strategi pembangunan ekonomi indonesia dengan

advertisement
STRATEGI PEMBANGUNAN EKONOMI INDONESIA DENGAN PENDEKATAN
PENGEMBANGAN TEKNOLOGI
Mulyadi Arjun Nasution
STIE AUB Surakarta
ABSTRACT
Indonesia as a developing country with abundant labor have a comparative advantage
in labor intensive industries, because labor is relatively cheap compared to countries that have
labor shortages such as Japan, South Korea, and Singapore. The concept of comparative
advantage has been criticized because it was considered less relevant for the economic
development of Indonesia in the coming years.
Experience in industrialized countries shows that science and technology are the main
source and natural driving factors of economic development, particularly in terms of growth in
output per capita benchmark.
Economic growth is directly related to the increase in productivity and an increase in
productivity is strongly influenced by the rate of technological change .Capacity Building of the
National Technology within the framework of national competitiveness must be aligned with
the direction in line with the development and orientation of national economic development.
The role and contribution of technology in improving national competitiveness need to be
formulated to sharpen targets achievement of national technological capabilities increase
more scalable.
Keywords: Technology, labor, economic development
PENDAHULUAN.
I
lmu ekonomi pada dasarnya dimak sudkan untuk mempelajari bagaimana
usaha-usaha manusia memenuhi kebu tuhan hidupnya (jasmani) agar mencapai
kemakmuran
dan
kesejahteraan.
Kebutuhan hidup jasmani sudah jelas
seperti: alat transportasi, alat komunikasi,
kebutuhan peralatan rumah tangga,
sandang, papan dan pangan yang untuk
memenuhinya diperlukan teknologi untuk
memproduk-sinya. Salah satu ukuran
berkembangnya ekonomi suatu negara
adalah terciptanya pertumbuhan ekonomi
setiap tahun yang tinggi yang dilandasi oleh
struktur
ekonomi
atau
indikator
pembangunan ekonomi yang kuat atau
disebut pula fundamental ekonomi yang
kuat. Pertumbuhan ekonomi merupakan
proses terjadinya kenaikan produk nasional
bruto riel disamping ukuran yang lain,
seperti produk domestik bruto perkapita,
dll.
Faktor-faktor pertumbuhan ekonomi dapat
kita lihat seperti Sumber Daya Alam,
Teknologi, Tenaga kerja yang terdidik, dan
faktor sosial budaya seperti stabilitas
keamanan dan politik.
Selama ini banyak negara sedang
berkembang telah berhasil menunjukkan
laju pertumbuhan ekonomi yang cukup
tinggi, tetapi masih banyak permasalahan
pembangunan yang belum terpecahkan,
seperti : tingkat pengganguran tetap tinggi,
pembagian pendapatan tambah tidak
merata, masih banyak terdapat kemiskinan
absolut, tingkat pendidikan rata -rata masih
rendah, pelayanan
kesehatan masih
kurang, dan sekelompok kecil penduduk
yang sangat kaya cenderung semakin kaya
sedangkan sebagian besar penduduk tetap
saja bergelut dengan kemiskinan, yang
terjadi bukan trickle down tapi trickle up.
Keadaan ini memprihatinkan, banyak ahli
ekonomi pembangunan yang mulai mempertanyakan arti dari pembangunan.
Teori-teori pertumbuhan ekonomi
1. Teori Pertumbuhan Klasik
Teori ini dipelopori oleh Adam
Smith, David Ricardo, Malthus dan John
Stuart Mill. Menurut teori ini per tumbuhan ekonomi dipengaruhi oleh
empat faktor yaitu jumlah penduduk,
jumlah barang modal, luas tanah dan
kekayaan alam serta tekhnologi yang
digunakan. Mereka lebih menaruh per hatiannya pada pengaruh pertumbuhan
penduduk
terhadap
partumbuhan
ekonomi. Mereka asumsikan luas tanah
dan kekayaan alam serta tekhnologi
tidak mengalami perubahan. Teori yang
menjelaskan keterkaitan antara penda patan perkapita dengan jumlah pen duduk disebut dengan teori penduduk
optimal. Menurut teori ini pada mulanya
pertambahan penduduk akan menye babkan kenaikan pendapatan perkapita.
Namun jika jumlah penduduk terus
bertambah maka hukum hasil lebih yang
semakin berkurang (law of diminishing
returns) akan mempengaruhi fungsi
produksi yaitu produksi marjinal akan
mengalami penurunan, dan akan mem bawa pada keadaan pen-dapatan perkapita sama dengan produksi marjinal.
Pada keadaan ini pendapatan perkapita
mencapai kondisi yang maksimal. Jumlah
penduduk pada waktu itu dinamakan
penduduk optimal. Apabila jumlah pen duduk terus meningkat melebihi titik
optimal, maka per-tumbuhan penduduk
akan menyebabkan penurunan nilai
pertumbuhan ekonomi.
