(dhf) di ruang dadap serep di rsud pandan a

advertisement
PENGELOLAAN HIPERTERMI PADA AN. R. USIA PRASEKOLAH DENGAN DENGUE HAEMORHAGIC
FEVER (DHF) DI RUANG DADAP SEREP DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI
Veronica Da Silva1, Siti Haryani2, Trimawati3
123
Prodi DIII Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Ngudi Waluyo
[email protected]
ABSTRAK
Terdiri atas beberapa komponen yang menyatu satu sama lain untuk memperoleh data dan
atau fakta dalam rangka menjawab pertanyaan atau masalah penelitian
DHF (Dengue Haemorogic Fever) merupakan penyakit infeksi akut yang disebabkan oleh
virus dengue (Albovirus) dan ditularkan oleh nyamuk aedes, yaitu aedes aegypti dan aedes
albopictus. Virus dengue masuk kedalam tubuh penderita akan mengalami keluhan dan gejala
karena viremia, seperti demam, sakit kepala, mual, nyeri otot, pegal seluruh tubuh, hyperemia di
tenggorok, timbulnya ruam dan kelainan yang mungkin terjadi pada sistem retikolo endothelial
seperti pembesaran kelenjar-kelenjar getah bening, hati dan limpa.
Tujuan penulisan ini untuk mengetahui pengelolaan hipertermi pada An. R usia prasekolah
dengan Dengue Haemoragic Fever di Ruang Dadap serep RSUD Pandan Arang Boyolali.
Metoda penulisan adalah rancangan penulisan terdiri atas beberapa komponen yaitu satu
sama lain untuk memperoleh data atau fakta dalam rangka menjawab pernyataan atau masalah
penelitian .
Hasil pengelolaan didapatkan teratasi dengan suhu batas dalam normal yaitu 37ᵒC, akral
teraba sudah tidak hangat lagi.
Saran Bagi perawat dan tim medis yang lain, diharapkan dalam memberikan tindakan kuratif
dan rehabilitatif yang tepat dan benar sehingga dimungkingkan meminimalkan resiko komplikasi.
Kata Kunci : Hipertermi, kompres hangat
Kepustakaan: 23 (2007-2017)
PENDAHULUAN
manusia dewasa yang sehat fisik, mental dan
sosial Beberapa faktor yang mempengaruhi
Menurut
Soetjiningsih
(2015),
pertumbuhan anak dapat dibagi menjadi
Pembangunan nasional ditunjang dengan
faktor internal dan eksternal (Susianto &
manusia
diperlukan
Ramayulis, 2010). Penyakit paling sering
berbagai usaha untuk meningkatkan kualitas
menyerang orang dewasa dan anak adalah
anak. Anak merupakan generasi penerus
Dengue Hemoragic Fever (DHF) (WHO, 2014).
seutuhnya,
sehingga
suatu bangsa, dimana jika anak sehat maka
Dengue Hemoragic Fever (DHF) atau
bangsa akan kuat dan sejahtera. Oleh karena
deman berdarah dengue (DBD) merupakan
itu anak-anak dapat tumbuh dan berkembang
penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus
sebaik-baiknya, sehingga nantinya menjadi
dengue dengan manifestasi klinis demam,
nyeri otot atau nyeri sendi yang disertai
intravaskuler
leucopenia,
(Wijayaningsih, 2013).
ruam,
limfadenopati,
ke
ekstravaskuler
trombosittopenia dan diathesis Haemoragic.
Peningkatan permeabilitas dinding kapiler
Pada DBD terjadi perembesan plasma yang
juga berakibat pembesaran kapiler yang
ditandai
hemokonsentrasi
kemudian bisaterjadi perdarahan berupa
(peningkatan hematokrit) atau penumpukan
petekie, epistaksis, haematemesis danmelena,
cairan di rongga tubuh (Susianto & Ramalhos,
yang dalamhalini berisiko terjadinya shock
2010).
hipovolemik. Hemokonsentrasi (peningkatan
dengan
Demam
atau
Dengue
merupakan
penyakit
kebocoran plasma, sehingga nilai hematokrit
infeksi akut yang disebabkan oleh virus
sangat penting untuk patokan pemberian
dengue
cairan intravena Setelah pemberian cairan
Haemorogic
berdarah
Fever
(Albovirus)
dan ditularkan oleh
kematokrit
>20%)
menunjukkan
nyamuk aedes, yaitu aedes aegypti dan aedes
intravena,
albopictus. Virus dengue tergolong family
menunjukkan kabocoran plasta telah teratasi,
yang dikenal ada 4 serotipe yaitu Den 1, Deb 2
sehingga pamberian cairan intravena harus di
Den 3 dan Den 4. Den dan den 3 merupakan
kurangi untuk mencegah edema paru dan
serityoe yang paling banyak ditemukan
gagal
sebagai penyebab (Wijayaningsih, 2013).
