STRATEGI PEMBANGUNAN EKONOMI INDONESIA DENGAN PENDEKATAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI Mulyadi Arjun Nasution STIE AUB Surakarta ABSTRACT Indonesia as a developing country with abundant labor have a comparative advantage in labor intensive industries, because labor is relatively cheap compared to countries that have labor shortages such as Japan, South Korea, and Singapore. The concept of comparative advantage has been criticized because it was considered less relevant for the economic development of Indonesia in the coming years. Experience in industrialized countries shows that science and technology are the main source and natural driving factors of economic development, particularly in terms of growth in output per capita benchmark. Economic growth is directly related to the increase in productivity and an increase in productivity is strongly influenced by the rate of technological change .Capacity Building of the National Technology within the framework of national competitiveness must be aligned with the direction in line with the development and orientation of national economic development. The role and contribution of technology in improving national competitiveness need to be formulated to sharpen targets achievement of national technological capabilities increase more scalable. Keywords: Technology, labor, economic development PENDAHULUAN. I lmu ekonomi pada dasarnya dimak sudkan untuk mempelajari bagaimana usaha-usaha manusia memenuhi kebu tuhan hidupnya (jasmani) agar mencapai kemakmuran dan kesejahteraan. Kebutuhan hidup jasmani sudah jelas seperti: alat transportasi, alat komunikasi, kebutuhan peralatan rumah tangga, sandang, papan dan pangan yang untuk memenuhinya diperlukan teknologi untuk memproduk-sinya. Salah satu ukuran berkembangnya ekonomi suatu negara adalah terciptanya pertumbuhan ekonomi setiap tahun yang tinggi yang dilandasi oleh struktur ekonomi atau indikator pembangunan ekonomi yang kuat atau disebut pula fundamental ekonomi yang kuat. Pertumbuhan ekonomi merupakan proses terjadinya kenaikan produk nasional bruto riel disamping ukuran yang lain, seperti produk domestik bruto perkapita, dll. Faktor-faktor pertumbuhan ekonomi dapat kita lihat seperti Sumber Daya Alam, Teknologi, Tenaga kerja yang terdidik, dan faktor sosial budaya seperti stabilitas keamanan dan politik. Selama ini banyak negara sedang berkembang telah berhasil menunjukkan laju pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi, tetapi masih banyak permasalahan pembangunan yang belum terpecahkan, seperti : tingkat pengganguran tetap tinggi, pembagian pendapatan tambah tidak merata, masih banyak terdapat kemiskinan absolut, tingkat pendidikan rata -rata masih rendah, pelayanan kesehatan masih kurang, dan sekelompok kecil penduduk yang sangat kaya cenderung semakin kaya sedangkan sebagian besar penduduk tetap saja bergelut dengan kemiskinan, yang terjadi bukan trickle down tapi trickle up. Keadaan ini memprihatinkan, banyak ahli ekonomi pembangunan yang mulai mempertanyakan arti dari pembangunan. Teori-teori pertumbuhan ekonomi 1. Teori Pertumbuhan Klasik Teori ini dipelopori oleh Adam Smith, David Ricardo, Malthus dan John Stuart Mill. Menurut teori ini per tumbuhan ekonomi dipengaruhi oleh empat faktor yaitu jumlah penduduk, jumlah barang modal, luas tanah dan kekayaan alam serta tekhnologi yang digunakan. Mereka lebih menaruh per hatiannya pada pengaruh pertumbuhan penduduk terhadap partumbuhan ekonomi. Mereka asumsikan luas tanah dan kekayaan alam serta tekhnologi tidak mengalami perubahan. Teori yang menjelaskan keterkaitan antara penda patan perkapita dengan jumlah pen duduk disebut dengan teori penduduk optimal. Menurut teori ini pada mulanya pertambahan penduduk akan menye babkan kenaikan pendapatan perkapita. Namun jika jumlah penduduk terus bertambah maka hukum hasil lebih yang semakin berkurang (law of diminishing returns) akan mempengaruhi fungsi produksi yaitu produksi marjinal akan mengalami penurunan, dan akan mem bawa pada keadaan pen-dapatan perkapita sama dengan produksi marjinal. Pada keadaan ini pendapatan perkapita mencapai kondisi yang maksimal. Jumlah penduduk pada waktu itu dinamakan penduduk optimal. Apabila jumlah pen duduk terus meningkat melebihi titik optimal, maka per-tumbuhan penduduk akan menyebabkan penurunan nilai pertumbuhan ekonomi. 