MORFEM –ISME DAN –ISASI (-ASI) DALAM BAHASA MANDARIN: TELAAH KONTRASTIF TERHADAP BAHASA INDONESIA DAN INGGRIS Yulie Neila Chandra, Gustini Wijayanti Sastra Cina, Fakultas Sastra [email protected] ABSTRAK Bila dipandang dari segi topiknya, penelitian ini sangat sederhana. Namun, ternyata tidak sesederhana yang dibayangkan. Kehadiran morfem sufiks serapan bahasa asing –isme (-ism) dan –isasi/-asi (-ization/-isation/-ation) di dalam trilingual, bahasa Indonesia, Inggris, dan Mandarin sangat menarik untuk dicermati. Persamaan tentu ada, tetapi perbedaan juga ada, teristimewa dalam bahasa Mandarin yang menjadi fokus dalam penelitian ini. Hal itu disebabkan banyaknya kata di dalam bahasa Mandarin yang dapat menyulihkan morfem sufiks – isme (-ism) sehingga mengakibatkan kesulitan dalam penerjemahkannya, begitu pula dengan morfem sufiks –isasi/-asi (-ization/-isation/-ation) yang juga memiliki perbedaan di dalam bahasa Mandarin. Penelitian ini berusaha mengupas perbedaan penggunaan sufiks tersebut di dalam bahasa Mandarin, yang dikontraskan dengan bahasa Indonesia dan Inggris. Dalam bahasa Mandarin, sufiks –isme (-ism) memiliki banyak padanannya, antara lain adalah 主义, 论, 说, 学, 中毒, 病, 症, 作用, 语风, dan lain-lain yang umumnya merupakan kata, bukan morfem sufiks. Sebaliknya, -isasi/-asi dalam bahasa Mandarin hanya dapat disulihkan dengan 化 yang juga merupakan sufiks, namun bukan sufiks pembentuk nomina, melainkan verba. Kata Kunci: morfem, sufiks, kata, pembentuk nomina, pembentuk verba, {-isme} dan {- isasi/-asi} 1 PENDAHULUAN Kasus heboh yang melibatkan seorang artis penyanyi dangdut--Zaskia Gothik dan tunangannya-Vicky Prasetyo, membuat bahasa Indonesia dan bahasa Inggris seakan teraniaya. Bukan saja menyangkut kesalahan gramatikal, tetapi juga secara leksikal. Penggunaan kosakata yang sewenang-wenang membuatnya menjadi tidak bermakna, seperti akhiran –isasi (-asi) dengan serta-merta ditempelkan pada kata status sehingga menjadi statusisasi. Kemudian, kata harmoni menjadi harmonisisasi. Akibat dari kata-kata yang diucapkan oleh Vicky tersebut, maka muncullah istilah vickynisasi yang merujuk pada cara orang yang bertutur seperti Vicky itu. Kasus di atas hanyalah contoh kecil. Di dalam bahasa Mandarin juga sering ditemukan kasus serupa. Misalnya penggunaan morfem -主义 –zhŭyì ‘-isme’ atau ‘-ism’ dalam bahasa Inggris, dan -化 -huà ‘-isasi (-asi)’ atau –ization/isation (-ation) dalam bahasa Inggris, yang sering membingungkan. Contohnya kata imperialisme (imperialism) diterjemahkan dalam bahasa Mandarin menjadi 帝国主 义 dìguózhŭyì (menggunakan -主 义 –zhŭyì sebagai –isme/-ism). Sebaliknya, kata pluralisme (pluralism) dapat diterjemahkan menjadi 多 元 论 duōyuánlùn (menggunakan 论 lùn sebagai –isme/-ism); serta kata antagonisme (antagonism) menjadi 对抗作 用 duìkàngzuòyòng (menggunakan 作用 zuòyòng sebagai –isme/-ism). Sementara itu, morfem – 化 -huà ‘-isasi/-asi’ (-ization/-ation) seakan tidak ada perubahan di dalam penggunaannya, seperti kata urbanisasi (urbanization) diterjemahkan menjadi 城 市 化 chéngshìhuà; kata modernisasi (modernization) diterjemahkan menjadi 现代化 xiàndàihuà. Berdasarkan proses morfologis, kata-kata yang disebutkan di atas itu dapat menunjukkan kelas kata yang berbeda. Dalam bahasa Indonesia dan Inggris, morfem terikat –isasi/-asi (-ization/isation/-ation) merupakan morfem pembentuk nomina. Sebaliknya, di dalam bahasa Mandarin, morfem – 化 huà yang merupakan terjemahan