PENGELOLAAN HIPERTERMI PADA AN. R. USIA PRASEKOLAH DENGAN DENGUE HAEMORHAGIC FEVER (DHF) DI RUANG DADAP SEREP DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI Veronica Da Silva1, Siti Haryani2, Trimawati3 123 Prodi DIII Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Ngudi Waluyo [email protected] ABSTRAK Terdiri atas beberapa komponen yang menyatu satu sama lain untuk memperoleh data dan atau fakta dalam rangka menjawab pertanyaan atau masalah penelitian DHF (Dengue Haemorogic Fever) merupakan penyakit infeksi akut yang disebabkan oleh virus dengue (Albovirus) dan ditularkan oleh nyamuk aedes, yaitu aedes aegypti dan aedes albopictus. Virus dengue masuk kedalam tubuh penderita akan mengalami keluhan dan gejala karena viremia, seperti demam, sakit kepala, mual, nyeri otot, pegal seluruh tubuh, hyperemia di tenggorok, timbulnya ruam dan kelainan yang mungkin terjadi pada sistem retikolo endothelial seperti pembesaran kelenjar-kelenjar getah bening, hati dan limpa. Tujuan penulisan ini untuk mengetahui pengelolaan hipertermi pada An. R usia prasekolah dengan Dengue Haemoragic Fever di Ruang Dadap serep RSUD Pandan Arang Boyolali. Metoda penulisan adalah rancangan penulisan terdiri atas beberapa komponen yaitu satu sama lain untuk memperoleh data atau fakta dalam rangka menjawab pernyataan atau masalah penelitian . Hasil pengelolaan didapatkan teratasi dengan suhu batas dalam normal yaitu 37ᵒC, akral teraba sudah tidak hangat lagi. Saran Bagi perawat dan tim medis yang lain, diharapkan dalam memberikan tindakan kuratif dan rehabilitatif yang tepat dan benar sehingga dimungkingkan meminimalkan resiko komplikasi. Kata Kunci : Hipertermi, kompres hangat Kepustakaan: 23 (2007-2017) PENDAHULUAN manusia dewasa yang sehat fisik, mental dan sosial Beberapa faktor yang mempengaruhi Menurut Soetjiningsih (2015), pertumbuhan anak dapat dibagi menjadi Pembangunan nasional ditunjang dengan faktor internal dan eksternal (Susianto & manusia diperlukan Ramayulis, 2010). Penyakit paling sering berbagai usaha untuk meningkatkan kualitas menyerang orang dewasa dan anak adalah anak. Anak merupakan generasi penerus Dengue Hemoragic Fever (DHF) (WHO, 2014). seutuhnya, sehingga suatu bangsa, dimana jika anak sehat maka Dengue Hemoragic Fever (DHF) atau bangsa akan kuat dan sejahtera. Oleh karena deman berdarah dengue (DBD) merupakan itu anak-anak dapat tumbuh dan berkembang penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus sebaik-baiknya, sehingga nantinya menjadi dengue dengan manifestasi klinis demam, nyeri otot atau nyeri sendi yang disertai intravaskuler leucopenia, (Wijayaningsih, 2013). ruam, limfadenopati, ke ekstravaskuler trombosittopenia dan diathesis Haemoragic. Peningkatan permeabilitas dinding kapiler Pada DBD terjadi perembesan plasma yang juga berakibat pembesaran kapiler yang ditandai hemokonsentrasi kemudian bisaterjadi perdarahan berupa (peningkatan hematokrit) atau penumpukan petekie, epistaksis, haematemesis danmelena, cairan di rongga tubuh (Susianto & Ramalhos, yang dalamhalini berisiko terjadinya shock 2010). hipovolemik. Hemokonsentrasi (peningkatan dengan Demam atau Dengue merupakan penyakit kebocoran plasma, sehingga nilai hematokrit infeksi akut yang disebabkan oleh virus sangat penting untuk patokan pemberian dengue cairan intravena Setelah pemberian cairan Haemorogic berdarah Fever (Albovirus) dan ditularkan oleh