Biodiversitas Tanaman Buah Di Pekarangan Sebagai Pendukung Pengembangan Komoditas Buah Lokal (Studi Kasus: di Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah) Endang Setia Muliawati, MTh. Sri Budiastuti, dan Jaka Suyana Prodi Agroteknologi, Fak. Pertanian, Univ. Sebelas Maret Surakarta Jl. Ir. Sutami No. 36A, Surakarta 57126 email: [email protected] ABSTRAK Penelitian dilakukan untuk mengetahui biodiversitas tanaman buah di pekarangan yang dapat mendukung pengembangan komoditas produk hortikultura buah berbasis sumberdaya lokal. Penelitian dilaksanakan di wilayah sub DAS Samin, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah. Lokasi penelitian berada pada ketinggian tempat 300500 m dpl. Penelitian menggunakan metode survey, dengan sampel dipilih sesuai tujuan sebanyak 78 unit pekarangan, yang tersebar pada jenis tanah Mediteran Coklat Kemerahan (Alfisol), Latosol Coklat Kemerahan dan Latosol Coklat (Inceptisol). Hasil penelitian menunjukkan jumlah spesies tanaman buah terbanyak pada pekarangan dengan jenis tanah Mediteran Coklat Kemerahan yaitu 32 spesies, diikuti pada tanah Latosol Coklat 25 spesies, dan pada tanah Latosol Coklat Kemerahan 22 spesies. Indeks keanekaragaman jenis (Shannon-Wiener) pada tiaptiap jenis tanah berturut-turut 1,75; 1,96 dan 1,95 (tergolong sedang). Indeks kekayaan jenis (Margallef) pada tanah Mediteran Coklat Kemerahan dan Latosol Coklat mencapai 4,34 dan 3,53 (tergolong sedang), dan pada Latosol Coklat Kemerahan 2,96 (tergolong rendah). Pada tanah Mediteran Coklat Kemerahan di dominasi tanaman pisang (INP=44,8%), yang diikuti dengan duku (INP=34,6%) dan rambutan (INP=28,2%). Pada tanah Latosol Coklat Kemerahan, didominasi tanaman rambutan (INP=55,6%) yang diikuti dengan pisang (INP=52,6%) dan durian (INP=38,5%), sedangkan pada tanah Latosol Coklat didominasi tanaman pisang (INP=91,4%) yang diikuti dengan rambutan (INP=46,9%) dan duku (INP=30,8%). Tanaman buah yang sudah sangat jarang ditemukan yaitu kepel (Stelechocarpus burahol (Bl.), mundu (Garcinia dulcis (Roxb.) Kurz), dan apel bludru (Chrysophyllum cainito L.). Tanaman buah tersebut berpotensi dipromosikan untuk memperkaya ragam jenis buah lokal yang khas dari Kabupaten Karanganyar, sehingga perlu dikembangkan dan dibudidayakan. Kata kunci : Biodiversitas tanaman buah, buah lokal, pekarangan, Karanganyar. PENDAHULUAN Berkurangnya lahan produktif untuk pengusahaan pertanian (khususnya pangan pokok) akibat alih fungsi lahan untuk tujuan komersial ekonomi jangka pendek maupun menengah, merupakan ancaman yang dapat berakibat fatal yaitu kemungkinan terjadinya kelangkaan pangan. Kondisi tersebut makin diperparah oleh adanya kecenderungan terjadinya perubahan iklim global, yang menjadikan pengusahaan produk-produk pertanian sangat rentan menghadapi gangguan cuaca ekstrim maupun ledakan serangan organisme pengganggu tanaman (OPT). Upaya intensifikasi dalam usaha budidaya pertanian juga dihadapkan pada kendala makin menurunnya kualitas lahan, sehingga daya dukungnya berkurang terhadap pencapaian hasil (yield) maksimal. Salah satu pemikiran adalah menemukan sumberdaya lahan alternatif yang potensial untuk mengembangkan usaha budidaya Seminar Nasional PERIPI 2012 1 pertanian dengan praktik yang lebih ramah lingkungan. Menurut Arifin et al. (2008) pekarangan sebagai lahan yang berada di sekitar rumah dengan batas dan pemilikan yang jelas merupakan lahan yang potensial sebagai salah satu lahan untuk produksi pertanian, sumber plasma nutfah dan sebagai ruang terbuka hijau yang dapat menyerap karbon secara efektif. Pemberdayaan pekarangan