Kegiatan Rutin DOJCC Bali (Untuk Umum) Setiap Minggu I dan III di Aula SMI Pk 11.30 Setiap Minggu II Home Gathering Pk 11.30 terbagi menjadi 2 yaitu : Family & Youth Gathering di Rumah Anggota DOJ Sabtu ke IV Celebration Meal Pk 18.30 wita di salah satu rumah anggota Bulan Juni 2017 Holiday Season! Komunitas DOJCC Libur Kegiatan 1 bulan Bulan Juli 2017 2 Juli 2017 Gathering DOJCC 9 Juli 2017 Gathering DOJCC bersama Team Australia 14-16 Juli Retret di Tegaljaya Pelayanan Liturgi di Gereja FX Kuta Minggu 4 Juni 2017 Koor Misa Pentakosta Pk 18.00 Minggu 2 Juli 2017 Koor Misa Bahasa Inggris Pk 18.00 Minggu 23 Juli 2017 Pelayanan Tatib Pk 18.00 Minggu 6 Agustus 2017 Koor Bahasa Inggris Pk 18.00 Minggu 20 Agustus 2017 Pelayanan Tatib Mau Ikutan kegiatan DOJCC ? Hubungi WA : 081 5573 4415 www.DOJCC.com PROGRES PEMBANGUNAN Rumah Pelangi Kasih Bali oleh DOJCC Bali Terimakasih untuk sumbangan para donatur. Persembahan kasih untuk pembangunan Rumah Pelangi di Pelaga - Bali dapat disalurkan ke Bank BCA No Rek: 4040400007 An: H B Hady Setiawan Gathering DOJCC Bulan Mei 2017 Ziarah DOJCC “Bunda Maria” 7 Mei 2017 Cemagi - Tuka Doa bersama sebelum berangkat bersama Rm Agustinus Sugiyarto Doa bersama sebelum berangkat bersama Rm Agustinus Sugiyarto depan Goa Maria Gereja FX Ziarah DOJCC “Bunda Maria” 7 Mei 2017 Cemagi - Tuka Pelayanan Koor di Gereja FX Bulan April 2017 Pelayanan Tatib di Gereja FX Bulan 13 Mei 2017 Pelayanan Koor di Gereja FX 21 Mei 2017 Retret Komunitas DOJCC bersama Rm Vincent Widi, MGL 27-28 Mei 2017 di Rumah Khalwat Tegaljaya Retret Komunitas DOJCC bersama Rm Vincent Widi, MGL 27-28 Mei 2017 di Rumah Khalwat Tegaljaya Retret Komunitas DOJCC Fresh JUICE ! refresh your soul Fresh JUICE ! Fresh Juice adalah buku renungan harian berdasarkan penanggalan liturgi Katolik. Dibuat oleh para anggota DOJ Bali. (www.DOJCC.com). Terbit sebulan sekali di awal bulan. Untuk informasi berlangganan hubungi : Nathasa (081 5573 4415) Kritik dan saran : [email protected] Fresh JUICE ! Team Moderator: RD. Hady Setiawan Penasehat : Yovie Setiawan Pemimpin Redaksi : Nathasa Editor : Nathasa, Yovie Layout Design : Yovie Penulis : Nathasa, Lulu, Adhi, Martina, Yovie, Rm. Vincent MGL, Jeff, Rm Wenz MGL, Rm. David MGL, Alin, Yudi, Betty, Pras, Yustina, Rita, Lia, Siska, Daniel, Lita, Herman, Christ Br. Martin MGL. Desy, Ratih, Vanessa, Flo, Lita, Rosa, Hilda, Birendra, Maurits, Santo, Tina Bone Distribusi : Anggota DOJ Bali Pembangunan Rumah Pelangi di Pelaga. Sumbangan dapat disalurkan ke : BCA No Rek: 4040400007 An: H B Hady Setiawan Harap sms / telpon 081 5573 4415 untuk konfirmasi. Fresh JUICE ! managed by : www.DOJCC.com Salam sejahtera bagi semua. Puji Tuhan kita dapat bertemu kembali dalam keadaan yang baik. Kasih karunia Allah selalu melingkupi kita semua. Di bulan ini bacaan dan renungan berkisar tentang kasih dan pengampunan. Banyak yang mengatakan mengampuni itu sulit sekali. Bagaimana saya bisa mengampuni kalau harus selalu melihat muka orang yang menyebalkan? Bagaimana bisa mengampuni kalau dia tidak meminta maaf? Bagaimana bisa melupakan kejadian yang membuat saya terluka? Sulit memang, tetapi dalam hidup selalu ada pilihan. Mana yang akan kita pilih akan mempengaruhi segala aspek kehidupan kita. Pilihan untuk mengampuni dan mengasihi sangat sulit dilakukan, tetapi itulah yang ingin Tuhan Yesus ajarkan kepada kita. Mengasihi sesamamu manusia seperti dirimu sendiri dan mengampuni karena Tuhan pun akan atau telah mengampuni kita. Sepertinya mustahil untuk bisa kita lakukan. Tetapi kita punya Tuhan dan Roh Kudus yang tercurah saat Pentakosta ini akan memberikan kekuatan bagi kita. Akan mengajarkan segala yang baik dan bijak dalam hidup kita asal kita mau terbuka dan menerimaNya. Semoga kita selalu diberkati Tuhan Salam Fresh Juice Nathasa Pemimpin Redaksi Fresh Juice Renungan Harian Audio Katolik bisa klik di www.DailyFreshJuice.net Bersatu dengan Yesus dan Bapa Peringatan Wajib St. Yustinus Kis.22:30, 23:6-11; Mzm.16:1-2a, 5,7-8, 9-10,11; Yoh.17:20-26. Kamis 1 Juni 2017 Yoh 17:21:”supaya mereka semua menjadi satu, samaseperti Engkau, ya Bapa, di dalam Aku dan Aku di dalam Engkau, agar mereka juga di dalam Kita, supaya dunia percaya, bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku.” Dalam injil hari ini Yesus mengajarkan kepada kita tentang persatuan-Nya dengan Allah Bapa, yaitu bahwa Ia dan Bapa adalah satu, Allah Bapa di dalam Dia dan Dia di dalam Bapa dan betapa Dia juga menginginkan agar umat pilihanNya juga dapat senantiasa bersatu bersamaNya dan bersama Bapa. Karena Yesus dan Bapa adalah satu maka segala yang dilaksanakan Yesus dalam hidupNya berasal dari Bapa. Yesus berdoa kepada BapaNya semasa hidupNya di dunia ini untuk menyatakan bahwa Ia juga seratus persen manusia seperti kita ,Yesus juga mengalami pencobaan (setelah berpuasa 40 hari), takut ( ketika berdoa di Taman Getsemani) namun pada waktu yang bersamaan Yesus juga menunjukan ke IlahianNya dengan menyembuhkan orang sakit, mengusir setan, membangkitan orang mati, bahkan ketika berada diatas kayu salib dengan segala penderitaanNya yang amat sangat Dia masih memikirkan umat manusia dengan memohonkan pengampunan kepada Bapa bagi kita semua karena kita tidak tahu apa yang kita perbuat. Hanya Tuhan sendiri yang mampu melakukan hal ini, yang dalam kesengsaraanNya yang amat sangat masih memikirkan umat kesayanganNya. Didalam doaNya, Yesus juga ingin agar kita umatNya dapat menjadi satu agar kita juga dapat berada didalamNya. Tuhan memiliki segalanya karena Dialah yang menciptakan segalaNya. Ketika Tuhan menciptakan manusia, Dia memberikan pada manusia itu kehendak bebas. Dengan kehendak bebas itu manusia cenderung untuk melakukan dosa. Tuhan itu kudus tampa dosa. Jadi supaya kita dapat menyenangkan hati Yesus untuk dapat selalu bersatu bersamaNya, kita hendaknya melepaskan kehendak bebas kita seperti Bunda Maria yang berkata:” Aku ini hamba Tuhan terjadilah padaku menurut kehendakMU”. Atau seperti Yesus di Taman Getsemani :” Ya Bapa-ku, jikalau sekiranya mungkin biarlah cawan ini lalu dari pada-Ku, tetapi janganlah seperti seperti yang Kukehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki”. Hanya dengan melepaskan kehendak bebas kita dapat sungguh bersatu dengan Yesus dan Bapa seperti yang dikehendaki oleh Yesus dalam doanya. Betty Setelah membaca renungan hari ini Saya akan 13 www.DOJCC.com Fresh Juice ! Vol. 89 / 2017 Menjadi Gembala untuk Domba- Domba Yesus Jumat 2 Juni 2017 Yoh 21:15 “Gembalakanlah domba-domba-KU”. Marselinus dan Petrus, Yohanes Baptista Skalabrini, Kis. 25:13-21; Mzm. 103:1-2, 11-12, 19-20ab; Yoh. 21:15-19 Waktu membaca Injil ini, saya berpikir cukup panjang untuk menulis renungan harian kali ini. Jujur, bagi saya Injil ini agak berat. Berat karena saya merasa, saya belum pantas menjadi seorang gembala untuk domba-domba Yesus. Saya merasa bahwa saya masih banyak berkekurangan dan masih banyak kelemahan. Saya belum bisa menuntun orang-orang lain lebih dekat dengan Tuhan karena saya merasa saya sendiri masih belum berada di tahap yang sempurna. Tapi setelah saya membaca Injil ini berkali-kali, saya merasa bahwa Yesus mau mengajak kita semua yang percaya kepada-Nya untuk menjadi gembala-Nya, walaupun kita sendiri merasa bahwa kita masih jauh dari sempurna. Di mata Tuhan Yesus, kita semua adalah anak-anakNya yang Ia kasihi, dan jika kita mengasihani-Nya, kita telah diundang untuk menjadi gembala-Nya. Menjadi gembala untuk domba-domba Yesus memang bukan hal yang paling gampang. Tidak ada guidelines, atau peraturan-peraturan yang telah ditetapkan untuk bagaimana menjadi gembala. Ditambah lagi ketika kita menjadi gembala, kita akan menjadi contoh, atau teladan dari domba-domba yang kita gembalakan. Sering kali kita berdoa meminta sesuatu kepada Tuhan. Untuk pekerjaan, untuk kesehatan, untuk keluarga, untuk hubungan antara teman atau pasangan, untuk kenaikan jabatan, dan masih banyak lagi. Ketika doa kita terkabulkan, kita merasa sangat gembira dan sangat terberkati. Tapi pernahkah kita berpikir, apa yang Yesus minta dari kita? Yesus selalu memberi untuk kita, kenapa kita tidak bisa memberi juga untuk Yesus? Apakah kita sudah memberikan usaha kita yang terbaik untuk-Nya? Yesus telah memberikan banyak untuk kita. Marilah kita saling belajar dari satu sama lain untuk menjadi gembala yang baik yang bisa menuntun domba-domba Yesus untuk mengikuti Yesus, Sang Jalan Kebenaran. God Bless, Vanessa Setelah membaca renungan hari ini Saya akan 14 Fresh Juice ! Vol. 89 / 2017 www.DOJCC.com Kematian bukanlah urusanmu Peringatan Wajib St Karolus Lwanga dkk Kis. 28:16-20,30-31; Mzm. 11:4,5,7; Yoh. 21:20-25 Sabtu 3 Juni 2017 Yoh 21:22 “Jikalau Aku menghendaki supaya ia tinggal hidup sampai Aku datang, itu bukan urusanmu. Tetapi engkau, ikulah Aku” Tiga bulan yang lalu terasa begitu panjang bagi saya. Kekasih saya divonis dokter menderita batu empedu atau istilah sederhananya ya ada batu di dalam kantong empedunya. Tidak ada solusi pengobatan lain yang dianjurkan Dokter saat itu selain operasi pengangkatan kantong empedunya yang artinya kekasih saya akan hidup tanpa kantong empedu sepanjang hidupnya. Terdengar mengerikan bagi saya waktu itu. Bagaimana seorang bisa hidup tanpa sebuah kantong empedu? Akhirnya tiba saatnya dioperasi. Operasinya berjalan dengan lancar dan ia sudah terlihat jauh lebih baik tidak ada lagi keluhan sakit yang biasa ia ucapkan. Namun belum genap seminggu semua badannya terlihat kuning