kematokrit >20%) menunjukkan nyamuk aedes, yaitu aedes aegypti dan aedes intravena, albopictus. Virus dengue tergolong family menunjukkan kabocoran plasta telah teratasi, yang dikenal ada 4 serotipe yaitu Den 1, Deb 2 sehingga pamberian cairan intravena harus di Den 3 dan Den 4. Den dan den 3 merupakan kurangi untuk mencegah edema paru dan serityoe yang paling banyak ditemukan gagal sebagai penyebab (Wijayaningsih, 2013). mendapatkan cairan yang cukup penderita Virus dengue masuk kedalam tubuh, peningkatan adanya jantung. jumlah Sebaliknya eritrosit bila tidak akan mengalami kekurangan cairan yang penderita akan mengalami keluhan dan gejala dapat karena viremia, seperti demam, sakit kepala, yangbisa timbul anoksia jaringan, metabolic mual, nyeri otot, asidosis dan kematian apabila tidak teratasi pegal seluruh tubuh, hyperemia di tenggorok, timbulnya ruam dan kelainan yang mungkin terjadi pada sistem retikolo endothelial seperti pembesaran mengalami hipovolemik/renjatan segera. (Wijayaningsih, 2013). Demam merupakan respon fisiologis di mana suhu tubuh pengaturan limpa. Peningkatan premeabilitas dinding hipotalamus. Suhu tubuh normal memiliki kapiler mengakibatkan berkurangnya volume perbedaan yang cukup jauh pada setiap orang plasma, hipotensi, (kisaran suhu oral antara 36,00C-37,7ᵒC) dan hemokonsentrasi, hipoproteinemia, efusidan juga perbedaan diurnal (tertinggi malam hari renjatan terendah dini hari). (Shock). Sebagai akibat dari pada set akibat kelenjar-kelenjar getah bening, hati dan terjadinya tulang meningkat point di Hipotermi merupakan pelepasan zatanafilatoxin, histamine dan kenaikan suhu tubuh melebihi set point serotonin serta aktivitas sistem kalikrein yang hipotalamus. Keadaan ini terjadi bila ada mengakibatkan produksi panas berlebihan, berkurangnya ekstravasasi cairan pelepasan panas atau kerusakan hipotalamus. pada bulan Mei 2017. Kriteria sampel dalam Jika suhu mencapai lebih dari 41,00C biasanya penulisan ini adalah : penyebabnya bukan infeksi melainkan adanya kerusakan termoregulasi (Davey, 2015). Demam terjadi karena 1. Anak usia pra sekolah (3-6 tahun) pengaruh 2. Anak pirogen eksogen. Kuman penyebab infeksi dan zat hasil pemecahannya atau toksin yang dihasilkannya adalah pemicu demam yang mengalami Dengue Haemoragic Fever (DHF) 3. Anak yang mengalami hipertermi HASIL tersering. Molekul lain seperti kompleks imun Merupakan inisiatif dari rencana dan produk limfosit juga bisa menimbulkan tindakan untuk mencapai tujuan yang spesifik. respon terjadinya Tahap pelaksanaan dimulai setelah rencana demam pada keganasan, reaksi obat dan tindakan disusun dan ditujukan pada nursing penyakit jaringan ikat (Davey, 2015). Demam orders untuk membantu klien mencapai yang tinggi, anoreksia dan muntah akan tujuan yang diharapkan. Oleh karena itu menyebabkan rencana tindakan yang spesifik dilaksanakan demam. mengalami Inilah dasar pasien marasa dehidrasi. haus Dengan dan demikian sejumlah cairan yang banyak harus diberikan untuk memodifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi masalah kesehatan klien. secara oral sampai ke tingkat yang masih ditoleransi. Larutan rehidrasi oral seperti yang PEMBAHASAN digunakan untuk pengobatan diare dan jus Pengkajian ini dilakukan pada hari buah lebih disukai dari pada air biasa (WHO, Minggu, 14 Mei 2017 pukul 14:00 WIB di 2015). Ruang METODE allownamnesa dan autonamnesa. Pengkajian Metoda