kajian yuridis tanggung jawab perdata rumah sakit akibat kelalaian

advertisement
KAJIAN YURIDIS TANGGUNG JAWAB PERDATA RUMAH SAKIT
AKIBAT KELALAIAN DALAM PELAYANAN KESEHATAN
Dani Amalia Arifin
Magister Hukum Fakultas Hukum Universitas Jenderal Soedirman
Abstract
The hospital as one of the health facilities, in Act No. 44 of 2009 About a hospital divided by type
of service and its management. The hospital implement all the activities of the health service, which
involves a wide range of professions health workers at the hospital, using hardware and software related
to technology, applying the management the management of the hospital in order to serve the patients
as the Hospital service users. As one of the health facilities. The method used is the juridical approach
to normative or legal research only examined the references so that it referred to legal research library.
As for another approach used is the Analytical approach (Analytical Approach).
The results showed civil liability action over Hospital negligence of health workers at the hospital
that caused harm to patients in accordance with the provisions of Section 1367 KUHPerdata paragraph
(3) and article 46 of the Act Number 44 in 2009 about the hospital. The responsibility of the civil law the
hospital due to the negligence of health workers at the hospital in the form of liability based on tort law
and liability based on tort.
Key Word: careless, healty service, liability
Abstrak
Rumah Sakit sebagai salah satu sarana kesehatan, dalam UU No. 44 Tahun 2009 Tentang Rumah
Sakit dibagi berdasarkan jenis pelayanan dan pengelolaannya. Rumah Sakit melaksanakan semua
proses kegiatan pelayanan kesehatan, yang melibatkan berbagai profesi tenaga kesehatan di Rumah
Sakit, menggunakan perangkat keras maupun perangkat lunak berkaitan dengan teknologi, menerapkan
manajemen pengelolaan Rumah Sakit dalam rangka melayani pasien selaku pengguna jasa Rumah
Sakit.1Sebagai salah satu sarana kesehatan. Metode pendekatan yang digunakan adalah yuridis
normatif atau penelitian hukum yang hanya meneliti bahan pustaka sehingga disebut juga penelitian
hukum kepustakaan. Adapun pendekatan lain yang digunakan adalah pendekatan Analitis.
Hasil penelitian menunjukkan tanggung Jawab Perdata Rumah Sakit atas tindakan kelalaian
tenaga kesehatan di Rumah Sakit yang menyebabkan kerugian pada pasien sesuai dengan ketentuan
dari Pasal 1367 ayat (3) KUHPerdata dan Pasal 46 Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang
Rumah Sakit. Tanggung jawab hukum perdata Rumah Sakit akibat kelalaian tenaga kesehatan berupa
pertanggungjawaban berdasarkan perbuatan melawan hukum dan pertanggung jawaban berdasarkan
wanprestasi.
Kata Kunci: kelalaian, pelayanan kesehatan, tanggung jawab
PENDAHULUAN
hatan
yang
menyelenggarakan
pelayanan
Rumah Sakit sebagai organisasi badan
kesehatan perorangan secara paripurna yang
usaha di bidang kesehatan mempunyai peranan
menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan,
penting dalam mewujudkan derajat kesehatan
dan
2
gawat
darurat.
Pelayanan
kesehatan
masyarakat secara optimal. Rumah Sakit dalam
paripurna adalah pelayanan kesehatan yang
Undang-Undang No. 44 Tahun 2009 Tentang
meliputi
Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kese-
rehabilitatif.
1
2
promotif,
preventif,
Anggaran
dasar
kuratif
dan
Perhimpunan
Endang Wahyati Yustina, 2012, Mengenal Hukum Rumah Sakit, Bandung, CV Keni Media, hal 75.
Setya Wahyudi, 2011, Tanggung Jawab Rumah Sakit Terhadap Kerugian Akibat Kelalaian Tenaga Kesehatan Dan
Implikasinya, Jurnal Dinamika Hukum Fakultas Hukum Universitas Jenderal Soedirman Volume 11 No.3,hal.486.
78 Jurnal Idea Hukum
Vol. 2 No. 1 Edisi Maret 2016
Magister Hukum Fakultas Hukum Universitas Jenderal Soedirman
Rumah Sakit Seluruh Indonesia (Persi) BAB I
Rumah
Sakit
merupakan
tempat
Pasal 1 menyebutkan,“bahwa Rumah Sakit
bekerjanya
adalah suatu sarana dalam mata rantai system
melaksanakan kegiatannya berdasarkan lafal
kesehatan nasional yang mengemban tugas
sumpah dan kode etik profesinya.Oleh karena itu
pelayanan kesehatan untuk seluruh masya-
Rumah Sakit dituntut agar mampu mengelola
rakat”.3
kegiatannya,
Kamus
Besar
Bahasa
Indonesia
para
tenaga
dengan
profesional
mengutamakan
yang
pada
mendefinisikan bahwa Rumah Sakit adalah,
tanggung jawab para profesional di bidang
“gedung tempat merawat orang sakit atau
kesehatan, khususnya tenaga medis dan tenaga
gedung tempat menyediakan dan memberikan
keperawatan dalam menjalankan tugas dan
pelayanan kesehatan yang meliputi berbagai
kewenangannya.6 Setiap tenaga kesehatan yang
masalah kesehatan”.4 Dengan demikian, Rumah
bekerja di Rumah Sakit harus bekerja sesuai
Sakit adalah tempat untuk menyelenggarakan
dengan standar profesi, standar pelayanan
salah satu upaya kesehatan, yaitu upaya
Rumah Sakit, dan standar prosedur operasional
5
pelayanan kesehatan (health services).
Berdasarkan
jenis
yang berlaku, juga menjunjung tinggi etika
pelayanan
yang
diberikan Rumah Sakit dibagi menjadi Rumah
Sakit
Umum
Rumah
hak
pasien
serta
mengutamakan kepentingan pasien.
Tidak selamanya layanan medis yang
pengelolaannya,
diberikan oleh tenaga kesehatan di Rumah Sakit,
Rumah Sakit dibagi menjadi Rumah Sakit publik
dapat memberikan hasil sebagaimana yang
dan Rumah Sakit privat. Berdasarkan data dari
diharapkan semua pihak.7 Ada kalanya dalam
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
layanan
Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan
kesehatan
diketahui bahwa jumlah Rumah Sakit di seluruh
seperti cacat, lumpuh atau bahkan meninggal
Indonesia sebanyak 2401 Rumah Sakit. Berikut
dunia.8 Seperti halnya yang dialami oleh Shanti
ini adalah data jumlah Rumah Sakit di Indonesia:
Marina warga Perumahan Bumi Karang Indah,
Dari data di atas, dapat diketahui bahwa
Lebak Bulus Kecamatan Cilandak, Jakarta
berdasarkan
Sakit
menghormati
Khusus.