dari –isasi/-asi (-ization/-ation) tersebut merupakan morfem pembentuk verba. Sementara itu, dalam bahasa Indonesia dan Inggris morfem terikat –isme (-ism) merupakan pembentuk nomina yang memiliki makna ‘kepercayaan berdasarkan politik, sosial, atau ekonomi’. Berdasarkan paparan di atas dapat diketahui adanya beberapa perbedaan dalam penggunaan morfem –isme (-ism) dan –isasi/-asi (-ization/-isation/-ation) dalam bahasa Mandarin, Indonesia, dan Inggris. Walaupun persoalan tersebut terlihat sangat sederhana, dampak yang ditimbulkan apabila salah menggunakan amatlah kompleks. Oleh karena itu, penulis ini tertarik untuk mencermati hal tersebut. 2 PERUMUSAN MASALAH Dalam bahasa Mandarin, persoalannya bukanlah sekadar apakah keduanya tergolong sufiks atau bukan, melainkan penggunaannya yang cukup beranekaragam. Yang akan dicermati di dalam penelitian ini adalah bagaimana perbedaan morfem -isme (-ism) dan –isasi/-asi (-ization/-ation) di antara bahasa Mandarin, Indonesia, dan Inggris. Selain itu, apakah -isme (-ism) selalu diterjemahkan menjadi -主义-zhŭyì dan –isasi/-asi (-ization/-ation) diterjemahkan menjadi –化 huà dalam bahasa Mandarin. 3 TINJAUAN PUSTAKA Bauer (1988) mengemukakan bahwa secara tradisional morfologi dibagi menjadi dua cabang, yaitu infleksi dan derivasi. Infleksi dianggap merupakan bagian dari stuktur; sedangkan derivasi merupakan bagian dari leksikon. Infleksi menghasilkan bentuk-bentuk leksem; sebaliknya derivasi menghasilkan leksem baru. Oleh karena itu, kaidah untuk morfologi infleksional dianggap sama seperti di dalam kaidah sintaksis; sedangkan kaidah derivasional sama seperti di dalam kaidah leksikon. Hal yang sama juga dipaparkan oleh Katamba (1993). Ia mengungkapkan bahwa morfemmorfem afiks dapat dibagi menjadi dua kategori fungsional, yaitu morfem infleksional dan morfem derivasional. Keduanya merujuk pada dua proses morfologis, yakni infleksi dan derivasi. Oleh karena itu, kedua morfem tersebut membentuk kata-kata dengan cara yang berbeda. Dalam buku Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia/TBBI (2000) dijelaskan mengenai morfem bebas dan morfem terikat dalam bahasa Indonesia. Morfem bebas adalah morfem yang dapat berdiri sendiri, seperti besar; sedangkan morfem terikat adalah morfem yang melekat pada bentuk lain, seperti mem-. Karena itu, morfem dapat berupa kata (seperti besar). Namun, sebuah kata dapat terdiri atas satu morfem atau lebih, contoh kata memperbesar, terdiri atas tiga morfem, yakni dua morfem terikat mem- dan per-, serta satu morfem bebas besar. Selanjutnya, di dalam buku yang sama juga dipaparkan mengenai empat macam afiks, yakni prefiks, prefiks, infiks, dan konfiks. Dalam buku TBBI (2000) juga dipaparkan mengenai macam-macam nomina, yang antara lain dibentuk oleh –isme, -(is)asi, -logi, dan –tas. Pada mulanya, nomina dengan sufiks –isme dan – tas dipungut dari bahasa asing. Akan tetapi, lambat laun afiks itu menjadi produktif sehingga bentuk –isme, -(is)asi, -logi, dianggap layak diterapkan juga pada dasar kata dalam bahasa Indonesia. Contoh: liberalisme, kolonialisasi, teknologi, realitas, dan lain-lain. Selama afiks asing itu bermanfaat dan bahasa Indonesia tidak memiliki padanannya yang tepat, afiks itu dapat diterima seperti sufiks –wan/-man. Jika imbuhan dalam bahasa Indonesia dapat mengungkapkan konsep yang sama, maka afiks asing itu tidak perlu dipakai. Misalnya sufiks –(is)asi