2. Teori Pertumbuhan Harrod -Domar Teori Harrod-Domar adalah perkembangan langsung dari teori makro Keyness jangka pendek menjadi suatu teori makro jangka panjang. Aspek utama yang dikembangkan oleh teori Keyness adalah aspek yang menyangkut peranan investasi (I) dalam jangka panjang. Harrod – Domar melihat pengaruh investasi dalam jangka waktu yang lebih panjang. Menurut kedua ekonom ini, pengeluaran investasi (l) tidak hanya mempunyai pengaruh terhadap permintaan agregat (Z), tetapi juga terhadap penawaran agregat (S) melalui pengaruhnya terhadap kapasitas produksi. Dalam perspektif waktu yang lebih panjang ini, l menambah stok kapital. Jadi l = ΔK, dimana K adalah stok kapital dalam masyarakat. Ini berarti pula peningkatan kapasitas produksi masyarakat. 3. Teori Pertumbuhan Neo-Klasik Robert Solow dan Trevor Swan mengem bangkan model pertumbuhan ekonomi yang sering disebut model pertumbuhan neo-klasik. Model Solow-Swan memusatkan perhatiannya kepada bagaimana pertumbuhan penduduk, akumulasi kapital, kemajuan tekhnologi dan output saling berinteraksi dalam proses pertumbuhan ekonomi. Ada 4 anggapan yang melandasi model neo-klasik : 1. Tenaga kerja (L), tumbuh dengan laju tertentu, misalnya p per tahun 2. Adanya fungsi produksi Q= F (K,L) yang berlaku bagi setiap periode. 3. Adanya kecenderungan menabung oleh masyarakat. 4. Semua tabungan masyarakat diinves tasikan S = I = ΔK 4. Teori Pertumbuhan Schumpeter Schumpeter berpendapat bahwa motor penggerak perkembangan ekonomi adalah suatu proses yang ia beri nama inovasi dan pelakunya adalah para inovator. Menurut Schumpeter, yang lebih menarik dan lebih pentin g adalah kenaikan output yang bersumber dari perkembangan ekonomi. Perkembangan ekonomi adalah kenaikan output yang disebabkan oleh inovasi yang dilakukan oeh para wiraswasta. Inovasi mempunyai tiga pengaruh, yang pertama adalah diperkenalkannya teknologi baru, yang kedua, inovasi menimbulkan keuntungan lebih yang merupakan sumber dana penting bagi akumulasi kapital. Yang ketiga, inovasi akan diikuti oleh timbulnya proses imitasi. Menurut Schumpeter ada lima (5) macam kegiatan yang termasuk sebagai inovasi, yaitu: 1. Diperkenalkannya produk baru yang sebelumnya tidak ada. 2. Diperkenalkannya cara berproduksi baru. 3. Pembukaan daerah-daerah pasar baru. 4. Penemuan sumber-sumber bahan mentah baru. 5. Perubahan organisasi industri sehingga meningkatkan efisiensi industri. Rasanya kita telah bosan karena tertalu sering mendengar dan merasakan penyakit ekonomi yang kronis di Indonesia, seperti defisit transaksi berjalan, inflasi, devaluasi, ekonomi kepanasan dan penyakit moneter lainnya, yang terjadi hampir sepanjang ata u setiap tahun. Sudah barang tentu apabila akar permasalahan yang fundamentai tidak segera diatasi, tentu penyakit ekonomi tersebut akan selalu muncul. Apa yang selalu disebut-sebut dengan fundamental ekonomi, kuat tidaknya sangat tergantung beberapa hal seperti : 1. 2. 3. 4. Stabilitas nilai rupiah. Stabilitas nilai tukar rupiah. Stabilitas pendapatan riel masarakat. Keempat, tercapainya kesempatan kerja penuh.. 5. Keseimbangan neraca pembayaran internasional. 