1,5 juta bayi di dunia meninggal karena tidak

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap tahun terdapat 1 – 1,5 juta bayi di dunia meninggal karena tidak diberi
ASI secara Eksklusif kepada sang buah hati. Sayangnya, masih banyak ibu yang
kurang memahami manfaat pentingnya pemberian ASI utuk sang buah hati, ASI
eksklusif sangat penting sekali bagi bayi usia 0-6 bulan karena semua kandungan
gizi ada pada ASI yang sangat berguna bagi pertumbuhan bayi,dari jumlah
tersebut diperoleh fakta 95% ibu menyusui tetapi hanya 5% yang menyusui
secara eksklusif menurut WHO,2011.
Dalam proses laktasi kadang kala terjadi kejanggalan yang sering
disebabkan karena timbulnya berbagai masalah, baik masalah dari ibu maupun
bayi. Salah satu faktor dari ibu yaitu teknik menyusui yang tidak benar. Teknik
menyusui yang tidak benar dapat menyebabkan puting susu lecet dan ASI tidak
keluar optimal. Hal ini dapat menimbulkan gangguan dalam proses menyusui
sehingga pemberian ASI tidak adekuat, pemberian ASI yang tidak adekuat dapat
mengakibatkan payudara bengkak (breast engorgement) karena sisa ASI pada
duktus. Statis pada pembuluh darah dapat mengakibatkan meningkatnya tekanan
intraduktal yang akan mempengaruhi segmen pada payudara sehingga tekanan
seluruh payudara meningkat akibat payudara sering terasa penuh,tegang serta
terasa nyeri. Payudara bengkak banyak terjadi pada ibu postpartum
1
minggu
2
pertama hari ke-3 dan ke-4 sesudah ibu melahirkan mencapai 13,3%
(WHO,2011).
Insiden bendungan ASI dapat dikurangi hingga setengahnya bila disusui
tanpa batas Pada tahun-tahun berikutnya sejumlah peneliti lain juga mengamati
bahwa bila waktu untuk menyusui dijadwalkan, lebih sering terjadi bendungan
yang sering diikuti dengan mastitis dan kegagalan laktasi (WHO, 2011).
Menurut WHO,Kurang lebih 40 % wanita Amerika saat ini memilih untuk
tidak menyusui, dan banyak diantaranya mengalami nyeri dan pembengkakan
payudara yang cukup nyata. Pembesaran ASI, pembengkakan dan nyeri payudara
mencapai puncaknya 3 sampai 5 hari postpartum. Sebanyak 10% wanita mungkin
melaporkan nyeri berat hingga 14 hari post partum dan seperempat sampai
setengah dari wanita tersebut mengkonsumsi analgesik untuk meredakan nyeri
payudara pada masa nifas (Kartika, 2007).
Dalam perkembangan kesehatan anak Indonesia, sebagaimana menyusui
yang memiliki dampak sangat signifikan dalam menurunkan kematian anak. Hal
ini berarti memiliki peranan penting dalam pencapaian MDGs 4. Sehingga sisa
waktu yang hanya 5 tahun sampai batas akhir Millennium Development Goals
tahun 2015, membuat Indonesia perlu lebih menekankan setiap intervensi yang
membantu untuk menurunkan angka kematian anak (DepKes RI, 2011 ).
. Dampak dari teknik menyusui yang salah pada ibu yaitu ibu akan
mengalami gangguan proses fisiologis setelah melahirkan, seperti puting susu
lecet dan nyeri, payudara bengkak bahkan bisa sampai terjadi mastitis dan
sebagainya (Kamalia, 2011).
3
Dalam rangka melaksanakan amanat yang tercantum dalam UndangUndang Nomor 36 tahun 2009 pasal 129 ayat (2) tentang kesehatan, Pemerintah
RI menetapkan peraturan No.33 tahun 2012 tentang pemberian Air Susu Ibu
(ASI). ASI adalah cairan sekresi kelenjar payudara ibu yang diberikan kepada
bayinya (Depkes RI, 2012 ).
Teknik Menyusui Yang Benar adalah cara memberikan ASI kepada bayi
dengan perlekatan dan posisi ibu dan bayi dengan benar. Saat menyusui ibu harus
rileks dan nyaman, bayi melekat menghadap puting ibu, kepala dan tubuh bayi
berada pada garis lurus, seluruh puting dan sebagian besar areola (bagian
payudara yang berwarna lebih gelap kecokelatan) masuk ke dalam mulut bayi,
dagu bayi menyentuh payudara dan bokong bayi ditopang (Runtulalo, 2005).
Bayi dapat mengisap dengan baik jika mulut terbuka lebar, bibir bawah
terlipat keluar, pipi bayi tidak cekung, tapi membulat dan isapannya teratur lambat
dan dalam. ASI dapat dikatakan benar-benar kurang jika berat badan (BB) bayi
meningkat kurang dari rata-rata 500 gram per bulan, BB lahir dalam waktu 2
minggu belum kebal, ngompol rata-rata kurang dari 6 kali dalam 24 jam, cairan
urin pekat, bau dan warna kuning (Runtulalo,2005).
Posisi yang kurang benar dapat menyebabkan rasa sakit, lecet, dan luka pada
puting serta membuat ibu dan bayi frustrasi. Bayi akan frustasi karena lapar dan
ibu akan merasa cemas karena ketidak mampuan menyusui bayi. Kurangnya
pengeluaran ASI dari payudara
ibu bisa menyebabkan kepenuhan, bengkak
payudara, dan bahkan kegagalan menyusui (Ramaiah, 2006).
4
Sujiyatini (2010) menjelaskan bahwa menyusui memang alamiah, tapi
sekedar memahami menyusui sebagai kodrat saja belum cukup. Diperlukan
pemahaman yang mendalam tentang ASI, baik dalam hal manfaat maupun segala
sesuatu yang berkaitan dengan teknik pemberian ASI, persiapan dan teknik
menyusui serta cara mengatasinya.
Menurut Sastrawinata (2005) masalah menyusui umumnya terjadi dalam
dua minggu pertama masa nifas. Pada masa ini, pengawasan dan perhatian
petugas kesehatan sangat diperlukan agar masalah menyusui dapat segera
ditanggulangi sehingga tidak terjadi penyulit atau menyebabkan kegagalan
menyusui. Masalah menyusui yang sering terjadi diantaranya : payudara bengkak,
kelainan puting susu, puting nyeri dan lecet, puting datar atau terbenam, saluran
susu tersumbat, mastitis dan abses pada payudara. Kegagalan dalam proses
menyusui sering disebabkan karena timbulnya beberapa masalah, baik masalah
pada ibu maupun bayi. Bendungan ASI adalah peningkatan aliran vena dan limfe
pada payudara yang akan mengakibatkan meningkatnya tekanan intraduktal, dan
mempengaruhi berbagai segmen pada payudara, sehingga tekanan seluruh
payudara akan meningkat, akibatnya payudara sering terasa penuh serta nyeri.