Sedangkan
dan
profesi,
tersebut
yang
kelalaian
menimbulkan
malapetaka;
Selatan
maupun swasta sudah cukup banyak. Bukan
suaranya
tidak mungkin di masa yang akan datang jumlah
menjalani operasi amandel yang dilakukan oleh
Rumah
bertambah
dr. Wardhani Sp.THT di Rumah Sakit Puri
mengingat kebutuhan rakyat Indonesia akan
Cinere. Padahal sebelum operasi suara pasien
sarana
dalam keadaaan baik/normal. Dalam gugatannya
ini
pelayanan
akan
terus
kesehatan
yang
terus
menderita
tenaga
jumlah Rumah Sakit baik milik pemerintah
Sakit
yang
terjadi
menjadi
kecacatan,
sengau/bindeng
yaitu
setelah
meningkat.
meminta pertanggungjawaban atas perbuatan
3
6
4
5
Endang Kusuma Astuti, 2009, Transaksi Terapeutik
Dalam Upaya Pelayanan Medis Di Rumah Sakit,
Bandung, PT Citra Aditya Bakti, hal. 51. Dikutip dari
Panitia Etika Rumah Sakit, 1991, “Etika Rumah Sakit di
Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo”, Jakarta, hal 1.
Amir Ilyas, 2014, Pertanggungjawaban Pidana Dokter
Dalam Malpraktik Medik Di Rumah Sakit,Yogyakarta,
Rangkang Education dan Republik Institute, hal9.
Endang Kusuma Astuti, Loc, Cit., hal 2.
7
8
Setya Wahyudi, Loc.Cit.,hal 348.
Ibid., hal 486.
Ibid.,Seperti kasus yang dialami oleh Shanti Marina
setelah menjalankan operasi amandel di Rumah Sakit
Puri Cinere, ternyata suaranya menjadi bindeng. Lihat
Bambang Heryanto, 2010, “Malpraktik Dokter dalam
Perspektif Hukum”, Jurnal Dinamika Hukum, Vol.10 No.2
Mei 2010, hal 186.
Kajian Yuridis Tanggung Jawab Perdata… 79
melawan hukum yang dilakukan dr. Wardhani
Data yang masuk ke Lembaga Bantuan
Sp.THT dan RS Puri Cinere, hakim PN Cibinomg
Hukum (LBH) Kesehatan sebanyak 405 kasus
mengabulkan tuntutan sebagian tuntutan ganti
dalam beberapa tahun terakhir. Sebanyak 73
rugi dengan perincian 70 % kewajiban Tergugat
kasus
1 yaitu dokter dan 30 % kewajiban Tergugat 2
kepolisian.11
yaitu pihak RS Puri Cinere. Putusan hakim
memberikan
tersebut ditolak oleh pihak tergugat dengan cara
gugatan yang diajukan baik kepada Rumah Sakit
mengajukan kasasi. Jarak permohonan kasasi
maupun
dengan penyampaian memori kasasi yang
tindakannya
melewati tenggat waktu 14 hari sebagaimana
kesehatan telah merugikan pasien semakin hari
diwajibkan dalam
Undang-Undang Nomor 5
semakin meningkat. Hal tersebut menunjukkan
Tahun 2004, menyebabkan hak mengajukan
bahwa kesadaran hukum masyarakat semakin
kasasi gugur tandas majelis hakim.
meningkat, yang terutama dirasakan sejak
Beberapa tahun belakang ini, baik media
diantaranya masuk ke dalam laporan
Data
di
gambaran
tenaga
setidaknya
bahwa
kasus-kasus
kesehatan
dalam
diberlakukannya
atas
yang
memberikan
Undang-Undang
karena
pelayanan
Nomor
8
cetak maupun elektronik sudah semakin sering
Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen.
memberitakan mengenai pasien yang mengugat
Kesadaran hukum yang semakin tinggi di
dan menuntut Rumah Sakit atas pelayanan
masyarakat ini akan berdampak pula dengan
kesehatan yang diterimanya.Gugatan hukum
semakin meningkatnya tuntutan hukum kepada
pada umumnya diajukan atas tuduhan telah
Rumah Sakit maupun tenaga kesehatan dalam
terjadi malpraktek, kelalaian atau tindakan yang
pelayanan kesehatan dari tahun ke tahun.
berlebihan
dalam
pelayanan
terhadap
Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009
pasien.Sejak tahun 1998 hingga Juli 2003,
tentang
Yayasan Pemberdayaan Konsumen Indonesia
menyebutkan
menemukan kasus dugaan malpraktek sebanyak
menuntut ganti rugi terhadap seseorang, tenaga
254 kasus. Berdasarkan data Lembaga Bantuan
kesehatan, dan/atau penyelenggara kesehatan
Hukum (LBH) Jakarta saja, sedikitnya sepuluh
yang menimbulkan kerugian akibat kesalahan
orang mengadu ke LBH karena tindakan dokter
atau kelalaian dalam pelayanan kesehatan yang
atau petugas kesehatan yang merugikan. 9
diterimanya”. Berdasarkan ketentuan tersebut,
Jumlah tersebut semakin bertambah setiap
terlihat bahwa penuntutan ganti kerugian ini, baik
tahunnya.Menurut Sabir Alwy, Wakil Ketua
sebagai
Majelis
Kedokteran
(kesengajaan) ataupun karena kelalaian dalam
Indonesia (MKDKI), jumlah dokter yang diadukan
pelayanan kesehatan, dan penuntutan ditujukan
pasien akibat kepentingannya dirugikan karena
kepada seseorang, tenaga kesehatan maupun
Kehormatan
Disiplin
Kesehatan
Pasal
bahwa,“setiap
diakibatkan
58
ayat
orang
karena
(1)
berhak
kesalahan
tindakan dokter dari tahun ke tahun mengalami
kenaikan, seperti melihat pada table berikut:10
9
10
Moh.Hatta, 2013, Hukum Kesehatan & Sengketa Medik,
Yogyakarta, Liberty, hal 244.
Sabir Alwy, 2011, Pasien yang Mengadukan Dokter ke
MKDKI Jumlahnya Makin Banyak,,tersedia pada website
www.detikhealth.com, diakses tanggal 23 Maret 2015.
