencerminkan ukuran
kinerja manajer pusat pertanggungjawaban dalam mencapai sasaran
anggaran. Dengan informasi akuntansi pertanggungjawaban, secara
perinsip individu hanya dimintai pertanggungjawaban atas biaya yang ia
miliki. Informasi akuntansi pertanggungjawaban menyajikan informasi
biaya sesungguhnya dan informasi biaya yang dianggarkan kepada
manajer yang bertanggungjawab, untuk memungkinkan setiap manajer
17
mempertanggungjawabkan
pelaksanaan
anggaran
mereka
dan
memungkinkan mereka untuk memantau pelaksanaan anggaran mereka.
4.
Manajer secara individual diberi penghargaan atau hukuman berdasarkan
kebijakan manajemen yang lebih tinggi
Sistem penghargaan dan hukuman dirancang untuk memacu para
manajer dalam mengelola biaya biaya untuk mencapai target dan standar
biaya yang dicantumkan dalam anggaran. Atas dasar evaluasi penyebab
terjadinya penyimpangan biaya yang direalisasikan dari biaya yang
dianggarkan, para manajer secara individual diberi penghargaan dan
hukuman yang ditetapkan.
2.3.
Pusat Pertanggungjawaban
2.3.1. Pengertian Pusat Pertanggungjawaban
Menurut Samryn (2012:259) bahwa pusat pertanggungjawaban merupakan
suatu bagian dalam organisasi yang memiliki kendali atas terjadinya biaya,
perolehan pendapatan, atau penggunaan dana investasi. Keseluruhan pusat
pertanggungjawaban ini membentuk jenjang hirarki dalam organisasi tersebut.
Supriyono (2002:468) mengemukakan bahwa pusat pertanggungjawaban
adalah unit organisasi misalnya departemen, divisi, atau tim kerja atau bahkan
individu. Apapun unit organisasi tersebut, tanggungjawab dibebankan pada
individu yang diberi wewenang oleh atasannya.
Sedangkan menurut Mulyadi (2001:422) pusat pertanggungjawaban
merupakan suatu unit organisasi yang dipimpin oleh seorang manajer yang
bertanggungjawab. suatu pusat pertanggungjawaban dapat dipandang sebagai
18
suatu sistem yang mengolah masukan menjadi keluaran. Masukan suatu pusat
pertanggung jawaban yang diukur dalam satuan yang disebut dengan biaya,
sedangkan keluaran suatu
pusat pertanggungjawaban yang dinyatakan dalam
bentuk uang disebut dengan pendapatan
Pusat pertanggungjawaban
Masukan
Proses
Masukan x harga=biaya
Keluaran
Keluaran x harga=
Pendapatan
Gambar 2.1
Pusat Pertanggungjawaban sebagai suatu item
Sumber Mulyadi (2001 : 422)
Pusat pertanggung jawaban dibentuk untuk mencapai satu atau beberapa
maksud, maksud tersebut adalah tujuannya. Organisasi mempunyai tujuan, dan
manajemen puncak mengformulasikan strategi untuk mencapai tujuan. Tujuan
pusat pertanggungjawaban adalah untuk membantu penerapan strategi karena
organisasi merupakan perpaduan dari pusat-pusat pertanggungjawabannya, maka
andai strateginya sehat, dan sekiranya setiap pusat pertanggung jawaban mencapai
sasarannya, seluruh organisasi akan mencapai tujuannya.
19
2.3.2. Tipe pusat pertanggungjawaban
Menurut Mulyadi (2001:426) ada empat tipe pusat pertanggungjawaban
adalah sebagai berikut:
1. Pusat biaya adalah pusat pertanggungjawaban yang manajernya diukur
prestasinya atas dasar biayanya (nilai masukannya). Dalam pusat biaya,
keluarannya tidak dapat atau tidak perlu diukur dalam wujud pendapatan. Hal
ini disebabkan karena kemungkinan keluaran pusat biaya tersebut tidak dapat
diukur secara kuantitatif, atau kemungkinan manajer pusat biaya tersebut
tidak dapat bertanggungjawab atas keluaran pusat biaya tersebut.
2. Pusat pendapatan adalah pusat pertanggungjawaban yang manajernya diberi
wewenang untuk mengendalikan pendapatan pusat pertanggungjawaban
tersebut. Manajer pusat pendapatan diukur kinerjanya dari pendapatan yang
diperoleh pusat pertanggungjawaban dan tidak dimintai pertanggungjawaban
mengenai masukannya, karena dia tidak dapat mempengaruhi pemakaian
masukan tersebut.
3. Pusat laba adalah pusat pertanggungjawaban yang manajernya diberi
wewenang
untuk
mengendalikan
pendapatan
dan
biaya
pusat
pertanggungjawaban tersebut. Manajer pusat laba diukur kinerjanya dari
selisih antara pendapatan dengan biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh
pendapatan tersebut. Oleh karena itu dalam pusat laba, baik masukan maupun
keluarannya diukur dalam satuan rupiah untuk menghitung laba, yang dipakai
sebagai pengukur kinerja manajernya.
20
4. Pusat investasi adalah pusat laba yang manajernya diukur prestasinya
dengan menghubungkan laba yang diperoleh pusat pertanggungjawaban
tersebut dengan investasi yang bersangkutan. Ukuran prestasi manajer pusat
investasi dapat berupa rasio antara laba dengan investasi yang digunakan
untuk memperoleh laba tersebut
2.4.
Biaya Dan Klasifikasinya
2.4.1. Pengertian Biaya
Menurut Mulyadi (2000: 8-9) Biaya dalam artian luas dapat diartikan
sebagai pengorbanan sumber ekonomi, yang diukur dalam uang, yang telah terjadi
atau kemungkinan akan terjadi untuk mencapai tujuan tertentu. Ada empat unsur
pokok dalam definisi biaya tersebut di atas:
1. Biaya merupakan pengorbanan sumber ekonomi.
2. Diukur dalam satuan uang.
3. Yang telah terjadi atau yang secara potensial akan terjadi.
4. Pengorbanan tersebut untuk tujuan tertentu.
Biaya dalam artian sempit dapat diartikan sebagai pengorbanan sumber
ekonomi untuk memperoleh aktiva. Untuk membedakan pengertian biaya dalam
artian luas, pengorbanan sumber ekonomi untuk memperoleh aktiva ini disebut
dengan istilah cost.
21
2.4.2. Klasifikasi Biaya
Biaya berkaitan dengan semua tipe organisasi bisnis, non-bisnis,
manufaktur, eceran dan jasa. Umumnya, macam biaya yang terjadi dan cara
klsifikasinya biaya tergantung pada tipe organisasinya. Samryn (2012:36-39)
biaya diklasifikasikan sebagai berikut.
1.
Biaya Berdasrkan Perilaku Biaya
a) Biaya tetap, yaitu biaya yang konstan secara total sekalipun terjadi
perubahan tingkat aktivitas dalam suatu kisaran relevan tertentu.
b) Biaya variabel, yaitu biaya yang jumlahnya berubah secara proporsional
dengan perubahan tingkat aktivitas, biasanya disebut variabel karena
jumlahnya akan berubah secara proporsional jika terjadi perubahan volume
aktifitas.
c) Biaya semi variabel, selain dua kelompok biaya diatas yang jelas
perilakuannya, juga terdapat biaya yang berubah secara tidak proporsional
dengan perubahan volume aktivitas, biaya-biaya ini dikenal sebagai biaya
campuran atau biaya semi variabel karena didalamnya terdiri dari elemenelemen biaya variabel dan biaya tetap sekaligus
2.
Biaya Berdasarkan Pembebanan Pada Obyek Biaya
a) Biaya langsung, adalah suatu biaya yang dapat dengan mudah ditelusuri
hubungannya dengan obyek biaya tertentu. Dengan kata lain biaya
langsung adalah biaya yang dapat ditelusuri antara input dangan
outputnya.
22
b) Biaya tidak langsung, meliputi biaya-biaya yang tidak dapat dengan
mudah ditelusuri hubungannya dengan obyek yang dibiayai.
3.
Biaya Berdasarkan Pengambilan Keputusan
a) Biaya relevan, memiliki kriteria (1) akan terjadi pada masa yang akan
datang; dan (2) biasanya tersebut berbeda diantara alternatif keputusan
yang dipertimbangkan.
b) Biaya tidak relevan, biaya masa lalu dan tidak mempengaruhi kepusan
kedepan seperti halnya biaya tenggelam.
2.5.
Pengendalian Dan Pengendalian Biaya
2.5.1. Pengertian Pengendalian
Fungsi pengendalian adalah fungsi terakhir dari proses manajemen. Fungsi
ini sangat penting dan sangat menentukan pelaksanaan proses manajemen, karena
itu harus dilakukan dengan sebaik-baiknya. Pengendalian ini berkaitan erat
dengan fungsi perencanaan dan ke dua fungsi ini merupakan hal yang saling
mengisi, karena pengendalian harus terlebih dahulu direncanakan. Dengan
demikian peranan pengendalian ini sangat menentukan baik atau buruknya
pelaksanaan suatu rencana.
Menurut Simamora (2012:6)
bahwa ”Pengendalian (controlling)
merupakan proses pemastian bahwa rencana manajemen diterapkan secara
berhasil”.
Adapun menurut Samryn (2012:9) “Proses pengendalian terdiri dari suatu
rangkaian aktivitas yang diharapkan dapat menjamin bahwa suatu rencana benarbenar dilaksanakan atau dimodifikasi sesuai ubahan yang terjadi”.
23
Proses pengawasan dan pengendalian dapat dilaksanakan dengan
membandingkan rencana yang dibuat dangan informasi mengenai realissi
pelaksanaan rencana yang ditetapkan.
