1 LAPORAN PENELITIAN BANTUAN HIBAH PEMERINTAH KOTA KEDIRI PENGARUH JAMPERSAL TERHADAP AKI DAN AKB DAN UPAYA PENURUNANNYA DENGAN PENINGKATAN PERAN KADER DALAM MEMOTIVASI ANC, PNC DAN DDRT DI KOTA KEDIRI Oleh : Nia Sari. SSi. MKes Nasifah Tuszahroh, SST : Ema Mayasari. SKM : DR. Indasah, MKes SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SURYA MITRA HUSADA KEDIRI 2012 KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat dan hidayahNya, sehingga dapat terselesaikannya laporan penelitian dengan judul “ PENGARUH JAMPERSAL TERHADAP AKI DAN AKB DAN UPAYA PENURUNANNYA DENGAN PENINGKATAN PERAN KADER DALAM MEMOTIVASI ANC, PNC DAN DDRT DI KOTA KEDIRI Terselesaikannya laporan penelitian ini tidak terlepas dari bantuan dan dorongan dari semua pihak, untuk itu perkenankanlah penulis menyampaikan setulus-tulusnya ucapan terima kasih kepada semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah membantu dalam menyelesaikan laporan penelitian ini baik secara langsung maupun tidak langsung. Dengan segala kerendahan hati, penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan penelitian yang penulis buat ini masih terdapat kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan laporan penelitian ini. Kediri, 10 Oktober 2011………. Penulis DAFTAR ISI Hal HALAMAN JUDUL ................................................................................. i HALAMAN PENGESAHAN .................................................................... iii KATA PENGANTAR ............................................................................... iv DAFTAR ISI .............................................................................................. vi DAFTAR TABEL ...................................................................................... viii DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. ix A. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang .................................................................. 1 1.2 Rumusan Masalah ............................................................ 4 1.3 Tujuan Penelitian .............................................................. 5 1.4 Manfaat Penelitian ........................................................... 6 B. BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konseling dalam Program KB ......................................... 7 2.2 Kontrasepsi Metode Efektif ............................................... 11 2.3 Konsep PUS....................................................................... 30 2.4 Kerangka Konsep Penelitian ............................................. 36 C. BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian .............................................................. 37 3.2 Kerangka Kerja .................................................................. 38 3.3 Populasi, Sampel dan Sampling ........................................ 38 3.4 Kriteria Sampel .................................................................. 40 3.5 Variabel Penelitian ............................................................ 40 3.6 Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................. 42 3.7 Prosedur Pengumpulan Data ............................................. 42 3.8 Alat Ukur yang Digunakan ................................................ 42 3.9 Tehnik Analisa Data .......................................................... 43 3.10 Etika Penelitian .................................................................. 43 D. HASIL PENELITIAN E. PEMBAHASAN F. KESIMPULAN DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. LAMPIRAN 44 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan indikator utama pencapaian kesehatan masyarakat.Millenium Development Goals (MDG’s) for Health merumuskan delapan tujuan bersama di bidang kesehatan, dan salah satu diantaranya adalah komitmen dalam menurunkan angka kematian ibu dan angka kematian bayi. Target ke 4 dari MDG’s adalah penurunan angka kematian bayi sebesar 23 per 1.000 kelahiran hidup. Sedangkan target ke 6 dari MDG’s adalah menurunkan angka kematian ibu sebesar 102 kematian ibu melahirkan per 100.000 kelahiran hidup. Pada tahun 2010, AKI di Kota Kediri sudah turun 50% dibandingkan tahun sebelumnya, yaitu terdapat 88 kematian ibu melahirkan per 100.000 kelahiran hidup (tahun 2009, terdapat 175 kematian ibu melahirkan per 100.000 kelahiran hidup). Namun sebaliknya, AKB tahun 2010 justru meningkat hampir 100% dibandingkan 2 tahun yang lalu, yaitu sebesar 12,59 per 1.000 kelahiran hidup (2 tahun yang lalu 6,83 per 1.000 kelahiran hidup). Dari tahun ke tahun, penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan tantangan yang lebih sulit dicapai dibandingkan target MDGs lainnya, baik dalam level nasional maupun pemerintah daerah. Oleh karena itu, upaya penurunan AKI dan AKB tidak dapat lagi dilakukan dengan intervensi biasa, diperlukan upaya-upaya terobosan serta peningkatan kerjasama lintas sektor untuk mengejar ketertinggalan penurunan AKI-AKB agar dapat mencapai target MDGs. Oleh karena itulah, pada tahun 2011 ini, pemerintah khususnya Kementrian Kesehatan mengeluarkan program kesehatan baru yaitu Jampersal. Jampersal adalah adalah jaminan pembiayaan pelayanan persalinan yang meliputi pemeriksaan kehamilan, pertolongan persalinan, pelayanan nifas termasuk pelayanan KB paska persalinan dan pelayanan bayi baru lahir (Juknis Jampersal, 2011).Melalui program ini, diharapkan seluruh cakupan kunjungan kehamilan, persalinan, nifas dan bayi baru lahir di tenaga kesehatan profesional meningkat. Sehingga segala komplikasi yang timbul dapat terdeteksi dan tertangani secara lebih dini. Untuk itu perlu dilakukan penelitian tentang keberhasilan program jampersal terhadap AKI dan AKB. Dengan pogram Jampersal diharapkan mempermudah masyarakat mengakses pelayanan kesehatan. Pelaksanaan program Jampersal di Kota Kediri telah diberlakukan sejak bulan April 2011. Faktor Kehamilan risiko adalah kehamilan patologi yang dapat mempengaruhi keadaan ibu dan janin. Dengan demikian, untuk menghadapi kehamilan risiko harus diambil sikap proaktif, berencana dengan upaya promotif dan preventif sampai dengan waktunya harus diambil sikap tegas dan cepat untuk dapat menyelamatkan ibu dan bayinya (Manuaba, 2007,). Kasus kehamilan risiko banyak ditemukan di masyarakat, tetapi tenaga kesehatan tidak bisa menemukannya satu persatu, karena itu peran serta masyarakat ( kader) sangat dibutuhkan dalam mendeteksi ibu hamil risiko. (Muslihatun, 2009, ). Seorang kader tidak hanya melakukan kegiatan pada saat pelaksanan posyandu, melainkan harus selalu tanggap dan peduli dengan masalah kesehatan ibu dan anak di lingkungannya. Kader diharapkan dapat jeli menemukan masalah dan melakukan penilaian terhadap masalah tersebut. Yaitu menentukan masalah yang paling mendesak untuk ditangani dan menentukan kegiatan untuk menanggani masalah tersebut ( Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Timur, 2009). Berdasarkan fakta diatas, perlu dilakukan penelitian tentang PENGARUH JAMPERSAL TERHADAP AKI DAN AKB DAN UPAYA PENURUNANNYA DENGAN PENINGKATAN PERAN KADER DALAM MEMOTIVASI ANC, PNC DAN DDRT DI KOTA KEDIRI. B. RUMUSAN MASALAH Berdasarkan uraian dari latar belakang yang telah dikemukakan diatas maka peneliti menarik suatu rumusan masalah penelitian ini sebagaimana berikut “ apakah ada pengaruh JAMPERSAL terhadap AKI DAN AKB dan upaya penurunannya dengan peningkatan peran kader dalam memotivasi ANC, PNC dan DDRT di kota Kediri C. TUJUAN PENELITIAN 1. Tujuan umum Mengetahui pengaruh jampersal terhadap penurunan AKI dan AKB dan upaya penurunannya dengan peningkatan peran kader dalam memotivasi ANC,PNC dan DDRT di Kota Kediri. 