KAJIAN YURIDIS TANGGUNG JAWAB PERDATA RUMAH SAKIT AKIBAT KELALAIAN DALAM PELAYANAN KESEHATAN Dani Amalia Arifin Magister Hukum Fakultas Hukum Universitas Jenderal Soedirman Abstract The hospital as one of the health facilities, in Act No. 44 of 2009 About a hospital divided by type of service and its management. The hospital implement all the activities of the health service, which involves a wide range of professions health workers at the hospital, using hardware and software related to technology, applying the management the management of the hospital in order to serve the patients as the Hospital service users. As one of the health facilities. The method used is the juridical approach to normative or legal research only examined the references so that it referred to legal research library. As for another approach used is the Analytical approach (Analytical Approach). The results showed civil liability action over Hospital negligence of health workers at the hospital that caused harm to patients in accordance with the provisions of Section 1367 KUHPerdata paragraph (3) and article 46 of the Act Number 44 in 2009 about the hospital. The responsibility of the civil law the hospital due to the negligence of health workers at the hospital in the form of liability based on tort law and liability based on tort. Key Word: careless, healty service, liability Abstrak Rumah Sakit sebagai salah satu sarana kesehatan, dalam UU No. 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit dibagi berdasarkan jenis pelayanan dan pengelolaannya. Rumah Sakit melaksanakan semua proses kegiatan pelayanan kesehatan, yang melibatkan berbagai profesi tenaga kesehatan di Rumah Sakit, menggunakan perangkat keras maupun perangkat lunak berkaitan dengan teknologi, menerapkan manajemen pengelolaan Rumah Sakit dalam rangka melayani pasien selaku pengguna jasa Rumah Sakit.1Sebagai salah satu sarana kesehatan. Metode pendekatan yang digunakan adalah yuridis normatif atau penelitian hukum yang hanya meneliti bahan pustaka sehingga disebut juga penelitian hukum kepustakaan. Adapun pendekatan lain yang digunakan adalah pendekatan Analitis. Hasil penelitian menunjukkan tanggung Jawab Perdata Rumah Sakit atas tindakan kelalaian tenaga kesehatan di Rumah Sakit yang menyebabkan kerugian pada pasien sesuai dengan ketentuan dari Pasal 1367 ayat (3) KUHPerdata dan Pasal 46 Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit. Tanggung jawab hukum perdata Rumah Sakit akibat kelalaian tenaga kesehatan berupa pertanggungjawaban berdasarkan perbuatan melawan hukum dan pertanggung jawaban berdasarkan wanprestasi. Kata Kunci: kelalaian, pelayanan kesehatan, tanggung jawab PENDAHULUAN hatan yang menyelenggarakan pelayanan Rumah Sakit sebagai organisasi badan kesehatan perorangan secara paripurna yang usaha di bidang kesehatan mempunyai peranan menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, penting dalam mewujudkan derajat kesehatan dan 2 gawat darurat. Pelayanan kesehatan masyarakat secara optimal. Rumah Sakit dalam paripurna adalah pelayanan kesehatan yang Undang-Undang No. 44 Tahun 2009 Tentang meliputi Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kese- rehabilitatif. 1 2 promotif, preventif, Anggaran dasar kuratif dan Perhimpunan Endang Wahyati Yustina, 2012, Mengenal Hukum Rumah Sakit, Bandung, CV Keni Media, hal 75. Setya Wahyudi, 2011, Tanggung Jawab Rumah Sakit Terhadap Kerugian Akibat Kelalaian Tenaga Kesehatan Dan Implikasinya, Jurnal Dinamika Hukum Fakultas Hukum Universitas Jenderal Soedirman Volume 11 No.3,hal.486. 78 Jurnal Idea Hukum Vol. 2 No. 1 Edisi Maret 2016 Magister Hukum Fakultas Hukum Universitas Jenderal Soedirman Rumah Sakit Seluruh Indonesia (Persi) BAB I Rumah Sakit merupakan tempat Pasal 1 menyebutkan,“bahwa Rumah Sakit bekerjanya adalah suatu sarana dalam mata rantai system melaksanakan kegiatannya berdasarkan lafal kesehatan nasional yang mengemban tugas sumpah dan kode etik profesinya.Oleh karena itu pelayanan kesehatan untuk seluruh masya- Rumah Sakit dituntut agar mampu mengelola rakat”.3 kegiatannya, Kamus Besar Bahasa Indonesia para tenaga dengan profesional mengutamakan yang pada mendefinisikan bahwa Rumah Sakit adalah, tanggung jawab para profesional di bidang “gedung tempat merawat orang sakit atau kesehatan, khususnya tenaga medis dan tenaga gedung tempat menyediakan dan memberikan keperawatan dalam menjalankan tugas dan pelayanan kesehatan yang meliputi berbagai kewenangannya.6 Setiap tenaga kesehatan yang masalah kesehatan”.4 Dengan demikian, Rumah bekerja di Rumah Sakit harus bekerja sesuai Sakit adalah tempat untuk menyelenggarakan dengan standar profesi, standar pelayanan salah satu upaya kesehatan, yaitu upaya Rumah Sakit, dan standar prosedur operasional 5 pelayanan kesehatan (health services). Berdasarkan jenis yang berlaku, juga menjunjung tinggi etika pelayanan yang diberikan Rumah Sakit dibagi menjadi Rumah Sakit Umum Rumah hak pasien serta mengutamakan kepentingan pasien. Tidak selamanya layanan medis yang pengelolaannya, diberikan oleh tenaga kesehatan di Rumah Sakit, Rumah Sakit dibagi menjadi Rumah Sakit