mendapatkan cairan yang cukup penderita
Virus dengue masuk kedalam tubuh,
peningkatan
adanya
jantung.
jumlah
Sebaliknya
eritrosit
bila
tidak
akan mengalami kekurangan cairan yang
penderita akan mengalami keluhan dan gejala
dapat
karena viremia, seperti demam, sakit kepala,
yangbisa timbul anoksia jaringan, metabolic
mual, nyeri otot,
asidosis dan kematian apabila tidak teratasi
pegal seluruh tubuh,
hyperemia di tenggorok, timbulnya ruam dan
kelainan yang mungkin terjadi pada sistem
retikolo endothelial seperti
pembesaran
mengalami
hipovolemik/renjatan
segera. (Wijayaningsih, 2013).
Demam merupakan respon fisiologis di
mana
suhu
tubuh
pengaturan
limpa. Peningkatan premeabilitas dinding
hipotalamus. Suhu tubuh normal memiliki
kapiler mengakibatkan berkurangnya volume
perbedaan yang cukup jauh pada setiap orang
plasma,
hipotensi,
(kisaran suhu oral antara 36,00C-37,7ᵒC) dan
hemokonsentrasi, hipoproteinemia, efusidan
juga perbedaan diurnal (tertinggi malam hari
renjatan
terendah dini hari).
(Shock).
Sebagai
akibat
dari
pada
set
akibat
kelenjar-kelenjar getah bening, hati dan
terjadinya
tulang
meningkat
point
di
Hipotermi merupakan
pelepasan zatanafilatoxin, histamine dan
kenaikan suhu tubuh melebihi set point
serotonin serta aktivitas sistem kalikrein yang
hipotalamus. Keadaan ini terjadi bila ada
mengakibatkan
produksi panas berlebihan, berkurangnya
ekstravasasi
cairan
pelepasan panas atau kerusakan hipotalamus.
pada bulan Mei 2017. Kriteria sampel dalam
Jika suhu mencapai lebih dari 41,00C biasanya
penulisan ini adalah :
penyebabnya bukan infeksi melainkan adanya
kerusakan termoregulasi (Davey, 2015).
Demam
terjadi
karena
1. Anak usia pra sekolah (3-6 tahun)
pengaruh
2. Anak
pirogen eksogen. Kuman penyebab infeksi
dan zat hasil pemecahannya atau toksin yang
dihasilkannya
adalah
pemicu
demam
yang
mengalami
Dengue
Haemoragic Fever (DHF)
3. Anak yang mengalami hipertermi
HASIL
tersering. Molekul lain seperti kompleks imun
Merupakan
inisiatif
dari
rencana
dan produk limfosit juga bisa menimbulkan
tindakan untuk mencapai tujuan yang spesifik.
respon
terjadinya
Tahap pelaksanaan dimulai setelah rencana
demam pada keganasan, reaksi obat dan
tindakan disusun dan ditujukan pada nursing
penyakit jaringan ikat (Davey, 2015). Demam
orders untuk membantu klien mencapai
yang tinggi, anoreksia dan muntah akan
tujuan yang diharapkan. Oleh karena itu
menyebabkan
rencana tindakan yang spesifik dilaksanakan
demam.
mengalami
Inilah
dasar
pasien marasa
dehidrasi.
haus
Dengan
dan
demikian
sejumlah cairan yang banyak harus diberikan
untuk
memodifikasi
faktor-faktor
yang
mempengaruhi masalah kesehatan klien.
secara oral sampai ke tingkat yang masih
ditoleransi. Larutan rehidrasi oral seperti yang
PEMBAHASAN
digunakan untuk pengobatan diare dan jus
Pengkajian ini dilakukan pada hari
buah lebih disukai dari pada air biasa (WHO,
Minggu, 14 Mei 2017 pukul 14:00 WIB di
2015).