2. Teori Pertumbuhan Harrod -Domar
Teori Harrod-Domar adalah perkembangan langsung dari teori makro
Keyness jangka pendek menjadi suatu
teori makro jangka panjang. Aspek
utama yang dikembangkan oleh teori
Keyness adalah aspek yang menyangkut
peranan investasi (I) dalam jangka
panjang. Harrod – Domar melihat
pengaruh investasi dalam jangka waktu
yang lebih panjang. Menurut kedua
ekonom ini, pengeluaran investasi (l)
tidak hanya mempunyai pengaruh
terhadap permintaan agregat (Z), tetapi
juga terhadap penawaran agregat (S)
melalui pengaruhnya terhadap kapasitas
produksi. Dalam perspektif waktu yang
lebih panjang ini, l menambah stok
kapital. Jadi l = ΔK, dimana K adalah stok
kapital dalam masyarakat. Ini berarti
pula peningkatan kapasitas produksi
masyarakat.
3. Teori Pertumbuhan Neo-Klasik
Robert Solow dan Trevor Swan mengem bangkan model pertumbuhan ekonomi
yang sering disebut model pertumbuhan
neo-klasik. Model Solow-Swan memusatkan perhatiannya kepada bagaimana
pertumbuhan penduduk, akumulasi
kapital, kemajuan tekhnologi dan output
saling berinteraksi dalam proses
pertumbuhan ekonomi. Ada 4 anggapan
yang melandasi model neo-klasik :
1. Tenaga kerja (L), tumbuh dengan laju
tertentu, misalnya p per tahun
2. Adanya fungsi produksi Q= F (K,L)
yang berlaku bagi setiap periode.
3. Adanya kecenderungan menabung
oleh masyarakat.
4. Semua tabungan masyarakat diinves tasikan S = I = ΔK
4. Teori Pertumbuhan Schumpeter
Schumpeter berpendapat bahwa
motor
penggerak
perkembangan
ekonomi adalah suatu proses yang ia beri
nama inovasi dan pelakunya adalah para
inovator. Menurut Schumpeter, yang
lebih menarik dan lebih pentin g adalah
kenaikan output yang bersumber dari
perkembangan ekonomi. Perkembangan
ekonomi adalah kenaikan output yang
disebabkan oleh inovasi yang dilakukan
oeh para wiraswasta. Inovasi mempunyai
tiga pengaruh, yang pertama adalah
diperkenalkannya teknologi baru, yang
kedua, inovasi menimbulkan keuntungan
lebih yang merupakan sumber dana
penting bagi akumulasi kapital. Yang
ketiga, inovasi akan diikuti oleh
timbulnya proses imitasi.
Menurut Schumpeter ada lima (5)
macam kegiatan yang termasuk sebagai
inovasi, yaitu:
1. Diperkenalkannya produk baru yang
sebelumnya tidak ada.
2. Diperkenalkannya cara berproduksi
baru.
3. Pembukaan daerah-daerah pasar
baru.
4. Penemuan sumber-sumber bahan
mentah baru.
5. Perubahan
organisasi
industri
sehingga meningkatkan efisiensi
industri.
Rasanya kita telah bosan karena tertalu
sering mendengar dan merasakan penyakit
ekonomi yang kronis di Indonesia, seperti
defisit transaksi berjalan, inflasi, devaluasi,
ekonomi kepanasan dan penyakit moneter
lainnya, yang terjadi hampir sepanjang ata u
setiap tahun. Sudah barang tentu apabila
akar permasalahan yang fundamentai tidak
segera diatasi, tentu penyakit ekonomi
tersebut akan selalu muncul. Apa yang
selalu disebut-sebut dengan fundamental
ekonomi, kuat tidaknya sangat tergantung
beberapa hal seperti :
1.
2.
3.
4.
Stabilitas nilai rupiah.
Stabilitas nilai tukar rupiah.
Stabilitas pendapatan riel masarakat.
Keempat, tercapainya kesempatan
kerja penuh..
5. Keseimbangan neraca pembayaran
internasional.
6. Kemampuan atau ketergantungan
teknologi pada luar negeri.
Pada waktu Menteri perdagangan dijabat
bapak DR. Arifin M.Siregar pemah menga takan dari hasil kunjungannya ke RRC
bahwa mengapa negara tersebut dapat
menjual barang yang sejenis dan sekualitas
dengan produk Indonesia di pasaran
intemasional dengan harga yang lebih
rnurah adalah disebabkan mereka telah
menguasai teknologi dasarnya dan bukan
karena upah buruh yang lebih murah. Kita
melihat bahwa di dunia ini tidak ada
satupun negara yang ekonominya maju
atau kuat tanpa dukungan teknologi yang
dikuasai seperti Jepang; Taiwan, Jerman,
Amerika Serikat, dan lain sebagainya.