publik dapat memberikan hasil sebagaimana yang dan Rumah Sakit privat. Berdasarkan data dari diharapkan semua pihak.7 Ada kalanya dalam Kementerian Kesehatan Republik Indonesia layanan Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan kesehatan diketahui bahwa jumlah Rumah Sakit di seluruh seperti cacat, lumpuh atau bahkan meninggal Indonesia sebanyak 2401 Rumah Sakit. Berikut dunia.8 Seperti halnya yang dialami oleh Shanti ini adalah data jumlah Rumah Sakit di Indonesia: Marina warga Perumahan Bumi Karang Indah, Dari data di atas, dapat diketahui bahwa Lebak Bulus Kecamatan Cilandak, Jakarta berdasarkan Sakit menghormati Khusus. Sedangkan dan profesi, tersebut yang kelalaian menimbulkan malapetaka; Selatan maupun swasta sudah cukup banyak. Bukan suaranya tidak mungkin di masa yang akan datang jumlah menjalani operasi amandel yang dilakukan oleh Rumah bertambah dr. Wardhani Sp.THT di Rumah Sakit Puri mengingat kebutuhan rakyat Indonesia akan Cinere. Padahal sebelum operasi suara pasien sarana dalam keadaaan baik/normal. Dalam gugatannya ini pelayanan akan terus kesehatan yang terus menderita tenaga jumlah Rumah Sakit baik milik pemerintah Sakit yang terjadi menjadi kecacatan, sengau/bindeng yaitu setelah meningkat. meminta pertanggungjawaban atas perbuatan 3 6 4 5 Endang Kusuma Astuti, 2009, Transaksi Terapeutik Dalam Upaya Pelayanan Medis Di Rumah Sakit, Bandung, PT Citra Aditya Bakti, hal. 51. Dikutip dari Panitia Etika Rumah Sakit, 1991, “Etika Rumah Sakit di Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo”, Jakarta, hal 1. Amir Ilyas, 2014, Pertanggungjawaban Pidana Dokter Dalam Malpraktik Medik Di Rumah Sakit,Yogyakarta, Rangkang Education dan Republik Institute, hal9. Endang Kusuma Astuti, Loc, Cit., hal 2. 7 8 Setya Wahyudi, Loc.Cit.,hal 348. Ibid., hal 486. Ibid.,Seperti kasus yang dialami oleh Shanti Marina setelah menjalankan operasi amandel di Rumah Sakit Puri Cinere, ternyata suaranya menjadi bindeng. Lihat Bambang Heryanto, 2010, “Malpraktik Dokter dalam Perspektif Hukum”, Jurnal Dinamika Hukum, Vol.10 No.2 Mei 2010, hal 186. Kajian Yuridis Tanggung Jawab Perdata… 79 melawan hukum yang dilakukan dr. Wardhani Data yang masuk ke Lembaga Bantuan Sp.THT dan RS Puri Cinere, hakim PN Cibinomg Hukum (LBH) Kesehatan sebanyak 405 kasus mengabulkan tuntutan sebagian tuntutan ganti dalam beberapa tahun terakhir. Sebanyak 73 rugi dengan perincian 70 % kewajiban Tergugat kasus 1 yaitu dokter dan 30 % kewajiban Tergugat 2 kepolisian.11 yaitu pihak RS Puri Cinere. Putusan hakim memberikan tersebut ditolak oleh pihak tergugat dengan cara gugatan yang diajukan baik kepada Rumah Sakit mengajukan kasasi. Jarak permohonan kasasi maupun dengan penyampaian memori kasasi yang tindakannya melewati tenggat waktu 14 hari sebagaimana kesehatan telah merugikan pasien semakin hari diwajibkan dalam Undang-Undang Nomor 5 semakin meningkat. Hal tersebut menunjukkan Tahun 2004, menyebabkan hak mengajukan bahwa kesadaran hukum masyarakat semakin kasasi gugur tandas majelis hakim. meningkat, yang terutama dirasakan sejak Beberapa tahun belakang ini, baik media diantaranya masuk ke dalam laporan Data di gambaran tenaga setidaknya bahwa kasus-kasus kesehatan dalam diberlakukannya atas yang memberikan Undang-Undang karena pelayanan Nomor 8 cetak maupun elektronik sudah semakin sering Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen. memberitakan mengenai pasien yang mengugat Kesadaran hukum yang semakin tinggi di dan menuntut Rumah Sakit atas pelayanan masyarakat ini akan berdampak pula dengan kesehatan yang diterimanya.Gugatan hukum semakin meningkatnya tuntutan hukum kepada pada umumnya diajukan atas tuduhan telah Rumah Sakit maupun tenaga kesehatan dalam terjadi malpraktek, kelalaian atau tindakan yang pelayanan kesehatan dari tahun ke tahun. berlebihan dalam pelayanan terhadap Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 pasien.Sejak tahun 1998 hingga Juli 2003, tentang Yayasan Pemberdayaan Konsumen Indonesia menyebutkan menemukan kasus dugaan malpraktek sebanyak menuntut ganti rugi terhadap seseorang, tenaga 254 kasus. Berdasarkan data Lembaga Bantuan kesehatan, dan/atau penyelenggara kesehatan Hukum (LBH) Jakarta saja, sedikitnya sepuluh yang menimbulkan kerugian akibat kesalahan orang mengadu ke LBH karena tindakan dokter atau kelalaian dalam pelayanan kesehatan yang atau petugas kesehatan yang merugikan. 9 diterimanya”. Berdasarkan ketentuan tersebut, Jumlah tersebut semakin bertambah setiap terlihat bahwa penuntutan ganti kerugian ini, baik tahunnya.Menurut Sabir Alwy, Wakil Ketua sebagai Majelis Kedokteran (kesengajaan) ataupun karena kelalaian dalam Indonesia (MKDKI), jumlah dokter yang diadukan pelayanan kesehatan, dan penuntutan ditujukan pasien akibat kepentingannya dirugikan karena kepada seseorang, tenaga kesehatan maupun Kehormatan Disiplin Kesehatan Pasal bahwa,“setiap diakibatkan 58 ayat orang karena (1) berhak kesalahan tindakan dokter dari tahun ke tahun mengalami kenaikan, seperti melihat pada table berikut:10 9 10 Moh.Hatta, 2013, Hukum Kesehatan & Sengketa Medik, Yogyakarta, Liberty, hal 244. Sabir Alwy, 2011, Pasien yang Mengadukan Dokter ke MKDKI Jumlahnya Makin Banyak,,tersedia pada website www.detikhealth.com, diakses tanggal 23 Maret 2015. 