6. Kemampuan atau ketergantungan teknologi pada luar negeri. Pada waktu Menteri perdagangan dijabat bapak DR. Arifin M.Siregar pemah menga takan dari hasil kunjungannya ke RRC bahwa mengapa negara tersebut dapat menjual barang yang sejenis dan sekualitas dengan produk Indonesia di pasaran intemasional dengan harga yang lebih rnurah adalah disebabkan mereka telah menguasai teknologi dasarnya dan bukan karena upah buruh yang lebih murah. Kita melihat bahwa di dunia ini tidak ada satupun negara yang ekonominya maju atau kuat tanpa dukungan teknologi yang dikuasai seperti Jepang; Taiwan, Jerman, Amerika Serikat, dan lain sebagainya. Mengapa nilai dollar US$ begitu kuat, sangat konvertible, atau merupakan trading currencies di dunia adalah karena seluruh dunia membutuhkan teknologinya sehingga permintaan dunia terhadap dollar begitu tinggi dan kuat. Saya yakin seandainya, indonesia dapat menciptakan obat anti aids yang sangat manjur dan ampuh sekali dimana dunia saat ini belum menemukan obatnya, dunia akan gempar dan rupiah menguat sehingga satu dollar US sama dengan seribu rupiah akibat permintaan dunia terhadap rupiah meningkat tinggi sekali. PEMBANGUNAN EKONOMI, MAKSUD DAN PENERAPANNYA. Pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai proses kenaikan output per kapita dalam jangka panjang. Ada tiga aspek yang perlu diperhatikan dalam definisi tersebut, yaitu : (1) proses, (2) output per kapita, dan (3) jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi adalah suatu proses, bukan suatu gambaran ekonomi pada suatu saat. Simon Kuznet mendefenisikan pertumbuhan ekonomi suatu negara sebagai “kemampuan neg ara itu untuk menyediakan barang -barang ekonomi yang terus meningkat bagi pendu duknya, pertumbuhan kemampuan ini berdasarkan pada kemajuan teknologi dan kelembagaan serta penyesuaian ideologi yang dibutuhkannya”. Dalam analisanya yang mendalam, Kuznet me misahkan enam karakteristik yang terjadi dalam proses pertumbuhan pada hampir semua negara dan dari pendapatnya tersebut di bawah ini terlihat bahwa salah satu faktor yang sangat penting untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi yaitu perdagangan (ekspor).Dua variabel ekonomi agregatif : tingginya tingkat pertumbuhan output per kapita dan populasi dan ting-ginya tingkat kenaikan produktivitas faktor produksi secara keseluruhan atau terutama produktivitas tenaga kerja. a. Dua transformasi struktural : tingginya tingkat transformasi struktur ekonomi dan tingginya tingkat transformasi sosial dan ideologi. b. Dua faktor yang mempengaruhi meluasnya pertumbuhan ekonomi internasional : kecenderungan negaranegara maju secara ekonomi untuk menjangkau seluruh dunia untuk mendapatkan pasar (ekspor) dan bahan baku dan pertumbuhan ekonomi ini hanya dinikmati oleh sepertiga populasi dunia. Hal ini sejalan dengan pendapat Krugman dan Obstfeilt yang menyatakan secara teoritis, bahwa perdagangan internasional terjadi kerena dua alasan utama, yaitu: a. Adanya keuntungan dalam melakukan perdagangan (gains from trade) bagi negara, dikarenakan adanya perbedaan diantara mereka mengenai faktor -faktor yang dimilikinya. b. Untuk mencapai skala ekonomi (economies of scale) dalam produksi. Maksudnya, jika setiap negara hanya meng hasilkan sejumlah barang -barang tertentu mereka dapat menghasilkan barang -barang tersebut dengan skala yang lebih besar dan karenanya lebih efisien dibandingkan jika negara tersebut mencoba untuk mempro duksi segala jenis barang. Kenyataannya bahwa pola-pola perdagangan dunia yang mengakibatkan tejadinya pertumbuhan ekonomi, mencerminkan perpaduan dari dua motif tersebut diatas. Disini nampak aspek dinamis dari suatu perekonomian, yaitu melihat bagaimana suatu pereko nomian berkembang atau berubah dari waktu ke waktu. Selain itu pertumbuhan memiliki sifat self-generating yaitu proses partum-buhan itu sendiri melahirkan kekuatan atau momentum bagi timbulnya kelanjutan pertumbuhan tersebut dalam periode selanjutnya. Sedangkan menurut teori, partum-buhan ekonomi didefinisikan sebagai penjelasan mengenai faktor -faktor apa saja yang menentukan kenaikan output per kapita dalam jangka panjang dan pen jelasan mengenai bagaimana faktor -faktor tersebut berinteraksi satu sama lain, sehingga terjadi proses pertumbuhan. Pertumbuhan ekonomi yang dinya takan dengan kenaikan output (Produk Domestik Bruto) dan pendapatan riil per kapita memang bukanlah satu -satunya sasaran di negara-negara berkembang, namun kebijakan ekonomi dalam