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pengendalian
merupakan proses pengaturan berbagai faktor dalam suatu organisasi, agar
memastikan apakah pelaksanaan rencana telah sesuai dengan yang ditetapkan.
2.5.2. Pengendalian Biaya
Pengertian pengendalian biaya menurut Siegel dan Shim (2000:110) yang
dikutip dari Dannari (2013) adalah sebagai berikut “Pengendalian Biaya adalah
langkah yang diambil oleh manajemen untuk memastikan bahwa tujuan biaya
yang dibuat pada tahap perencanaan dapat dicapai, dan untuk memastikan bahwa
semua segmen fungsi organisasi dalam perilakunya konsistensi dengan kebijakankebijakan untuk pengawasan biaya yang efektif”.
Pengertian pengendalian biaya menurut Simamora (2012:301) yang
dikutip dari Dannari (2013) sebagai berikut:
“Pengendalian biaya adalah
perbandingan kinerja aktual dengan kinerja standar, penganalisisan selisih-selisih
yang
timbul
dikendalikan
guna
dan
mengidentifikasikan
pengambilan
tindakan
penyebab-penyebab
untuk
dapat
yang
membenahi
dapat
atau
menyesuaikan perencanaan dan pengendalian dimasa yang akan datang”.
Beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan pengendalian biaya adalah
tindakan yang dilakukan untuk mengarahkan kegiatan agar tidak menyimpang
dengan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Pengendalian biaya ini dapat
dilakukan melalui anggaran biaya yang secara kontinu diadakan pengawasan
24
secara analisis terhadap penyimpangan yang terjadi sehingga dapat diketahui
penyebab terjadinya penyimpangan atas selisih tersebut kemudian dilakukan
tindak lanjut agar kerugian yang terjadi relatif kecil. Tanggungjawab atas
pengendalian biaya harus ditetapkan kepada orang yang membuat anggaran untuk
biaya yang dikendalikannya. Tanggungjawab ini terbatas hanya pada biaya-biaya
yang dapat dikendalikan, dan pelaksanaan kerja tiap individu harus diukur dengan
membandingkan biaya sebenarnya dengan biaya yang dianggarkan. Jadi
pengendalian biaya merupakan suatu tindakan dalam membandingkan antara
anggaran dengan realisasi biaya, dan apabila terjadi penyimpangan harus
dilakukan analisis untuk mengetahui apa penyebabnya.
Selisih anggaran yang terjadi antara anggaran dan realisasinya ada yang
menguntungkan (favourable) dan ada yang merugikan (unfavourable). Menurut
Welsch, Hilton dan Gordon (2000) yang dikutip dalam Valentina (2010) “Dalam
menentukan favourable dan unfavourable terdapat perbedaan yang sangat
signifikan antara pendapatan dan biaya. Dari segi pendapatan, apabila anggaran
lebih kecil dari realisasi maka selisih anggaran yang terjadi menguntungkan atau
favourable. Sedangkan apabila anggaran lebih besar dari realisasi maka selisih
anggaran tersebut merugikan atau unfavourable. Namun hal tersebut berbeda pada
segi biaya. Apabila anggaran lebih kecil dari realisasi maka selisih anggarannya
merugikan atau unfavourable. Sedangkan apabila anggaran lebih besar dari
realisasi maka selisih anggaran tersebut menguntungkan atau favourable”.
25
Tahap-tahap pengendalian menurut Anthony, dkk (2001:346) adalah
sebagai berikut :
1.
Pemrograman
2.
Penganggaran
3.
Operasi dan pengukuran
4.
Pelaporan dan analisa
Keempat tahap diatas merupakan suatu rangkaian (siklus) tertutup, dimana
setiap tahap mengawali tahap berikutnya dan akhirnya menghasilkan suatu sistem
pengendalian
manajemen yang sistematis. Pengendalian biaya pada sistem
akuntansi pertanggungjawaban dilakukan dengan memberi peran kepada manajer
pusat pertanggungjawaban berupa wewenang dan tanggung jawab terhadap unit
yang dipimpinnya.
2.6.
Syarat-Syarat Penerapan Akuntansi Pertanggungjawaban
Terdapat
lima
syarat
utama
dalam
menerapkan
akuntansi
pertanggungjawaban yaitu:
2.6.1. Struktur Oraganisasi
Menurut Simamora (2012:4) Organisasi adalah sekelompok orang dengan
karakteristik berikut:
1.
Mempunyai tujuan bersama.
2.
Adanya pembagian tenaga kerja yang yang jelas.
3.
Segmen-segmen organisasi diintegritaskan dengan sistem pengambilan
keputusan berdasarkan informasi.
4.
Kelompok yang memiliki kesinambungan sepanjang waktu.
26
Pengertian organisasi secara umum adalah sekelompok manusia yang
bekerja bersama-sama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan, sehingga
dalam organisasi sangat diperlukan pembagian tugas secara jelas pada masingmasing individu agar dapat mengetahui tugas yang harus dilaksanakan dan
menjadi tanggung jawab pada masing-indivudu. Dengan adanya pembagian tugas,
akan memudakan pimpinan untuk melakukan kontrol terhadap semua pelaksanaan
yang telah ditetapkan sehingga tujuan dapat dicapai secara efektif dan efisien.
Struktur organisasi merupakan pengaturan garis tanggungjawab dalam satu
entitas yang disusun untuk mencapai tujuan berersama orang-orang yang berada
pada jajaran garis tersebut, Dalam konteks hubungannya antara akuntansi
pertanggungjawaban
dengan
organisasi,
dapat
dilihat
bahwa
akuntansi
pertanggungjawaban yang menjadi objek penelitian yaitu unit organisasi yang
dianggap
sebagai
organisasi/perusahaan
pusat
berarti
pertanggungjawaban.
semakin
banyak
Semakin
kelompok
manusia
besar
yang
bekerjasama, dimana setiap kelompok akan diawasi oleh seorang yang
bertanggungjawab atas kelompok tersebut dan mempertanggungjawabakan
pekerjaannya ke tingkat yang lebih tinggi.
2.6.2. Anggaran
Menurut Mulyadi (2001:488) “Anggaran adalah suatu rencana kerja yang
dinyatakan secara kuantitatif, yang diukur dalam satuan moneter standar dan
satuan ukuran yang lain, yang mencakup jangka waktu satu tahun”.
Menurut Anthony dan Govidarajan (2009:73) anggaran memiliki
karakteristik-karakteristik sebagai berikut:
27
1.
Anggaran mengestimasikan potensi laba dari unit-unit bisnis tersebut
2.
Dinyatakan dalam istilah moneter, walaupun jumlah moneter mungkin
didukung oleh jumlah non moneter
3.
Biasanya meliputi waktu selama satu tahun.
4.
Merupakan komitmen dari manajemen.
5.
Usulan anggaran ditinjau dan disetujui oleh pejabat yang lebih tinggi
wewenangnya dari pembuat anggaran.
6.
Setelah disetujui, anggaran hanya dapat diubah dalam kondisi-kondisi
tertentu
7.
Secara berkala, kinerja keuangan aktual dibandingkan dengan anggaran dan
varians dianalisis serta dijelaskan.
Pada umumnya untuk melihat kinerja suatu organisasi dapat dilihat dari
anggaran dan realisasi biaya dimana dari anggaran tersebut dapat dilihat
varians/selisih serta dianalisis dan dijelakan penyebab terjadinya selisih tersebut.
2.6.3. Biaya Terkendali Dan Tidak Terkendali
Mengingat dalam akuntansi pertanggungjawaban dan pengendalian biaya
mengharuskan pembebanan biaya atas biaya-biaya yang dapat dikendalikan,
pengklasifikasian biaya-biaya yang dapat dikendalikan, maka pengklasifikasian
biaya terkendali dan biaya tidak terkendali harus ada pada sistem akuntansi
pertanggungjawaban. Pemisahan suatu biaya ke dalam biaya terkendali dan tidak
terkendali selalu berhubungan dengan:
28
A. Tingkatan Manajemen
Suatu biaya yang tidak terkendali oleh seorang manajer bagian mungkin
merupakan biaya terkendalikan bagi manajer departemen yang membawahinya.
Sebaliknya suatu biaya yang terkendalikan oleh manajer departemen belum tentu
merupakan biaya terkendalikan bagi manajer bagian yang berada dibawahnya.
B. Jangka Waktu
1.
Biaya terkendali (controllablecost)
Definisi biaya terkendali oleh Supriyono (2008:35) adalah sebagai berikut:
“Biaya terkendalikan adalah biaya yang secara langsung dapat dipengaruhi oleh
seorang pimpinan tertentu dalam jangka waktu tertentu.”
Menurut Horngren Et.al. (2008:309), yaitu: “A controllable cost is cost
that can beinfluenced or affected by particularmanager in the short run.”
“Biaya terkendalikan adalah biaya yang dapat dipengaruhi oleh seorang
pimpinan tertentu dalam jangka pendek.”
2.
Biaya tidak terkendali (uncontrollablecost)
Definisi biaya tidak terkendali oleh Horngren Et.al. (2008:305) adalah
sebagai berikut: “A uncontrollable cost is any cost that cannot beaffected by the
management of a responsibility centre within a given time span.”
“Biaya yang tidak terkendali adalah biaya yang tidak dapat dipengaruhi
oleh seorang pimpinan atau pejabat tertentu berdasar wewenang yang ia miliki
atau dapat dipengaruhi oleh seorang pejabat dalam jangka waktu tertentu.”
Biaya yang semula tidak dapat dikendaliakan dapat diubah menjadi
terkendalikan melalui dua cara yaitu:
29
A.