2. Tujuan khusus a. Menganalisis peran kader dalam memberikan motivasi kepada ibu hamil untuk melakukan ANC dan PNC sebelum dan sesudah pelatihan b. Menganalisis pengetahuan kader sebelum dan sesudah pelatihan kader dalam mendeteksi DDRT ibu hamil c. Menganalisis peran kader sebelum dan sesudah pelatihan kader dalam mendeteksi DDRT ibu hamil D. MANFAAT PENELITIAN Hasil penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat sebagai berikut : 1. Dengan pelatihan kader diharapkan terjadi peningkatan pengetahuan, sikap serta perubahan perilaku dalam Memotivasi ANC,PNC dan DDRT di Kota Kediri. 2. Dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam upaya upaya peningkatan program ANC,PNC dan Deteksi dini risiko tinggi (DDRT ) pada ibu hamil di wilayah Kota Kediri. BAB II KAJIAN TEORI A. Angka Kematian Ibu Kematian maternal menurut batasan dari The Tenth Revision of The International Classification of Diseases (ICD – 10) adalah kematian wanita yang terjadi pada saat kehamilan, atau dalam 42 hari setelah berakhirnya kehamilan, tidak tergantung dari lama dan lokasi kehamilan, disebabkan oleh apapun yang berhubungan dengan kehamilan, atau yang diperberat ole kehamilan tersebut atau penanganannya, tetapi bukan kematian yang disebabkan oleh kecelakaan atau kebetulan. Batasan 42 hari ini dapat berubah, karena seperti telah diketahui bahwa dengan adanya prosedur – prosedur dan teknologi baru maka terjadinya kematian dapat diperlama dan ditunda, sehingga ICD – 10 juga memasukkan suatu kategori baru yang disebut kematian maternal lambat (late maternal death) yaitu kematian wanita akibat penyebab obstetrik langsung atau tidak langsung yang terjadi lebih dari 42 hari tetapi kurang dari satu tahun setelah berakhirnya kehamilan. Kematian – kematian yang terjadi akibat kecelakaan atau kebetulan tidak dimasukkan ke dalam kematian maternal. Meskipun demikian, dalam praktiknya, perbedaan antara kematian yang terjadi karena kebetulan dan kematian karena sebab tidak langsung sulit dilakukan. Untuk memudahkan identifikasi kematian maternal pada keadaan – keadaan dimana sebab – sebab yang dihubungkan dengan kematian tersebut tidak adekuat, maka ICD – 10 memperkenalkan kategori baru yang disebut pregnancy related death (kematian yang dihubungkan dengan kehamilan) yaitu kematian wanita 18 selama hamil atau dalam 42 hari setelah berakhirnya kehamilan, tidak tergantung dari penyebab kematian. Kematian maternal dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu: 1. Kematian obstetri langsung (direct obstetric death) yaitu kematian yang timbul sebagai akibat komplikasi kehamilan, persalinan dan nifas, yang disebabkan oleh tindakan, kelalaian, ketidaktepatan penanganan, atau dari rangkaian peristiwa yang timbul dari keadaan – keadaan tersebut di atas. Komplikasi – komplikasi tersebut meliputi perdarahan, baik perdarahan antepartum maupun postpartum, preeklamsia /eklamsia, infeksi, persalinan macet dan kematian pada kehamilan muda. 2. Kematian obstetri tidak langsung (indirect obstetric death) yaitu kematian yang diakibatkan oleh penyakit yang sudah diderita sebelum kehamilan atau persalinan atau penyakit yang timbul selama kehamilan yang tidak berkaitan dengan penyebab obstetri langsung, akan tetapi diperburuk oleh pengaruh fisiologik akibat kehamilan, sehingga keadaan penderita menjadi semakin buruk. Kematian obstetri tidak langsung ini disebabkan misalnya oleh karena hipertensi, penyakit jantung, diabetes, hepatitis, anemia, malaria, tuberkulosis, HIV / AIDS, dan lain – lain. B. Faktor faktor yang mempengaruhi kematian ibu Depkes RI membagi faktor – faktor yang mempengaruhi kematian maternal sebagai berikut : 1. Faktor medik a. Faktor empat terlalu, yaitu : 1) Usia ibu pada waktu hamil terlalu muda (kurang dari 20 tahun) 2) Usia ibu pada waktu hamil terlalu tua (lebih dari 35 tahun) 3) Jumlah anak terlalu banyak (lebih dari 4 orang) 4) Jarak antar kehamilan terlalu dekat (kurang dari 2 tahun) b. Komplikasi kehamilan, persalinan dan nifas yang merupakan penyebab langsung kematian maternal, yaitu : 1) Perdarahan pervaginam, khususnya pada kehamilan trimester ketiga, persalinan dan pasca persalinan. 2) Infeksi. 3) Keracunan kehamilan. 4) Komplikasi akibat partus lama. 5) Trauma persalinan. c. Beberapa keadaan dan gangguan yang memperburuk derajat kesehatan ibu selama hamil, antara lain : 1) Kekurangan gizi dan anemia. 2) Bekerja (fisik) berat selama kehamilan. 2. Faktor non medik Faktor non medik yang berkaitan dengan ibu, dan menghambat upaya penurunan kesakitan dan kematian maternal adalah : a. Kurangnya kesadaran ibu untuk mendapatkan pelayanan antenatal. b. Terbatasnya pengetahuan ibu tentang bahaya kehamilan risiko tinggi. c. Ketidakberdayaan sebagian besar ibu hamil di pedesaan dalam pengambilan keputusan untuk dirujuk. d. Ketidakmampuan sebagian ibu hamil untuk membayar biaya transport dan perawatan di rumah sakit. 3. Faktor pelayanan kesehatan Faktor pelayanan kesehatan yang belum mendukung upaya penurunan kesakitan dan kematian maternal antara lain berkaitan dengan cakupan pelayanan KIA, yaitu : a. Belum mantapnya jangkauan pelayanan KIA dan penanganan kelompok berisiko. b. Masih rendahnya (kurang lebih 30%) cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan. c. Masih seringnya (70 – 80%) pertolongan persalinan yang dilakukan di rumah, oleh dukun bayi yang tidak mengetahui tanda – tanda bahaya. d. Berbagai aspek manajemen yang belum menunjang antara lain adalah belum semua kabupaten memberikan prioritas yang memadai untuk program KIA, kurangnya komunikasi dan koordinasi antara Dinkes Kabupaten, Rumah Sakit Kabupaten dan Puskesmas dalam upaya kesehatan ibu, belum mantapnya mekanisme rujukan dari Puskesmas ke Rumah Sakit Kabupaten atau sebaliknya. e. Berbagai keadaan yang berkaitan dengan ketrampilan pemberi pelayanan KIA juga merupakan faktor penghambat, antara lain : 1) Belum diterapkannya prosedur tetap penanganan kasus gawat darurat kebidanansecara konsisten. 2) Kurangnya pengalaman bidan di desa yang baru ditempatkan di Puskesmas dan bidan praktik swasta untuk ikut aktif dalam jaringan sistem rujukan saat ini. 3) Terbatasnya ketrampilan dokter puskesmas dalam menangani kegawatdaruratan kebidanan. 4) Kurangnya upaya alih teknologi tepat (yang sesuai dengan permasalahan setempat) dari dokter spesialis RS Kabupaten kepada dokter / bidan Puskesmas. 5) Semakin banyak ditemukan faktor risiko pada seorang ibu hamil, maka semakin tinggi risiko kehamilannya. Tingginya angka kematian maternal di Indonesia sebagian besar disebabkan oleh timbulnya penyulit persalinan yang tidak dapat segera dirujuk ke fasilitas pelayanan yang lebih mampu. Faktor waktu dan transportasi merupakan hal yang sangat menentukan dalam merujuk kasus risiko tinggi. McCarthy dan Maine (1992) mengemukakan adanya 3 faktor yang berpengaruh terhadap proses terjadinya kematian maternal. Proses yang paling dekat terhadap kejadian kematian maternal (determinan dekat) yaitu kehamilan itu sendiri dan komplikasi dalam kehamilan, persalinan dan masa nifas (komplikasi obstetri). Determinan dekat secara langsung dipengaruhi oleh determinan antara yaitu status kesehatan ibu, status reproduksi, akses ke pelayanan kesehatan, perilaku perawatan kesehatan / penggunaan pelayanan kesehatan dan faktor – faktor lain yang tidak diketahui atau tidak terduga. Di lain pihak, terdapat juga determinan jauh yang akan mempengaruhi kejadian kematian maternal melalui pengaruhnya terhadap determinan antara, yang meliputi faktor sosio – kultural dan faktor ekonomi, seperti status wanita dalam keluarga dan masyarakat, status keluarga dalam masyarakat dan status masyarakat. C. DDRT (Deteksi dini risiko tinggi pada ibu hamil) a. Definisi deteksi dini risiko tinggi 1) Deteksi Adalah Usaha menemukan dan menentukan keberadaan anggapan . (Purwodarminto,2008) 2) Dini Adalah Sebelum waktunya lahir (Purwodarminto,2008) 3) Risiko Adalah suatu ukuran statistik dan peluang atau kemungkinan