Ruang
METODE
allownamnesa dan autonamnesa. Pengkajian
Metoda
penulisan
adalah
rancangan
Dadap
Serep
dengan
metode
menurut penulis adalah suatu cara untuk
penulisan terdiri atas beberapa komponen
mengumpulkan
yang
Pengkajian menurut (Suriadi, 2008) adalah
menyatu
satu
sama
lain
untuk
awal
data
dan
atau
dasar
informasi.
memperoleh data dan atau fakta dalam
tahap
rangka menjawab pernyataan atau masalah
keperawatan.
penelitian (Lapau, 2013).
keperawatan menurut (Potter & Perry, 2010)
Sedangkan
dalam
proses
pengkajian
Sampel dalam asuhan keperawatan ini
adalah proses sistematis dari pengumpulan,
adalah pasien anak Dengue Haemoragic Fever
verifikasi dan komunikasi data tentang klien
(DHF) yang mengalami hipertermi yang
fase proses keperawatan ini mencakup dua
sedang menjalai perawatan di RSUD Boyolali
langkah, yaitu pengumpulan data dari sumber
primer (klien) dan pengumpulan data dari
sumber
sekunder
(keluarga,
tenaga
kesehatan).
dengan
aspek
kesehatan
sebelumnya,
diantaranya riwayat kelahiran yang meliputi
Pengumpulan data primer dikatakan
lebih baik dibandingkan pengumpulan data
kesehatan ibu saat hamil, proses persalinan
dan kondisi bayi saat dilahirkan.
sekunder, akan tetapi karena pasien baru
Riwayat kelahiran merupakan hal
berumur 4 tahun, maka penulis banyak
yang sangat pentting ditanyakan karena
menggunakan data sekunder. Identitas An. R
pengaruh prenatak memiliki efek signifikan
Usia 4 tahun dan bertempat tinggal di
pada perkembangan fisik dan emosional klien,
Boyolali. An. R suku jawa dan beragama Islam
sehingga pengkajian harus dilakukan secara
dengan diagnosa medis DHF. Pada riwayat
sesama dan menyeluruh. Selanjutnya kaji
penyakit, hal yang perlu diketahui adalah
penyakit yang pernah diderita klien, kaji
keluhan utama.
tentang alergi klien, seperti alergi obat, debu,
Keluhan
utama
adalah
alasan
makanan tertentu, hewan ataupun bahan-
espesifik mengapa klien dibawa kerumah sakit
bahan yang terbuat dari karet (Wong, 2009).
(Wong, 2009). Keluhan utama saat dikaji ibu
Ibu klien mengatakan selama kehamilan dan
klien mengatakan anaknya panas 2 hari yang
kelahiran An. R sering panas, batuk, pilek,
O
lalu dengan suhu 38,7 C. Riwayat kesehatan
pada waktu kecil dan di periksa di puskesmas
keperawatan menurut (Potter & Perry, 2010)
atau dokter praktek. An. R tidak mempunyai
adalah data yang dikumpulkan tentang tingkat
riwayat alergi terhadap makanan ataupun
kesejahteraan klien (saat ini dan masa lalu),
binatang dan imunisasi An. R sudah lengkap
riwayat
dan tepat pada waktunya.
keluarga
dan
riwayat
sosial.
Selanjutnya adalah riwayat penyakit sekarang,
Pengkajian
selanjutnya
adalah
riwayat penyakit sekarang adalah terjadinya
pemeriksaan fisik pasien. Pemeriksaan ini
keluhan
dilakukan
utama
dari
perkembangan saat ini
awal
sampai
secara
sistematis
berfungsi
(Wong, 2009). Ibu
memberikan pedoman umum dalam mengkaji
klien mengatakan pada hari jumat 12 Mei
setiap daerah tubuh untuk meminimalkan
2017 An. R demam dan dibawa ke puskesmas,
adanya bagian yang terlewatkan dalam
setelah diperiksa An. R di beri obat penurunan
pemeriksaan. Pemeriksaan fisik ini yang
panas tetapi setelah 2 hari tidak ada
bertujuan untuk memperoleh informasi yang
perubahan, pada 14 MeI 2017 An. R di bawa
menyangkut adanya kemungkinan masalah
ke rumah sakit Pandan Arang Boyolai, karena
kesehatan pasien. Pemeriksaan fisik pada An.
kondisi
lemah.
R tidak ada kelainan, hanya saja keadaan
Selanjutnya adalah riwayat kesehatan dahulu,
umum An. R terlihat lemah. Dan suhu tubuh
An.
R
yang
semakin
yang berisi informasi yang berhubungan
An. R diatas normal yaitu 38OC yang
menunjukan An. R mengalami hipertermi.