Mengubah dasar pembebanan biaya
Biaya-biaya yang dialokasikan kepada pusat pertanggungjawaban dengan
rumus-rumus tertentu merupakan biaya yang dikendalikan karena tidak
mencerminkan hubungan sebab akibat, sehingga tidak mencerminkan tanggung
jawab itu. Untuk mengubah menjadi biaya terkendali, biaya tersebut harus
dibebankan sedemikian rupa sehingga dapat dipengaruhi secara signifikan oleh
manajer pusat pertanggungjawaban yang bersangkutan.
B.
Mengubah letak tanggungjawab pengambilan keputusan.
Cara lain untuk mengubah biaya tak terkendali menjadi terkendalikan
adalah dengan mengubah letak tanggung jawab pengambilan keputusan dengan
pendelegasian wewenang dari manajemen puncak kepada menejer pusat
pertanggung jawaban mengakibat menejer tersebut berada dalam posisi dapat
mempengaruhi secara signifikan biaya-biaya tertentu yang semula berada diluar
tanggung jawabnya.
2.6.4. Klasifikasi Kode Rekening
Definisi kode rekening menurut Mulyadi dikutip dalam Putri (2005),
“Susunan kode rekening merupakan suatu kode yang biasa digunakan untuk
memudahkan dalam proses pengolahan data, yang biasanya berupa angka, huruf
atau kombinasi keduanya. Oleh karena itu biaya yang terjadi dikumpulkan untuk
setiap tingkat manajemen, maka biaya-biaya tersebut harus digolongkan dan
diberi kode sesuai dengan tingkat manajemen yang terdapat dalam struktur
organisasi. Setiap tingkatan manajeman merupakan pusat pertanggungjawaban
dan akan dibebani dengan biaya-biaya yang terjadi didalamnya yang dipisahkan
30
antara biaya terkendali dan tidak terkendali”. Pemberian kode dapat di laksanakan
dengan cara berdasarkan metode kode kelompok (group code method), kode
kelompok mempunyai sifat khusus sebagai berikut:
a. Posisi masing-masing angka mempunyai arti, dimana angka yang paling
kiri merupakan kode golongan perkiraan dan angka paling kanan adalah
kode jenis rekening.
b. Setiap kode dalam golongan perkiraan terdiri dari angka-angka yang sudah
ditetapkan terlebih dahulu, dimana masing-masing angka mewakili jenis
rekening.
2.6.5. Sistem Pelaporan Biaya
Definisi sistem pelaporan biaya menurut Wilson dan Campbell yang
dikutip dalam Putri (2005). “Sistem pelaporan biaya adalah suatu sistem
pertanggungjawaban yang berisi perbandingan antara standar dan realisasi. Agar
tujuan dapat tercapai, maka harus diperhatiakan lima perinsip dasar penyajian
laporan, seperti yang dikemukakan adalah:
1.
Harus diterapkan konsep “pertanggungjawaban”.
2.
Sedapat mungkin harus diterapkan perinsip “Pertanggungjawaban”.
3.
Secara umum angka-angka harus dapat diperbandingkan.
4.
Sejauh yang dapat dilaksanakan, data harus semakin ringkas untuk jenjang
pimpinan yang semakin tinggi.
5.
Laporan-laporan pada umumnya harus mencakup komentar-komentar
interpretative atau yang jelas dengan sendirinya”.
31
Menurut Mulyadi yang dikutip dalam Hernawati (2014) Format umum
laporan pertanggungjawaban biaya berisi informasi berikut:
1. Nomor kode rekening biaya.
2. Jenis biaya.
3. Realisasi bulan ini.
4. Anggaran biaya bulan ini.
5. Penyimpangan biaya bulan ini.
6. Realisasi biaya sampai bulan ini.
7. Anggaran biaya sampai bulan ini.
8. Penyimpangan biaya sampai dengan bulan ini.
2.7.
Kerangka Pikir
Akuntansi pertanggungjawaban adalah sistem yang mengukur berbagai
hasil yang dicapai oleh setiap pusat pertanggungjawaban dan terkait dengan
fungsi pengawasan pada suatu organisasi dalam pusat-pusat pertanggungjawaban.
Pada masing-masing pusat pertanggungjawaban memiliki sub-sub bagian dimana
jumlah dan jenis disesuaikan dengan kebutuhan suatu organisasi.
Untuk menerapkan sistem akuntansi pertanggungjawaban maka perlu
diperhatikan syarat-syarat tujuan dan sasaran yang ingin dicapai, adapun syaratsyarat tersebut antara lain:
1. Struktur Organisasi yang menetapkan secara tegas wewenang dan
tanggung jawab tiap tingkatan manajemen.
2. Anggaran biaya yang disusun untuk tiap tingkatan manajemen
32
3. Penggolongan
biaya
sesuai
dengan
dapat
dikendalikan
tidaknya
(controllability) biaya oleh manajemen tertentu dalam operasi.
4. Terdapatnya susunan kode rekening yang dikaitkan dengan kewenangan
pengendalian pusat pertanggungjawaban.
5. Sistem pelaporan biaya kepada manajer yang bertanggung jawab
(responsibility reporting).
Akuntansi pertanggungjawaban menjadi sangat penting pada RSUD
Bahteramas Prov.Sultra untuk mengetahui pelaksanaan tanggung jawab suatu
bagian/divisi dalam melakukan pengendalian biaya sesuai dengan yang
dianggarkan. Pada dasarnya untuk melihat pengendalian biaya pada rumah sakit
perlu dilakukan perbandingan antara anggaran dengan realisasi biaya yang
menghasilkan selisih kemudian selish tersebut dianalisis apakah didalam
oprasionalnya terdapat selisih yang favourable dan unfavourable. maka yang
menjadi masalah bagi RSUD Bahtramas Provinsi Sulawesi Tenggara adalah
sejauh mana penerapan akuntansi pertanggungjawaban yang dilakukan oleh
RSUD Bahteramas Provinsi Sulwesi Tenggara sebagai alat pengendalian biaya.
Berdasarkan uraian diatas, maka secara skematis krangka pikir penelitian
ini dapat digambarkan sebagai berikut:
33
Skema 2.1
Kerangka Pemikiran
Penerapan Akuntansi Pertanggungjawaban Sebagai Alat
Pengendalian Biaya Pada RSUD Bahteramas Provinsi Sulawesi
Tenggara
Studi Teoritis
1. Akuntansi
Pertanggungjawaban.
2. Pengendalian Biaya.
Fakta Empirik
1. Penelitian Terdahulu.
2. Fenomena lebih besar
belanja daripada
pendapatan
mrngakibatkan defisit
pada LRA RSUD
Bahteramas Prov.
Sultra tahun 2016
Bagaimana penerapan akuntansi pertanggungjawaban
sebagai alat pengendalian biaya pada RSUD
Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara.
Metode Analisis
Analisis Deskriptif
Hasil Penelitian
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1.
Obyek Penelitian
Adapun yang menjadi obyek penelitian yang dilakukan adalah penerapan
akuntansi pertanggungjawaban sebagai alat pengendalian biaya pada RSUD
Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara yang berlokasi di Jl. Kapten Pierre
Tendean no 50 Baruga Kendari.
3.2.
Jenis Dan Sumber Data
3.2.1. Jenis Data
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Data kuantitatif yaitu data dapat dinyatakan dalam bentuk angka-angka
yang dapat dihitung. Contoh data kuantitatif adalah catatan akuntansi yang
berupa jurnal dan laporan keuangan.
2. Data kualitatif dalam penelitian ini yaitu data berupa keterangan teoritis,
penjelasan, baik yang berasal dari pimpinan, personalia, maupun staf yang
berhubungan dengan penelitian ini.
3.2.2. Sumber Data
1. Data Primer, yaitu sumber data yang diperoleh langsung dari sumber asli
(tidak melalui media perantara) yang berupa opini subjek (orang) secara
individual atau kelompok dengan cara wawancara.
2. Data Sekunder, yaitu sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secara
tidak langsung melalui perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak lain)
misalnya: sejarah singkat RSUD Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara,
34
35
struktur organisasi RSUD Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara,
laporan keuangan, serta literatur yang berhubungan dengan penelitian.
3.3.
Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1.
Wawancara, dilakukan dengan pegawai RSUD Bahteramas Provinsi
Sulawesi Tenggara untuk memperoleh informasi mendalam tentang
berbagai hal yang berkaitan dengan akuntansi pertanggungjawaban
sebagai alat pengendalian biaya pada RSUD Bahteramas Provinsi
Sulawesi Tenggara. Wawancara yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu
wawancara tidak struktur (bebas), dimana peneliti tidak menggunakan
pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap
untuk pengumpulan datanya. Pedoman wawancara yang digunakan hanya
berupa garis-garis besar permasalahan yang akan ditanyakan.
2.
Dokumentasi yaitu mengadakan kajian terhadap dokumen-dokumen
RSUD Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara.
3.4.
Metode Analisis
Untuk menganalisa data yang telah diperoleh, penulis menggunakan
metode
analisis
deskriptif
yaitu
menjelaskan
penerapan
akuntansi
pertanggungjawaban sebagai alat pengendalian biaya pada RSUD Bahteramas
Provinsi Sulawesi Tenggara.
36
3.5.
1.
Definisi Operasional
Akuntansi Pertanggungjawaban adalah suatu sistem akuntansi yang
disusun sedemikian rupa berdasarkan pengumpulan data, pelaporan biaya,
serta penghasilan yang diperoleh.
2.
Pengendalian adalah kegiatan untuk membandingkan dan mengambil
tindakan setelah perbandingan antara perencanaan yang manajemen
lakukan secara efektif dan efisien.
3.
Struktur organisasi adalah pengaturan garis tanggungjawab dalam suatu
entitas yang disusun untuk mencapai tujuan bersama orang-orang yang
berada pada jajaran garis tersebut.