untuk terjadinya suatu keadaan kegawatdaruratan yang tidak diinginkan pada massa mendatang yaitu kemungkinan terjadinya komplikasi obstetrik pada saat persalinan yang dapat menyebabkan kematian, kesakitan , kecacatan, ketidaknyamanan atau ketidakpuasan pada ibu atau janin( Rochjati 2003) 4) Deteksi dini risiko suatu kegiatan pro aktip pada semua ibu hamil untuk menemukan faktor yang belum memberikan gejala atau keluhan dengan menggunakan alat sekreening ( Rochjati 2003) 5) Kehamilan dengan risiko tinggi a) adalah keadaan yang dapat mempengaruhi optimalissasi ibu maupun janin pada kehamilan yang dihadapi (Manuaba,1998) b) Kehamilan risiko tinggi adalah suatu kehamilan dimana jiwa dan kesehatan ibu dan atau janin terancam Pendekatan pemeliharaan pada ibu hamil merupakan upaya kesehatan yang paripurna dan berkesinambungan melalui upaya peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan (preventif), dimulai sejak awal kehamilan sampai dekat persalinan, diteruskan oleh upaya penyembuhan (kuratif) sebagai pertolongan persalinan yang memadai sesuai dengan tingkat resikonya, dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif) dengan masa nifas, laktasi / pemberian ASI dan Keluarga Berencana. Upaya pemeliharaan kesehatan ibu hamil dilakukan berbasis keluarga, sejak awal kepada suami dan keluarga perlu diberikan informasi mengenai kondisi ibu hamil. b. Pendekatan Risiko pada ibu Hamil 1) Pendekatan Risiko pada ibu Hamil merupakan strategi operasional dalam upaya pencegahan terhadap kemungkinan kesakitan atau kematian melalui peningkatan efektifitas dan efisiensi dengan memberikan pelayanan yang lebih intensif kepada Resiko Ibu Hamil denga cepat serta tepat, agar keadaan gawat ibu maupun bayi dapat dicegah. 2) Tujuan pendekatan risiko Meningkatkan mutu pelayanan kepada semua ibu hamil, janin dan bayi baru lahir sebagai suatu kesatuan tetapi perhatian khusus dan lebih intensif c. Pengenalan adanya Risiko Tinggi Ibu Hamil 1) Dilakukan melalui skrining/deteksi dini adanya faktor risiko secara proaktif pada semua ibu hamil, sedini mungkin pada awal kehamilan oleh petugas kesehatan atau nonkesehatan yang terlatih di masyarakat, misalnya ibu-ibu PKK, Kader Karang Truna, ibu hamil sendiri, suami atau keluarga. Kegiatan skrining antenatal, melalui kunjungan rumah merupakan langkah awal dari pemeliharaan kesehatan ibu hamil dan termasuk salah satu upaya antisipasi untuk mencegah terjadinya kematian ibu . Skrining pertama dilakukan untuk memisahkan kelompok ibu hamil tanpa risiko dari kelompok dengan faktor resiko. Risiko Tinggi Ibu hamil dengan faktor risikonya dapat diamati dan ditemukan sedini mungkin pada awal kehamilan pada ibu hamil yang masih sehat dan merasa sehat. Kemudian pada setiap kontak dilakukan skrining berulang, secara periodik berulang 6 kali selama kehamilan sampai hamil genap enam bulan. 2) Tujuan mengenal golongan risiko tinggi a) Mengenal kasus – kasus kehamilan yang mengancam kesehatan dan jiwa ibu ( higk risk pregnancy) b) Mengenal kasus – kasus kehamilan yang mengancam keselamatan dan jiwa janin ( high risk babies) c) Mengobati dan kalau perlu merujuk kasus – kasus diatas secara vertikal atau horisontal d. Tujuan Skrining Antenetal 1) Melakukan Deteksi dini Risiko Tinggi ibu hamil dengan macam faktor resikonya 2) Menemukan Ibu Risiko Tinggi dengan pengertian kemungkinan terjadinya resiko kematian / kesakitan pada ibu dan atau bayinya 3) Memberi penyuluhan dalam bentuk Komunikasi Informasi Edukasi (KIE), mengenai kondisi ibu dan janin kepada ibu hamil, suami dam keluarga, agar tahu, peduli dan patuh untuk persiapan mental, biaya dan transportasi dalam pengambialan keputusan untuk perencanaan tempat dan penolong menuju persalinan aman. 4) Membantu untuk memecahkan permasalahan yang ada dengan cara memberi informasi, adanya faktor resiko dan kelompok risiko pada ibu hamil 5) Menentukan pengambilan keputusan oleh ibu hamil dan keluarganya. e. Batasan pengisian skrining antenatal deteksi dini risiko tinggi pada ibu hamil dengan menggunakan Kartu Skor Poedji Rochjati 1) Kartu Skor Poedji Rochjati mempunyai 5 fungsi dalam deteksi dini risiko tinggi : a) Skrining antenatal / deteksi dini faktor risiko pada ibu hamil resiko tinggi b) Pemantauan dan pengendalian ibu hamil selama kehamilan c) Pencatat kondisi ibu selama kehamilan, persalinan, nifas mengenai ibu / bayi d) Pedoman untuk memberi penyuluhan e) Validasi data kehamilan, persalinan, nifas dan perencanaan KB. 2) Berdasarkan jumlah skor kehamilan di bagi menjadi tiga kelompok a) Kehamilan risiko rendah ( KRR) dengan jumlah skor 2 Kehamilan tanpa masalah / faktor risiko fisiologis dan kemungkinan besar diikuti oleh persalinan normal dengan ibu dan janin hidup sehat b) Kehamilan risiko tinggi (KRT) dengan jumlah skor 6-10 Kehamilan dengan satu atau lebih faktor risiko, baik dari fihak ibu maupun janinya memberi dampak kurang menguntungkan bagi ibu maupun janinnya memiliki resiko kegawatan tetapi tidak darurat c) Kehamilan risiko sangat tinggi (KRST) dengan jumlah skor > 12 Kehamilan dengan faktor risiko i. Perdarahan sebelum bayi lahir , memberikan dampak gawat dan darurat bagi bayi ibu dan atau bayinya, membutuhkan rujuk tepat waktu dan tindakan segera untuk penanganan adekuat dalam upaya penyelamatan nyawa ibu dan bayinya ii. Ibu dengan faktor risiko dua atau lebih tingkat resiko kegagalan meningkat yang membutuhkan pertolongan persalinan rumah sakit oleh dokter spesialis f. Batasan Faktor risiko pada ibu hamil Adalah kondisi pada ibu hamil yang dapat menyebabkan kemungkinan resiko / bahaya terjadinya komplikasi persalinan yang dapat menyebabkan kematian pada ibu dan bayinya. Kelompok Faktor risiko pada ibu hamil 1) Kelompok I Ada potensi gawat obtretik /APGO a) 10 faktor risiko (7 terlalu, 3 pernah) b) Kehamilan yang mempunyai masalah yang perlu di waspadai. Selama kehamilan ibu hamil sehat tanpa ada keluhan yang membahayakan c) Tetapi harus waspada karena ada kemungkinan dapat terjadi penyulit / komplikasi dalam persalinan Faktor risiko yang terdapat pada kelompok ini adalah a) Primipara muda , terlalu muda , hamil pertama umur < 16 tahun b) Primipara tua terlalu tua, hamil pertama umur diatas 35 tahun terlalu lambat hamil , setelah kawin > 4 tahun c) Primipara tua sekunder terlalu lama punya anak lagi >10 tahun d) Anak terkecil < 2 tahun terlalu cepat punya anak lagi, terkecil < 2 tahun e) Tinggi badan kurang dari 145cm f) Pernah gagal kehamilan g) Pernah melahirkan dengan i. pernah melahirkan dengan tarikan tang / vakum ii. pernah ari - ari dikeluarkan oleh penolong dari dalam rahim iii. pernah di infus atau tranfusi pada perdarahan pasca persalinan iv. Pernah operasi sesar 2) Kelompok II Ada gawat obtretik /AGO a) 8 faktor risiko b) Tanda bahaya pada saat kehamilan, ada keluhan tetapi tidak darurat Faktor risiko yang terdapat pada kelompok ini adalah a) Penyakit ibu hamil i. Anemi ii. Malaria iii. Tuberkulosa paru iv. Payah jantung v. Kencing manis vi. PMS b) Pre eklamsi ringan c) Hamil kembar / gemeli, hamil kembar air / hidramnion d) Hamil lebih bulan / hamil serotinus e) Janin mati dalam rahim ibu f) Kelainan letak i. Letak sungsang ii. Letak lintang 3) Kelompok III Ada gawat darurat obtretik /AGDO a) 2 faktor risiko b) Ada ancaman nyawa ibu dan bayi Faktor risiko yang terdapat pada kelompok ini adalah a) Perdarahan sebelum bayi lahir Mengeluarkan darah waktu hamil, sebelum kelahiran bayi b) Pre eklamsi berat Pada hamil 6 bulan lebih, sakit kepala / pusing, bengkak tungkai / wajah, tekanan darah tinggi, pemeriksaan urin ada albumin c) Eklamsi Ditambah dengan terjadinya kejang – kejang g. Bahaya kehamilan dengan risiko tinggi. Bahaya kehamilan risiko tinggi sebagai berikut (Manuaba,2007) : 1) Pada ibu : perdarahan, infeksi, gestosis 2) Pada bayi : Asfiksia neonatorum, BBLR, trauma persalinan h. Tempat persalinan bagi ibu hamil risiko. 