berpadanan dengan konfiks peng-an, seperti pada kata ionisasi yang berpadanan dengan pengionan. Telaah mengenai afiks dalam bahasa Mandarin awalnya dikemukakan oleh Zhao Yuanren (1968). Ia mengungkapkan bahwa pada dasarnya afiks dalam bahasa Mandarin merupakan afiks yang dipaksakan dengan menggunakan teori barat. Hal itu disebabkan sistem tulisan dalam bahasa Mandarin tidak menggunakan ortografi, melainkan berbentuk silabis atau dapat dikatakan sebagai aksara morfemis. Menurut Zhao Yuanren (1968), prefiks bahasa Mandarin terdiri atas dua macam, yaitu prefiks yang merupakan terjemahan bahasa asing dan prefiks yang bukan merupakan terjemahan bahasa asing. Jumlah prefiks dalam bahasa Mandarin tidak banyak, sebaliknya sufiks lebih banyak. Zhao Yuanren memaparkan sufiks berdasarkan maknanya. Fang Yuqing (1996) mengawali kajian morfem dengan membahas tiga jenis morfem bahasa Mandarin, yaitu (1) berdasarkan berdasarkan kesanggupan gerak dari morfem (berdasarkan bentuknya), yaitu morfem bebas, morfem terikat, dan morfem setengah bebas; (2) berdasarkan maknanya, yakni morfem leksikal dan morfem gramatikal; dan (3) berdasarkan silabel atau jumlah sukukatanya, yakni morfem monosilabis dan morfem polisilabis. Fang Yuqing (1996) juga mengemukakan adanya dua macam afiks dalam bahasa Mandarin, yaitu prefiks dan sufiks. Sejalan dengan pemaparan Fang Yuqing, Sun Dejin (2002) juga memaparkan kedua macam afiks tersebut. Namun, ia membagi sufiks menjadi tiga macam, yakni (1) sufiks pembentuk nomina, seperti -者-zhě, -性-xìng, -家-jiā, -员-yuán, -观-guān, dan – 手 -shŏu; (2) sufiks pembentuk adjektiva, sepert –式 -shì, -型 -xíng; dan (3) sufiks pembentuk verba, seperti –化 huà, -于 -yú. Sementara itu, karya yang dianggap lebih komprehensif adalah Lü Shuxiang (2010), karena pemaparan mengenai prefiks dan sufiks lebih jelas, yakni dengan cara menjelaskan setiap prefiks dan sufiks tersebut. Penulis ini (2012) juga pernah mencermati morfem dalam bahasa Mandarin, khususnya morfem afiks derivasional. Menurut penulis ini, morfem infleksional dalam bahasa Mandarin hanya ada dua, yaitu sufiks pemarkah jamak –们 –men dan prefiks 初- chū- untuk menunjukkan urutan yang merujuk pada bilangan satu sampai sepuluh. Sebaliknya, morfem afiks derivasional cukup banyak, dan masing-masing dapat menunjukkan maknanya. Misalnya sufiks - 者 -zhě dapat melekat pada verba, nomina, dan adjektiva, dan menghasilkan kata berkelas nomina. Makna sufiks tersebut umumnya mengacu kepada pelaku atau orang yang bekerja di bidang tertentu (profesi), contoh: 译 yì ‘menerjemahkan’ (verba) dilekatkan sufiks –者-zhě sehingga menjadi 译 者 yìzhě ‘penerjemah’.Beberapa tinjauan pustaka di atas bertalian dengan morfem, khususnya morfem afiks, serta proses morfologisnya. Sementara itu, Huang Bangjie (1988) lebih menyikapi pada bentuk –isme semata. Menurutnya, padanan untuk –isme (-ism) dalam bahasa Mandarin sangat beragam. Hal itu bergantung pada makna dari bentuk dasarnya. 4 TUJUAN PENELITIAN Penelitian ini bertujuan untuk memahami perbedaan morfem -isme (-ism) dan –isasi/-asi (ization/-ation) di antara bahasa Mandarin, Indonesia, dan Inggris; serta memahami terjemahkan –isme (-ism) dan –isasi/-asi (-ization/-ation) dalam bahasa Mandarin. Dengan mencermati kedua morfem tersebut, para pemelajar dan penerjemah bahasa Mandarin tidak akan salah dalam penggunaannya. 