menyerupai orang yang menderita liver. Emergency kedua terjadi. Setelah diperiksa ternyata masih ada batu yang tersangkut di saluran empedunya. Jalan pengobatan satu-satunya adalah dengan jalan operasi lagi mengangkat batu yang ada di saluran empedunya dengan resiko saluran empedunya harus dipotong. Lumayan membuat saya syok waktu itu karena saya baru melihat operasi 2x yang dilakukan sebelum genap 2 minggu pasca operasi pertama. Untung banyak dukungan doa dari teman-teman dan kekuarga sehingga operasi kedua ini berjalan dengan lancar dan kondisi kekasih saya jauh lebih baik. Namun genap sebulan masa pemulihan pasca operasi Ke-2 lagi-lagi kekasih saya mengalami sakit. Emergency ketiga terjadi lagi dan setelah diperiksa ternyata masih ada 1 batu lagi di sebuah saluran yang namanya saluran bersama dan tidak ada jalan lain selain harus operasi lagi. Dan ya untuk ketiga kalinya kekasih saya dioperasi. Sebagai manusia biasa bayang-bayang takut kehilangan kekasih saya sempat terbayang saat akan operasi ketiga. Untuk pertama kalinya saya benar-benar merasa takut akan kematian. Walau banyak peneguhan yang datang dari keluarga dan temanteman, tetap ada saat saat dimana waktu itu saya benar-benar merasa down. Namun Puji Tuhan, masa masa itu terlewati dan sekarang kekasih saya sudah lumayan pulih dan bisa kembali bekerja. Memang benar kematian bukanlah urusan kita. Dan bacaan hari ini Yesus ingin menegaskan kepada kita bahwa masa kematian seseorang bukanlah urusan kita sebagai seorang manusia. Kematian di tangan Tuhan. Oleh karena itu akan lebih baik jika kita selalu berserah dan memasrahkan hidup kita kepada Tuhan kita di surga karena mati dan hidup manusia di Tangan Tuhan. FLO Mau gabung Kegiatan DOJCC ? HP: 0815573 4415 Setelah membaca renungan hari ini Saya akan 15 www.DOJCC.com Fresh Juice ! Vol. 89 / 2017 Hadiah Roh Kudus Minggu 4 Juni 2017 Yoh. 20:22, Dan sesudah berkata demikian, Ia mengembusi mereka dan berkata, “Terimalah Roh Kudus.” Hari Raya Pentakosta Kis. 2:1-11; Mzm. 104:1ab,24ac,29bc-30,31,34; 1Kor. 12:3b-7,12-13; Yoh. 20:19-23 Lima puluh hari setelah kita merayakan Hari Raya Paskah Kebangkitan Tuhan kita Yesus Kristus, akhirnya Yesus memenuhi janjiNya dengan mengutus Roh Kudus, Sang Penghibur, Sang Penolong untuk menyertai kita, gerejaNya dengan menghembusi kita dengan RohNya sendiri, “Terimalah Roh Kudus”. Inilah hari Raya Pentakosta yang sering disebut sebagai hari kelahiran Gereja Kudus. Kalau gereja lahir pada hari Raya Pentakosta, maka hari ini adalah hari ulang tahun Gereja. Kalau gereja berulang tahun, apakah hadiahnya? Tentu saja ROH KUDUS. Kita adalah anggota Gereja, jadi kitalah yang menerima hadiahnya. Anda mau menerima Roh Kudus? Tentu saja kita sudah menerima Roh Kudus ketika kita dibaptis entah itu waktu masih bayi maupun ketika kita dibaptis dewasa. Ketika kita dibaptis ada katakata yang diucapkan yakni “Aku membaptis kamu dalam nama Bapa, dan Putera dan ROH KUDUS.” Lalu mengapa kita harus terus membutuhkan Roh Kudus? Kita adalah manusia yang lemah yang masih berdarah daging. Dengan kata lain, kedagingan kita masihlah sangat lekat di dalam hidup kita seperti kata Santo Paulus. Karena kuasa dan godaan kedagingan kita begitu kuat, kita minta Roh Kudus menuntun hidup kita supaya kita hidup menurut Roh dan bukan mengikuti kedagingan kita atau nafsu-nafsu kita. Maka dari itulah kita membutuhkan Roh Kudus sebagai penolong kita. Para murid pun yang bersama dengan Yesus selama tiga tahun butuh Roh Kudus setelah Yesus terangkat ke surga. Yesus tidak menginginkan para muridnya seperti yatim piatu tetapi memberikan RohNya sendiri untuk menggerakkan gereja yang sudah diawali oleh sang murid Petrus. Maka marilah kita menerima hadiah Roh Kudus yang Tuhan berikan kepada kita. Sesudah menerima biarkanlah Dia bekerja untuk mendampingi dan membimbing hidup kita. Veni creator Spiritus, Datanglah Roh Kudus…. Rm. Vincent Widi MGL Setelah membaca renungan hari ini Saya akan 16 Fresh Juice ! Vol. 89 / 2017 www.DOJCC.com Allah Maha Sabar Peringatan Wajib St. Bonifasius Tob. 1:1a,2a,3; 2:1b-8; Mzm. 112:1-2,3-4,5-6; Mrk. 12:1-12 Senin 5 Juni 2017 Mrk 12:12 Lalu mereka berusaha untuk menangkap Yesus, karena mereka tahu, bahwa merekalah yang dimaksudkan-Nya dengan perumpamaan itu. Tetapi mereka takut kepada orang banyak, jadi mereka pergi dan membiarkan Dia. Perumpamaan pada bacaan hari ini mengungkapkan kasih Allah Yang Maha sabar, yang dengan berbagai macam cara berusaha menyapa manusia supaya datang kepada-Nya dan dengan sabar menantikan jawaban dari kita semua. Disini yang dimaksud pertama-tama adalah orang Israel yang telah dipilih oleh Allah, tetapi kemudian juga kita semua, khususnya yang percaya kepada Tuhan. Para hamba ialah para nabi yang diutus Allah mendahului Tuhan Yesus, Putra yang tunggal. Pesan mereka diabaikan dan banyak dari mereka yang dianiaya, bahkan ada yang dibunuh. Akhirnya Tuhan mengutus Putra-Nya sendiri yaitu Tuhan Yesus Kristus sebagai tanda kasih-Nya yang tidak terbatas. Namun kedatangan Tuhan Yesus ditolak juga, walaupun dengan berbagai macam cara Yesus telah menyatakan kerahiman dan kasih Allah lewat pewartaan dan pelayananNya. Yesus datang pada milik-Nya, pada kebun anggur-Nya, tetapi justru Ia ditolak, dibuang bahkan dibunuh. Kita adalah penggarap, yang perlu bertanggung jawab atas rahmat, bakat, berkat, dan misi yang Tuhan percayakan pada kita. Janganlah kita menjadi penggarap yang jahat. Melalui bacaan hari ini, kita juga diteguhkan lewat sikap Tuhan Yesus bahwa ada saat dimana kita merasa segala kebaikan yang kita lakukan, ketaatan pada Allah, kejujuran dan lain-lain seolah-olah akan berakhir dengan sia-sia. Marilah kita menteladani Tuhan Yesus sendiri yang selalu setia dan menunggu dengan sabar untuk selalu memberikan yang terbaik kepada kita. Marilah kita berdoa. Ya Tuhan, jauhkanlah kami dari segala ketamakan dan berilah kami keberanian untuk mencari lebih dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya. Amin. -Santo- Setelah membaca renungan hari ini Saya akan 17 www.DOJCC.com Fresh Juice ! Vol. 89 / 2017 Selasa 6 Juni 2017 Menjadi bijaksana dimata Allah dan dunia Mrk : 12:17 “ Berikanlah kepada kaisar apa yang wajib kamu berikan kepada kaisar dan kepada Allah apa yang wajib kamu berikan kepada Allah !” Peringatan St Nobertus Tob. 2:9-14; Mzm. 112:1-2,7bc-8,9; Mrk. 12:13-17 Saudara-saudari yang terkasih dalam Kristus, dijaman yang semakin modern ini kita sangat mudah bertindak seperti orang-orang farisi yang dengan mudah mencari- cari kesalahan orang lain. Khususnya di Negara Indonesia, tentunya kita masih ingat dengan PILKADA tahun ini. Dimana masih banyak sejumlah orang yang senantiasa menjerat atau mencari kesalahan orang lain demi kepentingan pribadi atau kelompok tertentu. Seperti yang dialami oleh Bapak Basuki Purnama atau sering dikenal dengan Ahok. Ini mau menunjukkan kepada kita betapa lemahnya iman kita. Pada bacaan hari ini Tuhan Yesus mau menunjukkkan kepada kita betapa pentingnya kebijaksanaan dan kejujuran di mata Allah. Tetapi sangatlah berbeda dimata dunia, karena manusia begitu ego sehingga manusia sering jatuh kedalam dosa. Dosa inilah yang membuat manusia sangat jauh dari rencana dan kehendak Allah. Lalu bagaimana dengan kita, yang menamakan diri sebagai orang Kristen pengikut Kristus? Apakah kita mau berkata dan bertindak di dalam kebernaran dan kejujuran atau kita malu dan takut karena dianggap sebagai orang yang sok suci dimata dunia, dimana hanya ada kemunafikan, kebencian, iri hati ataupun keserakahan. Olen harena itu marilah kita semua bersamasama belajar dari bacaan hari ini, agar kejujuran kebenaran dapat ditegakkan dan dirasakan olen semua manusia. Khususnya dinegara kita Indonesia. Bruder Martin, MGL Setelah membaca renungan hari ini Saya akan 18 Fresh Juice ! Vol. 89 / 2017 www.DOJCC.com Kita Hidup karena Allah yang Hidup! Ana dari St. Bartolomeus Tob. 3:1-11a,16-17a; Mzm. 25:2-4a,4b-5ab,6-7bc,8-9; Mrk. 12:18-27. Rabu 7 Juni 2017 Mrk. 12:27“Allah bukanlah Allah orang mati, melainkan Allah orang hidup.” Hidup di dunia ini penuh liku-liku. Mengapa seorang janda seperti Sarah di kitab Tobit hari ini bisa kehilangan tidak hanya satu tetapi tujuh suaminya yang mati tiba-tiba sebelum mereka bisa punya keturunan untuk mengurus dirinya. Ini misteri penderitaan yang hanya Tuhan yang bisa secara adil dan bijaksana menjawab. Tetapi Tuhan menjawab dan mengabulkan doa Tobit, juga doa anaknya Tobias dan Sarah saat mereka menikah, sehingga Tobias tidak binasa. Penderitaan didunia sepertinya tampak tidak adil. Orang yang baik terus menerus menderita, dan orang yang jahat bersenang-senang. Ini hanya bisa dimengerti kalau kita menaruh harapan kepada kehidupan kekal yang abadi disurga. Harapan inilah yang dimiliki dan diekspresikan dalam doa Tobit, Tobias dan Sarah, yang terus memuji dan menaruh harapan kepada Tuhan. Mereka tidak kehilangan imannya (walaupun mungkin tergoncang), iman yang percaya bahwa Tuhan itu maha baik dan penyayang. Saya teringat teman dekat saya yang mencoba bunuh diri tapi gagal karena sebelum dia menggantung diri, dia berdoa mohon bantuan Tuhan Yesus dan Bunda Maria, menyerahkan hidupnya. Doanya dikabulkan dan percobaan gantung diri gagal karena tiangnya patah. Sarah, istri Tobit juga berniat gantung diri tetapi saat memikirkan nasib ayahnya berkata dalam hatinya,“…Niscaya karena sedihnya, ayahku yang lanjut umur ini akan mati (karena akan kehilangan putri tunggal kesayangannya). Lebih