1) Pada kehamilan risiko rendah (KRR) Tempat persalinan dapat dilakukan di rumah maupun polindes, tetapi penolong harus bidan, dukun pembantu perawatan nifas bagi ibu dan bayinya. 2) Ibu kehamilan risiko tinggi (KRT) ibu kader memberi penyuluhan agar pertolongan persalinan oleh bidan atau dokter Puskesmas atau langsung dirujuk ke rumah sakit misalnya pada letak lintang dan ibu hamil pertama (Primi) dengan tinggi badan rendah. 3) Ibu kehamilan risiko sangat tinggi (KRST) diberi penyuluhan dirujuk untuk melahirkan di rumah sakit dengan alat lengkap dan dibawah pengawasan dokter spesialis. i. Hal – hal yang harus di perhatikan pada ibu hamil resiko tinggi 1) Periksakan kehamilan sedini mungkin dan teratur, selama masa kehamilan sedikitnya 4 kali, tribulan I, II, satu kali dan ttribulan III dua kali 2) a) Pemberian tablet besi b) Imunisasi anti tetanus (TT) dua kali c) Pengukuran berat badan ibu d) Pengukuran tekanan darah ibu e) Pemerksaan janin ( meraba perut ibu) Gizi yang seimbang dengan porsi yang cukup 3) Merawat payudara untuk persiapan Air Susu ibu 4) Menjaga kebersihan diri dan cukup istirahat 5) Segera ke bidan / puskesmas / rumah sakit bila ibu mengalami 6) a) Badan panas lebih dari 2 hari b) Ada perdarahan sewaktu - waktu c) Sakit kepala terus menerus d) Batuk campur darah e) Kejang – kejang f) Gerakan janin tidak terasa g) Bengkak yang berat dimulai dari tungkai dan tangan Rencanakan persalinan aman sesuai dengan kondisi ibu. Tentukan tempat dan penolong persalinan. Jangan lupa sediakan biaya, siapkan transportasi 7) Keluarga segera memanggil penolong atau merujuk ke puskesmas / rumah sakit jika sudah ada tanda tanda tersebut adalah: a) Mengeluarkan lendir bercampur darah b) Kenceng – kenceng pada perut yang menimbulkan nyeri pada pinggang dan menjalar ke perut bawah. Dengan majunya waktu, rasa kenceng menjadi kuat. D. Kunjungan Antenatal Care (ANC) 1. Asuhan Antenatal Asuhan kehamilan atau yang biasa disebut Ante Natal Care (ANC) adalah upaya preventif program pelayanan kesehatan obstetrik untuk optimalisasi luaran maternal dan neonatal melalui serangkaian kegiatan pemantauan rutin setiap bulan (Saifuddin, 2008). Pengawasan wanita hamil secara rutin mampu membantu menurunkan morbiditas dan mortalitas ibu dan bayi (Saifuddin, 2007). Tujuan dilakukannya asuhan antenatal, secara khusus dijelaskan oleh Saifuddin (2008) dalam buku Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo adalah sebagai berikut: 1) Membangun rasa saling percaya antara klien dan petugas kesehatan 2) Mengupayakan terwujudnya kondisi terbaik bagi ibu dan bayi yang dikandungnya 3) Memperoleh informasi dasar tentang kesehatan ibu dan kehamilannya 4) Mengidentifikasi dan menata laksana kehamilan berisiko dan risiko tinggi 5) Memberikan pendidikan kesehatan yang diperlukan dalam menjaga kualitas kehamilan dan merawat bayi 6) Menghindari gangguan kesehatan selama kehamilan yang akan membahayakan keselamatan ibu hamil dan bayi yang dikandung Selama melakukan kunjungan untuk asuhan antenatal, para ibu hamil akan mendapatkan serangkaian pelayanan yang terkait dengan upaya memastikan ada tidaknya kehamilan dan penelusuran berbagai kemungkinan adanya penyulit atau gangguan kesehatan selama kehamilan yang mungkin dapat mengganggu kualitas dan luaran kehamilan. Dalam melakukan pemeriksaan rutin, berbagai asuhan yang diberikan menurut Saifuddin (2008) sebagai berikut: 1) Identifikasi dan Riwayat Kesehatan, meliputi: a) Data Umum Pribadi Data umum pribadi meliputi nama, usia, alamat, pekerjaan suami/ istri, lamanya menikah dan kebiasaan yang dapat merugikan kesehatan. b) Keluhan Saat Ini Keluhan saat ini adalah berbagai jenis dan sifat gangguan yang dirasakan ibu serta lamanya mengalami gangguan tersebut. c) Riwayat Haid Yang perlu diketahui bidan berhubungan dengan riwayat menstruasi meliputi Hari Pertama Haid Terakhir (HPHT), kemudian digunakan sebagai dasar untuk menentukan usia kehamilan dan taksiran persalinan. d) Riwayat Kehamilan dan Persalinan Seorang tenaga kesehatan juga perlu mengetahui riwayat kehamilan, persalinan dan nifas ibu sebelumnya, jumlah dan keadaan anak sebelumnya, berat badan lahir anak sebelumnya serta cara pemberian asupan bagi bayi yang dilahirkan, termasuk riwayat menyusui. Riwayat kebidanan sebelumnya ini dapat digunakan untuk melakukan identifikasi kehamilan dan kemungkinan penyulit pada kehamilan sekarang. e) Riwayat Kesehatan Riwayat kesehatan ibu meliputi riwayat penyakit dalam keluarga, riwayat penyakit ibu, riwayat penyakit yang memerlukan tindakan pembedahan, riwayat mengikuti Keluarga Berencana (KB) serta riwayat imunisasi. 2) Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan fisik pada ibu dilakukan setelah dilakukannya anamnesa. Pemeriksaan fisik berguna untuk mengetahui keadaan kesehatan ibu dan janin serta perubahan yang terjadi pada suatu pemeriksaan ke pemeriksaan berikutnya. Pemeriksaan kehamilan menurut Rafani (2009) terdiri atas beberapa langkah, yaitu: a) Perhatikan tanda-tanda tubuh yang sehat. Perhatikan berjalannya. sikap tubuh, Apakah keadaan cenderung punggung membungkuk, dan cara terdapat lordosis, kifosis, skoliosis atau pincang. Lihat dan nilai kekuatan ibu ketika berjalan, apakah ia tampak nyaman dan gembira, apakah ibu tampak lemah. b) Pengukuran tinggi badan dan berat badan Timbang berat badan ibu pada setiap pemeriksaan kehamilan. Berat badan ibu hamil biasanya naik sekitar 9-12 kg selama kehamilan. Kenaikan berat badan menunjukkan bahwa ibu mendapat cukup makanan. Berat badan ibu naik secara normal menunjukkan janin tumbuh dengan baik. Bila kenaikan berat badan ibu kurang dari 5 kg pada kehamilan 28 minggu maka ia perlu dirujuk. Tinggi badan hanya diukur pada kunjungan pertama. Pada ibu yang pendek perlu diperhatikan kemungkinan mempunyai panggul yang sempit sehingga menyulitkan dalam pemeriksaan. Bila tinggi badan ibu kurang dari 145 atau tampak pendek dibandingkan dengan rata-rata ibu, maka persalinan perlu diwaspadai. c) Pemeriksaan tekanan darah Tekanan darah pada ibu hamil bisanya tetap normal, kecuali bila ada kelainan. Bila tekanan darah mencapai 140/90 mmHg atau lebih mintalah ibu berbaring miring ke sebelah kiri dan minta ibu bersantai sampai terkantuk. Setelah 20 menit beristirahat, ukurlah tekanan darahnya. Bila tekanan darah tetap tinggi, maka hal ini menunjukkan ibu menderita pre eklamsia dan harus dirujuk ke dokter serta perlu diperiksa kehamilannya. Khususnya tekanan darahnya lebih sering (setiap minggu). Ibu dipantau secara ketat dan anjurkan ibu persalinannya direncanakan di rumah sakit. d) Pemeriksaan dari ujung rambut sampai ke ujung kaki Pemeriksaan fisik pada kehamilan dilakukan melalui pemeriksaan pandang (inspeksi), pemeriksaan raba (palpasi), periksa dengar (auskultasi),periksa ketuk (perkusi).Pemeriksaan obstetrik pada ibu hamil meliputi: (1) Wajah atau muka Adakah cloasma gravidarum, pucat pada wajah adalah pembengkakan pada wajah. Selain memeriksa ada tidaknya pucat pada konjungtiva, lihat sklera mata adakah sklera kuning atau ikterik (2) Lihatlah mulut pasien. Adakah tampak bibir pucat, bibir kering pecah-pecah adakah stomatitis, gingivitis, adakah gigi yang tanggal, adakah gigi yang berlobang, caries gigi. Selain dilihat dicium adanya bau mulut yang menyengat. Lihatlah kelenjar gondok, adakah pembesaran kelenjar thyroid, pembengkakan saluran limfe. (3) Lihat dan raba payudara, pada kunjungan pertama pemeriksaan payudara terhadap kemungkinan adanya benjolan yang tidak normal. Lihat apakah payudara simetris atau tidak, puting susu menonjol, datar atau bahkan masuk. Puting susu yang datar atau masuk akan mengganggu proses menyusui nantinya. Apakah asinya sudah keluar atau belum. Kebersihan areola mammae serta ada tidaknya hiperpigmentasi areola mammae. (4) Pemeriksaan