11
Tri Astuti Sugiyatmi, 2014. Kasus Yang Terjadi Antara
Pasien Dan Rumah Sakit, Kasus Medis vs Mutu Layanan
Kesehatan,
tersedia
dalam
website
www.lasmawatibutarbutar.blogspot.com, diakses tanggal
23 Maret 2015.
80 Jurnal Idea Hukum
Vol. 2 No. 1 Edisi Maret 2016
Magister Hukum Fakultas Hukum Universitas Jenderal Soedirman
pihak
penyelenggara
(Rumah
Sakit).12
melawan
hukum yang
dilakukan
oleh dr.
Sementara itu berdasarkan UU No. 44 Tahun
Wardhani Sp. THT dan Rumah Sakit Puri Cinere,
2009, penuntutan kerugian hanya ditujukan
adalah salah satu contoh dari sedikitnya kasus
kepada pihak Rumah Sakit, yang diakibatkan
gugatan pasien terhadap dokter dan Rumah
secara
Sakit yang dimenangkan oleh pasien.Yang pada
khusus
karena
kelalaian
tenaga
kesehatan di Rumah Sakit.13Pasal 46 Undang-
akhirnya
Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah
membayar ganti rugi secara tanggung renteng
Sakitmenyebutkan bahwa,“Rumah Sakit ber-
atas kerugian yang dialami oleh pasien.
dokter
dan
Rumah
Sakit
harus
tanggung jawab secara hukum terhadap semua
Sengketa medik adalah sengketa yang
kerugian yang ditimbulkan atas kelalaian yang
terjadi antara pasien atau keluarga pasien
dilakukan oleh tenaga kesehatan di Rumah
dengan tenaga kesehatan atau antara pasien
Sakit”.
dengan
Pada tahap mana kesalahan itu terjadi,
Rumah
15
kesehatan. Bila
Sakit
terjadi
atau
fasilitas
sengketa
medis,
apakah pada mempersiapkan atau mendistri-
biasanya pasien akan mengadukannya kepada
busikan obat. Demikian juga pasien akan sulit
instansi kepolisian dan juga media massa.
menentukan apakah posisi seorang dokter atau
Biasanya kemudian, suatu kasus yang belum
dokter gigi atau tenaga kesehatan yang bekerja
terbukti seringkali menjadi sebuah pemberitaan
di rumah sakit, apakah bertindak sebagai atasan
yang besar. Akibatnya sudah dapat diduga pers
atau sebagai pembantu, apakah ia bawahan atau
menghukum
bukan. Demikian juga apakah tindakan yang
pengadilan dan menjadikan tenaga kesehatan
dilakukan termasuk dalam kompetensi pelaku
sebagai
ataukah dilaksanakan dibawah pengawasan. 14
merusak reputasi nama dan juga karir tenaga
Kenyataannya
kesehatan ini.Sementara itu pengaduan ke
seorang
menggugat
bulan-bulanan,
yang
mendahului
tidak
jarang
kepolisian baik di tingkat Polsek, Polres maupun
Rumah Sakit. Dalam hubungan antara Rumah
Polda diterima dan diproses seperti layaknya
Sakit dengan pasien, acapkali pasien berada
sebuah
pada posisi yang lemah, karena pasien sering
perdata ke ranah pidana, penggunaan Pasal
mengabaikan hak-haknya karena sakit, tidak
yang
dapat berpikir, lemah, dan was-was akan
pembuktian fakta hukum serta keterbatasan
penyakitnya. Ditambah lagi karakter pasien di
pemahaman terhadap seluk beluk medis oleh
Indonesia yang cenderung menerima dan pasrah
para penegak hukum di hampir setiap tingkatan
pada semua upaya pelayanan kesehatan di
menjadikan sengketa medik terancam terjadinya
Rumah Sakit. Shanti Marina dalam gugatannya
disparitas pidana.Upaya penyelesaian sengketa
meminta pertanggungjawaban akibat perbuatan
melalui
12
15
14
untuk
kesehatan
sebuah
13
pasien
memang tidak mudah bagi
tenaga
Setya Wahyudi, Op.Cit.,hal 487.
Ibid,.
Syahrul Machmud, 2008, Penegakan Hukum Dan
Perlindungan Hukum Bagi Dokter Yang Diduga
Melakukan Medikal Malpraktek, Bandung, Mandar Maju,
hal 107.
perkara
tidak
pidana.Menggeser
konsisten,
peradilan
kesulitan
umum yang
kasus
dalam
selama
ini
M. Nasser, Sengketa Medis Dalam Pelayanan
Kesehatan,
tersedia
pada
website
www.kebijakankesehatanindonesia.net, diakses tanggal
30 November 2014,hal 3.
Kajian Yuridis Tanggung Jawab Perdata… 81
ditempuh tidak dapat memuaskan pihak pasien,
pelayanan kesehatan maka seringkali tidak
karena putusan hakim dianggap tidak memenuhi
sebanding dengan kerugian yang dialami oleh
rasa keadilan pasien atau Jaksa Penuntut Umum
pasien, baik berupa kecacatan pada anggota
maupun Hakim untuk membuktikan adanya
tubuhnya yang harus diderita seumur hidup
kesalahan dokter. Kesulitan pembuktian dikare-
bahkan adapula yang harus kehilangan nyawa
nakan minimnya pengetahuan mereka mengenai
orang yang dicintai.
permasalahan-permasalahan
16
pelayanan medik.
tehnis
sekitar
Ketentuan
Pasal
46
Undang-undang
M. Nasser dalam tulisannya
Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit
mengenai Sengketa Medis Dalam Pelayanan
memberi peluang bagi pasien untuk mendapat
Kesehatan yang menyebutkan sebagai berikut:
ganti rugi apabila menderita kerugian yang
“Dugaan kelalaian medik di negara commom
law memakai pendekatan tort, dimana secara
hukum lebih banyak menggunakan pendekatan perdata.Hal ini berbeda dengan
sistem hukum di Indonesia yang menempatkan perkara dugaan kelalaian medik
sebagai pelanggaran etika profesi, disiplin
profesi ataupun hukum pada umumnya baik
perdata maupun pidana.”
diakibatkan kelalaian tenaga kesehatan di rumah
sakit. Namun seperti telah diuraikan diatas,
upaya tuntutan mendapatkan ganti rugi akibat
kelalaian ini tidaklah mudah dan sering kali tidak
berhasil.Oleh karena itu perlu kiranya lebih
diperjelasbagi
pihak
Rumah
Sakit,
tenaga
kesehatan maupun pasien ketentuan mengenai
Bila
proses
sengketa
tetap
pertanggung jawaban akibat kelalaian dalam
dilanjutkan melalui proses litigasi maka akan
pelayanan kesehatan tersebut.Bagi Rumah Sakit
banyak kerugian yang dapat terjadi atau ganti
perlu
rugi yang diharapkan tidak dapat dikabulkan.