baik aku tidak menggantung diri, melainkan berdoa kepada Tuhan, supaya aku mati saja sehingga tak usah mendengar lagi nista selama hidupku.” Iapun menadahkan tangannya sambil menyembah Tuhan, “Terpujilah Engkau, ya Allah penyayang.” (Tob. 3:10-11). Percaya kepada Allah yang baik dan penyayang berarti percaya bahwa kita akan diselamatkan dan akan menikmati kehidupan dan kebangkitan dari kematian dan alam maut. Ini tidak hanya keadilan tetapi kemurahan hati yang Tuhan tawarkan kepada mereka yang percaya. Penderitaan yang hanya sekejap dibalas dengan kebahagiaan yang kekal. Inilah yang Tuhan Yesus tekankan hari ini. Dia mentah-mentah menyatakan bahwa pandangan orang Saduki yang tidak percaya kepada kebangkitan hidup itu salah dan sungguh sesat. Mari kita mohon agar iman kita akan kebangkitan badan dan kehidupan kekal selalu ditegarkan, sehingga kita tidak menjadi putus asa saat penderitaan tiba, tetapi dipenuhi dengan harapan kehidupan yang kekal bahagia, karena Allah kita adalah Allah yang hidup. Rm David Lemewu, MGL Setelah membaca renungan hari ini Saya akan 19 www.DOJCC.com Fresh Juice ! Vol. 89 / 2017 Sabar itu Selamat Kamis 8 Juni 2017 Mrk. 12:34 “Engkau tidak jauh dari Kerajaan Allah!” St. Maria Droste du Vischering (St. Mary of the Divine Heart) – Santa Maria dari Hati Ilahi Tob. 6:10-11; 7:1,6,8-13; 8:1,5-9; Mzm. 128:1-2,3,4-5; Mrk. 12:28b-34 Pembaca Fresh Juice yang setia, Hari ini firman Allah berbicara tentang keutamaan hukum yang harus kita laksanakan. Yaitu bahwa hanya ada satu Allah yang esa dan Allah memerintahkan agar kita mengasihi dia dengan segenap kekuatan kita. Saudara sekalian sejatinya mengasihi Allah dengan segenap kekuatan bukanlah hal yang mudah jika kita tidak dipimpin oleh Roh Allah sendiri. Maka kelekatan kita dengan Roh Kudus adalah suatu hal mutlak jika ingin sungguh-sungguh melaksanakan perintah Allah ini. Mencintai dengan segenap kekuatan artinya adalah cinta yang tak lekang oleh waktu dan kondisi apa pun. Siang, malam, pagi, petang, saat susah dan senang, untuk yang kaya dan yang miskin. Aah, jadi terkenang indahnya janji perkawinan. Memang sesungguhnyalah, Allah ingin kita senantiasa menjadi mempelainya yang tak pernah henti jatuh cinta padanya. Seringkali ke-Allah-an-Nya bukan hanya kita jumpai dalam misa kudus atau doa-doa kita. Namun Allah justru tampak dalam sosok kehidupan yang kita jumpai dalam diri pasangan kita, anak-anak, para pegawai kita, tetangga kita, para pengemis di jalan, teman selingkungan dan sekomunitas kita. Itulah Allah yang tampak. Maka tidak jarang kita merasa kesulitan mencintai Allah, ketika orang-orang itu melakukan hal-hal yang menyakiti hati kita, kita jatuh dalam rasa kebencian. Kasih akan Allah menjadi kabur jika kita tidak lagi melihat Allah yang ada di dalam sesama kita. Apa sesungguhnya alasan sehingga kita patut mengasihi Allah yang benar? Tidak lain adalah karena Allah telah lebih dulu mengasihi kita, lebih daripada siapa pun, dialah satu-satunya yang mengorbankan dirinya dengan segenap jiwa dan raganya demi keselamatan kita. Hanya Dia! Maka karena itu pulalah kita patut hanya menyembah Dia dan Dia saja. Saudara, St. Maria dari Hati Ilahi adalah seorang Suster yang amat mencintai hati Yesus. Jiwanya tertambat pada Hati Yesus yang Maha Kudus. Beliau telah menyampaikan pesan yang diterimanya dari Kristus sendiri kepada Paus Leo ke-13 untuk mempersembahkan seluruh dunia kepada Hati Ilahi Tuhan Yesus, Hati Yesus yang Maha Kudus. Meski Yang Mulia Bapa Suci awalnya tidak berkenan melakukannya, Yesus sendiri meyakinkannya bahwa Bapa Suci akan tetap hidup dan diselamatkan dari sakitnya hingga Beliau boleh menyampaikan kepada segenap umat untuk mempersembahkan Jumat Pertama pada setiap bulan bagi hati terkudus Tuhan Yesus di dalam Misa Kudus dan Pentahtaan Sakramen Maha Kudus. Semoga kesaksian hidup Santa Maria dari Hati Ilahi menjadikan kita semakin mengasihi Hati Yesus yang Maha Kudus dan semakin bergiat hadir dalam penyembahan kepada Hati Yesus yang Maha Kudus setiap Jumat Pertama dalam bulan. Amin. Tina Bone Herman Setelah membaca renungan hari ini Saya akan 20 Fresh Juice ! Vol. 89 / 2017 www.DOJCC.com Menunggu JawabanNya Jumat 9 Juni 2017 Mrk 12:37 Orang yang besar St Efrem, Yosef de Anchieta Tob 11: 5-17; Mzm 146:2abc.7.8-9a.9bc-10; Mrk 12:35-37 jumlahnya mendengarkan Yesus dengan penuh minat Saya membayangkan apabila pada saat itu saya ada dalam kerumunan orang sangat banyak dan dalam posisi yang sama menerima pertanyaan dari Yesus, mungkin saya akan mengalami hal yang sama yaitu tidak mengerti ataupun tidak mampu menjawabnya. Injil hari ini Yesus tidak memberikan jawaban atas pertanyaanNya. Murid-murid Yesus yang sudah begitu dekatnyapun kadang tidak mengerti apa yang ditanyakan olehNya. Dalam kenyataan hidup ini, banyak dari kita mengalami kejadian dan peristiwa yang sepertinya Tuhan memberikan pertanyaan-pertanyaan yang susah dijawab. Kita sudah berjalan bersama Yesus, mengimaniNya, membaca firmanNya tidak menjamin bahwa kita mengerti, menjawab dan melakukan seperti kehendakNya, Sadar atau tidak sadar sekarang ini kita sudah menjadi bagian dari dunia yang instan yang segalanya harus dibuat dan diproses secara cepat. Apa yang kita terima, kita alami, kita rasakan semuanya harus kita respon dan bereaksi dengan cepat pula. Mungkin kalau ada pertanyaan dan keinginan kita untuk Tuhan, kitapun minta supaya Tuhan bisa cepat menjawab dan mengabulkannya. Yesus tidak membutuhkan jawaban kita yang cepat, Yesus memberikan waktu yang cukup untuk kita dapat menjawab tidak dengan terburu-buru, tidak dengan emosi. Yaitu waktu dimana kita bisa lakukan untuk permenungan, membuka hati kita lebih luas dan juga kerendahan hati yang lebih dalam secara pribadi yang berujung dan tertuju pada kesatuan dengan Allah Bapa, Putra dan Roh Kudus. Setidaknya dalam kondisi mendesak, kita telah mengambil waktu sejenak bersama Tuhan untuk bisa ikut dalam keputusan yang akan kita ambil agar sesuai dengan rencanaNya. Amin Birendra Setelah membaca renungan hari ini Saya akan 21 www.DOJCC.com Fresh Juice ! Vol. 89 / 2017 Sabtu 10 Juni 2017 Tob. 12: 1,5-15,20; MT Tob. 13:2,6,7,8; Mrk. 12:38-44, Memberi disaat kurang Mrk 13:44 Sebab mereka semua memberi dari kelimpahan, tetapi janda ini memberi dari kekurangannya, semua yang ada padanya yaitu seluruh nafkahnya. Pernah suatu waktu, gereja kami di datangi kelompok koor dari ruteng. Mereka akan mengikuti international choir di bali. Saat itu saya duduk di bangku tengah, mula-mula tidak menyadari waktu mereka naik untuk mempersembahkan lagu. Saat menyanyi, wow, suaranya harmonis bagus. Ngga heran lah ya, mau ikut lomba international begitu pikir saya. Diakhir lagu baru saya sadari, saat romo memperkenalkan, para penyanyi nya. Anak anak kecil, yang ternyata semua tuna netra. Kepala saya langsung tengadah ingin melihat langsung wajah wajah kecil itu. Saya melihat bagaimana mereka turun dari altar dengan memegang tangan yang didepan mereka. Berjalan saling menuntun. Saya tersentuh, bagaimana mereka bisa berlatih menyanyi dengan keterbatasan seperti itu ? Bagaimana mereka bisa pandai mengatur keharmonisan saat menyanyi? Teringat pula, saat saat komunitas kami yang latihan koor. Kami semua tidak ada yang memiliki keterbatasan penglihatan, yang kami miliki adalah keterbatasan kemauan untuk berlatih hahahaaa, tapi meski kami bisa melihat tanpa hambatan, untuk berlatih menjadi seperti itu, rasanya sulit sekali. Orang yang mengalami kesulitan hidup tetapi tetap memuliakan Tuhan, tentulah memiliki nilai lebih dibanding yang baik baik saja. Sama seperti anak anak tuna netra tersebut yang mampu menyanyi dengan baik, bila dibandingkan anak anak tanpa kekurangan fisik, tentulah kita akan lebih kagum kepada anak anak tuna netra. Mereka luar biasa. Memberi disaat kita sendiri kekurangan, tentulah nilainya lebih plus dibanding memberi saat kita kelimpahan, itu sudah sewajarnya. Pernah awal saya memulai usaha, pendapatan bulan itu hanya 2 juta, lalu ada teman yang sakit, saat itu yang terpikir, memberi bantuan, berarti saya akan minus, aduh Tuhan, bagaimana ini? Coba kasih saya omset lebih banyak lagi, hahahaha (modus). Saat itu saya berkata dalam hati, ya sudah lah, uang bisa kita cari lagi, korek celengan saja dulu. Saya percaya saat saya mau memberi di moment moment tersusah hidup inilah, Tuhan akan mencatatnya dengan tinta emas. Nah, bagaimana dengan anda? Sudah kah dalam hidup ini memberi bagi kemuliaan Tuhan meski memiliki keterbatasan? Tuhan memberkati… Rita Setelah membaca renungan hari ini Saya akan 22 Fresh Juice ! Vol. 89 / 2017 www.DOJCC.com Darimana Anda tahu Tuhan itu baik? Hari Raya Tritunggal Mahakudus Kel. 34:4b-6,8-9; 2Kor. 13:11-13; Yoh. 3:16-18 Minggu 11 Juni 2017 Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya beroleh hidup yang kekal Yoh.3:16 Dari mana kita tahu bahwa Allah itu Mahabaik? Coba Anda tanyakan ini pada teman Anda; pada pasangan Anda; pada murid-murid Anda; pada orang tua Anda; pada anak-anak Anda; atau bahkan pada pembimbing rohani Anda. Jawaban yang diberikan memang beragam tetapi pasti berputar-putar di sekitar pernyataan seperti masih bernafas, boleh menghirup udara yang segar, Tuhan masih memelihara saya, dan alam ciptaan yang indah. Jawaban yang kelihatan bagus, masuk akal, universal, tetapi menurut saya tidak sungguh mendalam. Dari mana saya tahu Allah itu Mahabaik? Cukupkah dari kesehatan kita? Dari usaha kita yang maju? Dari anak-anak kita yang berhasil? Dari