penulisan adalah rancangan Dadap Serep dengan metode menurut penulis adalah suatu cara untuk penulisan terdiri atas beberapa komponen mengumpulkan yang Pengkajian menurut (Suriadi, 2008) adalah menyatu satu sama lain untuk awal data dan atau dasar informasi. memperoleh data dan atau fakta dalam tahap rangka menjawab pernyataan atau masalah keperawatan. penelitian (Lapau, 2013). keperawatan menurut (Potter & Perry, 2010) Sedangkan dalam proses pengkajian Sampel dalam asuhan keperawatan ini adalah proses sistematis dari pengumpulan, adalah pasien anak Dengue Haemoragic Fever verifikasi dan komunikasi data tentang klien (DHF) yang mengalami hipertermi yang fase proses keperawatan ini mencakup dua sedang menjalai perawatan di RSUD Boyolali langkah, yaitu pengumpulan data dari sumber primer (klien) dan pengumpulan data dari sumber sekunder (keluarga, tenaga kesehatan). dengan aspek kesehatan sebelumnya, diantaranya riwayat kelahiran yang meliputi Pengumpulan data primer dikatakan lebih baik dibandingkan pengumpulan data kesehatan ibu saat hamil, proses persalinan dan kondisi bayi saat dilahirkan. sekunder, akan tetapi karena pasien baru Riwayat kelahiran merupakan hal berumur 4 tahun, maka penulis banyak yang sangat pentting ditanyakan karena menggunakan data sekunder. Identitas An. R pengaruh prenatak memiliki efek signifikan Usia 4 tahun dan bertempat tinggal di pada perkembangan fisik dan emosional klien, Boyolali. An. R suku jawa dan beragama Islam sehingga pengkajian harus dilakukan secara dengan diagnosa medis DHF. Pada riwayat sesama dan menyeluruh. Selanjutnya kaji penyakit, hal yang perlu diketahui adalah penyakit yang pernah diderita klien, kaji keluhan utama. tentang alergi klien, seperti alergi obat, debu, Keluhan utama adalah alasan makanan tertentu, hewan ataupun bahan- espesifik mengapa klien dibawa kerumah sakit bahan yang terbuat dari karet (Wong, 2009). (Wong, 2009). Keluhan utama saat dikaji ibu Ibu klien mengatakan selama kehamilan dan klien mengatakan anaknya panas 2 hari yang kelahiran An. R sering panas, batuk, pilek, O lalu dengan suhu 38,7 C. Riwayat kesehatan pada waktu kecil dan di periksa di puskesmas keperawatan menurut (Potter & Perry, 2010) atau dokter praktek. An. R tidak mempunyai adalah data yang dikumpulkan tentang tingkat riwayat alergi terhadap makanan ataupun kesejahteraan klien (saat ini dan masa lalu), binatang dan imunisasi An. R sudah lengkap riwayat dan tepat pada waktunya. keluarga dan riwayat sosial. Selanjutnya adalah riwayat penyakit sekarang, Pengkajian selanjutnya adalah riwayat penyakit sekarang adalah terjadinya pemeriksaan fisik pasien. Pemeriksaan ini keluhan dilakukan utama dari perkembangan saat ini awal sampai secara sistematis berfungsi (Wong, 2009). Ibu memberikan pedoman umum dalam mengkaji klien mengatakan pada hari jumat 12 Mei setiap daerah tubuh untuk meminimalkan 2017 An. R demam dan dibawa ke puskesmas, adanya bagian yang terlewatkan dalam setelah diperiksa An. R di beri obat penurunan pemeriksaan. Pemeriksaan fisik ini yang panas tetapi setelah 2 hari tidak ada bertujuan untuk memperoleh informasi yang perubahan, pada 14 MeI 2017 An. R di bawa menyangkut adanya kemungkinan masalah ke rumah sakit Pandan Arang Boyolai, karena kesehatan pasien. Pemeriksaan fisik pada An. kondisi lemah. R tidak ada kelainan, hanya saja keadaan Selanjutnya adalah riwayat kesehatan dahulu, umum An. R