Penyebab dari hipertermi adalah virus
dengue dibawah oleh nyamuk Aedes Aegypty
Diagnosa Keperawatan merupakan
(Betina) sebagai vektor ke tubuh manusia
masalah kesehatan aktual atau potensial dari
melalui gigitan nyamuk tersebut. Infeksi yang
pasien yang dapat diatasi secara bertanggung
pertama kali memberi gejala sebagai dengue
jawab dengan tindakan keperawatan yang
fever dengan gejala utama demam, nyeri
mandiri.
adalah
otot/sendi dan virus dengue sejenis arbovirus
interprestasi ilmiah dari data pengkajian yang
(Ngastiyah, 2012). Menurut (WHO, 2009)
digunakan
perencanaan,
infeksi virus dengue adalah penyakit infeksi
keperawatan
yang disebabkan oleh virus dengue dengan
Diagnosa
keperawatan
mengarahkan
implementasi
dan
evaluasi
(Damayanti & Iskandar).
manifestasi klinis demam, nyeri otot, nyeri
Setelah dilakukan pengkajian dan
sendi
yang
disertai
leukopenia,
ruam,
mendapatkan data, penulIs melakukan analisa
limfodenopati, trombositopenia dan diatesis
data dan menyusun diagnosa keperawatan.
hemoragik.
Diagnosa keperawatan menurut (Debora,
Menurut
(Ridha,
2014)
proses
2013) adalah penilaian klinis tentang respon
terjadinya hipertermi biasanya terjadi akibat
individu, keluarga atau komunitas terhadap
tubuh terpapar infeksi mikroorganisme (virus,
masalah kesehatan atau proses kehidupan
bakteri
aktual maupun potensial sebagai dasar
disebabkan oleh faktor non infeksi seperti
pemilihan
kompleks imun, atau inflamasi (peradangan)
intervensi
keperawatan
untuk
mencapai hasil yang ditetapkan.
pada
parasit).
Hipertermi
juga
bisa
lainnya. Ketida virus atau bakteri masuk ke
Diagnosa keperawatan yang muncul
dalam tubuh, berbagai jenis sel darah putih
pasien
atau leukosit melepaskan zat penyebab
An.
R
adalah
hipertermi
berhubungan proses virus dengue. Menurut
hipertermi
(Wong, 2009) hipertermi adalah peningkatan
selanjutnya memicu produksi prostagladin E2
suhu tubuh yang sangat tinggi (mencapai
di hipotalamus anteriors, yang kemudian
40OC)
dengan
meningkatkan nilai-ambang temperature dan
ketidakmampuan tubuh untuk menghilangkan
terjadililah hipertermi. Menurut (Price, 2015)
panas ataupun mengurangi produksi panas
patofisiologi atau perjalanan penyakit demam
atau ketidakmampuan mekanisme kehilangan
yaitu melalui virus dengue.
panas
yang
untuk
berhubungan
mengimbangi
endogen)
yang
yang
Menurut (Wilkinson, 2007) rencana
berlebihan sehingga terjadi peningkatan suhu
keperawatan yang akan penulis rencanakan
tubuh.
kepada
Hipertermi tidak
dibawah 38OC.
panas
(pirogen
berbahaya
jika
klien
dengan
diagnosa
yang
ditegakkan sehingga kebutuhan klien dapat
terpenuhi. Intervensi menurut (Debora, 2013),
Outcomes Classification) atau intervensi NIC
adalah tulisan yang dibuat dan digunakan
(Nursing Intervention Classification) antara
sebagai panduan ketika penulis melakukan
lain yaitu observasi keadaan umum, dan vital
tindakan
mengatasi
sign dengan rasional untuk mengetahui
masalah keperawatan yang muncul pada
keadaan pasien, ajarkan keluarga pasien
pasien.
masalah
melakukan kompres hangat dengan metode
keperawatan hipertermi dijadikan prioritas
water tepid sponge rasional untuk membantu
utama
hipertermi
menurunkan panas, anjurkan pasien memakai
merupakan suatu keadaan yang amat serius
pakaian yang tipis dan menyerap keringat
bagi
dengan
keperawatan
Pada
oleh
untuk
kasus
penulis
nyawa
An.