kesehatan yang menjadi tanggung jawab rumah
Dari sudut dokter, tenaga kesehatan dan atau
sakit dan bentuk kelalaian tenaga kesehatan
Rumah Sakit akan menyebabkan reputasinya
yang tidak menjadi tanggung jawab Rumah
menjadi rusak. Hasil putusan litigasi juga
Sakit.17 Berdasarkan latar belakang masalah
menyebabkan dokter maupun tenaga kesehatan
diatas, penulis tertarik untuk mengkaji lebih
akan bekerja dengan sangat berhati-hati yang
dalam masalah tersebut dan merumuskan dalam
pada akhirnya nanti mereka tidak akan berani
judul: “Kajian Yuridis Tanggung Jawab Perdata
mengambil suatu risiko dalam menjalankan
Rumah Sakit Akibat Kelalaian Dalam Pelayanan
profesinya,
Kesehatan”.
sehingga
medis
menyebabkan
biaya
mengetahui
bentuk
kelalaian
tenaga
kesehatan yang tinggi. Dari sudut pasien/
masyarakat
yang
mengugat
litigasi
sering
PERUMUSAN MASALAH
menyebabkan biaya yang dikeluarkan lebih
Berdasarkan padalatar belakang masalah
besar daripada ganti rugi yang pada akhirnya
diatas, dirumuskan masalah tersebut sebagai
diterima oleh penggugat, dan seringkali pada
berikut:
akhirnya
mengurangi
jawab perdata Rumah Sakit akibat kelalaian
penderitaan yang diterimanya. Kalaupun menda-
dalam pelayanan kesehatan; Kedua, Bagaima-
patkan
nakah analisis ganti rugi dari pertanggung-
16
Ibid,.
tidak
ganti
rugi
membantu
akibat
kelalaian
dalam
17
Pertama,
Bagaimanakah
Setya Wahyudi, op.cit.,hal. 488.
tanggung
82 Jurnal Idea Hukum
Vol. 2 No. 1 Edisi Maret 2016
Magister Hukum Fakultas Hukum Universitas Jenderal Soedirman
jawaban Rumah Sakit akibat kelalaian dalam
Sakit,
Undang-Undang
Rumah
Sakit
pelayanan kesehatan dalam putusan Mahkamah
memberikan kepastian hukum sehingga Rumah
Agung Nomor 957 K/Pdt/2006.
Sakit dapat melaksanakan fungsi manajemennya
dengan lebih optimal, dapat lebih mengontrol dan
METODE PENELITIAN
Metode
mengatur pelayanan kesehatan yang menjadi
pendekatan
yang
digunakan
tanggung jawabnya dengan sebaik mungkin,
adalah yuridis normatif atau penelitian hukum
sehingga
kejadian-kejadian
yang
yang hanya meneliti bahan pustaka sehingga
merugikan pasien dapat dihindari.
dapat
disebut juga penelitian hukum kepustakaan. 18
Pasal 46 Undang-Undang Rumah Sakit
Adapun pendekatan lain yang digunakan adalah
merupakan salah satu bukti dari terjaminnya hak-
19
hak pasien, terlindunginya tenaga kesehatan,
Spesifikasi penelitian deskriptif, yaitu penelitian
dan terjaminnya pelayanan kesehatan di Rumah
yang selain melukiskan keadaan, obyek, atau
Sakit. Pasal 46 Undang-Undang Rumah Sakit
peristiwa juga keyakinan tertentu akan diambil
telah menjamin bagi pasien bahwa pasien dapat
kesimpulan-kesimpulan dari obyek persoalan
meminta pertanggungjawaban kepada Rumah
yang dikaitkan dengan teori-teori hukum dan
Sakit
praktek hukum positif yang menyangkut perma-
kelalaian yang dilakukan oleh tenaga kesehatan
salahannya.20 Penelitian ini dianalisis dengan
dalam memberikan pelayanan kesehatan. Hal ini
menggunakan
sesuai dengan ketentuan yang tercantum dalam
pendekatan Analitis (Analytical Approach).
metode
analisis
deskriptif
kualitatif.
apabila
mengalami
kerugian
akibat
Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan
Pasal
58
yang
dengan
jelas
PEMBAHASAN
menyebutkan bahwa pasien dapat menggugat
Tanggung Jawab Perdata Rumah Sakit akibat
atau
Kelalaian Dalam Pelayanan Kesehatan
tenaga
Undang-Undang
Rumah
Sakit
menuntut
pertangungjawaban
kesehatan
maupun
kepada
kepada
badan
dibuat
layanan kesehatan apabila mengalami kerugian
untuk menjamin dan lebih memberikan kepastian
akibat kesengajaan maupun kelalaian dalam
dalam penyelenggaraan kesehatan di Rumah
pelayanan kesehatan.
Sakit. Bagi pasien, Undang-Undang Rumah
Ketentuan
Pasal
46
Undang-Undang
Sakit memberi kepastian hukum bahwa hak-
Rumah Sakit dengan jelas membatasi bahwa
haknya dalam pelayanan kesehatan di Rumah
Rumah Sakit hanya akan bertanggung jawab
Sakit akan terpenuhi, demikian juga bagi tenaga
terhadap kerugian yang dialami pasien akibat
kesehatan yang bekerja di Rumah Sakit bahwa
kelalaian yang dilakukan oleh petugas kesehatan
dengan diberlakukannya Undang-Undang Ru-
yang dilakukan dalam memberikan pelayanan
mah Sakit maka mereka akan lebih tenang
kesehatan dan sesuai dengan ranah tanggung
bekerja karena telah jelas terlindungi oleh
jawabnya di Rumah Sakit. Berdasarkan keten-
payung hukum. Sementara itu bagi pihak Rumah
tuan pasal diatas kerugian yang diakibatkan
18
19
Soerjono Seokanto dan Sri Mamudji, 2007, Penelitian
Hukum Normatif, Jakarta, PT RajaGrafindo Persada, hal
14.
20
Johnny Ibrahim, 2005, Teori dan Metodologi Penelitian
Hukum Normatif,Malang, Bayumedia,hal 310.
Ronny Hanitijo Sumitro, 2007, Metode Penelitian Hukum
dan Jurimetri, Jakarta, PT Raja Grafindo Persada,hal 15.
