laporan penelitian bantuan hibah pemerintah kota kediri pengaruh

advertisement
1
LAPORAN PENELITIAN BANTUAN HIBAH
PEMERINTAH KOTA KEDIRI
PENGARUH JAMPERSAL TERHADAP AKI DAN AKB DAN
UPAYA PENURUNANNYA DENGAN PENINGKATAN PERAN
KADER DALAM MEMOTIVASI ANC, PNC DAN DDRT DI
KOTA KEDIRI
Oleh :
Nia Sari. SSi. MKes
Nasifah Tuszahroh, SST
: Ema Mayasari. SKM
: DR. Indasah, MKes
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
SURYA MITRA HUSADA KEDIRI
2012
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat dan hidayahNya, sehingga dapat terselesaikannya laporan penelitian dengan judul “
PENGARUH JAMPERSAL TERHADAP AKI DAN AKB DAN
UPAYA PENURUNANNYA DENGAN PENINGKATAN PERAN
KADER DALAM MEMOTIVASI ANC, PNC DAN DDRT DI
KOTA KEDIRI
Terselesaikannya laporan penelitian ini tidak terlepas dari bantuan dan
dorongan dari semua pihak, untuk itu perkenankanlah penulis menyampaikan
setulus-tulusnya ucapan terima kasih kepada semua pihak yang tidak dapat penulis
sebutkan satu per satu yang telah membantu dalam menyelesaikan
laporan
penelitian ini baik secara langsung maupun tidak langsung.
Dengan segala kerendahan hati, penulis menyadari bahwa dalam penyusunan
laporan penelitian yang penulis buat ini masih terdapat kekurangan. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan demi
kesempurnaan laporan penelitian ini.
Kediri, 10 Oktober 2011……….
Penulis
DAFTAR ISI
Hal
HALAMAN JUDUL .................................................................................
i
HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................
iii
KATA PENGANTAR ...............................................................................
iv
DAFTAR ISI ..............................................................................................
vi
DAFTAR TABEL ......................................................................................
viii
DAFTAR LAMPIRAN ..............................................................................
ix
A. BAB 1 PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang ..................................................................
1
1.2
Rumusan Masalah ............................................................
4
1.3
Tujuan Penelitian ..............................................................
5
1.4
Manfaat Penelitian ...........................................................
6
B. BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Konseling dalam Program KB .........................................
7
2.2
Kontrasepsi Metode Efektif ...............................................
11
2.3
Konsep PUS.......................................................................
30
2.4
Kerangka Konsep Penelitian .............................................
36
C. BAB 3 METODE PENELITIAN
3.1
Desain Penelitian ..............................................................
37
3.2
Kerangka Kerja ..................................................................
38
3.3
Populasi, Sampel dan Sampling ........................................
38
3.4
Kriteria Sampel ..................................................................
40
3.5
Variabel Penelitian ............................................................
40
3.6
Lokasi dan Waktu Penelitian .............................................
42
3.7
Prosedur Pengumpulan Data .............................................
42
3.8
Alat Ukur yang Digunakan ................................................
42
3.9
Tehnik Analisa Data ..........................................................
43
3.10 Etika Penelitian ..................................................................
43
D. HASIL PENELITIAN
E. PEMBAHASAN
F. KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................
LAMPIRAN
44
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB)
merupakan indikator utama pencapaian kesehatan masyarakat.Millenium
Development Goals (MDG’s) for Health merumuskan delapan tujuan
bersama di bidang kesehatan, dan salah satu diantaranya adalah komitmen
dalam menurunkan angka kematian ibu dan angka kematian bayi. Target ke
4 dari MDG’s adalah penurunan angka kematian bayi sebesar 23 per 1.000
kelahiran hidup. Sedangkan target ke 6 dari MDG’s adalah menurunkan
angka kematian ibu sebesar 102 kematian ibu melahirkan per 100.000
kelahiran hidup.
Pada tahun 2010, AKI di Kota Kediri sudah turun 50% dibandingkan
tahun sebelumnya, yaitu terdapat 88 kematian ibu melahirkan per 100.000
kelahiran hidup (tahun 2009, terdapat 175 kematian ibu melahirkan per
100.000 kelahiran hidup). Namun sebaliknya, AKB tahun 2010 justru
meningkat hampir 100% dibandingkan 2 tahun yang lalu, yaitu sebesar
12,59 per 1.000 kelahiran hidup (2 tahun yang lalu 6,83 per 1.000 kelahiran
hidup).
Dari tahun ke tahun, penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) dan
Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan tantangan yang lebih sulit dicapai
dibandingkan target MDGs lainnya, baik dalam level nasional maupun
pemerintah daerah. Oleh karena itu, upaya penurunan AKI dan AKB tidak
dapat lagi dilakukan dengan intervensi biasa, diperlukan upaya-upaya
terobosan serta peningkatan kerjasama lintas sektor untuk mengejar
ketertinggalan penurunan AKI-AKB agar dapat mencapai target MDGs.
Oleh karena itulah, pada tahun 2011 ini, pemerintah khususnya Kementrian
Kesehatan mengeluarkan program kesehatan
baru yaitu Jampersal.
Jampersal adalah adalah jaminan pembiayaan pelayanan persalinan yang
meliputi pemeriksaan kehamilan, pertolongan persalinan, pelayanan nifas
termasuk pelayanan KB paska persalinan dan pelayanan bayi baru lahir
(Juknis Jampersal, 2011).Melalui program ini, diharapkan seluruh cakupan
kunjungan kehamilan, persalinan, nifas dan bayi baru lahir di tenaga
kesehatan profesional meningkat. Sehingga segala komplikasi yang timbul
dapat terdeteksi dan tertangani secara lebih dini. Untuk itu perlu dilakukan
penelitian tentang keberhasilan program jampersal terhadap AKI dan AKB.
Dengan
pogram
Jampersal
diharapkan
mempermudah
masyarakat
mengakses pelayanan kesehatan. Pelaksanaan program Jampersal di Kota
Kediri telah diberlakukan sejak bulan April 2011.
Faktor
Kehamilan risiko adalah kehamilan patologi yang dapat
mempengaruhi keadaan ibu dan janin. Dengan demikian, untuk menghadapi
kehamilan risiko harus diambil sikap proaktif, berencana dengan upaya
promotif dan preventif sampai dengan waktunya harus diambil sikap tegas
dan cepat untuk dapat menyelamatkan ibu dan bayinya (Manuaba, 2007,).
Kasus kehamilan risiko banyak ditemukan di masyarakat, tetapi tenaga
kesehatan tidak bisa menemukannya satu persatu, karena itu peran serta
masyarakat ( kader) sangat dibutuhkan dalam mendeteksi ibu hamil risiko.
(Muslihatun, 2009, ).
Seorang kader tidak hanya melakukan kegiatan pada saat pelaksanan
posyandu, melainkan harus selalu tanggap dan peduli dengan masalah
kesehatan ibu dan anak di lingkungannya. Kader diharapkan dapat jeli
menemukan masalah dan melakukan penilaian terhadap masalah tersebut.
Yaitu menentukan masalah yang paling mendesak untuk ditangani dan
menentukan kegiatan untuk menanggani masalah tersebut ( Dinas Kesehatan
Propinsi Jawa Timur, 2009).
Berdasarkan
fakta
diatas,
perlu
dilakukan
penelitian
tentang
PENGARUH JAMPERSAL TERHADAP AKI DAN AKB DAN
UPAYA
PENURUNANNYA
DENGAN
PENINGKATAN
PERAN KADER DALAM MEMOTIVASI ANC, PNC DAN
DDRT DI KOTA KEDIRI.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian dari latar belakang yang telah dikemukakan diatas
maka peneliti menarik suatu rumusan masalah penelitian ini sebagaimana
berikut “ apakah ada pengaruh JAMPERSAL terhadap AKI DAN AKB dan
upaya penurunannya dengan peningkatan peran kader dalam memotivasi
ANC, PNC dan DDRT di kota Kediri
C. TUJUAN PENELITIAN
1. Tujuan umum
Mengetahui pengaruh jampersal terhadap penurunan AKI dan
AKB dan upaya penurunannya dengan peningkatan peran kader dalam
memotivasi ANC,PNC dan DDRT di Kota Kediri.
2. Tujuan khusus
a. Menganalisis peran kader dalam memberikan motivasi kepada ibu
hamil
untuk melakukan ANC dan PNC sebelum dan sesudah
pelatihan
b. Menganalisis pengetahuan kader
sebelum dan sesudah pelatihan
kader dalam mendeteksi DDRT ibu hamil
c. Menganalisis peran kader sebelum dan sesudah pelatihan kader dalam
mendeteksi DDRT ibu hamil
D. MANFAAT PENELITIAN
Hasil penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat sebagai berikut :
1. Dengan pelatihan kader diharapkan terjadi peningkatan pengetahuan,
sikap serta perubahan perilaku dalam Memotivasi ANC,PNC dan
DDRT di Kota Kediri.
2. Dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam upaya upaya
peningkatan program ANC,PNC dan Deteksi dini risiko tinggi (DDRT )
pada ibu hamil di wilayah Kota Kediri.
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Angka Kematian Ibu
Kematian maternal menurut batasan dari The Tenth Revision of The
International Classification of Diseases (ICD – 10) adalah kematian wanita
yang terjadi pada saat kehamilan, atau dalam 42 hari setelah berakhirnya
kehamilan, tidak tergantung dari lama dan lokasi kehamilan, disebabkan oleh
apapun yang berhubungan dengan kehamilan, atau yang diperberat ole
kehamilan tersebut atau penanganannya, tetapi bukan kematian yang
disebabkan oleh kecelakaan atau kebetulan.