yang didasari oleh kearifan lokal diperkirakan dapat diandalkan sebagai lahan produktif baik untuk subsisten maupun berskala ekonomis. Karena itu pekarangan berperan dalam ketahanan pangan masyarakat selain untuk konservasi keragaman jenis biologi. Masyarakat perdesaan memanfaatkan pekarangan untuk berbagai keperluan, yakni: tempat produksi bahan pangan, dipraktikkannya sistem agroforestri, konservasi sumberdaya genetik, konservasi tanah dan air, tempat terselenggaranya aktivitas yang berhubungan dengan sosial budaya dan ekonomi (Arifin et al., 2008). Galluzzi et al. (2010) berpendapat bahwa pekarangan dicirikan oleh multi fungsi dan kompleksitas struktural yang memungkinkan ketersediaan manfaat yang berbeda bagi kepentingan manusia dan ekosistem. Keragaan pekarangan pada tiap-tiap wilayah bervariasi dan dipengaruhi oleh faktor edafik dan agroklimatnya. Faktor edafik salah satunya akan menentukan tingkat kesuburan dan ketersediaan hara yang berpengaruh terhadap produktivitas tanaman, sedangkan faktor agroklimat akan berpengaruh terhadap keragaman spesies tanaman yang dapat beradaptasi sehingga mampu menghasilkan sesuai potensinya. Kajian mengenai karakteristik biodiversitas tanaman buah di pekarangan pada beberapa jenis tanah diperlukan untuk mengetahui daya dukung lingkungan edafik terhadap keberlanjutan budidaya tanaman buah di pekarangan guna pengembangan komoditas produk hortikultura buah berbasis sumberdaya lokal. Kabupaten Karanganyar (di Jawa Tengah), merupakan salah satu wilayah penghasil dan pemasok buah-buahan lokal di pasar-pasar wilayah Surakarta dan sekitarnya. Jenis buah yang khas dari Kabupaten Karanganyar diantaranya adalah duku dan durian. Melalui kajian mengenai biodiversitas tanaman buah di pekarangan dapat ditemukan jenis-jenis tanaman buah lokal lainnya yang dapat dikembangkan untuk memperkaya jenis buah lokal yang dibudidayakan di pekarangan, sekaligus menjadikannya sebagai alternatif jenis buah baru yang dapat dipasarkan di wilayah Kabupaten Karanganyar dan sekitarnya. METODE PENELITIAN Penelitian dilaksanakan di wilayah Sub DAS Samin, Kabupaten Karanganyar, pada bulan Juni sampai dengan September 2012. Penelitian dilakukan menggunakan metode survei pada lahan pekarangan yang terletak pada ketinggian tempat 300-600 m dpl. Sampel pekarangan dipilih sesuai tujuan penelitian sebanyak 78 unit, yang tersebar pada tiga jenis tanah berbeda yaitu Mediteran Coklat Kemerahan (Desa Dawung dan Plosorejo), Latosol Coklat Kemerahan (Desa Kebak), dan Latosol Coklat (Desa Plosorejo). Pada tiap-tiap jenis tanah diwakili oleh pekarangan berukuran sempit (< 500 m2), sedang (500-900 m2) dan luas (> 900 m2). Pengamatan struktur komunitas tanaman di tiap-tiap pekarangan dilakukan dengan mencacah dan mengidentifikasi seluruh tanaman buah yang ada, dan mengukur habitus tiap tanaman yang meliputi tinggi tanaman, diameter batang dan luas kanopi (tajuk). Kondisi agroklimat dan keragaan tingkat kesuburan pada tiaptiap jenis tanah menggunakan data sekunder bersumber dari Lembaga Penelitian Tanah (1973). Seminar Nasional PERIPI 2012 2 Nilai penting dari tiap-tiap jenis tanaman buah diketahui dengan menghitung indek nilai penting (INP), sedangkan untuk keanekaragaman jenis, kekayaan jenis dan kemerataan jenis tanaman masing-masing diketahui berdasarkan indek keanekaragaman jenis Shanon-Wiener dan indek kekayaan dan kemerataan jenis Margallef. Pengharkatan nilai keanekaragaman jenis, kekayaan jenis dan kemerataan jenis tanaman berdasarkan Magurran (1988). Hasil analisis disajikan secara deskriptif. HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Agroklimat