Abdomen Tujuan pemeriksaan abdomen adalah untuk menentukan letak dan presentasi janin, turunnya bagian janin yang terbawah, tinggi fundus uteri dan denyut jantung janin. Lihatlah bentuk pembesaran perut (melintang, memanjang, asimetris) adakah tanda-tanda kehamilan (linea alba nigra, adakah striae gravidarum), adakah bekas luka operasi, adakah tampak gerakan janin, rasakan juga dengan pemeriksaan raba adanya pergerakan janin. Palpasi dilakukan untuk mengetahui tinggi fundus uteri (Leopold 1), letak punggung bayi (Leopold 2), menentukan presentasi bayi (Leopold 3) serta sejauh mana bagian terbawah bayi masuk pintu atas panggul (Leopold 4).Pertumbuhan janin dinilai dari tingginya fundus uteri. Semakin tua umur kehamilan, maka semakin tinggi fundus uteri. Namun pada umur kehamilan 9 bulan fundus uteri akan turun kembali karena kepala telah turun atau masuk ke panggul. Auskultasi yaitu untuk mengetahui denyut jantung janin. Dengarkan denyut jantung janin (DJJ) sejak kehamilan 20 minggu. Jantung janin biasanya berdenyut 120-160 kali permenit. Umur kehamilan 28 minggu denyut jantung janin tidak dapat didengar atau denyutnya lebih dari 160 atau kurang dari 120 kali permenit atau janinnya berkurang gerakannya atau tidak bergerak, maka ibu perlu segera dirujuk. (5) Pemeriksaan punggung dibagian ginjal. Tepuk punggung di bagian ginjal dengan bagian sisi tangan yang dikepalkan. Bila ibu merasa nyeri, mungkin terdapat gangguan pada ginjal atau salurannya. (6) Pemeriksaan genetalia Pada vulva terlihat adanya sedikit cairan jernih atau berwarna putih yang tidak berbau. Pada kehamilan normal, tak ada rasa gatal, luka atau perdarahan. Rabalah kulit didaerah selangkangan, pada keadaan normal tidak teraba adanya benjolan kelenjar. (7) Pemeriksaan panggul Pada ibu hamil terutama primigravida perlu dilakukan pemeriksaan untuk menilai keadaan dan bentuk panggul apakah terdapat kelainan atau keadaan yang dapat menimbulkan penyulit persalinan. (8) Pemeriksaan ektremitas bawah Memeriksa adanya oedema yang paling mudah dilakukan didaerah pretibia dan mata kaki dengan cara menekan jari beberapa detik. Apabila terjadi cekung yang tidak lekas pulih kembali berarti oedem positif. Oedem positif pada tungkai kaki dapat menandakan adanya pre eklampsia. Daerah lain yang dapat diperiksa adalah kelopak mata. Namun apabila kelopak mata sudah oedem biasanya keadaan pre eklamsi sudah lebih berat. (9) Pemeriksaan reflek lutut (patella) Mintalah ibu duduk dengan tungkainya tergantung bebas dan jelaskan apa yang akan dilakukan. Rabalah tendon dibawah lutut/ patella. Dengan menggunakan hammer ketuklan tendon pada lutut bagian depan. Tungkai bawah akan bergerak sedikit ketika tendon diketuk. Bila reflek lutut negatif kemungkinan pasien mengalami kekurangan vitamin B1. Bila gerakannya berlebihan dan cepat maka hal ini mungkin merupakan tanda pre eklamsi. 3) Laboratorium Pemeriksaan laboratorium yang perlu dilakukan adalah analisis urin rutin, tinja rutin, hemoglobin (Hb), golongan darah, hitung jenis sel darah, gula darah, antigen Hepatitis B Virus, Antibodi Rubela, HIV dan VDRL. Pada umumnya, dalam keadaan normal pemeriksaan yang wajib dilakukan selama kehamilan adalah pemeriksaan kadar Hb dan golongan darah. 4) Menilai Kesejahteraan Janin Seiring dengan pertumbuhan janin, dalam setiap kunjungan antenatal juga perlu dilakukan penilaian kesejahteraan janin. Berbagai pemeriksaan tersebut adalah pemeriksaan TFU untuk mengetahui kesesuaian pertumbuhan besar janin dengan usia kehamilan, identifikasi gerakan janin, memastikan adanya denyut jantung janin, serta pemeriksaan ultrasonography (USG) untuk pemeriksaan profil biofisik janin. Di unit pelayanan kesehatan primer yang tidak memiliki USG, pemeriksaan kesejahteraan janin, utamanya pemeriksaan DJJ dapat menggunakan Leaneck atau Doppler. Bila usia kehamilan memasuki 34 minggu, juga dilakukan pemeriksaan tentang penilaian besar janin, letak dan presentasi serta penilaian luas panggul. 5) Edukasi Kesehatan bagi Ibu Hamil Kunjungan antenatal memberikan kesempatan bagi petugas kesehatan untuk memberikan memberikan informasi kesehatan essensial bagi ibu hamil dan keluarga. Berbagai informasi penting tersebut meliputi nutrisi yang adekuat selama kehamilan terutama mengenai zat besi, perawatan payudara, perawatan gigi, kebersihan tubuh dan pakaian serta pengenalan berbagai gejala dan tanda bahaya selama kehamilan. 2. Kunjungan Antenatal Care (ANC) Pada umumnya 80-90% kehamilan akan berlangsung normal dan hanya 10-12% kehamilan yang disertai dengan penyulit atau berkembang menjadi kehamilan patologis (Saifuddin, 2008). Kehamilan patologis tidak terjadi secara mendadak dan efeknya terhadap organ tubuh terjadi secara berangsur-angsur. Deteksi dini gejala dan tanda bahaya selama kehamilan merupakan upaya terbaik untuk mencegah terjadinya gangguan yang serius terhadap kehamilan ataupun keselamatan ibu hamil. Saifuddin (2007) menjelaskan asuhan antenatal yang ideal jika dilakukan secara teratur, yaitu: 1) Segera setelah mengetahui/ menduga adanya kehamilan Selang waktu kurang lebih satu bulan dari keterlambatan haid, diharapkan ibu telah memeriksakan kehamilannnya. Melalui kunjungan awal ini, kelainan yang mungkin ada atau timbul dapat segera terdeteksi, selanjutnya penanganan yang tepat dapat segera diberikan. Selain itu, pada pemeriksaann awal ini dapat ditentukan tanggal perkiran partus. Jika HPHT (hari pertama haid terakhir) diketahui dan siklus menstruasi ± 28 hari dapat menggunakan rumus Neagle. Namun jika HPHT tidak diingat, dapat menggunakan acuan tanda kehamilan yang muncul. Misalnya adalah dengan mengidentifikasi gerak bayi pertama dan nausea atau perasaan mual muntah. Primigravida akan merasakan gerakan janinnya pertama kali pada usia 18 minggu. Perasaan mual muntah (nausea) akan hilang pada usia 12-14 minggu. 2) Usia kehamilan 28 minggu Pemeriksaan kehamilan saat usia kehamilan belum mencapai 28 minggu, asuhan antenatal dapat dilakukan 4 minggu sekali. 3) Usia kehamilan 28-36 minggu Antara usia kehamilan 28-36 minggu, diharapkan ibu hamil melakukan ANC setiap 2 minggu sekali. 4) > 36 minggu Minggu minggu menjelang persalinan, frekuensi ANC dilakukan lebih sering, yaitu 1 minggu sekali. Apabila kehamilan termasuk risiko tinggi, perhatian dan jadwal kunjungan harus lebih ketat. Namun apabila kehamilan normal, minimal dilakukan 4 kali kunjungan, yaitu 1 kali pada trimester I (usia kehamilan kurang dari 12 minggu)/ K1, 1 kali pada trimester II (usia kehamilan 13-27 minggu)/ K2, dan 2 kali pada trimester III (usia kehamilan 28-40 minggu)/ K3 dan K4 (Adriansz, 2008). Pusdiknakes (2003) menjabarkan tentang keempat kunjungan tersebut sebagai berikut: 1) Kunjungan Pertama (K1) Kunjungan pertama (K1) adalah kunjungan yang dilakukan pada usia kehamilan >14 minggu. Pada kunjungan pertama ini, tujuannya adalah: a) Membina hubungan saling percaya antara bidan dan ibu, sehingga suatu mata rantai penyelamatan jiwa telah terbina jika diperlukan. b) Mendeteksi masalah yang dapat diobati sebelum menjadi bersifat mengancam jiwa. c) Mencegah masalah, seperti tetanus neonatorum, anemia defisiensi besi, penggunaan praktik tradisional yang merugikan. d) Memulai persiapan dan kesiapan untuk menghadapi komplikasi e) Mendorong perilaku sehat (nutrisi, senam hamil, kebersihan, istirahat dan sebagainya) 2) Kunjungan Kedua (K2) Kunjungan kedua (K2) adalah kunjungan yang dilakukan pada usia kehamilan antara minggu ke 14-28. Tujuan kunjungan ini sama seperti kunjungan pertama, ditambah kewaspadaan khusus mengenai Pregnancy Induce Hypertension (PIH), melalui menanyakan pada ibu tentang gejala PIH, pantauan tekanan darah, kaji adanya edema dan periksa urine untuk protein. 3) Kunjungan Ketiga (K3) Kunjungan ketiga (K3) adalah kunjungan minimal 3 kali pada sekitar minggu ke 28-36 dan sesudah minggu ke 36. Tujuan dilakukannya K3 sama seperti kunjungan kedua, ditambah palpasi abdomen untuk mendeteksi adanya kehamilan ganda. 