Buletin Geologi Tata Lingkungan (Bulletin of Environmental Geology) Vol. 22 No. 1 April 2012 : 1 - 8 KAJIAN KUANTITAS DAN KUALITAS AIR TANAH DI CEKUNGAN AIR TANAH BANDUNG-SOREANG TAHUN 2007-2009 (STUDY ON WATER QUALITY AND QUANTITY OF GROUND WATER IN BASIN BANDUNG-SOREANG AT 2007-2009) Bethy C. Matahelumual Pusat Sumber Daya Air Tanah dan Geologi Lingkungan Jl. Dipenogoro No.57 Bandung Pos-el: [email protected] (Diterima 24 Januari 2012; Disetujui 20 April 2012) SARI Bertambahnya penduduk meningkatkan kebutuhan air bersih. Saat ini air bersih tidak hanya untuk air minum dan rumah tangga, tetapi juga untuk kegiatan industri tekstil dan bahkan air minum dalam kemasan yang diperdagangkan, sehingga air menjadi komoditas ekonomi.Pada tahun 2007 hingga 2009 dilakukan pengukuran kedalaman sumur dan permukaan air tanah, serta pengambilan percontoh air di CAT (Cekungan Air Tanah) Bandung-Soreang. Metode yang digunakan adalah pengukuran langsung di lapangan dan analisis kualitas air di laboratorium dengan mengacu pada Standard Methods for the Examination of Water and Wastewater dan Standar Nasional Indonesia. Kualitas percontoh air mengacu pada Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 907/ MENKES/SK/VII/2002 tentang Standar Kualitas Air Minum dan sistem Storage and Retrieval (STORET) tentang Klasifikasi Mutu Air Tanah.Kedalaman sumur pada sistem akuifer tak tertekan antara tahun 2007-2009 adalah 1,85-22,00 m dengan permukaan air tanah 0,50-12,90 m dibawah permukaan tanah; kedalaman sumur pada akuifer tertekan atas terukur 60-140 m dengan permukaan air tanah 5,13-90,0 m dibawah permukaan tanah; kedalaman sumur pada akuifer tertekan bawah terukur antara 148-256 m dengan permukaan air tanah 3,5793,68 m di bawah permukaan tanah.Hasil analisis kualitas air tanah di CAT Bandung-Soreang tahun 2007-2009 menunjukkan bahwa umumnya percontoh air, baik pada akuifer tak tertekan, akuifer tertekan atas, dan akuifer tertekan bawah, tidak memenuhi persyaratan kualitas air minum. Jika kualitas air tanah dihitung berdasarkan sistem STORET maka akuifer tak tertekan termasuk kelas sedang, sedangkan akuifer tertekan atas dan bawah masuk dalam kelas buruk. Kata kunci : kuantitas, kualitas, air tanah ABSTRACT The growth of population increases the need of clean water. Nowadays, clean water is not only for drinkings and household, but for textile industrial activities as well as for commercialized drinking water that become economic commodity.Measurement of groundwater surface and its depth in Bandung-Soreang Ground Water Basin was conducted in year 2007 till 2009. The Methodology used is direct measurement and laboratory analysis related with Standard Methods for the Examination of Water and Wastewater and Standar Nasional Indonesia. Water quality is based on The Minister Decree for Public Health of RI Number 907/MENKES/SK/VII/2002 about Standard of Drinking Water Quality and Storage Retrieval System (STORET) about Classification Quality of Ground Water.Well depth at unconfined aquifer system between year 