R
karena
pasien
karena
hipertermi
rasional
membantu
mengurangi
membuat pemenuhan cairan yang hilang atau
penguapan tubuh, anjurkan keluarga untuk
terjadi syok. Menurut (Ngastiyah, 2012).
memenuhi kebutuhan cairan dengan rasional
Hipertermi sangat berperang dalam proses
untuk
metabolisme tubuh, kebutuhan cairan dalam
kolaborasi dengan dokter untuk pemberian
tubuh
anti
harus
terpenuhi
karena
apabila
kebutuhan cairan dalam tubuh berkurang
mencegah
piretik
terjadinya
dengan
dehidrasi,
rasional
untuk
menurunkan panas (Wilkinson, 2007).
maka akan terjadi syok hipovolemik pada
Intervensi
yang
penulis
lakukan
tubuh dan apabila hal tersebut terjadi dalam
adalah lakukan pengkajian pada ibu pasien,
waktu
menimbulkan
monitor keadaan umun dan vital sign, ajarkan
kematian. Intervensi yang disusun oleh
keluarga pasien melakukan kompres hangat
penulis
O
dengan metode water tepid sponge, anjurkan
untuk
keluarga pasien memakai baju yang tipis pada
mengkaji atau melakukan observasi terhadap
pasien untuk menyerap keringat, anjurkan
kemajuan klien untuk memantau secara
pasien minum yang cukup 2,25 liter per hari
langsung yang dilakukan selanjutnya, N
untuk mencegah dehidrasi, berikan obat
(nursing treatmen) dimana rencana tindakan
antipiretik dan paracetamol syrup 1 sendok
yang
mengurangi,
untuk menurunkan panas, berikan injeksi
perluasan
cefotaxin 2x2500 ampul (Kasim & Trisna,
yang
lama
akan
berpedoman
(observation)
rencana
dilakukan
memperbaiki,
ONEK
tindakan
untuk
dan
yaitu
mencegah
masalah, E (education) dimana rencana
tindakan
yang
pendidikan
Pemberian kompres hangat dengan
kesehatan, K (kolaboratif) dimana tindakan
metode water tepid sponge adalah dapat
medis yang dilimpahkan pada perawat.
menurunkan suhu tubuh melalui proses
Dalam
penulis
sesuai
berbentuk
2012).
intervensi
yang
dilakukan
penguapan dan dapat memperlancar sirkulasi
dengan
NOC
(Nursing
darah, sehingga darah akan mengalir dari
organ ke permukaan tubuh dengan membawa
pengeluaran eksudat, Merangsang peristaltik
panas. Kulit memiliki banyak pembuluh darah
usus. Pengaruh dari kompres hangat yaitu
melalui kulit, terutama tangan, kaki dan
efek
telinga.
meningkatkan aliran darah ke bagian yang
Aliran
darah
yang
dipompakan
jantung. Kemudian panas berpindah dari
dari
kompres
hangat
untuk
terinjuri.
darah melalui dinding pembuluh darah ke
Implementasi yang dilakukan penulis
permukaan kulit dan hilang ke lingkungan
pada pasien An. R selama 3 hari di ruang
sehingga terjadi penurunan suhu tubuh
Dadap serep Rsud Pandan Arang Boyolali,
(Potter & Perry, 2010).
mulai tanggal 14 Mei 2017 – 16 mei 2017.
Bentuk dari terapi fisik yang dapat
Untuk implmentasi yang dilakukan yaitu
diterapkan oleh ibu pasien adalah pemberian
observasi keadaan umum, vital sign, menurut
cairan yang lebih banyak dari kebutuhan
Wilkinson (2007), vital sign merupakan salah
pasien yang disesuaikan dengan kebutuhan
satu indikator penting dalam mengkaji kondisi
cairan menurut umur anak, untuk mencegah
kesehatan
dehidrasi
mengetahui keadaan pasien.
saat
evaporasi
terjadi,
pada
pasien
demam
untuk
mengusahakan pasien tidur atau beristirahat
Implementasi hari pertama penulis
yang cukup supaya metabolismenya menurun,
mengukur TTV dan mengobservasi keadaan
tidak memberikan pasien pakaian yang panas
umum. Mengukur TTV salah satunya adalah
yang berlebihan saat menggigil. Lepaskan
mengukur suhu tubuh. Menurut Carpenito
pakaian dan selimut yang terlalu berlebihan.
