Bab 2 Landasan Teori Dalam penelitian ini, penulis akan menganalisis kosakata huruf kanji dalam buku Nihongo Through Newspaper Articles. Oleh karena itu, penulis akan memaparkan beberapa teori seperti, teori afiks mengenai prefiks dan sufiks, teori mengenai makna gramatikal dan leksikal, dan beberapa teori pendukung seperti teori morfologi, serta teori kata turunan. 2.1 Teori Afiks Menurut Takao et al. (1990) menyatakan, 接辞には接頭辞と接尾辞がある。「ひよわい」「すあし」「はつゆ き」「ともかせぎ」「お菓子」「かっとばす」「不参加」「超国家 主義」「各大学」「新内閣」などは、接頭辞(あるいは接頭辞的な 要素)による派生語で、もとの語の品詞性は、ほとんどの場合、変 化しない。「~さま」「生徒たち」「十枚」「保証人」「人間性」 「映画化」などの接尾辞による派生語も、意味内容が変わるだけで 品詞は変わらない。しかし、接尾辞には「あたたかみ」「聞き手」 「おもしがる」「ほこりっぽい」「科学的」「散歩がてら」などの ように、品詞性をも変えるものがある。右の例からも察しられるよ うに、接辞には盛んに新しい派生語を作り出す力を持っているもの と、力の弱いもの、力をまったく失ったものがある。前者の、生産 的な接辞には、「非-」「不-」「反-」「未-」とか、「-性」 「-的」「-化」のような漢語系のものが多く、ここにも漢語要素 が造語に果たしている役割の大きいことが示されている。 Terjemahan: Di dalam (ilmu) afiks terdapat teori substansi yaitu prefiks/awalan dan sufiks/akhiran. (misalkan contoh pada prefiks), ひよわい」「すあし」 「はつゆき」「ともかせぎ」「お菓子」「かっとばす」「不参加」 「超国家主義」「各大学」「新内閣」dan sebagainya. Pada jenis kelas kata pada kata asli, (setelah mengalami proses menjadi) kata turunan/kata berimbuhan yang disebabkan oleh prefiks atau elemen/unsur khas prefiks 9 pada contoh di atas hampir tidak mengalami perubahan. (lalu, misalkan pada sufiks), 「~さま」「生徒たち」「十枚」「保証人」「人間性」「映 画化」pada kata turunan yang disebabkan oleh sufiks pun, jenis kelas katanya (hampir) tidak berubah tapi makna katanya sedikit berubah. Namun, di dalam sufiks (apabila pada contoh berikut ini), 「あたたかみ」「聞き 手」「おもしがる」「ほこりっぽい」「科学的」「散歩がてら」 ternyata sifat jenis kelas katanya bisa berubah. Dari kedua contoh di atas (prefiks dan sufiks) dapat kita terka bahwa afiks mempunyai kemampuan menciptakan kata turunan baru yang beragam. Pada contoh-contoh yang sudah disebutkan, afiks yang memiliki makna terikat seperti, 、「非-」 「不-」「反-」「未-」lalu, 、「-性」「-的」「-化」banyak berhubungan dengan kosakata kanji, di sini menunjukkan bahwa elemen/unsur dari kosakata kanji berperan besar dalam menciptakan kata yang sudah ada. Masih mengenai prefiks dan sufiks, di dalam buku 日本語概説 nihongo gaisetsu menjelaskan secara terperinci tentang kata majemuk yang terdiri dari tiga huruf kanji. Buku yang disusun dari beberapa pakar salah satunya, Yoshiyuki et al. (1997) menjelaskan bahwa: ほとんどが2字の熟語の上か下に漢字が1字ついてできている。 ア 漢字が1字について意味を添える。 例、人類愛、専門家、報道陣、必需品 イ 「性、的、化」などの接尾語を下に付けて副詞的意味を添え る。 例、協調性、社交性、効果的、合理化、近代化 ウ 漢字が1字上について意味を添える。 例、大自然、再確認、美意識、急斜面 エ 「不、無、非、未」など否定の判断を下す漢字が上についた もの。 10 例、不合理、不作法、無意識、無責任、非公式、非人情、未 完成、未成年 オ 3字の漢字がそれぞれ対等に重ねられたもの。 例、大中小、上中下、松竹梅、天地人 Terjemahan (tanpa disertai contoh) : Sebagaian besar kata majemuk yang terdiri dari dua huruf bisa disisipkan satu huruf kanji yang diletakkan sebelum atau sesudah kata majemuk tersebut. A kanji (yang pengertiannya) juga menyertakan arti mengenai satu huruf kanji dibelakangnya I 「性、的、化」salah satu huruf kanji surfiks yang peletakkannya berada di belakang dan bermakna kata keterangan U kanji (yang pengertiannya) juga menyertakan arti mengenai satu huruf kanji didepannya. E 「 不 、 無 、 非 、 未 」 salah satu huruf kanji prefiks yang peletakkannya berada di depan dan bermakna penolakan O kanji yang terdiri dari tiga huruf yang masing-masing memiliki persamaan. Pendapat lain juga diungkapkan oleh Heizo, Nakajima & Shigeo, Tonoike (1998) menyatakan bahwa, “接辞は、右側につくか、左側につくかによってそれぞれ<接頭 辞>、<接尾辞>と呼ばれ、さらに間に挿入されるものを<接中辞>と呼んでいる” (hal.98). Artinya, “Afiks dapat diletakkan di awal kata atau di akhir kata. Jika diletakkan di awal kata maka disebut sebagai prefiks, dan jika diletakkan di akhir kata maka disebut dengan sufiks, adapula afiks yang diletakkan di tengah-tengah kata yang disebut sebagai sisipan.” 