4.
Anggaran adalah perencanaan formal bagi kegiatan suatu entitas diperiode
mendatang yang disusun secara sistematis yang diungkapkan dalam bentuk
satuan kualitatif, biasanya dengan periode satu tahun.
5.
Biaya terkendali adalah biaya dimana pimpinan pusat pertanggungjawaban
dapat dipengaruhi ada tidaknya dan besar kecilnya biaya tersebut.
6.
Biaya
tak
terkendali
adalah
biaya
dimana
pimpinan
pusat
pertanggungjawaban tidak dapat mempengaruhi besar kecilnya biaya.
7.
Kode rekening adalah suatu kode yang biasa digunakan untuk
memudahkan dalam proses pengolahan data, yang biasa berupa angka,
huruf atau kombinasi keduanya.
8.
Sistem pelaporan biaya adalah suatu sistem pertanggungjawaban yang
berisi perbandingan antara standar dan realisasinya.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1.
Gambaran Umum RSUD Bahteramas Prov.Sultra
RSUD Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara dibangun secara bertahap
pada tahun 1969/1970 dengan sebutan “Perluasan Rumah Sakit Kendari” adalah
milik Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara dengan klasifikasi type C
berdasarkan SK Menkes No.51/Menkes/II/1979 tanggal 22 Februari 1979.
Susunan Struktur Organisasi berdasarkan SK Gubernur Provinsi Sulawesi
Tenggara No. 77 tahun 1983 tanggal 28 Maret 1983.
Pada tanggal 21 Desember 1998, RSU Provinsi Sulawesi Tenggara
meningkat klasifikasinya menjadi Type B (Non Pendidikan) sesuai dengan SK
Menkes No. 1482/Menkes/SK/XII/1998, yang ditetapkan dengan Perda No. 3
tahun 1999 tanggal 8 Mei 1999. Kedudukan Rumah Sakit secara teknis berada
dibawah Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara, dan secara operasional
berada dibawah dan bertanggungjawab kepada Gubernur. Sesuai dengan
kebutuhan pendidikan medik di Sulawesi Tenggara maka sejak tahun 2013 RSUD
Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara telah terakreditasi menjadi RS Type B
Pendidikan.
Pada tanggal 18 Januari 2005, RSU Provinsi Sulawesi Tenggara telah
terakreditasi untuk 5 pelayanan yaitu Administrasi Manajemen, Pelayanan Medik,
Pelayanan Gawat Darurat, Pelayanan Keperawatan dan Rekam Medis sesuai
dengan SK Dirjen Yanmed No. HK.00.06.3.5.139. Selanjutnya Akreditasi 12
Pelayanan sesuai dengan SK Dirjen Yanmed No. HK.00.06.3.5.139.tanggal 31
37
38
Desember 2010, yang meliputi pelayanan Administrasi dan Manajemen,
Pelayanan Medik, Pelayanan Gawat Darurat, Pelayanan Keperawatan, Pelayanan
Rekam
Medis,
Laboratorium,
Pelayanan
Pelayanan
Radiologi,
Peristi,
Pelayanan
Pelayanan
Kamar
Farmasi,
Pelayanan
Operasi,
Pelayanan
Pencegahan Infeksi, Pelayanan Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
Sesuai dengan Undang-Undang Rumah Sakit No. 44 Tahun 2009 dan
untuk meningkatkan mutu pelayanan, maka RSU Prov. Sultra telah menjadi
Badan Layanan Umum Daerah yang ditetapkan melalui Surat Keputusan
Gubernur Sulawesi Tenggara Nomor : 653 Tahun 2010 tanggal 15 Oktober 2010.
Pada tanggal 21 November 2012 RSU Prov. Sultra pindah lokasi dan berubah
nama menjadi Rumah Sakit Umum Daerah Bahteramas Provinsi Sulawesi
Tenggara (RSUD Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara), yang diresmikan
penggunaannya oleh Menteri Koordinator Bidang Ekonomi dan Keuangan RI, Ir.
H. Hata Rajasa dan Gubernur Sulawesi Tenggara, H.Nur Alam SE. Pada tahun
2013 telah terakreditasi menjadi Rumah Sakit Pendidikan (SK Mentri Kesehatan
No. Tahun 2013).
4.1.1. Visi Dan Misi, Moto, Nilai Dasar, Filosofi
RSUD Bahteramas
Prov.Sultra
1. Visi : Rumah Sakit Unggulan Dalam Pelayanan Kesehatan Rujukan,
Pendidikan dan Penelitian di Sulawesi Tenggara Tahun 2018.
2. Misi : Untuk mencapai Visi yang telah ditetapkan tersebut RSUD
Bahteramas mempunyai Misi sebagai berikut :
1.
Meningkatkan pelayanan kesehatan prima berlandaskan etika profesi
39
2.
Menyelenggarakan pendidikan profesi dokter, pendidikan kesehatan
lainnya serta pelatihan dan penelitian.
3.
Pengembangan sarana dan prasarana untuk menunjang rumah sakit
pendidikan.
4.
Meningkatkan
profesionalisme
sumber
daya
manusia
dan
kesejahteraan karyawan.
3. Motto : Melayani Dengan Hati & Senyum.
4. Nilai-Niai Dasar : Ketulusan, Kepedulian, Kerendahan Hati, Keakraban
dan Kesportifan.
5. Filosofi : Melayani Dengan Baik Merupakan Ibadah.
4.1.2. Struktur Organisasi RSUD Bahteramas Prov. Sultra
Secara umum struktur organisasi dan tata kerja RSUD Bahteramas Prov.
Sultra diatur oleh keputusan Direktur Rumah Sakit Umum Provinsi Sulawesi
Tenggara Nomor: 1108a Tahun 2010 dimana penjabaran tugas pokok dan fungsi
setiap bagian diatur dalam Bab III Pasal 4-59.
Pimpinan RSUD Bahteramas Prov. Sultra disebut Direktur dan menduduki
jabatan struktural eselon II.b. Direktur dibantu oleh 3 (tiga) orang Wakil Direktur
yaitu: Wakil Direktur Pelayanan, Wakil Direktur Umum dan Keuangan, dan wakil
Direktur Perencanaan dan Diklat, masing-masing menduduki jabatan struktural
eselon III.a.
Wakil Direktur Pelayanan membawahi 3 (tiga) bidang, yakni Bidang
Pelayanan Medis, Bidang Pelayanan Keperawatan, dan Bidang Penunjang
Pelayanan. Wakil Direktur Umum dan Keuangan membawahi 3 (tiga) bagian,
40
yakni Bagian Umum, Bagian Sumber Daya Manusia dan Bagian Keuangan.
Wakil Direktur Perencanaan dan Diklat membawahi 3 (tiga) Bidang, yakni
Bidang Perencanaan dan Evaluasi, Bidang Informasi dan Rekam Medis, Bidang
Diklat dan Litbang. Kepala Bidang dan Kepala Bagian menduduki jabatan
struktural eselon III B. Kepala Seksi dan Kepala Sub Bagian menduduki jabatan
struktural eselon IV.a.
Selain jabatan struktural juga terdapat kelompok fungsi yang terdiri dari
Komite Medik, Komite Keperawatan, Komite Pencegahan Infeksi, Komite
Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Komite Keselamatan Pasien, Komite Etik dan
Hukum, Staf Medis Fungsional (SMF), Instalasi, dan jabatan fungsional lain.
Untuk pengawasan, terdapat Satuan Pengawas Intern dan Dewan Pengawas.
Untuk menunjang kegiatan pelayanan, terdapat 15 Instalasi di RSUD
Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara yaitu Instalasi Rawat Jalan, Instalasi
Rawat Inap, Instalasi Gawat Darurat (IGD), Instalasi Perawatan Intensif (ICU),
Instalasi Radiologi, Instalasi Patologi Klinik (Laboratorium), Instalasi Patologi
Anatomi, Instalasi Farmasi, Instalasi Bedah Sentral, Instalasi Rehabilitas Medik,
Instalasi Gizi, Instalasi Pemeliharaan Sarana Rumah Sakit (IPSRS), Instalasi
Sanitasi, Instalasi Binatu, dan Instalasi Pemulasaran Jenazah.
41
42
4.2.
Hasil Penelitian
4.2.1. Anggaran Dan Realisasi Biaya Operasional
Adapun data anggaran dan realisasi biaya operasional BLUD RSUD
Bahteramas Prov. Sultra tahun 2016 adalah sebagai berikut.
Tabel 4.1 Anggaran Dan Realisasi Biaya Operasioal BLUD Tahun 2016
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
Biaya
Operasional
Honorium
Anggaran
Realisasi
Selisih
Persentase
851.125.000
Rp. 502.435.000
Rp. 348.690.000
41%
Rp.29.571.339.483
Rp.29.368.951.470
Rp. 202.388.013
1%
Rp.25.793.240.471
Rp.22.995.151.352
Rp. 2.798.089.119
11%
Rp. 3.794.071.912
Rp. 3.352.517.846
Rp. 441.554.066
12%
Rp.
767.985.000
Rp. 388.572.638
Rp. 379.412.362
49%
Rp.
155.000.000
Rp. 140.900.000
Rp.
14.100.000
9%
Rp. 2.004.324.780
Rp. 1.758.320.505
Rp. 246.004.275
12%
Rp. 3.859.600.000
Rp. 3.496.510.100
Rp. 363.089.900
9%
Rp.
Rp.
Rp.