Kajian Yuridis Tanggung Jawab Perdata… 83
karena kesengajaan ataupun resiko medik yang
contoh
dilakukan
dalam
dimintakan pertanggungjawaban akibat kerugian
pelayanan kesehatan di Rumah Sakit tidaklah
yang diderita oleh pasien dalam pelayanan
menjadi tanggung jawab Rumah Sakit dan
kesehatan di Rumah Sakit.
oleh
petugas
kesehatan
bahwa
Rumah
Sakit
dapat
pula
menjadi tanggung jawab petugas kesehatan
Bagi Rumah Sakit ketentuan Pasal 46
yang bersangkutan. Sehingga pasien tidak dapat
Undang-Undang Rumah Sakit tersebut memberi
menggugat Rumah Sakit untuk ikut bertanggung
kejelasan bahwa Rumah Sakit dapat dituntut
jawab akibat kesengajaan maupun resiko medik
hanya akibat kelalaian yang dilakukan oleh
dalam pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh
tenaga
petugas kesehatan walaupun itu terjadi di dalam
Sakit. Hal ini jelas menguntungkan Rumah Sakit.
Rumah Sakit itu sendiri.
Kerugian yang diakibatkan kesalahan karena
Bagi pasien, ketentuan Pasal 46 ini
kesehatan yang dilakukan di Rumah
kesengajaan
yang
dilakukan
oleh
petugas
memberikan angin segar bahwa pasien dapat
kesehatan tidak menjadi tanggung jawab Rumah
pula menggugat Rumah Sakit karena kerugian
Sakit, melainkan menjadi tanggung jawab tenaga
yang dialami akibat kelalaian dalam pelayanan
kesehatan
kesehatan yang dilakukan oleh tenaga kese-
dilakukan di dalam Rumah Sakit tersebut.
yang
bersangkutan
walaupun
hatan pada saat bertugas di Rumah Sakit.
Rumah Sakit dan pasien yang menderita
Sehingga, dalam hal ini pasien lebih bisa
kerugian akibat kelalaian dalam pelayanan
mendapat kepastian ganti rugi daripada hanya
kesehatan di Rumah Sakit adalah sama-sama
menggugat petugas kesehatan yang bersang-
subyek hukum yang bisa dikenai hak dan
kutan. Hal ini yang dilakukan oleh Shanti Marina
kewajiban. Hukum yang mengatur hubungan
warga Perumahan Bumi Karang Indah, Lebak
antara satu subjek hukum dengan subjek hukum
Bulus Kecamatan Cilandak, Jakarta Selatan
lain adalah hukum privat (hukum perdata) di
yang menderita kecacatan, yaitu suaranya
mana ranahnya adalah perlindungan hak. Maka
menjadi sengau / bindeng setelah menjalani
Undang-Undang yang mengatur peristiwa hukum
operasi amandel
ini adalah KUHPerdata ialah Pasal 1367 ayat (3)
yang dilakukan oleh dr.
Wardhani Sp.THT di Rumah Sakit Puri Cinere.
Padahal sebelum operasi suara pasien dalam
keadaaan baik/normal. Dalam gugatannya Shanti Marina meminta pertanggungjawaban atas
perbuatan melawan hukum yang dilakukan dr.
Wardhani Sp.THT dan RS Puri Cinere. Hakim PN
Cibinong mengabulkan sebagian tuntutan ganti
yang bunyinya:
“Majikan-majikan dan mereka yang
mengangkat orang-orang lain untuk
mewakili urusan-urusan mereka, adalah
bertanggung jawab tentang kerugian yang
diterbitkan oleh pelayan-pelayan atau
bawahan-bawahan mereka di dalam
melakukan pekerjaan untuk mana orangorang ini dipakainya.”
rugi yang diajukan oleh Shanti Marina. Hakim PN
M.A. Moegni Djojodirdjo menuliskan dalam
Cibinong pun memutuskan bahwa Shanti Marina
bukunya Perbuatan Melawan Hukum bahwa :
mendapatkan ganti rugi dengan perincian 70 %
Pertanggungjawaban majikan dalam Pasal 1367
kewajiban Tergugat 1 yaitu dokter dan 30 %
ayat (3) KUHPerdata tidak hanya mengenai
kewajiban Tergugat 2 yaitu pihak RS Puri Cinere.
tanggung
Kasus gugatan tersebut menjadi salah satu
termasuk kepada seseorang yang di luar ikatan
jawab
dalam ikatan
kerja
saja,
84 Jurnal Idea Hukum
Vol. 2 No. 1 Edisi Maret 2016
Magister Hukum Fakultas Hukum Universitas Jenderal Soedirman
kerja telah diperintahkan seorang lain untuk
dapat melepaskan diri dari tanggung jawab
melakukan sesuatu pekerjaan tertentu, asal saja
pekerjaan yang dilakukan oleh pegawainya,
orang yang diperintahkan melakukan pekerjaan
termasuk apa yang diperbuat oleh para medis.21
tersebut melakukan pekerjaannya secara berdiri
Secara teoritis rumah sakit terikat pada
sendiri-sendiri baik atas pimpinannya sendiri
doktrin respondeat superior, namun doktrin ini
atau telah melakukan pekerjaan tersebut atas
tidak dapat diterapkan begitu saja, karena untuk
petunjuknya.
dimaksud
penerapannya harus terlebih dulu dipenuhi
dalam Pasal 1601 a KUHPerdata, pertanggung-
syarat-syarat tertentu, seperti harus adanya
jawaban
perbuatan-perbuatan
hubungan kerja antara atasan dengan bawahan
melawan hukum dari karyawan – karyawannya
dan sikap tindak bawahan harus pula dalam
yakni: “Persetujuan perburuhan adalah perse-
ruang
tujuan dengan mana pihak yang satu, si buruh,
kepadanya. Hubungan kerja dianggap ada,
mengikatkan dirinya untuk di bawah perintahnya
apabila atasan mempunyai hak secara langsung
pihak yang lain, si majikan, untuk sesuatu waktu
mengawasi dan mengendalikan aktivitas bawa-
tertentu melakukan pekerjaan dengan menerima
han dalam melakukan tugas-tugasnya, dalam hal
upah”.
ini pekerjaan yang dilakukan harus merupakan
Sebagaimana
majikan
atas
yang
Membandingkan bunyi Pasal 46 UndangUndang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah
lingkup
pekerjaan
yang
ditugaskan
suatu wujud perintah yang diberikan oleh
atasan.22
Sakit dengan Pasal 1367 KUHPerdata ayat (3) di
Tanggung gugat hukum yang ditujukan
atas, dapat diambil kesimpulan bahwa Pasal 46
kepada Rumah Sakit sebagai pemberi sarana
Undang-Undang Nomor 44 tahun 2009 tentang
pelayanan kesehatan tidaklah menggugurkan
Rumah Sakit adalah derivate atau turunan dari
tanggung jawab hukum dari petugas kesehatan
Pasal 1367 KUHPerdata ayat (3) yang berlaku
yang melakukan kelalaian dalam pelayanan
khusus untuk kalangan Rumah Sakit, atau Pasal
kesehatan. Petugas kesehatan yang melakukan
46 Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009
kelalaian yang mengakibatkan timbulnya ke-
bersifat lex spesialis.