5 MANFAAT HASIL PENELITIAN Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pemahaman mengenai morfologi bahasa Mandarin khususnya, bahasa Indonesia dan Inggris pada umumnya. Selain itu, kemaknawian penelitian ini juga diharapkan dapat memberi sumbangan dalam bidang penerjemahan, terutama di bidang leksikon atau pemilihan kata dalam penerjemahan bahasa Indonesia – Mandarin, atau sebaliknya. 6 METODOLOGI PENELITIAN Penelitian kualitatif ini bersifat deskriptif dengan menggunakan telaah (analisis) kontrastif sehingga dapat diketahui perbedaannya. Telaah kontrastif dilakukan dengan menempatkan korpus dalam oposisi atau pertentangan, yang bertujuan untuk memperlihatkan ketidaksamaan, dan memperbandingkan dengan cara mencermati perbedaan-perbedaan. Penelitian ini dilakukan melalui beberapa tahap, yakni (1) pengumpulan dan pengamatan data; (2) analisis data: pada tahap ini, data yang telah diidentifikasi dan diklasifikasi, ditelaah dengan menggunakan metode analisis kontrastif untuk melihat perbedaannya, dan (3) penyajian data. 7 HASIL DAN PEMBAHASAN Penggunaan –isme (-ism) dan –isasi/-asi (-ization/-isation/-ation) banyak ditemukan baik di dalam media cetak maupun elektronik, seperti di dalam surat kabar, majalah, televisi, dan radio, bahkan di media-media sosial. Penggunaan morfem tersebut terutama berkaitan dengan ragam ekonomi, sosial, hukum, dan politik. Contohnya: terorisme, nepotisme, kapitalisme, individualisme, strukturalisme, idealisme, sosialisasi, stabilisasi, aktualisasi, liberalisasi, lokalisasi, legalisasi, reboisasi, harmonisasi, dan sebagainya. Dilihat dari sudut pandang satuan gramatikal, dua bahasa (bahasa Indonesia dan Inggris) sepakat bahwa -isme (-ism) merupakan morfem terikat. Morfem tersebut juga dapat digolongkan sebagai sufiks. Berbeda dengan keduanya, dalam bahasa Mandarin terjemahan dari morfem sufiks tersebut bukanlah berbentuk morfem sufiks, melainkan kata yang kebanyakan berkelas nomina. Kata bentukan dari –isme (-ism) tersebut adalah nomina. Namun, untuk morfem –isasi/-asi (– zation/-isation/-ation), ketiga bahasa sepakat morfem tersebut adalah morfem sufiks. Akan tetapi, dalam hal pembentukan kata dari kedua sufiks tersebut menunjukkan bahwa -isasi (-asi) dalam bahasa Indonesia dan –zation/-isation (-ation) dalam bahasa Inggris sama-sama merupakan sufiks pembentuk nomina. –isasi (-asi) dalam bahasa Indonesia adalah sufiks pembentuk nomina proses, cara, perbuatan, yang kadang dapat ditukarkan dengan konfiks {pean/peng-an}. Kemudian, -isme dalam bahasa Indonesia adalah sufiks pembentuk nomina sistem kepercayaan berdasarkan politik, sosial, atau ekonomi. Sementara itu, -zation/-isation (-ation) dalam bahasa Inggris juga merupakan sufiks pembentuk nomina, yang menunjukkan proses, hasil perbuatan yang dilakukan atau dibuat oleh orang (manusia). Sufiks –isation dibentuk dari sufiks –ize + -ation sehingga menjadi –ization (-isation). –ism dalam bahasa Inggris yang merupakan serapan dari bahasa Yunani kuno (-ismos). Sebaliknya, -isme yang dalam bahasa Mandarin pada umumnya diterjemahkan menjadi 主义 atau 论, keduanya memiliki kedudukan yang berbeda. 