Mengapa nilai dollar US$ begitu kuat,
sangat konvertible, atau merupakan trading
currencies di dunia adalah karena seluruh
dunia membutuhkan teknologinya sehingga
permintaan dunia terhadap dollar begitu
tinggi dan kuat. Saya yakin seandainya,
indonesia dapat menciptakan obat anti aids
yang sangat manjur dan ampuh sekali
dimana dunia saat ini belum menemukan
obatnya, dunia akan gempar dan rupiah
menguat sehingga satu dollar US sama
dengan seribu rupiah akibat permintaan
dunia terhadap rupiah meningkat tinggi
sekali.
PEMBANGUNAN EKONOMI, MAKSUD DAN
PENERAPANNYA.
Pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai
proses kenaikan output per kapita dalam
jangka panjang. Ada tiga aspek yang perlu
diperhatikan dalam definisi tersebut, yaitu :
(1) proses, (2) output per kapita, dan (3)
jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi
adalah suatu proses, bukan suatu gambaran
ekonomi pada suatu saat. Simon Kuznet
mendefenisikan pertumbuhan ekonomi
suatu negara sebagai “kemampuan neg ara
itu untuk menyediakan barang -barang
ekonomi yang terus meningkat bagi pendu duknya, pertumbuhan kemampuan ini
berdasarkan pada kemajuan teknologi dan
kelembagaan serta penyesuaian ideologi
yang dibutuhkannya”. Dalam analisanya
yang mendalam, Kuznet me misahkan enam
karakteristik yang terjadi dalam proses
pertumbuhan pada hampir semua negara
dan dari pendapatnya tersebut di bawah ini
terlihat bahwa salah satu faktor yang sangat
penting untuk meningkatkan pertumbuhan
ekonomi yaitu perdagangan (ekspor).Dua
variabel ekonomi agregatif : tingginya
tingkat pertumbuhan output per kapita dan
populasi dan ting-ginya tingkat kenaikan
produktivitas faktor produksi secara
keseluruhan atau terutama produktivitas
tenaga kerja.
a. Dua transformasi struktural : tingginya
tingkat transformasi struktur ekonomi
dan tingginya tingkat transformasi sosial
dan ideologi.
b. Dua faktor yang mempengaruhi
meluasnya
pertumbuhan
ekonomi
internasional : kecenderungan negaranegara maju secara ekonomi untuk
menjangkau seluruh dunia untuk
mendapatkan pasar (ekspor) dan bahan
baku dan pertumbuhan ekonomi ini
hanya dinikmati oleh sepertiga populasi
dunia.
Hal ini sejalan dengan pendapat Krugman
dan Obstfeilt yang menyatakan secara
teoritis, bahwa perdagangan internasional
terjadi kerena dua alasan utama, yaitu:
a. Adanya keuntungan dalam melakukan
perdagangan (gains from trade) bagi
negara, dikarenakan adanya perbedaan
diantara mereka mengenai faktor -faktor
yang dimilikinya.
b. Untuk
mencapai
skala
ekonomi
(economies of scale) dalam produksi.
Maksudnya, jika setiap negara hanya meng hasilkan sejumlah barang -barang tertentu
mereka dapat menghasilkan barang -barang
tersebut dengan skala yang lebih besar dan
karenanya lebih efisien dibandingkan jika
negara tersebut mencoba untuk mempro duksi segala jenis barang. Kenyataannya
bahwa pola-pola perdagangan dunia yang
mengakibatkan tejadinya pertumbuhan
ekonomi, mencerminkan perpaduan dari
dua motif tersebut diatas. Disini nampak
aspek dinamis dari suatu perekonomian,
yaitu melihat bagaimana suatu pereko nomian berkembang atau berubah dari
waktu ke waktu. Selain itu pertumbuhan
memiliki sifat self-generating yaitu proses
partum-buhan itu sendiri melahirkan
kekuatan atau momentum bagi timbulnya
kelanjutan pertumbuhan tersebut dalam
periode selanjutnya. Sedangkan menurut
teori, partum-buhan ekonomi didefinisikan
sebagai penjelasan mengenai faktor -faktor
apa saja yang menentukan kenaikan output
per kapita dalam jangka panjang dan pen jelasan mengenai bagaimana faktor -faktor
tersebut berinteraksi satu sama lain,
sehingga terjadi proses pertumbuhan.
Pertumbuhan ekonomi yang dinya takan dengan kenaikan output (Produk
Domestik Bruto) dan pendapatan riil per kapita memang bukanlah satu -satunya
sasaran di negara-negara berkembang,
namun kebijakan ekonomi dalam mening katkan pertumbuhan output perlu dila kukan karena merupakan syarat penting
untuk memperbaiki kesejahteraan masya rakat dan untuk mendukung tujuan kebi jakan pembangunan lainnya. Bagi kita sudah
jelas bahwa pertumbuhan ekonomi meru pakan salah satu faktor me nentukan. Kemajuan ekonomi dan faktor-faktor partumbuhan ekonoml itu sendiri antara lain
adalah Teknologi dan tenaga kerja yang
trampil dan terdidik baik dibidang mana jemen dan teknologi. Pada era teknologi
maju saat ini pembangunan ekonomi
mengandalkan keunggulan komparatif
mulai ketinggalan dan keunggulan kom petitif yang memenangkan persaingan
global karena kemajuan teknologi dunia dan
praktek ekonomi global atau pasar bebas
sehingga mempertahankan keunggulan
komparatifpun akan sia-sia tanpa didukung
teknologi dan manajemen.