3.064.800
3%
Rp
Biaya Jasa
Pelayanan
Biaya Bahan
Biaya Barang
Dan Jasa
Biaya Pelayanan
Lainnya
Biaya Kegiatan
Kemitraan
Biaya
Administrasi
Kantor
Biaya Barang
Dan Jasa
Biaya Promosi
Biaya Umum Dan
Administrasi
lainnya
Biaya
Pemeliharaan
Peralatan Dan
Mesin
Biaya
Pemeliharaan
Total
100.000.000
96.935.200
Rp. 1.866.970.000
Rp. 1.286.817.783
Rp. 580.152.217
31%
Rp. 1.991.000.000
Rp. 1.142.473.292
Rp. 848.526.708
43%
Rp. 3.645.215.025
Rp. 2.670.392.623
Rp. 974.822.402
27%
Rp.74.399.871.671
Rp.67.199.977.809
Rp. 7.199.893.862
10%
Sumber: Data Diolah
Berdasarkan tabel 4.1. Anggaran Honorium adalah Rp.851.125.000,
realisasi sebesar Rp.502.435.000, dan selisih sebesar Rp.348.690.000 dengan
presentase 41%.. Anggaran Biaya Jasa Pelayanan adalah Rp.29.571.339.483,
43
realisasi sebesar Rp.29.368.951.470, dan selisih sebesar Rp.202.388.013 dengan
presentase 1%. Anggaran Biaya Bahan adalah Rp.25.793.240.471, realisasi
sebesar Rp.22.995.151.352, dan selisih sebesar Rp.2.798.089.119 dengan
presentase 11%. Anggaran Biaya Barang dan Jasa adalah Rp. 3.794.071.912,
realisasi sebesar Rp.3.352.517.846, dan selisih sebesar Rp.441.554.066 dengan
presentase 12%. Anggaran Biaya Pelayanan Lainnya adalah Rp.767.985.000,
realisasi sebesar Rp.388.572.638, dan selisih sebesar Rp.379.412.362 dengan
presentase 49%.
Anggaran Biaya Kegiatan Kemitraan adalah Rp.155.000.000, realisasi
sebesar Rp.140.900.000, dan selisih sebesar Rp.14.100.000 dengan presentase
9%. Anggaran Biaya Administrasi Kantor adalah Rp.2.004.324.780, realisasi
sebesar Rp.1.758.320.505, dan selisih sebesar Rp.246.004.275 dengan presentase
12%. Anggaran Biaya Barang dan Jasa adalah Rp.3.859.600.000, realisasi sebesar
Rp.3.496.510.100, dan selisih sebesar Rp.363.089.900 dengan presentase 9%.
Anggaran Biaya Promosi adalah Rp.100.000.000, realisasi sebesar Rp.96.935.200,
dan selisih sebesar Rp.3.064.800 dengan presentase 3%. Anggaran Biaya Umum
dan
Administrasi
Lainnya
adalah
Rp.1.866.970.000,
realisasi
sebesar
Rp.1.286.871.783, dan selisih sebesar Rp.580.152.217 dengan presentase 31%.
Anggaran Biaya Pemeliharaan Peralatan dan Mesin adalah Rp.1.991.000.000,
realisasi sebesar Rp.1.142.473.292, dan selisih sebesar Rp.848.526.708 dengan
presentase 43%. Anggaran Pemeliharaan adalah Rp.3.645.215.025, realisasi
sebesar Rp.2.670,392.623 dan selisih sebesar Rp.974.822.402 dengan presentase
27%
44
4.2.2. Syarat-Syarat Akuntansi Pertanggungjawaban
4.2.2.1. Anggaran
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukakan peneliti dengan kasubag
akuntansi dan verifikasi RSUD Bahteramas Prov. Sultra. Penyusunan anggaran
disusun oleh setiap bagian dari fungsi-fungsi yang terkait dalam rumah sakit
untuk melaksanakan program kerja sesuai dengan kondisi dan kebutuhan rumah
sakit. anggaran disusun berdasarkan nilai historis atau data masa lalu. Anggaran
yang telah ada dapat disesuaikan dengan situasi dan kondisi rumah sakit yang
mungkin berubah. Pada dasarnya anggaran RSUD Bahteramas Prov. Sultra
direncanakan berdasarkan bagian-bagian dari rumah sakit. Setelah anggaran biaya
rumah sakit disusun, anggaran tersebut diajukan ke tingkat yang lebih atas
dilaporkan ke BPKAD Provinsi kemudian dilanjutkan ke DPRD Provinsi untuk
diadakan rapat paripurna tentang anggaran yang akan disetujui, hasil rapat DPRD
Provinsi ini kembali diserahkan ke BPKAD Provinsi dan selanjutnya anggaran
yang telah disetujui dari BPKAD Provinsi dikembalikan lagi ke rumah sakit.
proses penyususan anggaran pada dasarnya mengacu pada rencana kegiatan
anggaran rumah sakit selama 1 tahun.
4.2.2.2. Biaya Terkendali dan Tidak Terkendali
Berdasrkan hasil wawancara yang dilakukan peneliti dengan staf bagian
keuangan yang merangkap sebagai PPTK rumah sakit. RSUD Bahtramas dalam
kegiatan operasionalnya melakukan pemisahan Biaya Terkendali dan Tidak
terkendali. Adapun biaya terkendali dan tidak terkendali pada RSUD Bahteramas
Provinsi Sulawesi Tenggara adalah. Sebagai berikut:
45
Tabel 4.2 Biaya Terkendali dan Tidak Terkendali
No
Biaya Operasional
1
Honorium
2
Biaya Jasa Pelayanan
3
Biaya Bahan
4
Biaya Barang Dan Jasa
5
Biaya Pelayanan Lainnya
6
Biaya Kegiatan Kemitraan
7
Biaya Administrasi Kantor
8
Biaya Barang Dan Jasa
9
Biaya Promosi
10 Biaya Umum Dan Administrasi lainnya
11 Biaya Pemeliharaan Peralatan Dan Mesin
Sumber: RSUD Bahtramas Prov. Sultra
Keterangan
Biaya Terkendali
Biaya Terkendali
Biaya Tidak Terkendali
Biaya Tidak Terkendali
Biaya Tidak Terkendali
Biaya Tidak Terkendali
Biaya Tidak Terkendali
Biaya Tidak Terkendali
Biaya Tidak Terkendali
Biaya Tidak Terkendali
Biaya Tidak Terkendali
Biaya terkendali merupakan biaya yang jumlahnya selalu sama dan
cenderung tidak berubah serta dapat dikendalikan secara langsung. Sedangkan
biaya tidak terkendali adalah biaya yang cenderung berubah dan tidak tetap sulit
untuk dikendalikan karena dipengaruhi oleh harga pasar.
4.2.2.3. Klasifikasi Kode Rekening
Setiap penggolongan atau klasifikasi kode rekening yang ada pada RSUD
Bahteramas Prov. Sultra memberikan informasi mengenai tempat terjadinya biaya
dan yang bertanggung jawab terhadap biaya tersebut. Pengklasifikasian kode
rekening RSUD Bahtramas Prov. Sultra juga bertujuan untuk memudahkan
penyusunan laporan keuangan, kode rekening setiap item biaya oprasional dapat
dilihat dalam laporan pertanggungjawaban rumah sakit. Klasifikasi kode rekening
biaya oprasional pada RSUD Bahteramas Prov. Sultra yaitu:
46
Tabel 4.3. Kode Rekening Biaya Operasional
No.
Biaya Operasi
Kode Rekening
1.02.1.02.02.36.01.5.2.1.01.03
Honorium
1.02.1.02.02.36.01.5.2.1.3
Biaya Jasa Pelayanan
1.02.1.02.02.36.01.5.2.2.02.2
Biaya Bahan
1.02.1.02.02.36.01.5.2.2.02.5
Biaya Barang Dan Jasa
1.02.1.02.02.36.01.5.2.2.02.7.1
Biaya Pelayanan Lainnya
1.02.1.02.02.36.01.5.2.2.02.7.2
Biaya Kegiatan Kemitraan
1.02.1.02.02.36.01.5.2.2.02.2
Biaya Administrasi Kantor
1.02.1.02.02.36.01.5.2.2.02.4
Biaya Barang Dan Jasa
1.02.1.02.02.36.01.5.2.2.02.5
Biaya Promosi
1.02.1.02.02.36.01.5.2.2.02.7
Biaya Umum Dan Administrasi lainnya
1.02.1.02.02.36.01.5.2.2.24.4.1
Biaya Pemeliharaan Peralatan Dan Mesin
1.02.1.02.02.36.01.5.2.2.23.3.1
Biaya Pemeliharaan
Sumber: Laporan Pertanggungjawaban Bendahara Pengeluaran
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat dikatakan bahwa
RSUD Bahteramas Prov. Sultra telah melakukan pengklasifikasian kode rekening.
pada setiap penggolongan dirinci lagi untuk keperluan analisa dan pengawasan,
dan dibuatkan rekening sub golongan yang lebih detail.
4.2.2.4. Sistem Pelaporan Biaya
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukakan peneliti dengan kasubag
akuntansi dan verifikasi RSUD Bahteramas Prov. Sultra. Sistem pelaporan biaya
pada RSUD Bahteramas Prov. Sultra dilakukan dengan cara setiap bendahara
pengeluaran selalu mencatat setiap pengeluaran yang dilakukan dan dibuatkan
laporan pertanggungjawaban setiap bulan untuk kemudian diolah pada bagian
keuangan yang akan menghasilkan laporan triwulan dan kemudian dilaporkan ke
direktur sebagai bukti transaksi pelaksanaan kegiatan. Pada rumah sakit, laporan
pertanggungjawaban selalu diposting/dilaporkan ke BPKAD. Umumnya terdapat
dua macam anggaran yaitu anggaran BLUD dan anggaran APBD.