2007-2009 measured is 1.85-22.00 m with ground water surface between 0.50-12.90 m below ground surface; well depth at upper confined aquifer measured is 60-140 m with ground water surface between 5.13-90.0 m below ground surface; well depth at deep confined aquifer measured is 48-256 m with ground water surface between 3.57-93.68 m below ground surface. Analysis result of ground water quality in Bandung-Soreang Ground Water Basin year 2007-2009 indicates that samples taken from unconfined aquifer, upper confined aquifer, and deep confined aquifer, do not fulfill drinking water quality. According to STORET system, quality of unconfined ground water is medium class, upper and deep confined aquifer are poor class. Keywords : quantity, quality, ground water 1 Kajian Kondisi Air Tanah Di Cekungan Air Tanah Bandung-Soreang Tahun 2007-2009 (Bethy C. Matahelumual) PENDAHULUAN METODE ANALISIS Cekungan air tanah terdiri atas daerah imbuhan air tanah dan daerah lepasan air tanah yang satu sama lainnya mempunyai kaitan erat dalam proses hidrogeologi yang berlangsung dalam cekungan air tanah tersebut. Secara umum batasan daerah imbuhan adalah air tanah pada akuifer tertekan yang dicirikan oleh permukaan air tanah tidak tertekan (muka preatik) yang lebih tinggi dari permukaan air tanah tertekan (muka piezometrik) pada kondisi alamiah. Kaidah ini didasarkan atas sistem aliran air tanah. Metode yang digunakan untuk mengetahui kedalaman sumur dan permukaan air tanah di CAT Bandung-Soreang ini adalah analisis data primer percontoh air pada Sistem Akuifer Tidak Tertekan (kedalaman sumur < 40 m), sistem akuifer Tertekan Atas (kedalaman sumur antara 40 dan 140 m) dan sistem akuifer Tertekan Bawah (kedalaman sumur > 140 m). Hampir semua air tanah berasal dari hujan atau salju yang mencair yang meresap kedalam tanah menuju sistem aliran yang dilapisi batuan geologi. Zona tanah mempunyai kemampuan kuat dan unik untuk mengubah sifat kimia air, sebagai resapan yang terjadi melalui zona biologi aktif yang tipis. Pada daerah tangkapan (recharge) zona tanah mengalami kehilangan bahan-bahan mineral yang larut dalam aliran air. Ketika air tanah bergerak dalam jalur aliran dari daerah tangkapan menuju daerah lepasan (discharge), kondisi kimianya diubah oleh berbagai proses geokimia (Freeze and Cherry, 1979). Air merupakan salah satu kekayaan alam yang sangat dibutuhkan oleh manusia dalam kehidupannya sehari-hari. Peningkatan pemanfaatan air dapat menimbulkan terjadinya penurunan permukaan air tanah dan kualitasnya air tanah tersebut. Oleh karena itu, pengambilan dan pemanfaatan air perlu ditangani secara baik. Pengambilan percontoh air yang berasal dari wilayah CAT Bandung-Soreang tahun 2007-2009 dikelompokkan berdasarkan akuifernya, yaitu percontoh air sumur gali dan pantek (akuifer tidak tertekan), percontoh air sumur bor pantau dan produksi (akuifer tertekan atas), dan percontoh air sumur bor pantau dan produksi (akuifer tertekan bawah). Pengambilan percontoh air dilakukan oleh Tim Penelitian Hidrogeologi Daerah