Dalam era otonomi daerah seperti
sekarang ini, setiap daerah memiliki
kebebasan dalam menentukan arah dan
kebijakan pembangunan ekonomi wilayah.
Untuk menentukan arah dan kebijakan
pembangunan ekonomi di suatu daerah
sangat diperlukan informasi mengenai
potensi ekonomi wilayah. Potensi ekonomi
wilayah dapat diketahui dengan mengiden tifikasi keunggulan dan kelemahan berbagai
sektor maupun subsektor ekonomi di
wilayah tersebut. Sektor ekonomi yang
memiliki keunggulan, memiliki prosp ek yang
lebih baik untuk dikembangkan dan diharapkan dapat mendorong sektor -sektor
ekonomi lain untuk berkembang. Sektor
unggulan adalah sektor yang memiliki
keunggulan
komparatif
( comparatif
advantages) dan keunggulan kompetitif
(competitive advantages) dengan produk sektor
sejenisdari daerah lain serta mampu
memberikan nilai manfaat yang lebih besar.
Istilah keunggulan komparatif ( comparative
advantage) mula-mula dikemukakan oleh
David Ricardo (1917) sewaktu membahas
perdagangan antara dua wilayah. Ric ardo
membuktikan bahwa apabila dua wilayah
yang saling berdagang masing-masing meng
konsentrasikan diri untuk mengekspor
barang yang memiliki keunggulan kompa ratif, maka kedua wilayah tersebut
akan beruntung. Ide tersebut bukan saja
bermanfaat dalam perdagangan internasional tetapi juga sangat penting diper hatikan dalam ekonomi regional.
Pengetahuan akan keunggulan komparatif
suatu daerah dapat digunakan para
penentu kebijakan untuk mendorong
perubahan struktur ekonomi daerah kearah
sektor yang mengandung keunggulan komparatif. Jadi, apabila sektor yangmemiliki
keunggulan komparatif bagi suatu daerah
telah teridentifikasi maka pembangunan
sektor tersebut dapat disegerakan tanpa
menunggu tekanan mekanisme pasar yang
sering berjalan terlambat (Tarigan,200 3:76).
Pada masa era perdagangan bebas seperti
sekarang ini, keunggulankompetitif men dapat perhatian lebih besar daripada keung gulan komparatif. Keunggulan kompetitif
menunjukkan kemampuan daerah untuk
memasarkan produknya ke luar daerah.
Dalam analisis ekonomi regional, keunggulan kompetitif dimaknai oleh kemampuan
daya saing kegiatan ekonomi di suatu
daerah terhadap kegiatan ekonomi yang
sama di daerah lainnya. Keunggulan
kompetitif merupakan cermin dari keung gulan pertumbuhan ekonomi suatuwilayah
terhadap wilayah lainnya yang dijadikan
“benchmark ” dalam suatu kurun waktu.
Dalam kaitannya dengan keunggulan kom petitif, maka keunggulan komparatif suatu
kegiatan ekonomi dapat dijadikan suatu
pertanda awal bahwa kegiatan ekonomi
tersebut punya prospek un tuk juga memiliki
keunggulan kompetitif. Jika suatu sektor
memiliki
keunggulan
komparatif
karena besarnya potensi sektor tersebut
maka kebijakan yang diprioritaskan bagi
pengembangan kegiatan ekonomi tersebut
dapat berimplikasi kepada terciptanya
keunggulan kompetitif. Kegiatan ekonomi
yang
memiliki
keunggulan
kompa ratif sekaligus keunggulan kompetitif akan
sangat menguntungkan perekonomian
suatu wilayah. Terkait dengan keunggulan
kompetitif dan keunggulan komparatif,
maka berdasarkan kegiatan ekonominya
suatu wilayah dapat saja memiliki kedua
jenis keunggulan tersebut secara bersama sama. Hal ini sangat dipengaruhi oleh satu
atau gabungan beberapa faktor berikut ini
(Tarigan,2003:88) :
a. Memiliki potensi sumber daya alam
b. Penguasaan masyarakat terhadap
tekno-logi
mutakhir
dan
keterampilan-kete-rampilan khusus
c. Aksesibilitas wilayah yang baik
d. Memiliki market yang baik atau dekat
dengan market
e. Wilayah yang memiliki sentra -sentra
produksi tertentu atauterdapatnya
aglomerasi dari berbagai kegiatan
ekonomi.
f. Ketersediaan buruh yang cukup dan
memiliki keterampilan baik dengan
upah yang relatif rendah.
g. Mentalitas masyarakat yang baik
untuk
pembangunan:
jujur,
mauterbuka, bekerja keras, dapat
diajak bekerja sama dan disiplin.
h. Kebijaksanaan pemerintah yang
mendu-kung
pada
terciptanya
keunggulan-keunggulan
suatu
kegiatan ekonomi wilayah.