dan Tanah Lahan di wilayah Sub DAS Samin, di Kabupaten Karanganyar pada umumnya adalah jenis tanah Latosol Coklat Kemerahan dan Latosol Coklat (Inceptisol), dan pada sepanjang Sungai Samin berupa tanah Mediteran Coklat Kemerahan (Alfisol). Berdasarkan data sekunder (LPT, 1973) diketahui pada wilayah dengan jenis tanah Mediteran Coklat Kemerahan memiliki tipe curah hujan C dan D (Schmidt and Ferguson), dengan curah hujan 2500-3000 mm/tahun, jumlah bulan kering 3,1 bulan, dan tipe iklim Am dan Aw (Koppen). Bentuk wilayah berombak sampai bergelombang dengan erosi agak berat. Wilayah dengan jenis tanah Latosol Coklat Kemerahan memiliki tipe curah hujan C dan sebagian kecil D (Schmidt and Ferguson), dengan curah hujan 2500-3000 mm/tahun, jumlah bulan kering 3 bulan, dan tipe iklim Am (Koppen). Bentuk wilayah bergelombang sampai berbukit dengan erosi berat. Wilayah dengan jenis tanah Latosol Coklat memiliki tipe curah hujan C (Schmidt and Ferguson), dengan curah hujan 2000-3500 mm/tahun, jumlah bulan kering 3,5 bulan, dan tipe iklim Am (Koppen). Tanah Mediteran Coklat Kemerahan memiliki solum tanah dalam, kecuali di tempat-tempat yang tererosi. Lapisan atas berwarna coklat sampai coklat kemerahan, tekstur liat, struktur remah sampai gumpal, konsistensi teguh sampai gembur. Lapisan bawah lebih padat, konsistensi teguh (kering: keras), mengandung konkresi mangan. Drainase dan permeabilitas sedang dan daya menahan air baik. Tanah Latosol Coklat Kemerahan memiliki solum tanah sedang sampai cukup dalam. Lapisan atas berwarna coklat tua sampai coklat tua kemerahan, tekstur liat, struktur gumpal sampai gumpal bersudut, konsistensi gembur sampai teguh. Lapisan bawah bertekstur liat, konsistensi teguh atau keras, mengandung sedikit konkresi besi dan mangan. Tanah Latosol Coklat mengalami erosi agak berat, dan bahan induk kadangkadang muncul di permukaan. Solum tanah bervariasi, bahkan dibeberapa tempat berbatu-batu, hanya di tempat mendatar umumnya bersolum dalam. Lapisan atas berwarna coklat sampai coklat tua agak kekelabuan, tekstur lempung berliat, struktur remah sampai gumpal, konsistensi gembur sampai teguh. Drainase dan permeabilitas cepat dengan daya menahan air baik (LPT, 1973) Tingkat kesuburan pada ketiga jenis tanah berdasarkan kandungan unsur hara N, P, K, C dan pH (Tabel 1) menunjukkan bahwa pengharkatan menurut kriteria penilaian sifat kimia tanah (Pusat Penelitian Tanah, 1983 cit. Hardjowigeno, 1995) pada tanah Mediteran Coklat Kemerahan dan Latosol tergolong memiliki kandungan N dan C sangat rendah hingga rendah, sedangkan kandungan P dan K pada tanah Mediteran Coklat Kemerahan tinggi sampai sangat tinggi, sementara pada Latosol rendah hingga sedang. Seminar Nasional PERIPI 2012 3 Tabel 1. Kandungan unsur Hara N, P, K, C dan pH pada Tanah Mediteran Coklat Kemerahan, Latosol Coklat Kemerahan dan Latosol Coklat. Latosol CM Latosol C (dalam 0-20 cm) (dalam 0-15 cm) N (%) 0,10 (R) 0,10 (R) P2O5 (mg/100g) 40 (S) 18 (R) K2O (mg/100g) 33 (S) 12 (R) C (%) 0,46 (SR) 1,33 (R) pH (H2O) 6,4 (agak 6,2 (agak masam) masam) Sumber: Data sekunder (Lembaga Penelitian Tanah, 1973) Keterangan: SR (sangat rendah), R (rendah), S (sedang), T (tinggi), ST (sangat tinggi) Sifat Tanah Mediteran CM (dalam 0-15 cm) 0,08 (SR) 62 (T) 62 (ST) 0,99 (SR) 6,8 (netral) Tanah Mediteran Merah Kecoklatan memiliki pH netral sementara pada Latosol agak masam. Lahan pekarangan pada umumnya tidak pernah diberi pupuk. Asupan hara bagi tanaman terbatas dari hasil dekomposisi seresah yang berasal dari tanaman, yang merupakan sumber bahan