Imbuhan Air Tanah dengan Metode Isotop dan Hidrokimia (Tahun 2007-2009). Pengukuran kedalaman sumur dan permukaan air tanah menggunakan alat Water Level. Analisis percontoh air mengacu pada Standard Methods for the Examination of Water and Wastewater (APHA, 1995) dan Standard Nasional Indonesia (Badan Pengendalian Dampak Lingkungan, 1994). Kualitas percontoh air mengacu pada Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 907/ MENKES/SK/VII/2002 tentang Standar Kualitas Air Minum dan sistem Storage and Retrieval (STORET) (Canter, 1977) tentang Klasifikasi Mutu Air Tanah. HASIL ANALISIS DAN DISKUSI Kondisi kedalaman sumur di CAT Bandung-Soreang dapat dilihat pada Gambar 1 yaitu Peta Sebaran Kedalaman Sumur yang dibuat berdasarkan data primer (pengukuran langsung di lapangan) akuifer tak tertekan atau sumur gali (38 percontoh), tertekan atas atau sumur bor dengan kedalaman 40-140 m (33 percontoh), dan tertekan bawah atau sumur bor dengan kedalaman > 140m (28 percontoh). MAKSUD DAN TUJUAN Hasil pengamatan lapangan menunjukkan bahwa kedalaman sumur yang diukur dengan Water Level pada akuifer tak tertekan terukur adalah antara 1,85-22,0 m, akuifer tertekan atas terukur antara 60140 m, akuifer tertekan 148,0-256,0 m. Ini berarti banyak warga yang memanfaatkan air tanah melalui pembuatan sumur bor untuk memenuhi kebutuhan air bersih. Di wilayah sekitar Cipamokolan dan Kabupaten Bandung bagian selatan masih ditemukan warga yang memanfaatkan sumur gali, sedangkan industri-industri memanfaatkan air sumur bor dengan kedalaman > 140 m. Kajian percontoh air tanah di CAT BandungSoreang dimaksudkan untuk mengetahui kondisi air tanah tahun 2007-2009, dengan tujuan untuk dipakai sebagai acuan bagi pemerintah daerah setempat dan instansi terkait lainnya dalam menentukan langkah penyelamatan air tanah. Kondisi permukaan air tanah di CAT BandungSoreang dapat dilihat pada Gambar 2, yaitu Peta Sebaran Permukaan air Tanah yang dibuat berdasarkan data primer (pengukuran langsung di lapangan) akuifer tak tertekan, tertekan atas dan bawah. 2 Buletin Geologi Tata Lingkungan (Bulletin of Environmental Geology) Vol. 22 No. 1 April 2012 : 1 - 8 Gambar 1. Peta Sebaran Kedalaman Sumur CAT Bandung-Soreang Tahun 2007-2009. Gambar 2. Peta Sebaran Muka Air Tanah CAT Bandung-Soreang Tahun 2007-2009. 3 Kajian Kondisi Air Tanah Di Cekungan Air Tanah Bandung-Soreang Tahun 2007-2009 (Bethy C. Matahelumual) Kedalaman permukaan air tanah di kota Bandung yang diukur dengan Water Level umumnya 10-20 m dan > 20 m. Hal ini menunjukkan bahwa banyaknya warga yang memanfaatkan sumur bor menyebabkan permukaan air tanah turun. Kedalaman permukaan air tanah pada sumur gali yang digunakan warga adalah <10 m. Cara Penilaian: ∞ Nilai negatif (-) diberikan bila hasil analisis melampaui atau tidak memenuhi syarat baku mutu. ∞ Nilai nol (0) diberikan bila hasil analisis memenuhi syarat baku mutu. ∞ Nilai param Biologi = 3x nilai param Fisika. ∞ Nilai param Kimia = 2x nilai param Fisika. ∞ Bila angka rata-rata param hasil analisis melampaui baku