rugian bagi pasien dalam pelayanan kesehatan
Ketentuan Pasal diatas juga sejalan
dengan
ketentuan
dari
doktrin
di Rumah Sakit tetap dikenai tanggung jawab
respondeat
hukum, sebagaimana diatur dalam Pasal 1365
superior. Doktrin respondeat superior mengan-
KUHPerdata yaitu, “Tiap perbuatan melanggar
dung makna bahwa seorang majikan adalah
hukum
orang yang berhak untuk memberikan instruksi
seorang lain mewajibkan orang yang karena
dan mengontrol tindakan bawahannya, baik atas
salahnya menerbitkan kerugian itu mengganti
hasil yang dicapai maupun tentang cara yang
kerugian tersebut”. Tuntutan atau gugatan
digunakan. Di samping itu dengan perkem-
perdata yang dapat diajukan kepada Rumah
bangan hukum kesehatan dan kecanggihan
Sakit (tanggung gugat hukum) seperti telah
teknologi kedokteran, rumah sakit pun tidak
disebutkan sebelumnya adalah:
21
22
Bahder Johan Nasution, 2005, Hukum Kesehatan
Pertanggungjawaban Dokter, Jskarta, Rineka Cipta,hal
72.
yang
Loc.cit,.
membawa
kerugian
kepada
Kajian Yuridis Tanggung Jawab Perdata… 85
a. Tanggung gugat berdasarkan wan-
Dari segi kacamata yuridis, konsep ganti rugi
prestasi atau cedera janji atau ingkar
dalam hukum dikenal dalam dua bidang hukum,
janji yang didasarkan pada contractual
yaitu sebagai berikut:23
liability
sebagaimana
diatur
dalam
a. Konsep
Pasal 1239 KUHPerdata.
ganti
karena
wanprestasi;
b. Tanggung gugat berdasarkan perbua-
b. Konsep ganti rugi karena perikatan
tan melanggar hukum (onrechtmatige-
berdasarkan
daad)
termasuk
sebagaimana
rugi
diatur
dalam
ketentuan Pasal 1365 KUHPerdata.
undang-undang
ganti
rugi
karena
perbuatan melawan hukum.
Tuntutan atau gugatan perdata tersebut
Penuntutan ganti rugi atas kerugian yang
dapat diajukan semata-mata didasarkan pada
dialami oleh pasien dalam pelayanan kesehatan
wanprestasi, atau didasarkan pada perbuatan
baik oleh pasien sendiri maupun keluarganya
melawan
dapat pula
telah diatur dalam Undang-Undang Nomor 36
diajukan sekaligus yaitu secara wanprestasi dan
Tahun 2009 tentang Kesehatan yang diru-
perbuatan melawan hukum secara bersamaan.
muskan
Tentunya dasar tuntutan harus jelas mana yang
menyebutkan,
hukum saja,
namun
wanprestasi dan mana yang perbuatan melawan
hukum, karena pencampuran antara wanprestasi
dan perbuatan melawan hukum dapat berakibat
gugatan atau tuntutan itu dinyatakan kabur atau
obscuurlibel dan gugatan dinyatakan tidak dapat
diterima atau niet on vankerlijke verklart.
dalam
Pasal
58
ayat
1
yang
“Setiap orang berhak menuntut ganti
rugi terhadap seseorang, tenaga
kesehatan, dan/atau penyelenggara
kesehatan yang menimbulkan kerugian
akibat kesalahan atau kelalaian dalam
pelayanan
kesehatan
yang
diterimanya”.
Terdapat dua bentuk ganti rugi akibat
perbuatan melawan hukum yang biasa digu-
Analisis
Ganti Rugi
dari
Pertanggungg-
jawaban Perdata Rumah Sakit Akibat Kelalaian dalam Pelayanan Kesehatan
nakan dalam gugatan pasien kepada tenaga
kesehatan maupun Rumah Sakit dalam beberapa kasus, yaitu ganti rugi Materiil dan ganti rugi
Immateriil:
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
menyebutkan pada Pasal 1365 KUH Perdata
yang menyebutkan bahwa, “Tiap perbuatan yang
melanggar hukum dan membawa kerugian
kepada orang lain, mewajibkan orang yang
menimbulkan kerugian itu karena kesalahannya
untuk menggantikan kerugian tersebut”. Pasal
diatas
memuat
ketentuan
bahwa
terdapat
hubungan kausal antara perbuatan dan kerugian.
23
Munir Fuady, 2013, Perbuatan Melawan Hukum
Pendekatan Kontemporer, Bandung, Citra Aditya Bakti,
hal. 134.
1). Ganti Rugi Materiil
Kerugian materiil adalah kerugian yang
nyata-nyata diderita
oleh korban dan
jumlahnya
diukur
dapat
secara
matematis.
2). Ganti Rugi Immateriil
Kerugian imateriil merupakan kerugian
pihak korban yang tidak dapat diukur
jumlahnya. Ganti rugi immateriil dapat
86 Jurnal Idea Hukum
Vol. 2 No. 1 Edisi Maret 2016
Magister Hukum Fakultas Hukum Universitas Jenderal Soedirman
berupa penderitaan sakit atau kesakitan,
yanan kesehatan.
Dalam bentuk ganti rugi,
kesedihan, ketakutan, kehilangan kese-
maka ganti rugi berdasarkan wanprestasi dalam
nangan, kehilangan harapan, kehilangan
wujud ganti rugi materiil yaitu kerugian yang
bagian tubuh atau cacat, bahkan sampai
nyata-nyata diderita oleh korban dan jumlahnya
kematian pasien bukan kerugian yang
dapat diukur secara matematis. Ganti rugi
dapat dituntut atas dasar wanprestasi.
materiil ini sesuai dengan perjanjian terapeutik
Ganti rugi immateriil ini hanya dapat
yang telah disetujui pasien sebelumnya.
dibebankan terhadap kerugian karena
Besarnya ganti rugi yang diminta ataupun
perbuatan melawan hukum dan tidak
yang diterima tidak ditentukan secara tegas
layak diterapkan atas kerugian yang
dalam KUHPerdata. Pasal 1365 KUHPerdata
disebabkan oleh wanprestasi kontrak.