Selain itu juga dapat disebabkan karena proses menyusui yang tiadak adekuat
akibat tidak sempurnanya pengosongan payudara ( Kartika, 2007)
Menurut DepKes 2011 pemberian Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif 0–6 bulan
di Indonesia berfluktuasi dalam tiga tahun terakhir, menurun dari 62,2% tahun
2010 menjadi 56,2% pada tahun 2011 dan sedikit meningkat pada tahun 2012
menjadi 61,3%. Demikian juga cakupan pemberian ASI Eksklusif pada bayi
5
sampai 6 bulan menurun dari 28,6% tahun 2010 menjadi 24,3% pada tahun 2011
dan meningkat menjadi 34,3% pada tahun 2012 (Susenas, 2010 – 2012).
Untuk Provinsi Aceh berdasarkan data Dinkes (2012) cakupan ASI
Eksklusif hanya 45%, sedangkan data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Pidie
Jaya dari jumlah 2.649 (99,37%) bayi, yang mendapat ASI Ekslusif 96 (36,2%)
bayi. Selebihnya diberikan ASI dengan makanan pendamping.
Pada data Puskesmas Meureudu yang peneliti lakukan pada bulan JanuariJuni tahun 2012 diketahui ibu menyusui berjumlah 105 (50,5%), sedangkan data
teknik menyusui yang benar sebanyak 32 (30%) orang.
Berdasarkan survey yang peneliti dapatkan di masyarakat terdapat 34 ibu
postpartum yang menyusui bayinya pada minggu pertama setelah melahirkan
berjumlah 10 yang mengalami bendungan ASI.Dari hasil wawancara yang peneliti
dapatkan Mereka mengatakan pada keadaan ini sering kali menghentikan
menyusui karena payudaranya terasa sakit,dan merasa tidak nyaman saat
menyusui bayinya, disebabkan karena cara pada saat menyusui yang tidak benar
yaitu posisi duduk yang tidak tegak,kepala dan tubuh bayi tidak berada pada garis
lurus dan dagu bayi tidak menyentuh payudara ibu.
Berdasarkan uraian diatas maka peneliti tertarik untuk meneliti lebih jauh
tentang “Hubungan Teknik Menyusui Yang Benar Dengan Kejadian
Bendungan ASI Pada Ibu Nifas Di Wilayah Kerja Puskesmas Meureudu
Kabupaten Pidie Jaya”.
6
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah pada penelitian
ini yaitu “Hubungan Teknik Menyusui Yang Benar Dengan Kejadian
Bendungan ASI Pada Ibu Nifas Di Wilayah Kerja Puskesmas Meureudu
Kabupaten Pidie Jaya”.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk Mengetahui Hubungan Teknik Menyusui Yang Benar Dengan
Kejadian Bendungan ASI Pada Ibu Nifas Di Wilayah Kerja Puskesmas
Meureudu Kabupaten Pidie Jaya.
2. Tujuan Khusus
Untuk mengetahui hubungan teknik menyusui yang benar dengan
kejadian bendungan ASI pada ibu nifas di Wilayah Kerja Puskesmas
Meureudu Kabupaten Pidie Jaya.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
sebagai bahan kajian dan sebagai pengembangan ilmu pengetahuan
untuk menambah informasi terhadap hubungan teknik menyusui yang benar
dengan kejadian bendungan ASI.
2. Bagi Institusi Pendidikan,
7
dapat dimanfaatkan dan dijadikan sebagai bahan referensi untuk
pustaka.
3. Bagi Tempat Penelitian,
untuk menambah informasi terhadap hubungan teknik menyusui yang
benar dengan kejadian bendungan ASI, sehingga masyarakat terutama ibu
menyusui mau memberikan ASI kepada bayinya.
8
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Air Susu Ibu
1. Pengertian Air Susu Ibu
Air Susu Ibu (ASI) adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein, laktosa
dan garam-garam anorganik yang sekresi oleh kelenjar mamae ibu, yang berguna
sebagai makanan bagi bayinya. Sedangkan ASI Ekslusif adalah perilaku dimana
hanya memberikan Air Susu Ibu (ASI) saja kepada bayi sampai umur 6 (enam) bulan
tanpa makanan dan ataupun minuman lain kecuali sirup obat. ASI dalam jumlah
cukup merupakan makanan terbaik untuk bayi dan dapat memenuhi kebutuhan gizi
bayi selama 4 bulan pertama. ASI merupakan makanan alamiah yang pertama dan
utama bagi bayi sehingga dapat mencapai tumbuh kembang yang optimal ( Siregar,
2005).
Secara alamiah, seorang ibu mampu menghasilkan Air Susu Ibu (ASI) segera
setelah melahirkan. ASI diproduksi oleh alveoli yang merupakan bagian hulu dari
pembuluh kecil air susu. ASI merupakan makanan yang paling cocok bagi bayi
karena mempunyai nilai gizi yang paling tinggi dibandingkan dengan makanan bayi
yang dibuat oleh manusia ataupun susu yang berasal dari hewan seperti susu sapi,
susu kerbau, atau susu kambing. Pemberian ASI secara penuh sangat dianjurkan oleh
ahli gizi diseluruh dunia. Tidak satupun susu buatan manusia (susu formula) dapat
menggantikan perlindungan kekebalan tubuh seorang bayi, seperti yang diperoleh
dari susu kolostrum (Kamalia, 2005).
Pernyataan tersebut didukung oleh Syahmien Moehji (2002) yang
mengatakan bahwa ASI merupakan makanan yang mutlak untuk bayi yaitu pada usia
10
4-6 bulan pertama kehidupannya. ASI mengandung semua zat gizi yang diperlukan
oleh bayi dengan komposisi yang sesuai dengan kebutuhan bayi. Jika dibandingkan
dengan susu sapi, Air Susu Ibu (ASI) mempunyai kelebihan antara lain mampu
mencegah penyakit infeksi, ASI mudah didapat dan tidak perlu dipersiapkan terlebih
dahulu. Melalui ASI dapat dibina kasih sayang, ketentraman jiwa bagi bayi yang
sangat penting untuk pertumbuhan dan perkembangan jiwa bayi (Kamalia, 2005).
Oleh karena itu ASI harus diberikan pada bayi, sekalipun produksi ASI pada
hari-hari pertama baru sedikit, namun mencukupi kebutuhan bayi. Pemberian air
gula, air teh, air tajin dan makanan prelaktal (sebelum ASI lancar produksi) lain,
harus dihindari untuk mendapatkan manfaat maksimal dari ASI, maka sebaiknya
menyusui dilakukan setelah bayi lahir (dalam waktu 30 menit setelah bayi lahir)
karena daya hisap pada saat itu paling kuat untuk merangsang pengeluaran ASI
selanjutnya (Kamalia, 2005).