terlihat lemah. Dan suhu tubuh An. R yang semakin yang berisi informasi yang berhubungan An. R diatas normal yaitu 38OC yang menunjukan An. R mengalami hipertermi. Penyebab dari hipertermi adalah virus dengue dibawah oleh nyamuk Aedes Aegypty Diagnosa Keperawatan merupakan (Betina) sebagai vektor ke tubuh manusia masalah kesehatan aktual atau potensial dari melalui gigitan nyamuk tersebut. Infeksi yang pasien yang dapat diatasi secara bertanggung pertama kali memberi gejala sebagai dengue jawab dengan tindakan keperawatan yang fever dengan gejala utama demam, nyeri mandiri. adalah otot/sendi dan virus dengue sejenis arbovirus interprestasi ilmiah dari data pengkajian yang (Ngastiyah, 2012). Menurut (WHO, 2009) digunakan perencanaan, infeksi virus dengue adalah penyakit infeksi keperawatan yang disebabkan oleh virus dengue dengan Diagnosa keperawatan mengarahkan implementasi dan evaluasi (Damayanti & Iskandar). manifestasi klinis demam, nyeri otot, nyeri Setelah dilakukan pengkajian dan sendi yang disertai leukopenia, ruam, mendapatkan data, penulIs melakukan analisa limfodenopati, trombositopenia dan diatesis data dan menyusun diagnosa keperawatan. hemoragik. Diagnosa keperawatan menurut (Debora, Menurut (Ridha, 2014) proses 2013) adalah penilaian klinis tentang respon terjadinya hipertermi biasanya terjadi akibat individu, keluarga atau komunitas terhadap tubuh terpapar infeksi mikroorganisme (virus, masalah kesehatan atau proses kehidupan bakteri aktual maupun potensial sebagai dasar disebabkan oleh faktor non infeksi seperti pemilihan kompleks imun, atau inflamasi (peradangan) intervensi keperawatan untuk mencapai hasil yang ditetapkan. pada parasit). Hipertermi juga bisa lainnya. Ketida virus atau bakteri masuk ke Diagnosa keperawatan yang muncul dalam tubuh, berbagai jenis sel darah putih pasien atau leukosit melepaskan zat penyebab An. R adalah hipertermi berhubungan proses virus dengue. Menurut hipertermi (Wong, 2009) hipertermi adalah peningkatan selanjutnya memicu produksi prostagladin E2 suhu tubuh yang sangat tinggi (mencapai di hipotalamus anteriors, yang kemudian 40OC) dengan meningkatkan nilai-ambang temperature dan ketidakmampuan tubuh untuk menghilangkan terjadililah hipertermi. Menurut (Price, 2015) panas ataupun mengurangi produksi panas patofisiologi atau perjalanan penyakit demam atau ketidakmampuan mekanisme kehilangan yaitu melalui virus dengue. panas yang untuk berhubungan mengimbangi endogen) yang yang Menurut (Wilkinson, 2007) rencana berlebihan sehingga terjadi peningkatan suhu keperawatan yang akan penulis rencanakan tubuh. kepada Hipertermi tidak dibawah 38OC. panas (pirogen berbahaya jika klien dengan diagnosa yang ditegakkan sehingga kebutuhan klien dapat terpenuhi. Intervensi menurut (Debora, 2013), Outcomes Classification) atau intervensi NIC adalah tulisan yang dibuat dan digunakan (Nursing Intervention Classification) antara sebagai panduan ketika penulis melakukan lain yaitu observasi keadaan umum, dan vital tindakan mengatasi sign dengan rasional untuk mengetahui masalah keperawatan yang muncul pada keadaan pasien, ajarkan keluarga pasien pasien. masalah melakukan kompres hangat dengan metode keperawatan hipertermi dijadikan prioritas water tepid sponge rasional untuk membantu utama hipertermi menurunkan panas, anjurkan pasien memakai merupakan suatu keadaan yang amat serius pakaian yang tipis dan