mening katkan pertumbuhan output perlu dila kukan karena merupakan syarat penting untuk memperbaiki kesejahteraan masya rakat dan untuk mendukung tujuan kebi jakan pembangunan lainnya. Bagi kita sudah jelas bahwa pertumbuhan ekonomi meru pakan salah satu faktor me nentukan. Kemajuan ekonomi dan faktor-faktor partumbuhan ekonoml itu sendiri antara lain adalah Teknologi dan tenaga kerja yang trampil dan terdidik baik dibidang mana jemen dan teknologi. Pada era teknologi maju saat ini pembangunan ekonomi mengandalkan keunggulan komparatif mulai ketinggalan dan keunggulan kom petitif yang memenangkan persaingan global karena kemajuan teknologi dunia dan praktek ekonomi global atau pasar bebas sehingga mempertahankan keunggulan komparatifpun akan sia-sia tanpa didukung teknologi dan manajemen. Dalam era otonomi daerah seperti sekarang ini, setiap daerah memiliki kebebasan dalam menentukan arah dan kebijakan pembangunan ekonomi wilayah. Untuk menentukan arah dan kebijakan pembangunan ekonomi di suatu daerah sangat diperlukan informasi mengenai potensi ekonomi wilayah. Potensi ekonomi wilayah dapat diketahui dengan mengiden tifikasi keunggulan dan kelemahan berbagai sektor maupun subsektor ekonomi di wilayah tersebut. Sektor ekonomi yang memiliki keunggulan, memiliki prosp ek yang lebih baik untuk dikembangkan dan diharapkan dapat mendorong sektor -sektor ekonomi lain untuk berkembang. Sektor unggulan adalah sektor yang memiliki keunggulan komparatif ( comparatif advantages) dan keunggulan kompetitif (competitive advantages) dengan produk sektor sejenisdari daerah lain serta mampu memberikan nilai manfaat yang lebih besar. Istilah keunggulan komparatif ( comparative advantage) mula-mula dikemukakan oleh David Ricardo (1917) sewaktu membahas perdagangan antara dua wilayah. Ric ardo membuktikan bahwa apabila dua wilayah yang saling berdagang masing-masing meng konsentrasikan diri untuk mengekspor barang yang memiliki keunggulan kompa ratif, maka kedua wilayah tersebut akan beruntung. Ide tersebut bukan saja bermanfaat dalam perdagangan internasional tetapi juga sangat penting diper hatikan dalam ekonomi regional. Pengetahuan akan keunggulan komparatif suatu daerah dapat digunakan para penentu kebijakan untuk mendorong perubahan struktur ekonomi daerah kearah sektor yang mengandung keunggulan komparatif. Jadi, apabila sektor yangmemiliki keunggulan komparatif bagi suatu daerah telah teridentifikasi maka pembangunan sektor tersebut dapat disegerakan tanpa menunggu tekanan mekanisme pasar yang sering berjalan terlambat (Tarigan,200 3:76). Pada masa era perdagangan bebas seperti sekarang ini, keunggulankompetitif men dapat perhatian lebih besar daripada keung gulan komparatif. Keunggulan kompetitif menunjukkan kemampuan daerah untuk memasarkan produknya ke luar daerah. Dalam analisis ekonomi regional, keunggulan kompetitif dimaknai oleh kemampuan daya saing kegiatan ekonomi di suatu daerah terhadap kegiatan ekonomi yang sama di daerah lainnya. Keunggulan kompetitif merupakan cermin dari keung gulan pertumbuhan ekonomi suatuwilayah terhadap wilayah lainnya yang dijadikan “benchmark ” dalam suatu kurun waktu. Dalam kaitannya dengan keunggulan kom petitif, maka keunggulan komparatif suatu kegiatan ekonomi dapat dijadikan suatu pertanda awal bahwa kegiatan ekonomi tersebut punya prospek un tuk juga memiliki keunggulan kompetitif. Jika suatu sektor memiliki keunggulan komparatif karena besarnya potensi sektor tersebut maka kebijakan yang diprioritaskan bagi pengembangan kegiatan ekonomi tersebut dapat berimplikasi kepada terciptanya keunggulan kompetitif. Kegiatan ekonomi yang memiliki keunggulan kompa ratif sekaligus keunggulan kompetitif akan sangat menguntungkan perekonomian suatu wilayah. Terkait dengan keunggulan kompetitif dan keunggulan komparatif, maka berdasarkan kegiatan ekonominya suatu wilayah dapat saja memiliki kedua jenis keunggulan tersebut secara bersama sama. Hal ini sangat dipengaruhi oleh satu atau gabungan beberapa