2. Kebaikan ASI dan Menyusui
ASI sebagai makanan bayi mempunyai kebaikan/sifat sebagai berikut :
a. ASI merupakan makanan alamiah yang baik untuk bayi, praktis, ekonomis,
mudah dicerna untuk memiliki komposisi, zat gizi yang ideal sesuai dengan
kebutuhan dan kemampuan pencernaan bayi.
b. ASI mengadung laktosa yang lebih tinggi dibandingkan dengan susu buatan.
Didalam usus laktosa akan dipermentasi menjadi asam laktat. yang bermanfaat
untuk : Menghambat pertumbuhan bakteri yang bersifat patogen. Merangsang
pertumbuhan mikroorganisme yang dapat menghasilkan asam organik dan
mensintesa beberapa jenis vitamin. Memudahkan terjadinya pengendapan
calsium-cassienat. Memudahkan penyerahan herbagai jenis mineral, seperti
calsium, magnesium.
11
c. ASI mengandung zat pelindung (antibodi) yang dapat melindungi bayi selama
5-6 bulan pertama, seperti : Immunoglobin, Lysozyme, Complemen C3 dan C4,
Antistapiloccocus, lactobacillus, Bifidus, Lactoferrin.
d.
ASI tidak mengandung Beta-lactoglobulin yang dapat menyebabkan alergi
pada bayi.
e. Proses pemberian ASI dapat menjalin hubungan psikologis antara ibu dan bayi.
Selain memberikan kebaikan bagi bayi, menyusui dengan bayi juga dapat
memberikan keuntungan bagi ibu, yaitu : Suatu kebanggaan bagi ibu, bahwa ia
dapat memberikan “kehidupan” kepada bayinya.
f.
Hubungan yang lebih erat karena secara alamiah terjadi kontak kulit yang erat,
bagi perkembangan psikis dan emosional antara ibu dan anak.
g. Dengan menyusui bagi rahim ibu akan berkontraksi yang dapat menyebabkan
pengembalian keukuran sebelum hamil
h. Mempercepat berhentinya pendarahan post partum.
i.
Dengan menyusui maka kesuburan ibu menjadi berkurang untuk beberpa bulan
(menjarangkan kehamilan)
Mengurangi kemungkinan kanker payudara pada masa yang akan datang (Siregar,
2004).
3. Produksi Asi
Proses terjadinya pengeluaran air susu dimulai atau dirangsang oleh isapan mulut
bayi pada putting susu ibu. Gerakan tersebut merangsang kelenjar Pictuitary Anterior
untuk memproduksi sejumlah prolaktin, hormon utama yang mengandalkan Proses
terjadinya pengeluaran air susu dimulai atau dirangsang oleh isapan mulut bayi pada
putting susu ibu. Gerakan tersebut merangsang kelenjar Pictuitary Anterior untuk
memproduksi sejumlah prolaktin, hormon utama yang mengandalkan pengeluaran
12
Air Susu. Proses pengeluaran air susu juga tergantung pada Let Down Replex,
dimana hisapan putting dapat merangsang kelenjar (Siregar, 2004).
Pictuitary Posterior untuk menghasilkan hormon oksitolesin, yang dapat
merangsang serabutotot halus di dalam dinding saluran susu agar membiarkan susu
dapat mengalir secara lancar.Kegagalan dalam perkembangan payudara secara
fisiologis untuk menampunga air susu sangat jarang terjadi. Payudara secara
fisiologis merupakan tenunan aktif yang tersusun seperti pohon tumbuh di dalam
putting dengan cabang yang menjadi ranting semakin mengecil. Susu diproduksi
pada akhir ranting dan mengalir kedalam cabang-cabang besar menuju saluran ke
dalam putting. Secara visual payudara dapat
13
di gambarkan sebagai setangkai buah anggur, mewakili tenunan kelenjar yang
mengsekresi dimana setiap selnya mampu memproduksi susu, bila sel-sel
Myoepithelial di dalam dinding alveoli berkontraksi, anggur tersebut terpencet dan
mengeluarkan susu ke dalam ranting yang mengalir ke cabang-cabang lebih besar,
yang secara perlahan-lahan bertemu di dalam aerola dan membentuk sinus
lactiterous. Pusat dari areda (bagan yang berpigmen) adalah putingnya, yang tidak
kaku letaknya dan dengan mudah dihisap (masuk kedalam) mulut bayi (siregar,
2004)
4. Komposisi ASI
Kandungan kolostrum berbeda dengan air susu yang mature, karena
kolostrum mengandung berbeda dengan air susu yang mature, karena kolostrum dan
hanya sekitar 1% dalam air susu mature, lebih banyak mengandung imunoglobin A
(Iga), laktoterin dan sel-sel darah putih, terhadap, yang kesemuanya sangat penting
untuk pertahanan tubuh bayi, terhadap serangan penyakit (Infeksi) lebih sedikit
mengandung lemak dan laktosa, lebih banyak, mengandung vitamin dan lebih
banyak mengandung mineral-mineral natrium (Na) dan seng (Zn) (Siregar, 2004).
ASI memiliki komposisi yang berbeda-beda dari hari ke hari.
a. Kolostrum.
Kolostrum merupakan cairan pertama yang berwarna kekuning-kuningan
(lebih kuning dibandingkan susu matur). Cairan ini dari kelenjar payudara dan
keluar pada hari kesatu sampai hari keempat-tujuh dengan komposisi yang selalu
berubah dari hari kehari. Kolostrum mengandung
zat anti infeksi 10-17 kali lebih banyak dibandingkan ASI matur. Selain itu,
kolostrum dapat berfungsi sebagai pencahar yang ideal untuk membersihkan zat
14
yang tidak terpakai dari usus bayi yang baru lahir dan mempersiapkan saluran
pencernaan makanan bayi bagi makanan yang akan datang.
b. ASI Transisi (Peralihan).
ASI transisi diproduksi pada hari ke-4 sampai 7 hari ke-10 sampai 14. Pada
masa ini kadar protein berkurang, sedangkan kadar karbohidrat dan lemak serta
volumenya semakin meningkat.
c. ASI Mature.
ASI mature merupakan ASI yang diproduksi sejak hari ke-14 dan
seterusnya dengan komposisi yang relatif konstan. Pada ibu yang sehat dan
memiliki jumlah ASI yang cukup, ASI ini merupakan makanan satu-satunya yang
paling baik bagi bayi sampai umur enam bulan (Roesli, 2001).