perjalanan kita yang aman? Dari rencana pelayanan kita yang diurapi? Cobalah nonton film Gifted (2017), tentang seorang paman Frank Adler (Chirs Evans) yang mencoba membesarkan keponakannya Mary (McKeena Grace) yang super-brilliant untuk menjadi manusia. Menjadi manusia berarti melalui proses pertumbuhan sebagai anak kecil, kemudian remaja, dewasa dan berhasil dalam hidup, dan Frank berjanji untuk selalu ada bersama Mary. Suatu saat si keponakan ini bertanya, apa Tuhan itu ada? Si paman menjawab tidak tahu. Lalu si keponakan itu bilang Roberta (tetangga mereka) tahu. Si paman menyambung Roberta tidak tahu, dia hanya punya imandan itu bagus, karena iman bukan soal tahu atau tidak tahu tapi soal apa yang dirasakan dan dialami. Lalu si ponakan bilang ada orang di TV yang bilang Tuhan itu tidak ada. Si paman membalas bedanya antara Atheist di TV dan Roberta adalah Roberta sayang kamu dan selalu siap menolongmu. Nah, kalau ada orang bertanya kepada Anda darimana Anda tahu Tuhan itu baik? Jawaban Anda pertama tentu harus berasal dari apa yang Anda rasakan dan yang Anda alami sendiri. Itu jawaban subyektif. Tiap orang berhak punya ekspresi tertentu tentang pengalaman subyektifnya tentang kebaikan Tuhan. Namun jawaban subyektif saja tidak cukup. Anda harus bisa memberi jawaban yang obyektif tentang Tuhan yang Mahabaik, yang tidak tergantung dari pengalaman dan perasaan Anda. Jawaban yang paling obyektif adalah karena Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya beroleh hidup yang kekal (Yoh.3:16). Seperti si Roberta dalam film Gifted di atas. Dia tidak punya hubungan darah apa pun dengan Mary dan Frank, namun ia mengasihi dan selalu siap membantu si kecil Mary dan si Frank, pamannya yang seringkali menyebalkan. Tidak ada maksud tersembunyi apa pun, murni hanya rasa sayang dan keinginnan untuk menolong. Karena itu, setelah menonton film itu, saya bisa bilang Roberta adalah orang baik, sama seperti saya dengan yakin bisa bilang Allah itu Mahabaik, karena memang Dia baik sampai rela menyerahkan anak-Nya sendiri untuk keselamatan saya dan agar saya memperolah hidup yang kekal, tinggal sekarang apakah saya percaya atau tidak. Rm. Wenz, MGL Setelah membaca renungan hari ini Saya akan 23 www.DOJCC.com Fresh Juice ! Vol. 89 / 2017 Ambil yang asyik aja Senin 12 Juni 2017 Yos 1:9b “Kuatkanlah dan teguhkanlah hatimu, janganlah kecut dan tawar hati” 2Kor. 1: 1-7; Mzm. 34:2-3,4-5,6-7,8-9; Mat. 5:1-12, Firman Tuhan kepada kita melalui surat Yosua kali ini menurut saya adalah berkat, dimana tuhan yang akan memenangkan semua pertarungan yang akan kita hadapi. Bahkan diayat 9b itu disebutkan bahwa Tuhan akan menyertai kita kemanapun kita melangkah. Berarti penyertaan Tuhan selalu ada. Tetapi di injil Matius hari ini malah disana isi dari Firman Tuhan itu ga ada yang enak, semuanya jelek jelek, ya walaupun ada janji janji surga. Ini beneran Janji Surga lho, karena coba dibaca Mat 5:3-12 semuanya isinya menyuruh kita berbahagia walaupun sakit semua, karena ada janji surga. Beda sama Surat Yosua tadi, bukan janji surga, tapi janji nyata. Tapi apa kita terus ambil surat Perjanjian Lama saja, karena surat Perjanjian Baru kebanyakan janji surga, walaupun yang mengucapkan Yesus sendiri. Ya gak lah ya, karena kita berbuat sekarang bukan hanya untuk apa yang ada didunia ini, tetapi kita melakukannya untuk membalas kebaikan Tuhan dan kita berbuat untuk hal yang lebih kekal, yaitu kerajaan Surga. Nah kebanyakan dari kita sekarang kalo ambil firman seenaknya sendiri, pada saat gajian firman ditekankan ke perpuluhan, kalo ga perpuluhan masuk neraka. Kalo pas ada masalah disangkut sangkutkan sama firman Tuhan dan malah mengutuk orang lain yang berbuat buruk pada kita, bayangkan, firman Tuhan dipakai untuk mengutuk, ini betul ada, dan sempat disampaikan di retreat yang saya ikuti. Maka dari retreat itu kita diminta untuk melepas kutuk yang pernah kita ucapkan. Maka dari sekarang mari kita lebih bijak untuk membaca Firman Tuhan. Jangan ambil enaknya sendiri, yang bagus diterima yang ga bagus ga diterima. Emang baca tabloid cari yang bagus bagus saja. Semoga kita diberi Roh Kebijaksanaan dalam mengambil setiap keputusan. Amin Prast Setelah membaca renungan hari ini Saya akan 24 Fresh Juice ! Vol. 89 / 2017 www.DOJCC.com Cahaya Dunia Selasa 13 Juni 2017 Peringatan Wajib St. Antonius dr Padua 2Kor. 1: 18-22; Mzm. 119:129, 130,131, 132,133,135; Mat. 5:13-16 Mat. 5.16 Hendaknya cahayamu bersinar di depan orang agar mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan bapamu disurga. Salam damai sejaterah untuk kita semua. Firman hari ini mengingatkan kita agar senantiasa rendah hati dan apa adanya. Dalam bacaan pertama para Rasul yang setia memberitakan Injil kepada semua orang bahkan kepada kita hari ini tetap gagah berani berkata Ya kepada kebenaran Kristus Yesus. Sebab Kristus adalah “Ya” bagi semua janji Allah. Allah sendiri yang meneguhkan, mengurapi, memeterai dan memberi Roh Kudus atas kita. Semoga kita mampu menjadi terang dan garam di tengah dunia ini sebagai Rasa cinta kita atas pengorbanan-Nya disalib. Semoga kita tetap berada dalam kebenaran Kristus sehingga cahaya kita tetap bersinar dan Yesus kristus terus dipermuliakan. Saudara Tidak mudah menjadi murid yang setia tapi yakinlah bahwa Allah serta kita, karna Allah adalah kebenaran. Dialah sumber Cahaya dan Garam Dunia yang abadi,hanya didalam Dia ada sukacita dan keselamatan. Semoga iman didalam Kristus,mengantarkan kita sampai kepada kehidupan kekal. Amin Doa Ya Allah sumber cahaya dan kebenaran jaga lah selalu cahaya dalam hati kami agar tidak padam karna keegoisan kami. Amin Salam satu Hati pengikut Kristus. Rossa Olla DT Mau gabung Kegiatan DOJCC ? HP: 0815573 4415 Setelah membaca renungan hari ini Saya akan 25 www.DOJCC.com Fresh Juice ! Vol. 89 / 2017 Rabu 14 Juni 2017 Kejujuran, Kesetiaan, Iman Yang Teguh = SUKSES Yos 3:9 “Datanglah dekat dan dengarkanlah firman TUHAN, Allahmu.” Elisa Nabi, Gerardus 2Kor. 3:4-11 ; Mzm 99:5-9 ; Mat 5:17-19 ; Saudara-saudari yang terkasih, keberhasilan dari setiap orang saat ini biasanya didapatkan dengan kerja keras dan bukan dengan sekejap mata tetapi melalui suatu proses yang panjang dan tidak mudah. Hari ini kita mau belajar meraih kesuksesan bukan hanya secara materi, tapi juga dalam kehidupan spiritualitas kita. Melalui bacaan kita hari ini, ada beberapa sifat yang harus kita miliki agar menjadi seorang yang sukses. Sifat pertama yaitu Kejujuran (Yosua 14:6-7) Sewaktu Musa mengutus Kaleb ke Kanaan, Kaleb kembali dengan kabar yang baik. ia juga mengingatkan orang Israel akan penyertaan Tuhan. Tidak ada satu beritapun yang ia rekayasa. Sifat kejujuran itu sangat penting, karena ketika kita jujur kita sedang menunjukan kepada dunia bahwa diri kita seperti teladan Tuhan Yesus Kristus Kedua, Kesetiaan dalam mengikut Tuhan (Yosua 14:8-9). Kesetiaan dalam mengikut Tuhan tidak hanya berarti rajin ke gereja, rajin berdoa, atau rajin membaca Firman. Tidak hanya itu. Kesetiaan dalam mengikut Tuhan juga berbicara tentang menyerahkan otoritas atas seluruh aspek hidup kita ke dalam tangan Tuhan. Dan kesetiaan dalam mengikut Tuhan berarti kita percaya akan penyertaan Tuhan yang sempurna dalam setiap situasi kehidupan yang kita terima. Ketiga adalah memiliki Iman yang teguh. Baru-baru ini kita juga mendengar tentang seorang pemimpin yang sudah berjasa buat kemajuan daerahnya tapi dihukum penjara dan dinyatakan bersalah. Suatu peristiwa yang mirip dengan yang dialami oleh Kaleb. Tapi, walaupun ia dilupakan, ia tidak melupakan janji Tuhan. Ia tetap beriman. Demikian pula dengan kita, ketika kita beriman kita harus juga berkerja keras untuk mewujudkan apa yang kita imani. Jika saudara/i punya keinginan, misalnya mau menjadi PNS (pegawai negeri sipil) apakah saudara/i hanya akan berdoa dan beriman, selanjutnya untuk kemudian langsung berhasil jadi PNS? Pasti tidak! Melainkan kita harus sekolah/kuliah dulu, pilih jurusan yang benar, belajar selama bertahun-tahun, melamar pekerjaan di dinas terkait, bekerja sekian tahun, baru punya kesempatan untuk menjadi PNS kan? Jadi jika kita mau menjadi pengikut Yesus yang sukses baik dalam kehidupan rohani kita maupun dalam pendidikan kita, milikilah Kejujuran, Kesetiaan dalam mengikut Tuhan & iman yang teguh. Selamat meraih kesuksesan. Tuhan Yesus memberkati. Salam Penuh Kasih, Maurits Setelah membaca renungan hari ini Saya akan 26 Fresh Juice ! Vol. 89 / 2017 www.DOJCC.com Kemerdekaan Kamis 15 Juni 2017 2 Kor 3:17 “Sebab Tuhan 2Kor. 3:15-4:1,3-6; Mzm. 85:9ab-10,11-12,13-14; Mat. 5:20-26 adalah Roh dan dimana ada Roh Allah disitu ada kemerdekaan” Seringkali kita menunda-nunda apa yang kita tahu Tuhan ingin kita melakukannya. Mungkin jauh didalam hati Tuhan telah berbicara kepada kita tentang mengampuni kesalahan, keinginan untuk berubah dari kebiasaan lama yang kurang baik atau meluangkan waktu lebih banyak dengan keluarga. Tapi terkadang kita merespon..Ah besok saja aku melakukan itu! Memilih untuk menaati suaraNya, tentunya itulah yang mestinya terjadi. Namun ternyata “taat” bisa berbeda. Bergantung pada “mengapa taat” atau motivasi dari ketaatan itu. Kita bisa taat karena “takut” pada hukuman, takut berdosa. Atau taat karena ia sudah mengenal Sosok Pribadi Allah yang walaupun tidak terlihat kita tahu bahwa Dia begitu mengasihi kita. Inilah inti dari apa yang dikatakan Paulus dalam ayat 17: “…di mana ada Roh Allah, di situ ada kemerdekaan.” Roh Allah tidak menjadikan