mutu, diberi nilai = 3x nilai yang diberikan pada param maksimum atau minimum yang melampaui baku mutu. ∞ Jumlah percontoh dari suatu stasiun yang ≥10, diberi nilai = 2x dari jumlah contoh < 10. ∞ Jumlah nilai negatif (-) dari seluruh param dihitung dan ditentukan status mutunya dengan melihat skor yang didapat. Analisis fisika kimia air tanah dilakukan terhadap 84 percontoh yang terdiri atas 38 percontoh air pada akuifer tak tertekan (Tabel 4), 22 percontoh air akuifer tertekan atas (Tabel 5), dan 24 petcontoh air pada akuifer tertekan bawah (Tabel 6). Kualitas air tanah di CAT Bandung-Soreang dinilai berdasarkan sistem Storage and Retrieval (STORET) tentang Klasifikasi Mutu Air Tanah yang dikeluarkan oleh EPA (Environmental Protection Agency, Canter, 1977) yang mengklasifikasikan mutu air ke dalam 4 kelas, yaitu : Kelas A B C D : Baik Sekali, : Baik : Sedang : Buruk Skor = 0 Skor = -1 sd -10 Skor = -11 sd -30 Skor ≥ -31 Tabel 1. Penetapan Sitem Nilai Untuk Menentukan Status Mutu Perairan Jumlah Perontoh < 10 ≥ 10 Nilai Fisika Kimia Biologi Maksimum -1 -2 -3 Minimum -1 -2 -3 Rata-rata -3 -6 -9 Maksimum -2 -4 -6 Minimum -2 -4 -6 Rata-rata -6 -12 -18 Sistem STORET dapat digunakan untuk menentukan baku mutu air berdasarkan wilayah atau satu titik (sumur) yang pengambilan percontoh airnya dilaksanakan berulang dalam kurun waktu tertentu. Penilaian sistem STORET untuk kualitas air CAT Bandung-Soreang dibagi berdasarkan akuifernya yaitu akuifer tak tertekan (Tabel 2), tertekan atas (Tabel 3), dan tertekan bawah (Tabel 4). Kualitas air berdasarkan sistem STORET dapat dilihat pada Gambar 3. Kualitas air berdasarkan sistem STORET menunjukan bahwa akuifer tak tertekan dan akuifer tertekan bawah termasuk dalam kategori kelas D atau buruk. Akuifer tak tertekan berkadar besi tinggi rata-rata 0,43 mg/l. Akuifer tertekan bawah berkadar besi tinggi rata-rata 0,53 mg/l dan mangan rata-rata 4 Param 0,16 mg/l. Akuifer tertekan atas termasuk kategori kelas C atau sedang dimana kadar rata-rata besi dan mangan masih memenuhi persyaratan air minum. Kualitas air buruk pada akuifer tak tertekan atau sumur gali dapat disebabkan oleh kondisi lingkungan setempat yang tidak higienis, dimana sumur gali tersebut misalnya dibuat dengan sederhana, tidak ditembok, berdekatan dengan jamban, tempat pembuangan sampah, dan permukaan sumur tidak ditutup, sehingga bahan pencemar mudah menyerap kedalam tanah dan mencemari air sumur tersebut. Kualitas air buruk pada akuifer tertekan bawah atau sumur bor dengan kedalaman diatas 140 m, yang umumnya dimiliki oleh industri-industri, dapat disebabkan oleh pengambilan air dari semua lapisan akuifer untuk mendapatkan debit yang besar. Buletin Geologi Tata Lingkungan (Bulletin of Environmental Geology) Vol. 22 No. 1 April 2012 : 1 - 8 Tabel 2. Status Mutu Air pada Akuifer Tak Tertekan CAT Bandung-Soreang Tahun 2007-2009 Menurut Sistem Nilai STORET (Canter, 1977) Peruntukan Air Minum (No. 907/MENKES/SK/VII/2002) UNSUR SATUAN BAKU MUTU Hasil Pengukuran Skor Maksimum Minimum Rata-rata