5. Volume ASI
Hasil penyelidikan Suhardjo yang dikutip oleh Kamalia (2005), volume ASI
dari waktu ke waktu berubah, yaitu :
1) Enam bulan pertama : 500-700 ml ASI/ 24 jam
2) Enam bulan kedua : 400-600 ml ASI/ 24 jam
3) Setelah satu tahun : 300-500ml ASI/ 24 jam
Menurut Kamalia (2005) bahwa dalam kondisi normal kira kira100 ml ASI
pada hari kedua setelah melahirkan, dan jumlahnya akan meningkat sampai kira-kira
500 ml dalam minggu kedua. Secara normal, produksi ASI yang efektif dan terusmenerus akan dicapai pada kira-kira 10-14 hari setelah melahirkan. Selama beberapa
bulan berikutnya bayi yang sehat akan mengkonsumsi sekitar 700-800 ml ASI setiap
24 jam. Volume ASI yang dapat dikonsumsi bayi dalam satu kali menyusu selama
sehari penuh sangat bervariasi. Ukuran payudara tidak ada hubungannya dengan
volume air susu yang dapat diproduksi, meskipun umumnya payudara yang
15
berukuran sangat kecil, terutama yang ukurannya tidak berubah selama masa
kehamilan, hanya memproduksi sejumlah kecil ASI. Emosi seperti tekanan (stress)
atau kegelisahan merupakan faktor penting yang mempengaruhi jumlah produksi
ASI selama minggu-minggu pertama menyusui.
6. Penggunaan ASI secara Tepat
Menurut Kamalia (2005), adalah bayi tampak tenang, badan bayi menempel
pada perut ibu, mulut bayi terbuka lebar, dagu menempel pada payudara ibu,
sebagian besar kalang payudara masuk ke dalam mulut bayi, puting susu ibu tidak
terasa nyeri, telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus, kepala tidak
menengadah.
ASI betapapun baik mutunya sebagai makanan bayi, tapi belumlah
merupakan jaminan bahwa gizi selalu baik, kecuali apabila ASI tersebut diberikan
secara tepat dan benar. Ibu tidak dapat melihat berapa banyak ASI yang telah masuk
ke perut bayi (Kamalia, 2005).
Untuk
mengetahui banyaknya produksi ASI, beberapa kriteria yang dapat dipakai sebagai
patokan untuk mengetahui jumlah ASI cukup atau tidak adalah :
1. Air Susu Ibu yang banyak dapat merembes keluar melalui putting.
2. Sebelum disusukan payudara merasa tegang.
3. Berat badan naik dengan memuaskan sesuai dengan umur.
4. Air Susu Ibu yang banyak dapat merembes keluar melalui puting.
5. Sebelum disusukan payudara merasa tegang.
6. Berat badan naik dengan memuaskan sesuai dengan umur.
(Kamalia, 2005).
7. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penggunaan ASI
16
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi ibu memberikan ASI kepada bayinya
antara lain :
1. Perubahan sosial budaya.
1) Ibu-ibu bekerja atau kesibukan sosial lainnya.
2) Meniru teman, tetangga atau orang terkemuka yang memberikan susu botol.
2. Faktor psikologis
1) Takut kehilangan daya tarik sebagai seorang wanita.
2) Tekanan batin.
3. Faktor fisik ibu Ibu sakit, seperti mastitis biasanya enggan menyusui bayinya
karena payudaranya terasa nyeri bila digunakan untuk menyusui bayinya.
4. Faktor kurangnya petugas kesehatan, sehingga masyarakat kurang mendapat
penerangan atau dorongan tentang manfaat pemberian ASI.
5. Meningkatkan promosi susu kaleng sebagai pengganti ASI.
6. Penerangan yang salah justru datangnya dari petugas kesehatan sendiri yang
menganjukan penggantian ASI dari susu kaleng (Kamalia, 2005).
8. Teknik Menyusui yang Baik dan Benar
Saat menyusui ibu harus rileks dan nyaman, bayi melekat menghadap
puting ibu, kepala dan tubuh bayi berada pada garis lurus, seluruh puting dan
sebagian besar areola (bagian payudara yang berwarna lebih gelap
kecokelatan) masuk ke dalam mulut bayi, dagu bayi menyentuh payudara dan
bokong bayi ditopang (Runtulalo, 2005).
Bayi dapat mengisap dengan baik jika mulut terbuka lebar, bibir
bawah terlipat keluar, pipi bayi tidak cekung, tapi membulat dan isapannya
teratur lambat dan dalam. ASI dapat dikatakan benar-benar kurang jika berat
badan (BB) bayi meningkat kurang dari rata-rata 500 gram per bulan, BB
17
lahir dalam waktu 2 minggu belum kebal, ngompol rata-rata kurang dari 6
kali dalam 24 jam, cairan urin pekat, bau dan warna kuning (Runtulalo,2005).
Posisi yang kurang benar dapat menyebabkan rasa sakit, lecet, dan luka pada
puting serta membuat ibu dan bayi frustrasi. Bayi akan frustasi karena lapar dan ibu
akan merasa cemas karena ketidak mampuan menyusui bayi. Kurangnya
pengeluaran ASI dari payudara
ibu bisa menyebabkan kepenuhan, bengkak
payudara, dan bahkan kegagalan menyusui (Ramaiah, 2006).
Menurut Depkes RI, (2007) cara yang tepat ibu memeluk bayinya saat
menyusui adalah :
1) Kepala dan badan bayi berada dalam satu garis lurus.
2) Wajah bayi harus menghadap payudara dengan hidung berhadapan
dengan
puting.
3) Ibu harus memeluk badan bayi dekat dengan badannya.
4) Jika bayi baru lahir, ibu harus menyangga seluruh badan, bukan hanya kepala dan
bahu.
Menurut Depkes RI, (2007) cara menyangga payudara adalah :
1) Ibu harus meletakkan jari-jarinya di dinding dada dibawah payudara, sehingga jari
telunjuk membentuk topangan di bagian dasar payudara.
2) Ibu dapat menekan lembut payudaranya dengan jari-jari, cara ini dapat
memperbaiki bentuk payudara sehingga mempermudah bayi untuk melekat
dengan baik, sebaiknya ibu tidak memengang payudara terlalu dekat ke puting.
3) Ibu harus menunggu sampai mulut bayi terbuka lebar, sebelum membawa bayi
kepayudara. Mulut bayi perlu membuka lebar untuk memasukkan payudara
sepenuh mulutnya.
18
Menurut Depkes RI (2007) cara mendekatkan bayi kepayudara sebagai
berikut :
a. Ibu harus mendekatkan bayi ke payudara, bukan mendekatkan badan atau
payudara kebayi.
b. Ibu harus mengarahkan bibir bawah bayi ke bawah puting, sehingga dagu bayi
akan menyentuh payudara.