orang terbelenggu dan takut, seperti orang Israel yang diperhamba Hukum Taurat. Roh Allah membebaskan orang dari belenggu itu, dan menempatkannya pada kehidupan yang merdeka. Roh Allah tidak menjadikan kita tidak berdaya, bergantung, tidak punya inisiatif, takut melakukan kesalahan. Sebaliknya, Roh Allah memerdekakan dan memberdayakan kita, menjadikan kita bersyukur, kreatif, tidak selalu menunggu, bahkan berani menanggung resiko, demi kasih kepada Tuhan dan sesama. Beribadah, mengasihi, melayani, berbuat dan bersikap baik, bukan karena takut hukuman, tetapi karena merdeka, sehingga dengan sadar memilih untuk melakukannya. Tuhan memberkati Lulu Setelah membaca renungan hari ini Saya akan 27 www.DOJCC.com Fresh Juice ! Vol. 89 / 2017 Zina Jumat 16 Juni 2017 Mat 5:29 Maka jika matamu yang kanan menyesatkan engkau, cungkillah dan buanglah itu, karena lebih baik bagimu jika satu dari anggota tubuhmu binasa, dari pada tubuhmu dengan utuh dicampakkan ke dalam neraka. Lutgardis, Anisetus Koplin, Yohanes Fransiskus Regis 2Kor 4:7-15; Mzm. 116:10-11,15-16,17-18; Mat. 5:27-32 Bacaan hari ini sungguh berbeda dengan bacaan Alkitab biasanya yang banyak mengunakan perumpamaan. Zina dalam alkitab dijelaskan secara gamblang dan terang-terangan. Namun yang menarik adalah di dalam penjelasan yang gamblang, juga terungkap perumpamaan untuk hidup kita. Bila matamu menyesatkan, buanglah. Tentu saya yakin ini adalah perumpamaan, bukan Yesus meminta kita membuang mata kita. Namun apabila dalam hidup kita, ada yang mengganggu jalan kita kepada Bapa, maka buanglah! Seringkali kita sulit membuang sesuatu. Dalam pelatihan 5S yang saya ajarkan dalam program untuk UKM. Saya selalu menganjurkan untuk menata tempat kerja dengan melalukan S pertama yaitu SORT atau memilah. Kita memilah barang hidup (yang masih kita butuhkan), barang mati (yang tidak kita butuhkan) dan barang koma. Kita banyak memiliki barang koma dalam hidup kita. Barang yang mau dibuang sayang, namun tidak tahu kapan akan digunakan. Barang-barang ini biasanya mengandung kenangan masa lalu. Saran dalam pelatihan yang saya buat adalah : memberi label kepada barang koma , tentukan expired date nya! Buang, jadikan dia barang mati bila masa expired yang kita tentukan menemui tanggalnya. Mungkin dalam hidup kita, kita juga punya barang koma, yang kita tidak tega untuk membuangnya. Hari ini mari kita tentukan expired date nya, tentukan kapan kita harus membuangnya. Biarlah hidup kita dipenuhi hal-hal positif saja, yang berguna bagi hidup kita. Jeff Renungan Harian Audio Katolik bisa klik di www.DailyFreshJuice.net Setelah membaca renungan hari ini Saya akan 28 Fresh Juice ! Vol. 89 / 2017 www.DOJCC.com Berlebihan 2Kor. 5: 14-21; Mzm. 103:1-2,3-4,8-9,11-12; Mat. 5:33-37 Sabtu 17 Juni 2017 Mat. 5:37, ”Jika ya, hendaklah kamu katakan: ya, jika tidak, hendaklah kamu katakan: tidak. Apa yang lebih dari pada itu berasal dari si jahat.” Saya pernah mengenal orang yang selalu berkata atau bercerita berlebihlebihan. Misalnya dia berhasil menjual sepuluh mainan anak, maka ketika bertemu temannya, dia akan bercerita bahwa dia telah menjual 100 mainan anak dengan keuntungan yang fantastis! Ketika mereka bersiul kagum, semakin semangat dia bercerita bla blaa blaa, dan ternyata, semua yang dikatakannya itu adalah khayalan melulu, sebuah kebohongan. Yang kemudian berulang lagi, karena malu mengakui bahwa yang kemarin diceritakannya adalah kebohongan. Itu dalam pekerjaan, dalam hidup bersosialisasi juga demikian, Misalnya orang itu mendapatkan hadiah sepatu boot. Suatu hari dia berkata, “Esok ada pertemuan kan, aku akan datang telat dan lewat di depan teman-teman sambil menyibak rambutku, bergaya seperti model hahaha.., biar mereka melihat sepatuku ini. Aku pengen melihat reaksi mereka!” sambil tertawa-tawa, ia menikmati perkataannya sendiri. Terkadang demi mendapatkan simpati orang-orang di sekitarnya, dia akan sering bercerita atau bersaksi sambil keliatan terbeban atau sungguh menangis, sehingga kisah itu akan membuat orang di sekitarnya ikut sedih dan mungkin membenci orang yang dianggap membuatnya menangis. Pokoknya orang itu senang membuat dirinya menjadi pusat perhatian dengan berusaha membuat orang lain menjadi korban kebencian. Demikianlah, Iblis, yang adalah bapa segala dusta atau raja kebohongan (Yohanes 8;44) akan menguasai hati dan pikiran seseorang yang menilai segala sesuatu dengan ukuran manusia/duniawi (2Kor. 5:16); suka membandingbandingkan diri dengan orang lain, suka bersumpah, suka mengikat sesuatu demi memuaskan keinginan hatinya saja. Maka marilah kita minta kepada Roh Kudus, agar senantiasa memandang segala sesuatu seperti apa adanya, membimbing roh kita agar hanya tunduk kepada Roh Kudus. Dengan demikian kita terhindar dari hal-hal yang berlebihan karena kita hidup, bukan lagi untuk diri sendiri, tapi untuk Dia, Kristus, yang telah mati dan bangkit bagi kita (2kor 5:15-16). Narita Setelah membaca renungan hari ini Saya akan 29 www.DOJCC.com Fresh Juice ! Vol. 89 / 2017 MInggu 18 Juni 2017 Berikan tubuh dan DarahNYA untuk kita Yoh 6:51, “Akulah roti hidup yang telah turun dari surga. Jikalau seorang makan dari roti ini, ia akan hidup selama-lamanya..” HARI RAYA TUBUH DAN DARAH KRISTUS Ul. 8:2-3,14b-16a; Mzm. 147:1213,14-15,19-20; 1Kor. 10:16-17; Yoh. 6:51-58 Waktu saya masih mengenyam pendidikan di seminari menengah Roh Kudus TukaBali tahun 1988-1994, saya selalu teringat akan panggung tempat kami biasanya mengadakan acara-acara kebersamaan yang letaknya dekat pelinggih Bunda Maria Fatima. Yang uniknya adalah di panggung tersebut terdapat gapura yang di tengahnya dihiasi dengan ukiran burung pelikan. Burung pelikan itu mencucukkan paruhnya ke dadanya sehingga mengalir air dan darah. Air dan darah itulah yang menjadi makanan dan minuman bagi anak-anaknya yang sedang kelaparan dan kehausan di musim paceklik, sampai akhirnya si induk burung Pelikan mati demi kehidupan anak-anaknya. Tentu ukiran patung di tembok panggung itu hanyalah sebuah perumpamaan yang mengisahkan bagaimana Yesus pun memberikan Tubuh dan DarahNya untuk kita “anak-anak”nya. Yesus mati menumpahkan darahNya untuk menebus dosa-dosa kita supaya kita hidup. Sayang sekali bahwa panggung yang berdekatan dengan Pelinggih Bunda Maria Fatima tersebut sudah dibongkar dan sudah berubah sekarang ini. Jadi kenangan itu sudah hilang ketika saya berkunjung ke seminari Roh Kudus Tuka sebagai almamater saya. Namun kenangan bagaimana saya menerima Tubuh Kristus pertama kali di kala Komuni Pertama atau orang bilang “Sambut Baru” tak pernah hilang. Dulu saya selalu penasaran bagaimanakah “rasanya” Tubuh Kristus yang diterima orang-orang ketika maju ke depan di waktu komuni kudus. Dan akhirnya rasa penasaran itu kesampaian juga ketika pada saatnya saya “Sambut Baru”. Memang rasa hosti yang sudah dikonsekrir itu hambar, tetapi kerinduan untuk menerima Tubuh Kristus sudah terjawab. Saya menerima Yesus dalam rupa Roti bundar kecil. Sungguh luar biasa bahwa Yesus hadir di dalam rupa roti kecil dan bahkan dimasukkan di dalam Monstrans dimana umat bisa mengadakan Adorasi. Sekarang sebagai seorang imam, saya diberikan kuasa dari Allah sebagai imam tertahbis untuk merayakan Ekaristi dimana hosti dan anggur “diubah” menjadi Tubuh dan Darah Tuhan Yesus. Sungguh sesuatu yang sangat istimewa bagi saya. Setiap kali saya merayakan Ekaristi, saya selalu bersyukur kepada Tuhan karena memberikan Tubuh dan DarahNya untuk kelangsungan hidup rohani saya dan kelak menikmati perjamuan abadi di Surga kelak. Apakah Anda bersyukur dan berterimakasih kepada Tuhan Yesus yang memberikan segala-galanya untuk Anda sehingga Anda hidup? Rm. Vincent Widi, MGL Setelah membaca renungan hari ini Saya akan 30 Fresh Juice ! Vol. 89 / 2017 www.DOJCC.com Kasih mampu menanggung segala sesuatu Romualdus 2Kor. 6:1-10; Mzm. 98:1,2-3ab,3cd-4; Mat. 5:38-42 Senin 19 Juni 2017 Mat 5:39 Janganlah kamu melawan orang yang berbuat jahat kepadamu, melainkan siapapun yang menampar pipi kananmu, berilah juga kepadanya pipi kirimu. Baru-baru ini saya belajar sesuatu dari anak saya yang masih kelas 6 SD. Ada seorang guru yang dari semenjak anak saya kelas 2 sering membuat kesal anak saya dan saya. Dari cara menilainya yang menurut saya subyektif, kurangnya dia memahami materi, dan beberapa hal yang kurang saya sukai ketika ia mengajar. Sebagai orang tua, kami sering protes terhadap guru tersebut sehingga hal itu berdampak pada sikap guru tersebut terhadap anak saya. Sepertinya guru tersebut kurang menyukai anak saya. Walaupun kadang anak saya bercerita dengan kesal, tetapi ia tidak pernah menyimpan kemarahan terhadap guru itu. Bahkan ia tetap menghormati guru tersebut, ia tetap berusaha melakukan dengan sebaik-baiknya semua tugas yang diberikan oleh guru tersebut. Tetapi justru di kelas 6 ini, sikap guru tersebut berubah. Ia sering bercanda dengan anak saya..bahkan ketika anak saya akan menghadapi Ujian Akhir Nasional, ia secara khusus memberkati anak saya. Saya tahu Tuhan mampu mengubahkan setiap hati, yang terkeras sekalipun. Jujur saya terharu, ketulusan anak saya menerima sikap gurunya, mampu melembutkan hati guru tersebut (pastinya dengan campur tangan Tuhan). Ketika saya membaca Mat 5:38-42, saya teringat hal tersebut. Tuhan Yesus sendiri mengajarkan kita untuk mengasihi sesama kita. Bukan sekedar mengasihi tetapi kasih yang tulus, kasih yang mengampuni, kasih yang rela menanggung segala sesuatu walaupun kelihatannya tidak