(2013) batasan karateristik mayor panas atau
Memakai satu lapis pakaian yang menyerap
tidak panas adalah suhu lebih tinggi dari
keringat dan satu lapis selimut sudah dapat
37,8ᵒC peroral atau 38,9ᵒC per rektal, kulit
memberikan rasa nyaman kepada pasien,
hangat,
memberi aliran udarah yang baik atau
karakterisitik
pertahankan sirkulasi ruangan yang baik.
peningkatan kedalaman pernafasan, keletihan
(Pudjiadi, 2014). Kompres hangat adalah
dan kelemahan, nyeri atau sakit yang
memberikan
espesifik.
rasa
hangat
pada
daerah
takikardia,
minor
sedangkan
kulit
batasan
kemerahan,
tertentu dengan menggunakan cairan atau
Menurut Rahman (2013), suhu dalam
alat yang menimbulkan hangat pada bagian
rentang normal pada anak usia pra-sekolah
tubuh yang memerlukan. Tujuan dari kompres
36,5-37,5ᵒC dikatakan mengalami kenaikan
hangat adalah memperlancar sirkulasi darah,
suhu tubuh disebabkan oleh proses-proses
menurunkan suhu tubuh, mengurangi rasa
metabolisme meningkat. Metabolisme yang
sakit, memberi rasa hangat, nyaman dan
meningkat
tenang
memproduksi
pada
klien.
Memperlancar
menggunakan
panas
energi
yang
tambahan.
Hasil
penelitian
Rahman
(2013),
menekankan
melebar dan menggalami vasidilatasi sehingga
bahwa untuk penyakit hipertermi perlu
pori
melakukan pengukuran tanda-tanda vital
mempermudah pengeluaran panas, sehingga
karena mekanisme tubuh terhadap suatu
akan terjadi penurunan suhu tubuh pada anak
penyakit tidak selamanya sehat selalu.
yang mengalami demam. Kompres hangat
Menurut
pori
kulit
akan
membuka
dan
penulis keadaan umum
merupakan metode pemeliharan suhu tubuh
pasien harus dikaji karena tidak dapat melihat
dengan menggunakan cairan hangat atau
peningkatan
melalui
biasa yang bermanfaat untuk menurunkan
keadaan umum pasien. Sedangkan tanda-
suhu tubuh pada yang mengalami demam
tanda vital harus dikaji seperti suhu, nadi,
(Asmadi, 2008).
kesehatan
pasien
respirasi hal iniharus dikaji karena untuk
Penulis juga berperan untuk anjurkan
pasien hipertermi dapat mengindikasikan
pasien banyak minum air putih sebanyak
terjadinya
akan
1500-2000 cc/hari karena komponen tunggal
terjadinya demam berulang. Data subyektif
terbesar dalam tubuh adalah air. Air tubuh
pasien mau diukur tanda-tanda pasien rewel
total (total body water, TBW) yaitu prosentasi
dan lemes suhu tubuh 38,9ᵒC, pernafasan
dari berat tubuh total yang tersusun atas air)
23x/menit, nadi 110x/menit.
jumlahnya bervariasi sesuai dengan jenis
status
kewaspadaan
Implementasi yang kedua adalah
kelamin, umur, dan kandungan lemak tubuh.
memberikan kompres hangat. Menurut (Dewi,
Air membentuk sekitar 60% berat badan
2016) kompres adalah salah satu metode fisik
seorang pria dan sekitar 50% berat badan
untuk menurunkan suhu tubuh bila anak
wanita. Pada orangtua TBW menyusun sekitar
menggalami demam. Ada beberapa macam
45% sampai 50% berat badan (Price &
kompres
Wilson, 2012).
yang
bisa
diberikan
untuk
menurunkan suhu tubuh yaitu kompres
Implementasi
hari
ketiga
M.
penulis
hangat dan tepid sponge. Kompres air hangat
menganjurkan ibu pasien untuk pakaikan
dapat menurunkan suhu tubuh melalui proses
pakaian yang tipis dan menyerap keringat
evaporasi.
hangat
pada pasien, karena suhu tubuh dapat
menyebabkan suhu tubuh di luar akan hangat
meggalami pertukaran dengan lingkungan,
sehingga tubuh akan mengginterprestasikan
yaitu
bahwa suhu di luar cukup panas, akhirnya
berkurang akibat lingkungan yang lebih dingin
tubuh akan menurunkan kontrol pengatur
dan
suhu di otak supaya tidak meningkatkan suhu
lingkungan dapat mempengaruhi suhu tubuh
pengatur tubuh, dengan suhu di luar hangat
antara
akan membuat pembuluh darah tepi di kulit
sebagian besar melalui kulit dimungkinkan
Dengan
kompres
air
panas,
tubuh
nyaman.
manusia
Begitu
dan
dapat
juga
hilang
atau
sebaliknya,
lingkungan
terjadi
karena panas diedarkan melalui pembuluh
tindakan keperawatan dari klien (Wilkinson,
darah (Riandita, 2012).