Batasan 42 hari ini dapat berubah, karena seperti telah diketahui bahwa
dengan adanya prosedur – prosedur dan teknologi baru maka terjadinya
kematian dapat diperlama dan ditunda, sehingga ICD – 10 juga memasukkan
suatu kategori baru yang disebut kematian maternal lambat (late maternal
death) yaitu kematian wanita akibat penyebab obstetrik langsung atau tidak
langsung yang terjadi lebih dari 42 hari tetapi kurang dari satu tahun setelah
berakhirnya kehamilan.
Kematian – kematian yang terjadi akibat kecelakaan atau kebetulan
tidak dimasukkan ke dalam kematian maternal. Meskipun demikian, dalam
praktiknya, perbedaan antara kematian yang terjadi karena kebetulan dan
kematian karena sebab tidak langsung sulit dilakukan. Untuk memudahkan
identifikasi kematian maternal pada keadaan – keadaan dimana sebab –
sebab yang dihubungkan dengan kematian tersebut tidak adekuat, maka ICD
– 10 memperkenalkan kategori baru yang disebut pregnancy related death
(kematian yang dihubungkan dengan kehamilan) yaitu kematian wanita 18
selama hamil atau dalam 42 hari setelah berakhirnya kehamilan, tidak
tergantung dari penyebab kematian.
Kematian maternal dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu:
1. Kematian obstetri langsung (direct obstetric death) yaitu kematian yang
timbul sebagai akibat komplikasi kehamilan, persalinan dan nifas, yang
disebabkan oleh tindakan, kelalaian, ketidaktepatan penanganan, atau
dari rangkaian peristiwa yang timbul dari keadaan – keadaan tersebut di
atas. Komplikasi – komplikasi tersebut meliputi perdarahan, baik
perdarahan antepartum maupun postpartum, preeklamsia /eklamsia,
infeksi, persalinan macet dan kematian pada kehamilan muda.
2. Kematian obstetri tidak langsung (indirect obstetric death) yaitu
kematian yang diakibatkan oleh penyakit yang sudah diderita sebelum
kehamilan atau persalinan atau penyakit yang timbul selama kehamilan
yang tidak berkaitan dengan penyebab obstetri langsung, akan tetapi
diperburuk oleh pengaruh fisiologik akibat kehamilan, sehingga keadaan
penderita menjadi semakin buruk. Kematian obstetri tidak langsung ini
disebabkan misalnya oleh karena hipertensi, penyakit jantung, diabetes,
hepatitis, anemia, malaria, tuberkulosis, HIV / AIDS, dan lain – lain.
B. Faktor faktor yang mempengaruhi kematian ibu
Depkes RI membagi faktor – faktor yang mempengaruhi kematian maternal
sebagai berikut :
1. Faktor medik
a. Faktor empat terlalu, yaitu :
1) Usia ibu pada waktu hamil terlalu muda (kurang dari 20 tahun)
2) Usia ibu pada waktu hamil terlalu tua (lebih dari 35 tahun)
3) Jumlah anak terlalu banyak (lebih dari 4 orang)
4) Jarak antar kehamilan terlalu dekat (kurang dari 2 tahun)
b. Komplikasi kehamilan, persalinan dan nifas yang merupakan
penyebab langsung kematian maternal, yaitu :
1) Perdarahan pervaginam, khususnya pada kehamilan trimester
ketiga, persalinan dan pasca persalinan.
2) Infeksi.
3) Keracunan kehamilan.
4) Komplikasi akibat partus lama.
5) Trauma persalinan.
c. Beberapa keadaan dan gangguan yang memperburuk derajat
kesehatan ibu selama hamil, antara lain :
1) Kekurangan gizi dan anemia.
2) Bekerja (fisik) berat selama kehamilan.
2. Faktor non medik
Faktor non medik yang berkaitan dengan ibu, dan menghambat
upaya penurunan kesakitan dan kematian maternal adalah :
a. Kurangnya kesadaran ibu untuk mendapatkan pelayanan antenatal.
b. Terbatasnya pengetahuan ibu tentang bahaya kehamilan risiko tinggi.
c. Ketidakberdayaan sebagian besar ibu hamil di pedesaan dalam
pengambilan keputusan untuk dirujuk.
d. Ketidakmampuan sebagian ibu hamil untuk membayar biaya
transport dan perawatan di rumah sakit.
3. Faktor pelayanan kesehatan
Faktor pelayanan kesehatan yang belum mendukung upaya
penurunan kesakitan dan kematian maternal antara lain berkaitan dengan
cakupan pelayanan KIA, yaitu :
a. Belum mantapnya jangkauan pelayanan KIA dan penanganan
kelompok berisiko.
b. Masih rendahnya (kurang lebih 30%) cakupan pertolongan persalinan
oleh tenaga kesehatan.
c. Masih seringnya (70 – 80%) pertolongan persalinan yang dilakukan
di rumah, oleh dukun bayi yang tidak mengetahui tanda – tanda
bahaya.
d. Berbagai aspek manajemen yang belum menunjang antara lain adalah
belum semua kabupaten memberikan prioritas yang memadai untuk
program KIA, kurangnya komunikasi dan koordinasi antara Dinkes
Kabupaten, Rumah Sakit Kabupaten dan Puskesmas dalam upaya
kesehatan ibu, belum mantapnya mekanisme rujukan dari Puskesmas
ke Rumah Sakit Kabupaten atau sebaliknya.
e. Berbagai keadaan yang berkaitan dengan ketrampilan pemberi
pelayanan KIA juga merupakan faktor penghambat, antara lain :
1) Belum diterapkannya prosedur tetap penanganan kasus gawat
darurat kebidanansecara konsisten.
2) Kurangnya pengalaman bidan di desa yang baru ditempatkan di
Puskesmas dan bidan praktik swasta untuk ikut aktif dalam
jaringan sistem rujukan saat ini.
3) Terbatasnya ketrampilan dokter puskesmas dalam menangani
kegawatdaruratan kebidanan.
4) Kurangnya upaya alih teknologi tepat (yang sesuai dengan
permasalahan setempat) dari dokter spesialis RS Kabupaten
kepada dokter / bidan Puskesmas.
5) Semakin banyak ditemukan faktor risiko pada seorang ibu hamil,
maka semakin tinggi risiko kehamilannya. Tingginya angka
kematian maternal di Indonesia sebagian besar disebabkan oleh
timbulnya penyulit persalinan yang tidak dapat segera dirujuk ke
fasilitas pelayanan yang lebih mampu. Faktor waktu dan
transportasi merupakan hal yang sangat menentukan dalam
merujuk kasus risiko tinggi.
McCarthy dan Maine (1992) mengemukakan adanya 3 faktor yang
berpengaruh terhadap proses terjadinya kematian maternal. Proses yang
paling dekat terhadap kejadian kematian maternal (determinan dekat) yaitu
kehamilan itu sendiri dan komplikasi dalam kehamilan, persalinan dan masa
nifas (komplikasi obstetri). Determinan dekat secara langsung dipengaruhi
oleh determinan antara yaitu status kesehatan ibu, status reproduksi, akses ke
pelayanan kesehatan, perilaku perawatan kesehatan / penggunaan pelayanan
kesehatan dan faktor – faktor lain yang tidak diketahui atau tidak terduga. Di
lain pihak, terdapat juga determinan jauh yang akan mempengaruhi kejadian
kematian maternal melalui pengaruhnya terhadap determinan antara, yang
meliputi faktor sosio – kultural dan faktor ekonomi, seperti status wanita
dalam keluarga dan masyarakat, status keluarga dalam masyarakat dan status
masyarakat.
C. DDRT (Deteksi dini risiko tinggi pada ibu hamil)
a. Definisi deteksi dini risiko tinggi
1) Deteksi
Adalah Usaha menemukan dan menentukan keberadaan anggapan .
(Purwodarminto,2008)
2) Dini
Adalah Sebelum waktunya lahir (Purwodarminto,2008)
3) Risiko
Adalah suatu ukuran statistik dan peluang atau kemungkinan untuk
terjadinya suatu keadaan kegawatdaruratan yang tidak diinginkan
pada massa mendatang yaitu kemungkinan terjadinya komplikasi
obstetrik pada saat persalinan yang dapat menyebabkan kematian,
kesakitan , kecacatan, ketidaknyamanan atau ketidakpuasan pada ibu
atau janin( Rochjati 2003)
4) Deteksi dini risiko
suatu kegiatan pro aktip pada semua ibu hamil untuk menemukan
faktor yang belum memberikan gejala atau keluhan dengan
menggunakan alat sekreening ( Rochjati 2003)
5) Kehamilan dengan risiko tinggi
a) adalah keadaan yang dapat mempengaruhi optimalissasi ibu
maupun janin pada kehamilan yang dihadapi (Manuaba,1998)
b) Kehamilan risiko tinggi adalah suatu kehamilan dimana jiwa dan
kesehatan ibu dan atau janin terancam
Pendekatan pemeliharaan pada ibu hamil merupakan upaya
kesehatan yang paripurna dan berkesinambungan melalui upaya
peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan (preventif), dimulai
sejak awal kehamilan sampai dekat persalinan, diteruskan oleh upaya
penyembuhan (kuratif) sebagai pertolongan persalinan yang memadai
sesuai
dengan
tingkat
resikonya,
dan
pemulihan
kesehatan
(rehabilitatif) dengan masa nifas, laktasi / pemberian ASI dan
Keluarga Berencana. Upaya pemeliharaan kesehatan ibu hamil
dilakukan berbasis keluarga, sejak awal kepada suami dan keluarga
perlu diberikan informasi mengenai kondisi ibu hamil.
b. Pendekatan Risiko pada ibu Hamil
1)
Pendekatan
Risiko
pada
ibu
Hamil
merupakan
strategi
operasional dalam upaya pencegahan terhadap kemungkinan
kesakitan atau kematian melalui peningkatan efektifitas dan
efisiensi dengan memberikan pelayanan yang lebih intensif
kepada Resiko Ibu Hamil denga cepat serta tepat, agar keadaan
gawat ibu maupun bayi dapat dicegah.
