BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Dari hasil analisis pada penelitian dengan judul “Pengaruh Earning Per Share (EPS) dan Price Earning Ratio (PER) terhadap Harga Saham pada Perusahaan Sektor Telekomunikasi yang Listing di Bursa Efek Indonesia pada Periode 2007-2011 “, maka dapat disimpulkan : 1. Perkembangan Earning Per Share (EPS), Harga saham dan Price Earning Ratio (PER) pada perusahaan Sektor Telekomunikasi yang Listing di Bursa Efek Indonesia periode 2007-2011 a. Rata-rata tingkat Earning Per Share (EPS) yang diukur dengan laba bersih dibagi jumlah saham pada perusahaan Sektor Telekomunikasi yang Listing periode 2007-2011 berfluktuatif. Hal ini disebabkan naik turunnya Earning After Tax (EAT). Nilai EPS tertinggi dihasilkan oleh PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) pada tahun 2011 yaitu Rp 768, sedangkan nilai EPS terendah dihasilkan oleh PT. Bakrie Telecom Tbk (BTEL) pada tahun 2011 -Rp 29. Nilai EPS ini menunjukkan bahwa terdapat faktor-faktor lain yang memicu penurunan dan peningkatan pada EPS. Nilai EPS yang tinggi akan menarik investor dalam berinvestasi, karena EPS yang tinggi dapat menghasilkan return saham yang tinggi pula bagi para investor. b. Rata-rata harga saham yang dilihat dari harga saham penutupan (closing price) tiap akhir tahun pada perusahaan Sektor Telekomunikasi yang Listing periode 2007-2011 berfluktuatif. Hal ini disebabkan oleh adanya perubahan pada jumlah permintaan dan penawaran terhadap saham. Nilai harga saham penutupan tertinggi dihasilkan oleh PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) pada tahun 2007 yaitu sebesar Rp 10.150, sedangkan nilai harga saham penutupan terendah dihasilkan oleh PT. Bakrie Telecom Tbk (BTEL) pada tahun 2008 yaitu sebesar Rp 51. 99 Tinggi rendahnya nilai harga saham mencerminkan kinerja suatu perusahaan, apabila nilai harga saham suatu perusahaan tinggi maka dapat dikatakan bahwa kinerja perusahaan tersebut sangat baik, karena perusahaan tersebut mampu menghasilkan harga saham yang tinggi. c. Rata-rata tingkat Price Earning Ratio (PER) yang diukur oleh harga saham dibagi EPS pada perusahaan Sektor Telekomunikasi yang Listing periode 2007-2011 berfluktuatif. Hal ini disebabkan tingkat PER dipengaruhi oleh besarnya harga pasar saham dan EPS yang dihasilkan perusahaan. Nilai PER tertinggi dihasilkan oleh PT. Bakrie Telecom Tbk (BTEL) pada tahun 2010 yaitu sebesar 670.97 kali, sedangkan nilai PER terendah dihasilkan oleh PT. XL Axiata Tbk (EXCL) pada tahun 2008 yaitu sebesar -445.79 kali. Hal itu disebabkan karena adanya faktor-faktor lain yang memicu penurunan pada PER tersebut, misalnya tindakan profit taking (ambil untung) yang dilakukan investor ketika harga saham mengalami naik atau turun. Naik turunnya PER dipengaruhi oleh naik turunnya harga pasar saham dan besarnya EPS yang dibagikan perusahaan kepada para pemegang saham. Nilai PER tinggi disebabkan karena meningkatnya harga pasar saham perusahaan. Sedangkan nilai PER rendah disebabkan perusahaan tidak mampu menghasilkan EPS dan harga saham yang tinggi, sehingga akan menyebabkan harga pasar saham yang rendah. Semakin rendah harga PER maka semakin baik atau murah harganya untuk diinvestasikan. 2. Pengaruh Earning Per Share (EPS) dan Price Earning Ratio (PER) terhadap harga saham pada perusahaan Sektor Telekomunikasi yang Listing di Bursa Efek Indonesia periode 2007-2011 secara simultan Pengujian secara simultan yang dilakukan antara Earning Per Share (X 1 ) dan Price Earning Ratio (X 2 ) terhadap harga saham (Y) diperoleh besarnya korelasi berganda sebesar 0,892. Nilai tersebut berada antara 0,75 - 0,99 artinya variabel Earning Per Share (X 1 ), Price Earning Ratio (X 2 ) memiliki keeratan hubungan yang sangat kuat dan searah dengan harga saham (Y). Dan 100 memperoleh hasil Fhitung 32.944 ≤ Ftabel (0,05;17) 3.592 maka Ho ditolak menunjukkan bahwa Earning Per Share (X 1 ) dan Price Earning Ratio (X 2 ) mempunyai hubungan yang positif terhadap variabel harga saham (Y). Sedangkan hasil perhitungan koefisisien determinasi yang dihasilkan adalah sebesar 0.795 atau 79.5%. Artinya bahwa harga saham