2007). Evaluasi dibedakan menjadi dua yaitu
Implementasi
yang
terakhir
penulis
evaluasi proses (formatif) yang dilakukan
melakukan kompres hangat dengan metode
setiap
tepid sponge.
keperawatan. Yang kedua yaitu evaluasi hasil
Kompres adalah salah satu metode fisik
selesai
(sumatif)
melaksanakan
dilakukan
tindakan
dengan
cara
untuk menurunkan suhu tubuh bila anak
membandingkan respon klien dengan tujuan
menggalami demam. Kompres tepid sponge
yang telah ditentukan.
adalah sebuah teknik kompres hangat yang
Setelah
dilakukan
tindakan
menggabungkan teknik kompres blok pada
keperawatan selama 3 x 24 jam hasil evaluasi
pembuluh darah supervisial dengan teknik
yang dilakukan pada hari Minggu, 14 Mei
seka (Dewi, 2016). Pemberian tepid sponge
2017 yaitu data subyektifnya ibu pasien
memungkinkan
lembab
mengatakan badan anaknya panas. Data
membantu pelepasan panas tubuh dengan
obyektifnya suhu tubuh 38,9°C, tubuh pasien
cara konveksi. Suhu tubuh lebih hangat
teraba hangat, pasien tampak lemas, Bibir
daripada
kering,
suhu
aliran
udara
udara
atau
suhu
air
memakai
baju
tipis.
Analisanya
memungkinkan panas akan pindah ke molekul
masalah belum teratasi dan tetap lanjutkan
molekul udara melalui kontak langsung
intervensi dengan TTV tiap 2 – 4 jam terutama
dengan permukaan kulit. Pemberian tepid
suhu tubuh, anjurkan baanyak minum air,
sponge ini dilakukan dengan cara menyeka
kompres hangat dilakukan dengan teknik
seluruh tubuh klien dengan air hangat. Tepid
kompres blok menggunakan waslap lembab
sponge efektif dalam menurunkan suhu tubuh
hangat yang kemudian diletakkan pada area
pada
frontal, aksila dan inguinal,kolaborasi dengan
anak
dengan
demam
dan
juga
membantu dalam mengurangi rasa sakit atau
ketidaknyamanan.
tim medis dalam pemberin antipiretik.
Penulis melakukan evaluasi dari hasil
Berkolaborasi dengan dokter untuk
pemberian antipiretik
intervensi dan implementasi hipertermi pada
(Paracetmol sirup 1
pasien Demam Dengue dapat berkurang dari
sendok makan per 8 jam, golongan obat yaitu
suhu 38,9OC menurun menjadi 37°C, panas
analgesic
indikasi
bisa mulai membaik karena implementasi
ada adalah sebagai
yang dilakukan perawat baik tindakan mandiri
penghilang sakit kepala, gigi, dan penurun
perawat dan dibantu dengan obat, bila hasil
demam (Kasim & Trisna, 2012).
keduanya disimpulkan maka hasilnya pasien
non
narkotik,
sanmol/paracetamol
Evaluasi
adalah
dan
proses
yang
berkelanjutan untuk menilai dari efek dan
mengalami tahap membaik dalam masalah
hipertermi.
Hal
ini
dikarenakan
penulis
menemukan faktor pendukung dan faktor
penghambat
dalam
pemberian
asuhan
keperawatan.
Intervensi
keperawatan
yang
dilakukan penulis yaitu monitor tanda – tanda
vital, observasi keadaan umum, ajarkan
Hasil pengkajian yang didapatkan
keluarga
melakukan
kompres
hangat,
antara lain data subjektif dan data objektif ibu
anjurkan pasien memakai baju yang tipis dan
pasien mengatakan pasien panas sejak dua
menyerap keringat, anjurkan keluarga unutk
hari yang lalu. Data objektif atau data yang
memenuhi kebutuhan cairan pasien, dan
dilihat atau diobservasi oleh penulis yaitu kulit
kolaborasi dengan dokter untuk pemberian
terba hangat, kulit kemerah- merahan, Suhu:
terapi selanjutnya.