menentukan kewajiban pelaku perbuatan mela-
Ketentuan ganti rugi berdasarkan gugatan
wan hukum untuk membayar ganti rugi, namun
wanprestasi berdasarkan Pasal 1246 KUH-
tidak ada pengaturan lebih lanjut mengenai ganti
Perdata akan memberikan kerugian berupa
kerugian tersebut. Selanjutnya Pasal 1371
biaya, kerugian dan bunga. Namun ketentuan
KUHPerdata memberikan sedikit pedoman untuk
pertanggungjawaban
itu dengan menyebutkan:
berdasarkan
gugatan
wanprestasi adalah adanya ingkar janji atau tidak
dipenuhinya isi perikatan dalam hal ini adalah
ingkar janji atau tidak terpenuhinya perjanjian
terapeutik. Perikatan atau perjanjian terapeutik
antara dokter atau tenaga kesehatan dengan
pasien adalah dalam hal prestasi yang harus
dipenuhi dokter atau tenaga kesehatan berupa
kesungguhan, kecermatan, kehati-hatian dengan
didasarkan pada keilmuan dan keterampilan
serta pengalaman sebagai dokter maupun
tenaga kesehatan dalam melakukan tindakan
medis.
“ Menyebabkan luka atau cacat anggota
badan seseorang dengan sengaja atau
karena kurang hati-hati, memberi hak
kepada si korban selain untuk menuntut
penggantian biaya pengobatan, juga untuk
menuntut penggantian kerugian yang
disebabkan oleh luka atau cacat badan
tersebut. Juga penggantian kerugian ini
dinilai
menurut
kedudukan
dan
kemampuan kedua belah pihak dan
menurut keadaan. Ketentuan terakhir ini
pada umumnya berlaku dalam hal menilai
kerugian yang ditimbulkan oleh suatu
kejahatan terhadap pribadi seseorang”.
KUHPerdata tidak dengan tegas atau
Dimana, dokter maupun tenaga kese-
bahkan tidak mengatur secara rinci tentang ganti
hatan haruslah memenuhi standar profesi,
rugi tertentu, atau tentang salah satu aspek dari
standar pelayanan medis maupun standar
ganti rugi, maka hakim mempunyai kebebasan
operasional prosedur, apabila ketiga hal tersebut
untuk menerapkan ganti rugi tersebut sesuai
terpenuhi
petugas
dengan asas kepatutan, sejauh hal tersebut
kesehatan lain dapat terbebas dari gugatan
memang dimintakan oleh pihak penggugat.
maupun tuntutan hukum. Berdasarkan uraian
Justifikasi terhadap kebebasan hakim ini adalah
diatas maka gugatan berdasarkan wanprestasi
karena penafsiran kata rugi, biaya dan bunga
maka ganti kerugian yang didapatkan oleh
tersebut sangat luas dan dapat mencakup
pasien adalah ganti kerugian berdasarkan isi
hampir segala hal yang bersangkutan dengan
perjanjian terapeutik yang telah disetujui oleh
ganti rugi.
maka
dokter
maupun
pasien sebelumnya dalam mendapatkan pela-
Kajian Yuridis Tanggung Jawab Perdata… 87
Pedoman selanjutnya dapat ditemukan
kan sebagian tuntutan ganti rugi Shanti Marina
pada Pasal 1372 KUHPerdata yang menyatakan
terhadap dr. Warhdani Sp.THT dan Rumah Sakit
bahwa, “… Dalam menilai satu sama lain hal,
Puri Cinere berdasarkan pertimbangan bahwa
Hakim harus memperhatikan kasar atau tidaknya
dr.
penghinaan begitu pula pangkat, kedudukan dan
perbuatan melawan hukum dan pihak Rumah
kemampuan kedua belah pihak dan keadaan”.
Sakit Puri Cinere turut bertanggungjawab atas
Pada pasal 1372 KUHPerdata ditekankan bahwa
perbuatan melawan hukum yang dilakukan
dalam memutuskan ganti rugi yang diterima oleh
dokter
pasien dalam gugatannya baik kepada tenaga
menghukum secara tanggung renteng untuk
kesehatan maupun kepada Rumah Sakit, Hakim
membayar ganti rugi material dan immaterial
memperhatikan kedudukan, kemampuan mau-
dengan perincian 70% kewajiban dokter
pun keadaan tergugat dan penggugat dengan
30% kewajiban Rumah Sakit.
tetap mempertimbangkan dasar keadilan bagi
diuraikan diatas bahwa dalam KUHPerdata
keduanya.
belum mengatur secara jelas mengenai keten-
Warhdani Sp.THT telah melakukan
Warhdani
Sp.THT
tersebut,
serta
dan
Seperti telah
Kasus Shanti Marina yang menggugat
tuan besaran ganti rugi yang diterima oleh pasien
secara perdata dr. Warhdani Sp.THT dan Rumah
atas kerugian yang dideritanya, maka besaran
Sakit Cinere untuk mendapatkan ganti rugi akibat
ganti kerugian ditentukan oleh hakim dengan
penderitaan yang telah dialaminya telah sesuai
dasar pertimbangan Pasal 1372 KUHPerdata,
dengan ketentuan Pasal 58 ayat (1) Undang-
Pasal 1371 KUHPerdata dengan keadilan.
Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan dan Pasal 46 Undang-Undang Nomor 44
PENUTUP
Tahun 2009 tentang Rumah Sakit.
Simpulan
Gugatan
perdata yang diajukan berdasarkan perbuatan
Pertama, tanggung Jawab Perdata Rumah
melawan hukum pun telah tepat adanya karena
Sakit atas tindakan kelalaian tenaga kesehatan
dengan
dapat
di Rumah Sakit yang menyebabkan kerugian
mengajukan tuntutan ganti rugi materiil dan
pada pasien sesuai dengan ketentuan dari Pasal
immaterial.
1367 ayat (3) KUHPerdata dan Pasal 46
demikian
Putusan
Shanti
Negeri
Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang
putusan
Rumah Sakit. Hal tersebut sesuai juga dengan
K/Pdt/2006
doktrin responden superior, dan juga asas
dengan mengabulkan tuntutan ganti rugi Shanti
vicariuous liability yaitu Rumah Sakit ber-
Marina terhadap dr. Warhdani Sp.THT dan
tanggung gugat atas kelalaian yang dilakukan
Rumah Sakit Puri Cinere dan dibayar secara
oleh tenaga kesehatan yang bekerja dalam
tanggung renteng antara tergugat I dan tergugat
kedudukan sebagai employee. Ketentuan perun-
II telah cukup memenuhi rasa keadilan bagi
dang-undangan tersebut memberi nilai lebih baik
Shanti
atas
bagi pasien, Tenaga Kesehatan maupun Rumah
penderitaan yang harus dialami akibat kelalaian
Sakit. Ketentuan Pasal 46 merupakan dasar
dalam pelayanan kesehatan yang diterimanya.