11 Tri Astuti Sugiyatmi, 2014. Kasus Yang Terjadi Antara Pasien Dan Rumah Sakit, Kasus Medis vs Mutu Layanan Kesehatan, tersedia dalam website www.lasmawatibutarbutar.blogspot.com, diakses tanggal 23 Maret 2015. 80 Jurnal Idea Hukum Vol. 2 No. 1 Edisi Maret 2016 Magister Hukum Fakultas Hukum Universitas Jenderal Soedirman pihak penyelenggara (Rumah Sakit).12 melawan hukum yang dilakukan oleh dr. Sementara itu berdasarkan UU No. 44 Tahun Wardhani Sp. THT dan Rumah Sakit Puri Cinere, 2009, penuntutan kerugian hanya ditujukan adalah salah satu contoh dari sedikitnya kasus kepada pihak Rumah Sakit, yang diakibatkan gugatan pasien terhadap dokter dan Rumah secara Sakit yang dimenangkan oleh pasien.Yang pada khusus karena kelalaian tenaga kesehatan di Rumah Sakit.13Pasal 46 Undang- akhirnya Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah membayar ganti rugi secara tanggung renteng Sakitmenyebutkan bahwa,“Rumah Sakit ber- atas kerugian yang dialami oleh pasien. dokter dan Rumah Sakit harus tanggung jawab secara hukum terhadap semua Sengketa medik adalah sengketa yang kerugian yang ditimbulkan atas kelalaian yang terjadi antara pasien atau keluarga pasien dilakukan oleh tenaga kesehatan di Rumah dengan tenaga kesehatan atau antara pasien Sakit”. dengan Pada tahap mana kesalahan itu terjadi, Rumah 15 kesehatan. Bila Sakit terjadi atau fasilitas sengketa medis, apakah pada mempersiapkan atau mendistri- biasanya pasien akan mengadukannya kepada busikan obat. Demikian juga pasien akan sulit instansi kepolisian dan juga media massa. menentukan apakah posisi seorang dokter atau Biasanya kemudian, suatu kasus yang belum dokter gigi atau tenaga kesehatan yang bekerja terbukti seringkali menjadi sebuah pemberitaan di rumah sakit, apakah bertindak sebagai atasan yang besar. Akibatnya sudah dapat diduga pers atau sebagai pembantu, apakah ia bawahan atau menghukum bukan. Demikian juga apakah tindakan yang pengadilan dan menjadikan tenaga kesehatan dilakukan termasuk dalam kompetensi pelaku sebagai ataukah dilaksanakan dibawah pengawasan. 14 merusak reputasi nama dan juga karir tenaga Kenyataannya kesehatan ini.Sementara itu pengaduan ke seorang menggugat bulan-bulanan, yang mendahului tidak jarang kepolisian baik di tingkat Polsek, Polres maupun Rumah Sakit. Dalam hubungan antara Rumah Polda diterima dan diproses seperti layaknya Sakit dengan pasien, acapkali pasien berada sebuah pada posisi yang lemah, karena pasien sering perdata ke ranah pidana, penggunaan Pasal mengabaikan hak-haknya karena sakit, tidak yang dapat berpikir, lemah, dan was-was akan pembuktian fakta hukum serta keterbatasan penyakitnya. Ditambah lagi karakter pasien di pemahaman terhadap seluk beluk medis oleh Indonesia yang cenderung menerima dan pasrah para penegak hukum di hampir setiap tingkatan pada semua upaya pelayanan kesehatan di menjadikan sengketa medik terancam terjadinya Rumah Sakit. Shanti Marina dalam gugatannya disparitas pidana.Upaya penyelesaian sengketa meminta pertanggungjawaban akibat perbuatan melalui 12 15 14 untuk kesehatan sebuah 13 pasien memang tidak mudah bagi tenaga Setya Wahyudi, Op.Cit.,hal 487. Ibid,. Syahrul Machmud, 2008, Penegakan Hukum Dan Perlindungan Hukum Bagi Dokter Yang Diduga Melakukan Medikal Malpraktek, Bandung, Mandar Maju, hal 107. perkara tidak pidana.Menggeser konsisten, peradilan kesulitan umum yang kasus dalam selama ini M. Nasser, Sengketa Medis Dalam Pelayanan Kesehatan, tersedia pada website www.kebijakankesehatanindonesia.net, diakses tanggal 30 November 2014,hal 3. Kajian Yuridis Tanggung Jawab Perdata… 81 ditempuh tidak dapat memuaskan pihak pasien, pelayanan kesehatan maka seringkali tidak karena putusan hakim dianggap tidak memenuhi sebanding dengan kerugian yang dialami oleh rasa keadilan pasien atau Jaksa Penuntut Umum pasien, baik berupa kecacatan pada anggota maupun Hakim untuk membuktikan adanya tubuhnya yang harus diderita seumur hidup kesalahan dokter. Kesulitan pembuktian dikare- bahkan adapula yang harus kehilangan nyawa nakan minimnya pengetahuan mereka mengenai orang yang dicintai. permasalahan-permasalahan 16 pelayanan medik. tehnis sekitar Ketentuan Pasal 46 Undang-undang M. Nasser dalam tulisannya Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit mengenai Sengketa Medis Dalam Pelayanan memberi peluang bagi pasien untuk mendapat Kesehatan yang menyebutkan sebagai berikut: ganti rugi apabila menderita kerugian yang “Dugaan kelalaian medik di negara commom law memakai pendekatan tort, dimana secara hukum lebih banyak menggunakan pendekatan perdata.Hal ini berbeda dengan sistem hukum di Indonesia yang menempatkan perkara dugaan kelalaian medik sebagai pelanggaran etika profesi, disiplin profesi ataupun hukum pada umumnya baik perdata maupun pidana.” diakibatkan kelalaian tenaga kesehatan di rumah sakit. Namun seperti telah diuraikan diatas, upaya tuntutan mendapatkan ganti rugi akibat kelalaian ini tidaklah mudah dan sering kali tidak berhasil.Oleh karena itu