organik di pekarangan. Berdasarkan data pada tabel 1 menunjukkan tanah Mediteran Coklat Kemerahan cenderung memiliki tingkat kesuburan relatif lebih baik dibandingkan pada tanah latosol, terutama untuk kandungan P dan K, serta pH tanah yang netral. Unsur N dalam tanah cenderung mobil dan mudah tercuci, sehingga pada ketiga jenis tanah sangat perlu dilakukan rekayasa untuk meningkatkan asupan hara N guna mendukung pertumbuhan dan perkembangan tunas dan daun pada pohon. Unsur hara P dan K juga perlu ditambahkan terutama pada tanah Latosol Coklat. Berdasarkan topografinya, pekarangan dengan jenis tanah Latosol Coklat berada pada posisi bukit. Pekarangan tersebut semula merupakan lahan kering yang tererosi agak berat, kemudian dikembangkan sebagai area pemukiman. Pada sistem pekarangan, pengelolaan kesuburan tanah dapat dilakukan secara biologi seperti halnya dalam sistem hutan alami di mana vegetasi dapat tumbuh subur tanpa tambahan unsur hara dari luar. Hal ini membuktikan bahwa pepohonan berperan penting dalam pemeliharaan kesuburan tanah. Sistem hutan alam memiliki siklus hara yang tertutup, di mana hara yang dipergunakan untuk pertumbuhan pohon diambil dari tanah dan pohon juga akan mengembalikan sebagian hara tersebut ke dalam tanah melalui daun, ranting dan cabang yang gugur. Kenyataan yang terpenting pada kondisi hutan ini adalah bahwa jumlah kehilangan hara melalui pencucian, erosi atau aliran permukaan sangat kecil (Hairiah et al., 2000 ) Bahan organik memberikan pengaruh yang menguntungkan bukan hanya pada sifat kimia, tetapi juga sifat fisik dan biologi tanah. Hasil mineralisasi bahan organik dapat meningkatkan ketersediaan hara tanah dan nilai kapasitas tukar kation tanah, sehingga kehilangan hara melalui proses pencucian dapat dikurangi. Bahan organik juga dapat mempertahankan kualitas fisik tanah, sehingga membantu perkembangan akar tanaman dan kelancaran siklus air tanah antara lain melalui pembentukan pori tanah dan kemantapan agregat tanah. Dengan demikian jumlah air hujan yang dapat masuk ke dalam tanah (infiltrasi) semakin meningkat sehingga mengurangi aliran permukaan dan erosi. Bahan organik tanah juga memberikan manfaat biologi melalui penyediaaan energi bagi berlangsungnya aktivitas organisma, sehingga meningkatkan kegiatan organisma mikro maupun makro di dalam tanah. Seminar Nasional PERIPI 2012 4 Kondisi tanah yang optimal bagi pertumbuhan tanaman, diperlukan adanya bahan organik tanah (C total) di lapisan atas paling sedikit 2%, namun demikian penetapan kandungan bahan organik tanah yang optimal berhubungan erat sekali dengan kandungan liat dan pH tanah. Biodiversitas Tanaman Buah Hasil identifikasi jenis (spesies) tanaman buah yang terdapat di pekarangan di lokasi penelitian seluruhnya terdapat 36 jenis dan bervariasi jumlahnya pada tiaptiap jenis tanah. Pada tanah Mediteran Coklat Kemerahan, Latosol Coklat Kemerahan, dan Latosol Coklat jumlah jenis tanaman buah berturut-turut mencapai 32, 25, dan 22 jenis. Tabel 2 menunjukkan jenis tanaman buah yang terdapat di tiap-tiap jenis tanah di Kabupaten Karanganyar. Secara umum jumlah populasi tanaman pisang paling banyak, urutan berikutnya adalah populasi tanaman rambutan, durian, nangka dan duku. Terdapat tanaman yang buahnya enak dikonsumsi, namun jumlah tanamannya hanya sedikit dijumpai di lokasi penelitian antara lain: apel bludru (Chrysophyllum cainito L), kepel (Stelechocarpus burahol (Bl.)), dan mundu (Garcinia dulcis (Roxb.) Kurz). Hasil penelitian Prasetyo (2007) menunjukkan bahwa jenis tanaman buah di pekarangan Desa Jabon Mekar, Bogor mencapai 