4) Kunjungan Keempat (K4) Kunjungan keempat adalah minimal dilakukan 4 kali kinjungan pada usia kehamilan antara minggu ke 28-36 dan sesudah minggu ke 36. Tujuan dilakukannya K4 sama seperti kunjungan ketiga ditambah deteksi kelainan letak atau kondisi lain yang memerlukan kelahiran di Rumah Sakit (RS). E. Kunjungan Post Natal Care (PNC) 1. Post Natal Care (Asuhan masa nifas) PNC merupakan kegiatan perawatan obstetri ibu pada masa nifas. Terdapat beberapa definisi dari masa nifas, yaitu: 1) Masa nifas adalah masa dimulai beberapa jam sesudah lahirnya plasenta sampai 6 minggu setelah melahirkan (Pusdiknakes, 2003). 2) Masa nifas dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil yang berlangsung kira-kira 6 minggu (Abdul Bari,2000). 3) Masa nifas merupakan masa selama persalinan dan segera setelah kelahiran yang meliputi minggu-minggu berikutnya pada waktu saluran reproduksi kembali ke keadaan tidak hamil yang normal (F.Gary cunningham,Mac Donald,1995). 4) Masa nifas adalah masa setelah seorang ibu melahirkanbayi yang dipergunakan untuk memulihkan kesehatannya kembali yang umumnya memerlukan waktu 6- 12 minggu ( Ibrahim C, 1998). Masa nifas merupakan periode transisi dan pemulihan ibu dari masa setelah keluarnya plasenta hingga pulihnya kembali sistem reproduksi (6 minggu post partum). Periode yang panjang ini terdiri atas beberapa tahapan, yaitu: 1) Puerperium dini Suatu masa kepulihan dimana ibu diperbolehkan untuk berdiri dan berjalan-jalan. 2) Puerperium intermedial Suatu masa dimana kepulihan dari organ-organ reproduksi selama kurang lebih enam minggu. 3) Remote puerperium Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat kembali dlam keadaan sempurna terutama ibu bila ibu selama hamil atau waktu persalinan mengalami komplikasi. Tahap masa nifas merupakan suatu siklus yang fisiologis.Namun, karena masa ini merupakan masa transisi, seringkali mudah muncul berbagai penyulit.Sebagai upaya deteksi dan penanganan dini, maka perlu dilakukan pemeriksaan masa nifas dalam kujungan PNC. Tujuan dilaksanakannya kunjungan masa nifas, secara khusus dalam buku Buku Ajar Asuhan Kebidanan Nifas Normal, Bahiyatun (2010) adalah untuk: 1) Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologis. 2) Melaksanakan skrinning secara komprehensif, deteksi dini, mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayi. 3) Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi, KB, cara dan manfaatmenyusui, pemberian imunisasi serta perawatan bayi sehari-hari. 4) Memberikan pelayanan keluarga berencana. 5) Mendapatkan kesehatan emosi. Jadi, selain untuk menjaga keselamatan ibu, kunjungan PNC juga diarahkan untuk menjamin keselamatan bayi baru lahir Bidan memiliki peranan yang sangat penting dalam pemberian asuhan post partum. Adapun peran dan tanggung jawab dalam masa nifas antara lain : 1) Memberikan dukungan secara berkesinambungan selama masa nifas sesuai dengan kebutuhan ibu untuk mengurangi ketegangan fisik dan psikologis selama masa nifas. 2) Sebagai promotor hubungan antara ibu dan bayi serta keluarga. 3) Mendorong ibu untuk menyusui bayinya dengan meningkatkan rasa nyaman. 4) Membuat kebijakan, perencana program kesehatan yang berkaitan ibu dan anak dan mampu melakukan kegiatan administrasi. 5) Mendeteksi komplikasi dan perlunya rujukan. 6) Memberikan konseling untuk ibu dan keluarganya mengenai cara mencegah perdarahan, mengenali tanda-tanda bahaya, menjaga gizi yang baik, serta mempraktekkan kebersihan yang aman. 7) Melakukan manajemen asuhan dengan cara mengumpulkan data, menetapkan diagnosa dan rencana tindakan serta melaksanakannya untuk mempercepat proses pemulihan, mencegah komplikasi dengan memenuhi kebutuhan ibu dan bayi selama priode nifas. 8) Memberikan asuhan secara professional. 2. Kunjungan Post Natal Care (PNC) Kebijakanprogram nasional pada masa nifas yaitu paling sedikit empat kali melakukan kunjungan pada masa nifas, dengan tujuan untuk: 1) Menilai kondisi kesehatan ibu dan bayi. 2) Melakukan pencegahan terhadap kemungkinan-kemungkinan adanya gangguan kesehatan ibunifas dan bayinya. 3) Mendeteksi adanya komplikasi atau masalah yang terjadi pada masa nifas. 4) Menangani komplikasi atau masalah yang timbul dan mengganggu kesehatan ibunifas maupun bayinya. Asuhan yang diberikan sewaktu melakukan kunjungan masa nifas adalah: 1) Kunjungan I/ Kn 0 (6-8 jam post partum) Tujuan kunjungan ke-1 adalah: a) Mencegah perdarahan masa nifas oleh karena atonia uteri. b) Mendeteksi dan perawatan penyebab lainperdarahan serta melakukan rujukan bila perdarahan berlanjut. c) Memberikan konseling pada ibu dan keluarga tentang cara mencegah perdarahan yang disebabkan atonia uteri. d) Pemberian ASI awal. e) Mengajarkan cara mempererat hubungan antara ibu dan bayi baru lahir. f) Menjaga bayi tetap sehat melalui pencegahan hipotermi. g) Setelah bidan melakukan pertolongan persalinan, maka bidan harus menjaga ibu dan bayi untuk 2 jam pertama setelah kelahiran atau sampai keadaan ibu dan bayi baru lahir dalam keadaan baik. 2) Kunjungan II/ Kn 1 (6 hari post partum) Tujuan kunjungan ke-2: a) Memastikan involusiuterus barjalan dengan normal, uterus berkontraksi dengan baik, tinggi fundus uteri di bawah umbilikus, tidak ada perdarahan abnormal. b) Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi dan perdarahan. c) Memastikan ibu mendapat istirahat yang cukup. d) Memastikan ibu mendapat makanan yang bergizi dan cukup cairan e) Memastikan ibu menyusui dengan baik dan benar serta tidak ada tanda-tanda kesulitan menyusui. f) Memberikan konseling tentang perawatan bayi baru lahir. 3) Kunjungan III/ Kn 2 (2 minggu post partum) Tujuan kunjungan ke-3sama dengan tujuan asuhan yang diberikan pada kunjungan 6 hari post partum (kunjungan II). 4) Kunjungan ke IV/ Kn 3(6 minggu post partum) Tujuan kunjungan ke-6 adalah: a) Menayakan penyulit-penyulit yang dialami ibu selama masa nifas b) Memberikan konseling KB secara dini E. Jaminan Persalinan (JAMPERSAL) Jaminan persalinan atau disingkat Jampersal adalah program terbaru (tahun 2011) Kementrian Kesehatan yang diamanatkan sebagai upaya mempercepat pencapaian target Millineum Development Goals for Health, khususnya menurunkan angka kematian ibu (AKI) dan bayi (AKB) melalui peningkatan akses pelayanan persalinan oleh dokter dan bidan. Secara khusus, tujuan program Jampersal ini adalah: a. Meningkatnya cakupan pemeriksaan kehamilan, pertolongan persalinan, dan pelayanan nifas ibu oleh tenaga kesehatan. b. Meningkatnya cakupan pelayanan bayi baru lahir oleh tenaga kesehatan. c. Meningkatnya cakupan pelayanan KB pasca persalinan oleh tenaga kesehatan. d. Meningkatnya cakupan penanganan komplikasi ibu hamil, bersalin, nifas, dan bayi baru lahir oleh tenaga kesehatan. e. Terselenggaranya pengelolaan keuangan yang efisien, efektif, transparan, dan akuntabel. Meskipun bernama Jampersal-jaminan persalinan, namun sasaran dari program ini tidak hanya menciptakan persalinan yang selamat, tetapi juga mempersiapkan masa sebelum persalinan yang sehat melalui fasilitas pemeriksaan kehamilan (ANC), penjagaan masa post kelahiran yang aman melalui fasilitas pemeriksaan masa nifas (PNC) dan juga memberikan jaminan kesehatan terhadap bayi hingga berusia 28 hari (BBL). Secara rinci, manfaat pelayanan yang dapat diperoleh masyarakat melalui program Jampersal ini adalah: 1. Pemeriksaan kehamilan (ANC) Pemeriksaan kehamilan (ANC) dengan tata laksana pelayanan mengacu pada buku Pedoman KIA. Selama hamil sekurang-kurangnya ibu hamil diperiksa sebanyak 4 kali dengan frekuensi yang dianjurkan sebagai berikut: 1) 1 kali pada triwulan pertama 2) 1 kali pada triwulan kedua 3) 2 kali pada triwulan ketiga b. Persalinan normal c. Pelayanan nifas normal, termasuk