menyerap keringat bagi dengan keperawatan Pada oleh untuk kasus penulis nyawa An. R karena pasien karena hipertermi rasional membantu mengurangi membuat pemenuhan cairan yang hilang atau penguapan tubuh, anjurkan keluarga untuk terjadi syok. Menurut (Ngastiyah, 2012). memenuhi kebutuhan cairan dengan rasional Hipertermi sangat berperang dalam proses untuk metabolisme tubuh, kebutuhan cairan dalam kolaborasi dengan dokter untuk pemberian tubuh anti harus terpenuhi karena apabila kebutuhan cairan dalam tubuh berkurang mencegah piretik terjadinya dengan dehidrasi, rasional untuk menurunkan panas (Wilkinson, 2007). maka akan terjadi syok hipovolemik pada Intervensi yang penulis lakukan tubuh dan apabila hal tersebut terjadi dalam adalah lakukan pengkajian pada ibu pasien, waktu menimbulkan monitor keadaan umun dan vital sign, ajarkan kematian. Intervensi yang disusun oleh keluarga pasien melakukan kompres hangat penulis O dengan metode water tepid sponge, anjurkan untuk keluarga pasien memakai baju yang tipis pada mengkaji atau melakukan observasi terhadap pasien untuk menyerap keringat, anjurkan kemajuan klien untuk memantau secara pasien minum yang cukup 2,25 liter per hari langsung yang dilakukan selanjutnya, N untuk mencegah dehidrasi, berikan obat (nursing treatmen) dimana rencana tindakan antipiretik dan paracetamol syrup 1 sendok yang mengurangi, untuk menurunkan panas, berikan injeksi perluasan cefotaxin 2x2500 ampul (Kasim & Trisna, yang lama akan berpedoman (observation) rencana dilakukan memperbaiki, ONEK tindakan untuk dan yaitu mencegah masalah, E (education) dimana rencana tindakan yang pendidikan Pemberian kompres hangat dengan kesehatan, K (kolaboratif) dimana tindakan metode water tepid sponge adalah dapat medis yang dilimpahkan pada perawat. menurunkan suhu tubuh melalui proses Dalam penulis sesuai berbentuk 2012). intervensi yang dilakukan penguapan dan dapat memperlancar sirkulasi dengan NOC (Nursing darah, sehingga darah akan mengalir dari organ ke permukaan tubuh dengan membawa pengeluaran eksudat, Merangsang peristaltik panas. Kulit memiliki banyak pembuluh darah usus. Pengaruh dari kompres hangat yaitu melalui kulit, terutama tangan, kaki dan efek telinga. meningkatkan aliran darah ke bagian yang Aliran darah yang dipompakan jantung. Kemudian panas berpindah dari dari kompres hangat untuk terinjuri. darah melalui dinding pembuluh darah ke Implementasi yang dilakukan penulis permukaan kulit dan hilang ke lingkungan pada pasien An. R selama 3 hari di ruang sehingga terjadi penurunan suhu tubuh Dadap serep Rsud Pandan Arang Boyolali, (Potter & Perry, 2010). mulai tanggal 14 Mei 2017 – 16 mei 2017. Bentuk dari terapi fisik yang dapat Untuk implmentasi yang dilakukan yaitu diterapkan oleh ibu pasien adalah pemberian observasi keadaan umum, vital sign, menurut cairan yang lebih banyak dari kebutuhan Wilkinson (2007), vital sign merupakan salah pasien yang disesuaikan dengan kebutuhan satu indikator penting dalam mengkaji kondisi cairan menurut umur anak, untuk mencegah kesehatan dehidrasi mengetahui keadaan pasien. saat evaporasi terjadi, pada pasien demam untuk mengusahakan pasien tidur atau beristirahat Implementasi hari pertama penulis yang cukup supaya metabolismenya menurun, mengukur TTV dan mengobservasi keadaan tidak memberikan pasien pakaian yang panas umum. Mengukur TTV salah satunya adalah yang berlebihan saat