perlu kiranya lebih diperjelasbagi pihak Rumah Sakit, tenaga kesehatan maupun pasien ketentuan mengenai Bila proses sengketa tetap pertanggung jawaban akibat kelalaian dalam dilanjutkan melalui proses litigasi maka akan pelayanan kesehatan tersebut.Bagi Rumah Sakit banyak kerugian yang dapat terjadi atau ganti perlu rugi yang diharapkan tidak dapat dikabulkan. kesehatan yang menjadi tanggung jawab rumah Dari sudut dokter, tenaga kesehatan dan atau sakit dan bentuk kelalaian tenaga kesehatan Rumah Sakit akan menyebabkan reputasinya yang tidak menjadi tanggung jawab Rumah menjadi rusak. Hasil putusan litigasi juga Sakit.17 Berdasarkan latar belakang masalah menyebabkan dokter maupun tenaga kesehatan diatas, penulis tertarik untuk mengkaji lebih akan bekerja dengan sangat berhati-hati yang dalam masalah tersebut dan merumuskan dalam pada akhirnya nanti mereka tidak akan berani judul: “Kajian Yuridis Tanggung Jawab Perdata mengambil suatu risiko dalam menjalankan Rumah Sakit Akibat Kelalaian Dalam Pelayanan profesinya, Kesehatan”. sehingga medis menyebabkan biaya mengetahui bentuk kelalaian tenaga kesehatan yang tinggi. Dari sudut pasien/ masyarakat yang mengugat litigasi sering PERUMUSAN MASALAH menyebabkan biaya yang dikeluarkan lebih Berdasarkan padalatar belakang masalah besar daripada ganti rugi yang pada akhirnya diatas, dirumuskan masalah tersebut sebagai diterima oleh penggugat, dan seringkali pada berikut: akhirnya mengurangi jawab perdata Rumah Sakit akibat kelalaian penderitaan yang diterimanya. Kalaupun menda- dalam pelayanan kesehatan; Kedua, Bagaima- patkan nakah analisis ganti rugi dari pertanggung- 16 Ibid,. tidak ganti rugi membantu akibat kelalaian dalam 17 Pertama, Bagaimanakah Setya Wahyudi, op.cit.,hal. 488. tanggung 82 Jurnal Idea Hukum Vol. 2 No. 1 Edisi Maret 2016 Magister Hukum Fakultas Hukum Universitas Jenderal Soedirman jawaban Rumah Sakit akibat kelalaian dalam Sakit, Undang-Undang Rumah Sakit pelayanan kesehatan dalam putusan Mahkamah memberikan kepastian hukum sehingga Rumah Agung Nomor 957 K/Pdt/2006. Sakit dapat melaksanakan fungsi manajemennya dengan lebih optimal, dapat lebih mengontrol dan METODE PENELITIAN Metode mengatur pelayanan kesehatan yang menjadi pendekatan yang digunakan tanggung jawabnya dengan sebaik mungkin, adalah yuridis normatif atau penelitian hukum sehingga kejadian-kejadian yang yang hanya meneliti bahan pustaka sehingga merugikan pasien dapat dihindari. dapat disebut juga penelitian hukum kepustakaan. 18 Pasal 46 Undang-Undang Rumah Sakit Adapun pendekatan lain yang digunakan adalah merupakan salah satu bukti dari terjaminnya hak- 19 hak pasien, terlindunginya tenaga kesehatan, Spesifikasi penelitian deskriptif, yaitu penelitian dan terjaminnya pelayanan kesehatan di Rumah yang selain melukiskan keadaan, obyek, atau Sakit. Pasal 46 Undang-Undang Rumah Sakit peristiwa juga keyakinan tertentu akan diambil telah menjamin bagi pasien bahwa pasien dapat kesimpulan-kesimpulan dari obyek persoalan meminta pertanggungjawaban kepada Rumah yang dikaitkan dengan teori-teori hukum dan Sakit praktek hukum positif yang menyangkut perma- kelalaian yang dilakukan oleh tenaga kesehatan salahannya.20 Penelitian ini dianalisis dengan dalam memberikan pelayanan kesehatan. Hal ini menggunakan sesuai dengan ketentuan yang tercantum dalam pendekatan Analitis (Analytical Approach). metode analisis deskriptif kualitatif. apabila mengalami kerugian akibat Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan Pasal 58 yang dengan jelas PEMBAHASAN menyebutkan bahwa pasien dapat menggugat Tanggung Jawab Perdata Rumah Sakit akibat atau Kelalaian Dalam Pelayanan Kesehatan tenaga Undang-Undang Rumah Sakit menuntut pertangungjawaban kesehatan maupun kepada kepada badan dibuat layanan kesehatan apabila mengalami kerugian untuk menjamin dan lebih memberikan kepastian akibat kesengajaan maupun kelalaian dalam dalam penyelenggaraan kesehatan di Rumah pelayanan kesehatan. Sakit. Bagi pasien, Undang-Undang Rumah Ketentuan Pasal 46 Undang-Undang Sakit memberi kepastian hukum bahwa hak- Rumah Sakit dengan jelas membatasi bahwa haknya dalam pelayanan kesehatan di Rumah Rumah Sakit hanya akan bertanggung jawab Sakit akan terpenuhi, demikian juga bagi tenaga terhadap kerugian yang dialami pasien akibat kesehatan yang bekerja di Rumah Sakit bahwa kelalaian yang dilakukan oleh petugas kesehatan dengan diberlakukannya Undang-Undang Ru- yang dilakukan dalam memberikan pelayanan mah Sakit maka mereka akan lebih tenang kesehatan dan sesuai dengan ranah tanggung bekerja karena telah jelas terlindungi oleh jawabnya di Rumah Sakit. Berdasarkan keten- payung hukum. Sementara itu bagi pihak Rumah tuan pasal diatas kerugian yang diakibatkan 18 19 Soerjono Seokanto dan Sri Mamudji, 2007, Penelitian Hukum Normatif, Jakarta, PT RajaGrafindo Persada, hal 14. 