Dari berbagai teori dan model
pertumbuhan ekonorni diatas mengatakan
faktor teknologi dan ketrampilan teknik
tenaga kerja (SDM) termasuk manajemen
sangat diperlukan dan bahkan menentu kan
seperti yang terjadi pada Jepang yang
miskin sumber daya alam. Gejolak politik
juga ada, namun gejolak politik seperti
kasus beberapa kall mundurnya Perdana
mentrinya, terjadi akibat masyarakatnya
yang melek politik dan mungkin negara
yang sepi gejolak bukan tidak mungkin
karena sebagian besar rakyatnya buta
politik atau dibawah tekanan. Dengan
kepemilikan dan penguasaan teknologi akan
menentukan keberhasilan dan kemajuan
pembangunan ekonomi, mengurangi keter gantungan kepada impor teknologi, baik
berupa barang-barang modal, tenaga atau
teknologi itu sendiri, yang jika dibiarkan
akan memberatkan neraca pembayaran
internasional kita. Beban ini semakin berat
produk karena hanya laku didalam negeri
sedangkan dana untuk biaya impor barang
modal dan teknologinya dengan alat tukar
dollar. Oleh karena itu sejauh mana kemam puan teknologi dan manajemen yang
dimiliki sendiri oleh negara kita dalam
kaitannya dengan kemajuan ekonomi,
apakah hubungannya atau korelasinya
positif.
PEMBANGUNAN
EKONOMI
DAN
PENGUASAAN TEKNOLOGI
Nampaknya penyebab utama ter jadinya krisis moneter dan ekonomi di
Indonesia adalah berawal dari menjelang
jatuh temponya hutang - hutang swasta
khususnya maupun hutang pemerintah
yang cukup besar. Pembangunan ekonomi
Indonesia yang selama ini dila ndasi dengan
penciptaan hutang yang cukup besar
melalui pemasukan barang- barang modal,
teknologi atau tenaga ahli dari luar negeri
yang dibayar cukup mahal, telah menye babkan industri kita tidak lebih hanyalah
industri assembling yang ketergan tungannya terhadap luar negeri sangat
besar. Sudah lebih empat puluh tahun
khususnya kita membangun, tetapi apa
yang diimpikan dengan arti teknologi masih
memprihatinkan. Khususnya di ASEAN kita
sangat ketinggalan dan pada tingkat dunia
sumbangan teknologi kita hany a 0,012
persen (Kompas). Sudah pasti penyebabnya
adalah pembangunan dan pengembangan
pendidikan Sumber Daya Manusia dibidang
teknologi sangat lemah termasuk riset
dibidang pengembangan teknologi, dan
anehnya ada yang berpendapat kita lebih
baik cukup hanya dengan membeli
teknologi, bukankah ini sikap ketergantu ngan dan resikonya cukup besar, dari mana
dana untuk membeli teknologi tersebut
terus menerus kalau hasil produk yang
dihasilkan hanya laku dipasaran dalam
negeri. Saya berpendapat seandainya sejak
kabinet pertama menteri pendidikan dan
jajarannya dipegang teknolog, perkem bangan teknologi kita tidak separah ini
ketinggalannya. Karena bagaimana bisa
lebih baik dan tepat memiliki visi, pengem bangan dan pendidikan teknologi pada
pendidikan kita. Dan keheranan saya ini
searah dengan apa yang pernah disa mpaikan Bapak Kwik Kian Gie pada seminar di
Hotel Solo Inn akhir tahun delapan puluhan
dimana. beliau heran kalau di Jepang dia
hampir tidak pernah melihat papan nama
pendidikan atau semacam kursus tentan g
bisnis atau manajemen, tetapi yang selalu
terlihat adalah papan-papan nama pendidikan atau kursus tentang teknologi atau
semacam STM. Sehingga baru pada kabinet
enam ini menteri pendidikan dan jajarannya
dipegang oleh teknolog yang boleh
dikatakan sangat sangat terlambat. Dan
apabila kita melihat jabatan - jabatan
penting lainnya yang menyangkut atau ada
kaitan dengan teknologi pada kabinet
seperti Bappenas, Ekuin, lingkungan dan
pernah juga menteri perindustrian, tetapi
dijabat oleh menteri yang bukan t eknolog
sehingga bagaimana kemampuannya dalam
pengembangan teknologi dalam bidang
yang dipimpinnya. Bagaimana membangun
visi, misi, dan filosofi tentang pembangunan
teknologi. Namun melegakan karena sejak
kabinet enam bidang-bidang tesebut sudah
dijabat oleh teknolog, sehingga pemba ngunan dan pengembangan teknologi dapat
diarahkan dan tinggal tergantung kepada
kemampuan individunya maupun faktor
pendukung lainnya seperti dana dan lain
sebagainya.