menggigil. Lepaskan mengukur suhu tubuh. Menurut Carpenito pakaian dan selimut yang terlalu berlebihan. (2013) batasan karateristik mayor panas atau Memakai satu lapis pakaian yang menyerap tidak panas adalah suhu lebih tinggi dari keringat dan satu lapis selimut sudah dapat 37,8ᵒC peroral atau 38,9ᵒC per rektal, kulit memberikan rasa nyaman kepada pasien, hangat, memberi aliran udarah yang baik atau karakterisitik pertahankan sirkulasi ruangan yang baik. peningkatan kedalaman pernafasan, keletihan (Pudjiadi, 2014). Kompres hangat adalah dan kelemahan, nyeri atau sakit yang memberikan espesifik. rasa hangat pada daerah takikardia, minor sedangkan kulit batasan kemerahan, tertentu dengan menggunakan cairan atau Menurut Rahman (2013), suhu dalam alat yang menimbulkan hangat pada bagian rentang normal pada anak usia pra-sekolah tubuh yang memerlukan. Tujuan dari kompres 36,5-37,5ᵒC dikatakan mengalami kenaikan hangat adalah memperlancar sirkulasi darah, suhu tubuh disebabkan oleh proses-proses menurunkan suhu tubuh, mengurangi rasa metabolisme meningkat. Metabolisme yang sakit, memberi rasa hangat, nyaman dan meningkat tenang memproduksi pada klien. Memperlancar menggunakan panas energi yang tambahan. Hasil penelitian Rahman (2013), menekankan melebar dan menggalami vasidilatasi sehingga bahwa untuk penyakit hipertermi perlu pori melakukan pengukuran tanda-tanda vital mempermudah pengeluaran panas, sehingga karena mekanisme tubuh terhadap suatu akan terjadi penurunan suhu tubuh pada anak penyakit tidak selamanya sehat selalu. yang mengalami demam. Kompres hangat Menurut pori kulit akan membuka dan penulis keadaan umum merupakan metode pemeliharan suhu tubuh pasien harus dikaji karena tidak dapat melihat dengan menggunakan cairan hangat atau peningkatan melalui biasa yang bermanfaat untuk menurunkan keadaan umum pasien. Sedangkan tanda- suhu tubuh pada yang mengalami demam tanda vital harus dikaji seperti suhu, nadi, (Asmadi, 2008). kesehatan pasien respirasi hal iniharus dikaji karena untuk Penulis juga berperan untuk anjurkan pasien hipertermi dapat mengindikasikan pasien banyak minum air putih sebanyak terjadinya akan 1500-2000 cc/hari karena komponen tunggal terjadinya demam berulang. Data subyektif terbesar dalam tubuh adalah air. Air tubuh pasien mau diukur tanda-tanda pasien rewel total (total body water, TBW) yaitu prosentasi dan lemes suhu tubuh 38,9ᵒC, pernafasan dari berat tubuh total yang tersusun atas air) 23x/menit, nadi 110x/menit. jumlahnya bervariasi sesuai dengan jenis status kewaspadaan Implementasi yang kedua adalah kelamin, umur, dan kandungan lemak tubuh. memberikan kompres hangat. Menurut (Dewi, Air membentuk sekitar 60% berat badan 2016) kompres adalah salah satu metode fisik seorang pria dan sekitar 50% berat badan untuk menurunkan suhu tubuh bila anak wanita. Pada orangtua TBW menyusun sekitar menggalami demam. Ada beberapa macam 45% sampai 50% berat badan (Price & kompres Wilson, 2012). yang bisa diberikan untuk menurunkan suhu tubuh yaitu kompres Implementasi hari ketiga M. penulis hangat dan tepid sponge. Kompres air hangat menganjurkan ibu pasien untuk pakaikan dapat menurunkan suhu tubuh melalui proses pakaian yang tipis dan menyerap keringat evaporasi. hangat pada pasien, karena suhu tubuh dapat menyebabkan suhu tubuh di luar akan hangat meggalami pertukaran dengan lingkungan, sehingga tubuh akan mengginterprestasikan