2)
Tujuan pendekatan risiko
Meningkatkan mutu pelayanan kepada semua ibu hamil, janin
dan bayi baru lahir sebagai suatu kesatuan tetapi perhatian khusus
dan lebih intensif
c. Pengenalan adanya Risiko Tinggi Ibu Hamil
1)
Dilakukan melalui skrining/deteksi dini adanya faktor risiko
secara proaktif pada semua ibu hamil, sedini mungkin pada awal
kehamilan oleh petugas kesehatan atau nonkesehatan yang
terlatih di masyarakat, misalnya ibu-ibu PKK, Kader Karang
Truna, ibu hamil sendiri, suami atau keluarga. Kegiatan skrining
antenatal, melalui kunjungan rumah merupakan langkah awal dari
pemeliharaan kesehatan ibu hamil dan termasuk salah satu upaya
antisipasi untuk mencegah terjadinya kematian ibu . Skrining
pertama dilakukan untuk memisahkan kelompok ibu hamil tanpa
risiko dari kelompok dengan faktor resiko. Risiko Tinggi Ibu
hamil dengan faktor risikonya dapat diamati dan ditemukan sedini
mungkin pada awal kehamilan pada ibu hamil yang masih sehat
dan merasa sehat. Kemudian pada setiap kontak dilakukan
skrining berulang, secara periodik berulang 6 kali selama
kehamilan sampai hamil genap enam bulan.
2)
Tujuan mengenal golongan risiko tinggi
a) Mengenal kasus – kasus kehamilan yang mengancam
kesehatan dan jiwa ibu ( higk risk pregnancy)
b) Mengenal kasus – kasus kehamilan yang mengancam
keselamatan dan jiwa janin ( high risk babies)
c) Mengobati dan kalau perlu merujuk kasus – kasus diatas
secara vertikal atau horisontal
d.
Tujuan Skrining Antenetal
1) Melakukan Deteksi dini Risiko Tinggi ibu hamil dengan macam
faktor resikonya
2) Menemukan Ibu Risiko Tinggi dengan pengertian kemungkinan
terjadinya resiko kematian / kesakitan pada ibu dan atau bayinya
3) Memberi penyuluhan dalam bentuk Komunikasi Informasi Edukasi
(KIE), mengenai kondisi ibu dan janin kepada ibu hamil, suami dam
keluarga, agar tahu, peduli dan patuh untuk persiapan mental, biaya
dan transportasi dalam pengambialan keputusan untuk perencanaan
tempat dan penolong menuju persalinan aman.
4) Membantu untuk memecahkan permasalahan yang ada dengan cara
memberi informasi, adanya faktor resiko dan kelompok risiko pada
ibu hamil
5) Menentukan pengambilan keputusan oleh ibu hamil dan keluarganya.
e.
Batasan pengisian skrining antenatal deteksi dini risiko tinggi pada ibu
hamil dengan menggunakan Kartu Skor Poedji Rochjati
1) Kartu Skor Poedji Rochjati mempunyai 5 fungsi dalam deteksi dini
risiko tinggi :
a)
Skrining antenatal / deteksi dini faktor risiko pada ibu hamil
resiko tinggi
b)
Pemantauan dan pengendalian ibu hamil selama kehamilan
c)
Pencatat kondisi ibu selama kehamilan, persalinan, nifas
mengenai ibu / bayi
d)
Pedoman untuk memberi penyuluhan
e)
Validasi data kehamilan, persalinan, nifas dan perencanaan KB.
2) Berdasarkan jumlah skor kehamilan di bagi menjadi tiga kelompok
a)
Kehamilan risiko rendah ( KRR) dengan jumlah skor 2
Kehamilan tanpa masalah / faktor risiko fisiologis dan
kemungkinan besar diikuti oleh persalinan normal dengan ibu
dan janin hidup sehat
b)
Kehamilan risiko tinggi (KRT) dengan jumlah skor 6-10
Kehamilan dengan satu atau lebih faktor risiko, baik dari fihak
ibu maupun janinya memberi dampak kurang menguntungkan
bagi ibu maupun janinnya memiliki resiko kegawatan tetapi
tidak darurat
c)
Kehamilan risiko sangat tinggi (KRST) dengan jumlah skor >
12 Kehamilan dengan faktor risiko
i.
Perdarahan sebelum bayi lahir , memberikan dampak
gawat dan darurat bagi bayi ibu dan atau bayinya,
membutuhkan rujuk tepat waktu dan tindakan segera
untuk penanganan adekuat dalam upaya penyelamatan
nyawa ibu dan bayinya
ii.
Ibu dengan faktor risiko dua atau lebih tingkat resiko
kegagalan meningkat yang membutuhkan pertolongan
persalinan rumah sakit oleh dokter spesialis
f.
Batasan Faktor risiko pada ibu hamil
Adalah kondisi pada ibu hamil yang dapat menyebabkan kemungkinan
resiko / bahaya terjadinya komplikasi persalinan yang dapat
menyebabkan kematian pada ibu dan bayinya.
Kelompok Faktor risiko pada ibu hamil
1) Kelompok I
Ada potensi gawat obtretik /APGO
a)
10 faktor risiko (7 terlalu, 3 pernah)
b)
Kehamilan yang mempunyai masalah yang perlu di waspadai.
Selama kehamilan ibu hamil sehat tanpa ada keluhan yang
membahayakan
c)
Tetapi harus waspada karena ada kemungkinan dapat terjadi
penyulit / komplikasi dalam persalinan
Faktor risiko yang terdapat pada kelompok ini adalah
a)
Primipara muda , terlalu muda , hamil pertama umur < 16
tahun
b)
Primipara tua
terlalu tua, hamil pertama umur diatas 35 tahun
terlalu lambat hamil , setelah kawin > 4 tahun
c)
Primipara tua sekunder
terlalu lama punya anak lagi >10 tahun
d)
Anak terkecil < 2 tahun
terlalu cepat punya anak lagi, terkecil < 2 tahun
e)
Tinggi badan kurang dari 145cm
f)
Pernah gagal kehamilan
g)
Pernah melahirkan dengan
i.
pernah melahirkan dengan tarikan tang / vakum
ii.
pernah ari - ari dikeluarkan oleh penolong dari dalam
rahim
iii.
pernah di infus atau tranfusi pada perdarahan pasca
persalinan
iv.
Pernah operasi sesar
2) Kelompok II
Ada gawat obtretik /AGO
a)
8 faktor risiko
b)
Tanda bahaya pada saat kehamilan, ada keluhan tetapi tidak
darurat
Faktor risiko yang terdapat pada kelompok ini adalah
a)
Penyakit ibu hamil
i.
Anemi
ii.
Malaria
iii.
Tuberkulosa paru
iv.
Payah jantung
v.
Kencing manis
vi.
PMS
b)
Pre eklamsi ringan
c)
Hamil kembar / gemeli, hamil kembar air / hidramnion
d)
Hamil lebih bulan / hamil serotinus
e)
Janin mati dalam rahim ibu
f)
Kelainan letak
i.
Letak sungsang
ii.
Letak lintang
3) Kelompok III
Ada gawat darurat obtretik /AGDO
a) 2 faktor risiko
b) Ada ancaman nyawa ibu dan bayi
Faktor risiko yang terdapat pada kelompok ini adalah
a) Perdarahan sebelum bayi lahir
Mengeluarkan darah waktu hamil, sebelum kelahiran bayi
b) Pre eklamsi berat
Pada hamil 6 bulan lebih, sakit kepala / pusing, bengkak
tungkai / wajah, tekanan darah tinggi, pemeriksaan urin ada
albumin
c) Eklamsi
Ditambah dengan terjadinya kejang – kejang
g. Bahaya kehamilan dengan risiko tinggi.
Bahaya kehamilan risiko tinggi sebagai berikut (Manuaba,2007) :
1) Pada ibu : perdarahan, infeksi, gestosis
2) Pada bayi : Asfiksia neonatorum, BBLR, trauma persalinan
h. Tempat persalinan bagi ibu hamil risiko.
1) Pada kehamilan risiko rendah (KRR)
Tempat persalinan dapat dilakukan di rumah maupun
polindes, tetapi penolong harus bidan, dukun pembantu perawatan
nifas bagi ibu dan bayinya.
2) Ibu kehamilan risiko tinggi (KRT) ibu kader memberi penyuluhan
agar pertolongan persalinan oleh bidan atau dokter Puskesmas atau
langsung dirujuk ke rumah sakit misalnya pada letak lintang dan
ibu hamil pertama (Primi) dengan tinggi badan rendah.