adil, kasih yang murah hati. Tuhan tahu kasih-lah satusatunya yang bisa melunakkan kekerasan hati. Betapa pentingnya peran kasih dalam kehidupan ini. Kita sebagai anak-anak Tuhan tidak lepas dari tugas pelayanan, baik di keluarga, masyarakat, komunitas ataupun di Gereja. Paulus dalam 2 Korintus 6 :1-10 menuliskan bagaimana seharusnya pelayanan dilakukan. Apapun keadaannya (sekalipun dalam penderitaan, kesesakan) pelayanan seharusnya dilakukan dalam kemurnian hati, kesabaran, Roh Kudus, dan kasih yang tidak munafik. Dan menurut saya, semua itu hanya bisa dilakukan jika orang itu memiliki kasih yang sejati dalam dirinya. Kasih mampu menanggung segala sesuatu, kasih juga mampu mengubahkan sesuatu menjadi baik adanya. Betapa akan berbedanya wajah dunia ini jika kasih menjadi dasar perbuatan setiap orang. Marilah kita berusaha bersama-sama untuk berpegang teguh pada kasih dalam setiap tindakan kita. Jesus Bless Us LIA Setelah membaca renungan hari ini Saya akan 31 www.DOJCC.com Fresh Juice ! Vol. 89 / 2017 Kemenangan terbesar adalah ketika kita berhasil mengasihi lawan Selasa 20 Juni 2017 2Kor. 8: 1-9; Mzm. 146:2,5-6,7,8-9a; Mat. 5:43-48 Mat 5:44 “Tetapi Aku berkata kepadamu: Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu.” Dalam “hukum” dunia kata “mengasihi” dan “musuh” adalah dua kata yang bertolak belakang, karenanya tidak dapat dipersatukan. Orang yang membenci, menginginkan hal yang tidak baik, menyebabkan jatuh, kecewa, sakit, dan sebagainya. Maka nasihat untuk mengasihi musuh bisa dibilang aneh. Sebab normalnya musuh itu mesti dilawan, dibenci, disingkirkan, kalau perlu dibasmi. Akan tetapi, itulah yang dengan tegas dan jelas diajarkan Tuhan Yesus: ”Tetapi Aku berkata kepadamu: Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu” (Matius 5:44). Ajaran mengasihi musuh mengajak dan mengajarkan kita semua, bahkan setiap hari kita diingatkan untuk berbuat baik. Ada banyak efek yang akan di timbukkan bagi diri kita sendiri jika membenci musuh, diataranya; Pertama: membenci musuh akan merugikan diri sendiri , tidak ada orang yang hidupnya bahagia kalau terus dikuasai kebencian terhadap orang lain. Kedua: melawan kebencian dengan kebencian sama dengan melipat gandakan kebencian. Seperti gelap yang tidak bisa dilawan dengan gelap, tetapi harus dengan terang. Terang walau hanya secercah, akan sanggup menembus kegelapan. Dengan memahami makna ajaran ”mengasihi musuh”, kita bisa melihat luka tanpa dendam, kepahitan tanpa amarah; kekecewaan tanpa geram. Kita memandangnya sebagai kesempatan untuk mengasihi orang lain, untuk berbuat kebaikan. Seperti ada pepatah mengatakan, “Membalas kebaikan dengan kejahatan adalah tabiat iblis, membalas kebaikan dengan kebaikan adalah tabiat manusiawi; membalas kejahatan dengan kebaikan adalah tabiat ilahi”. Yah, musuh saja harus kita kasihi apalagi orang yang sangat kita sayangi. “Kasih” akan membuat kita dengan tulus mengampuni orang yang telah melukai perasaan kita. Lalu dengan rendah hati dan kepasrahan yang total kita bisa serahkan semua rasa kecewa, amarah dan sakit hati yang dirasakan kepada Kristus. Maka setelah itu kitapun dapat merasakan rasa damai yang luar biasa memenuhi hati. Yudi Setelah membaca renungan hari ini Saya akan 32 Fresh Juice ! Vol. 89 / 2017 www.DOJCC.com Kehormatan Sejati: Lurus Hati – Bengkok Diri Peringatan Wajib St. Aloisius Gonzaga 2Kor. 9:6-11; Mzm. 112:1-2,3-4,9; Mat. 6:1-6,16-18. Rabu 21 Juni 2017 Mat.6:3,6,18“Maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu.” Ingin dihormati, disenangi, dikagumi dan dipuji-puji adalah sifat dasar manusia yang sulit ditaklukkan. Bukan berarti kita tidak boleh mendapatkan penghormatan, kekaguman dan pujian orang lain, tetapi kalau itu yang kita cari semata-mata, maka kita menjadikan diri kita pusat dari segala yang kita kerjakan. Kita mentuhankan diri kita sendiri. Kita mencuri kemuliaan Tuhan. Karena itu Tuhan Yesus memberikan nasihat supaya saat kita berdoa, bersedekah, dan berpuasa, kita hendaknya memurnikan niat hati kita dari keinginan untuk dihormati, dikagumi, dan dipuji. Biarlah mata hati kita dipusatkan kepada Tuhan dan tidak kepada diri sendiri. Santo Aloisius Gonzaga yang kita rayakan hari ini berkata saat dia masuk kedalam Serikat Yesuit, “Aku ini sepotong besi yang bengkok. Aku datang kepada agama agar dijadikan lurus oleh palu penyangkalan diri dan laku tobat.” Nasihat Tuhan Yesus hari ini adalah penyangkalan diri yang bisa meluruskan hati kita yang sering bengkok karena suka memperkaya diri sendiri. Biarlah saat kita diluruskan hatinya, tubuh kitalah yang bengkok menyembah Allah. Menyangkal diri tidaklah mudah. Saya juga sering gagal. Sepertinya tubuh kita bengkok dan tidak leluasa, ada yang membatasi nafsu memuaskan diri. Tetapi mari kita mau belajar seperti Santo Aloisius. Dia tidak puas akan kepuasan lahiriah dimana kita bisa langsung menikmati hasil jerih payah kita. Dia belajar menabung disurga dengan suka rela melayani orang orang yang sakit disaat kota Roma dilanda wabah. Penyakit itupun dijangkitinya dan merenggut nyawanya saat ia hanya berusia 23 tahun. Dia tidak sempat menerima segala kehormatan dan kekaguman dunia. Tetapi Tuhan lewat Gereja mengingatnya dan mengkuduskannya. Ia dikanonisasi oleh Benediktus XIII pada 31 Desember 1726. Sebuah hadiah kehormatan yang tak tertandingi. Rm David Lemewu, MGL Setelah membaca renungan hari ini Saya akan 33 www.DOJCC.com Fresh Juice ! Vol. 89 / 2017 Kerelaan Mengampuni Kamis 22 Juni 2017 Mat. 6:12; dan ampunilah kami akan kesalahan kami, seperti kami juga mengampuni orang yang bersalah kepada kami. Paulinus dari Nola, Yohanes Fisher, Thomas More, Julie Billiart 2Kor. 11: 1-11; Mzm. 111:1-2,3-4,7-8; Mat 6:7-15 Hari ini Tuhan Yesus mengajarkan kita berdoa. Berdoa jangan bertele-tele karena Bapa di surga sudah mengetahui apa yang kita butuhkan. Straight to the point mungkin itu yang Tuhan Yesus mau. Supaya tidak melebar kemana-mana lalu hilang fokus. Point yang menjadi renungan kita hari ini, pada ayat 12 tentang pengampunan. Supaya doa kita berkenan kepada Bapak, kita terlebih dahulu harus rendah hati mohon kesucian dan hati yang damai agar layak dan pantas kita datang menghadap kehadirat-Nya. Kita sering merasa gelisah karena dosa dan perasaan bersalah. Karena itu kita memerlukan pengampunan dari Tuhan untuk mendapatkan ketenangan batin. Ketika kita dengan tulus hati mengampuni orang lain, maka kita akan memperoleh ketenangan batin dan kelegaan jiwa. Semua aura kemarahan, kepahitan dan kebencian akan terbang keluar jika pengampunan itu dilakukan dengan hati yang tulus. Bukankah Tuhan menghendaki supaya kita selalu hidup damai dengan sesama? Yesus tahu bahwa manusia sering menaruh dendam dengan sesama. Bahkan ada yang menyimpan dendam hingga tahunan, lebih parah lagi, mungkin tanpa sengaja sampai terucap “sampai tujuh turunan”, BAH! Makanya pada perikop yang lain Yesus menyampaikan bahwa kita harus mengampuni tujuh puluh kali tujuh kali. Artinya pengampunan tanpa batas. Pada ayat lanjutan 14 dan 15, “jikalau kamu mengampuni kesalahan orang, Bapamu yang di sorga akan mengampuni kamu juga. Tetapi jikalau kamu tidak mengampuni orang, Bapamu juga tidak akan mengampuni kesalahanmu”. Ini adalah suatu prinsip penting mengenai cara Allah mengampuni dosa. Pengampunan diberikan Allah Bapa, seukuran dengan kerelaan manusia untuk mengampuni sesama. Permohonan diajarkan dengan rendah hati, penuh iman dan harapan, karena yang diisyaratkan dalam doa ini akan diberikan. Percaya! Tuhan memberkati. Herman Setelah membaca renungan hari ini Saya akan 34 Fresh Juice ! Vol. 89 / 2017 www.DOJCC.com Rancangan Kesempurnaan HARI RAYA HATI YESUS YANG MAHAKUDUS Ul. 7:6-11; Mzm. 103:1-2,3-4,6-7,8,10; 1Yoh. 4:7-16; Mat. 11:25-30 Jumat 23 Juni 2017 Rm 8:28 Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah. Saya bergabung dalam komunitas DOJCC Bali sekitar 2012. Saya datang membawa bekal komplain dan kesedihan saya tentang Pembaharuan Karismatik. Dan karena saya sendiri lah yang sakit dan tidak damai sejahtera, seakan-akan saya ditempatkan di tempat yang sangat tidak saya sukai. Ya, saya ada di Komunitas Karismatik, tetapi saya tidak merasakan pertumbuhan sama sekali. Benih-benih sakit ini, terus bertumpuk sampai pada puncaknya, dan saya memutuskan keluar dari DOJCC pada waktu itu. Ketika saya keluar itulah, pencarian pribadi saya mulai terjadi. saya kembali pada Saat Teduh saya di pagi hari. Saya kembali mendengarkan Firman dari youtube, Itunes, Dll. Saya memasuki masa yang baru dalam hubungan pribadi saya dengan Allah. Saya memasuki masa pengenalan yang berbeda. Di masa-masa pemulihan ini, ada beberapa teman-teman dekat saya di DOJCC yang sedang sedih yang menggerakkan saya dan suami untuk menghibur serta mensupport mereka. Hal ini sebenarnya membuat saya bingung. Saat itu saya sedang tidak aktif, tetapi permasalahan-permasalahan yang teman-teman saya alami atau pergumulkan, memunculkan sebuah pemikiran: Andai mereka punya sebuah “Rumah”, yang bisa membantu mereka mengenalkan mereka pada Sumber Kehidupan. Tentunya dalam bahasa yang saya kenal, hanya ada satu nama, yaitu Yesus. Pemikiran itulah yang menebalkan muka saya, dan memberanikan diri saya untuk kembali aktif di DOJCC. Tanpa saya sadari, masa itu adalah masa saya memulihkan diri saya dari semua kekecewaan saya. Meskipun saya tidak meniatkan nya. Tetapi itulah yang saya rasakan. Tidak pernah terlintas di pikiran saya, bahwa melalui DOJCC lah, saya didorong untuk lebih