Ibu dapat menyusui dengan berbagai posisi berbeda, misalnya berdiri.
Penting bagi ibu untuk tetap nyaman dan santai, dan bagi bayi untuk bisa
memasukkan cukup payudara kedalam mulutnya, sehingga bayi dapat menyusui
secara efektif (Depkes RI, 2007).
Adapun tanda-tanda menyusui berjalan dengan baik dan benar adalah :
1. Umum ibu
a. Ibu tampak sehat.
b. Ibu tampak rileks dan nyaman.
c. Terlihat tanda bonding ibu bayi.
2. Umum Bayi
a. Tampak sehat.
b. Bayi tampak tenang dan rileks.
c. Bayi mencari payudara bila lapar.
3. Payudara
a. Payudara tampak sehat.
b. Puting keluar dan lentur.
c. Terasa nyaman, tak nyeri.
d. Payudara ditopang dengan baik oleh jari-jari yang jauh dari puting.
4. Posisi bayi
19
a. Kepala dan badan bayi dalam garis lurus.
b. Bayi dipeluk dekat badan ibu.
c. Seluruh badan bayi ditopang.
d. Bayi mendekat kepayudara, hidung berhadapan dengan puting.
5. Pelekatan bayi
a. Tampak lebih banyak ariola diatas bibir.
b. Mulut bayi terbuka lebar.
c. Bibir bawah terputar keluar.
d. Dagu bayi menempel pada payudara.
6. Menghisap
a. Hisapan lambat, dalam dengan istirahat.
b. Pipi membulat waktu menghisap.
c. Bayi melepaskan payudara waktu selesai.
d. Ibu merasakan, tanda-tanda reflek oksitosin (Depkes RI, 2007).
Sujiyanti (2010) menjelaskan bahwa menyusui memang alamiah, tapi sekedar
memahami menyusui sebagai kodrat saja belum cukup. Diperlukan kemahaman
yang mendalam tentang ASI, baik dalam hal manfaat maupun segala sesuatu yang
berkaitan dengan teknik pemberian ASI, persiapan dan teknik menyusui serta cara
mengatasinya.
Menurut Sastrawinata, (2005) masalah menyusui pada umumnya terjadi dua
minggu pertama nifas. Pada masa ini, pengawasan dan perhatian petugas kesehatan
sangat diperlukan agar masalah menyusui dapat segera ditanggulangi sehingga tidak
terjadi penyulit atau menyebabkan kegagalan menyusui. Masalah menyusui yang
sering terjadi diantaranya : bengkak payudara, kelainan puting susu, puting nyeri dan
20
lecet, puting datar atau terbenam, saluran susu tersumbat, mastitis, dan abses pada
payudara.
2. Bendungan ASI
Bendungan ASI adalah peningkatan aliran vena dan limfe pada payudara yang akan
mengakibatkan tekanan intraduktal, dan mempengaruhi berbagai segmen pada payudara,
sehingga tekanan seluruh payudara meningkat, akibatnya payudara sering terasa penuh,
tegang serta terasa nyeri.selain itu juga dapat disebabkan karena proses menyusui yang
tidak adekuat akibat tidak sempurnanya pengosongan payudara (Kartika, 2007).
Demikian juga dengan Prawirohardjo (2008) yang menyatakan pada permulaan nifas
apabila bayi tidak menyusui dengan baik, atau kemudian apabila kelenjar-kelenjar tidak
dikosongkan dengan sempurna, terjadi pembendungan air susu. Payudara panas serta
keras pada perabaan dan nyeri : suhu badan tidak naik, putting susu bisa mendatar dan hal
ini menyulitkan bayi untuk menyusu. Kadang-kadang pengeluaran air susu juga terhalang
sebab duktus laktiferi menyempit karena pembesaran vena.
1. Gejala yang Biasa Terjadi Pada Bendungan ASI
a. payudara penuh terasa panas, berat dan keras, terlihat mengkilat meski tidak
kemerahan.
b. ASI biasanya mengalir tidak lancar, namun ada pula payudara yang terbendung
membesar, membengkak dan sangat nyeri, puting susu teregang menjadi rata.
c. ASI tidak mengalir dengan mudah dan bayi sulit mengenyut untuk menghisap ASI.
Ibu kadang-kadang menjadi demam, tapi biasanya akan hilang dalam 24 jam
(Mochtar, 2005 ).
2. Penyebab Yang Mempengaruhi Terjadinya Bendungan ASI
Beberapa faktor yang dapat menyebabkan bendungan ASI, yaitu:
21
1. Pengosongan mamae yang tidak sempurna (Dalam masa laktasi, terjadi peningkatan
produksi ASI pada Ibu yang produksi ASI-nya berlebihan. apabila bayi sudah
kenyang dan selesai menyusu, & payudara tidak dikosongkan, maka masih terdapat
sisa ASI di dalam payudara. Sisa ASI tersebut jika tidak dikeluarkan dapat
menimbulkan bendungan ASI).
2. Faktor hisapan bayi yang tidak aktif (Pada masa laktasi, bila Ibu tidak menyusukan
bayinya sesering mungkin atau jika bayi tidak aktif mengisap, maka akan
menimbulkan bendungan ASI).
3. Faktor posisi menyusui bayi yang tidak benar (Teknik yang salah dalam menyusui
dapat mengakibatkan puting susu menjadi lecet dan menimbulkan rasa nyeri pada
saat bayi menyusu. Akibatnya Ibu tidak mau menyusui bayinya dan terjadi
bendungan ASI.
4. Puting susu terbenam (Puting susu yang terbenam akan menyulitkan bayi dalam
menyusu. Karena bayi tidak dapat menghisap puting dan areola, bayi tidak mau
menyusu dan akibatnya terjadi bendungan ASI).
5. Puting susu terlalu panjang (Puting susu yang panjang menimbulkan kesulitan pada
saat bayi menyusu karena bayi tidak dapat menghisap areola dan merangsang sinus
laktiferus untuk mengeluarkan ASI. Akibatnya ASI tertahan dan menimbulkan
bendungan ASI) (Mochtar, 2005).
3. Upaya Pencegahan Untuk Bendungan ASI
a. Menyusui dini, susui bayi sesegera mungkin (setelah 30 menit) setelah dilahirkan.
b. Susui bayi tanpa jadwal.
c. Keluarkan ASI dengan tangan atau pompa, bila produksi melebihi kebutuhan bayi.
d. Perawatan payudara pasca persalinan.
e. Menyangga payudara dengan BH yang menyokong.