dipengaruhi oleh EPS dan PER sebesar 79,5% dan sisanya sebesar 20,5% dipengaruhi oleh faktor lain diluar variabel EPS dan PER. 3. Pengaruh Earning Per Share (EPS) dan Price Earning Ratio (PER) terhadap harga saham pada perusahaan Sektor Telekomunikasi yang Listing di Bursa Efek Indonesia periode 2007-2011 secara parsial Dari hasil pengujian yang dilakukan penulis, dapat disimpulkan bahwa : a. Pengujian yang dilakukan antara Earning Per Share (X 1 ) terhadap harga saham (Y) diperoleh besarnya koefisien korelasi Earning Per Share sebesar 0,891 nilai tersebut berada di antara nilai 0,75 – 0,99 artinya variabel Earning Per Share (X 1 ) memiliki keeratan hubungan yang sangat kuat dengan harga saham. Dan memperoleh hasil t hitung 8.328 ≥ t tabel(0,05;18) 1.734 maka H0 ditolak menunjukkan bahwa variabel Earning Per Share (X 1 ) mempunyai hubungan yang positif terhadap variabel harga saham (Y) secara parsial. Koefisien determinasinya sebesar 0,794 atau 79,4% artinya bahwa Earning Per Share berpengaruh terhadap harga saham sebesar 79,4% dan sisanya sebesar 20,6% dipengaruhi oleh faktor lain. b. Pengujian yang dilakukan antara Price Earning Ratio (X 2 ) terhadap harga saham (Y) diperoleh besarnya koefisien korelasi sebesar 0,107. Nilai tersebut berada antara nilai 0 – 0,25 artinya variabel PER (X 2 ) memiliki keeratan hubungan yang sangat lemah dengan harga saham. Dan memperoleh hasil t hitung -0,458 < t tabel(0,05;18) 1.734 maka H0 diterima menunjukkan bahwa variabel Price Earning Ratio (X 2 ) tidak mempunyai hubungan secara positif terhadap variabel harga saham (Y) secara parsial. 101 koefisien determinasinya sebesar 0,012 atau 1,2% artinya bahwa harga saham dipengaruhi oleh Price Earning Ratio sebesar 1,2% dan sisanya sebesar 98,8% dipengaruhi oleh faktor lain di luar variabel harga saham. 5.2 Saran Berdasarkan simpulan di atas, penulis menyarankan : 1. Bagi perusahaan Sektor Telekomunikasi sebaiknya lebih memperhatikan aspek EPS dan PER, karena sesuai dengan penelitian ini kedua rasio tersebut menjadi acuan bagi investor dalam memilih saham perusahaan yang ada di BEI. Hal ini terjadi karena para investor sekarang cenderung berkepentingan terhadap kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan di masa yang akan datang. Para pemegang saham dapat memperoleh suatu hasil investasi dari hasil penjualan saham pada harga yang tinggi. Mereka ingin mampu memprediksi laba perusahaan di masa yang akan datang. 2. Bagi para investor yang bermaksud melakukan investasi sahamnya pada suatu perusahaan sebaiknya melihat terlebih dahulu kondisi perusahaan yang akan dipilih. Dan memperhatikan faktor fundamental dari saham yang dimiliki, atau hendak dimiliki. Dalam hal ini investor harus menempatkan saham yang akan ditanamkannya pada perusahaan yang tepat. Untuk melihat kondisi perusahaan apakah tepat untuk dipilih adalah dengan melihat kondisi laporan keuangan perusahaan diantaranya yaitu dengan melihat EPS dan PER. Namun hanya dengan melihat kondisi laporan keuangan perusahaan masih belum cukup apalagi terbatas hanya dengan dua variabel saja untuk dijadikan bahan informasi dalam pengambilan keputusan investasi bagi investor, maka sebaiknya investor memperhatikan semua aspek fundamental dan teknikal yang dapat mempengaruhi harga saham. 3. Bagi pembaca yang tertarik melakukan penelitian dengan topik yang sama, penelitian ini masih perlu mendapatkan perbaikan, karena itu diharapkan bagi penelitian selanjutnya sebaiknya juga dipertimbangkan faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal seperti, kinerja manajemen, kondisi 102 perusahaan dan prospek perusahaan, dan faktor eksternal seperti, informasi ekonomi makro, politik dan kondisi pasar yang berpengaruh terhadap perilaku investor. Selain itu, diharapkan penelitian selanjutnya menggunakan variabel-variabel lain seperti unsur-unsur dari laporan arus kas (operasi, investasi dan pembiayaan) yang benar-benar dapat memberikan gambaran mengenai kinerja keuangan suatu perusahaan, selain itu juga disarankan agar tahun yang dijadikan penelitian lebih panjang agar hasil penelitian yang dilakukan lebih representatif. 103