mengenal DIA secara lebih pribadi dan apa VISI yang IA taruh dalam hidup saya. Melalui setiap kejadian suka, duka, gelisah, protes, yang saya alami di dalam komunitas ini, Allah pakai untuk memurnikan saya. Hingga pada akhirnya, ketika waktu itu datang, ketika keputusan itu harus saya ambil, hanya ada KASIH dan Rasa TERIMA KASIH yang Berlimpah di dalam hati saya untuk Komunitas Indah yang Tuhan berikan bagi saya dan keluarga kecil saya, DOJCC Bali. Teruslah Berkarya DOJCC Bali, Bukan untuk menjadi Pengikut, tetapi sebagai MuridMurid Kristus! ~Siska Setelah membaca renungan hari ini Saya akan 35 www.DOJCC.com Fresh Juice ! Vol. 89 / 2017 Syukurilah Hari Kelahiran Sabtu 24 Juni 2017 Luk. 1:66 Dan semua orang, yang mendengarnya, merenungkannya dan berkata: Menjadi apakah anak ini nanti? Sebab tangan Tuhan menyertai Hari Kelahiran St. Yohanes Pembaptis Yes. 49:1-6; Kis. 13:22-26; Luk. 1:57-66,80. St. Yohanes Pembaptis seringkali dimasukkan ke dalam golongan para nabi yaitu nabi terakhir sebelum datangnya Messias. Dia dianggap sebagai nabi, karena kelihatan unik dan eksentrik. Tinggalnya di padang gurun, jauh dari pemukiman penduduk, makanannya belalang dan madu hutan, dan pakaiannya dari kulit unta dengan ikat pinggang kulit (bdk. Mat. 3:4), tapi anehnya orang dari seluruh Yudea dan penduduk di Yerusalem dan di daerah sekitar Sungai Yordan datang menemuinya sambil mengaku dosa dan dibaptis (dicuci) olehnya (bdk. Mat. 3:5-6). Artinya, Yohanes ini bukan orang gila, apalagi nabi yang gila. Yohanes ini unik. Pada Hari Kelahiran St. Yohanes Pembaptis ini kita bukan hanya disuguhkan kisah si Yohanes yang dewasa, tetapi kisah si Yohanes yang memang unik dari sejak hari lahirnya. Ibunya mandul tiba-tiba hamil, ayahnya tiba-tiba bisu, tapi kemudian bisa berbicara setelah ia menamai si jabang bayi ini sebagai Yohanes (bdk. Luk. 1:36,63,64). Unik bukan? Lalu apa pesan Injil hari ini untuk kita? Apa kita hanya diajak untuk terkagum-kagum, sambil bilang Wow, gitu? Tentu tidak Saya punya dua orang keponakan, namanya Karina dan Clarissa. Si Karina ini umurnya 2,5 tahun dan Clarissa baru 6 bulan. Karina ini hobbynya ngupil dan memanjat perabotan di rumah, suka selfie dan menggunting rambut sendiri, suka main masak-masakan tapi juga bermain bola, sayang sama adiknya tapi iri juga kalau yang disayang hanya Clarissa. Pendek kata, Karina ini menggemaskan sekaligus menjengkelkan. Saya seringkali membatin menjadi apakah anak ini nanti? Cobalah tanya kepada orang tua kita (kalau mereka masih hidup) bagaimana kisah kelahiran kita dulu? Pasti setiap orang punya ceritera yang unik. Lalu lihatlah jadi apa kita sekarang. Apa orang tua kita pernah membayangkan atau meramalkan kita menjadi seperti sekarang ini? Saya tidak mengajak kita untuk menyesalkan dan mengutuk hari kelahiran kita, tetapi yang mau saya tegaskan pada Hari Kelahiran St. Yohanes Pembaptis untuk kita semua adalah; jangan pernah menyepelekan rencana Tuhan melalui hidup kita masing-masing. Sebagai pengikut Kristus kita yang sudah menerima Sakramen-sakramen ini telah dikaruniai Tuhan untuk pengudusan diri (bdk. Yes. 11:2-3) dan kemudian kita diberi kharisma-kharisma (bdk. 1 Kor 12:1-12) untuk membangun Gereja-Nya (bdk. 1 Kor. 14:12). Kita semua dilahirkan untuk satu tujuan, yaitu membangun Gereja-Nya. Karena itu, syukurilah hari kelahiran kita, dan hiduplah untuk membangun Gereja-Nya, bukan untuk cari untung, cari selamat atau saling teror dan saling menista satu sama lain. Rm. Wenz, MGL Setelah membaca renungan hari ini Saya akan 36 Fresh Juice ! Vol. 89 / 2017 www.DOJCC.com Menyangkal Dosa Yer. 20:10-13; Rm. 5:12-15; Mat. 10:26-33. Minggu 25 Juni 2017 Mat. 10:33 Barangsiapa menyangkal Aku di depan manusia, Aku juga akan menyangkalnya di depan Bapa-Ku yang di sorga Teman saya Jeff Kristianto (salah satu penulis FJ) pernah mengutip Al Pacino dalam salah satu status Facebook-nya; bunyinya begini I asked God for a bike, but I know God doesn’t work that way, so I stole a bike and asked for forgiveness. Kutipan ini ternyata ada benarnya dan juga ada konyolnya. Benar, karena memang Tuhan lebih memperhatikan pertobatan kita daripada perbuatan-perbuatan salah kita. Konyol, karena Tuhan pasti tidak pernah mengajarkan murid-muridNya untuk meniti karir sebagai pencuri yang beriman. Mengapa teman saya dan saya sendiri senang dengan kutipan dari si Al Pacino itu? Mungkin karena kami berdua tergabung dalam kelas murid-murid Kristus yang mau menjadi orang benar yang konyol atau dibenarkan dari kekonyolan (kedosaan) kami. Sebagai Pastor, saya ingin sekali menjadi Pastor yang suci dan baik, dan seringkali suci dan baik itu disamakan dengan tidak pernah berbuat salah atau tahan terhadap segala godaan dosa. Namun kenyataannya saya hanya bisa menjadi Pastor baik yang berdosa. Seringkali ada rasa frustrasi dan rasa tidak layak menghadapi kenyataan diri yang seperti ini. Seringkali saya bertanya-tanya di dalam hati; apa ini artinya saya telah gagal menjalani panggilan saya sebagai Pastor? Lalu kemudian masuk kategori orang yang menyangkal Tuhan? (bdk. Mat. 10:33). Saya ingat dalam salah satu sessi Ministry Supervision, saya mendiskusikan issue ini. Waktu itu saya bilang, saya bingung, tidak fokus dalam panggilan, seringkali menyalahkan diri sendiri dan cenderung menjadi pribadi yang sedih, tidak gembira, tidak menikmati panggilan saya sebagai Pastor. Kemudian, supervisor saya ini menggali lebih jauh tentang perasaan saya ketika saya bingung, gagal fokus, sedih, dan tertekan dan ternyata semuanya bermuara pada satu perasaan yaitu MARAH kepada diri sendiri. Ternyata saya tidak mau terima bahwa saya MARAH dan karena itu semua terlihat lewat sikap saya yang bingung, gagal fokus, sedih, dan tertekan. Nah, bagaimana jalan keluarnya? Ternyata, jalan keluarnya sederhana, saya harus bisa seperti Al Pacino itu. Tentu bukan menjadi pencuri, tetapi apa yang harus saya lakukan setelah mencuri sepeda? Itu yang paling penting. Jangan menyangkal kedosaan kita. Terimalah bahwa kita semua orang berdosa yang mau berbuat baik. Tertawakan kedosaan kita, tapi jangan kemudian berbangga karenanya. Yesus paham koq, saya hanya bisa menjadi Pastor baik yang konyol (berdosa). Kedengarannya memang saya seperti ada di dalam tahanan kedosaan saya tapi jangan takut, sebab Tuhan mendengarkan orang-orang miskin, dan tidak memandang hina orang-orang-Nya dalam tahanan (Mzm. 69:34). Rm. Wenz, MGL Setelah membaca renungan hari ini Saya akan 37 www.DOJCC.com Fresh Juice ! Vol. 89 / 2017 Mari Berkaca.... Senin 26 Juni 2017 Mat 7 : 3 “ Mengapakah engkau melihat selumbar di mata saudaramu, sedangkan balok di dalam matamu tidak engkau ketahui? “ Maria Magdalena Fontaine, Margeurite Rutan Kej. 12:1-9; Mzm. 33:12-13,18-19,20,22; Mat. 7:1-5 Bacaan hari ini merupakan perikop yang sangat terkenal. Dan dengan sekali membaca kita sudah mampu menangkap pesan yang disampaikan oleh perikop ini. Mudah memang untuk melihat kesalahan orang lain. Apalagi kalau kita sudah ada perasaan tidak suka terhadap orang tersebut. Lalu apakah kita tidak boleh menegur orang lain? Dan apakah kalau ada yang salah kita biarkan saja? Tentu saja tidak…… Dalam permenungan saya kali ini saya ingin mengajak saudara-saudara untuk flash back. Bagaimanakah rasanya kalau kita ‘ditegur’ oleh orang yang kita sukai dan hormati? Dan bagaimanakah rasanya kalau kita ‘ditegur’ oleh orang yang tidak kita sukai? Nah saya akan mengajak kita semua merenung. Bagaimana untuk menjadi orang yang bisa diterima kehadiran kita di tengah masyarakat, komunitas, lingkungan kerja, dsb. Hal yang sangat sepele kelihatannya dengan magic word yang sudah sedari kecil kita tahu yaitu kata : TERIMA KASIH, MAAF, TOLONG. Dan tentunya budaya 3S : SENYUM, SAPA, SALAM. Ternyata banyak dari kita yang masih menganggap hal itu tidak penting. Tentunya untuk melakukan hal tersebut tidaklah sulit. Hanya butuh kemauan dan kesadaran bahwa keberadaan kita akan membuat orang lain nyaman atau tidak dengan perilaku kita. Nah dengan menjadi orang yang mudah diterima keberadaan kita di lingkungan, komunitas dan masyarakat tentunya pada saat kita harus memberikan masukan atau dengan kata lain menegur orang lain, akan menjadi lebih mudah. Karena orang yang akan kita beri masukan ada pada ‘frekwensi’ yang sama. Mari kita sadari bahwa apa yang kita perbuat dan kita ucapkan akan memberi nilai dan dinilai oleh orang lain. Litawati Setelah membaca renungan hari ini Saya akan 38 Fresh Juice ! Vol. 89 / 2017 www.DOJCC.com Kesempatan lebih dahulu Ana dari St. Bartolomeus, Tomas dari Orvieto Kej. 13:2,5-18; Mzm. 15:2-3ab,3cd-4ab,5; Mat. 7:6,12-14 Selasa 27 Juni 2017 Kej 13:8 “Janganlah kiranya ada perkelahian antara aku dan engkau, dan antara para gembalaku dan para gembalamu, sebab kita ini kerabat. Kadang kita mendengar bagaimana sanak keluarga dan saudara terpecah belah hanya karena harta. Sepertinya makin banyak harta makin tidak mudah pula kita mengelolanya dengan kejernihan hati. Abraham pun punya masalah dengan Lot perihal kepemilikan lahan yang tidak cukup karena harta dan ternak yang begitu banyak yang mereka miliki bersama. Abraham memilih solusi untuk mereka saling memisahkan diri atas kepemilikan lahan, karena bagi Abraham kekerabatan itu lebih penting. Dan Abraham memberikan kesempatan pertama kepada Lot untuk memilih bagian dari negeri, lalu Abraham mengambil sisanya. Sebagai yang lebih senior Abraham memberikan kesempatan lebih dulu kepada Lot. Abraham tidak bingung memikirkan