Penulis berpendapat paling tepat jika
Presiden terpilih mendatang dan seterusnya
tetap rnempertahankan posisi posisi
tersebut diatas tetap dipegang oleh seorang
TEKNOLOG dan juga agar ada link and
match antara menteri pendidikan dengan
menteri tenaga kerja yang mengetahui
keahlian-keahlian yang dibutuhkan dalam
industri kita kembangkan. Maka alangkah
baiknya jika Menteri TENAGA KERJA juga
dipegang oleh seorang TEKNOLOG.
Sehingga yang perlu dipersoalkan selan jutnya adalah teknologi mana dan apa yang
perlu didahulukan pengembangannya.
Apabila kita menelusuri sedikit kebelakang
bahwa Indonesia dengan Malaysia dan
Thailand sebenarnya berangkat dari waktu
yang relatif sama yaitu pada pertengahan
tahun enam puluhan, tetapi kita masih lebih
besar mengandalkan ekspor komoditi
primer, mungkin kita mengatakan bahwa
kebijakan orientasi ekspor tertinggal atau
terlambat namun walaupun kebijakan
orientasi ekspor tercepat jikalau tanpa kita
miliki kemampuan teknologi sendiri akan
sia-sia. Hal tersebut dapat dipahami keter tinggalan kita dengan negara tetangga
ataupun lainnya akibat lemahnya pendidikan dan pengembangan teknologi
sehingga kemampuan teknologi rendah.
 Pertama : Dari hasil penelitian
UNCTAD tentang struktur komoditas
ekspor second-TIER NIE’S pada tahun
2000an dapat kita lihat bahwa ekspor
Indonesia pada ekspor gradenya yang
lebih tinggi seperti Group IV dan V
adalah masing-masing 3,9% dan 7,5%
pada tahun 1994, Malaysia masing masing 29,8% dan 31,6% sedangkan
Thailand masing-masing 20,7% dan
20,2% dimana Malaysia dan Thailand
jauh lebih tinggi, dan kondisi ini
menggambarkan Indonesia tidak
memiliki arah yang jelas bidang mana
yang akan menjadi andalan atau daya
saing
tinggi
dan
sekaligus
menunjukkan
terlambatnya
Indonesia
memperbaiki
kinerja
ekspornya yang berdaya saing tinggi
khususnya pada ekspor produk
olahan (manufaktur). Saat ini industri
manufaktur kita terus menuru,
banyak pabrikan berubah men -jadi
pedagang karena kalah bersaing.
Keberhasilan negara-negara tersebut
dalam
ekspor
hasil
industri
manufaktur
adalah
berkat
kemampuan menca-nangkan industri
berat dan ringan yang pada awalnya
adalah dengan cara mendatangkan
perusahaan
asing
untuk
menanamkan modalnya di negara
ter-sebut tetapi mereka mampu
menyerap atau apa yang disebut alih
teknologi, atau akuisisi skill dan
teknoIogi seperti Korea yang selama
30 tahun telah mampu bersaing
dengan Jepang dalam industri mobil
terutama untuk kebu-tuhan dalam
negeri
maupun
ekspor
yang
mencapai puluhan negara termasuk
Indonesia (dalam rangka Mobnas).
Kelemahan
kita
adalah
ketidakmampuan melakukan alih
teknologi walau kebijakan pen gganti
impor sudah cukup lama.
 Kedua: Dari hasil penelitian yang
sama terlihat bahwa kinerja industri
manu-faktur Indonesia terendah bila
diban-dingkan dengan Thailand,
Korea dan Singapura dimana
produksi
manufaktur
perkapita
Indonesia hanya US$ 221, Thail and
US$ 716, Korea US$ 2.482, Malaysia
US$ 1.130 dan Singapura US $ 1.241.
Apabila dilihat start pemba -ngunan
ekonomi khususnya antara Indonesia
dan Thailand dimulai pada era
pertengahan 60an dimana ketiga
negara tersebut sector pertanian
masih mendo-minasi pada Produk
Dornestik Bruto (PDB) masing -masing
negara, maka pada kurun waktu
selama tiga puluh tahun Indonesia
dapat dikatakan ketinggalan jauh
pembangunan industri manufak turnya.
 Ketiga
:
Export
Oriented
Industrialization (EOI) yang Netral.
Salah satu
penerapan
Export
Oriented Industrialization adalah
sesuatu
yang
netral
antara
penekanan kepada pasar dalam
negeri atau pene-kanan kepada pasar
luar negeri. Penjabaran yang lebih
luas dari pene-rapan EOI adalah :
1. Tingginya aktifitas Impor karena
belurn mampu memproduksi
sendiri.