主义 merupakan kata berkelas nomina yang bermakna ‘doktrin’, ‘ideologi’, atau ‘ajaran’; sedangkan 论 merupakan morfem sekaligus kata (dapat berkelas verba, nomina, atau adjektiva), yang memiliki makna ‘diskusi’, ‘opini’, ‘debat’, dan lain-lain. Kemudian, 化 yang merupakan terjemahan dari -isasi (-asi) juga merupakan morfem sufiks, tetapi bukan sufiks pembentuk nomina, melainkan pembentuk verba. Berdasarkan penjelasan tersebut terlihat jelas bahwa penggunaan morfem –isme dan –isasi (-asi) dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris tidak memiliki perbedaan yang signifikan. Akan tetapi, dalam bahasa Mandarin sangat jelas perbedaannya. Pada kenyataannya, penulis ini menemukan banyak penggunaan –isme dan –isasi (-asi) dalam bahasa Mandarin. –isme dalam bahasa Mandarin dapat diterjemahkan ke berbagai bentuk. Bentuk satuan tersebut bukanlah morfem sufiks, melainkan ada yang berbentuk morfem terikat bukan afiks, morfem bebas, dan juga kata. Terjemahan –isme dalam bahasa Mandarin, antara lain adalah 主义, 论, 说, 学, 中毒, 病, 症, 性能, 作用, 现象, 语风, 习语, 方式, dan lain-lain. Sebaliknya, -isasi (-asi) hanya diterjemahkan menjadi 化 yang juga merupakan morfem sufiks yang umumnya merupakan pembentuk verba. Dalam bahasa Mandarin semua kata-kata asing yang menggunakan morfem sufiks –isme (-ism) pada umumnya dapat diterjemahkan dengan –主义. Namun, banyak juga ditemukan tidak menggunakan –主义. Hal tersebut bergantung pada makna katanya, khususnya makna dasar kata di depannya. Berikut kata-kata yang menggunakan –isme (-ism), yang dikategorikan berdasarkan maknanya sehingga dapat dilihat terjemahannya, yakni 1. Kata-kata yang menunjukkan makna ‘teori’, ‘ajaran’, ‘paham’, ‘doktrin’, ‘kelas sosial’, dan lain-lain, khususnya ‘filsafat, agama/religi’, selain diterjemahkan dengan “主义”, sebagian besar dapat diterjemahkan dengan “论” , “说”, atau “教” , seperti: nasionalisme (nationalism): 民 族 主 义 , kapitalisme (capitalism): 资 本 主 义 , imperialisme (imperialism): 帝 国 主 义 , liberalisme (liberalism): 自由主义, terorisme (terorism): 恐怖主义, feminisme (feminism): 女 权 主 义 , idealisme (idealism): 唯 心 论 , relativisme (relativism): 相 对 论 , pluralisme (pluralism): 多元论, heliosentrisme (heliocentricism): 日心说, Budhisme (buddhism): 佛教, dan lain-lain. 2. Kata-kata yang menunjukkan makna ‘penyakit’, ‘ilmu kedokteran’, pada umumnya menggunakan “中毒”, “病”, dan “症”, contoh: ekshibisionisme (exhibitionism): 裸体病态, alkoholisme (alcoholism): 酒精中毒, negativisme (negativism): 违拗症, dan lain-lain. 3. Kata-kata yang menunjukkan makna ‘flora fauna’, ‘fisika’, ‘kimia’, pada umumnya menggunakan “性能”, “作用”, dan “现象”, seperti: hidrotropisme (hydrotropism): 向水性, superparasitisme (superparasitism): 复寄生现象, dan lain-lain. 4. Kata-kata yang menunjukkan makna ‘bahasa’ pada umumnya menggunakan “语风” , “习语”, “特色”, atau “风格”, seperti: Latinisme (latinism): 拉丁语语风, eufemisme (euphemism): 委 婉的说法, Amerikanisme (Americanism): 美语特色 atau 美国腔调, dan sebagainya. 5. Kata-kata yang mengandung makna bidang lainnya menggunakan berbagai macam, seperti: antagonisme (antagonism): 光 化 作 用 , fanatisme (fanaticism): 狂 热 , paternalisme (paternalism): 家长式统治, turisme (tourism): 旅游, dan sebagainya. Selain kelima kategori di atas, sufiks –isme (-ism) juga dapat melekat di belakang nama tokoh, yang maknanya juga menunjukkan ‘ajaran’, ‘’teori’, seperti: Marxisme (Marxism) 马克思主义; darwinisme (Darvinism): 达尔文主义. Berdasarkan kategori di atas, bahasa Mandarin berbeda dengan bahasa Indonesia dan Inggris dalam penggunaan sufiks –isme (-ism). Walaupun bila dilihat dari segi makna penggunaan sufiks tersebut sama, dalam bahasa Mandarin terdapat beragam kata untuk menyatakan isme (ism). Namun, pada umumnya isme (-ism) ini melekat pada nomina dan membentuk nomina baru. Selanjutnya, morfem sufiks –isasi/-asi (-ization/-isation/-ation) dapat dipadankan dengan 化. 