gimana caranya supaya dia mendapatkan yang terbaik dari pilihan yang ada, yang terbesar, yang paling subur, dll. Andaikan Anda dua bersaudara dan ada dua benda yang berharga yang harus dibagi.. akankah Anda memberikan kesempatan kepada saudara Anda untuk memilih lebih dahulu dan mengijinkan saudaramu mengetahui bahwa Anda mengasihinya? Saya teringat kisah dua orang saudara. Sang Adik menikah dan punya anak. Sang kakak tidak menikah dan tinggal sendirian. Waktu malam tiba Sang Adik diam diam membawa satu karung beras dan menaruh di lumbung kakaknya. Pikirnya “Kakakku sendirian, aku punya anak dan istri yang membantuku, dia pasti lebih membutuhkan dariku” Sementara Sang Kakak juga diam diam di malam hari membawa satu karung beras dan menaruh di lumbung Sang Adik, pikirnya “Adikku serumah banyak orang. Dia pasti membutuhkan lebih banyak beras untuk makan orang serumah” Inilah kasih. Ini juga yang seharusnya mendasari sikap kita terhadap seluruh harta yang di akhir hari, hanyalah titipan. Bagaimana mungkin titipan membuat kita berselisih dan terputus tali kasih, bukankah itu tidak pantas? Mari ambil waktu memberikan orang lain kesempatan lebih dahulu…. kesempatan menyeberang jalan, kesempatan bicara lebih dahulu… kesempatan memilih warna yang disukai lebih dahulu. Yustina Setelah membaca renungan hari ini Saya akan 39 www.DOJCC.com Fresh Juice ! Vol. 89 / 2017 Menanti berkat Rabu 28 Juni 2017 Mat. 7 : 17 “Camkanlah setiap pohon yang baik akan menghasilkan buah yang baik, sedang pohon yang tidak baik akan menghasilkan buah yang tidak baik. Peringatan Wajib St. Ireneus Kej. 15:1-12,17-18; Mzm. 105:1-2,3-4,6-7,8-9; Mat. 7:15-20 Dalam injil hari ini kita di peringati untuk selalu waspada terhadap sesuatu yang bersifat ‘palsu’, terlebih lagi kepalsuan tersebut memberikan efek yang baik diawal tetapi mematikan pada akhirnya. Yesus memberikan pengandaian tentang pohon dan buah, pohon yang baik akan menghasilkan buah yang baik juga tentunya, begitupun sebaliknya. Memang cara yang paling mudah untuk menilai sesuatu yaitu dari asal sesuatu itu tercipta atau sejarahnya, seperti salah satu contoh, orang yang melamar pekerjaan pastinya tidak dengan mudah untuk dipercaya oleh suatu perusahaan untuk diterima oleh perusahaan tersebut, perusahaan tersebut pasti menilai latar belakang pendidikan atau pengalaman orang tersebut, bagaimana pribadi orang tersebut, dan lain-lain. Sekarang pertanyaannya, apakah kita berasal dari sesuatu yang baik? YA!, kita berasal dari sesuatu yang baik tentunya, setiap orang yang mengimani dirinya kepada Tuhan merupakan hasil dari karya Tuhan yang sangat luar biasa. Bapa Abraham sebagai pokok pohon iman membuahkan keturunan yang baik berkat janji-janji Tuhan yang dituangkan di dalam Injil. Selalu percaya dan mengimani Tuhan di dalam keseharian kehidupan kita dan tentunya mengembangkan setiap apa pun yang Tuhan sudah berikan kepada kita, terlebih lagi kita merupakan buah-buah dari Tuhan yang sudah diciptakan seturut dengan rupa Tuhan sendiri. Jadilah buah yang baik disepanjang hidup kita dan hasilkanlah buah yang baik juga nantinya. Christ.A Setelah membaca renungan hari ini Saya akan 40 Fresh Juice ! Vol. 89 / 2017 www.DOJCC.com Pengikut Kristus yang Bahagia HARI RAYA St. PETRUS dan St. PAULUS RASUL Kis. 12:1-11; Mzm. 34:2-3,4-5,6-7,8-9; 2Tim. 4:6-8,17-18; Mat. 16:13-19 Kamis 29 Juni 2017 Mat. 16:16 “Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup!“ Ada satu kesamaan antara St Petrus dan St Paulus, yaitu keberanian untuk mengijinkan iman akan Kristus diterima pula oleh orang-orang bukan Yahudi. Awalnya pengikut Kristus pada masa Gereja Perdana itu hanya terdiri dari orang-orang Yahudi saja. Bahkan mereka yang dari kalangan bukan Yahudi dipaksa untuk harus menerima adat istiadat Yahudi terlebih dahulu sebelum diterima masuk dalam lingkungan pengikut Kristus. Jadi mereka harus disunat lebih dahulu, harus makan makanan yang tidak haram dan mengikuti aturan adat istiadat Yahudi yang sama sekali asing bagi mereka. Persoalan ini lama-lama menjadi besar dan mereka memutuskan untuk mengadakan Konsili pertama dalam sejarah Gereja di Yerusalem. Topik yang dibicarakan adalah apakah karya keselamatan yang telah dimulai oleh Yesus itu hanya diperuntukkan bagi orang-orang Yahudi atau bisa juga untuk seluruh umat manusia. Ketika diskusi sedang berlanjut Petrus kemudian menceriterakan pengalamannya di ketika berkunjung ke Yope (Kis. 10:1-48), dan bagaimana ia sendiri terkejut bahwa Roh Kudus pun bisa turun atas orang-orang tak bersunat (Kis. 10:45). Karena kesaksian Petrus ini maka pengikut Kristus dari kalangan orang-orang Yahudi pun kemudian memuliakan Allah dan yakin bahwa „kepada bangsa-bangsa lain juga Allah mengaruniakan pertobatan yang memimpin kepada hidup“ (Kis. 11:18). Nah, kalau Petrus mulai terbuka untuk menerima bahwa Roh Kudus pun bisa turun ke atas bangsa-bangsa bukan Yahudi, maka St Paulus adalah orang yang membawa visi Petrus ini menjadi nyata. Paulus (bersama Barnabas) kemudian mengkhususkan diri untuk karya pewartaan Injil bagi bangsa-bangsa bukan Yahudi. Dengan demikian visi Petrus dan kerja keras Paulus itulah yang memungkinkan iman akan Kristus sampai juga kepada kita sekarang ini. Lalu sekarang apa makna pesta ini untuk kita? Kita dihadapkan pada zaman yang berubah, dimana iman akan Kristus, tidak lagi menjadi pilihan populer. Orang tidak perlu menjadi pengikut Kristus kalau ingin menjadi orang baik. Atheist pun banyak yang baik, bahkan ada yang lebih baik dari pengikut Kristus sendiri. Tentu tidak semua kita dipanggil menjadi Petrus dan Paulus di zaman modern ini, yang punya kuasa untuk meyakinkan bangsa-bangsas lain dengan khotbah-khotbah atau mukjizat-mukjizat yang mereka buat. Kita manusia biasa, tetapi tidak berarti dengan keadaan kita yang „biasa-biasa“ saja ini kita berhenti untuk mewartakan karya keselematan Allah lewat Yesus Kristus. Yang kita bisa buat adalah, menjadi pengikut Kristus yang bahagia, bahkan Paus Fransiskus mengatakan bukan hanya bahagia tetapi yang “sukacita“. Kita tidak hanya dipanggil menjadi pengikut kristus yang sekedar happy tapi joyful. Tidak ada kesaksian yang lebih ampuh di zaman modern ini, selain kesaksian hidup. Bahwa dengan mengakui Kristus sebagai Mesias anak Allah yang hidup, kita pun menunjukkan di dalam hidup bahwa dengan mengikuti Kristus kita bukan hanya bisa hidup, tetapi hidup bahagia, bukan hanya bahagia, tetapi bersukacita ... baik atau tidak baik waktunya. Rm. Wenz, MGL Setelah membaca renungan hari ini Saya akan 41 www.DOJCC.com Fresh Juice ! Vol. 89 / 2017 Jumat 30 Juni 2017 Mat 8:2 Maka datanglah seorang yang sakit kusta kepada-Nya, lalu sujud menyembah Dia dan berkata: “Tuan, jika Tuan mau, Tuan dapat mentahirkan aku.” Kebebasan Sejati Raymundus Lullus Kej. 17:1,9-10,15-22; Mzm. 128:1-2,3,4-5; Mat. 8:1-4 Bacaan Injil hari ini menunjukkan suatu pernyataan iman yang luar biasa. Tuan, jika Tuan mau… bukan atas kemauan dia tetapi atas kemauan Tuhan. Bagi saya pribadi, bukanlah hal yang mudah bagi saya, ketika saya meminta sesuatu dari Tuhan, untuk mengatakan jika Tuhan mau. Artinya meskipun kita memiliki pengharapan penuh kepada Tuhan, tetapi itu menurut rencana dan rancangan-Nya. Tetapi lalu Yesus mengulurkan tangan-Nya, menyentuh orang itu dan berkata, “Aku mau, jadilah engkau tahir” (Mat 8:3). Kasih Yesus sungguh telah menyentuh hatinya secara pribadi sehingga memberikan keberanian bagi orang kusta ini untuk mendekat dan menerobos kerumunan massa yang mengerumuni Yesus pada saat itu. Yesus pun melihat bagaimana sungguh-sungguhnya pernyataan iman dari penderita kusta ini. Jika kita bisa membayangkan bagaimana keberanian penderita kusta ini yang menerobos orang-orang yang pada masa itu, sikap mereka terhadap penderita kusta, mereka akan mengasingkan para penderita kusta, mengucilkan mereka, dan dapat saja menendang penderita kusta untuk menjauh dari mereka. Bukankah pada masa kini, karena tuntutan jaman, lingkungan sekitar kita, terkadang kita menjadi takut untuk menyatakan iman kita? Untuk menaruh semua pengharapan akan kasih Allah di dalam hidup kita meskipun di tengah-tengah segala macam pergumulan yang kita hadapi saat ini? Untuk tidak membatasi kuasa Allah yang mampu untuk melakukan segala perbuatan ajaib di dalam hidup kita dan membebaskan kita dari segala pergumulan yang sedang kita hadapi masing-masing? Seperti yang dikatakan Yesus dalam Markus 11: 23-24 “Sesungguhnya barangsiapa berkata kepada gunung ini: Beranjaklah dan tercampaklah ke dalam laut! asal tidak bimbang hatinya, tetapi percaya, bahwa apa yang dikatakannya itu akan terjadi, maka hal itu akan terjadi baginya”. Karena itu Aku berkata kepadamu: apa saja yang kamu minta dan doakan, percayalah bahwa kamu telah menerimanya , maka hal itu akan diberikan kepadamu Biarlah kita memiliki kata-kata seperti orang kusta, Tuan, jika Engkau mau Engkau dapat mentahirkan aku. Ia tidak peduli dengan penyakit dan penderitaannya. Percaya bahwa Yesus peduli dengan penyakitnya, percaya bahwa Yesus dapat membuat hidup kita lebih bahagia, percaya bahwa hidup kita akan di ubahkan menjadi lebih baik. Biarlah kita dengan segala kesulitan hidup maupun tantangannya, kita mau datang dan sujud menyembah Yesus, percaya di dalam nama Tuhan Yesus turun segala mukjizat, iman kita dikuatkan dan kita terus memiliki kata-kata yg beriman serta memuliakan Tuhan. Amin Ratih Setelah membaca renungan hari ini Saya akan 42 Fresh Juice ! Vol. 89 / 2017 www.DOJCC.com