57 jenis, dengan jumlah individu terbanyak adalah tanaman pisang, urutan berikutnya adalah tanaman nanas, durian, rambutan, salak dan duku. Jika dibandingkan dengan hasil penelitian di desa Jabon Mekar, jumlah jenis tanaman buah yang ada di Karanganyar lebih sedikit, namun secara umum biodiversitas tanaman buah yang dominan hampir mirip dengan keragaan di pekarangan Desa Jabon Mekar. Hasil penelitian di unit-unit beberapa DAS di Pulau Jawa (Arifin et al., 2008) menunjukkan bahwa 14,8% dari spesies tanaman yang ada di pekarangan merupakan tanaman buah. Beberapa jenis tanaman buah yang ditanam di seluruh provinsi di Pulau Jawa adalah jambu, mangga, pepaya, pisang, rambutan dan durian. Tanaman buah-buahan jauh lebih banyak daripada yang lainnya seperti pisang (47%), pepaya (24%), jambu (29%), mangga (34%). Jenis tanaman buah yang paling banyak ditanam di lahan pekarangan adalah pisang. Tanaman buah yang ditanam sedikitnya oleh 25% keluarga adalah jambu dan mangga. Hasil penelitian Archambault dan Coomes (2008) di desa-desa sepanjang sungai Corientes, Peruvian Amazone rata-rata ditemui 45-161 spesies/desa, dan 26 spesies/pekarangan. Keanekaragaman jenis tanaman di pekarangan menyebar normal, dengan kekayaan jenis tertinggi mencapai 78 spesies/pekarangan. Proporsi tertinggi merupakan jenis tanaman buah (44%), jenis tanaman pangan non buah 23% dan tanaman obat 17%. Pada umumnya tanaman buah di pekarangan merupakan jenis tanaman tahunan, sehingga komposisi jenis tanaman buah hampir stabil dalam kurun waktu yang cukup lama. Biodiversitas tanaman yang tinggi di lahan pekarangan memungkinkan untuk terbentuknya struktur lapisan tajuk yang dapat meningkatkan efisiensi pemanenan energi matahari. Hasil perhitungan indek keanekaragaman jenis (Shannon-Wiener) menunjukkan bahwa pada ketiga jenis tanah dihasilkan nilai indek H1 berturut-turut 1,75; 1,96 dan 1,95 (tergolong sedang). Keanekaragaman jenis tanaman buah di Karanganyar masih lebih rendah jika dibandingkan dengan hasil penelitian Prasetyo (2007) pada lahan pekarangan di Desa Jabon Mekar dengan luas kurang dari 800 m 2 yaitu mencapai H1= 3,11-3,17 (tergolong tinggi). Seminar Nasional PERIPI 2012 5 Tabel 2. Jenis dan Jumlah Tanaman Buah dan Persebarannya di Tanah Mediteran Coklat Kemerahan, Latosol Coklat Kemerahan, dan Latosol Coklat Jumlah No Nama Lokal Nama Botani MCM LCM LC 7 33 1 Alpukat Persea Americana Miller 8 2 Apel bludru Chrysophyllum cainito L 2 3 3 Asam Tamarindus indica L. 3 4 5 4 Belimbing Averrhoa carambola L. 1 5 Buah naga Hylocercus undatus 2 3 79 6 Duku Lansium domesticum Correa 114 92 57 7 Durian Durio zibethinus Murray 67 2 1 8 Jambu air Syzygium aqueum (Burm.f) Alston 7 13 5 9 Jambu biji Psidium guajava L. 18 12 1 10 Jambu mete Anacardium occidentale L. 1 1 11 Jeruk bali Citrus maxima (Burm.) Merr 1 5 12 Jeruk keprok Citrus auranticum L. 6 1 13 Jeruk nipis Citrus aurantifolia (Christm.&Panzer) 1 14 Kedondong Spondias cytherea Sonnerat 6 15 Kelengkeng Dimocarpus longan Lour. 8 1 16 Kepel Stelechocarpus burahol (Bl.) 4 1 17 Klenci 4 63 11 18 Mangga Mangifera indica L. 59 2 19 Manggis Garcinia mangostana L. 4 5 20 Matoa Pometia pinnata J.R.& G. Forster. 