yaitu bahwa suhu di luar cukup panas, akhirnya berkurang akibat lingkungan yang lebih dingin tubuh akan menurunkan kontrol pengatur dan suhu di otak supaya tidak meningkatkan suhu lingkungan dapat mempengaruhi suhu tubuh pengatur tubuh, dengan suhu di luar hangat antara akan membuat pembuluh darah tepi di kulit sebagian besar melalui kulit dimungkinkan Dengan kompres air panas, tubuh nyaman. manusia Begitu dan dapat juga hilang atau sebaliknya, lingkungan terjadi karena panas diedarkan melalui pembuluh tindakan keperawatan dari klien (Wilkinson, darah (Riandita, 2012). 2007). Evaluasi dibedakan menjadi dua yaitu Implementasi yang terakhir penulis evaluasi proses (formatif) yang dilakukan melakukan kompres hangat dengan metode setiap tepid sponge. keperawatan. Yang kedua yaitu evaluasi hasil Kompres adalah salah satu metode fisik selesai (sumatif) melaksanakan dilakukan tindakan dengan cara untuk menurunkan suhu tubuh bila anak membandingkan respon klien dengan tujuan menggalami demam. Kompres tepid sponge yang telah ditentukan. adalah sebuah teknik kompres hangat yang Setelah dilakukan tindakan menggabungkan teknik kompres blok pada keperawatan selama 3 x 24 jam hasil evaluasi pembuluh darah supervisial dengan teknik yang dilakukan pada hari Minggu, 14 Mei seka (Dewi, 2016). Pemberian tepid sponge 2017 yaitu data subyektifnya ibu pasien memungkinkan lembab mengatakan badan anaknya panas. Data membantu pelepasan panas tubuh dengan obyektifnya suhu tubuh 38,9°C, tubuh pasien cara konveksi. Suhu tubuh lebih hangat teraba hangat, pasien tampak lemas, Bibir daripada kering, suhu aliran udara udara atau suhu air memakai baju tipis. Analisanya memungkinkan panas akan pindah ke molekul masalah belum teratasi dan tetap lanjutkan molekul udara melalui kontak langsung intervensi dengan TTV tiap 2 – 4 jam terutama dengan permukaan kulit. Pemberian tepid suhu tubuh, anjurkan baanyak minum air, sponge ini dilakukan dengan cara menyeka kompres hangat dilakukan dengan teknik seluruh tubuh klien dengan air hangat. Tepid kompres blok menggunakan waslap lembab sponge efektif dalam menurunkan suhu tubuh hangat yang kemudian diletakkan pada area pada frontal, aksila dan inguinal,kolaborasi dengan anak dengan demam dan juga membantu dalam mengurangi rasa sakit atau ketidaknyamanan. tim medis dalam pemberin antipiretik. Penulis melakukan evaluasi dari hasil Berkolaborasi dengan dokter untuk pemberian antipiretik intervensi dan implementasi hipertermi pada (Paracetmol sirup 1 pasien Demam Dengue dapat berkurang dari sendok makan per 8 jam, golongan obat yaitu suhu 38,9OC menurun menjadi 37°C, panas analgesic indikasi bisa mulai membaik karena implementasi ada adalah sebagai yang dilakukan perawat baik tindakan mandiri penghilang sakit kepala, gigi, dan penurun perawat dan dibantu dengan obat, bila hasil demam (Kasim & Trisna, 2012). keduanya disimpulkan maka hasilnya pasien non narkotik, sanmol/paracetamol Evaluasi adalah dan proses yang berkelanjutan untuk menilai dari efek dan mengalami tahap membaik dalam masalah hipertermi. Hal ini dikarenakan penulis menemukan faktor pendukung dan faktor penghambat dalam pemberian asuhan keperawatan. Intervensi keperawatan yang dilakukan penulis yaitu monitor tanda – tanda vital, observasi keadaan umum, ajarkan Hasil pengkajian yang didapatkan keluarga melakukan kompres hangat, antara lain data subjektif dan data objektif ibu anjurkan pasien memakai baju yang tipis dan pasien mengatakan pasien panas sejak dua menyerap keringat, anjurkan keluarga unutk hari yang lalu. Data objektif atau data yang memenuhi kebutuhan cairan pasien, dan dilihat atau diobservasi oleh penulis yaitu kulit kolaborasi dengan dokter untuk pemberian terba hangat, kulit kemerah- merahan, Suhu: terapi selanjutnya. 