20 Johnny Ibrahim, 2005, Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif,Malang, Bayumedia,hal 310. Ronny Hanitijo Sumitro, 2007, Metode Penelitian Hukum dan Jurimetri, Jakarta, PT Raja Grafindo Persada,hal 15. Kajian Yuridis Tanggung Jawab Perdata… 83 karena kesengajaan ataupun resiko medik yang contoh dilakukan dalam dimintakan pertanggungjawaban akibat kerugian pelayanan kesehatan di Rumah Sakit tidaklah yang diderita oleh pasien dalam pelayanan menjadi tanggung jawab Rumah Sakit dan kesehatan di Rumah Sakit. oleh petugas kesehatan bahwa Rumah Sakit dapat pula menjadi tanggung jawab petugas kesehatan Bagi Rumah Sakit ketentuan Pasal 46 yang bersangkutan. Sehingga pasien tidak dapat Undang-Undang Rumah Sakit tersebut memberi menggugat Rumah Sakit untuk ikut bertanggung kejelasan bahwa Rumah Sakit dapat dituntut jawab akibat kesengajaan maupun resiko medik hanya akibat kelalaian yang dilakukan oleh dalam pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh tenaga petugas kesehatan walaupun itu terjadi di dalam Sakit. Hal ini jelas menguntungkan Rumah Sakit. Rumah Sakit itu sendiri. Kerugian yang diakibatkan kesalahan karena Bagi pasien, ketentuan Pasal 46 ini kesehatan yang dilakukan di Rumah kesengajaan yang dilakukan oleh petugas memberikan angin segar bahwa pasien dapat kesehatan tidak menjadi tanggung jawab Rumah pula menggugat Rumah Sakit karena kerugian Sakit, melainkan menjadi tanggung jawab tenaga yang dialami akibat kelalaian dalam pelayanan kesehatan kesehatan yang dilakukan oleh tenaga kese- dilakukan di dalam Rumah Sakit tersebut. yang bersangkutan walaupun hatan pada saat bertugas di Rumah Sakit. Rumah Sakit dan pasien yang menderita Sehingga, dalam hal ini pasien lebih bisa kerugian akibat kelalaian dalam pelayanan mendapat kepastian ganti rugi daripada hanya kesehatan di Rumah Sakit adalah sama-sama menggugat petugas kesehatan yang bersang- subyek hukum yang bisa dikenai hak dan kutan. Hal ini yang dilakukan oleh Shanti Marina kewajiban. Hukum yang mengatur hubungan warga Perumahan Bumi Karang Indah, Lebak antara satu subjek hukum dengan subjek hukum Bulus Kecamatan Cilandak, Jakarta Selatan lain adalah hukum privat (hukum perdata) di yang menderita kecacatan, yaitu suaranya mana ranahnya adalah perlindungan hak. Maka menjadi sengau / bindeng setelah menjalani Undang-Undang yang mengatur peristiwa hukum operasi amandel ini adalah KUHPerdata ialah Pasal 1367 ayat (3) yang dilakukan oleh dr. Wardhani Sp.THT di Rumah Sakit Puri Cinere. Padahal sebelum operasi suara pasien dalam keadaaan baik/normal. Dalam gugatannya Shanti Marina meminta pertanggungjawaban atas perbuatan melawan hukum yang dilakukan dr. Wardhani Sp.THT dan RS Puri Cinere. Hakim PN Cibinong mengabulkan sebagian tuntutan ganti yang bunyinya: “Majikan-majikan dan mereka yang mengangkat orang-orang lain untuk mewakili urusan-urusan mereka, adalah bertanggung jawab tentang kerugian yang diterbitkan oleh pelayan-pelayan atau bawahan-bawahan mereka di dalam melakukan pekerjaan untuk mana orangorang ini dipakainya.” rugi yang diajukan oleh Shanti Marina. Hakim PN M.A. Moegni Djojodirdjo menuliskan dalam Cibinong pun memutuskan bahwa Shanti Marina bukunya Perbuatan Melawan Hukum bahwa : mendapatkan ganti rugi dengan perincian 70 % Pertanggungjawaban majikan dalam Pasal 1367 kewajiban Tergugat 1 yaitu dokter dan 30 % ayat (3) KUHPerdata tidak hanya mengenai kewajiban Tergugat 2 yaitu pihak RS Puri Cinere. tanggung Kasus gugatan tersebut menjadi salah satu termasuk kepada seseorang yang di luar ikatan jawab dalam ikatan kerja saja, 84 Jurnal Idea Hukum Vol. 2 No. 1 Edisi Maret 2016 Magister Hukum Fakultas Hukum Universitas Jenderal Soedirman kerja telah diperintahkan seorang lain untuk dapat melepaskan diri dari tanggung jawab melakukan sesuatu pekerjaan tertentu, asal saja pekerjaan yang dilakukan oleh pegawainya, orang yang diperintahkan melakukan pekerjaan termasuk apa yang diperbuat oleh para medis.21 tersebut melakukan pekerjaannya secara berdiri Secara teoritis rumah sakit terikat pada sendiri-sendiri baik atas pimpinannya sendiri doktrin respondeat superior, namun doktrin ini atau telah melakukan pekerjaan tersebut atas tidak dapat diterapkan begitu saja, karena untuk petunjuknya. dimaksud penerapannya harus terlebih dulu dipenuhi dalam Pasal 1601 a KUHPerdata, pertanggung- syarat-syarat tertentu, seperti harus adanya jawaban perbuatan-perbuatan hubungan kerja antara atasan dengan bawahan melawan hukum dari karyawan – karyawannya dan sikap tindak bawahan harus pula dalam yakni: “Persetujuan perburuhan adalah perse- ruang tujuan dengan mana pihak yang satu, si buruh, kepadanya. Hubungan kerja dianggap ada, mengikatkan dirinya untuk di bawah perintahnya apabila atasan mempunyai hak secara langsung pihak yang lain, si majikan, untuk sesuatu waktu mengawasi dan mengendalikan aktivitas bawa- tertentu melakukan pekerjaan dengan menerima han dalam melakukan tugas-tugasnya, dalam hal upah”. ini pekerjaan yang dilakukan harus merupakan Sebagaimana majikan atas yang Membandingkan bunyi Pasal 46 UndangUndang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah lingkup pekerjaan yang ditugaskan suatu wujud perintah yang diberikan oleh atasan.22 Sakit dengan Pasal 1367 KUHPerdata ayat (3) di Tanggung gugat hukum yang ditujukan atas, dapat diambil kesimpulan bahwa Pasal 46 kepada Rumah Sakit sebagai pemberi sarana Undang-Undang Nomor 