47
Apabila anggaran kegiatan pada rumah sakit memiliki sisa, untuk
anggaran APBD harus dikembalikan sedangkan anggaran BLUD dapat disetor ke
kas daerah ataupun tidak disetorkan untuk dikelola kembali pada tahun
berikutnya. Apabila rumah sakit kekurangan anggaran maka rumah sakit dapat
mengajukan perubahan anggaran kegiatan dan melaporkan ke BPKAD, biasanya
dana yang didapat rumah sakit untuk menutupi kekurangannya berasal dari dana
talangan pemerintah, dana sisa anggaran tahun sebelumnya ataupun dana dari
pihak ketiga.
48
4.3.
Pembahasan
4.3.1. Selisih Anggaran dan Realisasi Biaya Operasional
Pada laporan pertanggungjawaban, anggaran dengan realisasi biaya
operasional RSUD Bahteramas Prov. Sultra tahun 2016 menunjukan selish
favourable (menguntungkan). Adapun uraian dan penjelasan biaya tersebut yaitu:
1.
Honorium
Biaya honorium terdiri atas: 1) Honor Dokter Jaga, 2) Honor Suvervisor
Keperawatan, 3) Honor Kontrak BLUD ( 2 Orang tenaga IT), 4) Honor Tim
Pengendali Penunjang Pelayanan & ketertiban keamanan, 5) Honor Tenaga
Kontrak BLUD (Tenaga Nurse), 6) Honor Tenaga Kontrak BLUD (Tenaga
Farmasi). 7) Honorarium Kerohanian.
Honorium
yang
semula
direncanakan
pada
anggaran
sebesar
Rp.851.125.000, realisasinya mencapai Rp.502.435.000, dan selisih sebesar
Rp.348.690.000, dengan persentase 41%. Anggaran dan realisasi biaya honorium
mengalami selisih yang favourable (menguntungkan). Hal ini terjadi karena biaya
honorium merupakan biaya yang terkendali bagi rumah sakit, cenderung tetap,
tidak berubah dan dapat dikendalikan.
2.
Biaya Jasa Pelayanan
Biaya jasa pelayanan semula direncanakan pada anggaran sebesar
Rp.29.571.339.483, realisasinya mencapai Rp.29.368.951.471, dan selisih sebesar
Rp.202.388.013, dengan persentase 1%. anggaran dan realisasi biaya jasa
pelayanan mengalami selisih yang favourable (menguntungkan). Hal ini terjadi
49
karena biaya jasa pelayanan merupakan biaya yang terkendali bagi rumah sakit,
cenderung tetap, tidak berubah dan dapat dikendalikan.
3.
Biaya Bahan
Biaya bahan terdiri atas: 1) Biaya Bahan Farmasi/Obat, 2) Biaya Bahan
Habis Pakai medis, 3) Biaya Bahan Habis Pakai Non Medis, 4) Biaya Bahan dan
Alat Laboratorium, 4) Biaya Bahan Radiologi, 5) Biaya Bahan Pakai Habis Poli
Gigi dan Mulut, 6) Biaya Bahan Pakai Habis Akupuntur dan Fisioterapi, 7) Biaya
Oksigen, 8) Biaya Bahan Makan Pasien, 9) Biaya Bahan Habis Pakai CSSD,
10) Biaya Bahan Habis Pakai labu darah dan Screnning, 11) Biaya Bahan
Orthopedi, 12) Biaya Bahan Hemodealisa, 13) Biaya Bahan Patologi Anatomi,
14) Biaya Bahan / Obat Kemoterapi
Biaya bahan yang semula direncanakan pada anggaran sebesar
Rp.25.793.240.471, realisasinya mencapai Rp.22.995.151.352, dan selisih sebesar
Rp.2.798.089.119, dengan persentase 11%. Anggaran dan realisasi biaya bahan
mengalami selisih yang favourable (menguntungkan). Walaupun merupakan
biaya yang tidak terkendali bagi rumah sakit, namun rumah sakit telah mempu
memperkirakan berapa biaya yang harus dianggarkan untuk pengadaan biaya
bahan. Biaya bahan sekarang sudah memakai sistem Elektronik katalog (online)
dimana harga jual untuk bahan kesehatan seperti obat dan alkes dapat dipantau,
jadi mempermudah dalam menentukan anggaran yang harus disediakan untuk
pengadaan.
50
4. Biaya Barang Dan Jasa
Biaya barang dan jasa terdiri atas: 1) Biaya Perlengkapan dan Peralatan
Pelayanan, 2) Biaya Perlengkapan Dapur, 3) Biaya pakaian dan Atribut, 4) Biaya
Bahan Bakar Minyak dan Pelumas, 5) Biaya Bahan Bakar Dapur, 6) Biaya Jasa
Service dan Penggantian suku cadang dll, 7) Biaya Sewa rumah dinas dokter
spesialis, 8) Biaya Cleaning Service, 9) Biaya Linen, 10) Biaya Pemeriksaan
Penunjang di Luar Rumah Sakit.
Biaya barang dan jasa yang semula direncanakan pada anggaran sebesar
Rp.3.794.071.912, realisasinya mencapai Rp.3.352.517.846, dan selisih sebesar
Rp.441.554.066, dengan persentase 12%. Anggaran dan realisasi biaya barang dan
jasa mengalami selisih yang favourable (menguntungkan). Walaupun merupakan
biaya yang tidak terkendali bagi rumah sakit namun rumah sakit telah mempu
memperkirakan berapa biaya yang harus dianggarkan untuk biaya barang dan jasa.
5. Biaya Pelayanan Lainnya
Biaya pelayanan lainnya terdiri atas: 1) Pelayanan pasien emergency
disease, 2) Standarisasi pelayanan kesehatan, 3) Penyuluhan Kesehatan RS
(PKRS), 4) Penguburan Pasien tidak dikenal/tidak Mampu, 5) Pemeriksaan Baku
Mutu Air, 6) Pemeriksaan Kesehatan Juru Masak, 7) Biaya Peringatan Hari-Hari
Besar,
8)
Biaya
Pemeriksaan
Penyehatan
Makanan
dan
Minuman,
9) Biaya Pemeriksaan Penyehatan Lingkungan, 10) Biaya Pemeriksaan
Kesehatan/Propilaksis
Biaya Pelayanan lainnya yang semula direncanakan pada anggaran sebesar
Rp.767.985.000, realisasinya mencapai
Rp.388.572.638, dan selisih sebesar
51
Rp.379.412.362, dengan persentase 49%. Anggaran dan realisasi biaya pelayanan
lainnya mengalami selisih yang favourable (menguntungkan). walaupun
merupakan biaya yang tidak terkendali bagi rumah sakit namun rumah sakit telah
mempu memperkirakan berapa biaya yang harus dianggarkan untuk biaya
pelayanan lainnya.
6. Biaya Kemitraan
Biaya kemitraan terdiri atas: 1) Kegiatan P3K Mobile, 2) Audit Laporan
Keuangan. Biaya kemitraan yang semula direncanakan pada anggaran sebesar
Rp.155.000.000, realisasinya mencapai
Rp.388.572.638, dan selisih sebesar
Rp.14.100.000, dengan persentase 9%. Anggaran dan realisasi biaya kemitraan
mengalami selisih yang favourable (menguntungkan). Biaya kemitraan ini
merupakan biaya yang cenderung stabil setiap tahun sehingga dalam perencanaan
anggaran digunakan data historis untuk merencanakan biaya yang harus
dianggarkan.
7. Biaya Administrasi Kantor
Biaya andministrasi kantor terdiri atas: 1) Biaya ATK, 2) Biaya
Pengiriman,benda pos dll, 3) Biaya Cetak dan Penggandaan, 4) Biaya Makanan
dan Minuman Kantor, 5) Biaya makanan dan Minuman Petugas pelayanan.
Biaya administrasi kantor yang semula direncanakan pada anggaran
sebesar Rp.2.004.324.780, realisasinya mencapai Rp.1.758.320.505, dan selisih
sebesar
Rp.246.004.275, dengan presentase 12%. Anggaran dan realisasi biaya
Administrasi kantor mengalami selisih yang favourable (menguntungkan).
Walaupun biaya administrasi kantor termaksud biaya tidak terkendali karena
52
dipengaruhi harga dipasaran namun rumah sakit telah mampu memperkirakan
berapa biaya yang harus dianggrankan dalam perncanaan, rumah sakit menjuk
pejabat pelaksana tugas kegiatan (PPTK) untuk melakukan pengawasan,
pendataan, pengadaan barang admistrasi kantor.
8. Biaya Barang Dan Jasa
Biaya barang dan jasa terdiri atas: 1) Biaya langganan Listrik, 2) Biaya
langganan air, 3) Biaya langganan telepon, 4) Biaya langganan media, 5) Biaya
Pengangkutan sampah, 6) Biaya TV Kabel, 7) Biaya Bahan/Bibit Tanaman,
8) Biaya Pemusnahan Limbah Infeksius.
Biaya barang dan jasa yang semula direncanakan pada anggaran sebesar
Rp.3.859.600.000. realisasinya mencapai Rp.3.496.510.100, dan selisih sebesar
Rp.363.089.900, dengan persentase 31%. Anggaran dan realisasi biaya barang dan
jasa mengalami selisih yang favourable (menguntungkan). Biaya barang dan jasa
ini merupakan biaya yang cenderung stabil setiap tahun sehingga dalam
perencanaan anggaran digunakan data historis untuk memperkirakan biaya yang
harus dianggarkan.
9. Biaya Promosi
Biaya Promosi yang semula direncanakan pada anggaran sebesar
Rp.100.000.000.
realisasinya mencapai
Rp.96.935.200, dan selisih sebesar
Rp.3.064.800, dengan presentase 3%. Anggaran dan realisasi biaya promosi
mengalami selisih yang favourable (menguntungkan). Biaya Promosi merupakan
biaya yang cenderung stabil setiap tahun sehingga dalam perencanaan anggaran
digunakan data historis untuk memperkirakan biaya yang harus dianggarkan.