22
4. Upaya Pengobatan Untuk Bendungan ASI
a. Kompres hangat payudara agar menjadi lebih lembek.
c. Keluarkan sedikit ASI sehingga puting lebih mudah ditangkap dan dihisap oleh
bayi.
d. Sesudah bayi kenyang keluarkan sisa ASI.
e. Untuk mengurangi rasa sakit pada payudara, berikan kompres dingin.
f.
Untuk mengurangi statis di vena dan pembuluh getah bening lakukan pengurutan
(masase) payudara yang dimulai dari puting kearah korpus.
g. Pemberian analgetik atau kodein 60 mg per oral. (Notoatmodjo, 2009)
BAB III
KERANGKA PENELITIAN
A. Kerangka Konsep
Dalam proses laktasi kadang kala terjadi kegagalan yang sering
disebabkan karena timbulnya berbagai masalah, baik masalah dari ibu maupun
bayi. Salah satu faktor dari ibu yaitu cara menyusui yang tidak benar. Cara
menyusui yang tidak benar dapat menyebabkan putting susu lecet dan ASI tidak
keluar optimal. Hal ini dapat menimbulkan gangguan dalam proses menyusui
sehingga pemberian ASI tidak adekuat, pemberian ASI yang tidak adekuat dapat
23
mengakibatkan payudara bengkak (breast engorgement) karena sisa ASI pada
duktus. Statis pada pembuluh darah akan mengakibatkan meningkatnya tekanan
intraduktal yang akan mempengaruhi segmen pada payudara sehingga tekanan
seluruh payudara meningkat, akibatnya payudara sering terasa penuh, tegang serta
terasa nyeri (Iin dan Titik, 2011).
Variable Independent
Variable Dependent
Kejadian bendunganASI
Teknik Menyusui
yang benar
Gambar 3.1: Kerangka Konsep Penelitian
B. Definisi Operasional
Tabel 3.1 Definisi Operasional
No
Variabel
Definisi
Cara ukur
Alat ukur
operasional
Skala
Hasil
ukur
ukur
Variabel Dependen
1
Kejadian
Suatu
Penyebaran
bendungan
bendungan pada
kuesioner
ASI
payudara yang
dengan
terjadi karena
kriteria
ibu nifas tidak
- ya x ≥ x
menyusui
- Tidak x < x
Kuesioner
Nominal
Ya
Tidak
24
bayinya dengan
215 = 6.32
benar dan teratur
=6
saat menyusui
34
bayinya
Variabel Independen
2
Teknik
Teknik yang
Penyebaran
menyusui
benar saat ibu
kuesioner
yang
menyusui bayinya Dengan kriteria
benar
Kuesioner
Nominal
- Baik bila
x≥x
- Tidak bila
x<x
324 = 9.4
=9
34
C. Cara Pengukuran Variabel
1. Kejadian bendungan ASI (Prawirohardjo, 2008)
a. Ya, jika ibu mengalami bendungan ASI selama menyusui.
b. Tidak, jika ibu tidak mengalami bendungan ASI selama menyusui.
2. Cara menyusui (Runtulalo, 2005)
a. Baik, jika ibu menyusui sesuai dengan teknik yang benar.
b. Tidak, jika ibu menyusui tidak sesuai dengan teknik yang benar.
D. Hipotesa Penelitian
Baik
Tidak
25
Ha : Tidak ada hubungan teknik menyusui dengan kejadian bendungan ASI
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini bersifat Analitik dengan desain crossectional yaitu untuk
mengetahui hubungan teknik menyusui yang benar dengan kejadian bendungan ASI
pada ibu di wilayah kerja Puskesmas Meureudu Kabupaten Pidie Jaya.
B. Populasi Dan Sampel
1. Populasi.
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh ibu menyusui di wilayah kerja
Puskesmas Meureudu Kabupaten Pidie Jaya pada bulan Januari sampai Agustus
tahun 2013 adalah sebanyak 34 orang ibu.
2. Sampel
Sampel yang di gunakan dalam penelitian ini adalah total sampling, yaitu
semua populasi dijadikan sampel yaitu sebanyak 34 orang ibu menyusui.
C. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat penelitian
Penelitian ini
dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas Meureudu
Kabupaten Pidie Jaya.
2. Waktu penelitian
Penelitian ini telah dilaksakaan pada Bulan 24 – 26 Agustus 2013.
26
D. Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan adalah data primer dan data sekunder. Data primer
yaitu data yang di peroleh langsung di lapangan dengan menyebarkan kuesioner yang
berisi pertanyaan untuk mengetahui hubungan teknik menyusui yang benar dengan
kejadian bendungan ASI pada ibu nifas sedangkan data sekunder adalah data yang
diperoleh di Puskesmas Meureudu Kabupaten Pidie Jaya . Setelah responden mengerti
tentang penjelasan tersebut maka kuesioner diberikan untuk diisi dan kemudian data
tersebut dikumpulkan untuk rencana pengolahan dan analisa data.
E. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan untuk penelitian ini yaitu berupa kuesioner
yang berisi 20 pertanyaan dengan rincian 10 pertanyaan tentang teknik menyusui yang
benar. 10 pertanyaan tentang bendungan ASI, yang diberikan pada responden dan
apabila responden menjawab salah diberi nilai nol.
F. Pengolahan dan Analisa Data
1.
Pengolahan data.
Data yang telah dikumpulkan diolah melalui software komputer program
SPSS versi 16.
2. Analisa data.
Analisa dalam penelitian dilakukan secara analitik dengan menghitung persentase
data. Untuk menghitung masing-masing kategori dalam bentuk tabel distribusi
frekuensi dengan menggunakan rumus sebagai berikut,
P=
f
x100%
n
Keterangan :
P = Persentase
( Budiarto E, 2005) :
27
f = Frekuensi teramati
n = Jumlah semua responden
a.
Analisis univariat
Analisis univariat adalah analisis yang dilakukan terhadap sebuah variabel.
Bentuknya bermacam-macam, misalnya: distribusi frekuensi, rata-rata, proporsi,
standar deviasi, varians, median, modus, dan sebagainya. Dengan analisis univariat
dapat diketahui apakah konsep yang kita ukur berada dalam kondisi yang siap untuk
dianalisis lebih lanjut, selain juga dapat mengetahui bagaimana gambaran konsep itu
secara terperinci. Dengan analisis univariat pula, kita dapat mengetahui bagaimana
sebaiknya menyiapkan ukuran dan bentuk konsep untuk analisis berikutnya.
Analisis univariat mempunyai banyak manfaat, antara lain:
1). Untuk maengetahui apakah data yang akan digunakan untk analisis sudah layak
atau belum;
2).Untuk mengetahui gambaran data yang dikumpulkan;
3).Untuk mengetahui apakah data telah optimal jika dipakai untuk analisis
berikunya.
b. Analisis Bivariat
Analisa bivariat adalah analisa yang dilakukan terhadap dua variable yang
diduga berhubungan. Analisa bivariat dalam penelitian ini berfungsi untuk mengetahui
hubungan obesitas dengan usia menarche yang dilakukan dengan uji chi-square dan
menggunakan program SPSS 16.