化 ini juga merupakan morfem sufiks dalam bahasa Mandarin. Berdasarkan maknanya, 化 menyatakan perubahan menjadi suatu kualitas, karakter/sifat, kondisi/keadaan. Namun, bila diterjemahkan sufiks –化 tidak selalu memunculkan morfem –isasi/-asi (-ization/-isation/-ation). Berdasarkan strukturnya, sufiks 化 yang merupakan sufiks pembentuk verba memiliki beberapa pola, yakni 1. Diletakkan di belakang morfem atau kata untuk membentuk verba: a. Adjektiva ( 形 容 词 ) + 化 = verba transitif ( 及 物 动 词 ), contoh: 丑 化 别 人 ‘menjelekkan (memfitnah) orang lain’, 美化校园 ‘mempercantik taman sekolah’, 绿 化祖国 ‘menghijaukan (reboisasi) tanah air’, dan lain-lain. b. Nomina (名词) / adjektiva (形容词) / verba (动词) + 化 = verba intransitif (不及物 动 词 ), contoh: 现 代 化 ‘modernisasi’, ‘mengairi/irigasi’, 自 动 化 工 业 化 ‘industrialisasi’, 水 利 化 ‘otomatisasi’, 标 准 化 ’standardisasi’, 电 脑 化’komputerisasi’, 国有化 ‘nasionalisasi’, dan lain-lain. 2. Diletakkan di belakang morfem atau kata, serta dapat diikuti nomina untuk membentuk nomina: a. Nomina (名词) / verba (动词) / adjektiva (形容词) + 化 + nomina (名词) = nomina (名词), contoh: 硫化氢’hidrogen sulfida’, 硫化橡’karet vulkanis’, dan lain-lain. Berdasarkan struktur morfem sufiks 化 di atas, terlihat bahwa pembentukan kata dengan sufiks tersebut menghasilkan kata berkelas verba, namun bila dilihat dari segi maknanya, khususnya dalam terjemahannya baik bahasa Indonesia maupun Inggris, memunculkan makna nomina. Selain itu, pembentukan kata dengan sufiks 化 tidak selalu berbentuk morfem sufiks –isasi/-asi (ization/-isation/-ation) seperti pada contoh butir 1.b di atas. Tabel berikut memperlihatkan kontras Morfem –isme (-ism) dan –isasi /-asi (-ization/isation/-ation) dalam tiga bahasa, yakni Indonesia, Inggris, dan Mandarin. Bahasa Indonesia Bahasa Inggris Bahasa Mandarin -isme dan –isasi (asi), keduanya merupakan sufiks serapan bahasa -ism dan (-ization/isation/-ation), keduanya merupakan sufiks serapan bahasa -isme (-ism) dalam bahasa Mandarin bukan merupakan sufiks, melainkan kata, yang dapat diterjemahkan ke berbagai asing, pembentuk nomina. -isme: sufiks pembentuk nomina yang memiliki makna kepercayaan berdasarkan politik, sosial, atau ekonomi. -isasi (-asi): sufiks pembentuk nomina yang memiliki makna proses, cara, perbuatan. Sufiks –isasi (-asi) berpadanan dengan konfiks pean/peng-an Kedua morfem sufiks tersebut dapat melekat di belakang nomina, adjektiva, dan verba yang menghasilkan kata berkelas nomina. 8 asing, pembentuk nomina. Ism dapat menjadi kata berkelas nomina. -ism: sufiks pembentuk nomina yang memiliki banyak rmakna, antara lain ‘act’, ‘practice’, ‘proses’, ‘manner’, ‘condition’, ‘state’ ‘quality’, ‘doctrine’, ‘theory’, dan lainlain. ism juga dapat menjadi kata berkelas nomina yang bermakna ‘a distinctive doctrine or theory; an oppressive and especially discriminatory attitude or belief.’ -ization/-isation/ation: sufiks pembentuk nomina yang memiliki makna ‘proses’, ‘tindakan’, atau ‘hasil dari suatu perbuatan’. Kedua morfem sufiks tersebut dapat melekat di belakang nomina, adjektiva, dan verba yang menghasilkan kata berkelas nomina. bentuk seperti 主义, 论, 学, 说, 中毒, 病, 症, 性能, 作用, 现象, 语风, 方式,dan lain-lain; Kata-kata tersebut memiliki kelas kata masing-masing, dan penggunaannya bergantung pada makna kata yang melekat di depannya. –isasi (-asi) dalam bahasa Mandarin diterjemahkan menjadi 化 yang merupakan morfem sufiks. 