13 8 21 Mundu Garcinia dulcis (Roxb.) Kurz 2 126 36 22 Nanas Ananas commosus L. (Merr.) 31 100 38 23 Nangka Artocarpus heterophyllus Lamk. 69 27 19 24 Pakel Mangifera foetida Lour. 45 22 25 Pepaya Carica papaya L. 48 545 420 26 Pisang Musa sp. 910 1 27 Pundung Baccaurea racemosa Muell. Arg 4 139 120 28 Rambutan Nephelium lappacceum L. 154 6 8 29 Salak Salacca zalacca (Gaertner) Voss. 18 3 30 Sawo Acharas zapota L. 2 31 Sawo kecik Manilkara kauki (L.) Dubard 1 9 24 32 Sirsak Annona muricata L. 6 1 33 Srikaya Annona squamosa L. 1 34 Sukun Artocarpus altilis L. 11 6 35 Talok Muntingia calabura L. 36 Tomat Lycopersicum esculentum Mill. 2 1219 898 Jumlah 1582 Keterangan: MCM: Mediteran Coklat Kemerahan; LCM: Latosol Coklat Kemerahan; LC: Latosol Coklat Seminar Nasional PERIPI 2012 6 KR (%) Sementara hasil penelitian pekarangan di beberapa negara menunjukkan bahwa di Meegahakiula, Sri Lanka pada pekarangan dengan kemiringan lahan <10% indeks keanekaragaman jenis tanaman secara keseluruhan adalah H1=1,55 (Senanayake et al., 2009) dan di Kerala, India yaitu H1=1,12-3,0 (Kumar et al. cit Senanayake et al., 2009), dan berturut-turut di Thailand H1=1,9-2,7 dan di Nepal H1=4,03-4,42 (Gajaseni and Gajaseni, 1999, Sunwar et al. cit. Vlkova et al., 2011). Jika dibandingkan dengan hasil penelitian di beberapa negara tersebut, indek keanekaragaman jenis tanaman buah di Karanganyar termasuk tinggi, oleh karena nilai indek tersebut hanya memperhitungkan jenis tanaman buah saja. Indek kekayaan jenis (Margallef) pada tanah Mediteran Coklat Kemerahan dan Latosol Coklat mencapai R= 4,34 dan 3,53 (tergolong sedang), dan pada Latosol Coklat Kemerahan R= 2,96 (tergolong rendah). Hasil analisis vegetasi pada Gambar 1 menunjukkan nilai kerapatan relatif 9 jenis tanaman buah yang pada umumnya terdapat di lokasi penelitian. Keberadaan tanaman pisang tampak paling dominan di tiap-tiap jenis tanah, yang diikuti oleh tanaman rambutan pada tanah Latosol Coklat Kemerahan maupun Latosol Coklat, dan nanas pada tanah Mediteran Coklat Kemerahan. Tanaman pisang mempunyai kemampuan adaptasi luas, dan pada ketinggian tempat 300-600 mdpl berbagai kultivar tanaman pisang masih dapat menghasilkan buah secara optimal. Demikian juga tanaman rambutan termasuk jenis tanaman buah dengan kemampuan adaptasi dan persebaran yang luas, serta mudah dibudidayakan dan rajin berbuah. Teknik perbanyakan tanaman rambutan yang dapat dilakukan secara vegetatif melalui okulasi, menjadikan tanaman tersebut cepat berbuah sehingga hampir pada tiap pekarangan terdapat tanaman rambutan. 50.0 45.0 40.0 35.0 30.0 25.0 20.0 15.0 10.0 5.0 0.0 45.9 39.3 Pisang Rambutan 33.2 Durian Nanas Pepaya 12.3 13.8 11.4 Nangka Duku Alpukat Mediteran CM Latosol CM Latosol C Mangga Gambar 1. Kerapatan Relatif (KR) Tanaman Buah di Pekarangan pada jenis Tanah Berbeda Gambar 2 dan 3 masing-masing menunjukkan nilai frekuensi relatif dan dominansi relatif dari 9 jenis tanaman buah yang pada umumnya terdapat di Kabupaten Karanganyar. Keberadaan tanaman pisang dan rambutan tampak paling sering ada di pekarangan pada tiap-tiap jenis tanah. Pada tanah Mediteran Coklat Kemerahan, tanaman buah lainnya yang sering ada di pekarangan adalah duku, nangka dan mangga, pada tanah Latosol Coklat Kemerahan terdapat tanaman durian, nangka dan mangga, dan pada tanah Latosol Coklat terdapat tanaman duku, nangka Seminar Nasional PERIPI 2012 7 dan durian. Penguasaan area tumbuh terbesar pada tanah Mediteran Coklat Kemerahan didominasi tanaman duku, sedangkan pada Latosol Coklat Kemerahan dan Latosol Coklat masing-masing didominasi oleh tanaman rambutan dan pisang. 