faktor berikut ini (Tarigan,2003:88) : a. Memiliki potensi sumber daya alam b. Penguasaan masyarakat terhadap tekno-logi mutakhir dan keterampilan-kete-rampilan khusus c. Aksesibilitas wilayah yang baik d. Memiliki market yang baik atau dekat dengan market e. Wilayah yang memiliki sentra -sentra produksi tertentu atauterdapatnya aglomerasi dari berbagai kegiatan ekonomi. f. Ketersediaan buruh yang cukup dan memiliki keterampilan baik dengan upah yang relatif rendah. g. Mentalitas masyarakat yang baik untuk pembangunan: jujur, mauterbuka, bekerja keras, dapat diajak bekerja sama dan disiplin. h. Kebijaksanaan pemerintah yang mendu-kung pada terciptanya keunggulan-keunggulan suatu kegiatan ekonomi wilayah. Dari berbagai teori dan model pertumbuhan ekonorni diatas mengatakan faktor teknologi dan ketrampilan teknik tenaga kerja (SDM) termasuk manajemen sangat diperlukan dan bahkan menentu kan seperti yang terjadi pada Jepang yang miskin sumber daya alam. Gejolak politik juga ada, namun gejolak politik seperti kasus beberapa kall mundurnya Perdana mentrinya, terjadi akibat masyarakatnya yang melek politik dan mungkin negara yang sepi gejolak bukan tidak mungkin karena sebagian besar rakyatnya buta politik atau dibawah tekanan. Dengan kepemilikan dan penguasaan teknologi akan menentukan keberhasilan dan kemajuan pembangunan ekonomi, mengurangi keter gantungan kepada impor teknologi, baik berupa barang-barang modal, tenaga atau teknologi itu sendiri, yang jika dibiarkan akan memberatkan neraca pembayaran internasional kita. Beban ini semakin berat produk karena hanya laku didalam negeri sedangkan dana untuk biaya impor barang modal dan teknologinya dengan alat tukar dollar. Oleh karena itu sejauh mana kemam puan teknologi dan manajemen yang dimiliki sendiri oleh negara kita dalam kaitannya dengan kemajuan ekonomi, apakah hubungannya atau korelasinya positif. PEMBANGUNAN EKONOMI DAN PENGUASAAN TEKNOLOGI Nampaknya penyebab utama ter jadinya krisis moneter dan ekonomi di Indonesia adalah berawal dari menjelang jatuh temponya hutang - hutang swasta khususnya maupun hutang pemerintah yang cukup besar. Pembangunan ekonomi Indonesia yang selama ini dila ndasi dengan penciptaan hutang yang cukup besar melalui pemasukan barang- barang modal, teknologi atau tenaga ahli dari luar negeri yang dibayar cukup mahal, telah menye babkan industri kita tidak lebih hanyalah industri assembling yang ketergan tungannya terhadap luar negeri sangat besar. Sudah lebih empat puluh tahun khususnya kita membangun, tetapi apa yang diimpikan dengan arti teknologi masih memprihatinkan. Khususnya di ASEAN kita sangat ketinggalan dan pada tingkat dunia sumbangan teknologi kita hany a 0,012 persen (Kompas). Sudah pasti penyebabnya adalah pembangunan dan pengembangan pendidikan Sumber Daya Manusia dibidang teknologi sangat lemah termasuk riset dibidang pengembangan teknologi, dan anehnya ada yang berpendapat kita lebih baik cukup hanya dengan membeli teknologi, bukankah ini sikap ketergantu ngan dan resikonya cukup besar, dari mana dana untuk membeli teknologi tersebut terus menerus kalau hasil produk yang dihasilkan hanya laku dipasaran dalam negeri. Saya berpendapat seandainya sejak kabinet pertama menteri pendidikan dan jajarannya dipegang teknolog, perkem bangan teknologi kita tidak separah ini ketinggalannya. Karena bagaimana bisa lebih baik dan tepat memiliki visi, pengem bangan dan pendidikan teknologi pada pendidikan kita. Dan keheranan saya ini searah dengan apa yang pernah disa mpaikan Bapak Kwik Kian Gie pada seminar di Hotel Solo Inn akhir tahun delapan puluhan dimana. beliau heran kalau di Jepang dia hampir tidak pernah melihat papan nama pendidikan atau semacam kursus tentan g bisnis atau manajemen, tetapi yang selalu terlihat adalah papan-papan nama pendidikan atau kursus tentang teknologi atau semacam STM. Sehingga baru pada kabinet enam ini menteri pendidikan dan jajarannya dipegang oleh teknolog yang boleh dikatakan sangat sangat terlambat. Dan