Analisis ini berguna untuk melihat hubungan dua variabel atau bivariat.
Hubungan dua variabel mempunyai tiga kemungkinan: pertama, ada hubungan tetapi
sifatnya simetris, yaitu tidak saling mempengaruhi; kedua, dua variabael itu memiliki
28
hubungan dan saling mempengaruhi; ketiga, sebuah variabel mempengaruhi variabel
yang lain.
Analisis dapat dilanjutkan untuk mengetahui perbedaan atau pengaruh di antara
variabel. Konsep perbedaan dan pengaruh dapat dijelaskan seperti berikut:
1) Perbedaan, adalah suatu jenis hubungan. Jika kita menyatakan bahwa variabel A
dapat dibedakan atas dasar variabel B, maka secara implisit ada hubungan A dan B.
Perbedaan tidak menekankan aspek arah hubungan, jadi sifatnya simetris atau
asimetris.
2) Pengaruh, adalah pernyataan suatu hubungan yang sudah mempunyai arah. Bila kita
menegatakan variabel B dipengaruhi variabel A, maka kita dapat mengatakan arah
hubungan itu dari A ke B, bukan dari B ke A. Artinya, pengaruh adalah salah satu
bentuk hubungan yang simetris (unimus.ac.id).
29
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi
Wilayah Kerja Puskesmas Meuruedu dengan luas lahan 14 x 20 m2. Luas
wilayah kerja 70,831 Km2 dan memiliki 48 desa. Jarak dengan Rumah Sakit Umum
Daerah Pidie Jaya sekitar 15 Km dengan mempunyai batas sebagai berikut :
a. Sebelah barat berbatasan dengan Wilayah Kerja Puskesmas Trienggadeng
b. Sebelah timur berbatasan dengan Wilayah Kerja Puskesmas Ulim
b. Sebelah utara berbatasan dengan Laut/ Selat Malaka
c. Sebelah selatan berbatasan dengan Pegunungan/ Bukit Barisan
Puskesmas Meuruedu terdiri dari 1 ruang UGD, 1 ruang poliklinik, 1 ruang
kartu, 1 apotik, 1 ruang KIA/KB, 1 ruang gizi, 1 ruang TU, 1 ruang MTBS, 1 aula,
dan 1 gudang. Adapun jumlah tenaga kerja adalah 71 orang yang terdiri dari 2 orang
dokter umum, 30 orang bidan, 22 orang perawat, 13 orang kesling, 1 orang farmasi
dan 3 orang tenaga administrasi.
30
B. Hasil Penelitian
24 –
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada tanggal
26 Agustus 2013 dengan cara membagikan kuesioner kepada 34 responden yang
menjadi target penelitian, maka dapat dilihat hasil sebagai berikut:
1. Analisa Univariat
Analisa univariat untuk melihat distribusi variabel dependent (terikat) dan
variabel independet (bebas) yang meliputi: bendungan ASI teknik menyusui yang
benar.
a. Teknik Menyusui yang benar
Tabel 5. 1
Distribusi Frekuensi Teknik Menyusui yang benar di Wilayah Kerja
Puskesmas Meureudu Kabupaten Pidie Jaya
Tahun 2013
1
Teknik Menyusui yang
Benar
Baik
2
Tidak
No
Jumlah
Sumber data primer (di olah 2013)
Frekuensi
(%)
25
73,5
9
34
26,5
100
Dari tabel 5.1 dapat dilihat bahwa dari 34 responden mayoritas responden
berkategori baik dalam penerapan teknik menyusui yang benar, yaitu sebanyak 25
responden (73,5%).
31
b. Bendungan ASI
Tabel 5.2
Distribusi Frekuensi Bendungan ASI di Wilayah Kerja Puskesmas
Meureudu Kabupaten Pidie Jaya
Tahun 2013
No
1
2
Bendungan ASI
Ya
Tidak
Jumlah
Frekuensi
26
(%)
76,5
8
34
23,5
100
Sumber data primer (di olah 2013)
Dari tabel 5.2 dapat dilihat bahwa dari 34 responden mayoritas responden
mengalami bendungan ASI, yaitu sebanyak 26 responden (76,5%).
2. Analisa Bivariat
Analisa bivariat untuk melihat kemaknaan hubungan antara variabel
dependent dan variabel independent dengan menggunakan statistik sederhana yaitu:
chi square (
) pengambilan keputusan ada hubungan atau tidak pada tingkat
kepercayaan 95% (α = 0,05%).
32
Hubungan Tehnik Menyusui yang Benar dengan Bendungan ASI
Tabel 5. 3
Hubungan Teknik Menyusui yang Benar dengan Kejadian Bendungan ASI
di Wilayah Kerja Puskesmas Meureudu Kabupaten Pidie Jaya
Tahun 2013
Uji
Bendungan ASI
Jumlah
Teknik Menyusui
Statistik
No
Yang Benar
Ya
Tidak
p
f
%
f
%
f
%
1
Baik
21
84
4
16
25
100
2
Tidak
5
55,6
4
44,4
9
100
Jumlah
26
8
0,654
34
Sumber data primer (di olah 2013)
Dari tabel 5.3 dapat dilihat bahwa responden yang mengalami bendungan
ASI mayoritas tidak menerapkan teknik menyusui yang benar, dan responden yang
tidak mengalami bendungan ASI mayoritas menerapkan teknik menyusui yang
benar, yaitu sebanyak 5 responden (29,4%)
chi square didapatkan p value = 0,654
Setelah dilakukan uji statistik dengan
(p> 0,05).
Hipotesa yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan tehnik menyusui
yang benar dengan kejadian bendungan ASI , hal ini dapat dilihat dari nilai p value =
0,654 (p> 0,05).
33
C. Pembahasan
1.
Hubungan Tehnik Menyusui yang Benar dengan Bendungan ASI
Berdasarkan hasil penelitian pada tanggal 24 – 26 Agustus 2013, dapat di
lihat bahwa tidak ada hubungan antara tehnik menyusui yang benar dengan kejadian
bendungan ASI, ini dapat dilihat dari perolehan p value = 0,654 (p> 0,05).
Mochtar (2005) pengosongan mamae yang tidak sempurna (Dalam masa
laktasi, terjadi peningkatan produksi ASI pada Ibu yang produksi ASI-nya
berlebihan. apabila bayi sudah kenyang dan selesai menyusu, & payudara tidak
dikosongkan, maka masih terdapat sisa ASI di dalam payudara. Sisa ASI tersebut
jika tidak dikeluarkan dapat menimbulkan bendungan ASI).