44 tahun 2009 tentang pelayanan kesehatan tidaklah menggugurkan Rumah Sakit adalah derivate atau turunan dari tanggung jawab hukum dari petugas kesehatan Pasal 1367 KUHPerdata ayat (3) yang berlaku yang melakukan kelalaian dalam pelayanan khusus untuk kalangan Rumah Sakit, atau Pasal kesehatan. Petugas kesehatan yang melakukan 46 Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 kelalaian yang mengakibatkan timbulnya ke- bersifat lex spesialis. rugian bagi pasien dalam pelayanan kesehatan Ketentuan Pasal diatas juga sejalan dengan ketentuan dari doktrin di Rumah Sakit tetap dikenai tanggung jawab respondeat hukum, sebagaimana diatur dalam Pasal 1365 superior. Doktrin respondeat superior mengan- KUHPerdata yaitu, “Tiap perbuatan melanggar dung makna bahwa seorang majikan adalah hukum orang yang berhak untuk memberikan instruksi seorang lain mewajibkan orang yang karena dan mengontrol tindakan bawahannya, baik atas salahnya menerbitkan kerugian itu mengganti hasil yang dicapai maupun tentang cara yang kerugian tersebut”. Tuntutan atau gugatan digunakan. Di samping itu dengan perkem- perdata yang dapat diajukan kepada Rumah bangan hukum kesehatan dan kecanggihan Sakit (tanggung gugat hukum) seperti telah teknologi kedokteran, rumah sakit pun tidak disebutkan sebelumnya adalah: 21 22 Bahder Johan Nasution, 2005, Hukum Kesehatan Pertanggungjawaban Dokter, Jskarta, Rineka Cipta,hal 72. yang Loc.cit,. membawa kerugian kepada Kajian Yuridis Tanggung Jawab Perdata… 85 a. Tanggung gugat berdasarkan wan- Dari segi kacamata yuridis, konsep ganti rugi prestasi atau cedera janji atau ingkar dalam hukum dikenal dalam dua bidang hukum, janji yang didasarkan pada contractual yaitu sebagai berikut:23 liability sebagaimana diatur dalam a. Konsep Pasal 1239 KUHPerdata. ganti karena wanprestasi; b. Tanggung gugat berdasarkan perbua- b. Konsep ganti rugi karena perikatan tan melanggar hukum (onrechtmatige- berdasarkan daad) termasuk sebagaimana rugi diatur dalam ketentuan Pasal 1365 KUHPerdata. undang-undang ganti rugi karena perbuatan melawan hukum. Tuntutan atau gugatan perdata tersebut Penuntutan ganti rugi atas kerugian yang dapat diajukan semata-mata didasarkan pada dialami oleh pasien dalam pelayanan kesehatan wanprestasi, atau didasarkan pada perbuatan baik oleh pasien sendiri maupun keluarganya melawan dapat pula telah diatur dalam Undang-Undang Nomor 36 diajukan sekaligus yaitu secara wanprestasi dan Tahun 2009 tentang Kesehatan yang diru- perbuatan melawan hukum secara bersamaan. muskan Tentunya dasar tuntutan harus jelas mana yang menyebutkan, hukum saja, namun wanprestasi dan mana yang perbuatan melawan hukum, karena pencampuran antara wanprestasi dan perbuatan melawan hukum dapat berakibat gugatan atau tuntutan itu dinyatakan kabur atau obscuurlibel dan gugatan dinyatakan tidak dapat diterima atau niet on vankerlijke verklart. dalam Pasal 58 ayat 1 yang “Setiap orang berhak menuntut ganti rugi terhadap seseorang, tenaga kesehatan, dan/atau penyelenggara kesehatan yang menimbulkan kerugian akibat kesalahan atau kelalaian dalam pelayanan kesehatan yang diterimanya”. Terdapat dua bentuk ganti rugi akibat perbuatan melawan hukum yang biasa digu- Analisis Ganti Rugi dari Pertanggungg- jawaban Perdata Rumah Sakit Akibat Kelalaian dalam Pelayanan Kesehatan nakan dalam gugatan pasien kepada tenaga kesehatan maupun Rumah Sakit dalam beberapa kasus, yaitu ganti rugi Materiil dan ganti rugi Immateriil: Kitab Undang-Undang Hukum Perdata menyebutkan pada Pasal 1365 KUH Perdata yang menyebutkan bahwa, “Tiap perbuatan yang melanggar hukum dan membawa kerugian kepada orang lain, mewajibkan orang yang menimbulkan kerugian itu karena kesalahannya untuk menggantikan kerugian tersebut”. Pasal diatas memuat ketentuan bahwa terdapat hubungan kausal antara perbuatan dan kerugian. 23 Munir Fuady, 2013, Perbuatan Melawan Hukum Pendekatan Kontemporer, Bandung, Citra Aditya Bakti, hal. 134. 1). Ganti Rugi Materiil Kerugian materiil adalah kerugian yang nyata-nyata diderita oleh korban dan jumlahnya diukur dapat secara matematis. 2). Ganti Rugi Immateriil Kerugian imateriil merupakan kerugian pihak korban yang tidak dapat diukur jumlahnya. Ganti rugi immateriil dapat 86 Jurnal Idea Hukum Vol. 2 No. 1 Edisi Maret 2016 Magister Hukum Fakultas Hukum Universitas Jenderal Soedirman berupa penderitaan sakit atau kesakitan, yanan kesehatan. Dalam bentuk ganti rugi, kesedihan, ketakutan, kehilangan kese- maka ganti rugi berdasarkan wanprestasi dalam nangan, kehilangan harapan, kehilangan wujud ganti rugi materiil yaitu kerugian yang bagian tubuh atau cacat, bahkan sampai nyata-nyata diderita oleh korban dan jumlahnya kematian pasien bukan kerugian yang dapat diukur secara matematis. Ganti rugi dapat dituntut atas dasar wanprestasi. materiil ini sesuai dengan perjanjian terapeutik Ganti rugi immateriil ini hanya dapat yang telah disetujui pasien sebelumnya. dibebankan terhadap kerugian karena Besarnya ganti rugi yang diminta ataupun perbuatan melawan hukum dan tidak yang diterima tidak ditentukan secara tegas layak diterapkan atas kerugian yang dalam KUHPerdata. Pasal 