3) Ibu kehamilan risiko sangat tinggi (KRST) diberi penyuluhan
dirujuk untuk melahirkan di rumah sakit dengan alat lengkap dan
dibawah pengawasan dokter spesialis.
i. Hal – hal yang harus di perhatikan pada ibu hamil resiko tinggi
1)
Periksakan kehamilan sedini mungkin dan teratur, selama masa
kehamilan sedikitnya 4 kali, tribulan I, II, satu kali dan ttribulan
III dua kali
2)
a)
Pemberian tablet besi
b)
Imunisasi anti tetanus (TT) dua kali
c)
Pengukuran berat badan ibu
d)
Pengukuran tekanan darah ibu
e)
Pemerksaan janin ( meraba perut ibu)
Gizi yang seimbang dengan porsi yang cukup
3)
Merawat payudara untuk persiapan Air Susu ibu
4)
Menjaga kebersihan diri dan cukup istirahat
5)
Segera ke bidan / puskesmas / rumah sakit bila ibu mengalami
6)
a)
Badan panas lebih dari 2 hari
b)
Ada perdarahan sewaktu - waktu
c)
Sakit kepala terus menerus
d)
Batuk campur darah
e)
Kejang – kejang
f)
Gerakan janin tidak terasa
g)
Bengkak yang berat dimulai dari tungkai dan tangan
Rencanakan persalinan aman sesuai dengan kondisi ibu. Tentukan
tempat dan penolong persalinan. Jangan lupa sediakan biaya,
siapkan transportasi
7)
Keluarga segera memanggil penolong atau merujuk ke puskesmas
/ rumah sakit jika sudah ada tanda tanda tersebut adalah:
a) Mengeluarkan lendir bercampur darah
b) Kenceng – kenceng pada perut yang menimbulkan nyeri pada
pinggang dan menjalar ke perut bawah. Dengan majunya
waktu, rasa kenceng menjadi kuat.
D. Kunjungan Antenatal Care (ANC)
1. Asuhan Antenatal
Asuhan kehamilan atau yang biasa disebut Ante Natal Care (ANC)
adalah upaya preventif program pelayanan kesehatan obstetrik untuk
optimalisasi luaran maternal dan neonatal melalui serangkaian kegiatan
pemantauan rutin setiap bulan (Saifuddin, 2008). Pengawasan wanita
hamil secara rutin mampu membantu menurunkan morbiditas dan
mortalitas ibu dan bayi (Saifuddin, 2007).
Tujuan dilakukannya asuhan antenatal, secara khusus dijelaskan oleh
Saifuddin (2008) dalam buku Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo
adalah sebagai berikut:
1) Membangun rasa saling percaya antara klien dan petugas kesehatan
2) Mengupayakan terwujudnya kondisi terbaik bagi ibu dan bayi yang
dikandungnya
3) Memperoleh
informasi
dasar
tentang
kesehatan
ibu
dan
kehamilannya
4) Mengidentifikasi dan menata laksana kehamilan berisiko dan risiko
tinggi
5) Memberikan pendidikan kesehatan yang diperlukan dalam menjaga
kualitas kehamilan dan merawat bayi
6) Menghindari gangguan kesehatan selama kehamilan yang akan
membahayakan keselamatan ibu hamil dan bayi yang dikandung
Selama melakukan kunjungan untuk asuhan antenatal, para ibu hamil
akan mendapatkan serangkaian pelayanan yang terkait dengan upaya
memastikan
ada
tidaknya
kehamilan
dan
penelusuran
berbagai
kemungkinan adanya penyulit atau gangguan kesehatan selama kehamilan
yang mungkin dapat mengganggu kualitas dan luaran kehamilan. Dalam
melakukan pemeriksaan rutin, berbagai asuhan yang diberikan menurut
Saifuddin (2008) sebagai berikut:
1) Identifikasi dan Riwayat Kesehatan, meliputi:
a) Data Umum Pribadi
Data umum pribadi meliputi nama, usia, alamat, pekerjaan
suami/ istri, lamanya menikah dan kebiasaan yang dapat
merugikan kesehatan.
b) Keluhan Saat Ini
Keluhan saat ini adalah berbagai jenis dan sifat gangguan
yang dirasakan ibu serta lamanya mengalami gangguan
tersebut.
c) Riwayat Haid
Yang perlu diketahui bidan berhubungan dengan riwayat
menstruasi meliputi Hari Pertama Haid Terakhir (HPHT),
kemudian digunakan sebagai dasar untuk menentukan usia
kehamilan dan taksiran persalinan.
d) Riwayat Kehamilan dan Persalinan
Seorang tenaga kesehatan juga perlu mengetahui riwayat
kehamilan, persalinan dan nifas ibu sebelumnya, jumlah dan
keadaan anak sebelumnya, berat badan lahir anak sebelumnya
serta cara pemberian asupan bagi bayi yang dilahirkan,
termasuk riwayat menyusui. Riwayat kebidanan sebelumnya ini
dapat digunakan untuk melakukan identifikasi kehamilan dan
kemungkinan penyulit pada kehamilan sekarang.
e) Riwayat Kesehatan
Riwayat kesehatan ibu meliputi riwayat penyakit dalam
keluarga, riwayat penyakit ibu, riwayat penyakit yang
memerlukan tindakan pembedahan, riwayat mengikuti Keluarga
Berencana (KB) serta riwayat imunisasi.
2) Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik pada ibu dilakukan setelah dilakukannya
anamnesa. Pemeriksaan fisik berguna untuk mengetahui keadaan
kesehatan ibu dan janin serta perubahan yang terjadi pada suatu
pemeriksaan ke pemeriksaan berikutnya.
Pemeriksaan kehamilan menurut Rafani (2009) terdiri atas
beberapa langkah, yaitu:
a) Perhatikan tanda-tanda tubuh yang sehat.
Perhatikan
berjalannya.
sikap
tubuh,
Apakah
keadaan
cenderung
punggung
membungkuk,
dan
cara
terdapat
lordosis, kifosis, skoliosis atau pincang. Lihat dan nilai
kekuatan ibu ketika berjalan, apakah ia tampak nyaman dan
gembira, apakah ibu tampak lemah.
b) Pengukuran tinggi badan dan berat badan
Timbang berat badan ibu pada setiap pemeriksaan kehamilan.
Berat badan ibu hamil biasanya naik sekitar 9-12 kg selama
kehamilan. Kenaikan berat badan menunjukkan bahwa ibu
mendapat cukup makanan. Berat badan ibu naik secara normal
menunjukkan janin tumbuh dengan baik. Bila kenaikan berat
badan ibu kurang dari 5 kg pada kehamilan 28 minggu maka ia
perlu dirujuk. Tinggi badan hanya diukur pada kunjungan
pertama.
Pada
ibu
yang
pendek
perlu
diperhatikan
kemungkinan mempunyai panggul yang sempit sehingga
menyulitkan dalam pemeriksaan. Bila tinggi badan ibu kurang
dari 145 atau tampak pendek dibandingkan dengan rata-rata ibu,
maka persalinan perlu diwaspadai.
c) Pemeriksaan tekanan darah
Tekanan darah pada ibu hamil bisanya tetap normal, kecuali
bila ada kelainan. Bila tekanan darah mencapai 140/90 mmHg
atau lebih mintalah ibu berbaring miring ke sebelah kiri dan
minta ibu bersantai sampai terkantuk. Setelah 20 menit
beristirahat, ukurlah tekanan darahnya. Bila tekanan darah tetap
tinggi, maka hal ini menunjukkan ibu menderita pre eklamsia
dan harus dirujuk ke dokter serta perlu diperiksa kehamilannya.
Khususnya tekanan darahnya lebih sering (setiap minggu). Ibu
dipantau
secara
ketat
dan
anjurkan
ibu
persalinannya
direncanakan di rumah sakit.
d) Pemeriksaan dari ujung rambut sampai ke ujung kaki
Pemeriksaan
fisik
pada
kehamilan
dilakukan
melalui
pemeriksaan pandang (inspeksi), pemeriksaan raba (palpasi),
periksa dengar (auskultasi),periksa ketuk (perkusi).Pemeriksaan
obstetrik pada ibu hamil meliputi:
(1) Wajah atau muka
Adakah cloasma gravidarum, pucat pada wajah adalah
pembengkakan pada wajah. Selain memeriksa ada tidaknya
pucat pada konjungtiva, lihat sklera mata adakah sklera
kuning atau ikterik
(2) Lihatlah mulut pasien. Adakah tampak bibir pucat, bibir
kering pecah-pecah adakah stomatitis, gingivitis, adakah
gigi yang tanggal, adakah gigi yang berlobang, caries gigi.
Selain dilihat dicium adanya bau mulut yang menyengat.
Lihatlah kelenjar gondok, adakah pembesaran kelenjar
thyroid, pembengkakan saluran limfe.
(3) Lihat dan raba payudara, pada kunjungan pertama
pemeriksaan payudara terhadap kemungkinan adanya
benjolan yang tidak normal. Lihat apakah payudara simetris
atau tidak, puting susu menonjol, datar atau bahkan masuk.
Puting susu yang datar atau masuk akan mengganggu proses
menyusui nantinya. Apakah asinya sudah keluar atau
belum. Kebersihan areola mammae serta ada tidaknya
hiperpigmentasi areola mammae.
(4) Pemeriksaan Abdomen
Tujuan
pemeriksaan
abdomen
adalah
untuk
menentukan letak dan presentasi janin, turunnya bagian
janin yang terbawah, tinggi fundus uteri dan denyut jantung
janin. Lihatlah bentuk pembesaran perut (melintang,
memanjang, asimetris) adakah tanda-tanda kehamilan
(linea alba nigra, adakah striae gravidarum), adakah bekas
luka operasi, adakah tampak gerakan janin, rasakan juga
dengan pemeriksaan raba adanya pergerakan janin.
Palpasi dilakukan untuk mengetahui tinggi fundus uteri
(Leopold 1), letak punggung bayi (Leopold 2), menentukan
presentasi bayi (Leopold 3) serta sejauh mana bagian
terbawah bayi masuk pintu atas panggul (Leopold
4).Pertumbuhan janin dinilai dari tingginya fundus uteri.