13.3 12.9 14.0 12.0 12.0 12.0 10.4 10.4 Rambutan 10.0 FR (%) Pisang Durian 8.0 Nanas 6.0 Pepaya 4.0 Nangka 2.0 Duku 0.0 Alpukat Mediteran CM Latosol CM Latosol C Mangga Gambar 2. Frekuensi Relatif (KR) Tanaman Buah di Pekarangan pada jenis Tanah Berbeda 40.0 28.9 DR (%) 30.0 Rambutan 23.5 25.0 19.8 20.0 15.0 Pisang 33.4 35.0 19.2 Durian Nanas 12.9 Pepaya Nangka 10.0 5.0 Duku 0.0 Alpukat Mediteran CM Latosol CM Latosol C Mangga Gambar 3. Dominansi Relatif (DR) Tanaman Buah di Pekarangan pada jenis Tanah Berbeda Gambar 4 menunjukkan nilai penting dari tanaman buah di pekarangan. Pada tanah Mediteran Coklat Kemerahan di dominasi tanaman pisang (INP=44,8%), yang diikuti dengan duku (INP=34,6%) dan rambutan (INP=28,2%). Pada tanah Latosol Coklat Kemerahan, didominasi tanaman rambutan (INP=55,6%), pisang (INP=52,6%) dan durian (INP=38,5%), sedangkan pada tanah Latosol Coklat didominasi tanaman pisang (INP=91,4%), rambutan (INP=46,9%) dan duku (INP=30,8%). Nilai INP yang tinggi pada tanaman pisang disebabkan jumlah individu tanaman pisang cukup banyak dan hampir selalu ada di tiap-tiap pekarangan, sehingga menghasilkan nilai kerapatan relatif dan frekuensi relatif yang tinggi. Pada tanaman rambutan, selain hampir ada di setiap pekarangan juga memiliki kanopi tajuk yang luas sehingga memiliki nilai frekuensi relatif dan dominansi relatif yang tinggi. Seminar Nasional PERIPI 2012 8 INP (%) 100.0 90.0 80.0 70.0 60.0 50.0 40.0 30.0 20.0 10.0 0.0 91.4 Pisang Rambutan 52.7 44.8 Durian 55.6 Nanas 46.9 34.6 38.5 28.2 Pepaya 30.8 Nangka Duku Alpukat Mediteran CM Latosol CM Latosol C Mangga Gambar 4. INP Tanaman Buah di Pekarangan pada jenis Tanah Berbeda Prospek Pekarangan untuk Pengembangan Komoditas Buah Lokal Peranan dan pemanfaatan pekarangan bervariasi dari satu daerah ke daerah yang lain, tergantung pada tingkat kebutuhan, sosial-budaya, pendidikan masyarakat, dan faktor ekologi setempat. Hasil penelitian di beberapa negara menunjukkan bahwa keanekaragaman spesies tanaman pangan tradisional, baik inter maupun intra spesifik, yang dipelihara dan dilindungi melalui pekarangan sangat tinggi. Rumah tangga mengandalkan sebagian hasilnya untuk pemenuhan kebutuhan pangan dan gizi keluarga (subsisten) atau memasarkannya dalam jumlah terbatas dan bervariasi (Galluzzi et al., 2010). Hasil penelitian Arifin et al. (2008) menunjukkan bahwa 69,2% dari produksi tanaman di pekarangan dikonsumsi oleh keluarga, dan 16,8% dijual oleh keluarga. Produksi pekarangan berkontribusi 137,8 k.kal energi (1,97%), 4,0 g protein (2,0%), 58,0 IU (12,5%) Vitamin A dan 40,2 mg (23,7%) Vitamin C per keluarga. Biodiversitas tanaman buah di pekarangan merupakan asset yang bernilai tinggi, baik dipandang dari segi ekologi maupun ekonomi. Hasil penelitian di Vietnam (Vlkova et al., 2011) menunjukkan di pekarangan terdapat 70 spesies tanaman yang bermanfaat, dan merupakan tempat cadangan spesies tanaman pangan hingga mencapai 86%, dan 32 % dari spesies lokal yang ada merupakan sumberdaya genetik. Pekarangan juga bisa menjadi penghasil komoditas buah yang memberikan sumbangan cukup signifikan bagi keluarga. Hasil penelitian pada komunitas Phong My di Vietnam Tengah menunjukkan bahwa tanaman di pekarangan menyediakan bahan pangan bernilai komplementer terhadap bahan pangan harian, dan memberi kontribusi terhadap status sosial ekonomi rumah tangga. Sekitar 52 % dari komunitas tersebut memperoleh pendapatan tunai dari pekarangan melalui penjualan hasil panen (Vlkova et al., 2011). Di Desa Lampeapi (Sulawesi Tenggara) keanekaragaman jenis tanaman di pekarangan didominasi oleh tanaman kakao, mete, lada, pisang, kelapa. Lebih dari 33-50% penggunaan lahan untuk komoditas tersebut berkontribusi lebih besar terhadap pendapatan rumah tangga (Rahayu dan Prawiroatmodjo, 2005). Di kabupaten Karanganyar tanaman duku dan durian menjadi sumber pendapatan masyarakat, karena kedua jenis buah tersebut merupakan buah unggulan dan menjadi ikon Kabupaten Karanganyar. Keberadaan