2. Import
Substitution ,
memproduksi sendiri apa yang
diimpor
3. Ada perimbangan antara barang
yang diimpor dengan barang
yang
diekspor
karena
teknologinya
telah
mampu
bersaing.
4. Tahap dimana negara kembali
mengimpor karena produksinya
tidak
mampu
berkompetisi
akibat lemahnya teknologi yang
dimiliki.
Hasil penelitian Empiris Akamatsu tentang
Product Cycle dapat dilihat bahwa angka
Koefisien Spesialisasi Ekspor Indonesia (KSE)
pada
Standard
International
Trade
Classification (SITC) 5 dan 7 yaitu sektor
industri manufaktur kimiawi dan mesin dan
alat angkut menunjukkan kearah angka
minus 0,5. Dengan demikian Indonesia
masuk pada tahap pertama pada Product
Cycle yaitu tahap pengenalan produk tetapi
ada kebutuhan yang terpaksa diimport
(karena angka bergerak dari minus 1 s/d
minus 0,5). Keunggulan komparatif
Indonesia hanya pada SITC 6 dan 8. Yaitu
sektor barang-barang yang tergantung pada
sumber alam dan kerajinan tangan dan kulit
karena angka KSE positif dan mendekati 1.
Pada SITC 5 dan SITC 7 berarti ekspor
barang-barang tersebut sangat kuat keter gantungannya kepada import, sehingga
Indonesia hanya mampu penekanan pasar
dalam negeri (jago kandang).
KEUNGGULAN KOMPARATIF
Konsep keunggulan komparatif pada
dasarnya adalah mengandalkan apa yang
dimiliki sekarang seperti bahan alam dan
tidak memiliki jangkauan kedepan dalam
jangka panjang yang karena kebutuhan
produk internasional mengarah kepada
penghematan bahan mentah seperti dite mukannya bahan sintetis untuk pembuatan
ban dan bukan dari karet alam. Oleh karena
itu ciri produk dimasa datang adalah produk
yang padat teknologi. Beberapa lembaga
penelitian kelas dunia seperti Institute for
Management Development (IMD) Swiss,
The Independent Strategy - London , yang
pada umumnya menekankan kelemahan
daya saing produk kita adalah kelangkaan
teknologi. Menteri Riset dan Teknologi yang
juga ketua BPPT BJ. Habibie mengatakan
bahwa satu-satunya kiat .untuk melakukan
terobosan ekspor keluar negeri adalah
peningkatan teknologi (dalam arti luas),
karena kebijakan apapun yang dilakukan
tidak akan efektif untuk menembus pasar
internasional untuk memenangkan per saingan (majalah adil 1995).
Bapak Ir. Hartanto dalam pidato ilmiahnya
pada saat pengukuhan sebagai DR. HC di
Institut Teknologi Bandung (ITB) menga takan bahwa satu-satunya cara untuk
memenangkan persaingan global di pasaran
internasional adalah meningkatkan rancang
bangun dan rekayasa teknologi industri.
Namun kenyataan dilapangan sungguh
kontradiktif karena banyak kita Iihat para
insinyur-insinyur justru memperdalam ilmu
lanjutannya seperti mengambil MBA.MM
dan lain sebagainya dan bukankah itu
merupakan kebocoran pengembangan dan
pembangunan teknologi apabila mereka
menekuni ilmu bisnis walau mereka tidak
dapat disalahkan semata. Oleh karena itu
perlu sekali memberi kesempatan yang luas
bagi para teknolog untuk mengembangkan
pembangunan teknologi khususnya pada
jabatan-jabatan yang berkaitan dengan
teknologi agar rumor yang mengatakan
bahwa apabila seorang pejabat ilmuwan
sosial (ekonomi) melihat pameran industri
diluar negeri akan berfikir kemana mencari
pinjaman baru atau hutan mana yang akan
dijual agar dapat membeli produk teknologi
tsb, sedangkan jika pejabatnya seorang
teknolog akan berfikir bagaimana caranya
agar saya atau Indonesia dapat memproduk
seperti yang ia lihat pada pameran tersebut.
Rumor tersebut apabila memang demikian
adanya memberikan risiko yang cukup besar
seperti defisit neraca pembayaran, hutang
yang menggunung dan akhirnya seperti
pada pembicaraan diatas yaitu naiknya nilai
dollar diawali hutang yang menggunung
tadi segera jatuh tempo dan terjadilah
perburuan dollar.
KESIMPULAN
 Pertama : Krisis moneter dan
ekonomi yang kita alami saat ini
dimana kita adalah paling terpuruk
diantara
negara-negara
Asean
khususnya disebabkan salah sa tu
faktor adalah ketergantungan yang
sangat besar kepada luar negeri baik
itu barang-barang modal, teknologi
atau tenaga ahli yang terpaksa
dibayar mahal, dan didanai dari
hutang luar negeri yang sangat besar
dan terlebih lagi hasil produk kita tsb.
sebagian besar hanya menghasilkan
rupiah (pasar lokal) sulit menembus
pasaran internasional yang salah satu
disebabkan kelemahan teknologi,
sehingga ekonomi kita sangat rentan
terhadap berbagai krisis.