FISIKA, Kekeruhan NTU 5 35,4 0 5,1 -8 Warna TCU 15 175 0 11,8 -8 - Tidak berbau - Tidak berasa mS/cm - 1085 108 458 mg/l 1000 705 68 297 0 unit pH 6,5-8,5 7,84 4,89 7,01 -4 mg/l CaCO3 500 357,5 42,5 167,3 0 mg/l - 138,6 11,3 46,2 Mg2+ (magnesium) " - 28,7 2 12,4 Fe3+ (besi) jumlah " 0,3 5,88 0 0,43 -16 Mn2+ (mangan) " 0,1 0,36 0 0,02 -4 K + (kalium) " - 22,4 0 6,9 Na+ (natrium) " 200 84 8 29,5 Li+ (litium) " - 0,6 0 0,1 NH4+ (amonium) " 1,5 6,8 0 1,2 CO32-(karbonat) " - 0 0 0 HCO3-(bikarbonat) " - 336,7 39,5 168,6 CO2 (karbon dioksida) " - 217,5 8,9 46,8 Cl- (klorida) " 250 150,1 7,3 44,8 0 SO42-(sulfat) " 250 104,9 0 31,2 0 NO2- (nitrit) " 3 1,57 0 0,18 0 NO3- (nitrat) " 50 68,6 0 7,7 -4 SiO2 (silikat) " - 92 13,1 29,3 Bau Rasa Daya Hantar Listrik TDS (Zat Padat Terlarut) KIMIA, pH Kesadahan Ca2+ (kalsium) Jumlah skor 0 -4 -48 Kualitas air sumur pada akuifer tak tertekan (SG) termasuk kelas D atau buruk dengan skor -48 atau ≥ -31. 5 Kajian Kondisi Air Tanah Di Cekungan Air Tanah Bandung-Soreang Tahun 2007-2009 (Bethy C. Matahelumual) Tabel 3. Status Mutu Air pada Akuifer Tertekan Atas CAT Bandung-Soreang Tahun 2007-2009 Menurut Sitem Nilai STORET (Canter, 1977) Peruntukan Air Minum (No. 907/MENKES/SK/VII/2002) Hasil Pengukuran Skor SATUAN BAKU MUTU Maksimum Minimum Rata-rata Kekeruhan NTU 5 10 0 1,4 -4 Warna TCU 15 40 0 4,1 -4 Bau - Tidak berbau Rasa - Tidak berasa mS/cm - 871 201 379 mg/l 1000 444 136 247 0 unit pH 6,5-8,5 8,39 6,63 7,5 0 mg/l CaCO3 500 241,1 39,3 129,6 0 mg/l - 45,2 7,6 27,6 Mg2+ (magnesium) " - 28,7 4,9 14,5 Fe3+ (besi) jumlah " 0,3 1,2 0 0,17 -4 Mn2+ (mangan) " 0,1 0,18 0 0,01 -4 K + (kalium) " - 17,5 0 4,9 Na+ (natrium) " 200 128 14 39,7 Li+ (litium) " - 0,1 0 0 NH4+ (amonium) " 1,5 3,7 0 0,5 CO32-(karbonat) " - 15,8 0 2,1 HCO3-(bikarbonat) " - 310,5 86,9 190,7 CO2 (karbon dioksida) " - 136 0 36,2 Cl- (khlorida) " 250 187,9 6 33 0 SO42-(sulfat) " 250 60,6 0 13,7 0 NO2- (nitrit) " 3 0,5 0 0,1 0 NO3- (nitrat) " 50 21,8 0 3,2 0 SiO2 (Silikat) " - 61 23,9 49,3 UNSUR FISIKA, Daya Hantar Listrik TDS (Zat Padat Terlarut) KIMIA, pH Kesadahan Ca2+ (Kalsium) Jumlah skor Kualitas air pada akuifer tertekan atas (SB) masuk dalam kelas C atau sedang dengan skor -20 atau < -30. 6 0 -4 -20 Buletin Geologi Tata Lingkungan (Bulletin of Environmental Geology) Vol. 22 No. 1 April 2012 : 1 - 8 Tabel 4. Status Mutu Air pada Akuifer Tertekan Bawah CAT Bandung-Soreang Tahun 2007-2009 Menurut Sitem Nilai STORET (Canter, 1977) Peruntukan Air Minum (No. 907/MENKES/SK/VII/2002) UNSUR SATUAN Hasil Pengukuran Skor BAKU MUTU Maksimum Minimum Rata-rata FISIKA, Kekeruhan NTU 5 29 0 3,5 -4 Warna TCU 15 39 0 3,2 -4 Bau - Tidak berbau Rasa - Tidak berasa mS/cm - 1178 185 463 mg/l 1000 764 120 301 0 unit pH 6,5-8,5 8,67 7,07 7,7 -4 mg/l CaCO3 500 267,9 59,9 146,8 0 mg/l - 45,9 8,2 31,6 Daya Hantar Listrik TDS (Zat Padat Terlarut) KIMIA, pH Kesadahan Ca2+ (Kalsium) Mg2+ (magnesium) " - 24,1 3,1 16,2 Fe3+ (besi) jumlah " 0,3 6,14 0 0,53 -16 Mn2+ (mangan) " 0,1 3,63 0 0,16 -16 K + (kalium) " - 31 1 6 Na+ (natrium) " 200 152 10 51,3 Li+ (litium) " - 0,4 0 0,1 NH4+ (amonium) " 1,5 2,1 0 0,7 CO32-(karbonat) " - 13,2 0 1,8 HCO3-(bikarbonat) " - 353,2 79,6 237,5 CO2 (karbon dioksida) " - 117,8 0 29,3 Cl- (khlorida) " 250 196,3 7,7 41,5 0 SO42-(sulfat) " 250 32 0 8,6 0 NO2- (nitrit) " 3 2,1 0 0,1 0 NO3- (nitrat) " 50 24,6 0 1,7 0 SiO2 (Silikat) " - 102 4 41,4 Jumlah skor 0 -4 -48 Kualitas air sumur pada akuifer tertekan bawah (SB) termasuk kelas D atau buruk dengan skor -48 atau ≥ -31. Kualitas air sedang pada akuifer tertekan atas menunjukkan pembuatan sumur tersebut sudah memenuhi persyaratan konstruksi sumur bor, hanya beberapa contoh saja yang mungkin mengalami kebocoran, sehingga terlihat keruh, berwarna, berkadar besi, mangan, atau ammonium tinggi. SIMPULAN DAN SARAN Kedalaman sumur pada sistem akuifer tak tertekan antara tahun 2007-2009 terukur adalah 1,85-22,00 m dengan permukaan air tanah antara 0,50-12,90 m di bawah permukaan tanah; kedalaman sumur pada akuifer tertekan atas terukur antara 60-140 m dengan permukaan air tanah antara 5,13-90,0 m dibawah permukaan tanah; kedalaman sumur pada akuifer tertekan bawah terukur antara 148-256 m dengan permukaan air tanah 3,57-93,68 m di bawah permukaan tanah. Hasil analisis kualitas air tanah di CAT BandungSoreang tahun 2007-2009 menunjukkan bahwa 12 dari 41 percontoh air pada akuifer tak tertekan, 14 dari 22 percontoh air pada akuifer tertekan atas, dan 14 dari 24 percontoh air pada akuifer tertekan bawah, memenuhi persyaratan kualitas air minum. Jika kualitas air tanah dihitung berdasarkan sistem STORET maka akuifer tak tertekan termasuk kelas sedang, sedangkan akuifer tertekan atas dan bawah masuk dalam kelas buruk. 7 Kajian Kondisi Air Tanah Di Cekungan Air Tanah Bandung-Soreang Tahun 2007-2009 (Bethy C. Matahelumual) Gambar 3. Peta Kualitas Air Tanah CAT Bandung-Soreang Tahun 2007-2009 Pemanfaatan air tanah harus dipertimbangkan dengan baik, untuk menjaga kuantitas dan kualitasnya. Untuk memperbaiki kondisi dan lingkungan air tanah yang telah mengalami kerusakan, perlu dilakukan upaya pemulihan yang dapat dilakukan dengan cara antara lain mengurangi atau menghentikan pengambilan air tanah, mengusahakan pasokan air bersih yang berasal dari sumber air lain, dan membuat imbuhan air tanah buatan. ACUAN Anonymous. 1995. 19th Edition. Standard Methods for the Examination of Water and Wastewater. APHA-AWWA-WPCF. Canter 1977, dalam makalah Kursus Laboratorium Lingkungan, 1998, kerjasama antara Pusat Penelitian Sumber daya Alam dan Lingkungan, Lembaga Penelitian Universitas Padjadjaran Bandung (PPSDAL, LP UNPAD) dengan Badan Pengendalian Dampak Lingkungan (BAPEDAL). Freeze, R. A., and Cherry, J. A., 1979. Groundwater. Prentice-Hall,Inc. Englewood Clifts, New Jersey. 8 Standar Nasional Indonesia. Pengujian Kualitas Air Sumber dan Limbah Cair. Direktorat Pengembangan Laboratorium Rujukan dan Pengolahan Data. Badan Pengendalian Dampak Lingkungan. 1994. Surat Keputusan Menteri Kesehatan No.907/ MENKES/SK/VII/2002 tentang Standar Kualitas Air Minum.