化 merupakan morfem sufiks pembentuk verba, yang dapat diterjemahkan menjadi –isasi/asi ataupun tidak, tetapi dapat diterjermahkan berdasarkan kata atau morfem di depannya sehingga menghasilkan verba juga. -isme yang dapat diterjemahkan ke berbagai bentuk (yang terbanyak adalah 主义), dapat melekat di belakang nomina, adjektiva, dan verba yang menghasilkan kata berkelas nomina. -isasi/-asi yang diterjemahkan menjadi sufiks 化 juga dapat melekat di belakang nomina, adjektiva, dan verba yang menghasilkan kata berkelas verba. KESIMPULAN morfem sufiks serapan bahasa asing –isme (-ism) dan –isasi/-asi (-ization/-isation/-ation) baik dalam bahasa Indonesia maupun bahasa Inggris secara umum tidak berbeda, yakni sama-sama sebagai sufiks pembentuk nomina, dan dapat mengikuti kata atau morfem berkelas nomina, adjektiva, atau verba. Perbedaan jelas tampak dalam bahasa Mandarin. Dalam bahasa Mandarin, –isme (-ism) dapat diterjemahkan ke dalam berbagai bentuk yang umumnya berbentuk kata (nomina). Penggunaannya bergantung pada kata yang melekat di depannya. Penggunaan yang paling banyak adalah 主义. Makna nomina 主义 tersebut secara umum sama dengan makna di dalam bahasa Indonesia dan Inggris. Kemudian, –isasi/-asi (-ization/-isation/-ation) dalam bahasa Indonesia, Inggris, dan Mandarin sama-sama merupakan morfem sufiks. Dalam bahasa Indonesia dan Inggris, sufiks tersebut adalah sufiks pembentuk nomina; sedangkan dalam bahasa Mandarin yang diterjemahkan dengan 化, sufiks ini merupakan sufiks pembentuk verba. 9 DAFTAR PUSTAKA Alwi, Hasan, Anton M. Moeliono, Hans Lapoliwa, dan Soenjono Dardjowidjojo. 2000. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Bauer, Laurie. 1988. Introducing Linguistic Morphology. London: Edinburg University Press. Chaer, Abdul. 2012. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta. Chandra, Yulie Neila. 2012. “Morfem Derivasional dalam Bahasa Mandarin.” Paradigma Jurnal Kajian Budaya, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, Vol. 3 No. 1, 78-88. Chen Xinxiong, et.al. 1989/2005. Yuyanxue Cidian. Taipei: Sanmin Shuju. Fang Yuqing. 1992. Shiyong Hanyu Yufa. Beijing: Beijing Yuyan Xueyuan Chubanshe Fu Zhunqing. 1985. Xiandai Hanyu Cihui. Beijing: Beijing Daxue Chubanshe. Gu Yande. 1999. Hanyu Yuyixue. Beijing: Beijing Daxue Chubanshe. Huang Bangjie. 1988. Yi yi Tan. Taibei: Shulin Chuban Youxian Gongsi. Li, Charles N. dan Sandra A. Thompson. 1981. Mandarin Chinese: A Functional Reference Grammar. Berkeley: University of California Press. Lü Shuxiang. 2010. Xiandai Hanyu Babai Ci. Beijing: Shangwu Yinshuguan. Katamba, Francis. 1993. Morphology. London: Macmillan Press Ltd. Kridalaksana, Harimurti. 1990. Kelas Kata dalam Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia. ________. 1993. Kamus Linguistik. Jakarta: Gramedia. ________. 1998. Introduction to Word Formation and Word Classes in Indonesian. Depok: Fakultas Sastra Universitas Indonesia. Kushartanti, Untung Yuwono, Multamia RMT Lauder (penyunting). 2005. Pesona Bahasa: Langkah Awal Memahami Linguistik. Jakarta: Gramedia. Parera, Jos Daniel. 1988. Morfologi Bahasa. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Qian Nairong. 1995. Hanyu Yuyanxue. Beijing: Beijing Yuyan Xueyuan Chubanshe. Zhang Wu. 2000. Jianming Xiandai Hanyu. Beijing: Zhongyang Guangbo Dianshi Daxue Chubanshe. Zhao Yuanren. 1968. A Grammar of Spoken Chinese. Berkeley: University of California Press.