 Kedua : Lemahnya pembangunan dan
pengembangan dibidang tekno logi
yang merupakan salah satu faktor
penting
dalam
pembangunan
ekonomi karena strategi maupun
yang dilakukan ekonom (strategi
kompetisi) tidak akan ada arti bila
tidak ada kemampuan teknologi
melalui peningkatan SDM dalam
rangka
peningkatan
rekayasa
teknologi industri. Oleh karena itu
peranan teknolog sangat strategis
dalam memangku jabatan, menteri
pendidikan dan jajarannya, menteri
tenaga kerja serta jabatan lain yang
memerlukan atau ada keterkaitan
dengan teknologi yang diuraikan
diatas, sehingga posisi-posisi tersebut
sete-rusnya harus dipegang oleh para
teknolog,
agar
pembangunan,
pengem-bangan dan pendidikan
dibidang tekno-logi khususnya dapat
berjalan sebagai mana mestinya,
karena kemampuan teknologi sendiri
akan mengurangi keter -gantungan
dalam pembangunan ekonomi yang
memberatkan dan akan memperkuat
fundamental ekonomi kita.
 Ketiga : Kekuatan ekonomi yang ber tumpu pada kekuatan teknologi
sendiri (bukan assembling atau
rakitan) tidak akan mengalami
kekacauan yang parah apabila terjadi
krisis seperti saat ini dibanding
negara lainnya yang mana depresiasi
mata uangnya tidak merosot
depresiasi mata uang kita
 Keempat: Selama ini kita sangat
menga-baikan pembangunan dan
pengem-bangan teknologi sebagai
salah satu faktor dalam pertumbuhan
ekonomi, sehingga ekonomi kita
sangat rentan terhadap berbagai
krisis.
DAFTAR PUSTAKA
Arif
Mohammed,
Hal
Hill,
1998,
Industrialisasi di ASEAN , Jakarta,
LP3ES.
Boediono, 1999, Teori Pertumbuhan
Ekonomi, Yogyakarta: BPFE
Chenery, H.B. 1992. Industrialisasi dan
Pertumbuhan Ekonomi: Pandangan
Alternatif Atas Asia Timur. Dalam
Hughes, H. (ed.). Keberhasilan
Industrialisasi di Asia Timur . Jakarta
PT. Gramedia Pustaka Utama.
Deliarnov, 2003, Perkembangan Pemikiran
Ekonomi, Jakarta: PT. Raja Grafindo
Faried Wijaya, DR, MA, 199 0, Kompendium
Ekonomika, Yogyakarta, BPFE.
Gammell, Norman, 1994, Ilmu Ekonomi
Pembangunan:beberapa
survey ,
Jakarta, LP3ES
Gilarso,T, Drs, 1992, Pengantar Ilmu Eknomi
Makro, Yogyakarta, Kanisius.
Hasibuan, Nurimasjah, 1993, Ekonomi
Industri:Persaingan, Mon opoli dan
Regulasi, Jakarta, LP3Es
Kurniati Y., Permata M., dan Yanfitri, 2008,
Struktur dan Produktivitas Ekspor
serta Potensinya dalam Mendorong
Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia ,
Catatan Riset, Bank Indonesia.
Nicholson, W. 1994. Teori Ekonomi Mikro:
Prinsip
dan
Pengembangannya .
Jakarta.
Raja Grafindo Persada.
Soediyono, DR, MBA, 1980, Lalu Lintas
Pembayaran Internasional , Suplemen
Kuliah Ekonomi Internasional, UGM,
Yogyakarta.
--------------------------,1981,
Ekonomi
Internasional, Yogyakarta, UGM
Sadono, Sukirno, 1981, Pengantar Teori
Makro, Jakarta LPFEUI
Sudarsono, 1995. Pengantar Ekonomi
Mikro.
Lembaga
Penelitian,
Pendidikan dan Penerangan Ekonomi
dan Sosial, Jakarta.
Tarigan, Robinson. 2007. Ekonomi
Regional, Teori dan Aplikasi
(edisi revisi) ., Jakarta,
B u m i Aksara.
Yanuarius Koli Bau, 1996, Pembangunan
Teknologi dan Sektor Informal ,
Yogyakarta, Nafiri.
Yudhoyono, S.B. dan Harniati. 2004.
Pengurangan
Kemiskinan
di
Indonesia: Mengapa Tidak Cukup
dengan
Memacu
Pertumbuhan
Ekonomi?, Bogor, Brighten Press.
Buku Kliping “Waos”, 1996, Bojonegoro,
beberapa terbitan
Kompas, beberapa terbitan
INTERNET
http://www.rusmanmalili.com
http://elasq.wordpress.com
http://profsyamsiah.wordpress.com
Download