KB pasca persalinan Tatalaksana PNC dilakukan sesuai dengan buku pedoman KIA.Ketentuan pelayanan pasca persalinan meliputi pemeriksaan nifas minimal 3 kali. d. Pelayanan bayi baru lahir normal e. Pemeriksaan kehamilan pada kehamilan risiko tinggi f. Pelayanan pasca keguguran g. Persalinan per vaginam dengan tindakan emergensi dasar h. Pelayanan nifas dengan tindakan emergensi dasar i. Pelayanan bayi baru lahir dengan tindakan emergensi dasar j. Pemeriksaan rujukan kehamilan pada kehamilan risiko tinggi k. Penanganan rujukan pasca keguguran l. Penanganan kehamilan ektopik terganggu (KET) m. Persalinan dengan tindakan emergensi komprehensif n. Pelayanan nifas dengan tindakan emergensi komprehensif o. Pelayanan bayi baru lahir dengan tindakan emergensi komprehensif p. Pelayanan KB pasca persalinan. Pelayanan persalinan dilakukan secara terstruktur dan berjenjang berdasarkan rujukan. Ruang lingkup pelayanan jaminan persalinan terdiri dari: a. Pelayanan persalinan tingkat pertama Pelayanan persalinan tingkat pertama adalah pelayanan yang diberikan oleh tenaga kesehatan yang berkompeten dan berwenang memberikan pelayanan pemeriksaan kehamilan, pertolongan persalinan, pelayanan nifas termasuk KB pasca persalinan, pelayanan bayi baru lahir, termasuk pelayanan persiapan rujukan pada saat terjadinya komplikasi (kehamilan, persalinan, nifas dan bayi baru lahir) tingkat pertama. Pelayanan tingkat pertama diberikan di Puskesmas dan Puskesmas PONED serta jaringannya termasuk Polindes dan Poskesdes, fasilitas kesehatan swasta yang memiliki Perjanjian Kerja Sama (PKS) dengan Tim Pengelola Kabupaten/Kota. Jenis pelayanan Jaminan persalinan di tingkat pertama meliputi: 1) Pemeriksaan kehamilan 2) Pertolongan persalinan normal 3) Pelayanan nifas, termasuk KB pasca persalinan 4) Pelayanan bayi baru lahir 5) Penanganan komplikasi pada kehamilan, persalinan, nifas dan bayi baru lahir b. Pelayanan Persalinan Tingkat Lanjutan Pelayanan persalinan tingkat lanjutan adalah pelayanan yang diberikan oleh tenaga kesehatan spesialistik, terdiri dari pelayanan kebidanan dan neonatus kepada ibu hamil, bersalin, nifas, dan bayi dengan risiko tinggi dan komplikasi, di rumah sakit pemerintah dan swasta yang tidak dapat ditangani pada fasilitas kesehatan tingkat pertama dan dilaksanakan berdasarkan rujukan, kecuali pada kondisi kedaruratan. Pelayanan tingkat lanjutan diberikan di fasilitas perawatan kelas III di Rumah Sakit Pemerintah dan Swasta yang memiliki Perjanjian Kerja Sama (PKS) dengan Tim Pengelola Kabupaten/Kota. Jenis pelayanan Persalinan di tingkat lanjutan meliputi: 1) Pemeriksaan kehamilan dengan risiko tinggi (RISTI) dan penyulit 2) Pertolongan persalinan dengan RISTI dan penyulit yang tidak mampu dilakukan di pelayanan tingkat pertama. 3) Penanganan komplikasi kebidanan dan bayi baru lahir di Rumah Sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan yang setara. F. Peran Kader a. Difinisi Kader Adalah siapa saja dari anggota masyarakat yang mau bekerja secara sukarela dan ikhlas, mau dan sanggup melakukan kegiatan, mau dan sanggup menggerakkan masyarakat melalui kegiatan di posyandu (UPGK,2000) b. Yang bisa menjadi kader 1) Setiap warga desa setempat laki – laki maupun perempuan 2) Bisa membaca dan menulis hurup latin 3) Mempunyai waktu luang 4) Memiliki kemampuan 5) Mau bekerja sukarela, tulus ikhlas c. Tugas kader 1) Persiapan hari buka posyandu a) Menyiapkan alat dan bahan ( alat timbang, KMS, alat peraga, dll) b) Mengundang dan mengerakkan masyarakat untuk datang ke posyandu c) Mengunjungi kelompok kerja posyandu d) Melaksanakan pembagian tugas diantara kader 2) Setelah hari buka di posyandu a) Memindahkan catatan buku KIA, KMS ke buku regester b) Mengevaluasi hasil kegiatan dan merencanakan kegiatan posyandu yang akan datang c) Melaksanakan penyuluhan kelompok ( kelompok dasa wisma) d) Melakukan kunjungan rumah (penyuluhan perorangan) bagi sasarn posyandu yang bermasalah, antara lain: i. Tidak berkunjung ke posyandu karena sakit ii. Berat badan balita tetap selama 2 bulan berturut – turut iii. Tidak melaksanakan KB padahal sangat perlu iv. Anggota keluarga sering terkena penyakit menular. d. Peran kader / PKK dalam pelaksanaan ( deteksi dini risiko tinggi )DDRT 1) Memberikan penyuluhan / KIE, kepada ibu hamil suami, keluarga agar melakukan perawatan antenatal teratur paling sedikit 4 kali yaitu 1-1-2 kali dalam tiap tribulan I, II dan III sampai dekat akan menjelang melahirkan. 2) Rujukan kehamilan ke bidan desa atau ke bidan / dokter Puskesmas. 3) Pengenalan sedini mungkin adanya masalah lain misalnya penyakit dari ibu anemi/kurang darah maupun kelainan pada kehamilan misalnya perut ibu sangat besar, ibu kader menduga kehamilan kembar. 4) Ibu kader dan bidan desa dengan ibu hamil, suami keluarga merencanakan pertolongan persalinan aman mengenai tempat dan penolong persalinan, apakah oleh bidan di desa di Polindes, bidan atau dokter di Puskesmas atau di rumah sakit. Rujukan terencana. Sejak awal kehamilan bidan di desa dan ibu kader dapat membantu perkembangan kesiapan mental, biaya dan transportasi diantara keluarga agar tidak terjadi rujukan terlambat dan bila terjadi komplikasi dalam persalinan tidak bingung/panik untuk mengambil keputusan merujuk. Rujukan direncanakan dalam kehamilan oleh bidan di desa bersama ibu hamil, suami dan keluarga agar ibu hamil untuk melahirkan di Puskesmas atau di rumah sakit. (UPGK,2000) G. Ibu hamil a. Ibu Ibu adalah orang wanita yang telah melahirkan anak (Purwodarminto,2008). b. Hamil Hamil berarti mengandung anak dalam perut , bunting , mengandung,. Jadi ibu hamil adalah seseorang yang mengandung anak di dalam perut (Purwodarminto,2008). c. Pengertian kehamilan Masa kehamilan di mulai dari konsepsi sampai lahirnya janin. Konsepsi sendiri mempunyai pengertian tentang pertemuan dan persenyawaan antara ovum dan sperma. Lamanya hamil normal adalah 280 hari (40 minggu 9 bulan 7 hari) di hitung dari hari pertama haid terakhir. (Hulliana, 2001) d. Tanda – tanda kehamilan Tanda – tanda subyektif kehamilan adalah terlambat haid, terdapat mual dan muntah, terasa sesak atau nyeri dibagian bawah, sering kencing. Sedangkan tanda subyektif kehamilan (Manuaba,2003) adalah : 1) Pembesaran dan perubahan konsistusi rahim, perubahan pada isthmus uteri ( rahim) yang menyebabkan menjadi lebih panjang dan lunak, perlunakan ini disebut dengan tanda hegar. 2) Vagina dan vulva mengalami peningkatan pembuluh darah karena pengaruh estrogen sehngga tampak makin merah dan kebiru – biruan (tanda chanwiks) 3) Payudara mengalami pertumbuhan dan perkembangan sebagai persiapan memberikan Asi saat laktasi. e. Pelayanan Saat Kehamilan / Ante Natal Care ( ANC ) Kehamilan merupakan proses reproduksi yang normal, tetapi perlu perawatan diri yang khusus agar ibu dan janin dalam keadaan sehat dan normal tidak hanya fisik akan tetapi juga mental. ( Prawirohardjo, 2002 ). Menurut JNPKKR - POGI 2001 dalam Buku acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal menyatakan bahwa kehamilan merupakan saat yang menyenangkan dan dinanti-nantikan, tetapi juga dapat menjadi saat kegelisahan dan keprihatinan. Pembicaraan secara efektif kepada ibu dan keluarganya dapat membantu membangun kepercayaan kepada petugas kesehatan. Kunjungan antenatal sebaiknya dilakukan paling sedikit 4 kali selama kehamilan : minimal satu kali pada triwulan pertama, satu kali pada triwulan kedua dan dua kali pada triwulan ketiga, dengan pelayanan / asuhan standar minimal termasuk “ 7T “ yang meliputi : ( Timbang ) berat badan, Ukur ( Tekanan ) darah, Ukur ( Tinggi ) fundus uteri, Pemberian imunisasi Tetanus toksoid ( TT ) lengkap, Pemberian ( Tablet ) zat besi minimum 90 tablet selama kehamilan, ( Tes ) terhadap penyakit menular seksual, ( Temu ) wicara dalam rangka persiapan rujukan. ( JNPKKR – POGI, 2001) BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain Penelitian adalah keseluruhan penelitian dari perencanaan untuk menjawab riset question ( pertanyaan penelitian) dan untuk mengantisipasi beberapa kesulitan yang mungkin timbul selama proses riset ( Nurslam dan Pariani, 2001). Berdasarkan tujuan penelitian, penelitian ini merupakan penelitian observasi dengan desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Cross Sectional. Cross Sectional adalah suatu penelitian untuk mempelajari faktor – faktor pengaruh dengan faktor – faktor terpengaruh, dengan cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat ( point time approach ). Artinya, tiap subjek penelitian hanya diobservasi sekali saja dan pengukuran dilakukan terhadap status karakter atau variabel subjek pada saat pemeriksaan ( Notoatmodjo, 2010 ). Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya ( Sugiyono, 2007 ). Pada penelitian ini, populasinya adalah semua kader posyandu di kota Kediri. Tehnik sampling yang digunakan adalah cluster random sampling yaitu dengan mengambil sebagian anggota populasi menjadi sampel dengan melihat kelompok-kelompok yang setara. B. Kerangka Kerja Menganalisis AKI dan AKB sebelum dan sesudah jampersal di kota kediri 1. 2. 3. Mengindentifikasi : pengetahuan kader peran kader dalam memotivasi ibu hamil untuk melakukan ANC PNC peran kader dalam DDRT ibu hamil sebelum diberi pelatihan Pelatihan ANC,PNC,DTRT : peserta kader posyandu kota kediri Pendampingan kader oleh mahasiswa di keluarahan kecamatan pesantren Pendampingan kader oleh mahasiswa di keluarahan kecamatan kota Mengindentifikasi peran kader sesudah diberi pelatihan Gambar 3.1 : Kerangka Kerja C. Teknik Analisa Data Pendampingan kader oleh mahasiswa di keluarahan kecamatan mojoroto Setelah data terkumpul dilakukan penyuntingan untuk melihat kualitas data. Dilanjutkan denngna coding dan tabulasi, kemudian disajikan dalam bentuk croos tab sesuai dengan variable yang hendak diukur. (Trihendradi, 2004). Untuk mengetahui pengaruh pelatihan dan pendampingan peran masyarakat (kader) dalam deteksi dini risiko tinggi pada ibu hamil, digunakan uji wilcoxon. Uji wilcoxon mengunakan program SPSS 16 for window. Dengan kriteria, apabila hasil uji statistic didapat P- value/Sig (2-tailed) < 5 % (α) atau 0,05, Maka H0 ditolak yang berarti ada pengaruh pelatihan dan pendampingan terhadap peran masyarakat (kader) dalam memotivasi ANC,PNC dan deteksi dini risiko tinggi ibu hamil. Sebaliknya apabila hasil uji statistic didapat P- value/Sig (2-tailed) > 5 % (α) atau 0,05, Maka H0 diterima yang berarti tidak ada pengaruh pelatihan dan pendampingan terhadap p peran masyarakat (kader) dalam memotivasi ANC,PNC dan deteksi dini risiko tinggi ibu hamil (Sugiyono, 2004) DAFTAR PUSTAKA Departemen Kesehatan RI, (2009), Buku Kesehatan Ibu dan Anak Departemen Kesehatan RI, (2009), Pedoman Umum Manajemen Penerapan Buku KIA. Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat, Departemen Kesehatan RI, (2009, Pedoman Orientasi Buku KIA Pada Kader dan Pemerhati KIA Dinkes Kab. Kediri. ( 2009 ). Pemantauan Wilayah Setempat Tahun 2009. Dinkes Kab. Kediri. ( 2009 ). Pemantauan Wilayah Setempat Tahun 2008. Dinkes Prop. Jawa Timur. ( 2010 ). Evaluasi Kesehatan Ibu dan Anak Tahun 2009. Hulliana, (2001), Panduan Menjalani Kehamilan Sehat, Jakarta : Puspaswara Hidayat, A.A., ( 2007 ). Metode Penelitian Keperawatan dan Tehnik Analisis Data.Jakarta : Salemba Medika JNPKKR – POGI, (2001) Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, Jakarta Jonathan Sarwono , ( 2006) Analisis Data Penelitian menggunakan SPSS, Yogjakarta CV Andi Offset Manuaba, Ida Bagus Gde, (2007), Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan & Keluarga Berencana untuk Pendidikan Bidan, Jakarta : Arcan Notoatmodjo, Soekidjo, (2010), Metodologi Penelitian Kesehatan, Jakarta : Rineka Cipta Notoatmodjo, Soekidjo, (2003), IlmuKesehatan Masyarakat (Prinsip – Prinsip dasar) , Jakarta : Rineka Cipta Notoatmodjo, Sekidjo . (2003), Pendidikan dan perilaku kesehatan Jakarta : Rineka Nursalam, (2003), Metodologi Riset Keperawatan, Jakarta: Salemba Medika Poedji Rochjati,(2010), Tangga Menuju Persalinan Aman, Surabaya Tim penerjemah,(1996). Kamus Kedokteran. Jakarta : EGC Purwodarminto,(2008), Kamus Umum bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka Somantri, Muhidin. ( 2006 ). Aplikasi Statistik dalam Penelitian. Bandung : Pustaka Setia, Suharsimi, Arikunto (2002), Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: Rineka Cipta Sugiyono.( 2007 ). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Wiknjosastro GH, 2001. Standar Pelayanan Kebidanan. Jakarta: Pengurus Pusat Ikatan Bidan Indonesia. PROFIL STIKES SURYA MITRA HUSADA KEDIRI STIKES Surya Mitra Husada Kediri adalah lembaga pendidikan tinggi di bidang kesehatan yang didirikan oleh Yayasan Surya Mitra Husada Kediri. AKTE NOTARIS DEVI SARASWATI, SH PENDIRI YAYASAN : Dr. H. Samsul Azhar, SpPD., dr. H. Sulaimi Putra, Sp. A., dr. A.H. Syukri Pasaribu., MSc., dr. H. Sentot IS., MM., Ny. A. Maschut., drg. Amien Er Heryanto, Sandu Siyoto., M. Kes , Drs. H. Sugiyanto, Apt., H. Koesnadi, SH). Ketua Yayasan Stikes Surya Mitra Husada : Hj Dahlia Iskhak SH STRUKTUR PENGELOLA Stikes Surya Mitra Husada: 1. Ketua (dr.H.A.Syukri Pasaribu,MSc) 2. Pembantu ketua I (Sandu Siyoto.M.Kes) 3. Pembantu ketua II (Drs.Sugianto,Apt) 4. Pemantu Ketua III (Dra.Siti Farida N,MPd) 5. Pembantu Ketua IV (H.Koesnadi,SH.M.H) 6. Pembantu Ketua V (dr.H.Sulaimi Putra,Sp.A) STIKES Surya Mitra Husada Kediri mempunyai 4 program studi yaitu a. ILMU KEPERAWATAN (S- 1) Gelar : SKp., Ners (Akreditasi BAN PT:B) b. ILMU KESEHATAN MASYARAKAT (S-1) Gelar : SKM (Akreditasi BAN PT : B) c. DIII KEBIDANAN Gelar Ahli Madya Kebidanan (Amd Kebidanan) d. D IV KEBIDANAN Gelar Sarjana Saint Terapan (SST) Program studi : Ilmu Keperawatan (Sarjana) dan Ilmu Kesehatan Masyarakat (Sarjana), yang sah dan mempunyai ijin operasional resmi sebagaimana dalam Surat Keputusan dari Menteri Pendidikan Nasional RI No. 197/D/O/2003 dengan rekomendasi dari Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan Departemen Kesehatan RI Nomor HK.03.2.4.1.4236 dan Nomor HK.03.2.4.1.4236. Ijin operasional telah diperpanjang oleh Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia sebagaimana dalam Surat Keputusan Direktur Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional RI Nomor 158/D/T/2006 dan Nomor 159/D/T/2006 tanggal 30 Januari 2006.Sejak tanggal 2 Mei 2005 telah mendapat pengakuan dari ASOSIASI PENDIDIKAN NERS INDONESIA (AIPNI) untuk menyelenggarakan Pendidikan Profesi Ners, dengan Nomor Anggota 034/AIPNI/2005. Sebagaimana ketentuan dalam diktum “ketiga” Surat Keputusan Mendiknas Nomor 197/D/O/2003, maka Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Surya Mitra Husada senantiasa melaporkan secara berkala tiap semester dan berkelanjutan tentang perkembangan penyelenggaraan program studi kepada Sdr. Dirjend Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional melalui KOPERTIS-VII Jawa Timur. Rekomendasi KOPERTIS Wilayah VII atas hasil evaluasi Program Studi sebagaimana SK-108 per Desember 2005, menunjukkan bahwa STIKES Surya Mitra Husada “layak dan memenuhi syarat”. Jumlah mahasiswa sampai dengan saat ini untuk program studi IKM sejumlah 1432 Mahasiswa IKP 560 Mahasiswa DIII Kebidanan 38 Mahasiswa dan D IV kebidanan 37 Mahasiswa. Stikes Surya Mitra Husada kediri mengadakan kerjasama dengan berbagai macam institus antara lain di FK UNS, RSJ Lawang, RSJ Solo, RSU-USD Gambiran Kediri, Panti Werda Magetan, RS Ischak Solo, dan masih banyak lagi. Stikes surya mitra husada mempunyai sarana antara lain Laboratorium IPA terpadu, Lab. komputer dan sedang dikembangkan lab terpadu kesehatan masyarakat. Stikes Surya Mitra Husada Ketua dr. H.A.Syukri Pasaribu. MSc