Semakin tua umur kehamilan, maka semakin tinggi fundus
uteri. Namun pada umur kehamilan 9 bulan fundus uteri
akan turun kembali karena kepala telah turun atau masuk
ke panggul.
Auskultasi yaitu untuk mengetahui denyut jantung
janin. Dengarkan denyut jantung janin (DJJ) sejak
kehamilan 20 minggu. Jantung janin biasanya berdenyut
120-160 kali permenit. Umur kehamilan 28 minggu denyut
jantung janin tidak dapat didengar atau denyutnya lebih
dari 160 atau kurang dari 120 kali permenit atau janinnya
berkurang gerakannya atau tidak bergerak, maka ibu perlu
segera dirujuk.
(5) Pemeriksaan punggung dibagian ginjal.
Tepuk punggung di bagian ginjal dengan bagian sisi
tangan yang dikepalkan. Bila ibu merasa nyeri, mungkin
terdapat gangguan pada ginjal atau salurannya.
(6) Pemeriksaan genetalia
Pada vulva terlihat adanya sedikit cairan jernih atau
berwarna putih yang tidak berbau. Pada kehamilan normal,
tak ada rasa gatal, luka atau perdarahan. Rabalah kulit
didaerah selangkangan, pada keadaan normal tidak teraba
adanya benjolan kelenjar.
(7) Pemeriksaan panggul
Pada ibu hamil terutama primigravida perlu dilakukan
pemeriksaan untuk menilai keadaan dan bentuk panggul
apakah terdapat kelainan atau keadaan yang dapat
menimbulkan penyulit persalinan.
(8) Pemeriksaan ektremitas bawah
Memeriksa adanya oedema yang paling mudah
dilakukan didaerah pretibia dan mata kaki dengan cara
menekan jari beberapa detik. Apabila terjadi cekung yang
tidak lekas pulih kembali berarti oedem positif. Oedem
positif pada tungkai kaki dapat menandakan adanya pre
eklampsia. Daerah lain yang dapat diperiksa adalah
kelopak mata. Namun apabila kelopak mata sudah oedem
biasanya keadaan pre eklamsi sudah lebih berat.
(9) Pemeriksaan reflek lutut (patella)
Mintalah ibu duduk dengan tungkainya tergantung
bebas dan jelaskan apa yang akan dilakukan. Rabalah
tendon dibawah lutut/ patella. Dengan menggunakan
hammer ketuklan tendon pada lutut bagian depan. Tungkai
bawah akan bergerak sedikit ketika tendon diketuk. Bila
reflek lutut negatif kemungkinan pasien mengalami
kekurangan vitamin B1. Bila gerakannya berlebihan dan
cepat maka hal ini mungkin merupakan tanda pre eklamsi.
3) Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang perlu dilakukan adalah analisis
urin rutin, tinja rutin, hemoglobin (Hb), golongan darah, hitung jenis
sel darah, gula darah, antigen Hepatitis B Virus, Antibodi Rubela,
HIV dan VDRL. Pada umumnya, dalam keadaan normal pemeriksaan
yang wajib dilakukan selama kehamilan adalah pemeriksaan kadar
Hb dan golongan darah.
4) Menilai Kesejahteraan Janin
Seiring dengan pertumbuhan janin, dalam setiap kunjungan
antenatal juga perlu dilakukan penilaian kesejahteraan janin.
Berbagai pemeriksaan tersebut adalah pemeriksaan TFU untuk
mengetahui kesesuaian pertumbuhan besar janin dengan usia
kehamilan, identifikasi gerakan janin, memastikan adanya denyut
jantung janin, serta pemeriksaan ultrasonography (USG) untuk
pemeriksaan profil biofisik janin. Di unit pelayanan kesehatan primer
yang tidak memiliki USG, pemeriksaan kesejahteraan janin,
utamanya pemeriksaan DJJ dapat menggunakan Leaneck atau
Doppler. Bila usia kehamilan memasuki 34 minggu, juga dilakukan
pemeriksaan tentang penilaian besar janin, letak dan presentasi serta
penilaian luas panggul.
5) Edukasi Kesehatan bagi Ibu Hamil
Kunjungan antenatal memberikan kesempatan bagi petugas
kesehatan untuk memberikan memberikan informasi kesehatan
essensial bagi ibu hamil dan keluarga. Berbagai informasi penting
tersebut meliputi nutrisi yang adekuat selama kehamilan terutama
mengenai zat besi, perawatan payudara, perawatan gigi, kebersihan
tubuh dan pakaian serta pengenalan berbagai gejala dan tanda bahaya
selama kehamilan.
2.
Kunjungan Antenatal Care (ANC)
Pada umumnya 80-90% kehamilan akan berlangsung normal dan
hanya 10-12% kehamilan yang disertai dengan penyulit atau
berkembang menjadi kehamilan patologis (Saifuddin, 2008). Kehamilan
patologis tidak terjadi secara mendadak dan efeknya terhadap organ
tubuh terjadi secara berangsur-angsur. Deteksi dini gejala dan tanda
bahaya selama kehamilan merupakan upaya terbaik untuk mencegah
terjadinya
gangguan
yang
serius
terhadap
kehamilan
ataupun
keselamatan ibu hamil.
Saifuddin (2007) menjelaskan asuhan antenatal yang ideal jika
dilakukan secara teratur, yaitu:
1) Segera setelah mengetahui/ menduga adanya kehamilan
Selang waktu kurang lebih satu bulan dari keterlambatan haid,
diharapkan ibu telah memeriksakan kehamilannnya. Melalui
kunjungan awal ini, kelainan yang mungkin ada atau timbul dapat
segera terdeteksi, selanjutnya penanganan yang tepat dapat segera
diberikan. Selain itu, pada pemeriksaann awal ini dapat ditentukan
tanggal perkiran partus. Jika HPHT (hari pertama haid terakhir)
diketahui dan siklus menstruasi ± 28 hari dapat menggunakan rumus
Neagle. Namun jika HPHT tidak diingat, dapat menggunakan acuan
tanda
kehamilan
yang
muncul.
Misalnya
adalah
dengan
mengidentifikasi gerak bayi pertama dan nausea atau perasaan mual
muntah. Primigravida akan merasakan gerakan janinnya pertama
kali pada usia 18 minggu. Perasaan mual muntah (nausea) akan
hilang pada usia 12-14 minggu.
2) Usia kehamilan 28 minggu
Pemeriksaan kehamilan saat usia kehamilan belum mencapai 28
minggu, asuhan antenatal dapat dilakukan 4 minggu sekali.
3) Usia kehamilan 28-36 minggu
Antara usia kehamilan 28-36 minggu, diharapkan ibu hamil
melakukan ANC setiap 2 minggu sekali.
4) > 36 minggu
Minggu
minggu
menjelang
persalinan,
frekuensi
ANC
dilakukan lebih sering, yaitu 1 minggu sekali.
Apabila kehamilan termasuk risiko tinggi, perhatian dan jadwal
kunjungan harus lebih ketat. Namun apabila kehamilan normal,
minimal dilakukan 4 kali kunjungan, yaitu 1 kali pada trimester I
(usia kehamilan kurang dari 12 minggu)/ K1, 1 kali pada trimester II
(usia kehamilan 13-27 minggu)/ K2, dan 2 kali pada trimester III
(usia kehamilan 28-40 minggu)/ K3 dan K4 (Adriansz, 2008).
Pusdiknakes (2003) menjabarkan tentang keempat kunjungan
tersebut sebagai berikut:
1) Kunjungan Pertama (K1)
Kunjungan
pertama
(K1)
adalah
kunjungan
yang
dilakukan pada usia kehamilan >14 minggu. Pada kunjungan
pertama ini, tujuannya adalah:
a) Membina hubungan saling percaya antara bidan dan ibu,
sehingga suatu mata rantai penyelamatan jiwa telah terbina
jika diperlukan.
b) Mendeteksi masalah yang dapat diobati sebelum menjadi
bersifat mengancam jiwa.
c) Mencegah masalah, seperti tetanus neonatorum, anemia
defisiensi besi, penggunaan praktik tradisional yang
merugikan.
d) Memulai persiapan dan kesiapan untuk menghadapi
komplikasi
e) Mendorong
perilaku
sehat
(nutrisi,
senam
hamil,
kebersihan, istirahat dan sebagainya)
2) Kunjungan Kedua (K2)
Kunjungan kedua (K2) adalah kunjungan yang dilakukan
pada usia kehamilan antara minggu ke 14-28. Tujuan kunjungan
ini sama seperti kunjungan pertama, ditambah kewaspadaan
khusus mengenai Pregnancy Induce Hypertension (PIH),
melalui menanyakan pada ibu tentang gejala PIH, pantauan
tekanan darah, kaji adanya edema dan periksa urine untuk
protein.
3) Kunjungan Ketiga (K3)
Kunjungan ketiga (K3) adalah kunjungan minimal 3 kali
pada sekitar minggu ke 28-36 dan sesudah minggu ke 36.
Tujuan dilakukannya K3 sama seperti kunjungan kedua,
ditambah palpasi abdomen untuk mendeteksi adanya kehamilan
ganda.
4) Kunjungan Keempat (K4)
Kunjungan keempat adalah minimal dilakukan 4 kali
kinjungan pada usia kehamilan antara minggu ke 28-36 dan
sesudah minggu ke 36. Tujuan dilakukannya K4 sama seperti
kunjungan ketiga ditambah deteksi kelainan letak atau kondisi
lain yang memerlukan kelahiran di Rumah Sakit (RS).
E. Kunjungan Post Natal Care (PNC)
1. Post Natal Care (Asuhan masa nifas)
PNC merupakan kegiatan perawatan obstetri ibu pada masa nifas.