53
10. Biaya Umum Dan Administrasi Lainya
Biaya umum dan administrasi terdiri atas: 1) Biaya Perjalanan Dinas,
2) Pengembangan SDM, 3) Biaya Pendampingan Pemutahiran Dokumen BLUD.
Biaya umum dan administrasi yang semula direncanakan pada anggaran
sebesar Rp1.866.970.000. realisasinya mencapai Rp.1.286.817.783, dan selisih
sebesar Rp.580.152.217, dengan presentase 31%. Anggaran dan realisasi biaya
umum
dan
administrasi
lainnya
mengalami
selisih
yang
favourable
(menguntungkan). Biaya umum dan administrasi lainnya merupakan biaya yang
cenderung stabil setiap tahun sehingga dalam perencanaan anggaran digunakan
data historis untuk memperkirakan biaya yang harus dianggarkan.
11. Biaya Pemeliharaan Peralatan Dan Mesin
Biaya pemeliharaan peralatan dan mesin terdiri atas: 1) Biaya
pemeliharaan Alkes, 2) Biaya Kalibrasi Alat, 3) Biaya Pemeliharaan Alat Kantor
Dan Rumah Tangga, 4) Biaya Pemeliharaan AC, 5) Biaya Uji Kesesuaian Alat
Raiologi, 6) Biaya Izin Operasional Alat Radiologi
Biaya pemeliharaan peralatan dan mesin semula direncanakan pada
anggaran sebesar Rp.1.991.000.000. realisasinya mencapai Rp.1.142.473.292,
dan selisih sebesar
Rp.848.526.708, dengan presentase 43%. Anggaran dan
realisasi biaya pemeliharaan peralatan dan mesin mengalami selisih yang
favourable
(menguntungkan).
Biaya
pemeliharaan
peralatan
dan
mesin
merupakan biaya yang cenderung stabil setiap tahun sehingga dalam perencanaan
anggaran digunakan data historis untuk memperkirakan biaya yang harus
dianggarkan.
54
12. Biaya Pemeliharaan
Biaya pemeliharaan peralatan dan mesin terdiri atas: 1) Biaya
Pemeliharaan Jalan, Instalasi dan Jaringan, 2) Biaya Pemeliharaan rutin/berkala
gedung kantor. Biaya pemliharaan yang semula direncanakan pada anggaran
sebesar Rp3.645.215.025. realisasinya mencapai Rp.2.670.392.623, dan selisih
sebesar Rp.974.822.402, dengan presentase 27%. Anggaran dan realisasi biaya
pemeliharaan peralatan dan mesin mengalami selisih yang
favourable
(menguntungkan). Biaya pemeliharaan terdiri dari Biaya Pemeliharaan Jalan,
Instalasi dan Jaringan, Biaya Pemeliharaan rutin/berkala gedung kantor.
merupakan biaya yang cenderung stabil setiap tahun sehingga dalam perencanaan
anggaran digunakan data historis untuk memperkirakan biaya yang harus
dianggarkan.
Pada umumnya biaya akan dikatakan favourable (menguntungkan) apabila
realisasi tidak melebihi anggaran yang direncanakan dan dikatakan Unfavourable
(merugikan) apabila realisasi lebih besar dari pada anggaran yang direncanakan.
Untuk melihat terjadinya selisih anggaran biaya operasional rumah sakit
dilakukan dengan cara mengurangi anggaran dengan realisasinya. Untuk melihat
persentase selisih dilakukan dengan cara membagi selisih dengan anggaran, hasil
pembagian dikalikan 100%.
Dalam penelitian ini laporan realisasi anggaran BLUD dan laporan
pertangunggjawaban digunakan sebagai informasi akuntansi pertanggungjawaban.
Dengan menganalisis anggaran tersebut dapat diketahui efisiensi dan peranan dari
pengendalian biaya yang dilakukan RSUD Bahtramas Prov. Sultra.
55
Dari analisis laporan pertanggungjawaban dengan membandingkan
anggaran dan realisasi biaya operasional BLUD RSUD Bahteramas Prov. Sultra
tahun 2016 secara keseluruhan menunjukan selisih favourable (menguntungkan).
Hal ini dikarenakan rumah sakit telah memisahkan biaya terkendali dan tidak
terkendali dalam operasionalnya. dalam pengadaan barang dan jasa rumah sakit
telah menunjuk pejabat pelaksana teknis kegiatan (PPTK) untuk mengawasi,
mendata dan melakukan pengadaan barang dan jasa. PPTK merupakan pegawai
RSUD Bahtramas Prov. Sulta berstatus pegawai negeri sipil (PNS) dengan tugas
khusus. PPTK dipilih melalui seleksi dan memimiliki sertifikat pengadaan barang
dan jasa. Dalam pengadaan barang rumah sakit, pembelian dilakukan dengan
melihat Elektronik katalog (online) sehingga mempermudah rumah sakit dalam
melakukan perencanaan dan pengawasan harga barang yang akan dibeli.
Anggaran kegiatan pengadaan barang dan jasa yang akan dilakukan rumah sakit
apabila jumlah anggarannya dibawah Rp.200.000.000 maka akan dikelola oleh
PPTK rumah sakit namum jika diatas Rp.200.000.000 maka diserahkan LPSE
untuk dilakukan lelang.
4.3.2. Syarat-syarat Akuntansi Pertanggungjawaban
Akuntansi pertanggungjawaban mengfokuskan terhadap pembagian
wewenang
kepada
pertanggungjawaban
pemimpin
berperan
yang
sebagai
alat
bertanggungjawab.
pengendalian
Akuntansi
biaya
dengan
menghubungkan biaya dengan bagian dimana biaya tersebut dikeluarkan atau
diperoleh oleh pimpinan yang bertanggungjawab pada bagian tersebut.
56
Pelaksanaan perencanaan dan pengendalian dalam suatu organisasi
memerlukan
sistem
akuntansi
pertanggungjawaban.
Setiap
pusat
pertanggungjawaban selalu menetapkan target oprasional dan anggaran. Dengan
membandingkan realisasi dengan anggaran yang menghasilkan selisih, kemudian
selisih dianalisis untuk menilai pengendalian biaya yang dilakukan. Penelitian ini
difokuskan pada pusat biaya
Untuk
menilai
penerapan
akuntansi
pertanggungjawaban
peneliti
meganalisis teori-teori yang ada dengan hasil penelitian tentang syarat-syarat
penerapan akuntansi pertanggungjawaban. Oleh karena itulah akan disajikan
penilaian akuntansi pertanggungjawaban yang telah dilakukan rumah sakit yaitu
sebagai berikut :
4.3.2.1.Struktur Organisasi
Secara teori dijelaskan bahwa struktur organisasi merupakan pengaturan
garis tanggungjawab dalam satu entitas yang disusun untuk mencapai tujuan
berersama orang-orang yang berada pada jajaran garis tersebut. Struktur
organisasi dalam akuntansi pertanggungjawaban menunjukan bahwa tiap-tiap
pimpinan jelas atas segala kegiatan yang berada dibawah pengendaliannya. Dari
hasil analisis, RSUD Bahteramas Prov.Sultra telah memiliki struktur organisasi
yang jelas menerapkan wewenang dan tanggungjawab untuk tiap tingkatan
manajemen dan hubungan kerja antar bagian-bagian dalam organisasi. Secara
umum struktur organisasi dan tata kerja RSUD Bahteramas Prov.Sultra diatur
oleh keputusan Direktur Rumah Sakit Umum Provinsi Sulawesi Tenggara Nomor:
57
1108a Tahun 2010 dimana penjabaran tugas pokok dan fungsi setiap bagian
diatur dalam Bab III Pasal 4-59.
4.3.2.2. Anggaran
Secara teori anggaran adalah suatu rencana kerja yang dinyatakan secara
kuantitatif, yang diukur dalam satuan moneter standar dan satuan ukuran yang
lain, yang mencakup jangka waktu satu tahun. Dari hasil analisis, Proses
penyusunan anggaran mengacu pada rencana kegiatan rumah sakit selama 1
tahun.
4.3.2.3. Biaya Terkendali dan Biaya Tidak Terkendali
Pemisahan biaya secara teori menjelaskan bahwa, biaya terkendali adalah
biaya yang secara langsung dapat dipengaruhi oleh seorang pimpinan tertentu
dalam
jangka waktu
tertentu. Apabila seorang pimpinan tidak dapat
mempengaruhi suatu biaya melalui kebijakan, maka biaya tersebut merupakan
biaya tidak terkendali bagi pimpinan tersebut. Dari hasil analisis yang dilakukan,
RSUD Bahteramas Prov.Sultra telah melakukan pemisahan biaya terkendali dan
tidak terkendali.
4.3.2.4. Klasifikasi Kode Rekening
Secara teori susunan kode rekening merupakan suatu kode yang biasa
digunakan untuk memudahkan dalam proses pengolahan data, yang biasanya
berupa angka, huruf atau kombinasi keduanya dari hasil analisis dapat dikatakan
bahwa RSUD Bahteramas Prov.Sultra telah melakukan pengklasifikasian kode
rekening, pada setiap penggolongan dirinci lagi untuk keperluan analisa dan
pengawasan, serta dibuatkan rekening sub golongan yang lebih detail.