38,9°C. Diagnosa yang muncul saat melakukan
pengkajian
pada
adalah
selama tiga hari yaitu : memonitor tanda
hipertermi berhubungan dengan proses virus
tanda vital, mengobservasi keadaan umum,
dengue.
memberikan
menganjurkan
pasien
keluarga
An.R
Implementasi yang dilakukan penulis
untuk
pasien
kompres
hangat
Evaluasi tindakan yang dilakukan oleh penulis
memakai baju yang tipis menyerap keringat,
menggunakan
menganjurkan
untuk
Objektif, Assesment, and Planning). Evaluasi
memenuhi kebutuhan cairan pasien, dan
yang dicapai selama tiga hari masalah teratasi
mengkolaborasi
sebagian
kepada
keluarga
dengan
dokter
unutk
metode
SOAP
(Subjektif,
pemberian terapi selanjutnya.
Daftar Pustaka
Dewi, A. K. (2016). Pemberian kompres hangat
Asmadi. (2008). Konsep Dasar Keperawatan.
Jakarta: EGC
dengan tepid sponge pada anak
demam.
Carpenito, L. J. 2013. Diagnosa keperawatan:
Jurnal
Keperawatan
Muhamadyah.
aplikasi pada Praktek (Terjemahan).
http://journal.umsurabaya.ac.id/inde
Edisi 6. Jakarta: EGC.
x.php/JKM
Damayanti
&
Iskandar.
2014.
Asuhan
Keperawatan Anak. Jakarta: EGC.
Davey, 2015. At a Glance Medicine. Alih
bahasa : Anissa Racmalia. Jakarta : Erlangga
Debora,o
(2013).
Proses
keperawatan
pemeriksaan fisik. Jakarta: Selemba
Medika.
/article/view/366/272-
kompres-hangat-tepid-sponge.
Diakses tanggal 24 Juli 2017 jam 11:20
wib.
Dinkes Prov Jateng, 2012. Profil Kesehatan
Provinsi Jawa Tengah Tahun 2012.
Semarang
mukesehatankusumahusada.
Kasim& Trisma 2012. Indonesia Informasi
Surakarta.
Spesialite Obat, Volume 47. PT ISFI:
Jakarta
Diakses pada tanggal, 27 juli 2017.
Riandita, (2012). Hubungan Antara Tingkat
Lapau, 2013. Metode Penelitian Kesehatan,
Jakarta:
Yayasan
Pustaka
Pengetahuan Ibu Tentang Demam
Obor
Dengan Pengelolaan Demam Pada
Indonesia.
Anak. Jurnal Kesehatan diakses pada
tanggal, 26 Juli 2017, jam 14:22.
Ridha N. 2014. Buku Ajar Keperawatan Anak.
Ngastiyah. (2014). Perawatan Anak Sakit, Edisi
2. Jakarta : EGC
Jakarta: Pustaka Pelajar
Soetjiningsih, 2015. Tumbuh Kembang Anak.
Price & Lorraine M. Wilson. (2015). Konsep
Jakarta: EGC
Klinis Proses – Proses penyakit.
Suriadi, 2008. Asuhan Keperawatan pada
Pathophysiologi : Clinical Concepts of
Anak (Edisi V), Jakarta : CV. Agung
Deases Processes. Edisi 6. Vol. 2.
Setu
Jakarta : PT. Buku Kedokteran : EGC.
Susianto & Ramayulis, 2010. Stop Demam
Price SA. Wilson. LM. 2012. Patofisiologi
konsep
klinis
proses-proses
penyakit,edisi ke-6. Jakarta: EGC
Potter
&
Perry,
2010.
Berdarah Dengue. Bogor : Cita Insan
Fundamental
Madani.
WHO, 2015. Dengue and Severe Dengue. 2015
Wijayaningsih,
Keperawatan Buku 1. Ed. 7.Jakarta:
Salemba Medika
Prijonegoro
Sragen.
Asuhan
Wilkinson, J.M. (2007). Buku Saku Diagnosis
Hipertermi dengan Observasi Dengue
Fever.
Standar
Keperawatan. Jakarta : TIM
Rahman Y. D. (2013). Asuhan Keperawatan
Haemoragic
2013.
Dr.
Soehadi
Surakarta.
http://jurnalinternasionalsekolahggil
Keperawatan. Edisi 7. Jakarta: EGC
Wong,
L.
Donna.
2009.
Buku
Ajar
Keperawatan Pediatri. Vol. 1. Edisi 6.
Jakarta
:
EGC
Download