apabila kita melihat jabatan - jabatan penting lainnya yang menyangkut atau ada kaitan dengan teknologi pada kabinet seperti Bappenas, Ekuin, lingkungan dan pernah juga menteri perindustrian, tetapi dijabat oleh menteri yang bukan t eknolog sehingga bagaimana kemampuannya dalam pengembangan teknologi dalam bidang yang dipimpinnya. Bagaimana membangun visi, misi, dan filosofi tentang pembangunan teknologi. Namun melegakan karena sejak kabinet enam bidang-bidang tesebut sudah dijabat oleh teknolog, sehingga pemba ngunan dan pengembangan teknologi dapat diarahkan dan tinggal tergantung kepada kemampuan individunya maupun faktor pendukung lainnya seperti dana dan lain sebagainya. Penulis berpendapat paling tepat jika Presiden terpilih mendatang dan seterusnya tetap rnempertahankan posisi posisi tersebut diatas tetap dipegang oleh seorang TEKNOLOG dan juga agar ada link and match antara menteri pendidikan dengan menteri tenaga kerja yang mengetahui keahlian-keahlian yang dibutuhkan dalam industri kita kembangkan. Maka alangkah baiknya jika Menteri TENAGA KERJA juga dipegang oleh seorang TEKNOLOG. Sehingga yang perlu dipersoalkan selan jutnya adalah teknologi mana dan apa yang perlu didahulukan pengembangannya. Apabila kita menelusuri sedikit kebelakang bahwa Indonesia dengan Malaysia dan Thailand sebenarnya berangkat dari waktu yang relatif sama yaitu pada pertengahan tahun enam puluhan, tetapi kita masih lebih besar mengandalkan ekspor komoditi primer, mungkin kita mengatakan bahwa kebijakan orientasi ekspor tertinggal atau terlambat namun walaupun kebijakan orientasi ekspor tercepat jikalau tanpa kita miliki kemampuan teknologi sendiri akan sia-sia. Hal tersebut dapat dipahami keter tinggalan kita dengan negara tetangga ataupun lainnya akibat lemahnya pendidikan dan pengembangan teknologi sehingga kemampuan teknologi rendah. Pertama : Dari hasil penelitian UNCTAD tentang struktur komoditas ekspor second-TIER NIE’S pada tahun 2000an dapat kita lihat bahwa ekspor Indonesia pada ekspor gradenya yang lebih tinggi seperti Group IV dan V adalah masing-masing 3,9% dan 7,5% pada tahun 1994, Malaysia masing masing 29,8% dan 31,6% sedangkan Thailand masing-masing 20,7% dan 20,2% dimana Malaysia dan Thailand jauh lebih tinggi, dan kondisi ini menggambarkan Indonesia tidak memiliki arah yang jelas bidang mana yang akan menjadi andalan atau daya saing tinggi dan sekaligus menunjukkan terlambatnya Indonesia memperbaiki kinerja ekspornya yang berdaya saing tinggi khususnya pada ekspor produk olahan (manufaktur). Saat ini industri manufaktur kita terus menuru, banyak pabrikan berubah men -jadi pedagang karena kalah bersaing. Keberhasilan negara-negara tersebut dalam ekspor hasil industri manufaktur adalah berkat kemampuan menca-nangkan industri berat dan ringan yang pada awalnya adalah dengan cara mendatangkan perusahaan asing untuk menanamkan modalnya di negara ter-sebut tetapi mereka mampu menyerap atau apa yang disebut alih teknologi, atau akuisisi skill dan teknoIogi seperti Korea yang selama 30 tahun telah mampu bersaing dengan Jepang dalam industri mobil terutama untuk kebu-tuhan dalam negeri maupun ekspor yang mencapai puluhan negara termasuk Indonesia (dalam rangka Mobnas). Kelemahan kita adalah ketidakmampuan melakukan alih teknologi walau kebijakan pen gganti impor sudah cukup lama. Kedua: Dari hasil penelitian yang sama terlihat bahwa kinerja industri manu-faktur Indonesia terendah bila diban-dingkan dengan Thailand, Korea dan Singapura dimana produksi manufaktur perkapita Indonesia hanya US$ 221, Thail and US$ 716, Korea US$ 2.482, Malaysia US$ 1.130 dan Singapura US $ 1.241. Apabila dilihat start pemba -ngunan ekonomi khususnya antara Indonesia dan Thailand dimulai pada era pertengahan 60an dimana ketiga negara tersebut sector pertanian masih mendo-minasi pada Produk Dornestik Bruto (PDB) masing -masing negara, maka pada kurun waktu selama tiga puluh tahun Indonesia dapat dikatakan ketinggalan jauh pembangunan industri manufak turnya. Ketiga : Export Oriented Industrialization (EOI) yang Netral. Salah satu penerapan Export Oriented Industrialization adalah sesuatu yang netral antara penekanan kepada pasar dalam negeri atau pene-kanan kepada pasar luar negeri. Penjabaran yang lebih luas dari pene-rapan EOI adalah : 1. Tingginya aktifitas Impor karena belurn mampu memproduksi sendiri. 