yuridis bagi pasien untuk meminta pertang-
Hakim Pengadilan Negeri Cibinong mengabul-
gungjawaban Rumah
Cibinong
dan
Mahkamah
Hakim
Marina
diperkuat
Agung
Marina
Pengadilan
Nomor
sebagai
dengan
957
penggugat
Sakit apabila pasien
88 Jurnal Idea Hukum
Vol. 2 No. 1 Edisi Maret 2016
Magister Hukum Fakultas Hukum Universitas Jenderal Soedirman
menderita kerugian akibat kelalaian tenaga
yang dilakukan oleh dr.Wardhani Sp.THT dan RS
kesehatan. Bagi tenaga kesehatan pasal ini
Puri Cinere telah sesuai dengan ketentuan dari
memberikan
karena
Pasal 1367 KUHPerdata ayat (3) dan Pasal 46
Rumah Sakit ikut bertanggung jawab seandainya
Undang-Undang Rumah Sakit, dan sesuai juga
tenaga kesehatan yang bersangkutan berbuat
doktrin respondeat superior demikian pula sesuai
suatu kelalaian. Ketentuan Pasal 46 ini juga
dengan ketentuan asas vicarious liability.
perlindungan
hukum,
memberikan keuntungan bagi Rumah Sakit,
karena Rumah Sakit hanya bertanggung jawab
Saran
sebatas akibat kelalaian tenaga kesehatan saja,
dan
tidak
bertanggung
jawab
Pentingnya sosialisasi ketentuan Pasal 46
terhadap
Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang
kesalahan karena kesengajaan yang dilakukan
Rumah Sakit kepada pihak Rumah Sakit, tenaga
tenaga kesehatan di Rumah Sakit.
Kesehatan, dan kepada masyarakat. Perlu
Kedua, tanggung jawab hukum perdata
dibuat peraturan pelaksana ketentuan Pasal 46
Rumah Sakit akibat kelalaian tenaga kesehatan
Undang-Undang Rumah Sakit dimana Rumah
di Rumah Sakit berupa pertanggungjawaban
Sakit
berdasarkan perbuatan melawan hukum dan
kelalaian tenaga kesehatan yang menyebabkan
pertanggung jawaban berdasarkan wanprestasi.
kerugian bagi pasien.
bertanggungjawab
terhadap
tindakan
Kedua bentuk tanggung gugat tersebut bergantung pada pasien akan menuntut gugatan
berdasarkan yang mana, karena pembuktian
hukumnya juga berbeda. Konsep ganti rugi yang
diterima pasien dalam tanggung gugat Rumah
Sakit akibat kerugian karena kelalaian tenaga
kesehatan berbeda tergantung dari gugatan
hukum yang diajukan, berdasarkan perbuatan
melawan hukum ataukah berdasarkan wanprestasi. Ganti rugi berdasarkan gugatan akibat
perbuatan
melawan
hukum lebih
memberi
keadilan bagi pasien maupun keluarganya yang
menderita kerugian akibat kelalaian oleh tenaga
kesehatan karena dapat menuntut ganti rugi
materiil maupun immateriil, sedangkan bila
berdasarkan wanprestasi maka tuntutan ganti
rugi hanya dapat mengganti kerugian materiil
saja.
Putusan Mahkamah Agung Nomor 957
K/Pdt/2006 yang menguatkan keputusan PN
Cibinong yang mengabulkkan gugatan dari
Shanti Marina atas perbuatan melawan hukum
akibat kelalaian dalam pelayanan kesehatan
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Astuti, Endang Kusuma, 2009,Transaksi Terapeutik Dalam Upaya Pelayanan Medis Di
Rumah Sakit, Bandung, PT Citra Aditya
Bakti, hal. 51. Dikutip dari Panitia Etika
Rumah Sakit, 1991, “Etika Rumah Sakit di
Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo”,
Jakarta.
Fuady, Munir, 2013, Perbuatan Melawan Hukum
Pendekatan Kontemporer, Bandung, Citra
Aditya Bakti.
Hatta, Moh., 2013, Hukum Kesehatan & Sengketa Medik, Yogyakarta, Liberty.
Ilyas, Amir, 2014,Pertanggungjawaban Pidana
Dokter Dalam Malpraktik Medik Di Rumah
Sakit,Yogyakarta, Rangkang Education
dan Republik Institute.
Ibrahim, Johnny, 2005,Teori dan Metodologi
Penelitian Hukum Normatif,Malang, Bayumedia.
Machmud, Syahrul, 2008, Penegakan Hukum
Dan Perlindungan Hukum Bagi Dokter
Yang Diduga Melakukan Medikal Malpraktek, Bandung, Mandar Maju
Kajian Yuridis Tanggung Jawab Perdata… 89
Nasution, Bahder Johan, 2005, Hukum Kesehatan Pertanggungjawaban Dokter, Jakarta, Rineka Cipta.
Sumitro, Ronny Hanitijo, 2007,Metode Penelitian
Hukum dan Jurimetri, Jakarta, PT Raja
Grafindo Persada.
Seokanto, Soerjono dan Sri Mamudji, 2007,
Penelitian Hukum Normatif, Jakarta, PT
RajaGrafindo Persada
Yustina, Endang Wahyati, 2012, Mengenal Hukum Rumah Sakit, Bandung, CV Keni
Media.
.
Jurnal
Setya Wahyudi, 2011,Tanggung Jawab Rumah
Sakit Terhadap Kerugian Akibat Kelalaian
Tenaga Kesehatan Dan Implikasinya,
Jurnal Dinamika Hukum Fakultas Hukum
Universitas Jenderal Soedirman Volume
11 No.3;
Bambang Heryanto, 2010, “Malpraktik Dokter
dalam Perspektif Hukum”, Jurnal Dinamika
Hukum, Vol.10 No.2 Mei 2010;
Internet
Sabir Alwy, 2011, Pasien
Dokter ke MKDKI
Banyak,,tersedia
www.detikhealth.com,
Maret 2015
yang Mengadukan
Jumlahnya Makin
pada
website
diakses tanggal 23
Sugiyatmi, Tri Astuti, 2014. Kasus Yang Terjadi
Antara Pasien Dan Rumah Sakit, Kasus
Medis vs Mutu Layanan Kesehatan,
tersedia
dalam
website
www.lasmawatibutarbutar.blogspot.com,
diakses tanggal 23 Maret 2015.
Nasser, M., Sengketa Medis Dalam Pelayanan
Kesehatan, tersedia pada website
www.kebijakankesehatanindonesia.net,
diakses tanggal 30 November 2014.
Download