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Nurhayati (2012) tentang
hubungan tehnik menyusui dengan terjadinya bendungan ASI di Kemukiman
Teungku Chik Dipulo Baroh Kecamatan Samalanga Kabupaten Bireuen Tahun 2012
diperoleh p-value adalah 0,002. selanjutnya dilakukan pengujian dimana p-value
0,002 < α (0,05), Ho Sehingga dapat di ketahui bahwa hipotesa objektif (Ha)
diterima yang berarti tidak ada hubungan antara tehnik menyusui dengan kejadian
bendungan ASI di Kemukiman Teungku Chik Dipulo Baroh Kecamatan Samalanga
Kabupaten Bireuen.
Asumsi peneliti bahwa tehnik menyusui harus sangat diperhatikan oleh ibu
menyusui,karena ASI adalah faktor penting untuk tumbuh kembang bayi agar lebih
optimal,setiap ibu harus diberi bimbingan atau arahan oleh bidan atau petugas
kesehatan agar ibu lebih mengerti tentang tehnik menyusui yang benar,apabila ibu
tidak menyusui dengan tehnik yang benar ditakutkan akan terjadi bendungan ASI.
34
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Tidak ada hubungan tehnik menyusui yang benar dengan kejadian bendungan ASI,
hal ini dapat dilihat dari nilai p value = 0,654 (p> 0,05).
B. Saran-saran
1. Bagi peneliti
sebagai bahan kajian dan sebagai pengembangan ilmu pengetahuan
untuk menambah informasi terhadap hubungan teknik menyusui yang benar
dengan kejadian bendungan ASI.
4. Bagi Institusi Pendidikan,
dapat dimanfaatkan dan dijadikan sebagai bahan referensi untuk
pustaka.
5. Bagi Tempat Penelitian,
untuk menambah informasi terhadap hubungan teknik menyusui yang
benar dengan kejadian bendungan ASI, sehingga masyarakat terutama ibu
menyusui mau memberikan ASI kepada bayinya.
35
DAFTAR PUSTAKA
Budiarto, Eko. 2002, Biostatistika untuk Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat.
Jakarta,EGC
Erika, 2008, Ibu menyusui dan masalahnya, JokJakarta Fitramaya
Fitrisia, 2002 Air Susu Ibu , JokJakarta Fitramaya.
Farrel, 2001, Perawatan ibu nifas, Jakarta, Salemba Medika
Fujiadi, 2000, ASI dan Ibu bekerja, Jakarta, Salemba Medika
Mintarja, 2009, Pendidikan Dan Prilaku Kesehatan, Jakarta : rineka Cipta
Notoadmodjo , Soekidjo , 2003, Ilmu Perrilaku Kesehatan , Jakarta
BPKM FKM IU .
__________, 2006 Ilmu Kesehatan Masyarakat, Renika Cipta, Jakarta.
__________, 2005 Pengatar Ilmu Kesehatan Masyarakat, Renika Cipta, Jakarta.
Roesli, 2004 Air Susu Ibu, Trubus, Jakarta
Ramaiyan, 2007, Manajeman laktasi, Jakarta
________, 2006, ASI dan Ibu bekerja, Jakarta, Salemba Medika
Rontotalo, 2004, Menyusui yang baik, Jakarta, Salemba Medika
Siregar, 2004, Menyusui . Jakarta, Salemba Medika
Sunoto, 2001, Pemberian Air Susu Ibu, Renika Cipta Jakarta
Soemanto, 2004, Ibu Menyusui, Renika Cipta, Jakarta
36
Sutyiowati & Rahayu, 2008, Menyusui dan masalahnya, Renika Cipta, Jakarta
Jones, 2002, Kesejahteraan bayi dan ASI, Jakarta, Salemba Medika
Kamelia, 2005, Pengetahuan ibu tentang menyusui, Jakarta
Lampiran : 1
GAMBARAN PENGETAHUAN IBU MENYUSUI TENTANG TEHNIK MENYUSUI
YANG BENAR DALAM PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PIDIE KABUPATEN PIDIE
TAHUN 2012
Nama Peneliti
: Wahyuni
Tanggal wawancara
: __________________2012
A. KARAKTERISTIK RESPONDEN
Isilah sesuai dengan kriteria ibu
1. Nomor Responden
:
2. Alamat
:
B . PENDIDIKAN
Berilah tanda ceklis (√) pada kotak yang sesuai dengan kriteria ibu
pendidikan terakhir ibu
1. Tidak Sekolah
2. SD sederajat
37
3. SLTP sederajat
4. SLTA sederajat
5. Diploma/perguruan tinggi sederajat.
C. Pekerjaan ibu
Saat ini ibu bekerja sebagai
1. PNS
2. Swasta
3. Ibu Rumah Tangga
D. Informasi
Berikan tanda √ pada jawaban yang anda pilih
1. Apakah ibu pernah mendapatkan informasi tentang tehnik mengedan yang benar pada
saat bersalin..
a. Pernah
b. Tidak
2. Kalau pernah dari mana ibu dapatkan ( ibu boleh menconteng lebih dari satu sumber)
□ Majalah
□ Koran
□ Tabloid
□ Buku
□ TV
□ Radio
38
□ Brosur
□ Petugas Kesehatan
□ Suami
□ Ibu, teman, tetangga.
□ Sumber lain sebutkan ..............................
E. Pengetahuan
Berikan tanda silang (x) pada jawaban yang anda pilih
1. Setelah bayi lahir menurut budaya bayi diberikan
a. Madu
b. Diberikan hanya ASI
c. Pisang
2. Secara adat air susu pertama ibu yang baru melahirkan sebaiknya
a. Dibuang
b. Dimasak
c. Diberikan kepada bayi
39
3. Memberikan ASI eksklusif
a. ASI diberikan bersamaan dengan makanan lain
b. Hanya diberi ASI
c. Tidak diberi ASI
4. Adakah larangan bayi baru lahir untuk diberi makanan selain ASI
a. Ada
b. Tidak
5. Menurut adat pemberian madu bagi bayi baru lahir merupakan
a. Kewajiban
b. Kebiasaan
c. Tidak ada keharusan memberi madu
6. Adakah dukungan suami untuk pemberian ASI Eksklusif
a. Ada
b. Tidak
7. Adakah larangan suami untuk memberikan ASI eksklusif
a. Ada
b. Tidak
8. Adakah anjuran untuk memberikan ASI eksklusif dari Bidan
a. Ada
b. Tidak
9. Adakah penjelasan tentang pentingnya pemberian ASI eksklusif dari Bidan
a. Ada
40
b. Tidak
10. Adakah penjelasan tentang manfaat pemberian ASI eksklusif dari Bidan bagi bayi
a. Ada
b. Tidak
41
Download