2. Import Substitution , memproduksi sendiri apa yang diimpor 3. Ada perimbangan antara barang yang diimpor dengan barang yang diekspor karena teknologinya telah mampu bersaing. 4. Tahap dimana negara kembali mengimpor karena produksinya tidak mampu berkompetisi akibat lemahnya teknologi yang dimiliki. Hasil penelitian Empiris Akamatsu tentang Product Cycle dapat dilihat bahwa angka Koefisien Spesialisasi Ekspor Indonesia (KSE) pada Standard International Trade Classification (SITC) 5 dan 7 yaitu sektor industri manufaktur kimiawi dan mesin dan alat angkut menunjukkan kearah angka minus 0,5. Dengan demikian Indonesia masuk pada tahap pertama pada Product Cycle yaitu tahap pengenalan produk tetapi ada kebutuhan yang terpaksa diimport (karena angka bergerak dari minus 1 s/d minus 0,5). Keunggulan komparatif Indonesia hanya pada SITC 6 dan 8. Yaitu sektor barang-barang yang tergantung pada sumber alam dan kerajinan tangan dan kulit karena angka KSE positif dan mendekati 1. Pada SITC 5 dan SITC 7 berarti ekspor barang-barang tersebut sangat kuat keter gantungannya kepada import, sehingga Indonesia hanya mampu penekanan pasar dalam negeri (jago kandang). KEUNGGULAN KOMPARATIF Konsep keunggulan komparatif pada dasarnya adalah mengandalkan apa yang dimiliki sekarang seperti bahan alam dan tidak memiliki jangkauan kedepan dalam jangka panjang yang karena kebutuhan produk internasional mengarah kepada penghematan bahan mentah seperti dite mukannya bahan sintetis untuk pembuatan ban dan bukan dari karet alam. Oleh karena itu ciri produk dimasa datang adalah produk yang padat teknologi. Beberapa lembaga penelitian kelas dunia seperti Institute for Management Development (IMD) Swiss, The Independent Strategy - London , yang pada umumnya menekankan kelemahan daya saing produk kita adalah kelangkaan teknologi. Menteri Riset dan Teknologi yang juga ketua BPPT BJ. Habibie mengatakan bahwa satu-satunya kiat .untuk melakukan terobosan ekspor keluar negeri adalah peningkatan teknologi (dalam arti luas), karena kebijakan apapun yang dilakukan tidak akan efektif untuk menembus pasar internasional untuk memenangkan per saingan (majalah adil 1995). Bapak Ir. Hartanto dalam pidato ilmiahnya pada saat pengukuhan sebagai DR. HC di Institut Teknologi Bandung (ITB) menga takan bahwa satu-satunya cara untuk memenangkan persaingan global di pasaran internasional adalah meningkatkan rancang bangun dan rekayasa teknologi industri. Namun kenyataan dilapangan sungguh kontradiktif karena banyak kita Iihat para insinyur-insinyur justru memperdalam ilmu lanjutannya seperti mengambil MBA.MM dan lain sebagainya dan bukankah itu merupakan kebocoran pengembangan dan pembangunan teknologi apabila mereka menekuni ilmu bisnis walau mereka tidak dapat disalahkan semata. Oleh karena itu perlu sekali memberi kesempatan yang luas bagi para teknolog untuk mengembangkan pembangunan teknologi khususnya pada jabatan-jabatan yang berkaitan dengan teknologi agar rumor yang mengatakan bahwa apabila seorang pejabat ilmuwan sosial (ekonomi) melihat pameran industri diluar negeri akan berfikir kemana mencari pinjaman baru atau hutan mana yang akan dijual agar dapat membeli produk teknologi tsb, sedangkan jika pejabatnya seorang teknolog akan berfikir bagaimana caranya agar saya atau Indonesia dapat memproduk seperti yang ia lihat pada pameran tersebut. Rumor tersebut apabila memang demikian adanya memberikan risiko yang cukup besar seperti defisit neraca pembayaran, hutang yang menggunung dan akhirnya seperti pada pembicaraan diatas yaitu naiknya nilai dollar diawali hutang yang menggunung tadi segera jatuh tempo dan