Terdapat beberapa definisi dari masa nifas, yaitu:
1) Masa nifas adalah masa dimulai beberapa jam sesudah lahirnya
plasenta sampai 6 minggu setelah melahirkan (Pusdiknakes, 2003).
2) Masa nifas dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika
alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil yang
berlangsung kira-kira 6 minggu (Abdul Bari,2000).
3) Masa nifas merupakan masa selama persalinan dan segera setelah
kelahiran yang meliputi minggu-minggu berikutnya pada waktu
saluran reproduksi kembali ke keadaan tidak hamil yang normal
(F.Gary cunningham,Mac Donald,1995).
4) Masa nifas adalah masa setelah seorang ibu melahirkanbayi yang
dipergunakan untuk memulihkan kesehatannya kembali yang
umumnya memerlukan waktu 6- 12 minggu ( Ibrahim C, 1998).
Masa nifas merupakan periode transisi dan pemulihan ibu dari masa
setelah keluarnya plasenta hingga pulihnya kembali sistem reproduksi (6
minggu post partum). Periode yang panjang ini terdiri atas beberapa
tahapan, yaitu:
1) Puerperium dini
Suatu masa kepulihan dimana ibu diperbolehkan untuk berdiri dan
berjalan-jalan.
2) Puerperium intermedial
Suatu masa dimana kepulihan dari organ-organ reproduksi selama
kurang lebih enam minggu.
3) Remote puerperium
Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat kembali dlam keadaan
sempurna terutama ibu bila ibu selama hamil atau waktu persalinan
mengalami komplikasi.
Tahap masa nifas merupakan suatu siklus yang fisiologis.Namun,
karena masa ini merupakan masa transisi, seringkali mudah muncul
berbagai penyulit.Sebagai upaya deteksi dan penanganan dini, maka perlu
dilakukan pemeriksaan masa nifas dalam kujungan PNC. Tujuan
dilaksanakannya kunjungan masa nifas, secara khusus dalam buku Buku
Ajar Asuhan Kebidanan Nifas Normal, Bahiyatun (2010) adalah untuk:
1) Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologis.
2) Melaksanakan
skrinning
secara
komprehensif,
deteksi
dini,
mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun
bayi.
3) Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri,
nutrisi, KB, cara dan manfaatmenyusui, pemberian imunisasi serta
perawatan bayi sehari-hari.
4) Memberikan pelayanan keluarga berencana.
5) Mendapatkan kesehatan emosi.
Jadi, selain untuk menjaga keselamatan ibu, kunjungan PNC juga
diarahkan untuk menjamin keselamatan bayi baru lahir
Bidan memiliki peranan yang sangat penting dalam pemberian asuhan
post partum. Adapun peran dan tanggung jawab dalam masa nifas antara
lain :
1) Memberikan dukungan secara berkesinambungan selama masa nifas
sesuai dengan kebutuhan ibu untuk mengurangi ketegangan fisik dan
psikologis selama masa nifas.
2) Sebagai promotor hubungan antara ibu dan bayi serta keluarga.
3) Mendorong ibu untuk menyusui bayinya dengan meningkatkan rasa
nyaman.
4) Membuat kebijakan, perencana program kesehatan yang berkaitan ibu
dan anak dan mampu melakukan kegiatan administrasi.
5) Mendeteksi komplikasi dan perlunya rujukan.
6) Memberikan konseling untuk ibu dan keluarganya mengenai cara
mencegah perdarahan, mengenali tanda-tanda bahaya, menjaga gizi
yang baik, serta mempraktekkan kebersihan yang aman.
7) Melakukan manajemen asuhan dengan cara mengumpulkan data,
menetapkan diagnosa dan rencana tindakan serta melaksanakannya
untuk mempercepat proses pemulihan, mencegah komplikasi dengan
memenuhi kebutuhan ibu dan bayi selama priode nifas.
8) Memberikan asuhan secara professional.
2. Kunjungan Post Natal Care (PNC)
Kebijakanprogram nasional pada masa nifas yaitu paling sedikit
empat kali melakukan kunjungan pada masa nifas, dengan tujuan untuk:
1) Menilai kondisi kesehatan ibu dan bayi.
2) Melakukan pencegahan terhadap kemungkinan-kemungkinan adanya
gangguan kesehatan ibunifas dan bayinya.
3) Mendeteksi adanya komplikasi atau masalah yang terjadi pada masa
nifas.
4) Menangani komplikasi atau masalah yang timbul dan mengganggu
kesehatan ibunifas maupun bayinya.
Asuhan yang diberikan sewaktu melakukan kunjungan masa nifas adalah:
1) Kunjungan I/ Kn 0 (6-8 jam post partum)
Tujuan kunjungan ke-1 adalah:
a) Mencegah perdarahan masa nifas oleh karena atonia uteri.
b) Mendeteksi dan perawatan penyebab lainperdarahan serta
melakukan rujukan bila perdarahan berlanjut.
c) Memberikan konseling pada ibu dan keluarga tentang cara
mencegah perdarahan yang disebabkan atonia uteri.
d) Pemberian ASI awal.
e) Mengajarkan cara mempererat hubungan antara ibu dan bayi baru
lahir.
f) Menjaga bayi tetap sehat melalui pencegahan hipotermi.
g) Setelah bidan melakukan pertolongan persalinan, maka bidan
harus menjaga ibu dan bayi untuk 2 jam pertama setelah
kelahiran atau sampai keadaan ibu dan bayi baru lahir dalam
keadaan baik.
2) Kunjungan II/ Kn 1 (6 hari post partum)
Tujuan kunjungan ke-2:
a) Memastikan involusiuterus barjalan dengan normal, uterus
berkontraksi dengan baik, tinggi fundus uteri di bawah
umbilikus, tidak ada perdarahan abnormal.
b) Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi dan perdarahan.
c) Memastikan ibu mendapat istirahat yang cukup.
d) Memastikan ibu mendapat makanan yang bergizi dan cukup
cairan
e) Memastikan ibu menyusui dengan baik dan benar serta tidak ada
tanda-tanda kesulitan menyusui.
f) Memberikan konseling tentang perawatan bayi baru lahir.
3) Kunjungan III/ Kn 2 (2 minggu post partum)
Tujuan kunjungan ke-3sama dengan tujuan asuhan yang diberikan
pada kunjungan 6 hari post partum (kunjungan II).
4) Kunjungan ke IV/ Kn 3(6 minggu post partum)
Tujuan kunjungan ke-6 adalah:
a) Menayakan penyulit-penyulit yang dialami ibu selama masa nifas
b) Memberikan konseling KB secara dini
E. Jaminan Persalinan (JAMPERSAL)
Jaminan persalinan atau disingkat Jampersal adalah program terbaru
(tahun 2011) Kementrian Kesehatan yang diamanatkan sebagai upaya
mempercepat pencapaian target Millineum Development Goals for Health,
khususnya menurunkan angka kematian ibu (AKI) dan bayi (AKB) melalui
peningkatan akses pelayanan persalinan oleh dokter dan bidan. Secara
khusus, tujuan program Jampersal ini adalah:
a. Meningkatnya
cakupan
pemeriksaan
kehamilan,
pertolongan
persalinan, dan pelayanan nifas ibu oleh tenaga kesehatan.
b. Meningkatnya cakupan pelayanan bayi baru lahir oleh tenaga
kesehatan.
c. Meningkatnya cakupan pelayanan KB pasca persalinan oleh tenaga
kesehatan.
d. Meningkatnya cakupan penanganan komplikasi ibu hamil, bersalin,
nifas, dan bayi baru lahir oleh tenaga kesehatan.
e. Terselenggaranya
pengelolaan
keuangan
yang
efisien,
efektif,
transparan, dan akuntabel.
Meskipun bernama Jampersal-jaminan persalinan, namun sasaran dari
program ini tidak hanya menciptakan persalinan yang selamat, tetapi juga
mempersiapkan masa sebelum persalinan yang sehat melalui fasilitas
pemeriksaan kehamilan (ANC), penjagaan masa post kelahiran yang aman
melalui fasilitas pemeriksaan masa nifas (PNC) dan juga memberikan
jaminan kesehatan terhadap bayi hingga berusia 28 hari (BBL). Secara rinci,
manfaat pelayanan yang dapat diperoleh masyarakat melalui program
Jampersal ini adalah:
1. Pemeriksaan kehamilan (ANC)
Pemeriksaan kehamilan (ANC) dengan tata laksana pelayanan
mengacu pada buku Pedoman KIA. Selama hamil sekurang-kurangnya
ibu hamil diperiksa sebanyak 4 kali dengan frekuensi yang dianjurkan
sebagai berikut:
1) 1 kali pada triwulan pertama
2) 1 kali pada triwulan kedua
3) 2 kali pada triwulan ketiga
b. Persalinan normal
c. Pelayanan nifas normal, termasuk KB pasca persalinan
Tatalaksana
PNC
dilakukan
sesuai
dengan
buku
pedoman
KIA.Ketentuan pelayanan pasca persalinan meliputi pemeriksaan nifas
minimal 3 kali.
d. Pelayanan bayi baru lahir normal
e. Pemeriksaan kehamilan pada kehamilan risiko tinggi
f. Pelayanan pasca keguguran
g. Persalinan per vaginam dengan tindakan emergensi dasar
h. Pelayanan nifas dengan tindakan emergensi dasar
i. Pelayanan bayi baru lahir dengan tindakan emergensi dasar
j. Pemeriksaan rujukan kehamilan pada kehamilan risiko tinggi
k. Penanganan rujukan pasca keguguran
l. Penanganan kehamilan ektopik terganggu (KET)
m. Persalinan dengan tindakan emergensi komprehensif
n. Pelayanan nifas dengan tindakan emergensi komprehensif
o. Pelayanan bayi baru lahir dengan tindakan emergensi komprehensif
p. Pelayanan KB pasca persalinan.