11 Masih menurut Nakajima et al. (1998:98) menambahkan, “日本語では、接頭辞 として「否(hi-) 」、「非(hi-) 」、「再(sai-) 」、「反(han-) 」、「お(o-) 」などが あり、また接尾辞として「性(-sei) 」、「屋(-ya) 」、「的(-teki) 」などがある” yang artinya, “Dalam bahasa Jepang, yang merupakan sebagai prefiks seperti 否(hi-),非(hi),再(sai-),反(han-), (dan huruf) お(o-) dan lain-lain. Begitu juga yang merupakan sebgai sufiks seperti 性(-sei), 屋(-ya), 的(-teki), dan lain-lain.” 2.2 Teori Jenis Makna Karena bahasa itu digunakan untuk berbagai kegiatan dan keperluan dalam kehidupan bermasyarakat, maka makna bahasa itu pun menjadi bermacam-macam bila dilihat dari segi atau pandangan yang berbeda. Dalam teori jenis makna kita mengenal Makna Leksikal, Gramatikal, dan Kontekstual. Kemudian Makna Referensial dan Nonreferensial. Lalu, Makna Konotatif dan Denotatif. (Chaer, 2007, hal.289-293) Karena dalam penelitian ini Penulis mempermasalahkan tentang makna kanji yang diakibatkan oleh proses afiksasi. Maka sebagai akibat dari proses afiksasi tersebut umumnya dalam setiap bahasa akan menghasilkan makna gramatikal. Oleh karenanya, Penulis akan menerangkan tentang makna gramatikal pada sub teori berikutnya dan sekaligus menerangkan makna leksikal. 2.2.1 Makna Leksikal Menurut Chaer (2007) menyatakan bahwa, 12 Makna leksikal adalah makna yang dimiliki atau ada pada leksem meski tanpa konteks apapun. Misalnya, leksem kuda memiliki makna leksikal ‘sejenis binatang berkaki empat yang biasa dikendarai’; pensil bermakna leksikal ‘sejenis alat tulis yang terbuat dari kayu dan arang’; dan air bermakna leksikal ‘sejenis barang cair yang biasa digunakan untuk keperluan sehari-hari’. Dengan contoh itu dapat juga dikatakan bahwa makna leksikal adalah makna yang sebenarnya, makna yang sesuai dengan hasil observasi indra kita, atau makna apa adanya. (hal. 289) Sehingga dapat dikatakan bahwa makna leksikal adalah makna yang sejak semula sudah ada. 2.2.2 Makna Gramatikal Sedangkan makna gramatikal masih menurut Chaer (2007) menjelaskan bahwa: Berbeda dengan makna leksikal, makna gramatikal baru ada kalau terjadi proses gramatikal, seperti afiksasi, reduplikasi, komposisi, atau kalimatisasi. Umpamanya, dalam proses afiksasi prefiks ber- dengan dasar baju melahirkan makna gramatikal ‘mengenakan atau memakai baju’; dengan dasar kuda melahirkan makna gramatikal ‘mengendarai kuda’; dengan dasar rekreasi melahirkan makna gramatikal ‘melakukan rekreasi’. (hal.290) Seperti yang telah diterangkan oleh Chaer bahwa makna gramatikal baru ada dalam rangka pembentukan kata atau pembuatan kalimat. Namun, di dalam kanji hanya terdapat proses afiksasi. Proses afiksasi dicontohkan menurut Chaer, yaitu prefiks ber-. Bermerupakan sebuah contoh dari morfem terikat. Maka dari itu, penulis merasa perlu menjelaskan tentang morfem bebas dan terikat dan karena hanya ada pada makna gramatikal sebuah morfem terbentuk, maka penjelasan tentang morfem akan dijadikan sebagai sub bab dari Makna Gramatikal. 13 2.2.2.1 Morfem Terikat dan Morfem Bebas Menurut pendapat ahli Jepang tentang morfem bebas atau jiyuukeitaiso dan morfem terikat atau kousokukeitaiso, seperti yang diungkapkan oleh Heizo, Nakajima & Shigeo, Tonoike (1998) ialah: 形態素を形の点から分けると、<自由形態素>と<拘束形態素>とにわ けられる。自由形態素は単独でも単語になることができるものであ る。たとえば、good (良い)、bad (悪い)、water (水、水をやる)、air (空気、空気にあてる)、green(緑、緑の)、red (赤、赤い)、well (良 い、良く)、go (行く)、hard (かたい、一生懸命に)などである。これら の例では1つの単語が1つの自由形態素から成り立っている。 これに対して拘束形態素は、それだけでは単語となることができず、 他の形態素と結びついてはじめて単語となることができるものであ る。これには意味的に中心な役割を果たす<語幹>と<接辞>がある。 (hal.97) Terjemahan: Morfem terbagi atas dua, (morfem bebas) dan (morfem terikat). (yang dimaksud dengan) morfem bebas adalah walaupun hanya kata tunggal, masih dapat menjadi sebuah kata. Contoh; good (良い)、bad (悪い)、water (水、水をやる)、air (空気、空気にあてる)、green(緑、緑の)、red (赤、赤い)、well (良い、良く)、go (行く)、hard (かたい、一生懸命に). Dari contoh tersebut, (dapat dilihat bahwa) satu kata pada contoh tersebut terdiri dari satu morfem bebas. Morfem terikat dalam hal ini adalah, ada kata tunggal yang tidak bisa menjadi sebuah kata. Sehingga dibutuhkan morfem lain (morfem bebas) agar dapat menjadi kata. Dalam hal ini (morfem) yang ada pada sufiks dan akar kata berperan dalam cabang ilmu semantik. Menurut Chaer (2007) menjelaskan bahwa, “Sebagai satuan fungsional, morfem ini merupakan satuan gramatikal terkecil yang mempunyai makna.” (hal.146) 14 Masih menurut Chaer (2007) mengemukakan bahwa, Yang dimaksud dengan morfem bebas adalah morfem yang tanpa kehadiran morfem lain dapat muncul dalam pertuturan. Dalam bahasa Indonesia, misalnya, bentuk pulang, makan, rumah dan bagus adalah termasuk morfem bebas. Kita dapat menggunakan morfem-morfem tersebut tanpa harus terlebih dahulu menggabungkannya dengan morfem lain. Sebaliknya, yang dimaksud dengan morfem terikat adalah morfem yang tanpa digabung dulu dengan morfem lain tidak dapat muncul dalam pertuturan. (hal.151) Hal senada juga diungkapkan Samsuri (1994) yang menyatakan bahwa, “morfemmorfem bebas ialah morfem-morfem yang dapat diucapkan tersendiri, seperti kursi, dinding, atas. Morfem-morfem terikat ialah morfem-morfem yang tak pernah di dalam bahasa yang wajar diucapkan tersendiri.” (hal.188) 2.3 Teori Pembentukan Kata Menurut Chaer (2007) menyatakan bahwa, “afiksasi adalah proses pembubuhan afiks pada sebuah dasar atau bentuk dasar. Dalam proses ini terlibat unsur-unsur (1) dasar atau bentuk dasar, (2) afiks, dan (3) makna gramatikal yang dihasilkan. Proses ini dapat bersifat inflektif dan dapat pula bersifat derivatif.” (hal.177) Namun, di dalam bahasa Jepang khususnya mengenai kanji hasil dari proses pembentukan afiks hanya menghasilkan kata derviatif (turunan). Hal ini berdasarkan pada pernyataan Takao, et al. (1990, hal.3) yaitu, afiks mempunyai kemampuan untuk menciptakan kata turunan baru yang beragam. 15 2.3.1 Kata Derivatif (Turunan) “Derivasi ialah konstruksi yang berbeda distribusinya daripada dasarnya, sedangkan infleksi adalah konstruksi yang menduduki distribusi yang sama dengan dasarnya.” (Samsuri, 1994, hal.198). Hal ini juga didukung oleh Chaer (2007) menyatakan bahwa, Pembentukan kata secara derivatif akan membentuk kata baru, kata yang identitas leksikalnya tidak sama dengan kata dasarnya. Umpamanya, dari kata Inggris sing ‘menyanyi’ terbentuk kata singer ‘penyanyi’; dari kata write ‘menulis’ terbentuk kata writer ‘penulis’; dan dari kata hunt ‘memburu’ terbentuk kata hunter ‘pemburu’. Jelas, antara kata sing dan singer berbeda identitas leksikalnya, sebab selain maknanya berbeda, kelasnya juga tidak sama; sing berkelas verba, sedangkan singer berkelas nomina. Begitu juga antara write dengan writer, dan antara hunt dengan hunter. (hal. 175) Senada dengan Takao, et al. (1990) yang sebelumnya mengatakan, “「複合」と 並ぶ、主要な語形成の方法に「派生」(derivation) がある。独立的な用法をもつ語 に、非独立的な要素(接辞)が添加されることによって、新たな語が派生するも の で あ ” (hal.31). Artinya, “Pada susunan kata gabungan, terdapat (proses) turunan/derivasi (kata) di dalam cara pembentukan kata dasarnya. Pada kata yang merupakan morfem bebas, jika ditambahkan dengan unsur dari morfem terikat (afiks), maka akan menghasilkan suatu kata baru dari (proses) turunan.” 16