1365 KUHPerdata disebabkan oleh wanprestasi kontrak. menentukan kewajiban pelaku perbuatan mela- Ketentuan ganti rugi berdasarkan gugatan wan hukum untuk membayar ganti rugi, namun wanprestasi berdasarkan Pasal 1246 KUH- tidak ada pengaturan lebih lanjut mengenai ganti Perdata akan memberikan kerugian berupa kerugian tersebut. Selanjutnya Pasal 1371 biaya, kerugian dan bunga. Namun ketentuan KUHPerdata memberikan sedikit pedoman untuk pertanggungjawaban itu dengan menyebutkan: berdasarkan gugatan wanprestasi adalah adanya ingkar janji atau tidak dipenuhinya isi perikatan dalam hal ini adalah ingkar janji atau tidak terpenuhinya perjanjian terapeutik. Perikatan atau perjanjian terapeutik antara dokter atau tenaga kesehatan dengan pasien adalah dalam hal prestasi yang harus dipenuhi dokter atau tenaga kesehatan berupa kesungguhan, kecermatan, kehati-hatian dengan didasarkan pada keilmuan dan keterampilan serta pengalaman sebagai dokter maupun tenaga kesehatan dalam melakukan tindakan medis. “ Menyebabkan luka atau cacat anggota badan seseorang dengan sengaja atau karena kurang hati-hati, memberi hak kepada si korban selain untuk menuntut penggantian biaya pengobatan, juga untuk menuntut penggantian kerugian yang disebabkan oleh luka atau cacat badan tersebut. Juga penggantian kerugian ini dinilai menurut kedudukan dan kemampuan kedua belah pihak dan menurut keadaan. Ketentuan terakhir ini pada umumnya berlaku dalam hal menilai kerugian yang ditimbulkan oleh suatu kejahatan terhadap pribadi seseorang”. KUHPerdata tidak dengan tegas atau Dimana, dokter maupun tenaga kese- bahkan tidak mengatur secara rinci tentang ganti hatan haruslah memenuhi standar profesi, rugi tertentu, atau tentang salah satu aspek dari standar pelayanan medis maupun standar ganti rugi, maka hakim mempunyai kebebasan operasional prosedur, apabila ketiga hal tersebut untuk menerapkan ganti rugi tersebut sesuai terpenuhi petugas dengan asas kepatutan, sejauh hal tersebut kesehatan lain dapat terbebas dari gugatan memang dimintakan oleh pihak penggugat. maupun tuntutan hukum. Berdasarkan uraian Justifikasi terhadap kebebasan hakim ini adalah diatas maka gugatan berdasarkan wanprestasi karena penafsiran kata rugi, biaya dan bunga maka ganti kerugian yang didapatkan oleh tersebut sangat luas dan dapat mencakup pasien adalah ganti kerugian berdasarkan isi hampir segala hal yang bersangkutan dengan perjanjian terapeutik yang telah disetujui oleh ganti rugi. maka dokter maupun pasien sebelumnya dalam mendapatkan pela- Kajian Yuridis Tanggung Jawab Perdata… 87 Pedoman selanjutnya dapat ditemukan kan sebagian tuntutan ganti rugi Shanti Marina pada Pasal 1372 KUHPerdata yang menyatakan terhadap dr. Warhdani Sp.THT dan Rumah Sakit bahwa, “… Dalam menilai satu sama lain hal, Puri Cinere berdasarkan pertimbangan bahwa Hakim harus memperhatikan kasar atau tidaknya dr. penghinaan begitu pula pangkat, kedudukan dan perbuatan melawan hukum dan pihak Rumah kemampuan kedua belah pihak dan keadaan”. Sakit Puri Cinere turut bertanggungjawab atas Pada pasal 1372 KUHPerdata ditekankan bahwa perbuatan melawan hukum yang dilakukan dalam memutuskan ganti rugi yang diterima oleh dokter pasien dalam gugatannya baik kepada tenaga menghukum secara tanggung renteng untuk kesehatan maupun kepada Rumah Sakit, Hakim membayar ganti rugi material dan immaterial memperhatikan kedudukan, kemampuan mau- dengan perincian 70% kewajiban dokter pun keadaan tergugat dan penggugat dengan 30% kewajiban Rumah Sakit. tetap mempertimbangkan dasar keadilan bagi diuraikan diatas bahwa dalam KUHPerdata keduanya. belum mengatur secara jelas mengenai keten- Warhdani Sp.THT telah melakukan Warhdani Sp.THT tersebut, serta dan Seperti telah Kasus Shanti Marina yang menggugat tuan besaran ganti rugi yang diterima oleh pasien secara perdata dr. Warhdani Sp.THT dan Rumah atas kerugian yang dideritanya, maka besaran Sakit Cinere untuk mendapatkan ganti rugi akibat ganti kerugian ditentukan oleh hakim dengan penderitaan yang telah dialaminya telah sesuai dasar pertimbangan Pasal 1372 KUHPerdata, dengan ketentuan Pasal 58 ayat (1) Undang- Pasal 1371 KUHPerdata dengan keadilan. Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan dan Pasal 46 Undang-Undang Nomor 44 PENUTUP Tahun 2009 tentang Rumah Sakit. Simpulan Gugatan perdata yang diajukan berdasarkan perbuatan Pertama, tanggung Jawab Perdata Rumah melawan hukum pun telah tepat adanya karena Sakit atas tindakan kelalaian tenaga kesehatan dengan dapat di Rumah Sakit yang menyebabkan kerugian mengajukan tuntutan ganti rugi materiil dan pada pasien sesuai dengan ketentuan dari Pasal immaterial. 