tanaman buah apel bludru (Chrysophyllum cainito L), kepel (Stelechocarpus burahol (Bl.)), dan mundu (Garcinia dulcis (Roxb.) Kurz), yang tergolong jarang ditemukan, merupakan sumber plasma nutfah yang sangat berharga. Buah-buah tersebut memiliki citarasa yang khas, sehingga berpotensi untuk Seminar Nasional PERIPI 2012 9 dipromosikan sebagai “buah baru”. Jenis tanaman tersebut perlu segera mendapat perhatian untuk dikembangkan dan dibudidayakan agar tidak terancam punah. KESIMPULAN Biodiversitas tanaman buah di Kabupaten Karanganyar termasuk sedang. Pada tanah Mediteran Coklat Kemerahan dan Latosol Coklat biodiversitas tanaman buah tergolong sedang, pada tanah Latosol Coklat Kemerahan tergolong rendah. Pada tanah Mediteran Coklat Kemerahan di dominasi tanaman pisang, duku, dan rambutan. Pada tanah Latosol Coklat Kemerahan didominasi tanaman rambutan, pisang, dan durian, sedangkan pada tanah Latosol Coklat didominasi tanaman pisang, rambutan, dan duku. Tanaman buah yang sudah sangat jarang ditemukan yaitu kepel (Stelechocarpus burahol (Bl.), mundu (Garcinia dulcis (Roxb.) Kurz), dan apel bludru (Chrysophyllum cainito L.). Tanaman buah tersebut berpotensi dipromosikan untuk memperkaya ragam jenis buah lokal yang khas dari Kabupaten Karanganyar, sehingga perlu segera dikembangkan dan dibudidayakan. DAFTAR PUSTAKA Archambault, P.M. and O.T. Comees. 2008. Distribution of agrobiodiversity in home gardens along the Corrientes River, Peruvian Amazon. Econ. Bot. 62 (2): 109-126 Arifin, H.S., A. Munandar, W.Q. Mugnisyah, N.H.S. Arifin, T. Budiarti, Q. Pramukanto. 2008. Revitalisasi Pekarangan sebagai Agroekosistem dalam Mendukung Ketahanan Pangan di Wilayah Perdesaan. Prosiding Semiloka Nasional. IPB 22-23 Desember. Bogor. Gajaseni, N. and J. Gajaseni. 1999. Ecological rationalities of the traditional homegarden system in the Chao Phraya Basin, Thailand. Agrofores. Sys. 46: 3-23. Galluzzi, G., P. Eyzaguirre and V. Negri. 2010. Home gardens: neglected hotspots of agro-biodiversity and cultural diversity. Biodivers Conserv 19: 3635-3654. Hairiah, K., Widianto, S.R.Utami, D.Suprayogo, Sunaryo,S.M.Sitompul, B. Lusiana, R. Mulia, M. van Noordwijk dan G. Cadish. 2000. Pengelolaan Tanah Masam secara Biologi: Refleksi pengalaman dari Lampung Utara International Centre for Research in Agroforestry (ICRAF), Bogor, Indonesia. 187 pp. Hardjowigeno, S. 1995. Ilmu Tanah. Penerbit Akademika Pressindo. Jakarta. Lembaga Penelitian Tanah. 1973. Tanah dan Kemampuan Wilayah Daerah Aliran Sungai Bengawan Solo. Direktorat Jenderal Pertanian, Departemen Pertanian. Magurran, A.E. 1988. Ecological Diversity and Its Measurement. Princeton Univ. Press. Princeton, New Jersey. 172 p. Prasetyo, B. 2007. Keanekaragaman tanaman buah di pekarangan Desa Jabon Mekar, Kecamatan Parung, Bogor. Biodiversitas 8 (1):43-47. Rahayu, M. dan S. Prawiroatmodjo. 2005. Keanekaragaman Tanaman Pekarangan dan Pemanfaatannya di Desa Lampeapi, Pulau Wawoni, Sulawesi Tenggara. J. Tek. Lingkungan P3TL-BPPT 6(2):360-364. Senanayake, R.L, U.R. Sangakkara, D.K.N.G. Pushpakumara and P. Stamp. 2009. Vegetation composition and ecological benefits of home garden in the Meegahakiula Region of Sri Lanka. Tropical Agric. Res. 21(1):1-9. Vlkova, M., Z.Polesny, V. Verner, J. Banout, et al. 2011. Ethnobotanical knowledge and agrobiodiversity in subsistence farming: case study of home gardens in Phong My commune, Central Vietnam. Gen. Resour. Crop Evol. 58:629-644. Seminar Nasional PERIPI 2012 10 Seminar Nasional PERIPI 2012 11 Seminar Nasional PERIPI 2012 12 Seminar Nasional PERIPI 2012 13