terjadilah perburuan dollar. KESIMPULAN Pertama : Krisis moneter dan ekonomi yang kita alami saat ini dimana kita adalah paling terpuruk diantara negara-negara Asean khususnya disebabkan salah sa tu faktor adalah ketergantungan yang sangat besar kepada luar negeri baik itu barang-barang modal, teknologi atau tenaga ahli yang terpaksa dibayar mahal, dan didanai dari hutang luar negeri yang sangat besar dan terlebih lagi hasil produk kita tsb. sebagian besar hanya menghasilkan rupiah (pasar lokal) sulit menembus pasaran internasional yang salah satu disebabkan kelemahan teknologi, sehingga ekonomi kita sangat rentan terhadap berbagai krisis. Kedua : Lemahnya pembangunan dan pengembangan dibidang tekno logi yang merupakan salah satu faktor penting dalam pembangunan ekonomi karena strategi maupun yang dilakukan ekonom (strategi kompetisi) tidak akan ada arti bila tidak ada kemampuan teknologi melalui peningkatan SDM dalam rangka peningkatan rekayasa teknologi industri. Oleh karena itu peranan teknolog sangat strategis dalam memangku jabatan, menteri pendidikan dan jajarannya, menteri tenaga kerja serta jabatan lain yang memerlukan atau ada keterkaitan dengan teknologi yang diuraikan diatas, sehingga posisi-posisi tersebut sete-rusnya harus dipegang oleh para teknolog, agar pembangunan, pengem-bangan dan pendidikan dibidang tekno-logi khususnya dapat berjalan sebagai mana mestinya, karena kemampuan teknologi sendiri akan mengurangi keter -gantungan dalam pembangunan ekonomi yang memberatkan dan akan memperkuat fundamental ekonomi kita. Ketiga : Kekuatan ekonomi yang ber tumpu pada kekuatan teknologi sendiri (bukan assembling atau rakitan) tidak akan mengalami kekacauan yang parah apabila terjadi krisis seperti saat ini dibanding negara lainnya yang mana depresiasi mata uangnya tidak merosot depresiasi mata uang kita Keempat: Selama ini kita sangat menga-baikan pembangunan dan pengem-bangan teknologi sebagai salah satu faktor dalam pertumbuhan ekonomi, sehingga ekonomi kita sangat rentan terhadap berbagai krisis. DAFTAR PUSTAKA Arif Mohammed, Hal Hill, 1998, Industrialisasi di ASEAN , Jakarta, LP3ES. Boediono, 1999, Teori Pertumbuhan Ekonomi, Yogyakarta: BPFE Chenery, H.B. 1992. Industrialisasi dan Pertumbuhan Ekonomi: Pandangan Alternatif Atas Asia Timur. Dalam Hughes, H. (ed.). Keberhasilan Industrialisasi di Asia Timur . Jakarta PT. Gramedia Pustaka Utama. Deliarnov, 2003, Perkembangan Pemikiran Ekonomi, Jakarta: PT. Raja Grafindo Faried Wijaya, DR, MA, 199 0, Kompendium Ekonomika, Yogyakarta, BPFE. Gammell, Norman, 1994, Ilmu Ekonomi Pembangunan:beberapa survey , Jakarta, LP3ES Gilarso,T, Drs, 1992, Pengantar Ilmu Eknomi Makro, Yogyakarta, Kanisius. Hasibuan, Nurimasjah, 1993, Ekonomi Industri:Persaingan, Mon opoli dan Regulasi, Jakarta, LP3Es Kurniati Y., Permata M., dan Yanfitri, 2008, Struktur dan Produktivitas Ekspor serta Potensinya dalam Mendorong Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia , Catatan Riset, Bank Indonesia. Nicholson, W. 1994. Teori Ekonomi Mikro: Prinsip dan Pengembangannya . Jakarta. Raja Grafindo Persada. Soediyono, DR, MBA, 1980, Lalu Lintas Pembayaran Internasional , Suplemen Kuliah Ekonomi Internasional, UGM, Yogyakarta. --------------------------,1981, Ekonomi Internasional, Yogyakarta, UGM Sadono, Sukirno, 1981, Pengantar Teori Makro, Jakarta LPFEUI Sudarsono, 1995. Pengantar Ekonomi Mikro. Lembaga Penelitian, Pendidikan dan Penerangan Ekonomi dan Sosial, Jakarta. Tarigan, Robinson. 2007. Ekonomi Regional, Teori dan Aplikasi (edisi revisi) ., Jakarta, B u m i Aksara. Yanuarius Koli Bau, 1996, Pembangunan Teknologi dan Sektor Informal , Yogyakarta, Nafiri. Yudhoyono, S.B. dan Harniati. 2004. Pengurangan Kemiskinan di Indonesia: Mengapa Tidak Cukup dengan Memacu Pertumbuhan Ekonomi?, Bogor, Brighten Press. Buku Kliping “Waos”, 1996, Bojonegoro, beberapa terbitan Kompas, beberapa terbitan INTERNET http://www.rusmanmalili.com http://elasq.wordpress.com http://profsyamsiah.wordpress.com