1367 ayat (3) KUHPerdata dan Pasal 46 demikian Putusan Shanti Negeri Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang putusan Rumah Sakit. Hal tersebut sesuai juga dengan K/Pdt/2006 doktrin responden superior, dan juga asas dengan mengabulkan tuntutan ganti rugi Shanti vicariuous liability yaitu Rumah Sakit ber- Marina terhadap dr. Warhdani Sp.THT dan tanggung gugat atas kelalaian yang dilakukan Rumah Sakit Puri Cinere dan dibayar secara oleh tenaga kesehatan yang bekerja dalam tanggung renteng antara tergugat I dan tergugat kedudukan sebagai employee. Ketentuan perun- II telah cukup memenuhi rasa keadilan bagi dang-undangan tersebut memberi nilai lebih baik Shanti atas bagi pasien, Tenaga Kesehatan maupun Rumah penderitaan yang harus dialami akibat kelalaian Sakit. Ketentuan Pasal 46 merupakan dasar dalam pelayanan kesehatan yang diterimanya. yuridis bagi pasien untuk meminta pertang- Hakim Pengadilan Negeri Cibinong mengabul- gungjawaban Rumah Cibinong dan Mahkamah Hakim Marina diperkuat Agung Marina Pengadilan Nomor sebagai dengan 957 penggugat Sakit apabila pasien 88 Jurnal Idea Hukum Vol. 2 No. 1 Edisi Maret 2016 Magister Hukum Fakultas Hukum Universitas Jenderal Soedirman menderita kerugian akibat kelalaian tenaga yang dilakukan oleh dr.Wardhani Sp.THT dan RS kesehatan. Bagi tenaga kesehatan pasal ini Puri Cinere telah sesuai dengan ketentuan dari memberikan karena Pasal 1367 KUHPerdata ayat (3) dan Pasal 46 Rumah Sakit ikut bertanggung jawab seandainya Undang-Undang Rumah Sakit, dan sesuai juga tenaga kesehatan yang bersangkutan berbuat doktrin respondeat superior demikian pula sesuai suatu kelalaian. Ketentuan Pasal 46 ini juga dengan ketentuan asas vicarious liability. perlindungan hukum, memberikan keuntungan bagi Rumah Sakit, karena Rumah Sakit hanya bertanggung jawab Saran sebatas akibat kelalaian tenaga kesehatan saja, dan tidak bertanggung jawab Pentingnya sosialisasi ketentuan Pasal 46 terhadap Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang kesalahan karena kesengajaan yang dilakukan Rumah Sakit kepada pihak Rumah Sakit, tenaga tenaga kesehatan di Rumah Sakit. Kesehatan, dan kepada masyarakat. Perlu Kedua, tanggung jawab hukum perdata dibuat peraturan pelaksana ketentuan Pasal 46 Rumah Sakit akibat kelalaian tenaga kesehatan Undang-Undang Rumah Sakit dimana Rumah di Rumah Sakit berupa pertanggungjawaban Sakit berdasarkan perbuatan melawan hukum dan kelalaian tenaga kesehatan yang menyebabkan pertanggung jawaban berdasarkan wanprestasi. kerugian bagi pasien. bertanggungjawab terhadap tindakan Kedua bentuk tanggung gugat tersebut bergantung pada pasien akan menuntut gugatan berdasarkan yang mana, karena pembuktian hukumnya juga berbeda. Konsep ganti rugi yang diterima pasien dalam tanggung gugat Rumah Sakit akibat kerugian karena kelalaian tenaga kesehatan berbeda tergantung dari gugatan hukum yang diajukan, berdasarkan perbuatan melawan hukum ataukah berdasarkan wanprestasi. Ganti rugi berdasarkan gugatan akibat perbuatan melawan hukum lebih memberi keadilan bagi pasien maupun keluarganya yang menderita kerugian akibat kelalaian oleh tenaga kesehatan karena dapat menuntut ganti rugi materiil maupun immateriil, sedangkan bila berdasarkan wanprestasi maka tuntutan ganti rugi hanya dapat mengganti kerugian materiil saja. Putusan Mahkamah Agung Nomor 957 K/Pdt/2006 yang menguatkan keputusan PN Cibinong yang mengabulkkan gugatan dari Shanti Marina atas perbuatan melawan hukum akibat kelalaian dalam pelayanan kesehatan DAFTAR PUSTAKA Buku Astuti, Endang Kusuma, 2009,Transaksi Terapeutik Dalam Upaya Pelayanan Medis Di Rumah Sakit, Bandung, PT Citra Aditya Bakti, hal. 51. Dikutip dari Panitia Etika Rumah Sakit, 1991, “Etika Rumah Sakit di Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo”, Jakarta. Fuady, Munir, 2013, Perbuatan Melawan Hukum Pendekatan Kontemporer, Bandung, Citra Aditya Bakti. Hatta, Moh., 2013, Hukum Kesehatan & Sengketa Medik, Yogyakarta, Liberty. Ilyas, Amir, 2014,Pertanggungjawaban Pidana Dokter Dalam Malpraktik Medik Di Rumah Sakit,Yogyakarta, Rangkang Education dan Republik Institute. Ibrahim, Johnny, 2005,Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif,Malang, Bayumedia. Machmud, Syahrul, 2008, Penegakan Hukum Dan Perlindungan Hukum Bagi Dokter Yang Diduga Melakukan Medikal Malpraktek, Bandung, Mandar Maju Kajian Yuridis Tanggung Jawab Perdata… 89 Nasution, Bahder Johan, 2005, Hukum Kesehatan Pertanggungjawaban Dokter, Jakarta, Rineka Cipta. Sumitro, Ronny Hanitijo, 2007,Metode Penelitian Hukum dan Jurimetri, Jakarta, PT Raja Grafindo Persada. Seokanto, Soerjono dan Sri Mamudji, 2007, Penelitian Hukum Normatif, Jakarta, PT RajaGrafindo Persada Yustina, Endang Wahyati, 2012, Mengenal Hukum Rumah Sakit, Bandung, CV Keni Media. . Jurnal Setya Wahyudi, 2011,Tanggung Jawab Rumah Sakit Terhadap Kerugian Akibat Kelalaian Tenaga Kesehatan Dan Implikasinya, Jurnal Dinamika Hukum Fakultas Hukum Universitas Jenderal Soedirman Volume 11 No.3; Bambang Heryanto, 2010, “Malpraktik Dokter dalam Perspektif Hukum”, Jurnal Dinamika Hukum, Vol.10 No.2 Mei 2010; Internet Sabir Alwy, 2011, Pasien Dokter ke MKDKI Banyak,,tersedia www.detikhealth.com, Maret 2015 yang Mengadukan Jumlahnya Makin pada website diakses tanggal 23 Sugiyatmi, Tri Astuti, 2014. Kasus Yang Terjadi Antara Pasien Dan Rumah Sakit, Kasus Medis vs Mutu Layanan Kesehatan, tersedia dalam website www.lasmawatibutarbutar.blogspot.com, diakses tanggal 23 Maret 2015. Nasser, M., Sengketa Medis Dalam Pelayanan Kesehatan, tersedia pada website www.kebijakankesehatanindonesia.net, diakses tanggal 30 November 2014.