Pelayanan persalinan dilakukan secara terstruktur dan berjenjang
berdasarkan rujukan. Ruang lingkup pelayanan jaminan persalinan terdiri
dari:
a.
Pelayanan persalinan tingkat pertama
Pelayanan persalinan tingkat pertama adalah pelayanan yang
diberikan oleh tenaga kesehatan yang berkompeten dan berwenang
memberikan
pelayanan
pemeriksaan
kehamilan,
pertolongan
persalinan, pelayanan nifas termasuk KB pasca persalinan, pelayanan
bayi baru lahir, termasuk pelayanan persiapan rujukan pada saat
terjadinya komplikasi (kehamilan, persalinan, nifas dan bayi baru lahir)
tingkat pertama.
Pelayanan tingkat pertama diberikan di Puskesmas dan Puskesmas
PONED serta jaringannya termasuk Polindes dan Poskesdes, fasilitas
kesehatan swasta yang memiliki Perjanjian Kerja Sama (PKS) dengan
Tim Pengelola Kabupaten/Kota. Jenis pelayanan Jaminan persalinan di
tingkat pertama meliputi:
1) Pemeriksaan kehamilan
2) Pertolongan persalinan normal
3) Pelayanan nifas, termasuk KB pasca persalinan
4) Pelayanan bayi baru lahir
5) Penanganan komplikasi pada kehamilan, persalinan, nifas dan bayi
baru lahir
b. Pelayanan Persalinan Tingkat Lanjutan
Pelayanan persalinan tingkat lanjutan adalah pelayanan yang
diberikan oleh tenaga kesehatan spesialistik, terdiri dari pelayanan
kebidanan dan neonatus kepada ibu hamil, bersalin, nifas, dan bayi
dengan risiko tinggi dan komplikasi, di rumah sakit pemerintah dan
swasta yang tidak dapat ditangani pada fasilitas kesehatan tingkat
pertama dan dilaksanakan berdasarkan rujukan, kecuali pada kondisi
kedaruratan.
Pelayanan tingkat lanjutan diberikan di fasilitas perawatan kelas
III di Rumah Sakit Pemerintah dan Swasta yang memiliki Perjanjian
Kerja Sama (PKS) dengan Tim Pengelola Kabupaten/Kota.
Jenis pelayanan Persalinan di tingkat lanjutan meliputi:
1) Pemeriksaan kehamilan dengan risiko tinggi (RISTI) dan penyulit
2) Pertolongan persalinan dengan RISTI dan penyulit yang tidak
mampu dilakukan di pelayanan tingkat pertama.
3) Penanganan komplikasi kebidanan dan bayi baru lahir di Rumah
Sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan yang setara.
F. Peran Kader
a. Difinisi Kader
Adalah siapa saja dari anggota masyarakat yang mau bekerja secara
sukarela dan ikhlas, mau dan sanggup melakukan kegiatan, mau dan
sanggup menggerakkan masyarakat melalui kegiatan di posyandu
(UPGK,2000)
b. Yang bisa menjadi kader
1) Setiap warga desa setempat laki – laki maupun perempuan
2) Bisa membaca dan menulis hurup latin
3) Mempunyai waktu luang
4) Memiliki kemampuan
5) Mau bekerja sukarela, tulus ikhlas
c. Tugas kader
1) Persiapan hari buka posyandu
a)
Menyiapkan alat dan bahan ( alat timbang, KMS, alat peraga, dll)
b)
Mengundang dan mengerakkan masyarakat untuk datang ke
posyandu
c)
Mengunjungi kelompok kerja posyandu
d)
Melaksanakan pembagian tugas diantara kader
2) Setelah hari buka di posyandu
a)
Memindahkan catatan buku KIA, KMS ke buku regester
b)
Mengevaluasi hasil kegiatan dan merencanakan kegiatan posyandu
yang akan datang
c)
Melaksanakan penyuluhan kelompok ( kelompok dasa wisma)
d)
Melakukan kunjungan rumah (penyuluhan perorangan) bagi sasarn
posyandu yang bermasalah, antara lain:
i.
Tidak berkunjung ke posyandu karena sakit
ii.
Berat badan balita tetap selama 2 bulan berturut – turut
iii.
Tidak melaksanakan KB padahal sangat perlu
iv.
Anggota keluarga sering terkena penyakit menular.
d. Peran kader / PKK dalam pelaksanaan ( deteksi dini risiko tinggi )DDRT
1)
Memberikan penyuluhan / KIE, kepada ibu hamil suami, keluarga
agar melakukan perawatan antenatal teratur paling sedikit 4 kali yaitu
1-1-2 kali dalam tiap tribulan I, II dan III sampai dekat akan
menjelang melahirkan.
2)
Rujukan kehamilan ke bidan desa atau ke bidan / dokter Puskesmas.
3)
Pengenalan sedini mungkin adanya masalah lain misalnya penyakit
dari ibu anemi/kurang darah maupun kelainan pada kehamilan
misalnya perut ibu sangat besar, ibu kader menduga kehamilan
kembar.
4)
Ibu kader dan bidan desa dengan ibu hamil, suami keluarga
merencanakan pertolongan persalinan aman mengenai tempat dan
penolong persalinan, apakah oleh bidan di desa di Polindes, bidan atau
dokter di Puskesmas atau di rumah sakit.
Rujukan terencana. Sejak awal kehamilan bidan di desa dan ibu kader
dapat
membantu
perkembangan
kesiapan
mental,
biaya
dan
transportasi diantara keluarga agar tidak terjadi rujukan terlambat dan
bila terjadi komplikasi dalam persalinan tidak bingung/panik untuk
mengambil
keputusan
merujuk.
Rujukan
direncanakan
dalam
kehamilan oleh bidan di desa bersama ibu hamil, suami dan keluarga
agar ibu hamil untuk melahirkan di Puskesmas atau di rumah sakit.
(UPGK,2000)
G. Ibu hamil
a. Ibu
Ibu
adalah
orang
wanita
yang
telah
melahirkan
anak
(Purwodarminto,2008).
b. Hamil
Hamil berarti mengandung anak dalam perut , bunting , mengandung,.
Jadi ibu hamil adalah seseorang yang mengandung anak di dalam perut
(Purwodarminto,2008).
c. Pengertian kehamilan
Masa kehamilan di mulai dari konsepsi sampai lahirnya janin. Konsepsi
sendiri mempunyai pengertian tentang pertemuan dan persenyawaan
antara ovum dan sperma. Lamanya hamil normal adalah 280 hari (40
minggu 9 bulan 7 hari) di hitung dari hari pertama haid terakhir.
(Hulliana, 2001)
d. Tanda – tanda kehamilan
Tanda – tanda subyektif kehamilan adalah terlambat haid, terdapat mual
dan muntah, terasa sesak atau nyeri dibagian bawah, sering kencing.
Sedangkan tanda subyektif kehamilan (Manuaba,2003) adalah :
1) Pembesaran dan perubahan konsistusi rahim, perubahan pada isthmus
uteri ( rahim) yang menyebabkan menjadi lebih panjang dan lunak,
perlunakan ini disebut dengan tanda hegar.
2) Vagina dan vulva mengalami peningkatan pembuluh darah karena
pengaruh estrogen sehngga tampak makin merah dan kebiru – biruan
(tanda chanwiks)
3) Payudara mengalami pertumbuhan dan perkembangan sebagai
persiapan memberikan Asi saat laktasi.
e. Pelayanan Saat Kehamilan / Ante Natal Care ( ANC )
Kehamilan merupakan proses reproduksi yang normal, tetapi
perlu perawatan diri yang khusus agar ibu dan janin dalam keadaan
sehat dan normal tidak hanya fisik akan tetapi juga mental. (
Prawirohardjo, 2002 ).
Menurut JNPKKR - POGI 2001 dalam Buku acuan Nasional
Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal menyatakan bahwa
kehamilan merupakan saat yang menyenangkan dan dinanti-nantikan,
tetapi juga dapat menjadi saat kegelisahan dan keprihatinan.
Pembicaraan secara efektif kepada ibu dan keluarganya dapat
membantu membangun kepercayaan kepada petugas kesehatan.
Kunjungan antenatal sebaiknya dilakukan paling sedikit 4 kali selama
kehamilan : minimal satu kali pada triwulan pertama, satu kali pada
triwulan kedua dan dua kali pada triwulan ketiga, dengan pelayanan /
asuhan standar minimal termasuk “ 7T “ yang meliputi : ( Timbang )
berat badan, Ukur ( Tekanan ) darah, Ukur ( Tinggi ) fundus uteri,
Pemberian imunisasi Tetanus toksoid ( TT ) lengkap, Pemberian (
Tablet ) zat besi minimum 90 tablet selama kehamilan,
( Tes )
terhadap penyakit menular seksual, ( Temu ) wicara dalam rangka
persiapan rujukan. ( JNPKKR – POGI, 2001)
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Desain Penelitian adalah keseluruhan penelitian dari perencanaan untuk
menjawab riset question ( pertanyaan penelitian) dan untuk mengantisipasi
beberapa kesulitan yang mungkin timbul selama proses riset ( Nurslam dan
Pariani, 2001). Berdasarkan tujuan penelitian, penelitian ini merupakan
penelitian observasi dengan desain penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini adalah Cross Sectional. Cross Sectional adalah suatu penelitian
untuk mempelajari
faktor – faktor pengaruh dengan faktor – faktor
terpengaruh, dengan cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data
sekaligus pada suatu saat ( point time approach ). Artinya, tiap subjek
penelitian hanya diobservasi sekali saja dan pengukuran dilakukan terhadap
status karakter atau variabel subjek pada saat pemeriksaan ( Notoatmodjo,
2010 ).