58
4.3.2.5. Sistem Pelaporan Biaya
Pelaporan biaya dalam sistem akuntansi pertanggungjawaban dilakukan
dengan membandingkan antara anggaran dan realisasinya, sehingga manajemen
pusat dapat mengadakan penilaian biaya secara efektif dan efisien. Format umum
laporan pertanggungjawaban biaya berisi informasi berikut:
1. Nomor kode rekening biaya.
2. Jenis biaya.
3. Realisasi bulan ini.
4. Anggaran biaya bulan ini.
5. Penyimpangan biaya bulan ini.
6. Realisasi biaya sampai bulan ini.
7. Anggaran biaya sampai bulan ini.
8. Penyimpangan biaya sampai dengan bulan ini.
Pelaporan biaya dalam RSUD Bahteramas Prov. Sultra dilakukan dengan
membandingkan
antara
anggaran
dan
realisasinya,
terdapat
laporan
pertanggungjawaban yang dibuat setiap bulannya, namun untuk format laporan
pertanggungjawaban
rumah
sakit
berbeda.
Tidak terdapat
jenis
biaya,
penyimpngan biaya bulan ini, penyimpangan biaya sampai dengan bulan ini. Hal
ini disebabkan karena rumah sakit merupakan jenis BLUD dimana dalam
pelaporan
selalu
diposting
dalam
aplikasi
sehingga
format
laporan
pertanggungjawaban harus sesuai dengan peraturan yang ditetapkan pemerintah.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan dengan menggunakan analisis
deskriptif dapat ditarik kesimpulan bahwa RSUD Bahteramas Prov. Sultra
menerapkan akuntansi pertanggungjawaban sebagai alat pengendalian biaya.
Terdapat
struktur
organisasi
yang
jelas
menerapkan
wewenang
dan
tanggungjawab tiap tingkatan manajemen, proses penyusunan anggaran mengacu
pada rencana kegiatan rumah sakit selama satu tahun, adanya pemisahan biaya
terkendali dan tidak terkendali, adanya klasifikasi kode rekening, serta sistem
pelaporan biaya sebagai syarat penerapan akuntansi pertanggungjawaban. Namun
pada sistem pelaporan, format laporan pertanggungjawaban rumah sakit berbeda
dengan teori. Hal ini disebabkan karena rumah sakit merupakan jenis BLUD
dimana dalam pelaporan selalu diposting dalam aplikasi sehingga format laporan
pertanggungjawaban harus sesuai dengan peraturan yang ditetapkan pemerintah.
Penelitian ini difokuskan pada pusat biaya rumah sakit. Pengendalian
biaya RSUD Bahteramas Prov. Sultra dilakukan dengan cara membandingkan
anggaran dangan realisasi biaya operasional rumah sakit yang menghasilkan
selisih. Keselurahan selisih yang terjadi antara anggaran dan realisasi biaya
oprasional menunjukan selisih favourable (menguntungkan).
59
60
5.2.
Saran
Berdasarkan hasil pembahasan dan kesimpulan diatas, maka saran yang
dikemukakan yaitu:
1. Pihak
manajemen
pertanggungjawaban
rumah
sakit
sebaiknya
dalam
menyusun
melengkapi
format
laporan
laporan
pertangungjawaban sesuai teori. RSUD Bahteramas Prov. Sultra perlu
mengidentifikasi jenis biaya, menjelaskan penyimpngan biaya bulan ini
dan menjelaskan penyimpangan biaya sampai dengan bulan ini pada
laporan
pertanggungjawaban,
agar
apabila
terjadi
penyimpangan
manajemen dapat langsung mengetahui siapa yang bertanggungjawab atas
penggunaan biaya-biaya tersebut.
2.
Untuk penelitian selanjutnya disarankan untuk melakukan penelitian
analisis akuntansi pertanggungjawaban pada RSUD Bahteramas Prov.
Sultra. dengan menganalisis dari segi pendapatan kemungkinan terjadinya
defisit disebabkan karena terdapat masalah pada pendapatan BLUD.
DAFTAR PUSTAKA
Anthony, Robert N and Vijay Govindarajan. 2001. Management Control System.
Edition tent. Mc. Graw Hill companies inc., New York. Diterjemahkan
oleh F.X. Kurniawan Tjakrawala. Buku 1 Jakarta: Salemba Empat.
Arikunto. 2010. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Edisi Revisi
2010. Jakarta: Rineka Cipta.
Aatrid Harera Valentina, 2010. Analisis Anggaran Operasional Dan Realisasinya
Sebagai Alat Bantu Manajemen Dalam Penilaian Kinerja Perusahaan
(Studi Kasus: Hotel Permata Krakatau). Skripsi. Institut Pertanian
Bogor. Bogor.P
Bidang Hardinal, 2013. Penerapan Akuntansi Pertanggungjawaban Sebagai Alat
Pengendalian Biaya. Skripsi. Universitas Hasanuddin. Makasar.
Garrison, Ray H, dan Eric W. Norren. 2007. Managerial Accounting. Buku ke-2
Edisi ke-11. Penerjemah: Nuri Hinduan. Edward Tanujaya.
Hansen, D.R., & Mowen, M.M. 2005. Management Accounting .Buku dua edisi
ketujuh, Penerbit : Salemba Empat, Jakarta.
Hernawati. 2014. Penerapan Akuntansi Pertanggungjawaban Sebagai Alat
Pengendalian Biaya (Studi Pada PLN Pembangkitan Kendari).Skripsi.
Universitas Haluoleo.
Horngren, Charles T, George Foster and Srikant M Datar 2008, CostAccounting:
A Managerial Emphasis, Prentice Hall Inc, New Jersey.
Mengko Stefany M P, Victorina Z Tirayoh, 2015. Penerapan Akuntansi
Pertanggungjawaban Dengan Anggaran Sebagai Alat Pengendalian
Biaya. Jurnal. Universitas Samratulangi. Manado.
Mulyadi, 2001. Akuntansi Manajemen; Konsep Manfaat Dan Rekayasa, Cetakan
ketiga, Edisi Tiga, Penerbit: Salemba Empat, Jakarta.
_______, 2000. Akuntansi Biaya, Edisi lima, cetakan delapan, penerbit: Aditya
Media, Yogyakarta.
PERSI. 2011. Bimbingan Teknis Pola Pengelolaan Keuangan Pada Rumah Sakit
Badan Layanan Umum (BLU/BLUD) menuju Rumah Sakit yang Efisien,
bermutu, Akuntabel dan Auditable. Seminar dan Workshop, Jakarta.
Putri, D. 2005. Hubungan Penerapan Akuntansi Pertanggungjawaban dengan
Kinerja Menejer Pusat Investasi (Survei Pada Perusahaan Bengkel di
Bandung).
Simammora Henry. 2012. Akuntansi Manajemen. Edisi III, Penerbit : Star Gate
Pulisher, Yogyakarta.
Samryn L.M. 2012. Akuntansi Manajemen : Informasi Biaya Untuk
Mengendalikan Biaya Aktivitas Operasi & Investasi. Edisi Pertama,
Penerbit : Kencana, Jakarta.
Supriyono. 2002. Akuntansi Biaya dan Akuntansi Manajemen untuk Teknologi
Maju dan Globalisasi, Edisi Kedua, Cetakan Pertama, Yogyakarta:
Penerbit, BPFE Universitas Gadjah Mada.
________. 2008, Akuntansi Biaya Perencanaan dan Pengendalian serta
Pembuatan Keputusan, Edisi Kedua, STIE YKPN, Yogyakarta.
Nurlainda. 2016. Pengaruh Akuntansi Pertanggungjawaban
Pengendalian Biaya. Skripsi. Univesritas Haluoleo. Kendari.
Terhadap
Wiren Wirdhananty Dannari. 2013. Penerapan Akuntansi Pertanggungjawaban
Sebagai Alat Pengendalian Biaya Dan Penilaian kinerja. Skripsi.
Universitas Hasanuddin. Makasar.
Warindrani, A. 2006. Akuntansi Manajemen. Edisi Pertama. Penerbit: Graha Ilmu.
Yogyakarta.
Zuhrotun Nisak. 2016. Penerapan Akuntansi Pertanggungjawaban Sebagai Alat
Pengendalian Biaya. Jurnal. Universitas Islam Lamongan
LAMPIRAN
Penerapan
Akuntansi
Pertanggungjawaban
Sebagai Alat Pengendalian Biaya Pada RSUD
Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara
Kepada Yth,
Kepala Bagian Keuangan RSUD Bahteramas Prov. Sultra
Saya Muh. Firmasnsyah Sufrin, NIM: B1C113151 adalah mahasiswa
Universtas Haluoleo, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Program Studi Akuntansi.
Saat ini saya sedang melakukan penelitian mengenai Penerapan Akuntansi
Pertanggungjawaban Sebagai Alat Pengendalian Biaya Pada RSUD Bahteramas
Provinsi Sulawesi Tenggara untuk tugas akhir saya. Kiranya Bapak bersedia
untuk memberikan informasi yang dibutuhkan penulis melalui wawancara ini.
Terimakasih atas bantuan kesediaan meluangkan waktunya.
Daftar Pertanyaan Wawancara:
1. Bagimana sejarah singkat RSUD Bahteramas Prov. Sultra?
2. Apa visi, misi dan tujuan RSUD Bahteramas Prov. Sultra?
3. Dalam operasionalnya apakah terdapat struktur organisasi pada RSUD
Bahteramas Prov. Sultra?
4. Bagaimanakah Proses Penyusunan Anggaran pada RSUD Bahteramas Prov.
Sultra ?
5. Dalam operasionalnya apakah terdapat pemisahan biaya terkendali dan tidak
terkendali pada RSUD Bahteramas Prov. Sultra?
6. Dalam oprasionalnya apakah terdapat kalsifikasi kode rekening biaya pada
RSUD Bahteramas Prov. Sultra?
7. Bagaimanakah sistem pelaporan biaya pada RSUD Bahteramas Prov. Sultra?
8. Faktor-faktor apa saja yang menjadi penyebab terjadinya selisih antara
anggaran biaya operasional dengan realisasinya?
Download