38,9°C. Diagnosa yang muncul saat melakukan pengkajian pada adalah selama tiga hari yaitu : memonitor tanda hipertermi berhubungan dengan proses virus tanda vital, mengobservasi keadaan umum, dengue. memberikan menganjurkan pasien keluarga An.R Implementasi yang dilakukan penulis untuk pasien kompres hangat Evaluasi tindakan yang dilakukan oleh penulis memakai baju yang tipis menyerap keringat, menggunakan menganjurkan untuk Objektif, Assesment, and Planning). Evaluasi memenuhi kebutuhan cairan pasien, dan yang dicapai selama tiga hari masalah teratasi mengkolaborasi sebagian kepada keluarga dengan dokter unutk metode SOAP (Subjektif, pemberian terapi selanjutnya. Daftar Pustaka Dewi, A. K. (2016). Pemberian kompres hangat Asmadi. (2008). Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: EGC dengan tepid sponge pada anak demam. Carpenito, L. J. 2013. Diagnosa keperawatan: Jurnal Keperawatan Muhamadyah. aplikasi pada Praktek (Terjemahan). http://journal.umsurabaya.ac.id/inde Edisi 6. Jakarta: EGC. x.php/JKM Damayanti & Iskandar. 2014. Asuhan Keperawatan Anak. Jakarta: EGC. Davey, 2015. At a Glance Medicine. Alih bahasa : Anissa Racmalia. Jakarta : Erlangga Debora,o (2013). Proses keperawatan pemeriksaan fisik. Jakarta: Selemba Medika. /article/view/366/272- kompres-hangat-tepid-sponge. Diakses tanggal 24 Juli 2017 jam 11:20 wib. Dinkes Prov Jateng, 2012. Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2012. Semarang mukesehatankusumahusada. Kasim& Trisma 2012. Indonesia Informasi Surakarta. Spesialite Obat, Volume 47. PT ISFI: Jakarta Diakses pada tanggal, 27 juli 2017. Riandita, (2012). Hubungan Antara Tingkat Lapau, 2013. Metode Penelitian Kesehatan, Jakarta: Yayasan Pustaka Pengetahuan Ibu Tentang Demam Obor Dengan Pengelolaan Demam Pada Indonesia. Anak. Jurnal Kesehatan diakses pada tanggal, 26 Juli 2017, jam 14:22. Ridha N. 2014. Buku Ajar Keperawatan Anak. Ngastiyah. (2014). Perawatan Anak Sakit, Edisi 2. Jakarta : EGC Jakarta: Pustaka Pelajar Soetjiningsih, 2015. Tumbuh Kembang Anak. Price & Lorraine M. Wilson. (2015). Konsep Jakarta: EGC Klinis Proses – Proses penyakit. Suriadi, 2008. Asuhan Keperawatan pada Pathophysiologi : Clinical Concepts of Anak (Edisi V), Jakarta : CV. Agung Deases Processes. Edisi 6. Vol. 2. Setu Jakarta : PT. Buku Kedokteran : EGC. Susianto & Ramayulis, 2010. Stop Demam Price SA. Wilson. LM. 2012. Patofisiologi konsep klinis proses-proses penyakit,edisi ke-6. Jakarta: EGC Potter & Perry, 2010. Berdarah Dengue. Bogor : Cita Insan Fundamental Madani. WHO, 2015. Dengue and Severe Dengue. 2015 Wijayaningsih, Keperawatan Buku 1. Ed. 7.Jakarta: Salemba Medika Prijonegoro Sragen. Asuhan Wilkinson, J.M. (2007). Buku Saku Diagnosis Hipertermi dengan Observasi Dengue Fever. Standar Keperawatan. Jakarta : TIM Rahman Y. D. (2013). Asuhan Keperawatan Haemoragic 2013. Dr. Soehadi Surakarta. http://jurnalinternasionalsekolahggil Keperawatan. Edisi 7. Jakarta: EGC Wong, L. Donna. 2009. Buku Ajar Keperawatan Pediatri. Vol. 1. Edisi 6. Jakarta : EGC