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau
subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan
oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (
Sugiyono, 2007 ). Pada penelitian ini, populasinya adalah semua kader
posyandu di kota Kediri. Tehnik sampling yang digunakan adalah cluster
random sampling
yaitu dengan mengambil sebagian anggota populasi
menjadi sampel dengan melihat kelompok-kelompok yang setara.
B. Kerangka Kerja
Menganalisis AKI dan AKB sebelum
dan sesudah jampersal di kota kediri
1.
2.
3.
Mengindentifikasi :
pengetahuan kader
peran kader dalam memotivasi ibu hamil untuk
melakukan ANC PNC
peran kader dalam DDRT ibu hamil
sebelum diberi pelatihan
Pelatihan ANC,PNC,DTRT :
peserta kader posyandu kota kediri
Pendampingan kader oleh
mahasiswa di keluarahan
kecamatan pesantren
Pendampingan kader oleh
mahasiswa di keluarahan
kecamatan kota
Mengindentifikasi peran kader
sesudah diberi pelatihan
Gambar 3.1 : Kerangka Kerja
C. Teknik Analisa Data
Pendampingan kader oleh
mahasiswa di keluarahan
kecamatan mojoroto
Setelah data terkumpul dilakukan penyuntingan untuk melihat kualitas
data. Dilanjutkan denngna coding dan tabulasi, kemudian disajikan dalam
bentuk croos tab sesuai dengan variable yang hendak diukur. (Trihendradi,
2004). Untuk mengetahui pengaruh pelatihan dan pendampingan peran
masyarakat (kader) dalam deteksi dini risiko tinggi pada ibu hamil,
digunakan uji wilcoxon.
Uji wilcoxon
mengunakan program SPSS 16 for window. Dengan
kriteria, apabila hasil uji statistic didapat P- value/Sig (2-tailed) < 5 % (α)
atau 0,05, Maka H0 ditolak yang berarti ada pengaruh pelatihan dan
pendampingan terhadap peran masyarakat (kader) dalam memotivasi
ANC,PNC dan deteksi dini risiko tinggi ibu hamil. Sebaliknya apabila hasil
uji statistic didapat P- value/Sig (2-tailed) > 5 % (α) atau 0,05, Maka H0
diterima
yang berarti tidak ada pengaruh pelatihan dan pendampingan
terhadap
p peran masyarakat (kader) dalam memotivasi ANC,PNC dan
deteksi dini risiko tinggi ibu hamil (Sugiyono, 2004)
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Kesehatan RI, (2009), Buku Kesehatan Ibu dan Anak
Departemen Kesehatan RI, (2009), Pedoman Umum Manajemen Penerapan Buku
KIA.
Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat, Departemen Kesehatan RI, (2009,
Pedoman Orientasi Buku KIA Pada Kader dan Pemerhati KIA
Dinkes Kab. Kediri. ( 2009 ). Pemantauan Wilayah Setempat Tahun 2009.
Dinkes Kab. Kediri. ( 2009 ). Pemantauan Wilayah Setempat Tahun 2008.
Dinkes Prop. Jawa Timur. ( 2010 ). Evaluasi Kesehatan Ibu dan Anak Tahun
2009.
Hulliana, (2001), Panduan Menjalani Kehamilan Sehat, Jakarta : Puspaswara
Hidayat, A.A., ( 2007 ). Metode Penelitian Keperawatan dan Tehnik Analisis
Data.Jakarta : Salemba Medika
JNPKKR – POGI, (2001) Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal, Jakarta
Jonathan Sarwono , ( 2006) Analisis Data Penelitian menggunakan SPSS,
Yogjakarta CV Andi Offset
Manuaba, Ida Bagus Gde, (2007), Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan &
Keluarga Berencana untuk Pendidikan Bidan, Jakarta : Arcan
Notoatmodjo, Soekidjo, (2010), Metodologi Penelitian Kesehatan, Jakarta : Rineka
Cipta
Notoatmodjo, Soekidjo, (2003), IlmuKesehatan Masyarakat (Prinsip – Prinsip
dasar) , Jakarta : Rineka Cipta
Notoatmodjo, Sekidjo . (2003), Pendidikan dan perilaku kesehatan Jakarta :
Rineka
Nursalam, (2003), Metodologi Riset Keperawatan, Jakarta: Salemba Medika
Poedji Rochjati,(2010), Tangga Menuju Persalinan Aman, Surabaya Tim
penerjemah,(1996). Kamus Kedokteran. Jakarta : EGC
Purwodarminto,(2008), Kamus Umum bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka
Somantri, Muhidin. ( 2006 ). Aplikasi Statistik dalam Penelitian. Bandung :
Pustaka Setia,
Suharsimi, Arikunto (2002), Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek,
Jakarta: Rineka Cipta
Sugiyono.( 2007 ). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D.
Wiknjosastro GH, 2001. Standar Pelayanan Kebidanan. Jakarta: Pengurus Pusat
Ikatan Bidan Indonesia.
PROFIL STIKES SURYA MITRA HUSADA KEDIRI
STIKES Surya Mitra Husada Kediri adalah lembaga pendidikan tinggi di
bidang kesehatan yang didirikan oleh Yayasan Surya Mitra Husada Kediri. AKTE
NOTARIS DEVI SARASWATI, SH
PENDIRI YAYASAN : Dr. H. Samsul Azhar, SpPD., dr. H. Sulaimi Putra, Sp.
A., dr. A.H. Syukri Pasaribu., MSc., dr. H. Sentot IS., MM., Ny. A. Maschut., drg.
Amien Er Heryanto, Sandu Siyoto., M. Kes , Drs. H. Sugiyanto, Apt., H. Koesnadi,
SH). Ketua Yayasan Stikes Surya Mitra Husada : Hj Dahlia Iskhak SH
STRUKTUR PENGELOLA Stikes Surya Mitra Husada:
1. Ketua (dr.H.A.Syukri Pasaribu,MSc)
2. Pembantu ketua I (Sandu Siyoto.M.Kes)
3. Pembantu ketua II (Drs.Sugianto,Apt)
4. Pemantu Ketua III (Dra.Siti Farida N,MPd)
5. Pembantu Ketua IV (H.Koesnadi,SH.M.H)
6. Pembantu Ketua V (dr.H.Sulaimi Putra,Sp.A)
STIKES Surya Mitra Husada Kediri mempunyai 4 program studi yaitu
a. ILMU KEPERAWATAN (S- 1) Gelar : SKp., Ners (Akreditasi BAN PT:B)
b. ILMU KESEHATAN MASYARAKAT (S-1) Gelar : SKM (Akreditasi BAN
PT : B)
c. DIII KEBIDANAN Gelar Ahli Madya Kebidanan (Amd Kebidanan)
d. D IV KEBIDANAN Gelar Sarjana Saint Terapan (SST)
Program studi : Ilmu Keperawatan (Sarjana) dan Ilmu Kesehatan Masyarakat
(Sarjana), yang sah dan mempunyai ijin operasional resmi sebagaimana dalam Surat
Keputusan dari Menteri Pendidikan Nasional RI No. 197/D/O/2003 dengan
rekomendasi dari Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia
Kesehatan Departemen Kesehatan RI Nomor HK.03.2.4.1.4236 dan Nomor
HK.03.2.4.1.4236.
Ijin operasional telah diperpanjang oleh Departemen Pendidikan Nasional
Republik Indonesia sebagaimana dalam Surat Keputusan Direktur Jendral
Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional RI Nomor 158/D/T/2006 dan
Nomor 159/D/T/2006 tanggal 30 Januari 2006.Sejak tanggal 2 Mei 2005 telah
mendapat pengakuan dari ASOSIASI PENDIDIKAN NERS INDONESIA
(AIPNI) untuk menyelenggarakan Pendidikan Profesi Ners, dengan Nomor Anggota
034/AIPNI/2005.
Sebagaimana ketentuan dalam diktum “ketiga” Surat Keputusan Mendiknas
Nomor 197/D/O/2003, maka Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Surya Mitra Husada
senantiasa melaporkan secara berkala tiap semester dan berkelanjutan tentang
perkembangan penyelenggaraan program studi kepada Sdr. Dirjend Pendidikan
Tinggi Departemen Pendidikan Nasional melalui KOPERTIS-VII Jawa Timur.
Rekomendasi KOPERTIS Wilayah VII atas hasil evaluasi Program Studi
sebagaimana SK-108 per Desember 2005, menunjukkan bahwa STIKES Surya
Mitra Husada “layak dan memenuhi syarat”.
Jumlah mahasiswa sampai dengan saat ini untuk program studi IKM sejumlah 1432
Mahasiswa IKP 560 Mahasiswa DIII Kebidanan 38 Mahasiswa dan D IV kebidanan
37 Mahasiswa.
Stikes Surya Mitra Husada kediri mengadakan kerjasama dengan berbagai
macam institus antara lain di FK UNS, RSJ Lawang, RSJ Solo, RSU-USD
Gambiran Kediri, Panti Werda Magetan, RS Ischak Solo, dan masih banyak lagi.
Stikes surya mitra husada mempunyai sarana antara lain Laboratorium IPA
terpadu, Lab. komputer dan sedang dikembangkan lab terpadu kesehatan
masyarakat.
Stikes Surya Mitra Husada
Ketua
dr. H.A.Syukri Pasaribu. MSc
Download